87
PENETAPAN KADAR KURKUMIN PADA SEDIAAN HERBAL YANG MENGANDUNG Curcuma longa DENGAN METODE ULTRA HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY-MASS SPECTROMETRY (UHPLC-MS/MS) TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Oleh : Rifky Afrizal Fajar Kurniawan NIM 155070500111011 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

PENETAPAN KADAR KURKUMIN PADA SEDIAAN HERBAL YANG …repository.ub.ac.id/167726/1/Rifky Afrizal Fajar... · 2019. 5. 8. · several herbal medicine contains turmeric. The method was

  • Upload
    others

  • View
    31

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENETAPAN KADAR KURKUMIN PADA SEDIAAN HERBAL YANG

    MENGANDUNG Curcuma longa DENGAN METODE ULTRA HIGH

    PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY-MASS

    SPECTROMETRY (UHPLC-MS/MS)

    TUGAS AKHIR

    Untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

    Oleh :

    Rifky Afrizal Fajar Kurniawan

    NIM 155070500111011

    PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2018

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    TUGAS AKHIR

    Penetapan Kadar Kurkumin Pada Sediaan Herbal yang Mengandung

    Curcuma longa dengan Metode Ultra High Performance Liquid

    Chromatography – Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS)

    Oleh:

    Rifky Afrizal Fajar Kurniawan

    NIM: 155070500111011

    Telah diuji pada: Hari : Rabu Tanggal : 12 Desember 2018

    dan dinyatakan lulus oleh :

    Penguji-I,

    Alvan Febrian Shalas, S.Farm., M.Farm.,Apt. NIP.2011068502181001

    Pembimbing-I/Penguji-II, Pembimbing-II/Penguji-III,

    Bachtiar Rifai P, M.Farm.,Apt Ika Putri N, S.Farm., M.Sc., Apt.

    NIP. 2012058709291001 NIP. 2013048909152001

    Mengetahui, Kepala Program Studi Farmasi,

    Alvan Febrian Shalas, S.Farm., M.Farm.,Apt. NIP. 2011068502181001

  • iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertandatangan di bawahini:

    Nama : Rifky Afrizal Fajar Kurniawan

    NIM : 155070500111011

    Program Studi : Program StudiFarmasi

    FakultasKedokteranUniversitasBrawijaya

    MenyatakandengansebenarnyabahwaTugasAkhir yang sayatulisinibenar-

    benarkaryasayasendiri, bukanmerupakanpengambilalihantulisanataupikiran

    orang lain yang sayaakuisebagaitulisanataupikiransaya. Apabila di

    kemudianharidapatdibuktikanbahwaTugasAkhiriniadalahhasiljiplakan,

    makasayabersediamenerimasanksiatasperbuatantersebut

    Malang, Desember 2018

    Yang menyatakanpernyataan,

    (Rifky Afrizal Fajar Kurniawan)

    NIM.155070500111011

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kapada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penetapan Kadar

    Kurkumin Pada Sediaan Herbal yang Mengandung Curcuma longa dengan

    Metode Ultra High Performance Liquid Chromatography – Mass Spectrometry

    (UHPLC-MS/MS)” dengan lancar untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

    studi di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

    Ketertarikan penulis terhadap topik yang dibahas didalam penelitian ini

    didasarkan pada banyaknya sediaan herbal khususnya yang mengandung kunyit

    telah beredar di masyarakat dan tingkat konsumsinya yang meningkat pada.

    Oleh karena itu diperlukan pemantauan kualitas dari sediaan tersebut. Salah

    satu parameter pemantauan kualitas sediaan herbal secara spesifik yaitu

    penetapan kadar senyawa marker yaitu kurkumin dalam sediaan tersebut

    dengan metode UHPLC-MS/MS. Sehingga kadar kurkumin yang terkandung

    dalam sediaan herbal mengandung Curcuma longa dapat diketahui .

    Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis ingin mengucapkan

    terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaiannya, antara

    lain:

    1. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Brawijaya yang telah memberikan kesempatan untuk

    menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

    2. Alvan Febrian Shalas, S.Farm., M.Farm., Apt, selaku Ketua Program

    Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah

    memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi dengan baik

    3. Bachtiar Rifai Pratita Ihsan, S.Farm., M.Farm.,Apt., selaku dosen

    pembimbing pertama yang telah memberikan pengarahan,

    bimbingan dan saran-saran yang membangun selama penulisan

    Tugas Akhir ini.

    4. Ika Putri Nurhayati, S.Farm., M.Sc.,Apt., selaku dosen pembimbing

    kedua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran-

    saran yang membangun selama penulisan Tugas Akhir ini.

  • v

    5. Alvan Febrian Shalas, S.Farm., M.Farm., Apt. Sebagai penguji yang

    telah memberi masukan dan wawasan terhadap penelitian ini

    6. Hananditia Rachma Pramestutie.,S.Farm.,M.Farm.Klim.,Apt., selaku

    ketua tim Tugas Akhir Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

    Universitas Brawijaya.

    7. Orang tua penulis, bapak Agung Saptono, S.Si, dan ibu Nurul

    Hidayati, serta saudara penulis Raditya Afreyzha Ramadhany yang

    senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada penulis sehingga

    Tugas Akhir ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan mereka.

    8. Teman teristimewa, Winfika Wibisono Putri yang selalu memberikan

    dukungan dan bantuan serta doa selama proses penyelesaian Tugas

    Akhir ini.

    9. Teman-teman penghuni grima, Arip, Birrul, Abu, Panji, Alif, Adit, Dio,

    Danil, Bidin, Sandi, Ramen, Wisnu yang selalu menyediakan tawa

    ceria di setiap sore hari di kampus.

    10. Teman-teman Farmasi UB 2015 yang telah bersama berjuang di

    farmasi sejak mahasiswa baru.

    11. Kakak-kakak tingkat yang telah memberikan banyak ilmunya kepada

    penulis dan adik-adik tingkat yang siap meneruskan perjuangan dan

    inovasi penulis.

    12. Segenap keluarga organisasi tempat saya menambah ilmu dan

    pengalaman yaitu HMF Aecus Prospisio.

    13. Semua Pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu

    persatu.

    Penulis sadar bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, demikian

    pula dengan penelitian Tugas Akhir yang penulis yakin masih sangat jauh dari

    kesempurnaan. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

    Malang, 20 Desember 2018

    Penulis

  • vi

    ABSTRAK

    Kurniawan, Rifky Afrizal Fajar. 2018. Penetapan Kadar Kurkumin Pada Sediaan Herbal yang Mengandung Curcuma longa dengan Metode Ultra High Performance Liquid Chromatography – Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS).Tugas Akhir, Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Bachtiar Rifa’i Pratita Ikhsan, S.Farm., M.Farm., Apt. (2) Ika Putri Nurhayati, S.Farm., M.Sc., Apt.

    Kunyit banyak dipilih sebagai agen antiinflamasi dan antikanker secara tradisional. Terdapat banyak produk herbal mengandung kunyit untuk mengatasi antiinflamasi atau meredakan nyeri. Senyawa yang paling berperan memberikan efek farmakologis yaitu kurkumin dalam kunyit tersebut. Perlu dilakukan validasi metode analisis kurkumin menggunakan UHPLC-MS/MS karena memiliki hasil pemisahan senyawa dan deteksi senyawa yang sangat baik. Serta perlu dilakukan monitoring kualitas dengan penetapan kadar kurkumin dalam sediaan herbal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas medote analisis kurkumin yang digunakan dan mengetahui kadar kurkumin dalam beberapa sediaan herbal guna memenuhi monitoring kualitas sediaan tersebut. Sampel dipilih dengan cara metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Dilakukan validasi metode analisis kurkumin menggunakan UHPLC-MS/MS dengan fase gerak gradien A (0,1% asam format dalam aquabidest) dan B (0,1% asam format dalam acetonitrile) serta fase diam yaitu Kinetex EVO C18 100oA. Metode analisis dinyatakan valid dengan memenuhi parameter validasi yaitu selektivitas, linieritas (r=0,9997), akurasi (% perolehan kembali = 98,63-101,76%), presisi (%RSD=0,38-5,7%), LOD (0,11µg/ml) dan LOQ (0,34µg/ml). Berikutnya dilakukan penetapan kadar kurkumin dalam 3 sampel sediaan herbal mengandung kunyit. Kadar yang didapatkan sampel serbuk (0,03%), sampel kapsul (4,78%), dan sampel cair (0,03%).

    Kata kunci: Kunyit, Kurkumin, UHPLC-MS/MS, Validasi Metode, Sediaan Herbal

  • vii

    ABSTRACT

    Kurniawan, Rifky Afrizal Fajar. 2018. Determination of Curcumin in Herbal

    Medicine Containing Curcuma longa Using Ultra High Performance Liquid

    Chromatography-Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS). Final Assignment,

    Pharmacy Program, Medical Faculty Brawijaya University. Advisers: (1) Bachtiar

    Rifa’i Pratita Ikhsan, S.Farm., M.Farm., Apt. (2) Ika Putri Nurhayati, S.Farm.,

    M.Sc., Apt.

    Turmeric (Curcuma longa) widely used as the main ingredient of some herbal medicines to relieve pain and inflammation. Curcumin is the main secondary metabolites of Curcuma longa that has also shown some therapeutic activities such as anti-inflammatory and anti-cancer agent. An efficient, sensitive and precise Ultra High Performance Liquid Chromatography – Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS) was developed to determine curcumin content in several herbal medicine contains turmeric. The method was validated for linearity, selectivity, accuracy, precision, LOD and LOQ. Thus, the method can be used to determine curcumin content in herbal medicine to control herbal medicine quality. Objective of this research is to validate the method of curcumin analysis and determine curcumin content in herbal medicine. Validation was done through curcumin analysis using UHPLC-MS/MS with the gradient mobile phase A (0.1% format acid in aquabidest) and B (0.1% format acid in acetinitrile), while the static phase was Kinitex EVO C18 100o A. The method was finally recognized as valid by fulfilling several validation parameters such selectivity showed 3,2 minute as Retention Time (RT) also 285 m/z and 177 m/z as quantifier and qualifier product mass of curcumin , linearity (r=0.9997), accuracy (% recovery = 98,63-101.76%), precision (%RSD=0,38-5,70%), LOD (0,11 µg/ml) and LOQ (0,34 µg/ml). Curcumin level in three samples was determined from the herbal medicines containing turmeric. It showed that each herbal medicines sample contain curcumin 0.03%, 4,78% and liquid 0.03% for powder, capsule and liquid dosage form respectively. This research showed that the proposed method may be useful as an accurate, effective and sensitive for quantitative determination of curcumin content.

    Keywords: Turmeric, Curcumin, UHPLC-MS/MS, Method Validation, Dosage Form

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................... iii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

    ABSTRAK .......................................................................................................... vi

    ABSTRACT ....................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiiii

    DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN .......................................... Error! Bookmark not defined.

    1.1 Latar belakang .................................... Error! Bookmark not defined.

    1.2 Rumusan Masalah .............................. Error! Bookmark not defined.

    1.3 Tujuan ................................................ Error! Bookmark not defined.

    1.4 Manfaat .............................................. Error! Bookmark not defined.

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................. Error! Bookmark not defined.

    2.1. Obat Tradisional ................................. Error! Bookmark not defined.

    2.2. Kunyit ................................................. Error! Bookmark not defined.

    2.3. Kurkumin ............................................ Error! Bookmark not defined.

    2.4. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)Error! Bookmark

    not defined.

    2.5. Ultra High Performance Liquid Chromatography – Mass Spectrometry

    (UHPLC-MS/MS) ................................ Error! Bookmark not defined.

    2.6. Validasi Metode Analisis ..................... Error! Bookmark not defined.

    BAB 3 KERANGKA KONSEP ................................. Error! Bookmark not defined.

    3.1. Kerangka Konsep ............................... Error! Bookmark not defined.

  • ix

    BAB 4METODE PENELITIAN .................................. Error! Bookmark not defined.

    4.1. Rancangan Penelitian ..................... Error! Bookmark not defined.

    4.2. Populasi dan sampel ........................ Error! Bookmark not defined.

    4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............ Error! Bookmark not defined.

    4.3.1. Lokasi Penelitian ................... Error! Bookmark not defined.

    4.3.2. Waktu Penelitian ................... Error! Bookmark not defined.

    4.4. Bahan dan Alat Penelitian ................ Error! Bookmark not defined.

    4.4.1. Bahan Penelitian ................... Error! Bookmark not defined.

    4.4.2. Alat / Instrumen Penelitian .... Error! Bookmark not defined.

    4.5. Prosedur Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.

    4.5.1. Kondisi Operasional UHPLC-MS/MSError! Bookmark not

    defined.

    4.5.2. Pembuatan larutan baku kurkuminError! Bookmark not

    defined.

    4.5.3. Preparasi Sampel ................. Error! Bookmark not defined.

    4.5.3.1 Sediaan Cair. ......... Error! Bookmark not defined.

    4.5.3.2. Sediaan Serbuk........ Error! Bookmark not defined.

    4.5.3.3. Sediaan Kapsul ........ Error! Bookmark not defined.

    4.5.4. Validasi metode analisis ........ Error! Bookmark not defined.

    4.5.5. Analisis data ......................... Error! Bookmark not defined.

    BAB 5HASIL DAN ANALISA DATA ........................ Error! Bookmark not defined.

    5.1. Kondisi Operasional UHPLC-MS/MS Error! Bookmark not defined.

    5.2. Validasi Metode Analisa ................... Error! Bookmark not defined.

    5.3. Penetapan Kadar Kurkumin pada Sediaan HerbalError! Bookmark

    not defined.

    BAB 6 PEMBAHASAN ............................................ Error! Bookmark not defined.

    6.1 Pembahasan .................................... Error! Bookmark not defined.

    6.2 Implikasi Penelitian........................... Error! Bookmark not defined.

    6.3 Keterbatasan Penelitian ................... Error! Bookmark not defined.

    BAB 7 PENUTUP ..................................................... Error! Bookmark not defined.

    7.1 Kesimpulan ...................................... Error! Bookmark not defined.

    7.2 Saran ............................................... Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR PUSTAKA ................................................. Error! Bookmark not defined.

  • x

    LAMPIRAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Table 2.1. Kategori Metode Pengujian (United States Pharmacopeial Convention,

    2007). ................................................... Error! Bookmark not defined.

    Table 2.2. Parameter Analisis yang Dibutuhkan Dalam Validasi Metode Analisis

    (United States Pharmacopeial Convention, 2007).Error! Bookmark

    not defined.

    Tabel 2.3. Kriteria Rentang Recovery yang Dapat Diterima (AOAC, 2002) .. Error!

    Bookmark not defined.

    Tabel 2.4. Kriteria Akurasi dan Presisi yang Masih Dapat Diterima (AOAC, 2002).

    ............................................................. Error! Bookmark not defined.

    Tabel 4.1. Gradien Kecepatan Fase Gerak ........... Error! Bookmark not defined.

    Tabel 5.1. Gradien Kecepatan Fase Gerak ........... Error! Bookmark not defined.

    Tabel 5.2. Optimasi Parameter Massa untuk CurcuminError! Bookmark not

    defined.

    Tabel 5.3. Tabel Hasil Selektivitas Berdasarkan Waktu RetensiError! Bookmark

    not defined.

    Tabel 5.4. Tabel Hasil Selektivitas Berdasarkan Detektor MS/MS ............... Error!

    Bookmark not defined.

    Tabel 5.5. Kriteria Batas Perolehan Kembali yang DapatError! Bookmark not

    defined.

    Tabel 5.6. Kriteria Batas %RSD yang Dapat Diterima (AOAC, 2002) .......... Error!

    Bookmark not defined.

    Tabel 5.7. Tabel Hasil Akurasi dan Presisi ............ Error! Bookmark not defined.

    Tabel 5.8. Tabel Hasil Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sampel .............. Error!

    Bookmark not defined.

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Logo-logo sediaan jamu (A), Obat Herbal Terstandart (B) dan

    Fitofarmaka (C) (BPOM, 2015) ...... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 2.2. Struktur Kimia Kurkumin (a), Demetoksikurkumin (b), dan

    Bisdemetoksikurkumin (c) (Sethi at al, 2009)Error! Bookmark not

    defined.

    Gambar 2.3. Skema Instrumen HPLC (Ahuja dan Dong, 2005).Error! Bookmark

    not defined.

    Gambar 2.4.. Skema Injektor (a) posisi pada saat memuat sampel dan (b) posisi

    saat menyuntikkan sampel (Ahuja dan Dong, 2005) ............. Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 2.5 . Skema Pompa Piston Tunggal Pada HPLC (Ahuja dan Dong, 2005)

    ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 2.6 . Efektifitas kolom dengan perbandingan besar ukuran partikel pada

    masing-masing dekakde plot van Deemter (Seelam, 2013). . Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 2.7. Sistem Kerja MS/MS pada UHPLC-MS/MS (Kang, 2015). ..... Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 5.1. Hasil Waktu Retensi antara Standar (a) dan Sampel Serbuk (b)

    ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 5.2. Hasil Detektor MS/MS antara Standar (a) dan Sampel Serbuk (b)

    ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 6.1. Residual Silanol Pada Kolom UHPLC (Crawford, 2016) .......... Error!

    Bookmark not defined.

    Gambar 6.2. Sistem Kerja ESI-Triple Quadrupole (Kang, 2015)Error! Bookmark

    not defined.

    Gambar 6.3. Produk Mass Curcumin pada ESI-MS/MS Mode Ion Positif. (A)

    spektra kurkumin dalam plasma darah. (A’) spektra kurkumin oleh

    SRM ESI-MS/MS (Wang, 2012) ..... Error! Bookmark not defined.

    Gambar 6.4. Fragmentasi Kurkumin pada MS a. (Liu, 2016) b.( Albert, 2018)

    ...................................................... Error! Bookmark not defined.

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Kromatogram Standar Kurkumin ....... Error! Bookmark not defined.

    Lampiran 2. Kromatogram Kurkumin dalam Sampel Sediaan Serbuk

    Mengandung Curcuma longa ......... Error! Bookmark not defined.

    Lampiran 3. Kromatogram Kurkumin dalam Sampel Cair Serbuk Mengandung

    Curcuma longa............................... Error! Bookmark not defined.

    Lampiran 4. Kromatogram Kurkumin dalam Sampel Kapsul Serbuk Mengandung

    Curcuma longa............................... Error! Bookmark not defined.

    Lampiran 5. Kondisi Sistem UHPLC-MS/MS ......... Error! Bookmark not defined.

    Lampiran 6. Tabel data Area Respon Kromatogram dan Waktu Retensi Sampel

    Sediaan Herbal dan Standar KurkuminError! Bookmark not

    defined.

    Lampiran 7. Tabel Perhitungan Kadar Kurkumin dalam Sampel Sediaan Herbal

    ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    Lampiran 8. Tabel Perhitungan Akurasi, Presisi, LOD, dan LOQ Standar

    Kurkumin ........................................ Error! Bookmark not defined.

  • xiv

    DAFTAR SINGKATAN

    UHPLC-MS/MS = Ultra High Performance Liquid Chromatography-Mass Spectrometry

    OHT = Obat Herbal Terstandar

    LOD = Limit of Detection

    LOQ = Limit of Quantification

    ESI =Electrospray Ionization

    SRM = Selected Reaction Monitoring

  • vi

    ABSTRAK

    Kurniawan, Rifky Afrizal Fajar. 2018. Penetapan Kadar Kurkumin Pada Sediaan Herbal yang Mengandung Curcuma longa dengan Metode Ultra High Performance Liquid Chromatography – Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS).Tugas Akhir, Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Bachtiar Rifa’i Pratita Ikhsan, S.Farm., M.Farm., Apt. (2) Ika Putri Nurhayati, S.Farm., M.Sc., Apt.

    Kunyit banyak dipilih sebagai agen antiinflamasi dan antikanker secara tradisional. Terdapat banyak produk herbal mengandung kunyit untuk mengatasi antiinflamasi atau meredakan nyeri. Senyawa yang paling berperan memberikan efek farmakologis yaitu kurkumin dalam kunyit tersebut. Perlu dilakukan validasi metode analisis kurkumin menggunakan UHPLC-MS/MS karena memiliki hasil pemisahan senyawa dan deteksi senyawa yang sangat baik. Serta perlu dilakukan monitoring kualitas dengan penetapan kadar kurkumin dalam sediaan herbal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas medote analisis kurkumin yang digunakan dan mengetahui kadar kurkumin dalam beberapa sediaan herbal guna memenuhi monitoring kualitas sediaan tersebut. Sampel dipilih dengan cara metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Dilakukan validasi metode analisis kurkumin menggunakan UHPLC-MS/MS dengan fase gerak gradien A (0,1% asam format dalam aquabidest) dan B (0,1% asam format dalam acetonitrile) serta fase diam yaitu Kinetex EVO C18 100oA. Metode analisis dinyatakan valid dengan memenuhi parameter validasi yaitu selektivitas, linieritas (r=0,9997), akurasi (% perolehan kembali = 98,63-101,76%), presisi (%RSD=0,38-5,7%), LOD (0,11µg/ml) dan LOQ (0,34µg/ml). Berikutnya dilakukan penetapan kadar kurkumin dalam 3 sampel sediaan herbal mengandung kunyit. Kadar yang didapatkan sampel serbuk (0,03%), sampel kapsul (4,78%), dan sampel cair (0,03%).

    Kata kunci: Kunyit, Kurkumin, UHPLC-MS/MS, Validasi Metode, Sediaan Herbal

  • vii

    ABSTRACT

    Kurniawan, Rifky Afrizal Fajar. 2018. Determination of Curcumin in Herbal

    Medicine Containing Curcuma longa Using Ultra High Performance Liquid

    Chromatography-Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS). Final Assignment,

    Pharmacy Program, Medical Faculty Brawijaya University. Advisers: (1) Bachtiar

    Rifa’i Pratita Ikhsan, S.Farm., M.Farm., Apt. (2) Ika Putri Nurhayati, S.Farm., M.Sc.,

    Apt.

    Turmeric (Curcuma longa) widely used as the main ingredient of some herbal medicines to relieve pain and inflammation. Curcumin is the main secondary metabolites of Curcuma longa that has also shown some therapeutic activities such as anti-inflammatory and anti-cancer agent. An efficient, sensitive and precise Ultra High Performance Liquid Chromatography – Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS) was developed to determine curcumin content in several herbal medicine contains turmeric. The method was validated for linearity, selectivity, accuracy, precision, LOD and LOQ. Thus, the method can be used to determine curcumin content in herbal medicine to control herbal medicine quality. Objective of this research is to validate the method of curcumin analysis and determine curcumin content in herbal medicine. Validation was done through curcumin analysis using UHPLC-MS/MS with the gradient mobile phase A (0.1% format acid in aquabidest) and B (0.1% format acid in acetinitrile), while the static phase was Kinitex EVO C18 100o A. The method was finally recognized as valid by fulfilling several validation parameters such selectivity showed 3,2 minute as Retention Time (RT) also 285 m/z and 177 m/z as quantifier and qualifier product mass of curcumin , linearity (r=0.9997), accuracy (% recovery = 98,63-101.76%), precision (%RSD=0,38-5,70%), LOD (0,11 µg/ml) and LOQ (0,34 µg/ml). Curcumin level in three samples was determined from the herbal medicines containing turmeric. It showed that each herbal medicines sample contain curcumin 0.03%, 4,78% and liquid 0.03% for powder, capsule and liquid dosage form respectively. This research showed that the proposed method may be useful as an accurate, effective and sensitive for quantitative determination of curcumin content.

    .

    Keywords: Turmeric, Curcumin, UHPLC-MS/MS, Method Validation, Dosage

    Form

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan

    dikenal sebagai negara yang mengandung unsur kebudayaan daerah terbanyak

    di dunia. Budaya-budaya tersebut masih melekat hingga era modern ini. Salah

    satu budaya yang masih dipertahankan yaitu tradisi pengobatan alami, atau

    biasa dikenal dengan jamu. Budaya minum jamu ini tidak hanya menonjol pada

    bidang kesehatan tapi juga bidang kebudayaan karena sifatnya yang turun

    temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Antusiasme masyarakat terhadap

    jamu masih cukup besar. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),

    pada tahun 2013 menyebutkan bahwa 30,4% rumah tangga di Indonesia

    memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional, dengan rincian 77,8%

    menggunakan keterampilan kesehatan tradisional tanpa alat dan 49% rumah

    tangga memanfaatkan ramuan (Kemenkes RI, 2013). Menurut Badan Pengawas

    Obat dan Makanan (BPOM), obat herbal diklasifikasikan secara umum menjadi 3

    bagian besar yaitu jamu yang merupakan ramuan bahan tumbuhan yang

    digunakan secara turun-temurun, OHT atau Obat Herbal Terstandar merupakan

    sediaan herbal yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah,

    dan Fitofarmaka yang telah diujikan secara praklinik dan uji klinik serta bahan

    baku dan produk jadinya telah distandarisasi (BPOM, 2005).

    Indonesia merupakan negara agraria. Tanahnya yang subur menghasilkan

    beragam tanaman yang tentunya memiliki banyak manfaat dalam kehidupan

  • 2

    sehari-hari. Hasil-hasil agraria tersebut banyak dimanfaatkan ke berbagai aspek

    umum kehidupan seperti, sandang, pangan dan papan, termasuk aspek khusus

    yaitu kesehatan. Terdapat sekitar 25% obat modern atau obat konvensional

    berasal dari tumbuhan obat (WHO,2013). Berdasarkan Riset Tumbuhan Obat

    dan Jamu (RISTOJA) oleh Kementrian Kesehatan pada tahun 2015

    menjelaskan bahwa terdapat data informasi tumbuhan obat sebanyak 19.871,

    16.218 diantaranya terdiri dari 1.559 spesies meliputi 156 famili. Salah satunya

    adalah penggunaan kunyit (Curcuma longa) di bidang medis atau pengobatan

    dan sebagai bahan pangan. Kunyit termasuk dalam salah satu ramuan terbanyak

    yaitu sejumlah 462 informasi (Kemenkes RI, 2015).

    Kunyit merupakan salah satu produk jamu yang banyak dikonsumsi oleh

    masyarakat. Terdapat beberapa ramuan kunyit untuk berbagai penyakit. Pada

    Etnis Jawa di Yogyakarta terdapat 50 ramuan mengandung kunyit yang

    digunakan untuk terapi pasca persalinan. Pada Etnis Jawa daerah Jawa Tengah

    terdapat 29 ramuan mengandung kunyit untuk mengatasi penyakit Jaundice atau

    gangguan pada organ hati. Pada Etnis Simalungun daerah Sumatera terdapat 1

    ramuan untuk pengobatan HIV/AIDS, dan 26 ramuan untuk pengobatan kanker

    pada Etnis Suku Hutan Provinsi Riau (Kemenkes RI, 2015). Kunyit memiliki efek

    farmakologis antara lain, sebagai antiinflamasi, sebagai agen hipotensi,

    pengobatan pada dispepsia antikanker, antikoagulan, antiprotozoa,

    antinematoda dan hepatoprotektor (Simanjuntak, 2012). Efektifitas kunyit sebagai

    terapi beberapa penyakit sudah banyak dilakukan. Kunyit dosis 200 dan 600

    mg/kg akan efektif digunakan sebagai antiinflamasi (Chuang, 2000). 1% dan

    0,2% diet kunyit mampu memberikan inhibisi pada expresi gen Rasp21 dan

    Fosp62 pada kanker kulit dan menurunkan level dari pailoma (EMA, 2009).

  • 3

    Penggunaan secara oral 100 mg/kg dapat mengatasi ulcer pada permukaan

    lambung dengan membentuk lapisan protektif (Simanjuntak, 2012).

    Penyembuhan sekresi empedu pada saluran empedu yang terhambat dapat

    dilakukan dengan pemberian 25 mg/kg natrium

    kurkuminat.Kemampuanantiprotozoapadakunyitmemilihiefekhambatyaitusebesar

    65% dengandosispemberian 9µg/ml. Senyawa aktif yang terkandung dalam

    kunyit adalah kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, dimetoksi kurkumin,

    desmetoksi kurkumin, trietil kurkumin dan bisdemetoksi kurkumin (Rukmana,

    2005). Senyawa kurkumin terpilih menjadi senyawa marker pada kunyit, karena

    merupakan senyawa yang bersifat khas, mempunyai struktur kimia yag jelas,

    stabil, tersedia, dapat diisolasi dan memiliki efek farmakologis (Patterson, 2006).

    Seiring dengan meningkatnya konsumsi produk herbal terutama jamu

    mengandung kunyit, maka monitoring kualitas sediaan tersebut juga menjadi

    sangat penting demi menjaga keamanan produk, kualitas produk dan efikasi dari

    produk yang terdapat di pasaran. Monitoring kualitas sangat diperlukan guna

    menjamin produk dapat tepat indikasi dan memiliki efikasi yang maksimal ketika

    dikonsumsi oleh pasien (Oka, 2017). Dosis atau takaran maksimal konsumsi

    kunyit pada tubuh manusia berdasarkan WHO monograf menyatakan bahwa

    serbuk kunyit maksimal 3 gram/harinya, sedangkan pada sediaan tinktur (1:10)

    yaitu 3 ml per harinya (WHO Monographs, 1999).Untuk menghindarkan dan

    memberikan tindakan preventif serta edukatif terhadap produksi dan konsumsi

    jamu serta menghindarkan pasien dari resiko toksisitas, resiko kurangnya efek

    obat atau efikasi yang dibawah nilai ambang, atau efek samping yang tidak

    diinginkan akibat inkompatibilitas dari sediaan akibat kualitasnya tidak terjamin.

    Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan maka perlu dilakukan validasi

  • 4

    metode analisis kurkumin sebagai salah satu dari tahap penjaminan mutu

    sediaan kefarmasian baik herbal maupun sediaan oral dan non-oral lainnya.

    Analisis suatu sediaan atau senyawa sangat diperlukan dalam proses

    produksi, bergantung pada spesifikasi sediaan atau senyawa yang akan diuji.

    Efektifitas dalam proses analisis sangatlah diperlukan,salah satu faktor utama

    yang berperan dalam efektifitas dan efisien suatu proses analisis adalah metode

    dan kromatogram yang digunakan. Banyak pilihan dalam melakukan analisis

    suatu senyawa, seperti menggunakan GC-MS, NMR, KLT-Densitometri,

    Spektrofotometri UV-Vis. Analisis kurkumin telah banyak dilakukan dengan

    menggunakan beragam metode kromatografi, diantaranya adalah analisis

    kurkumin menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

    dengan optimasi isokratik pada ekstrak kunyit komersial (Wichitnithad, 2009),

    validasi metode HPLC analisis kurkumin dalam sediaan sirup (Sumule, 2007)

    dan beberapa penelitian penetapan kadar kurkumin pada beberapa bentuk

    sediaan yang mengandung kurkumin menggunakan HPLC (Ida, 2010). Dari

    beberapa metode analisis yang digunakan tersebut, yang paling efektif adalah

    menggunakan HPLC karena memiliki pemisahan puncak yang paling spesifik,

    serta memberikan informasi yang lengkap dibandingkan metode kromatogram

    lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada penelitian ini analisis

    dilakukan menggunakan HPLC. Metode HPLC dipilih karena HPLC memiliki

    sensitivitas dan selektivitas yang lebih baik terhadap suatu molekul kimia

    dibandingkan dengan metode analisis kromatografi yang lainnya. HPLC mampu

    memisahkan senyawa dengan sangat baik, teliti dan spesifik. Tidak hanya

    berlaku untuk obat saja, HPLC sangat bermanfaat dan efektif untuk analisis

    herbal sebgai bentuk identifikasi kandungan senyawa dalam herbal tersebut. Hal

  • 5

    ini dibuktikan dengan kemampuan daya pisah molekul yang baik dan mendeteksi

    analit dalam jumlah yang kecil (Parwa, 1991). Efektifitas sebuah analisis

    senyawa dalam sampel dapat meningkat dengan menggunakan Ultra High

    Performance Liquid Chromatography (UHPLC). UHPLC memiliki diameter kolom

  • 6

    1.3 Tujuan

    1. Untuk mengetahui metode analisis kurkumin dalam kunyit dengan

    metode UHPLC-MS/MS dapat memenuhi parameter validasi metode

    yaitu selektivitas, linieritas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ.

    2. Untuk mengetahui kadar kurkumin pada sediaan herbal mengandung

    Curcuma longa di Kota Malang.

    1.4 Manfaat

    1.4.1 Manfaat Akademik

    1. Membantu dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi di bidang kesehatan khususnya di bidang farmasi dalam

    penentuan dosis yang tepat dalam penggunaan jamu kurkumin.

    2. Sebagai acuan dalam validasi metode penetapan kadar kurkumin

    dalam sediaan jamu di Kota Malang

    1.4.2 Manfaat Praktisi

    Bagi tenaga kesehatan utamanya apoteker dapat menentukan

    dosis yang tepat untuk pasien dalam mengkonsumsi sediaan jamu

    kurkumin yang ada di Kota Malang, guna mencapai efektifitas terapi

    dan menghindari toksisitas.

  • 7

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Obat Tradisional

    Berdasarkan Pasal 1 peraturan Kepala Badan POM No.

    HK.00.05.4.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana

    Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka,

    maka obat tradisional tersebut diklasifikasikan menjadi :

    1. Jamu berasal dari kata “jampi”, sebuah kata dalam bahasa

    Jawa Krama. Kata jampi tersebut secara bahasa memiliki

    makna ramuan ajaib. Sedangkan kata menjampi berarti

    menyembuhkan dengan magis/mantera oleh dukun pada era

    kuno (Tilaar et al, 2010). Jamu adalah obat tradisional

    Indonesia yang dibuat dari tumbuhan, bahan hewan, bahan

    mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-

    bahan tersebut, yang telah digunakan secara turun-temurun

    untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

    2. Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan

    dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa

    tanaman obat, binatang maupun mineral yang telah dibukukan

    keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik

    dan bahan bakunya telah di standarisasi.

    3. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah

    dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji

    praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di

    standardisasi.

  • 8

    A B C

    1.1 Gambar 2.1. Logo-logo sediaan jamu (A), Obat Herbal Terstandart

    (B) dan Fitofarmaka (C) (BPOM, 2015)

    2.2. Kunyit

    Kunyit adalah tanaman tropis yang banyak terdapat di benua Asia.

    Mayoritas masyarakat menggunakan kunyit sebagai zat pewarna dan zat

    pemberi aroma pada makanan. „Ayurvedic‟ menuliskan bahwa kunyit

    berperan sebagai aromatika, stimulan, dan sebagai sumber warna merah

    tua. Dan pada era yang baru ini menyebutkan bahwa kunyit berperan

    besar dalam penyakit yang berhubungan dengan empedu maupun

    hepatobilliary disorders, sinusitis, penyakit hepatik dan diabetes

    (Simanjuntak, 2012). Kunyit dapat bertahan hidup sampai lebih dari 2

    tahun dan termasuk dalam keluarga Zingiberaceae. Kunyit banyak

    tumbuh di wilayah tropis seperti Indonesia, Cina dan India. Kunyit dapat

    tumbuh subur di dataran rendah antara 90 meter sampai dengan 2000

    meter di atas permukaan laut (Labban, 2014). Menurut Linnaeus,

    klasifikasi kunyit adalah :

    Kingdom : Plantae

    Phylum : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Subkelas : Zingiberidae

    Ordo : Zingiberales

  • 9

    Famili : Zingiberaceae

    Genus : Curcuma

    Spesies : Curcuma longa Linn.

    Kandungan utama dalam rimpang kunyit yaitu kurkuminoid yang

    terdiri dari kurkumin, demektosikurkumin dan bisdemetoksikurkumin.

    Selain itu, kunyit juga mengandung minyak atsiri, senyawa yang

    terkandung dalam minyak atsiri antara lain, Tumerone, Curlone, Curdione,

    Turmeronol B, 1,8 cineole, α-zingiberene, β-pinene, β-bisabolene, p-

    cynene, Curcumene (Jayaprakasha, 2005).

    Kunyit memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan, seperti

    berperan sebagai anti-inflamasi dengan mekanisme menghambat LOX,

    COX fosfolipase, leukotrien, pembentukan prostalglandin, collagenase

    dan TNF (Labban, 2014). Peradangan pada hati dapat diberi alternatif

    terapi yaitu 200 mg/kg atau 600 mg/kg kurkumin (Agruim, 2012).

    Kombinasi antara 480 mg kurkumin dengan 20 mg quercetin dalam 1

    kapsul, telah diuji pada 43 pasien transplantasi ginjal, 71% pasien pada

    kelompok dosis rendah mengalami penurunan serum kreatinin. Peran

    kurkumin besar dalam pengobatan ini yaitu sebagai agen antiinflamasi

    dan antioksidan, dengan mekanisme induksi enzim hemeoksigenase dan

    sitokin pro-inflmasi yang berbanding lurus dengan tingkat kerusakan pada

    sel (Labban, 2014).

    Kunyitjugadimanfaatkansebagaiterapialternatifkanker,

    atausebagaiagen anti-tumor.Kunyitmenginhibisi 3

    tahapdalamcarsinogenesis, yaitufaseinitiasi,

  • 10

    fasepromosidanfaseprogresi.Selamafaseinsiasidanfasepromosi,

    kurkumindalamkunyitbekerjadenganmengontrol factor transkripsifase I

    dan II, menurunkansitokin pro-inflamasi, menurunkan metabolism

    asamarachidonatjalurlipoxygenasedanvicyclooxygenase.Efektifitasdarikur

    kumin yang diberikansebesar 0,2% dan 1% telahdiujipadaDimetylbenz (α)

    Antrasen (DMBA) dan12-O-Tetradecanoylphorbol-13-Acetate(TPA)

    tumor, ditemukanbahwapapilomapadagrup yang

    diberikanterapikukurminmengalamipenurunanataukadarnyalebihrendahda

    rikelompoklainnya, serta ditemukanjugaekspresidari gen p21danp62

    jugamenurun (EMA, 2009).

    Padastudikliniklainmenyebutkanbahwadosisuntuksetiapjeniskankeradalah

    berbeda, 100 mg kurkumindiberikanuntukkankerprostatdengankombinasi

    40 mg isolavonselama 6 bulan. Pengobatanuntukkankerususdiberikan

    360 mg kurkumin 3 kali sehariselama 10-30 hari, untukpasien yang

    belummengalamioperasipengangkatankanker. Dosis 8000

    mg/haridiberikanuntukpasien yang menderitakanker pancreas,

    dalamstudiinijugamenyebutkanbahwacurcuminamandikonsumsihingga

    8000mg/harinya (Muthu, 2015). Kunyit juga dapat berperan sebagai

    antioxidan dan hepatoprotektor, antidiabetes, anti kanker, dispepsia dan

    antimikroba (Labban, 2014).

    2.3. Kurkumin

    Kurkumin merupakan senyawa aktif yang dominan dalam

    Curcuma longa. Kurkumin merupakan salah satu turunan dari

    kurkuminoid, turunannya yang lain yaitu demetoksikurkumin dan

    bisdemetoksikurkumin.

  • 11

    A B C

    1.2 Gambar 2.2. Struktur Kimia Kurkumin (a), Demetoksikurkumin (b),

    dan Bisdemetoksikurkumin (c) (Sethi at al, 2009)

    Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6. Kurkumin

    termasuk dalam senyawa flavonoid yang tidak larut dalam air tetapi larut

    dalam ethanol, dimethilsulfoxid dan aseton. Titik didih kurkumin yaitu

    183oC dengan berat molekul 368,37 g/mmol (Sethi at al, 2009). Kurkumin

    akan terdegradasi dalam kondisi pH diatas 6,5 dan paparan cahaya

    matahari yang berlebih (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Kurkumin akan

    berwarna kuning hingga jingga pada kondisi asam dan pada kondisi basa

    akan berwarna merah. Kurkumin pada kondisi basa dengan pH 8,5-10,0

    pada waktu yang relatif lama dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin

    akan terdegradasi membentuk asam ferulat dan feruloilmetan. Apabila

    kurkumin terkena cahaya maka akan juga terjadi reaksi degradasi

    fitokimia. Gugus metilen tersebut akan aktif diantara 2 gugus keton pada

    senyawa tersebut (Sethi at al, 2009).

    2.4. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

    High Performance Liquid Chromatography merupakan salah satu

    alat analisis yang berprinsip pada pemisahan dengan kecepatan dan

    efisiensi yang tinggi sampel terhadap fase gerak dan fase diam,

  • 12

    dengan optimalisasi kondisi tertentu. Fase gerak dialirkan melalui

    kolom dengan tekanan dari pompa, sehingga alirannya cepat,

    kemudian sampel akan dideteksi dengan detektor (Hendyana, 2006).

    Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak

    dan fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007).

    1.3 Gambar 2.3. Skema Instrumen HPLC (Ahuja dan Dong, 2005).

    Alat ini didukung dengan sistem pompa tekanan tinggi dan

    detektor yang sangat sensitif dan beragam sehingga dapat memunculkan

    peak yang sensitif dan beragam senyawa yang spesifik dalam suatu

    molekul. Metode HPLC ini telah luas diterima untuk analisis dan

    pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel, karena merupakan

    metode yang tidak destruktif dan selektif (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Titik berat dari analisis menggunakan kromatografi adalah pada senyawa

    yang tidak mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak

    dapat dianalisis menggunakan kromatografi gas. Kelebihan lainnya dalam

    penggunaan HPLC yaitu, kolom dapat digunakan kembali, memiliki

    resolusi yang baik, dapat menghindari adanya dekomposisi, mudah

    melakukan sample recovery, serta dapat menggunakan berbagai macam

    detektor (Effendy, 2004).

  • 13

    Banyak tipe dari HPLC berdasarkan prinsip kerjanya, seperti

    kromatografi partisi, kromatografi adsorpsi, kromatografi pertukaran ion

    dan kromatografi eklusi. Kromatografi partisi terbagi menjadi 2 jenis, yaitu

    HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik. HPLC fase normal

    menggunakan fase diam yang lebih polar dibandingkan dengan fase

    geraknya, sedangkan HPLC fase terbalik menggunakan fase diam yang

    lebih non-polar dibandingkan dengan fase geraknya (Synder, 2010).

    Fase gerak yang digunakan dalam HPLC biasanya terdiri dari

    satu pelarut atau campuran beberapa pelarut yang berperan dalam daya

    elusi dan resolusi, sedangkan daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh

    polaritas pelarut tersebut, polaris fase diam dan sifat sampel yang diuji.

    Terdapat 2 tipe elusi pada HPLC yaitu, cara isokratik dan cara gradien.

    Cara isokratik berprinsip pada ketetapan fase gerak selama proses elusi

    berlangung, sedangkan pada cara gradien berprinsip pada gradien

    komposisi fase gerak yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2007).

    Kebanyakan fase diam pada HPLC yang dipilih berupa silika yang

    dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi atau polimer

    stiren dan divinil benzen. Sifat pada permukaan silika bersifat polar dan

    sedikit asam akibat adanya residu dari gugus silanol (Si-OH). Salah satu

    jenis silika yang dimodifikasi yaitu oktadesil silika (ODS atau C18). ODS

    banyak digunakan karena dapat memisahkan senyawa yang memiliki

    tingkat kepolaran rendah, sedang dan tinggi (Gandjar dan Rohman,

    2007).

    HPLC memiliki bagian-bagian terpentingnya, yaitu reservoir

    pelarut, pompa, injektor, kolom dan detektor. Reservoir pelarut terbuat

  • 14

    dari kaca atau stainless steel yang mampu memuat 200-1000 mL pelarut.

    Reservoir dilengkapi dengan degasser yang berfungsi untuk

    menghilangkan gas terlarut pada fase gerak yang digunakan, kebanyakan

    gas tersebut adalah oksigen dan nitrogen yang berpotensi kuat untuk

    mengganggu proses analisis akibat pembentukan gelembung pada kolom

    dan sistem detektor. Reservoir juga dilengkapi dengan penyaring milipore

    yang mampu menyaring partikel halus yang terdapat pada pelarut.

    Penyaring ini berfungsi untuk menghindari kerusakan berupa sumbatan

    pada kolom, injektor, dan pompa (Susanti, 2017). Injektor atau alat

    penyuntik sampel pada HPLC terbuat dari tembaga tahan karat dan katup

    teflon. Sampel akan dimasukkan melewati keluk sampel, katup akan

    diputar sehingga fase gerak akan melewati keluk sampel dan membawa

    sampel ke dalam kolom (Gandjar dan Rohman, 2007)

    1.4 Gambar 2.4.. Skema Injektor (a) posisi pada saat memuat sampel

    dan (b) posisi saat menyuntikkan sampel (Ahuja dan Dong, 2005)

    Pompa pada HPLC terbuat dari gelas, baja tahan karat, teflon,

    dan batu nilam. Sifat pompa ini haruslah inert atau tidak bereaksi

    terhadap samel maupun fase gerak yang digunakan. Pompa yang

  • 15

    digunakan sebaiknya memiliki kemampuan memberikan tekanan hingga

    5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak degnan kecepatan 3

    mL/menit. Fungsi adanya pompa adalah menjamin penghantaran fase

    gerak dapat berlangsung secara tepat, konstan dan terbebas dari adanya

    gangguan (Gandjar dan Rohman, 2007).

    1.5 Gambar 2.5 . Skema Pompa Piston Tunggal Pada HPLC (Ahuja dan

    Dong, 2005)

    Kolom merupakan tempat terjadinya senyawa tersebut terpisah

    dari ikatannya akibat interaksi penyerapan molekul antara fase gerak dan

    fase diam dengan prinsip kepolaran molekul. Kolom merupakan salah

    satu kunci utama dalam proses kromatografi yang baik. Silika merupakan

    bahan pengisi kolom yang terdiri dari ikatan siloksan (Si-O-Si). Silanol

    pada permukaan dalam kolom memiliki sifat polar. Namun pada sistem

    HPLC fase terbalik, fase diam akan bersifat lebih non polar dikarenakan

    adanya penambahan hidrokarbon pada permukaan silika (Moffat, 2011).

    Kolom yang digunakan pada sistem HPLC pada umumnya memiliki

    panjang 5-25 cm dengan diameter bagian dalam sebesar 4,6 mm, ukuran

    partikel 5µm dan mengandung 40.000 sampai 70.000 plat/meter (Skoog,

    2007).

  • 16

    Oven pada sistem HPLC berfungsi untuk menentukan suhu yang

    digunakan atau kontrol suhu pada sistem HPLC. Terutama pada sistem

    HPLC fase terbalik, suhu akan memengaruhi waktu retensi dan

    selektivitas. Kisaran suhu yang digunakan untuk analisis adalah 30o

    sampai 50o C (Ahuja dan Dong, 2005). Detektor diperlukan untuk

    mendeteksi komponen yang terdapat dalam kolom serta untuk mengukur

    jumlah konsentrasi komponen tesebut. Detektor yang baik adalah

    detektor yang memenuhi persyaratan sensitivitas yang tinggi dengan

    rentang sensitivitas 10-8 -10-15 gram solut per detik, kestabilan dan

    reprodusibilitas yang sangat baik, respon yang linear terhadap

    konsentrasi solut, dapat bekerja dari temperatur kamar sampai 400oC,

    tidak dipengaruhi perubahan temperatur dan kecepatan pelarut

    pengembang, mudah didapat, mudah dipakai operator, selektif terhadap

    macam-macam linarut dalam pelarut pengembang dan tidak merusak

    sampel (Mulja dan Suharman, 1995).

    2.5. Ultra High Performance Liquid Chromatography – Mass Spectrometry

    (UHPLC-MS/MS)

    Prinsip kerja HPLC dengan UHPLC adalah sama, pemisahan

    larutan berdasarkan daya ikatnya antara fase diam dan fase gerak dalam

    sebuah kolom. Kelebihan UHPLC dibandingkan dengan HPLC adalah

    memiliki ukuran partikel yang lebih kecil, efisiensi dan resolusi yang lebih

    baik dibandingkan dengan HPLC. UHPLC pada dasarnya menggunakan

    ukuran partikel sebesar

  • 17

    meningkat. Ketika dikombinasikan dengan kolom yang pendek atau aliran

    fase gerak yang cepat. Resolusi yang dihasilkan oleh kolom juga

    mengingkat antar puncak. Tingkat resolusi kolom dengan ukuran partikel

    sebesar 1,7 µm membaik sebesar 70% dibandingkan dengan ukuran

    partikel 5 µm (Seelam, 2013).

    1.6 Gambar 2.6 . efektifitas kolom dengan perbandingan besar ukuran partikel

    pada masing-masing dekakde plot van Deemter (Seelam, 2013).

    Hasil kromatogram pada UHPLC akan lebih baik dibandingkan HPLC

    yang memiliki nilai tekanan sebesar 2500-5000 PSI. UHPLC dapat

    konsisten menghasilkan pemisahan dengan resolusi yang baik dengan

    tekanan yang diberikan yaitu 8.000-15.000 PSI (Seelam, 2013).

    Deteksi menggunakan MS akan memiliki efektifitas analisis yang

    lebih tinggi dibandingkan deteksi menggunakan UV(Ultraviolet)-visible.

    Karena detektsi analit menggunakan instrumen MS akan memberikan

    kepastian selektivitas terhadap analit yang ingin di analisis atau diteliti.

    Pada prinsipnya MS dapat menyusun molekul gas(ion) berdasarkan

    massanya. MS bekerja dengan mengionisasi atom-atom atau molekul-

  • 18

    molekul kemudian menyeleksi dan mendeteksi ion berdasarkan

    perbandingan massa terhadap muatannya. MS dan sistem UPLC

    dihubungkan dengan alat pengionisasi dengan teknik ionisasi

    berdasarkan tekanan atmosfer (API, Atmospheric Pressure Ionization).

    Salah satu teknik API yang sering digunakan adalah ESI (Electrospray

    Ionization) untuk campuran yang bersifat ion atau sangat polar, tidak

    stabil terhadap suh tinggi atau yang memiliki berat molekul lebih tinggi

    dari 100 (Watson, 2007).

    1.7 Gambar 2.7. Sistem Kerja MS/MS pada UHPLC-MS/MS (Kang, 2015).

    MS/MS memiliki beberapa tipe instrumen berdasarkan

    fungsionalnya dalam analisis tertarget dan analisis tidak tertarget. Analisis

    tertarget menggunakan beberapa instrumen seperti QqQ atau biasa

    disebut dengan Triple Quadrupoleyang merupakan jenis analisis massa

    yang menggunakan osilasi medan listrik yang digunakan digunakan untuk

    menyeleksi ion yang stabil atau tidak stabil yang melewati frekuensi radio.

    Quadrupole yang pertama bertindak sebagai mass filter, yang bertugas

  • 19

    untuk mengirimkan ion masuk ke dalam qudrupole kedua. Tugas dari

    quadrupole yang kedua yaitu terjadi tumbukan ion yang mengalami

    pemecahan. Sedangkan quadrupole ketiga memiliki tugas sebagai mass

    filter yang mengirimkan ion hasil pemecahan ke detektor. Analisis

    tertarget bermakna bahwa senyawa kimia lain tidak akan dimunculkan

    pada kromatogram karena telah ditarget suatu senyawa yang akan di

    analisis. Metode yang biasanya digunakan adalah SRM (Selected

    Reaction Monitoring). Sedangkan analisis yang tidak tertarget, akan

    banyak keluar senyawa kimia yang lain pada kromatogram, sehingga

    tidak spesifik terhadap senyawa yang sedang akan dianalisis. Insrumen

    MS yang digunakan pada analisis tidak tertarget yaitu salah satunya TOF

    (Time-of-flight) dengan prinsip penembakan laser dengan panjang

    gelombang tertentu kepada matriks yang akan menyerap cahaya

    tersebut. Tegangan pulsa laser ditembakkan ke pelar target untuk

    mempercepat sampel terionisasi menuju analyzer massa time of flight

    (Kang, 2015).

    2.6. Validasi Metode Analisis

    Validasi metode analisis adalah proses pembuktian yang

    meyakinkan bahwa performa karakteristik suatu metode telah memenuhi

    persyaratan untuk aplikasi analisis (United States Pharmacopeial

    Convention, 2007). Menurut Harmita (2004), bahwa validasi metode

    adalah suatu proses penilaian terhadap metode analisis tertentu

    berdasarkan percobaan labolatorium untuk membuktikan bahwa metode

    tersebut memenuhi persyaratan untuk digunakan. Validasi metode

    analisis ini berfokus pada beberapa parameter tertentu, seperti ketepatan

  • 20

    (akurasi), ketelitian (presisi), selektivitas, limit deteksi, limit kuantitasi,

    lineartitas dan rentang (United States Pharmacopeial Convention, 2007).

    Tujuan dari dilaksanakannya validasi metode ini adalah menjamin

    bahwa metode analisis yang dikembangkan dapat memberikan hasil

    pengukuran yang cermat, tepat dan sesuai dengan yang diharapkan

    secara konsisten. Untuk menghindari penurunan kualitas produk, dalam

    upaya menjaga kualitas, keamanan dan efikasi dari produk yang akan

    dikonsumsi oleh masyarakat.

    Table 2.1. Kategori Metode Pengujian (United States Pharmacopeial Convention,

    2007).

    Kategori Keterangan

    I

    Metode untuk penetapan kadar komponen utama bahan baku atau

    bahan aktif (termasuk pengawet) dalam produk jadi sediaan

    farmasi

    II Metode analisis untuk penetapan ketidakmurnian bahan baku atau

    hasil degradasi dalam produk jadi sediaan farmasi

    III Metode analisis untuk penetapan karakteristik performa (seperti

    disolusi, pelepasan obat)

    IV Uji identifikasi

  • 21

    Table 2.2. Parameter Analisis yang Dibutuhkan Dalam Validasi Metode Analisis

    (United States Pharmacopeial Convention, 2007).

    Karateristik

    Analisis Kategori I Kategori II Kategori III Kategori IV

    Akurasi Y Y - - T

    Presisi Y Y T Y T

    Batas deteksi Y Y Y - Y

    Selektivitas T T Y - T

    Batas kuantitasi T Y T - T

    Linieritas Y Y T - T

    Rentang Y Y - - T

    a. Selektivitas

    Selektivitas merupakan salah satu kemampuan untuk mengukur

    analit secara spesifik, cermat dan seksama dengan adanya komponen

    yang mungkin ada dalam sampel. Selektivitas dinyatakan dalam derajat

    bias dari hasil yang diperoleh dengan membandingkan dengan

    impuritas, produk degradasi atau senyawa kimia yang mirip. Selektivitas

    ditentukan dengan menginjeksikan sampel pada sistem kromatografi,

    puncak yang lain tidak tercampur dengan puncak yang lain, dinyatakan

    dalam perhitungan resolusi (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

    Nilai resolusi (Rs) yang diterima yaitu >1,5 (baseline resolution),

    artinya puncak sudah terpisah dan senyawa tersebut telah murni

    terdeteksi tanpa adanya kontaminasi dengan bahan lain (Pescok, 1976)

  • 22

    b. Linieritas dan rentang

    Linieritas adalah kemampuan metode analisis untuk menunjukkan

    hasil uji yang secara langsung dengan grafik atau secara perhitungan

    matematis proporsional atau sebanding dengan kenaikan konsentrasi

    analit dalam sampel pada beberapa sampel atau pada rentang tertentu.

    Minimal jumlah konsentrasi atau sampel yang dibutuhkan adalah 4

    sampel, untuk menghasilkan nilai resolusi. Linieritas digambarkan dalam

    bentuk persamaan regresi linear yaitu y=bx+a. Hasil slope (b), intersep

    (a) dan resolusi (r) menggambarkan informasi linieritas. Intersep

    menunjukkan tingkat kepekaan analisis instrumen yang digunakan

    (Harmita, 2004). Nilai koefisien yang diterima yaitu sebesar 0,999, jika

    nilai koefisien kurang dari 0,999 maka perlu dilakukan perhitungan

    parameter lain yaitu Vxo ≤5 (Yuwono dan Indrayanto, 2005)

    Rentang merupakan jarak antara kadar terendah dengan kadar

    tertinggi analit yang sudah ditujukkan dapat diterapkan dengan

    ketepatan, ketelitian dan linieritas yang dapat diterima sesuai ketentuan-

    ketentuan. Rentang dinyatakan dalam satuan yang sama dengan hasil

    yang diperoleh dengan metode analisis (Harmita, 2004).

    c. Ketepatan (akurasi)

    Ketepatan diartikan dengan kedekatan antara hasil analisis

    dengan kadar analit yang sebenarnya. Ketepatan dinyatakan dalam

  • 23

    persen perolehan kembali (% recovery). Banyak faktor-faktor yang

    mempengaruhi tingkat ketepatan, seperti kalibrasi alat, peraksi dan

    pelarut yang tidak menimbulkan residual atau kontaminan, kontrol suhu,

    dan pelaksanaan praktikan yang handal (Harmita, 2004). Secara

    Internasional, terdapat 3 cara yang digunakan untuk mengevaluasi

    ketepatan metode analisis kimia, yaitu dengan bahan rujukan baku

    (SRM/Standart Reference Material), menggunakan baku sebagai

    pembanding (standart method) dan recovery dengan menempatkan

    analit plasebo (Spiked plasebo recovery) (Synder, 1997).

    Tabel 2.3. Kriteria Rentang Recovery yang Dapat Diterima (AOAC, 2002)

    Konsentrasi analit (%) Akurasi (recovery, %)

    100 98-101

    10 95-102

    1 92-105

    0,1 90-108

    0,01 85-110

    10 µg/g (ppm) 80-115

    1 µg/g 75-120

    10 µg/kg (ppb) 70-120

    d. Kecermatan (presisi)

    Ketelitian menunjukkan ukuran kesesuaian antara hasil uji

    individual diukur melalui penyebaran hasil individual kemudian di rata-

  • 24

    rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil

    dari campuran yang homogen (Synder, 1997). Ketelitian dinyatakan

    sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (Harmita, 2004).

    Suatu metode tersebut akan memenuhui syarat apabila nilai

    koefisian variasinya (KV) yaitu

  • 25

    BAB 3

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1. Kerangka Konsep

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep

    Prevalensi penggunaan obat tradisional mencapai 30,4%

    masyarakat Indonesia (Kemenkes RI, 2013)

    Ramuan mengandung kunyit mencapai 86

    ramuan di berbagai etnis (Kemenkes RI, 2015)

    monitoring mutu sediaan obat tradisional

    Analisis menggunakan UHPLC-MS/MS

    Validasi metode

    analisis

    Linieritas Selektivitas Akurasi Presisi LOD &

    LOQ

    Penetapan kadar kurkumin pada sediaan

    obat tradisional di Kota Malang

    Kurkumin(senyawa marker)

    Efek Farmakologi yang tinggi

  • 26

    Prevalensi dari penggunaan obat tradisional meningkat pada

    dekade ini, terdapat banyak ramuan obat tradisional di berbagai etnis di

    Indonesia. Salah satu pemegang jumlah ramuan terbanyak yaitu tanaman

    kunyit. Pada penelitian ini, dilakukan validasi metode analisa kurkumin

    yang terkandung dalam kunyit, sehingga metode analisa kurkumin pada

    kunyit dapat valid untuk dilakukan. Parameter validasi yang

    dipertimbangkan adalah selektivitas, linieritas, akurasi, presisi, LOD dan

    LOQ. Kemudian dilakukan penetapan kadar pada sediaan herbal

    mengandung kunyit di Kota Malang. Hal ini bertujuan untuk menetapkan

    kadar kurkumin pada sediaan tersebut dan menjamin efikasi, keamanan

    dan kualitas dari sediaan herbat tersebut ketika dikonsumsi oleh pasien.

    Validasi metode ini dilakukan menggunakan HPLC yang telah dioptimasi

    kondisinya, fase gerak dan fase diamnya.

  • 27

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1. Rancangan Penelitian

    Penelitian yang dilakukan mengikuti jenis penelitian observasional,

    dengan rancangan penelitian deskriptif, karena pada penelitian ini tidak

    dilakukan manipulasi pada subjek uji dan hanya mendeskripsikan

    keadaan yang ada.

    4.2. Populasi dan sampel

    Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah produk herbal

    yang mengandung kunyit (Curcuma longa). Sampel didapatkan atau

    diperoleh dari kios-kios jamu yang ada di Kota Malang. Sampel diambil

    secara purposive sampling, dapat berupa jamu, OHT atau fitofarmaka.

    Sampel yang diambil yaitu sejumlah 3 produk, masing-masing dari merk

    atau produk yang berbeda. Kriteria pemilihan sampel yaitu sebagai

    berikut :

    - Mengandung tanaman Curcuma longa

    - Sampel dapat berupa jamu, OHT atau fitofarmaka

    - Sampel dapat berupa sediaan serbuk, kapsul atau tablet dan

    sediaan cair

    4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

    4.3.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Labolatorium Bahan Alam,

    Program Studi Farmasi Universitas Brawijaya dan di Labolatorium

  • 28

    Analisis Instrumen, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri

    Malang.

    4.3.2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2018

    4.4. Bahan dan Alat Penelitian

    4.4.1. Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku

    standar kurkumin TCI (Tokyo Chemical Industry), sampel produk

    herbal yang diambil secara acak sejumlah 3 sampel di Kota

    Malang, metanol pro HPLC, asam format 0,1% pro HPLC dalam

    aquabidest pro HPLC, asam format 0,1% pro HPLC dalam

    asetonitril 0,1% pro HPLC.

    4.4.2. Alat / Instrumen Penelitian

    Alat yang digunakan adalah UHPLC merk ACCELLA tipe

    1250 buatan Thermo Scientific yang terdiri dari degasser vakum,

    pompa quartener, autosampler termostatik, MS/MS Triple Q

    (quadrupole) spektrometer massa TSQ QUANTUM ACCESS MAX

    dari Thermo Finnigan, Personal Computer (PC) dengan perangkat

    lunak x-calibur 2.1 dan software TSQ Tune mode ionisasi positif,

    kolom Kinetex EVO c18 100oA (50mmx2,1 mm x 1,7 µm.

    disposable filter dengan ukuran pori 0,2 mikrometer, neraca

    analitik Shimadzu ® AUW 220, pipet volume, labu ukur, gelas

    ukur, gelas kimia, mikropipiet, neraca Metler AE® 200),

    mikropipet sentrifuge Orcgon® LC-04S, sonikator DAWE®.

  • 29

    4.5. Prosedur Penelitian

    4.5.1. Kondisi Operasional UHPLC-MS/MS

    Fase gerak yang digunakan yaitu fase gerak A dan fase

    gerak B. Fase gerak A terdiri dari 0,1% asam format dalam

    aquabidest dan Fase gerak B terdiri dari 0,1% asam format

    dalam Acetonitrile. Gradien kecepatan fase gerak yang

    dipakai adalah 300 µl/menit dengan pengaturan fase gerak

    sebagai berikut :

    Tabel 4.1. Gradien Kecepatan Fase Gerak

    No. Time A% B% µl/min 0 0.00 75.0 25.0 300.0 1 0.50 75.0 25.0 300.0 2 3.00 25.0 75.0 300.0 3 4.00 25.0 75.0 300.0 4 4.50 75.0 25.0 300.0 5 6.00 75.0 25.0 300.0

    Kromatogram yang digunakan yaitu UHPLC merk

    ACCELLA tipe 1250 buatan Thermo Scientific yang terdiri

    dari degasser vakum, pompa quartener, autosampler

    termostatik dikendalikan Personal computer melalui program

    x-calibur 2.1. Kolom yang digunakan dengan spesifikasi

    Kinetex EVO C18 100OA (50mm x 2.1mm x 1.7µm). Kolom

    dikontrol pada suhu 30oC dan kompartemen sampel ditetapkan

    pada suhu 16oC.

    Sebagai pendukung data secara kuantifikasi dan kualifikasi,

    digunakan MS/MS Triple Q (quadrupole) spektrometer massa

  • 30

    TSQ QUANTUM ACCESS MAX dari Thermo Finnigan

    dengan sumber ionisasi ESI (Electrospray Ionization)

    dikendalikan oleh software TSQ Tune yang dioperasikan

    dengan ionisasi mode positive. Penentuan senyawa yang

    ditarget dengan metode SRM (Selected Reaction

    Monitoring)diatur pada Tabel 1.

    Tabel 1. Optimasi parameter massa untuk Curcumin

    Komponen Parent mass (m/z) Product mass (m/z)

    Qualifier Quantifier

    Curcumin 369 177 285

    Kondisiionisasi ESIadalah sebagai berikut:

    Teganganspray 3kV

    Suhupenguapan275◦C

    Suhukapiler, 300◦C

    Nitrogensebagaisheath gas pressure 40 psi

    Aux gas pressure10 psi dengan gas argon.

    4.5.2. Pembuatan larutan baku kurkumin

    Ditimbang baku kurkumin sebanyak 1,6; 3,3; 7,5; 15; 30 mg

    Dilarutkan dengan metanol dalam labu takar 10 ml hingga

    tanda sehingga diperoleh konsentrasi 0,16; 0,33; 0,75; 1,5; 3

    mg/ml sebagai larutan baku kurkumin

    Semua larutan baku tersebut disonikasi selama 10 menit

    Larutan disentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm selama 10

    menit

  • 31

    Supernatan dipipet, kemudian larutan diencerkan kembali

    dengan metanol pro HPLC

    Larutan kemudian disaring dengan disposable filter berukuran

    0,2 µm

    Setiap konsentrasi diinjek pada UHPLC dengan volume 2µl,

    dengan replikasi pada masing-masing injeksi yaitu 3 kali

    4.5.3. Preparasi Sampel

    Terdapat 3 sampel yang digunakan yaitu sampel sediaan cair,

    sediaan kapsul dan sediaan serbuk.

    4.5.3.1. Sediaan Cair

    Ditimbang sampel sediaan cair sebanyak 1,0882 g

    Dilarutkan dengan metanol pro HPLC dalam labu

    takar 10 ml hingga tanda

    Disonikasi selama 10 menit

    Larutan disentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm

    selama 10 menit

    Supernatan dipipet sebanyak 100 µl kemudian

    ditambahkan dengan 1000 µl metanol. Larutan

    tersebut dipipet sebanyak 200 µl kemudian

    ditambahkan dengan 1000 µl metanol sehingga

    diperoleh faktor pengenceran sebanyak 660 ml

    Larutan kemudian disaring dengan disposable filter

    berukuran 0,2 µm

  • 32

    Setiap konsentrasi diinjek pada UHPLC dengan

    volume 2µl, dengan replikasi pada masing-masing

    injeksi yaitu 5 kali

    4.5.3.2. Sediaan Serbuk

    Ditimbang sampel sediaan serbuk sebanyak 0,1203 g

    Dilarutkan dengan metanol pro HPLC dalam labu

    takar 10 ml hingga tanda

    Disonikasi selama 10 menit

    Larutan disentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm

    selama 10 menit

    Supernatan dipipet sebanyak 200 µl kemudian

    ditambahkan dengan 1000 µl metanol. Sehingga

    diperoleh faktor pengenceran sebanyak 60 ml

    Larutan kemudian disaring dengan disposable filter

    berukuran 0,2 µm

    Setiap konsentrasi diinjek pada UHPLC dengan

    volume 2µl, dengan replikasi pada masing-masing

    injeksi yaitu 5 kali

    4.5.3.3. Sediaan Kapsul

    Diambil sejumlah 20 kapsul, serbuk kapsul

    dikeluarkan dari cangkang kapsul

    Ditimbang serbuk dari 20 kapsul sehingga diperoleh

    9,84 g

    Ditimbang sampel serbuk kapsul sebanyak 0,1095 g

  • 33

    Dilarutkan dengan metanol pro HPLC dalam labu

    takar 10 ml hingga tanda

    Disonikasi selama 10 menit

    Larutan disentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm

    selama 10 menit

    Supernatan dipipet sebanyak 100 µl kemudian

    ditambahkan dengan 1000 µl metanol. Larutan

    tersebut dipipet sebanyak 100 µl kemudian

    ditambahkan dengan 1000 µl metanol. Larutan

    tersebut dipipet kembali sebanyak 100 µl kemudian

    ditambahkan dengan 1000 µl metanol Sehingga

    diperoleh faktor pengenceran sebanyak 13.310 ml

    Larutan kemudian disaring dengan disposable filter

    berukuran 0,2 µm

    Setiap konsentrasi diinjek pada UHPLC dengan

    volume 2µl, dengan replikasi pada masing-masing

    injeksi yaitu 5 kali

    4.5.4. Validasi metode analisis

    4.5.4.1. Uji Selektivitas

    Sebanyak 2 µl larutan sampel cair, sampel kapsul dan

    sampel sediaan serbuk serta larutan baku diinjeksikan

    ke UHPLC

    Dilakukan pengamatan terhadap waktu retensi,

    resolusi, dan match factor antara larutan baku dan

    masing-masing larutan sampel

  • 34

    4.5.4.2. Uji Linieritas

    Sebanyak 2 µl larutan baku kurkumin dengan

    konsentrasi 0,16; 0,33; 0,75; 1,5; 3 mg/ml diinjeksikan

    pada sistem HPLC

    Dilakukan 3 kali injeksi pada setiap larutan baku

    kurkumin

    Diamati luas area pada masing-masing konsentrasi

    dan replikasi.

    Persamaan kurva baku dari setiap replikasi ditetapkan

    dari hasil analisis regresi linear antara konsentrasi

    terhadap luas area yang diperoleh.

    Kemudian dipilih kurva terbaik dengan nilai koefisien

    korelasi (r) >0,999.

    4.5.4.3. Penentuan Akurasi dan Presisi Baku Kurkumin

    Sebanyak 2 µl larutan baku kurkumin dengan

    konsentrasi 0,16; 0,33; 0,75; 1,5; 3 mg/ml diinjeksikan

    pada sistem HPLC

    Dilakukan 3 kali injeksi pada setiap larutan baku

    kurkumin

    Diamati luas area pada masing-masing konsentrasi

    dan replikasi.

    Luas area yang didapatkan, dimasukkan kembali ke

    dalam persamaan linear yang telah dipilih pada uji

    linieritas

    Hitung perolehan kembali konsentrasi dan %RSD

  • 35

    4.5.4.4. Penentuan Limit of Detection (LOD) dan Limit of

    Quantification (LOQ)

    Sebanyak 2 µl larutan baku konsentrasi 0,16; 0,33;

    0,75; 1,5; 3 mg/ml ke sistem HPLC

    Dilakukan pengamatan terhadap luas area yang

    muncul pada detektor

    Dihitung nilai LOD dan LOQ

    4.5.5. Analisis data

    4.5.5.1. Selektivitas

    Selstivitas ditentukan dengan parameter resolusi (Rs)

    (Harmita, 2004). Rumus perhitungan resolusi :

    𝑟𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑅𝑠 = (𝑡𝑅1 − 𝑡𝑅2)

    12 (𝑊1 + 𝑊2)

    Keterangan : Rs = resolusi

    tR1 = waktu retensi puncak analit

    pertama

    tR2 = waktu retensi puncak

    analit kedua

    W1 = lebar dasar puncak

    pertama

    W2 = lebar dasar puncak

    kedua

  • 36

    4.5.5.2. Linieritas

    Linieritas dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) yang

    didapatkan dari persamaan regresi y=bx+a. (b)

    merupakan nilai slope dari persamaan dan (a)

    merupakan nilai intersep dari persamaan. Persamaan

    regersi didapatkan dari hasil plot konsentrasi larutan

    baku kurkumin terhadap luas area (AUC) pada

    kromatogram.

    4.5.5.3. Akurasi

    Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali

    (% recovery). Rumus menghitung % recovery:

    %𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 =𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟

    𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑥 100%

    4.5.5.4. Presisi

    Presisi dihitung sebagai simpangan deviasi relatif

    (RSD) atau koefisien variasi (KV). Rumus perhitungan

    KV:

    𝐾𝑉 = 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝑆𝐷)

    𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑥) 𝑥 100%

    4.5.5.5. LOD dan LOQ

    Penentuan LOD dan LOQ dapat dilakukan melalui

    penghitungan rumus sebagai berikut:

    𝐿𝑂𝐷 =3.

    𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑦 𝑆𝑦

    𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑥)

    𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

    𝐿𝑂𝑄 =10.

    𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑦 𝑆𝑦

    𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑥)

    𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

  • 37

    4.5.5.6. Perhitungan Kadar Sampel

    Kadar sampel dapat diketahui dengan memasukkan

    nilai luas area ke dalam rumus persamaan linier

    y=bx+a. Rumus perhitungan kadar sampel yaitu:

    𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 % =𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 µg/ml 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝑙)

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑔 𝑥 1000000𝑥100%

  • 38

    BAB 5

    HASIL DAN ANALISA DATA

    5.1. Kondisi Operasional UHPLC-MS/MS

    Validasi metode analisa dilakukan dengan kondisi fase gerak yang

    digunakan yaitu fase gerak A dan fase gerak B. Fase gerak A terdiri dari

    0,1% asam format dalam aquabidest dan Fase gerak B teridiri dari 0,1%

    asam format dalam Acetonitrile. Gradien kecepatan fase gerak yang

    dipakai adalah 300 µl/menit dengan pengaturan fase gerak sebagai

    berikut :

    Tabel 5.1. Gradien Kecepatan Fase Gerak

    Waktu

    (menit) A% B% µl/menit

    0 75 25 300

    0,5 75 25 300

    3 25 75 300

    4 25 75 300

    4,5 75 25 300

    6 75 25 300

    Kromatogram yang digunakan yaitu UHPLC merk ACCELLA tipe

    1250 buatan Thermo Scientific yang terdiri dari degasser vakum, pompa

    quartener, autosampler termostatik dikendalikan Personal Computer

    melalui program X-Calibur 2.1. Kolom yang digunakan dengan spesifikasi

    Kinetex EVO C18 100OA (50mm x 2.1mm x 1.7µm). Kolom dikontrol pada

    suhu 30oC dan kompartemen sampel ditetapkan pada suhu 16oC.

  • 39

    Sebagai pendukung data secara kuantifikasi dan kualifikasi,

    digunakan MS/MS Triple Q (quadrupole) spektrometer massa TSQ

    QUANTUM ACCESS MAX dari Thermo Finnigan® dengan sumber

    ionisasi ESI (Electrospray Ionization) dikendalikan oleh software TSQ

    Tune yang dioperasikan dengan ionisasi mode positive. Penentuan

    senyawa yang ditarget dengan metode SRM (Selected Reaction

    Monitoring) diatur pada Tabel 1.

    Tabel 5.2. Optimasi Parameter Massa untuk Curcumin

    Komponen Parent mass (m/z) Product mass (m/z)

    Qualifier Quantifier

    Curcumin 369 177 285

    Kondisi ionisasi ESIadalah sebagai berikut:

    Teganganspray 3kV

    Suhupenguapan275◦C

    Suhukapiler, 300◦CN

    Nitrogensebagaisheath gas pressure 40 psi

    Aux gas pressure10 psi dengan gas argon.

    5.2. Validasi Metode Analisa

    5.2.1. Selektivitas

    Selektivitas dinyatakan dengan waktu retensi dan match factor

    antara baku kurkumin dengan sampel sediaan herbal yang

    mengandung kurkumin. Uji selektivitas bertujuan untuk menganalisis

    dan memastikan adanya senyawa target pada sampel dibandingkan

    dengan standar.

  • 40

    Tabel 5.3. Tabel Hasil Selektivitas Berdasarkan Waktu Retensi

    Jenis Sediaan

    Waktu Retensi Rata-rata (menit)

    Sediaan serbuk

    3,19

    Sediaan Kapsul

    3,32

    Sediaan Cair

    3,22

    Baku Kurkumin

    3,20

    Gambar 5.1. Hasil Waktu Retensi antara Standar (a) dan Sampel Serbuk (b)

    Waktu retensi pada tabel diatas menunjukkan bahwa sampel

    mengandung kurkumin ditunjukkan dengan waktu retensi yang sama

    yaitu sekitar 3,2-3,3 menit. Dapat diamati pada gambar 5.1 bahwa

    (a)

    (b)

  • 41

    waktu retensi antara standar dan sampel serbuk menunjukkan TR

    yang sama yaitu 3,2 dan 3,22 menit. Dari data tabel dan gambar

    tersebut bermakna bahwa sampel mengandung kurkumin ditunjukkan

    dengan waktu retensi yang sama. Sehingga selektivitas kurkumin

    dapat dinyatakan memenuhi syarat berdasarkan kesamaan waktu

    retensi.

    Tabel 5.4. Tabel Hasil Selektivitas Berdasarkan Detektor MS/MS

    Gambar 5.2. Hasil Detektor MS/MS antara Standar (a) dan Sampel Serbuk (b)

    Jenis Sediaan

    Product mass (m/z) Sampel

    Product mass (m/z) Baku %

    Qualifier Quantifier Qualifier Quantifier

    Sediaan serbuk

    177 285 177 285 100

    Sediaan Kapsul

    177 285 177 285 100

    Sediaan Cair

    177 285 177 285 100

    (b) (a)

  • 42

    Detektor MS akan mendeteksi setiap bagian yang terpecah

    menjadi bentuk ion dari senyawa kurkumin. Dari tabel diatas dapat

    diamati bahwa sampel sediaan herbal mengandung kurkumin

    ditunjukkan dengan berat molekul pecahan senyawa kurkumin yang

    sama dengan standar yaitu 285 m/z sebagai berat molekul kuantifier

    dan 177 m/z sebagai kualifier, sehingga dapat dinyatakan selektivitas

    memenuhi syarat berdasarkan waktu retensi yang sama dan pecahan

    ion tertarget yang muncul pada detektor.

    5.2.2. Linieritas

    Linieritas bertujuan untuk mengetahui korelasi antara

    perubahan konsentrasi terhadapat luas area yang muncul pada

    sistem UHPLC. Linieritas yang baik ditunjukkan dengan nilai koefisien

    korelasi (r2) yaitu lebih dari 0,999 (AOAC, 2002)

    Linieritas diperoleh dengan menginjeksi 5 konsentrasi larutan

    baku yang berbeda yaitu 0,16; 0,33; 0,75; 1,5 dan 3 mg/mlkemudian

    didapatkan persamaan linear yaitu y=59.563,83x+638,72 dengan nilai

    koefisien korelasi yaitu 0,9997, yang bermakna perubahan luas area

    yang muncul berbanding lurus terhadap perubahan konsentrasi

    larutan baku. Nilai Vxo atau relatif standar deviasi yaitu

    2,93%dinyatakan memenuhi persyaratan yaitu dibawah 5% (Yuwono

    & Indrayanto, 2005). Sehingga dapat dinyatakan uji linieritas

    memenuhi persyaratan.

    𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑦

    𝑏 𝑉𝑥𝑜 =

    𝑆𝑥𝑜

    𝑥 𝑥 100%

  • 43

    𝑆𝑥𝑜 = 2.005,25

    59.563,83= 0,03 𝑉𝑥𝑜 =

    0,03

    1,15𝑥100% = 2,93%

    Gambar 5.3. Grafik Linieritas Larutan Standar Kurkumin dengan Konsentrasi

    0,16; 0,33; 0,75; 1,5 dan 3 mg/ml

    5.2.3. Akurasi dan Presisi

    Akurasi dapat didefinisikan sebagai kedekatan nilai antara nilai

    hasil uji terhadap nilai yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan

    dengandinyatakan dengan persen perolehan kembali analit. Terdapat

    3 konsetrasi larutan yang diinjeksi yaitu 0,75; 1,5 dan 3 mg/ml dengan

    3 kali replikasi di setiap konsentrasinya. Merujuk pada tabel 5.7, hasil

    perolehan kembali yang didapatkan dari uji parameter akurasi metode

    analisis kurkumin yaitu 98,63% pada konsentrasi 0,75 mg/ml,

    101,06% pada konsentrasi 1,5 mg/ml dan 101,76% pada konsentrasi

    3 mg/ml. Rentang hasil %perolehan kembali yang didapatkan yaitu

    98,63%-101,76%. Dari tabel 5.5 dapat diamati bahwa akurasi dari

    setiap % perolehan kembali konsentrasi memenuhi persyaratan

    merujuk pada tabel 5.5 yaitu di dalam rentang 75-120%.

    y = 59.563,83x + 638,72R² = 0,9997

    0

    20000

    40000

    60000

    80000

    100000

    120000

    140000

    160000

    180000

    200000

    - 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

    Lu

    as A

    rea

    Konsentrasi (mg/ml)

    Linieritas

  • 44

    Tabel 5.5. Kriteria Batas Perolehan Kembali yang Dapat Diterima

    (AOAC, 2002)

    Konsentrasi Batas Perolehan Kembali

    100% 98-101%

    10% 95-102%

    1% 92-105%

    0,1% 90-108%

    0,01% 85-110%

    10 µg/g (ppm) 80-115%

    1 µg/g 75-120%

    10 µg/kg (ppb) 70-125%

    Presisi merupakan kedekatan antar nilai dalam pengukuran

    secara berulang. Presisi dinyatakan dengan simpangan baku (SD)

    atau simpangan baku relatif (RSD). Pesisi yang baik dari suatu

    analisis ditandai dengan nilai %RSD dibawah persyaratan sesuai

    dengan kondisi analisis. Hasil %RSD yang diperoleh dari uji presisi

    metode analisis kurkumin yaitu 0,38-5,7%. Dari tabel 5.6 dapat

    diamati bahwa %RSD dari setiap konsentrasi larutan baku memenuhi

    persyaratan merujuk pada tabel 5.6 yaitu kurang dari 8%.

    Tabel 5.6. Kriteria Batas %RSD yang Dapat Diterima (AOAC, 2002)

    Konsentrasi Batas %RSD

    100% 1%

    10% 1,5%

    1% 2%

    0,1% 3%

    0,01% 4%

    10 µg/g (ppm) 6%

    1 µg/g 8%

    10 µg/kg (ppb) 15%

  • 45

    Tabel 5.7. Tabel Hasil Akurasi dan Presisi

    No Kons.

    (mg/mL) Area

    KONS. THT

    (mg/mL)

    %Perolehan kembali

    Rata-rata%perolehan

    kembali

    Deviasi Standart

    %Deviasi Standart Relatif

    1

    0,16 10.483,93 0,165 101,40

    99,04 2,15 2,17 0,16 10.203,98 0,161 98,52

    0,16 10.076,62 0,158 97,21

    2

    0,33 23.014,25 0,376 115,59

    114,11 2,52 2,21 0,33 22.165,10 0,361 111,20

    0,33 23.003,60 0,375 115,53

    3

    0,75 44.588,03 0,738 98,38

    98,63 0,38 0,38 0,75 44.618,92 0,738 98,45

    0,75 44.893,26 0,743 99,06

    4

    1,50 96.862,08 1,615 107,70

    101,06 5,76 5,70 1,50 88.294,71 1,472 98,11

    1,50 87.627,88 1,460 97,36

    5

    3,00 183.015,70 3,062 102,06

    101,76 1,01 0,99 3,00 180474,04 3,019 100,64

    3,00 183.954,39 3,078 102,59

    5.2.4. LOD dan LOQ

    LOD bertujuan untuk mengetahui jumlah terkecil analit pada

    suatu sampel yang memberikan respon yang signifikan

    dibandingkan dengan blanko sedangkan LOQ bertujuan untuk

    mengetahui nilai analit dalam sampel minimal yang terhitung oleh

    sistem kromatogram. LOD dan LOQ didapatkan dengan

    menggunakan persamaan:

    SD = (𝑦 − 𝑦𝑖)2

    𝑁 − 2

    SD = 12.063.112,71

    3

  • 46

    SD = 2005,25

    𝐿𝑂𝐷 =3. 𝑆𝐷

    𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒𝐿𝑂𝑄 =

    10.𝑆𝐷

    𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒

    𝐿𝑂𝐷 =3.2005,25

    59.563,83𝐿𝑂𝑄 =

    10.2005,25

    59,563,83

    𝐿𝑂𝐷 = 0,11 µ𝑔/𝑚𝑙𝐿𝑂𝑄 = 0,34 µ𝑔/𝑚𝑙

    Sehingga didapatkan nilai LOD 0,11µg/ml dan LOQ yaitu 0,34 µg/ml.

    5.3. Penetapan Kadar Kurkumin pada Sediaan Herbal

    Penetapan kadar kurkumin dilakukan untuk mengetahui kadar

    kurkumin pada sediaan herbal mengandung kunyit. Sampel serbuk

    ditimbang sebanyak 0,1203 gram, sampel kapsul ditimbang sebanyak

    0,1095 gram dan sampel cair ditimbang sebanyak 1,088 gram, ketiga

    sampel masing-masing dilarutkan dalam 10 ml metanol. Dilakukan

    sonikasi selama 10 menit dan kemudian dilakukan sentrifuse dengan

    kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Analisis dilakukan menggunakan

    UHPLC-MS/MS sehingga diperoleh kadar kurkumin dari setiap sampel

    yaitu 0,03% kurkumin terkandung pada sampel serbuk, 4,78% kurkumin

    terkandung dalam sediaan kapsul dan 0,03% sediaan cair.

    Tabel 5.8. Tabel Hasil Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sampel

    No Jenis Sediaan Persamaan

    Linear Kadar

    Kurkumin(µg/g)

    Rata-rata Kadar

    Kurkumin (%)

    1 Sediaan Serbuk 25 mg

    (mengandung 5 gram ekstrak kunyit)

    y=58.350,2x-1.080,65

    299,71 0,03

    2 Sediaan Kapsul 500 mg

    (mengandung 500 mg ekstrak y=59563,83x+638,72

    47.835,10

    4,78

  • 47

    kunyit)

    3 Sediaan Cair150 ml

    (mengandung 30 gram rimpang kunyit)

    y=58.350,2x-1.080,65

    295,58 0,03

  • 48

    BAB 6

    PEMBAHASAN

    6.1 Pembahasan

    Konsumsi sediaan herbal oleh masyarakat semakin meningkat,

    terutama sediaan herbal mengandung kunyit. Sediaan herbal itu sendiri

    terbagi menjadi 3 kategori yaitu jamu, OHT dan fitofarmaka. Kunyit memiliki

    banyak efikasi yang diperlihatkan oleh beberapa ramuan tradisional kunyit di

    beberapa daerah di Indonesia. Pada Etnis Jawa di Yogyakarta terdapat 50

    ramuan mengandung kunyit yang digunakan untuk terapi pasca persalinan.

    Pada Etnis Jawa daerah Jawa Tengah terdapat 29 ramuan mengandung

    kunyit untuk mengatasi penyakit jaundiceatau gangguan pada organ hati.

    Pada Etnis Simalungun daerah Sumatera terdapat satu ramuan untuk

    pengobatan HIV/AIDS, dan 26 ramuan untuk pengobatan kanker pada Etnis

    Suku Hutan Provinsi Riau (Kemenkes RI, 2015). Kunyit memiliki efek

    farmakologis yang paling populer yaitu sebagai anti-inflamasi. Efek

    farmakologi lain dari kunyit yaitu sebagai agen hipotensi, anti kanker, anti

    koagulan dan hepatoprotektor (Simanjutak, 2012).

    Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu mengetahui validitas metode

    analisis kurkumin dalam kunyit dengan metode UHPLC-MS/MS dan

    mengetahui kadar kurkumin dalam sediaan herbal mengandung kunyit.

    Seiring dengan meningkatnya konsumsi produk herbal terutama jamu

    mengandung kunyit, maka monitoring kualitas sediaan tersebut juga menjadi

    sangat penting demi menjaga keamanan produk, kualitas produk dan efikasi

    dari produk yang terdapat di pasaran. Monitoring kualitas sangat diperlukan

  • 49

    guna menjamin produk dapat tepat indikasi dan memiliki efikasi yang

    maksimal ketika dikonsumsi oleh pasien (Oka, 2017). Monitoring kualitas

    sediaan tersebut dilakukan dengan validasi metode analisis kurkumin

    dengan parameter uji selektivitas, linieritas, akurasi presisi, LOD dan LOQ.

    Kemudian dilakukan penetapan kadar kurkurmin pada beberapa sampel

    sediaan herbal mengandung kunyit menggunakan UHPLC-MS/MS. Sampel

    diambil dengan metode Purposive Sampling karena terdapat beberapa

    kriteria pemilihan sampel yaitu sediaan herbal mengandung Curcuma longa,

    sediaan herbal yang digunakan dapat dalam bentuk sediaan serbuk, kapsul

    atau tablet dan dapat berupa jamu, OHT dan fitofarmaka, serta memiliki label

    lengkap yang berisi kandungan ekstrak atau rimpang kunyit yang digunakan

    dan indikasi sediaan herbal tersebut. Sampel yang dipilih adalah jamu

    mengandung kunyit dalam sediaan serbuk, jamu mengandung kunyit dalam

    sediaan kapsul dan OHT mengandung kunyit dalam sediaan cair.

    Optimasi kondisi UHPLC-MS/MS perlu dilakukan untuk menunjang

    efektifitas analisis. Sistem kromatografi yang digunakan yaitu fase terbalik,

    yang memiliki fase diam yang non polar dan fase gerak yang lebih polar.

    Optimasi yang dilakukan pada sistem UHPLC salah satunya yaitu fase

    gerak. Beberapa pertimbangan diberikan pada pemilihan fase gerak

    berdasarkan polaritas fase gerak. Kepolaran analit, fase gerak dan fase diam

    akan mempengaruhi adanya perbedaan kecepatan migrasi masing-masing

    senyawa akibat perbedaan distribusi atau afinitas relatif senyawa analit

    tersebut pada fase diam dan fase gerak. Sifat senyawa yang polar akan

    cenderung terdistribusi pada fase yang polar, sedangkan senyawa analit

    yang non polar akan cenderung terdistribusi pada fase yang non-

  • 50

    polar.Pelarut A adalah pelarut air dengan 0,1% asam dan pelarut B adalah

    pelarut organik seperti asetonitril, metanol dan propanol dengan 0,1% asam

    (Jiang, 2012).

    Fase gerak A terdiri dari 0,1% asam format dalam aquabidest, fase B

    terdiri dari 0,1% asam format dalam Acetonitrile. Terdapat penambahan

    asam format pada kedua tipe larutan yang memiliki fungsi untuk

    memperjelas bentuk puncak pada kromatogram dan untuk menjadi sumber

    proton dalam LC/MS fase terbalik. Asam format akan membuat larutan

    memiliki pH yang rendah. Kondisi pH yang rendah ini akan menjaga residu

    silanol dalam kondisi yang tidak terpisahkan, sehingga akan menghindarkan

    adanya adsorpsi serta tidak terjadinya tailing. Selain itu, asam format

    memiliki tingkat kontaminasi yang paling rendah, sehingga tidak menggaggu

    proses analisis yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi (Ayuchecaria,

    2016).

    Gambar 6.1. Residual Silanol Pada Kolom UHPLC (Crawford, 2016)

    Pada larutan B dipilih Asetonitril karena bersifat polar. Gugus nitrogen

    terpolarisasi akibat perbedaan elektronegativitas antara atom karbon dan

    nitrogen, sehingga menghasilkan 3 ikatan dari 2 atom tersebut. Oleh karena

    itu asetonitril memiliki ikatan dipol yang kuat. Asetonitile juga memiliki jumlah

    2 elektron bebas pada atom nitrogen yang dapat mengikat hidrogen atau

  • 51

    oksigen sekalipun. Selain kepolaran asetonitril, tingkat viskositas dari

    astonitril lebih baik daripada metanol, sehingga dapat memproduksi droplet

    yang lebih baik pula ada analisis menggunakan MS.Terdapat proses re-

    equilibrasi pada menit akhir yaitu menit 4.5 dan 6. Re-equilibrasi dilakukan

    dengan inisiasi komposisi larutan A (0,1% asam format dalam aquabidest)

    sebelum analisis berikutnya. Fungsinya yaitu untuk menghasilkan

    reprodusibilitas analisis yang tinggi.

    Optimasi berikutnya yaitu pada MS/MS. Jenis yang digunakan

    adalahTriple Q (quadrupole) Spektrometer Massa TSQ QUANTUM ACCESS

    MAX dari Thermo Finnigan® dengan sumber ionisasi ESI (Electrospray

    Ionization) yang dioperasikan dengan ionisasi mode positif. TSQ Quantum

    secara primer didesain untuk mendapatkan hasil a