33
PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM Regulasi dan Implementasi Disampaikan oleh : DR. YUSUF SUSILO, SH., MHum. Kepala Sub Direktorat Pengaturan Pengadaan Tanah

PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

UMUMRegulasi dan Implementasi

Disampaikan oleh :DR. YUSUF SUSILO, SH., MHum.

Kepala Sub Direktorat Pengaturan Pengadaan Tanah

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIADeputi Bidang Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah

Page 2: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

Direktorat Pengaturan dan Pengadaan Tanah PemerintahA. Pendahuluan

Pembangunan kepentingan umum antara lain pembangunan

infrastruktur seperti jalan, bandara, pelabuhan, ketenagalistrikan

sangat penting peranannya dalam menunjang perekonomian bangsa.

Kendala utama pembangunan infrastruktur di Indonesia adalah

masalah pengadaan tanah. Peraturan pengadaan tanah adalah

merupakan suatu bagian dari sistem hukum pertanahan. Oleh karena

itu pemahaman terhadap ketentuan pengadaan tanah mencakup pula

ketentuan hukum pertanahan secara keseluruhan. 1

Hambatan pelaksanaan pengadaan tanah antara lain disebabkan :

1. Kurangnya pemahaman secara komprehensif dari Pelaksana

Pengadaan Tanah, Instansi terkait maupun masyarakat tentang

ketentuan hukum pertanahan serta ketentuan mengenai pengadaan

tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

2. Kurangnya koordinasi antara instansi terkait pengadaan tanah

maupun dengan instansi terkait lainnya dalam rangka mencari

solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.

B. LANDASAN KEBIJAKAN PENGATURAN PENGADAAN

TANAH

Pengaturan pengadaan tanah adalah bagian dari kebijakan

Pertanahan. Kebijakan pertanahan di Indonesia mengacu pada

penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam sebagaimana

tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) UUD RI tahun 1945, Bumi, Air

dan Kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Untuk merealisasikan harapan masyarakat tersebut, maka dilakukan

pembangunan berbagai bidang termasuk pembangunan infrastruktur

dengan melibatkan seluruh masyarakat.1 Helmi Hussain, Akta Pengambilan Tanah 1960, suatu huraian dan kritikan, Universiti Kebangsaan Malaysia, 1999.

1

Page 3: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

Dalam UU No. 17 Tahun 2007 Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP) 2005-2025, arah pembangunan jangka panjang antara

lain disebutkan untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata

dan berkeadilan, menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang

efisien, efektif serta melaksanakan penegakan hukum terhadap hak-

hak atas tanah dengan menerapkan prinsip keadilan, transparansi dan

demokrasi.

Hak menguasai Negara atas tanah dalam Pasal 33 ayat (3) UUD RI

Tahun 1945 tersebut ditegaskan lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (2)

UU Nomor 5 Tahun 1960, Hak Menguasai dari Negara memberi

wewenang untuk:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,

persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa

tersebut;

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai

bumi, air dan ruang angkasa.

Wewenang yang bersumber pada hak menguasai negara tersebut,

digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2

Page 4: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

Hak Menguasai dari Negara meliputi semua tanah dalam wilayah

Republik Indonesia, baik tanah-tanah yang tidak atau belum ada

haknya maupun yang sudah dihaki dengan hak-hak perorangan.

Kekuasaan Negara atas tanah yang sudah dipunyai orang dengan

sesuatu hak dibatasi oleh isi dari hak itu, sedangkan kekuasaan

Negara atas tanah yang belum dipunyai dengan sesuatu hak oleh

seseorang atau pihak lain adalah lebih luas dan penuh.

Tanah-tanah yang belum dihaki dengan hak-hak perorangan

oleh UUPA disebut tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Negara,

dan dalam praktek digunakan sebutan Tanah Negara. 2

Hal ini berbeda dengan ”landsdomein” atau ”milik Negara” dalam

rangka domeinverklaring yang dianut dalam perundang-undangan

agraria zaman penjajahan Belanda.

Pengertian Tanah Negara tersebut berbeda pula dengan tanah-tanah

yang dikuasai oleh Instansi Pemerintah yang merupakan asset

Pemerintah.

Sesuai Penjelasan Umum II butir (2) UUPA antara lain

disebutkan bahwa dengan berpedoman pada tujuan untuk tercapainya

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat tersebut, Negara dapat

memberikan tanah yang belum/tidak dipunyai dengan sesuatu hak

2 Boedi Harsono, Hukum Agraria : Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, Cet. 10, Jakarta, Djambatan, 2005, hal. 271.

3

Page 5: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

atas tanah tersebut kepada perseorangan atau Badan Hukum dengan

sesuatu hak atas tanah menurut peruntukan dan keperluannya.

Dalam hal tersebut kekuasaan Negara atas tanah-tanah ini

dibatasi pula oleh hak ulayat masyarakat hukum adat sepanjang

kenyataannya masih ada.

Sesuai dengan UUPA, hak penguasaan tanah-tanah dalam

wilayah Republik Indonesia meliputi:

a. Tanah Hak baik yang sudah bersertipikat atau belum;

b. Tanah yang dikuasai oleh Negara/Tanah Negara/tanah yang belum

dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah;

c. Tanah Ulayat.

Konsepsi yang mendasari hukum tanah nasional adalah

konsepsi hukum adat. Asas-asas hukum adat yang digunakan dalam

UUPA antara lain asas religiusitas (Pasal 1), asas kebangsaan (Pasal 1

dan 2), asas demokrasi (Pasal 9), asas keadilan (Pasal 6), asas

penggunaan dan pemeliharaan tanah secara berencana (Pasal 14 dan

15), serta asas pemisahan horisontal (hak atas tanah tidak dengan

sendirinya meliputi benda-benda di atasnya). 3

Hubungan antara manusia dengan tanah dirumuskan dalam Pasal 1

ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1960, seluruh bumi, air dan ruang

angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

3 Boedi Harsono, op. Cit., hal. 207.

4

Page 6: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang

Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan

merupakan kekayaan nasional.

Hukum pertanahan Indonesia dimungkinkan para warga negara

Indonesia masing-masing menguasai bagian-bagian tanah tersebut

secara individual, dengan hak atas tanah yang bersifat pribadi

sekaligus yang mengandung unsur kebersamaan. Unsur kebersamaan

tersebut dirumuskan dalam Pasal 6 Undang-Undang Pokok Agraria

(UUPA) yang menyatakan semua hak atas tanah mempunyai fungsi

sosial. Prinsip fungsi sosial hak atas tanah tersebut memperhatikan

secara seimbang antara kepentingan-kepentingan perseorangan dan

kepentingan masyarakat, hingga pada akhirnya akan tercapai tujuan

pokok kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan. Sebagaimana prinsip

keadilan sosial sesuai falsafah Pancasila, semua Warga Negara

Indonesia mempunyai hak yang sama dan kewajiban yang sama di

hadapan hukum. 4

Prinsip-prinsip dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA)

tersebut menjadi dasar bagi penyusunan hukum Pertanahan Indonesia.

Hukum pertanahan Indonesia mengenai hal pengadaan tanah diatur

dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2005 Jo. Perpres Nomor 65 Tahun

2006 dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2007.

4 Mochtar Kusumaatmadja dan b. Arif Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2000, hal. 52-53.

5

Page 7: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

C. PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUN-

AN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

I. Pengertian

Pengertian pengadaan tanah berdasarkan Pasal 1 Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2006 adalah setiap kegiatan untuk

mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang

melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-

benda yang berkaitan dengan tanah.

Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum oleh pemerintah atau pemerintah daerah dilaksanakan dengan

cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

II. Dasar Hukum

1. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum.

2. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006

tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

3. Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun

2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor

6

Page 8: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah

Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006

Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

III.PRINSIP DASAR PENGATURAN PENGADAAN TANAH

(Perpres 36/2005 Jo Perpres 65/2006 dan Per. KBPN-RI 3/2007)

a. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Dipastikan Tersedia

Tanahnya.

b. Hak-Hak Dasar Masyarakat Atas Tanah Terlindungi.

c. Menutup Peluang Lahirnya Spekulasi Tanah.

Dalam rangka prinsip pengadaan tanah untuk kepentingan umum

tersedia tanahnya, maka Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 Jo.

Peraturan Presiden No. 65 tahun 2006 dan Peraturan Kepala BPN-RI

No.3 tahun 2007 mengatur :

a. Kepastian Lokasi (Pasal 39 Peraturan Kepala BPN RI No. 3 Tahun

2007), yaitu ditetapkannya kriteria lokasi pembangunan untuk

kepentingan umum yang tidak dapat dipindahkan ke lokasi lain;

7

Page 9: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

b. Adanya penitipan ganti rugi ke Pengadilan, dalam hal penetapan

ganti rugi melalui musyawarah dalam waktu paling lama 120 hari

kalender sejak tanggal undangan pertama tidak diterima/ditolak oleh

pemilik tanah atau pemilik tanah tidak diketahui keberadaannya atau

tanah dalam keadaan sengketa. (Pasal 37 dan 48 Peraturan Kepala

BPN-RI No.3 tahun 2007). Penitipan uang ganti rugi dimaksudkan

agar pembangunan untuk kepentingan umum dapat terus

dilaksanakan.

Dalam rangka prinsip hak-hak dasar masyarakat terlindungi,

Peraturan Presiden No.36 tahun 2005 Jo. Peraturan Presiden No.65 tahun

2006 dan Peraturan Kepala BPN-RI No.3 tahun 2007 mengatur :

a. Sosialisasi lokasi rencana pembangunan kepada masyarakat (Pasal 8

Peraturan Kepala BPN-RI No. 3 Tahun 2007);

b. Adanya penyuluhan secara menyeluruh kepada masyarakat, seperti :

manfaat, maksud dan tujuan pembangunan, prosedur pengadaan

tanah, penilaian ganti rugi oleh Penilai, pembayaran uang ganti rugi,

hak mengajukan keberatan terhadap besaran ganti rugi, penitipan

ganti rugi (Pasal 19 Peraturan Kepala BPN-RI No.3 tahun 2007);

c. Pengumuman hasil inventarisasi tanah, bangunan, tanaman dan

benda lain yang berkaitan dengan tanah guna memberi kesempatan

8

Page 10: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

kepada pihak yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan

(Pasal 23 Peraturan Kepala BPN RI No.3 Tahun 2007);

d. Ganti rugi yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih

baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena

pengadaan tanah (Pasal 1 angka 11 Perpres No. 36 Tahun 2006);

e. Penilaian harga tanah dilakukan oleh Lembaga Penilai Harga yang

profesional dan independen didasarkan NJOP atau nilai

nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan dan

variabel-variabel yang mempengaruhi harga tanah (Pasal 15 Perpres

No. 36 Tahun 2005 Jo. Perpres No. 65 Tahun 2006 dan Pasal 27

Peraturan Kepala BPN RI No.3 Tahun 2007);

f. Musyawarah untuk mencapai kesepakatan ganti rugi dilakukan

secara langsung antara Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah

dengan pemilik tanah (Pasal 31 dan 32 Peraturan Kepala BPN-RI

No.3 tahun 2007), yang menentukan besaran ganti rugi adalah

kesepakatan para pihak. Kesepakatan para pihak berlaku sebagai

undang-undang bagi yang membuatnya (Pasal 1320 Jo. Pasal 1338

KUHPerdata). Sedangkan Panitia Pengadaan Tanah hanya sebagai

fasilitator dalam pelaksanaan musyawarah tersebut;

g. Adanya hak mengajukan keberatan terhadap bentuk dan besarnya

ganti rugi yang ditetapkan oleh Panitia Pengadaan Tanah kepada

9

Page 11: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

Bupati/Walikota, Gubernur atau Menteri Dalam Negeri sesuai

kewenangan (Pasal 41 Peraturan Kepala BPN-RI No.3 tahun 2007).

Dalam rangka prinsip menutup peluang spekulasi tanah Peraturan

Presiden No.36 tahun 2005 Jo. Peraturan Presiden No.65 tahun 2006 dan

Peraturan Kepala BPN-RI No.3 tahun 2007 mengatur jika lokasi tanah

telah ditetapkan sebagai lokasi pembangunan untuk kepentingan umum,

maka pihak ketiga yang bermaksud untuk memperoleh tanah di lokasi

tersebut wajib memperoleh izin tertulis dari Bupati/Walikota atau

Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta (Pasal 9 Peraturan Kepala BPN RI

No.3 tahun 2007).

IV. Pembangunan untuk kepentingan umum

Pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan

Pemerintah atau Pemerintah Daerah, yang selanjutnya dimiliki oleh

atau akan dimiliki oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah,

meliputi :

a. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang

atas tanah ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air

bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi;

b. Waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan

lainnya;

10

Page 12: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

c. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;

d. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan

bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana;

e. Tempat pembuangan sampah;

f. Cagar alam dan cagar budaya;

g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

(Pasal 5 Perpres 65 Tahun 2006)

V. Tata Cara Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum

1. Persiapan

Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan

permohonan penetapan lokasi kepada Bupati/Walikota atau

Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta dengan tembusan

disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota.

Permohonan penetapan lokasi yang lokasinya terletak di 2

(dua) Kabupaten/Kota atau lebih dalam 1 (satu) provinsi

diajukan kepada Gubernur.

Kajian terhadap permohonan penetapan lokasi terkait dengan

kesesuaian rencana pembangunan dari aspek tata ruang,

11

Page 13: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

penatagunaan tanah, sosial ekonomi, lingkungan serta

penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan tanah.

2. Pelaksanaan

a. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang

luasnya lebih dari 1 (satu) hektar.

Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun

2006, dibentuk Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota

dengan Keputusan Bupati/Walikota atau Gubernur untuk

wilayah DKI Jakarta.

Keanggotaan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota

paling banyak 9 (sembilan) orang dengan susunan sebagai

berikut :

1) Sekretaris Daerah sebagai Ketua merangkap

Anggota;

2) Pejabat dari unsur perangkat daerah setingkat eselon

II sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota;

3) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau

pejabat yang ditunjuk sebagai Sekretaris merangkap

Anggota; dan

12

Page 14: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

4) Kepala Dinas/kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang

terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah atau

pejabat yang ditunjuk sebagai Anggota.

Tugas Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota adalah :

a) Penyuluhan kepada masyarakat;

b) Inventarisasi bidang tanah dan/ atau bangunan dan/

atau tanaman;

c) Penelitian status hak tanah;

d) Pengumuman hasil inventarisasi;

e) Menerima hasil penilaian harga tanah dari Lembaga

atau Tim Penilai Harga Tanah;

f) Mengadakan musyawarah antara Pemilik dengan

Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah untuk

memperoleh kesepakatan, yang hasilnya dituangkan

dalam Berita Acara Pelaksanaan Musyawarah;

g) Penetapan besarnya ganti rugi atas dasar kesepakatan

harga yang telah dicapai antara pemilik dengan

instansi Pemerintah yang memerlukan tanah;

h) Menyaksikan penyerahan ganti rugi;

i) Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan

hak;

j) Mengadministrasikan dan mendokumentasikan

berkas pengadaan tanah;

k) Menyampaikan permasalahan disertai pertimbangan

penyelesaian pengadaan tanah kepada Bupati/

Walikota atau Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta

apabila musyawarah tidak tercapai kesepakatan

untuk pengambilan keputusan.

13

Page 15: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

Dalam hal tanah yang diperlukan bagi pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan umum, terletak di 2

(dua) kabupaten/kota atau lebih dalam 1 (satu) provinsi,

dibentuk Panitia Pengadaan Tanah Provinsi dengan

Keputusan Gubernur.

Secara operasional pengadaan tanah untuk

kepentingan umum oleh instansi Pemerintah yang terletak

di 2 (dua) Kabupaten/Kota atau lebih tetap dilaksanakan

melalui bantuan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota

masing-masing.

Sedangkan tugas Panitia Pengadaan tanah Provinsi antara

lain memberikan pengarahan, pembinaan dan

mengkoordinasikan pelaksanaan pengadaan tanah.

14

Page 16: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

b. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang luasnya

tidak lebih dari 1 (satu) hektar

Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 1 (satu)

hektar :

1) Dilaksanakan secara langsung (tidak melalui bantuan

Panitia Pengadaan Tanah), bentuk dan besarnya ganti rugi

ditentukan dari kesepakatan dalam musyawarah antara

Instansi Pemerintah dengan Pemilik, dapat berpedoman

kepada NJOP atau Nilai Nyata dengan memperhatikan

NJOP.

2) Dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/

Kota menggunakan tata cara pengadaan tanah untuk

kepentingan umum yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar.

c. Pengadaan tanah selain untuk kepentingan umum

Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum yakni pengadaan tanah bagi pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan instansi pemerintah, yang

dimiliki pemerintah atau pemerintah daerah :

1) Dilaksanakan secara langsung (tidak melalui bantuan

Panitia Pengadaan Tanah), bentuk dan besarnya ganti rugi

ditentukan dari kesepakatan dalam musyawarah antara

Instansi Pemerintah dengan Pemilik, dapat berpedoman

kepada NJOP atau Nilai Nyata dengan memperhatikan

NJOP.

2) Dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/

Kota, menggunakan tata cara pengadaan tanah untuk

kepentingan umum yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar.

15

Page 17: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

3. Penitipan Ganti Rugi

Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota memerintahkan

kepada Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah untuk

menitipkan ganti rugi uang ke pengadilan negeri yang wilayah

hukumnya meliputi letak tanah bagi pelaksanaan pembangunan

dalam hal :

1) Tidak ada kesepakatan nilai ganti rugi sedangkan

musyawarah telah melewati jangka waktu 120 hari;

2) Yang berhak ganti tidak diketahui keberadaannya;

3) Obyek perkara di pengadilan & belum memperoleh

putusan yang berkekuatan tetap;

4) Masih dipersengketakan kepemilikannya;

5) Sedang diletakkan sita oleh pihak yang berwenang.

4. Pelaksanaan Pembangunan

Pelaksanaan pembangunan fisik atas lokasi pembangunan oleh

Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah, dimulai setelah

pelepasan/penyerahan hak atas tanah dan/atau penyerahan

bangunan dan/atau penyerahan hak atas tanah dan/atau

penyerahan bangunan dan/atau penyerahan tanaman, atau telah

dititipkannya ganti rugi.

16

Page 18: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

Dalam hal ganti rugi kepada yang berhak atas ganti rugi

dititipkan ke Pengadilan Negeri, maka pelaksanaan

pembangunan fisik atas lokasi pembangunan dapat

dilaksanakan setelah diterbitkan keputusan untuk melaksanakan

pembangunan fisik oleh Bupati/Walikota atau Gubernur untuk

wilayah DKI Jakarta (Pasal 67 Peraturan Kepala BPN-RI

Nomor 3 Tahun 2007).

D. Penutup

1. Keberhasilan pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum dimulai dengan adanya pemahaman

para pelaksana, instansi terkait lainnya, maupun masyarakat

melalui sosialisasi terhadap ketentuan hukum pertanahan pada

umumnya maupun ketentuan pengadaan tanah pada khususnya,

sehingga terdapat pemahaman yang sama terhadap ketentuan

perundang-undangan pengadaan tanah yang berlaku.

2. Keberhasilan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum dalam rangka mewujudkan kemakmuran

rakyat menjadi tanggung jawab dari seluruh komponen bangsa,

oleh karena itu perlu dikembangkan semangat kebersamaan oleh

para pelaksana pengadaan tanah serta instansi terkait untuk

mencari solusi terhadap permasalahan yang ada.

17

Page 19: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUMUNTUK TANAH YANG LUASNYA LEBIH DARI 1 ( SATU ) HEKTAR

Panitia Pengadaan Tanah :- Penyuluhan- Inventarisasi- Penelitian status

hukum tanah

Publikasi oleh instansi yang memerlukan tanah tentang rencana pembangunan :- langsung- tidak langsung,

melalui mass media.

Pengumuman hasil inventarisasi berupa peta dan daftar di Kantor Desa/ Kelurahan, Kantor Pertanahan, melalui Website dan atau melalui mass media.

Surat Keputusan Penetapan Lokasi

Tercapai kesepakatan

Musyawarah(Max. 120 hari kalender sejak undangan musyawarah pertama) Musyawarah antara instansi

yang memerlukan tanah dengan pemilik, berpedoman pada hasil penilaian. Yang menentukan bentuk dan besarnya ganti rugi adalah kesepakatan dalam musyawarah.

Panitia Pengadaan Tanah hanya bertindak sebagai fasilitator.

Tidak tercapai kesepakatan

120 hari kalender sejak tanggal undangan musyawarah pertama telah diupayakan musyawarah kembali namun tetap tidak ada kesepakatan dan lokasi tidak dapat dipindahkan, atau pemilik tidak diketahui keberadaannya, atau tanah menjadi obyek perkara di pengadilan atau sedang sengketa atau sedang diletakkan sita.

Pembangunan Fisik

- Mengajukan keberatan kepada Bupati/Walikota atau Gubernur sesuai kewenangan dalam waktu 14 hari.

- Upaya penyelesaian yang ditempuh oleh Bupati/Walikota atau Gubernur tetap tidak diterima oleh pemegang hak.

Pembayaran/pemberian ganti rugi kepada pemiilk tanah, bangunan, tanaman.

Berita Acara Hasil Musyawarah Keputusan Panitia, bentuk dan besarnya

ganti rugi ditentukan dari kesepakatan antara pemilik dengan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah.

Daftar Nominatif

PENILAIAN

Penilaian harga tanah didasarkan atas nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, serta variabel-variabel yang mempengaruhi harga tanah berdasarkan penilaian Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah.

Penilaian harga bangunan dan/atau tanaman oleh Kepala Dinas yang membidangi bangunan dan/atau tanaman.

Diupayakan musyawarah kembali

Penitipan uang ganti rugi ke Pengadilan (Pasal 37 jo. Ps. 48 Peraturan Kepala BPN-RI 3/2007)

Pelepasan hak

pembangunan fisik berdasarkan SK Bupati/Walikota atau Gubernur untuk DKI Jakarta (Pasal 67 Peraturan Kepala BPN-RI No. 3/2007).

18

Page 20: PENGADAAN TANAH Regulasi&Implementasi

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta, Djambatan, 2005.

Helmi Hussain, Akta Pengambilan Tanah 1960, Suatu Huraian dan Kritikan, Universiti Kebangsaan Malaysia, 1999.

Mochtar Kusumaatmadja, B. Arif Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung, Alumni, 2000.

Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradnya Paramita, 1989.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen IV.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025.

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005.

19