Upload
lycong
View
237
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENGALAMAN IBU PRIMIPARA DALAMMEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KELURAHAN KEMBANGANUTARA JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
MUSISKAH
109104000011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1435 H/2014 M
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka
apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap
(QS. Al-Insyirah:6-8)
Dari semua telah kau tetapkanDalam takdir-Mu
Rencana indah yang telah Kau siapkanBagi masa depanku yang penuh harapan
Harapan kesuksesan terpangku di pundakSebagai janji kepada mereka... Ayah dan Mama...
Kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku
Untuk orangtuaku tercinta dengan keridhoannya yang selalu
mendoakanku dengan setulus hati, Untuk kedua kakakku tersayang yang
selalu memberikan semangat tiada henti, Untuk dosen yang telah berjasa,
Untuk semua orang yang ku cintai, Untuk saudaraku tersayang,
Untuk sahabat dan teman-teman yang selama ini bersama memetik ilmu
di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Terima kasihku tiada terhingga untuk semua
Dengan niat yang lurus, ikhlas dan berani bermimpi
Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat
Dan mengalahkan rasa takut
Diriku tiada apa-apa tanpa mereka
Dan sujud syukurku padamu Ya Allah...
Alhamdulillahirabbilalamiin...
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
Skripsi, Januari 2014
Musiskah, NIM: 109104000011
Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di WilayahKerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat
xvii + 89 halaman + 3 gambar + 3 bagan + 1 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, mencapai 34 per 1.000 kelahiranhidup. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi dari sejak lahir sampai usia 6 bulantanpa tambahan cairan maupun makanan lain merupakan pengalaman awal bagiibu primipara yang tidak mudah dilakukan untuk kehidupan terbaik bayinya.Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalammemberikan ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengandesain fenomenologi deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam.Partisipan berjumlah enam orang meliputi ibu primipara yang telah memberikanASI eksklusif dan usia anak tidak lebih dari dua tahun diperoleh melaluipurpossive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancaradan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian inimengidentifikasi delapan tema yaitu: 1) Makna ASI bagi ibu primipara; 2)Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara; 3) Motivasi ibu primipara dalammemberikan ASI eksklusif; 4) Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASIeksklusif; 5) Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif; 6)Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif; 7) Dukungan ibuprimipara dalam memberikan ASI eksklusif; dan 8) Mitos-mitos tentang ASIeksklusif. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakatmengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi mendalam tentang aspekbudaya dalam memberikan ASI eksklusif karena perilaku yang melekat pada ibuberpengaruh oleh aspek budaya yang dimiliki dan penerapan teori maternal roleattainment-becoming a mother pada ibu primipara dalam memberikan ASIeksklusif.
Kata kunci : Pengalaman; ASI eksklusif; Ibu primipara
Daftar bacaan : 59 (1995-2013)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTHNURSING SCIENCE PROGRAMSYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITYJAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2014
Musiskah, NIM : 109104000011
Mother Primiparous Experience in Exclusive Breastfeeding at Work AreaHealth Center Village North Kembangan West Jakarta
xvii + 89 pages + 3 pictures + 3 drafts + 1 table + 7 attachments
ABSTRACT
The infant mortality rate in Indonesia was still high, reach 34 per 1000 baby born.Exclusive breastfeeding to infant since they was born until six months old withoutextra food or liquid was the first experienced for primiparous mother that not easyto do for the best life of their baby. The objective of this study was to explore theexperience of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding. This researchwas a qualitative with phenomenologi descriptive design, the sample datagathered by depth interviewed. There were six participate of primiparous motherthat already give exclusive breastfeeding and the age of their child was no morethan two years old that achieved by purpossive sampling. The data that had beengathered were an interview record and field note that analyzed by Collaizitechnique. This research identified eight themes, which are: 1) the meaning ofbreastfeeding for primiparous mother; 2) the advantages of exclusivebreastfeeding for primiparous mother; 4) the motivation of primiparous mother ingiving exclusive breastfeeding; 5) the behavior of primiparous mother in givingexclusive breastfeeding; 6) the emotion of primiparous mother in giving exclusivebreastfeeding; 7) the support of primiparous mother in giving exclusivebreastfeeding; 8) the myths of breastfeeding. The results of this research can givean idea for the society about the experience of primiparous mother in givingexclusive breastfeeding. Further research about deep exploration of cultural aspectin giving exclusive breastfeeding is needed because of the behavior of a motherwas affected by cultural aspect that they got and application of the theory ofmaternal role attainment-becoming a mother to the primiparous mother in givingexclusive breastfeeding.
Keywords : experience; exclusive breastfeeding; primiparous mother
References : 59 (1995-2013)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat yang disusun
dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak
menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam
NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan FKIK Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, M.KM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing akademik
5. Ibu Puspita Palupi, S. Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat selaku pembimbing I dan
Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan banyak memberi saran demi terselesaikannya penulisan
skripsi ini.
x
6. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala
pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi
kami selaku mahasiswa.
7. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu
kelancaran hal-hal administratif.
8. Kepala dan semua pegawai Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara yang
telah membantu dalam mencari data dan terima kasih atas perizinan dalam
penelitian ini.
9. Keluarga tercinta yaitu orang tua dan kakak penulis yang selalu memberi
kasih sayang, dukungan, doa dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penulis angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam
perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini baik dalam
persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian yang tidak dapat disebutkan satu
persatu dalam kesempatan ini.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua
kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Pernyataan persetujuan..................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. v
Lembar Persembahan ....................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................. vii
Abstract ............................................................................................................ viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi........................................................................................................... xi
Daftar Gambar.................................................................................................. xiv
Daftar Bagan .................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8
E. Ruang Lingkup.............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman ................................................................................... 10
B. ASI eksklusif ................................................................................. 11
1. Pengertian............................................................................... 11
2. Komposisi .............................................................................. 11
3. Pembagian ASI ...................................................................... 15
4. Anatomi payudara .................................................................. 16
5. Fisiologi Laktasi..................................................................... 18
xii
6. Manfaat ASI Eksklusif........................................................... 22
7. Teknik Menyusui ................................................................... 25
8. Masalah dalam Menyusui ...................................................... 26
C. Ibu Primipara................................................................................. 27
D. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother.................. 28
Kerangka Teori.............................................................................. 32
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 33
B. Definisi Istilah ............................................................................... 33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian........................................................................... 34
B. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................... 36
C. Partisipan Penelitian...................................................................... 36
D. Instrumen Penelitian...................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
F. Teknik Analisa Data...................................................................... 41
G. Keabsahan Data............................................................................. 43
H. Etika Penelitian ............................................................................. 46
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian........................................... 47
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 48
1. Karakteristik Partisipan.......................................................... 48
2. Hasil analisis tematik ............................................................. 49
BAB VI PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ...................................... 68
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 85
xiii
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 86
B. Saran.............................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1....................................................................................................... 18
Gambar 2.2....................................................................................................... 21
Gambar 2.3....................................................................................................... 21
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 ......................................................................................................... 28
Bagan 2.2 ......................................................................................................... 32
Bagan 4.1 ......................................................................................................... 42
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 ......................................................................................................... 47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman wawancara
Lampiran 2. Matriks analisis tematik
Lampiran 3. Daftar riwayat hidup penulis
Lampiran 4. Surat izin studi pendahuluan
Lampiran 5. Surat izin penelitian
Lampiran 6. Surat permohonan menjadi partisipan
Lampiran 7. Surat persetujuan menjadi partisipan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2007 berdasarkan Millenium
Development Goals (MDGs) di Indonesia masih tinggi, mencapai 34 per
1.000 kelahiran hidup dan target pada tahun 2015 harus mencapai 23 per
kelahiran hidup (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
2010). Estimasi AKB di provinsi DKI Jakarta tahun 2007 mencapai 28 per
1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) DKI Jakarta juga melaporkan
AKB pada tahun 2010 sebesar 8 per 1.000 kelahiran. Angka ini mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 8,4 per 1.000
kelahiran. Kemenkes RI (2012) mengungkapkan penyebab kematian bayi di
Indonesia, antara lain bayi berat lahir rendah 29%, asfiksia 27%, tetanus dan
infeksi 15%, masalah pemberian minum 10%, masalah hematologi 6%, diare
serta pneumonia 13%.
Bayi yang diberikan ASI selama enam bulan atau lebih memiliki
ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4
bulan, dan bayi yang disusui selama 4-5 bulan memiliki ketahanan hidup 2,6
kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari empat bulan (Nurmiati,
2008). Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian
akibat penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia,
2
dan kematian bayi secara mendadak. Ibu yang tidak memberikan ASI akan
meningkatkan kanker payudara, kanker ovarium, mempertahankan berat
badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan sindrom metabolik
(Stuebe, 2009).
ASI merupakan cairan yang mengandung nutrisi bermanfaat bagi bayi
(Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 2008). Pemberian ASI eksklusif
berarti bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia enam bulan, tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi ataupun tim (Roesli, 2008). ASI mengandung zat gizi
lengkap seperti protein, energi, laktosa, natrium, kalsium, fosfor dan zat besi.
Pemberian ASI merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai
kehidupannya karena ASI mudah langsung tersedia, tidak mahal dan mudah
dikonsumsi (Meadow, 2005).
Menyusui telah dilakukan oleh seorang ibu sejak beribu-ribu tahun
yang lalu dan juga telah dianjurkan dalam kitab suci Al-quran dalam surat Al-
Baqarah ayat 233:
233
Yang artinya :
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahunpenuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajibanayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf.Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorangayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
3
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanyadan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamuingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimuapabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalahkamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yangkamu kerjakan (Q.S. Al-Baqarah ayat 233).
Menyikapi pentingnya pemberian ASI, Pemerintah Indonesia telah
menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang
Kesehatan pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan ASI
eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis
(Presiden Republik Indonesia (RI), 2009). Undang-Undang Perlindungan
Anak Bab I pasal 1 No.12 dan Bab II pasal 2 menetapkan bahwa hak anak
adalah non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak kelangsungan
hidup, dan perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak yang
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara (Presiden RI, 2002). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif terutama
pada Bab III pasal 2 bertujuan untuk, yaitu menjamin pemenuhan hak bayi
untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia
enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya,
memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif
(Presiden RI, 2012).
Data survey World Health Organization (WHO) Global Data Bank on
Infant and Young Child Feeding (IYCF) tahun 2007-2008 menunjukkan rasio
pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama empat bulan sebanyak 40,6%
4
sedangkan pemberian selama enam bulan sebanyak 32,4%. Profil Data
Kesehatan (2011), melaporkan angka cakupan pemberian ASI eksklusif pada
bayi 0-6 bulan pada tahun 2010 di provinsi Jawa Barat sebanyak 67,3%,
sedangkan di provinsi DKI Jakarta sendiri sebanyak 62,1%. Riset Kesehatan
Dasar tahun 2010, bayi yang diberikan ASI eksklusif pada usia kurang dari
enam bulan hanya terdapat 15,3% saja. Angka tersebut masih rendah untuk
mencapai target kegiatan pembinaan gizi tahun 2010-2014 sebanyak 80%
(Kemenkes RI, 2012).
Tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah sebanyak
56,2% (Kemenkes RI, 2012). Kondisi ini terjadi karena faktor ekonomi,
rendahnya pengetahuan serta banyak promosi produk susu formula. Perilaku
ibu untuk menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif baru mencapai 39%.
Kondisi ini terjadi karena adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos
negatif dalam keluarga sehingga membutuhkan banyak perhatian untuk
meningkatkan dan menanggulangi masalah gizi (Rosita, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan Nurlely (2012) di Semarang,
melaporkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Poncol lebih tinggi yaitu 72,27% daripada wilayah Puskesmas Candilama
cakupannya hanya sebesar 2,23%. Perbedaan cakupan terjadi karena produksi
ASI yang dihasilkan sedikit, kemudian pada ibu bekerja yang harus
meninggalkan bayinya di rumah bersama neneknya merasa dan berkeyakinan
bahwa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya selama
enam bulan. Kondisi ini membuktikan bahwa banyaknya faktor yang dapat
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif selama enam bulan.
5
Hasil studi yang dilakukan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
(AIMI, 2010), ibu yang telah memiliki 3 anak berbagi pengalaman tentang
pemberian ASI eksklusif pada anaknya. Partisipan tersebut mengatakan
bahwa memberikan ASI tidak mudah, terutama untuk menyusui anak
pertamanya. Ia merasa bingung sekali ketika mengetahui kondisi puting lecet
dan mengalami mild baby blues selama 3 hari, dimana setiap menyusui dari
payudara yang lecet harus menangis. Ia juga sempat memberikan susu
formula karena kurangnya informasi dan orang tuanya juga mengatakan jika
diberikan ASI dan susu formula saja anak akan kelaparan sehingga ia
memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini pada bayinya.
Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak
hidup dan baru menjadi seorang ibu. Beberapa ibu primipara biasanya
mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan,
sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari pengetahuan
banyak tentang perawatan maternal (Lowdermilk, 2004). Seorang ibu
primipara memiliki keinginan kuat untuk dapat memberikan ASI kepada
bayinya. Hasil penelitian oleh Smith, dkk (2012) di Amerika Serikat, 4 dari 5
remaja sebagai ibu primipara memberikan ASI eksklusif selama 9 hari, dan
hanya satu remaja yang berhasil memberikan ASI eksklusif selama enam
bulan karena memiliki niat yang sangat kuat untuk menyusui bayinya,
menyatakan ASI adalah yang terbaik untuk kehidupan bayinya serta tidak
mengeluarkan uang. Bagi ibu primipara berhenti menyusui sangat berkaitan
dengan pengalaman mereka sebagai ibu yang memiliki pengetahuan kurang
tentang dasar-dasar ASI, kurangnya keterampilan menyusui, pengalaman
6
awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap untuk melakukan
pengeluaran ASI (Smith,dkk, 2012).
Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas
Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat, didapatkan hasil cakupan
pemberian ASI eksklusif masih rendah terutama pada ibu primipara. Hal
tersebut dapat dilihat pada hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti,
terdapat data 60 orang ibu primipara yang datang di Puskesmas Kelurahan
Kembangan Utara diantaranya 25 orang yang memberikan ASI. Peneliti ingin
mengetahui fenomenologi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif yang ada di wilayah ini.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pemberian ASI eksklusif sangat
penting dan merupakan pengalaman awal bagi ibu yang baru melahirkan anak
pertamanya, maka peneliti ingin mengeksplorasi lebih dalam pengalaman ibu
primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat.
B. Rumusan Masalah
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai
usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim. Data survey WHO IYCF tahun
2007-2008 rasio pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama empat bulan
sebanyak 40,6% sedangkan pemberian selama enam bulan sebanyak 32,4%.
Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian akibat
7
penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia, dan
kematian bayi secara mendadak. Bagi ibu yang tidak memberikan ASI akan
meningkatkan terjadinya premenopause, kanker payudara, kanker ovarium,
mempertahankan berat badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan
sindrom metabolik
Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak
hidup dan baru menjadi seorang ibu. Menyusui merupakan pengalaman awal
bagi ibu primipara yang tidak mudah dilakukan untuk kehidupan terbaik
bayinya. Penelitian untuk meneliti pengalaman ibu khususnya ibu primipara
dalam pemberian ASI eksklusif belum ada padahal penting untuk diketahui
agar tidak terjadi kegagalan dalam menyusui terutama untuk para calon ibu.
Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah ingin mengeksplorasi
pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu
primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat.
8
D. Manfaat
1. Manfaat Ilmiah
a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya
mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
b. Menjadi evidence based keperawatan mengenai pengalaman ibu
primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah
wawasan pendidik dan peserta didik serta menjadi data dasar dalam
peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji, mengidentifikasi
dan mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif.
b. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi tenaga
kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi melalui
promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif.
c. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada para ibu terutama ibu primipara
mengenai ASI eksklusif dan pengalaman dalam memberikannya pada
bayi sehingga dapat memberikan motivasi untuk mempersiapkan diri
mereka mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif.
9
E. Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan adalah pengalaman ibu primipara dalam
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan
Utara, Jakarta Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam untuk menggali pengalaman dari para
partisipan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan
Utara Jakarta Barat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,
2008) diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalankan dan atau dirasakan.
Pengalaman terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok
dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar)
pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan
perkembangan bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam
lingkungannya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).
Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa
berupa tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap pertahanan
diri terhadap dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi gambaran lengkap
kehidupan seseorang dimasa lampau mengenai hitam putih, baik buruk, yang
dapat diungkapkan kembali melalui upaya penelusuran pengalaman hidup
tersebut (Bungin, 2008).
Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan
guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman dapat
diartikan sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan
menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu
dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah,
2003). Berdasarkan definisi diatas bahwa pengalaman merupakan segala
11
sesuatu yang pernah dialami (dijalankan, dirasakan) terhadap peristiwa yang
terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang akan menjadi sumber
pengetahuan.
B. ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI merupakan bentuk nutrisi terpilih buat bayi. ASI
mengandung zat protektif dan semua zat gizi dengan komposisi sesuai
dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan kembang secara optimal
(Wong, 2008). ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI
secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga
tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia enam bulan
(Roesli, 2005).
2. Komposisi
ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain
zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,
hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih (Roesli, 2005). ASI
mengandung zat gizi lengkap seperti protein, energi, laktosa, natrium,
kalsium, fosfor dan zat besi. Pemberian ASI merupakan awal yang
sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah
langsung tersedia, tidak mahal dan mudah dikonsumsi (Meadow, 2005).
12
a. Karbohidrat
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2008), karbohidrat
utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih banyak
laktosa sekitar 20-30% dari susu sapi (Roesli, 2005). Laktosa akan
dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase didalam
usus halus. Galaktosa merupakan makanan vital bagi jaringan otak
yang sedang tumbuh. Laktosa akan difermentasi oleh bakteri usus
yang baik yaitu Lactobacillus bifidus menjadi asam laktat. Adanya
asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi yang
akan memberikan keuntungan diantaranya menghambat
pertumbuhan bakteri yang berbahaya pada usus dan meningkatkan
absorpsi kalsium dan fosfor (Hegar, 2008; Roesli, 2005).
b. Lemak
Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah
kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan
kalori untuk bayi yang sedang tumbuh (Roesli, 2005). Lemak ASI
akan mudah dicerna dan diserap oleh bayi, karena ASI juga
mengandung enzim lipase yang mencerna lemak sehingga hanya
sedikit lemak yang tidak diserap. Susu formula tidak mengandung
enzim, sebab enzim akan hancur bila dipanaskan. Itu sebabnya bayi
akan sukar menyerap lemak susu formula (Roesli, 2005).
Lemak utama ASI adalah asam lemak esensial terdiri dari
Omega-3, Omega-6, docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic
13
acid (AA). Lemak ini sedikit atau tidak ada pada susu sapi, padahal
amat penting untuk pertumbuhan otak (Hegar, 2008; Roesli, 2005).
c. Protein
Protein adalah bahan baku untuk tumbuh (Roesli, 2005).
Susu sapi dan ASI mengandung dua macam protein utama yaitu
whey dan kasein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah
dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal,
dan sulit dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2005).
Protein ASI yang utama adalah whey, sedangkan protein
utama susu sapi adalah kasein. Rasio whey dan kasein pada ASI
adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi rasionya 20:80. Hal ini tentu
menguntungkan bayi karena whey lebih mudah dicerna dibanding
kasein (Roesli, 2005). ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan
susu sapi mengandung laktoglobulin dan bovine serum albumin yang
sering menyebabkan alergi (Hegar, 2008; Roesli, 2005). Protein
istimewa lainnya yang terdapat dalam ASI adalah taurin, laktoferin
dan lisozim yang berperan dalam pertahanan tubuh (Hegar, 2008).
d. Sel hidup
ASI tidak hanya memberikan perlindungan yang unik
terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang perkembangan
sistem kekebalan bayi itu sendiri. ASI memberikan zat kekebalan
yang belum dapat dibuat oleh bayi (Roesli, 2005).
Setiap tetes ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang
menyerupai sel darah putih sehingga dinamakan sel darah putih
14
dari ASI. Sel-sel ini beredar dalam usus bayi dan membunuh kuman-
kuman jahat, menyimpan dan menyalurkan zat-zat penting seperti
enzim, faktor pertumbuhan, dan protein yang melawan kuman atau
imunoglobulin (Roesli, 2005).
e. Imunoglobulin atau antibiotika alamiah
ASI mengandung imunoglobulin atau antibiotika alamiah,
suatu protein yang beredar dan bertugas mencegah infeksi serta
membunuh kuman-kuman-jahat yang masuk dalam tubuh bayi
(Roesli, 2005). ASI mengandung kadar tinggi aktifitas
imunoglobulin A (IgA) yang memberikan perlindungan terhadap
berbagai penyakit bakteri dan virus, terutama yang mengenai saluran
pernapasan dan sistem gastrointestinal (Wong, 2008).
f. Vitamin, mineral, dan zat besi
ASI dan susu sapi memiliki jumlah vitamin A dan B
kompleks yang memadai. Vitamin C rendah pada susu sapi, tetapi
tinggi pada ASI, selama asupan ibu mencukupi. Vitamin D rendah
pada ASI tetapi kebutuhannya sudah mencukupi. ASI hanya
mengandung seperempat jumlah vitamin K dibandingkan susu sapi
atau susu formula (Wong, 2008; Lowdermilk, 2004). Vitamin ini yang
dibutuhkan untuk koagulasi darah, dapat diproduksi oleh bakteri
usus halus. Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir terjadi karena
kadar vitamin K rendah, sehingga pada saat bayi lahir diberikan
suntikan vitamin K (Lowdermilk, 2004).
15
Kandungan mineral susu sapi jauh lebih tinggi dari ASI,
dengan pengecualian besi dan fluorida. Kandungan besi rendah pada
kedua jenis susu, tetapi besi dalam ASI lebih mudah diserap oleh
bayi (50%) dari pada susu sapi (10%), dan susu formula (5%)
(Wong, 2008; Lowdermilk, 2004). Janin dan bayi baru lahir
menyimpan besi untuk digunakan selama beberapa bulan, sehingga
bayi yang hanya disusui biasanya dapat mempertahankan kadar
hemoglobin yang adekuat selama 6 bulan pertama kehidupannya
(Lowdermilk, 2004).
ASI memiliki kandungan kalsium yang rendah dibandingkan
susu sapi dan formula, tetapi rasio kalsium terhadap fosfat adalah
2:1. Rasio ini merupakan rasio yang optimal untuk mineralisasi
tulang, sehingga bayi cukup bulan yang disusui akan mendapat
banyak kalsium. Rasio kalsium terhadap fosfat di dalam susu
formula berada diantara ASI dan susu sapi (Lowdermilk, 2004).
3. Pembagian ASI
Perubahan komposisi ASI terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Kolostrum merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari
keempat/ketujuh (Roesli, 2005). Kolostrum ini berwarna kuning atau
dapat pula jernih dan lebih menyerupai warna darah daripada susu,
lebih banyak mengandung protein dan zat anti-infeksi 10-17 kali
lebih banyak dibanding ASI yang matang sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak rendah. Total energi lebih rendah jika
dibandingkan dengan susu matang (Roesli, 2005). Kolostrum juga
16
mengandung imunoglobulin A (IgA), yang melindungi saluran
gastrointestinal bayi dari infeksi (Murray & McKinney, 2006).
b. ASI transisi/peralihan, yaitu ASI yang keluar sejak hari
keempat/ketujuh sampai hari ke-10/ke-14. Kadar protein didalamnya
semakin rendah, sedangkan karbohidrat dan lemaknya semakin
tinggi dan volumenya juga semakin meningkat (Roesli, 2005).
c. ASI matang (mature), yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan
seterusnya yang memiliki komposisi yang konstan (Roesli, 2005).
4. Anatomi Payudara
Payudara adalah sepasang kelenjar mamae yang terletak di antara
tulang iga kedua dan keenam (Lowdermilk, 2004). Payudara merupakan
kelenjar kulit khusus yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat
(Faiz & Moffat, 2004). Payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan
bagian dalam (internal) (Roesli, 2005). Bagian luar terdiri dari sepasang
buah dada yang terletak di dada, puting susu, dan daerah kecoklatan di
sekitar puting susu (areola mammae). Bagian dalam terdiri dari empat
jaringan utama yaitu kelenjar susu (mammary alveoli) merupakan pabrik
susu, gudang susu (sinus lactiferous) yang berfungsi menampung ASI,
terletak di bawah daerah kecoklatan di sekitar puting susu, saluran susu
(ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang
susu, serta jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat dan
sel lemak yang melindungi (Roesli, 2005).
Payudara memiliki berat kurang lebih 200 gram dan pada saat
hamil berat payudara meningkat menjadi 600 gram dan dapat mencapai
17
800 gram saat menyusui (Lowdermilk, 2004). Peningkatan berat payudara
tersebut menjadi persiapan ibu untuk menyusui bayinya (Lowdermilk,
2004).
Areola adalah daerah berwarna gelap yang letaknya mengelilingi
puting susu (gambar 2.1). Pada daerah ini terdapat kelenjar Montgomery
yang menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kulit disekitar
areola (Hegar, 2008). Hasil penelitian bahwa peningkatan kelenjar
Montgomery dapat meningkatkan aktivitas kecepatan menghisap pada
bayi (Geddes, 2007).
Alveolus adalah unit terkecil payudara yang menghasilkan susu.
Beberapa alveolus membentuk lobulus, beberapa lobulus berkumpul
menjadi lobus. Hasil skema tradisional anatomi payudara
menggambarkan kelenjar payudara memiliki 15 sampai 20 lobus yang
terdiri dari 20-30 lobulus (gambar 2.1). Masing-masing lobulus
mengandung 10 sampai 100 alveoli yang memiliki diameter kira-kira
0,12 mm dan dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus)
sehingga menyerupai sebuah pohon. ASI disalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus), di bawah puting susu, duktus
laktiferus berubah menjadi menyempit membentuk sinus susu (sinus
laktiferus) dan membuka ke permukaan puting susu (gambar 2.1).
Dinding alveolus dan saluran laktiferus memiliki otot polos yang akan
menghasilkan ASI bila berkontraksi (Geddes, 2007).
18
Gambar 2. 1 Anatomi payudaraSumber: Geddes (2007)
5. Fisiologi Laktasi
Laktasi merupakan pengeluaran susu dari kelenjar susu
(lowdermilk, 2004). Selama kehamilan telah terjadi perubahan hormon
yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk
memproduksi ASI (Roesli, 2000). Laktogenesis (permulaan produksi
susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan dan terus berlanjut sampai bayi
lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara
(Lowdermilk, 2004).
Air susu mulai disekresikan 1-3 hari setelah melahirkan. ASI
yang keluar masih sedikit 1-10 ml setiap menyusui dan akan meningkat
menjadi 50-70 ml setiap menyusu pada hari ke 4-5. Produksi ASI dapat
mencapai 750-800 ml per hari pada minggu ke enam jika ibu terus
menyusui secara aktif (Ganong, 2008). Sebaiknya bayi disusui secara on
demand dan tidak terjadwal, yang ditentukan oleh rasa lapar untuk
menyusu agar penyusuan dapat berhasil (Wong, 2008).
19
Tiga refleks maternal yang berperan dalam menyusui yaitu
sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let down. Prolaktin
merupakan hormon laktogenik yang dihasilkan oleh hipofisis anterior,
berperan untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Refleks
prolaktin terjadi jika ujung-ujung saraf pada area papilla dan areola
mamae dirangsang oleh isapan bayi saat menyusui yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik (Lowdermilk, 2004). Stimulasi isapan bayi
mengirim impuls ke hipotalamus dan merangsang pengeluaran faktor-
faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor tersebut akan
merangsang hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan
hormon prolaktin. Hormon ini berperan penting untuk meningkatkan
produksi ASI oleh sel-sel alveolar (Lowdermilk, 2004). Jumlah prolaktin
yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan
besarnya stimulus isapan, yaitu prekuensi, intensitas dan lama bayi
menghisap (Garza, Hopkin, 1988; Lawrence, 1994, dikutip dalam
Lowdermilk, 2004). Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan
ereksi. Refleks ereksi puting susu membantu propulsi susu melalui sinus-
sinus laktiferus ke pori-pori puting susu (Lowdermilk, 2004). Hal itu
berarti semakin sering bayi menyusu akan meningkatkan prolaktin
sehingga produksi susu di alveolar lebih banyak.
Pengeluaran susu dari payudara ke mulut bayi merupakan proses
aktif di dalam payudara (Lowdermilk, 2004). Proses ini tergantung pada
refleks let down atau refleks ejeksi susu (Lowdermilk, 2004). Refleks let
down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi (gambar
20
2.2). Isapan bayi menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk
mensekresikan oksitosin. Oksitosin akan memicu kontraksi otot polos
dinding alveolus, menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus masuk
ke sinus laktiferus, dimana susu siap tersedia untuk bayi (Lowdermilk,
2004; Ganong, 2008). Semakin sering bayi mengisap, pengosongan
alveolus dan duktus makin baik sehingga kemungkinan terjadinya
bendungan susu makin kecil dan menyusui makin lancar. Faktor-faktor
yang dapat meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
menyusui bayi (Dewi, 2011).
Pada saat lahir bayi memiliki pola perilaku atau refleks yang
mempermudah pemberian ASI yaitu refleks mencari (rooting refleks),
refleks menghisap dan menelan, dan kenyang (Lowdermilk, 2004).
Rooting refleks timbul ketika pipi atau mulut bayi berada disekitar
payudara ibu yang menimbulkan refleks mencari pada bayi dengan
menggerakkan kepalanya untuk menuju puting susu. Jika puting susu
tersentuh maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk
menangkap puting (Perry dan Lowdermilk, 2006). Refleks menghisap
terjadi pada saat puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut ditarik
oleh lidah menjadi lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di
belakang puting susu yang terletak pada langit-langit keras (palatum
durum) (gambar 2.3). Tekanan bibir dan rahang yang terjadi secara
bersamaan membuat gusi menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus
sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, kemudian bagian
21
belakang lidah akan menekan langit-langit yang mengakibatkan ASI
keluar dari puting susu. Refleks menelan terjadi bila mulut bayi terisi
ASI dan menelannya masuk ke dalam lambung (Perry dan Lowdermilk,
2006).
Gambar 2.2 A. Milk production. B. Refleks let down.Sumber : Perry & Lowdermilk (2006).
Gambar 2.3 Correct attachment (lacth-on) of infant at breast.Sumber : Perry & Lowdermilk (2006).
22
6. Manfaat ASI Eksklusif
Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua. ASI
bermanfaat untuk ibu, bayi, negara dan lingkungan (Roesli, 2008).
a. Bagi ibu
Menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea
Laktasi (MAL) serta ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula
dan peralatannya (Hegar, 2008)
Menyusui bayi segera setelah melahirkan maka akan
mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan, karna pada ibu
menyusui terjadinya peningkatan kadar oksitosin yang berguna
untuk penutupan pembuluh darah, menjarangkan kehamilan karena
merupakan cara kontrasepsi yang murah, aman, dan cukup berhasil,
ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
sebelum hamil, mengurangi kemungkinan terjadinya kanker, lebih
ekonomis, mudah dibawa kemana-mana dan praktis, tidak
merepotkan dan hemat waktu, memberi kepuasan bagi ibu (Roesli,
2005).
Sinclair (2009), menyebutkan bahwa menyusui menyebabkan
involusio uterus lebih cepat, perlindungan terhadap kanker ovarium,
menurunkan resiko kenker payudara premenopause khususnya jika
23
laktasi pertama terjadi sebelum usia 20 tahun dan berlangsung
selama sekurang-kurangnya enam bulan, resiko osteoporosis dapat
dipastikan menurun khususnya wanita yang telah hamil dan
menyusui bayi mereka, menunda ovulasi yang mendukung
pengaturan jarak anak, sekresi prolaktin meningkatkan relaksasi dan
prolaktin serta oksitosin meningkatkan kelekatan ibu dan anak serta
menghilangkan penggunaan kaleng formula, botol susu, dan pelapis
botol.
b. Bagi bayi
Nutrisi ASI diantaranya adalah lemak, laktosa, protein, garam
mineral dan vitamin, protein ASI terdiri dari whey protein yang dapat
lebih mudah dicerna, sehingga pengosongan lambung lebih cepat,
sedang kasein lebih sulit dicerna (Wong, 2008). ASI memiliki asam
amino sistin dan taurin yang kadarnya lebih tinggi dari susu formula.
Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin
berperan untuk pertumbuhan otak, perkembangan retina dan
maturasi pendengaran. Karbohidrat utama ASI adalah laktosa yang
mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa (Wong, 2008). Laktosa
dapat mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan
mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis
vitamin (Soetjiningsih, 1997). Galaktosa penting untuk pembentukan
galaktopid yang diperlukan untuk pertumbuhan sistem saraf pusat
(Wong, 2008).
24
ASI mengandung asam lemak esensial, asam linoleat (Omega
6) dan asam linolenant (Omega 3) yang menjadi prekursor
docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA). DHA dan
AA berfungsi penting dalam pertumbuhan otak anak (Wong, 2008).
Hal ini penting karena pada masa bayi sampai usia satu tahun terjadi
peningkatan jumlah neuron otak kedua, ASI juga mengandung
vitamin A, B, C, D, dan K dalam jumlah yang memadai sesuai
kebutuhan bayi (Lowdermilk, 2004; Wong, 2008).
ASI selain sebagai nutrisi juga dapat meningkatkan daya
tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan
kasih sayang (Roesli, 2005).
c. Bagi negara
Manfaat ASI bagi negara dapat menghemat devisa untuk
pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya
menyiapkan susu; menghemat untuk biaya sakit karena muntah dan
mencret serta saluran napas; menghemat obat-obatan, tenaga, dan
sarana kesehatan; menciptakan generasi penerus bangsa yang
tangguh dan berkualitas untuk membangun negara; langkah awal
untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya
generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2005).
25
d. Bagi lingkungan
ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di
dunia. Memberi ASI tidak memerlukan kaleng susu, karton, kertas
pembungkus, botol plastik dan dot karet. ASI tidak menambah polusi
udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang
mengeluarkan asap serta alat transportasi yang juga mengeluarkan
asap (Roesli, 2005).
7. Teknik Menyusui
Proses menyusui akan berjalan dengan lancar jika ibu memiliki
keterampilan dalam menyusui, sehingga ASI dapat mengalir dari
payudara ibu ke bayi dengan efektif. Posisi dasar menyusui terdiri dari
posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara
ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi
duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring (Hegar, 2008).
Posisi menyusui yang benar menurut Hegar (2008) yaitu:
a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)
b. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)
c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi
membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi
d. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik, ada kontak mata
antara ibu dengan bayi
e. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi, dan kepala terletak
dilengan bukan didaerah siku.
26
Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik juga telah dijelaskan
bahwa dagu harus menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah
terputar keluar, lebih banyak areola bagian atas yang terlihat daripada
bagian bawah, dan tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu
(Hegar, 2008). Menyusui bayi sebaiknya dilakukan di setiap saat bayi
membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Rata-
rata bayi menyusui selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih.
Menyusui bayi sesering mungkin sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24
jam dan tidak hanya pada satu payudara melainkan keduanya secara
seimbang, sehingga mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan
ASI. Menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan
suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam
hari (Hegar, 2008).
8. Masalah dalam Menyusui
Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama
kehidupan bayi tidaklah sederhana (Hegar, 2008). Beberapa kendala
yang sering menjadi alasan ibu masalah dalam menyusui karena produksi
ASI kurang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu
ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), bayi
terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa,
susu formula pada hari-hari pertama kelahiran), kelainan yang terjadi
pada ibu seperti puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak,
engorgement, mastitis dan abses, ibu hamil lagi padahal masih menyusui,
27
ibu bekerja, kelainan yang terjadi pada bayi seperti bayi sakit,
abnormalitas bayi (Hegar, 2008).
Masalah yang terkait dalam menyusui terjadi ketika ASI tidak
keluar secara langsung serta rendahnya produksi ASI. Meningkatkan
produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi sesegera
mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin karena semakin
sering bayi menghisap puting susu maka semakin banyak ASI yang
keluar dengan cara menyusui yang benar (Baskoro, 2008).
C. Ibu Primipara
Primipara merupakan wanita yang pertama kali mengalami satu kali
persalinan pada masa gestasi lebih dari minggu ke-20 (Hamilton, 1995). Ibu
primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak yang hidup
dan baru menjadi seorang ibu (Lowdermilk, 2004). Beberapa ibu primipara
biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari
gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari
pengetahuan banyak tentang perawatan maternal. pengetahuan tersebut
termasuk didalamnya tentang cara pemberian ASI yang benar (Lowdermilk,
2004).
Pengetahuan dasar tentang ASI dan keterampilan dalam menyusui
merupakan proses bagi seorang ibu untuk dapat memberikan ASI dengan
tepat. Penghentian menyusui oleh ibu primipara karena kurangnya
pengetahuan dasar tentang ASI, keterampilan yang kurang, perubahan hidup
28
yang baru, dan pengalaman awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap
untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith, dkk., 2012).
D. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother
Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother (Pencapaian
peran ibu-menjadi seorang ibu) merupakan pengembangan dari teori Reva
Rubin yang dikenal dengan proses bonding-attachment (Tomey dan Alligood,
2006). Teori Mercer (1991) mengemukakan mengenai pencapaian peranan
ibu, yang ditempatkan dengan lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979) dalam
Tomey dan Alligood (2006) mengenai mikrosistem, mesosistem dan
makrosistem sebagai berikut :
IBUEmpati/ peka pada isyaratbayi, harga diri/konsep diri,pengasuhan, kedewasaan danfleksibilitas, sikap, kehamilan
dan pengalaman kelahiran,kesehatan secara keseluruhan,dan konflik peran/ketegangan
ANAKTemperamen /perangaiKemampuan untukmemberikan isyaratpenampilankarakteristikdaya tanggapkesehatan
Mikrosistem
Hubungan ibu-ayah
Relationship
Mesosistem
Makrosistem
peraw
atan
KOMPONEN PERAN IBUKeterikatan pada bayi, memperolehkompetensi dalam perilaku ibu, danmengekspresikan kepuasan
HASIL PADA ANAK
Kognitif / mentalPengembanganPerilakuKesehatanKompetensi sosial
Fungsi keluarga
Pengaturan kerja orangtua
Konsistensi pengaruh budaya
Sekolah
Dukungan sosial
Bagan 2.1 Model of Maternal Role Attainment (Mercer, 1991).
29
1. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu
terjadi. Faktor-faktor ini meliputi fungsi keluarga, hubungan ayah-ibu,
dukungan sosial, status ekonomi, nilai-nilai keluarga dan stressor.
2. Mesosistem tersebut meliputi, pengaruh dan berinteraksi dengan orang-
orang dalam mikrosistem ini. Mesosistem meliputi hari perawatan,
sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah, dan lingkungan yang umum
berada dalam masyarakat. Misalnya, melihat bagaimana ibu memberikan
ASI eksklusif baik di tempat kerja maupun tempat umum lainnya agar
kebutuhan bayi tetap terpenuhi.
3. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem
terdiri atas sosial, politik, dan budaya. Misalnya, lingkungan pelayanan
kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI
eksklusif, adanya kebijakan dari pemerintah tentang pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan, dan adanya budaya yang dianut dalam
proses pemberian ASI eksklusif seperti pantangan makanan/minuman
yang berkaitan dengan menyusui serta bagaimana persepsi budaya yang
sudah diwariskan turun-temurun mengenai menyusui.
Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran
ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang
mendasarinya. Pencapaian peran ibu merupakan interaksi dan proses
perkembangan yang terjadi sepanjang waktu yang menjadikan ibu berespon
terhadap bayinya. Proses ini terdiri dari empat tahap pencapaian peran ibu,
yaitu :
30
a. Anticipatory
Tahap ini dimulai selama kehamilan yang menggambarkan
kesiapan secara sosial dan psikologis dalam menerima kehamilan. Pada
tahap ini ibu sudah membayangkan bagaimana melakukan perawatan
pada bayi termasuk memberikan ASI.
b. Formal
Tahap formal dimulai saat kelahiran bayi dimana ibu mulai
belajar untuk mandiri dalam menjalankan peran ibu. Pada tahap ini ibu
belajar dengan melihat bagaimana cara orang lain dalam memberikan
ASI eksklusif.
c. Informal
Tahap ini dimulai saat ibu mencoba mengembangkan perannya
yang unik menurut dirinya sendiri tanpa mencontoh peran ibu lain. Pada
tahap ini ibu primipara melakukan dengan keterampilannya sendiri dalam
memberikan ASI eksklusif.
d. Personal
Tahap ini ibu sudah menginternalisasi perannya. Pada tahap ini
ibu primipara merasakan kepuasan karena berhasil dalam memberikan
ASI Eksklusif. Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi
berdampak pada identitas peran ibu yang meliputi: temperamen,
kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum,
tanggap dan kesehatan umum.
Komponen utama dari peran ibu terbagi menjadi tiga yaitu keterikatan
pada bayi, memperoleh kompetensi dalam perilaku ibu, dan mengekspresikan
31
kepuasan dalam interaksi antara ibu dan bayi (Mercer, 1995 dalam Tomey
dan Alligood, 2006). Komponen ini ibu harus memiliki rasa kasih sayang
pada bayi, keterampilan dalam praktik menyusui dengan benar dan akhirnya
mendapatkan kepuasan tersendiri setelah semuanya tercapai.
Sifat dan perilaku dari ibu dan anak dapat mempengaruhi identitas
peran masing-masing. Sifat-sifat keibuan dan perilaku dimasukkan dalam
model Mercer adalah empati atau kepekaan terhadap isyarat bayi, harga diri
atau konsep diri, pengasuhan yang diterima sebagai seorang anak,
kedewasaan dan fleksibilitas, sikap, kehamilan dan pengalaman kelahiran,
kesehatan secara keseluruhan, dan konflik peran atau ketegangan (Tomey dan
Alligood, 2006). Adanya peran ibu akan terjadi interaksi bayi pada ibu
meliputi kontak mata sebagai isyarat pembicaraan, refleks menggenggam,
refleks tersenyum dan tingkah laku tenang sebagai respon terhadap perawatan
yang dilakukan ibu. Konsistensi perilaku interaksi dengan ibu dan respon
yang datang dari ibu akan meningkatkan pergerakan (Tomey dan Alligood,
2006).
32
KERANGKA TEORI
Bagan 2.2 Dimodifikasi dari Model of Maternal Role Attainment(Mercer,1991).
Pencapaian peran pada ibu primipara(maternal role attainment)
keterikatan pada bayi perilaku dan keterampilan dalam
menyusui kepuasan interaksi pada bayi
Mikrosistem
fungsi keluarga hubungan ayah-ibu dukungan sosial status ekonomi nilai-nilai keluarga
Terjadi interaksi bayi pada ibu
kontak mata refleks menggenggam refleks tersenyum
sikap tenang
Mesosistem
perawatan bayi faktor lingkungan
kerja lingkungan umum
lainnya
Makrosistem
pelayanan kesehatan kebijakan pemerintah budaya yang dianut
Anticipatory
kesiapan menerimakehamilan pertama
Formal
kelahiran anakpertama
ibu belajarbagaimana caradalam memberikanASI dari orang lain
Informal
ibu memberikanASI dengan
caranya sendiri
Personal
ibu terbiasamemberikan
ASI
Pengalaman ibu
primipara dalam
memberikan ASI
Eksklusif
33
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, ASI eksklusif adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan dan cairan lainnya dari sejak
dilahirkan sampai bayi usia enam bulan. Ibu primipara merupakan ibu yang
baru pertama kali mempunyai anak. Pengalaman memberikan ASI eksklusif
merupakan pengalaman awal bagi ibu primipara untuk mencapai perannya
sebagai seorang ibu. Pemberian ASI eksklusif tidak mudah dilakukan oleh
seorang ibu primipara, banyak faktor yang mempengaruhi baik dari
lingkungan keluarga, lingkungan umum dan pelayanan kesehatan sehingga
dalam prosesnya harus belajar sampai ibu dapat melakukannya dengan
keterampilan yang dimiliki dan merasakan kepuasan atas keberhasilannya
dalam memberikan ASI eksklusif. Untuk itu peneliti ingin mengeksplorasi
secara mendalam mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan
ASI eksklusif.
B. Definisi Istilah
Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan definisi istilah, yaitu:
1. Pengalaman memberikan ASI eksklusif adalah segala sesuatu yang
pernah dialami (dijalankan, dirasakan) dalam memberikan ASI eksklusif.
2. Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak
hidup dan baru menjadi seorang ibu.
34
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif adalah istilah keseluruhan untuk
sekelompok pendekatan yang berkaitan dengan pemahaman tentang
pengalaman dan perilaku, dan makna dan interpretasi yang telah dilakukan
berdasarkan proses penelitian sosial. Penelitian ini berfokus pada beberapa
fenomena yang menarik bagi peneliti dan kepada peserta penelitian
(Holloway, 2008). Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.
Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010).
Fenomenologi adalah pendekatan filosofis untuk mempelajari
fenomena (penampilan) dan pengalaman manusia (Holloway, 2008). Tujuan
penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman yang
dialami oleh orang di dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan
orang lain (Danim, 2003). Fenomenologi deskriptif mencakup seluruh
fenomena tetapi menunjukkan aspek-aspek tertentu saja, termasuk makna
tersembunyi yang ada pada orang yang diteliti. Fenomenologi deskriptif
secara langsung mendeskripsikan persepsi pengalaman hidup mereka yang
luas dan mendalam (Holloway, 2008). Spiegelberg (1975) dalam Streubert &
35
Carpenter (2003) mengidentifikasi 3 langkah proses untuk fenomenologi
deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), 3) menggambarkan
(describing). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti sepenuhnya terlibat
dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui
tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para partisipan, pengalaman
ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Pada tahap intuisi ini peneliti
sebagai instrumen dalam proses wawancara. Peneliti menjadi alat untuk
pengumpulan data dan mendengarkan keterangan partisipan melalui proses
wawancara. Langkah kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi
esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan
bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut
berkaitan dengan elemen-elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi
hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami
partisipan. Langkah ketiga yaitu menggambarkan, pada tahap deskripsi
peneliti akan mengkomunikasikan dan memberi penjelasan secara tertulis dan
lisan, juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan
menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau mengelompokan
pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk
menggambarkan fenomena sebelum waktunya.
Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih
partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Sugiyono, 2010). Melalui penelitian dan pendekatan ini
diharapkan peneliti dapat menggali informasi dan memperoleh penjelasan
36
terperinci tentang suatu pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif di wilayah kerja Kembangan Utara, Jakarta Barat.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Kembangan Utara Jakarta Barat pada bulan Juli sampai Desember 2013.
C. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini yaitu para ibu primipara yang telah
memberikan ASI eksklusif selama enam bulan yang berada di wilayah
puskesmas kelurahan Kembangan Utara dan diwawancarai secara langsung
oleh peneliti. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan
kecukupan (adequancy). Teknik purpossive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2010). Partisipan dalam penelitian ini yaitu ibu primipara yang telah
memberikan ASI eksklusif dengan usia anak tidak lebih dari dua tahun yang
berada di wilayah puskesmas kelurahan Kembangan Utara dan telah
teridentifikasi saat pengumpulan data sampai mencapai saturasi data
partisipan berjumlah enam orang, dengan kriteria partisipan yang akan
diteliti:
a. Dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian.
37
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu
pedoman wawancara mendalam (in depth interview) dalam bentuk
pertanyaan, alat bantu perekam (perekam suara dari handphone), alat pencatat
dan catatan lapangan (fieldnote).
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai
September 2013. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan
dibantu oleh alat perekam (perekam suara dari handphone), pedoman
wawancara dan catatan lapangan (field note). Wawancara mendalam
dilakukan pada partisipan dengan berpedoman pada pedoman wawancara
yang telah disiapkan sebelumnya.
2. Tahap pengumpulan data
a. Tahap persiapan pengumpulan data
1.) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus
perizinan kepada pihak-pihak terkait seperti kepala Dinas
Kesehatan Jakarta Barat, kepala Lurah Kembangan Utara,
Kepala Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara dan RT/RW
serta melakukan kode etik penelitian.
2.) Setelah perizinan selesai peneliti melakukan uji coba pedoman
wawancara pada satu orang partisipan pemula yang memiliki
kriteria sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam
38
penelitian ini. Uji coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk
melatih peneliti agar lancar saat pengumpulan data pada
partisipan sebenarnya.
3.) Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan
kriteria, lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk
melakukan inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat
dari penelitian ini.
4.) Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada
partisipan lalu hasil dari wawancara dilakukan transkrip data.
b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan
pembuatan laporan penelitian, peneliti menggunakan teknik
wawancara mendalam (in depth interview) yang merupakan salah
satu teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif. Teknik ini
dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang
pendapat, persepsi, penerimaan atau kepercayaan masyarakat
terhadap pemberian ASI eksklusif (Budiarto, 2004).
Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur
yang merupakan wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Peneliti juga
menggunakan alat perekam untuk mengetahui semua percakapan
dalam wawancara tentang pengalaman ibu primipara dalam
memberikan ASI eksklusif. Peneliti sebelumnya memberitahukan
39
alasan penggunaan alat perekam serta untuk permohonan izin kepada
partisipan.
Selama wawancara mendalam peneliti juga membuat catatan
lapangan (field note). Catatan lapangan (field note) adalah catatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong,
2010). Peneliti membuat catatan lapangan yang berisi deskripsi
tentang tanggal, waktu dan informasi dasar tentang suasana saat
wawancara seperti tatanan lingkungan, interkasi sosial dan aktivitas
yang berlangsung saat wawancara dilakukan. Teknik ini diharapkan
dapat menjalin komunikasi yang baik secara langsung, terbuka,
fleksibel dan terarah, sehingga informasi yang didapat lebih banyak
dan luas mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan
ASI eksklusif.
Penelitian kualitatif memungkinkan untuk memeriksa isu-
isu, ide- ide yang muncul dan wawancara untuk kedua atau ketiga
kalinya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 45 sampai 90 menit
(Holloway, 2008). Peneliti melakukan wawancara singkat dalam
beberapa pertemuan, pertemuan pertama peneliti akan melakukan
informed consent ketersediaan menjadi partisipan serta melakukan
kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya, kedua adalah
melakukan wawancara mendalam yang dilakukan selama 45 sampai
40
60 menit dan ketiga peneliti akan melakukan member check dari
hasil wawancara.
Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam Moleong (2010),
cara penata urutan pertanyaan yaitu dengan bentuk cerobong.
Peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi yang
umum mengarah kepada yang khusus. Setiap pertanyaan yang
berikutnya berkaitan dengan yang sebelumnya dengan bentuk yang
semakin menyempit dan khusus. Peneliti menggunakan Pendekatan
ini diharapkan partisipan merasakan nyaman berbicara dengan
peneliti, kemudian dapat melanjutkan wawancara untuk
mengeksplorasi inti dari topik penelitian.
Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif
mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan
mencatat, lebih banyak mendengarkan, menindak lanjuti jawaban
partisipan serta wawancara dilakukan dengan face to face.
Wawancara akan berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara
peneliti dengan partisipan, Stainback dalam Sugiyono (2010)
mengatakan bahwa rapport adalah suatu hubungan yang saling
menguntungkan, merasa saling percaya dan terjalin emosi diantara
kedua orang (peneliti dan partisipan). Teknik yang telah
dipersiapkan di atas dapat membuat partisipan lebih luwes, lebih
terbuka dan percaya kepada peneliti sehingga partisipan mau
menceritakan pengalamannya dalam memberikan ASI eksklusif
secara terbuka dan di dapat hasil yang akurat dan valid.
41
F. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2010). Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam
memberikan ASI eksklusif. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data
berdasarkan Colaizzi (1978) dalam dalam Streubert & Carpenter (2003),
meliputi:
1. Peneliti dapat memberikan gambaran fenomena yang diteliti, yaitu tentang
pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
2. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara kepada partisipan dan
membuat transkrip dari hasil wawancara partisipan sesuai fenomena yang
diteliti.
3. Peneliti membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang
sesuai fenomena yang diteliti.
4. Peneliti membaca transkrip kembali dan mencari pernyataan-pernyataan
penting dari setiap pernyataan partisipan.
5. Peneliti menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua
partisipan.
6. Peneliti mengorganisasikan data yang terkumpul dan mengelompokkannya
kedalam suatu kelompok tema.
7. Peneliti menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk desktiptif
secara lengkap, dengan melakukan analisis detail tentang perasaan
partisipan dan perspektif yang terkandung dalam tema.
42
8. Peneliti kembali ke lapangan dan menanyakan partisipan kembali untuk
validasi dari hasil deskripsi yang telah dibuat.
Bagan 4.1 Teknik analisa dataSumber : Colaizzi (1987) dalam Streubert & Carpenter (2003)
Memiliki gambaran fenomena yangditeliti secara jelas
Mengumpulkan data melalui wawancaradan membuat transkrip hasil wawancara
dengan partisipan
Membaca semua hasil transkrip partisipansecara berulang-ulang
Mencari pernyatan-pernyataan penting dari
setiap pernyataan partisipan
Menentukan makna dari setiap pernyataan
penting dari semua partisipan
mengelompokkannya ke dalam suatu
kelompok tema
Menulis hasil secara keseluruhan ke dalam
bentuk deskriptif secara lengkap
Kembali ke partisipan untuk validasi data
deskripsi yang dibuat
43
G. Keabsahan Data
Menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan menurut (Moleong,
2010), yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
1. Kredibilitas (credibility)
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya.
Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang
detail, triangulasi, peer debriefing, analisis kasus negatif,
membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check
(Bungin, 2008). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian,
yaitu (Bungin, 2008; Moleong, 2010):
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari
kebudayaan dan dapat menguji informasi dari partisipan dan untuk
membangun kepercayaan para partisipan terhadap peneliti dan juga
kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
44
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli
dalam bidang kualitatif.
c. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-
pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya
pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
data.
Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas peer debriefing,
dimana setelah peneliti mengumpulkan data peneliti akan membuat
transkrip data. Transkip data yang dibuat peneliti akan dibicarakan oleh
pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang
dialami partisipan.
2. Keteralihan (transferability)
Keteralihan merupakan teknik untuk meneliti agar laporan hasil
fokus penelitian dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang
menggambarkan konteks tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus
mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
pembaca agar dapat memahami penemuan yang diperoleh. Peneliti akan
45
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dalam menerapkan hasil
penelitian agar orang lain dapat memahami.
3. Kebergantungan (dependability)
Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan
catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian. Pencatatan
itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang
pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan. Peneliti
melakukan pencatatan pelaksanaan dari mulai menentukan
masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, analisa
data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan
sebelum dilakukan auditing oleh pembimbing I dan II untuk mereview
seluruh hasil penelitian.
4. Kepastian (confirmability).
Kapastian (confirmability) bermakna bahwa keyakinan atas data
yang diperoleh. Kepastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,
pendapat dan penemuan seseorang. Dapat dikatakan bahwa pengalaman
seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau
banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Pada penelitian ini hasil
penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan
apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah
yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah
kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data.
46
H. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek manusia, maka peneliti harus
memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam
menentukan dirinya, sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar
menjunjung kebebasan manusia. Masalah etika penelitian keperawatan sangat
penting karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia. Hidayat (2007) menyatakan bahwa masalah etika yang harus
diperhatikan dalam proses penelitian adalah sebagai berikut:
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada partisipan untuk
ketersediaannya menjadi partisipan penelitian. Persetujuan dari partisipan
merupakan hak dari partisipan yang sebelumnya sudah diberitahukan
oleh peneliti mengenai tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, manfaat
penelitian, dan kerahasiaan partisipan. Lembar persetujuan ini
ditandatangani oleh partisipan yang bersedia menjadi partisipan
penelitian.
2. Tanpa nama (anonymity)
Penelitian ini tidak akan mencantumkan nama partisipan pada
lembar pengumpulan data yang diisi oleh partisipan, tetapi dengan
menuliskan inisial.
3. Kerahasiaan (privacy)
Kerahasiaan partisipan akan dijamin oleh peneliti, baik sebuah
informasi maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan oleh
partisipan.
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada enam
partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, ditemukan
tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif dengan penyajian hasil
penelitian sebagai berikut.
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara merupakan salah satu dari
delapan puskesmas kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kembangan.
Puskesmas ini terletak di Jl. Raya Kembangan Rt.005/02 Jakarta Barat,
memiliki luas bangunan/luas tanah 112/470 dan dipimpin oleh dr. Rosmawati
Wijaya.
Kelurahan Kembangan Utara memiliki luas wilayah 348 ha yang
terdiri dari 10 RW, 110 RT dengan jumlah penduduk 15.721 jiwa dan 5.148
KK. Kelurahan Kembangan Utara berada di dalam wilayah Kecamatan
Kembangan yang secara administratif terdiri dari 6 kelurahan, 62 RW, 600
RT, 37.584 KK, 140.201 jiwa dan luas area dengan kepadatan
penduduk sebesar 5.796 jiwa/Km2.
Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara tercatat 60 orang ibu
primipara dan dari data tersebut hanya 25 orang ibu primipara yang
memberikan ASI eksklusif, sebanyak 35 orang lainnya tidak memberikan ASI
eksklusif.
48
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Partisipan
Partisipan penelitian ini adalah seorang ibu primipara yang telah
memberikan ASI eksklusif. Karakteristik dari partisipan antara lain
nama, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama dan suku bangsa.
Peneliti melakukan wawancara mendalam pada enam orang partisipan
setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan ibu tersebut
bersedia untuk menjadi partisipan dengan mengisi lembar informed
consent. Karakteristik partisipan yang peneliti dapatkan sebagai berikut:
Nama Usia Pekerjaan Pendidikanterakhir
Agama Sukubangsa
Usiaanak
P1 25 thn IRT SMA Islam Betawi 7 bulan
P2 29 thn Guru S1 Islam Betawi1 tahun3 bulan
P3 28 thn IRT SMA Islam Betawi1 tahun5 bulan
P4 27 thn IRT SMA Islam Betawi1 tahun2 bulan
P5 25 thn IRT SMA Islam Betawi 10bulanP6 25 thn IRT SMA Islam Betawi 1 tahun
Tabel 5.1 Karakteristik partisipan
Partisipan pertama (P1) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 7 bulan.
Partisipan kedua (P2) berusia 29 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan.
49
Partisipan ketiga (P3) berusia 28 tahun, pekerjaan guru, pendidikan
terakhir S1, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak
berusia 1 tahun 5 bulan.
Partisipan keempat (P4) berusia 27 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 1 tahun 2 bulan.
Partisipan kelima (P5) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 10 bulan.
Partisipan keenam (P6) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 1 tahun.
2. Hasil analisis tematik
Tema berdasarkan hasil analisis tematik yang teridentifikasi pada
penelitian mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif yaitu: 1) Makna ASI bagi ibu primipara, 2) Keunggulan ASI
eksklusif bagi ibu primipara, 3) Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi
ibu primipara, 4) Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif, 5) Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif,
6) Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif, 7)
Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif, dan 8) Mitos-
mitos tentang ASI eksklusif.
50
Tema 1. Makna ASI bagi ibu primipara
ASI bagi ibu primipara dapat diartikan dalam beberapa hal. Pada
penelitian ini didapatkan beberapa makna yang terkandung dalam ASI
bagi ibu primipara yang meliputi beberapa kategori yaitu: 1) air susu ibu,
2) cairan susu berwarna putih, 3) makanan pemula bagi bayi baru lahir,
4) nutrisi bagi bayi, dan 5) ASI eksklusif.
1. Air susu ibu
Semua partisipan mengungkapkan bahwa makna ASI adalah
air susu ibu. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7
bulan:
...hmm..ASI itu adalah Air Susu Ibu (sambil tersenyum)... (P1)
2. Cairan susu berwarna putih
Empat dari enam partisipan mengungkapkan makna ASI itu
cairan susu berwarna putih. Berikut ini salah satu ungkapan dari
partisipan berusia 27 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:
...ASI itu menurut saya merupakan cairan yang berasal dari dalamtubuh ibu yang dikeluarkan melalui payudara bentuknya seperticairan susu warnanya putih yang harus diberikan kepada bayi...yakarena ASI itu memang sangat bagus untuk bayi (suasana tenangdan partisipan terlihat sambil berfikir)... (P4)
3. Makanan pemula bagi bayi baru lahir
Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan
bahwa ASI adalah minuman atau makanan untuk bayi. Berikut ini
adalah ungkapannya:
51
...ASI adalah minuman formula atau makanan pemula yang lebihutama untuk sang bayi daripada seperti susu formula lainnya...(P1)
4. Nutrisi bagi bayi
Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ASI adalah
suplemen bagi bayi. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan
berusia 29 tahun dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan:
...ASI itu merupakan hmm..suatu suplemen nutisi dari dalam tubuhibu yang alami yang sangat bermanfaat untuk bayi...(sambiltersenyum dan menggendong anaknya)... (P2)
5. ASI eksklusif
Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ASI adalah suplemen
bagi bayi. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun:
...ASI yang diberikan kepada bayi dari sejak dilahirkan sampaiusia 6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lain, pokoknyaASI aja tuh yang dikasih (sambil tersenyum dan suasana ruangantenang)... (P6)
Tema 2. Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara
ASI eksklusif merupakan pilihan dari semua partisipan karena
berbeda dari susu lain. Perbedaan tersebut menjadi sebuah keunggulan
bagi ASI eksklusif yang tidak dimiliki oleh susu lain termasuk susu
formula. Hasil penelitian ini didapatkan beberapa subtema yang meliputi:
1) kandungan ASI dan 2) kelebihan ASI.
1. Kandungan ASI
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa di dalam
kandungan ASI itu memiliki komponen-komponen yang bermanfaat
52
untuk bayi. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3
bulan:
...dari ASI tersebut banyak komponen-komponen yang sangatberguna untuk bayi, pokoknya baiklah (sambil berfikir dan menyusuianaknya)... (P2)
Satu partisipan berusia 28 tahun mengungkapkan bahwa di dalam
kandungan ASI terdapat DHA untuk bayi. Berikut ini adalah
ungkapannya:
... ASI itu mengandung DHA, untuk perkembangan otaknya yangtidak sama dengan susu formula... (P3)
Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa di dalam kandungan
ASI terdapat karbohidrat, kalsium, protein, vitamin, dan zat untuk
kekebalan tubuh bayi. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan
berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:
...ASI mengandung karbohidrat, kalsium, protein, sumber gizi, adalemak tubuh dari ibu juga...vitamin juga ada banyak... zat untukkekebalan tubuh bayi... jumlahnya lebih dari susu formula...(mataterlihat ke arah atas, sambil berfikir)... (P2)
2. Kelebihan ASI
Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI
eksklusif itu tidak repot, instan, dan praktis. Berikut salah satu
ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan:
...ASI eksklusif itu tidak repot, instan, praktis, dan mudah, hehehe...(sambil tertawa)... (P2)
53
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa ASI eksklusif
itu hemat biaya, ekonomis. Berikut ungkapan salah satu dari
partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan:
...hmm.. pokoknya hemat biaya ya, ekonomis kalau ASI tuh... (P1)
Tema 3. Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif
Hasil penelitian kepada semua partisipan didapatkan beberapa sub