17
Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Pengambilan keputusan adalah menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi secara bersama - sama. Keputusan terdiri dari : Keputusan Strategis Yaitu keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dari suatu organisasi. Keputusan Taktis Keputusan yang diambil oleh manajement menengah. Keputusan Operasional Keputusan yang dibuat oleh manajemen bawah. Pengambilan keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara berbagai alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan masalah. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan: Menurut Herbert A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga langkah utama, yaitu: Kegiatan Intelijen Menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.

Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Kuliah, dikerjakan berdasarkan beberapa referensi

Citation preview

Page 1: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Pengambilan keputusan adalah menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi

secara bersama - sama. Keputusan terdiri dari :

         Keputusan Strategis

Yaitu keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dari suatu organisasi.

         Keputusan Taktis

Keputusan yang diambil oleh manajement menengah.

         Keputusan Operasional

Keputusan yang dibuat oleh manajemen bawah.

Pengambilan keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara

berbagai alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan

masalah. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan:

Menurut Herbert A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas

tiga langkah utama, yaitu:

Kegiatan Intelijen

Menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan.

Kegiatan Desain

Tahap ini menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian

kegiatan yang mungkin dilakukan.

Kegiatan Pemilihan

Pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang tersedia.

Sedangkan menurut Scott dan Mitchell, Proses pengambilan keputusan meliputi:

Page 2: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

Proses pencarian/penemuan tujuan

Formulasi tujuan

Pemilihan Alternatif

Mengevaluasi hasil-hasil

Pendekatan konperhensif lainnya adalah dengan menggunakan analisis sistem, Menurut

ELBING ada lima langkah dalam proses pengambilan keputusan:

Identifikasi dan Diagnosa masalah

Pengumpulan dan Analisis data yang relevan

Pengembangan dan Evaluasi alternative alternative

Pemilihan Alternatif terbaik

Implementasi keputusan dan Evaluasi terhadap hasil-hasil

Proses pengambilan keputusan dalam organisasi  ialah kumpulan yang terdiri dari

beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih

pendapat begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam

pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa metode yang sering

di gunakan oleh para pemimpin, yaitu :

1.      Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion)

Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau

dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti

ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus

dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan

yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan

diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.

Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan

menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota organisasi

terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan

dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih

Page 3: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota

kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.

2.      Pendapat Ahli (expert opinion)

Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli

(expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat

keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang

anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi

kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.

Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang

sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap

ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki

kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang

tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok

benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.

3.      Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion)

Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan

metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat

atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan

demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan

tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam

pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas.

Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses

pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.

Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota organisasi

akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana para

anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan,

berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan

dipertimbangkan.

Page 4: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

4.      Kesepakatan (consensus)

Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung

keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni

partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas keputusan

yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut.

Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-

persoalan yang kritis dan kompleks.

Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak

lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu

yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan

dalam keadaan mendesak atau darurat.

Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada

yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih

unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang

dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:

Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,

Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola

kegiatan pengambilan keputusan tersebut.

Dari metode di atas tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, yaitu :

Kekuatan Mental

Kekuatan mental itu sama seperti prinsip, jadi dalam organisasi harus punya prinsip.

Sanksi

Sanksi sangat perlu dalam organisasi, agar tidak melakukan kesalahan yang sama baik itu

pemimpin maupun anggotanya.

Page 5: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

Keahlian

Pemimpin harus punya kekuatan mental dalam organisasi, jika tidak sama saja seperti pemimpin

yang tidak mempuanyi gelar.

Kharisma

Semua pemimpin harus punya kharisma agar terus menjadi panutan bagi semua orang. Maka dari

itu kharisma merupakan citra baik yang di miliki seseorang agar menjadi panutan semua orang.

Model-model Pengambilan keputusan

a.      Model Perilaku Pengambilan keputusan

         Model Ekonomi

yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha

mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk memperoleh

keuntungan maksimum

         Model Manusia Administrasi

Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan

maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan

         Model Manusia Mobicentrik

Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus

selalu bergerak bebas mengambil keputusan

         Model Manusia Organisasi

Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama

dalam pengambilan keputusan

         Model Pengusaha Baru

Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif

         Model Sosial

Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak rasional dalam

mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.

b.      Model Preskriptif dan Deskriptif

Page 6: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:

         Model Preskriptif

Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya

mengambil keputusan.

         Model Deskriptif

Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.

Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan

pada realitas observasi

Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu anggota

mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju kemudian

dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan seterusnya.

Teknik-teknik Pengambilan Keputusan

a.      Teknik Kreatif

         Brainstorming

Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan

memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.

         Synectics

Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan

untuk meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok

b.      Teknik Partisipatif

Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

         Teknik Modern

-          Teknik Delphi

-          Teknik Kelompok Nominal

Contoh pengambilan keputusan dalam organisasi

DPR yang masih ragu dalam pengambilan keputusan menaikkan tarif listrik 10%. Ini di

karenakan bentroknya pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah yang ingin tarif di naikkan,

dan masyarakatnyanya yang tidak setuju. Mungkin bagi pemerintah memaksa ingin menaikkan

Page 7: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

tarif 10% hanya hal biasa saja, tetapi bagi masyarakat apalagi yang tidak mampu ini adalah hal

yg berat. Akibatnya pihak DPR pun belum mengambil keputusan apapun untuk menaikkan atau

tidak

http://juliaandrianiputri.blogspot.com/2013/01/proses-pengambilan-keputusan-dalam.html

A.            Hakekat Pengambilan Keputusan

            Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen. Menurut  Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses, pengambilan keputusan: (l) Aktivitas inteligens, (2) Aktivitas desain, (3) Aktivitas memilih. Dan definisnya sebagai berikut :

a)      Aktivitas inteligensi. Berasal dari pengertian militer "intelligence," Simon mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan pengambilan keputusan. 

b)      Aktivitas desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan, pengembangan, dan analisis masalah.

c)      Aktivitas memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. 

Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia. Sedangkan Mintzberg a koleganya mengemukakan tentang langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu: (1) Tahap identifikasi (2) Tahap pengembangan, dan (3) Tahap seleksi. Dan definisnya sebagai berikut :  

a)      Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tep masalah yang sederhana tidak.

b)      Tahap pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada a s  mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian d percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.

c)      Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi: dengan penilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tnwar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat.

Page 8: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

                 B.            Tujuan Dari Pengambilan Keputusan

         Pencapaian tujuan organisasi secara lancar, mudah & efisien.

         Pemecahan masalah atas kendala yang di hadapi organisasi ( yang seringkali bersifat kontradiktif).

                C.            Gaya Pengambilan Keputusan

a)      Gaya Direktif

      Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas, dan berorienytasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan secan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.

b)     Gaya Analitik

      Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif darpada pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk mengambil kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.

c)      Gaya Konseptual

      Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan kemudian 

Page 9: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan..

d)     Gaya Perilaku

      Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan akan membuat orang sedih.

Refrensi :

SETIOKO, AJI.  Pengambilan Keputusan Dalam Perilaku Organisasi. UNNES (Universitas Negeri Semarang), 2010.

http://arikn.blogspot.com/2012/11/proses-pengambilan-keputusan-dalam.html

Definisi Decision Making (Pengambilan Keputusan)

Menurut Colquitt (2011), "decision making refers to the process of generating and choosing from a set of alternatives to solve a problem." (pengambilan keputusan merujuk ke proses membangkitkan dan memilih dari seperangkat alternatif untuk memecahkan persoalan).[ Colquitt, Jason A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2011. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace. Second Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Hlm. 259.] 

Ditambahkan oleh Colquitt, semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan, semakin besar pula kemungkinannya mereka akan membuat keputusan yang akurat dan mantap.

Menurut Rose, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau pengambilan keputusan adalah: "Acts of choice between alternative courses of action designed to produce a specified result, and one made on a review of relevant information guided by explicit criteria" (tindakan-tindakan memilih di antara alur-alur tindakan alternatif, yang dirancang untuk memunculkan hasil tertentu, dan yang dibuat 

Page 10: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

berdasarkan peninjauan terhadap informasi yang relevan, yang dibimbing oleh kriteria yang eksplisit). [ Teale, Mark, et.al. 2003. Management Decision Making: Towards an Integrative Approach. Harlow: Pearson Education Limited. Hlm. 6-7.]

Menurut Shull, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau pengambilan keputusan adalah: "A conscious and human process, involving both individual and social phenomena, based upon factual and value premises, which includes a choice of one behavioral activity from one or more alternatives with the intentional of moving towards some desired state of affairs" (sebuah proses sadar dan manusiawi, yang melibatkan fenomena individu dan sosial, berdasarkan pada premis faktual dan nilai, yang mencakup suatu pilihan aktivitas perilaku dari satu atau lebih alternatif, dengan niat bergerak ke arah sejumlah keadaan yang didambakan."

Menurut Harrison, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau pengambilan keputusan adalah: "A moment, in an ongoing process of evaluating alternatives for meeting an objective, at which expectations about a particular course of action impel the decision-maker to select that course of action most likely to result in attaining the objective" (sebuah momen, dalam suatu proses berkesinambungan pengevaluasian alternatif-alternatif bagi pencapaian tujuan, di mana harapan-harapan tentang alur tindakan tertentu mendorong si pengambil keputusan untuk menyeleksi alur tindakan yang paling memungkinkan menghasilkan tercapainya tujuan).

Menurut Mintzberg, sebagaimana dikutip dalam Teale (2003), decision making atau pengambilan keputusan adalah: "A commitment to action" (sebuah komitmen bagi tindakan).

Metode Pengambilan Keputusan

Keputusan terprogram (programmed decisions) adalah keputusan yang dengan satu dan lain cara bersifat otomatis, karena bekal pengetahuan orang bersangkutan memungkinkan mereka mengenali dan mengidentifikasi sebuah situasi dan alur tindakan yang perlu diambil. Adanya pengalaman sebelumnya dan pengetahuan membuat mereka dapat melihat problem dengan lebih mudah, dan mengenali serta menerapkan solusi secara lebih cepat.[ Colquitt, Jason A., Jefferey A. LePine, & Michael J. Wesson. 2011. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace. Second Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Hlm. 267.]

Keputusan tak terprogram (unprogrammed decisions) adalah keputusan manakala situasi yang muncul bersifat baru, kompleks, dan tidak dikenal. Organisasi memang bersifat kompleks, ada berbagai perubahan lingkungan, dan banyak pekerja menghadapi ketidakpastian setiap hari. Dalam contoh semacam ini, para karyawan harus mengerti lingkungan kerjanya, memahami problem yang dihadapi, dan muncul dengan solusi-solusi untuk mengatasinya.[ ibid. Hlm. 270.] 

Sebagai aturan umum, ketika seorang karyawan semakin meningkat jabatan atau posisinya di organisasi, akan semakin besar pula persentase keputusan-keputusan mereka yang tidak terprogram.

Page 11: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

Dalam konteks semacam itu (situasi bersifat baru, kompleks, dan tidak dikenal), proses pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan beberapa cara:

Model pengambilan keputusan yang rasional (rational decision-making model) menawarkan pendekatan tahap-demi-tahap untuk membuat keputusan, yang memaksimalkan hasil dengan menguji semua alternatif yang tersedia. Model ini relevan jika orang melihat problem yang mereka hadapi tidak sama seperti yang pernah mereka tangani sebelumnya.

Tahapan Model Pengambilan Keputusan yang Rasional:

Tahap 1. Mengidentifikasi kriteria yang penting dalam membuat keputusan, dengan memperhitungkan semua pihak yang terlibat.Tahap 2. Membuat daftar semua alternatif yang tersedia, yang mungkin bisa menjadi solusi potensial bagi problem yang dihadapi.Tahap 3. Mengevaluasi semua alternatif, berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan di tahap 1.Tahap 4. Menyeleksi alternatif yang memberikan hasil terbaik.Tahap 5. Mengimplementasikan alternatif yang sudah dipilih tersebut.

Model ini mengasumsikan, manusia sepenuhnya rasional. Namun, persoalan mulai muncul ketika kita mulai mengkaji beberapa asumsi yang dibuat model ini, tentang sang pengambil keputusan yang manusiawi. Diasumsikan, ada problem yang jelas dan pasti untuk dipecahkan, dan orang memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi apa persisnya problem itu. Diasumsikan juga, si pengambil keputusan memiliki informasi yang sempurna -- bahwa mereka tahu dan mampu mengidentifikasi alternatif-alternatif yang ada, serta hasil-hasil yang diasosiasikan dengan alternatif-alternatif tersebut.

Lebih jauh, model ini mengasumsikan, waktu dan uang tidak menjadi masalah ketika membuat keputusan, sehingga si pengambil keputusan selalu bisa memilih solusi yang memaksimalkan nilai, dan bahwa mereka akan berbuat untuk kepentingan terbaik organisasi. Kenyataannya, dunia tidaklah sesempurna yang diasumsikan. 

Walaupun sebagian besar karyawan memandang dirinya sendiri sebagai pengambil keputusan yang rasional, kenyataannya mereka semua terjebak dalam rasionalitas terbatas (bounded rationality).

Rasionalitas terbatas (bounded rationality) adalah keadaan di mana pengambil keputusan tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk memproses semua informasi dan alternatif yang tersedia, untuk membuat sebuah keputusan yang optimal. 

Keterbatasan ini memunculkan dua persoalan utama bagi pembuatan keputusan:Pertama, orang harus menyaring dan menyederhanakan informasi, untuk memudahkan memahami lingkungan problem yang rumit dan sebegitu banyaknya pilihan potensial yang mereka hadapi. Penyederhanaan ini mendorong mereka untuk tidak melihat semua informasi, ketika memandang 

Page 12: Pengambilan Keputusan Dlm Organisasi

problem, memunculkan dan mengevaluasi alternatif-alternatif, atau menilai hasil-hasilnya.

Kedua, karena orang tidak mungkin mempertimbangkan setiap alternatif satu-per-satu ketika membuat keputusan, mereka cepat berpuas diri. Pemuasan terhadap hasil terjadi ketika pengambil keputusan memilih alternatif pertama yang bisa diterima, dari sekian alternatif yang dipertimbangkan. Selain itu, pengambil keputusan cenderung memilih alternatif yang bersifat langsung dan tidak terlalu berbeda dengan apa yang sudah mereka lakukan.

Dampak Pengambilan Keputusan terhadap Kinerja Pekerjaan

Pengambilan keputusan, sebagai turunan dari fungsi pembelajaran (learning), memiliki dampak terhadap kinerja pekerjaan. Uraiannya sebagai berikut:

Colquitt (2011) menyatakan, berdasarkan penelitian, pembelajaran memiliki pengaruh positif yang moderat terhadap kinerja pekerjaan. Berkat adanya pembelajaran, karyawan memperoleh lebih banyak pengetahuan dan keterampilan, dan dari sini mereka cenderung memiliki tingkatan kinerja tugas yang lebih tinggi. 

Menurut Colquitt, pembelajaran sangat penting karena memberi dampak signifikan terhadap pengambilan keputusan. Hal itu terjadi karena peningkatan keahlian, yang diperoleh dari tambahan pengetahuan dan keterampilan, membuat karyawan dapat mengambil keputusan secara lebih cepat, serta mampu menghadirkan alternatif-alternatif tindakan yang lebih baik. Dan pada gilirannya, hal ini juga akan berdampak pada kinerja tugas yang lebih baik. 

Colquitt beranggapan, kesimpulan dampak "moderat" dari pembelajaran terhadap kinerja pekerjaan --seperti yang terungkap dalam sejumlah penelitian-- mungkin merupakan penilaian yang terlalu dikecilkan. Dampak dari pembelajaran terhadap kinerja pekerjaan sebenarnya mungkin jauh lebih besar.[ Colquitt. Op cit. Hlm. 278-280.] 

Hal ini karena pada sebagian besar penelitian, dampak pembelajaran hanya difokuskan pada pengetahuan eksplisit, yang lebih mudah dan praktis untuk diukur. Padahal, dari pembelajaran itu juga diperoleh jenis pengetahuan lain yang tersirat (tacit knowledge), yang sulit dijabarkan, tetapi jelas relevan dan penting dalam mempengaruhi kinerja pekerjaan. ***

http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2013/03/pengambilan-keputusan-decision-making.html