103

PENGANT AR REDAKSI - ihdn.ac.id Penjaminan Mutu Vol 1 No 1 Pebruari 201… · tahun 2015 ini menerbitkan Jurnal Penjaminan Mutu yang bertujuan mengawal pelaksanaan sistem ... dan

  • Upload
    lythien

  • View
    288

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

PENGANTAR REDAKSI

Om Swastyastu

Seiring dengan perubahan peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan di Indonesia, maka

berlangsung pula berbagai perubahan dalam aspek penyelenggaraan pendidikan terutama pada perguruan

tinggi, mulai dari paradigma pendidikan, substansi pendidikan, proses pembelajaran, evaluasi pendidikan,

sampai pengawasan pengelolaan perguruan tinggi. Sistem Penjaminan Mutu Internal di suatu perguruan

tinggi merupakan kegiatan wajib dari perguruan tinggi yang bersangkutan, sehingga proses tersebut

dirancang, dijalankan, dan dikendalikan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan memperhatikan

peraturan dari Pemerintah. Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sebagai salah satu Perguruan Tinggi

Negeri, wajib memiliki sistem penjaminan mutu internal, seperti yang di amanatkan oleh UU Nomor 12 Tahun

2012 tentang Pendidikan Tinggi dan PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Penjaminan mutu dimaksudkan sebagai akuntabilitas IHDN Denpasar terhadap pemangku kepentingan baik

internal maupun eksternal.

Beranjak dari paradigma di atas, maka Lembaga Penjaminan Mutu IHDN Denpasar mulai bulan Pebruari

tahun 2015 ini menerbitkan Jurnal Penjaminan Mutu yang bertujuan mengawal pelaksanaan sistem penjaminan

mutu di IHDN Denpasar. Adapun tulisan yang akan dimuat dalam edisi perdana Jurnal Penjaminan Mutu ini

adalah sebagai berikut: Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah dalam Upaya Pembangunan Sumber

Daya Manusia oleh: I Ketut Sudarsana, Peningkatan Mutu dan Kualitas Pendidikan Dengan Membangkitkan

Tiga Potensi Dasar Alamiah (Bayu, Sabda, Idep) oleh: I Putu Gede Parmajaya, Pengembangan IHDN Denpasar

Menjadi Universitas Hindu Negeri Modern Melalui Peningkatan Kompetensi Profesional Dosen oleh:

I Ketut Gunarta, Standar Mutu Pengabdian Pada Masyarakat dan Profesionalisme Dosen oleh: Ni Made

Anggreni, Kontribusi Sarana Pendidikan Terhadap Kualitas Pendidikan di Sekolah oleh: I Made Ariasa Giri,

Peranan Sentral Guru Agama Hindu dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia dan

Pembangunan Karakter Bangsa Yang Berakhlak Mulia, Jujur, Terampil, Berhati Suci dan Bersih Lahir Batin

oleh: Ni Nengah Selasih, Teori - Teori dalam Dunia Pendidikan Modern oleh: I Nyoman Temon Astawa,

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis Budaya Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik oleh: Made

Mardika, Implikasi Gadget Terhadap Masyarakat Hindu di Bali oleh: Ni Nyoman Sri Widiasih, dan Etika

Sebagai Dasar Pengendalian Diri Manusia oleh: I Nyoman Subagia.

Semoga tulisan-tulisan di atas mampu memperkaya wawasan dan pengetahuan segenap civitas

akademika baik di IHDN Denpasar maupun perguruan tinggi lain bahkan masyarakat secara keseluruhan.

Sebagai terbitan perdana, pemuatan tulisan dalam jurnal ini tentu masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Terakhir kami ucapkan terimakasih kepada seluruh

penulis yang telah berkenan memberikan buah pemikirannya, dan mohon maaf jika terdapat hal yang kurang

berkenan.

Om Santih, Santih, Santih Om.

Dewan Redaksi         

ii

JURNAL PENJAMINAN MUTULEMBAGA PENJAMINAN MUTU

INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

PEMBINA :Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si.

PENANGGUNG JAWAB :Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H.

REDAKTUR :I Ketut Gunarta, S.Ag., M.Ag.I Nyoman Kiriana, S.Ag., M.A.

ANGGOTA DEWAN REDAKSI :Dr. Imam Taufiq, M.Ag. (UIN Walisongo Semarang)

Dr. Ni Nengah Selasih, M.Pd. (IHDN Denpasar)Dr. Laila, M.Pd. ( Universitas Negeri Medan)

Dr. Isnarto (Universitas Negeri Semarang)Dr. Ruhaliah, M.Hum. (Universitas Pendidikan Indonesia)

PENYUNTING BAHASA :Dr. Made Iwan Indrawan Jendra, S.S., M.Hum.

DESAIN GRAFIS :Drs. I Wayan Nerta, M.FOr.

SEKRETARIAT :Ni Ketut Sukarini, S.Ag.

REDAKSI :Jl. Ratna No. 51 Tatasan Kaja

Denpasar 80239Tel. +62361 226656Fax. +62361 226656

Email : [email protected]

i

DAFTAR ISI

Dari Redaksi ......................................................................................................................................... iDaftar Isi .............................................................................................................................................. iii

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHDALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIAOleh: I Ketut Sudarsana ....................................................................................................................... 1

PENINGKATAN MUTU DAN KUALITAS PENDIDIKAN DENGAN MEMBANGKITKANTIGA POTENSI DASAR ALAMIAH (BAYU, SABDA, IDEP)Oleh: I Putu Gede Parmajaya ............................................................................................................... 15

PENGEMBANGAN IHDN DENPASAR MENJADI UNIVERSITAS HINDU NEGERIMODERN MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL DOSENOleh: I Ketut Gunarta ........................................................................................................................... 23

STANDAR MUTU PENGABDIAN PADA MASYARAKATDAN PROFESIONALISME DOSENOleh: Ni Made Anggreni ...................................................................................................................... 34

KONTRIBUSI SARANA PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS PENDIDIKANDI SEKOLAHOleh: I Made Ariasa Giri ....................................................................................................................... 46

PERANAN SENTRAL GURU AGAMA HINDU DALAM PENCAPAIANTUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA DAN PEMBANGUNANKARAKTER BANGSA YANG BERAKHLAK MULIA, JUJUR, TERAMPIL,BERHATI SUCI DAN BERSIH LAHIR BATINOleh: Ni Nengah Selasih ...................................................................................................................... 54

TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERNOleh: I Nyoman Temon Astawa ........................................................................................................... 67

PENANAMAN AJARAN AGAMA HINDU BERBASIS BUDAYADALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIKOleh: Made Mardika ............................................................................................................................ 73

IMPLIKASI GADGET TERHADAP MASYARAKAT HINDU DI BALIOleh: Ni Nyoman Sri Widiasih ............................................................................................................. 82

ETIKA SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN DIRI MANUSIAOleh: I Nyoman Subagia ..................................................................................................................... 89

iii

1

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHDALAM UPAYA PEMBANGUNAN

SUMBER DAYA MANUSIA

OlehI Ketut Sudarsana

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

The major challenge for the Indonesian nation these days and in the coming is how to improve thequality of the people. Regarding that it is interesting to study the present quality of the education and toknow what can be done to it so that it improves and produces better human resources that areproductive, efficient, confident, and competetive in the global context.

Key Words: Extra School Eduction and Human Resources

Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya PembangunanSumber Daya Manusia | I Ketut Sudarsana

I. PENDAHULUANPendidikan sesungguhnya memiliki peran yang

sangat penting dalam kehidupan berbangsa danbernegara, yakni dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Pendidikanmerupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuksetiap manusia, karena melalui pendidikan upayapeningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.Pendidikan mempengaruhi secara penuhpertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini bukansaja karena pendidikan akan berpengaruh terhadapproduktivitas, tetapi juga akan berpengaruh padakemampuan masyarakat. Pendidikan dapatmenjadikan sumber daya manusia lebih cepatmengerti dan siap dalam menghadapi perubahan danpembangunan suatu negara.

Pendidikan tidak hanya berperan besar dalamkemajuan bangsa, melainkan juga berkaitan denganpasar bebas yang semakin kompetitif, pendidikanhendaknya dipandang dapat mengakomodirmasyarakat agar suatu negara memiliki manusia-manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan dapatmenciptakan tenaga kerja yang tidak hanya kaya akanpengetahuan teoritis melainkan juga praktis,penguasaan teknologi, dan memiliki keahlian khusus.Hal inilah yang kemudian menjadi dasar evaluasi danpeningkatan pendidikan di setiap negara secaraberkesinambungan.

Di era persaingan dunia yang semakin tajam,bangsa Indonesia dituntut untuk dapat mencapaikeunggulan menuju tingkat produktivitas nasionalyang tinggi. Agar dapat memenangkan persaingantersebut setiap masyarakat harus menguasai berbagaibidang ilmu pengetahuan, teknologi (Iptek) danketerampilan serta keahlian professional yangdibutuhkan untuk memacu peningkatan nilai tambahberbagai sektor industri dan pemerataan ekonomi

secara berkelanjutan. Penekanan yang amat kuatterhadap pengembangan sumber daya manusia,sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 yaknipendidikan berorientasi pada upaya mencerdaskankehidupan bangsa menunjukkan bahwa bangsaIndonesia mempunyai komitmen yang sangat besaruntuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain didunia.

Sesungguhnya di Indonesia, secara konseptualpembangunan pendidikan tampaknya ditautkansecara erat dengan pembangunan ekonomi. Di dalamUndang-undang No. 25 tahun 2000 tentang ProgramPembangunan Nasional, pembangunan pendidikantidak hanya dikaitkan secara erat denganpembangunan ekonomi, melainkan juga dengantantangan globalisasi. Disebutkan disini bahwa padaawal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesiamenghadapi tiga tantangan besar. Pertama, sebagaiakibat krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntutuntuk mempertahankan hasil-hasil pembangunanpendidikan yang telah dicapai. Kedua, untukmengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikandituntut untuk mempersiapkan sumberdaya manusiayang kompeten agar mampu bersaing dalam pasarkerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannyaotonomi daerah, sistem pendidikan nasional dituntutuntuk melakukan perubahan dan penyesuaiansehingga dapat mewujudkan proses pendidikanyang demokratis, memperhatikan keberagamankebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, sertamendorong peningkatan partisipasi masyarakat.

Sejarah menunjukkan bahwa faktor yang palingmenentukan keberhasilan suatu bangsa bukankekayaan alam yang dimilikinya, melainkan kualitassumber daya manusianya. Negara-negara yang kuatdalam kualitas sumber daya manusianya munculsebagai negara unggul meskipun mungkin hanya

2 JURNAL PENJAMINAN MUTU

memiliki sumberdaya alam yang sangat terbatas.Melihat sedemikian penting peranan pendidikan,kemunculan pendidikan luar sekolah dapatdipandang sebagai salah satu upaya pemerintahuntuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk diberbagai negara, termasuk di Indonesia. Konsep awaldari Pendidikan luar sekolah ini muncul sekitar akhirtahun 60-an hingga awal tahun 70-an dalam bukunyaPhilip Coombs dan Manzoor A., P.H. (1985) TheWorld Crisis In Education. Menurut Coombs (1974)pendidikan luar sekolah adalah:

Any organized, systematic educational activityoutside the framework of the formal (school)system (designed) to provide selective type oflearning particular sub-groups in thepopulation adult, as well as children.Kehadiran pendidikan luar sekolah marak di

awal-awal tahun 1970-an terutama disebabkan olehadanya kebutuhan akan pendidikan yang begitu luasterutama di negara-negara berkembang. Meluasnyakebutuhan akan pendidikan tidak terimbangi denganketersediaan akses pendidikan yang layak, hal inidisebabkan adanya kegagalan pendidikan formal.Sebagaimana diungkapkan oleh Paulston dan Le Roy(1972: 338) bahwa pendidikan formal mengalamikegagalan logistik dan fungsi sehingga untukmemenuhi kebutuhan pendidikan yang begitu besardan cepat maka munculah sistem pendidikanalternatif di luar pendidikan formal. Kehadiranpendidikan luar sekolah adalah untuk menjawabtantangan kehidupan yang bertambah kompleks,dimana dituntut pengembangan kualitas sumber dayamanusia yang mampu mandiri.

Pendidkan luar sekolah sebagai sebuah bagiandari sistem pendidkan memiliki peran yang sangatpenting dalam rangka pelayanan pendidikansepanjang hayat, yang sangat dibutuhkan saat inidan ke depan. Pendidikan luar sekolah dianggapsebagai pendidikan yang mampu memberikan jalanserta pemecahan bagi persoalan-persoalan layananpendidikan masyarakat, terutama masyarakat yangtidak terlayani oleh pendidikan formal. Ahmed(Wahyudi Ruwiyanto, 1994: 40) menjelaskan bahwadalam konteks sosio-ekonomi bagi individu darisuatu program pendidikan (termasuk pendidikan luarsekolah) adalah memberikan kebermanfaatan atauperbaikan dari segi penghasilan, produktivitas,kesehatan dan partisipasi.

Pada banyak hal pendidikan luar sekolahdirasakan sebagai sebuah formula yang sangat idealserta lebih memihak masyarakat dibandingkandengan pendidikan formal. Namun demikianpendidikan luar sekolah merupakan bagian darisistem pendidikan yang keberadaannya tidak bisa

dipisahkan dengan pendidikan formal apalagi dalamkonteks pendidikan sepanjang hayat.

Tantangan dunia pendidikan (termasukpendidikan luar sekolah) antara lain perlumeningkatkan nilai tambah. Suasana ketidakpastiandalam ekonomi dunia dewasa ini yang ditandaidengan resesi dunia yang berkepanjangan, menuntutkemampuan bangsa Indonesia tidak bisamenyandarkan lagi terhadap sumber daya alam, tetapipilihan satu-satunya ialah meningkatkan nilai tambahproduk-produk industri dengan mendayagunakanketerampilan dan keahlian dalam berbagai bidang.Berdasarkan hal tersebut, maka tantangan bagibangsa Indonesia ialah meningkatkan nilai tambahdalam rangka meningkatkan produktivitas nasionaldan pertumbuhan ekonomi sebagai upayamemelihara dan meningkatkan pembangunanberkelanjutan.

Orientasi nilai tambah yang akan meningkatkankeunggulan kompetitif bangsa Indonesia hanyadapat dicapai dengan keunggulan kualitas sumberdaya manusia dalam menguasai ilmu pengetahuandan teknologi yang tepat guna. Oleh karena itu,makalah ini mencoba membahas tentang pendidkanluar sekolah dan kontribusinya dalam membangunbudaya produktivitas menuju pemberdayaanmasyarakat.

II. PEMBAHASAN2.1 Teori Fungsionalisme Struktural dan Teori

Pemberdayaan dalam Pendidikan LuarSekolah

1) Teori Fungsionalisme StrukturalMenurut teori fungsionalisme Talcot Parson,

masyarakat merupakan sebuah sistem yangberstruktur dan terintegrasi secarafungsional.Artinya, dalam suatu sistem sosialterdapat unsur-unsur atau subsistem-subsistemyang membangun sebuah sistem sosial. Unsur-unsurdalam sistem sosial tersebut diasumsikan (dianggap)bekerja (berfungsi) saling mendukung sehinggamenciptakan suatu kestabilan dan keharmonisandalam sistem tersebut. Apabila terjadi ketegangan,disfungsi, penyimpangan dan diferensiasi dalamsistem, akan terganggu untuk sementara waktu,namun selanjutnya diasumsikan sistem akan kembalimencapai suatu titik keseimbangan.

Menurut Nasikun (2003: 9-10), teoristrukturalisme fungsional menganggap bahwamasyarakat, pada dasarnya, terintegrasi di atas dasarkata sepakat para anggotanya akan nilai-nilaikemasyarakatan tertentu, suatu general agreementsyang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan

3

pendapat dan kepentingan di antara para anggotamasyarakat. Ia memandang masyarakat sebagai suatusistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalamsuatu bentuk equilibrium. Oleh karena sifatnya yangdemikian, maka aliran pemikiran tersebut disebutsebagai integration approach,order approach,equilibrium approach, atau lebih populer disebutsebagai structural-functional approach,selanjutnya disebut pendekatan fungsional strukturalatau fungsionalisme struktural. Teori-teori yangmendasrkan diri pada sudut pendekatan tersebut,biasa dikenal pula sebagai integrationtheories,order theories, equilibrium theories, ataulebih dikenal sebagai teori-teori fungsional struktural.

Faktor paling penting yang memiliki dayamengintegrasikan suatu sistem sosial adalahkonsensus diantara para anggota masyarakat melaluinilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Sistem nilaitersebut tidak saja merupakan sumber yangmenyebabkan berkembangnya integrasi sosial, akantetapi sekalgus juga merupakan unsur yangmenstabilkan sistem sosial budaya.

Sistem sosial mungkin merupakan modelkonseptual yang paling umum,diakui dan dipakai olehpara sosiolog di dalam mempelajari organisasi sosial.Model ini dimaksudkan sebagai pembantu untukmenjelaskan tentang kelompok-kelompok manusia.Model tersebut berangkat dari pandangan bahwakelompok-kelompok manusia merupakan suatusistem. Sebagai suatu sistem, ia mempunyai bagian-bagian yang saling ketergantungan antara satudengan lainnya di dalam satu kesatuan. Kesemuanyasaling kait mengait satu sama lain dalam hubunganyang saling menguntungkan. Dalam suatu sistemsosial, paling tidak harus terdapat; (1) dua orangatau lebih, (2) terjadi interaksi antara mereka, (3)bertujuan, (4) memiliki struktur, simbul dan harapan-harapan bersama yang dipedomaninya. Hubunganantar orang di dalam suatu sistem biasanyaberlangsung lama. Tapi ada kalanya berlangsungsingkat (Bertrand, 1980:29).

Dengan demikian sistem sosial dapatdipandang sebagai unit dasar dari masyarakat. Modelsistem sosial seperti yang dikemukanan di dalamtulisan ini termasuk suatu tradisi dari aliran struktural-fungsionalis di dalam khasanah sosialogi. Dipilihnyamodel ini karena dua alasan, yaitu; (1) sudah lazimdipakai, dan (2) mudah untuk menjelaskanpermasalahan sosiologi itu sendiri. Setiap sistemsosial mempunyai unsur keyakinan-keyakinan(belief) tertentu yang dipeluk dan ditaati oleh paraanggota-anggotanya. Mungkin juga terdapat sanekaragam keyakinan di luar keyakinan umum yang

dipeluk di dalam sesuatu sistem sosial. Akan tetapihal itu tidaklah begitu penting. Yang penting,keyakinan itu dianggap benar atau tepat oleh wargayang hidup di dalam sistem sosial bersangkutan.

Kehidupan manusia tidak terpikirkan di luarmasyarakat. Individu-individu tak bisa hidup dalamketerpencilan sama sekali selama-lamanya. Manusiamembutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidupdan hidup sebagai manusia. Kesalingketergantungan ini menghasilkan bentuk kerja samatertentu yang bersifat ajek, dan menghasilkan bentukmasyarakat tertentu, sebuah keniscayan. Manusiaadalah mahluk sosial. Itu hampir tidak dapatdiragukan (Campbell,1994:3).

Pendekatan struktural fungsional sebagaimanayang dikembangkan oleh Talcot Parson didasarkanpada pendekatan integrasi dan dapat dilihat darianggapan dasar yang dikemukakannya. Pertama,masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satusama lain. Kedua, hubungan saling mempengaruhidiantara bagian tersebut bersifat ganda dan timbalbalik. Ketiga, sekalipun interaksi sosial tidak akanpernah tercapai dengan sempurna, namun secarafundamental bergerak kearah equilibrium yangbersifat dinamis. Keempat, sekalipun disfungsi,ketegangan, dan penyimpangan-penyimpangansenantiasa terjadi juga, akan tetapi pada jangkapanjang, akhirnya akan teratasi dengan sendirinyamelalui penyesuaian-penyesuaian dan prosesinstitusionalisasi. Kelima, perubahan-perubahandalam sistem sosial pada umumnya akan terjadi secaragradual, melalui penyesuaian dan tidak terjadi secararevolusioner. Keenam, perubahan-perubahan yangterjadi melalui tiga macam kemungkinan, yaitupenyesuaian-penyesuaian yang dilakukan olehsistem sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar, perubahan melaluidiferensiasi struktur fungsional, serta penemuan baruoleh masyarakat. Ketujuh, faktor terpenting yangmemiliki daya mengintegrasi suatu sistem sosialadalah konsensus diantara anggota-anggotanyamengenai nilai kemasyarakatan tertentu (Nasikun,2003: 11-12).

Pelaksanaan pendidikan luar sekolah dalamprosesnya harus memperhatikan bahwa setiap orangmenganut dan mengikuti pengertian-pengertian yangsama mengenai situasi-situasi tertentu dalam bentuknorma-norma sosial, maka tingkah laku merekakemudian terjalin sedemikian rupa ke dalam bentuksuatu struktur sosial. Program pendidikan luarsekolah yang tidak sejalan dengan nilai dan strukturmasyarakat akan gagal diterima.

Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya PembangunanSumber Daya Manusia | I Ketut Sudarsana

4 JURNAL PENJAMINAN MUTU

2) Teori PemberdayaanTerkait dengan pendidikan luar sekolah, maka

teori pemberdayaan, dalam hal ini adalah sebuahproses dan tujuan. Menurut Suharto (2005:58),pemberdayaan menunjuk pola kemampuan orang,khususnya kelompok rentan dan lemah sehinggamereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga merekamemilikikebebasan (freedom), dalam arti bukan sajabebas mengemukakan pendapat, melainkan bebasdari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas darikesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktifyang memungkinkan mereka dapat meningkatkanpendapatannya dan memperoleh barang-barang danjasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasidalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Lebih lanjut menurut Suharto (2005: 59-60)sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaiankegiatan untuk memperkuat kekuasaan ataukeberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,termasuk individu-individu yang mengalami maslahkemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaanmenunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapaioleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakatyang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyaipengetahuan dan kemampuan dalam memenuhikebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,ekonomi, maupun sosial seperti memilikikepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalamkegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakantugas-tugas kehidupannya. Pengertianpemberdayaan seagai tujuan seringkali digunakansebagai indikator keberhasilan pemberdayaansebagai sebuah proses.

Menurut Ife (Suharto,2005:59), pemberdayaanmenurut dua pengertian kunci, yaitu kekuasaan dankelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukanhanya menyangkut kekuasaan politik dalam artisempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan“klien” atas:

a) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalammembuat keputusan-keputusan mengenaigaya hidup,tempat tinggal,pekerjaan.

b) Pendefinisian kebutuhan: kemampuanmenentukan kebutuhan selaras denganaspirasi dan keinginannnya.

c) Ide suatu gagasan: kemampuan meng-ekspesikan dan menyumbangkan gagasandalam suatu forum atau diskusi secara bebasdan tanpa tekanan.

d) Lembaga-lembaga kemampuan menjang-kau,menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembagakesejahteraan sosial, pendidikan, dankesehatan.

e) Sumber-sumber: kemampuan memobi-lisasisumber-sumber formal, informal dankemasyarakatan.

f) Aktivitas ekonomi: kemampuanmemanfaatkan dan mengelola mekanismeproduksi, distribusi, dan pertukaran barangserta jasa.

g) Reproduksi: kemampuan dalam kuitannyadengan proses kelahiran, perawatananak,pendidikan dan sosialisasi.

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuanpemberdayaan di atas, menurut Suharto (2005: 67),dapat dicapai melalui penerapan pendekatanpemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5 P,yaitu Peningkatan, Penguatan, Perlindungan,Penyokongan, dan Pemeliharaan:

a) Pemungkinan: Menciptakan suasana atauiklim yang memungkinkan potensi masya-rakat berkembang secara optimal.Pemberdayaan harus mampu membebas-kanmasyarakat dari sekat-sekat kultural danstruktur yang menghambat.

b) Penguatan: memperkuat pengetahuan dankemampuan yang dimiliki masyarakat dalammemecahkan masalah dan memenuhikebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaanharus mampu menumbuh-kembangkansegenap kemampuan dan kepercayaan dirimasyarakat yang menunjang kemandirimereka.

c) Perlindungan: melindungi masyarakatterutama kelompok-kelompok lemah agar tidaktertindas oleh kelompok kuat, menghindariterjadinya persaingan yang tidak seimbang(apalagi tidak sehat) antara yang kuat danlemah, dan mencegah terjadinya ekploitasikelompok kuat terhadap kelompok lemah.Pemberdayaan harus diarahkan padapengehapusan segala jenis diskriminasi dandominasi yang tidak menguntungkan rakyatkecil.

d) Penyokongan : memberikan bimbingan dandukungan agar masyarakat mampumenjalankan peranan dan tugas-tugaskehidupannya. Pemberdayaan harus mampumenyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemahdan terpinggirkan.

5

e) Pemeliharaan: memelihara kondisi yangkondusif agar tetap terjadi keseimbangandistribusi kekuasaan antara berbagaikelompok dalam masyarakat. Pemberdayaanharus mampu menjamin keselarasan dankeseimbangan yang memungkinkan setiaporang memperoleh kesempatan berusaha.

Lebih lanjut Mudjiarto (2005: 1) berpendapatbahwa untuk mencapai tujuan pemberdayaan,terdapat 3 (tiga) jalur kegiatan yang harusdilaksanakan, yaitu:

a) Menciptakan suasana atau iklim yangmemungkinkan potensi masyarakat untukberkembang. Titik tolaknya adalahpengenalan bahwa setiap manusia (individu)dan masyarakat mampu mengenali potensi(daya) yang dapat dikembangkan.

b) Pemberdayaan adalah upaya untukmembangun daya itu, dengan mendorong,memberikan motivasi dan membangkitkankesadaran akan potensi yang dimilikinya sertaberupaya untuk mengembangkannya.

c) Memperkuat potensi atau daya yang dimilikimasyarakat (empowermwent). Untukitudalam rangka penguatan tersebutdiperlukan langkah-langkah nyata,penyediaan berbagai masukan (input), sertapembukaan akses kepada berbagai peluangyang membuat masyarakat makin berdayadalam memanfaatkan peluang. Memberda-yakan masyarakat mengandung pula artimelindungi, dan memberikan pengakuankeberadaan sehingga dalam prosespemberdayaa harus dicegah adanyaperbedaan antara yang kuat dan yang lemah.Bagi semuanya berlaku setara yang diartikansemua memiliki hak dan kewajiban masing-masing sesuai potensi yang pada dirinya.

Sebagaimana dalam UU Nomor 20 Tahun 2003,Pasal 26 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan luarsekolah diselenggarakan bagi warga masyarakatyang memerlukan layanan pendidikan yangberfungsi sebagai pengganti, penambah dan ataupelengkap pendidikan formal dalam rangkamendukung pemberdayaan masyarakat. Banyaknyalembaga pendidikan luar sekolah yang berkembangsaat ini, ternyata tidak diikuti oleh pengakuanpemerintah dan masyarakat. Pemerintah masihmenempatkan pendidikan luar sekolah sebagaipelengkap pendidikan formal. Hal ini tentu jugamempengaruhi pandangan masyarakat yang menilailulusan pendidikan luar sekolah tidak sederajatdengan pendidikan formal. Padahal pendidikan luarsekolah ini mestinya dianggap setara karena mampumenyediakan aktivitas pendidikan yang memenuhikebutuhan dan kepentingan kerja yang tidak dapat

dipenuhi oleh sekolah formal untuk dapat memenuhituntutan global di dunia kerja yang kemudianberakibat pada bergeraknya roda ekonomi.

2.2 Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan DanPelatihan) untuk Mengembangkan SumberDaya ManusiaPendidikan pada hakikatnya tidak semata-mata

memindahkan ilmu pengetahuan pada peserta didikagar menjadi orang pandai, melainkan harusmembantu peserta didik untuk membangun dirinyaagar memiliki kemampuan mengelola hidup denganbaik dalam mewujudkan kehidupan yang bahagia.

Pendidikan dewasa ini lebih banyakmengajarkan peserta didik dalam ranah kognitif saja,jarang yang menggugah peserta didik memilikikemampuan untuk mengelola hidupnya secara benardan baik. Pendidikan hendaknya melakukan tiga halyaitu: memberikan ilmu pengetahuan secara jujur,memberikan penerangan jiwa dan pendidikan harusmemperhatikan perkembanan setiap peseta didik.Tiga sasaran pendidikan ini tidaklah cukup kalaudiberikan dalam jalur pendidikan formal di sekolah.

Pendidikan tentang pengembangan wawasankehidupan itu menyangkut kehidupan individual,sosial dan spiritual. Dalam aktivitas kehidupanberbagai keterampilan bisa ditranformasikan olehgenerasi tua ke generasi muda. Demikian jugaberbagai wawasan baik yang menyangkut masalahkehidupan secara umum maupun yang lebih khususjuga akan didapatkan oleh generasi penerus darigenerasi sebelumnya. Cuma dewasa ini karenaberbagai kesibukan perlu pendidikan luar sekolahdan keluarga itu lebih dikembangkan terutamamanajemen dan isinya agar dapat berbobot sesuaidengan kebutuhan hidup generasi sekarang dalammenatap masa depannya.

Keterampilan atau keahlian yang menjadi fokuspendidikan luar sekolah tersebut, akan sangatberguna bagi masyarakat dalam mencari nafkah untukmembiayai berbagai kegiatan hidupnya. Ketika semuamasyarakat mampu menggerakkan ekonomi keluargayang berakibat pada pemenuhan kebutuhan,mungkin pemerintah tidak harus lagi pusingmemikirkan adanya pengangguran dan kemiskinandi republik ini. Manusia yang berkualitas secarakognitif, afektif, psikomotor, emosi dan spirit insaniahadalah modal utama ketika peradaban makin modern.Terdapat bukti-bukti dalam sejarah bahwa suatubangsa yang tidak didukung sumber daya alamsecara memadai tetap bisa eksis, bahkan mampumenjadi ‘raja bangsa-bangsa’ pada tataraninternasional seperti Jepang, Singapura, dan Koreaselatan.

Terkait konsep penanaman modal dalam bentuksumber daya manusia (human investment) bermaknabahwa manusia berinvestasi pada dirinya sendiri

Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya PembangunanSumber Daya Manusia | I Ketut Sudarsana

6 JURNAL PENJAMINAN MUTU

dalam bentuk pendidikan, pelatihan atau kegiatanlain yang dapat meningkatkan perolehannya di masamendatang dan menambah penghasilan sepanjangkehidupan. Sudarwan Danim (2004: 58) menjelaskan‘investasi pendidikan’ atau ‘investasi sumberdayamanusia’, karena merujuk pada pembiayaan atasasset yang memberi pendapatan di masa depan.Investasi itulah asset yang akan mendatangkanpendapatan pada masa datang yang disebut modal.Hal ini berbeda dengan biaya konsumsi, yangbersifat menghasilkan manfaat atau kepuasan sesaat,tetapi tidak mendatangkan pendapatanatau melahirkan keuntungan di masa yang akandatang.

Modal dalam bentuk sumberdaya manusia yangdimaksud disini adalah sumberdaya manusia yangmemiliki kemampuan professional dan keterampilanteknikal tertentu. Sumberdaya manusia yangkompeten dan professional dalam bidangnya danberada pada semua lini pekerjaan akan melahirkanbanyak keuntungan. David H. Maister (SudarmanDanim, 2004: 58) mengemukakan manfaat yang dapatdiperoleh dengan sumberdaya manusia yangprofessional, yaitu:

a) Staf termotivasi untuk bekerja secara produktifb) Produk kerja dengan kualitas tinggic) Staf lebih terampil dan lebih terbimbing dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinyad) Berkurangnya pemborosan waktue) Kemampuan lebih besar untuk

mendelegasikan tugas pokok dan fungsikarena staf akan lebih terbimbing

f) Adanya waktu yang bagi mitra untukmengarahkan focus pada kegiatan-kegiatandengan nilai tambah tinggi

g) Klien-klien akan memperhatikan pelayananyang lebih baik, kerja tim lebih besar, danmotivasi yang lebih besar.

Tuntutan sumber daya manusia yangprofessional seperti disebutkan di atas, jiwanya dapatditransfer ke dalam situasi pendidikan (termasukpendidikan luar sekolah). Tenaga professional didalam konteks kegiatan pendidikan luar sekolah,karenanya merupakan bagian dari percepatantercapainya tujuan pendidikan yang efektif, efisiendan akuntabel. Dengan kemampuan profesionalnya,fasilitator akan mendorong warga belajar untuktermotivasi melakukan pembelajaran sehinggamenghasilakn nilai tambah yang merupakan kunciproduktivitas dalam pembangunan ekonomimasyarakat.

Program belajar yang dikembangkan untukmengembangkan sumber daya manusia merupakan

komponen penting dalam sub-sistem pendidikan luarsekolah. Manheim (Wahyudi Ruwiyanto, 1994: 1)menyatakan pendidikan luar sekolah (pendidikannonformal) dapat digunakan dengan lebih efisien danefektif untuk meningkatkan kualitas hidup manusia,untuk segala strata ekonomi, strata social dan stratapendidikan, disamping dapat pula untuk ikutmemecahkan masalah-masalah kemanusiaan yangmendesak. Ditinjau dari kaitannya denganpendidikan persekolahan, maka pendidikan luarsekolah bisa berfungsi sebagai suplemen, komplemendan substitusi.

Menurut Kamil (2009: 1) peran pendidkan luarsekolah dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhanbelajar sepanjang hayat (selama masyarakat masihada) dapat sebagai suplemen berarti ‘penambahan’terhadap pendidikan persekolahan. Ditilik darisasaran didik dalam hal ini adalah anak-anak, pemudadan orang dewasa yang telah menyelesaikan jenjangpendidikan persekolahan tertentu. Mengapa perlupengetahuan dan keterampilan tambahan?Alasannya adalah proses belajar itu berlangsungseumur hidup. Jadi walaupun seseorang telahmenamatkan sesuatu jenjang pendidikan, baginyabelajar masih perlu terus dilakukan sepanjangmembutuhkannya. Alasan selanjutnya, padaumumnya pendidikan persekolahan belum berhasilsepenuhnya menyiapkan lulusan yang siap terjunke dunia kerja. Untuk memiliki kompetensi suatu tugaspekerjaan tertentu, sebelumnya harus menempuhpelatihan atau magang. Alasan lainnya,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiberlangsung sangat cepat, sehingga kurikulumsekolah sering ketinggalan dari perkembangan iptektersebut.

Jenis-jenis kegiatan pendidkan luar sekolahdalam pengembangan sumberdaya manusia sebagaisuplemen dari pendidikan persekolahan sangatbervariasi, seperti pelatihan kejuruan, kursus,magang dalam bidang pertanian, industry,pertukangan, pengetahuan kerumahtanggaan.

Peran pendidikan luar sekolah sebagaikomplemen pendidikan persekolahan berartipelengkap. Jadi pendidkan luar sekolah sebagaikomplemen adalah melengkapi apa-apa yangdiajarkan dalam pendidikan persekolahan. Mengapaharus ada pelengkap? Alasannya, karena tidaksemua hal yang dibutuhkan oleh peserta didik dalammenempuh perkembangan fisik dan psikisnya dapatdiajarkan dalam kurikulum sekolah. Dengan demikianperan pendidkan luar sekolah merupakan saluranyang tepat untuk menampung kebutuhan pesertadidik tersebut.

7

Peran pendidikan luar sekolah sebagaisubstitusi atau pengganti pendidikan persekolahan.Warga belajar dari kegiatan pendidkan luar sekolahsebagai substitusi adalah anak, pemuda ataupunorang dewasa, yang oleh karena berbagai hal tidakmemiliki kesempatan bersekolah. Mereka adalah yangtuna aksara dan angka dan atau yang tidak sempatmenamatkan pendidikan sekolah.2.3 Pendidikan Luar Sekolah Berorientasi

Budaya ProduktivitasMenurut Boediono (1997:113), pendidikan

dilihat dari dimensi waktu dapat dibedakan dalamjangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.Pendidikan dalam jangka pendek merupakan gejalapendidikan itu sendiri di mana peningkatanpengetahuan dan pembentukan watak peserta didikmerupakan tujuannya. Pendidikan dalam jangkamenengah merupakan gejala ekonomi yangmempersoalkan keterkaitan antara hasil pendidikandengan kebutuhan angkatan kerja, sehinggapemilikan pengetahuan dan keterampilan merupakanhal yang paling utama. Sedangkan pendidikan dalamdimensi waktu panjang merupakan gejalakebudayaan di mana penerusan nilai-nilai dari satugenerasi ke generasi berikutnya merupakan tujuanpokoknya. Pembedaan pendidikan dalam dimensiwaktu ini tidak dapat dilihat secara fisik dalam prosespendidikan, karena proses pendidikan berlangsungsecara simultan dalam ke tiga dimensi waktu tersebut.

Pendidikan dalam arti luas dapat dipandang daridua sisi, yaitu sebagai proses pendewasaan pesertadidik untuk menapaki kehidupan (demokrasi) dansebagai proses penyiapannya untuk memasukisektor ekonomi produktif. John Dewey mengatakanbahwa tidak pada tempatnya mengaitkan tatananperilaku kelembagaan pendidkan dengan kebutuhanpasar kerja, mengingat pendidikan bertujuanmeneruskan cita-cita demokrasi. Menurut Dewey,fungsi pendidikan adalah membentuk komunitas-komunitas social ideal sebagai bagian dari prosestransformasi pendewasaan anak. Pendidikan disinidipandang sebagai proses penanaman modal dalambentuk “human” karena kehadirannya merupakanproses mempersiapkan manusia untuk terjun disektorproduktif.

Melalui pendidikan akan lahir manusia sebagai“human capital”, yang daya produksinya secararesidual tidak kalah dengan factor-faktor produksi,seperti tanah, modal fisik dan teknologi. MenurutPsacharopoulos (Sudirman Damin, 2004:61)pekerjaan-pekerjaan yang menuntut intensitas danrutinitas berskala tinggi dan rumit, pekerja tidakberhubungan langsung dengan produksi dan produkyang dihasilkan mempunyai nilai tambah yang tinggi

secara ekonomi, hanya mungkin dihasilkan oleh“human capital” yang sekaligus berfungsi sebagai“human factors”.

Teknologi adalah produk pendidikan,kebudayaan, buah dari kreativitas dan sistemmanajemen. Sehingga kita merumuskan artiproduktivitas sebagai suatu ‘kemampuan jiwa’ hasilpendidikan dan pembudayaan, yang menumbuhkankecakapan mengorganisasikan pada diri manusia.Dalam pengertian yang luas, pendidikan (termasukpendidkan luar sekolah) mencakup seluruh prosesbelajar manusia, melalui pendidikan dan‘pendewasaan’ di dalam lingkungan keluarga,dimasyarakat, melalui perbuatan, belajar daripengalaman dan melalui berbagai pengaruh social,budaya serta lingkungan hidup. Sayangnya, hampirdiberbagai tempat, keempat lingkungan pendidikantersebut, tidak terkoordinasi dengan baik danditujukan kearah peningkatan kualitas pendudukkeseluruhan, dan pengembangan budayaproduktivitas. Perbedaan keefektifan prosespendidikan ini, sangat menentukan tarafpembangunan sosial ekonomi dan peningkatanproduktivitas. Jadi strategi yang paling efektif untukmeningkatkan produktivitas adalah pengembangansumber manusia dan mempertinggi kualitas seluruhsektor tenaga kerja.

Faktor kunci yang mempengaruhi tinggirendahnya produktivitas adalah sikap orang-orangyang bekerjasama. Yang sangat jelas ialah bahwasikap “setengah hati” dari tenaga kerja merupakanhambatan yang paling serius terhadap peningkatanproduktivitas. Sikap itu sendiri adalah cerminan dariinteraksi banyak faktor-faktor jangka panjang danjangka pendek termasuk motivasi, kebudayaan,sistem manajemen, sifat pekerjaan dan hal-hal khususserta manusiawi seperti sistem nilai, falsafah hidupdan lain-lain. Sikap pada dasarnya dibentuk olehsistem nilai seseorang atau sekumpulan orang, biasadisebut dengan istilah norma sosial.

Mengubah budaya organisasi dapat dipandangsebagai suatu proses pendidikan yang penting dandiarahkan untuk memecahkan tujuan-tujuan khusus.Yang jadi masalah pokok dalam mengubah budayaialah, dimana rencana-rencana dibuat dan bagaimanadilaksanakan. Jadi nilai yang menjadi kunci dalammengadakan perubahan ialah denganmemperkenalkan perencanaan bersama antarakaryawan dengan pimpinan. Hal ini didasarkan padaanggapan bahwa orang akan lebih bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan apabila ikut sertadalam merumuskannya. Organisasi pada akhirnyaadalah system manusia yang komponen-komponenmaterialnya sekedar mekanisme pendukung atau alat

Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya PembangunanSumber Daya Manusia | I Ketut Sudarsana

8 JURNAL PENJAMINAN MUTU

pembantu berfungsinya manusia tersebut. Olehkarena penekanan pada perilaku manusianya, makaupaya mengadakan perubahan melaluipengembangan organisasi mau tidak mau harusdilakukan melalui proses belajar dari pengalamanketimbang sekedar pelajaran teori semata. Orangbelajar paling baik dengan melakukan sendiri danbudaya organisasi, dimana perusahaan sebaikknyadikembangkan melalui latihan guna memecahkanmasalah-masalah konkrit daripada membahaskonsep-konsep yang abstrak.

Pendekatan partisipatif merupakan aspekpenting dalam menciptakan iklim dan sikap kerja bagipeningkatan produktivitas, yaitu keikutsertaansecara aktif dari seluruh karyawan dalam prosesperubahan yang diupayakan. Partisipasi bukan sajamembantu mengembangkan organisasi, tetapisekaligus memberikan dampak pendidikan yangnyata.

2.4 Pendidikan, Pelatihan dan PertumbuhanEkonomiSejumlah penelitian telah mengungkapkan

banyaknya korelasi positif antara pendidikan denganproduktivitas. Bahkan dengan membandingkanpertumbuhan ekonomi antara berbagai Negara, dapatditunjukkan bahwa hasil-hasil terbaik dari segi tingkatproduktivitas dan kecepatan pertumbuhan ekonomiterdapat dinegara-negara yang tenaga kerjanyamempunyai tingkat pendidikan yang lebih baik.Analisis terhadap empat buah karakteristik daritenaga kerja, sikap, pengetahuan, keterampilan danpeluang keorganisasian menunjukkan dengan jelasperanan pendidikan dalam arti yang luas (termasukpendidkan luar sekolah) terhadap pengembangankarakteristik tersebut. Untuk memastikan bahwakomponen-komponen utama dari sistem pendidkanseimbang dan terkoordinasi dengan baik, perludijelaskan hal-hal berikut:

a) Apakah sistem tersebut benar-benarmencakup semua komponen yang diperlukanuntuk mengembangkan sumber manusiawi?

b) Jika ya, apakah komponen-komponentersebut serta pengembangannya diseim-bangkan secara optimal dalam systempendidikan?

c) Adakah mekanisme perencanaan dankoordinasi yang baik dengan umpan balik ketingkat nasional untuk mengembangkan danmempertahankan mutu pendidikan yangdiperlukan guna mengembangkan tingkatperekonomian negara khususnya tingkatproduktivitas?

d) Apakah terdapat cukup hubungan yangsaling mendukung antara jenis pendidikannonformal, informal dan formal yangdiarahkan pada peningkatan produktivitas?

e) Apakah metode dan proses pendidikan yangdigunakan serasi dengan kebutuhankehidupan budaya serta organisasi khusus?

f) Strategi pilihan untuk mengembangkanmekanisme pendidikan sebagai saranapeningkatan kesadaran dan budayaproduktivitas, hendaknya direncanakan dandilaksanakan dengan baik.

Akhir-akhir ini, pembanguan infrastrukturpendidikan (termasuk pendidkan luar sekolah) makinmemperluas masyarakat untuk dapat mengaksespendidikan. Hal ini sangat nyata efeknya terhadappertumbuhan ekonomi negara, jika Jepang dan KoreaSelatan dijadikan sebagai kasus. Pendidikan dalammakna luas akan mengubah manusia menjadi tidakhanya sebagai “human factors” tetapi juga sebagai“human capital”, yang di dalamnya termuat unsurmanusia secara fisik, keterampilan-keterampilan,kemampuan kognitif, keuletan, ketakwaan, motivasi,kepribadian dan loyalitas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapapakar ekonomi pendidikan seperti Komarov, Schultz,Bouman, Harbison dan Myer dipuluhan negaradidunia, menunjukkan bahwa tingginya rata-ratapendidikan penduduk berkorelasi secara linierdengan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.Pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di Cina,Taiwan, Korea Selatan, Singapura dan Jepang tidaklepas dari keberhasilan mereka membangunpendidikan, jika komposisi tenaga kerja terdidikdijadikan parameter.

Kenyataan ini membuktikan bahwapembangunan pendidikan merupakan salah satukunci utama bagi percepatan dan pertumbuhanekonomi negara pada umumnya dan kesejahteraanpada khususnya. Pertumbuhan ekonomi Jepang,termasuk beberapa Negara industri baru (NewIndustrializing Countries, NICs) seperti Korea Selatanpasca Perang Dunia II, yang antara lain ditandai olehtingginya pendapatan per kapita diakui secarainternasional banyak dipicu oleh majunya pendidikandinegara-negara itu berikut segala infrastrukturnya.

Telaah diatas seyogyanya menjadi cambukuntuk menata pendidikan dan menyiapkan sumberdaya manusia yang mumpuni harus diakui jauh lebihpenting daripada membeli teknologi atau penanamanmodal fisik. Dalam rumusan sangat sederhana,Murdik dan Ross (Sudirman Danim (2004: 62)mengatakan, jika separuh tenaga manusia

9

dioptimalkan untuk berproduksi dan menggerakkansector produksi, hal ini akan lebih baik daripadapenambahan modal fisik dari teknologi itu,, melainkanjuga apresiasi kita terhadap prestasi bangsa.

Pembangunan pendidikan dalam arti luasmeniscayakan pertumbuhan ekonomi yang memadaidari suatu negara sebagai akseleratornya. Sisi lain,jika institusi pendidikan mampu melahirkan out-putyang bermutu, pembangunan ekonomi akan dapatdipacu. Karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakandasar atau sumber utama dari kemajuan sectorpembangunan, terutama pendidikan pendidkan luarsekolah. Karena itu, jika pendidikan mampumelahirkan out-put yang berkualitas, banyak dimensiekonomi dan produksi yang dapat dikreasi olehmanusia berpendidikan atau manusia pembelajar.

Kemajuan ekonomi suatu negara berartiterjadinya penyediaan lahan pekerjaan dan sumberutama pendapatan rakyat. Pertumbuhan ekonomiyang tinggi berarti makin mempercepat penambahankebutuhan tenaga kerja dan juga menaikkanpendapatan negara. Hal ini akan mempermudahrakyat untuk memperoleh pendidikan. Secaraekonomi, negara-negara maju mempunyaikesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yangtinggi dan karenanya taraf pendapatan penduduknyajuga tinggi.

Perkembangan ekonomi merupakan salah satualat untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadappendidikan, karena pendidikan memerlukan biaya.Kemajuan bidang teknik membutuhkan pekerja-pekerja yang berpendidikan tinggi dan memilikiketerampilan yang diperoleh melalui pelatihan-pelatihan kejuruan, juga pekerja yang berkualifikasitinggi dalam berbagai sector produksi. Pada prosesproduksi modern, diperlukan personal yangberpendidkan tinggi dan berpengalaman serta cakapyang selalu ditingkatkan kompetensinya secara terusmenerus (belajar sepanjang hayat). Artinya,pengenalan pembelajaran sepanjang hayat secarauniversal bagi manusia, pekerja merupakan faktorlangsung dalam pertumbuhan sektor produksiumumnya dan ekonomi khususnya.

Pada pembahasan di atas telah dijelaskan bahwapendidikan atau pelatihan dan dibangunnya budayaproduktivitas dalam masyarakat secara signifikandapat meningkatkan produktivitas kerja. Ini berartibahwa program dan materi pendidikan dan pelatihandapat meningkatkan produktivitas kerja pekerjamelalui pengetahuan dan keterampilan yang diterimaselama, menjalani proses pendidikan dan pelatihantersebut. Hipotesis ini kemudian ditentang olehsejumlah kritikus yang berpendapat bahwaperolehann yang lebih tinggi dari pekerja lebih

mencerminkan kemampuan utama yang bersumberdari dimensi internal mereka ketimbang pengetahuandan keterampilan tertentu yang diperoleh selamaproses pendidikan. Kritik yang lain muncul denganalasan bahwa pekerja berpendidikan tinggi umumnyaberasal dari kelompok kelas sosial yang lebih tinggidimasyarakat. Disamping, yang disebutkan terakhirlebih sering bekerja didaerah perkotaan yangmemberikan upah atau gaji yang lebih tinggi daripadadipedesaan yang umumnya memberikan upah ataugaji lebih rendah.

Ada dua tujuan pendidkan pra-kerja: untukmenumbuhkan kesadaran tentang produktivitas danmempersiapkan para pemuda sebagai warga belajaruntuk kerja produktif dengan memberinyapengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.Disini sering dilihat ketimpangan antara kedua tujuantersebut, yaitu terlalu banyak perhatian dicurahkankepada pemberian pengetahuan formal dan sangatkurang terhadap kecakapan bagaimana melakukansuatu pekerjaan.

Dikalangan para industrialis di Inggris misalnya,telah lama dicetuskan keluhan tentang mutupendidikan bisnis atau manajemen yangdiselenggarakan di negeri itu, karena terlaluberorientasi pada pelajaran tentang bagaimanaberniaga, bagaimana membuat sesuatu danbagaimana memutar modal daripada menciptakan nilaitambah dan menambahkan nilai baru. Beberapalembaga pendidikan terlalu menitikberatkan nilai-nilaiakademis murni daripada mengajar orang begaimanamengelola pabrik dan proses produksi dibengkelkerja. Terlalu banyak upaya diletakkan pada kegiatanmengelola ilmu pengetahuan dan penelitianketimbang mempersiapkan wiraswastawan yangkreatif dengan kemampuan melakukan inovasi danmengelola kerja.

Peningkatan nyata dari budaya produktif dapatdicapai dengan mengubah tekanan dari sistempendidikan yang berorientasi ilmu pengetahuan atauakademis semata-mata, kepada sistem yangberdasarkan pemecahan masalah dan bertujuanmemberikan kecakapan konkrit untuk melaksanakantugas pekerjaaan. Dengan investasi modal dalambentuk pengembangan sumberdaya manusiadimaksudkan untuk dapat mendongkrakproduktivitas ketika dia bekerja. Konsep modal dalambentuk sumber daya manusia adalah suatu pemikiranbahwa orang-orang membekali dirinya dengan cara-cara yang berbeda, tidak untuk kesenangan sesaat,melainkan juga untuk kepentingan perolehanpendapatan non-uang.

Menurut M.Kubr (1986:26) negara-negaradimana pendidikan dalam keluarga, masyarakat

Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya PembangunanSumber Daya Manusia | I Ketut Sudarsana

10 JURNAL PENJAMINAN MUTU

maupun sekolah menekankan kreativitas, berhasilmendidik anak muda bersikap analitis, lebih terbukaterhadap nilai-nilai modern, gaya manajemenprogresif dan budaya keorganisasiaan yang maju.Jadi pengembangan pendidikan informal, nonformaldan formal yang terorganisir dan terkoordinasidengan baik bagi calon tenaga kerja dikemudian hari,merupakan faktor penting dalam mengubah budayaproduktivitas dan keorganisasiaan modern dimasadatang. Itulah sebabnya, beberapa negara telahmulai memprakarsai upaya yang terencana danterkoordinasi ditingkat nasional dalammenumbuhkan kesadaran akan produktivitas padausia sedini mungkin. Ditingkat yang lebih luas(nasional), konsep budaya dan sikap kerja yangsesuai, perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah,lembaga kursus dan pelatihan dan perguruan tinggi.Gagasan ini dapat disebarluaskan melalui mediamassa, sehingga memperkuat proses pendidikannonformal dan informal dalam menumbuhkan budayaproduktivitas dan sikap positif terhadap kerja.

Sumber daya manusia yang bermutu makindibutuhkan sejalan dengan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi (iptek) yang makin masifakhir-akhir ini. Masivitas kemajuan iptek itu antaralain ditandai oleh terjadinya pergeseran dimensisosial, politik, ekonomi, teknologi, kultural dari eraagraris ke era industri dan informasi. Pada sektorindustri, perubahan terjadi dari industrialisasiberbasis sumber daya alam dengan mengandalkantenaga kerja kurang terampil, ke industrialisasiberbasis teknologi tinggi dengan sumber dayamanusia yang bermutu. Kecenderungan iniberimplikasi pada perlunya aktualitas wacanapengembangan sumber daya manusia dalamkeragaman bentuk investasi.

2.5 Pengaruh Pendidikan Luar Sekolah TerhadapPertumbuhan EkonomiIsu mengenai sumber daya manusia (human

capital) sebagai input pembangunan ekonomisebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith padatahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebabkesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi duafaktor, yaitu; 1) pentingnya skala ekonomi; dan 2)pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktoryang kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadiisu utama tentang pentingnya pendidikan dalammeningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Lebih lanjut Solow (1958) juga telah melakukananalisa dari temuannya tentang residual dalampenjelasan mengenai pertumbuhan ekonomi.Kemudian Romer (1986), Krugman (1987), dan Gupta(1999) juga menjelaskan bahwa residual itu

menujukkan tingkat pendidikan (educational rate)dan sumber daya mansusia. Hubungan sumber dayamanusia dan pertumbuhan ekonomi tersebutmenunjukkan suatu keharusan bahwa kebijakanpublik memperhatikan pengembangan pendidikan,promosi keahlian, dan pelayanan kesehatan. Hal inidikatakan juga oleh Lim (1996) bahwa pertumbuhanekonomi yang tinggi di Jepang dan Korea Selatanbesar kemungkinan disebabkan oleh sumber dayamanusia yang berkualitas, hal ini terlihat dari tingkatmelek huruf (literacy rate) yang tinggi, sehinggatenaga kerja mudah menyerap dan beradaptasidengan perubahan teknologi dan ekonomi yangterjadi.

Kasus lain seperti yang dikemukkan oleh Al-Samarai dan Zaman (2002) di Malawi, dalam rangkapeningkatan sumber daya manusia, pemerintah telahmelakukan beberapa program antara lain denganmenghapuskan biaya untuk Sekolah Dasar danmemperbesar pengeluaran pemerintah di bidangpendidikan. Dampak dari program ini adalahmeningkatnya tingkat enrollment rate ratiopendidikan dasar. Namun demikian masalah yangharus diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintahadalah distribusi pendidikan yang tidak merata.

Hubungan investasi sumber daya manusia(pendidikan) dengan pertumbuhan ekonomimerupakan dua mata rantai. Namun demikian,pertumbuhan tidak akan bisa tumbuh dengan baikwalaupun peningkatan mutu pendidikan atau mutusumber daya manusia dilakukan, jika tidak adaprogram yang jelas tentang peningkatan mutupendidikan dan program ekonomi yang jelas.

Studi yang dilakukan ekonom dari Harvard DaleJorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikatdengan rentang waktu 1948-79 misalnyamenunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhanekonomi adalah disebabkan pembentukan modal(capital formation), 31 persen disebabkanpertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta24 persen disebabkan kemajuanteknologi.Selanjutnya, Suryadi (2001) menegaskandari hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwapendidikan dapat berfungsi sebagai kesadaran sosialpolitik dan budaya, serta memacu penguasaan danpendayagunaan teknologi untuk kemajuanperadaban dan kesejahteraan sosial.

Meski modal manusia memegang perananpenting dalam pertumbuhan penduduk, para ahlimulai dari ekonomi, politik, sosiologi bahkanengineering lebih menaruh prioritas pada faktormodal fisik dan kemajuan teknologi. Ini beralasankarena melihat data AS misalnya, total kombinasikedua faktor ini menyumbang sekitar 65 persen

11

pertumbuhan ekonomi AS pada periode 1948-79.Namun, sesungguhnya faktor teknologi dan modalfisik tidak independen dari faktor manusia. Suatubangsa dapat mewujudkan kemajuan teknologi,termasuk ilmu pengetahuan dan manajemen, sertamodal fisik seperti bangunan dan peralatan mesin-mesin hanya jika negara tersebut memiliki modalmanusia yang kuat dan berkualitas. Apabilademikian, secara tidak langsung kontribusi faktormodal manusia dalam pertumbuhan pendudukseharusnya lebih tinggi dari angka 31 persen.

Perhatian terhadap faktor manusia menjadisentral akhir-akhir ini berkaitan denganperkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunandan sosiologi. Para ahli di kedua bidang tersebutumumnya sepakat pada satu hal yakni modal manusiaberperan secara signifikan, bahkan lebih pentingdaripada faktor teknologi, dalam memacupertumbuhan ekonomi. Modal manusia tersebut tidakhanya menyangkut kuantitas, tetapi yang jauh lebihpenting adalah dari segi kualitas.

Buku terakhir William Schweke, Smart Money:Education and Economic Development (2004),sekali lagi memberi afirmasi atas tesis ilmiah parascholars terdahulu, bahwa pendidikan bukan sajaakan melahirkan sumber daya manusia (SDM)berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilanserta menguasai teknologi, tetapi juga dapatmenumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusifbagi pertumbuhan ekonomi.

Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidaksaja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagikomunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaianpendidikan pada semua level niscaya akanmeningkatkan pendapatan dan produktivitasmasyarakat. Pendidikan merupakan jalan menujukemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial danekonomi. Sedangkan kegagalan membangunpendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial:pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaannarkoba, dan welfare dependency yang menjadibeban sosial politik bagi pemerintah. Dari berbagaistudi tersebut sangat jelas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan mempunyai pengaruh terhadappertumbuhan ekonomi melalui berkembangnyakesempatan untuk meningkatkan kesehatan,pengetahuan, dan ketarmpilan, keahlian, sertawawasan mereka agar mampu lebih bekerja secaraproduktif, baik secara perorangan maupun kelompok.Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidupmanusia akan semakin berkualitas. Dalam kaitannyadengan perekonomian secara umum (nasional),semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakintinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsatersebut.

Dalam segi ekonomi, struktur kesempatan,hingga pertumbuhan ekonomi, harus dibuka atausedikit dapat dibuka dengan berbagai pengaruh ataudampak pengangguran dan pendapatan. Sekurang-kurangnya tersedianya beberapa kesempatan kerjalebih banyak ditawarkan daripada masuk ke dalamposisi pada level tertentu. Kesempatan perludihadirkan, dan ada dua area yang menjadi perhatian.Pertama adalah pertumbuhan masalah penganggurandiantara generasi muda, yang telah dikalkulasikansebanyak dua kali dalam taraf nasional. Sejarahtentang perubahan generasi muda di dalam negara,dikombinasikan dengan perhatian utama dalampembentukan generasi baru yang akan memimpinnegara. Perhatian tersebut hingga mengkobinasikanpendidikan formal dan program pendidikan luarsekolah yang merupakan dua area yang potensialuntuk dikombinasikan. Kombinasi tersebut secaralangsung berkaitan dengan ekonomi informal dimanalebih membutuhkan analisis kompetensi dan program-program yang harus berkelanjutan.

Analisis ilmu ekonomi menunjukkan bahwaobjek ilmu ekonomi adalah tindak ekonomis. Tindakekonomis adalah memilih secara bijaksanasehubungan dengan keadaan alam, modal, tenagakerja, organisasi dan waktu yang terbatas dalamrangka memenuhi kebutuhan manusia yang terbatas.Analisis unsur-unsur tentang tindak ekonomibermanfaat untuk memahami hubungan antara sistemekonomis dan sistem pendidikan. Perbedaannyadapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya PembangunanSumber Daya Manusia | I Ketut Sudarsana

Perbandingan Antara Tindak Ekonomis Dan Tindak Pendidikan

KOMPONEN TINDAK EKONOMIS TINDAK PENDIDIKAN

a. Tujuan Tindakan Memperoleh keuntungan Menumbuhkan kebangkitanmaterial atau saling individu sebagai pribadi yangmenguntungkan self help.

b. Pelaku Tindakan Orang dewasa yang menanggung Orang dewasa dan anak ataubiaya hidup (sesuai aturan orang dewasa dan orang yangdalam masyarakat) belum dewasa yang berfungsi

sebagai pendidik atau anak didik.

12 JURNAL PENJAMINAN MUTU

‘Non formal education’ diperkenalkan padaakhir 1960-an untuk menandakan adanya kebutuhanuntuk membuat tanggung jawab pendidikan di luarsekolah atas permintaan pendidikan yang baru danberbeda. Selama tahun 1970-an, bagi kebanyakannegara dunia ketiga, pendidikan luar sekolah memilikifrekuensi alternatif program untuk remaja dan dewasayang tidak terpuaskan atau sedikit tepuaskanpendidikannya oleh sekolah, atau bagi yangmembutuhkan tambahan disamping schooling yangtelah mereka terima. Karakteristik dari pendidikan luarsekolah adalah bahwa aktivitasnya harus dipisahkandari state-sanctioned schooling dan direncanakansecara sistematik dan mengantarkan kelompoktertentu pada tujuan spesifik. Pendidikan luar sekolahtidak seperti pendidikan formal yang memiliki standarterhadap eksistensinya. Namun, pada beberapasituasi, mengejar pendidikan tidak hanya formalmelainkan juga non-formal dapat menjadi tradisiuntuk mobilitas karir.

Pendidikan luar sekolah berkontribusi untukperubahan tingkah laku inividual bagi perubahansosial. Atau dengan kata lain, jika individualmemerlukan basic skills dan masyarakat dilihatsebagai sistem yang memerlukan adaptasi, makapendidikan luar sekolah harus dilihat sebagaikontributor. Pendidikan luar sekolah digunakanmelewati batas sosio-ekonomi atau kelompok etnikuntuk memfasilitasi perubahan yang lebih radikalmelibatkan akses kepada sumber daya politik danekonomi, dimana hasilnya seringkali gagal.Pendidikan luar sekolah lebih impotent dibandingkanpendidikan formal karena harus berhadapan denganpemisahan antara politik dan ekonomi. Untuk itulah

perencanaan program pendidikan luar sekolah harusdisesuaikan dengan kelas sosial dan etnikberdasarkan goal yang spesifik. Pendidikan luarsekolah seharusnya dilihat sebagai alternatif bagipembentukan karakter melalui ketergantungan,ketertarikan dan ketidaksinambungan, dan sangatsulit untuk melihatnya membuat kontribusi besar bagiperlawanan sosial untuk perubahan individual,mengingat akses untuk kesempatan terikat kuat padaschooling.

III. PENUTUP1. Perbaikan mutu proses dan produk

pendidikan luar sekolah dan pembelajaranmasyarakat serta pengembangan ilmupengetahuan, teknologi dan kebudayaanmerupakan factor penting dalam proseskemajuan umat manusia.

2. Konsep budaya dan sikap kerja hendaklahdimasukkan ke dalam berbagai kurikulumpelatihan, kurus-kursus, pendidikan luarsekolah. Gagasan ini dapat didesiminasikanmelalui media massa, jadi memperkuat prosespembelajaran masyarakat untuk membantumengembangkan budaya produktivitas dansikap positif terhadap pekerjaan.

3. Upaya pendidikan kearah produktivitas harusselalu menekankan orang sebagai subjek.Program pendidikan dan latihan secarasistematis dapat meningkatkan pengertiandan kesadaran produktivitas serta kebutuhanuntuk meningkatkannya.

4. Pembangunan pendidikan luar sekolahmempunyai kaitan erat dengan pertumbuhan

KOMPONEN TINDAK EKONOMIS TINDAK PENDIDIKAN

c. Dasar Tindakan Kaidah ekonomi non susila Kesusilaan sesuai martabat(non etis) manusia

d. Orientasi Untung rugi ekonomis dan Terbentuknya keutuhanefisiensi martabat manusia

sebagai pribadie. Waktu Kegiatan Terbatas, dalam rangka perhi- Sepanjang hayat dengan

tungan keuntungan ekonomis perhitungan usia produktiff. Nilai-Nilai Nilai ekonomis dalam sistem Nilai paedagogis dalam kaitan

ekonomi yg berlaku, umumnya nilai sosial budayadihitung dengan uang

g. Hasil Tindakan Barang berupa jasa, atau uang Berupa orang terpelajar, tenagaterampil yg diharapkan menjaditenaga kerja

h. Harga Satuan Jumlah penghasilan dibagi jumlah Jumlah biaya pendidikan dibagipenduduk setiap tahun lulusan setiap tahun.

13

ekonomi. Dana-dana pendidikan dalamjumlah yang cukup hanya mungkin dapatdisediakan oleh pemerintah dan masyarakat,jika perekonomian suatu Negara tumbuhsecara baik dan kondisi kehidupanmasyarakat tidak berada dalam kemiskinan.Karena itu perkembaangan ekonomimerupakan salah satu alat untuk memenuhipermintaan pendidikan.

5. Antara pembangunan pendidikan danpembangunan ekonomi terdapat hubunganyang saling terkait atau “reciprocalrelationship”. Makin tinggi tingkatpendidikan rata-rata pendudk, makin tinggipula tingkat pertumbuhan ekonomi suatunegara. Adanya keberhasilan negara dalammeningkatkan pertumbuhan ekonominyamemungkinkan negara tersebut membangunpendidikan.

6. Pendidikan dan pelatihan memberi manfaatsosio-ekonomi bagi individu berupaperbaikan dalam hal penghasilan danproduktivitas. Tingginya rata-ratapenghasilan seseorang dalam bekerjamerupakan cerminan dan tingginya tingkatproduksi dan hal itu menjadi indicatorpertumbuhan ekonomi suatu Negara.Meningkatnya pendapatan secaraperorangan atau kelompok dan meningkatnyahasil produksi pada gilirannya akanmeningkatkan pertumbuhan ekonominasional. Untuk tujuan itu, pembangunanpendidikan dan pelatihan merupakan fungsidari pertumbuhan ekonomi suatu negara.Untuk membangun pendidikan dan pelatihansecara baik, dalam arti sesuai dengankebutuhan lapangan kerja, diperlukanpendanaan yang mencukupi.

7. Pemerintah sebaiknya mendorong dialogterbuka dan teratur antara industri dengansistem pendidikan maupun antara berbagaijenis pendidikan itu sendiri, termasuk media.

8. Suatu upaya nyata yang dilakukan bersama-sama dan terkoordinir dengan baik dariseluruh unsur pemerintah maupun swastayang bergerak dibidang pendidikan danpemberdayaan masyarakat pada semuatingkat masyarakat dan sektor ekonomi,diperlukan untuk mencapai tujuan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianus, Ferry. 2003. Analisis PengeluaranPendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi diIndonesia (1970 – 2000). Jurnal Ekonomi,Manajemen, dan Akuntansi “KOMPETISI”.Vol. 1, No. 2, Mei 2003. hal 124-140

Alhumami, Amich, “Tiga Isu Kritis Pendidikan”,Artikel, Kompas, Jum’at, 2 Juli 2004

Bertrand, Alvin L. 1980. Sosiologi. Surabaya: BinaIlmu.

Boediono, (1997), Pendidikan dan Perubahan SosialEkonomi. Yogyakarta: Aditya Media

Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial. Yogyakarta:Kanisius

Danim, Sudarwan, (2003), Ekonomi SumberdayaManusia. Bandung: Pustaka Setia

Engle, G and C.W.J. Granger.1987. Cointegration andError Corection: Representation andTesting. Econometrica. Vol. 100: 818-834.

Fattah, Nanang, “Ekonomi dan PembiayaanPendidikan”, Rosda Karya, Bandung, 2002

Green, William H.,”Econometric Analysis”, 2nd ed.(New York: Macmilan Publishing Co, 1993.

Gupta, K. 1999. Public Expenditure on Educationand Literacy Lavels: A Comparative Study.State University at Stony Book.

Kamil, Mustofa, (2009), Pendidkan Nonformal.Bandung: Alfabeta

Khusaini. 2004. Analisis Disparitas PendapatanAntar Daerah Kabupaten/Kota danPengaruhnya Terhadap PertumbuhanEkonomi Regional Provinsi Banten. JIPIS.Vol. 2, No. 2. Tahun 2005

Kuber.M. (1986). Pendidikan kearah BudayaProduktivitas Tinggi. Jakarta: Prisma No.11.LP3ES

Levin, Henry M and Schultz G. Hans, “FinacingRecurrent Education Strategic theIncreasing Employment, Job Opportuniyiesand Productivity”, Sage Publications, NewDelhi, 1983

Lim, D. 1996. Explaining Economic Growth: A NewAanlitical Framework. Vermont: Edwar ElgarPublish. Co.

Lin, T.C. 2003. Education, Technical Progres, andEconomic Growth: The Case of Taiwan.Economics of Education Review 22: 213-220.

Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya PembangunanSumber Daya Manusia | I Ketut Sudarsana

14 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Marsuki. 2005. Analisis Perekonomian SulawesiSelatan dan Kawasan Timur Indonesia.Mitra Wacana Media. Jakarta

Mudjiarto. 2005. Prinsip Dasar PemberdayaanMasyarakat. Yogyakarta: Sinergi.

Nasikun, 2003, Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.

Richardson, Harry W., “Dasar-Dasar Ilmu EkonomiRegional (terjemahan)”, LP-FEUI (EdisiRevisi), Jakarta, 2001

Ruwiyanto, Wahyudi, (1994), Peranan Pendidikandalam Pengentasan Masyarakat Miskin.Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Schultz, T. W. 1963. The Economic Value ofEducation. New York. Columbia University.

Suhaenah Soeparno, Ana, “Pendidikan dalamPerspektif Otonomi Daerah”, dalam“Mengurai Benang Kusut Pendidikan”,Transformasi-UNJ, Jakarta, 2003

Supriadi, Dedi, “Satuan Biaya Pendidikan: Dasardan Menengah”, Rosda Karya, Bandung,2003

Suryadi, Ace dan Tilaar, H. A.R., “Analisis KebijakanPendidikan: Suatu Pengantar”, RosdaKarya Bandung, 1994

Suryadi, Ace. (2002), Pendidikan, InvestasiSumberdaya Manusia dan Pembangunan.Jakarta: Balai Pustaka

Susanti, Hera, Moh Ikhsan, dan Widyanti,“Indikator-Indikator Makro Ekonomi”,edisi kedua LPFEUI, Jakarta, 1995

Sudjana, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah.Wawasan, Sejarah Perkembangan,

Falasafah, Teori Pendukung, Asas.Bandung: Penerbit Falah Production.

Suharto, Edi. 2005. Membangun MasyarakatMemberdayakan Rakyat. Bandung: PTRefika Aditama.

Simanjuntak.J.Payaman. (1985), Pengantar EkonomiSumberdaya Manusia. Jakarta: LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia

Tilaar.H.A.R. (1997), Pengembangan SumberdayaManusia dalam Era Globalisasi. Jakarta:Gramedia

Trisnamansyah, Sutaryat. (2003). “Materi PokokPerkuliahan Filsafat, Teori, dan Konsep DasarPLS”. Bandung: Makalah tidak diterbitkan.

Thomas, J. A., “The Productive School: A SystemAnalysis Approach to EducationalAdministration”, John Wiley & Sons, NewYork, 1971

Triaswati, N. et al, “Pendanaan Pendidikan diIndonesia”, dalam Jalal, F. Supriadi, D. eds,“Reformasi Pendidikan dalam KonteksOtonomi Daerah”, Adicita Karya Nusa,Yogjakarta, 2001

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional

Windham, D. M., “Improving the Efficiency ofEducational Systems: Indicators ofEducational Effectiveness and Efficiency”,U.S. Agency for International Development,Woshinton D.C., 1988

15

I. PENDAHULUANRendahnya kualitas dan mutu pendidikan di

Indonesia sudah bukan rahasia umum lagi. Bahkandi antara Negara-negara ASEAN saja, mutupendidikan di Indonesia berda di bawah Singapura,Thailand, Filiphine bahkan Vietnam. Issue rendahnyamutu pendidikan di Indonesia sudah bahkan seringmenjadi topik hangat diberbagai forum ilmiah, diskusiakan kondisi pendidikan di Indonesia. Berbagaiupaya terus dilakukan pemerintah denganditerbitkannya Undang-Undang No 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional, namun haltersebut belum mampu menyelesaikan permasalahantentang mutu pendidikan di Indonesia. Sebagaimanadiatur dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004tentang Pemerintah Daerah, tanggung jawabpemerintah pusat sebagian besar diserahkan kepadapemerintah daerah, hanya beberapa fungsi saja yangtetap ditangani oleh pemerintah pusat, sehinggamenghasilkan perubahan dari sistem sentralisasi kedesentralisasi, namun  membawa konsekuensi logisyang jauh di dalam penyelenggaraan pendidikannasional. Disatu sisi tantangan telah menghadangdalam menghadapi persaingan bebas abad 21.

Dewasa ini upaya peningkatan mutu pendidikanterus dilakukan oleh berbagai pihak dan pendekatan.Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaranbetapa pentingnya peranan pendidikan dalampengembangan sumber daya manusia danpengembangan watak bangsa (Nation Character

PENINGKATAN MUTU DAN KUALITAS PENDIDIKANDENGAN MEMBANGKITKAN TIGA POTENSI DASAR ALAMIAH

(BAYU, SABDA, IDEP)

OlehI Putu Gede Parmajaya

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

The low quality and the quality of education in Indonesia is not a secret anymore.Even among ASEAN countries alone, the quality of education in Indonesia arriving underSingapore, Thailand, Vietnam and even Filiphine. Issue low quality of education in Indonesiahas often been a hot topic in various scientific forums, discussion will be the condition ofeducation in Indonesia. Many efforts have been taken by the government with the enactmentof Law No. 20 of 2003 on the National Education System, but it has not been able to resolvethe problem of the quality of education in Indonesia. Today the efforts to improve the qualityof education being conducted by various parties. These efforts based on an awareness of theimportance of the role of education in the development of human resources and thedevelopment of national character (Nation Character Building) for the betterment of societyand the nation. Dignity of a nation is determined by the quality of education. The way is toraise three potential natural base (word, wind, eyelash) humans.

Key Word: Quality of Education

Building) untuk kemajuan masyarakat dan bangsa.Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukanoleh kualitas pendidikannya. Dalam konteks bangsaIndonesia, peningkatan mutu pendidikan merupakansasaran pembangunan di bidang pendidikannasional dan merupakan bagian integral dari upayapeningkatan kualitas manusia Indonesia secaramenyeluruh (Mulyasa, 2005:31).

Pemerintah dalam hal ini melalui kementerianpendidikan nasional telah berupaya mencari jalankeluar melalui Di sisi lain, tantangan untukmeningkatkan mutu sumber daya manusia dalammenghadapi persaingan bebas abad ke-21 telahdiupayakan dengan diterbitkannya Undang-UndangNo. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sertapentingnya tenaga guru dan dosen sebagai ujungtombak dari reformasi pendidikan nasional. Bahkanpemerintah telah memberikan motivasi kepada gurudan dosen melalui sertfikasi guru dan dosen, tetapikenyataannya kualitas dan mutu pendidikan diIndonesia belum mengalami peningkatan yangsignifikan. Hal ini tentu merupakan dilemma bagidunia pendidikan di Indonesia.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 20Tahun 2003 yang mengatur tentang SistemPendidikan Nasional sebenarnya pemerintah telahmencanangkan dan bahkan telah menetapkanindikator-indikator keberhasilan dan kegagalanpendidikan melalui Peraturan Pemerintah No. 19Tahun 2005 tentang Standar visi dan misi pendidikan

Peningkatan Mutu dan Kualitas Pendidikan dengan Membangkitkan Tiga PotensiDasar Alamiah (Bayu, Sabda, Idep) | I Putu Gede Parmajaya

16 JURNAL PENJAMINAN MUTU

untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Realitayang terjadi dapat diasumsikan bahwa hingga detikini, apa yang dituangkan di dalam Permen No. 19Tahun 2005 belum mencapai hasil yang maksimal.

Jika dikaitkan dengan eksistensi kualitas danmutu sumber daya manusia (SDM) Hindu, maka apayang tersurat dalam UU No. 20 Tahun 2003 jugabelum bisa tercapai secara maksimal, terlebih lagidengan filosofis orang Hindu (Bali) yaitu EdaNgaden Awak Bisa Depang Aanake Ngadanin yangselama ini disandangnya. Orang Hindu padaumumnya tidak mau berkomentar, tidak maumenonjolkan diri, tidak mau disanjung, tidak maudipuji, jika diajak untuk berdiskusi pada forum-forumilmiah di tingkat regional dan nasional apalagi padaforum internasional, diasumsikan orang Hindu tidakmau tampil di depan dan identitas lainnya yangdisandang orang Hindu. Jika hal ini memang benarterjadi, maka diasumsikan faktor penyebabnya adalahbelum dibangkitkannya tiga potensi dasar alamiah(sabda, bayu, idep) yang dimiliki orang Hindu.

II. PEMBAHASANMencermati perubahan dan penyempur-naan

sistem pendidikan Nasional terutama denganterbitnya Undang-Undang No. 14 Tahun 2005tentang Guru dan Dosen, serta pentingnya tenagaguru dan dosen sebagai ujung tombak dari reformasipendidikan nasional ternyata belum mampumeningkatkan kualitas dan mutu pendidikan diIndonesia. Salah satu faktornya adalah kualitas SDMtenaga kependidikan (Guru dan Dosen) yang belumberkualitas dan bermutu. Jika dicermati,maka MenurutKBBI, bahwa mutu adalah baik buruk suatu benda;kadar; taraf atau derajat misalnya kepandaian,kecerdasan dan sebagainya (Depdiknas,2001:768).Jika dikaitkan dengan masalah kependidikan, makamutu pendidikan dapat meliputi mutu input, proses,output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakanbermutu jika siap berproses. Proses pendidikanbermutu apabila mampu menciptakan suasana yangPAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektifdan Menyenangkan). Output dinyatakan bermutuapabila hasil belajar akademik dan nonakademikmahasiswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutuapabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gajiwajar, semua pihak mengakui kehebatannyalulusannya dan merasa puas (Usman, 2006 : 410).2.2. Standar Pendidikan Bermutu.

Jika diperhatikan, maka di dalam PP. No. 19Tahun 2005 disebutkan bahwa Standar nasionalpendidikan mencakup beberapa hal untukmewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu:

(a) Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan(tingkat kompetensi yang dituangkan dalamkriteria tentang kompetensi tamatan,kompetensi bahan kajian, kompetensi matapelajaran, dan silabus pembelajaran yangharus dipenuhi oleh peserta didik padajenjang dan jenis pendidikan tertentu.

(b) Standar proses, adalah standar nasionalpendidikan yang berkaitan denganpelaksanaan pembelajaran pada satu satuanpendidikan untuk mencapai standarkompetensi lulusan.

(c) Standar pendidik dan tenaga kependidikan,adalah kriteria pendidikan prajabatan dankelayakan fisik maupun mental, sertapendidikan dalam jabatan.

(d) Standar sarana dan prasarana, adalah standarnasional pendidikan yang berkaitan dengankriteria minimal tentang ruang belajar, tempatberolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumberbelajar lain, yang diperlukan untuk menun-jang proses pembelajaran, termasukpenggunaan teknologi informasi dankomunikasi.

(e) Standar pengelolaan, adalah standar nasionalpendidikan yang berkaitan denganperencanaan, pelaksanaan, dan penga-wasankegiatan pendidikan pada tingkat satuanpendidikan, kabupaten/kota, provinsi, ataunasional, agar tercapai efisiensi danefektivitas penyelenggaraan pendidikan.

(f) Standar pembiayaan, adalah standar yangmengatur komponen dan besarnya biayaoperasi satuan pendidikan yang berlaku selamsatu tahun.

(g) Standar penilaian pendidikan, adalah standarnasional pendidikan yang berkaitan denganmekanisme, prosedur, dan instrumen penilaianhasil belajar peserta didik.

Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajarakademik dan non akademik siswa tinggi. Outcomedinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserapdi dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakuikehebatan lulusannya dan merasa puas (Usman,2006:410). Mutu dalam konteks manajemen  mututerpadu atau Total Quality Management (TQM)bukan hanya merupakan suatu gagasan, melainkansuatu filosofi dan metodologi dalam membantulembaga untuk mengelola perubahan secara totalitasdan sistematik, melalui perubahan nilai, visi, misi,

17

dan tujuan. Karena dalam dunia pendidikan mutululusan suatu sekolah dinilai berdasarkan kesesuaiankemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yangditetapkan dalam kurikulum.

Menurut Sudradjad (2005:17) pendidikan yangbermutu adalah pendidikan yang mampumenghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan ataukompotensi, baik kompetensi akademik maupunkompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensipersonal dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia,yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup(life skill), lebih lanjut Sudradjat megemukakanpendidikan bermutu  adalah pendidikan yang mampu

menghasilkan manusia seutuhnya (manusiaparipurna) atau manusia dengan pribadi yang integral(integrated personality) yaitu mereka yang mampumengintegralkan iman (sradha bhakti), ilmu, danamal.

Dalam kaitannya dengan peningkatan mutupendidikan, maka dalam tulisan ini lebih banyakmenekankan kepada aspek ketiga dari .PP. No. 19Tahun 2005, yaitu tentang standar pendidik atautenaga kependidikan. Pendidik atau tenagakependidikan dalam hal ini menyangkut kompetensidosen dan guru.

Peningkatan Mutu dan Kualitas Pendidikan dengan Membangkitkan Tiga PotensiDasar Alamiah (Bayu, Sabda, Idep) | I Putu Gede Parmajaya

Keterangan:1. Kompetensi Paedagogik

1. Menguassai karakteristik peserta didik2. Menguasai teori-teori belajar dan prinsip

pembelajaran3. Pengembangan kurikulum

4. Melaksanakan kegioatan pembelajarandan mendidik (metode)

5. Pengembangan potensi peserta didik6. Komunikasi dg peserta didik7. Mampu memberi penilaian/evaluasi

18 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Kompetensi paedagogik dalam hal inidimaksudkan bahwa secara reflektif menunjuktanggung-jawab pokok pembentukan moral maupunintelektual dalam sekolah/kampus terletak pada paraguru/dosen. Melalui peran para guru/dosenhubungan personal autentik untuk penanaman nilai-nilai bagi para siswa/mahasiswa berlangsung(Suparno, dkk, 2002:61-62). Untuk itu guru/dosenyang profesional dalam kerangka pengembanganprofesionalisme perlu memiliki kompetensi antara lainkompetensi kepribadian (integritas, moral, etika danetos kerja), kompetensi akademik (sertifikasikependidikan, menguasai bidang tugasnya danbelajar belajar) dan kompetensi kinerja (terampildalam pengelolaan pembelajaran). Pemberdayaan danakuntabilitas para guru/dosen adalah syarat pentingdalam pengembangan profesionalisme. MenurutCheng (1996) peran para guru adalah sebagai rekankerja, pengambil keputusan, dan pengimplementasiprogram pengajaran (Nurkolis, 2003:123).

2. Kompetensi SosialKompetensi sosial adalah bentuk atau dimensi

evaluasi diri (Self Evaluation) keefektifan dalamberinteraksi, merespon orang lain dengan perasaanpositif, serta tertarik untuk berteman. Banyak guru/dosen tidak mampu berinteraksi dengan oranglainkarena keterbatasan kemampuan berkomunikasi,sehingga dalam berinteraksi baik dengan temansejawat,siswa/mahasiswa, atasan, orang tua siswa/mahasiswa, dan masyarakat, sehingga guru/dosenyang seperti ini akan sulit berkembang, karena tidakmampu berkomunikasi dan berinteraksi denganorang lain. Jika hal ini terjadi,maka seseorang akansulit untuk mengevaluasi dirinya. Jangankanmerespon orang lain, menerima pandangan ataupendapat orang lain atau bahkan berteman denganorang lain.

Kompetensi sosialini bisa dimiliki olehseseorang jikaseseorang berupaya untukmembangkitkan tiga potensi dasar alamiah yangdimiliki, terutama dengan melatih diri untuk berpikiryang positif, belajar berinteraksi atau berkomunikasi,belajar bergaul untuk dapat menjalin hubungan baikbiologis dan psikologis dengan orang lain melaluigerak dan perilaku.

3. Kompetensi ProfesionalSesuai PP no.18 Tahun 2007, bahwa guru/dosen

harus menguasai materi pembelajaran, teoripembelajaran, metode pembelajaran, dan menguasaikurikulum Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock,(2007:7) bahwa guru yang efektif menguasai materipelajaran dan keakhlian atau keterampilan mengajar

yang baik, Guru yang efektif memiliki strategipengajaran, dan manajemen kelas.Guru harus tahubagaimana memotivasi, berkomunikasi, danberhubungan secara efektif dengan murid-murid dariberbagai latar belakang cultural. Guru juga harusmemahami cara menggunakan teknologi yang tepatguna di dalam kelas.

4. Kompetensi KeperibadianKeperibadian adalah sesuatu yang abstrak, bisa

ditampilkan melalui perilaku seperti mampu menjaditokoh panutan, idola bagi siswa/mahasiswa temansejawat dan bahkan pimpinan, serta mampu menjadimodel yang baik dalam proses pembelajaran baik dikelas maupun di luar kelas.

Dalam kaitannya dengan kepemilikankompetensi keperibadian ini, kadangkala guru/dosendiera global seperti sekarang ini sangat sulit untukdikembangkan. Hal ini disebabkan bahwa di dalamdunia global seperti sekarang, di mana tuntutankehidupan manusia semakin kompleks, menyebabkanmanusia bersikap semakin individual untukmemenuhi kebutuhan hidupnya. Kadangkala didalam memenuhi kebutuhan hidup manusiamenhalalkan segala cara, sehingga tidak sedikitorang-orang yang menjadi tokoh panutanberperilaku menyimpang seperti korupsi,memeras,dan sebagainya untuk memenuhikebutuhan hidupnya.

Sebagai manusia, para guru/dosen,parapebelajar/para siswa/mahasiswa memiliki tiga potensidasar alamiah, yaitu bayu (tenaga), sabda (suara)dan idep (akal budhi). Ketiga potensi dasaralamiahtersebuti dikenal dengan sebutan tri premana.Dengan tri premana makhluk hidup dapatdiklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitutumbuhan, binatang dan manusia. Tumbuhanmerupakan makhluk hidup dengan satu potensi dasaryaitu (eka premana), yaitu energi. Binatangmerupakan makhluk hidup yang berkembang dengandua potensi dasar (dwi premana), berupa tenagadan suara, dan manusia adalah makhluk hidup yangberkembang dengan tiga potensi dasar (tri premana)yaitu, tenaga , suara dan akal budhi. Dengan ketigapotensi dasar alamiah yang dimilikioleh manusia,maka manusia menjadi makhluk yang paling adaptifdan fleksibel. Dengan akal budhi yang dimilikinya,manusia bisa membedakan perbuatan baik danperbuatan buruk, antara yang benar dan yang salah,dan yang paling utama adalah bahwa manusiamampu menghindarkan diri dari hal-hal yang tidakbaik atau salah, serta berusaha melatih diri untukmelakukan atau menerima hal-hal yang baik danbenar.

19

Dalam perkembangan selanjutnya tri premanaselain dikenal sebagai tiga potensi dasar alamiah,juga dikenal dengan tiga cara untuk mencarikebenaran (ilmu pengetahuan). Pada mulanya tripremana dipergunakan untuk mencari kebenarantentang hakikat Tuhan Yang Maha Esa/Ida HyangWidhi Wasa dengan berdasarkan logika (PHDI, 1996;Nala dan Wiratmadja, 1986). Dengan memperhatikanhal di atas, fungsi tri premana diperluas menjadicara untuk memperoleh atau mengembangkan ilmupengetahuan secara umum, khususnya dalampembelajaran pendidikan agama Hindu di sekolah.

Subagia, (2003:6) menyatakan bahwa premanasebagai cara untuk mencari pengetahuan padaawalnya dipaparkan dalam satu cabang filsafat Hindu(Saddharsana ), yaitu Nyayadharsana. Cabangfilsafat ini dikembangkan oleh Rsi Gautama.Pengembangan filsafat ini dilakukan didorong olehkeinginan untuk menemukan kebenaran arti sloka-sloka yang terdapat dalam Weda Sruti untukdipergunakan dalam pelaksanaan berbagai upacara.Tujuan utama filsafat tersebut adalah menemukanPrameswara (Tuhan Yang Maha Esa/Ida HyangWidhi Wasa), pencipta alam semesta yang dilakukanmelalui diskusi atau debat-debat ilmiah. Menurutfilsafat Nyaya kebenaran Tuhan Yang Maha Esadapat dipahami melalui penyimpulan yang didasarkanpada fakta-fakta. Oleh karena itu Nyayadharsanadipandang sebagai pustaka utama yang dapatdigunakan untuk memahami objek-objek melaluipenyimpulan hasil diskusi.

Jika dikaitkan dengan konsep ajaran Hindu,terutama konsep Tri Premana (Sabda, Bayu danIdep), maka kompetensi guru seperti digambarkan diatas, sangat relevan dengan konsep tiga potensidasar alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia yangdisebut sabda, bayu, idep. Ketiga potensi dasaralamiah tersebut harus selalu dikembangkan,terutama dalam kaitannya dengan kemampuanberpikir (idep), kemampuan berbicara (sabda) dankemampuan olah pisik dan keterampilan tubuh(bayu). Dalam proses pembelajaran, signifikansiimplementasi konsep tri premana dapat dilihat padaperkembangan proses pembelajaran danperkembangan praktek mengajar. Tri premana padadasarnya dapat diartikan sebagai tiga potensi dasaryang dimiliki manusia secara alamiah dan tiga carauntuk mencari ilmu pengetahuan atau kebenaran ilmupengetahuan (dharma ). Dalam proses pembelajaran,hubungan kedua pengertian tersebut di atas dapatdilihat sebagai berikut :

(1) Potensi tenaga (bayu) merupakan potensiyang dimiliki oleh pebelajar yang dapatdigunakan untuk melakukan gerakan-gerakan

fisik, seperti melakukan observasi, menulislaporan, dan mengerjakan tugas-tugas.Dengan potensi tersebut, para pebelajar dapatmelakukan aktivitas belajar denganmelibatkan kelima inderanya, yaitu mata,telinga, hidung, mulut dan kulit (tangan).

(2) Potensi sabda (suara) merupakan potensiyang dapat digunakan pebelajar untukmelakukan komunikasi baik secara tertulismaupun lisan. Menurut Alberti&Emmons,1995; Evertson, Emmer&Worsham,2003.(dalam Santrock,2007:9) bahwa keakhliankomunikasi yang diperlukan dalam mengajaradalah mendengar, mengatasi hambatankomunikasi verbal dan non verbal dari murid,mampu memecahkan konflik secarakonstruktif. Keakhlian berkomunikasi tidakhanya penting untuk mengajar, tetapi jugaberinteraksi dengan orang tua murid. Guruyang efektif menggunakan kemampuanberkomunikasi yang baik saat berbicaradengan murid, orangtua, administrator, tidakterlalu banyak mengkritik, serta memiliki gayakomunikasi yang asertif bukan agresif,manipulatif atau pasif. Guru yang efektif jugabekerja untuk meningkatkan keakhliankomunikasi para murid.

(3) Potensi idep (akal budhi) merupakan potensiyang dapat digunakan pebelajar untukmelakukan pertimbangan-pertimbanganrasional dalam membuat suatu keputusan.Dengan akal budhi pebelajar dapat mencernaberbagai informasi baik yang diperoleh secaralangsung maupun yang diperoleh melaluipengantar.

Jika dikaitkan dengan tugas guru dan dosendalam pembelajaran di kelas, maka potensi idep inirelevan dengan keterampilan menguasai materipembelajaran oleh guru dan dosen, sepertidinyatakan olah Santrock, (2007:8) bahwa selamadecade terakhir ini, murid-murid sekolah menengahlebih memilih guru yang menguasai mata pelajaran(NASSP, 1997). Guru yang efektif harusberpengetahuan, fleksibel dan memahami materi.Tentu saja materi bukan hanya mencakup fakta, istilahdan konsep umum. uga membutuhkan pengetahuantentang dasar-dasar umum pengorganisasian materi,mengaitkan berbagai gagasan, cara berpiukir danberargumen, pola perubahan dalam suatu matapelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran dankemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari satudisiplin ilmu ke disiplin ilmu yang lain ke disiplinilmu yang lainnya.

Peningkatan Mutu dan Kualitas Pendidikan dengan Membangkitkan Tiga PotensiDasar Alamiah (Bayu, Sabda, Idep) | I Putu Gede Parmajaya

20 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Dalam sistem pembelajaran modern dewasa ini,penggunaan tenaga (bayu) menjadi prioritas utama.Belajar dengan cara itu disebut dengan belajar melaluipengalaman langsung yang dikenal dengan hand-on expriences atau learning by exprience. Esler,1996; Lawson, 1995 ; Newman, 1993 ; Miller dan Boud1996 (dalam Subagia, 2003:4). Pembelajaran melaluicara ini umumnya dilakukan dengan pendekataninduktif. Melalui pendekatan induktif, konsep-konsep umum ilmu pengetahuan diperoleh setelahmelakukan pengamatan langsung terhadap suatufenomena alam atau percobaan yang dimanipulasi dilaboratorium.

Dalam proses pembelajaran ketiga potensi dasaralamiah (sabda, bayu, idep) berfungsi sebagai carauntuk memperoleh atau mengembangkanpengetahuan. Dengan demikian ini berarti bahwapengetahuan dapat diperoleh atau dikembangkanmelalui mengerjakan langsung (bayu) dan membacadokumen, serta dengan merenungkan secaramendalam informasi yang diperoleh (idep)mendiskusikan atau sharing, diskusi (sabda).

Menyimak apa yang telah dipaparkan di atas,maka selama ini tampak para guru dan bahkansebagian dose nada yang belum mampumembangkitkan ketiga potensi dasar alamiah yangada pada dirinya. Banyak guru/dosen yang masihGATEK (gagap teknologi), banyak dosen yang belummampu memanfaatkan kemajuan IPTEK, banyak gurudan dosen yang tidak mau mengembangkankemampuan membaca, menulis dan terutamamengembangkan diri, sehingga ada issue dosendikalahkan oleh mahasiswa dalam hal kemampuankeilmuan di kelas. Jika hal ini terus terjadi, makawibawa guru/dosen, terutama kualitas dan mutupendidikan kita tidak akan pernah menunjukkankemajuan.

Oleh sebab itu, maka sudah seharusnya, danwajib hukumnya bagi guru/dosen untukmengembangkan ketiga potensi dasar alamiah yangada pada dirinya (sabda, bayu dan idep) sebelumberupaya membangkitkan ketiga potensi dasaralamiah para peserta didik/mahasiswa di dalam kelaspada saat proses pembelajaran, karena hal ini bisamenjadi bumerang bagi guru dan dosen di dalamkelas pada saat dosen/guru tidak mampu mengatasipertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pesertadidik.

Oleh sebab itu guru/dosen harus ada upayauntuk membangkitkan ketiga potensi dasar alamiah(sabda, bayu, idep) dalam dirinyaq, sebelumberupaya untuk membangkitkan ketiga potensi dasaralamiah para mahasiswa/siswa, karena hal ini juga

terkait dengan upaya-upaya meningkatkan mutupendidikan. Adapun upaya-upaya yang bisadilakukan untuk lebih meningkatkan mutu ataukualitas pendidikan dapat dilakukan berbagai upayasebagai berikut :

a.  Peningkatan Mutu Guru/DosenGuru/dosen merupakan ujung tombak dalam

pencapaian tujuan pendidikan. Guru/dosen ataupendidik merupakan tenaga professional yangbertugas merencanakan dan melaksanakan prosespembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukanpembimbingan dan pelatihan, serta melakukanpenelitian dan pengabdian pada masyarakat. Karenaitu mutu guru harus selalu ditingkatkan melalui :

1)  Mengikuti Diklat/Workshop/Seminar, lokakarya, symposium untuk menambahpengetahuan, keterampilan serta wawasansehingga dapat meningkatkan kompetensiguru/dosen dan meningkatkan efektivitas danefisiensi kerja.

2)  Mengikuti kursus-kursus untukmeningkatkan kemampuan yang bersifatpragmatis, misalnya kursusdan menguasaicomputer, bahasa Inggris, mengaksesinternet, membuat web/blog, dan sebagainya.

3) Mengikuti berbagai lomba peningkatankompetensi guru/dosen, seperti LombaMenulis Artikel, Membuat PTK, LombaKreativitas Membuat Media Pembelajaran,Seleksi  Guru/dosen Berprestasi dansebagainya.

4)  Memperbanyak membaca buku atau referensipembelajaran dan bidang lainnya, baik yangserumpun dengan bidang yang diampu atauyang tidak serumpun untuk bisamengembangkan materi pembelajaran padasaat mengajar di kelas.

5)  Mengikuti kegiatan study banding kesekolah/Perguruan Tinggi lain yang lebihbermutu, dan lebih maju pengembangan danmanajemen sekolahnya.

6) Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggibagi dosen, terutama dalam upayameningkatkan kemampuan dibidangpendidikan dan pengajaran, penelitian dalamupaya meningkatkan kemampuan menulisadan mengikuti perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi (IPTEK),pengabdian kepada masyarakat dalam rangkamenjalin hubungan sosial dengan masyarakatserta mengamlkan ilmu yang dimiliki kepadamasyarakat.

21

b. Peningkatan Mutu dan Kualitas Peserta DidikPeserta didik, siswa/mahasiswa adalah individu

yang datang dari berbagai kultur, serta dididikdalamsatu kelompok belajar (system klasikal) sehinggaguru/dosen harus berhadapan dengan peribadi-peribadi yang unik, yang membawa masing-masingkultur dan kebiasaan yang berbeda antara satudengan yang lainnya. Oleh sebab itu, maka guru/dosen harus memiliki kemampuan untuk selalu dapatmeningkatkan mutu dan kualitas peserta didiknya,sesuatui dengan tujuan pembelajaran yang telahdirumuskan. Peserta didik adalah manusia berpotensiyang membutuhkan pendidikan .

Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat(Cushner, 2003; Johnson, 2002; Johnson & Johnson,2002; Spring, 2002) menegaskan bahwa di dunia yangberhubungan secara kultural, guru harus mengetahuidan memahami peserta didik dengan latar belakangcultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadapkebutuhan mereka.

Di sekolah/kampus, guru/dosenlah yangberkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelasguru/dosen akan berhadapan dengan sejumlahpeserta didik dengan latar belakang kehidupan yangberbeda. Status sosial mereka juga bermacam-macam.Demikian juga halnya mengenai jenis kelamin mereka,ada berjenis kelamin laki-laki dan ada yang berjeniskelamin perempuan. Postur tubuh mereka ada yangtinggi, sedang dan ada pula yang rendah. Pendekkata, dari aspek fisik ini selalu ada perbedaan danpersaman pada setiap anak didik. Jika pada aspekbiologis di atas ada persamaan dan perbedaan, makapada aspek intelektual juga ada perbedaan. Para akhlisepakat bahwa secara intelektual, peserta didik selalumenunjukkan perbedaan. Hal ini terlihat dari cepatnyatanggapan anak didik terhadap rangsangan yangdiberikan dalam kegiatn pembelajaran, dan lambatnyatanggapan anak didik terhadap rangsangan yangdiberikan oleh guru. Tinggi atau rendahnyakreatifitas anak didik dalam mengolah kesan daribahan pelajaran yang baru diterima bisa dijadikantolok ukur dari kecerdasan seorang anak. Kecerdasanseorang anak terlihat seiring dengan meningkatnyakematangan usia peserta didik. Daya pikir pesertadidik bergerak dari cara berpikir kongkret ke arahcara berpikir abstrak. Anak-anak usia SD lebihcenderung berpikir konkret. Sedangkan anak-anakSLTP atau SLTA sudah mulai dapat berpikir abstrak.Berdasarkan IQ anak, ditentukanlah klasifikasikecerdasan seseoarang dengan perhitungan tertentu.Dari IQ ini pula diketahui persamaan dan perbedaankecerdasan seseorang.

Dari aspek psikologis sudah diakui ada jugaperbedaan. Di sekolah, perilaku anak didik selalumenunjukkan perbedaan, ada yang pendim, ada yangkreatif, ada yang suka bicara, ada yang tertutup

(introver), ada yang terbuka (ekstrover), ada yangpemurung, ada yang periang, dan sebagainya.Semua perilaku peserta didik tersebut mewarnaisuasana kelas. Dinamika kelas terlihat denganbanyaknya jumlah peserta didik dalam kegiatanpembelajaran. Kegaduhan semakin terasa jika jumlahpeserta didik sangat banyak di dalam kelas. Semakinbanyak jumlah anak didikd di kelas, semakin mudahterjadi konflik dan cenderung sukar dikelola.

Perbedaan individual peserta didik pada aspekbiologis, intelektual, dan psikologis sebagaimanadisebutkan di atas, mempengaruhi pemilihan danpenentuan metode yang mana sebaiknya guru ambiluntuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatifdalam sekon relatif lama demi tercapainya tujuanpembelajaran yang telah dirumuskan secaraoperasional. Dengan demikian jelas, kematanganpeserta didik yang bervariasi mempengaruhipemilihan dan penentuan metode pembelajaran.

Oleh sebab itu, maka guru/dosen harus mampumenjadi:

1. Orang tua penuh kasih sayang2. Teman tempat mengadu, dan mengutaraka

perasaan3. Fasilitator (selalu memberikan kemudahan,

serta melayani sesuai minat, kemampuan danbakat para peserta didiknya)

4. Memberi sumbangan pemikiran kepada.orangtua siswa untuk mengetahui permasalahanyang dialami siswa

5. Memupuk rasa percaya diri beranibertanggung jawab

6. Membiasakan siswa selalu berinteraksidengan orang lain

7. Mengembangkan proses sosialisasi antarasiswa, orang.lain dan lingkungan

8. Mengembangkan Kreativitas para pesertadidik

9. Menjadi pembantu ketika diperlukan

c. Peningkatan Mutu dan Kualitas PembelajaranMutu dan kualitas pembelajaran guru sangat

berpengaruh terhadap pencapaian tujuanpembelajaran, kualitas out put dan kualitas guru/dosen itu sendiri. Salah satu cara meningkatkankualitas pembelajaran antara lain dengan menerapkanstrategi pembelajaran yang inovatif dan kreatif.Dengan menggunakan media internet misalnya,pembelajaran akan terasa lebih mudah, cepat, danmenyenangkan. Dalam pembelajaran pendidikanagama Hindu misalnya para siswa dibuatkan wadahuntuk menampilkan karya-karya kreatifnya blog.Materi pembelajaran lebih dikembangkan sepertimembuat cerita (babad), mengamati eposMahabharata di film, analisis cerita yang ada ditayangan TV, membuat laporan tentang siaran

Peningkatan Mutu dan Kualitas Pendidikan dengan Membangkitkan Tiga PotensiDasar Alamiah (Bayu, Sabda, Idep) | I Putu Gede Parmajaya

22 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Dharmawacana di Bali TV, pengalaman pribadi ataumenulis laporan perjalanan (Dharma Yatra/Tirta yatra)siswa ke suatu tempat, sehingga membuat siswatertantang untuk mengerjakan tugas lebih cepat danlebih lengkap serta lebih baik. 

III. PENUTUPBerdasarkan uraian di atas, maka demikian

penting ketiga potensi dasar alamiah (sabda, bayu,idep) yang dimiliki oleh manusia untukdikembangkan, dalam kaitannya denganpeningkatan dan kualitas sumber daya manusia(SDM) untuk bisa melahirkan manusia-manusiaHindu yang bermutu dan berkualitas. Oleh sebabitu, maka sudah seharusnya menjadi tanggung jawabguru/dosen untuk mampu dan berupayamembangkitkan ketiga potensi dasar alamiah yangdimiliki oleh peserta didik, agar dimasa yang akandatang akan terlahir generasi muda Hindu yangkreatif, serta mampu tampil di depan denganmengabaikan filosofis “Eda Ngaden Awak Bisa,Depang Anake Ngadanin”.

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Duhou Abtisam, 2003, School-BasedManagement (Manajemen BerbasisSekolah),

Cushner, K.H. 2003. Human Deversity in Action,Boston:McGraw-Hill.

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, ManajemenPeningkatan Mutu Berbasis SekolahKonsep Dasar, Jakarta : Ditjend PendidikanDasar dan Menengah, Ditjen SLTP.

_____, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful. 1996. Prestasi Belajar danKompetesi Guru. Surabaya : Usaha Nasional

Edward dan Sallis, 2004, Manajemen Kualitas TotalDalam Pendidikan (Total QualityManagement in Education) penerjemah :Kambey Daniel C., Manado : Program PascaSarjana Universitas Negeri Manado

Johnson, D.W. & Johnson, R.T.2002, MulticulturalEducation and Human Relations, Boston,Allyn&Bacon.

Kambey Daniel C., Landasan Teori Administrasi/Manajemen (Sebuah Intisari), Manado:Yayasan Tri Ganesha Nusantara.

Kartini Kartono, 1997, Sistem Pendidikan Nasional,Jakarta: Pradnya Paramita.

Mulyasa E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional,dalam Menyukseskan MBS dan KBK,Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

_____, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep,Strategi, dan Implementasi, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori,Model dan Aplikasi, Jakarta: PT.GramediaWidiasarana Indonesia.

Pidarta Made, 2004, Manajemen PendidikanIndonesia, Jakarta : PT. RinekaCipta.Rochaety Eti, Rahayuningsi Prima GustiYanti, 2005, Sistem Informasi ManajemenPendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

Santrock, John.W. 2007.Psikologi Pendidikan EdisiKedua, Dallas:University Of Texas.

Senduk, J.E., 2006, Isu dan Kebijakan Pendidikan,Konsep dan Aplikasinya, Manado :ProgramPasca Sarjana Universitas Negeri Manado.17

Suderadjat, Hari, Manajemen Peningkatan MutuBerbasis Sekolah; Peningkatan MutuPendidikan Melalui Implementasi KBK,Bandung : Cipta Lekas Garafika, 2005

Soebagio Admodiwirio, 2000, Manajemen Pendi-dikan Indonesia, Jakarta: Ardadizyajaya.

Spring,J.2002, The Intersection Education (10 th. Ed),New York:McGraw-Hill.

Suparno Paul, dkk, 2002, Reformasi PendidikanSebuah Rekomendasi, Yogyakarta :Kanisius.

Suryosubroto B., 2004, Manajemen Pendidikan diSekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Tim Redaksi Fokusmedia, 2003, Undang-undang RINo. 20 Tahun 2003 tentang

SISDIKDAS (sistem Pendidikan Nasional) 2003,Bandung: Fokusmedia.

Tilaar, H.A.R., 2004, Manajemen PendidikanNasional, Kajian Pendidikan MasaDepan,Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Tisnawati E. Sulle dan Saefullah Kurniawan, 2005,Pengantar Manajemen, Jakarta :PrenadaMedia.

UNESCO, Penerjemah : Noryamin Aini, Suparto,Penyunting ; Achmad Syahid,

Abas Al-Jauhari, Jakarta : Logos.

Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktek DanRiset Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara,2006.

23

I. PENDAHULUANPengembangan IHDN Denpasar meningkatkan

statusnya menjadi Universitas Hindu Negeri yangModern muncul saat ini merupakan keinginan adanyaperguruan tinggi Hindu yang menyesuaikan diridengan tuntutan pasar atau perkembangankehidupan sosial ekonomi nasional maupun global.Pengembangan IHDN Denpasar tidaklah berhenti,melainkan terus berusaha untuk mengembangkan diri.Pengembangan diri ini dilakukan dengan pembukaanprogram studi baru, pembukaan jurusan dan fakultasbaru, serta membuka kesempatan seluas-luasya bagiberkembangnya berbagai macam disiplin ilmupengetahuan namun tetap berlandaskan agamaHindu.

Pengembangan IHDN Denpasar menjadiUniversitas Hindu Negeri yang modern tentunyadidukung oleh banyak faktor, baik faktor dalam danfaktor luar. Seperti tenaga pengajar/dosen yangkualified, tenaga administrasi yang cakap dantanggap, fasilitas gedung yang memadai, fasilitasperpustakaan yang lengkap, pelayanan akademik dankemahasiswaan yang tertib dan yang lainnya. Faktortenaga pengajar/dosen yang memiliki kompetensiprofesional merupakan salah satu faktor pendukungdalam pengembangan IHDN Denpasar. Olehkarenanya, peningkatan kompetensi profesionaldosen merupakan hal yang menarik dalam kaitandengan dinamika pendidikan dan kependidikanhubungannya dengan pengambangan kualitasperguruan tinggi agama Hindu yakni pengembanganIHDN Denpasar menjadi Universitas Hindu Negeriyang Modern.

PENGEMBANGAN IHDN DENPASAR MENJADIUNIVERSITAS HINDU NEGERI MODERN MELALUI PENINGKATAN

KOMPETENSI PROFESIONAL DOSEN

OlehI Ketut Gunarta

Dosen pada Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar

Abstract

Developing IHDN Denpasar to be the State Hindu University has been the aspirationof the Hindu people in Indonesia. The development should be realized through developingthe quality of the professionalism of the lecturer.. It plays significant role in improving thequality of the education. A lecturer is required to have a pedagogic competence, which isthe skill of teaching, a personality, which includes character and maturity, a professionalskill, which refers to the mastery of content and methods of teaching, and social skill, whichis the ability in making interaction with students and people.

Key words : developing IHDN Denpasar, lecturer competence, professional

Berkenaan dengan topik bahasan ini, maka adabaiknya dijelaskan mengenai apa itu peningkatan,kompetensi, profesional, dosen, kualitas, danpendidikan tinggi. Peningkatan adalah proses,perbuatan, cara meningkatkan, (usaha, kegiatan, dsb.)(Tim Penyusun, 1994:1060). Kompetensi adalahseperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilakuyang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guruatau dosen dalam melaksanakan tugaskeprofesionalan (UU Guru dan Dosen, 2005:4).Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yangdilakukan oleh seseorang dan menjadi sumberpenghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standarmutu atau norma tertentu serta memerlukanpendidikan profesi (UU Guru dan Dosen, 2005:3).Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwandengan tugas utama mentransformasikan,mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmupengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UUGuru dan Dosen, 2005:3).

Kata kualitas maksudnya adalah 1. tingkat baikburuknya sesuatu; kadar; 2. derajat atau taraf(kepandaian, kecakapan, dan sebagainya), mutu (TimPenyusun, 1994:533). Kemudian dalam UU Sisdiknas20/2003 pasal 19 (Anonim, 2004:12-13) dijelaskantentang “pendidikan tinggi merupakan jenjangpendidikan setelah pendidikan menengah yangmencakup program pendidikan diploma, sarjana,magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakanoleh perguruan tinggi”. Peningkatan kompetensiprofesional dosen dalam hal ini adalah kaitannya

Pengembangan IHDN Denpasar Menjadi Universitas Hindu Negeri ModernMelalui Peningkatan Kompotensi Profesional Dosen | I Ketut Gunarta

24 JURNAL PENJAMINAN MUTU

dengan potensi manusia Hindu yang mampu menjadipengembang mutu insan-insan atau generasi mudaHindu yang handal dan bertanggung jawab melaluijalur pendidikan tinggi agama Hindu. Jadi dapatditegaskan bahwa maksud topik ini adalahbagaimana usaha untuk meningkatkan mutu profesi/pekerjaan atau keterampilan dosen dalampengembangan perguruan tinggi agama Hindu untukdapat terwujudnya mutu sumber daya manusiaHindu.

II. PEMBAHASAN2.1 Sekilas Perjalanan IHDN Denpasar menuju

Universitas Hindu Negeri ModernPelaksanaan pendidikan agama Hindu pada

jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikantinggi pada awalnya masih tegolong terbatas sekali,dengan adanya berbagai kendala seperti pengakuansahnya agama Hindu oleh pemerintah RI, sekolahagama Hindu belum ada, tenaga pengajar agamaHindu secara formal belum ada, dan masih banyaklagi kendala yang dihadapi umat Hindu dalammelaksanakan pendidikan agama Hindu di sekolah-sekolah di Bali khususnya dan di beberapa wilayahlainnya di Indonesia umumnya.

Awalnya bahwa pendidikan agama Hindu baruterlaksana berkat partisipasi para tokoh/pemukaagama Hindu melalui lembaga swadaya masyarakatdi beberapa daerah di Bali. Baru setelah tahun 1953adanya rintisan oleh Yayasan Dwijendra untukmembidani sekolah yang bernafaskan pendidikanagama Hindu bernama SMP Dwijendra, juga padatahun 1959 dirintis sekolah Pendidikan Guru AgamaAtas Hindu Bali Dwijendra. Khusus untukperencanaan tentang pelaksanaan pendidikan agamaHindu di sekolah-sekolah, terutama di SD, SMP, danSMA telah direncanakan secara matang dalam rapattertanggal 22 Juni 1959 bertempat di YayasanDwijendra Denpasar, saat itu rapat dipimpin olehBapak I Putu Serangan selaku Kepala Dinas AgamaOtonom Daerah Bali. Selanjutnya didirikan pulaperguruan tinggi agama Hindu yang bernama InstitutHindu Dharma sekitar tahun 1962. Baru sekitar tahun1967 ada penegerian PGAAHB menjadi PGAHNDenpasar. Untuk di Bali utara ada PGAHN Singarajadan di Lombok ada PGAHN Mataram.

Partisipasi masyarakat terhadap pentingnyapendidikan agama Hindu bagi umat Hindu diIndonesia ditandai dengan berdirinya beberapasekolah guru agama Hindu, seperti : PGA Hindu SilaDharma Penatahan-Penebel, PGA Hindu DarsanaTabanan, PGA Hindu Saraswati Bajera, PGA HinduAmlapura, PGA Hindu Klaten, PGA Hindu Lampung,PGA Hindu Saraswati Tolai-Parigi, Sulawesi Tengah,

PGA Hindu Blitar, dan PGA Hindu Tampung PenyangPalangka Raya, Kalimantan Tengah.

Dengan hadirnya UU Pendidikan no. 2 tahun1989, akhirnya PGAHN Denpasar lenyap darieksistensinya, karena seorang guru agama Hindutidak lagi berbasis ijazah setara PGAHN, tetapiminimal berijazah Dilpoma dua (D2), atau diploma 3(D3). Dengan alasan itu maka tahun 1993 berdirilahAkademi Pendidikan Guru Agama Hindu Negeri(APGAHN) Denpasar, sesuai SK Menag RI No. 58B/1993, tanggal 27 Februari 1993, yang diresmikanoleh Menag RI dr. H. Tarmizi Taher, pada hari Selasa,25 Mei 1993. Program yang dibuka di APGAHNDenpasar adalah jurusan Pendidikan Agama Hindudiploma dua (D2) dan diploma tiga (D3). KehadiranAPGAHN Denpasar tidak memberikan kontribusiyang sempurna bagi dinamika pendidikan agamaHindu di Indonesia, oleh karena kebutuhan guruagama Hindu di SMP, SMA dan dosen Hindu diberbagai perguruan tinggi agama dan umum baiknegeri dan swasta belum ada yang memiliki kualifikasiuntuk persyaratan setidaknya adalah yangberkualifisikasi sarjana (S1) dari tamatan perguruantinggi agama Hindu negeri.

Dengan berbekal tekad yang bulat oleh paratokoh Hindu dan segenap umat Hindu Indonesia,maka perjuangan mewujudkan perguruan tinggiagama Hindu negeri tetap dilanjutkan. Akhirnya padatahun 1999 membuahkan hasil yakni denganmeningkatknya status APGAHN Denpasar menjadiSekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN)Denpasar dengan Kepres No. 20/1999, tertanggal 3Maret 1999, dan SK Menag RI No. 65 dan 66/1999,tertanggal 16 Maret 1999, yang diresmikan olehMenag RI Prof. Drs. H.A. Malik Fadjar,M.Sc. hariSabtu, 10 April 1999. Kehadiran STAHN Denpasardengan membuka jurusan Pendidikan Agama Hindujenjang D2, D3, dan S1. Juga dibuka jurusan HukumAgama Hindu jenjang S1 dan jurusan filsafat Hindujenjang S1. Kemudian untuk memenuhi kebutuhankualifikasi dosen agama Hindu di berbagai perguruantinggi negeri dan swasta, maka STAHN Denpasarsejak tahun 2001 membuka Program Pascasarjanaterutama Program Studi Magister (S2) Ilmu AgamaBrahma Widya dan pada tahun 2004 membukaProgram Studi Magister (S2) Ilmu Pendidikan AgamaHindu.

Kehadiran STAHN Denpasar dirasakan telahmemberikan kontribusi yang memadai dalam dinamikapendidikan agama Hindu Indonesia, namun demikiandinamika ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni saatini dan di masa depan perlu diimbangi lagi denganinstitusi pendidikan agama Hindu negeri yang mampubersaing dalam dunia pendidikan di Indonesia dan

25

di internasional. Dengan alasan itu, maka tahun 2004lahir Penpres No. 1 tahun 2004, tertanggal 8 Nopember2004, tentang Peningkatan Status STAHN Denpasarmenjadi Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN)Denpasar, yang diresmikan oleh Menag RIMuhammad M.Basyuni, pada hari Rabu, 23 Maret2005, di kampus pusat Jalan Nusantara-Kubu-Bangli.Program studi yang dibuka di IHDN Denpasar adalahProdi Pendidikan Agama Hindu dan Prodi PendidikanBahasa Bali pada Fakultas Dharma Acarya. ProdiHukum Hindu, Prodi Penerangan Hindu dan ProdiPemandu Wisata pada Fakultas Dharma Duta. ProdiFilsafat Hindu, Prodi Teologi Hindu, dan ProdiManggala Upacara pada Fakultas Brahma Widya.Sedangkan Prodi Magister Ilmu Agama (BrahmaWidya) dan Prodi Magister Ilmu Pendidikan AgamaHindu pada Program Pascasarjana. Seiringberjalannya waktu kini IHDN Denpasar bersiap untukmeningkatkan statusnya menjadi Universitas HinduNegeri Modern dan bersaing secara global denganmembuka program studi baru, jurusan dan fakultasbaru.

2.2 Kompetensi Profesional DosenPerkembangan pendidikan di Indonesia sejalan

dengan dinamika tuntutan dan kebutuhanmasyarakat itu sendiri. Demikian pula mengenaipelaksanaan pendidikan pada berbagai jenjang jugamengalami kemajuan yang searah dengan kebijakanyang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satukebijakan yang paling anyar adalah dengandiundangkannya tentang undang-undang guru dandosen nomor 14 tahun 2005, sejak tanggal 6 Desember2005 lalu. Itu berarti bahwa kesiapan dan kemampuanpara tenaga pengajar (dosen) juga terusdikembangkan, baik secara kemandirian maupunsecara melembaga. Berkenaan dengan hal itu, salahsatunya adalah agar para dosen memiliki keterampilanyang memadai dalam tugasnya.

Dalam paparan ini akan dijelaskan mengenaibeberapa kompetensi profesional dosen, antara lain: pertama, keterampilan administrasi pendidikan,kedua, keterampilan menggunakan mediapendidikan, ketiga, keterampilan metodik dandidaktik, keempat, keterampilan mengelola kelas,kelima, keterampilan evaluasi pendidikan, keenam,keterampilan memberikan penguatan, dan ketujuh,keterampilan membimbing peserta didik. Ada tujuhketerampilan yang perlu dimiliki oleh seorang dosenuntuk meningkatkan keprofesionalannya dalammenjalankan tugasnya. Sekilas uraian tersebutseperti berikut ini.

1. Keterampilan Administrasi PendidikanPengajar dituntut untuk memahami dan terampil

dalam administrasi pendidikan. Pengajar tidak hanyadituntut terampil dalam mendidik, membimbing,melatih, mengarahkan , dan mengajar peserta didik,tetapi juga dapat mengaktualisasikan keharmonisandalam pengelolaan pendidikan melalui penguasaanketerampilan di bidang administrasi pendidikan. Olehkarena administrasi pendidikan menyangkut tentangpembaruan pendidikan, formulasi umum tentangadministrasi pedidikan. Juga tentang tugaskewajiban administratif yang menyangkut programpendidikan, murid/peserta didik, personil,perkantoran/tata usaha sekolah/kampus, keuangan/belanja pendidikan, pelayanan, dan hubunganmasyarakat. Kemudian mengenai prosesadministratif yang dimulai dari membuat putusan,perencanaan, mengorganisasikan,mengkomunikasikan, mengkoordinasikan,mengawasi, menilai atau monitoring dan evaluasi(monev). Masih terkait dengan administrasi bahwasupervisi, kepemimpinan, dan administrasi sebagaiproses sosial pendidikan merupakan bagian yangtak bisa diabaikan. Sebagai administrator jugadituntut pengajar menjadi profesional dalamadministrasi, juga dalam peranan teoritis dan praktisadministrasi, serta tetap tenaga fungsional yangpaham administrasi dalam era pembaharuanpendidikan.

Sebagai pelaku administrasi (admi-nistrator)maka ada beberapa prinsip dasar yang harusdiperhatikan yaitu prinsip efisiensi, pengelolaan,pengutamaan tugas pengelolaan, kepemimpinanyang efektif, dan prinsip kerjasama. Selain itu jugaberorientasi pada prinsip felksibelitas, efisien danefektivitas, berorientasi pada tujuan kontinuitas, sertaprinsip pendidikan seumur hidup. Lingkupadministrasi pendidikan/sekolah menurut Daryanto(1998:26-27) meliputi : administrasi programpengajaran, administrasi murid/siswa, administrasikepegawaian, administrasi keuangan, administrasiperlengkapan, administrasi surat menyurat,administrasi perpustakaan, administrasi pembinaankesiswaan, dan administrasi hubungan sekolahdengan masyarakat. Bila administrasi itu diterapkandi dalam dunia pendidikan tinggi tentunya pendapatdi atas dapat dirujuk dengan menyesuaikan padakondisi pelaksanaan administrasi pendidikan padatingkat pendidikan tinggi.

Berbeda dengan pendapat Subroto (1984)bahwa komponen administrasi pendidikan mencakupadministrasi kurikulum, personil, murid, tata usaha,sarana pendidikan, dan hubungan sekolah dengan

Pengembangan IHDN Denpasar Menjadi Universitas Hindu Negeri ModernMelalui Peningkatan Kompotensi Profesional Dosen | I Ketut Gunarta

26 JURNAL PENJAMINAN MUTU

masyarakat. Ada penekanan bahwa tenaga pengajarjuga sebagai pelaku administrasi pendidikan yangdinamai administrator. Dalam hal ini sebagaiadministyrator yang terampil dan andal. Kemudianada pemimpin (leader) sebagai pengendali,pengarah, penanggung jawab, pelaku adminsitarasipendidikan dalam peran sebagai administrator,sekaligus juga pemimpin sebagai pengawas(supervisor). Maka dari itu dalam dunia pendidikantinggi bahwa pengajar itu memerankan dua fungsiyakni profesional dalam administrasi (adminsitrator)serta profesional dalam mengelola dan memerankanpengawasan yang profesional juga (supervisor).Cepat atau lambat jika kedua peran itu telah digelutisebagai tugas dengan profesional maka tibagilirannya sebagai orang top dalam pengelolaanadminsitrasi pendidikan tinggi yakni sebagaipemimpin (leader).

2. Keterampilan Menggunakan Media PendidikanMenurut Oemar Hamalik (1989:5-6) bahwa

pengetahuan dan pemahaman tentang mediapendidikan serta keterampilan memilih danmenggunakan media pendidikan dinyatakan yaknia) media sebagai alat komunikasi guna lebihmengefektifkan proses belajar mengajar, b)fungsimedia dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, c)tentang proses-proses belajar, d) hubungan atarametode mengajar dan media pendidikan, e) nilai ataumanfaat media pendidikan dalam pengajaran, f)memilih dan menggunakan media pendidikan, g)berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan, h)media pendidikan dalam setiap mata pelajaran, i)usaha inovasi dalam media pendidikan, dan lain-lain.Dalam pemilihan media pendidikan kriterianya yakni: a) tujuan mengajar, b) bahan pelajaran, c) metodemengajar, d) tersedianya alat yang dibutuhkan, e)jalan pelajaran, f) penilaian hasil belajar, g) pribadiguru, h) minat dan kemampuan siswa, i) situasipengajaran yang sedang berlangsung.

Kemudian keterampilan membuat mediapendidikan (Oemar Hamalik, 1989:7) syaratnya adalah1) rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkanoleh kita, 2) ilmiah, sesuai dengan perkembanganakal dan mampu dipikirkan oleh kita, 3) ekonomis,sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada,dan 4) praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktekdi sekolah dan bersifat sederhana. Jadi denganpendapat di atas bahwa penggunaan, pemilihan,serta bagaimana membuat media pendidikan itusudah jelas ketentuannya. Tinggal sekarang bagipengajar (dosen) dapat menyesuaikan dengankondisi dan situasi pada masing-masing tempatpembelajaran dan pengajaran. Apapaun kriteria

mengenai media itu pada umumnya selalu ada alasanklasik yakni terbatasnya dana dan kurangnyakemampuan pengajar dalam memanfaatkan mediayang ada.

Pandangan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai(2002:1) bahwa metode mengajar dan mediapengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkanpenilaian adalah alat untuk mengukur ataumenentukan taraf tercapai tidaknya tujuanpengajaran. Media pengajaran meliputi media grafis,gambar fotografi, media proyeksi, media audio, mediatiga dimensi (sesuai dengan bahan, materi, danpemanfaatan media secara variasi lebiah dari satumedia), dan lingkungan sebagai media pengajaran(menggunakan lingkungan sebagai media murah danbermanfaat, seperti lapangan, museum, pura,lingkungan desa, dan sebagainya). Dinyatakanbahwa media grafis terdiri atas a) bagan, b) diagram,c) grafik, d) poster, e) kartun, dan f) komik NanaSudjana dan Ahmad Rivai (2002:27). Media proyeksiseperti overhead proyector, slide dan filmstrip. Mediaaudio meliputi media perekaman suara dan yangsejenis seperti tape recorder, radio, TV, da sebagainya.

Menurut Sadiman dkk. (1986:209-210) bahwaperalatan media pendidikan terdiri atas peralatanproyeksi (optik) seperti overhead proyector (OHP),microform reader, proyektor film rangkai (film stripprojector), proyektor film bingkai (slide projector),proyektor film gelang (film loop projector), proyektorfilm (motion ficture projector), dan peralatanelektronik seperti radio perekam kaset audio (radiocassette recorder), penalaradio (tuner) perekam pitaaudio (open reel tape recorder), perekam kaset audio(cassette recorder), amplifier, loudspeaker, perekamkaset audio sinkron (cassette synchrocorder),perekam pita video(video tape recorder), perekamkaset video (video cassette recorder), piringan video(video disc), sambang video (video cartridge), videomonito, dan proyektor video. Jadi media pendidikanjuga sangat menentukan terhadap keberhasilanpeserta didik dan pengajar dalam proses pembelajarandan pengajaran. Maka dari itu bagi pengajar yangbaik perlu memilih dan memanfaatkan mediapendidikan yang murah, tepat, dan efektif.

3. Keterampilan Metodik dan DidaktikKeterampilan metodik dan didaktik bagi dosen

adalah sangat penting, oleh karena keterampilan inisangat menentukan keberhasilannya dalammelaksanakan tugas pengajaran atau dalammemberikan kuliah. Terkait dengan metodik bahwapengajar harus tahu dimana posisinya di kelas,bagaimana sikap dan gayanya, serta metode apayang tepat digunakan dalam memberikan kuliah. Ada

27

beberapa metode mengajar, antara lain : metodeceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas,resitasi (perpaduan metode pemberian tugas denganpelaporan hasil tugas), demonstrasi, eksperimen,sisodrama dan bermain peran, bekerja dalamkelompok, metode proyek, problem solving,karyawisata, film-strips, dan metode manusia sumber/resource people( Roestiyah, 1986:67). Metodemengajar mana yang digunakan itu tergantung materidan keterampilan dari dosen itu sendiri. Sedangkanketerampilan didaktik adalah keterampilan pengajaruntuk dapat mengenali peserta didik secara baik danpenuh interaktif.

Berkenaan dengan sikap dan gaya pengajarmenurut Roestiyah NK (1992:41-43) antara lain : 1)suasana penggambaran temperamen, 2) mengadakankontak dengan murid berupa cerita, pertanyaan,diskusi, dsbnya, 3) cara menarik perhatian, 4)bersikap antusias terhadap materi perlajaran yangdiberikan di kelas, 5) menghargai dirinya, 6) bicaranyajelas, 7) memperhatikan sifat-sifat khas peserta didik,8) berpengetahuan dan memberikan perlindungan,9) menghindari kekasaran dan suka menghina, 10)kerja sama yang baik, 11) saling berkorelasi denganvak lain, 12) tidak pilih kasih, dan 13) jauhiketidaktelitian dan kemalasan.

Adapun keterampilan didaktik adalahketerampilan yang terkait dengan sociometry yaknibagaimana mengenali peserta didik secara mendalam,memperhatikan, melakukan hubungan atau bertemansecara simpati terhadap peserta didik. Untuk bisamengenali karakter peserta didik adalah menjadikewajiban penting bagi pengajar, tidak saja dapatmenyusun tes yang baik, bergaul secara simpati,menerapkan tata tertib atau siasat, tetapi yang utamajuga adalah adanya usaha-usaha pengajar melakukanketeladanan setiap hari, melakukan hal yangmenyenangkan peserta didik, serta menghindariperilaku yang tidak menyenangkan peserta didik.Kapan pantas diberikan ganjaran dan kapan saatnyadiberikan hukuman yang pantas denganpertimbangan yang matang tanpa adanya sikapemosional.

4. Keterampilan Mengelola KelasKeterampilan mengelola kelas ada dipaparkan

oleh EC Wragg dengan judul ‘Pengelolaan Kelas’,oleh Michael Marland dengan judul ‘Seni MengelolaKelas, Tugas dan Penampilan Seorang Pendidik’,serta oleh Hadari Nawawi berjudul ‘OrganisasiSekolah dan Pengelolaan Kelas’. Pengajar memangdituntut memiliki beragam keterampilan. Tidak sajamenguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapijuga termasuk paham, cermat, arif, serta terampil

dalam mengelola kelas. Ada apa dibalik perlunyapengajar memiliki keterampilan mengelola kelastersebut. Jawabannya adalah agar tujuan pendidikantersebut mencapai hasil yang maksimal yakniterwujudnya peserta didik yang cerdas, cekatan,terampil, berwawasan luas, bermoral, bertanggungjawab, serta menjadi kader bangsa Indonesia yangsiap menjadi penerus generasi tuanya.

Berkenaan dengan pengelolaan kelas bahwaada dua prinsip yang perlu diperhatikan, yakni : 1)pengelolaan kelas adalah segala sesuatu yangdilakukan guru agar anak-anak berpartisipasi aktifdalam kegiatan belajar mengajar, bagaimanapuncaranya dan bentuknya; 2) ada berbagai cara untukmenciptakan keadaan dimana anak-anakberpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar (EC Wragg,1996:8). Pendapat ini menggugah para pengajar/dosen untuk dapat membangkitkan aktivitas dankreativitas peserta didik dalam mengikutipembelajaran di kelas. Tidak ada alasan bagi pengajaruntuk tidak mengaktifkan peserta didiknya pada saatmemberikan kuliah. Atau jangan sampai hanyapengajar yang aktif sendiri, sedang peserta didiktinggal diam atau lain-lain tanpa ada peran sedikitpun.Jika hal itu terjadi, maka otomatis suasana kelasmenjadi pasif dan dapat dikatakan suasananya mati.Oleh karena itu peran kedua pihak (mahasiswa danpengajar) harus terjadi dan berinteraksi satu samalain.

Menurut Michael Marland (1990:8) bahwakeberhasilan seorang guru di dalam mendidikmuridnya, bukan hanya bergantung padakepribadiannya yang menawan dan pengajaran yangimpresif. Mata pelajaran apa saja yang diberikan,dengan menggnakan metode manapun, seorang gurutidak bekerja seorang diri. Dia adalah bagian darisuatu tim. Pengelolaan tim tersebut di suatu sekolahlanjutan agar bermanfaat bagi murid-muridnya,mempunyai seni yang tersendiri. Tiap guru wajibmenguasai seni tersebut. Dan hal yang palingmelegakan, ialah seni itu dapat dipelajari,dipraktekkan serta dikembangkan. Seni mengelolakelas bukan bakat alamiah. Dan kalau berhasil dalammelaksanakannya, guru dan murid akan lebihmenikmati saat-saat mereka berada di sekolah.

Pendapat di atas perlu dicamkan dengan baikbahwa mengelola kelas adalah seni bagi pengajar.Juga mengelola kelas itu bukan bakat alamiah.Mengelola kelas itu bisa dipelajari dan dipraktekkanagar antara mahasiswa dan pengajar menjadi betahdi kelas serta berhasil dalam pembelajaran danpengajaran. Maka dari itu seni mengelola kelas adalahhal yang penting untuk dipelajari sehingga bisamenjadi terampil dalam mengelola kelas. Misalnya

Pengembangan IHDN Denpasar Menjadi Universitas Hindu Negeri ModernMelalui Peningkatan Kompotensi Profesional Dosen | I Ketut Gunarta

28 JURNAL PENJAMINAN MUTU

memberikan perhatian yang sama kepada paramahasiswa jika di kelas, menggunakan media tepatwaktu, melakukan komunikasi dua arah, melakukankebiasaan yang baik di kelas, mengaktifkan pesertadidik, tidak terlalu melucu, penyajian yang menarikdan menyasar, dan yang lainnya guna menumbuhkansuasana kelas yang hidup, aktif, serta bergairah.

5. Keterampilan Evaluasi PendidikanKeterampilan evaluasi pendidikan adalah satu

keterampilan bagi pengajar atau dosen untuk dapatmelakukan tes atau penilaian terhadap keberhasilanpeserta didik dalam mengikuti perkuliahan selamakurun waktu selama satu semester atau sesuai jadwalyang telah ditentukan. Keterampilan ini merupakankeahlian prinsip bagi dosen. Oleh karena materi sajiandalam perkuliahan tersebut harus diketahui hasilnya.Apakah sudah dapat dipahami dan diterapkan ataubelum? Dengan pelaksanaan evaluasi pendidikantersebut, maka dapat diukur tingkat keberhasilanpeserta didik maupun pengajar selama kurun waktuyang telah ditentukan. Paling tidak ada ujian tengahsemester (UTS) atau mid test dan ujian akhir semester(UAS) atau final test.

Mengenai jenis tes dan bentuk tes hasil belajarmenurut Mudjijo (1995:29-30) yakni 1) tes lisan (oraltest), 2) tes tertulis (written test), 3) tes tindakanatau perbuatan (performance test). Dalam tes tertulisdapat digunakan beberapa bentuk butir soal, yaitu :1) tes bentuk uraian (essay test) yang terdiri atas tesuraian bebas dan terikat, 2) tes bentuk obyektif(obyektive test) yang terdiri atas butir soal benarsalah (true false), pilihan berganda (multiple choise),isian (completion), jawaban singkat (short answer),dan menjodohkan (matching). Penggunaan jenis danbentuk tes disesuaikan dengan kawasan (domain)perilaku peserta didik yang hendak diukur. Kawasanyang diukur seperti ranah kognitif mencakup :pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif mencakup :penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap,organisasi, dan pembentukan pola hidup. Sedangkapranah psikomotorik mencakup : persepsi, kesiapan,gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakankompleks, penyesuaian pola gerakan, dankreativitas.

Kemudian yang perlu diperhatikan adalahbagaimana melakukan tes atau evaluasi pendidikandengan ciri-ciri suatu tes hasil belajar yang baik.Menurut Gronlund NE dalam Mudjijo (1995:40)bahwa sebuah program pengevaluasian harusmemiliki beberapa karakteristik umum tertentu.Karakteristik-karakteristik yang paling penting dapatdikelompokkan di bawah judul validity (validitas),reliability (keterandalan), dan usability (pemakaian).

6. Keterampilan Memberikan PenguatanKeterampilan ini tergolong langka diterapkan

di kelas. Hal ini disebabkan oleh karena adanyaketerampilan yang kurang dipahami dari pengajar itusendiri. Mengapa pengutan itu penting dilakukanoleh pengajar.Oleh karena keterampilan memberikanpenguatan merupakan cara yang positif untukmenggugah semangat belajar peserta didik. Selainitu untuk dapat meyakinkan kepada para pesertadidik bahwa suatu materi perkuliahan wajib diikutisecara utuh, komprehensif, tekun, rajin, sempurna,dan penuh tanggung jawab. Bilamana hal itu terjadidalam kelas, sangat wajar dan pantas pengajar itumemberikan penguatan secara spontan kepadapeserta didiknya. Misalnya dengan sikap ramah,penampilan yang riang gembira, memberikan pujian,memberikan nuilai yang bagus, memberikan salamserta hal lainnya yang mendorong semangat belajarpeserta didik tersebut.

Sebaliknya jika kondisi belajar peserta didiknampak loyo, kurang bergairah, tidak ada perhatiankepada pengajarnya, maka dalam hal ini perlu adaperhatian dan penguatan yang lebih intensif, lebihseirus, serta lebih spontan lagi oleh pengajar. Jikahal ini dibiarkan, maka suasana kelas menjadi ademayem, pasif, dan tidak bersemangat. Pengajar perlumembuat selingan dan memberikan penguatan yangbersifat konstruktif, persuasif, dan denganpendekatan variatif, yakni antara penyajian materikuliah dan pemberian penguatan harusdiseimbangkan. Yang terpenting ada gairah belajarmenjadi lebih baik. Materi kuliah bisa nyambung danpenguatan turutsebagai pembangkit semangatbelajar. Disinilah pentingnya keterampilanmemberikan penguatan itu perlu ditampilkan olehpengajar.

7. Keterampilan Membimbing Peserta DidikMembimbing peserta didik merupakan bagian

penting sebagai keterampilan bagi pengajar.Membimbing peserta didik adalah tugas yang tidakgampang. Sama halnya dengan mengelola kelas ituperlu seni. Dalam membimbingpun perlu seni. Bilapeserta didik yang dibimbing terlalu banyak, makadirasakan ada kesulitan bagi pengajar. Atausebaliknya jika yang dibimbing terlalu sedikit, janganmenganggap bahwa membimbing itu sebagaitugas yang enteng. Membimbing perlukeuletan, kesinambungan, ketekunan, serta tugasyang tegolong rutin. Selanjutnya pengembanganprofesi dosen meliputi empat kompetensi,yaitu:

1. Kompetensi pedagogis atau kemampuandosen mengelola pembelajaran

29

2. Kompetensi kepribadian atau standarkewibawaan, kedewasaan, dan  keteladanan

3. Kompetensi profesional atau kemampuandosen untuk menguasai content danmetodologi pembelajaran

4. Kompetensi sosial atau kemampuan dosenuntuk melakukan komunikasi sosial, baikdengan mahasiswa maupun masyarakat luas.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapatdirumuskan setidaknya tujuh bidang kompetensiberikut strategi pengembangannya melalui program-program tertentu yang mendukung peningkatanbidang-bidang kompetensi tersebut. Tujuh bidangkompetensi yang dimaksud adalah:

1. Pengembangan Kompetensi PedagogisKompetensi pedagogis atau kemampuan dosen

mengelola pembelajaran merupakan tulangpunggung keberhasilan proses pendidikan diperguruan tinggi. Kompetensi pedagogis ini terkaitdengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehinggaproses pembelajaran dapat berjalan dengan lancardan efektif. Seorang dosen, selain harus memilikikepakaran di bidang keilmuannya, juga harusmenguasai teori-teori dan teknik pengajaran sertaaplikasinya dalam proses pembelajaran di perguruantinggi. Sebab itu, peningkatan kemampuan di bidangini merupakan hal utama dalam pengembanganprofesionalisme dosen.

Untuk meningkatkan kemampuan pedagogis ini,para tenaga dosen perlu diberikan pelatihan yangterkait dengan metode pengajaran di perguruan tinggiyang meliputi:

a. Metode Diskusi (Discussion Method).Metode ini lebih efektif dari metode ceramah,karena diskusi menuntut mental dan pikiranserta tukar menukar pendapat. Selain itu,diskusi juga lebih komunikatif, mampumenjelaskan hal-hal yang masih semu, danmampu mengungkap tingkat keaktifan setiapmahasiswa.

b. Metode Studi Kasus (The Case Method).Metode ini relevan terutama untuk programstudi yang menekankan penerapan suatuhukum terhadap suatu kasus, misalnya difakultas hukum atau fakultas pertanian, danlain-lain. Suatu kasus dijadikan bahan untukdiskusi mahasiswa di bawah bimbingandosen.

c. Metode Tutorial (Tutorial Method). Metodeini berupa penugasan kepada beberapamahasiswa tentang suatu objek tertentu, lalumereka mendiskusikannya dengan pakar di

bidangnya untuk memastikan validitaspemahaman mereka tentang objek tersebut.

d. Metode Tim Pengajar (Team TeachingMethod). Salah satu bentuk dari metode iniadalah sekurang-kurangnya dua orang dosenmengajar satu materi kuliah yang sama dalamwaktu yang sama pula, namun dengan pokokbahasan yang saling melengkapi.

e. Metode Ceramah. Metode ini muncul palingawal dan banyak digunakan terutama jikamahasiswa dalam satu kelas sangat banyak.

2. Pengembangan Kompetensi Teknik InformasiPerkembangan teknologi informasi yang

demikian cepat merupakan tantangan baru bagi parapraktisi pendidikan, termasuk dosen. Para pakarpendidikan memandang bahwa penguasaan paradosen terhadap teknologi informasi sangatberpengaruh terhadap kesuksesannya dalammengelola pembelajaran di perguruan tinggi.

Sebab itu, para dosen perlu diberikan pelatihanpenggunaan berbagai macam teknologi informasiyang tersedia saat ini, mulai dari komputer, televisi,telepon, video conference, hingga dunia internet.Pengembangan kemampuan memanfaatkan teknologiinformasi ini dibutuhkan dalam perencanaanpendidikan, terutama yang terkait dengan analisis,desain, implementasi, manajemen, hingga evaluasiinstruksional pendidikan. Untuk pengembangankemampuan teknologi informasi ini dibutuhkanbeberapa hal berikut:

a. Ketersediaan fasilitas teknologi berikutperlengkapannya, baik berupa komputer,video, proyektor, perlengkapan internet, dansebagainya.

b. Ketersediaan isi serta bahan-bahan terkaitmetode penggunaan teknologi informasitersebut untuk mendukung metodepengajaran dan pelaksanaan kurikulumpendidikan.

c. Penyelenggaraan pelatihan bagi para dosententang cara penggunaan alat-alat teknologiinformasi tersebut, sehingga pada saatnyamereka dapat mengajarkannya juga kepadapara mahasiswa. Dengan demikian, prosespembelajaran akan berlangsung lebih efektifdan produktif.

3. Pengembangan Kompetensi Manajemen/Administrasi

Sistem manajemen perguruan tinggi berbedadengan manajemen di lembaga-lembaga lainnya. Dilingkungan perguruan tinggi terdapat komunitasberbeda yang saling terkait, yaitu mahasiswa, dosen,

Pengembangan IHDN Denpasar Menjadi Universitas Hindu Negeri ModernMelalui Peningkatan Kompotensi Profesional Dosen | I Ketut Gunarta

30 JURNAL PENJAMINAN MUTU

pegawai, dan para pekerja. Mereka semua diatur olehpimpinan. Demikian pula model manajemen yangditerapkan di sebuah perguruan tinggi mengalamiperubahan berdasarkan perkembangan perguruantinggi tersebut. Manajemen di perguruan tinggi yangbaru didirikan berbeda dengan manajemen diperguruan tinggi yang sudah maju.

Dengan asumsi ini, para dosen sebagai bagianutama dari perguruan tinggi, sesungguhnyadibutuhkan untuk terlibat secara langsung dalammengelola perguruan tinggi, baik pada level pimpinanuniversitas, fakultas, jurusan, program studi, maupuntim-tim yang dibentuk khusus untuk tujuan tertentu.Sebab itu, pengembangan kemampuan manajemensangat penting bagi para dosen. Jika merekadiharapkan untuk memberikan kontribusi signifikandalam pengelolaan perguruan tinggi, makakemampuan administrasi dan manajemen merekaperlu terus ditingkatkan.

Untuk menunjang kemampuan manajemen paradosen, perlu diberikan pelatihan intensif danberkesinambungan mengenai manajemen/administrasi umum, administrasi/manajemenperguruan tinggi, perumusan strategi pendidikan,dasar-dasar perencanaan pendidikan, manajemenkurikulum, pengambilan keputusan, administrasi/manajemen kepegawaian, manajemen sumber dayamanusia, manajemen konflik, penyusunan programberikut pelaksanaannya, hubungan masyarakat, dansebagainya.

4. Pengembangan Kompetensi KurikulumKurikulum merupakan fundamen yang sangat

penting untuk mencetak mahasiswa yang berkualitastinggi. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yangkandungannya memperhatikan kemampuan pesertadidik serta mampu mendorong kemampuan merekamenjadi daya kreatif dan inovatif. Di sinilah salahsatu peran penting para dosen. Mereka adalah kuncipembuka pengembangan kurikulum, karenamerekalah yang paling menguasai secara mendalammasing-masing disiplin keilmuan.

Namun penguasaan terhadap suatu disiplinilmu bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesanprofesi seorang dosen. Mereka juga dituntut mampumerumuskan kurikulum yang dapat menciptakan parasarjana dengan prestasi akademik yang tinggi,berperilaku terhormat, serta berbudi baik. Karena itu,para dosen perlu diberikan kesempatan untukmengikuti perkembangan terbaru bidang ilmu yangdigelutinya agar mereka dapat merumuskankurikulum juga berdasarkan perkembangan terbaru.Mereka juga perlu didukung secara moral dan danauntuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yangbertujuan menciptakan kurikulum terbaik. Untuk

meningkatkan kemampuan tenaga dosen dalammerumuskan kurikulum, perlu diselenggarakankegiatan berupa:

a. Pertemuan, baik seminar, lokakarya, maupunlainnya, yang tujuannya memperbarui penge-tahuan para dosen tentang perkembanganterbaru di bidang disiplin ilmu tertentu.Pengetahuan itu akan menjadi bekal merekadalam merumuskan kurikulum yang baik.

b. Pelatihan cara menyusun rencana materipengajaran. Tugas ini terbilang sulit terutamabagi para dosen baru. Tetapi ia sangat pentingkarena dapat membantu dosen mengatur kisi-kisi pengajarannya, seperti tujuan, isi, model,strategi, evaluasi dan referensi pengajaran.

c. Pelatihan cara merancang rencana materipengajaran berdasarkan tujuan dan target darimasing-masing materi pelajaran, serta unsur-unsur rencana pengajaran.

d. Pertemuan, baik seminar, lokakarya, maupunlainnya, yang diadakan setelah pembaruankurikulum dengan maksud menyatukanpersepsi di antara para dosen tentang metodedan cara yang efektif untuk menjalankankurikulum tersebut agar berhasil seperti yangdiharapkan. Dengan pertemuan tersebut akanterjadi harmoni antara kurikulum baru denganperkembangan pengetahuan para dosen.

5. Pengembangan Kompetensi Ilmiah (Riset danPublikasi)

Salah satu tugas pokok perguruan tinggi adalahmengembangkan ilmu pengetahuan. Tugas tersebutdirealisasikan melalui pengkajian dan riset-riset ilmiahyang dilakukan oleh komunitas akademik yangterdapat di dalamnya, terutama para dosen. Dengandemikian tugas para dosen tidak terbatas padakegiatan mengajar saja. Mereka juga dituntut terusmelakukan riset-riset ilmiah secara serius dalambidang yang digelutinya agar dapat menyumbangdan memperkaya ilmu pengetahuan. Program yangperlu dilaksanakan untuk mengembangkanproduktivitas ilmiah para dosen adalah:

a. Pelatihan metodologi dan etika penelitianilmiah dengan segala aspeknya terutamayang terkait dengan disiplin ilmu masing-masing kelompok dosen.

b. Penyediaan sarana dan fasilitas yangdibutuhkan untuk penelitian, sepertikomputer, laboratorium, perpustakaan yanglengkap, dan sebagainya

c. Pengaturan beban jam mengajar para dosenagar mereka mempunyai kesempatan untukmenulis buku, menghadiri seminar, ataumelakukan semua proses penelitian

31

d. Mendukung dana atau membantumenghubungkan dengan lembaga yang dapatmembiayai proyek penelitian mereka.

6. Pengembangan Kompetensi EvaluasiPerguruan tinggi adalah salah satu lembaga

pendidikan yang menjadikan evaluasi sebagai salahsatu cara mengembangakan kualitasnya. Hal itukarena evaluasi yang benar merupakan salah satucara terbaik untuk mengembangkan prosespembelajaran. Dengan evaluasi yang benar akandiketahui secara objektif kelebihan dan kekurangansebuah sistem pembelajaran sehingga programpengembangan ataupun perbaikan dapat dirumuskandengan tepat. Begitu pula, melalui evaluasi akandiketahui sejauh mana sebuah perguruan tinggidapat mewujudkan tujuan dan target yang telahdicetuskan saat pendiriannya. Sebab itu, untukmengembangkan mutu perguruan tinggi, dibutuhkanevaluasi yang benar dan akurat terhadap dosen,kurikulum, sistem manajemen, mahasiswa, danelemen-elemen pokok lainnya

Dalam proses evaluasi pendidikan di perguruantinggi ini, para tenaga dosen memiliki peran yangsangat penting, karena merekalah yang berhak menilaidan menimbang kualitas pembelajaran yang merekaberikan atau yang berlaku di universitas tempatmereka mengabdikan diri. Selain sebagai pihak yangmengevaluasi, para dosen juga merupakan objekevaluasi. Kinerja mereka sebagai tenaga pengajar jugadinilai untuk diperbaiki atau diberi penghargaanberupa kenaikan pangkat. Karena itu, untukmengembangkan kemampuan dosen dalammelakukan evaluasi pendidikan, perlu diadakan:

a. Pelatihan tentang filosofi dan teori-teorievaluasi modern dalam bidang pendidikanagar dosen menyadari bahwa evaluasimerupakan bagian yang inheren dan pentingdalam proses pendidikan. Selain itu agarmereka memahami mekanisme evaluasipendidikan yang benar.

b. Pelatihan tentang teknik-teknik dan model-model evaluasi untuk kemudian menentukanmetode evaluasi yang kuratif demi perbaikandan pengembangan program-programakademis selanjutnya

c. Pelatihan tentang cara menyusun rencanaevaluasi dan mekanisme implementasinya,baik untuk menilai kinerja dosen sendirimaupun tingkat capaian mahasiswa secaraobjektif, menetapkan standar dan kriteria,serta melakukan pengujian-pengujianterhadap pelaksanaan program-programakademis di perguruan tinggi.

7. Pengembangan Kompetensi PersonalDi era globalisasi seperti sekarang ini, di mana

dunia berubah begitu cepat, perguruan tinggidihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks.Berkat kemajuan sains dan teknologi, metodologipendidikan juga melaju pesat dengan bertumpu padametode serta teknologi mutakhir. Di tengah situasiini, tidak ada jalan lain bagi perguruan tinggi kecualimemulai merumuskan program pengembangankomprehensif, termasuk peningkatan profesionalismepara dosennya.

Sebagai salah satu pilar utama perguruan tinggi,tingkat kemampuan dan integritas personal paradosen menjadi salah satu faktor yang menentukanoptimalisasi proses pendidikan dan pengajaran diperguruan tinggi. Jika para dosen tidak mampu ber-adaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuanserta perubahan metode atau teknologi pendidikanyang berubah cepat, maka yang terancam bukanhanya masa depan para lulusannya, tetapi jugaeksistensi dan masa depan perguruan tinggi tersebut.Karena itu, dosen dituntut untuk terus meningkatkankemampuan ilmiah dan kepribadiannya melaluiberbagai upaya yang mungkin dilakukannya.

Sebenarnya tidak ada program khusus untukmengembangkan integritas personal para dosen.Setiap dosen berhak menentukan program apa yangdibutuhkan untuk mengembangkan profesio-nalismenya. Semua program pengembangan yangtelah dijelaskan sebelum ini misalnya, pada dasarnyamerupakan program-program yang mengacu padapengembangan integritas personal dosen. Seorangdosen dapat memilih salah satunya ataumenambahkan program lain yang dipandangnyarelevan untuk dirinya.

Meski demikian, beberapa pakar pendidikanmengemukakan program-program yang perludilakukan para dosen dalam rangka melejitkan potensidan kemampuan dirinya. Program-program inimendorong para dosen untuk:

a. Sesering mungkin berpartisipasi dalamseminar atau konferensi yang terkait displinkeilmuannya, baik di tingkat nasional maupuninternasional.

b. Melakukan studi komparatif ke perguruantinggi atau lembaga pendidikan lainnya didalam dan luar negeri untuk mengetahui sertabelajar dari pengalaman lembaga-lembagapendidikan lain tersebut

c. Berusaha membentuk semacam asosiasi parapakar atau organisasi profesi di bidangkeilmuannya untuk kemudian menggelarkegiatan-kegiatan ilmiah serta menerbitkanjurnal-jurnal ilmiah

Pengembangan IHDN Denpasar Menjadi Universitas Hindu Negeri ModernMelalui Peningkatan Kompotensi Profesional Dosen | I Ketut Gunarta

32 JURNAL PENJAMINAN MUTU

d. Menyusun program-program pelatihan danproyek-proyek penelitian berskala nasionaldan internasional bekerjasama denganlembaga-lembaga ilmiah di dalam atau di luarnegeri.

e. Memanfaatkan kerjasama yang sudah terjalindengan lembaga-lembaga nasional maupuninternasional dalam rangka internasionalisasiperguruan tinggi dan pengabdian terhadapkemanusiaan secara umum.

f. Terkait dengan etika pribadi, seorang dosendituntut untuk mencintai kebenaran dan selaluberusaha menemukan kebenaran-kebenaranbaru, toleran terhadap perbedaan pendapat,adil, jujur serta bertanggung jawab.

Program-program tersebut lebih banyakmenekankan pada upaya pribadi dosen, karenasejatinya program pengembangan integritas personaldosen tidak harus selalu mengacu pada program yangdisiapkan perguruan tinggi, tapi juga membutuhkaninisiatif internal dan usaha keras dari dalam dirimasing-masing dosen.

III. PENUTUPPerkembangan dalam dunia pendidikan,

termasuk juga kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi dalam era global menuntut perhatianpemerintah RI untuk terus berbuat banyak dalammenata dinamika pendidikan tersebut. Salah satuproduk tentang pendidikan di Indonesia yang palinganyar adalah dengan dikeluarkannya UU tentangGuru dan Dosen No. 14 tahun 2005. Produk hukumtersebut mengisyaratkan kepada pengelola lembagapendidikan dari tingkat pendidikan dasar sampaipendidikan tinggi, termasuk juga pendidikan tinggiagama Hindu untuk mempersiapkan tenaga dansarana prasarana pendidikan yang berkualitas.

Mengelola pendidikan tinggi agama Hindusesuai aturan dari pemerintah terutama PeraturanPresiden Nomor 1 tahun 2004, memberikankesempatan emas kepada umat Hindu Indonesiauntuk menimba pengetahuan agama Hindu padalembaga pendidikan tinggi agama Hindu negeri.Lembaga pendidikan tinggi agama Hindu negeri inisebagai harapan mulia umat Hindu Indonesia. Selainitu, diharapkan pula agar adanya kualitas tenagapengelolanya (baik dosen dan pegawai), yang padaakhirnya melahirkan tamatan yang bermutu demikemajuan pembinaan umat Hindu Indonesia kedepan.

Salah satu cita-cita Umat Hindu di Indonesiaadalah memiliki perguruan tinggi bertaraf nasionaldan internasional (world class university). Cita-cita

ini membutuhkan kerja keras dari seluruh elemenperguruan tinggi untuk memperbaiki danmengembangkan kualitas pembelajarannya. Salahsatu program pengembangan yang seharusnyamendapat prioritas adalah pengembanganprofesionalisme dosen sebagai elemen pokokperguruan tinggi. Pengembangan profesionalismedosen ini sangat penting untuk meningkatkan mutuperguruan tinggi di Indonesia.

Program-program pengembangan profesidosen sebagaimana telah diuraikan sebelum inisesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkandari program pengembangan perguruan tinggi secaraumum dan pengembangan IHDN Denpasar menjadiUniversitas Hindu Negeri pada khususnya, karenakeberhasilan dari program tersebut akan berpengaruhterhadap kualitas perguruan tinggi itu sendiri. Sebabitu, program-program tersebut perlu diimplementasi-kan secara teratur dan berkesinambungan agar betul-betul tercipta para dosen yang berkualitas tinggi danmampu mendorong kemajuan perguruan tinggi. Padatingkat praktik, sarana yang dapat digunakan untukmengimplementasikan program-program pengem-bangan tersebut adalah:

1. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihanyang bertujuan menambah wawasan danpengetahuan para dosen, baik yang terkaitdengan disiplin ilmu yang ditekuninyamaupun keahlian pedagogi dan kependidikansecara umum.

2. Pendirian lembaga atau pusat-pusatpengembangan ilmu pengetahuan dan profesiakademis, termasuk profesi dosen, yangprioritas kegiatannya terkait denganpelaksanaan riset-riset ilmiah dan pelatihanpeningkatan kompetensi akademis.

3. Kerjasama ilmiah dengan perguruan tinggilain, baik berupa pertukaran dosen, risetbersama (join research), maupun programdouble degree. Kerjasama ilmiah ini juga bisadilakukan antara perguruan tinggi denganpusat-pusat penelitian, atau perusahaan-perusahaan, baik di tingkat nasional maupuninternasional.

Dengan usaha yang sungguh-sungguh dariperguruan tinggi Hindu untuk mengembangkanprofesionalisme para dosennya, diharapkan akantercipta para dosen yang mampu menjalankantugasnya secara profesional, yaitu mencetak parailmuwan dan tenaga ahli di berbagai bidang,mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti yangseluas-luasnya, serta mengembangkan pribadi-pribadi manusia Indonesia seutuhnya.

33

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004. Undang-Undang Tentang Sisdiknasdan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004.Jakarta: CV:Tamita Utama.

Anonim, 2005. Strandar Nasional Pendidikan.Jakarta:Cemerlang.

Anonim, 2006. Undang-Undang Republik Nomor14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.Bandung:Citra Umbara.

Daryanto, 1998. Adminstrasi Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta.

Marland, 1990. Seni Mengelola Kelas, Tugas danPenampilan Seorang Pendidik.Semarang:Dahara Prize.

Mudjijo, 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta:BumiAksara.

Nawawi, 1995. Organisasi Sekolah dan PengelolaanKelas. Jakarta PT Gunung Agung.

Pengembangan IHDN Denpasar Menjadi Universitas Hindu Negeri ModernMelalui Peningkatan Kompotensi Profesional Dosen | I Ketut Gunarta

Roestiyah, 1986. Metodik Didaktik. Jakarta:PT BinaAksara.

Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan Pengertian,Pengembangan dan Pemanfaatannya.Jakarta:CV Rajawali.

Subroto, 1984. Dimensi-Dimensi AdministrasiPendidikan di Sekolah Yogyakarta:BinaAksara.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, 2002. MediaPengajaran. Bandung:Sinar BaruAlgensindo.

Sutisna, 1987. Administrasi Pedidikan DasarTeoritis Untuk Praktek Prefesional.Bandung:Angkasa.

Tim Penyusun, 1994. Kamus Besar BahasaIndonesia. Depdikbud dan Balai PustakaJakarta.

Wragg, EC. 1996. Pengelolaaan Kelas. Jakarta:PTGramedia.

34 JURNAL PENJAMINAN MUTU

STANDAR MUTU PENGABDIAN PADA MASYARAKATDAN PROFESIONALISME DOSEN

OlehNi Made Anggreni

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

Higher education institutions should adapt the development of science and technologyin order to meet the society demand along the ages. They are expected to produce humanresources with academic and leadership capability and ethics who are also adaptive to thetechnological development. In order to achieve that, the instituations are required to carryout quality research and social service programs that can improve the societies. Theprograms should be based on science and the implementation of the education and researchwith clear targets. However, in practice, the social service programs are often irrelevant tothe society needs as well as to the fields of the lecturers and students involved in theprograms. This proves the gap between the ideal and the real condition of the Indonesianhigher education quality. The situation is influenced by several factors, including the poormanagement, economics, and social realities. In order to overcome them, a comprehensiveprogram for developing the profesionalism of the lecturers is needed in which the government,the instituation, and the society are all involved.

The Minister of Education and Culture Affair Regulation No 49/2014 regulates thestandard for the social service, which is an important part of the Tri Dharma PerguruanTinggi. According to it, the program should be organized by the Social Service Board withits principles for institutionalism, education, cooperation, sustainability, socialempowerment, and regional development.

Key words: quality standard, social service, lecturer professionalism

I. PENDAHULUANKehidupan dan perkembangan akademik di

Perguruan Tinggi tidak terlepas dari perkembanganilmu pengetahuan, teknologi serta tuntutanmasyarakat seirama dengan meningkatnya kualitaskehidupan. Dengan pendidikan tinggi, diharapkanmuncul sumber daya manusia yang mempunyaikemampuan akademis, profesional, etis dankepemimpinan, serta tanggap terhadap kebutuhanilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena ituprogram penelitian yang dilakukan di perguruantinggi dituntut untuk menghasilkan produkyang berkualitas dan bermanfaat. Sedangkanprogram pengabdian pada masyarakat diarahkankepada penerapan hasil penelitian maupun hasilpendidikan di perguruan tinggi bagi kesejahteraandan kemajuan masyarakat. Dengan demikian kegiatanpengabdian pada masyarakat tidak hanya sekedarkegiatan tanpa basis sain, tetapi merupakan satuforum penerapan hasil penelitian dan pendidikandengan sasaran yang jelas.

Akan tetapi pada kenyatannya banyak terjadikekeliruan dalam prakteknya. Pengabdian padamasyrakat sering kali kurang relevan dengankebutuhan masyarakat maupun bidang keilmuanyang ditekuni oleh dosen maupun mahasiswa yangmelakukan pengabdian. Karena pengabdian yangdilakukan terkadang hanya demi persyaratantertentu, seperti BKD maupun kenaikan pangkat sertapersyaratan akademis lainnya. Pada hal pemerintahtelah menetapkan dua puluh empat setandarpendidikan tinggi yang diimplementasikan dalam tridharma perguruan tinggi yaitu delapan setandarpendidikan dan pengajaran, delapan setandarpenelitian, dan delapan setandar pengabdian yangmeliputi setandar isi, setandar hasil, standar biaya,setandar tenaga, standar pengelolaan, standar saranadan prarana, standar proses, dan standar evaluasi.Jika syarat atau delapan setandar ini telah terpenuhimaka secara tidak langsung akan mampumeningkatkan profesionalisme dosen. Karena paradosen akan melaksanakan pngabdian sesuai dengan

35

bidang keahliannya sehingga dengan demikian hasilpengabdiannya akan mendukung materi atau bahanajar.

Dosen dikatakan sebagai “jantung” perguruantinggi,sehingga dosen sangat menentukan mutupendidikan dan lulusan yang dilahirkan perguruantinggi tersebut, di samping secara umum kualitasperguruan tinggi itu sendiri. Jika para dosennyabermutu tinggi, maka kualitas perguruan tinggitersebut juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya.Sebaik apapun program pendidikan yangdicanangkan, bila tidak didukung oleh para dosenbermutu tinggi, maka akan berakhir pada hasil yangtidak memuaskan. Hal itu karena untuk menjalankanprogram pendidikan yang baik diperlukan para dosenyang juga bermutu baik. Dengan memiliki dosen-dosen yang baik dan bermutu tinggi, perguruan tinggidapat merumuskan program serta kurikulumtermodern untuk menjamin lahirnya lulusan-lulusanyang berprestasi dan berkualitas istimewa(Sudiro,2010).

Di Indonesia, program pengembangan mutudosen telah dikenal sejak tahun 70-an. Beberapaperguruan tinggi telah menyelenggarakan kegiatanyang termasuk dalam kategori pembinaan dosen,seperti penataran khusus untuk semua dosen baru.Bahkan universitas-universitas tertentu mendirikanpusat pelatihan staf dosen dan menyelenggarakankegiatan-kegiatan pembinaan dosen dalam levelregional maupun nasional (Nur Syam,2014).

Namun, kendati telah berlangsung hampir empatdekade, program pengembangan profesionalismedosen di Indonesia belum menampakkan hasil yangmenggembirakan. Beberapa perguruan tinggi negeri(PTN) di Indonesia memang sudah masuk dalamdaftar perguruan tinggi terbaik di dunia, meskipunmasih di urutan ke sekian. Demikian halnya denganswasta, terdapat sejumlah perguruan tinggi swasta(PTS) yang kualitasnya bisa diandalkan dan setaradengan perguruan tinggi di luar negeri.

Tetapi data yang dimiliki Litbang Depdiknasmenunjukkan, dari 120.000 dosen tetap PTS dan PTNdi Indonesia, masih ada 50,65 persen atau sekitar60.000 di antaranya belum berpendidikan S2 atau baruS1. Menurut Suara Pembaruan (2008), jumlah seluruhdosen di PTN sebanyak 240.000 orang, 50% diantaranya belum memiliki kualifikasi pendidikansetara S2. Di antara jumlah tersebut, baru 15% dosenyang bergelar doktor. Jika dibandingkan denganperguruan tinggi di Malaysia, Singapura dan Filipinayang jumlah doktornya sudah mencapai angka 60%lebih, maka tampak bahwa dosen di perguruan tinggiIndonesia masih jauh ketinggalan.

Padahal, Undang-undang (UU) No. 14 Tahun2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan dosenperguruan tinggi minimal S2. Dalam UU itudisebutkan, para pendidik jenjang pendidikan dasardan menengah persyaratannya adalah minimalbergelar S1. Sementara, untuk mendidik di jenjangpendidikan akademis S1, maka sekurang-kurangnyabergelar strata dua (S2), sedangkan bagi programpascasarjana adalah doktor (S3) dan profesor.

Kenyataan ini ironis mengingat salah satu cita-cita besar perguruan tinggi di Indonesia adalahmenjadi universitas bertaraf internasional (worldclass university). Dengan 50% dosen yang masihberkualifikasi S1, sulit dalam waktu dekat menggapaicita-cita tersebut. Apalagi di tengah kondisi demikian,tidak tampak upaya signifikan dari para dosen untukmeningkatkan profesionalisme mereka sebagaielemen pokok perguruan tinggi. Sebagian merekabahkan kurang menyadari bahwa profesi dosen,sebagaimana profesi lainnya, juga terkait dengandimensi pengetahuan, keahlian, dan etika yang perluterus dikembangkan. Sayangnya, dimensi-dimensitersebut tidak banyak diperhatikan oleh para dosen,sehingga tidak heran jika sorotan dan kritik terusdialamatkan kepada mereka.

Di antara kritik yang sering dilontarkan terkaitkualitas dosen perguruan tinggi di Indonesia adalah:

Pertama, sekarang ini minat sebagian dosenuntuk terus membaca dan melakukan riset ilmiah dibidang keilmuannya sudah menurun. Mereka tampaksudah merasa puas dengan gelar doktor atau Ph.Dyang diraihnya. Mereka sudah tidak lagi sibukdengan penelitian ilmiah yang menjadi tugas pokokmereka untuk menyumbangkan hal-hal baru dalambidang keilmuannya. Kalaupun mereka melakukansebuah penelitian, biasanya itu tidak dimaksudkanuntuk menemukan hal baru atau menyumbangsesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat, tetapiuntuk meraih kenaikan pangkat atau mencapai posisiguru besar belaka.

Kedua, tidak sedikit para dosen yangberanggapan bahwa tugas utamanya hanyamenyampaikan pengetahuan atau menugaskanpenelitian ilmiah kepada para mahasiswa. Merekasering alpa bahwa mereka adalah pendidik dalampengertian seluas-luasnya. Di pundak merekaterpikul tanggung jawab yang melampaui tembokkampus, yaitu untuk mendidik mahasiswa, baik darisisi keilmuan, mental, cara berpikir, perilaku, dansebagainya.

Ketiga, banyak dosen yang menghindarkan diridari tugas utamanya sebagai pendidik denganberbagai cara untuk menutupi kekurangannya.

Standar Mutu Pengabdian Pada Masyarakat dan ProfesionalismeDosen | Ni Made Anggreni

36 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Misalnya dengan menerapkan “despotisme ilmiah”karena tidak mampu mengatasi dialog kritis denganmahasiswa, lari dari topik utama perkuliahan untukmenghabiskan waktu karena tidak menguasai materi,atau memberi penugasan kemudian membiarkan paramahasiswa berdebat sendiri dengan alasan melatihmereka berdiskusi, dan sebagainya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masih adajurang yang lebar antara cita-cita ideal dengan kondisiriil para dosen perguruan tinggi di Indonesia saatini. Kondisi tersebut tentu saja dipengaruhi olehberbagai faktor, seperti manajemen pendidikan,ekonomi, realitas sosial, dan lain-lain. Karena itu,untuk membenahinya juga diperlukan sebuahprogram pengembangan profesionalisme dosen yangkomprehensif serta melibatkan berbagai pihak, mulaidari perguruan tinggi, pemerintah, hinggamasyarakat. Berdasarkan hal tersebut dapatdirumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana standar pengabdian masyarakatberdasarkan Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014?

b. Bagaimana implementasi pengabdianmasyarakat yang dilakukan perguruan tinggi?

c. Bagaimana program pengembanganprofesionalisme dosen?

II. PEMBAHASAN2.1 Standar Pengabdian Masyarakat Berdasarkan

Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 49 Tahun 2014Dalam standar pengabdian masyarakat

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 49 Tahun 2014, pasal 53 adalahruang lingkup Standar Nasional Pengabdian kepadaMasyarakat terdiri atas:

1) Standar hasil pengabdian kepada masyarakat;2) Standar isi pengabdian kepada masyarakat;3) Standar proses pengabdian kepada

masyarakat;4) Standar penilaian pengabdian kepada

masyarakat;5) Standar pelaksana pengabdian kepada

masyarakat;6) Standar sarana dan prasarana pengabdian

kepada masyarakat;7) Standar pengelolaan pengabdian kepada

masyarakat; dan8) Standar pendanaan dan pembiayaan

pengabdian kepada masyarakat.Pada pasal 54 menyatakan tentang Standar Hasil

Pengabdian kepada Masyarakat, yang terdiri dari:1) Standar hasil pengabdian kepada masyarakat

merupakan kriteria minimal hasil pengabdian

kepada masyarakat dalam menerapkan,mengamalkan, dan membudayakan ilmupengetahuan dan teknologi guna memajukankesejahteraan umum dan mencerdaskankehidupan bangsa.

2) Hasil pengabdian kepada masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a) penyelesaian masalah yang dihadapi

masyarakat dengan memanfaatkankeahlian sivitas akademik yang relevan;

b) pemanfaatan teknologi tepat guna;c) bahan pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi; ataud) bahan ajar atau modul pelatihan untuk

pengayaan sumber belajar.Pada pasal 55 berisi tentang Standar Isi

Pengabdian Kepada Masyarakat yang terdiri dari:1) Standar isi pengabdian kepada masyarakat

merupakan kriteria minimal tentang kedalamandan keluasan materi pengabdian kepadamasyarakat.

2) Kedalaman dan keluasan materi pengabdiankepada masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) mengacu pada standar hasilpengabdian kepada masyarakat.

3) Kedalaman dan keluasan materi pengabdiankepada masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) bersumber dari hasil penelitianatau pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi yang sesuai dengan kebutuhanmasyarakat.

4) Hasil penelitian atau pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi sebagaimanadimaksud pada ayat (3) meliputi:a) hasil penelitian yang dapat diterapkan

langsung dan dibutuhkan olehmasyarakat pengguna;

b) pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi dalam rangka memberdayakanmasyarakat;

c) teknologi tepat guna yang dapat diman-faatkan dalam rangka meningkatkan tarafhidup dan kesejahteraan masyarakat;

d) model pemecahan masalah, rekayasasosial, dan/atau rekomedasi kebijakanyang dapat diterapkan langsung olehmasyarakat, dunia usaha, industri, dan/atau Pemerintah; atau

e) hak kekayaan intelektual (HKI) yang dapatditerapkan langsung oleh masyarakat,dunia usaha, dan/atau industri.

Dalam pasal 56 berbunyi: Standar ProsesPengabdian kepada Masyarakat yang terdiri dari:

37

1) Standar proses pengabdian kepadamasyarakat merupakan kriteria minimaltentang kegiatan pengabdian kepadamasyarakat, yang terdiri atas perencanaan,pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan.

2) Kegiatan pengabdian kepada masyarakatdapat berupa:a) pelayanan kepada masyarakat;b) penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi sesuai dengan bidangkeahliannya;

c) peningkatan kapasitas masyarakat; ataud) pemberdayaan masyarakat.

3) Kegiatan pengabdian kepada masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajibmempertimbangkan standar mutu, menjaminkeselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan,serta keamanan pelaksana, masyarakat, danlingkungan.

4) Kegiatan pengabdian kepada masyarakatyang dilakukan oleh mahasiswa sebagai salahsatu dari bentuk pembelajaran harusmengarah pada terpenuhinya capaianpembelajaran lulusan serta memenuhiketentuan dan peraturan di perguruan tinggi.

5) Kegiatan pengabdian kepada masyarakatyang dilakukan oleh mahasiswa dinyatakandalam besaran satuan kredit semestersebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat(3)

6) Kegiatan pengabdian kepada masyarakatharus diselenggarakan secara terarah, terukur,dan terprogram.

Pada pasal 57 menyatakan tentang StandarPenilaian Pengabdian kepada Masyarakat yangterdiri dari:

1) Standar penilaian pengabdian kepadamasyarakat merupakan kriteria minimaltentang penilaian terhadap proses dan hasilpengabdian kepada masyarakat.

2) Penilaian proses dan hasil pengabdiankepada masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan secara terintegrasidengan prinsip penilaian paling sedikit:a) edukatif, yang merupakan penilaian untuk

memotivasi pelaksana agar terusmeningkatkan mutu pengabdian kepadamasyarakat;

b) objektif, yang merupakan penilaianberdasarkan kriteria penilaian dan bebasdari pengaruh subjektivitas;

c) akuntabel, yang merupakan penilaianyang dilaksanakan dengan kriteria danprosedur yang jelas dan dipahami oleh

pelaksana pengabdian kepadamasyarakat; dan

d) transparan, yang merupakan penilaianyang prosedur dan hasil penilaiannyadapat diakses oleh semua pemangkukepentingan.

3) Penilaian proses dan hasil pengabdiankepada masyarakat selain memenuhi prinsippenilaian sebagaimana dimaksud pada ayat(2), harus memperhatikan kesesuaian denganstandar hasil, standar isi, dan standar prosespengabdian kepada masyarakat.

4) Kriteria minimal penilaian hasil pengabdiankepada masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi:a) tingkat kepuasan masyarakat;b) terjadinya perubahan sikap, pengetahuan,

dan keterampilan pada masyarakat sesuaidengan sasaran program;

c) dapat dimanfaatkannya ilmu pengetahuandan teknologi di masyarakat secaraberkelanjutan;

d) terciptanya pengayaan sumber belajardan/atau pembelajaran serta pematangansivitas akademika sebagai hasilpengembangan ilmu pengetahuan danteknologi; atau

e) teratasinya masalah sosial dan reko-mendasi kebijakan yang dapat diman-faatkan oleh pemangku kepentingan.

5) Penilaian pengabdian kepada masyarakatdapat dilakukan dengan menggunakanmetode dan instrumen yang relevan,akuntabel, dan dapat mewakili ukuranketercapaian kinerja proses dan pencapaiankinerja hasil pengabdian kepada masyarakat.

Dalam Pasal 58 menyatakan tentang StandarPelaksana Pengabdian kepada Masyarakat yangterdiri dari:1) Standar pelaksana pengabdian kepada

masyarakat merupakan kriteria minimalkemampuan pelaksana untuk melaksanakanpengabdian kepada masyarakat.

2) Pelaksana pengabdian kepada masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmemiliki penguasaan metodologi penerapankeilmuan yang sesuai dengan bidangkeahlian, jenis kegiatan, serta tingkatkerumitan dan kedalaman sasaran kegiatan.

3) Kemampuan pelaksana pengabdian kepadamasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditentukan berdasarkan:a) Kualifikasi akademik;

Standar Mutu Pengabdian Pada Masyarakat dan ProfesionalismeDosen | Ni Made Anggreni

38 JURNAL PENJAMINAN MUTU

b) Hasil pengabdian kepada masyarakat.4) Kemampuan pelaksana pengabdian kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(2) menentukan kewenangan melaksanakanpengabdian kepada masyarakat.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenanganmelaksanakan pengabdian kepadamasyarakat diatur dalam pedoman rinci yangdikeluarkan oleh Direktur Jenderal.

Pada pasal 59 menyatakan tentang StandarSarana dan Prasarana Pengabdian kepadaMasyarakat yang terdiri dari:

1) Standar sarana dan prasarana pengabdiankepada masyarakat merupakan kriteria minimaltentang sarana dan prasarana yangdiperlukan untuk menunjang prosespengabdian kepada masyarakat dalam rangkamemenuhi hasil pengabdian kepadamasyarakat

2) Sarana dan prasarana pengabdian kepadamasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) merupakan fasilitas perguruan tinggi yangdigunakan untuk memfasilitasi pengabdiankepada masyarakat paling sedikit yang terkaitdengan penerapan bidang ilmu dari programstudi yang dikelola perguruan tinggi dan areasasaran kegiatan.

3) Sarana dan prasarana pengabdian kepadamasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(2) merupakan fasilitas perguruan tinggi yangdimanfaatkan juga untuk proses pembelajarandan kegiatan penelitian.

4) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksudpada ayat (2) harus memenuhi standar mutu,keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan,dan keamanan.

Pada pasal 60 menyatakan tentang StandarPengelolaan Pengabdian kepada Masyarakat yangterdiri dari:

1) Standar pengelolaan pengabdian kepadamasyarakat merupakan kriteria minimaltentang perencanaan, pelaksanaan, pengen-dalian, pemantauan dan evaluasi, sertapelaporan kegiatan pengabdian kepadamasyarakat.

2) Pengelolaan pengabdian kepada masyarkatsebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentukkelembagaan yang bertugas untuk mengelolapengabdian kepada masyarakat.

3) Kelembagaan pengelola pengabdian kepadamasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) adalah lembaga pengabdian kepadamasyarakat, lembaga penelitian danpengabdian kepada masyarakat, atau bentuklainnya yang sejenis sesuai dengankebutuhan dan ketentuan perguruan tinggi.

Dalam pasal 61 menyatakan tentang:1) Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) wajib:a) menyusun dan mengembangkan rencana

program pengabdian kepada masyarakatsesuai dengan rencana strategispengabdian kepada masyarakat perguruantinggi;

b) menyusun dan mengembangkan peratur-an, panduan, dan sistem penjaminan mutuinternal kegiatan pengabdian kepadamasyarakat;

c) memfasilitasi pelaksanaan kegiatanpengabdian kepada masyarakat;

d) melaksanakan pemantauan dan evaluasipelaksanaan pengabdian kepadamasyarakat;

e) melakukan diseminasi hasil pengabdiankepada masyarakat;

f) memfasilitasi kegiatan peningkatankemampuan pelaksana pengabdiankepada masyarakat;

g) memberikan penghargaan kepadapelaksana pengabdian kepada masyarakatyang berprestasi;

h) mendayagunakan sarana dan prasaranapengabdian kepada masyarakat padalembaga lain melalui kerja sama; dan

i) melakukan analisis kebutuhan yangmenyangkut jumlah, jenis, dan spesifikasisarana dan prasarana pengabdian kepadamasyarakat.

j) menyusun laporan kegiatan pengabdianpada masyarakat yang dikelolanya.

2) Perguruan tinggi wajib:a) memiliki rencana strategis pengabdian

kepada masyarakat yang merupakanbagian dari rencana strategis perguruantinggi;

b) menyusun kriteria dan prosedur penilaianpengabdian kepada masyarakat palingsedikit menyangkut aspek hasilpengabdian kepada masyarakat dalammenerapkan, mengamalkan, danmembudayakan ilmu pengetahuan danteknologi guna memajukan kesejahteraanumum serta mencerdaskan kehidupanbangsa;

39

c) menjaga dan meningkatkan mutupengelolaan lembaga atau fungsipengabdian kepada masyarakat dalammenjalankan program pengabdian kepadamasyarakat secara berkelanjutan;

d) melakukan pemantauan dan evaluasiterhadap lembaga atau fungsi pengabdiankepada masyarakat dalam melaksanakanprogram pengabdian kepada masyarakat;

e) memiliki panduan tentang kriteriapelaksana pengabdian kepada masya-rakat dengan mengacu pada standar hasil,standar isi, dan standar prosespengabdian kepada masyarakat;

f) mendayagunakan sarana dan prasaranapada lembaga lain melalui kerja samapengabdian kepada masyarakat;

g) melakukan analisis kebutuhan yangmenyangkut jumlah, jenis, dan spesifikasisarana dan prasarana pengabdian kepadamasyarakat; dan

h) menyampaikan laporan kinerja lembagaatau fungsi pengabdian kepadamasyarakat dalam menyeleng-garakanprogram pengabdian kepada masyarakatpaling sedikit melalui pangkalan datapendidikan tinggi.

Pasal 62 menyatakan tentang StandarPendanaan dan Pembiayaan Pengabdian kepadaMasyarakat terdiri dari:

1) Standar pendanaan dan pembiayaanpengabdian kepada masyarakat merupakankriteria minimal sumber dan mekanismependanaan dan pembiayaan pengabdiankepada masyarakat.

2) Perguruan tinggi wajib menyediakan danainternal untuk pengabdian kepadamasyarakat.

3) Selain dari dana internal perguruan tinggi,pendanaan pengabdian kepada masyarakatdapat bersumber dari pemerintah, kerja samadengan lembaga lain, baik di dalam maupundi luar negeri, atau dana dari masyarakat.

4) Pendanaan pengabdian kepada masyarakatbagi dosen atau instruktur sebagaimanadimaksud pada ayat (2) digunakan untukmembiayai:a. perencanaan pengabdian kepada

masyarakat;

b. pelaksanaan pengabdian kepadamasyarakat;

c. pengendalian pengabdian kepadamasyarakat;

d. pemantauan dan evaluasi pengabdiankepada masyarakat;

e. pelaporan pengabdian kepadamasyarakat; dan

f. diseminasi hasil pengabdian kepadamasyarakat.

5) Mekanisme pendanaan dan pembiayaanpengabdian kepada masyarakat diaturberdasarkan ketentuan di perguruan tinggi.

Pada pasal 63 menyatakan tentang:1) Perguruan tinggi wajib menyediakan dana

pengelolaan pengabdian kepada masyarakat.2) Dana pengelolaan pengabdian kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) digunakan untuk membiayai:a) manajemen pengabdian kepada

masyarakat yang terdiri atas seleksiproposal, pemantauan dan evaluasi,pelaporan, dan diseminasi hasilpengabdian kepada masyarakat; serta

b) peningkatan kapasitas pelaksana.

2.2. Implementasi Pengabdian Masyarakat YangDilakukan Perguruan TinggiKegiatan Program Pengabdian kepada

Masyarakat (PPM) merupakan kegiatan penting bagisuatu pendidikan tinggi. Oleh karena itu, kegiatanini tercantum sebagai salah satu unsur Tri DharmaPerguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, danpengabdian kepada masyarakat. Implementasi danpelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh dosen dibawah koordinasi Lembaga Pengabdian kepadaMasyarakat. bahwa sebagai salah satu unsur TriDharma, kegiatan pengabdian masyarakat mestidilaksanakan secara terintegrasi dan tidak terlepasdari unsur unsur Tri Dharma lainnya, yaitupendidikan dan penelitian. Gambaran keterkaitanantara ketiga unsur tersebut adalah seperti padagambar 1

Disamping itu mengingat fungsi perguruantinggi sebagai salah satu komponen penting dalampembangunan bangsa, maka pelaksanaannyakegiatan pengabdian masyarakat harus menganutasas kelembagaan, kerjasama, kesinambungan,edukasi, pemberdayaan masyarakat, danpembangunan daerah. Sejalan dengan hal-haltersebut di atas, Direktorat Jenderal Pendidikan

Standar Mutu Pengabdian Pada Masyarakat dan ProfesionalismeDosen | Ni Made Anggreni

40 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Pardigma Lama• Hanya fokus pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat berpenghasilan rendah• Layanan mengerahkan seluruh sumberdaya PT.• Kegiatan dilaksanakan tanpa ada konstribusi

dari masyarakat• Didominasi kegiatan penyuluhan, pelatihan,

pendidikan, dan kegiatan sosial.• Pendanan kecil, terbatas, dan tidak untuk

investasi· Insentif kum/kredit untukkenaikan pangkat/jabatan sangat kecil

• Sedikit ruang bagi publikasi jurnal ilmiah• Dibedakan secara jelas dari kegiatan bisnis/

proyek.• Dibedakan secara jelas antara kegiatan PPM

dosen dan mahasiswa.

yang saling berkaitan, yaitu pengembanganinstruksional (instructional development = ID),pengembangan organisasi (organizationdevelopment = OD), dan pengembangan profesional(professional development = PD). Bergquist danPhilips dalam Anan, 2012 berpendapat bahwapengembangan tenaga dosen merupakan bagian intidari pengembangan kelembagaan (institutionaldevelopment), dan meliputi sebagian daripengembangan personal, pengembanganprofesional, pengembangan organisasi, danpengembangan masyarakat (Anan,2012).

Sementara Nur Syam mengemukakan,pengembangan profesi dosen meliputi empatkompetensi, yaitu:

Gambar. 1. Bagan Keterkaitan Yang Harus Terjadi Dalam Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi

Tinggi, mengidentifikasi perlunya perubahanparadigma dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian

Paradigma Baru:• Terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat yang

memerlukan• Layanan berupa semua kepakaran entitas PT.• Dapat berupa kegiatan sosial, investasi,

ataupun income generating bagi PT• Berbagai kegiatan yg konstruktif, terukur dg

indikator yg jelasdan progresif• Melibatkan/mendasarkan pada produk hasil

riset dan membentuk siklus transfer teknologiantara PT dan masyarakat

• Membangun sinergisme kepakaran• Membuka peluang publikasi dalam jurnal ilmiah.• Memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu

pendidikan dan pengajaran secara berkelanjutan• Mengintegrasikan kegiatan PPM dosen dan

mahasiswa secara terstruktur (Tim, 2014).

2.3. Program Pengembangan Profesio-nalismeDosenProfesi dosen sesungguhnya menunjuk pada

upaya-upaya yang dilakukan oleh tenaga pengajarsebagai pendidik dan pembelajar realisasi dari peranselaku di perguruan tinggi (Anan,2012). Dengandemikian, pengembangan profesionalisme dosendapat diartikan usaha yang luas untuk mening-katkan kompetensi, kualitas pembelajaran danperan akademis tenaga pengajar di perguruantinggi.

Para pakar pendidikan mengemukakan berbagaipendapat tentang program pengembangan profesidosen ini. Menurut J.G. Gaff dan Doughty,sebagaimana dikutip Miarso, terdapat tiga usaha

masyarakat oleh peguruan tinggi yang diantaranyaadalah sebagai berikut:

41

a) Kompetensi pedagogis atau kemampuandosen mengelola pembelajaran

b) Kompetensi kepribadian atau standarkewibawaan, kedewasaan, dan  keteladanan

c) Kompetensi profesional atau kemampuandosen untuk menguasai content danmetodologi pembelajaran

d) Kompetensi sosial atau kemampuan dosenuntuk melakukan komunikasi sosial, baikdengan mahasiswa maupun masyarakat luas(Nur Syam,2014).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapatdirumuskan setidaknya tujuh bidang kompetensiberikut strategi pengembangannya melalui program-program tertentu yang mendukung peningkatanbidang-bidang kompetensi tersebut. Tujuh bidangkompetensi yang dimaksud adalah:

a) Pengembangan kompetensi pedagogisb) Pengembangan kompetensi teknik informasic) Pengembangan kompetensi manajemen/

administrasid) Pengembangan kompetensi kurikulume) Pengembangan kompetensi ilmiah (riset dan

publikasi)f) Pengembangan kompetensi evaluasig) Pengembangan kompetensi personal.

1. Pengembangan Kompetensi PedagogisKompetensi pedagogis atau kemampuan dosen

mengelola pembelajaran merupakan tulangpunggung keberhasilan proses pendidikan diperguruan tinggi. Kompetensi pedagogis ini terkaitdengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehinggaproses pembelajaran dapat berjalan dengan lancardan efektif. Seorang dosen, selain harus memilikikepakaran di bidang keilmuannya, juga harusmenguasai teori-teori dan teknik pengajaran sertaaplikasinya dalam proses pembelajaran di perguruantinggi. Sebab itu, peningkatan kemampuan di bidangini merupakan hal utama dalam pengembanganprofesionalisme dosen .

Beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikatmengukur kualitas sebuah fakultas melaluikemampuan para dosennya dalam mengelola prosespembelajaran. Demikian pula mata kuliah yangdiberikan kepada mahasiswa juga disesuaikandengan kemampuan pedagogis para dosennya.Dosen tidak hanya dinilai dari penguasaan terhadapbidang studinya atau pengembangan teori-teoriilmiahnya, namun juga pada kemampuannyamengajar serta mengelola pembelajaran di dalam kelasyang mencakup pendekatan, strategi, metode, danseni mengajarnya.

Untuk meningkatkan kemampuan pedagogis ini,para tenaga dosen perlu diberikan pelatihan yang

terkait dengan metode pengajaran di perguruan tinggiyang meliputi:

a. Metode Diskusi (Discussion Method).Metode ini lebih efektif dari metode ceramah,karena diskusi menuntut mental dan pikiranserta tukar menukar pendapat. Selain itu,diskusi juga lebih komunikatif, mampumenjelaskan hal-hal yang masih semu, danmampu mengungkap tingkat keaktifan setiapmahasiswa.

b. Metode Studi Kasus (The Case Method).Metode ini relevan terutama untuk programstudi yang menekankan penerapan suatuhukum terhadap suatu kasus, misalnya difakultas hukum atau fakultas pertanian, danlain-lain. Suatu kasus dijadikan bahan untukdiskusi mahasiswa di bawah bimbingandosen.

c. Metode Tutorial (Tutorial Method). Metodeini berupa penugasan kepada beberapamahasiswa tentang suatu objek tertentu, lalumereka mendiskusikannya dengan pakar dibidangnya untuk memastikan validitaspemahaman mereka tentang objek tersebut.

d. Metode Tim Pengajar (Team TeachingMethod). Salah satu bentuk dari metode iniadalah sekurang-kurangnya dua orang dosenmengajar satu materi kuliah yang sama dalamwaktu yang sama pula, namun dengan pokokbahasan yang saling melengkapi.

e. Metode Ceramah. Metode ini muncul palingawal dan banyak digunakan terutama jikamahasiswa dalam satu kelas sangat banyak(Ibid,160-163).

2. Pengembangan Kompetensi Teknik InformasiZaman ini disebut dengan zaman teknologi

informasi. Perkembangan teknologi informasi yangdemikian cepat merupakan tantangan baru bagi parapraktisi pendidikan, termasuk dosen. Para pakarpendidikan memandang bahwa penguasaan paradosen terhadap teknologi informasi sangatberpengaruh terhadap kesuksesannya dalammengelola pembelajaran di perguruan tinggi.

Sebab itu, para dosen perlu diberikan pelatihanpenggunaan berbagai macam teknologi informasiyang tersedia saat ini, mulai dari komputer, televisi,telepon, video conference, hingga dunia internet.Pengembangan kemampuan memanfaatkan teknologiinformasi ini dibutuhkan dalam perencanaanpendidikan, terutama yang terkait dengan analisis,desain, implementasi, manajemen, hingga evaluasiinstruksional pendidikan.

Untuk pengembangan kemampuan

Standar Mutu Pengabdian Pada Masyarakat dan ProfesionalismeDosen | Ni Made Anggreni

42 JURNAL PENJAMINAN MUTU

teknologi informasi ini dibutuhkan beberapa halberikut:

a. Ketersediaan fasilitas teknologi berikutperleng-kapannya, baik berupa komputer,video, pro-yektor, perlengkapan internet, dansebagainya.

b. Ketersediaan isi serta bahan-bahan terkaitmetode penggunaan teknologi informasitersebut untuk mendukung metodepengajaran dan pelaksanaan kurikulumpendidikan.

c. Penyelenggaraan pelatihan bagi para dosententang cara penggunaan alat-alat teknologiinformasi tersebut, sehingga pada saatnyamereka dapat mengajarkannya juga kepadapara mahasiswa. Dengan demikian, prosespembelajaran akan berlangsung lebih efektifdan produktif.

3. Pengembangan Kompetensi Manajemen/Administrasi

Sistem manajemen perguruan tinggi berbedadengan manajemen di lembaga-lembaga lainnya. Dilingkungan perguruan tinggi terdapat komunitasberbeda yang saling terkait, yaitu mahasiswa, dosen,pegawai, dan para pekerja. Mereka semua diatur olehpimpinan. Demikian pula model manajemen yangditerapkan di sebuah perguruan tinggi mengalamiperubahan berdasarkan perkembangan perguruantinggi tersebut. Manajemen di perguruan tinggi yangbaru didirikan berbeda dengan manajemen diperguruan tinggi yang sudah maju.

Dengan asumsi ini, para dosen sebagai bagianutama dari perguruan tinggi, sesungguhnyadibutuhkan untuk terlibat secara langsung dalammengelola perguruan tinggi, baik pada level pimpinanuniversitas, fakultas, jurusan, program studi, maupuntim-tim yang dibentuk khusus untuk tujuan tertentu.Sebab itu, pengembangan kemampuan manajemensangat penting bagi para dosen. Jika merekadiharapkan untuk memberikan kontribusi signifikandalam pengelolaan perguruan tinggi, makakemampuan administrasi dan manajemen merekaperlu terus ditingkatkan.

Untuk menunjang kemampuan manajemen paradosen, perlu diberikan pelatihan intensif danberkesinambungan mengenai manajemen/administrasi umum, administrasi/manajemenperguruan tinggi, perumusan strategi pendidikan,dasar-dasar perencanaan pendidikan, manajemenkurikulum, pengambilan keputusan, administrasi/manajemen kepegawaian, manajemen sumber dayamanusia, manajemen konflik, penyusunan programberikut pelaksanaannya, hubungan masyarakat, dansebagainya.

4. Pengembangan Kompetensi KurikulumKurikulum merupakan fundamen yang sangat

penting untuk mencetak mahasiswa yang berkualitastinggi. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yangkandungannya memperhatikan kemampuan pesertadidik serta mampu mendorong kemampuan merekamenjadi daya kreatif dan inovatif. Di sinilah salahsatu peran penting para dosen. Mereka adalah kuncipembuka pengembangan kurikulum, karenamerekalah yang paling menguasai secara mendalammasing-masing disiplin keilmuan.

Namun penguasaan terhadap suatu disiplinilmu bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesanprofesi seorang dosen. Mereka juga dituntut mampumerumuskan kurikulum yang dapat menciptakan parasarjana dengan prestasi akademik yang tinggi,berperilaku terhormat, serta berbudi baik. Karena itu,para dosen perlu diberikan kesempatan untukmengikuti perkembangan terbaru bidang ilmu yangdigelutinya agar mereka dapat merumuskankurikulum juga berdasarkan perkembangan terbaru.Mereka juga perlu didukung secara moral dan danauntuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yangbertujuan menciptakan kurikulum terbaik.

Untuk meningkatkan kemampuan tenaga dosendalam merumuskan kurikulum, perlu diselenggarakankegiatan berupa:

a. Pertemuan, baik seminar, lokakarya, maupunlainnya, yang tujuannya memperbaruipengetahuan para dosen tentangperkembangan terbaru di bidang disiplin ilmutertentu. Pengetahuan itu akan menjadi bekalmereka dalam merumuskan kurikulum yangbaik.

b. Pelatihan cara menyusun rencana materipengajaran. Tugas ini terbilang sulit terutamabagi para dosen baru. Tetapi ia sangat pentingkarena dapat membantu dosen mengatur kisi-kisi pengajarannya, seperti tujuan, isi, model,strategi, evaluasi dan referensi pengajaran.

c. Pelatihan cara merancang rencana materipengajaran berdasarkan tujuan dan target darimasing-masing materi pelajaran, serta unsur-unsur rencana pengajaran.

d. Pertemuan, baik seminar, lokakarya, maupunlainnya, yang diadakan setelah pembaruankurikulum dengan maksud menyatukanpersepsi di antara para dosen tentang metodedan cara yang efektif untuk menjalankankurikulum tersebut agar berhasil seperti yangdiharapkan. Dengan pertemuan tersebut akanterjadi harmoni antara kurikulum baru denganperkembangan pengetahuan para dosen.

43

5. Pengembangan Kompetensi Ilmiah (Riset danPublikasi)

Salah satu tugas pokok perguruan tinggi adalahmengembangkan ilmu pengetahuan. Tugas tersebutdirealisasikan melalui pengkajian dan riset-riset ilmiahyang dilakukan oleh komunitas akademik yangterdapat di dalamnya, terutama para dosen. Dengandemikian tugas para dosen tidak terbatas padakegiatan mengajar saja. Mereka juga dituntut terusmelakukan riset-riset ilmiah secara serius dalambidang yang digelutinya agar dapat menyumbangdan memperkaya ilmu pengetahuan.

Di negara maju seperti Amerika Serikat, paradosen diharuskan untuk terus melakukan penelitiandan menerbitkan karya-karya mereka melalui jurnal-jurnal ilmiah atau buku. Seorang dosen yang tidaklagi meneliti dan menerbitkan karya ilmiahnya akandiberhentikan oleh universitas meskipun dia telahbekerja dalam waktu yang lama. Slogan yang jamakdidengar di perguruan tinggi Amerika tentang hal iniadalah: “ terbitkan karya atau karir binasa (publishor perish)” (http://en.wikipedia.org/wiki/Publish_or_perish).

Beberapa indikator yang umumnya dipakaiuntuk menilai produktivitas ilmiah seorang dosenadalah jumlah dan kualitas publikasi ilmiahnya,penghargaan dan pengakuan atas karya maupunintegritas ilmiahnya, serta tingkat aktivitas ilmiahnya,seperti keanggotaannya di lembaga-lembaga ilmiahdan partisipasinya dalam seminar, lokakarya dankegiatan ilmiah lainnya. Di antara program yang perludilaksanakan untuk mengembangkan produktivitasilmiah para dosen adalah:

a. Pelatihan metodologi dan etika penelitianilmiah dengan segala aspeknya terutamayang terkait dengan disiplin ilmu masing-masing kelompok dosen.

b. Penyediaan sarana dan fasilitas yangdibutuhkan untuk penelitian, sepertikomputer, laboratorium, perpustakaan yanglengkap, dan sebagainya

c. Pengaturan beban jam mengajar para dosenagar mereka mempunyai kesempatan untukmenulis buku, menghadiri seminar, ataumelakukan semua proses penelitian

d. Mendukung dana atau membantumenghubungkan dengan lembaga yang dapatmembiayai proyek penelitian mereka.

6. Pengembangan Kompetensi EvaluasiPerguruan tinggi adalah salah satu lembaga

pendidikan yang menjadikan evaluasi sebagai salahsatu cara mengembangakan kualitasnya. Hal itukarena evaluasi yang benar merupakan salah satu

cara terbaik untuk mengembangkan prosespembelajaran. Dengan evaluasi yang benar akandiketahui secara objektif kelebihan dan kekurangansebuah sistem pembelajaran sehingga programpengembangan ataupun perbaikan dapat dirumuskandengan tepat. Begitu pula, melalui evaluasi akandiketahui sejauh mana sebuah perguruan tinggidapat mewujudkan tujuan dan target yang telahdicetuskan saat pendiriannya. Sebab itu, untukmengembangkan mutu perguruan tinggi, dibutuhkanevaluasi yang benar dan akurat terhadap dosen,kurikulum, sistem manajemen, mahasiswa, danelemen-elemen pokok lainnya.

Dalam proses evaluasi pendidikan di perguruantinggi ini, para tenaga dosen memiliki peran yangsangat penting, karena merekalah yang berhak menilaidan menimbang kualitas pembelajaran yang merekaberikan atau yang berlaku di universitas tempatmereka mengabdikan diri. Selain sebagai pihak yangmengevaluasi, para dosen juga merupakan objekevaluasi. Kinerja mereka sebagai tenaga pengajarjuga dinilai untuk diperbaiki atau diberi penghargaanberupa kenaikan pangkat. Karena itu, untukmengembangkan kemampuan dosen dalammelakukan evaluasi pendidikan, perlu diadakan:

a. Pelatihan tentang filosofi dan teori-teorievaluasi modern dalam bidang pendidikanagar dosen menyadari bahwa evaluasimerupakan bagian yang inheren dan pentingdalam proses pendidikan. Selain itu agarmereka memahami mekanisme evaluasipendidikan yang benar.

b. Pelatihan tentang teknik-teknik dan model-model evaluasi untuk kemudian menentukanmetode evaluasi yang kuratif demi perbaikandan pengembangan program-programakademis selanjutnya

c. Pelatihan tentang cara menyusun rencanaevaluasi dan mekanisme implementasinya,baik untuk menilai kinerja dosen sendirimaupun tingkat capaian mahasiswa secaraobjektif, menetapkan standar dan kriteria,serta melakukan pengujian-pengujianterhadap pelaksanaan program-programakademis di perguruan tinggi.

7. Pengembangan Kompetensi PersonalDi era globalisasi seperti sekarang ini, di mana

dunia berubah begitu cepat, perguruan tinggidihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks.Berkat kemajuan sains dan teknologi, metodologipendidikan juga melaju pesat dengan bertumpu padametode serta teknologi mutakhir. Di tengah situasiini, tidak ada jalan lain bagi perguruan tinggi kecuali

Standar Mutu Pengabdian Pada Masyarakat dan ProfesionalismeDosen | Ni Made Anggreni

44 JURNAL PENJAMINAN MUTU

memulai merumuskan program pengembangankomprehensif, termasuk peningkatan profesionalismepara dosennya.

Sebagai salah satu pilar utama perguruan tinggi,tingkat kemampuan dan integritas personal paradosen menjadi salah satu faktor yang menentukanoptimalisasi proses pendidikan dan pengajaran diperguruan tinggi. Jika para dosen tidak mampuberadaptasi dengan perkembangan ilmupengetahuan serta perubahan metode atau teknologipendidikan yang berubah cepat, maka yang terancambukan hanya masa depan para lulusannya, tetapijuga eksistensi dan masa depan perguruan tinggitersebut. Karena itu, dosen dituntut untuk terusmeningkatkan kemampuan ilmiah dankepribadiannya melalui berbagai upaya yangmungkin dilakukannya.

Sebenarnya tidak ada program khusus untukmengembangkan integritas personal para dosen.Setiap dosen berhak menentukan program apa yangdibutuhkan untuk mengembangkanprofesionalismenya. Semua program pengembanganyang telah dijelaskan sebelum ini misalnya, padadasarnya merupakan program-program yangmengacu pada pengembangan integritas personaldosen. Seorang dosen dapat memilih salah satunyaatau menambahkan program lain yang dipandangnyarelevan untuk dirinya.

Meski demikian, beberapa pakar pendidikanmengemukakan program-program yang perludilakukan para dosen dalam rangka melejitkan potensidan kemampuan dirinya. Program-program inimendorong para dosen untuk:

a. Sesering mungkin berpartisipasi dalamseminar atau konferensi yang terkait displinkeilmuannya, baik di tingkat nasional maupuninternasional.

b. Melakukan studi komparatif ke perguruantinggi atau lembaga pendidikan lainnya didalam dan luar negeri untuk mengetahui sertabelajar dari pengalaman lembaga-lembagapendidikan lain tersebut

c. Berusaha membentuk semacam asosiasi parapakar atau organisasi profesi di bidangkeilmuannya untuk kemudian menggelarkegiatan-kegiatan ilmiah serta menerbitkanjurnal-jurnal ilmiah

d. Menyusun program-program pelatihan danproyek-proyek penelitian berskala nasionaldan internasional bekerjasama denganlembaga-lembaga ilmiah di dalam atau di luarnegeri.

e. Memanfaatkan kerjasama yang sudah terjalindengan lembaga-lembaga nasional maupun

internasional dalam rangka internasionalisasiperguruan tinggi dan pengabdian terhadapkemanusiaan secara umum.

f. Terkait dengan etika pribadi, seorang dosendituntut untuk mencintai kebenaran dan selaluberusaha menemukan kebenaran-kebenaranbaru, toleran terhadap perbedaan pendapat,adil, jujur serta bertanggung jawab.

Program-program tersebut lebih banyakmenekankan pada upaya pribadi dosen, karenasejatinya program pengembangan integritas personaldosen tidak harus selalu mengacu pada program yangdisiapkan perguruan tinggi, tapi juga membutuhkaninisiatif internal dan usaha keras dari dalam dirimasing-masing dosen. Sering terjadi penyimpanganyang dikarenakan oleh kebijakan yang bersifatsubjektif

III. PENUTUPBerdasarkan paparan uraian di atas, dapat

dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 49 Tahun 2014 menyatakan tentang pasal pasal53 yang mengatur ruang lingkup Standar NasionalPengabdian kepada Masyarakat; pasal 54 yangmengatur Standar Hasil Pengabdian kepadaMasyarakat; pasal 55 berisi tentang Standar IsiPengabdian Kepada Masyarakat; pasal 56 mengaturStandar Proses Pengabdian kepada Masyarakat;pasal 57 menyatakan tentang Standar PenilaianPengabdian kepada Masyarakat; pasal 58menyatakan tentang Standar Pelaksana Pengabdiankepada Masyarakat; pasal 59 menyatakan tentangStandar Sarana dan Prasarana Pengabdian kepadaMasyarakat; pasal 61 mengatur Kelembagaan danperguruan tinggi dalam melaksanaan Pengabdiankepada Masyarakat; Pasal 62 menyatakan tentangStandar Pendanaan dan Pembiayaan Pengabdiankepada Masyarakat; serta pasal 63 mengatur tentangPerguruan tinggi wajib menyediakan danapengelolaan pengabdian kepada masyarakat.

Kegiatan Program Pengabdian kepadaMasyarakat (PPM) merupakan kegiatan penting bagisuatu pendidikan tinggi. Oleh karena itu, kegiatanini tercantum sebagai salah satu unsur Tri DharmaPerguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, danpengabdian kepada masyarakat. Implementasi danpelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh dosen dibawah koordinasi Lembaga Pengabdian kepadaMasyarakat. Pengabdian masyarakat yangdilaksanakan oleh perguruan tinggi harus menganutasas kelembagaan, kerjasama, kesinambungan,edukasi, pemberdayaan masyarakat, danpembangunan daerah.

45

Pengembangan profesionalisme dosen dapatdiartikan usaha yang luas untuk meningkatkankompetensi, kualitas pembelajaran dan peranakademis tenaga pengajar di perguruan tinggi. Tujuhbidang kompetensi berikut strategipengembangannya melalui program-programtertentu yang mendukung peningkatan bidang-bidang kompetensi tersebut. Tujuh bidangkompetensi yang dimaksud adalah: a) Pengembangankompetensi pedagogis merupakan kemampuan dosenmengelola proses pembelajaran pendidikan diperguruan tinggi; b) Pengembangan kompetensiteknik informasi ialah penguasaan para dosenterhadap teknologi informasi sangat berpengaruhterhadap kesuksesannya dalam mengelolapembelajaran di perguruan tinggi; c) Pengembangankompetensi manajemen/administrasi; d) Pengem-bangan kompetensi kurikulum; e) Pengembangankompetensi ilmiah (riset dan publikasi); f)Pengembangan kompetensi evaluasi; dan g)Pengembangan kompetensi personal.

DAFTAR PUSTAKA

http://anan-nur.blogspot.com/2012/01/evaluasi-program-pendidikan-prof-dr.html (diaksestanggal: 27 Januai 2015).

http://en.wikipedia.org/wiki/Publish_or_perish(diakses 22 Pebruari 2015).

Standar Mutu Pengabdian Pada Masyarakat dan ProfesionalismeDosen | Ni Made Anggreni

http://p2m.sttrcepu.ac.id/download/J8.pdf.html(diakses tanggal: 27 Januai 2015)

Ibid. Online. (http://www.Fumpalembang. net%2F l p m u m p % 2 F f i l e s % 2 F S M 0 3 -11penelnpengabdian.pdf , diakses 20 Pebruari2015).

Nur Syam.9 juli 2014.”Standardisasi Dosen PerguruanTinggi” (Online), (http://nursyam.sunan-ampel.ac, diakses 3 Maret 2015).

Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanNomor 49 Tahun 2014. (Online) .( w w w . u p b a t a m . a c . i d / . . . /Manual_M_Pengabdian_oke, diakses 27Pebruari 2015).

Suara Pembaharuan. 8 September 2008.(Online).(http://www.suara pembaruan.com, diakses3 Maret 2015)

Sudiro. Maret 2010. (Online). (https://rumahpendidikan.files.wordpress.com//makalah-profesionalisme-dosen.pdf , diakses27 Pebruari 2015).

Tim Penyusun. 2014. Panduan Pedoman IHDNDenpasar. Denpasar: IHDN.

46 JURNAL PENJAMINAN MUTU

I. PENDAHULUANUpaya meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia bukanlah usaha yang mudah. Hal inimengingat kesenjangan atau disparitas mutupendidikan antar lembaga pendidikan di Indonesia,antara sekolah di desa dan di kota, misalnya,sangatlah senjang. Hal ini dapat diketahui, saat iniada sekolah bahkan yang telah mampu berkembangmenjadi lembaga pendidikan berstandar internasionaldengan menjadi sekolah nasional berstandarinternasional, ada sekolah yang berstandar nasional,tetapi ada juga sekolah yang bahkan belum memenuhistandar lokal..

Dengan begitu, sejalan dengan upayapeningkatan mutu pendidikan tersebut, denganmempertimbangkan disparitas kondisi antar sekolahatau lembaga-lembaga pendidikan yang ada, baikpengambil kebijakan maupun pelaksana atau praktisipendidikan di lapangan, dari pusat sampai ke daerah-daerah, tentu membutuhkan acuan bagi upayapengembangan standar pendidikan yang dapatdijadikan pegangan oleh semua pihak dalampelaksanaan program-program pendidikan nantinyamaupun dalam mengevaluasi atau mengukurkeberhasilan program pendidikan dalam peningkatanmutu kinerjanya. Dengan dasar pemikiran tersebutlahUndang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional antara lain menegaskanperlunya pengembangan standar nasional

KONTRIBUSI SARANA PENDIDIKANTERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH

OlehI Made Ariasa Giri

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

Facilities in education are not merely those that are used in the classrooms, such asthe classbooks, boards, rulers, and other learning aids, but also the ones that indirectlysupport the education manajemen, such as the land and building. At least such facilitiesshould be provided in accordance with the need and function of the school (Depdiknas,2003). Fullfilment of the need for such supporting facilities will contribute to the quality ofthe educational service.

There are three things that presumably can support directly the learning andachievement of the students, namely the availability of enough resources, educationalaids,such as lab and workshop, and teaching medium. The absence of them will result inmere verbal teaching that cause the learning process to be less powerful. Students will onlylean on the memoy for only learn to memorize things. It produces unauthentic learningpocess and situation and develop less learning experience. As the result the studentsacievement is low in all of its aspects, including the cognitive, attitude, skill, self-confidence,commitment, and competence.

Key Words: Education facilities, quality

pendidikan, yang antara lain mencakup: standar isi,standar proses, standar kompetensi lulusan, standarpendidik dan tenaga kependidikan, standar saranadan prasarana, standar pengelolaan, standarpembiayaan, dan standar penilaian.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakansalah satu unsur masukan pendidikan yang pentingdan merupakan kebutuhan vital bagiterselenggaranya proses pendidikan yangberkualitas. Tanpa ditunjang oleh sarana danprasarana yang memadai sulit diharapkan proses danhasil pendidikan yang bermutu tinggi. Rendahnyakualitas proses dan hasil pendidikan di Indonesiasaat ini, sebagian diduga disebabkan oleh minimnyasarana pendidikan yang disediakan oleh pemerintahmaupun yang mampu disediakan oleh masyarakat.Sementara itu, minimnya ketersediaan saranaprasarana pendidikan tidak saja disebabkan olehketidakmampuan masyarakat atau pemerintah, tetapijuga tidak teridentifikasinya jenis sarana pendidikanyang paling esensial dibutuhkan agar suatu prosespendidikan berlangsung secara optimal. Dengan katalain, pemerintah belum memiliki standar yang jelastentang sarana pendidikan yang diperlukan untukterwujudnya proses dan hasil pendidikan bermutudan memiliki daya saing tinggi.

Ketiadaan sarana pendidikan dalam belajarcenderung akan membuat peserta didik akan belajarsecara verbalisme belaka dan ini adalah salah satu

47

bentuk penindasan intelek. Dalam hal penguasaandan pengembangan teknologi, penggunaan saranapendidikan yang dapat dikatakan sebagai teknologipendidikan dalam proses belajar teknologi dapatmemfasilitasi pebelajar untuk berinteraksi langsungdengan dunia teknologi yang memudahkanpemahaman mereka dan menghindari verbalisme.

Kebutuhan sarana pendidikan tidaklah cukuphanya yang berkaitan langsung dengan kegiatanbelajar dan pembelajaran di kelas saja seperti bukusumber, peralatan, perabot, dan media pendidikansaja. Pendidikan di sekolah juga membutuhkan saranapendidikan yang secara tidak langsung mendukungterlaksananya kegiatan belajar dan pembelajaran dikelas seperti kebutuhan lahan, bangunan atau ruang,serta peralatan dan perabot untuk terselenggaranyamanajemen sekolah secara bermutu. Kebutuhansarana pendidikan seperti ini secara minimal tentudisesuaikan dengan tingkat kebutuhan, jenis, danfungsinya (Depdiknas, 2003). Kebutuhan saranapendukung ini diperlukan untuk memberikanpelayanan yang optimal bagi berlangsungnya prosespendidikan yang bermutu.

Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteriaminimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayahhukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.Lingkup Standar Nasional Pendidikan ini meliputi:standar isi, standar proses, standar kompetensilulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,standar pembiayaan, dan standar penilaian sepertiyang telah disebutkan di atas.

Berkaitan dengan standar sarana pendidikandinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajibmemiliki sarana yang meliputi perabot, peralatanpendidikan, media pendidikan, buku dan sumberbelajar lainnya, bahan habis pakai, sertaperlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjangproses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan,seperti keperluan gedung dan lahan (Depdiknas,2003). Peraturan pemeritah ini belum menjabarkanlebih jauh apa jenis dan spesifikasi sarana pendidikanyang esensial dan seberapa besar kebutuhan minimaloleh masing-masing sekolah pada setiap jenjang danjenis program pendidikan. Demikian pula rincianmengenai kebutuhan sarana esensial dan minimaluntuk setiap jenis kegiatan manajemen pendidikan,proses belajar mengajar, dan proses evaluasi program.

Keterbatasan anggaran yang dimilikipemerintah pusat maupun daerah mengisyaratkanpemerintah daerah agar memiliki data base yang jelastentang jenis dan tingkat kebutuhan minimal saranapendidikan pada setiap jenjang pendidikan, bahkanuntuk setiap jenis kegiatan penyelenggaraan

pendidikan. Kemampuan masyarakat dalammenyediakan sarana pendidikan di daerahnya sesuaidengan kondisi sosial ekonominya juga perludiidentifikasi.. Selanjutnya perlu dikaji secara ilmiahpengembangan sarana pendidikan bagi sekolah-sekolah di setiap jenjang untuk meningkatkan dayasaing pendidikan di tingkat lokal, nasional, daninternational. Tersediannya sarana pendidikansekolah yang memadai juga diduga memiliki korelasiyang kuat dengan peningkatan kualitas proses danhasil belajar program pendidikan di sekolah(Depdiknas, 2005a, 2005b). Dalam hal ini, saranapendidikan, terutama yang menyangkut fasilitaspembelajaran, sumber belajar, dan mediapembelajaran (Depdiknas, 2005b) diduga mempunyaipengaruh yang kuat terhadap peningkatan hasilbelajar yang diharapkan. Sarana pembelajaran yangtepat di samping dapat menjadi media pendidikan(belajar) yang akan membantu mempermudah prosesberpikir anak melalui konkritisasi objek-objek abstrak,juga dapat menjadi objek belajar itu sendiri yang akanmembantu peserta didik memahami fenomena-fenomena alam, sosial, budaya, dan teknologi secaralangsung. Dengan kata lain, memanfaatkan saranabelajar dan pembelajaran yang memadaimemungkinkan peserta didik tidak saja akan belajarhow to know tetapi juga belajar how to do, how tobe, dan how to live together. Pelibatan proses belajarsecara utuh, komprehensif, dan powerful seperti inijelas membantu peserta didik mewujudkan potensibelajarnya secara optimal (Santiyasa, 1999; Sukadi,2004; Wahab, 2002).

II. PEMBAHASAN2.1 Penetapan Kebutuhan Esensial Sarana

PendidikanPembangunan Nasional bidang pendidikan

dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuannya adalahberkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan betakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif,dan bertanggung jawab (UU RI No.20 Tahun 2003).Dalam konteks ini pemerintah, telah membangun danmengembangkan satu sistem pendidikan nasionalyang di dalammnya termasuk subsistem pendidikandasar dan menengah. Pendidikan dasar danmenengah diarahkan untuk meletakkan dasar-dasar,nilai-nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yangbermanfaat untuk menghadapi hidup pada masamendatang (Propenas 2000-2004).

Telah disadari bahwa tingkat keberhasilanberbagai jenis dan jenjang pendidikan dipengaruhioleh banyak komponen, di antaranya dipengaruhi

Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikandi Sekolah | I Made Ariasa Giri

48 JURNAL PENJAMINAN MUTU

oleh kualitas dan kuantitas komponen: 1) programpendidikan (termasuk di dalamnya kurikulum, silabus,bahan ajar, metode/media, alat peraga, dan alokasiwaktu), 2) sarana dan prasarana (gedung, alat,perabot, bahan, buku, dll), 3) pendidik (guru,instruktur, pamong belajar, fasilitator, konselor, tutor,dan sebutan lain yang sesuai dengankekhususannya) dan tenaga kependidikan yangmendukungnya, 4) partisipasi masyarakat/stakeholders, dan 5) daya dukung lingkunganinternal dan eksternal (Dirjen Dikdasmen, 2003).

Sarana pendidikan merupakan komponenintegral dari penyelenggaraan pendidikan padasemua jenis dan jenjang pendidikan. Tanpa ditunjangoleh sarana yang memadai sulit diharapkanpenyelenggaraan pendidikan yang menghasilkansumber daya manusia yang berkualitas dan berdayasaing tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitasitu, antara lain dicirikan oleh penguasaan iptek yangtinggi, penguasaan keterampilan di bidangnya,memiliki komitmen, nilai-nilai dan sikap yang positifterhadap kemajuan, bertanggung jawab atas seluruhbidang kerja yang digelutinya, mempunyai kecakapansosial yang memadai, dan memiliki kepribadian sertakeimanan yang mantap (Sukadi, 2005).

Salah satu faktor yang ditengarai sebagaipenyebab rendahnya mutu penyelenggaraanpendidikan di Indonesia selama ini adalah kurangnyasarana prasarana pendidikan yang dapat disediakanoleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.Menyadari hal ini, Depatemen Pendidikan Nasionaldalam Rencana Strategis tahun 2005-2009 telahmencanangkan program penyediaan saranapendidikan yakni sarana belajar untuk meningkatkanmutu dan relevansi pendidikan mulai dari pendidikandasar sampai pendidikan tinggi.

Sarana pendidikan menurut PP No.19 Tahun2003 meliputi perabot, peralatan pendidikan, mediapendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahanhabis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukanuntuk menunjang proses pembelajaran yang teraturdan berkelanjutan. Sarana pendidikan menurutpengertian ini tidak secara tegas dan jelasmemasukkan unsur kebutuhan lahan dan ruangbangunan menjadi bagian dari sarana pendidikan.Depdiknas (2003), selanjutnya, dalam PedomanAnalisis Kebutuhan Sarana Pendidikan SekolahMenengah Kejuruan telah menetapkan bagian darikebutuhan sarana pendidikan itu meliputi kebutuhanruang bangunan, peralatan, perabot, dan kebutuhanlahan.

Bertolak dari UU RI. No.20 Tahun 2003 ini,pemerintah daerah berkewajiban untuk memenuhisarana pendidikan untuk semua satuan dan jenjang

pendidikan di wilayahnya yang menjadi tanggungjawab daerah. Pemerintah perlu mengidentifikasibagaimana kualitas dan kuantitas sarana prasaranapendidikan yang ada saat ini di setiap jenjangpendidikan? Apakah keberadaan sarana danprasarana ini telah memenuhi standar yangdipersyaratkan? Sejauh mana pemanfaatan sarana-prasarana yang sudah ada dan kontribusinyaterhadap peningkatan mutu dan relevansipendidikan.

2.2. Standar Minimal Sarana PendidikanDalam PP No.19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa

Standar Nasional Pendidikan meliputi: (1) Standarisi, (2) standar proses, (3) standar kompetensilulusan, (4) standar pendidik dan tenagakependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, (8)standar penilaian pendidikan. Standar nasionalpendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalamperencanaan, pelaksanaan, dan pengawasanpendidikan dalam rangka mewujudkan pendidiknasional yang bermutu. Tujuan dari standar nasionalpendidikan ini adalah mencerdaskan kehidupanbangsa dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat.

Dalam bab VII, PP No.19 Tahun 2003, secarakhusus ditegaskan mengenai standar sarana danprasarana. Dalam pasal 12 bab ini dinyatakan bahwasetiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yangmeliputi perabot, peralatan pendidikan, mediapendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahanhabis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukanuntuk menunjang proses pembelajaran yang teraturdan berkelanjutan.

Selanjutnya pada pasl 43 diatur sebagai berikut:Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmupengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa,laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaranlain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftaryang berisi jenis minimal peralatan yang harustersedia (ayat 1). Standar jumlah peralatan dinyatakandalam rasio minimal jumlah peralatan per peserta didik(ayat 2). Standar buku dinyatakan dalam jumlah juduldan jenis buku di perpustakaan satuan pendidikan(ayat 3). Standar jumlah buku teks pelajaran diperpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlahbuku teks pelajaran untuk masing-masing matapelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuksetiap peserta didik (ayat 4). Standar sumber belajarlainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakandalam ratio jumlah sumber belajar terhadap pesertadidik sesuai dengan jenis sumber belajar terhadappeserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar dan

49

karakteristik satuan pendidikan (ayat 6). Setiapsatuan pendidikan, pemerintah daerah, maupunmasyarakat dalam menyediakan sarana pendidikanharus mengacu pada ketentuan yang diatur dalamPP ini.

Sesuai dengan pedoman ini, aktivitaspembelajaran sebagai aktivitas pokok pendidikanyang bertujuan memberdayakan danmengembangkan kompetensi peserta didik haruslahmenjadi dasar utama dalam penentuan kebutuhansarana pendidikan di sekolah. Aktivitas pembelajaranini secara empiris memiliki implikasi utama dalammenentukan kebutuhan sarana pendidikan baiksecara langsung maupun tidak lansung agarpembelajaran itu sendiri berlangsung secaramemadai, efektif, dan efisien dalam menghasilkanlulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhanmasyarakat, tuntutan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi, serta tuntutan duniakerja. Dengan begitu aktivitas pembelajaran dapatdianalisis implikasinya terhadap kebutuhan ruangdan dengan begitu memerlukan jumlah lahan tertentuuntuk ruang bangunan, terhadap kebutuhanperalatan, perabot, sumber belajar, media pendidikan/pembelajaran, alat tulis kantor dan bahan habis, sertasarana pendukung lainnya. Dari analisis implikasiseperti itu akan dihasilkan kebutuhan saranapendidikan dalam jenis dan jumlahnya sesuai dengantuntutan pengembangan kompetensi serta sesuaipula dengan fungsi atau kegunaan masing-masingjenis sarana dalam menunjang keberhasilan aktivitaspembelajaran berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003).

1) Kebutuhan Ruang/BangunanPada dasarnya penetapan kebutuhan ruang

untuk program pendidikan pada tiap jenjangpendidikan dilakukan dengan pendekatan empirik danstudi referensi berdasarkan pengalaman masa laluuntuk melihat kebutuhan masa ini dan masa depanbagi peserta didik (Depdiknas, 2003). Karena ituperencanaan kebutuhan ruang disusun berdasarkanfungsi dan kegunaan ruang itu dalam prosespendidikan dan pembelajaran. Fungsi dan kegunaanruang umumnya berkaitan dengan pihak-pihak yangmenggunakan dan jenis kegiatan dari pihak-pihakpemakai. Dalam hal ini fungsi ruang umumnyadiklasifikasi menjadi tiga bagian, yaitu: kelompokruang pembelajaran, perkantoran, dan ruangpenunjang pembelajaran. Dari segi pemakainya,kebutuhan ruang/bangunan dapat difungsikan untukruang kepala sekolah, ruang guru, ruang pegawaitata usaha, ruang aktivitas pembelajaran siswa, ruangtamu dan pihak luar (termasuk komite sekolah

2) Kebutuhan LahanKebutuhan lahan untuk tiap-tiap jenjang dan

jenis sekolah umumnya ditentukan atas kebutuhanminimal luas bangunan sesuai dengan fungsi dankegunaanya ditambah dengan keperluaninfrastruktur penunjang yang pokok diperlukan yangmenurut pedoman standar minimal dari Depdiknas(2003) minimal mencapai 20% dari luas lahan untukkeperluan bangunan. Karena itu perlu diidentifikasijenis-jenis dan luas bangunan yang esensial danminimal yang diperlukan untuk tiap-tiap sekolah danselanjutnya dapat ditambahkan minimal 20%

3) Kebutuhan Peralatan PendidikanKebutuhan peralatan pendidikan disesuaikan

dengan kebutuhan empiris di sekolah yangdisesuaikan dengan tuntutan aktivitas utamapembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlakuserta kebutuhan peralatan penunjang lainnya dalamkeseluruhan aktivitas pendidikan di sekolah.Berdasarkan kebutuhan seperti itu maka kebutuhanjenis peralatan pendidikan yang diperlukan di sekolahdapat dikelompokkan, antara lain: peralatan /mediapembelajaran, peralatan praktik laboratorium,peralatan administrasi perkantoran, dan peralatanpenunjang terutama yang terkait dengan peralatanpemeliharaan dan perawatan (Depdiknas, 2003).

4) Kebutuhan Perabot PendidikanPerabot, oleh Depdiknas (2003) disamakan

dengan mebeler yang terdiri dari mebeler yang dapatdipindahkan/disusun sesuai kebutuhan suatu waktu,seperti meja dan kursi tamu; dan mebeler yang tetap/tidak dipindahkan dalam jangka waktu yang lama,seperti lemari besi tempat penyimpanan uang.Kebutuhan perabot di sekolah ditentukan oleh jeniskegiatan yang dilakukan di sekolah, kelompokpemakai, ruang penempatan perabot, serta jumlahpemakainya. Karena itu, komponen-komponen iniperlu dianalisis terlebih dahulu sebelum menentukanjenis dan jumlah perabot yang dibutuhkan disekolah.

5) Kebutuhan Sumber BelajarSarana sumber belajar di sekolah adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana untukmemperoleh informasi belajar, antara lain berupa bukupaket, buku penunjang, LKS, jurnal atau majalah,majalah mingguan, surat kabar harian, komputerdengan media internet, televisi pendidikan, radio,laporan penelitian, dan sejenisnya.

Kebutuhan masing-masing jenis sumber belajartersebut akan sangat tergantung pada tingkat urgensisumber belajar tersebut, fungsi dan kegunaan sumber

Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikandi Sekolah | I Made Ariasa Giri

50 JURNAL PENJAMINAN MUTU

belajar tersebut dalam menunjang pencapaian tujuanpengembangan kompetensi sesuai dengan tuntutanstandar kurikulum, pemakainya, dan jumlah pemakai.Untuk buku paket/ajar pegangan guru dan siswa,LKS, dan buku-buku penunjang utama umumnyaadalah sumber belajar yang paling vital dibutuhkanbaik oleh guru maupun siswa. Karena itu,kebutuhannya haruslah dipenuhi secara individualdan akan sangat tergantung pada jumlah guru dansiswa.

Untuk kebutuhan buku-buku pendukung baikyang bersifat ilmiah, populer, maupun buku fiksi sertajurnal urgensinya jelas tidak seutama buku-buku ajar,LKS, dan buku-buku penunjang buku ajar utama.Karena itu, kebutuhannya tentu akan sangattergantung pada urgensi sumber-sumber tersebutbaik bagi guru maupun siswa serta berdasarkan datapenggunaan sebelumnya. Buku-buku pendukungyang keberadaannya sangat dibutuhkan dan seringdigunakan kebutuhannya tentu lebih banyak daripada buku-buku pendukung yang kurangkebutuhannya dan jarang digunakan sebelumnya.Begitu pula dengan sumber-sumber belajar yangberupa laporan penelitian.

2.3 Peran Pemerintah Daerah dan Masyarakatdalam Penyelenggaraan Pendidikan

Sejak diundangkannya UU No. 22 tahun 1999tentang Pemerintahan Daerah, daerah diberikewenangan untuk mengatur dan menguruskepentingan masyarakat setempat menurut prakarsasendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuaidengan peraturan perundang-undangan.Kewenangan diberikan kepada daerah dalam wujudotonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Kewenangan daerah kabupaten dan kota,sebagaimana dirumuskan dalam pasal 11, mencakupsemua bidang pemerintahan, yakni pekerjaan umum,kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian,perhubungan, industri dan perdagangan, penanamanmodal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi sertatenaga kerja. Jelaslah bahwa kebijakan pendidikanberada di bawah kewenangan daerah kabupaten dankota. Konsekwensi dari keluarnya undang-undangpemerintahan daerah tersebut adalah terjadinyaperubahan dalam berbagai bidang penyelenggaraankehidupan pemerintahan, salah satunya adalahpenyelenggaraan pendidikan. Jika sebelumnyamanajemen pendidikan merupakan wewenang pusat,dengan berlakunya undang-undang tersebutmanajemen pendidikan menjadi wewenangpemerintah kabupaten dan kota.

Selain dalam undang-undang pemerintahdaerah, kewenangan dan tanggung jawab pemerintah

daerah dalam penyelenggaraan dan pembiayaanpendidikan juga diatur dalam UU RI No.20 tahun2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sesuaidengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tanggung jawabpemerintah daerah dalam penyelenggaraanpendidikan di daerah bersangkutan sangat esensial.Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 10 undang-undang ini, bahwa pemerintah dan pemerintah daerahberhak mengarahkan, membimbing, membantu, danmengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuaidengan peraturan dan perundang-undangan yangberlaku. Pemerintah daerah bersama-sama pemerintahwajib memberikan layanan dan kemudahan, sertamenjamin terselenggaranya pendidikan yangbermutu tinggi bagi setiap warga negara tanpadiskriminasi. Pemerintah daerah juga berkewajibanmenyediakan dana guna terselenggaranyapendidikan bagi setiap warga negara yang berusiatujuh sampai lima belas tahun. Secara lebih tegasmengenai pembiayaan pendidikan dinyatakan bahwapemerintah daerah harus mengalokasikan danapendidikan sebesar 20 % dari Aggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD).

2.4 Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap KualitasPendidikan

Semangat otonomi daerah telah mengilhamimunculnya pemikiran ke arah pengelolaanpendidikan yang memberi keleluasaan kepadasekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagaikebijakan secara luas. Pemikiran ini dalamperjalanannya disebut manajemen peningkatan mutuberbasis sekolah (MPMBS) (Mulyasa, 2002). Tujuanutama MPMBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu,dam pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensidiperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber dayayang ada, partipasi masyarakat, dan penyederhanaanbirokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melaluipartisipasi orang tua, kelenturan pengelolaansekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanyahadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lainyang dapat menumbuhkembangkan suasanakondusif. Pemerataan pendidikan tampak daritumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yangmampu dan peduli, sementara yang kurang mampuakan menjadi tanggung jawab negara.

Secara umum mutu adalah gambaran dankarakteritik menyeluruh dari barang atau jasa yangmenunjukkann kemampuannya dalam memuaskanpelanggan yang diharapkan atau tersirat. Dalamkonteks pendidikan, pengertian mutu mencakupinput, proses dan output pendidikan (Depdiknas,2002:7). Input pendidikan adalah segala sesuatu yangharus tersedia unuk berlangsungnya proses

51

pendidikan. Input pendidikan dapat berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapansebagai pemandu berlangsungnya proses. Inputsumber daya meliputi sumber daya manusia dansumber daya selebihnya termasuk sarana prasaranapendidikan. Tinggi rendahnya mutu input dapatdiukur dari tingkat kesiapan input.

Proses pendidikan merupakan berubahnyasesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yangberpengaruh terhadap berlangsungnya prosesdisebut input, sedangkan hasil dari prosespendidikan disebut output pendidikan. Dalampendidikan berskala mikro (sekolah) yang dimaksuddengan proses adalah pengambilan keputusan,pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,proses belajar mengajar, dan proses monitoring danevaluasi. Proses pendidikan bermutu tinggi apabilapengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduaninput sekolah dilakukan secara harmonis, mampumendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

Output pendidikan merupakan kinerja sekolah.Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yangdihasilkan dari proses/prilaku sekolah. Prilakusekolah dapat dukur kualitasnya, efektifitasnya,produktivtasnya, efisiensi, inovasi, kualitaskehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Outputsekolah dikatakan berkualitas tinggi apabila prestasisekolah khususnya prestasi belajar siswamenunjukkan pencapaian yang tinggi. Prestasi belajarsiswa dapat berupa prestasi akademik dan non-akademik. Prestasi akademik berupa nilai ulanganumum, ujian sekolah, ujian nasional, kualitas karyailmiah, dan lomba-lomba akademik; sedangkanprestasi non-akademik berupa ketakwaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, kejujuran, kesopanan,kecakapan olah raga, kemampuan berkesenian,keterampilan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikulerlainnya.

Khusus dalam kaitannya dengan proses belajarmengajar, ketersediaan sarana pendidikan(khususnya material pembelajaran) yang memadaidan dengan jenis yang beragam serta denganpengelolaan dan penggunaan yang tetapt akanmeningkatkan kualitas pembelajaran, karena akanmemberikan kesempatan pada pebelajar untuk belajarmelalui pengalaman (first hand experiences) secaraindividu maupun kelompok (Trowbridge & Bybee,1990; Collette & Ciappetta, 1994; Peter & Gega, 2002).Dalam kaitan ini, Klausner (1996) menyatakan bahwauntuk dapat belajar sains melalui inkuiri, siswa harusdisediakan sarana/fasilitas belajar selengkapmungkin, untuk memberikan kesempatanmenggunakan sesering mungkin peralatan, buku

sumber, dan sumber belajar lainnya untuk melakukaneksperimen dan pengamatan langsung terhadappenomena alam. Penganut paham konstruktivismedengan pembelajaran kontekstualnya menyatakanbahwa pembelajaran kontekstual haruslah melibatkanaktivitas inkuiri dan penggunaan model dalam belajar.Aktivitas inkuiri dan pemodelan tentu tidak akandapat dilakukan dengan baik tanpa adanya alat bantudan media pembelajaran serta sumber-sumber belajaryang memadai. Itu artinya pembelajaran kontekstualyang akan memberikan pengalaman belajar yang lebihautentik dan powerful kepada siswa jika tidak disertaidukungan sarana belajar dan pembelajaran yangmemadai tentu akan memberikan hasil yang kurangmemadai pula (Sukadi, 2005).

Keterbatasan sarana pendidikan (peralatanlaboratorium IPA, IPS, Bahasa; buku sumber; mediapembelajaran, dll) yang tersedia selama ini cenderungmendorong proses pembelajaran tidak sesuaidengan hakikat subject matter dan kompetensi yangdituntut dalam kurikulm, sehingga pembelajaranmenjadi kurang efektif dan membosankan sertabersifat verbalisme belaka. Pembelajaran yangmestinya dilakukan lewat pengalaman (learning byexperience) dan belajar melalui partisipasi (learningby doing), terpaksa dilakukan dengan ceramah.Keadaan ini terjadi pada hampir semua disiplin ilmu(IPA dan IPS), dari tingkat sekolah dasar sampaiperguruan tinggi. Jadi di samping komponen lainnya,sarana pendidikan juga memberikan kontribusi yangsignifikan pada kualitas proses dan hasil pendidikan.

Ada tiga jenis sarana pendidikan yang didugasecara langsung akan mempengaruhi kualitas prosespembelajaran dan pada gilirannya akanmempengaruhi prestasi belajar siswa. Ketiga jenissarana pendidikan itu adalah dukungan penggunaansumber-sumber belajar yang memadai, dukunganperalatan pendidikan dan pembelajaran termasukperalatan laboratorium dan bengkel kerja, sertadukungan penggunaan media pembelajaran. Ketigajenis sarana pendidikan ini memang mempunyaihubungan langsung dengan kepentingan prosesbelajar siswa. Dapat diduga bahwa proses belajardan pembelajaran yang kurang menggunakandukungan ketiga jenis sarana ini akan mengakibatkanproses belajar siswa menjadi verbalisme belaka danhasil belajarnya akan menjadi kurang bermakna danpowerful. Bersifat verbalisme karena pembelajaranhanya akan dilakukan melalui penguasaan bahasaverbal dan hanya melibatkan proses mengingat atauproses memori kerja belaka. Kurang bermakna,selanjutnya, karena belajar menjadi kurang autentikdan kurang berhubungan dengan pengembanganpengalaman belajar siswa yang nyata dan kurang

Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikandi Sekolah | I Made Ariasa Giri

52 JURNAL PENJAMINAN MUTU

berhubungan dengan lingkungan belajar yang lebihautentik. Belajar yang kurang bermakna dan kurangpowerful akan bermuara pada prestasi belajar yangrendah baik dari domain kognisi, nilai-nilai dan sikap,keterampilan, penumbuhan rasa percaya diri (self-confidence), pembinaan komitmen, maupunpengembangan kompetensinya (NCSS, 2000; Sukadi,2005).

III. PENUTUPBerdasarkan uraian tersebut di atas, maka

dapatlah disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.1. Kebutuhan esensial sarana pendidikan bagi

jenjang pendidikan dapat dikategorikanmenjadi kebutuhan ruang/bangunan,kebutuhan perabot, kebutuhan peralatan/media pendidikan, kebutuhan sumber belajar,dan kebutuhan lahan. Seluruh penentuankebutuhan sarana pendidikan ini didasarkanpendekatan empiris denganmempertimbangkan faktor utama jumlahsiswa, sifat, fungsi, dan kegunaan saranapendidikan, serta pemakai yang terlibat dalamproses pendidikan di sekolah.

2. Dengan asumsi-asumsi rasio jumlah siswayang ditetapkan dengan pendekatan empirisdan studi perbandingan, pada jenjangpendidikan sekolah pemenuhan kebutuhanminimal sarana pendidikan ternyata masihrelatif sangat rendah baik pada kebutuhanruang/bangunan, perabot, peralatan / mediapendidikan, sumber belajar, maupunkebutuhan lahan. Karena itu masih dirasakanbanyak kekurangan untuk memenuhi standarminimal kebutuhan sarana pendidikan. Untukkekurangan tersebut pihak sekolah terutamamengharapkan bantuan pihak pemerintah baikdaerah kabupaten, propinsi, maupun pusatdalam alokasi APBD dan APBN terutamadalam memenuhi beberapa kekurangansarana pendidikan yang menyangkutkebutuhan ruang bangunan, kebutuhanperabot utama, peraralatan dan mediapendidikan, serta sumber-sumber belajarpenunjang untuk pengayaan.

3. Berdasarkan hasil studi korelasi ditemukanbahwa seluruh faktor sarana pendidikanmempunyai kontribusi yang signifikan dalammenjelaskan variabilitas prestasi belajar siswabaik prestasi dalam ujian nasional maupunujian sekolah. Secara sendiri-sendirikeberadaan faktor perabot, peralatan, dansumber belajar ternyata merupakan faktoryang paling signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, I. (2004). Manajemen PerlengkapanSekolah, Teori dan Aplikasinya. Jakarta:Bumi Aksara.

Collette, A.T & Chiappetta, E.L. 1994). ScienceInstruction in The Middle and SecondarySchool. Trhird Edition. Sydney: MaxwellMacillan.

Depdiknas. (2005a). Praktek Baik dalamPenjaminanMutu Pendidikan Tinggi. Buku V: Prasaranadan Sarana. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2005b). Draft 2 Rencana StrategisDepartemen Pendidikan Nasional Tahun2005-2009. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2002). Manajemen Peningkatan MutuBerbasis Sekolah. Buku 1. Konsep dasar.Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2003a). Kurikulum 2004. StandarKompetensi Mata Pelajaran Sains. Sekolahmenengah Pertama dan MadrasahTsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

_____(2003b). Pedoman Analisis KebutuhanSarana Pendidikan Sekolah MenengahKejuruan (SMK): Program Keahlian TeknikElektronika Komunikasi. Jakarta:Depdiknas.

_____(2006). Petunjuk Pelaksanaan ProgramSubsidi Imbal Swadaya Pembangunan RKB,Perpustakaan dan Laboratorium IPASekolah Menengah Pertama denganMekanisme Partisipasi Masyarakat. Jakarta:Depdiknas.

Dirjen Dikdasmen. (2003). KebijakanPengembangan Kurikulum, Manaje-menSuplai dan Kebutuhan Guru PendidikanDasar dan Menengah Pada Era Otonomidan Implemen-tasinya UntukPengembangan LPTK Masa Depan.Makalah. Disampaikan Dalam Rapat KerjaPimpinan LPTK di Lingkungan Depdiknas. DiJakarta Tanggal 10-12 Oktober 2003.

Kertiasa, Nyoman, dkk (1979) Petunjuk PengelolaanLaboratorium IPA SMA 1. Jakarta:Departemen Pendidkan dan Kebudayaan.

Klausner, R (Chairman). (1996). National ScienceEducation Standards. Washington DC:National Academy Press.

53

Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah.Konsep, Strategi dan Implementasi.Bandung: Remaja Rosdakarya

Peters, J.M & Gega, Peter C. (2002). Science inElementary Education. 9th Edition. Ohio:Merril Prenice Hall.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. (2002).Kurikulum dan Hasil Belajar. Jakarta:Depdiknas.

Anonim, (2005). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia No 19 Tahun 2005. TentangStandar Nasional Pendidikan.

Santiyasa, I W. (1999). Pembelajaran Modul denganMetode Demonstrasi dan Analogi sebagaiStrategi Pengubah Konsepsi MahasiswaJurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja.Laporan Penelitian. Singaraja: STKIPSingaraja.

Sevilla, C.G, dkk. (1983). Pengantar MetodologiPenelitian. Terjemahan. Jakarta: UI Press.

Sukadi. (2005). Penyusunan Standar MinimalLaboratorium Jurusan PendidikanNonMIPA di Lingkungan IKIP NegeriSingaraja dalam Upaya MeningkatkanStandar Kompetensi Lulusan. Makalah.Disampiakan pada seminar P3AI menentukanstandar minimal laboratorium, tgl 19Nopember 2005.

Sukadi. (2004). Pembelajaran Mata Kuliah Belajardan Pembelajaran Menggunakan ModelingDosen Berbasis Konstruktivisme PadaMahasiswa Semester III Jurusan PPKN IKIPNegeri Singaraja Tahun 2005/2006.Laporan Penelitian. Singaraja: IKIP NegeriSingaraja.

Tim Redaksi Fokusmedia. (2003). HimpunanPerundang-Undangan. Undang-Undang RINo.20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional. Dilengkapi denganUndang_undang No. 2 Tahun 1989 TentangSistem Pendidikan Nasional. Bandung:Fokusmedia.

Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. (1990). BecomingA Secondary School Science Teacher. FifthEdition. London. Merril PublishingCompany.

Tim Redaksi Sinar Grafika. (1999). Undang-UndangOtonomi Daerah 1999. Jakarta: Sinar Grafika.

Wahab, A. A. (2002). Guru Profesional dan PIPSyang Kuat Prasyarat bagi KeberhasilanImplementasi Kurikulum Sekolah BerbasisKompetensi. Makalah. Disampaikan padaSeminar Nasional Sehari IPS, FPIPS IKIPNegeri Singaraja, Tanggal 10 Agustus 2002.

Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikandi Sekolah | I Made Ariasa Giri

54 JURNAL PENJAMINAN MUTU

I. PENDAHULUANGuna mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

guru memiliki peranan sentral dan tanggung jawabsebagai pelaksana sistem pendidikan. Sekolahsebagai institusi yang kompleks tidak akan menjadibaik dengan sendirinya, tetapi melalui prosespeningkatan tertentu. Dalam rangka prosespeningkatan mutu pendidikan berbasis sekolahdiperlukan guru, baik secara individual maupunkolaboratif untuk melakukan sesuatu, mengubah agarpendidikan dan pembelajaran menjadi lebihberkualitas. Ma’arif (2011:31) menjelaskan bahwasemua agenda yang dilakukan oleh pemerintah untukmeningkatkan profesionalisme guru yangsesungguhnya adalah berawal dari keinginan untukmeningkatkan mutu pendidikan nasional. Pemerintah

PERANAN SENTRAL GURU AGAMA HINDU DALAM PENCAPAIAN TUJUANPENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA DAN PEMBANGUNAN

KARAKTER BANGSA YANG BERAKHLAK MULIA, JUJUR, TERAMPIL,BERHATI SUCI, DAN BERSIH LAHIR BATIN

OlehNi Nengah Selasih

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

The teachers of Hindu religion classes play central role in the effort to reach the goalof the national education as well as to build the characters that include honesty, skillfullness,clean and good-heartedness, as described in the national standard of education regulationNo 20/2003 in which it states that the curriculum has to provide religious education (Pasal37 UU Sisdiknas). The government attention to the education is implemented too by theissue of the Regulation on Teachers and Lecturers which states that teachers are professionaleducators with main duty to educate, teach, guide, train, and evaluate the students in theformal elementary, secondary, and high schools (UU RI No. 14/2005) Purwanto(2004:10).Education is the intentional enlightening from the adult to the younger ones inrelation to their development in order to make them useful for themselves and in the society”

The Indonesian national education systemas stated in UU No.2/1989 Bab, II, pasal 4,states that the goal of the education is to develop a complete Indonesia people who arereligious, good in their characters, have good knowledge and skills, healthy physicallyand mentally, independent, responsible for the society and nation. In line with that, theHindu teachers should refer to the Vedic teachings and consider the physical, psychological,and social environments of study, the life as students (Sisya/Brahmacari), their roles (Acarya),the curriculum, the mteaching methods, as well as the goal of the education. These allshould be centered on• teaching with the emphasis on directing and motivating to reach the character building• facilitating that through learning experience• helping to develop attitudes, values, and self adaptation

At schools teachers should commit themselves to be 1) role models, 2) inspirators, 3)motivators, 4) regulator, 5) evaluator besides having good vision. Without these all, thegoal of education will fail.

Key Words : central role pf hindu teacher, national goal of education, character building,honest, skilled, pure

sadar, guru memiliki peranan sentral dan tanggungjawab sebagai pelaksana sistem pendidikan. Sekolahsebagai institusi yang kompleks tidak akan menjadibaik dengan sendirinya, tetapi melalui prosespeningkatan tertentu. Sebab, dengan meningkatkanprofesionalisme, secara otomatis setiap guru akansadar apa yang seharusnya menjadi tugas danfungsinya.

Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwapendidikan adalah usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaranagar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

55

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.Danim (2009:12) menyatakan bahwa peningkatanmutu pendidikan sangat besar ditentukan olehkemampuan kepala sekolah dalam memberdayakanstaf pengajar dan anggota komunitasnya secarakeseluruhan. Peran utama kepala sekolah adalahmengembangkan agar sekolah menjadi lembagapendidikan yang baik dan mampu mencapai tujuanpendidikan. Kepala sekolah bertanggung jawabmenjaga dan memotivasi guru, peserta didik, dan stafadministrasi sekolah agar mau dan mampumelaksanakan ketentuan dan peraturan yang berlakudi sekolah. Terlepas dari upaya pembangunanpendidikan, terutama pendidikan dasar yangmerupakan cikal bakal terbentuknya sumber dayamanusia yang berkualitas, maka diperlukan teknik-teknik atau metode dalam pembelajaran. Pendekatanatau metode apa pun yang dipakai dalam pendidikanoleh suatu negara yang cocok dengan kondisi sosialdan budayanya menunjukkan bahwa peranan negaramasih sangat relevan dalam upaya untukmensejahterakan dan mencerdaskan kehidupanrakyat, bangsa dan negara. Dengan demikian,diharapkan akan mampu menghadapi tantangan dandampak globalisasi yang semakin memengaruhikehidupan sosial masyarakat.

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitassumber daya manusia ialah melalui penyelenggaraanpendidikan dengan mengembangkan berbagai bidangkeilmuan. Peran lembaga pendidikan tidak dapatdiragukan lagi terutama dalam fungsinya untukmempersiapkan sumber daya manusia yang terdidik,profesional, arif, bijaksana, dan bermoral. Hal iniberarti bahwa lembaga pendidikan bertanggungjawab secara akademis untuk menciptakan produkberupa sumber daya manusia yang tidak saja memilikikemampuan intelektual yang tinggi, tetapi jugabertanggung jawab dalam menciptakan manusia-manusia yang bermoral dan berbudi pekerti luhurserta menjujung tinggi norma dan nilai masyarakat.

Guru harus bertanggung jawab danmelaksanakan tugas serta melakukanpenyempurnaan dan berperan aktif untuk meninjaudan memperbaiki pembelajaran secara berkelanjutandi sekolah masing-masing. Oleh sebab itu,keberhasilan program layanan pendidikan padatingkat instruksional tergantung pada kualitaslayanan guru dalam pembelajaran. Tanpa gurupendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karenasegala bentuk kebijakan program pada akhirnyaditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garisterdepan, yaitu guru. Seperti ditegaskan Surya(2002:34) bahwa No teacher no education, noeducation no economic and social development.

Menurut Depdiknas (2003:2), pembelajarandirancang bercorak verbalistik dan tidak mengaitkandengan masalah kehidupan di sekitar siswa. Strategi,pendekatan, dan metode pembelajaran yang dipiliholeh kebanyakan guru berupa strategi yang dianggappaling mudah dalam penyiapan dan pelaksanaannya.Hal ini teridentifikasi sebagai penyumbang terbesarlahirnya sumber daya manusia yang pintar dan kayateori, tetapi miskin dalam penerapan ilmu yangdiperoleh dalam kehidupan nyata. Isu ini tidak bisadimungkiri dan memang ada indikasi yang mengarahpada fenomena itu. Guru kurang responsif dalammenyambut pembaruan di bidang pendidikan yangsecara yuridis formal telah menjadi kebijakanpemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan.Optimalisasi pemberian layanan terhadap siswadalam pembelajaran masih belum memenuhiharapan ideal masyarakat sebagai pelangganpendidikan.

Terlepas dari upaya pembangunan pendidikan,terutama pendidikan dasar yang merupakan cikalbakal terbentuknya sumber daya manusia yangberkualitas, maka diperlukan guru sebagai sosokpejabat fungsional. Guru mempunyai tugas dantanggung jawab yang sangat berat, yaitu sebagaiujung tombak yang melaksanakan pembinaanterhadap siswa agar kelak mereka menjadi manusiaIndonesia yang memiliki kualitas sradha dan bhaktiyang tinggi serta memiliki akhlak mulia dalamkehidupan sehari hari, baik sebagai makhluk individumaupun makhluk sosial sesuai dengan tujuanpendidikan nasional. Secara administratif, guru-guruSekolah Dasar dihadapkan pada beban kerja yangcukup berat dan kompleks, baik menyangkut bebanakademik maupun nonakademik yang kadang-kadang di luar kemampuan guru, yang sangatpotensial memengaruhi kinerja guru.

Dalam UU RI No. 14, Tahun 2005 tentang gurudan dosen menunjuk macam-macam kompetensikeguruan yang menunjuk acuan kerja serta tuntutanmutu guru yang bersifat profesional. Salah satu darisejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru,yaitu guru memahami prinsip-prinsip penelitianpendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasilpenelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.Guru profesional adalah guru yang mampumelaksanakan kinerja, mengelola dirinya sendiridalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.Peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolahmempersyaratkan adanya guru-guru yangmemiliki pengetahuan yang luas, kematangan,dan mampu menggerakkan dirinya sendiridalam rangka meningkatkan mutu pendidikan disekolah.

Peranan Sentral Guru Agama Hindu dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional diIndonesia dan Pembangunan Karakteris Bangsa ..... | Ni Nengah Selasih

56 JURNAL PENJAMINAN MUTU

II. PEMBAHASAN2.1. Peranan Sentral Guru Agama Hindu Dalam

Pencapaian Tujuan Nasional PencapaianTujuan Nasional di IndonesiaTerkait dengan fenomena yang muncul dalam

pendidikan terutama mengenai isu tentangmerosotnya mutu pendidikan, sering kali pendidikanmenjadi “kambing hitam”. Pada hal aspek lain sepertimasalah keterbatasan anggaran, rendahnyaperhatian terhadap guru, pengawasan kurikulum,regulasi pendidikan dan lain-lain dapat menyebabkanrendahnya mutu pendidikan. Sangat ironis bahwawecana tentang perbaikan dan pembaharuan dalambidang pendidikan dan pengajaran seringdiperdengarkan, namun tidak dibarengi denganperbuatan perencanaan yang matang dan sistematisbahkan konsep-konsep pemecahan masalahperbaikan pendidikan dan pengajaran belumterwujud. Sementara itu, rendahnya mutu pendidikanjuga terkait dengan masalah yang dihadapi oleh guru,baik masalah pribadi maupun jabatan, sehingga perlupemecahan. Menurut (Anwar, 1994:14) Para gurumembutuhkan bantuan agar dapat mengerti tujuanpendidikan, pemahaman kurikulum, dan sistempembelajaran secara operasional. Maka dari itu,pengawas sebagai pembina pendidikan di sekolahmemiliki salah satu tugas yaitu membantumenciptakan situasi belajar mengajar sedemikianrupa, sehingga guru-guru dapat mengajar, dan siswadapat belajar dengan baik.

Guru Pendidikan Agama Hindu merupakansosok pejabat fungsional yang mempunyai tugasdan tanggung jawab yang sangat berat, yaitu sebagaiujung tombak yang melaksanakan pembinaanterhadap siswa agar kelak mereka menjadi manusiaIndonesia yang memiliki kwalitas Bhakti dan Sradhayang tinggi serta memiliki akhlak mulia dalamkehidupan sehari hari, baik sebagai makhluk individumaupun makhluk sosial.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap gurudapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu intra danEkstra kurikuler, dengan menggunakan tigapendekatan, yaitu pendekatan konseptual,pendekatan operasional dan pendekatan kerjasama.Agar semua kegiatan yang dilaksankan oleh gurupendidikan Agama Hindu berjalan lancar, menarik(merangsang minat siswa) dan berhasil dengansebaik- baiknya, maka setiap guru dituntut untukmemiliki wawasan yang luas dan kemampuanprofesional yang tinggi. Untuk memperoleh dua haltersebut, setiap guru hendaknya memilikikemampuan sungguh-sungguh untuk belajar, baikmelalui jalur-jalur pembinaan yang telahdiprogramkan oleh pejabat/instansi berwenang

maupun jalur pembinaan yang dikembangkan sendirioleh guru bersangkutan dalam wadah KKG(Kelompok Kerja Guru). Meningkatkan kwalitas dirimerupakan salah satu alternatif yang harus ditempuhsetiap Guru Agama Hindu bila ingin keberadaanyatetap menjadi penentu keberhasilan pendidikanAgama Hindu di sekolah, dan mampu bersaing dalamera trasformasi global.

Disadari bahwa mutu pendidikan perludiupayakan peningkatan, baik dari segi kualitasmaupun kuantitas. Jika dicermati sudut political willpemerintah, gagasan untuk itu telah diwujudkanmelalui kebijakan pemerintah pada sektor pendidikanmelalui pembenahan kurikulum 2004 yangpenekanannya pada dasar-dasar kompotensi ataudengan kata lain kurikulum berbasis kompetensi“Pengembangan kurikulum dilakukan denganmengacu pada Standar Nasional Pendidikan untukmewujudkan tujuan pendidikan Nasional” (UUSisdiknas No. 20/2003). Lebih jauh disebutkan“Kurikulum pendidikan salah satunya wajib memuatPendidikan Agama” (Pasal 37 UU Sisdiknas).Sehubungan dengan itu, guru selalu mendapatperhatian dari Pemerintah sebagai faktor pentinguntuk berlangsungnya pendidikan. Hal ini ditindaklanjuti dengan diundangkan Undang-undang Gurudan Dosen, ditegaskan pula bahwa “Guru adalahpendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing, melatih dan menilai, ataumengevaluasi peserta didik pada pendidikan anakusia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasardan pendidikan menengah” (UU RI No. 14 Tahun2005). Lebih jelas lagi disebutkan oleh Purwanto(2004:10) “Pendidikan ialah bimbingan yangdiberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepadaanak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani danrohani) agar berguna bagi dirinya sendiri dan bagimasyarakat.

Sistem Pendidikan Nasional di Indonesiasebagaimana tertuang dalam undang-undang No.2/1989. Sistem Pendidikan Nasional dengan tegasmerumuskan tujuannya pada Bab, II, pasal 4, yaitumengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.Maksud manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusiayang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YangMaha Esa dan berbudi pekerti luhur. Di samping itu,juga memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehatjasmani dan rohani, kepribadian yang mantap danmandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatandan kebangsaan. Sebenarnya tujuan yang terdapatdalam sistem pendidikan Nasional sudah sangatlengkap untuk membentuk anak didik menjadi pribadiutuh yang dilandasi Sraddha dan budhi pekertiyang luhur, sejalan dengan tuntutan perkembangan

57

dunia pendidikan yang telah dituangkan dalamundang-undang Guru dan Dosen, lebih-lebih bagiGuru yang mengajarkan pendidikan Agama. Jelaslahbagi guru khususnya guru Agama Hindu bahwaajaran suci Veda hendaknya dapat dijadikan pedomandalam hidup dan kehidupan ini. Terkait denganpendidikan Agama Hindu yaitu pendidikan menurutVeda, ada enam aspek yang perlu diperhatikan,diantaranya, “pengaruh lingkungan (fisik, psikologisdan sosial), kehidupan sebagai siswa (Sisya/Brahmacari), peranan guru (Acarya), Kurikulum,metode pengajaran dan tujuan obyek pendidikan” (hasil Seminar Nasional Agama Hindu, Tgl 10 – 3-2004 di STAHN Denpasar).

Jadi jelaslah bahwa pendidikan yangberdasarkan susastra Veda sejalan denganperkembangan pendidikan dewasa ini yangmemberikan penekanan terhadap Guru dalam upayamencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.Pendidikan pada hakekatnya adalah sebuahtransformasi yang mengubah input menjadi output.Untuk menjadi output, dalam transformasi tersebutdiperlukan proses yang berlangsung secara benar,terjadi sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Menurut Paraba (1999:9), di sampingpembenahan proses pembelajaran Agama Hindu guruhendaknya memahami tugasnya sendiri. Ada empattugas pokok guru agama Hindu yaitu (a) tugasprofesi, (b) tugas keagamaan, (c) tugas kemanusiaan,dan (d) tugas kemasyarakatan. Tugas profesi guruadalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasipembelajaran. Terkait dengan pelaksanaan tugaspokok guru agama Hindu, maka sangat pentingadanya peningkatan kemampuan profesional guruSekolah Dasar. Peningkatan kemampuan profesionalguru agama Hindu dapat ditinjau dari beberapa sudutpandang, yaitu (1) perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi pendidikan; (2) kepuasan dan moralkerja; (3) keselamatan kerja, dan (4) dalam rangkamanajemen peningkatan mutu berbasis sekolah diSekolah Dasar. Salah satu ciri implementasimanajemen peningkatan mutu berbasis sekolahadalah kemandirian dari seluruh stakeholder SekolahDasar. Salah satu di antaranya guru. Kemandirianguru akan tumbuh bilamana ada peningkatankemampuan profesional kepada dirinya.

Perencanaan Pembelajaran merupakan salahsatu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru,yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran.Menurut Mulyasa (2008:100) “ Perencanaanpembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan,yaitu (a) Identifikasi kebutuhan, (b) perumusankompetensi dasar, (c) dan penyusunan programpembelajaran.

Asumsi-asumsi yang melandasi program

pendidikan sering kali tidak sejalan dengan hakaketbelajar, hakekat orang yang belajar dan hakekat orangyang mengajar. Dunia pendidikan, lebih khusus lagidunia belajar didekati dengan paradigma yang tidakmampu menggambarkan hakekat belajar danpembelajaran secara konprehensif. Praktek-praktekpendidikan dan pembelajaran sangat diwarnai olehlandasan teoretik dan konseptual yang tidakkredibel. Pendidikan dan pembelajaran selama inihanya mengagungkan pada pembentukan prilakukeseragaman dengan harapan akan menghasilkansebuah keteraturan, ketertiban, ketaatan dankepastian. Pembentukan ini dilakukan dengankebijakan penyeragaman pada berbagai hal disekolah. Pada hal paradigma pendidikan yangmengagungkan keseragaman ternyata berakibatmembelajarnya anak-anak untuk mengabaikankeragaman atau perbedaan.

Oleh karena itu, diperlukan reformasi, redefinisidan reorientasi, bahkan mungkin revolusi terhadaplandasan teoritik dan konseptual belajar danpembelajaran agar lebih mampumenumbuhkembangkan peserta didik untuk lebihmenghargai keragaman, mempunyai kompetensiberpikir Kreatif, kompeten dalam mengambil sebuahkeputusan dan memecahkan masalah sertabagaimana belajar berkolaborasi dan pengelolaandiri.

Fenomena dalam Guru melakukan penilaianterhadap proses pembelajaran, pada umumnyamengabaikan tugasnya dalam melakukan penilaianproses belajar, sehingga guru kurang melakukanpenilaian terhadap pembelajaran siswa, dan guruhanya melakukan penilaian pada akhir proses belajarmengajar. Yang hanya berorientasi pada penilainkognitif, sehingga pre tes yang seharusnyadilakukan sebelum pelajaran di mulai yang seringdisebut dengan apersepsi jarang dilakukan olehguru Agama Hindu, pada hal pre tes atau apersepsisangat bermanfaat untuk menilai kesiapan siswaapakah siap atau tidak untuk menerima ataumelanjutkan pelajaran baru. Pada saat pembelajaranberlangsung guru Agama Hindu pada umumnyajarang melakukan penilaian terhadap suasana belajarsiswa, dimana guru sibuk menjelaskan materi,sedangkan siswa sibuk juga bermain-main ataumelukis dibukunya, hal ini menyebabkan tidakadanya Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif danMenyenangkan.

Berdasarkan peranan dan tugas guru agamaHindu, maka salah satu kompetensi pedagogis yangharus dimiliki guru adalah perencanaan pembelejaranyang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran.Menurut Mulyasa (2008:100) “ Perencanaan

Peranan Sentral Guru Agama Hindu dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional diIndonesia dan Pembangunan Karakteris Bangsa ..... | Ni Nengah Selasih

58 JURNAL PENJAMINAN MUTU

pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan,yaitu (a) Identifikasi kebutuhan, (b) perumusankompetensi dasar, (c) dan penyusunan programpembelajaran.

a. Perencanaan PembelajaranPerencanaan atau rencana (planning) dewasa

ini telah dikenal hampir tiap orang. Kita mengenalpembangunan, perencanaan pendidikan,perencanaan produksi suatu prabrik dalam bentuktarget-target produksi. Bahkan keluarga yang padawaktu dulu yang dipandang sebagai suatu yangberjalan menurut “alam” sekarang direncanakan jugayangn dikenal dengan sebutan keluarga berencana(family planning). Dalam lingkungan yang lebih luasperkembangan kebudayaan suatu masyarakat ituharus direncanakan, yang dikenal dengan sebutanperencanaan (planning) kebudayaan. Definisimengenai perencanaan memang diperlukan agardalam uraian selanjutnya tidak terjadikesimpangsiuran. Definisi pada umumnya merupakansuatu pintu gerbang untuk memasuki pengertian-pengertian yang ada kaitannya dengan istilah yangdipakai (Harjanto,2006:3) dalam hal ini perencanaanpendidikan dipergunakan secara luas baik dikalangan pendidikan maupun di luar lingkunganpendidikan, namun belum pernah ditetapkan satudefinisi secara resmi. Hingga kini perencanaan itusendiri belum merupakan suatu disiplin ilmutersendiri. Supaya diperoleh suatu komitmen ataukesepakatan, sehingga kesimpangsiuran ataukesalahpahaman dapat dihindarkan, langkah awalyang ditempuh adalah mengemukakan pengertianperencanaan pengajaran atau pembelajaran.

Dengan demikian, Perencanaan berkaitandengan penentuan apa akan dilakukan, perencanaanmendahului pelaksanaan, mengingat perencanaanmerupakan suatu proses untuk menentukan kemanaharus pergi dan mengidentifikasikan persyaratanyang diperlukan dengan cara yang paling efektif danefesien.

Harjanto, (2006:5) menjelaskan tentang dimensiperencanaan pengajaran yakni berkaitan dengancakupan dan sifat-sifat dari beberapa karekteristikyang ditemukan dalam perencanaan pengajaran,pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itumemungkinkan diadakan perencanaan yangkomprehensif yang menalar dan efesien yakni (1)signifikansi, tingkat signifikansi tergantung padapenggunaan sosial dari tujuan pendidikan yangdiajukan; (2) feasibilitas, maksudnya perludipertimbangkan feasibilitas perencanaanpengajaran. Salah satu faktor penentu adalahotoritas politikal yang memadai, sebab dengan itu

feasibilitas teknik dan estimansi biaya serta aspek-aspek lainya dapat dibuat dalam pertimbangan yangrealitis; (3) Relevansi. Konsep ini berkaitan denganjaminan bahwa perencanaan pengajaran,memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebihspesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapaitujuan spesifik secara oftimal; (4) Kepastian ataudifinitivinees. Diakui bahwa tidak semua hal yangsifatnya kebetulan dapat dimaksukan dalamperencanaan pengajaran; (5) Ketelitian atauparsimoniusness. Prinsip utama yang perludiperhatikan ialah agar perencanaan pengajarandisusun dalam bentuk yang sederhana; (6)adaptabilitas. Diakui bahwa perencanaanpengajaran bersifat dinamik, sehingga perlusenantiasa mencari informasi sebagai umpan balikatau balikan. Yang artinya penggunaaan berbagaiproses memungkinkan perencanaan pengajaranyang fleksibel atau adaptabel dapat dirancanguntuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.(7) Waktu, Faktor-faktor yang berkaitan denganwaktu cukup banyak, selain keterlibatanperencanaan dalam memprediksi masa depan sertakapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masakini dalam kaitanya dengan masa depan; (8)Monitoring atau pemantauan. Termasuk didalamnyaadalah mengembangkan kreteria untuk menjaminbahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.

Nurhadi, (2003:44) perencanaan pembelajaranadalah apa yang akan dikerjakan guru dan anakdidik di dalam kelas dan di luar kelas.

1. Perencanaan pembelajaran adalahmemproyeksikan tindakan apa yang akandilaksanakan dalam suatu pembelajaran(PBM), dengan mengkoordinasikan(mengatur dan menetapkan) komponen-komponen pengajaran, sehingga arahkegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), carapencapian kegiatan (metode dan teknik) sertabagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadijelas dan sistematis.

2. Secara garis besar perencanaan penga-jaranmencakup kegiatan merumuskan tujuan apayang akan dicapai oleh suatu kegiatanpengajaran

3. Gambaran aktivitas siswa yan terlihat padarencana kegiatan atau dalam rumusanKegitan Belajar Mengajar (KBM) yangterdapat dalam perencanaan Pengajaran.

Guru Agama Hindu dalam melaksanakan tugasdan fungsinya selaku pendidik terlebih dahulu harusmembuat program/perencanaan seperti (1) Programtahunan (2) Program semester, (3) Silabus, (4)

59

Rencana Pelaksanaan Pemebelajaran, (5) LKS(Penilaian) (Kep Mentri Negara PendayagunaanAparatur Negara Nomor 84 Th 1993).

b. Pelaksanaan Pembalajaran.Mulyasa, (2008:103) kegagalan pelaksanaan

pembelajaran sebagian besar disebabkan olehpenerapan metode pendidikan konvensional, antidialog, proses penjinakan, pewarisan pengetahuan,dan tidak bersumber pada rialita masyarakat.Sehubungan dengan itu salah satu kompetensipedagogik yang harus dimiliki guru sepertidirumuskan dalam SNP berkaitan denganpelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut ditegaskankembali dalam Rencana Peraturan Pemerintah tentangGuru, bahwa guru harus memiliki kompetensi untukmelaksanakan pembelajaran yang mendidik dandialogis. Hal ini berarti bahwa pelaksanaanpembelajaran harus berangkat dari proses dialogisantar sesama subyek pembelajaran, sehinggamelahirkan pemikiran kritis dan komunikasi. Tanpakomunikasi tidak ada pendidikan sejati. Dalampelaksanakan pembelajaran tugas guru yang palingutama adalah menkondisikan lingkungan agarmenunjang terjadinya perubahan prilaku danpembentukan kompetensi peserta didik.

Dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskanpada rencana pembelajaran oleh guru Agama Hindu,maka proses selanjutnya adalah pelaksanaan dariprogram pengajaran yang telah disusun secarasistematis oleh Guru Agama Hindu. Langkah-langkahyang dilakukan oleh guru Agama Hindu dalam prosespembelajaran sesuai dengan RPP mengikuti alurMulyasa, (2008:104)

1) Kegiatan awal yaitu (1) mengucapkan salamumat bersama, Om Swastyastu. (2)mengadakan absensin terhadap kehadiranSiswa, (3) mengadakan apersepsi denganmenghubungkan pelajaran yang lalu dengansekarang. Pelaksanaan pembelajaranbiasanya dimualai dengan pre tes, untukmenjajagi proses pembelajaran yang akandilaksanakan. Karena itu pre tes memegangperanan yang cukup penting dalam prosespembelajaran yang berfungsi antara lainsebagai berikut:a. Untuk menyiapkan peserta didik dalam

proses belajar, karena dengan pre tespemikiran mereka akan terfokus.

b. Untuk mengetahui tingkat kemajuanpeserta didik sehubungan dengan prosespembelajaran yang dilakukan dengan caramembandingkan hasil pre tes dan post tes.

c. Untuk memngetahui kemampuan awal

yang telah dimiliki peserta didik mengenaikompetensi dasar yang akan dijadikantopik dalam proses pembelajaran.

d. Untuk mengetahui dari mana seharusnyaproses pembelajaran dimulai, kompetensidasar mana yang telah dimiliki pesertadidik dan tujuan-tujuan mana yang perlumendapat penekanan dan perhatiankhusus.

2). Kegiatan inti. Setelah kegiatan awal sebagaipembukaan pada proses pembelajarandilakukan oleh guru, maka prosesselanjutrnya adalah kegiatan intipembelajaran. Dimana pada kegiatan ini,supaya materi yang disampaikan guru AgamaHindu dapat cepat dipahami dan dimengertioleh siswa ada beberapa model pembelajaranyang diterapkan oleh guru Agama Hindu:

Sejak keluarnya Undang-Undang PendidikanNomor 4 Tahun 1950 hingga saat ini, tampaknya masihmerupakan sub sistem pendidikan umum, artinyapendidikan agama sepenuhnya masih mengadopsisistem maupun pola pembelajaran yang berlaku padapendidikan umum, seperti penggunaan metodemengajar, media pengajaran, dan evaluasipengajaran. Dalam konteks ini, Ahmadi (2001:22)mengatakan bahwa pola pembelajaran pendidikanagama di sekolah dapat dibedakan menjadi tigabagian, yakni (a) pola pembelajaran agama jenjangpendidikan dasar (termasuk jenjang ini menurutUndang-undang Nomor, 20 Tahun 2003) adalahSekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama, (b)Pola pembeljaran Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK) dan (c) Pola pembelajaran agama perguruantinggi. Bertitik tolak dari pendapat tersebut,selanjutnya akan dibahas pola pembelajaran diSekolah Dasar sesuai dengan tuntutan masyarakatdan kepentingan peserta didik dalam prosespembelajaran agama.

Dalam model pembelajaran agama pada jenjangpendidikan dasar telah disampaikan bahwapenekanan pendidikan disini lebih ditekankan padapembiasaan. Pembiasaan adalah alat pendidikan(Djamarah, 2002:1). Bagi anak yang masih kecil,pembiasaan ini sangat penting. Karena denganpembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akanmenjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaanyang baik akan membentuk sosok manusia yangberkepribadian yang baik pula. Sebaliknya,pembiasaan yang buruk akan membentuk sosokmanusia yang berkepribadian yang buruk pula.Begitulah biasanya yang terlihat dan yang terjadipada diri seseorang. Karenanya, di dalam kehidupan

Peranan Sentral Guru Agama Hindu dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional diIndonesia dan Pembangunan Karakteris Bangsa ..... | Ni Nengah Selasih

60 JURNAL PENJAMINAN MUTU

masyarakat, kedua kepribadian yang bertentanganini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik diantaramereka.

Purwanto, (1991:224) Anak- anak kecil tidakseperti orang dewasa yang dapat berpikir abstrak.Anak kecil hanya dapat berpikir konkrit. Kata-kataseperti kebijaksanaan, keadilan, dan perumpamaan,adalah contoh kata benda abstrak yang sukardipikirkan oleh anak. Anak kecil belum kuatingatanya, ia lekas melupakan apa yang sudah danbaru terjadi. Perhatian mereka lekas dan mudahberalih kepada hal-hal baru, yang lain, yangdisukainya.

Anak kecil memang belum memiliki kewajiban,tetapi dia sudah mempunyai hak, seperti hakdipelihara, hak dilindungi, hak diberi makanan yangbergizi, dan hak mendapatkan pendidikan. Salah satucara untuk memberikan haknya di bidang pendidikanadalah dengan cara memberikan kebiasaan yang baikdalam kehidupan mereka. Berdasarkan pembiasaanitulah anak terbiasa menurut dan taat kepadaperaturan-peraturan yang berlaku di masyarakat,setalah mendapatkan pendidikan kebaiasaan yangbaik di rumah, pengaruhnya juga terbawa ke sokolah.

Menanamkan kebiasaan yang baik memangtidak mudah, dan kadang-kadang makan waktu yanglama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaansukar pula untuk mengubahnya. Maka sangatpenting, pada awal kehidupan anak, menanamkankebiasaan-kebiasaan yang baik saja dan jangansekali-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin,suka berkelahi, dan sebagainya. Tetapi tanamkanlahkebiasaan seperti ikhlas melakukan puasa, gemarmenolong orang yang dalam kesulitan, sukamembantu fakir miskin, gemar melakukan Tri Sandyatiga kali dalam sehari, aktif berpartisipasi dalamkegiatan yang baik-baik, dan sebagainya. Maka dariitu pengaruh lingkungan keluarga, sekolah danmasyarakat tidak bisa dielakan dalam hal ini.

Watson (1991:291) berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikitsekali. Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalamperkembangan, karena latihan dan belajar. Jadi dalammasalah kebiasaan ini, aliaran Behaviorisme dariWatson dan aliran Emperisme dari John Locke lebihdominan dari pada aliran Nativisme dariShcopenhour.

Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yangmenyebabkan kebiasaan dijadikan sebagaipendekatan pembiasaan. Pendidikan Agama Hindusangat penting dalam hal ini, karena denganpendidikan agama kebiasaan itu diharapkan siswasenantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Makapendekatan pembiasaan dimaksudkan disini, yaitu

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuksenantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Denganpendekatan ini siswa dibiasakan mengamalkan ajaranagama, baik secara individu maupun secara kelompokdalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu maka metodemengajar yang perlu dipertimbangkan, antara lainadalah metode latihan (drill), pelaksanaan tugas,demontrasi dan pengamalan langsung dilapangan.

Model pembelajaran agama pada jenjangpendidikan dasar memerlukan perhatian sertatanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat,dan keluarga. Hal ini disebabkan bahwa, anak-anakpada usia dini membutuhkan kasih sayang tidakterhingga, yang oleh anak-anak aktifitas keagamaanitu ditunjukan dengan prilaku nyata. Kenyataankeagamaan yang ditunjukan dengan prilaku nyataseperti itu, diyakini akan mampu membangkitkanemosi keagamaan pada setiap peserta didik. OlehRamayulis (2001:21) dikatakan bahwa, prilaku anak-anak pada usia Sekolah Dasar dan SekolahMenengah Pertama memilki bentuk prilaku meniru,sehingga apa yang dilihat oleh anak selanjutnyadiimplimentasikan secara langsung dalam aktivitaskeagamaan.

Keterlibatan tenaga pendidik pada jenjangpendidikan dasar sesungguhnya lebih ditekankanpada pemberian sikap dan prilaku nyata kepada anakdidik yang ditunjukan secara langsung. Contoh:seorang anak didik lebih mempercayai saran ataunasehat gurunya di sekolah dibandingkan dengannasehat orang tuanya di rumah, kendati orang tuamemilki latar belakang pendidikan sama dengangurunya di sekolah. Oleh karena tenaga pendidikpada jenjang pendidikan dasar memilki kontribusicukup besar di dalam membentuk prilaku pesertadidik. Masalahnya pembentukan prilaku pada anak-anak usia sekolah dasar tidak nyambung denganpembentukan prilaku pada jenjang pendidikanberikutnya.

Tilaar (2002:7) dalam bukunya berjudulmembenahi Sistem Pendidikan Nasional mengatakanbahwa, pendidikan dasar adalah basis daripembentukan prilaku manusia (peserta didik). Olehkarena itu, pendidikan dasar dalam pengelolaanyamerupakan satu system yang utuh artinya prosespenyelenggaraan pendidikan dalam rangkapembentukan prilaku peserta didik di masing-masingjenjang pendidikan memiliki hubungan kausalitasyakni masing-masing lembaga sama-sama berperandan memilki hubungan timbal balik di antara lembagapenyelenggara pendidikan agama.

Keberadaan tenaga pendidik pada jenjang inidiharapkan mampu memberikan pendidikan danpengajaran, sebagai berikut:

61

1). Sebagai korektor artinya pendidik harusmampu membedakan prilaku baik dan burukyang akan di transper kepada peserta didik,sehingga prilaku pendidikan merupakanduplikat yang melekat pada setiap prilakupeserta didik.

2). Sebagai Inspirator, yakni pendidik harusmampu memberikan wahyu atau instingpositif kepada peserta didik demi kemajuanprestasi belajarnya.

3). Sebagai informatory, yakni pendidik harusmampu memberikan informasi tentangperkembangan ilmu pengetahuan danteknologi secara benar kepada peserta didik.

4). Sebagai organisator, yakni pendidik harusmampu mengorganisir kegiatan akademik dannon akademik kepada setiap peserta didikterutama menyangkut kompetensi(kemampuan) yang dimilikinya.

5) Sebagai motivator, yakni pendidik harusmampu memberikan motivasi obyektiftentang kemajuan peserta didik terutamadalam bentuk buku raport kepada orangtuanya.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikanformal pada umumnya menerapkan system klasikalyang menggunakan pendekatan kelompok besar,kelompok kecil, dan individu di dalam kelas maupundi luar kelas. Beberapa hal yang perlu diperhatikanantara lain intensitas interaksi antara peserta didikdengan pendidik, antara peserta didik dengansumber belajar, serta ruang gerak peserta didik,sarana prasarana untuk olahraga dan kreatifitas, dankemampuan pendidik dalam materi ajar, membimbingdan mengelola kegiatan belajar dan pembelajaran.Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektifdan efesien serta berpusat pada peserta didik,pelaksanaan proses pembelajaran harus memenuhisejumlah prinsip, persyaratan, dan mekanismetertentu. PAKEM singkatan dari Partisipatif, Aktif,Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktifdimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guruharus menciptakan suasana sedemikian rupa,sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, danmengemukakan gagasan. Belajar memang merupakansuasana proses aktif dari si pembelajar dalammembangun pengetahuannya, bukan proses pasifyang hanya menerima kucuran ceramah guru tentangpengetahuan. Belajar bisa berlangsung dalam situasiapa pun, kapan pun, dimana pun, terhadap siapapun, ( any time, any where, any how, any one )

Agar proses pembiasaan ini betul-betul bisadicapai/ dilakukan oleh peserta didik perlu dirancangpola pembelajaran yang menarik sesuai dengan

tingkat perkembangan usia anak. Dengan dasarpemikiran seperti inilah maka peneliti mencobamengetangahkan/mengembangkan polapembelajaran agama dengan disertai permainan.Dalam pengajaran materi Agama Hindu, guruseharusnya sering memberikan contoh-contohperbuatan yang seharusnya dilakukan oleh siswa.Dalam mengerjakan LKS bisa secara perorangan,berpasangan, maupun kelompok dengan jumlahmaksimal 4 orang.

Model pengajaran langsung adalah salah satupendekatan mengajar yang dirancang khusu untukmenunjang proses belajar siswa yang berkaitandengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuanprosedural yang terstruktur dengan baik yang dapatdiajarkan dengan pola kegiatan bertahap selangkahdemi selangkah (Trianto, 2007:29).

Langkah-langkah pembelajaran modelpengajaran langsung: Langkah-langkahpembelajaran model pengajaran langsung padadasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secaraumum menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto,2007:35) langkah pembelajaran langsung meliputitahapan sebagai berikut: (a) menyampaikan tujuan,(b) Menyiapkan siswa, (c) Presentasi, (d) Mencapaikejelasan, (e) Melakukan Demontarsi (f) Mencapaipemahaman dan penguasaan, (g) berlatih, (h)Mengecek pemahaman dan memberikan umpanbalik.

Dari uraian yang telah penulis paparkan diatas,maka metode pembelajaran langsung dengan segalakeunggulan dan kekurangannya masih dapatdigunakan oleh para pendidik dalam menyampaikandan mentranspormasikan ilmu pengetahuan sebabtidak ada satu modelpun yang tidak memilkikeunggulan dan kekurangan. Tetapi tidak bisaseorang pendidikan hanya menggunakan satumetode dalam menyampaikan pembelajaran di kelas.Oleh karena itu, diperlukan kombinasi dan kolaborasidari semua model-model pembelajaran.

Abduraman dan Bintoro (2000:78) menyatakanbahwa “Pembelajaran kooperatif” adalahpembelajaran yang secara sadar mengembangkaninteraksi yang saling asah, asih dan asuh antarasesama siswa sebagai latihan hidup dalammasyarakat nyata. Model pembelajaran kooperatifadalah suatu bentuk pembelajarn yang berdasarkanbahan kontruktif yang memanfaatkan siswa dalamkelompok-kelompok kecil dengan tingkatkemampuan yang berbeda.

Model pembelajaran kooperatif inidikembangkan berdasarkan teori belajar kognitifkonstruktivisme. Hal ini terlihat pada salah satu teoriVigotsky yaitu tentang penekanan pada hakekat

Peranan Sentral Guru Agama Hindu dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional diIndonesia dan Pembangunan Karakteris Bangsa ..... | Ni Nengah Selasih

62 JURNAL PENJAMINAN MUTU

sosio-kultural dari pembelajaran. Vigotsky yakinbahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnyamuncul dalam percakapan atau kerjasama antarindividu sebelum fungsi mental yang lebih tinggiitu diserap ke dalam individu tersebut. Implikasi dariTeori Vigotsky ini adalah dikehendakinya susunankelas yang berbentuk kooperatif. Penerapan modelpembelajaran kooperatif juga sesuai dengan prinsif-prinsif CTL (Contekctual Teaching and Learning)yaitu tentang Learning Community.

Tujuan pembelajaran Kooperatif adalah untukmembangkitkan interaksi yang efektif diantaraanggota kelompok melalui diskusi.Dalam hal iniSebagian besar aktivitas pembelajaran terpusat padasiswa, yakni mempelajari materi pelajaran danberdiskusi untuk memecahkan masalah. Denganinteraksi yang efektif dimungkinkan semuakelompok dapat menguasai materi pada tingkat yangrelatif sejajar.

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapatdisimpulkan bahwa pembelajaran kooperatifmempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa belajar dalam kelompok, produktifmendengar, mengemukakan pendapat danmembuat keputusan secara bersama.

2. Kelompok siswa terdiri dari siswa yangmempunyai kemampuan tinggi sedang danrendah.

3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yangtediri dari berbagai ras, suku, agama, budayadan jenis kelamin yang berbeda, makadiupayakan agar dalam setiap kelompokterdapat ras suku agama, budaya, dan jeniskelamin yang berbeda pula.

4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerjakelompok dari pada kerja perorangan.

Menurut Roger dan David Johnson, Anita Lie,(dalam Buhri,2007:17), dalam pembelajaranKooperatif ada lima unsur penting yang perludiketahui dan diperhatikan untuk mencapaikeberhasilan yang maksimal, antara lain:

a. Saling ketergantungan positif, artinyakebarhasilan kelompok sangat tergantungpada usaha setiap anggotanya, dan untukmenciptakan kelompok kerja yang efektif,pengajar perlu menyusun tugas sedemikianrupa, sehingga setiap anggota kelompokharus menyelesaikan tugasnya sendiri agaryang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung jawab perorangan, artinya setiapsiswa akan merasa bertanggung jawab untukmelaksanakan tugasnya yang terbaik sebagaiakibat langsung dari saling ketergantunganyang positif.

c. Tatap muka, artinya setiap kelompok diberikesempatan untuk bertatap muka danberdiskusi. Inti dari unsur ini adalah supayamereka saling menghargai perbedaan,memanfaatkan kelebihan dan mengisikekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota, artinya gurumembekali cara-cara berkomunikasi padakelompok, karena tidak setiap siswamempunyai keahlian untuk mendengarkandan berbicara.

e. Evaluasi proses kelompok, artinya gurumenjadwalkan waktu khusus bagi kelompokuntuk mengevaluasi proses kerja kelompokdan hasil kerja sama agar selanjutnya merekadapat bekerja sama dengan lebih efektif.

c. Penilaian PembelajaranMenurut Masyhuri, (2006:5) Penilaian adalah

suatu proses untuk mengambil keputusan denganmenggunakan informasi yang diperoleh melaluipengukuran hasil belajar baik yang menggunakaninstrumen tes maupun non tes. Penilaian dalam hasilbelajar disamakan dengan evaluasi. Setiap kegiatanapapun namanya, tentu mempunyai suatu nilai(value), apabila demikian, maka bagaimanapunsulitnya variabel yang akan dinilai atau dievaluasitentu akan dapat dilaksanakan.

Penilaian juga merupakan kegiatan untukmengetahui pertimbangan, kemajuan, atau hasilbelajar siswa selama program pendidikan. Penilaianbelajar merupakan proses pengumpulan danpenggunaan informasi dan hasil belajar siswa olehgurunya untuk menetapkan tingkat penguasaansiswa terhadap tujuan-tujuan pendidikan yang telahditetapkan.

Gurulah yang harus merancang, menyusun,memilih, soal, melaksanakan, mengolah hsilpenilaiannya. Penilaian dalam pelaksanaanKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan harusmengacu pada kompetensi (rangkian kemampuanyang berkaitan), bukan kepada penguasaan materiatau pengetahuan seperti dalam pelaksanaanKurikulum berbasis materi. Berbagai hasil belajarsiswa yang terpisah-pisah itu hendaknya diusahakanagar bermuara ke dalam tiga sasaran hasil belajarsiswa yang amat penting yaitu: karya, unjuk kerja,dan prilaku.

Unjuk kerja adalah penampilan (performance),tindakan (action), atau perbuatan yang menjadisasaran kemampuan yang dikembangkan dalam diri.Contohnya: membuat kwangen, membuat kelakat,sembahyang trisandya, dan memimpin doa. Prilakuadalah kebiasaan sehari-hari, ciri atau sifat yang

63

mencerminkan sikap dan nilai yang dianut dandijujung tinggi oleh seseorang, Contohnya: senangbertanya, senang bekerja sama dengan orang lain,berani mengemukakan pendapat dan toleran kepadaorang lain. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkatsatuan Pendidikan (KTSP), fokus penilaian adalahkompetensi atau kemampuan siswa. Kompetensicendrung merupakan perpaduan antara berbagai hasilbelajar siswa dalam kognitif, efektif dan psikomotor.Pengetahuan ketrampilan, pengalaman, sikap, nilai,dan cara mengerjakan berbagai hasil belajar yangterpisah dapat dipadukan ke dalam karya, unjuk kerja,dan prilaku siswa. Dengan demikian, jika penilaiandifokoskan kepada aktivitas menilai karya, unjukkerja, dan prilaku, penilaian domain kognitif, domainefektif dan domain psikomotor diintegrasikan, tidaklagi ditangani secara terpisah pisah.

Apabila materi agama sudah dipelajari, sudahdilatihkan, dan sudah dirangkum/disimpulkan secarabersama-sama, maka guru hendaknya menilaikemampuan siswa secara perorangan, denganmemberikan soal-soal. Perbedaan antara kegiatanlatihan dan evaluasi adalah dalam tahap latihan, siswamasih bisa mendapat bentuan dari pihak lain kalaumengalami hambatan dalam belajar, bantuan bisaberasal dari guru (tutor sebaya), mapun dari bukupelajaran. Saat evaluasi siswa sama sekali tidak bolehdibantu, karena guru ingin mengetahui daya serapsiswa dan tingkat ketuntasan siswa dalam belajar.

Kegunaan hasil penilaian dapat dilihat dari segitujuan dan fungsinya dari segi kepentingan siswadan kepentingan sekolah. Dalam aturan yangdisebutkan tujuan dan fungsi penilaian adalah:

a) Penilaian hasil belajar secara sitematis danberkelanjutan bertujuan untuk:- Menilai hasil belajar siswa di sekolah.- Mempertanggung jawabkan

penyelenggaraan pendidikan kepadamasyarakat.

- Mengetahui mutu pendidikan sekolah.b) Penilaian hasil belajar berfungsi sebagai

berikut:- Alat penjamin, pengawasan dan

pengendalian mutu pendidikan- Bahan pertimbangan dalam penentuan

kenaikan kelas, kelulusan dan tamatbelajar siswa pada sekolah.

- Bahan pertimbangan masuk jejangpendidikan yang lebih tinggi.

- Umpan balik dalam perbaikan pro-grampembelajaran pada sekolah.

- Alat pendorong dalam meningkatkankemampuan siswa.

- Bahan pertimbangan dalam penentuankenaikan kelas.

- Umpan balik dalam perbaikan programpengajaran pada sekolah

- Alat pendorong dalam meningkatkankemampuan siswa, dan

- Siswa melakukan evaluasi terhadapkinerjanya serta bercermin diri(introspeksi)

Guru hendaknya selalu mengingatkan prinsip-prinsip penilaian kelas jika akan melaksanakanpenilaian, sebagai berikut.

a). Validitas atau kesahihan. Hasil penilaian kelasmencerminkan secara nyata, tepat dan akuratpenguasaan materi yang dipelajari siswasehingga dapat menjamin tercapainya tujuanpembelajaran yang ditetapkan dalamkurikulum. Misalnya kompetensi lulusan,kompetensi dasar kompetensi minimum yangharus dicapai siswa.

b). Edukatif. Penilaian dilakukan untukmembantu siswa dalam mencapai tingkatkompetensi dasar, kompetensi minimum, dankompetensi lulusan yang ditetapkan dalamkurikulum.

c). Adil, Artinya semua siswa mendapat hak dankesempatan yang sama untuk dinilai danmendapatkan hasil penelaian tanpamembedakan latar belakang tertentu sepertisosial budaya, sosial ekonomi, gender, sukudan bahasa ibu.

d). Terbuka atau transparan. Kreteria penilaiandan dasar yang dipakai dalam pengambilankeputusan tentang hasil belajar siswahendaknya dapat diperiksa oleh pihakstakheolder untuk membuktikan kebenarankeputusan yang diambil.

e). B e r k e s i n a m b u n g a n / b e r k e l a n j u t a n .Pelaksanaan penilaian hendaknya dilkukansecara terencana, bertahap dan terus menerusuntuk meperoleh gambaran tentang kemajuandan pencapaian kompetensi selama siswamengikuti program pendidikan sekolah.

f). Menyeluruh, artinya bahwa untukmemperoleh gambaran utuh tentang hasilbelajar atau pencapian kompetensi, perludilakukan dengan menggunakan berbagaicara dan prosedur penilaian agar informasidan data tentang kinerja siswa yang meliputiaspek kognitif, afektif dan psikomotorik dapatdiperoleh secara lengkap dan utuh/komprehensif.

Peranan Sentral Guru Agama Hindu dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional diIndonesia dan Pembangunan Karakteris Bangsa ..... | Ni Nengah Selasih

64 JURNAL PENJAMINAN MUTU

g). Bermakna. Hasil penilaian hendaknya dapatdengan mudah dibaca, dipahami, bermanfaatatau mempunyai arti penting sebagai bahanpertimbangan pengambilan keputusan, baikbagi guru, kepala sekolah, dan orang tua siswamaupun siswa.

2.2. Peranan Sentral Guru Agama Hindu DalamPembangunan Karakter Bangsa yangBerakhlak Mulia, Jujur, Terampil, BerhatiSuci dan Bersih Lahir Batin”.

2.2.1 Peran Guru Agama Hindu dalam PelaksanaanPendidikan Karakter di SekolahKata peran diartikan sebagai perangkat tingkah

atau sikap yang diharapkan dimiliki oleh orangberkedudukan di masyarakat. Dalam UU Guru danDosen Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa guruadalah pendidika profesional dengan tugas utamamendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik padapendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Jadi,yang dimaksud peran guru dalam hal ini adalahseperangkat sikap yang dimiliki oleh guru meliputimendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik disekolah dalam rangka membentuk karakter siswa.

Menurut Ma’mur Asmani (2011:203) bahwaGuru memegang peranan yang sangat strategisterutama dalam membentuk karakter sertamengembangkan potensi siswa. Keberadaan gurudi tengah masyarakat bisa dijadikan teladan danrujukan masyarakat sekitar. Bisa dikiaskan, guruadalah penebar cahaya kebenaran dan keagungannilai. Hal inilah yang menjadikan guru untuk selaluon the right track, pada jalan yang benar, tidakmenyimpang dan berbelok, sesuai dengan ajaranagama yang suci, adat istiadat yang baik dan aturanpemerintah. Posisi strategis seorang guru tidakhanya bermakna pasif, justru harus bermakna aktifprogresif. Dalam arti, guru harus bergerakmemberdayakan masyarakat menuju kualitas hidupyang baik dan perfect di segala aspek kehidupan,khususnya pengetahuan morallitas, sosial, budaya,dan ekonomi kerakyatan.

Kehadiran guru juga tidak tergantikan olehunsur lain, lebih-lebih dalam masyarakat kita yangmultikultural dan multidimensional, di mana perananteknologi untuk menggantikan tugas-tugas gurusangat minim. Guru memiliki peranan yang sangatpenting dalam menentukan keberhasilan pendidikan.Guru yang profesional diharapkan menghasilkan

lulusan yang berkualitas. Profesionalisme gurusebagai ujung tombak di dalam implementasikurikulum di kelas sangat perlu mendapat perhatian.

Kunandar (2007:37) menjelaskan bahwa dalamproses pembelajaran, guru mempunyai tugas untukmendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai dan mengevaluasi serta memberifasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuanpendidikan karakter. Guru mempunyaitanggungjawab untuk melihat segala sesuatu yangterjadi dalam kelas untuk membantu prosesperkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaranmerupakan salah satu kegiatan belajar sebagai suatuproses yang dinamis dalam segala fase dan prosesperkembangan siswa. Tentunya masih banyak peranlain guru seiring dengan perkembangan ilmupengetahuan, teknologi, dan seni.

Melalui sentuhan guru, diharapkan mampumenghasilkan peserta didik yang bukan hanya cerdassecara intelektual, melainkan juga cerdas secaraemosional dan spiritual serta memiliki kecakapanhidup. Hal tersebut dapat dicapai ketika gurumempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaanpendidikan karakter di sekolah. Guru memengaruhiberbagai aspek kehidupan, baik sosial, budaya,maupun ekonomi. Dalam keseluruhan prosespendidikan, guru merupakan faktor utama (sentral)yang bertugas sebagai pendidik. Guru harusbertanggungjawab atas hasil kegiatan belajar anakmelalui interkasi belajar mengajar.

Guru merupakan faktor yang memengaruhiberhasil tidaknya proses belajar. Oleh karenanya,guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disampping materi yang disampaikan. Dengan kata lain,guru harus menciptakan suatu kondisi belajar yangsebaik-baiknya bagi peserta didik, inilah yangtergolong kategori peran guru sebagai pengajar. Guruberperan sebagai pembimbing, artinya memberikanbantuan kepada setiap individu untuk mencapaipemahaman dan penyesuaian diri secara maksimalterhadap sekolah. Peran guru sebagai pengajar danpembimbing memiliki keterkaitan yang erat dankeduanya dilaksanakan secara berkesinam-bunganserta merupakan keterpaduan. Jadi, peran guru dalampelaksanaan pendidikan di sekolah berpusat pada:

1. Mendidik dengan titik berat memberikan arahdan motivasi pencapaian tujuan pendidikankarakter baik jangka pendek maupun jangkapanjang.

2. Memberi fasilitas pencapaian tujuanpendidikan karakter melalui pengalamanbelajar yang memadai.

3. Membantu perkembangan aspek-aspek

65

pribadi seperti sikap, nila-nilai, danpenyesuaian diri.

Dengan demikian, tugas guru dalampelaksanaan pendidikan karakter di sekolah antaralain, 1) keteladanan, 2) inspirator, 3) motivator, 4)dinamisator, 5) evaluator.

2.2.2 Wujud Komitmen Guru Agama Hindu dalamPelaksanaan Pendidikan Karakter di SekolahAmanah dan memenuhi janji merupakan dua hak

yang tidak dapat dipisahkan. Orang yang amanahberarti orang jujur dan dapat menepati janjinya.Orang yang selalu menepati janji karena dorongandari dalam diri orang itu, maka ia orang yang konsistenmemegang janji. Orang memenuhi janji berarti orangyang memiliki komitmen. Guru yang memilikikomitmen yang kuat, ia juga memiliki visi ke depandalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan karakterdi sekolah. Komitmen merupakan ucapan yangmengikat seseorang untuk melakukan sesuatu.Dengan demikian, komitmen guru dapat didefinisikansebagai suatu tekad yang mengikat seseorang guruuntuk melakukan tugas dan tanggungjawabnyasebagai pendidik.

Hidayatulloh, (tt:58) menjelaskan bahwaseorang guru harus memiliki komitmen yang tinggidalam melaksanakan tugasnya. Tanpa komitmenyang kuat, suatu tujuan tidak akan tercapai secaraoptimal bahkan dapat menemui suatu kegagalan.

III. PENUTUPBerdasarkan pembahasan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa Peranan Sentral Guru AgamaHindu Dalam Pencapaian Tujuan Nasional diIndonesia dan Pembangunan Karakter Bangsa yangBerakhlak Mulia, Jujur, Terampil, Berhati Suci danBersih Lahir Batin” dengan mengacu pada StandarNasional Pendidikan untuk mewujudkan TujuanPendidikan Nasional” (UU Sisdiknas No. 20/2003).Lebih jauh disebutkan “Kurikulum pendidikan salahsatunya wajib memuat Pendidikan Agama” (Pasal 37UU Sisdiknas). Sehubungan dengan itu, guru selalumendapat perhatian dari Pemerintah sebagai faktorpenting untuk berlangsungnya pendidikan. Hal iniditindak lanjuti dengan diundangkan Undang-undang Guru dan Dosen, ditegaskan pula bahwa“Guru adalah pendidik profesional dengan tugasutama mendidik, mengajar, membimbing, melatih danmenilai, atau mengevaluasi peserta didik padapendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar dan pendidikan menengah” (UURI No. 14 Tahun 2005). Purwanto (2004:10)“Pendidikan ialah bimbingan yang diberikan dengansengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam

pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar bergunabagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.

Sistem Pendidikan Nasional di Indonesiasebagaimana tertuang dalam undang-undang No.2/1989. Sistem Pendidikan Nasional dengan tegasmerumuskan tujuannya pada Bab, II, pasal 4, yaitumengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.Maksud manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusiayang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YangMaha Esa dan berbudi pekerti luhur, memilikipengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani danrohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, sertarasa tanggung jawab kemasyarakatan dankebangsaan untuk membentuk anak didik menjadipribadi utuh yang dilandasi Sraddha dan budhipekerti yang luhur. Sejalan dengan tuntutanperkembangan dunia pendidikan yang telahdituangkan dalam undang-undang Guru dan Dosen,lebih-lebih bagi Guru yang mengajarkan pendidikanAgama. Jelaslah bagi guru khususnya guru AgamaHindu bahwa ajaran suci Veda hendaknya dapatdijadikan pedoman dalam hidup dan kehidupan ini.Terkait dengan pendidikan Agama Hindu yaitupendidikan menurut Veda, ada enam aspek yangperlu diperhatikan, diantaranya, “pengaruhlingkungan (fisik, psikologis dan sosial), kehidupansebagai siswa (Sisya/Brahmacari), peranan guru(Acarya), Kurikulum, metode pengajaran dan tujuanobyek pendidikan”.

Peranan Sentral Guru Agama Hindu DalamPembangunan Karakter Bangsa yang BerakhlakMulia, Jujur, Terampil, Berhati Suci dan Bersih LahirBatin”, melalui Pelaksanaan Pendidikan Karakter diSekolah berpusat pada:- Mendidik dengan titik berat memberikan arah

dan motivasi pencapaian tujuan pendidikankarakter baik jangka pendek maupun jangkapanjang.

- Memberi fasilitas pencapaian tujuan pendidikankarakter melalui pengalaman belajar yangmemadai.

- Membantu perkembangan aspek-aspek pribadiseperti sikap, nila-nilai, dan penyesuaian diri.

Dengan demikian, tugas guru dalampelaksanaan pendidikan karakter di sekolah antaralain, 1) keteladanan, 2) inspirator, 3) motivator, 4)dinamisator, 5) evaluator. Wujud Komitmen GuruAgama Hindu dalam Pelaksanaan PendidikanKarakter di Sekolah adalah Orang memenuhi janjiberarti orang yang memiliki komitmen. Guru yangmemiliki komitmen yang kuat, ia juga memiliki visi kedepan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikankarakter di sekolah. Komitmen merupakan ucapanyang mengikat seseorang untuk melakukan sesuatu.

Peranan Sentral Guru Agama Hindu dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional diIndonesia dan Pembangunan Karakteris Bangsa ..... | Ni Nengah Selasih

66 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Dengan demikian, komitmen guru dapat didefinisikansebagai suatu tekad yang mengikat seseorang guruuntuk melakukan tugas dan tanggungjawabnyasebagai pendidik. Seorang guru harus memilikikomitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.Tanpa komitmen yang kuat, suatu tujuan tidak akantercapai secara optimal bahkan dapat menemui suatukegagalan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman dan Bintoro, 2000. PembelajaranKooporatif (Cooperatif Learning) Jakarta:Rineka Cipta

Anwar Mohc Idochi. 1994. Kepemimpinan dalamProses Belajar mengajar. Bandung: Angkasa.

Buhri, 2007. Model Pembelajaran. DepartemenAgama Republik Indonesia, Balai DiklatKeagamaan Denpasar.

Djamarah, Syaiful Basri, 2002. Psikologi Belajar.Malang: Universitas Negeri Malang.

Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan MutuBebasis Sekolah. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen

Hidayatulloh, M. Furqon, tt. Guru Sejati:Membangun Insan Berkarakter Kuat danCerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.

Harjanto , 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:Rineka Cipta.

Kunandar, 2007. Guru Profesional: ImplementasiKurikuluma Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ma’mur Asmani, Jamal, 2011. Tips Menjadi GuruInspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Yogyakarta:Diva Press.

Mar’arif, Syamsul, M.Ag. 2011. Guru ProfesionalHarapan dan Kenyataan. Semarang:Walisongo.

Mulyasa, 2008. Standar Kompetensi dan SertifikasiGuru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurhadi Et El, 2003. Pembelajaran Kontekstual danPenerapan dalam KBK. Malang UniversitasNegeri malang.

Paraba, Hadirja. 1999. Wawasan Tenaga Guru danPembinaan Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Friska Agung Insani.

Pudja, G. 2003. Bhagawad Gita (Pancama Veda).Surabaya: Paramita

Surya, H. Mohammad. 2002. Organisasi profesi, kodeetik dan Dewan Kehormatan Guru. Jakarta:Aneka Ilmu.

Trianto, 2007. Model Pembelajaran Inovatif.Prestasi: Jakarta.

Tiaar, 2002. Membenahi Pendidikan Nasional.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional,UU No. 20 Tahun 2003 Beserta Penjelasannya.Yogyakarta: Media Abadi.

Undang – Undang RI. No 14 Tahun 2005 TentangGuru dan Dosen. Yogyakarta: Pustaka Yustisia

UU SISDIKNAS, NO 20 Tahun 2003, Jakarta, SiharGrafika 2003

67

I. PENDAHULUANBerbicara masalah teori-teori pendidikan

modern erat sekali hubungan dengan sejarahperkembangan ilmu pengetahuan. Dalam sejarahperkembangan ilmu pengetahuan ada periodisasiperkembangan ilmu yang dimulai dari peradabanYunani dan diakhiri pada zaman kontemporer. Surajiyo(2008) mengatakan periodisasi tersebut adalah ZamanPra Yunani, Zaman Yunani Kuno, Zaman AbadPertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern,dan Zaman Kontemporer. Penomena-penomenasuatu zaman, akan mempengaruhi secara langsungkonsepsi pendidikan atau dapat dikatakan teori-teoripendidikan adalah pencerminan suatu zaman. Teori-teori pendidikan modern dimulai dari gerakan ZamanRenaissance. Zaman Modern yang diawali denganteori pendidikan pertama yakni: Humanisme,behaviorisme, kognitivisme dan sibernetik.Berkenaan dengan itu dalam teori-teori pendidikanmodern ini akan diungkapkan suatu bahasan berkisarperiodisasi zaman terkait, paradigama-paradigmapendidikan modern dan teori-teori pendidikanmodern.

II. PEMBAHASAN2.1 Pendidikan Pencerminan Suatu Zaman

Teori pendidikan modern dimulai dengangerakan yang dikenal dengan Renaisance karenapendidikan selalu dikaitkan dengan pencerminansuatu zaman maka dapat dikatakan pendidikanmodern dimulai pada zaman Renaissance serta dasar-dasar berbagai teori modern pendidikan telahdiletakan pada zaman kuno dan zaman pertengahan,perubahan-perubahan dalam bidang sosial politikekonomi dan kebudayaan di Eropa Barat telah terjadipada abad XIV dan XV, perubahan-perubahan itumengkristal kemudian menjadi teori-teori pendidikanmodern.

Teori pendidikan modern pertama adalah teoriHumanisme. Pendidikan Humanisme adalahpertumbuhan tersendiri dari Renaissance.

TEORI-TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN MODERN

OlehI Nyoman Temon Astawa

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

The theories in education are reflections of both the Renaissance and modern era. Inthe history of science the discrepancy between the epistemology of the Rationalism,Empiricism, Positivism, and Saintism have become the major interest. The first theory ofmodern education is the Humanismand the post classical ones which include Behaviorism,Cognitivism, Humanismand Cybernetics.

Key Words: Modern Education

Renaissance adalah salah satu vase dari suatukebangunan di Eropa. Wells dalam Sudirdjo (1975)mengatakan Renaissance adalah kehidupan kembalidari kuburnya kesenian dan pelajaran klasik. Ituadalah salah satu faktor dalam kebangunan kembalikemampuan dan kekuatan Eropa yang lebih besardan rumit. Faktor-faktor penyebab kebangkitankembali itu akan secara langsung memperngaruhikonsepsi/teori-teori pendidikan.

Zaman Renaissance ditandai sebagai erakebangkitan kembali pemikiran yang bebas daridogma-dogma agama. Renaissance adalah zamanperalihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulaiberubah menjadi suatu kebudayaan modern. Surajiyo(2008) mengatakan manusia pada zaman ini adalahmanusia yang merindukan pemikiran yang bebas,manusia ingin mencapai kemajuan atas usaha sendiritidak didasarkan campur tangan Illahi. Penemuan ilmupengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zamanRenaissance, ilmu pengetahuan berkembang majuterutama bidang astronomi. Tokoh-tokoh yangterkenal pada masa ini , yakni: Roger Bacon,Copernicus, Johaness Keppler, Galilio, Galilei

Zaman modern ditandai dengan berbagaipenemuan pengetahuan ilmiah, perkembanganpengetahuan pada zaman modern sudah dirintis padazaman Renaissance. Rizal Mustansyir dalam Surajiyo(2008) mengatakan tokoh-tokoh yang terkenalsebagai filsafat modern yaitu Rene Descratesseorang ahli ilmu pasti yang menemukan sumbu Xdan sumbu Y. Tokoh yang lainnya adalah IsaacNewton menemukan teori gravitasi, Charles Darwinmenemukan teori Struggle for life (perjuangan untukhidup), JJ Thompson menemukan teori electron.

Jurgen Habermas dalam Karim (2009),mengatakan istilah modern adalah suatu istilah yangdigunakan untuk menyebut suatu era baru yangberfungsi untuk membedakan dengan masa lalu (theancient), artinya modern itu tidak semata-mataditandai dengan zaman Renaissance, di Prancis halini menyempitkan makna dari modern itu sendiri

Teori-teori Dalam Dunia Pendidikan Modern | I Nyoman Temon Astawa

68 JURNAL PENJAMINAN MUTU

tetapi dalam modern ada suatu era baru. BertrandRussel mengungkapkan ada dua hal yang terpentingyang menandai sejarah modern, yakni runtuhnyaotoritas Gereja dan menguatnya otoritas saint. Padaabad ke 16 dan 17 ketika era Renaissance agamasebagai institusi yang sangat dominan dan terjadihegemonis di Eropa. Saat itu terjadi perubahan yangradikal agama sebagai pemegang otoritas penuhterhadap segala bentuk kebenaran dan terlepasnyasains dari otoritas agama.

Disisi lain perkembangan pengetahuan sekulerdan skeptisme adalah menjadi landasanpengetahuan ilmu pengetahuan, wacana filsafatmenjadi tofik utama pada zaman modern khususnyapada abad ke 17 muncul persoalan epistemology,yakni sumber pengetahuan dan bagaimanamemperoleh pengetahuan itu, untuk menjawabmasalah epistemology tersebut pada abad ke 17munculah filsafat yang memberi jawaban yangberbeda dan bertentangan, yakni: aliran emperismedan aliran rasionalisme. Karim (2009) mengatakanRasionalisme, Emperisme, Positivisme, dan Saintismetelah menjadi paradigma primadona dalam pendidikanmodern.

2.2 Paradigma Pendidikan ModernBerbicara masalah teori-teori pendidikan

modern hendaknya memahami paradigma-paradigmapendidikan modern. Untuk itu akan dijelaskan masing-masing paradigama pendidikan modern sebagaiberikut.

1) RasionalismeRene Deskrates (1596-1650) telah dianggap

sebagai Bapak Rasionalisme modern barat yangsampai saat ini masih dijadikan landasanpembangunan peradaban. Beliau adalah seorangfilsuf yang disinyalir sebagai pembuka gerbangmodern. Sekilas pemikiran/jargon Beliau adalah“Cogito Ergo Sum”, kata Cogito yang bermaknakesadaran, kata Ergo Sum berarti saya ada, (Karim,2009:31). Jadi Cogito Ergo Sum artinya aku berpikirmaka aku ada. Jargon ini diistilahkan dengan metodekesangsian yang digunakan untuk menemukansebuah kepastian.

Untuk menemukan titik kepastian ReneDescrates memulai dengan sebuah kesangsian atassegala sesuatunya, semakin kita dapat menyangsikansegala sesuatu termasuk menyangsikan diri kitaberarti kita semakin mengada (eksis), jadikesangsianlah yang membuktikan bahwa kita nyata.Lebih lanjut dikatakan cogito sebagai bawaan sejaklahir memiliki tiga substansi/tiga ide bawaan, yakniide pemikiran, ide keluasan tubuh/jasmani dan ideTuhan sebagai ide tentang yang sempurna.Descrates menyangsikan dunia di luar dirinyasebagai satu-satunya jalan untuk menerima dunia

luar dengan mengakui adanya Tuhan yang tidakmungkin menipu kita. Walaupun disatu sisirasionalisme membawa semangat individu untukberkreaktivitas namun disisi lain masih munculsekulerisme yang berdampak pada penyelenggaraanpendidikan yang dibandingkan dengan agama dankepercayaan umat manusia.

2) EmperismeTokoh aliran Emperisme adalah John Locke

(1632-1704). John Locke lahir tahun 1632 anakseorang ahli hukum, beliau belajar ilmu kedokterandi universitas Oxford. Beliau mempelajari ilmu alamdan ilmu filsafat. John Locke adalah seorang yangRasionalis, aliran ini tidak mau menerimapengetahuan yang ditetapkan terlebih dahulu tanpamelalui penginderaan, pemikiran deduktifditinggalkan diganti dengan pemikiran/penyelidikaninduktif. Tidak ada pengetahuan tanpa melaluipenginderaan dan pengalaman. Rasio/pikiran adalahhakim dan pemimpin tertinggi yang bekerja bebas.Tahun 1960 ia menulis “Essay Concerning HumanUnderstanding” penyelidikan tentang pikir manusia,buku ini berisi falsafah dan pandangan hidupnya,yakni: “tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnyatidak ada dalam indera, dengan kata lain tak adasesuatu dalam jiwa, tanpa melalui indera” (Soejono1978:19). Lebih lanjut dikatakan pengetahuan yangdibentuk oleh gagasan/ide berasal dari “sensation”penginderaan dunia luar, dan reflexion, yakni:pengalaman dari dalam jiwa. jadi tidak ada sesuatudalam jiwa sejak lahir.

Sokardjo (2009) mengatakan Emperisme dikenaljuga dengan environmentalisme, pendidikanmemegang peranan yang sangat penting sebabpendidikan menyediakan lingkungan yang sangatideal kepada anak-anak. Lingkungan ini diterimasebagai sejumlah pengalaman, semua pengalamanini telah disesuaikan dengan tujuan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan/pandangannya dalampendidikan dalam bukunya tahun 1693 “Somethoughts concerning education of children”beberapa pemikiran tentang pendidikan kanak-kanak,dengan teorinya tabula rasa, yang mengatakan bahwaanak baru lahir jiwanya kosong seperti kertas putih(tabula rasa) (meja berlapis lilin) yang menungguisinya berupa pengalaman/pendidikan, jadipendidikan mempunyai peranan yang mutlak/mahakuasa sesuai dengan aliran optimisme dalampendidikan.

Karim (2009), mengatakan David Hume (1711-1776) adalah filsuf berkebangsaan Inggris yangmengembangkan filsafat emperis J Locke,ditangannya emperisme menjadi radikal denganmetode skeptismenya.

69

Substansi adalah kumpulan persepsi belakakarena pikiran artificial atas ciri dan gejala setelahmengamati sehingga seolah-olah substansi itu ada,misalnya hitam padat dan kasar, pikiranmenyimpulkan itu batu. Hume menawarkansketifisme (menyangsikan kenyataan) terhadapsemua gejala, dengan rincian api menyebabkan kertasterbakar (propterhoc) kepercayaan naïf, karena yangdiketahui kertas terbakar sesudah api menyentuhnya(posthoc) gejala yang satu menyusul gejala yanglain.

Dengan munculnya semangat emperismesetelah rasionalisme telah melengkapi sejarahpengetahuan Eropa yang kemudian lebihmengukuhkan Eropa sebagai sentral peradaban yangharus ditiru keadaan ini diperkuat oleh Comte yangdisinyalir menggabungkan semangat pengetahuanemperisme dan rasionalisme dengan paradigmapositivismenya.

3) PositivismePositivisme lahir dengan pengujian rasional dan

emperis. Aguste Comte (1789-1857) adalah tokohyang refresentatif membicarakan positivisme. Karim(2009), mengatakan positivisme dapat diartikansebagai penyusunan fakta-fakta yang teramati,dengan kata lain positivisme sama dengan faktual,positivisme menegaskan bahwa pengetahuanhendaknya jangan melampoi fakta-fakta.

Perjalanan tingkat kesadaran menurut Comte(dalam Karim 2009), yakni taraf teologis/fiksi,metafisis/abstraksi, dan positif/observasi. Pada tahappertama yaitu tahap teologis manusia percaya bahwadibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa kodrati(Tuhan/Dewa) yang mengatur fungsi dan geraksetiap gejala. Pada tahap kedua tahap metafisis,kekuatan manusiawi sekarang diubah menjadiabstraksi-abstraksi metafisis, pada tahap ketigapositif, manusia tidak lagi menjelaskan sebab-sebabdiluar fakta yang teramati.pikiran memusatkan diripada yang faktual.

Melalui positivisme corak peradaban yangdibangun akhirnya membentuk standarisasi segalahal yang dianggap ilmiah (pureprocedure) dan tidakilmiah (fix procedure) sehingga ada semacam sistemyang harus dilalui untuk sebuah karya yang ilmiah.

Standarisasi pengetahuan akhirnya membuat statusquo, dalam pengetahuan itu /idiologi kemudian terjadiadanya dogmatisasi ajaran sehingga terkesan rasiomanusia hanya menjalankan sistem ilmiah yang telahdibuat sebelumnya yang dalam istilah Khantdisebut” rasio perkakas.” Comte juga mengklasifi-kasikan pengetahuan mulai dari pure procedure, fixprocedure hingga objektif. Kesemuanya itu berakibatjatuhnya positivisme pada pendekatan instrumetalisdan ideologis dalam memahami pengetahuan.

4) SaintismeSaintisme lahir dari pengujian rasionalisme dan

emperisme dalam perjalanan filafat dan ilmu-ilmusosial berujug pada rasio teknologis instrumentalatau rasio perkakas. Munculnya teknologi daninstrumentalisasi telah menjadi belenggu kebebasanmanusia, menjadi kesulitan bersikap otonom danmandiri, manusia telah menggantungkan diri danmasa depannya kepada teknologi.

Pada awal dua dasa warsa abad dua puluh Capra(dalam Karim, 2009) menemukan berbagai krisisglobal yang serius, kompleks dan multi dimensionalyang menyentuh segala aspek kehidupan. Lebihlanjut Capra mengatakan penomena ini akanmengancam kehidupan ras manusia karenaketidakmampuan kaum intelektual mencari jalankeluar dan mengatasinya. Pada Nopember 1978 padawaktu Amerika Serikat dan Uni Soviet sedangmenyelesaikan babak kedua pembicaraanpembatasan senjata nuklir, saat itu terjadi pembeliansenjata besar-besaran dan banyak anak-anak yangmati kelaparan dan kekurangan gizi. Yangmenyebabkan kehancuran.

Capra (dalam Karim, 2009) mengatakanpenyebab kehancuran tersebut adalah terjadikekeliruan pemikiran/paradigma dalam membangunperadaban kebudayaan barat, yakni karena dibangundengan menggunakan satu paradigma yaitu sains.Warisan dari Descartes dan Newton, paradigma inibelum mampu melihat alam semesta secaramenyeluruh, paradigma ini melihat sebagian dari alamyakni alam emperis saja.

2.3 Teori - Teori Pendidikan Modern

1) Teori HumanismeSodirdjo (1980), mengatakan teori pendidikan

modern pertama adalah teori Humanisme, untuk ituakan dibahas tentang bagaimana munculnyahumanisme dan tujuan pendidikan humanisme.Kemajuan Ilmu pengatahuan dan teknologi bagaikanpisau bermata dua, dalam arti kemajuan teknologimemiliki nilai positif dan dampak yang negatif.Kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi terutamadalam bidang informatika dalam batas-batas tertentudapat mempermudah kehidupan manusia, jarak-jarak

Teori-teori Dalam Dunia Pendidikan Modern | I Nyoman Temon Astawa

70 JURNAL PENJAMINAN MUTU

menjadi terasa dekat waktu dan masa menjadimemadat oleh kesibukan-kesibukan manusia dalammenggarap dan memanfaatkan iptek tersebut. Namundisisi lain hati nurani kemnusiaannya mengeluhkarena beradaptasi dengan iptek yang tidak lagiHuman Centric melainkan Tekno Centric.Baharuddin (2007) mengatakan manusia tidak lagisecara otonom dikontrol oleh nurani pribadinyamelainkan dikontrol oleh faktor eksternal yaitu iptek,manusia secara makro benar-benar telahmenyandarkan segala harapannya kepada hasiliptek. Lebih lanjut dikatakan musuh utama manusiabukan lagi binatang buas di hutan tetapi dirinyasendiri dan rekan sesamanya. Dalam batas-batastertentu dampak destruktif iptek telah menundukkanmanusia, manusia sangat tergantung padanya, danmanusia tidak lagi mampu mengendalikan hasilperbuatannya tetapi seakan didikte oleh hasilproduknya sendiri, manusia menjadi robot darimahluk raksasa yang bernama iptek. Dari perspektifhumanisasi iptek yang demikian sejalan denganproses dehumanisasi agar tidak terjadi demikian. Halini perlu dilakukan terapi melalui pendidikan karenasains dan teknologi berkembang melalui pendidikan.Maka lahirlah pendidikan humanistic. Pendidikanhumanistik yang meletakan manusia sebagai titiktolak dan sebagai titik tujuan, menurut Bahariddin(2007), mengatakan: paradigma pendidikanhumanistik terdapat dua harapan besar yakni: nilai-nilai pragmatis iptek tidak akan mematikankepentingan-kepentingan kemanusiaan, dan akandapat terhindar dari tirani teknologi dan dapat hidupsejahtera dan kondusif.

Tujuan pendidikan humanistik yaitu membentukmanusia yang memiliki komitmen humaniter sejati,yakni manusia yang memiliki kesadaran, kebebasandan tanggung jawab sebagai mahluk individualmaupun sebagai mahluk sosial (Baharuddin, 2007).Sudirdyo (1998), mengatakan tujuan pertamahumanisme Italia adalah “cita-cita Yunani mengenaipendidikan liberal, yaitu perkembangan harmonis dariakal, jasmani dan moral. Perkembangan ideal bagipara humanist Italia adalah pribadi yang mempunyaiperkembangan bulat dan lengkap dalam semua aspekkehidupan manusia. Isi atau jenis pendidikanhumanistic adalah pendidikan jasmani, kesusasteraan,kesenian, musik, drama, keindahan, perilaku dankesehatan. Peendidikan keindahan memegangperanan penting karena sempat diabaikan pada abadpertenganhan.

Proses belajar dalam humanisme, adalah belajarharus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.Dibandingkan dengan teori lain, teori humanistikyang paling abstrak dan paling mendekati duniafilsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teoriini sangat mementingkan pentingnya isi dari padaproses, dalam kenyataan teori ini lebih banyak

berbicara tentang pendidikan dan proses belajardalam bentuknya yang paling ideal. Teori ini lebihtertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang palingideal dari pada belajar seperti apa adanya, sepertiapa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian.Wajar teori ini sangat bersifat eklektik. Kenyataannyateori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untukmemanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri).

Tokoh teori ini Bloom dan Krathwohl, Kolh,Honey, Mumford dan Harbermas. Bloom danKrathwohl menekankan apa yang mungkin dikuasai(dipelajari) oleh siswa, yang mencakup tiga kawasanyaitu kognitif, afektif dan psikomotor. TaksonomiBloom berhasil memberi inspirasi kepada pakar lainuntuk mengembangkan teori-teori belajar danpembelajaran (teori ini menjadi amat terkenal)

Pada tingkatan yang lebih praktis, TaksonomiBloom telah banyak membantu praktisi pendidikanuntuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalambahasa yang mudah dipahami, operasional dan dapatdiukur. Dari beberapa taksonomi belajar, TaksonomiBloom ini yang paling terkenal dan populer(setidaknya di Indonesia). Taksonomi Bloom banyakdijadikan pedoman untuk menyusun butir-butir soalujian, termasuk orang-orang pendidikan yang seringmengkritik Taksonomi Bloom. Sedangkan Kolhmembagi tahapan belajar menjadi: 1) Pengalamankonkrit, 2) Pengamatan aktif dan reflektif, 3)Konseptualisasi, dan 4) Eksperimentasi aktif. Honeydan Mumford berdasarkan teori Kolh, membagi tipesiswa yaitu aktivis, refektor, teoris dan pragmatis.Tipe siswa yang aktivis adalah tipe siswa sukamelibatkan diri pada pengalaman – pengalaman baru.Siswa cendrung berpikiran terbuka dan mudah diajakberdialog (identik dengan sifat mudah dipercaya)Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya, cendrungsangat berhati-hati mengambil langkah, sukamenimbang baik-buruk suatu keputusan..Tipe siswateoris, biasanya sangat kritis, senang menganalisis,dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yangsifatnya subyektif, curiga dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif. Tipe siswa pragmatisadalah menaruh perhatian besar pada aspek-aspekpraktis dari segala hal. Belahar menurut Harbernessangat dipengaruhi oleh interaksi, baik denganlingkungan maupun sesama manusia. Habermasmembagi tipe belajar adalah belajar teknis, belajarpraktis dan belajar emansipatoris.

Dalam perkembangan selanjutnya selain teoriHumanisme sebagai teori modern pertama, teori-teoripendidikan modern yang lain adalah teori–teoripendidikan yang tergolong kedalam pendidikan pascaklasik. Teori-teori pendidikan klasik adalahbehaviorisme (yang fokus pada proses dan hasilbelajar), teori kognitivisme (yang fokus pada prosesbelajar), humanistik (fokus pada isi/apa yangdipelajari) dan teori sibernetik (yang fokus padasistem informasi yang dipelajari).

71

2) Teori BahaviorismeBelajar adalah perubahan dalam tingkah laku

sebagai akibat darri interaksi antara stimulus danrespon. Penganut teori ini setuju premis dasarperubahan tingkah laku, namun mereka berbedapendapat dalam beberapa hal penting.

1) Thorndike : Belajar adalah proses interaksiantara stimulus (mungkin berupa pikiran,perasaan atau gerakan) dan respon (yang jugabisa berbentuk pikiran, perasaan ataugerakan). Perubahan tingkah laku berwujudsuatu yang konkrit (dapat diamati) atau nonkonkrit (tak teramati). Thorndike takmenyebutkan cara mengukur tingkah laku,sehingga menjadi obsesi ahli behaviorselanjutnya, Teori ini disebut jugaKoneksionisme.

2) Watson : Stimulus dan respon tersebut harusberbentuk tingkah laku yang bisa diamati(observable), perubahan mental diabaikan;faktor tersebut tidak dapat menjelaskanapakah proses belajar telah terjadi atau belum.Hanya mementingkan perubahan tingkahlaku yang bisa diukur (pengukuran hanyatingkah laku nyata) meskipun mengakuisemua hal penting.

3) Clark Hull (Neo Behaviorisme/aliran tingkahlaku baru) : Sangat terpengaruh oleh teoriCharles Darwin/evolusi. Semua tingkah lakubermanfaat untuk menjaga kelangsunganhidup. Untuk itu kebutuhan biologis danpemuasan kebutuhan biologis menempatiposisi sentral. Stimulus/rangsangan hampirselalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,meskipun respon berbeda bentuknya. SetelahSkinner, teori ini tidak banyak dipakai dalamdunia praktis, kecuali dalam eksperimen dilab.

4) Edwin Guthrie : Stimulus tidak harusberbentuk kebutuhan biologis, yang pentinghubungan stimulus dan respon bersifatsementara. Diperlukan pemberian stimulusyang sering agar hubungan menjadi lebihlanggeng. Respon akan lebih kuat (menjadikebiasaan) bila berhubungan denganberbagai stimulus (banyak rangsangan agartingkah laku berubah ke arah positif)

5) Skinner : Hubungan stimulus dan respondalam perubahan perilaku, tidak sederhana;tapi stimulus yang diberikan berinteraksi satusama lainnya, dan interaksi tersebutmempengaruhi respon yang dihasilkan.Respon yang diberikan juga menghasilkanberbagai konsekuensi, yang pada gilirannyaakan mempengaruhi tingkah laku siswa.

3) Teori KognitivismeCiri khas kognitivisme lebih mementingkan

proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar tidak

sekedar melibatkan hubungan antara stimulus danrespon, belajar melibatkan proses berpikir yangsangat komplek (erat hubungannya dengan teoriSibernetik). Teori ini mencoba menjelaskan bagaimanasiswa mengolah stimulus dan bagaimana siswasampai pada respon tertentu (pengaruh teoribehavior masih tampak), lambat laun perhatian mulaibergeser, perhatian teori ini terpusat pada prosesbagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi denganilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa.

Teori Kognitif menekankan pada ilmupengetahuan dibangun dalam diri siswa melaluiproses interaksi yang berkesinambungan denganlingkungannya. Proses belajar tidak berjalanterpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,berkesinambungan dan menyeluruh sebagai satukesatuan yang utuh masuk dalam pikiran danperasaan siswa. Seperti membaca buku, bukan alfabetyang terpisah yang diserap oleh pikiran, tapi kata,kalimat, paragraf yang semuanya menjadi satu,mengalir, menyerbu secara total bersamaan. Dalampraktek teori ini berwujud : 1) Tahap-tahapperkembangan (Jean Piaget). 2) Belajar bermakna atauMeaningful learning (Ausubel) 3) Belajar penemuansecara bebas (Jerome Bruner) .

Menurut Piaget proses belajar terdiri dari tigatahap yaitu Asimilasi, Akomodasi, dan Equilibrasi(penyeimbangan). Proses asimilasi yaitu prosespenyatuan (pengintegrasian) informasi baru kestruktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equilibrasi yaitupenyesuaian berkesinambungan antara asimilasi danakomodasi. Proses belajar siswa harus disesuaikandengan perkembangan kognitif siswa, yakni : tahapsensorimotor (1,5 – 2 tahun), tahap praoperasional(2/3 – 7/8 tahun), tahap operasional konkret (7/8 –12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahunke atas).

Menurut Ausubel, siswa akan belajar denganbaik jika bahan ajar dan informasi lainnya mencakupsemua isi pelajaran yang akan diajarkan kepadasiswa. Manfaat bahan ajar dan informasi yanglengkap di sampaikan kepada siswa yaitu : 1) dapatmenyediakan kerangka konseptual untuk bahan ajaryang akan dipelajari siswa, 2) dapat berfungsi sebagaijembatan yang menghubungkan bahan ajar yangdipelajari saat ini dengan yang akan datang, 3) dapatmembantu siswa memahami bahan ajar secara lebihmudah.

Bruner, mengatakan proses belajar akanberjalan dengan baik dan kreatif, jika guru memberikesempatan kepada siswa untuk menemukan suatuaturan (termasuk konsep, teori, definisi, dsb) melaluicontoh-contoh yang menggambarkan (mewakili)aturan yang menjadi sumbernya (free discoverylearning), dengan pola berpikir “Induktif” (apreori= sebelum) teori. Siswa dibimbing secara induktifuntuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk

Teori-teori Dalam Dunia Pendidikan Modern | I Nyoman Temon Astawa

72 JURNAL PENJAMINAN MUTU

memahami konsep “kejujuran” siswa tidak dimulaidengan menghapal definisinya, tetapi mempelajaricontoh-contoh konkret tentang kejujuran. Daricontoh tersebut siswa dibimbing untukmendefinisikan kata “kejujuran”. Lawannya dari teoriini adalah belajar ekspositori (belajar dengan caramenjelaskan) dengan pola berpikir “deduktif”(sesudah teori). Siswa diberi bahan ajar yangberbentuk “definisi kejujuran” dari definisi tersebutsiswa diminta untuk mencari contoh konkret tentangkejujuran.

4) Teori SibernetikTeori ini berkembang sejalan dengan

perkembangan ilmu informasi. Menurut teori inibelajar adalah pengolahan informasi. Teori inimempunyai kesamaan dengan teori kognitif yangmementingkan proses. Proses memang pentingdalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagiadalah sistem informasi yang diproses itu, informasitersebut yang akan menentukan proses. Asumsi lainteori sibernetik adalah tidak ada satu prosesbelajarpun yang ideal dengan segala situasi yangcocok untuk semua siswa. Informasi akan dipelajarioleh siswa dengan satu macam proses belajar,informasi yang sama itu akan dipelajari oleh siswalain melalui proses belajar yang berbeda hal inidisebabkan oleh (perbedaan tipe siswa yang belajar,perbedaan seni guru mengajar). Dalam bentuk yanglebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh: Landa (pendekatan algoritmik dan heuristik) danPask dan Scott (pendekatan menyeluruh/wholist danbagian/serialis)

Ada dua macam proses berpikir yaitu prosesberpikir algoritmik dan heuristic. Algoritmik adalahproses berpikir linier, konvergen, logis, lurus menujukesuatu target tertentu. Heuristik yaitu prosesberpikir divergen, tidak linier, tidak lurus, tidak logis,kreatif menuju kebeberapa target sekaligus.

Proses belajar akan berjalan dengan baik, jikaapa yang hendak dipelajari itu, merupakan masalahyang hendak dipecahkan, sistem informasi yanghendak dipelajari diketahui ciri – cirinya, suatu yanglebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier,substansial, suatu hal yang lebih tepat disajikandalam bentuk terbuka dan memberi keleluasaan siswauntuk berimajinasi dan berpikir. Agar siswa mampumemahami sebuah rumus matematika, akan lebihefektif jika presentasi informasi tentang rumusmatematika disajikan secara algoritmik.

Pendekatan serialis (Pask dan Scott) samadengan algoritmik, namun Wholist tidak sama denganHeuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikiryang cendrung melompat ke depan lansung kegambaran lengkap sebuah sistem informasi, sepertimelihat sebuah lukisan, bukan detil-detil yangdiamati lebih dahulu, tetapi keseluruhan lukisan itusekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang

lebih kecil. Pendekatan yang beroreintasi padapengolahan informasi menekankan pada ingatanjangka pendek dan ingatan jangka panjang yangberkaitan dengan apa yang terjadi di otak dalamproses pengolahan informasi. Proses belajar dapatberjalan dengan optimal, bukan hanya cara kerja otakyang perlu dipahami, tetapi lingkungan yangmempengaruhi mekanisme itupun perlu diketahui.

III. PENUTUPTeori-teori pendidikan modern, sudah dirintis

dari kebangkitan Renaissance yang ditandai sebagaiera kebangkitan kembali pemikiran yang bebas daridogma-dogma agama. Renaissance adalah zamanperalihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulaiberubah menjadi suatu kebudayaan modern.Manusia pada zaman ini adalah manusia yangmerindukan pemikiran yang bebas, manusia inginmencapai kemajuan atas usaha sendiri tidakdidasarkan campur tangan illah Tokoh-tokoh yangterkenal pada masa ini yakni: Roger Bacon,Copernicus, Johaness Keppler, Galilio, Galilei.

Modern adalah suatu istilah yang digunakanuntuk menyebut suatu era baru (new age) yangberfungsi untuk membedakan dengan masa lalu (theancient), artinya modern itu tidak semata-mataditandai dengan zaman Renaissance di Prancis halini menyempitkan makna dari modern itu sendiritetapi dalam modern ada suatu era baru.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, H. Pendidikan Humanistik, (KonsepTeori dan Aplikasi Praksis alam DuniaPendidikan).

Karim, Muhammad. Pendidikan Kritis Transformatif,Jogjakarta: Ar. Ruzz Media,2009.

Sukardjo. M. dan Komarudin Ukim, LandasanPendidikan Konsep dan plikasinya, Jakarta:PT Raja Grafindo, 2009.

Tirtarahardja, Umar. dan Sulo, S.L.La. PengantarPendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Sudarsono, Sididjo. Teori-Teori Pendidikan Modern,IKIP Malang, 1990.

Soejono. Aliran - aliran baru Dalam Pendidikan Bagian1, Bandung: CV Ilmu, 2000.

Dahar. Ratna Wilis, Teori - Teori Belajar, 1996.

Soekamto. Toeti dan Winataputra, Udin Saripudin.Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran,Dirjen Depdikbud. 1999.

Maba. Wayan, Materi Pembelajaran ProgramPascasarjana S3, 2009

Surajiyo, Filsafat Ilmu Perkembangan di Indonesia,Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

73

I. PENDAHULUANKemajuan suatu bangsa dan negara sangat

ditentukan oleh mutu sumber daya manusia (SDM).Mutu SDM tidak hanya dilihat dari penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi saja, melainkan jugakarakter atau perilakunya. Untuk memenuhi SDMyang memiliki kompetensi dan karakter diperlukansistem pendidikan yang baik. Undang-Undang No20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasionalpada Pasal 3, menyebutkan bahwa PendidikanNasional berfungsi mengembangkan kemampuandan membentuk karakter serta peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiserta peradaban manusia, memaksa kita sebagaibagian masyarakat dunia, turut mengejar danmengembangkan diri agar tidak tertinggal jauhdibelakang. Dalam rangka mengejar ketertinggalanini sebagai bangsa harus terus menerusmeningkatkan diri dalam segala aspek bidangkehidupan baik ideologi, politik, ekonomi, sosial,budaya, pertahanan, keamanan, hukum, danteknologi melalui pembangunan. Pembangunanbidang pendidikan yang merupakan salah satupembangunan aspek sosial dan budaya merupakanbagian yang sangat penting dan tidak dapat ditawarlagi dan menjadi suatu keharusan dalam rangkameningkatkan dan mengembangkan sumber daya

manusia yang memiliki kemampuan/ketrampilan yangtinggi, moral dan budi pekerti yang luhur serta cerdasdan kreatif. Hal ini dimaksudkan agar mutu sumberdaya manusia Indonesia dapat bersaing denganbangsa-bangsa lain di dunia.

Dunia pendidikan di Indonesia yang saat inimasih belum menunjukkan wajah yangsesungguhnya, sangat wajar kalau output yangdihasilkan dari proses yang berlangsung di dalamnyatidak begitu menggembirakan. Kalangan pemerintahtermasuk masyarakat nampaknya sudah terseretdalam pola pikir bahwa pendidikan semata-matamerupakan proses makanis yang berorientasi padapola pikir yang mengedepankan pragmatisme.Pendidikan di Indonesia belum dipandang sebagaisebuah proses kultural yang lebih menekankan padapembentukan cara berpikir yang holistik. Yangtercipta kemudian adalah generasi-generasi yangmudah berada dalam kebimbangan dalam pesatnyakemajuan perkembangan modernitas Capra (2000).

Seiring dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi, serta memasuki eraglobalisasi dan era informasi menuntut semua bidangkehidupan untuk mengaktualisasikan diri dengankebutuhan agar tidak ketinggalan zaman.Penyesuaian-penyesuain yang dilakukan dalambidang pendidikan demi meningkatkan kualitaspendidikan diantaranya memberlakukan kurilulumtingkat satuan pendidikan, sertifikasi tenagapendidikan, mengadakan evaluasi hasil belajar secaranasional, mengadakan pelatihan-pelatihan kepadapara pendidik (Elmubarok, 2009). Konsekwensi logisdari era globalisasi & era informasi yang meniadakanbatas-batas lokal, regional dan international, adalah

PENANAMAN AJARAN AGAMA HINDU BERBASIS BUDAYADALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

OlehMade Mardika

Guru Pendidikan Agama Hindu di SD Saraswati 6 Denpasar

Abstract

The rapid development of science and technology these days have influenced thecharacters of the children, who are faced with heavy challenges. Teaching children shouldbe then directed towards strenghtening their morals. Regarding that, it needs aneotraditional norm that is based on the traditional origins. The Hindu education couldbecome the normative agent that builds any modern Indonesian characters through theirlocal wisdoms that are motivative to the children. On the instrumental level, the primaryvalues to be taught are autonomy, dignity, creativity, morality, pride, and sense of aesthetics,and democracy awareness. They should preserve the local cultural heritage, including thelanguages and the arts, while adapting the global trend. As the educators, the teachers atschools as well as the parents at homes must be the role models whose responsibilities anddisciplines are followed.

Key words: Hindu Teachings, characters, students

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

74 JURNAL PENJAMINAN MUTU

mempercepat pengaruh budaya, pola hidup sertaperilaku yang tidak sesuai dengan budaya nasional.Fakta menunjukan di masyarakat telah terjadidekadensi moral, penyalah gunaan narkoba,penurunan iman dan takwa, disharmonisasi antarwarga masyarakat, kriminal serta meningkatnyakorupsi dan perilaku sex yang menyimpang. Hal inilahyang menjadi tantangan bagi dunia pendidikankhususnya pendidikan agama.

Memperhatikan hal tersebut di atas mengenaidilemanya proses pendidikan, mengenai kontribusipendidikan agama termasuk pendidikan agama dalammenopang perilaku menyimpang peserta didik.Pembentukan kembali karakter peserta didikmerupakan sebuah hal yang cukup sulit namunpenting untuk dirilis kembali. Sebab dewasa inipendidikan agama Hindu dihadapkan padapersimpangan jaman globalisasi yang cukupmembuat resah masyarakat. Oleh karena demikiantuntutan akan pendekatan multidisiplin dalampembelajaran agama Hindu penting digerakan kembalidemi kepentingan persatuan nasional dan nilai-nilaikebangsaan.

II. PEMBAHASAN2.1 Pembenahan Mutu Pendidikan Agama Hindu

yang MenyimpangKemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang pesat seperti dewasa ini mempengaruhi polakehidupan anak terutama perkembangan sikap dankepribadiannya, karena kehidupan pada abad ini anakdihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat.Kenyataan seperti adanya kenakalan pada anak,kesulitan para orang tua untuk mengatur anaknya,kurangnya minat belajar anak dan yang lainnya.Membina seorang anak hendaknya ditekankan padapembentukan nilai moralnya, agar kualitas anak lebihberharga, mampu menghadapi tekanan sertarongrongan dari luar dan dalam dirinya, seseorangtidak cukup membina anak dengan kecukupan materi,apalagi kalau hal itu dilakukan berlebih-lebihan danberakibat merusak jiwa anak (Muharyono, 2008).Sebab ilmu dan pengetahuan yang tidak dibarengidengan tingkat keimanan dan moralitas yang tinggimenyebabkan pendidikan kehilangan esensinyasebagai wahana memanusiakan manusia.

Dengan hasil sain dan teknologi berbagaitemuan didapatkan, jarak waktu dapat diperpendek,berbagai macam penyakit bisa ditanggulangi,teknologi informasi berkembang pesat dan lainsebagainya, menyebabkan hidup manusia makinmeningkat. Kemudahan yang didapatkan tersebuttidak akan berarti apa-apa, apabila tidak didasari olehnilai, etika dan moral yang kokoh dalampenggunaannya. Hal tersebut bisa akan menjadibumerang pada manusia itu sendiri. Banyak orang

memiliki kecerdasan yang luar biasa dan prestasiyang gemilang secara akademik namun tidakmemberikan manfaat yang berarti dalam lingkunganmasyarakatnya, bahkan menjadi racun yang sangatmembahayakan bagi eksistensi budaya dan nilai-nilaikemanusiaan karena iman dan moralitasnya rendah.Tidak sedikit kasus amoral terjadi yang dilakukanoleh anak-anak usia sekolah maupun oleh parailmuwan, baik melalui layar televisi maupun mediamasa.

Pendidikan agama merupakan salah satu aspekpenting dalam upaya pembentukan perilaku pesertadidik. Karena itu, setiap wacana pendidikan agamaselalu menarik perhatian publik. Melalui pendidikanagama, kepribadian peserta didik dibentuk dandiarahkan sehingga dapat mencapai derajatkemanusiaan sebagai makhluk berbudaya. Untuk itu,idealnya pendidikan agama tidak hanya sekedarsebagai transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan(transfer of knowledge and skill) tetapi lebih dari ituadalah transfer perilaku (transfer of attitude).

Di sekolah upaya pembentukan kepribadianpeserta didik secara lebih intens dilakukan melaluipendidikan agama. Diharapkan, pendidikan agamamampu membentengi peserta didik dari berbagaipengaruh negatif lingkungan, sekaligus dapatmenjadi agen sosial (social agent) menujumasyarakat yang lebih berperadaban (civil society).Namun demikian, belakangan masyarakat mulaimempertanyakan efektivitas penyelenggaraanpendidikan agama dalam konteks pembentukanperilaku peserta didik. Fenomena dalam masyarakatmemperlihatkan bahwa secara umum hasilpembelajaran pendidikan agama Hindu (PAH) disekolah dewasa ini belum memuaskan banyak pihak,dan bahkan dinilai gagal.

Pelajaran agama serta pesan-pesan moral yangdisampaikan oleh guru di depan kelas, tidak mampumenjiwai setiap gerak langkah peserta didik dalamkehidupan masyarakatnya. Hal ini tentunya,disebabkan oleh keringnya pembelajaran yangdirasakan peserta didik, materi-materi pelajaran agamamasih berorientasi pada pengajaran agama yangbersifat kognitif dan sebagai pelajaran tambahanyang harus dihapal. Disamping itu kurangkeintegrasian pendidikan agama Hindu dengan matapelajaran lain, sehingga nilai moral tidak dapatmeresap dalam kepribadian peserta didik secara utuh(Tanu, 2008:207).

Diantara indikator yang sering dikemukakan,bahwa dalam kehidupan masyarakat, masih dijumpaibanyak kasus tindakan masyarakat yangbertentangan dengan ajaran agama. Adanyakekerasan dan keberingasan yang dilakukan dikalangan pemuda, pelajar dan mahapeserta didik,masih marak diberitakan dalam media massa.

75

Demikian juga perilaku maksiat, kasus kehamilan diluar nikah di kalangan peserta didik-peserta didiksekolah serta banyaknya para peserta didik sekolahterlibat dalam penggunaan narkoba, memperlihatkanadanya penghayatan peserta didik belum memadaiterhadap nilai-nilai ajaran agama.

Agama memiliki peran yang amat penting dalamkehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandudalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yangbermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwaperan agama amat penting bagi kehidupan umatmanusia maka internalisasi agama dalam kehidupansetiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yangditempuh melalui pendidikan baik pendidikan dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untukmembentuk peserta didik menjadi manusia yangberiman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esadan berakhlak mulia serta peningkatan potensispiritualnya. Akhlak mulia mencakup etika, budipekerti, dan moral sebagai perwujudan daripendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritualmencakup pengenalan, pemahaman, dan penanamannilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individualataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatanpotensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuanpada optimalisasi berbagai potensi yang dimilikimanusia yang aktualisasinya mencerminkan harkatdan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yangdilakukan secara terencana dan berkesinambungandalam rangka mengembangkan kemampuan pesertadidik untuk memperteguh sradha dan bhaktiterhadap Tuhan Yang Maha Esa/ Sang Hyang WidhiWasa sesuai dengan ajaran Weda, dengan tetapmemperhatikan penghormatan terhadap agama laindalam hubungan kerukunan antar umat beragamadalam masyarakat untuk mewujudkan persatuannasional.

Perubahan yang diperoleh individu setelahmelalui suatu proses belajar meliputi perubahankeseluruhan tingkah laku. Pendidikan agama Hindudiharapkan dapat dipahami dengan baik oleh pesertadidik, agar dengan pemahaman ini peserta didik dapatmengaktualisasikan nilai-nilai agama yang diperolehdalam praktek kehidupannya. Guru diharapkan dapatmenyampaikan materi secara komunikatif, edukatifdan persuasif sehingga tujuan yang diharapkandapat terpenuhi.

Berdasarkan uraian diatas, maka Pendidikanagama Hindu memiliki peran dalam penanggulanganperilaku yang kurang baik melalui interaksi edukatifyang dilakukan antara guru dan peserta didik.Pengembangan pendidikan lebih berorientasi padakompetensi peserta didik, dan difokuskan padakemampuan life skill peserta didik. Kompetensi dasar

pendidikan agama Hindu adalah; peserta didikmemiliki sradha dan bhakti kepada Ida Sang HyangWidhi Wasa, berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur)yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalamhubungannya sebagai mahkluk ciptaan Tuhan,sesama manusia, dan alam sekitar mampu membacadan memahami kitab suci Weda, serta mampumenjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.

Pendidikan agama Hindu juga diarahkan untukmembangun kualitas mental pribadi peserta didikyang cerdas, terampil dan memiliki sikapkeberagamaan, peka terhadap perubahan perilaku dimasyarakat, komitmen terhadap nilai-nilai danprinsip-prinsip hidup secara harmonis dan kreatifdalam masyarakat yang pluralistk, kepedulianterhadap lingkungan dan berkarya sesuai denganswadarmanya (Tanu, 2008 : 27).

Pendidikan Agama Hindu merupakan salah satumata pelajaran yang ikut menentukan lajuperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(IPTEK), oleh karena itu penyelenggaraan kegiatanpendidikan tidak bisa lepas dari peranan pendidikanagama Hindu. Hal ini dikarenakan proses pendidikanagama Hindu dijadikan sebagai sebuah media dalammengembangkan nilai spiritual dan etika terhadappeserta didik yang telah mengalami kemerosotan.Dengan demikian peserta didik diharapkan mampumembangun segenap potensi dalam dirinya yaitumenghayati dan merefleksikan pengetahuan yangdimiliki ke dalam cara berpikir, ucapan dan tindakansehari-hari dalam lingkungan sekolah sebagailingkungan terkecil dalam menggali pengetahuan.

Krisis moral dan etika, harus diakui telahmengkondisikan kesenjangan di masyarakat.Masyarakat mulai mempertanyakan efektivitaspendidikan agama di lembaga pendidikan. Ditengaraiada permasalahan mendasar yang layak dipecahkanguna optimalisasi pencapaian sasaran pendidikan.Keberadaan kurikulum pendidikan agamapun mulaiditimang-timang. Ternyata, terbatasnya alokasiwaktu hanya tiga jam dalam seminggu dinilai olehberbagai kalangan sebagai salah satu penyebabnya.Pemuatan materi pelajaran yang tidak sesuai denganperkembangan peserta didik, pengetahuan yangdisampaikan sangat teoritis, telah membuatmembiasnya pencapaian sasaran.

Fenomena tersebut terjadi karena kesenjanganantara penanaman nilai agama dengan pengetahuan.Hal tersebut mengingat bahwa ilmu dan agamapernah memiliki hubungan yang tidak harmonis dimasa lalu, ketika golongan rohaniawan mendominasiseluruh aspek kehidupan manusia, tidaklah dapatdipungkiri. Karena itu, perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi mengalami hambatan.Tetapi, di jaman modern ini, sejak jaman pencerahanEnstein menyatakan bahwa ilmu tanpa agama buta,

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

76 JURNAL PENJAMINAN MUTU

agama tanpa ilmu lumpuh (Suriasumantri, 1985).Mencermati suatu fenomena mengenai

rendahnya sikap disiplin peserta didik yang sangatberimbas kepada keberadaan materi agama Hindu.Dewasa ini banyak sekali ditemukan sikap pesertadidik yang sangat arogan dalam dunia pendidikansekolah. Moral dan sikap displin peserta didik disekolah sangat rendah yang dibuktikan oleh berbagaibukti pelanggaran peserta didik seperti: (1) Pesertadidik tidak menyapa guru dengan salam yangseyogyanya; (2) cara berpakaian dan tutur katapeserta didik jauh dari kode etik seorang pelajar; (3)sering membuat kerusuhan bila ada jam kosong danbahkan terjadi pertengkaran antar peserta didik; (4)sering membolos, terlambat dan bahkan tidak masuksekolah tanpa alasan yang pasti. Kenyataan tersebutbila dicermati dari hakikat tujuan pendidikansangatlah pahit, namun guru agama yang membawamisi dan pesan moral tidaklah dapat bekerja sendiri.

Mengenai contoh sebuah isu menurun moralpeserta didik di sekolah disebabkan oleh beberapahal yang semestinya tidak boleh terjadi. Adapunfaktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu : (1)kurang kesinergian dan peran aktif semua guru dilingkungan sekolah untuk peduli dalam membentukkarakter peserta didik; (2) analisis latar belakangpeserta didik banyak sekali yang menjadikan sekolahtersebut sebagai sebuah pelarian; (3) tes penerimaanpeserta didik tidak memperhatikan psikologis anaksehingga setelah mulai bersekolah peserta didikmemiliki sifat sekehendak hati; (4) pendidikan agamasebagai modal pembentukan nilai dan karakter pesertadidik, mendapatkan posisi yang terbelakang dalamartian materi pelajaran agama lain lebih penting.Kenyataan seperti hal tersebut yang menghambatproses pembelajaran, yang akhirnya menyebakansuatu dekadensi moral peserta didik.

Terjadinya dekadensi moral yang sangatmengkhawatirkan menjadi indikasi betapa pendidikanformal sesungguhnya bisa divonis gagal membangunsebuah peradaban yang lebih baik. Ketika kesadaranmulai merasuki relung-relung pemikiran mereka yangmemiliki kepedulian terhadap nasib generasi penerus,segera melirik pendidikan yang menekankan ajaran-ajaran agama sebagai solusi alternatif. Di dalamUndang-Undang Dasar 1945 pasal 31 tentangpendidikan menyebutkan antara lain pemerintahmemajukan ilmu pengetahuan dan teknologi denganmenjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuanbangsa untuk kemajuan peradaban sertakesejahteraan umat manusia. Pendidikan agamamemiliki kedudukan sangat penting dalammembentuk akhlak mulia dan moral peserta didik. Haltersebut disebabkan oleh pendidikan agama termasukpendidikan agama Hindu merupakan bagian integraldalam membentuk perilaku peserta didik secara nyata

(Tanu, 2008:13).Pendidikan Agama Hindu sebagai bagian dari

sistem pendidikan nasional harus memiliki kontribusidalam rangka mengentaskan dekadensi moral danefek negatif lainnya yang memang merupakan ranahgarapan dari bidang ini sejajar dengan pendidikanagama lainnya di Indonesia, pendidikan moral danpendidikan seni, sosial dan budaya. Gejalamerosotnya moral peserta didik disebabkan olehkurangnya pemahaman nilai normatif agama dalamkepribadian peserta didik. Selain itu, peserta didikbelum siap melakukan aktivitas keagamaan secararutinitas sebagaimana diamanatkan dalam kitab suciweda, yakni proses pembelajaran belum dipandangsebagai kewajiban moral oleh peserta didik (Tanu,2008:192).

Sehubungan dengan hal tersebut penting sekalidilakukan penggalian nilai-nilai baru dalampenyelenggaraan agama, disamping diadakankesenergian dalam bebagai dengan pelajaran budayadan budi pekerti dalam kehidupan peserta didik(Tanu, 2011). Hal tersebut mengingat problem sepertidekadensi moral yang muncul dalam pembelajaranagama di sekolah disebabkan adanya pemisahanpeserta didik dalam proses pembelajaran agama.Fenomena tersebut dapat menimbulkan sikapberlebihan terhadap ajaran agama yang dianut olehpeserta didik (Listia, 2007).

Mencermati tentang problematik pembelajarantermasuk pembelajaran agama Hindu harus mampudikaji secara bersama-sama oleh komponenpendidikan. Moral peserta didik mengalami dilematisditengah persimpangan jaman yang membuatnyamenentukan pilihan dalam melangkah. Proses salahlangkah tersebut yang menyebabkan interprestasiprilaku peserta didik menjadi buram dan merusaktatanan ranah dan nilai pendidikan yang ada. Dengandemikian penting sekali diadakan rekonstruksimengenai nilai pendidikan bangsa melaluipembentukan karakter budaya peserta didik.

2.2 Pendidikan Agama Hindu dan PembentukanKarakter Peserta Didik

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untukmeningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnyamelalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah ragaagar memiliki daya saing dalam menghadapi tantanganglobal. Peningkatan relevansi pendidikandimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yangsesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensisumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensimanajemen pendidikan dilakukan melalui penerapanmanajemen berbasis sekolah dan pembaharuanpengelolaan pendidikan secara terencana, terarah,dan berkesinambungan.

Pendidikan yang idealnya dapat meningkatkan

77

kualitas hidup dan kesejahteraan serta berupayamerekonstruksi suatu peradaban adalah salah satukebutuhan asasi yang dibutuhkan oleh setiapmanusia. Hal ini juga merupakan pekerjaan wajibyang harus diemban oleh negara agar dapatmembentuk masyarakat yang memiliki pemahamandan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsikehidupan selaras dengan tugasnya serta mampumengembangkan kehidupannya menjadi lebih baikdari setiap masa ke masa.

Kesemuanya itu tidak luput dari peran ilmuagama sebagai pembentuk karakteristik dan mentalpeserta didik yang berbudi luhur. Sehingga,penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi,aspek-aspek materi (hasil-hasil teknologi) dankemajuan-kemajuan lainnya merupakan sesuatu yangharus disadari oleh peserta didik sebagai kebutuhandan kewajiban yang harus selalu dilaksanakan dalammenjaga keharmonisan kehidupan.

Pendidikan agama Hindu pada dasarnyamemiliki prinsip yang sama dengan pendidikan lain,hanya saja tanggung jawab moral yang dipikul parapendidik agama termasuk agama Hindu lebih beratdalam memanusiakan manusia. Serangkaian uasahamembangun moral peserta didik dibutuhkan sebuahsuasana baru dalam pendidikan yaitu suasanakekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih danpenghargaan terhadap peserta didik, tidak adapendidikan tanpa dasar cinta kasih. Dengan demikianpendidikan agama Hindu yang diselenggarakanhendaknya dapat membantu peserta didik untukberkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental,cerdas, serta menjadi anggota masyarakat yangberguna (Pandit, 2005). Manusia merdeka adalahseseorang yang mampu berkembang secara utuh danselaras dari segala aspek kemanusiannya dan mampumenghargai dan menghormati kemanusiaan setiappeserta didik.

Revitalisasi sejarah pendidikan bangsa memangmengalami pasang surut dalam perkembangannya.Beranjak dari fenomena dan kenyataan seperti itumaka penting sekali dilakukan penataan kembalimengenai penanaman ajaran agama Hindu yang utuhkepada peserta didik dalam dunia pembelajaran yangmikro. Menata proses pendidikan termasuk dalamranah pembelajaran agama Hindu adalah hal yangsangat mendesak untuk dilakukan, walaupunkenyataannya diketahui sulit. Pada hakikatnyaproses penataan kembali proses pembelajaran agamaHindu termasuk pelajaran yang membangun prilakupeserta didik yang lain diperlukan karena hadirnyasejumlah perubahan dalam dimensi pendidikan, yangbeberapa diantaranya sangat fundamental dan tidakpernah diramalkan sebelumnya.

Dunia bergerak ke masa depan dengan dinamis,dan dalam proses itu banyak nilai masa lalu yangtidak tepat lagi dengan konteks perkembangan jamanbegitu pula dengan nilai normatif dalam pembelajaran

agama Hindu. Hal tersebut disebabkan karenamemang perubahan perkembangan pola pemikirandi era milinium ini mempengaruhi struktur kehidupanmasnusia termasuk para peserta didik. Hal ini dapatmenyebabkan sebagian peserta didik mengalamidisorientasi nilai. Dalam tingkat tertentu hal tersebutjuga mempengaruhi dunia pendidikan termasukpendidikan agama Hindu, yang saat ini dirasakanbetul tentang merosotnya moral peserta didik, ketidakseimbangan kecerdasan emosional peserta didikdengan kecerdasan intelektual dan kecerdasanspiritual yang dimilikinya.

Terkait dengan perubahan jaman tersebut, untukbisa membangun paragidma pendidikan dalamlingkungan dunia baru (global) ini, diperlukanhadirnya neotradisional norm yaitu nilai-nilai baruyang berakar pada nilai-nilai tradisional (asli) dandalam perkembangan dan perubahan nilai dapatdisebut dengan dynamic integrated norm yaitusuatu perubahan nilai yang dilakukan dalamkehidupan tetapi masih bersumber dan terintegrasidengan nilai aslinya.

Sehubungan dengan dunia pendidikan, makaperanan pendidikan agama Hindu dituntut menjadiagen pembentuk karakter bangsa yang dimulai darikarakter peserta ddiknya, melalui membentuk nilai-nilai modern yang tetap bercirikan Indonesia denganberbagai kearifan lokalnya (Atdmaja, 2011). Untukitulah pengaruh pendidikan moral dan etika yangdiberikan kepada peserta didik penting untukdiintegrasikan dengan pelajaran agama Hindu. Makadari itu diperlukan pendidik agama Hindu yangberkemampuan mempersonafikasikan nilai-nilai etikkemanusiaan dan keagamaan dalam pembelajaran.Meskipun tidak berarti bahwa seorang pendidikadalah seorang malaikat, namun dinamikakehidupannya menunjukkan wajah ketulusan untukmembantu peserta didik.

Terkait dengan tugas yang dipikul oleh parapendidik yang di dalam termasuk pendidik agamaHindu diperlukan serangkaian prinsip untukdijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasiprinsip pendidikan agama Hindu. Salah satu prinsipyang masti dibahwa oleh para pendidik yaitu mampumelakukan proses pembudayaan dan pemberdayaanpeserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut harus ada pendidik yangmemberikan keteladanan dan mampu membangunkemauan, serta mengembangkan potensi dankreativitas peserta didik.

Budaya keteladanan, dan kedisiplinan dari parapendidik baik pendidik di sekolah maupun orang tuapeserta didik harus terus dikembangkan dan memilikitanggung jawab untuk memajukan sekolah dalammembina disiplin peserta didik (Sulhan, 2010).Rendahnya moral pendidikan kita saat ini disebabkanoleh lemahnya komitmen warga sekolah dalam

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

78 JURNAL PENJAMINAN MUTU

mewujudkan budaya sekolah. Harapan yangsekarang harus terpenuhi dalam menatata moralitaspendidikan adalah membudayakan nilai-nilai agamasesuai dengan budaya peserta didik.

Pembentukan karakter peserta didikmemberikan sebuah pengertian untuk menentukanapakah hubungan pembelajaran dengan pencapaiantujuan pendidikan agama Hindu, memberikan makna,untuk memfokuskan perencanaan pembelajaran danmenuju keadaan yang tepat atau cocok dengansosio-kultural dan sosio religius yang merupakanpilar-pilar penting terwujudnya idealitaspembelajaran pendidikan agama Hindu.

Dalam penanganan kendala perilaku pesertadidik, guru perlu mengetahui sebab–sebab pesertadidik berperilaku yang tidak sesuai dengan tujuankurikulum pendidikan agama Hindu. Gunaterwujudnya karakter peserta didik yang sesuaidengan tujuan pendidikan agama Hindu, makapendidik harus berupaya melakukan berbagaipendektan seperti :

Pertama, pendekatan kesadaran yaitu bersifatmenggugah hati nurani, suara hati menjadi pengawasdirinya sendiri penerapannya melalui pengajaransopan santun dan penanaman nilai-nilai agamaHindu. Kedua, pendekatan bersifat ajakan yaitusuatu pendekatan untuk memantapakan keyakinandan menumbuhkembangkan serta mening-katkanmotivasi dalam mencapai tujuan pendidikan agamaHindu. Ketiga, pendekatan etika melalui pendektanini peserta didik diajarkan untuk memahami tentangperbuatan baik dan buruk (subha,asubha karma)dan penanaman perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan dharma. Keempat,pendekatan sosial keagamaan, pendekatan ini adalahupaya meningkatkan perilaku peserta didik yangberlandaskan nilai-nilai pendidikan agama Hindumelalui kegiatan sosial keagamaan yang mencakuptiga hal yaitu dama (pengendalian diri), dana(mewajibkan pemberian dengan didasari hati yangikhlas/lascarya), karuna (kasih sayang atau welasasih terhadap sesama). Peserta didik diajarkanberderma dengan sradha dan rasa simpati yang tinggi(mudita). Amal kedermawanan adalah sifat yang jauhlebih besar artinya dari harta kekayaan. Jika tidakdipergunakan untuk berdana punia, maka secarasepiritual tidak kekayaan materi tidak ada nilainya.

Pengembangan nilai-nilai sathya (kesetiaan/kejujuran), dharma (kebajikan), shanti (kedamaian),dan ahimsa (tanpa kekerasan). Seperti yang diajarkandalam Bhagawadgita “advesta sava bhutanam”,jangalah membenci siapapun dan apapaun dalamciptaan, karena Tuhan ada pada setiap nama adanwujud. Bila setiap peserta didik memiliki rasa cintakasih yang memenuhi dirinya, maka Tuhan akansangat mengasihinya.

Antara pendidik dengan peserta didik

semestinya ada hubungan yang harmonis dan penuhkasih, bukan hanya sekedar hubungan yang formaldalam lembaga pendidikan. Seorang peserta didikharus dengan tulus menghormati gurunya,mentaatinya tanpa merasa terpaksa melainkanmenjalani kewajiban itu dengan tulus dan ikhlas.Taitriya Upanisad mengajarkan: Matru deva bhavo,pitru devo bhavo, acharya devo bhavo, atiti devobhavo.Hormatilah ibumu, hormatilah ayahmu,hormatilah gurumu, hormatilah tamu sebagaiperwujudan Tuhan di muka bumi ini.

Proses pembentukan karakter peserta didikyang berorientasi pada pemahaman ajaran agamaHindu selain yang telah diuraikan di atas, ada empatcara yang bisa dijadikan pedoman, yaitu melalui jalanBhakti Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, dan RajaYoga. Dari keempat jalan tersebut yang palingmendektai diaplikasikan dalam proses pembentukanperilaku peserta didik dapat dilakukan melalui KarmaYoga, dan Bhakti Yoga. Melalui Karma yoga pesertadidik dapat memahami ajaran agama dari perbuatanyang nyata. Lewat pola ini, peserta didik diajarkanatau diberikan pendidikan agama dengan jalanmemberikan contoh-contoh yang nyata berdasarkanatas Weda, sebab agama Hindu tidak harus melaluiteori semata namun bisa juga dilakukan dengantindakan-tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan. Berikutnya melalaui Bhakti Yogapada tahap ini, peserta didik diberikan tata kramabersikap sesuai ajaran agama, seperti hormat danbhkati kepada ajaran guru yaitu guru rupaka adalahbhkati kepada orang tua di rumah, guru pengajianhormat dan bhkati kepada bapak/ibu guru yangmemberikan pendidikan di sekolah, guru wisesahormat dan bhakti kepada pemerintah dan yang palingutama adalah hormat dan bhakti kepada guru sejatiyaitu guru swadyaya (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

2.3 Pendidikan Agama Hindu sebagai PenanamanNilai Budaya

Agama Hindu sebagai suatu sistem keyakinandapat menjadi bagian dari suatu sistem nilai yangada dalam kebudayaan peserta didik, menjadipendorong sekaligus pengendali bagi tindakan-tindakan para peserta didik tersebut agar tetap sesuaidengan nilai-nilai agama dan kebudayaannya(Sukadi, 2001:2). Dalam pengertian seperti ini makawilayah peran dan fungsi pendidikan agama Hindudalam proses pendidikan yang kongkret-historisadalah membudayakan prilaku peserta didik yangbernilai budaya. Pendidikan agama Hindu adalah jiwadari proses pendidikan umatnya dalam mendukungmuncul prilaku normatif yang mendukung prosespemberdayaan dan pembudayaan Sehinggapendidikan agama begitu pula dengan pendidikanagama Hindu dalam kebudayaan dapat berfungsisebagai (1) sebagai sistem yang mengatur tindakan

79

peserta didik yang berbudaya moral, (2)memantapkan, meresapkan perasaan-perasaan,motivasi-motivasi secara kuat, menyeluruh danbertahan lama dalam diri peserta didik, (3)memformulasikan sekumpulan tata tertib dalam diripeserta didik (Geertz, 1977).

Beranjak akan keberadaan pendidikan agamaHindu sebagai sistem nilai budaya menjadi tuntunannormatif tetapi juga nyata memberikan dorongan ataumotivasi bagi kehidupan peserta didik, bagaimanasetiap peserta didi memiliki sifat dan prilaku yangmegandung nilai-nilai luhur. Dalam kondisi sepertiitu tentu tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikanagama Hindu tidaklah steril mempengaruhi dandipengaruhi oleh keseluruhan sistem budaya dalamproses pendidikan. Satu masalah yang pentingkemudian muncul dari interelasi pendidikan agamaHindu dengan unsur budaya pembelajaran adalahpendidikan agama Hindu tidaklah steril dari aspekperubahan, karena tidak ada pendidikan dankebudayaan yang tidak mengalami perubahan.

Pendidikan agama Hindu harus memiliki acuannilai kultural dalam penataan aspek legal. Tata nilaiitu sendiri bersifat kompleks dan berjenjang mulaidari jenjang nilai ideal, nilai instrumental, sampai padanilai operasional. Pada tingkat ideal, acuanpendidikan agama Hindu adalah pemberdayaanuntuk kemandirian dan keunggulan. Pada tingkatinstrumental, nilai-nilai yang penting perludikembangkan melalui pendidikan agama Hinduadalah otonomi, kecakapan, kesadaran berdemokrasi,kreativitas, daya saing, estetika, kearifan, moral,harkat, martabat dan kebanggaan. Pada tingkatoperasional, pendidikan agama Hindu harusmenanamkan pentingnya kerja keras, sportifitas,kesiapan bersaing, dan sekaligus bekerjasama dandisiplin diri (Geriya, 1991).

Sekolah sebagai salah satu tempatmenyelenggarakan pendidikan agama Hindu harusdapat melestarikan budaya lokal dengan tetapmengikuti tren budaya global yang berkembang,misalnya bahasa daerah, gamelan, dan tariantradisional perlu dilestarikan sebagai warisan budayabangsa. Tetapi tidak dapat kita pungkiri pula bahwapenguasaan bahasa asing, band, dan modern danceharus juga dipelajari sebagai budaya global yangdisukai remaja saat ini. Karena itu, nuansa religius disekolah dengan pelaksanaan sembahyang/ TriSandhya sebelum pembelajaran yang dilaksanakanharus dijadikan aktivitas rutin. Membudayakan salamdan saling menegur dengan bahasa yang ramahharus menjadi fenomena yang biasa.

2.4 Pendekatan Multikultur dalam PendidikanNasional

Pendidikan multikultural mengandung artibahwa proses pendidikan yang diimplementasikanpada kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

selalu mengutamakan unsur perbedaan sebagai halyang biasa, sebagai implikasinya pendidikanmultikultural membawa peserta didik untuk terbiasadan tidak mempermasalahkan adanya perbedaansecara prinsip untuk bergaul dan berteman dengansiapa saja tanpa membedakan latar belakang budaya,suku bangsa, agama, ras, maupun adat istiadat yangada.

Pendidikan multikultural sebenarnya sudahtertuang dalam filsafat pendidikan Indonesia yaitufilsafat Pancasila yang mengakui keberagamanbangsa dalam satu wadah. Multikulturalismemerupakan suatu perkembangan yang relatif palingbaru dalam khazanah ilmu pengetahuan sosial danbudaya (humaniora), terutama pasca pemikiranliberalisme dalam bidang ilmu politik.Multikulturalisme terus berkembang sesuai denganderasnya perubahan sosial-budaya yang dihadapioleh umat manusia khususnya di dalam era duniaterbuka dan era demokratisasi kehidupan. MenurutFay (dalam Parsudi Suparlan, 2003:1)multikulturalisme merupakan sebuah ideologi yangmengakui dan mengagungkan perbedaan dalamkesederajatan, baik secara individual maupun secarakebudayaan. Oleh karena itu, multikulturalismeseharusnya tidak dipahami semata-mata sebagaisekumpulan perbedaan belaka yang dapatdijumlahkan dan disatu-satukan secara kuantitatif,tetapi sebaliknya multikulturalisme adalah sebuahkualitas dan bukan entitas, yang secara mutlakmensyaratkan adanya, empati, solidaritas dankeadilan sosial (Budiman, 2003:2).

Pada dasarnya multikulturalisme bukan sekadarwacana tetapi ideologi yang harus diperjuangkansebagai landasan pendidikan yang mengakui danmau membina keanekaragama dalam kehidupan.Akan tetapi sebagai sebuah ideologimultikulturalisme tidak dapat berdiri terpisah dariideologi-ideologi lainnya; sebaliknya,multikulturalisme justru membutuhkan seperangkatbangunan konsep-konsep untuk memahaminya.Berbagai konsep yang berkaitan denganmultikulturalisme antara lain: demokrasi, keadilan danhukum, nilai-nilai budaya dan etos kerja,kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa dan kesukubangsaan, kebudayaan etnik,keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya,domain privat dan publik, hak budaya komuniti, dankonsep-konsep lainnya yang relevan (Fay dalamSuparlan, 2003: 4). Hal ini terkait dengan adanyapaling tidak tiga faktor yang mendorong berkembang-luasnya wacana pemikiran multikulturalisme, yaitu:HAM (Universal Declaration of Human Rights yangdiprakarsai oleh PBB pada tahun 1948), globalisme,dan proses demokratisasi.

Model pendidikan yang kiranya dapatditerapkan di Indonesia, dalam mengembangkanpendidikan multikultural, di samping melalui

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

80 JURNAL PENJAMINAN MUTU

penyempurnaan kurikulum dan bahan ajar, termasukjuga penataran guru atau dosen dan hal ini dapatdilaksanakan oleh guru dosen pemegang matapelajaran/mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraanatau Pendidikan Moral Pancasila, di samping sudahtentu para guru agama, guru bimbingan danpenyuluhan (BP) dan sangat ideal bilamanapendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan pedasemua mata pelajaran dan oleh karena itu semua gurudi sekolah hendaknya terlibat dalam proses belajarmengajar (PBM) pendidikan multikultural ini. Tidakkalah pentingnya adalah orang tua peserta didik/mahapeserta didik yang menumbuhkembangkannyadi rumah (dalam keluarga) dan para tokoh agama dantokoh masyarakat dalam mengambil peranan, menjaditeladan dalam memajukan pendidikan multikulturalini. Media massa, khususnya TV sangat berperanandalam menunjang pendidikan multikultural ini. Hal-hal yang perlu ditekankan dalam pendidikanmultikultural ini antara lain:

1) Cinta dan bhakti kepada tanah air, tumpahdarah tempat dilahirkan, jangan membenciatau merugikan tanah air sendiri dan tanahair orang lain. Menumbuhkan apresiasiterhadap berbagai agama dan budaya denganmengembangkan sikap toleransi yang sejati.

2) Hormati semua agama dengan rasa hormatyang sama, setiap agama adalah jalan menujuTuhan Yang Maha Esa. Demikian pulamemberikan apresiasi dan penghormatan yangsama terhadap berbagai budaya, utamanyabudaya daerah di Nusantara.

3) Cintai semua orang tanpa membeda-bedakanlatar belakang etnis, suku, agama dan profesiorang, karena semua manusia apa pun latarbelakangnya adalah satu komunitas yangtunggal.Pelihara kebersihan dan ketentramanrumah tangga dan lingkungan sosial, makakesehatan dan kebahagiaan masyarakat akandapat diwujudnyatakan.

4) Jadilah dermawan, jangan buat sesuatu yangmenjadikan seseorang menjadi pengemis.Bantulah orang yang memerlukan sesuaikebutuhan dan menjadikan mereka mandiri.

5) Jangan menggoda seseorang denganmenawarkan/memberi hadiah ataumerendahkan diri dengan menerima suap.

6) Jangan membenci, dengki, irihati denganalasan apa pun kepada siapa pun juga.

7) Jangan bergantung pada siapapun, usahakanuntuk melaksanakan sendiri sebanyakmungkin, walaupun seseorang kaya raya danmemiliki banyak pembantu, tetapi pelayananmasyarakat (seva) agar dilaksanakanlangsung sendiri. Jadilah pelayan bagi diri

sendiri dan orang lain.8) Jangan sekali-kali melanggar hukum yang

berlaku di negara kita. Patuhilah peraturanperundang-undangan yang berlaku. Jadilahwarga negara teladan.

9) Cintailah Tuhan Yang Maha Esa, dan segenapciptaan-Nya dan jauhilah dosa dan perbuatanburuk.

Dengan demikian, pendidikan multikulturalsangat relevan dilaksanakan dalam mendukungproses demokratisasi, dimana pada pendidikanmultikultural terdapat beberapa hal terkait mengenai,pengakuan hak asasi manusia, tidak adanyadiskriminasi dan diupayakannya keadilan sosial.Selain itu, dengan pendidikan multikultural inidimungkinkan seseorang dapat hidup dengan tenangdi lingkungan kebudayaan yang berbeda denganyang dimilikinya. Bila semua komponen bangsaIndonesia terpanggil untuk membangun pendidikanmultikultural ini, maka pada saatnya bangsaIndonesia akan menjadi bangsa yang benar-benardikenal sebagai bangsa yang sangat ramah, jujur,dermawan dan mendapatkan penghargaan, sejajardengan bangsa-bangsa yang telah jauh lebih majudari bangsa kita. Will Kymlicka (2003:134) mengutippendapat Margalit dan Raz (1990: 447-9) menyatakan:“Apabila suatu kebudayaan secara umum tidakdihormati, maka martabat dan rasa harga diri paraanggotanya akan juga terancam”. Pendapat Margalitdan Raz ini dapat saja terjadi di Indonesia, bila bangsaini tidak segera mengantisipasinya dan satu cara diantaranya adalah dengan mengembangkanpendidikan multikultural, menegakkan nilai-nilai etikadan moralitas dalam membangun masa depan bangsaIndonesia. Ke depan pendidikan etika dan moralitas,disamping plularisme beragama dan multikulitu-ralisme, serta patriotisme dan nasionalisme hendak-nya lebih mendapatkan perhatian dari pemerintah.

III. PENUTUPPemikiran manusia membuat arus

perkembangan zaman semakin kian menonjol, sebuahsebuah bukti timbul teknologi dalam systemkehidupan. Namun di balik hal tersebut terdapat sisigelap dari proses global yang melanda kehidupan.Sebagai sebuah subsistem yang sangat kecil yaitudalam dunia pembelajaran sangat dirasakan sekalimodernisasi diwarnai dan dimaknai tidak dengansemestinya sehingga melahirkan berbagaipenyimpangan prilaku dan merosotnya moral pesertadidik.

Pendidikan agama Hindu sebagai sebuahsubsistem pendidikan nilai dihadapakan padadilematis di tengah persimpangan jaman, yang

81

akhirnya menuntut keras campur tangan bersamadalam membentuk moral peserta didik. Proseskesinergian pendidikan agama Hindu denganpelajaran lain merupakan sebuah strategi dalammembentuk karakter pendidikan bangsa Indoneisa,dengan mengacu pada nilai budaya kehidupanpeserta didik. Melalui pendidikan agama, kepribadianpeserta didik dibentuk dan diarahkan sehingga dapatmencapai derajat kemanusiaan sebagai makhlukberbudaya.

Pendidikan agama Hindu mendorong pesertadidik untuk dapat menjalankan ajaran agamanyadalam kehidupan sehari-hari, dan menjadikan agamasebagai landasan etika dalam kehidupan pribadi,keluarga, masyarakat, bangsa dan negara mengingatsuksesnya anak-anak dalam mengikuti pelajaranagama tidak bisa diukur dari perolehan angka sematamelainkan juga bisa dilihat dari sikap danperilakunya. Oleh karena itu jika semua pihakkonsekuen dengan tujuan pendidikan nasionalbahwa selain mencerdaskan kehidupan bangsa, jugamembetuk mental spiritual seharusnya pendidikanagama mendapat porsi yang sewajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Atmajda, I N Bawa. 2001. Pendidikan KarakterBangsa. Singaraja: Undhiksa.

Budiman, Manneke. 2003. ‘Jatidiri Budaya dalamMasyarakat Multikultural’. Makalah dalamSeminar Pendidikan Multikultural danRevitalisasi Hukum Adat dalam PerspektifBudaya, diselenggarakan Dep. Kebudyaandan Pariwisata, Bogor: tanggal 18—20Desember 2003.

Capra, F. 2000. Titik Balik Peradaban: Sains,Masyarakat, dan KebangkitanKebudayaan. Yogyakarta: Yayasan BentangBudaya.

Elmubarok, Z. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai,Mengumpulkan yang Terserak,Menyambung yang Putus, dan Menyatukanyang tercerai. Bandung: Alfabeta.

Geerts, C. 1977. Penjaja dan Raja: Perubahan Sosialdan Modernisasi Ekonomi di Dua KotaIndonesia ( S. Supomo: Penterjemah). Jakarta:

Gramedia.

Geriya, I.W. 1991. Peranan Agama Hindu dalamTransformasi Budaya. Denpasar: InstitutHindu Dharma.

Hasibuan, S.P. Malayu. 1996. ManajemenPengertian dan Masalah Dasar. Jakarta:Gunung Agung.

Kymlicka, Willy, 2003. Kewargaan Multikultural.Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia.

Listia, dkk. 2007. Problematik Pendidikan Agamadi Sekolah. Yagyakarta: Institut Dian.

Maharyono, HS, SB. 2008. Pendidikan KarakterBangsa Indoneisa. Educare, nomor 7/5 Oktoer2008. Halaman 22-17-21.

Pandit, B. 2005. Pemikiran Hindu Pokok-PokokPemikiran Agama Hindu dan Filsafatnya.Surabaya: Paramita.

Sukadi. 2011. Paran Ilmu Sosial dan Humaniora dalamPembelajaran Agama. Makalah seminar diPascasarjana IHD Negeri Denpasar. Tidakditerbitkan.

Sulhan, N. 2010. Pendidikan Berbasis KarakterSinergi antara Sekolah dan Rumah dalamMembentuk Karakter Anak. Surabaya:Jaringpena.

Suparlan, Parsudi. 2003. ‘Menuju MasyarakatIndonesia yang Multikultural’. Makalahdalam Seminar Pendidikan Multikulturaldan Revitalisasi Hukum Adat dalamPerspektif Budaya, diselenggarakanDepartemen Kebudyaan dan Pariwisata,Bogor, tagl. 18—20 Desember 2003.

Susriasumantri, J.S. 1985. Filsafat Ilmu SebuahPengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Tanu, I Ketut. 2008. Isu-isu Kontemporer PendidikanAgama Hindu di Sekolah Dasar (perspektifkritis cultur studies). Denpasar: SariKhayangan Indonesia.

Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-Simboldalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

Penanaman Ajaran Agama Hindu Berbasis BudayaDalam Membantuk Karakter Peserta Didik | Made Mardika

82 JURNAL PENJAMINAN MUTU

I. PENDAHULUANGlobalisasi didefenisikan sebagai semua proses

yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga duniamenjadi sebuah kelompok masyarakat global(Sunarso dkk, 2006;134). Globalisasi disebabkankemajuan teknologi dalam bidang komunikasi,informasi serta perekembangan transportasi.Kemajuan masyarakat yang ditandai denganberkembangnya ilmu dan teknologi membuat umatmanusia semakin mudah melangsungkan kehidupan.Contohnya, dengan ditemukannya transportasi,orang dapat dengan mudah berpindah dari satutempat ke tempat lainnya. Setelah ditemukannyamedia televisi, orang dapat melihat kejadian dibelahan dunia lain dalam hitungan detik.Kecanggihan internet dan telepon seluler/handphone, memungkikan orang dapatberkomunikasi tanpa batas waktu, tempat dan ruang.

Disisi lain ada beberapa hal yang nampaknyakini sudah diabaikan karena perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi (IPTEK), hal-hal tersebutdiantaranya akibat dari kemudahan yang ditimbulkanoleh perkembangan teknologi kini manusia menjadimakhluk yang manja, hidup dengan ketergantunganpada teknologi, tidak mau lagi bekerja keras dalammenyelesaikan masalah-masalah dalamkehidupannya, sehingga ketika suatu keadaanmengharuskannya untuk tidak menggunakanteknologi, manusia seperti orang yang kehilangan

IMPLIKASI GADGET TERHADAP MASYARAKAT HINDUDI BALI

OlehNi Nyoman Sri Widiasih

Dosen pada Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar

Abstrack

Gadget is one of the successful communication technology products is booming in thismillennium century. Gedget allows humans to interact or communicate with another humanbeing without a limited time, place and space.

Progress society characterized by the development of science and technology. Scienceand technology major effect on human life and activity. Positive implications that scienceand technology can facilitate human in Survival. With the science and technology, humancreativity challenged to continue and develop ideas berkualitasnya to be something usefulfor humans, and the natural surroundings. While the negative implication is that he hasnow increasingly rely on technology to run his life, so he became a creature lazy, spoiledand less willing to work hard. In reality, not all the problems facing humanity can be solvedby technology.

The function of religion as a human guide in these conditions is very important. Hinduismis not anti to the technology, it Hindu suggest the importance of building a strong civilization.Hinduism has given life provision and guidelines long before humans evolved in advancedage as it is today. The concept of Tri Pramana and Wiweka should remain aware andunderstood in Survival.

Keywords: Gadgets, Science, Religion Hindu

arah dan tidak tahu harus berbuat apa. Hal inilahyang membuat manusia dapat terjebak pada polahidup hanya untuk mengejar kenikamatan indriawisemata (http//puspadevianti.wordpress.com/2011/03/15/IPTEK-dalam-pandangan-hindu)

Agama memberi tuntunan agar manusia bisamemanfaatkan hasil penemuan IPTEK untukkesejahteraan bersama. Dalam Hindu ilmupengetahuan adalah suatu hal yang sangatdiagungkan sebagai suatu anugerah Ida Sang HyangWidhi Wasa yang didasari dharma, sehingga ketikaseseorang memanfaatkan pengetahuan itudiharapkan selalu mengingat Ida Sang Hyang WidhiWasa sebagai suatu bentuk pengalaman dari berkarmaberdasarkan dharma dan kemudahan sertakenikmatan yang dapat diberikan oleh hasilpengembangan IPTEK itu tentunya patut disyukurisebagai anugerah Tuhan. Dengan pengembanganIPTEK yang tepat dan akurat, berbagai hal dapatdilakukan dengan cepat praktis dan dapat memberikemudahan dalam menjalankan kehidupan ini tetapitetap berdasarkan dharma sehingga keseimbanganantara hal-hal tersebut dapat tercapai sekaligustujuan hidup manusia untuk kebebasan di dunia danmoksa dengan berdasarkan dharma.

Salah satu hasil dari pengembangan IPTEKyaitu gadget. Akhir-akhir ini konsumsi gadgetmanejadi trend di masyarakat, bahkan dijadikansebagai gaya hidup. Kementrian Komunikasi dan

83

Informatika mencatat jumlah gadget di Indonesiasebanyak 240 juta unit, sedangkan jumlah pendudukIndonesia kurang lebih sebanyak 230 juta jiwa. Dataini menunjukan jumlah gadget lebih banyakdibandingkan jumlah penduduk Indonesia, hal inimemberikan gambaran bahwa satu oang memiliki duagadget atau lebih. Tidak heran jika Indonesia masuklima besar sebagai negara dengan pengguna gadgetterbesar di dunia, karena masyarakat Indonesia perindividu bisa memiliki dua atau bahkan lebih gadgetdari berbagai merk dan tipe. Banyak alasan konsumenyang akhirnya menjadikan gadget sebagai gayahidup, disamping karena mendapatkan prestisetinggi, gadget juga memberikan kemudahan dalammelakukan aktivitas sehari-hari.

Dengan hadirnya gadget, dunia menjaditransparan dan terasa seperti selembar daun kelor.Hubungan antarmanusia menjadi sangat mudah dandekat, jarak waktu seakan tidak terasa dan seakanpula tanpa batas. Dengan hadirnya gadget pula,memberi peluang dan mendorong seseorang untukmelakukan tindakan-tindakan kejahatan. Walaupunsudah diberikan tuntunan dan masyarakat telahmenciptakan hukum positif, penyalahgunaanteknologi masih selalu terjadi. Kejahatan denganmedia komunikasi elektronik, seperti telepon selulerdan internet juga terjadi. Mulai bergosip, melecehkanorang lain, memfitnah, melakukan pembajakan, danaksi terorisme yang dapat membuat masyarakatketakutan. Berdasarkan latar belakang yang telahdipaparkan, permasalahan yang diangkat yaituImplikasi Gadget terhadap masyarakat Hindu di Bali.

II. PEMBAHASAN2.1 Sejarah Gadget

Menurut Wikipedia, gadget adalah sebuahistilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang artinyaperangkat elektronik kecil yang memiliki fungsikhusus. Dalam bahasa Indonesia, gadget disebutsebagai “acang”. Salah satu hal yang membedakangadget dengan perangkat elektronik lainnya adalahunsur kebaruan. Artinya, dari hari ke hari gadgetselalu muncul dengan menyajikan teknologi terbaruyang membuat hidup manusia menjadi lebih praktis(http://en.wikipedia.org/wiki/Gadget).

Beberapa sumber lain mengatakan konongadget berasal dari lelucon di abad 19. Istilah inidigunakan sebagai istilah pengganti untuk menyebutsebuah benda yang digunakan oleh seseorangdengan daya ingat rendah. Bukti anekdotpenggunaan kata gadget ada di Kamus InggrisOxford yaitu gadget sebagai nama tempat untukmenyimpan item teknis yang mana orang tidak dapatmengingat nama sebenarnya, hal ini berlangsungsejak tahun 1850-an. Contoh, pada buku RobertBrown, Spunyarn and Spindrift pada tahun 1886

menyebutkan seorang pelaut pulang denganmembawa clipper the Cina yang pertama kali dibuatdan digunakan lalu menyebutnya gadget. Secaraetimologi kata gadget ini juga berarti sengketa.Konon asal usul kata gadget tercipta ketika tigaorang sedang melakukan pembangunan besar, yakniPatung Liberty di Amerika pada 1886. Tiga orang ituberasal dari Perancis bernama Gaget, Gauthier, danCie. Mereka bersengketa tentang miniature patung.(http://www.anneahira.com/gadget.htm).

Sementara itu, Michael Quinion, penulis Inggrispenyumbamg tulisan dalam edisi kedua kata baruuntuk kamus Oxford menulis asal usul istilah gadget.Menurutnya gadget identik dengan beberapa alatmekanis kecil, terkadang bentuknya tidak jelas, tapialat ini pasti cerdik dan baru (Error! Hyperlinkreference not valid.). Pendapat lain yang lebih masukakal, istilah gadget berasal dari bahasa Perancisgchette yang dalam bahasa Indonesia berartimencetuskan atau melahirkan sebuah gagasan baru.Hingga 1956, istilah gadget ini terus diperbincangkan.Sebuah esai yang ditulis oleh seorang kritikusarsitektur bernama Reyner Banham berjudul “TheGreat Gizno”, mendifinisikan gadget sebagai bendadengan karakteristik unik, memiliki unit dengankinerja tinggi dan berhubungan dengan ukuran sertabiaya. Fungsi gadget adalah untuk mengubahsesuatu menjadi hal yang dibutuhkan manusia.

Dalam industri software, gadget mengacu padaprogram computer yang menyediakan layanan tanpamemerlukan sebuah aplikasi independen yang akandiluncurkan secara terpisah, melainkan berjalan dilingkungan yang mengelola beberapa gadget.Berdasarkan asal usul itu, maka tidak mengherankanbila handphone, laptop, tablet, dikatagorikan sebagaigadget. Berdasarkan fungsinya, tiga alat itu kinipaling akrab, dan paling dibutuhkan oleh manusiadalam menjalani aktifitasnya sehari-hari. Contoh-contoh dari gadget diantaranya telepon pintar(smartphone) seperti iphone dan blackberry, sertanetbook (perpaduan antara computer portableseperti notebook dan internet)

2.2 Pandangan Agama Hindu terhadapPerkembangan IPTEK

Focus tugas ini yaitu melihat implikasi gadgetpada masyarakat Hindu di Bali, bedasarkan fokustersebut, maka diuaraikan terlebih dulu mengenaipandangan Agama Hindu terhadap kemajuanteknologi.

Dalam Hindu, ilmu pengetahuan adalah suatuhal yang sangat diagungkan sebagai suatu anugrahIda Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma,sehingga katika seseorang memanfaatkanpengetahuan itu diharapkan selalu mengingat IdaSang Hyang Widhi Wasa sebagai suatu bentuk

Implikasi Dadget terhadap Masyarakat Hindu di Bali | Ni Nyoman Sri Widiasih

84 JURNAL PENJAMINAN MUTU

pengamalan dari berkarma berdasarkan dharma, dankemudahan serta kenikmatan yang dapat diberikanoleh hasil pengembangan IPTEK itu tentunya patutdisyukuri sebagai anugerah Ida Sang Hyang WidhiWasa.

Dengan pengembangan IPTEK yang tepat danakurat, berbagai hal dapat dilakukan dengan cepatpraktis dan dapat memberikan kemudahan dalammenjalankan kehidupan ini, tetapi berdasarkandharma, sehingga keseimbangan antara hal-haltersebut dapat tercapai sekaligus tujuan hidupmanusia untuk kebebasan di dunia dan moksadengan berdasarkan dharma.

Dengan demikian adapat dikatakan bahwadalam Hindu IPTEK adalah suatu hal yang memangmerupakan suatu hal yang sangat penting. KarenaHindu mengagungkan ilmu pengetahuan sebagaisuatu anugerah Tuhan untuk dapat didayagunakandengan baik oleh manusia sehingga dapatmempermudah manusia dalam kehidupannya, tetapikembali lagi kepada azas tunggal yang tidak dapatdiabaikan, bahwa setiap hal harus dilakukanberdasarkan dharma, sehingga keseimbangan hidupdapat dicapai untuk menuju pada tercapainya tujuanhidup dalam agama Hindu yaitu MokshartamJagadhita Ya Ca iti Dharma (http://puspadevianti.wordpress.com/2011/03/15/iptek-dalam-pandangan-hindu).

Tujuan agama Hindu adalah Moksa dan JagatHita yaitu kesejahteraan sekala niskala, maka dalammengejar kesejahteraan sekala niskala ini, mau tidakmau dihadapkan pada , karena mengikutiperekembangan dari zaman globalisai ini. AgamaHindu akan menerima perkembangan teknologisecara selektif, sepanjang tidak bertentangan dengannilai-nilai agama Hindu. Dalam Agama Hinduteknologi itu hanya sebagai sarana penopang/penunjang untuk mencapai hakekat daripada tujuanhidup beragama di dalam pelaksanaan upacara/upakara agama. Di dalam kehidupan sebagai manusiaberagama, teknologi berpengaruh di dalam mencapaikesejahteraan hidup dan kehidupan. Ajaran dariagama Hindu yang digunakan sebagai tolak ukurdalam menerima/menolak perkembangan teknologiitu, yaitu :

1. Konsep Tri SemayaKonsep Tri Semaya yakni persepsi orang Hindu

Bali terhadap waktu. Menurut orang Hindu Balikonsep Tri Semaya dibagi menjadi tiga yaitupenyesuaian dengan masa lampau (athita),penyesuaian dengan masa yang akan datang(anaghata) dan penyesuaian dengan masa sekarang(warthamana). Tri Semaya merupakan suaturangkaian waktu yang tidak dapat dipisahkan satudengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini

ditentukan oleh hasil perbuatan masa lalu danperbuatan saat ini juga menentukan kehidupan dimasa yang akan datang.

Kemajuan IPTEK memiliki implikasi yang sangatpenting sekali dalam mempercepat, memperluasjangkauan penyebaran ajaran Weda yang merupakankitab suci umat Hindu dan memuat pengetahuan-pengetahuan Agama Hindu yang berasal dari masalalu ke masa sekarang dan mendatang, dankonsekuensinya akan sekaligus mendobrak ajaranajewera. Ajewera yang merupakan peringatankepada semua orang untuk selalu hati-hati dalammempelajari Weda. Ajewera berkaitan berbagai halantara lain, Away sira pwang anglem druwya (tidakboleh tidak iklas); Arwya wak purusa (tidak bolehberkata kotor); Away sira angawu-ngawu (tidakboleh mengotori); Away angurang-ngurangi (tidakboleh mengurangi); Ujar menak pwa sira warahan(berkatalah yang baik mesti dalam ucapan). Semuaitu mengandung maksud bahwa Weda mengandungpengetahuan rohani yang sangat rahasia dank arenaitu perlu kehati-hatian dalam mempelajarinya danmenambahkan dengan komentar ajewer.

Prinsip kehati-hatian dalam memepelajasi Wedasudah disyaratkan oleh Bhagawa Wyasa di dalamBhagawad Gita sebagai berikut,

“pengetahuan ini jangan pernah dijelaskankepada orang yang tidak melakukan tapasya,tidak setia, tidak menekuni cinta bhakti atauyang iri kepadaKu” (BG 18.67)“Siapa pun yang menjelaskan rahasia palingutama ini, akan mencapai bhakti yang murni danakhirnya akan kembali kepada-Ku. Tidak adaorang di dunia ini yang lebih kucintai daripadadia” (BG.18.68-69)

Jadi demikian cara Weda diajarkan, bahwasiapapun yang bersedia menjadi dharmaduta Weda,itulah jaminannya. Namun harus memiliki kualifikasiyang sesuai terlebih dulu sehingga umat yangdiajarkan akan menjadi umat-umat yang suci lahirbatin dan bukan hanya sekedar menjadi anggota ataupengikut. Selain itu juga bukan sekadar menghafalsemua sloka yang akhirnya berpikir bahwa dirinyalahyang paling berpengetahuan dan sukses. Ketikaseseorang ingin mempelajari sebuah kitab suciberhati-hatilah senantiasa agar sikap perilakumencerminkan sikap dan tingkah laku dariorang0orang suci yang dimuliakan (http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/3/19/s1.htm)

Konsep pendakian kesempurnaan Weda harusmelalui sistem pewartaan Itihasa dan Purana, sepertidinyatakan dalam kitab Vayu Purana I.20 yangberbahasa sansekerta :Hendaknya Weda ditawarkanmelalui Itihasa dan Puarana. Weda takut kalau orangbodoh membacanya. Weda berpikir bahwa orang

85

bodoh itu akan melawan ajaran Weda. Sejalandengan sloka Vayu Purana itu adalahSarasamuscaya 39 dalam penjelasan bahasa JawaKunonya persis seperti isi Vayu Purana tersebut.Ini artinya artinya masyarakat yang tidak memilikikemampuan atau kesempatan mendalami mantram-mantram Weda Sruti dan sloka-sloka Weda Smrtidengan memahami isi Itihasa dan Purana sudahberarti mendalami isi Weda.

Mendalami isi Weda bukan untuk dihafal. Yangpaling utama adalah pemahaman akan isi Weda itudapat menimbulkan perubahan diri menujuperubahan diri yang semakin dekat dengan Tuhan (Dewa Abhimana), semakin dekat dengan kebenaran(Dharma Abhimana) dan semakin dekat denganpengabdian pada tanah kelahiran (Desa Abhimana).Melalui Itihasa dan Purana nilai-nilai Weda yanguniversal itu ditanamkan ke dalam sanubari umat.Dengan demikian nilai-nilai Weda tersebut menjadibagian yang integral ke dalam diri setiap umat. Inilahyang lebih penting daripada menghapalkan syair-syair suci Weda (http://balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2005/4/19/02.htm).

2. Konsep Tri PramanaKonsep Tri Pramana mempunyai arti tiga cara

umat Hindu meyakini adanya Ida Sang Hyang WidhiWasa. Cara-cara tersebut adalah Pratyaksa Pramana(berdasarkan penglihatan langsung), AnumanaPramana (berdasarkan kesimpulan yang logis) danAgama Pramana (berdasarkan kebenaran yangsesuai dengan ajaran kitab suci agama Hindu).

3. Rasa, Utsaha, dan Lokika (akal)Tri Semaya, Tri Pramana, Rasa, Utsaha dan

Lokika, semua hal itu harus disesuaikan denganDesa (penyesuaian dengan tempat), Kala(penyesuaian dengan waktu) dan Patra(penyesuaian dengan keadaan) daerah setempatkarena di Bali mempunyai desa, kala, patra yangberbeda-beda. Maka dari itulah perkembanganIPTEK harus disesuaikan dengan desa, kala, patrayang juga didukung dengan nilai-nilai dari ajaranagama. Jadi, gadget tetap saja memiliki keterbatasandalam hal-hal yang bersifat khusus desa, kala, patra.

2.3 Implikasi Gadget terhadap masyarakat Hindudi Bali

Berikut diuraiakn Implikasi Gadget terhadapmasyarakat Hindu di Bali berdasarkan teori tujuhunsur kebudayaan oleh Koentjaraningrat:a. Peralatan dan Perlengakapan Hidup Manusia

Pergeseran masyarakat Hindu tradisionalmenuju masyarakat modern membawa dampakpositif yang sangat signifikan yaitu masyarakatyang dulunya hidup tradisional, kini dapat

beraktivitas jauh lebih mudah. Contoh: padamasyarakat tradisional untuk menjalinkomunikasi dengan orang lain yang berada disuatu tempat yang jauh biasanya menggunakantulisan tangan dalam bentuk surat, sekarangsudah bisa melalui gadget dengan fasilitastelepon, Short Messages Sevice (SMS) danelectronic mail (e-mail). Komunikasi dalammasyarakat Hindu di Bali menjadi cepat danmudah dilaksanakan dengan hadirnya gadget,tanpa perlu membeli kertas, tinta, amplop danperangko, serta tak perlu jauh-jauh ke kantorpos. Seseorang dengan mudahnyaberkomunikasi atau melakukan percakapanmelalui gadget, sehingga dapat menambahkeakraban serta mempercepat persatuan bagipara umat seagama maupun berbeda agama,karena intensitas kemunikasi menjadi semakinmurah, mudah, praktis, dan cepat, serta tidakterbatas ruang dan waktu.

Dampak positif lainnya yaitu denganberkembangnya gadget pada masyarakat Hindudi Bali komunikasi tidak hanya dilakukan denganalat komunikasi tradisional masyarakat HinduBali yaitu Kulkul, tetapi juga dilakukan denganbantuan gadget. Kulkul yang terdapat di banjaratau yang biasa disebut kulkul banjar,masyarakat Hindu Bali memiliki spiritkebersamaan yang tinggi, karena setiapmendengar bunyi kulkul ditabuh, warga akanberbondong-bondong datang ke banjar untukmelakukan aktivitas gotong-royong,menandakan adanya warga yang meninggaldunia (kematian), menandakan adanyamarabahaya, misalnya: banjir, kebakaran,pembunuhan, perampokan. Dengan hadirnyagadget, komunikasi yang dilakukan dapatsampai walaupun warga banjar berada di tempatatau lokasi yang jauh yang tidak tejangkau olehsuara kulkul.

Di samping dampak positif, terdapat jugadampak negatif dari hadirnya gadget. Dapatdilihat saat ini penggunaan kulkul padamasyarakat Hindu Bali sudah tidak seefektifdulu bahkan di beberapa banjar terutama didaerah perkotaan seperti Denpasar dansekitarnya, kulkul sudah tidak digunakan lagisebagai alat komunikasi. Selain itu dampaknegatif pada hilangnya tradisi mengirim kartuucapan yang sudah turun-temurun, sertakerapkali ucapan yang dikirim melalui gadgetdiambil atau di copy dari ucapan atau kata-katamilik orang lain yang telah terlebih dahulumengirimkan ucapan. Bahkan tak jarang pulaucapan yang dikirim cukup ditulis hanya satu,kemudian dalam satu klik, semua orang yang

Implikasi Dadget terhadap Masyarakat Hindu di Bali | Ni Nyoman Sri Widiasih

86 JURNAL PENJAMINAN MUTU

masuk daftar penerima akan menerima ucapanyang sama. Hal ini tentunya berakibat ucapanyang dikirim terasa kurang sopan dan kurangberkesan.

b. Mata Pencaharian Hidup dan Sistem EkonomiDampak positif gadget dilihat dari mata

pencaharian dan sistem ekonomi yaitu cukupbanyak masyarakat Hindu di Bali yang bekerjaatau menjadi pemilik perusahaan atau toko-tokopenjual gadget, penjual kelengkapan gadgetseperti pulsa, accessories gadget maupunpelayanan jasa perbaikan gadget. Dengan katalain, hadirnya gadget membawa dampak positifbagi masyarakat Hindu di Bali yaitu dapatmengurangi pengangguran dan meningkatkantaraf hidup.

Gadget sebagai alat komunikasi jugaberdampak positif yaitu sangat membantumasyarakat Hindu di Bali dalam bekerja. Bagipengusaha gadget bisa digunakan sebagai alatkontrol dalam berbisnis misalnya dalam menjalinhubungan dengan karyawan atau rekan bisnis.Bagi masyarakat Hindu di Bali yang berprofesisebagai petani maupun pedagang hadirnyagadget sangat membantu disaat petani maupunpedagang ingin menjual hasil panen atau barangdagangannya. Petani maupun pedagangmenjalin hubungan dengan pembeli.Kemampuan pelayanan internet yang dimilikigadget juga dapat mempermudah dalam sistemjual beli diantara penjual dan pembeli ditambahlagi transaksi yang kini dapat dilakukan secaramobile dengan bantuan gadget.

Gadget menawarkan fitur browsingdengan tampilan yang cukup untuk melihatbarang dan melakukan transaksi. Sebagaicontoh, begitu halnya dengan masyarakatHindu Bali yang menjual peralatan maupunperlengkapan sembahyang melalui situs onlineseperti menjual kebaya, kain, udeng. Berbagaialternative promosi yang praktis dan murah saatmenjual juga dapat dilakukan melalui gadget.Gadget memberikan kemudahan memilihpromosi alternatif untuk mensosialisasikanbisnis pada masyarakat baik melalui iklan baru,SMS atau e-mail maupun melalui media sosialseperti facebook dan twitter.

Dampak negatif hadirnya gadget yaituseringkali masyarakat tertipu oleh pedagang-pedagang nakal yang menawarkan ataumempromosikan barang dagangannya memilikigadget. Penipuan yang terjadi misalnya ketikauang sudah ditransfer oleh pihak pembeli,barang tidak dikirim oleh pihak penjual atau

kondisi barang tidak sesuai dengan yang adadi foto atau rincian detail barang.

c. Sistem KemasyarakatanDampak positif hadirnya gadget

menyebabkan dunia menjadi transparan, terasaseperti sehelai daun kelor yang segalanyaseakan mudah untuk dijangkau dalamgenggaman tangan, karena hubungan menjadisangat mudah dan dekat, jarak dan waktuseakan tidak terasa dan seakan pula tanpa batas.Di sisi lain kehadiran gadget juga membawadampak negatif yaitu menciptakan kesenjangansosial dalam masyarakat Hindu di Bali.Kesenjangan sosial yang tercipta seperti jarakantara si kaya dan si miskin dan hal ini bisamerusak nilai-nilai dan juga akan memicuprasangka sosial maupun persaingan dalamkehidupan. Mempunyai penghasilan besarmungkin bisa menjadikan alasan seseorangmemiliki lebih dari satu gadget. Ketika konsumsigadget bukan lagi sebuah kebutuhan tetapimenjadi sebuah keinginan, maka akan mudahberganti gadget ketika harga gadget turun, atauketika ada gadget tipe baru yang dikeluarkan.Inilah yang menyebabkan gadget menjadi alatsebagai gaya hidup yang dipandang dimasyarakat sebagai ukuran kekayaan.

Hadirnya gadget juga menyebabkanmasyarakat Hindu di Bali menjadi individualistis.Masyarakat merasa sangat dimudahkan dengangadget dan membuat merasa tidak lagimembutuhkan orang lain dalam aktivitasnya.Kadang-kadang masyarakat lupa akan dirinyasebagai makhluk sosial dan cenderung untukhidup sendiri-sendiri tanpa memperhatikanorang lain, rasa gotong royong, ramah tamahdan sopan santun mulai memudar. Nilai-nilaiyang telah dijunjung sesuai budaya leluhurmasyarakat Bali mulai ditinggalkan. Akibat darimemudarnya nilai-nilai budaya lokal akanmenimbulkan sikap individualistis.

Penggunaan gadget dengan fasilitasinternet juga menimbulkan efek negatif yangmerugikan masyarakat sendiri. Tak jarang terjadiperselisihan akibat kesalahpahaman maksuddan tujuan ataupun karena salah memajangstatus atau memberikan komentar suatu statusfacebook dan jejaring sosial lainnya, yangakhirnya justru menambah renggangnyahubungan di masyarakat. Konflik yang terjadiakibat kesalahan di dunia maya memamngsangat mungkin terjadi, karena kata-kata yangdiucapkan lewat facebook mungkin seringmenimbulkan salah paham. Adakalanya

87

pertengkaran itu dilanjutkan di dunia nyatayang berakhir dengan perkelahian. Bahkan tidaksedikit kasus perselingkuhan dalam rumahtangga terjadi lewat akun facebook. Awalnyamungkin karena iseng-iseng mengisi waktu,mencari teman curhat, terus menjadi keasyikandan akhirnya berlanjut pada tahap yang seriuscenderung negatif. Kalau sudah demikian, makajangan heran jika berakibat pada pertengakaranantar pasangan dan lebih parah lagi bisa memicuperceraian.

d. Bahasa (Lisan, Tulisan)Salam dalam masyarakat Hindu Bali atau

biasa disebut panganjali adalah OmSwastyastu yang artinya yaitu Semoga Selamat.Akhir-akhir ini dengan hadirnya gadget, makasalam itu pun mengalami perkembangan dalampenulisan yang disingkat dalam mengirim SMSseperti diketik kata OSA, yang seakan singkatandari Om Swastyastu, OSSSO yang diartikansebagai kepanjangan dari Om Shanti, Shanti,Shanti, Om. Namun di dalam surat menyuratresmi antar instansi Hindu tetap saja penulisansalam pembuka dan penutup dengan kata yanglengkap, yaitu Om Swastyastu dan Om Shanti,Shanti, Shanti, Om yang artinya semogaselamat dan semoga damai di hati damai di bumidamai selalu.

e. Sistem PengetahuanGadget dipandang sebagai jendela yang

memungkinkan khalayak melihat sesuatu yangsedang terjadi di luar sana atau merupakansarana belajar untuk mengetahui berbagaiperistiwa. Dengan kata lain gadget membawadampak positif yaitu bisa membentuk sumberdaya manusia yang intensif karena umat secaratidak langsung memperoleh pengetahuanagama melalui penggunaan gadget. Penyebaranajaran-ajaran agama Hindu juga bisa dilakukandengan mudah melalui gadget. Tetapi tetap sajamemiliki keterbatasan dibanding dengan sistempendidikan langsung di pasraman, karenasangat terkait dengan pendalaman psikologipeserta didik oleh para guru spiritual.

Dampak negatif gadget dari segipengetahuan yaitu pengetahuan-pengetahuanyang diperoleh memalui gadget tidak bisadipastikan kebenarannya, misalnya penafsiran-penafisiran agama Hindu yang tidak sesuai(salah penafsiran). Walau sangat canggih, makatetap saja teknologi informasi memilikiketerbatasan dalam menyampaikan ajaranagama, terutama dalam hal penglihatanlangsung dan penarikan kesimpulan logis yang

bisa menyesatkan tanpa bimbingan seorangguru yang berkualifikasi di bidang spiritualWeda. Di dalam kitab Sarassamuccaya, jugadalam Visnu Purana, disebutkan bahwa Wedatidak boleh dipelajari oleh orang awam. Untukdapat dibolehkan mempelajari Weda, salah satusyaratnya harus mempelajari Itihasa danPurana, Ramayana dan Mahabarata tergolongke dalam Itihasa (http:/edukasi. kompasiana.com/2013/08/23/salah-kaprah-tentang-mahabarata-585925.html).

Dalam kaitan ajaran agama Hindukeberadaan IPTEK memiliki implikasi yangsangat penting sekali dalam mempercepat,memperluas jangkauan penyebaran ajaranWeda yang berasal dari masa lalu ke masasekarang dan mendatang, dan konsen-kuensinya akan sekaligus mendobrak ajaranajewera. Masalahnya apabila ajaran ajeweradilabrak, maka kebebasan ini bisa menjadiboomerang bagi kebenaran yang sepatutnyaingin disampaikan oleh kitab suci, diakibatkanoleh keterbatasan dan kebodohan dalammenafsiran oleh orang-orang yang belummemiliki kualifikasi sebagai duta dharma.

f. Religi (Sistem Kepercayaan)Dampak positif hadirnya gadget yaitu

dapat mebantu masyarakat Hindu Bali dalamberibadah karena gadget memiliki banyakaplikasi Agama Hindu misalnya aplikasikalender berguna untuk memberikan informasimengenai jadwal berbagai upacara keagamaandi beberapa pura besar di Bali, terutama PuraBesakih. Pustaka Hindu memuat kumpulan doa-doa keseharian, juga kitab suci Bhagavad Gitadan Sarasamuscaya. Kehadiran gadget dalammasyarakat Hindu Bali mampu mempercepatdan memperluas penyebaran pengetahuanumum agama Hindu, untuk memenuhikebutuhan umat yang kini semakin haus akanajaran Hindu. Seperti kata pepatah mengatakan“jika tak kenal, maka tak sayang” dan “semakinkenal, maka semakin sayang”. Dengan bantuangadget ini umat Hindu menjadi semakin kenaldan sayang akan ajaran agamanya sendiri,terbukti kebangkitan umat untuk bertirthayatra setiap hari penting Hindu semakinmeningkat terutama di kalangan kawulamudanya. Hal ini sejalan dengan konsep TriPramana yaitu agar para umat yang beragamaHindu mengaplikasikan nilai-nilai agamanyapada teknologi meningkatkan ataumemperdalam keimanan kepada Tuhan.

Penggunaan gadget bila digunakan untukmemperdalam pengetahuan dan keimanan itubaik. Tetapi sebaliknya dan ini sebuah

Implikasi Dadget terhadap Masyarakat Hindu di Bali | Ni Nyoman Sri Widiasih

88 JURNAL PENJAMINAN MUTU

kenyataan bahwa gadget membawa dampaknegatif jika digunakan untuk mengakses videoporno atau yang bertentangan dengan norma-norma agama Hindu . Selain itu apresiasiterhadap nilai budaya lokalpun pudar serta nilaikeagamaan akan mengalami kemunduran. Dapatdilihat pergeseran nilai yaitu beralih ke budayabarat dan budaya lainnya. Seringkali ditemuijuga bahwa seseorang melupakan atau menundakegiatan ibadah karena terlanjur asyik denganfitur gadget yang menarik seperti game, akses,social media. Melalui gadget dengan mudahnyaseseorang terangsang pola hidupkonsumerisme yang berlebihan hinggaterjerumus ke pola hidup hedonism, yakni hidupdengan memikirkan kepuasan dan kenikmatansemata-mata.

g. KesenianMusik Hindu atau yang dikenal dengan

istilah kidung jarang diminati oleh masyarakatHindu Bali terutama kalangan remaja. Seiringhadirnya gadget, masyarakat Hindu Baliterutama remaja dapat dengan mudahmengakses maupun menyebar Kidung Bali. Takjarang pula yang bahkan menjadikan KidungBali sebagai nada dering atau ringtone padagadget miliknya. Dengan kata lain haidirnyagadget menyebabkan Kidung Bali menjadi lebihdikenal dan mendorong seniman-senimanHindu Bali untuk semakin berkarya.

III. PENUTUPPada era globalisasi telah terjadi perubaahan-

perubahan yang berlangsung sangat cepat. Duniamenjadi transparan, terasa sempit, hubungan menjadisangat mudah dan dekat. Jarak waktu seakan tidakterasa dan seakan pula tanpa batas dengan hadirnyagadget. Agama Hindu tidak pernah melarangumatnya untuk memenuhi kebutuhan/ keinginanhidupnya, namun ada batasan-batasan yang harusdiperhatikan.

Jika ditimbang-timbang, dampak negatif yangtimbul akibat gadget sesungguhnya bersumber daripenggunanya (user) itu sendiri. Pengguna, dalam inimanusia tentunya merupakan kunci utama ataupengendali agar jangan sampai terjadi hal-hal yangtidak diinginkan. Menurut ajaran Hindu, manusiadibekali dengan Tri Pramana yaitu Bayu (Tenaga),sabda (Perkataan), dan Idep (Pikiran). Inilah yangmembedakan manusia dengan makhluk hidup lainnyayaitu hewan dan tumbuhan. Hewan memiliki bayudan sabda, sehingga dapat beregerak dan bersuara.Sedangkan tumbuhan hanya memiliki bayu/tenagauntuk tumbuh dan berkembangbiak.

Dengan segala keunggulan yang dimiliki itulahsemestinya manusia dapat benar-benar menjadimakhluk yang utama. Manusia seharusnya dapat

menggunakan akal budhi dan pikirannya untuk bisamelakukan apa yang seharusnya dilakukan denganpenuh kesadaran dan tanggung jawab. Selain ittu,manusia juga memiliki Wiweka yaitu kemampuanuntuk membedakan serta meilah-milah baik danburuk, benar dan salah dan sebagainya.Sesungguhnya jika wiweka manusia tersebut benar-benar difungsikan atau digunakan dengan baik, makahal-hal negatif di dunia maya maupun di dunia nyatatentu akan dapat dihindarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Kontjaraningrat.200. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Radar Jaya Offset.

Sunarso, dkk.2006. Pendidikan Kewargane-garaan.Yogyakarta. UNY-Press.

Studi Internet :

Adnyani, Ni Made.2012. Rsi Vyasa Sang PangeranPenemu Teknologi Vidio Call. (serial online).Available from; URL: http:/tamandharma.blogspot.com/2012/08/rsi-vyasa-sang-pene-mu-teknologi-vidio.html. diakses 30september 2014.

Devianti, puspa.2011. IPTEK Dalam PandanganHindu. (serial online). Available From. URL:http://puspadevanti.wordpress.com/2011/03/15/IPTEK-dalam-pandangan-hindu/.Diakses30 September 2014.

Gobyah.2003. Intisari Tradisi Hindu adalah Weda.(serial online).Available from: URL:http://www.balipost.co.id/BALI POSTCETAK/2003/3/19bd4.htm. Diakses 30 September2014.

Indri. 2009. Pemanfaatan Teknologi Informasi danKomunikasi Dalam Agama Hindu. (serialonline).Available From: URL: http://indrimyutz. wordpress.com./2009/10/30/pemanfaatan-teknologi-si-dankomunikasi-dalam-agama-hindu/. Diakses 30 September2014

Mupu, Merta.2013. Salah Kaprah TentangMahabharata. (serial online). Availablefrom:URL; http://edukasi.kompasiana. com/2 0 1 3 / 0 8 / 2 3 / s a l a h - k a p r a h - t e n t a n g -mahabharata-585925.html. Diakses 30September 2014.

Wikipedia.2014.Gadget. (serial online). Availablefrom: URL:http:// en.wikipiedia.org/wiki/Gadget.Diakses 30 September 2014

89

I. PENDAHULUANManusia adalah homo sosius makhluk

berteman.Ia tidak dapat hidup sendirian, ia selalubersama sama dengan orang lain. Manusia hanyadapat hidup dengan sebaik- baiknya dan manusiahanya akan mempunyai arti, apabila ia hidup bersama-sama dengan manusia lainnya di dalam masyarakat.Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yanghidup menyendiri tampa berhubungan dan tampabergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanyadalam hidup bersama manusia akan dapatberkembang dengan wajar. Hal ini ternyata bahwasejak lahir sampai meninggal manusia memerlukanbantuan orang lain, untuk kesempurnaan hidupnya.Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhikebutuhan jasmani tetapi juga untuk kebutuhanrohani. Manusia sangat memerlukan pengertian,kasih sayang, harga diri, pengakuan,dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting artinyabagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat.

Semua kebutuhan ini merupakan kebutuhanrohani hanya dapat ia peroleh dalam hubungannyadengan manusia lain dalam masyarakat. Inilah kodratmanusia sebagai makhluk sosial. Tidak adaseorangpun yang dapat mengingkari hal ini karenaternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusiadalam hubungananya dengan orang lain, bukandalam kesendiriannya. Dalam kehidupan bersama iniorang harus mengatur dirinya dalam bertingkah laku.Tak ada seorangpun boleh berbuat sekehendakhatinya. Ia harus menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan, tunduk kepada aturan bertingkah lakuyang berlaku. Dengan demikian maka orang hanyabebas berbuat dalam ikatan haturan tingkah lakuyang baik. Peraturan untuk bertingkah laku yang baikdisebut orang tata susila. Nama lainnya adalah etika.Bila etikad beretika masih dalam angan disebut orangbudi yang baik dan bila diwujudkan dalam tindakandisebut budi pakerti yang baik. Dalam tujuan etikaini maka orang dinilai dari tingkah laku, mana yangdapat dinilai baik dan mana yang jahat.

II. PEMBAHASAN2.1 Pengendalian diri

Agar manusia tidak dikuasi oleh kecendrungan-kecendrungan yang rendah ia harus mengendalikandiri dari guncangan-guncangan hati yang tidak baik.Guncangan- guncangan itu semula ada dalam angandalam bentuk keinginan. Dengan kemampuanberwiweka maka manusia dapat memilih yang baikyang benar dan menghindarkan diri dari yang burukdan salah dalam memenuhi segala keinginannya.

Setiap keinginan menuntut kepuasan padaobyeknya. Indria merupakan alat untuk memenuhikeinginan itu. Indrialah yang mengubungkanmanusia dengan alam ini. Sentuhan indria denganalam ini menimbulkan guncangan-guncangan pribadimanusia. Bahkan tidak jarang manusia mendapatkancelaka kerena terlalu memenhi keinginan indrianya.Karena itu orang harus dapat mengendalikan indriapada hal-hal yang membawa pada kerahayuan. KitabSarasamuscaya sloka 71 mengatakan demikian :

Etika Sebagai Dasar Pengendalian Diri Manusia | I Nyoman Subagia

ETIKA SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN DIRI MANUSIA

OlehI Nyoman Subagia

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

Men are full of desires that need to be satisfied through functioning the senses, whichare part of the mind used for reasoning, feeling, and acting. From the senses happiness orsadness may come. When the senses are connected to the out world the selves within may seeproblems even calamities if the desires are uncontrolled. In Hindu there are several teachingsthat can be refered to as the ethics for controlling the self. Trikaya Parisudha teaches thatlife should be directed to reach happiness by thinking, speaking, and doing good. The SadRipu teaches the six enemies within self that are to fight, namely desires, greediness, anger,disorientation, drunkness, and envy. Sapta Timira teaches seven things that can blind themind, namely beauty, rich, intellectuality, family line, youth, alchoholic beverage, braveness.Beisdes all of them, the inclination of being good or bad that are latent within the selfshould be also realized as Hindus.

Key Words: Ethics, Self-Control

90 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Indriyâòyayeva tat sarvam yatSvarga narakâvubhau,Nigºhîtanisºººtâni svargaya narakâcaya.

Terjemahannya:Inilah yang patut saya ajarkan lagi, Inrialah yangdianggap penyebab sorga dan naraka , bilaorang sanggup mengendalikannya, itusemata-mata sorga namanya, tetapi bila tidaksanggup mengendalikannya benar-benarnarakalah ia. ( Kajeng,1999:60).

Kitab katha Upanisad I . 3 menyebutkandemikian:

Âtmanah rathinam viddhi ,Úarîram ratham eva tu,Buddhim tu sarathim viddhi.Manah pragraham eva ca.

Terjemahannya :Katahuilah bahva sang pribadi adalah Tuanyakereta, badan adalah kereta Ketahuilah bahwakebijaksanaan itu adalah kusir dan pikiranadalah tali kekangnya. (Sura, 1991 ;36).

Indria adalah kuda, sasaran indria adalah jalansang atma dihubungkan dengan badan, indria danpikiran adalah menikmati. Dia yang memilikikesadaran, yang pikirannya selalu terkendali, yangindrianya dapat diawasi semua itu laksana kuda yangbagus bagi si kusir. Tetapi ia yang tidak memilikikesadaran, yang tidak kuasa atas pikirannya yangtidak suci, ia tidak akan sampai pada tujuan hidupnyabahkan akan kembali pada kesengsaraan. Ia yangmemiliki kesadaran yang kuasa atas pikirannya yangsenantiasa suci bersih, akan mencapai tujuanhidupnya dan karena itu tidak akan dilahirkan kedunia ini lagi. Ia yang memiliki kesadaran akan kusirkereta itu dan dapat mengendalikan tali kekangpikirannya, ia akan mencapai akhir dari perjalannyaitu yaitu alam tertinggi alamnya ia mencapaisegalanya.

2.2 Pengertian EtikaEtika adalah pengetahuan tentang kesusilaan.

Kesusilaan berbentuk kaidah -kaidah yqng berisilarangan-larangan atau suruhan - suruhan untukberbuat sesuatu. Dengan demikian dalam etika, kitaakan dapati ajaran tentang perbuatan yang baik danperbuatan yanag buruk. Perbuatan yang baik itulahsupaya dilaksanakan dan perbuatan yang buruk ituharus dihindari.

Tiap-tiap perbuatan itu berdasarkan ataskehendak atau budhi. Jadi apa yang diperbuatanorang itu bermula dari kehendak. Oleh karena manusia

dihadapkan kepada dua pilihan yaitu pilihan kepadayang baik dan yang buruk maka ia harus mempunyaikehendak bebas untuk memilih. Tampa kebebasanitu orang tidak dapat memilih yang baik.Namunbebaskah manusia sebebas-bebasnya mrmilihmenurut kehendaknya ? Dalam hubungan inimanusia mempunyai kebebasan yang terbatas juga.Yang membatasinya itu adalah aturan-aturan ataunorma-norma yang berlaku.

Pada mulanya norma berarti penyiku, suatuperkakas yang digunakan oleh tukang kayu untukmengetahui apakah suatu sudut memang benar-benar siku-siku. Bahkan pembuat perabot rumahtidak akan secara untung-untungan menggergajisebilah papan , sebelum ia menggambarkan sebuahsudutsiku-siku pada papan tersebut. Dengandemikian norma berarti sebuah ukuran yangkemudian dalam hubungan dengan etika berartipedoman, ukuran atau haluan untuk bertingkah laku.Norma ini timbul karena kita berada bersama oranglain dan lingkungan hidup dan alam.

Etika dalam agaama Hindu adalah tentu normaagama Hindu yang dijadikan titik tolak berpikir.Demikian pula pola-pola kepercayaan , paham-pahamfilsafat agama Hindu mempunyai kedudukan yangamat penting dalam etika Hindu. Kepercayaan agamaHindu berpangkal dari kepercayaan kepada hyangWidhi yang berada di mana-mana, yang mengetahuisegalanya. Beliau adalah saksi agung yang menjadisaksi segala perbuatan manusia. Karena itu manusiatidak dapat menyembunyikan segala perbuatannyaterhadap Hyang Widhi baik perbuatan itu perbuatanyang baik maupun yang buruk. Dalam AtharvaVeda 11.16. 2. disebutkan sebagai berikut :

Yas tiûþhati carati yaœca vañcatiyo nilâyam carati yah pratañkamdvau sanniûadya yamantrayeterâjâ tad veda varuóas tåtiyah.

Terjemahannya:Siapapun berdiri , berjalan ,bergerak dengansenbunyi-sembunyi , siapaun yangmembaringkan diri atau bangun, ataupun duaorang yang duduk bersama bisikan satudengan yang lainnya , semua itu Tuhan, SangRaja mengetahui, Ia adalah yang ketiga hadirdisana.(Sura,1991;33).

Selanjutnya dalam Adiparwa I.36 disebutkansebagai berikut :

Aditya Sanhyang Sûrya Candra SanghyangWulan, Anilânala Sanghyang Angin muangapuy. Tumût ta Sanghyang Âkaúa Prçthiwimuang Toya, muwah Sanghyang Âtma,Sanghyang Yama tamolah ring rât kabeh.

91

Nâhan tang rahina wçngi muang sandhyâ,lawan Sanghyang Dharma sira, sang dewatamangkana tiga wçlas kwehnira, sira tamengaweruhi ulahning wwang ring jagat Tankçna byâpâra nireng rât.

Terjemahannya:Matahari, Bulan, Angin dan Api.Bumi dan Air,Hyang Âtma, Hyang Yama yang berada diseluruh dunia. Demikian pula siang, malam dansandhyakala dengan Hyang Dharma. Para Dewaitu tiga belas banyaknya . Semua itu tahu akantingkah laku orang di seluruh dunia. Tidakdapat diklabui Dewa itu memenuhidunia.(Sura,1991; 34)Disamping keyakinan bahwa Hyang Widhi

mengetahui semua perbuatan orang, umat Hinduamat meyakini adanya hukum karma yangmenyatakan bahwa setiap perbuatan itu adaakibatnya. Bila seseorang berbuat baik maka ia akanmemetik buah yang baik dan bila seseorang berbuatburuk maka ia akan memetik buah yang buruk.Sepertidisebutkan oleh kutipan pustaka di bawah ini :

Syapa kari tan temuñ hayu masâdhana sarvvahayu,Niyata katçmwaniñ hala masâdhana sarvvahala,Tewasalisuh manañsaya purâkrta tâpa tinût,Sakaharepan kasiddha maka darœanaPandhusuta.

Terjemahannya :Siapapun akan mendapatkan kebahagiaanapabila melakukan perbuatan yang baik, pastipenderitaan yang akan dijumpai, apabilamelakukan berbuatan yang buruk, mendapatkankeburukan orang yang tidak percaya hasilperbuatan dahulu, supaya segala tujuan bisatercapai sebagai contoh Sang Arjuna. (KakawinArjuna Wiwaha, 1988;42).

Selanjutnya dalam Sarasamuccaya sloka 21menyebutkan sebagai berikut :

Surûpa tâm âtma gumam ca vistaramKulânvayam dºvya smºddisañcayamNaro hi sarvam labhate yathâkºtamSadâúubhenâtmakºtenakarmanâ.

Terjemahannya :Maka orang yang melakukan perbuatan baik,kelahirnan nya dari sorga kelak menjadi orangyang rupawan,gunawan, muliawan, hartawanmdan berkekuasaan, buah hasil perbuatan yangbaik, didapat olehnya. (Kajeng,1999;20 ).

Keyakinan akan adanya Hyang Widhi yangmengetahui segala dan adanya hukum karma

menyusup sampai ke lubuk hati umat Hindu sehinggamereka berusaha menghindari perbuatan-perbuatanjahat yang amat tercela itu. Oleh karena etika agamaHindu bertolak dari norma agama maka ia tidaksekedar etika penampilan luar ebagai etiket sajanamun ia menuntun orang untuk berbudi pekerti yangluhur. Persoalan-persoalan yang diajarkannya punjuga tentang perbuatan baik dan buruk, salah danbenar. Untuk dapat memilih yang baik , yang benarorang menggunakan wiwekanya yaitukemampuannya untuk membeda-bedakan , memilihdua hal yang berbeda yang kemampuannya itumerupakan pembawaan lahir.

2.3 IndriyaIndriya adalah merupakan bagian dari alam

pikiran kita untuk mengenal, merasakan danmelaksanakan sesuatu. Dari indriya inilah timbulnyakeinginan-keinginan dan melalui indriya pula kitamendapatkan kepuasan, kesenangan ataukesusahan. Dalam diri manusia ada sebelas indriyayang disebut sebagai ekadasendriya. Pikiran adalahraja dari indriya (rajendriya) dan sisanya dasendriyaadalah sepuluh indriya yang ada pada diri kita.Sepuluh indriya tersebut dapat dibedakan menjadidua macam yaitu : panca buddhindriya dan pancakarmendriya.

Panca Buddhindriya ialah : lima indriyapenyebab yang menyebabkan orang dapatmengetahui dan merasakan sesuatu, kelima indriyatersebut ialah :

1. Cakswindriya, ialah indriya yang menyebab-kan orang dapat melihat, terletak di mata.

2. Crotendriya, ialah indriya yang menyebab-kan orang dapat mendengar melaui telinga.

3. Granendriya, ialah indriya yang menyebab-kan orang dapat membau melaui hidung.

4. Jihwendriya, ialah indriya yangmenyebabkan orang yang dapat mengecapsesuatu melaui lidah.

5. Twakindriya, ialah indriya yangmenyebabkan orang dapat merasakan rasasentuhan, panas, dingin, melaui kulit.

Selanjutnya Panca Karmendriya, ialah limaindriya gerak/pekerja :

1. Panindriya, ialah indriya pekerja dengantangan.

2. Padendriya, ialah indriya pekerja dengankaki.

3. Garbhendriya, ialah indriya pekerja denganperut.

4. Paywindriya, ialah indriya pekerja denganpelepasan.

5. Upasthendriya, ialah indriya pekerja dengankelamin laki-laki.

Etika Sebagai Dasar Pengendalian Diri Manusia | I Nyoman Subagia

92 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Bhagendriya, ialah indriya pekerja dengankelamin wanita.

Berhubung keinginan itu timbul dari indriya,maka indriya tersebut patut dikendalikan baik-baiksebab ia akan mengantarkan kita kepada kebahagiaanatau kesengsaraan, tetapi bukan bertarti kita harusmengekang segala apa yang timbul dari indriyatersebut. Kita patut mempertimbangkan keinginanindriya tersebut baik-baik agar supaya kitamendapatkan keselamatan di dalam hidup kita ini.Janganlah sampai kita diperbudak oleh indriya kita,tetapi kitalah harus memperbudaknya. Mahakala kitasampai diperbudak, payahlah keadaan diri kita dankesengsaraanlah yang akan kita jumpai. Tetapihendaklah disadari bahwa membunuh keinginan-keinginan indriya itu sama sekali tidaklah benar,karena tuhan memberikan kita indriya adalah untukkesempurnaan hidup kita. Hanya saja kita harus tahumempergunakan dan tahu mengendalikannya agarsupaya kita mendapatkan keselamatan. DalamSarasamuccaya sloka 71 disebutkan sebagai berikutini.

Indriyàóyeva tat sarvam yatsvarganarakàvubhau,nirgåhitanisûåûtàni svargaya narakàya ca.Nyang pajara waneh, indriya ikangsinanggah swarga naraka, kramanya, yankawaûa kahåtanya, ya ika sàkûàt swargangaranya, yapwan tan kawaûa kahåtanya,sàkûàt naraka ika.

Terjemahannya :Inilah yang patut (saya) ajarkan lagi, indriyalahyang dianggap sorga neraka, penjelasannya,bila sanggup mengendalikannya, itu semata-mata sorgalah namanya, tetapi bila tidaksanggup mengendalikannya, benar-benarnerakalah ia itu (Kajeng,1999:60)

2.4 Tri KàyaparisudhaTrikaya parisudha artinya tiga prilaku yang

harus disucikan, yang meliputi: (1) Kayika: perilakuyang berhubungan dengan badan atau perbuatan;(2) Wacika : perilaku yang berhubungan dengankata-kata; dan (3) Manacika : perilaku yangberhubungan dengan pikiran. Dalam gaguritanpupuh sinom disebutkan sebagai berikut ini :

Tri kaya-parisudha, tingkahe tatelu jati,wetu saking budi satwa, wasanane ngawebecik,kayika laksana luwih, wacika bebawossadhu,Manacika kanirmalan, kayun suci jati ening,nyandang tuju, angen ngemban Sang HyangÂtma

Terjemahannya :Tri kayaparisudha, adalah tiga prilaku yangutama, yang keluar dari budhi pekerti yangluhur, yang menyebabkan menjadi berperilakuyang baik, kayika parisudha adalah perbuatanyang baik, wacika parisudha adalah perkataanyang baik, manacika parisudha adalah pikiranyang suci tanpa noda, pikiran yang jernih dansuci, patut itu menjadi tujuan, dipakai untukmengemban dan menyucikan Jiwa kita(Surada,2006:223).

1) Kayika PariúudhaKayika ialah segala prilaku yang berhubungan

dengan badan. Bilamana perbuatan ituperbuatanyang benar dan baik maka disebut orangperbuatan itu kayika paricuddha. Setiap orang,selama hayat dikandung badan, selama itu ia harusberbuat sesuatu. Hidup adalah untuk berbuat. Tanpaberbuat sesuatu hidup didunia ini akan sia-sia belaka.Dengan berbuat, kita akan membuat suatu karma,yang akan menentukan kehidupan kita pada masa-masa yang akan dating , haruslah pada waktusekarang ini kita berbuat yang baik dan benar, sebabhanya perbuatan yang demikianlah akan mengantarkita kepada keselamatan masa dating. Banyaklah adatindakan-tindakan yang berhubungan dengan badanyang patut kita cegah adanya. Kitab Saramuccayasloka 76 menyebutkan sebagai berikut ini:

Pràóàtipatam stainyam ca, paradàrànathàpivàtrini pàpàni kàyena, sarvatah parivarjavet.Nihan yang tan ulahakena, syamàti màti,mangahal –ahal, si paradara, nahan tang telutan ulahakena ring asing ring paribhàsa, ringàpatkàla, ring pangipyan tuwi singgahanajuga.

Terjemahan :Inilah yan gtidak patut dilaksanakan /dilakukan:membunuh, mencuri, berbuat zina; ketiganyaitu janganlqah hendaknya dilakukan terhadapsiapapun, baik secar berolok-olok, dalamkeadaan dirundung malang, dalam khayalansekalipun, hendaklah dihindari semuanya itu(Kajeng, 1999:63).

Itulah perbuatan yang patut diindari, tentu sajatidak hanya yang disebut diatas itu saja yang harustidak dikerjakan, tetapi banyak lagi macamnya.Menyebut satu persatu tentu tidak mungkin.

2) Wacika PariúudhaWacika ialah segala prilaku yang berhubungan

dengan kata-kata. Wacika paricuddha berarti berkata

93

yang benar dan baik. Perkataan itu merupakan alanyang amat penting bagi kita, guna menyampaikan isihati kita kepada orang lain. Dari kata-kata itu kitadapat menduga dan mengetahui isi hati seseorang,pun pula dengan kata-kata kita mendapatkanbermacam-macam pengetahuan.

Dengan kata-kata orang memberikan orang lainhiburan, namun karena kata-kata pula orang dapatmenyusahkan dirinya sendiri dan orang lain. Kata-kata itu memegang peranan penting dalammenentukan selamat dan celakanya kehidupan orang.Dalam Niti Úàûtra disebutkan sebagai berikut ini.

Wasita nimittanta manemu laksmi,wasita nimittanta pati kapangguh,wasita nimittanta manemu duhka,wasita nimittanta manemu mitra.

Terjemahan :Karena perkataan engkau akan mendapatkanbahagia,karena perkataan engkau akan menemui ajal,karena perkataan engkau akan mendapatkesusahan ,karena perkataan engkau akan mendapatsahabat.

Demikian pentingnya perkataan itu dalamkehidupan kita, maka kita harus mengendalikan diripada waktu berkata-kata agar supaya kata-kata kitaitu adalah kata-kata yang benar dan berguna untukkehidupan kita. Seringkali orang-orang tidak sadarakan dirinya, sehingga terhamburlah dari mulutnyakata-kata yang tidak patut diucapkan yang membawakerugian kepada dirinyasendiri dan kepada oranglain. Oleh karena itu kesadaran akan diri danketenangan hati adalah factor yang penting benarpada waktu kita berbicara, lebih-lebih pula dalammembicarakan hal-hal yang penting-penting.Hendaknya orang sadar, bahwa kata-kata itumempunyai kekuatan yang luar biasa hebatnya yangdapat mempengaruhi, merusak meresap kedalam hatisanubari orang.

Kata-kata itu dapat merupakan tirtha amertayang sejuk nyaman, namun ia dapat pula merupakanracun yang menghancurkan, merusak jiwa dan ragamanusia. Dalam Sarasamuccaya sloka 120 disebutkansebagai berikut ini.

Vàkûàyakà vadanànniûpatanti yairàhatahûocati ratryahàni,parasya và marmasu te patanti tasmàddhironàvasåjet pareûu.Ikang ujar ahala – tan pahi lawan hru,songkabnya sakatempuhan denya juga alara,rêsêp ri hati, tatan keneng pangan turu ring

rahina wengi ikang wang denya, matangnyantan inujaraken ika de sang dhira purusa, sangahning maneb manah nira.

Terjemahan :Perkataan yang mengandung maksud jahattiada beda dengan anak panah, yangdilepaskan; setiap orang ditempuhnya merasasakit; perkataan itu meresap kedalam hati,sehingga menyebabkan tidak bisa makan dantidur pada siang dan malam hari, oleh sebab itutidak diucapkan perkataan itu oleh orang yangbudiman dan wira-perkasa, pun oleh orang tetapsuci hatinya (Kajeng, 1999:100).

3) Manacika PariúudhaManacika artinya : segala prilaku yang

berhubungan dengan pikiran. Manacika pariccudhaialah : berpikir yang benar dan suci. Di antara trikayaparicuddha itu pikiranlah yang memegangperanan yang terpenting. Apa yang dikatakan danapa yang dilakukan orang, semuanya berasal daripikirannya. Pikiran menjadi sumber segala apa yangdilakukan orang dan oleh kerena itu apabilapikirannya itu baik maka segala perbuatannya akanbaik pula. Ajaran agama senantiasa memberikannasehat agar supaya kita dapat mngendalikan pikirankita. Lebih-lebih ajaran yoga amat mengutamakanpengendalian pikiran itu. Namun mngendalikanpikiran itu tidaklah mudah, sebab ia amat lincah, sukabertamasya kesana kemari, dan amat cepat pulaperginya. Dalam Sarasamuccaya sloka 81 disebutkansebagai berikut ini.

Dùagam bahudhàgmi pràrthanàsa-mcayàtmakam,manah suniyatam yasya sa sukhi pretya vehaca.Nihan ta kramanikang manah, bharantalungha swabhàwanya, akwehinangênangênya, dadi pràrthana, dadisangcaya, pinakawaknya, hana pwa wangikang wenang humrt manah, sira tikamanggêh amanggih sukha, mangke ringparaloka waneh.

Terjemahan :Keadaan pikiran itu demikianlah : tidakberketentuan jalannya, banyak yang dicita-citakan, terhadang berkeinginan terkadangpenuh kesangsian; demikianlah kenyataannya;jika ada orang yang dapat mengendalikanpikiran pasti orang itu memperolehkebahagiaan, baik sekarang maupun didunia lain(Kajeng, 1999:67).

Etika Sebagai Dasar Pengendalian Diri Manusia | I Nyoman Subagia

94 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Dengan kemauan yang tetap dan usaha yangterus dan teratur besar benar kemungkinannya kitaakan dapat mengendalikan pikiran kita. Demikianlahjuga mengendalikan indriya, bersumber padapengendalian pikiran, karena alam pikiranlah asalnyaindriya itu. Dalam Sarasamuccaya sloka 80disebutkan sebagai berikut ini.

Mano hi mùlan sarvesàmindrayànampravartate,chubhàúubhasvavasthàsu Kàryam tatsuvyavasthitam.Apan ikang manah ngaranya, ya ika witningindriya, maprawrtti ta ya ringcubhacubhakarma, matangnyan ikang manahjuga prihen kahrtanya sakareng.

Terjemahan :Sebab yang disebut pikiran itu, adalahsumbernya nafsu, ialah yang mengerakkanperbuatan baik ataupun yang buruk; olehkarena itu, pikiranlah yang segera patutdiusahakan pengekangannya/pengendaliannya(Kajeng, 1999:66-67).

Supaya kita bisa berpikir yang benar dan sucimaka : jangan iri akan milik dan keberuntungan oranglain, jangan marah atau benci kepada semua mahlukdan tidak mengingkari akan kebenaran hukumkarmaphala. Demikian ajaran kitab Saramusccayatentang ajaran Trikàya pariúudha sebagai ajaranuntuk mengendalikan indriya.

2.5 Sad RipuSad Ripu artinya enam musuh. Enam musuh iu

ialah (1) Kama artinya hawa nafsu; (2) Lobha artinyaloba; (3) Krodha artinya kemarahan; (4) Moha artinyakebingungan; (5) Mada artinya kemabukan; (6)Matsarya artinya iri hati. Sad ripu terdapat padasetiap orang, hanya saja dalam ukuran yang berbeda-beda. Oleh karena ia itu musuh maka perlulah iadikuasai/ditaklukan agar supaya ia tidak menganggulagi. Dalam Kakawin Ràmàyana sargah 1 disebutkansebagai berikut ini :

Ragàdi musuh maparö, rihati ya tonggwanyatan madoh ring awak,yeka tan hana ri sira, prawira wihikan sirengniti.

Terjemahannya :Kesukaan, kegemaran dan lain-lain adalahmusuh yang dekat, di hatilah tempatnya tidakjauh dari badan, yaitu tak ada pada beliau raja(Daúaratha), perwiran bijaksana dan pandaiBeliau akan ilmu politik ( Poerbatjaraka,1982:3)

1) KàmaKama itu merupakan musuh didalam diri

kita, selama ia itu tidak dikendalikan. Bila ia dapatdikendalikan ia akan menjadi sahabat kita yangbaik. Karena adanya kama hidup kita ini kitarasakan penuh arti. Orang yang sudah bebasdari pengaruh kama adalah orang yang sudahbanyak memenuhi tuntutan hidup ini. Ia sudahtahu gerak-gerik kama itu, karena ia sudahberkecimpung didalamnya. Dengan demikianorang yang dapat mengatasi kama itu ialahorang yang sudah lulus dalam banyak haldidalam hidup. Beberapa tahap-tahapkehidupan telah dilewatinya. Karena demikianperangilah kama itu, usahakanlahmengendalikannya.

2) LobhaLobha itu menyebabkan orang tidak puas

akan sesuatu. Orang yang lobha itu selalu inginmemiliki lebih dari apa yang telah dimilikinya.Bila ia sudah memiliki apa yang ia ingini, inginlahia menambah lagi. Untuk ia berpikir dan bekerjalebih keras lagi. Akibatnya orang yang demikianitu gelisah saja hatinya karena tergoda olehkelobaannya. Ia tidak memiliki ketenangan hati,padahal setiap orang mengingini ketenanganhati, padahal setiap orang. Lobha itu adalahsifat semua orang. Lobha mendorong oranguntuk berusaha, yang membawa kemajuan.Selama lobha itu didasari atas wiweka dan tripramana ia adalah baik. Diluar itu akan membawakehancuran. Ia adalah musuh yang harus selaludiawasi.

3) KrodhaKrodha atau marah tergolong soal

perasaan. Orang yang suka marah itu tidak baik.Tidak ada seseorang yang senang dimarahi.Orang yang mendapat marah itu, akan marahpula, sehingga akan terjadilah hubungan yangburuk antara yang marah dengan yang dimarahi.Orang yang senang marah tidak disenangi olehkawan-kawannya. Ia akan banyak mempunyaimusuh. Bukankah kita ingin mempunyaisahabat sebanyak-banyaknya? Makin banyakmempunyai sahabat makin baik. Orang pemarahtidak banyak mempunyai sahabat. Dalamgaguritan pupuh Sinom disebutkan sebagaiberikut :

Pidabdab sang kodag krodha, rikalaipun mamunyi,

95

nenten ngetang salah beneh, tan ngetanglarangan malih,adharmane tan kimpasin, tur nyidayangipun muwus,sane tan sandang bawosang, bhutakrodhane nyusupin,dewek ipun, awinan mengawag-awag.

Terjemahannya:Perilaku orang yang pemarah, ketika iaberkata tidak memperhatikan kata yangbaik dan kata yang buruk, perbuatan yangadharma tidak dihindari, selalu ia berkatayang kasar, yang tidak boleh diucapkan,karena disusupi oleh kemarahan, padadirinya oleh karena ia selalu berbuat jahat(Surada, 2006:237)

4) MohaMoha atau kebingungan menyebabkan

pikiranb itu gelap. Orang yang berada dalamkebingungan tidak dapat berpikir dengan baikdan tidak dapat pula bekerja sebagaimanamestinya. Karena pikiran itu bingung makakesehatan badanpun akan menurun. Akibatnyatugas-tugaspun akan terbengkalai. Banyak halyang menyebabkan orang menjadi bingung.Pada umunnya sebab-sebab itu ialah karenaorang ditimpa kesusahan, yang hebat ataukehilangan sesuatu yang dicintainya. Dan tidakmenemui jalan untuk mengatasinya. Agarsupaya tidak ditimpa kebingungan-kebingungan yang hebat, maka kita perlulahsetiap kita mengahadapi sesuatu diawalidengan pikiran yang tenang dan dapatmengirakan akibat pekerjaan itu. Dengandemikiankita sudah menyiapakan diri tidak akanbersedih sekali bila tidak berhasil dan tidak akanbergembira yang berlebih-lebihan bila tidakberhasil.

5) MadaBanyak orang mabuk karena minuman

keras, minuman yang mengandung alcohol.Minuman yang demikian misalnya : arak, bier,tuak, berem, dll. Selama minuman itu diminumdalam batas-batas tertentu tidak akan membawaakibat yang buruk. Alkohol memberikan tenagatetapi kalau ia berlebihan akan merusak tubuh.Ia melumpuhkan pencernaan dan merusak saraf.Karena orang itu yang saleh, yangmementingkan kesucian rohani tidak mauminum-minuman keras tab. Tetapi orang itumabuk tidak hanya karena minuman keras .

Orang yang dapat pula mabuk, lupa diri, karenakekuasaan, kepandaian, atau kekayaan. Mabukyang demikian lebih tercela daripada mabukminuman. Ia tidak hanya merugikan diri sendiri,tetapi ikut merugikan orang lain, misalnyamenyakiti hati orang lain, melanggar perikemanusiaan dsb. Bila demikian halnya mabukitu menjadi musuh. Tidak ada orang yangsenang dengan yang mabuk-mabuk. Maka ituia patut dijauhi.

6) MatsaryaIri hati ialah perasaan tidak senang karena

melihat orang lain lebih bahagia, lebihberuntung dsb. Daripada dirinya sendiri. Orangyang mempunyai rasa demikian itu merasadirinya malang, miskin, buruk, dsb. Akibatnyaakan timbullah perasaan-perasaan yang tidakbaik terhadap orang yang beruntung itu, yangdapat menimbulkan pertengkaran, permusuhan,dsb.Hendaknya rasa iri hatiitu menggugah hatikita guna berusaha mengisi kekurangan-kekurangan diri sendiri sehingga hidup kita inilebih sempurna. Dalam gaguritan pupuhSemarandana disebut sebagai berikut ini.

Janma sane irihati, maring gelah anakliyan,doleg maring kasukhane, janmane kadipunika,mangdoh pacang manggih suka,sekantun ipun idup,inggian maring para loka.

Terjemahannya:Orang yang selalu memiliki pikiran irihati,kepada kepunyaan orang lain, dengkiterhadap kebahagiaanya, orang yangseperti itu, pasti tidak mendapatkankesenangan, selagi masih hidunya,demikian juga pada kehidupannya diakhirat nanti (Surada, 2006:268)Iri terhadap orang lain tidaklah patut.

Perasaan ini harus ditekan agar hubungan kitaterhadap sesama kita baik, baik di Alam inimapun di Akhirat nanti.

2.6 Sapta TimiraSapta Timira artinya tujuh kegelapan. Yang

dimaksud tujuh kegelapan ialah : tujuh hal yang seringmenyebabkan pikiran orang menjadi gelap.Bila pikiranorang menjadi gelap, maka tingkah lakunya pun akanmenyimpang dari tingkah laku yang dipandang orangbenar dan baik. Sapta timira itu ialah : (1) Surupa;(2) Dhana; (3) Guna; (4) Kulina; (5) Yowana; (6)

Etika Sebagai Dasar Pengendalian Diri Manusia | I Nyoman Subagia

96 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Sura; dan (7) Kacuran. Dalam gaguritan denganpupuh Ginanti disebutkan sebagai berikut ini.1. Sapta-timira kawuwus, Bacakan manahe

paling,Netan nyandang laksanayang, Magaweduhkita sai,Wetuning irajah-tamah, Bacakannya siki-siki.

2. Kasuguhan ne pamucuk, Kapradnyanankaping kalih,Kayohanan kaping tiga, Ping pat kawangsane luwih,Ping lima kalistuayuan, Ping nem kasaktianjati.

3. Kawiryan kaping pitu, Momon idep ngawepaling,Ne sai nyandang tetehang, Bubhi satwanggen nasarin,Kasucian ne mautama, Pang sidamamangguh becik.

Terjemahannya :1. Yang disebut Sapta Timira adalah pikiran yang

bingung, tidak patut diikuti yang akanmenyebabkan penderitaan, yang keluar daripikiran yang agresip dan kemalasan, di uraikansatu persatu.

2. Kekayaan yang pertama, kepinteran yangkedua, keremajaan atau masa remaja yang ketiga,kalahiran yang keempat, kecantikan dankebagusan yang kelima, kekuatan yang keenam.

3. Kewibawaan yang ketujuh, pikiran yang lobamenyebabkan bingung, selalu patutdikendalikan, dilandasi oleh budhi yang lihur,yang paling utama adalah kesucian, supayamenjumpai kebaikan (Surada,2006:243)

1) SurupaSurupa artinya kecantikan atau kebagusan.

Kecantikan atau kebagusan adalah anugrahTuhan yang dibawa sejak lahir. Orang yangmemilikinya boleh merasa beruntung atasanugrah itu. Orang tidak boleh tekebur karenakecantikan atau kebagusannya karena sifatnyatidak kekal. Ketampanan jasmani haruslahdisertai dengan keluhuran budi. Ketampananjasmani yang tidak disertai dengan keluhuranbudi tidak akan ada nilainya. Janganlahhendaknya surupa itu mengantar seseorangmenuju kehancuran.

2) DhanaDhana artinya kekayaan. Kekayaan itu

besar gunanya, namun besar pula godaannya.Setiap orang boleh mencari kekayaan, baik

berupa kesenangan, asal tidak didapat dandiperguganakan untuk hal-hal yang tidak benar.Karena pengaruh kekayaan, orang sering jaditekabur, menjadi sombong dan mengumbarhawa nafsunya, yang semuanya itubertentangan dengan ajaran agama. Kekayaanitu lebih dihargainya daripada jiwanya sendiri.Untuk menghindari pengaruh yang demikian itu,setiap orang patut memiliki jalan pikiran yangsehat, yang tergoyahkan oleh pengaruh-pengaruh yang buruk. Agama Hindumewajibkan pemeluk-pemeliknyamempergunakan kekayaan itu untukkesejahtraan hidup bersama. Patut pula setiaporang menginsapi bahwa kekayaan itu tidakkekal adanya. Orang akan tidak dikenang karenakekayaannya namun orang akan dikenangkarena sifat baik atau buruknya yang akanmengantarkannya ke alam akhirat.

3) GunaGuna artinya kepandaian. Setiap orang

berusaha mencari kepandaian karena ia inginmenjadi orang yang pandai. Dengan kepandaianitu kita dapat memperingan hidup kita dankarena itu amat penting untuk hidup ini. Tetapikepandaian itu berbahaya pula, bila tidak tahumempergunakannya. Seringkali kepandaian itudipergunakan orang untuk tujuan-tujuan yangburuk, misalnya untuk menipu, menghina,memperolok-olok orang lain, memperalat oranglemah dsb. Ada pula orang menjadi sombong,angkuh dsb. Karena memiliki suatu kepandaiandan mengira orang lain tidak tahu apa-apa.Demikianlah kepandaian itu akan membawakeburukan bilamana ia dimiliki oleh orang-orangyang berada dalam kegelapan rohani, orang-orang yang batinnya tidak kuat/ tinggi.Kepandaian itu haruslah dipergunakan untukkeselamatan dan kebahagiaan bersama,kebahagiaan dan keselamatan diri sendiri danorang lain.

4) KulinaKulina artinya kebangsawanan.

Kebangsawanan itu diperoleh orang karenaketurunan. Barangkali orang tuanya atauleluhurnya dahulu pernah berbuat jasa,sehingga ia di angkat menjadibangasawan.Kebangsawanan lahir hendaknyadisertai kebangsawanan budi. Ia tidak akanberharga bila orang itu tidak tahu membawa diridi dalam masyarakat, apalagi di orang

97

jahat.Barang kali ada orang bangsawanmenganggap orang – orang lain lebih hina, lebihrendah derajatnya, kurang berharga dan dapatdiperlakukan lebih kasar daripada sesamanya.Tentu saja hal ini tidak benar, Karena tidak sesuaidengan peri kemanusiaan.

Kita adalah makhluk Tuhan yang dilahirkansama dan mengharapkan perlakuan yang wajardari orang lain. Betapa mengkalnya prasaanorang bila rasa harga dirinya tidak diperhatikan.Hendaklah orang tidak memperlakukan oranglain dengan perlakuan yang ia sendiri tidaksenang bila diperlakukan demikian. Orang tidakboleh lupa diri sebagai makhluk social karenakebangsawanannya, ia memerlukanpenghargaan dari orang lain dan karena itu iaharus menghargai dan memperhatikan oranglain seperti ia menghargai dirinya sendiri.

5) YowanaYowana artinya masa muda. Masa muda

adalah masa gemilang, masa yang penuh masakegairahan, masa banyak harapan. Orang mudabadannya kuat, pikirannya cerdas. Ia adalahharapan masa depan orang tua, harapan nusadan bangsa. Tetapi masa muda itu seringkalilahpula masa bimbang, karena tidak tahu akankemanakah arah hidupnya kelak. Kadang-kadang masa muda masa jiwa goyah, tidak adakeseimbangan. Maka untuk mencarikeseimbangan itu, berbuatlah ia bermacam-macam laku, yang seringkali hanya sekedarmengharap perhatian dan penghargaan oranglain. Dalam pada itu bermacam-macamlahtingkahnya yang seringkali melanggarkesopanan dan aturan – aturan kesusilaansehingga merugikan orang lain.Janganlahhendaknya masa muda itu di sia – siakandemikian rupa; ia harus diisi dengan hal – halyang baik, seperti menuntut ilmu, bekerja,rekreasi yang sehat dll.Guna bekal untukberikutnya. Orang tidak boleh angkuh karenabadan kuat. Kekuatan badan lama – lamaakanmenurun. Maka itu budi baiklah hendaknyadipupuk. Dalam gaguritan pupuh Ginantidisebutkan sebagai berikut ini.

Kayohanan gede bayu, makejang anakendogin,tahu teken dewek bajang, anake tuacacadin,tuara tau teken awak, masih lakar tuabuin.

Terjemahannya:Menjadi remaja dengan pisik yang kuat,semua orang yang mau dilawan, karenatahu dengan diri yang remaja dan kuat,senang mengejek orang tua, karena tidaktahu dengan diri, bahwa suatu saat akanmenjadi tua dengan pisik yang lemah(Surada,2006:244)

6) SuraSura artinya minuman keras. Minuman ini

misalnya : tuak,arak, bier, dll.Semuanyamemabukkan bila tak tahu meminumnya. Iniberarti merusakkan jasmani yang di susul olehkerusakan rohani. Sekarang ada pula sejenisbarang perangsang yang ajaib yang membawaakibat sejenis minuman keras ini, namun jauhlebih hebat dan lebih jahat. Barang perangsngini ialah : candu, gajah, heroin, dsb. Siapa yangpernah mencoba meminumnya, ketagihanlah iauntuk selanjutnya. Kemudian lumpuhlahsarafnya dan jiwanya menjadi rusak. Janganlahmencoba – coba minum benda – benda ini,minumlah apa-apa yang menyehatkan tubuh.

7) KasuranKacuran artinya keberanian. Keberanian

itu perlu dimiliki oleh setiap orang, sepertikeberanian berjuang, keberanianmempertahankan kebenaran dll. Tidak semuaorang memiliki keberanian yang cukup, banyakyang pengecut.

Tidaklah boleh orang mabuk keberanian,karena keberanian bukan semata – mata untukbermabuk – mbukan. Keberanian adalah untukmembela yang patut dibela. Dalam Nitisara.sargah IV. 19 disebutkan sebagai berikut ini.

Lwirning manadadi madaning janasurupa dhana kula-kulina yowana,Lawan tang sura lan kacuran agawewereh di manah ikang sarat kabeh,Yan wanten sira sang dhanecwara surupaguna dhana kulina yowana,Yan tan mada mahardhikeka pangaranyasira putusi sang pinandita.

Terjemahannya :Yang bisa membikin mabuk, ialahkeindahan, harta benda, darah bangsawandan umur muda. Juga minuman keras dankeberanian bisa membikin mabuk hatimanusia. Jika ada orang kaya,indahrupanya, pandai,banyak harta bendanya,berdarah bangsawan lagi muda umurnya,

Etika Sebagai Dasar Pengendalian Diri Manusia | I Nyoman Subagia

98 JURNAL PENJAMINAN MUTU

dan karena semua itu ia tidak mabuk, iaadalah orang yang utama, bijaksana tak adabandingnya.

2.7 Daivi Sampat dan Asuri SampatDalam Bhagavadgita kecendrungan-

kecendrungan sifat manusia dibedakan menjadi duabagian yaitu : (1) Daivi Sampat, yaitu kecendrungankedewataan. Kecendrungan kedewataan adalahkecendrungan – kecendrungan yang mulia yangmenyebabkan manusia berbudi luhur yangmengantarkan orang untuk mendapatkankerahayuan; (2) Asuri Sampat, yaitu kecendrungankeraksasaan. Kecendrungan ini adalahkecendrungan yang rendah yang menyebabkanmanusia dapat jatuh kejurang naraka. Keduakecendrungan itu ada pada diri semua orang hanyadalam ukuran yang berbeda-beda . Ini berarti bahwadalam diri manusia terdapat sifat baik dan sifat buruk.

Sarasamuscaya menyebutkan bahwa hanyamanusialah yang mengenal perbuatan yang salahdan benar baik dan buruk. Dan dapat menjadikanyang tidak baik itu menjadi baik. Itulah salah satukemampuan manusia yang diberikan oleh SangHyang Widhi.

III. PENUTUPApabila kita berbicara tentang pengendalian diri

yang terwujud dalam bentuk etika, maka kita harusmemperhatikan faktor-faktor lain yang menunjangdemi dapatnya orang mengendalikan dirinya itu.Biarpun bagaimanapun bagusnya teoripengendalian diri itu dan kuatnya pribadi seseorang,bila faktor-faktor penunjang untuk itu lemah, sulitjuga orang dapat mengendalikan diri dalam bentuketika dengan baik. Seseorang yang inginmengendalikan pikirannya dan beretika, mengabaikanaspek-aspek kemanusiaan lainnya, maka ia tidak akanmendapatkan hasil yang diharapkan. Sebagaimanahalnya seorang guru yang mengajarkan ajaranpengendalian diri dan etika yang hanya memandangmanusia dari segi etika saja , ia juga tidakmendapatkan hasil. Manusia terdiri dari dua unsuryaitu unsur jasmani dan rohani . Antara jasmani danrohani terdapat hubungan yang sangat erat.Perubahan pada jasmani berpengaruh pada kejiwaanseseorang , demikian pula sebaliknya.

Dari uraian tersebut di atas, ternyata bahwa

aspek-aspek kehidupan manusia itu meliputi aspekkerohanian dan aspek kejasmanian. Dari integrasinyadalam kehidupan bersama ini menjadi tidak bebas,karena harus tunduk pada norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat sebagaimakhluk sosial. Dalam pada itu iapun harusmenghadapi dirinya sendiri, sebagai individu yangharus dapat dikuasainya. Dengan demikian ia harusberjuang dalam mempertahankan eksistensihidupnya . Ia harus berjuang terhadap lingkunagnnyasendiri dan dengan dirinya sendiri. Karena itu hidupini adalah suatu persoalan yang harusselalu dihadapidan diselesaikan setiap hari.

Ajaran Agama Hindu selalu memberi saran agarorang selalu mengarahkan hidupnya denganberbagai persoalannya itu menuju kebahagiaanmelelui jalan yang baik dan benar. Untuk itu ia harusdapat menguasai dirinya sendiri sehingga dalampenempilannya dengan orang lain merupakanpenempilan yang baik dan membahagiakan semuaorang. Beberapat ajaran tersebut adalah: ajaranTrikaya Parisudha, ajaran Sad Ripu, ajaran SaptaTimira dan dua kecendrungan pada diri manusia yaitukecendrungan yang baik dan kecendrungan yangburuk yang selalu bergulat dalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Cudamani, 1987. Pengantar Agama Hindu UntukPerguruan Tinggi. Jakarta : YayasanWisma Karma.

Kajeng, 1999. Sarasamuscaya. Surabaya: Paramita.

Pudja, 1999. Bhagavagita. Surabaya : Paramita.

Purbatjaraka, 1982. “Arti Ràmàyana” Denpasar:Institut Hindu Dharma Denpasar.

Sura,1985. Pengendalian Diri dan Etika DalamAjaran Agama Hindu. Jakarta:Hanuman Sakti.

——— 1991. Agama Hindu Sebuah Pengantar.Denpasar : CV Kayumas Agung.

——— 1999. “Siwatattwa”. Denpasar: PemerintahDaerah Tingkat I Bali PPPPKB.

Surada, 2006. Dharmagita Kidung Pañca Yajña,Beberapa Wirama, Úloka, Phalawakya danMacepat. Surabaya: Paramita