Upload
phamnhu
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL
(Study Empiris pada Sektor Perbankan yang Tercatat
di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ANANTO PRABOWO
F1307520
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL
(Study Empiris pada Sektor Perbankan yang Tercatat
di Bursa Efek Indonesia)
ABSTRAKSI
ANANTO PRABOWO
F1307520
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh corporate
governance terhadap pengungkapan intellectual capital dalam annual report yang dikeluarkan
oleh sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan dengan
menguji pengaruh corporate governance (ukuran dewan komisaris, komisaris independen,
struktur kepemilikan, dan kepemilikan manajemen) sebagai variabel independen, terhadap
pengungkapan intellectual capital sebagai variabel dependen, dengan karakteristik perusahaan
(total assets, ROE, leverage, growth, umur perusahaan dan tipe auditor) sebagai variabel kontrol.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 36 annual report perusahaan
yang terdaftar di BEI dari tahun 2004-2008. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling. Pengungkapan intellectual capital diukur menggunakan weighted coding
disclosure score dan sebanyak 4 hipotesis diuji dalam penelitian ini menggunakan analisis
multiple regression.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata informasi mengenai intellectual
capital yang diungkap oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia hanya sebesar 35,7%. Ukuran
dewan komisaris, komisaris independen dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan intellectual capital, sedangkan adanya kepemilikan manajemen merupakan
variabel yang memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap pengungkapan struktur internal
capital. Implikasinya dengan adanya kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka
manajemen akan cenderung menyimpan informasi dan tidak mengungkapkannya kepada pihak
luar (Ho dan Wong, 2001). Pengungkapan intellectual capital semestinya dapat dijadikan suatu
pendekatan untuk menilai kelangsungan perusahaan namun mekanisme corporate governance di
Indonesia belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dengan adanya penelitian ini semoga
bisa menjadi tambahan bahan kajian untuk regulator, analis investasi, dan peserta pasar modal.
Kata kunci: pengungkapan intellectual capital, corporate governance, annual report, Indonesia
iii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL
(Study Empiris pada Sektor Perbankan yang Tercatat
di Bursa Efek Indonesia)
ABSTRACT
ANANTO PRABOWO
F1307520
The objective of this research to provide empirical evidence about the effect of corporate
governance on the disclosure of intellectual capital in annual reports issued by the banking
sector on IDX. This research examine the influence of corporate governance (board size,
independent commissioners, ownership structure, and management ownership) as independent
variables, on the disclosure of intellectual capital as the dependent variable, with firm
characteristics (total assets, ROE, leverage, growth, age of firm and auditor type) as control
variables.
This research used 36 annual report of listed companies on the Stock Exchange from
2004 to 2008. Sample in this research was selected using purposive sampling method.
Disclosure of intellectual capital measured using a weighted coding, as much as four hypotheses
tested in this study using multiple regression analysis.
The result statistical analysis showed that the average information about the intellectual
capital that is expressed by companies in Indonesia amounted to only 35.7%. Board size,
independent directors and ownership structure does not affect the intellectual capital disclosure,
while the existence of management ownership is a significant variable that has a negative effect
on the disclosure of the internal structure of the capital. The implication with the ownership
management in a company, the management will tend to keep information and not disclose to
outsiders (Ho and Wong, 2001). Intellectual capital disclosure should be used as an approach to
assess the sustainability of the company but the mechanisms of corporate governance in
Indonesia has not run as expected, with the existence of this research may be additional study
materials to regulators, investment analysts, and capital market participants.
Keyword: intellectual capital disclosure, corporate governance, annual report, Indonesia
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL
(Study Empiris pada Sektor Perbankan yang Tercatat
di Bursa Efek Indonesia)
Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing untuk diajukan kepada tim penguji
skripsi.
Surakarta, 25 Mei 2010
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Dra. Falikhatun, M.Si, Ak.
NIP 196811171994032002
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta, 28 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Y. Anni Aryani, M.Prof Acc., Ph.D., Ak.
NIP 196509181992032002
Ketua (………………..)
2. Dra. Falikhatun, M.Si., Ak
NIP 196811171994032002
Pembimbing (………………..)
3. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak.
NIP 196610281992031001
Anggota (………………..)
vi
MOTTO
Berilah jawaban yang cerdas termasuk kepada perlakuan hidup yang tidak cerdas
(Lao-Tze) dan jawaban itu adalah usaha terbaik (penulis)
Usaha yang tanpa henti adalah kunci membuka gembok potensi diri, bukan
kekuatan atau kecerdasan (Winston Churchill), kekuatan atau kecerdasan ibarat
peluang, sedangkan usaha tanpa henti ibarat banyak percobaan, sehingga
frekwensi harapan adalah peluang dikalikan banyak percobaan, dan jangan sampai
kedua hal tersebut bernilai nol kalau harapan ingin terwujud (penulis)
Bukan ucapan atau tindakanmu yang gagah perkasa, tetapi spirit di dalam dirimu
yang mendorong tindakan dan ucapanmu (Ching-Ning Chu), semua ini tentang
sampai sejauh mana ucapan dan tindakan akan bertahan jika tanpa spirit di
dalamnya (penulis)
Keberanian memulai adalah bagian paling penting dari pekerjaan (Plato),
berusaha memberikan yang terbaik tetapi takut memulai karena takut
mengecewakan dan gagal, lalu kapan hal yang terbaik itu akan diberikan? Jika
kecewa dan gagal adalah nilai mati untuk kehidupan (penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan kepada:
Ayah dan ibuku yang tercinta
Adik dan kerabatku
Teman-temanku
Almamaterku
dan Solo kotaku
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL: Study Empiris pada Sektor
Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”, sebagai tugas akhir guna
memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Ibu Dra. Falikhatun, M.Si, Ak. selaku pembimbing skripsi atas semua
kritik, saran, dan perhatianya yang sangat membantu penulis untuk
mencapai hasil yang terbaik.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen, serta karyawan FE UNS, terimakasih-ku
ucapkan atas semua ilmu yang telah dibagi.
5. Keluargaku yang selalu memberikan dukungan, kepercayaan, dan doa-doa
yang selalu terpanjatkan di setiap amal dan ibadahnya.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
ix
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan
demi perbaikan yang berkelanjutan.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih.
Alhamdulillahirobbil’alamin.
Surakarta, Juni 2010
Ananto Prabowo
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ………………………………………………………...........….............
ABSTRACT …………………………………………………….................................
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………….........................................
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………..................................
HALAMAN MOTTO ……………………………………………...............................
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………..............................
KATA PENGANTAR ……………………………………………..............................
DAFTAR ISI ………………………………………………………............................
DAFTAR TABEL ……………………………………………………........................
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………................................
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….............................
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………................................
A. Latar Belakang Masalah ……………………………….............................
B. Perumusan Masalah ………………………………………………………
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………..
E. Sistematika Penelitian ………………………………….............................
BAB II. TELAAH PUSTAKA .....................................................................................
A. Pengungkapan Intellectual Capital .............................................................
B. Corporate Governance ...............................................................................
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xiii
xiv
xv
1
1
4
5
5
6
8
8
12
xi
C. Ukuran Dewan Komisaris dan Pengungkapan Intellectual Capital…….....
D. Komisaris Independen dan Pengungkapan Intellectual Capital …………..
E. Struktur Kepemilikan dan Pengungkapan Intellectual Capital …..............
F. Kepemilikan Manajemen dan Pengungkapan Intellectual Capital………...
G. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………...
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………............................
A. Desain Penelitian ........................................................................................
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ....................................................
C. Pengukuran Variabel ..................................................................................
1. Variabel Dependen ...............................................................................
2. Variabel Independen ............................................................................
3. Variabel Kontrol ...................................................................................
D. Metode Analisis Data .................................................................................
1. Pengujian Normalitas ...........................................................................
2. Pengujian Asumsi Klasik .....................................................................
3. Pengujian Hipotesis .............................................................................
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………........................................
A. Desain Penelitian ........................................................................................
B. Statistik Deskriptif .....................................................................................
C. Uji Normalitas Data ...................................................................................
D. Analisis Data ..............................................................................................
1. Uji Multikolinieritas .............................................................................
2. Uji Autokorelasi ...................................................................................
16
17
19
19
20
22
22
22
24
24
25
33
35
37
38
40
43
43
44
46
47
47
48
xii
3. Uji Heteroskedastisitas .........................................................................
E. Uji Hipotesis ...............................................................................................
1. Uji R-Square .........................................................................................
2. Uji Simultansi .......................................................................................
3. Uji t ......................................................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Implikasi Penelitian ...................................................................................
C. Keterbatasan dan Saran .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
49
50
53
55
56
65
65
67
67
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
II.1
III.1
III.2
III.3
III.4
III.5
IV.1
IV.2
IV.3
IV.4
IV.5
IV.6
IV.7
Model-model Intellectual Capital ...........................................................
Struktur Internal Capital .........................................................................
Struktur External Capital ........................................................................
Struktur Human Capital ..........................................................................
Struktur Economic Sign …………………………...................................
Struktur Outlook Oriented ……………………………………….…….
Hasil Pengambilan Sampel ......................................................................
Statistik Deskriptif ...................................................................................
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ..................................................
Uji Multikolinieritas ................................................................................
Uji Autokorelasi ......................................................................................
Uji Heteroskedastisitas – Metode Glejser ...............................................
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ................................................................
11
27
28
30
32
32
43
44
47
47
48
50
52
xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
II.1 Kerangka Pemikiran ...................................................... 21
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Kerangka Intellectual Capital
Jumlah Annual Report
Sampel yang digunakan
Statistik Deskriptif
Uji Normalitas
Analisis Data
Uji Hipotesis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jatuhnya industri perbankan Indonesia secara garis besar adalah karena
dikeluarkannya Paket Deregulasi Sektor Keuangan 27 Oktober 1988 (PAKTO 88), dan
krisis moneter hanya merupakan pencetus yang mempercepat jatuhnya sektor perbankan.
Sejak saat itu perkembangan dunia usaha telah memacu perbankan Indonesia untuk
secara bertahap melakukan penyesuaian dalam strategi dan pola operasionalnya, sehingga
tetap dapat berkembang secara sehat dan mampu berperan aktif dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Dalam penyesuaian dengan strategi dan pola operasional
muncul berbagai pemahaman baru mengenai proses pelayanan perbankan, peran nasabah
dan juga pandangan perusahaan terhadap peran penting sumber daya manusia yang
memiliki dampak pada pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang fokusnya pada
kinerja keuangan perusahaan sering dirasa kurang memadai sebagai suatu pelaporan
kinerja perusahaan perbankan. Hal ini telah menjadi vexed issue, dimana beberapa
penulis telah memastikan bahwa manajemen dan sistem pelaporan yang telah mapan
selama ini secara berkelanjutan kehilangan relevansinya karena tidak mampu menyajikan
informasi yang esensial bagi eksekutif untuk mengelola proses yang berbasis
pengetahuan (knowledge-based processes) dan intangible resources (Bornemann dan
Leitner, 2002). Oleh karena itu ada sesuatu yang lain yang perlu disampaikan kepada
pengguna pelaporan keuangan perbankan yang bisa menjelaskan nilai lebih yang dimiliki
perusahaan perbankan seperti inovasi, penemuan sistem, pengetahuan dan keterampilan
sumber daya manusia, relasi dengan konsumen dan sebagainya yang sering diistilahkan
1
2
sebagai knowledge capital (modal pengetahuan) atau intellectual capital yang sulit
disampaikan kepada pihak luar perusahaan karena belum adanya standar akuntansi yang
mengaturnya.
Kajian tentang intellectual capital sendiri pun mulai menarik dan banyak
dibicarakan sejak tahun 1990-an (Harrison and Sullivan, 2000). Intellectual capital
sekarang ini dianggap sebagai faktor kesuksesan bagi suatu organisasi dan karenanya
akan semakin menjadi perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi
pembangunan. Di abad ini, komunitas bisnis seluruh dunia sepakat bahwa knowledge
asset menjadi sangat penting dalam pengkreasian nilai perusahaan daripada faktor
produksi fisik (Saleh et al., 2007). Intellectual capital merupakan salah satu aset industri
perbankan yang sangat signifikan, meliputi human capital, structural capital, dan
relational capital (Li, Pike, dan Haniffa, 2008).
Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan
semakin kompleksnya kegiatan usaha bank yang mengakibatkan peningkatan eksposur
risiko bank. Dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan
stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta
nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan, bank wajib
melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip good
corporate governance (Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006). Penerapan
corporate governance membentuk perusahaan untuk lebih transparan, bertanggungjawab,
dan independen serta meningkatkan akuntabilitas perusahaan (Pedoman Umum
Corporate Governance).
3
Transparansi sebagai salah satu aspek corporate governance menuntut organisasi
untuk melakukan pengungkapan, baik yang bersifat wajib (mandatory) maupun sukarela
(voluntary). Pengungkapan yang bersifat sukarela bergantung kepada keputusan
manajemen untuk memasukkannya ke dalam laporan keuangan atau tidak (Zhou dan
Panbuyuen, 2008). Berdasarkan struktur perusahaan, manajemen diawasi oleh dewan
direksi atau yang lebih kita kenal dengan dewan komisaris, maka daripada itu dewan
komisaris dapat mempengaruhi tindakan manajemen.
Variasi bentuk dalam pengungkapan intellectual capital merupakan informasi
yang bernilai bagi investor, yang dapat membantu mereka mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek ke depan dan memfasilitasi ketepatan penilaian terhadap perusahaan
(Bukh, 2003). Laporan keuangan gagal dalam menggambarkan cakupan luas
pengkreasian nilai intangible asset (Lev dan Zarowin, 1999), memunculkan peningkatan
informasi asimetri antara perusahaan dengan pengguna (Healy dan Palepu, 2001), dan
menciptakan ketidakefisienan dalam proses alokasi sumber daya dalam pasar modal (Li,
Pike, dan Haniffa, 2008).
Sejumlah penelitian akademis (contoh: Lev, 2001; Mouritsen, Larsen, dan Bukh,
2001) menawarkan untuk pengungkapan yang lebih besar atas investasi indicator non-
financial dalam intangible asset. (Canibano, Garcia-Ayuso dan Sanchez, 2000)
memperdebatkan kos diasosiasikan dengan perubahan radikal dalam sistem akuntansi
yang tidak dapat membuat intellectual capital intensive firm‟s lebih bernilai dan bahwa
pendekatan yang pantas digunakan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan
adalah dengan mendorong pengungkapan sukarela informasi yang terkait dengan
intellectual capital. (Budiyanawati, 2009; Li et al., 2008; Cerbioni dan Parbonetti, 2007)
4
melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance
terhadap pengungkapan intellectual capital dengan menggunakan content analysis.
Pada penelitian-penelitian sebelumnya pengungkapan intellectual capital banyak
diukur dengan jumlah dan detail informasi non-mandatory pada annual report. Karena
pengungkapan tidak bisa dipertimbangkan sebagai sebuah referensi yang sederhana pada
kuantitas informasi yang diungkapkan (Beattie, 2000; Beretta dan Bozzolan, 2004),
penulis menggunakan kandungan arti (semantic properties) dari informasi seperti
economic sign dan outlook oriented sebagai proksi kualitas pengungkapan intellectual
capital (Cerbioni dan Parbonetti, 2007).
Mengacu pada Guthrie et al., (2008) dan Cerbioni dan Parbonetti, (2007) penulis
meregresikan 8 (delapan) index pengungkapan pada corporate governance. Corporate
governance dalam penelitian ini diproksikan dengan empat variabel yaitu ukuran dewan
komisaris, komisaris independen, struktur kepemilikan, dan kepemilikan manajemen
dengan mempertimbangkan variabel-variabel kontrol yang digunakan untuk menjelaskan
tingkat pengungkapan pada perusahaan (Total Asset, Return on Equity, Leverage,
Growth, Umur Perusahaan dan Tipe Auditor).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah apakah corporate governance (ukuran dewan komisaris, komisaris
independen, struktur kepemilikan, dan kepemilikan manajemen) berpengaruh terhadap
pengungkapan intellectual capital ?
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
corporate governance (ukuran dewan komisaris, komisaris independen, struktur
kepemilikan, dan kepemilikan manajemen) terhadap pengungkapan intellectual capital.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi industri perbankan
a. Memberikan pengetahuan tentang praktik pengungkapan intellectual capital pada
masing-masing bank konvensional di Indonesia yang dijadikan sampel, sehingga
bank dapat membandingkan praktik pengungkapan intellectual capital, serta dapat
digunakan untuk bahan pertimbangan manajemen dalam praktik pengungkapan
intellectual capital.
b. Departemen Research and Development (R&D) tiap bank konvensional di
Indonesia dapat menggunakan penelitian ini untuk dikembangkan dalam
penelitian lembaga masing-masing bank untuk tujuan kepentingan stakeholder-
nya.
2. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk membandingkan teori yang didapat
selama perkuliahan, terutama dalam bidang akuntansi pengungkapan intellectual
capital, dengan kondisi sebenarnya yang dipraktikkan oleh sektor perbankan di
Indonesia.
3. Bagi perguruan tinggi, penelitian ini dapat dijadikan pelengkap materi perkuliahan
dengan memberikan gambaran tentang pengungkapan intellectual capital pada
laporan tahunan sektor perbankan di Indonesia.
6
4. Bagi regulator
a. Menteri keuangan di negara ASEAN (khususnya) bekerja sama dengan bursa efek
dan bank sentral dapat melakukan penelitian lebih lanjut dari hasil penelitian ini
untuk mengetahui praktik pengungkapan intellectual capital terhadap variabel lain
yang dapat digunakan untuk mengambil kebijakan.
b. Menetapkan kebijakan dan regulasi ataupun standar pengungkapan untuk baik
bank konvensional di Indonesia maupun sektor lainnya dalam hal praktik
pengungkapan intellectual capital.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini membahas landasan teori yang diantaranya berupa
tinjauan pustaka, kerangka teoritis, dan dilanjutkan dengan
penelitian terdahulu yang dikembangkan (hipotesis).
7
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi desain penelitian; populasi, sample, dan teknik
sampling; pengukuran variable; instrument penelitian; sumber
data; metode pengumpulan data; serta metode analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai data yang digunakan, pengolahan
data tersebut dengan alat analisis yang diperlukan dan hasil dari
analisis data.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data
yang telah dilakukan, saran-saran yang diajukan dari hasil
penelitian, dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
8
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Pengungkapan Intellectual Capital
Sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktek pengelolaan aset tidak berwujud
(intangible assest) telah meningkat secara dramatis (Harrison dan Sullivan, 2000). Salah
satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible assest
tersebut adalah pengungkapan intellectual capital yang telah menjadi fokus perhatian
dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun
akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000; Sullivan dan Sullivan, 2000).
Munculnya “new economy”, yang secara prinsip didorong oleh perkembangan
teknologi informasi dan ilmu pengetahuan juga memicu tumbuhnya interest dalam
intellectual capital (Petty and Guthrie, 2000; Bontis, 2001). Salah satu area yang menarik
perhatian baik akademisi maupun praktisi adalah yang terkait dengan kegunaan
intellectual capital sebagai salah satu instrumen untuk menentukan nilai perusahaan
(Stewart, 1997; Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby, 2001). Hal ini telah menjadi vexed
issue, dimana beberapa penulis telah memastikan bahwa manajemen dan sistem
pelaporan yang telah mapan selama ini secara berkelanjutan kehilangan relevansinya
karena tidak mampu menyajikan informasi yang esensial bagi eksekutif untuk mengelola
proses yang berbasis pengetahuan (knowledge-based processes) dan intangible resources
(Bornemann and Leitner, 2002).
8
9
Dalam kajian tentang intellectual capital, banyak definisi yang diajukan oleh para
peneliti. Brooking (1996) misalnya mendefinisikan intellectual capital sebagai berikut:
“Intellectual capital is the term given to the combined intangible assets of
market, intellectual property, human-centred and infrastructure – which enable
the company to function”
Roos et al. (1997) menyatakan bahwa:
“Intellectual capital includes all the processes and the assets which are
not normally shown on the balance-sheet and all the intangible assets
(trademarks, patent and brands) which modern accounting methods consider…”
Stewart (1997) menyebut bahwa:
“Intellectual capital is intellectual material–knowledge, information,
intellectual property, experience–that can be put to use to create wealth”
Bontis (1998) mengakui bahwa:
“Intellectual capital is elusive, but once it is discovered and exploited, it
may provide an organisation with a new resource-base from which to compete
and win”
Sedangkan CIMA (2001) menyebutkan bahwa:
“possession of knowledge and experience, professional knowledge and
skill, good relationship, and technological capacities, which when applied will
give organization competitive advantage”
Memang banyak model intellectual capital yang digunakan para peneliti, namun
secara umum para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari intellectual capital,
yaitu: human capital, structural capital, dan customer capital. Secara sederhana, human
capital merupakan pengetahuan, skill, dan pengalaman yang dibawa pegawai ketika
meninggalkan perusahaan (Starovic dan Marr, 2004) yang meliputi pengetahuan individu
10
suatu organisasi yang ada pada pegawaiannya (Bontis, 2000) yang dihasilkan melalui
kompetensi, sikap dan kecerdasan intelektual (Roos, Roos, Edvinsson dan Dragonetti,
1997). Human capital merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education;
experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis (Hudson, 1993). Human capital
merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan
oleh karyawannya (Bontis et al., 2001).
Structural capital digambarkan sebagai apa yang tersisa dalam perusahaan pada
saat pegawai pulang di malam hari (Petrash, 1996). Structural capital merupakan
pengetahuan yang akan tetap berada dalam perusahaan terdiri dari rutinitas organisasi,
prosedur-prosedur, sistem, budaya dan database. Beberapa diantara structural capital
dilindungi hukum dan menjadi intellectual property right, yang secara legal dimiliki oleh
perusahaan (Starovic dan Marr, 2004).
Sedangkan tema utama dari customer capital adalah pengetahuan yang melekat
dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi
mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000). Customer capital
adalah pengetahuan yang dibentuk dalam marketing channels dan hubungan konsumen
bahwa organisasi berkembang dengan menjalankan bisnis. Sebagai contoh adalah image,
loyalitas konsumen, kepuasan konsumen, hubungan dengan suplier, kekuatan komersial,
kapasitas negosiasi dengan entitas keuangan dan lingkungan aktivitas (Starovic dan Marr,
2004).
Mengacu kepada penelitian Cerbioni dan Parbonetti (2007), pengungkapan
intellectual capital merupakan suatu konsep yang kompleks dan multidimensional,
11
maksudnya untuk menghasilkan pengungkapan intellectual capital yang lebih berkualitas
tidak hanya memandang ada tidaknya isi informasi yang terkait dengan intellectual
capital tetapi juga memandang arti dari informasi yang terkait dengan intellectual capital
tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan semantic properties yang
meliputi economic sign dan outlook orientation. Economic sign mengkomunikasikan
dampak yang diharapkan dari intellectual capital yang dimiliki perusahaan terhadap
kinerja perusahaan, dan outlook orientation mengkomunikasikan sudut pandang
perusahaan.
Tabel II.1
Model-model Intellectual Capital
No Peneliti Model Intellectual Capital yang digunakan
1. Brooking, 1996 (UK) Human-centred assets, Infrastructure assets,
Market assets, dan Intellectual property
2. Roos, Roos & Edvinsson, 1997
(UK)
Human Capital, Organitational capital,
Relational capital, dan Renewal and
development capital
3. Stewart, 1997 (US) Human capital, Structured capital, dan
Customer capital
4. Sveiby, 1997 (Sweden) Human capital, internal capital, dan External
capital
5. Edvinsson and Malone, 1997
(Denmark)
Human capital, Process capital, Customer
capital, dan Innovation capital
6. Allee, 2000 (US) Human capital, Corporate identity, External
relationship, dan Internal Structure
7. Bontis et al., 2000 (Canada) Human capital, Structured capital, Relational
capital, dan Intellectual property
8. New Guidline, 2003
(Denmark)
Employees, Processes, Customers, dan
Technologies
Sumber: Hunter et al., 2005
12
B. Corporate Governance
Corporate governance timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan
kepada pihak penyandang dana (principal/investor) bahwa dana yang ditanamkan
digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan corporate governance, perusahaan
memberikan kepastian bahwa manajemen (agent) bertindak yang terbaik demi
kepentingan perusahaan. Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001)
mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, sehingga menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Nilai tambah yang
dimaksud adalah corporate governance memberikan perlindungan efektif terhadap
investor dalam memperoleh kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi.
Wardhani (2006) menyatakan bahwa corporate governance merupakan tata kelola
perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan
yang menentukan arah dan kinerja perusahaan.
Salah satu prinsip corporate governance menurut Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) adalah menyangkut peranan dewan komisaris.
Bentuk dewan komisaris tergantung pada sistem hukum yang dianut. Terdapat dua sistem
yang berbeda, yaitu Anglo Saxon dan Kontinental Eropa (FCGI, 2001). Dalam sistem
hukum Anglo Saxon, sistem yang dianut adalah sistem satu tingkat atau one tier system.
Pada sistem satu tingkat, perusahaan mempunyai satu dewan direksi yang merupakan
kombinasi antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur
13
independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif). Negara-
negara yang menerapkan sistem ini adalah Amerika Serikat dan Inggris. Sistem hukum
Kontinental Eropa menganut sistem dua tingkat atau two tier system. Pada sistem dua
tingkat, perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas (dewan
komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi). Dewan direksi bertugas mengelola
dan mewakili perusahaan sesuai dengan pengarahan dan pengawasan dewan komisaris.
Dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (dewan
komisaris). Tugas utama dewan komisaris adalah bertanggungjawab mengawasi tugas-
tugas manajemen. Indonesia termasuk negara yang mengadopsi sistem dua tingkat ini.
Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara
pemilik dan manajer (Hastuti, 2005). Corporate governance pada dasarnya berisi prinsip
tata kelola perusahaan yang baik. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1. Keadilan (fairness) yang meliputi:
a. Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham
b. Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham
2. Transparansi (transparancy) yang meliputi:
a. Pengungkapan informasi yang bersifat penting
b. Informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan
yang berkualitas
c. Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien
14
3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi pengertian bahwa:
a. Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan
para pemegang saham
b. Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen
c. Adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu
4. Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi:
a. Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan
b. Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka
c. Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang
berkepentingan
d. Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses
terhadap informasi yang relevan
Iskander dan Chamlou (2000) menyatakan bahwa salah satu elemen corporate
governance yang penting adalah transparansi (transparency) atau keterbukaan.
Keterbukaan adalah suatu tindakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan kepada publik. Keterbukaan tidak mudah dilakukan jika
manajemen memiliki kepentingan dan informasi privat yang mendukung kepentingannya.
Kondisi seperti ini dapat terjadi jika dalam perusahaan terdapat manajemen yang
memiliki andil sebagai pemilik (managerial ownership). Semakin besar prosentase
kepemilikan manajerial, maka kemungkinan untuk melakukan keterbukaan semakin
kecil, sehingga perusahaan akan lebih memiliki risiko.
15
Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa corporate governance
merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi
atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap
stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate
governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan
bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka
diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi
pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak.
Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham
dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan
benar.
Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan ada empat mekanisme Corporate
governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai Corporate
governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu komite audit,
komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial.
Cerbioni dan Parbonetti (2007) menyatakan bahwa perusahaan akan berupaya
untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkannya dengan cara melakukan
pengawasan secata lebih efektif terutama berkaiatan dengan corporate governance dan
pengungkapan sukarela. Pada kenyataannya antara corporate governance dan
pengungkapan sularela adalah dua hal yang mengingkatkan perlindungan terhadap
kepentingan investor yang akan membuat pasar menjadi semakin efisien. Mekanisme
corporate governance yang ada dalam perusahaan diharapkan mampu meningkatkan
16
kaulitas dan kuantitas terhadap pengungkapan sukarela dari informasi yang berkaitan
dengan intellectual capital.
C. Ukuran Dewan Komisaris dan Pengungkapan Intellectual Capital
Jumlah anggota dewan komisaris perusahaan bisa mempengaruhi tingkat
pengungkapan karena tingkat pengungkapan adalah keputusan strategik yang dibuat oleh
dewan komisaris perusahaan. Sebagai bagian dari manajemen tingkat atas, dewan
komisaris perusahaan bertugas memformulasikan strategi dan kebijakan perusahaan yang
akan diikuti oleh para manajer. Dan hal ini masih dipertanyakan, apakah dengan semakin
banyaknya dewan komisaris perusahaan dapat mengurangi asimetri informasi (Chen dan
Jaggi, 2000). Jumlah anggota dewan komisaris yang lebih banyak dengan berbagai
macam latar belakang pendidikan dan keahlian memiliki kemampuan yang lebih baik
untuk mendistribusikan beban kerja (Klein, 2006; Anderson, Mansi, dan Reeb, 2004),
lebih baik dalam berpendapat (Hermalin dan Weisbach, 2003), dapat meningkatkan
kualitas pembuatan keputusan, lebih mewakili kepentingan stakeholder, dan
menghilangkan dominasi CEO (Zhou dan Chen, 2004).
Fakta empiris menemukan ketika dewan komisaris dengan jumlah anggota sedikit
maka kualitas pengawasan akan lebih baik (Yermack, 1996) karena masalah keagenan
akan meningkat sesuai dengan jumlah dewan komisaris perusahaan (Conger et al., 1998).
Yermack (1996) menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara market value dan
jumlah anggota dewan komisaris. Jensen (1993) berpendapat bahwa ketika dewan
komisaris terdiri dari tujuh atau delapan orang, maka mereka akan berfungsi kurang
efektif dan lebih mudah bagi CEO untuk mengendalikan. Menurut Conger, Finegold, dan
17
Lawler (1998) untuk menjadi “empowered board” dewan komisaris harus cukup kecil
untuk menciptakan kelompok yang kohesif.
H1: Jumlah dewan komisaris perusahaan berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengungkapan intellectual capital.
D. Komisaris Independen dan Pengungkapan Intellectual Capital
Tricker (1984) dalam Haniffa dan Cooke (2005) menyatakan bahwa proporsi
komisaris independen merupakan sebuah mekanisme pengawasan dan keseimbangan,
bukan hanya dalam memastikan tindakan perusahaan untuk kepentingan pemilik, tetapi
juga stakeholder lainnya dengan memberikan gambaran yang lebih luas mengenai
aktivitas dan kinerja perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Eng dan Mak (2003),
komisaris independen dapat lebih mempengaruhi perusahaan untuk mengungkapkan
informasi yang lebih luas kepada outside investors. Berdasarkan agency theory, komisaris
independen dapat meningkatkan keefektifan dewan komisaris (Jensen dan Meckling,
1976).
Bursa Efek Jakarta mengeluarkan Kep-339/BEJ/07-2001 yang mensyaratkan bagi
perusahaan yang tercatat di BEJ menunjuk komisaris independen. Dalam peraturan ini,
persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota
dewan komisaris. Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen adalah sebagai
berikut.
1) Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham
mayoritas atau pemegang saham pengendali (controlling shareholders) perusahaan
tercatat yang bersangkutan.
18
2) Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan atau komisaris
lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.
3) Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya
yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.
4) Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.
5) Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang
bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling shareholders)
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggungjawab atas
pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Dewan
komisaris juga mewakili mekanisme internal untuk mengontrol perilaku oportunis
manajemen sehingga dapat menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer
(Kusumawati dan Riyanto, 2005). Menurut Boediono (2005), komposisi dewan komisaris
merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan
informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi
dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan
sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas. Adanya komisaris
independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta
corporate governance di dalam perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Haniffa dan Cooke (2005) serta Hossain (2008)
menunjukkan adanya hubungan subtitusi antara pengungkapan informasi dengan
komisaris independen. Nasir dan Abdullah (2004) serta Lim, Matolcsy, dan Chow (2007)
19
menemukan adanya hubungan yang positif signifikan antara komisaris independen
dengan pengungkapan informasi. Fakta empiris menemukan bahwa komisaris independen
berhubungan secara positif dengan pengungkapan struktur internal/internal capital
(Cerbioni dan Parbonetti, 2007). Li et al. (2008) juga menemukan hubungan positif
signifikan antara komisaris independen dengan pengungkapan intellectual capital.
H2: Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan
intellectual capital.
E. Struktur Kepemilikan dan Pengungkapan Intellectual Capital
Struktur kepemilikan adalah persentase kepemilkan saham perusahaan yang
dimiliki oleh sebuah institusi. Meningkatnya kepemilikikan oleh institusi lain akan
menyebabkan adanya permintaan pengawasan terhadap manajemen perusahaan dan
berkurangnya kemungkinan manajemen untuk mengungkapkan informasi hanya dari sisi
manajemen saja. Pengungkapan informasi kemungkinan besar akan meningkat pada
perusahaan dengan kepemilikan yang dipecah-pecah (Hossain et al., 1994). Sudut
pandang ini menunjukkan adanya hubungan positif antara kepemilikan saham oleh
institusi lain dengan tingkat pengungkapan intellectual capital.
H3: Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual
capital.
F. Kepemilikan Manajemen dan Pengungkapan Intellectual Capital
Kepemilikan manajemen adalah ada tidaknya saham yang dimiiki oleh
manajemen dalam perusahaan. Tingkat pengungkapan informasi akan berkurang bila
20
kepemilikan dimiliki oleh pihak manajemen karena permintaan akan informasi juga akan
berkurang (Chau dan Gray, 2002).
Kepemilikan oleh pihak manajemen perusahaan sebagai variabel corporate
governance sangatlah signifikan dengan fakta-fakta bahwa skenario investasi di Asia
Timur adalah dimiliki dan dikendalikan oleh pihak yang sama (La-Porta, Lopez-de-
Silanes, Shleifer dan Vishny, 2000; Tan, 2000; Ho dan Wang, 2001).
Menurut Ho dan Wong (2001) seseorang yang memegang dua peranan sekaligus
akan cenderung menyimpan informasi dan tidak mengungkapkannya kepada pihak luar.
Fama dan Jensen (1983) berpendapat bahwa ketika seseorang berkedudukan sebagai
seorang chairman dan CEO, maka dapat dipastikan akan cenderung memihak kepada
manajemen daripada stockholder.
Penelitian yang dilakukan oleh Ho dan Wong (2001) menemukan hubungan
negatif, tetapi tidak signifikan antara dominant personality dengan pengungkapan secara
voluntary.
H4: Kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap pengungkapan intellectual
capital.
G. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan dari tinjauan pustaka di atas, penulis mencoba menguji kembali
corporate governace (ukuran dewan komisaris, komisaris independen, struktur
kepemilikan, dan kepemilikan manajemen) terhadap pengungkapan intellectual capital
pada sektor perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
21
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
Corporate Governance
ukuran dewan komisaris
proporsi komisaris independen
struktur kepemilikan
kepemilikan manajemen
Variabel Kontrol
Total Asset
Return On Equity
Leverage
Growth
Umur Perusahaan
Tipe Auditor
Pengungkapan
Intellectual Capital
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan untuk
menguji hipotesis yang diajukan yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara
karakteristik perusahaan (ukuran dewan komisaris, komisaris independen, struktur
kepemilikan, dan kepemilikan manajemen) terhadap pengungkapan intellectual capital
sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hypotheses testing biasanya
menjelaskan mengenai beberapa hubungan dan pengaruh antar variabel, memahami
perbedaan antar kelompok, dan independensi antarvariabel dalam suatu situasi (Sekaran,
2003).
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi mengacu pada sekelompok orang, kejadian (event), atau sesuatu yang
menarik perhatian peneliti untuk melakukan investigasi (Sekaran, 2003). Populasi dalam
penelitian ini adalah sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia. Penggunaan sektor
perbankan yang terdaftar di BEI sebagai populasi karena perusahaan perbankan
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar
perusahaan, sehingga memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh dalam
penelitian ini.
22
23
Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang
diharapkan memiliki karakteristik yang mewakili populasinya (Sekaran, 2003). Teknik
pengambilan sampel (sampling) yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik
purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil
sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Hartono, 2004).
Adapun kriteria purposive sampling dalam penelitian ini adalah:
a. Sektor perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI),
b. Menerbitkan laporan tahunan (annual report) antara tahun 2004 sampai
dengan 2008 pada website Bursa Efek Indonesia (BEI),
c. Perusahaan tidak terlibat kasus hukum perbankan saat awal dimulainya
penelitian,
d. Annual report yang diperoleh tidak dalam kondisi rusak (tidak bisa dibaca dan
diolah),
e. Annual report memberikan informasi lengkap yang sesuai dengan variabel
yang terdapat dalam penelitian ini.
Tahun 2008 dijadikan batas terakhir karena melihat ketersediaan annual report
terakhir pada saat penelitian ini dimulai awal Tahun 2010, sedangkan untuk kriteria tidak
terlibat kasus hukum dan masih terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga awal
dimulainya penelitian karena penulis beranggapan bahwa annual report pada perusahaan
yang terlibat kasus hukum kebenaran data-data dalam annual report sebelum kasus
tersebut terungkap sangat dipertanyakan.
24
C. Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen
a. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris, merupakan banyaknya anggota yang duduk pada
dewan komisaris. Penggunaan board size mengacu pada Yermack (1996), Conger
et al. (1998), serta Zhou dan Chen (2004) yang telah meneliti menggunakannya
sebagai variabel independen dari atribut good corporate governance, sebagai
karakteristik dewan komisaris.
b. Komisaris independen
Komisaris independen merupakan salah satu proksi dari corporate
governance. Variabel ini diukur dengan perbandingan antara jumlah komisaris
independen dengan banyaknya komisaris pada perusahaan (Cerbioni dan
Parbonetti, 2007).
c. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan salah satu proksi dari corporate
governance. Variabel ini merupakan besarnya saham yang dimiliki oleh institusi
dibagi dengan total saham yang beredar (Hossain et al., 1994).
d. Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan manajemen adalah ada tidaknya manajer yang memiliki
saham pada perusahaan dimana mereka menjabat. Variabel ini menggunakan
25
dummy, yaitu 0 jika tidak terdapat kepemilikan manajerial, dan 1 jika terdapat
kepemilikan manajerial (Ho dan Wong, 2001).
2. Variabel Independen
Variabel adalah sesuatu hal yang dapat dijadikan pembeda suatu nilai
(Sekaran, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan
intellectual capital dalam annual reports. Annual report dipilih sebagai data untuk
proksi-proksi variabel dependen karena annual report merupakan satu-satunya dari
banyak media komunikasi publik yang dilakukan perusahaan yang dapat digunakan
untuk mentrasfer informasi kepada komunitas yang berinvestasi di dalam perusahaan
untuk mengetahui capital yang dimiliki perusahaan (Frederiksen dan Westphalen,
1998).
Parker (1982) juga berpendapat bahwa annual report merupakan media publik
yang mencakup lingkup yang luas dan mudah disediakan. Selain itu, kelebihan dari
annual report adalah terdapatnya komponen pelaporan selain laporan keuangan yang
menjadi media untuk komunikasi tentang informasi intellectual capital (Johanson et.
al, 1999 dan Abeysekera, 2001). Oleh sebab itu, annual report menjadi pilihan untuk
mengukur pengungkapan intellectual capital suatu perusahaan.
Untuk menganalisa pengungkapan intellectual capital, dalam penelitian ini
menggunakan content analysis. Content analysis dilakukan dengan cara membaca
annual report setiap perusahaan sampel kemudian memberikan kode untuk setiap
informasi yang terkandung di dalamnya menurut kerangka indikator intellectual
capital yang telah ditentukan. Adapun indikator intellectual capital dalam penelitian
26
menggunakan modifikasi antara Cerbioni dan Parbonetti (2007) dengan Guthrie et al.
(2008). Indikator intellectual capital dalam penelitian dipilih sebagai referensi
indikator intellectual capital karena indikator-indikator tersebut sesuai dengan tujuan
penelitian dan ketersediaan data untuk melakukan analisis variabel dependen dengan
metode content analysis.
Untuk pengkodean informasi terdapat 2 (dua) skema utama dalam pengkodean
dan pengukuran pengungkapan intellectual capital. Yang pertama adalah dichotomus
(0:1) yang menganalisa jumlah item intellectual capital yang diungkapkan
berdasarkan kerangka intellectual capital yang dipakai (misal: Bontis, 2003) dan
frekuensi item intellectual capital yang muncul (misal: Guthrie dan Petty, 2000;
Brennan, 2001). Dan yang kedua menggunakan skema weighted coding dimana setiap
informasi yang bersifat kuantitatif dan kualitatif masing-masing diberi nilai sendiri
(misal: Bozzolan et al., 2003; Sujan dan Abeysekera, 2007; Cerbionni dan Parbonetti,
2007). Dalam penelitian ini penulis menggunakan skema weighted coding sesuai
yang dipakai oleh Cerbioni dan Parbonetti (2007) dengan kerangka intellectual
capital yang dipakai dari modifikasi Cerbioni dan Parbonetti (2007) dengan Guthrie
et al. (2008).
M
d
IPIC
M
i
i 1
Keterangan, di menyatakan atribut i diberi skore 2 jika pengungkapan intellectual
capital dalam bentuk kuantitatif, diberi skore 1 jika dalam bentuk kualitatif, diberi
skore 0 jika informasi tidak diungkapkan, dan kalimat dalam bentuk asumsi (misal:
“we strongly believe that …”) atau informasi yang sudah pernah diberikan diberi
27
skore 0 untuk melindungi dari kemungkinan penambahan kalimat pada laporan untuk
mendapatkan penambahan skore pengungkapan. M menyatakan skore maksimum
yang dapat dicapai oleh perusahaan.
Tabel III.1
Struktur Internal Capital
No. Internal Capital Keterangan
1. Intellectual Property Intellectual property includes patents, copyrights and trademarks.
An example from annual reports in the sample:
Amcor Flexible Europe recently announced the first commercial
application of Amcor FlexCan™ - a new unique stand-up flexible
container, which is easy to open and recluse (Amcor, Annual
Report, 2002).
2. Management philosophy Management philosophy is the way in which leaders in an
organisation think about the organisation and its employees. T heir
management philosophy has a substantial effect on the
organisational culture (Brooking, 1996) and mission statements
can have either a positive or negative impact on performance
depending on whether employees remember, understand, show
commitment, or promote shared values.
An example from annual reports in the sample:
We have a very comprehensive approach to „doing the right thing‟
in the eyes of our peers, customers, shareholders, the community,
regulators and the law. We believe that doing the right thing
creates a positive work environment and great customer
experiences, builds our reputation and relationships and help us to
reduce risk (Westpac, Annual Report, 2002).
3. Corporate culture Corporate culture includes values, rites and rituals that are
recognised and shared by employees. It is created by management
and reflects the values of the firm. Different types of corporate
culture include:„work hard and play hard‟;„high risk and high
reward‟;„family-based‟;„process-based‟;„team-based‟;etc
(Brooking, 1996).
Management and leadership play a critical role in creating a
culture that facilitates the creation and sharing of knowledge
(Miller et al., 1999).
An example from annual reports in the sample:
The Macquarie culture is represented by the way in which we act
and work together. The values to which we aspire can be
summarised in six principles: integrity; client commitment; strive
for profitability; fulfilment of our people; teamwork; highest
standards (Macquarie Bank, Annual Report, 2002).
28
4. Management processes Management processes incorporate any activity, but not
technological activity, that contributes to the creation of
organisational capital (Roos et al., 1997).
These are management mechanisms put in place to turn philosophy
into practice and implement best practice. There can be several
mechanisms such as policies, procedures, processes and staff
suggestion boxes (Brooking, 1996).
This element includes information related to the employment of
standards of quality as required for ISO certifications, as these
standards support the development of knowledge transfer among
employees (Cohen and van Ewyk, 1998).
An example from annual reports in the sample:
Business cells are being benchmarked against good performers in
similar businesses, both inside and outside the CSR group. People
are being individually assessed against key performance measures
(CSR, Annual Report, 2002).
5. Information/Networking
systems
These are both manual and technology-based systems in place to
maintain management, share and disseminate information and to
network people with others to gain access to information.
Businesses are expected to become increasingly reliant on
information systems to capture and report transactions and also to
track, build and share the collective knowledge of the organisation.
An example from annual reports in the sample:
The implementation of the Bunnings back office systems across the
whole network has been successful. Further efficiencies will arise
from adopting the Bunnings point of sale system in all Australian
stores by November 2002. At the completion of this rollout, all
Australian retail stores will be operating on the one technology
platform (Wesfarmers, Annual Report, 2002).
6. Financial relations These are favourable relationships the organisation has with
investors, banks and other financiers (Brooking, 1996).
Examples from annual reports in the sample:
The government has facilitated the implementation of this
restructuring by assisting in the funding of redundancy costs to
displaced employees (Wesfarmers, Annual Report, 2002). The Nine
Network and Macquarie Bank were key supporters of the fund,
which will finance various Nine film and television drama projects
(Publishing and Broadcasting Limited, Annual Report, 2002).
Sumber: Guthrie et al. (2008), pp. 103
Tabel III.2
Struktur External Capital
No. External Capital Keterangan
1. Brands Brands are powerful reminders to customers to buy the products
and services of one organisation in preference to those of another.
Tabel III.1 (Lanjutan)
29
They can include service brands that promote quality, reliability,
etc., or corporate brands that promote the value in the market
place of a particular organisation‟s reputation (Brooking, 1996).
Brands are increasingly recognised as the source of extraordinary
profits (Daley, 2001) and an interview survey suggests they tend to
increase the shareholder value relative to the industry (Court and
Leiter, 1999).
An example from the annual reports in the sample:
By December 2002 all Hardwarehouses stores in Australia and
New Zealand will carry the Bunnings name. All BBC traditional
stores will have been rebranded while the “Benchmark” brand will
continue in New Zealand (Wesfarmers, Annual Report, 2002).
2. Customers This encapsulates the extent of market share held in relation to the
total market share for a product or service. The increase in sales
or volume in absolute terms does not indicate the increase in
market share or number of customers. Although high market share
does not guarantee greater profitability, it enables firms to create
certain profitable opportunities that are not available to low
market share firms (Ailawadi et al., 1999).
An example from annual reports in the sample:
With assets of $55 billion and 2.6 million customers, we are placed
between the four majors and the country‟s smaller regional
banking groups and enjoy considerable strategic freedom for our
future plans (St George, Annual Report, 2002).
3. Customers satisfaction Customer satisfaction is the customers‟ after-purchase judgement
or evaluation of a specific product or service. The benefits are
associated with increased market share, economic returns,
profitability, customer loyalty and less reliance upon price-based
competition (Stank et al., 1997). Customer satisfaction is related
to customer loyalty (Johanson et al., 1999). Customer loyalty leads
to repeat business as a percentage of the customer base (Brooking,
1996). This line item includes both customer satisfaction and
customer loyalty.
An example from the annual reports in the sample:
Customer satisfaction measured at 67%, June 2002, up from 40%
in 2001-2002 (Telecom, Annual Report, 2002).
4. Companies names Company names encapsulate the image of the firm as it is
perceived by stakeholders. The resource-based view states that a
firm‟s reputation is a resource that leads to competitive advantage.
A definition of reputation is that it‟s the evaluation of a firm by its
stakeholders in relation to their effect, esteem and knowledge. Both
theoretical and empirical evidence suggest that positive evaluation
presented in the media is a resource and it increases the
performance of firms (Deephouse, 2000).
An example from the annual reports in the sample:
At the end of October our achievements were further recognised
with Westpac rated number one among the top 100 companies in
Australia in the Good Reputation Index for 2002 (Westpac Bank,
Annual Report, 2002).
5. Distribution channels Distribution channels are the mechanisms of getting products and
services into the market (Brooking, 1996). Distribution channels
are one of the key elements for creating value in most firms. The
Tabel III.2 (Lanjutan)
30
relationship between manufacturers and distributors should be
interdependent to create value to both parties (Giroud, 2000).
An example from the annual reports in the sample:
More recently this trend led to the introduction of Westfield‟s
signature entertainment and lifestyle offer – he Street, which
integrates state-of-the-art cinemas with cafes, restaurants and
lifestyle retailers. he Street has been a critical factor in attracting
customers to the centres „after hours‟, allowing them to browse for
books and music, enjoy a meal or movie and shop at other retail
outlets in the centre (Westfield, Annual Report, 2001).
6. Bussiness collaboration This is the collaboration with other business partners (Brooking,
1996). Alliances can be equity or non-equity based (Chan et al.,
1997). An analysis of intangible resources indicates that firms
enter into cooperation agreements to establish medium and long-
term relations to obtain technology and exchange information
(Fernandez et al., 2000) and by pooling their resources firms can
take advantage of synergy (Chetty and Holm, 2000).
An example from the sample annual reports:
Our focus since August 2001 has been on gaining the full benefits
of the merger between Brambles Industries Limited and the support
service businesses of GKN plc. The merger produced a high-
quality portfolio of businesses with strong growth records,
experienced management teams and exciting potential (Brambles,
Annual Report, 2002).
7. Licensing agreements Licensing agreements are wide-ranging agreements giving a party
the right to sell products, services or technology to other parties as
per the conditions set out in the agreement (Brooking, 1996). hey
include both licensing and cross-licensing agreements. Cross
licensing provides firms who are active in Research and
Development with protection against inadvertent infringement and
the right to use licensee‟s patents (Grindley and Teece, 1998).
An example from the annual reports in the sample:
The Lloyd‟s reform processed markedly during 2002 with the
implementation of the franchise model and a series of ancillary
changes designed to speed up the modernisation of the market
including the structure, accounting practices, and overall
performance (QBE Insurance Group, Annual Report, 2002).
Sumber: Guthrie et al. (2008), pp. 108
Tabel III.3
Struktur Human Capital
No. Human Capital Keterangan
1. Employees Some argue that employees are the most important assets of an
organisation because knowledge and expertise lie within
them(Lank, 1997; Dzinkowski, 1999) and therefore the success of
Tabel III.2 (Lanjutan)
31
knowledge strategy depends on the people in the firm. This
element concerns employee characteristics that can be grouped
into several dimensions:
personal data: employee numbers, gender, and average age;
and
economic contribution: value added per expert, revenue per
non-administrative staff.
An example from annual reports in the sample:
ARG employs over 1000 staff. About 850 are located in Western
Australia where ARG operates on more than 5,000 kilometres of
standard and narrow gauge track (Wesfarmers, Annual Report,
2002).
2. Education Education encapsulates the education received from a formal
establishment such as a school. his refers to the general education
a person has received (Brooking, 1996). It also represents the
exposure to new knowledge, concepts and ideas in a structured
way with the purpose of increasing knowledge or modifying
attitudes and beliefs. It contains any information discussed other
than that shown as measurements in growth/renewal ratios:
average education level.
An example from annual reports in the sample:
The agribusiness division‟s long term future was highlighted by
our recruitment this year of 32 young people with farming
background and agricultural qualifications (National Bank,
Annual Report, 2002).
3. Training Training refers to programmes to foster worker participation and
incorporates achievements associated with training programmes
(GRI, 2002).
An example from annual reports in the sample:
That‟s why we have developed a unique workshop and interactive
learning experience called „Financial First Steps‟ to give our new
recruits and young staff greater confidence in money matters
(Westpac Bank, Annual Report, 2002).
4. Work related knowledge Work-related knowledge refers to the amount of knowledge an
employee possesses about a particular topic. It could be a
straightforward activity (e.g. raising an invoice) or a complex
activity (e.g. designing aeroplane wings). It also could be tacit,
for example, tea tasting by a tea taster (Brooking, 1996). This line
item also includes work-related knowledge that is acquired during
the job in terms of tacit, explicit and implicit knowledge. Tacit
knowledge exists with the person but is extremely difficult to
explain or write down. Explicit knowledge can be easily written
down in books, manuals, procedures and so forth. Implicit
knowledge is hidden in the work procedures and methods, and
corporate culture (Brooking, 1996).
An example from annual reports in the sample:
The team offered a well balanced mix of financial, technical,
marketing, operational and strategic management capabilities that
proved invaluable in a year when global steel prices were at, or
about, historic lows (BHP Billiton, Annual Report, 2002).
Tabel III.3 (Lanjutan)
32
5. Enterpreneurial spirit Entrepreneurial spirit incorporates the concepts of innovativeness,
proactive and reactive abilities, and the ability to change.
Innovativeness is the ability to build on previous knowledge and
generate new knowledge (Roos et al., 1997).
An example from annual reports in the sample:
Our business model is based on building profitable sales volumes
to achieve sustainable growth in earnings and improved returns
on funds invested. We will accomplish this by growing the
commercial premium component of our portfolio, based around
our core premium brands. To support this approach, we have
implemented a demand-driven business model. his enables us to
match production to customer demand (Southcorp, Annual Report,
2002).
Sumber: Guthrie et al. (2008), pp. 112
Tabel III.4
Struktur Economic Sign
No. Economic Sign Keterangan
1. Positive Impact Intellectual capital information that has a positive economic
impact.
2. Negative Impact Intellectual capital information that has a negative economic
impact.
Sumber: Cerbioni dan Parbonetti (2007), pp. 22
Tabel III.5
Struktur Outlook Orientation
No. Outlook Orientation Keterangan
1. Forward-Looking Forward-looking information about intellectual capital, which was
obtained with the same methodology by considering the phrase
“future oriented”
2. Historical Historical information about intellectual capital, which refers to
the score obtained if the information being considered was based
on past events.
Sumber: Cerbioni dan Parbonetti (2007), pp. 22
Tabel III.3 (Lanjutan)
33
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang faktornya dikontrol untuk menetralisir
pengaruhnya yang dapat mengganggu hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Variabel corporate governance memiliki kemungkinan untuk
secara endogen ditentukan oleh berbagai faktor. Dengan mengakui sifat endogenitas
dari variabel corporate governance, sehingga hanya dapat menginterpretasikan hasil
penelitian sebagai suatu hubungan yang parsial.
Bias yang mungkin terjadi akibat adanya faktor-faktor lain dapat dihindari
dengan menggunakan variabel kontrol sebagai validitas pengukuran (Bryman dan
Bell, 2007). Variabel kontrol yang digunakan adalah total asset, return on equity
(ROE), leverage, market to book value (growth), umur perusahaan, dan tipe auditor.
Variabel kontrol pertama adalah size atau ukuran perusahan dengan
menggunakan bentuk logaritma natural total asset (LnTA). Pengukuran size pada
penelitian ini mengacu pada Ho dan Wong (2001), Eng dan Mak (2003), Gul dan
Leung (2004) yang menemukan hubungan positif antara firm size dengan tingkat
pengungkapan informasi. Ukuran perusahaan merupakan variabel explanatory yang
potensial dalam hubungannya dengan keluasan pengungkapan. Singhvi dan Desai
(1971); Cooke (1992); Wallace et al. (1994); Craig dan Diga (1998) menemukan
hubungan antara firm‟s size dengan tingkat pengungkapan. Di dalam beberapa
penelitian tersebut, hubungan yang positif ditemukan antara ukuran perusahaan dan
keluasan pengungkapan. Freedman dan Jaggi (1982) menemukan bahwa semakin
besar perusahaan akan semakin banyak aktivitas dan semakin berpengaruh terhadap
stakeholder.
34
Variabel kontrol yang kedua adalah kinerja perusahaan. Proksi kinerja juga
dipandang penting oleh beberapa peneliti karena kinerja yang bagus ditunjukkan
dengan tingkat profitablitas yang tinggi, dan tingkat profitabilitas berpengaruh positif
terhadap keluasan pengungkapan perusahaan (Singhvi dan Desai, 1971), Kahl dan
Belkaoui (1981), Wallace dan Nasser (1995) dan Hosain (2008). Penelitian ini
menggunakan dasar tingkat pengembalian atas modal (Return on Equity) sebagai
proksi dari kinerja. ROE diukur dengan membandingkan antara laba bersih dengan
total ekuitas.
Leverage merupakan variabel kontrol yang ketiga. Eng dan Mak (2003),
Lakhal (2003), Swartz dan Firer (2005) menggunakan proksi leverage sebagai rasio
hutang terhadap total assets. Rasio ini menunjukkan seberapa besar dari total
keseluruhan aset perusahaan yang diperoleh atau didanai oleh utang. Eng dan Mak
(2003) menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih sedikit
mengeluarkan informasi yang lebih luas. Jensen dan Meckling (1976), Smith dan
Warner (1979) dalam Belkaoui dan Karpik (1989) menyebutkan bahwa perjanjian
utang yang berbentuk tingkat leverage dimaksudkan membatasi kemampuan
manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan antar pemegang saham dan
pemegang obligasi. Mangena dan Pike (2005) menyebutkan bahwa tingkat leverage
mempengaruhi pengungkapan karena agency problem meningkat sejalan dengan
tingkat hutang.
Variabel control yang keempat adalah market-to-book ratio (growth) diukur
dengan perbandingan nilai pasar dengan nilai buku ekuitas. Perusahaan dengan
growth yang tinggi menggunakan pengungkapan informasi sebagai suatu metode
35
untuk menghubungkan perbedaan informasi yang potensial hingga asimetri antara
manajemen dan investor (Cerbioni dan Parbonetti, 2007).
Variabel kontrol yang kelima, age atau umur perusahaan dapat ditentukan
melalui jumlah tahun perusahaan berdiri (Hossain, 2008). Owusu-Ansah (1998) dan
Akhtaruddin (2005) menyebutkan bahwa keluasan pengungkapan perusahaan
dipengaruhi oleh umur yang meliputi fase perkembangan dan pertumbuhan. Proksi
age diukur dengan menghitung umur perusahaan dari tanggal berdirinya perusahaan.
Data mengenai tanggal berdirinya perusahaan diperoleh dari sejarah perusahaan di
dalam annual report. Dari data tersebut kemudian dilakukan penghitungan umur
dengan cut off tanggal 31 Desember sesuai dengan tahun annual report yang
dijadikan sampel.
Variabel kontrol yang terakhir adalah tipe auditor. Penggunaan tipe auditor
(BIG4) telah dilakukan pada penelitian Eng dan Mak (2003) dan Lim et al. (2007).
Hossain dan Taylor (2007), mereka meneliti hubungan antara karakteristik
perusahaan (Banking companies) dengan keluasan pengungkapan informasi, hasilnya
ditemukan terdapat hubungan positif dengan audit firm.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara karakteristik corporate governance (ukuran dewan
komisaris, komisaris independen, struktur kepemilikan, dan kepemilikan manajemen)
terhadap pengungkapan intellectual capital sektor perbankan yang tercatat di Bursa Efek
36
Indonesia. Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut ini:
PICi = β0 + β1UDKOM + β2KIND + β3SPEM + β4KMAN + β5LnTA + β6ROE +
β7LEV + β8GROWTH + β9UPER + β10TAUD + e
Notasi:
PICi = indeks pengungkapan intellectual capital,
UDKOM = ukuran dewan komisaris,
KIND = proporsi komisaris independen,
SPEM = struktur kepemilikan,
KMAN = kepemilikan manajemen,
LnTA = logaritma natural total asset,
ROE = return on equity,
LEV = leverage,
GROWTH = kesempatan pertumbuhan,
UPER = umur perusahaan,
TAUD = tipe auditor,
β0 = intercept,
β1, …, β10 = koefisien regresi, dan
e = error.
37
Analisis data dilakukan dengan bantuan program komputer (SPSS for windows)
sebagai alat untuk meregresikan model yang telah dirumuskan di atas. Dalam penelitian
ini meregresikan 8 index pengungkapan intellectual capital dan terdiri dari 2 dimensi
yang berbeda (content of intellectual capital dan semantic properties of intellectual
capital), maka pengujian hipotesis dilakukan dengan cara: a) Terkait dengan content of
intellectual capital (TPIC, PInC, PExC, dan PHuC) pengujian hipotesis dilakukan dengan
analisis multivariat dengan menggunakan regresi linier berganda (multiple linear
regression). Dalam multiple linear regression, pengujian hipotesis dapat dilakukan
setelah model regresi bebas dari gejala-gejala asumsi klasik, agar hasil penghitungan
dapat diinterpretasikan dengan akurat dan bebas dari kelemahan-kelemahan yang terjadi
karena gejala-gejala tersebut; b) Sementara yang terkait dengan semantic properties of
intellectual capital (PIC_Pos, PIC_Neg, PIC_FL, dan PIC_H) pengujian hipotesis
dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik – ordinal
(ordinal logistic regression) karena variabel dependennya dalam bentuk data ordinal.
Dalam logictic regression selain mengabaikan uji normalitas juga tidak mensyaratkan uji
autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Logistic regression dipakai apabila asumsi
multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi (Ghozali, 2005).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Model regresi
yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Dalam penelitian ini uji normalitas data yang akan digunakan adalah uji
38
normal probability plot of standardized residual. Uji statistik yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas residual adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan probability value
yang diperoleh dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut ini.
1) Jika probability value > 0,05 maka data terdistribusi normal.
2) Jika probability value < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Multikoliniearitas
Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji kolerasi antar
variabel bebas (Ghazali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen, jika terjadi saling korelasi, variabel-
variabel tersebut ortogonal. Ortogonal artinya, variabel independen tersebut
memiliki korelasi dengan sesama variabel independen adalah 0 (Ghazali, 2005).
Jadi, apabila di dalam uji multikolonieritas mendapatkan hasil 0 atas uji korelasi
antar variabel independen, variabel-variabel independen tersebut tidak terdapat
korelasi.
Multikokolonieritas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan lawannya serta nilai Variances Inflation Factor (VIF) (Ghazali,
2005). Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen yang satu
yang dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Tolerance mengukur
variablitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
39
independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama artinya dengan nilai
VIF yang tinggi dalam pengujian ini (Ghazali, 2005).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variable pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode
sebelumnya (Ghozali, 2005). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Durbin-Watson, dimana hasil pengujian ditentukan
berdasarkan nilai Durbin-Watson.
c. Uji Heterokedastisitas
Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Heteroskastisitas dalam penelitian
ini diuji dengan menggunakan metode Glejser. yaitu dengan meregresikan nilai
absolute residual dengan variabel bebas. Kriteria yang digunakan adalah sebagai
berikut ini.
1) Jika probability value >0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika probability value <0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.
40
3. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Multiple Linear Regression
1) Uji R2
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 menunjukkan
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model (regressor). Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti
meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu peneliti menganjurkan
untuk menggunakan nilai Adjusted R2 untuk menilai model regresi terbaik
(Ghozali, 2005).
2) Uji F
Merupakan pengujian secara bersama-sama (simultan) variabel
independen yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen
secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Melalui nilai F kita akan
mengetahui apakah ukuran dengan komisaris, komisaris independen, struktur
kepemilikan dan kepemilikan manajemen berpengaruh secara simultan
terhadap pengungkapan intellectual capital.
H0: Variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen (Sig. F > α)
41
H1: Variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen (Sig. F < α)
3) Uji t
Merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh (parsial) secara signifikan terhadap variabel
dependen. Nilai t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.
Variabel independen dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen apabila nilai sig (p-Value) dibawah 5%.
H0: Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen (Sig. t > α)
H1: Variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel
dependen (Sig. t < α)
b. Analisis Ordinal Logistic Regression
1) Uji R2 (McFadden R-Square)
Pseudo R-Square memberikan nilai R2 seperti halnya dalam regresi
OLS (Ghozali, 2005). Nilai R2 menunjukkan kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen terbatas. Dalam
ordinal logistic regression nilai R2 yang digunakan adalah McFadden R-
Square.
42
2) Uji Simultansi (Model Fitting Information)
Model fitting information menunjukkan perubahan nilai -2 log
likelihood sebelum variabel independen diregresikan dan sesudahnya.
Perubahan tersebut sebesar nilai chi-square.
H0: Variabel independen yang diregresikan tidak memiliki
kemampuan prediksi terhadap variabel dependen (sig. > α)
H1: Variabel independen yang diregresikan memiliki kemampuan
prediksi terhadap variabel dependen (sig. < α)
3) Uji t
Nilai t regresi pada ordinal logistic regression tersaji pada tabel
parameter estimates. Nilai wald pada tabel dapat dianalogikan sebagai t
hitung, sedangkan kolom estimate merupakan koefisien regresi dan konstanta.
Hasil pengujian dapat dilihat pada kolom sig (nilai p). Jika nilai p
memberikan hasil di bawah 0.05, hal tersebut menunjukan pengujian
memberikan hasil yang signifikan.
H0: Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen (Sig. t > α)
H1: Variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel
dependen (Sig. t < α)
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
E. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap
indeks Pengungkapan Intellectual Capital pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2004-2008. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :
Tabel IV. 1
Hasil Pengambilan Sampel
No Keterangan
Jumlah Annual Report %
Jumlah Bank %
1 Jumlah Annual Report Tahun 2004-2008 116 100% 28 100%
2 Annual report yang tidak memenuhi kriteria purposive sampling 80 70% 3 11%
3 Annual report memenuhi kriteria purposive sampling 36 30% 25 89%
Sumber: data sekunder, diolah
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah sampel tahun 2004 sampai dengan
tahun 2008 adalah 116 annual report dari 28 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
pada tahun 2008. Dari 116 annual report yang akan diteliti, tersisa 36 sampel annual
report dari 25 perusahaan yang lolos kualifikasi purposive sampling. Hal ini
menunjukkan bahwa skema good corporate governance di Indonesia khususnya pada
sektor perbankan yang menganjurkan perusahaan yang terdaftar di BEI untuk
43
44
menerbitkan annual report masih dalam batas-batas adanya wujud fisik dari annual
report tersebut, sedangkan untuk kualitas annual report khususnya untuk annual report
yang non laporan keuangan (bersifat voluntary) masih sangat rendah. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari annual report. Hipotesis dalam penelitian ini diuji bantuan
software SPSS 15.0 for windows.
F. Statistik Deskriptif
Descriptive statistic penelitian ini dilakukan guna mencari nilai mean, maksimum,
minimum, dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian, seperti yang ditunjukkan
dalam tabel berikut.
Tabel IV.2
Statistik Deskriptif
Variabel1 N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
TPICi 36 0,1667 0,5278 12,861 0,35725 0,090108
PInCi 36 0,0833 0,4167 7,417 0,206028 0,078386
PExCi 36 0 0,7143 12,2139 0,339275 0,132674
PHuCi 36 0,1 0,8 20,3 0,563889 0,172631
PIC_Posi 36 0 1 5,5 0,152778 0,312123
PIC_Negi 36 0 1 5 0,138889 0,307318
1 TPICi: Indeks Total Pengungkapan Intellectual Capital; PInCi: Indeks Pengungkapan Internal Capital; PExCi:
Indeks Pengungkapan External Capital; PHuCi: Indeks Pengungkapan Human Capital; PIC_Posi: Indeks informasi
dampak positif terkait Pengungkapan Intellectual Capital; PIC_Negi: Indeks informasi dampak negatif terkait
Pengungkapan Intellectual Capital; PIC_FLi: Indeks informasi Pengungkapan Intellectual Capital terkait dengan
pandangan kedepan; PIC_Hi: Indeks informasi Pengungkapan Intellectual Capital terkait dengan pandangan
historis; UDKOM: Ukuran Dewan Komisaris; KIND: Komisaris Independen; SPEM: Struktur Kepemilikan;
KMAN: Kepemilikan Manajemen; TA: Total Assets; Ln TA: Log natural Total Assets; ROE: Return on Equity;
LEV: Total hutang dibanding total assets; GROWTH: market to book ratio; UPER: Umur Perusahaan; TAUD: Tipe
Auditor (BIG4)
45
PIC_FLi 36 0 1 5 0,138889 0,256657
PIC_Hi 36 0 1 5 0,138889 0,307318
UDKom 36 1 10 178 4,944444 2,292154
KInd 36 0,5 1 20,8729 0,579803 0,106153
SPem 36 0,0318 0,4739 8,8998 0,247217 0,131559
KMan 36 0 1 28 0,777778 0,421637
TA 36 5,71E+10 3,58E+14 1,89E+15 5,24E+13 8,32E+13
LnTA 36 24,7684 33,5128 1086,575 30,18264 2,044411
ROE 36 -0,363 0,2665 3,4838 0,096772 0,108223
Lev 36 0,4341 0,9428 31,8989 0,886081 0,085813
Growth 36 0,8189 5,9314 39,9018 1,108383 0,835937
UPer 36 8 115 1521 42,25 24,75177
TAud 36 0 1 25 0,694444 0,467177
Valid N (listwise) 36
Sumber: data sekunder, diolah
Indeks rata-rata total pengungkapan intellectual capital adalah 0,35. Indeks
maksimum pengungkapan intellectual capital untuk tiap sampel 0,5278 dengan indeks
minimum pengungkapan 0,1667. Setiap perusahaan setidaknya mengungkap informasi
dalam bentuk pernyataan tentang intellectual capital dan proporsi perusahaan yang tidak
mengungkapkan informasi tentang intellectual capital adalah 0. Jika melihat dari isi
pengungkapan intellectual capital sekitar 18,5% mengenai struktur internal, 30,5%
mengenai struktur eksternal dan sekitar 51% mengenai human capital. Kebanyakan
pengungkapan informasi tentang intellectual capital mengenai jumlah karyawan,
pendidikan karyawan, pelatihan karyawan, latar belakang sekolah terkait dengan
pekerjaan sekarang, dan kreativitas karyawan. Terkait dengan economic sign dan outlook
oriented, sekitar 15,2% perusahaan mengungkapkan informasi mengenai dampak positif
46
intellectual capital dan sekitar 13,8% perusahaan mengungkapkan informasi intellectual
capital terkait dengan pandangan kedepan. Terkait dengan komposisi komisaris
independen dalam perusahaan, sekitar 57,9% komposisi komisaris dalam perusahaan
adalah komisaris independen, dan rata-rata jumlah dewan komisaris adalah 4. Sekitar
77,7% perusahaan menyatakan bahwa manajemen memiliki kepemilikan saham pada
perusahaan. Untuk komposisi kepemilikan oleh pihak eksternal dalam struktur
kepemilikan, sekitar 24,7% dimiliki oleh institusi lain.
G. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Model regresi yang
baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini uji normalitas data yang akan digunakan adalah uji normal
probability plot of standardized residual. Uji statistik yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas residual adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan probability value yang
diperoleh dengan pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut ini.
3) Jika probability value > 0,05 maka data terdistribusi normal.
4) Jika probability value < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.
Hasil uji normalitas data dapat dilihat dari tabel IV.3 berikut ini.
47
Tabel IV.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual - TPIC
Unstandardized Residual - PInC
Unstandardized Residual - PExC
Unstandardized Residual - PHuC
Kolmogorov-Smirnov Z ,719 ,502 1,149 ,956
Asymp. Sig. (2-tailed) ,679 ,962 ,142 ,321
Interpretasi Terdistribusi normal
Terdistribusi normal
Terdistribusi normal
Terdistribusi normal
Sumber: data sekunder, diolah
H. Analisis Data
1. Uji Multikolineritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara
variabel independen atau korelasi antar variabel independennya rendah. Keberadaan
multikolinieritas di deteksi dengan Varians Inflating Factor (VIF) dan Tolerance
(Ghozali, 2005). Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel IV.4
Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
UDKom ,254 3,932 KInd ,454 2,204
SPem ,490 2,042
KMan ,900 1,111
LnTA ,178 5,630
ROE ,479 2,089
Lev ,101 9,854
Growth ,128 7,839
UPer ,633 1,580
TAud ,314 3,188
Sumber: data sekunder, diolah
48
Hasil uji VIF dan Tolerance menunjukan bahwa semua variabel dalam
penelitian ini menunjukan bahwa semua nilai tolerance di atas 10% dan semua nilai
VIF dibawah 10. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi tidak
terjadi multikolinieritas.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t sebelumnya. Cara pengujian ini diawali dengan penentuan
hipotesis pengujian yaitu (Ghazali, 2005)
H0: tidak ada autokorelasi (r = 0)
H1: ada autokorelasi (r ≠0)
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada lampiran. Tabel berikut merupakan
sajian ringkas interpretasi hasil uji autokorelasi.
Tabel IV.5
Uji Autokorelasi
Keterangan TPIC PInC PExC PHuC
Nilai Durbin-Watson 1,834 2,291 1,772 2,065 4-dL 2,957 2,957 2,957 2,957 4-dU 2,487 2,487 2,487 2,487 dU 1,513 1,513 1,513 1,513 dL 1,043 1,043 1,043 1,043
Interpretasi H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Sumber: data sekunder, diolah
49
Kriteria pengambilan keputusan :
1) Jika dU < d < (4 – dU), maka H0 diterima
2) Jika d < dL, maka H0 ditolak (terjadi korelasi positif)
3) Jika d > (4-dL), maka H0 ditolak (terjadi korelasi negatif)
4) Jika dL < d < dU atau (4 – dU) < d < (4 – dL) maka tidak dapat
disimpulkan (Nilai dU dan dL didapatkan dari tabel titik kritis Durbin-
Watson)
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana seluruh faktor gangguan
terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah
metode Glejser, yaitu dengan meregresikan nilai absolute residual dengan variabel
bebas. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut ini.
1) Jika probability value > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika probability value < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari tabel IV.6 berikut ini. Hasil
output SPSS selengkapnya terdapat pada lampiran
50
Tabel IV.6
Uji Heteroskedastisitas – Metode Glejser
Variabel Sig. TPIC Sig. PInC Sig. PExC Sig. PHuC
Interpretasi Probability
Value Probability
Value Probability
Value Probability
Value
(Constant) 0,573 0,581 0,855 0,396 Tidak terjadi heteroskedastisitas
UDKom 0,843 0,664 0,412 0,113 Tidak terjadi heteroskedastisitas
KInd 0,465 0,876 0,804 0,352 Tidak terjadi heteroskedastisitas
SPem 0,141 0,776 0,725 0,063 Tidak terjadi heteroskedastisitas
KMan 0,411 0,291 0,336 0,372 Tidak terjadi heteroskedastisitas
LnTA 0,275 0,200 0,803 0,942 Tidak terjadi heteroskedastisitas
ROE 0,738 0,653 0,725 0,801 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Lev 0,466 0,068 0,937 0,689 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Growth 0,890 0,153 0,926 0,435 Tidak terjadi heteroskedastisitas
UPer 0,361 0,605 0,686 0,329 Tidak terjadi heteroskedastisitas
TAud 0,375 0,187 0,392 0,729 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: data sekunder, diolah
I. Uji Hipotesis
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/ bebas),
dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai
rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui
(Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005).
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel
independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen
dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan tujuan meminimumkan
51
penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data
yang ada (Tabachnick, 1996 dalam Ghozali, 2005). Model regresi yang digunakan
adalah:
PICi = β0+ β1UDKOM+ β2KIND+ β3SPEM + β4KMAN + β5LnTA+ β6ROE+
β7LEV + β8GROWTH + β9UPER + β10TAUD + e
Dalam model regresi tersebut terdapat empat variabel independen dan enam
variabel kontrol yang terdiri dari: log natural total assets (LnTA), profitabilitas (ROE),
total hutang dibanding total ekuitas (LEV), market to book ratio (GROWTH) dan tipe
auditor (TAUD).
Ringkasan tampilan output SPSS 15.0 version atas hasil uji hipotesis dapat
dilihat pada tabel IV.7 berikut ini. Hasil output SPSS selengkapnya terdapat pada
lampiran.
52
53
1. Uji R-Square
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 menunjukkan
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model (regressor). Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti
meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Oleh karena itu peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 untuk menilai model regresi terbaik (Ghozali,
2005).
Dalam penelitian ini peneliti mencoba memaparkan secara detail mengenai
kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan variasi terhadap 8 model
variabel dependen baik secara simultan maupun parsial untuk setiap modelnya.
Hal yang sama juga pernah dilakukan sebelumnya oleh Cerbioni dan Parbonetti
(2007).
Adjusted R2 untuk model 1 (TPIC) menunjukkan nilai sebesar 0,282, dari
nilai ini dapat dilihat bahwa variabel independen yang terdiri atas kombinasi
ukuran dewan komisaris (UDKOM), komisaris independen (KIND), struktur
kepemilikan (SPEM), dan kepemilikan manajemen (KMAN) dapat menjelaskan
variasi variabel dependen, yaitu sebesar 28,2%, sedangkan sisanya sebesar 71,8%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model. Untuk model 2 dan 3 adjusted
R2 menunjukkan nilai yang positif yang masing-masing secara urut 0,079 dan
54
0,521 hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri atas kombinasi
ukuran dewan komisaris (UDKOM), komisaris independen (KIND), struktur
kepemilikan (SPEM), dan kepemilikan manajemen (KMAN) dapat menjelaskan
variasi variabel dependen untuk model yang dimaksud sebesar nilai adjusted R2.
Sedangkan untuk model 4, adjusted R2 menunjukkan nilai yang negatif hal ini
menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen tidak
mampu menjelaskan variasi variabel dependen untuk model yang dimaksud, hal
ini dapat dimungkinkan karena dengan semakin kecilnya nilai R2 memungkinkan
nilai adjusted R2 menjadi negatif dengan kata lain jika ingin melakukan penelitian
yang sama mengenai kemampuan varibel independen secara simultan
menjelaskan variasi jenis model yang dimaksud, setidaknya jumlah regressor
harus ditingkatkan atau mengganti regressor yang tidak mampu menjelaskan
model variabel dependen tersebut dengan regressor yang lebih mampu
menjelaskan.
Untuk Model 5, 6, 7, dan 8 yang diregresikan dengan ordinal logistic
regression nilai R-Square diwakili dengan nilai Pseudo R-Square, berikut nilai
McFadden R-Square secara urut 0,203; 0,207; 0,290; dan 0,093 hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri atas kombinasi ukuran
dewan komisaris (UDKOM), komisaris independen (KIND), struktur kepemilikan
(SPEM), dan kepemilikan manajemen (KMAN) dapat menjelaskan variasi
variabel dependen untuk model yang dimaksud sebesar nilai McFadden R-Square
dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
55
2. Uji Simultansi
Dari uji ANOVA atau F test pada model 1 (TPIC) didapat nilai F hitung
sebesar 2,376 dengan tingkat signifikansi 0,038 (signifikan pada tingkat α=5%),
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi total pengungkapan
intellectual capital (TPIC) atau dapat dikatakan ukuran dewan komisaris
(UDKOM), komisaris independen (KIND), struktur kepemilikan (SPEM), dan
kepemilikan manajemen (KMAN) secara simultan berpengaruh terhadap total
pengungkapan intellectual capital (TPIC). Untuk model 3 (PExC) didapat nilai F
hitung sebesar 4,815 dengan tingkat signifikansi 0,001 (signifikan pada tingkat
α=1%), maka model regresi bisa pula digunakan untuk memprediksi total
pengungkapan struktur external capital (PExC). Sedangkan untuk model 2 dan 4
didapatkan nilai F hitung secara urut sebesar 1,300 dan 0,715 dengan tingkat
signifikansi lebih dari 0,10 (tidak signifikan), maka model regresi tidak bisa
digunakan untuk memprediksi total pengungkapan terkait dengan model yang
dimaksud (PInC dan PHuC).
Untuk Model 5, 6, 7, dan 8 yang diregresikan dengan ordinal logistic
regression dengan perubahan nilai chi-square pada modeling fitting information
masing-masing secara urut sebesar 9,928; 9,341; 13,564; dan 4,204 dengan
tingkat signifikansi lebih dari 0,10 (tidak signifikan), maka model regresi tidak
bisa digunakan untuk memprediksi total pengungkapan terkait dengan model yang
dimaksud (PIC_Pos, PIC_Neg, PIC_FL, dan PIC_H).
56
3. Uji t
Pengaruh signifikan secara parsial dari tiap-tiap variabel independen
terhadap variabel dependen dapat diketahui dari besarnya nilai sig. t. Apabila nilai
tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi, maka variabel independen tersebut
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
apabila nilai t lebih besar dari tingkat signifikansi, maka variabel independen
tersebut secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2005).
Pengujian Hipotesis ke-1
Sesuai dengan hasil regresi pada tabel IV.7, untuk kesemua model
pengungkapan intellectual capital ditemukan nilai sig. t untuk ukuran dewan
komisaris lebih besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan). Artinya peneliti
tidak menemukan hubungan antara ukuran dewan komisaris dengan kedelapan
model pengungkapan intellectual capital. Hipotesis ke-1 ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Jensen (1993)
yang berpendapat bahwa ketika dewan komisaris terdiri dari tujuh atau delapan
orang, maka mereka akan berfungsi kurang efektif dan lebih mudah bagi CEO
untuk mengendalikan, juga dengan penelitian Conger., et al (1998) yang
menyatakan untuk menjadi “empowered board” dewan komisaris harus cukup
kecil untuk menciptakan kelompok yang kohesif. Kedua penelitian tersebut
mengatakan bahwa dengan jumlah dewan komisaris yang lebih kecil maka dewan
komisaris akan berfungsi lebih efektif dan hal tersebut tidak ditemukan dalam
57
penelitian ini (mean UDKOM = 4,94 dibulatkan kebawah 4) penulis belum
mampu menjelaskan hubungan ukuran dewan komisaris dengan pengungkapan
intellectual capital untuk sektor perbankan yang terdaftar di BEI.
Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian Mak dan Li (2001), Lakhal
(2003) serta Nasir dan Abdullah (2004) yang juga tidak menemukan hubungan
antara board size dengan voluntary disclosure. Tidak ditemukannya pengaruh
antara ukuran dewan komisaris dengan pengungkapan intellectual capital
khususnya untuk sektor perbankan yang terdaftar di BEI dimungkinkan karena
seberapapun banyaknya dewan komisaris pada sektor perbankan yang terdaftar di
BEI belum menunjukkan perhatian yang serius terhadap intellectual capital
sehingga keberadaan/ukuran dewan komisaris hanya berfokus pada kinerja
perusahaan.
Pengujian Hipotesis ke-2
Sesuai dengan hasil regresi pada tabel IV.7, untuk kesemua model
pengungkapan intellectual capital ditemukan nilai sig. t untuk komisaris
independen lebih besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan). Artinya peneliti
tidak menemukan hubungan antara komisaris independen dengan kedelapan
model pengungkapan intellectual capital. Hipotesis ke-2 ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Cerbioni dan
Parbonetti (2007) yang menyatakan bahwa komisaris independen berhubungan
secara positif dengan pengungkapan struktur internal capital, juga dengan
58
penelitian Li et al. (2008) menyatakan bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara komisaris independen dengan pengungkapan intellectual capital.
Hal ini dimungkinkan karena mengingat lemahnya praktik corporate
governance di Indonesia. Mintara (2008) menyatakan dalam kenyataannya dapat
dilihat bahwa tidak ada keharusan bagi perusahaan terdaftar untuk
mengungkapkan tentang kondisi dan struktur corporate governance khususnya
yang berkaitan dengan tanggung jawab dan indepedensi dewan komisaris. Hal
lain yang juga mendasari adalah meskipun Indonesian Stock Exchange telah
mengatur jumlah keberadaan komisaris independen, namun dalam praktiknya
belum ada mekanisme tentang bagaimana pemegang saham memilih komisaris
independen ini, sehingga walaupun dewan komisaris ini telah ada namun tidak
diketahui bagaimana penunjukkannya. Kondisi yang demikian masih memperluas
kesempatan bagi beberapa pihak untuk melakukan praktik KKN, salah satunya
dengan penunjukkan anggota komisaris independen yang masih memiliki
hubungan kekerabatan dengan direksi perusahaan. Hal ini akan sangat
melemahkan aplikasi corporate governance, karena dengan adanya transaksi
dengan orang dalam (insider transaction), penyelewengan (fraud) dan sebagainya
akan membawa corporate governance dalam kondisi yang semakin terpuruk dan
hal ini akan membawa imbas pada pengungkapan informasi yang menjadi bagian
dalam transparansi sebagai salah satu prinsip corporate governance.
59
Pengujian Hipotesis ke-3
Sesuai dengan hasil regresi pada tabel IV.7, untuk kesemua model
pengungkapan intellectual capital ditemukan nilai sig. t untuk struktur
kepemilikan lebih besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan). Artinya
peneliti tidak menemukan hubungan antara struktur kepemilikan diluar institusi
dengan kedelapan model pengungkapan intellectual capital. Hipotesis ke-3
ditolak.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Hossain et al.
(1994) yang menyatakan pengungkapan informasi kemungkinan besar akan
meningkat pada perusahaan dengan kepemilikan yang dipecah-pecah.
Hal ini dimungkinkan karena mengingat lemahnya praktik corporate
governance di Indonesia. Mintara (2008) menyatakan dalam banyak kasus sering
dijumpai fenomena bahwa para manajer dan direktur sangat kebal (immune)
terhadap pertanggungjawaban kepada para stakeholder, semakin tinggi
kepemilikan institusi lain tidak cukup menjadi syarat dilakukannya transparansi
(dalam hal ini pengungkapan informasi) yang lebih baik dalam suatu perusahaan.
Hal tersebut mengakibatkan lemahnya praktik pengungkapan dan keterbukaan
serta tidak efektifnya mekanisme pengungkapan informasi dalam suatu
perusahaan.
Pengujian Hipotesis ke-4
Sesuai dengan hasil regresi pada tabel IV.7, untuk kesemua model
pengungkapan intellectual capital (kecuali terkait dengan total pengungkapan
60
struktur internal capital) ditemukan nilai sig. t untuk kepemilikan manajemen
lebih besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan). Artinya peneliti
menemukan hubungan adanya kepemilikan manajemen dengan total
pengungkapan struktur internal capital dengan koefisien negatif dan nilai
signifikansi sebesar 0,07 (signifikan pada tingkat α=10%), sedangkan untuk
ketujuh model lain peneliti tidak menemukan hubungan adanya kepemilikan
manajemen terhadap pengungkapan intellectual capital terkait dengan model
yang dimaksud. Hipotesis ke-4 diterima (terkait dengan total pengungkapan
struktur internal capital).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ho dan Wong (2001)
yang menyatakan bahwa seseorang yang memegang dua peranan sekaligus akan
cenderung menyimpan informasi dan tidak mengungkapkannya kepada pihak
luar, juga dengan penelitian Fama dan Jensen (1983) berpendapat bahwa ketika
seseorang berkedudukan sebagai seorang chairman dan CEO, maka dapat
dipastikan akan cenderung memihak kepada manajemen daripada stockholder.
Koefisien kepemilikan manajemen menunjukkan nilai negatif terhadap
total pengungkapan struktur internal capital, Cerbioni dan Parbonetti (2007)
menyatakan bahwa pengungkapan informasi terkait struktur internal capital
hanya diketahui oleh pihak manajemen dan external stakeholder tidak
mengetahuinya jika manajemen memutuskan untuk tidak mengungkapkan. Dapat
disimpulkan dalam penelitian ini dengan adanya kepemilikan manajemen
berpengaruh terhadap pengurangan jumlah pengungkapan informasi yang terkait
dengan struktur internal capital, hal ini dimungkinkan karena informasi
61
dipandang tidak relevan bagi manajemen yang memiliki kepemilikan dalam
perusahaan tersebut.
Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang turut
mempengaruhi, untuk menghindari bias yang mungkin terjadi. Variabel kontrol
dalam penelitian ini meliputi karakteristik perusahaan dan tipe auditor.
Variabel kontrol pertama adalah variabel total assets (Ln TA) memiliki
sig. t sebesar 0,052 (model 1); 0,007 (model 3); dan untuk keenam model lainnya
sig. t lebih besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan). Model 1 dan 3
memiliki nilai koefisien positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa total
assets (TA) berpengaruh positif signifikan pada tingkat α=10% terhadap total
pengungkapan intellectual capital dan berpengaruh positif signifikan pada tingkat
α=1% terhadap total pengungkapan struktur external capital.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ho dan Wong (2001),
Eng dan Mak (2003), Gul dan Leung (2004) yang menemukan hubungan positif
antara firm size dengan tingkat pengungkapan informasi. Koefisien total assets
menunjukkan nilai positif terhadap total pengungkapan intellectual capital dan
total pengungkapan struktur external capital. Hal ini berarti semakin besar ukuran
perusahaan, maka akan semakin besar pula total pengungkapan intellectual
capital dan total pengungkapan informasi terkait struktur external capital dalam
annual report yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Mujiyono, 2004), bahwa perusahaan dengan total assets yang lebih
tinggi cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi dibanding perusahaan
62
dengan total assets yang rendah. Perusahaan besar lebih mungkin memiliki
beragam produk dan beroprasi di berbagai tempat, termasuk di luar negeri.
Variabel kontrol yang kedua adalah kinerja perusahaan (ROE) memiliki
sig. t lebih besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan) untuk kesemua model.
Artinya peneliti tidak menemukan hubungan antara kinerja perusahaan dengan
kedelapan model pengungkapan intellectual capital. Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Singhvi dan Desai (1971), Kahl dan Belkaoui (1981), Wallace dan
Nasser (1995) dan Hosain (2008) yang menyatakan bahwa tingkat profitabilitas
berpengaruh positif terhadap keluasan pengungkapan perusahaan.
Variabel kontrol ketiga adalah total hutang dibanding total ekuitas
(leverage) memiliki sig. t sebesar 0,09 (model 5) dan untuk ketujuh model lainnya
sig. t lebih besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan). Model 5 memiliki
nilai koefisien positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa total hutang
dibanding total assets (leverage) berpengaruh positif signifikan pada tingkat
α=10% terhadap total informasi yang berdampak positif terkait intellectual
capital. Hal ini tidak sejalan dengan Cerbioni dan Parbonetti (2007) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara leverage dengan total informasi
dampak positif terkait pengungkapan intellectual capital. Koefisien leverage
menunjukkan nilai positif terhadap total informasi yang berdampak positif terkait
intellectual capital. Hal ini berarti semakin besar tingkat leverage perusahaan,
maka pengungkapan informasi akan cenderung bersifat good news terkait dengan
intellectual capital. Hutang perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang
menyatukan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, hutang
63
memberikan sinyal tentang status kondisi keuangan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya. Semakin besar leverage perusahaan agar tidak menimbulkan
ketakutan pasar dan kesulitan keuangan maka manajemen cenderung
mengungkapkan informasi yang bersifat good news.
Variabel kontrol yang keempat adalah market-to-book ratio (growth)
memiliki sig. t lebih besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan) untuk
kesemua model. Artinya peneliti tidak menemukan hubungan antara market-to-
book ratio dengan kedelapan model pengungkapan intellectual capital. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian Cerbioni dan Parbonetti (2007) yang menyatakan
bahwa perusahaan dengan growth yang tinggi menggunakan pengungkapan
informasi sebagai suatu metode untuk menghubungkan perbedaan informasi yang
potensial antara manajemen dan investor.
Variabel kontrol kelima adalah umur perusahaan memiliki sig. t lebih
besar dari tingkat signifikansi (tidak signifikan) untuk kesemua model. Artinya
peneliti tidak menemukan hubungan antara umur perusahaan dengan kedelapan
model pengungkapan intellectual capital. Hal ini sejalan dengan Cerbioni dan
Parbonetti (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur
perusahaan dengan total informasi yang berdampak negatif terkait intellectual
capital.
Variabel kontrol terakhir adalah variabel tipe auditor memiliki sig. t
sebesar 0,054 (model 3) dan untuk ketujuh model lainnya sig. t lebih besar dari
tingkat signifikansi (tidak signifikan). Model 3 memiliki nilai koefisien negatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tipe auditor berpengaruh negatif
64
signifikan pada tingkat α=10% terhadap total pengungkapan struktur external
capital.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Craswell dan
Taylor (1992) yang menyatakan tidak menemukan pengaruh audit type dengan
keluasan voluntary disclosure. Zhou dan Panbunyuen (2008) berpendapat bahwa
auditor Big 4 lebih berperan dalam memastikan pemenuhan mandatory disclosure
oleh perusahaan. Koefisien tipe auditor menunjukkan nilai negatif terhadap total
pengungkapan struktur external capital dan total pengungkapan Intellectual
Capital terkait dengan pandangan historis. Hal ini berarti dengan adanya auditor
Big 4 yang mengaudit perusahaan, maka akan mengurangi total pengungkapan
intellectual capital terkait dengan struktur external.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi intellectual capital yang paling
banyak diungkapkan mengenai human capital dengan rata-rata angka indeks 0,563889
yang berarti hampir setiap perusahaan mengungkapkan informasi secara kualitatif yang
terkait human capital.
Secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap total pengungkapan
intellectual capital pada tingkat α=5% dan berpengaruh terhadap total pengungkapan
struktur external capital pada tingkat α=1%.
Sedangkan secara parsial total assets berpengaruh positif terhadap total
pengungkapan intellectual capital pada tingkat α=10%, adanya kepemilikan manajemen
berpengaruh negatif terhadap total pengungkapan struktur internal capital pada tingkat
α=10%, total assets berpengaruh positif terhadap total pengungkapan struktur external
capital pada tingkat α=1%, leverage berpengaruh positif terhadap total pengungkapan
informasi mengenai dampak positif terkait dengan intellectual capital pada tingkat
α=10%, dan yang terakhir tipe auditor berpengaruh negatif terhadap total pengungkapan
struktur external capital pada tingkat α=10%.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa:
1. Ukuran dewan komisaris sebagai proksi corporate governance tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital. Hasil ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian hasil penelitian Jensen (1993), dan Conger., et
65
66
al (1998). Namun hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Mak dan
Li (2001), Lakhal (2003) serta Nasir dan Abdullah (2004).
2. Komisaris independen sebagai proksi corporate governance tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital. Hasil ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian Cerbioni dan Parbonetti (2007) dan Li et al.
(2008).
3. Struktur kepemilikan sebagai proksi corporate governance tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan intellectual capital. Hasil ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian Hossain et al. (1994).
4. Kepemilikan manajemen sebagai proksi corporate governance berpengaruh
negatif terhadap total pengungkapan struktur internal capital. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Fama dan Jensen (1983) dan Ho dan Wong (2001).
Terkait dengan hipotesis penulis menduga bahwa pada perusahaan sektor
perbankan Indonesia yang terdaftar di BEI: ukuran dewan komisaris, komposisi
komisaris independen, dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan intellectual capital hal tersebut karena belum optimalnya penerapan
corporate governance di Indonesia dan masih rendahnya perhatian dari perusahaan
mengenai intellectual capital sehingga keberadaan corporate governance semata-mata
hanya untuk memenuhi peraturan dari Bapepam dan berfokus pada kinerja operasional
perusahaan saja. Sedangkan dengan adanya kepemilikan manajemen dalam perusahaan
akan berpengaruh terhadap berkurangnya jumlah pengungkapan informasi terkait sruktur
internal capital hal ini dimungkinkan karena informasi dipandang tidak relevan bagi
mereka para manajemen yang memiliki kepemilikan dalam perusahaan tersebut.
67
B. Implikasi Penelitian
1. Implikasi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya
terutama untuk mengembangkan penelitian berkaitan dengan intellectual capital dan
corporate governance.
2. Implikasi praktik
Hasil ini penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Bapepam untuk
membuat peraturan yang dapat meningkatkan pelaksanaan corporate governance
pada industri perbankan di Indonesia.
C. Keterbatasan dan Saran
1. Penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris, komisaris independen, struktur
kepemilikan dan kepemilikan manajemen sebagai proksi corporate governance.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dari corporate
governance seperti dengan menggunakan corporate governance indeks.
2. Penelitian ini pada awalnya menggunakan tambahan variabel independen berupa
keberadaan komite audit sebagai proksi dari corporate governance, namun hasil
penelitian menunjukkan nilai yang konstan atau dengan kata lain setiap perusahaan
memiliki komite audit oleh karena itu keberadaannya dieliminasi dikarenakan dengan
hasil yang konstan, pengaruh ada atau tidaknya komite audit tidak akan terlihat. Hal
ini sejalan dengan adanya Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001 yang mewajibkan
keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk komite
audit. Untuk itu penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya untuk
68
variabel yang terkait komite audit, bukan dengan ada atau tidaknya komite audit
melainkan proporsi komite audit yang berasal dari pihak independen.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dari komisaris
independen, misalnya jumlah rapat komisaris yang dihadiri oleh komisaris
independen dalam satu tahun.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitian serta
menguji variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual
capital seperti faktor penegakan hukum seperti yang banyak digunakan dalam
penelitian sejenis di Eropa.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abeysekera, Indraa. 2001. A Framework to Audit Intellectual Capital. Faculty of
commerce, University of Wollongong.
Akhtaruddin, M. 2005. Corporate Mandatory Disclosure Practice in Bangladesh.
International Journal of Accounting, 48: 399-422.
Anderson, R.C., Mansi, S.A., dan Reeb, D.M. 2004. Board Characteristics, Accounting
Report Integrity, and the Cost of Debt. Journal of Accounting and Economics 37:
315-342.
Bank Indonesia. 2006. Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006. Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum.
Beattie, V.A. 2000. The Future of Corporate Reporting: A Review Article. Irish
Accounting Review, 7(1): 1-36.
Belkaoui, Ahmed dan Philip G. Karpik. 1989. Determinant of the Corporate Desicion to
Disclose Social Information. Accounting, Auditing, and Accountability Journal,
2 (1): 36-51.
Beretta, S. dan Bozzolan, S. 2004. Assessing the Quality of Narrative Disclosure.
Working Paper, University of Padova.
Boediono, Gideon, 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis
Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. IAI, 2005.
Bontis, N. 1998. Intellectual capital: an exploratory study that develops measures and
models. Management Decision 36/2 [1998] 63–76.
_________. 2000. Assesing Knowledge Assets: A Review of The Models Used to
Measure Intellectual Capital, http://www.business.queensu.ca/kbe.
_________. 2001. Assesing knowledge assets: a review of the models used to measure
intellectual capital. International Journal of Management Reviews, Volume 3,
Issue 1, pp. 41-60.
_________. 2003. Intellectual Capital Disclosure in Canadian Corporations. Journal of
Human Resource Costing and Accounting, 7 (1/2): 9-20.
70
Bontis, N., Crossan, M., dan Hulland, J. 2001. Managing an organizational learning
system by aligning stocks and flows. Journal of Management Studies,
forthcoming.
Bontis, N., Keow, W.C.C., dan Richardson, S. 2000. Intellectual Capital and Business
Performance in Malaysian Industries. Journal of intellectual Capital.
Bornemann, M. dan Leitner, K.H. 2002. Measuring and reporting intellectual capital:
the case of a research technology organization. Singapore Management Review,
Vol. 24 No. 3, pp. 7-19.
Bozzolan, S., Favotto, F., dan Ricceri, F. 2003. Italian Annual Intellectual Capital
Disclosure: An Empirical Analysis. Journal of Intellectual Capital, 4 (4): 543-
558.
Brennan, N. 2001. Reporting Intellectual Capital in Annual Reports: Evidence from
Ireland. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 14 (4): 423-436.
Brooking, A. 1996. Intellectual Capital, Core Assets for the Third Millennium
Enterprise. London: International Thomson Business Press.
Bryman, A. dan Bell, E. 2007. Business Research Methods. UK: Oxford University
Press.
Budiyanawati, Ayu. 2009. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap
Pengungkapan Intellectual Capital: Studi pada Perbankan Syariah di Asia.
Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bukh, P.N. 2003. Commentary: The Relevance of Intellectual Capital Disclosure: A
Paradox?. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 16 (1): 49-56.
Bursa Efek Jakarta. 2001. Kep-339/BEJ/07-2001. Ketentuan Umum Pencatatan Efek
Bersifat Ekuitas di Bursa.
________________. 2001, SE-008/BEJ/12-2001. Tata Cara Pemilihan Komisaris
Independen.
Canibano, L., Garcia-Ayuso, M., dan Sanchez, P. 2000. Accounting for Intangibles: A
Literature Review. Journal of Accounting Literature, 19: 102-130.
Cerbioni, F. dan Parbonetti, A. 2007. Exploring the Effects of Corporate Governance on
Intellectual Capital Disclosure: An Analysis of European Biotechnology
Companies. European Accounting Review, 16 (4): 791-826.
71
Chau, G.K. dan Gray, S.J. 2002. Ownership structure and corporate voluntary
disclosure in Hong Kong and Singapore. The International Journal of
Accounting, 37(2), pp. 247-265.
Chen, C.J.P. dan Jaggi, B. 2000. Association between independent non-executive
directors, family control and financial disclosures in Hong Kong. Journal of
Accounting and Public Policy, 19(4), pp. 285-310.
CIMA. 2001. Managing the Intellectual Capital within Today’s Knowlegde-Based
Organization. Technical Briefting-September.
Conger, J.A., Finegold, dan Lawler, E.E. 1998. Appraising Boardroom Performance.
Harvard Business Review 76 (January-February), pp 136-148.
Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on
Disclosure in the Annual Reports of Japanese Listed Corporations. Accounting
and Business Research, 22 (87), 229-237.
Craig, R. dan Diga, J. 1998. Public Disclosure in ASEAN. Journal of International
Financial Management and Accounting, 9 (3), 247-273.
Craswell, A.T. dan Taylor, S.L. 1992. Discretionary Disclosure of Reserves by Oil and
Gas Companies: An Economic Analysis. Journal of Business Finance and
accounting, 19(2): 295-308.
Edvinsson, L. dan Malone M. 1997. Intellectual Capital: realising your company’s true
value by finding its hidden brain power. Harper Collins, New York, NY.
Eng, L.L. dan Mak Y.T. 2003. Corporate Governance and Voluntary Disclosure.
Journal of Accounting and Public Policy, 22: 325-345.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001 . Peranan Dewan Komisaris dan
Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Seri Tata Kelola
Perusahaan, Jilid II. http://www.fcgi.org.id.
______________. 2001. Tata Kelola Perusahaan. Seri Tata Kelola Perusahaan, Jilid I.
Edisi ke – 3. Jakarta.
Frederiksen, J.V. and Westphalen, S.A. 1998. Human Resource Accounting: Interests
an Conflicts. Thessaloniki, Greece, CEDEFOP European Centre for the
Development of Vocational Training.
Freedman, M dan Jaggi, B. 1982. Pollution Disclosure, Pollution Performance. The
International Journal of Management Science, pp 167-176.
72
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Edisi 3.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gul, F.A. dan Leung, S. 2004. Board leadership, outside directors’ expertise and
voluntary corporate disclosures. Journal of Accounting and Public Policy, 23:
351-379.
Guthrie, James dan Petty, R. 2000. Intellectual Capital: Australian Annual Reporting
Practices. Journal of Intelectual Capital, 1 (3): 241-251.
Haniffa, R. M. dan Cooke T. E. 2005. The Impact of Culture and Governance on
Corporate Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy, 24: 391-
430.
Hartono, Jogiyanto. 2004. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan Antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) VIII Solo.
Healy, P.M. dan Palepu, K.G. 2001. Information Asymmetry, Corporate Disclosure, and
The Capital Market: A Review of the Empirical Disclosure Literature. Journal
of Accounting and Economics 31: 405-440.
Hermalin, B.E. dan Weisbach, M.S. 2003. Boards of Directors as an Endogenously
Determined Institution: A Survey of the Economic Literature. FRBNY
Economic Policy Review 9 (April): 7-26.
Ho, Simon S.M. dan Wong, Kar Shan. 2001. A Study of The Relationship Between
Corporate Governance Structures and The Extent of Voluntary Disclosure.
Journal of International Accounting, Auditing & Taxation, 10: 139-156.
Hossain, M. dan Taylor, P.J. 2007. The empirical evidence of the voluntary information
disclosure in the annual reports of banking companies: The case of
Bangladesh. Corporate Ownership & Control, 4(3): 111-125.
Hossain, M., Perera, M.H.B., dan Rahman, A.R. 1994. Voluntary disclosure in the
annual report of New Zealand Companies. Journal of International Financial
Management and Accounting, 6(1):70-86.
Hossain, Muhammed. 2008. The Extent of Disclosure in Annual Report of Banking
Companies: The Case of India. European Journal of Science and Research, 23
(4): 660-681.
73
Hudson, W. 1993. Intellectual Capital: How to Build It, Enhance It, Use It. New York:
John Wiley.
Hunter, L., Webster, E. & Wyatt, A. 2005. Measuring intangible capital: a review of
current practice. Australian Accounting Review, vol. 15, no. 2, pp. 4-21.
Iskander, Magdi R. dan Chamlou, Nadereh. 2000. Corporate Governance: A Framework
for Implementation. The International Bank for Reconstruction and
Development. The World bank.
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-
360.
Jensen, M.C. 1993. The modern industrial revolution, exit, and the failure of internal
control systems. Journal of Finance 48: 831-880.
Johanson, U., Martensson, M., dan Skoog, M. 1999. Measuring and managing
intangibles: Twelve Swedish qualitative exploratory case studies. Working
Paper. Stockholm University.
Klein, A. 2006. Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings
Management. NYU Centre for Law and Economic Working Paper No. 06-42.
Komite Kebijakan Corporate Governance. 2006. Pedoman Good Corporate Governance
Indonesia. Jakarta: KNKG, 2006.
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance dan
Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan
Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., dan Vishny, R.W. 2000. Investor
protection and corporate governance. Journal of Financial Economics, 58(1-2),
pp. 3-27.
Lakhal, F. 2003. Earning Voluntary Disclosures and Corporate Governance:
Evidence from France. www.ssrn.com.
Lev, B. 2001. Intangibles: Management, Measurement and Reporting. Washington:
The Brookings Institution.
Lev, B. dan Zarowin, P. 1999. The Boundaries of Financial Reporting And How To
Extend Them. Journal of Accounting Research, 37 (2): 353-386.
74
Li, Jing., Pike, R., dan Haniffa, R. 2008. Intellectual Capital Disclosure and Corporate
Governance Structure in UK Firms. Accounting and Business Research, 38 (2):
137-159.
Lim, S., Matolcsy, Z., dan Chow, D. 2007. The Association Between Board
Composition and Different Types of Voluntary Disclosure. European
Accounting review, 16 (3): 555-583.
Mangena, Musa dan Pike, Richard. 2005. The Effect of Audit Committee Shareholding,
Financial Expertise And Size on Interim Financial Disclosures. Accounting and
Business Research, 35 (4): 327-349.
Mintara, YH. 2008. Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap
Pengungkapan Informasi. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam
Indonesia.
Mouritsen, J., Larsen, H.T., dan Bukh, P.N.D. 2001. Intellectual Capital and the
'Capable Firm': Narrating, Visualising and Numbering for Managing for
Managing Knowledge. Accounting, Organisation and Society, 26.
Mujiyono. 2004. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan
Sukarela dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia).
Tesis. Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro.
Mohd-Nasir, N dan Abdullah, S.N. 2004. Accrual management and the roles of boards
of directors and audit committees among Malaysian listed companies: Evidence
during the Asian financial crisis. IIUM Journal of Management & Economics,
12 (1), 49-80.
Nasution, Marihot dan Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) X Makasar.
Owusu-Ansah, S. 1998. The Impact of Corporate Attributes on The Extent of
Mandatory Disclosure and Reporting by Listed Companies in Zimbabwe.
International Journal of Accounting 33 (5), pp.605-631.
Parker, L.D. 1982. Corporate Annual Reporting:A Mass Communication Perspective.
Accounting and Business Research, Autumn. Pp. 279-86.
Petrash, G. 1996. Dow’s journey to a Knowledge value management culture. European
Managenemnt Research. Vol.14, No.4, pp.365-373.
Petty, P dan J. Guthrie.2000. Intellectual Capital Literature Review: Measurement,
Reporting, and Management. Journal of Intellectual Capital, Vo.1, No.2, pp.155-
175.
75
Rachmawati, Andri dan Triatmoko, Hanung. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) X Makasar.
Roos, Johan., Roos, Goran., Edvinsson, Leif., dan Dragonetti, Nicola. C. 1997.
Intellectual Capital: Navigating the new business landscape. Macmillan Press
Ltd.
Saleh, Norman Mohd, Rahman, Mara Ridhuan Abdul, dan Hasan. Mohamat Sabri. 2007.
Ownership Structure and Intellectual Capital Performance in Malaysian
Companies Listed in MESDAQ. www.ssrn.com.
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach.
Third Edition, New York: John Wiley & Sons, Inc.
Singhvi, S.S. dan Desai, H.B. 1971. An Empirical Analysis of The Quality of Corporate
Financial Disclosure. The Accounting Review, 46 (1): 129-138.
Starovic, D. dan Marr, B. 2004. Understanding Corporate Value : Managing and
Reporting Intellectual Capital. Chartered Institute of Management Accountants.
Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital-The New Wealth of Organization. London:
Nicholas Brealey.
Sujan, A. dan Abeysekera, I. 2007. Intellectual Capital Reporting Practices of the Top
Australian Firm. Australian Accounting Review, 17 (2): 71-83.
Sullivan, Jr. P.H and P.H Sullivan Sr. 2000. Valuing Intangible Companies, an
Intellectual Capital Approach. Journal of Intellectual Capital, Vol.1, No. 4, pp.
328-340.
Sveiby, K.E. 2001. Measuring Competence, available online: th
http://www.sveiby.com/articles/MeasureCompetence.html.
Swartz, NP dan Firer, S. 2005. Board Structure and Intellectual Capital Performance in
South Africa. Meditari Accountancy Research, 13 (2): 145-166.
Tan, G. 2000. The Asian Crisis. Singapore: Times Academic Press.
Tayles, M., Pike R., dan Sofian S. 2007. Intellectual Capital, Management Accounting
Practices and Corporate Performance: Perceptions of Managers. Accounting,
Auditing & Accountability Journal, 20 (4): 522.
Ullman, Arieh A. 1985. Data in Search of a Theory: A Critical Examination of The
Relationship among Social Performance, Social Disclosure, and Economic
76
Performance of U.S. Firms. The Academy of Management Review, 10 (3): 540-
557.
Wallace, R.S.O dan Naser, K. 1995. Firms Specific Determinants of
Comprehensiveness of Mandatory Disclosure in The Corporate Annual Report
of Listed Firms on The Stock Exchange in Hong Kong. Journal of Accounting
and Public policy 14, pp.311-368.
Wallace, R. S. Olusegun, Kamal Naser dan Araceli Mora. 1994. The Relationship
between the Comprehensiveness of Corporate Annual Reports and Firm
Characteristics in Spain. Accounting and Business Research Vol. 25, No. 97. pp.
41-53.
Wardhani. 2006. Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan yang
Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distressed Firms). Simposium
Nasonal Akuntansi IX Denpasar Bali.
Yermack, D. 1996. Higher Market Valuation of Companies with a Small Board of
Directors. Journal of Financial Economies 40: 185-221.
Zhou, J. dan K. Y. Chen. 2004. Audit Committee, Board Characteristics and Earnings
Management by Commercial Banks. www.ssrn.com.
Zhou, MM. dan Panbuyen, P. 2008. The Association Between Board Composition and
Different Types Disclosure. Unpublished Thesis.
www.wikipedia.com
www.idx.co.id
77
LAMPIRAN
78
Kerangka Intellectual Capital
Kategori Komponen
Intellectual Capital
Content Internal Structure
Intellectual Property
Management Philosophy
Corporate Culture
Management Processes
Information/Networking
Systems
Financial Relations
External Structure
Brands
Customers
Customers Satisfaction
Companies Names
Distribution Channels
Bussiness
Collaboration
Licensing Agreements
Human Capital
Employees
Education
Training
Work Related
Knowledge
Enterpreneurial Spirit
Semantic Properties
Economic Sign Positif
Negatif
Outlook Oriented Forward-looking
Historical
Modifikasi antara Cerbioni dan Parbonetti (2007) dengan Guthrie et al. (2008
79
Jumlah Annual Report
No Nama Bank Inisial 2008 2007 2006 2005 2004 Σ
1. Bank Agro Niaga AGRO V V x x x 2
2. Bank Artha Graha Internasional INPC V V V V x 4
3. Bank Bukopin BBKP V V V x x 3
4. Bank Bumi Arta BNBA V V V x x 3
5. Bank Bumiputera Indonesia BABP V V V V V 5
6. Bank Capital Indonesia BACA V V x x x 2
7. Bank Central Asia BBCA V V V V V 5
8. Bank Century BCIC V V V V V 5
9. Bank Danamon Indonesia BDMN V V V V V 5
10. Bank Ekonomi Raharja BAEK V V x x x 2
11. Bank Eksekutif Internasional BEKS V V V V V 5
12. Bank Himpunan Saudara 1906 SDRA V V V x x 3
13. Bank Internasional Indonesia BNII V V x V V 2
14. Bank Kesawan BKSW V V V V V 5
15. Bank Mandiri (Persero) BMRI V V V V V 5
16. Bank Mayapada Internasional MAYA V V V V V 5
17. Bank Mega MEGA V V V V V 5
18. Bank Negara Indonesia BBNI V V V V V 5
19. Bank Niaga BNGA V V V V V 5
20. Bank Nusantara Parahyangan BBNP V V V V V 5
21. Bank OCBC NISP NISP V V V V V 5
22. Bank Pan Indonesia PNBN V V V V V 5
23. Bank Permata BNLI V V V V V 5
24. Bank Rakyat Indonesia BBRI V V V V V 5
25. Bank Swadesi BSWD V V V V V 5
26. Bank Tabungan Pensiunan Nasional BTPN V x x x x 1
27. Bank Victoria International BVIC V V V V V 5
28. Bank Windu Kentjana International MCOR V V x x x 2
TOTAL 28 27 22 20 19 116
Sumber: data sekunder, diolah
80
Sampel yang digunakan
No Nama Bank Inisial Jumlah Persentase
1 Bank Agro Niaga AGRO 1 2,8% 2 Bank Artha Graha Internasional INPC 1 2,8% 3 Bank Bukopin BBKP 2 5,5% 4 Bank Bumi Arta BNBA 1 2,8% 5 Bank Bumiputera Indonesia BABP 2 5,5% 6 Bank Capital Indonesia BACA 3 8,5% 7 Bank Central Asia BBCA 1 2,8% 8 Bank Danamon Indonesia BDMN 2 5,5% 9 Bank Ekonomi Raharja BAEK 2 5,5%
10 Bank Eksekutif Internasional BEKS 1 2,8% 11 Bank Himpunan Saudara 1906 SDRA 1 2,8% 12 Bank Internasional Indonesia BNII 2 5,5% 13 Bank Kesawan BKSW 2 5,5% 14 Bank Mandiri (Persero) BMRI 1 2,8% 15 Bank Mega MEGA 2 5,5% 16 Bank Negara Indonesia BBNI 1 2,8% 17 Bank Niaga BNGA 2 5,5% 18 Bank OCBC NISP NISP 1 2,8% 19 Bank Pan Indonesia PNBN 1 2,8% 20 Bank Permata BNLI 1 2,8% 21 Bank Rakyat Indonesia BBRI 1 2,8% 22 Bank Swadesi BSWD 2 5,5% 23 Bank Tabungan Pensiunan
Nasional
BTPN 1 2,8%
24 Bank Victoria International BVIC 1 2,8% 25 Bank Windu Kentjana
International
MCOR 1 2,8%
TOTAL 36 100%
Sumber: data sekunder, diolah
81
DESCRIPTIVES
VARIABLES=TPIC PInC PExC PHuC PIC_Pos PIC_Neg PIC_FL PIC_H UDKom KInd
SPem KMan TA LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/STATISTICS=MEAN SUM STDDEV MIN MAX .
Statistik Deskriptif [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
TPIC 36 ,1667 ,5278 12,8610 ,357250 ,0901084
PInC 36 ,0833 ,4167 7,4170 ,206028 ,0783861
PExC 36 ,0000 ,7143 12,2139 ,339275 ,1326738
PHuC 36 ,1000 ,8000 20,3000 ,563889 ,1726314
PIC_Pos 36 ,00 1,00 5,50 ,1528 ,31212
PIC_Neg 36 ,00 1,00 5,00 ,1389 ,30732
PIC_FL 36 ,00 1,00 5,00 ,1389 ,25666
PIC_H 36 ,00 1,00 5,00 ,1389 ,30732
UDKom 36 1 10 178 4,94 2,292
KInd 36 ,5000 1,0000 20,8729 ,579803 ,1061531
SPem 36 ,0318 ,4739 8,8998 ,247217 ,1315585
KMan 36 0 1 28 ,78 ,422
Total Assets 36
57119282000,00
358438678000000,0
0
1886362343048243,
00
52398953973562,30
00
83172159964706,10000
LnTA 36 24,7684 33,5128 1086,5752 30,182644 2,0444107
ROE 36 -,3630 ,2665 3,4838 ,096772 ,1082228
Lev 36 ,4341 ,9428 31,8989 ,886081 ,0858131
Growth 36 ,8189 5,9314 39,9018 1,108383 ,8359369
UPer 36 8 115 1521 42,25 24,752
TAud 36 0 1 25 ,69 ,467
Valid N (listwise) 36
82
GET
FILE='C:\Documents and Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto'+
'.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT TPIC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/SAVE RESID .
Uji Normalitas
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
TPIC
Regression Standardized Residual
210-1-2
Fre
qu
en
cy
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: TPIC
Mean =8.33E-16Std. Dev. =0.845
N =36
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Ex
pe
cte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: TPIC
83
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PInC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/SAVE RESID .
PInC [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Regression Standardized Residual
3210-1-2
Fre
qu
en
cy
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: PInC
Mean =1.48E-15Std. Dev. =0.845
N =36
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: PInC
84
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PExC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/SAVE RESID .
PExC [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Regression Standardized Residual
3210-1-2
Fre
qu
en
cy
12
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: PExC
Mean =2.61E-15Std. Dev. =0.845
N =36
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: PExC
85
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PHuC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/SAVE RESID .
PHuC [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Charts
Regression Standardized Residual
210-1-2-3
Fre
qu
en
cy
10
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: PHuC
Mean =1.66E-15Std. Dev. =0.845
N =36
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: PHuC
86
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)= RES_1 RES_2 RES_3 RES_4
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual -
TPIC
Unstandardized Residual -
PInC
Unstandardized Residual -
PExC
Unstandardized Residual -
PHuC
N 36 36 36 36
Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000 ,0000000 ,0000000 ,0000000
Std. Deviation ,06451533 ,06357536 ,07755885 ,15222751
Most Extreme Differences
Absolute ,120 ,084 ,192 ,159
Positive ,088 ,084 ,192 ,086
Negative -,120 -,064 -,103 -,159
Kolmogorov-Smirnov Z ,719 ,502 1,149 ,956
Asymp. Sig. (2-tailed) ,679 ,962 ,142 ,321
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
87
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT TPIC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud .
Uji Multikolinieritas
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Coefficients(a)
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 UDKom ,254 3,932 KInd ,454 2,204
SPem ,490 2,042
KMan ,900 1,111
LnTA ,178 5,630
ROE ,479 2,089
Lev ,101 9,854
Growth ,128 7,839
UPer ,633 1,580
TAud ,314 3,188
a Dependent Variable: TPIC
Note:
Karena Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar
variabel independen maka nilainya akan sama untuk kesemua model (yang diuji
hanya variabel independennya saja)
88
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT TPIC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/RESIDUALS DURBIN .
Uji Autokorelasi - mencari nilai Dubin-Watson (d)
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,698(a) ,487 ,282 ,0763356 1,834
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev b Dependent Variable: TPIC
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PInC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/RESIDUALS DURBIN .
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,585(a) ,342 ,079 ,0752234 2,291
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev b Dependent Variable: PInC
89
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PExC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/RESIDUALS DURBIN .
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,811(a) ,658 ,522 ,0917689 1,772
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev b Dependent Variable: PExC
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PHuC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/RESIDUALS DURBIN .
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,472(a) ,222 -,089 ,1801180 2,065
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev b Dependent Variable: PHuC
90
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT abresid_TPIC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID ) .
Uji Heteroskedastisitas - Mencari Probability Value
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) ,138 ,241 ,572 ,573
UDKom ,001 ,006 ,070 ,201 ,843
KInd -,067 ,090 -,195 -,742 ,465
SPem ,106 ,070 ,384 1,518 ,141
KMan ,013 ,016 ,156 ,836 ,411
LnTA -,008 ,007 -,469 -1,117 ,275
ROE ,029 ,086 ,087 ,339 ,738
Lev ,175 ,236 ,411 ,741 ,466
Growth ,003 ,022 ,069 ,140 ,890
UPer ,000 ,000 -,207 -,930 ,361
TAud ,022 ,025 ,285 ,903 ,375
a Dependent Variable: abresid_TPIC
Charts
Regression Standardized Residual
210-1-2
Reg
ressio
n S
tan
dard
ized
Pre
dic
ted
V
alu
e
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: abresid_TPIC
91
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT abresid_PInC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID ) .
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -,141 ,251 -,560 ,581
UDKom ,003 ,006 ,150 ,439 ,664
KInd ,015 ,094 ,040 ,158 ,876
SPem ,021 ,073 ,071 ,288 ,776
KMan -,018 ,017 -,196 -1,080 ,291
LnTA -,010 ,008 -,539 -1,317 ,200
ROE ,041 ,090 ,113 ,455 ,653
Lev ,469 ,246 1,032 1,905 ,068
Growth ,033 ,023 ,713 1,476 ,153
UPer ,000 ,000 ,114 ,524 ,605
TAud ,035 ,026 ,418 1,357 ,187
a Dependent Variable: abresid_PInC
Charts
Regression Standardized Residual
3210-1-2
Reg
ressio
n S
tan
dard
ized
Pre
dic
ted
V
alu
e
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: abresid_PInC
92
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT abresid_PExC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID ) .
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) ,066 ,358 ,184 ,855
UDKom ,007 ,008 ,290 ,834 ,412
KInd -,034 ,134 -,065 -,251 ,804
SPem ,037 ,104 ,089 ,356 ,725
KMan ,024 ,024 ,181 ,982 ,336
LnTA -,003 ,011 -,105 -,252 ,803
ROE -,046 ,128 -,090 -,356 ,725
Lev ,028 ,350 ,044 ,080 ,937
Growth -,003 ,032 -,046 -,094 ,926
UPer ,000 ,000 -,090 -,409 ,686
TAud ,032 ,037 ,272 ,870 ,392
a Dependent Variable: abresid_PExC
Charts
Regression Standardized Residual
43210-1-2
Reg
ressio
n S
tan
dard
ized
Pre
dic
ted
V
alu
e
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: abresid_PExC
93
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT abresid_PHuC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*ZRESID ) .
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) ,543 ,628 ,864 ,396
UDKom -,024 ,015 -,539 -1,641 ,113
KInd -,223 ,235 -,234 -,949 ,352
SPem ,355 ,183 ,461 1,944 ,063
KMan -,038 ,042 -,159 -,908 ,372
LnTA ,001 ,020 ,029 ,074 ,942
ROE ,057 ,225 ,061 ,255 ,801
Lev -,249 ,615 -,211 -,405 ,689
Growth -,045 ,056 -,369 -,794 ,435
UPer -,001 ,001 -,207 -,996 ,329
TAud ,023 ,064 ,104 ,351 ,729
a Dependent Variable: abresid_PHuC
Charts
Regression Standardized Residual
3210-1-2
Reg
ressio
n S
tan
dard
ized
Pre
dic
ted
V
alu
e
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: abresid_PHuC
94
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT TPIC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud .
Uji Hipotesis Content of Intellectual Capital Multiple Regression TPIC
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: TPIC Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,698(a) ,487 ,282 ,0763356
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev
95
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,139 10 ,014 2,377 ,039(a)
Residual ,146 25 ,006
Total ,284 35
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev b Dependent Variable: TPIC Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -,612 ,482 -1,270 ,216
UDKom ,007 ,011 ,171 ,603 ,552
KInd ,015 ,180 ,018 ,085 ,933
SPem -,196 ,140 -,287 -1,400 ,174
KMan -,016 ,032 -,077 -,511 ,614
LnTA ,031 ,015 ,694 2,042 ,052
ROE ,136 ,172 ,163 ,789 ,437
Lev ,068 ,472 ,065 ,144 ,887
Growth ,004 ,043 ,033 ,082 ,935
UPer ,001 ,001 ,187 1,037 ,310
TAud -,058 ,049 -,302 -1,183 ,248
a Dependent Variable: TPIC
96
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PInC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud .
PInC [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: PInC Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,585(a) ,342 ,079 ,0752234
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,074 10 ,007 1,300 ,283(a)
Residual ,141 25 ,006
Total ,215 35
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev b Dependent Variable: PInC
97
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -,346 ,475 -,729 ,473
UDKom ,018 ,011 ,514 1,596 ,123
KInd ,215 ,178 ,291 1,210 ,238
SPem -,123 ,138 -,206 -,887 ,384
KMan -,061 ,032 -,327 -1,911 ,068
LnTA -,003 ,015 -,071 -,184 ,855
ROE ,058 ,170 ,080 ,341 ,736
Lev ,478 ,465 ,523 1,028 ,314
Growth ,047 ,043 ,502 1,105 ,280
UPer ,001 ,001 ,205 1,005 ,325
TAud -,012 ,049 -,072 -,250 ,804
a Dependent Variable: PInC REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PExC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud .
PExC [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: PExC
98
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,811(a) ,658 ,522 ,0917689
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,406 10 ,041 4,816 ,001(a)
Residual ,211 25 ,008
Total ,616 35
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev b Dependent Variable: PExC Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -,979 ,579 -1,690 ,103
UDKom ,015 ,013 ,251 1,081 ,290
KInd ,279 ,217 ,223 1,284 ,211
SPem -,142 ,169 -,141 -,843 ,407
KMan -,006 ,039 -,019 -,155 ,878
LnTA ,053 ,018 ,818 2,948 ,007
ROE ,213 ,207 ,174 1,030 ,313
Lev -,418 ,567 -,270 -,737 ,468
Growth -,059 ,052 -,374 -1,143 ,264
UPer ,001 ,001 ,098 ,670 ,509
TAud -,120 ,059 -,422 -2,023 ,054
a Dependent Variable: PExC
99
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PHuC
/METHOD=ENTER UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud .
PHuC [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: PHuC Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,472(a) ,222 -,089 ,1801180
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,232 10 ,023 ,715 ,703(a)
Residual ,811 25 ,032
Total 1,043 35
a Predictors: (Constant), TAud, SPem, KMan, KInd, UPer, Growth, ROE, UDKom, LnTA, Lev b Dependent Variable: PHuC
100
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -,417 1,137 -,367 ,717
UDKom -,017 ,026 -,228 -,653 ,520
KInd -,593 ,426 -,365 -1,393 ,176
SPem -,361 ,331 -,275 -1,091 ,286
KMan ,022 ,076 ,054 ,289 ,775
LnTA ,039 ,035 ,463 1,107 ,279
ROE ,121 ,407 ,076 ,298 ,768
Lev ,255 1,114 ,127 ,229 ,821
Growth ,039 ,102 ,191 ,387 ,702
UPer ,001 ,002 ,133 ,601 ,553
TAud -,027 ,116 -,074 -,236 ,815
a Dependent Variable: PHuC
101
PLUM
PIC_Pos WITH UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/CRITERIA = CIN(95) DELTA(0) LCONVERGE(0) MXITER(100) MXSTEP(5) PCONVERGE
(1.0E-6) SINGULAR(1.0E-8)
/LINK = LOGIT
/PRINT = FIT PARAMETER SUMMARY .
Semantic Properties of Intellectual Capital PLUM - Ordinal Regression PIC_Pos
[DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Warnings
There are 72 (66,7%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor variable values) with zero frequencies.
Case Processing Summary
N Marginal
Percentage
PIC_Pos tidak ada pengungkapan 28 77,8%
kualitatif 5 13,9%
kuantitatif 3 8,3%
Valid 36 100,0%
Missing 0
Total 36
Model Fitting Information
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 48,724
Final 38,795 9,929 10 ,447
Link function: Logit. Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 59,506 60 ,494
Deviance 38,795 60 ,985
Link function: Logit.
102
Pseudo R-Square
Cox and Snell ,241
Nagelkerke ,325
McFadden ,204
Link function: Logit. Parameter Estimates
Estimate
Std. Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Threshold [PIC_Pos = ,00] 26,764 24,642 1,180 1 ,277 -21,534 75,062
[PIC_Pos = ,50] 28,214 24,743 1,300 1 ,254 -20,281 76,709
Location UDKom ,051 ,463 ,012 1 ,913 -,856 ,957
KInd -1,163 7,487 ,024 1 ,877 -15,838 13,511
SPem -2,144 4,687 ,209 1 ,647 -11,331 7,043
KMan ,191 1,111 ,029 1 ,864 -1,987 2,368
LnTA -,445 ,590 ,568 1 ,451 -1,602 ,712
ROE 11,847 9,859 1,444 1 ,230 -7,477 31,171
Lev 40,864 24,150 2,863 1 ,091 -6,469 88,197
Growth 1,883 7,012 ,072 1 ,788 -11,860 15,627
UPer -,020 ,027 ,576 1 ,448 -,073 ,032
TAud ,777 1,747 ,198 1 ,656 -2,647 4,202
Link function: Logit.
103
PLUM
PIC_Neg WITH UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/CRITERIA = CIN(95) DELTA(0) LCONVERGE(0) MXITER(100) MXSTEP(5) PCONVERGE
(1.0E-6) SINGULAR(1.0E-8)
/LINK = LOGIT
/PRINT = FIT PARAMETER SUMMARY .
PIC_Neg [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Warnings
There are 72 (66,7%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor variable values) with zero frequencies.
Case Processing Summary
N Marginal
Percentage
PIC_Neg tidak ada pengungkapan 29 80,6%
kualitatif 4 11,1%
kuantitatif 3 8,3%
Valid 36 100,0%
Missing 0
Total 36
Model Fitting Information
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 45,028
Final 35,686 9,342 10 ,500
Link function: Logit. Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 41,914 60 ,963
Deviance 35,686 60 ,995
Link function: Logit.
104
Pseudo R-Square
Cox and Snell ,229
Nagelkerke ,320
McFadden ,207
Link function: Logit. Parameter Estimates
Estimate
Std. Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Threshold [PIC_Neg = ,00] -9,199 27,600 ,111 1 ,739 -63,295 44,897
[PIC_Neg = ,50] -8,045 27,590 ,085 1 ,771 -62,120 46,029
Location UDKom ,520 ,515 1,021 1 ,312 -,489 1,530
KInd 6,682 9,249 ,522 1 ,470 -11,446 24,809
SPem 9,022 7,439 1,471 1 ,225 -5,557 23,601
KMan -1,986 1,314 2,285 1 ,131 -4,560 ,589
LnTA -,163 ,638 ,065 1 ,798 -1,413 1,087
ROE -2,996 10,140 ,087 1 ,768 -22,870 16,878
Lev -11,965 35,431 ,114 1 ,736 -81,407 57,478
Growth -4,277 28,259 ,023 1 ,880 -59,664 51,110
UPer ,013 ,023 ,333 1 ,564 -,032 ,059
TAud 1,232 2,248 ,300 1 ,584 -3,175 5,639
Link function: Logit.
105
PLUM
PIC_FL WITH UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/CRITERIA = CIN(95) DELTA(0) LCONVERGE(0) MXITER(100) MXSTEP(5) PCONVERGE
(1.0E-6) SINGULAR(1.0E-8)
/LINK = LOGIT
/PRINT = FIT PARAMETER SUMMARY .
PIC_FL [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Warnings
There are 72 (66,7%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor variable values) with zero frequencies.
Case Processing Summary
N Marginal
Percentage
PIC_FL tidak ada pengungkapan 27 75,0%
kualitatif 8 22,2%
kuantitatif 1 2,8%
Valid 36 100,0%
Missing 0
Total 36
Model Fitting Information
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 46,767
Final 33,203 13,564 10 ,194
Link function: Logit. Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 53,792 60 ,701
Deviance 33,203 60 ,998
Link function: Logit.
106
Pseudo R-Square
Cox and Snell ,314
Nagelkerke ,432
McFadden ,290
Link function: Logit. Parameter Estimates
Estimate
Std. Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Threshold [PIC_FL = ,00] -29,428 19,695 2,233 1 ,135 -68,030 9,174
[PIC_FL = ,50] -25,207 19,195 1,725 1 ,189 -62,828 12,414
Location UDKom -,126 ,429 ,086 1 ,769 -,967 ,715
KInd 1,377 5,989 ,053 1 ,818 -10,361 13,114
SPem 5,988 5,413 1,223 1 ,269 -4,622 16,598
KMan -2,157 1,314 2,695 1 ,101 -4,734 ,419
LnTA -,276 ,581 ,226 1 ,635 -1,414 ,862
ROE 14,841 9,908 2,244 1 ,134 -4,578 34,260
Lev -22,047 18,533 1,415 1 ,234 -58,371 14,277
Growth -2,698 1,698 2,525 1 ,112 -6,026 ,630
UPer ,004 ,024 ,024 1 ,877 -,043 ,050
TAud -2,376 1,655 2,062 1 ,151 -5,619 ,867
Link function: Logit.
107
PLUM
PIC_H WITH UDKom KInd SPem KMan LnTA ROE Lev Growth UPer TAud
/CRITERIA = CIN(95) DELTA(0) LCONVERGE(0) MXITER(100) MXSTEP(5) PCONVERGE
(1.0E-6) SINGULAR(1.0E-8)
/LINK = LOGIT
/PRINT = FIT PARAMETER SUMMARY .
PIC_H [DataSet1] C:\Documents and
Settings\ananto\Desktop\ANANTO\Skripsi\data_ananto.sav
Warnings
There are 72 (66,7%) cells (i.e., dependent variable levels by combinations of predictor variable values) with zero frequencies.
Case Processing Summary
N Marginal
Percentage
PIC_H tidak ada pengungkapan 29 80,6%
kualitatif 4 11,1%
kuantitatif 3 8,3%
Valid 36 100,0%
Missing 0
Total 36
Model Fitting Information
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 45,028
Final 40,824 4,204 10 ,938
Link function: Logit. Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 64,875 60 ,311
Deviance 40,824 60 ,973
Link function: Logit.
108
Pseudo R-Square
Cox and Snell ,110
Nagelkerke ,154
McFadden ,093
Link function: Logit. Parameter Estimates
Estimate
Std. Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Threshold [PIC_H = ,00] 15,590 18,113 ,741 1 ,389 -19,911 51,090
[PIC_H = ,50] 16,650 18,143 ,842 1 ,359 -18,910 52,209
Location UDKom ,171 ,412 ,172 1 ,679 -,637 ,979
KInd 8,083 7,750 1,088 1 ,297 -7,107 23,273
SPem -1,590 4,738 ,113 1 ,737 -10,876 7,695
KMan ,021 1,169 ,000 1 ,986 -2,270 2,312
LnTA ,400 ,555 ,519 1 ,471 -,689 1,489
ROE 1,115 7,511 ,022 1 ,882 -13,606 15,836
Lev -3,215 17,639 ,033 1 ,855 -37,788 31,357
Growth -,343 2,678 ,016 1 ,898 -5,593 4,906
UPer -,016 ,026 ,371 1 ,542 -,068 ,036
TAud ,545 2,046 ,071 1 ,790 -3,464 4,554
Link function: Logit.
109
110