204
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

PENGARUH EDUKATIF LAWANG SEWU - Oh Juliana... · 2017. 10. 26. · penelitian Lawang Sewu yang dipilih. Bangunan yang dikenal angker ini berusaha untuk mengubah image menjadi objek

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

     

     

     

     

     

    Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

    Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

  • PENGARUH PLACE BRANDING TERHADAP

    PLACE IMAGE EDUKATIF LAWANG SEWU

    SETELAH DIRENOVASI

    (Survei pada Penduduk Kota Semarang)

    SKRIPSI

    Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)

    Oh Juliana Gunawan

    NIM : 13140110380

    PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

    KONSENTRASI MULTIMEDIA PUBLIC RELATION

    FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA

    TANGERANG

    2017

  • ii

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • iii

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH

    PLACE BRANDING TERHADAP PLACE IMAGE EDUKATIF LAWANG

    SEWU SETELAH DIRENOVASI (Survei pada Penduduk Kota Semarang)”

    diajukan untuk memperoleh gelar Strata 1, Sarjana Ilmu Komunikasi pada

    konsentrasi Public Relation di Universitas Multimedia Nusantara.

    Kajian ini diambil oleh peneliti karena adanya keunikan dari objek

    penelitian Lawang Sewu yang dipilih. Bangunan yang dikenal angker ini berusaha

    untuk mengubah image menjadi objek wisata sejarah yang tidak angker dengan

    melakukan renovasi dan pengalih fungsian bangunan menjadi museum PT KAI.

    Menggunakan metode survey kepada responden, akhirnya mendapatkan hasil

    adanya pengaruh antara kegiatan place branding terhadap place image Lawang

    Sewu.

    Dengan selesainya skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

    masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

    mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan

    dan dukungan kepada penulis :

    1. C. Eko Hadi Saputro, S.E.,M.M selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

    telah membimbing peneliti setiap saat, memberikan masukan dan

    waktunya kepada penulis agar skripsi ini dapat selesai dengan baik.

    2. Inco Hary Perdana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

    dan dosen seminar proposal peneliti yang telah memberikan dukungan dan

    motivasi peneliti agar skripsi ini dapat selesai.

    3. Mochammad Kresna Noer Pratama selaku Dosen Penguji pada Sidang

    Skripsi.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • v

    4. Kepada para responden yang mau meluangkan waktu untuk mengisi

    kuesioner yang disebarkan peneliti.

    5. Orangtua, kakak serta adik yang selalu memberikan dukungan, semangat

    dan doanya yang tidak pernah putus kepada peneliti selama proses

    pengumpulan data, pengolahan data sampai pembuatan skripsi ini selesai.

    6. Dennis Pujiono yang selalu memberikan perhatian, dukungan, masukan,

    semangat dan tempat peneliti berbagi suka maupun duka sampai akhirnya

    skripsi ini selesai dibuat.

    7. Joshua Ivan, Monica Pujiono dan Sheryn Pujiono yang telah memberikan

    dukungan, keceriaan, waktu dan masukan kepada peneliti sampai

    pembuatan skripsi ini selesai.

    8. Alexa widjaja dan Desy Arisandi Halim yang selalu memberikan

    dukungan, masukan, semangat dan tempat peneliti berbagi suka maupun

    duka sampai skripsi ini selesai dibuat.

    9. Teman-teman seperjuangan skripsi Kezia Rufina, Rahel Maharani, Sharon

    Margaretha, Natasha Yohana Claudia dan Jovita atas segala perhatian,

    masukan, dukungan, semangat yang diberikan kepada peneliti sehingga

    skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

    10. Cindy Laurencia, Stephanie Octavia, Sagita teman seperjuangan

    bimbingan dan teman-teman Fakultas Ilmu Komunikasi atas masukan dan

    semangat yang diberikan kepada peneliti sampai skripsi ini dapat selesai.

    Peneliti juga berharap agar skripsi ini nantinya dapat bermanfaat dan

    berguna untuk memberikan gambaran bagi para mahasiswa yang nantinya akan

    melakukan penelitian serupa.

    Tangerang, 10 April 2017

    Penulis

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • vi

    PENGARUH PLACE BRANDING TERHADAP

    PLACE IMAGE EDUCATIF LAWANG SEWU

    SETELAH DIRENOVASI

    (Survei pada Penduduk Kota Semarang)

    ABSTRAK

    Oleh : OH Juliana Gunawan

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keunikan bangunan bersejarah yang

    menjadi objek penelitian. Bangunan yang terkenal dengan image angker tersebut

    direnovasi untuk pelestarian bangunan bersejarah serta dialih fungsikan sebagai

    objek wisata sejarah yang edukatif untuk menghilangkan image angker tersebut.

    Mengubah image suatu tempat ini dilakukan dengan menerapkan kegiatan place

    branding.

    Teori yang digunakan adalah Teori City Branding Hexagon yang terdiri

    dari Presence, Place, People, Potential, Pulse dan Pre-requisites. Metode

    penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatif

    dan metode survei untuk pengumpulan data. Survei disebarkan kepada 400

    responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling,

    yaitu Penduduk Kota Semarang yang pernah berkunjung ke Lawang Sewu setelah

    direnovasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh place branding

    terhadap place image Lawang Sewu setelah direnovasi sebesar 66,2%, sedangkan

    33,8% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dibahas dalam penelitian

    ini. Dimensi pre-requisites menjadi dimensi yang memberikan pengaruh paling

    mantap terhadap variabel place image yaitu sebesar 52,6%.

    Kata kunci : place branding, place image, Teori City Branding Hexagon, Lawang

    Sewu

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • vii

    THE INFLUENCE OF PLACE BRANDING TO

    PLACE IMAGE EDUCATIVE LAWANG SEWU

    AFTER BEING RENOVATED

    (Survey the population of the city of Semarang)

    ABSTRACT

    By : OH Juliana Gunawan

    This research is being motivated by the uniqueness of its historic building

    that made for research studies. This building that is know as its horror image has

    been renovated for the goods of the historic building and to make it as an

    educated tourism place to eliminate the horror image of it. Changing the image of

    a place can be done by implementing the activities place branding.

    Theory that used is City Branding Hexagon Theory consists of Presence,

    Place, People, Potential, Pulse and Pre-requisites. The methodology used in this

    research is quantitative with type explanative research and survey methods to

    collect data. Survey distributed to 400 respondents by using purposive sampling

    technique, which is the population of the city of Semarang who have been visited

    Lawang Sewu after being renovated. The result indicate that the influence of

    place branding to place image Lawang Sewu after being renovated by 66,2%,

    while the other 33,8% is influence by other factors not discussed in this research.

    Pre-requisites dimention is the most steady influence to place image by 52,6%.

    Keywords : place branding, place image, City Branding Hexagon theory, Lawang

    Sewu

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

    ABSTRAK ................................................................................................. vi

    DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

    DAFTAR BAGAN .................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 8

    1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9

    1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................... 9

    1.4.1 Kegunaan Teoretis .............................................................. 9

    1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................................ 9

    BAB II KAJIAN TEORI / LANDASAN TEORI

    2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 10

    2.1.1 Peneliti Pertama Terdahulu .................................................. 10

    2.1.2 Penelitian Kedua Terdahulu ................................................ 11

    2.2 Teori atau Konsep ....................................................................... 18

    2.2.1 Pemasaran Tempat (Place Marketing) ................................ 18

    2.2.2 Place Branding ................................................................... 22

    2.2.3 Place Image ........................................................................ 28

    2.2.4 City Branding Hexagon ...................................................... 32

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • ix

    2.2.5 Hubungan Place Branding dengan Place Image ................ 34

    2.3 Hipotesis Teoretis ....................................................................... 34

    2.4 Kerangka Pemikiran ................................................................... 36

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Sifat Penelitian ............................................................................ 37

    3.2 Metode Penelitian ....................................................................... 38

    3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 39

    3.3.1 Populasi ............................................................................... 39

    3.3.2 Sampel ................................................................................. 40

    3.4 Operasionalisasi Variabel ........................................................... 41

    3.4.1 Variabel Penelitian .............................................................. 41

    3.4.2 Definisi Operasionalisasi Variabel ..................................... 42

    3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 43

    3.5.1 Data Primer ......................................................................... 43

    3.5.2 Data Sekunder ..................................................................... 44

    3.6 Teknik Pengukuran Data ............................................................ 44

    3.6.1 Uji Validitas ........................................................................ 45

    3.6.1.1 Uji Instrumen Validitas Data Pre-test ......................... 46

    3.6.2 Uji Reliabilitas .................................................................... 48

    3.6.2.1 Uji Instrumen Reliabilitas Data Pre-Test .................... 49

    3.6.3 Uji Normalitas .................................................................... 50

    3.7 Teknik Analisis Data .................................................................. 50

    3.7.1 Uji Korelasi ......................................................................... 51

    3.7.2 Uji Regresi .......................................................................... 52

    3.7.3 Uji Hipotesis ....................................................................... 53

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • x

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1 Subjek/ Objek Penelitian ............................................................ 54

    4.1.1 Sejarah Lawang Sewu ........................................................... 54

    4.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 57

    4.2.1 Identitas Responden .............................................................. 57

    4.2.2 Hasil Olah Data Jawaban Responden .................................... 60

    4.3 Pembahasan ................................................................................ 111

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan ..................................................................................... 119

    5.2 Saran ........................................................................................... 121

    5.2.1 Saran Akademis ..................................................................... 121

    5.2.2 Saran Praktis .......................................................................... 122

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 127

    LAMPIRAN ............................................................................................... 131

    RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 186

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.4 Model Bintang Scott ............................................................... 30

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • xii

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1 Marketing Mix ........................................................................... 20

    Bagan 2.2 Marketing Communication Mix ................................................. 21

    Bagan 2.3 Kerangka Komunikasi Citra Kota ............................................. 25

    Bagan 2.5 City Branding Hexagon ............................................................. 32

    Bagan 2.6 Kerangka Pemikiran .................................................................. 36

    Bagan 3.1 Variabel Penelitian .................................................................... 42

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • xiii

    GAMBAR TABEL

    Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis Terdahulu dengan Sekarang ............ 13

    Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Bebas Place Branding (X) .............. 42

    Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Terikat Place Image (Y) .................. 43

    Tabel 3.3 Nilai Skala Likert ........................................................................ 45

    Tabel 3.4 Uji Validitas Data Pre-test Variabel Place Branding (X)

    Pearson Correlation .................................................................................. 47

    Tabel 3.5 Uji Validitas Data Pre-test Variabel Place Image (Y)

    Pearson Correlation .................................................................................. 48

    Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Data Pre-test Variabel Place Branding (X)

    Cronbach’s Alpha Reliability Statistics ..................................................... 49

    Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Data Pre-test Variabel Place Image (Y)

    Cronbach’s Alpha Reliability Statistics ..................................................... 50

    Tabel 3.8 Nilai Koefisien Korelasi ............................................................. 52

    Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 59

    Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Domisili ..................................... 59

    Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Pernah

    Berkunjung ke Lawang Sewu ..................................................................... 60

    Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Berapa Kali

    Mengunjungi Lawang Sewu ....................................................................... 60

    Tabel 4.5 Data Responden Berdasarkan Kapan

    Berkunjung ke Lawang Sewu ..................................................................... 61

    Tabel 4.6 Tabulasi Data Pertanyaan Variabel X (place branding) ............ 62

    Tabel 4.7 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama Indikator

    Seberapa Besar Orang Mengenal Lawang Sewu ....................................... 66

    Tabel 4.8 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Seberapa Besar Orang Mengenal Lawang Sewu ........................ 67

    Tabel 4.9 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • xiv

    Indikator Pengetahuan Masyakarat Akan Sejarah Lawang Sewu .............. 68

    Tabel 4.10 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Pengetahuan Masyakarat Akan Sejarah Lawang Sewu .............. 69

    Tabel 4.11 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Ketiga

    Indikator Pengetahuan Masyakarat Akan Sejarah Lawang Sewu .............. 70

    Tabel 4.12 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Daya Tarik Lawang Sewu dari Segi Tempat .............................. 71

    Tabel 4.13 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Daya Tarik Lawang Sewu dari Segi Tempat .............................. 72

    Tabel 4.14 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Daya Tarik Lawang Sewu Secara Keseluruhan ......................... 73

    Tabel 4.15 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Daya Tarik Lawang Sewu Secara Keseluruhan ......................... 74

    Tabel 4.16 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Pemahaman SDM yang Ada di Lawang Sewu ........................... 75

    Tabel 4.17 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Pemahaman SDM yang Ada di Lawang Sewu ........................... 76

    Tabel 4.18 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Keramahan SDM ........................................................................ 77

    Tabel 4.19 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Memadahinya SDM untuk Menjaga Keamanan ........................ 78

    Tabel 4.20 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Memberikan Edukasi Kepada Pengunjungnya ........................... 79

    Tabel 4.21 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Memberikan Edukasi Kepada Pengunjungnya ........................... 80

    Tabel 4.22 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Menyajikan Kegiatan untuk Pengunjungnya .............................. 81

    Tabel 4.23 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Daya Tarik Konsep Wisata Lawang Sewu ................................. 82

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • xv

    Tabel 4.24 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Daya tarik kegiatan di Lawang Sewu ......................................... 83

    Tabel 4.25 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Daya tarik kegiatan di Lawang Sewu ......................................... 84

    Tabel 4.26 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Standarisasi Sebagai Objek Wisata ............................................ 85

    Tabel 4.27 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Standarisasi Sebagai Objek Wisata ............................................ 86

    Tabel 4.28 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Lokasi yang Strategis ................................................................. 87

    Tabel 4.29 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Lokasi yang Strategis ................................................................. 88

    Tabel 4.30 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Transportasi yang Memadahi ..................................................... 89

    Tabel 4.31 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Transportasi yang Memadahi ..................................................... 90

    Tabel 4.32 Tabulasi Data Pertanyaan Variabel Y (place image) ............... 91

    Tabel 4.33 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Mengetahui Karakteristik dari Lawang Sewu ............................ 94

    Tabel 4.34 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Mengetahui Karakteristik dari Lawang Sewu ............................ 95

    Tabel 4.35 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Mengetahui Karakteristik dari Lawang Sewu ............................ 96

    Tabel 4.36 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Paham Pengetahuan Mengenai Lawang Sewu ........................... 97

    Tabel 4.37 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Ketiga

    Indikator Paham Pengetahuan Mengenai Lawang Sewu ........................... 98

    Tabel 4.38 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Pandangan terhadap Lawang Sewu ............................................ 99

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • xvi

    Tabel 4.39 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Pandangan terhadap Lawang Sewu ............................................ 100

    Tabel 4.40 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Perasaan Saat Mengunjungi Lawang Sewu ................................ 101

    Tabel 4.41 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Perasaan Saat Mengunjungi Lawang Sewu ................................ 102

    Tabel 4.42 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Pandangan Menyeluruh Mengenai Lawang Sewu ..................... 103

    Tabel 4.43 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Pandangan Menyeluruh Mengenai Lawang Sewu ..................... 104

    Tabel 4.44 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Pertimbangan terhadap Lawang Sewu Sebagai Objek Wisata ... 105

    Tabel 4.45 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Kedua

    Indikator Pertimbangan terhadap Lawang Sewu Sebagai Objek Wisata ... 106

    Tabel 4.46 Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pertama

    Indikator Keinginan untuk Berkunjung Kembali ke Lawang Sewu .......... 107

    Tabel 4.47 One-Sample Kormogorov-Smirnov Test ................................. 108

    Tabel 4.48 Uji Korelasi .............................................................................. 109

    Tabel 4.49 Regresi Linier Sederhana ......................................................... 109

    Tabel 4.50 Uji ANOVA ............................................................................. 110

    Tabel 4.51 Koefisien .................................................................................. 111

    Tabel 4.52 Besar Pengaruh Dimensi Presence terhadap Place Image ...... 112

    Tabel 4.53 Besar Pengaruh Dimensi Place terhadap Place Image ............ 113

    Tabel 4.54 Besar Pengaruh Dimensi People terhadap Place Image .......... 113

    Tabel 4.55 Besar Pengaruh Dimensi Potential terhadap Place Image ...... 114

    Tabel 4.56 Besar Pengaruh Dimensi Pulse terhadap Place Image ............ 114

    Tabel 4.57 Besar Pengaruh Dimensi Pre-Requisites terhadap

    Place Image ................................................................................................ 115

    Tabel 5.1 Saran untuk Setiap Dimensi ....................................................... 123

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang

    dan menjadi sektor penggerak pertumbuhan perekonomian suatu negara,

    yaitu telah berkontribusi sebesar 4% dari total perekonomian dan

    ditargetkan akan naik dua kali lipat di tahun 2019 (Indonesia Investments,

    2016). BKPM (2015) Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan bahwa

    investasi pada industri sektor pariwisata relatif cukup besar, yaitu mencapai

    US$850 milyar. Keberagaman destinasi pariwisata yang ada menjadi daya

    tarik tersendiri yang selalu dicari oleh para wisatawan maupun pelancong

    saat mendatangi suatu daerah, kota maupun negara. Semarang merupakan

    salah satu kota metropolitan yang menyimpan berbagai keindahan alam dan

    sejarah yang sangat menabjubkan. Meskipun tujuan wisata yang ditawarkan

    masih sangat terbatas, tidak menurunkan keinginan wisatawan untuk

    berkunjung ke kota lumpia ini. Keindahan alam dan sejarah yang beragam

    sampai sekarang masih menjadi daya tarik untuk pilihan tujuan wisata baik

    para pengunjung lokal maupun mancanegara. Dasuki (2016, para 4)

    menuliskan bahwa menurut data Badan BPS, kunjungan wisatawan dengan

    tujuan Jateng pada tahun 2016 meningkat sebanyak 11% dari tahun 2011-

    2015. Yang mana sampai bulan desember 2016 kunjungan wisatawan yang

    melalui bandara Ahmad Yani Semarang telah mencapai 3,5 juta orang. Ini

    membuktikan bahwa wisata Jawa Tengah masih banyak peminatnya.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 2

    Semarang sendiri dapat dikatakan sebagai kota yang sangat strategis,

    mengapa? Karena berbatasan langsung dengan Laut Jawa sehingga

    menjadikan Semarang sebagai jalur perdagangan sejak dahulu. Posisi ini

    yang membuat Semarang kaya akan keragaman budaya dan peninggalan

    sejarahnya. Salah satu peninggalan sejarah yang ada di Kota Semarang yaitu

    berbentuk bangunan, seperti Gereja Blenduk, Kota Lama, Klenteng Sam Po

    Kong dan Lawang Sewu. Peninggalan sejarah ini sudah berusia ratusan

    tahun dan tetap dijaga kelestariannya serta dibuka untuk umum sebagai

    tempat wisata agar masyarakat tidak lupa akan perjuangan dan jasa dari para

    pahlawan. Masyarakat diperbolehkan untuk masuk ke dalam bangunan

    bersejarah tersebut, melihat-lihat, mendokumentasikan serta yang

    terpenting tetap menjaga kebersihan bangunan tersebut.

    Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan untuk mengulas

    mengenai salah satu bangunan bersejarah yang juga merupakan icon dari

    Kota Semarang, yaitu Lawang Sewu. Terletak di Jalan Pemuda tepatnya di

    Kawasan Tugu Muda, Semarang, Lawang Sewu menjadi salah satu

    bangunan yang populer dan banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik

    domestik maupun mancanegara. Letaknya yang strategis di kawasan Tugu

    Muda juga memudahkan para wisatawan untuk menemukan bangunan ini.

    Selain itu, akomodasi dan fasilitas yang memadahi juga mudah ditemukan

    untuk menuju ke Lawang Sewu. Bangunan ini menjadi salah satu bukti

    keheterogenan budaya yang ada di Semarang karena merupakan salah satu

    peninggalan dari Bangsa Belanda.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 3

    Nama Lawang Sewu sendiri diambil dari bahasa jawa, yaitu “Lawang”

    yang artinya pintu dan “Sewu” yang artinya seribu, makna dari nama

    bangunan ini dalam bahasa indonesia adalah “Pintu Seribu”. Konon, karena

    jumlah pintu dan jendela yang sangat banyak dan besar membuat akhirnya

    masyarakat menyebutnya dengan pintu seribu. Besarnya jendela yang ada

    di Lawang Sewu inilah membuat masyarakat sekitar menganggapnya

    seperti pintu, sehingga terciptalah nama “Lawang Sewu”. Bangunan ini

    terdiri dari tiga lantai dengan satu ruang bawah tanah. Bangunan

    peninggalan jaman Belanda pada tahun 1904 silam ini sebelumnya

    digunakan sebagai pusat kantor perusahaan kereta api (trem) oleh pihak

    Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS), yang

    mana pada masa itu Indonesia masih dijajah oleh Bangsa Belanda. Akan

    tetapi, setelah kemerdekaan Indonesia bangunan ini dialih fungsikan

    sebagai Kantor Perusahaan PT Kereta Api Indonesia (“Lawang Sewu

    Semarang”, 2013, h.1).

    Saat masa penjajahan, Lawang Sewu menjadi salah satu saksi bisu

    Pertempuran Lima Hari di Semarang selain Monumen Tugu Muda.

    Pertempuran yang terjadi di kawasan Tugu Muda ini mengakibatkan banyak

    pemuda Indonesia yang terbunuh di dalam gedung ini. Tidak hanya itu,

    gedung ini juga sempat dijadikan penjara bawah tanah untuk pemuda

    Indonesia oleh sekutu. Hal ini yang menyebabkan sampai sekarang selain

    terkenal dengan sejarahnya, masyarakat juga mengenal Lawang Sewu

    dengan cerita mistisnya (“Lawang Sewu Semarang”, 2014, h. 1).

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 4

    Berbicara mengenai hal mistis, ini menjadi salah satu pemikat yang

    membuat masyarakat penasaran dan berusaha ingin mencari tahu kebenaran

    atas mistis tersebut. Berbagai cerita mistis tersebut kemudian dikemas

    menjadi sebuah film, reality show, buku maupun lagu. Cerita mistis ini

    sudah ada dari jaman dahulu dan terus berkembang seiring dengan

    perkembangan jaman. Antusiasme masyarakat akan cerita mistis terlihat

    dengan banyaknya film yang berbau mistis yang banyak beredar dan

    mendapatkan rating yang bagus. Beberapa film dan reality show yang

    berbau mistis, seperti si manis jembatan ancol, rumah pondok indah,

    terowongan casablanca, the conjuring, paranormal activities, dunia lain dan

    masih banyak lagi. Fikri (2015, para 1) menuliskan bahwa Film The Sixth

    Sence menjadi film horor terlaris dengan menduduki peringkat 83 dari 100

    besar film terlaris di dunia dengan pendapatan globalnya mencapai 672 juta

    dollar AS.

    Fikri (2015, para 6) menambahkan juga bahwa menurut seorang analis

    film Phil Contrino, film horor sebagai sebuah genre tidak akan pernah mati,

    karena orang-orang selalu ingin ketakutan. Tidak sedikit dari lokasi dan

    cerita dari film horor tersebut yang dibawa ke kehidupan nyata, seperti

    Rumah Pondok Indah dan Terowongan Casablanka. Selain itu, tidak jarang

    tempat wisata juga banyak menyimpan cerita-cerita mistis, seperti Museum

    Fatahillah di Jakarta, Pantai Parangtritis di Jogja dan Lawang Sewu di

    Semarang. Beberapa waktu yang lalu, Lawang Sewu sempat dijadikan

    tempat pembuatan reality show kegiatan supranatural yang berjudul “Dunia

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 5

    Lain”. Hal ini yang membuat masyarakat semakin yakin akan cerita mistis

    yang beredar mengenai Lawang Sewu sendiri.

    Beberapa tempat wisata yang menyimpan cerita mistis juga tetap

    menjadi favorit masyarakat. Jumlah pengunjung yang mengunjungi

    beberapa tempat wisata diatas bisa dibilang tidak sedikit bahkan bertambah.

    Razak (2016, para 5) menuliskan bahwa menurut Rokhmat Ridwanto,

    Koordinator TPR Pantai Parangtritis menyatakan bahwa pada malam tahun

    baru 2016, pengunjung yang datang ke Pantai Parangtritis sudah mencapai

    25.000 orang. Museum Fatahillah yang berada di kawasan Kota Tua, DKI

    Jakarta sekarang ini juga ramai dikunjungi wisatawan baik domestik

    maupun non-domestik, pengunjung sudah tidak takut lagi mengunjungi

    museum tersebut. Berbeda dengan Lawang Sewu, sebelum bangunan ini

    direnovasi jumlah pengunjung tidak terlalu banyak, bahkan jarang karena

    masyarakat takut untuk berkunjung.

    Image horor yang sudah melekat di Lawang Sewu ini berusaha untuk

    diubah oleh PT KAI yang merupakan pengelola dari Lawang Sewu dengan

    melakukan pemugaran pada bangunan ini dan memperkenalkannya kembali

    ke masyarakat sebagai objek wisata sosial-budaya yang edukatif. Rencana

    pemugaran ini sudah dilakukan sejak tahun 2009 dan baru terealisasi pada

    tahun 2010. Sapto selaku Manager Museum PT KAI menuturkan bahwa

    pemugaran ini dilakukan oleh PT KAI dengan tujuan untuk melestarikan

    bangunan bersejarah serta menghilangkan image angker yang selama ini

    melekat pada Lawang Sewu (“Melihat Renovasi Lawang Sewu agar Imej

    Horornya Hilang Tahun ini”, 2014, para. 8).

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 6

    Fardianto (2014, para.7) menuliskan bahwa Sapto menambahkan,

    pemugaran dilakukan tidak dengan membongkar seluruh bangunan, namun

    dengan melakukan pengecatan kembali pada seluruh sudut bangunan,

    memperbaiki sisi-sisi bangunan yang hampir roboh serta melakukan

    penataan pada bagian dalam bangunan serta melakukan alih fungsi pada

    ruangan-ruangan yang kosong.

    Setelah selesai pemugaran, tanggal 5 Juli 2011 Lawang Sewu resmi

    disahkan dan kembali dibuka untuk umum. Lawang Sewu terlihat lebih

    terurus dan dijadikan sebagai salah satu objek wisata bersejarah di Kota

    Semarang. Pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk Rp 10.000,-

    untuk dewasa dan Rp 5.000,- untuk anak-anak. Setelah itu, pengunjung akan

    didampingi oleh tour guide yang akan memandu pengunjung selama

    berkeliling di Lawang Sewu. Pengunjung juga akan diarahkan oleh tour

    guide untuk mengenal sejarah dari kereta api dengan adanya berbagai

    miniatur kereta api jaman dahulu, sejarah berdirinya kereta api, tokoh-tokoh

    yang berjasa dalam pendirian PT Kereta Api Indonesia sampai berbagai

    video pembuatan rel kereta api pertama kali. Lawang Sewu sekarang ini bisa

    dikatakan menjadi objek wisata yang juga memberikan edukasi kepada

    pengunjungnya.

    Kegiatan pemugaran ini mendapatkan tanggapan positif dari

    masyarakat dengan melihat jumlah pengunjung yang terus meningkat

    setelah renovasi dilakukan. Ibrahim (2016, para. 2) menuliskan bahwa

    menurut Edy Koeswoyo selaku Manager Humas PT KAI pengunjung

    Lawang Sewu meningkat sebanyak 200 persen setelah dilakukan

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 7

    pemugaran, yaitu sebanyak 1000 sampai 3000 pengunjung pada hari biasa

    dan puncaknya saat hari libur dapat mencapai 9000 pengunjung. Saat

    liburan Natal dan Tahun Baru 2017, Lawang Sewu terlihat dipadati ribuan

    pengunjung yang berasal dari berbagai daerah (“Liburan Natal, Lawang

    Sewu Dikepung Wisatawan”, 2016, para 2). Nantinya, Lawang Sewu akan

    kembali difungsikan seperti semula sebagai tempat cagar budaya,

    perkantoran, pertokoan, cafe dan tempat olahraga. Berbagai upaya yang

    dilakukan oleh PT KAI ini dapat dikatakan sebagai kegiatan place branding

    yang bertujuan untuk mengubah place image dari Lawang Sewu.

    Sebelumnya sudah ada objek wisata yang melakukan kegiatan branding ini,

    yaitu Museum Fatahillah, DKI Jakarta. Museum ini berfokus pada

    penyelenggaraan kegiatan kesenian sejarah Betawi dan nusantara untuk

    menarik para pengunjung.

    Anholt (Moilanen & Rainisto, 2009, h. 7) berpendapat bahwa place

    branding merupakan manajemen citra dari suatu destinasi melalui inovasi

    strategis dan koordinasi ekonomi, budaya, sosial, komersial serta kebijakan

    pemerintah. Sedangkan Boulding (Avraham & Ketter, 2008, h. 20)

    menuliskan bahwa place image merupakan gabungan dari seluruh

    karakteristik yang muncul dibenak seseorang mengenai suatu tempat atau

    persepsi yang melekat pada suatu tempat. Kedua pendapat ahli tersebut

    menunjukkan bahwa adanya hubungan antara place branding dengan

    pembentukan place image, ditambah dengan pendapat dari Kavaratzis

    mengungkapkan bahwa kegiatan city branding merupakan cara yang tepat

    untuk menggambarkan dan menerapkan kegiatan city marketing, yang mana

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 8

    kegiatan city marketing sangat bergantung dengan pembangunan,

    komunikasi dan pengelolaan city image dari suatu tempat yang

    berkesinambungan untuk membentuk persepsi dan image dari tempat

    tersebut. Kuncinya adalah kegiatan city branding merupakan langkah dari

    pembentukan city image.

    “City branding is suggested as the appropriate way to describe and

    implement city marketing. City marketing application is largely dependent

    on the construction, communication and management of the city’s image,

    as it is accepted that encounters with the city take place through perceptions

    and images. Therefore the object of city marketing is the city’s image, which

    in turn is the starting point for developing the city’s brand.” (Michalis

    Kavaratzis, Place Branding, 2004, h. 58)

    Melihat latar belakang di atas serta sejarah yang melekat pada Objek

    Wisata Lawang Sewu, maka peneliti tertarik untuk meneliti objek wisata

    bersejarah ini. Peneliti ingin mengetahui apakah kegiatan place branding

    yang dilakukan oleh PT KAI berpengaruh untuk menghilangkan image

    angker dari Objek Wisata Lawang Sewu. Oleh karena itu, penelitian ini

    menggunakan judul “Pengaruh Place Branding terhadap Place Image

    Educatif Lawang Sewu Setelah Direnovasi (Survei pada penduduk

    Kota Semarang)”.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan masalah yang tertuang dalam latar belakang di atas, peneliti

    tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh place branding

    terhadap image Lawang Sewu. Oleh karena itu, peneliti membuat rumusan

    masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut

    1. Adakah pengaruh place branding terhadap place image edukatif Lawang

    Sewu setelah direnovasi?

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 9

    2. Seberapa besar pengaruh place branding terhadap place image edukatif

    Lawang Sewu setelah direnovasi?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pasti memiliki beberapa tujuan. Tujuan dilakukan

    penelitian ini adalah

    1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh place branding terhadap place

    image edukatif Lawang Sewu setelah direnovasi.

    2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh place branding terhadap place

    image edukatif Lawang Sewu setelah direnovasi.

    1.4 Kegunaan Penelitian

    1.4.1 Kegunaan Teoretis adalah hasil dari penelitian ini akan memberikan

    kontribusi pemikiran terhadap pengembangan ilmu komunikasi pada

    mata kuliah Komunikasi Pariwisata khususnya untuk kegiatan

    branding.

    1.4.2 Kegunaan Praktis adalah hasil penelitian ini akan memberikan

    kontribusi pemikiran kepada pihak PT KAI apakah kegiatan yang telah

    mereka lakukan telah berdampak terhadap perubahan image dari

    Lawang Sewu, serta dapat dijadikan contoh bagi pengelola objek wisata

    angker lainnya dalam melakukan perubahan image.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 10

    BAB II

    KERANGKA TEORI / KERANGKA PEMIKIRAN

    2.1 Penelitian Terdahulu

    Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah mengkaji penelitian yang

    sejenis terdahulu serta telah melakukan perbandingan dengan penelitian yang

    dilakukan peneliti sekarang ini. Adapun 2 penelitian sejenis yang penulis

    bandingkan, sebagai berikut

    2.1.1 Peneliti Pertama Terdahulu

    Perbandingan penelitan pertama dilakukan oleh Ratu Yulya Chaerani

    Mahasiswi Universitas Sultan Agung Tirtayasa. Peneliti ini dilakukan pada

    tahun 2011 dengan mengambil judul mengenai “Pengaruh City Branding

    Terhadap City Image (Studi Pencitraan Kota Solo : ‘The Spirit of

    Java’)”. Pada penelitian ini terdapat tiga tujuan yang ingin dicapai oleh

    peneliti, yaitu mengetahui perwujudan city branding Kota Solo dalam

    dimensi presence, potential, place, pulse, people dan pre-requisite, lalu

    untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku penduduk Kota

    Solo dan wisatawan tentang city branding Solo serta yang terakhir untuk

    mengetahui bagaimana pengaruh city branding terhadap city image.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat

    eksplanatori dengan menggunakan statistik inferensial sebagai alat utama

    untuk menganalisis data. Untuk mendapatkan koresponden, peneliti

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 11

    menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu clustre sampling atau

    multistage sampling untuk memilih sampel yang merepresentatif penduduk

    Kota Surakarta sedangkan teknik simple random sampling digunakan untuk

    memilih sampel wisatawan asing dan mancanegara. Dari penelitian ini

    didapatkan empat kesimpulan, yang pertama dari variabel city branding,

    Kota Surakarta memiliki aspek people dan potential yang menonjol,

    sedangkan aspek place masih terbilang lemah. Kedua, dari variabel city

    image, menunjukkan bahwa kegiatan branding yang dilakukan telah

    mengubah aspek afektif, yaitu menerimaan pada slogan yang cukup baik.

    Akan tetapi, belum bisa memotivasi untuk mengunjungi Kota Solo hingga

    merekomendasikan Kota Solo sebagai destinasi wisata maupun tempat

    tinggal. Ketiga, dari analisis korelasi Pearson Product Moment,

    menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara

    city branding dengan city image. Yang terakhir melihat dari teori

    Elaboration Likelihood Model menunjukkan bahwa adanya faktor dari luar

    city branding yang mempengaruhi pemilihan Kota Solo sebagai destinasi

    wisata maupun tempat tinggal.

    2.1.2 Peneliti Kedua Terdahulu

    Perbandingan penelitan kedua dilakukan oleh Y Galih Handawan

    Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti ini dilakukan

    pada tahun 2015 dengan mengambil judul mengenai “Pengaruh Citra

    Destinasi Pariwisata Waduk Sermo Terhadap Minat Wisatawan

    Berkunjung Ulang (Studi Kasus pada Wisatawan yang Pernah

    Berkunjung di Waduk Sermo, Kulon Progo)”. Pada peneliti ini, peneliti

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 12

    merumuskan beberapa tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui bagaimana

    citra destinasi pariwisata Waduk Serno dalam persepsi golongan usia 16-30

    tahun dan usia 31-40 tahun. Lalu, ingin mengetahui apakah terdapat

    perbedaan citra destinasi pariwisata Waduk Sermo yang dipersepsikan oleh

    usia 16-30 tahun dan 31-40 tahun. Serta untuk mengetahui bagaimana citra

    destinasi pariwisata berpengaruh pada minat wisatawan berkunjung ulang

    ke Waduk Sermo Kulon Progo. Sifat penelitian yang digunakan adalah

    deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif serta metode yang

    digunakan adalah survei dengan memodifikasi skala likert. Metode

    pengambilan sampelnya menggunakan non-probability sampling dengan

    teknik convenience sampling. Dari hasil penelitian ini didapatkan ditarik

    kesimpulan bahwa persepsi dari citra branding berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap minat wisatawan berkunjung ulang ke Waduk Sermo

    Kulon Progo.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 13

    Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis Terdahulu dengan Sekarang

    Penelitian

    Hal yang

    direview

    Peneliti 1

    Ratu Yulya Chaerani

    Universitas Sultan

    Ageng Tirtayasa

    Banten

    2011

    Peneliti 2

    Y Galih Handawan

    Universitas Sanata

    Dharma

    Yogyakarta

    2015

    Peneliti Sekarang

    OH Juliana Gunawan

    Universitas Multimedia

    Nusantara

    Tangerang

    2017

    Judul

    Penelitian

    Pengaruh “City

    Branding” Terhadap

    “City Image” (Studi

    Pencitraan Kota Solo :

    ‘The Spirit of Java’)

    Pengaruh Citra Destinasi

    Pariwisata Waduk Sermo

    Terhadap Minat

    Wisatawan Berkunjung

    Ulang (Studi Kasus pada

    Wisawatan yang Pernah

    Berkunjung di Waduk

    Sermo, Kulon Progo)

    Pengaruh Place Branding

    Terhadap Place Image

    Lawang Sewu Setelah

    direnovasi (Survei pada

    penduduk Kota

    Semarang)

    Rumusan

    Masalah

    - Bagaimana

    perwujudan city

    branding Kota Solo

    dalam dimensi

    presence, potential,

    place, pulse, people

    dan pre-requisite?

    - Bagaimana citra

    destinasi pariwisata

    Waduk Sermo dalam

    persepsi golongan usia

    16 tahun - 30 tahun dan

    31 tahun - 40 tahun?

    - Adakah pengaruh place

    branding terhadap

    place image Lawang

    Sewu setelah

    direnovasi?

    - Seberapa besar

    pengaruh place

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 14

    - Bagaimana tingkat

    pengetahuan, sikap

    serta perilaku

    penduduk Kota Solo

    dan wisatawan

    tentang city

    branding Solo?

    - Bagaimana pengaruh

    city branding Solo :

    The Spirit of Java

    terhadap city image

    Kota Solo?

    - Apakah terdapat

    perbedaan citra

    destinasi pariwisata

    Waduk Sermo yang

    dipersepsikan oleh usia

    16 tahun – 30 tahun dan

    usia 31 tahun – 40

    tahun?

    - Apakah citra destinasi

    pariwisata berpengaruh

    pada minat wisatawan

    berkunjung ulang ke

    Waduk Sermo Kulon

    Progo?

    branding terhadap

    place image Lawang

    Sewu setelah

    direnovasi?

    Tujuan

    Penelitian

    - Mengetahui

    perwujudan city

    branding Kota Solo

    dalam dimensi

    presence, potential,

    place, pulse, people

    dan pre-requisite.

    - Mengetahui tingkat

    pengetahuan, sikap

    serta perilaku

    - Mengetahui bagaimana

    citra destinasi

    parisiwata Waduk

    Sermo dalam persepsi

    golongan usia 16 tahun

    – 30 tahun dan 31 tahun

    – 40 tahun.

    - Mengetahui apakah

    terdapat perbedaan citra

    destinasi pariwisata

    - Untuk mengetahui

    apakah ada pengaruh

    place branding

    terhadap place image

    Lawang Sewu setelah

    direnovasi.

    - Untuk mengetahui

    seberapa besar

    pengaruh place

    branding terhadap

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 15

    penduduk Kota Solo

    dan wisatawan

    tentang city

    branding Solo.

    - Mengetahui

    bagaimana pengaruh

    city branding

    terhadap city image.

    Waduk Sermo yang

    dipersepsikan oleh usia

    16 tahun – 30 tahun dan

    31 tahun – 40 tahun.

    - Mengetahui bagaimana

    citra destinasi

    pariwisata berpengaruh

    pada minat wisatawan

    berkunjung ulang ke

    Waduk Sermo Kulon

    Progo.

    place image Lawang

    Sewu setelah

    direnovasi.

    Teori Yang

    Digunakan

    City Branding Hexagon

    dan Elaboration

    Likelihood Model

    Citra Destinasi dan

    Perilaku Konsumen

    City Branding Hexagon

    Jenis Penelitian Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif

    Perbedaan

    Penelitian

    Menggunakan teori

    Likelihood Model

    Variabel yang digunakan

    citra terhadap minat

    berkunjung ulang

    Menggunakan citra

    destinasi dari Kenneth

    Boulding

    Hasil Penelitian - Aspek city branding,

    Kota Surakarta

    memiliki aspek

    people dan potential

    yang menonjol,

    - Citra destinasi

    pariwisata Waduk

    Sermo yang paling kuat

    di pikiran wisatawan

    usia 16-30 tahun adalah

    -

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 16

    sedangkan aspek

    place masih

    terbilang lemah.

    - Sedangkan dari

    variabel city image,

    menunjukkan bahwa

    kegiatan branding

    yang dilakukan telah

    mengubah aspek

    afektif, yaitu

    menerimaan pada

    slogan yang cukup

    baik. Akan tetapi,

    belum bisa

    memotivasi untuk

    mengunjungi Kota

    Solo hingga

    merekomendasikan

    Kota Solo sebagai

    destinasi wisata

    maupun tempat

    tinggal.

    - Analisis korelasi

    Pearson Product

    perilaku ramah petugas

    terhadap wisatawan dan

    yang paling lemah

    melekat adalah Wisata

    Waduk Sermo

    menyediakan buah

    tangan berbasis ikan

    setan merah/ red devil.

    Sedangkan menurut

    wisatawan usia 31-40

    tahun citra yang

    melekat kuat adalah

    adanya pos keamanan

    dan yang paling lemah

    melekat adalah Wisata

    Waduk Sermo

    menyediakan buah

    tangan berbasis ikan

    setan merah/ red devil.

    - Wisatawan usia 16-30

    tahun maupun

    wisatawan usia 31-40

    tahun tidak memiliki

    perbedaan persepsi

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 17

    Moment,

    menunjukkan bahwa

    adanya pengaruh

    yang positif dan

    signifikan antara city

    branding dengan city

    image.

    - Sedangkan melihat

    dari teori

    Elaboration

    Likelihood Model

    menunjukkan bahwa

    adanya faktor dari

    luar city branding

    yang mempengaruhi

    pemilihan Kota Solo

    sebagai destinasi

    wisata maupun

    tempat tinggal.

    terhadap citra destinasi

    pariwisata Waduk

    Sermo.

    - Persepsi citra destinasi

    berpengaruh positif

    terhadap minat

    wisatawan berkunjung

    ulang ke Waduk Sermo

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 18

    2.2 Teori yang Digunakan

    2.2.1 Pemasaran Tempat (Place Marketing)

    Menurut Kotler (Yananda & Salamah, 2014, h. 16), pemasaran tempat

    merupakan pengantar untuk memasuki place/city branding. Beliau juga

    berpendapat bahwa place marketing merupakan perancangan suatu tempat untuk

    memuaskan kebutuhan target pasar. Hal ini merupakan aspek pembangunan

    perkotaan atau biasa disebut urban development (Yananda & Salamah, 2014, h. 16).

    Porter (Yananda & Salamah, 2014, h. 16) menuliskan bahwa kompetisi dari

    ekonomi global telah menyentuh persaingan di tingkat lokal, sehingga place

    marketing dimanfaatkan untuk mengatasi persaingan global dan kompetisi tersebut.

    Berbicara mengenai kompetisi ekonomi, place marketing seringkali

    dianggap sama dengan place selling, namun kenyataannya kedua hal tersebut

    dinilai berbeda. Seperti yang dikatakan Kotler diatas, place marketing memiliki

    tujuan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumennya

    (berorientasi pada demand - permintaan), sedangkan place selling bertujuan untuk

    mencari target market untuk produk yang sudah ada (berorientasi pada supply -

    penawaran). Melihat dari sisi fungsi, place marketing dijalankan untuk

    memaksimalkan fungsi ekonomi dan sosial suatu tempat atau daerah yang sesuai

    dengan tujuan yang telah dirancang (Ashwort dalam Yananda & Salamah, 2014, h.

    49). Jadi tidak heran apabila kegiatan place marketing merupakan aspek

    pembangunan perkotaan (urban development) serta merupakan instrumen yang

    digunakan untuk mempertahankan eksistensi dan memenangkan persaingan global.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 19

    Yananda & Salamah (2014, h. 47) place marketing sendiri terbagi menjadi

    beberapa tahapan yang dimulai dari perencanaan (planning), pemasaran

    (marketing) dan target pasar (target markets). Kotler (Middleton, 2001, h. 89)

    membagi marketing menjadi empat konsep yang biasa dikenal dengan nama 4P :

    1. Product : berkaitan dengan customer value, menyediakan apa yang

    dibutuhkan dan diinginkan customer dari sebuah produk maupun jasa.

    Pada bidang tour and travel, product dibagi menjadi lima sektor, yaitu

    accomodation sector, attraction sector, transport sector, travel

    organizer’s sector, destination organization sector (Middleton, 2001, h.

    11).

    2. Price : berkaikan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk

    mendapatkan produk dan jasa. pada tour and travel, hal ini berkaitan

    dengan harga tiket yang harus dikeluarkan untuk mengunjungi suatu

    tempat.

    3. Promotion : berkaitan dengan komunikasi (menjalin komunikasi dengan

    customer, seperti memberikan informasi maupun hubungan interaktif).

    Kegiatan promosi ini dapat dilakukan dengan menggunakan tools dari

    marketing communication mix.

    4. Place : berkaitan dengan kenyamanan dan kemudahan customer untuk

    mendapatkan produk maupun jasa, pada bidang travel and tourism,

    place berkaitan dengan kemudahan akses untuk mencapat suatu tempat.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 20

    Bagan 2.1 Marketing Mix

    Sumber : Kotler (Middleten, 2001, h. 89)

    Komunikasi pemasaran biasanya dipengaruhi oleh media yang digunakan,

    kreatifitas pesan dalam menarik pembacanya dan juga frekuensi penyajian

    pesannya. Kotler, Bowen dan Makens (2014, h. 365) mengatakan terdapat enam

    tools marketing communication mix, yaitu advertising (iklan), personal selling,

    sales promotion (promosi penjualan), public relation, direct marketing (penjualan

    langsung) dan yang terbaru adalah internet/ interactive marketing.

    Product

    Place

    Marketing

    Mix

    Price

    Promotion

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 21

    Bagan 2.2 Marketing Communication Mix

    Sumber : Philip Kotler, John T. Bowen, James C. Makens (2014, h. 365)

    Public Relation menjadi salah satu tools yang digunakan dalam marketing

    communication dan penerapannya tidak lagi hanya untuk pemasaran produk

    maupun perusahaan, namun telah merambat ke bidang travel and tourism. Kotler,

    Bowen & Makens (2014, h. 362) mengatakan bahwa public relation dilakukan

    untuk membangun hubungan baik dengan berbagai masyarakat sehingga

    mendapatkan publikasi (publicity) yang menguntungkan, membangun citra positif

    perusahaan dan menangani rumor ataupun cerita negatif yang beredar. Banyak

    teknik yang dapat dilakukan oleh seorang public relation dalam melakukan

    marketing, seperti event, press release, media visit, media gathering, wawancara

    dan lain sebagainya. Tools tersebut digunakan dengan maksud tidak lain adalah

    menjalankan kegiatan marketing. Membahas mengenai public relation, tidak akan

    pernah jauh dari pembentukan citra dan reputasi, kedua hal tersebut menjadi

    konsentrasi utama dari kegiatan public relation. Marstella, seorang konsultan PR

    tertua mengubah sebutan PR Agency menjadi perception management, yang mana

    Target

    Audience

    Personal

    Selling

    Advertising

    Sales

    Promotion

    Public

    Relations

    Interactive/

    Internet Marketing Direct

    Marketing

    Media

    Media

    Media

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 22

    menurutnya public relation adalah tentang reputasi yang merupakan hasil dari apa

    yang dilakukan, diucapkan dan apa yang oranglain katakan tentang kita (Theaker,

    2004, h. 6).

    “Public relation is about reputation – the result of what you do, what you

    say and what others say about you”

    Dalam pembahasan place marketing sendiri, Kavaratzis (Yananda &

    Salamah, 2014, h. 54) berpendapat bahwa fokus dari kegiatan place marketing

    sekarang ini telah bergeser menjadi place branding. Hal ini terjadi karena para

    pengelola telah menyadari akan pentingnya membangun image atau citra yang

    positif di benak masyarakat.

    2.2.2 Place Branding

    Setiap negara, kota, tempat wisata maupun daerah akan menghadapi

    peningkatan persaingan saat berusaha untuk menarik wisatawan (Moilanen &

    Rainisto, 2009, h. 3). Hal ini yang membuat dibutuhkannya kegiatan branding

    untuk dapat menghadapi persaingan yang ada sehingga dapat terus

    mempertahankan eksistensi. Saxone Woon dalam Harahap (2008, h. 108)

    mengatakan bahwa brand tidak hanya sekedar citra grafis, logo, nama, akan tetapi

    brand harus bisa mengkomunikasikan secara jelas mengenai suatu produk maupun

    jasa. Branding sekarang ini tidak lagi hanya sebatas untuk produk maupun

    perusahaan, akan tetapi telah merambah untuk mem-branding “tempat” yang sering

    disebut dengan place branding. Kegiatan place branding merupakan perangkat

    pembangunan perekonomian suatu tempat. Kegiatan ini sama halnya dengan

    mengaplikasikan produk branding ke sebuah tempat. Apabila suatu brand melekat

    pada tempat, maka brand tersebut harus bisa mengkomunikasikan secara jelas

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 23

    mengenai tempat tersebut. Kegiatan branding untuk produk maupun perusahaan

    dilakukan untuk membedakan produk atau perusahaan satu dengan yang lainnya,

    place branding juga dilakukan untuk memberikan perbedaan dari satu tempat

    dengan tempat yang lainnya.

    Place branding pada dasarnya berfokus pada pengelolaan citra, bagaimana

    dan apa citra tersebut dikomunikasikan dalam proses pengelolaan citra. Menurut

    Jing (Chaerani, 2011, h. 17) place branding merupakan payung konsep dari nation

    branding, city branding dan region branding. Place branding menjadi salah satu

    konsep yang paling populer dalam bidang pemasaran umum khususnya dalam

    tujuan wisata (Avraham & Ketter, 2008, h. 16). Hankinson (Ashworth, 2010, h. 22)

    menambahkan bahwa perkembangan teori baru menjelaskan bahwa corporate

    brands memiliki relevansi dengan place branding, ini dikarenakan kegiatan

    corporate branding dan place branding memiliki beberapa kesamaan, seperti sama-

    sama melibatkan interaksi dengan para stakeholder, sama-sama memerlukan waktu

    yang lama untuk membangunnya serta dapat dikaji dari berbagai perspektif

    (multidispliner).

    Anholt (Moilanen & Rainisto, 2009, h. 7) berpendapat bahwa place

    branding merupakan manajemen citra dari suatu destinasi melalui inovasi strategis

    dan koordinasi ekonomi, budaya, sosial, komersial serta kebijakan pemerintah.

    Membangun brand yang baik bagi suatu tempat merupakan salah satu invetasi

    jangka panjang yang akan memberikan dampak positif bagi tempat tersebut apabila

    berhasil dilakukan. Banyak tempat menawarkan hal yang sama dengan tempat

    lainnya, salah satu cara untuk mempertahankan kompetisi yang ada hanyalah

    dengan menonjolkan keunikan (unique selling proposition) dari tempat sehingga

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 24

    dapat memuaskan dan menciptakan pengalaman positif dalam benak pengunjung.

    Moilanen & Rainisto (2009, h. 1) menyebutkan ada beberapa hal yang

    mempengaruhi dilakukannya kegiatan place branding, antara lain untuk

    meningkatkan daya tarik perusahaan dan investor, mempromosikan tujuan dari

    industri pariwisata, mempromosikan diplomasi publik, mendukung kepentingan

    industri ekspor serta yang terpenting adalah memperkuat identitas dari suatu

    tempat. Pada praktik nyatanya, place branding dapat diaplikasikan untuk

    lingkungan sekitar, kota, negara, distrik, destinasi wisata dan lain sebagainya.

    Kegiatan branding ini juga sangat berkaitan erat dengan pemasaran, karena

    dengan melakukan kegiatan branding tempat, secara tidak langsung telah

    melakukan kegiatan pemasaran terhadap tempat tersebut. Kotler (Moilanen &

    Rainisto, 2009, h. 5) memaparkan bahwa prinsip-prinsip dari kegiatan pemasaran

    dan branding juga dapat diaplikasikan untuk tempat sehingga menarik investor,

    bisnis serta pengunjung melalui keunikan yang dimiliki oleh tempat tersebut. Di

    sini terdapat beberapa pandangan ahli mengenai kerangka teoritis dari place

    branding. Kavaratzis (2004, h. 67-69) memberikan pandangannya mengenai

    bagaimana sebuah brand berkomunikasi, baik secara fungsional maupun simbolik.

    Yang mana pada pandangannya, Kavaratzis berupaya menggabungkan pemasaran

    dengan kegiatan branding melalui kegiatan komunikasi. Jenis komunikasi tersebut

    dibagi menjadi tiga, yaitu komunikasi primer, komunikasi sekunder dan

    komunikasi tersier. Komunikasi primer (unintentional communication) komunikasi

    ini merupakan komunikasi tidak langsung, berkaitan dengan kegiatan yang

    dilakukan oleh suatu kota atau tempat, seperti landscape strategic, infrastructure

    project, organisational and administrative structure, behaviour. Komunikasi

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 25

    sekunder (intentional communication) komunikasi formal yang dilakukan dengan

    intens untuk menunjang kegiatan pemasaran, seperti iklan, public relation, desain

    grafis, pembuatan logo dan lain sebagainya. Sedangkan untuk komunikasi tersier

    dengan menggunakan word of mouth dan media. Kerangka teoritis place branding

    menurut Michalis Kavaratzis tersebut dijelaskan dalam sebuah bagan sebagai

    berikut :

    Bagan 2.3 Kerangka Komunikasi Citra Kota

    Sumber : Michalis Kavaratzis (2004, h. 67)

    Bagan di atas menunjukkan bahwa komunikasi dalam branding dimulai dengan

    pengelolaan place image, yang mana place image dapat terbentuk melalui

    komunikasi yang efektif dan benar. Komunikasi tersebut kemudian dibagi menjadi

    CITY IMAGE / PLACE IMAGE

    Primary Communication

    Interventions

    Secondary

    Communication

    Advertising/Promotion

    Spatial Non-Spatial

    Landscape

    - Urban Design

    - Green/public

    space

    - Large-scale

    redevelopment

    - Public Art

    Infrastructure

    - Accessibility

    - Facilities

    Structure

    - Organisational

    Administrative

    - Community Networks

    - Citizen Participation

    - Public-Privat

    Partnerships

    Behaviour

    - Financial Incentives

    - Service Provision

    - Event Organisation

    Tertiary Communication

    Word of Mouth, Reinforced by Media/ Uncontrollable

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 26

    tiga bagian, yaitu komunikasi primer, komunikasi sekunder dan komunikasi tersier,

    yang mana ketiganya harus saling terintegrasi dengan mengkomunikasikan hal

    yang sama. Keberhasilan komunikasi sekunder dan komunikasi primer yang

    dilakukan secara tidak langsung akan menguatkan komunikasi tersier sehingga

    tercipta image yang positif.

    Trueman & Cornelius (Ashworth, 2010, h. 45-46) melakukan tinjauan

    terhadap literatur yang relevan dan mengevaluasi place branding menjadi 5P, yaitu

    1. Presence menunjukkan status suatu tempat, seperti simbol ikonik yang

    membuatnya berbeda dengan yang lain, arsitektur serta struktur sosial lokal.

    2. Purpose : adanya tujuan sosial yang ingin dicapai, seperti menciptakan

    masyarakat dengan keberagaman budaya, brand ownership (ada hal yang

    dapat dibanggakan dari suatu tempat), menjalin komunikasi yang lancar dan

    jelas.

    3. Pace : respon yang cepat mengenai keadaan pasar internal maupun eksternal

    (mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada).

    4. Personality berhubungan dengan emotional landscape (aspek-aspek yang

    ada dalam suatu kota atau tempat).

    5. Power : adanya tujuan sosial untuk memberdayakan masyarakat sekitar

    sehingga dapat memperkuat place brand.

    Pandangan lain dari Hankinson (Kavaratsiz, 2008, h. 133) yang

    memaparkan bahwa kerangka teori dari place branding berdasarkan pada brand as

    relationship. Di mana kegiatan place branding dianggap sebagai kegiatan untuk

    menjalin hubungan dengan stakeholder. Beliau membaginya menjadi empat

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 27

    kategori, yaitu Primary Service Relationship (adanya pengalaman yang diberikan),

    Brand Infrastructure Relationship (adanya fasilitas yang memadahi), Media

    Relationships (adanya kegiatan komunikasi pemasaran), Consumer Relationship

    (pengelolaan hubungan yang baik dengan seluruh stakeholder, baik internal

    maupun eksternal). Sedangkan kerangka teori place branding dari Simon Anholt

    yang diberi nama The City Branding Hexagon memaparkan terdapat enam

    komponen dalam city branding, yaitu The Presence, The Place, The Potential, The

    Pulse, The People dan The Prerequisites (Anholt, 2007, h. 60-61).

    Akan tetapi, meskipun banyaknya pandangan yang berbeda dari para ahli

    mengenai place branding, masih ada beberapa persamaan dalam beberapa kerangka

    teori, seperti sama-sama adanya unsur the presence pada kerangka teori city

    branding hexagon dengan kerangka teori dari Trueman. Unsur the people pada city

    branding hexagon juga sama dengan unsur customer relationship dari Hankinson.

    Selain itu, unsur the prerequisites dari city branding hexagon juga sama dengan

    unsur personality menurut Trueman dan landscape strategic menurut Kavaratzis.

    Namun, dari seluruh pandangan ahli, Kavaratzis mengatakan bahwa pandangan dari

    Simon Anholt lebih merupakan cetak biru dari penelitian mengenai efektivitas

    branding dan evaluasinya, sedangkan pandangan yang lainnya lebih

    menitikberatkan pada dasar melakukan branding.

    “Anholt’s Hexagon is more a blueprint for research on the effectiveness of

    a city’s branding effort and its evaluation, while the rest provide the basis for

    attempting the branding effort. The frameworks also differ in their

    conceptualization of the place brand. For example, Kavaratzis treats the place

    brand as a communicator, whereas Hankinson adopts the brand as a relationship

    approach and Trueman & Cornelius attempt a more integrated conceptualisation.

    (Michalis Kavaratzis, From City Marketing to City Branding, 2008, h. 135)”

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 28

    2.2.3 Place Image

    Place image merupakan citra dari suatu tempat yang terbentuk dalam benak

    masyarakat karena keunikan yang dimiliki oleh tempat tersebut. Kepferer (Yananda

    & Salamah, 2014, h. 59) citra dapat dikatakan sebagai cara audiens menerjemahkan

    sinyal yang dikirimkan oleh produk, jasa maupun komunikasi yang dilakukan oleh

    brand. Kekuatan dari citra positif suatu tempat mampu mengalihkan pikiran setiap

    orang. Citra tempat ini sama halnya dengan Brand Image. Yananda & Salamah

    (2014, h. 40) memaparkan bahwa citra atau image sendiri merupakan akumulasi

    dari pengetahuan, pengalaman dan juga terpaan (exposure) terhadap objek tertentu

    yang dapat berupa benda, orang, peristiwa maupun tempat. Seorang ahli marketing,

    Philip Kotler membagi citra tempat berdasarkan pada situasi, yaitu citra positif

    (susah untuk dibentuk, namun apabila sudah terbentuk sangat menguntungkan),

    citra negatif, citra yang lemah (terjadi pada tempat yang terpencil, tidak terkenal

    dan tidak diiklankan), citra campuran (satu tempat memiliki dua persepsi, yaitu citra

    positif dan citra negatif), citra kontradiksi (orang mempersepsikan suatu tempat

    secara bertentangan) dan citra daya tarik (atraksi) yang berlebihan (Kotler dalam

    Yananda dan Salamah, 2014, h. 37).

    Tujuan dari suatu tempat memperbaiki image yaitu untuk menarik perhatian

    wisatawan, intestor maupun pekerja (Avraham dan Ketter, 2008, h. 12). Short et al

    (Avraham dan Ketter, 2008, h. 12) memaparkan bahwa ada beberapa alasan dalam

    memperbaiki image :

    1. Mencoba untuk mengubah image suatu tempat untuk menarik

    wisatawan, investor dan imigran.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 29

    2. Memperbaiki image untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap

    suatu tempat atau kota.

    3. Rehabilitasi, rekonstruksi dan pembangunan kembali suatu tempat akan

    membantu mendorong perubahan besar (transisi positif) dalam karakter

    dari suatu tempat.

    4. Perubahan image dilakukan suatu kota untuk menghadapi persaingan

    internasional, meningkatkan status nasional serta untuk menarik

    investor asing.

    Citra mengenai sebuah tempat ini merupakan kumpulan skema yang digunakan

    oleh pengunjung sebagai proses mendapatkan informasi dan pengambilan

    keputusan untuk berkunjung. Kotler & Gerther (Yananda & Salamah, 2014, h. 43)

    menambahkan bahwa akan sulit mengubah citra yang sudah terbentuk, namun

    dengan menambahkan asosiasi baru yang positif dan lebih kuat dari sebelumnya

    akan membantu mengubah citra tersebut, bukan dengan menghapusnya.

    Banyak ahli yang memberikan pandangannya mengenai kerangka teori dari

    place image. Harrison (2000, h. 76) menuliskan bahwa image merupakan kesan

    yang dibentuk atau dimiliki oleh orang mengenai suatu organisasi secara

    keseluruhan. Di sini Harrison memandang place image sama dengan corporate

    image dan membaginya menjadi empat. Pertama, personality yang merupakan

    gabungan dari keseluruhan karakteristik yang diterima oleh publiknya. Kedua,

    reputation yang merupakan apa yang diyakini publik mengenai suatu barang

    maupun jasa dari pengalaman pribadi maupun oranglain. Ketiga, destination

    identity merupakan identitas yang dimiliki oleh suatu perusahaan maupun tempat

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 30

    baik logo, simbol, packaging, maupun atribut fisik lainnya. Keempat, value atau

    nilai-nilai apa yang ditonjolkan oleh suatu produk maupun jasa.

    Pandangan lain muncul dari Lynch (Dinnie, 2011, h. 30) yang berpendapat

    bahwa terdapat lima unsur yang menyusun pandangan seseorang mengenai place

    image, yaitu path / jalur, edges / batas akhir, district /distrik, nodes / aktivitas dan

    landmarks. Lynch menambahkan bahwa lima unsur yang dibuatnya bersama rekan-

    rekannya ini akan memberikan kesan yang kuat mengenai image/citra suatu tempat,

    seperi unsur edges dan landmark yang akan membantu para wisatawan dengan

    mudah mengingat dan mengidentifikasikan suatu tempat. Sedangkan Scott

    (Yananda & Salamah, 2014, h. 39) memandang citra tempat berdasarkan pada

    rentangnya, yaitu citra yang kaya (rich image) dan citra yang miskin (poor image).

    Pandangan Scott ini diwakili dengan model bintang (star model). Tempat dengan

    citra yang kaya ditampilkan dengan bentuk bintang yang memiliki banyak sudut,

    sedangkan tempat dengan citra yang miskin ditampilkan dengan bentuk bintang

    yang hanya memiliki dua sampai tiga sudut.

    Gambar 2.4 Model Bintang Scott

    Sumber : Scott (Avraham & Ketter, 2008, h. 26)

    Tempat citra miskin dengan

    satu ciri dominan

    Tempat citra kaya dengan

    beberapa tampilan dan tiga

    ciri dominan

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 31

    Model ini dapat menjadi jawaban untuk mengatasi citra miskin yang

    dimiliki oleh suatu tempat, yaitu dengan menambahkan dimensi pada tempat

    tersebut, semakin banyak dimensi yang dimiliki oleh suatu tempat akan membuat

    pengunjung terpecah fokusnya, sehingga kemungkinan pengunjung untuk berfokus

    pada aspek yang negatif menjadi kecil (Avraham & Ketter, 2008, h. 27). Pandangan

    lainnya muncul dari Boulding (Avraham & Ketter, 2008, h. 20) yang berpendapat

    bahwa place image merupakan gabungan dari seluruh karakteristik yang muncul

    dibenak seseorang mengenai suatu tempat atau persepsi yang melekat pada suatu

    tempat. Boulding (Yananda & Salamah, 2014, h. 39) membagi kerangka teori dari

    place image menjadi empat komponen, yaitu :

    1. Kognitif : berkaitan dengan hal-hal yang diketahui seseorang mengenai

    suatu tempat (karakteristik).

    2. Afektif : berkaitan dengan perasaan (emosional) seseorang mengenai

    suatu tempat.

    3. Evaluatif : berkaitan dengan evaluasi seseorang mengenai suatu tempat.

    4. Behavioral : berkaitan dengan pertimbangan seseorang untuk

    berinvestasi, bermigrasi, berkunjung maupun bekerja pada tempat

    tertentu.

    Boulding (Yananda & Salamah, 2014, h. 38) menambahkan bahwa place image

    juga merupakan sekumpulan karakteristik tempat yang sama dengan perspektif

    manusianya.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 32

    2.2.4 City Branding Hexagon

    City Branding Hexagon merupakan kerangka teori menurut pandangan dari

    Simon Anholt. Beliau memandang kegiatan city branding dibagi menjadi enam

    komponen, yaitu The Presence, The Place, The Potential, The Pulse, The People

    dan The Prerequisites. Model city branding hexagon ini dapat dilihat melalui Bagan

    dibawah ini :

    Bagan 2.5 City Branding Hexagon

    Sumber : Simon Anholt (2007, h. 60-61)

    Simon Anholt menjelaskan secara terperinci setiap komponen dari city

    branding hexagon.

    1. The Presence : komponen ini menunjukkan mengenai status

    internasional suatu tempat serta apakah tempat tersebut memberikan

    kontribusi dunia dalam kebudayaan, sejarah atau lain sebagainya.

    The Presence

    The Place

    The Pulse The People

    The Prerequisites

    The Potential

    City

    Brand

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 33

    2. The Place : komponen ini menjelaskan mengenai persepsi masyarakat

    mengenai aspek fisik suatu tempat, seperti menyenangkan atau tidak

    tempat tersebut, seberapa menarik tempat tersebut serta cuaca.

    3. The Potential : komponen ini menjelaskan mengenai potensi-potensi

    yang ditawarkan untuk menarik pengunjung, seperti dalam bidang

    ekonomi dan pendidikan.

    4. The Pulse : komponen ini menjelaskan mengenai seberapa besar

    ketertarikan pengunjung terhadap suatu tempat.

    5. The People : komponen ini menguji mengenai populasi masyarakat

    lokal suatu tempat dalam hal keterbukaan, keramaah, kehangatan serta

    keamanan.

    6. The Prerequisites : komponen ini menjelaskan mengenai kualitas dasar

    dari suatu tempat, seperti kenyamanan, keterjangkauan akomodasi dan

    fasilitas publik yang ditawarkan.

    Kerangka teori city branding hexagon ini dapat digunakan oleh pemerintah maupun

    pengelola tempat untuk memahami persepsi dari para stakeholder (pengunjung,

    investor, masyarakat) mengenai image dari suatu tempat (Popescu & Cobos, 2010,

    h. 271). Kegiatan place branding dilakukan untuk membentuk image positif

    mengenai suatu tempat sehingga nantinya dapat mempengaruhi wisatawan untuk

    mengunjungi tempat tersebut. Oleh karena itu, menjadi hal yang sangat penting

    untuk memahami city branding suatu tempat untuk menciptakan image yang positif

    dari tempat tersebut.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 34

    2.2.5 Hubungan Place Branding dengan Place Image

    Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya, Kavaratzis (2004, h. 58)

    mengungkapkan bahwa kegiatan city branding merupakan cara yang tepat dan

    cocok untuk menerapkan kegiatan city marketing, yang mana kegiatan city

    marketing sangatlah bergantung pada pembangunan, komunikasi serta pengelolaan

    citra (image) yang saling berkesinambungan, sehingga dapat membentuk persepsi

    atau image suatu tempat. Ringkasnya, kegiatan city branding menjadi kunci untuk

    pembentukan city image.

    Moilanen & Rainisto (Yananda & Salamah, 2014, h.54) menuliskan bahwa

    terdapat tiga konsep utama terkait brand, yaitu identitas, image dan komunikasi,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa brand sangat berhubungan erat dengan image

    itu sendiri. Menurut Asworth & Kavaratzis (Yananda & Salamah, 2014, h. 55)

    melalui kegiatan branding-lah cara terbaik untuk dapat mempengaruhi persepsi dan

    citra (image) seseorang mengenai suatu tempat.

    Berkaitan dengan objek penelitian yang diambil, Lawang Sewu berusaha

    untuk mengubah image angkernya dengan melakukan place branding melalui

    kegiatan pemugaran dan pengalih fungsian bangunan menjadi objek wisata

    bersejarah yang edukatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah place

    branding yang dilakukan berpengaruh terhadap place image Lawangsewu setelah

    direnovasi.

    2.3 Hipotesis Teoretis

    Gulo (2007, h. 57) menuliskan bahwa hipotesis merupakan suatu pertanyaan

    yang pada saat diungkapkan belum diketahui kebenarannya, akan tetapi

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 35

    memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Bungin (2010, 75)

    menuliskan bahwa hipotesis merupakan guide dalam sebuah penelitian kuantitatif,

    yang mana eksistensi penelitian kuantitatif itu sendiri adalah untuk menguji

    kebenaran dari hipotesis. Hipotesis merupakan pernyataan tentatif ataupun dugaan

    sementara mengenai apa yang akan diamati dalam usaha untuk memahami suatu

    masalah (Nasution, 2006, h. 39). Dikatakan dugaan sementara karena jawaban yang

    diberikan belum melalui penelitian dan fakta-fakta empiris, melainkan hanya

    berdasarkan pada teori yang relevan. Nasution (2006, h. 40) menambahkan adapun

    beberapa fungsi dari hipotesis, seperti menguji kebenaran dari suatu teori,

    memberikan ide untuk nantinya dapat dikembangkan menjadi suatu teori serta

    memperluas pengetahuan mengenai gejala-gejala yang kita pelajari. Melihat dari

    penjelasan diatas, akan ada dua situasi yang nantinya menjadi jawaban dari

    penelitian ini, sebagai berikut :

    Ha : Adanya pengaruh place branding terhadap place image edukatif dari Lawang

    Sewu setelah direnovasi.

    Ho : Tidak Adanya pengaruh place branding terhadap place image edukatif dari

    Lawang Sewu setelah direnovasi.

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 36

    2.4 Kerangka Teoretis

    Bagan 2.6 Kerangka Pemikiran

    Sumber : Pemikiran Peneliti

    Pemasaran Tempat (City Marketing)

    Place Branding (X)

    - The Presence

    - Place

    - People

    - Potential

    - Pulse

    - Pre-requisite

    Sumber : Anholt (Ashworth, 2010,

    h. 44)

    Place Image (Y)

    - Cognitif

    - Affective

    - Evaluative

    - Behavioral

    Sumber : Boulding (Avraham &

    Ketter, 2008, h. 20)

    Place Branding

    (Variabel X)

    Place Image

    (Variabel Y)

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 37

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Sifat Penelitian

    Peneliti menggunakan sifat penelitian kuantitatif untuk menjabarkan

    penelitian ini. Menurut Kriyanto (2012, h. 55) penelitian kuantitatif adalah

    penelitian yang menjabarkan dan menjelaskan mengenai suatu masalah yang mana

    hasil atau output yang dihasilkan dapat digeneralisasikan dan nantinya dari

    penelitian tersebut peneliti harus bersikap objektif. Penelitian kuantitatif tidak

    mementingkan spesifikan dan analisis yang mendalam pada hasil penelitiannya.

    Bungin (2010, h. 31) menuliskan bahwa menurut Hume, Locke dan Berkeley

    paradigma ini menekankan pada pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Oleh

    karena itu, penelitian ini menghasilkan hasil penelitian dalam bentuk angka.

    Pemilihan penelitian kuantitatif ini membuat peneliti lebih mementingkan aspek

    keluasan data yang di mana hasil riset atau data merupakan representasi dari

    keseluruhan responden yang ada.

    Bungin (2010, h. 31) menuliskan bahwa paradigma yang digunakan pada

    penelitian kuantitatif ini merupakan gagasan-gagasan dari positivisme. Sugiono

    (2013, h. 7) berpendapat bahwa penelitian kuantitatif disebut sebagai metode

    positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivism. Jenis penelitian yang

    digunakan adalah jenis penelitian eksplanatif, karena dalam penelitian ini peneliti

    menghubungkan atau mencari sebab-akibat dari multi variabel yang akan diteliti

    (Krisyanto, 2012, h. 60). Peneliti ingin mengetahui apakah place branding

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 38

    berpengaruh terhadap image dari Lawang Sewu. Nantinya hasil penelitian ini akan

    menghasilkan data yang objektif dan valid karena diambil melalui penyebaran

    kuesioner kepada objek penelitian.

    3.2 Metode Penelitian

    Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode penelitian survey.

    Effendi dan Tukiran (2012, h. 3) menuliskan bahwa menurut Singarimbun metode

    penelitian survei merupakan salah satu metode penelitian kuantitatif yang mana alat

    untuk mengumpulkan data dan informasi dilakukan dengan menggunakan

    kuesioner yang disebarkan kepada sampel dari suatu populasi. Kuesioner ini yang

    merupakan instrument pengumpulan data kepada objek penelitian.

    Pada metode survey, proses pengumpulan data dan analisis data sosial

    bersifat sangat terstruktur dan mendetail yang dapat dilihat melalui kuesioner

    sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dan sejumlah data dari

    responden yang dianggap dapat mewakili populasi yang diteliti (Krisyanto, 2012,

    h. 60). Penelitian survei yang digunakan ini bertujuan untuk memberikan

    penjelasan (explanatory research), yang mana tujuan dari survei ini adalah untuk

    mendapatkan data statistik, atau deskriptif kuantitatif dalam bentuk angka serta

    menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasi atau menjelaskan suatu

    hubungan maupun pengaruh dari satu variabel dengan variabel lainnya (Bungin,

    2010, h. 38).

    Pada penelitian ini asumsi tersebut didasarkan pada pertimbangan untuk

    menjelaskan korelasional antara variabel-variabel yang diuji melalui hipotesis

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 39

    empirik ada tidaknya hubungan antara place branding dengan place image Lawang

    Sewu setelah direnovasi.

    3.3 Populasi dan Sampel

    3.3.1 Populasi

    Kriyantono (2012, h. 153) menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah

    generalisasi yang terdiri dari objek yang mempunyai kualitas dan karakeristik

    tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

    Bungin (2013, h. 101) berpendapat bahwa populasi merupakan serumpunan

    ataupun sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian yang mana dapat

    berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap

    hidup dan lain-lain. Menurut Usman (2009, h. 181) populasi adalah semua nilai

    baik yang merupakan hasil perhitungan maupun pengukuran, daripada

    karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Bungin

    (2013, h. 101) memaparkan bahwa populasi dibagi menjadi dua, yaitu

    1. Populasi terbatas, yang mana populasi dapat dihitung dan memiliki sumber-

    sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.

    2. Populasi tak terhingga, yang mana populasi tidak dapat dihitung jumlah

    pastinya karena tidak adanya sumber data yang dapat menentukan batasan-

    batasan secara kuantitatif.

    Dengan demikian populasi terbatas hanya pada apa saja yang menjadi perhatian

    dari penelitian.

    Pada penelitian ini, populasi yang diambil adalah penduduk Kota Semarang

    yang berjumlah 1.634.482 jiwa per Desember 2016 (DISPENDUKCAPILSMG,

    2017). Alasan dipilihnya penduduk Kota Semarang sebagai populasi dikarenakan

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 40

    objek penelitian terletak di Kota Semarang sehingga memiliki hubungan erat

    dengan penduduk Kota Semarang. Tidak hanya itu, peneliti ingin melihat apakah

    kegiatan branding dari Lawang Sewu sudah berhasil mengubah persepsi

    penduduk Semarang mengenai citra Lawang Sewu atau belum. Sedangkan,

    pemilihan Objek Wisata Lawang Sewu sebagai objek penelitian dikarenakan

    bangunan ini menyimpan sejarah yang unik dan merupakan icon dari Kota

    Semarang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah.

    3.3.2 Sampel

    Menurut Sugiyono (2013, h. 62) mengatakan bahwa sampel adalah bagian

    dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Bungin (2013, h. 103)

    mengatakan bahwa pengambilan sampel ini dimaksudkan dapat mewakili seluruh

    populasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Slovin untuk menarik

    sampel yang dibutuhkan dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Adapun sampel

    yang harus diambil sebagai berikut :

    Rumus Slovin

    = 1.634.482 = 1.634.482

    Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

    Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel yang lebih

    mengutamakan tujuan penelitian, bukan sifat dari populasi (Bungin, 2010, h. 113).

    Pada penelitian ini teknik purposive sampling yang digunakan adalah penduduk

    Kota Semarang yang pernah berkunjung ke Lawang Sewu pasca direnovasi.

    n = 1 + 1.634.482 (0,05)² 4.087,205

    = 399 400 sampel

    Pengaruh Place..., Oh Juliana, FIKOM UMN, 2017

  • 41

    Pengambilan penduduk Kota Semarang sebagai sampel dikarenakan pengelola

    mengijinkan beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang

    maupun komunitas yang ada di Kota Semarang dilakukan di gedung ini. Kegiatan

    tersebut tentunya mengandung unsur edukatif, seperti acara kebudayaan yang

    digagas oleh Pemerintah Kota Semarang dan teatrikal pertempuran lima hari di

    Semarang oleh komunitas pecinta sejarah.

    3.4 Operasionalisasi Variabel

    3.4.1 Variabel Penelitian

    a. Variabel Bebas (X) :

    Variabel bebas merupakan variabel yang memberikan pengaruh kepada

    variabel lainnya. P