Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
305
PENGARUH HARGA DIRI DAN PEER SUPPORT TERHADAP
RESILIENSI PADA SISWA SMA TARUNA NALA MALANG
Ika Wulandari
Bhimo Surya Putra
Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected] [email protected]
A B S T R A K
Siswa di sekolah mengahadapi beberapa tuntutan, diantaranya yaitu dituntut untuk belajar aktif dan
kreatif, dan tidak hanya itu siswa juga diwajibkan untuk mentaati semua peraturan di sekolah yang
dapat menyebabkan siswa merasa tertekan. Resiliensi menggambarkan bagaimana individu mampu keluar dari tekanan yang harus dihadapi hingga menjadi individu yang resilient. Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap resiliensi adalah harga diri. Harga diri menunjukan sejauh mana seorang
individu percaya bahwa mereka mampu dan menganggap bahwa dirinya bermakna, sukses dan layak.
Selain itu, Peer support dapat memberikan dukungan emosional terhadap individu sehingga ia mampu bertahan dalam keadaan yang tertekan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
harga diri dan peer support terhadap resiliensi. Subjek penelitian berjumlah sebanyak 122 siswa.
Pengumpulan data menggunakan instrumen skala psikologis, untuk mengungkap data tentang harga
diri, peer support dan resiliensi. Pokok-pokok hasil penelitian diantaranya yang pertama menunjukan
adanya pengaruh positif dan sangat signifikan harga diri terhadap resiliensi. Kedua tidak ada pengaruh peer support terhadap resiliensi. Dan ketiga, adanya pengaruh positif dan sangat signifikan harga diri
dan peer support terhadap resiliensi. Sehingga semakin tinggi harga diri dan peer support maka
semakin tinggi resiliensi.
Kata kunci: Harga diri, peer support dan resiliensi
L A T A R B E L A K A N G
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai sarana untuk melakukan proses belajar mengajar, tujuan dari berdirinya sekolah adalah untuk memberikan pengajaran, pengelolaan dan
pendidikan melalui bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Di Indonesia pendidikan
merupakan hal yang pokok untuk menunjang kemajuan ilmu pengetahuan. Mengingat bahwa Ilmu
pengetahuan yang selalu mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman, maka setiap siswa
perlu meningkatkan kualitas diri.
Siswa di sekolah dituntut untuk belajar aktif dan kreatif, selain itu juga siswa diharuskan untuk
mengikuti segala peraturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah, dan hal tersebut dapat menyebabkan
siswa merasa tertekan dengan segala tuntutan-tuntutan tersebut (Astuti, Dewi, & Sumarwoto, 2018). Untuk dapat beradaptasi dengan kondisi tersebut maka seorang siswa perlu memiliki sikap
posiif untuk tetap bertahan dari setiap tekanan yang dihadapinya. Adapun kemampuan individu yang
dapat keluar dari tekanan yang sedang dihadapi disebut resiliensi. Resiliensi merupakan adaptasi
positif individu dalam menghadapi masalah atau risiko yang sedang dirasakan (Ekasari & Andriyani,
2013). Sehingga dengan adanya resiliensi seseorang akan dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya. Resiliensi dapat dilihat sebagai proses, kapasitas atau hasil dari adaptasi yang
berhasil dalam menghadapi situasi yang menantang atau mengancam.
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
306
Remaja yang memiliki resiliensi yang baik dapat dilihat melalui kemampuannya untuk meregulasi
emosi, mengendalikan impuls-impuls negatif yang muncul, serta meningkatnya aspek-aspek positif
dalam hidupnya (Masnina, 2017) Selain itu resiliensi juga dapat berpengaruh terhadap perfomance
academic pada siswa. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2017) menemukan bahwa resiliensi dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar. Sehingga semakin tinggi
resiliensi maka semakin tinggi pula motivasi belajar pada siswa. Dengan tingginya motivasi belajar
siswa
maka ia akan tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di sekolah, menjadi ulet dalam menghadapi segala bentuk kesulitan terutama mengenai tugas sekolah dan adanya hasrat atau
keinginan untuk berhasil. Penelitian tersebut juga didukung oleh Setiantanti (2017) yang menyatakan
bahwa resiliensi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa. Resiliensi dapat
mempengaruhi siswa dengan mengurangi kehadiran depresi atau kecemasan, dengan demikian secara
positif dapat berpengaruh terhadap perfomance academic serta kejahteraan siswa pada waktu sekarang atau di masa depan (Vick, Sharpley, & Peters, 2010; Challen, Machin, & Gillham, 2014)
Terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap resiliensi diantaranya yaitu harga diri, emosi
positif, dukungan sosial, dan spiritualitas atau keberagamaan (Resnick, Gwyther, & Roberto, 2008). Harga diri dipilih sebagai faktor yang mempengaruhi resiliensi dikarenakan jika seseorang dapat
menerima dirinya sendiri serta menilai dirinya secara positif, maka ia mampu menjalani hidup dengan
baik dan dapat melewati semua tekanan yang dihadapkan padanya (Ekasari & Andriyani, 2013).
Ketika seorang remaja mendapatkan penghargaan terhadap dirinya sendiri maka ia akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan, mengarahkan dan mengatur dirinya sendiri sehingga ia mampu
menerima kritikan dari orang lain (Desmita, 2017). Harga diri sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap resiliensi menunjukan sejauh mana seorang individu percaya bahwa mereka mampu dan
menganggap bahwa dirinya bermakna, sukses dan layak (Salami, 2010). Dalam hal ini peneliti menjadikan harga diri sebagai variabel yang memberikan pengaruh terhadap resiliensi.
Anak-anak dan remaja dalam mengatasi segala tekanan dapat berasal dalam diri mereka sendiri,
keluarga mereka, kelompok sebaya mereka dan lingkungan mereka, itulah beberapa faktor protektif
yang membantu mereka menghadapi tekanan yang mereka hadapi (Veselska et al., 2009).
Hubungan teman sebaya dapat memberikan arti penting terhadap resiliensi individu, Desmita (2017)
menyatakan bahwa untuk membangun resiliensi pada siswa di sekolah yaitu dengan cara membangun
hubungan-hubungan (relationship) dengan teman sebaya. Bila siswa mampu bergaul dengan baik
sesama temannya, maka biasanya mereka juga menunjukkan perilaku dan sikap yang positif serta dapat saling membantu antar teman sebayanya. Mereka juga dapat saling memberikan motivasi dalam
belajar, saling memberikan saran, saling menolong, saling bekerja sama dan saling menghormati serta
dapat medorong untuk melakukan perilaku-perilaku positif yang lainnya, sehingga dapat menjalani
aktivitas sehari-hari dengan sehat (Ekasari & Andriyani, 2013). Alasan pentingnya dukungan sosial teman sebaya yaitu dikarenakan teman sebaya memberikan dukungan emosional di sekolah dan
koneksi sosial kepada kelompok sebaya (Chen, Cheung, Fan, & Wu, 2017).
Siswa yang mengalami kesulitan sering menyatakan bahwa mereka memerlukan orang yang
harapannya dapat memberikan bantuan kepadanya, bimbingan ataupun dukungan sosial (Dennis, Phinney, & Chuateco, 2005). Dukungan sosial yang siswa dapatkan dari orang-orang disekelilingnya
dapat memberikan suatu kekuatan tersendiri dalam menghadapi segala tantangan dan juga hambatan-
hambatan yang dialami, apalagi dalam lingkungan sekolah yang mengajarkan tentang kedisiplinan yang
tinggi dan bentuk-bentuk aturan sekolah yang sifatnya mengikat dan memaksa seperti yang terjadi di SMA Taruna Nala Malang.
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
307
SMA Taruna Nala merupakan salah satu sekolah formal yang melakukan kerjasama dengan TNI AL
sehingga bersifat sekolah semi-militer, dalam hal ini kurikulim yang digunakan adalah kurikulum 2013
serta terdapat penambahan mengenai pengembangan kurikulum bela negara dan kemaritiman. Kurikulum bela negara dan kemaritiman dikembangkan dan diajarkan langsung oleh personil dari
lembaga penyediaan tenaga TNI Angkatan Laut dan akademi Angkatan Laut. Di sekolah ini siswa
mendapat pembekalan berupa pendidikan bela negara dan kemaritiman, program kewirausahaan,
program ekstrakurikuler Life skill (kecakapan hidup) dan program pengabdian masyarakat (SMAN Taruna Nala Jawa Timur, 2016), dalam hal ini semua peserta didik tanpa terkecuali harus mengikuti
segala bentuk pembelajaran yang telah diterapkan oleh SMA tersebut. Oleh karena itu resiliensi
sangat dibutuhkan agar siswa tetap bertahan dan meningkat secara akademik.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berkenaan dengan resiliensi, yaitu pengaruh harga diri dan peer support terhadap resilensi pada siswa
SMA Taruna Nala Malang. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah harga diri dan peer
support berpengaruh terhadap resiliensi. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh harga diri dan peer support terhadap resilensi. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah dalam ilmu psikologi serta dapat memberikan gambaran
dari pengaruh harga diri dan peer support terhadap resiliensi.
T I N J A U A N P U S T A K A Resiliensi
Resiliensi adalah sebagai proses adaptif-transformatif yang dipicu oleh hilangnya tekanan dan
gangguan yang melibatkan lima subproses, yaitu menyusun suatu keadaan menjadi normal dan
keadaan baru; bersikap tegas terhadap keadaan-keadaan yang menyulitkan; memelihara komunikasi yang baik dan menonjol; mencari jalan keluar dengan cara berpikir secara konvensional dan menjalani
kehidupan dengan menempatkan logika sebagai alternatif berpikirnya; dan mengedepankan tindakan
produktif sambil melatarbelakangi perilaku tidak produktif atau perasaan negatif (Buzzanell, 2018).
Resiliensi merupakan suatu kemampuan individu untuk mewujudkan kualitas-kualitas pribadi yang
memungkinkan seseorang untuk berkembang dalam menghadapi kesulitan (Connor & Davidson, 2003). Sehingga dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk menghadapi
tekanan dan dapat keluar dari tekanan tersebut, hingga mampu bangkit kembali dari tekanan-tekanan
yang dihadapinya.
Harga Diri Menurut James harga diri dapat didefinisikan sebagai penilaian seseorang atau evaluasi atau nilai
terhadap dirinya (Hutteman, Nestler, Wagner, Egloff, & Back, 2015). Maslow menegaskan bahwa
kebutuhan terhadap harga diri pada masa remaja merupakan kebutuhan yang sangat penting (Amalia,
2014). Harga diri merupakan penilaian terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang sering berkaitan dengan sikap penerimaan ataupun penolakan yang menunjukkan seberapa jauh individu
percaya terhadap kemampuan yang dimiliki (Ekasari & Andriyani, 2013).
Individu dengan harga diri yang tinggi merasa cukup positif tentang karakteristik dan kompetensi
mereka, yang dapat secara positif mempengaruhi kesejahteraan dalam dirinya, sementara harga diri yang rendah dapat menyebabkan banyak masalah dalam emosional dan perilaku (Shaniya & Sharma,
2012). Rosenberg mengatakan harga diri didefinisikan sebagai konstruk satu dimensi, yang mengacu
pada rasa umum seseorang yang berharga (Bajaj, Robins, & Pande, 2016). Coopersmith menyebutkan
aspek-aspek dari harga diri diantaranya adalah power, significance, virtue, dan competence (Ekasari & Andriyani, 2013). Soresen merumuskan bahwa harga diri merupakan suatu pandangan yang ada
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
308
dalam diri individu atau bersifat personal tentang bagamana seseorang merasa, menilai dan
menghargai diri sendiri (Aunillah & Adiyanti, 2015).
Peer Support Menurut Riessman Peer support mengacu pada proses di mana orang-orang yang berbagi pengalaman
secara umum dan menghadapi tantangan yang serupa secara bersama-sama sebagai setara untuk
memberi dan menerima bantuan berdasarkan pengetahuan yang datang melalui pengalaman bersama.
Peer support telah digunakan oleh orang-orang yang berurusan dengan berbagai jenis keadaan sosial, tantangan emosional, dan masalah kesehatan, termasuk mereka yang memiliki masalah alkohol atau
narkoba, individu yang berduka, dan orang yang hidup dengan penyakit fisik atau kerusakan (Penney,
2018). Menurut Solomon Aspek-aspek dari peer support diantaranya adalah dukungan emosional
mencakup harga diri, lampiran dan kepastian; dukungan instrumental mencakup bahan barang dan
jasa; serta dukungan informasi mencakup saran, bimbingan dann umpan balik (Ekasari & Andriyani, 2013).
Teori-teori psikologis yang mendukung peer support memberikan teori dasar yang kuat untuk
memahami potensi peer support hingga menjadi efektif. Secara khusus, Bandura menawarkan teori rasional untuk nilai dukungan teman sebaya. Teori Perbandingan Sosial mengusulkan bahwa individu
mengevaluasi diri berdasarkan perbandingan keyakinan dan keinginan mereka sendiri terhadap orang
lain. Dengan cara ini, individu mendefinisikan dan mengurangi ketidakpastian tentang diri mereka
sendiri. Individu mencari 'self- enhancement' untuk meningkatkan harga diri mereka (Barton &
Henderson, 2016).
Harga diri dan Resiliensi
Faktor psikologis yang dapat meningkatkan proses resiliensi adalah harga diri atau nilai dari dirinya
sendiri. Harga diri sering bergantung pada pencapaian yang sukses dan karena itu dapat berfluktuasi, tergantung pada keberhasilan atau kegagalan seseoang (Hayter & Dorstyn, 2014). Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Balgiu menyatakan bahwa harga diri serta kepribadian neurotisisme
dapat dianggap sebagai prediktor dari resiliensi, yang menunjukkan fakta bahwa keseimbangan emosi
dan kepercayaan diri sangat penting untuk konfrontasi dengan faktor-faktor stres (Balgiu, 2017).
Harga diri dipilih sebagai faktor yang mempengaruhi resiliensi dikarenakan jika seseorang dapat
menerima dirinya sendiri serta menilai dirinya secara positif, maka ia mampu menjalani hidup dengan
baik dan dapat melewati semua tekanan yang dihadapkan padanya (Ekasari & Andriyani, 2013). Harga
diri sebagai penilaian secara positif terhadap kemampuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap
resiliensi. Kemampuan untuk memberikan penghargaan terhadap diri sendiri memberi dampak positif terhadap kelangsungan dan ketahanan dalam menghadapi berbagai tekanan-tekanan serta
tuntutan-tuntutan yang ada dilingkungan sekolah. Oleh karena itu dengan harga diri yang tinggi maka
akan meningkatkan resiliensi seorang individu.
Peer Support dan Resiliensi
Dukungan sosial yang terjadi antar teman sebaya dapat memberikan efek terhadap ketahanan
(resiliensi) seorang individu dalam menghadapi segala tekanan atapun permasalahan yang terjadi pada
individu tersebut. Dukungan sosial adalah sejauh mana individu merasa bahwa ketentuan hubungan
sosial tersedia bagi mereka. Allen mengatakan bahwa hubungan sosial mungkin dalam bentuk penyediaan dukungan emosional, informasi atau nyata dari orang lain yang signifikan, anggota
keluarga dan teman-teman (Salami, 2010). Dalam sebuah penelitian mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan antara peer support dan resiliensi, yang berarti bahwa peer sopport dapat mempengaruhi
ketahanan seorang individu (Ekasari & Andriyani, 2013).
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
309
Johnson & Johnson memahami dukungan sosial sebagai sesuatu hal yang memberikan manfaat bagi
remaja diantaranya yaitu meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri, serta
memperjelas identitas diri, menambah harga diri dan mengurangi stress, begitu juga dapat
meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima seorang individu, semakin besar resiliensi individu tersebut (Mufidah, 2017).
Siswa yang mengalami tekanan biasanya mereka membutuhkan dukungan dari orang-orang
disekitarnya terutama teman sebayanya. Teman sebaya sangat berperan terhadap kehidupan remaja dan masa remaja merupakan masa-masa dimana seseorang senang membangun hubungan antar
sebayanya.
M E T O D E P E N E L I T I A N
Pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-angka, dari mulai pengumpulan data, penafsiran, serta penampilan dari hasil
penelitian (Arikunto, 2010), dalam hal ini desain penelitian yang digunakan adalah regresi linier
berganda.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang sedang menempuh Sekolah Menengah Atas Taruna
Nala di Kota Malang. Jumlah Sampel yang digunakan dalam penelitain ini berjumlah 122 subjek,
dengan rincian subjek siswa kelas XI berjumlah 68 siswa, dan kelas XII berjumlah 54 siswa.
Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur variabel resiliensi ini adalah The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-
RISC). Skala ini didesain untuk mengukur sejauh mana tingkat resiliensi seorang individu, skala ini
berjumlah 25 item (Connor & Davidson, 2003).
Sedangkan untuk variabel Harga diri dalam penelitian ini menggunakan The Resonberg Self Esteem
Scale (RSES). Skala ini dibuat oleh Rosenberg pada tahun 1965 dan terakhir dikembangkan oleh
Ciarrochi pada tahun 2007.. Skala tersebut mengukur sejauh mana tingkat harga diri pada subjek
penelitian. Dalam skala ini respon yang harus diberikan oleh subjek adalah: sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Skala ini berjumlah sebanyak 10 item.
Pengambilan data pada variabel peer support dengan menggunakan Peer’s Perceived Support Scale
(PPSS). Dalam skala ini ada 4 alternatif jawaban untuk mengambarkan kondisi subjek yaitu SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju), dengan jumlah skala 12 item. Sakala ini dikembangkan oleh Khaleghinezhad dan Amraei tahun 2013 (Hakimzadeh, Besharat,
Khaleghinezhad, & Jahromi, 2016).
Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi yang merupakan pengujian
terhadap pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam analisis penelitian ini dibantu
dengan program SPSS v.21 for windows. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
harga diri dan peer support terhadap resiliensi pada siswa SMA Taruna Nala Malang.
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
310
H A S I L D A N P E M B A H A S A N
Deskripsi subjek
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 122 siswa, terdiri dari laki-laki dan perempuan,
dengan rentang usia 15-18 tahun.
Tabel 1. Data demografis subjek penelitian
Karakteristik F Presentase
Subjek 122 100%
Jenis Kelamin Laki-laki 65 53%
Penempuan 57 47%
Usia
15 tahun 3 3%
16 tahun 49 40% 17 tahun 53 43%
18 tahun 17 14%
Deskriptif variabel penelitian
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai mean (rata-rata) sebesar M=4,02 dengan nilai standar
deviasi sebesar SD=0,37 pada variabel resiliensi. Variabel harga diri didapatkan nilai M=3,16 dengan
SD=.0,32, Sedangkan pada variabel peer support memperoleh nilai M=3,38 dan SD=0,40.
Tabel 2. Deskriptif statistik
Variabel Mean Std. Deviation N
Resiliensi 4,02 0,37 122
Harga diri 3,16 0,32 122
Peer support 3,38 0,40 122
Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi maka dilakukan kategorisasi pada setiap variabel. Untuk variabel resiliensi menunjukkan hasil bahwa 17% dari partisipan memiliki resiliensi dalam kategori
rendah, partisipan dengan kategori sedang sebesar 65% sedangkan dalam kategori tinggi sebesar
28%,. Pada variabel harga diri menunjukkan bahwa partisipan dalam kategori rendah sebesar 24%,,
dalam kategori sedang sebesar 67% dan dalam kategori tinggi sebesar 19%. Sedangkan pada variabel
peer support terdapat 10% dari partisipan dalam kategori rendah, 70% dalam kategori sedang dan 20% dalam kategori yang tinggi. Sehingga dapat disimpilkan bahwa sebagian besar dari partisipan
memiliki resiliensi, harga diri dan peer support dalam kategori sedang atau menengah.
Uji Hipotesis
Hasil analisis regresi linier berganda pada hipotesis pertama didapatkan nilai t=5,778 dengan nilai signifikansi (p=0,000<0,05), yang berarti dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara harga diri terhadap
resiliensi.
Pada hipotesis kedua diketahui bahwa nilai t=1,569 dengan nilai signifikansi (p=0,119>0,05) maka
dapat dikatakan hipotesis kedua (H2) ditolak, kesimpulannya bahwa tidak ada pengaruh peer support
terhadap resiliensi.
Selanjutnya hasil analisis pada hipotesis ketiga menggunakan uji analisis regresi linier berganda diperoleh nilai F=21,110 dengan nilai signifikansi (p=0,000<0,05) maka dikatakan bahwa hipotesis
ketiga (H3) diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang siginifikan harga diri dan
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
311
peer support terhadap resiliensi. Dengan sumbangsihnya sebesar 26,2% selebihnya dipengaruhi oleh
variabel-variabel yang lain.
Pembahasan Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima, yaitu ada pengaruh
harga diri terhadap resiliensi dan menunjukan hubungan yang positif serta sangat signifikan. Hal ini
membuktikan bahwa hipotesis yang diajukan benar terbukti bahwa orang yang memiliki harga diri
yang tinggi maka tingkat ketahanan terhadap tekanan yang dialami akan semakin tinggi pula. Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu sebelum dilakukan penelitian ini yang mengungkapkan adanya
pengaruh harga diri terhadap resiliensi (Ekasari & Andriyani, 2013). Selanjutnya penelitian yang
dilakukan pada remaja di Madura membuktikan bahwa harga diri memiliki pengaruh terhadap
resiliensi pada remaja (Rahmasari, Jannah, & Puspitadewi, 2014). Penelitian serupa menyatakan
adanya pengaruh signifikan harga diri terhadap resiliensi (Alvina & Dewi, 2016).
Terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap resiliensi diantaranya yaitu harga diri, emosi
positif, dukungan sosial, dan spiritualitas atau keberagamaan (Resnick et al., 2008). Harga diri dipilih
sebagai faktor yang mempengaruhi resiliensi dikarenakan jika seseorang dapat menerima dirinya sendiri serta menilai dirinya secara positif, maka ia mampu menjalani hidup dengan baik dan dapat
melewati semua tekanan yang dihadapkan padanya (Ekasari & Andriyani, 2013).
Ketika seorang remaja mendapatkan penghargaan terhadap dirinya sendiri maka ia akan memiliki
kemampuan untuk mengendalikan, mengarahkan dan mengatur dirinya sendiri sehingga ia mampu
menerima kritikan dari orang lain (Desmita, 2017). Sedangkan menurut Coopersmith harga diri merupakan suatu kebiasaan individu memandang dirinya sebagai sosok yang mampu menerima atau
menolak, kepercayaan terhadap kemampuannya, keberhargaan, kesuksesan dan keberartian
(Rachmawati & Eryani, 2017).
Resiliensi bukan hanya sekedar daya ketahan dan ketangguhan individu dalam menghadapi persoalan
dalam hidupnya melainkan bagaimana individu mampu mengatasi, kembali bangkit dalam
keterpurukan, dan memperoleh makna dari kejadian yang telah dialaminya sehingga mencapai
prestasi yang lebih baik (Satiadarma, Siregar, & Dwiariani, 2014).
Resiliensi pada setiap individu tidak sama, kualitas resiliensi dapat tergantung dari tingkat usia, taraf
perkembangan, intensitas seseorang dalam menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan
baginya, dan dukungan sosial dari lingkungannya terhadap pembentukan pembentukan resiliensi
(Desmita, 2017).
Sumber dari pembentukan resiliensi sendiri adalah tergantung pada pemberdayaan tiga faktor dalam
diri remaja, yaitu i have (aku punya), i am (aku ini) , i can aku bisa. I have merupakan sumber resiliensi
pada remaja yang berasal dari dukungan sosial dari orang-orang yang berada dilingkungannya, i am
merupakan sumber kekuatan yang berasal dari dalam diri individu yang terdiri dari perasaan dan keyakinan diri, yang terakhir i can merupakan sumber kekuatan yang berhubungan dengan
keterampilan-keterampilan dalam sosial dan interpersonal (Desmita, 2017).
Hasil berikutnya atau hipotesis kedua menunjukan bahwa tidak ada pengaruh peer support terhadap
resiliensi. Teman sebaya memang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan remaja baik sosial maupun psikologis, namun orang tua juga dapat memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan remaja. Hubungan teman sebaya dan orang tua pada remaja memberikan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan yang berbeda. Orang tua merupakan sumber penting dalam pembetukan nilai-
nilai dan tujuan-tujuan dalam masa yang akan datang (Desmita, 2017). Orang tua merupakan agen
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
312
yang penting dalam kehidupan remaja untuk menentukan keputusan yang dipilih dalam hidupnya
termasuk masa depan (Preska & Wahyuni, 2017)
Peer support sebagai faktor eksternal dalam diri individu tidak begitu berpengaruh ketika ia sudah memiliki internal yang baik. Harga diri sebagai faktor internal memiliki pengaruh terhadap resiliensi,
seperti pada hasil penelitian yang telah dilakukan ini menunjukan bahwa semakin tinggi harga diri
remaja maka semakin tinggi pula resiliensi. Resiliensi sebagai kemampuan individu dalam mengatasi
suatu masalah dan kembali dari keterpurukan sehingga ia mampu merancanakan masa depan (Satiadarma et al., 2014). Pada sebuah penelitian menunjukan tidak ada pengaruh yang bermakna
antara dukungan yang didapatkan dari teman terhadap orientai masa depan remaja, hal ini
dikarenakan adanya sikap yang kompetitif pada tiap individu (Preska & Wahyuni, 2017).
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap resiliensi bukan hanya berasal dari teman sebaya saja melainkan juga berasal dari dukungan keluarga, dukungan sekolah, autonomy experience dan dukungan
masyarakat (Mulia, Elita, & Woferst, 2014). Resiliensi memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia karena setiap individu pasti akan melewati kejadian-kejadian yang adversity (kondisi yang
tidak menyenangkan). Adversity memaksa individu untuk mampu mengatasinya sehingga individu dapat belajar dari kejadian tersebut dan terus berubah kearah yang lebih baik (Desmita, 2017).
Selain itu menyangkut dengan sekolahnya yang berbesis semi militer memiliki visi yaitu terwujudnya
lulusan yang unggul, mandiri, kompetitif dan berkarakter (SMAN Taruna Nala Jawa Timur, 2016)
memungkinkan siswa untuk tidak bergantung pada orang lain dan saling berkompetitif dengan teman-temannya, sehingga memungkinkan kurangnya support antar siswa.
Namun, pada hipotesis ketiga harga diri dan peer support secara bersama-sama diujikan maka
menunjukan adanya pengaruh terhadap resiliensi, ketika seorang remaja memiliki harga diri yang tinggi ditambah dengan dukungan sosial dari teman sebaya, maka ia akan memiliki kemampuan untuk
tetap bertahan dalam tekanan-tekanan yang sedang dihadapi. Harga diri sebagai faktor internal dan
peer support sebagai faktor eksternal yang berpengaruh terhadap ketahanan pada remaja.
S I M P U L A N
Kesimpulan
Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa adanya pengaruh positif yangsignifikan antara
variabel harga diri terhadap variabel resiliensi pada siswa SMA Taruna Nala Malang, yang artinya
bahwa semakin tinggi harga diri maka resiliensi juga akan semakin tinggi. Pada variabel peer support tidak memiliki pengaruh terhadap resiliensi pada siswa SMA Taruna Nala Malang. Hasil berikutnya
menunjukan bahwa adanya pengaruh signifikan harga diri dan peer support terhadap resiliensi pada
siswa SMA Taruna Nala Malang.
Implikasi
1. Bagi sekolah dapat membuat sebuah program yang dapat meningkatkan harga diri yang lebih tinggi pada siswa agar siswa memiliki pribadi yang resilient demi tercapainya visi misi sekolah dan
meningkatkan prestasi siswa di sekolah.
2. Bagi guru dapat mendukung siswa menjadi pribadi yang memiliki self esteem yang tinggi hingga dapat menjadi pribadi yang resilien guna meningkatkan performnce akademic pada siswa.
3. Mengingat pentingnya resiliensi yang dapat mempengaruhi perfomance academic pada siswa maka peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian dengan mencari variabel lain yang
juga dapat meningkatkan resiliensi pada siswa.
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
313
D A F T A R P U S T A K A
Alvina, S., & Dewi, F. I. R. (2016). Pengaruh harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi
mahasiswa dengan pengalaman bullying di perguruan tinggi. Jurnal Psikologi Psibernetika, 9(2). https://doi.org/10.30813/psibernetika.v9i2.472
Amalia, L. (2014). Meningkatkan self-esteem mahasiswa STAIN Ponorogo dengan pelatihan
pengenalan diri. Kodifisika, 8(1), 128–141.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta: Rineka Cipta. Astuti, Y. W., Dewi, N. K., & Sumarwoto, V. D. (2018). Pengaruh peer group support dan resillience
terhadap kemampuan coping adaptif siswa SMA. Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling,
8(1), 27–36. https://doi.org/10.25273/counsellia.v8i1.2306
Aunillah, F., & Adiyanti, M. G. (2015). Program pengembangan keterampilan resiliensi untuk
meningkatkan self-esteem pada remaja. Journal Of Professional Psychology, 1(1), 48–63. Bajaj, B., Robins, R. W., & Pande, N. (2016). Mediating role of self-esteem on the relationship
between mindfulness, anxiety, and depression. Personality and Individual Differences, 96, 127–
131. https://doi.org/10.1016/j.paid.2016.02.085
Balgiu, B. A. (2017). Self-esteem, personality and resilience. Study of a students emerging adults group. Journal of Educational Sciences and Psychology, VII (LXIX)(1), 93–100. Retrieved from
https://search.proquest.com/docview/1908419209?accountid=10673%0Ahttp://openurl.ac.
uk/redirect/athens:edu/?url_ver=Z39.882004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:journal&ge
nre=article&sid=ProQ:ProQ%3Aeducation&atitle=Self-
esteem%2C+personality+and+resilienc Barton, J., & Henderson, J. (2016). Peer support and youth recovery: a brief review of the theoretical
underpinnings and evidence. Canadian Journal of Family and Youth, 8(1), 1–17.
https://doi.org/10.1037/a0031920
Buzzanell, P. M. (2018). Organizing resilience as adaptive-transformational tensions. Journal of Applied Communication Research, 46(1), 14–18. https://doi.org/10.1080/00909882.2018.1426711
Challen, A. R., Machin, S. J., & Gillham, J. E. (2014). The UK resilience programme: a school-based
universal nonrandomized pragmatic controlled trial. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 82(1), 75–89. https://doi.org/10.1037/a0034854
Chen, X., Cheung, H. Y., Fan, X., & Wu, J. (2017). Factors related to resilience of academically gifted students in the chinese cultural and educational environment. Psychology in the Schools, 55(2),
1–13. https://doi.org/10.1002/pits.22044
Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new resilience scale: the connor-
davidson resilience scale (CD-RISC). Depression and Anxiety, 18(2), 76–82.
https://doi.org/10.1002/da.10113 Dennis, J. M., Phinney, J. S., & Chuateco, L. I. (2005). The role of motivation , parental support , and
peer support in the academic success of ethnic minority first-generation college students.
Journal of College Student Development, 46(3), 223–236.
https://doi.org/10.1353/csd.2005.0023 Desmita. (2017). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ekasari, A., & Andriyani, Z. (2013). Pengaruh peer group support dan self esteem terhadap resilience
siswa SMAN Tambun Utara Bekasi. Jurnal Soul, 6(1), 1–20.
Hakimzadeh, R., Besharat, M. A., Khaleghinezhad, S. A., & Jahromi, R. G. (2016). Peers’ perceived
support, student engagement in academic activities and life satisfaction: A structural equation modeling approach. School Psychology International, 37(3), 240–254.
https://doi.org/10.1177/0143034316630020
Hayter, M. R., & Dorstyn, D. S. (2014). Resilience, self-esteem and self-compassion in adults with
spina bifida. Spinal Cord, 52(2), 167–171. https://doi.org/10.1038/sc.2013.152 Hutteman, R., Nestler, S., Wagner, J., Egloff, B., & Back, M. D. (2015). Wherever i may roam:
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8
314
processes of self-esteem development from adolescence to emerging adulthood in the
context of international student exchange. Journal of Personality and Social Psychology, 108(5),
767–783. https://doi.org/10.1037/pspp0000015
Masnina, R. (2017). Studi analisis tentang resiliensi terkait harga diri dan sosial kognitif pada remaja panti asuhan anak Harapan Samarinda. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2), 144–150.
https://doi.org/10.30650/jik.v5i2.65
Mufidah, A. C. (2017). Hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi dengan locus of control
sebagai moderator pada mahasiswa bidikmisi. Psikodemensia, 16(2). Mulia, L. O., Elita, V., & Woferst, R. (2014). Hubungan dukungan sosial teman sebaya terhadap
tingkat resiliensi remaja di panti asuhan. Jom Psik, 1(2).
Penney, D. (2018). Defining “ peer support ”: implications for policy , practice , and research.
Advocates for Human Potential, Inc., 1–11.
Preska, L., & Wahyuni, Z. I. (2017). Pengaruh Dukungan Sosial, Self-Esteem Dan Self-Efficacy Terhadap Orientasi Masa Depan Pada Remaja Akhir. Tazkiya Journal of Psychology, 5(1), 65–
77. https://doi.org/10.15408/tazkiya.v22i1.8160
Rachmawati, A., & Eryani, R. D. (2017). Hubungan dukungan sosial dengan self esteem pada remaja
panti sosial asuhan anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung. 2(3), 583–589. Rahim, A. (2017). Hubungan antara resiliensi dengan motivasi belajar (pada siswa Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Long Ikis). Psikoborneo, 5(3), 427–440.
Rahmasari, D., Jannah, M., & Puspitadewi, N. W. S. (2014). Harga diri dan religiusitas dengan resiliensi
pada remaja Madura berdasarkan konteks sosial budaya Madura. Jurnal Psikologi Teori Dan
Terapan, 4(2), 130–139. https://doi.org/10.26740/jptt.v4n2.p130-139 Resnick, B., Gwyther, lisa P., & Roberto, K. A. (2008). Resilience in aging.
https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-3-030-04555-5
Salami, S. O. (2010). Moderating effects of resilience, self-esteem and social support on adolescents’
reactions to violence. Asian Social Science, 6(12), 101–110. https://doi.org/10.5539/ass.v6n12p101
Satiadarma, M., Siregar, A., & Dwiariani, D. (2014). Rahasia ketangguhan mental juara Christian
Hadinata. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Setiantanti, T. H. (2017). Pengaruh resiliensi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
matematika pada siswa smp. Ekuivalen - Pendidikan Matematika, 30(3), 183–186.
Shaniya, P. M., & Sharma, M. K. (2012). Self-esteem and life satisfaction : implications for adolescents
Tobacco use. Delhi Psychiatry Journal, 15(2), 372–374. SMAN Taruna Nala Jawa Timur. (2016). Profil Sekolah. Retrieved November 1, 2018, from
https://www.smantarunajatim.sch.id/
Veselska, Z., Geckova, A. M., Orosova, O., Gajdosova, B., van Dijk, J. P., & Reijneveld, S. A. (2009).
Self-esteem and resilience: the connection with risky behavior among adolescents. Addictive
Behaviors, 34(3), 287–291. https://doi.org/10.1016/j.addbeh.2008.11.005 Vick, B., Sharpley, C. F., & Peters, K. (2010). With, How is resilience associated anxiety and
depression? The German Journal of Psychiatry, 13, 9–16.