Upload
tranmien
View
225
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 1
PENGARUH HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN SELAR
KUNING (Selaroides leptolepis) YANG DIDARATKAN DI PPI DESA
KRANJI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
Faisol Mas‘ud *)
*)Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Islam Lamongan
email : [email protected]
ABSTRAK
Ikan selar kuning merupakan salah satu sumberdaya ikan ekonomis penting yang terdapat di Perairan
Paciran Kabupaten Lamongan. Nilai ekonomis yang tinggi disertai permintaan yang terus meningkat,
menjadikan ikan ini sebagai salah satu target utama penangkapan. Namun pada kenyataannya sumberdaya
ikan selar kuning mengalami tekanan penangkapan yang akan berdampak negatif terhadap populasi ikan
tersebut. Penelitian ini dilakukan di Perairan Paciran selama periode bulan Maret sampai Mei 2015, dengan
tujuan untuk mengkaji sebaran frekuensi panjang, menentukan parameter pertumbuhan, mengkaji pola
pertumbuhan, menentukan nilai hasil tangkapan per satuan upaya, dan menduga musim penangkapan yang
baik, guna memberikan suatu usulan model pengelolaan yang sesuai bagi sumberdaya ikan tersebut.
Jenis data yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer terdiri dari pengambilan ikan contoh dan wawancara terhadap nelayan berdasarkan kuisioner,
sedangkan data sekunder terdiri dari data hasil tangkapan dan upaya tangkap beberapa tahun terakhir,
dokumen atau literature yang mendukung penelitian. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan metode
penarikan contoh berlapis (stratified random sampling) adalah penarikan contoh yang dilakukan dengan
cara populasi dibagi menjadi beberapa lapisan berdasarkan karakteristiknya. Berdasarkan hasil, alternatif
strategi pengelolaan sumberdaya ikan selar kuning diantaranya adalah pencegahan overfishing dapat
dilakukan dengan: (1) pengaturan alat tangkap, yakni pengaturan mesh size jaring muroami pada bagian
kantong agar lebih besar dari 1 inchi; (2) pengaturan upaya penangkapan; (3) dalam jangka pendek dapat
dilakukan schedule of fishing, yaitu kegiatan pengaturan penangkapan seperti adanya sistem buka tutup
untuk suatu lokasi penangkapan; (4) perlunya menerapkan sistem monitoring serta pendataan secara
sistematis dan kontinu terhadap produksi ikan yang bernilai jual, ikan konsumsi, bahkan ikan yang
terbuang (by catch).
Kata kunci : pengelolaan sumberdaya, ikan selar kuning, monitoring pendataan
Tuntutan pemenuhan kebutuhan akan
sumberdaya akan diikuti oleh tekanan eksploitasi
sumberdaya ikan yang juga semakin intensif. Jika
tidak di kelola secara bijaksana sangat
dikhawatirkan penmanfaatan secara intensif akan
mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran
(Nikijuluw VPH, 2002).
Pengelolaaan perikanan tangkap harus
memberikan suatu upaya yang berkelanjutan serta
ramah lingkungan. Berdasarkan hal ini dilakukan
kajian melalui data sebaran frekuensi panjang,
menentukan parameter pertumbuhan, menduga laju
mortalitas dan eksploitasi.
Ikan selar kuning merupakan jenis ikan
konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting.
Dengan semakin meningkatnya permintaan
komoditas dan semakin bertambahnya angkatan
kerja disektor penangkapan mengakibatkan
semakin meningkatnya tekanan penangkapan
terhadap sumberdaya ikan karang. Penambahan
jumlah upaya penangkapan pada batas waktu
tertentu akan menyebabkan peningkatan produksi,
tetapi apabila terus terjadi penambahan upaya,
maka pada suatu saat akan terjadi penurunan stok.
Apabila kondisi pola pemanfaatan sumberdaya
ikan selar kuning yang ada pada saat ini tetap
berjalan, diduga dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan penurunan stok sumberdaya
bahkan dapat terancam punah.
Permasalahan
Ikan selar kuning adalah komoditas
bernilai ekonomi tinggi di Kabupaten Lamongan.
Selain alat tangkap bubu, alat tangkap yang
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 2
dominan untuk menangkap ikan ini adalah jaring
muroami. Penggunaan alat tangkap ini
menyebabkan tertangkapnya ikan‐ikan yang masih
muda karena memiliki ukuran mata jaring pada
kantong (cod end) yang sangat kecil yaitu hanya
sekitar 2,54 cm. Kondisi tekanan penangkapan
yang tinggi, volume produksi yang terus
meningkat dan belum adanya kegiatan budidaya
dapat mengakibatkan penipisan stok ikan atau
menurunnya jumlah populasi ikan selar kuning di
Perairan Paciran serta terjadinya upaya tangkap
lebih (overfishing). Oleh karena itu, diperlukan
suatu upaya pengelolaan agar pemanfaatan ikan
selar kuning yang berkelanjutan dapat tercapai.
Dalam hal ini diperlukan informasi dasar mengenai
biologi sumberdaya ikan selar kuning seperti
pertumbuhan agar status populasi ikan selar kuning
saat ini dapat diketahui.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
sebaran frekuensi panjang, menentukan parameter
pertumbuhan, mengkaji pola pertumbuhan,
menentukan hasil tangkapan per satuan upaya, dan
menduga musim penangkapan yang baik, guna
memberikan suatu usulan model pengelolaan yang
sesuai bagi sumberdaya ikan tersebut.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pendaratan
Pangkalan Ikan (PPI) Desa Kranji Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan. Pengambilan data
primer berupa pengukuran panjang dan berat ikan
contoh yang ditangkap di PPI Desa Kranji
kecamatan Paciran dilakukan mulai bulan Maret
sampai Mei 2015 dengan interval waktu
pengambilan setiap bulan.
Fokus utama penelitian adalah para
nelayan yang menangkap ikan selar kuning di
perairan Paciran Kabupaten Lamongan dengan
menggunakan alat tangkap yang dominan yaitu
muroami di daerah sekitarnya dan mendaratkan
hasil tangkapannya di PPI Kranji Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan. Dasar
pertimbangan pemilihan PPI Kranji sebagai lokasi
penelitian karena PPI tersebut merupakan
satu‐satunya Pangkalan Pendaratan Ikan yang
berlokasi di daerah Paciran Kabupaten Lamongan
sehingga diharapkan informasinya dapat mewakili
dan mencerminkan upaya pengelolaan sumberdaya
ikan selar kuning di perairan Paciran Kabupaten
Lamongan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain penggaris
30 cm dengan ketelitian 0,1 cm, timbangan
berkapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,5
gram, kamera digital, alat tulis. Bahan yang
digunakan antara lain peta lokasi penelitian, data
sheet, formulir kuisioner, dokumen‐dokumen, dan
literatur yang mendukung penelitian.
Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan untuk
keperluan penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer terdiri dari
pengambilan ikan contoh dan wawancara terhadap
nelayan berdasarkan kuisioner, sedangkan data
sekunder terdiri dari data hasil tangkapan dan
upaya tangkap beberapa tahun terakhir, dokumen
atau literatur yang mendukung penelitian. Ikan
contoh ditangkap dengan jaring muroami yang
terdiri dari tiga bagian yaitu: mulut, badan, dan
kantong. Ukuran mata jaring yang digunakan pada
bagian mulut sebesar 3 inchi (7,62 cm), bagian
badan sebesar 1 ¾ inchi (4,45 cm), dan bagian
kantong sebesar 1 inchi (2,54 cm). Dari 13 jumlah
nelayan muroami, ikan contoh yang diambil
berasal hanya dari satu nelayan saja yang mendarat
di PPI Desa Kranji dengan dasar pertimbangan
mengambil 10% dari total jumlah nelayan
muroami yang ada. Nelayan yang terpilih
dilakukan secara acak dengan menggunakan
metode penarikan contoh acak sederhana (simple
random sampling).
Ikan contoh diidentifikasi dengan cara
mengamati morfologi ikan, yakni bentuk tubuh,
sirip pektoral, sirip dorsal, sirip ventral, sirip anal,
sirip ekor, warna, dan ciri khusus lainnya.
Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan
metode penarikan contoh berlapis (stratified
random sampling) adalah penarikan contoh yang
dilakukan dengan cara populasi dibagi menjadi
beberapa lapisan berdasarkan karakteristiknya.
Ikan contoh dibedakan berdasarkan ukurannya
yaitu kecil (6‐12 cm), sedang (13‐20 cm), dan
besar (>20 cm). Total ikan contoh yang diambil
sebanyak 150 ekor setiap bulan.
Ikan contoh kemudian diukur panjang dan
berat. Panjang ikan yang diukur adalah panjang
total yaitu panjang ikan dari ujung mulut terdepan
sampai dengan ujung sirip ekornya. Ikan yang
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 3
telah diukur panjangnya langsung dipisahkan
untuk dilakukan pengukuran berat.
Pengambilan contoh responden dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling
atau pemilihan responden dengan sengaja
berdasarkan kesediaan anggota populasi. Menurut
Bagenal T (1978), metode pengambilan contoh
secara purposive (purposive sampling) adalah
penarikan contoh yang dilakukan berdasarkan
kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Pengambilan
contoh dilakukan terhadap nelayan yang dianggap
mewakili sifat‐sifat dari keseluruhan nelayan yang
menangkap ikan selar kuning di Perairan Paciran
Kabupaten Lamongan. Pengambilan contoh
responden difokuskan pada satu jenis alat tangkap
yaitu muroami. Jenis data yang dikumpulkan
melalui kuisioner adalah sebagai berikut :
1. Jenis, ukuran, komposisi dan produksi ikan;
seluruh jenis ikan yang tergolong dalam
kategori ikan karang konsumsi akan
dikumpulkan pada lokasi studi yang telah
ditetapkan. Namun, dari seluruh ikan karang
konsumsi tersebut akan difokuskan pada ikan
selar kuning.
2. Jumlah dan kategori (tipe) kapal ikan; seluruh
kapal yang menangkap ikan di wilayah perairan
tersebut akan mendaratkan ikannya di PPI.
3. Alat tangkap; jenis data ini meliputi jenis,
kategori dan jumlah alat tangkap yang
beroperasi.
4. Lokasi penangkapan; karena setiap ikan
memiliki lokasi penangkapan (fishingground)
yang berbeda‐beda, oleh karena itu akan
dilakukan inventarisasi lokasi penangkapan
setiap ikan yang didaratkan.
5. Musim penangkapan; data ini meliputi
waktu‐waktu penangkapan ikan laut,
6. Yaitu musim panen dan paceklik.
7. Nelayan; data nelayan yang relevan untuk
dikumpulkan meliputi jumlah dan kategori
nelayan.
Data sekunder dapat didapatkan dari
instansi terkait, baik yang ada di lokasi penelitian
maupun yang ada di Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Lamongan. Beberapa instansi yang
dijadikan sumber bagi data sekunder antara lain :
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Lamongan; Tempat Pelelangan Ikan Kranji. Jenis
data yang diperlukan adalah:
1) Produksi (penangkapan)
2) Upaya/frekuensi lama/jumlah penangkapan
3) Sarana usaha perikanan (kapal, alat tangkap,
dll)
4) Pemasaran (bentuk komoditas, tujuan, sistem
pemasaran)
ANALISIS DATA Sebaran frekuensi panjang
Sebaran frekuensi panjang adalah
distribusi ukuran panjang pada kelompok panjang
tertentu. Sebaran frekuensi panjang didapatkan
dengan menentukan selang kelas, nilai tengah
kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok
panjang (Lagler KF et all, 1977). Dalam penelitian
ini, untuk menganalisis sebaran frekuensi panjang
menggunakan tahapan tahapan sebagai berikut
1) Menentukan nilai maksimum dan nilai
minimum dari seluruh data panjang total ikan
selar kuning.
2) Dengan melihat hasil pengamatan frekuensi
pada setiap selang kelas panjang ikan
ditetapkan jumlah kelas sebanyak 22 kelas
dengan interval sebesar 10 mm.
3) Menentukan limit bawah kelas bagi selang
kelas yang pertama dan kemudian limit atas
kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara
menambahkan lebar kelas pada limit bawah
kelas.
4) Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap
selang kelas.
5) Menentukan nilai tengah kelas bagi
masing‐masing kelas dengan merata‐ratakan
6) Limit kelas.
7) Menetukan frekuensi bagi masing‐masing
kelas.
Sebaran frekuensi panjang yang telah
ditentukan dalam masing‐masing kelas, diplotkan
dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah
distribusi normalnya. Dari grafik tersebut dapat
terlihat jumlah puncak yang menggambarkan
jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Dapat
terlihat juga pergeseran distribusi kelas panjang
setiap bulannya. Pergeseran sebaran frekuensi
panjang menggambarkan jumlah kelompok umur
(kohort) yang ada. Bila terjadi pergeseran modus
sebaran frekuensi panjang berarti terdapat lebih
dari satu kohort. Bila terdapat lebih dari satu
kohort, maka dilakuakn pemisahan distribusi
normal. Menurut Brandt V (1984) metode yang
dapat digunakan untuk memisahkan distribusi
komposit ke dalam distribusi normal dengan
bantuan software program FISAT II.
Parameter pertumbuhan (L∞,K) dan t0
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 4
Plot Ford‐Walford merupakan salah satu
metode paling sederhana dalam menduga
persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan
interval waktu pengambilan contoh yang sama
Brandt V (1984). Persamaan pertumbuhan Von
Bertalanffy dapat dinyatakan sebagai berikut :
𝐿𝑡 = 𝐿∞ 1 − 𝜃−𝐾(𝑡−𝑡𝑜)
Lt adalah panjang ikan pada saat umur t
(satuan waktu), L∞ adalah panjang maksimum
secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah
koefisien pertumbuhan (per satuan waktu), t0
adalah umur teoritis pada saat panjang sama
dengan nol. Untuk t0 sama dengan nol, persamaan
(1) dapat ditulis menjadi :
𝐿𝑡 = 𝐿∞ 1 − 𝜃−𝐾𝑡
Sehingga
𝐿𝑡 = 𝐿∞ 1 − 𝜃−𝐾𝑡
Untuk t sama dengan t+1 dan t sama dengan t,
persamaan (2) bagi Lt+1‐Lt menjadi :
𝐿𝑡+1 − 𝐿𝑡 = 𝐿∞ 1 − 𝜃−𝐾(𝑡+1) − 𝐿∞ 1 − 𝜃−𝐾𝑡 Sehingga
𝐿𝑡 + 1 − 𝐿𝑡 = 𝐿∞𝑒𝐾𝑡 (1 − 𝑒−𝐾)
Hubungan panjang berat
Hubungan panjang berat digambarkan
dalam dua bentuk yaitu isometrik dan alometrik
(Fafioye OO & Oluajo OA, 2005). Untuk kedua
pola ini berlaku persamaan :
𝑊 = 𝑎 𝐿𝑏
Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma,
maka diperoleh persamaan :
𝐿𝑜𝑔 𝑊 = 𝐿𝑜𝑔 𝑎 + 𝑏 𝐿𝑜𝑔 𝐿
Untuk mendapatkan parameter a dan b,
digunakan analisis regresi linier sederhana dengan
Log W sebagai ’y’ dan Log L sebagai ’x’.
Untuk menguji nilai b=3 atau b ≠ 3 (b>3,
pertambahan berat lebih cepat dari pada
pertambahan panjang) atau (b<3, pertambahan
panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat)
dilakukan uji‐t (Sukimin et al. 2006), dengan
hipotesis :
H0 : β = 3, hubungan panjang dengan berat
adalah isometrik
H1 : β ≠ 3, hubungan panjang dengan berat
adalah allometrik
Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan
berat lebih dari pada pertambahan panjang) dan
allometrik negatif, jika b<3 (pertambahan panjang
lebih cepat dari pada pertambahan berat).
𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑏1 − 𝑏0
𝑆𝑏1
b1 adalah nilai b (hubungan dari panjang berat), b0
adalah 3, dan Sb1 adalah simpangan koefisien b.
Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan
dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.
Kemudian untuk mengetahui pola pertumbuhan
ikan, kaidah keputusan yang diambil mengacu
pada Nasoetion & Barizi (1980) yaitu : jika thitung
> ttabel maka tolak hipotesis nol (H0) dan jika
thitung < ttabel maka gagal tolak hipotesis nol (H0).
Tangkapan per satuan upaya
Data hasil upaya penangkapan ikan selar
kuning dapat dianalisis dengan menghitung nilai
hasil tangkapan per upaya penangkapan atau
analisis tangkapan per satuan upaya. TPSU
digunakan sebagai indeks kelimpahan sumberdaya
perikanan. TPSU dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
𝑇𝑃𝑆𝑈 = 𝑇
𝑈
TPSU adalah jumlah tangkapan per satuan upaya,
T adalah jumlah tangkapan bulanan harian, atau
tahunan ikan selar kuning (kg) dan U adalah
merupakan jumlah upaya bulanan, harian, atau
tahunan ikan selar kuning (hari). Selanjutnya
TPSU ini disajikan dalam bentuk grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning
Ikan selar kuning yang diamati selama
penelitian berjumlah 450 ekor masing-masing 154
ekor pada bulan Maret, April, dan Mei. Panjang
minimum dan panjang maksimum ikan selar
kuning adalah 76 mm dan 295 mm. Pada bulan
Maret frekuensi ikan selar kuning jantan dan betina
adalah 126‐136 mm dan 137‐145 mm. Pada bulan
April frekuensi ikan selar kuning jantan dan betina
adalah 126‐135 mm dan 137‐145 mm. Pada bulan
Mei frekuensi ikan selar kuning jantan dan betina
adalah 117‐128 mm dan 128‐135 mm. Secara
keseluruhan diketahui bahwa frekuensi tertinggi
ikan selar kuning jantan dan betina adalah 125‐134
mm. Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran ikan
selar kuning betina lebih besar dibandingkan
ukuran ikan selar kuning jantan.
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 5
Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang ikan selar
kuning setiap bulan Maret
Gambar 2. Sebaran frekuensi panjang ikan selar
kuning setiap kelas bulan April
Gambar 3. Sebaran frekuensi panjang ikan selar
kuning setiap kelas bulan Mei
Gambar 1. Sebaran frekuensi panjang ikan selar
kuning setiap kelas secara total
Parameter pertumbuhan (L∞, K) dan t0
Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy
(K dan L∞) diduga dengan menggunakan metode
Plot Ford‐Walford. Metode Ford Walford dapat
digunakan karena data diambil pada interval waktu
yang tetap yaitu satu bulan selama tiga bulan. Hasil
pemisahan kelompok ukuran menunjukkan bahwa
ikan contoh terdiri dari beberapa kelompok ukuran.
Hasil analisis kelompok ukuran ikan di
atas memiliki panjang rata‐rata, jumlah populasi
dan indeks separasi seperti disajikan pada Tabel 2,
Tabel 3, dan Tabel 4. Dalam pemisahan kelompok
ukuran ikan dengan menggunakan metode
Bhattacharya indeks separasi (separation index, SI)
sangat penting untuk diperhatikan. Menurut
Busacker GP et all (1990), jika nilai I<2 maka
pemisahan kelompok ukuran tidak mungkin
dilakukan karena terjadi tumpang tindih yang besar
antar kelompok ukuran ikan. Nilai simpangan baku
yang semakin besar menunjukkan bahwa ikan yang
semakin tua mempunyai ukuran yang semakin
beragam.
Table 1. Hasil analisis masing-masing kelompok
ukuran ikan kuning jantan
No. L (t)
Jumlah
Populasi
(N)
Standart
Deviasi (S)
Indeks
Reparasi
(I)
1 128,54 232 14,36 -
2 158,87 77 15,87 2,08
3 216,98 60 22,99 2,30
Total 369
Tabel 2. Hasil analisis masing‐masing kelompok
ukuran ikan selar kuning betina No. L (t) Jumlah
Populasi
(N)
Standart
Deviasi (S)
Indeks
Reparasi
(I)
1 125,87 63 8,03 -
2 159,90 27 9,26 2,25
3 193,89 23 9,28 2,19
4 240,86 14 11,09 2,27
5 265,10 7 12,58 2,00
133
Tabel 3. Hasil analisis masing‐masing kelompok
ukuran ikan selar kuning secara total
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 6
No. L (t) Jumlah
Populasi
(N)
Standart
Deviasi (S)
Indeks
Reparasi
(I)
1 84,67 8 9,54 -
2 127,89 139 13,41 3,88
3 167,98 152 10,35 3,05
4 203,54 17 14,69 4,59
5 246,98 26 13,61 3,34
342
Tabel 4 disajikan parameter pertumbuhan L∞ dan
K dan (metode Ford‐Walford) dan umur
teoritis saat panjang ikan sama dengan
nol (t0):
Contoh
Ikan
Parameter Pertumbuhan
K (per
tahun) L∞ (mm) t0 (tahun)
Jantan 0,66 303,00 -0,0793
Betina 0,20 303,99 -0,2389
Total 0,45 303,29 -0,1268
a. Pertumbuhan
Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy
ikan selar kuning jantan dan betina masing‐masing
adalah Lt = 303,00 (1‐e‐0,66(t+0,0793)) dan Lt =
303,99 (1‐e‐0,20(t+0,2389)) sedangkan persamaan
pertumbuhan Von Bertalanffy ikan selar kuning
secara total adalah Lt = 303,29
(1‐e‐0,45(t+0,1268). Ikan dengan nilai K kecil
umurnya relatif panjang. Dari hasil parameter
pertumbuhan yang didapatkan terlihat bahwa ada
perbedaan antara ikan selar kuning jantan dengan
ikan selar kuning betina. Perbedaannya terletak
pada nilai koefisien pertumbuhan (K) dan nilai t0
yang dapat mempengaruhi besarnya panjang
pertama kali ikan tersebut lahir (L t0). Ikan jantan
biasanya nilai mempunyai nilai K yang lebih besar
daripada ikan betina.
Perbedaan laju pertumbuhan ikan tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
internal yang terdiri dari (a) faktor genetik yang
secara langsung membatasi ukuran maksimum
ikan, dan (b) ukuran tubuh ikan. Jika laju
pertumbuhan kecil maka ukuran tubuh ikan akan
meningkat (Fafioye OO & Oluajo OA, 2005). Oleh
karena itu faktor internal yang menyebabkan nilai
K pada ikan selar kuning lebih kecil adalah faktor
genetik karena perbedaan spesies dan factor ukuran
ikan selar kuning yang relatif besar.
b. Hubungan panjang berat
Contoh ikan selar kuning secara total
adalah sebanyak 450 ekor yang terdiri dari 289
ekor ikan betina dan 161 ekor ikan jantan. Dalam
menghitung hubungan panjang berat sebaiknya
dipisahkan antara ikan jantan dengan ikan betina,
karena biasanya terdapat perbedaan hasil antara
kedua jenis kelamin tersebut. Pola pertumbuhan
berdasarkan hubungan panjang berat ikan selar
kuning jantan dan betina di Perairan Paciran
Kabupaten Lamongan disajikan pada Tabel 5 :
Table 5. Hasil Perhitungan Panjang dan Berat Ikan Selar Kuning
Contoh
Ikan N a b R
2 W = aL
b
Pola pertumbuhan
(setelah dilakukan uji t
dengan α=0,05)
Jantan 289 -3,765 2,579 0,872 W=0,00017L2,597
Allometrik negatif
Betina 161 -5,164 3,242 0,864 W=0,000006L3,242
Allometrik Positif
Total 450 -4,684 3,009 0,853 W=0,00002L3,009
Isometrik
Hasil analisis menunjukkan bahwa
hubungan panjang berat pada ikan selar kuning
memiliki korelasi yang sangat erat. Hal ini
berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) yang
mendekati satu. Secara umum nilai b ikan selar
kuning jantan dan betina berkisar antara 2,579
sampai 3,242 (Gambar 5). Nilai ini berada pada
kisaran nilai b pada umumnya yang dikemukakan
oleh Lagler et all. (1977) bahwa nilai b
berfluktuasi antara 2,5 sampai 4; dan kebanyakan
mendekati 3.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ikan
selar kuning jantan memiliki persamaan hubungan
panjang berat W = 17 x 10‐5 L2, 579 (n = 289; r =
0,872; α = 0,05). Ikan selar kuning betina memiliki
persamaan hubungan panjang berat
W=6x10‐6L3,242 (n=161; r= 0,864; α = 0,05).
Hubungan panjang berat ikan selar kuning secara
keseluruhan W = 2 x 10‐5 L3,009 (n = 450; r =
0,853; α = 0,05).
Pada Tabel 6, pola pertumbuhan ikan selar
kuning total keseluruhan adalah isometrik, artinya
ikan mempunyai bentuk tubuh yang tidak berubah
(Dina R, 2008) atau pertambahan panjang ikan
seimbang dengan pertambahan beratnya. Pola
pertumbuhan yang berbeda terlihat pada ikan selar
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 7
kuning betina dengan ikan selar kuning jantan.
Penyebabnya diduga karena ukuran ikan betina
yang tertangkap lebih beragam, dari ukuran kecil
sampai besar sehingga hubungan panjang berat
ikan contoh yang diamati menggambarkan keadaan
sebenarnya. Hal ini terlihat dari pola pertumbuhan
ikan selar kuning betina adalah allometrik positif
sehingga diduga bahwa nilai b>3 pada ikan betina
mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan,
makanan yang lebih banyak, ataupun faktor tingkat
kematangan gonad.
PEMBAHASAN
Sebaran frekuensi panjang ikan selar kuning
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ukuran ikan selar kuning betina lebih besar
dibandingkan ukuran ikan selar kuning jantan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Nikolsky (1963)
bahwa biasanya ukuran ikan betina lebih besar
beberapa satuan dibandingkan ikan jantan untuk
menjamin fekunditas yang besar dalam stok dan
perbedaan ukuran ini dicapai melalui ikan jantan
yang matang gonad lebih cepat dan jangka
hidupnya yang lebih singkat. Menurut Lagler et
all. (1977) perbedaan ukuran antar jenis kelamin
kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik. Ikan
berukuran besar dengan jumlah yang sangat sedikit
ini diduga adalah induk ikan selar kuning. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Lagler et all. (1977)
bahwa ukuran terbesar yang muncul pada
umumnya berhubungan dengan induk yang paling
“penting”. Panjang total maksimum ikan selar
kuning yang tertangkap adalah 294 mm. Menurut
Allen et all. (2007) panjang total maksimum
mencapai 500 mm. Perbedaan ini dapat dijelaskan
oleh beberapa kemungkinan yaitu perbedaan lokasi
pengambilan ikan contoh, keterwakilan contoh
yang diambil, dan kemungkinan terjadinya tekanan
penangkapan yang tinggi. Spesies yang sama pada
lokasi yang berbeda akan memiliki pertumbuhan
yang berbeda pula karena perbedaan faktor luar
maupun faktor dalam yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan tersebut.
Menurut Dina R (2008) faktor dalam
umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti
keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan
penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi
pertumbuhan ikan yaitu suhu dan makanan.
Dengan asumsi bahwa ikan contoh sudah mewakili
populasi yang ada maka ukuran panjang total
maksimum yang lebih kecil bisa mengindikasikan
adanya tekanan penangkapan yang tinggi. Namun
untuk menyimpulkan hal ini diperlukan
pembandingan dengan spesies dan lokasi yang
sama serta kajian lebih lanjut. Kemungkinan
terakhir adalah tidak terpilihnya ikan yang lebih
besar pada saat pengambilan ikan contoh karena
pengacakan.
Pergeseran selang ukuran panjang ikan
yang banyak tertangkap ke selang ukuran yang
lebih kecil dapat dijadikan sebagai indikasi adanya
rekruitmen pada interval waktu pengamatan.
Namun untuk menentukan musim pemijahan dan
rekruitmen ikan selar kuning di Perairan Paciran
perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Pergeseran
selang ukuran panjang ikan yang banyak
tertangkap ke selang ukuran yang lebih besar dapat
dijadikan sebagai indikasi adanya pertumbuhan
pada interval waktu pengamatan yaitu satu bulan.
Dengan adanya pertumbuhan dalam interval waktu
yang singkat maka diduga bahwa ikan selar kuning
memiliki laju pertumbuhan yang relatif kecil.
Kajian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan
dugaan ini dan akan dibahas pada sub bab
pertumbuhan.
Parameter pertumbuhan (L∞, K) dan t0
Plot Ford‐Walford merupakan salah satu
metode paling sederhana dalam menduga
persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan
interval waktu pengambilan contoh yang sama
(Brandt V, 1984). Dari analisis frekuensi panjang
didapatkan kelompok umur ikan selar kuning yang
dapat diolah selanjutnya dengan menggunakan
metode Ford Walford guna mendapatkan nilai L∞,
K, dan t0.
Hasil analisis pemisahan kelompok ukuran
ikan selar kuning jantan menunjukkan bahwa
jumlah total ikan yang diamati yaitu 368 ekor
sedangkan hasil analisis pemisahan kelompok
ukuran ikan selar kuning betina menunjukkan
bahwa jumlah total ikan yang diamati yaitu 134
ekor, dan hasil analisis pemisahan kelompok
ukuran ikan selar kuning secara total menunjukkan
bahwa jumlah total ikan yang diamati yaitu 342
ekor. Jumlah ini dapat bernilai lebih besar ataupun
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah ikan
contoh yang diobservasi. Perbedaan nilai teoritis
dengan nilai observasi disebabkan oleh adanya
pengacakan. Meskipun ikan contoh yang
digunakan merupakan contoh acak yang sempurna
nilai observasi akan tetap mengalami fluktuasi
seputar distribusi yang sesungguhnya (distribusi
dari populasi) (Brandt V, 1984).
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 8
Pertumbuhan
Panjang maksimum ikan selar kuning
adalah 294 mm dan panjang asimtotik ikan selar
kuning adalah 303 mm. Kurva pertumbuhan
(Gambar 4) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
ikan selama rentang hidupnya tidak sama. Ikan
muda memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan ikan tua (mendekati L∞).
Walaupun dengan laju pertumbuhan yang kecil,
namun ikan tetap akan mengalami pertumbuhan
panjang bahkan dalam kondisi faktor lingkungan
yang tidak mendukung. Peningkatan ukuran
panjang umumnya tetap berlangsung walaupun
ikan mungkin dalam keadaan kekurangan makanan
(Busacker et al. 1990).
Pertumbuhan memiliki karakteristik
tertentu pada masing‐masing kelompok ikan. Pada
periode ini variasi yang sangat bergantung pada
suplai makanan (Nikolsky 1963). Petumbuhan ikan
dan organisme lainnya didefinisikan sebagai waktu
yang dihabiskan pada daerah pemangsaan yang
berbeda dihubungkan dengan ukuran tubuh dan ini
merupakan proses kunci dibalik sejarah hidup
organism yang lebih spesifik.
Hubungan panjang berat
Berdasarkan contoh ikan selar kuning di
Perairan Paciran memiliki kisaran panjang antara
75‐294 mm dan kisaran berat antara 5‐580 gram.
Berdasarkan penelitian Marnane et al. 2005, ikan
selar kuning di Kepulauan Karimunjawa pada
umumnya mencapai tahap dewasa pada ukuran
25‐45 cm dan pada selang ukuran 33‐ 46 cm atau 2
ekor dalam 1 kg baru merupakan ukuran tangkap
yang optimal dalam arti memiliki nilai ekonomis
dan nilai ekologis tertinggi, sedangkan berdasarkan
www.fishbase.com ukuran pertama kali matang
gonad dari ikan selar kuning berkisar antara 22‐23
cm. Dapat disimpulkan berdasarkan contoh ikan
pada saat penelitian bahwa ikan selar kuning yang
tertangkap dengan alat tangkap muroami di
Perairan Paciran belum memiliki ukuran optimal
untuk tertangkap yang kebanyakan masih dalam
tahap dewasa yang seharusnya belum boleh
ditangkap.
Nilai b ikan selar kuning betina lebih besar
daripada nilai b ikan selar kuning jantan. Hal ini
dapat disebabkan oleh energi yang digunakan ikan
jantan biasanya lebih besar daripada ikan betina
yang dapat menyebabkan ikan jantan mempunyai
bentuk tubuh lebih langsing dan kurus, sedangkan
ikan betina gerakannya lebih lamban apalagi pada
saat memijah karena berat gonad juga
mempengaruhi berat tubuhnya. Pertambahan berat
lebih cepat dari pertambahan panjang karena ikan
betina mempunyai kandungan lemak yang lebih
banyak dibandingkan ikan jantan sehingga bentuk
tubuh ikan betina pada umumnya gemuk dan lebih
bulat.
Hubungan panjang berat dari sutu populasi
ikan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu
menurut Nelson JS (2006) dapat memprediksi
berat suatu jenis ikan dari panjang ikan yang dapat
berguna untuk mengetahui biomassa populasi ikan
tersebut. Parameter pendugaan antar
kelompok‐kelompok ikan digunakan untuk
mengidentifikasi keadaan populasi suatu jenis ikan
berdasarkan ruang dan waktu, sedangkan menurut
Fafioye OO & Oluajo OA (2005) analisis panjang
berat yang dihubungkan dengan data kelompok
umur dapat digunakan untuk mengetahui
komposisi stok, umur saat pertama memijah, siklus
kehidupan, kematian pertumbuhan, dan produksi.
Tangkapan per satuan upaya
Data hasil upaya penangkapan dapat
dianalisis dengan menghitung nilai hasil tangkapan
per upaya penangkapan atau analisis Tangkapan
Per Satuan Upaya (TPSU). Adapun manfaat
mengetahui nilai TPSU adalah mengetahui
kelimpahan ikan selar kuning dan melihat trend
(kecenderungan) ikan selar kuning setiap tahunnya.
Beberapa ciri yang dapat menjadi patokan
suatu perikanan sedang menuju kondisi upaya
tangkap lebih adalah waktu melaut menjadi lebih
panjang dari biasanya, lokasi penangkapan menjadi
lebih jauh dari biasanya, ukuran mata jaring
menjadi lebih kecil dari biasanya, yang kemudian
diikuti produktivitas (hasil tangkapan per satuan
upaya) yang menurun, ukuran ikan yang semakin
kecil, dan biaya penangkapan yang semakin
meningkat (Damayanti PA, 2007).
Menurut Damayanti PA (2007), upaya
tangkap lebih (overfishing) secara sederhana dapat
diartikan sebagai penerapan sejumlah upaya
penangkapan yang berlebihan terhadap suatu stok
ikan dan terbagi ke dalam dua pengertian yaitu
growth overfishing dan recruitment overfishing.
Growth overfishing terjadi jika ikan ditangkap
sebelum mereka sempat tumbuh mencapai ukuran
dimana peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan
akan mampu membuat seimbang dengan
penyusutan stok yang diakibatkan oleh mortalitas
alami. Recruitment overfishing adalah
pengurangan melalui penangkapan terhadap suatu
stok sedemikian rupa sehingga jumlah stok induk
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 9
tidak cukup banyak untuk memproduksi telur yang
kemudian menghasilkan rekrut terhadap stok yang
sama.
Musim penangkapan ikan di Perairan
Paciran dibagi menjadi dua musim yaitu musim
barat dan musim timur. Musim barat diawali pada
bulan November sampai Januari dan musim timur
diawali pada bulan Maret sampai Agustus.
Sedangkan musim peralihan barat terjadi pada
bulan September sampai Oktober dan musim
peralihan timur terjadi pada bulan Februari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
nelayan, puncak penangkapan pada musim timur
terjadi pada bulan Maret sedangkan puncak
penangkapan pada musim barat terjadi pada bulan
November.
Alternatif strategi pengelolaan sumberdaya
ikan selar kuning
Menurut Undang‐Undang Perikanan No 31
tahun 2004 bahwa pengelolaan perikanan
dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal
dan berkelanjutan serta terjaminnya kelestarian
sumberdaya ikan. Tujuan utama pengelolaan
perikanan adalah untuk menjamin produksi yang
berkelanjutan dari waktu ke waktu dari berbagai
stok ikan (resource conservation), terutama
melalui berbagai tindakan pengaturan (regulations)
dan pengkayaan (enhancement) yang
meningkatkan kehidupan sosial nelayan dan sukses
ekonomi bagi industri yang didasarkan pada stok
ikan (Dirjen Pe Bangda, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat
beberapa indikasi tingginya tekanan penangkapan
terhadap sumberdaya ikan selar kuning yang
mengarah kepada gejala tangkap lebih
(overfishing) yang diduga lebih lanjut termasuk
kondisi growth overfishing. Beberapa indikasi
ditunjukkan dari perubahan yang terjadi dalam
struktur stok ikan, antara lain :
1. Jumlah ikan yang tertangkap didominasi
oleh ikan berukuran kecil (6‐12 cm) dan
berukuran sedang (13‐20 cm) serta sekitar
80% dari total tangkapan adalah ikan muda
atau mempunyai ukuran di bawah ukuran
pertama kali matang gonad.
2. Meningkatnya koefisien pertumbuhan
populasi yang berarti umur ikan untuk
mencapai panjang infinitif menjadi lebih
pendek.
3. Peningkatan jumlah upaya penangkapan
cenderung akan meningkatkan jumlah
hasil tangkapan, tetapi berat rata‐rata ikan
terus menurun dan berat total (biomassa)
juga menurun.
KESIMPULAN 1. Sebaran frekuensi panjang ikan berkisar antara
75‐294 mm dan kelompok ukuran yang
mendominasi adalah 125‐134 cm.
2. Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy ikan
selar kuning jantan adalah Lt = 303,00
(1‐e‐0,55 (t+0,0793)), sedangkan persamaan
pertumbuhan ikan selar kuning betina adalah Lt
= 303,98 (1‐e‐0,19(t+0,2389)) dan persamaan
pertumbuhan ikan selar kuning secara total
adalah Lt = 303,28 (1‐e‐0,35 (t+0,1268)).
3. Pola pertumbuhan seluruh ikan yang dijadikan
contoh menunjukkan pola pertumbuhan bersifat
isometrik dengan persamaan pertumbuhan W =
2x10‐5L3,009, pola pertumbuhan ikan betina
menunjukkan pola pertumbuhan bersifat
allometrik positif dengan persamaan
pertumbuhan W=6x10‐6L3,242 dan pola
pertumbuhan ikan jantan menunjukkan pola
pertumbuhan bersifat allometrik negatif dengan
persamaan pertumbuhan W=17x10‐5L2,579.
4. Tangkapan per satuan upaya digunakan untuk
melihat trend (kecenderungan) ikan selar
kuning setiap tahunnya, TPSU berkisar antara
5,87‐8,74 ton/unit kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Allen G, Steene R, Human P, & Loach ND. 2007.
Reef fish identification tropical pasific.
New World Publication, Inc.
Jacksonville, Florida, USA. 457 p.
Bagenal T. 1978. Methods for assessment of fish
production in freshwater. Third edition.
Blackwell Scientific Publications.
Oxford. 365 p.
Badan Pusat Statistik. 2009. Kabupaten Lamongan
dalam angka 2008. Jawa Timur. Badan
Pusat Statistik. 167 hlm.
Brandt V. 1984. Fish catching methods of the
world. Fishing News Books Ltd. London. 418 p.
Busacker GP, Adelman IR, & Goolish EM. 1990.
Growth. p. 363‐382 in Schreck CB &
Moyle PB (Editor), Methods for Fish
Biology. American Fisheries Society.
Maryland USA.
Damayanti PA. 2007. Analisis tangkapan per
satuan upaya (TPSU) ikan kembung
(Rastrelliger spp.) di Kepulauan Seribu
[skripsi]. Departemen Manajemen
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 10
Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 35 hlm.
Dina R. 2008. Rencana pengelolaan sumberdaya
ikan bada (Rasbora agryrotaenia)
berdasarkan analisis frekuensi panjang
di Danau Maninjau, Sumatera Barat
[skripsi]. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 76 hlm.
[Ditjen Bangda] Direktorat Jendral Pembangunan
Daerah. 1999. Penyusunan konsep
pengelolaan sumberdaya pesisir yang
berbasis masyarakat (PBM) di Provinsi
Lampung. Kerjasama Departemen
Dalam Negeri dengan Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Fafioye OO & Oluajo OA. 2005. Length‐weight
relationship of five fish species in Epe
Lagoon, igeria. African Journal of
Biotechnology 4 (7): 749‐751.
Lagler KF, Bardach JE, Miller RR & Passino DR.
1977. Ichtyology. John Wiley & Sons
USA. 506 p.
Nasoetion AH & Barizi. 1980. Metode statistika.
PT Gramedia. Jakarta. 223 hlm.
Nelson JS. 2006. Fishes of the world, fourth
edition. John Wiley & Sons, Inc. New
Jersey.
Nikijuluw VPH. 2002. Rezim pengelolaan
sumberdaya perikanan. Pustaka
Cesindo.
Jakarta. 254 hlm.
Nikolsky GV. 1963. The Ecology of fishes.
Academic Press. London & New York. 203 p.
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 11
APLIKASI UNTUK MEMPREDIKSI STOCK BAHAN BANGUNAN DENGAN
METODE PERCEPTRON MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 DAN MySQL
Arip Kusnul Huda1)
, Siti Mujilahwati 2)
1)
Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan 2)
Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan
Email : [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan topic yang hangat dibicarakan dan mengundang banyak
kekaguman dalam dasa warsa terakhir. Hal ini disebabkan karena kemampuan JST untuk meniru sifat
system yang dimasukkan. Pada dasarnya JST mencoba meniru cara kerja otak makhluk hidup, yaitu bentuk
neuron-nya (sel syaraf). Faktor kecerdasan dari syaraf tidak ditentukan di dalam sel tetapi terletak pada
bentuk dan topologi jaringannya. Salahsatu model JST yang sering digunakan untuk pembelajaran adalah
perceptron. Metode perceptron merupakan metode pembelajaran dengan pengawasan dalam sistem
jaringan syaraf. Dalam merancang jaringan neuron yang perlu diperhatikan adalah banyaknya spesifikasi
yang akan diidentifikasi. Jaringan neuron terdiri dari sejumlah neuron dan sejumlah masukan.
Penelitian dilakukan mengamati system secara langsung sehingga didapat hasil analisis mengenai
kebutuhan system yang akan dibuat. Studi pustaka juga dilakukan untuk mencari sumber-sumber lain yang
dapat menjadi dasar dan acuan dalam membuat aplikasi prediksi stok bahan bangunan. Aplikasi prediksi
stok bahan bangunan ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic.6 dan MySQL
database. Hasil akhir dari penelitian skripsi ini adalah untuk memprediksi persediaan stok bahan bangunan
dalam waktu masa yang akan datang.
Dapat disimpulkan bahwa aplikasi untuk memprediksi stok bahan bangunan telah didesain dan
diimplementasikan dengan fasilitas meliputi download materi, tugas.
Kata-kunci : Jaringan Syaraf Tiruan, Perceptron, Struktur Jaringan, Visual Basic 6.0, MySQL.
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini persaingan semakin ketat dan
berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi serta dunia informasi.
Ketiga hal tersebut telah banyak mempengaruhi
kehidupan masyarakat kehidupan internasonal
pada umumnya. Hampir setiap kegiatan dan
aktifitas kehidupan tidak terlepas dari peralatan
canggih, mutakhir dan serba modern contohnya
adalah computer. Dalam dunia bisnis perlunya
computer nampaknya tidak dapat dihindari lagi.
Sebut saja dalam bidang perdagangan dan
berbankan dimana system informasi dan
pengelolahan data yang cepat dan efisien harus
segera diwujudkan.
Hampir semua perusahaan atau Toko
yang bergerak dibidang penjualan dihadapkan
pada suatu masalah yaitu adanya tingkat
persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini
mengharuskan perusahaan atau Toko untuk
merencanakan atau menentukan jumlah
pembelian, agar dapat memenuhi permintaan
pasar dengan tepat waktu dan dengan jumlah
yang sesuai. Pada dasarnya penentuan jumlah
pembelian ini derencanakan untuk memenuhi
jumlah persediaan barang guna memenuhi
tingkat penjualan yang direncanakan atau tingkat
permintaan pasar.
Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial
Neural Networks) adalah salah satu cabang ilmu
dari bidang ilmu Kecerdasan Buatan. Salah satu
model JST yang sering digunakan untuk
pembelajaran adalah perceptron. Metode
perceptron merupakan metode pembelajaran
dengan pengawasan dalam system jaringan
syaraf. Dalam merancang jaringan neuron yang
perlu diperhatikan adalah banyaknya
spesifikasi yang akan diidentifikasi. Jaringan
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 12
neuron terdiri dari sejumlah neuron dan sejumlah
masukan. Salah satu permasalahan dalam JST
yang dihadapi pemilik Toko adalah tidak dapat
memahami struktur pada jaringannya. Hal ini
terjadi karena tidak didukung dengan
tersedianya suatu aplikasi yang dapat
membantu pemilik Toko dalam memahami
struktur JST. Untuk dapat memahami struktur
JST selain memahami teori juga diperlukan
pemahaman secara visual. Untuk itu diperlukan
sebuah aplikasi handal yang dapat membantu
pemilik Toko dalam memahami struktur JST
model Perceptron.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat aplikasi jumlah stock bahan
bangunan menggunakan metode
perceptron.
2. Pendataan persediaan stock bahan
bangunan .
Manfaat Penelitian
Adapun Kegunaan yang diperoleh dari hasil
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan atau Toko
Dengan dilakukanya penelitian ini, maka
diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan
evaluasi atas strategi perencanaan dan
pengendalian barang bahan bangunan
sehingga dapat membenahi persediaan
yang ada agar bisa lebih baik.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan akan sangat
membantu dan mendukung penulis dalam
mempelajari, menganalisa, dan
mengembangkan ilmu-ilmu yang telah
diperoleh untuk diterapkan pada dunia
nyata.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan bias menambah
ilmu bagi pembaca maupun peneliti lain.
II. Landasan Teori
2.1 Jaringan Saraf Tiruan (JST)
Jaringan syaraf tiruan (artifical neural
network) adalah sistem komputasi yang arsitektur
dan operasinya diilhami dari pengetahuan tentang
sel syaraf biologis di dalam otak. Jaringan syaraf
tiruan merupakan salah satu representasi buatan
dari otak manusia yang selalu mencoba
menstimulasi proses pembelajaran pada otak
manusia tersebut. Jaringan syaraf tiruan dapat
digambarkan sebagai model matematis dan
komputasi untuk fungsi aproksimasi non-linear,
klasifikasi data cluster dan regresi non-
parametrik atau sebuah simulasi dari koleksi
model jaringan syaraf biologi. [2]
2.2 Perceptron
Model jaringan perceptron ditemukan
oleh Rosenblatt dan Minsky-Papert. Jaringan
perceptron terdiri dari beberapa unit masukan
(ditambah sebuah bias), dan memiliki sebuah unit
keluaran. Hanya saja fungsi aktivasi bukan
merupakan fungsi biner (atau bipolar), tetapi
memiliki kemungkinan nilai -1, 0, atau 1 [ 3].
Perceptron sebagai cikal bakal jaringan
saraf tiruan bekerja dengan cara menerima
sejumlah (n) masukan berupa vektor (x 1 , x 2 , x 3
,…..x n ) dan menghasilkan sebuah keluaran
dengan nilai 1 atau 0. Bentuk jaringan perceptron
adalah sesuai gambar 2.5 berikut :
Gambar 1. Perceptron
2.3 Database
Sistem Database adalah suatu informasi
yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan
membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi
yang bermacam-macam dalam suatu organisasi.
Database juga merupakan salah satu komponen
yang penting di dalam sistem informasi, karena
Database merupakan dasar dalam menyediakan
informasi bagi para pemakai (user) penerapan
dalam sistem informasi Database. [1]
2.4 Microfoft Visual Basic 6.0
Visual Basic adalah salah suatu
development tools untuk membangun aplikasi
dalam lingkungan Windows. Dalam
pengembangan aplikasi, Visual Basic
w1
wn
w2
wm
x2
xn
x1
Fungsi
aktivasi
Fungsi
jumlah
bobot
Threshold/
bias
1
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 13
menggunakan pendekatan Visual untuk
merancang user-interface dalam bentuk form,
sedangkan untuk kodingnya menggunakan dialek
bahasa Basic yang cenderung mudah dipelajari.
Visual Basic telah menjadi tools yang terkenal
bagi para pemula maupun para developer dalam
pengembangan aplikasi skala kecil sampai ke
skala besar. [4]
2.5 MySQL
MySQL adalah Relational Database
Management System (RDBMS) yang
didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL
(General Public License), dimana setiap orang
bebas menggunakannya. MySQL merupakan
turunan salah satu konsep utama dalam database
sejak lama, yaitu SQL (Stuctured Query
Language). SQL adalah bahasa yang digunakan
utnuk berkomunikasi dengan database.
Pernyataan – pernyataan SQL digunakan untuk
melakukan beberapa tugas seperti : update data
pada database atau menampilkan data dari
database. Hampir semua software database meng
implementasikan bahasa SQL sebagai komponen
utama dari produknya, salah satunya MySQL. [5]
III. Rancangan Desain System
3.1 Kebutuhan Perangkat
Kebutuhan perangkat disini terdiri dari
kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan
perangkat keras.
a. Kebutuhan Perangkat Keras
Perangkat keras (Hardware) merupakan
peralatan/komponen fisik komputer yang
mencakup unit processor pusat, processor
pendukung, penyimpanan sekunder, peralatan
lainnya. Perangkat keras ini digunakan untuk
menunjang pembangunan aplikasi untuk
memprediksi stock bahan bangunan . Spesifikasi
perangkat keras yang yang digunakan user untuk
membuat program dan menjalankan program
adalah sebagai berikut :
1. Processor Pentium III
2. Monitor LG 14’’
3. Hard Disk Drive 40 Gb
4. Memori 512 Mb
5. Printer
6. Keyboard dan Mouse
b. Kebutuhan Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software) yang dibutuhkan
pada saat pembuatan aplikasi adalah sebagai
berikut :
1. Sistem operasi Windows 7 Ultimate
2. Visual Basic 6.0
3. MySQL
4. Sybase Power Designer
3.2 Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi pada perancangan
aplikasi untuk memprediksi stock bahan
bangunan dengan metode perceptron ini yang
terdiri dari :
1) Rekap data kebutuhan barang yang dijual
pada toko.
2) Rekap barang yang terjual selama 1 tahun
terakhir.
3.3 Perancangan Sistem
Pada sub bab ini akan dijelaskan perancangan
sistem yang terdiri dari diagram konteks, DFD
level 0 dan kamus data.
a. Diagram Konteks
Diagram konteks aplikasi untuk memprediksi
stock bahan bangunan dengan metode
perceptron. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Diagram Konteks
b. DFD Level 0
Data Flow Diagram level 0 dari aplikasi
untuk memprediksi stock bahan bangunan
dengan metode perceptron. Dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 3. DFD Level 0
Memberikan Nilai Bobot
Memberikan Nilai
Kriteria
Memberikan
Bobot
Memberikan
Kriteria
Memasukkan
data StokData Stok
Data Kriteria
Data Bobot
Data Bobot
Data Kriteria
Data Stok
Hasil
Hasil
PETUGAS
PIMPINAN
1.1
Data Stok Barang
1.2
Kriteria
1.3
Bobot
1.4
Hasil SPK
1 Barang
2 Kriteria
3 Bobot
4 Hasil
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 14
c. Diagram Alir (Flowchart)
Diagram Alir (Flowchart) dari aplikasi untuk
memprediksi stock bahan bangunan dengan
metode perceptron. Dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 4. Flowchart
d. Kamus Data
Agar lebih muda dalam pembuatan database
maka dilengkapi kamus data berikut.
Tabel 1. Tabel User
Nama Field Data
Type
Keterangan
Kd_Pengguna Varcha
r
Primary
Key
Nama_Penggun
a
Varcha
r
Password Varcha
r
Tabel 2. Tabel Barang
Nama Field Data
Type
Keteranga
n
Kd_Barang Varchar Primary
Key
Nama_Baran
g
Varchar
Satuan Varchar
Harga
Barang
Varchar
Tabel 3. Tabel Supplier
Nama Field Data
Type
Keterangan
Kd_Supplier Varchar Primary
Key
Nama_Supplier Varchar
No_Telp Varchar
Alamat Varchar
Tabel 4. Tabel Kriteria
Nama Field Data
Type
Keterangan
Kd_Kriteria Varchar Primary
Key
Nama_Kriteria Varchar
Tabel 5. Tabel Training
Nama Field Data
Type
Keterangan
No Double Primary
Key
Persediaan Varchar
Penjualan Varchar
Permintaan Varchar
3.4 Perancangan Interface
Menguraikan perancangan form-form yang
ada dalam aplikasi aplikasi untuk memprediksi
stock bahan bangunan dengan metode
perceptron. Berikut ini adalah rancangan yang
telah dibuat :
1. Tampilan Form Login
Rancangan interface ini akan tampil pertama
kali saat program dijalankan, from login ini berisi
username dan password.
Gambar 5. Form Login
2. Tampilan Form Menu Utama
Rancangan ini memuat from utama dalam
program yang akan dijalankan, from utama berisi
sub menu File, Training, testing, dan keluar.
Gambar 6. Form Menu Utama
3. Tampilan Menu Training dan Hasil
Rancangan form ini memuat tampilan dalam
mentraining data criteria.
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 15
Gambar 7. From Menu Training dan Hasil
IV. Ujicoba dan Pembahasan
4.1 Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang uji
coba program.
a. Menu Login
merupakan menu yang pertama muncul
sebelum masuk pada menu utama aplikasi stock
bahan bangunan dengan metode perceptron.
Gambar 8. Menu Login
b. Menu Utama
Bila User name, password yang dimasukan
secara benar maka apalikasi akan masuk pada
main menu (menu utana).
Gambar 9. Menu Utama
c. Menu Training dan Hasil
Menu training dan hasil ini untuk mentraining
data dan menghitung.
Gambar 10. Menu Training dan Hasil
V. Penutup
5.1 Kesimpulan
Setelah menganalisa, mendesain dan
menimplementasikan Aplikasi untuk
memprediksi stok bahan bangunan menggunakan
metode perceptron dapat disimpulkan bahwa :
a. Dengan adanya perancangan Aplikasi ini,
Toko Bahan bangunan Sumber Agung
mengalami banyak perubahan diantaranya
dapat membantu karyawan memprediksi
stock bahan bangunan, sehingga stock bahan
bangunan untuk jangka waktu yang akan
datang terdata secara akurat dan valit.
b. Meningkatkan efisiensi waktu dan efektifitas
pekerjaan karena mempermudah dalam
proses penambahan, pengeditan dan
penghapusan data stok barang.
c. Hasil pengolahan data-data pada Aplikasi
untuk memprediksi stok bahan bangunan
berupa output prediksi persediaan barang
untuk jangka waktu yang akan datang.
5.2 Saran
Setelah sistem informasi penjualan ini
dibuat ada beberapa saran dari penulis yang
berhubungan dengan sistem informasi ini.
a. Aplikasi yang telah dibuat supaya dapat
diterapkan pada Toko Bahan bangunan
Sumber Agung dan diharapkan dapat
memberikan manfaat semaksimal mungkin.
b. Mengingat masih banyak kekurangan dalam
program ini maka diharapkan program ini
didokumentasikan, sehingga dapat digunakan
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 16
untuk penembangan dan penyempurnaan
program selanjutnya.
c. Perlu adanya algoritma pembanding untuk
memprediksi sehingga, bisa diketahui hasil
yang paling optimal.
d. Perlu dilakukan uji coba dengan jumlah data
yang lebih besar untuk mengtahui seberapa
cepat ANN mampu memprediksi data.
Daftar Pustaka
[1] Andi Sunyoto, 2007, Pemrograman Database
dengan Visual Basic dan Ms.SQL, Andi,
Yogyakarta
[2] Pandjaitan, Lanny W, 2007, Dasar-Dasar
Komputasi Cerdas, Andi, Yogyakarta
[3] Suryadi, Kadarsah, Dr. Ir., Ir. Ali Ramdani,
Mt. 2000, Sistem Pendukung Keputusan.
PT.Remaja Rosdakarya
[4] LPKBM MADCOMS, Andi, 2002, Seri
Panduan Pemrograman Microsoft Visual
Basic 6.0 , Yogyakarta
[5] Bunafit Nugroho, 2012, Panduan Proyek
Point Of Sale (POS) Sistem Penjualan
Retail Mini Market Berbasis Multi User
Dengan Visual Basic 6 dan MySql,
Yogyakarta
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 17
RANCANG BANGUN OTOMATISASI MESIN PENETAS TELUR SISTEM
TURNING BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328 Sukin
*), Affan Bachri
**)
*)
Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan **)
Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
Email : [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Aplikasi pengendalian suhu sudah banyak ditemui diberbagai bidang,contohnya yaitu pada bidang
peternakan. Pengendalian suhu tersebut dipakai untuk menetaskan telur ayam. Menetasakan telur ayam
dalam waktu bersamaan secara alami tentu sangat sulit karena keterbatasan kemampuan induk ayam dalam
mengerami telurnya. Ayam hanya mampu mengerami telurnya maksimal 10 butir. Berdasarkan masalah
tersebut, maka pada tugas akhir ini kami membuat mesin penetas telur ayam dengan sistem turning
berbasis mikrokontroler Atmega 328.
Penggunaan mikrokontroler dengan rak pemutar telur (turning) ini diharapkan mampu
mengendalikan suhu yang diperlukan telur agar dapat menetas dengan baik yaitu sekitar 38 C sampai 40
C, sehingga bisa didapatkan telur ayam dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan sehingga
persentase keberhasilannya 88 % telur menetas dengan baik.
Kata Kunci : Mikrokontroler, Turning, Atmega328.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam bidang peternakan khususnya dalam
peternakan ayam, masalah yang dihadapi adalah
bagaimana untuk menetaskan telur ayam dalam
jumlah banyak dan dalam waktu yang bersamaan.
Karena kemampuan induk ayam dalam mengerami
telurnya terbatas, yaitu maksimal 10 butir telur tiap
induk ayam. Ini menjadi masalah yang serius
karena kebutuhan daging dan telur ayam di pasar
yang sangat banyak. Pada prinsipnya untuk
menetaskan telur ayam hanya menjaga suhu pada
telur tersebut agar stabil sesuai yang dibutuhkan
telur agar bisa menetas. karena cepat tidaknya telur
yang menetas di pengaruhi oleh kesetabilan
temperatur (Bambang, 1988: 78). Embrio akan
berkembang bila suhu udara di sekitar telur
minimal 70o
F (21,11o
C) namun perkembangan ini
sangat lambat. Di bawah suhu udara ini praktis
embrio tidak mengalami perkembangan, sehingga
penyimpanan telur tetas sebaiknya sama atau
dibawah suhu tersebut. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan embrio adalah berkisar diantara 36o C
– 38o
C. Maka untuk menggantikan induk ayam
dalam menetaskan telurnya, dibuatlah mesin
penetas telur ayam.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana caranya agar suhu dalam mesin
tersebut terjaga konstan agar telur tersebut
bisa menetas dengan baik sesuai set point
yaitu 36,6 °C sampai 37,4 °C ?
2. Bagaimana caranya agar rak telur dapat
berputar sesuai waktu yang telah
ditentukan ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengontrol suhu dalam mesin
penetasan telur sesuai dengan set point
yaitu 36,6 °C sampai 37.4 °C
2. Agar rak bisa berputar secara otomatis
sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
LANDASAN TEORI Penetas Telor
Sebutir telur ayam yang siap ditetaskan,
memiliki komposisi kimia yang mengandung
sekitar 69% air; 1,2% karbohidrat; 1,0% mineral,
dan sisanya vitamin. Dari komposisi lengkap telur
bertunas, lemak banyak terdapat pada kuning telur,
selain mineral dan vitamin. Sedangkan putih telur
merupakan sumber protein dan beberapa jenis
mineral, tetapi kandungan karbohidrat sangat
sedikit, kecuali mineral seperti Calsium, Fosfor,
Magnesium, Klorium, Potasium, dan lain-lain.
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 18
Kuning telur dan putih telur dipisahkan
oleh selaput Vitiline yang mempertahankan kuning
telur mempengaruhi sekresi puti telur sehingga
semakin besar kuning telur, semakin besar pula
sekresi putih telur. Chalaza yang merupakan tali
terpilin dan bisa berputar-putar berfungsi untuk
menjaga agar kuning telur tetap di tengah.
Gambar 2.1 Alat penetas telur dengan minyak
tanyah
Sistem Mesin Penetas Telor
Penetasan telur ayam menjadi popular di
tingkat peternak kecil dan menengah dan bahkan di
tingkat rumah tangga untuk dijadikan jenis petelur,
pedaging atau untuk menghasilkan unggas-unggas
yang cantik untuk dipelihara sebagai binatang
piaraan, terutama untuk jenis ayam kampung.
Karena ayam kampung dikenal sebagai ayam yang
memiliki resistansi (ketahanan tubuh) yang lebih
kuat dari pada ayam-ayam yang lain disamping itu
rasa daging ayam kampong jauh lebih nikmat
daripada ayam pedaging pada umumnya. Akan
tetapi, para peternak sampai saat ini masih banyak
yang menggantungkan untuk mendapatkan bibit
ayam yang berkualitas dari hasil persilangan telur-
telur galur unggul dan murni dari breeder
(perusahaan penetasan telur) besar.
Suhu (Temperatur)
Semakin panas suatu benda maka semakin
tinggi suhunya. Sehingga suhu menyatakan panas
atau dinginnya sesuatu. (Sears dan Zemansky,
1991:354). Karena suhu merupakan hal yang
sangat berpengaruh pada proses penetasan.
Menetas tidaknya telur dengan sempurna sangat
ditentukan dari suhu yang diatur atau di setting.
Temperatur yang berfluktuasi akan menyebabkan
kegagalan dalam proses penetasan.
Kelembaban Udara
Humidity ( kelembaban) adalah suatu
kelembaban uap air yang terkandung dalam udara.
Standard untuk kelembaban relatif (relatif
humidity) untuk mesin incubator “penetas” atau
periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50–55
%. Dan 3 pada hari ke 19–21 sebelum penetasan,
kelembaban udara harus dinaikkan menjadi 60-
65%. Kelembaban yang rendah menyebabkan anak
ayam sulit memecah kulit telur karena lapisannya
menjadi keras dan berakibat anak ayam
melekat/lengket di selaput bagian dalam telur dan
mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan anak ayam didalam telur jug
sulit untuk memecah kulit telur.
Mikrokontroler ATMega 328
Mikrokontroler adalah sebuah sistem
komputer fungsional dalam sebuah chip.
Didalamnya terkandung sebuah inti prosesor,
memori (sejumlah kecil RAM, memori program,
atau keduanya), dan perlengkapan input output.
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin ATMega 328
Pemutaran Telur (egg turning)
Pemutaran telur pada proses penetasan
sangatlah berpengaruh dan sangatlah penting.
Selama telur ada di dalam mesin tetas harus di
putar 45 derajat minimal 6 jam sekali untuk
menjaga agar embrio tidak menempel pada kulit
telur. Arah pemutaran telur dalam mesin tetas
harus searah.
Sensor LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen
elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah
besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk
tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam
penelitian ini berupa komponen elektronika
elektronika yang diproduksi oleh National
Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi
dan kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga
mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan
linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah
dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus
serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Pemanas heater
Pemanas (heater) adalah suatu bahan yang
mampu menghasilkan energy panas bila diberi
tegangan bolak balik. Bahan-bahan yang paling
banyak digunakan untuk pembuatan elemen
pemanas listrik terdiri dari campuran krom +nikel,
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 19
krom + nikel + besi, krom + nikel +
alumunium.Tapi Untuk pemanas mesin incubator
ini menggunakan 2 buah lampu dengan total daya
50 Watt dengan masing-masing lampu berdaya 25
Watt yang dimaksudkan agar keadaan temperatur
dalam inkubator bersifat homogen (merata)
sehingga pemanasan telur akan sama pada semua
daerah.
METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan di bulan April
2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Pelaksanaan
penelitian dan pembuatan mesin penetas telur
sistem turning berbasis Mikrokontroler Atmega328
ini dilakukan di rumah peneliti. Yang beralamat di
desa Moronyamplung, kecamatan Kembangbahu,
Kabupaten Lamongan.
Alat Dan Bahan Penelitian
Berikut menjelaskan alat dan bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk merancang dan membuat mesin
penetas telur sistem turning berbasis
Mikrokontroler Atmega328. Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian yaitu:
1. Kotak Persegi Panjang (Inkubator) Papan
triplek dengan tebal 2 cm digunakan
sebagai kotak penetas telur. kotak tersebut
terdiri dari tiga bagian, yang pertama kotak
pemanas.
2. multitester
3. ATmega328 Peneliti menggunakan
Atmega328 karena mempunyai 32 KB
Flash memory, lebih besar kapasitas
memory dari pada ATmega8.
4. LCD 16x2 Berfungsi sebagai tampilan
temperatur pada mesin penetas telur
system turning berbasis Mikrokontroler
Atmega328.
5. Motor AC
6. Sensor LM35
7. Lampu Heater
8. power supply
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Alat
Secara umum, pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja
sesuai dengan spesifikasi perencanaan yang telah
ditentukan. Pengujian dilakukan untuk mengatahui
kerja perangkat keras pada masing-masing blok
rangkaian penyusun sistem, dalam bab ini akan di
bahas tentang pungujian alat dan analisa alat,
pungujian ini meliputi:
Pengujian per blok, meliputi pengujian
Power Supply,Motor AC, Heater (lampu),
Kipas, Sensor LM35, LCD.
Pengujian hasil dari penetasan telur.
Pengujian Hasil PenetasTelur
Dari hasil beberapa kali percobaan baik
secara manual maupun otomatis, mesin penetas
telur ini sudah cukup bagus karena memiliki
tingkat keberhasilan penetasan diatas 75%. Pada
tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah telur yang
menetas adalah 78.18% dari 15 telur pada
percobaan penetasan secara manual pertama.
Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
Pengujian sistem secara keseluruhan ini
dilakukan dengan menggabungkan semua
peralatan ke dalam sebuah sistem yang terintegrasi.
Tujuannya untuk mengetahui bahwa rangkaian
yang dirancang telah bekerja sesuai yang
diharapkan. Dari hasil pengujian selama proses
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 20
dari awal penetasan sampai telur menetas ternyata
kondisi peralatan masih tetap normal dan tidak
terjadi gangguan yang berarti, sehingga mesin
penetas telur ini sudah siap untuk diaplikasikan
dalam penetasan secara otomatis yang sesuai
harapan.
PENUTUP Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang
Rancang Bangun Otomatisasi Mesin Penetas Telur
Sistem Turning Berbasis Mikrokontroler Atmega
328 yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Motor AC bekerja dengan baik sesuai
waktu yang diinginkan tanpa ada kendala
yaitu memutar rak turning dengan
kemiringan 45 drajat dalam jangka 1 jam
sekali.
2. Alat dapat bekerja sebagai pengontrol suhu
dan kelembaban udara. Dimana sensor
suhu LM35 mendeteksi dengan baik
adanya temperatur yang masuk pada
inkubator sesuai yang di inginkan yaitu
36,6 °C s/d 37,4 °C. Pada saat suhu di
bawah setting point lampu menyala
sebagai penghasil panas dalam kotak
inkubator. Sedangkan pada saat suhu
melebihi setting point maksimal lampu
mati dan kipas tetap hidup sampai setting
point maksimal terpenuhi. Motor AC
bekerja dengan baik sesuai waktu yang
diinginkan tanpa ada kendala yaitu
memutar rak turning dengan kemiringan
45 drajat dalam jangka 1 jam sekali.
Saran Dari alat yang telah dibuat pada tugas akhir ini,
masih terdapat banyak kekurangan serta perlu
pengembangan agar nantinya alat penetasan telur
ini dapat dipelajari lebih baik, baik secara teoritis
dan praktis. Adapun perbaikan-perbaikan dan
pengembangan yang perlu dilakukan:
1. Sensor suhu ditambah 2 lagi menjadi 3
agar dapat membaca suhu lebih merata.
2. Mendesain kotak penetas menggunakan
bahan yang tahan terhadap panas dan dapat
mempertahankan suhu dan kelembaban
yang standar di dalam boks.
3. Menggunakan aki dan sistem UPS sebagai
baterai cadangan bila ada listrik mati.
4. Menggunakan mesin Spraiyerr atau pompa
air sebagai sistem otomatis kelembaban
agar kelembaban terjaga dengan sempurna
sesuai dengan set point.
DAFTAR PUSTAKA [1] Jauhari, nurdin, Edge Linking Detection dan
Perbandingan dari 3 Metodenya,
http://ahtovicblogs.blog.ugm.ac.id/?p=80, 17
Maret 2011 20.25
[2] Jose, Stephane, Why Should I Care About
SQL Server,
http://blog.iweb.com/en/2010/06/why-should-
i-care-about-sql-server/4772.html, 17 Maret
2011 19.30
[3] M. Gokhale and P.S. Graham, Reconfigurable
Computing, Springer, 2005.
[4] T. Callahan, J. Hauser, and J. Wawrzynek,
“The Garp Architecture and C Compiler,”
Computer, vol. 33, no. 4, pp. 62-69, 2000.
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 21
PERENCANAAN KOMPENSASI STATIS DAYA REAKTIF
MENGGUNAKAN KAPASITOR
Zainal Abidin *)
Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
email : [email protected]
ABSTRAK
Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban, yaitu beban linier dan beban nonlinier.
Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linier dalam arti
arus yang mengalir sebanding dengan impedansi dan perubahan tegangan. Sedangkan beban
nonlinier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang tidak sebanding
dengan tegangan dalam tiap setengah siklus, sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan
keluarannya tidak sama dengan gelombang masukkannya (mengalami distorsi).
Perbaikan faktor daya dapat diartikan sebagai usaha untuk membuat faktor daya/cos
mendekati 1. Untuk memperbaiki faktor daya dari suatu beban yang mempunyai faktor daya yang
rendah, perlu dipasang kapasitor pada masing-masing beban atau secara tersentralisir melalui
capasitor bank. Dengan pemasangan kapasitor tersebut selain untuk memperbaiki faktor daya juga
dapat memperbaiki pengaturan tegangan dan meningkatkan efisiensi transformator.
Kata kunci : kompensasi, kapasitor, faktor daya listrik
Saluran transmisi dan distribusi sistem
tenaga listrik merupakan jaringan yang bersifat
reaktif yang dinyatakan dengan induktansi seri
dan kapasitansi shunt perkilometer. Hal ini
menyebabkan mengalirnya daya reaktif pada
saluran transmisi dan distribusi tersebut.
Aliran daya reaktif ini berkaitan erat dengan
daya aktif dan akan mempengaruhi tegangan
disepanjang saluran sehingga apabila beban
dan faktor daya beban berubah maka profil
tegangan disepanjang saluran transmisi akan
berubah serta amplitudo tegangan di sisi
penerima akan bervariasi juga. Variasi
tegangan ini sebagian besar tidak dapat
ditolerir oleh beban. Tegangan yang rendah
menyebabkan penurunan unjuk kerja dari
peralatan beban, seperti motor-motor induksi,
peralatan penerangan dan sebagainya.
Sehingga perlu diadakan pengontrolan daya
reaktif untuk memperbaiki profil tegangan
saluran.
Daya yang dapat disalurkan melalui
saluran transmisi antara sisi pengirim dan sisi
penerima ditentukan oleh impedansi dari
saluran tesebut. Daya aktif yang dikirimkan
berbanding terbalik dengan impedansi saluran
(reaktansi) dan dikontrol oleh beda sudut
tegangan sisi pengirim dan sisi penerima.
Dalam istilah bidang kelistrikan, yang
dimaksud dengan daya ialah banyaknya
perubahan tenaga terhadap waktu dalam
besaran tegangan dan arus. Menurut tipenya
daya tersebut dibagi menjadi : daya aktif, daya
reaktif dan daya semu (apparent power).
Daya Aktif, Daya Reaktif dan Daya Semu
Daya dengan satuan watt disebut sebagai daya
aktif (P). Daya inilah yang dikonsumsi oleh
berbagai macam peralatan listrik. Selain daya
aktif, kita kenal daya reaktif. daya reaktif ini
memiliki satuan VAR atau volt ampere reaktif.
Daya reaktif (Q) ini tidak memiliki dampak
apapun dalam kerja suatu beban listrik, dengan
kata lain daya reaktif ini tidak berguna bagi
konsumen listrik. Gabungan antara daya aktif
dan reaktif adalah apparent power (S). Jika
digambarkan dalam bentuk segitiga daya,
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 22
maka daya nyata direpresentasikan oleh sisi
miring dan daya aktif maupun reaktif
direpresentasikan oleh sisi-sisi segitiga yang
saling tegak lurus.
Gambar 1. Segitiga Daya
Dasar pendekatan matematika Daya :
S=U.I (VA) (Daya buta)
Q=U.I.sinΦ (Var) (Daya reaktif)
P=U.I.cosΦ(W) (Daya aktif)
Perbaikan Faktor Daya
Perbaikan faktor daya dapat diartikan sebagai
usaha untuk membuat faktor daya/cos
mendekati 1. Untuk memperbaiki faktor daya
dari suatu beban yang mempunyai faktor daya
yang rendah, perlu dipasang kapasitor pada
masing-masing beban atau secara tersentralisir
melalui capasitor bank. Dengan pemasangan
kapasitor tersebut selain untuk memperbaiki
faktor daya juga dapat memperbaiki
pengaturan tegangan dan meningkatkan
efisiensi transformator.
Penggunaan Kapasitor Pada Sistem
Distribusi
Rangkaian sistem daya yang bersifat kapasitif
seperti terdapatnya kapasitor bank dalam
jaringan yang gunanya yaitu untuk
memperbaiki tegangan sistem dan
memperkecil faktor daya (cos ) dan
memperkecil rugi-rugi.
Kapasitor Daya
Kapasitor daya merupakan peralatan listrik
yang terdiri dari dua buah pelat yang satu sama
lain dipisahkan dengan bahan isolasi. Sistem
penghantarnya biasanya terbuat dari almunium
murni atau semprotan logam, sistem
dieletriknya memakai kertas biasanya
diimpregnasi dengan bahan minyak, bahan
minyak ini pada awalnya digunakannya pada
kapasitor, dengan perkembangan-
perkembangan teknik yang dicapai maka
sebagai bahan impregnasi sekarang banyak
memakai clopen, bahan ini mempunyai
keuntungan, antara lain: kekuatan dielektrik
yang tinggi untuk menahan tekanan tegangan,
tidak mudah terbakar, konstanta dieletrik yang
tinggi untuk memberikan kapasitansi yang
lebih tinggi atau kVAr persatuan volume, rugi-
rugi dielektrik yang rendah. Pemasangan
kapasitor dapat dilakukan di jaringan distribusi
maupun di beban sisi tegangan menengah atau
sisi tegangan rendah.
Kapasitor Shunt (Paralel)
Kapasitor shunt adalah kapasitor yang
dipasang secara paralel dengan beban.
Kapasitor shunt mencatu daya reaktif atau arus
yang menentang komponen arus beban
induktif. Kegunaan dari kapasitor shunt, antara
lain : perbaikan tegangan dan perbaikan faktor
daya.
Beban-beban yang mempunyai daya besar
sering dijumpai turunnya faktor daya (cos?)
karena pemakaian listriknya dipergunakan
untuk motor-motor induksi dan penerangan
yang mempergunakan lampu TL sehingga
faktor daya menjadi turun, hal ini sangat
merugikan bagi konsumen dimana sesuai
peraturan Tarif Dasar Listrik bahwa faktor
daya<0,85, konsumen tersebut disamping
membayar biaya pemakaian dan biaya beban
juga membayar biaya kVArh, untuk
mengurangi/menghilangkan biaya kVArh
dipasanglah kapasitor shunt di sisi beban.
Jika kapasitor shunt ditempatkan di jaringan
distribusi atau di beban, jatuh tegangan dapat
diperbaiiki. Pada jaringan distribusi atau di
beban dengan diagram phasor tegangan, jatuh
tegangan dapat diselesaikan secara
pendekatan, sebagai berikut :
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 23
P= I.R Cos + I.XL Sin
Dimana :
IR = I Cos = Komponen arus aktif dalam
Ampere
IX = I Sin = Komponen arus reaktif dalam
Ampere
Seperti pada gambar 2 dan gambar 3 ditunjukkan
rangkaian dasar sistem kompensasi capasitor
pararel.
Load
Z=R+jX Is
Vs C
Gambar 2. Rangkaian dasar sistem kompensasi
Kapasitor pararel
Gambar 3. Blok diagram kompensasi 3 fase
HASIL DAN IMPLEMENTASI RANGKAIAN
Rangkaian Utama
Desain rangkaian utama untuk beban
induktif yang menyerap daya reaktif. Rangkaian
bank kapasitor pararel dengan beban. PIC 16f877
mereferensikan pengukuran dari sirkuit yang
digunakan untuk mengetahui perbedaan antara
tegangan dan arus.
Gambar 4. Rangkaian utama yang memiliki
pengukuran, bank kapasitor dan beban
induktif Saat rangkaian switch on, tegangan 240
VAC mensuplay beban induktif dan beban
menyerap daya aktif dari sumber. Jika bank
kapasitor tidak dipasang, perbedaan fase dapat
dilihat pada gambar 5. Hal ini mengaceu hubungan
arus beban induktif dan tegangan fase. Untuk
memperbaiki perbedaan sudut fase bank kapasitor
diposisikan ON untuk mendapatkan kesamaan
sudut fase.
Gambar 5 . Perbedaan fase ketika bank
kapasitor OFF
Gambar 6. Perbedaan fase saat kapasitor
saat ON
Beban
RLC 3
fase
Bank
Capasitor
Sumber
3 fase
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 24
KESIMPULAN
1. Kapasitor, dapat membangkitkan daya
reaktif kapasitif yang dibutuhkan untuk
mengkompensir daya reaktif induktif dari
beban, pemasangannya dapat dilakukan
pada tegangan menengah maupun
tegangan rendah.
2. Kompensasi daya reaktif dengan kapasitor
memberikan keuntungan antara lain :
a) Keuntungan saat pembangkitan
b) Keuntungan pada kapasitas transmisi
c) Keuntungan meminimalisir drop tegangan
d) Mengurangi rugi-rugi daya
e) Keuntungan finansial pada sistem operasi
ketenagalistrikan
PUSTAKA
Basri, Hasan, Ir., Sistem Distribusi Daya
Listrik, Jurusan Elektro ISTN, Jakarta,
1997 Electronic Circuit.(2010).Variable DC Power
Supply. Retrieved November 10, 2010 from
the World Wide Web: http://electronic-
circuit.net/wp-content.html
Ernawati, Strategi bersaing PT Gajah Tunggal
sebagai produsen ban ranmor terbesar di
Asia Tenggara, MasterThesesfromMM-
FEUI dibuat : 1996-12-15.
Hermawanto, Bambang, Ir. MSc., Phenomena
Harmonik Di Sistem Distribusi Tenaga
Listrik : Masalah, Penyebab dan Usaha
Mengatasinya, Energi dan Listrik
Volume VI No. 2, Juni 1996.
Hardi, Surya, Ir. MSc., Harmonisa Dan
Pengaruhnya Pada Peralatan Sistem
Distribusi, SAINTEK ITM NO. 10
Tahun VI. Hyper physic Corporation.(2010). Power Factor.
Retrieved November 10, 2010 from the
World Wide Web: http://hyperphysics.phy-
astr.gsu.edu/hbase/electric/powfac.html
İ. Çolak, R. Bayındır, Güç Katsayısının Bir
Mikrodenetleyici Kullanarak Ölçümü,
Erciyes Üniversitesi Fen Bilimleri Enstitüsü
Dergisi, Cilt 19, Sayı 1-2, 50-58, 2003.
Wikipedia.(2010). AC Power. Retrieved
November 10, 2010 from the World Wide
Web: http://en.wikipedia.org/wiki/Reactive
Power
R.C Dugan, M. F. McGranaghan, and H. W.
Beaty, Electrical Power System Quality.
New York : McGraw-Hill, 1996. Standar
IEEE 18-1992, IEEE Standard For Shunt
Power Capasitors.
Arifin.http://el-
03.blogspot.co.id/2009/11/perbaikan-
faktor-daya.html
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 25
Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jurnal Ilmu Eksakta
1. Artikel yang ditulis untuk Jurnal Ilmu Eksakta
meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian atau kajianpustaka yang mempunyai kontribusi baru di bidang Teknik. Naskah diketik degan huruf TimesNew Roman, ukuran 11 pts, dengan spasi ganda, dicetak pada kertas HVS kuarto sepanjang maksimum15 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta disketnya. Berkas(file) dibuat dengan Microsoft word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attacment e-mail kealamat: [email protected]
2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan dibawah judul artikel. Jikapenulis terdiri 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama;nama penulis-penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Dalam halnaskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yangnamanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail untukmemudahkan komunikasi.
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masingmasingbagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikeldicetak dengan huruf besar ditengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atautebal dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)
4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak(maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atauruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup ataukesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak(maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpajudul) yang berisi latar belakang, sedikit kajian pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil dan pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk)
6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yangdiutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk
skripsi, tesis, disertasi)atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurang (nama, tahun). Pencantuman sumberpada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan.Contoh: (Davis, 2003: 47).
8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dankronologis. Buku:
Anderson, D, W., Vault, V. D. & Dickson, C. E.
1999. Problem and Prospects for the Decades Ahead:
Competency Based Teacher Education. Berkeley:
McCutchan Publising Co.
Buku kumpulan artikel:
Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis
Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-
1). Malang: UM Press.
Artikel dalam buku kumpulan artikel:
Russel, T. 1998. An Alternative Conception:
Representing Represensation. Dalam P.J. Black &
A.
Lucas (Eds), Children’s Informal Ideas in Science
(hlm. 62-84). London: Routledge.
Artikel dalam jurnal atau majalah:
Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan
Pendidikan Program Profesional dalam
Memenuhi
kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.
Artikel dalam koran:
Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan
ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos,
hlm. 4 & 11.
Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama
pengarang):
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih
Mandiri, hlm. 3.
Dokumen resmi:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta:
Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
1990. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.
Buku terjemahan:
Jurnal Ilmu Eksakta vol 3 No 2 Sept 2015 | 26
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976.
Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh
Arief
Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.
Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:
Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum
Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan
Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu
Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia
Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: PPS IKIP MALANG.
Makalah seminar, lokakarya, penataran:
Waseso, M.G 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah.
Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya
Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah,
Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin,
9-11 Agustus.
Internet (karya individual)
Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of
STM Online Journals, 1990-1995 : The Calm
before the Storm, (Online),
(http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.ht
ml, diakses 12 Juni
1996)
Internet (artikel dalam jurnal online):
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar
dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan.
(Online), jilid 5,No. 4,(http://www.malang.ac.id,
diakses 20 Januari 2000).
Internet (bahan diskusi):
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing
Internet sites. NETTRAIN Discussion List,
(Online), ([email protected],
diakses 22 November 1995).
Internet (e-mail pribadi):
Naga, D.S ([email protected]). 1 Oktober 1997.
Artikel Untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah
9. Tata cara penyajian kutipan, table, dan gambar mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel bahasa Inggris menggunakan ragam baku.
10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari reviewers yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting, kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.
11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikel yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah. Segala sesuatu yang menyangkut perjanjian pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut.