Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
DAN UPAH MINIMUM PROVINSI (UMP) TERHADAP
TINGKAT KEMISKINAN 11 KABUPATEN/KOTA DI
PROVINSI JAMBI (TAHUN 2014-2019)
S K R I P S I
Oleh :
HUJAIPAH
NIM : EES.160409
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
i
ii
Pembimbing I : Drs. Arsa, M.HI
Pembimbing II : Anzu Elvia Zahara, S.E., M.E.Sy
Alamat : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi
Jl. Arif Rahman Hakim No.11 Telanaipura Jambi 36122
Telp/Fax : (0741) 60500
Jambi, 20 Mei 2020
Kepada YTH
Bapak Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Jambi
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum wr. wb
Setelah membaca dan melakukan perbaikan seperluanya, maka skripsi
saudari Hujaipah yang berjudul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) Terhadap Tingkat Kemiskinan
11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi (Tahun 2014-2019)”. Telah di setujui
dan dapat diajukan untuk di munaqasyahkan guna melengkapi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam ilmu Ekonomi Syariah pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terimakasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan Agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Arsa, M.HI Anzu Elvia Zahara,S.E., M.E.Sy
NIP.19621229 199302 1 001 NIP.19750724 200604 2 020
iii
iv
MOTTO
حروو وفي أيىانهى حك نهسبئم وان
Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan
orang miskin yang tidak meminta. (QS. Az-Zariyat: 19)
v
ABSTRAK
Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang
bersifat kompleks dan multidimensional. Oleh karenanya dibutuhkan solusi untuk
mengatasi dan mengurangi tingkat kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Upah Minimum
Provinsi terhadap tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi tahun
2014-2019.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi data panel.
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model Random Effect, karena
model Random Effect lebih baik dibandingkan dengan model yang lain, yang telah
diuji menggunakan Uji Hausman dengan alat bantu Eviews 9.
Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa, secara parsial variabel
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di
Provinsi Jambi Tahun 2014-2019. Sedangkan secara simultan, variabel Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2014-2019.
Kata Kunci : Tingkat Kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah
Minimum Provinsi (UMP) dan Random Effect
vi
ABSTRACT
Poverty is one of the problems in a complex and multidimensional
economy. Therefore, solutions are needed to address and reduce poverty levels.
This research aims to analyze the influence of the Provincial Human Development
Index and Minimum Wage on the poverty level of 11 Districts/Cities in Jambi
Province in 2014-2019.
The type of data used in this study is secondary data obtained from the
Central Bureau of Statistics of Jambi Province. This research is a quantitative
study using regression analysis of panel data. In this study the model used is the
Random Effect model, because the Random Effect model is better compared to
other models, which have been tested using the Hausman Test with the Eviews 9
tool.
The results of the research analysis showed that, partially, the variable
Human Development Index (IPM) and the Provincial Minimum Wage (UMP) had
no significant effect on the poverty rate of 11 Districts/Cities in Jambi Province in
2014-2019. Simultaneously, the variable Human Development Index (IPM) and
Provincial Minimum Wage (UMP) have a significant impact on the poverty rate
of 11 Districts/Cities in Jambi Province in 2014-2019.
Keywords : Poverty Rate, Human Development Index (IPM), Wages
Provincial Minimum (UMP) and Random Effect
vii
PERSEMBAHAN
Ya Allah, berapa banyak waktu yang telah ku lalui dengan berjuta perasaan,
sedih, bahagia, tangis dan tawa. Tak cukup jika hanya diungkapkan melalui kata,
cukuplah kujadikan pengalaman berharga yang luarbiasa di dalam hidupku.
Kubersujud di hadapan-Mu mengucap syukur tiada terkira, Engkau berikan aku
kesempatan yang tidak pernah ku duga sebelumnya. Segala puji hanya untuk-Mu
ya Allah
Alhamdulillah.. Alhamdulillahirobbil’alamiin
Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT Yang Maha Rahman, Yang
Maha Rahiim yang senantiasa melimpahkan Rahmat serta karunia-Nya yang
tiada terkira sehingga aku memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana
meletakkan derajat adab itu lebih tinggi daripada Ilmu.
Terimakasih karena kau ciptakan aku diantara dua malaikat tanpa sayapku yang
senantiasa ikhlas menjagaku, mendidikku, memberikan segala usaha terbaiknya
untukku serta tak luput dari doa-doanya di setiap sujud mereka kepada-Mu.
Semoga segala peluh mereka Engkau balas dengan Syurga. Aamiin
Untukmu cinta pertamaku (M. Sayuti) dan Syurgaku (Royani)
Dalam setiap langkahku aku selalu berusaha mewujudkan harapan-harapan
yang kalian impikan pada diriku, meski tak mudah ku meraihnya, meski tak
banyak yang bisa aku lakukan, aku berharap suatu hari nanti aku bisa menjadi
anak yang paling bahagia melihat senyuman yang terukir di wajah teduh kalian,
dan dengan bangganya kalian menyebut “itu anakku”.
Ayuk-ayuk ku (Munawarah dan Siti Hafsah), kakak-kakak iparku (Edi
Siswoyo dan Rundi Alfah Risandi) terimakasih atas nasihat, motivasi dan
dukungan yang selalu diberikan. Adikku (Susi Ariyanti) rajinlah belajar, teruslah
berusaha meraih semua impian yang kau cita-citakan. Keempat keponakanku
(Ardi, Syarifah, Wawa, Fatimah) yang kusayangi semoga kalian dapat menjadi
tumpuan harapan orangtua.
viii
Teruntuk seseorang yang spesial dalam hidupku, terimakasih karena selalu
ada untukku, menjadi orangtua, kakak dan sahabat bagiku disini. Menjadi
penyemangat di kala ku rapuh dan ingin menyerah, membantu segala
kebutuhanku baik moril maupun materil. Untuk ibu, ayah dan adiknya juga
terimakasih karena menjadikanku seperti anak dan kakaknya yang selalu
memberikan support.
Team Belajar Bersama (Upil, Feni Krucil, Qoqom, Antum, Harput), Pitrok
yang selalu ada, Feb si emak kucing, Rima, KKN Squad 007 Gel 3 dan seluruh
teman seperjuangan Ekonomi Syariah 2016 terkhusus “Lokal D’Squad”
terimakasih atas solidaritas dan kekompakannya semasa kuliah, semoga semua
harapan kita dapat terwujud. Aamiin
Dan untuk semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih…
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat, rahmat serta karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan
kelancaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sangat baik. Tak lupa dan tak bosan shalawat serta salam penulis haturkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dan Upah Minimum Provinsi (UMP) Terhadap Tingkat Kemiskinan 11
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi (Tahun 2014-2019)”.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir
yang merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1)
pada Ilmu Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam penyusunan skripsi ini tentu
tidak luput dari kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis menyadari
bahwa didalam penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya doa,
bimbingan, usaha dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya penulis menghaturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Kedua orangtuaku tercinta Bapak M.Sayuti dan Ibu Royani yang tak pernah
lelah dan mengeluh memberikan doa, cinta, kasih sayang, motivasi, semangat
dan dukungan kepada penulis.
x
2. Bapak Drs. Arsa, M. HI dan Ibu Anzu Elvia Zahara, S.E., M.E.Sy selaku
pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu untuk membantu
membimbing dan membina dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA., Ph.D selaku UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Ibu Dr. Rafidah, SE., M.EI selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Novi Mubyarto ,
SE., ME selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Sucipto, MA selaku Wakil
Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
6. Bapak Ambok Pangiuk, S.Ag., M.Si dan Bapak M. Yunus, M.Si selaku Ketua
Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, seluruh Pegawai dan Staff Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Pimpinan beserta Staff Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi yang telah
bersedia memberikan informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.
9. Semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu
xi
Tiada kata terindah selain ucapan terimakasih, semoga Allah SWT
memberikan balasan kebaikan, keberkahan hidup dan amal jariyah atas segala
kebaikan yang diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga hasil penulisan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jambi, 22 April 2020
Penulis
Hujaipah
EES.160409
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN DAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................ i
NOTA DINAS ........................................................................................................... ii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR ........................................................................... iii
MOTTO .................................................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xvii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. xviii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xix
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 8
E. Batasan Masalah ...................................................................................... 9
F. Kerangka Teori ........................................................................................ 9
G. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 25
H. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 29
xiii
I. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 30
J. Sistematika Penulisan .............................................................................. 31
BAB II. METODE PENELITIAN ...................................................................... 33
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 33
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 33
C. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 34
D. Operasional Variabel ............................................................................... 34
E. Metode Analisis Data .............................................................................. 36
F. Metode Data Panel .................................................................................. 38
G. Pemilihan Model Data Panel ................................................................... 39
H. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 40
I. Uji Statistik .............................................................................................. 42
BAB III. GAMBARAN UMUM............................................................................ 44
A. Provinsi Jambi ......................................................................................... 44
B. Kabupaten Batanghari ............................................................................. 47
C. Kabupaten Bungo .................................................................................... 48
D. Kabupaten Kerinci................................................................................... 51
E. Kabupaten Merangin ............................................................................... 52
F. Kabupaten Muaro Jambi ......................................................................... 53
G. Kabupaten Sarolangun ............................................................................ 53
H. Kabupaten Tanjung Jabung Barat ........................................................... 54
I. Kabupaten Tanjung Jabung Timur .......................................................... 55
J. Kabupaten Tebo ...................................................................................... 57
K. Kota Jambi............................................................................................... 58
xiv
L. Kota Sungai Penuh .................................................................................. 59
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 61
A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... 61
B. Hasil Estimasi dan Pemilihan Model Data Panel .................................... 64
C. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 69
D. Uji Hipotesis ............................................................................................ 73
E. Pembahasan ............................................................................................. 76
BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 84
A. Kesimpulan.............................................................................................. 84
B. Saran ........................................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 86
LAMPIRAN – LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2013-2014 ................................ 1
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2014-2019 ....................... 2
Tabel 3 : Persentase Penduduk Miskin (P0) Menurut Kab/Kota di Provinsi
Jambi Tahun 2014-2019 ................................................................... 3
Tabel 4 : Tingkat Kemiskinan, IPM dan UMP Provinsi Jambi Tahun
2014-2019 ........................................................................................ 6
Tabel 5 : Penelitian Terdahulu ......................................................................... 26
Tabel 6 : Operasional Variabel ........................................................................ 35
Tabel 7 : Durbin Watson .................................................................................. 42
Tabel 8 : Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Provinsi Jambi
2014-2019 ........................................................................................ 61
Tabel 9 : Persentase Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di
Provinsi Jambi 2014-2019 ............................................................. 62
Tabel 10 : Upah Minimum Provinsi .................................................................. 63
Tabel 11 : Common Effect Model ...................................................................... 65
Tabel 12 : Fixed Effect Model ............................................................................ 66
Tabel 13 : Uji Chow ........................................................................................... 67
Tabel 14 : Random Effect Model ........................................................................ 68
Tabel 15 : Uji Hausman ..................................................................................... 69
Tabel 16 : Correlation Matrix ............................................................................ 70
Tabel 17 : Uji Gletjser ........................................................................................ 70
Tabel 18 : Random Effect Model Untuk Mengetahui Nilai D-W ....................... 71
Tabel 19 : Durbin-Watson .................................................................................. 72
xvi
Tabel 20 : Perbaikan Dengan Model Period SUR ............................................. 72
Tabel 21 : Hasil Uji t .......................................................................................... 73
Tabel 22 : Hasil Uji F ......................................................................................... 75
Tabel 23 : Koefisien Determinasi (R2) ............................................................... 75
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Paradigma Penelitian ...................................................................... 29
Gambar 2 : Histogram Normaliti ...................................................................... 69
xviii
DAFTAR ISTILAH
Basic Need Approach : Kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
Center Point : Titik tengah
De facto : Pada kenyataannya
Drop Out : Pemberhentian
Floor Price : Harga dasar
Human Development Index : Indeks Pembangunan Manusia
Income Policy : Kebijakan pendapatan
Indeks Komposit : Suatu kombinasi linier dari variabel-variabel
Indikator : Fungsi, Jenis
Melek huruf : Dapat membaca dan menulis
Purchasing Power Parity : Keseimbangan kemampuan berbelanja/
paritas daya beli
Sanitasi : Penyediaan sarana dan pelayanan pembuangan
limbah kotoran manusia
Spectrum : Keadaan yang tidak terbatas
Swarnadwipa : Tanah
Swanabhumi : Pulau Emas
xix
DAFTAR SINGKATAN
BPS : Badan Pusat Statistik
DAU : Dana Alokasi Umum
DePeProv : Dewan Pengupahan Provinsi
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRGR : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong
HDI : Human Development Index
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PPP : Purchasing Power Parity
UMP : Upah Minimum Provinsi
UNDP : United Nations Development Programme
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia, dan memiliki kecenderungan untuk terus meningkat pada
setiap tahunnya. Berikut tabel kenaikan jumlah penduduk Indonesia berdasarkan
data yang di publikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013-
2014:
Tabel 1
Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2013-2014
Tahun Jumlah Penduduk (Juta/Jiwa)
2014 252,20
2013 248,80
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia 2019
Dari data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,35% atau bertambah
sebanyak 3,4 juta jiwa dibandingkan dengan tahun 2013. Indonesia memiliki 34
Provinsi dan 416 kabupaten/kota pada tahun 2014.1 Provinsi Jambi merupakan
salah satu Provinsi di Indonesia, yang mana jumlah penduduknya juga mengalami
kenaikan pada setiap tahunnya. Tercatat data pada Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Jambi bahwa sesuai tahun penelitian yaitu 2014-2019 jumlah penduduk
Provinsi Jambi mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
1 Badan Pusat Statistik, “https://www.bps.go.id, akses 23 Januari 2020.
2
Jumlah Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2014-2019
Tahun Jumlah Penduduk (Juta/Jiwa)
2019 3.624.579
2018 3.570.272
2017 3.515.017
2016 3.458.926
2015 3.402.052
2014 3.344.421
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi 2020
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa terlihat jelas secara universal
jumlah penduduk terus mengalami kenaikkan, hal ini terjadi karena secara khusus
di beberapa provinsi, jumlah penduduknya meningkat setiap tahun, salah satunya
Provinsi Jambi. meski kenaikan jumlah penduduk tidak begitu signifikan, namun
hal ini dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakatnya.
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di
dunia, terutama negara sedang berkembang, salah satunya Indonesia. Yang mana
Provinsi Jambi yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia tak luput dari
masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum Provinsi
(UMP), pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa,
geografis dan lokasi lingkungan. Menurut BPS, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin
3
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah
garis kemiskinan.2
Kemiskinan menggambarkan kondisi ketiadaan kepemilikan dan
rendahnya pendapatan, atau secara lebih rinci menggambarkan suatu kondisi tidak
dapat terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, papan dan sandang.
Beberapa definisi menggambarkan kondisi ketiadaan tersebut. Salah satunya
adalah definisi kemiskinan yang digunakan BPS, yang menjelaskan kemiskinan
sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal
untuk hidup layak.3
Faktor budaya juga menjadi salah satu penyebab kemiskinan di wilayah
Provinsi Jambi. Sehingga hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah kemiskinan
pada setiap tahunnya. Berikut gambaran persentase penduduk miskin
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi :
Tabel 3
Persentase Penduduk Miskin (P0)
Menurut Kab/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014-2019
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Kerinci 7,48 7,48 7,45 7,48 8,16 7,43
Merangin 8,48 8,88 9,43 9,95 9,80 9,37
Sarolangun 8,45 8,73 8,87 9,33 10,29 10,17
Batanghari 9,75 10,23 10,33 10,79 10,69 10,50
Muaro Jambi 3,83 4,05 4,37 4,30 4,63 4,45
Tanjung Jabung Timur 11,54 12,38 12,58 12,76 14,17 13,55
Tanjung Jabung Barat 10,56 11,10 11,32 11,81 12,63 11,64
Tebo 6,47 6,58 6,79 6,87 7,12 6,89
Bungo 5,60 5,78 5,82 5,99 5,70 5,12
2 Ibid, akses 19 Juni 2019.
3 Ardhito Bhinadi, Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, cet. ke-1
(Yogyakarta: Deepublish, 2017), hlm. 9.
4
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Kota jambi 8,12 8,49 8,84 8,87 9,67 8,94
Kota Sungai Penuh 2,81 2,76 2,78 3,13 3,43 3,33
Provinsi Jambi 7,60 7,92 8,19 8,41 8,86 8,39
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi 2020
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 11 kabupaten/kota di Provinsi
Jambi tingkat kemiskinannya cenderung tidak stabil karena ada yang mengalami
penurunan, kemudian di tahun berikutnya justru kembali mengalami kenaikan,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut berpengaruh bagi tingkat kemiskinan Provinsi
Jambi secara umum.
Amirudin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2019),
dengan judul “analisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat
pengangguran terhadap kemiskinan di Indonesia tahun 2014-2017 (studi kasus: 34
Provinsi).” Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Variabel independen dalam
penelitian ini, yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat
pengangguran secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap
kemiskinan 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2014-2017, variabel Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) secara parsial memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2014-2017,
variabel pengangguran secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kemiskinan 34 provinsi di Indonesia tahun 2014-2017.4
Anindita Puspitasari, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2016),
meneliti tentang “analisis pengaruh upah minimum, Indeks Pembangunan
4 Amirudin, “Analisis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014-2017 (Studi Kasus: 34 Provinsi),” Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2019).
5
Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap kemiskinan 38 kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Timur tahun 2014.” Penelitian ini menggunakan alat analisis
Ordinary Least Square (OLS), menggunakan data sekunder deret lintang (cross-
section data) yang meliputi 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa upah minimum berpengaruh positif (1,620416)
dan signifikan terhadap kemiskinan 38 kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2014,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif (-0,158518) dan
signifikan terhadap kemiskinan 38 kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2014.
Nilai adjusted R2 sebesar 0,482786, hal ini berarti sebesar 48,28% variasi
kemiskinan dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen.5
Perbedaan antara penelitian terdahulu dibandingkan penelitian sekarang
adalah terletak pada variabel independen serta objek penelitiannya yang lebih
sempit dibandingkan penelitian terdahulu yang terfokus pada beberapa provinsi di
Indonesia. Penelitian sekarang hanya fokus pada Provinsi Jambi yang memiliki 11
kabupaten/kota. Adapun penulis mengambil data-data penelitian tersebut adalah
sebagai bahan perbandingan antara variabel independen dan dependen meskipun
pada penelitian saat ini ada sedikit perbedaan pada variabel dependennya.
5 Anindita Puspitasari, “Analisis Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun
2014,” Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta (2016).
6
Tabel 4
Tingkat Kemiskinan, IPM dan UMP Provinsi Jambi 2014-2019
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi 2019
Dari data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun IPM
dan UMP selalu mengalami kenaikan yang seharusnya disertai penurunan tingkat
kemiskinan di Provinsi Jambi. Hal ini seharusnya berdampak sangat baik bagi
perekonomian daerah tersebut. Namun, pada tahun 2015 tingkat kemiskinan di
Provinsi Jambi justru mengalami kenaikan, padahal tingkat IPM dan UMP nya
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Kualitas sumber daya manusia, belum
meratanya hasil usaha pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan ke
seluruh kabupaten/kota juga dapat menjadi penyebabnya, padahal kemiskinan
berdampak sangat buruk bagi perekonomian. Untuk itu diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh
kabupaten/kota di Provinsi Jambi sehingga dapat digunakan sebagai dasar
kebijakan bagi setiap kabupaten/kota tersebut dalam mengatasi kemiskinan di
Provinsi Jambi.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil
judul penelitian “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Upah
Tahun
Tingkat
Kemiskinan
(%)
IPM
(%)
UMP
(Juta Rupiah)
2019 7,60 71,26 2.423
2018 7,92 70,65 2.243
2017 8,19 69,99 2.063
2016 8,41 69,62 1.906
2015 8,86 68,69 1.710
2014 8,39 68,24 1.502
7
Minimum Provinsi (UMP) Terhadap Tingkat Kemiskinan 11
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi (Tahun 2014-2019)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat
kemiskinan 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2014-2019?
2. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap tingkat
kemiskinan 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2014-2019?
3. Bagaimana pengaruh IPM dan UMP secara simultan terhadap tingkat
kemiskinan 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2014-2019?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dengan melihat latar
belakang dan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) terhadap tingkat kemiskinan 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi
tahun 2014-2019.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Upah Minimum Provinsi
(UMP) terhadap tingkat kemiskinan 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi
tahun 2014-2019.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh IPM dan UMP secara simultan
terhadap tingkat kemiskinan 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2014-
2019.
8
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak
terkait guna untuk memperbaiki sistem perekonomian khususnya di Provinsi
Jambi dalam rangka mengatasi jumlah kemiskinan. Adapun pihak-pihak tersebut
yaitu :
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman penulis, serta
sebagai syarat memperoleh gelar S1 Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Bagi pengambil kebijakan
Sebagai bahan pertimbangan, informasi dan masukan tambahan bagi
pemerintah Provinsi Jambi dalam membuat kebijakan baru dalam mengatasi
masalah kemiskinan.
3. Bagi civitas akademi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kemiskinan.
4. Bagi masyarakat
Agar masyarakat Provinsi Jambi mengetahui bagaimana tingkat
kemiskinan yang sedang mereka hadapi, kemudian dapat membantu
pemerintah dalam memperbaiki kondisi perekonomian di daerahnya.
9
E. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup pembahasan ini, serta untuk
menghindari terjadinya perluasan persepsi serta fokus penelitian maka penulis
membatasi masalah hanya pada penelitian tingkat kemiskinan yang ada di
Provinsi Jambi pada tahun 2014-2019.
F. Kerangka Teori
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Salah satu alat ukur untuk menilai kualitas SDM di suatu negara
adalah dengan menggunakan Human Development Index (HDI) atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), IPM merupakan suatu konsep yang pertama
kali diperkenalkan oleh UNDP (United Nations Development Programme)
pada tahun 1990, dimana konsep ini mencoba menggabungkan antara indeks
harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli.6
Adapun formula yang digunakan dalam menyusun IPM ini adalah
sebagai berikut :7
IPM = 1/3 (indeks harapan hidup) + 1/3 (indeks pendidikan)
+ 1/3 (indeks daya beli)
Angka harapan hidup adalah perkiraan tingkat usia rata-rata yang
akan dicapai oleh penduduk dalam periode waktu tertentu. Semakin baik
kondisi perekonomian dan pelayanan kesehatan di suatu negara maka akan
semakin tinggi pula angka harapan hidup masyarakat di negara tersebut.8
6 Irfan Syauqi Beik dan Laili Dwi Arsyanti, Ekonomi Pembangunan Syariah, cet. Ke-2
(Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 147. 7 Ibid.
8 Ibid.
10
Indeks pendidikan menggabungkan dua indikator utama, yaitu rata-
rata lama bersekolah dan tingkat melek huruf, semakin tinggi nilai kedua
indikator ini maka akan semakin baik pula nilai indeks pendidikannya.9
Indeks daya beli merujuk pada standar hidup layak di suatu wilayah.
Indeks ini menunjukkan berapa sesungguhnya tingkat kemampuan seseorang
atau suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga mereka
mampu menjalankan kehidupan ini secara layak.10
Menurut Bank Dunia, konsep pembangunan sumber daya manusia
dalam konteks makro merupakan keseluruhan proses aktivitas perluasan
spectrum pilihan untuk meningkatkan kemampuan manusia, yang di
dalamnya tercakup berbagai aktivitas, yaitu: pengembangan pendidikan dan
pelatihan, kesehatan dan gizi, kesempatan kerja, lingkungan hidup yang sehat,
pengembangan ditempat kerja, dan kehidupan politik yang bebas.11
Hakikat pembangunan sesungguhnya adalah pembangunan manusia.
Salah satu pengukur kinerja pembangunan manusia adalah Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index atau HDI). Menurut
United Nation (UN) mengukur tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis,
pendidikan, indeks harapan hidup dan faktor-faktor lainnya pada negara-
negara di seluruh dunia. Nilai HDI menunjukkan standar pencapaian rata-rata
pada tiga bidang pokok, yaitu usia panjang dan sehat yang diukur dari angka
harapan hidup, pendidikan yang diukur dari tingkat kemampuan baca tulis
9 Ibid.
10 Ibid.
11 Sulaiman Asang, Membangun Sumber Daya Manusia Berkualitas, cet. ke-1 (Surabaya:
Brilian Internasional, 2012), hlm. 2.
11
dengan pembobotan dua per tiga, dan partisipasi kasar dengan pembobotan
satu per tiga serta standar hidup yang layak yang diukur dengan pendapatan
perkapita pada paritas daya beli dalam mata uang Dollar Amerika.12
Indeks Pembangunan Manusia menjelaskan bagaimana penduduk
dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,
kesehatan, pendidikan dan sebagainya.13
Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) memiliki tiga dimensi yang digunakan sebagai dasar perhitungannya:14
a. Usia harapan hidup15
Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar
penduduk dapat mencapai usia harapan hidup yang panjang. Indikator
harapan hidup, meliputi :16
1) Angka kematian bayi,
2) Penduduk yang di perkirakan tidak mencapai usia 40 tahun,
3) Persentase penduduk dengan keluhan kesehataan,
4) Persentase penduduk yang sakit,
5) Rata-rata lama sakit,
6) Persentase penduduk yang melakukan pengobatan sendiri,
7) Persentase kelahiran ditolong, yang ditolong oleh tenaga medis,
8) Persentase balita kekurangan gizi,
12
Nazaruddin Malik, Dinamika Pasar Tenaga Kerja Indonesia, cet. ke-1 (Malang:
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), hlm. xxx. 13
Badan Pusat Statistik, “https://www.bps.go.id, akses 30 Desember 2019. 14
Yusniah Aggraini, Kebijakan Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di
Indonesia, (Jakarta: Indocamp, 2018), hlm. 9. 15
Ibid, hlm. 9. 16
Ibid, hlm. 11-12.
12
9) Persentase rumah tangga yang mempunyai akses ke sumber air
minum bersih,
10) Persentase rumah tangga yang menghuni rumah berlantai tanah,
11) Persentase penduduk tanpa akses terhadap fasilitas kesehatan,
12) Persentase rumah tangga tanpa akses terhadap sanitasi.
b. Pengetahuan17
Tingkat pendidikan diakui secara luas sebagai unsur mendasar
dari pembangunan manusia. Indikator pendidikan meliputi :18
1) Angka melek huruf,
2) Rata-rata lama bersekolah,
3) Angka partisipasi sekolah,
4) Angka putus sekolah “Drop Out/DO” dan lain-lain.
c. Standar hidup layak19
Indikator standar hidup layak dapat dilihat dari daya beli
masyarakat yang meliputi :
1) Jumlah yang bekerja,
2) Jumlah pengangguran terbuka,
3) Jumlah dan persentase penduduk miskin,
4) PDRB riil per kapita.
Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui
pengelompokan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu :20
17
Ibid, hlm. 12. 18
Ibid, hlm. 14. 19
Ibid. hlm. 14. 20
Ibid, hlm. 16.
13
IPM < 60 : IPM rendah
60 < IPM < 70 : IPM sedang
70 < IPM < 80 : IPM tinggi
IPM < 80 : IPM sangat tinggi
Manfaat IPM menurut BPS :21
1) IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan
dalam upaya membangun kualitas hidup (masyarakat/penduduk),
2) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu
wilayah/negara,
3) Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai
ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu
alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).22
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index
(HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM
digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara
maju, negara berkembang atau negara terbelakang, serta untuk mengukur
pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.23
Selain menjadi parameter untuk melihat pengaruh kebijakan
ekonomi suatu negara terhadap kualitas rakyatnya, IPM tidak hanya
digunakan sebagai tolak ukur pengelompokan suatu negara, tetapi juga dapat
21
Badan Pusat Statistik, “https://www.bps.go.id, akses 30 Desember 2019. 22
Ibid. 23
Yusniah Aggraini, Kebijakan Peningkatan, hlm. 8.
14
digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur dan pengelompokan subnegara
(daerah bagian).24
Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai
indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya :
pertama, membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan
manusia dan perluasan kebebasan memilih; kedua, memanfaatkan sejumlah
indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana; ketiga. membentuk satu
indeks komposit (suatu kombinasi linier dari variabel-variabel) daripada
menggunakan sejumlah indeks dasar, dan keempat, menciptakan suatu ukuran
yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.25
Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi
berikut ini pertama, umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan
indikator angka harapan hidup; kedua, pengetahuan, yang diukur dengan
angka melek huruf dan kombinasi dari angka partisipasi sekolah untuk tingkat
dasar, menengah dan tinggi, ketiga, standar hidup yang layak, dengan
indikator PDRB perkapita dalam bentuk Purchasing Power Parity (PPP).26
Melalui indikator Human Development Index (HDI) pada tahun
2001, diketahui bahwa Indonesia memiliki HDI sebesar 0,677 (berada pada
urutan 102 dari 162 negara yang di analisis oleh UNDP), sementara Malaysia
24
Muhamad Burhanudin, “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah
Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Terhadap Tingkat
Pengangguran di Provinsi Banten Periode 2008-2013,” skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2015), hlm. 21-22. 25
Prima Sukmaraga, “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Perkapita,
dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di provinsi Jawa Tengah,” skripsi
Universitas Diponegoro (2011), hlm. 9. 26
Ibid, hlm. 9-10.
15
memiliki HDI sebesar 0,774 (ranking 56 dari semua negara), dan Singapura
dengan HDI sebesar 0,876 berada pada ranking 26, dan Australia dengan HDI
sebesar 0,936 berada pada rangking kedua (setelah Norwegia). Negara
dengan ranking terakhir adalah Sierra Leone (HDI sebesar 0,258).27
2. Upah Minimum Provinsi (UMP)
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam hal upah dan
pembentukan harga upah tenaga kerja, dikemukakan beberapa teori yang
menerangkan tentang latar belakang terbentuknya harga upah tenaga kerja.
Teori dana upah dikemukakan oleh John Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi
upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan
penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah
modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah.28
Upah minimum merujuk pada standar kelayakan hidup bagi para
pekerja. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
menetapkan bahwa upah minimum harus didasarkan pada standar KHL
(Kebutuhan Hidup Layak). Pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor 1 Tahun 1999, mendefinisikan upah minimum sebagai “upah
bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.” Sebagai
imbalan dari pengusaha kepada pekerja, upah yang diberikan dalam bentuk
tunai harus ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-
undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha
27
Sulaiman Asang, Membangun Sumber, hlm. 3. 28
Hadi Setiawan, “Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi, Tenaga Kerja dan
Infrastruktur Terhadap Penanaman Modal Asing di Provinsi DKI Jakarta,” skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2014), hlm. 27-28.
16
dengan pekerja, termasuk tunjangan, baik untuk pekerja itu sendiri maupun
keluarganya.29
Upah minimum berlaku selama 1 tahun dan merupakan upah
bulanan terendah yang diterima semua jenis status buruh, yang masih lajang
dan memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun dan ditetapkan oleh gubernur
berdasarkan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi (Depeprov) dan/atau
bupati/walikota.30
UMP adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh
kabupaten/kota di satu provinsi, ditetapkan oleh gubernur dengan
mempertimbangkan rekomendasi dari Depeprov yang unsurnya tripartit yaitu
pengusaha, pemerintah, serikat buruh/serikat pekerja, ditambah perguruan
tinggi dan pakar. Penetapan UMP ditetapkan selambat-lambatnya 60 hari
sebelum tanggal 1 Januari.31
Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Regional merupakan
suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha untuk
memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh dalam bentuk uang
menurut persetujuan atau peraturan perundangan daerah yang berlaku. Upah
Minimum Provinsi dinyatakan dalam juta rupiah.32
Tujuan utama dari penetapan upah minimum adalah jaringan
pengaman, yang berfungsi untuk mencegah agar upah tidak terus merosot di
bawah daya beli pekerja. Oleh karena itu, upah minimum harus dapat
29
Izzaty dan Rafika Sari, “Kebijakan Penetapan Upah Minimum Di Indonesia,” Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 4. No. 2, (Desember 2013), hlm. 134. 30
Ibid. 31
Ibid. 32
Hadi Setiawan, “Analisis Pengaruh Upah,” hlm. 63.
17
mendukung daya beli agar pekerja mampu memenuhi standar tingkat
kebutuhan dasar. Pemerintah menetapkan upah minimum karena baru
menjangkau sebagian kecil pekerja/buruh. Di samping itu, upah minimum
juga sering digunakan sebagai upah standar, sebagai dasar penetapan upah di
perusahaan.33
Penetapan UMP adalah langkah kontrol harga (harga dasar atau floor
price) oleh pemerintah dalam upaya melindungi sisi produsen atau pemasok.
Penetapan UMP di sektor ketenagakerjaan mempunyai tujuan yang sama
dengan penetapan harga dasar gabah di sektor pertanian. Kedua kebijakan
dasar tersebut bermaksud melindungi rakyat kecil yang bekerja sebagai buruh
dan atau petani. UMP berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil
yang bekerja sebagai buruh.34
Penetapan upah minimum dipandang sebagai instrumen kebijakan
yang sesuai untuk mencapai kepantasan dalam hubungan kerja, dan memiliki
beberapa tujuan, yaitu :35
a. Mengurangi persaingan tidak sehat antara buruh dalam pasar kerja
disebabkan karena tidak sempurnanya pasar kerja,
b. Melindungi daya beli buruh yang berpenghasilan rendah karena tingkat
inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya daya beli buruh,
c. Mengurangi kemiskinan, karena adanya kenaikan upah minimum setahap
demi setahap kaum buruh yang miskin akan berkurang,
33
Izzaty dan Rafika Sari, “Kebijakan Penetapan,” hlm. 134. 34
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar,
edisi ke-4 (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2010), hlm. 49. 35
35
Izzaty dan Rafika Sari, “Kebijakan Penetapan,” hlm. 137.
18
d. Meningkatkan produktivitas kerja, karena dengan adanya upah minimum
maka pengusaha yang membayar upah rendah akan didorong menaikkan
upah buruhnya. Hal ini mendorong pengusaha untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas perusahaan agar mampu membayar upah
minimum,
e. Lebih menjamin upah yang sama bagi pekerjaan yang sama, dengan
adanya upah minimum maka perbedaan upah antara perusahaan yang
satu dengan yang lain untuk pekerjaan yang sama akan berkurang karena
perusahaan yang membayar rendah terpaksa meningkatkan upah
buruhnya,
f. Mencegah terjadinya perselisihan, dengan ketetapan upah minimum akan
mempengaruhi perubahan struktur/tingkat upah di perusahaan, karena itu
perselisihan mengenai upah yang biasa terjadi dapat dihindari, karena
meningkatkan daya beli masyarakat pada akhirnya,
g. Mencegah menurunnya upah, karena tidak seimbangnya pasar kerja,
disebabkan penawaran yang melebihi dari permintaan tenaga buruh.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.78 tahun
2015 tentang pengupahan, pasal 41 dan 42 dijelaskan bahwa upah minimum
merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas :36
a. Upah tanpa tunjangan yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa
kerja kurang dari 1 (satu) tahun pada perusahaan yang bersangkutan,
36
Desi Ajeng Rahayu, “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Upah Minimum Provinsi (UMP),
dan Penanaman Modal Asing (PMA), Terhadap Pengangguran Terdidik di Pulau Sumatera
Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam,” skripsi UIN Raden Intan Lampung (2017), hlm. 36.
19
b. Upah pokok termasuk tunjangan tetap yang berlaku bagi pekerja/buruh
dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit
antara pekerja/buruh dengan pengusaha di perusahaan yang
bersangkutan.
Kebijakan upah minimum merupakan salah satu income policy yang
bertujuan untuk menilai kelemahan mekanisme pasar yang mengakibatkan
terjadinya tingkat upah yang rendah. Selain itu, kebijakan upah minimum
juga berupaya untuk mengadakan relokasi ekonomi masyarakat dan untuk
meningkatkan pendapatan pekerja.37
Dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan besarnya
upah yang harus dibayarkan perusahaan pada pekerjaannya. Undang-undang
upah minimum menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus
dibayarkan. Tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro
dan makro. Secara mikro tujuan penetapan upah minimum yaitu :38
a. Sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot,
b. Mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di
perusahaan,
c. Pemerataan pendapatan,
d. Peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja,
e. Perubahan struktur biaya industri sektoral,
37
Rolas Te Silalahi, “Analisis Pengaruh Kebijakan Upah Minimum Provinsi (UMP),
Terhadap Investasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Jawa Barat,” skripsi Institut
Pertanian Bogor (2008), hlm. 32. 38
Dita Sekar Ayu, “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat
Pengangguran Terbuka, IPM, Jumlah Penduduk dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Di
Provinsi Jawa Timur (Tahun 2010-2015),” skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (2018),
hlm. 23.
20
f. Peningkatan etos dan disiplin kerja.
3. Kemiskinan
Kemiskinan saat ini adalah sebuah konsep yang bersifat
multidimensi dan sulit didefinisikan dalam definisi yang bersifat tunggal.
Banyak pakar dari beragam disiplin ilmu telah mencoba mendefinisikan
konsep kemiskinan ini. Namun belum ada yang menyepakati definisi
kemiskinan ini dalam satu definisi yang disepakati bersama. Perspektif yang
digunakan pun beragam, mulai dari perspektif ekonomi, sosiologi hingga
perspektif moralitas. Terlepas dari pro kontra dan perdebatan mengenai
konsep kemiskinan, namun isu kemiskinan tetap menjadi isu yang sangat
penting karena diantara tujuan utama pembangunan ekonomi adalah
bagaimana mengentaskan kemiskinan dan meminimalisir kesenjangan antara
kelompok kaya dengan kelompok miskin.39
Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu situasi yang dihadapi
oleh seorang individu dimana mereka tidak memiliki kecukupan sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang nyaman, baik ditinjau dari sisi
ekonomi, sosial, psikologis, maupun dimensi spiritual. Definisi ini
memfokuskan kemiskinan pada ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.40
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Dengan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
39
Irfan Syauqi Beik dan Laili Dwi Arsyanti, Ekonomi Pembangunan, hlm. 68. 40
Ibid.
21
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan
yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan.41
Ada beberapa penyebab kemiskinan menurut jenisnya, yaitu :
1. Kemiskinan alamiah,
2. Kemiskinan kultural, dan
3. Kemiskinan struktural. 42
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia yang rendah.
Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang terkait erat dengan sikap
seseorang atau kelompok dalam masyarakat yang tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupannya, sekalipun ada usaha untuk memperbaiki
dari pihak lain yang membantunya. Sedangkan kemiskinan struktural adalah
kemiskinan yang secara langsung maupun tidak disebabkan oleh tatanan
kelembagaan atau struktur sosial dalam masyarakat.
Kemiskinan mempunyai makna yang luas dan memang tidaklah
mudah untuk mengukurnya. Namun, ada 2 (dua) macam ukuran kemiskinan
yang paling umum digunakan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif.43
41
Badan Pusat Statistik, “https://www.bps.go.id, akses 30 Desember 2019. 42
Ardhito Bhinadi, Penanggulangan Kemiskinan, hlm. 9-10. 43
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, cet. ke-5 (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2018), hlm. 301-302.
22
1. Kemiskinan absolut, ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan dasar minimum dalam upaya memenuhi
kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk
menjamin kelangsungan hidup,
2. Kemiskinan relatif, merupakan kemiskinan yang terjadi ditentukan oleh
keadaan disekitarnya dari lingkungan orang yang bersangkutan.
Dianggap miskin karena meskipun pendapatan seseorang tersebut telah
mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, namun ternyata pendapatan
orang tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan
masyarakat disekitarnya, maka orang tersebut masih dalam kategori
miskin.
Adapun penyebab kemiskinan ada 4 (empat) :44
1. Faktor individual, di mana seseorang menjadi miskin karena faktor
pribadinya, seperti cacat permanen yang menyebabkan ia menjadi
miskin,
2. Faktor sosial, di mana kemiskinan terjadi akibat diskriminasi sosial yang
dilakukan,
3. Faktor kultural, di mana seseorang menjadi miskin karena perilaku
buruknya, seperti malas bekerja dan berusaha,
4. Faktor struktural, di mana kemiskinan terjadi akibat ketidakadilan sistem
ekonomi. Orang menjadi miskin akibat dimiskinkan oleh sistem yang
ada.
44
Irfan Syauqi Beik dan Laili Dwi Arsyanti, Ekonomi Pembangunan, hlm. 70.
23
Di dalam konsep syariah, Islam memandang kemiskinan merupakan
satu hal yang mampu membahayakan akhlak, kelogisan berfikir, keluarga,
dan juga masyarakat. Islam pun menganggapnya sebagai musibah dan
bencana yang seharusnya memohon perlindungan kepada Allah atas
kejahatan yang tersembunyi di dalamnya. Jika kemiskinan ini makin
merajalela, maka ini akan menjadi kemiskinan yang mampu membuatnya
lupa akan Allah dan juga rasa sosialnya kepada sesama.45
Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana bahayanya kefakiran,
bahkan beliau menggambarkan bahwasanya kefakiran mendekati kekufuran,
sebagaimana Hadis berikut :
ه لبل: لبل ر يبنك رضي الله ع أس ب ع يكى سىل الله صهى انهه عهيه وسهى : كبد انفمر أ
كفرا
Dari Anas bin Malik r.a. Rasulullah SAW bersabda kefakiran mendekati
kekufuran (HR. Abu Daud). 46
Allah SWT juga berfirman di dalam Al-Quran mengenai kemiskinan
sebagai berikut :
ه وفضهب وانهه يعدكى انفمر ويأيركى ببنفحشبء وانهه يعدكى يغفرة ي عهيىانشيطب واس
Artinya : “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan
dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan
untukmu ampunan dari pada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah 2: 268)”.47
رزلهى وإيبكى خطئب كبيراونب تمتهىا أونبدكى خشيت إيهبق ح لتههى كب إ
45
Ibid, hlm. 24. 46
Ibid. 47
Al-Baqarah (2): 268.
24
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar. (QS. Al-Isra 17: 31).48
4. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Tingkat
Kemiskinan
Pendapatan merupakan penentu utama dan hasil dari pembangunan
manusia. Orang miskin menggunakan tenaga mereka untuk berpartisipasi
dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi kemiskinan akibat kurangnya pendidikan
serta gizi dan kesehatan yang buruk mengurangi kapasitas mereka untuk
bekerja. Dengan demikian, akibat rendahnya IPM adalah orang miskin tidak
dapat mengambil keuntungan oportunitas pendapatan produktif karena
terjadinya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu penyediaan pelayanan
sosial dasar merupakan unsur penting dalam penanganan kemiskinan.49
Tiga dimensi penting dalam pembangunan manusia (panjang umur,
hidup sehat serta mendapatkan pengetahuan) sangat berpengaruh terhadap
kemiskinan. Peningkatan pada sektor kesehatan dan pendidikan serta
pendapatan perkapita memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia,
sehingga semakin tinggi kualitas manusia pada suatu daerah akan mengurangi
jumlah penduduk miskin di daerah tersebut.50
Dengan demikian, dapat
48
Al-Isra (17): 31. 49
Purwiyanti Septina Franciari, Analisis Hubungan IPM, Kapasitas Fiskal, dan Korupsi
Terhadap Kemiskinan Di Indonesia (Studi Kasus 38 Kabupaten/Kota Di Indonesia Tahun 2008
dan 2010),” skripsi Universitas Diponegoro Semarang (2012), hlm. 35. 50
Dita Sekar Ayu, “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat
Pengangguran Terbuka, IPM, Jumlah Penduduk dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Di
25
peneliti katakan bahwa terdapat hubungan negatif antara Indeks
Pembangunan Manusia terhadap tingkat kemiskinan. Ketika Indeks
Pembangunan Manusia di suatu daerah mengalami peningkatan, maka akan
menurunkan tingkat kemiskinan di daerah tersebut. Sebaliknya ketika Indeks
Pembangunan Manusia di suatu daerah mengalami penurunan, maka akan
mempengaruhi dan meningkatkan jumlah kemiskinan di daerah tersebut.
5. Hubungan Upah Minimum Provinsi (UMP) Terhadap Tingkat
Kemiskinan
Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi
standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan
pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk
berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat
upah minimum maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga
kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan peran
pekerja atau buruh.51
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan negatif antara Upah Minimum Provinsi terhadap tingkat
kemiskinan. Semakin tinggi Upah Minimum Provinsi, maka akan semakin
rendah tingkat kemiskinan. Sebaliknya ketika Upah Minimum Provinsi
rendah, maka angka kemiskinan akan meningkat.
G. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
Provinsi Jawa Timur (Tahun 2010-2015),” skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (2018),
hlm. 25. 51
Ibid, hlm. 26.
26
terlihat jelas bahwa kajian atau penelitian ini bukan merupakan duplikasi atau
pengulangan dari kajian atau penelitian terdahulu yang telah ada.
Berbagai karya ilmiah dijadikan penulis sebagai tinjauan pustaka, untuk
memudahkan penyusunan penelitian yang dilakukan penulis serta dijadikan
referensi bagi penulis. Adapun penelitian terdahulu tentang pengaruh IPM dan
UMP serta yang lainnya terhadap tingkat kemiskinan antara lain :
Tabel 5
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Amalia Islami,
Universitas
Negeri Sunan
Kalijaga
Yogyakarta,
2016.
Analisis Produk
Domestik
Regional Bruto
(PDRB), Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
Dan Upah
Minimum
Provinsi (UMP)
Terhadap Tingkat
Kemiskinan
Periode 2005-
2014 (Studi Kasus
10 Provinsi
Dengan Tingkat
Kemiskinan
Tertinggi di
Indonesia.
Metode
Kuantitatif
Analisis
Regresi
Data
Panel.
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa :
Variabel PDRB tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan
variabel IPM dan
UMP berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan
Sedangkan secara
simultan, variabel
PDRB, IPM dan UMP
berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan.
27
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
2 Dita Sekar
Ayu,
Universitas
Islam
Indonesia
Yogyakarta,
2018.
Analisis
Pengaruh Produk
Domestik
Regional Bruto,
Tingkat
Pengangguran
Terbuka, IPM,
Jumlah Penduduk
dan Upah
Minimum
Terhadap
Kemiskinan di
Provinsi Jawa
Timur (Tahun
2010-2015).
Metode
Kuantitatif
Analisis
Regresi
Data Panel
Model
Fixed
Effects.
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa :
Variabel PDRB,
Tingkat Pengangguran
Terbuka, IPM, Jumlah
Penduduk
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap jumlah
penduduk miskin di
Provinsi Jawa Timur,
sementara variabel
UMK berpengaruh
positif signifikan
terhadap jumlah
penduduk miskin di
Provinsi Jawa Timur.
3 Prima
Sukmaraga,
Universitas
Diponegoro,
2011.
Analisis Pengaruh
Indeks
Pembangunan
Manusia, PDRB
Perkapita, dan
Jumlah
Pengangguran
Terhadap Jumlah
Penduduk Miskin
di Provinsi Jawa
Tengah.
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Metode
Ordinary
Least
Square
(OLS).
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa :
Variabel IPM dan
PDRB per kapita
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap jumlah
penduduk miskin di
Provinsi Jawa Tengah,
Sedangkan jumlah
pengangguran
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap jumlah
penduduk miskin di
Provinsi Jawa Tengah.
28
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
4 Adit Agus
Prastyo,
Universitas
Diponegoro,
2010.
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kemiskinan
(Studi Kasus 35
Kabupaten/Kota
di Jawa Tengah
2003-2007).
Metode
Panel Data
Pendekata
n Efek
Tetap
(fixed
effect
model).
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa :
Variabel pertumbuhan
ekonomi, Upah
Minimum, pendidikan
dan tingkat
pengangguran
berpengaruh
signifikan terhadap
variabel tingkat
kemiskinan.
5 Musa Al-
Jundi,
Universitas
diponegoro,
2014.
Analisis Faktor
yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kemiskinan
Provinsi-Provinsi
di Indonesia.
Model
Regresi
Panel
Pendekata
n Fixed
Effect
Model
(FEM).
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa :
PDRB ADHK, rata-
rata lama sekolah,
serta Upah Minimum
Regional berpengaruh
negatif signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan,
sedangkan tingkat
pengangguran dan
tingkat inflasi
berpengaruh positif
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan.
Berdasarkan dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini akan
mengkaji Pengaruh IPM dan UMP terhadap Tingkat Kemiskinan 11
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Dalam hal ini kita akan melihat seberapa besar
pengaruh dari masing-masing variabel terhadap tingkat kemiskinan. Perbedaan
letak kota atau provinsi di suatu daerah juga mempengaruhi hasil kajian
penelitian. Hal inilah yang menarik untuk dikaji.
29
H. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, dapat digambarkan paradigma
penelitian sebagai berikut :
Gambar 1
Paradigma Penelitian
H1
H2
H3
Keterangan :
: Pengaruh masing-masing variabel
: Pengaruh kedua variabel secara simultan
X1 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
X2 : Upah Minimum Provinsi (UMP)
Y : Kemiskinan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
(X1)
Upah Minimum Provinsi (UMP)
(X2)
Kemiskinan
(Y)
30
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hypo = kurang dari, dan thesis = pendapat.
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan atau pendapat yang masih kurang.
Kesimpulan yang masih kurang (proto conclusion) karena masih harus
dibuktikan. Setelah terbukti kebenarannya, hipotesa menjadi tesa.52
Gay mendefinisikan hipotesis sebagai “penjelasan sementara tentang
suatu tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau
yang akan terjadi”. Hipotesis adalah harapan-harapan yang dinyatakan oleh
peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel di dalam masalah penelitian.
Jadi suatu hipotesis adalah pernyataan masalah yang paling spesifik.53
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dirumuskan hipotesis
statistik dan hipotesis penelitian untuk menjawab pertanyaan dari rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis Statistik merupakan jenis hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk
notasi statistik.54
H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel IPM dan
UMP terhadap variabel tingkat kemiskinan baik secara parsial maupun
secara simultan.
Ha : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel IPM dan UMP
terhadap variabel tingkat kemiskinan baik secara parsial maupun secara
simultan.
52
Tukiran Taniredja dkk, Penelitian Kuantitatif: Sebuah Pengantar, (Bandung: Alfabeta,
2014), hlm. 24. 53
Ibid. hlm. 24. 54
Ibid. hlm. 27
31
2. Hipotesis Penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu
masalah yang sedang di kaji.55
H1 : Ada pengaruh secara parsial Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
terhadap tingkat kemiskinan.
H2 : Ada pengaruh secara parsial Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap
tingkat tingkat kemiskinan.
H3 : Ada pengaruh secara simultan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan
Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap tingkat tingkat kemiskinan.
Namun jika merujuk pada teori-teori yang telah dijelaskan dalam
kerangka teori, maka untuk sementara peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel IPM dan UMP terhadap variabel tingkat
kemiskinan baik secara parsial maupun secara simultan (Ha). untuk memastikan
bahwa praduga peneliti signifikan, maka probabilitas uji hipotesis dalam
penelitian ini adalah 0,05.
J. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, maka penulis
menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab, yang mana di
dalamnya terdapat sub-sub seperti berikut :
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah yang
menunjukkan alasan mengapa penulis memilih mengambil penelitian
ini, rumusan masalah merupakan rangkaian pertanyaan yang menjadi
masalah penelitian, tujuan penelitian yang berisi tentang mengapa
55
Ibid. hlm. 26.
32
penelitian dilakukan, manfaat penelitian yang diharapkan, tinjauan
pustaka sebagai alat pendukung penelitian, serta kerangka teori yang
berisikan kajian-kajian teori yang mendukung tema dari penelitian.
BAB II : Metode Penelitian, membahas tentang metode yang digunakan
dalam penelitian ini yang meliputi, pendekatan penelitian, jenis dan
sumber data, instrumen pengumpulan data, operasional variabel,
metode analisis data.
BAB III : Gambaran Lokasi Penelitian, dalam bab ini membahas tentang
gambaran umum objek penelitian yaitu 11 Kabupaten/Kota di
Provinsi Jambi
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini membahas
tentang hasil penelitian yang akan diteliti oleh penulis mengenai
Pengaruh IPM dan UMP Terhadap Tingkat Kemiskinan 11
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi (Tahun 2014-2019).
BAB V : Penutup, di dalam bab ini penulis memaparkan kesimpulan hasil
penelitian, saran untuk penelitian selanjutnya dan juga dilengkapi
dengan daftar pustaka, lampiran dan curriculum vitae penulis.
33
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi.
Jenis pendekatan penelitian ini dilihat dari metodenya adalah pendekatan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode data panel. Penelitian
kuantitatif menekan pada fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara
kuantitatif (dinyatakan dalam bentuk angka).
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Secara umum jenis data dapat di klasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu :
a. Data primer, adalah data penelitian yang didapatkan secara langsung dari
sumbernya ataupun dari lokasi penelitian.56
Data primer adalah data yang
diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel,
atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data yang
diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. Sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. 57
b. Data sekunder, merupakan data atau keterangan yang tidak diperoleh
secara langsung dari sumbernya namun didapatkan melalui perantara.
Data ini di peroleh dengan cara mengutip dari sumber lain, sehingga
56
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (2019), hlm. 12. 57
Sujarweni, V. Wiratna, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2014),
hlm. 75.
34
tidak bersifat authentik, karena sudah diperoleh dari tangan kedua,
ketiga, dan seterusnya. Data sekunder adalah data yang di dapat dari
catatan, buku, majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan,
laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah dan lain
sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah
lagi.
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan data
sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penggabungan antara data cross section dari 11 kabupaten/kota di Provinsi
Jambi dan time series dari tahun 2014-2019.
2. Sumber data
Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi yang berkaitan dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum Provinsi (UMP) dan tingkat
kemiskinan 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2014-2019.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi, penulis mengumpulkan data dari data-data yang di
publikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi dari berbagai tahun
publikasi.
D. Operasional Variabel
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dalam sebuah penelitian umumnya terdapat dua variabel, yaitu:
35
variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu IPM dan UMP sedangkan variabel
terikat dalam penelitian ini yaitu Tingkat Kemiskinan.
Tabel 6
Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
(X1)
Pengukuran
perbandingan dari
harapan hidup, melek
huruf, pendidikan, dan
standar hidup untuk
semua negara di seluruh
dunia.58
1. Angka harapan hidup
2. Angka melek huruf
3. Standar hidup layak.59
Rasio
Upah
Minimum
Provinsi
(UMP)
(X2)
Upah Minimum Provinsi
atau Upah Minimum
Regional merupakan
suatu standar minimum
yang digunakan oleh
para pengusaha untuk
memberikan upah
kepada pegawai,
karyawan atau buruh
dalam bentuk uang
menurut persetujuan atau
peraturan perundangan
daerah yang berlaku.
Upah Minimum Provinsi
dinyatakan dalam juta
rupiah.60
1. Mengurangi persaingan
tidak sehat
2. Melindungi daya beli
buruh
3. Mengurangi kemiskinan
4. Meningkatkan
produktivitas kerja
5. Menjamin upah yang
sama bagi pekerjaan
yang sama
6. Mencegah terjadinya
perselisihan
7. Mencegah menurunnya
upah.61
Rasio
58
Yusniah Aggraini, Kebijakan Peningkatan, hlm. 8. 59
Prima Sukmaraga, “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Perkapita,
dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di provinsi Jawa Tengah,” skripsi
Universitas Diponegoro (2011), hlm. 9-10. 60
Hadi Setiawan, “Analisis Pengaruh Upah,” hlm. 63. 61
Izzaty dan Rafika Sari, “Kebijakan Penetapan,” hlm. 137.
36
Variabel Definisi Indikator Skala
Tingkat
Kemiskinan
(Y)
Ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan
bukan makanan yang
diukur dari sisi
pengeluaran.
1. Faktor individual
2. Faktor sosial
3. Faktor kultural
4. Faktor struktural.62
Rasio
Skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala rasio. Skala rasio
adalah skala pengukuran yang paling tinggi dimana selisih tiap pengukuran adalah
sama dan mempunyai nilai nol mutlak.63
Data pada penelitian ini menggunakan
skala rasio karena data yang diperoleh berupa angka yang merupakan publikasi
dari BPS.
E. Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan estimasi model regresi dengan menggunakan data panel.
Data panel merupakan kombinasi dari data bertipe cross-section dan data time
series. Yakni sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan
dikumpulkan dalam suatu jangka waktu tertentu.64
Analisis ekonometrika dengan menggunakan data panel akan
memberikan beberapa manfaat terkait dengan adanya kelemahan pada dua jenis
data lainnya, yaitu mengatasi heterogenitas data, keterbatasan data, dan sekaligus
mengatasi variasi data sebagai akibat perubahan waktu (time variant). Adapun
persamaan model dalam bentuk cross section dapat dituliskan dalam model
berikut :
62
Irfan Syauqi Beik dan Laili Dwi Arsyanti, Ekonomi Pembangunan, hlm. 68-70. 63
Gita Sekar Prihanti, Pengantar Biostatistik, (Malang: UMM PRESS, 2016), hlm. 3. 64
Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan, (Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2012), hlm. 271.
37
Yi = β0 + β1Xi + ԑi = 1, 2, …, n
Dimana β0 adalah intersep atau sebuah bilangan konstanta, β1 adalah
koefisien regresi dan ԑi adalah variable eror. Sedangkan persamaan model regresi
time series adalah sebagai berikut :
Yt = β0 + β1Xt + ԑt = 1, 2, …, t
Fungsi t diatas menunjukkan banyaknya periode waktu data time series.
Mengingat data panel merupakan data gabungan dari data cross section dan data
time series, maka model regresi data panel tersebut dituliskan sebagai berikut :
Yit = β0it + β1X1it + ԑit = 1, 2, …, t
n = 1, 2, …, n ; t =1, 2, …, t
Dimana n adalah banyaknya variabel bebas, i adalah jumlah unit
observasi. T adalah banyaknya periode waktu, sehingga (n x t) menunjukkan
banyaknya data panel yang akan di analisis. Maka bentuk regresi data panel untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut :65
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + ԑt
Dimana :
Yit = Tingkat Kemiskinan i tahun t (persen)
β0 = Konstanta, yakni bilangan yang bersifat tetap atau bernilai 0
β1 β2 = Koefisien Variabel Independen, yakni kontribusi yang diberikan variabel
Independen (X1X2) terhadap variabel Dependen (Y)
X1it = Indeks Pembangunan Manusia i tahun t (persen)
65
Dita Sekar Ayu, “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat
Pengangguran Terbuka, IPM, Jumlah Penduduk dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Di
Provinsi Jawa Timur (Tahun 2010-2015),” skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (2018),
hlm. 23.
38
X2it = Upah Minimum Provinsi i tahun t (rupiah)
ԑt = Error Term, yakni sebagai variabel pengganggu
+ = Menunjukkan pengaruh yang searah antara variabel Independen dan
variabel Dependen66
F. Metode Data Panel
Dalam estimasi model regresi data panel dapat dilakukan melalui 3
pendekatan, yaitu :67
1. Common Effect Model
Metode pendekatan ini tidak memperhatikan waktu maupun individu.
Diasumsikan bahwa perilaku data variabel sama dalam berbagai kurun waktu.
Pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya
mengkombinasikan data time series dan cross section tanpa memperhatikan
waktu maupun individu sehingga sama halnya dengan pendekatan Ordinary
Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model
data panel.
2. Fixed Effect Model
Teknik model fixed effect adalah teknik mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep. Pengertian fixed effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antar
variabel, namun intersepnya sama antar waktu. Di samping itu, model ini juga
66
Muhammad Iqbal, Pengolahan Data dengan Regresi Linear Berganda (dengan Eviews),
(Jakarta: Dosen Perbanas Institute, 2015), hlm. 26. 67
Dita Sekar Ayu, “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat
Pengangguran Terbuka, IPM, Jumlah Penduduk dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Di
Provinsi Jawa Timur (Tahun 2010-2015),” skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (2018),
hlm. 37.
39
mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar variabel dan antar
waktu.
3. Random Effect Model
Dalam model fixed effect memasukkan dummy membawa konsekuensi
berkurangnya derajat kebebasan (degree of fredom) sehingga pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat
digunakan variabel gangguan (error term) yang dikenal dengan random effect.
Model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling
berhubungan antar waktu dan antar individu.
G. Pemilihan Model Data Panel
Untuk memilih model yang tepat terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan, yaitu :68
1. Uji Chow
Merupakan pengujian untuk menentukan apakah model Pooled Least
Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi
data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji Chow-Test. Dalam pengujian ini
dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :
H0 : Model CEM yang dipilih (Prob > 0,05)
H1 : Model FEM yang dipilih (Prob < 0,05)
Pengujian ini menggunakan nilai probabilitas nilai cross-section F, jika nilai
probabilitas < α = 0.05 maka H0 ditolak, artinya model panel yang baik
digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya. Jika H0 diterima, berarti
68
Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis, hlm. 274.
40
model Common Effect Model yang dipakai dan dianalisis. Namun jika Fixed
Effect Model harus diuji kembali untuk memilih apakah akan memakai Fixed
Effect Model atau Random Effect Model yang kemudian dianalisis.
2. Uji Hausman
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model Fixed Effect
atau Random Effect yang akan di pilih. Pengujian ini dilakukan dengan
hipotesa sebagai berikut :
H0 : Model REM yang dipilih (Prob > 0,05)
H1 : Model FEM yang dipilih (Prob < 0,05)
Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan pertimbangan probabilitas
cross section random > α = 0.05 maka H0 diterima, artinya model yang
digunakan adalah Random Effect begitu juga sebaliknya.
H. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian
yang diperoleh berdistribusi normal atau mendekati normal, karena data yang
menyerupai normal. Uji normalitas dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya adalah uji Jarque-Berra (JB Test). Data dinyatakan berdistribusi
normal apabila nilai probabilitas dan Jarque Berra ≥ 0.05, sebaliknya jika nilai
probabilitas < 0.05 maka data dinyatakan berdistribusi tidak normal.69
69
Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial, cet. ke-1, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), hlm. 93.
41
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu keadaan di mana terdapat hubungan
linear yang sempurna antara variabel-variabel bebas dalam model regresi.70
Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dari koefisien korelasi
masing-masing variabel bebas. Jika semua koefisien korelasi masing-masing
variabel lebih besar dari 0.8 maka terjadi multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varians berbeda dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya.71
Dalam data panel masalah heteroskedastisitas dapat
dilihat dengan melakukan uji glejser terlebih dahulu, apabila probabilitasnya
tidak signifikan secara statistik pada taraf derajat 5% maka hipotesis nol
diterima, yang berarti tidak ada heteroskedastisitas dalam model. Sebaliknya
jika nilai probabilitasnya signifikan secara statistik pada derajat 5% maka
hipotesis nol ditolak, yang berarti ada masalah heteroskedastisitas dalam
model.
4. Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data berdasarkan waktu berurutan (time
70
Napa J. Awat, Metode Statistik dan Ekonomi, cet. ke-1, (Yogyakarta: Liberty, 1995),
hlm. 368. 71
Ibid, hlm. 379.
42
series) karena gangguan seseorang individu/kelompok yang sama pada periode
berikutnya.72
Tabel 7
Durbin-Watson
Nilai Statistik d Hasil
0 < dw < dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif
dL ≤ dw ≤ dU Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
dL ≤ dw ≤ 4 - dU Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi
positif/negatif
4 - dU ≤ dw ≤ 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
4 – dL≤ dw ≤ 4 Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi negatif
I. Uji Statistik
1. Uji Parsial (Uji T)
Uji T dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas secara individual terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel
bebas lainnya adalah konstan. Uji T antara variabel independen dengan
variabel dependen menggunakan keputusan uji sebagai berikut:73
Jika thitung > ttabel berarti Ho ditolak ada pengaruh signifikan
Jika thitung < ttabel berarti Ho diterima tidak ada pengaruh
Dengan hipotesis sebagai berikut :
a) Uji t untuk variabel Indeks Pembangunan Manusia
H0 > 0.05, artinya variabel Indeks Pembangunan Manusia tidak berpengaruh
terhadap variabel tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
72
Rukajat Ajat, Pendekatan Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Depublish, 2018), hlm.
17-18. 73
Ibid, hlm. 33-34.
43
H1 < 0.05, artinya variabel Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh
terhadap variabel tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
b) Uji t untuk variabel Upah Minimum Provinsi
H0 > 0.05, artinya variabel Upah Minimum Provinsi tidak berpengaruh
terhadap variabel tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
H1 < 0.05, artinya variabel Upah Minimum Provinsi berpengaruh terhadap
variabel tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
2. Uji Simultan (Uji F)
Bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian hipotesis
tersebut yaitu :
a) Menentukan F hitung berdasarkan hasil output analisis regresi
b) Tingkat signifikan (a) 0,05 atau 5% untuk menguji apakah hipotesis
diterima atau ditolak
c) Kriteria pengujian
Jika Fhitung > Ftabel berarti Ho ditolak
Jika Fhitung < Ftabel berarti Ha diterima74
3. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Nilai koefisien determinasi (adjusted R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat.75
Jika R2 = 1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data
secara sempurna.
74
Sayuti Una Dkk, Pedoman Penulisan Skripsi: Edisi Revisi, (Jambi: Fakultas Syariah IAIN
STS Jambi dan Syariah Press, 2012), hlm. 266-267. 75
Ibid, hlm. 267.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Provinsi Jambi
1. Letak Geografis Provinsi Jambi
Provinsi Jambi terletak di pesisir timur bagian tengah Pulau Sumatera.
Secara geografis, Provinsi Jambi terletak pada 0°45‟-2°45‟ LS dan 101°10‟-
104°55‟ BT. Wilayahnya membujur sepanjang pantai timur Sumatera sampai
Barat di Pegunungan Bukit Barisan. Batas-batas wilayah Provinsi Jambi adalah
sebagai berikut :
a) Sebelah utara : Provinsi Riau dan Kepulauan Riau,
b) Sebelah timur : Laut Cina Selatan,
c) Sebelah selatan : Provinsi Sumatera Selatan,
d) Sebelah barat : Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu.
Secara administratif, Provinsi Jambi terbagi atas sembilan kabupaten
dan dua kota. Dahulunya Provinsi Jambi terbagi atas lima kabupaten dan satu
kotamadya. Dengan berjalannya waktu dan untuk kepentingan pembangunan,
daerah administrasi ini mengalami pemekaran. Empat daerah administrasi baru
terbentuk setelah adanya pemekaran wilayah tahun 1999. Keputusan ini
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kemudian, pada tahun 2008 dibentuk Kota
Sungai Penuh berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008, yang
45
merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci. Dengan Undang-Undang ini
jumlah daerah administrasi di Provinsi Jambi berubah.76
2. Prospek Perekonomian Daerah di Provinsi Jambi
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi terutama bersumber dari
kinerja sektoral sebagai berikut:77
a) Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan tumbuh positif
terutama didorong oleh meningkatnya permintaan domestik didukung
stabilnya permintaan eksternal. Perbaikan harga di pasar internasional akan
menggerakkan harga komoditas di tingkat lokal dan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Jambi.
b) Sektor pertambangan dan penggalian juga menjadi sumber utama
pertumbuhan ekonomi daerah. Outlook permintaan minyak mentah dunia
yang tetap positif ditengah perlambatan ekonomi global akan mendukung
perbaikan kinerja komoditas unggulan daerah.sentimen positif harga minyak
yang diperkirakan stabil ditengah keterbatasan pasokan turut mendorong
pertumbuhan sektor pertambangan. Selain itu, kinerja sektor pertambangan
juga ditopang oleh meningkatnya permintaan batu bara domestik.
c) Sektor industri pengolahan diproyeksikan meningkat sejalan dengan
perkembangan positif sektor pertanian. Program kewajiban biodiesel akan
menjadi faktor utama yang mendorong perbaikan kinerja industri
pengolahan mengingat sebagian besar industri di Provinsi Jambi merupakan
industri pengolahan berbasis bahan baku kelapa sawit. Kebutuhan domestik
76
Giyarto, Selayang Pandang Jambi, (Klaten: PT. Intan Pariwara, 2008), hlm. 1-2. 77
Teguh Arifyanto, Laporan Perekonomian Provinsi Jambi, (Jambi: Bank Indonesia,
2019), hlm. 113.
46
terhadap karet olahan SIR 20 untuk campuran aspal karet diperkirakan dapat
mendukung pertumbuhan sektor industri pengolahan.
d) Sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
diperkirakan tumbuh melambat disebabkan kembali normalnya konsumsi
masyarakat pasca berakhirnya periode Ramadhan-Idul Fitri. Sesuai pola
historis, pertumbuhan tertinggi sektor perdagangan terjadi selama puasa-
lebaran, diikuti dengan perlambatan pada periode setelahnya.
e) Sektor kontruksi menjadi salah satu lapangan usaha yang menopang
pertumbuhan ekonomi pada triwulan tiga. Mayoritas pengerjaan proyek
fisik pemerintah akan dilaksanakan pada triwulan ketiga sehingga mampu
mendorong perbaikan kinerja sektor kontruksi. Sementara dari sektor
swasta, pengerjaan proyek fasilitas Semen Batu Raja di Kota Jambi dan
Kabupaten Sarolangun akan memberikan sumbangan signifikan terhadap
pertumbuhan lapangan usaha kontruksi.
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
b. Pemberian bantuan beasiswa, dana pendidikan dan pelatihan bagi
masyarakat miskin untuk mengembangkan pendidikan, keterampilan, dan
penguasaan teknologi, dimana pendidikan yang dibiayai adalah pendidikan
yang siap pakainuntuk mengolah sumberdaya yang ada di daerah mereka
masing-masing.
c. Memberi biaya atau modal bagi masyarakat miskin untuk menciptakan
usaha guna mengolah sumberdaya yang dimiliki.
47
d. Memberikan pendampingan usaha bagi masyarakat miskin, sehingga usaha
yang dilakukan oleh masyarakat terarah dan bernilai bisnis atau bersifat
inovasi.
e. Menyediakan dan memperbaiki kualitas infrastruktur transportasi baik darat
maupun laut, sehingga mempermudah masyarakat miskin untuk menjual
hasil usaha mereka keluar daerah.
f. Menyediakan tempat-tempat usaha dan pasar yang tepat bagi penduduk
miskin sehingga mereka dapat bekerja dan menjual hasil usaha mereka
secara langsung.
g. Menjalinkan hubungan kerjasama antara pemilik modal dan distributor,
sehingga produksi masyarakat miskin terikat dengan usahanya guna
memenuhi perjanjian kerjasama mereka.78
B. Kabupaten Batanghari
1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Batanghari
Kabupaten Batang Hari dengan filosofi “Serentak Bak Regam”
beribukota di Muara Bulian dibentuk pada tanggal 1 Desember 1948 melalui
Peraturan Komisaris Pemerintah RI di Bukit Tinggi Nomor 81/Kom/U, tanggal
30 November 1948 dengan pusat pemerintahannya di Kota Jambi.79
Kabupaten Batang Hari terletak diantara 1°23‟ LS dan 2°23‟ LS, dan
antara 102°29‟ BT dan 103°28‟ BT daerah ini beriklim tropis, dengan tingkat
elevasi sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian 11-100
meter diatas permukaan laut (sebesar 92,67%). Sedangkan 7,33% lainnya
78
www.web.jambiprov.go.id, akses 10 Oktober 2020. 79
www.batangharikab.go.id, akses 10 Oktober 2020.
48
berada pada ketinggian 101-500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten ini
juga dilalui dua sungai besar yaitu sungai Batang hari dan sungai Tembesi.80
2. Prospek Perekonomian Daerah di Kabupaten Batang Hari
Di Kabupaten Batang Hari, subsektor perkebunan merupakan
penyumbang nilai tambah terbesar sektor pertanian. Dua komoditas utama
subsektor perkebunan adalah kelapa sawit dan karet. Dari tahun ke tahun, luas
lahan kedua komoditas tersebut terus mengalami peningkatan akibat maraknya
alih fungsi lahan yang dilakukan perusahaan maupun masyararakat.81
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
Program prioritas yang masuk pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang Hari antara lain fasilitas
pendidikan, infrastruktur dan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.82
C. Kabupaten Bungo
1. Sejarah Kabupaten Bungo
Kabupaten Bungo semula merupakan bagian dari Kabupaten
Merangin, sebagai salah satu kabupaten dari keresidenan Jambi yang tergabung
dalam Provinsi Sumatera Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 10
tahun 1948. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956,
Kabupaten Merangin semula Ibukotanya berkedudukan di Bangko dipindahkan
ke Muara Bungo. Pada tahun 1958, rakyat Kabupaten Merangin melalui DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) peralihan dan DPRDGR (Dewan
80
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Batang Hari Dalam
Angka 2019, (Batang Hari: Cv. Sumber Sentosa Multimedia, 2019), hlm. 10. 81
BPS Kabupaten Batang Hari, Statistik Daerah Kabupaten Batang Hari 2019, (Batang
Hari: BPS Kabupaten Batang Hari, 2019), hlm. 20. 82
www.dprd.batangharikab.go.id, akses 10 Oktober 2020.
49
Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong) bertempat di Muara Bungo dan
Bangko mengusulkan kepada pemerintah pusat agar :
a) Kewedanaan Muara Bungo dan Tebo menjadi Kabupaten Muara Bungo
Tebo dengan Ibu kota Muara Bungo.
b) Kewedanaan Sarolangun dan Bangko menjadi kabupaten Bangko dengan
Ibu kotanya Bangko.83
2. Prospek Perekonomian Daerah di Kabupaten Bungo
Kabupaten Bungo memiliki beberapa potensi unggulan untuk
berinvestasi. Beberapa potensi unggulan yang berpeluang untuk berinvestasi
meliputi beberapa sektor, yakni perkebunan, peternakan, budidaya perikanan
air tawar, tanaman pangan dan holtikultura, pertambangan dan pariwisata.
Selain itu, infrastruktur pendukung yang representatif telah tersedia, antara lain
sarana telekomunikasi, listrik, lembaga keuangan/perbankan. Kemudian yang
tidak kalah pentingnya adalah sarana transportasi Bandar Udara Muara Bungo
yang dapat mengakomodir mobilitas dari dan ke Kabupaten Bungo dan
sekitarnya.84
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
Arah kebijakan dan strategi pemda Kabupaten Bungo disusun dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan peningkatan kesempatan kerja, yang
meliputi :
a. Mendorong kebijakan pasar kerja ke arah penciptaan lapangan kerja formal
serta meningkatkan kesejahteraan pekerja informal.
83
www.bungokab.go.id, akses 10 Oktober 2020. 84
Ibid, akses 10 Oktober 2020.
50
b. Memperkuat distribusi informasi melalui ;
1) Penguatan informasi pasar kerja (bursa kerja berupa job fair, online,
bursa kerja khusus balai pelatihan kerja, SMK dan perguruan tinggi).
2) Penguatan lembaga (lembaga pelatihan, pendidikan, dan penempatan).
3) Peningkatan kuantitas dan kualitas pengantar kerja.
c. Peningkatan sosialisasi jabatan (kualifikasi yang dibutuhkan dan lowongan
yang ada).
d. Melakukan sinergi dengan berbagai pihak yang terkait dengan upaya
employment creation.
e. Program padat karya berorientasi kepada padat karya produktif (pekerja
berkelanjutan dan permanen).
Dalam rangka mengentaskan kemiskinan pemerintah juga melakukan
hal-hal yang dapat mengurangi kemiskinan itu sendiri, terutama di pedesaan
diantaranya peningkatan fasilitas jalan dan listrik di pedesaaan, perbaikan
tingkat kesehatan melalui sanitasi yang baik, penghapusan larangan impor
beras, pembatasan pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan
orang miskin, pemberian hak guna tanah bagi penduduk miskin, membangun
lembaga-lembaga pembiayaan mikro, perbaikan atas kualitas pendidikan dan
penyediaan pendidikan transisi untuk pendidikan menengah, mengurangi
tingkat kematian ibu pada saat persalinan, menyediakan lebih banyak dana
untuk daerah-daerah miskin, dan merancang perlindungan sossial yang tepat
sasaran.85
85
www.suarabutesarko.com, akses 10 Oktober 2020.
51
D. Kabupaten Kerinci
1. Sejarah dan Letak Geografis Kabupaten Kerinci
Kabupaten Kerinci dibentuk berdasarkan UU No 58 tahun 1958.
Kabupaten Kerinci termasuk kabupaten induk di Provinsi Jambi. Kemudian
pada tahun 2008, Sungai Penuh yang awalnya merupakan ibukota Kabupaten
Kerinci, di mekarkan sebagai kota otonom.86
Kabupaten kerinci terletak pada posisi 01°40‟ dan 02°26‟ LS, serta
101°08‟ sampai dengan 101°50‟ BT. Wilayah Provinsi Jambi sepenuhnya
berada di selatan garis khatulistiwa. Luas wilayah Kabupaten Kerinci adalah
332.814 Ha atau 3328,14 km2. Lebih setengah dari luas wilayah tersebut atau
lebih tepatnya 1990,89 km2 merupakan wilayah TNKS dan 1337,15 km
2
sisanya digunakan untuk kawasan budidaya dan pemukiman penduduk.87
2. Prospek Perekonomian Daerah di Kabupaten Kerinci
Kabupaten Kerinci sebagai salah satu kabupaten paling barat dari
Provinsi Jambi. Secara administratif Kerinci terletak di dalam kawasan taman
nasional Kerinci seblat membuatnya menjadi pondasi bagi aktivitas ekonomi
yang bertumpu pada sektor pertanian, perkebunan, pariwisata, dan budaya.
Pertanian dan perkebunan yang didukung oleh dataran tinggi yang sejuk serta
tanah yang baik mampu menghasilkan sektor unggulan berupa sayur mayur,
the hitam, dan kopi arabika yang semua kualitasnya sudah masuk pasaran
ekspor ke negara lain.88
86
BPS Kabupaten Kerinci, Kabupaten Kerinci Dalam Angka 2018, (Kerinci: BPS
Kabupaten Kerinci, 2018), hlm. 3. 87
Ibid, hlm. 19 88
www.indonesiadevelopmentforum.com, Akses 10 Oktober 2020.
52
E. Kabupaten Merangin
1. Sejarah Kabupaten Merangin
Kabupaten Merangin terbentuk dari pemekaran Kabupaten Sarolangun
Bangko menjadi wilayah Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun.
Terbentuk Kabupaten Merangin berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
No. 54 Tahun 1999 pada tanggal 04 Oktober 1999 tentang pembentukan Kabupaten
Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Dalam hal ini Kabupaten Merangin sebagai Kabupaten induk tetap
dengan ibukota pemerintahan di Kota Bangko, yang dulunya juga merupakan ibukota
Kabupaten Sarolangun Bangko sebelum dimekarkan.89
2. Prospek Perekonomian di Kabupaten Merangin
Kabupaten Merangin memiliki prospek perekonomian pada tanaman pangan
salah satunya padi. Perkebunan rakyat juga terdapat di Kabupaten Meranginyang
mana komoditi terbesarnya adalah kelapa sawit dan karet. Selain itu, Kabupaten
Merangin juga memiliki prospek pada bidang peternakan dan perikanan.90
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
a. Program perlindungan sosial yang berbasis rumah tangga.
b. Pemberdayaan masyarakat yang berbasis kelompok.
c. Bantuan kredit usaha rakyat.
d. Pembangunan infrastruktur dasar baik transportasi, pertanian, pendidikan,
kesehatan dan akses permodalan.
89
www.meranginkab.go.id, Akses 10 Oktober 2020. 90
BPS Kabupaten Merangin, Kabupaten Merangin Dalam Angka 2019, (Merangin: BPS
Kabupaten Merangin, 2019), hlm. 177-178.
53
Sejalan dengan hal itu, sebagai wujud komitmen pemerataan pembangunan
dan pengurangan kemiskinan, Pemkab Merangin juga telah melaksanakan program
„Merangin Pintar‟, „Merangin Sehat‟ dan program lain yang langsung menyentuh
rumah tangga miskin.91
F. Kabupaten Muaro Jambi
1. Sejarah Kabupaten Muaro Jambi
Kabupaten Muaro Jambi dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 54
Tahun 1999 sebagai pemekaran dari Kabupaten Batang Hari dan secara defacto
kegiatan pemerintahan efektif berjalan terhitung tanggal 12 Oktober 1999 bersamaan
dengan pelantikan pejabat Bupati sementara menjelang ditetapkannya pejabat Bupati
Defenitif, dengan pusat pemerintahan berada di Sengeti Kecamatan Sekernan
berjarak 38 KM dari Kota Jambi, dengan luas wilayah 5.246 Km.92
2. Prospek Perekonomian di Kabupaten Muaro Jambi
Kabupaten Muaro Jambi memiliki prospek perekonomian pada bidang
pertanian berupa padi, holtikultura berupa tanaman cabai besar, tanaman biofarma
berupa tanaman kunyit, komoditi buah berupa nanas, dan lahan perkebunan berupa
komoditi kelapa sawit dan karet.93
G. Kabupaten Sarolangun
1. Letak Geografis Kabupaten Sarolangun
Kabupaten Sarolangun secara geografis terletak antara 102° 03‟39” sampai
103° 13‟17” BT dan antara 01° 53‟59” sampai 02° 46‟24” LS. Sebelah utara
91
www.jambi.antaranews.com, Akses 10 Oktober 2020. 92
www.ahmadmaulanatkj1.blogspot.com, Akses 10 Oktober 2020. 93
BPS Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2019, (Muaro
Jambi: BPS Kabupaten Muaro Jambi, 2019), hlm. 110.
54
berbatasan dengan Kabupaten Batanghari, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Musi Rawas, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Rejang
Lebong dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Merangin.94
2. Prospek Perekonomian di Kabupaten Sarolangun
Kabupaten Sarolangun memiliki prospek perekonomian pada bidang
tanaman pangan berupa padi dan palawija, perkebunan berupa sawit dan karet,
sementara pada bidang peternakan dan perikanan juga menjadi prospek
perekonomian bagi Kabupaten Sarolangun.95
H. Kabupaten Tanjung Jabung Barat
1. Letak Geografis Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Kabupaten tanjung Jabung Barat terletak di pantai timur Provinsi Jambi,
tepatnya antara 0°53‟-01°41‟ LS dan antara 103°23‟-104°21‟ BT. Luas wilayah
keseluruhan adalah seluas 5.503,5 km² atau sekitar ±26,68% dari total luas Provinsi
Jambi.96
2. Prospek Perekonomian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung Barat memiliki prospek perekonomian pada bidang
pertambangan, perkebunan (kelapa sawit), kopi, kelapa dalam, pinang, dan
perikanan.97
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
Sasaran pokok pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat :
94
BPS Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Sarolangun Dalam Angka 2019, (Sarolangun:
BPS Kabupaten Sarolangun, 2019), hlm. 4. 95
Ibid, hlm. 185. 96
www.tanjabbarkab.go.id, Akses 13 Oktober 2020. 97
www.dpmptsp.tanjabbarkab.go.id, Akses 13 Oktober 2020.
55
a. Pembangunan jalan dan jembatan yang berkualitas untuk meningkatkan
aksesbilitas dan daya saing daerah.
b. Pembangunan kawasan khusus untuk agroindustri.
c. Pembangunan kawasan khusus produksi untuk sentra tanaman pangan padi-padian
dan perikanan.
d. Peningkatan kualitas pendidikan melalui ketersediaan infrastruktur pendidikan,
pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas.
e. Peningkatan kualitas tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan bersertifikasi
melalui proses pendidikan yang berkualitas.
f. Peningkatan kualitas infrastruktur kesehatan fisik dan non fisik.
g. Peningkatan pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan
masyarakat.
h. Peningkatan daya serap tenaga kerja pada sektor ekonomi kerakyatan.
i. Peningkatan daya saing agroindustri dan perikanan.peningkatan peran koperasi
dan UMKM dalam pengelolaan agroindustri dan perikanan.
j. Peningkatan kesejahteraan pekerja agroindustri dan perikanan untuk pengurangan
kesenjangan dan kemiskinan.98
I. Kabupaten Tanjung Jabung Timur
1. Letak Geografis Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak pada 0°53‟ -
1°41‟ LS dan 103°23 - 104°31 BT dengan luas 5.445 Km² dengan ketinggian Ibu
98
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal, (Tanjung
Jabung Barat: Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2016) hlm. 23-24.
56
kota-Ibu kota Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur berkisar antara 1–
5 m dpl. Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai luas wilayah 5.445 Km².99
Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdiri sejak tahun 1999 dengan ibukota
Muara sabak berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang
pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 54
Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.100
2. Prospek Perekonomian di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki ragam potensi daerah yang
dimiliki diantaranya pada bidang pertambangan, bidang perikanan dan kelautan,
bidang pariwisata, bidang perkebunan (kelapa dalam, kelapa sawit, pinang, karet dan
kopi), serta pada bidang pertanian (padi, jagung dan kedelai).101
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
Dalam rangka mengatasi tingkat kemiskinan, pemerintah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur memiliki rencana pembangunan daerah dengan tujuan
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas infrastruktur jalan, jembatan, air bersih, sumber daya air,
permukiman sesuai tata ruang daerah yang berwawasan lingkungan.
b. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan transportasi.
99
www.tanjabtimkab.go.id, Akses 15 Oktober 2020. 100
P-RPJMD, Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Merakyat, (Tanjung Jabung Timur:
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2016), hlm. II/1. 101
www.tanjabtimkab.go.id, Akses 15 Oktober 2020.
57
c. Meningkatkan ekonomi masyarakat berbasis agrobisnis, koperasi, UKM, investasi
industri kecil dan menengah, pariwisata dan pemberdayaan masyarakat nelayan.
d. Meningkatkan kualitas SDM yang sehat, cerdas, setara, terkendali dan menguasai
IPTEK.
e. Meningkatkan masyarakat yang berbudaya, tentram dan tertib.
f. Meningkatkan sinergitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pemerintah
daerah.102
J. Kabupaten Tebo
1. Letak Geografis Kabupaten Tebo
Kabupaten Tebo berada pada posisi bagian barat Provinsi Jambi tepatnya
terletak diantara titik koordinat 0° 52‟ 32” - 01° 54‟ 50” LS dan 101° 48‟ 57” - 102°
49‟ 17” BT, Kabupaten Tebo dipengaruhi iklim tropis dan wilayah berada pada
ketinggian antara 50-1.000 mdpl. Luas wilayah Kabupaten Tebo yaitu 646.100 Ha
atau 11,86 % dari luas wilayah Provinsi Jambi.103
2. Prospek Perekonomian di Kabupaten Tebo
Kabupaten Tebo memiliki prospek perekonomian di beberapa bidang
diantaranya :
a. Pariwisata.
b. Pertanian, yakni padi.
c. Pertambangan.
d. Kehutanan.
e. Peternakan, yakni Sapi Potong.
102
P-RPJMD, Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Merakyat, (Tanjung Jabung Timur:
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2016), hlm.V/ 3-4. 103
www.tebokab.go.id, Akses 15 Oktober 2020.
58
f. Perkebunan berupa karet, kopi, sawit, pinang dan coklat.
g. Perikanan.104
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
Berikut adalah tujuan pembangunan pemerintah Kabupaten Tebo :
a. Mewujudkan peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan dan jembatan.
b. Mewujudkan kualitas pendidikan yang merata dan terjangkau bagi seluruh
masyarakat.
c. Mewujudkan kualitas kesehatan yang merata dan terjangkau bagi seluruh
masyarakat serta mengendalikan jumlah pertumbuhan penduduk.
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif.
e. Meningkatkan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian.
f. Meningkatkan pembangunan sumber daya manusia di bidang olahraga.105
K. Kota Jambi
1. Letak Geografis Kota Jambi
Kota Jambi dengan luas wilayah ± 205.38 km² (berdasarkan Undang-
Undang No. 6 Tahun 1986), terletak pada koordinat 01° 30‟ 2.98” - 01° 7‟ 1.07” LS
dan 103° 40‟ 1.67” - 103° 40‟ 0.23” BT. Koordinat tersebut menunjukkan
keberadaan Kota Jambi yang terletak di tengah-tengah pulau Sumatera. Secara
geomorfologis Kota Jambi terletak di bagian barat cekungan Sumatera bagian selatan
yang disebut Sub-Cekungan Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera
Timur.106
2. Prospek Perekonomian di Kota Jambi
104
Ibid, Akses 15 Oktober 2020. 105
Ibid, Akses 15 Oktober 2020. 106
www.jambikota.go.id, Akses 17 Oktober 2020.
59
Prospek perekonomian di Kota Jambi di arahkan untuk peningkatan
investasi, pembangunan dan peningkatan infrastruktur perdagangan dan jasa,
dilanjutkan pembinaan dan penataan PKL, termasuk melakukan pemberdayaan bagi
pelaku usaha kecil menengah dan koperasi. Dalam rangka meningkatkan geliat
ekonomi perkotaan dan pariwisata, pemerintah juga melaksanakan beberapa kegiatan
skala nasional sebagai upaya pengembangan industri wisata.107
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
Dalam mengatasi kemiskinan di Kota Jambi, pemerintah memiliki tujuan
jangka panjang tanpa mengabaikan tujuan jangka pendeknya. Pemerintah Kota Jambi
memiliki tujuan jangka pendek berupa adanya pemberian bantuan langsung kepada
masyarakat miskin baik dalam bentuk bantuan layanan kesehatan maupun
pendidikan gratis. Selanjutnya, tujuan jangka panjangnya yaitu pemberian modal
usaha bagi masyarakat miskin.108
Selain itu pemerintah Kota Jambi juga melahirkan
inovasi cerdas yaitu Kampung Bantar dan Bangkit Berdaya.109
L. Kota Sungai Penuh
1. Sejarah Kota Sungai Penuh
Berikut kronologis pembentukan Kota Sungai Penuh :
a. Keputusan pemerintah Kerajaan Belanda (Government Besluit) Nomor 13 tanggal
3 November 1909, Sungai Penuh ditunjuk sebagai ibukota.
b. Aspirasi masyarakat membentuk Kota Sungai Penuh sejak tahun 1970-an.
c. Perkembangan Kota Sungai Penuh tidak efektif dikelola hanya oleh pemerintah
kecamatan.
107
www.m.antaranews.com, Akses 17 Oktober 2020. 108
www.jambiberita.com, Akses 17 Oktober 2020. 109
www.metrojambi.com, Akses 17 Oktober 2020.
60
d. Kota Sungai Penuh merupakan kota terpadat kedua di Provinsi Jambi setelah Kota
Jambi.
e. PP Nomor 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria
pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah.
f. Untuk meningkatkan pelayanan publik dan percepatan pembangunan.
g. Hasil penelitian oleh Prof. Dr. Sadu Wasistiono, MS (Pascasarjana IPDN) tahun
2005 yang menyatakan bahwa Kabupaten Kerinci layak untuk di mekarkan.110
2. Prospek Perekonomian di Kota Sungai Penuh
Prospek perekonomian di Kota Sungai Penuh didominasi oleh lima sektor
utama, yaitu :111
a. Sektor perdagangan, hotel dan restoran.
b. Sektor pengangkutan dan komunikasi.
c. Sektor jasa.
d. Sektor pertanian.
e. Sektor keuangan.
3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengentasan Kemiskinan
Dalam mengatasi kemiskinan, pemerintah Kota Sungai Penuh memiliki
program pembangunan ekonomi berbasis potensi daerah yang tangguh dengan
memperhatikan kearifan lokal di sertai pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan.112
110
www.sungaipenuhkota.go.id, Akses 17 Oktober 2020. 111
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sungai Penuh, Rencana Program
Investasi Jangka Menengah (RPIJM), (Sungai Penuh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Sungai Penuh, 2012), hlm. 2/29. 112
www.sungaipenuhkota.go.id, Akses 17 Oktober 2020.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Di dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data time series dan data
cross section. Data time series pada kurun waktu 6 tahun, yaitu tahun 2014-2019 dan
data cross section dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Variabel yang digunakan
yaitu variabel independen yang terdiri dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan
Upah Minimum Provinsi (UMP), sedangkan variabel dependennya adalah tingkat
kemiskinan di Provinsi Jambi.
Alat bantu yang digunakan dalam analisis data penelitian ini berupa alat bantu
Eviews 9. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian secara ekonometrik.
1. Tingkat Kemiskinan
Kurangnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti
sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan merupakan salah satu hal yang
meyebabkan terjadinya kemiskinan. Dengan masih terbatasnya lapangan kerja,
mereka dikategorikan sebagai orang/kelompok miskin yang tidak
bekerja/menganggur.
Tabel 8
Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi 2014-2019
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Kerinci 7,13 7,07 7,45 7,48 8,16 7,43
Merangin 8,48 8,88 9,43 9,95 9,80 9,37
Sarolangun 8,45 8,73 8,87 9,33 10,29 10,17
Batanghari 9,75 10,23 10,33 10,79 10,69 10,50
62
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Muaro Jambi 3,83 4,05 4,37 4,30 4,63 4,45
Tanjung Jabung Timur 11,54 12,38 12,58 12,76 14,17 13,55
Tanjung Jabung Barat 10,56 11,10 11,32 11,81 12,63 11,64
Tebo 6,47 6,58 6,79 6,87 7,12 6,89
Bungo 5,60 5,78 5,82 5,99 5,70 5,12
Kota jambi 8,12 8,49 8,84 8,87 9,67 8,94
Kota Sungai Penuh 2,81 2,76 2,78 3,13 3,43 3,33
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi 2020
Dari data pada tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan
tingkat kemiskinan di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi mengalami tingkat
kemiskinan yang fluktuatif selama 6 tahun. Dari data pada tahun 2014-2019, tingkat
kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan tingkat
kemiskinan terendah terdapat di Kota Sungai Penuh. Rendahnya tingkat kemiskinan
di Kota Sungai Penuh di Tahun 2019 seharusnya menjadi motivasi bagi setiap
kabupaten/kota untuk lebih baik lagi dalam menanggulangi masalah kemiskinan.
Ketika masalah kemiskinan di kabupaten/kota dapat ditanggulangi atau setidaknya
mengurangi jumlah persentasenya, hal ini akan berdampak sangat baik bagi
penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi secara umum.
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Tabel 9
Persentase Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi 2014-2019
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Kerinci 70,95 70,59 70,03 69,68 68,89 67,96
Merangin 69,07 68,81 68,30 67,86 67,40 66,21
Sarolangun 69,72 69,41 69,03 68,73 68,10 67,67
Batanghari 69,67 69,33 68,92 68,70 68,05 67,68
Muaro Jambi 69,01 68,34 67,86 67,55 66,66 65,71
Tanjung Jabung Timur 63,92 63,32 62,61 61,88 61,12 59,88
63
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Tanjung Jabung Barat 67,54 67,13 66,15 65,91 65,03 64,04
Tebo 69,02 68,67 68,16 68,05 67,29 66,63
Bungo 69,86 69,42 69,04 68,77 68,34 67,93
Kota jambi 78,26 77,41 76,74 76,14 75,58 74,86
Kota Sungai Penuh 75,36 74,67 73,75 73,35 73,03 72,48
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi 2020
Dapat dilihat dari data pada tabel 10 bahwa Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) selama 6 tahun berturut-turut yakni tahun 2014-2019 pada setiap
kabupaten/kota selalu mengalami peningkatan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap
persentase Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jambi secara umum.
Persentase Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi berada di Kota Jambi,
sedangkan persentase Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah berada di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
3. Upah Minimum Provinsi (UMP)
Tabel 10
Upah Minimum Provinsi (UMP)
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi 2014-2019
(Dalam Juta Rupiah)
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Kerinci 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Merangin 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Sarolangun 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Batanghari 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Muaro Jambi 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Tanjung Jabung Timur 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Tanjung Jabung Barat 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Tebo 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Bungo 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Kota jambi 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Kota Sungai Penuh 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi 2020
64
Dari data pada tabel 11 dapat dilihat bahwa upah minimum pada setiap
kabupaten/kota pada tahun 2014-2019 di Provinsi Jambi cenderung sama atau lebih
tepatnya setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi dalam melakukan pengupahan
berpatokan pada penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang ditetapkan oleh
gubernur.
B. Hasil Estimasi dan Pemilihan Model Data Panel
Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan
data silang (cross section). Dalam metode estimasi model regresi data panel, dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan yang disajikan menggunakan Eviews 9, yaitu
sebagai berikut :
1. Common Effect Model
Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya
mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak
diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa
perilaku data kabupaten/kota sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini
bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik
kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel. Adapun hasil dari
pengolahan datanya dengan menggunakan Eviews 9 adalah sebagai berikut :
65
Tabel 11
Common Effect Model
Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan Method: Panel Least Squares Date: 11/02/20 Time: 14:58 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 35.68692 5.909649 6.038754 0.0000
IPM -0.404664 0.088270 -4.584376 0.0000 UMP 0.000162 0.001053 0.153740 0.8783
R-squared 0.259989 Mean dependent var 8.126212
Adjusted R-squared 0.236496 S.D. dependent var 2.939000 S.E. of regression 2.568060 Akaike info criterion 4.768568 Sum squared resid 415.4807 Schwarz criterion 4.868097 Log likelihood -154.3627 Hannan-Quinn criter. 4.807897 F-statistic 11.06691 Durbin-Watson stat 0.034712 Prob(F-statistic) 0.000076
2. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi
dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effect
menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep
antar kabupaten/kota, perbedaan intersep bisa terjadi karena perbedaan lokasi
wilayah, iklim, dan kondisi geografis. Namun demikian slopnya sama antar
kabupaten/kota. Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least
Square Dummy Variable (LSDV). Adapun hasil dari pengolahan datanya
dengan menggunakan Eviews 9 adalah sebagai berikut :
66
Tabel 12
Fixed Effect Model
Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Method: Panel Least Squares
Date: 11/02/20 Time: 14:59
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 22.82907 12.03318 1.897177 0.0633
IPM -0.200114 0.191367 -1.045707 0.3004
UMP -0.000464 0.000605 -0.766057 0.4470 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.985647 Mean dependent var 8.126212
Adjusted R-squared 0.982397 S.D. dependent var 2.939000
S.E. of regression 0.389933 Akaike info criterion 1.128893
Sum squared resid 8.058534 Schwarz criterion 1.560189
Log likelihood -24.25348 Hannan-Quinn criter. 1.299319
F-statistic 303.3000 Durbin-Watson stat 1.674542
Prob(F-statistic) 0.000000
Untuk mengetahui model manakah yang paling baik digunakan antara
Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM), maka perlu
dilakukan Uji Chow dengan pengujian hipotesis sebagai berikut :
H0 = Model CEM yang dipilih (Prob > 0,05)
H1 = Model FEM yang dipilih (Prob < 0,05)
Dari hasil regresi yang dilakukan untuk membandingkan model terbaik
common effect model dengan fixed effect model diperoleh hasil probabilitas
sebagai berikut :
67
Tabel 13
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 267.956642 (10,53) 0.0000
Cross-section Chi-square 260.218505 10 0.0000
Berdasarkan hasil Uji Chow dengan redudant test diperoleh nilai
probabilitas Cross-section F sebesar 0.0000 lebih kecil dari 0.05, sehingga H0
ditolak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model yang tepat untuk digunakan
dalam menguji hipotesis adalah Fixed Effect Model (FEM). Dikarenakan model
FEM yang dipilih, maka kembali akan dilanjutkan pengujian dengan
membandingkan antara Fixed Effect Model (FEM) dengan Random effect
Model (REM) untuk melihat model manakah yang lebih baik.
3. Random Effect Model
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin
saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect
perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing
kabupaten/kota. Keuntungan menggunakan model Random Effect yakni
menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error
Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).
Adapun hasil dari pengolahan datanya dengan menggunakan Eviews 9 adalah
sebagai berikut :
68
Tabel 14
Random Effect Model
Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/02/20 Time: 15:01
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 28.06668 9.318044 3.012078 0.0037
IPM -0.283437 0.147570 -1.920689 0.0593
UMP -0.000209 0.000477 -0.437871 0.6630 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 2.741584 0.9802
Idiosyncratic random 0.389933 0.0198 Weighted Statistics R-squared 0.454998 Mean dependent var 0.471053
Adjusted R-squared 0.437697 S.D. dependent var 0.517800
S.E. of regression 0.388282 Sum squared resid 9.498076
F-statistic 26.29798 Durbin-Watson stat 1.456920
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.237834 Mean dependent var 8.126212
Sum squared resid 427.9196 Durbin-Watson stat 0.032338 Untuk mengetahui model manakah yang paling baik digunakan antara
Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM), maka perlu
dilakukan Uji Chow dengan pengujian hipotesis sebagai berikut :
H0 = Model REM yang dipilih (Prob > 0,05)
H1 = Model FEM yang dipilih (Prob < 0,05)
69
Dari hasil regresi yang dilakukan untuk membandingkan model terbaik fixed
effect model dengan random effect model diperoleh hasil probabilitas sebagai
berikut :
Tabel 15
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 0.000000 2 1.0000 Dapat dilihat pada tabel diatas, dari uji hausman test diperoleh nilai
probabilitas Cross-section random sebesar 1.0000 lebih besar dari 0.05, maka
model yang paling tepat digunakan adalah Random Effect Model (REM).
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Gambar 2
Histogram Normaliti
0
2
4
6
8
10
12
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Series: Standardized Residuals
Sample 2014 2019
Observations 66
Mean -4.06e-15
Median 0.629507
Maximum 4.290795
Minimum -4.889570
Std. Dev. 2.528243
Skewness -0.282195
Kurtosis 1.890078
Jarque-Bera 4.263777
Probability 0.118613
70
Dari gambar 3 diatas, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas sebesar
0.118613 lebih besar dari 0.05, artinya dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat
dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika setiap koefisien
korelasi masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0.8 maka terjadi
multikolinearitas.
Tabel 16
Corelation Matrix
X1 X2 X1 1.000000 0.256400
X2 0.256400 1.000000
Dapat dilihat dari tabel diatas, bahwa nilai korelasi antar variabel tidak
lebih dari 0.8 artinya, tidak terdapat multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 17
Uji Gletjser
Dependent Variable: LOGRESABS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/02/20 Time: 18:43
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.903257 16.55352 -0.114976 0.9088
IPM 1.413705 4.566461 0.309584 0.7579
UMP -0.460390 0.529141 -0.870070 0.3876
71
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari masing-
masing variabel independen lebih besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Cara untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin-
Watson dengan melihat hasil perolehan regresi nilai D-W sebagai berikut :
Tabel 18
Random Effect Model Untuk Mengetahui Nilai D-W
Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/02/20 Time: 15:01
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 28.06668 9.318044 3.012078 0.0037
IPM -0.283437 0.147570 -1.920689 0.0593
UMP -0.000209 0.000477 -0.437871 0.6630 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 2.741584 0.9802
Idiosyncratic random 0.389933 0.0198 Weighted Statistics R-squared 0.454998 Mean dependent var 0.471053
Adjusted R-squared 0.437697 S.D. dependent var 0.517800
S.E. of regression 0.388282 Sum squared resid 9.498076
F-statistic 26.29798 Durbin-Watson stat 1.456920
Prob(F-statistic) 0.000000
72
Tabel 19
Durbin-Watson
Autokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Tidak ada
autokorelasi
Tidak dapat
diputuskan
Autokorelasi
negatif
1.5395 1.6640 2.3360 2.4605
0 dL dU 4-dU 4-dL
1.4569
Dari hasil perolehan regresi nilai D-W sebesar 1.4569 hasil tersebut
menjelaskan bahwa nilai D-W 1.4569 < dL 1.5395, yang berarti terdapat
masalah autokorelasi positif.
Berdasarkan uji asumsi klasik di atas, dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan peneliti masih terdapat masalah, yakni masalah autokorelasi
positif yang ditandai lebih kecilnya nilai D-W dibandingkan dengan nilai dL
sehingga perlu diperbaiki. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut
peneliti melakukan perbaikan dengan melakukan Period SUR. Yang mana
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 20
Perbaikan Dengan Model Period SUR
Method: Panel EGLS (Period SUR) Date: 11/02/20 Time: 19:51 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66 Linear estimation after one-step weighting matrix Period SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 19.19049 5.784724 3.317442 0.0015
IPM -0.149450 0.091753 -1.628833 0.1083 UMP -0.000589 0.000325 -1.811095 0.0749
73
Weighted Statistics
R-squared 0.457635 Mean dependent var 0.836817 Adjusted R-squared 0.440417 S.D. dependent var 1.577657 S.E. of regression 0.971805 Sum squared resid 59.49750 F-statistic 26.57895 Durbin-Watson stat 1.936914 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.143393 Mean dependent var 8.126212 Sum squared resid 480.9437 Durbin-Watson stat 0.027588
Berdasarkan tabel 21 diatas dapat dilihat nilai Durbin-Watson setelah
dilakukan Period SUR berubah menjadi 1.9369 > dU 1.6640 dan lebih kecil
dari nilai 4-dU (1.9369 < 4-dU 2.3360), sehingga dapat disimpulkan bahwa
masalah autokorelasi telah teratasi, dengan demikian uji asumsi klasik telah
terpenuhi.
D. Uji Hipotesis
1. Uji t (Uji Secara Parsial)
Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 21
Hasil Uji t
Method: Panel EGLS (Period SUR) Date: 11/02/20 Time: 19:51 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66 Linear estimation after one-step weighting matrix Period SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 19.19049 5.784724 3.317442 0.0015 IPM -0.149450 0.091753 -1.628833 0.1083 UMP -0.000589 0.000325 -1.811095 0.0749
74
Hasil dari pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Pengujian terhadap variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Berdasarkan hasil diatas, variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.1083. Nilai probabilitas yang
dihasilkan lebih dari α = 5% (0.1083 > 0.05) sehingga secara statistik
variabel IPM (X1) tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di
Provinsi Jambi tahun 2014-2019.
b. Pengujian terhadap variabel Upah Minimum Provinsi (UMP)
Berdasarkan hasil diatas, variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) memiliki
nilai probabilitas sebesar 0.0749. Nilai probabilitas yang dihasilkan lebih
dari α = 5% (0.0749 > 0.05) sehingga secara statistik variabel UMP (X2)
tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi.
2. Uji F (Uji Secara Simultan)
Uji F dilakukan mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil perhitungan uji
F :
75
Tabel 22
Hasil Uji F
Method: Panel EGLS (Period SUR) Date: 11/02/20 Time: 19:51 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66 Linear estimation after one-step weighting matrix Period SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
Weighted Statistics
R-squared 0.457635 Mean dependent var 0.836817 Adjusted R-squared 0.440417 S.D. dependent var 1.577657 S.E. of regression 0.971805 Sum squared resid 59.49750 F-statistic 26.57895 Durbin-Watson stat 1.936914 Prob(F-statistic) 0.000000
Nilai probabilitas berdasarkan hasil regresi pada tabel diatas adalah
sebesar 0.0000000 < 0.05 sehingga secara statistik variabel independen IPM
dan UMP secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Tingkat Kemiskinan (Y) di Provinsi Jambi.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 23
Koefisien Determinasi (R2)
Method: Panel EGLS (Period SUR) Date: 11/02/20 Time: 19:51 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66 Linear estimation after one-step weighting matrix Period SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
Weighted Statistics
R-squared 0.457635 Mean dependent var 0.836817 Adjusted R-squared 0.440417 S.D. dependent var 1.577657 S.E. of regression 0.971805 Sum squared resid 59.49750 F-statistic 26.57895 Durbin-Watson stat 1.936914 Prob(F-statistic) 0.000000
76
Dari hasil analisis regresi yang diperoleh melalui pengolahan data,
menunjukkan bahwa R-Square memiliki nilai 0.457635 artinya, variabel
tingkat kemiskinan dapat dijelaskan oleh variabel Indeks Pembangunan
Manusia dan Upah Minimum Provinsi yang diturunkan dalam model sebesar
45%, atau dengan kata lain kontribusi variabel independen terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Jambi sebesar 45%, sedangkan 55% lainnya dijelaskan
oleh variabel diluar persamaan model ini.
E. Pembahasan
1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap
tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi tahun 2014-
2019?
Untuk meningkatkan daya saing bangsa, diperlukan kemampuan
untuk bertransformasi dari pengandalan kepada sumber daya alam, ke industri
manufaktur dan selanjutnya ke industri jasa yang mengandalkan knowledge-
based economy. Hal ini akan dapat diwujudkan apabila suatu negara memiliki
konsepsi yang jelas mengenai penataan institusional, penyediaan tenaga kerja
terdidik dan terampil, dorongan inovasi, kreasi dan riset perusahaan serta
pengelolaan infrastruktur informasi yang maju.113
Kebijakan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dapat dilakukan
melalui berbagai langkah. Pertama, menyelaraskan dan merekstrukturisasi
kebijakan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di pusat dan daerah.114
Dalam kenyataannya, sistem ini belum berjalan dengan baik di Indonesia, tak
113
Yusniah Aggraini, Kebijakan Peningkatan, hlm. 75. 114
Ibid, hlm. 82.
77
terkecuali di Provinsi Jambi. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena di
dalam perencanaan pembangunan nasional, tidak ada peluang dan rangsangan
untuk terjadinya pembangunan nasional secara terpadu. Hal ini merupakan
salah satu konsekuensi dari visi misi presiden dengan visi misi kepala daerah
baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang tidak selaras.
Kedua, mempersiapkan kualitas kesehatan, pendidikan dan karakter
generasi penerus dengan kebijakan dan implementasi yang bersifat nasional.
Investasi di bidang sumber daya manusia seperti kesehatan, pendidikan dan
pembinaan karakter generasi muda, adalah investasi yang bersifat jangka
panjang, yang hasilnya tidak akan segera terlihat dalam lima atau sepuluh
tahun (dua periode kepala daerah).115
Dan pada kenyataannya, seorang kepala
daerah pada umumnya lebih memprioritaskan pembangunan infrastuktur yang
lebih terlihat oleh masyarakat seperti membangun jalan, jembatan, taman dan
sebagainya.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari segi pendidikan.
Program wajib belajar 12 tahun bagi penduduk usia sekolah maupun yang telah
lewat usia sekolah wajib di terapkan terutama di pelosok-pelosok desa yang
kualitas pendidikannya masih sangat minim. Pembangunan manusia
merupakan paradigma pembangunan ekonomi. Dimana manusia sebagai subjek
atau pelaku dalam kegiatan ekonomi sekaligus sebagai tujuan pembangunan.
Ketika ingin membangun negaranya, maka bangunlah manusianya.
115
Ibid, hlm. 83.
78
Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu variabel independen
dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui
bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat
kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi tahun 2014-2019.
Jawaban dari rumusan masalah diatas dapat di jawab dengan melihat
pada hasil Uji Hipotesis Statistik, yakni menggunakan Uji t. Dimana dapat
dilihat bahwasanya Uji t yang dinotasikan dengan nilai probabilitas memiliki
nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 0.1083. Artinya variabel
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai X1 tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jambi Tahun 2014-2019.
Artinya, secara parsial variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menolak
hipotesis Ha dan menerima hipotesis H0.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Amirudin (2019) yang
menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kemiskinan.116
Mengapa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tidak berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan? Jawabannya adalah karena Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) hanya sebagai tolak ukur perbandingan dari angka harapan
hidup, melek huruf, tingkat pendidikan dan daya beli. Indeks Pembangunan
Manusia hanya menjelaskan cara memperolehnya. Sumber daya manusia yang
memiliki pekerjaan dengan latar belakang pendidikan tinggi masih sangat
rendah. Padahal tingkat pendidikan menggambarkan ketersediaan sumber daya
116
Amirudin, “Analisis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014-2017 (Studi Kasus: 34 Provinsi),” Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2019).
79
manusia di masa sekarang ini. Pendidikan memiliki peranan sangat penting
untuk kualitas tenaga kerja. Ketika sumber daya manusia nya memiliki
pendidikan yang rendah, maka kualitas pengetahuan dan kinerja juga akan
rendah. Hal ini akan berpengaruh terhadap pemberian upah pekerja. Para
pengusaha tentu akan mencari mereka yang memiliki latar belakang
pendidikan yang tinggi dengan pengetahuan dan kinerja yang baik. Selanjutnya
mereka yang berpendidikan rendah hanya akan memperoleh pekerjaan yang
penghasilannya kecil. Penghasilan yang kecil tentu membuat penduduk masih
kurang dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga masih banyak penduduk
yang berada pada lingkaran kemiskinan.
2. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap tingkat
kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi tahun 2014-2019?
Tujuan utama dari penetapan upah minimum adalah jaringan
pengaman yang berfungsi untuk mencegah agar upah tidak terus merosot di
bawah daya beli pekerja. Oleh karena itu, upah minimum harus dapat
mendukung daya beli agar pekerja mampu memenuhi standar tingkat
kebutuhan dasar. Pemerintah menetapkan upah minimum karena baru
menjangkau sebagian kecil pekerja/buruh. Di samping itu, upah minimum juga
sering digunakan sebagai upah standar dan sebagai dasar penetapan upah di
perusahaan.117
Jika di fahami lebih jauh, penetapan upah minimum seharusnya
berdampak sangat baik bagi perekonomian. Hal ini di karenakan dengan
117
Izzaty dan Rafika Sari, “Kebijakan Penetapan,” hlm. 134.
80
adanya upah minimum, maka hak pekerja telah terpenuhi. Yang menjadi
pertanyaan adalah apakah kewajiban pekerja juga telah terpenuhi? Peneliti
menelaah bahwa kinerja dan loyalitas dalam bekerja setiap individu berbeda,
ada yang memang menganggap bahwa ketika hak nya telah terpenuhi, maka
kewajibannya akan selalu dipenuhi. Namun banyak juga pekerja yang tidak
loyal terhadap pekerjaannya. Hal ini lah yang justru memicu kerugian
perusahaan.
Namun penetapan upah minimum juga menjadi resiko bagi
perusahaan, yang mana ketika pemerintah menaikkan penetapan upah
minimum, maka sebagian perusahaan tidak menutup kemungkinan akan
mengurangi jumlah karyawannya untuk menutupi besaran jumlah upah yang
akan dikeluarkan seiring bagaimana perkembangan perusahaannya.
Variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) menjadi variabel
independen pada penelitian ini, dengan tujuan ingin mengetahui bagaimana
pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap tingkat kemiskinan 11
kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Yang mana diperoleh hasil dengan melihat
pada hasil Uji Hipotesis Statistik, yakni menggunakan Uji t. Dimana dapat
dilihat bahwasanya Uji t yang dinotasikan dengan nilai probabilitas memiliki
nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 0.0749. Artinya variabel Upah
Minimum Provinsi (UMP) sebagai X2 tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jambi Tahun 2014-2019. Artinya,
secara parsial variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) menolak hipotesis Ha
dan menerima hipotesis H0.
81
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Anindita
Puspitasari (2016) yang menunjukkan bahwa variabel upah minimum positif
dan signifikan terhadap kemiskinan.118
Mengapa Upah Minimum Provinsi (UMP) tidak berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan? Jawabannya adalah karena ketika upah minimum
ditetapkan tinggi oleh pemerintah maka para pengusaha justru akan lebih
meminimalisir pekerja. Hal ini disebabkan karena para pengusaha ketika upah
naik, maka pengeluaran perusahaan untuk membayar upah karyawan dan
pekerja tentu mengalami kenaikan. Kenaikan pembayaran upah belum tentu di
barengi dengan peningkatan hasil usaha. Sehingga berdampak pada PHK
karyawan dan pekerja. Sudah tentu dampak dari PHK ini adalah tidak adanya
penghasilan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dan hal
inilah yang menjadi penyebab penduduk tetap berada pada lingkaran
kemiskinan, sehingga tingkat upah tidak berpengaruh terhadap kemiskinan.
3. Bagaimana pengaruh IPM dan UMP secara simultan terhadap tingkat
kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi tahun 2014-2019?
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Upah Minimum Provinsi
(UMP) merupakan satu kesatuan dalam rangka pembangunan ekonomi. Ketika
angka Indeks Pembangunan Manusia tinggi, maka akan berpengaruh pada
pembangunan ekonomi, upah yang sesuai dengan kemampuannya, pendidikan,
kesehatan, dan terbebas dari masalah kemiskinan. Dan ketika Upah Minimum
Provinsi mengalami kenaikan, maka akan berpengaruh pada standar kelayakan
118
Anindita Puspitasari, “Analisis Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014,” Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta (2016).
82
hidup, pendidikan, kesehatan, meningkatlah pembangunan manusia, dan
utamanya terhindar dari masalah kemiskinan.
Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Upah Minimum
Provinsi (UMP) menjadi variabel independen dalam penelitian ini, yang mana
peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh keduanya secara simultan
terhadap tingkat kemiskinan 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2014-
2019.
Jawaban dari rumusan masalah diatas dapat di jawab dengan melihat
pada hasil Uji Hipotesis Statistik, yakni menggunakan Uji F. Dimana dapat
dilihat bahwasanya nilai probabilitas F-Statistic memiliki nilai sebesar
0.0000000 < 0.05. Artinya variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
sebagai X1 dan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebagai X2 memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jambi
Tahun 2014-2019. Artinya, secara simultan variabel Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) menerima hipotesis Ha
dan menolak hipotesis H0.
Mengapa ketika Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Upah
Minimum Provinsi (IPM) dilakukan pengujian secara simultan justru
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jambi?
Jawabannya adalah karena ketika IPM dan UMP secara bersama-sama
mengalami peningkatan maka disini terdapat sebuah energi dalam pengentasan
kemiskinan. Yang mana telah di jelaskan ketika tolak ukur pembangunan
manusia dibarengi dengan peningkatan pendidikan di dalamnya, maka
83
pengetahuan dan kinerja sumber daya manusia tentu sangat mendukung
pengusaha atau perusahaan untuk mempertahankan pekerja tersebut. Tentu dari
hasil kinerja yang baik, maka pengusaha atau perusahaan akan berani
membayar upah yang telah ditentukan bahkan lebih tinggi sesuai hasil
kinerjanya. Dengan demikian, penduduk mampu memenuhi kebutuhan hidup
layaknya yang kemudian menjamin keberlangsungan hidup anak-anaknya
untuk terus terbebas dari masalah kemiskinan.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
2. Variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
3. Secara simultan, variabel independen IPM dan UMP secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Tingkat Kemiskinan 11
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
85
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi pemerintah daerah Provinsi Jambi untuk dapat meningkatkan
kinerjanya di sektor pendidikan, kesehatan dan daya beli. Program pendidikan
dan kesehatan gratis perlu dilakukan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia terutama pada masyarakat miskin dan tertinggal. Berikan hak yang
sama pada mereka agar dapat nantinya bersama-sama memajukan
perekonomian dan menekan angka kemiskinan.
2. Kebijakan upah minimum harus ditetapkan sesuai dengan standar hidup
minimum dan kesejahteraan pekerja, agar para pekerja terhindar dari
kemiskinan.
86
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema,
2009.
Literatur
Ardhito Bhinadi, Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Yogyakarta: Deepublish, 2017. Cet. Ke-1.
BPPD Kota Sungai Penuh, Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM), Sungai Penuh: BPPD Kota Sungai Penuh, 2012.
BPS Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Batang Hari dalam Angka 2019, Batang
Hari: CV Sumber Sentosa Multimedia, 2019.
BPS Kabupaten Batang Hari, Statistik Daerah Kabupaten Batang Hari 2019,
Batang Hari: BPS Kabupaten Batang Hari, 2019.
BPS Kabupaten Kerinci, Kabupaten Kerinci dalam Angka 2018, Kerinci: BPS
Kabupaten Kerinci, 2018.
BPS Kabupaten Merangin, Kabupaten Merangin dalam Angka 2019, Merangin:
BPS Kabupaten Merangin, 2019.
BPS Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dalam Angka 2019,
Muaro Jambi: BPS Kabupaten Muaro Jambi, 2019.
BPS Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Sarolangun dalam Angka 2019,
Sarolangun: BPS Kabupaten Sarolangun, 2019.
87
Dedi Rosadi, Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan, Yogyakarta: CV
Andi Offset, 2012.
Gita Sekar Prihanti, Pengantar Biostatistik, Malang: UMM PRESS, 2016.
Giyarto, Selayang Pandang Jambi, Klaten: PT Intan Pariwara, 2008.
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariete, Semarang: Badan Penerbit UNDIP,
2013.
Imam Gunawan, Pengantar Statistika Inferensial, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
cet. ke-1.
Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyanti, Ekonomi Pembangunan Syariah.
Jakarta: PT Raja Grafindo, 2017. Cet. Ke-2.
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2018.
Cet. Ke-5.
Muhammad Iqbal, Pengolahan Data dengan Regresi Linear Berganda (dengan
Eviews), Jakarta: Dosen Perbanas Institute, 2015.
Napa J. Awat, Metode Statistik dan Ekonomi, Yogyakarta: Liberty, 1995. cet. ke-
1.
Nazaruddin Malik, Dinamika Pasar Tenaga Kerja Indonesia, Malang: Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang, 2016. Cet. Ke-1.
Neolaka Amos, Metode Penelitian Statistik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014.
Nurul Huda Dkk, Ekonomi Pembangunan Islam, Jakarta: Kencana, 2015.
88
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Rencana Strategis Badan
Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal, Tanjung Jabung
Barat: Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2016.
P-RPJMD, Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Merakyat, Tanjung Jabung
Timur: Pemerintah kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2016.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2010. Cet. Ke-4.
Rukajat Ajat, Pendekatan Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta: Depublish, 2018.
Sayuti Una Dkk, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), Jambi: Fakultas
Syariah IAIN STS Jambi dan Syariah Press, 2012.
Sugiyono, Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2016.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka, 2016.
Sujarweni, V Wiratna, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2014.
Sulaiman Asang, Membangun Sumber Daya Manusia Berkualitas, Surabaya:
Brilian Internasional, 2012. Cet. Ke-1.
Sunaryo, Aplikasi Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi, Malang: UB Press, 2019.
Teguh Arifyanto, Laporan Perekonomian Provinsi Jambi, Jambi: Bank Indonesia,
2019.
89
Tukiran Taniredja dkk, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar), Bandung:
Alfabeta, 2014.
Yusniah Aggraini, Kebijakan Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Di Indonesia, Jakarta: Indocamp, 2018.
Jurnal dan Skripsi
Izzaty dan Rafika Sari, “Kebijakan Penetapan Upah Minimum Di Indonesia”.
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 4. No. 2, 2013.
Adit Agus Prastyo, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 2003-
2007)”. Skripsi Universitas Diponegoro, 2010.
Amalia Islami, “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan Upah Minimum Provinsi
(UMP) Terhadap Tingkat Kemiskinan Periode 2005-2014 (Studi
Kasus 10 Provinsi dengan Tingkat Kemiskinan Tertinggi di
Indonesia)”. Skripsi Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2016.
Amirudin, “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat
Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2014-2017
(Studi Kasus: 34 Provinsi), Skripsi Universitas Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019.
90
Anindita Puspitasari, “Analisis Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan 38
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014, Skripsi
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2016.
Desi Ajeng Rahayu, “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Upah Minimum Provinsi
(UMP), dan Penanaman Modal Asing (PMA), Terhadap
Pengangguran Terdidik di Pulau Sumatera Ditinjau Dari Perspektif
Ekonomi Islam”. Skripsi UIN Raden Intan Lampung, 2017.
Dita Sekar Ayu, “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat
Pengangguran Terbuka, IPM, Jumlah Penduduk dan Upah Minimum
Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Timur (Tahun 2010-2015)”.
Skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018.
Hadi Setiawan, “Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi, Tenaga Kerja dan
Infrastruktur Terhadap Penanaman Modal Asing di Provinsi DKI
Jakarta”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Muhamad Burhanudin, “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), Terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Banten
Periode 2008-2013.” Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Musa Al-Jundi, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Provinsi-Provinsi di Indonesia”. Skripsi Universitas Diponegoro,
2014.
91
Prima Sukmaraga, “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB
Perkapita, dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk
Miskin di provinsi Jawa Tengah”. Skripsi Universitas Diponegoro,
2011.
Purwiyanti Septina Franciari, “Analisis Hubungan IPM, Kapasitas Fiskal, dan
Korupsi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia (Studi Kasus 38
Kabupaten/Kota Di Indonesia Tahun 2008 dan 2010)”. Skripsi
Universitas Diponegoro Semarang, 2012.
Rolas Te Silalahi, “Analisis Pengaruh Kebijakan Upah Minimum Provinsi
(UMP), Terhadap Investasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Jawa Barat”. Skripsi Institut Pertanian Bogor, 2008.
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal,
Tanjung Jabung Barat: Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
2016.
Internet
https://www.bps.go.id
https://www.web.jambiprov.go.id
https://www.batangharikab.go.id
https://www.dprd.batangharikab.go.id
https://www.bungokab.go.id
https://www.suarabutesarko.com
92
https://www.indonesiadevelopmentforum.com
https://www.meranginkab.go.id
https://www.antaranews.com
https://www.ahmadmaulanatkj.blogspot.com
https://www.tanjabbarkab.go.id
https://www.dpmptsp.tanjabbarkab.go.id
https://www.tanjabtimkab.go.id
https://www.tebokab.go.id
https://www.jambikota.go.id
https://www.jambiberita.com
https://www.metrojambi.com
https://www.sungaipenuhkota.go.id
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tingkat Kemiskinan, IPM dan UMP Provinsi Jambi 2014-2019
Tahun
Tingkat
Kemiskinan
(%)
IPM
(%)
UMP
(Juta Rupiah)
2019 7,60 71,26 2.423
2018 7,92 70,65 2.243
2017 8,19 69,99 2.063
2016 8,41 69,62 1.906
2015 8,86 68,69 1.710
2014 8,39 68,24 1.502
Persentase Penduduk Miskin (P0)
Menurut Kab/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014-2019
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Kerinci 7,13 7,07 7,45 7,48 8,16 7,43
Merangin 8,48 8,88 9,43 9,95 9,80 9,37
Sarolangun 8,45 8,73 8,87 9,33 10,29 10,17
Batanghari 9,75 10,23 10,33 10,79 10,69 10,50
Muaro Jambi 3,83 4,05 4,37 4,30 4,63 4,45
Tanjung Jabung Timur 11,54 12,38 12,58 12,76 14,17 13,55
Tanjung Jabung Barat 10,56 11,10 11,32 11,81 12,63 11,64
Tebo 6,47 6,58 6,79 6,87 7,12 6,89
Bungo 5,60 5,78 5,82 5,99 5,70 5,12
Kota jambi 8,12 8,49 8,84 8,87 9,67 8,94
Kota Sungai Penuh 2,81 2,76 2,78 3,13 3,43 3,33
Persentase Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi 2014-2019
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Kerinci 70,95 70,59 70,03 69,68 68,89 67,96
Merangin 69,07 68,81 68,30 67,86 67,40 66,21
Sarolangun 69,72 69,41 69,03 68,73 68,10 67,67
Batanghari 69,67 69,33 68,92 68,70 68,05 67,68
Muaro Jambi 69,01 68,34 67,86 67,55 66,66 65,71
Tanjung Jabung Timur 63,92 63,32 62,61 61,88 61,12 59,88
Tanjung Jabung Barat 67,54 67,13 66,15 65,91 65,03 64,04
Tebo 69,02 68,67 68,16 68,05 67,29 66,63
Bungo 69,86 69,42 69,04 68,77 68,34 67,93
Kota jambi 78,26 77,41 76,74 76,14 75,58 74,86
Kota Sungai Penuh 75,36 74,67 73,75 73,35 73,03 72,48
Upah Minimum Provinsi (UMP)
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi 2014-2019
(Dalam Juta Rupiah)
Wilayah 2019 2018 2017 2016 2015 2014
Kerinci 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Merangin 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Sarolangun 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Batanghari 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Muaro Jambi 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Tanjung Jabung Timur 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Tanjung Jabung Barat 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Tebo 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Bungo 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Kota jambi 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Kota Sungai Penuh 2.423 2.243 2.063 1.906 1.710 1.502
Common Effect Model
Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan Method: Panel Least Squares Date: 11/02/20 Time: 14:58 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 35.68692 5.909649 6.038754 0.0000
IPM -0.404664 0.088270 -4.584376 0.0000 UMP 0.000162 0.001053 0.153740 0.8783
R-squared 0.259989 Mean dependent var 8.126212
Adjusted R-squared 0.236496 S.D. dependent var 2.939000 S.E. of regression 2.568060 Akaike info criterion 4.768568 Sum squared resid 415.4807 Schwarz criterion 4.868097 Log likelihood -154.3627 Hannan-Quinn criter. 4.807897 F-statistic 11.06691 Durbin-Watson stat 0.034712 Prob(F-statistic) 0.000076
Fixed Effect Model
Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Method: Panel Least Squares
Date: 11/02/20 Time: 14:59
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 22.82907 12.03318 1.897177 0.0633
IPM -0.200114 0.191367 -1.045707 0.3004
UMP -0.000464 0.000605 -0.766057 0.4470 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.985647 Mean dependent var 8.126212
Adjusted R-squared 0.982397 S.D. dependent var 2.939000
S.E. of regression 0.389933 Akaike info criterion 1.128893
Sum squared resid 8.058534 Schwarz criterion 1.560189
Log likelihood -24.25348 Hannan-Quinn criter. 1.299319
F-statistic 303.3000 Durbin-Watson stat 1.674542
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 267.956642 (10,53) 0.0000
Cross-section Chi-square 260.218505 10 0.0000
Random Effect Model
Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/02/20 Time: 15:01
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 28.06668 9.318044 3.012078 0.0037
IPM -0.283437 0.147570 -1.920689 0.0593
UMP -0.000209 0.000477 -0.437871 0.6630 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 2.741584 0.9802
Idiosyncratic random 0.389933 0.0198 Weighted Statistics R-squared 0.454998 Mean dependent var 0.471053
Adjusted R-squared 0.437697 S.D. dependent var 0.517800
S.E. of regression 0.388282 Sum squared resid 9.498076
F-statistic 26.29798 Durbin-Watson stat 1.456920
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.237834 Mean dependent var 8.126212
Sum squared resid 427.9196 Durbin-Watson stat 0.032338
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 0.000000 2 1.0000
Histogram Normaliti
0
2
4
6
8
10
12
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Series: Standardized Residuals
Sample 2014 2019
Observations 66
Mean -4.06e-15
Median 0.629507
Maximum 4.290795
Minimum -4.889570
Std. Dev. 2.528243
Skewness -0.282195
Kurtosis 1.890078
Jarque-Bera 4.263777
Probability 0.118613
Corelation Matrix
X1 X2 X1 1.000000 0.256400
X2 0.256400 1.000000
Uji Gletjser
Dependent Variable: LOGRESABS
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/02/20 Time: 18:43
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.903257 16.55352 -0.114976 0.9088
IPM 1.413705 4.566461 0.309584 0.7579
UMP -0.460390 0.529141 -0.870070 0.3876
Random Effect Model Untuk Mengetahui Nilai D-W
Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/02/20 Time: 15:01
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 66
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 28.06668 9.318044 3.012078 0.0037
IPM -0.283437 0.147570 -1.920689 0.0593
UMP -0.000209 0.000477 -0.437871 0.6630 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 2.741584 0.9802
Idiosyncratic random 0.389933 0.0198 Weighted Statistics R-squared 0.454998 Mean dependent var 0.471053
Adjusted R-squared 0.437697 S.D. dependent var 0.517800
S.E. of regression 0.388282 Sum squared resid 9.498076
F-statistic 26.29798 Durbin-Watson stat 1.456920
Prob(F-statistic) 0.000000
Durbin-Watson
Autokorelasi
positif
Tidak dapat
diputuskan
Tidak ada
autokorelasi
Tidak dapat
diputuskan
Autokorelasi
negatif
1.5395 1.6640 2.3360 2.4605
0 dL dU 4-dU 4-dL
1.4569
Perbaikan Dengan Model Period SUR
Method: Panel EGLS (Period SUR) Date: 11/02/20 Time: 19:51 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66 Linear estimation after one-step weighting matrix Period SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 19.19049 5.784724 3.317442 0.0015
IPM -0.149450 0.091753 -1.628833 0.1083 UMP -0.000589 0.000325 -1.811095 0.0749
Weighted Statistics
R-squared 0.457635 Mean dependent var 0.836817 Adjusted R-squared 0.440417 S.D. dependent var 1.577657 S.E. of regression 0.971805 Sum squared resid 59.49750 F-statistic 26.57895 Durbin-Watson stat 1.936914 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.143393 Mean dependent var 8.126212 Sum squared resid 480.9437 Durbin-Watson stat 0.027588
Hasil Uji t
Method: Panel EGLS (Period SUR) Date: 11/02/20 Time: 19:51 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66 Linear estimation after one-step weighting matrix Period SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 19.19049 5.784724 3.317442 0.0015 IPM -0.149450 0.091753 -1.628833 0.1083 UMP -0.000589 0.000325 -1.811095 0.0749
Hasil Uji F
Method: Panel EGLS (Period SUR) Date: 11/02/20 Time: 19:51 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66 Linear estimation after one-step weighting matrix Period SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
Weighted Statistics
R-squared 0.457635 Mean dependent var 0.836817 Adjusted R-squared 0.440417 S.D. dependent var 1.577657 S.E. of regression 0.971805 Sum squared resid 59.49750 F-statistic 26.57895 Durbin-Watson stat 1.936914 Prob(F-statistic) 0.000000
Koefisien Determinasi (R2)
Method: Panel EGLS (Period SUR) Date: 11/02/20 Time: 19:51 Sample: 2014 2019 Periods included: 6 Cross-sections included: 11 Total panel (balanced) observations: 66 Linear estimation after one-step weighting matrix Period SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected)
Weighted Statistics
R-squared 0.457635 Mean dependent var 0.836817 Adjusted R-squared 0.440417 S.D. dependent var 1.577657 S.E. of regression 0.971805 Sum squared resid 59.49750 F-statistic 26.57895 Durbin-Watson stat 1.936914 Prob(F-statistic) 0.000000
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Hujaipah, S.E.
Tempat/Tgl Lahir : Nipah Panjang, 30 Oktober 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 38 kg
Warga Negara : Indonesia
Alamat KTP : Jl. Pujakusuma RT.003 RW.008
Kelurahan Nipah Panjang II
Kec. Nipah Panjang
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Jambi
Alamat Domisili : Lr. Harapan RT.11 Perumahan Griya Raya II Blok C.04
Kelurahan Buluran Kenali Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi
No. Handphone : 0823-7530-7669
E-mail : [email protected]
Tanggal Ujian : 02 Juli 2020
PENDIDIKAN FORMAL
Sekolah Dasar : SDN 11/X Nipah Panjang (2002-2008)
Sekolah Menengah Pertama : SMPN 3 Tanjung Jabung Timur
(2008-2011)
Sekolah Menengah Atas : MAN 2 Tanjung Jabung Timur
(2011-2014)
Perguruan Tinggi : UIN STS Jambi (2016-2020)