40
PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI KABUPATEN BOGOR DESSY YANTI EKA PERMATASARI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN JALAN DI KABUPATEN BOGOR

DESSY YANTI EKA PERMATASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

ii

Page 3: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Infrastruktur

terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Jalan di Kabupaten

Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Dessy Yanti Eka Permatasari

NIM H14100136

Page 4: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

ABSTRAK

DESSY YANTI EKA PERMATASARI. Pengaruh Infrastruktur terhadap

Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Jalan di Kabupaten Bogor.

Dibimbing oleh DEWI ULFAH WARDANI.

Infrastruktur mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan

infrastruktur, menganalisis pengaruh infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi

dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder

yang digunakan dari tahun 1989 hingga 2012 sedangkan data primer didapatkan

melalui hasil wawancara dan kuisioner. Variabel yang digunakan ialah Produk

Domestik Regional Bruto (jutaan rupiah), jumlah puskesmas (unit), jumlah air

bersih yang tersalurkan (m³) dan panjang jalan (km). Hasil yang diperoleh dengan

menggunakan regresi bahwa infrastruktur puskesmas, air bersih dan jalan

memiliki pengaruh positif dan signifikan pada pertumbuhan ekonomi. Hasil

dengan metode AHP menunjukan bahwa proritas sasaran pertama ialah

meningkatkan penyerapan tenaga kerja dengan prioritas sasarannya penambahan

panjang jalan, prioritas kedua meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan

penambahan fasilitas jalan dan prioritas ketiga mengurangi kemiskinan dengan

penambahan panjang jalan.

Kata kunci: AHP, Infrastruktur, OLS, Pertumbuhan Ekonomi.

ABSTRACT

DESSY YANTI EKA PERMATASARI. Influence of Infrastructure on the Economic

Growth and Road Development Policy in Bogor Regency. Supervised by DEWI

ULFAH WARDANI.

Infrastructure has a very important role on economic growth. The purpose

of this research is for describing economic and infrastructure growth, analyzing

the effect of infrastructure on economic growth and analyzing road policy priority

in Bogor Regency. Secondary data is acquired from the data that has been used

since 1989 to 2012, while primary data is acquired from interview and

questionnaire. The variable used are Regional Gross Domestic Product (millions

of Rupiahs), the number of health center (unit), the amount of fresh water

channeled (m³) and road length (km). Results obtained by using the regression

that the health center infrastructure, water and roads have a positive and

significant effect on economic growth. Results from the AHP method shows that

first target priority is raising employment by adding road length, the second

priority is increasing economic growth by adding road facility and third priority

is reducing poverty by adding the road length.

Key words: AHP, Infrastructure, OLS, Economic Growth.

Page 5: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN JALAN DI KABUPATEN BOGOR

DESSY YANTI EKA PERMATASARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

vi

Page 7: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

Judul Skripsi : Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan

Kebijakan Pembangunan Jalan di Kabupaten Bogor

Nama : Dessy Yanti Eka Permatasari

NIM : H14100136

Disetujui oleh

Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.si

Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

PRAKATA

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih

dalam penelitian ini ialah Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

dan Kebijakan Pembangunan Jalan di Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Dewi Ulfah Wardani, Msi.

selaku pembimbing selama proses penyelesaian skripsi, seluruh staf departemen

Ilmu Ekonomi IPB yang telah membantu selama proses pembuatan surat, pihak

BPS Kabupaten Bogor yang telah menyediakan dan melayani penulis saat proses

pengumpulan data, kepada Bappeda yang sudah diperbolehkan untuk

diwawancarai dan menyebarkan kuisioner untuk skripsi ini, kepada Diyane,

Shinta, Egi dan Fitra selaku teman satu bimbingan yang telah membantu. Ucapan

terima kasih juga kepada Ibu tercinta Dewi Yanti Retno Utami, SE, Bapak tercinta

Sudarso, SE dan Adik tercinta Dina Dwi Fitriana Sudaryanti serta keluarga besar

saya yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan telah memberikan

dukungan secara moril dan materil. Terimakasih juga saya ucapkan pada semua

keluarga besar Ilmu Ekonomi 47 yang telah menjadi keluarga selama masa

perkuliahan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Dessy Yanti Eka Permatasari

Page 9: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Pertumbuhan Ekonomi 4

Infrastruktur 6

Analytical Hierarchy Process (AHP) 7

Analisis Regresi Linier Berganda 9

Penelitian Terdahulu 13

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis Penelitian 15

METODE 15

Jenis dan Sumber Data 15

Metode dan Pengolahan Data 15

Model Penelitian 16

Bagan Analytical Hierarchy Process 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Pertumbuhan PDRB dan Perkembangan Infrastruktur 17

Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi 21

Kebijakan Pembangunan Jalan (Metode AHP) 23

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 28

RIWAYAT HIDUP 30

Page 10: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

xii

DAFTAR TABEL

1 Nilai skala banding berpasangan 8 2 Durbin-Watson 12 3 Hasil estimasi model persamaan pengaruh infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor 21

DAFTAR GAMBAR

1 Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kabupaten Bogor tahun

2008-2012 2

2 Contoh hirarki keputusan dari AHP 8 3 Kerangka pemikiran konseptual 15 4 Bagan Analytical Hierarchy Process 16 5 PDRB Kabupaten Bogor AHDK 2000 tahun 1989-2012 17 6 Distribusi PDRB Kabupaten Bogor AHDK 2000 tahun 2008-2012

berdasarkan sektor 17 7 Panjang jalan kabupaten berdasarkan kondisi jalan baik di Kabupaten

Bogor tahun 1989-2012 18 8 Volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Bogor

tahun 1989-2012 19 9 Volume air bersih yang disalurkan menurut jenis pelanggan di

Kabupaten Bogor 2012 19 10 Jumlah puskesmas (puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas

keliling) di Kabupaten Bogor tahun1989-2012 20

11 Hasil pengolahan AHP menggunakan Expert Choise 2000 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil estimasi model analisis regresi pengaruh infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi 28 2 Uji normalitas 28 3 Uji heteroskedastisitas 28 4 Uji Autokolerasi 29 5 Daftar nama responden BAPPEDA 29

6 Hasil olahan data AHP menggunakan Expert Choise 2000 29

Page 11: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat

untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi proses sosial,

ekonomi, dan institusional demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik.

Proses pembangunan memiliki tiga tujuan yaitu peningkatan ketersediaan serta

perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok,

peningkatan standar hidup dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi

setiap individu serta bangsa secara keseluruhan.(Todaro dan Smith 2006).

Salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan dalam

suatu Negara adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan itu sendiri

dapat diartikan sebagai gambaran mengenai dampak dari kebijakan-kebijakan

pemerintah yang dilaksanakan dalam bidang ekonomi (Budiono 1992).

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai proses kenaikan output per kapita

dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan.

Salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi

modal. Akumulasi modal ini dapat dilakukan dengan investasi langsung terhadap

stok modal secara fisik seperti pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan

bahan baku atau dengan melakukan investasi terhadap fasilitas penunjang seperti

infrastruktur yaitu pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih, dan

pembangunan fasilitas komunikasi dan sebagainya.

Pembangunan infrastruktur akan dapat berdampak pada pertumbuhan

ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur sendiri

merupakan prasyarat bagi sektor-sektor lain untuk berkembang dan juga sebagai

sarana penciptaan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan

sumberdaya untuk membangun infrastruktur akan memicu proses ekonomi

sehingga menimbulkan penggandaan dampak ekonomi maupun sosial. (Setiadi

2006)

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari

alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif

pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa

pelayanan infrastruktur memengaruhi marginal productivity of private capital,

sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan

infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi (Kwik Kian Gie

2002).

Infrastruktur berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan

kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan

produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan

kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu

keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap

pasar tenaga kerja. Infrastruktur juga dapat meningkatkan mobilitas penduduk,

mempercepat laju pengangkutan barang, memperbaiki kualitas dari jasa

pengangkutan tersebut, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pembangunan,

serta meningkatkan efisiensi penggunaan sarana pembangunan.

Perkembangan daerah perkotaan lebih pesat dibandingkan di pedesaan.

Jakarta telah mengalami perkembangan daerah dan berkaitan dengan daerah

sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi. Oleh karena itu

Page 12: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

2

Kabupaten Bogor tidak dapat dipisahkan perkembangannya sebagai daerah

penyangga bagi Ibukota Jakarta.

Struktur perekonomian Kabupaten Bogor yang digambarkan oleh distribusi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menunjukan

bahwa kontribusi nilai tertinggi PDRB Kabupaten Bogor pada tahun 2012 dicapai

oleh sektor industri yaitu selalu berada diatas 60 persen. Hal tersebut dapat dilihat

dibeberapa kecamatan di Kabupaten Bogor seperti Gunung Putri, Klapanunggal,

Citeureup dan lain-lain.

Pemerintah mengalokasikan dana dalam bentuk APBD untuk kebutuhan

daerah akan sarana prasarana. Masalah infrastruktur seringkali dituding menjadi

penghambat untuk pertumbuhan ekonomi termasuk Kabupaten Bogor. Sebab itu,

infrastruktur di Kabupaten Bogor harus diberi perhatian untuk kelancaran

kegiatan baik pemerintah maupun publik dan mampu menopang pertumbuhan

Kabupaten Bogor maupun pertumbuhan daerah lainnya. Dari uraian tersebut yang

telah dipaparkan maka perlunya penelitian terkait dengan infrastruktur dan

pertumbuhan ekonomi terutama di Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor merupakan daerah yang cukup luas di Jawa Barat sekitar

2 301.95 Km². Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dengan jumlah

penduduk sekitar 5 077 210 jiwa pada tahun 2012. PDRB Kabupaten Bogor

tertinggi kedua setelah Kabupaten Bekasi sebesar 32 526 450 juta rupiah (BPS

2014). Dengan jumlah penduduk tertinggi di Jawa Barat, Kabupaten Bogor

diharapkan untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk menunjang

kegiatan yang berlangsung di Kabupaten Bogor.

Infrastruktur yang memadai sebagai penunjang aktivitas ekonomi akan

berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur jalan dalam kondisi baik

akan mempermudah mobilisasi penyaluran barang dan jasa dan dapat mengurangi

akses masyarakat yang terisolasi. Infrastruktur air bersih dapat meningkatkan

output yang dihasilkan. Infrastruktur puskesmas akan meningkatkan produktivitas

pekerja.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Gambar 1 Perbandingan pertumbuhan infrastruktur di Kabupaten Bogor Tahun

2008-2012

Menurut Gambar 1 pertumbuhan infrastruktur di Kabupaten Bogor tidak

selalu menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2010 jalan mengalami

pertumbuhan negatif, hal ini dikarenakan terjadi pengurangan jumlah panjang

jalan dalam kondisi baik. Apabila semakin banyak jalan yang rusak akan

menurunnya efisiensi jalan. Pertumbuhan infrastruktur air bersih dan puskesmas

-20

0

20

40

2008 2009 2010 2011 2012

Pe

rse

n

Tahun

Puskesmas

Air Bersih

Jalan

Page 13: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

3

pada tahun 2008 sampai 2012 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini

menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun kebutuhan akan sumber air bersih dan

puskesmas selalu meningkat walaupun pertumbuhan di tiap tahunnya selalu

berbeda.

Hal tersebut akan menjadi masalah untuk pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Bogor yang terlihat pada nilai PDRB di Kabupaten Bogor apabila infrastruktur

kurang dan tidak memadai. Dari uraian tersebut yang telah dipaparkan maka

perlunya penelitian terkait dengan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi

terutama di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka permasalahan pokok yang

akan di angkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan PDRB dan infrastruktur (puskesmas, air bersih

dan jalan) di Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana pengaruh infrastruktur (puskesmas, air bersih dan jalan)

terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bogor?

3. Apa kebijakan pembangunan infrastruktur jalan yang akan dilakukan oleh

pemerintah Kabupaten Bogor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan perkembangan PDRB dan infrastruktur (puskesmas, air

bersih dan jalan) di Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis pengaruh infrastruktur (puskesmas, air bersih dan jalan)

dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

3. Menganalisis prioritas kebijakan yang akan dilaksanakan untuk

pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Di samping untuk menjawab permasalahan yang ada, adapun manfaat dari

penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pengembangan infrastruktur dan melakukan

pembangunan jalan sesuai prioritas di Kabupaten Bogor yang dapat

meningkatkan pembangunan ekonomi.

2. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian lainnya.

3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi dan pengetahuan umum mengenai perkembangan infrastruktur

yang ada di Kabupaten Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menggunakan wilayah Kabupaten Bogor untuk

penelitian. Data yang digunakan dari tahun 1989 sampai 2012. Infrastruktur yang

akan diteliti adalah infrastruktur puskesmas yaitu jumlah puskesmas, jumlah

puskesmas pembantu dan jumlah puskesmas keliling, infrastruktur air bersih yaitu

ketersediaan air bersih yang tersalurkan disediakan oleh PT. Perusahaan Daerah

Page 14: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

4

Air Minum (PDAM) dan infrastruktur jalan menurut kondisi jalan yaitu jalan

dengan kondisi baik.

Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel tersebut dikarenakan

kurangnya data yang tersedia di BPS Kabupaten Bogor dan menurut penulis tiga

variabel infrastruktur tersebut mudah untuk dilihat dan terukur, infrastruktur jalan

suatu hal yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi karena apabila tidak

adanya jalan distribusi barang dan jasa menjadi sulit dan biaya distribusi menjadi

tinggi, infrastruktur puskesmas dan air bersih dapat menggambarkan

kesejahteraan suatu daerah. Penulis tidak memasukkan variabel listrik walaupun

listrik suatu hal yang sangat penting bagi perekonomian dikarenakan data yang

tersedia tidak dapat diperbandingkan setiap tahunnya karena hanya menggunakan

sample gardu yang berbeda pada tiap tahunnya tidak menggunakan gardu

keseluruhan yang berada di Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Ekonomi

Todaro dan Smith (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan suatu proses peningkatan kapasitas produksi dalam suatu

perekonomian secara terus menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu

sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin

lama semakin besar. Ada tiga komponen utama dalam menentuk an pertumbuhan

ekonomi setiap bangsa, yaitu:

1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk investasi baru yang ditanamkan

seperti tanah, peralatan fisik, serta sumber daya manusia melalui perbaikan

di bidang kesehatan, pendidikan, dan keterampilan.

2. Pertumbuhan jumlah penduduk, yang pada akhirnya menyebabkan

pertumbuhan angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi, yang diartikan sebagai cara untuk menyelesaikan

pekerjaan.

Akumulasi modal diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima

saat ini ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan meningkatkan output

dan pendapatan di masa yang akan datang. Pengadaan pabrik-pabrik, mesin

mesin, peralatan dan bahan baku akan meningkatkan stock modal (capital stock)

fisik suatu negara dan memungkinkan untuk meningkatkan tingkat output yang

ingin dicapai. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus ditopang

oleh berbagai investasi penunjang yang disebut dengan investasi infrastruktur

sosial dan ekonomi. Pengadaan infrastruktur ini meliputi pembangunan jalan,

penyediaan energy listrik, penyediaan sarana air bersih, perbaikan sanitasi,

pembangunan fasilitas komunikasi, dan sebagainya. Keseluruhan dari adanya

penyediaan infrastruktur ini sangat dibutuhkan dalam menunjang dan

mengintegrasikan aktivitas-aktivitas ekonomi dalam suatu Negara.

Teori pertumbuhan klasik pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith.

Merupakan teori pertumbuhan pertama kali yang dikemukakan secara luas serta

menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi dan faktor-faktor apa saja

yang memengaruhinya. Terdapat dua hal yang menyebabkan pertumbuhan

ekonomi yaitu pertumbuhan penduduk dan pembagian tugas para pekerja. Dalam

Page 15: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

5

teori ini yang paling memengaruhi ialah pertumbuhan penduduk, karena dengan

pertumbuhan penduduk cenderung akan meningkatkan output serta penduduk

yang meningkat akan memperluas pasar. Pasar yang luas akan meningkatkan

produksi yang akan mendorong spesialisasi dan pembagian kerja pada tenaga

kerja. Kedua hal itu yang menyebabkan kegiatan ekonomi semakin meningkat dan

mempercepat pertumbuhan ekonomi. Spesialisasi dan pembagian kerja

produktivitas tenaga kerja meningkat dan mendorong terjadinya perkembangan

teknologi. (Jhingan 2000).

Adam Smith sangat optimis dengan proses tersebut dan akan terus terjadi

sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita

masyarakat akan terus meningkat. Namun teori tersebut tidak dapat menjelaskan

mengapa Negara dengan faktor produksi melimpah misalnya jumlah penduduk

yang besar tidak berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Roberto Solow dengan teori neo-klasiknya menyumbangkan pemikirannya

dengan memasukan faktor pertumbuhan teknologi sebagai pemacu pertumbuhan

ekonomi. Teori pertumbuhan neo-klasik memandang bahwa jumlah output

(barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian ditentukan oleh

ketersediaan dan jumlah faktor produksi yang digunakan. Faktor neo-klasik

mengklasifikasi menjadi dua kelompok besar dengan jumlah faktor produksi

dinyatakan dengan fungsi produksi sebagai berikut:

Y=f(K,L) (2.1)

Dimana Y merupakan jumlah output, K adalah jumlah modal, L adalah

jumlah tenaga kerja. Namun dengan menganggap teknologi adalah variabel

eksogen yang mengandung pengertian dengan tidak adanya kemajuan teknologi

yang berimplikasi pada pencapaian tingkat output dan modal jangka panjang

untuk mencapai kondisi keseimbangan yang stabil (steady-state equilibrium).

Fungsi produksi merupakan gambaran pertumbuhan memperlihatkan hasil

pengembalian modal yang semakin berkurang. Jika modal perkapita naik sehingga

para pekerja menggunakan mesin yang semakin banyak, maka output perkapita

naik, tetapi dengan laju yang semakin menurun (diminishing marginal product of

capital).

Kemudian kita mencoba melihat bagaimana kontribusi semua input dan

kemajuan teknologi dalam mempengaruhi pertumbuhan, memasukkan perubahan

teknologi dalam satu fungsi produksi sebagai berikut,

Y=Af(K,L) (2.2)

Dimana A adalah suatu ukuran level teknologi atau disebut total factor

productivity. Output tidak hanya meningkat karena peningkatan pada capital dan

tenaga kerja tetapi juga karena adanya peningkatan pada total factor productivity.

Secara matematis perhitungan pada suatu persamaan linier growth accounting

akan menjadi,

*( )

+ (

)

(2.3)

Dimana dan (I- ) adalah kontribusi dari kapital dan tenaga kerja. Karena

besaran total factor productivity tidak dapat dilihat secara langsung, maka dapat

dihitung dengan manipulaasi matematis persamaan di atas menjadi :

*( )

+ (

) (2.4)

merupakan perubahan pada output yang tidak dapat dijelaskan oleh

perubahan pada input. Oleh karenanya pertumbuhan total factor productivity

dihitung sebagai residual. Total factor productivity dapat berubah dengan berbagai

Page 16: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

6

sebab. Perubahan paling sering muncul karena peningkatan pengetahuan

mengenai metode produksi. Faktor lainnya, seperti pendidikan dan peran

pemerintah dapat memengaruhi total factor productivity.

Ada kelemahan dalam teori pertumbuhan neo-klasik, kelemahan inilah yang

akan disempurnakan oleh Teori Pertumbuhan Baru. Teori yang dikembangkan ini

merupakan pengembangan teori pertumbuhan Klasik dan Neoklasik. Teori

pertumbuhan Neoklasik menyatakan bahwa dalam jangka panjang pertumbuhan

ekonomi hanya mengandalkan pada faktor produksi tidak dapat dipertahankan

secara terus menerus karena dihadapkan dengan masalah pertambahan hasil yang

semakin berkurang. Asumsi Neo-Klasik menyatakan bahwa kemajuan teknologi

bersifat “eksogen”, sehingga konsekuensi asumsi ini adalah terjadinya The Law of

Diminishing Return, karena teknologi dianggap sebagai faktor produksi tetap

(fixed input).

Dalam pendekatan teori pertumbuhan baru kemajuan teknologi bersifat

“endogen” dan model ini memperbolehkan adanya increasing return to scale

pada agregat produksi serta adanya pesan eksternalitas dalam menentukan laju

return on capital investment. Produktivitas dapat terus tumbuh dengan cara

menghindari diminishing return terhadap modal atau melalui kemajuan teknologi

secara internal.

Infrastruktur

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,

pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain

yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial

dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi

sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem

infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur

dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan

untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat.

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Fasilitas

transportasi memungkinkan orang, barang, dan jasa yang diangkut dari satu

tempat ke tempat lain di seluruh dunia. Perannya sangat penting baik dalam

proses produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi dan

ekspor. Telekomunikasi, listrik, dan air merupakan elemen sangat penting dalam

proses produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi dan

ekspor yaitu pada perdagangan, industri, dan pertanian. Keberadaan infrastruktur

akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi,

dan sebaliknya apabila mengabaikannya akan menurunkan produktivitasnya.

(BAPPENAS 2003).

The World Bank membagi infrastruktur menjadi 3 jenis, yaitu infrastruktur

ekonomi, infrastruktur sosial, dan infrastruktur administrasi. Infrastruktur

ekonomi merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas

ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi dan gas),

public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi

(jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). Infrastruktur sosial

meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi dan infrastruktur

administrasi meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi, dan koordinasi.

(World Bank 1994).

Page 17: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

7

Selain itu ada yang membagi infrastruktur menjadi infrastruktur dasar dan

pelengkap yaitu infrastruktur dasar (basic infrastructure) dan infrastruktur

pelengkap (complementary infrastructure), infrastruktur dasar meliputi sektor-

sektor yang mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar

untuk sektor perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (non tradeable)

dan tidak dapat dipisah-pisahkan baik secara teknis maupun spasial yaitu jalan

raya, kereta api, kanal, pelabuhan laut, drainase, bendungan dan sebagainya.

Infrastruktur pelengkap seperti gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum.

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Proses Hirarki Analitik (Analitic Hierarchy Process) dikembangkan oleh

Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an. Model

yang berada di wilayah probabilistik ini merupakan model pengambilan

keputusan dan perencanaan strategis. Ciri khas model ini adalah penentuan skala

prioritas atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analisis secara berjenjang,

terstruktur atas variabel keputusan.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding

dengan metode yang lain karena alasan-alasan yaitu struktur yang berhirarki,

sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang

paling dalam, memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi

inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil

keputusan dan memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas

pengambilan keputusan.

Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan

kelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah

pertama, kesatuan yaitu AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak

terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. Kedua,

kompleksitas yaitu AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui

pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif. Ketiga, saling

ketergantungan yaitu AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang

saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. Keempat, struktur hirarki

yaitu AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan

elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen

yang serupa. Kelima, pengukuran yaitu AHP menyediakan skala pengukuran dan

metode untuk mendapatkan prioritas. Keenam, konsistensi yaitu AHP

mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk

menentukan prioritas. Ketujuh, sintesis yaitu AHP mengarah pada perkiraan

keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.

Kedelapan, trade off yaitu AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor

pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan

mereka. Kesembilan, penilaian dan konsensus yaitu AHP tidak mengharuskan

adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.

Kesepuluh, pengulangan proses yaitu AHP mampu membuat orang menyaring

definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian

mereka melalui proses pengulangan.

Kelemahan metode AHP adalah pertama, ketergantungan model AHP pada

input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal

ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti

jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. Kedua, metode AHP ini

Page 18: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

8

hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada

batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.

Dalam menyelesaikan persoalan dengan Metode AHP, ada beberapa prinsip

dasar yang harus dipahami :

1. Decomposition

Gambar 2 Contoh Hierarki Keputusan dari AHP

Prinsip ini merupakan pemecahan persoalan-persoalan yang utuh menjadi

unsur-unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan dimana setiap

unsur atau elemen saling berhubungan. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat,

pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan

pemecahan yang lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari

persoalan yang ada. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikatakan complete

dan incomplete. Suatu hirarki disebut complete bila semua elemen pada suatu

tingkat berhubungan dengan semua elemen pada tingkat berikutnya, sementara

hirarki keputusan incomplete adalah kebalikan dari complete.

Bentuk struktur dekomposisi yakni :

Tingkat pertama : Tujuan keputusan (goal)

Tingkat kedua : Kriteria-kriteria

Tingkat ketiga : Alternatif-alternatif

2. Comparative judgement

Tabel 1 Nilai Skala Banding Berpasangan

Nilai Keterangan

1 Kriteria/ alternatif A sama pentingnya dengan kriteria/

alternatif B

3 A sedikit lebih penting daripada B

5 A jelas lebih penting daripada B

7 A sangat jelas lebih penting daripada B

9 A mutlak lebih penting daripada B

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber : Saaty (1988)

Prinsip ini memberikan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen

pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang di atasnya.

Penilaian ini merupakan inti dari penggunaan metode AHP. Penilaian ini dapat

disajikan dalam bentuk matriks yang disebut matriks pairwise comparison yaitu

Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria i

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif j

Page 19: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

9

matriks perbandingan berpasangan yang memuat tingkat preferensi beberapa

alternatif untuk kriteria. Skala preferensi dengan skala 1 menunjukkan tingkat

paling rendah sampai dengan skala 9 tingkatan paling tinggi. Untuk skala

perbandingan berpasangan disajikan dalam Tabel 1.

3. Synthesis of priority

Pada prinsip ini menyajikan matriks pairwise comparison yang kemudian

dicari eigen vektornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise

comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priorty

dapat dilakukan sintesa diantara local priority.

4. Logical consistency

Merupakan karakteristik yang paling penting. Hal ini dapat dicapai dengan

mengagresikan seluruh vektor eigen yang diperoleh dari tingkatan hirarki dan

selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan

urutan pengambilan keputusan.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dengan Metode AHP adalah

sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang

ingin diurutkan.

3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing

tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan

berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai

tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak

konsisten pengambil data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector

yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan

menggunakan matlab maupun manual.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis

pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah

sampai pencapaian tujuan.

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR<0,100 maka

penilaian harus diulang kembali.

Analisis Regresi Linier Berganda

Metode OLS dikemukakan oleh ahli matematika bangsa Jerman yaitu Carl

Friedrich Gauss. Metode OLS dengan asumsi-asumsi tertentu, mempunyai sifat

statistik yang sangat menarik dan menjadikan metode tersebut adalah metode

yang baik untuk mengestimasi parameter persamaan regresi (Firdaus 2004).

Analisis regresi linear berganda merupakan suatu metode yang digunakan

untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen yang mempengaruhi

Page 20: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

10

variabel dependennya. (Gujarati 2007), metode OLS dapat digunakan jika

dipenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi, tergantung kepada

nilai tertentu variabel yang menjelaskan adalah nol

2. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homokedastik

3. Tidak ada autokorelasi dalam residual

4. Variabel yang menjelaskan adalah nonstokastik

5. Tidak ada multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan

6. Variasi residual menyebar normal

Asumsi di atas jika dipertahankan dalam model regresi linear berganda,

maka penduga terkecilnya mempunyai variansi minimum yang merupakan

penduga linear tak bias terbaik atau Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).

Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah selanjutnya adalah

melakukan berbagai pengujian statistik, ekonomi dan ekonometrik. Pengujian

statistik dilakukan dengan uji signifikansi (uji t), analisis varian (uji F) dan uji

koefisien determinasi (R²). Sedangkan pengujian ekonometrik dilakukan untuk

mengestimasi parameter regresi dengan menggunakan OLS asumsi-asumsi klasik.

Untuk melihat ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi klasik maka dilakukan

uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. Apabila terjadi

pelanggaran maka akan diperoleh hasil estimasi yang tidak valid.

Model Umum Analisis Regresi Linier Berganda

Model umum analisis regresi berganda dapat digambarkan seperti berikut ini:

Yi = + + + ……+ βn Xtn + (2.5)

Dimana:

Y = Variabel endogen atau tak bebas

t = Tahun

β = Intersep atau nilai Y saat I = 0

, , Xn = Variabel eksogen/bebas β

, , = Paramater dari , , = Error term atau derajat kesalahan

Uji Kriteria Statistik

Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien Determinasi (R²) mengukur goodness of fit dari persamaan regresi

linear berganda. Nilai R² menyatakan persentase keragaman total dari peubah

tidak bebas yang dijelaskan oleh semua peubah secara bersama-sama.

∑ ∑ ∑

∑ (2.6)

Nilai R² berkisar antara nol dan satu, kecocokan model dikatakan lebih baik jika

R² semakin mendekati 1.

Page 21: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

11

Uji T

Nilai t hitung digunakan untuk menguji parameter koefisien regresi

sehingga dapat diketahui apakah terdapat pengaruh nyata dari masing-masing

variabel independen (Xt) yang dipakai secara parsial terhadap variabel dependen

(Y).

Hipotesis:

: = 0

: ≠ 0, dimana t = 1, 2, 3, ...,n

Uji statistik yang digunakan adalah uji t:

t-hitung = –( )

( ) (2.7)

t-tabel = ta/2(n-k)

dimana :

bt = Koefisien ke-t yang ditaksir.

Βt = Parameter ke-t yang ditaksir.

S(bt) = Standar deviasi bt.

k = Jumlah parameter termasuk intersep.

n = Jumlah observasi.

Kriteria uji:

t-hitung > ta/2(n-k) , maka tolak

t-hitung < ta/2(n-k) , maka terima

Jika ditolak berarti variabel independen berpengaruh nyata terhadap

variabel dependen dalam model dan sebaliknya jika diterima berarti variabel

independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Uji F

Pengujian hipotesis tentang parameter koefisien regresi secara keseluruhan

untuk menguji keandalan persamaan regresi yang diperoleh menggunakan uji

statistik F.

Hipotesis:

: βt = 0

: minimal ada salah satu βt ≠ 0, dimana t = 1, 2, 3, ...,n.

F hitung = ( )⁄

( )⁄ (2.8)

F tabel = Fa(k-1,n-k)

Dimana :

= Koefisien determinasi.

k = Jumlah parameter termasuk intersep.

n = Jumlah observasi.

Kriteria uji:

F-hitung > Fa(k-1,n-k) , maka tolak

F-hitung < Fa(k-1,n-k) , maka terima

Jika ditolak, maka seluruh variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikansi dan derajat kebebasan

tertentu. Jika diterima, maka seluruh variabel bebas secara bersama-sama tidak

mempengaruhi variabel tak bebas pada tingkat signifikansi dan derajat kebebasan

tertentu.

Page 22: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

12

Uji Kriteria Ekonometrika

Uji Autokorelasi

Suatu model dikatakan baik apabila telah memenuhi asumsi tidak terdapat

gejala autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah hasil

estimasi model tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term. Pada

program Eviews 6.1, uji autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson

(DW) pada tabel 2.

Uji Heteroskedastisitas

Menurut Gujarati (2007) salah satu asumsi penting dari model regresi linear

klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dalam fungsi regresi

adalah homoskedastik. Arti dari homoskedastik adalah apabila dalam suatu model

persamaan semua gangguannya memiliki varians yang sama, dimana lambang

yang digunakan adalah E ( ) = 2 , t = 1, 2, ..., N. Sedangkan, jika pada suatu

model persamaan jika semua gangguannya tidak memiliki varians yang sama atau

konstan, maka model tersebut dikatakan mendapatkan masalah

heteroskedastisitas. Ada beberapa cara atau teknik yang dapat digunakan untuk

mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas pada model, yaitu:

1. Melalui metode grafik

Pada metode grafik ini dilihat bagaimana bila nilai-nilai ut² diplot dengan

nilai-nilai variabel bebas (X) akan ditemui suatu pola tertentu. Jika pola yang

terbentuk random (acak), maka model tersebut bersifat homoskedastik (memiliki

var ( ) konstan untuk semua nilai X). Sebaliknya jika nilai-nilai ut² yang diplot

dengan nilai-nilai variabel bebas (X) berfluktuasi tajam dan memiliki pola yang

sistematik atau menunjukkan trend tertentu, maka model tersebut bersifat

heteroskedastik (memiliki var ( ) tidak konstan untuk semua nilai X).

2. Melalui Uji Formal

Salah satu kelemahan pengujian secara grafis adalah tidak jarang kita ragu

terhadap pola yang ditunjukkan grafik, sehingga terkadang dibutuhkan uji formal

untuk memutuskannya. Uji formal yang tersedia cukup banyak, beberapa uji yang

umum dipakai adalah:

a) Uji Park.

b) Uji Breusch-Pagan-Godfrey.

c) Uji White (White’s General Heteroskedasticity Test).

Tabel 2 Durbin-Watson

Nilai DW Hasil

4-dl < DW < 4 Tolak H0, korelasi serial negatif

4-dl < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4-du Terima H0, tidak ada korelasi serial

Du < DW < 2 Terima H0, tidak ada korelasi serial

dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan

0 < DW < dl Tolak H0, korelasi serial positif

Page 23: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

13

Sebagaimana permasalahan lain yang terdapat pada analisis regresi,

permasalahan heteroskedastisitas juga harus diatasi. Ada beberapa macam teknik

yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas, teknik

tersebut adalah:

1. Metode Generalized Least Square (GLS).

2. Transformasi dengan 1/Xj.

3. Transformasi dengan 1/iX.

4. Transformasi dengan E(Yt)

5. Transformasi dengan Logaritma.

Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas

(tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Gejala

adanya heteroskedastisitas dapat ditunjukkan oleh nilai p < α (0,05). Yang

dimaksud asumsi heteroskedastisitas adalah :

H0 : Terjadi homoskedastisitas

H1 : Terjadi heteroskedastisitas

Dikatakan bahwa heteroskedastisitas menyebabkan penafsiran koefisien

regresi menjadi tidak efisien.

Uji Multikoleniaritas

Asumsi lainnya yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat gejala

multikolinearitas di dalam suatu model regresi, yaitu adanya korelasi yang kuat

pada sesama variabel bebas (eksogen). Uji multikolinearitas dalam Eviews 6.1

dinamakan uji mulkolinearitas, yaitu untuk melihat apakah terjadi korelasi yang

kuat antara variabel-variabel independennya. Cara pengujiannya adalah:

• Nilai korelasi dua variabel independen tersebut mendekati satu.

• Nilai korelasi parsial akan mendekati nol

Apabila terjadi kolinearitas maka variabel yang dimasukan dalam

persamaan linear hanya variabel independen yang memiliki korelasi partial yang

tinggi. Selain itu dapat pula dengan melihat nilai Inflation Factor (VIF) dalam

tabel coefficients. Apabila nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala

multikolinearitas.

Penelitian Terdahulu

Ida Bagus Kumara (2013) yang menganalisis pengaruh ketersediaan

infrastruktur terhadap tingkat pengangguran: analisis kabupaten/kota di Jawa dan

di luar Jawa 2007-2011. Variabel bebas yang digunakan adalah akses rumah

tangga terhadap air bersih (AIR), akses rumah tangga terhadap listrik (LTK),

panjang jalan (lnJLN), jumlah sekolah (lnSK), jumlah ranjang rumah sakit (lnTT),

dan variabel dependen adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur ekonomi dan

kesehatan dapat mengurangi jumlah pengangguran, sedangkan infrastruktur

pendidikan cenderung meningkatkan jumlah pengangguran. Secara umum,

dampaknya lebih besar di Pulau Jawa.

Heri Purnomo (2009) yang menganalisis dampak pembangunan

infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi. Dengan

menggunakan metode OLS didapatkan hasil bahwa infrastruktur jalan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi,

Page 24: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

14

infrastruktur irigasi dan air berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Bekasi.

Perwita (2009) dalam penelitiannya menganalisis pengaruh infrastruktur

terhadap pertumbuhan ekonomi di 25 kabupaten tertinggal Kawasan Timur

Indonesia. Penelitian menggunakan data sekunder berupa data panel 25 kabupaten

tertinggal KTI untuk periode tiga tahun (2003, 2005 dan 2007). Teknik estimasi

yang dilakukan adalah analisis regresi data panel dengan metode Generalized

Least Square (GLS). Hasil penelitian dengan menggunakan model fixed effect

menunjukkan bahwa infrastruktur ekonomi (panjang jalan, jumlah keluarga

pengguna telepon, jumlah keluarga pengguna listrik) dan infrastruktur sosial

(jumlah sekolah) berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga

dapat membantu kabupaten tertinggal menjadi suatu kabupaten yang terbuka dan

mampu berinteraksi dengan daerah lainnya sehingga akses ke berbagai faktor

produksi menjadi semakin mudah untuk dijangkau.

Nuraliyah (2011) dalam penelitiannya menganalisis pengembangan

infrastruktur dalam pengentasan kemiskinan. Hasil yang diperoleh berdasarkan

hasil estimasi regresi data ialah infrastruktur listrik, air bersih, dan infrastruktur

kesehatan di Jawa berpengaruh nyata positif terhadap pertumbuhan ekonomi,

sedangkan di luar Jawa hanya infrastruktur listrik dan air bersih yang nyata positif

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur jalan baik di Jawa

maupun di luar Jawa tidak signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu pertumbuhan di Jawa dapat menurunkan kemiskinan. Sebaliknya terjadi

di luar Jawa bahwa pertumbuhan ekonomi ternyata meningkatkan kemiskinan.

Nur Fajri Rahmawati (2008) yang menganalisis pengaruh pelaksanaan

konsep agropolitan dan strategi pengembangan agropolitan di Kabupaten

Magelang. Dengan metode AHP maka didapatkan hasil bahwa pelaksanaan

agropolitan di Kawasan Merapi-Merbabu masih banyak menemui kendala

terutama yang berkaitan dengan pengadaan modal, pengadaan teknologi dan

sumberdaya pelaku atau petani yang kurang berkembang. Setelah pelaksanaan

agropolitan, kawasan yang memiliki peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk

sektor pertanian adalah Kecamatan Dukun, Kecamatan Sawangan, Kecamatan

Candimulyo, Kecamatan Pakis, Kecamatan Grabak dan Kecamatan Ngablak.

Setelah pelaksanaan agropolitan, ketersediaan fasilitas publik di tujuh kawasan

agropolitan mengalami peningkatan terutama peningkatan pada fasilitas industri

dan pengangkutan. Strategi prioritas pengembangan agropolitan Borobudur yang

dipilih oleh responden adalah pengembangan sumberdaya pelaku agribisnis dan

agrowisata.

Kerangka Pemikiran

Berikut pemaparan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, infrastruktur

yang digunakan dalam penelitian adalah puskesmas, air bersih, jalan yang akan

dihubungkan dengan pertumbuhan ekonomi untuk melihat pengaruh infrastruktur

terhadap pertumbuhan ekonomi dengan metode OLS, lalu infrasruktur jalan

dihubungkan dengan implikasi kebijakan jalan untuk melihat kebijakan

pembangunan jalan yang akan dilakukan dengan metode AHP.

Page 25: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

15

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan dan alur kerangka pemikiran yang telah

dijelaskan maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Jumlah puskesmas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

karena dengan meningkatnya puskesmas maka masyarakat akan lebih

sehat dan produktivitas masyarakat meningkat dan dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

2. Jumlah air bersih yang tersalurkan mempunyai pengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi karena semakin banyak jumlah air bersih yang

tersalurkan menggambarkan banyaknya air bersih yang digunakan oleh

masyarakat, yang berarti ketersediaan akses daerah terhadap air bersih

dapat membantu meningkatkan pergerakan ekonomi daerah.

3. Jumlah panjang jalan yang ada di Kabupaten Bogor mempunyai pengaruh

positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan

memperlancar proses pendistribusian dan memudahkan akses antar daerah.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan

menggunakan kuisioner yang disebarkan kepada responden dan data sekunder

time series dari tahun 1989 sampai 2012. Data sekunder yang digunakan adalah

data Pendapatan Domestik Regional Bruto (Jutaan Rupiah) Kabupaten Bogor,

jumlah puskesmas (unit), air bersih (M³), panjang jalan (Km), dan data yang

dikumpulkan merupakan data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat

Statistik (BPS), baik BPS pusat maupun BPS Kabupaten Bogor. Data sekunder

juga bisa diperoleh dari studi kepustakaan, dan literatur yang relevan dan

berhubungan dengan penelitian dapat didukung dari perpustakaan Institut

Pertanian Bogor (IPB), serta instansi lainnya.

Metode dan Pengolahan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan

Eviews 6.1 untuk menganalisis pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan

Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan

Pembangunan Jalan di Kabupaten Bogor

Puskesmas Air Bersih Jalan

Implikasi

Kebijakan Jalan

Pertumbuhan

Ekonomi

Metode

AHP

Metode

OLS

Infrastruktur

Page 26: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

16

ekonomi, dan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pengolahan

data menggunakan Expert Choise 2000 untuk menganalisis kebijakan

pembangunan jalan di Kabupaten Bogor.

Model Penelitian

Pada penelitian ini, model yang digunakan mempunyai bentuk:

LnYt = k + a LnPUS + b LnAIR + c LNJLN + (3.1)

LN adalah Logaritma Natural. Data pada penelitian ini ditransformasi

dengan cara logaritma natural. Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan model

terbaik yang terbebas dari masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan

autokorelasi.

Y = Produk Domestik Regional Bruto ( jutaan rupiah )

K = Intersep atau nilai Y saat I = 0

PUS = Infrastruktur puskesmas (unit)

AIR = Infrastruktur air bersih (M³)

JLN = Infrastruktur jalan (KM)

a, b, c = koefisien variabel independen

t = tahun

et = error term

Data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat dan

BPS Kabupaten Bogor.

Analytical Hierarchy Process

TUJUAN

SASARAN

STRATEGI

Gambar 4 Bagan Analytical Hierarchy Process

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur

kinerja pembangunan ekonomi suatu daerah. Dalam mengukur tingkat

pertumbuhan ekonomi dapat digunakan nilai Produk Domestik Regional Bruto

Strategi Kebijakan pada

Pembangunan Jalan

Mengurangi

Kemiskinan

Meningkatkan

Pertumbuhan

Ekonomi

Meningkatkan

Penyerapan

Tenaga Kerja

Perbaikan

Jalan

Penambahan

Panjang Jalan

Penambahan

Fasilitas Jalan

Page 27: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

17

(PDRB). Nilai PDRB yang akan dilihat yaitu menggunakan nilai PDRB atas dasar

harga konstan karena tidak memperhitungkan tingkat perkembangan inflasi yang

ada. Sehingga PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat

pertumbuhan riil barang dan jasa dalam suatu periode tertentu.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Gambar 5 PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 1989-

2012

Nilai PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan menunjukkan

peningkatan pada tahun 1989 hingga 1997, namun sempat mengalami penurunan

pada tahun 1998 karena disebabkan krisis yang terjadi di Indonesia, lalu perlahan

membaik mulai tahun 2000 hingga 2012, namun kecendrungan PDRB Kabupaten

Bogor meningkat dari tahun 1989 hingga 2012. Pada Gambar 5 dari tahun 1989

hingga tahun 2012 terjadi peningkatan PDRB sebesar Rp 21 552 718. Nilai PDRB

Kabupaten Bogor pada tahun 1989 sebesar Rp 14 978 025 dan pada tahun 2012

mencapai Rp 36 530 743.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Gambar 6 Distribusi PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000

tahun 2008-2012 berdasarkan sektor

Gambar 6 menggambarkan besarnya persentase kontribusi tiap sektor dalam

membentuk PDRB Kabupaten Bogor dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Dapat

dilihat bahwa rentang waktu tersebut sektor yang paling tinggi memberikan

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor adalah sektor

industri yang besarnya selalu diatas 60 persen, selanjutnya adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang berada diatas 10 persen, sedangkan 7 sektor

lainnya hanya memberikan kontribusi dibawah 10 persen. Namun tidak menutup

kemungkinan bahwa sektor yang memiliki kontribusi kecil dalam pembentukan

PDRB dapat membantu perkembangan sektor-sektor lainnya, karena dari 9 sektor

ini saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lainnya.

0

10000000

20000000

30000000

40000000

198919911993199519971999200120032005200720092011

Juta

an R

up

iah

Tahun

PDRB

Page 28: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

18

Perkembangan Infrastruktur di Kabupaten Bogor

Infrastruktur Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang sangat penting guna

memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan

meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan

mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang suatu daerah ke daerah

lain.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Gambar 7 Panjang jalan kabupaten berdasarkan kondisi jalan baik di Kabupaten

Bogor tahun1989-2012

Gambar 7 adalah panjang jalan Kabupaten Bogor yang berkondisi baik,

kondisi jalan di Kabupaten bogor tidak selalu menunjukkan kondisi jalan yang

membaik disetiap tahunnya. Kondisi jalan baik pada tahun 1997 menurun

diakibatkan karena Indonesia sedang menggalami krisis dan kurangnya

pembiayaan untuk menangani kondisi jalan, namun 2001 kondisi jalan baik sudah

mulai meningkat kembali sampai tahun 2012 walaupun sempat terjadi penurunan

namun tidak terlalu drastis. Panjang jalan dalam kondisi baik di Kabupaten bogor

mengalami peningkatan sebesar 1 053 987 km dari tahun 1989 hingga 2012 dan

terjadi peningkatan sebesar 91 085 km dari tahun 2011 ke tahun 2012.

Panjang ideal jalan dalam melayani pergerakan masyarakat berdasarkan

jumlah penduduk, luas wilayah dan PDRB Kabupaten Bogor adalah 3 680.60 km.

Sedangkan panjang jalan yang ada adalah 1 758. 041 km atau 47.77 persen dari

kebutuhan ideal, yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 121.497 km, jalan

provinsi 129.989 km dan jalan kabupaten yang bernomor ruas sepanjang 1

748.915 km. Selain itu, terdapat pula jalan-jalan yang tidak bernomor ruas dan

jalan-jalan desa dengan jumlah yang terus bertambah pada setiap tahun, akibat

pembukaan jalan baru atau peningkatan jalan yang dilakukan oleh pemerintah,

masyarakat ataupun pengusaha.

Panjang jalan di Kabupaten Bogor sampai dengan Bulan Desember 2009

dalam kondisi mantap (kondisi baik dan sedang) adalah sepanjang 1 304.976 km

atau 74.62 persen, sedangkan sisanya sepanjang 443.939 km atau sebesar 25,38

persen dalam kondisi rusak. Belum maksimalnya infrastruktur transportasi dalam

memfasilitasi pergerakan masyarakat disebabkan rendahnya jumlah jalan mantap

dan pembangunan jalan-jalan baru, serta belum maksimalnya struktur konstruksi

jalan. Kondisi tersebut diperburuk dengan tingginya frekuensi bencana alam dan

beban lalu lintas yang sering melampaui kapasitas.

0

500000

1000000

1500000

19

89

19

91

19

93

19

95

19

97

19

99

20

01

20

03

20

05

20

07

20

09

20

11

Km

Tahun

Panjang Jalan (km)

Page 29: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

19

Infrastruktur Air Bersih

Ketersediaan air bersih merupakan salah satu prasyarat bagi terwujudnya

permukiman yang sehat. Oleh karena itu akses masyarakat terhadap air bersih

merupakan hal yang mutlak dipenuhi. PDAM Kabupaten Bogor adalah perusahan

air minum yang menyuplai kebutuhan air bersih masyarakat di Kabupaten Bogor.

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8 selama kurun waktu 24 tahun yaitu dari

tahun 1989 hingga tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah air yang disalurkan oleh

PDAM di Kabupaten Bogor sebesar 23 207 609 m³, atau dapat dikatakan pada

tahun 2012 terjadi pertumbuhan jumlah air yang disalurkan oleh PDAM sebesar 1

391.3 persen dibandingkan tahun 1989. Peningkatan jumlah air bersih yang

disalurkan disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan

kegiatan perekonomian yang ada di Kabupaten Bogor.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor (diolah)

Gambar 8 Volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Bogor

tahun 1989-2012

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 9, sebanyak 73 persen jumlah air

yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 digunakan

untuk kepentingan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena banyaknya keperluan

rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, seperti

penggunaan untuk air minum, mandi dan mencuci.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor (diolah)

Gambar 9 Volume air bersih yang disalurkan menurut jenis pelanggan di

Kabupaten tahun 2012

Pada cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 25 kecamatan. Cakupan

sanitasi air bersih di 80 desa/kelurahan di 19 kecamatan, yang memiliki kapasitas

produksi sebesar 2 098.5 l/dt. Sementara itu, cakupan pelayanan air bersih baru

mencapai 56,86 persen, terdiri dari PDAM 15 persen dan sisanya pedesaan dari

jumlah penduduk Kabupaten Bogor. Peningkatan cakupan sarana air bersih yang

dilakukan oleh unsur pemerintah hanya 1 persen sampai 2 persen pertahun.

Rendahnya cakupan pelayanan air bersih, diantaranya karena menurunnya

0

10000000

20000000

30000000

Tahun

Air Bersih (m³)

2%

73%

3%

4% 14% 4%

Sosial

Rumah Tangga

Pemerintah

Niaga

Khusus

Page 30: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

20

ketersediaan sumber daya air baku dan daya dukung lingkungan, akibat

tersumbatnya badan air/sungai oleh sedimentasi yang relatif tinggi.

Infrastruktur Puskesmas

Kesejahteraan merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka

peningkatan SDM penduduk Kabupaten Bogor, dengan adanya upaya tersebut

diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik dan akhirnya

akan menimbulkan produktivitas yang tinggi.

Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang paling dekat dengan

masyarakat Kabupaten Bogor. Berdasarkan Gambar 10 ketersediaan infrastruktur

puskesmas di Kabupaten Bogor cenderung meningkat, namun sempat mengalami

penurunan pada tahun 1999 dan tahun 2008 dan selanjutnya mengalami

peningkatan kembali hingga tahun 2012. Jumlah puskemas mengalami penurunan

karena pada tahun tertentu jumlah puskesmas keliling tidak beroperasi sementara

dan puskesmas pembantu mengalami pengurangan. Pada tahun 1990 jumlah

puskesmas mengalami peningkatan sebesar 3.42 persen dari tahun 1989 dan pada

tahun 2012 terjadi peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 1989 yaitu sebesar

62.32 persen.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Gambar 10 Jumlah Puskesmas (puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas

keliling) di Kabupaten Bogor tahun 1989-2012

Berdasarkan data pada Bappeda Kabupaten Bogor pada tahun 2010, rasio

cakupan pelayanan kesehatan dasar penduduk dimana perbandingan puskesmas

dengan penduduk adalah 1:33 850 dan perbandingan puskesmas pembantu dengan

penduduk sebesar 1:13 669. Selain itu pada tahun 2010, cakupan pelayanan

kesehatan dasar masyarakat miskin mencapai 37.27 persen, angka kesembuhan

baru mencapai 92 persen, ibu hamil gizi baik sebesar 91.5 persen, balita kurang

energi protein sebesar 9.87 persen, balita gizi baik sebesar 88.82 persen. Pada

tahun 2010, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi baru

mencapai 78.60 persen dan cakupan pelayanan desa/kelurahan mencapai 81.07

persen.

Meskipun mengalami peningkatan, tetapi kondisi derajat kesehatan

masyarakat belum memenuhi harapan. Oleh karena itu, dilakukan upaya-upaya

pembangunan bidang kesehatan melalui peningkatan akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan dasar dan pengembangan peran serta masyarakat dalam

bidang kesehatan. Upaya peningkatan akses dilakukan melalui pembangunan

sarana kesehatan khususnya di tingkat desa, peningkatan status Puskesmas

menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan (DTP), penambahan Puskesmas

keliling dan ambulan, pengembangan Puskesmas mampu PONED dan klinik gizi.

0

100

200

300

Un

it

Tahun

Jumlah Puskesmas

Page 31: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

21

Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dalam penelitian ini menggunakan uji kriteria ekonometrik, uji yang

pertama yaitu uji kenormalan, uji kenormalan digunakan untuk memeriksa apakah

error term menyebar normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan Jarque

Bera Test. Hasil uji didapat nilai probabilitas (0.447952) > α 5 persen maka error

term menyebar normal.

Uji yang kedua ialah uji autokolerasi, autokolerasi merupakan korelasi yang

terjadi antar observasi dalam satu variabel atau korelasi error masa lalu dan error

masa sekarang. Pengujian adanya permasalahan dalam pengolahan data

autokolerasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfreg Serial

Correlation Test dengan hasil didapat pada Prob-Chi Squared sebesar 0.0516 > α

5 persen, sehingga pada persamaan ini tidak terapat gejala autokolerasi.

Uji yang ketiga ialah uji heteroskedastisitas, uji heteroskedastisitas

merupakan gejala yang terjadi dalam model regresi linier jika variabelnya

berbeda-beda atau bervariasi. Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan

dengan menggunakan White Test. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan

bahwa persamaan fungsi pada penelitian ini tidak mengandung gejala

heteroskedastisitas. Pada persamaan didapat nilai Prob Chi-Square sebesar 0.8627

> α 5 persen. Dengan nilai hasil tersebut dengan asumsi tidak ada

heteroskedastisitas terpenuhi.

Uji keempat ialah uji multikolinieritas, asumsi ini menyatakan bahwa tidak

adanya keterkaitan atau hubungan linier antar variabel bebas penyusun model.

Jika ada hubungan linier antara dua atau lebih variabel bebas maka dikatakan

terjadi multikolinierritas dan hal tersebut merupakan penyimpangan asumsi.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas, maka dapat dilakukan

dengan VIF < 10 karena semua variabel pada Tabel 3 VIF < 10 maka uji

multikolinieritas terpenuhi.

Persamaaan regresi untuk analisis pengaruh infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :

LNPDRB = 10.43857 + 0.417844 LNPUS + 0.060952 LNAIR + 0.254260

LNJLN

Tabel 3 Hasil estimasi model persamaan pengaruh infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. VIF

LNPUS 0.417844 0.186026 2.246153 0.0361 4,108

LNAIR 0.060952 0.026976 2.259474 0.0352 2.387

LNJLN 0.254260 0.054261 4.685883 0.0001 2.994

C 10.43857 0.550174 18.97322 0.0000

R-squared 0.876332 Mean dependent var 16.97539

Adjusted R-squared 0.857782 S.D. dependent var 0.238144

S.E. of regression 0.089808 Akaike info criterion -1.831263

Sum squared resid 0.161311 Schwarz criterion -1.634920

Log likelihood 25.97515 Hannan-Quinn criter. -1.779173

F-statistic 47.24127 Durbin-Watson stat 1.029287

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 32: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

22

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa hasil estimasi yang dihasilkan dari

analisis pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Bogor adalah nilai koefisien determinasi R-Square adalah 0.876332 persen,

artinya 0.876332 persen keragaman variabel dependen adalah PDRB dapat

dijelaskan oleh model yaitu jalan, listrik, air bersih dan puskesmas sedangkan

sisanya 0.123668 persen keragaman tidak dapat dijelaskan oleh regresi yang

digunakan.

Nilai probabilitas F-statistik yang dihasilkan adalah sebesar 0,000000 yang

artinya variabel-variabel independennya dalam penelitian ini berpengaruh

terhadap variabel dependennya pada taraf nyata lima persen. Maka dengan tingkat

selang kepercayaan 95 persen, dapat disimpulkan bahwa variabel puskesmas, air

bersih dan jalan bersama-sama signifikan terhadap PDRB dengan tingkat

kepercayaan 95 persen.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa nilai probabilitas

dari variabel puskesmas, air bersih dan jalan lebih kecil dari taraf nyata lima

persen masing-masing 0.0001, 0.0352, dan 0.0361. Hal ini dapat dikatakan bahwa

variabel independen tersebut secara individu berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang ditunjukkan oleh nilai PDRB.

Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh pada Tabel 3, panjang jalan

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Nilai

koefisien variabel infrastruktur jalan sebesar 0.254260 artinya pertambahan

panjang jalan sebesar satu persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Bogor sebesar 0.254260 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai

dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa pertumbuhan infrastruktur jalan

akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

Panjang jalan mempunyai peran yang penting dalam kegiatan perekonomian

daerah. Adanya fasilitas infrastruktur jalan akan mempermudah distribusi faktor

produksi, baik barang maupun jasa. Selain itu pengembangan jalan akan

membuka akses suatu wilayah terhadap wilayah lainnya sehingga pertumbuhan

ekonomi akan meningkat dan mengurangi daerah yang terisolasi. Kondisi jalan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah jalan dengan kondisi baik.

Jumlah air bersih yang tersalurkan ke masyarakat memiliki pengaruh yang

positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Nilai koefisien dari

infrastruktur air bersih ini adalah sebesar 0,060952, artinya kenaikan jumlah air

bersih yang tersalurkan sebesar satu persen akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Bogor sebesar 0,060952 persen (cateris paribus). Hal ini

sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah air

bersih yang tersalurkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Bogor.

Jumlah air yang tersalurkan menunjukkan seberapa besar jumlah air bersih

yang dikonsumsi oleh masyarakat. Semakin banyak jumlah air bersih yang

digunakan menggambarkan seberapa besar akses suatu daerah terhadap

ketersediaan air bersih. Air bersih yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air

bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Bogor.

Jumlah puskesmas memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Bogor. Nilai koefisien dari infrastruktur puskesmas ini adalah

sebesar 0,417844, artinya kenaikan jumlah air bersih yang tersalurkan sebesar satu

persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor sebesar

0,417844 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang

Page 33: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

23

menyatakan bahwa bertambahnya jumlah puskesmas yang ada akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

Jumlah puskesmas yang ada menunjukkan seberapa besar masyarakat

menggunakan puskesmas tersebut. Semakin banyak jumlah puskesmas yang

digunakan menggambarkan seberapa besar akses suatu daerah terhadap

puskesmas. Puskesmas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu puskesmas,

puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

Prioritas Kebijakan Jalan di Kabupaten Bogor dengan Metode AHP

Penyusunan hirarki merupakan bagian terpenting dari model AHP, karena

menjadi dasar para narasumber untuk memberi penilaian/pendapat secara lebih

sederhana. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan kuisioner kepada orang

yang benar-benar ahli dibidangnya. Dalam penelitian ini peneliti memberikan

kuisioner kepada BAPPEDA Kabupaten Bogor yang berdasar pada Rancangan

Pembangunan Jamgka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor, diharapkan

permasalahan yang kompleks akan menjadi lebih sederhana dan mudah untuk

dipahami. Dalam model AHP yang digunakan dalam penelitian ini, hirarki yang

disusun terdiri dari 3 level, dengan level puncak sebagai fokus/goal dari hirarki,

yaitu: “Strategi Kebijakan Pembangunan Pada Pembangunan Jalan”. Hirarki

model AHP secara lengkap disajikan dalam metode penelitian.

Level 1 adalah Sasaran, yang terbagi menjadi tiga sasaran yang hendak

dicapai, yaitu:

1. Sasaran mengurangi kemiskinan adalah suatu sasaran yang bermaksud

untuk mengurangi kemiskinan yang merupakan masih menjadi masalah

utama bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor

2. Sasaran meningkatkan pertumbuhan ekonomi, adalah suatu sasaran yang

bermaksud untuk menciptakan upaya dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, dalam hal ini dilihat PDRB Kabupaten Bogor.

3. Sasaran meningkatkan penyerapan tenaga kerja, adalah suatu sasaran yang

bermaksud untuk mengurangi pengangguran di Kabupaten Bogor.

Level 2 adalah Alternatif strategi kebijakan pembangunan jalan di

Kabupaten Bogor, yaitu :

1. Meningkatkan perbaikan jalan, alternatif ini bermaksud untuk

meningkatkan perbaikan jalan yang yang berada di Kabupaten Bogor,

seperti memperbaiki jalan yang rusak yang berada disetiap daerah di

Kabupaten Bogor

2. Meningkatkan panjang jalan, alternatif ini bermaksud untuk

meningkatkan panjang jalan kedaerah-daerah yang belum adanya jalan

dan ke daerah yang hanya biasa dilewati oleh kendaraan beroda dua saja.

3. Meningkatkan fasilitas jalan, alternatif ini bermaksud untuk

meningkatkan fasilitas jalan seperti drainase, rambu, marka, pengaman

jalan dan jembatan timbang yang berada ditiap daerah di Kabupaten

Bogor.

Berdasarkan data-data dan perhitungan dari hasil penelitian responden atas

kuisioner AHP tersebut, maka diperoleh hasil urutan prioritas berdasarkan

prioritas tertinggi ditampilkan pada Gambar 11. Menurut hasil penilaian nara

sumber Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor (BAPPEDA), dengan menggunakan

metode AHP prioritas sasaran yang pertama ialah meningkatkan penyerapan

tenaga kerja, dengan urutan prioritas kebijakannya yaitu penambahan panjang

Page 34: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

24

jalan, penambahan fasilitas jalan dan perbaikan jalan. Prioritas sasaran kedua ialah

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan urutan prioritas kebijakannya ialah

penambahan fasilitas jalan, penambahan panjang jalan dan perbaikan jalan.

Prioritas sasaran ketiga ialah mengurangi kemiskinan dengan urutan prioritas

kebijakannya ialah penambahan panjang jalan, penambahan fasilitas jalan, dan

perbaikan jalan.

Gambar 11 Hasil Pengolahan AHP Menggunakan Expert Choise 2000

Sasaran Meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja

Dengan sasaran meningkatkan penyerapan tenaga kerja maka yang menjadi

prioritas pertama kebijakan yang harus dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bogor adalah penambahan panjang jalan. Dengan adanya penambahan panjang

jalan pada daerah-daerah baru akan membuka peluang para investor untuk

berinvestasi dan menanamkan modalnya didaerah tersebut seperti pembuatan

pabrik baru. Secara tidak langsung hal tersebut dapat menyerap tenaga kerja

sekitar daerah tersebut. Dengan melakukan cara tersebut diharapkan tingkat

pengangguran di Kabupaten Bogor menurun setiap tahunnya.

Sasaran Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Dengan sasaran meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka yang menjadi

prioritas pertama kebijakan yang harus dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bogor adalah penambahan fasilitas jalan. Dengan adanya penambahan fasilitas

jalan seperti drainase baik, rambu, marka, pengaman jalan dan jembatan timbang

maka kondisi jalan menjadi baik tidak ada jalan berlubang, jalan menjadi teratur

masyarakat pun menjadi nyaman, maka penambahan fasilitas jalan penting untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena dapat meningkatkan produktivitas

masyarakat, tidak adanya kemacetan yang diakibatkan jalanan yang rusak dan

rambu-rambu yang kurang.

Str

ateg

i K

ebij

akan

Pad

a P

emb

angu

nan

Jal

an

1. Meningkatkan Penyerapan

Tenaga (0,424)

1. Penambahan Panjang Jalan (0,385)

2. Penambahan Fasilitas Jalan (0,313)

3. Perbaikan Jalan (0,243)

2. Meningkatkan Pertumbuhan

Ekonomi (0,400)

1. Penambahan Fasilitas Jalan (0,353)

2. Penambahan Panjang Jalan (0,325)

3. Perbaikan Jalan (0,322)

3. Mengurangi Kemiskinan

(0,176)

1. Penambahan Panjang Jalan (0,382)

2. Penambahan Fasilitas Jalan (0,375)

3. Perbaikan Jalan (0,243)

Page 35: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

25

Penambahan fasilitas jalan hampir sudah dilaksanakan ditiap daerah di

Kabupaten Bogor. Namun penambahan fasilitas berbeda-beda tiap daerah,

contohnya di Kecamatan Gunung Putri masih banyak jalanan yang berlubang

yang diakibatkan karena kurangnya drainase saluran air, dan hal tersebut sangat

mengganggu produktivitas industri yang berada dikawasan tersebut seperti

penyaluran barang yang lambat akibat kemacetan yang terjadi karena jalanan

berlubang dan menyebabkan biaya produksi semakin tinggi diakibatkan

peningkatan pemakaian bahan bakar.

Sasaran Mengurangi Kemiskinan

Dengan kondisi perekonomian yang cukup baik di Provinsi Jawa Barat,

Kabupaten Bogor masih mengalami masalah yaitu kemiskinan yang cukup tinggi

sebesar 424.31 ribu jiwa, walaupun turun setiap tahunnya. Masih banyak

penduduk yang rentan terhadap masalah sosial dan berada dibawah garis

kemiskinan karena belum banyak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai

yang mengakibatkan masih tingginya angka pengangguran di Kabupaten Bogor

sekitar 9.07 persen.

Jalan merupakan sarana penunjang transportasi memiliki peran penting

khususnya transportasi darat. Dalam rangka mengurangi kemiskinan di Kabupaten

Bogor, prioritas yang seharusnya dilakukan ialah dengan penambahan panjang

jalan. Dengan penambahan panjang jalan di daerah-daerah miskin di Kabupaten

Bogor dapat terbukanya daerah-daerah terisolasi, meningkatkan produktivitas

ekonomi rakyat dan wilayah juga meningkatkan pendapatan masyarakat,

mempermudah perhubungan antara pusat produksi dan pusat pemasaran,

mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi di pedesaan, mempermudah lalu lintas

barang dan jasa sehingga dapat mengurangi jumlah kemiskinan di Kabupaten

Bogor.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan yaitu pengaruh infrastruktur

terhadap pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pembangunan jalan di Kabupaten

Bogor maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1. PDRB Kabupaten Bogor cenderung meningkat dari tahun 1989 hingga

2012 namun sempat mengalami penurunan pada tahun 1998 dikarenakan

krisis yang terjadi di Indonesia. Infrastruktur puskesmas cenderung

meningkat dari tahun 1989 hingga 2012 namun sempat mengalami

penurunan di beberapa tahun dikarenakan puskesmas keliling ditiadakan

sementara dan puskesmas pembantu mengalami pengurangan.

Infrastruktur air bersih pada tahun 1989 hingga 2012 cenderung meningkat

dikarenakan adanya lonjakan penduduk di Kabupaten Bogor. Infrastruktur

panjang jalan cenderung meningkat setiap tahunnya hanya saja sempat

mengalami penurunan ditahun 1998 dikarenakan kurangnya pembiayaan

pembetulan jalan karena krisis yang terjadi di Indonesia.

Page 36: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

26

2. Variabel infrastruktur puskesmas, air bersih dan jalan memberikan

pengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini

membuktikan bahwa infrastruktur memiliki peranan yang sangat penting

dalam perekonomian Kabupaten Bogor.

3. Dalam penetapan prioritas kebijakan pembangunan jalan di Kabupaten

Bogor prioritas pertama yang harus dilakukan ialah meningkatkan

penyerapan tenaga kerja yaitu penambahan panjang jalan, prioritas kedua

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu penambahan fasilitas jalan dan

prioritas ketiga mengurangi kemiskinan ialah penambahan panjang jalan.

Saran

Dari hasil analisis yang didapatkan maka saran yang dapat disampaikan

diantaranya :

1. Infrastruktur harus dikembangkan secara kualitas maupun kuantitas baik

infrastruktur jalan, air bersih maupun puskesmas untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor.

2. Pemerintah Kabupaten Bogor sebaiknya mengikuti saran yang penulis

berikan dalam penentuan prioritas pembangunan jalan di Kabupaten

Bogor.

3. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya perlunya penelitian untuk prioritas

kebijakan pembangunan infrastruktur air bersih dan puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2003. Infrastruktur

Indonesia Sebelum, Selama, dan Pasca kritis. Jakarta (ID) : Perum

Percetakan Negara RI

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Bogor Dalam Angka, Berbagai

Edisi. Jakarta (ID) ; BPS Kabupaten Bogor

Budiono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu

Ekonomi No.4.BPFE. Yogyakarta

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara,

Jakarta

Gujarati, D.N. 2007. Dasar Ekonometrika Ed ke-3.Julius A Mulyadi

[Penerjemah]. Jakarta (ID): Erlangga

Jhingan, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Rajawali

Press.

Kumara, Ida Bagus. 2013. Pengaruh Ketersediaan Infrastruktur terhadap Tingkat

Pengangguran: Analisis Kabupaten/ Kota di Jawa dan Luar Jawa 2007-

2008. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Kwik K G. 2002. Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur dan Pemukiman.

Bandung (ID): BAPPENAS

Nuraliyah. 2011. Peran Pengembangan Infrastruktur dalam Pengentasan

Kemiskinan di Indonesia: Jawa dan Luar Jawa [tesis]. Fakultas Ekonomi

dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Purnomo, Heri. 2009. Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut

Pertanian Bogor

Page 37: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

27

Prasetyo R B. Firdaus M. 2009. Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan

Ekonomi Wilayah di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan

Pembangunan. 2(2): 222-236

Rahmawati, Nur Fajri. 2008. Pengaruh Pelaksanaan Agropolitan Terhadap

Perkembangan Ekonomi di Tujuh Kawasan Agropolitan Kabupaten

Magelang. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Saaty, Thomas.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Seri

Manajemen No.134. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

Sari, P. 2009. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi 25 Kabupaten Tertinggal Kawasan Timur Indonesia [skripsi].

Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setiadi, Elen .2006. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Dasar Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia (8 Provinsi di Sumatra). Jakarta

: FE UI

Todaro MP, Stephen CS. 2006. Pembangunan Ekonomi Ed ke-9. Haris Munandar

[Penerjemah] Jakarta (ID): Erlangga

World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure For Development.

Oxford University Press, New York

Page 38: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

28

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Estimasi Model analisis regresi pengaruh infrastruktur terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Dependent Variable: LNY

Method: Least Squares

Date: 04/30/14 Time: 15:54

Sample: 1989 2012

Included observations: 24

White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. VIF

LNX2 0.417844 0.186026 2.246153 0.0361

4,108

LNX3 0.060952 0.026976 2.259474 0.0352 2.387

LNX4 0.254260 0.054261 4.685883 0.0001 2.994

C 10.43857 0.550174 18.97322 0.0000

R-squared 0.876332 Mean dependent var 16.97539

Adjusted R-squared 0.857782 S.D. dependent var 0.238144

S.E. of regression 0.089808 Akaike info criterion -1.831263

Sum squared resid 0.161311 Schwarz criterion -1.634920

Log likelihood 25.97515 Hannan-Quinn criter. -1.779173

F-statistic 47.24127 Durbin-Watson stat 1.029287

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 2. Uji Normalitas

Lampiran 3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.545962 Prob. F(9,14) 0.2242

Obs*R-squared 11.96288 Prob. Chi-Square(9) 0.2154

Scaled explained SS 4.662589 Prob. Chi-Square(9) 0.8627

0

1

2

3

4

5

6

-0.15 -0.10 -0.05 -0.00 0.05 0.10 0.15

Series: Residuals

Sample 1989 2012

Observations 24

Mean 5.17e-16

Median 0.013874

Maximum 0.129306

Minimum -0.152563

Std. Dev. 0.083747

Skewness -0.457199

Kurtosis 2.122494

Jarque-Bera 1.606140

Probability 0.447952

Page 39: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

29

Lampiran 4 Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.951355 Prob. F(2,18) 0.0779

Obs*R-squared 5.926736 Prob. Chi-Square(2) 0.0516

Lampiran 5 Daftar Nama Responden BAPPEDA

Iin Kamaluddin, SE, M.Si Kasubid Monitoring dan Evaluasi

Ir. Dadang Sofyan Iskandar, M.Si Kepala Bidang Pemerintahan dan PP

Ir. Suryanto Putra, M.Si Kepala Bidang Sarpras dan TRLH

Lampiran 6 Hasil Olahan Data AHP Menggunakan Expert Choise 2000

STRATEGI

SASARAN

SKOR

>Mengurangi Kemiskinan

>Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

>Meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja

Perbaikan Jalan 0.243 0.322 0.302 0.300

Penambahan Panjang Jalan 0.382 0.325 0.385 0.360

Penambahan Fasilitas Jalan 0.375 0.353 0.313 0.340

Bobot 0.176 0.4 0.424

Inconsistency 0.01 0.01 0.04

Page 40: PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN ... · dan menganalisis prioritas kebijakan jalan di Kabupaten Bogor. Data sekunder ... Secara ekonomi makro ketersediaan dari

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1992 dari pasangan

Sudarso,SE dan Dewi Yanti Retno Utami,SE. Penulis merupakan anak pertama

dari dua bersaudara, anak kedua bernama Dina Dwi Firiana Sudaryanti. Penulis

bersekolah di SD Angkasa IX Jakarta Timur, SMP 157 Jakarta Timur, SMA 113

Jakarta Timur, dan pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian

Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN. Penulis diterima sebagai mahasiswi di

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Selama menuntut ilmu di IPB penulis telah mengikuti berbagai kepanitiaan

setingkat Departemen, Fakultas, dan IPB. Selama di bangku kuliah, dan penulis

mendapat beasiswa dari Charoen Phokphan.