28
29 PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG Abstrak Sampai saat ini, Indonesia masih bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Tanaman sagu merupakan salah satu sumber pangan lokal yang dapat menjadi alternatif pangan nasional. Kendala pengembangan sagu nasional yaitu penyediaan bibit dalam jumlah besar. Teknik persemaian polibag merupakan salah satu cara mengatasi transplanting shock bibit sagu dari persemaian ke lapangan. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan akar bibit sagu. Penelitian menggunakan aksesi Dramaga (tidak berduri). Percobaan persemaian polibag dilakukan di Desa Cikarawang, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Rancangan percobaan faktorial, faktor pertama jenis auksin terdiri atas empat taraf yaitu tanpa auksin, 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, dan 7.40 mM auksin komersial. Faktor kedua bobot sucker dengan tiga taraf yaitu 500-999 g, 1000- 1499 g, 1500-2000 g. Percobaan disusun dalam desain split plot. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bobot sucker 1000-1499 g dan 1500-2000 g tidak berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan. Perlakuan auksin menghasilkan persentase bibit hidup berturut-turut 52% (tanpa auksin), 70% IBA, 62% NAA dan 53% auksin komersial. Peningkatan persentase kandungan pati pada bagian rhizome berbanding lurus dengan peningkatan bobot sucker. Kata kunci : auksin komersial, pangan, sucker, akar primer, pati Abstract Until now, Indonesia is still depend on other countries to fullfil its food need. Sago is one local food resource that can be alternative as national food. Sago palm development constraints that need large amount of sago seedling. Polybag nursery techniques is one way to overcome the transplanting shock of sago seedling, from the nursery to the field. The research was aimed to study auxin and sucker weight treatments on growth and root seedling at polybag nursery.The research were used Darmaga accession (spineless). The experiment of polybag nursery of was conducted at Cikarawang, Dramaga, Bogor, West Java. The experiment was arranged factorial. The first factor was auxin (without auxin, 7.40 mM IBA, 7.40 NAA, and 7.40 commercial auxin) and second factor was sucker weight (500-999 g; 1000-1499 g; 1500-2000 g). The experimennt was arranged in split plot design. The result showed that suckers weight 1000-1499 g and 1500-2000 g were not influenced toward on growth variable. The result of auxin treatments for survival rate were 52% (without auxin), 70% (IBA), 62% (NAA), 53% (commercial auxin) respectively. Increasing percentage of starch content in line with the increasing weight of sucker. Keywords: commercial auxin, food, sucker, primary root, starch

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

29

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG

Abstrak

Sampai saat ini, Indonesia masih bergantung pada negara lain untuk

memenuhi kebutuhan pangannya. Tanaman sagu merupakan salah satu sumber

pangan lokal yang dapat menjadi alternatif pangan nasional. Kendala

pengembangan sagu nasional yaitu penyediaan bibit dalam jumlah besar. Teknik

persemaian polibag merupakan salah satu cara mengatasi transplanting shock

bibit sagu dari persemaian ke lapangan. Penelitian ini bertujuan mempelajari

pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan akar

bibit sagu. Penelitian menggunakan aksesi Dramaga (tidak berduri). Percobaan

persemaian polibag dilakukan di Desa Cikarawang, Dramaga, Bogor, Jawa Barat.

Rancangan percobaan faktorial, faktor pertama jenis auksin terdiri atas empat taraf

yaitu tanpa auksin, 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, dan 7.40 mM auksin

komersial. Faktor kedua bobot sucker dengan tiga taraf yaitu 500-999 g, 1000-

1499 g, 1500-2000 g. Percobaan disusun dalam desain split plot. Hasil percobaan

menunjukkan bahwa bobot sucker 1000-1499 g dan 1500-2000 g tidak

berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan. Perlakuan auksin menghasilkan

persentase bibit hidup berturut-turut 52% (tanpa auksin), 70% IBA, 62% NAA

dan 53% auksin komersial. Peningkatan persentase kandungan pati pada bagian

rhizome berbanding lurus dengan peningkatan bobot sucker.

Kata kunci : auksin komersial, pangan, sucker, akar primer, pati

Abstract

Until now, Indonesia is still depend on other countries to fullfil its food

need. Sago is one local food resource that can be alternative as national food.

Sago palm development constraints that need large amount of sago seedling.

Polybag nursery techniques is one way to overcome the transplanting shock of

sago seedling, from the nursery to the field. The research was aimed to study

auxin and sucker weight treatments on growth and root seedling at polybag

nursery.The research were used Darmaga accession (spineless). The experiment

of polybag nursery of was conducted at Cikarawang, Dramaga, Bogor, West

Java. The experiment was arranged factorial. The first factor was auxin (without

auxin, 7.40 mM IBA, 7.40 NAA, and 7.40 commercial auxin) and second factor

was sucker weight (500-999 g; 1000-1499 g; 1500-2000 g). The experimennt was

arranged in split plot design. The result showed that suckers weight 1000-1499 g

and 1500-2000 g were not influenced toward on growth variable. The result of

auxin treatments for survival rate were 52% (without auxin), 70% (IBA), 62%

(NAA), 53% (commercial auxin) respectively. Increasing percentage of starch

content in line with the increasing weight of sucker.

Keywords: commercial auxin, food, sucker, primary root, starch

Page 2: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

30

Pendahuluan

Tanaman sagu dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif.

Perbanyakan secara generatif tanaman sagu melalui biji. Buah sagu yang memiliki

biji (berembrio) dalam satu tanaman hanya berjumlah sedikit. Biji yang tidak

memiliki embrio disebabkan karena bunga betina yang tidak dibuahi oleh serbuk

sari. Hal tersebut dikarenakan waktu kematangan bunga betina dan bunga jantan

tidak pada waktu yang bersamaan. Perbanyakan melalui biji menghasilkan benih

sagu dengan keragaman genetik yang tinggi. Terlebih lagi, tanaman sagu

merupakan tanaman menyerbuk silang. Perbanyakan secara vegetatif merupakan

perbanyakan yang umum dilakukan masyarakat di sekitar hutan sagu dan

perkebunan sagu.

Sucker merupakan anakan sagu yang tumbuh di sekitar rumpun induk

tanaman sagu. Sucker tersebut sampai umur tertentu mendapat hasil fotosintat dari

induknya. Sucker diambil dari anakan yang tidak menempel pada tanaman induk,

memiliki cadangan energi berupa banir dan diharapkan sudah memiliki sedikit

perakaran. Bibit yang diambil dari tanaman induk diharapkan sudah tidak

bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat tumbuh dengan baik saat di

persemaian. Sucker yang memiliki bobot besar sekitar 2-5 kg memiliki cadangan

energi yang besar, sehingga diharapkan dapat mensuplai pertumbuhan bibit pada

masa awal persemaian.

Teknik persemaian bibit sagu diantaranya persemaian dengan meng

gunakan rakit, persemaian kolam, dan persemaian polibag. Persemaian rakit

digunakan oleh perkebunan sagu karena mampu menghasilkan persentase bibit

hidup sekitar 80%. Maulana (2011) menyatakan bahwa persentase bibit hidup

sagu berduri dan tidak berduri tidak berbeda nyata yaitu 80% dan 77%. Wibisono

(2011) menambahkan bahwa persentase bibit hidup pada persemaian rakit sekitar

80%, persemaian polibag 65% dan persemaian kolam 69%.

Permasalahan penanaman bibit ke lapangan (transplanting) masih

memberikan persentase bibit sagu yang rendah. Hasil penelitian Nurulhaq (2012)

menunjukkan bahwa penanaman bibit sagu dengan jumlah daun (1, 2 dan 3) ke

lapangan (transplanting) menghasilkan persentase bibit berturut-turut 40, 65,

64%.

Bibit sagu mendapatkan ketersediaan air yang cukup selama di persemaian

rakit. Keragaan bibit sagu di persemaian pun baik. Hal tersebut dapat dilihat dari

jumlah daun baru yang muncul selama tiga bulan di persemaian sekitar 3-4 daun.

Perakaran yang muncul, baik akar primer maupun akar nafas, sangat banyak

terinduksi pada persemaian rakit. Kondisi bibit yang baik seharusnya dapat

memberikan persentase bibit hidup di lapangan yang tinggi. Transplanting shock

terjadi ketika bibit sagu dari persemaian (jenuh air) dipindahtanamkan ke

lapangan dengan ketersediaan air yang rendah. Transpirasi bibit sagu yang tinggi

di lapangan terbuka menyebabkan bibit sagu mengalami dehidrasi.

Media polibag diharapkan mampu mencegah tranplanting shock bibit sagu

di lapangan. Bibit sagu yang disemai pada media tanah dalam polibag telah

terlebih dahulu menyesuaikan kondisi terhadap kondisi lapangan, sehingga

diharapkan akan langsung beradaptasi dengan baik ketika transplanting dari

persemaian ke lapangan.

Page 3: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

31

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan bibit sagu pada

tiga bobot sucker dengan penambahan jenis auksin di persemaian polibag.

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai Juli 2012 sampai dengan Maret 2013.

Penelitian dilakukan di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Analisis pati dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tanaman dan Kromatografi,

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB.

Bahan dan Alat

Sucker yang digunakan merupakan bibit sagu tidak berduri (molat), aksesi

Dramaga. Bobot sucker yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga

macam bobot sucker yaitu 500-999 g, 1000-1499 g, dan 1500-2000 g.Bahan kimia

yang digunkan dalam penelitian adalah jenis auksin IBA (indole-3-Butyric Acid),

NAA (α-Naphthalene Acetic Acid), auksin komersial (Naftalenasetamida 0.20%,

2-metil-1-naftalen asetat 0.03%, Idol-3-butirat 0.06%, dan Thiram 4.00%).

Auksin komersial tersebut cukup ekonomis dan banyak tersedi di pasar. Pestisida

yang digunakan yaitu fungisida (bahan aktif: benomyl), bakterisida (2 gL-1

), dan

antirayap (bahan aktif: chloropyrifos,10 mlL-1

). Persemaian bibit sagu mengguna

kan polibag dengan ukuran 40 cm x 50 cm dan paranet 55%. Bahan analisis pati

meliputi air destilata, etanol 80%, asam perklorat (HClO4) 4.6 N dan 9.2 N,

NHClO4 4.6 N dan 9.2 N serta anthrone.

Media tanam menggunakan pupuk kandang kambing, tanah, dan arang

sekam dengan perbandingan 4: 4: 2 untuk persemaian polibag. Tanah diambil dari

bagian atas (top soil), sehingga tanah yang digunakan cukup gembur untuk

mempermudah pengadukan. Penambahan arang sekam bertujuan meningkatkan

pengikatan media terhadap air, sehingga diharapkan media memiliki kelembaban

yang sesuai untuk tanaman sagu.

Alat-alat yang digunkaan antara lain timbangan digital, meteran, kamera,

bak, ember plastik, cangkul dan sekop. Alat lain yang digunakan adalah preparasi

analisis histologi, mikroskop, preparasi analisis pati (Yoshida 1976), dan

spektrofotometer.

Metode Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu split plot. Faktor pertama

yaitu bobot sucker, sebagai petak utama, yang terdiri atas 500-999 g, 1000-1499

g, dan 1500-2000 g. Faktor kedua yaitu jenis auksin, sebagai anak petak, yang

terdiri atas kontrol 0 mM, 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, dan 7.40 mM auksin

komersil (AK). IBA menjadi dasar pengukuran ppm menjadi µM. Percobaan

tersebut terdiri atas 4 ulangan dengan 5 tanaman contoh untuk setiap ulangan.

Page 4: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

32

Dengan demikian, keseluruhan satuan percobaan berjumlah 240 satuan percobaan.

Kombinasi perlakuan pada percobaan persemaian polibag dapat dilihat pada Tabel

3.

Tabel 3 Kombinasi perlakuan induksi perakaran dengan empat jenis auksin dan

tiga bobot sucker pada persemaian di polibag

Bobot Sucker (g) Jenis Auksin ∑Ulangan ∑Tanaman Contoh

500-999

Kontrol 0 mM 4 5

IBA 7.40 mM 4 5

NAA 7.40 mM 4 5

AK 7.40 mM 4 5

1000-1499

Kontrol 0 mM 4 5

IBA 7.40 mM 4 5

NAA 7.40 mM 4 5

AK 7.40 mM 4 5

1500-2000

Kontrol 0 mM 4 5

IBA 7.40 mM 4 5

NAA 7.40 mM 4 5

AK 7.40 mM 4 5

Total

240 tanaman

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA)

menggunakan SAS system versi 6. 12. Apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan

Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %. Analisis korelasi dilakukan

antara peubah pertumbuhan dengan pati untuk menunjukkan hubungan antara

peubah tersebut. (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Pelaksanaan Percobaan

Bibit sagu yang digunakan sebagai bahan tanam dalam percobaan ini

diambil dari kebun sagu milik masyarakat. Selang waktu antara pengambilan bibit

sagu dari kebun masyarakat ke penanaman yaitu satu hari (pengambilan selama

satu hari dan penanaman dilakukan selama 2 hari). Pengambilan bibit dilakukan

dengan hati-hati sehingga tidak memungkinkan terdapat luka, yang akan

menyebabkan datangnya serangan hama dan penyakit. Selain itu, pengambilan

bibit dilakukan dengan tidak menarik bagian pelepah terutama pelepah muda dan

tunas, karena akan mengakibatkan bagian dalam tunas patah. Patahnya tunas

bagian dalam juga dapat mengundang serangan hama penyakit. Bibit diletakkan di

tempat yang ternaungi, sehingga dapat mengurangi dehidrasi. Bibit yang telah

dipersiapkan sebagai bahan tanam dibersihkan dengan cara memangkas bagian

pelepah. Tinggi bibit sagu setelah pemangkasan pelepah 30 cm.

Fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi 2 gL-1

dipersiapkan untuk

merendam bibit sagu. Perendaman bibit sagu yang telah dibersihkan bagian

pelepahnya pada bakterisida dan fungisida dimaksudkan untuk mengurangi

kemungkinan bibit sagu yang masih lemah tersebut diserang oleh penyakit.

Perendaman bibit sagu dilakukan selama 30 menit di larutan fungisida dan

bakterisida tersebut.

Page 5: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

33

Sebelum dimasukkan ke perlakuan jenis auksin, bibit dari perendaman

fungisida dan bakterisida ditiriskan. Perlakuan jenis auksin dilakukan dengan

merendam bibit selama 20 menit pada wadah-wadah kecil yang telah berisi air 0

mM, 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, dan 7.40 mM auksin komersil. Perendaman

dalam larutan jenis auksin dilakukan secara bergantian selama waktu yang telah

ditentukan. Setelah bibit dimasukkan dalam kontrol dan perlakuan auksin, bibit

ditiriskan dan kemudian bibit tersebut ditanam pada media polibag.

Naungan 55% pada persemaian polibag untuk mengurangi intensitas

cahaya matahari mengenai bibit yang baru disemai. Pembibitan dilakukan selama

4 bulan. Pengamatan bibit sagu pada persemaian dilakukan setiap satu bulan

sekali.

Analisis Pati

Analisis pati dilakukan dengan menggunakan bahan sucker awal (sebelum

sucker diberi perlakuan pembibitan). Persentase kandungan pati yang dihasilkan

dari bagian banir merepresentasikan ketersediaan cadangan energi yang tersedia

untuk dimanfaatkan bibit pada awal persemaian.

Jumlah keseluruhan sucker yang dianalisis sebanyak 27 sucker. Sucker

contoh dari masing masing bobot sucker 500-999 g, 1000-1499 g, dan 1500-2000

g adalah 9 sucker. Sucker yang dianalisis dipisahkan bagian akar dan tajuknya.

Bobot segar dan kering sucker sebelum dilakukan analisis pati (Tabel 4).

Bobot total, bobot tajuk, dan bobot akar diukur dengan menggunakan

timbangan digital, kemudian akar dan tajuk ditempatkan secara terpisah pada

wadah kertas tahan suhu tinggi. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kadar

bobot kering maksimal untuk bibit sagu selama 4 hari dengan suhu 800 C. Bobot

total, bobot akar dan bobot tajuk diukur dengan menggunakan timbangan digital,

setelah diperoleh kadar air minimum.

Bagian banir (bagian akar) ditumbuk dengan menggunakan alat penumbuk

sampai halus, kemudian hasil tumbukan disaring dengan kain kasa halus. Hasil

tumbukan halus ditimbang sebanyak 50 mg untuk setiap contoh banir tanaman

sagu. Bahan contoh kering tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan

ditambahkan etanol 80 %. Tabung tersebut kemudian dipanaskan selama 30 menit

pada suhu 80-850

C, kemudian disentrifus kembali (tahapan tersebut dilakukan

selama tiga kali), dan dituangkan ke dalam gelas kimia 50 ml. Ekstrak alkohol

diuapkan pada suhu 80-850 C sampai alkohol menguap, kemudian ditambahkan

25 % (10 ml) air destilata, kemudian diuapkan sampai tersisa endapan kering.

Air destilata sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse yang

berisi endapan kering, kemudian tabung tersebut dimasukkan ke dalam air

mendidih selama 15 menit dengan digoncangkan secara perlahan. Setelah suhu

tabung menurun, NHClO4 sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung tersebut

dan diaduk secara perlahan selama 15 menit. Suspensi tabung tersebut

ditambahkan air destilata sampai mendekati 10 ml, kemudian disentrifus kembali.

Supernatan dari tabung tersebut dikumpulkan, kemudian ditambahkan

HClO4 4.6 N sebanyak 2 ml ke endapan (residu). Suspensi diaduk dan

ditembahkan air destilata hingga mencapai angka 10 ml, kemudian disentrifuse

Page 6: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

34

kembali. Suspensi dan supernatan digabungkan dan ditambahkan air destilata

hingga mencapai 50 ml.

Penambahan HClO4 4.6 N sebanyak 0.6 ml dan air destilata sebanyak 50

ml untuk setiap tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diambil 5 ml untuk

dipindahkan ke labu takar, kemudian ditambahkan air destilata hingga mencapai

50 ml. Ekstrak pati yang telah diencerkan diambil sebanyak 5 ml untuk

dipindahkan ke dalam tabung tes pyrex. Tabung tes tersebut dimasukkan ke dalam

bak pendingin, kemudian ditambahkan 10 ml anthrone dan diaduk perlahan

dengan menggunakan sudip. Tahap akhir, tabung dimasukkan ke dalam air panas

selama 7.5 menit, kemudian dinginkan dengan tiba-tiba dan pengukuran

absorbansi pada 630 nm menggunakan spektrofotometer.

Tabel 4 Data awal bobot segar dan kering sucker sebelum perlakuan persemaian

Bobot Sucker

(g)

Bobot Segar (g) Bobot Kering (g)

Tajuk Akar Total Tajuk Akar Total

512 143 655 52 31 83

334 283 617 38 73 111

634 346 980 78 119 197

485 182 667 62 43 105

500-999 606 205 811 87 33 120

707 142 849 80 27 107

372 237 609 59 88 147

729 229 958 78 58 136

492 230 722 51 46 97

Rataan 541.22 221.89 763.11 65.00 57.56 122.56

922 374 1296 138 90 228

888 333 1221 102 54 156

1206 289 1495 241 71 312

951 151 1102 125 31 156

999-1499 849 369 1218 118 126 244

1224 237 1461 134 62 196

640 380 1020 62 60 122

1146 372 1518 199 95 294

724 597 1321 81 141 222

Rataan 950.00 344.67 1294.67 133.33 81.11 214.44

1225 848 2073 148 63 211

1037 422 1459 215 139 354

1541 451 1992 160 97 257

1519 483 2002 289 102 391

1500-2000 1497 596 2093 309 99 408

1624 360 1984 268 89 357

1150 770 1920 117 193 310

1459 488 1947 206 124 330

1373 291 1664 182 64 246

Rataan 1380.56 523.22 1903.78 210.44 107.78 318.22

Page 7: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

35

Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap bulan selama empat bulan terhadap peubah

sebagai berikut:

a) Tinggi Rachis (cm)

Tinggi rachis bibit sagu diukur setiap satu bulan sekali. Pengukuran tinggi

rachis sagu dilakukan dengan mengukur tinggi mulai dari pangkal rachis

sampai dengan daun terpanjang.

b) Persentase Bibit Hidup

Persentase bibit hidup dihitung berdasarkan jumlah bibit yang bertahan

hidup sampai bulan ke empat. Perhitungan % bibit hidup yaitu: Jumlah Bibit Hidup (n) x 100%

Jumlah Bibit Awal (n)

Keterangan:

Jumlah Bibit Hidup (n) = pengamatan bulan ke-n (1.2.3.4). setiap perlakuan

Jumlah Bibit Awal (n) = pengamatan bulan ke-n (1.2.3.4). setiap perlakuan

c) Jumlah dan Persentase Bibit Bertunas Sempurna Jumlah bibit bertunas sempurna = ∑ BA–(∑ BBTS– ∑ BTB) x 100%

∑ BA

% Jumlah bibit bertunas sempurna = ∑ BBS x 100%

∑ BA

Keterangan:

BA : bibit awal

BBTS : bibit bertunas tidak sempurna

BTB : bibit tidak bertunas

BBS : bibit bertunas sempurna

d) Jumlah dan Persentase Bibit Bertunas Tidak Sempurna Jumlah bibit bertunas tidak sempurna = ∑BA–(∑BBS–∑BTB) x 100%

∑ BA

% Jumlah bibit bertunas tidak sempurna = ∑ BBTS x 100%

∑ BA

Keterangan: BA : bibit awal

BBTS : bibit bertunas tidak sempurna

BTB : bibit tidak bertunas

BBS : bibit bertunas sempurna

e) Jumlah dan Persentase Bibit Tidak Bertunas Jumlah bibit tidak bertunas = ∑BA–(∑BBS–∑ BBTS) x 100%

∑ BA

% Jumlah bibit bertunas sempurna = ∑ bibit tidak bertunas x 100%

∑ bibit awal Keterangan:

BA : bibit awal

BBTS : bibit bertunas tidak sempurna

BTB : bibit tidak bertunas

BBS : bibit bertunas sempurna

Page 8: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

36

f) Jumlah Anak Daun (Gambar 5).

Jumlah anak daun dihitung setiap satu bulan sekali. Pengamatan dilakukan

mulai fase daun kuncup sampai dengan daun terbuka penuh

g) Jumlah Akar Primer (Gambar 1.2) dan Akar Nafas (Gambar 1.2)

Pengamatan dilakukan pada akhir pengamatan (bulan ke-4). Pengamatan

dilakukan pada rhizome masing-masing tanaman contoh di polibag.

Pengamatan terhadap lokasi akar primer awal sebelum ditanam terhadap

akar primer yang baru terbentuk juga dilakukan (apakah terdapat

kemungkinan inisiasi akar primer dari akar primer awal sebelum tanam)

dan waktu pembentukan akar primer di persemaian polibag.

h) Akar Terpanjang (cm)

Pengamatan dilakukan pada akhir pengamatan (bulan ke-4). Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan meteran pada akar terpanjang.

i) Morfologi Akar Primer dan Akar Nafas

Analisis morfologi pembuluh akar dilakukan dengan menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 40 x 40.

j) Diameter Rachis (cm)

Diameter rachis dihitung dengan menggunakan jangka sorong pada daun-

daun yang sudah terbuka penuh. Pengamatan mulai dilakukan pada bulan

ke tiga. Bagian bibit sagu dan akar dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Bagian bibit sagu (a) dan akar primer, sekunder serta akar nafas (b)

a b

C

H

G

A

B

D

E

F

Keterangan:

A : Rachis Daun

B : Tunas Anak

C : Rhizome

D : Akar

E : Daun Tombak

F : Diameter Rhizome

G : Ujung Pemangkasan Rizhome

H : Dasar Rhizome

1

2

3

Keterangan:

1 : Akar Primer

2 : Akar Sekunder

3 : Akar Nafas

5 cm

Page 9: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

37

Analisis Media Tanam

Analisis media tanam dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur hara

dan mineral pada media pertumbuhan bibit, baik di persemaian polibag maupun

rakit. Contoh media diambil dari masing-masing persemaian. Contoh media

tanam yang dianalisis dari persemaian polibag yaitu media tanam awal dengan

komposisi tanah, pupuk kandang kambing, dan sekam dengan perbandingan 4: 4:

2.

Media tanam tersebut diambil sebanyak 300 g secara acak dengan tiga

ulangan, sehingga total contoh yang diambil yaitu sekitar 900 g. Contoh air yang

diambil sebanyak tiga ulangan pada tiga lokasi berbeda dari persemain rakit yaitu

sekitar 500 ml. Unsur-unsur yang dianalisis yaitu, dengan metode baku standar.

Analisis media tanam dilaksankan di Balai Penenlitian Tanah, Bogor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbanyakan bibit sagu ssecara in vivo di polibag diharapkan mampu

menghasilkan keragaan bibit sagu yang baik dan siap untuk dipindahtanamkan ke

lapangan. Bibit yang diperoleh dari persemaian polibag diduga lebih dapat

menghadapi transplanting shock di lapangan. Pengamatan meliputi pertumbuhan

tajuk bibit, induksi perakaran, kandungan pati, persentase bibit hidup, dan

keragaan bibit tanaman sagu siap replanting.

Pertumbuhan Tajuk Bibit Sagu di Persemaian dengan Polibag

Rachis yang terinisiasi pada awal persemaian adalah rachis tidak normal,

rachis tidak sempurna, dan rachis ke-1. Rachis tidak normal merupakan rachis

yang terinisiasi pertama kali, namun tidak memilki anak daun. Rachis tersebut

juga mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhannya tidak signifikan hingga

akhir pengamatan. Rachis tidak sempurna adalah rachis yang terinisiasi pada satu

bulan setelah semai (BSS) dan mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhannya

mengalami stagnasi hingga akhir pengamatan. Rachis tersebut tidak memiliki

jumlah anak daun lengkap, karena dipangkas untuk persiapan awal semain bibit.

Rachis ke-1 memiliki jumlah anak daun yang lengkap. Perlakuan jenis auksin IBA

dan NAA lebih efektif dibandingkan dengan kontrol pada perlakuan bobot 1000-

1499 kg (Tabel 5).

Jika rachis tidak sempurna atau rachis tidak normal terinisiasi dalam

persentase tinggi di persemaian pada 1 BSS, maka persentase bibit yang

menghasilkan rachis ke-1 akan rendah. Rachis ke-1 akan lebih banyak terinisiasi

pada 2 BSS. Hal tersebut terkait dengan fase pertumbuhan bibit sagu di lapangan,

sebelum diambil menjadi bahan tanam untuk persemaian. Selain itu, pemotongan

tajuk untuk mengurangi transpirasi bibit sagu pada awal semai juga berpengaruh

terhadap terinisiasinya tinggi rachis tidak sempurna dan tinggi rachis ke-1 pada 1

BSS Namun demikian, tinggi rachis tidak sempurna dengan aplikasi auksin tidak

berbeda nyata pada bobot 500-999 kg dan 1500-2000 kg.

Page 10: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

38

Tabel 5 Interaksi perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap tinggi rachis

tidak sempurna bibit sagu (Metroxylon spp.) pada 1 BSS di polibag

Jenis Auksin Bobot Sucker (g)

500-999 1000-1499 1500-2000

……………………cm………………………………

0 mM 20.18ab 11.51b 12.70ab

7.40 mM IBA 14.05ab 24.13a 23.48a

7.40 mM NAA 12.28ab 25.18a 24.38a

7.40 mM AK 20.23ab 12.60ab 14.27ab

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%

menurut uji DMRT

Hal tersebut sejalan dengan Schrader (2000) yang menyatakan bahwa

pemangkasan daun dari bibit tanaman pada saat pemindahan merupakan salah

satu teknik budidaya umum. Teknik tersebut diaplikasikan dengan tujuan

mengurangi transpirasi selama adaptasi ke lingkungan baru. Ketika bibit

dipindahkan dari pembibitan ke lapangan, bibit akan mengalami transplanting

shock. Kecepatan tanaman mengatasi transplanting shock tersebut dan mulai

memperlihatkan pertumbuhan tergantung dari jenis tanaman, kondisi lingkungan,

kualitas dari bibit yang akan dipindahkan, persiapan lahan, dan perlakuan selama

proses pemindahan ke lapangan.

Interaksi perlakuan bobot sucker dan jenis auksin berpengaruh nyata

terhadap peubah tinggi rachis tidak sempurna pada 1, 2, dan 3 BSS. Perendaman

sucker pada IBA dan NAA secara nyata memberikan hasil yang signifikan

terhadap pertumbuhan tinggi rachis tidak sempurna pada 1, 2, dan 3 BSS.

Interaksi bobot sucker 1000-1499 g dengan jenis auksin IBA dan NAA nyata

lebih baik dari kontrol pada 1, 2, dan 3 BSS (Tabel 5,6,7). Epstein dan Ludwig-

Muller (1993) menyatakan bahwa IBA mampu menginduksi akar adventif lebih

efisien pada beberapa tanaman, dibandingkan IAA. Ditambahkan oleh Ludwig-

Muller (2005) bahwa IBA secara efisien menginisiasi akar adventif pada bagian

batang Arabidopsis, disebabkan adanya interaksi antara IAA endogen dan IBA

secara eksogen.

Tabel 6 Interaksi perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap tinggi rachis

tidak sempurna bibit sagu (Metroxylon spp.) pada 2 BSS di polibag

Jenis Auksin Bobot Sucker (g)

500-999 1000-1499 1500-2000

…………………………cm………………………………

0 mM 19.45b 2.75c 28.38ab

7.40 mM IBA 19.66b 32.78ab 33.25ab

7.40 mM NAA 17.33b 29.89ab 40.53a

7.40 mM AK 22.16ab 16.85b 20.55b

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%

menurut uji DMRT

Tinggi rachis terendah 11.51 cm diperoleh dari kombinasi bobot sucker

1000-1499 g dengan tanpa auksin pada 1 BSS (Tabel 5). Tinggi rachis terendah

Page 11: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

39

pada 2 BSS dan 3 BSS juga diperoleh dari kombinasi perlakuan bobot sucker

1000-1499 g dengan tanpa auksin (Tabel 6 dan 7). Tinggi rachis pada perlakuan

kontrol dengan bobot sucker 1000-1499 g terus berkurang hingga dari 1 BSS

sampai dengan 3 BSS. Hal tersebut disebabkan ujung rachis dan anak daun

mengering atau terkena cendawan, sehingga tinggi rachis diamati terukur lebih

pendek.

Interaksi antar jenis auksin dengan bobot sucker terhadap peubah tinggi

rachis tidak sempurna terjadi pada 3 bulan setelah semai disajikan pada (Tabel 7).

Tinggi rachis tidak sempurna tertinggi yaitu 48.75 diperoleh pada kombinasi 7.40

mM NAA dengan bobot sucker 1500-2000 g. Tinggi rachis tidak sempurna

tersebut berbeda nyata dengan tinggi rachis tidak sempurna pada bobot sucker

500-999 g dengan perlakuan 0 mM auksin (17 cm) dan 7.40 mM IBA (19.80 cm).

Tinggi rachis tidak sempurna terkecil diperoleh pada bobot sucker 1000-1499 g

dengan perlakuan 0 mM auksin (2.95 cm). Perlakuan auksin berpengaruh terhadap

tinggi rachis tidak sempurna pada 1, 2, dan 3 BSS.

Auksin mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Secara umum auksin berfungsi dalam pembelahan sel,

pemanjangan dan diferensiasi sel, serta sebagai sinyal antara sel, jaringan dan

organ tanaman (Morris et al. 2004). Perlakuan auksin yang diberikan ke sucker

sagu diharapkan berpengaruh pada proses inisiasi dan pertumbuhan akar. Pada

bibit sagu, aplikasi jenis auksin NAA dengan bobot sucker 1500-2000 g lebih

efektif dibandingkan jenis auksin komersial.

Tabel 7 Interaksi perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap tinggi rachis

tidak sempurna bibit sagu (Metroxylon spp.) pada 3 BSS di polibag

Jenis Auksin Bobot Sucker (g)

500-999 1000-1499 1500-2000

……………………cm………………………………

0 mM 17.00bc 2.95d 35.25ab

7.40 mM IBA 19.80bc 31.75abc 34.60ab

7.40 mM NAA 23.20abc 32.33abc 48.57a

7.40 mM AK 23.73abc 16.56c 19.04bc

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%

menurut uji DMRT

Kombinasi perlakuan 0 mM auksin dengan bobot sucker 1000-1499 kg

menghasilkan tinggi rachis tidak sempurna terkecil dibandingkan jenis auksin

lainnya pada 1, 2, 3 BSS. Hal tersebut membuktikan bahwa jenis auksin

berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan rachis tidak sempurna selama

tiga bulan pertama bibit di persemaian. Perlakuan jenis auksin IBA dan NAA

efektif memacu pertumbuhan tinggi rachis tidak sempurna dibandingkan dengan

kontrol (tanpa auksin) dan auksin komersial.

Interaksi antara jenis auksin dan bobot sucker berpengaruh nyata terhadap

peubah jumlah anak daun rachis tidak sempurna terjadi pada 1 BSS. Perlakuan

bobot sucker tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anak daun rachis tidak

sempurna. Kombinasi perlakuan bobot sucker 1500-2000 g dan jenis auksin IBA

menghasilkan jumlah anak daun 1.8 helai, lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan jenis auksin NAA dan auksin komersial dengan tanpa anak daun.

Page 12: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

40

(Tabel 8). Keragaan morfologi bibit sagu di persemaian polibag disajikan pada

Gambar 6.

Tabel 8 Interaksi perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap jumlah anak

daun rachis tidak sempurna bibit sagu (Metroxylon spp.) pada 1 BSS di

persemaian polibag

Jenis Auksin

Bobot Sucker (g)

500-999 1000-1499 1500-2000

0 Mm 0.55ab 1.29ab 0.25ab

7.40 mM IBA 0.20ab 1.50ab 1.80a

7.40 mM NAA 0.00b 1.70ab 0.00b

7.40 mM AK 1.85a 0.20ab 0.00b Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%

menurut uji DMRT

Perlakuan hormon IBA mempercepat pembentukan akar, sehingga sistem

perakaran terbentuk dengan baik. Akar yang telah terbentuk dengan baik akan

mudah untuk mengadsorbsi hara dan mineral dari dalam tanah untuk pertumbuhan

dan perkembangannya (Siagian 1992). Irwanto (2001) menambahkan bahwa

auksin jenis IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif dibandingkan

dengan IAA dan NAA. IBA paling cocok untuk merangsang aktivitas perakaran,

karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama.

Pada bibit tanaman sagu, perkembangan perakaran yang baik merangsang

pertumbuhan tajuk dengan baik pula. Hal tersebut dapat dilihat pada perlakuan

IBA pada bobot sucker 1500-2000 g menghasilkan jumlah anak daun yang lebih

banyak dibandingkan perlakuan jenis auksin lainnya.

Diameter rachis ke-1 meningkat dengan semakin bertambahnya bobot

sucker. Pada bobot sucker 1500-2000, perlakuan jenis auksin 7.40 mM IBA

meng-hasilkan diameter rachis ke-1 yang lebih besar dibandingkan dengan

perlakuan jenis auksin komersial (Tabel 9). Bobot sucker yang lebih besar yaitu

1500-2000 g menggambarkan fase perkembangan yang lebih dewasa

dibandingkan dengan bobot 500-999 kg. Sucker yang memiliki bobot yang lebih

besar memiliki cadangan energi yang lebih banyak, mampu menyerap hara dan

A

B

C

Keterangan

A = rachis ke-1

B = rachis tidak sempurna

C = rachis tidak normal

Gambar 6 Keragaan morfologi bibit sagu di persemaian polibag

10 cm

Page 13: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

41

mineral dari dalam tanah lebih banyak, sehingga menghasilkan diameter rachis

ke-1 yang lebih besar dibandingkan dengan sucker yang lebih kecil.

Tabel 9 Interaksi jenis auksin dan bobot sucker terhadap diameter rachis ke-1

bibit sagu (Metroxylon spp.) pada 3 BSS di polibag

Jenis Auksin

Bobot Sucker (g)

500-999 1000-1499 1500-2000

……………………..cm…………………………….

0 mM 0.97cde 1.56bcd 2.60ab

7.40 mM IBA 0.46de 1.96bc 3.33a

7.40 mM NAA 0.51de 2.04bc 2.51ab

7.40 mM AK 0.50de 1.01cde 0.00e Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%

menurut uji DMRT

Tabel 10 Pengaruh perlakuan jenis auksin terhadap peubah tinggi rachis tidak

normal, tinggi rachis ke-1, tinggi rachis ke-2, tinggi rachis ke-3, dan

tinggi rachis tidak sempurna di persemaian polibag

Jenis Auksin Umur Bibit (BSS)

1 2 3 4

Tinggi Rachis Tidak Normal (cm)

0 mM 15.43a 19.68a 22.07a 28.20a

7.40 mM IBA 15.71a 16.57a 18.41ab 17.16a

7.40 mM NAA 9.81b 10.81b 11.86b 18.18a

7.40 mM AK 15.43a 17.21a 20.49a 22.19a

Tinggi Rachis ke 1 (cm)

0 mM 10.44a 25.96a 34.75a 57.01a

7.40 mM IBA 4.21b 16.73b 29.22a 35.63bc

7.40 mM NAA 4.70b 10.29b 16.29b 23.63c

7.40 mM AK 5.41b 14.53b 28.84a 47.78ab

Tinggi Rachis ke 2 (cm)

0 mM 0.00 0.00 0.00 10.33a

7.40 mM IBA 0.00 0.00 0.00 0.00b

7.40 mM NAA 0.00 0.00 0.00 0.00b

7.40 mM AK 0.00 0.00 0.00 1.85b

Tinggi Rachis ke 3 (cm)

0 mM 0.00 0.00 0.00 0.92a

7.40 mM IBA 0.00 0.00 0.00 0.00a

7.40 mM NAA 0.00 0.00 0.00 0.00a

7.40 mM AK 0.00 0.00 0.00 0.64a

Tinggi Rachis Tidak Sempurna (cm)

0 mM 14.79a 16.86b 18.40c 9.17b

7.40 mM IBA 20.55a 28.56a 28.72ab 33.10a

7.40 mM NAA 20.61a 29.25a 34.70a 31.71a

7.40 mM AK 15.69a 19.85b 19.78bc 19.64ab Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris peubah dan umur yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT

\

Page 14: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

42

Diameter rachis ke-1 dipengaruhi oleh bobot sucker. Bobot sucker yang

lebih besar memberikan ketersediaan cadangan energi yang lebih besar, yang

diperlukan pada pertumbuhan awal di persemaian. Sucker akan mengubah

cadangan energi (pati) menjadi sumber energi bagi pertumbuhan bibit sagu di

persemaian polibag sebelum terinisiasinya akar dan daun baru. Irawan (2010)

menambahkan bahwa peningkatan bobot bibit meningkatkan tinggi tanaman,

jumlah daun dan anak daun yang tetap hijau, bobot rhizome dan peningkatan

volume pati. Bobot yang semakin besar tidak selalu menghasilkan jumlah daun

baru yang lebih banyak dibandingkan bobot yang lebih kecil.

Peubah tinggi rachis tidak normal, tinggi rachis ke-1, tinggi rachis ke-2,

tinggi rachis ke-3, dan tinggi rachis tidak sempurna dipengaruhi oleh perlakuan

jenis auksin disajikan pada (Tabel 10). Pada 1, 2, dan 3 BSS, perlakuan jenis

auksin 7.40 mM NAA menghasilkan tinggi rachis tidak normal terendah

dibandingkan dengan perlakuan jenis auksin lainnya. Perlakuan 7.40 mM NAA

menghasilkan tinggi rachis tidak normal yang lebih rendah dibandingkan control

pada 1, 2, dan 3 BSS. Tinggi rachis ke-1 tertinggi dihasilkan oleh bibit dengan

perlakuan 0 mM auksin pada 1 dan 2 BSS, namun tidak berbeda dengan

perlakuan 7.40 mM IBA dan 7.40 mM AK pada 3 dan 4 BSS. Pada 3 BSS, tinggi

rachis ke-1 terkecil diperoleh dari bibit dengan perlakuan jenis auksin 7.40 mM

NAA.

Tinggi rachis ke-2 dan tinggi rachis ke-3 mulai terinisiasi pada 4 BSS.

Tabel 8 menunjukkan bahwa tinggi rachis ke-2 tertinggi diperoleh pada perlakuan

jenis auksin kontrol 0mM dibandingkan dengan perlakuan jenis auksin lainnya.

Namun demikian, tinggi rachis ke-3 tidak menunjukkan perbedaan antara

perlakuan jenis auksin pada 4 BSS. Tinggi rachis tidak sempurna tertinggi

dihasilkan oleh bibit dengan perlakuan 7.40 mM NAA dan 7.40 mM IBA

dibandingkan kontrol 0 mM dan 7.40 mM AK pada 2, 3, dan 4 BSS.

Rachis tidak normal, rachis tidak sempurna, dan rachis ke-1 sudah mulai

terinisiasi pada 1 BSS, sedangkan rachis ke-2 dan ke-3 pada 4 BSS. Tinggi rachis

tidak normal dan tinggi rachis tidak sempurna terus bertambah dari 1 BSS hingga

3 BSS, namun disebabkan keringnya bagian ujung rachis, tinggi rachis mulai

berkurang. Rachis mengering secara alami, tetapi ada juga yang diserang

cendawan sehingga mengalami kematian bagian ujung dari rachis.

Rata-rata suhu harian selama percobaan berlangsung yaitu sekitar 22-

320C. Menurut Morison dan Morecroft (2006) suhu mengontrol rata-rata

perkembangan tanaman, yang berarti bahwa kecepatan pada fase perkembangan

organ tergantung pada suhu. Ketika bibit tumbuh pada suhu sekitar 27-350 C,

rata-rata perpanjangan, luas daun, dan pertumbuhan akar benar-benar tertekan

walaupun munculnya daun dipercepat. Disisi lain, suhu yang rendah sekitar (15-

230 C) menekan munculnya akar dan daun.

Perlakuan jenis auksin yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh pada

peubah jumlah anak daun rachis ke-1, jumlah anak daun rachis ke-2, jumlah anak

daun rachis tidak sempurna dan diameter rachis ke-1. Kontrol menghasilkan

jumlah anak daun rachis ke-1 terbanyak dibandingkan dengan 7.40 mM NAA,

meskipun tidak berbeda dengan 7.40 mM IBA dan AK pada 4 BSS. Jenis auksin

belum mampu menginisiasi jumlah anak daun rachis ke-3 sampai dengan 4 BSS

(Tabel 11). Anak daun rachis tidak sempurna sudah terinisiasi dan membuka

Page 15: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

43

lebih awal pada 1 BSS dibandingkan dengan anak daun rachis ke-1 yang baru

mulai terinisiasi pada 2 BSS.

Tabel 11 Pengaruh perlakuan jenis auksin terhadap peubah jumlah anak daun

rachis ke-1, jumlah anak daun rachis ke-2, jumlah anak daun rachis ke-

3, jumlah anak daun rachis tidak sempurna, dan diameter rachis ke-1 di

persemaian polibag

Umur Bibit (BSS)

Jenis Auksin 1 2 3 4

Jumlah Anak Daun Rachis ke-1

0 mM 0.00 0.63a 7.33a 17.00a

7.40 IBA 0.00 0a 2.64b 9.51ab

7.40 NAA 0.00 0a 2.93a 6.00b

7.40 AK 0.00 0a 3.41a 10.69ab

Jumlah Anak Daun Rachis ke-2

0 mM 0.00 0.00 0.00 2.08a

7.40 IBA 0.00 0.00 0.00 0.00a

7.40 NAA 0.00 0.00 0.00 0.00a

7.40 AK 0.00 0.00 0.00 0.00a

Jumlah Anak Daun Rachis ke-3

0 mM 0.00 0.00 0.00 0.00

7.40 IBA 0.00 0.00 0.00 0.00

7.40 NAA 0.00 0.00 0.00 0.00

7.40 AK 0.00 0.00 0.00 0.00

Jumlah Anak Daun Rachis Tidak Sempurna

0 mM 0.69a 2.2a 2.68a 2.14b

7.40 IBA 1.17a 5.09a 7.38a 8.74a

7.40 NAA 0.57a 4.29a 5.94a 7.89a

7.40 AK 0.68a 4.05a 5.09a 5.38ab

Diameter Rachis ke-1 (cm)

0 mM 0.00 0.00 1.71a 2.58a

7.40 IBA 0.00 0.00 1.92a 2.2ab

7.40 NAA 0.00 0.00 1.69a 1.38ab

7.40 AK 0.00 0.00 0.50b 1.20b Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris peubah dan umur yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT

Jumlah anak daun bibit sagu yang dihasilkan berbeda-beda bergantung

pada bobot sucker yang digunakan. Irawan et al. (2009) melaporkan bahwa sucker

yang berasal dari tanaman induk yang baru mulai membentuk batang dan yang

sudah dekat berbunga berpengaruh terhadap jumlah daun dan jumlah anak daun.

Bobot sucker yang lebih besar menghasilkan jumlah daun dan jumlah anak daun

yang lebih banyak dibandingkan bobot yang lebih kecil.

Bibit sagu membutuhkan berbagai unsur hara yang mendukung

pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhan, kandungan unsur hara tersebut tersedia

dari cadangan energi bibit (rhizome). Kekurangan unsur hara seperti N dan Mg

dapat menghambat proses pembentukan klorofil dalam fotosintesis, sehingga

Page 16: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

44

menyebabkan pertumbuhan tajuk yang tidak maksimal. Irawan (2010)

menyatakan bahwa bibit sagu dengan bobot menghasilkan rata-rata 10-35 anak

daun. Pada rumpun induk tanaman yang muda maupun rumpun induk yang telah

memasuki fase berbunga, cadangan energi berupa karbohidrat memiliki

kandungan unsur N berkisar diantara 2.1-24.4 m g-1

dan K (3.6-17.6 mg g-1

).

Kandungan unsur N dan K lebih tinggi dibandingkan Ca (0.4-2.5 mg g-1

), P (0.5-

2.3 mg g-1

) dan Mg (0.2-1.5 mg g-1

). Kandungan pati dari kedua jenis induk sagu

tersebut diperoleh pada selang antara 26.6-64.8% dan gula total 4.4-12.9%. Bobot

sucker optimal dibutuhkan sebagai bahan tanam untuk pengusahaan kebun sagu

skala besar. Semakin besar bobot sucker, maka tinggi tanaman, jumlah daun dan

anak daun yang tetap hijau, bobot rhizome dan kandungan pati semakin

meningkat. Kandungan pati berimplikasi nyata terhadap produksi daun baru dan

bobot akar selama awal pertumbuhan.

Tabel 12 Pengaruh perlakuan jenis auksin terhadap peubah tinggi rachis tidak

normal, tinggi rachis ke-1, tinggi rachis ke-2, tinggi rachis ke-3, dan

tinggi rachis tidak sempurna di persemaian polibag

Bobot Sucker (g) Umur Bibit (BSS)

1 2 3 4

Tinggi Rachis Tidak Normal (cm)

500-999 12.99a 14.33a 15.68a 20.36ab

1000-1499 14.15a 15.99a 17.14a 14.55b

1500-2000 15.14a 17.87a 21.81a 29.38a

Tinggi Rachis ke 1 (cm)

500-999 4.43a 8.91b 17.76b 29.86a

1000-1499 6.23a 18.90a 30.28a 42.54a

1500-2000 7.91a 22.82a 33.79a 50.64a

Tinggi Rachis ke 2 (cm)

500-999 0.00 0.00 0.00 1.17b

1000-1499 0.00 0.00 0.00 0.79b

1500-2000 0.00 0.00 0.00 7.17a

Tinggi Rachis ke 3 (cm)

500-999 0.00 0.00 0.00 1.17a

1000-1499 0.00 0.00 0.00 0.00a

1500-2000 0.00 0.00 0.00 0.00a

Tinggi Rachis Tidak Sempurna (cm)

500-999 16.68a 19.65b 20.93b 23.01a

1000-1499 18.35a 20.57b 20.89b 21.62a

1500-2000 18.70a 30.68a 34.37a 25.58a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris peubah dan umur yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT

Tinggi rachis pada 1 BSS adalah tinggi rachis tidak normal (tanpa anak

daun), tinggi racchis tidak sempurna (dengan jumlah anak daun tidak lengkap),

dan tinggi rachis ke-1 (jumlah anak daun lengkap). Tinggi rachis tidak sempurna

dan tinggi rachis ke-1 menunjukkan tinggi rachis yang berbeda antara bobot

Page 17: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

45

sucker pada 2 dan 3 BSS. Bobot sucker 1500-2000 g menghasilkan tinggi rachis

lebih tinggi dibandingkan dengan bobot sucker yang lebih ringan (Tabel 12).

Terinisiasinya rachis ke-2 dan rachis ke-3 cukup lambat yaitu pada 4 BSS.

Hal tersebut dikarenakan air untuk mendukung pertumbuhan bibit sagu kurang

tersedia di persemaian polibag. Penyiraman tanaman 2 kali sehari belum dapat

memenuhi kebutuhan air bibit sagu di persemaian polibag.

Perlakuan bobot sucker berpengaruh nyata terhadap jumlah anak daun

rachis ke-1 pada 3 BSS. Bobot sucker 1000-1499 g menghasilkan jumlah anak

daun rachis ke-1 yang lebih banyak dibandingkan dengan bobot sucker 500-999 g,

namun tidak berbeda nyata dengan bobot sucker 1500-2000. Pada 3 BSS, anak

daun pada bobot sucker tersebut belum terbuka secara sempurna sehingga jumlah

anak daun pada bobot 1000-1499 terlihat lebih banyak (Tabel 13). Omori et al.

(2002) menyatakan bahwa ukuran bibit tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap jumlah daun rata-rata tanaman sagu.

Air membantu ion-ion mineral menjadi tersedia bagi tanaman. Bobot bibit

yang besar juga mengindikasikan kandungan pati yang tinggi. Pati merupakan

cadangan energi atau hasil fotosintat, yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan

awal bibit sagu di persemaian. Cadangan energi yang cukup akan memberikan

pertumbuhan bibit sagu yang lebih baik dibandingkan bibit yang memiliki

kandungan pati yang lebih sedikit.

Tabel 13 Pengaruh perlakuan bobot sucker terhadap peubah jumlah anak daun

di persemaian polibag

Bobot Sucker (g) Umur Bibit (BSS)

1 2 3 4

Jumlah Anak Daun Rachis ke 1

500-999 0.00 0.48 1.27b 6.15a

1000-1499 0.00 0.00 6.43a 12.60a

1500-2000 0.00 0.00 4.54ab 13.65a

Jumlah Anak Daun Rachis ke 2

500-999 0.00 0.00 0.00 0.00

1000-1499 0.00 0.00 0.00 1.56

1500-2000 0.00 0.00 0.00 0.00

Jumlah Anak Daun Rachis Tidak Sempurna

500-999 0.65a 2.49a 2.52b 4.89a

1000-1499 1.72a 4.17a 5.11ab 5.96a

1500-2000 0.51a 5.06a 8.19a 7.26a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris peubah dan umur yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT

Rhizome pada bibit sagu mengandung pati. Pati digunakan bibit sagu

untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya sebelum memiliki tunas

dan akar di persemaian. Al Ghamdi (1988) menyatakan bahwa induksi akar pada

anakan kurma bergantung pada bobot anakan. Pada tanaman kurma, anakan

berumur 3-4 tahun dengan bobot 12-20 kg dianjurkan untuk perbanyakan. Bobot

yang besar memiliki cadangan energi yang banyak, sehingga dapat menghasilkan

Page 18: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

46

persentase bibit hidup yang lebih tinggi di lapangan. Keragaan bibit sagu dengan

perlakuan bobot 500-999 g dan jenis auksin pada 4 BSS disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Keragaan pertumbuhan bibit sagu asal bobot sucker 500-999 g pada

berbagai konsentrasi jenis auksin di persemaian polibag

Bobot sucker tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi rachis ke-1. Pada 3

BSS, jumlah anak daun rachis tidak sempurna terbanyak diperoleh bobot sucker

1500-2000 g, sedangkan jumlah anak daun rachis ke-1 yaitu pada bobot sucker

1000-1499 g.

Bobot sucker yang lebih besar dengan cadangan energi yang tersimpan

dalam banir yang lebih banyak memungkinkan bibit tanaman sagu akan tumbuh

dengan baik pada awal persemaian. Penggunaan bibit yang lebih kecil dengan

bobot sucker 500-999 g, 1000-1499 g, dan 1500-2000 g bertujuan memenuhi

kebutuhan bibit skala besar di lapangan.

Pada pengamatan terakhir (4 BSS), jumlah tanaman hidup untuk masing-

masing perlakuan jenis auksin disajikan pada (Tabel 14). Rachis ke-2 dan rachis

ke-3 tidak terinisiasi pada perlakuan 7.40 mM IBA dan NAA. Persentase

terinisiasinya rachis tidak normal dan rachis ke-1 pada perlakuan kontrol,

berturut-turut yaitu 58.06% dan 77.42%. Perlakuan jenis auksin tidak mening-

katkan persentase terinisiasinya rachis ke-1, ke-2 dan ke-3, rachis tidak normal,

serta rachis tidak sempurna. Al-Mana et al. (1996) menyatakan bahwa baik

persentase berakar dan bobot segar akar total dari anakan kurma (ground

offshoots) meningkat dengan penggunaan NAA dan katekol. Pada tanaman sagu,

persentase akar nafas meningkat dibandingkan kontrol. NAA diketahui penting

untuk perkembangan akar dan memberikan pengaruh yang berbeda aplikasinya

pada spesies tanaman lainnya.

10 cm

Page 19: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

47

Tabel 14 Pengaruh jenis auksin terhadap persentase rachis terinisiasi dan rataan

tanaman hidup pada 4 BSS di persemaian polibag

Jenis Auksin

% Terinisiasi Rataan

Tanaman

Hidup

(%)

Rachis

Tidak

Normal

Rachis

ke-1

Rachis

ke-2

Rachis

ke-3

Rachis

Tidak

Sempurna

0 mΜ 58.06 77.42 16.13 3.23 19.35 31

7.40 mM IBA 45.24 59.52 0.00 0.00 47.62 42

7.40 mM NAA 46.88 40.63 0.00 0.00 56.25 32

7.40 mM AK 51.35 70.27 5.41 2.70 32.43 37

Rata-rata 50.38 61.96 5.38 1.48 38.91 35.50

Sd 5.74 16.01 7.60 1.72 16.34 5.07 Keterangan : jumlah populasi tanaman contoh adalah 142 tanaman

Jumlah total tanaman hidup dari bobot sucker 500-999 g, 1000-1499 g,

dan 1500-2000 g pada akhir pengamatan berturut-turut yaitu 41, 51, dan 50

tanaman. Persentase jumlah rachis ke-1 terinisiasi yaitu 68%. Rachis ke-1 mulai

terinisiasi pada 1 BSS, ketika bibit sagu masih memiliki cadangan energi pada

banir (rhizome). Persentase terinisiasinya rachis ke-2 bobot 1500-2000 g yaitu

2%, dibandingkan dengan bobot sucker 1000-1499 g yang mencapai 4%.

Ditambah lagi, rachis ke-3 untuk bobot sucker 1500-2000 g dan 1000-1499 g

tidak terinisiasi sampai dengan akhir pengamatan (4 BSS). Ketersediaan cadangan

energi pada banir dengan bobot sucker yang besar tidak cukup menginisiasi rachis

ke-2 dan ke-3 (Tabel 15).

Tabel 15 Pengaruh perlakuan bobot sucker terhadap persentase rachis terinisiasi

dan rataan tanaman hidup pada 4 BSS di persemaian polibag

Bobot Sucker

(g)

% Terinisiasi Rataan

Tanaman Hidup (%)

Rachis

Tidak

Normal

Rachis

ke-1

Rachis

ke-2

Rachis

ke-3

Rachis

Tidak

Sempurna

500-999 60.98 51.22 4.88 4.88 43.90 41

1000-1499 37.25 64.71 7.84 0.00 37.25 51

1500-2000 54.00 68.00 2.00 0.00 38.00 50

Rata-rata 50.74 61.31 4.91 1.63 39.72 47.33

Sd 12.19 8.89 2.92 2.82 3.64 5.51

Keterangan : jumlah populasi tanaman contoh adalah 142 tanaman

Ketersediaan air yang mencukupi untuk bobot sucker tertentu sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sagu di persemaian polibag. Bibit sucker

dengan bobot yang lebih kecil 500-999 g lebih mampu membentuk rachis ke-2

dan ke-3 selama 4 bulan pengamatan dibandingkan dengan bobot sucker 1500-

2000 g (Tabel 15) (Gambar 8 dan 9).

Page 20: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

48

Gambar 8 Keragaan pertumbuhan bibit sagu asal bobot sucker 1000-1499 g pada

berbagai konsentrasi jenis auksin di persemaian polibag

Gambar 9 Keragaan pertumbuhan bibit sagu asal bobot sucker 1500-2000 g pada

berbagai konsentrasi jenis auksin di persemaian polibag

10 cm

10 cm

Page 21: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

49

Induksi dan Pertumbuhan Akar

Kondisi media yang beraerasi baik, kecukupan nutrisi, ketersediaan air,

dan lingkungan tumbuh yang baik mendukung perkembangan akar bibit sagu di

persemaian polibag. Kontrol memiliki jumlah akar primer dan akar nafas yang

lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan auksin. Konsentrasi auksin yang

diberikan belum mampu menginduksi perakaran bibit sagu yang lebih baik dari

kontrol. Perlakuan jenis auksin IBA lebih efektif dibandingkan NAA dalam

menginisiasi panjang akar (Tabel 16).

Tabel 16 Pengaruh perlakuan jenis auksin terhadap jumlah akar primer, jumlah

akar nafas dan akar terpanjang pada 4 BSS di persemaian polibag

Jenis Auksin Jumlah

Akar Primer

Jumlah

Akar Nafas

Akar

Terpanjang (cm)

0 mM 10.42a 8.76a 7.40a

7.40 mM IBA 8.27ab 6.16ab 6.08a

7.40 mM NAA 4.67b 1.67b 1.08b

7.40 mM AK 7.62ab 4.47ab 5.51a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama tidak berbeda

nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT

Rata-rata terkecil untuk peubah jumlah akar primer, jumlah akar nafas, dan

akar terpanjang diperoleh pada perlakuan 7.40 mM NAA. Perlakuan konsentrasi

NAA diduga belum mampu menginduksi akar primer dan nafas pada persemaian

polibag. Menurut Gaspar et al. (1996) auksin sangat diperlukan dalam

pertumbuhan organogenesis termasuk dalam pembentukan akar. Walaupun Riyadi

dan Tahardi (2005) menyatakan bahwa pada tanaman kina perlakuan kombinasi

NAA dan IBA menghasilkan pengakaran yang lebih tinggi dibanding NAA secara

tunggal, meskipun demikian perlakuan NAA secara tunggal dapat menginduksi

pengakaran.

Kontrol menghasilkan jumlah perakaran baik primer maupun nafas yang

lebih baik dibandingkan bibit yang diaplikasikan auksin. IBA lebih efisien

dibandingkan NAA dalam pemanjangan akar. Strader dan Bartel (2011)

menyatakan bahwa auksin mengatur banyak aspek penting pertumbuhan dan

perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, pemanjangan, dan diferensiasi.

Rashotte et al. (2003) menambahkan bahwa serupa dengan IAA, IBA bergerak

secara basipetal (ke arah akar), tetapi tidak secara akropetal (ke arah pucuk) pada

hipokotil kecambah. Pada pucuk pembungaan, IBA tidak ditransportasikan,

kecuali IAA ditransportasikan secara basipetal. Hal yang berhubungan dengan

pengaturan transportasi IBA pada akar, hipokotil, dan jaringan yang lain

disebabkan adanya pengangkut IBA yang aktif, diduga IBA memiliki pengangkut

yang berbeda dengan IAA.

Perlakuan bobot sucker 500-999 g pada persemaian polibag nyata

menghasilkan jumlah akar primer yang lebih sedikit dibandingkan dengan bobot

sucker 1000-1499 g. Jumlah akar nafas dan akar primer pada bobot sucker 500-

999 g dan 1500-2000 g tidak berbeda nyata (Tabel 17). Akar terpanjang

dihasilkan oleh bobot sucker 1000-1499 g. Pada bobot sucker 1000-1499 g, bobot

rhizome pada bobot sucker 1000-1499 g lebih berat dibandingkan dengan bobot

Page 22: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

50

sucker 1500-2000 g. Cadangan energi sebagai salah satu hasil fotosintesis pada

bobot sucker 1000-1500 g lebih mencukupi untuk mendukung pertumbuhan akar

dan tajuk dibandingkan dengan bobot 1500-2000 g.

Tabel 17 Pengaruh perlakuan bobot sucker terhadap jumlah akar primer, jumlah

akar nafas dan akar terpanjang pada 4 BSS di persemaian polibag

Jenis

Auksin

Jumlah

Akar Primer

Jumlah

Akar Nafas

Akar

Terpanjang (cm)

500-999 5.54b 3.85b 3.90b

1000-1499 10.81a 7.97a 7.14a

1500-2000 6.89ab 3.97b 4.02b Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT

Perlakuan kontrol menghasilkan persentase akar primer 80.65%,

sedangkan perlakuan 7.40 mM NAA 50%. Begitu pula halnya dengan persentase

akar nafas yang terinisiasi dari perlakuan 7.40 mM NAA hanya 40%, sedangkan

kontrol 77.42%. Perlakuan auksin yang menghasilkan jumlah tanaman hidup yang

masih bertahan hingga 4 BSS berturut-turut dari yang tertinggi ke yang terkecil

yaitu IBA, AK, NAA dan kontrol. Penggunaan auksin memberikan persentase

hidup yang lebih tinggi dibandingkan kontrol disajikan pada (Tabel 18). Al-Mana

et al. (1996) melaporkan bahwa perlakuan NAA meningkatkan persentase berakar

pada tanaman kurma, namun berbeda dengan Reuveni et al. (1972) yang

menyatakan bahwa naphtalene acetic acid (NAA) dan gibberellic acid (GA) tidak

meningkatkan perakaran. Lebih lanjut Reuveni et al. (1972) melaporkan bahwa

pada anakan kurma, karbohidrat merupakan faktor penting dalam menyediakan

energi bagi pertumbuhan akar tanaman. Karbohidrat juga berperan dalam

mengendalikan inisiasi pertumbuhan akar. Secara umum, semakin meningkat

bobot anakan kurma berarti kandungan karbohidrat dan promotor perakaran, serta

penghambat per akaran semakin menurun.

Tabel 18 Pengaruh perlakuan jenis auksin terhadap persentase bibit berakar dan

rataan tanaman hidup pada 4 BSS di persemaian polibag

Jenis Auksin % Bibit berakar Rataan

Tanaman

Hidup (%) Akar Primer Akar Nafas

0 mΜ 80.65 77.42 31

7.04 mΜ IBA 71.43 66.67 42

7.04 mΜ NAA 50.00 40.63 32

7.04 mΜ AK 72.97 59.46 37

Rata-rata 68.76 61.04 35.5

Sd 13.14 15.48 5.1

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemben

tukan tunas dan persentase pertumbuhan yang lebih baik dengan penggunaan

bobot sucker. Hodel dan Pittenger (2003) melaporkan bahwa cadangan energi

(karbohidrat) pada offshoot kurma menyediakan energi untuk pertumbuhan akar,

memicu tumbuhnya akar dan mengontrol inisiasi pertumbuhan akar. Umumnya,

Page 23: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

51

peningkatan bobot offshoot selaras dengan peningkatan jumlah karbohidrat dan

promotor akar dan penurunan jumlah inhibitor akar. Inhibitor akar lebih

berpengaruh terhadap inisiasi pertumbuhan akar daripada promotor perakaran.

Kemampuan berakar berkorelasi positif terhadap kandungan karbohidrat dan

berkorelasi negatif dengan kandungan inhibitor akar. Hal tersebut berarti bahwa

semakin besar offshoot maka kandungan karbohidrat akan semakin meningkat,

sedangkan kandungan inhibitor akar akan semakin menurun.

Jumlah tanaman hidup berturut-turut dari bobot 500-999 g, 1000-1499 g,

dan 1500-2000 g yaitu 41, 51, 40 tanaman. Persentase jumlah akar nafas

terinisiasi pada bobot sucker 500-999 g yaitu 46% dibandingkan dengan akar

nafas pada bobot 1500-2000 g yang mencapai 70%. Rasio banir dan tajuk yang

optimal pada bobot sucker 1000-1499 g meningkatkan jumlah rataan hidup

tanaman, jumlah akar primer dan jumlah akar nafas bibit sagu di persemaian

polibag (Tabel 19).

Bobot sucker 1500-2000 g memiliki persentase berakar primer sebesar

76%. Teknik persemaian polibag diharapkan mampu mengurangi transplanting

shock bibit pada awal pertanaman di lapangan. Bibit sagu yang berasal dari

persemaian polibag memiliki perakaran yang telah terlebih dahulu mengalami

penyesuaian dengan media tanah pada polibag, sehingga ketika ditanam di

lapangan bibit tersebut tidak terlalu sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan

tanah.

Tabel 19 Pengaruh perlakuan bobot sucker terhadap persentase bibit berakar pada

4 BSS di persemaian polibag

Bobot Sucker (g)

% Bibit berakar Rataan

Tanaman

Hidup (%) Akar Primer Akar Nafas

500-999 60.98 46.34 41

1000-1499 68.63 64.71 51

1500-2000 76.00 70.00 40

Rata-rata 68.53 60.35 47.3

Sd 7.51 12.42 5.5

A B C

Gambar 10 Pengaruh bobot sucker terhadap keragaan perakaran bibit sagu pada

4 BSS di persemaian polibag

10 cm

Page 24: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

52

Keberhasilan pembentukan tunas baru tergantung pada tumbuhnya akar-

akar baru. Indikasi dari pertumbuhan akar dapat dilakukan dengan menyeleksi

panjang daun dan pengukuran peningkatan diameter batang (Hodel dan Pittenger

2003). Optimalisasi tajuk dalam proses fotosintesis menghasilkan pertumbuhan

tajuk yang baik. Teknik persemaian polibag menghasilkan pertumbuhan perakaran

yang baik. Keragaan perakaran bibit sagu pada bobot sucker 500-999 g, 1000-

1499 g, dan 1500-2000 g (Gambar 10).

Kandungan Pati Sucker dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Bibit

Pati merupakan salah satu hasil fotosintesis yang disimpan sebagai

cadangan energi di daun, umbi, batang, maupun bagian tanaman lainnya. Pati

disimpan pada rhizome (banir) sebelum tanaman sagu membentuk batang.

Tanaman sagu mulai membentuk batang pada umur 4-5 tahun, ketika itu pati

disimpan dalam batang sampai mencapai fase berbunga yaitu sekitar.

Bobot sucker berkorelasi dengan persentase kandungan pati yang

disimpannya. Pati yang disimpan dapat diubah menjadi energi untuk pertumbuhan

bibit sagu pada awal persemaian. Bobot sucker 500-999 g menghasilkan

persentase pati yang terendah yaitu 15.5%, dibandingkan bobot sucker 1500-2000

g yang mencapai 49.1% (Gambar 11).

Gambar 11 Analisis bobot sucker terhadap persentase kandungan pati

Kadar pati bobot sucker berkorelasi pada setiap peubah bobot segar dan

bobot kering (tajuk, akar dan total). Nilai korelasi tertinggi dan sangat nyata

diperoleh dari kadar pati dengan bobot segar total 0.739. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa semakin tinggi persentase kandungan pati, maka bobot segar total

sucker sagu juga akan semakin tinggi. Bobot segar tajuk memberikan kontribusi

terhadap kadar pati yang terdapat pada bagian rhizome bibit sagu. Korelasi positif

antara bobot segar total (bobot segar banir + bobot segar tajuk) dengan kandungan

pati sucker berarti bahwa peningkatan kandungan pati meningkatkan bobot segar

total. Korelasi pati dan bobot segar total dilihat pada Tabel 20.

15.3b

26.3ab

49.1a

0

10

20

30

40

50

60

70

500-<1000 1000-<1500 1500-2000

% P

ati

Bobot sucker (g)

500-999 1000-1499 1500-2000

Page 25: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

53

Tabel 20 Koefisien korelasi antar pati dengan peubah tajuk dan akar sebelum

perlakuan

BS

Tajuk

BS

Akar

BS

Total

BK

Tajuk

BK

Akar

BK

Total

Pati 0.644** 0.672** 0.739** 0.561** 0.332 0.580**

BS Tajuk

0.491** 0.951** 0.884** 0.337 0.838**

BS Akar

0.737** 0.368** 0.683** 0.585**

BS Total

0.823** 0.503** 0.858**

BK Tajuk

0.317 0.922**

BK Akar 0.660**

Keterangan : ** sangat nyata pada taraf signifikansi 5% BS = bobot segar, BK = bobot kering

Hubungan kandungan pati dengan peubah-peubah pertumbuhan

menunjukkan korelasi positif dan negatif. Rachis ke-2, anak daun rachis ke-2, dan

rachis ke-3, berkorelasi negatif dengan persentase kandungan pati. Kandungan

pati yang semakin meningkat tidak menyebabkan tinggi rachis ke-2, jumlah anak

daun rachis ke-2, dan tinggi rachis ke-3 semakin meningkat (Tabel 21).

Peubah jumlah akar primer, akar nafas dan akar terpanjang berkorelasi

negatif terhadap kandungan pati menunjukkan bahwa peningkatan bobot pati

berbanding terbalik dengan peubah perakaran. Korelasi negatif berarti bahwa

peningkatan jumlah akar tidak selaras dengan peningkatan bobot sucker.

Tabel 21 Koefisien korelasi antara peubah-peubah pertumbuhan

dan kandungan pati

Peubah Pertumbuhan Pati

Tinggi rachis tidak normal 0.391*

Tinggi rachis ke-1 0.238

Jumlah anak daun rachis ke-1 0.365

Tinggi rachis ke-2 -0.100

Jumlah anak daun rachis ke-2 -0.101

Tinggi rachis ke-3 -0.311

Jumlah anak daun rachis ke-3 -

Tinggi rachis tidak sempurna 0.203

Jumlah anak daun rachis tidak sempurna 0.166

Diameter rachis ke-1 0.661**

Jumlah akar primer -0.040

Jumlah akar nafas -0.167

Panjang akar terpanjang -0.164

Persentase bibit hidup 4 BSS 0.417* Keterangan : *nyata 5%, ** sangat nyata pada taraf signifikansi 5%,

- = tidak terinisiasi

Diameter rachis ke-1berkorelasi positif dengan kandungan pati. Hal

tersebut berarti bahwa semakin tinggi kandungan pati pada sucker yang digunakan

pada persemaian polibag semakin besar diameter rachis ke-1 disajikan pada

(Tabel 21). Tinggi rachis tidak normal dan persentase bibit hidup pada 4 BSS

menunjukkan korelasi positif dan nyata dengan persentase kandungan pati. Hal

Page 26: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

54

tersebut berarti bahwa peningkatan kandungan pati meningkatkan persentase bibit

hidup pada 4 BSS dan tinggi rachis tidak normal.

Persentase Bibit Hidup

Perlakuan jenis auksin dibandingkan dengan kontrol (tanpa menggunakan

auksin) pada bobot sucker 500-999 g meningkatkan persentase bibit hidup pada 1

BSS (Tabel 22). Auksin dilaporkan banyak menginduksi perakaran pada tanaman

berkayu dan palma. Peningkatan induksi perakaran akan mempermudah tanaman

mengadsorbsi unsur hara, air dan mineral yang selanjutnya digunakan sebagai

bahan fotosintesis di tajuk, sehingga pertumbuhan tajuk lebih baik.

Interaksi antara perlakuan bobot sucker dan jenis auksin menunjukkan

bahwa kombinasi bobot sucker terkecil 500-999 g tanpa perlakuan auksin

(kontrol) memberikan persentase bibit hidup terkecil dibandingkan dengan

seluruh perlakuan. Kandungan pati yang rendah pada bobot 500-999 g

dibandingkan dengan kedua bobot yang lebih besar yaitu 1000-1499 g dan 1500-

2000 g berpengaruh terhadap persentase bibit hidup yang rendah yaitu 80% pada

1 BSS. Interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

yang nyata antara perlakuan bobot sucker dan jenis auksin. Bobot sucker yang

diberikan perlakuan auksin mampu bertahan hidup pada 1 BSS (Tabel 20).

Tabel 22 Interaksi perlakuan bobot sucker dan jenis auksin terhadap persentase

bibit hidup pada 1 BSS di persemaian polibag 1 BSS

Jenis Auksin Bobot Sucker (g)

500-999 1000-1499 1500-2000

0 mM 80b 100a 100a

7.40 mM IBA 100a 100a 100a

7.40 mM NAA 100a 100a 100a

7.40 mM AK 100a 100a 100a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%

menurut uji DMRT

Persentase bibit hidup dipersemaian terkait dengan diameter banir

(cadangan energi) sucker. Banir yang besar dengan bobot yang lebih berat

menunjukkan persentase kandungan pati, sebagai salah satu produk fotosintesis,

yang lebih tinggi. Dengan demikian, bobot sucker yang lebih berat menghasilkan

persentase kematian bibit yang lebih rendah. Hal tersebut sejalan dengan Hodel

dan Pittenger (2003) yang menyatakan bahwa tunas (offshoot) pada tanaman

kurma dengan diameter 10-25 cm yang terbaik meningkatkan pertumbuhan daun

dan diameter awal, serta rata-rata bertahan hidup >83%, dibandingkan dengan

diameter 25-35 cm yang menghasilkan peningkatan tumbuh daun dan diameter

yang lambat, dan diameter lebih dari 35 cm yang memberikan persentase hidup

terendah yaitu 74%.

Persentase bibit hidup bobot sucker 1500-2000 g lebih tinggi

dibandingkan dengan bobot sucker 500-999 g pada 2 BSS, namun tidak berbeda

pada 1, 3, dan 4 BSS. Kandungan pati pada bobot sucker yang lebih besar

seharusnya memberikan persentase bibit hidup yang lebih tinggi dibandingkan

Page 27: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

55

dengan bobot sucker yang lebih kecil. Perlakuan bobot sucker ternyata tidak

memberikan perbedaan yang nyata pada akhir pengamatan 4 BSS (Tabel 23).

Peningkatan persentase kandungan pati seiring dengan peningkatan bobot

sucker. Reuveni dan Adato (1974) menyatakan bahwa kemampuan berakar

berkorelasi positif dengan kandungan karbohidrat dan berkorelasi negatif dengan

substansi kimia yang menghambat perakaran. Anakan yang lebih besar memiliki

kandungan karbohidrat yang lebih banyak dan substansi penghambat perakaran

yang lebih kecil.

Tabel 23 Persentase bibit hidup terhadap perlakuan bobot sucker berbeda

Bobot

Sucker (g)

% Bibit Hidup (BSS)

1 2 3 4

500-999 95a 86.25b 71.25a 51.25a

1000-1499 100a 88.75ab 81.25a 62.50a

1500-2000 100a 100.00a 83.75a 63.75a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama tidak berbeda

nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT

Gambar 12 Perlakuan jenis auksin terhadap persentase bibit hidup di persemaian

polibag

Menurut Pinem (2008) percobaan persemaian sagu dengan sistem polibag

menunjukkan persentase hidup yang rendah dibanding persemaian sistem rakit

dan kolam lumpur. Bibit sagu yang ditanam di polibag menghasilkan jumlah dan

lebar daun yang kecil. Tanaman yang ditanam dalam polibag, dengan sistem

perakaran yang terbatas akan menyebabkan kekurangan air yang cepat sehingga

tidak mampu menciptakan penyesuaian osmosis seperti yang ditemukan pada

tanaman di lapang. Susilo (1991) menambahkan bahwa pengaruh yang paling

hebat dari kekurangan air pada awal perkembangan vegetatif adalah pengurangan

luas daun.

Seperti halnya perlakuan bobot sucker, perlakuan jenis auksin menunjuk

kan persentase bibit hidup yang tidak berbeda antara perlakuan pada akhir

pengamatan (4 BSS). Persentase bibit hidup pada perlakuan kontrol (tanpa

auksin), 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, dan 7.40 mM AK berturut-turut yaitu

b

b

a

a

aa

a

a

aa

a

a

aa

a

a

40

50

60

70

80

90

100

110

1 2 3 4

% B

ibit

Hid

up

Bulan Setelah Semai

0 mM

7.04 mM IBA

7.04 mM NAA

7.04 mM AK

Page 28: PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP ... · pengaruh perlakuan jenis auksin dan bobot sucker terhadap pertumbuhan dan ... bergantung pada tanaman induk, sehingga dapat

56

52%, 70%, 62%, dan 53% pada 4 BSS. Perlakuan jenis auksin pada sucker hanya

berpengaruh pada 1 BSS. Pada 1 BSS, perlakuan auksin menghasilkan persentase

bibit hidup sebesar 100% dibandingkan dengan kontrol sebesar 93% (Gambar 12).

Analisis Media Persemaian Polibag

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kapasitas tukar kation (KTK)

media tanam tanam termasuk dalam kriteria sedang dengan nilai 24.21 me/100 g

tanah (Tabel 46). Komposisi media yang digunakan untuk persemaian sucker

yaitu tanah, sekam, dan kotoran kambing dengan perbandingan volume 4: 2: 4.

Derajat kemasaman tanah (pH) berpengaruh terhadap keberadaan

mikroorganisme dalam tanah. Jumlah mikroorganisme tanah yang banyak akan

mempercepat penguraian bahan organik tanah yang selanjutnya dapat

dimanfaatkan bagi tanaman. Sejalan dengan yang disampaikan Agustina (2004)

bahwa mikroorganisme tanah paling efektif menguraikan bahan organik dan

membantu cepatnya ketersediaan unsur hara dalam tanah. Derajat kemasaman

tanah 6—6.5 merupakan kondisi optimum pertumbuhan tanaman. Secara umum,

ketersediaan unsur hara maksimum pada kisaran 6-7. Ketersediaan N, P, K, S, Ca,

Mg, dan Mo sangat rendah pada pH yang rendah, sedangkan P, K, S, dan Mo pada

pH netral cukup banyak tersedia.

Analisis tanah pada percobaan ini penting dilakukan untuk mempelajari

kandungan unsur hara dan parameter tanah lainnya yang berkaitan dengan

pertumbuhan bibit sagu di persemaian. Blair (1979) menyatakan bahwa terdapat

tiga faktor penting yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam tanah yaitu

suplai dari fase padat, pH tanah, dan suplai air.

SIMPULAN

Bobot sucker 1000-1499 g dan 1500-2000 g menghasilkan pertumbuhan

yang tidak berbeda secara signifikan di persemaian polibag, namun berbeda

dengan bobot sucker 500-999 g. Jumlah akar primer terinduksi terbanyak

diperoleh pada bobot sucker 1000-1499 g di persemaian polibag.

Persentase berakar primer tertinggi ke terendah dari aplikasi jenis auksin

yang diberikan berturut-turut yaitu kontrol (81%), AK (73%), IBA (71%), dan

NAA (52%). Persentase berakar primer dan berakar nafas tertinggi diperoleh pada

bobot sucker 1500-2000 g. IBA lebih efektif menginduksi akar primer bibit sagu

dibandingkan dengan NAA di persemaian polibag.

Perlakuan jenis auksin dan bobot sucker tidak menghasilkan perbedaan

persentase bibit hidup diantara perlakuan pada 4 BSS. Persentase bibit hidup

terkait perlakuan jenis auksin di persemaian polibag berturut-turut yaitu 70%

(IBA), 62% (AK), 53% (NAA), dan 52% (kontrol). IBA lebih efisien

meningkatkan persentase hidup bibit dibandingkat perlakuan auksin lainnya dan

juga kontrol.