50
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP PROSES REAKTIVASI SPENT BLEACHING EARTH (SBE) HASIL SAMPING PRODUKSI BIOSOLAR (Skripsi) Oleh Cendy Damayanti FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/57905/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP PROSES REAKTIVASI SPENT

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP PROSES

    REAKTIVASI SPENT BLEACHING EARTH (SBE) HASIL SAMPING

    PRODUKSI BIOSOLAR

    (Skripsi)

    Oleh

    Cendy Damayanti

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP PROSES

    REAKTIVASI SPENT BLEACHING EARTH (SBE) HASIL SAMPING

    PRODUKSI BIOSOLAR

    [Effect of Types and Acid Concentrations on theReactivation Process of Spent

    Bleaching Earth (SBE) from By-Product of Biodiesel Production]

    Ribut Sugiharto, Cendy Damayanti, Siti Nurdjanah, dan Subeki

    Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Lampung 35145

    ABSTRAK

    Spent bleaching earth (SBE), hasil samping produksi biosolar, berpotensi menjadi

    agen pemucat untuk proses pemucatan minyak kelapa sawit setelah dilakukan

    reaktivasi. Metode reaktivasi yang paling umum digunakan yaitu aktivasi asam

    yang dilanjutkan dengan pemanasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    jenis asam terbaik dan konsentrasi asam optimum untuk menghasilkan tanah

    pemucat teraktivasiyang sesuai dengan SNI 13-6336-2000. Penelitian ini disusun

    dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) secara faktorial dengan tiga

    ulangan. Perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu jenis asam (asam klorida, asam

    nitrat, dan asam sulfat) dan konsentrasi asam (3%, 5%, dan 7%). Data yang

    diperoleh dianalisis kesamaan ragamnya dengan uji Bartlett dan kemenambahan

    data diuji dengan uji Tuckey, selanjutnya data dianalisis sidik ragam untuk

    mengetahui penduga ragam galat dan uji signifikansi untuk mengetahui pengaruh

    antar perlakuan. Data juga dianalisis lebih lanjut menggunakan Polinomial

    Ortogonal dan Perbandingan Ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    perlakuan terbaik adalah pada perlakuan asam nitrat dengan konsentrasi 7%

    (J2K3) yang menghasilkan jumlah rendemen RBE 69,75% dengan karakteristik

    RBE meliputi kadar air RBE 3,08%, pH RBE 5,82, kadar abu RBE 90,32%,

    efisiensi pemucatan warna CPO 4,07%, dan rendemen RBPO 86,82%.

    Kata Kunci : Aktivasi asam, Spent bleaching earth, Reactivated bleaching earth.

  • 2

    ABSTRACT

    Spent bleaching earth (SBE), byproducts of biodiesel production, has the potential

    to become a bleaching agent for the process of bleaching palm oil after

    reactivation. The most commonly used reactivation methods is acid activation

    followed by heating. This study aimed to determine the best type of acid and

    optimum acid concentration to produce activated bleaching earthwhich was in

    accordance with SNI 13-6336-2000. This study was arranged in a factorial

    Complete Group Randomized Design (CGRD) with three replications. The

    treatment consisted of two factors, namely the type of acid (hydrochloric acid,

    nitric acid, and sulfuric acid) and acid concentration (3%, 5%, and 7%). The data

    obtained were analyzed for the similarity of variance with the Bartlett test and the

    addition of the data tested by the Tuckey test, then the data were analyzed by

    Analysis of Variance to find out the estimation of various errors and the

    significance test to determine the effect between treatments. Data were also

    analyzed further using Orthogonal Polynomials and Orthogonal Comparisons.

    The results showed that the best treatment was the treatment of nitric acid with a

    acid concentration of 7% (J2K3) which resulted in an RBE yield of 69.75%, with

    RBE characteristics including RBE water content was 3.08%, pH RBE was 5.82,

    RBE ash content was 90.32%, the efficiency of CPO color bleaching was 4.07%,

    and RBPO yield was 86.82%.

    Keyword : Acid activation, Spent bleaching earth, Reactivated bleaching earth

  • PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ASAM TERHADAP PROSES

    REAKTIVASI SPENT BLEACHING EARTH (SBE) HASIL SAMPING

    PRODUKSI BIOSOLAR

    Oleh

    CENDY DAMAYANTI

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada

    Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Metro pada 13 Januari 1997, sebagai anak pertama dari tiga

    bersaudara, dari pasangan Bapak Suharno dan Ibu Septi Puji Astuti. Penulis

    memiliki 2 orang adik bernama Nuke Kristanti dan Adinda Tara Dhifania.

    Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 4 Metro timur pada

    tahun 2008, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP

    Xaverius Metro dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan

    menengah atas di SMA Negeri 1 Pekalongan, Lampung Timur dan lulus pada

    tahun 2014. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil

    Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur

    tes tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

    Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sulusuban, Kecamatan

    Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah dengan tema “Pemberdayaan

    Kampung Berbasis Informasi dan Teknologi” pada bulan Januari sampai Februari

    2017. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Nusantara Tropical Farm

    (NTF), Labuhan Ratu, Lampung Timur, Lampung, dan menyelesaikan laporan PU

    yang berjudul “Pemantauan Memar Buah Jambu Kristal selama Penanganan

    Pasca Panen di PT. Nusantara Tropical Farm Lampung Timur”.

    Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa

    Universitas Lampung sebagai anggota Kementerian Sekretaris Kabinet pada tahun

  • x

    2014-2015, dan sebagai Staf Ahli Kementerian Pergerakan dan Pemberdayaan

    Wanita pada tahun 2015-2016. Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum mata

    kuliah Uji Sensori tahun ajaran 2016/2017, Fisiologi Pasca Panen tahun ajaran

    2017/2018, dan Teknologi Hasil Nabati tahun ajaran 2017/2018.

  • SANWACANA

    Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah

    rahmat dan karunia kepada setiap hamba-Nya. Alhamdulillah Penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proses Reaktivasi Spent Bleaching Earth

    (SBE) Hasil Samping Produksi Biosolar dengan Variasi Jenis dan Konsentrasi

    Asam”. Skripsi ini dapat selesai karena bimbingan, bantuan, dan dorongan dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

    Pertanian, Universitas Lampung.

    2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

    Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

    3. Bapak Ir. Ribut Sugiharto, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

    Dosen Pembimbing pertama skripsi atas segala arahan, nasihat, saran, bantuan,

    motivasi, dan bimbingan yang telah diberikan selama menjalani perkuliahan

    hingga peyelesaian skripsi Penulis.

    4. Ibu Dr. Ir. Siti Nurdjanah, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing kedua skripsi atas

    saran, motivasi, dan bimbingan dalam proses penelitian dan penyelesaian

    skripsi Penulis.

    5. Bapak Dr. Ir. Subeki, M.Si., M.Sc., selaku Dosen Pembahas atas saran,

    bimbingan, dan evaluasinya terhadap skripsi Penulis.

  • xii

    6. Orangtuaku tercinta Papa dan Mama, adik-adikku, serta keluargaku, terima

    kasih atas kasih sayang tiada henti, do’a, motivasi, dan dukungan kepada

    Penulis.

    7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff administrasi, dan laboratorium di

    Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

    8. Sahabat terbaik Arnanda, serta teman seperjuangan penelitian (Cindy, Windy,

    Ayunendi, Mas Untung, dan Thito) yang telah membantu Penulis

    menyelesaikan penelitian serta memberikan saran selama proses penyelesaian

    skripsi ini.

    9. Teman-teman THP angkatan 2014, adik-adik, dan kakak-kakak yang membantu

    Penulis dalam melaksanakan perkuliahan, penelitian hingga penyelesaian

    skripsi Penulis.

    10. Semua pihak yang telah membantu Penulis menyelesaikan penulisan skripsi

    ini.

    Akhir kata, Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

    kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

    diharapkan dan akan diterima dengan tangan terbuka. Semoga skripsi ini dapat

    memberikan manfaat bagi Penulis maupun Pembaca.

    Bandar Lampung, 22 Mei 2019

    Penulis,

    Cendy Damayanti

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xviii

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang dan Masalah ................................................................... 1

    1.2. Tujuan .................................................................................................... 3

    1.3. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 4

    1.4. Hipotesis ............................................................................................... 7

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Minyak Kelapa Sawit ............................................................................ 8

    2.2. Proses Pemurnian Minyak Kelapa Sawit ................................................ 9

    2.2.1. Degumming .................................................................................10

    2.2.2. Bleaching ....................................................................................10

    2.2.3. Deodorizing ................................................................................10

    2.3. Tanah Pemucat ......................................................................................11

    2.4. Tanah Pemucat Bekas ............................................................................13

    2.5. Metode Aktivasi ....................................................................................15

    2.5.1. Aktivasi Asam ............................................................................16

    2.5.2. Perlakuan Pillaring .....................................................................17

    2.5.3. Perlakuan Surfaktan Kationik ......................................................17

    2.5.4. Aktivasi Termal ..........................................................................18

    2.5.5. Tanah Pemucat Termodifikasi Polimer ........................................18

    2.6. Standar Mutu Tanah Pemucat ................................................................18

    III. BAHAN DAN METODE

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................20

    3.2. Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................20

  • xiv

    3.3. Metode Penelitian ................................................................................21

    3.4. Prosedur Percobaan .............................................................................21

    3.5. Pengamatan .........................................................................................22

    3.5.1. Rendemen Reactivated Bleaching Earth ....................................22

    3.5.2. Kadar Air Reactivated Bleaching Earth .....................................23

    3.5.3. pH Reactivated Bleaching Earth ................................................23

    3.5.4. Kadar Abu Reactivated Bleaching Earth ....................................24

    3.5.5. Efisiensi Pemucatan Crude Palm Oil .........................................24

    3.5.6. Rendemen Refined Bleached Palm Oil .......................................25

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Karakteristik SBE Hasil Samping Produksi Biosolar ...........................27

    4.2. Rendemen Reactivated Bleaching Earth ..............................................28

    4.3. Kadar Air Reactivated Bleaching Earth ...............................................30

    4.4. pH Reactivated Bleaching Earth ..........................................................32

    4.5. Kadar Abu Reactivated Bleaching Earth ............................................34

    4.6. Efisiensi Pemucatan Crude Palm Oil ...................................................37

    4.7. Rendemen Refined Bleached Palm Oil ................................................38

    4.8. Penentuan Perlakuan Terbaik ..............................................................40

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan ....................................................................................................42

    5.2. Saran ..........................................................................................................42

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................43

    LAMPIRAN ....................................................................................................49

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Syarat mutu bentonit untuk pemucat minyak nabati

    (SNI 13-6336-2000) .....................................................................................19

    2. Kombinasi perlakuan ....................................................................................21

    3. Karakteristik SBE hasil samping produksi biosolar .......................................27

    4. Pemilihan perlakuan terbaik RBE dari SBE hasil samping produksi

    biosolar ........................................................................................................41

    5. Rendemen reactivated bleaching earth (RBE) ...............................................50

    6. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (Bartlett’s Test) rendemen reactivated

    bleaching earth ............................................................................................51

    7. Uji aditifitas (Tukey’s Test) rendemen reactivated bleaching earth (RBE) .....52

    8. Analisis ragam rendemen reactivated bleaching earth (RBE) ........................52

    9. Uji Orthogonal Polynomial – Orthogonal Comparison rendemen reactivated

    bleaching earth (RBE) .................................................................................53

    10. Kadar air reactivated bleaching earth (RBE) ...............................................54

    11. Transformasi data kadar air reactivated bleaching earth (RBE) ...................54

    12. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (Bartlett’s Test) kadar air reactivated

    bleaching earth (RBE) ...............................................................................55

    13. Uji aditifitas (Tukey’s Test) kadar air reactivated bleaching earth (RBE) ....56

    14. Analisis ragam kadar air reactivated bleaching earth (RBE) .......................56

    15. Uji Orthogonal Polynomial – Orthogonal Comparison kadar air reactivated

    bleaching earth (RBE) ...............................................................................57

    16. pH reactivated bleaching earth (RBE) .........................................................58

  • xvi

    17. Transformasi data pH reactivated bleaching earth (RBE) ...........................58

    18. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (Bartlett’s Test) pH reactivated

    bleaching earth (RBE) ...............................................................................59

    19. Uji aditifitas (Tukey’s Test) pH reactivated bleaching earth (RBE) ..............60

    20. Analisis ragam pH reactivated bleaching earth (RBE) ................................60

    21. Uji Orthogonal Polynomial – Orthogonal Comparison pH reactivated

    bleaching earth (RBE) ...............................................................................61

    22. Kadar abu reactivated bleaching earth (RBE) .............................................62

    23. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (Bartlett’s Test) kadar abu reactivated

    bleaching earth (RBE) ...............................................................................62

    24. Uji aditifitas (Tukey’s Test) kadar abu reactivated bleaching earth (RBE) ...63

    25. Analisis ragam kadar abu reactivated bleaching earth (RBE) ......................63

    26. Uji Orthogonal Polynomial – Orthogonal Comparison kadar abu reactivated

    bleaching earth (RBE) ...............................................................................64

    27. Efisiensi pemucatan warna crude palm oil (CPO) ........................................65

    28. Transformasi data efisiensi pemucatan warna crude palm oil (CPO) ...........65

    29. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (Bartlett’s Test) efisiensi pemucatan

    warna crude palm oil (CPO) .......................................................................66

    30. Uji aditifitas (Tukey’s Test) efisiensi pemucatan warna crude palm oil

    (CPO) .........................................................................................................67

    31. Analisis ragam efisiensi pemucatan warna crude palm oil (CPO) .................67

    32. Uji Orthogonal Polynomial – Orthogonal Comparison efisiensi pemucatan

    warna crude palm oil (CPO) .......................................................................68

    33. Rendemen refined bleached palm oil (RBPO) ..............................................69

    34. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (Bartlett’s Test) rendemen refined

    bleached palm oil (RBPO) .........................................................................69

    35. Uji aditifitas (Tukey’s Test) rendemen refined bleached palm oil (RBPO) ....70

    36. Analisis ragam rendemen refined bleached palm oil (RBPO) ......................70

  • xvii

    37. Uji Orthogonal Polynomial – Orthogonal Comparison rendemen refined

    bleached palm oil (RBPO) .........................................................................71

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Crude palm oil .............................................................................................. 8

    2. Acid activated bentonite clay .........................................................................11

    3. Spent bleaching earth hasil samping produksi biosolar ..................................13

    4. Proses reaktivasi spent bleaching earth .........................................................22

    5. Pengaruh jenis asam pada konsentrasi 7% terhadap rendemen RBE

    yang dihasilkan ............................................................................................29

    6. Pengaruh jenis asam terhadap pH RBE yang dihasilkan ................................33

    7. Pengaruh jenis asam pada konsentrasi asam 7% terhadap kadar abu RBE

    yang dihasilkan ............................................................................................35

    8. Proses reaktivasi SBE ...................................................................................72

    9. Proses pemucatan warna CPO .......................................................................73

    10. Hasil pemucatan warna crude palm oil (CPO) .............................................74

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang dan Masalah

    Proses pemucatan Crude Palm Oil (CPO) adalah salah satu proses penting dalam

    proses pemurnian CPO. Proses pemucatan CPO biasanya menggunakan tanah

    pemucat (bleaching earth) dengan kadar antara 0,5-2,0% dari massa CPO

    (Young, 1987). Konsumsi minyak sawit di Indonesia diperkirakan sebesar 6,7

    juta ton, maka dalam proses pemurnian CPO diperlukan tanah pemucat sebesar

    134.000 ton (GIMNI, 2018). Jika menggunakan asumsi tersebut, proses

    pemurnian CPO menghasilkan tanah pemucat bekas atau spent bleaching earth

    (SBE) dalam jumlah banyak dan akan dibuang pada suatu lahan (landfill)

    (Krisyanti dan Sukandar, 2011).

    SBE adalah limbah padat yang dihasilkan dari industri pemurnian minyak sawit

    (CPO). SBE sebagai hasil samping masih mengandung minyak yang dapat

    menyebabkan kebakaran dan bahaya pencemaran lingkungan, sehingga

    dibutuhkan proses yang dapat mengkonversi kandungan minyak pada SBE

    (Chang et al., 2006). Dampak negatif lainnya, SBE yang hanya ditumpuk dalam

    suatu lahan terbuka dapat menimbulkan bau yang tidak sedap (Wahyudi, 2000).

    Oleh karena itu, SBE perlu penanganan khusus agar tidak menimbulkan masalah

    bagi industri pemucatan minyak sawit (CPO). Penanganan tersebut bisa dengan

    cara mereaktivasi SBE sehingga dapat digunakan kembali sebagai adsorben untuk

  • 2

    proses pemucatan minyak sawit kasar (CPO) atau memanfaatkan minyak yang

    terkandung dalam SBE untuk produk non pangan yaitu biosolar.

    SBE dari pemurnian CPO masih mengandung minyak nabati sebanyak 20-30%

    (Kheang et al., 2006). Tingginya kandungan minyak dalam SBE sangat potensial

    untuk dimanfaatkan menjadi biosolar (Lee et al., 2000). Biosolar dapat digunakan

    sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber

    terbaharui seperti minyak nabati atau lemak hewan. Untuk menghasilkan biosolar

    dari minyak yang terkandung dalam SBE dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu

    tahap ekstraksi minyak dari SBE dan tahap transesterifikasi minyak menjadi

    biosolar dan kedua tahapan tersebut dapat dilakukan dengan secara terpisah dan

    kontinyu (Kartika et al., 2015).

    Pada proses transesterifikasi minyak menjadi biosolar dari SBE hasil samping

    proses pemurnian CPO akan menghasilkan lagi SBE sebagai hasil sampingnya.

    SBE hasil samping produksi biosolar memiliki kandungan minyak yang lebih

    sedikit dibandingkan dengan SBE hasil samping proses pemurnian minyak sawit.

    Hal tersebut terjadi karena dalam proses produksi biosolar menghasilkan

    rendemen biosolar sebesar 82-90% (Lim et al., 2009). SBE hasil samping

    produksi biosolar juga dapat direaktivasi untuk memulihkan daya serapnya. SBE

    hasil samping produksi biosolar langsung dapat direndam dalam asam dan

    pemanasan karena sudah tidak lagi memerlukan proses esktraksi minyak dalam

    SBE, sehingga proses reaktivasinya akan lebih sederhana.

  • 3

    Saat ini telah dilakukan upaya-upaya dalam pemanfaatan SBE yang berkurang

    kemampuan penyerapannya karena permukaannya telah tertutupi oleh bahan

    pengotor. Salah satunya yaitu dengan mereaktivasi SBE untuk memulihkan

    kemampuan penyerapannya. Proses reaktivasi dilakukan dengan cara merendam

    SBE dalam larutan asam yang disertai dengan pemanasan. Proses reaktivasi ini

    diharapkan bisa mengurangi penggunaan tanah pemucat baru sebagai adsorben

    pada proses pemucatan di industri minyak pangan (Suryani et al., 2015).

    Hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa SBE dari proses produksi

    biosolar dapat direaktivasi. Namun hingga saat ini belum diketahui konsentrasi

    dan jenis asam yang baik dalam proses reaktivasi SBE dari proses produksi

    biosolar yang menghasilkan kualitas tanah pemucat yang baik. Oleh karena itu,

    penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil uji adsorben dengan pengaruh

    jenis dan konsentrasi asam yang baik untuk memperoleh kualitas tanah pemucat

    yang sesuai dengan standar mutu.

    1.2. Tujuan

    Tujuan penelitian ini adalah

    1. Mengetahui jenis asam terbaik pada proses reaktivasi SBE untuk menghasilkan

    tanah pemucat yang sesuai dengan SNI 13-6336-2000.

    2. Mengetahui konsentrasi asam optimum pada proses reaktivasi SBE untuk

    menghasilkan tanah pemucat yang sesuai dengan SNI 13-6336-2000.

    3. Mengetahui interaksi antara jenis dan konsentrasi asam pada proses reaktivasi

    SBE.

  • 4

    1.3. Kerangka Pemikiran

    Spent bleaching earth (SBE) hasil samping produksi biosolar berpotensi menjadi

    agen pemucatan minyak kelapa sawit dengan reaktivasi SBE menggunakan asam.

    Pada proses pemucatan minyak kelapa sawit, agen pemucat digunakan untuk

    menyerap zat warna dan pengotor-pengotor dalam minyak. Kemampuan

    pemucatan dari agen pemucat dapat dilakukan dengan aktivasi asam untuk

    meningkatkan luas permukaan dan memodifikasi struktur agen pemucat (Tanjaya

    et al., 2006). Proses ini juga dapat mengurangi jumlah SBE yang dibuang dan

    dampak negatif bagi lingkungan.

    Aktivasi asam adalah salah satu modifikasi kimia bleaching earth (BE) yang

    paling umum digunakan (Komadel et al., 2006). Aktivasi asam digunakan untuk

    meningkatkan luas permukaan spesifik, memodifikasi gugus fungsi permukaan,

    untuk mendapatkan padatan dengan porositas tinggi dan untuk meningkatkan

    pori-pori BE. Peran paling penting dari aktivasi asam adalah untuk meningkatkan

    kapasitas adsorpsi dengan menghilangkan kotoran dan pigmen warna dari minyak

    dalam SBE (Hussin, 2013).

    Selain modifikasi kimia, modifikasi fisika menggunakan perlakuan panas juga

    memiliki peran penting untuk BE. Struktur dan komposisi mineral lempung dapat

    dimodifikasi dengan pemanasan pada suhu tinggi (Heller, 2006). Perlakuan

    pemanasan berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada BE

    sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan konstituen yang mudah

    menguap, dan menghilangkan pengotor-pengotor pada BE (Swiatkowski, 1998).

  • 5

    Suryani et al. (2015), telah melakukan penelitian reaktivasi SBE dengan

    menggunakan SBE hasil samping produksi biosolar. Reactivated Bleaching Earth

    (RBE) yang dihasilkan digunakan untuk pemucatan CPO. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa penambahan HNO3 dengan konsentrasi asam 5% dengan

    rasio SBE : asam yaitu 1:2 merupakan kondisi terbaik untuk reaktivasi dan

    menghasilkan bahan yang paling efektif untuk menghilangkan warna pigmen

    CPO. Reactivated Bleaching Earth (RBE) menghasilkan pemurnian minyak sawit

    dengan bilangan asam yaitu 0,47-1,96 mg KOH/g dan bilangan iodium sebesar

    53,82 g Iod/100 g.

    Penelitian serupa juga dilakukan oleh Qowim (2012) mengenai reaktivasi SBE.

    SBE yang direaktivasi menggunakan SBE hasil samping produksi biosolar. Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa SBE yang direndam dengan HCl 16% dan

    pemanasan dengan suhu 80℃ selama 3 jam, menghasilkan warna SBE teraktivasi

    lebih terang dibandingkan dengan SBE hasil samping produksi biosolar.

    Penggunaan SBE yang direaktivasi ulang sebagai adsorben dalam pemurnian

    biosolar dapat menghasilkan biosolar dengan kualitas yang sama sesuai dengan

    SNI 04-7182-2006 (Qowim, 2012).

    SBE hasil pemurnian minyak sawit juga dapat direaktivasi kembali. Fatmayati et

    al. (2011) melaporkan bahwa kondisi reaktivasi SBE terbaik dengan rasio SBE :

    asam yaitu 1:2 (b/v) dan konsentrasi larutan HNO3 5% pada suhu 300℃.

    Kemudian RBE dilakukan pengujian terhadap CPO. Hasilnya teruji bahwa RBE

    dapat digunakan berulang dan dapat menghasilkan tingkat kejernihan sebesar

  • 6

    97,4%. Kondisi terbaik pemucatan CPO diperoleh pada jumlah RBE 5% dari

    berat CPO menghasilkan efisiensi pemucatan hingga 95,8%.

    Penelitian mengenai reaktivasi SBE juga telah dilakukan oleh Yusnimar et al.

    (2012). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada pengasaman

    menggunakan HCl dengan konsentrasi 3% dan pada suhu 470℃ dengan alat

    furnace, SBE yang dihasilkan berwarna coklat dan lebih terang dibandingkan

    dengan SBE yang dihasilkan dengan pemanasan pada suhu yang lainnya. SBE

    yang dihasilkan kemudian diuji daya serapnya dengan merendam dalam larutan

    Cu(II) dengan konsentrasi 20 ppm. Hasilnya persentase penyerapan SBE yang

    telah direaktivasi sebesar 99,84%.

    Regenerasi SBE terbaik pada penelitian Julaika et al. (2017) didapatkan pada

    konsentrasi HCl 6% dan pada temperatur 130℃ dengan nilai bleaching power

    sebesar 67,5%. Penelitian yang hampir sama juga telah dilakukan oleh Fajrudin et

    al. (2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penyerapan terbaik

    terhadap zat warna pakaian yaitu perendaman pada konsentrasi asam nitrat 0,7 M

    dan pada temperatur 300℃. SBE yang digunakan pada kedua penelitian tersebut

    yaitu SBE hasil samping proses pemurnian minyak sawit.

    SBE yang digunakan dalam penelitian Yusaldi (2011) adalah SBE hasil samping

    proses pemurnian minyak sawit. Hasil terbaik pada penelitian ini dengan

    menggunakan H2SO4 30% (v/v) dengan perlakuan kalsinasi selama 2 jam. Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa efisiensi adsorpsi warna CPO terbaik

    yaitu 98,44%. Hasil ini mendekati persen efisiensi bleaching earth (BE) komersial

    yaitu sebesar 98,46%.

  • 7

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti terdahulu, maka

    konsentrasi asam yang diteliti yaitu 3%, 5%, dan 7%. Jenis asam yang digunakan

    dalam penelitian ini yaitu asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3), dan asam

    sulfat (H2SO4). Suhu yang digunakan dalam penelitian yaitu 180℃ pada tahap 1

    dan 400℃ pada tahap 2. Oleh karena itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat

    diketahui jenis dan konsentrasi asam untuk menghasilkan kualitas tanah pemucat

    yang sesuai dengan SNI 13-6336-2000.

    1.4. Hipotesis

    Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah

    1. Terdapat jenis asam terbaik pada proses reaktivasi SBE untuk menghasilkan

    tanah pemucat yang sesuai dengan SNI 13-6336-2000.

    2. Terdapat konsentrasi asam optimum pada proses reaktivasi SBE untuk

    menghasilkan tanah pemucat yang sesuai dengan SNI 13-6336-2000.

    3. Terdapat interaksi antara jenis dan konsentrasi asam pada proses reaktivasi

    SBE.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Minyak Kelapa Sawit

    Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Pertama, minyak yang berasal

    dari buah berwarna merah yang biasa disebut dengan minyak sawit kasar atau

    Crude Palm Oil (CPO). Kedua, minyak yang berasal dari inti kelapa sawit dan

    tidak berwarna biasa disebut dengan minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel

    Oil (PKO). CPO mengandung beta karoten sekitar 500-700 ppm dan merupakan

    bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu CPO berwarna

    merah jingga. CPO diperoleh dari daging buah kelapa sawit melalui ekstraksi dan

    mengandung sedikit air serta serat halus yang berwarna kuning sampai merah dan

    berbentuk semi solid pada suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada CPO

    menyebabkan CPO tidak dapat dikonsumsi langsung sebagi bahan pangan

    maupun non pangan (Ketaren, 1986).

    Gambar 1. Crude palm oil (Tirtaadmaja, 2019)

  • 9

    Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses

    pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange

    atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak. Bau

    dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-

    asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Bau khas minyak kelapa

    sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone. Titik cair minyak sawit berada

    dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa

    macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-beda (Ketaren,

    1986).

    2.2. Proses Pemurnian Minyak Kelapa Sawit

    Prinsip proses pemurnian minyak adalah menghilangkan komponen pengotor

    yang terdapat dalam CPO melalui serangkaian tahapan proses, yaitu degumming,

    bleaching, dan deodorizing sehingga menghasilkan produk Refined Bleached

    Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang sesuai dengan standar mutu. Pemurnian

    CPO dapat dilakukan dengan dua metode yaitu pemurnian fisik dan pemurnian

    kimia. Metode pemurnian fisik merupakan metode pemurnian yang lebih popular

    karena lebih efektif dan efisien. Metode pemurnian CPO secara fisik dapat

    menghasilkan yield yang lebih banyak, mengurangi penggunaan bahan kimia,

    mengurangi penggunaan air serta dapat mengurangi dampak kerusakan terhadap

    lingkungan (Basiron, 2005). Tahap proses pemurnian CPO secara fisik yaitu

    sebagai berikut :

  • 10

    2.2.1. Degumming

    Tahap ini merupakan tahap awal pada proses pemurnian dengan tujuan untuk

    memisahkan seluruh fosfolipid (gum) yang terdapat dalam minyak. Fosfolipid

    yang dibiarkan mengendap selma masa penyimpanan dapat menyebabkan off-

    flavor dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna pada minyak (Lin and

    Koseoglu, 2005). Degumming dilakukan dengan melakukan penambahan asam

    fosfat kepada minyak, lalu akan diberi perlakuan panas dengan suhu 90-100℃

    dalam waktu 15-30 menit (Basiron, 2005).

    2.2.2. Bleaching

    Proses bleaching merupakan proses mereduksi pigmen warna dengan melakukan

    penambahan tanah pemucat atau bleaching earth (BE) (Taylor, 2005). Proses

    bleaching dilakukan dengan menggunakan suhu 100-130℃ dalam waktu 30

    menit. Tujuan dari penambahan BE adalah untuk menyerap pengotor yang masih

    terdapat di dalam minyak, seperti karotenoid, logam, air, asam lemak bebas, dan

    sebagian pengotor lainnya (Ketaren, 2008). Selain penghilangan zat warna,

    proses bleaching juga dapat mengurangi komponen-komponen lain yang tidak

    diinginkan seperti logam-logam transisi. Proses bleaching juga akan menyerap

    sebagian suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak seperti

    peroksida (Ketaren, 1986).

    2.2.3. Deodorizing

    Proses deodorizing merupakan tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan

    untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak. Pada dasarnya

  • 11

    deodorisasi merupakan suatu proses destilasi dengan suhu tinggi dalam keadaan

    vakum. Pada suhu tinggi, komponen-komponen yang meninggalkan bau dari

    minyak mudah diuapkan, kemudian melalui aliran uap komponen-komponen

    tersebut dipisahkan dari minyak. Komponen-komponen yang dapat menimbulkan

    rasa dan bau dari minyak antara lain aldehida, keton, hidrokarbon yang jumlahnya

    sekitar 0,1% dari berat minyak (Djatmiko dan Widjaja, 1985).

    2.3. Tanah Pemucat

    Tanah pemucat atau bleaching earth (BE) banyak digunakan pada proses

    bleaching atau pemucatan warna minyak sawit mentah (CPO) pada industri

    pemurnian CPO sebagai bleaching agent. Proses bleaching bertujuan merubah

    warna CPO dari berwarna gelap coklat kemerahan menjadi kuning muda jernih.

    Selain itu, adsorben ini juga berfungsi dapat mencegah kerusakan minyak karena

    dapat mengadsorpsi pengotor-pengotor lain yang terdapat dalam CPO seperti sisa

    tandan, sejumlah kecil logam, dan pengotor yang berasal dari hasil oksidasi

    minyak yang biasanya berwarna gelap (Yusnimar et al., 2012).

    Gambar 2. Acid activated bentonite clay (Sumber : Rohani et al., 2006)

  • 12

    BE yang digunakan di industri ada beberapa jenis antara lain bentonit, activated

    clay, dan arang aktif. Industri pemurnian minyak nabati di Indonesia umumnya

    menggunakan Ca-bentonit sebagai bleaching agent. Bentonit adalah istilah yang

    digunakan dalam dunia perdagangan untuk jenis mineral lempung yang

    mengandung kurang lebih 80% mineral monmorillonit (Al2O3 x H2O) (Riyanto,

    1992). Jenis bahan galian yang mengandung mineral monmorillonit mempunyai

    ciri-ciri berwarna putih keabu-abuan, kadang-kadang berwarna krem, kilap lilin,

    lunak, plastis, sarang, dan apabila diraba terasa licin seperti sabun, sedangkan bila

    dimasukkan ke dalam air akan mengisap air tersebut sedikit atau banyak. Bila

    terkena hujan singkapan bentonit berubah seperti bubur, sedangkan jika

    kekeringan akan menimbulkan rekahan-rekahan yang nyata (Dinas Pertambangan

    dan Energi, 2004).

    Bentonit mempunyai sifat mengadsorpsi, karena ukuran partikel koloidnya sangat

    kecil dan memiliki kapasitas permukaan yang tinggi. Bentonit bersifat mudah

    mengembang di dalam air, karena adanya penggantian isomernya pada lapisan

    oktohedral (ion Mg oleh ion Al) dalam mengimbangi adanya kelebihan muatan

    diujung kisi-kisinya. Adanya gaya elektrolisis yang mengikat krital pada jarak 4,5

    Å dari permukaan unit-unitnya, dan akan tetap menjaga unit itu tidak saling

    merapat. Pada pencampuran bentonit dengan air, adanya proses pengembangan

    membuat jarak antara setiap unit makin melebar dan lapisannya menjadi bentuk

    serpihan, serta mempunyai permukaan luas jika dalam zat pengsuspensi. Oleh

    karena sifatnya ini, bentonit dapat dijadikan bleaching agent atau adsorben

    (Yusnimar et al., 2012).

  • 13

    2.4. Tanah Pemucat Bekas

    Tanah pemucat bekas atau spent bleaching earth (SBE) adalah limbah padat yang

    dihasilkan dalam tahapan proses pemurnian minyak dalam industri minyak

    goreng. SBE yang berasal dari pemurnian crude palm oil (CPO) merupakan

    campuran antara bleaching earth dan senyawa organik yang berasal dari CPO.

    Senyawa organik yang berasal dari CPO sebagian besar merupakan senyawa

    trigliserida dan komponen organik dalam jumlah relatif kecil adalah digliserida,

    asam lemak bebas, protein, zat warna alami, dan wax. Selain itu dalam spent

    bleaching earth juga masih terkandung komponen asam fosfat (H3PO4). Asam

    fosfat ini berasal dari proses degumming yang terbawa oleh CPO ke unit

    bleaching (Wahyudi, 2000).

    Gambar 3. Spent bleaching earth hasil samping produksi biosolar

    Bleaching earth merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama terdiri dari

    SiO2, Al2O3, air terikat serta ion Ca2+, MgO dan Fe2O3. Daya pemucat bleaching

    earth disebabkan oleh ion Al3+ pada permukaan partikel penjerap sehingga dapat

    mengadsorbsi zat warna dan tergantung perbandingan Al2O3 dan SiO2 dalam

    bleaching earth (Ketaren, 1986). Tanah pemucat merupakan salah satu jenis

    tanah lempung yang mengandung mineral montmorillonit sekitar 85% dan

  • 14

    fragmen sisanya terdiri dari campuran mineral kuarsa, gipsum, kolinit, dan lain-

    lain (Supeno, 2008). Montmorillonit yang terdapat dalam bentonit merupakan

    mineral liat yang dapat mengembang dan mengerut yang tergolong dalam

    kelompok smektit serta mempunyai komposisi kimia yang beragam. Potensi

    mengembang-mengerut dan adanya muatan negatif yang tinggi merupakan penyebab

    mineral tersebut dapat menerima dan menjerap ion-ion logam dan kation-kation

    organik. Montmorillonit mempunyai gugus Mg2+dan ion Fe2+dalam posisi oktahedral

    (Tan, 1993).

    Industri minyak akan membuang spent bleaching earth pada suatu lahan

    (landfill). SBE yang telah digunakan dalam proses pemurnian lama kelamaan

    akan terdeaktivasi karena permukaannya telah tertutupi oleh bahan-bahan

    pengotor yang terbawa pada proses pemurnian CPO antara lain fosfatida, gum,

    logam, asam lemak serta zat warna pada CPO sehingga tidak dapat digunakan

    kembali dan dapat berpotensi untuk pencemaran lingkungan. Menurut PP No. 85

    tahun 1999, SBE merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3).

    Karena SBE dapat menimbulkan polusi dan reaksi pembakaran (Krisyanti dan

    Sukandar, 2011).

    Terdapat dua jenis spent bleaching earth (SBE), yaitu SBE hasil samping proses

    pemurnian minyak sawit dan SBE hasil samping produksi biosolar. SBE hasil

    samping proses pemurnian minyak sawit digunakan dalam tahap pemucatan

    warna dan kotoran dalam minyak sawit. SBE jenis ini masih mengandung

    minyak nabati sebesar 20-30% (Kheang et al., 2006). Sedangkan SBE hasil

    samping produksi biosolar, yaitu SBE hasil samping proses transesterifikasi

  • 15

    minyak dalam SBE menjadi biosolar. Rendemen biosolar yang dihasilkan dari

    SBE pemurnian CPO melalui proses tranesterifikasi adalah sebesar 82-90% (Lim

    et al., 2009), sehingga kandungan minyak nabati dalam SBE hasil samping

    produksi biosolar hanya sedikit.

    Reaktivasi SBE adalah proses mengaktifkan kembali pori-pori dalam SBE yaitu

    dengan cara pemanasan dan perendaman dalam larutan asam. Reaktivasi ini dapat

    menghasilkan bleaching earth tereaktivasi yang dapat digunakan kembali untuk

    proses pemucatan CPO. Pada proses pemanasan pada suhu 1800C diharapkan

    terjadi reaksi polimerisasi pada minyak yang menempel di tanah pemucat bekas

    dan membentuk senyawa hidrokarbon. Pemanasan lanjutan (300-7000C)

    diharapkan dapat merubah senyawa hidrokarbon tersebut menjadi cake (arang).

    Cake tersebut dengan bantuan asam dan suhu tinggi diharapkan menjadi bahan

    yang mempunyai permukaan aktif. Metode reaktivasi dengan perendaman SBE

    dalam larutan asam disertai pemanasan dapat menghasilkan reactivated bleaching

    earth (RBE) yang dapat digunakan kembali sebagai adsorben untuk pemurnian

    CPO dan biosolar (Suryani et al., 2015).

    2.5. Metode Aktivasi

    Umumnya, aktivasi adalah perlakuan kimia atau fisika yang diterapkan pada jenis

    tanah liat tertentu untuk meningkatkan kapasitas penyerapan zat warna dan

    kotoran lainnya dalam minyak dan larutan (Farihahusnah et al., 2011).

  • 16

    2.5.1. Aktivasi Asam

    Bentonit banyak ditemukan di alam, namun sebagian besar dari dapat

    dimodifikasi dalam berbagai cara seperti aktivasi asam, pertukaran ion dan

    pemanasan untuk meningkatkan sifat permukaan (Korichi et al., 2009). Aktivasi

    asam bentonit adalah proses penting untuk memodifikasi sifat fisik dan kimia dari

    bentonit (Diaz and Santos, 2001). Bentonit yang diaktifkan asam adalah bentonit

    yang strukturnya telah larut dengan perlakuan sebagian besar dengan asam

    anorganik. Tergantung pada tingkat aktivasi, Ca2+, Mg2+ dan Na+ sebagian besar

    digantikan oleh H+, sementara Al, Fe, Mg dan Si dilarutkan dari lattice (Kutlic et

    al., 2012).

    Aktivasi asam adalah kompleks dan melibatkan serangkaian reaksi kimia,

    menghasilkan permukaan mineral lempung terprotonasi yang kuat dan

    peningkatan luas permukaan spesifik. Aktivasi dimulai dengan pembubaran

    sebagian bentonit dan termasuk penggantian awal kation yang dapat ditukar oleh

    proton (H+); termasuk kation Al3+, Mg2+ dan Fe2+ diekstrak dari oktahedral dan

    lembaran tetrahedral dan juga diganti dengan H+, dengan pelepasan struktural

    selanjutnya kation sebagai garam dari asam mineral. Serangan ini mengubah

    struktur sifat kimia dan fisik bentonit dengan meningkatkan kapasitas adsorpsi

    (Korichi et al., 2009). Didi et al. (2009) meneliti kapasitas pemucatan dan

    optimasi aktivasi asam bentonit dari Aljazair dan menemukan bahwa konsentrasi

    asam dan waktu aktivasi sangat mempengaruhi kapasitas pemucatan bentonit.

    Meskipun banyak penelitian yang menunjukkan hubungan yang tidak pasti antara

    kinerja lempung teraktivasi asam dan komposisi atau sifat dari bentonit asli. Oleh

  • 17

    karena itu, setiap bentonit harus diaktifkan dan diuji secara spesifik (Foletto, et

    al., 2011).

    Serangan asam memainkan peran penting untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi

    bentonit. Umumnya, sampel bentonit mentah dicuci dan dihancurkan sebelum

    diolah dengan asam mineral pada suhu tetap dan waktu kontak dengan

    pengadukan konstan. Ketika aktivasi selesai, campuran disaring, dicuci beberapa

    kali dengan air suling dan kemudian dikeringkan. Bentonit kering disamakan

    ukurannya dan disimpan untuk aplikasi (Ajemba and Onukwuli, 2013 dan Usman

    et al., 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses aktivasi asam yaitu sifat

    bentonit alami, waktu kontak, suhu, konsentrasi asam, dan jenis asam yang

    digunakan untuk aktivasi (Farihahusnah et al., 2011).

    2.5.2. Perlakuan Pillaring

    Pillaring adalah metode yang mengubah sifat tanah pemucat dengan

    menggunakan kombinasi perlakuan fisik. Pilar tanah pemucat dihasilkan oleh

    kalsinasi pertukaran oxacations (misalnya Al, Cr, Ga, Si, Ce,) untuk digunakan

    sebagai adsorben atau katalis, terutama dalam produksi bahan bakar dengan

    memecahkan minyak nabati (Kloprogge et al., 2005).

    2.5.3. Perlakuan Surfaktan Kationik

    Surfaktan organik diadsorpsi oleh montmorillonite untuk membentuk "organo-

    montmorillonite kompleks". Kompleks hidrofobik ini digunakan sebagai

    adsorben polutan organik dan sebagai komponen dalam sintesis nanocomposites

  • 18

    tanah pemucat-polimer sebagai organoclays berbiaya rendah (Hongping et al.,

    2010).

    2.5.4. Aktivasi termal

    Aktivasi termal tanah pemucat adalah proses perlakuan fisik yang melibatkan

    kalsinasi tanah pemucat pada suhu tinggi. Ini dapat menghilangkan kotoran dan

    kadar air dalam partikel tanah pemucat (Ajemba, 2012).

    2.5.5. Tanah Pemucat Termodifikasi Polimer

    Tanah pemucat termodifikasi polimer umumnya dibentuk oleh adsorpsi fisik,

    okulasi kimia atau pertukaran ion dengan surfaktan. Ini meningkatkan sifat fisik

    dan kimia, tetapi tidak mempengaruhi struktur (Peng, 2007).

    2.6. Standar Mutu Tanah Pemucat

    Menurut SNI 13-6336-2000, tanah pemucat (bleaching earth) adalah tanah

    lempung yang komposisi utamanya aluminium silikat hidrat yang dapat

    memucatkan warna minyak secara kontak. Terdapat dua jenis tanah pemucat

    yaitu tanah pemucat alamiah dan tanah pemucat yang diaktifkan. Tanah pemucat

    alamiah adalah tanah pemucat yang dapat memucatkan warna tanpa pengaktifan

    terlebih dahulu. Tanah pemucat yang diaktifkan adalah tanah pemucat yang dapat

    memucatkan waarna dengan pengaktifan lebih dahulu. Standar mutu tanah

    pemucat disajikan dalam Tabel 1.

  • 19

    Tabel 1. Syarat mutu bentonit untuk pemucat minyak nabati (SNI 13-6336-2000)

    No. Uraian Satuan Persyaratan

    1. Berat jenis nyata g/ml 2,0 – 2,7

    2. pH suspensi (10% padatan) - 6,5 – 8,5

    3. Ukuran butir

    - lolos 200 mesh

    - tertahan 200 mesh

    %

    %

    min. 98

    maks. 2,5

    4. Kadar air % maks. 15

    5. Efisiensi memucatkan warna % min. 40

    Sumber : BSN, 2000.

  • III. BAHAN DAN METODE

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

    Laboratorium Pengelolaan Limbah Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

    Pertanian dan Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

    Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan September sampai

    dengan November 2018.

    3.2. Bahan dan Alat Penelitian

    Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spent Bleaching

    Earth (SBE) dari hasil samping produksi biosolar. Bahan lainnya adalah asam

    klorida (HCl) 32%, asam nitrat (HNO3) 65%, asam sulfat (H2SO4) 96%, akuades,

    minyak sawit kasar (CPO), asam phospat (H3PO4) 85%, dan minyak goreng.

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah gelas ukur, termometer, pipet

    volumetrik, gelas beaker, corong, pengaduk, stopwatch, tanur, pH meter,

    timbangan, oven, cawan porselen, kompor listrik, panci, spektrofotometer,

    sentrifuge, kertas saring, magnetic strirrer, dan desikator.

  • 21

    3.3. Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok

    Lengkap (RAKL) dan disusun secara faktorial yaitu 2 faktor dengan 3 taraf

    dengan 3 kali ulangan. Faktor perlakuan berupa jenis asam yaitu asam klorida

    (HCl) = J1, asam nitrat (HNO3) = J2, dan asam sulfat (H2SO4) = J3 dan

    konsentrasi asam yaitu 3% = K1, 5% = K2, dan 7% = K3. Keseragaman ragam

    diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Data

    dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat dan uji

    signifikasi untuk mengetahui antar perlakuan. Selanjutnya data diuji lanjut

    menggunakan polinomial ortogonal dan perbandingan ortogonal.

    Tabel 2. Kombinasi perlakuan.

    Sampel Keterangan

    J1K1 J1 = Asam klorida ; K1 = 3%

    J1K2 J1 = Asam klorida ; K2 = 5%

    J1K3 J1 = Asam klorida ; K3 = 7%

    J2K1 J2 = Asam nitrat ; K1 = 3%

    J2K2 J2 = Asam nitrat ; K2 = 5%

    J2K3 J2 = Asam nitrat ; K3 = 7%

    J3K1 J3 = Asam sulfat ; K1 = 3%

    J3K2 J3 = Asam sulfat ; K2 = 5%

    J3K3 J3 = Asam sulfat ; K3 = 7%

    3.4. Prosedur Percobaan

    Proses reaktivasi SBE dilakukan mengikuti prosedur penelitian Suryani et al.

    (2015), yaitu dengan melakukan perendaman SBE sisa produksi biosolar dalam

    larutan asam, yaitu HCl, HNO3, dan H2SO4 dengan konsentrasi asam 3%, 5%,

    dan 7%. Jumlah rasio antara SBE dan larutan asam yaitu 1 : 2 (b/v). Kemudian

  • 22

    campuran tersebut dilakukan pemanasan bertahap yaitu tahap 1 dengan suhu

    180℃ selama 30 menit dan tahap 2 dengan suhu 400℃ selama 60 menit.

    Gambar 4. Proses reaktivasi spent bleaching earth (Suryani et al., 2015 yang

    telah dimodifikasi)

    3.5. Pengamatan

    3.5.1. Rendemen Reactivated Bleaching Earth

    Rendemen merupakan perbandingan berat RBE dengan berat SBE awal. Untuk

    menghitung rendemen RBE digunakan persamaan sebagai berikut :

    Rendemen = W RBE

    W SBE x 100%

    Bleaching Earth teraktivasi

    Pemanasan tahap 2

    (T = 400℃, t = 60 menit)

    Pemanasan tahap 1

    (T = 180℃, t = 30 menit)

    J3 (H2SO4), K1 (3%)

    J3 (H2SO4), K2 (5%)

    J3 (H2SO4), K3 (7%)

    J2 (HNO3), K1 (3%)

    J2 (HNO3), K2 (5%)

    J2 (HNO3), K3 (7%)

    J1 (HCl), K1 (3%)

    J1 (HCl), K2 (5%)

    J1 (HCl), K3 (7%)

    Perendaman dalam larutan asam

    dengan rasio SBE : asam = 1 : 2 (b/v)

    Spent Bleaching Earth sisa

    produksi biosolar in situ 50 gr

  • 23

    Keterangan :

    W RBE = bobot RBE (gram)

    W SBE = bobot SBE (gram)

    3.5.2. Kadar Air Reactivated Bleaching Earth

    Pengujian kadar air bleaching earth teraktivasi mengikuti prosedur pengujian SNI

    13-6336-2000. Dikeringkan botol timbang selama 5 jam pada suhu 100℃ ± 5℃

    lalu didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Ditimbang 5 gram sampel

    dengan ketelitian 4 desimal dalam botol timbang yang sudah dikeringkan.

    Dikeringkan pada suhu 100℃ ± 5℃ dalam pengering selama 5 jam.

    Didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai berat tetap. Ditentukan juga

    kadar air SBE dengan cara yang sama. Kadar air tanah pemucat dihitung

    menggunakan rumus berikut :

    Kadar air = B−C

    B− A x 100%

    Keterangan :

    A = berat botol timbang kosong yang sudah dikeringkan (gram)

    B = berat sampel (gram)

    C = berat botol timbang dan sampel yang sudah dikeringkan (gram)

    3.5.3. pH Reactivated Bleaching Earth

    Pengujian reaksi suspensi dalam air RBE akan mengikuti prosedur pengujian SNI

    13-6336-2000. Ditimbang 10,0 g sampel. Dimasukkan ke dalam gelas kimia 200

    ml, ditambahkan 100 ml akuades. Dikocok ± 1 menit dan didiamkan selama 10

  • 24

    menit. Diukur pH menggunakan pH meter dengan ketelitian satu desimal.

    Ditentukan juga pH SBE dengan cara yang sama.

    3.5.4. Kadar Abu Reactivated Bleaching Earth

    Pengujian kadar abu RBE akan mengikuti prosedur pengujian SNI 01-2891-1992.

    Ditimbang 5 gram sampel dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya.

    Diarangkan di atas nyala pembakar. Diabukan dalam tanur pada suhu 600℃

    selama kurang lebih 6 jam. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang untuk

    mengetahui bobot abu. Ditentukan pula kadar air SBE dengan cara yang sama.

    Penentuan kadar abu dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

    Kadar abu = W1−W2

    W x 100%

    Keterangan :

    W = bobot sampel sebelum diabukan (gram)

    W1 = bobot sampel dan cawan setelah diabukan (gram)

    W2 = bobot cawan kosong (gram)

    3.5.5. Efisiensi Pemucatan Warna Crude Palm Oil

    Efisiensi pemucatan warna CPO akan dilakukan menggunakan RBE yang telah

    dihasilkan. Pemucatan CPO didahului dengan proses degumming kemudian

    dilanjutkan dengan proses bleaching dengan RBE. Proses degumming akan

    mengikuti prosedur dari penelitian Ristianingsih et al. (2011) yang telah

    dimodifikasi. Pada proses ini sebanyak 50 ml CPO ditambahkan H3PO4 (85%)

    sebanyak 1,5% (v/v) di dalam beaker 100 ml pada suhu 80℃ dengan kecepatan

    pengadukan 500 rpm selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi selama

  • 25

    15 menit dengan kecepatan 4000 rpm untuk memisahkan fosfolipid (gum) yang

    terdapat dalam minyak.

    Proses pemucatan CPO akan mengikuti prosedur penelitian Fatmayati et al.

    (2011) yang telah dimodifikasi. RBE dari hasil penelitian kemudian digunakan

    sebagai adsorben pada proses pemucatan CPO. Konsentrasi bleaching earth yang

    digunakan sebesar 5% (% berat) dari berat CPO yang telah dihilangkan gumnya

    dengan suhu 120℃ selama 30 menit dan kecepatan pengadukan 500 rpm.

    Kemudian CPO hasil pemucatan selanjutnya dipisahkan dari SRBE dengan

    menggunakan kertas saring. Minyak hasil pemucatan, kemudian diukur nilai

    absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 470 nm.

    Ditentukan juga nilai absorbansi dari CPO awal dengan cara yang sama.

    Penentuan efisiensi pemucatan warna CPO dihitung dengan persamaan sebagai

    berikut :

    Efisiensi memucatkan warna = A−B

    A x 100%

    Keterangann :

    A = nilai absorbansi warna minyak sebelum pemucatan

    B = nilai absorbansi warna minyak setelah pemucatan

    3.5.6. Rendemen Refined Bleached Palm Oil

    Rendemen merupakan perbandingan berat RBPO dengan berat degummed palm

    oil (DPO) awal. Untuk menghitung rendemen RBPO digunakan persamaan

    sebagai berikut :

    Rendemen = W RBPO

    W DPO x 100%

  • 26

    Keterangan :

    W RBPO = bobot RBPO (gram)

    W DPO = bobot DPO (gram)

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuan terbaik

    untuk menghasilkan reactivated bleaching earth (RBE) dari SBE hasil samping

    produksi biosolar diperoleh pada perlakuan J2K3 yaitu asam nitrat dengan

    konsentrasi 7%. Perlakuan ini menghasilkan rendemen RBE sebesar 69,75%

    dengan karakteristik RBE meliputi kadar air 3,08%, pH RBE 5,82, kadar abu

    90,32%, efisiensi pemucatan warna CPO 4,07%, dan rendemen refined bleached

    palm oil (RBPO) sebesar 86,82%.

    5.2. Saran

    Perlu dilakukan lebih lanjut mengenai proses reaktivasi SBE dengan melakukan

    pencucian untuk menurunkan pH RBE dan analisis lebih lanjut terhadap minyak

    hasil pemucatan menggunakan RBE.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ajemba, R. O., and Onukwuli, O. D. 2013. Nitric Acid-Activated Nteje Clay :

    Structural and Bleaching Properties. International Journal of Engineering.

    26 (5) : 495-500.

    Ajemba, R.O. 2012. Modification of The Physico-Chemical Properties of Udi

    Clay Mineral to Enchance Its Adsorptive Capacity. Advance Applied

    Science Research. 3 (4) : 2042-2049.

    Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L., Sedarnawati, Y., dan Budianto, S.

    1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Pusat Antar Universitas.

    Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman SNI 01-

    2891-1992. BSN. Jakarta.

    Badan Standarisasi Nasional. 2000. Bentonit untuk Pemucat Minyak Nabati SNI

    13-6336-2000. BSN. Jakarta.

    Basiron, Y. 2005. Palm Oil. In : Bailey’s Industrial Oil and Fat Products 6th ed. A

    John Wiley & Sons, Inc. New Jersey. 208 pp.

    Baranowsky, K., Beyer, W., and Billek, G. 2001. Technologies for Industrial

    Processing of Fats and Oils. European Journal of Lipid Science and

    Technology. 103 : 505-551.

    Benefield, L. D., Judkins, J. F., and Weand, B. L. 1982. Process Chemistry for

    Water and Wastewater Treatment. Prentice Hall Inc. New Jersey.

    Chang, J. I., Tai, H. S., and Huang, T. H. 2006. Regeneration of Spent Bleaching

    Earth by Lye-Extraction. Journal of Wiley interscience. 25(4): 374-375.

    Diaz, F. V., and Santos, S. P. 2011. Studies On The Acid Activation of Brazilian

    Smectite Clays. Quim Nova. 24 (3) : 345-353.

    Didi, M. A., Makhoukhi, B., Azzouz, A., and Villemin, D. 2009. Colza Oil

    Bleaching Through Optimized Acid Activation of Bentonite. A Comparative

    Study Applied Clay Science. 42 : 336-344.

  • 44

    Dinas Pertambangan dan Energi. 2004. Laporan Akhir Penyeledikan Bahan

    Galian Bentonit, Batu Gamping, dan Tanah di Kabupaten Singingi dan

    Kampar Propinsi Riau. PT. Riodila Bumi Persada Konsultan Teknik.

    Pekanbaru.

    Djatmiko, B. Dan Widjaja, A. P. 1985. Teknologi Lemak dan Minyak I. Agro

    Industri Press, Fateta IPB. Bogor. Hlm. 92.

    Elsabee, M. Z., Morsi, R. E., and Al-Sabagh, A. M. 2009. Surface Active

    Properties of Chitosan and Its Derivatives. Colloids Surf. B Biointerfaces.

    74 : 1-16.

    Fajrudin, A., Supartono, dan Woro, S. 2016. Pengaruh Konsentrasi Asam Nitrat

    dan Temperatur Kalsinasi Reaktivasi Spent Bleaching Earth. Indoesian

    Journal Chemical Science. 5(3) : 202-205.

    Farihahusnah, H., Mohamed, K. A., and Wan, M. A. W. D. 2011. Textural

    Characteristics, Surface Chemistry and Activation of Bleaching Earth. A

    Review, Chemical Engineering Journal. 170 : 90-106.

    Fatmayati, Nur, A. D., Ani, S., dan Muhammad, R. 2011. Pemucatan Minyak

    Sawit Kasar Menggunakan Tanah Pemucat Hasil Reaktivasi. Jurnal Sawit

    Indonesia. 1(1) : 9-14.

    Foletto, E. L., Collazo, G. C., Volzone, C., and Porto, L. M. 2011. Sunflower Oil

    Bleaching by Adsorption Onto Acid-Activated Bentonite. Brazilian Journal

    of Chemical Engineering. 28 (1) : 169-174.

    FPTK UPI. 2004. Asam Basa. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

    GIMNI. 2018. Konsumsi CPO Domestik Tembus 7 Juta Ton.

    gimni.org/konsumsi-cpo-domestik-tembus-7-juta-ton/. Diakses pada hari

    Rabu tanggal 13 Maret 2019.

    Hagen, M. V. D. and Fill, F. 2009. 140 Sulphuric, Hydrocholoric, Nitric, and

    Phosporic Acids. University of Gothenburg. Swedia.

    Heller, L. K. 2006. Thermally Modified Clay Minerals. In F. Bergaya, B. K. G.

    Theng, and G. Lagaly. Developments in Clay Science. Handbook of Clay

    Science. Oxford. Netherlands : Elsevier. 289-308.

    Hilyati dan Widihastono, B. 1991. Adsorbsi Zat Warna Tekstil pada Zeolit Alam

    dari Bayah. Jurnal Kimia Terapan Indonesia. 1 (2) : 47-53.

    Hongping, H., Yuehong, M., Jianxi, Z., Peng, Y., and Yanhong, Q. 2010.

    Organoclays Prepared from Montmorillonites with Different Cation

    Exchange Capacity and Surfactant Configuration. Applied Clay Science. 48

    : 67-72.

  • 45

    Hussin, F. B. T. 2013. Acid Activation of Bleaching Earth for Crude Palm Oil

    Treatment. University of Malaya. Kuala Lumpur.

    Hymore, F. K. 1996. Effects of Some Additives On The Performance of Acid-

    Activated Clays in Bleaching of Palm Oil. Applied Clay Science. 10 : 379-

    385.

    Julaika, S., Andre, W. F., dan Subiyono. 2017. Pengaruh Asam Klorida dan Suhu

    Aktivasi pada Regenerasi Spent Bleaching Earth. Institut Teknologi Adhi

    Tama Surabaya. Surabaya.

    Kartika , I. A., Yani, M., dan Herawan, D. 2012. Transesterifikasi in situ Biji

    Jarak Pagar : Pengaruh Jenis Peraksi, Kecepatan Pengadukan, dan

    Temperatur Reaksi terhadap Rendemen dan Kualitas Biodiesel. Jurnal

    Teknologi Industri Pertanian. 21 : 24-33.

    Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. 185 hlm.

    Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press.

    Jakarta.

    Kheang, L. S., Cheng, S. F., Choo, Y. M., and Ma, A. N. 2006. Malaysian Palm

    Oil Board. A Study of Residual Oils Recovery from Spent Bleaching Earth :

    Their Characteristics and Applications. American Journal of Applied

    Science. 3(10): 2063-2067.

    Kloprogge, J. T., Duong, L. V., and Frost, L. R. 2005. A Review of The Synthesis

    and Characterisation of Pillared Clays and Related Porous Materials for

    Cracking of Vegetable Oils to Produce Biofuel. Environmental Geology.

    Komadel, P., Madejova, J., and Stucki, J. W. 2006. Structural Fe (III) Reduction

    in Smectites. Applied Clay Science. 34 : 88-94.

    Korichi, S., Elias, A., and Mefti, A. 2009. Characterization of Smectite After Acid

    Activation with Microwave Irradiation. Applied Clay Science. 42 : 432-438.

    Krisyanti, S. dan Sukandar. 2011. Recovery Minyak dari Limbah Bahan

    Berbahaya dan Beracun (B3) Spent Bleaching Earth dengan Metode

    Ekstraksi Pelarut. Jurnal Teknik Lingkungan. 17(1) : 35-46.

    Kutlic, A., Bedekovic, G., and Sobota, I. 2012. Bentonite Processing. Professional

    Paper. 24 : 61-65.

    Langmaack, T. and Eggers, R. 2002. On The Bleaching Kinetics of Vegetable

    Oils Experimental Study and Mass Transfer-Based Interpretation. European

    Journal of Lipid and Science Technology. 104 : 98-109.

  • 46

    Lee, C. G., Seng, C. E. and Liew, K. Y. 2000. Solvent Efficiency for Oil

    Extraction from Spent Bleaching Clay. J Am Oil Chem Soc. 77(11) : 1219-

    1222.

    Lim, B. P., Gaanty, P. M. and Shafida, A. H. 2009. Biodiesel from Adsorbed Oil

    on Spent Bleaching Clay Using CaO As A Heterogenous Catalyst. Europ J

    Sci Res. 33(2) : 1389-1391.

    Lin, L. and Koseoglu, S. S. 2005. Membrane Processing of Fats and Oils. In :

    Bailey’s Industrial Oil and Fat Products 6th ed. A John Wiley & Sons, Inc.

    New Jersey.

    Loh, S. K., James, S., Ngatiman, M., Cheong, K. Y., Choo, Y. M., and Lim, W. S.

    2013. Enchancement of Palm Oil Refinery Waste – Spent Bleaching Earth

    (SBE) Into Bio Organic Fertilizer and Their Effects on Crop Biomass

    Growth. Ind. Crop. Prod. 49 : 775-781.

    Manik, F. S. 2010. Pemanfaatan Spent Bleaching Earth dari Proses Pemucatan

    CPO sebagai Bahan Baku Briket. IPB. Bogor.

    Peng, L. 2007. Polymer Modified Clay Minerals. A Review, Applied Clay

    Science. 28 : 64-76.

    Qowim, A S. F. R. M. 2012. Rekayasa Proses Produksi Biodiesel Minyak Residu

    dalam Tanah Pemucat Bekas Melalui Proses Esterifikasi-Transesterifikasi In

    Situ. (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Repo, E., Warchol, J. K., Bhatnagar, A., and Sillanpaa, M. 2011. Heavy Metals

    Adsorption byNovel EDTA-Modified Chitosan-Silica Hybrid Materials.

    Journal of Colloid and Interface Science. 358 : 261.

    Ristianingsih, Y., Sutijan, dan Arief, B. 2011. Studi Kinetika Proses Kimia dan

    Fisika Penghilangan Getah Crude Palm Oil (CPO) dengan Asam Fosfat.

    Reaktor. 13(4).

    Riyanto, A. 1992. Bahan Galian Industri Bentonit. PPTM. Bandung.

    Rohani, B. M. Z., Madia, N. A. M., and Madya, M. K. A. 2006. Process Design in

    Degumming and Bleaching of Palm Oil. University Teknologi Malaya.

    Kuala Lumpur.

    Sembiring, M. T. Dan Sinaga, T. S. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses

    Pembuatan). USU Digital Library. Sumatera Utara.

    Supeno, M. 2008. Bentonit Alam Terpilar sebagai Material Katalis / Co-Katalis

    Pembuatan Gas Hidrogen dan Oksigen dari Air. (Skripsi). Universitas

    Sumatera Utara. Medan.

  • 47

    Suryani, A., Gustan, P., dan Amelia, A. 2015. Proses Reaktivasi Tanah Pemucat

    Bekas sebagai Adsorben untuk Pemurnian Minyak Sawit Kasar dan

    Biodiesel. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

    Bogor.

    Swiatkowski, A. 1998. Adsorption and its Application and Enviromental

    Protection Studies in Surface Science and Catalysis. Elsivier. Belanda.

    Tan, K. H. 1993. Principles of Soil Chemistry 2nd edition. Marcel Dekker, Inc.

    New York.

    Tanjaya, A., Sudono dan Ismadji. 2006. Aktivasi Bentonit Alam Pacitan sebagai

    Bahan Penyerap pada Proses Pemurnian Minyak Sawit. Jurnal Teknik

    Kimia. 5(2) : 429-434.

    Taylor, D. R. 2005. Bleaching. In : Bailey’s Industrial Oil and Fat Products 6th

    ed. A John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.

    Tirtaadmaja, C. D. 2019. Proses Pemucatan Crude Palm Oil (CPO) dengan

    Reactivated Bleaching Earth (RBE). (Skripsi). Universitas Lampung.

    Bandar Lampung.

    Ujeneza, E. 2014. Optimization of Acid Activation and Bleaching Performance of

    Local Bentonite Clay. (Tesis). University of Nairobi. Kenya.

    Usman, M. A., Ekwueme, V. I., Alaje, T. O., and Mohammed, A. O. 2012.

    Characterization, Acid Activation, and Bleaching Performance of Ibeshe

    Clay, Lagos, Nigeria. International Scholarly Research Networks Ceramics.

    1-5.

    Valenzuela, F. R. D. and Souza, P. S.. 2001. Studies on The Acid Activation of

    Brazilian Smectite Clays. Quim Nova. 24 : 345-353.

    Wahyudi, M. Y. 2000. Studi Penggunaan Kembali Bleaching Earth Bekas sebagai

    Adsorben dalam Proses Refining CPO. (Tesis). Institut Teknologi Bandung.

    Bandung.

    Wijaya, V. W. 2017. Efek Suhu dan Konsentrasi Katalis dalam Proses

    Transesterifikasi In Situ terhadap Produksi Biodiesel dari Spent Bleaching

    Earth (SBE). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

    Young, F. V. K. 1987. Refining and Fractination of Palm Oil. In F.D. Gustone.

    (Ed). Palm Oil: Critical Reports On Applied Chemistry. New York. 15 : 39-

    69.

    Yusaldi, R. 2001. Regenerasi Spent Bleaching Earth dan Penggunaan Kembali

    dalam Pemurnian Minyak Nabati. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

  • 48

    Yusnimar, Ida, Z., dan Desi, H. 2012. Sumber Bahan Bakar Alternatif dari Spent

    Bleaching Earth Asal Industri Refinery Minyak Sawit. Universitas Riau.

    Riau.

    COVER CENDY DAMAYANTI.pdfABSTRAK CENDY DAMAYANTI.pdfPENGESAHAN CENDY DAMAYANTI.pdfSKRIPSI FULL CENDY DAMAYANTI.pdf