23
1 PENDAHULUAN Dewan komisaris mempunyai peran penting dalam pelaksanaan good corporate governance (GCG). Peran ini semakin penting setelah terjadinya beberapa white collar crime (Enron, Worldcom, dan sebagainya) yang melibatkan pimpinan perusahaan pada jenjang tertinggi (Muntoro, 2011). Di Indonesia, peningkatan kebutuhan akan GCG sangat terasa setelah terjadinya krisis multidimensi sejak tahun 1997(Muntoro, 2011). Herwidayanto (2000) dalam Muntoro (2011) mengatakan bahwa diduga salah satu penyebab terjadinya krisis di Indonesia adalah lemahnya pengawasan yang dilakukan terhadap direksi perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dewan komisaris . Menurut Arifin (2005) kegagalan beberapa perusahaan dan timbulnya kasus malpraktik keuangan akibat krisis tersebut adalah buruknya praktik good corporate governance. Kasus PT Kimia Farma yang terbukti melakukan pelanggaran mark up laba bersih yang overstated, yakni penggelembungan laba bersih tahun 2001 sebesar Rp 32,668 miliar (Nisa, 2012). Selain itu, masih banyak kasus pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan emiten di pasar modal yang ditangani Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang menunjukkan rendahnya mutu praktik GCG di negara kita (Arifin, 2005). Bahkan, karena lemahnya peraturan pada waktu itu, misalnya karena tidak adanya ketentuan mengenai harus adanya anggota komisaris independen, dewan komisaris tidak saja kurang efektif dan kurang berdaya, melainkan juga turut berperan dalam pengambilan keputusan yang tidak selalu memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham (terutama pemegang saham minoritas), dan pemangku kepentingan lainnya termasuk masyarakat luas (Muntoro, 2011). Dalam hal ini tugas dewan komisaris sangat penting dalam mengawasi kebijakan dan pelaksanaan kebijakan perusahaan itu sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen. Dewan komisaris juga dituntut untuk bisa memberikan nilai pada perusahaan dan harus bisa memberikan manfaat kepada stakeholder. Efektifitas peran dewan komisaris diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

  • Upload
    vodang

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

1

PENDAHULUAN

Dewan komisaris mempunyai peran penting dalam pelaksanaan good

corporate governance (GCG). Peran ini semakin penting setelah terjadinya

beberapa white collar crime (Enron, Worldcom, dan sebagainya) yang melibatkan

pimpinan perusahaan pada jenjang tertinggi (Muntoro, 2011). Di Indonesia,

peningkatan kebutuhan akan GCG sangat terasa setelah terjadinya krisis

multidimensi sejak tahun 1997(Muntoro, 2011). Herwidayanto (2000) dalam

Muntoro (2011) mengatakan bahwa diduga salah satu penyebab terjadinya krisis

di Indonesia adalah lemahnya pengawasan yang dilakukan terhadap direksi

perusahaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dewan komisaris .

Menurut Arifin (2005) kegagalan beberapa perusahaan dan timbulnya kasus

malpraktik keuangan akibat krisis tersebut adalah buruknya praktik good

corporate governance. Kasus PT Kimia Farma yang terbukti melakukan

pelanggaran mark up laba bersih yang overstated, yakni penggelembungan laba

bersih tahun 2001 sebesar Rp 32,668 miliar (Nisa, 2012). Selain itu, masih

banyak kasus pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan emiten di pasar modal

yang ditangani Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang menunjukkan

rendahnya mutu praktik GCG di negara kita (Arifin, 2005).

Bahkan, karena lemahnya peraturan pada waktu itu, misalnya karena tidak

adanya ketentuan mengenai harus adanya anggota komisaris independen, dewan

komisaris tidak saja kurang efektif dan kurang berdaya, melainkan juga turut

berperan dalam pengambilan keputusan yang tidak selalu memperhatikan

kepentingan perusahaan, pemegang saham (terutama pemegang saham minoritas),

dan pemangku kepentingan lainnya termasuk masyarakat luas (Muntoro, 2011).

Dalam hal ini tugas dewan komisaris sangat penting dalam mengawasi

kebijakan dan pelaksanaan kebijakan perusahaan itu sendiri yang dilakukan oleh

pihak manajemen. Dewan komisaris juga dituntut untuk bisa memberikan nilai

pada perusahaan dan harus bisa memberikan manfaat kepada stakeholder.

Efektifitas peran dewan komisaris diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

Page 2: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

2

lain kompetensi dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan

frekuensi rapat dewan komisaris independen.

Kompetensi dewan komisaris perlu diperhatikan, walaupun tidak

mengharuskan seseorang untuk masuk dalam dunia bisnis tetapi akan lebih baih

baik jika dewan komisaris mempunyai kompetensi yang baik di bidang ekonomi.

Bray dan Howard serta Goland yang dikutip oleh Kusumastuti et al (2007)

menyatakan bahwa pendidikan universitas membantu seseorang dalam kemajuan

karirnya, di mana seseorang berpendidikan tinggi akan memiliki jenjang karir

lebih tinggi dan lebih cepat. Dengan ini, maka dewan komisaris bisa mengelola

bisnis dan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan ekonomi

yang dimiliki yang nantinya bisa memberikan hasil yang maksimal untuk para

pemegang saham. Dechow et al (1996) dalam Wiwik et al (2007) menemukan

bahwa perusahaan yang memiliki persentase besar anggota non eksekutif pada

dewan komisaris tidak terlalu mendukung penyelenggaraan praktek akuntansi

seperti yang diselenggarakan SEC. Cadbury (1992) dalam Wiwik et al (2007)

mengatakan bahwa anggota dewan komisaris sangat penting bagi terciptanya

dewan komisaris yang efektif. Kompetensi dewan komisaris akan mempengaruhi

bagaimana nilai perusahaan tersebut di mata investor jika dibandingkan dengan

nilai bukunya.

Beasley (1996) dalam Machfoedd‟z (2006) menguji hubungan antara

proporsi dewan komisaris independen dengan kecurangan pelaporan keuangan.

Penelitian tersebut membandingkan perusahaan yang melakukan kecurangan

dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan, hasil penelitian

menemukan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki persentase

dewan komisaris eksternal yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan

dengan perusahaan yang tidak memiliki kecurangan. Dengan ini, peran dewan

komisaris dalam melaksanakan praktek corporate governance sangat berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Proporsi dewan komisaris juga menjadi hal yang

sangat penting, karena merupakan ujung tombak dalam melakukan praktek

corporate governance. Oleh karena itu dewan komisaris harus bersifat

independen, mempunyai integritas tinggi, dan harus lebih mementingkan

Page 3: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

3

kepentingan perusahaan guna meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Semakin baik independensi, maka akan membuat nilai perusahaan lebih baik di

mata investor dibandingkan dengan nilai buku perusahaan tersebut.

Frekuensi rapat dewan komisaris juga memiliki kontribusi dalam

pengawasan pelaporan keuangan. Lipton dan Lorsch (1992) dan Yatim et al

(2006) berpendapat bahwa dewan komisaris yang sering bertemu akan melakukan

kewajibannya dengan rajin dan tentunya bermanfaat bagi shareholders. Frekuensi

rapat dewan komisaris dapat digunakan sebagai wadah untuk mendapatkan semua

informasi mengenai perkembangan perusahaan yang bisa dijadikan bahan untuk

pengawasan internal perusahaan lebih lanjut.

Kusumastuti et al(2007) meneliti pengaruh board diversity terhadap nilai

perusahaan dalam perspektif corporate governance. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa persebaran anggota dewan (board diversity) mempengaruhi

nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin‟s Q. Nasser (2008) meneliti

pengaruh dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan dalam hal

manajemen laba, dimana penelitian ini membuktikan bahwa dewan komisaris

independen berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Waryanto (2010) membuktikan bahwa independensi dan jumlah rapat dewan

komisaris secara bersama –sama mempengaruhi pengungkapan CSR hanya

sebesar 41,7%, sehingga dapat diartikan bahwa kedua karakteristik GCG tersebut

masih belum bisa meningkatkan mekanisme pengawasan dengan baik untuk

mendorong pengungkapan CSR secara luas.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mencoba meneliti kembali

penelitian sebelumnya, khususnya penelitian Kusumastuti et al (2007), Nasser

(2008), dan Waryanto (2010). Dalam penelitian ini, corporate governance akan

lebih menekankan pada peran dewan komisaris, karena banyak penelitian

sebelumnya hanya berkonsentrasi pada bagian komite-komite yang membantu

dewan komisaris.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh

kompetensi dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan

frekuensi rapat dewan komisaris terhadap nilai perusahaan. Melihat kelengkapan

Page 4: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

4

data dalam annual report yang dimiliki oleh industri manufaktur, maka penelitian

ini menggunakan sampel industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2010. Nilai perusahaan akan diukur dengan Tobin‟s Q.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bukti empiris

dalam memahami corporate governance, khususnya untuk peran dewan komisaris

dalam meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat

memberikan kontribusi dalam merekruitmen dewan komisaris dan lebih

memperhatikan intensitas rapat untuk menyampaikan informasi mengenai

perkembangan perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

kontribusi kepada investor dalam pengambilan keputusan investasi.

TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Corporate Governance

FCGI (2002) dalam Wahyudi (2010) mendefinisikan Good corporate

governance atau tata kelola perusahaan adalah seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola), perusahaan,

pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan

ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau

dengan kata lain sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Dalam hal

ini corporate governance merupakan sistem yang mengatur kinerja dan

pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap dewan komisaris karena

keduanya terpisah. Good corporate governance juga mengawasi adanya praktek

manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen yang nantinya akan

mempengaruhi nilai perusahaan.

Organ perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum Peemegang Saham

(RUPS), Dewan Komisaris, dan Direksi, mempunyai peran penting dalam

melaksanakan CGC secara efektif. Organ perusahaan harus menjalankan

fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-

masing organ mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan

Page 5: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

5

tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan (KNKG, 2006).

Dewan komisaris merupakan bagian internal dalam corporate governance, karena

dalam hal ini dewan komisaris merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan

corporate governance.

Setyawati (2011) mengatakan bahwa dewan komisaris adalah sebuah dewan

yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

direktur Perseroan Terbatas (PT). Di Indonesia Dewan Komisaris ditunjuk oleh

RUPS dan di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan komisaris.

Tugas dan wewenang dewan komisaris :

1. Melakukan pengawasan atas jalannya usaha PT dan

memberikan nasihat kepada direktur.

2. Dalam melakukan tugas, dewan direksi berdasarkan kepada

kepentingan PT dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT.

3. Kewenangan khusus dewan komisaris, bahwa dewan

komisaris dapat diamanatkan dalam anggaran dasar untuk

melaksanakan tugas-tugas tertentu direktur, apabila direktur

berhalangan atau dalam keadaan tertentu.

Menurut KNKG (2006) dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang

bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan

dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan

melaksanakan good corporate governance. Namun demikian, dewan komisaris

tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan opersaional. Kedudukan

masing-masing anggota dewan komisaris adalah setara. Tugas komisaris utama

sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris.

Fungsi dewan komisaris menurut KNKG (2006), sebagai berikut :

1. Dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil

keputusan operasional

2. Untuk hal yang diperlukan perusahaan, dewan komisaris

dapat memberikan sangsi pemberhentian sementara kepada anggota

Page 6: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

6

direksi, dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti dengan

penyelenggaraan RUPS.

3. Dalam hal terjadi kekosongan dalam direksi atau dalam

keadaan tertentu sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-

undangan dan anggaran dasar, untuk sementara dewan komisaris dapat

melaksanakan fungsi direksi.

4. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota dewan

komisaris baik secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak

mempunyai akses dan memperoleh informasi tentang perusahaan

secara tepat waktu dan lengkap.

5. Dewan komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman

kerja (charter) sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif

serta dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja mereka.

6. Dewan komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas,

menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan atas

pengelolaan perusahaan oleh direksi, dalam rangka memperoleh

pembebasan dan pelunasan tanggung jawab (acquit et decharge).

7. Dalam melaksanakan tugasnya, dewan komisaris harus

membentuk komite. Usulan dari komite disampaikan kepada dewan

komisaris untuk memperoleh keputusan.

Nilai Perusahaan

Samuel (2000) dalam Wahyudi (2010) menjelaskan bahwa enterprise value

(EV) atau dikenal juga dengan firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep

penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan

secara keseluruhan. Nilai perusahaan salah satunya dapat diukur dengan Tobin‟s

Q. Nilai Tobin‟s Q yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan dinilai

oleh investor lebih rendah dari nilai aset yang dimiliki. Jika nilai Tobin‟s Q lebih

dari 1, maka perusahaan dinilai lebih tinggi dari nilai aset yang dimiliki. Hal ini

Page 7: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

7

terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di pasar modal sehingga

meningkatkan nilai perusahaan (Supatmi et al, 2010).

Perumusan Hipotesis

Kompetensi dewan komisaris

Wiwik et al (2007) mengatakan bahwa kompetensi yang dibutuhkan oleh

dewan komisaris dalam melaksanakan peran monitoring-nya adalah pengetahuan

mengenai bidang usaha perusahaan dan pemahaman mengenai proses corporate

governance. Nurdin (2004) dalam Kusumastuti et al (2005) menyebutkan

penelitian dari Harvard University di Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa

kesuksesan semata-mata tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan dan

keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang

lain (soft skill).

Komisaris yang memiliki kompetensi di bidang ekonomi dan bisnis lebih

baik dalam mengelola perusahaan dibandingkan dengan komisaris yang tidak

memiliki kompetensi dibidang ekonomi dan bisnis. Dalam hal ini, dengan

banyaknya anggota dewan komisaris yang mempunyai kompetensi dibidang

ekonomi dan bisnis (latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja

sebelumnya), maka keputusan yang nantinya diambil untuk perusahaan akan lebih

baik karena dikelola oleh dewan komisaris yang paham di bidang ekonomi dan

bisnis untuk memperketat pengawasan terhadap dewan direksi. Pengawasan yang

ketat dapat menciptakan kinerja direksi menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga

kinerja keuangan perusahaan akan semakin meningkat. Oleh karena itu dengan

meningkatnya kinerja keuangan perusahaan, maka investor akan merespon baik

perusahaan dengan cara menghargai nilai saham perusahaan lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai buku perusahaan.

Kusumastuti et al (2007) menliti pengaruh board diversity terhadap nilai

perusahaan dalam perspektif corporate governance. Hasil penelitian ini

Page 8: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

8

membuktikan bahwa latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Wiwik et al (2007) menemukan bahwa

kompetensi dan independensi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap

pelaksanaan good corporate governance. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik

hipotesis:

H1 : Kompetensi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap probabilitas

perusahaan untuk dinilai lebih tinggi oleh investor.

Proporsi Dewan Komisaris Independen

Meskipun pedoman corporate governance tidak menentukan jumlah

komisaris independen, dalam peraturan Bapepam LK Nomor IX. I. 5 tentang

pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, emiten atau

perusahaan publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris

independen sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya

30% dari dewan komisaris adalah dewan komisaris independen. Kriteria

komisaris independen secara rinci diatur dalam Bapepam-LK, yaitu (Bapepam

LK, 2010) :

a. Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.

b. Tidak mempunyai saham emiten atau perusahaan publik baik langsung

maupun tidak langsung.

c. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan komisaris, direksi dan

pemegang saham utama emitmen atau perusahaan publik.

d. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau perusahaan

publik baik langsung maupun tidak langsung.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barnhart & Rosenstein (1998) dalam

Nasser (2008) membuktikan bahwa semakin tinggi perwakilan dari outside

director (komisaris independen) maka semakin tinggi independensi dan

efektifitas corporate board. Oleh karena itu pengawasan akan semakin objektif

dan direksi tidak bisa melakukan tindak kecurangan, dengan tindak kecurangan

direksi yang semakin kecil maka investor akan merespon dengan baik kinerja

Page 9: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

9

perusahaan dengan menghargai nilai saham perusahaan lebih tinggi dibandingkan

dengan nilai buku perusahaan.

Dewan komisaris bertugas sebagai pengawas manajemen dalam

pelaksanaan corporate governance. Oleh karena itu peran dewan komisaris

independen sangat dibutuhkan untuk melakukan pengawasan kebijakan

perusahaan secara objektif. Semakin banyak proporsi dewan komisaris

independen, maka akan semakin kecil kemungkinan direksi melakukan

kecurangan. Rendahnya tingkat kecurangan yang dilakukan dewan direksi akan

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan dengan meningkatnya kinerja

keuangan, maka investor akan menilai lebih tinggi nilai saham perusahaan

dibandingkan dengan nilai buku perusahaan.

Hasil penelitian Nasser (2008) membuktikan bahwa dewan komisaris

independen memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap manajemen laba.

Sehingga dengan implikasi ini dewan komisaris independen mempunyai peran

dalam meningkatkan nilai perusahaan dengan cara mengurangi praktek

manajemen laba. Berdasarkan hipotesis diatas, dapat ditarik hipotesis:

H2 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap

probabilitas perusahaan untuk dinilai lebih tinggi oleh investor.

Frekuensi Rapat Dewan komisaris

Bapepam-LK juga mewajibkan emiten dan perusahaan publik untuk

mengungkapkan pelaksanaan tata kelola perusahaan dalam laporan tahunan

seperti frekuensi rapat dewan komisaris dan direksi, frekuensi kehadiran anggota

dewan komisaris dan direksi dalam rapat tersebut, frekuensi rapat dan kehadiran

komite audit, pelaksanaan tugas dan pertanggungjawaban dewan komisaris dan

direksi serta remunerasi dewan komisaris dan direksi (Bapepam-LK, 2010).

Penelitian Xie at.al (2003) dalam Waryanto (2010) menemukan bahwa

semakin sering dewan komisaris bertemu atau mengadakan rapat, maka akrual

kelolaan perusahaan semakin kecil. Hal ini berarti semakin sering dewan

komisaris mengadakan rapat, maka fungsi pengawasan terhadap manajemen

menjadi semakin efektif.

Page 10: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

10

Rapat dewan komisaris merupakan suatau proses yang ditempuh oleh dewan

komisaris dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan perusahaan. Rapat

dewan komisaris juga merupakan media komunikasi antar anggota dewan

komisaris dalam mengawasi kinerja manajemen dalam tata kelola perusahaan,

yang nantinya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Semakin banyak

frekuensi rapat dewan komisaris, semakin banyak dan cepat juga dewan komisaris

menrima informasi mengenai perkembangan perusahaan. Frekuensi rapat yang

semakin banyak membuat dewan direksi akan semakin ketat dalam pengawasan.

Oleh karena dewan direksi akan bekerja lebih efektif dan sesuai dengan kebijakan

perusahaan yang akan menghasilkan kinerja keuangan perusahaan yang baik dan

sehat. Kinerja keuangan perusahaan yang baik akan mendapat respon baik dari

para investor dengan menilai lebih tinggi nilai saham perusahaan dibandingkan

dengan nilai buku perusahaan.

Putri (2009) dalam Waryanto (2010) menemukan bahwa jumlah pertemuan

komite audit sebagai bagian dari dewan komisaris perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan informasi laba perusahaan. Berdasarkan uraian

diatas, dapat ditarik hipotesis :

H3 : Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap probabilitas

perusahaan untuk dinilai lebih tinggi oleh investor

METODE PENELTIAN

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010. Sampel penelitian ini diambil

menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2010.

2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan annual report tahun 2010

Page 11: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

11

3. Memiliki kelengkapan data penelitian.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu jenis data sekunder berupa laporan tahunan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010

yang diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.go.id).

Pengukuran Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel dependen nilai perusahaan yang diukur

dengan Tobins‟Q. Nilai perusahaan diukur menggunakan Tobins‟Q karena untuk

menilai respon pasar terhadap kinerja perusahaan. Tobins‟Q adalah perbandingan

antara market value of equity ditambah debt dengan book market value ditambah

dengan hutang (Susanti, 2010), dengan rumus sebagai berikut :

DBVE

DMVEsQTobin'

Keterangan :

Tobin‟s Q = Nilai Perusahaan

MVE = Nilai Equitas Pasar (Equity Market Value)

D = Nilai Buku dari Total Hutang

BVE = Nilai Buku dari Ekuitas ( Equity Book Value)

Tobins‟Q dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu skor (1) ; untuk

perusahaan yang memiliki nilai Tobins‟Q >1 dan Kode (0) ; untuk perusahaan

yang memiliki nilai Tobins‟ Q ≤ 1 (Susanti, 2010).

Variabel independen dalam penelitian ini ada 3, antara lain proporsi dewan

komisaris yang berlatar pendidikan ekonomi dan bisnis, proporsi dewan komisaris

Page 12: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

12

independen, dan frekuensi rapat dewan komisaris. Berikut pengukuran untuk

variabel penelitian tersebut :

1. Kompetensi dewan komisaris , diukur dengan menggunakan jumlah

dewan komisaris yang berlatar belakang pendidikan dan atau mempunyai

pengalaman kerja ekonomi dan bisnis terhadap total dewan komisaris

(Anggarini, 2010).

2. Proporsi dewan komisaris indpenden, diukur dengan presentase dewan

komisaris eksternal terhadap total jumlah dewan komisaris (Antonia,

2008).

3. Frekuensi rapat dewan komisaris, diukur dengan jumlah rapat yang

diadakan dewan komisaris selama 1 tahun. (Waryanto, 2010)

Variabel kontrol dalam penelitian ini menggunan ukuran perusahaan yang

diproksi dalam log total aset (Waryanto, 2010). Semakin besar ukuran

perusahaan, maka tanggung jawab direksi akan semakin besar. Besarnya

tanggung jawab direksi akan diikuti dengan semakin ketatnya pengawasan

terhadap kinerja direksi yang akan menuntut direksi untuk bekerja lebih

efektif dan efisien. Meningkatnya efektifitas dan efisien kinerja dewan

direksi akan menghasilkan kinerja keuangan perusahaan yang baik.

Kinerja keuangan perusahaan yang baik dapat mengundang respon baik

dari investor dengan cara memberikan nilai saham yang nilai saham yang

lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku perusahaan.

Teknik dan Langkah-langkah Analisis

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif. Penelitian ini menggunakan regresi linier logistik.

Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Statistik deskriptif data

Analisis deskriptif adalah penggambaran tentang statistik data seperti nilai

maksimum, nilai minimum, mean serta standar deviasi(Ghozali,2006: 19).

Page 13: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

13

2. Pengujian Goodnes of Fit

Dilakukan dengan uji hosmer and lemeshow‟s goodness of fit test

dengan kriteria: H0 diterima, maka Ha ditolak jika signifikansi > 0,05

berarti tidak ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai

observasinya. uji goodness of fit untuk menunjukkan kesesuaian antara

empiris dengan model (Ghozali,2006).

3. Uji Hipotesis

Uji regresi logistik dilakukan untuk menguji apakah probabilitas

terjadinya variabel terikat dapat dipredikai dengan variabel bebasnya

(Ghozali, 2006)

LTAFREKIDPNKDKaY 4321

Dimana:

Y = Nilai perusahaan

a = Konstanta

β = Koefisien regresi

KDK = Kompetensi dewan komisaris

IDPN = Proporsi dewan komisaris independen

FREK = Frekuensi rapat dewan komisaris

LTA = Ukuran perusahaan

ε = Error

Hipotesis statistik adalah sebagai berikut :

Ho : βi = 0

Ha : βi ≠ 0

Page 14: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

14

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Setelah melalui proses seleksi kelengkapan data pada sampel penelitian dari

113 sampel data perusahaan manufaktur, maka penelitian ini hanya menggunakan

85 sampel data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2010. Seleksi ini dilakukan karena kurang lengkapnya data utnuk variabel

independen. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan membandingkan nilai

minimum, nilai maksimum, dan rata-rata dari sampel. Analisis statistik deskriptif

menggunakan variabel independen kompetensi dewan komisaris (KDK), proporsi

dewan komisaris independen (IDPN), dan frekuensi rapat dewan komisaris

(FREK). Variabel dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan (TOBINS)

dan variabel kontrol yang digunakan adalah Log Total aset (LTA).

Tabel 1. Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KDK 85 .00 1.00 .4696 .25954

IDPN 85 .00 1.00 .4056 .13420

FREK 85 1.00 42.00 6.3529 6.78532

LTA 85 22.30 32.27 27.9940 1.59323

Valid N (listwise) 85

(Sumber data : data diolah pada tahun 2012)

Statistik frekuensi

Page 15: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

15

(Sumber data : data diolah pada tahun 2012)

Rata-rata dewan komisaris yang mempunyai kompetensi dibidang ekonomi

dan bisnis dalam sampel perusahaan sebesar 46,96% . Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah dewan komisaris yang mempunyai kompetensi dibidang ekonomi

dan bisnis yang memimpin perusahaan hampir mencapai 50% atau hampir

setengah dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris yang ada dalam suatu

perusahaan. Namun ada juga perusahaan yang tidak memiliki dewan komisaris

berkompeten dibidang ekonomi dan bisnis yang ditunjukkan dengan nilai

minimum 0% (ada 9 perusahaan) dan ada juga perusahaan yang seluruh dewan

komisarisnya berkompeten dibidang ekonomi dan bisnis yang ditunjukkan dengan

nilai maximum 100% (6 perusahaan).

Hasil olah data statistik deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata proporsi

dewan komisaris independen (IDPN) dari sampel perusahaan manufaktur yang

diamati adalah 40,56%, dimana menurut peraturan Bursa Efek Indonesia, untuk

perusahaan yang listing BEI harus memiliki komisaris independen sekurang-

kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Dari data diatas dapat

disimpulkan bahwa sampel perusahaan manufaktur yang terdafdar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2010 tergolong baik karena sudah memenuhi syarat

minimal. Disamping itu masih ada perusahaan yang tidak mempunyai dewan

komisaris independen seperti PT Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM) dan

hanya satu perusahaan yang seluruh dewan komisarisnya adalah dewan komisaris

independen yaitu PT Arwana Citramulia Tbk.

Dari hasil uji statistik deskriptif menunjukkan rata-rata frekuensi rapat

dewan komisaris yang dilakukan dewan komisaris perusahaan manufaktur di

Indonesia sebanyak 6,3529 atau 6 kali dalam setahun, yang artinya dewan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 41 48.2 48.2 48.2

1 44 51.8 51.8 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 16: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

16

komisaris secara rata-rata mengadakan rapat setiap 2 bulan dalam setahun. Ada 5

perusahaan mengadakan rapat minimal 1 kali dalam setahun dan ada perusahaan

yang mengadakan rapat maximal 42 kali dalam setahun yaitu PT Alumindo dan

PT Indal Aluminium Industry Tbk. Apabila perusahaan mengadakan rapat

sebanyak 42 kali, dapat dikatan hampir setiap 2 minggu dalam setahun

perusasahaan mengadakan rapat dewan komisaris.

Nilai rata-rata ukuran perusahaan (total asset) sebesar 27,9940 dengan

standard deviasi sebesar 1,59323.

Hasil pengujian statistik deskriptif menemukan bahwa sampel perusahaan

manufaktur tahun 2010 didominasi oleh perusahaan yang memiliki nilai Tobins

„Q > 1 dengan prosentase 51.80 %. Artinya sampel dalam penelitian ini di

dominasi oleh perusahaan yang nilai sahamnya dihargai oleh investor lebih tinggi

dibandingkan nilai buku perusahaan, dengan prosentase jumlah perusahaan

sebesar 51.80%.

Tabel 2. Uji goodness of fit

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 110.465a .082 .109

(Sumber data : data diolah pada tahun 2012)

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

(Sumber data : data diolah pada tahun 2012)

Dari data diatas nilai Cox dan Snell R square dapat juga digunakan untuk

menilai model fit. Hasil output SPSS diatas memberikan nilai Cox dan Snell R

Page 17: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

17

Square sebesar 0,082 dan nilai Ngelkerke R Square sebesar 0,109. Arti dari output

diatas adalah variabilitas Tobins „Q yang dapat dijelaskan oleh variabilitas

kompetensi dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen , dan

frekuensi rapat dewan komisaris sebesar 10.9% , sedangkan 89.1% dapat

dijelaskan oleh factor lain.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 4.149 7 .762

(Sumber data : data diolah pada tahun 2012)

Uji goodness of fit menemukan nulai signifikansi sebsesar 0.762 atau berada

diatas 0.05. Data diatas dapat menyimpulkan bahwa model peneletian dapat

diterima atau dengan kata lain tidak ada perbedaan antara model penelitian

dengan data (Ghozali, 2006).

Tabel 3. Hasil uji regresi logistik

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a KDK 1.853 .919 4.064 1 .044 6.378

IDPN -1.280 1.721 .553 1 .457 .278

FREK .007 .033 .040 1 .841 1.007

LTA .282 .153 3.389 1 .066 1.325

Constant -8.201 4.372 3.518 1 .061 .000

(Sumber data : data diolah pada tahun 2012)

a. Variable(s) entered on step 1: KDK, IDPN, FREK, LTA.

Hasil diatas menunjukkan bahwa kompetensi dewan komisaris (KDK)

berpengaruh positif terhadap probabilitas perusahaan untuk dinilai lebih tinggi

oleh investor (TOBINS) karena nilai signifikansi dari variabel tersebut < 0,05.

Page 18: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

18

Artinya apabila dalam sebuah perusahaan dipimpin oleh banyak dewan komisaris

yang mempunyai kompetensi dibidang ekonomi dan bisnis, maka probabilitas

perusahaan untuk dinilai lebih tinggi oleh investor akan semakin tinggi.

Kompetensi disini tidak hanya dilihat dari latar belakang pendidikan saja, tetapi

juga melihat pengalaman pekerjaan dewan komisaris sebelumnya dalam bidang

ekonomi dan bisnis. Dewan komisaris yang berkompeten dapat

mempertimbangkan keputusan berdasarkan pengalaman, sehingga dapat lebih

berhati-hati dalam mengambil keputusan yang bertujuan untuk memperketat

pengawasan terhadap kinerja dewan direksi untuk menghasilkan kinerja keuangan

yang baik. Kinerja keuangan yang baik dapat menciptakan output yang baik yaitu

laporan keuangan yang sehat yang dapat mengundang respon baik dari para

investor dalam bentuk nilai saham yang bisa lebih tinggi dibandingkan dengan

jilai buku perusahaan. Cadbury et al (1993) dalam Wiwik et al (2007)

mengatakan bahwa faktor pengalaman lebih penting sebagai unsur kompetensi

bagi dewan komisaris. Dewan komisaris yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan di bidang ekonomi atau keuangan dapat melakukan pengendalian

secara efektif, sehingga dapat mengurangi kecurangan dalam pelaporan keuangan.

Wiwik et al (2007) menemukan bahwa kompetensi dewan komisaris berpengaruh

positif terhadap pelaksanaan good corporate governance. Namun hasil penelitian

ini bertentangan dengan dengan Kusumastuti et al (2007) membuktikan bahwa

latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan

Variabel independen proporsi dewan komisaris independen (IDPN)

berpengaruh negative terhadap probabilitas perusahaan untuk dinilai lebih tinggi

oleh investor (TOBINS). Nilai siginifikan variabel komisaris independen 0,457

atau > 0,05. Artinya dewan komisaris independen kurang objektif dalam

melakukan pengawasn terhadap dewan direksi, sehingga kinerja dewan direksi

kurang begitu efektif dan efisien yang akhirnya berdampak kepada menurunnya

kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang

memiliki dewan komisaris independen hanya untuk memnuhi syarat minimal

jumlah dewan komisaris independen yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia,

sehingga membuat kinerja perusahaan tidak efektif dan akan sulit mendapat

Page 19: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

19

respon baik dari investor untuk menilai lebih tinggi nilai saham perusahaan

dibandingkan dengan nilai buku perusahaan . Klein (1998), Bhagat dan Black

(1997,1998) dalam juwitasari (2008) menemukan bahwa proporsi independent

non-executive directors tidak memiliki efek yang konsisten terhadap market-

adjusted share-price performance.

Frekuensi rapat dewan komisaris (FREK) tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan (TOBINS)., karena nilai signifikansi sebsesar 0,841 atau dengan kata

lain < 0,05. Sehingga dengan hsail tersebut dapat dikatakan bahwa frekuensi rapat

dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap probabilitas perusahaan

untuk dinilai lebih tinggi oleh investor. Frekuensi rapat dilakukan hanya sebagai

formalitas dan tidak membahas detail, sehingga rapat tidak efektif dalam

membahas perkembangan perusahaan atau informasi-informasi terbaru mengenai

perusahaan. Sehingga pengawasan dan pengambilan keputusan tidak berjalan

dengan baik yang akan menghasilkan besarnya tingkat kecurangan dewan direksi.

Hal ini akan menyulitkan investor untuk menilai saham perusahaan lebih tinggi

disbanding dengan nilai buku perusahaan. Oleh karena itu semakin besar aktivitas

yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak menjamin terjadinya peningkatan

kinerja perusahaan (Juwitasari, 2008).

Hasil olah data SPSS diatas menemukan nilai ukuran perusahaan atau log

total asset (LTA) terhadap nilai perusahaan (TOBINS) sebsesar 0,282, dengan

tingkat signifikansi 0,066 atau <0,05. Dari hasil pengujian regresi logistik, dapat

dijelaskan bahwa total asset (LTA) berpengaruh positif terhadap nilai

perusasahaan (TOBINS). Tanda positif yang sudah menjelaskan adanya pengaruh

antara total asset terhadap nilai perusahaan.semakin besar ukuran perusahaan,

maka semakin tinggi juga probabilitas perusahaan untuk dinilai lebih tinggi oleh

investor Meskipun mempunyai hubungan positif, tetapi total asset tidak

mempunyai hubungan yang signifikan atau dapat diartikan bahwa total asset tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini total asset

tidak mempengaruhi nilai perusahaan di mata investor karena walaupun

perusahaan mempunyai nilai buku aset yang tinggi, bukan berarti perusahaan

tersebut akan mempunyai nilai pasar saham yang tinggi. Indriani (2005) dalam

Page 20: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

20

Juwitasari (2008) mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan bukan menjadi

variabel yang langsung mempengaruhi nilai perusahaan.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian analisa data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kompetensi

dewan komisaris berpengaruh positif terhadap probabilitas perusahaan untuk

dinilai lebih tinggi oleh investor, sedangkan proporsi dewan komisaris independen

dan frekuensi rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap probabilitas

perusahaan untuk dinilai lebih tinggi oleh perusahaan.

Implikasi teori

Berdasarkan kesimpulan diatas, belum konsisten karena penelitian ini

bertentangan dengan penelitian sebelumnya yaitu Kusumastuti et al (2007) yang

membuktikan bahwa dewan komisaris yang berlatar belakang pendidikan

ekonomi dan bisnis tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Implikasi terapan

Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarankan untuk perusahaan dan

investor yaitu:

1. Perusahaan bisa memperhatikan proses rekruitmen dengan

mempertimbangkan latar belakang pendidikan dan atau pengalaman kerja

dibidang ekonomi dan bisnis, sehingga dapat memberi kontribusi yang

baik terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2. Perusahaan bisa lebih memperhatikan isi dan intensitas rapat dewan

komisaris dalam menyampaikan informasi mengenai perkembangan

perusahaan.

3. Sebelum mengambil keputusan investasi, investor dapat memperhatikan

perusahaan dengan melihat kompetensi dewan komisaris dan kinerja

keuangan perusahaan.

Page 21: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

21

Keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian berikutnya

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Tobins‟Q dikelompokkan menjadi 2 yaitu perusahaan yang mempunyai

nilai Tobins‟Q > 1 dan nilai Tobins „Q ≤1 dijelaskan 3 variabel saja.

Tobins‟Q hanya dapat menilai respon pasar. Tobins‟Q tidak dapat

menjelaskan dampak bagi perusahaan dari hasil nilai Tobins‟Q tesebut jika

diukur secara rasio, sehingga kemungkinan hasil penelitian akan berbeda.

2. Periode penelitian yang dilakukan hanya 1 periode yaitu tahun 2010

Saran untuk penelitian berikutnya yaitu :

1. Penelitian berikutnya disarankan menambahkan variabel control yaitu

ROE, ROA, atau profitabilitas.

2. Untuk lebih dapat menjelaskan variabel dependen, penelitian berikutnya

disarankan menambahkan variabel independen seperti nilai remunerasi

yang dibayarkan kepada dewan komisaris dan lamanya waktu yang sudah

dilalui oleh dewan komisaris dalam menempuh pendidikan dan atau

pengalaman kerja sebelumnya dibidang ekonomi dan bisnis.

3. Penelitian berikutnya disarankan menggunakan kinerja keuangan

perusahaan sebagai variabel perantara.

Page 22: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

22

DAFTAR PUSTAKA

Andriani wiwik, Sukartini, dan Reno Fithri Meuthia, “Pengaruh Kompetensi dan

Independensi Dewan Komisaris Terhadap Pelaksanaan Good Corporate

Governance”, Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol 2 No. 2 Desember

2007.

Anggarini, Vota, 2010, Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial

Distress. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Antonia, Edgina ,2008, Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan

Komisaris, Leverage, Kepemilikan Manajerial, dan Proporsi Komite Audit

Independen Terhadap Manajemen Laba. Tesis Program S2 Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro.

Arifin, 2005, "Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate

Governance Pada Perusahaan Di Indonesia ", Journal of Accounting and

Economics, 29.

Dyah, Putri, 2010, Pengaruh Struktur Governance Terhadap Fee Audit

Eksternal.Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam, 2006, Analisis Multivariate Lanjutan Dengan Program SPSS,

Semarang

Kementerian Keuangan RI Bapepam-LK, 2010, Kajian Tentang Pedoman Good

Corporate Governance Di Negara-Negara Anggota ACMF .

Komite Nasional Kebijakan Governance, 2010, Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia.

Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra, 2007, “Pengaruh Board Diversity Terhadap

Nilai Perusahaan Dalam Perspektif Corporate Governance”, Jurnal

Akuntansi dan Keuangan, Vol 9, No. 2, Nopember 2007:88-98.

Machfoedz, M. dan Sillagan, H., 2006, “ Mekanisme Corporate Governance,

Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan”, Simposium Naional Akuntansi 9

Padang.

Muntoro, Ronny, 2011, “Membangun Dewan Komisaris Yang Efektif “.

Page 23: Pengaruh Kompetensi Dewan Komisaris, Proporsi Dewan ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2647/2/T1_232008213_Full... · terlihat dari meningkatnya harga saham perusahaan di

23

Nasser, Etty, 2008, “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Dewan Komisaris

Independen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Manajemen Laba dan

Kebijakan Hutang Sebagai Variabel Intervening”, Media Riset Akuntansi,

Auditing dan Informasi, Vol.8, No. 1, April 2008: 1-27.

Riyanto, Ganang, 2011, Analisis Pengaruh Mekanis Good Corporate Governance

dan Privatisasi Terhadap Kinerja Keuangan. Skripsi Program S1 Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro.

Sabila, Nisa, 2012, Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja

Perusahaan Peserta Corporate Governance Perception Index (CGPI). Artikel

Ilmiah Program S1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.

Setyawati, Novita, 2011, Analisis Pengaruh Board Of Directors, Board Of

Commisioners, dan Komisaris Independen Terhadap Profitabilitas Industri

Asuransi Yang Go Public Periode 2005-2009. Skripsi Program S1 Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Supatmi, A.A.T. Pratiwi, dan R. Prabowo, 2010, ”Asosiasi Related Party

Transation dan KinerjaPerusahaan (studi pada lembaga keuangan yang

terdaftar di BEI 6tahun 2008)”, Proceeding : Seminar Akbar Forum

Manajemen Indonesia, Surabaya.

Susanti, Rika, 2010, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Nilai

Perusahaan. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Wahyudi, Johan, 2010, Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance,

Ukuran Dewan Komisaris, dan Cross-Directorship Dewan Terhadap Nilai

Perusahaan. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Waryanto, 2010, Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance Terhadap

Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di Indonesia. Skripsi

Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.