Upload
an-nas-fil-ardh
View
95
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KONSENTRASI ENZIM α-amilase
TERHADAP TINGKAT KEKENTALAN DAN
KEMANISAN
BUBUR BUAH PISANG
Ditulis Oleh :
Kelompok 1
1. Andreas Cahyo B.S H0911005
2. Anindya Rahmawati H0911006
3. Annasta Ilmi H0911008
4. Aprilia Bertha P. H0911009
5. Bagaskara Tabah A. H0911012
6. Beta Afrida H0911013
7. Tri Djoko Saputra H1910017
PROGRAM STUDI S1 ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
A. Judul
Pengaruh Konsentrasi Enzim α-amilase terhadap Tingkat Kekentalan dan Kemanisan
Bubur Buah Pisang
B. Latar Belakang
Buah pisang sangat kaya akan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya baik
berupa karbohidrat, vitamin, mineral dan yang lainnya. Buah pisang mengandung
karbohidrat total sebesar 18-25%. Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama
provitamin A (betakaroten), dan vitamin B yaitu thiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin
B6 (piridoxin) yang selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam
metabolisme, juga berperan dalam sintetis protein dan energi.
Produksi pisang di Indonesia tergolong cukup besar. Dalam pemanfaatannya
sebagai sumber gizi, berdasarkan cara konsumsi buahnya, pisang dikelompokkan dalam
dua golongan, yaitu pisang meja (dessert banana) dan pisang olah (plantain, cooking
banana). Salah satu karakteristik pisang yaitu cepat mengalami kebusukan, sehingga
perlu dilakukan cara pengolahan pisang yang hasilnya dapat lebih tahan lama seperti
dibuat tepung atau instan pisang.
C. Tujuan
Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh penambahan dan konsentrasi
enzim α-amilase terhadap tingkat kekentalan dan kemanisan bubur buah pisang. Bubur
buah pisang yang dimaksud merupakan bahan utama dalam pembuatan tepung pisang
instan. Penambahan enzim dimaksudkan untuk menambah tingkat kekentalan dan
kemanisan pada buah pisang yang kemudian akan dilakukan kokristalisasi untuk
menghasilkan tepung pisang instan dengan tingkat kemanisan tertentu. Hasil dari
pemecahan pati pada buah pisang adalah gula jenis oligosakarida (maltosa).
D. Pembahasan
Pembuatan tepung pisang instan dapat dilakukan dengan mengekstraksi bubur
buah pisang dan kemudian dilakukan kokristalisasi menggunakan sukrosa atau gula
lainnya. Pembuatan bubur buah pisang dengan menggunakan enzim α-amilase
bertujuan selain mendapatkan bubur pisang dengan aromanya yang khas juga mampu
meningkatkan rasa manis pada bubur karena aktivitas enzim α-amilase yang mampu
menghidrolisis pati pada pisang menjadi gula lain yang lebih sederhana. Enzim α-
amilase (α-1,4 glukan-4-glukanhidrolase) merupakan salah satu jenis enzim yang
berperan atau berfungsi menghidrolisis atau memecah molekul-molekul pati menjadi
molekul-molekul lain yang lebih sederhana seperti dekstrin, maltosa, maltotriosa dan
glukosa. Mekanisme kerja dari enzim α-amilase adalah dengan cara memecah ikatan α-
1,4 glikosidik rantai glukan pati dari sebelah dalam, sehingga menurunkan kemampuan
pati mengikat zat warna yodium dan meningkatkan kekentalan larutan pati dengan
cepat. Dalam penelitian ini, enzim α-amilase yang digunakan berasal dari Bacillus
licheniformis dengan pH sekitar 6 dan suhu optimum 60oC. Enzim α-amilase akan
memotong ikatan amilosa dengan cepat pada pati kental yang telah mengalami
gelatinisasi.
1. Total Padatan Terlarut (Total Disolved Solid) dan Kekentalan Bubur Pisang
Enzim α-amilase yang ditambahkan pada bubur buah pisang yang mengandung
pati, menyebabkan terjadinya pemecahan pati menjadi gula sederhana yang larut dalam
air. Selain ditandai dengan kenaikan total padatan terlarut, penambahan enzim juga
meningkatkan total padatan tersuspensi (TSS). Hal ini terlihat pada penampakan bubur
buah setelah didiamkan (terjadi pengendapan) dan pada larutan terlihat ada zat yang
melayang dalam larutan. Adanya peningkatan TDS dan TSS menyebabkan kekentalan
bubur buah meningkat. Semakin besar volume enzim yang ditambahkan maka semakin
besar konversi yang diperoleh. Hal ini disebabkan karena enzim masih melakukan
aktivitas. Semakin lama waktu reaksi semakin besar hasil konversi yang diperoleh. Hal
ini disebabkan karena kontak antara substrat dan enzim semakin lama.
Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Enzim α-amilase
terhadap Kekentalan Bubur Pisang
2. Tingkat Kemanisan Bubur Pisang
Penambahan enzim α-amilase berpengaruh nyata terhadap rasa pada bubur buah
pisang yang dihasilkan. Rasa manis pada bubur buah pisang berasal dari kandungan
gula sederhana hasil pemecahan pati oleh enzim α-amilase yang ditambahkan. Semakin
banyak enzim yang ditambahkan semakin banyak gula sederhana yang diurai dari pati
buah pisang. Pemecahan dapat berlanjut bila pati dari buah pisang masih tersedia.
Kadar gula yang cukup tinggi pada filtrat bubur buah pisang akan mengurangi
kebutuhan gula pada pembuatan tepung pisang instant. Selain rasa manis, juga
diharapkan rasa khas buah pisang masih dapat dirasakan oleh panelis.
E. Kesimpulan
1. Penambahan enzim α-amilase berpengaruh terhadap Total Padatan Terlarut dan
kekentalan, dan tingkat kemanisan bubur buah pisang.
2. Konsentrasi enzim α-amilase semakin tinggi, maka nilai TPT dan kekentalan
bubur buah semakin tinggi atau berarti semakin banyak gula sederhana yang
dihasilkan, dari pemecahan pati pada buah pisang.
3. Pengaruh penambahan enzim α-amilase pada sifat organoleptik bubur buah pisang
secara nyata hanya terhadap rasa bubur buah dan tidak nyata terhadap warna dan
aroma.
Pertanyaan :
1. Berapa dosis enzim α-amilase yang ditambahkan pada bubur pisang?
2. Berapa suhu optimum untuk enzim α-amilase ?
3. Bagaimana cara mendapatkan enzim dari sumber?
Jawaban :
1. Konsentrasi enzim α-amilase yang ditambahkan pada bubur pisang dalam
penelitian ini dibuat bervariasi. Variabel kontrolnya adalah penambahan 0,0%
enzim terhadap substrat (tanpa penambahan enzim). Sedangkan yang diteliti adalah
penambahan 0,1% ; 0,3% ; 0,5% ; dan 0,7% konsentrasi enzim terhadap substrat.
Berdasarkan hasil penelitian, semakin tinggi konsentrasi enzim yang ditambahkan
maka produk yang dihasilkan akan semakin banyak. Hal ini sesuai teori bahwa
semakin banyak enzim, semakin banyak substrat yang terikat dengan enzim
sehingga produk yang dihasilkan juga semakin banyak.
2. Suhu optimum untuk enzim α-amilase kisarannya berbeda-beda tergantung sumber
enzimnya. Pada enzim yang dihasilkan dari Bacillus licheniformis akan bekerja
optimal pada rentang suhu 37-60oC, sedangkan enzim dari Bacillus subtilis bekerja
optimal pada suhu 70-90oC. Perbedaan suhu optimum ini dikarenakan suhu
optimum suatu enzim amilase yang dihasilkan oleh suatu organisme mempunyai
keterkaitan dengan suhu optimum pertumbuhan selnya.
3. Enzim α-amilase murni dapat diperoleh dari berbagai sumber misalnya air ludah
manusia, pankreas, tumbuh-tumbuhan, kapang atau mikroorganisme dengan
berbagai metode (ekstraksi/isolasi) dan media yang sesuai dengan kriteria masing-
masing sumber/mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Februadi. 2012. Hidrolisis Pati (www.februadi.com/lecture/hidrolisispati). Diakses dari internet pada hari Minggu tanggal 30 September 2012 pukul 16.40 WIB.
Darmajana, Doddy A. , Wawan Agustina dan Wartika. 2008. Pengaruh Konsentrasi Enzim α-amilase Terhadap Sifat Fisik Dan Organoleptik Filtrat Bubur Buah Pisang (Bahan Pembuatan Tepung Pisang Instan). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II. Universitas Lampung.
Rahmayanti, Dian. 2010. Pemodelan dan Optimasi Hidrolisa Pati menjadi Glukosa dengan Metode Artificial Neural Network-Genetic Algorithm (Ann-Ga). Skripsi Jurusan Teknik Kimia Jurusan Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro Semarang.
Rinawati, Pipit Mei. 2004. Isolasi, Karakterisasi dan Amobilisasi Enzim Amilase dari Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Jurusan Kimia Fakultas MIPA. Universitas Diponegoro Semarang.