Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH KONSENTRASI KLORIDA DAN PERUBAHAN MIKROSTRUKTUR TERHADAP KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT 316L PADA LARUTAN NaCl DENGAN METODE POLARISASI
SIKLIK
Andi Rustandi, Muhammad Faisal Rendi
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16436, Indonesia
Email: [email protected] ; [email protected]
Abstrak Logam merupakan kebutuhan utama dari infrastruktur pada industri. Korosi
pada logam merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, dan seringkali menjadi penyebab utama kegagalan dalam berbagai industri, terutama industri minyak dan gas yang berada di lepas pantai. Pemilihan material yang sesuai dapat mencegah terjadinya korosi pada industri, sehingga meminimalisir penggantian komponen dalam waktu yang singkat.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku korosi pada pipa baja tahan karat austenitik 316L pada lingkungan NaCl yang bervariasi. Parameter elektrokimia dievaluasi dengan menggunakan metode polarisasi siklik untuk mengetahui perilaku korosi yang terjadi pada lingkungan NaCl. Pemanasan dilakukan untuk mendapatkan perbedaan bentuk mikrostruktur dari keadaan awal. Kemudian diuji didalam lingkungan NaCl 3,5% yang memiliki kelarutan oksigen tertinggi dan bandingkan dengan logam yang tidak dipanaskan pada konsentrasi yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan korosi berubah berdasarkan konsentrasi NaCl, logam paling tahan dengan korosi pada NaCl 1%, dan paling lemah ketahanannya pada NaCl 3,5%. Perubahan mikrostruktur yang menjadi lebih tidak seragam dan kemunculan sensitasi menurunkan ketahanan korosi. Dari hasil polarisasi siklik didapati bahwa mekanisme korosi pada lingkungan NaCl adalah korosi sumuran.
The Effect of Chloride Concentration and Microstructure Transformation to Corrosion Resistance of Austenitic Stainless Steel 316L in NaCl Solution Using
Cyclic Polarization Method
Abstract Steels are basic needs for industrial infrastructure. Corrosion in steels can’t
be avoided and often plays a role as a major cause of failure in industries, especially offshore oil and gas. Proper material selection is one of the best ways to prevent corrosion and minimize component replacement caused by corrosion. This study investigates corrosion behaviour of austenitic stainless steel 316L in various NaCl solutions. Electrochemical parameter is evaluated by cyclic polarization, and also to determine which corrosion behaviour has occurred. Heat is given to obtain different microstructure shapes from the initial one. Then tested
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
2
in 3.5% NaCl solution and compared to the un-heated with the same solution concentration. The results shown that corrosion resistance affected by Chloride presence, with 1% concentration was the strongest, and 3.5% was the most susceptible. Microstructure transformation to more un-uniform than before heated, and presence of sensitization decreases the corrosion resistance. From the cyclic curve, it is known that the corrosion behaviour that occurred was pitting corrosion. 1. Pendahuluan
Korosi merupakan suatu proses degradasi material atau hilangnya suatu material baik secara kualitas maupun kuantitas melalui suatu reaksi kimia atau elektrokimia yang spontan dengan lingkungannya[1]. Untuk mengatasi masalah korosi, diciptakan berbagai material yang dapat menahan laju korosi, salah satunya adalah baja tahan karat 316L.
Namun baja tahan karat 316L rentan terhadap serangan korosi lokal seperti korosi sumuran pada lingkungan yang terdapat ion klorida. Secara luas, baja tahan karat 316L digunakan untuk aplikasi pada bidang eksplorasi minyak dan gas atau industri-industri yang memiliki lingkungan kerja mengandung ion klorida. Ketahan korosi dari baja tahan karat adalah hasil dari terbentuknya lapisan pasif pada permukaan logam sedangkan konsentrasi dari ion klorida akan mempengaruhi ketahanan dari lapisan pasif baja tahan karat tersebut.
Pada aplikasinya, baja tahan karat 316L digunakan sebagai pipa yang digunakan untuk mengalirkan fluida. Dimana seringkali dilakukan proses fabrikasi berupa pengelasan untuk proses penyambungan. Pengaruh temperatur tinggi dari proses pengelasan tersebut berdampak terhadap ketahanan korosi dari material baja tahan karat 316L tersebut.
2. Dasar Teori
2.1. Korosi Sumuran
Merupakan salah satu jenis korosi terpusat pada permukaan logam dimana
sebagian kecil areanya terkorosi yang kemudian berujung pada pembentukan
lubang atau sumuran, dan sisa dari permukaan yang masih banyak tidak terserang.
Logam yang membentuk lapisan pasif seperti aluminium dan baja lebih rentan
terhadap korosi jenis ini. Korosi jenis ini merupakan yang paling berbahaya.
Dimana korosi sumuran dapat mengakibatkan kegagalan akibat penetrasi dengan
hanya sangat sedikit kehilangan berat secara keseluruhan. Korosi ini juga banyak
menjadi penyebab kegagalan yang dialami industri kimia. Kerusakan yang besar
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
3
dari korosi sumuran dapat digambarkan dengan kenyataan bahwa umumnya
keseluruhan sistem harus diganti.
Umumnya, lingkungan yang paling konduktif untuk terjadinya korosi
sumuran adalah lingkungan air laut. Dimana ion-ion seperti Cl- , Br- dan I- , dalam
konsentrasi tertentu mengakibatkan korosi sumuran pada baja.
Kondisi terpenting bagi korosi sumuran untuk berlangsung adalah logam
harus berada pada kondisi pasif, yaitu adanya lapisan pada permukaan logam.
Rusaknya lapisan tersebut pada beberapa tempat mengakibatkan hilangnya
pasifitas dan terinisiasinya korosi sumuran pada permukaan logam [2].
Pada dasarnya, terdapat tiga proses yang berpengaruh dalam korosi
sumuran, yaitu:
a) inisiasi korosi sumuran
Faktor yang memegang peranan penting dalam proses ini adalah potensial
sumuran (pitting potential) dimana nilai tersebut menunjukkan mulai
tumbuhnya pitting yang ditandai dengan rusaknya lapisan pasif. Rusaknya
lapisan ini dapat dilihat dimana rapat arus akan meningkat tajam. Jadi
sumuran baru mulai tumbuh ketika potensialnya lebih besar dari potensial
sumurannya. Bila logam memiliki potensial lebih kecil, maka terjadi
kecenderungan untuk melepas electron yang akan menyebabkan oksidasi.
Semakin tinggi potensial sumuran dari suatu material, semakin tahan
material tersebut terhadap serangan korosi sumuran.
b) propagasi korosi sumuran
pada tahap ini potensial proteksi pada daerah terserang sumuran akan
mengalami pasivsasi atau membentuk lapisan pasif. Potensial proteksi
menentukan apakah sumuran yang berpropagasi dapat terus bertumbuh
atau tidak. Jka potensial lebih besar dari nilai potensial proteksi maka
logam akan tetap dalam kondisi pasif. Sehingga sumuran baru dapat
tumbuh jika potensial lebih besar dari potensial sumurannya.
c) kerusakan akibat korosi sumuran
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
4
langkah-langkah utama yang berpengaruh dalam proses korosi sumuran
baja karbon dan baja tahan karat, menurut Wranglen [3] inklusi sulfida menjadi
penyebab dari terjadinya inisiasi korosi. Reaksi berikut terjadi pada bagian dalam
sumuran (gbr. 2.1) :
Fe Fe2+ + 2e …………………………….( 2.1)
Fe2+ +H2O FeOH+ + H+ …………….……(2.2)
MnS +2H+ H2S + Mn+2 …………….……(2.3)
Reaksi diatas merupakan reaksi anodik dan mengakibatkan menurunnya
pH akibat terbentuknya ion H+ yang bereaksi dengan inklusi MnS dan membentuk
H2S dan Mn+2 . Hidrogen berubah menjadi H+ menangkap elektron yang dilepas
dari reaksi anodik. S2- dan HS- menstimulasi penyerangan korosi. Dikarenakan
kelebihan muatan positif yang terbentuk, konsentrasi dari Cl- meningkat seiring
berjalannya waktu. Sehingga seiring berjalannya proses dan waktu, kedalaman
dari sumuran terus bertambah dan bertambah.
Korosi yang terbentuk pada permukaan sumuran dapat berupa Fe3O4 atau
(FeOOH). Korosi yang terbentuk mencegah tercampurnya produk hasil dari anoda
dan katoda. pH larutan pada bagian mulut sumuran menurun akibat terbentuknya
H+ terbentuk dari hidrolisis FeOH+ atau Fe3+.
FeOH+ + H2O Fe(OH)2+ +H+ ………………….(2.4)
Fe3+ + H2O FeOH2+ + FeOH+ ……………….(2.5)
Proses tersebut terus berlangsung, pH turun, dan reaksi tersebut menjadi
autokatalisis. Pada bagian luar sumuran, permukaan tetap terlindungi secara
katodik.
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
5
Gambar 2.1. Reaksi elektrokimia yang berlangsung ketika sumuran terinisiasi pada inklusi sulfide
pada baja karbon
2.2. Pengaruh Kelarutan Oksigen
Umumnya oksigen tidak terdapat pada kedalaman lebih dari 100 meter,
sehingga pada daerah tersebut tidak ada pengaruh oksigen pada proses korosi [4].
Akan tetapi oksigen dapat mempengaruhi korosi internal bila terdapat
kontaminasi dengan udara luar (atmosfer). Oksigen merupakan oksidator kuat
yang mengakibatkan potensial korosi logam pada lingkungan air atau fluida yang
mengandung oksigen terlarut meningkat. Kelarutan oksigen didalam air
merupakan faktor yang menentukan laju korosi. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Ismail, dkk. [5] Terlihat bahwa keberadaan oksigen mempengaruhi laju korosi
dari suatu material. Dan pengaruhnya untuk setiap larutan berbeda-beda.
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
6
Gambar 2.2. Pengaruh kelarutan oksigen terhadap laju korosi [5]
Untuk material baja, pemanasan diatas temperatur ruang akan
meningkatkan laju korosi, meskipun kelarutan oksigen menurun. Diatas 80°C, laju
korosi akan menurun pada open system dimana oksigen dapat keluar menuju
udara bebas. Tidak seperti closed system dimana oksigen tidak dapat berpindah
meskipun temperatur terus meningkat, seperti yang terjadi pada boiler[4].
Digambarkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe didalam larutan air yang
mengandung oksigen [4]
Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh kadar klorida dimana kelarutan
optimal terjadi pada konsentrasi 3,5% Cl- . dengan demikian laju korosi
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
7
maksimum terjadi pada konsentrasi ion klorida tersebut. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Pengaruh kadar ion Cl- terhadap kelarutan oksigen
2.3. Polarisasi siklik
Pengujian polarisasi siklik [6] dilakukan dengan tujuan mengetahui terjadi
atau tidaknya pitting pada material. Kurva yang dihasilkan akan membentuk arah
yang berlawanan (reverse) pada titik tertentu, dan akan bergerak dalam arah
berkebalikan hingga membentuk suatu loop tertutup pada potensial yang lebih
aktif dan arus akan menurun hingga angka minimal. Hasil yang didapat dari plot
tersebut dinamakan dengan kurva polarisasi siklik ditunjukkan pada gambar. 2.5.
Gambar 2.5. Proses Korosi menunjukkan plot polarisasi siklik [2]
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
8
Dari diagram hasil polarisasi siklik didapati tiga wilayah yang
dikategorikan sebagai berikut[2]:
(1) Wilayah 1: wilayah ini merepresentasikan imunitas dari pitting dan pada
potensial yang lebih negatif dari Epp (protection potential) pitting
diekspektasikan tidak terjadi
(2) Wilayah 2: pada wilayah ini, pitting yang baru tidak terinisiasi, tetapi
pits yang terbentuk pada wilayah 3 akan berpropagasi. Sehingga wilayah
ini disebut wilayah propagasi.
(3) Wilayah 3: pada wilayah ini, pits terinisiasi dan berpropagasi pada dan
diatas potensial tertentu, yang disebut dengan breakdown, atau critical
pitting potential (Ep).
Potensial korosi adalah potensial dimana laju oksidasi setara dengan laju
reduksi. Yaitu potensial dimana logam yang terkorosi berlangsung pada kondisi
tertentu terkait dengan waktu, suhu, aerasi, kecepatan, dsb. Jika nilai dari pitting
potential (Ep) lebih positif dibandingkan potensial korosi (Ec), ketahanan dari
logam terhadap pitting akan tinggi. Meskipun nilai ini hanya menjadi acuan untuk
memahami parameter korosi.
gambar 2.6. Kurva Siklik Perbandingan kehadiran Cl- [4]
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
9
Gambar 2.6 menunjukkan penampakan grafik polarisasi siklik dengan
perbandingan kehadiran Cl-. Terlihat adanya arus balik pada kurva tersebut.
2.4. Baja Tahan Karat Austenitik
Baja tahan karat 316L tergolong kedalam jenis baja tahan karat austenitik
golongan D [7]. struktur Kristal FCC yang ditambahkan paduan terhadap kromium
dan besi, seperti nikel, mangan, karbon, dan nitrogen. Rentang kandungan nikel
berkisar antara 3.5%-3.7%, Mn berkisar 1.15%, nitrogen berkisar 0.1%-0.4% dan
karbon dengan kisaran 0.02%-1.0%.
Nilai ketahanan baja tahan karat 316L terhadap korosi sumuran dapat
diprediksi dengan Pitting Resistance Equivalent Number (PREN). Nilai PREN
untuk stainless steel 316L adalah 26[2].
Berdasarkan standard Outokumpu 4432 [8] yang setara ASTM 316L,
dijelaskan bahwa aplikasi umum yang menggunakan 316L sebagai materialnya
adalah system air minum, system pendingin, system air pembuangan, flanges dan
valves. Jika dilihat dari tipikal sector aplikasinya, terlihat bahwa baja tahan karat
316L digunakan pada lingkungan yang butuh ketahanan korosi terhadap
lingkungan air. Perkembangan teknologi juga memungkinkan baja tahan karat
316L untuk aplikasi ortopedik [9].
Jenis perlakuan stress relieve dapat dilakukan antara 454° hingga 593°C
selama 60 menit [10] dengan kemungkinan kecil terserang sensitasi. Pemanasan
diatas suhu 593°C tidak direkomendasikan dikarenakan ancaman serius terjadinya
sensitasi pada batas butir yang mengakibatkan jatuhnya ketahanan korosi.
2.5. Efek Variabel Metalurgi Pada Korosi Baja Tahan Karat Austenitik
Variabel Metalurgi [11] dapat mempengaruhi perilaku korosi dari baja tahan
karat austenitic, ferritik, duplex, dan martensitik. Distribusi karbon disinyalir
menjadi variable penting yang mempengaruhi kerentanan baja paduan tersebut
terhadap korosi intergranular, teteapi nitrogen dan fasa-fasa metalik juga berperan
penting, dikarenakan semakin banyaknya elemen paduan dan grade baja tahan
karatnya.
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
10
Korosi intergranular, pada suhu berkisar diatas 1035°C, karbida kromium
terlarut sempurna didalam baja tahan karat austenitic. Namun, ketika dipanaskan
perlahan dari tempratur yang tinggi tersebut, atau di panaskan kembali pada
rentang suhu 425 hingga 815°C, karbida kromium menjadi presipitat pada batas
butir. Karbida ini mengandung lebih banyak kromium dibanding matrixnya.
Jika baja tahan karat austenitik didinginkan secara cepat dibawah 425°C,
karbida tidak membentuk presipitat, dan baja tetap tahan terhadap korosi
intergranular. Pemanasan kembali pada suhu 425-815°C. laju presipitasi
maksimum terjadi pada suhu sekitar 675°C [11].
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan konsentrasi dan
perubahan mikrostruktur terhadap korosi baja tahan karat 316L. Pengujian
dilakukan menggunakan AUTOLAB potensiostat yang dijalankan dengan
software NOVA 1.10. Pengujian dilakukan dengan metode siklik. Variasi
konsentrasi didapatkan dengan merubah kandungan NaCl pada larutan aquades.
Kandungan NaCl yang digunakan adalah sebesar 1%, 2%, 3.5%, 4%, 5%.
Pembuatan larutan dilakukan bedasarkan ASTM G-61 [12]. Perubahan
mikrostruktur didapatkan dengan cara memanaskan sampel pada temperatur
1100°C dan ditahan selama 20 menit serta dilanjutkan dengan pendinginan cepat
pada media air di suhu ruang. Pengaruh dari perubahan mikrostruktur tersebut
diuji pada konsentrasi NaCl 3.5%.
4. Hasil Penelitian
4.1. Hasil Metalografi
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
11
(a)
(b)
Gambar 4.1. (a) Penampakan mikrostruktur awal sampel, etsa Beraha. (b) sampel yang
dipanaskan 1100°C selama 20 menit kemudian diikuti dengan pendinginan cepat
pada media air. Etsa Beraha.
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
12
4.2. Hasil Pengujian Pengaruh Konsentrasi NaCl
Gambar. 4.2. Kurva siklik pengaruh konsentrasi NaCl terhadap ketahanan korosi terpusat
4.3. Hasil Pengujian Pengaruh Perubahan Mikrostruktur
Gambar 4.3. perbandingan kurva siklik sampel awal dengan sampel yang dipanaskan
1100°C selama 20 menit dan di dinginkan cepat pada media air.
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
13
5. Pembahasan
5.1. Pembahasan Pengaruh Konsentrasi NaCl
Dari gambar 4.2 didapatkan informasi bahwa pada semua konsentrasi NaCl
yang berbeda, kurva polarisasi siklik dimulai pada potensial yang tidak jauh dari
angka -0.4 V, dimana hal tersebut merupakan karakteristik dari baja tahan karat
austenitik [13].
Untuk konsentrasi larutan NaCl 1% zona pasif sampel berakhir pada +0.47
V. didapatkan nukleasi korosi sumuran dan loop yang tepat. Return potential
terjadi pada +1.09 V; 0.0076 A, yang menunjukkan karakteristik propagasi korosi
sumuran [13] dan hysteresis positif akibat kerusakan irreversible yang diakibatkan
korosi sumuran juga didapatkan. Kurva siklik berakhir dengan repassivation pada
-0.09 V.
Pada konsentrasi NaCl 2% zona pasif sampel berakhir pada +0.55 V.
didapatkan nukleasi korosi sumuran dan loop yang tepat. Return potential terjadi
pada +1.28 V; 0.0072 A, karakteristik propagasi korosi sumuran terlihat [13] dan
hysteresis positif akibat kerusakan irreversible yang diakibatkan korosi sumuran
didapatkan kembali. Kurva siklik berakhir dengan repassivation pada +0.02 V.
Pada konsentrasi NaCl 3,5% zona pasif sampel berakhir pada +0.16 V.
didapatkan nukleasi korosi sumuran dan loop yang tepat. Return potential terjadi
pada +1.09 V; 0.0067 A, terlihat karakteristik propagasi korosi sumuran [13] dan
hysteresis positif akibat kerusakan irreversible yang diakibatkan korosi sumuran
kembali didapatkan. Kurva siklik berakhir dengan repassivation pada -0.1 V.
Pada konsentrasi NaCl 4% zona pasif sampel berakhir pada +0.37 V.
didapatkan nukleasi korosi sumuran dan loop yang tepat. Return potential terjadi
pada +1.05 V; 0.0069 A, karakteristik propagasi korosi sumuran terlihat [13] dan
hysteresis positif akibat kerusakan irreversible yang diakibatkan korosi sumuran
juga didapatkan. Kurva siklik berakhir dengan repassivation pada -0.05 V.
Dan pada konsentrasi NaCl 5% zona pasif sampel berakhir pada +0.48 V.
didapatkan nukleasi korosi sumuran dan loop yang tepat. Return potential terjadi
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
14
pada +1.09 V; 0.0076 A, yang menunjukkan karakteristik propagasi korosi
sumuran [13] dan hysteresis positif akibat kerusakan irreversible yang diakibatkan
korosi sumuran didapatkan. Kurva siklik berakhir dengan repassivation pada
+0.11 V.
Sehingga dari data polarisasi siklik yang didapatkan, dapat terlihat bahwa
urutan ketahanan baja tahan karat 316L terhadap korosi sumuran pada variasi
NaCl dari yang paling tahan adalah 1%, 2%, 5%, 4%, dan 3,5%. Secara umum
kecenderungan yang didapat pada hasil pengujian sudah sesuai dengan literatur
grafik kadar ion terhadap kelarutan oksigen dalam air, dimana larutan NaCl
dengan kadar 3,5% menjadi yang paling korosif, dan konsentrasi 1% menjadi
yang paling tahan dengan korosi sumuran.
5.1. Pembahasan Pengaruh Perubahan Mikrostruktur
Hasil Kurva siklik pada gambar 4.3 dari sampel yang telah dipanaskan
dengan uji polarisasi siklik pada larutan konsentrasi NaCl 3,5% menunjukkan
zona pasif sampel berakhir pada +0.12 V. didapatkan nukleasi korosi sumuran dan
loop yang tepat. Return potential terjadi pada +1.08 V; 0.0064 A, terlihat
karakteristik propagasi korosi sumuran [13] dan hysteresis positif akibat kerusakan
irreversible yang diakibatkan korosi sumuran kembali didapatkan. Kurva siklik
berakhir dengan repassivation pada -0.2 V.
Dibandingkan data sebelumnya, yaitu sampel yang tidak dipanaskan pada
konsentrasi NaCl 3,5% zona pasif sampel berakhir pada +0.16 V. didapatkan
nukleasi korosi sumuran dan loop yang tepat. Return potential terjadi pada +1.09
V; 0.0067 A, terlihat karakteristik propagasi korosi sumuran [13] dan hysteresis
positif akibat kerusakan irreversible yang diakibatkan korosi sumuran kembali
didapatkan. Kurva siklik berakhir dengan repassivation pada -0.1 V.
Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa ketahanan korosi sumuran sampel baja
316L yang telah mengalami perubahan mikrostruktur jauh lebih rendah dari baja
tahan karat 316L yang tidak dilakukan proses pemanasan. Pemanasan
mengakibatkan bentuk butir menjadi tidak seragam, tidak seperti sampel yang
tidak diberi perlakuan panas. Ketidak seragaman batas butir diindikasikan menjadi
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
15
penyebab utama ketahanan korosi sumuran menurun. Keberadaan bintik hitam
yang tampak pada mikrostruktur sampel yang telah dipanaskan, memperlihatkan
terbentuknya suatu fasa yang juga menjadi penyebab menurunnya ketahanan
korosi.
6. Kesimpulan
1. Urutan konsentrasi NaCl mulai dari yang paling korosif hingga paling tidak
korosif secara berturut-turut adalah: 3.5%, 4%, 5%, 2%, 1% Hal ini
dipengaruhi oleh kelarutan oksigen.
2. Pemberian perlakuan panas pada temperatur 1100 °C dan ditahan selama 20
menit dan diikuti dengan pendinginan cepat pada media air, mengakibatkan
terjadinya perubahan mikrostruktur pada sampel yang menjadi lebih tidak
seragam. Selain itu terdapat bintik hitam yang terlihat muncul pada
mikrostruktur berupa fasa yang berbeda dengan kondisi sebelum
dipanaskan.
3. Pemberian perlakuan panas pada temperatur 1100 °C dan ditahan selama 20
menit dan diikuti dengan pendinginan cepat pada media air, mengakibatkan
terjadinya perubahan mikrostruktur pada sampel yang menjadi lebih tidak
seragam. Selain itu terdapat bintik hitam yang terlihat muncul pada
mikrostruktur berupa fasa yang berbeda dengan kondisi sebelum
dipanaskan.
7. Referensi
[1]. Biro Riset LM FEUI. (2010). Analisis Industri Mintyak dan Gas Indonesia:
Masukan Bagi Pengelolaan BUMN. Jakarta. LM FEUI
[2]. Ahmad, Zaki, "Principles of Corrosion Engineering and Corrosion
Control", Elsevier Science & Technology Book, 2006
[3]. Wranglen, G. (1969). Con. Sc, 9, 585.
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016
16
[4]. Jones, Denny A., (1997). Principles and Prevention of Corrosion, 2nd Ed.
Singapore: Prentice Hall International, Inc
[5]. A.Ismail, N.H. Adan. Effect of Oxygen Concentration on Corrosion Rate of
Carbon Steel in Seawater, American Journal of Engineering Research, 2014
[6]. Dong Chaofang, Luo Hong, Xiao Kui, Liu Qian, Sun Ting, Li Xiaogang,
Effect of temperature and Cl- concentration on pitting of 2205 duplex
stainless steel, 201
[7]. Corrosion handbook: Stainless Steels. Sandviken, Sweden: Sandvik Steel &
Avesta Sheffield, 1994.
[8]. Outokumpu 4432 - standard for Austenitic
[9]. ASM Handbook Volume 9, Metallography and Microstructures (USA :
ASM International, 2004)
[10]. North American Steel, Stainless steel 316 and 316L.
[11]. ASM Handbook Volume 13A, Corrosion : Materials (USA : ASM
International, 2004)
[12]. ASTM G61-86 – Standard Test Method for Conducting Cyclic
Potentiodynamic Polarization Measurements for Localized Corrosion
Susceptibility of Iron-, Nickel-, or Cobalt-Based Alloys. ASTM
International
[13]. B.Bermudez-Reyes, et.al, “Cyclic Polarization and Immersion Corrosion
Test on HA/ZrO2/316LSS for Application on Orthopedics Prosthesis”,
International Journal of Electrochemical Science, 2012, February 2012.
Pengaruh konsentrasi ..., Muhammad Faisal Rendi, FT UI, 2016