125
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: TRIYUDHO SEPTIANDI SAPUTRO 1111082000063 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL … · PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL

    RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Disusun Oleh:

    TRIYUDHO SEPTIANDI SAPUTRO

    1111082000063

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2016

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS PRIBADI

    1. Nama : Triyudho Septiandi Saputro

    2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1993

    3. Alamat : Jl. Haji Alwi RT 003 RW 01 No. 18

    Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta

    Selatan, 12530

    4. Telepon : 0838-7809-0022

    5. Email : [email protected]

    II. PENDIDIKAN

    1. SDS Bhakti Tugas : Tahun 2000 – 2005

    2. SMPN 41 Jakarta : Tahun 2005 – 2008

    3. SMAN 34 Jakarta : Tahun 2008 – 2011

    4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2011 – 2016

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan

    Akuntansi

    III. PENGALAMAN ORGANISASI

    1. Anggota Rohis SMAN 34 Jakarta Divisi Humas dan Media

    (Tahun 2009-2010)

    2. Anggota BEM FEB UIN Jakarta Divisi Kemahasiswaan

    (Tahun 2011-2012)

    3. Koordinator Chapter Jakarta Komunitas Jago Akuntansi

    Indonesia (Tahun 2015 – Sekarang)

    mailto:[email protected]

  • vii

    IV. PENGALAMAN KERJA

    1. Junior Auditor KAP ARH&J

    Februari – April 2014

    2. Assistant Project Officer DPS Consultant Agustus – Oktober 2015

    V. LATAR BELAKANG KELUARGA

    1. Ayah : Soewandi

    2. Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 25 Maret 1956

    3. Ibu : Siti Sunarsih

    4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Mei 1956

    6. Alamat : Jl. Haji Alwi RT 003 RW 01 No. 18

    Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta

    Selatan, 12530

  • viii

    INFLUENCE OF AUDIT QUALITY AND CORPORATE SOCIAL

    RESPONSIBILITY TO TAX AVOIDANCE

    ABSTRACT

    The purpose of this study is to examine the relation between Audit Quality

    and Corporate Social Responsibility (CSR) to Tax Avoidance, shows that major

    problem about decreasing revenue to taxes into governance. Because of high

    Audit Quality and high CSR disclosure should prevent indication of Tax

    Avoidance. Samples in this study are the companies who listed in Indonesia Stock

    Exchange or IDX and report their annual report for 2012-2014. Number of

    companies sampled in this study were 24 manufacturing companies for 3 years

    and become 72 samples. The sampling method for this study is purposive

    sampling, and the research method used for this study is analysis linear

    regression.

    The results of this study shows that Audit Quality influence significant

    negative to tax avoidance, and CSR influence significant positive to Tax

    Avoidance.

    Keywords: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Audit Quality,

  • ix

    PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL

    RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE

    ABSTRAK

    Penelitian ini menguji bagaimana hubungan kualitas audit dan Corporate

    Social Responsibility (CSR) terhadap Tax Avoidance, yang memperlihatkan

    pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke pemerintah. Karena

    kualitas audit yang tinggi dan tingginya pengungkapan CSR seharusnya dapat

    mencegah terjadinya Tax Avoidance. Sampel dalam penelitian ini adalah

    perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia atau BEI dan melaporkan laporan

    tahunannya selama 2012-2014. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam

    penelitian ini sebanyak 24 perusahaan manufaktur selama 3 tahun menjadi 72

    sampel. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,

    dan metode penelitian yang digunakan adalah analysis linear regression.

    Hasil penelitian ini menunjukkan Kualitas Audit berpengaruh signifikan

    negatif terhadap Tax Avoidance, dan CSR berpengaruh signifikan positif terhadap

    Tax Avoidance.

    Kata kunci: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Kualitas Audit

  • x

    PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL

    RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

    yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit Dan Corporate

    Social Responsibility Terhadap Tax Avoidance” dengan baik. Skripsi ini disusun

    dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

    di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,

    bimbingan, dukungan, semangat dan do’a, baik langsung maupun tidak langsung

    dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

    1. Orang tua tersayang dan tercinta, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta

    dan sayang, saran, kritikan, dukungan serta do’a yang tertuju untukku. Terima

    kasih atas semua masukan, saran, dorongan dan kritik, perhatian dan doanya

    yang tidak pernah putus.

    2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak Dr. Amilin, M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing

    Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,

    memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima

    kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.

    5. Ibu Reskino, SE., M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang

    tersayang, yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian,

    membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas

  • xi

    semua saran dan pembelajaran yang Ibu berikan selama proses penulisan

    skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.

    6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada

    penulis.

    7. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011,

    terima kasih atas do’a, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis

    selama ini, semoga kita semua meraih kesuksesan yang diinginkan, amin.

    8. Akuntansi B UIN 2011, teman terbaik, terimakasih atas memori empat tahun

    kita bersama-sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna.

    Semoga kita semua mencapai kesuksesan di masa depan.

    9. Grup dan komunitas KJAI, IELTS Line fams dan KKN untuk kesempatan

    berorganisasi, sharing ilmu dan pengalaman bersama yang menyenangkan.

    10. Dee, Dewa, Ditta, Dpd, Farah, Hanbali, Nurul, Opal, Mamat, dan Yanu.

    Terima kasih supportnya guys, dan kebersamaan lebih dari 5 tahun ini,

    terlebih kalian Opal dan Dewa yang rela mengantar dari Bandung ke UIN

    untuk mengejar tandatangan dosen saya.

    11. Ka Ryanna, Amanah, Niwa, Fakhri, Eva, Fandi dan semua teman yang tak

    sempat disebutkan, terimakasih banyaaaak atas semuanya, you guys are

    definitely the best!

    12. Agias dan kakaknya yang telah memberikan support dan bantuan dalam

    pembuatan penulisan ini. Terima kasih atas bantuannya

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

    dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.

    Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan

    kritik yang membangun dari berbagai pihak.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Jakarta, 1 Juni 2016

    Triyudho Septiandi Saputro

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ................................................................................................... i

    Lembar Pengesahan Skripsi ...............................................................................ii

    Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...........................................................iii

    Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ......................................................................iv

    Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................................v

    Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................vi

    Abstract ........................................................................................................... viii

    Abstrak ..............................................................................................................ix

    Kata Pengantar ...................................................................................................x

    Daftar Isi ............................................................................................................xii

    Daftar Tabel .......................................................................................................xv

    Daftar Gambar ................................................................................................ xvi

    Daftar Lampiran............................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1

    B. Perumusan Masalah ..........................................................................15

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................15

    1. Tujuan Penelitian ........................................................................15

    2. Manfaat Penelitian ......................................................................15

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................17

    A. Tinjauan Literatur .............................................................................17

    1. Teori Keagenan ..........................................................................17

    2. Teori Legitimasi .........................................................................18

    3. Tax Avoidance ............................................................................20

    4. Kualitas Audit ...........................................................................29

    5. Corporate Social Responsibility (CSR) .......................................31

    B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu.........................................................33

    C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................36

  • xiii

    D. Hipotesis ............................................................................................37

    1. Kualitas Audit dan Tax Avoidance................................................37

    2. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tax

    Avoidance ....................................................................................38

    3. Variabel-variabel kontrol penelitian .............................................41

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................43

    A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................43

    B. Metode Penentuan Sampel ...............................................................43

    C. Metode Pengumpulan Data ..............................................................45

    D. Metode Analisis Data ......................................................................45

    1. Statistik Deskriptif .....................................................................45

    2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................46

    a. Normalitas Data ...............................................................46

    b. Multikolinieritas ...............................................................47

    c. Autokorelasi .....................................................................48

    d. Heteroskedastisitas ...........................................................50

    3. Uji Analisis Regresi Berganda ....................................................51

    a. Koefisien Determinasi ......................................................52

    b. Uji Statistik F ...................................................................53

    c. Uji Statistik t ....................................................................53

    E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................................54

    1. Variabel Independen ...................................................................54

    a. Kualitas Audit...................................................................54

    b. Corporate Social Responsibility (CSR) .............................55

    2. Variabel Dependen .....................................................................57

    a. Tax Avoidance ..................................................................57

    3. Variabel Kontrol .........................................................................59

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................61

    A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................61

    1. Deskripsi Objek Penelitian ..........................................................61

  • xiv

    2. Deskripsi Sampel Penelitian ........................................................61

    B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .........................................................62

    C. Pembahasan .....................................................................................73

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................81

    A. Kesimpulan .....................................................................................81

    B. Implikasi Penelitian ..........................................................................82

    C. Keterbatasan Penelitian.....................................................................84

    D. Saran ...............................................................................................84

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................86

    LAMPIRAN .....................................................................................................90

  • xv

    DAFTAR TABEL

    NO. KETERANGAN HALAMAN

    1.1 Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap ................2

    2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ...........................................................33

    3.1 Tabel Keputusan Hipotesis Autokorelasi ..............................................49

    4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ..................................................................62

    4.2 Hasil Uji Deskriptif Statistik .................................................................62

    4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov............................................65

    4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel ......................................................66

    4.5 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel ......................................................67

    4.6 Analisis Uji Durbin-Watson ......................................................................68

    4.7 Hasil Uji Autokorelasi Variabel .............................................................68

    4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................71

    4.9 Hasil Uji Statistik F ...............................................................................71

    4.10 Hasil Uji Statistik F ...............................................................................72

    4.11 Hasil Uji Statistik t ................................................................................73

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    NO. KETERANGAN HALAMAN

    1.1 Total Penerimaan Pajak dalam Triliun Rupiah ..........................................8

    2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................36

    4.1 Grafik Histogram ......................................................................................63

    4.2 Grafik Normal Plot ....................................................................................64

    4.3 Grafik Scatterplot ......................................................................................70

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran - Lampiran .........................................................................................90

    Perusahaan Sampel Penelitian ............................................................................91

    Data Mentah Penelitian ......................................................................................94

    Indikator CSR ....................................................................................................99

    Data Auditor atau KAP Perusahaan.................................................................. 101

    Hasil Output Penelitian .................................................................................... 106

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh dirjen pajak ada 4.000

    perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) pada tahun 2012 nihil nilai

    pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian selama

    7 tahun berturut-turut (Pranata & Puspa, 2014). Fenomena perpajakan yang

    menarik karena terdapat polemik didalamnya membuat berkembangnya

    penelitian mengenai perpajakan.

    Beberapa tahun terakhir ini kasus mengenai Tax Avoidance

    (penghindaran pajak) menjadi isu hangat, dimana ditemukan beberapa

    perusahaan yang telah terungkap hingga ke media. Hundal (2011) dalam

    Annuar, Salihu, Normala, & Obid (2014) berargumentasi bahwa Tax

    Avoidance (penghindaran pajak) perusahaan merupakan isu yang paling

    menantang dari generasi sekarang yang memperlihatkan pengurangan

    pendapatan yang serius terhadap pajak ke pemerintah. Hal tersebut

    diperlihatkan oleh banyaknya berita mengenai pajak akhir-akhir ini yang

    membuat hampir seluruh negara gempar karena terungkapnya banyak

    perusahaan besar yang melakukan penghindaran maupun pelanggaran pajak.

    Halaman selanjutnya mengungkapkan fenomena pajak yang terjadi hingga

    2015 dalam bentuk tabel.

  • 2

    No Perusahaan Berita Analisa Sumber

    1 Starbucks,

    Google, dan

    Amazon

    (Inggris)

    Starbucks tidak

    membayar pajak pada

    2013. Amazon pada 2011

    hanya mencatat beban

    pajak sebesar 1.8 juta

    euro. Dan Google Inggris

    hanya membayar 6 juta

    euro pada 2011.

    Diungkapkan oleh

    bbc.com bahwa

    ketiga perusahaan

    besar ini telah

    melakukan berbagai

    usaha untuk

    menghindari pajak

    di Inggris.

    http://www.

    bbc.com/ne

    ws/uk-

    politics-

    23019514

    2 Perusahaan

    Asing

    (Indonesia)

    Kepatuhan dalam

    melaporkan info

    perpajakan bagi

    perusahaan asing

    menurun bila

    dibandingkan dengan

    tahun lalu yaitu sebesar

    89% namun sekarang

    hanya 83% begitu yang

    dikutip dari Direktur

    Penyuluhan, Pelayanan,

    dan Hubungan

    Masyarakat (Humas)

    Ditjen Pajak Mekar

    Satria Utama

    Pengemplangan

    pajak terjadi hanya

    pada perusahaan

    multinasional asing

    yang mungkin

    disebabkan

    peraturan perpajakan

    mengenai pajak luar

    negeri.

    http://www.

    merdeka.co

    m/peristiwa/

    penghindara

    n-pajak-

    perusahaan-

    global-di-

    dunia.html

    dan

    http://bisnis

    keuangan.ko

    mpas.com/r

    ead/2015/04

    /23/1049076

    26/Ada.Peru

    sahaan.Mult

    inasional.As

    ing.yang.Di

    duga.Menge

    mplang.Paja

    k

    3 Asian Agri

    (Indonesia)

    Direktorat Jenderal Pajak

    Departemen Keuangan

    menetapkan lima anggota

    direksi Asian Agri Group

    sebagai tersangka

    penggelapan pajak. Lima

    orang itu berinisial LA,

    WT, ST, TBK, dan AN.

    Tertangkapnya direksi

    Asian Agri karena telah

    melakukan kecurangan

    dalam pelaporan SPT PT.

    Asian Agri.

    Hal yang dilakukan

    direksi PT. Asian

    Agri merupakan tax

    evasion

    (penggelapan pajak)

    karena melakukan

    penggelembungan

    biaya, merubah hasil

    penjualan dan

    merubah transaksi

    ekspor menjadi rugi.

    http://www.

    merdeka.co

    m/uang/dirj

    en-pajak-

    janji-usut-

    kasus-

    perpajakan-

    wilmar-

    grup.html

    dan

    http://www.

    antikorupsi.

    org/id/conte

    nt/sukanto-

    tanoto-

    tersangka-

    Bersambung pada halaman selanjutnya

    Tabel 1.1

    Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap

    http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.htmlhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajakhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajakhttp://www.antikorupsi.org/id/content/sukanto-tanoto-tersangka-penggelapan-pajak

  • 3

    No Perusahaan Berita Analisa Sumber

    penggelapan

    -pajak

    4 HSBC

    Swiss,

    Amerika

    Serikat,

    Prancis,

    Belgia dan

    Argentina

    dan tarif

    pajak

    Irlandia

    (Eropa)

    Dalam laporannya,

    HSBC Swiss diduga

    telah membantu nasabah

    kaya menghindari pajak

    dengan menawarkan

    skema agresif untuk

    mengurangi pajak di

    negara asal, khususnya

    Eropa.

    Penghindaran

    pembayaran pajak

    memang tidak

    melanggar hukum,

    tetapi secara sengaja

    menyembunyikan

    dana untuk

    menghindari pajak

    adalah suatu

    pelanggaran

    http://dispen

    da.jabarprov

    .go.id/2015/

    06/09/prihat

    in-

    menghindari

    -pajak-di-

    tanah-air-2/

    ,

    http://www.

    pajak.go.id/

    content/artic

    le/pemagara

    n-pelarian-

    pajak-

    penghasilan

    dan

    http://www.

    bbc.com/ind

    onesia/dunia

    /2015/02/15

    0209_hsbc_

    pajak

    5 IKEA

    (Eropa)

    IKEA dituduh

    menghindari pajak

    dengan nilai mencapai 1

    miliar euro atau setara

    dengan 1,1 miliar dollar

    AS. Hal tersebut

    dilakukan IKEA pada

    kurun waktu 2009 hingga

    2014.

    IKEA dengan

    sengaja

    memindahkan dana

    dari gerainya di

    seluruh Eropa ke

    anak perusahaannya

    di Belanda. Dengan

    demikian, mereka

    akan terbebas dari

    pajak di Linhtenstein

    atau Luxembourg

    http://bisnis

    keuangan.ko

    mpas.com/r

    ead/2016/02

    /16/1010412

    26/Komisi.E

    ropa.Selidik

    i.Kasus.Pen

    ghindaran.P

    ajak.oleh.IK

    EA

    Diungkap dalam majalah BBC yang diakses pada tanggal 21 April

    2015, dalam artikel yang diunduh dari http://www.bbc.com/news/uk-politics-

    23019514 bahwa perusahaan kopi yang telah global ini menghasilkan

    Tabel 1.1

    Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap

    Tabel 1.1 (lanjutan)

    Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap

    Sumber : Diolah dari berbagai sumber

    http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.pajak.go.id/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilanhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajakhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514

  • 4

    penjualan sebesar 400 juta Euro di Inggris pada tahun 2012, namun mereka

    tak membayar pajak perusahaan sama sekali. Starbucks yang memiliki

    penjualan sebesar 400 juta euro pada 2012 dan tidak membayar pajak pada

    2013. Begitu pula yang terjadi pada 2 perusahaan global ini, Amazon dengan

    penjualan 3,35 miliar euro pada 2011 hanya mencatat beban pajak sebesar 1.8

    juta euro. Dan Google Inggris hanya membayar 6 juta euro untuk treasury

    pada 2011 ketika turnover 395 juta euro. Tindakan agresif untuk menghindari

    pajak setelah sekian lama dilakukan oleh ketiga perusahaan ini akhirnya

    terungkap. Diungkapkan oleh bbc.com bahwa ketiganya telah melakukan

    berbagai usaha untuk menghindari pajak di Inggris.

    Selain itu ada terdapat juga perbankan yang membantu perusahaan

    untuk melakukan Tax Avoidance. HSBC membantu klien dunia menghindari

    pembayaran pajak ratusan juta poundsterling, demikian temuan BBC pada

    Februari tahun 2015 ini yang dimuat dalam web BBC yaitu

    http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajak. Dalam

    laporannya, HSBC Swiss diduga telah membantu nasabah kaya menghindari

    pajak dengan menawarkan skema agresif untuk mengurangi pajak di negara

    asal, khususnya Eropa. Perbedaan pembayaran pajak yang menyebabkan

    perusahaan beralih ke negara yang lebih rendah tarif pajaknya. Seperti Irlandia

    yang tarif pajak rendah menyebabkan perusahaan multinasional pindah ke

    Irlandia. Raksasa perbankan HSBC membantu klien dunia menghindar

    pembayaran pajak ratusan juta poundsterling, demikian temuan BBC. Data-

    data ini berisi rincian hampir 7.000 klien di Inggris. HSBC mengakui

    http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajak

  • 5

    sejumlah orang mempergunakan kerahasian bank untuk memiliki rekening

    yang tidak diumumkan. Akan tetapi, situasinya menjadi lebih rumit dan berat

    manakala terjadi di Indonesia yang kesenjangan ekonominya tak sekecil

    negara lainnya. Rekening luar negeri tidak melanggar hukum Inggris, tetapi

    banyak orang menggunakannya untuk menyembunyikan uang kontan dari

    petugas pajak. Penghindaran pembayaran pajak memang tidak melanggar

    hukum, tetapi secara sengaja menyembunyikan dana untuk menghindari pajak

    adalah suatu pelanggaran seperti yang dikutip dari web

    http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-

    tanah-air-2/)

    Selain itu terdapat perusahaan hardware, yaitu IKEA yang terlibat

    dalam Tax Avoidance. IKEA dituduh menghindari pajak dengan nilai

    mencapai 1 miliar euro atau setara dengan 1,1 miliar dollar AS. Hal tersebut

    dilakukan IKEA pada kurun waktu 2009 hingga 2014. Seperti yang terungkap

    didalam artikel berita kompas yang diakses Februari 2016 ini pada web

    http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa

    .Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEA. Dalam laporan tersebut

    ditulis, estimasi pajak yang dihindari IKEA menyebabkan hilangnya

    pemasukan pajak di Jerman senilai 35 juta euro atau 39 juta dollar AS, 24 juta

    euro atau 26 juta dollar AS di Prancis, dan 11,6 miliar euro atau 13 juta dollar

    AS di Inggris. Diduga dengan sengaja memindahkan dana dari gerainya di

    seluruh Eropa ke anak perusahaannya di Belanda. Dengan demikian, mereka

    akan terbebas dari pajak di Linhtenstein atau Luxembourg.

    http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEAhttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEA

  • 6

    Selain diluar negeri ternyata kasus Tax Avoidance ini sampai ke

    Indonesia. Tak hanya menjadi tren di luar negeri, namun Indonesia

    mengalaminya juga. Artikel yang diakses pada April 2015 dari web

    http://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-

    wilmar-grup.html ini mengungkapkan salah satu kasus yang terungkap yaitu

    Asian Agri. Direktur PT Asian Agri melakukan kecurangan terhadap laporan

    perpajakannya hingga merugikan negara begitu besar. Diberitakan oleh

    Antikorupsi.org dan Pajak.go.id bahwa Direktorat Jenderal Pajak Departemen

    Keuangan menetapkan lima anggota direksi Asian Agri Group sebagai

    tersangka penggelapan pajak. Lima orang itu berinisial LA, WT, ST, TBK,

    dan AN. Tertangkapnya direksi Asian Agri karena telah melakukan

    kecurangan dalam pelaporan SPT PT. Asian Agri. Menyembunyikan uang Rp

    2,621 triliun dari petugas pajak sehingga tidak perlu membayar 30% atau Rp

    786,3 miliar untuk pajaknya. Hal yang dilakukan direksi PT. Asian Agri

    merupakan tax evasion (penggelapan pajak) karena melakukan

    penggelembungan biaya, merubah hasil penjualan dan merubah transaksi

    ekspor menjadi rugi. Penelitian Uppal (2005) dalam tentang kasus Tax

    Avoidance di Indonesia mengemukakan bahwa di negara-negara berkembang

    banyak terjadi kasus Tax Avoidance (Prakosa, 2014). Caranya dengan tidak

    melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya

    atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Tax Avoidance ini telah membuat

    pendapatan pajak negara menjadi sempit dan mengakibatkan kehilangan

    potensi pendapatan pajak yang begitu besarnya. Serta masih sedikit pula kasus

    http://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.htmlhttp://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.html

  • 7

    yang terungkap di dalam negeri yang dapat dijadikan contoh untuk Tax

    Avoidance ini.

    Beberapa fenomena diatas menyangkut Tax Avoidance merupakan

    contoh dari kasus yang diambil dari perusahaan besar. Itu terlihat dari

    banyaknya temuan Tax Avoidance pada tahun 2012 hingga sekarang dan

    hampir terjadi diseluruh belahan negara. Contohnya kasus Tax Avoidance

    yang terjadi di luar negeri seperti contohnya Starbucks, Google dan Amazon

    di Inggris, Asian Agri dan perusahaan asing di Indonesia, IKEA di Eropa dan

    HSBC di beberapa negara seperti Swiss, Amerika Serikat, Prancis, Belgia dan

    Argentina.

    Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang berperan

    besar (Maharani & Suardana, 2014). Maka dari itu setiap warga negara yang

    memiliki kewajiban untuk membayar pajak atau wajib pajak diharuskan

    membayar pajak sesuai dengan perhitungan dan perundang-undangan yang

    berlaku. Seperti yang diungkapkan dalam Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas UU nomor

    6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal

    1 ayat 1 yang berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

    terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

    Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

    digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    Padahal potensi perpajakan di Indonesia sangatlah besar, namun sayang belum

    tergarap optimal. Dari 254,8 juta penduduk Indonesia, hingga Januari 2015,

  • 8

    baru tercatat 26,8 juta WP orang pribadi. Padahal pemilik pekerjaan potensial

    mencapai 44,8 juta orang.

    Dengan potensi yang begitu besar, negara Indonesia dapat

    mengembangkan penerimaannya melalui sektor pajak. Para ahli

    memproyeksikan bahwa peningkatan pajak akan terus berkembang hingga

    masa akhir kepemimpinan Presiden saat ini (Poesoro, 2015). Gambar dibawah

    ini memproyeksikan total penerimaan pajak dari tahun 2000-2019.

    Grafik diatas menggambarkan proyeksi peningkatan pajak dari 2015-

    2019 yang didasarkan APBN 2002-2014. Grafik dimulai dari tahun 2000 yang

    memiliki realisasi penerimaan pajak 200 triliun (Poesoro, 2015) hingga tahun

    2015 mencapai 877 triliun dalam realisasi penerimaaan pajaknya. Dalam

    melakukan proyeksi penerimaan pajak, Poesoro (2015) menggunakan dua

    Gambar 1.1

    Total Penerimaan Pajak dalam Triliun Rupiah

    Sumber : Proyeksi Poesoro (2015) berdasarkan APBN 2002-2014

  • 9

    asumsi yaitu target penerimaan pajak sesuai dengan asumsi yang tertera dalam

    APBN-P 2014 dan juga reaslisasinya. Tampak dalam tahun 2015-2019

    peningkatan akan berlanjut hingga akhir masa kepemimpinan Presiden Jokowi

    dengan total Rp. 1.989 triliun. Grafik tersebut menunjukkan kemungkinan

    peningkatan pendapatan negara dalam bidang perpajakan yang dapat

    mendukung pembangunan negara Indonesia.

    Namun disisi lain, sebagai wajib pajak, pajak merupakan sebuah beban

    atau pengurang pendapatan. Maka dari itu wajib pajak mencoba memutar otak

    agar dapat menghindari pajak secara legal. Walaupun terdengar seperti sebuah

    kesalahan atau kecurangan namun penghindaran pajak ini sama sekali tidak

    melanggar ketentuan yang berlaku, peraturan perpajakan dan peraturan

    akuntansinya. Hal ini diungkapkan Maharani & Suardana (2014) yang

    berpendapat bahwa persoalan mengenai penghindaran pajak merupakan

    masalah yang rumit, diperbolehkan namun tidak diinginkan.

    Manusia bersifat oportunistik, yaitu kecenderungan untuk

    memanfaatkan kesempatan dengan tujuan memperoleh keuntungan dari suatu

    posisi atau keadaan tertentu, namun dengan merugikan pihak lainnya (Pranata

    & Puspa, 2014). Manipulasi data-data keuangan untuk kepentingan apapun

    dan siapapun adalah salah. Hal ini memberikan pandangan bahwa hal yang

    berkaitan dengan etika bisnis merupakan suatu hal yang benar. Maka dari itu

    terkadang terdapat pembenaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan

    berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan tersebut.

  • 10

    Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,

    mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai

    dengan yang melanggar peraturan perpajakan (Annisa & Kurniasih, 2012).

    Dari perbedaan cara itu menimbulkan beberapa istilah dalam dunia perpajakan

    mengenai menghindari, memotong, menggelapkan, mengatur dari pajak

    perusahaan.

    Beberapa peneliti sebelumnya menggunakan istilah yang berbeda-beda

    antara lain: agresivitas pajak (tax aggressiveness) diangkat oleh (Balakrishnan

    and Guay, 2012; Frank, Lynch, & Rego, 2009; Richardson & Lanis, 2012),

    manajemen pajak (tax management) diangkat oleh (Minnick dan Noga, 2010),

    dan perencanaan pajak (tax planning) diangkat oleh (Armstrong & Blouin,

    2011; Sabli dan Noor, 2012; Wahab dan Holland, 2012) juga penghindaran

    pajak (Tax Avoidance) (Annisa & Kurniasih, 2012; Annuar et al., 2014;

    Kanagaretnam, 2014). Hanlon et al. (2010) menyimpulkan bahwa semua

    definisi dan istilah tersebut memiliki arti yang sama.

    Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak

    semakin dituntut oleh otoritas publik (Annisa & Kurniasih, 2012). Asumsinya

    bahwa dampak dari perilaku pajak yang agresif dari suatu perusahaan

    membuat pemegang saham sadar agar tidak ingin perusahaan mereka turut

    agresif dalam hal pajak dan segera mencegah tindakan tersebut jika mereka

    tahu sebelumnya karena pengawasan dari otoritas publik.

  • 11

    Oleh karena tuntutan oleh otoritas publik akan transparansi dalam

    pelaporan, membuat pemegang saham berpikir bahwa kualitas audit dalam

    suatu perusahaan merupakan hal yang vital. Telah terbukti dari penelitian

    sebelumnya, bahwa kualitas audit penting. Kanagaretnam (2014)

    menyimpulkan dari penelitian Becker et al. (1998), Francis et al. (1999),

    Krishnan (2003), Khurana and Raman (2004), Choi et al. (2008), Francis and

    Wang (2008), dan Kanagaretnam et al. (2010), yang menjelaskan bahwa

    Kantor Akuntan Publik (KAP) dari Big 4 (PriceWaterhouseCooper - PWC,

    Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young-E&Y) meningkatkan

    kualitas pengungkapan dan meninggikan kepercayaan dari laporan keuangan

    di Amerika dan global. Dan juga memiliki tingkat kecurangan lebih rendah

    dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big 4 (Annisa

    & Kurniasih, 2012).

    Dari hasil penelitian Kanagaretnam (2014) mengenai hubungan

    kualitas audit dan Tax Avoidance menemukan bukti kuat bahwa KAP Big 4

    berhubungan dengan semakin rendahnya Tax Avoidance. Sementara penelitian

    Kanagaretnam (2014) mengambil sampel dari berbagai negara, kemudian

    peneliti ingin melihat dari sudut pandang lokal, yaitu Indonesia.

    Selain dari kualitas audit, terdapat hal lain yang dapat dihubungkan

    dengan Tax Avoidance, yaitu corporate social responsibility. Hoi, Wu, &

    Zhang (2014) memaparkan bahwa perusahaan dengan kegiatan Corporate

    Social Responsibility (CSR) yang lebih tidak bertanggung jawab, terlebih

    perusahaan dengan kegiatan CSR yang tidak bertanggung jawab dan

  • 12

    berlebihan pada tahun tertentu, memiliki probabilitas yang lebih tinggi dari

    keterlibatan dengan penampungan pajak (tax sheltering), perbedaan buku

    pajak yang lebih besar (book-tax gap) dan cash effective tax rate yang lebih

    rendah. Itu menunjukkan semakin tinggi kinerja CSR perusahaan, semakin

    sedikit kemungkinan untuk melakukan Tax Avoidance.

    Kegiatan Tax Avoidance selain akan merugikan masyarakat dan

    pemerintah, seiring dengan berjalannya waktu akan merugikan perusahaan

    multinasional juga. Itu karena bila terdapat investigasi dari pemerintah yang

    diliput oleh media yang akan menimbulkan perspektif negatif dari konsumen

    (Huda, 2014). Lalu dampaknya akan terlihat pada kepercayaan konsumen

    terhadap suatu perusahaan. Sehingga perspektif konsumen yang akan

    menurunkan reputasi perusahaan berdampak terhadap nilai saham suatu

    perusahaan.

    Selain efek eksternal yang ditimbulkan perspektif konsumen dari

    pandangan negatif terhadap perusahaan yang melakukan Tax Avoidance,

    terdapat efek internal dalam perusahaan karenanya. Manajemen yang

    melakukan Tax Avoidance menimbulkan kerugian dimata pemegang saham,

    karena dikhawatirkan akan melakukan kegiatan lain yang berlawanan dengan

    tujuan pemegang saham seperti penyimpangan manajerial yang apabila

    terdeteksi akan menimbulkan pasar saham akan bereaksi negatif (Huda, 2014).

    Dan reaksi negatif dari pasar saham akan menimbulkan penurunan harga

    saham. Dan sebagai cerminan dari harga saham, nilai perusahaan akan ikut

    menurun. (Huda, 2014).

  • 13

    Berdasarkan uraian diatas, mengenai seberapa pentingnya kualitas

    audit dan juga corporate social responsibility, peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian yang berkaitan dengan Tax Avoidance. Hal yang

    membedakan penelitian ini dengan penelitian Annisa & Kurniasih (2012),

    Kanagaretnam (2014), Maharani & Suardana (2014), Richardson & Lanis

    (2012) dan Wahyudi (2015) adalah :

    1. Peneliti menambah variabel lain yaitu CSR sebagai variabel baru yang

    jarang dihubungkan dengan Tax Avoidance. Sementara di negara lain telah

    menghubungkan kedua variabel ini, seperti yang telah diteliti oleh

    (Richardson & Lanis, 2012). Selain itu, kemungkinan terjadinya Tax

    Avoidance dapat terjadi dari manajer perusahaan, yang peneliti yakin ini

    dapat terlihat dari laporan tahunan perusahaan, dan salah satunya laporan

    pengungkapan CSR

    2. Peneliti menggunakan proksi BTG atau Book Tax GAP yang masih jarang

    dipakai sebagai perhitungan BTG, seperti Wahyudi (2015), Prakosa

    (2014), Pranata & Puspa (2014) menggunakan ETR sebagai proksi dari tax

    avoidance. Peneliti mengikuti jejak Annisa & Kurniasih (2012) dengan

    menggunakan BTG, namun (Annisa & Kurniasih, 2012) menggunakan

    seluruh perusahaan yang listed di bursa saham. Dan peneliti membedakan

    dan lebih spesifik ke perusahaan manufaktur yang listed di bursa saham.

    Penelitian ini penting untuk diteliti karena fenomena yang terjadi saat

    ini mendorong kita sebagai warga yang taat kepada negara untuk terhindar

    atau menghindar dari tindakan Tax Avoidance yang merugikan negara ini,

  • 14

    selain itu Tax Avoidance juga merupakan isu yang sedang hangat di abad 21

    dan masih sedikit pembahasan lebih lanjut mengenai fenomena ini. Begitu

    besarnya dan berkembangnya fenomena ini hingga beberapa tahun terakhir

    banyak terungkap perusahaan yang melakukan Tax Avoidance dimulai dari

    internasional hingga perusahaan nasional. Seperti Google, Starbuck,

    Amazon.com, IKEA hingga HSBC menjadi fasilitator atau pemberi jasa

    bagaimana cara menghindari pajak disuatu negara. Perusahaan dalam negeri

    pun terungkap ada yang tertangkap tangan melakukan penggelapan pajak.

    Namun belum banyak kasus dari Indonesia yang terungkap hingga diharapkan

    dengan penelitian ini dapat mengungkap kemungkinan atau potensi Tax

    Avoidance ini dengan variabel yang diteliti.

    Hundal (2011) dalam Annuar et al. (2014) berargumen bahwa Tax

    Avoidance merupakan isu paling menantang untuk generasi sekarang karena

    dapat mengurangi pendapatan pajak pemerintah. Selain itu uniknya penelitian

    ini yaitu dihubungkan dengan kualitas audit yang diproksikan oleh besarnya

    KAP dalam perusahaan listing di BEI yang menjadi indikator dari penilaian

    atau pendeteksian terjadinya Tax Avoidance. Menurut Richardson & Lanis

    (2012) CSR dapat berpotensi mempengaruhi keagresifan pajak yang dapat

    berakhir dengan Tax Avoidance. Maka peneliti juga ingin melihat seberapa

    besar pengaruh dari pengungkapan CSR dalam suatu laporan keuangan dapat

    mempengaruhi terdapatnya Tax Avoidance dalam suatu perusahaan di

    Indonesia.

  • 15

    Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian

    ini dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit dan Corporate Social

    Responsibility terhadap Tax Avoidance”

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

    hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apakah kualitas audit berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax

    Avoidance di Indonesia?

    2. Apakah CSR berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance di

    Indonesia?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah menemukan bukti empiris dari :

    a. Kualitas audit terhadap Tax Avoidance di Indonesia dengan melihat

    dari perusahaan listing BEI

    b. CSR terhadap Tax Avoidance di Indonesia dengan melihat dari

    perusahaan listing BEI

    2. Manfaat Penelitian

    Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat

    dibidang akademik maupun praktik, sebagai berikut:

    a. Bagi Akademisi:

  • 16

    1) Memberikan pengetahuan tentang Tax Avoidance pada perusahaan.

    2) Memberikan informasi sebagai sumber referensi penelitian dengan

    variabel Tax Avoidance.

    3) Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam

    penulisan penelitian selanjutnya.

    b. Bagi Perusahaan

    1) Memberikan wawasan mengenai Tax Avoidance dan pengelolaan

    CSR dalam perusahaan.

    c. Bagi Investor

    1) Memberikan indikator untuk menilai suatu perusahaan dan

    memberikan keyakinan dalam memilih perusahaan.

    d. Bagi Pemerintah

    1) Memberikan masukan bagi pemerintah dalam pembuatan

    kebijakan di bidang perpajakan yang dapat mencegah praktik

    penghindaran pajak perusahaan.

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Literatur

    1. Teori Keagenan

    Pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk

    memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada

    berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Prakosa, 2014). Oleh sebab

    itu diperlukan adanya pemisahan antara pemilik dengan pengelola perusahaan

    yang dapat menimbulkan masalah, antara lain yaitu adanya kemungkinan

    pengelola atau manajer melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan

    keinginan atau kepentingan pemilik atau pemegang saham.

    Teori agensi berisi mengenai hubungan secara kontrak antara anggota-

    anggota di perusahaan. Hubungan agensi terjadi saat satu orang atau lebih

    (principal/pemegang saham) mempekerjakan orang lain (agen/manajer) untuk

    memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang

    pengambilan keputusan (Jao & Pagalung, 2011). Inti dari hubungan keagenan

    adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan

    pengendalian di pihak manajemen.

    Definisi lain menurut Lukviarman (2006) dalam Pranata & Puspa

    (2014), Agency Theory merupakan perspektif yang secara jelas

    menggambarkan masalah yang timbul dengan adanya pemisahan antara

    kepemilikan dan pengendalian terhadap perusahaan, yaitu terdapatnya konflik

  • 18

    kepentingan dalam perusahaan. Konflik ini disebut agency problem atau

    masalah agensi (Jao & Pagalung, 2011).

    Permasalahan yang timbul antara pemegang saham dan manajer

    menimbulkan kekhawatiran bagi pemegang saham. Dan salah satu

    kekhawatiran bagi pemegang saham adalah tindakan untuk menghindar dari

    pajak (Tax Avoidance). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Fisher (2014)

    mengatakan apabila terdapat manajer atau manajemen yang melakukan Tax

    Avoidance akan menimbulkan pandangan yang tidak baik pula terhadap

    pemegang saham yang disebabkan kekhawatiran terhadap manajer akan

    melakukan tindakan yang berlawanan dengan pemegang saham.

    Permasalahan yang timbul atas dasar kepercayaan tidak hanya

    ditunjukkan kekhawatiran pemegang saham kepada manajer perusahaan.

    Begitu pula juga oleh masyarakat terhadap perusahaan yang terus mencoba

    untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan

    dan norma-norma masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat.

    2. Teori Legitimasi

    Terdapat 2 teori yang berhubungan dengan pengungkapan sosial

    perusahaan, yakni teori legitimasi dan agensi (Nasir, Kurnia, & Hakri, 2013).

    Legitimacy theory secara esensial adalah teori yang berorientasi pada sistem,

    dalam hal ini organisasi atau perusahaan dipandang sebagai salah satu

    komponen dalam lingkungan sosial yang lebih besar. Karena merupakan suatu

    komponen yang besar dalam suatu lingkungan sosial, maka perusahaan turut

  • 19

    andil dalam melakukan aktivitas sosial di lingkungan tersebut. Seperti yang

    diungkapkan oleh Nasir et al. (2013) bahwa teori ini secara jelas mengakui

    suatu entitas bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyebutkan bahwa

    perusahaan sepakat untuk menunjukkan berbagai aktivitas sosial perusahaan

    agar diterima masyarakat akan tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan

    menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

    Chariri (2008) mengatakan teori legitimasi sangat bermanfaat dalam

    menganalisis perilaku organisasi (Nasir et al., 2013). Legitimasi merupakan

    hal yang penting bagi organisasi/perusahaan sehingga batasan-batasan yang

    ditekankan oleh norma dan nilai sosial dalam suatu lingkungan, dan reaksi

    terhadap batasan norma dan nilai sosial tersebut mendorong pentingnya

    analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan sosial. Oleh

    karena itu, kegagalan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan norma

    ataupun adat yang diterima oleh masyarakat, akan mengancam legitimasi

    perusahaan serta sumber daya perusahaan, lalu akan mengancam legitimasi

    perusahaan serta sumber daya perusahaan, dan pada akhirnya akan

    mengancam kelangsungan hidup perusahaan. (Nasir et al., 2013).

    Dalam teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan terus mencoba

    untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan

    dan norma-norma masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat. Hal

    itu mendukung bahwa perusahaan juga memiliki andil dalam pembangunan

    bangsa dengan melalui kepatuhannya akan membayar pajak. Sebagai suatu

    kewajiban bermasyarakat maka dari itu perusahaan mengungkapkan kegiatan

  • 20

    CSR. Oleh karenanya teori ini menggambarkan pandangan terhadap

    pentingnya pengungkapan CSR di suatu perusahaan. Penelitian ini melihat

    bagaimana norma serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat

    merupakan hal penting yang akan mempengaruhi perusahaan. Selain memiliki

    kualitas audit yang baik, perusahaan juga perlu mengungkapkan kegiatan CSR

    kepada masyarakat.

    3. Tax Avoidance

    Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya oleh Maharani &

    Suardana (2014) bahwa persoalan mengenai penghindaran pajak merupakan

    masalah yang rumit, diperbolehkan namun tidak diinginkan. Namun

    sebenarnya tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh sejumlah

    perusahaan di Indonesia tidak dimaksudkan untuk menggelapkan pajak, tapi

    lebih pada tujuan penghematan besarnya beban pajak yang dibayar oleh

    perusahaan dengan cara memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang

    ada di Indonesia (Annisa & Kurniasih, 2012). Khurana dan Moser (2009)

    menyatakan bahwa aktivitas Tax Avoidance yang dilakukan oleh manajemen

    perusahaan dalam upaya semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak

    perusahaan atau yang sekarang bisa kita sebut Tax Avoidance (Annisa &

    Kurniasih, 2012).

    “Corporate Tax Avoidance broadly as the reduction in explicit taxes

    paid, and we measure Tax Avoidance as the difference between the firm’s

    “unmanaged tax amount” and its “managed tax amount””

  • 21

    Kalimat diatas mengutip dari Kanagaretnam (2014) yang berisi definisi

    dari Tax Avoidance secara luas yaitu sebagai pengurangan pajak eksplisit

    dibayar, dan mengukur penghindaran pajaknya sebagai perbedaan antara

    "unmanaged amount tax" perusahaan dan "managed amount tax". Perbedaan

    ini menunjukkan seberapa agresif manajer mengatur strategi untuk

    mengurangi pajak yang harus dibayar. Secara rinci Kanagaretnam (2014)

    menjelaskan bahwa Tax Avoidance merupakan upaya yang dilakukan oleh

    wajib pajak melalui pemanfaatan kompleksitas pajak, dan hal-hal yang tidak

    diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan.

    Sama hal dengan Pohan (2009) yang mendefinisikan Tax Avoidance

    sebagai proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi

    pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Bila dilihat dari definisi tersebut

    maka hal itu telah diatur atau sengaja dilakukan oleh pengelola perusahaan

    atau manajer untuk menghindar dari pajak. Sedangkan Jaya, Arafat, & Kartika

    (2014) menyebutkan bahwa Tax Avoidance merupakan rekayasa “tax affairs”

    yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Yang

    menekankan pada ketiadaannya suatu pelanggaran perundang-undangan

    perpajakan.

    Secara singkat Annisa & Kurniasih (2012) serta Maharani & Suardana

    (2014) memaparkan Tax Avoidance adalah salah satu cara untuk menghindari

    pajak secara legal atau dengan menuruti peraturan yang ada dan tidak

    melanggar peraturan perpajakan. Dari semua definisi tersebut dapat

    disimpulkan bahwa Tax Avoidance merupakan upaya mengefisiensikan beban

  • 22

    pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya

    pada transaksi yang bukan objek pajak. (Pohan, 2013)

    Selain dikenal dengan nama Tax Avoidance, banyak peneliti

    menyebutnya dengan manajemen pajak (tax planning). Tax planning

    merupakan sarana untuk menyelesaikan kewajiban perpajakan dengan benar

    namun jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk

    memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Jaya et al., 2014).

    Zain (2005) dalam Pohan (2009) menyatakan perencanaan pajak atau

    perbuatan untuk menghindari pajak (Tax Avoidance) yang berhasil dan harus

    secara jelas dibedakan dengan perbuatan penyelundupan pajak (Tax Evasion)

    karena menurut Zain (2005), Tax Avoidance termasuk dalam pengertian

    perencanaan pajak (Tax Planning).

    Selain tax planning ada juga istilah lain, yaitu agresivitas pajak (Tax

    Aggressiveness). Tax aggressiveness adalah strategi perusahaan yang tidak

    sesuai dengan harapan masyarakat (Richardson & Lanis, 2012). Frank et al.

    (2009) mendefinisikan pelaporan pajak yang agresif (Aggressive Tax) sebagai

    manipulasi turunan penghasilan kena pajak (taxable income) melalui

    perencanaan pajak (Tax Planning) yang mungkin atau tidak mungkin

    dianggap penggelapan pajak (Tax Evasion). Kesimpulannya agresivitas pajak

    merupakan kegiatan mengatur pajak untuk menghindarinya (Tax Avoidance)

    tanpa menggelapkan (Tax Evasion) pajak itu sendiri. Namun Balakrishnan and

    Guay (2012) berpendapat bahwa agresivitas pajak adalah seperangkat lebih

  • 23

    luas dari transaksi yang tujuan utamanya adalah hanya untuk menurunkan

    kewajiban pajak perusahaan.

    Banyak istilah dalam perpajakan seperti penggunaan istilah agresivitas

    pajak (tax aggressiveness) dalam penelitian (Balakrishnan and Guay, 2012;

    Frank et al., 2009; Richardson & Lanis, 2012). Penggunaan istilah manajemen

    pajak (tax management) dalam penelitian Minnick dan Noga (2010). Dan

    istilah perencanaan pajak (tax planning) dalam penelitian (Armstrong &

    Blouin, 2011; Sabli & Noor, 2012; Wahab dan Holland, 2012). Dan istilah

    dalam penelitian ini sendiri yaitu penghindaran pajak (Tax Avoidance) dalam

    penelitian (Annisa & Kurniasih, 2012; Annuar et al., 2014; Kanagaretnam,

    2014).

    Semua istilah selain Tax Avoidance pada intinya sama, hanya

    menggunakan istilah yang berbeda beda namun artinya serupa, dari tax

    aggressiveness (agresifitas pajak), tax management (manajemen pajak), tax

    planning (perencanaan pajak) dan Tax Avoidance (penghindaran pajak) seperti

    yang disimpulkan oleh Hanlon et al. (2010). Namun beda halnya dengan tax

    evasion (penggelapan pajak) yang telah melanggar peraturan yang berlaku.

    Menurut Annisa & Kurniasih (2012) Indonesia memiliki celah

    (loopholes) legalitas dalam tindakan penghematan pajak yang masih ambigu,

    sehingga Wajib Pajak tidak disarankan untuk menarik kesimpulan sendiri

    terkait dengan undang-undang perpajakan. Lebih baik bila Wajib Pajak

  • 24

    melakukan cross check terkait pemahaman undang-undang dengan otoritas

    perpajakan.

    Dalam melakukan pengaturan pajak (tax planning) terdapat 2

    perbedaan mendasar yaitu menghindari (Tax Avoidance) atau menggelapkan

    (tax evasion). Tax evasion (penggelapan pajak) merupakan suatu usaha

    penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan

    (Annisa & Kurniasih, 2012). Sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara

    Tax Avoidance dan tax evasion, yaitu Tax Avoidance (penghindaran pajak)

    sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (lawful),

    sedangkan tax evasion (penggelapan pajak) adalah usaha untuk mengurangi

    hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful). (Xynas, 2011)

    Upaya Tax Avoidance dilakukan menggunakan strategi dengan

    mematuhi ketentuan yang berlaku, seperti memanfaatkan pengecualian dan

    potongan yang diperkenankan dalam ketentuan, maupun memanfaatkan hal-

    hal yang belum diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan yang berlaku

    (Mangunsong, 2002).

    Terdapat tiga langkah akan dilakukan perusahaan dalam

    meminimalkan pajak yang dikenakan (Prakosa, 2014). Pertama, perusahaan

    berusaha untuk menghindari pajak baik secara legal maupun ilegal. Kedua,

    caranya mengurangi beban pajak seminimal mungkin baik secara legal

    maupun ilegal. Ketiga atau terakhir, apabila kedua langkah sebelumnya tidak

    dapat dilakukan maka wajib pajak akan membayar pajak tersebut. Prakosa

  • 25

    (2014) menjelaskan tidak sedikit perusahaan yang melakukan perencanaan

    pajak (tax planning) dengan tujuan untuk meminimalisasi pajak yang harus

    dibayar oleh perusahaan.

    Menurut buku Chairil Anwar Pohan (2013) dan Suandy (2008) dalam

    Annisa & Kurniasih (2012) terdapat beberapa hal yang memengaruhi perilaku

    wajib pajak untuk menimimalkan kewajiban pembayaran pajak mereka atau

    memotivasi mereka untuk menghindari pajak, baik secara legal maupun

    illegal, yang bisa disebut dengan Propensity of Dishonesty yaitu :

    a) Tinggi kerumitan suatu peraturan (complexity of rule). Maka semakin

    rumitnya suatu peraturan mengenai perpajakan, membuat wajib pajak

    cenderung menghindarinya karena biaya untuk mengetahuinya

    menjadi tinggi.

    b) Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay). Semakin besar

    jumlah pajak yang harus dibayarkan maka semakin besar pula

    kemungkinan wajib pajak untuk melakukan kecurangan untuk

    menghindar, memperkecil atau menggelapkaan pajak.

    c) Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe). Terkadang secara disengaja atau

    tidak disengaja wajib pajak melakukan negosiasi dengan fiskus dalam

    melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karenanya,

    apabila uang untuk negosiasi semakin tinggi, maka semakin kecil pula

    /kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

    d) Risiko deteksi (Probability of detection). Menjelaskan mengenai

    kemungkinan besarnya pelanggaran dari ketentuan perpajakan itu

  • 26

    terdeteksi. Bila rendah risiko terdeteksinya, maka wajib pajak

    cenderung melakukan pelanggaran. Dan semakin tinggi risikonya,

    wajib pajak akan lebih konservatif untuk tidak melanggar peraturan.

    e) Besarnya denda (Size of penalty). Semakin ringan denda atau sanksi

    dari pelanggaran suatu ketentuan pajak, maka wajib pajak cenderung

    melakukan pelanggaran. Sebaliknya bila semakin berat sanksi

    perpajakan yang dapat dikenakan, maka wajib pajak cenderung untuk

    tidak melanggar ketentuan perpajakan.

    f) Moral masyarakat. Tergantung pribadi orang yang menentukan apakah

    akan patuh atau tidak.

    Dari motivasi yang mendorong untuk melakukan penghindaran pajak

    tersebut maka muncullah modus-modus untuk melakukannya. Dalam

    bukunya, manajemen perpajakan, Chairil Anwar Pohan memaparkan cara-cara

    pengelakan pajak. Ada 6 cara pengelakan pajak yang biasa dipraktikan, yaitu :

    1. Penggeseran pajak (Tax Shifting) yaitu pemindahan atau pentransferan

    beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian

    orang atau beban yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak

    menanggungnya.

    2. Kapitalisasi pajak (Capitalization) yaitu pengurangan harga objek

    pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan

    kemudian oleh pembeli.

  • 27

    3. Transformasi (Transformation) yaitu cara pengelakan pajak yang

    dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang

    dikenakan terhadapnya

    4. Penyelundupan pajak (Tax Evasion) menunjuk pada rekayasa tax

    affairs yang berada diluar bingkai peraturan perpajakan

    5. Penghindaran pajak (Tax Avoidance) menunjuk pada rekayasa tax

    affairs yang masih dalam bingkai ketentuan perpajakan

    6. Pengecualian pajak (Tax Exemption) adalah pengecualian pengenaan

    pajak yang diberikan kepada perorangan atau badan berdasarkan

    undang-undang pajak.

    Selain Tax Avoidance, bentuk lain dari manajemen pajak adalah tax

    evasion, dimana yang dimaksud dengan tax evasion (penggelapan pajak)

    merupakan suatu usaha penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan

    peraturan perpajakan (Annisa & Kurniasih, 2012). Sehingga dapat dibedakan

    dengan jelas antara Tax Avoidance dan tax evasion, yaitu penghindaran pajak

    (Tax Avoidance) sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat

    legal (lawful), sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) adalah usaha untuk

    mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful). (Xynas, 2011)

    Dari semua cara-cara mengelak pajak, peneliti ingin mengangkat

    seputar Tax Avoidance karena istilah ini umum di Indonesia. Selain itu Tax

    Avoidance juga merupakan suatu hal yang masih tabu antara diperbolehkan

    namun merugikan negara dan masyarakat. Maka dari itu topik ini peneliti

    angkat. Didukung pernyataan Hundal (2011) dalam Annuar et al. (2014) yang

  • 28

    mengatakan bahwa penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan

    merupakan isu yang paling menantang dari generasi sekarang yang

    memperlihatkan pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke

    pemerintah.

    Dalam memahami bagaimana Tax Avoidance terjadi, Komite urusan

    fiskal dari Organization for Economic Co – operation and Development

    (OECD) dikutip Suandy (2008) dalam Jaya et al. (2014) menyebutkan

    karakteristik dari Tax Avoidance mencakup tiga hal, yaitu:

    a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah–olah

    terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan

    faktor pajak.

    b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang–

    undang atau menerapkan ketentuan–ketentuan legal untuk berbagai tujuan,

    padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang–

    undang.

    c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para

    konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran

    pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin (Council of

    Executive Secretaries of Tax Organizations, 1991).

    Dalam perhitungan Tax Avoidance, peneliti menggunakan book tax

    gap atau book tax difference (BTD). Book tax gap adalah metode

    penghitungan melihat kesenjangan atau perbedaan antara laba komersial yang

    dilaporkan dalam laporan laba rugi menurut peraturan akuntansi dengan laba

  • 29

    fiscal atau laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi untuk kepentingan

    perpajakan yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan negara yang

    bersangkutan (Annisa & Kurniasih, 2012).

    Menurut Annisa & Kurniasih (2012), mengukur penghindaran pajak

    atau Tax Avoidance sulit dilakukan karena data untuk pembayaran pajak

    dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) sulit didapat untuk itu perlu

    pendekatan untuk menaksir berapa pajak yang sebenarnya dibayar perusahaan

    kepada pemerintah oleh karena itu dalam penelitian mereka mengadopsi

    pendekatan tidak langsung untuk mengukur variabel dependen penghindaran

    pajak yaitu dengan memulai menghitung perbedaan laba akuntansi dengan

    penghasilan / laba kena pajak (gap between financial and taxable income),

    perbedaan yang dilaporkan ke pemegang saham atau investor menggunakan

    GAAP/SAK, sedangkan ke Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan

    Perpajakan, perbedaan ini terkenal dengan sebutan book tax gap (Desai &

    Dharmapala, 2007).

    4. Kualitas Audit

    Kualitas audit dengan transparansi menjadi salah satu elemen yang

    berhubungan. Transparansi terhadap investor dapat dicapai dengan

    melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan rapat umum

    pemegang saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam

    hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (Annisa & Kurniasih, 2012).

  • 30

    Maka dari itu transparansi laporan sangat penting untuk mengungkapkan

    segala kegiatan perusahaan.

    Hal tersebut mendorong pemegang saham atau perusahaan

    mempekerjakan atau menggunakan jasa auditor yang lebih terpercaya atau

    berkualitas. Perusahaan menggunakan jasa auditor yang berkualitas dapat

    menjamin informasi laporan keuangan yang dilaporkan, sehingga pengguna

    laporan keuangan atau investor akan lebih percaya atas informasi tersebut

    (Pranata & Puspa, 2014).

    Purwanti & Rahardjo (2012) mengungkapkan bahwa salah satu cara

    pemilik atau investor untuk meminimalisir asimetris informasi dan

    ketidakseimbangan yang terjadi di perusahaan yaitu dengan menggunakan

    auditor yang berkualitas, harapan terhadap auditor yang berkualitas adalah

    dapat menemukan indikasi keganjilan atau kecurangan seperti manajemen

    laba yang dilakukan di perusahaan.

    Berdasarkan penelitian Teoh dan Wong (1993) dalam Sari, Anugerah,

    & Dwiningsih (2010) ditunjukkan pasar merespon secara berbeda terhadap

    kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 5 dan non big 5. Artinya

    semakin berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas angka akuntansi

    yang dilaporkan, dengan demikian semakin besar tingkat pengungkapan

    laporan keuangan. Pengaruh tingginya kredibilitas angka akuntansi yang

    dilaporkan oleh KAP yang dikategorikan KAP `besar` mempunyai pengaruh

  • 31

    yang lebih untuk mempengaruhi perusahaan untuk lebih transparan dalam

    mengungkapkan informasi.

    Pengukuran kualitas audit dapat dilakukan dengan menggunakan

    proksi spesialisasi industri dan ukuran KAP. Tax Avoidance diukur dengan

    book tax gap yaitu menyimpulkan perbedaan terkait laba yang dilaporkan ke

    pasar modal atau laba komersial dengan laba yang dilaporkan dalam otoritas

    perpajakan atau laba fiskal (Annisa & Kurniasih, 2012).

    5. Corporate Social Responsibility (CSR)

    Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Sosial

    Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara

    sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam

    operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung

    jawab organisasi dibidang hukum (Nasir et al., 2013).

    Hoi et al. (2014) menemukan bahwa perusahaan dengan kegiatan CSR

    yang lebih tidak bertanggung jawab, terutama mereka dengan kegiatan CSR

    yang tidak bertanggung jawab dan berlebihan pada tahun tertentu, memiliki

    probabilitas yang lebih tinggi dari terlibat dalam penampungan pajak (tax

    sheltering), perbedaan buku pajak yang lebih besar antara

    diskresioner/permanen, dan tingkat beban kas pajak yang lebih rendah.

    CSR merupakan sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan

    pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai

    perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

    (financial) saja (Nasir et al., 2013). Tapi tanggung jawab perusahaan harus

  • 32

    berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial

    juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup

    menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).

    Menurut Richardson & Lanis (2012) berdasarkan kesimpulannya dari

    jurnal Desai and Dharmapala (2006b), Williams (2007) dan Avi Yonah

    (2008), CSR berpotensi mempengaruhi agresivitas pajak dalam hal bagaimana

    rekening perusahaan dan mengarahkan sistem dan proses dalam hal

    kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

    Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan faktor penting

    keberlangsungan hidup dari suatu perusahaan (Richardson & Lanis, 2012).

    Sementara CSR adalah tindakan sosial sebagai bentuk tanggung jawab sebuah

    perusahaan terhadap semua pemegang kepentingan. Oleh karena itu suatu

    perusahaan membutuhkan dukungan para pemegang kepentingan untuk

    menjalankan operasional perusahaan.

  • 33

    B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

    Tabel 2.1 berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber referensi dalam penelitian ini:

    No. Nama Peneliti Judul

    Penelitian

    Metode Penelitian Hasil Penelitian

    Persamaan Perbedaan

    1 Kiridaran

    Kanagaretnam,

    Jimmy Lee,

    Chee Yeow

    Lim, Gerald J.

    Lobo (2014)

    Auditor Quality

    and Corporate

    Tax Avoidance

    Kualitas audit dan Tax

    Avoidance

    Proksi kualitas audit

    menggunakan

    besarnya KAP

    Sampel peneliti di 1 negara,

    dengan laporan

    keuangan

    perusahaan

    listing

    Menggunakan book tax-gap dari

    laporan

    keuangan

    Hasil penelitian dari 34 negara, kualitas audit

    berhubungan dengan rendahnya penghindaran

    pajak.

    Auditor Big N berpengaruh besar kepada

    kualitas audit.

    Dan efek dari kualitas audit terhadap Tax

    Avoidance kurang menonjol saat formal

    institusi sudah kuat

    2 Grant

    Richardson,

    Roman Lanis

    (2011)

    Corporate

    Social

    Responsibility

    And Tax

    Aggressiveness

    Variabel CSR

    Variabel Tax Aggressiveness

    = Tax Avoidance

    Sampel peneliti adalah

    perusahaan

    listing di BEI

    Pengukuran penghindaran

    pajak: book tax-

    gap

    Berdasarkan 408 perusahaan yang listing di

    Australia, semakin tinggi level CSR maka

    semakin rendah agresivitas pajak.

    Tabel 2.1

    Penelitian- Penelitian Terdahulu

    Bersambung pada halaman selanjutnya

  • 34

    No. Nama Peneliti Judul

    Penelitian

    Metode Penelitian Hasil Penelitian

    Persamaan Perbedaan

    3 Annisa dan

    Kurniasih

    (2012)

    Pengaruh

    Corporate

    Governance

    Terhadap Tax

    Avoidance

    Variabel Tax Avoidance

    Proksi Tax Avoidance

    menggunakan

    book tax-gap

    Proksi kualitas audit

    menggunakan

    besarnya KAP

    Variabel Corporate

    Governance

    Variabel CSR

    Dari hasil penelitian terhadap 200 perusahaan

    listing BEI

    Tidak terdapat pengaruh signifikan pada kepemilikan institusional terhadap Tax

    Avoidance.

    Tidak terdapat pengaruh signifikan pada dewan komisaris terhadap Tax Avoidance

    Tidak terdapat pengaruh signifikan pada komposisi dewan komisaris terhadap Tax

    Avoidance

    Terdapat pengaruh signifikan pada komite audit terhadap Tax Avoidance

    Terdapat pengaruh signifikan pada kualitas audit terhadap Tax Avoidance

    4 Maharani &

    Suardana

    (2014)

    Pengaruh

    Corporate

    Governance,

    Profitabilitas

    Dan

    Karakteristik

    Eksekutif Pada

    Tax Avoidance

    Perusahaan

    Manufaktur

    Variabel Independen yaitu

    Tax Avoidance

    Variabel Dependen

    corporate

    governance,

    profitabilitas

    dan karakteristik

    eksekutif

    Proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite audit yang merupakan proksi dari

    corporate governance dan ROA yang

    merupakan proksi dari profitabilitas

    berpengaruh negatif

    Risiko perusahaan yang merupakan proksi dari karakteristik eksekutif berpengaruh

    positif

    Kepemilikan insitusional yang merupakan proksi dari corporate governance tidak

    berpengaruh terhadap tindakan Tax

    Tabel 2.1 (lanjutan)

    Penelitian- Penelitian Terdahulu

    Bersambung pada halaman selanjutnya

  • 35

    No. Nama Peneliti Judul

    Penelitian

    Metode Penelitian Hasil Penelitian

    Persamaan Perbedaan

    Avoidance

    5 Dudi Wahyudi

    (2015)

    Analisis

    Empiris

    Pengaruh

    Aktivitas

    Corporate

    Social

    Responsibility

    (CSR) terhadap

    Penghindaran

    Pajak di

    Indonesia

    Variabel

    Independen yaitu

    Tax Avoidance

    Variabel Dependen

    Corporate Social

    Responsibility

    Proksi Tax Avoidance

    dengan Cash

    ETR

    Tingkat aktivitas CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak

    Tabel 2.1 (lanjutan)

    Penelitian- Penelitian Terdahulu

    Sumber : Diolah dari berbagai sumber

  • 36

    C. Kerangka Pemikiran

    Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

    Gambar 2.1

    Kerangka Pemikiran

    Kualitas Audit

    Corporate

    Social

    Responsibility

    Tax

    Avoidance

    Indonesia

    Hasil

    penelitian

    Fenomena tax avoidance yang marak terjadi akhir-akhir ini

    Basis teori : teori legitimasi dan teori agensi

    Kesimpulan dan saran

    Populasi : perusahaan manufaktur yang listing di BEI

    Metode regresi berganda

  • 37

    D. Hipotesis

    a. Kualitas Audit dan Tax Avoidance

    Begitu banyak istilah perpajakan tersebut, namun peneliti ingin

    mengungkap mengenai istilah Tax Avoidance. Kanagaretnam (2014)

    meneliti hubungan kualitas auditor dengan Tax Avoidance. Dengan

    menghubungkan kualitas audit dengan Tax Avoidance perusahaan yang

    terjadi dalam skala global oleh beberapa negara. Dalam jurnal yang sekaligus

    menjadi acuan dalam pembuatan skripsi ini, jurnal ini membuat hipotesa

    bahwa kualitas audit yang di proksi kan dengan besarnya KAP berhubungan

    negatif dengan penghindaran pajak perusahaan yang dihitung dengan metode

    book tax gap.

    Annisa & Kurniasih (2012) meyakinkan bahwa terdapat pengaruh

    signifikan dari kualitas audit terhadap Tax Avoidance. Keyakinan itu

    didapatkan apabila sebuah perusahaan yang diaudit oleh KAP yang besar

    atau memiliki nama seperti Big 4, akan memiliki kualitas informasi

    keuangan yang dapat dipercaya dan baik pula. Oleh karena KAP Big 4 yang

    menjaga kualitas dari auditnya, maka membuat perusahaan yang diaudit

    terjaga kualitas laporan keuangannya dan dapat terdeteksi bila terdapat

    kejanggalan sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya Earning

    Management atau bahkan Tax Avoidance.

    Maharani & Suardana (2014) juga mendapatkan hasil yang serupa.

    Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance sehingga bila

    dijabarkan semakin baik kualitas audit yang di proksikan oleh besarnya KAP

  • 38

    maka semakin rendahnya Tax Avoidance. Ini dikarenakan oleh kesulitan

    suatu perusahaan untuk melakukan Tax Avoidance apabila diaudit oleh KAP

    besar atau Big 4.

    Namun hasil berbeda didapatkan oleh Jaya et al. (2014) dan Pranata

    & Puspa (2014). Kedua penelitian menemukan bahwa kualitas audit tidak

    berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Jaya et al. (2014) menggunakan

    perhitungan Tax Shelter yang diadaptasi dari penelitian Wilson (2009)

    dalam penelitian Khurana dan Moser (2012). Dan Pranata & Puspa (2014)

    menggunakan perhitungan ETR.

    Perbedaan ini membuat peneliti ingin menguji hubungan kualitas

    audit dengan Tax Avoidance. Berdasarkan penelitian sebelumnya pun

    mengatakan terdapat hubungan negatif antara keduanya. Maka dari

    penelitian sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini

    sebagai berikut:

    H1: Kualitas Audit berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance

    b. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tax Avoidance

    Kewajiban Perusahaan sebagai Wajib Pajak dalam menjadi bagian

    suatu kenegaraan adalah membayar pajak. Dalam teori legitimasi

    menyatakan bahwa perusahaan terus mencoba untuk meyakinkan bahwa

    mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma

    masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat. Hal itu mendukung

    bahwa perusahaan juga memiliki andil dalam pembangunan bangsa dengan

    melalui kepatuhannya akan membayar pajak. Apabila dengan penuh

  • 39

    kesadaran perusahaan membayar pajak sesuai nominal yang ditetapkan,

    berarti perusahaan telah membina hubungan baik dengan pemerintah

    (Maesarah, Atikah, & Husnaini, 2015).

    CSR merupakan kegiatan sosial yang diungkapkan oleh perusahaan

    dalam rangka mematuhi peraturan yang berlaku. Peraturan BAPEPAM dan

    Lembaga Keuangan mengenai keluasan pengungkapan item-item CSR yaitu

    pada peraturan nomor X.K.6 revisi tahun 2012 mengenai Penyampaian

    Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik. Berlakunya peraturan

    tersebut membuat pengungkapan item dari CSR menjadi disclosure yang

    bersifat wajib.

    Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh

    perusahaan, diharapkan dapat menekan terjadinya Tax Avoidance. Hal itu

    karena apabila suatu perusahaan yang mengungkapkan CSR namun

    melakukan Tax Avoidance, maka akan mempengaruhi reputasi perusahaan

    tersebut sehingga penilaian masyarakat atau stakeholder menurun. Maka dari

    itu perusahaan yang telah mengungkapkan CSR nya diharapkan terhindar

    dari praktik Tax Avoidance

    Dalam penelitian Richardson & Lanis (2012) mereka meyakinkan

    bahwa pemegang kepentingan diluar direksi juga dapat mempengaruhi

    keberlangsungan perusahaan. Serta semakin perusahaan memiliki tanggung

    jawab sosial kemungkinan besar dapat menghalangi terjadinya kegiatan

  • 40

    penghindaran pajak secara agresif Richardson & Lanis (2012). Dengan

    demikian kegiatan CSR berpengaruh negatif dengan Tax Avoidance.

    Penelitian Hoi et al. (2014) mendapatkan hasil yang sama dengan

    Richardson & Lanis (2012). Hoi juga menyimpulkan bahwa perusahaan

    dengan banyaknya kegiatan CSR yang tidak dipertanggung jawabkan

    memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan Tax Sheltering.

    Gribnau (2015) menilai secara moral, bahwa perusahaan yang

    mengungkapkan dan melakukan kegiatan CSR maka akan lebih mengikuti

    peraturan dengan melakukan Tax Planning yang mengikuti peraturan yang

    berlaku.

    Namun dibandingkan dengan dalam negeri, tidak selamanya terdapat

    hubungan antara pengungkapan CSR dengan Tax Avoidance. Melalui

    penelitiannya Wahyudi (2015) menyimpulkan bahwa CSR tidak

    berhubungan dengan Tax Avoidance. Maesarah et al. (2015) telah meneliti

    hal yang sama dengan Wahyudi (2015) dan mendapatkan hasil yang serupa,

    yaitu CSR tidak berhubungan dengan Tax Avoidance di Indonesia.

    Perbedaan ini membuat peneliti ingin menguji hubungan CSR

    dengan Tax Avoidance. Berdasarkan penelitian sebelumnya pun mengatakan

    terdapat hubungan negatif antara keduanya. Maka dari penelitian

    sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai

    berikut:

    H2: CSR berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance

  • 41

    c. Variabel-variabel kontrol penelitian

    Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam

    penelitian ini juga memasukkan beberapa variabel kontrol. Variabel kontrol

    adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan

    sebagai variabel bebas tetapi keberadaannya dikendalikan (dikontrol) dengan

    tujuan untuk meminimalisir pengaruh dari faktor-faktor di luar variabel yang

    diuji. (Maesarah et al., 2015)

    CompSize merupakan variabel kontrol untuk melihat besarnya suatu

    perusahaan yang dihitung melaui log natural dari total asset. Besarnya

    perusahaan akan sejalan dengan semakin agresifnya Tax Avoidance

    dibanding perusahaan kecil karena mempengaruhi ekonomi secara global.

    (Richardson & Lanis, 2012)

    Menurut Richardson dan Lanis (2007) dalam Maesarah et al. (2015)

    perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai

    pajak yang tinggi. Sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada Undang-

    Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa penghasilan yang

    diterima oleh subjek pajak (perusahaan) akan dikenai pajak penghasilan,

    sehingga semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan

    menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan kep