Upload
others
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA,
TRANSPARANSI, DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI TERHADAP
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
(Studi Empiris pada Pemerintah Desa di Kecamatan Bendosari,
Kecamatan Polokarto, dan Kecamatan Mojolaban di
KabupatenSukoharjo)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
SIDIQ WAHYU RAMADAN
B 200150340
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, TRANSPARANSI,
DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI TERHADAP AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
(Studi Empiris pada Pemerintah Desa di Kecamatan Bendosari, Kecamatan
Polokarto, dan Kecamatan Mojolaban di Kabupaten Sukoharjo)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas sumber daya
manusia, transparansi, dan pemanfaatan teknologi terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa. Penelitian ini dilakukan pada pemerintah desa di 3
kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Populasi penelitian ini adalah aparatur
pemerintah desa yang menduduki jabatan kepala desa, sekretaris desa, kepala
urusan keuangan, dan bendahara desa di 3 kecamatan di Kabupaten Sukoharjo.
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
convenience sampling dengan jumlah sampel sebanyak 102 responden. Analisis
data menguunakan regresi linear berganda dengan menggunakan program SPPS
versi 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas sumber daya
manusia, transparansi, dan pemanfaatan teknologi berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa di Kabupaten Sukoharjo.
Kata Kunci: akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, kualitas sumber daya
manusia, transparansi, pemanfaatan teknologi.
Abstract
The research aims to determine the effect quality of human resource,
transparency, aan utilization of technology towards the accounting of the financial
management of the village. This study was conducted at the village of goverment
at 3 capitals in Sukoharjo district. The population of reseach is the establishment
of the village of goverment which occupied the head of the village, secretary of
the village, head of the village finance, and the village chief advisor in at the 3
capitals in Sukoharjo district. The sampling technique are used in this research is
convenience sampling, the population in this reseach is 102 respondents of the
village aparaturs. The data analysis model used is a multiple linear regression
model using SPSS test tool version of 16. Research result suggest that a variety of
human resource, tranparency, and utilization of technology reactors were
influential to accountability of financial management of the village of Sukoharjo
district.
Keyword : accounting of the financial management of the village, quality of
human resource, transparency, utilization of technology.
1. PENDAHULUAN
Pengertian desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 yang mengatur tentang pengelolaan keuangan desa. Desa atau dikenal
2
dengan nama lain dengan adat yang selanjutnya disebut desa merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah desa memiliki wewenengan untuk mengelola dana atau
keuangan secara mandiri dengan begitu diharapkan pembangunan akan tepat
sasaran karena pengelolaan dana dianggarkan sesuai kebutuhan masyarakat desa
sendiri.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 sumber pendapatan desa
adalah pendapatan asli desa atas hasil usaha aset, swadaya, partisipasi, gotong
royong dan lain-lain pendapatan asli desa, alokasi dari APBN dalam belanja
transfer ke daerah atau desa, retribusi daerah kabupaten atau kota paling sedikit
10% dari pajak dan retribusi daerah, alokasi dana desa yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang diterima kabupaten atau kota paling sedikit 10% dari
dana perimbangan yang diterima kabupaten atau kota dalam APBD setelah
dikurangi dana alokasi khusus, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD
kabupaten/kota, hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga, dan
lain-lain pendapatan desa yang sah. Dari pendapatan yang diterima oleh desa, desa
memiliki kewenangan penuh terhadap pengelolaan keuangannya, sehingga desa
dapat berkembang baik dari segi ekonomi maupun budaya dan harus diimbangi
dengan pengelolaan yang memadai sehingga ketepatan sasaran dan tujuan dapat
tercapai.
Menurut Kementerian Desa PDTT, pemberian dana desa dari pemerintah
yang begitu besar tentunya menuntut tanggung jawab perangkat desa untuk
merealiksasikanya, maka diperlukannya sumber daya manusia yang mumpuni
untuk mengelola keuangan yang baik sehingga tingkat kesalahan dan kecurangan
dapat diminimalisir. Dalam hal mewujudkan dan mendukung tata kelola
pemerintahan yang baik terutama pengelolaan dana desa yang secara langsung
berdampak pada desa yang menerima dana desa, sehingga perlu menggunakan
aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES). SISKEUDES merupakan sistem
3
berbasis online yang diperuntukan untuk pengelolaan dana desa berdasarkan
rekomendasi Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat RI maupun Komisi
Pemberantasan Korupsi pada tahun 2015. Dengan didukung sumber daya manusia
yang potensial diharapkan akan tercipta pengelolaan kuangan desa yang akuntabel
dan transparan.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 menginstruksikan agar seluruh
badan publik menyediakan informasi publik yang dapat di akses oleh masyarakat
secara umum kecuali informasi yang sifatnya rahasia. Salah satu prinsip yang
penting dalam tata kelola pemerintahan yang baik adalah keterbukaan informasi
dan didukung oleh laporan yang berkesinambugan dalam hal pengelolaan
keuangan dana desa, sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak berpihak tentang pengelolaan keuangan dana desa disetiap
tahapanya, baik dalam perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran,
pertanggungjawaban, maupun hasil pemeriksaan dengan tetap memperhatikan
atas hak asasi pribadi, golongan, atau rahasia desa. Sikap keterbukaan sangat
diperlukan dan diwajibkan untuk dilakukan didalam institusi atau setiap lembaga
publik yang memiliki keterkaitan terhadap orang banyak, hal itu diperlukan
sebagai bentuk pengawasan awal terhadap setiap tindakan yang telah atau akan
diambil dalam institusi tersebut.
Pada zaman modern ini teknologi telah berkembang pesat termasuk sistem
pengelolaan keuangan pemerintahan, sistem pengelolaan keuangan pemerintah
yang sedang dan telah berprinsip pada e-goverment akan dapat menunjang
pengelolaan keuangan desa. Untuk mencapai target penerapan teknologi yang
efektif, perlu diadakan komputerisasi pemerintahan atau e-goverment sehingga
pemerintah desa dapat menyajikan laporan keuangan yang berbasis kepada Sistem
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Fenomena pengelolaan keuangan desa menarik untuk di kaji disebabkan
dana yang bermuara di desa bisa dikatakan sangat tinggi, hal ini berpotensi
menimbulkan tingkat penyalahgunaan kewenangan yang tinggi pula serta masih
adanya beberapa desa yang belum bisa memaksimalkan pengelolaan keuangan
tersebut, hal itu tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang sangat
4
berperan dalam pengelolaan keuangan desa. Disamping itu kurang terbukanya
perangkat desa atas pengelolaan keuangan desa juga menjadi sorotan di tengah
masyarakat dewasa ini, teknologi juga ikut berperan yang mana masih sering
dijumpai desa yang belum dapat memaksimalkan teknologi yang telah difasilitasi
oleh pemerintah pusat dengan tujuan mewujudkan pengelolaan keuangan dana
desa yang baik dan dapat meminimalisir kecurangan serta resiko yang tinggi.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengambil judul “PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA
MANUSIA, TRANSPARANSI, DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI
TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
(Studi Empiris pada Pemerintah Desa di Kecamatan Bendosari, Kecamatan
Polokarto, dan Kecamatan Mojolaban di Kabupaten Sukoharjo)”.
2. METODE
2.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang diberikan secara langsung kepada setiap aparatur pemerintah desa
yang menduduki jabatan kepala desa, sekretaris desa, kepala urusan keuangan,
dan bendahara desa pada kantor-kantor kepala desa di Kecamatan Bendosari,
Kecamatan Polokarto, dan Kecamatan Mojolaban di Kabupaten
SukoharjoPengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
convenience sampling. Convenience sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan mengumpulkan informasi dari elemen-elemen populasi yang tersedia
dengan tidak perlu susah payah.
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Desa-desa di wilayah Kecamatan Bendosari, Kecamatan Polokarto, dan
Kecamatan Mojolaban di Kabupaten Sukoharjo. (2) Desa yang memiliki sususan
perangkat desa terstruktur dan sah sesuai Permendagri Nomor 84 tahun 2015
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. (3) Desa dengan
lokasi terdekat serta mudah dijangkau oleh peneliti. (4) Desa dan aparatur
5
perangkat desa yang bersedia menjadi responden untuk mengisi kuesioner dengan
lengkap.
Responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kepala desa
merupakan otoritas pemegang jabatan tertinggi di suatu desa yang memiliki tugas
untuk menyelenggarakan pemerintah desa dan pemberdayaan desa. (2) Sekretaris
desa adalah perangkat desa yang berkedudukan sebagai unsur pimpinan
sekretariat desa yang menjalankan tugas sebagai koordinator Pelaksana
Pengelolaan Keuangan Desa (PPKD). (3) Kepala urusan keuangan adalah
perangkat desa yang bertugas membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan
pengelolaan sumber pendapatan desa pengelolaan administrasi keuangan desa
dalam mempersiapkan bahan penyususnan APBDes. (4) Bendahara desa adalah
salah satu unsur Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTKPD) yang
dijabat oleh staf pada urusan keuangan yang bertugas menerima, memyimpan,
menyetor/membayar, menatausahakan, mempertanggungjawabkan penerimaan
pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDes.
2.2 Definisi dan Operasional Variabel
2.2.1 Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel dependen adalah akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa. akuntabilitas pengelolaan keuangan desa merupakan kewajiban
pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut
(Mardiasmo 2009:20). Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini
menurut Wardhana (2016), adalah perumusan rencana keuangan, pelaksanaan dan
pembiyaan kegiatan, melakukan evaluasi atas kinerja, pelaksanaan pelaporan
keuangan. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala lickert
dengan range 1-5.
6
2.2.2 Variabel Independen
2.2.2.1 Kualitas Sumber Daya Manusia
Menurut Simanjuntak (1985), kualitas sumber daya manusia adalah kemampuan
bekerja diukur dengan usia/umur, artinya orang berada dalam usia kerja dianggap
mampu bekerja.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini menurut Idward
(2017), adalah pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku
(attitude). Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala lickert
dengan range 1-5.
2.2.2.2 Transparnsi
Menurut Didjaja (2003:261), transparansi adalah ketebukaan pemerintah dalam
membuat kebijakan-kebijakan sehingga dapat diketahui oleh masyarakat.
Transparansi pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas dan keterbukaan
infromasi antara pemerintah dengan rakyat. Indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel ini menurut Ultafiah (2017), adalah informatif, keterbukaan,
pengungkapan, ketersediaan informasi, keterlibatan masyarakat, keterbukaan
proses, dan keterbukaan informasi. Indikator-indikator tersebut diukur dengan
menggunakan skala lickert dengan range 1-5.
2.2.2.3 Pemanfaatan Teknologi
Menurut Warsita (2008:135) teknologi informasi adalah sarana dan prasarana
(hardware, software, useware) sistem dan metode untuk memperoleh,
mengirimkan, mengolah, manfsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan
menggunakan data secara bermakna. Indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel ini Idward (2017) adalah kesediaan dan kelengkapan sarana prasarana,
pengelolaan data keuangan, dan pemeliharaan. Indikator-indikator tersebut diukur
dengan menggunakan skala lickert dengan range 1-5.
2.2.3 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Analisis ini
digunakan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Model regresi berganda dalam pernyataan ini
dinyatakan sebagai berikut:
7
(1)
Keterangan:
APKD : Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
α : Konstanta
β1, β2, β3 : Koefisien Regresi
KSDM : Kualitas Sumber Daya Manusia
TRA : Transparansi
PMT : Pemanfaatan Teknologi
ε : error
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Asumsi Klasik
Masalah yang umum terjadi dalam model regresi linier berganda yaitu uji
multikolinearitas, uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.
Maka, dilakukan uji asumsi klasik mengenai keberadaan masalah tersebut.
3.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data memenuhi asumsi normal
atau tidak. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S), yaitu data
yang normal ditunjukkan dengan nilai signifikasi diatas 0,05 atau 5%. Hasil uji
normalitas ditunjukkan pada berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-
Smirnov p value Keterangan
Unstandardized
Residual 0,998 0,272
Data terdistribusi
normal
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.
Hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai
signifikasinya (p value) sebesar 0,272 > 0,05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi
normalitas atau dapat dikatakan sebaran data penelitian terdistribusi normal.
3.1.2 Uji Multikolinearitas
APKD = α+β1KSDM+β2TRA+β3PMT+ε
8
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel
independen. Data dapat dikatakan tidak terdapat multikolinearitas apabila nilai
tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Multikoliniearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Kualitas Sumber
Daya Manusia 0,410 2,439
Tidak terjadi
multikolinearitas
Transparansi 0,513 1,951 Tidak terjadi
multikolinearitas
Pemanfaatan
Teknologi 0,608 1,644
Tidak terjadi
multikolinearitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa masing-masing variabel
mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya masalah multikolinier dalam model
regresi, sehingga memenuhi syarat analisis regresi.
3.1.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji hubungan antara dua
variabel atau lebih berskala ordinal apakah dalam persamaan regresi berganda
terjadi ketidaksamaan varian dari observasi atau pengamatan yang satu dengan
yang lainnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
penelitian ini dapat dilakukan dengan nilai probabilitas pada uji rank spearman.
Data dikatakan tidak mengandung heterokedastisitas apabila nilai signifikansi dari
hasil korelasi lebih besar dari 0,05 (5%). Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel Sig Probabilitas Keterangan
Kualitas Sumber
Daya Manusia 0,622 0,05
Tidak terjadi
heterokedastisitas
Transparansi 0,613 0,05 Tidak terjadi
heterokedastisitas
Pemanfaatan
Teknologi 0,118 0,05
Tidak terjadi
heterokedastisitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.
9
Hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi semua
variabel > 0,05 (5%) maka dapat disimpulkan bahwa setiap variabel tidak
mengandung adanya heterokedastisitas, sehingga memenuhi persyaratan dalam
analisis regresi.
3.1.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat dideteksi dengan metode Durbin-Watson (DW test) dengan
mengamsumsikan bahwa variabel gengguan hanya berhubungan dengan variabel
gangguan pada periode sebelumnya. Apabila nilai Durbin-Watson yaitu du < d <
4-du, maka tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
Keterangan
1.837 1.951 Tidak terjadi
autokorelasi
Hasil perhitungan di atas menunjukan nilai Durbin-Watson sebesar 1.951.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model tidak mengalami autokorelasi dengan nilai
Durbin-Watson yaitu diantara 1.738 < 1.951 < 2.262.
3.2 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
3.2.1 Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Desa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas sumber daya manusia
memiliki nilai thitung > ttabel (2,766 > 1,984 ) dengan tingkat signifikansi < 0,05
(0,007 < 0,05). Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, sehingga H1 diterima.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam pengelolaan keuangan desa yang
baik harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, didukung dengan
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude). Sehingga
sumber daya manusia mampu memadai logika akuntansi dengan baik dalam
penerapan sistem akuntansi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Winidyaningrum dan
Rahmawati (2010), Ariesta (2013), dan Sembiring (2013). Hal ini disebabkan
kondisi pemerintah desa yang sudah mendukung dan juga diimbangi dengan
10
mengikutsertakan perangkat desa dalam pelatihan-pelatihan yang berhubungan
dengan akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah/desa. Akan tetapi, hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan Zuliarti (2012) dan Arfianti (2011) yang
menyimpulkan bahwa kapasitas SDM tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa.
3.2.2 Pengaruh Transparansi terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Desa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel transparansi memiliki nilai thitung >
ttabel (2,565 > 1,984) dengan tingkat signifikansi < 0,05 (0,012 < 0,05). Oleh
karena itu transparansi berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah, sehingga H2 diterima.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam pengelolaan keuangan desa yang
baik harus memenuhi unsur transparansi diantaranya informatif, keterbukaan,
pengungkapan, ketersediaan informasi, keterlibatan masyarakat, keterbukaan
proses, dan keterbukaan informasi. Sehingga prinsip transparansi mampu menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa dalam pengelolaan dana desa
yang akuntabel. Penelitian ini juga telah mencerminkan implementasi dari prinsip
transparansi yaitu pemerintah desa mampu mengungkapkan hal-hal yang sifatnya
material kepada masyarakat desa sehingga memungkinkan masyarakat
mendapatkan akses informasi yang seluas-luasnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suci Indah
Hanifah dan Sugeng Praptoyo (2015). Hal ini menyatakan bahwa pengelolaan
keuangan desa sudah menunjukan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan
yang dilihat dari pelaporan pertanggungjawaban APBDes, karena pengelolaan
keuangan desa digunakan untuk meningkatkan pelayanan dan upaya
pemberdayaan masyarakat desa. Dengan demikian, diharapkan implementasi
prinsip transparansi dan akuntabilitas yang sesuai dengan perundangan-undangan
akan merealisasikan pengelolaan keuangan desa yang transparan dan akuntabel.
3.2.3 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pemanfaatan teknologi
informasi memiliki nilai thitung > ttabel (6,088 > 1,984) dengan tingkat signifikansi <
11
0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu pemanfaatan teknologi berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, sehingga H3 diterima.
Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi informasi berupa
komputer membantu aparatur desa dalam mengelola dokumen-dokumen desa
secara keseluruhan. Saat ini penggunaan teknologi informasi pada pemerintahan
desa terutama desa-desa di tiga kecamatan wilayah penelitian sudah baik. Hal ini
dapat dilihat dari tersedianya komputerdengan jumlah yang cukup di setiap desa,
kelengkapan sarana prasarana, pengelolaan data keuangan, dan pemeliharaan
secara berkala. Komputer ini digunakan sebagai alat bantu kerja dalam proses
penyusunan laporan keuangan pemerintah desa sebagai bentuk tercapainya
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Sehingga aparatur desa mampu untuk
menginput data secara lebih cepat daripada menggunakan cara manual.
Penggunaan tekonolgi berupa komputer ini mempunyai keunggulan dalam
keakuratan dan ketepatan hasil operasi data sehingga akan mengurangi kesalahan
yang terjadi.
Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan Zuliarti (2012), Nihayah
(2015), Ariesta (2013), Winidyaningrum dan Rahmawati (2010), dan Sembiring
(2013) yang menyimpulkan bahwa pemanfaatan teknologi berpengaruh positif
secara signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Akan tetapi,
hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Arfianti (2011) yang menyatakan
bahwapemanfaatan teknologi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Ketidaksignifikanan ini mungkin
disebabkan teknologi informasi yang tidak atau belum dimanfaatkan secara
optimal, serta pengimplementasian teknologi informasi yang membutuhkan biaya
banyak, sehingga implementasi teknologi informasi menjadi sia-sia, mahal namun
tidak dapat mendukung akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
4 PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Kualitas sumber daya manusia memiliki
12
nilai thitung > ttabel (2,766 > 1,984) dengan tingkat signifikansi < 0,05 (0,007 <
0,05). Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, sehingga H1 diterima. (2) Transparansi
memiliki nilai thitung > ttabel (2,565 > 1,984) dengan tingkat signifikansi < 0,05
(0,012 < 0,05). Oleh karena itu transparansi berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa, sehingga H2 diterima. (3) Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pemanfaatan teknologi informasi memiliki nilai
thitung > ttabel (6,088 > 1,984) dengan tingkat signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05).
Oleh karena itu pemanfaatan teknologi berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa, sehingga H3 diterima.
4.2 Keterbatasan
Setelah melakukan analisis dan mengimplementasikan hasil penelitian, ditemukan
beberapa keterbatasan yang diharapkan tidak mengurangi tujuan dari penelitian.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Ruang
lingkup penelitian ini hanya dilakukan pada 38 kantor kepala desa di Kecamatan
Bendosari, Kecamatan Polokarto, dan Kecamatan Mojolaban di Kabupaten
Sukoharjo dan hanya mengambil 102 responden, sehingga hasil penelitian ini
tidak dapat mencerminkan kondisi pemerintah desa secara keseluruhan. (2)
Penelitian ini dilakukan hanya menggunakan metode survei kuesioner, sehingga
terkadang jawaban responden tidak konsisten dan memungkinkandata menjadi
bias. (3) Peneliti tidak dapat memerikan secara kuesioner secara langsung kepada
responden dan mendampingi responden dalam mengisi kuesioner. Hal ini
disebabkan oleh kesibukan responden dan kendala waktu peneliti. Semua
responden tidak dapat menyanggupi untuk mengisi lembar kuesoner secara
langsung dan meminta waktu beragam antara 7-10 hari. Kendala ini menyebabkan
peneliti tidak dapat mengetahui apakah responden mengisi lembar kuesioner
dengan baik, dan juga peneliti tidak dapat menjawab hal-hal yang tidak diketahui
oleh responden terkait pertanyaan yang ditanyakan dalam lembar kuesioner.
4.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka
dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk
13
penelitian lanjutan, yaitu: (1) Peneliti selanjutnya disarankan melakukan
penelitian lebih dari 38 kantor kepala desa yang ada di Kabupaten Sukoharjo, agar
hasil penelitian dapat digeneralisasi untuk ruang lingkup yang lebih luas sehingga
dapa memperkuat validitas eksternal yang dibutuhkan untuk penelitian lebih
lanjut. (2) Penelitian selanjutnya diharapkan menambah metode pengumpulan
data dengan teknik wawancara untuk mendapatkan gambaran lebih tentang
keadaan dan kondisi yang sesuai dengan sebenarnya. (3) Penelitian berikutnya
dapat menambah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi pemahaman
laporan keuangan desa seperti kinerja, komunikasi, pembagian kerja, jabatan,
penerepan sistem akuntansi dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, D. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Informasi
Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Pada SKPD di Kabupaten Batang.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro: Semarang.
Ariesta, Fadila. 2013. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai
Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah. Padang: Universitas
Negeri Padang. Jurnal Akuntansi , Vol. 3, No. 1.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Didjaja, Mustofa. 2003. Transparansi Pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta.
Donaldson dan Davis. 1991. Sewardship Theory Or Agency Theory: CEO
Governance and Shareholder Returns. Australian journal of management,
June 1991, 49-66.
Efendi Loli, dkk. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelaporan
Keuangan Daerah Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Aceh
Tengah. Jurnal Prespektif Ekonomi Darussalam, Vol. 3, No. 2, ISSN 2502-
6976.
Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling, metode alternatif dengan partial
least square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: BP Universitas Diponegoro.
Hamzah B. Uno dan Nina L. 2011. Teknologi Komunikasi dan Informasi
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, cet, 2.
14
Hanifah, dkk. 2015. Akuntabilitas Dan Transparansi Pertanggugjawaban
Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi, Vol. 4 No. 8.
Idris, Amirudin. 2016. Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Cv Budi Utama.
Idward. Nurul N. 2017. Pengaruh Komptensi Sumber Daya Manusia Teknologi
Informasi, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah
Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi
Pada Pemerinah Daerah Kabupaten Gowa). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Ismail, Muhammad, dkk. 2016. Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 19,
No.2, ISSN 1979-6471.
Jogiyanto. 2004. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: BPFE.
Kalimandhanu. 2014. Studi Tentang Pengelolaan Alokasi Dana di Desa Perangat
Selatan Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara. Journal
Ilmu Pemerintahan, Vol. 1, No.2, ISSN 2008-2022.
Kementerian Dalam Negeri. 2015. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Sistem Akuntansi Keuangan.
Kristianten. 2006. Transparansi Anggaran Pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta.
Lalolo. 2013. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas Transparansi dan
Partisipasi. Jakarta.
Lestari, Ayu dkk. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Penerapan
Akuntansi Desa (Studi pada Lima Desa di Kecamatan Indralayu Utara
Kabupaten Ogan Ilir). Seminar Nasional GCA. Palembang.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset
Mardiasmo. 2006. Perwjudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui
Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi
Pemerintahan, 2 : 1. (1-17).
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.
Marlinawati. 2018. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap
Ketepatwaktuan, Pelaporan Keuanagan Pemerintah Desa. Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta,
Jurnal Kajian Bisnis, Vol 28. No. 2, ISSN 131-143.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bandung: Alfabeta
15
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Undang-Undang Dasar RI 1945. Sekretariat
Negara. Jakarta
Pemerintah Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 Yang Mengatur Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Lembaran
Negara RI Tahun 2014. Sekretariat Negara. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Sumber Pendapatan Desa. Lembaran Negara RI Tahun 2014. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Prasojo, Diat L dan Riyanto. 2011. Teknologi Informasi Pendidikan. Yogyakarta:
Gava Media.
Salam, Dharma S. 2004. Manajemen Pemerintahan. Jakarta: PT. Pertja.
Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global.
Salemba Empat: Jakarta.
Sekaran, Uma. 2003. Research Method for Bussines: A Skill Building Approach.
New York: John Wileyand Sons, Inc.
Setyawan. 2001. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba
Perusahaan di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan 8 (1), 69-78.
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana.
Simanjuntak. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FE UI.
Sugista, Rizky A. 2017. Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas, Dan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pengelolaan Keuangan Desa Terhadap Pengelolaan
Keuangan Desa. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Semarang.
Sugiyono. 2008. Metode Penlitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Research dan
Development. Bandung: Alfabeta Bandung.
Sujarweni, Wiratna. 2015. Akuntansi Desa-Panduan Tata Kelola Keuangan Desa.
Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Sulistiyani, Ambar T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gava
Media. Yogyakarta.
Suyanto. 2005. Pengantar Teknologi Informasi Untuk Bisnis. Andi. Yogyakarta.
16
Ultafiah, Weny. 2017. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Dan Partispasi Terhadap
Pengelolaan Dana Desa Untuk Mewujudkan Good Governance Pada Desa Di
Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Utama, R Julia. 2017. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Penerapan Sistem Akuntansi Daerah Dan Sistem Pengendalian
Intern Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa. JOM Fekon, Vol. 4 No.
1. Universitas Riau.
Wahyudi, Johan. 2010. Pengaruh Sumber Daya Manusia Dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi Terhadap Keterandalan Dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah Dengan Pengedalian Internal Akuntansi Sebagai Intervening.
Skripsi. IKIP Mataram.
Wardani, Kusuma D dan Ika A. 2017. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia,
Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap
Keandalan Pelaporan Keuanagan Pemerintah Desa Di Kabupaten Klaten.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta,
Jurnal Akuntansi Vol. 5, No 2. ISSN 2088-7681.
Wardhana, Ibnu. 2016. Akuntabiltas Dalam Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Pada
Pemerintah Desa Di Kabupaten Magelang). Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran : Landasan & Aplikasinya. Jakarta :
Rineka.
Zuliarti. 2012. Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi, dan
Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Skripsi. Universitas Maria Kudus.