Upload
buithuy
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA KONSEP ASAM-BASA TERINTEGRASI NILAI
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH: ABDUL RAHMAN NIM: 104016200426
OLEH M. IKHWANUDIN AL FATAKH
NIM: 104016200442
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
2
3
4
i
ABSTRAK
M. Ikhwanudin Al Fatakh (104016200442) Pengaruh Media Animasi Asam-
basa Terhadap Hasil Belajar (Kuasi Eksperimen di SMAN 1 Parung, Bogor),
Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Media Animasi Asam Basa Terhadap Hasil Belajar. Penelitian ini
dilakukan di SMAN 1 Parung, Bogor pada bulan Maret hingga bulan Mei 2009.
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil
secara purposive sampling dari 2 kelas yang berjumlah 32 dan 30 siswa dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Dalam
penelitian ini, tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek ke dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok
subjek yang sudah ada sebelumnya. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen
lebih tinggi (mean = 71,56 dan simpangan baku = 9,22) daripada kelompok
kontrol (mean = 61,13 dan simpangan baku = 10,7) dan dari hasil perhitungan uji
”t” diperoleh nilai t hitung sebesar 4,18 sedangkan t tabel pada taraf signifikansi
0,05 sebesar 2,000 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho yang
menyatakan ada pengaruh antara pembelajaran media animasi asam basa
terintegrasi nilai terhadap hasil belajar diterima atau disetujui. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media animasi memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini dilakukan juga
integrasi nilai-nilai sains dalam konsep asam basa dan didapatkan hasil melalui
angket dengan perolehan nilai-nilai sains siswa, yaitu nilai religius 75,2% atau
kriteria baik.
Kata kunci: Pembelajaran Media Animasi, Hasil Belajar, Konsep Asam Basa.
Nilai-nilai sains.
ii
ABSTRACT
M. Ikhwanudin Al Fatakh (104016200442) Animation Media influences Acid
basa on Students Learning Achievement (Quasy Experiment in SMAN 1
Parung Bogor). Chemical Education Studies Program, Department of
Educational Sciences, Faculty of Tarbiya and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta. This research aims to know
Effect of Animations Media influence Acid Basa on Students Learning
Achievement. This research was conducted at SMAN 1 Parung, Bogor on March
until May 2009. The research method esed quasy experiment, by purposive
sampling technique and there are 2 classes (30 and 32) students divided as 2
groups, which is experiment group and control group. The research instrument is
students learning achievement. The research did not take a randomisation to entry
subjek into experiment group and control group, but use a group whom already
preexists. Students learning achievement of experiment group is higher (mean =
71,56 and standard deviations = 9,22) than control group (mean = 61,13 and
standard deviations = 10,7 ) and “t” test was obtained that ”t” acquired
appreciative tCount as big as 4,18 meanwhile ttables on significant level 0,05 as big as
2,000 or tCount > t table . The result is Ho is refused which told that influence among
animations media learning acid base effect on students learning achievement has
been accepted. It showed learning acid base used a animations media gave
influence to students achievement. On this research did not only use animation
media but also integrated sciencetifical point in acid base concept. The writer took
it by questioner and the result is 75,2% or better criterion.
Key word: Learning Media Animation. Students Learning Achievement.
Concepts Acid Bases. The values of science.
iii
KATA PENGANTAR
������������������
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis mempunyai kekuatan
dan ketabahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Penulis menyadari skripsi ini yang berjudul: ”Pengaruh Media Animasi
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Asam-Basa Terintegrasi Nilai”,
tidaklah mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan baik
moral, material, dan spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
beserta staf dan jajarannya.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA beserta staf dan
jajarannya.
3. Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si., Dosen pembimbing I, atas motivasi dan
pembelajarannya untuk menjadi guru dan peneliti yang baik.
4. Tonih Feronika, M. Pd., Dosen pembimbing II, atas motivasi dan
pembelajarannya untuk menjadi guru dan peneliti yang baik.
5. Dedi Irwandi, M, Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, atas segala
dukungan.
6. Drs. Ali Ghozali, M. Pd., Kepala SMAN 1 Parung, atas kesempatan yang telah
diberikan untuk melakukan penelitian.
7. Atih Sri Niswati, S.Pd., Guru Bidang Studi Kimia SMAN 1 Parung, Atas saran
dan bantuannya terhadap penulis dalam melakukan penelitian.
8. Kakanda tercinta Tanenji, MA., atas segala dukungan moral dan materi, selama
kuliah.
9. Yudhi Munadhi, M. Ag., atas segala dukungan moral dan materi selama penulisan
skripsi.
10. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
yang telah membelajarkan kami dengan penuh semangat dan keihlasan.
iv
11. Segenap keluarga tercinta, Bapak H. Marzuki, Ibu Shopiyah, kakak, dan adikku
tercinta yang dengan penuh keikhlasan mengiringi kehidupan ini menjadi lebih
baik.
12. Seluruh Mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia, kawan-kawanku
Achmad Syaefudin, Abdul Rahman, Priyo Agung Nugroho, Sadar, serta semua
pihak yang telah memberikan sumbangan kritik, saran, dan kebersamaan kepada
penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini.
Hanya doa dan harapan yang dapat penulis sampaikan. Semoga semua pihak
yang telah bekerja sama dan membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan pahala
dan kesejahteraan dari Allah SWT. Aamiin
Akhirnya, besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca yang budiman.
Jakarta, 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7
D. Perumusan Masalah ................................................................... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ..... 9
A. Kajian Teoretis ........................................................................... 8
1. Media Animasi ..................................................................... 8
2. Hasil Belajar Belajar Siswa................................................... 13
3. Pengaruh Media Animasi dengan Hasil Belajar Siswa ........ 19
4. Peranan Guru dalam Media Pembelajaran ........................... 20
5. Pentingnya Nilai dalam Pembelajaran Sains ........................ 22
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 36
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 38
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 39
1. Populasi dan Sampel ............................................................. 39
2. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 40
vi
D. Prosedur Peneltian ...................................................................... 40
E. Instrumen Penelitian .................................................................. 41
F. Variabel Penelitian ..................................................................... 42
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 42
1. Tes ........................................................................................ 42
2. Angket .................................................................................. 43
H. Uji Coba Instrumen .................................................................... 44
1. Validitas Instrumen .............................................................. 44
2. Reliabilitas Instrumen .......................................................... 44
3. Tingkat Kesukaran ............................................................... 45
4. Daya Pembeda ...................................................................... 46
I. Teknik Analisis Data .................................................................. 47
1. Uji Normalitas ...................................................................... 47
2. Uji Homogenitas .................................................................. 49
3. Uji Hipotesis ........................................................................ 50
4. Perhitungan Data Angket ..................................................... 51
BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 52
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 52
1. Data Hasil Belajar
a. Pretest Kelompok Eksperimen ................................... 52
b. Pretest Kelompok Kelompok Kontrol ......................... 52
c. Posttest Kelompok Eksperimen .................................. 53
d. Posttest Kelompok Kelompok Kontrol........................ 54
B. Analisis Data Tes Hasil Belajar ................................................ 55
1. Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa ......... 55
2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa............... 56
3. Pengujian Hipotesis ............................................................ 57
4. Uji Normal Gain ................................................................. 59
C. Analisis Data Angket ............................................................... 60
D. Interpretasi Data ....................................................................... 62
vii
E. Pembahasan .............................................................................. 64
F. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 67
BAB V KESIMPULAN SAN SARAN ....................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69
LEMBAR UJI REFERENSI ........................................................................... 72
LAMPIRAN ...................................................................................................... 77
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................... 75
2. Modul Bahan Ajar................................................................................ 93
3. Instrumen Penelitian .......................................................................... 100
4. Lembar Jawab instrumen .................................................................... 108
5. Klasifikasi Validitas Butir Soal Instrumen Uji Coba......................... 109
6. Klasifikasi Tingkat Kesukaran........................................................... 111
7. Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................. 113
8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrument ............................................ 115
9. Perhitungan Validitas Butir Soal........................................................ 116
10. Kisi-kisi Angket ................................................................................. 119
11. Angket ............................................................................................... 120
12. Analisis Data Angket ......................................................................... 122
13. Uji Analisis Data ................................................................................ 135
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian...................................................................................... 39
3.2 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ............................................. 45
3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran .................................................................. 46
4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen .................... 52
4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol ........................... 53
4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ................... 55
4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Kontrol .......................... 55
4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest ................................................................... 57
4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest .................................................................. 58
4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest ................................................................ 58
4.8 Hasil Uji Homogenitas Posttest .............................................................. 59
4.9 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ............................................ 60
4.10 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest .......................................... 61
4.11 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain ........................................... 62
4.12 Skor Perolehan Angket Siswa Angket Siswa .......................................... 63
4.13 Kriteria Perolehan Angket Siswa ............................................................ 63
4.14 Presentase Perolehan Angket Siswa ....................................................... 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional yaitu pembangunan Indonesia seutuhnya. Dalam bidang
pendidikan, pembangunan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia serta kualitas sumber daya manusia yang wujudnya adalah manusia yang
beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan sebagaimana dinyatakan dalam
tujuan pendidikan nasional.
Secara fakta pendidikan di Indonesia belum seratus persen mentuntaskan
semua peserta didiknya. Pada tahun ajaran 2008/2009 tingkat kelulusan baru
mencapai secara nasional 93,74%.1 Hal ini dikarenakan berbagai persoalan dan
kendala yang dihadapi. Minimnya anggaran pendidikan, kurangnya kontrol
pendidik terhadap peserta didik, kurangnya sarana dan prasarana, dan integritas
moral peserta didik.
Pendidikan di Indonesia dalam perkembangan pengetahuan, sikap dan
perilaku pelaku pendidikan di dalam dan di luar kelas/sekolah belum mencetak
pribadi manusia yang mengusung nilai-nilai kemanusiaan untuk dirinya sendiri
dan orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada fenomena-
fenomena perilaku insan pendidikan, seperti siswa dan guru dengan perilaku suka
membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri, penyimpangan wewenang yang
merugikan, hingga mengkonsumsi dan menjadi pengedar minuman keras dan
narkotika di sekolah, bahkan hal ini juga diperparah dengan sudah adanya gejala
peredaran adegan pornoaksi yang diperankan oleh pelajar atau para pendidiknya.
Kultur non-edukatif ini disebabkan oleh perhatian yang diberikan oleh
dunia pendidikan nasional dalam pengembangan nilai-nilai masih kurang dan
1 http://www.diknas.go.id/headline.php?id=3. diakses 2 Juni 2009. pukul 19.32 WIB.
2
masih terbengkalai dengan kenyataan pelaksanaan pembelajaran di sekolah-
sekolah lebih menekankan kecerdasan otak atau dimensi pengetahuan (cognitive
oriented) daripada moral sehingga menyebabkan peserta didik, bahkan guru
berupaya untuk mendapatkan prestasi maksimal dengan berbagai macam cara dan
tidak mempedulikan nilai-nilai moral. Misalnya, dengan melakukan perbuatan
mencontek dalam pelaksanaan ujian, melakukan kecurangan dengan cara
membiarkan peserta didik mencontek, dan membocorkan soal serta memberikan
jawaban yang seharusnya tidak boleh untuk dilakukan. Oleh karena itu,
pendidikan yang berlangsung di sekolah, seyogyanya menyediakan suatu wadah
terjadinya proses transformasi nilai dan norma-norma sebagai bagian dari
pembentukan kepribadian siswa secara seutuhnya, yaitu manusia yang tidak hanya
pandai secara akademik, sehingga menjadi orang yang mempunyai keahlian,
keterampilan dan kemampuan intelektual, tetapi juga mempunyai integritas moral
yang baik.
Sekolah sebagai institusi yang berperan aktif menanamkan nilai-nilai
kepada para peserta didik harus memberikan perhatian yang serius terhadap
pendidikan dengan pembelajaran yang bermuatan nilai. Penerapan pendidikan
dengan pembelajaran yang bermuatan nilai di sekolah harus melibatkan semua
unsur yang terlibat di sekolah. Iklim sekolah harus memberi peluang terjadinya
interaksi positif antara peserta didik dengan nilai-nilai yang diinternalisasikan,
baik melalui keteladanan personal, diskusi, maupun proses belajar mengajar yang
bermakna. Komunikasi pendidik dan peserta didik harus baik yang didasari pada
adanya penerimaan kedua pelah pihak.
Pendidikan yang bermuatan nilai dalam pembelajaran, bukan hanya
menjadi tugas dalam pola-pola pembelajaran yang terintegrasi dalam pendidikan
agama, sejarah, bahasa Indonesia dan pendidikan kewarganegaraan (PKn),
melainkan menjadi bagian dari semua usaha pendidikan dalam berbagai macam
mata pelajaran, misalnya mata pelajaran IPA seperti bidang studi kimia yang di
dalamnya juga terdapat kandungan nilai.
3
UNESCO menyatakan bahwa pembelajaran sains seharusnya
diasosiasikan dengan nilai-nilai dalam membangun intelektual yang didasari sikap
jujur, tepat dan akurat, keterbukaan pemikiran, dan sikap kritis.2 Penjelasan
demikian, menegaskan bahwa pola pembelajaran sains mengandung sikap ilmiah
yang harus dibangun dan didasari dengan sikap keilmiahan yang positif, sehingga
pembelajaran sains yang diasosiasikan dengan nilai tersebut memberikan suatu
pemahaman dan penghayatan bagi peserta didik mengenai kandungan nilai-nilai
yang terdapat di dalam sains dan dapat menerapkan hasil pembelajaran sains yang
bertujuan untuk menata kehidupan menjadi lebih baik dengan menghargai dan
bersikap toleransi terhadap lingkungan secara positif.
Hal yang sama diungkapkan oleh Sumaji, bahwa pemberian mata
pelajaran IPA atau pendidikan IPA di sekolah harus bertujuan dan memiliki
orientasi agar siswa memahami/menguasai konsep-konsep IPA dan saling
keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih manyadari kebesaran dan
kekuasaan PenciptaNya.3 Pemberian yang memfokuskan tentang makna
mendalam kandungan nilai dalam mata pelajaran IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan ini akan memberikan, meningkatkan kesadaran dan membangun
pemahaman peserta didik untuk menghargai lingkungan alam sekitar secara lebih
bijak, humanis, dan jiwa religius yang tinggi. Sehingga proses pemecahan suatu
masalah dapat ditanggapi dengan cara atau metode yang tepat dan bertanggung
jawab.
Diah dalam jurnalnya mengatakan bahwa di dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) juga terdapat nilai-nilai kehidupan yang ingin
ditanamkan, antara lain keyakinan terhadap kebesaran Tuhan dan meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga, dan melestarikan
2 Mary Ratcliffe, Values in The Classroom-The ‘Enacted’ Curriculum, Available at:
http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR_Values_chap_nov_05.pdf. Accessed on
Nov 12, 2008, 1.30 pm, p. 2 3 Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2003), hal. 35
4
lingkungan alam.4
Bertitik tolak dari hal tersebut, Peran guru sebagai pendidik sangat
penting, oleh sebab itu pendidik harus menggunakan pendekatan dan metode
pengajaran yang tepat untuk mencapai hasil belajar anak didik yang optimal,
maka penerapan suatu strategi dan metode dalam proses pembelajaran IPA-kimia
merupakan hal yang sangat penting dalam upaya membangun, menghayati dan
mengamalkan kandungan nilai-nilai sains yang terdapat dalam pembelajaran
kimia dengan meningkatkan kemampuan peserta didik secara konstruktif, yaitu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa
belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran,
seperti untuk menemukan ide pokok, memecahkan persoalan atau
pengaplikasiannya dalam kehidupan. Dengan pembelajaran ini biasanya siswa
akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat
dimaksimalkan.
Selain integrasi nilai-nilai yang diperlukan dalam pembelajaran, di zaman
yang serba modern ini, semakin ketatnya persaingan global, semakin majunya
teknologi, dan mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari
semakin maju dengan ditemukannya teknologi-teknologi baru yang dapat
menunjang proses belajar mengajar, maka masyarakat Indonesia diharapkan lebih
kreatif lagi dalam persaingan globalisasi menghadapi negara-negara tetangga yang
semakin hari, semakin maju meninggalkan Indonesia.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
meningkatkan teknologi pendidikan di Indonesia. Salah satunya dibentuknya
PUSTEKKOM (Pusat Teknologi dan Komunikasi) yang bertempat di Cipayung
Ciputat. PUSTEKKOM ini diharapkan dapat memajukan pendidikan Indonesia
dalam hal teknologi Informasi pendidikan. Teknologi Informasi sebagai media
yang menunjang terciptanya perangkat ajar. Dengan teknologi informasi maka
manusia dipermudah dalam memperoleh hal-hal yang dibutuhkan.
4Anonim, Tanamkan Nilai-nilai Kehidupan Dengan Keteladanan, tersedia:
http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0&id=3205 5 Juni 2008, jam. 13.48 WIB
5
Tingkat daya serap dalam belajar setiap manusia berbeda satu dengan yang
lain. Hal tersebut tergantung dari kemampuan setiap manusia untuk dapat
merekam informasi ke dalam media pengingat atau penyimpan data dalam hal ini
otak. Otak akan mudah menyimpan dan mengingat data menjadikannya informasi
jika dirawat dan dilatih terus menerus untuk mampu menyerap informasi.
Masa kanak-kanak adalah masa yang baik untuk melatih otak untuk dapat
mengolah data menjadi informasi. Pendidikan di masa kanak-kanak akan
menentukan masa depan anak, sehingga berkembanglah pendidikan khusus. Film
anak-anak seperti Dora the Explorer, The Wild thornberry, dan lainnya
merupakan film yang dapat dengan mudah mempengaruhi anak-anak. Film
tersebut membawa misi untuk mempelajari sesuatu dengan mengajak anak-anak
untuk menikmati cerita.
Lembaga riset dan penerbitan komputer, yaitu Computer technologi
Research (CTR), menyatakan bahwa orang yang mampu mengingat 20% dari
yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang dapat mengingat 50% dari
yang dilihat dan didengar dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan
sekaligus.5 Dalam hal ini yang dapat mencakup penglihatan, pendengaran dan
sekaligus melakukan adalah pembelajaran melalui media multimedia animasi.
Sebuah gambar akan lebih berarti dari pada seribu kata.6 Belajar akan
lebih menyenangkan dan mudah diingat jika langsung diaplikasikan. Melalui
praktikum siswa dapat secara langsung memahami dan mengapliasikan teori-teori
yang disampaikan oleh pendidik. Melalui praktikum atau penggunaan media
animasi akan sangat menarik perhatian siswa, siswa akan lebih konsentrasi
memperhatikan proses yang terjadinya suatu proses melalui penggunaan media
animasi.
Melalui media animasi kegiatan pembelajaran yakni berupa sarana yang
dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong
motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan
5 Agus Suheri, Animasi Multimedia Pembelajaran, hal.27. 6 Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching; Mempraktikan Quantum Leraning di Ruang-
Ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000), hal.67.
6
abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami.7 Yang paling
utama dari media adalah mendatangkan sesuatu yang besar menjadi kecil
(sederhana). Dalam pembelajaran kimia terdapat materi pokok tentang elektron,
tentang reaksi kimia yang pada dasarnya membutuhkan visualisasi bukan hanya
konsep semata yang abstrak, dengan demikian siswa dapat mengetahui bagaimana
setiap benda mempunyai elektron yang selalu bergerak, siswa juga mengetahui
bagaimana proses terjadi reaksi kimia dan hal lain yang abstrak.
Bertolak pada pengembangan media dalam pembelajaran yang
menggembirakan, menyenangkan, mudah dipahami, kreatif, sederhana, dinamis,
dan murah. Berdasarkan penjabaran di atas terdapat kesulitan yang dihadapi
dalam proses belajar yang dikaitkan dengan materi IPA, khususnya kimia, yaitu
adanya kesulitan untuk mempelajari aspek kimia, baik yang bersifat konkrit
maupun abstrak. Oleh karena itu, diupayakan untuk meningkatkan peranan
pembelajaran kimia melalui suatu media yaitu animasi. Tujuan dari media animasi
yang digunakan adalah untuk memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
materi yang diberikan lebih mudah ditangkap dan tidak membosankan, lebih
menarik, menggembirakan, menyenangkan, mudah dipahami, sederhana, kreatif,
dinamis, murah, dan mengandung nilai. Salah satu media animasi yang
diperkenalkan dalam penelitian ini adalah Animasi komputer.
Animasi merupakan media komputasi multimedia berbentuk software
dimana terdapat penggabungan antara teks, audio, gambar dan video. Prof. Dr.
Yucel gursac, menyatakan bahwa “animation is to create many stable images
which show an object in a movement and to direct us to think as if it moves by the
help of playing these images one after the other”.8 Animasi komputer dalam
pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang lebih menarik.
Animasi komputer juga dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium digital
yang mini. Selayaknya laboratorium yang kita kenal, dalam laboratorium bisa
mencoba berbagai percobaan reaksi kimia. Diharapkan dari media Animasi ini
7 Asnawir, M. Basyrudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 21. 8 Assist. Prof. Dr. Yucel Gursac. 3-d Computer Animation production process on Distance
Education Program through Television: Anadolu University The Open Educational Faculty
Model, 2001. p.57
7
dapat membantu meningkatkan peranan pembelajaran asam-basa, sehingga
membuat pelajaran asam-basa menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Animasi komputer mempunyai aspek kesederhanaan, dinamis, lebih
menarik, tidak membosankan, mengandung nilai, mudah dipahami dan siswa juga
dapat menerapkan ide-ide cemerlangnya untuk langsung dipraktekkan, sehingga
siswa lebih kreatif, inovatif, disamping itu juga ketika ide-ide itu gagal maka
dalam animasi komputer tidak mebahayakan, tidak seperti laboratorium nyata.
Kerja tim bisa diaplikasikan dalam animasi komputer ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian tentang
penerapan pendidikan nilai dalam pembelajaran IPA khususnya media animasi
pembelajaran kimia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat
menyadari dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran kimia
sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dalam diri siswa dan siswa lebih tertarik lagi
untuk mempelajari pelajaran kimia di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat
mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain:
1. Penerapan pembelajaran sains yang belum diintegrasikan dengan nilai-
nilai secara optimal.
2. Pengembangan pembelajaran kurang mengkaitkan adanya hubungan
antara konsep pembelajaran dengan aplikasi dan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Perangkat bantu pembelajaran berbasis teknologi informasi yang masih
kurang..
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka
masalah dalam penelitian ini harus dibatasi. Dalam penelitian ini media
pembelajaran yang digunakan adalah animasi. Sedangkan hasil belajar siswa
dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif (pengetahuan siswa pada konsep
8
asam-basa). Nilai-nilai sains yang dikembangkan adalah nilai religius.
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
“Apakah penggunaan media animasi yang terintergasi nilai dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa?.”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media animasi
yang terintegrasi nilai terhadap hasil belajar.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi peneliti, menambah pengalaman tentang tata cara mengajar di
sekolah, untuk perbaikan dan pengembangan profesi dimana kelak peneliti
akan terjun secara langsung ke lapangan.
2. Bagi pendidik, memberikan gambaran informasi tentang penerapan media
animasi yang terintegrasi nilai dalam upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Memberi umpan balik kepada pendidik dalam menyusun suatu rancangan
pembelajaran kimia yang lebih bervariasi dan bermakna.
4. Memberikan salah satu alternatif bagi pendidik dan siswa untuk mengatasi
kejenuhan dalam proses pembelajaran kimia yang dilakukan selama ini
pada sebagian besar sekolah di Indonesia.
9
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Media Animasi
a. Pengertian Media
Ditinjau dari prosesnya pendidikan adalah komunikasi, karena
dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan dan pesan
(message). Dalam berkomunikasi ada pesan yang disampaikan, pesan ini
dapat disampaikan melalui berbagai cara agar pesan yang dimaksud
sampai atau dimengerti oleh penerima pesan. Cara-cara menyampaikan
pesan ada bermacam-macam, ada yang melalui berbicara langsung,
melalui tulisan, dan lain sebagainya. Dalam pendidikan guru sebagai
penyampai pesan dan anak didik sebagai penerima pesan. Agar pesan
tersampaikan dengan baik, maka guru perlu media agar pesan dapat
diterima baik oleh anak didik.
Vernon S. Gerlach dalam bukunya menuliskan:
Instructional media play a key role in the design and use of systematic
intruction. A medium, broadly concieved, is any person, material, or event
that establishes condition which enable the leaner to acquire knowledge,
skills, and attitudes. In this sense, the teacher, the textbook, and the school
environment are media. In the context of this book, however, media will be
defined as “the graphic, photographic, electronic, or mecanical means for
aresting, processing, and reconstituting visual or verbal information.9
Jadi jelas diungkapkan bahwa media merupakan alat untuk
memperoleh pengetahuan itu sendiri, contoh dari media adalah grafik,
photo, dan alat elektronik. Kata “media” berasal dari bahasa latin medius
9 Vernon S. Gerlach and Donald P. Ely, Teaching & Media Asystematic approach, (New
Jersey : Prentice –Hall), hal. 241.
9
10
yang secara harfiyah berarti tengah, perantara atau pengantar.10
Media
adalah sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi atau pesan
antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Menurut Blake dan
Horalsen: “Media adalah saluran komunikasi atau medium yang
digunakan untuk membawa atau menyampaikan pesan, dimana medium
ini merupakan suatu jalan/ lalu lintas suatu pesan antara komunikator dan
komunikan.” Dari pernyataan di atas, sudah jelas bahwa media merupakan
suatu alat dimana alat tersebut dapat menyampaikan isi pesan.
Pakar media pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Yudhi
Munadi, mengungkapkan media dapat dipahami sebagai segala sesuatu
yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.11
Sementara itu, menurut Briggs, “Media pembelajaran adalah segala alat
fisik yang dapat menyediakan pesan serta dapat merangsang siswa untuk
belajar seperti buku, film kaset, film bingkai.” Manfaat dari media
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman peserta didik akan materi
yang disampaikan oleh pendidik, secara efektif dan efiseien, tidak
memerlukan waktu yang lama untuk menyampaikan pelajaran, dan materi
yang dipelajari relatif banyak.
Dari berbagai tokoh yang mengartikan media pembelajaran, maka
dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
10 Azhar Arsyad, Media Pembelajara, Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2005, hal. 3. 11 Yudhi Munadi, Media Pembelajran; Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada Press:
Ciputat. 2008, hal.7.
11
b. Fungsi Media
1) Sumber Belajar
Media sebagai penyalur, penyampai dan penghubung, yang
memudahkan terjadi proses belajar.
2) Fungsi Semantik
Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata
(simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami
anak didik (tidak verbalistik).
3) Fungsi manipulatif
Media mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi
keterbatasan indrawi. Media dapat menghadirkan objek atau
peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti
peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lainlain.
4) Fungsi Psikologis
a) Fungsi Atensi, media dapat meningkatkan perhatian anak didik.
b) Fungsi Afektif, menggugah perasaan dan emosi, yang dapat
berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, dan
nilai-nilai.
c) Fungsi Kognitif, dapat memberikan gambaran yang repsentatif
dari sebuah peristiwa, atau objek.
d) Fungsi Imajinatif, media pembelajaran dapat meningkatkan dan
mengembangkan imajinasi anak didik.
e) Fungsi Motivasi, dengan media pembelajaran anak didik
temotivasi dalam belajarnya.
c. Animasi
Secara teknis media pembelajaran berfungsi sebagai sumber
belajar yang dipahami sebagai segala macam sumber yang ada diluar
diri seseorang (siswa) dan memungkinkan atau memudahkan
terjadinya proses belajar, baik secara individual maupun kelompok.
Dengan demikian, kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan
belajar siswa. Artinya, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat
12
menggantikan fungsi guru, terutama sebagai sumber belajar. Salah satu
media yang dapat menjalankan fungsi demikian tersebut adalah
program multimedia dalam hal ini adalah animasi komputer.
Animasi merupakan salah satu multimedia interaktif dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebab cukup efektif
meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan multimedia cocok
untuk mengajarkan suatu proses atau tahapan, misalnya penyerbukan
pada tumbuhan, pembelahan sel, proses orbit tata surya, reaksi kimia,
asam basa, dan lain sebagainya.
Pemanfaatan multimedia dalam pendidikan biasanya
menggunakan perangkat lunak atau software yang paling tersohor
adalah Macromedia Flash, power point, dream weaver, adobe image
ready dan software animasi lainnya. Dengan berbagai perkembangan
pada software dan sejumlah hardware penunjangnya telah
menyebabkan terjadinya perubahan besar pada trend metode cara
mengajar dengan multimedia saat ini.
Ada beberapa kelebihan dari multimedia animasi ini, yakni:12
1) Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada
secara fisik atau disitilahkan dengan imagery. Secara kognitif
pembelajaran dengan menggunakan mental imagery akan
meningkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi
pelajaran.
2) Memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media
seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu
kesatuan penyajian yang terintegrasi.
3) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai
dengan modalitas belajarnya, terutama bagi mereka yang memiliki
visual, auditif, kinestetik atau yang lainnya.
4) Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca
dan mendengarkan secara mudah.
12 Yudhi Munadi, Op. Cit. hal.150.
13
Untuk merancang dan memproduksi program animasi atau
multimedia, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Kriteria kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang
sesederhana mungkin sehingga siswa tidak perlu belajar komputer
terlebih dahulu.
2) Kriteria kandungan kognisi. Kandungan isi program harus
memberikan pengalaman kognitif yang dibutuhkan siswa.
3) Kriteria integrasi media, di mana media harus mengintegrasikan
beberapa aspek keterampilan lainnya yang harus dipelajari.
Pembelajaran integratif memberi penekanan pada pengintegrasian
berbagai keterampilan berbahasa, mendengarkan, berbicara,
menulis dan membaca.
4) Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai
tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah
kriteria.
5) Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan.
Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran
yang diinginkan siswa secara utuh. Sehingga pada waktu seorang
selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar
sesuatu.
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan program power
point, yang mana program ini telah dirancang sedemikian sehingga
program ini layak menjadi media pembelajaran animasi multimedia.
Pemanfaatan power point dalam penelitian menyebabkan kegiatan
pembelajaran menjadi sangat mudah, dinamis dan sangat menarik.
2. Hasil Belajar siswa
a. Konsep Belajar
Aktifitas belajar telah ada sejak manusia ada. Hampir di
sepanjang waktunya manusia melaksanakan ritual-ritual belajar.
Pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang
14
terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar.
Menurut pendapat yang tradisional, belajar hanyalah dianggap
sebagai pengumpul sejumlah ilmu saja. Ratna Willis dalam bukunya
Teori-teori Belajar menyatakan bahwa belajar adalah proses yang
dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan dimana terjadi
hubungan-hubungan antara simulasi-stimulus dan respon-respon.13
Menurut H.C Witherington, belajar adalah suatu perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari
reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu
pengertian. Sedangkan Gagne menyatakan “learning is relatively
permanent change in behavior that result from past experience or
purposeful instruction”.
Dari pengertian Gagne dapat digambarkan bahwa belajar
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Adanya kemampuan atau perubahan. Perubahan tingkah laku
bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan
nilai atau sikap (afektif).
2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap
atau dapat disimpan.
3) Perubahan tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
4) Perubahan adalah hasil dari suatu pengalaman atau terjadi akibat
interaksi dengan lingkungan.
Dari penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungannya dengan tujuan untuk mengumpulkan ilmu yang
pada akhirnya menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat
kognitif, psikomotor, dan afektif serta perubahan ini bersifat tetap.
13 Ratna Willis Dahar. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta, 1989, hal.12.
15
b. Konsep Hasil Belajar
Seseorang dikatakan belajar ketika terjadi perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari pengalaman. Maka kegiatan atau usaha untuk
mencapai perubahan tingkah laku itu hasil belajar. Hasil merupakan
peristiwa yang bersifat internal, dalam arti sesuatu yang terjadi diri
seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif
untuk kemudian berpengaruh pada tingkah laku.
Gagne menyatakan hasil belajar merupakan kemampuan
internal (capability) yang meliputi keterampilan, intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, keterampilan motoris dan sikap yang telah
menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang itu
melakukan sesuatu.
Hasil belajar yang diakibatkan karena adanya kegiatan belajar
untuk memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku ke arah
tercapainya hasil belajar. Baik atau buruknya hasil belajar tergantung
pada pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang
bersangkutan terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Hasil belajar seseorang siswa dapat diketahui melalui tes dan
akhirnya memunculkan hasil belajar dalam bentuk nilai real atau non-
real. Seperti yang diungkapkan oleh Briggs yang menyatakan bahwa
hasil belajar adalah seluruh kecapakan dan hasil yang dicapai melalui
proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-
angka atau nilai-nilai yang diukur dengan tes hasil belajar. Seseorang
siswa dikatakan telah memiliki hasil belajar yang baik ketika nilai
yang diperoleh siswa tersebut tinggi, atau sebaliknya.
Bloom, mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah
(domain) yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.14
Hasil belajar
dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori, yaitu pangetahuan,
pamahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
14 Anonym, Benjamin Bloom and the Taxonomy of Learning, http://oaks.nvg.org/taxopmy-
bloom.html., diakses 2 juni 2009. Pukul 19.34 WIB.
16
Hasil belajar tiap siswa berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan hasil belajar ditentukan oleh kondisi belajar. Kondisi
belajar tersebut dapat berhasil dari dalam ataupun luar diri siswa.
Kondisi dari dalam diri siswa antara lain: keadaan fisik (Misalnya
sakit, sehat, lelah), keadaan psikis (misalnya senang, sedih, tertekan)
dan motivasi (tertarik atau tidak tertarik terhadap apa yang sedang
dihadapinya).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
mencapai hasil belajar. Syah secara umum menggolongkan faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:15
1) Faktor internal, meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis, yaitu:
a). Aspek Fisiologis, yakni aspek yang berhubungan dengan fisik
seseorang, seperti kondisi umum jasmanai dan tegangan otot yang
menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendinya dapat
mempengaruhi semangat dan instensitas peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.
b). Aspek Psikologis, yakni aspek yang berhubungan dengan struktur
kejiwaan peserta didik. Aspek ini terdidi dari 5 faktor, yaitu
1) Inteligensi, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk memberikan
reaksi terhadap rangsangan dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui cara yang tepat.
2) Sikap, yaitu gejala internal yang berdimensi afektif, berupa
kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif.
3) Bakat, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
15 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet.3, hal.
132.
17
4) Minat, berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
5) Motivasi, yaitu keadaan internal organisme baik manusia
maupun hewn yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
2) Faktor eksternal, terdiri atas dua macam, yaitu:
a). Lingkungan sosial, seperti lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
b). Lingkungan non sosial, yaitu gedung sekolah dan letaknya. Letak
rumah tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan siswa yang dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan siswa.
3) Faktor pendekatan belajar, media pembelajaran, yaitu jenis upaya
belajar siswa meliputi strategi, media dan metode yang digunakan
untuk melakukan kegiatan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang disoroti
dalam penelitian ini adalah faktor pendekatan belajar, yaitu dengan
mengembangkan model pembelarajan dengan media animasi sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan, yaitu
aspek kognitif, afektif.
Pengembangkan model pembelajaran ini menggunakan
pembelajaran kelompok aktif yang mendorong setiap anggota kelompok
untuk memahami pembelajaran dengan baik. Selain itu, model
pembelajaran ini memberikan penghargaan terhadap setiap anggota
kelompok, dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki kontribusi
yang sama dalam memajukan kelompoknya. Sehingga dapat membantu
dan menjangkau seluruh siswa dalam meningkatkan pemahamannya
terhadap pembelajaran, minat dan motivasi yang baik dalam mengikuti
pembelajaran, serta meningkatakan kemampuan siswa dalam berinteraksi
sosial dengan teman sebayanya.
18
d. Pengukuran Hasil Belajar
Efektivitas pengalaman proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh siswa dalam mencapai hasil belajar diharapkan adalah memiliki
kemampuan lulusan yang utuh dan mencakup kemampuan kognitif,
psikomotorik, dan afektif atau perilaku. Kemampuan kognitif adalah
kemampuan berpikir secara hierarkis yang terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan
psikomotor berkaitan dengan kemampuan gerak dan banyak terdapat dalam
kegiatan praktek. Kemampuan afektif berkaitan dengan perilaku sosial,
sikap, minat, disiplin dan sejenisnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui
ketercapaian hasil belajar ini diperlukan indikator hasil belajar yang dapat
mengungkapkan kualitas pemahaman yang dimiliki oleh siswa, yakni
ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik adalah berupa
penilaian.
Penilaian dalam pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik,
melakukan perbaikan, memotivasi guru dan siswa agar melaksanakan
pembelajaran dengan lebih baik dan bermakna. Penilaian untuk mengukur
hasil belajar ini adalah dapat menggunakan suatu alat ukur yang berbentuk
tes atau non tes. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus
dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta
kemampuan penalarannya. Sedangkan, alat ukur yang berbentuk non tes
mencakup angket, skala sikap dan sebagainya.16
A test is a seto f tasks or question that usually is administered to a
group of classroom students in a specific time period. Tests typically
address the cognitive capabilities learned in a particular course, subject
area, or discipline. Included are recalling definitions and important term,
16 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Press, 2006), hal. 53
19
interpreting concepts and ideaa, and solving problem.17
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitif)
bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemiliha konsep dasar keilmuan
berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.
Penilaian untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif ini adalah
berbentuk tes, yang dapat mengukur kemampuan hierarkis berupa
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Penilaian terhadap hasil belajar afektif. Hasil belajar afektif adalah
berkaitan dengan aspek sikap, minat, disiplin dan nilai. Oleh karena itu,
pengukuran hasil belajar afektif ini lebih tepat dan sesuai bila menggunakan
pengukuran hasil belajar berupa non tes, misalnya angket, skala sikap,
kuisioner dan observasi.
3. Pengaruh Media Animasi dengan Hasil Belajar Siswa
Barbara Gross Davis dalam bukunya dituliskan:
“Increasingly, faculty members are using computer and interactive
multimedia to make their teaching more efficient, effective,
powerful, and flexible. Faculty members are also finding that
computers and multimedia tools can provide students with
individualized activities that accomodate differences in students’
levels of preparation. Computer can help you transform course
notes in overheads, create high-quality complex illustration, do
real-time calculation and processing, engage students in
interactive collaborations, and bring text, graphics, animation,
sound, and video into the calssroom.18
Sangat bermanfaat sekali media animasi bagi mahasiswa,
pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan fleksible. Hal ini menunjukkan
bahwa media animasi dapat diterapkan diberbagai disiplin ilmu. Dalam
pembelajaran dengan media animasi peserta didik akan mengalami dan
17 Margaret E. Gredler, Classroom Assesment and Learning, (university of South
Carolina:2001). The McGill Indonesia IAIN Development Project. p.21. 18 Barbara Gross Davis, Tools for Teaching, (San Francisco: JB Publisher), The McGill
Indonesia IAIN Development Project. 2000. hal.334.
20
mengkonstruksi pemahaman belajar mereka dalam bentuk kerja sama
dalam kelompok kecil untuk memutuskan kesimpulan penyelesaian
masalah yang diajukan. Dalam pembelajaran dengan media animasi akan
memahami pembelajaran secara lebih efektif dan bermakna, karena
masing-masing anggota kelompok memiliki kontribusi yang sama dalam
membangun kesuksesan kelompok. Karena dalam pembelajaran ini yang
ditekankan adalah kerjasama.
Dalam pembelajaran ini setiap kelompok akan mencoba
eksperimen dikomputer yang membutuhkan kontribusi dari anggota
kelompok. Setiap kelompok akan praktek titrasi asam basa menggunakan
satu komputer. Dengan permasalahan yang telah ditentukan oleh guru.
Dalam pembelajaran ini dapat mengembangkan pengolahan informasi,
komunikasi, pengembangan kemampuan berpikir, menjawab pertanyaan,
dan membangun kesimpulan pembelajaran yang tepat dalam kelompok.
Pembelajaran media animasi ini dapat menunjukkan aktivitas total
masing-masing anggota kelompok, dikarenakan setiap anggota kelompok
mendapatkan tanggung jawab permasalahan, sehingga dapat meningkatkan
kesadaran anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam
kelompoknya. Pembelajaran dengan animasi memberikan siswa banyak
kesempatan untuk dapat memberikan dan meningkatkan kemampuan
mereka dalam mendemonstrasikan permasalahan, mengaplikasikan ide-ide
cemerlang siswa dan penyusunan serta pengaturan dalam penentuan suatu
kesimpulan.
Pengaruh media animasi terhadap hasil belajar siswa disebabkan
beberapa hal. Ada materi dalam pelajaran yang mengharuskan adanya
visualisasi sehingga siswa akan mengerti suatu materi pelajaran ketika
melihatnya langsung. Dengan media juga mendatang sesuatu sampel yang
pada dasarnya sampel tersebut tidak bisa dihadirkan di dalam pelajaran,
apakah sampel tersebut membahayakan atau sampel tersebut adanya di luar
negeri, sehingga dengan media pembelajran akan lebih simpel, efektif dan
efisien.
21
4. Peranan Guru dalam Media Pembelajaran
Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun
mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati
yang gembira tanpa tekanan, maka dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat
merupakan langkah yang efektif untuk memaksimalkan proses belajar
sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Maka, dalam pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan kemauan dan
kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas.
Sehingga dengan menggunakan media pembelajaran ini guru bukannya
bertambah pasif, tetapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun
rencana pembelajaran secara matang, penggunaan media yang tepat,
pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan membuat tugas untuk dikerjakan
siswa bersama dengan kelompoknya.
Peranan guru dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang
strategis, dikarenakan guru selain berfungsi untuk mentransfer ilmu
pengetahuan juga memandu dan membimbing siswa untuk menemukan
solusi penyelesaian masalah, sehingga diperlukan adanya komunikasi dan
penerimaan kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa dalam proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai
fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.19
Sebagai
fasilitator, seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagi berikut:
a. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan,
b. Membantu dan mendorong siswa untuk menggungkapkan dan
menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individual
maupun kelompok,
c. Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan
(media pembelajaran) serta membantu kelancaran mereka,
19 Isjoni, Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok, hal.62-64.
22
d. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat
bagi yang lainnya, dan
e. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran
dalam bertukar pendapat.
Guru berperan sebagai mediator, penghubung dalam
menjembatani, mengaitkan materi pelajaran yang sedang dibahas dengan
permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. Di samping itu, guru juga
berperan dalam menyediakan saran pembelajaran yang berupa media
pembelajaran, agar suasana kelas tidak monoton dan membosankan.
Dengan kretifitasnya, guru dapat mengatasi keterbatasan sarana sehingga
tidak menghambat suasana pembelajaran di kelas.
Guru juga berperan sebagai director-motivator, berperan dalam
membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran
diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Lalu, sebagai motivator, guru
berperan memberikan semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi.
Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar-mengajar
yang sedang berlangsung. Penilaian ni tidak hanya pada hasil, tetapi lebih
ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara
perorangan maupun secara berkelompok. Alat yang digunakan dalam
evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk
catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas.
5. Pentingnya Nilai dalam Pembelajaran Sains
a. Konsep Nilai dalam Pembelajaran Sains
Tujuan dari pembelajaran nilai di dalam sains adalah untuk
mengembangkan kualitas afektif siswa dalam memahami pembelajaran
secara lebih mendalam, bermakna dan dapat bertahan lama serta
membekas di dalam diri siswa mengenai kandungan dasar pembelajaran
daripada hanya melakukan pembelajaran berdasarkan pengetahuan konsep
saja yang mudah hilang dan tidak membekas di dalam diri siswa.
23
Trihastuti dan Remy menjelaskan pengertian sains diartikan
sebagai berikut: 20
1) Sains merupakan kumpulan pengetahuan ilmiah yang disusun secara
logis dan sistematis.
2) Sains diperoleh melalui proses ilmiah. Proses ilmiah, yaitu berupa
langkah-langkah ilmiah berdasarkan metode ilmiah. Proses ilmiah
dapat berupa fisik dan mental dalam mencermati fenomena alam,
termasuk juga penerapannya.
3) Sains dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai.
Hal yang sama diungkapkan oleh Shambaeh Usman, beliau
menambahkan dan menyatakan bahwa program pembelajaran sains
adalah bertujuan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang
fungsional tentang konsep dan prinsip secara ilmiah yang dihubungkan
dengan situasi kehidupan nyata siswa dan memperoleh kemampuan ilmu
pengetahuan, sikap, dan nilai yang dibutuhkan untuk menganalisa dan
memecahkan suatu permasalahan. 21
Berdasarkan dengan hal tersebut, pembelajaran sains yang
terkandung di dalamnya tidak hanya tertuju pada produk IPTEK yang
dihasilkan, akan tetapi terkandung pula aspek pengetahuan lainnya yang
lebih bermakna, misalnya kepribadian diri, bertaqwa, berbudi pekerti luhur
atau sikap mencintai kebenaran, sikap toleran atau menghargai pendapat
orang lain, sikap ketelitian, dan sikap tidak putus asa, sehingga tujuan
pembelajaran sains dapat diwujudkan secara nyata, yaitu menata
kehidupan sekitar menjadi lebih baik.
Levinson dan Turner dalam Ratcliffe mengungkapkan hal yang
sama, bahwa pembelajaran sains sesungguhnya mengandung implikasi
20 Singgih Trihastuti dan Yoko Rimy, Filosofi Sains, Tersedia: lpmpjogja.diknas.go.id.
Diakses 21 Agustus 2008 jam. 15.10 WIB 21 Shambaeh Usman, Integrating Value in Science Education : A Philippine Experience, The
International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and Theacher’s
Training UIN Jakarta, Oktober 28, 2008. p. 2
24
yang berhubungan dengan masalah sosial dan etika. 22
Dalam konteks
demikian, pembelajaran yang seharusnya diberikan kepada siswa adalah
membangun pemahaman dan pengetahuan mengenai keterjalinan
pembelajaran sains dengan nilai-nilai sosial dan etika yang ada di
lingkungan sekitarnya.
Pemahaman tentang nilai yang terkandung dalam sains ini
menunjukkan pada kriteria untuk menentukan tingkat kebaikan, harga,
atau keindahan yang relatif konstan tentang suatu perilaku. Seseorang
yang melakukan tindakan terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh
seperangkat nilai-nilai yang telah dimiliki, dipelihara, dan diyakininya itu
dengan memberikan suatu pedoman atau acuan bagi dirinya dalam
memberikan sikap, menentukan keputusan, menghubungkan pikiran dan
perasaan dengan tindakan yang ditampilkannya.
Konsep nilai menurut J.R. Fraenkel dalam Lamijan, nilai adalah a
value is an idea concept about what someone thinks is important in life
(gagasan atau suatu konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang yang
penting dalam kehidupan). Pengertian ini menunjukkan bahwa, hubungan
antara subjek dengan objek memiliki arti yang penting dalam kehidupan
subjek. Sebagai contoh, segenggam garam di masyarakat Dayak lebih
berarti dari segumpal emas, karena garam sangat berarti bagi hidup dan
matinya orang Dayak; sedangkan bagi masyarakat Yogyakarta sekarung
garam tidak ada artinya bila dibandingkan dengan dengan satu ons emas,
karena emas memiliki arti yang lebih penting dalam kehidupan orang
kota.23
Dalam jurnal, Hill menyatakan “those beliefs held by individuals
to which they attach special priority or worth, and by which they tend to
order their lives”, bahwa nilai adalah suatu keyakinan seseorang tentang
22 Mary Ratcliffe, Values in The Classroom-The ‘Enacted’ Curriculum, Available at:
http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR_Values_chap_nov_05.pdf. Accessed on
Nov 12, 2008, 1.30 pm, p. 1 23 Lamijan, Metoda dan Teknik Pendidikan Nilai. Dalam Jurnal Inkoma, Tahun 13, Nomor 1,
Februari 2002, hal. 15.
25
sesuatu yang sangat berharga atau memiliki prioritas utama dalam
kehidupannya.24
Keyakinan seseorang mengenai hal tersebut, akan
membawa seseorang untuk tetap menjaga dan memelihara serta berupaya
untuk mendapatkan nilai tersebut. Misalnya, sebagai umat Muslim
diperintahkan untuk melaksanakan dan menunaikan kewajiban shalat lima
waktu sehari, maka secara naluriah berdasarkan pedoman nilai dalam diri
seseorang tersebut akan melaksanakan shalat dengan menggiatkan diri
untuk selalu beribadah dengan harapan mendapatkan pahala dan kebaikan
yang berlipat ganda.
BP-7 dalam Maman Rachman menyatakan bahwa nilai adalah
suatu pengertian atau pensifatan yang digunakan untuk memberikan
penghargaan terhadap barang atau benda.25
Pensifatan yang diberikan
terhadap nilai tersebut berhubungan erat dengan manusia/seseorang
sebagai subyek pemberi pengertian nilai yang dianggapnya pantas untuk
dikejar dan dimiliki. Nilai berkaitan dengan baik-buruk, benar-salah,
boleh-tidak boleh, indah-tidak indah suatu perilaku atau pernyataan yang
berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu,
nilai mendasari pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dalam
kehidupannya di masyarakat.
Tan berpendapat bahwa nilai merupakan refleksi interaksi antara
individu dan masyarakat. Nilai akan muncul dalam bentuk konseptual atau
pedoman dan emosional untuk mengevaluasi sesuatu yang sangat berharga
dalam tindakan atau tujuan. Nilai memiliki aspek moral yang didasarkan
pada perbuatan dan tingkah laku manusia yang baik atau buruk dan
menjadi panduan bagi seseorang dan masyarakat dalam melakukan
perbuatan dan menentukan sikap terhadap lingkungan yang lebih luas.26
Sjarkawi dalam Koesoema menyatakan bahwa nilai merupakan
24 Seah dan Bishop, Values in Mathematics Textbooks: A View Through Two Australasian
Regions, Presented at 81st Annual Meeting of The American Educational Research Assosiation,
New Orleans, LA, 2000, p. 4 25 Maman Rachman, Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi
Muda Bangsa, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.028, Tahun ke-7, Maret 2001, hal. 3 26 Seah dan Bishop, loc. cit, p. 4
26
kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan,
berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi
kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi makna
dalam hidup, yang memberikan dalam hidup ini titik tolak, isi dan
tujuan.27
Konsep nilai terhadap diri seseorang dan masyarakat memberikan
prioritas terhadap keyakinan tertentu, pengalaman, dan tujuan, dalam
menyimpulkan bagaimana masa depan mereka, dan apa saja yang mereka
miliki. Dalam pengertian ini, ditegaskan bahwa nilai memiliki arti manfaat
bagi seseorang yang telah menghayati, mengamalkan, dan memeliharanya
dalam kehidupan yang dialaminya, sehingga seseorang tersebut memiliki
standar acuan dalam bagaimana menentukan sikapnya terhadap
problematika yang ada dihadapannya, serta memiliki keyakinan terhadap
nilai yang dianutnya tersebut ada kebahagiaan yang cukup besar di
kehidupan kini dan masa depannya.
Nik Azis dalam seminarnya menerangkan lebih lanjut mengenai
pengertian nilai ini bukan saja melibatkan aspek kepercayaan tetapi juga
aspek pemahaman, perasaan, dan tingkah laku manusia. Definisi bagi
istilah nilai adalah sejumlah hal yang dianggap penting, berharga, berguna
atau mustahak. Secara lebih abstrak nilai seringkali merujuk pada prinsip,
standar, atau pegangan yang melibatkan hal yang dianggap penting atau
berharga.28
Pengertian nilai menurut Milton Roceach dan James Bank dalam
Kartawisastra adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang
lingkup sistem kepercayaan, di mana seseorang harus bertindak atau
menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak
27 Doni Koesoema, Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, (Jakarta:
Grasindo, 2007), hal. 198 28 Nik Azis Nik Pa, Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematika: Cabaran dan
Keperluan, International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science
Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya, hal. 4.
27
pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya.29
Pengertian ini menunjukkan
bahwa nilai itu merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang telah
berhubungan dengan manusia yang memberikan nilai tersebut. Oleh
karena itu, terkait mengenai kandungan nilai dalam pembelajaran sains
membutuhkan suatu proses pembelajaran yang harus melibatkan
pengalaman-pengalaman dari kedua belah pihak, yaitu guru sebagai
pendidik perlu menempatkan diri sebagai fasilitator dengan menyediakan
suatu wadah bagi siswa dalam memberikan gagasan atau ide yang
dimilikinya terkait dengan proses pembelajaran yang berhubungan dengan
situasi kehidupan nyata siswa, sehingga siswa dapat merealisasikan
pembelajaran sains dengan memiliki ilmu pengetahuan, sikap, dan nilai
dalam memahami dan memecahkan suatu permasalahan secara positif dan
menghargai lingkungan alam secara arif dan bijaksana serta memiliki rasa
keyakinan dan kesadaran yang tinggi mengenai kebesaran dan kekuasaan
Allah SWT.
Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat diartikan dan
dikembangkan bahwa nilai dalam pembelajaran sains merupakan pedoman
yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat dalam menentukan tingkat
kebaikan, harga, dan keindahan terhadap sesuatu yang penting bagi
kehidupannya berdasarkan aspek pengetahuan dan perasaan yang
dimilikinya dan terealisasi dalam tindakan yang memiliki manfaat. Nilai
dalam pembelajaran sains bertujuan untuk menata kehidupan menjadi
lebih baik, yaitu dengan mengembangkan pemahaman tentang gejala alam,
konsep dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai ini dikembangkan untuk memberikan
filter dalam menghubungkan pikiran dan perasaan dengan tindakan
disamping mencakup mengenai sistem pengaturannya. Sehingga akan
membangun dan meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya
29 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai-Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa
PTAIN, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal.16.
28
alam serta keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
Istilah nilai dikelompokkan dalam berbagai kategori yang berbeda
seperti nilai kerohanian, moral, sosial, etika, estetika ekonomi, budaya,
intelektual, persekitaran, undang-undang, ideologi, profesionalisme,
kepemimpinan pribadi, prodiktivitas dan agama. Nilai etika merujuk nilai
yang digunakan untuk membedakan antara baik dengan jahat, betul
dengan salah, dan moral dan tak bermoral. Seterusnya, nilai moral merujuk
tindakan atau nilai yang mempunyai implikasi langsung kepada kebajikan
dan hak orang lain atau kepada isu keadilan dan persamaan30
b. Tahapan Proses Pembentukkan Nilai
Nilai-nilai yang telah dimiliki, dipelihara dan diamalkan oleh
siswa/seseorang secara konsinten dan berkelanjutan terus-menerus akan
sangat bisa mempengaruhi lingkungan yang berada di sekitarnya. Hal ini
disebabkan bahwa nilai berfungsi sebagai pedoman yang memungkinkan
siswa menentukan setiap perilaku yang benar dan menentukan setiap
penyimpangan yang terjadi.
Pembentukkan dan penghayatan nilai-nilai dalam pribadi seseorang
tidak terjadi begitu saja, melainkan memerlukan proses yang tidak mudah
dan waktu yang singkat. Proses ini bisa terjadi setelah siswa menghadapi
suatu konflik atau peristiwa yang mengandung nilai dan dengan
pengetahuan yang dimilikinya terjadi pemahaman yang mungkin saja
membekas di dalam dirinya.
Menurut krathwohl dalam Lamijan, proses pembentukkan nilai
pada anak dapat dikelompokkan dalam 5 tahap, yakni:31
1) Tahapan receiving (menyimak). Pada tahap ini seseorang secara aktif
dan selektif dalam memilih fenomena. Pada tahap ini nilai belum
30 Nik Azis Nik Pa, loc. cit..hal.4. 31 Lamijan, loc. cit, hal. 19
29
terbentuk melainkan baru menerima adanya nilai-nilai yang berada di
luar dirinya dan memilih mana yang paling menarik bagi dirinya.
2) Tahapan Responding (menanggapi). Seseorang selain menerima
stimulus secara aktif, juga melakukan tanggapan secara aktif
rangsangan yang berada di luar dirinya dalam bentuk respon yang
nyata.
3) Tahapan valuing (memberi nilai). Pada tahap ini seseorang sudah
mampu menangkap stimulus atas dasar nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Ia mulai mampu menyusun persepsi tentang obyek. Dalam
hal ini terdiri dari tiga tahapan, yakni percaya terhadap nilai yang ia
terima; merasa terikat dengan nilai yang dipercayainya (dipilihnya);
dan memiliki keterikatan batin (commitment) untuk memperjuangkan
nilai-nilai yang diterima dan diyakininya itu.
4) Tahapan organization (mengorganisasikan nilai). Pada tahap ini,
seseorang mulai mengatur sistem nilai yang ia terima dari luar untuk
ditata dalam dirinya, sehingga sistem nilai itu menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam dirinya. Pada tahap ini terdiri dari dua tahapan
untuk mengorganisasikan nilai, yaitu mengkonsepsikan nilai dalam
dirinya; dan mengorganisasikan nilai dalam dirinya seperti cara hidup
dan tata perilakunya sudah didasarkan atas nilai-nilai yang
diyakininya.
5) Tahapan karakterisasi nilai. Pada tahap ini, seseorang telah mampu
mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidup secara
mapan, ajeg dan konsisten.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bukhori dalam Lubis
menyatakan bahwa proses pembentukkan nilai belangsung secara
bertahap. Ada lima fase yang harus dilalui siswa, yakni:32
1) Knowing, yaitu mengetahui nilai-nilai
2) Comprehending, yaitu memahami nilai-nilai
3) Accepting, yaitu menerima nilai-nilai
32 Mawardi Lubis, Op. Cit. hal. xi
30
4) Internalizing, yaitu menjadikan nilai sebagai sikap dan keyakinan
5) Implementing, yaitu mengamalkan nilai-nilai
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Nilai Dalam Sains
Model pembelajaran yang menggunakan kegiatan materi pelajaran
yang ketat dan monoton serta didominasi oleh guru (teacher’s centered)
dirasakan tidak memberikan pola pembelajaran yang bermakna bagi siswa
dalam proses pembelajaran. Siswa di dalam perkembangannya di zaman
global menuntut adanya pengalaman-pengalaman yang bersifat konkrit
dan dapat diterapkan olehnya sebagai interaksi pribadi dan masyarakat di
dalam lingkungannya.
Menurut Ratcliffe, lima dimensi pembelajaran yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran sains yang bermuatan nilai sebagai
upaya untuk memfasilitasi siswa mengalami, memilih, mengahayati, dan
mengamalkan suatu nilai-nilai adalah sebagai berikut:33
1) Guru memiliki dan memahami pengetahuan yang memadai tentang
sains secara percaya diri di dalam pembelajaran.
2) Guru bukan hanya mentransfer dan memberikan ilmu pengetahuan,
akan tetapi sebagai fasilitator siswa dalam pembelajaran.
3) Guru memiliki sikap keterbukaan dan bermusyawarah terhadap siswa.
4) Guru memberikan pengetahuan seluas-luasnya kepada siswa dengan
mengembangkan kemampuan berpikirnya.
5) Siswa mengalami aktivitas pembelajarannya.
Prinsip pembelajaran sains yang terintegrasi nilai sebagaimana
dijelaskan oleh Ratcliffe menunjukkan bahwa pola pembelajaran yang
efektif adalah siswa mengalami pembelajaran secara aktif di dalam kelas
dan guru memfasilitasi siswa dan lingkungan kelas yang kondusif
sehingga siswa dapat menyatakan minat/ketertarikan, keterbukaan dan
perhatian serta dapat menentukan pilihan/sikap dalam proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga harus mampu mendengarkan pendapat
33 Mary Ratcliffe, loc. cit, p. 7
31
siswa dalam menyampaikan sikap dengan rasa hormat dan dukungan.
d. Macam-macam Nilai dalam Pembelajaran Sains
Pembelajaran sains selama ini belum dipahami secara keseluruhan
memiliki kandungan nilai-nilai sains yang terkait dengan kehidupan. Hal
ini disebabkan pola-pola pembelajaran sains yang diterapkan masih
menggunakan taraf pembelajaran fakta dan konsep saja, sehingga nilai-
nilai dasar yang terkandung di dalamnya tidak memiliki kebermaknaan
yang mendalam untuk dipahami oleh siswa dan aplikasi nilai-nilai ini
menjadi nihil diterapkan oleh siswa sebagai warga negara yang memiliki
kecerdasaan dan keberagamaan.
Menurut Bukhori menyatakan bahwa setiap pelajaran tidak hanya
mengandung substansi pelajaran yang bersifat kognitif, namun dibalik hal-
hal yang bersifat kognitif terdapat sejumlah nilai dasar yang harus
diketahui oleh siswa.34
Sebagai contoh, yaitu dalam pembelajaran kimia
mengajarkan kecermatan, ketelitian, dan kejujuran dalam perhitungan dan
pengamatan.
Menurut Herlanti menjelaskan bahwa nilai-nilai yang harus
diintegrasikan dalam pembelajaran sains adalah sebagai berikut: 35
1) Nilai ilmiah/intelektual, yaitu berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
menyelidiki (inkuiri).
2) Nilai sosial, yaitu memecahkan masalah, kemanusiaan (humanis),
kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan
kemampuan berkompetisi.
3) Nilai religius, yaitu keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaaan-Nya. Kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara dan
34 Mawardi Lubis, op. cit, hal. xxi 35 Yanti Herlanti, Development of Value Education Though Stories Based on Sciemce: How
To Integrate Value and Science In Basic Sshool?, The International Seminar on Mathematics and
Science Education. Faculty of Tarbiya and Theacher’s Training UIN Jakarta, Oktober 28-29, 2008.
p. 128
32
menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Macam-macam nilai yang dikembangkan Bishop terhadap
kandungan nilai di dalam pembelajaran sains adalah36
1) Rationalism, yaitu berkaitan dengan suatu penjelasan hipotesis, teori
dan logika yang dapat diterima dengan akal pikiran atau pemikiran
terhadap sesuatu secara deduktif-logis.
2) Objectism, yaitu berdasarkan data empirik, berpikir analogis terhadap
data yang tepat dan dapat diukur, memiliki hubungan dengan
keakuratan atau ketepatan serta mengidentifikasi permasalahan secara
spesifik.
3) Control, yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk menguasai,
merencanakan dan memprediksi berbagai macam permasalahan. Nilai
control ini menunjukkan bahwa pembelajaran sains dapat diaplikasikan
serta dapat dimanfaatkan sebagai solusi penyelesaian masalah-masalah
sosial.
4) Progress, yaitu berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
pengetahuan secara terus-menerus dan pemahaman secara mendalam
terhadap ilmu pengetahuan.
5) Openness, yaitu berkaitan dengan kemampuan mengartikulasikan
permasalahan dengan sikap keterbukaan secara bersama-sama dalam
membangun rasa kemanusiaan. Nilai oppeness ini menunjukkan
kemampuan untuk berdiskusi dan menganalisa teori, ide, hasil dan
argumentasi.
6) Mystery, yaitu berkaitan dengan rasa ingin tahu, rasa terpesona, dan
dugaan terhadap sesuatu berdasarkan intuisi (gerak hati).
Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai
obyektif dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu
nilai yang bersifat intrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang
36 Alan J. Bishop, Values in Mathematics and Science Education: Similiraties and
Differences. The Montana Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, vol. 5, no. 1, p. 51
33
masa secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain
hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapun nilai subyektif
yaitu nilai yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai
dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu.37
e. Integrasi Nilai-nilai Sains yang Terkandung dalam Konsep Titrasi
Asam Basa
Dalam pembelajaran kimia terdapat banyak hal yang dapat
mengklarifikasi atau mengungkapkan nilai-nilai, sebab kimia menyentuh
banyak segi kehidupan manusia. Oleh karena itu, proses pembelajaran
kimia dalam upaya mengungkapkan nilai-nilai tergantung pada
pengetahuan tentang fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipelajari siswa,
yang kemudian saling terhubung sehingga didapatkan nilai-nilai yang
terkandung di dalam pembelajaran kimia.
Dalam Seminar Internasional “Integrating Value and Local
Wisdom: New Perpective Teaching and Learning in Mathematics and
Science Education” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 28-29
Oktober 2008, Shambae Usman Menjelaskan bahwa:
“Integrasi nilai melibatkan pengembangan sistem nilai dari
siswa sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan siswa. Proses
pembelajaran tidak hanya memberikan pembelajaran pada
kemampuan konsep dan keterampilan saja akan tetapi harus pula
disertai dengan nilai”38
(Shambaeh Usman: 2008).
Dalam taraf fakta, proses pembelajarannya disampaikan informasi,
data, peristiwa, dan hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Metode
yang digunakan adalah hafalan, pengulangan materi-materi yang sudah
diajarkan guru secara lisan dan tertulis.
Selanjutnya dalam taraf konsep. Pendidik mengajak siswa untuk
mencari, mengungkapkan, dan memahami konsep-konsep tertentu dari
37 Sulaiman Zein, Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini, diakses
dari http://smpnbilahulu.wordpress.com, sabtu, 23 Februari 2008.15.10. 38 Shambaeh Usman, loc. cit, p. 2
34
fakta yang diketahui dengan melakukan generalisasi data, membuat analisa
data, dan membuat tafsiran yang mungkin terkandung di balik data fakta
yang dimiliki. Pada taraf ini ditekankan keterampilan intelektual atau
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Lalu, dilanjutkan dengan taraf nilai dimana guru membimbing
siswa untuk menemukan makna nilai yang bermanfaat dan terkandung di
dalam fakta dan konsep-konsep yang sudah dihubungkan. Siswa akan
dibimbing untuk melihat hubungan antara bahan yang dipelajari dengan
minat, perasaan, sikap, pendapat, dan tingkah lakunya sendiri. Di sinilah
tahapan pembelajaran yang harus dilakukan agar pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan membentuk pribadi pembelajaran yang bukan hanya
cerdas dan terampil, tetapi juga memahami dan memiliki sikap atau afeksi,
karena dapat dipahami bahwa pendidikan dalam pembelajaran tidak hanya
menyentuk ranah kognitif dan psikomotorik, melainkan juga ranah afektif.
Nilai-nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran kimia sangat
penting untuk diungkap atau diklarifikasi dan dinternalisasikan kepada
kepribadian siswa dalam mempelajari dan memahami pembelajaran kimia
dengan pembelajaran yang diintegrasikan pada nilai. sehingga
menimbulkan pengetahuan yang dimiliki siswa memberikan efek korelasi
yang positif terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Oleh karena itu, untuk membangun nilai penting kehidupan yang
dapat dipelajari dalam pembelajaran kimia, memberikan konsekuensi
kepada para pendidik untuk dapat mengembangkan pembelajaran kimia
sebagai salah satu media dalam membentuk pribadi siswa. Dalam hal ini,
siswa diajak menelaah serta mempelajari nilai-nilai sains yang berguna
dalam kehidupan bermasyarakat.
Berikut ini, berdasarkan nilai-nilai sains yang dikembangkan oleh
Yanti Herlanti, maka dalam penelitian ini dibatasi dengan integrasi nilai-
nilai sains dalam pembelajaran kimia, yaitu nilai intelektual/ilmiah, nilai
sosial, dan nilai religius. Pengembangan integrasi kebermaknaan nilai-
nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran kimia konsep titrasi asam
35
basa di dalam penelitian ini meliputi indikator-indikator sebagai berikut:
1) Nilai Religius
a) Rasa syukur atas nikmat Allah SWT.
Sumber daya alam merupakan karunia Allah SWT., Allah
menciptakannya untuk kelangsungan umat manusia. Kapur tohor
diciptakan sebagai zat yang bersifat basa. Pada konsep titrasi asam
basa terdapat reaksi penentralan, asam dinetralkan dengan basa, begitu
pula sebaliknya basa dinetralkan dengan asam, dengan reaksi
penetralan tersebut memberikan suatu kandungan nilai yang dapat
dipahami melalui pembelajaran, di antaranya, yaitu penggunaan dan
peranan kapur tohor yang dapat menetralkan keasaman suatu keadaan
tanah yang asam, yang tadinya tidak dapat ditanami tanaman, dengan
penetralan tersebut tanah dapat ditanami tumbuhan.39
b) Keagungan Allah dan kelemahan makhluk
Nilai religius yang terkandung dalam konsep titrasi asam basa
berdasarkan penetralan adalah mengenai keagungan Allah dan
kelemahan makhluk-Nya, yaitu sebagai manusia, tubuh akan
mengeluarkan zat sisa asam, berupa keringat, bau mulut. Hal demikian
membuat manusia tunduk, bahwa hanya Allah yang paling sempurna.
Manusia membutuhkan zat lain berupa basa untuk menghilangkan bau
badan tersebut.
2) Nilai Intelektual
Nilai intelektual dipahami sebagai kemampuan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran kimia untuk mengaplikasikan dalam kehidupannya
dan memahami sesuatu. Nilai intelektual merupakan manifestasi dari
hakikat sains sebagai hasil kreatifitas manusia Nilai ini dapat dilihat dari
pola sikap ilmiah, seperti berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu yang
tinggi dan kemampuan untuk menyelidiki (inkuiri) yang ditunjukkan
39 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni
Sejahtera, 2005), h. 306.
36
terhadap sesuatu obyek yang menjadi masalah.
Nilai intelektual yang terkandung dalam konsep titrasi asam basa
asalah; di dalam badan manusia terdapat berbagai macam zat yang bersifat
asam, hal ini akan menimbulkan bau sehingga manusia merasa tidak
nyaman, oleh karena itu zat asam tersebut dapat dinetralkan dengan basa.
Misalnya bau mulut yang menyengat dapat dinetralkan dengan pasta gigi,
badan mengeluarkan keringat dinetralkan dengan deodorant atau dengan
cara mandi menggunakan sabun.
B. Kerangka Berpikir
Kenyataan di lapangan pembelajaran masih berorientasi teacher
center, metodologi yang kurang menarik, hal ini menyebabkan kesulitan
dalam memahami pelajaran, yang pada akhirnya kondisi kelas yang pasif.
Seiring dengan era globalisasi ini membawa manusia ke dalam kehidupan
modern yang membawa masyarakat kurang memahami nilai-nilai, begitupun
penerapan nilai dalam materi-materi pelajaran yang ada di sekolah belakangan
ini sudah dirasakan luntur, sehingga hasil belajar siswapun dirasakan
menurun.
Hasil belajar merupakan kualitas kemampuan seseorang/siswa yang
dihasilkan melalui proses akktivitas aktif dalam membangun pemahaman
informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil
belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal
cenderung mewujudkan hasil yang menyeluruh, yaitu siswa bukan hanya
dituntut untuk memahami dan menguasai pembelajaran secara akademik,
sehingga mempunyai keahlian, keterampilan dan kemampuan intelektual,
tetapi juga mempunyai integritas moral yang baik.
Sebagai usaha untuk memperoleh suatu hasil belajar yang optimal.
Maka, diperlukan suatu penerapan model pembelajaran yang bukan hanya
sekedar menyampaikan informasi kepada siswa berupa fakta dan konsep, tapi
membutuhkan keterlibatan aktif siswa secara mental maupun fisik untuk
membelajarkan nilai-nilai sains yang terkandung di dalam pembelajaran kimia
37
konsep asam-basa.
Salah satu alternatif model pembelajaran efektif untuk membangun
pemahaman konsep dan siswa lebih aktif, kreatif dan mengalami dalam
kegiatan belajar-mengajar serta dapat membangun dan menghayati nilai-nilai
yang terkandung dalam pembelajaran kimia konsep asam-basa adalah
pembelajaran dengan media animasi.
Pembelajaran dengan media animasi merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Anak didik
sebelum mengalami ke dunia nyata, dapat mengekspresikan ide-ide kreatifnya
melalui media animasi yang mengintegrasikan nilai religius, sehingga diduga
hasil belajar siswa dan sikap siswa akan meningkat menjadi lebih baik. Maka
daripada itu diperlukan suatu penelitian penggunaan media animasi yang
mengintegrasikan pendidikan nilai pada pembelajaran titrasi asam basa
dengan metodologi kuasi eksperimen.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Ha : Terdapat pengaruh penggunaan media animasi yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada konsep asam-basa terintegrasi nilai
Ho : Tetidak terdapat pengaruh penggunaan media animasi yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada konsep asam-basa terintegrasi nilai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Parung Bogor, kelas XI semester
2 tahun pelajaran 2008/2009. Waktu yang peneliti gunakan untuk mengadakan
penelitian ini pada bulan 2 Maret – 2 Mei 2009.
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kuasi-eksperimen.
Kelompok pertama kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan media
animasi yang mengintegrasikan nilai. Kelompok kedua adalah kelompok
kelas kontrol atau kelompok pembanding melakukan pembelajaran secara
normal. Tujuan Penelitian kuasi-eksperimen adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh
dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel
yang relevan.
Dalam penelitian ini, tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan
subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan
menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya.
Setelah ditentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
selanjutnya kedua kelompok mengalami proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran tersebut kedua kelompok itu mendapat porsi sama dalam hal
waktu dan SK/KD. Perbedaanya, bahwa untuk kelompok eksperimen proses
belajar menggunakan media animasi yang mengintegrasikan nilai, sedangkan
kelompok kontrol proses belajar mengajarnya normal.
Sebelum proses belajar dilaksanakan kedua subjek penelitian diberi
pretest dan setelah proses belajar mengajar dilaksanakan kedua subjek
penelitian tersebut diberi postes. Hasil dari tes kedua kelompok ini dianalisis
38
39
untuk dicari perbedaannya. Desain penelitian yang digunakan adalah
Nonrandomized Control-Group Pretest-Postest Design (Pretes-Postes
Kelompok Kontrol Tidak Secara Random).40
Agar lebih jelas desain penelitian
yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 1
Desain Penelitian
Kelompok Pre Test Treatment
(variabel bebas) Post Test
Eksperimen
Kontrol
Y1
Y1
X
-
Y2
Y2
Keterangan:
Y1 : Pretest yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran
X : Pembelajaran dengan media animasi yang mengintegrasikan nilai
- : Pembelajaran secara konvensional
Y2 : Postest yang diberikan setelah kegiatan pembelajaran
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau universe.41
Subjek yang berada pada lingkungan sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA tahun
pelajaran 2008/2009. Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa
SMA kelas XI tahun pelajaran 2008/2009. Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah kelas XI yang terdaftar pada semester 2 (dua) tahun
pelajaran 2008/2009.
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang
dianggap mewakili terhadap populasi dan diambil dengan menggunakan
40 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2007), hal. 186. 41 Luhut Panggabean, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, 1996), hal. 33.
40
teknik sampling.42
Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari
seluruh kelas XI sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan media
animasi yang terintegrasikan pendidikan nilai, dan kelas XI sebagai kelas
kontrol yang diajarkan dengan praktikum di laboratorium.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Purposive sampling, yaitu untuk menentukan seseorang
menjadi sampel atau tidak berdasarkan tujuan tertentu dengan
pertimbangan yang dimiliki oleh peneliti dalam usahanya memperoleh
informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.43
D. Prosedur Penelitian
1. Memilih Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan media animasi sebagai upaya untuk
mentransformasikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai sains yang
terkandung di dalam pembelajaran.
2. Memilih Materi
Materi yang dipilih pada penelitian ini adalah pada konsep asam-
basa yang merupakan salah satu materi pembelajaran kimia yang banyak
menyentuh aspek-aspek kemanusian dan aplikasi di dalam kehidupan.
3. Merencanakan Waktu dan Tempat
Peneliti mengalokasikan pembagian waktu dan merencanakan
penggunaan media untuk kegiatan pembelajaran yang ditulis dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Peneliti membelajarkan siswa baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. Di kelas eksperimen
42 Ibid, hal.33. 43 Sukardi, Op. Cit, hal. 64.
41
diterapkan pembelajaran menggunakan media animasi, sedangkan di kelas
kontrol dilakukan model pembelajaran diskusi.
5. Observasi Kegiatan Pembelajaran
Mengobservasi kegiatan siswa dan guru baik di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol selama proses pembelajaran.
6. Mengumpulkan Data Lapangan
Melakukan tes akhir untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan
dan sikap siswa setelah pembelajaran pada konsep asam basa
7. Evaluasi dan pengambilan kesimpulan
a. Menganalisis data tes pengetahuan
b. Menarik kesimpulan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang
sejumlah data yang diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis penelitian. Instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif berjumlah 20 soal untuk
mengukur tingkat pemahaman konsep kimia siswa pada pokok materi asam -
basa dan 10 butir kuesioner untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran dengan media animasi yang mengintegrasikan nilai.
Dalam hal ini soal tes objektif awal dan tes objektif akhir keduanya
dibuat sama untuk kedua kelompok. Hal ini dimaksudkan agar perubahan
pengetahuan dan pemahaman yang terjadi benar-benar diakibatkan oleh kedua
aspek itu. Sementara untuk kuesioner hanya diberikan pada kelompok
eksperimen di akhir pertemuan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan untuk tingkat SMA/MA
2. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
3. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi
42
4. Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan ke dosen
pembimbing
5. Melaksanakan uji coba instrumen.
F. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dan variabel itu sebagai berikut:
Variabel Bebas (X) : Pengunaan media animasi yang terintegrasi dengan
nilai.
Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar siswa.
G. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes yang diberikan pada awal (pretest) dan akhir (posttest) pembelajaran
konsep asam - basa, dengan menggunakan soal pilihan ganda (PG), jenis
instrumen yang digunakan adalah tes dan angket.
1. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.44
Jenis tes yang digunakan adalah Tes Prestasi (achievement Test). Tes
Prestasi (achievement Test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.45
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif, berbentuk
pilihan ganda yang terdiri dari 5 pilihan sebanyak 20 soal. Setiap soal
mempunyai skor 1 (satu). Ranah kognitif yang diukur adalah aspek
hapalan/recall (C1), aspek pemahaman/comprehension (C2), aspek
44 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 76. 45 Riduwan, Op. Cit. hal. 77.
43
penerapan/application (C3), dan aspek analisis (C4) yang disesuaikan dengan
indikator pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Tes diberikan sebelum
pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest).
2. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan
pengguna.46
Angket adalah lembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Angket yang
digunakan berupa daftar cek (checklist) yang terdiri dari 15 item. Pertanyaan
yang dibuat berhubungan dengan perasaan selama mengikuti pembelajaran,
pendapat tentang pendekatan pembelajaran yang digunakan, serta pengaruh
pendekatan pembelajaran yang digunakan terhadap kondisi belajar. Kriteria
yang digunakan pada angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan
media animasi yang mengintegrasikan nilai ini adalah skala Likert dengan
lima pilihan, yaitu: sangat setuju (SS) – setuju (S) – tidak tahu (TT)/ragu-ragu
(RR) – tidak setuju TS) – sangat tidak setuju (STS).
Dengan menggunakan skala interval, maka bobot nilai yang diberikan
berdasarkan kecenderungan positif dari pernyataan yang dijawab adalah:
Sangat setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Tidak tahu (TT) = 3
Tidak setuju (TS) = 2
Sangat tidak setuju (STS) = 1
Dengan menggunakan skala interval, maka bobot nilai yang diberikan
berdasarkan kecenderungan negatif dari pernyataan yang dijawab adalah:
Sangat setuju (SS) = 1
Setuju (S) = 2
Tidak tahu (TT) = 3
Tidak setuju (TS) = 4
Sangat tidak setuju (STS) = 5
46 Riduwan, Op. Cit, hal. 71.
44
H. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dengan menghitung
validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
1. Validitas Instrumen
Pengujian validitas dilakukan dengan uji statistik, yakni dengan uji
point biserial dan dikonsultasikan dengan tabel product moment.
rpbi = q
p
St
MtMp −
keterangan:
rpbi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah
Untuk menginterpretasikan nilai korelasi yang diperoleh adalah dengan
melihat tabel nilai r product moment. Jika harga rhitung > rtabel maka butir
soal tersebut dinyatakan valid.
2. Reliabilitas Instrumen
Realibilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni
sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg,
relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda.
Perhitungan koefisien realibilitas tes hasil belajar menggunakan metode
KR-20 yaitu:47
47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 1998, hal 163.
45
��
�
�
��
�
� −��
���
�
−= �
t
t
11V
pqV
1k
kr
dimana:
r11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan
Vt = Varian total
p = proporsi subjek yang menjawab benar pada suatu butir
(proporsi subjek yang mendapat skor 1)
q = proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir
p = N
1 skornya yangsubjek banyaknya
q = p) - 1 (q
0skor mendapat yanagsubjek proporsi
=
Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks
reliabilitasnya (r11) sebagai berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,81-1,00 Sangat Baik
0,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Sedang
0,21-0,40 Rendah
<0.20 Sangat Rendah (tidak
reliabel)
3. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang dibuat terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
berpikir lebih tinggi dalam memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu
sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mau mencobanya
46
lagi. Untuk mencari tingkat kesukaran soal tes digunakan rumus: 48
P = N
B
dimana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.3
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kriteria
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal tes
digunakan rumus sebagai berikut:49
N 0,5
Bb) - Ba(D =
dimana:
D = daya pembeda
Ba = banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
Bb = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
N = jumlah peserta tes
Klasifikasi daya pembeda:
D : 0,00 – 0,20 = jelek
D : 0.20 – 0,40 = cukup
48 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Press, 2006),. hal.103 49 Ahmad Sofyan, Op. Cit. hal.103
47
D : 0,40 – 0,70 = baik
D : 0,70 – 1,00 = baik sekali
D : negatif = semuanya tidak baik, sebaiknya di buang saja.
I. $ Teknik Analisis Data
Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena
dengan melakukan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam pemecahan masalah dalam penelitian.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah
sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran
data yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji
normalitas dalam penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mencari skor terbesar dan terkecil
b. Mencari nilai Rentangan (R)
R = skor terbesar – skor terkecil
c. Mencari Banyaknya Kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log N (rumus Sturgess)
d. Mencari nilai panjang kelas (i)
i = BK
R
e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No. Kelas
Interval f
Nilai tengah
(xi) xi
2 f xi f xi
2
Jumlah � f = - - � f xi = � f xi2 =
f. Mencari rata-rata (mean)
i
i
r
fxx�=
−
48
g. Mencari simpangan baku (standar deviasi)
s = 1)n(n
)fx(fxn. 2
i
2
i
−
−� �
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval
pertama di kurangi 0.5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas
interval ditambah 0.5.
2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
Z = s
xBatasKelas−
−
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel Kurva Normal dari 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-
angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka
baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali
untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan
dengan angka pada baris berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan
luas tiap interval dengan jumlah responden.
6) Mencari chi-kuadrat hitung ( 2χ hitung)50
�=
−=
k
1i
22
fe
fe)(fo�
7) Membandingkan 2χ hitung dengan 2χ tabel untuk � = 0.05 dan derajat
kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria:
Jika 2χ hitung �2χ tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan
Jika 2χ hitung �2χ tabel, artinya Data berdistribusi Normal
50 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2007). hal. 132
49
2. Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya, kemudian kelas diuji
kehomogenitasannya. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett.51
Adapun langkah-langkah uji homogenitas dengan Bartlett, yaitu:
1. Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel
penolong
Kelompok dk (n-1) Si Log Si dk . Log Si
� = � (n-1) = - - �dk.Log Si =
2. Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada
��
−
−=
1)(n
1)S(nS
i
ii
gabungan
3. Menghitung Log S
4. Menghitung nilai B, yaitu:
� −= 1)(nlogSxB i
5. Menghitung nilai 2χ hitung
� −−= }1)logS(nln10{B� iihitung2
dengan:
� �=− iii dk.logS1)logS(n
sehingga:
�−= )dk.logSln10(B� ihitung2
6. Membandingkan 2χ hitung dengan nilai 2χ tabel untuk � = 0.05 dan derajat
kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika 2χ hitung �2χ tabel, berarti tidak homogen, dan
Jika 2χ hitung �2χ tabel, berarti homogen.
51 Riduwan, Op. Cit. hal. 119
50
3. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean antara dua
kelompok, dilakukan dengan uji-t dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:52
21
g
21
n
1
n
1S
xxt
+
−=
−−
dengan:
2nn
1)S(n1)S(nS
21
2
22
2
11g −+
−+−=
dimana:
−
1χ = rata-rata skor kelompok eksperimen
−
2x = rata-rata skor kelompok kontrol
Sg = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
S12 = varians kelompok eksperimen
S22 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan hipotesis, yaitu:
1) Uji kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X � Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
52 Riduwan, Op. Cit. hal.160.
51
2) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X � Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
b. Menghitung nilai thitung dengan rumus uji-t
c. Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus:
dk = (n1 – 1) + (n2 – 1)
d. Menentukan nilai t-tabel dengan � = 0.05
e. Menguji hipotesis
Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0.95.
Jika thitung � –ttabel atau ttabel � thitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0.95.
4. Perhitungan Data Angket
Untuk mengetahui persentase respon siswa, maka dapat dihitung dengan
rumus:53
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyak individu)
p = angka persentase.
Lalu, hasil perhitungan akan dirujuk pada kriteria sebagai berikut:54
A: Mean + 1,5 SD
B: Mean + 0,5 SD
C: Mean – 0,5 SD
D: Mean – 1,5 SD
F: < Mean – 1,5 SD
53 Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2005. Hal.43 54 Ibid, Hal. 161
f
P = x 100%
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang telah terkumpul meliputi data skor pretest dan
skor posttest dari 62 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen 32 siswa
dan kelompok kontrol 30 siswa diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Data Hasil Belajar
a. Pretest Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil
belajar, dari 32 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 25
dan nilai tertinggi 60, nilai rata-rata sebesar 42,88, simpangan baku 9,01
dan varians (9,01)2. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen
yaitu 43. Siswa yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 46,88 %,
yaitu siswa pada kelas interval nomor 4, 5 dan 6. Siswa yang mendapat
skor dibawah rata-rata sebanyak 25 %.
b. Hasil Pretest Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil
belajar, dari 30 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 25
dan nilai tertinggi 60, nilai rata-rata sebesar 41,5, simpangan baku 9,37
dan varians (9,37)2. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen
yaitu 41,5. Siswa yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 40 % yaitu
siswa pada kelas interval nomor 4, 5, dan 6. Siswa yang mendapat skor
dibawah rata-rata sebanyak 26,67 %, yaitu siswa pada kelas interval
nomor 1 dan 2.
Perolehan hasil belajar siswa sebelum pemberian perlakuan dengan
menggunakan model Pembelajaran Media Animasi, yaitu suasana
pembelajaran kelas yang belum terorganisasi secara baik untuk mengikuti
pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat kepada guru sebagai satu-
satunya sumber belajar bagi mereka, sehingga kesempatan siswa untuk
ikut mengalami pembelajaran menjadi sangat kecil. Selain itu, kemampuan
52
53
komunikasi antara siswa dengan guru juga belum terjalin secara
komunikatif dan kondusif, dikarenakan siswa masih takut untuk bertanya,
malu dan memiliki kepercayaan diri yang masih rendah. Interaksi antar
siswa juga dirasakan masih bersifat individual, sehingga siswa yang
memiliki kemampuan penguasaan konsep akan terus melaju, sedangkan
bagi siswa yang memiliki kemampuan yang rendah semakin terpuruk
dalam memahami konsep pembelajaran.
Hal tersebut sependapat dengan Johnson, Johnson dan Smith dalam
Maihoff yang menyatakan bahwa suatu model pembelajaran tradisional
atau konvensional tidak terdapat adanya kerjasama untuk membangun
pemahaman konsep secara bersama – sama, melainkan hanya
mengandalkan kemampuan invidual, kemampuan sosial tidak
dikembangkan, dan tidak adanya share atau proses berpikir bersama dalam
memberikan kesimpulan akhir terhadap permasalahan yang diajukan.55
Maka, hal tersebut mendorong perolehan hasil belajar siswa
sebelum penerapan model Pembelajaran Media Animasi mendapatkan
hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas sebesar 43, nilai tertinggi
57,5 dan nilai terendah 27,5.
c. Hasil Posttest Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil
belajar, dari 32 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 55
dan nilai tertinggi 90, nilai rata-rata sebesar 71.56, simpangan baku 9.22
dan varians (9.22)2. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen
yaitu 71,56. Siswa yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 43,75%,
yaitu siswa pada kelas interval nomor 4, 5 dan 6. Siswa yang mendapat
skor dibawah rata-rata sebanyak 31,32 %.
55
Shirlee Maihoff, Teaching Techniques vol. 65, No. 4. Available at:
https://www.asrt.org/Media/Pdf/ForEducators/4_InstructionalTechniques /4.8CoopLearning.pdf
Accessed on September, 25, 2008.
54
d. Hasil Posttest Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil
belajar, dari 30 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 40
dan nilai tertinggi 80, nilai rata-rata sebesar 61,13, simpangan baku 10,7
dan varians (10,7)2. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok kontrol yaitu
61,13. Siswa yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 33,33 %, yaitu
siswa pada kelas interval nomor 5 dan 6. Siswa yang mendapat skor
dibawah rata-rata sebanyak 40%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 1,
2 dan 3.
Perolehan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan model
Pembelajaran Media Animasi, yaitu siswa dalam pelaksanaan proses
pembelajaran menjadi aktif mengikuti pembelajaran, kemampuan untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan, kemampuan untuk berargumentasi,
kemampuan berinterakasi yang komunikatif baik dengan guru maupun
dengan sesama siswa. Perolehan hasil belajar setelah perlakuan model
Pembelajaran Media Animasi memberikan pengaruh yang signifikan
dengan ditunjukkannya peningkatan sebesar 28,66 poin, yaitu dari nilai
rata-rata siswa 43 menjadi 71,56 dengan nilai tertinggi siswa sebesar 87,5
dan nilai terendah sebesar 57,5.
Perolehan hasil belajar tersebut, menunjukkan bahwa penerapan
model Pembelajaran Media Animasi dapat meningkat prestasi dan
efektifitas pembelajaran yang kondusif bagi siswa dalam memahami
konsep pembelajaran dengan baik. Penerapan model pembelajaran Media
Animasi dalam pembelajaran, selain dapat meningkatkan prestasi dan
efektivitas proses pembelajaran yang kondusif juga memberikan
pemahaman tentang nilai-nilai, yaitu komunikasi siswa dalam berdiskusi,
memberikan penghargaan terhadap pendapat solusi siswa dan rasa
kebersamaan atau integritas dalam membantu siswa membangun kemajuan
kelompok dalam mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalam konteks
demikian, pembelajaran Media Animasi ini padat dengan nilai dan
55
memiliki tujuan pembelajaran yang membentuk kemampuan akademik
dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti kemampuan dalam
memecahkan masalah secara terstruktur dan aktif mengikut sertakan
peserta didik mengalami pembelajaran. Selain itu, pembelajaran Media
Animasi juga mengembangkan aspek pribadi dan sosial yang
memungkinkan orang bekerja dan hidup dalam lingkungan sekitar secara
kreatif, inisiatif, empati dan memiliki keterampilan interpersonal secara
memadai.
B. Analisis Data Tes Hasil Belajar
1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa
Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji
Chi-Kuadrat. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak., dengan ketentuan bahwa data berdistribusi
normal bila memenuhi kriteria 2� hitung �2� tabel diukur pada taraf signifikansi
dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel
penelitian dapat dilihat seperti pada tabel di bawah, sedangkan penghitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran 13.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest
Statistik Kelompok eksperimen Kelompok Kontrol
N 32 30
x 43 41,5
s 9,01 8,13 2� hitung 2,96 3,92 2� tabel 11,07 11,07
Kesimpulan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (� = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari
tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel penelitian
56
berdistribusi normal karena memenuhi kriteria 2� hitung �2� tabel.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest
Statistik Kelompok eksperimen Kelompok Kontrol
N 32 30
x 73,00 58,33
s 7,75 9,95 2� hitung 3,93 2,24 2� tabel 11,07 11,07
Kesimpulan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (� = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 5. Untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari
tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel penelitian
berdistribusi normal karena memenuhi kriteria 2� hitung � 2� tabel.
2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa
Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Dalam peneleitian ini, nilai
homogenitas didapat dengan menggunakan uji Bartlet. Kriteria pengujian yang
digunakan yaitu: kedua kelompok sampel dinyatakan homogen apabila
2� hitung �2� tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil uji homogenitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel
penelitian dapat dilihat seperti pada tabel di bawah, sedangkan penghitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran 13.
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest
Statistik
S2
eksperimen 81,1452
S2
kontrol 66,0413
S2
gabungan 73,84 2� hitung 0,298 2� tabel 3,841
Kesimpulan Homogen
57
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (� = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari
tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel penelitian yang
homogen karena memenuhi 2� hitung �2� tabel.
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Posttest
Statistik
S2
eksperimen 60,1088
S2
kontrol 99,1264
S2
gabungan 78,96 2� hitung 1,866 2� tabel 3,841
Kesimpulan Homogen Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (� = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari
tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel penelitian yang
homogen karena memenuhi 2� hitung �2� tabel.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor
pretest kelompok kontrol.
Tabel 4.9
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Keterangan Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Jumlah sampel 32 30
x 43 41,9
S2 81,16 66,04
t-hitung 0,27
t-tabel 2,00
Kesimpulan Tidak Berbeda
58
Dari perhitungan diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,27 dan t-tabel 2,00.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t-hitung berada di
daerah penerimaan Ho, yaitu –ttabel < thitung < ttabel atau atau –2,00 <
0,27 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf
kepercayaan 0,95 hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan
rat-rata skor pretest kelompok kontrol. Penghitungan uji kesamaan dua
rata-rata hasil pretest dapat dilihat pada lampiran 13.
b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah skor posttest
kelompok eksperimen yang menggunakan animasi asam-basa bernuansa
nilai religius lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan skor
posttest kelompok kontrol yang tidak menggunakan animasi.
Tabel 4.10
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Keterangan Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Jumlah sampel 32 30
x 73,00 58,33
S2 60,11 99,13
t-hitung 2,27
t-tabel 2,00
Kesimpulan Berbeda Dari perhitungan diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,27 dan t-tabel 2,00.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t-hitung berada di
daerah penerimaan Ha, yaitu ttabel � thitung atau 2,00 � 2,27. Dengan
demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95 hal ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
skor posttest kelompok eksperimen dengan rat-rata skor posttest kelompok
kontrol. Penghitungan uji kesamaan dua rata-rata hasil posttest dapat
dilihat pada lampiran 13.
59
4. Uji Normal Gain
Pengumpulan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan
alat pengumpul data berupa tes objektif pilihan ganda. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest desain, maka data yang
disajikan untuk kedua kelompok sampel tersebut digolongkan menjadi data
hasil pretest dan posttest. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan,
maka perlu dilakukan perbandingan hasil pretest dari kedua kelompok, serta
membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Dari hasil
penghitungan untuk normal gain, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.11
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain
Keterangan Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Jumlah sampel 32 30
x 0,62 0,30
S2 0,01 0,04
t-hitung 3,28
t-tabel 2,00
Kesimpulan Berbeda
Peningkatan hasil belajar kimia siswa diperoleh dari nilai normal gain.
Adapun nilai rata-rata normal gain dari hasil belajar kimia siswa kelompok
eksperimen sebesar 0,62 dan kelompok kontrol sebesar 0,30. Dari nilai
tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok
eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain
itu, berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (� = 0,05), diperoleh
normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari
kelompok kontrol (thitung = 3,28 dan ttabel = 2,00). Penghitungan lengkap uji
kesamaan dua rata-rata normal gain dapat dilihat pada lampiran 13.
Kategori peningkatan hasil belajar kimia siswa diperoleh dari
penghitungan normal gain. Peningkatan hasil belajar kimia siswa pada
60
kelompok eksperimen secara umum termasuk kategori sedang (0,62),
sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan hasil belajar kimia siswa
termasuk kategori rendah (0,30).
C. Analisis Data Angket
Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada
siswa, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriftif yang dapat
dilihat pada lampiran 12. Adapun skor dan kriteria analisis pada tiap siswa
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12
Skor Perolehan Angket Siswa
Nama Skor (Xt) Kriteria
1 46
C
2 47
B
3 47
B
4 25
F
5 45
C
6 48
B
7 45
C
8 46
C
9 44
C
10 44
C
11 46
C
12 46
C
13 46
C
14 45
C
15 47
B
16 46
C
17 44
C
18 46
C
19 44
C
61
Nama Skor (Xt) Kriteria
20 46
C
21 46
C
22 46
C
23 46
C
24 45
C
25 35
F
26 46
C
27 46
C
28 46
C
29 45
C
30 45
C
31 46
C
32 25
F
Dari perhitungan di dapat mean (rata-rata) yaitu sebesar 44 dan standar
deviasi (SD) yaitu sebesar 5. Kemudian di kelompokkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
A : Baik sekali = Xt >[ x + (1, 5Sd)] = Xt > 52,295
B : Baik = [ x + (0,5SD)] � Xt < [ x + (1,5SD)] = 47 � Xt � 52,295
C : Cukup = [ x - (0,5SD)] � Xt < [ x + (0,5SD)] = 41,735 � Xt < 47
D : Kurang = [ x - (1,5SD)] � Xt < [ x - (0,5SD)] = 36,45� Xt<
41,735
F : Gagal = Xt < [ x - (1, 5SD)] = Xt < 36,45
Untuk mengetahui persentase respon siswa, maka dapat dihitung
dengan rumus:
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases
p = angka persentase
f
P = x 100%
N
62
Dari hasil penghitungan untuk persentase respon siswa, diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.13
Persentase Perolehan Angket Siswa
Kriteria Ferekuensi Persentase
Baik sekali 0 0 %
Baik 4 13 %
Cukup 25 78 %
Kurang 0 0 %
Gagal 3 9%
Jumlah 32 100 %
Dari tabel 4.13, dapat dilihat responden yang menjawab baik bahwa
pembelajaran dengan media animasi pada konsep asam-basa dengan integrasi
nilai ini ada 13%, yang menjawab cukup ada 78%, yang menjawab kurang
ada 0%, dan yang menjawab gagal ada 9%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran dengan media animasi
pada konsep asam-basa dengan terintegrasi nilai, lebih jelasnya dapat dilihat
pada lampiran 12.
D. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata kelompok
eksperimen sebesar 43 dan kelompok kontrol sebesar 41.5, sedangkan
berdasarkan hasil posttest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen
sebesar 71.56 dan kelompok kontrol sebesar 61.13. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan media animasi pada konsep
asam-basa dengan integrasi nilai memiliki kenaikan yang lebih tinggi
dibandingkan siswa yang hanya diajarkan dengan pembelajaran tanpa animasi.
Kedua kelompok tersebut berada pada distribusi normal, baik pada hasil uji
pretest maupun posttestnya. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian
63
persyaratan analisis pada kelas eksperimen dan kontrol, yang menyatakan
bahwa hitung2� � tabel
2� , dengan nilai tabel2� pada taaraf kepercayaan 95 %
sebesar 11,07. selain itu, baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol bersifat homogen, berdasarkan hasil uji pretest dan posttestnya, yang
menyatakan bahwa hitung2� � tabel
2� dengan nilai tabel2� pada taraf kepercayaan
95 % sebesar 3,841.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, pada taraf
kepercayaan 95 %. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pretest, dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest
kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol, diperoleh nilai
thitung sebesar 0,60 dan nilai ttabel = 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –ttabel
< thitung < ttabel atau –2,00 < 0,60 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima dan
Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95 %, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Sedangkan berdasarkan hasil uji
kesamaan dua rata-rata posttest, dilakukan untuk mengetahui apakah skor
posttest kelompok eksperimen yang menggunakan media animasi lebih besar
secara signifikan dibandingkan dengan skor posttest kelompok yang tidak
menggunakan animasi, diperoleh nilai thitung sebesar 4.18 dan nilai ttabel = 2,00.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung ada di daerah
penerimaan Ha, yaitu ttabel � thitung atau 2,00 � 4,18. Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0.95, hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil uji normal gain dari hasil belajar kimia siswa
kelompok eksperimen sebesar 0,50 dan kelompok kontrol sebesar 0,29. Dari
nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok
eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Selanjutnya, berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh
nilai thitung sebesar 4,82 dan ttabel = 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh
64
menunjukkan bahwa ttabel � thitung atau 2,00 � 4,82. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara
signifikan dari kelompok kontrol.
Dengan demikian, model pembelajaran dengan media animasi dalam
pembelajaran kimia pada konsep reaksi asam basa terintegrasi nilai
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa
memahami kandungan pembelajaran secara utuh dan dapat membuktikan
hipotesis bahwa model pembelajaran dengan animasi memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada konsep reaksi asam – basa
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan data berupa hasil
belajar kimia dengan media animasi asam-basa terintegrasi nilai religius dan
pembelajaran tanpa bernuansa nilai religius, serta respon siswa terhadap
pembelajaran dengan media animasi pada konsep asam-basa yang integrasi
nilai, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan pembelajaran
dengan media animasi pada konsep asam-basa yang integrasi nilai terhadap
hasil belajar kimia siswa. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan media animasi pada konsep asam-basa dengan integrasi nilai,
kegiatan pembelajaran berpusat pada guru (techer centered). Aktivitas siswa
dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sehingga siswa
kurang mampu mengemukakan dan mengaplikasikan ide pada bermacam
situasi serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam kerja ilmiah.
Akibatnya siswa kurang menguasai konsep yang sedang dipelajari.
Berdasarkan tes tertulis di awal pembelajaran, yang selanjutnya
dilakukan uji kesamaan dua rata-rata pretest diketahui bahwa hasil belajar
kimia siswa kedua kelompok penelitian pada konsep asam-basa menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
pada kedua kelompok penelitian memiliki pengetahuan yang sama tentang
asam-basa.
Pada pertemuan pertama aktivitas belajar masih belum tercapai dengan
65
optimal. Dalam diskusi kelompok masih banyak siswa yang sibuk mengobrol,
bercanda, mengganggu kelompok lain, tidak serius dalam mengikuti prosedur
yang dicantumkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada saat
mepresentasikan hasil temuannya di depan kelas jumlah siswa yang bertanya
maupun yang menanggapi pertanyaan masih sedikit dan terbatas hanya pada
siswa yang berkemampuan lebih dan memiliki keberanian. Hal ini disebabkan
oleh kebiasaan siswa sebelumnya yaitu siswa lebih banyak mendengarkan dan
mencatat informasi yang disampaikan oleh guru dan sering menunggu
penjelasan guru.
Pada pertemuan kedua dan ketiga selama penyelidikan siswa terlihat
lebih bertanggung jawab misalnya serius dalam melaksanakan penyelidikan
dan jujur dalam pengambilan data, selain itu siswa sangat antusias dan
bersemangat dalam menyampaikan ide dan gagasannya dalam pembelajaran.
Ide gagasan tersebut harus dihargai dan siswa diberi kesempatan
mengembangkan ide dan kreatifitasnya.
Penggunaan media animasi pada kelompok eksperimen dan tanpa
bernuansa nilai religius pada kelompok kontrol telah dapat meningkatkan hasil
belajar kimia siswa pada konsep asam-basa. Akan tetapi, penyisipan nilai-nilai
religius pada konsep asam-basa dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa
yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak menyisipkan
nilai-nilai religius (kelompok kontrol). Hal ini dibuktikan dari hasil nilai rata-
rata posttest yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan
dengan kelompok kontrol dan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok kontrol.
Selain itu, nilai rata-rata normal gain kelompok eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji-t pada normal gain, yang
dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, pada taraf kepercayaan 95%
diperoleh nilai yang menunjukkan bahwa normal gain pada kelompok
eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.
66
Perbedaan ini dikarenakan pada kelompok eksperimen kegiatan
pembelajarannya menggunakan animasi yang terintegrasi nilai. Animasi ini
dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong
motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan
abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Peningkatan
ini menunjukkan bahwa animasi dalam pembelajaran sangat disukai siswa,
sehingga siswa dengan mudah menyerap konsep pelajaran.
Adapun sikap siswa setelah diberikan penjelasan tentang konsep asam-
basa yang bernuansa nilai religius menunjukkan respon yang positif. Hal ini
ditunjukkan dengan perolehan data angket siswa sebanyak 78% menjawab
cukup menilai bahwa pembelajaran kimia yang bernuansa nilai sangat penting
untuk dipelajari dengan harapan meningkatkan rasa syukur, keimanan, dan
ketakwaan kita kepada sang Maha Esa. Disamping itu, penerapan nuansa nilai
ke dalam pembelajaran sains-kimia diharapkan dapat membuka cakrawala
berpikir peserta didik agar lebih bersemangat untuk memotivasi diri dalam
belajar sains-kimia dalam memahami dan menguasai Iptek, juga
meningkatkan Imtaq untuk senantiasa belajar dari hukum alam dan ayat-ayat
Allah yang tersurat/tersirat di dalam Al-qur’an dan berusaha menjalankan
perintah-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya.
Kembali lagi pada hakikat pembelajaran IPA sebagai aspek produk dan
proses, maka untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran kimia yang
merupakan bagian dari IPA tidak dapat dipisahkan dari kedua kegiatan
tersebut. Dalam memahami dan menguasai konsep-konsep kimia, siswa tidak
hanya cukup diberikan penjelasan verbal dari suatu konsep tersebut akan
tetapi siswa perlu diberikan pemahaman lebih lanjut melalui pengalaman
langsung untuk membuktikan kebenaran dari sebuah konsep. Karena dengan
melakukan sendiri siswa akan lebih memahami apa yang mereka pelajari
(learning by doing) dan mereka memperoleh pengalaman belajar yang lebih
bermakna sehingga ingatan mereka terhadap suatu konsep akan lebih lama.
Dengan kegiatan belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas, tidak hanya
sekedar mencatat informasi yang berasal dari guru saja, serta dengan disisipi
67
nilai-nilai religius, mengajak siswa untuk belajar IPA dengan menyenangkan.
Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat membantu siswa untuk lebih
termotivasi dalam proses belajar. Sebelumnya mereka menganggap pelajaran
IPA khususnya kimia adalah pelajaran yang membosankan dan memusingkan
karena terlalu banyak hafalan dan rumus-rumus, namun setelah kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan animasi bernuansa nilai religius ini siswa
terlihat lebih aktif dalam proses belajar dan juga lebih termotivasi lagi untuk
belajar.
Berdasarkan pernyataan di atas, seorang guru dituntut untuk memiliki
kemampuan untuk memilih dan menentukan metode dan media pembelajaran
yang bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal
tersebut diantaranya adalah pemilihan metode dan pendekatan yang tepat
untuk suatu konsep yang akan disampaikan.
F. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Adapun beberapa kekurangan dan kelemahan dari
penelitian ini diantaranya adalah membutuhkan kreativitas guru dalam
merancang dan menerapkan kegiatan pembelajaran, memerlukan waktu dan
tenaga lebih banyak dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media animasi,
selain itu terbatasnya kemampuan peneliti dalam upaya mencari cara yang
paling tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep asam-basa
yang bernuansa nilai religius.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis pada data penelitian ini
diperoleh bahwa t-hitung 2,27 lebih besar dari t-tabel 2,00, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan
pembelajaran kimia menggunakan animasi pada konsep asam-basa terintegrasi
nilai terhadap hasil belajar kimia pada siswa kelas XIA di sekolah SMA Negeri 1
Parung.
Respon siswa yang diajar dengan menggunakan animasi pada konsep
asam-basa terintegrasi nilai yang menjawab baik sebanyak 13%, dan yang
menjawab cukup sebanyak 78%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
memberikan respon yang baik/positif terhadap penerapan pendekatan
pembelajaran dengan menggunakan media animasi pada konsep asam-basa
terintegrasi nilai.
B. Saran
Adapun saran yang mudah-mudahan dapat dilaksanakan oleh beberapa
pihak antara lain:
1. Dalam suatu proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Kimia, guru
diharapkan dapat memilih pendekatan yang tepat serta strategi yang cocok
dengan materi yang akan diajarkan, agar materi yang didapat oleh siswa dapat
diingat lebih lama dan diaplikasikan di dalam lingkungannya.
2. Guru diharapkan lebih sering mengaktifkan siswa dalam tugas bersama untuk
belajar secara nyata di lingkungan agar proses pembelajaran lebih bermakna,
selain itu guru juga diharapkan untuk mengangkat nilai-nilai yang terkandung
dalam suatu materi pembelajaran.
3. Penggunaan media animasi dapat menjadi alternatif pembelajaran pada konsep
yang lain untuk meningkatkan hasil belajar Kimia siswa.
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Alan J. Bishop, Values in Mathematics and Science Education: Similiraties and
Differences. The Montana Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, vol. 5,
no. 1.
Agus Suheri, Animasi Multimedia Pembelajaran,….
Anonim, Tanamkan Nilai-nilai Kehidupan Dengan Keteladanan, tersedia:
http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0&id=3205 5 Juni 2008
Anonym, Benjamin Bloom and the Taxonomy of Learning,
http://oaks.nvg.org/taxopmy-bloom.html., diakses 2 juni 2009
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006.
Arsyad, Azhar, Prof. Dr. MA, Media Pembelajara, Jakarta: PT. Raja Grasindo
Persada, 2005,
Assist. Prof. Dr. Yucel Gursac. 3-d Computer Animation production process on
Distance Education Program through Television: Anadolu University The
Open Educational Faculty Model, 2001.
Barbara Gross Davis, Tools for Teaching, (San Francisco: JB Publisher), The McGill
Indonesia IAIN Development Project. 2000.
Dahar, Ratna Willis. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta,.
DePorte, Bobbi r, dkk., Quantum Teaching; Mempraktikan Quantum Leraning di
Ruang-Ruang Kelas,, Bandung: Kaifa, 2000.
Gerlach, Vernon S. and Donald P. Ely, Teaching & Media Asystematic approach,
(New Jersey : Prentice –Hall.
Gredler, Margaret E., Classroom Assesment and Learning, (university of South
Carolina:2001). The McGill Indonesia IAIN Development Project .
Herlanti, Yanti, Development of Value Education Though Stories Based on Sciemce:
How To Integrate Value and Science In Basic Sshool?, The International
Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and
69
70
Theacher’s Training UIN Jakarta, Oktober 28-29, 2008.
http://www.diknas.go.id/headline.php?id=3.
Isjoni, Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompo, ….
Koesoema, Doni, Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global,
Jakarta: Grasindo, 2007.
Lamijan, Metoda dan Teknik Pendidikan Nilai. Dalam Jurnal Inkoma, Tahun 13,
Nomor 1, Februari 2002.
M. Basyrudin, Asnawir, Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet.III
Munadi, Yudhi, Media Pembelajran Sebuah Pendekatan Baru, Ciputat: Gaung
Persada, 2008.
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai-Perkembangan Moral Keagamaan
Mahasiswa PTAIN, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Nik Azis Nik Pa, Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematika: Cabaran dan
Keperluan, International Seminar on Development of Values in Mathematics
and Science Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya
Panggabean, Luhut, Penelitian Pendidikan, Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, 1996.
Rachman, Maman, Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi
Generasi Muda Bangsa, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.
028, Tahun ke-7, Maret 2001.
Ratcliffe, Mary, Values in The Classroom-The ‘Enacted’ Curriculum, Available at:
http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR_Values_chap_nov_
05.pdf.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,,
Bandung: Alfabeta, 2007.
Seah dan Bishop, Values in Mathematics Textbooks: A View Through Two
Australasian Regions, Presented at 81st Annual Meeting of The American
71
Educational Research Assosiation, New Orleans, LA, 2000.
Singgih Trihastuti dan Yoko Rimy, Filosofi Sains, www.lpmpjogja.diknas.go.id.
Sofyan, Ahmad, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN
Press, 2006.
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2003.
Sulaiman Zein, Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini, diakses
dari http://smpnbilahulu.wordpress.com, sabtu, 23 Februari 2008.15.10.
Sukarno, dkk, Dasar-dasar Pendidikan Science, Jakarta: Bhatara, 1976.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2007.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarifhidayatullah, 2007.
Usman, Shambaeh, Integrating Value in Science Education : A Philippine Experience,
The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty
of Tarbiya and Theacher’s Training UIN Jakarta, Oktober 28, 2008.
________, Tanamkan Nilai-nilai Kehidupan Dengan Keteladanan, tersedia:
http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0&id=3205
72
73
74
75
76
77
LAMPIRAN
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMAN Negeri 1 Parung Bogor
Kelas/Semester : XI IPA/
Mata Pelajaran : Kimia
Konsep : Asam Basa
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (pertemuan ke-1)
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya.
B. Kompetensi Dasar
4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa, larutan asam-basa, metode dengan menentukan sifat larutan dan pengukuran, dan
menghitung pH larutan.
C. Indikator
4.1.1. Menjelaskan dengan benar konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan lewis.
4.1.2. Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa
konjugasinya.
4.1.3. Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator.
4.1.4. Menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan pengikatan dan pelepasan hidrogen dan pelepasan dan
penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari.
Lam
pira
n 1
79
D. Pertanyaan Kunci
Bagaimana perbedaan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, bronbsted-lowry dan lewis?
E. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan lewis.
2. Siswa dapat menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan
basa konjugasinya
F. Bahan dan alat Pembelajaran
Per Kelas Per Siswa Per Kelompok
Buku kimia SMA semester 2, buku referensi yang
relevan dan searching di internet, multimedia
(laptop, LCD)
Lembar Kerja
G. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Langkah-Langkah Pembelajaran
Fase Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Waktu Nuansa Nilai
Engange
(pendahuluan)
• menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam
• Menjelaskan tujuan
• Berdoa dan menyiapkan alat dan
bahan-bahan pelajaran
• Siswa mencatat poin-poin
2 menit Nilai yang terintegrasi
adalah percaya adanya
takdir, sifat-sifat benda
yang telah diberikan
80
pembelajaran yang dicapai dari
materi yang akan dibahas
• Memotivasi siswa dengan sikap
keterbukaan dan sambutan yang
baik terhadap siswa
penting yang harus diketahui
dalam pembelajaran
• Siap melakukan proses
pembelajaran
oleh Allah SWT, sesuai
dengan QS.Al Baqarah
ayat: 31
Individual
prediction
(tanya jawab
konsep asam
basa)
• Guru menanyakan Menanyakan
kepada siswa tentang teori asam
basa.
”Apakah kalian pernah
merasakan rasa jeruk
limo?Pernakah kalian
merasakan rasa
sabun/detergen?Mengapa jeruk
rasanya asam dan sabun
rasanya pahit?dengan
menampilkan gambar dan
animasi.
• Siswa menjawab pertanyaan
dari guru
6 menit Allah Menciptakan
segala sesuatu sesuai
dengan sifatnya masing-
masing, sesuai dengan
surat al An’am ayat 141
81
Group
prediction
(pembagian
kelompok)
• Guru membimbing siswa untuk
membentuk 5 kelompok.
• Guru memberikan penjelasan
tentang beberapa pengertian
asam-basa menurut Arhenius,
Bronsted-Lowry dan Lewis,
serta indikator asam-basa
(menggunakan media power
point).
• Siswa membentuk 5 kelompok
sesuai dengan bimbingan guru.
• Siswa memperhatikan penjelasan
dari guru.
5 menit
15 menit
Activity
(kegiatan inti)
• Guru memberikan lembar kerja
berisi soal-soal untuk
menganalisis perbedaan setiap
teori menurut Arhenius,
Bronsted-Lowry dan Lewis,
persamaan reaksi dari tiap teori,
dan indikator asam-basa.
• Siswa dari tiap kelompok
menerima lembar dari guru dan
dikerjakan dengan menggunakan
metode information search.
2 menit
Group
discusion
• Guru memerintahkan siswa dari
tiap kelompoknya untuk
• Siswa mendiskusikan cara untuk
memecahkan masalah dari setiap
20 menit
82
(diskusi
kelompok
untuk
memecahkan
masalah)
menyelesaikan beberapa soal. soal dan pada waktu yang telah
ditentukan harus menyerahkan
hasil pekerjannya.
Group report
(melaporkan
hasil/jawaban
dari tiap soal)
• Guru mengoreksi jawaban siswa
apakah sudah benar atau belum.
Jika masih terdapat siswa yang
belum dapat menjawab dengan
benar, guru dapat langsung
memberikan bimbingan
• Siswa dalam kelompoknya
secara bergantian menulis
jawaban dari tiap soal di papan
tulis.
15 menit
Short
explanation
(menyimpulkan
materi yang
telah
diajarkan).
• Guru menjelaskan kembali dan
menyimpulkan pelajaran hari ini,
dipastikan semua siswa
memahami materi yang
diberikan hari ini.
• Siswa menyimak penjelasan
guru.
20 menit
Apply to a new
situation
• Guru memberikan tugas berupa
latihan soal.
• Siswa mencatat tugas rumah 5 menit
83
(menggunakan
persamaan
yang telah
diajarkan ke
dalam sosl-soal
dengan variasi
yang berbeda).
yang diberikan oleh guru.
H. Penilaian
Nontes : Sikap
Tes : Tes Tertulis Berupa isian
Bogor, Maret 2009
Guru mata pelajaran
(M. Ikhwanudin Al Fatakh)
84
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMAN Negeri 1 Parung Bogor
Kelas/Semester : XI IPA/
Mata Pelajaran : Kimia
Konsep : Asam Basa
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (pertemuan ke-2)
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya.
B. Kompetensi Dasar
4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa, larutan asam-basa, metode dengan menentukan sifat larutan dan pengukuran, dan
menghitung pH larutan.
C. Indikator
4.1.1. Menjelaskan dengan benar konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan lewis.
4.1.2. Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa
konjugasinya.
4.1.3. Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator.
85
4.1.4. Menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan pengikatan dan pelepasan hidrogen dan pelepasan dan
penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari.
D. Pertanyaan Kunci
Bagaimana persamaan reaksi asam dan basa menurut Arrhenius, bronbsted-lowry dan lewis?
E. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat mengidentifikasi sifat larutan asam-basa dengan lakmus, indikator universal, indikator alami.
b. Siswa dapat menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan pengikatan dan pelepasan hidrogen dan pelepasan dan
penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari.
F. Bahan dan alat Pembelajaran
Per Kelas Per Siswa Per Kelompok
Buku kimia SMA semester 2, buku referensi yang
relevan dan searching di internet, multimedia
(laptop, LCD)
Lembar Kerja
G. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Langkah-Langkah Pembelajaran
Fase Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Waktu Nuansa Nilai
Engange
(pendahuluan)
• menciptakan lingkungan belajar, • Berdoa dan menyiapkan alat dan 2 menit Nilai yang terintegrasi
adalah Allah
86
seperti berdoa dan salam
• Menjelaskan tujuan
pembelajaran yang dicapai dari
materi yang akan dibahas
• Memotivasi siswa dengan sikap
keterbukaan dan sambutan yang
baik terhadap siswa
bahan-bahan pelajaran
• Siswa mencatat poin-poin
penting yang harus diketahui
dalam pembelajaran
• Siap melakukan proses
pembelajaran
menciptakan bumi dan
langit hanya untuk
kepentingan manusia,
dan Allah menciptakan
segala sesuatu tidak
sia-sia.
Individual
prediction
(tanya jawab
konsep asam
basa)
• Guru Apersepsi : Menanyakan
kepada siswa tentang asam basa.
”Apakah kalian pernah
menggunakan kunyit, kubis
sebagai indikator asam basa?
• Siswa menjawab pertanyaan
dari guru
6 menit Allah menciptakan
makhluknya dengan sifat
dan manfaat yang
berbeda-beda. Al An’an
Ayat 91
Group
prediction
(pembagian
kelompok)
• Guru membimbing siswa untuk
membentuk 5 kelompok.
• Guru memberikan penjelasan
tentang beberapa indikator asam-
• Siswa membentuk 5 kelompok
sesuai dengan bimbingan guru.
• Siswa memperhatikan penjelasan
dari guru.
5 menit
15 menit
87
basa (menggunakan media swf).
Activity
(kegiatan inti)
• Guru memberikan lembar kerja
berisi soal-soal untuk
menganalisis larutan dengan
indikator unviversal, buatan,
alami.
• Siswa dari tiap kelompok
menerima lembar dari guru dan
dikerjakan dengan menggunakan
metode information search.
2 menit
Group
discusion
(diskusi
kelompok
untuk
memecahkan
masalah)
• Guru memerintahkan siswa dari
tiap kelompoknya untuk
menyelesaikan beberapa soal.
• Siswa mendiskusikan cara untuk
memecahkan masalah dari setiap
soal dan pada waktu yang telah
ditentukan harus menyerahkan
hasil pekerjannya.
20 menit
Group report
(melaporkan
hasil/jawaban
dari tiap soal)
• Guru mengoreksi jawaban siswa
apakah sudah benar atau belum.
Jika masih terdapat siswa yang
belum dapat menjawab dengan
benar, guru dapat langsung
• Siswa dalam kelompoknya
secara bergantian menulis
jawaban dari tiap soal di papan
tulis.
15 menit
88
memberikan bimbingan
Short
explanation
(menyimpulkan
materi yang
telah
diajarkan).
• Guru menjelaskan kembali dan
menyimpulkan pelajaran hari ini,
dipastikan semua siswa
memahami materi yang
diberikan hari ini.
• Siswa menyimak penjelasan
guru.
20 menit
Apply to a new
situation
(menggunakan
persamaan
yang telah
diajarkan ke
dalam sosl-soal
dengan variasi
yang berbeda).
• Guru memberikan tugas berupa
latihan soal.
• Siswa mencatat tugas rumah
yang diberikan oleh guru.
5 menit
89
H. Penilaian
Nontes : Sikap
Tes : Tes Tertulis Berupa isian
Bogor, Maret 2009
Guru mata pelajaran
(M. Ikhwanudin Al Fatakh)
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMAN Negeri 1 Parung Bogor
Kelas/Semester : XI IPA/
Mata Pelajaran : Kimia
Konsep : Asam Basa
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (pertemuan ke-3)
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya.
B. Kompetensi Dasar
4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa, larutan asam-basa, metode dengan menentukan sifat larutan dan pengukuran, dan
menghitung pH larutan.
C. Indikator
4.1.5. Menjelaskan dengan benar konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan lewis.
4.1.6. Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa
konjugasinya.
4.1.7. Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator.
91
4.1.8. Menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan pengikatan dan pelepasan hidrogen dan pelepasan dan
penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari.
D. Pertanyaan Kunci
Bagaimana cara menghitung dan mengukur larutan asam-basa?
E. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menghitung dan mengukur pH larutan asam basa.
b. Siswa dapat menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan reaksi penetralan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Bahan dan alat Pembelajaran
Per Kelas Per Siswa Per Kelompok
Buku kimia SMA semester 2, buku referensi yang
relevan dan searching di internet, multimedia
(laptop, LCD)
Lembar Kerja
G. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Langkah-Langkah Pembelajaran
Fase Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Waktu Nuansa Nilai
Engange
(pendahuluan)
• menciptakan lingkungan belajar,
seperti berdoa dan salam
• Berdoa dan menyiapkan alat dan
bahan-bahan pelajaran
2 menit Nilai yang terintegrasi
adalah Allah
menciptakan manusia
92
• Menjelaskan tujuan
pembelajaran yang dicapai dari
materi yang akan dibahas
• Memotivasi siswa dengan sikap
keterbukaan dan sambutan yang
baik terhadap siswa
• Siswa mencatat poin-poin
penting yang harus diketahui
dalam pembelajaran
• Siap melakukan proses
pembelajaran
Individual
prediction
(tanya jawab
konsep asam
basa)
• Guru Apersepsi : Menanyakan
kepada siswa tentang teori asam
basa.
”Apakah kalian pernah bersiwak
atau sikat gigi?Pernakah kalian
merasakan rasa keringat tubuh
kalian?bagaimana cara untuk
menghilangkan keringat atau
bau badan kalian?mengapa
ketika mau shalat kita
diwajibkan wudhu?dengan
• Siswa menjawab pertanyaan
dari guru
6 menit
dengan kekurangannya,
yaitu manusia
mengeluarkan bau
keringat, untuk
menghilangkannya
Allah swt,
memerintahkan
manusia untuk bersuci,
dengan bersiwak/sikat
gigi, mandi dengan
sabun, wudhu.
Nilai religi yang dapat
diambil, terdapat pada
QS. Al Hajj ayat: 29,
Qs. An Nisaa ayat 43,
Al Baqarah ayat 222,
dan Qs. Al Maidah ayat
6.
93
menampilkan gambar dan
animasi.
• Motivasi: sunah nabi, sebelum
shalat atau membaca Al Quran
kita disunahkan bersiwak
terlebih dahulu, apa sebenarnya
yang terkandung dalam
siwak?sehingga siwak dapat
mengganti sikat gigi?
Group
prediction
(pembagian
kelompok)
• Guru membimbing siswa untuk
membentuk 5 kelompok.
• Guru memberikan penjelasan
tentang cara menghitung pH
larutan asam-basa, dan reaksi
penetralan asam-basa.
• Siswa membentuk 5 kelompok
sesuai dengan bimbingan guru.
• Siswa memperhatikan penjelasan
dari guru.
5 menit
15 menit
Activity
(kegiatan inti)
• Guru memberikan lembar kerja
berisi soal-soal untuk
• Siswa dari tiap kelompok
menerima lembar dari guru dan
2 menit
94
menghitung pH larutan asam-
basa, dan reaksi penetralan
dikerjakan dengan menggunakan
media komputer.
Group
discusion
(diskusi
kelompok
untuk
memecahkan
masalah)
• Guru memerintahkan siswa dari
tiap kelompoknya untuk
menyelesaikan beberapa soal.
• Siswa mendiskusikan cara untuk
memecahkan masalah dari setiap
soal dan pada waktu yang telah
ditentukan harus menyerahkan
hasil pekerjannya.
20 menit
Group report
(melaporkan
hasil/jawaban
dari tiap soal)
• Guru mengoreksi jawaban siswa
apakah sudah benar atau belum.
Jika masih terdapat siswa yang
belum dapat menjawab dengan
benar, guru dapat langsung
memberikan bimbingan
• Siswa dalam kelompoknya
secara bergantian menulis
jawaban dari tiap soal di papan
tulis.
15 menit
Short
explanation
(menyimpulkan
materi yang
• Guru menjelaskan kembali dan
menyimpulkan pelajaran hari ini,
dipastikan semua siswa
• Siswa menyimak penjelasan
guru.
20 menit
95
telah
diajarkan).
memahami materi yang
diberikan hari ini.
Apply to a new
situation
(menggunakan
persamaan
yang telah
diajarkan ke
dalam sosl-soal
dengan variasi
yang berbeda).
• Guru memberikan tugas berupa
latihan soal.
• Siswa mencatat tugas rumah
yang diberikan oleh guru.
5 menit
H. Penilaian
Nontes : Sikap
Tes : Tes Tertulis Berupa isian
Bogor, Maret 2009
Guru mata pelajaran
(M. Ikhwanudin Al Fatakh)
96
�
�
�
�
�
�
�
����������������
�
����
������������������������
M. Ikhwanudin Al fatakhM. Ikhwanudin Al fatakhM. Ikhwanudin Al fatakhM. Ikhwanudin Al fatakh
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
97
RANGKUMAN MATERI
Standar Kompetensi : Memahami Sifat-Sifat Larutan Asam-Basa, Metode
Pengukuran Dan Terapannya
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan
sifat larutan dan menghitung pH larutan
Pertemuan Ke-1
Materi : Menunjukkan Asam dan Basa
Berkaitan dengan asam dan basa, larutan dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yaitu brsifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral
Untuk membedakan sifat asam dan basa yaitu, dengan menggunakan indicator
asam-basa. Indicator asam-basa adalah zat-zat warna yang mampu menunjukkan
warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Misalnya lakmus. Lakmus akan
berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan berwarna biru dalam larutan
bersifat basa.
Sifat asam-basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur
pH-nya. pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa
mempunyai pH lebih besar dari 7 dan larutan netral mempunyai pH = 7. pH larutan
dapat ditentukan menggunakan indicator pH (indicator universal), atau dengan pH
meter.
a. Asam
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. Asam
Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ dan dalam air mengalami ionisasi sebagai
berikut.
HxZ(aq) → xH+(aq) + Z
x-(aq)
Contoh :
Asam cuka (CH3COOH) dan asam klorida (HCl) di dalam air mengion sebagai
berikut.
CH3COOH(aq) → CH3COO-(aq) + H
+(aq)
HCl(aq) → H+(aq) + Cl
-(aq)
Jumlah ion H+
yang dapat dihasilkan oleh satu molekul asam disebut valensi asam,
98
sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+
disebut ion
sisa asam.
b. Basa
Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion hidroksida
(OH-). Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH
-. Basa Arrhenius merupakan
hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengalami
ionisasi sebagai berikut.
M(OH)x (aq) → Mx+
(aq) + xOH-(aq)
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaslkan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.
Contoh :
NaOH → Na+ + OH
-
Meskipun tidak mempunyai gugus hidroksida, larutan ammonia (NH3) ternyata
bersifat basa. Hal ini terjadi karena NH3 bereaksi dengan air (mengalami hidrolisis)
membentuk ion OH- sebagai berikut.
NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH
-(aq)
Penilaian antara lain :
• Unjuk kerja, kerja kelompok
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menunjukkan Larutan Asam, Larutan Basa, dan Larutan Netral.
Tujuan : Membedakan larutan asam, larutan basa, dan larutan netral
Rancang dan lakukan pencarian untuk menetukan sifat asam-basa dari berbagai
larutan/bahan di sekitar Anda, misalnya air sabun, larutan garam, air jeruk, larutan
ammonia, air tanah, dan air got. Anda dapat menggunakan air suling sebagai contoh
larutan netral, asam cuka sebagai contoh larutan asam, dan air kapur sebagai contoh
larutan basa. Dalam menentukan asam, basa suatu bahan dapat dilihat dari contoh
yang ada.
- Tulis laporan lengkap dari pencarian ini.
1. Analisis perbedaan teori asam basa menurut Arhenius, bronsted lowry, dan lewis 2. Klasifikasikan bahan-bahan disekitar anda!
99
Pertemuan Ke-2
Materi : Indikator Asam-Basa
Berbagai jenis zat warna yang dipisahkan dari tumbuhan kemungkinan juga dapat
digunakan sebagai sebagai indicator asam-basa, misalnya, daun mahkota bunga
(kembang sepatu, bogenvil, mawar, dan lain-lain).
Penilaian :
• Unjuk kerja, diskusi
• Portofolio, laporan eksperimen
Indicator Asam-Basa dari Bahan-bahan Alami
Tujuan : mempelajari berbagai jenis bahan alam yang dapat digunakan sebagai
indicator asam-basa.
Cara Kerja : 1. Giling beberapa helai mahkota bunga berwarna merah dengan kira-kira 5 mL
air suling dalam lumping. Tempatkan kira-kira 1 mL air bunga itu masing-
masing ke dalam dua tabung reaksi. Ke dalam tabungn pertama tambahkan
larutan cuka, sedangkan ke dalam tabung kedua tambahkan beberapa tetes air
kapur. Guncangnkan tabung, amati perubahan warna dan catat.
2. Lakukan cara yang sama dengan bunga berwarna merah dan bunga berwarna
lainnya.
Analisis Data 1. Dari pengujian dengan air bunga, air bunga yang manakah yang dapat
digunakan sebagai indikator asam-basa yang baik? Jelaskan jawabanmu.
2. Tariklah kesimpulan dari kegiatan ini.
100
Pertemuan Ke-3
Materi : Teori Asam-Basa Arrhenius dan Konsep pH, pOH, dan pKw
c. Asam
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. Asam
Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ dan dalam air mengalami ionisasi sebagai
berikut.
HxZ(aq) → xH+(aq) + Z
x-(aq)
Contoh :
Asam cuka (CH3COOH) dan asam klorida (HCl) di dalam air mengion sebagai
berikut.
CH3COOH(aq) → CH3COO-(aq) + H
+(aq)
HCl(aq) → H+(aq) + Cl
-(aq)
Jumlah ion H+
yang dapat dihasilkan oleh satu molekul asam disebut valensi asam,
sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+
disebut ion
sisa asam.
d. Basa
Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion hidroksida
(OH-). Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH
-. Basa Arrhenius merupakan
hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengalami
ionisasi sebagai berikut.
M(OH)x (aq) → Mx+
(aq) + xOH-(aq)
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaslkan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.
Contoh :
NaOH → Na+ + OH
-
Meskipun tidak mempunyai gugus hidroksida, larutan ammonia (NH3) ternyata
bersifat basa. Hal ini terjadi karena NH3 bereaksi dengan air (mengalami hidrolisis)
membentuk ion OH- sebagai berikut.
NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH
-(aq)
e. pH
pH = - log [H+]
dari definisi tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumus sebagai berikut.
Jika [H+] = 1 × 10
-n, maka pH = n
101
Jika [H+] = x × 10
-n, maka pH = n-log x
Sebaliknya, jika pH = n, maka [H+] = 10
-n
f. pOH
Analogi dengan pH (sebagai cara menyatakan konsentrasi ion H+), konsentrasi ion
OH- juga dapat diyatakan dengan cara yang sama, yaitu pOH.
pOH = - log [OH-]
g. Tetapan Kesetimbangan Air (Kw)
Air merupakan elektrolit sangat lemah yang dapat terionisasi menjadi ion H+
dan ion
OH-. Air dapat menghantarkan listrik, meskipun sangat buruk. Salah satu penjelasan
mengapa air dapat menghantarkan arus listrik ialah karena sebagian air terionisasi
menjadi ion H+ dan ion OH
- menurut reaksi kesetimbangan sebagai berikut.
H2O(l) → H+(aq) + OH
-(aq)
Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan ionisasi air adalah:
Kc = [H+][OH
-]
[H2O]
Oleh karena [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil perkalian Kc dengan [H2O]
Merupakan suatu konstan yang disebut tetapan kesetimbangan air (Kw).
Kw = [H+]×[OH
-]
Harga Kw pada berbagai suhu adalah 1 × 10-14
.
h. Hubungan [H+] dan [OH-]
Dalam larutan murni, sesuai dengan tetapan kesetimbangna air (Kw) maka
konsentrasi ion H+
sama besar dengan konsentrasi ion OH-.
Dengan begitu maka, [H+] = [OH
-] = Kw
Pada suhu kamar (sekitar 25oC), Kw = 1 × 10
-14, maka
[H+] = [OH
-] = 14101 −×
= 1 × 10-7
mol L-1
102
Apabila ke dalam air ditambahkan suatu asam, maka [H+] akan bertambah, tetapi hasil
perkalian [H+] × [OH
-] tidak akan berubah, tetap sama dengan Kw. Hal ini dapat
terjadi karena kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan pengurangan [OH-].
Kesetimbangan juga akan bergeser jika ke dalam air ditambahkan suatu basa. Dari
pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa:
Dalam larutan berair : [H+] × [OH-] = Kw
Dalam larutan murni (larutan netral) : [H+] = [OH-]
Dalam larutan asam : [H+] > [OH-]
Dalam larutan basa : [H+] < [OH-]
i. Hubungan pH dan pOH
Hubungan pH dengan pOH dapat diturunkan dari persamaan tetapan kesetimbangan
air (Kw).
Kw = [H+] × [OH
-]
Jika kedua ruas persamaan ini diambil harga negative logaritmanya, diperoleh:
-log kw = -log ([H+] × [OH
-])
-log kw = (-log ([H+]) + (-log [OH
-])
Dengan, p = -log , maka
pKw = pH + pOH atau pH + pOH = pKw
pada suhu kamar, dengan harga Kw = 1 × 10-14
(pKw = 14), maka pH + pOH = 14
Penilaian
Tertulis tipe subjektif dengan mengerjakan soal
Soal 1. Apakah penyebab sifat asam dan basa? Sebutkan beberapa sifat khas asam dan
basa.
2. Sebutkan berbagai zat dalam kehidupan sehari-hari yang berdifat asam dan basa.
3. Tuliskan reaksi ionisasi dari asam/basa berikut.
a. Asam nitrat b. Barium hidroksida
4. Apakah yang dimaksud dengan pH?
5. Berapakah pH larutan, jika [H+]:
6. Berapakah konsentrasi ion OH- dalam larutan yang mengandung ion H
+ 0,05 M?
7. Berapakah konsentrasi ion H+ dalam larutan yang mengandung ion OH
- 0,025
M?
8. Berapakah pH larutan jika [OH-] = 2 × 10
-5?
103
Animasi Dalam Bentuk Power Point
104
105
106
107
LAMPIRAN 3
INSTRUMEN PENELITIAN
MATA PELAJARAN : KIMIA POKOK MATERI : ASAM-BASA NAMA : SEKOLAH : SMAN 1 PARUNG KELAS : XI WAKTU : 40 MENIT
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang Anda anggap paling benar !
1. Menurut konsep Bronted-Lowry dalam reaksi :
NH3 + H2O � NH4 + + OH
–
a. Air adalah basa karena dapat menerima proton
b. Amonia dan air adalah pasangan asam basa konyugasi
c. NH3 dan NH4 + adalah pasangan asam basa konyugasi
d. NH3 adalah asam karena memberi sebuah proton
e. NH4 + dan OH
– adalah basa kuat
2. Jika zat di bawah ini konsentrasinya 1 M, maka yang pH nya paling tinggi:
a. NaHSO4
b. NH4Cl
c. HCl
d. (NH4)2SO4
e. CH3COONa
3. Konsentrasi ion OH – dalam larutan H2SO4 0,005 N adalah:
a. 2,5 x10-3
M
b. 5 x 10-3
M
c. 10-12
M
d. 10-2
M
e. 2 x 10-12
M
108
4. Pernyataan yang benar di antara pernyataan berikut ini adalah:
a. NH4OH merupakan basa kuat karena mudah larut dalam air
b. NaOH merupakan basa pekat karena mudah larut dalam air
c. Larutan HCl merupakan asam kuat karena akan terion sempurna
d. H2SO4 merupakan basa lemah karena sukar terion dalam larutannya
e. Larutan CH3COOH merupakan asam lemah karena sukar larut dalam air
5. Larutan penyangga dapat terjadi sebagai berikut, kecuali:
a. asam lemah + basa sangat lemah berlebih
b. asam kuat + basa lemah berlebih
c. asam sangat lemah + basa lemah berlebih
d. asam lemah berlebih + basa kuat
e. asam sangat lemah berlebih + basa lemah
6. Molekul atau ion yang dapat bersifat amfiprotik menurut teori Bronsted –
Lowry adalah:
a. PO43-
d. HCO3-
b. NaOH e. HCl
c. H3O+
7. Hidrolisis tidak terjadi pada garam yang terbentuk dari:
a. asam lemah + basa lemah
b. asam kuat + basa kuat
c. asam kuat + basa lemah
d. asam sangat lemah + basa sangat lemah
e. asam lemah + basa kuat
8. pH larutan yang tidak terpengaruh oleh konsentrasi garamnya adalah:
a. (NH4)2CO3
b. NH4Cl
c. NaCl
d. a dan b benar
e. a dan c benar
9. NH3 + HCl � NH4Cl, pernyataan yang benar berdasarkan teori Lewis:
a. NH3 adalah basa karena memberikan pasangan elektron
109
b. NH3 adalah basa karena sebagai akseptor proton
c. NH3 adalah basa karena sebagai donor proton
d. NH3adalah basa karena sebagai akseptor elektron
e. NH3 adalah basa karena sebagai donor elektron
10. Larutan garam amonium asetat dapat dihitung [H+] nya dengan rumus:
a. [H+] = (Kw)
½.[g]/Kb
b. [H+] = (Kb)
½.Ka/Kw
c. [H+] = (Kb)
½.[g]/Kw
d. [H+] = (Kb)
½/Kw.Ka
e. [H+] = (Kw)
½.Ka/Kb
11. HCl + H2O � H3O+ + Cl
-, berdasarkan konsep Bronted-Lowry, zat yang
merupakan asam sangat kuat adalah:
a. HCl
b. H2O
c. H3O+
d. Cl-
e. tidak ada
12. Harga pH suatu asam akan dipengaruhi oleh faktor berikut ini, kecuali:
a. derajat ionisasinya
b. konsentrasinya
c. jenis pelarutnya
d. Ka nya
e. Volumenya
13. Terdapat tiga macam air dari sumber yang berbeda, yaitu air sungai, air danau,
dan air sumur. Setelah dilakukan pengujian dengan alat kertas lakmus merah,
ternyata pada pengujian air sungai kertas lakmus tersebut berubah menjadi
biru.
Pernyataan yang benar dari peristiwa tersebut adalah….
a. Air sungai tercemar oleh limbah rumah tangga
b. Air sungai tercemar oleh sampah
c. Air sungai tercemar oleh limbah pabrik tahu
d. Air sungai tercemar oleh limbah peleburan logam
110
e. Air sungai tercemar oleh limbah pabrik tambang emas
14. pH larutan (NH4)2SO4 0,2 M dalam air, jika Kb NH4OH = 10-5
adalah….
a. 9 + log 2
b. 5,5 – ½ log 2
c. 8,5 + ½ log 2
d. 5 – log 2
e. 6,5 – ½ log 2
15. Dari campuran 100 mL CH3COOH 0,1 M dengan 150 mL CH3COOH 0,2 M
(Ka = 10-5
) yang kemudian ditambah 250 mL NaOH 0,08 M, pH yang dapat
diukur adalah….
a. 2,5 d. >7,0
b. 5,0 e. 0,69
c. 7,0
16. Campuran larutan berikut yang membentuk garam terhidrolisis adalah….
a. 100 mL HCL 0,1 M + 100 mL NH4OH 0,1 M
b. 100 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL KOH 0,1 M
c. 100 mL HCl 0,2 M + 100 mL NH4OH 0,1 M
d. 100 mL NaOH 0,1 M + 200 mL CH3COOH 0,1 M
e. 100 mL CH3COOH 0,1 M 50 mL NH4OH 0,1 M
17. 100 mL larutan CH3COOH 0,2 M (Ka = 10-5) direaksikan dengan 100 mL
larutan KOH 0,2 M, ternyata mempunyai pH sebesar….
a. 5 – log 2 d. 9
b. 5 e. 9 + log 2
c. 5 + log 2
111
18. Dibawah ini yang tidak dapat di jadikan indikator alami adalah ….
a. Air tebu d. kulit manggis
b. kunyit e. tumbuhan yang mempunyai warna
mencolok
c. ektrak bunga sepatu
19. Hitunglah konsentrasi ion H+ dalam 200 mL larutan yang mengandung 0,05
mol HCl ….
a. 0, 25 M d. 0,35 M
b. 0,10 M e. 0,15 M
c. 0,20 M
20. Kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah apabila dimasukkan ke dalam
larutan …..
a. Kalium Hidroksida d. Asam klorida
b. Natrium klorida e. Natrium sitrat
c. Barium sulfat
21. Seorang siswa telah menentukan pH air hujan disuatu daerah industri dengan
menggunakan indikator berikut ini :
Indikator Daerah Perubahan Warna
Metil Merah pH 3,1 - pH 4,4
merah kuning
Brom Kresol
Hijau
pH 3,8 - pH 5,4
kuning biru
Brom Timol
Biru
pH 6,0 - pH 7,6
Kuning biru
Fenolftalein PH 8,0 - pH 10,0
Tdk berwarna merah
Jika ternyata harga pH = 5,7. maka pasangan indikator yang digunakan adalah
…..
a. Metil merah dengan brom kresol hijau
b. Brom kresol hijau dengan brom timol biru
c. Brom timol biru dengan fenolftalein
d. Metil merah dengan fenolftalein
e. Brom kresol hijau dengan fenolftalein
112
22. Harga pH dari 0,01 M H2SO4 adalah ……
a. 1 - log 2 d. 2 + log 2
b. 2 – log 1 e. 2 + log 1
c. 2 – log 2
23. Harga pH larutan NH3 0,001 M (Kb = 1,0 X 10-5
) adalah ….
a. 3 d. 9
b. 4 e. 10
c. 5
24. Pemberian kapur tohor pada tanah gambut untuk membuka lahan pertanian
adalah salah satu dari reaksi asam-basa, tujuan dari pemberian kapur tohor
tersebut adalah….
a. Supaya tanah bersifat asam sehingga tanah dapat ditanami tanaman
b. Supaya tanah bersifat basa sehingga tanah dapat ditanami tanaman
c. Supaya tanah bersifat netral sehingga tanah dapat ditanami tanaman
d. Kapur tohor merupakan asam yang dapat menetralkan tanah
e. Kapur tohor merupakan asam yang dapat mengasamkan tanah
25. Diantara larutan berikut yang mempunyai pH terbesar adalah …..
a. 2 mL KOH 0,4 M
b. 2 mL Mg(OH)2 0,4 M
c. 4 mL Ba(OH)2 0,3 M
d. 5 mL NaOH 0,3 M
e. 5 mL Al(OH)3 0,2 M
26. pH meter yang dicelupkan ke dalam 100 mL larutan Ca(OH)2 0,05 M
menunjukkan angka …
a. 1 c. 9,7 e. 13
b. 1,3 d. 12,7
113
27. Diketahui reaksi :
H2PO4 - + H2O ≡ HPO4
2- + H3O
+ yang merupakan asam basa
konyugasi adalah ….
a. H2PO4 - dan H2O
b. HPO4 2-
dan H3O+
c. H2PO4 - dan H3O
+
d. HPO4 2-
dan H2O
e. H2PO4 - dan HPO4
2-
28. Asam terkonyugasi dari HF adalah ….
a. HF c. F- e. HF2
-
b. H2F+ d. H
+
29. Dari reaksi-reaksi asam basa Bronsted-Lowry dibawah ini :
1. RNH2 + H2O � RNH3+ + OH
-
2. H2PO4 - + H2O � HPO4
2- + H3O
+
3. HS- + H2O � H2S + OH
-
H2O yang bersifat asam terdapat pada reaksi :
a. 1 d. 1 dan 2
b. 2 e. 1 dan 3
c. 3
30. Larutan penyangga merupakan campuran ….
a. Larutan asam kuat dengan garamnya
b. Larutan asam kuat dengan asam lemah
c. Larutan basa kuat dengan garamnya
d. Larutan asam lemah dengan garamnya
e. Larutan asam lemah dengan basa lemah
31. Campuran yang merupakan larutan penyangga adalah ……
a. Larutan 100 mL NaOH 0,1 M dengan 100 mL CH3COOH 0,1 M
b. Larutan 200 mL NaOH 0,1 M dengan 100 mL CH3COOH 0,1 M
c. Larutan 100 mL NaOH 0,1 M dengan 200 mL CH3COOH 0,1 M
114
d. Larutan 200 mL NaOH 0,1 M dengan 200 mL CH3COOH 0,1 M
e. Larutan 150 mL NaOH 0,1 M dengan 200 mL CH3COOH 0,1 M
32. Apabila 50 mL NH4OH 0,25 M (Kb NH3 = 1.10-5
) dicampur dengan 100 mL
NH4Cl 0,25 M, berapa pH larutan penyangga?
a. 9
b. 9 – log 2
c. 9 + log 2
d. 10 – log 2
e. 11
33. Pada shampoo bayi tidak pedih ketika terkena mata, hal ini dikarenakan…
a. memiliki pH seimbang
b. memiliki komposisi larutan asam dan basa
c. terdapat bahan aktif
d. tidak dapat mempertahankan pH
e. memiliki pH diatas 7
34. 100 mL larutan CH3COOH 0,2 M (Ka = 10-5
) direaksikan dengan 100 mL
larutan KOH 0,2 M, ternyata mempunyai pH sebesar….
a. 5 – log 2 d. 9
b. 5 e. 9 + log 0,2
c. 5 + log 2
35. Larutan CH3COONa memiliki pH = 10. Jika Ka CH3COONa = 10-5
, maka
konsentrasi CH3COONa adalah….
a. 0,1 M d. 12,0 M
b. 1,0 M e. 14,0 M
c. 10,0 M
115
Lampiran 4
Jawaban
1. C
2. D
3. E
4. C
5. C
6. D
7. B
8. A
9. A
10. A
11. C
12. C
13. A
14. D
15. B
16. A
17. E
18. A
19. A
20. D
21. B
22. C
23. E
24. C
25. B
26. E
27. E
28. B
29. E
30. D
31. C
32. B
33. A
34. E
35. C
116
Lampiran 5
KLASIFIKASI VALIDITAS BUTIR SOAL INSTRUMEN UJI
COBA
r_tabel = 0.349
Butir
soal
r_
hitung Ket
Butir
soal
r_
hitung Ket
Butir
soal
r_
hitung Ket
1 0.365 Valid 16 0.072 Disvalid 31 0.501 Valid
2 0.423 Valid 17 0.436 Valid 32 0.457 Valid
3 -0.227 Disvalid 18 0.516 Valid 33 0.012 Disvalid
4 0.365 Valid 19 0.516 Valid 34 0.487 Valid
5 0.490 Valid 20 0.397 Valid 35 -0.304 Disvalid
6 0.327 Disvalid 21 0.549 Valid
7 0.409 Valid 22 0.263 Disvalid
8 0.234 Disvalid 23 0.012 Disvalid
9 0.439 Valid 24 -0.198 Disvalid
10 0.472 Valid 25 -0.349 Disvalid
11 -0.027 Disvalid 26 0.382 Valid
12 0.379 Valid 27 0.065 Disvalid
13 -0.041 Disvalid 28 0.531 Valid
14 0.612 Valid 29 0.157 Disvalid
15 0.423 Valid 30 0.080 Disvalid
118
Nomor Butir Nomor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jumla
h
1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 18
2 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 16
3 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 18
4 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 9
5 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 13
6 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7
8 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 20
9 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 7
10 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 17
11 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 10
12 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 12
13 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 14
14 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12
15 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 15
16 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 18
17 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 15
18 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10
19 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8
20 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 10
Perhitungan Validitas dan Realibilitas
119
21 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7
22 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 9
23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 6
24 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
25 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7
26 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
27 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
28 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 17
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 12
30 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 17
31 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5
32 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 9
Juml
ah 12 13 9 12 10 9 13 14 10 10 11 12 11 11 13 10 12 13 10 10 13 10 8 10 9 10 9 10 9 9 10 10 8 10 9 369
p 0.375 0.406 0.281 0.375 0.312 0.281 0.406 0.437 0.312 0.312 0.343 0.375 0.343 0.343 0.406 0.312 0.375 0.406 0.312 0.312 0.406 0.312 0.25 0.312 0.281 0.312 0.281 0.312 0.281 0.281 0.312 0.312 0.25 0.312 0.281
q 0.62 0.593 0.718 0.625 0.687 0.718 0.593 0.562 0.687 0.687 0.656 0.625 0.656 0.656 0.593 0.687 0.625 0.593 0.687 0.687 0.593 0.687 0.75 0.687 0.718 0.687 0.718 0.687 0.718 0.718 0.687 0.687 0.75 0.687 0.718
mp 13.66 13.84 9.888 13.66 14.9 13.88 13.76 13.78 13.1 14.7 11.36 13.75 11.27 15.36 13.84 15 14.08 11.92 15 14.2 14.53 13.3 11.62 10.2 9 14.1 12 15.1 12.66 12.11 14.9 14.6 11.62 14.8 9.333
mt 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53
sdt 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529
rbis 0.365 0.422 -0.22 0.365 0.490 0.325 0.408 0.438 0.233 0.471 -0.02 0.379 -0.04 0.612 0.422 0.516 0.436 0.071 0.516 0.397 0.549 0.263 0.011 -0.19 -0.34 0.382 0.064 0.531 0.156 0.080 0.501 0.456 0.011 0.486 -0.30
rtabel 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349
ktrg V V D V V D V V D V D V D V V V V D V V V D D D D V D V D D V V D V D
119
Lampiran 6
KLASIFIKASI TINGKAT KESUKARAN BUTIR SOAL
INSTRUMEN UJI COBA
Butir
soal
P_
hitung Ket
Butir
soal
P_
hitung Ket
Butir
soal
P_
hitung Ket
1 0.375 Sedang 16 0.406 Sedang 31 0.313 Sedang
2 0.406 Sedang 17 0.375 Sedang 32 0.313 Sedang
3 0.281 Sukar 18 0.313 Sedang 33 0.25 Sukar
4 0.375 Sedang 19 0.313 Sedang 34 0.313 Sedang
5 0.313 Sedang 20 0.313 Sedang 35 0.281 Sukar
6 0.281 Sukar 21 0.406 Sedang
7 0.406 Sedang 22 0.313 Sedang
8 0.313 Sedang 23 0.25 Sukar
9 0.438 Sedang 24 0.313 Sedang
10 0.313 Sedang 25 0.281 Sukar
11 0.344 Sedang 26 0.313 Sedang
12 0.375 Sedang 27 0.281 Sukar
13 0.344 Sedang 28 0.313 Sedang
14 0.344 Sedang 29 0.281 Sukar
15 0.406 Sedang 30 0.281 Sukar
118
Nomor Butir
Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jml
1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 18
2 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 16
3 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 18
4 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 9
5 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 13
6 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7
8 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 20
9 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 7
10 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 17
11 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 10
12 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 12
13 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 14
14 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12
15 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 15
16 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 18
17 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 15
18 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10
19 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8
20 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 10
Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen Uji Coba
119
21 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7
22 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 9
23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 6
24 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
25 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7
26 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
27 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
28 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 17
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 12
30 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 17
31 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5
32 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 9
Jumlah 12 13 9 12 10 9 13 14 10 10 11 12 11 11 13 10 12 13 10 10 13 10 8 10 9 10 9 10 9 9 10 10 8 10 9 369
P 0.37 0.40 0.28 0.37 0.31 0.28 0.40 0.43 0.31 0.31 0.34 0.37 0.34 0.34 0.40 0.31 0.37 0.40 0.31 0.31 0.40 0.31 0.25 0.31 0.28 0.31 0.28 0.31 0.28 0.28 0.31 0.31 0.25 0.31 0.28
121
Lampiran 7
KLASIFIKASI DAYA BEDA BUTIR SOAL
INSTRUMEN UJI COBA
Butir
soal D_hitung Ket
Butir
soal D_hitung Ket
Butir
soal D_hitung Ket
1 0.375 Cukup 16 -0.063 Jelek 31 0.500 Baik
2 0.313 Cukup 17 0.250 Cukup 32 0.338 Cukup
3 -0.188 Jelek 18 0.250 Cukup 33 0.125 Jelek
4 0.250 Cukup 19 0.250 Cukup 34 0.375 Cukup
5 0.250 Cukup 20 0.375 Cukup 35 -0.188 Jelek
6 0.188 Jelek 21 0.563 Baik
7 0.438 Baik 22 0.313 Cukup
8 0.125 Jelek 23 0.125 Jelek
9 0.250 Cukup 24 -0.125 Jelek
10 0.375 Cukup 25 -0.188 Jelek
11 0.063 Jelek 26 0.250 Cukup
12 0.375 Cukup 27 0.063 Jelek
13 -0.063 Jelek 28 0.500 Baik
14 0.563 Baik 29 0.063 Jelek
15 0.438 Baik 30 0.063 Jelek
122 Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Uji coba
Kelas Atas
Nomor Butir Resp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jml
8 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 20
1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 18
3 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 18
16 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 18
10 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 17
28 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 17
30 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 17
2 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 16
15 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 15
17 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 15
13 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 14
5 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 13
26 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
12 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 12
14 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 11
Jml 9 9 3 8 8 7 9 9 6 8 6 9 4 10 10 8 8 7 7 9 11 6 5 4 3 8 6 8 5 5 9 8 4 8 2
PA 0.562 0.562 0.187 0.5 0.50.4375 0.56250.56250.375 0.50.375 0.5625 0.25 0.6250.625 0.5 0.50.43750.4375 0.56250.68750.375 0.3125 0.25 0.1875 0.50.375 0.50.31250.3125 0.5625 0.5 0.25 0.50.125
123
Kelas Bawah
Nomor Butir Resp.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jml
11 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 10
18 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10
20 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 10
4 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 9
22 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 9
32 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 9
6 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8
19 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7
9 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 7
21 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7
25 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7
23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 6
24 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
31 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5
27 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
Jml 3 4 6 4 2 2 4 5 4 2 5 3 7 1 3 2 4 6 3 1 2 3 3 6 6 2 3 2 4 4 1 2 4 2 7 10
PA 0.187 0.25 0.3750.25 0.125 0.125 0.25 0.312 0.250.125 0.312 0.187 0.437 0.062 0.1870.1250.25 0.375 0.187 0.062 0.125 0.187 0.187 0.37 0.3750.125 0.1870.125 0.25 0.25 0.0620.1250.250.125 0.437
D 0.375 0.312 -0.180.25 0.375 0.312 0.312 0.250.1250.375 0.062 0.375 -0.18 0.562 0.4370.3750.25 0.062 0.25 0.5 0.562 0.187 0.125 -0.12 -0.180.375 0.1870.375 0.062 0.062 0.50.375 00.375 -0.31
124
Lampiran 8
REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN
Butir
Soal Validitas Reliabilitas
Tingkat
Kesukaran
Daya
Pembeda Keputusan
1 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
2 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
3 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
4 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
5 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
6 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
7 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai
8 Disvalid Reliabel Sedang Jelek Buang
9 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
10 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
11 Disvalid Reliabel Sedang Jelek Buang
12 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
13 Disvalid Reliabel Sedang Jelek Buang
14 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai
15 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai
16 Disvalid Reliabel Sedang Jelek Buang
17 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
18 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
19 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
20 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
21 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai
22 Disvalid Reliabel Sedang Cukup Buang
23 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
24 Disvalid Reliabel Sedang Jelek Buang
25 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
26 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
27 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
125
28 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai
29 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
30 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
31 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai
32 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
33 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
34 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai
35 Disvalid Reliabel Sukar Jelek Buang
126
Lampiran 9
Perhitungan Validitas pada Butir Soal No.1 menggunakan product moment.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mencari proporsi siswa yang menjawab benar (p)
p = 32
12 = 0.375
2. Mencari proporsi siswa yang menjawab salah (q)
q = 1 – p
= 1 – 0.375
= 0.625
3. Mencari skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya (Mp)
Mp = 12
1713681515121410201816 +++++++++++
= 12
164 = 13.66
4. Mencari rerata skor total (Mt)
Mt = N
Xt�
= 32
369 = 11.53125
5. Mencari standar deviasi total (Sdt)
Sdt =
22
��
���
�−
�N
Xt
N
Xt
=
2
32
369
32
4891��
���
�− = 96972.13284375.152 − = 51512.20 = 4.52936
6. Menentukan koefisen biserial
rpbi = q
p
St
MtMp −
127
= 625.0
375.0
53.4
53.1166.13 − = 0.47 x 0.77 = 0.36 (valid)
Uji Reliabilitas Total Tes Uji Coba Kimia menggunakan rumus KR-20.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mencari Varians Total
s2 = (4.52936) = 20.51512
2. Mencari Koefisien Reliabilitas Tes
Kriteria sebagai berikut:
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.81-1.000 Sangat Baik
0.61-0.80 Tinggi
0.41-0.60 Sedang
0.21-0.40 Rendah
<0.20 Sangat Rendah (tidak reliabel)
��
�
�
��
�
� −��
���
�
−=
�2
2
111 s
pqs
k
kr
= ��
���
� −��
���
�
− 51512.20
649414.751512.20
132
32
= ��
���
���
���
�
51512.20
865706.12
31
32
= 1.02941 (0.62713)
= 0.64736 = 0.65 (Tinggi)
128
Perhitungan Tingkat kesukaran pada Butir Soal No.1
P = JS
B
P = 32
12 = 0.375 (Sedang)
Perhitungan Daya Beda pada Butir Soal No.1
375.016
6
16
3
16
9==−=−=
B
B
A
A
J
B
J
BD (cukup)
Keputusan : Soal di pakai
129
KISI –KISI ANGKET
Tujuan : Mengetahui bagaimana pengaruh media animasi terhadap hasil
belajar siswa pada konsep asam basa terintegrasi nilai.
Item
No Indikator Pernyataan
Positif
Pernyataan
Negatif
ΣΣΣΣ Soal Persentase
1 Kesadaran diri 1, 2 3 3 30 %
2 Kecakapan berfikir
rasional 4 5 2 20 %
3 Kecakapan sosial 6 7 2 20 %
4 Kecakapan
akademik 8 9, 10 3 30 %
Jumlah Soal 5 5 10 100 %
Lampiran 10
130
ANGKET SISWA
Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Asam Basa Terintegrasi Nilai.
Nama : …………………………………………..
Kelas : …………………………………………..
Sekolah : …………………………………………..
Petunjuk Pengisian:
Bacalah pernyataan berikut baik-baik, kemudian beri tanda ceklis (√) pada kolom
yang sesuai dengan pendapat anda.
SS = Sangat setuju
S = Setuju
TT = Tidak tahu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
No Aspek yang dinilai SS S TT TS STS
1. Saya bersyukur atas karunia Allah yang
telah menciptakan keunikan garam dari
perpaduan asam dan basa.
2. Belajar mengenai asam basa menambah
keyakinan saya terhadap kebesaran Allah
SWT sang Maha Pencipta.
3. Saya tidak dapat merasakan manfaat ketika
belajar asam basa.
4. Belajar mengenai asam basa dengan media
animasi sangat menarik, karena saya tidak
perlu pergi ke laboratorium dan menyentuh
zat-zat kimia secara langsung.
5. Saya tidak perlu mencari animasi-animasi
Lampiran 11
131
baru lainnya tentang pembelajaran asam
basa dari internet.
6. Dengan mengetahui manfaat dan kerugian
dari asam basa membuat saya merasa
bertanggung jawab dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan.
7. Penggunaan detergen yang berlebihan tidak
dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
8. Saya tertarik ketika belajar asam basa jika
diintegrasikan dengan nilai-nilai religius
yang terkandung di dalamnya.
9 Penambahan nilai-nilai religius membuat
saya menjadi lebih sulit dalam memahami
konsep asam basa.
10. Saya tidak tertarik membahas asam basa
yang dikaitkan dengan nilai-nilai religius.
132
ANALISIS DATA ANGKET
Berdasarkan hasil analisis jawaban angket siswa setiap butir, maka
didapatkan skor dari masing-masing item dengan jumlah sebagai berikut:
Nomor butir No. Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skor
total
1 A 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 46
2 B 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 47
3 C 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 47
4 D 3 3 2 3 2 3 2 3 1 3 25
5 E 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 45
6 F 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 48
7 G 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 45
8 H 5 5 5 5 5 5 3 4 5 4 46
9 I 4 4 4 5 3 5 5 4 5 5 44
10 J 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 44
11 K 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 46
12 L 5 5 3 5 5 5 4 4 5 5 46
13 M 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 46
14 N 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 45
15 O 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 47
16 P 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 46
17 Q 5 5 5 5 4 5 2 4 4 5 44
18 R 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 46
19 S 3 5 3 4 5 5 4 5 5 5 44
20 T 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 46
21 U 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 46
22 V 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 46
23 W 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 46
24 X 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 45
25 Y 3 5 2 4 5 2 2 5 2 5 35
26 Z 4 5 3 5 5 5 4 5 5 5 46
27 AA 3 4 5 5 4 5 5 5 5 5 46
28 AB 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 46
29 AC 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 45
30 AD 4 5 2 4 5 5 5 5 5 5 45
31 AE 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 46
32 AF 3 3 3 3 1 2 2 3 1 4 25
Jumlah 134 149 126 149 143 143 138 143 139 146
Lampiran 12
133
Kemudian dicari nilai rata-rata dan standar deviasi dengan membuat tabel
frekuensi dari data skor angket tiap siswa sebagai berikut:
Nama Skor (Xt) Kriteria
1 46
C
2 47
B
3 47
B
4 25
F
5 45
C
6 48
B
7 45
C
8 46
C
9 44
C
10 44
C
11 46
C
12 46
C
13 46
C
14 45
C
15 47
B
16 46
C
17 44
C
18 46
C
19 44
C
20 46
C
21 46
C
22 46
C
23 46
C
24 45
C
25 35
F
26 46
C
27 46
C
134
Nama Skor (Xt) Kriteria
28 46
C
29 45
C
30 45
C
31 46
C
32 25
F
Skor terbesar = 48
Skor terkecil = 25
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 48 – 25
= 23
Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log (32)
= 1 + 3.3 (1,5)
= 1 + 4,95 = 5,95 ≈ 6
Panjang kelas (i) = BK
R=
6
23 = 3,8 ≈ 4
Tabel Distribusi Frekuensi
No
Kelas
interval f
Nilai
tengah (xi) xi2 f . xi f . xi
2
1 25 – 28 2 26.5 702.25 53 1404.5
2 29 – 32 0 30.5 930.25 0 0
3 33 – 36 1 34.5 1190.25 34.5 1190.25
4 37 – 40 0 38.5 1482.25 0 0
5 41 – 44 4 42.5 1806.25 170 7225
6 45 – 48 25 46.5 2162.25 1162.5 54056.3
7 49 – 52 0 50.5 2550.25 0 0
Jumlah 32 1420 63876
Rata-rata ( x )
x = n
fxi�=
32
1420= 44,375
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
135
s = )1(
)( 22
−
−� �nn
fxfxn ii =
)132(32
)1420(6387632 2
−
−× =
992
27632 = 8.27 = 5.28
Dengan berdasarkan kriteria :
A : Baik sekali = Xt >[ x + (1, 5Sd)] = Xt > 52,295
B : Baik = [ x + (0,5SD)] � Xt < [ x + (1,5SD)] = 47 � Xt � 52,295
C : Cukup = [ x - (0,5SD)] � Xt < [ x + (0,5SD)] = 41,735 � Xt < 47
D : Kurang = [ x - (1,5SD)] � Xt < [ x - (0,5SD)] = 36,45� Xt<
41,735
F : Gagal = Xt < [ x - (1, 5SD)] = Xt < 36,45
Untuk mengetahui persentase respon siswa, maka dapat dihitung dengan
rumus:
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases
p = angka persentase
Kriteria Ferekuensi Persentase
Baik sekali 0 0 %
Baik 4 13 %
Cukup 25 78 %
Kurang 0 0 %
Gagal 3 9%
Jumlah 32 100 %
f
P = x 100%
N
136
Lampiran 13
UJI ANALISIS DATA
A. Uji Normalitas dengan Chi-Kuadrat ( 2χ )
Data skor Pretest siswa kelas Eksperimen (XI)
No X No X No X No X
1 50 11 40 21 40 31 25
2 45 12 30 22 45 32 35
3 60 13 45 23 35
4 35 14 40 24 35
5 50 15 50 25 35
6 40 16 50 26 50
7 40 17 50 27 30
8 60 18 45 28 50
9 40 19 40 29 50
10 55 20 40 30 40
Skor terbesar = 60
Skor terkecil = 25
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 60 – 25
= 35
Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log (32)
= 1 + 3.3 (1,5)
= 1 + 4.95 = 5.95 ≈ 6
Panjang kelas (i) = BK
R=
6
35 = 5.83 ≈ 6
137
Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas interval f Nilai tengah
(xi) xi
2 f . xi f . xi
2
1 25 – 30 3 27.5 756.25 82.5 2268.75
2 31 – 36 5 33.5 1122.25 167.5 5611.25
3 37 – 42 9 39.5 1560.25 355.5 14142.25
4 43 – 48 4 45.5 2070.25 182 8281
5 49 – 54 8 51.5 2652.25 412 21218
6 55 - 60 3 57.5 3306.25 172.5 9918.75
Jumlah 32 1372 61340
Rata-rata ( x )
x = n
fxi�=
32
1372= 42,88 ≈ 43
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
s = )1(
)( 22
−
−� �nn
fxfxn ii =
)132(32
)1372(6134032 2
−
−x =
992
80496 = 145.81 =
9.01
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a. Menentukan batas kelas, yaitu:
24.5 30.5 36.5 42.5 48.5 54.5 60.5
b. Mencari nilai Z-Score
Z =
Z1 = 01.9
435.24 − = -2.05
Z2 = 01.9
435.30 − = -1.39
Z3 = 01.9
435.36 − = -0.72
Batas Kelas - x
s
138
Z4 = 01.9
435.42 − = -0.05
Z5 = 01.9
435.48 − = 0.61
Z6 = 01.9
435.54 − = 1.28
Z7 = 01.9
435.60 − = 1.94
c. Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, di dapat:
0.4798 0.4177 0.2642 0.0199 0.2291 0.3997 0.4738
d. Mencari luas tiap interval
0.4798 – 0.4177 = 0.0621
0.4177 - 0.2642 = 0.1535
0.2642 + 0.0199 = 0.2841
0.0199 - 0.2291 = 0.2092
0.2291 - 0.3997 = 0.1706
0.3997 - 0.4738 = 0.0741
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0.0621 x 32 = 1.9872
0.1535 x 32 = 4.912
0.2841 x 32 = 9.0912
0.2092 x 32 = 6.6944
0.1706 x 32 = 5.4592
0.0741 x 32 = 2.3712
No Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas Kelas Tiap
Interval fe fo
1 24.5 -0.34 0.4798 0.0621 1.9872 3
2 30.5 -0.23 0.4177 0.1535 4.912 5
3 36.5 -0.12 0.2642 0.2841 9.0912 9
4 42.5 -0.01 0.0199 0.2092 6.6944 4
5 48.5 0.10 0.2291 0.1706 5.4592 8
6 54.5 0.21 0.3997 0.0741 2.3712 3
60.5 0.32 0.4738
� = 32fo
139
Mencari chi-kuadrat hitung ( hitung2χ )
�=
−=
k
i
hitung
fe
fefo
1
22 )(
χ
hitung2χ =
3712.2
)3712.23(
4592.5
)4592.58(
6944.6
)6944.64(
0912.9
)0912.99(
912.4
)912.45(
9872.1
)9872.13( 222222 −+
−+
−+
−+
−+
−
= 0.52 + 0.0016 + 0.00091 + 1.084 + 1.183 + 0.17
= 2.96
Nilai tabel2χ untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 -1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, tabel2χ = 11. 070.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika hitung2χ � tabel
2χ , artinya Distribusi data Tidak Normal, dan
Jika hitung2χ � tabel
2χ , artinya Data berdistribusi Normal.
Dari perhitungan didapat:
hitung2χ = 2.96 dan tabel
2χ = 11.070
Jadi, hitung2χ � tabel
2χ , artinya Data berdistribusi Normal.
Data skor Posttest siswa kelas Eksperimen (XI)
No X No X No X No X
1 80 11 75 21 75 31 55
2 75 12 65 22 80 32 65
3 85 13 80 23 70
4 70 14 70 24 75
5 75 15 75 25 75
6 65 16 80 26 80
7 65 17 75 27 65
8 90 18 75 28 80
9 70 19 65 29 75
10 70 20 70 30 65
Skor terbesar = 90
Skor terkecil = 55
140
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 90 – 55
= 35
Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log (32)
= 1 + 3.3 (1,5)
= 1 + 4.95 = 5.95 ≈ 6
Panjang kelas (i) = BK
R=
6
35 = 5.83 ≈ 6
Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas interval f Nilai tengah
(xi) xi
2 f . xi f . xi
2
1 55 – 60 1 57.5 3306.25 57.5 3306.25
2 61 – 66 7 63.5 4032.25 444.5 28225.75
3 67 – 72 6 69.5 4830.25 417 28981.5
4 73 – 78 10 75.5 5700.25 755 57002.5
5 79 – 84 6 81.5 6642.25 489 39855
6 85 - 90 2 87.5 7656.25 175 15312.5
Jumlah 32 2338 172683.5
Rata-rata ( x )
x = n
fxi�=
32
2338= 73.06 ≈ 73
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
s = )1(
)( 22
−
−� �nn
fxfxn ii =
)132(32
)2338(5.1728332 2
−
−x =
992
5928 = 108.60 = 7.75
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a. Menentukan batas kelas, yaitu:
54.5 60.5 66.5 72.5 78.5 84.5 90.5
b. Mencari nilai Z-Score
Z =
Batas Kelas - x
s
141
Z1 = 75.7
735.54 − = -2.39
Z2 = 75.7
735.60 − = -1.61
Z3 = 75.7
735.66 − = -0.84
Z4 = 75.7
735.72 − = -0.06
Z5 = 75.7
735.78 − = 0.71
Z6 = 75.7
735.84 − = 1.48
Z7 = 75.7
735.90 − = 2.26
c. Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, di dapat:
0.4916 0.4463 0.2995 0.0239 0.2612 0.4306 0.4881
d. Mencari luas tiap interval
0.4916– 0.4463 = 0.0453
0.4463 - 0.2995 = 0.1468
0.2995+0.0239 = 0.3234
0.0239 - 0.2612 = 0.2373
0.2612 - 0.4306 = 0.1694
0.4306 - 0.4881 = 0.0575
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0.0453 x 32 = 1.4496
0.1468 x 32 = 4.6976
0.3234 x 32 = 10.3488
0.2373 x 32 = 7.5936
0.1694 x 32 = 5.4208
0.0575 x 32 = 1.84
142
No Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas Kelas Tiap
Interval fe fo
1 54.5 -2.39 0.4916 0.0453 1.4496 1
2 60.5 -1.61 0.4463 0.1468 4.6976 7
3 66.5 -0.84 0.2995 0.3234 10.3488 6
4 72.5 -0.06 0.0239 0.2373 7.5936 10
5 78.5 0.71 0.2612 0.1694 5.4208 6
6 84.5 1.48 0.4306 0.0575 1.84 2
90.5 2.26 0.4881
� = 32fo
Mencari chi-kuadrat hitung ( hitung2χ )
�=
−=
k
i
hitung
fe
fefo
1
22 )(
χ
hitung2χ =
84.1
)84.13(
4208.5
)4208.56(
5936.7
)5936.710(
3488.10
)3488.106(
6976.4
)6976.47(
4496.1
)4496.11( 222222 −+
−+
−+
−+
−+
−
= 0.139 + 1.128 + 1.827 + 0.762 + 0.061 + 0.013
= 3.93
Nilai tabel2χ untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 -1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, tabel2χ = 11. 070.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika hitung2χ � tabel
2χ , artinya Distribusi data Tidak Normal, dan
Jika hitung2χ � tabel
2χ , artinya Data berdistribusi Normal.
Dari perhitungan didapat:
hitung2χ = 3.93 dan tabel
2χ = 11.070
Jadi, hitung2χ � tabel
2χ , artinya Data berdistribusi Normal.
143
Data skor Pretest siswa kelas Kontrol (XI)
No X No X No X
1 30 11 40 21 60
2 40 12 40 22 50
3 45 13 50 23 40
4 50 14 35 24 25
5 40 15 40 25 40
6 35 16 35 26 50
7 50 17 45 27 40
8 45 18 30 28 45
9 45 19 35 29 50
10 50 20 40 30 40
Skor terbesar = 60
Skor terkecil = 25
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 60 – 25
= 35
Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log (30)
= 1 + 3.3 (1,47)
= 1 + 4.851 = 5.85 ≈ 6
Panjang kelas (i) = BK
R=
6
35 = 5.83 ≈ 6
Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas interval f Nilai tengah
(xi) xi
2 f . xi f . xi
2
1 25 – 30 3 27.5 756.25 82.5 2268.75
2 31 – 36 4 33.5 1122.25 134 4489
3 37 – 42 10 39.5 1560.25 95 15602.5
4 43 – 48 5 45.5 2070.25 227.5 10351.25
5 49 – 54 7 51.5 2652.25 360.5 18565.75
6 55 - 60 1 57.5 3306.25 57.5 3306.5
Jumlah 30 1257 54583.5
144
Rata-rata ( x )
x = n
fxi�=
30
1257= 41,9
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
s = )1(
)( 22
−
−� �nn
fxfxn ii =
)130(30
)1257(5.5458330 2
−
−x=
870
57456= 0413.66 = 8.13
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a. Menentukan batas kelas, yaitu:
24.5 30.5 36.5 42.5 48.5 54.5 60.5
b. Mencari nilai Z-Score
Z =
Z1 = 13.8
9.415.24 − = -2.14
Z2 = 13.8
9.415.30 − = -1.40
Z3 = 13.8
9.415.36 − = -0.66
Z4 = 13.8
9.415.42 − = 0.07
Z5 = 13.8
9.415.48 − = 0.81
Z6 = 13.8
9.415.54 − = 1.55
Z7 = 13.8
9.415.60 − = 2.29
c. Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, didapat:
0.4838 0.4192 0.2454 0.0279 0.2910 0.4394 0.4890
Batas Kelas - x
s
145
d. Mencari luas tiap interval
0.4838 – 0.4192 = 0.0646
0.4192 - 0.2454 = 0.1738
0.2454 + 0.0279 = 0.2733
0.0279 - 0.2910 = 0.2631
0.2910 - 0.4394 = 0.1484
0.4394 - 0.4890 = 0.0496
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0.0646 x 30 = 1.938
0.1738 x 30 = 5.214
0.2733 x 30 = 8.199
0.2631 x 30 = 7.893
0.1484 x 30 = 4.452
0.0496 x 30 = 1.488
No Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas Kelas Tiap
Interval fe fo
1 24.5 -2.14 0.4838 0.0646 1.938 3
2 30.5 -1.40 0.4192 0.1738 5.214 4
3 36.5 -0.66 0.2454 0.2733 8.199 10
4 42.5 0.07 0.0279 0.2631 7.893 5
5 48.5 0.81 0.2910 0.1484 4.452 7
6 54.5 1.55 0.4394 0.0496 1.488 1
60.5 2.29 0.4890
� = 30fo
Mencari chi-kuadrat hitung ( hitung2χ )
�=
−=
k
i
hitung
fe
fefo
1
22 )(
χ
hitung2χ =
488.1
)488.11(
452.4
)452.47(
893.7
)893.75(
199.8
)199.810(
214.5
)214.54(
938.1
)938.13( 222222 −+
−+
−+
−+
−+
−
= 0.58 + 0.28+ 0.39 + 1.06 + 1.45 + 0.16
= 3.92
Nilai tabel2χ untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 -1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, tabel2χ = 11. 070.
146
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika hitung2χ � tabel
2χ , artinya Distribusi data Tidak Normal, dan
Jika hitung2χ � tabel
2χ , artinya Data berdistribusi Normal.
Dari perhitungan didapat:
hitung2χ = 3.92 dan tabel
2χ = 11.070
Jadi, hitung2χ � tabel
2χ , artinya Data berdistribusi Normal.
Data skor Posttest siswa kelas Kontrol (XI)
No X No X No X
1 45 11 50 21 80
2 50 12 50 22 65
3 55 13 75 23 70
4 65 14 70 24 55
5 50 15 50 25 65
6 65 16 55 26 55
7 70 17 65 27 45
8 65 18 40 28 65
9 65 19 55 29 70
10 65 20 50 30 50
Skor terbesar = 80
Skor terkecil = 40
Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 80 – 40
= 40
Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log (30)
= 1 + 3.3 (1,47)
= 1 + 4.851 = 5.85 ≈ 6
Panjang kelas (i) = BK
R=
6
40 = 6.66 ≈ 7
147
Batas Kelas - x
s
Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas interval f Nilai tengah
(xi) xi
2 f . xi f . xi
2
1 39 – 45 3 42 1764 126 5292
2 46 – 52 7 49 2401 343 16807
3 53 – 59 5 56 3136 280 15680
4 60 – 66 9 63 3969 567 35721
5 67 – 73 4 70 4900 280 19600
6 74 – 80 2 77 5929 154 11858
Jumlah 30 1750 104958
Rata-rata ( x )
x = n
fxi�=
30
1750= 58.33
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
s = )1(
)( 22
−
−� �nn
fxfxn ii =
)130(30
)1750(10495830 2
−
−x=
870
86240= 1264.99 = 9.95
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a. Menentukan batas kelas, yaitu:
38.5 45.5 52.5 59.5 66.5 73.5 80.5
b. Mencari nilai Z-Score
Z =
Z1 = 95.9
33.585.38 − = -1.19
Z2 = 95.9
33.585.45 − = -1.29
Z3 = 95.9
33.585.52 − = -0.59
Z4 = 95.9
33.585.59 − = 0.12
Z5 = 95.9
33.585.66 − = 0.82
Z6 = 95.9
33.585.73 − = 1.52
Z7 = 95.9
33.585.80 − = 2.28
148
c. Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, didapat:
0.4767 0.4015 0.2224 0.0478 0.2939 0.4357 0.4887
d. Mencari luas tiap interval
0.4767 – 0.4015 = 0.0752
0.4015 - 0.2224 = 0.1791
0.2224 + 0.0478 = 0.2702
0.0478 - 0.2939 = 0.2461
0.2939 - 0.4357 = 0.1418
0.4357 - 0.4887 = 0.0530
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0.0752 x 30 = 2.256
0.1791 x 30 = 5.373
0.2702 x 30 = 8.106
0.2461 x 30 = 7.383
0.1418 x 30 = 4.254
0.0530 x 30 = 1.590
No Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas Kelas Tiap
Interval fe fo
1 38.5 -1.19 0.4767 0.0752 2.256 3
2 45.5 -1.29 0.4015 0.1791 5.373 7
3 52.5 -0.59 0.2224 0.2702 8.106 5
4 59.5 0.12 0.0478 0.2461 7.383 9
5 66.5 0.82 0.2939 0.1418 4.254 4
6 73.5 1.52 0.4357 0.0530 1.590 2
80.5 2.28 0.4887
� = 30fo
Mencari chi-kuadrat hitung ( hitung2χ )
�=
−=
k
i
hitung
fe
fefo
1
22 )(
χ
149
hitung2χ =
590.1
)590.12(
254.4
)254.44(
383.7
)383.79(
106.8
)106.85(
373.5
)373.57(
256.2
)256.23( 222222 −+
−+
−+
−+
−+
−
= 0.086 + 0.0492+ 1.190 + 0.354 + 0.015 + 0.105
= 2.24
Nilai tabel2χ untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 -1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, tabel2χ = 11. 070.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika hitung2χ � tabel
2χ , artinya Distribusi data Tidak Normal, dan
Jika hitung2χ � tabel
2χ , artinya Data berdistribusi Normal.
Dari perhitungan didapat:
hitung2χ = 2.24 dan tabel
2χ = 11.070
Jadi, hitung2χ � tabel
2χ , artinya Data berdistribusi Normal.
B. Uji Homogenitas dengan Bartlet
Homogenitas Pretest
Sampel dk = n - 1 Si Log Si (dk) Log Si
XI
(Eksperimen) 31 81.1452 1.9093 59.1883
XI
(Kontrol) 29 66.0413 1.8198 52.7742
Jumlah = 2 � − )1(n = 60 111.9625
Varians Gabungan
S = � −
−+−
)1(
)1()1( 2211
n
SnSn=
60
)0143.6629()1452.8131( xx +=
60
1977.915.15012.515.2 +
= 60
6989.430.4= 73.84
Log S = Log 73.84 = 1.8682
B = (Log S) x � − )1(n = 1.8682 x 60 = 112.092
150
hitung2χ = (ln 10) x (B - � Logdk )( Si)
= (2.3) x (112.092 - 111.9625)
= (2.3) x (0.1295)
= 0.2978
= 0.298
tabel2χ untuk (dk) = k -1 = 2 – 1 = 1 dengan α = 0.05 didapat:
tabel2χ = 3.841
Dengan kriteria pengujian:
Jika hitung2χ � tabel
2χ , berarti tidak Homogen
Jika hitung2χ � tabel
2χ , berarti Homogen
Dari perhitungan didapat:
hitung2χ = 0.298 dan tabel
2χ = 3.841
Ternyata hitung2χ � tabel
2χ atau 0.298 � 3.841, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
Homogenitas Posttest
Sampel dk = n - 1 Si Log Si (dk) Log Si
XI
(Eksperimen) 31 60.1088 1.7789 55.1459
XI
(Kontrol) 29 99.1264 1.9961 57.8869
Jumlah = 2 � − )1(n = 60 113.0328
Varians Gabungan
S = � −
−+−
)1(
)1()1( 2211
n
SnSn=
60
)1264.9929()1088.6031( xx +=
60
6656.874.23728.863.1 +
= 60
0384.738.4= 78.96
151
Log S = Log 78.96 = 1.8974
B = (Log S) x � − )1(n = 1.8974 x 60 = 113.844
hitung2χ = (ln 10) x (B - � Logdk )( Si)
= (2.3) x (113.844 - 113.0328)
= (2.3) x (0.8112)
= 1.86576
= 1.866
tabel2χ untuk (dk) = k -1 = 2 – 1 = 1 dengan α = 0.05 didapat:
tabel2χ = 3.841
Dengan kriteria pengujian:
Jika hitung2χ � tabel
2χ , berarti tidak Homogen
Jika hitung2χ � tabel
2χ , berarti Homogen
Dari perhitungan didapat:
hitung2χ = 1.866 dan tabel
2χ = 3.841
Ternyata hitung2χ � tabel
2χ atau 1.866 � 3.841, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
C. Uji Hipotesis
1. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Hipotesis yang diajukan:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X � Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
152
Kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0.95.
Jika thitung � –ttabel atau ttabel � thitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0.95.
Uji-t
21
21
11
nnS
xxt
g +
−=
−−
dengan:
2
)1()1(
21
2
22
2
11
−+
−+−=
nn
SnSnS g
23032
04.66)130(14.81)132(
−+
−+−=
xxS g
= 60
500.690.2= 842.44 = 6.69
Sehingga
30
1
32
169.6
9.4143
+
−=t =
60.069.6
1.1
x= 0.27
ttabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 2) = 60 dengan α = 2.00
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa thitung berada di daerah
penerimaan Ho, yaitu –ttabel < thitung < ttabel atau –2.00 < 0.27 < 2.00. Dengan
demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0.95 hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Hipotesis yang diajukan:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
153
Ha : X � Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0.95.
Jika thitung � –ttabel atau ttabel � thitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0.95.
Uji-t
21
21
11
nnS
xxt
g +
−=
−−
dengan:
2
)1()1(
21
2
22
2
11
−+
−+−=
nn
SnSnS g
23032
13.99)130(11.60)132(
−+
−+−=
xxS g
= 60
18.738.4= 96.78 = 8.08
Sehingga
30
1
32
108.8
6273
+
−=t =
60.008.8
11
x= 2.27
ttabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 2) = 60 dengan α = 2.00
Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung sebesar
2.27 dan ttabel = 2.00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian ttabel � thitung atau
2.00 � 2.27. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan
0.95, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok
kontrol.
154
D. Uji Normal Gain
Normal Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol Eksperimen Kontrol
No Pretest Posttest N_Gain No Pretest Posttest N_Gain
1 50 80 0.60 1 30 45 0.21
2 45 75 0.54 2 40 50 0.16
3 60 85 0.63 3 45 55 0.18
4 35 70 0.54 4 50 65 0.30
5 50 75 0.50 5 40 50 0.16
6 40 65 0.41 6 35 65 0.46
7 40 65 0.41 7 50 70 0.40
8 60 90 0.75 8 45 65 0.36
9 40 70 0.50 9 45 65 0.36
10 55 70 0.55 10 50 65 0.30
11 40 75 0.58 11 40 50 0.16
12 30 65 0.50 12 40 50 0.16
13 45 80 0.63 13 50 75 0.50
14 40 70 0.50 14 35 70 0.53
15 50 75 0.50 15 40 50 0.16
16 50 80 0.60 16 35 55 0.30
17 50 75 0.50 17 45 65 0.36
18 45 75 0.54 18 30 40 0.14
19 40 65 0.41 19 35 55 0.30
20 40 70 0.50 20 40 50 0.16
21 40 75 0.58 21 60 80 0.50
22 45 80 0.63 22 50 65 0.30
23 35 70 0.54 23 40 70 0.50
24 35 75 0.61 24 25 55 0.40
25 35 75 0.61 25 40 65 0.08
26 50 80 0.60 26 50 55 0.40
27 30 65 0.50 27 40 45 0.25
28 50 80 0.60 28 45 65 0.36
29 50 75 0.50 29 50 70 0.40
30 40 65 0.35 30 40 50 0.16
31 25 55 0.50 Rata-Rata Normal Gain 0.30
32 35 65 0.46 S2
0.03628
Rata-Rata Normal Gain 0.62
S2
0.00502
score posttest – score pretest
N-gain =
score ideal - score pretest
155
Data Normal Gain Hasil Belajar Kimia Siswa
Kelompok
Sampel
Rata-rata
Normal Gain Kategori
Gain
Terendah
Gain
tertinggi S
2
Eksperimen 0.62 Sedang 0.35 0.75 0.00502
Kontrol 0.30 Rendah 0.08 0.53 0.03628
Uji-t
21
21
11
nnS
xxt
g +
−=
−−
dengan:
2
)1()1(
21
2
22
2
11
−+
−+−=
nn
SnSnS g
23032
04.0)130(01.0)132(
−+
−+−=
xxS g
= 60
47.1= 0245.0 = 0.16
Sehingga
30
1
32
116.0
30.0615.0
+
−=t =
60.016.0
315.0
x= 3.28
ttabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 2) = 60 dengan α = 2.00
Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung sebesar 3.28 dan
ttabel = 2.00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian ttabel � thitung atau 2.00 � 3.28.
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0.95, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara normal gain
kelompok eksperimen dengan normal gain kelompok control.
156
Lampiran 14
157
Lampiran 15
158
Lampiran 16
159
Lampiran 17
160
161
162
163
M. Ikhwanudin Al Fatakh, Lahir di Brebes pada
tanggal 9 Desember 1983 dari pasangan H. MArjuki dan
Hj. Shopiyah. Bertempat tinggal di Jl. Dharmaloka No.
136 Rt.02/02 Kertasari Luwungragi Kec. Bulakamba
Kab. Brebes 52253. Sejak kecil tinggal di Brebes dan
menempuh pendidikan dasar di SDN Luwungragi 2 –
Brebes dan lulus pada tahun 1997, kemudian pendidikan
lanjutan tingkat pertama di SLTPN 1 Bulakamba –
Brebes dan lulus pada tahun 2000, kemudian di
lanjutukan ke pendidikan menengah di SMUN 2 Brebes, Jurusan IPA dan lulus
pada tahun 2003, kemudian kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan IPA bidang studi Kimia
lulus pada tahun 2010.