Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL BLENDED LEARNIG TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP
ALAT OPTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
WAFIQOH ZAKIAH
NIM: 1113016300060
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengaruh Model Blended Lerning terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Alat Optik disusun
oleh Wafiqoh Zakiah, NIM 1113016300060, Jurusan Tadris Fisika,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada ujian/sidang munaqasyah
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 27 Maret 2020
Yang Mengesahkan,
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iv
ABSTRAK
Wafiqoh Zakiah, 1113016300060. Pengaruh Model Blended Lerning terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Alat Optik. Skripsi Program
Studi Tadris Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa
pada materi alat optik yang disebabkan karena kegiatan pembelajaran masih
berpusat pada guru. sehingga kurang menstimulus dan melatih keterampilan
berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
blended lerning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep alat
optik. Penelitian dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat pada tanggal 11
Februari sampai 21 Februari 2020. Sampel diambil secara purposive sampling
yang terdiri dari Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2
sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kedua kelas sama yaitu 29 siswa, total sampel
penelitian berjumla 58 siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi
experiment sedangkan nonequivalent control group design digunakan sebagai
desain penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes uraian
sebanyak 10 butir soal berdasarkan sub indikator berpikir kritis Robert H. Ennis,
kemudian jawaban siswa dianalisis menggunakan uji parametrik. Adapun uji
statisitik yang digunakan adalah uji-T. Hasil pengujian hipotesis dengan paired
samples t test pada α = 0,05 diperoleh nilai symp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,001
kesimpulan yang didapat adalah H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat
perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Dengan demikian, model blended lerning terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
meningkat lebih tinggi (N-gain 0,63 (sedang)), dibandingkan dengan kelas kontrol
(N-gain 0,33 (sedang)). Peningkatan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
masih rendah pada indikator Menjawab pertanyaan klarifikasi (N-gain 0,43),
diperlukan praktikum yang sesuai dengan indikator soal pada tahapan apply.
Kata kunci: Blended Learning, keterampilan berpikir kritis, Alat Optik.
v
ABSTRACT
Wafiqoh Zakiah, 1113016300060. The Effects of Model Blended Learning
towards Student’s Critical Thinking Skills on Optical Instrument Materials.
Skripsi of Physiscs Education Department Programme, Faculty of Tarbiyah and
Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2020.
The research was supported by low level of critical thinking skills of students on
the material heat and temperature caused by learning activities is still teacher-
centered so that it doesn’t stimulate and train students’ critical thinking skills.
The objective of this study is to know the effects of applying model blended
learning towards student’s critical thinking skills on heat and temperature
materials. The research was appliedin SMA Muhammadiyah 8 Ciputat on 11
February until 21 February 2020. Samples were taken by purposive sampling
contain XI IPA 1 (experiment class) and XI IPA 2 (controlled class). The number
of students of both classes are 29 students, total samples are 58 students. The
research method used is quasi experiment and nonequivalent control group
design is used to design the research. The instrument used in the research was 10
essay items. The 10 items are based on critical thinking sub-indicator Robert H.
Ennis, The students answered sheets are analyzed used parametric test. Statistic
test used is t-test. The result showed paired samples t-test on α = 0,05 showed
symp value. Sig. (2-tailed) 0,001 which mean H0 is rejected H1 accepted. There
are differences of students critical thinking skills in experiment class and
controlled class. The model of Beanded learning has significant effects towards
student’s critical thinking skills. Student’s critical thinking skills on experiment
class are higher (N-gain 0,63 (medium)) than controlled class (N-gain 0,33
(medium)). The results showed that the model blended learning can be used as a
choice to improve critical thinking skills. The lowest increase in experiment class
is indicator answering clarification questions (N-gain 0,43), a practicum is
needed in accordance with the sub-indicator questions at the apply stage.
Key words: Bleanded Learning Model, Critical Thinking Skills, Optical
Instrument.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model
Blended Lerning terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep
Alat Optik”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita semua selaku
umatnya hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal‟alamiin.
Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih
tersebut disampaikan kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku ketua Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ai Nurlaela, M.Si., tersayang selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
memberikan saran kepada peneliti selama proses pembuatan skripsi ini.
4. Erina Hertanti, M.Si., tercinta selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan peneliti selama menjadi mahasiswa
pendidikan fisika.
5. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Tadris Fisika yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses
perkuliahan.
6. Hafidz Umar, SE., selaku Kepala SMA Muhammadiyah 8 Ciputat yang telah
memberikan izin melakukan penelitian di SMA tersebut.
7. Dewan guru, staf, karyawan dan siswa-siswi Muhammadiyah 8 Ciputat
khususnya kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 tahun ajaran 2019/2020.
vii
8. Keluarga tercinta, Ibunda Yunanih, Ayahanda (alm) Rusli dan Dinda Azella,
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan yang luar
biasa kepada peneliti.
9. Sahabat-sahabatku, Dena Nur‟aida, Fatimah, Yuli Rahmah, Dwi Sugiarti, dan
Succy yuliawati, Khairul abdan, Ali Fikri Abdillah yang telah membantu
peneliti dalam penyusunan skripsi.
10. Keluarga Besar Tadris Fisika 2013 yang senantiasa menjadi keluarga selama
di perantauan, tempat peneliti berproses untuk menjadi lebih baik.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bentuk bantuan, dorongan, saran dan bimbingan yang
diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.
Amin.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
peneliti harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, Maret 2020
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG .................... Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................... 3
ABSTRAK .......................................................................................................... 4
ABSTRACT ....................................................................................................... 4
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 6
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............................ 7
A. Deskripsi Teoritis ................................................................................... 7
1. Model Blended Learning .................................................................... 7
2. Keterampilan Berpikir Kritis ............................................................ 13
3. Google Classroom ............................................................................ 20
4. Kajian Materi Subjek Alat Optik ...................................................... 24
B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 35
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 37
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 40
B. Metode dan Desain Penelitian .............................................................. 40
C. Prosedur Penelitian ............................................................................... 41
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 43
E. Populasi dan Sampel ............................................................................ 43
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 43
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ....................................................... 44
2. Angket Respon Siswa ....................................................................... 44
G. Instrumen Penelitian ............................................................................. 44
ix
H. Kalibrasi Instrumen Tes ....................................................................... 45
1. Uji Validitas ..................................................................................... 45
2. Uji Reliabilitas ................................................................................. 47
3. Taraf Kesukaran ............................................................................... 48
4. Daya Pembeda ................................................................................. 49
5. Instrumen Nontes (Angket) .............................................................. 51
I. Teknik Analisis Data ............................................................................ 54
1. Uji Normalitas .................................................................................. 54
2. Uji Homogenitas .............................................................................. 55
3. Uji Hipotesis .................................................................................... 56
4. N-Gain (Normal Gain) ..................................................................... 56
5. Angket Data Nontes ......................................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 60
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 60
1. Data Hasil Pretest ............................................................................ 60
2. Data Hasil Posttest ........................................................................... 62
3. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa .............................. 64
4. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Per
Indikator .......................................................................................... 65
5. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ................................................ 66
6. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 68
7. Hasil Analisis Angket ....................................................................... 69
B. Pembahasan ......................................................................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 61
A. Kesimpulan .......................................................................................... 61
B. Saran .................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta konsep Alat-alat Optik ........................................................ 24
Gambar 2.2 Bagian-bagian Mata .................................................................... 25 Gambar 2.3 Bagian-bagian Kamera ............................................................... 28
Gambar 2.4 kaca pembesar dan bayangan yang dibuatnya .......................... 29 Gambar 2.5 mikroskop .................................................................................... 30
Gambar 2.6 pembentukan bayangan pada teropong bintang ........................ 33 Gambar 2.7 pembentukan bayangan pada teropong bumi ............................ 34
Gambar 2.8 pembentukan bayangan pada teropong panggung .................... 34 Gambar 2.9 pembentukan bayangan pada teropong pantul.......................... 35
Gambar 2.10 Keerangka Berpikir .................................................................. 39
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian .................................................................... 42
Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Skor Pretest Keterampilan berpikir
kritis ............................................................................................. 61
Gambar 4. 2 Diagram Batang Distribusi Skor Postest Keterampilan berpikir
kritis ............................................................................................. 63
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 sintaks model Blended Learning ..................................................... 12
Tabel 2. 2 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ........................................ 15
Tabel 2. 3 Kelebihan dan Kekurangan Google Classroom ............................. 22
Tabel 3. 1 Desain Penelitian ............................................................................. 41
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ......................... 44
Tabel 3. 3 Kategori Validitas ........................................................................... 46
Tabel 3. 4 Interpretasi Koefisien Korelasi ...................................................... 46
Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes .................................................. 47
Tabel 3. 6 Kriteria Penafsiran Indeks Reliabilitas ......................................... 47
Tabel 3. 7 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 48
Tabel 3. 8 Klasifikasi Indeks Kesukaran ........................................................ 49
Tabel 3. 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran ............................................................. 49
Tabel 3. 10 Klasifikasi Daya Pembeda ............................................................ 50
Tabel 3. 11 Hasil Uji Daya Pembeda ............................................................... 50
Tabel 3. 12 Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket) ........................................... 51
Tabel 3. 13 Kriteria Pengujian N-Gain ........................................................... 57
Tabel 3. 14 Skala Penilaian Angket ................................................................. 57
Tabel 3. 15 Interpretasi Presentase Angket .................................................... 58
Tabel 4. 1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest ............... 62
Tabel 4. 2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest .............. 64
Tabel 4. 3 Rata-rata Hasil Perhitungan N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ........................................................................................... 65
Tabel 4. 4 Rata-rata N-gain Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
........................................................................................................ 65
Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................................................... 66
xii
Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................................................... 67
Tabel 4. 7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ..................... 68
Tabel 4. 8 Respon Ketertarikan Siswa Terhadap Pembelajaran Model
Blended Learning Berbantuan Google Classroom ......................... 69
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. 1 lembar wawancara guru pada studi pendahuluan ................ 81
Lampiran A. 2 RPP Kelas Eksperimen........................................................... 84
Lampiran A. 3 RPP Kelas Kontrol ............................................................... 103
Lampiran B. 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ....................... 123
Lampiran B. 2 Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ...................................... 125
Lampiran B. 3 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ................................ 149
Lampiran B. 4 Soal Tes yang Digunakan ..................................................... 158
Lampiran B. 5 Instrumen Nontes .................................................................. 170
Lampiran C. 1 Hasil Pretest ........................................................................... 181
Lampiran C. 2 Hasil Posttest ......................................................................... 183
Lampiran C. 3 Hasil Olah Data Pretest dan Posttest .................................... 185
Lampiran C. 4 Uji Normalitas Hasil Pretest................................................. 191
Lampiran C. 5 Uji Normalitas Hasil Posttest ............................................... 192
Lampiran C. 6 Uji Homogenitas Hasil Pretest .............................................. 194
Lampiran C. 7 Uji Homogenitas Hasil Posttest ............................................ 195
Lampiran C. 8 Uji Hipotesis Hasil Pretest .................................................... 196
Lampiran C. 9 Uji Hipotesis Hasil Posttest ................................................... 197
Lampiran C. 10 Uji N-gain ............................................................................ 198
Lampiran C. 11 Hasil Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis
perindikator ............................................................................. 200
Lampiran D. 1 Surat Keterangan Penelitian ................................................ 202
Lampiran D. 2 Dokumentasi Penelitian ........................................................ 203
Lampiran D. 3 Uji Referensi ......................................................................... 206
Lampiran D. 4 Daftar Riwayat Hidup Penulis ............................................. 213
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma belajar bagi peserta didik menurut kurikulum 2013 adalah
peserta didik aktif mencari bukan lagi peserta didik menerima. Oleh karena itu,
pembelajarannya harus dikembangkan berdasarkan basis kegiatan, bersifat
interaktif dan partisipatif.1 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I ayat (1) dikemukakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2
Pendidikan abad-21 di Indonesia mengharuskan Indonesia menghasilkan
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang tinggi dan mampu
bersaing secara global di masa mendatang. Lebih spesifiknya kompetensi berpikir
dan berkomunikasi yang sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam
proses pembelajaran, salah satunya adalah pelajaran fisika. Namun, pada
kenyataannya kemampuan berpikir kritis serta kemampuan berkomunikasi yang
baik pada siswa belum merata di Indonesia.
Penyebab kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa yaitu karena
kerapkali dalam proses pembelajaran guru masih menjadi pusat pembelajaran.
Guru menjadi pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai objek penerima
informasi saja. Sehingga siswa kurang mengoptimalkan kemampuannya untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis. Selain itu guru
belum menstimulus keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran yang
berlangsung. Salah satu tujuan pembelajaran fisika adalah mengembangkan
1 Sunardi dan Siti Zaenab, Buku Guru FISIKA, (Bandung: Yrama Widya, 2014), cet.1, h. 7 2 Drs. Zainal Arifin M.Pd, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), cet.5, h.40
2
kemampuan menalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.3
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru SMA Swasta di daerah
Tangerang Selatan diperoleh informasi bahwa materi alat optik memiliki banyak
sub-materi, namun tidak dapat tersampaikan karena keterbatasan waktu. Sehingga
guru cenderung memberikan penugasan individu. Hal tersebut yang menjadikan
salah satu faktor peserta didik kurang dapat memahami materi alat optik.
Era digital memberikan dampak yang positif terhadap dunia kependidikan.
Perkembangan internet ini bisa dimanfaatkan untuk pendidikan/pembelajaran,
maka dari itu materi belajar perlu dikemas secara berbeda dengan penyampaian
yang berbeda pula.4 Bedasarkan hasil survei yang dilakukan kominfo dan
UNICEF terkait dengan penggunaan internet bagi remaja menurut data terbaru,
setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna
internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi
yang mereka gunakan.5
Keterbukaan siswa dengan internet dapat dimanfaaatkan sebagai penunjang
proses pendidikan pada materi yang sedang mereka pelajari. Dengan waktu luang
yang dimiliki siswa di luar jam sekolah siswa dapat belajar mandiri dengan
memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia.
Pembelajaran yang dulunya hanya dapat dilakukan dikelas saja, kini sudah mulai
dapat digantikan dengan cara online.6
Dampak yang besar dan luas dari teknologi internet adalah kemunculan dari
model e-learning, model pembelajaran ini sebagian dari dampak industrialisasi
pendidikan. Hal ini disebabkan adanya produk teknologi, yaitu komputer sebagai
genre yang dimanfaatkan sehubungan dengan model e-learning. Istilan e-
learning berdampingan dengan istilah yang lain seperti m-learning, web-based
learning, hybrid/blended learning. Semuanya bermunculan begitu saja seolah-
3 Zainal Arifin,. Op. Cit., h.6 4 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung:Alfabeta,2013) h.313
5 Gatot S. Dewa Broto (Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo), “Riset
Kominfo dan UNICEF mengenai perilaku anak dan remaja dalam menggunakan internet”,
https://kominfo.go.id, pada tanggal 16 Januari 2017 pukul 19:28 6Ibid.,
3
olah memang semua mengacu pada barang yang sama. Padahal, setiap istilah ini
dalam kerangka pendidikan bermakna lain.7
Sekalipun teknologi pembelajaran online memungkinkan pembelajaran
dilakukan secara penuh, namun kesempatan itu tidak dipilih. Interaksi satu sama
lain untuk dapat berkomunikasi langsung secara tatap muka masih dibutuhkan.8
Menurut Dr. Rustaman, ada tiga alasan mengapa forum tatap muka masih
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Alasan tersebut adalah:
1. Perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme belajar yang akan
dilalui bersama secara langsung dengan semua peserta didik. Keberhasilan
sebuah proses pembelajaran juga ditentukan oleh pemahaman peserta didik
tentang apa, mengapa, dan bagaimana proses belajar dan mengerjakan tugas
akan berlangsung.
2. Perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap peserta didik.
3. Perlu pemberian pelatihan secukupnya dalam menggunakan media teknologi
yang akan digunakan kepada setiap peserta didik.9
Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran di luar sekolah dengan memanfaatkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi tanpa menghilangkan kegiatan pembelajaran tatap
muka di sekolah menggunakan model pembelajaran yang mendorong peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, yaitu dengan model
blended learning. Dengan menggunakan jejaring sosial dalam Blended learning
maka peserta didik dapat mengulang kembali materi pembelajarannya sehingga
peserta didik lebih memahami materi pelajarannya.
Hal ini sesuai didukung oleh penelitian yang yang telah dilakukan oleh dian
lestari, dkk bedasarkan penelitianya pembelajaran blended learning yang
dilakukan menghasilkan siswa meiliki keterampilan berpikir kritis siwa dengan
7 Dewi salma prawiradilaga, Mozaik teknologi pendidikan e-learning, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013) h. 2 8 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi
Kedua, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010) cet.6, h.337. 9 Ibid., h.338
4
kategori sangat tinggi. Sehingga menunjukkan bahwa pembelajaran blended
learning memberikan ketertarikan tinggi pada siswa.10
Sesuai dengan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Blended Learning Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Pada Konsep Alat Optik”. Diharapkan dengan menerapkan
pembelajaran ini akan mampu meningkatkan keaktifan dan keseriusan siswa
dalam mengikuti pembelajaran fisika sehingga dapat memperbaiki hasil belajar
fisika serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dengan mengacu latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan teknik pembelajaran saat ini yang masih berpusat pada aktivitas
guru tidak sesuai dengan kurikulum 2013.
2. Model pembelajaran yang kurang bervariasi pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
3. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Alat optik masih menjadi konsep fisika yang memiliki keterbatasan waktu
untuk disampaikan materinya dikelas.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah maka penetlitian hanya dibatasi pada:
1. Penerapan model ini sebagai pembelajaran siswa untuk menunjang keaktifan
siswa secara individual personal dengan mengkombinasikan keunggulan dari
pembelajaraan tatap muka dan online.
2. Google Classroom sebagai sarana informatif, imperatif serta diskusi yang
akan digunakan.
3. Materi fisika yang dipilih pada penelitian ini adalah Alat Optik
10
Dian Lestari, Sri Mulyani, Susanti., “Pengembangan Perangkat Blended Learning Sistem Saraf Manusia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis”,. (Journal OF Innovative Science Education JISE 5
(1), 2016)
5
4. Keterampilan berpikir kritis yang dirujuk menurut ahli Robert H. Ennis dan
Keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur hanya dibatasi pada indikator:
memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
menyimpulkan, dan mengatur strategi dan taktik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini, yaitu:
1. Apakah model Blended Learning berbantuan Google Classroom berpengaruh
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep alat optik?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep alat
optik antara pembelajaran Blended Learning berbantuan Google Classroom
dengan konvensional?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan model
Blended Learning berbantuan Google Classroom?
E. Tujuan Penelitian
Bedasarkan pemaparan identifikasi masalah serta rumusan masalah maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melihat pengaruh dari blended learning yang ditambahkan pada konsep fisika
alat optik untuk melihat keteraampilan berpikir kritis siswa.
2. Mengetahui bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada
konsep alat optik antara pembelajaran Blended Learning berbantuan Google
Classroom jika dibandingkan denganpembelajaran konvensional
3. Melihat respon siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan model
Blended Learning berbantuan Google Classroom
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan, sebagai berikut:
1. Sebagai masukan dalam perbaikan pembelajaran fisika khususnya dan
pembelajaran sains lainnya pada umumnya.
6
2. Sebagai pengalaman dan menambah wawasan sehingga penerapan
pembelajaran model Blended Learning ini dapat diaplikasikan lebih baik lagi
dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
pendidikan.
3. Sebagai bahan masukan bagi rekan guru-guru lain dalam pelaksanaan
pembelajaran fisika di tingkat SMA.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Blended Learning
Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce&Weil, 1980:1). Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaram yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.11
Blended Learning merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Inggris yang
terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended artinya campuran atau
kombinasi yang baik. Blended Learning ini pada dasarnya merupakan gabungan
keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka dan secara virtual.12
Menurut Singgih Prihadi Blended Learning merupakan kolaborasi antara
pembelajaran tatap muka di kelas dan pembelajaran online, dapat melalui portal e-
learning, website, dan jejaring sosial.13
Menurut Garrinson (2008) menyebutkan bahwa “Blended Learning is the
thoughtful fusion of face to face and online learning experiences” maksudnya
pembelejaran Blended Learning adalah perpaduan yang tepat antara pembelajaran
tatap muka dan pembelajaran online.14
Berbeda dengan Ida Safitri, dkk
mengatakan Blended Learning merupakan kombinasi dari pembelajaran tatap
muka dengan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi.15
Sedangkan menurut
Hidayati (2013) menyebutkan beberapa definisi dari Blended Learning
11
Dr. Rusman, M.Pd., op. cit, hal. 133 12 Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning), (Jakarta: Prestasi pustakaraya,
2014), h.11. 13 Singgih Prihadi, Model Blended Learning Teori dan Praktek dalam Pembelajaran
Geografi, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2013), h.153. 14
Iga Setia Utami, “Praktikalitas Model Blended Learning Pada Pembelajaran Jaringan
Dasar di SMK”, Jurnal Iptek Terapan, vol.11, 2017, h.235. 15 Ida Safitri, Nathan Hindarto, dan Ellianawati, “Penerapan Blended Learning Pada Teori
Heat Transfer untuk Meningkatkan Creative Thingking”, Jurnal Pendidikan, vol.1, 2012, h.9.
7
diantaranya adalah integrasi pembelajaran tradisional dengan web online;
perpaduan serta kombinasi sejumlah media dan kombinasi pendekatan
pembelajaran yang melibatkan unsur teknologi dalam penerapannya.16
Jadi, Blended Learning adalah model pembelajaran yang menggabungkan
tatap muka dan online melalui e-learning menjadi media yang memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran. sehingga ada perubahan pola pengajaran,
Blended Learning merupakan pola pengajaran yang mengkombinasikan
pembelajaran konvensional (face to face) dan online.
Tujuan blended learning adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang baik
dimana pembelajaran konvensional (tatap muka) memungkinkan untuk
melakukan pembelajaran secara interaktif, sedangkan metode online dapat
memberikan materi secara online tanpa batas ruang dan waktu sehingga dapat
dicapai pembelajaran yang maksimal.17
Blended leraning pada kegiatan pembelajaran online perlu dikemas agar
penyajian bahan ajarnya menjadi menarik, misalkan, dalam bentuk vidio dan
animasi. Bahan ajar dalam bentuk vidio dan animasi dapat dikemas dalam
Learning Management System, misalnya dengan menggunakan program Moodle.
16 Iga Setia Utami, “Pengujian Validitas Model Blended Learning di Sekolah Menengah
Kejuruan”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik elektro, vol.2, 2017, h.3. 17
Ariesta Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan,
(Yogyakarta:Graha Ilmu,2012) h.169
8
Dalam sistem blended learning, asesmen dilakukan dengan dua cara, yaitu online
dan tatap muka.18
Sementara itu, Carmen menyebutkan lima kunci sebagai pedoman bagi kita
untuk meramu resep yang tepat bagi blended leraning yang akan kita lakukan:19
`
Pertama adalah live event, yakni pembelajaran langsung atau tatap muka
(instructor-led instruction) yang berlangsung secara sinkron dalam waktu dan
tempat yang sama (yakni ruang kelas) ataupun waktu sama tapi tempatnya
berbeda (sepeti kelas maya [virtual classroom]), kedua adalah pembelajaran
mandiri (self-paced learning), yaitu mengkombinasikan pembelajaran mandiri
yang memunkinkan peserta belajar kapan saja dan dimana saja denga
menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk
belajar mandiri baik berdasarkan teks maupun multimedia, ketiga adalah
kolaborasi (colhlaboration), yakni mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi
pengajar maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa bersifat
lintas sekolah/kampus. keempat adalah asesmen, yakin cara untuk megukur
keberhasilan belajar (teknik asesmen) dalam proses pembelajaran. Dalam blended
learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis asesmen, baik yang
bersifat tes maupun notes, atau tes yang lebih bersifat otentik (asesmen/portofolio
otentik) dalam bentuk proyek, produk dan lain-lai. Disamping itu, ramuan antara
bentuk-bentuk asesmen online dan asesmen offline juga perlu dipertimbangkan,
dan kelima adalah materi pendukung kinerja (performance suport material), yakni
memastikan sumber daya yang ada untuk mengkombinasikan pembelajaran tatap
muka dalam melas dan tatap muka virtual.20
a. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
1) Kelebihan blended learning
Kusairi mengungkapkan bahwa banyak kelebihan dari blended learning
jika dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka(konversional) maupun dengan
18
Husamah, Pembelajaran Bauran (blended learning), (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2014) hal.
30 19 Ibid., h.31 20 Ibid., hal. 31-32
9
e-learning, baik online, offline, ataupun m-learning berbagai penelitian juga
menunjukan bahwa blended learning, adalah lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran tatap muka maupun e-learning.21
Adapun kelebihan dari blended learning ini adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri
dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online
b. Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan pengajar atau peserta didik lain
diluar jam tatap muka
c. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik diluar jam tatap muka
dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pengajar
d. Pengajar dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet
e. Pengajar dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjaan tes
yang dilakukan sebelum pembelajaran
f. Pengajar dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan
memanfaatkkan hasil tes dengan efektif
g. Peserta didik dapat saling berbagai file dengan peserta didik lainnya
h. Dan mash banyak keuntungan lain dengan memanfaatkan kelebihan
i. pembelajaran berbasis internet.
2) Kekurangan blended lerning
Noer mengemukakan beberapa kekuranngan blended learning sebagai
berikut:
a. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila
sarana dan prasarana tidak mendukung
b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan
akses internet. Padahal, blended learning memerlukan akses internet yang
memadai, dan bila jaringan kurang memadai, itu tentu akan menyulitkan
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.22
b. Kedudukan Masing-Masing Komponen Dalam Blended Learning
21 Ibid., hal. 35 22 Ibid., hal.36-37
10
(1) Face-to-face (tatap muka)
Pembelajaran tatap muka adalah kegiatan pembelajaran berupa proses
interksi langsung antara peserta didik lain dan pendidik. Metode pembelajaran
merupakan teknik pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapain
tujuan pembelajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran tatap muka adalah
teknik pelaksanaan pembelajaran yang digunakan pada proses interaksi
laangsunng antara peserta didik dan pendidik.
Pembelajaran tatap muka ini mampu mendukung keterlaksanan
pembelajaran berbasis blended lerning. Pembelajaran tatap muka ini dimaksudkan
untuk memberikan rambu-rambu dalam pelaksanaan pembelajaran, serta
mendekatkan hubungan emosional antara peserta didik dan pengajar. 23
(2) E-learning
Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning adalah pembelajaran
yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Adapula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet. Sedangkan Dong mendefinisikan e-learning sebagai
kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang
memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-learning
didefinisikan sebagai berikut: E-Learning is a generic term for all tecnologically
supported learning using an array of teaching and learninf tools as phone bridging,
audio and videotapes, telrconferencing aided instruction also commonly referred
to as online courses (soekaerawi, haryono dan librero, 2002).24
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam
pendidikan terbuka dan pembelajaran jarak jauh, antara lain:
a. tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidikan dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau
kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat, dan waktu.
23 Ibid., 38 24 Rusman, loc. Cit.,hal. 346
11
b. pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk
belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa
saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
c. peserta didik dapat belajar atau me-riview bahan pelajaran setiap saat dan
dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan dikomputer.
d. bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang brerkaitan dengan
bahan dipelajarinya, ia dapat melakukan akses internet secara lebih mudah.
e. baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
f. berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan
lebih mandiri
g. relatif lebih efesien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari peguruan
tinggi atau sekolah konvensional.
Walaupun demikian, pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-
learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen,
2001, Beam, 1997), antara lain:
1. kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan
antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa
memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
2. kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. proses pembelajarannya cenderung kearah pelatihan dari pada pendidikan.
4. berubahnya peran pendidkan dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konversional, kini juga dituntut mengetahui teknik
pembelajaran yang mengunakan ICT/medium komputer.
5. peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
6. tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.25
25 Ibid., hal. 351-352
12
c. Sintak Blended Learning
Woodall D. & Mcknight, C. (2011) mengemukakan sintaks model Blended
Learning terdri atas 8 langkah26
, sebagaimana yang terdapat pada Tabel 2.1 :
Tabel 2. 1 sintaks model Blended Learning
No. Sintaks Blended
Learning Kegiatan Pembelajaran
1. Prepare me
(persiapan)
a) Memperkenalkan tujuan pembelajaran kepada siswa,
bagaimana belajar melalui program online
b) Mempersiapkan portal e-learning
c) Membagi siswa dalam kelompok yang heterogen
2. Tell me (presentasi)
a) Menjelaskan pola pembelajaran sinkronus dan
asinkronus
b) Menjelaskan langkah-langkah menggunakan portal e-
learning untuk aktivitas pembelajaran online
3. Show me
(demonstrasi)
a) Membimbing siswa untuk dapat menggunakan portal
e-learning yang telah dibuat
b) Membimbing siswa untuk mengakses materi dalam
portal e-learning tersebut
4. Let me
(latihan/praktek)
a) Memberikan kesempatan kepada siswa
mempraktekkan menggunakan portal e-learning pada
pembelajaran online
b) Membimbing siswa mengakses berbagai sumber
belajar offline dan online untuk menyajikannya
dalam bentuk presentasi di kelas secara face to face
(sinkronus)
c) Membimbing kelompok presentasi melakukan
presentasi, kelompok diskusi melakukan diskusi pada
sesi tanya-jawab dan mengerakan LKPD
5. Check me (evaluasi)
a) Menilai hasil ringkasan materi pembelajaran yang
dipresentasikan di kelas berdasarkan hasil pencarian
26 Nokman Riyanto, Tujuh Karya Satu Buku, (Banjarnegara: Pelita Gemilang Sejahtera, 2018),
cet.1, h.107.
13
dari sumber belajar online maupuan offline
b) Membimbing siswa dalam memperoleh pemahaman
yang benar dari materi yang dipresentasikan di kelas
face to face (sinkronus)
6. Support me
(dukungan/bantuan)
a) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi presentasi
b) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
sesi diskusi antar kelompok
7. Coach me (saling
melatih)
Melatih siswa yang sudah memahami materi
pembelajaran untuk mengajari temannya yang berada
dalam satu kelompok diskusi (pembelajaan tutor sebaya)
8. Connect me
(kolaborasi/bergabung
dalam kelompok)
a) Membimbing siswa mengerjakan lembar kerja Siswa
secara berkelompok
b) Membimbing siswa dalam mengerjakan tugas
kelompok presentasi
.
2. Keterampilan Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.27
Dengan berpikir maka individu
akan menghasilkan ide maupun gagasan yang dapat membantu untuk
memecahkan masalah yang ditemuinya sehingga individu tersebut dapat
meggunakan proses berpikirnya untuk mencapai tujan yang diharapkan.
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.28
Dengan berpikir maka individu
akan menghasilkan ide maupun gagasan yang dapat membantu untuk
memecahkan masalah yang ditemuinya sehingga individu tersebut dapat
meggunakan proses berpikirnya untuk mencapai tujan yang diharapkan.
b. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis
27
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.43. 28
Ibid.
14
Berpikir kritis merupakan suatu istilah yang cukup popular, terutama dalam
dunia pendidikan. John Dewey menamakan berpikir kritis sebagai berpikir
reflektif yang mendefiniskan sebagai pertimbangan aktif dan terus menerus serta
teliti mengenai keyakinan terhadap pengetahuan yang diterima dengan
menyertakan alasan-alasan yang mendukung dan kesimpulan yang menjadi
kecenderungannya.29
Salah satu kontributor terkenal bagi perkembangan tradisi
berpikir kritis adalah Robert H. Ennis yang definisinya sudah beredar luas dalam
bidang berpikir kritis. Berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis adalah
„reasonable decision about what to believe and what to do’. Keterampilan
berpikir kritis berarti keputusan dengan penalaran untuk memutuskan apa yang
diyakini dan dilakukan.30
Menurut Ennis terdapat enam unsur dasar dalam berpikir kritis yang
disingkat menjadi FRISCO (Focus, Reaseon, Inference, Situation, Clarity,
Overview). Adapun penjelasan dari keenam unsur dasar tersebut adalah sebagai
berikut.31
1) Focus
Focus, artinya memfokuskan pertanyaan atau isu yang ada untuk
mengambil keputusan tentang apa yang diyakini dari permasalahan yang ada.
2) Reason
Reason, artinya mengetahui alasan-alasan rasional yang mendukung atau
menolak putusan-putusan yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang relevan.
3) Inference
Inference yaitu, membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang meyakinkan
dengan cara mengidentifikasi berbagai asumsi dan mencari alternatif pemecahan,
serta tetap mempertimbangkan bukti yang ada.
4) Situation
29
Alec Fisher, Bepikir Kritis:Sebuah pengantar, (Jakarta:Erlangga, 2009), h. 2. 30
Robert H. Ennis, Critical Thinking, (United States of America: Prentice Hall, 1996), h.
xvii. 31
Ibid., h. 4-8
15
Situation yaitu, memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir
untuk membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-
istilah kunci, bagian-bagian yang relevan sebagai pendukung.
5) Clarity
Clarity yaitu, memberikan penjelasan tentang arti atau istilah-istilah yang
digunakan.
6) Overview
Overview yaitu, meninjau kembali dan memeriksa secara menyeluruh
keputusan yang diambil (yang dihasilkan dari FRISC).
Ennis mencetuskan 12 indikator yang harus dicapai untuk melatih
keterampilan berpikir kritis, berikut ini merupakan indikator berpikir kritis yang
digunakan dalam penelitian seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2. 2 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis32
No Kelompok Indikator Sub Indikator
1 Klarifikasi
dasar (Basic
Clarification)
a. Memfokuskan
pertanyaan
1) Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan
2) Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan kemungkinan
jawaban
3) Menjaga kondisi berpikir
b. Menganalisis
argumen
1) Mengidentifikasi kesimpulan
2) Mengidentifikasi alasan atau
premis
3) Mengidentifikasi asumsi
sederhana
4) Mengidentifikasi dan menangani
suatu ketidaktepatan
5) Melihat struktur dari suatu
argumen
32
Robert H. Ennis, “The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking
Dispositions and Abilities”. University of Lilyonis. 2011 h. 2-4.
16
6) Membuat ringkasan
c. Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
1) Membuat pertanyaan untuk
meminta penjelasan
2) Menjawab pertanyaan untuk
menjelaskan suatu klarifikasi
No Kelompok Indikator Sub Indikator
2. Dasar dalam
mengambil
keputusan
atau dukungan
d. Menilai
kredibilitas
sumber
1) Mempertimbangkan keahlian
2) Mempertimbangkan kemenarikan
konflik
3) Mempertimbangkan kesesuaian
Sumber
4) Mempertimbangkan penggunaan
prosedur yang tepat
5) Mempertimbangkan resiko atau
reputasi
6) Kemampuan untuk memberikan
alasan
e. Menilai laporan
observasi
1) Melibatkan sedikit dugaan
2) Menggunkan waktu yang singkat
antara observasi dan laporan
3) Menilai laporan observasi
berdasarkan kriteria catatan
observasi
4) Merekam hasil observasi
5) Menggunakan bukti-bukti yang
benar
6) Menggunakan akses yang baik
7) Memberikan penilaian terhadap
kompeten atau kesesuaian dengan
teknologi
8) Mempertanggungjawabkan hasil
observasi
No Kelompok Indikator Sub Indikator
17
3 Inferensi f. Mendeduksi
dan menilai
deduksi
g. Menginduksi
dan
mempertimbang
kan hasil
induksi (make
inferences
(roughly
induction”)
1) Siklus logika euler
2) Mengkondisikan logika
3) Menyatakan tafsiran
4) Mengemukakan hal-hal yang
umum
5) Mengemukakan kesimpulan dan
hipotesis
6) Mengemukakan hipotesis
7) Merancang eksperimen
8) Menarik kesimpulan sesuai fakta
9) Memberikan asumsi yang masuk
akal
10) Menarik kesimpulan dari hasil
menyelidiki
h. Membuat dan
menentukan
hasil
pertimbangan
1) Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan latar
belakang fakta-fakta
2) Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan
penerapan fakta
3) Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan adanya
alternatif
No Kelompok Indikator Sub Indikator
4 Memberikan
penjelasan
lanjut
i. Menilai suatu
definisi
1) Membuat bentuk definisi „strategi
membuat definisi‟ bertindak
dengan memberikan penjelasan
lanjut
2) Memberikan penilaian terhadap
definisi yang telah dibuat
3) Mengidentifikasi dan menangani
ketidakbenaran yang disengaja
4) Membuat isi definisi
18
j. Mengidentifikas
i asumsi-asumsi
1) Penjelasan bukan pernyataan
2) Mengonstruksi argument
5 Mengatur
strategi dan
taktik
k. Menentukan
suatu tindakan
1) Mengungkap masalah
2) Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang
mungkin „merumuskan solusi
alternatif
3) Menentukan tindakan sementara
4) Mengulang kembali
5) Mengamati penerapannya
l. Berinteraksi
dengan orang
lain
1) Menggunakan argumen
2) Menggunakan strategi logika
3) Menggunakan strategi retorika
4) Menunjukkan posisi, orasi, atau
tulisan.
c. Tahapan Berpikir Kritis
Keterampilan berpikir kritis memiliki enam tahap, yaitu menggali informasi
yang dibutuhkan, mengajukan dugaan, melakukan inkuiri, membuat konjektur,
mencari alternatif, dan menarik kesimpulan. Penjelasan enam tahapan berpikir
kritis adalah sebagai berikut:33
1) Menggali informasi
Masalah yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga menuntut siswa untuk
melakukan investigasi konteks, sebab tidak semua informasi diberikan secara
eksplisit.
2) Mengajukan dugaan
Siswa mengajukan dugaan penyelesaian masalah, beberapa siswa dalam
kelompok mengajukan beberapa penyelesaian
3) Melakukan inkuiri
33
Rosnawati, “Enam Tahapan Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika untuk
Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tingginya”, Seminar Nasional, Yogyakarta, 16 Mei 2009, h. 1-
6.
19
Dalam inkuiri, individu mengajukan pertanyaan dan mencari informasi yang
cukup dengan mengkaji dan menganalisa informasi pada tahapan sebelumnya
untuk menjawab pertanyaan yang muncul.
4) Membuat konjektur
Suatu pernyataan nilai yang benar dihasilkan berdasarkan pengamatan atau
eksplorasi, percobaan, namun belum dibuktikan kebenarannya secara formal
dalam bentuk kesimpulan secara umum, tetapi tidak formal. Ketika pernyataan ini
dibuktikan secara fakta, maka konjektur tadi berubah namanya menjadi suatu
teorema.
5) Mencari alternatif
Siswa melalui tahap demi tahap sebelum menarik kesimpulan, siswa
mencoba untuk mencari alternatif terlebih dahulu. Siswa mencari alternatif
penyelesaian lain dari suatu persoalan yang dapat diselesaikan dengan beragam
cara penyelesaian.
6) Menarik kesimpulan
Kegiatan terakhir, siswa melihat kembali persoalan yang harus diselesaikan.
Pada tahapan menyusun konjektur siswa menyelesaikan sesuai dengan tahapan
berpikir dengan memanfaatkan semua kemampuan yang dimiliki terdahulu,
diakhir siswa mengembalikan penyelesaian pada persoalan semula.
d. Asesmen Berpikir Kritis
Fisher dan Scriven mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan
keterampilan dan interpretasi aktif serta evaluasi dari penyelidikan, komunikasi,
informasi dan argumen.34
Keterampilan berpikir kritis memerlukan kemampuan
mengingat dan memahami. Oleh sebab itu, kemampuan mengingat adalah bagian
terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir, artinya belum tentu
seseorang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami juga memiliki
kemampuan dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah
pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Dengan demikian,
34
Debra McGregor, Developing Thinking: Developing Learning: A Guide to Thinking
Skills In Education, (New York: McGraw-Hill, 1997), h. 192.
20
untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut
berpikir.
Dari beberapa definisi keterampilan berpikir krits yang telah dikemukakan,
dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan suatu
keterampilan berpikir tingkat tinggi dimana seseorang dapat menggunakan
pikirannya dengan teliti, mencari informasi sampai jelas, mampu memecahkan
masalah yang dihadapkan padanya serta mampu berkomunikasi dengan baik.
Keterampilan berpikir kritis yang dimiliki seseorang tidak dapat tumbuh dengan
sendirinya tetapi harus dilatih dan membutuhkan proses agar keterampilan
tersebut dapat benar-benar ada pada setiap individu. Tujuannya adalah agar
pemahaman yang diperoleh menjadi lebih bermakna dan mendalam.
3. Google Classroom
a. Sejarah Google Classroom
Pada tahap awal Google Classroom telah diperkenalkan sebagai bagian dari
google apps for education (GAFE) sejak 12 agustus 2014.35
Pada rentang tahun
2014-2016 pengembangan Google Classroom tidak diperuntukkan untuk semua
orang hanya sekolah yang bekerjasama dengan google. Pada bulan maret 2017
Google Classroom dapat diakses oleh semua orang dengan menggunakan akun
google pribadi.36
Google Classroom adalah layanan berbasis Internet yang disediakan oleh
google sebagai sebuah sistem e-learning. Service ini didesain untuk membantu
pengajar membuat dan membagikan tugas kepada pelajar secara paperless.37
Google Classroom dapat diakses melalui 2 cara yaitu melalui website dan
aplikasi. Untuk website dapat diakses menggunakan browser apapun seperti
35
Fransiskus Ivan Gunawan, “Pengembangan Kelas virtual dengan Google Classroom
dalam keterampilan pemecahan masalah (problem solving) topik vektor pada siswa SMK untuk mendukung pembelajaran”, Prosiding Seminar Nasional, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
2018, h.342. 36
Vicky Dwi Wicaksono dan Putri Rachmadyanti, “Pembelajaran Blended Learning
Melalui Google Classroom di Sekolah Dasar, Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS &
HDPGSDI Wilayah Jawa, 2017, h.516. 37
Abdul Bahir Hakim, “Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom
dan Edmodo”, Jurnal I-statement STIMIK ESQ, vol.2, no.1, 2016, h.2.
21
Chrome, FireFox, Internet Explorer ataupun Safari. Sedangkan untuk aplikasi
dapat diunduh secara gratis melalui Playstore untuk Android dan App Store untuk
iOS.38
b. Implikasi Google Classroom untuk Pembelajaran
Fungsi yang ditawarkan bagi tenaga pengajar layaknya kelas konvensional
dari proses mengajar (post), memberikan pertanyaan (create question),
memberikan tugas (create assignment), serta membuat pengumuman (make
announcement) tidak terbatas itu saja. Bahkan Google Classroom juga
menyediakan layanan multimedia (video streaming) sebagai contoh dalam
membantu pemahaman pelajar.39
Beberapa Fitur yang dimiliki Google Classroom
dalam menunjang pembelajaran diantaranya:40
1) Assigments (tugas), penugasan disimpan dan dinilai pada rangkaian aplikasi
produktivitas google yang memungkinkan kolaborasi antara guru dan siswa
atau siswa kepada siswa.
2) Grading (pengukuran), Google Classroom mendukung banyak skema
penilaian yang berbeda. Guru memiliki pilihan untuk melampirkan file ke
tugas, dimana siswa dapat melihat, mengedit, atau mendapatkan salinan
individual.
3) Communication (komunikasi), memungkinkan untuk membuat pengumuman
yang dapat diposkan oleh guru ke arus kelas dan dapat dikomentari oleh
siswa. Beberapa jenis media dari produk google seperti file video youtube dan
google drive dapat dilampirkan ke pengumuman dan pos untuk berbagi
konten. gmail juga menyediakan opsi email bagi guru untuk mengirim email
ke satu atau lebih siswa di antarmuka google kelas.
38
Wahyuni Eka Apriani, “Penerapan Google Classroom dalam Pembelajaran Akuntansi”,
Skripsi Pada Fakulatas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta, 2018, h.13. 39
Wahyu Hidayat dan Nugroho Arif Sudibyo, “Implementasi Pembelajaran Interaktif
Elektronika Dasar Menggunakan Adobe Flash CS6 pada Kelas Semu dengan Google Classroom
Berbasis Framework”, Jurnal Sains dan Edukasi Sains, vol.1, no.2, 2018, h.18. 40
Deden Sutrisna, “Meningkatkan kemampuan Literasi Mahasiswa Menggunakan Google
Classroom”, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, vol.13, no.2, 2018, h.73-75.
22
4) Time-Cost (hemat waktu), guru dapat menambahkan siswa dengan memberi
siswa kode untuk mengikuti kelas. Guru yang mengelola beberapa kelas dapat
menggunakan kembali pengumuman, tugas, atau pertanyaan yang ada dari
kelas lain. Guru juga dapat berbagi tulisan di beberapa kelas dan kelas arsip.
Pekerjaan siswa, tugas, pertanyaan, nilai, komentar semua dapat diatur oleh
satu atau semua kelas, atau diurutkan menurut apa yang perlu dikaji.
5) Archive Course (arsip program), kelas yang telah dibuat memungkinkan
pengajar untuk mengarsipkan pada akhir masa jabatan atau tahun.
6) Mobile Application (aplikasi dalam telepon genggam), aplikasi seluler Google
Classroom diperkenalkan pada bulan Januari 2015, tersedia untuk perangkat
iOS dan Android.
7) Privacy (privasi), Google Classroom tidak menampilkan iklan apa pun dalam
antarmuka untuk siswa, fakultas, dan guru, dan data pengguna tidak dipindai
atau digunakan untuk tujuan periklanan.
c. Kelebihan dan kekurangan Google Classroom
Google Classroom mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan,
sebagaimana yang terdapat pada tabel 2.3 berikut:
Tabel 2. 3 Kelebihan dan Kekurangan Google Classroom
Kelebihan Google Classroom Kekurangan Google Classroom
1) Berbagi sumber daya yang cepat
2) Penyimpanan data terpusat
3) Penggunaan Google Classroom tidak perlu
melakukan proses instalasi yang rumit.
Pengajar dan pelajar bisa menggunakan
Google Classroom dengan akun email
google masing-masing.
4) Google Classroom adalah layanan berbasis
internet, sehingga tidak memerlukan
hosting di server sendiri
5) Google Classroom gratis untuk siapa saja
dilengkapi dengan teknologi keamanan
1) tidak adanya layanan eksternal
seperti bank soal secara
otomatis dan obrolan secara
pribadi antara guru untuk
mendapat umpan balik.
2) Sulit melakukan manajemen
akun karena satu akun dapat
digunakan untuk semua layanan
yang diberikan google
3) File yang dibagikan dapat diedit
oleh penerima
4) Penyimpanan file masih
23
terbaik tanpa biaya tambahan dan iklan.
6) Pengajar dan siswa dapat bekerja di mana
saja, kapan saja, dan di perangkat apa saja.
7) pengajar dapat membuat dan mengelola
kelas, tugas, nilai serta memberikan
masukan secara langsung (realtime).
8) siswa dapat memantau materi dan tugas
kelas, berbagi materi dan berinteraksi
dalam aliran kelas atau melalui email,
mengirim tugas dan mendapat masukan
dan nilai secara langsung.
9) Pengajar dapat menginformasikan kepada
wali mengenai email terkait tugas siswa.
Ringkasan ini meliputi informasi tentang
tugas yang tidak dikerjakan, tugas
selanjutnya dan aktivitas kelas. Namun
wali tidak bisa login ke kelas secara
langsung. Wali menerima ringkasan email
melalui akun lain. 41
terbatas
5) Sistem tidak dapat melakukan
update secara otomatis dan
tidak ada pemberitahuan
sehingga siswa harus rajin
melakukan pemutakhiran
manual.42
41 Dhia Ghina Ramadhani, “Communication Effectiveness Of Online Media Google
Classroom In Supporting The Teaching And Learning Process At Civil Engineering University Of
Riau”, JOM FISIP, vo.4, no.1, 2017, h.7. 42 Yahfizham., dkk., “Pembelajaran Awan Berbasis Perangkat Lunak Sebagai Suatu
Layanan Analisis Deskriptif”, Jurnal Teknologi, vol.17, no.3, 2018, h.262-263.
24
4. Kajian Materi Subjek Alat Optik
a. Peta Konsep
Peta konsep materi Alat optik dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Peta konsep Alat-alat Optik
b. Uraian Materi
1) Mata
Mata adalah karunia Allah SWT yang sangat berharga. Mata adalah salah
satu organ tubuh yang sangat canggih dan lengkap yang digunakkan untuk
melihat. Bagian-bagian mata ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut ini:
25
Gambar 2.2 Bagian-bagian Mata
Serupa dengan prinsip kerja kamera, mata memiliki sebuah lensa mata
(setara fungsinya dengan lensa pemfokus di kamera), dan retina (setara dengan
film di kamera).43
a) Titik Dekat dan Titik Jauh Mata
Mata dapat melihat dengan jelas jika letak benda berada dalam jangkauan
pengelihatan, yaitu diantara titik dekat mata (punctum proximum) dan titk jauh
mata (punctum remotum). Ketika Anda memegang buku ini terlalu dekat ke mata
Anda, huruf-huruf dalam buku menjadi kabur karena lensa tidak dapat lagi
megatur jarak fokus untuk memfokuskan buku. pemendekan atau pemanjangan
fokus bayangan benda dilakukan pada retina, dibelakang titik fokus. Penyetelan
fokus ini disebut akomodasi.44
Titik paling dekat ke mata agar suatu benda masih bisa menghasilkan suatu
bayangan tajam pada retina ketika mata berakomodasi maksimum (otot siliar
menegang penuh) disebut titik dekat mata. Orang berusia 20-an dengan mata
normal melmiliki titik dekat kira-kira 25 cm. Titik dekat ini meningkat kira-kira
50 cm pada usia 40-an dan 500 cm pada usia 60-an. Karena umumnya bahan-
43
B. M. Eka Jati dan T. K. Priyambodo, Fisika Dasar: Listrik-Magnet, Optika, Fisika
Modern untuk mahasiswa ilmu-ilmu eksakta & Teknik, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010), h.
212 44 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Lima jilid 2, Jakarta: Erlangga, 1999) h.334
26
bahan bacaan dipegang pada jarak 25-30 cm dari mata, orang tua biasnya
memerlukan kaca mata untuk mengatasi penurunan daya akomodasi mata.45
Titik jauh mata adalah lokasi paling jauh benda hingga mata yang relaks
(mata tidak berakomodasi) dapat memfokuskan benda. Seseorang dengan mata
normal dapat melihat benda-benda sangat jauh, seperti planet dan binntang-
bintang, dan dengan demikian memiliki titik jauh pada jarak tak terhingga.46
Untuk menentukan jarak fokus lensa mata saat mengamati suatu benda,
berlaku persamaan :
Keterangan:
f = jarak fokus
s = jarak benda
s‟ = jarak bayangan
b) Cacat Mata dan Cara Menanggulanginya
(1) Rabun jauh (miopia)
Rabun jauh atau terang-dekat memiliki titik dekat dari 25 cm dan titik jauh
pada jarak tertentu. Orang yang menderita rabun jauh dapt melihat dengan jelas
pada jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas.
Keadaan ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana
mestinya, sehingga bayangan benda yang sangat jauh terbentuk di depan retina.
Cacat mata miopi dapat diatasi dengan menggunakan kacamata lensa cekung.47
1. Rabun dekat (hipermetropia)
Rabun dekat atau terang-jauh memiliki titik dekat lebih dari 25 cm dan titik
jauh pada jarak tak terhingga. Oleh karena itu, mata rabun dekat dapat melihat
dengan jelas benda-benda yang sangat jauh tanpa berakomodasi, tetapi tidak dapat
melihat benda-benda dekat dengan jelas. Keadaan ini terjadi karena lensa mata
tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya, sehingga bayangan
45
Marthen Kanginan, FISIKA untuk SMA/MA kelas XI: kelompok Permintaan Matematika
dan Ilmu Alam. Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2013) , h. 545 46 Ibid., h.545 47 Ibid.,h. 546
27
bayangan benda yang dekat terbentuk di belakang retina. Cacat mata hipermetropi
diatasi dengan menggunakan kacamata lensa cembung.48
(3) Mata tua (presbiopia)
Penderita presbiopi merupakan gabungan dari miopi dan hipermetropi. Oleh
karena itu, kaca mata yang digunakannya haruslah berlensa rangkap atau bifokal,
yakni lensa cekung pada bagian atas untuk melihat benda jauh dan lensa cembung
pada bagian bawah untuk melihat benda-benda dekat.49
(4) Astigmatisma
Cacat mata astigmatisma disebabakan oleh kornea mata yang tidak
berbentuk sferis (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang
daripada bidang lainnya (bidang silinder). Akibatnya, benda titik difokuskan pada
garis pendek. suatu lensa silindris memfokuskan sebuah titik menjadi suatu garis
yang sejajar dengan sumbunya. Cacat mata astigmatisma dikoreksi dengan
kacamata silindris.50
(5) Katarak dan glaukoma
Cacat mata juga dapat disebabkan oleh penyakit. Seseorang yang berumur
panjang suatu waktu dalam hidupnya akan mengalami pembentukan katarak,
yang membuat lensa matanya secara parsial atau secara total menjadi buram (tak
tembus cahaya). Pengobatan umum untuk katarak adalah operasi pembersihan
lensa. Penyakit lainnya disebut glaukoma, yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan fluida dalam mata secara abnormal. Peningkatan tekanan ini dapat
menyebabkan pengurangan suplai darah ke retina, yang akhirnya dapat mengarah
kebutaan. Jika gejala penyakit ini ditemukan lebih dini, penyakit ini bisa
ditanggulangi dengan obat atau pembedahan.51
48
Ibid.,h. 547 49
Aip Sripudin, Dede Rustiawan K., Adit Suganda, praktis Belajar Fisika Untuk kelas XI,
(Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009) h. 93 50 Marthen kangina, Op. Cit, h. 548-549 51 Ibid., h. 549
28
2) Kamera
Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan gambar. Pola kerja
kamera mirip dengan mata kita.52
Prinsip kerja kamera secara umum sebagai
berikut. Objek yang hendak difoto harus berada di depan lensa. Ketika diafragma
dibuka, cahaya yang melewati objek masuk melalui celah diafragma menuju lensa
mata. Lensa mata akan membentuk bayangan benda. Supaya bayangan benda
tepat jatuh pada film dengan jelas maka letak lensa harus digeser-geser mendekati
atau menjauhi film. Mengeser-geser lensa pada kamera, seperti mengatur jarak
fokus lensa pada mata (akomodasi).53
kemudian ditangkap oleh retina yang
merupakan sensor film pada kamera..
Gambar 2.3 Bagian-bagian Kamera
3) Lup
Lup atau kaca pembesar (atau sebagian orang menyebutnya suryakanta)
adalah lensa cembung yang difungsikan untuk melihat benda-benda kecil
sehingga tampak lebih jelas dan besar.54
Sebuah kaca pembesar memungkinkan kita meletakkan benda lebih dekat ke
mata kita sehingga membentuk sudut yang lebih besar.55
Sebagaimana terlihat
seperti pada gambar 2.3
52 Ibid., h.549 53 Aip Sripudin, Dede Rustiawan K., Adit Suganda, Op. Cit, h. 93 54 Ibid., h.94 55 Douglas C. Giancoli., Op. Cit, h. 338
29
Gambar 2.4 kaca pembesar dan bayangan yang dibuatnya
a. Perbesaran Lup
Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa
cembung. Umumnya, lup digunakan untuk melihat angka-angka yang sangat dan
banyak digunakan oleh tukang arloji yang berukuran kecil. Ada 2 cara dalam
menggunakan lup, yaitu dengan mata berakomodasi dan dengan mata tak
berakomodasi.
(1) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum
Agar mata yang mengamati benda melalui sebuah lup berakomodasi
maksimum, bayangan harus terletak di titik dekat mata. Degan demikian kita
peroleh rumus perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum.56
Ma =
Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum
Ma =
(2) Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi
Agar mata yang mengamati benda melalui lup tidak cepat lelah, lup
dingunakan dengan mata tidak berakomodasi. Caranya adalah dengan
56 Marthen kangina, Op. Cit, h. 553
30
manempatkan benda di titik fokus lensa sehingga sinar-sinar yang mengenai mata
sejajar.57
Perbesaran lup untuk mata tak berakomodasi
Ma =
4) Mikroskop
Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua buah lensa positif. Lensa yang
berhadapan langsung dengan objek yang diamati disebut lensa objektif. Sementara
itu, lensa tempat mata mengamati bayangan disebut lensa okuler. Fungsi lensa
okuler ini sama dengan lup.58
Salah satu bentuk sebuah mikroskop seperti pada
gambar 2.4
Gambar 2.5 mikroskop
Benda yang diletakkan di luar fokus lensa objektif menghasilkan bayangan
nyata, terbalik dan diperbesar, lensa okuler diatur seddemikian rupa sehingga
57 Ibid., h.554 58 Aip Sripudin, Dede Rustiawan K., Adit Suganda, Op. Cit, h. 96
31
bayangan tersebut terbentuk di dalam lensa okuler. Bayangan nyata dan terbalik
tersebut menjadi benda bagi lensa okuler benda yang terletak di dalam fokus lensa
akan menghasilkan bayangan akhir yang terbentuk bersifat maya, diperbesar, dan
terbalik jika dibandingkan benda aslinya.59
a. Pebesaran Mikroskop
Mikroskop disususn oleh dua buah lensa, yaitu lensa objektif dan lensa
okuler sehingga perbesaran total mikroskop tentu sama dengan hasil kali dari
kedua perbesara lensa ini.
Perbesaran lensa objektif
Dengan
tinggi bayangan,
= tinggi benda,
= jarak bayangan objektif,
= jarak benda objektif 60
rumus perbesaran okuler Mok persisi seperti rumus perbesaran angular lup,
yaitu sebagai berikut.
Mata berakomodasi maksimum
Mata tidak berakomodasi
Perbesaran total mikroskop (M) adalah hasil kali antara perbesaran objektif dan
okuler.61
b. Panjang Mikroskop
Panjang mikroskop adalah jarak antara lensa objektif dan lensa okuler
mikroskop. Pada sebuah mikroskop, bayangan dari lensa objektif merupakan
59
Graeme Loft, Dan O‟keeffe, Peter Pentland, Ross Pjillips, Gary Bass, Daniela Mardelli,
Pam Robertson, Jill Tacon, Jon Pearch, Jacaranda Fisika Jilid 1 Edisi Kedua, (Jakarta: Ganeca
Exact, 2008) 60 Marthen kangina, Op. Cit, h. 556 61 Ibid., h. 556
32
benda dari lensa okuler. Oleh karena itu, panjang mikroskop d secara umum
dinyatakan oleh persamaan berikut.
Panjang mikroskop
dengan = jarak bayangan objektif dan = jarak benda okuler.62
Untuk pengamatan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi, bayangan
objektif harus jatuh di titik fokus okuler, sehingga panjang mikroskop d
dinyatakan oleh persamaan berikut.
Mata tak berakomodasi63
5) Teropong
Teropong atau teleskop digunkan untuk memperbesar benda yang sangat
jauh pada kebanyakan kasus, benda dapat dianggap berada pada jarak tak
terhingga.64
Dengan teleskop, astronom memperluas pengetahuannya tentang benda
langit.65
Teleskop memperbaiki bayangan yang dibentuk oleh mata manusia
dengan cara berikut:
Memperbesar bayangan
Mengumpulkan lebih banyak cahaya dibandingkan mata, dan
Memberikan resolusi bayangan yang lebih baik.66
Secara umum ada dua jenis teropong, yaitu teropong bias dan teropong
pantul. Perbedaan antara keduanya terletak pada objektifnya. Pada teropong bias,
objektifnya menggunakan lensa, yakni lensa objektif, sedangkan pada teropong
pantul objektifnya menggunakan cermin.67
62 Ibid., h. 556 63 Ibid., h. 557 64 Douglas C. Giancoli., Op. Cit, h. 340 65
Graeme Loft, Dan O‟keeffe, Peter Pentland, Ross Pjillips, Gary Bass, Daniela Mardelli,
Pam Robertson, Jill Tacon, Jon., Op. Cit, h. 136 66 Ibid., h. 136 67 Aip Sripudin, Dede Rustiawan K., Adit Suganda, Op. Cit, h. 98
33
a) Teropong Bintang
Teropong bintang menggunakan dua lensa cembung, masing-masing
sebagai lensa objektif dan lensa okuler dengan jarak fokus objektif lebih
besar dari pada jarak fokus okuler ( fob > fok). Diagram sinar pembentukan
bayangan pada teropong untuk mata tak terakomodasi sebagai gambar 2.5
berikut:
Gambar 2.6 pembentukan bayangan pada teropong bintang
Perbesaran sudut dan panjang teropong bintang memenuhi persamaan-persamaan
sebagai berikut:
a) Untuk mata tak terakomodasi
d = fob + fok
b) Untuk mata berakomodasi maksimum (S'ok = –Sn)68
d = fob + Sok
b) Teropong Bumi
Teropong bumi menggunakan tiga jenis lensa cembung. Lensa yang berada
di antara lensa objektif dan lensa okuler berfungsi sebagai lensa pembalik, yakni
untuk pembalik bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif. Diagram sinar
pembentukan bayangan pada teropong bumi mata tak berakomodasi sebagai
berikut:
68 Ibid., h. 99
34
Gambar 2.7 pembentukan bayangan pada teropong bumi
Perbesaran dan panjang teropong bumi untuk mata tak berakomodasi berturut-
turut memenuhi persamaan:
d = fob + fok + 4fp
dengan fp = jarak fokus lensa pembalik.69
c) Teropong Panggung
Teropong panggung pembalikan bayangannya dapat juga dilakukan dengan
menggunakan lensa cekung sebagai lensa okuler. Sususnan lensa semacam ini
disebut teropong panggung atau teropong Galileo.70
Panjang teropong atau jarak lensa objektif dan lensa okuler d tetap
dirumuskan oleh persamaan hanya nilai harus kita masukkan
negatif karena okuler adalah lensa cekung.71
Berikut adalah gambar pembentukan bayangan pada teropong panggung:
Gambar 2.8 pembentukan bayangan pada teropong panggung
d) Teropong Pantul
69
Ibid., h. 99 70 Marthen kangina, Op. Cit, h. 564 71 Ibid., h. 565
35
Teleskop bias menggunakan lensa untuk objektifnya sedangkan teleskop
pemantul menggunakan cermin untuk objektifnya. Akan tetapi, teleskop pemantul
masih bergantung pada lensa okuler.72
Berikut adalah gambar pembentukan bayangan pada teropong pantul:
Gambar 2.9 pembentukan bayangan pada teropong pantul
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah:
1. Cindya Alfi, Sumarni,Ach. Amirudin (2016) yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Geografi Berbasis Masalah Dengan Blended Learning
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”. Subjek penelitian adalah siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 4 Malang. Data yang dikumpulkan adalah data
kualitatif melalui teknik tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran geografi berbasis masalah dengan blended learning
berpengaruh terhadap berpikir siswa . rata-rata nilai kemampuan berpikir
kritis pada kelas eksperimen yang diberi erlakuan lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas konreol yang menggunakan pembelajaran konvensional.73
2. Dian lestari, Sri Mulyani, R. Susanti (2016), dengan judul “Pengembangan
Perangkat Blended Learning Sistem Saraf Manusia Untuk Meningkatkan
72
Graeme Loft, Dan O‟keeffe, Peter Pentland, Ross Pjillips, Gary Bass, Daniela Mardelli,
Pam Robertson, Jill Tacon, Jon., Op. Cit, h. 141 73 Cindya Alfi, Sumarni,Ach. Amirudin (2016) ., “Pengaruh Pembelajaran Geografi
Berbasis Masalah Dengan Blended Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.
36
Keteampilan Berpikir Kritis”. Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif
melalui teknik tes, Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah
silabus, RPP, bahan ajar. Uji coba dilaksanakan skala kecil kelas XI IPA 1
dan skala besar kelas XI IPA 2 dilakukan pada siswa SMA N 1 Larangan.
Hasil penelitian menunjukkan perangkat blended learning sistem saraf
manusia yang dikembangkan memiliki kriteria valid dengan rata-rata ≥ 0,70
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dengan kategori tinggi N-Gain
≥ 0,70. Ketuntasan klasikal hasil belajar 85% dan keterampilan berpikir kritis
90%. Perangkat pembelajaran dapat memfasilitasi siswa berpikir kritis karena
blended learning membuat siswa berfikir secara holistik dan memunculkan
pertanyaan serta jawaban kritis.74
3. Rady Joy Magno Ventayen, et. Al., (2018) yang berjudul “Usability
Evaluation of Google Classroom: Basis for the Adaptation of GSuite E-
Learning Platform” penelitian ini dilakukan di Pangasinan State University,
Philippines. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan google
classroom pada pembelajaran di kampus tersebut, membuat belajar lebih
mudah, memliki daya tarik dan cara mengoperasikan tidak rumit, dalam
penelitian ini peneliti merekomendasikan untuk menggunakan platform
google classroom dalam menunjang penerapan blended learning karena
sangat berguna dalam memberi penugasan dan menciptakan pembelajaran
yang kolaboratif.75
4. Noor Emmy Ekawati (2018) yang berjudul “Application of Blended Learning
with Edmodo Application Based on PDEODE Learning Strategy to Increase
Student Learning Achievement” Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII F MTs Negeri Magelang tahun ajaran 2015/2016 yang
berjumlah 29 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Blended
74 Dian lestari, Sri Mulyani, R. Susanti (2016), dengan judul “Pengembangan Perangkat
Blended Learning Sistem Saraf Manusia Untuk Meningkatkan Keteampilan Berpikir Kritis”. 75
Rady Joy Magno Ventayen, et. Al., “Usability Evaluation of Google Classroom: Basis
for the Adaptation of GSuite E-Learning Platform” Asia Pasific Journal Of Education, vol.5, no.1,
2018, p. 47-51.
37
Learning dengan aplikasi edmodo berbasis strategi pembelajaran PDEODE
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIIF MTs N Magelang. Hal
tersebut dibuktikan dengan persentase ketuntasan belajar siswa yaitu
prasiklus ke siklus 1 terjadi peningkatan 31 %, peningkatan dari siklus I ke
siklus II sebesar 62%, dan peningkatan dari prasiklus sampai ke siklus II
sebesar 93 %.76
5. Omotayo Ojaleye and Adeneye O. A. Awofala (2018), “Blended Learning
and Problem-Based Learning Instructional Strategies as Determinants of
Senior Secondary School Students‟ Achievement in Algebra” menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan secara statistik menikatkannya prestasi
siswa pada konsep aljabar ketika strategi PBL dan BL digunakan. Hal
tersebut dibuktikan dengan persentase ketuntasan belajar siswa yaitu
prasiklus ke siklus 1 terjadi peningkatan 37.93 %, peningkatan dari siklus I ke
siklus II sebesar 58.62%, dan peningkatan dari prasiklus sampai ke siklus II
sebesar 72.41 %.77
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan penelitian Sutrisno dan Asri menunjukkan bahwa keterampilan
berpikir kritis siswa masih rendah. Keterampilan berpikir kritis merupakan
keterampilan berpikir yang penting untuk dilatihkan pada siswa karena
keterampilan tersebut sangat penting untuk kehidupan mereka di masa yang akan
datang. Salah satu penyebab kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa yaitu
karena kerapkali dalam proses pembelajaran guru masih menjadi pusat
pembelajaran. Guru menjadi pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai
objek penerima informasi saja. Sehingga siswa kurang mengoptimalkan
kemampuannya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir
76
Noor Emmy Ekawati, “Application of Blended Learning with Edmodo Application
Based on PDEODE Learning Strategy to Increase Student Learning Achievement”, Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, vol.8, 2018, p.7-16. 77
Omotayo Ojaleye and Adeneye O. A. Awofala, “Blended Learning and Problem-Based
Learning Instructional Strategies as Determinants of Senior Secondary School Students‟
Achievement in Algebra”, International Journal Of Research In Education and Sains, vol.4, no.2,
2018, p.487-501.
38
kritis. Selain itu guru belum menstimulus keterampilan berpikir kritis siswa dan
banyak siswa yang menganggap konsep alat optik sebagai konsep yang sulit untuk
dipahami karena keterbatasan waktu dalam penyampaian konsep tersebut.
Berdasarkan permasalahan di atas dapat diatasi dengan melatih siswa
berpikir kritis melalui kegiatan pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik harus
merancang kegiatan pembelajaran yang dapat melatihkan keterampilan berpikir
kritis siswa agar kesuksesan dalam belajar lebih optimal. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan untuk melatih keterampilan berpikir kritis
adalah model blended learning.
Bagan kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.9
39
Gambar 2.10 Kerangka Berpikir
Kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep
alat optik masih rendah
Proses kegiatan pembelajaran masih
menggunakan pembelajaran konvensional
1. Pembelajaran yang tidak melibatkan seluruh siswa
2. Pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai objek
3. Pembelajaran yang belum memanfaatkan E-Learning
Perlu pendekatan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai
subjek dan objek belajar (student center), mengakomodir perbedaan
individu, melibatkan perhatian keseluruhan siswa dalam jumlah
banyak, dan menunjang karakter siswa digital native
Penerapan Model Blended Learning dengan berbantuan Google
Classroom dalam proses pembelajaran Fisika
Hasil belajar siswa dioptimalkan melalui fleksibilitas belajar secara
asinkronus mandiri (online) dan sinkronus langsung (face to face)
di kelas
Meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep
alat-alat optik
40
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu: “Penggunaan model blended
learning berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi alat
optik”.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat Tangerang
Selatan yang terletak di Jl. Nangka No.4, Ciputat, Kec. Ciputat, Kota Tangerang
Selatan. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, sedangkan untuk pengambilan
data dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan metode eksperimen semu (quasi
eksperiment), yaitu metode yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi eksperimen.78
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah nonequivalent
controul group design.79
Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa SMA sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Blended learning. Penelitian ini dilakukan
pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum diberi
perlakuan, pada kedua kelas diberikan pretest untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan awal berpikir kritis siswa pada konsep alat optik. Kemudian
keduanya diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberikan
perlakuan pengajaran dengan menggunakan model Blended Learning, sedangkan
kelas kontrol diberikan perlakuan pengajaran dengan menggunakan pembelajaran
konvensional yang berbasis saintifik sesuai kurikulum 2013. Setelah diberikan
perlakuan, kedua kelas diberikan posttest untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh blended learning terhadap kemampuan berpikir kritis.
78
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan
R&D),(Bandung:Alfabeta,2015),Cet 21,h.114. 79
Ibid., h.116.
41
Gambaran desain penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.:80
Tabel 3. 1 Desain Penelitian
Kelompok Pre test perlakuan Post test
A Y1 XA Y2
B Y1 XB Y2
Keterangan:
A= Kelas Eksperimen
B= Kelas kontrol
XA= Perlakuan mengunakan penugasan digital
XB= Perlakuan mengunakan penugasan konvensional (cetak)
Y1 = Tes awal (pretest) sebelum perlakuan
Y2 = Tes akhir (postest) setelah perlakuan
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga tahap prosedur penelitian yaitu:
1. Tahap Awal
Tahap awal meliputi studi pendahuluan berupa wawancara guru dan
observasi kebutuhan siswa, merumuskan masalah yang akan diteliti, mengkaji
teori belajar dan relevansi penelitian, pengambilan sampel, penyusunan RPP, serta
pembuatan instrumen tes dan instrumen nontes berupa lembar wawancara guru,
angket respon siswa, dan lembar observasi guru terhadap penerapan model
Blended Learning yang diterapkan di kelas. Kemudian, peneliti membuat surat
perizinan untuk menguji kelayakan instrumen yang telah dibuat kepada dosen
pembimbing dan perizinan untuk melakukan penelitian instrumen yang telah diuji
kelayakannya kemudian dianalisis untuk dipergunakan pada pretest dan posttest
sebagai tes pengukuran variabel terikat pada penelitian ini.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap pengambilan data. Tahap ini dimulai
dengan memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
80
Ibid.,h,116.
42
Kemudian, dilanjutkan dengan memberikan perlakuan berupa pembelajaran
model Blended Learning berbantuan Google Classroom dengan konsep fisika
yang telah ditentukan pada kelompok eksperimen dan memberikan perlakuan
berupa pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran berbasis saintifik pada
kelompok kontrol. Setelah perberian perlakuan selesai, peneliti memberikan
posttest untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa pada konsep alat optik dan memberikan angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran Blended Learning yang telah diterapkan.
3. Tahap Akhir
Tahap akhir adalah tahap analisis dan laporan. pada tahap akhir, peneliti
akan mengolah dan menganalisis data yang telah dihasilkan selama tahap
pelaksanaan. Kemudian, peneliti akan menguji hipotesis penelitian hingga
berakhir pada penarikan kesimpulan. Prosedur penelitan dapat dilihat pada
gambar 3.1 berikut.
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian
43
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.81
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas
dan variabel terikat.
Variabel bebas (X): Model Blended Learning.
Variabel terikat (Y): Kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep Alat Optik.
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.82
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA
Muhammadiyah 8 Ciputat.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diteliti.83
Sampel yang diambil adalah siswa kelas XI IPA. Sampel
dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau melalui teknik purposive
sampling (sampel pertimbangan) dengan pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu.84
Pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan sampel
yaitu kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang relatif sama diantara dua
kelompok tersebut. Hasil pemilihan sampel, kelas XI IPA 1 sebagai kelas
eksperimen dan X IPA 2 sebagai kelas kontrol.
F. Teknik Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut instrumen penelitian.
Instrumen yang baik merupkan instrumen yang mampu mengevaluasi sesuatu
81
Suharsimi Arikunto, S, Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), h.161-162 82
Ibid., h. 173 83
Ibid., h.174 84
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2013), h.63
44
dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi.85
Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini yaitu:
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan adalah tes tipe uraian yang
akan digunakan untuk prestest dan posttest.
2. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa berupa angket dengan beberapa aspek yang dinilai oleh
siswa. Angket ini digunakan untuk mengukur respon siswa terhadap model
blended learning pada konsep alat optik. Angket yang akan digunakan adalah
angket tertutup dengan alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju. Sementara itu, pengisian angket dilaksanakan setelah
diberikan perlakuan dan pengisian angket hanya diberikan kepada kelas
eksperimen.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen tes kemampuan berpikir kritis ini diberikan kepada siswa kelas
XI SMA Muhammadiyah 8 yang dijadikan sampel baik kelas kontrol maupun
kelas eksperimen. Tes yang digunakan telah memenuhi prasyarat instrumen yang
baik yaitu uji: validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran. Adapun
kisi-kisi instrumen tes tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis
No Keterampilan
berpikir kritis Indikator berpikir kritis No. Soal Jumlah
1 Klasifikaasi dasar Fokus pada sebuah
pertanyaan 1, 2*, 3* 3
2
Dasar dalam
mengambil
keputusan
Menilai kreadibilitas
sumber
4*, 5, 6*,
7*, 9 5
3 Interferensi
Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan 8*, 12* 2
Membuat pernyataan nilai 10 1
Memberikan asumsi yang
masuk akal 11 1
85
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran-Edisi 2, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), h. 40.
45
4 Strategi dan taktik
Menentukan suatu
tindakan 13 1
Beriteraksi dengan orang
lain
14*, 15*,
16* 3
Keterangan: (*) = butir soal yang digunakan
Seperti pada penelitian ilmiah lainnya maka instrumen penelitian tes perlu
diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran agar layak
digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk memudahkan perhitungan peneliti
menggunakan bantuan software anatest. Perhitungan validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda menggunakan cara sebagai berkut:
H. Kalibrasi Instrumen Tes
Kalibrasi instrumen digunakan untuk mengetahui kualitas dan kelayakan
instrumen yang digunakan. Sebelum instrumen tes digunakan pada sampel,
terlebih dahulu diuji cobakan pada siswa yang sudah mempelajari materi suhu dan
kalor. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari setiap butir soal.
Berikut uji coba yang dilakukan peneliti dengan bantuan Software anates A4.
1. Uji Validitas
Pada uji validitas dilakukan melalui dua tahap yaitu validitas konstruk dan
validitas lapangan.
a. Validitas Konstruk
Validasi konstruk pada penelitian ini menggunakan pendapat ahli
(Judgement expert) untuk menilai kesesuaian antara instrumen dengan aspek yang
diukur. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang sesuai dengan
lingkup yang diteliti. Validitas konstruk ini memiliki dua aspek yang dapat
diukur, yaitu aspek materi meliputi kesesuaian isi materi fisika dalam soal dengan
materi fisika yang digunakan dalam penelitian yaitu suhu dan kalor dan aspek
pendidikan meliputi kesesuaian indikator soal dengan indikator berpikir kritis,
indikator pembelajaran yang tercantum pada RPP, serta kaidah penulisan soal.
b. Validitas Lapangan
Validitas lapangan merupakan suatua ukuran dari layak atau tidaknya
instrumen tes berdasarkan uji coba kepada responden yang sudah memahami dan
46
berpengalaman terhadap konten yang digunakan. Hasil validitas lapangan dapat
dihitung menggunakan rumus product moment (rxy) dari persen yang dinyatakan
secara matematis pada persamaan 3.1.86
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑ (3.1)
Keterangan:
rxy = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah responden
X = Skor item
Y = Skor total
Untuk mengetahui valid atau tidak validnya suatu butir soal (item), maka rxy
hitung dibandingkan dengan rxy tabel Product moment.
Tabel 3. 3 Kategori Validitas
Interpretasi besarnya koefisien korelasi dan hasil uji validasi instrumen tes
dapat dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5.
Tabel 3. 4 Interpretasi Koefisien Korelasi87
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,81 ˂ rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,61 ˂ rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,41 ˂ rxy ≤ 0,60 Cukup
0,21 ˂ rxy ≤ 0,40 Rendah
0,00 ˂ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.5.
86
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi
Aksara,2006), h. 87. 87
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 257.
Ketentuan nilai rtabel Kategori
rxy ≥ rtabel Valid
rxy ˂ rtabel Tidak Valid
47
Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 16
Jumlah Siswa 20
Nomor Soal yang Valid 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14, 15,
16
Jumlah Soal yang Valid 12
Presentase soal yang Valid 75%
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengetahui keajegan instrumen
dalam tes yang diukur. Artinya jika hasil tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap maka tes tersebut dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi.88
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan cara menghitung koefisien
reliabilitas, rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas tes uraian
menggunakan rumus Alpha, yaitu:89
(
)( ∑
) (3.2)
Keterangan:
r = Jumlah butir soal
= Varians butir soal
= Varians skor total
Kriteria penafsiran indeks reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.6.90
Tabel 3. 6 Kriteria Penafsiran Indeks Reliabilitas
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 ˂ rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 ˂ rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,40 ˂ rxy ≤ 0.60 Cukup
88
Arikunto, op.cit., h. 100. 89
Ibid., h. 122. 90
Ibid., h. 89.
48
0,20 ˂ rxy ≤ 0,40 Rendah
0,00 ˂ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah (Tidak
Valid)
Pengujian relabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan Software
Anates A4 untuk menguji reliabilitas, kemudian output indeks koefisien
reliabilitas ditafsirkan dalam kriteria reliabilitas di atas. Hasil uji reliabilitas dapat
dilihat pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3. 7 Hasil Uji Reliabilitas
Statistik reliabilitas
r11 0,95
Kesimpulan Sangat tinggi
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar.91
Soal yang dibuat terlalu mudah merangsang siswa untuk meningkatkan
kemampuan berpikirnya, sebaliknya soal yang terlalu sukar membuat siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
terlalu jauh dari jangkauan kemampuan berpikirnya. Adapun persamaan untuk
menentukan tingkat kesukaran:
(3.3)
Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal benar
Js = Jumlah seluruh peserta tes
91
Ibid., h. 223.
49
Klasifikasi yang lebih rinci mengenai nilai-nilai tingkat kesukaran dapat
dilihat pada tabel 3.8 berikut:92
Tabel 3. 8 Klasifikasi Indeks Kesukaran
No Rentang Nilai Kriteria
1 0,00 – 0,30 Sukar
2 0,30 – 0,70 Sedang
3 0,70 – 1,00 Mudah
Berikut kriteria tingkat kesukaran butir soal berdasarkan hasil analisis pada
16 soal yang diuji cobakan, diperoleh hasil analisis tingkat kesukaran butir soal
pada tabel 3.9.
Tabel 3. 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Mudah 1 6,25%
Sedang 9 56,25%
Sukar 5 31,25%
Sangat Sukar 1 6,25%
Jumlah 16 100%
4. Daya Pembeda
Daya Pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.93
Untuk menghitung daya pembeda dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.94
(3.4)
Keterangan:
D = Indeks daya pembeda
92
Ibid., h. 225. 93
Ibid., h.226. 94
Ibid., h. 228.
50
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Proporsi peserta kelompok atas
JB = Proporsi peserta kelompok bawah
Adapun kriteria daya pembeda suatu butir soal didasarkan pada klasifikasi
yang dapat dilihat pada tabel 3.10.95
Tabel 3. 10 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
Negative Drop
0,00 – 0,20 Buruk
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
Berikut kriteria daya pembeda berdasarkan hasil analisis pada 16 soal yang
diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3. 11 Hasil Uji Daya Pembeda
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Buruk 3 18,75%
Cukup 6 37,50%
Baik 5 31,25%
Sangat Baik 2 12,50%
Jumlah 16 100%
95
Ibid., h. 232.
51
5. Instrumen Nontes (Angket)
Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya dengan
menggunakan tes saja, melainkan juga dengan nontes. Peneliti menggunakan
metode angket untuk instrumen nontesnya. Angket atau kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.96
Data nontes dalam penelitian ini berupa angket respon siswa yang diberikan
kepada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran Blended
Learning berbantuan Google Classroom
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Likert. Model
ini menggunakan skala deskriptif Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup (C),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing jawaban
mempunyai skor atau nilai: SS = 5, S = 4, C = 3, TS = 2, STS = 1. Bagi
pernyataan yang mendukung sifat positif dan nilai yang mendukung sifat negatif
berkebalikan dengan nilai positif, yaitu: SS = 1, S = 2, C = 3, TS = 3, STS = 5
Kisi-kisi instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.12 sebagai berikut:
Tabel 3. 12 Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket)
No. Jenis
Pembelajaran
Aspek yang
diamati Pertanyaan
Sifat
Pertanyaan
Nomor
Pertanyaan
1. Pembelajaran
di kelas
Sikap Siswa
terhadap
pembelajaran
di kelas
Pembelajaran Fisika yang
difasilitasi guru di kelas
membantu saya memahami
materi pelajaran dengan
mudah
positif 1
Gambaran umum yang
dijelaskan guru pada awal
pembelajaran membantu
saya mengetahui garis besar
materi dan tuuan
pembelajaran yang ingin
dicapai
positif 2
96
Arikunto, op.cit., h. 194.
52
Saya tidak perlu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru karena
tidak akan berpengaruh
kepada pengetahuan saya
tentang materi yang
diajarkan
negatif 3
Ketika diskusi kelompok
ataupun presentasi, saya
hanya harus diam dan tidak
perlu memberikan
tanggapan apapun
negatif 4
Minat Siswa
terhadap
pembelajaran
di kelas
Dengan melakukan kegiatan
presentasi didepan kelas.
Saya dapat sekaligus melatih
kemampuan berbicara saya
positif 5
Saya harus sering
mengemukakan pendapat
baik dalam kegiatan diskusi
maupun presentasi
positif 6
Saya cukup mengikuti
kegiatan belajar mengajar di
kelas saja tanpa harus
mempedulikan hasil apa
yang harus saya capai
setelah pembelajaran itu
negatif 7
Dengan melakukan
pembelajaran secara
berkelompok hanya akan
membuat saya merasa tidak
nyaman
negatif 8
Keterkaitan
pembelajaran
di kelas
dengan
pemahaman
materi fisika
Setelah melakukan
pembelajaran di kelas, saya
lebih mahir dalam
menerjemahkan permasalah
fisika dan menyelesaikannya
positif 9
Sejak awal, saya sudah negatif 10
53
Siswa memahami materi alat optik
sehingga tidak perlu lagi
memperhatikan penjelasan
guru tentang hal tersebut
2. Pembelajaran
Online (E-
Learning)
Sikap Siswa
terhadap
pembelajaran
dengan E-
Learning
berbantuan
Classroom
Pembelajaran online
membantu saya memahami
materi fisika yang saya
pelajari secara lebih
mendalam
positif 11
Dengan pembelajaran online
saya menemukan
pengetahuan-pengetahuan
baru yang belum saya dapat
dari pembelajaran di kelas
positif 12
Dengan pembelajaran
online, saya mendapatkan
kesempatan untuk belajar
fisika di mana saja dan
kapan saja tanpa terbatas
oleh waktu
positif 13
Apabila mengalami
kesulitan, saya hanya perlu
menunggu pembahasan
jawaban soal yang diberikan
guru daripada harus mencari
solusinya dari sumber
internet (online)
negatif 14
Saya tidak perlu rutin untuk
mengunjungi website
pembelajaran atau
melakukan pembelajran
online
negatif 15
Pembelajaran online
diadakan hanya semata-mata
untuk mendapatkan nilai
tambah dari guru
negatif 16
Minat Siswa Karena bisa saling positif 17
54
terhadap
pembelajaran
dengan E-
Learning
berinteraksi baik dengan
teman dan guru tanpa rasa
segan membuat saya
antusias dalam mengikuti
pembelajaran online
Saya beranggapan bahwa
guru saya tidak akan
mempermasalahkan jika
saya tidak mengikuti sesi
pembelajaran Fisika secara
online
negatif 18
Keterkaitan E-
Learning
terhadap
pemahaman
materi fisika
Siswa
Bahan ajar yang ditampilkan
melalui Google Classroom
membuat saya lebih
memahami materi yang
dipelajari.
positif 19
Mengerjakan soal latihan
secara online hanya akan
membuang-buang waktu
saya secara percuma
negatif 20
I. Teknik Analisis Data
Data yang nantinya diperoleh melalui instrumen penelitian selanjutnya
akan diolah dan dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab
pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis.97
Analisis data pada penelitian ini
menggunakan software SPSS untuk menguji normalitas, homogenitas, dan
hipotesis.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji asumsi yang digunakan untuk mengecek
apakah populasi data terdistribusi normal atau tidak.98
Teknik yang digunakan
97
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan RnD, (Bandung: Alfabeta,2011),
h.147. 98 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), h. 153.
55
untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorof-Smirnov
dan Shapiro Wilk dengan bantuan Software Product and Service Solution (SPSS),
dengan langkah-langkah sebagai berikut:99
a. Tetapkan hipotesis statistik.
1) H0 = Data berasal dari populasi berdistribusi normal
2) H1 = Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
b. Gunakan taraf signifikan α = 5%.
c. Setelah melakukan pengolahan data, perhatikan nilai yang ditunjukan oleh
significance (sig.) pada output yang dihasilkan untuk memutuskan hipotesis
yang akan dipilih.
d. Kriteria pengambilan keputusan adalah:
1) Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
2) Jika signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas merupakan pengujian terhadap sebuah objek (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) yang bertujuan untuk mengetahui apakah objek
tersebut memiliki varian data yang sama (homogen) atau tidak100
. Uji
homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Way Anova pada
Software Product and Service Solution (SPSS) dengan langkah-langkah sebagai
berikut:101
a. Tetapkan hipotesis statistik
1) Ho = tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelas (homogen)
2) H1 = ada perbedaan varian nilai dari kedua kelas (tidak homogen)
b. Gunakan taraf signifikan α = 0,05
c. Perhatikan significance (sig.) pada output setelah pengolahan data
d. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:
1) Jika sig. > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, yaitu kedua kelas memiliki
varian nilai yang sama (homogen)
99
Ibid. 100
Ibid,. h. 167. 101
Ibid,. h. 168.
56
2) Jika sig. ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu kedua kelas memiliki
varian nilai yang berbeda (tidak homogen)
3. Uji Hipotesis
keterampilan berpikir kritis siswa pada penelitian ini menggunakan uji
hipotesis yang dilakukan dengan bantuan Software Product and Service Solution
(SPSS). Uji hipotesis yang digunakan dalam tahap ini harus sesuai dengan
asumsi-asumsi statistik (uji normalitas dan uji homogenitas) yang telah dilakukan.
Langkah-langkah uji hipotesis menggunakan bantuan software SPSS sebagai
berikut:102
a. Tetapkan Hipotesis statistik
1) Ho = tidak terdapat perbedaan rata-rata pretest keterampilan berpikir kritis
siswa pada kedua kelas
2) H1 = terdapat perbedaan rata-rata pretest keterampilan berpikir kritis siswa
pada kedua kelas
b. Gunakan taraf signifikan α = 0,05
c. Perhatikan significance (2-tailed) pada output setelah pengolahan data
d. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:
1) Jika sig. (2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, yaitu tidak
terdapat perbedaan rata-rata pretest keterampilan berpikir kritis siswa pada
kedua kelompok
2) Jika sig. (2-tailed) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu terdapat
perbedaan rata-rata pretest keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua
kelompok
4. N-Gain (Normal Gain)
Gain merupakan selisih antara nilai posttest dan pretest yang menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran. Uji
N-gain digunakan untuk mengetahui “judgement nilai” hasil peningkatan yang
102
Ibid., h. 178.
57
terjadi (tinggi/sedang/rendah).103
N-Gain (Normalized Gain) digunakan untuk
mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil N-Gain dapat
diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut.104
(3.7)
Kriteria pengujian N-Gain menurut Hake dapat dilihat pada tabel 3.13.105
Tabel 3. 13 Kriteria Pengujian N-Gain
Nilai N-Gain (g) Kriteria
N-gain < 0,3 Rendah
N-gain 0,3 – 0,7 Sedang
N-gain > 0,7 Tinggi
5. Angket Data Nontes
Respon siswa dalam penelitian ini, diberikannya angket kepada siswa kelas
eksperimen. Pengolahan data untuk nontes menggunakan bantuan software
microsoft excel. Hasil angket dihitung dengan model skala Likert seperti pada
tabel 3.14.
Tabel 3. 14 Skala Penilaian Angket106
Alternatif Jawaban
Bobot Penilaian Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Tidak Setuju (TS) 2 4
Cukup (C) 3 3
103
Yanti Herlanti, Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.76. 104
Karman La Nani and Yaya S. Kusumah, The Effectiveness Ofict-Assisted Project Based
Learning In Enhancing Students’ Statistical Communication Ability, International Journal of
Education and Research: Vol.3 No. 8 August 2015, h. 190. 105
Ibid., h. 191. 106
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 240.
58
Alternatif Jawaban
Bobot Penilaian Pernyataan
Positif Negatif
Setuju (S) 4 2
Sangat Setuju (SS) 5 1
Langkah-langkah dalam menganalisis angket skala respon siswa:
a. Memberikan skor pada setiap item, kemudian dihitung skor totalnya,
sehingga didapat rata-rata dari tiap siswa
b. Membandingkan skor rata-rata siswa dengan skor alternatif jawaban netral
(3), dengan kriteria:
1) Jika rata-rata skornya <3, maka siswa tersebut memiliki respon negatif
terhadap blended learning dalam pembelajaran fisika.
2) Jika rata-rata skornya >3, maka siswa tersebut memiliki sikap positif
terhadap blended learning dalam pembelajaran fisika.
c. Menghitung presentase jawaban siswa pada setiap item, terlebih dahulu data
yang diperoleh dipresentasekan dengan menggunakan rumus107
:
(3.8)
Keterangan:
P = presentase jawaban
F = frekuensi jawaban
n = banyak responden
d. Mengintepretasikan data dengan menggunakan kriteria presentase angket.
Tabel 3. 15 Interpretasi Presentase Angket108
Rentang Nilai Kategori
0 − 20% Sangat kurang
107
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data Dalam Analisis Statiska, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.16-17. 108
Ibid., h.18.
59
Rentang Nilai Kategori
21 − 40% Kurang
41 − 60% Cukup
61 − 80% Baik
81 − 100% Baik Sekali
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Pengaruh Blended Learning Berbantuan Google Classroom
terhadap Berpikir Kritis Siswa SMA pada Konsep Alat Optik dilaksanakan di
SMA Muhammadiyah 8 Ciputat, pada tanggal 11 Februari sampai 21 Februari
2020. Sampel penelitian berjumla 58 siswa. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas IPA 2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional yang berbasis saintifik. Pada sub bab ini akan
diuraikan gambaran umum dari data yang telah diperoleh.
Data yang dideskripsikan merupakan data hasil pretest dan posttest, kelas
eksperimen dan kelas kontrol, data pretest diperoleh lebih dahulu sebelum kedua
kelas diberikan pembelajaran yang berbeda untuk memastikan kemampuan awal
kedua kelas penelitian sama. Sedangkan data posttest diperoleh setelah kedua
kelas melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran yang berbeda.
Peneliti menggunakan soal posttest yang sama dengan soal pretest. Adapun data
hasil penelitian pretest dan posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan
kontrol adalah sebagai berikut:
1. Data Hasil Pretest
Kemampuan awal berpikir kritis siswa sebelum mendapat perlakuan dapat
dilihat dari hasil pretest. Hasil pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada gambar 4.1.
61
Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Skor Pretest Keterampilan berpikir
kritis
Gambar 4.1 merupakan sebaran skor pretest siswa pada tiap-tiap interval
kelas kontrol maupun kelas eksperimen jika skor maksimalnya adalah 40 (total 10
butir soal). Pada rentang skor 1 – 2 didapat oleh 12 siswa kelas eksperimen dan 11
siswa kelas kontrol. Rentang skor 3 – 4 didapat oleh 11 siswa kelas eksperimen
dan 9 siswa kelas kontrol. Rentang skor 5 – 6 didapat oleh 3 siswa kelas
eksperimen dan 6 siswa kelas kontrol. Rentang 7 – 8 didapat oleh 3 siswa kelas
eksperimen dan 3 siswa kelas kontrol.
Skor pretest tertinggi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berada pada
interval skor 7-8 dengan frekuensi 3 siswa kelas eksperimen dan 3 siswa kelas
kontrol Skor pretest terendah pada kedua kelas berada pada interval skor 1-2
dengan frekuensi 23 siswa yakni 12 siswa kelas eksperimen 11 siswa kelas
kontrol.
Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh beberapa nilai pemusatan dan
penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
12 11
3 3
11
9
6
3
0
2
4
6
8
10
12
14
1-2 3-4 5-6 7-8
FREK
UEN
SI S
ISW
A
INTERVAL SKOR
FREKUENSI KELASEKSPERIMEN
FREKUENSI KELASKONTROL
62
Tabel 4. 1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Skor terendah 1 1
Skor tertinggi 8 8
Mean 3,379 3,586
Median 3 4
Modus 2 2
Standard Deviasi 1,860 1,937
Tabel 4.1 menunjukkan skor terendah yang diperoleh kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah sama, yaitu 1. Sedangkan skor tertinggi pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, yaitu 8. Rata-rata skor yang diperoleh
kelas eksperimen sebesar 3,379 dan kelas kontrol sebesar 3,586. Median yang
diperoleh kelas eksperimen sebesar 3 dan kelas kontrol sebesar 4. Modus yang
diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol keduanya adalah 2. Standard deviasi
pada kelas eksperimen sebesar 1,860 dan pada kelas kontrol sebesar 1,937.
2. Data Hasil Posttest
Kemampuan akhir berpikir kritis siswa setelah melaksanakan pembelajaran
dapat dilihat dari hasil posttest. Hasil posttest pada kelas eksperimen dengan
pembelajaran model blended learning dan kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional (tatap muka) dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:
63
Gambar 4. 2 Diagram Batang Distribusi Skor Postest Keterampilan berpikir
kritis
Gambar 4.2 merupakan sebaran skor posttest siswa pada tiap-tiap interval
kelas kontrol maupun kelas eksperimen jika skor maksimalnya adalah 40 (total 10
butir soal). Rentang skor 6 – 10 didapat oleh 0 siswa kelas eksperimen dan 5
siswa kelas kontrol. Rentang skor 11 – 15 didapat oleh 2 siswa kelas eksperimen
dan 12 siswa kelas kontrol. Rentang skor 16 – 20 didapat oleh 5 siswa kelas
eksperimen dan 8 siswa kelas kontrol. Rentang 21 – 25 didapat oleh 6 siswa kelas
eksperimen dan 2 siswa kelas kontrol. Rentang 26 – 30 didapat oleh 7 siswa kelas
eksperimen dan 2 siswa kelas kontrol. Retang 31 – 35 hanya didapat oleh 7 siswa
kelas eksperimen. Rentang 36 – 40 hanya didapat 2 siswa kelas eksperimen.
Skor posttest tertinggi pada kelas kontrol pada interval 26 – 30 dengan
frekuensi 2 siswa dan kelas eksperimen 36 – 40 dengan frekuensi 2 siswa. Skor
posttest terendah kelas kontrol pada interval 6 – 10 dengan frekuensi 5 siswa dan
kelas eksperimen pada interval 11 – 15 dengan frekuensi 2 siswa.
Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh beberapa nilai pemusatan dan
penyebaran data dari nilai posttest yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini.
0
2
5 6
7 7
2
5
12
8
2 2
0 0 0
2
4
6
8
10
12
14
6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 31-35 36-40
fre
kue
nsi
sis
wa
interval skor
FREKUENSI KELASEKSPERIMEN
FREKUENSI KELASKONTROL
64
Tabel 4. 2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Skor terendah 15 8
Skor tertinggi 37 30
Mean 26,448 15,655
Median 26 15
Modus 20 10
Standard Deviasi 6,294 5,300
Tabel 4.2 menunjukkan skor terendah yang diperoleh kelas eksperimen
adalah 15 dan kelas kontrol adalah 8. Sedangkan skor tertinggi pada kelas
eksperimen adalah 37 dan kelas kontrol adalah 30. Rata-rata skor yang diperoleh
kelas eksperimen sebesar 26,448 dan kelas kontrol sebesar 15,655. Median yang
diperoleh kelas eksperimen sebesar 26 dan kelas kontrol sebesar 15. Modus yang
diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berturut-turut 20 dan 10.
Standard deviasi pada kelas eksperimen sebesar 6,294 dan pada kelas kontrol
sebesar 5,300.
3. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Peningkatan keterampilan berpikir kritis dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus N-gain. Nilai N-gain pada masing-masing kelas diperoleh
dari rata-rata skor N-gain yang diperoleh siswa pada masing-masing kelas melalui
perhitungan selisih skor posttest dan skor pretest yang dibandingkan dengan
selisih antara skor ideal dan skor pretest sehingga diperoleh nilai N-gain pada
masing-masing siswa di dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tabel 4.3
merupakan tabel hasil rata-rata N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol.
65
Tabel 4. 3 Rata-rata Hasil Perhitungan N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas N-gain Keterangan
Eksperimen 0,63 Sedang
Kontrol 0,33 Sedang
4. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Per
Indikator
Peningkatan per indikator pada keterampilan berpikir kritis siswa
didapatkan dari rata-rata skor N-gain siswa pada masing-masing kelas yaitu pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Terdapat pada tabel Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4. 4 Rata-rata N-gain Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No indikator N-Gain
Eksperimen Kategori Kontrol Kategori
1 Menjawab pertanyaan
klarifikasi 0,43 sedang 0,13 Rendah
2
Menilai kreadibilitas
sumber berdasarkan
kriteria : kemampuan
memberikan alasan
0,68 sedang 0,56 Sedang
3
Membuat keputusan
dan
mempertimbangkan
hasil (make and judge
value judgements)
dengan latar belakang
fakta
0,66 sedang 0,24 Rendah
4
Berinteraksi dengan
orang lain : strategi
yang logis
0,70 sedang 0,30 Rendah
Lampiran C3
66
Tabel 4.4 menunjukkan rata-rata skor N-gain untuk kelas eksperimen pada
indikator menjawab pertanyaan klasifikasi sebesar 0,43 berada pada kategori
sedang, menilai kredibilitas dari sebuah sumber sebesar 0,68 berada pada kategori
sedang, membuat keputusan dan menentukan hasil pertimbangan sebesar 0,66
berada pada kategori sedang, dan berinteraksi dengan orang lain sebesar 0,70
berada pada kategori sedang. Rata-rata skor N-gain untuk kelas kontrol pada
indikator indikator menjawab pertanyaan klasifikasi sebesar 0,13 berada pada
kategori rendah, menilai kredibilitas dari sebuah sumber sebesar 0,56 berada pada
kategori sedang, membuat keputusan dan menentukan hasil pertimbangan sebesar
0,24 berada pada kategori rendah, dan berinteraksi dengan orang lain sebesar 0,30
berada pada kategori rendah.
5. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas digunakan pada dua buah data, yaitu pretest dan
posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas kedua data ini
menggunakan uji Shapiro Wilk dengan bantuan Software Statistical Product and
Service Solutions (SPSS). Data terdistribusi normal apabila nilai sig. > 0,05 (5%)
maka H0 diterima. Hasil uji normalitas kedua data, yaitu pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4. 5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Sig. (2-tailed) 0,067 0,056 0,135 0,438
Taraf signifikasi
( ) 0,05 0,05 0,05 0,05
Kesimpulan
Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Lampiran C.4 dan C5
67
Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk pada taraf signifikan 0,05
diperoleh nilai sig. pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kesimpulan diambil dari ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika sig.
> 0,05 maka H0 diterima sehingga data terdistribusi normal. Tabel 4.5
menunjukkan bahwa kedua kelas memperoleh nilai sig. pretest dan posttest lebih
dari taraf signifikan (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki
kemampuan berpikir kritis yang homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas
hasil pretest dan posttest menggunakan uji Levene dengan bantuan Software
Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Kedua data hasil pretest dan
posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol dinyatakan homogen atau sama
apabila nilai sig. maka H0 diterima, data dinyatakan memiliki varian yang
sama (homogen). Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Sig. 0,186 0,787
( ) 0,05 0,05
Kesimpulan Kedua kelas homogen Kedua kelas homogen
Lampiran C.6 dan C7
Berdasarkan uji homogenitas Lavene Statistic pada taraf signifikan 0,05
diperoleh nilai sig. data hasil pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kesimpulan diambil berdasarkan ketentuan pengujian hipotesis
homogenitas, yaitu jika sig. > 0,05 maka H0 diterima sehingga data memiliki
varian yang sama atau homogen. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai sig. data
68
pretest dan posttest lebih dari taraf signifikan (0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa varian data pada kedua kelas sama atau homogen.
6. Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh informasi bahwa data
pretest dan posttest terdistribusi normal dan memiliki varian yang sama
(homogen). Oleh karena itu, pengujian hipotesis menggunakan analisis statistik
parametrik berupa Uji-T melalui software SPSS. Hasil uji hipotesis pretest dan
posttest dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4. 7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan Posttest
Uji-T Uji Hipotesis
Hasil Pretest Hasil Posttest
Sig. (2-tailed) 0,68 0,001
Taraf Signifikasi ( ) 0,05 0,05
Kesimpulan H0 diterima H1 diterima
Lampiran C.8 dan C9
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-T pada taraf signifikan 0,05
diperoleh nilai sig. (2-tailed) data hasil prestest dan posttest dari kedua kelas.
Kesimpulan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis, yaitu jika
sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak dan jika sig. (2-tailed) <
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima . Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai sig.
(2-tailed) data hasil pretest di atas taraf signifikan (0,05), yaitu sebesar 0,680
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
pretest kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Sedangkan nilai sig. (2-tailed) data hasil posttest di bawah taraf signifikan (0,05),
yaitu sebesar 0,001 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
rata-rata posttest keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
69
7. Hasil Analisis Angket
Hasil data angket yang diperoleh dari kelas eksperimen yang diberi
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model Blended Learning
berbantuan Google Classroom yang kemudian diolah berdasarkan tiap-tiap
indikatornya menghasilkan data berupa persentase dan kemudian diinterpretasi
dalam bentuk keterangan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran model
Blended Learning. Hasil respon siswa terhadap pembelajaran model Blended
Learning berbantuan Google Classroom dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4. 8 Respon Ketertarikan Siswa Terhadap Pembelajaran Model
Blended Learning Berbantuan Google Classroom
Indikator Sinkronus Ket. Asinkronus Ket. Blended
Learning
Ket.
Sikap 70.75% SB 61.67% SB 66.21% SB
Minat 79% HS 65% SB 72% SB
Pemahaman 67% SB 61% SB 64% SB
Rata-rata
Total 72.25% SB 62.55% SB 67.40% SB
Lampiran C.14
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa penerapan model Blended Learning berbantuan
Google Classroom dalam proses pembelajaran fisika pada konsep alat optik
sebagian besar siswa memberi tanggapan yang positif atau tertarik dengan nilai
rata-rata 67.40%.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model blended
learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi alat optik.
Penelitian ini seiring dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan
keterampilan berpikir yang salah satunya keterampilan berpikir kritis.
Berdasarkan pencapaian rata-rata skor pretest yang diperoleh masing-masing
70
kelas masih di bawah skor ideal yaitu (4 dari 40) dengan rata-rata hasil pretest
kelas eksperimen maupun kelas kontrol, yaitu sebesar 3,38 dan 3,59. Kedua kelas
memiliki keterampilan berpikir kritis yang sangat rendah, hal ini dikarenakan
siswa belum terbiasa dan terlatih menjawab soal-soal yang memerlukan
keterampilan berpikir kritis, serta pendekatan pembelajaran yang tidak
menekankan keterlibatan siswa secara individual, sehingga siswa tidak terpanggil
untuk mempelajari fisika secara mendalam untuk mencapai hasil yang maksimal.
Kemudian, pembelajaran yang masih menerapkan metode konvensional belum
dapat mengakomodir perbedaan individu terlebih lagi dengan jumlah siswa yang
banyak dalam satu kelas, perhatian siswa yang terbatas serta muatan teori yang
membutuhkan pemahaman mendalam. Sehingga proses pembelajaran cendrung
berorientasi pada metode imposisi yaitu ketika pembelajaran berlangsung, guru
hanya menyampaikan materi pelajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang
dianggap penting oleh guru bagi siswa. Hal ini didukung oleh penelitian Dian
Lestari, dkk yang mengatakan guru kurang memanfaatkan fasilitas internet yang
ada di sekolah dan masih menggunakan metode pembelajaran konvensional
sehingga memerlukan pembelajaran alternatif dan inovatif.109
Keterampilan berpikir kritis siswa kedua kelas meningkat setelah diberikan
perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberikan kemampuan pembelajaran
dengan menggunakan model Blended Learning berbantuan Google Classroom
sedangkan pembelajaran kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional (tatap
muka) dengan pendekatan saintifik. Keterampilan berpikir kritis siswa dapat
dilihat dari hasil posttest yang menggunakan soal yang sama dengan pretest. Hasil
posttest menunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen
meningkat hingga rata-rata skor 26,44. Sedangkan keterampilan berpikir kritis
siswa kelas kontrol meningkat hingga rata-rata skor 15,56. Meskipun
keterampilan akhir kedua kelas meningkat, namun keterampilan akhir kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol yaitu sebesar 1,6 kali
keterampilan akhir kelas kontrol. Lebih tingginya hasil kemampuan akhir siswa
109 Diana Lestari, dkk.,pengembangan perangkat blended learning sistem saraf manusia
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, 2016, h.86
71
kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol tersebut disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya: 1) Terlatihnya kemampuan siswa dalam mengkontruksi
pengetahuannya dalam memahami fisika secara mendalam selama pembelajaran
dan 2) keantusiasan dan ketertarikan siswa kelas eksperimen selama proses
pembelajaran.hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Ibrahin Yasar, dkk yang
menghasilkan data bahwa hasil pretest dan posttest dari kelas kontrol dan
eksperimen kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan yang
signifikan dengan pembelajaran blended learning.110
Penerapan model Blended Learning dengan pendekatan flipped classroom
(kegiatan asinkronus mandiri) siswa terlibat dalam mengkonstruk pengetahuannya
sendiri sebelum mengikuti pembelajaran face to face dengan bahan ajar yang bisa
diakses kapan saja melalui Google Classroom. Pada kegiatan sinkronous langsung
di kelas siswa terlibat secara aktif dalam penyampaian dan menyimak presentasi
materi, diskusi dan siswa saling berkolaborasi antar anggota kelompok dalam
merumuskan pemecahan masalah pada lembar LKPD (Lembar Kerja Peserta
Didik). Siswa tidak hanya menjadi pendengar saat pembelajaran fisika
berlangsung dan siswa tidak merasa bosan.
Peningkatan skor keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen
sebesar 0,63 dengan kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,33
dengan kategori sedang. Keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dan
kontrol sama-sama mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan
peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas kontrol, kelas eksperimen
mengalami peningkatan 2 kali dari peningkatan kelas kontrol. Rendahnya
peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas kontrol diakibatkan oleh
kurang terlatihnya siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis
selama proses belajar berlangsung. Siswa hanya menerima informasi ataupun
pengetahuan yang disampaikan oleh guru. sehingga siswa tidak optimal dalam
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini didukung oleh penelitian
... yang mengatakan pada kelas kontrol pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas
110 Ibrahim Yasar Kazu, Dkk., Effect Of Blended Learning Environment Model On High School Students‟
Academic Achievement, Vol 13, 2014 , h.83
72
pada materi yang diberikan oleh guru dan siswa pasif dalam menerima materi
serta kurang mampu dalam berpikir kritis.111
Peningkatan keterampilan berpikir
kritis siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
disebabkan oleh penggunaan model Blended Learning berbantuan Google
Classroom, saat proses pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai subjek
dan objek belajar serta dapat mengakomodir perbedaan individu.
Pembelajaran kelas eksperimen dengan model Blended Learning
melibatkan siswa pada dua proses kegiatan pembelajaran yang dilalui, yaitu
kegiatan asinkronus mandiri dan sinkronus langsung (face to face). Asinkronus
mandiri dilakukan dengan meminta siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri
dengan belajar mandiri melalui bahan ajar yang dapat diakses kapan saja melalui
Google Classroom dan melakukan kuis online sebagai prasyarat mengikuti
pembelajaran face to face di kelas. Sinkronus langsung memberi penguatan
pengetahuan kepada siswa serta siswa akan menerapkan pengetahuan yang telah
didapatkan selama proses pembelajaran asinkronus mandiri. Sedangkan,
pembelajaran kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional
dengan pendekatan santifik, siswa tidak terlibat aktif hanya mendengarkan
penjelasan guru dan hanya beberapa siswa yang terlibat ketika sesi tanya jawab di
akhir pembelajaran. Siswa tidak terbiasa memproses pengetahuannya secara
optimal dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hasil uji hipotesis diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,001 (sig. (2-
tailed) 0,05). menghasilkan interpretasi bahwa ditolak dan diterima.
Kesimpulan dari hipotesis statistik tersebut, terdapat pengaruh yang signifikan
pada keterampilan berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan penerapan model
Blended Learning pada kelompok eksperimen dari siswa pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang mengungkapkan bahwa
pembelajaran dengan model Blended Learning dapat meningkatkan pemahaman
111 Cindya Alfi, Sumarmi, Ach Amirudin, Pengaruh Pembelajaran Geografi Berbasis
Masalah Dengan Blended Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA, Vol. 1 no.
4, 2016, h. 601
73
konsep dan penalaran pada materi fisika, serta melatih siswa untuk mandiri dan
aktif. Sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa.112
Selain itu, 80% siswa kelas eksperimen merasa mudah memahami konsep
alat optik setelah menggunakan model Blended Learning. Hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya, yaitu pembelajaran yang terintegrasi teknologi mampu
meningkatkan pemahaman konsep serta kemampuan pemecahan masalah
siswa.113
Kemudian, Siswa kelas eksperimen antusias dan tertarik mempelajari
konsep alat optik selama proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat dalam hasil
angket repon siswa terkait pembelajaran model Blended Learning berbantuan
Google Classroom yaitu sebesar 67.40%, menunjukkan sebagian besar siswa
tertarik dengan pembelajaran menggunakan model Blended Learning ini. Hal ini
sejalan pula dengan penelitian sebelumnya bahwa pembelajaran Blended Learning
mampu meningkatkan motivasi siswa.114
Pembelajaran model Blended Learning ini memiliki beberapa
keterbatasan, diantaranya: 1) penelitian ini hanya diteliti pada materi alat optik,
sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada materi lain 2) pembelajaran dengan
model Blended Learning membutuhkan akses internet yang stabil baik siswa
maupun guru, sehingga harus mempunyai kuota internet dan wifi yang memadai
3) pengontrolan terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi
pembelajaran sinkronus langsung (face to face) pada variabel model Blended
Learning dan keterampilan berpikir kritis. Kegiatan asinkronus mandiri tidak
sepenuhnya dikontrol, hanya menekankan pada sikap jujur siswa ketika
memberikan keterangan sudah melakukan pembelajaran asinkronus mandiri
sebelum diakhiri dengan pretest sebagai prasyarat mengikuti kegiatan
pembelajaran sinkronus langsung (face to face) di kelas.
112 Hermawanto, S. Kusairi, dan Wartono, “Pengaruh Blended Learning Terhadap
Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Siswa Kelas X”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
vol.9, 2013, h.67-76. 113 I.M. Dwi, H. Arif, dan K. Sentot, “Pengaruh strategi Problem Based Learning Berbasis
ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika”, Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, vol.9, 2013, h.8-17. 114 Izzudin Syarif, “The Influence of Blended Learning Model on Motivation and
Achievment of Vocational School Student”, Jurnal Pendidikan Vokasi, vol.2, 2012, h.235-249.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan model
Blended Learning berbantuan Google Classroom berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa pada konsep alat optik, berdasarkan uji paired sample t test hasil
ouput pair 1 dan 2 diperoleh nilai signifikan (2-tailed) sebesar .
2. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaaan rata-rata keterampilan
berpikir kritis siswa untuk pretest dan posttest kelas eksperimen yang
menerapkan pembelajaran fisika dengan model Blended Learning berbantuan
Google Classroom, berdasarkan uji independent sample t test diperoleh nilai
signifikan (2-tailed) sebesar
3. Sebagian besar siswa tertarik terhadap sinergitas teknologi yang dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran serta keaktifan siswa. Hal ini
menunjang keterampilan kesiapan digital siswa, agar dapat memanfaatkan
teknologi internet secara ramah dan positif dalam proses pembelajaran. Rata-
rata persentase respon siswa terhadap pembelajaran Blended Learning
berbantuan Google Classroom sebesar 67.40%.
B. Saran
1. Peneliti maupun guru yang hendak menerapkan pembelajaran model Blended
Learning berbantuan Google Classroom diharapkan dapat memastikan akses
sinternet yang stabil dan ketersediaan smartphone masing-masing siswa untuk
dapat mengakses aplikasi mobile Google Classroom secara pribadi.
2. Peneliti maupun guru yang hendak menerapkan model Blended Learning
berbantuan Google Classroom perlu menguasai materi, mengarahkan secara
jelas, membimbing dan memotivasi siswa dalam diskusi sehingga penerapan
metode ini berjalan sesuai rencana pembelajaran
74
3. Hasil belajar siswa akan maksimal jika selama proses pembelajaran baik
sinkronus maupun asinkronus dapat dikontrol sepenuhnya sehingga siswa
dapat memahami konsep yang diajarkan dengan baik selama proses
pembelajaran
4. Guru dapat menerapkan dan mengaplikasikan Pembelajaran model Blended
Learning berbantuan Google Classroom materi lain selain dari konsep Alat
Optik dalam fisika.
75
5. Peneliti maupun guru yang hendak menerapkan pembelajaran model Blended
Learning berbantuan Google Classroom diharapkan dapat memastikan akses
internet yang stabil dan ketersediaan smartphone masing-masing siswa untuk
dapat mengakses aplikasi mobile Google Classroom secara pribadi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Akgunduz, Devrim dan Orhan Akinoglu. “The Effect of Blended Learning and Social
Media-Supported Learning on the Students’ Attitude and Self-Directed Learning Skills in
Science Education”. Vol 15, 2016.
Alfi, Cindya dan Sumarni, dkk. “Pengaruh Pembelajaran Geografi Berbasis
Masalah Dengan Blended Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa”, 2016.
Apriani, Wahyuni Eka “Penerapan Google Classroom dalam Pembelajaran
Akuntansi”. Skripsi Pada Fakulatas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta”. Yogyakarta, 2018.
Arifin, Zainal Arifin. ”Evaluasi Pembelajaran”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Arikunto, Suharsimi. “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2”. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Broto, Gatot S. Dewa (Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian
Kominfo). “Riset Kominfo dan UNICEF mengenai perilaku anak dan
remaja dalam menggunakan internet”, https://kominfo.go.id, pada tanggal
16 Januari 2017 pukul 19:28
Ekawati, Noor Emmy. “Application of Blended Learning with Edmodo
Application Based on PDEODE Learning Strategy to Increase Student
Learning Achievement”. Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, vol.8, 2018
Ennis, Robert H. “Critical Thinking”. United States of America: Prentice Hall,
1996
Fisher, Alec. “Bepikir Kritis:Sebuah pengantar”. Jakarta:Erlangga, 2009.
Giancoli, Douglas C. “Fisika Edisi Lima jilid “. Jakarta: Erlangga, 1999.
Gunawan, Fransiskus Ivan. “Pengembangan Kelas virtual dengan Google
Classroom dalam keterampilan pemecahan masalah (problem solving) topik
vektor pada siswa SMK untuk mendukung pembelajaran”. Prosiding
Seminar Nasional, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2018.
77
Hakim, Abdul Bahir. “Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google
Classroom dan Edmodo”, Jurnal I-statement STIMIK ESQ, vol.2, no.1,
2016.
Herlanti, Yanti. “Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains”.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Hermawanto, S. Kusairi, dan Wartono. “Pengaruh Blended Learning Terhadap
Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Siswa Kelas X”, Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, vol.9, 2013.
Hidayat, Wahyu dan Nugroho Arif Sudibyo. “Implementasi Pembelajaran
Interaktif Elektronika Dasar Menggunakan Adobe Flash CS6 pada Kelas
Semu dengan Google Classroom Berbasis Framework”. Jurnal Sains dan
Edukasi Sains, vol.1, no.2, 2018.
Husamah. “Pembelajaran Bauran (blended learning)”. Jakarta:Prestasi Pustaka,
2014.
I.M. Dwi, H. Arif, dan K. Sentot, “Pengaruh strategi Problem Based Learning
Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Fisika”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, vol.9, 2013.
Izzudin, Syarif. “The Influence of Blended Learning Model on Motivation and
Achievment of Vocational School Student”, Jurnal Pendidikan Vokasi,
vol.2, 2012.
Jati, B. M. Eka dan T. K. Priyambodo. “Fisika Dasar: Listrik-Magnet, Optika,
Fisika Modern untuk mahasiswa ilmu-ilmu eksakta & Teknik”. Yogyakarta:
C.V Andi Offset, 2010.
Kanginan, Marthen. “FISIKA untuk SMA/MA kelas XI: kelompok Permintaan
Matematika dan Ilmu Alam. Jilid 2”. Jakarta: Erlangga, 2013.
Lamri, Cham Eddine dan Hafida Hamzaoui. “Developing ELP Students’ Reading
Skills through a Blended Learning Approach” Vol. 4, 2018
Lestari, Dian dan Sri Mulyani, dkk. “Pengembangan Perangkat Blended
Learning Sistem Saraf Manusia Untuk Meningkatkan Keteampilan Berpikir
Kritis”, 2016.
Loft, Graeme dan Dan O‟keeffe, dkk. “Jacaranda Fisika Jilid 1 Edisi Kedua”.
Jakarta: Ganeca Exact, 2008.
McGregor, Debra. “Developing Thinking: Developing Learning: A Guide to
Thinking Skills In Education”. New York: McGraw-Hill, 1997.
78
Ojaleye, Omotayo and Adeneye O. A. Awofala. “Blended Learning and Problem-
Based Learning Instructional Strategies as Determinants of Senior
Secondary School Students’ Achievement in Algebra”. International
Journal Of Research In Education and Sains, vol.4, no.2, 2018.
Prawiradilaga, Dewi salma. “Mozaik teknologi pendidikan e-learning”. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2013
Purwanto, Ngalim. “Psikologi Pendidikan”. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Ramadhani, Dhia Ghina. “Communication Effectiveness Of Online Media Google
Classroom In Supporting The Teaching And Learning Process At Civil
Engineering University Of Riau”, JOM FISIP, vo.4, no.1, 2017.
Riduwan dan Akdon. “Rumus dan Data Dalam Analisis Statiska”. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Riduwan, “Belajar Mudah Penelitian”. Bandung: Alfabeta, 2013.
Riyanto, Nokman. “Tujuh Karya Satu Buku”. Banjarnegara: Pelita Gemilang
Sejahtera, 2018.
Rosnawati. “Enam Tahapan Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika untuk
Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tingginya”. Seminar Nasional,
Yogyakarta, 16 Mei 2009.
Rusman. “Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer”. Bandung: Alfabeta,
2013
Rusman. “Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru
Edisi Kedua”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Siregar, Syofian. “Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif”. Jakarta:
Bumi Aksara, 2014.
Sripudin, Aip dan Dede Rustiawan K, dkk. “praktis Belajar Fisika Untuk kelas
XI”. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan
R&D)”. Bandung:Alfabeta,2015.
Sukmadinata, Nana Syaodih “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Sunardi dan dkk.” Buku Guru FISIKA”. Bandung: Yrama Widya, 2014.
79
Sutopo, Ariesta Hadi. “Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan”.
Yogyakarta:Graha Ilmu,2012.
Sutrisna, Deden. “Meningkatkan kemampuan Literasi Mahasiswa Menggunakan
Google Classroom”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
vol.13, no.2, 2018.
Ventayen, Rady Joy Magno et. Al. “Usability Evaluation of Google Classroom:
Basis for the Adaptation of GSuite E-Learning Platform” Asia Pasific
Journal Of Education, vol.5, no.1, 2018.
Wicaksono, Vicky Dwi dan Putri Rachmadyanti. “Pembelajaran Blended
Learning Melalui Google Classroom di Sekolah Dasar”. Seminar Nasional
Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa, 2017.
Yahfizham, dkk. “Pembelajaran Awan Berbasis Perangkat Lunak Sebagai Suatu
Layanan Analisis Deskriptif”. Jurnal Teknologi, vol.17, no.3, 2018.
80
LAMPIRAN A
PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Lembar Wawancara Guru Pada Studi Pendahuluan
2. RPP Kelas Eksperimen
3. RPP Kelas Kontrol
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
81
Lampiran A. 1 lembar wawancara guru pada studi pendahuluan
PEDOMAN WAWANCARA
STUDI PENDAHULUAN
I. Identitas Sekolah
A. Sekolah : SMA Muhammadiyah 8 Ciputat
B. Alamat : Jl. Dewi Sartika, Gg. Nangka No. 4 Cimanggis,
Ciputat
C. Tanggal : 17 April 2018
II. Identitas Bapak/Ibu
A. Nama Bapak/ibu : Yesma Aini S.Pd
B. Jabatan : Guru Bidang Studi Fisika
C. Lama mengajar : 14 Tahun
III. Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan Jawaban
Umum
1. Apakah sekolah memiliki fasilitas wifi bagi
siswa?
Ada, sedang mulai dipasang untuk setiap kelas
Kurikulum
2. Apa kurikulum yang digunakan disekolah
ini?
Sudah menerapkan kurikulum 2013
3. Berapa jam pembelajaran fisika dalam
seminggu kelas X, XI,XII?
X IPA = 4 JP perminggu, X IPS Fisika Lintas
Minat = 3 JP perminggu, XI IPA dan XII IPA
= 4 JP setiap minggu
4. Apakah waktu yang disediakan sekolah
cukup untuk membahas seluruh materi
pembelajaran fisika?
Terkadang cukup terkadang kurang
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru
mengantisipasi jika jam pembelajaran fisika
telah habis namun ada beberapa materi
yang belum terbahas?
Penugasan atau misal materi terlalu banyak
siswa dibentuk kelompok untuk presentasi
dikelas.
Materi Fisika
6. Pada saat pembelajaran, kesulitan apa
menurut Bapak/Ibu yang sering ditemui
siswa dalam pembelajaran fisika?
Kesulitan pada umumunya siswa, beberapa
siswa paham tapi ada juga yang tidak paham.
82
7. Konsep fisika apa yang paling sulit dipahami? Baik dikelas X, XI, XII?
Kelasa X biasanya materi gerak lurus, kelas XI biasanya Fluida dinamis, termodinamika,
kelas XII biasanya kemagnetan
8. Apakah materi Alat Optik tergolong sulit
dipahami oleh siswa? Mengapa?
Bukan sulit, alat optik banyak materi jadi
terkadang ada yang terlewat
Model Blended learning
9. Model pembelajaran apakah yang biasa
Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran?
Biasanya Kooperatif seperti diskusi dan tanya
jawab. Masih menggunakan pembelajaran
siswa mendengarkan saya yang ngejelasin.
Lalu dikasih contoh soal dan siswa ngerjain
soal latihan.
10. Apakah siswa diperbolehkan menggunakan
smartphone/komputer/laptop saat
pembelajaran fisika?
Boleh
11. Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan
materi atau penugasan berbasis internet?
Tidak, tapi sistem ulangan disekolah sudah
menggunakan komputer
12. Apakah Bapak/Ibu mengetahui model pembelajaran blended? Jika iya, seperti apa
pembelajaran blended yang Bapak/Ibu
ketahui?
Tidak
13. Pernahkan Bapak/Ibu menerapkan model
pembelajaran Blended pada pembelajaran?
Tidak, paling saya memberikan tugas buat cari
jawabanya di internet.
Berpikir Kritis
14. Menurut Bapak/Ibu apakah penting siswa
memiliki kemampuan berpikir kritis dalam
pembelajaran fisika?
Perlu
15. Apakah para siswa pernah dilatih menjawab
pertanyaan/soal-soal yang memerlukan
kemampuan berpikir kritis?
Kalau dilatih banget si belum karena
keterbatasan kemampuan anak. tapi terkadang
latihan soal dibuku paket mereka sudah
menunjukan soal HOTS menurut saya.
16. Menurut Bapak/Ibu apakah model
pembelajaran blended dapat meningkatkan
kemampuam berpikir kritis siswa?
Sepertinya bisa karena mungkin siswa akan
antusias.
83
84
Lampiran A. 2 RPP Kelas Eksperimen
Eksperimen
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA Muhammadiyah 8 Ciputat
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI-1/Genap
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Pertemuan Ke : 1
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya*)
KI-2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai ceriminan bangsa
dalam pergaulan dunia*)
KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar dan mengaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI (IPK)
KD-3 KD-4
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik
menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan
lensa
4.11 Membuat karya yang menerapkan prinsip
pemantulan dan/atau pembiasan pada cermin
dan lensa
IPK IPK
3.11.1. Menjelaskan cara kerja mata 4.11.1. Presentasi kelompok tentang cara kerja
mata, kacamata dan lup 3.11.2. Menjelaskan cara kerja lup
3.11.3. Menyebutkan bagian-bagian kamera -
85
dan fungsinya
3.11.4. Memecahkan masalah pada penderita cacat mata
-
3.11.5. Mengalisis cara kerja kamera -
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara kerja mata dengan benar setelah mendapat
penjelasan mengenai alat optik mata melalui kegiatan pembelajaran sinkronus dan
asinkronus berbantuan Google Classroom.
2. Siswa diharapkan dapat memecahkan masalah terkait cacat mata pada kehidupan
sehari-hari setelah mendapat penjelasan mengenai kacamata dan formula rumus pada
cacat mata melalui kegiatan pembelajaran sinkronus dan asinkronus berbantuan
Google Classroom.
3. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara kerja lup setelah mendapat penjelasan
mengenai definisi serta formula rumus lup melalui kegiatan sinkronus dan asinkronus
berbantuan Google Classroom.
4. Siswa diharapkan dapat menyebutkan bagian-bagian kamera dengan tepat setelah
mendapat penjelasan mengenai definisi serta kamera melalui kegiatan pembelajaran
sinkronus dan Asinkronus berbantuan Google Classroom.
5. Siswa diharapkan menganalisis cara kerja kamera dengan tepat setelah mendapat
penjelasan mengenai kamera melalui kegiatan pembelajaran sinkronus dan
Asinkronus berbantuan Google Classroom.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Peta Konsep
86
Gambar 1.1 Peta Konsep
2. Ringkasan Materi
a. Mata
Mata merupakan indra penglihatan yang terdiri dari bagian-bagian penting
diantaranya kornea, Aquaeus Humour, diafragma, pupil, lensa mata dan
retina.
Gambar 1.2 Bagian-bagian Mata
Proses penyesuaian lensa mata dengan jarak objek yang diamati disebut
akomodasi.
Titik dekat (punctum proximum) adalah titik terdekat yang masih dapat
dilihat
dengan jelas oleh mata (± 25 cm).
Titik jauh (punctum remotum) adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat
dengan jelas oleh mata.
Untuk menentukan jarak fokus lensa mata saat mengamati suatu benda,
berlaku
persamaan
Keterangan:
f = jarak fokus
s = jarak benda
s‟ = jarak bayangan
b. Cacat Mata
Gangguan yang mengalami gangguan penglihatan dinamakan cacat mata.
Beberapa jenis cacat mata yang sering terjadi:
Rabun Jauh (Miopi) cacat mata ini memiliki titik dekat = 25 cm, tetapi titik
jauhnya kurang dari tak hingga.
Rabun Dekat (Hipermetropi) cacat mata ini memiliki titik dekat lebih jauh
dari
pada titik dekat mata normal (titik dekat 25 cm).
Mata tua (Presbiopi) cacat mata ini memiliki titik dekat lebih jauh daripada
titik
dekat mata normal ( titik dekat > 25 cm) dan titik jauhnya lebih dekat
87
daripada
titik jauh mata normal (titik jauh <~).
Astigmatisme penglihatan penderita merasa tampak kabur
c. Kamera
Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan gambar.
Bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah nyata, terbalik dan
diperkecil.
Bagian-bagian penting kamera mekanik (bukan otomatis) diantaranya lensa
cembung, diafragma, aperture, shutter pembuka/penutup, pelat film.
Gambar 1.3 Bagian-bagian Kamera
d. Lup
Lup terbuat dari lensa cembung. Lup menghasilkan bayangan yang lebih
besar dari pada bendanya sehingga sering disebut sebagai kaca pembesar.
lup memiliki perbesaran angular, yaitu perbandingan antara ukuran angular
benda yang dilihat menggunakan alat optik (β) dan ukuran anglar benda
yang dilihat tanpa menggunakan alat optik (α). Perbesaran angular pada lup
seperti
pada persamaan (1) berikut.
E. MODEL PEMBELAJARAN
Blended Learning
F. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Flipped Classroom
G. METODE PEMBELAJARAN
Presentasi, Diskusi kelompok, tanya jawab dan penugasan
H. MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR
88
a. Media
LKS Konsep Alat optik, ppt, video
b. Alat/Bahan
Handphone, Laptop, LCD, Papan tulis, spidol, penghapus
c. Sumber belajar
Buku Fisika
1) Douglas, C. Giancol. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2001
2) Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2017
I. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan
Blended
Learning
Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu Guru Siswa
Pendahuluan
Orientasi Meminta ketua kelas
memimpin doa dan
mengucapkan salam kepada
guru
Ketua kelas menyiapkan,
memimpin doa, dan memimpin
salam kepada guru
10
menit
Mengabsen kehadiran siswa Mengangkat tangan saat namanya
disebut oleh guru
Membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok diskusi.
Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen
Setiap kelompok diskusi
memastikan semua anggota
kelompok berkumpul di kategori tempat masing-masing kelompok
Membagikan Lembar Kerja
Siswa (LKS) pada setiap
kelompok diskusi
Setiap kelompok mendapatkan
satu LKS
Memastikan kesiapan
kelompok presentasi
Ketua Kelompok presentasi
mendata kesiapan masing-masing
anggotanya
Motivasi Memberikan motivasi
dengan menyampaikan
manfaat mempelajari konsep
alat optik
Menyimak dan memperhatian
motivasi berdasarkan manfaat
mempelajari konsep alat optik
Apersepsi Menggali pengetahuan awal
siswa dengan bertanya
kepada siswa tentang konsep alat optikdi SMP “apa yang
kalian ketahui mengenai
konsep alat optik?”
Menjawab pertanyaan yang
ditanyakan oleh guru.
Inti
Asinkron
Mandiri
Prepare me:
Guru mempersiapkan
kelas virtual pada
aplikasi Google
Classroom kemudian
membagikan kode kelas
kepada siswa untuk
dapat bergabung
Prepare me:
Siswa bergabung dengan
kelas virtual pada google
calassroom melalui kode
kelas
Tiap siswa mengetahui
keanggotaan kelompok
diskusi dan kelompok
-
89
Membagi siswa menjadi 3 kelompok presentasi
dan 9 kelompok diskusi.
Tell me:
Guru menghimbau
siswa untuk
mendownload aplikasi
Google Classroom
melalui aplikasi playstore pada masing-
masing smartphone
siswa
Guru menghimbau
kepada Siswa untuk
mengakses dan
mempelajari e-learning
pada foldel bahan ajar di
Google Classroom
Guru menjelaskan pola
pembelajaran sinkronus
dan asinkronus pada siswa melalui Google
Classroom
Show me:
Membimbing siswa
untuk dapat
menggunakan Google
Classroom melalui smartphone dan
menyalakan notifikasi
Membimbing siswa
untuka mengakses
folder bahan ajar
melalui Google
Classroom
presentasi
Tell me:
Masing-masing Siswa
menginstall Google
Classroom di smarthphone
siswa mengakses dan
mempelajari e-learning pada folder bahan ajar yang
terdapat di google clasroom
Kegiatan asinkron mandiri
diakhiri dengan membuat
deskripsi singkat mengenai
konsep alat optik dan
mengerjakan kuis online.
Apabila Siswa memperoleh
nilai akhir 7. Maka Siswa
dapat mengikuti
pembelajaran sinkron
langsung (face to face) di kelas.
Apabila Siswa memperoleh
nilai akhir di bawah 7, maka
diminta mengerjakan kuis
remedi.
Show me:
Siswa dapat menggunakan Google Classroom melalui
smartphone dalam
menunjang pembelajaran
Siswa melakukan
pembelajaaran asinkron
mandiri dengan mengakses
bahan ajar di Google
Classroom
Siswa memperoleh notifikasi
penugasan melalui Google
Classroom
Sinkron Langsung (face to face)
Let me (Latihan/praktek):
Memberikan
kesempatan kepada
siswa mengakses
sumber belajar online
Membimbing kelompok
presentasi
Membimbing kelompok
diskusi
Let me (Latihan/praktek):
Siswa dapat mengakses
sumber belajar online di kelas
Kelompok presentasi
mempersiapkan kesiapan
seluruh anggotanya
Siswa berkumpul sesuai
dengan kelompok diskusinya
masing-masing
-
Presentasi siswa Chek me (evaluasi):
Guru Menilai ppt yang
dipresentasikan oleh
Chek me (evaluasi):
Kelompok presentasi
mempersiapkan ppt yang
45
menit
90
kelompok presentasi berdasarkan hasil telaah
dari sumber belajar
online dan offline
Guru menyimak
jalannya presentasi
Guru menguji
penugasan materi tiap
siswa kelompok
presentasi
Membimbing siswa
dalam memperoleh
pemahaman yang benar dari materi yang
dipresentasikan oleh
kelompok presentasi
akan ditampilkan Kelompok presentasi
membagi beberapa bahasan
materi kepada anggota
presentasi
tiap anggota presentasi
menjelaskan sub materi
sesuai penugasan yang telah
disepakati oleh kelompok
presentasi
diskusi (tanya-
jawab)
Support me
(dukungan/bantuan):
Membimbing siswa
yang kesulitan dalam
memahami materi yang
disampaikan oleh
kelompok presentasi
Membimbing siswa yag
kesulitan dalam sesi diskusi antar kelompok
Guru berperan sebagai
fasilitator diskusi
Guru menyimak setiap
jawaban yang dijawab
oleh kelompok
presentasi
Guru memperjelas
jawaban dari kelompok
presentasi yang masih
kurang dipahami
Support me
(dukungan/bantuan):
Moderator kelompok
presentasi mempersilahkan
kepada tiap kelompok diskusi
untuk mengajukan minimal
satu pertanyaan
Setiap kelompok diskusi
mengajukan pertanyaan Kelompok presentasi
menjawab pertanyaan dari
beberapa kelompok diskusi
30
menit
Presentasi Guru Coach me (saling melatih):
Guru menjelaskan sub materi yang belum
dijelaskan oleh
kelompok presentasi
Melatih siswa yang
sudah memahami materi
pembelajaran untuk
mengajari temannya
yang berada dalam satu
kelompok diskusi
(pembelajaran tutor
sebaya)
Coach me (saling melatih):
Siswa menyimak penjelasan dari guru
Siswa saling mengajari
temannya yang belum
memahami materi
(pembelajaran tutor sebaya)
15
menit
Mengerjakan
LKS
Connect me
(kolaborasi/bergabung
dalam kelompok):
Membimbing siswa
mengerjakan LKS
secara berkelompok
Connect me
(kolaborasi/bergabung dalam
kelompok):
Setiap kelompok diskusi
terlibat aktif dalam
30
menit
91
Guru memantau berjalannya keterlibatan
setiap kelompok diskusi
saat mengerjakan LKS
mengerjakan LKS
Penutup
Menarik
Kesimpulan
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
jika ada yang belum
dipahami
Beberapa siswa bertanya terkait
hal yang belum dipahami 15
menit
Menjawab pertanyaan
siswa
Memperhatikan penjelasan dari
guru
Bersama dengan siswa
membuat kesimpulan
atas pembelajaran yang
telah dilaksanakan
Bersama dengan guru membuat
kesimpulan atas pembelajaran
yang telah dilaksanakan
Refleksi Mengkomunikasikan
sub materi pertemuan berikutnya tentang
konsep Alat optik
lanjutan
Memperhatikan penjelasan guru
terkait sub materi untuk pertemuan berikutnya mengenai
konsep alat oprik lanjutan
Mengkomunikasikan
kelompok presentasi
yang akan tampil
selanjutnya
Memperhatikan penjelasan guru
Penutup Membaca hamdalah
dilanjutkan dengan
mengucapkan salam
Bersama dengan guru membaca
hamdalah dan menjawab salam
J. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
No Aspek penilaian Jenis penilaian Instrumen penilaian
1 Proses Tes penilaian observasi kelompok Pedoman observasi
2 hasil Tes tertulis tertulis Essay
92
Instrumen penilaian
NO SOAL JAWABAN
1. Aldi dan Raja sedang berkumpul dengan teman-
temannya, disaat sedang mengobrol. Aldi berkata
bahwa ia baru bisa membaca tulisan setelah tulisan
berada 40 cm di depan mata. Raja menawarkan diri
untuk menemani Aldi memerikasakan matanya.
Keesokan harinya, ketika memeriksakan di rumah
sakit, dokter menyarankan aldi untuk menggunakan kacamata. Berapa kekuatan kacamata yang akan
digunakan oleh Aldi?
diketahui :
= 25 cm
= 40 cm
jawab : karena Agung tidak dapat melihat dengan jarak dekat
maka dapat dipastikan bahwa Agung menderita
rabun dekat.
2. Saat berlibur Diana membawa kamera
kesayangannya. Sanpainya di tempat tujuan, Diana
meminta Dinda untuk mengambil foto dirinya
menggunakan kamera yang dia bawa. Namun, hasil
foto yang diambil Dinda selalu tampak buram. Apa
yang harus dilakukan oleh Dinda agar hasil foto
yang diambil Dinda menggunakan kamera tidak
buram?
Dinda seharusnya mengetahui bahwa ada bagian dari
kamera yang berfungsi untuk memfokuskan gambar.
Pemfokusan ini dilakukan dengan cara mengubah
kedudukan lensa terhadap benda sesuai dengan jarak
benda yang akan difoto. Dinda harus memutar cincin
pengatur lensa hingga gambar terlihat jelas dan
tajam.
3. Nisa dikenal sebagai siswa yang pandai dikelasnya,
namun pada akhir semester ini nilai nisa menurun,
ternyata yang menyebabkan menurunnya nilai nisa
adalah nisa tidak dapat melihat dengan jelas tulisan
di papan tulis. walikelas menyarankan membawa
nisa ke dokter mata untuk melakukan pemeriksaan.
Saat konsultasi, diketahui bahwa nisa mengalami
kesulitan membaca tulisan berjarak 3 m. Kacamata
apa yang harus digunakan nisa? Dan beberapa
kekuatannya?
nisa mengalami mengalami gangguan penglihatan,
dimana titik jauh matanya tidak berada pada jarak
tak terhingga, sebaiknya segera ditolong
menggunakan lensa negatif.
diketahui :
s =
= 3 m
Ditanya :
Kekuatan lensa yang akan digunakan pada kacamata
nisa?
4. Sebutkan bagian-bagian mata beserta fungsinya! 1) Kornea berfungsi sebagai tempat masuknya
cahaya pertama kali.
2) Pupil berfungsi tempat lewatnya cahaya ke
dalam mata. Pupil berfungsi untuk mengatur
banyak-sedikitnya cahaya yang masuk
93
3) Iris berperan memberi warna pada mata 4) Retina berfungsi untuk menangkap bayangan
benda
5) Sklera berfungsi untuk melindungi struktur
mata dan membantu mempertahankan bentuk
mata
6) Lensa mata berfungsi untuk mengumpulkan
dan memfokuskan cahaya agar bayangan suatu
benda dapat jatuh di tempat yang tepat
7) Saraf optik berfungsi untuk meneruskan
informasi visual benda yang diterima retina
menuju ke otak
8) Koroid penyuplai oksigen dan nutrisi untuk bagian-bagian mata yang lain, khususnya
retina
9) Titik buta bagian yang berfungsi untuk
meneruskan dan membelokkan berkas saraf
menuju otak
5. Sebutkan bagian-bagian kamera dibawah ini!
94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMA Muhammadiyah 8 Ciputat
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/Sebelas
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Pertemuan Ke : 2
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya*)
KI-2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai ceriminan bangsa
dalam pergaulan dunia*)
KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar dan mengaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI (IPK)
KD-3 KD-4
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik
menggunakan sifat pemantulan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan
lensa
4.11 Membuat karya yang menerapkan prinsip
pemantulan dan/atau pembiasan pada cermin
dan lensa
IPK IPK
3.11.6. Menganalisis argumen siswa terkait lup
4.11.2. Presentasi kelompok tentang lup dan mikroskop
3.11.7. Menilai kemampuan siswa
berpendapat terkait permasalahan
penggunaan mikroskop
3.11.8. Menganalisis pembuatan teropong
panggung sederhana
-
95
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara kerja lup setelah mendapat penjelasan
mengenai definisi serta formula rumus lup melalui kegiatan sinkronus dan asinkronus
berbantuan Google Classroom.
2. Siswa diharapkan dapat berpendapat dan berargumen terkait permasalahan pada
penggunaan mikroskop setelah mendapat penjelasan mengenai alat optik mikroskop
melalui kegiatan pembelajaran sinkronus dan asinkronus berbantuan Google
Classroom.
3. Siswa diharapkan dapat menganalisis masalah terkait pembuatan teropong sederhana
setelah mendapat penjelasan mengenai pembuatan teropong panggung sederhana
melalui kegiatan pembelajaran sinkronus dan asinkronus berbantuan Google
Classroom.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Peta Konsep
Gambar 1.1 Peta Konsep
2. Ringkasan Materi
a. Lup
Lup terbuat dari lensa cembung. Lup menghasilkan bayangan yang lebih
besar dari pada bendanya sehingga sering disebut sebagai kaca pembesar.
96
lup memiliki perbesaran angular, yaitu perbandingan antara ukuran angular
benda yang dilihat menggunakan alat optik (β) dan ukuran anglar benda
yang dilihat tanpa menggunakan alat optik (α). Perbesaran angular pada lup
seperti
pada persamaan (1) berikut.
Tiga kasus perbesaran angular sebuah lup:
perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum.
perbesaran lup untuk mata tak berakomodasi.
b. Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang berfungsi untuk melihat benda-benda
kecil (mikro) seperti bakteri, penampang sel, dan sejenisnya.
Mikroskop terdiri dari dua buah lensa cembung (bikonvek). Lensa cembung
pertama terletak di dekat mata, dinamakan lensa okuler, dan lensa cembung
kedua terletak dekat mata, dinamakan lensa objektif.
Perbesaran lensa objektif persis dengan perbesaran linear lensa tipis.
Dengan:
= tinggi bayangan
= tinggi benda
= jarak bayangan
= jarak benda
Perbesaran angular sebagai berikut.
Mata berakomodasi maksimum
Mata tidak berakomodasi
Perbesaran total mikroskop merupakan hasil kali antara perbesaran objektif
dan
okuler.
97
c. Teropong
Teropong bintang
Teropong bintang memiliki dua jenis yaitu teropong bias dan teropong
pantul. Teropong bias menggunakan dua lensa positif sebagai lensa objektif
dan
okuler. Sedangkan teropong pantul meggunakan cermin cekung pada
objektif, lensa positif sebagai lensa okuler, dan cermin datar diantara objektif
dan okuler pada teropong pantul.
Teropong prisma
Teropong prisma menggunakan dau lensa positif sebagai objektif dan okuler
serta sepasang prisma segitiga sama kaki yang diletakka diantara lensa
objektif dan okuler. Sebagai hasilnya, prisma membalikkan bayangan dari
lensa objektif dan bayangan akhir yang dibentuk lensaokuler terlihat tegak
sperti keadaan benda yang sebenarnya.
E. MODEL PEMBELAJARAN
Blended Learning
F. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Flipped Classroom
G. METODE PEMBELAJARAN
Presentasi, Diskusi kelompok, tanya jawab dan penugasan
H. MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR
a. Media
LKS Konsep Alat optik, ppt, video
b. Alat/Bahan
Handphone, Laptop, LCD, Papan tulis, spidol, penghapus
c. Sumber belajar
Buku Fisika
1) Douglas, C. Giancol. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2001
2) Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2017
I. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan
Blended
Learning
Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu Guru Siswa
Pendahuluan
Orientasi Meminta ketua kelas
memimpin doa dan
Ketua kelas menyiapkan,
memimpin doa, dan memimpin 10
menit
98
mengucapkan salam kepada guru
salam kepada guru
Mengabsen kehadiran siswa Mengangkat tangan saat namanya
disebut oleh guru
Membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok diskusi.
Setiap kelompok terdiri dari
4-5 siswa secara heterogen
Setiap kelompok diskusi
memastikan semua anggota
kelompok berkumpul di kategori
tempat masing-masing kelompok
Membagikan Lembar Kerja
Siswa (LKS) pada setiap
kelompok diskusi
Setiap kelompok mendapatkan
satu LKS
Memastikan kesiapan
kelompok presentasi
Ketua Kelompok presentasi
mendata kesiapan masing-masing
anggotanya
Motivasi Memberikan motivasi
dengan menyampaikan
manfaat mempelajari konsep alat optik
Menyimak dan memperhatian
motivasi berdasarkan manfaat
mempelajari konsep alat optik
Apersepsi Menggali pengetahuan awal
siswa dengan bertanya
kepada siswa tentang konsep
alat optik pada pertemuan
sebelumnya “apa yang
kalian ketahui mengenai
konsep alat optik pada
materi sebelumnya ?”
Menjawab pertanyaan yang
ditanyakan oleh guru.
Inti
Asinkron
Mandiri
Prepare me:
Guru mempersiapkan
kelas virtual pada
aplikasi Google Classroom kemudian
membagikan kode kelas
kepada siswa untuk
dapat bergabung
Membagi siswa menjadi
3 kelompok presentasi
dan 9 kelompok diskusi.
Tell me: Guru menghimbau
siswa untuk
mendownload aplikasi
Google Classroom
melalui aplikasi
playstore pada masing-
masing smartphone
siswa
Guru menghimbau
kepada Siswa untuk
mengakses dan mempelajari e-learning
pada foldel bahan ajar di
Google Classroom
Prepare me:
Siswa bergabung dengan
kelas virtual pada google
calassroom melalui kode kelas
Tiap siswa mengetahui
keanggotaan kelompok
diskusi dan kelompok
presentasi
Tell me: Masing-masing Siswa
menginstall Google
Classroom di smarthphone
siswa mengakses dan
mempelajari e-learning pada
folder bahan ajar yang
terdapat di google clasroom
Kegiatan asinkron mandiri
diakhiri dengan membuat
deskripsi singkat mengenai
konsep alat optik dan mengerjakan kuis online.
Apabila Siswa memperoleh
nilai akhir 7. Maka Siswa
-
99
Guru menjelaskan pola pembelajaran sinkronus
dan asinkronus pada
siswa melalui Google
Classroom
Show me:
Membimbing siswa
untuk dapat
menggunakan Google Classroom melalui
smartphone dan
menyalakan notifikasi
Membimbing siswa
untuka mengakses
folder bahan ajar
melalui Google
Classroom
dapat mengikuti pembelajaran sinkron
langsung (face to face) di
kelas.
Apabila Siswa memperoleh
nilai akhir di bawah 7, maka
diminta mengerjakan kuis
remedi.
Show me: Siswa dapat menggunakan
Google Classroom melalui
smartphone dalam
menunjang pembelajaran
Siswa melakukan
pembelajaaran asinkron
mandiri dengan mengakses
bahan ajar di Google
Classroom
Siswa memperoleh notifikasi
penugasan melalui Google
Classroom
Sinkron Langsung (face to face)
Let me (Latihan/praktek):
Memberikan
kesempatan kepada
siswa mengakses
sumber belajar online
Membimbing kelompok
presentasi
Membimbing kelompok diskusi
Let me (Latihan/praktek):
Siswa dapat mengakses
sumber belajar online di kelas
Kelompok presentasi
mempersiapkan kesiapan
seluruh anggotanya
Siswa berkumpul sesuai
dengan kelompok diskusinya masing-masing
-
Presentasi siswa Chek me (evaluasi):
Guru Menilai ppt yang
dipresentasikan oleh
kelompok presentasi
berdasarkan hasil telaah
dari sumber belajar
online dan offline
Guru menyimak jalannya presentasi
Guru menguji
penugasan materi tiap
siswa kelompok
presentasi
Membimbing siswa
dalam memperoleh
pemahaman yang benar
dari materi yang
dipresentasikan oleh
kelompok presentasi
Chek me (evaluasi):
Kelompok presentasi
mempersiapkan ppt yang
akan ditampilkan
Kelompok presentasi
membagi beberapa bahasan
materi kepada anggota
presentasi tiap anggota presentasi
menjelaskan sub materi
sesuai penugasan yang telah
disepakati oleh kelompok
presentasi
45
menit
diskusi (tanya-
jawab)
Support me
(dukungan/bantuan):
Membimbing siswa
Support me
(dukungan/bantuan):
Moderator kelompok
30
menit
100
yang kesulitan dalam memahami materi yang
disampaikan oleh
kelompok presentasi
Membimbing siswa yag
kesulitan dalam sesi
diskusi antar kelompok
Guru berperan sebagai
fasilitator diskusi
Guru menyimak setiap
jawaban yang dijawab
oleh kelompok
presentasi Guru memperjelas
jawaban dari kelompok
presentasi yang masih
kurang dipahami
presentasi mempersilahkan kepada tiap kelompok diskusi
untuk mengajukan minimal
satu pertanyaan
Setiap kelompok diskusi
mengajukan pertanyaan
Kelompok presentasi
menjawab pertanyaan dari
beberapa kelompok diskusi
Presentasi Guru Coach me (saling melatih):
Guru menjelaskan sub
materi yang belum
dijelaskan oleh
kelompok presentasi
Melatih siswa yang
sudah memahami materi
pembelajaran untuk mengajari temannya
yang berada dalam satu
kelompok diskusi
(pembelajaran tutor
sebaya)
Coach me (saling melatih):
Siswa menyimak penjelasan
dari guru
Siswa saling mengajari
temannya yang belum
memahami materi
(pembelajaran tutor sebaya)
15
menit
Mengerjakan
LKS
Connect me
(kolaborasi/bergabung
dalam kelompok):
Membimbing siswa
mengerjakan LKS
secara berkelompok
Guru memantau
berjalannya keterlibatan setiap kelompok diskusi
saat mengerjakan LKS
Connect me
(kolaborasi/bergabung dalam
kelompok):
Setiap kelompok diskusi
terlibat aktif dalam
mengerjakan LKS
30
menit
Penutup
Menarik
Kesimpulan
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
jika ada yang belum
dipahami
Beberapa siswa bertanya terkait
hal yang belum dipahami 15
menit
Menjawab pertanyaan
siswa
Memperhatikan penjelasan dari
guru
Bersama dengan siswa
membuat kesimpulan
atas pembelajaran yang
telah dilaksanakan
Bersama dengan guru membuat
kesimpulan atas pembelajaran
yang telah dilaksanakan
101
Refleksi Mengkomunikasikan sub materi pertemuan
berikutnya tentang
konsep pemanasan
global
Memperhatikan penjelasan guru terkait sub materi untuk
pertemuan berikutnya mengenai
konsep pemanasan global
Mengkomunikasikan
kelompok presentasi
yang akan tampil
selanjutnya
Memperhatikan penjelasan guru
Penutup Membaca hamdalah
dilanjutkan dengan
mengucapkan salam
Bersama dengan guru membaca
hamdalah dan menjawab salam
J. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
No Aspek penilaian Jenis penilaian Instrumen penilaian
1 Proses Tes penilaian observasi kelompok Pedoman observasi
2 hasil Tes tertulis tertulis Essay
Instrumen soal
NO SOAL JAWABAN
1. Suatu teropong bintang terdiri dari dua lensa
cembung. Lensa cembung yang berjarak lebih jauh
dari mata pengamat dinamakan lensa obyektif dan lensa cembung yang berjarak lebih dekat dengan
mata pengamat dinamakan lensa okuler. Panjang
fokus lensa obyektif adalah 400 cm dan panjang
fokus lensa okuler adalah 20 cm. Jika mata
pengamat normal dan berakomodasi minimum,
tentukan perbesaran total teropong bintang (M)
tersebut!
Diketahu:
Panjang fokus lensa obyektif (fob) = 400 cm
Panjang fokus lensa okuler (fok) = 20 cm Mata berakomodasi minimum karenanya bayangan
nyata yang dihasilkan oleh lensa obyektif berada
tepat di titik fokus kedua lensa obyektif dan titik
fokus pertama lensa okuler.
Jawab:
2. Bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan
teropong sederhana?
bahan yang dibutuhkan adalah 2 buah lensa dan
satu tabung karton. lensa positif digunakan sebagai
lensa objektif, karena berfungsi sebagai pengumpul
102
sinar dari benda yang diamati, sedangkan lensa negatif digunakan sebagi lensa okuler yang
berfungsi sebagai lensa pembalik agar didapatkan
bayangan yang tegak.
3. Seorang tukang arloji bermata normal
menggunakan lup yang berkekuatan 10 dioptri.
Tentukanlah perbesaran anguler lup jika mata
tukang arloji berakomodasi maksimum!
Diketahui:
s‟ = sn = 25 cm (mata normal)
P = 10 dioptri → f = 1/P = 1/10 = 0,1 m = 10 cm
Ditanyakan: M untuk mata berakomodasi
maksimum.
Jawab:
M = sn +1 f
M = 25 cm
+1 10 cm
M = 2,5 + 1 = 3,5 kali
4. Perbesaran total sebuah mikroskop adalah 100 kali,
jika perbesaran yang dibentuk lensa objektif 5 kali,
berapakah perbesaran lensa okulernya?
Diketahui:
M = 100 kali
mob = 5 kali
Ditanyakan: mok
Jawab:
M = mob × mok
mok = M
= 100
= 20 kali mob 5
Jadi, perbesaran lensa okuler mikroskop tersebut adalah 20 kali.
5. Berikut adalah gambar yang dihasilkan dari tiga lup
yang memiliki jarak fokus yang berbeda .:
Lup 1
Lup 2
Lup 3
Buatlah kesimpulan dari ketiga gambar tersebut!
perbesaran bayangan yang dihasilkan lup dapat
ditulis sebagai berikut:
Gambar 1 memiliki perbesaran yang terkecil, maka lup yang digunakan memiliki panjang
fokus lensa lebih besar dari fokus lensa lup 2
dan lup 3.
Gambar 2 memilik perbesaran yang sedang,
maka lup yang digunakan memiliki panjang
fokus lensa lebih kecil dari fokus lensa lup 1,
namun lebih lebih besar dari fokus lup 3.
Gambar 3 memiliki perbesaran yang terbesar,
103
Lampiran A. 3 RPP Kelas Kontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA Muhammadiyah 8 Ciputat
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI-2/Genap
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Pertemuan Ke : 1
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
K. KOMPETENSI INTI
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya*)
KI-2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai ceriminan bangsa
dalam pergaulan dunia*)
KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar dan mengaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
A. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI (IPK)
KD-3 KD-4
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik
menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan
lensa
4.11 Membuat karya yang menerapkan prinsip
pemantulan dan/atau pembiasan pada cermin dan lensa
IPK IPK
3.11.1. Menjelaskan cara kerja mata 4.11.1. Presentasi kelompok tentang cara kerja
mata, kacamata dan lup 3.11.2. Menjelaskan cara kerja lup
3.11.3. Menyebutkan bagian-bagian kamera
dan fungsinya
-
104
3.11.4. Memecahkan masalah pada penderita cacat mata
-
3.11.5. Mengalisis cara kerja kamera -
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara kerja mata dengan benar setelah
mengamati materi presentasi, diskusi dan penjelasan oleh guru terkait materi alat
optik mata.
2. Siswa diharapkan dapat memecahkan masalah terkait cacat mata pada kehidupan
sehari-hari setelah mendapat penjelasan mengenai kacamata dan formula rumus pada
cacat mata melalui kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara kerja lup setelah mendapat penjelasan
mengenai definisi serta formula rumus lup melalui kegiatan pembelajaran di kelas.
4. Siswa diharapkan dapat menyebutkan bagian-bagian kamera dengan tepat setelah
mendapat penjelasan mengenai definisi serta kamera melalui kegiatan pembelajaran
di kelas.
5. Siswa diharapkan menganalisis cara kerja kamera dengan tepat setelah mendapat
penjelasan mengenai kamera melalui kegiatan pembelajaran di kelas.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 1.1 Peta Konsep
3. Ringkasan Materi
e. Mata
105
Mata merupakan indra penglihatan yang terdiri dari bagian-bagian penting
diantaranya kornea, Aquaeus Humour, diafragma, pupil, lensa mata dan
retina.
Gambar 1.2 Bagian-bagian Mata
Proses penyesuaian lensa mata dengan jarak objek yang diamati disebut
akomodasi.
Titik dekat (punctum proximum) adalah titik terdekat yang masih dapat
dilihat
dengan jelas oleh mata (± 25 cm).
Titik jauh (punctum remotum) adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat
dengan jelas oleh mata.
Untuk menentukan jarak fokus lensa mata saat mengamati suatu benda,
berlaku
persamaan
Keterangan:
f = jarak fokus
s = jarak benda
s‟ = jarak bayangan
f. Cacat Mata
Gangguan yang mengalami gangguan penglihatan dinamakan cacat mata.
Beberapa jenis cacat mata yang sering terjadi:
Rabun Jauh (Miopi) cacat mata ini memiliki titik dekat = 25 cm, tetapi titik
jauhnya kurang dari tak hingga.
Rabun Dekat (Hipermetropi) cacat mata ini memiliki titik dekat lebih jauh
dari pada titik dekat mata normal (titik dekat 25 cm).
Mata tua (Presbiopi) cacat mata ini memiliki titik dekat lebih jauh daripada
titik dekat mata normal ( titik dekat > 25 cm) dan titik jauhnya lebih dekat
daripada titik jauh mata normal (titik jauh <~).
Astigmatisme penglihatan penderita merasa tampak kabur
g. Kamera
Kamera adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan gambar.
106
Bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah nyata, terbalik dan
diperkecil.
Bagian-bagian penting kamera mekanik (bukan otomatis) diantaranya lensa
cembung, diafragma, aperture, shutter pembuka/penutup, pelat film.
Gambar 1.3 Bagian-bagian Kamera
h. Lup
Lup terbuat dari lensa cembung. Lup menghasilkan bayangan yang lebih
besar dari pada bendanya sehingga sering disebut sebagai kaca pembesar.
lup memiliki perbesaran angular, yaitu perbandingan antara ukuran angular
benda yang dilihat menggunakan alat optik (β) dan ukuran anglar benda
yang dilihat tanpa menggunakan alat optik (α). Perbesaran angular pada lup
seperti
pada persamaan (1) berikut.
D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Saintifik
E. METODE PEMBELAJARAN
Presentasi, Diskusi kelompok, tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR
1. Media
LKPD, Video dan ppt
2. Alat/Bahan
Handphone, Laptop, LCD, Papan tulis,spidol, penghapus
3. Sumber belajar
Buku Fisika
1) Douglas, C. Giancol. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2001
2) Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2017
107
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu Guru Siswa
Pendahuluan
Orientasi Meminta ketua kelas
memimpin doa dan
mengucapkan salam kepada
guru
Ketua kelas menyiapkan,
memimpin doa, dan
memimpin salam kepada
guru
10
menit
Mengabsen kehadiran siswa Mengangkat tangan saat
namanya disebut oleh guru
Membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok diskusi
Setiap kelompok diskusi
memastikan semua anggota
kelompok berkumpul di
kategori tempat masing-
masing kelompok
Motivasi Memberikan motivasi
dengan menyampaikan
manfaat mempelajari
konsep alat-alat optik dan
menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Menyimak dan
memperhatian motivasi
berdasarkan manfaat
mempelajari konsep alat
optik
5 menit
Apersepsi Menggali pengetahuan awal siswa dengan bertanya
kepada siswa tetang alat-
alat optik yang mereka
ketahui.
Menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru
10
menit
Inti
Mengamati Meminta siswa mengamati
video tentang video alat
optik kamera dan mata.
Memperhatikan video yang
ditayangkan guru di depan
kelas
5 menit
Menanyakan Menanyakan kepada seluruh
siswa tentang alat optik
mata dan kamera
berdasarkan tayangan video
yang telah ditampilkan
siswa menjawab pertanyaan
yang disampaikan guru. 10
menit
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
bertanya jika ada hal yang
belum dipahami tentang
video yang ditayangkan.
Siswa bertanya hal-hal yang
belum dipahami tentang
video yang diyangkan.
Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab
Beberapa siswa lain menjawab pertanyaan
Mengeksplorasi Menyampaikan jawaban
yang disampaikan oleh
siswa jika jawaban yang
diberiikan oleh siswa belum
benar
Memperhatikan penjelasan
yang disampaikan oleh
Guru
25
menit
Memaparkan materi tentang Memperhatikan dan
108
konsep alat optik (mata, cacat mata, kamera dan lup)
mencatat pemaparan materi konsep alat optik (mata,
cacat mata, kamera dan lup)
yang disampaikan oleh
guru.
Mengasosiasi Memberikan latihan-latihan
soal tentang konsep alat
optik.
Siswa mengerjakan soal
tentang konsep alat optik
yang diberikan oleh guru
15
menit
Mengkomunikasikan Meminta perwakilan dari
beberapa siswa untuk
menuliskan hasil
pengerjaannya di papan
tulis
Beberapa siswa menuliskan
hasil pengerjaannya di
papan tulis
30
menit
Bersama dengan siswa
membahas hasil pengerjaan
temannya di papan tulis
Bersama dengan guru
membahas hasil pekerjaan
temannya di papan tulis
Memberikan koreksi, tambahan, dan peguatan
untuk meluruskan
pemahaman siswa
Memperhatikan koreksi, tambahan dan penguatan
yang disampaikan oleh guru
Penutup
Menarik Kesimpulan Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
jika ada yang belum
dipahami
Beberapa siswa bertanya
terkait hal yang belum
dipahami
15
menit
Menjawab pertanyaan siswa
Memperhatikan penjelasan dari guru
Bersama dengan siswa
membuat kesimpulan
atas pembelajaran yang
telah dilaksanakan
Bersama dengan guru
membuat kesimpulan atas
pembelajaran yang telah
dilaksanakan
Refleksi Mengkomunikasikan sub materi pertemuan
berikutnya tentang
konsep Alat optik
lanjutan
Memperhatikan penjelasan guru terkait sub materi
untuk pertemuan berikutnya
mengenai konsep alat oprik
lanjutan
5 menit
Penutup Mengarahkan siswa
untuk mempelajari
materi pertemuan
selanjutnya dan meminpin siswa untu
mengucapkan
hamdallah.
Memperhatikan penjelasan
guru dan mengucapkan
hamdallah untu menutup
pembelajaran
5 menit
H. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
No Aspek penilaian Jenis penilaian Instrumen penilaian
1 Proses Tes penilaian observasi kelompok Pedoman observasi
2 hasil Tes tertulis tertulis Essay
109
110
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMA Muhammadiyah 8 Ciputat
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/Sebelas
Peminatan : IPA
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Pertemuan Ke : 2
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya*)
KI-2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai ceriminan bangsa
dalam pergaulan dunia*)
KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4: Mengolah, menalar dan mengaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI (IPK)
KD-3 KD-4
3.11 Menganalisis cara kerja alat optik
menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan
lensa
4.11 Membuat karya yang menerapkan prinsip
pemantulan dan/atau pembiasan pada cermin dan lensa
IPK IPK
3.11.6. Menganalisis argumen siswa terkait
lup
4.11.2. Presentasi kelompok tentang lup dan
mikroskop
3.11.7. Menilai kemampuan siswa
berpendapat terkait permasalahan
111
penggunaan mikroskop
3.11.8. Menganalisis pembuatan teropong panggung sederhana
-
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara kerja lup setelah mendapat penjelasan
mengenai definisi serta formula rumus lup melalui kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Siswa diharapkan dapat berpendapat dan berargumen terkait permasalahan pada
penggunaan mikroskop setelah mendapat penjelasan mengenai alat optik mikroskop
melalui kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Siswa diharapkan dapat menganalisis masalah terkait pembuatan teropong sederhana
setelah mendapat penjelasan mengenai pembuatan teropong panggung sederhana
melalui kegiatan pembelajaran di kelas.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 1.1 Peta Konsep
4. Ringkasan Materi
a. Lup
Lup terbuat dari lensa cembung. Lup menghasilkan bayangan yang lebih
besar dari pada bendanya sehingga sering disebut sebagai kaca pembesar.
lup memiliki perbesaran angular, yaitu perbandingan antara ukuran angular
benda yang dilihat menggunakan alat optik (β) dan ukuran anglar benda
yang dilihat tanpa menggunakan alat optik (α). Perbesaran angular pada lup
112
seperti
pada persamaan (1) berikut.
Tiga kasus perbesaran angular sebuah lup:
perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum.
perbesaran lup untuk mata tak berakomodasi.
b. Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang berfungsi untuk melihat benda-benda
kecil (mikro) seperti bakteri, penampang sel, dan sejenisnya.
Mikroskop terdiri dari dua buah lensa cembung (bikonvek). Lensa cembung
pertama terletak di dekat mata, dinamakan lensa okuler, dan lensa cembung
kedua terletak dekat mata, dinamakan lensa objektif.
Perbesaran lensa objektif persis dengan perbesaran linear lensa tipis.
Dengan:
= tinggi bayangan
= tinggi benda
= jarak bayangan
= jarak benda
Perbesaran angular sebagai berikut.
Mata berakomodasi maksimum
Mata tidak berakomodasi
Perbesaran total mikroskop merupakan hasil kali antara perbesaran objektif
dan
okuler.
c. Teropong
Teropong bintang
113
Teropong bintang memiliki dua jenis yaitu teropong bias dan teropong
pantul. Teropong bias menggunakan dua lensa positif sebagai lensa objektif
dan
okuler. Sedangkan teropong pantul meggunakan cermin cekung pada
objektif, lensa positif sebagai lensa okuler, dan cermin datar diantara objektif
dan okuler pada teropong pantul.
Teropong prisma
Teropong prisma menggunakan dau lensa positif sebagai objektif dan okuler
serta sepasang prisma segitiga sama kaki yang diletakka diantara lensa
objektif dan okuler. Sebagai hasilnya, prisma membalikkan bayangan dari
lensa objektif dan bayangan akhir yang dibentuk lensaokuler terlihat tegak
sperti keadaan benda yang sebenarnya.
E. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Saintifik
F. METODE PEMBELAJARAN
Presentasi, Diskusi kelompok, tanya jawab dan penugasan
G. MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR
1. Media
LKPD, Video dan ppt
2. Alat/Bahan
Handphone, Laptop, LCD, Papan tulis,spidol, penghapus
3. Sumber belajar
Buku Fisika
1) Douglas, C. Giancol. Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2001
2) Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2017
H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu Guru Siswa
Pendahuluan
Orientasi Meminta ketua kelas
memimpin doa dan
mengucapkan salam kepada
guru
Ketua kelas menyiapkan,
memimpin doa, dan
memimpin salam kepada
guru
10
menit
Mengabsen kehadiran siswa Mengangkat tangan saat
namanya disebut oleh guru
114
Membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok diskusi
Setiap kelompok diskusi
memastikan semua anggota
kelompok berkumpul di
kategori tempat masing-
masing kelompok
Motivasi Memberikan motivasi
dengan menyampaikan
manfaat mempelajari
konsep alat-alat optik dan
menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Menyimak dan
memperhatian motivasi
berdasarkan manfaat
mempelajari konsep alat
optik
5 menit
Apersepsi Menggali pengetahuan awal
siswa dengan bertanya
kepada siswa tetang alat-
alat optik yang mereka
ketahui.
Menjawab pertanyaan yang
ditanyakan guru
10
menit
Inti
Mengamati Memaparkan materi tentang
konsep alat optik lanjutan
(lup, mikroskop dan
teropong)
Memperhatikan dan
mencatat pemaparan materi
konsep alat optik (lup,
mikroskop dan teropong)
35
menit
Menanyakan Mempersilahkan siswa
untuk bertanya terkait
materi yang telah
disampaikan.
siswa memberikan
pertanyaan terkait materi
yang telah disampaikan
10
menit
Mempersilahkan siswa lain
untuk menjawab
Beberapa siswa lain
menjawab pertanyaan
Mengeksplorasi Memberikan latihan-latihan
soal tentang konsep alat
optik.
Siswa mengerjakan soal
tentang konsep alat optik
yang diberikan oleh guru
25
menit
Mengasosiasi Meminta perwakilan dari
beberapa siswa untuk
menuliskan hasil
pengerjaannya di papan
tulis
Beberapa siswa menuliskan
hasil pengerjaannya di
papan tulis
10
menit
Mengkomunikasikan Bersama dengan siswa
membahas hasil pengerjaan
temannya di papan tulis
Bersama dengan guru
membahas hasil pekerjaan
temannya di papan tulis
10
menit
Memberikan koreksi,
tambahan, dan peguatan
untuk meluruskan
pemahaman siswa
Memperhatikan koreksi,
tambahan dan penguatan
yang disampaikan oleh guru
Penutup
Menarik Kesimpulan Memberikan
kesempatan kepada
Beberapa siswa bertanya
terkait hal yang belum
15
115
siswa untuk bertanya
jika ada yang belum
dipahami
dipahami menit
Menjawab pertanyaan
siswa
Memperhatikan penjelasan
dari guru
Bersama dengan siswa
membuat kesimpulan
atas pembelajaran yang
telah dilaksanakan
Bersama dengan guru
membuat kesimpulan atas
pembelajaran yang telah
dilaksanakan
Refleksi Mengkomunikasikan
materi pertemuan
berikutnya tentang
pemanasan global
Memperhatikan penjelasan
guru terkait materi untuk
pertemuan berikutnya
mengenai konsep
pemanasan global
5 menit
Penutup Mengarahkan siswa
untuk mempelajari
materi pertemuan
selanjutnya dan
meminpin siswa untu
mengucapkan
hamdallah.
Memperhatikan penjelasan
guru dan mengucapkan
hamdallah untu menutup
pembelajaran
5 menit
I. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
No Aspek penilaian Jenis penilaian Instrumen penilaian
1 Proses Tes penilaian observasi kelompok Pedoman observasi
2 hasil Tes tertulis tertulis Essay
116
Lampiran A. 4 Lembar Kerja Siswa
117
118
119
120
121
122
LAMPIRAN B
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
2. Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
3. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes
a. lembar Validasi ahli Materi
b. lembar Validasi konstruk
c. Uji Validasi Butir Soal
d. Uji Reliabilitas Instrumen
e. Uji Daya Pembeda
f. Uji Taraf Kesukaran
g. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
4. Soal Tes yang Digunakan
5. Lembar Validasi Ahli Materi
6. Lembar Validasi Ahli Pendidikan
7. Instrumen Nontes
a. Kisi-kisi Angket Respon Siswa
b. Angket Respon Siswa
c. Rubrik Pedoman Observasi Guru
d. Lembar Observasi Guru
123
Lampiran B. 1 Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
Kisi-kisi Instrumen Satuan Pendidikan : SMA/MA
Kompetensi Dasar : 3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa
Materi Pokok : Alat-alat Optik Kelas/ Semester : XI/ Genap
Jenis Tes : Uraian
Jumlah Soal : 20
No Sub Materi Kelompok Sub Indikator Berpikir Kritis No Soal Jumlah
1. Mata dan cacat
mata
Klarifikasi dasar Menjawab pertanyaan klarifikasi 2, 5 2
Dasar dalam mengambil
keputusan
Menilai kreadibilitas sumber berdasarkan kriteria
kemampuan memberi alasan 9, 11* 2
Inferensi
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan fakta 12* 1
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
berdasarkan adanya alternatif 14, 16* 2
Mengatur strategi dan
taktik
Menentukan suatu tindakan mempertimbangkan solusi
yang mungkin 17 1
2. kamera
Klarifikasi dasar Menjawab pertanyaan klarifikasi 1, 6, 7 3
Mengatur strategi dan
taktik Mengatur strategi yang logis 18*, 19* 2
3. lup Klarifikasi dasar Menjawab pertanyaan klarifikasi 3*, 4* 2
124
Inferensi Memberikan asumsi yang masuk akal 15 1
4 mikroskop
Dasar dalam mengambil
keputusan
Menilai kreadibilitas sumber berdasarkan kriteria
kemampuan memberi alasan 8* 1
Mengatur strategi dan
taktik Mengatur strategi yang logis 20* 1
5 teropong Dasar dalam mengambil
keputusan
Menilai kreadibilitas sumber berdasarkan kriteria
kemampuan memberi alasan 10*, 13 2
125
Lampiran B. 2 Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
Kompetensi Dasar : 3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin
dan lensa
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Kelas/ Semester : XI/ Genap
Jenis Tes : Uraian
Jumlah Soal : 20
No
Aspek
Berpikir
Kritis
Indikator
Berpikir
Kritis
Indikator Soal Soal Kunci Jawaban Rubrik Penskoran
1. Klarifika
si dasar
(element
ary
clarificat
ion)
Menjawab
pertanyaan
klarifikasi
Siswa
disajukan
narasi terkait
dengan kasus
penggunaan
kamera untuk menangkap
objek gambar
dengan cara
menggeser
lensa, siswa
diminta untuk
melakukan
analisis
argumen
dengan cara
identifikasi
terhadap alasan yang
tidak
dinyatakan
Asti dan Riza ingin memfoto bayinya yang baru
berusia 8 bulan di studio foto temannya, Ari yang
merupakan teman Asti tentu saja senang
mendengarnya. sesi pertama pemotretan, Ari
memfoto dengan fokus kamera 5 cm dan jarak 1 m
antara kamera dengan si Bayi. Sesi kedua, dengan baju dan konsep yang berbeda saat mengambil foto,
Ari mundur sejauh 1 m dari posisi awal
pengambilan foto. Sesi ketiga pemotretan, Ari maju
kembali sejauh 1 m dari posisi sesi kedua. sambil
menyaksikan sesi pemotretan, Asti berpendapat
bahwa Ari harus menggeser lensa kamera sejauh
0,13 mendekati film dan dari posisi sesi kedua ke
sesi tiga Ari 0,13 menjauhi film. Riza bertanya
“mengapa bisa seperti itu?”
bantulah Asti menjelaskan alasannya kepada Riza!
diketahui
Dit: pergeseran lensa kamera dengan
film
Jawab:
Sebelum mencari seberapa jauh kita
harus menggeser lensa kamera, kita
cari tahu berapa jarak antara lensa
kamera dengan film awalnya.
keadaan mula-mula saat
maka
Kata kunci : dari posisi
pertama untuk memfoto ke
sesi kedua pergeseran lensa
harus harus dilakukan
adalah 0,13 mendekati film
dan dari sesi dua ke sesi ke tiga lensa kamera harus
menjauhi film.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
126
secara
eksplisit
dalam suatu
argumen.
keadaan saat maka
besar pergeseran lensa kamera
dari posisi 1 ke 2 adalah
keadaan ketiga saat maka
tetapi tidak memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
127
besar pergeseran lensa kamera
dari posisi 1 ke 2 adalah
Berdasarkan perhitungan di atas karena
maka dari posisi pertama untuk
memfoto ke sesi kedua pergeseran
lensa harus harus dilakukan adalah
0,13 mendekati film dan karena
maka dari sesi dua ke sesi ke tiga
lensa kamera harus menjauhi film.
2. Klasifika
si dasar
(element
ary
clarificat
ion)
Menjawab
pertanyaan
klarifikasi
Disajikan
wacana berisi
permasalahan
cacat mata
siswa diminta
untuk
memberi
Bella menderita rabun jauh memiliki titik jauh 15
cm, Bella biasa menggunakan kacamata saat akan
membaca dan melakukan aktivitas lainnya. akan
tetapi Bela akan mencoba membaca buku dengan
jarak baca seperti orang normal. dan beranggapan
bahwa Bella akan bisa membaca tanpa kendala.
Titik jauh Bella adalah 15 cm, berarti
benda yang dapat dilihat oleh Bella
dengan jelas saat mata tanpa
berakomodasi ketika jarak benda
terhadap benda adalah 15 cm,
sedangkan jarak baca normal adalah 25
cm, oleh karena itu saat Bella melepas
Kata kunci : melepas
kacamata dan membaca
dengan jarak baca normal
tanpa mata berakomodasi
tulisan akan tampak buram
atau tidak jelas.
128
solusi dengan
memberi
jawaban yang
tepat terhadap
pertanyaan
tersebut
Menurut kalian bagaimanakah apabila Bella
membaca tanpa kacamata? berikan alasannya!
kacamatanya dan membaca dengan
jarak baca normal tanpa mata
berakomodasi tulisan akan tampak
buram atau tidak jelas
Skor Kriteria
4 Jawaban benar, memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
3. Klarifika
si dasar
(elementary
clarificat
ion)
Menjawab
pertanyaan
klarifikasi
Disajikan
wacana berisi
tentang solusi permasalahan
kontekstual
dengan konsep
lup beserta
pertanyaan
terkait. Siswa
memberikan
jawaban yang
tepat terhadap
pertanyaan
tersebut
Pak Yana adalah ketua panitia pemilu yang
menderita hipermetropi dan menggunakan
kacamata berkekuatan lensa +2 D, Pak Yana akan memeriksa surat suara yang akan digunakan dalam
pemilu menggunakan lup dengan kekuatan 5 D.
Melihat kondisi Pak Yana, Andi yang merupakan
seorang anggota panitia pemilu menyarankan Pak
Yana untuk melepas kacamatanya dan mengganti
dengan lensa yang lebih besar. Pak Yana bertanya
“mengapa harus mengganti lupnya dengan
kekuatan yang lebih besar?
bantulah Andi menjelaskan alasannya kepada Pak
Yana?
Pak yana menggunakan kacamata
dengan kekuatan +2D. Artinya titik
dekat (PP) Pak yana adalah:
Titik dekat pak yana adalah 50 cm. lup
yang akan digunakan Pak Yana
berkekuatan 5 D. Maka ketika pak yana
Kata kunci : Pak Yana bisa
melihat tanpa kacamata
dengan kekuatan perbesaran yang sama
dengan mengganti lup
dengan kekuatan yang
lebih kecil yaitu 2,5 dioptri
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
129
menggunakan lup tersebut untuk
memeriksa surat suara dapat
memperbesar benda sebesar:
Ketika mengamati dengan
kacamata maka mata dengan
kondisi tidak berakomodasi dan
titik dekatnya menjadi 25 cm
seperti mata normal
Ketika mengamati dengan mata
berakomodasi maka
Apabila lup akan diganti dengan
perbesaran yang sama maka
kekuatan lensa lup yang
dibutuhkan adalah :
kurang lengkap
2 Jawaban benar, tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
130
Pak Yana bisa melihat tanpa kacamata
dengan kekuatan perbesaran yang sama
dengan mengganti lup dengan kekuatan yang lebih kecil yaitu 2,5 dioptri.
4. Klarifika
si dasar
(element
ary
clarificat
ion)
Menjawab
pertanyaan
klarifikasi
Disajikan
wacana berisi
tentang solusi
permasalahan
kontekstual
dengan konsep
lup beserta
pertanyaan
terkait. Siswa
memberikan
jawaban yang tepat terhadap
pertanyaan
tersebut
Lili ingin memperbaiki arlojinya yang rusak
sehingga Lili datang ke toko Pak Maman. Pak
Maman adalah seorang tukang reparasi arloji yang
menderita cacat mata hipermetropi. Pak maman
menggunakan kacamata yang berkekuatan lensa
+2D. Ketika akan mereparasi arloji lili, Pak Maman
menggunakan lup dengan kekuatan 10 D sehingga
menghasilkan perbesaran tertentu. Melihat kondisi
Pak Maman, Lili menyarankan Pak Maman untuk
tidak menggunakan kacamatanya ketika
memperbaiki arloji dan mengganti lupnya dengan kekuatan yang lebih kecil dari 10 D. Pak maman
bertanya “mengapa harus mengganti lupnya dengan
kekuatan yang lebih kecil dari 10 D?”.
Bantulah Lili menjelaskan alasannya kepada Pak
Maman!
Pak maman menggunakan kacamata
dengan kekuatan +2D. Artinya titik
dekat (PP) Pak maman adalah:
Titik dekat pak maman adalah 50 cm.
lup yang dimiliki pak maman
berkekuatan 10 D. Maka ketika pak maman menggunakan lup tersebut
untuk melihat benda-benda kecil di
dalam arloji lup tersebut dapat
memperbesar benda sebesar:
Ketika mengamati dengan
kacamata maka mata dengan
kondisi tidak berakomodasi dan
Kata kunci : Pak maman
bisa memperbaiki tanpa
kacamata dengan kekuatan
perbesaran yang sama
dengan mengganti lup
dengan kekuatan yang
lebih kecil yaitu 5 dioptri.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar, memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
131
titik dekatnya menjadi 25 cm
seperti mata normal
Ketika mengamati dengan mata
berakomodasi maka
Apabila lup akan diganti dengan
perbesaran yang sama maka
kekuatan lensa lup yang
dibutuhkan adalah :
Pak maman bisa memperbaiki
tanpa kacamata dengan kekuatan
perbesaran yang sama dengan
132
mengganti lup dengan kekuatan
yang lebih kecil yaitu 5 dioptri.
5. Klarifika
si dasar
(element
ary
clarificat
ion)
Menjawab
pertanyaan
klarifikasi
Siswa
diberikan soal
cacat mata,
siswaa diminta
memberikan
klarifikasi dasar dengan
cara
menjawab
pertanyaan
dari pihak
yang meminta
penjelasan
terhadap
informasi
yang di
sampaikan
Agung dan Raka sedang berkumpul dengan teman-
temannya diwarung pinggir jalan sambil bermain
gitar, disaat sedang mengobrol, Agung berbicara
dengan Raka. Agung berkata bahwa ia tidak bisa
membaca tulisan yang berada 40 cm di belakang
tempat mereka duduk. Raka menawarkan agung untuk menggunakan kacamata dengan lensa yang
berkeuatan -1 D.
Jika kalian menjadi Agung, apakah kalian akan
menerima tawaran Raka tersebut? Jelaskan!
diketahui :
= 25 cm
= 40 cm
jawab :
karena Agung tidak dapat melihat
dengan jarak dekat maka dapat
dipastikan bahwa Agung menderita
rabun dekat.
jika menjadi Agung, saya akan
menolak tawaran Raka karena jika
dilihat dari perhitungan di atas maka
kacamata yang harus digunakan
dengan kondisi Raka adalah kacamata
berkekuatan +1,5 dioptri.
Kata kunci : menolak
tawaran Raka,kacamata
yang harus digunakan
dengan kondisi Raka
adalah kacamata
berkekuatan +1,5 dioptri.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar, tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
6. Klarifika
si dasar
(element
ary
Menganali
sis
argumen
dengan
Siswa
disajukan
narasi terkait
dengan kasus
Anggi, Rama dan Pasha tergabung dalam grup
fotografi, sore ini mereka sedang hunting objek di
taman untuk mendapatkan foto yang bagus. Disaat
sedang berjalan bersama, Anggi melihat kupu-kupu
Diketahui:
Kata kunci : Pendapat
Rama kurang tepat, lensa
kamera perlu di geser
133
clarificat
ion)
cara :
mengidenti
fikasi
alasan
yang tidak
dinyatakan
penggunaan
kamera untuk
menangkap
objek gambar
dengan cara
menggeser
lensa, siswa
diminta untuk
melakukan
analisis
argumen dengan cara
identifikasi
terhadap
alasan yang
tidak
dinyatakan
secara
eksplisit
dalam suatu
argumen.
yang sedang menghisap nektar. Anggi ingin
mengabadikan kegiatan kupu-kupu tersebut dengan
memotretnya. Anggi mendekatkan kameranya yang
memiliki fokus 4 cm sehingga jarak antara kamera
dan kupu-kupu menjadi 1 m. Saat Anggi ingin
mengambil gambar kupu-kupu tersebut, tiba-tiba
kupu-kupu tersebut terbang hingga Anggi tidak lagi
mengetahui jarak antar kamera dengan kupu-kupu .
Rama berpendapat untuk menggeser lensa
kameranya sejauh 0,5 cm mendekati film agar
Anggi dapat memotret objek kupu-kupu tersebut.
menurut kamu apakah pendapat yang diungkapkan
Rama sudah tepat?
Dit: pergeseran lensa kamera dengan
film
Jawab:
Sebelum mencari seberapa jauh kita
harus menggeser lensa kamera, kita
cari tahu berapa jarak antara lensa
kamera dengan film awalnya.
keadaan mula-mula saat
maka
keadaan saat objek berpindah
sejauh maka
sejauh 0,167 cm mendekati film bukan 0,5
cm mendekati film.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
134
besar pergeseran lensa kamera
adalah
Berdasarkan perhitungan di atas karena
maka pergeseran lensa lebih
dari nol artinya pergeseran lensa harus
mendekati film. Pendapat yang
dikatakan Rama kurang tepat, karena agar kamera bisa memotret kupu-kupu
terbang yang tidak diketahui jaraknya
( = ) , lensa kamera perlu di geser
sejauh 0,167 cm mendekati film bukan
0,5 cm mendekati film.
7. Klarifika
si dasar
(element
ary
clarificat
ion)
Menganali
sis
argumen
dengan
cara :
mengidenti
fikasi alasan
yang tidak
dinyatakan
Siswa
disajukan
narasi terkait
dengan kasus
penggunaan
kamera untuk
menangkap objek gambar
dengan cara
menggeser
lensa, siswa
diminta untuk
melakukan
analisis
argumen
Kartika ingin membuka online shop untuk
menjual pakaian, sebagai langkah promosi awal,
Kartika kemudian memotret dagangannya dengan
kamera untuk diupload ke social media. Kartika
meminjam kamera iqbal agar hasil fotonya
memuaskan. Iqbal hobi memotret dengan kamera
miliknya yang mempunyai titik api 80 mm, karena Iqbal biasa menggunakan kameranya saat berada di
pegunungan untuk mengambil objek yang cukup
jauh seperti burung dan pemandangan. Saat kamera
tersebut dipinjam oleh Kartika, kamera hanya
digunakan untuk mengambil foto benda yang
jaraknya 2m dari lensa.
Iqbal berpesan, agar saat menggunakan
kameranya, Kartika bisa menggeser lensanya 2,5
Diketahui:
Dit: pergeseran lensa kamera dengan
film
Jawab:
Sebelum mencari seberapa jauh kita
harus menggeser lensa kamera, kita
cari tahu berapa jarak antara lensa
kamera dengan film awalnya.
keadaan mula-mula saat
maka
Kata kunci : Pendapat
Iqbal kurang tepat, lensa
kamera perlu di geser
sejauh 3,3 mm menjauhi
film bukan 2,5 cm
menjauhi film.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
135
dengan cara
identifikasi
terhadap
alasan yang
tidak
dinyatakan
secara
eksplisit
dalam suatu
argumen.
mm menjauhi film, supaya foto yang dihasilkan
maksimal.
Menurut pendapatmu apakah hal yang diungkapkan
Iqbal sudah tepat?
keadaan saat maka
besar pergeseran lensa kamera
adalah
Berdasarkan perhitungan di atas karena
penjelasan yang kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
136
maka pergeseran lensa lebih
dari nol artinya pergeseran lensa harus
menjauhi film. Pendapat yang
dikatakan Iqbal kurang tepat, karena
agar kamera bisa memotret jarak 2 m
dengan maksimal ( = 2 m) , lensa
kamera perlu di geser sejauh 3,3 mm
menjauhi film bukan 2,5 cm menjauhi
film.
8. Dasar dalam
mengam
bil
keputusa
n (the
bassic for
decision/
bassic
support)
Menilai kreadibilita
s sumber
berdasarka
n kriteria :
kemampua
n
memberika
n alasan
Disajikan wacana berisi
percobaan
menggunakan
mikroskop.
Siswa diminta
Memberikan
alasan agar
sumber
menjadi
kredibel
tentang kombinasi
lensa objektif
dan lensa
okuler yang
menghasilkan
perbesaran
total terbesar
Kelas XI IPA 1 akan melakukan percobaan biologi untuk mengamati sampel preparat awetan
menggunakan mikroskop di laboratorium IPA.
Guru memerintahkan siswa untuk mengatur lensa
objektif berada 3,5 cm dari preparat dan
mengkombinasikan lensa objektif dan okuler yang
menghasilkan perbesaran total terbesar sesuai
kesepakatan kelompok, di laboratorium tersedia
tiga buah lensa objektif dan dua buah lensa okuler
seperti pada tabel berikut:
Jenis lensa Spesifikasi lensa
objektif
Objektif
1
Objektif
2
Objektif
3
M = 10
kali
M = 50
kali
M = 100
kali
okuler Okuler 1 Okuler 2
M = 50 kali M = 100 kali
Rima berpendapat dengan teman kelompoknya
”kita kombinasikan lensa objektif 3 dengan lensa
okuler 2 untuk menghasilkan perbesaran total
terbesar”
Pendapat rima Benar
Alasan: Untuk menentukan kombinasi lensa
objektif dan okuler yang memiliki
perbesaran total terbesar bisa kita lihat
dari persamaan mikroskop:
= 𝑏×
Berdasarkan persamaan di atas 𝑏
berbanding lurus dengan
, yang berarti semakin besar 𝑏
maka semakin besar
perbesaran total ( ) mikroskop.
Pada tabel dan 𝑏 telah
diketahui nilainya berarti lensa okuler
2 memiliki perbesaran yang lebih
besar dibandingkan dengan lensa
okuler 1 dan lensa objektif 3
memiliki nilai yang paling besar
dibandingkan dengan lensa objektif
1 dan 2.
Kata kunci : benar, lensa okuler 2 memiliki
perbesaran yang lebih
besar dibandingkan dengan
lensa okuler 1 dan lensa
objektif 3 memiliki nilai
yang paling besar
dibandingkan dengan lensa
objektif 1 dan 2.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar, memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
137
Menurut kalian apakah pendapat Rima benar?
alasan apa yang dapat diberikan Rima agar
teman kelompoknya setuju dan menganggap
pernyataannya adalah benar!
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
9. Dasar
dalam
mengam
bil
keputusa
n (the
bassic for decision/
bassic
support)
Menilai
kreadibilita
s sumber
berdasarka
n kriteria :
kemampua
n memberika
n alasan
Disajikan
wacana berisi
masalah cacat
mata. Siswa
memberikan
penilaian
terhadap kebenaran dari
wacana yang
dibuat
Pak Nanang adalah seorang guru di SDN 04
Pondok Benda. Hari senin, beliau ditugaskan untuk
menjadi pembina upacara dan harus membacakan
teks Pancasila. Pagi hari sebelum berangkat
kesekolah, beliau lupa meletakan kacamata yang
biasa dikenakan untuk membaca, sehingga beliau
ke sekolah tanpa memakai kacamata. Kacamata Pak Nanang tersebut memiliki lensa yang berkekuatan
+3 D.
Sebelum upacara dimulai, Bu Nur
memberikan saran agar Pak Nanang meminjam
kacamata Pak Sukardi yang juga menderita rabun
dekat sehingga Pak Nanang dapat membaca dengan
normal. Akhirnya beliau meminjam kacamata Pak
sukardi atas saran Bu Nur dan saat membaca teks
pancasila, untuk dapat membaca dengan jelas
ternyata beliau harus membaca dengan teks yang
diletakan sedikit lebih jauh dari jarak baca normal
yaitu 50 cm.
Dengan cerita dan kondisi tersebut apakah
keputusan Pak Nanang meminjam kacamata pak
sukardi tepat? Jelaskan jawabanmu!
Jarak baca normal adalah 25 cm dan
saat pak nanang meminjam kacamata
Pak Sukardi, Pak Nanang membaca
lebih jauh dari baca normal yaitu 50 cm
(PP > 25 cm) sehingga Benar sama
seperti pak nanang pak sukardi juga
menderita rabun dekat atau hipermetropi yang harus ditolong
dengan kacamata cembung (kacamata
plus).
Lensa yang biasa digunakan Pak
Nanang +3 D
Perkiraan ukuran kacamata pak sukardi
yang dipinjam pak nanang :
Bedasarkan perhitungan dan penjelasan
diatas maka keputusan Pak Nanang
meminjam kacamata pak sukardi
kurang tepat walaupun sama
menderita hipermetropi namun
kekuatan kacamata yang digunakan
keduanya berbeda yakni pak Nanang
Kata kunci :
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
138
+3D Pak Sukardi +2 D
10. Dasar
dalam
mengam
bil
keputusa
n (the
bassic for
decision/
bassic
support)
Menilai
kreadibilita
s sumber
berdasarka
n kriteria :
kemampua
n
memberika
n alasan
Disajikan soal
terkait
teropong
panggung
yang dikaitkan
dengan
peristiwa
sehari-hari
dalam bentuk
pembenaran hipotesis,
siswa diminta
untuk
memberikan
pembenaran
terhadap
informasi
tersebut yang
berdasarkan
kemampuan
memberikan
alasan.
Apip, Zahra dan Malika mendapatkan tugas projek
membuat teropong panggung sederhana. Menurut
info yang sudah Apip baca, bahan yang dibutuhkan
adalah 2 buah lensa dan satu tabung karton. Apip
meminta Malika untuk membeli bahan-bahan yang
dibutuhkan yaitu, lensa berkekuatan 2,0 dioptri dan
-4 dioptri serta tabung karton. Menurut Zahra,
“untuk membuat teropong panggung sederhana,
lensa dengan kekuatan 2,0 dioptri dijadikan lensa
objektif dan lensa dengan kekuatan -4 dioptri dijadikan lensa okuler. perbesaran maksimum
teropong yang dibuat adalah 2 kali”
Apakah informasi yang Zahra katakan benar?
jelaskan jawabanmu!
Informasi yang zahra katakan benar.
karena lensa positif digunakan sebagai
lensa objektif, karena berfungsi sebagai
pengumpul sinar dari benda yang
diamati, sedangkan lensa negatif
digunakan sebagi lensa okuler yang
berfungsi sebagai lensa pembalik agar
didapatkan bayangan yang tegak.
kekuatan lensa berbanding terbalik
dengan nilai fokus lensa
sehingga dapat dicari nilai jarak fokus
dari masing-masing lensa
- untuk lensa 2 dioptri
- untuk lensa -4 dioptri
sehingga perbesaran maksimum
teropong sebesar
Kata kunci : Informasi
yang zahra katakan benar.
lensa positif digunakan
sebagai lensa objektif,
sedangkan lensa negatif
digunakan sebagi lensa
okuler.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar, memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
11. Dasar
dalam mengam
bil
Menilai
kreadibilitas sumber
berdasarka
Disajikan
wacana berisi masalah cacat
mata. Siswa
Pak Heri menikmati hari liburnya dengan membaca
koran sambil minum kopi ditemani anaknya, Pak Heri adalah pengguna kacamata dengan kekuatan
lensa +2 dioptri. Hari ini, Pak Heri ingin membaca
diketahui:
ditanya: PP (Jarak terdekat yang masih
Kata kunci : saran yang
dikatakan Benar, Bapak Heri harus menjauhkan
139
keputusa
n (the
bassic for
decision/
bassic
support)
n kriteria :
kemampua
n
memberika
n alasan
diminta
memutuskan
apa yang
diyakini yaitu
dengan cara
memberikan
dukungan
terhadap suatu
pernyataan.
koran tanpa kacamata seperti orang yang bermata
normal. Namun, saat melepas kacamatanya dan
mendekatkan koran sejauh 25 cm di depan matanya
Pak Heri tidak dapat melihat tulisan dengan jelas.
melihat Bapaknya tidak bisa membaca koran
dengan nyaman tanpa kacamata, si Anak
menyarankan untuk menjauhkan jarak koran
terhadap mata sejauh 50 cm agar Bapaknya bisa
membaca koran tanpa kacamata.
apakah yang dikatakan Anak dari Pak Heri benar? jelaskan Jawabanmu!
bisa dilihat Pak Heri dengan jelas jika
melepaskan kacamatanya)?
jawab :
sesuai dengan perhitungan diatas maka
saran yang dikatakan Anak dari Bapak
Heri Benar, Bapak Heri harus
menjauhkan posisi koran sejauh 50 cm
terhadap matanya jika ingin membaca
koran tanpa bantuan kacamata.
posisi koran sejauh 50 cm terhadap matanya jika
ingin membaca koran tanpa
bantuan kacamata.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar, tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
12. Menyim
pulkan
(inferenc
e)
Membuat
keputusan
dan
memperti
mbangkan
hasil
(make and
judge
value
judgements) dengan
latar
belakang
Disajikan
wacana terkait
cacat mata
miopi, siswa
memutuskan
apa yang
diyakini dan
apa yang akan
dilakukan
terhadap pernyataan
yang
diungkapkan
Nisa dikenal sebagai siswa yang pandai dikelasnya,
namun pada akhir semester ini nilai nisa menurun
sehingga membuat walikelasnya khawatir, ternyata
yang menyebabkan menurunnya nilai nisa adalah
nisa tidak dapat melihat dengan jelas tulisan di
papan tulis. walikelas menghubungi orangtua nisa
dan menyarankan membawa nisa ke dokter mata
untuk melakukan pemeriksaan. Saat konsultasi,
diketahui bahwa nisa mengalami kesulitan
membaca tulisan berjarak 3 m. sehingga, dokter mengatakan untuk mengatasi kelemahannya itu,
nisa disarankan memakai kacamata dengan
kekuatan -1/3 dioptri.
pernyataan dokter adalah benar dan
tepat karena nisa mengalami
mengalami gangguan penglihatan,
dimana titik jauh matanya tidak berada
pada jarak tak terhingga, sebaiknya
segera ditolong menggunakan lensa
negatif. dengan persamaan dibawah ini
akan diketahui bahwa kekuatan lensa
yang disarankan dokter mata nisa
adalah benar sebesar 1/3 dioptri
diketahui :
s =
Kata kunci : Pernyataan
dokter adalah benar dan
tepat, segera ditolong
menggunakan lensa negatif
sebesar 1/3 dioptri.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
140
fakta bedasarkan
fakta.
bedasarkan penjelasan diatas, apakah yang
dikatakan dokter itu benar? berikan alasanmu!
= 3 m
Ditanya :
Kekuatan lensa yang akan digunakan
pada kacamata nisa?
memberikan penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
13. Dasar
dalam
mengam
bil
keputusa
n (the
bassic for
decision/
bassic
support)
Menilai
kreadibilita
s sumber
berdasarka
n kriteria :
kemampua
n
memberika
n alasan
Disajikan soal
terkait
teropong
panggung
yang dikaitkan
dengan
peristiwa
sehari-hari
dalam bentuk
pembenaran
hipotesis,
siswa diminta untuk
memberikan
pembenaran
terhadap
informasi
tersebut yang
Apip, Zahra dan Malika mendapatkan tugas projek
membuat teropong panggung sederhana. Menurut
info yang sudah Apip baca, bahan yang dibutuhkan
adalah 2 buah lensa dan satu tabung karton. Apip
meminta Malika untuk membeli bahan-bahan yang
dibutuhkan. Ketika sudah di toko malika membeli
lensa berkekuatan 2,0 dioptri, 3,0 dioptri dan -4
dioptri.
Menurut Zahra, “untuk membuat teropong
panggung sederhana, lensa dengan kekuatan 2,0
dioptri akan menghasilkan perbesaran maksimum
yang lebih besar dibandingkan dengan lensa berkekuatan 3,0 dioptri, lensa 2,0 dioptri dijadikan
lensa objektif dan lensa dengan kekuatan -4 dioptri
dijadikan lensa okuler. ”
Apakah informasi yang Zahra katakan benar?
jelaskan jawabanmu!
Informasi yang zahra katakan benar.
karena lensa positif digunakan sebagai
lensa objektif, karena berfungsi sebagai
pengumpul sinar dari benda yang
diamati, sedangkan lensa negatif
digunakan sebagi lensa okuler yang
berfungsi sebagai lensa pembalik agar
didapatkan bayangan yang tegak.
kekuatan lensa berbanding terbalik
dengan nilai fokus lensa
sehingga dapat dicari nilai jarak fokus
dari masing-masing lensa
- untuk lensa 2 dioptri
Kata kunci : Informasi
benar. karena lensa positif
digunakan sebagai lensa
objektif, karena berfungsi
sebagai pengumpul sinar
dari benda yang diamati,
sedangkan lensa negatif
digunakan sebagi lensa
okuler yang berfungsi
sebagai lensa pembalik
agar didapatkan bayangan yang tegak.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
141
berdasarkan
kemampuan
memberikan
alasan.
- untuk lensa 3 dioptri
- untuk lensa -4 dioptri
sehingga perbesaran maksimum
teropong sebesar
- dengan lensa objektif +2 D
- dengan lensa objektif +3 D
3 Jawaban benar, memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
14. Menyim
pulkan
(inferenc
e)
Membuat
pernyataan
nilai untuk
memutusk
an apa yang
diyakini
dan
dilakukan
bedasarkan
adanya
alternatif
Disajikan
wacana dan
tabel hasil
pengamatan
mengenai cacat mata
siswa
menganalisis
kekuatan kaca
mata yang
digunakan.
Farah adalah siswa kelas 6 di SDIT Nurfatahillah,
saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung,
Farah mengeluhkan kepada teman sebangkunya,
Citra, bahwa dia tidak bisa melihat tulisan pada
papan tulis dengan jelas. Akhirnya, Farah dibantu Citra dalam menyelesaikan catatannya. Ketika jam
istirahat, Citra ingin membantu farah agar Farah
dapat membaca tulisan pada papan tulis dengan
jelas, Citra meminta Farah pindah tempat duduk
dari satu kursi ke kursi yang lain. Gambar denah
kelas yang di tempel di dinding menunjukkan
bahwa panjang kelas mereka adalah 8 m degan
jarak antar kursi 1 m.
Diketahui:
Ditanya:
Jawab :
Farah menderita miopi karena semakin
dekat farah duduk dengan papan tulis
semakin jelas farah melihat tulisan
pada papan tulis.
Kata kunci : menderita
miopi, lensa yang harus
digunakan farah - 0,25 D.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas, fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
142
Posisi
awal
farah
5 meter
dari
papan
tulis
4 meter
dari
papan
tulis
3 meter
dari
papan
tulis
Tidak
jelas buram jelas jelas
Setelah didapatkan data, lalu Citra mengatakan
pada farah bahwa Farah menderita cacat mata
miopi (rabun jauh) dan harus menggunakan
kacamata cekung dengan kekuatan -1D. Bedasarkan hasil observasi citra berikan pernyataan
kalian!
Maka lensa yang harus digunakan farah
bukan – 1D namun - 0,25 D
2 Jawaban benar, tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
15. Menyim
pulkan
(inferenc
e)
Memberik
an asumsi
yang
masuk akal
Disajikan hasil
eksperimen
siswa diminta
memberikan
asumsi dan
menjadikan
kesimpulan
dari hasil
eksperimen.
Dewita melakukan eksperimen sederhana untuk
mengetahui perbesaran bayangan benda yang
dihasilkan oleh lup. Kegiatan yang Dewita lakukan
adalah melakukan pengamatan perbesaran
bayangan menggunakan tiga lup yang memiliki
jarak fokus yang berbeda. Didapatkan hasil
observasi sebagai berikut:
Lup 1
Lup 2
Lup 3
Asumsi yang tepat sesuai dengan
eksperimen sederhana yang Wawan
lakukan yaitu: Karena Gambar 1 memiliki
perbesaran yang terkecil, maka lup
yang digunakan memiliki panjang
fokus lensa lebih besar dari fokus
lensa lup 2 dan lup 3.
Gambar 2 memilik perbesaran yang
sedang, maka lup yang digunakan memiliki panjang fokus lensa lebih
kecil dari fokus lensa lup 1, namun
lebih lebih besar dari fokus lup 3.
Kata kunci : Perbesaran
bayangan yang dihasilkan
berbanding terbalik dengan
jarak fokus lup. yang
berarti semakin kecil
panjang fokus lup, semakin
besar bayangan yang
didapat.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
143
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
oleh Dewita, buatlah asumsi yang tepat
mengenai lup 1, lup 2 lup 3!
Gambar 3 memiliki perbesaran
yang terbesar,
Berdasarkan persamaan lup:
Dari asumsi tersebut, perbesaran
bayangan yang dihasilkan lup dapat
ditulis sebagai berikut:
Yang mana Perbesaran bayangan yang dihasilkan berbanding terbalik dengan
jarak fokus lup. yang berarti semakin
kecil panjang fokus lup, semakin besar
bayangan yang didapat.
penjelasan jelas, fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
16. Menyim
pulkan
(inferenc
e)
Membuat
keputusan
dan
memperti
mbangkan
hasil
(make and judge
value
judgement
s) dengan
latar
belakang
fakta
Disajikan
wacana terkait
cacat mata,
siswa
memutuskan
apa yang
diyakini dengan
memberi
pernyataan
bernilai positif
atau negatif.
Ibu Nur menjelaskan dalam pembelajaran fisika
bahwa posisi benda dapat terlihat jelas jika dilihat
di daerah penglihatan mata, posisi benda terjauh
yang masih dapat dilihat dengan jelas disebut titik
jauh. Pada mata normal, titik jauh mata berada pada
jarak tak terhingga. Beberapa faktor bisa
mempengaruhi titik terjauh seseorang contohnya, faktor usia, faktor keturunan, dan faktor kebiasaan
buruk. Faktor-faktor tersebut menyebabkan titik
terjauh seseorang berada pada jarak tertentu. Lalu
Zahra menceritakan kondisi adiknya yang berumur
12 tahun yang hanya bias melihat benda jauh
dengan jelas sampai jarak 100 cm.
Ibu Nur mendengar cerita Zahra dan memberikan
kesempatan kepada siswa-siswa lain untuk
menanggapi cerita tersebut, berikut adalah
tanggapan dari teman-teman Zahra.
Fajar : “Adik Zahra mengalami cacat mata
Hipermetropi”
Pernyataa Fajar Salah
Pernyataan Malika benar namun
kurang tepat
Pernyataan Rafif salah
Pernyataan Ina benar dan tepat
Penjelasan: pernyataan yang diberikan
harus sesuai dengan fakta titik jauh pada mata normal.
Pernyataan Fajar salah karena
adik Zahra memiliki titik jauh
hanya 100 cm sedangkan
hipermentropi adalah kondisi
dimana mana memiliki titik dekat
lebih jauh dari mata normal dan
memiliki titik jauh tak terhingga.
Pernyataan Malika benar namun
kurang tepat, karena Adik Zahra
mengalami gangguan
Kata kunci : Pernyataa
Fajar Salah
Pernyataan Malika benar
namun kurang tepat
Pernyataan Rafif salah
Pernyataan Ina benar dan
tepat.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar, memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
144
Malika : ”Adik Zahra mengalami cacat mata miopi
sebaiknya segera ditolong dengan menggunakan
kacamata berlensa negatif”
Rafif : “Adik Zahra harus segera ditolong dengan
menggunakan kacamata berlensa konvergen yang
berkekuatan +1 D”
Ina : ”Adik Zahra mengalami cacat mata miopi,
sebaiknya segera ditolong dengan menggunakan
kacamata berlensa negatif yang berkekuatan -1 D”
Berdasarkan Narasi dan fakta di atas,
pernyataan siapakah yang benar, dan jelaskan
jawabanmu!
penglihatan, dimana titik jauh
matanya tidak berada pada jarak
tak terhingga, sebaiknya segera
ditolong menggunakan lensa
negatif. Namun Ayu tidak
menyebutkan berapa kekuatan
lensa yang harus digunakan.
Pernyataan Rafif salah karena
lensa konvergen bersifat
mengumpulkan cahaya,
sedangkan adik Zahra membutuhkan lensa divergen
yang dapat menyebarkan sinar
yang melewatinya sehingga
bayangan yang terbentuk di
belakang lensa (masih di depan
retina) akan bergeser ke belakang
menuju retina.
Pernyataan ina benar karena Adik
Zahra mengalami gangguan
penglihatan, dimana titik jauh
matanya tidak berada pada jarak
tak terhingga, kekuatan lensa yang diperlukan untuk menolong
cacat mata jenis ini yaitu:
2 Jawaban benar, tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
145
17. Strategi
dan
taktik
(strategie
s and
tactics)
Menentuka
n suatu
tindakan :
Memilih
kriteria
untuk
memperti
mbangkan solusi yang
mungkin
Disajikan
wacana
tentang
penerapan
prinsip
pemaantulan
dan pembiasan
pada cermin dan lensa
Guru fisika memberikan tugas kepada Icha untuk
melakukan percobaan sederhana yaitu membakar
kertas dengan menggunakan sinar matahari.
Sebagai alat bantu, Icha diberikan beberapa jenis
lensa yaitu lensa cekung dan lensa cembung. Mana
di antara lensa-lensa tersebut yang harus digunakan
oleh Icha untuk melakukkan percobaan?
Lensa cekung adalah lensa yang
bersifat menyebarkan cahaya,
sedangkan lensa cembung adalah lensa
yang bersifat mengumpulkan cahaya.
Di antara kedua lensa tersebut lensa
yang harus dipilih Icha adalah lensa
cembung. Karena untuk membuat
kertas terbakar panas dari cahaya matahari harus dikumpulkan di satu
titik fokus dan panas yang terkumpul
akan menyebabkan kertas
terbakar.sehingga dibutuhkan lensa
yang bersifat mengumpulkan cahaya.
Kata kunci : lensa cembung
adalah lensa yang bersifat
mengumpulkan cahaya.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
18. Strategi
dan
taktik
Berinterak
si dengan
orang lain :
Disajikan
wacana
tentang
Dinda dan Diana pergi berlibur bersama ke Pantai.
Saat berlibur Diana membawa kamera
kesayangannya. Sanpainya di Pantai, Diana
Strategi logis yang harus dilakukan
Diana adalah dengan:
Memberikan penjelasan singkat kepada
Kata kunci : Pemfokusan
146
(strategie
s and
tactics)
strategi
yang logis
penggunaan
kamera. Siswa
membuat
strategi yang
logis terkait
permasalahan
tersebut.
meminta Dinda untuk mengambil foto dirinya
menggunakan kamera yang dia bawa. Namun, hasil
foto yang diambil Dinda selalu tampak buram
karena Dinda tidak bisa mengambil foto
menggunakan kamera.
Strategi apa yang harus dilakukan Diana agar hasil
foto yang diambil Dinda menggunakan kamera
tidak buram?
Dinda bahwa ada bagian dari kamera
yang berfungsi untuk memfokuskan
gambar. Pemfokusan ini dilakukan
dengan cara mengubah kedudukan
lensa terhadap benda sesuai dengan
jarak benda yang akan difoto. Dinda
harus memutar cincin pengatur lensa
hingga gambar terlihat jelas dan tajam.
dilakukan dengan cara mengubah kedudukan lensa
terhadap benda.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
19. Strategi
dan
taktik
(strategie
s and
tactics)
Berinterak
si dengan
orang lain :
strategi
yang logis
Disajikan
wacana
tentang
kecerobohan
penggunaan
kamera. Siswa
membuat
strategi yang
logis terkait permasalahan
tersebut.
Iqbal tergabung dalam klub Fotografi di SMA.
Klub fotografi mengadakan workshop tentang
fungsi dan cara merawat kamera dengan baik.
Selain materi tersebut, Marsha selaku pemateri
dalam workshop tersebut menyampaikan
kecerobohan dalam penggunaan kamera yang
beresiko membuat kamera rusak. Salah satu
kecerobohan itu adalah mengarahkan lensa kamera
langsung pada saat terjadi gerhana matahari. Marsha mengklaim bahwa tindakan tersebut dapat
merusak kamera dan mata pengguna kamera.
Dalam sesi diskusi, Tono berpendapat bahwa
Strategi yang logis yang dapat
dilakukan marsha adalah :
Menguji bahwa sinar matahari yang
masuk ke lensa objektif pada kamera
dapat membakar benda dibelakangnya
jika lensa tersebut diarahkan secara
langsung pada saat gerhana matahari.
lensa objektif pada kamera adalah lensa
cembung, sehingga mekanismenya sama seperti lup yang dapat membakar
kertas jika kertas tersebut diletakan di
bawah terik matahari. Caranya dengan
Kata kunci : Menguji
bahwa sinar matahari yang
masuk ke lensa objektif
pada kamera dapat
membakar benda
dibelakangnya jika lensa
tersebut diarahkan secara
langsung pada saat gerhana
matahari.
Skor Kriteria
147
tindakan tersebut tidak akan merusak mata, hanya
akan merusak sensor kamera saja.
Strategi yang logis apakah yang dapat dilakukan
marsha untuk membuktikan pernyataannya tersebut
benar atau salah!
melepas lensa objektif kamera
kemudian meletakkannya di atas
kertas. Setelah diletakkan di bawah
terik matahari dengan kertaas dibawah
lensa kamera pada kertaskana terlihat
bercak hitam, bahkan jika waktu
penyinarannya lebih lama akan
mengakibatkan kertas tersebut
terbakar. Karena lensa cembung
bekerja dengan mengumpulkan cahaya
pada satu titik. Inilah yang menyebabkan kertas yang diletakkan di
bawah lensa cembung dengan kondisi
lensa mendapat cahaya dari matahari
dapat terbakar.
Pada kamera cahaya yang masuk
melalui lensa akan difokuskan pada
sensor/film dan dipantulkan oleh
cermin sehingga terlihat melalui
viewinder. Dampak dari mengarahkan
kemera langsung pada saat gerhana
matahari yaitu selain dapat merusak
sensor/film juga akan merusak mata jika melihat melalui viewfinder kamera
4 Jawaban benar, memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
20. Strategi
dan
taktik
(Strategi
es and
tactics)
Berinterak
si dengan
orang lain :
strategi
yang logis
Disajikan
perbandingan
hasil dari
observasi 2
kelompok
siswa. siswa
diminta
memnberikan
strategi yang
Kelas X MIA 1 ditugaskan untuk mengamati
trikomata pada daun tumbuhan Durio zibethinus
pada saat pembelajaran Biologi. Setiap kelompok
terdiri empat orang. Guru memerintahkan
pengaturan yang sama pada mikroskop yang
digunakan oleh setiap kelompok. Kelompok Novi
mengalami kesulitan, gambar yang terbentuk tidak
tajam, berbeda dengan kelompok lainnnya.
Strategi yang logis yang dapat
dilakukan oleh Fajar yaitu:
memindahkan mikroskop tersebut ke
tempat yang memiliki cahaya lebih
banyak. Selain dengan cara itu, Fajar
juga dapat menggunakan senter sebagi
pengganti sumber cahaya matahari.
Senter diletakkan di bawah meja
preparat, kemudian senter tersebut
Kata kunci : Memindahkan
ketempat terang atau
kesalahan terjadi pada
lensanya yang telah usang
ataupun rusak akibat
kesalahan perawatan lensa.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
148
logis yang
dapat
dilakukan
untuk
merespon
adanya suatu
tantangan. Gambar milik
kelompok lain
Gambar milik
kelompok Novi
Reza memberikan masukan kepada teman
sekelompok Novi, bahwa mikroskop yang
digunakan oleh kelompoknya tidak mendapatkan
cahaya yang cukup, sehingga harus memindahkan
posisi mikroskop ke tempat yang lebih banyak
cahaya.
Strategi yang logis apakah yang dapat dilakukan Novi untuk membuktikan pernyataan klaimnya
tersebut benar atau salah?
dinyalakan sehingga menyinari meja
preparat.Jika dengan cara ini pun
gambar yang diamati masih buram,
maka Fajar harus mengganti lensa
okuler/eyepiece mikroskop kelompok
Novi. Bisa jadi, kesalahan terjadi pada
lensanya yang telah usang ataupun
rusak akibat kesalahan perawatan
lensa.
memberikan penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
149
Lampiran B. 3 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes
a. Lembar Validasi Ahli materi
150
151
b. Lembar Validasi Ahli konstruk
152
153
154
c. Uji validasi butir soal
Jumlah Subyek= 20 Butir Soal= 16 Nama berkas: C:\USERS\ACER\DESKTOP\SLOVE\BISMILLAH WAFIQOH ZAKIAH S.PD\SIAP DIBIMBING\ANATEST\ANATEST FIX.AUR
No Butir Asli Korelasi Signifikansi 1 0,323 - 2 0,530 Signifikan 3 0,502 Signifikan 4 0,452 Signifikan 5 0,672 Sangat Signifikan 6 0,694 Sangat Signifikan 7 0,529 Signifikan 8 0,681 Sangat Signifikan 9 0,672 Sangat Signifikan 10 0,282 - 11 0,353 - 12 0,809 Sangat Signifikan 13 0,381 - 14 0,742 Sangat Signifikan 15 0,543 Signifikan 16 0,696 Sangat Signifikan Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01 10 0,576 0,708 60 0,250 0,325 15 0,482 0,606 70 0,233 0,302 20 0,423 0,549 80 0,217 0,283 25 0,381 0,496 90 0,205 0,267 30 0,349 0,449 100 0,195 0,254 40 0,304 0,393 125 0,174 0,228 50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208 Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
155
d. Uji Relabilitas Instrumen
156
e. Uji Daya Beda
f. Uji Taraf Kesukaran
157
g. Uji Taraf Kesukaran
158
Lampiran B. 4 Soal Tes yang Digunakan
Kompetensi Dasar : 3.11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa Materi Pokok : Alat-alat Optik
Kelas/ Semester : XI/ Genap
Jenis Tes : Uraian Jumlah Soal : 10
No
Aspek
Berpikir
Kritis
Indikator
Berpikir
Kritis
Indikator Soal Soal Kunci Jawaban Rubrik Penskoran
1. Klarifikasi dasar
(element
ary
clarificat
ion)
Menjawab pertanyaan
klarifikasi
Disajikan wacana berisi
tentang solusi
permasalahan
kontekstual
dengan konsep
lup beserta
pertanyaan
terkait. Siswa
memberikan
jawaban yang
tepat terhadap pertanyaan
tersebut
Pak Yana adalah ketua panitia pemilu yang menderita hipermetropi dan menggunakan
kacamata berkekuatan lensa +2 D, Pak Yana akan
memeriksa surat suara yang akan digunakan dalam
pemilu menggunakan lup dengan kekuatan 5 D.
Melihat kondisi Pak Yana, Andi yang merupakan
seorang anggota panitia pemilu menyarankan Pak
Yana untuk melepas kacamatanya dan mengganti
dengan lensa yang lebih besar. Pak Yana bertanya
“mengapa harus mengganti lupnya dengan
kekuatan yang lebih besar?
bantulah Andi menjelaskan alasannya kepada Pak Yana?
Pak yana menggunakan kacamata dengan kekuatan +2D. Artinya titik
dekat (PP) Pak yana adalah:
Titik dekat pak yana adalah 50 cm. lup
yang akan digunakan Pak Yana
berkekuatan 5 D. Maka ketika pak yana
menggunakan lup tersebut untuk memeriksa surat suara dapat
memperbesar benda sebesar:
Ketika mengamati dengan
Kata kunci : Pak Yana bisa melihat tanpa kacamata
dengan kekuatan
perbesaran yang sama
dengan mengganti lup
dengan kekuatan yang
lebih kecil yaitu 2,5 dioptri
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
159
kacamata maka mata dengan
kondisi tidak berakomodasi dan
titik dekatnya menjadi 25 cm
seperti mata normal
Ketika mengamati dengan mata
berakomodasi maka
Apabila lup akan diganti dengan
perbesaran yang sama maka
kekuatan lensa lup yang
dibutuhkan adalah :
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
160
Pak Yana bisa melihat tanpa kacamata
dengan kekuatan perbesaran yang sama
dengan mengganti lup dengan kekuatan
yang lebih kecil yaitu 2,5 dioptri.
2. Klarifika
si dasar
(element
ary
clarificat
ion)
Menjawab
pertanyaan
klarifikasi
Disajikan
wacana berisi
tentang solusi
permasalahan
kontekstual
dengan konsep
lup beserta pertanyaan
terkait. Siswa
memberikan
jawaban yang
tepat terhadap
pertanyaan
tersebut
Lili ingin memperbaiki arlojinya yang rusak
sehingga Lili datang ke toko Pak Maman. Pak
Maman adalah seorang tukang reparasi arloji yang
menderita cacat mata hipermetropi. Pak maman
menggunakan kacamata yang berkekuatan lensa
+2D. Ketika akan mereparasi arloji lili, Pak Maman
menggunakan lup dengan kekuatan 10 D sehingga menghasilkan perbesaran tertentu. Melihat kondisi
Pak Maman, Lili menyarankan Pak Maman untuk
tidak menggunakan kacamatanya ketika
memperbaiki arloji dan mengganti lupnya dengan
kekuatan yang lebih kecil dari 10 D. Pak maman
bertanya “mengapa harus mengganti lupnya dengan
kekuatan yang lebih kecil dari 10 D?”.
Bantulah Lili menjelaskan alasannya kepada Pak
Maman!
Pak maman menggunakan kacamata
dengan kekuatan +2D. Artinya titik
dekat (PP) Pak maman adalah:
Titik dekat pak maman adalah 50 cm.
lup yang dimiliki pak maman
berkekuatan 10 D. Maka ketika pak
maman menggunakan lup tersebut
untuk melihat benda-benda kecil di
dalam arloji lup tersebut dapat
memperbesar benda sebesar:
Ketika mengamati dengan
kacamata maka mata dengan
kondisi tidak berakomodasi dan
titik dekatnya menjadi 25 cm seperti mata normal
Kata kunci : Pak maman
bisa memperbaiki tanpa
kacamata dengan kekuatan
perbesaran yang sama
dengan mengganti lup
dengan kekuatan yang
lebih kecil yaitu 5 dioptri.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
161
Ketika mengamati dengan mata
berakomodasi maka
Apabila lup akan diganti dengan
perbesaran yang sama maka
kekuatan lensa lup yang
dibutuhkan adalah :
Pak maman bisa memperbaiki
tanpa kacamata dengan kekuatan
perbesaran yang sama dengan
mengganti lup dengan kekuatan
162
yang lebih kecil yaitu 5 dioptri.
3. Dasar
dalam
mengam
bil
keputusa
n (the
bassic for
decision/bassic
support)
Menilai
kreadibilita
s sumber
berdasarka
n kriteria :
kemampua
n
memberikan alasan
Disajikan
wacana berisi
percobaan
menggunakan
mikroskop.
Siswa diminta
Memberikan
alasan agar sumber
menjadi
kredibel
tentang
kombinasi
lensa objektif
dan lensa
okuler yang
menghasilkan
perbesaran
total terbesar
Kelas XI IPA 1 akan melakukan percobaan biologi
untuk mengamati sampel preparat awetan
menggunakan mikroskop di laboratorium IPA.
Guru memerintahkan siswa untuk mengatur lensa
objektif berada 3,5 cm dari preparat dan
mengkombinasikan lensa objektif dan okuler yang
menghasilkan perbesaran total terbesar sesuai
kesepakatan kelompok, di laboratorium tersedia tiga buah lensa objektif dan dua buah lensa okuler
seperti pada tabel berikut:
Jenis lensa Spesifikasi lensa
objektif
Objektif
1
Objektif
2
Objektif
3
M = 10 kali
M = 50 kali
M = 100 kali
okuler Okuler 1 Okuler 2
M = 50 kali M = 100 kali
Rima berpendapat dengan teman kelompoknya
”kita kombinasikan lensa objektif 3 dengan lensa
okuler 2 untuk menghasilkan perbesaran total
terbesar”
alasan apa yang dapat diberikan Rima agar
teman kelompoknya setuju dan menganggap
pernyataannya adalah benar!
Pendapat rima Benar
Alasan: Untuk menentukan kombinasi lensa
objektif dan okuler yang memiliki
perbesaran total terbesar bisa kita lihat
dari persamaan mikroskop:
= 𝑏×
Berdasarkan persamaan di atas 𝑏
berbanding lurus dengan
, yang berarti semakin besar 𝑏
maka semakin besar
perbesaran total ( ) mikroskop.
Pada tabel dan 𝑏 telah
diketahui nilainya berarti lensa okuler
2 memiliki perbesaran yang lebih
besar dibandingkan dengan lensa
okuler 1 dan lensa objektif 3
memiliki nilai yang paling besar
dibandingkan dengan lensa objektif
1 dan 2.
Kata kunci : benar, lensa
okuler 2 memiliki
perbesaran yang lebih
besar dibandingkan dengan
lensa okuler 1 dan lensa
objektif 3 memiliki nilai
yang paling besar
dibandingkan dengan lensa objektif 1 dan 2.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
4. Dasar
dalam
mengam
bil
keputusa
Menilai
kreadibilita
s sumber
berdasarka
n kriteria :
Disajikan soal
terkait
teropong
panggung
yang dikaitkan
Apip, Zahra dan Malika mendapatkan tugas projek
membuat teropong panggung sederhana. Menurut
info yang sudah Apip baca, bahan yang dibutuhkan
adalah 2 buah lensa dan satu tabung karton. Apip
meminta Malika untuk membeli bahan-bahan yang
Informasi yang zahra katakan benar.
karena lensa positif digunakan sebagai
lensa objektif, karena berfungsi sebagai
pengumpul sinar dari benda yang
diamati, sedangkan lensa negatif
Kata kunci : Informasi
yang zahra katakan benar.
lensa positif digunakan
sebagai lensa objektif,
163
n (the
bassic for
decision/
bassic
support)
kemampua
n
memberika
n alasan
dengan
peristiwa
sehari-hari
dalam bentuk
pembenaran
hipotesis,
siswa diminta
untuk
memberikan
pembenaran
terhadap informasi
tersebut yang
berdasarkan
kemampuan
memberikan
alasan.
dibutuhkan yaitu, lensa berkekuatan 2,0 dioptri dan
-4 dioptri serta tabung karton. Menurut Zahra,
“untuk membuat teropong panggung sederhana,
lensa dengan kekuatan 2,0 dioptri dijadikan lensa
objektif dan lensa dengan kekuatan -4 dioptri
dijadikan lensa okuler. perbesaran maksimum
teropong yang dibuat adalah 2 kali”
Mengapa Zahra berkata demikian? Bantulah Zahra
menjelaskan alasannya!
digunakan sebagi lensa okuler yang
berfungsi sebagai lensa pembalik agar
didapatkan bayangan yang tegak.
kekuatan lensa berbanding terbalik
dengan nilai fokus lensa
sehingga dapat dicari nilai jarak fokus
dari masing-masing lensa
- untuk lensa 2 dioptri
- untuk lensa -4 dioptri
sehingga perbesaran maksimum
teropong sebesar
sedangkan lensa negatif digunakan sebagi lensa
okuler.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
5. Dasar
dalam
mengam
bil
keputusa
n (the
bassic for
decision/bassic
support)
Menilai
kreadibilita
s sumber
berdasarka
n kriteria :
kemampua
n
memberikan alasan
Disajikan
wacana berisi
masalah cacat
mata. Siswa
diminta
memutuskan
apa yang
diyakini yaitu dengan cara
memberikan
dukungan
Pak Heri menikmati hari liburnya dengan membaca
koran sambil minum kopi ditemani anaknya, Pak
Heri adalah pengguna kacamata dengan kekuatan
lensa +2 dioptri. Hari ini, Pak Heri ingin membaca
koran tanpa kacamata seperti orang yang bermata
normal. Namun, saat melepas kacamatanya dan
mendekatkan koran sejauh 25 cm di depan matanya
Pak Heri tidak dapat melihat tulisan dengan jelas. melihat Bapaknya tidak bisa membaca koran
dengan nyaman tanpa kacamata, si Anak
menyarankan untuk menjauhkan jarak koran
diketahui:
ditanya: PP (Jarak terdekat yang masih
bisa dilihat Pak Heri dengan jelas jika
melepaskan kacamatanya)? jawab :
Kata kunci : saran yang
dikatakan Benar, Bapak
Heri harus menjauhkan
posisi koran sejauh 50 cm
terhadap matanya jika
ingin membaca koran tanpa
bantuan kacamata.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
164
terhadap suatu
pernyataan.
terhadap mata sejauh 50 cm agar Bapaknya bisa
membaca koran tanpa kacamata.
apakah yang dikatakan Anak dari Pak Heri benar?
jelaskan Jawabanmu!
sesuai dengan perhitungan diatas maka
saran yang dikatakan Anak dari Bapak
Heri Benar, Bapak Heri harus
menjauhkan posisi koran sejauh 50 cm
terhadap matanya jika ingin membaca
koran tanpa bantuan kacamata.
memberikan penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
6. Menyim
pulkan
(inferenc
e)
Membuat
keputusan
dan
mempertimbangkan
hasil
(make and
judge
value
judgement
s) dengan
latar
belakang
fakta
Disajikan
wacana terkait
cacat mata
miopi, siswa memutuskan
apa yang
diyakini dan
apa yang akan
dilakukan
terhadap
pernyataan
yang
diungkapkan
bedasarkan
fakta.
Nisa dikenal sebagai siswa yang pandai dikelasnya,
namun pada akhir semester ini nilai nisa menurun
sehingga membuat walikelasnya khawatir, ternyata
yang menyebabkan menurunnya nilai nisa adalah nisa tidak dapat melihat dengan jelas tulisan di
papan tulis. walikelas menghubungi orangtua nisa
dan menyarankan membawa nisa ke dokter mata
untuk melakukan pemeriksaan. Saat konsultasi,
diketahui bahwa nisa mengalami kesulitan
membaca tulisan berjarak 3 m. sehingga, dokter
mengatakan untuk mengatasi kelemahannya itu,
nisa disarankan memakai kacamata dengan
kekuatan -1/3 dioptri.
bedasarkan penjelasan diatas, apakah yang
dikatakan dokter itu benar? berikan alasanmu!
pernyataan dokter adalah benar dan
tepat karena nisa mengalami
mengalami gangguan penglihatan,
dimana titik jauh matanya tidak berada pada jarak tak terhingga, sebaiknya
segera ditolong menggunakan lensa
negatif. dengan persamaan dibawah ini
akan diketahui bahwa kekuatan lensa
yang disarankan dokter mata nisa
adalah benar sebesar 1/3 dioptri
diketahui :
s =
= 3 m Ditanya :
Kekuatan lensa yang akan digunakan
pada kacamata nisa?
Kata kunci : Pernyataan
dokter adalah benar dan
tepat, segera ditolong
menggunakan lensa negatif sebesar 1/3 dioptri.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
165
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
7. Menyim
pulkan
(inferenc
e)
Membuat
keputusan
dan
memperti
mbangkan
hasil
(make and
judge
value
judgement
s) dengan
latar belakang
fakta
Disajikan
wacana terkait
cacat mata,
siswa
memutuskan
apa yang
diyakini
dengan
memberi
pernyataan
bernilai positif
atau negatif.
Ibu Nur menjelaskan dalam pembelajaran fisika
bahwa posisi benda dapat terlihat jelas jika dilihat
di daerah penglihatan mata, posisi benda terjauh
yang masih dapat dilihat dengan jelas disebut titik
jauh. Pada mata normal, titik jauh mata berada pada
jarak tak terhingga. Beberapa faktor bisa
mempengaruhi titik terjauh seseorang contohnya,
faktor usia, faktor keturunan, dan faktor kebiasaan
buruk. Faktor-faktor tersebut menyebabkan titik
terjauh seseorang berada pada jarak tertentu. Lalu
Zahra menceritakan kondisi adiknya yang berumur
12 tahun yang hanya bias melihat benda jauh dengan jelas sampai jarak 100 cm.
Ibu Nur mendengar cerita Zahra dan memberikan
kesempatan kepada siswa-siswa lain untuk
menanggapi cerita tersebut, berikut adalah
tanggapan dari teman-teman Zahra.
Fajar : “Adik Zahra mengalami cacat mata
Hipermetropi”
Malika : ”Adik Zahra mengalami cacat mata miopi
sebaiknya segera ditolong dengan menggunakan
kacamata berlensa negatif”
Rafif : “Adik Zahra harus segera ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa konvergen yang
berkekuatan +1 D”
Pernyataa Fajar Salah
Pernyataan Malika benar namun
kurang tepat
Pernyataan Rafif salah
Pernyataan Ina benar dan tepat
Penjelasan: pernyataan yang diberikan
harus sesuai dengan fakta titik jauh
pada mata normal.
Pernyataan Fajar salah karena
adik Zahra memiliki titik jauh
hanya 100 cm sedangkan hipermentropi adalah kondisi
dimana mana memiliki titik dekat
lebih jauh dari mata normal dan
memiliki titik jauh tak terhingga.
Pernyataan Malika benar namun
kurang tepat, karena Adik Zahra
mengalami gangguan
penglihatan, dimana titik jauh
matanya tidak berada pada jarak
tak terhingga, sebaiknya segera
ditolong menggunakan lensa negatif. Namun Ayu tidak
menyebutkan berapa kekuatan
Kata kunci : Pernyataa
Fajar Salah
Pernyataan Malika benar
namun kurang tepat
Pernyataan Rafif salah
Pernyataan Ina benar dan
tepat.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
166
Ina : ”Adik Zahra mengalami cacat mata miopi,
sebaiknya segera ditolong dengan menggunakan
kacamata berlensa negatif yang berkekuatan -1 D”
Berdasarkan Narasi dan fakta di atas,
pernyataan siapakah yang benar, dan jelaskan
jawabanmu!
lensa yang harus digunakan.
Pernyataan Rafif salah karena
lensa konvergen bersifat
mengumpulkan cahaya,
sedangkan adik Zahra
membutuhkan lensa divergen
yang dapat menyebarkan sinar
yang melewatinya sehingga
bayangan yang terbentuk di
belakang lensa (masih di depan
retina) akan bergeser ke belakang menuju retina.
Pernyataan ina benar karena Adik
Zahra mengalami gangguan
penglihatan, dimana titik jauh
matanya tidak berada pada jarak
tak terhingga, kekuatan lensa
yang diperlukan untuk menolong
cacat mata jenis ini yaitu:
167
8. Strategi
dan
taktik
(strategie
s and
tactics)
Berinterak
si dengan
orang lain :
strategi
yang logis
Disajikan
wacana
tentang
penggunaan
kamera. Siswa
membuat
strategi yang
logis terkait
permasalahan
tersebut.
Dinda dan Diana pergi berlibur bersama ke Pantai.
Saat berlibur Diana membawa kamera
kesayangannya. Sanpainya di Pantai, Diana
meminta Dinda untuk mengambil foto dirinya
menggunakan kamera yang dia bawa. Namun, hasil
foto yang diambil Dinda selalu tampak buram
karena Dinda tidak bisa mengambil foto
menggunakan kamera.
Strategi apa yang harus dilakukan Diana agar hasil
foto yang diambil Dinda menggunakan kamera tidak buram?
Strategi logis yang harus dilakukan
Diana adalah dengan:
Memberikan penjelasan singkat kepada
Dinda bahwa ada bagian dari kamera
yang berfungsi untuk memfokuskan
gambar. Pemfokusan ini dilakukan
dengan cara mengubah kedudukan
lensa terhadap benda sesuai dengan
jarak benda yang akan difoto. Dinda
harus memutar cincin pengatur lensa
hingga gambar terlihat jelas dan tajam.
Kata kunci : Pemfokusan
dilakukan dengan cara
mengubah kedudukan lensa
terhadap benda.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
9. Strategi
dan
taktik
(strategie
s and
tactics)
Berinterak
si dengan
orang lain :
strategi
yang logis
Disajikan
wacana
tentang
kecerobohan
penggunaan
kamera. Siswa
membuat strategi yang
logis terkait
permasalahan
Iqbal tergabung dalam klub Fotografi di SMA.
Klub fotografi mengadakan workshop tentang
fungsi dan cara merawat kamera dengan baik.
Selain materi tersebut, Marsha selaku pemateri
dalam workshop tersebut menyampaikan
kecerobohan dalam penggunaan kamera yang
beresiko membuat kamera rusak. Salah satu kecerobohan itu adalah mengarahkan lensa kamera
langsung pada saat terjadi gerhana matahari.
Marsha mengklaim bahwa tindakan tersebut dapat
Strategi yang logis yang dapat
dilakukan marsha adalah :
Menguji bahwa sinar matahari yang
masuk ke lensa objektif pada kamera
dapat membakar benda dibelakangnya
jika lensa tersebut diarahkan secara
langsung pada saat gerhana matahari. lensa objektif pada kamera adalah lensa
cembung, sehingga mekanismenya
sama seperti lup yang dapat membakar
Kata kunci : Menguji
bahwa sinar matahari yang
masuk ke lensa objektif
pada kamera dapat
membakar benda
dibelakangnya jika lensa
tersebut diarahkan secara langsung pada saat gerhana
168
tersebut. merusak kamera dan mata pengguna kamera.
Dalam sesi diskusi, Tono berpendapat bahwa
tindakan tersebut tidak akan merusak mata, hanya
akan merusak sensor kamera saja.
Strategi yang logis apakah yang dapat dilakukan
marsha untuk membuktikan pernyataannya tersebut
benar atau salah!
kertas jika kertas tersebut diletakan di
bawah terik matahari. Caranya dengan
melepas lensa objektif kamera
kemudian meletakkannya di atas
kertas. Setelah diletakkan di bawah
terik matahari dengan kertaas dibawah
lensa kamera pada kertaskana terlihat
bercak hitam, bahkan jika waktu
penyinarannya lebih lama akan
mengakibatkan kertas tersebut
terbakar. Karena lensa cembung bekerja dengan mengumpulkan cahaya
pada satu titik. Inilah yang
menyebabkan kertas yang diletakkan di
bawah lensa cembung dengan kondisi
lensa mendapat cahaya dari matahari
dapat terbakar.
Pada kamera cahaya yang masuk
melalui lensa akan difokuskan pada
sensor/film dan dipantulkan oleh
cermin sehingga terlihat melalui
viewinder. Dampak dari mengarahkan
kemera langsung pada saat gerhana matahari yaitu selain dapat merusak
sensor/film juga akan merusak mata
jika melihat melalui viewfinder kamera
matahari.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar, memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
10. Strategi
dan
taktik
(Strategi
es and
tactics)
Berinterak
si dengan
orang lain :
strategi
yang logis
Disajikan
perbandingan
hasil dari
observasi 2
kelompok
siswa. siswa
diminta
Kelas X MIA 1 ditugaskan untuk mengamati
trikomata pada daun tumbuhan Durio zibethinus
pada saat pembelajaran Biologi. Setiap kelompok
terdiri empat orang. Guru memerintahkan
pengaturan yang sama pada mikroskop yang
digunakan oleh setiap kelompok. Kelompok Novi
mengalami kesulitan, gambar yang terbentuk tidak
Strategi yang logis yang dapat
dilakukan oleh Fajar yaitu:
memindahkan mikroskop tersebut ke
tempat yang memiliki cahaya lebih
banyak. Selain dengan cara itu, Fajar
juga dapat menggunakan senter sebagi
pengganti sumber cahaya matahari.
Kata kunci : Memindahkan
ketempat terang atau
kesalahan terjadi pada
lensanya yang telah usang
ataupun rusak akibat
kesalahan perawatan lensa.
169
memnberikan
strategi yang
logis yang
dapat
dilakukan
untuk
merespon
adanya suatu
tantangan.
tajam, berbeda dengan kelompok lainnnya.
Gambar milik
kelompok lain
Gambar milik
kelompok Novi
Reza memberikan masukan kepada teman
sekelompok Novi, bahwa mikroskop yang
digunakan oleh kelompoknya tidak mendapatkan
cahaya yang cukup, sehingga harus memindahkan
posisi mikroskop ke tempat yang lebih banyak cahaya.
Strategi yang logis apakah yang dapat dilakukan
Novi untuk membuktikan pernyataan klaimnya
tersebut benar atau salah?
Senter diletakkan di bawah meja
preparat, kemudian senter tersebut
dinyalakan sehingga menyinari meja
preparat.Jika dengan cara ini pun
gambar yang diamati masih buram,
maka Fajar harus mengganti lensa
okuler/eyepiece mikroskop kelompok
Novi. Bisa jadi, kesalahan terjadi pada
lensanya yang telah usang ataupun
rusak akibat kesalahan perawatan
lensa.
Skor Kriteria
4 Jawaban benar, memberikan
penjelasan jelas,
fokus dan akurat
3 Jawaban benar,
memberikan
penjelasan yang
kurang fokus dan
kurang lengkap
2 Jawaban benar,
tetapi tidak
memberikan
penjelasan
1 Jawaban salah
0 Tidak menjawab
170
Lampiran B. 5 Instrumen Nontes
a. Kisi-kisi Angket Respon Siswa
KISI-KISI ANGKET RESPON SISWA TERHADAP PENERAPAN
BLENDED LEARNING
BERBANTUAN GOOGLE CLASSROOM
No. Jenis
Pembelajaran
Aspek yang
diamati Pertanyaan
Sifat
Pertanyaan
Nomor
Pertanyaan
1. Pembelajaran
di kelas
Sikap Siswa
terhadap pembelajaran
di kelas
Pembelajaran Fisika
yang difasilitasi guru di kelas membantu saya
memahami materi
pelajaran dengan mudah
positif 1
Gambaran umum yang
dijelaskan guru pada
awal pembelajaran
membantu saya
mengetahui garis besar
materi dan tuuan
pembelajaran yang ingin
dicapai
positif 2
Saya tidak perlu
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru
karena tidak akan
berpengaruh kepada
pengetahuan saya
tentang materi yang
diajarkan
negatif 3
Ketika diskusi kelompok
ataupun presentasi, saya
hanya harus diam dan
tidak perlu memberikan
tanggapan apapun
negatif 4
Minat Siswa
terhadap
pembelajaran
di kelas
Dengan melakukan
kegiatan presentasi didepan kelas. Saya
dapat sekaligus melatih
kemampuan berbicara
saya
positif 5
Saya harus sering
mengemukakan pendapat
baik dalam kegiatan
diskusi maupun
presentasi
positif 6
Saya cukup mengikuti
kegiatan belajar
mengajar di kelas saja
tanpa harus mempedulikan hasil apa
yang harus saya capai
negatif 7
171
setelah pembelajaran itu
Dengan melakukan pembelajaran secara
berkelompok hanya akan
membuat saya merasa
tidak nyaman
negatif 8
Keterkaitan
pembelajaran
di kelas
dengan
pemahaman
materi fisika
Siswa
Setelah melakukan
pembelajaran di kelas,
saya lebih mahir dalam
menerjemahkan
permasalah fisika dan
menyelesaikannya
positif 9
Sejak awal, saya sudah
memahami materi alat
optik sehingga tidak
perlu lagi memperhatikan
penjelasan guru tentang
hal tersebut
negatif 10
2. Pembelajaran
Online (E-
Learning)
Sikap Siswa
terhadap
pembelajaran
dengan E-
Learning
berbantuan
Classroom
Pembelajaran online
membantu saya
memahami materi fisika
yang saya pelajari secara
lebih mendalam
positif 11
Dengan pembelajaran
online saya menemukan
pengetahuan-
pengetahuan baru yang
belum saya dapat dari pembelajaran di kelas
positif 12
Dengan pembelajaran
online, saya
mendapatkan
kesempatan untuk belajar
fisika di mana saja dan
kapan saja tanpa terbatas
oleh waktu
positif 13
Apabila mengalami
kesulitan, saya hanya
perlu menunggu
pembahasan jawaban
soal yang diberikan guru daripada harus mencari
solusinya dari sumber
internet (online)
negatif 14
Saya tidak perlu rutin
untuk mengunjungi
website pembelajaran
atau melakukan
pembelajran online
negatif 15
Pembelajaran online
diadakan hanya semata-
mata untuk mendapatkan
nilai tambah dari guru
negatif 16
Minat Siswa Karena bisa saling positif 17
172
terhadap
pembelajaran
dengan E-
Learning
berinteraksi baik dengan teman dan guru tanpa
rasa segan membuat saya
antusias dalam mengikuti
pembelajaran online
Saya beranggapan bahwa
guru saya tidak akan
mempermasalahkan jika
saya tidak mengikuti sesi
pembelajaran Fisika
secara online
negatif 18
Keterkaitan
E-Learning
terhadap
pemahaman
materi fisika
Siswa
Bahan ajar yang
ditampilkan melalui
Google Classroom
membuat saya lebih memahami materi yang
dipelajari.
positif 19
Mengerjakan soal latihan
secara online hanya akan
membuang-buang waktu
saya secara percuma
negatif 20
173
b. Angket Respon Siswa
LEMBAR ANGKET RESPON SISWA TERHADAP PENERAPAN
BLENDED LEARNING BERBANTUAN GOOGLE CLASSROOM
Nama :
No. Absen :
Petunjuk Pengisian :
1. Pada angket ini terdapat 20 butir pertanyaan. Pertimbangkan baik-baik setiap butir
pertanyaan dalam kaitannya dengan pembelajaran menggunakan Model Blended
Learning berbantuan Google Classroom.
2. Tentukan pilihan anda atas pertanyaan yang telah tersedia dengan memberikan tanda
( ) pada salah satu kolom tanggapan yang disediakan sesuai dengan pendapat anda.
Keterangan pilihan jawaban:
SS : sangat setuju TS : Tidak setuju
S : Setuju STS : sangat tidak setuju
C : cukup
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
SS S C TS STS
1. Apakah Pembelajaran Fisika yang difasilitasi guru
di kelas membantu memahami materi pelajaran
dengan mudah?
2. Apakah Gambaran umum yang dijelaskan guru pada awal pembelajaran membantu mengetahui garis
besar materi dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai?
3. Apakah tidak perlu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh guru karena tidak
akan berpengaruh kepada pengetahuan tentang
materi yang diajarkan?
4. Apakah Ketika diskusi kelompok ataupun
presentasi, hanya harus diam dan tidak perlu
memberikan tanggapan apapun?
5. Apakah dengan melakukan kegiatan presentasi di
depan kelas. dapat sekaligus melatih kemampuan
berbicara ?
6. Apakah harus sering mengemukakan pendapat baik
dalam kegiatan diskusi maupun presentasi?
7. Apakah cukup mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas saja tanpa harus mempedulikan hasil apa
yang harus dicapai setelah pembelajaran itu?
8. Apakah dengan melakukan pembelajaran secara
berkelompok hanya akan membuat perasaan tidak
nyaman?
9. Apakah Setelah melakukan pembelajaran di kelas,
dapat lebih mahir dalam menerjemahkan permasalah
174
fisika dan menyelesaikannya?
10. Apakah Sejak awal, sudah memahami materi alat optik sehingga tidak perlu lagi memperhatikan
penjelasan guru tentang hal tersebut?
11. Apakah Pembelajaran online membantu dalam
memahami materi fisika yang saya pelajari secara
lebih mendalam?
12. Apakah dengan pembelajaran online dapat
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang
belum di peroleh dari pembelajaran di kelas?
13. Apakah dengan pembelajaran online, mendapatkan
kesempatan untuk belajar fisika di mana saja dan
kapan saja tanpa terbatas oleh waktu ?
14. Apabila mengalami kesulitan, apakah hanya perlu
menunggu pembahasan jawaban soal yang diberikan
guru daripada harus mencari solusinya dari sumber
internet (online)?
15. Apakah tidak perlu rutin untuk mengunjungi Google
Classroom untuk melakukan pembelajran online?
16. Apakah Pembelajaran online diadakan hanya semata-mata untuk mendapatkan nilai tambah dari
guru?
17. Apakah fasilitas saling berinteraksi baik dengan
teman dan guru menggunakan aplikasi Google
Classroom tanpa rasa segan membuat saya antusias
dalam mengikuti pembelajaran online?
18. Apakah beranggapan bahwa guru tidak akan
mempermasalahkan jika tidak mengikuti sesi
pembelajaran online menggunakan aplikasi Google
Classroom?
19. Apakah Bahan ajar yang ditampilkan melalui
Google Classroom membuat lebih memahami
materi yang dipelajari?
20. Apakah Mengerjakan soal latihan secara online
hanya akan membuang-buang waktu secara percuma?
175
c. Rubrik Pedoman Observasi Guru
Rubrik Pedoman Lembar Observasi
Pengaruh Blended Learning Berbantuan Google Classroom
No Aspek yang
diamati
Norma Penilaian
SS S KS TS STS
1. Guru
mempersiapkan
Siswa serta
memeriksa
kesiapan Siswa
Guru selalu
mempersiapkan
serta
memeriksa
kesiapan Siswa
Guru sering
mempersiapkan
serta
memeriksa
kesiapan Siswa
Guru kadang
mempersiapkan
serta
memeriksa
kesiapan Siswa
Guru tidak
pernah
mempersiapkan
serta
memeriksa
kesiapan Siswa
Guru tidak
pernah sama
sekali
mempersiapkan
serta
memeriksa
kesiapan Siswa
2. Guru
menjelaskan tujuan
pembelajaran
dan tugas siswa
berdasarkan
materi yang
diajarkan
Guru selalu
menjelaskan tujuan
pembelajaran
di awal
kegiatan
pembelajaran
Guru sering
menjelaskan tujuan
pembelajaran
di awal
kegiatan
pembelajaran
Guru kadang
menjelaskan tujuan
pembelajaran
di awal
kegiatan
pembelajaran
Guru tidak
pernah menjelaskan
tujuan
pembelajaran
di awal
kegiatan
pembelajaran
Guru tidak
pernah sama sekali
menjelaskan
tujuan
pembelajaran
di awal
kegiatan
pembelajaran
3. Guru
memotivasi
siswa terkait
tujuan
pembelajaran dan materi
yang dibahas
Guru selalu
memberikan
motivasi terkait
materi yang
akan dipelajari
Guru sering
memberikan
motivasi terkait
materi yang
akan dipelajari
Guru kadang
memberikan
motivasi terkait
materi yang
akan dipelajari
Guru tidak
pernah
memberikan
motivasi terkait
materi yang akan dipelajari
Guru tidak
pernah sama
sekali
memberikan
motivasi terkait materi yang
akan dipelajari
4. Guru
menjelaskan
materi dengan
memberi
contoh dalam
kehidupan
sehari-hari
Siswa
Guru selalu
memberikan
apersepsi di
awal
pembelajaran
Guru sering
memberikan
apersepsi di
awal
pembelajaran
Guru kadang
memberikan
apersepsi di
awal
pembelajaran
Guru tidak
pernah
memberikan
apersepsi di
awal
pembelajaran
Guru tidak
pernah sama
sekali
memberikan
apersepsi di
awal
pembelajaran
5. Guru
memberikan
test awal pada Siswa secara
online
Guru selalu
memberikan
pretest online di awal
kegiatan
pembelajaran
Guru sering
memberikan
pretest online di awal
kegiatan
pembelajaran
Guru kadang
memberikan
pretest di awal kegiatan
pembelajaran
Guru tidak
pernah
memberikan pretest online
di awal
kegiatan
pembelajaran
Guru tidak
pernah sama
sekali memberikan
pretest online
di awal
kegiatan
pembelajaran
6. Guru
memberikan
materi ajar
melalui online
Guru selalu
memberikan
materi sebelum
pelajaran
dimulai melalui
online
Guru sering
memberikan
materi sebelum
pelajaran
dimulai melalui
online
Guru kadang
memberikan
materi sebelum
pelajaran
dimulai melalui
online
Guru tidak
pernah
memberikan
materi sebelum
pelajaran
dimulai melalui
online
Guru tidak
pernah sama
sekali
memberikan
materi sebelum
pelajaran
dimulai melalui
176
online
7. Terdapat media pembelajaran
berbentuk
cetak sebagai
alat pendukung
dalam
pembelajaran
Guru selalu menggunakan
media
pembelajaran
cetak dalam
kegiatan
pembelajaran
Guru sering menggunakan
media
pembelajaran
cetak dalam
kegiatan
pembelajaran
Guru kadang menggunakan
media
pembelajaran
cetak dalam
kegiatan
pembelajaran
Guru tidak pernah
menggunakan
media
pembelajaran
cetak dalam
kegiatan
pembelajaran
Guru tidak pernah sama
sekali
menggunakan
media
pembelajaran
cetak dalam
kegiatan
pembelajaran
8. Terdapat
penggunaan
media
pembelajaran
bentuk digital secara online
untuk
pengenalan
Siswa
Guru selalu
menggunakan
media
pembelajaran
digital dalam kegiatan
pembelajaran
Guru sering
menggunakan
media
pembelajaran
digital dalam kegiatan
pembelajaran
Guru kadang
menggunakan
media
pembelajaran
digital dalam kegiatan
pembelajaran
Guru tidak
pernah
menggunakan
media
pembelajaran digital dalam
kegiatan
pembelajaran
Guru tidak
pernah sama
sekali
menggunakan
media pembelajaran
digital dalam
kegiatan
pembelajaran
9. Guru
membimbing
Siswa
mengemukakan
informasi
tentang
masalah terkait
topik
Guru selalu
membimbing
Siswa
mengemukakan
informasi yang
didapat
Guru sering
membimbing
Siswa
mengemukakan
informasi yang
didapat
Guru kadang
membimbing
Siswa
mengemukakan
informasi yang
didapat
Guru tidak
pernah
membimbing
Siswa
mengemukakan
informasi yang
didapat
Guru tidak
pernah sama
sekali
membimbing
Siswa
mengemukakan
informasi yang
didapat
10. Siswa aktif mengemukakan
informasi
tentang
masalah yang
terkait topik
Siswa selalu aktif
mengemukakan
informasi yang
didapat
Siswa sering aktif
mengemukakan
informasi yang
didapat
Siswa kadang aktif
mengemukakan
informasi yang
didapat
Siswa tidak pernah aktif
mengemukakan
informasi yang
didapat
Siswa tidak pernah aktif
sama sekali
mengemukakan
informasi yang
didapat
11. Guru
menyampaikan
tugas belajar
Siswa secara
tatap muka
Guru selalu
memberikan
tugas Siswa
secara
langsung
Guru sering
memberikan
tugas Siswa
secara
langsung
Guru kadang
memberikan
tugas Siswa
secara
langsung
Guru tidak
pernah
memberikan
tugas Siswa
secara
langsung
Guru tidak
pernah sama
sekali
memberikan
tugas Siswa
secara
langsung
12. Guru menyampaikan
tugas belajar
Siswa melalui
online
Guru selalu menyampaikan
tugas secara
online
Guru sering menyampaikan
tugas secara
online
Guru kadang menyampaikan
tugas secara
online
Guru tidak pernah
menyampaikan
tugas secara
online
Guru tidak pernah sama
sekali
menyampaikan
tugas secara
online
13. Siswa mencari
informasi
tambahan
secara online
terkait masalah
yang dikaji
Siswa selalu
mencari
informasi
tambahan
secara online
Siswa sering
mencari
informasi
tambahan
secara online
Siswa kadang
mencari
informasi
tambahan
secara online
Siswa tidak
pernah mencari
informasi
tambahan
secara online
Siswa tidak
pernah sama
sekali mencari
informasi
tambahan
secara online
14. Siswa bertanya
secara online
terkait materi
Siswa selalu
bertanya secara
online terkait
Siswa sering
bertanya secara
online terkait
Siswa kadang
bertanya secara
online terkait
Siswa tidak
pernah
bertanya secara
Siswa tidak
pernah sama
sekali bertanya
177
yang belum dipahami
materi yang belum
dipahami
materi yang belum
dipahami
materi yang belum
dipahami
online terkait materi yang
belum
dipahami
secara online terkait materi
yang belum
dipahami
15. Siswa meminta
guru
mengulang
materi yang
belum
terpahami
Siswa selalu
meminta guru
mengulang
materi
Siswa sering
meminta guru
mengulang
materi
Siswa kadang
meminta guru
mengulang
materi
Siswa tidak
pernah
meminta guru
mengulang
materi
Siswa tidak
pernah sama
sekali meminta
guru
mengulang
materi
16. Siswa
diberikan
lembar kerja
kelompok
terkait materi ajar
Siswa selalu
diberi lembar
kerja kelompok
terkait materi
ajar
Siswa sering
diberi lembar
kerja kelompok
terkait materi
ajar
Siswa kadang
diberi lembar
kerja kelompok
terkait materi
ajar
Siswa tidak
pernah diberi
lembar kerja
kelompok
terkait materi ajar
Siswa tidak
pernah sama
sekali diberi
lembar kerja
kelompok terkait materi
ajar
17. Guru bersama
Siswa
merefleksi
materi
pelajaran
Guru selalu
melakukan
refleksi materi
bersama Siswa
Guru sering
melakukan
refleksi materi
bersama Siswa
Guru kadang
melakukan
refleksi materi
bersama Siswa
Guru tidak
pernah
melakukan
refleksi materi
bersama Siswa
Guru tidak
pernah sama
sekali
melakukan
refleksi materi
bersama Siswa
18. Guru dan
Siswa
menyimpulkan
materi yang
telah dipelajari di setiap
pertemuan
Guru selalu
menyimpulkan
materi ajar di
setiap
pertemuan
Guru sering
menyimpulkan
materi ajar di
setiap
pertemuan
Guru kadang
menyimpulkan
materi ajar di
setiap
pertemuan
Guru tidak
pernah
menyimpulkan
materi ajar di
setiap pertemuan
Guru tidak
pernah sama
sekali
menyimpulkan
materi ajar di setiap
pertemuan
19. Guru
memberikan
tes akhir pada
Siswa
Guru selalu
memberikan
posttest pada
Siswa
Guru sering
memberikan
posttest pada
Siswa
Guru kadang
memberikan
posttest pada
Siswa
Guru tidak
pernah
memberikan
posttest pada
Siswa
Guru tidak
pernah sama
sekali
memberikan
posttest pada
Siswa
20. Guru
memberikan
tugas belajar
mandiri pada
Siswa melalui Google
Classroom
Guru selalu
memberikan
tugas belajar
mandiri pada
Siswa melalui Google
Classroom
Guru sering
memberikan
tugas belajar
mandiri pada
Siswa melalui Google
Classroom
Guru kadang
memberikan
tugas belajar
mandiri pada
Siswa melalui Google
Classroom
Guru tidak
pernah
memberikan
tugas belajar
mandiri pada Siswa melalui
Classroom
Guru tidak
pernah sama
sekali
memberikan
tugas belajar mandiri pada
Siswa melalui
Classroom
178
d. Lembar Observasi Guru
Lembar Observasi
Pengaruh Belended Learning Berbantuan Google Classroom Terhadap
Kemampuan Berikir Kritis Siswa
Kompetensi Dasar :
Materi :
Pertemuan :
Keterangan Penilaian :
SS : Sangat Setuju S : Setuju
KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS: Sangat Tidak Setuju
No. Aspek yang diamati Pembelajaran Asinkronus Mandiri
Pembelajaran Sinkronus
(face to face)
SS S KS TS STS Ket. SS S KS TS STS Ket.
1.
Guru mempersiapkan Siswa
serta memeriksa kesiapan
Siswa
2.
Guru mempersiapkan Siswa
serta memeriksa kesiapan
Siswa
3.
Guru memotivasi Siswa
terkait tujuan pembelajaran
dan materi yang dibahas
4.
Guru menjelaskan materi
dengan memberi contoh
dalam kehidupan sehari-hari Siswa
5. Guru memberikan tes awal
pada Siswa
6. Guru memberikan materi
ajar melalui online
7.
Terdapat media
pembelajaran berbentuk
cetak sebagai alat
pendukung dalam
pembelajaran
8.
Terdapat penggunaan
media pembelajaran bentuk
digital secara online untuk
pengenalan Siswa
9.
Guru membimbing Siswa
mengemukakan informasi
tentang masalah yang terkait topik
10.
Siswa aktif mengemukakan
informasi tentang masalah
yang terkait topik
11. Guru menyampaikan tugas
179
belajar Siswa secara tatap muka
12.
Guru menyampaikan tugas
belajar Siswa melalui
online
13.
Siswa mencari informasi
tambahan secara online
terkait materi yang belum
dipahami
14.
Siswa bertanya melalui
online terkait materi yang
belum dipahami
15.
Siswa memintaguru
mengulang materi yang
belum dipahami
16. Siswa diberikan lembar
kerja terkait materi ajar
17. Guru bersama Siswa
merefleksi materi pelajaran
18.
Guru dan Siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari di setiap
pertemuan
19. Guru memberikan tes akhir
pada Siswa
20.
Guru memberikan tugas
mandiri pada Siswa melalui
Google Classroom
180
LAMPIRAN C
ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
1. Hasil Pretest
2. Hasil Posttest
3. Hasil Olah Data Per Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
4. Uji Normalitas Hasil Pretest
5. Uji Normalitas Hasil Posttest
6. Uji Homogenitas Hasil Pretest
7. Uji Homogenitas Hasil Posttest
8. Uji Hipotesis Hasil Pretest
9. Uji Hipotesis Hasil Posttest
10. Uji N-gain
11. Hasil Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Per Indikator
181
Lampiran C. 1 Hasil Pretest
Data Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
SISWA PRETEST EKSPERIMEN PRETEST KONTROL
S1 1 5
S2 4 6
S3 2 4
S4 3 7
S5 2 1
S6 5 2
S7 2 5
S8 4 4
S9 2 2
S10 3 5
S11 2 3
S12 1 1
S13 4 2
S14 5 7
S15 2 5
S16 3 1
S17 1 2
S18 7 3
S19 6 4
S20 7 5
S21 4 4
S22 3 2
S23 2 3
S24 4 4
S25 2 1
S26 3 2
S27 8 8
S28 4 4
S29 2 2
rata-rata 3,38 3,59
SD 1,86 1,94
182
Deskriptif Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Descriptives
Statistic Std. Error
PRETEST EKSPERIMEN Mean 3,379 ,3453
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,672
Upper Bound 4,087
5% Trimmed Mean 3,272
Median 3,000
Variance 3,458
Std. Deviation 1,8596
Minimum 1,0
Maximum 8,0
Range 7,0
Interquartile Range 2,0
Skewness ,938 ,434
Kurtosis ,315 ,845
PRETEST KONTROL Mean 3,586 ,3597
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2,849
Upper Bound 4,323
5% Trimmed Mean 3,502
Median 4,000
Variance 3,751
Std. Deviation 1,9368
Minimum 1,0
Maximum 8,0
Range 7,0
Interquartile Range 3,0
Skewness ,509 ,434
Kurtosis -,429 ,845
183
Lampiran C. 2 Hasil Posttest
Data Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
SISWA POSTTEST
EKSPERIMEN POSTTEST KONTROL
S1 29 10
S2 37 17
S3 33 15
S4 36 25
S5 15 12
S6 18 30
S7 33 10
S8 31 13
S9 32 20
S10 28 16
S11 20 8
S12 29 17
S13 25 10
S14 25 10
S15 20 16
S16 27 14
S17 22 15
S18 35 28
S19 24 15
S20 26 16
S21 28 11
S22 15 20
S23 22 14
S24 35 16
S25 23 22
S26 33 14
S27 20 12
S28 20 13
S29 26 15
rata-rata 26,45 15,66
SD 6,29 5,30
184
Deskriptif Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Descriptives
Statistic Std. Error
POSTTEST EKSPERIMEN Mean 26,448 1,1687
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 24,054
Upper Bound 28,842
5% Trimmed Mean 26,515
Median 26,000
Variance 39,613
Std. Deviation 6,2939
Minimum 15,0
Maximum 37,0
Range 22,0
Interquartile Range 11,5
Skewness -,072 ,434
Kurtosis -,932 ,845
POSTTEST KONTROL Mean 15,655 ,9842
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 13,639
Upper Bound 17,671
5% Trimmed Mean 15,284
Median 15,000
Variance 28,091
Std. Deviation 5,3001
Minimum 8,0
Maximum 30,0
Range 22,0
Interquartile Range 5,0
Skewness 1,198 ,434
Kurtosis 1,362 ,845
185
Lampiran C. 3 Hasil Olah Data Pretest dan Posttest
Perhitungan Data Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
No Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Poin Nilai
1 S1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3
2 S2 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 4 10
3 S3 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 5
4 S4 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 3 7,5
5 S5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 5
6 S6 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 13
7 S7 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 5
8 S8 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 4 10
9 S9 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 5
10 S10 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 3 8
11 S11 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 5
12 S12 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3
13 S13 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 4 10
14 S14 0 0 1 0 0 0 0 4 0 0 5 13
15 S15 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 5
16 S16 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 3 8
17 S17 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2,5
18 S18 1 1 1 0 1 1 0 2 0 0 7 18
19 S19 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 15
20 S20 1 1 4 0 0 0 0 0 0 1 7 18
21 S21 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 10
22 S22 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 8
186
23 S23 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5
24 S24 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4 10
25 S25 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 5
26 S26 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 3 8
27 S27 0 0 0 0 0 0 1 4 2 1 8 20
28 S28 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 4 10
29 S29 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 5
Jumlah 11 13 27 8 6 6 3 13 4 7 98 245
rata-rata 0,379 0,448 0,931 0,276 0,207 0,207 0,103 0,448 0,138 0,241 3,37931 8,448
Perhitungan Data Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Poin Nilai
1 S1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 5 12,5
2 S2 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 6 15
3 S3 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 4 10
4 S4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 17,5
5 S5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3
6 S6 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 5
7 S7 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 5 13
8 S8 1 0 2 1 0 0 0 0 0 0 4 10
9 S9 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 5
10 S10 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 5 13
11 S11 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 7,5
12 S12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
13 S13 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 5
187
14 S14 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 7 17,5
15 S15 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 5 12,5
16 S16 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3
17 S17 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 5
18 S18 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3 8
19 S19 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 4 10
20 S20 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 5 13
21 S21 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 10
22 S22 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 5
23 S23 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 7,5
24 S24 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 4 10
25 S25 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2,5
26 S26 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 5
27 S27 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 20
28 S28 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 4 10
29 S29 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 5
Rata-Rata 0,45 0,62 0,83 0,59 0,31 0,21 0,17 0,24 0,03 0,14 3,59 8,97
Perhitungan Data Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Poin Nilai
1 S1 4 1 4 4 1 4 1 4 2 4 29 73
2 S2 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 37 93
3 S3 2 3 4 4 3 4 2 4 3 4 33 82,5
188
4 S4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 36 90
5 S5 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 15 37,5
6 S6 1 1 1 1 1 4 1 2 4 2 18 45
7 S7 1 1 4 4 4 4 4 4 4 3 33 83
8 S8 4 1 4 4 2 4 1 3 4 4 31 78
9 S9 4 2 4 4 3 3 1 3 4 4 32 80
10 S10 3 1 4 1 1 4 2 4 4 4 28 70
11 S11 1 1 2 1 1 4 1 4 1 4 20 50
12 S12 1 1 4 2 4 4 4 4 4 1 29 73
13 S13 1 1 4 2 2 4 1 4 2 4 25 62,5
14 S14 2 1 4 2 1 4 3 2 2 4 25 63
15 S15 1 1 3 4 2 4 1 1 1 2 20 50
16 S16 2 2 3 3 3 4 2 2 2 4 27 67,5
17 S17 2 1 4 2 1 4 1 4 1 2 22 55
18 S18 2 4 4 4 3 4 2 4 4 4 35 87,5
19 S19 4 1 4 1 1 2 1 2 4 4 24 60
20 S20 2 2 4 4 4 4 2 1 1 2 26 65
21 S21 1 4 4 4 4 4 3 1 1 2 28 70
22 S22 1 3 2 2 1 2 1 1 1 1 15 38
23 S23 2 3 3 2 2 2 2 4 1 1 22 55
24 S24 4 1 4 4 3 4 3 4 4 4 35 88
25 S25 1 2 4 4 4 4 1 1 1 1 23 58
26 S26 4 2 4 2 4 4 1 4 4 4 33 83
27 S27 1 1 2 2 4 1 1 4 4 20 50
28 S28 1 1 1 2 2 3 1 1 4 4 20 50
189
29 S29 4 1 4 1 1 4 1 4 2 4 26 65
Jumlah 64 50 97 80 69 105 51 83 77 91 767 1917,5
rata-rata 2,21 1,72 3,46 2,76 2,38 3,62 1,76 2,86 2,66 3,14 26,45 66,12
Perhitungan Data Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Poin Nilai
1 S1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 25
2 S2 0 1 4 2 2 3 1 2 1 1 17 43
3 S3 1 1 2 4 1 2 1 1 1 1 15 38
4 S4 1 1 4 3 3 4 1 4 1 3 25 62,5
5 S5 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 12 30
6 S6 2 2 4 4 2 3 2 4 3 4 30 75
7 S7 1 1 4 4 0 0 0 0 0 0 10 25
8 S8 2 0 4 4 0 0 0 1 1 1 13 33
9 S9 0 1 3 4 1 3 3 2 1 2 20 50
10 S10 1 0 4 3 0 1 1 4 1 1 16 40
11 S11 1 1 4 1 1 0 0 0 0 0 8 20
12 S12 1 0 4 4 1 1 0 4 1 1 17 43
13 S13 1 1 2 2 0 1 0 1 1 1 10 25
14 S14 1 1 4 4 0 0 0 0 0 0 10 25
15 S15 1 1 4 3 2 2 0 1 0 2 16 40
16 S16 1 1 4 3 1 0 0 4 0 0 14 35
17 S17 1 1 2 3 2 2 1 1 1 1 15 38
18 S18 2 2 4 4 2 4 3 4 1 2 28 70
190
19 S19 1 1 3 1 1 1 1 4 1 1 15 38
20 S20 1 1 3 3 2 1 1 1 1 2 16 40
21 S21 1 1 4 3 1 1 0 0 0 0 11 28
22 S22 1 1 4 3 1 2 1 4 1 2 20 50
23 S23 1 1 4 4 0 0 0 4 0 0 14 35
24 S24 1 1 4 3 2 1 0 2 1 1 16 40
25 S25 1 1 4 4 4 4 1 1 1 1 22 55
26 S26 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 14 35
27 S27 1 1 4 1 1 1 0 1 1 1 12 30
28 S28 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 13 33
29 S29 1 1 3 2 1 1 1 2 2 1 15 38
Rata-Rata 1,03 0,97 3,45 2,83 1,24 1,45 0,76 1,93 0,86 1,14 15,66 39,14
191
Lampiran C. 4 Uji Normalitas Hasil Pretest
Uji Normalitas Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
A. Kelas Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Gunakan tarif signifikan
3) Perhatikan significance (sig) pada output setelah pengolahan data
4) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
a) Jika sig. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Jika sig. < 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRETEST EKSPERIMEN ,214 29 ,002 ,933 29 ,067
a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan:
Sig. sebesar 0,067 yang menunjukkan bahwa sig. > 0,05 (5%), maka H0 diterima dan H1
ditolak. Sehingga, sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
B. Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Gunakan tarif signifikan
3) Perhatikan significance (sig) pada output setelah pengolahan data
4) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
a) Jika sig. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Jika sig. < 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRETEST KONTROL ,173 29 ,027 ,930 29 ,056
a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan:
Sig. sebesar 0,056 yang menunjukkan bahwa sig. > 0,05 (5%), maka H0 diterima dan H1
ditolak. Sehingga, sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
192
Lampiran C. 5 Uji Normalitas Hasil Posttest
Uji Normalitas Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
A. Kelas Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Gunakan tarif signifikan
3) Perhatikan significance (sig) pada output setelah pengolahan data
4) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
a) Jika sig. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Jika sig. < 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
POSTTEST EKSPERIMEN ,092 29 ,200* ,965 29 ,438
*. This is a lower bound of the true significance.
Kesimpulan:
Sig. sebesar 0,067 yang menunjukkan bahwa sig. > 0,05 (5%), maka H0 diterima dan H1
ditolak. Sehingga, sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
B. Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2) Gunakan tarif signifikan
3) Perhatikan significance (sig) pada output setelah pengolahan data
4) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
a) Jika sig. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Jika sig. < 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
POSTTEST KONTROL ,107 29 ,200* ,945 29 ,135
*. This is a lower bound of the true significance.
Kesimpulan:
193
Sig. sebesar 0,056 yang menunjukkan bahwa sig. > 0,05 (5%), maka H0
diterima dan H1 ditolak. Sehingga, sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal
194
Lampiran C. 6 Uji Homogenitas Hasil Pretest
Uji Homogenitas Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji homogenitas:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
H0 = tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
H1 = ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
2) Gunakan tarif signifikan
3) Perhatikan significance (sig) pada output setelah pengolahan data
4) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
a) Jika sig. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yaitu varian nilai kedua kelompok
sama (homogen)
b) Jika sig. < 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima, yaitu varian nilai kedua kelompok
berbeda (tidak homogen)
Test of Homogeneity of Variances
SKOR PRETEST
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,186 1 56 ,668
Kesimpulan:
Sig. sebesar 0,668 yang menunjukkan bahwa sig. > 0,05 (5%), maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Sehingga, varian nilai kedua kelompok sama (homogen).
195
Lampiran C. 7 Uji Homogenitas Hasil Posttest
Uji Homogenitas Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji homogenitas:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
H0 = tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
H1 = ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
2) Gunakan tarif signifikan
3) Perhatikan significance (sig) pada output setelah pengolahan data
4) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
a) Jika sig. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yaitu varian nilai kedua kelompok
sama (homogen)
b) Jika sig. < 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima, yaitu varian nilai kedua kelompok
berbeda (tidak homogen)
Test of Homogeneity of Variances
SKOR POSTTEST
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,074 1 56 ,787
Kesimpulan:
Sig. sebesar 0,787 yang menunjukkan bahwa sig. > 0,05 (5%), maka H0 diterima dan H1
ditolak. Sehingga, varian nilai kedua kelompok sama (homogen).
196
Lampiran C. 8 Uji Hipotesis Hasil Pretest
Uji Hipotesis Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji hipotesis:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
H0 = tidak ada perbedaan rata-rata pretest keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok
H1 = ada perbedaan rata-rata pretest keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok
2) Gunakan tarif signifikan
3) Perhatikan significance (2-tailed) pada output setelah pengolahan data
4) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
a) Jika sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Jika sig. (2-tailed) 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
SKOR
PRETEST
Equal variances assumed ,186 ,668 -,415 56 ,680 -,2069 ,4986 -1,2057 ,7919
Equal variances not
assumed -,415 55,908 ,680 -,2069 ,4986 -1,2057 ,7919
Kesimpulan:
Sig. sebesar 0,680 yang menunjukkan bahwa sig. > 0,05 (5%), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga, tidak terdapat perbedaan rata-rata
pretest keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok.
197
Lampiran C. 9 Uji Hipotesis Hasil Posttest
Uji Hipotesis Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji hipotesis:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
H0 = tidak ada perbedaan rata-rata pretest keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok
H1 = ada perbedaan rata-rata pretest keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok
2) Gunakan tarif signifikan
3) Perhatikan significance (2-tailed) pada output setelah pengolahan data
4) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
a) Jika sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Jika sig. (2-tailed) 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
SKOR
POSTTEST
Equal variances assumed ,074 ,787 6,135 56 ,000 9,8621 1,6075 6,6419 13,0822
Equal variances not
assumed 6,135 55,817 ,000 9,8621 1,6075 6,6417 13,0825
Kesimpulan:
Sig. sebesar 0,001 yang menunjukkan bahwa sig. 0,05 (5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga, terdapat perbedaan rata-rata
posttest keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok.
198
Lampiran C. 10 Uji N-gain
Uji N-gain Kelas Eksperimen
.
responden nilai pretest nilai posttest N-GAIN kategori
S1 1 29 0,72 tinggi
S2 4 37 0,92 tinggi
S3 2 33 0,82 tinggi
S4 3 36 0,89 tinggi
S5 2 15 0,34 sedang
S6 5 18 0,37 sedang
S7 2 33 0,82 tinggi
S8 4 31 0,75 tinggi
S9 2 32 0,79 tinggi
S10 3 28 0,68 sedang
S11 2 20 0,47 sedang
S12 1 29 0,72 tinggi
S13 4 25 0,58 sedang
S14 5 25 0,57 sedang
S15 2 20 0,47 sedang
S16 3 27 0,65 sedang
S17 1 22 0,54 sedang
S18 7 35 0,85 tinggi
S19 6 24 0,53 sedang
S20 7 26 0,58 sedang
S21 4 28 0,67 sedang
S22 3 15 0,32 sedang
S23 2 22 0,53 sedang
S24 4 35 0,86 tinggi
S25 2 23 0,55 sedang
S26 3 33 0,81 tinggi
S27 8 20 0,38 sedang
S28 4 20 0,44 sedang
S29 2 26 0,63 sedang
rata-rata 0,63 sedang
Dari perhitungan diketahui bahwa rata-rata N-gain pretest-posttest kelas eksperimen
sebesar 0,63 yang artinya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen berada pada taraf sedang.
199
Uji N-gain Kelas Kontrol
responden nilai pretest nilai posttest N-GAIN kategori
S1 5 10 0,14 rendah
S2 6 17 0,32 sedang
S3 4 15 0,31 sedang
S4 7 25 0,55 sedang
S5 1 12 0,28 sedang
S6 2 30 0,74 tinggi
S7 5 10 0,14 rendah
S8 4 13 0,25 rendah
S9 2 20 0,47 sedang
S10 5 16 0,31 sedang
S11 3 8 0,14 rendah
S12 1 17 0,41 sedang
S13 2 10 0,21 rendah
S14 7 10 0,09 rendah
S15 5 16 0,31 sedang
S16 1 14 0,33 sedang
S17 2 15 0,34 sedang
S18 3 28 0,68 sedang
S19 4 15 0,31 sedang
S20 5 16 0,31 sedang
S21 4 11 0,19 rendah
S22 2 20 0,47 sedang
S23 3 14 0,30 sedang
S24 4 16 0,33 sedang
S25 1 22 0,54 sedang
S26 2 14 0,32 sedang
S27 8 12 0,13 rendah
S28 4 13 0,25 rendah
S29 2 15 0,34 sedang
rata-rata 0,33 sedang
Dari perhitungan diketahui bahwa rata-rata N-gain pretest-posttest kelas kontrol sebesar
0,33 yang artinya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen berada
pada taraf sedang.
200
Lampiran C. 11 Hasil Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis
perindikator
KELAS EKPERIMEN
No Indikator No Soal Skor
Pretest
Skor
Posttest N-Gain Kategori
1 Menjawab pertanyaan klarifikasi 1 dan 2 24 114 0,43 sedang
2
Menilai kreadibilitas sumber
berdasarkan kriteria : kemampuan
memberikan alasan
3, 4 dan
5 41 246 0,68 sedang
3
Membuat keputusan dan
mempertimbangkan hasil (make and
judge value judgements) dengan latar
belakang fakta
6 dan 7 9 156 0,66 sedang
4 Berinteraksi dengan orang lain : strategi
yang logis
8, 9 dan
10 24 251 0,70 sedang
KELAS KONTROL
No Indikator No Soal Skor
Pretest
Skor
Posttest N-Gain Kategori
1 Menjawab pertanyaan klarifikasi 1 dan 2 31 58 0,13 rendah
2
Menilai kreadibilitas sumber
berdasarkan kriteria : kemampuan
memberikan alasan
3, 4 dan
5 50 218 0,56 sedang
3
Membuat keputusan dan
mempertimbangkan hasil (make and
judge value judgements) dengan latar belakang fakta
6 dan 7 11 64 0,24 rendah
4 Berinteraksi dengan orang lain : strategi
yang logis
8, 9 dan
10 12 114 0,30 sedang
201
LAMPIRAN D
SURAT KETERANGAN
1. Surat Keterangan Penelitian
2. Dokumentasi Penelitian
3. Uji Referensi
4. Daftar Riwayat Hidup Penulis
202
Lampiran D. 1 Surat Keterangan Penelitian
203
Lampiran D. 2 Dokumentasi Penelitian
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
204
Google Classroom
205
206
Lampiran D. 3 Uji Referensi
207
208
209
210
211
212
213
Lampiran D. 4 Daftar Riwayat Hidup Penulis
WAFIQOH ZAKIAH.
Anak ke-2 dari dua bersaudara yang lahir pada tanggal 10
Desember tahun 1995 dari pasangan Rusli dan Yunanih.
Bertempat tinggal di JL. Beringin Rt 04/07 No. 79
Kecamatan Pamulang, Kelurahan Pamulang Barat, Kota
Tangerang Selatan.
Email: [email protected]
Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya SDN
Pamulang Barat lulus pada tahun 2006, SMPS Darussalam Ciputat lulus pada tahun 2009,
SMA Muhammadiyah 8 Ciputat lulus tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Program Studi Pendidikan Fisika melalui jalur ujian mandiri.