Upload
donhu
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PENERIMAAN
OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008 - 2012)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ropikoh Susanti Nasution
NIM: 109082000020
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Ropikoh Susanti Nasution
2. Tempat Tanggal Lahir : Padang Sidempuan, 11 November 1990
3. Alamat : Jln. H. Naba III RT 02 / 09 No 17 kel. Karang
timur kec. Karang tengah , Ciledug-Tangerang
4. Telepon : 085695097550
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Peninggilan 5 Tahun 1997-2003
2. Mts Jamiyyah Islamiyyah Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 12 Tangerang Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2014
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Divisi konsumsi Dekorasi dan Dokumentasi pada Program Pengenalan
Studi (ProPeSa) 2010
2. Divisi konsumsi pada Kuliah Kerja Nyata Esoclean 2013
vii
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK yang diselenggarakan
BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.
2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”, 20 Mei 2010.
3. Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI, 4 Mei
2012.
4. “Auditing Days” yang diselenggarakan HMJ Akuntansi, 6-7 November
2012.
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Abdul Cholil Nasution
2. Tempat Tgl Lahir : Padang Sidempuan, 05 juni 1965
3. Ibu : Agustina Gultom
4. Alamat : Jln. H. Naba III RT 02 / 09 No 17 kel. Karang
timur kec. Karang tengah, Ciledug – Banten
5. Telepon : 081390345921
6. Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
viii
ABSTRACT
The Effects of Bankruptcy Prediction Model, Company’s Growth and Debt
Default on The Acceptance of Going Concern Audit Opinion
This research purposes to check the effects of effects of bankruptcy
prediction model, company’s growth and debt default on the acceptance of going
concern audit opinion. This research used sample of manufacturing industry
which is listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2012 period. The
number of manufacturing industries that were became in this study were 15
companies with 5 year observation. Based on method purposive sampling,
research sample total is 75 financial statements. Data analysis in this study used
binary logistic regression analysis.
The result showed that bankruptcy prediction model variables have
significant potitive by 0,006 < 0,05 effect on the acceptance of going concern
audit opinion, debt default variables have significant positive by 0,001 < 0,05
effect on the acceptance of going concern audit opinion, while campany’s growth
no significant by 0,820 > 0,05 effect on the acceptance of going concern audit
opinion.
Keyword : bankruptcy prediction model, company’s growth, debt default,
going concern audit opinion.
ix
ABSTRAK
Pengaruh Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan
Debt Default terhadap Penerimaan opini audit Going Concern
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model prediksi
kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default terhadap penerimaan
opini going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Jumlah
perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 15 perusahaan
dengan pengamatan selama 5 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling,
total sampel penelitian adalah 75 laporan keuangan. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis regresi logistik biner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel model prediksi kebangkrutan
berpengaruh signifikan sebesar 0,006 < 0,05 terhadap penerimaan opini audit
going concern, debt default berpengaruh signifikan sebesar 0,001 < 0,05 terhadap
penerimaan opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh signifikan sebesar 0,820 > 0,05 terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Kata Kunci : model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, debt
default, opini audit going concern.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugerah, yang
telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing
umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Ayahanda Abdul Cholil Nasution dan Ibunda Agustina Gultom, juga Adikku
tersayang Ridwan dan Intan yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan
sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju hanya untuk ananda,
semoga semakin hari ananda semakin mampu membuat bangga ayah dan
ibunda.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Rini, M.Si., C.A selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen Pembimbing
Skiripsi 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih
atas ilmu yang telah Ibu berikan selama ini.
xi
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Reskino, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Ibu berikan
selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat terbaik di Akuntansi A 2009, khususnya Rizka, Tri, Ai, kiki,
Efi, Vivi, Mawar, yang pernah tergabung dalam genk of shinethink.
8. Seluruh sahabat di jurusan Akuntansi Angkatan 2009, kelas A sampai dengan
E.
9. Seluruh sahabat di Fakultas Ekonomi, jurusan Manajemen dan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan.
10. Seluruh sahabat terbaik di Kuliah Kerja Nyata Esoclean UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
11. Seluruh sahabat SMA Dicki, Eis, Nurul, Fajar, Ryan, Muslim, atas
dukungan, doa dan semangat selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Agustus 2014
Ropikoh Susanti Nasution
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 11
A. Landasan Teori ....................................................................................................... 11
1. Teori Signalling ................................................................................................. 11
xiii
2. Definisi Audit ................................................................................................... 12
3. Tujuan Audit .................................................................................................... 13
4. Jenis Audit ........................................................................................................ 14
5. Standar Audit ................................................................................................... 15
6. Kebangkrutan ................................................................................................... 17
7. Model Kebangkrutan ........................................................................................ 18
8. Pertumbuhan Perusahaan ................................................................................. 23
9. Debt Default ..................................................................................................... 25
10. Opini Audit ...................................................................................................... 27
11. Jenis-jenis Opini Audit ..................................................................................... 28
12. Going Concern ................................................................................................. 31
13. Opini Audit Going Concern ............................................................................. 32
14. Manfaat Informasi Going Concern .................................................................. 33
15. Tanggung Jawab Auditor Terhadap Going Concern ....................................... 34
B. Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................................................. 38
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 45
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................................ 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 49
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................................... 49
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 50
D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis ........................................................................ 51
1. Statistik Deskriptif ........................................................................................... 52
xiv
2. Regresi Logistik ............................................................................................... 52
3. Menguji Keseluruhan Model (overall model fit) ............................................. 52
4. Koefisien Determinasi (nagelkerke R Squere) .................................................. 53
5. Menguji Kelayakan Model Regresi .................................................................. 53
6. Matriks Klasifikasi ........................................................................................... 54
7. Model Regresi Logistik yang Terbentuk .......................................................... 54
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................................. 55
1. Variabel Tidak Terikat ..................................................................................... 55
a. Model Prediksi Kebangkrutan .................................................................... 55
b. Pertumbuhan Perusahaan ........................................................................... 58
c. Debt Default ............................................................................................... 59
2. Variabel Terikat ............................................................................................... 59
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 60
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................................. 60
1. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 60
2. Deskripsi Sampel Penelitian ...................................................................... 62
B. Hasil Uji Analisis Data penelitian ..................................................................... 63
1. Analisis Deskriptif ...................................................................................... 64
2. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................................... 65
a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ............................... 65
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Negelkerke R Square) ............................ 67
4. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ........................................................... 67
5. Hasil Matriks Klasifikasi............................................................................. 68
xv
6. Hasil Uji Regresi Logistik ........................................................................... 69
C. Pembahasan ...................................................................................................... 70
BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 75
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 75
B. Implikasi ............................................................................................................ 76
C. saran ................................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 38
4.1 Tahapan Seleksi Sampel Dengan Kriteria................................................... 61
4.2 Sampel Penelitian ........................................................................................ 62
4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha ............................................... 63
4.4 Statistik Deskriptif ...................................................................................... 64
4.5 Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model fit) ...................................... 65
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ........................... 67
4.8 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ........................................................... 67
4.9 Hasil Matriks Klasifikasi............................................................................. 68
4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik .......................................................... 69
4.11 Ringkasan Hasil Hipotesis .......................................................................... 71
Halaman
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran………………………………... 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belum lama ini bisnis diguncang dengan sebuah krisis keuangan yang
cukup besar. Krisis keuangan global akan berpengaruh terhadap krisis
keuangan suatu negara. Apabila suatu negara terjadi krisis, maka hal tersebut
akan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan perusahaan di negara
tersebut. Kemerosotan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan
tersebut. Hal ini akan membawa dampak buruk terhadap kelangsungan hidup
entitas bisnis tersebut. Informasi mengenai kondisi perusahaan, dalam hal
mengenai kelangsungan hidup entitas bisnis merupakan suatu informasi yang
diperlukan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan masih layak untuk
beroperasi atau tidak dalam waktu yang tidak terbatas. Hal itu berarti
kelangsungan hidup perusahaan merupakan pertimbangan bagi para investor
untuk mengambil keputusan apakah akan menanamkan modalnya atau tidak.
Kondisi keungan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan (Kurniati,
2012).
Laporan keuangan merupakan salah satu sarana yang fundamental bagi
emiten dalam mengkomunikasikan kinerja kepada pihak luar, terutama
investor. Penilaian investor terhadap laporan keuangan emiten akan
menentukan pengambilan kebijakan investasi (Akiko, 2013). Dan laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen pun tidak lepas dari adanya
2
kepentingan beberapa pihak. Contohnya adalah manajemen perusahaan itu
sendiri. Untuk itu dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator
pada hubungan principal dengan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk
memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan
keinginan principal. Auditor adalah pihak ketiga yang dianggap mampu
menjembatani kepentingan pihak principal dengan pihak manajemen dalam
mengelola keuangan perusahaan.
Auditor bertugas untuk memberikan pendapat atau opini atas tingkat
kewajaran laporan keuangan yang sudah dibuat oleh manajemen perusahaan.
Informasi yang diperoleh dan diolah lalu diterbitkan oleh auditor dalam
bentuk opini audit menjadi sumber informasi baik oleh prinsipal maupun oleh
investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Jenis-
jenis pendapat auditor (opini audit) adalah pendapat wajar tanpa pengecualian,
pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan, pendapat wajar
dengan pengecualian, pendapat tidak wajar dan tidak memberi pendapat.
Auditor dalam memberikan opini bukanlah hal yang mudah (Kurniati, 2012).
Apalagi jika terdapat kesangsian terhadap kelangsungan hidup (going
concern) perusahaan. Auditor harus mempunyai keberanian dalam
mengeluarkan opini going concern , karena akan berpengaruh terhadap
kepercayaan masyarakat. Perusahaan yang mendapat opini going concern
cenderung akan cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan
investasi.
3
Sektor industri yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Indonesia adalah industri manufaktur. Pada akhir tahun 2007, krisis ekonomi
yang terjadi masih menyisakan sedikit permasalahan yang membuat
pertumbuhan sektor ini bergerak lambat permasalahan tersebut dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal dipengaruhi oleh iklim usaha yang belum kondusif,
penguasaan teknologi yang masih lemah, dan kualitas sumber daya manusia
masih belum memadai, sedangkan faktor eksternal muncul dari para pesaing
di pasar internasional yang menawarkan produk sejenis.
Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi
selayaknya berusaha untuk memproduksi barang yang berkualitas tinggi
dengan biaya rendah dalam rangka meningkatkan daya saing, baik di pasar
domestik maupun di pasar global.
Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini (audit failures)
yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern (Mayangsari,
2003). Beberapa penyebabnya antara lain; pertama, masalah self- fulfilling
prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going
concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang
dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah
(Venuti, 2007). Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan
dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan
yang bermasalah.
4
Masalah kedua yang menyebabkan kegagalan audit (audit failures)
adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang
terstruktur (Dyah, 2011). Meskipun sudah ada panduan yang jelas mengenai
pemberian opini going concern, pada kenyataannya auditor sangat susah
dalam memberikan opini going concern (Dyah, 2011).
Beberapa hal yang memicu masalah going concern pada tahun tersebut
umumnya adalah perusahaan-perusahaan memiliki rasio hutang terhadap
modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah besarnya yang
segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang
signifikan, kerugian keuangan (financial losses) yang disebabkan karena
kerugian nilai tukar, menanggung beban keuangan, kerugian operasional dan
tidak adanya action yang dijelaskan dari pihak manajemen.
Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis
rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi penting
mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Sektor
perusahaan yang diragukan kelangsungan usahanya, cenderung akan diberikan
opini audit going concern oleh auditor. Namun, ketetapan pemberian opini
tersebut tentu harus diuji apakah perusahaan tersebut memang layak menerima
opini audit going concern, atau sebaliknya auditor gagal memprediksi
kelangsungan usaha perusahaan klien yang ternyata benar-benar berpotensi
untuk bangkrut.
Munculnya kasus perusahaan yang bangkrut dalam bisnis sering
dikaitkan dengan kegagalan auditor. Bangkrutnya perusahaan energi Enron
5
merupakan salah satu contoh terjadinya kegagalan bisnis di Amerika. Hal ini
terjadi karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen
dan auditor eksternal. Arthur Andersaden dipersalahkan sebagai penyebab
terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena
melakukan mark-up pendapat dan menyembunyikan hutang lewat business
partnership. Akhirnya KAP Andersen ditutup disamping harus
mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum, (uwi, 2009).
Kasus Enron, Worldcom, Xerox, Merck dan sebagainya sangat
memukul profesi akuntan publik. Hal ini dapat dipahami karena auditor
merupakan pihak yang paling rentan tanggung jawabnya dalam menilai
kewajaran laporan keuangan perusahaan. Selain itu auditor juga bertanggung
jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan
satuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam
periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
audit.
Tidak hanya di Amerika, di Indonesia terjadi kasus yang hampir
serupa. Kasus BLBI yang terungkap pada tahun 2000 merugikan negara lebih
dari 138 triliyun rupiah. Selain itu masih ada lagi kasus Bank Global yang
terungkap pada tahun 2004. (Supriyanto, 2008:1). Selanjutnya ada beberapa
perusahaan yang berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) akan
dihapus pencatatan saham apabila Perusahaan Tercatat mengalami sekurang-
kurangnya satu kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan (going concern) Terdapat
6
tujuh perusahaan yang telah di delisting pada tahun 2009 antara lain, PT
Singer Indonesia Tbk (SING), PT Courts Indonesia Tbk (MACO), PT Jasa
Angkasa Semesta Tbk (JASS), PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk
(PROD), PT Tunas Alfin Tbk (TALF), PT Bukaka Teknik Utama Tbk
(BUKK), PT Sekar Bumi Tbk (SKBM). Pada 2010 BEI tercatat tidak
melakukan delisting, namun pada periode 2011-2013 terdapat 13 perusahaan
yang kembali di delising yakni, PT New Century Development Tbk (PTRA),
PT Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA), PT Dynaplast Tbk (DYNA), PT
Anta Express Tour and Travel Sevice Tbk (ANTA), PT Alfa Retailindo Tbk
(ALFA), PT Katarina Utama Tbk (RINA), PT Suryainti Permata Tbk (SIIP),
PT Surya Intrindo Makmur Tbk (SIMM), PT Surabaya Agung Industri Pulp
dan Kertas Tbk (SAIP), PT Indo Setu Bara Resaources Tbk (CPDW), PT
Amsteloco Indonesia Tbk (INCF), PT Panasia Filamen Inti Tbk (PAFI) dan
yang terakhir PT Panca Wirasakti Tbk (PWSI), (Nurfitriani, 2013).
Belkaoui (2006) dalam Kurniati, 2012 menyatakan going concern
adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa entitas bisnis akan melanjutkan
operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen dan
aktivitasnya yang berkelanjutan. Dasar tersebut memberi gambaran bahwa
suatu entitas diharapkan mempunyai kemampuan beroperasi dalam jangka
waktu yang tidak terbatas atau tidak mengalami likuiditas untuk waktu
selanjutnya. Going concern merupakan konsep pokok dalam bidang akuntansi
dan auditing.
7
Hasil penelitian oleh Kurniati (2012) bahwa opini audit going concern
dipengaruhi oleh prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP.
Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasikan bahwa hanya prediksi
kebangkrutan yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern, sedangkan pertumbuhan dan reputasi kantor akuntan publik
(KAP) tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Penelitian yang dilakukan oleh Dyah dan Januarti (2011) bahwa opini
audit going concern dipengaruhi oleh kualitas audit, debt default, opinion
shopping. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasikan bahwa hanya debt
default yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern, sedangkan kualitas audit dan opinion shopping tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2013) bahwa opini audit
going concern dipengaruhi oleh prediksi kebangkrutan, leverage, audit
sebelumnya, ukuran perusahaan. Hasil pengujian hipotesis mengidentifikasi
bahwa prediksi kebangkrutan dan audit sebelumnya berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan leverage dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Berdasarkan uraian di atas, mengingat begitu besar pengaruh
diberikannya opini audit going concern atas laporan keuangan auditee yaitu
hilangnya kepercayaan publik terhadap manajemen perusahaan dalam
8
mengelola bisnisnya, serta minimnya penelitian mengenai opini audit going
concern, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai
opini audit going concern. Penelitian ini mengambil objek penelitian pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
memenuhi kriteria. Periodesasi penelitian ini adalah tahun 2008 sampai
dengan 2012. Peneliti mengambil judul; Pengaruh Model Prediksi
Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Debt Default Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang
dilakukan oleh Wiwik Kurniati (2012) mengenai prediksi kebangkrutan,
pertumbuhan dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern, dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan berpengaruh
signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan pertumbuhan dan
reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, variabel
independen yang digunakan peneliti sebelumnya yaitu prediksi kebangkrutan,
pertumbuhan dan reputasi KAP. Sedangkan pada penelitian kali ini, peneliti
menambahkan satu variabel independen yaitu debt default. Dan variabel
dependennya sama-sama menggunakan penerimaan opini audit going concern.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan dimuka, maka
rumusan penelitian ini adalah:
9
1. Apakah model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern?
2. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern?
3. Apakah faktor debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh model prediksi kebangkrutan terhadap
penerimaan opini audit going concern.
2. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap
penerimaan opini audit going concern.
3. Untuk menganalisis pengaruh faktor debt deault terhadap penerimaan
opini audit going concern.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:.
1. Bagi investor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi investor yang ingin
berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan dalam berinvestasi.
2. Bagi auditor
10
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan
penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup
(going concern) perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Ilmu auditing
Menambah literatur dan terutama untuk peneliti yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini
audit going concern.
4. Bagi pihak lain
Sebagai sambungan pemikiran, pengetahuan, dan informasi yang berguna
dalam menyusun laporan keuangan dan dapat digunakan sebagi bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
5. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penerimaan going concern.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Signalling Theory
Teori mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain dan informasi lainnya (Subraminiam, et al., 2009).
Signalling theory menyatakan bahwa perusahaan manufaktur yang
berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar,
dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang
berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat
ditangkap pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh
perusahaan yang berkualitas buruk (Lianto, 2010).
Teori signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang
memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan
perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan
sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten.
Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga
sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman. Perusahaan
12
yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut mempunyai
prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan
berita tersebut terhadap para investor (Lianto, 2010).
2. Definisi Audit
Menurut Arens dan Loebbecke (2010:4) bahwa auditing adalah:
“Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi termasuk dengan
kriteria-ktiteria yang telah ditetapkan”.
Boynton dan Johson (2006:6) menurut The Report of The
Committee on Basic Auditing Concept of The American Accounting
Association (Accounting Review, vol. 47) mendefinisikan auditing sebagai
berikut: “Auditing is a systematic process of objectively obtaining and
evaluating evidnce regarding assertions about econonimic actions and
events to ascertain the degree of correspondence between those assertions
and established criteria and communicating the result to interested users”.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010:4) definisi auditing
adalah: “Auditing is accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and establishead criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person”
13
Berdasarkan uraian definisi auditing tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang
sistematis terhadap bukti-bukti yang terkait dengan kejadian-kejadian
ekonomi bisnis yang tercatat dalam laporan keuangan auditee dengan
mencapai derajat kesesuaian dan membandingkannya dengan standar dan
kriteria yang ada dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut kemudian
mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengguna laporan keuangan.
3. Tujuan Audit
Standar professional Akuntan Publik (SPAP), PSA 02 (SA 110),
(IAI, 2001:110) menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan
oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Sedangkan menurut Boynton et. Al. (2006:231) tujuan audit secara
spesifik adalah asersi manajemen dimana asersi manajemen ini merupakan
pedoman auditor untuk merencanakan pengumpulan bukti audit. Adapun
lima asersi manajemen yang digariskan dalam Generally Accepted
Auditing Standards (GAAS) adalah sebagai berikut:
a. Keberadaan dan keterjadian (Existence and Occurance)
b. Kelengkapan (Completeness)
c. Hak dan kewajiban (Right and Obligation)
14
d. Penilaian atau alokasi (Valuation or Allocation)
e. Penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure)
4. Jenis Audit
Menurut Boyton et. al. (2006:8-9) ada tiga jenis audit, yaitu audit
laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Jenis audit yang
ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam
definisi auditing. Penjelasan mengenai jenis-jenis audit tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan (financial audit) berkaitan dengan
memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai laporan entitas dengan
maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan,
yaitu prinsip akuntansi yang diterima umum atau Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP). Selain itu, logika audit yang
dikembangkan untuk audit laporan keuangan merupakan dasar dimana
auditor dapat mengembangkan lebih lanjut audit kepatuhan, audit
operasional, serta sejumlah jasa dan assurance services.
b. Audit kepatuhan
Audit kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah
kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan
persyaratan, ketentuan, dan peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan
15
dalam audit jenis ini berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh
manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang
berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dan program pension, serta
pertentangan kepentingan.
c. Audit operasional
Audit operasional (operational audit) berkaitan dengan
kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi
dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan
pencapaian tujuan tertentu. Audit jenis ini terkadang disebut juga
sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Pada suatu perusahaan
bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu
departemen, cabang, atau divisi.
5. Standar Audit
Menurut (SPAP SA Seksi 150 : PSA No 1) dalam proses audit
terdapat tiga standar yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan
standar professionalnya, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan. Berikut adalah uraian mengenai ketiga standar
tersebut:
a. Standar umum
1). Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2). Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
16
3). Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar pekerjaan lapangan
1). Pekerja harus direncanakan sebaik-baiknya dan dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2). Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3). Bukti yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan
1). Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2). Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3). Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
17
4). Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal mana auditor dikaikan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
6. Kebangkrutan
Kebangkrutan (bankruptcy) secara umum diartikan sebagai
kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk
menghasilkan laba. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi perusahaan
atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Matin (1995)
dalam Wibisono, 2013 kebangkrutan adalah suatu kegagalan yang terjadi
pada sebuah perusahaan dan didefinisikan dalam beberapa pengertian,
yaitu:
a. Kegagalan ekonomi (economic distressed).
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa
perusahaan kehilangan uang atau pendapatan sehingga perusahaan
tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya
lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas
sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang
diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat
pendapat atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada
18
biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi
tersebut.
b. Kegagalan keuangan (financial distressed)
Kegagalan keuangan mempunyai makna kesulitan dana, baik
dana dalam pengertian kas maupun dana dalam pengertian modal
kerja. Sebagian asset Liability Management sangat berperan dalam
pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan
adalah suatu kegagalan yang terjadi kepada sebuah perusahaan dan
didefinisikan beberapa pengertian yaitu, kegagalan ekonomi dan
kegagalan keuangan.
7. Model Prediksi Kebangkrutan
Kemampuan untuk memprediksi kebangkrutan sangatlah penting
bagi berbagai pihak seperti kreditor, investor, regulator, dan auditor.
Auditor, khususnya, saat gagal memprediksi kebangkrutan dapat dituntut
secara hukum karena dianggap melakukan kegagalan audit (audit failure)
(Anandaraja, et al, 2001) dalam Fachrozy 2007.
Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis
rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi-
informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang
akan datang (Fraser, 1995) dalam Kurniati 2012. Penelitian dibidang
akuntansi dan keuangan telah berusaha menghasilkan beberapa model
prediksi kebangkrutan, tetapi tidak semuanya dapat digunakan untuk
19
memprediksi kebangkrutan pada perusahaan perbankan dan lembaga
keuangan. Model prediksi kebangkrutan yang lazim digunakan untuk
perusahaan perbankan dan lembaga keuangan adalah model prediksi
Altman. Metode yang dikenal dengan beberapa rasio dalam Z-Scorenya
dan sering digunakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan pada
sebuah perusahaan, terbukti dapat juga diimplementasikan dalam
memprediksi kemungkinan terjadinya likuidasi pada lembaga perbankan
(Fachrozy, 2007).
Altman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas
serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan.
Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi dengan menggunakan
22 rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima kategori, yaitu;
iluiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar, dan aktivitas.
Z= 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 +0.6Z4 + 0.999Z5
Dimana:
Z1 = working capital / total asset
Z2 = retained rearning/ total asset
Z3 = earning before interest and taxes / total asset
Z4 = market capitalization / book value of debt
Z5 = sales / total asset
Dari hasil analisi dengan metode Altman, akan diperoleh hasil
berupa angka-angka atau nilai Z-score yang kemudian dapat menjelaskan
kemungkinan kebangkrutan itu dapat terjadi pada sebuah perusahaan.
20
Nilai Z-score ini akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan yang
dibagi dalam beberapa tingkatan atau kategori yaitu:
a. Nilai Z-score lebih kecil atau sama dengan 1,81 (Z-score ≤ 1,81)
berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dengan risiko
tinggi.
b. Nilai Z-score antara 1,81 sampai dengan 2,99 (1,81 ≤ Z-score ≤ 2,99)
berarti perusahaan berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada
kondisi ini perusahaan memiliki masalah keuangan yang harus
ditangani dengan tepat oleh manajemen. Jika pengananya terlambat
atau tidak tepat, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi,
pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut da nada
pula yang tidak. Tinggal bagaimana pihak manajemen dapat segera
mengambil tindakan untuk mengatasi masalah yang dialami
perusahaan.
c. Nilai Z-score lebih dari 2,99 (Z- ≥ 2,99) menggambarkan bahwa
perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga
kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi ( Adnan dan Taufiq,
2001) dalam Fachrozy, 2007.
Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi.
Revisi yang dilakukan Altman merupakan penyesuaian agar model
prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan-perusahaan
manufaktur yang go public melaikan juga dapat diaplikasikan untuk
perusahaan-perusahaan disektor swasta termasuk juga perusahaan
21
perbankan dan lembaga keuangan. Model yang lama mengalami
perubahan pada salah satu variabel yang digunakan menjadi :
Z = 0.717Z1 + 0.874Z2 + 3.107Z3 +0.420Z4 + 0.998Z5
Dimana:
Z1 = working capital / total asset
Z2 = retained earning / total asset
Z3 = earning before interest and taxes / total asset
Z4 = book value of equity / book value of debt
Z 5 = sales / total asset
Dengan formula Z-score tersebut daerah ambang batas berubah
menjadi 2.90 dan 1.20. Artinya, perusahaan yang mempunyai skala Z
diatas 2.90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan
perusahaan yang mempunyai skor dibawah 1.20 diklasifikasikan sebagai
perusahaan potensi bangkrut. Selanjutnya, skor antara 1.20 dan 2.90 tetap
disebut sebagai grey are.
Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisis
laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi
kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam
manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode altman
ini dikelompokkan dalam tiga kelompok besar (Akiko, 2013) :
a. Rasio Likuiditas yang terdiri atas Z1
b. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Z2 dan Z3
c. Rasio Aktivitas yang terdiri dari Z4 dan Z5
Uraian setiap variabel tersebut adalah sebagai berikut:
22
1). Working Capital / Total Asest (Z1) atau Modal Kerja / Total Aktiva
(Z1).
Modal kerja yang dimaksud dalam Z1 adalah selisih antara aktiva
lancar dengan utang lancar. Rasio Z1 pada dasarnya adalah rasio
likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut dapat negatif apabila
aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar.
2). Retained Earning / Total Asset (Z2) atau Laba Ditahan / Total Aktiva
(Z2).
Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi.
Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin
lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar
akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang
masih relatif muda pada umunya akan menunjukkan hasil rasio yang
rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya.
3). Earning Before Interest and Tax / Total Asset (Z3) atau Laba Sebelum
Bunga dari Pajak / Total Aktiva (Z3).
Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan
contributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indicator yang
dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada
kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah, piutang
dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa kuartal,
23
persediaan meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil
penagihan piutang, kredibilitas perusahan berkurang, serta kesediaan
memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu
yang ditetapkan.
4). Market Value Equity / Book Value of Debt (Z4) atau Nilai Pasar dari
Modal / Nilai Buku Utang (Z4).
Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa
dan saham preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan
utang jangka panjang.
5). Sales / Total Asset (Z5) atau Penjualan Total Aktiva (Z5)
Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam
menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
8. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar
kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan
mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebagai deviden tetapi lebih baik
digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari
besarnya biaya penilitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya
maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001) dalam
Ulkri, 2013. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara,
24
misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya
dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja.
Menurut Ulkri (2013), pertumbuhan penjualan merupakan perubahan
penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang
diatas rata-rata bagi suatu perusahan pada umumnya didasarkan pada
pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu
beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat pertumbuhan diatas rata-rata
dengan jalan meningkatkan pangsa pasar dari permintaan industri
keseluruhan.
Perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Sales
growh ratio atau rasio pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya
maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston & Copeland,
1992). Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
dapat bertahan dalam kondisi persaingan.
Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan
biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang
diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau tend keuntungan yang
meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk
tetap survive.
Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif
berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen
tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak
akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
25
Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang
mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasi bahwa
auditee dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ketahun akan memberikan peluang
auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor
untuk menerbitkan opini audit going concern (GCAO).
Rasio pertumbuhan perusahaan digunakan untuk mengukur kemampuan
auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan. Data ini diperoleh dengan
menghitung sales growh ratio berdasarkan laporan laba/rugi masing-masing
auditee hasil pertumbuhan penjualan disajikan dengan skala rasio dengan
rumus :
Pertumbuhan Perusahaan = penjualan bersiht - penjual besih t-1
Penjualan t-1
9. Debt Default
Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor
dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi
kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan
debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada
waktu jatuh tempo (Dyah & Januarti 2007).
Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor
pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan
keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan tentunya banyak
dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu
26
kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi,
maka kreditor akan memberikan status default.
Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan
laporan going concern. Dengan menambahkan variabel default hutang pada
model prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukkan variabel-
variabel rasio keuangan saja.
Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan
Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap
opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena
tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa
yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya
kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam
keadaan default, tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat
meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern.
Dari 127 perusahaan yang menerima opini going concern pertama kalinya dari
tahun 1983 sampai 1986, sebanyak 98 perusahaan dalam keadaan default atau
dalam proses restrukturisasi kewajibab hutang mereka, tujuannya adalah untuk
menghindari default selanjutnya. Sebaliknya, hanya satu dari 127 perusahaan
didalam sampel kendali meliputi perusahaan-perusahaan yang setidaknya
memiliki satu karakteristik perusahaan bermasalah (yaitu, modal kerja negatif,
deficit dalam laba ditahan) dan menerima opini bersih.
Pada penelitian tersebut ditemukan hubungan yang kuat antara variabel
default dengan keputusan opini going concern. Hasil temuannya juga
27
menyatakan bahwa kesulitan dalam mentaati persetujuan hutang, fakta-fakta
pembayaran yang lalai atau pelanggan perjanjian, memperjelas masalah going
concern suatu perusahaan. Dengan penelitian yang dilakukan Chen dan
Church tersebut menjelaskan debt default atau status default pada hutang
berpengaruh pada pemberian opini going concern oleh auditor.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa Debt default
adalah kegagalan debitor (perusahaan ) untuk membayar hutang pokok dan
bunganya pada waktu jatuh tempo.
10. Opini Audit
Dalam melakukan penugasan umum, auditor memberikan opini atas
laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 1994,
alinea 1).
Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses
atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi
pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit
sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus
diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Opini audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan
audit. Laporan auditor harus memuat suatau pernyataan pendapat mengenai
28
laporan keuangan secara keseluruhan. Laporan keuangan yang dimaksud
dalam standar pelaporan tersebut adalah meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan semua catatan kaki serta
penjelasan dan tambahan informasi yang merupakan bagian tidak terpisah
dalam penyajian laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam standar pelaporan
yang ketiga tersebut diatas, auditor diharuskan menyampaikan kepada
pemakai laporannya mengenai informasi penting yang menurut auditor perlu
diungkapkan. Selain itu, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-
hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan sah tetapi juga harus lebih
mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup
(going concern) suatu perusahaan. Inilah yang menjadi alasan kenapa auditor
diminta untuk mengevaluasi atas kelangsungan hidup perusahaan dalam batas
waktu tertentu (IAI, 2001) dalam Amin, 2011.
Tujuan dalam standar pelaporan tersebut adalah untuk memungkinkan
pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak lain yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan menentukan seberapa jauh laporan
keuangan yang dilaporkan oleh auditor dalam laporan audit dapat dipercaya.
11. Jenis-jenis Opini
Ada beberapa jenis opini yang dapat diberikan auditor eksternal, seperti
berikut ini:
a. Unqualified opinion (pendapat wajar tanpa pengecualian) dalam opini
ini, auditor eksternal menyatakan bahwa laporan keuangan secara
29
keseluruhan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan bebas dari salah saji material.
b. Unqualified opinion explanatory language (pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan tambahan bahan penjelasan) dalam opini ini,
auditor eksternal menambahkan penjelasan dalam laporan audit, meskipu
tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang menyatakan
oleh auditor.
1). Pendapat wajar sebagaian didasarkan atas laporan auditor independen
lain.
2). Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor
yakni tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup
entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen
auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah
memadai.
3). Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material
dalam pengungkapan prinsip akuntansi atau dalam metode
penerapannya.
4). Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh badan
pengawasan pasar modal (Bapepam), namun tidak disajikan atau
tidak di-review.
5). Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia
menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh dewan
30
tersebut, informasi tersebut atau auditor tidak dapat menghilangkan
keraguan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut.
c. Qualified opinion (pendapat wajar dengan pengecualian) dalam opini ini,
auditor eksternal menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
1). Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberi pendapat.
2). Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk
tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
d. Adverse opinion (pendapat tidak wajar) pendapat ini dinyatakan bila,
menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan
tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
e. Disclaimer of opinion (tidak memberikan pendapat) auditor dapat tidak
menyatakan suatu pendapat apabila ia tidak dapat merumuskan atau tidak
merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor
31
menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus
memberikan semua alas an substantif yang mendukung pernyataannya
tersebut.
12. Going Concern
Going concern menurut Belkaoui (2006:271) adalah sebagai berikut:
“suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus
operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan
proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti.
Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan
mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang,
tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan perbankan) dalam jangka waktu
pendek”.
Berdasarkan SPAP (PSA 30 SA Seksi 341.1) menyatakan bahwa:
“ going concern merupakan kelangsungan hidup entitas yang dipakai sebagai
asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi
yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi yang secara
signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah
berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya
pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva
kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi
yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain”. Berdasarkan uraian
diatas, going concern adalah kelangsungan hidup entitas yang dipakai sebagai
asumsi dalam pelaporan keuangan.
32
13. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan suatu opini yang dikeluarkan
auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya (SPAP;2011, dalam Sukrisno : 2009). Opini audit
going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang
mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk
melanjutkan usahanya dalam jangka yang pantas. Dalam suatu audit, biasanya
perusahaan diasumsikan sebagai perusahaan yang berkelanjutan (going
concern) yang akan terus ada (IAI, 2009). Meskipun demikian, auditor
mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi apakah dalam kenyataannya
perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk terus melanjutkan usaha
selama periode waktu layak, yaitu tidak melebihi satu tahun sesudah tanggal
laporan keuangan yang telah di audit (IAI, 2001). Laporan audit dengan
modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam
penilaian auditor terdapat resiko bahwa perusahaan tidak dapat bertahan
dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan
beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi,
kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar
hutang, dan kebutuhan liquidasi dimasa yang akan datang (Putri, 2013).
Berdasarkan uraian diatas, opini audit going concern adalah opini audit
yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan tersebut dapat
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersubut.
33
14. Manfaat Informasi Going Concern
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti
berikut ini:
a. Pemberi pinjaman (kreditor)
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa
yang akan diberikan pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan
memonitor pinjaman yang ada.
b. Investor
Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan
bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.
Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model
prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawall
mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c. Pihak pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tangung
jawab untuk mengawasi jalanya usaha tersebut (missal sektor perbankan).
Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus
selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk
melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tidakantindakan yang
perlu bisa dilakukan lebih awal.
d. Akuntan
34
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu
usaha karena akuntan akan melihat kemampuan going concern suatu
perusahaan.
e. Manajemen
Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan
kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan
biaya kebangkrutan bisa mencapai 11% - 17% dari nilai perusahaan.
Contohnya biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan
biaya penasehat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak
langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena
beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh
pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih
awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, missal dengan
melakukan merger atau restruksi keuangan sehingga biaya kebangkrutan
bisa dihindari.
15. Tanggung Jawab Auditor terhadap Going Concern
Dalam penugasan umum, auditor ditugasi untuk memberikan opini atas
laporan keuangan suatu satuan usaha. Opini yang diberikan merupakan
pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (SPAP,
2001:410.2). berdasarkan pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa auditor
memiliki tanggung jawab atas opini yang diberikannya terhadap laporan
keungan suatu entitas yang mengacu pada aturan yang ada. Auditor harus
35
menilai hal-hal dibalik yang tampak tersebut seperti masalah eksistensi
kontinuitas entitas. Sebab seluruh aktivitas atau transaksi yang telah dan akan
terjadi secara implisit terkadang didalam laporan keuangan. Oleh karenanya,
juga ikut untuk diaudit. Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih
mewaspadai hal-hal potensial yang dapat meganggu kelangsungan hidup
entitas. Inilah alasan mengapa auditor tirut bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup entitas meskipun dalam batas waktu patas, yaitu tidak
lebih dari satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor.
Seorang auditor harus memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan
usaha (going concern) perusahaan, yaitu dengan membuat keputusan etis
tentang laporan keungan yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Faktor-
faktor yang dapat dipertimbangkan dalam pengmbilan keputusan etis seorang
akuntan ketika menghadapi dilemma etika adalah:
a. Pengalaman kerja auditor
Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya
pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja,
pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan
dan penggunaan standar auditing
b. Komitmen professional
Komitmen professional diartikan sebagai intensitas identifikasi dan
keterlibatan individu dengan profesinya. Definisi komitmen professional
banyak digunakan dalam literature akuntansi adalah sebagai berikut :
36
1) Suatu keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai-nilai di dalam
organisasi profesinya,
2) Kemauan untuk memainkan peran tertentu atas nama organisasi
profesi,
3) Gairah untuk mempertahankan keanggotaan pada organisasi profesi.
c. Orientasi Etika
Orientasi etika ( ethical orientation) berarti mengenal konsep diri dan
perilaku pribadi yang berhubungan dengan individu dalam diri seseorang.
Orientasi etika menunjukkan pandangan yang diadopsi oleh masing-
masing individu ketika menghadapi situasi masalah yang membutuhkan
pemecahan dan penyelesaian etika atau dilema etika. Tujuan utama
akuntansebagai sebuah profesi audit adalah juga termasuk menghindari
kerugian yang diterima oleh pengguna laporan keuangan, sehingga
seorang auditor yang memiliki orientasi etika idealis akan selalu merujuk
kepada tujuan dan arahan yang ada pada standar profesionalnya.
d. Nilai Etika Organisasi
Nilai etika organisasi (corporate ethical value) adalah sebuah sistem nilai-
nilai etis yang ada di dalam organisasi. Sistem nilai ini dihasilkan dari
dalam maupun luar organisai. Nilai etika organisasi dapat digunakan untuk
menetapkan dan sebagai patokan dalam menggambarkan apa-apa yang
dikerjakan merupakan hal yang „baik‟ atau „etis‟ dan hal yang „tidak baik‟
atau „tidak etis‟ dalam organisasi.
37
Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status
kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu
kepada Statement On Auditing Standard (SAS, 1998 Nomor 59), auditor
harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien akan bisa
bertahan di masa yang akan datang. Pernyataan Standar Akuntansi (PSA
Nomor 29) paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan besar
tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelas (atau bahasa penjelas lain) dalam laporan
audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor.
IAI disamping menerbitkan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK) No.4, juga menerbitkan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing
(IPSA) No.30.01 tentang “Laporan Auditor Independen tentang Dampak
Memburuknya Kondisi Ekonomi Indonesia Terhadap Kelangsungan Hidup
Entitas”. ITSA tersebut menganggap auditor perlu untuk mempertimbangkan
tiga hal yaitu:
a. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam
mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
b. Pengungkapan peristiwa kemudian yang timbul sebagai akibat kondisi
ekonomi tersebut
38
c. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi
tersebut berdampak pada kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya Walaupun auditor mempunyai tanggung jawab
untuk menilai kelangsungan hidup entitas, namun auditor tidak
bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan
datang.
B. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai opini going concern dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti model prediksi kebangkrutan, leverage,
pertumbuhan perusahaan dan debt default telah banyak diteliti oleh penelitian-
penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut telah banyak
memberikan masukan serta kontribusi tambahan untuk menganalisis faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi opini opini going concern. Tabel 2.1
menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi opini going concern.
39
Tabel 2.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Pebedaan
1. Wiwik
Kurniati
(2012)
Prediksi
kebangkrutan,
pertumbuhan
perusahaan dan
reputasi KAP
terhadap opini
audit going
concern
Variabel Prediksi
kebangkrutan dan
pertumbuhan
perusahaan.
Alat pengujian
yang digunakan
analisis regresi
logistik.
Variabel Reputasi
KAP.
Populasi penelitian
data keuangan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
berjumlah 155
perusahaan untuk tiga
periode (2008-2010).
Prediksi kebangkrutan yang
diproksikan dengan Alman Z-
Score berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit
going concern. Pertumbuhan
perusahaan yang diproksikan
dengan pertumbuhan penjualan
tidak berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit
going concern. Sedangkan
reputasi KAP tidak berpengaruh
significan terhadap penerimaan
opini audit going concern. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam
memberikan opini audit going
concern tidak harus melihat
skaladari KAP tersebut. Jika
perusahaan layak untuk mendapat
opini going concern maka auditor
tidak akan segan untuk
mengeluarkan opini audit going
concern. Bersambung pada halaman selanjutnya
40
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Pebedaan
2. Yashita
Putri
Alichia
(2013)
Pengaruh ukuran
perusahaan,
perumbuhan
perusahaan, dan
opini tahun
sebelumnya
terhadap opini
audit going
concern. Studi
empiris perusahaan
manufaktur yang
terdaftar pada BEI
Variabel
Pertumbuhan
perusahaan. Alat
pengujian yang
digunakan adalah
analisis regresi
logistik
Variabel ukuran
perusahaan dan opini
audit tahun
sebelumnya. Populasi
yang digunakan
adalah seluruh
perusahaan go public
yang terdaftar di BEJ
yang bergerak dalam
bidang manufaktur
pada tahun (2009-
2011).
Ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap opini audit
going concern, artinya semakin
besar ukuran perusahaan maka
semakin kecil probabilita
mendapatkan opini audit going
concern, pertumbuhan perusahaan
tidak berpengaruh signifikan
negative terhadap opini audit going
concern, artinya perusahaan yang
mengalami pertumbuhan
perusahaan yang negative maka
tidak semakin besar probabilita
mendapatkan opini audit going
concern. Opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan
positif terhadap opini audit going
concern, artinya perusahaan yang
menerima opini audit tahun
sebelumnya maka memiliki
probabilitas semakin besar
mendapatkan opini audit going
concern. Bersambung pada halaman selanjutnya
41
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Pebedaan
Sebelum kuartal ketiga,
ukuran perusahaan dan
jenis industri.
a. Dipengaruhi secara
signifikan positif oleh
struktur audit pos-pos luar
biasa, kerugian, financial
distress, opini going
concern dan opini audit.
Tidak dipengaruhi oleh
pergantian auditor selama atau
setelah kuartal keempat,
pendekatan audit terstruktur
menengah, tahun tutup buku
dan reputasi auditor. Bersambung pada halaman selanjutnya
42
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Pebedaan
3. Mirna
Dyah
Praptitori
ni dan
Indira
Januarti
(2011)
Analisis pengaruh
kualitas audit, debt
default, dan
opinion shopping
erhadap
penerimaan opini
audit going
concern.
Variabel debt
default.
Alat pengujian
yang digunakan
analisis model
regresil ogistik
Variabel kualitas
audit dan opinion
shopping.
Dalam penelitian ini hanya variable debt
default yang terbukti berpengaruh positif
terhadap penerimaan opini audit going
concern. Sedangkan variable kualitas
audit yang diproksi dengan auditor
industry specialization dan opinion
shopping tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit goin concern.
Keterbatasan yang dihadapi dalam
penelitian ini hanya menggunakan tiga
variabel, yaitu satu variable keuangan
(debt defaut)dan dua variabel non
keungan ( kualitas audit dan opinion
shopping ) dengan R-square yang masih
kecil 43% dan 57,5%. Periode
pengamatan hanya enam tahun, sehingga
belum cukup lama untuk menentukan
tren penerbitan opini going concern oleh
auditor dalam jangka panjang. Bersambung pada halaman selanjutnya
43
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Pebedaan
4. Edward
Akiko
Wibisono
(2013)
Prediksi
kebangkrutan,
leverage, audit tahun
sebelumnya, ukuran
perusahaan terhadap
opini audit going
concern
Variabel predeiksi
kebangkrutan.
Alat penguji yang
digunakan adalah
analisis model
regresi logistik
Variabel leverage,
audit tahun
sebelumnya, dan
ukuran perusahaan.
Populasi dalam
penelitian ini adalah
seluruh perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
padatahun (2009-
2011).
Model prediksi kebangkrutan (Altman Z-
Score) secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Leverage tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Opini audit tahun sebelumnya secara
parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern. Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern
5. Nurul
Ardiani
Emrinald
i DP, dan
Nur
Azlina
(2012)
Pengaruh audit
tenure, disclosere,
ukuran KAP, debt
default, opinion
shopping dan
kondisi keuangan
terhadap penerimaan
opini audit going
concern pada
perusahaan real
estate dan property
di BEI.
Variabel debt
defaul. Alat
pengujian yang
digunakan
analisis model
regresi logistik.
Variabel audit tenure,
disclosere, ukuran
KAP, opinion
shopping.
Populasi penelitian
perusahaan real estate
dan property yang
listing di BEI tahun
2009-2011.
Berdasarkan analisis data dan
pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan dari
hasil pengujian dengan tingkat
signifikansi 5%, diperoleh bukti
bahwa disclosure, ukuran KAP dan
debt default berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Sedangkan audit tenure, opinion
shopping dan kondisi keuangan tidak
berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern. Bersambung pada halaman selanjutnya
44
Tabel 2.1
(Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Pebedaan
6. Totok
Dewayanto
(2011)
Analisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
penerimaan opini
audit going
concern pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
Variabel penerimaan
opini audit going
concern. Alat
pengujian yang
digunakan adalah
analisis model
regresi logistik.
Variabel kondisi
keuangan, ukuran
perusahaan, opini audit
tahun sebelumnya,
auditor client tenure,
reputasi auditor.
Populasi yang
digunakan adalah
seluruh perusahaan
manufaktur terdaftar di
BEI periode 2006-2009.
Kondisi keuangan berpengaruh
signifikan dengan penerimaan
opini audit going concern.
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going
concern. Opini tahun
sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan
opini going concern. Auditor
client tenure tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini
audit going concern. Opinion
shopping tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini
audit going concern. Reputasi
auditor tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
45
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan pada bagan berikut:
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Variabel Independen
Model Prediksi
Kebangkrutan (X1)
Pertumbuhan Perusahaan (X2)
Debt Default (X3)
Penerimaan Opini Going
Concer (Y)
Variabel Dependen
Model Regresi Logistik :
1. Analisis deskriptif
2. Overall model fit
3. Nagelkerke R square
4. Hosmer and lemeshow test
5. Hasil matriks klasifikasi
6. Hasil uji koefisien regresi
logistik
Analisis Hasil
Kesimpulan, implikasi dan saran
Bursa Efek Indonesia (BEI)
46
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Model Prediksi Kebangkrutan dengan Kemungkinan Penerimaan
Opini Going Concern
Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis
rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi-
informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang
akan datang (Fraser, 1995). Penelitian dibidang akuntansi dan keuangan
telah berusaha menghasilkan beberapa model prediksi kebangkrutan,
tetapi tidak semuanya dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan
pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan. Model prediksi
kebangkrutan yang lazim digunakan untuk perusahaan perbankan dan
lembaga keuangan adalah model prediksi Altman. Metode yang dikenal
dengan beberapa rasio dalam Z-Scorenya dan sering digunakan untuk
memprediksi terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan, terbukti
dapat juga diimplementasikan dalam memprediksi kemungkinan
terjadinya likuidasi pada lembaga perbankan (Fachrozy, 2007).
Altman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan
profitabilitas serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami
kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi dengan
menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima
kategori, yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar, dan
aktivitas.
47
H01: Model prediksi kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
Ha1: Model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
2. Pertumbuhan Perusahaan dengan Kemungkinan Penerimaan opini
Going Concern
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka
semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan
untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan
untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebagai
deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan
ini dapat diukur dari besarnya biaya penilitian dan pengembangan.
Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk
tumbuh (Ulkri, 2013). Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan
beberapa cara, misalnya dengan melihat pertumbuhan penjualannya.
Pengukuran ini hanya dapat melihat pertumbuhan perusahaan dari aspek
pemasaran perusahaan saja.
H02: Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Ha2: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
48
3. Debt Default dengan Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern
Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan)
untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu jatuh
tempo (Chen dan Church, 1992) dalam (Dyah & Januarti 2007).
Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan
faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur
kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan
tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan
mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak
mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default.
Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor
mengeluarkan laporan going concern. Dengan menambahkan variabel
default hutang pada model prediksi going concern yang sebelumnya
hanya memasukkan variabel-variabel rasio keuangan saja.
H03: Debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Ha3: Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan karakteristik masalah yang dikaji penulis, penelitian ini
merupakan rancangan kausalitas yaitu tipe penelitian dengan karakteristik
masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih
(Indrianto dan Supomo, 2009:27). Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh antara variabel independen, yaitu model prediksi kebangkrutan,
rasio leverage, pertumbuhan perusahaan, dan debt default terhadap variabel
dependen, yaitu penerimaan opini audit going concern.
Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa peruasahaan yang
bergerak dalam sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dalam periode penelitian 2008-2012. Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling atau metode penentuan sampel yang
bertujuan untuk menetapkan kriteria tertentu terhadap sampel penelitian.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah beberapa perusahaan yang go public
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yakni tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh
dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo,
50
2002:131). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode (2008-2012)
2. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen
per 31 Desember dari tahun 2008-2012.
3. Perusahaan tidak delisting atau keluar dari BEI selama periode
pengamatan.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan jenis dan sumber data sekunder. Data sekunder merupakan data
penetitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indrianoro dan Supomo, 2009:147).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
documenter, yaitu laporan keuangan auditee perusahaan perdagangan besar
(wholesale) yang tercatat di BEI selama periode 2008-2012. Data dokumenter
dalam penelitian ini dapat menjadi bahan atau dasar analisis data kompleks
yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen. Sehingga
dapat diketahui juga, bahwa horizon waktu yang digunakan peneliti pada
51
penelitian ini adalah studi time series, dimana studi ini lebih menekankan pada
data penelitian berupa data rentetan waktu. Data yang dikumpulkan juga dapat
di-download langsung melalui website www.idx.co.id . disamping itu,
peneliti mengumpulkan data informasi yang digunakan sebagai landasan teori
dari buku-buku dan literature-literatur yang berhubungan dengan penyusunan
penelitian ini.
D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis
Penyelesaian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan dengan cara menganalisis suatu
permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data penelitian
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logistic regression). Asumsi normal distribution tidak dapat
dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu
(metric) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan
regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data
pada variabel bebasnya. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji
regresi logistik (logistic regression) dapat dijelaskan sebagai berikut
(Ghozali,2011):
52
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data
yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, sum, range,
kurtosis, maksimum, minimum dan skewness (Ghozali, 2011:19). Mean
digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang
diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai
dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum minimum digunakan untuk
melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
2. Regresi logistik
Pengujian hipotesis dilakukan secara multivariate dengan
menggunakan regresi logistik. Regresi logistik digunakan apabila variabel
dependennya adalah satu non-metrik dengan dua kategori dan variabel
independen adalah satu atau lebih metric dan non metric (Ghozali,
2009:9). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going
concern yang dinyatakan dengan variabel dummy, dimana kategori 1
untuk perusahaan going concern dan kategori 0 untuk perusahaan non
going concern.
3. Menguji keseluruhan model (overall model fit)
Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model
terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 : model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
53
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol
agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada
fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa
model yang hipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji
hipotesis nol dan alternative, L ditransformasikan menjadi -2LogL.
Penurunan likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik
atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
4. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Squere)
Cox dan snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R2
pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi
likelihood dengan nilai maksimum kurang dari satu (satu) sehingga sulit
diinterpresikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari
koefisien cox dan snell untuk memastika bahwa nilainya bervariasi dari 0
(nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai cox
dan snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai nagelkerke’s R
2 dapat
diinterpresikan seperti nilai R2
pada multiple regression. Nilai yang kecil
berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
5. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
54
Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai
dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga
model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test Sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis
nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan
nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model
tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol
tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok
dengan data observasinya.
6. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan perpindahan KAP yang dilakukan oleh
perusahaan.
7. Model Regresi Logistik Yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression) yaitu dengan melihat pengaruh model
prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default terhadap
penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
GC
Ln = α + β1Zscore +β2 FG +β3 DEFAULT + €
1-GC
55
Keterangan:
GC
Ln = opini audit going concern (variabel dummy)
1-GC
α = konstanta
Zscore = model prediksi kebangkrutan
FG = pertumbuhan perusahaan
DEFAULT = Debt default
€ = kesalahan residual
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Tidak Terikat (Independent Variabel)
Variabel tidak terikat atau variabel independen adalah tipe variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel
independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab
(presumed cause variable) atau dapat juga disebut sebagai variabel yang
mendahului (antecedent variable) (Indrianto dan supomo, 2009:63).
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari model prediksi
kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan debt default. Penjelasan
mengenai variabel independen tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Model Prediksi Kebangkrutan
Model prediksi kebangkrutan merupakan model yang
dinamakan juga dengan model Z-score, dalam bentuk aslinya adalah
model linear dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk
56
memaksimalkan kemampuan model tersebut untuk memprediksi.
Model ini pada dasarnya hendak mencari nilai “Z” yaitu nilai yang
menunjukkan kondisi perusahaan apakah dalam keadaan sehat atau
tidak dan menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus
merefleksikan prospek perusahaan dimasa depan (Kurniati, 2012).
Alman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas
serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami
kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi
dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan dalam
tiga kelompok besar (Riyanto, 1995) dalam Kurniati (2012):
1). Rasio Likuiditas yang terdiri atas Z1
2). Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Z2 dan Z3
3). Rasio Aktifitas yang terdiri dari Z4 dan Z5
Z= 1,2Z1 + 1,4Z2 + 3,3Z3 +0,6Z4 + 1Z
Dimana:
Z1 = working capital / total asset
Z2 = retained rearning/ total asset
Z3 = earning before interest and taxes / total asset
Z4 = market capitalization / book value of debt
Z5 = sales / total asset
Uraian setiap variabel tersebut adalah sebagai berikut:
1). Working capital / total asset (Z1) atau modal kerja / total Aktiva
(Z1). Modal kerja yang dimaksudkan dalam Z1 adalah selisih
antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio Z1 pada
57
dasarnya adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil
rasio tersebut dapat negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari
kewajiban lancar.
2). Retained earnings / total asset (Z2) atau laba ditahan / Total
Aktiva (Z2). Rasio ini mengukur akumulasi laba selama
perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap
rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi
memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda
pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah,
kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya.
3). Earning Before Interest and Tax / Total Asset (Z3) atau laba
sebelum Bunga dari Pajak / Total Aktiva (Z3). Rasio tersebut
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontributor
terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita
gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan
profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang
meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan
piutang, kredibilitas perusahaan berkurang, seta kesediaan
memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada
waktu yang telah ditetapkan.
58
4). Market Value Equity / Book Value of Debt (Z4) atau Nilai Pasar
dari Modal / Nilai Buku Utang (Z4). Modal yang dimaksud
adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham
preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang
jangka panjang.
5). Sales / Total Asset (Z5) atau penjualan / Total Aktiva (Z5).
Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam
menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
b. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan, di ukur dengan rasio pertumbuhan
laba. Earning After Tax Growth, adalah rasio yang digunakan untuk
menghitung besarnya kenaikan laba tahun berjalan atas laba tahun
sebelumnya. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut:
Pertumbuhan Laba = Laba bersiht – Laba bersiht-1
Laba bersih t-1
Dimana:
Laba bersiht = Laba bersih tahun berjalan
Laba bersih t-1 = Laba bersih tahun sebelumnya
Semakin besar nilai profitabilitas dari Earning After Tax
Growth yang dimiliki auditee, memberikan indikasi bahwa earning
After Tax Growth merupakan salah satu pertimbangan auditor untuk
menerbitkan opini going concern.
59
c. Debt Default
Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan
sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang
pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992)
dalam Dyah dan Januarti, 2011. Dalam variabel ini menggunakan
variabel dummy (1 = status debt default, 0 = tidak debt default) untuk
menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak
sebelum pengeluaran opini audit.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
opini audit going concern atau going concern audit opinion ( GCAO).
Yaitu merupakan opini audit modifikasi yang dilakukan oleh auditor akan
ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup
perusahaan. Variabel opini going concern merupakan variabel dummy,
yaitu variabel yang bersifat kategorial atau dikotomi (Ghozali, 2009:49)
dimana kategori satu untuk perusahaan dengan opini audit going concern
(GCAO) dan 0 untuk perusahaan dengan opini audit non going concern
atau non going concenrn audit opinion (NGCAO).
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008-2012.
Perusahaan manufaktur tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebelum 1 Januari 2008 dan selama periode penelitian tersebut tidak keluar
dari Bursa Efek Indonesia atau mengalami delisting. Industri manufaktur
dipilih karena memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak
dibandingkan dengan industri lain. Selain itu juga untuk menghindari
adanya industrial effect, yaitu resiko industri yang berbeda antara sektor
industri yang satu dengan yang lain. Fokus penelitian ini adalah ingin
melihat pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan,
dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern pada
industri manufaktur.
Alasan penggunaan data lima tahun mulai tahun 2008-2012 adalah
karena tahun 2008-2012 merupakan data perusahaan yang dapat
memberikan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan berkaitan
dengan keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 423/KMK.06/2002
tentang jasa akuntan publik yang diperbaharui dengan peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang
61
jasa akuntan publik. Peraturan terbaru menyebutkan bahwa pemberian jasa
audit umum atas 57 laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh
KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh
seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-
turut.
Tabel 4.1 dibawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Tabel 4.1
Tahapan seleksi sampel dengan kriteria
Jumlah perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2008-2012 107
Jumlah data tidak tersedia selama periode penelitian (92)
Jumlah perusahaan (sampel) 15
Tahun pengamatan (tahun) 5
Jumlah sampel total selama periode penelitian 75
Sumber: data diolah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012 berjumlah 107 perusahaan.
Dari 107 perusahaan manufaktur tersebut terdapat 92 perusahaan yang
tidak menyediakan data secara lengkap selama periode penelitian.
Sehingga perusahaan manufaktur yang dijadikannya sampel adalah
sebanyak 15 perusahaan. Sedangkan total pengamatan yang dijadikan
sampel penelitian ini adalah 75 pengamatan.
62
2. Deskripsi sampel penelitian
Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, seperti, penerimaan opini audit going concern.
Ringkasan sampel penelitian disajikan dalam Tabel 4.2
Tabel 4.2
Sampel Penelitian
NO JENIS
USAHA
JUMLAH
2008 2009 2010 2011 2012
1 Automotive and
Components
2 2 2 2 2
2 Cement 1 1 1 1 1
3 Ceramics, Glass,
Porcelain
1 1 1 1 1
4 Food and
Beverages
3 3 3 3 3
5 Footwear 1 1 1 1 1
6 Houseware 1 1 1 1 1
7 Metal and Allied
Products
4 4 4 4 4
8 Pharmaceuticals 0 0 0 0 0
9 Plastics and
Packaging
1 1 1 1 1
10 Textile and
Garments
0 0 0 0 0
11 Tobacco
Manufacturers
1 1 1 1 1
JUMLAH 15 15 15 15 15
AKUMULASI 75
Sumber: data diolah
Pada Tabel 4.3 dibawah ini dapat dilihat bahwa sampel yang
terpilih tersebar secara acak dan hampir tersebar merata pada 11 sektor
63
industri. Perusahaan yang paling banyak berasal dari sektor metal and
allied yaitu sebanyak 5 perusahaan atau sekitar 20,82%.
Tabel 4.3
Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha
NO JENIS USAHA FREKUENSI PERSENTASE (%)
1 Automotive and
Components
2 13,33
2 Cements 1 6,67
3 Ceramics, Glass,
Porcelain
1 6,67
4 Food and Beverages 3 20
5 Footwear 1 6,67
6 Houseware 1 6,67
7 Metal and Allied
Products
4 26,67
8 Pharmaceuticals
9 Plastics and Packaging 1 6,67
10 Textile, Garment
11 Tobacco Manufacturers 1 6,67
JUMLAH 15 100,00
Sumber: data diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Penyelesaian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan dengan cara menganalisis suatu
permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data penelitian
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logistic regression). Asumsi normal distribution tidak dapat
dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu
(metric) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan
regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data
64
pada variabel bebasnya. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji
regresi logistik (logistic regression) dapat dijelaskan sebagai berikut
(Ghozali,2011):
1. Analisis Deskriptif
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default
sebagai variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah penerimaan opini audit going concern yang merupakan variabel
dummy.
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
GCAO 75 ,00 1,00 ,4400 ,49973
ZScore 75 ,39 12,52 4,0183 1,94251
Growth 75 -,96 13,80 ,6779 1,88987
DEF 75 ,00 1,00 ,3200 ,46962
Valid N (listwise) 75
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Variabel opini audit going concern menunjukkan nilai rata-rata sebesar
0,4400 dengan nilai minimum sebesar 0,00 dan maksimum sebesar
1,00 serta standar deviasi sebesar 0,49973 dengan jumlah observasi (n)
75.
65
b. Variabel model prediksi kebangkrutan Z-score menunjukkan nilai rata-
rata sebesar 4,0183 dengan nilai minimum 0,39 dan maksimum 12,52
serta standar deviasi sebesar 1,94251 dengan jumlah observasi (n)
sebesar 75.
c. Variabel pertumbuhan perusahaan menunjukkan nilai rata-rata 0,6779
dengan nilai minimum -0,96 dan maksimum 13,80 serta standar
deviasi sebesar 75 dengan jumlah observasi (n) sebesar 75.
d. Variabel debt default menunjukkan nilai rata-rata 0,3200 dengan nilai
minimum sebesar 0,00 dan maksimum sebesar 1,00 serta standar
deviasi sebesar 0,46962 dengan jumlah observasi (n) sebesar 75.
2. Hasil Uji Hipotesis
Karena variabel dependen bersifat dummy ( opini audit going
concern), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan melakukan
uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji
regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011):
a. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Tabel 4.5
Menilai Keseluruhan Model
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
1 102,889 -,240
Step 0
2 102,889 -,241
3 102,889 -,241
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 102,889
c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Sumber: output SPSS
66
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, diperoleh informasi bahwa
pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likehood (-2LL) pada awal (Block Number =0) dengan nilai -2 Log
Likehood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Dan nilai -2LL
awal (block Number = 0) pada tabel 4.5 diatas menunjukkan nilai
sebesar 102,889.
Tabel 4.6
Menilai Keseluruhan Model
Iteration History
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant ZScore Growth DEF
Step 1
1 82,202 1,674 -,337 ,015 -1,781
2 80,359 2,421 -,516 ,029 -2,298
3 80,292 2,608 -,562 ,033 -2,407
4 80,292 2,616 -,564 ,033 -2,412
5 80,292 2,616 -,564 ,033 -2,412
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 102,889
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than ,001.
Sumber: output SPSS
Setelah dimasukkan ketiga variabel independen, maka nilai -
2LL akhir (Block Number = 1) mengalami penurunan yaitu dari
102,889 pada -2LL awal (Block Number = 0) menjadi 80,292 pada -
2LL akhir (Block Number = 1). Penurunan Likehood (-2LL) ini
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain
model yang dihipotesiskan fit dengan data.
67
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 80,292a ,260 ,349
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: ouput SPSS
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square
adalah sebesar 0,349 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 34,9% sedangkan
sisanya sebesar 65,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar
penelitian ini, misalnya ukuran perusahaan, reputasi KAP, dan sebagainya.
4. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Tabel 4.8
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 9,798 7 ,200
Sumber: ouput SPSS
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian ini menunjukkan nilai Chi-
square sebesar 9,798 dengan signifikansi (p) sebesar 0,200. Berdasarkan
hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model
dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya.
68
5. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern
pada perusahaan manufaktur.
Tabel 4.9
Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
GCAO Percentage
Correct ,00 1,00
Step 1 GCAO
,00 31 11 73,8
1,00 10 23 69,7
Overall Percentage 72,0
a. The cut value is ,500
Sumber: ouput SPSS
Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa menurut prediksi, perusahaan
yang memperoleh opini audit going concern adalah 33, sedangkan
berdasarkan observasi sesungguhnya adalah 23 perusahaan. Jadi, ketepatan
model ini adalah 23/33 atau 69,7%. Sementara itu, prediksi perusahaan yang
memperoleh opini audit non going concern adalah 42, sedangkan menurut
observasi sesungguhnya adalah 31 perusahaan. Jadi ketepatan model ini
adalah 42/31 atau 73,8%. Ketepatan dari prediksi keseluruhan model ini
adalah sebesar 72,0%.
69
6. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
ZScore -,564 ,204 7,617 1 ,006 ,569
Growth ,033 ,145 ,052 1 ,820 1,034
DEF -2,412 ,702 11,812 1 ,001 ,090
Constant 2,616 ,911 8,249 1 ,004 13,678
a. Variable(s) entered on step 1: ZScore, Growth, DEF.
Sumber: ouput SPSS
Tabel di atas menunjukkan hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan regresi logistik biner pada tingkat signifikansi 0,05 (5%).
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat diperoleh persamaan
regresi logistik biner sebagai berikut:
GC
Ln = 2,616 – 0,564 Zscore + 0,033 G – 2,412 Def
1-GC
Ha1: model Prediksi berpengaruh positif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Variabel model prediksi kebangkrutan pada tabel 4.10 menunjukkan
koefisien negatif sebesar 0,564 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006<0,05
yang berarti Ha1 diterima. Maka, model pediksi kebangkrutan berpengaruh
positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
70
Ha2: pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Variabel pertumbuhan perusahaan pada tabel 4.10 menunjukkan
koefisien positif sebesar 0,033 dengan nilai signifikansi 0,820 > 0,05 yang
berarti Ha2 ditolak. Maka, pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Ha3: variabel debt default pada tabel 4.10 menunjukkan koefisien
negatif 2,412 dengan signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 yang berarti Ha3
diterima. Maka, debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan
opini audit going concern.
C. Pembahasan
Penelitian ini merupakan studi mengenai penerimaan opini audit going
concern oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel independen
keuangan (model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, debt
default) untuk menguji faktor - faktor dikeluarkannya opini audit going
concern.
Penelitian ini dilakukan terhadap 75 sampel perusahaan manufaktur
pada periode 2008-2012 yang telah dipilih menggunakan metode purposive
sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sebesar 33 perusahaan
memperoleh opini audit going concern dan sisanya 42 perusahaan tidak
memperoleh opini audit going concern.
71
Ringkasan hasil pengujian ketiga hipotesis yang telah dilakukan dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.11
Ringkasan Hasil Hipotesis
No Hipotesis Hasil
1 Model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
Diterima
2 Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
Ditolak
3 Debt default berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Diterima
Sumber : Data sukender diolah
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh model prediksi kebangkrutan terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Variabel model prediksi kebangkrutan menunjukkan pengaruh
positif dengan koefisien negatif sebesar 0,564 pada tingkat signifikansi
sebesar 0,006 lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih
kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-1 berhasil didukung. Nilai koefisien
yang negatif menunjukkan bahwa Z-Score berpengaruh negatif terhadap
penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin baik kondisi keungan perusahaan, maka semakin kecil
kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern.
72
Begitupun sebaliknya, semakin buruk kondisi keuangan perusahaan, maka
akan semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh opini audit
going concern. Seorang auditor akan sangat memperhatikan kondisi
keuangan perusahaan dalam menerbitkan opini audit going concern.
Perusahaan yang tidak mempunyai permasalahan yang serius
kemungkinan besar tidak akan menerima opini audit going concern.
Berbeda dengan perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan
secara terus menerus yang mengakibatkan nilai rasio Z-score rendah
sehingga akan berpeluang besar untuk menerima opini audit going
concern. Dengan demikian, model prediksi kebangkrutan ini menjadi
pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern.
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa model prediksi kebangkrutan
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil yang
sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wiwik
Kurniati (2012). Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa
model prediksi kebangkrutan menggunakan rasio-rasio keuangan lebih
akurat dibandingkan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan
bangkrut dan tidak bangkrut. Sehingga, dengan demikian maka akan
sangat mudah melihat kondisi tingkat kesehatan dari sebuah perusahaan.
McKeown et al. (1991) menemukan bukti bahwa auditor hampir
tidak pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang
tidak mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Krishnan (1996)
menyatakan bahwa auditor lebih cenderung untuk mengeluarkan opini
73
audit going concern ketika kemungkinan kebangkrutan berada diatas 28%
dengan menggunakan model prediksi Zmijeski. Wiwik Kuriati (2012)
menyatakan semakin buruk kondisi keuangan perusahaan, maka semakin
besar profitabilitas perusahaan menerima opini audit going concern.
2. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan rasio
pertumbuhan laba menunjukkan koefisien positif sebesar 0,033 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,820 yang lebih besar daripada α = 5%.karena
tingakat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-2 tidak
berhasil didukung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit
going concern. Tidak adanya jaminan bahwa perusahaan yang mengalami
peningkatan pada penjualan bersihnya juga akan mengalami peningkatan
pada laba bersihnya menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum bisa
lepas dari permasalahan keuangan yang dihadapinya. Hal ini berarti bahwa
rasio pertumbuhan laba yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk
tidak menerima opini audit going concern. Hasil yang sama juga
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Kurniati (2012).
3. Pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern.
Variabel debt default menunjukkan pengaruh positif dengan
koefisien negatif sebesar 2,412 pada tingkat signifikansi sebesar 0,001
lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α =
74
5% maka hipotesis ke-3 berhasil didukung. Hal ini berarti variabel debt
default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern oleh auditor. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan
merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk
mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang
perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya
banyak dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan
mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini tidak
mampu dilunasi oleh perusahaan, maka kreditor akan memberikan status
default. Auditor dalam memberikan opini audit going concern akan
mempertimbangkan status default seperti yang tercantum dalam PSA 30.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirna Dyah
Praptitorini, Indira Januarti (2011) yang menunjukkan bahwa gagal bayar
(debt default) berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit
going concern.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen
(model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, debt default)
terhadap variabel dependen yaitu penerimaan opini audit going concern.
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik (logistic
regression) dengan program Statistical Package for Social Scienses (SPSS)
versi 21.0. Data sampel perusahaan sebanyak 75 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012.
Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Model Prediksi Kebangkrutan secara statistik berpengaruh terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern selama lima tahun pengamatan
(2008-2012). Hasil penelitian ini mendukung hasil Wiwik Kurniati (2012).
2. Pertumbuhan Perusahaan secara statistic tidak berpegaruh positif terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern selama lima tahun pengamatan
(2008-2012). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wiwik
Kurniati (2012) dan Endra Ulkri Arma (2013).
3. Debt Default secara statistik berpengaruh terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern selama lima tahun pengamatan (2008-2012). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Mirna Dyah Praptitorini, Indira
Januarti (2011).
75
76
B. Implikasi
1. Akademis, penelitian dan pembaca
Model prediksi kebangkrutan dapat membantu seorang auditor dalam
mempertimbangkan pemberian opini audit going concern kepada
perusahaan yang diaudit. Faktor-faktor tersebut selain dapat memberikan
petunjuk pada penelitian selanjutnya juga dapat memberikan gambaran
kepada pembaca faktor apa saya yang mungkin terjadi pada perusahaan
yang sedang berkembang dimana hal ini dapat menilai sejauh mana
perusahaan akan dapat meneruskan kelangsungan usahanya.
2. Perusahaan
Berbagai macam pertimbangan dalam menjalankan usahanya, setiap
senantiasa dalam keadaan baik sehingga perusahaan dapat menjalankan
kelangsungan usahanya dan tidak mengalami kebangkrutan. Oleh karena
itu, hal-hal yang disekiranya mempengaruhi kebangkrutan suatu
perusahaan sudah semestinya dikuasai oleh manajemen setiap perusahaan.
Sehingga perusahaan dapat mengambil setiap keputusan dengan tepat agar
kondisi keungannya senantiasa stabil di dalam menjalankan usahanya. Hal
ini agar perusahaan tidak memperoleh opini audit going concern di tahun
berjalan. Dengan demikian, tidak ada opini audit going concern yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh auditor di tahun mendatang.
3. Kantor Akuntansi Publik (KAP)
Kantor Akuntan Publik (KAP) sudah sewajarnya untuk memperhatikan
setiap hal yang berkaitan dengan pemberian opini audit going concern.
Opini audit going concern merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
77
karena tepat atau tidaknya di dalam pemberian opini audit going concern
kepada auditee seorang auditor sudah seharusnya mengerti sekaligus
memahami mengenai faktor apa yang sekiranya mempengaruhi opini audit
going concern tersebut. Seperti model prediksi kebangkrutan yang dapat
membantu seorang auditor untuk melihat sebaiknya apa kondisi keuangan
suatu perusahaan, sehingga bisa dijadikan tambahan pertimbangan
tambahan untuk memberikan opini audit going concern tersebut. Selain
itu, auditor juga harus ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Hal
tersebut agar seorang auditor mampu meningkatkan tingkat ketepatannya
ketika memberikan opini audit going concern kepada auditee.
C. Saran
Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang berkualitas dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan beberapa variabel
independen lain yang mungkin mempengaruhi opini audit going concern
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai going concern di Indonesia.
2. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan penggunaan
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) sebagai
populasi penelitian
3. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor industri lainnya
yang dapat dijadikan sampel penelitian.
78
DAFTAR PUSTAKA
Agoes jan hoesada, Sukrisno. “Bunga rampai auditing”, Salemba Empat Jakarta
12610, 2009
Akiko Wibisono, Edward. “ Prediksi kebangkrutan, leverage, audit sebelumnya,
ukuran perusahaan terhadap opini going concern”, Jurnal EMBA, vol. 1
no.4. desember 2013 hal 302-373
Almant, E dan Mc Gough, T. “Evaluation of A Company As A Going Concern”.
Journal of Accounting. 1974
Ardiani, Nurul & Nur DP, Emrinaldi & Azlina, Nur. “Pengaruh audit tenure,
disclosure, ukuran KAP, debt default, opinion shopping, dan kondisi
keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern pada
perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia”, jurnal
ekonomi, vol 20, no. 4. desember 2012
Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke. ”Auditing Pendekatan Terpadu”,
Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Bursa Efek Indonesia. “Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor:
306/BEJ/07-2004 menerbitkan peraturan pencatatan berkala Nomor I-E
tentang kewajiban penyampaian informasi yang batas waktu
penyampaiannya disesuaikan dengan peraturan BAPEPAM-LK No. X.K.2.
”, 2004.
Bursa Efek Indonesia. “Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor:
307/BEJ/07-2004 yaitu Peraturan Nomor I-H tentang Sanksi”, 2004.
Dewayanto, Totok. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini
audit going concern”, fokus ekonomi, vol,6 no.1. juni 2011:81-104
Dyah Praptitorini, Mirna & Juniarti Indira.”Analisis pengaruh kualitas audit, debt
default, dan opinion shopping terhadap penerimaan opini going concern”,
jurnal akuntansi dan keuangan Indonesia, vol 8 –no.1. juni 2011
Fachrozy, Donny. “ Pengaruh modek prediksi kebangkrutan, pertumbuhan
perusahaan, dan reputasi kantor akuntan public terhadap ketepatan
pemberian opini audit going concern”. Skiripsi, 2007
Fajriantoro, Yuniar. “Analisis pengaruh ukuran KAP, kondisi keuangan
perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan
ukuran perushaan terhadap opini audit going concern”. Skripsi, 2010
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19”,
Edisi Kelima, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 2011.
79
Hamid Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar akuntansi keuangan”. Salemba Empat,
Jakarta, 2012
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar professional akuntan publik”. Salemba
Empat, Jakarta 2009
Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Audit Report Lag”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 12
No.2 Hlm.97-106, 2010.
Kristiana, Ira. “Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,
pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”,
Ilmiah mahasiswa akuntansi, vol 1, no.1. januari 2012
Kurnia Susanto, Yulius. “Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini
audit going concern pada perusahaan public sektor manufaktur”, jurnal
bisnis dan akuntansi, vol 11, no. 3. desember 2009, hal. 155-173
Kurniati, Wiwik. “ Prediksi kebangkrutan, pertumbuhan dan reputasi KAP
terhadap opini audit going concern”, accounting analysis journal, 2012.
Masrica, Susi. “Analisis pengaruh debt default, opini audit sebelumnya, dan
pertumbuhan perusahaan terhadap potensi penerimaan opini audit”.
Skripsi, 2012
Mayangsari, sekar. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap
Pendapat Ahli: Sebuah Kuasieksprimen”, Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia Vol.6 No. 1. Januari 2003
Anisa Nurfitrianti, “BEI Catat 20 Perusahaan Yang Di Delisting Selama Periode
2009-2013” 2013. Sumber : http://wartaekonomi.co.id/berita19148/bei-
catat-20-perusahaan-yang-di-delisting-selama-periode-20092013.html
Nyoman Sri Werastuti, Desak. “Pengaruh auditor client tenure, debt default,
reputasi auditor, ukuran klien, dan kondisi keuangan terhadap kualitas
audit melalui opini audit going concern”, vokasi jurnal riset akuntansi, vol
2, no. 1. april 2013
Puspitasari, Leny & Cahyono, Dwi. “The influence of previous audit opinion
going concern, audit quality, and company factors to audit opinion going
concern”. Jurnal Universitas muhammadiyyah jember, 2011
Putri Alichia, Yashinta. “Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going
concern.” Universitas Negeri Padang, 2013
80
Ramadhany, Alexander. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
opini going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami
financial distress di Bursa Efek Jakarta.” Tesis. 2004
Sarwono, Jonathan. “Statistik Terapan Aplikasi untuk Riset Skripsi, Tesis dan
Disertasi”, penerbit Elex MedianKomputindo, Jakarta, 2012.
Solikhah, Badingatus & Kiswanto. “Pengaruh kondisi keuangan, pertumbuhan
dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern”,
jurnal dinamika akuntansi, vol, 2, no. 1. maret 2010, 56-64
Standar Profesi Akuntan Publik. “Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Entitas
dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya”. PSA No 30. 2001.
Ulkri Arma, Endra. “Pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan
perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.” Universitas
negri padang, 2013.
Uwi. Wordpress. “kasus Enron dan KAP Arthur Andersen”,
http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-
andersen./html
Venuti E.K, “The going concern assumption revisited assessing a company’s
future vialibility”. The CPA Journal, 74(5), 2007, 40-43
81
Lampiran 1
Data Sampel Perusahaan
No Kode
Perusahaan
Nama Perusahaan
1 ASII PT Astra International Tbk
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
3 BATA PT Sepatu Bata Tbk
4 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk
5 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk
6 CTBN PT Citra Tubindo Tbk
7 DLTA PT Delta Djakarta Tbk
8 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk
9 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
10 IGAR PT Kageo Igar Jaya Tbk
11 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
12 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
13 JPRS PT Jaya Pari Steel Industrial Tbk
14 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk
15 LPIN PT Multi Prima Sejahtera Tbk
sumber: Data diolah