59
PENGARUH MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017) Oleh DEVI PUTRI PERMATASARI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

PENGARUH MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP …digilib.unila.ac.id/25782/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Akademik dan Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu

  • Upload
    hoangtu

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH MODEL RECIPROCAL TEACHINGTERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 3

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017)

Oleh

DEVI PUTRI PERMATASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

ABSTRAK

PENGARUH MODEL RECIPROCAL TEACHINGTERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 3

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017)

Oleh

Devi Putri Permatasari

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model

reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3

Bandar Lampung tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi dalam 10 kelas.

Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII-F dan VIII-G yang ditentukan dengan

teknik purposive random sampling. Penelitian ini menggunakan desain pretest-

posttest control group design. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

diperoleh kesimpulan bahwa model reciprocal teaching berpengaruh terhadap

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kata kunci: komunikasi matematis, konvensional, reciprocal teaching

PENGARUH MODEL RECIPROCAL TEACHINGTERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 3

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017)

Oleh

Devi Putri Permatasari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 2 Juli 1994. Penulis

adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan dari Bapak Nuruji dan Alm. Ibu

Tuti Sudarti dan memiliki satu orang kakak bernama Nur Choirunnisa.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pembina, Boyolali

pada tahun 2000, pendidikan dasar di SD Negeri 8 Boyolali, Boyolali pada tahun

2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Boyolali, Boyolali pada

tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Teras, Boyolali pada

tahun 2012.

Melalui jalur Ujian Mandiri pada tahun 2012, penulis diterima di Universitas

Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Matematika, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukabajar,

Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2015. Selain itu,

penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Darussalam,

Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat yang terintegrasi dengan program KKN

tersebut.

MOTTO

Learn from the past, live for todayand plan for tomorrow

Do the best and pray.God will take care of the rest.

Persembahan

Segala puji bagi Allah SWT , Dzat Yang Maha SempurnaShalawat serta Salam Selalu Tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasihsayangku kepada:

Ibu dan Bapakku tercinta: Bu Muslikhah dan Pak Nuruji, yang telahmemberikan

kasih sayang, mendidik, selalu memberikan do’a, semangat, dan dukungansehingga anak mu ini yakin bahwa Allah SWT selalu

memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Kakakku (Nur Choirunnisa) sertaseluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya

kepadaku.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.

Semua sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segalakekuranganku, dari kalian aku belajar banyak hal dan memahami arti

ukhuwah.

Almamater universitas lampung tercinta.

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Reciprocal Teaching terhadap

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas

VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2016/2017)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skrripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Ibu (Alm. Tuti Sudarti) dan Bapak (Nuruji) tercinta, kakakku (Nur

Choirunnisa), Ibu keduaku (Muslikhah) serta seluruh keluarga besarku yang

selalu mendoakan yang terbaik, memberikan motivasi, semangat, dan

dukungan baik secara moril dan materil kepadaku.

2. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing

Akademik dan Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu

untuk membimbing, memberi perhatian, mptivasi, semangat, serta kritik dan

saran yang membangun kepada penulis selama menempuh pendidikan di

perguruan tinggi dan dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi

lebih baik.

iii

3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan

pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang

membangun kepada penulis selama selama selama menempuh pendidikan di

perguruan tinggi dan dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi

lebih baik.

4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd, selaku pembahas yang telah memberikan

masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi

ini selesai dan menjadi lebih baik.

5. Bapak Dr. Hanindha Bharata, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan serta nasehat

kepada penulis.

7. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku dekan FKIP Universitas

Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Mutiarini, S.Pd, selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam

penelitian.

9. Ibu Kepala SMP Negeri 3 Bandar Lmpung beserta guru-guru, staf, dan

karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

10. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2016/2017, khususnya siswa kelas VIII-F dan VIII-G atas perhatian dan

kerjasama yang terjalin.

iv

11. Saudara terdekatku yang selalu kusayangi : Anita Wahyu Sugiarti, Sos,

Yuliana, S.Pd yang sudah mendahuluiku mendapatkan gelar sarjana dan

Cahya Kurnia Antari yang masih berjuang bersamaku untuk mendapatkan

gelar sarjana, mereka yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, dan

nasehat selama ini.

12. Orang yang sangat spesial Willy Setiawan yang selalu membantu, menemani,

memberikan semangat, motivasi dan nasehat selama ini.

13. Sahabat klasik yang ku sayangi: Kuun Najib (Muhammad Najib Baharsyah),

Iyaan (Septian Mahendra) , Burhan Yusuf, Astrid, Tenny, Caraka, Titik Puji

Lestari, Rizky Amalia, Tutut Setyawati, terima kasih selalu memberikan

dukungan.

14. Sahabat-sahabatku tercinta: Arum Dahlia Mufidah, Erma Widihastuti,

Zulfitriani, Muli (Tika Rahayu), Emak (Aulia Eka Alzianina), Ella Ulfiana,

Cak Di (Dian Sastri Utami), tante (Titis Aiyudiya), Maya Andani, Icha

(Meliza Nopia), umi (Yuli Syartika), yang selama ini memberiku semangat

dan selalu menemani saat suka dan duka.

15. Sepupuku yang ku sayangi: Mas Yugo, Mas Saddam, Ma’ruf Darmawan,

Firman Firdaus, Realitas siwi, Yogia, Tyas, Hestika, Cici yang selalu

memberikan motivasi, semangat dan dukungan.

16. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2012 Pendidikan Matematika.

17. Kakak-kakakku angkatan 2009, 2010, 2011 serta adik-adikku angkatan 2013,

2014, 2015 terimakasih atas kebersamaannya.

18. Sahabat-sahabat KKN di Desa Suka Banjar, Kecamatan Ngambur, Kabupaten

Pesisir Barat Barat dan PPL di MTs Darussalam: Deviana, Eva Haryani,

v

Livindita, Yuni Siti Mardiani, Chintia Elisya, Anisa Wicita, David Sura

Wijaya, Muhammad Alimi, Muhammad Reza atas kebersamaannya selama

kurang lebih dua bulan penuh makna dan kenangan.

19. Pak Mariman dan Pak Liyanto, penjaga gedung G, terima kasih atas bantuan

dan perhatiannya selama ini.

20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada

penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga

skripsi ini bermanfaat.

Bandarlampung, Februari 2017Penulis

Devi Putri Permatasari

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .............................. 7

A. Tinjauan Pustaka ..................................................... ............................... 7

1. Kemampuan Komunikasi Matematis .................................................. 7

2. Model Reciprocal Teaching ............................................................... 11

B. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 16

C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 19

D. Hipotesis Penelitian................................................................................. 19

1. Hipotesis Umum ............................................................................... 19

2. Hipotesis Khusus ............................................................................... 20

vii

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 21

A.Populasi dan Sampel ................................................................................ 21

B.Desain Penelitian ...................................................................................... 22

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 23

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 23

E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 24

F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 37

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 37

B. Pembahasan ............................................................................................. 42

V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 47

A. Simpulan ................................................................................................. 47

B. Saran ........................................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Tengah Semester ............................................ 21

Tabel 3.2 Desain Penelitian .............................................................................. 22

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ....... 25

Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Reliabilitas ......................................................... 27

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 29

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 30

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ...................................................... 31

Tabel 3.8 Interpretasi Hasil Perhitungan Gain ................................................. 32

Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan

Komunikasi Matematis .................................................................... 34

Tabel 3.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Gain ................................... 35

Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa .......... 37

Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ......... 38

Tabel 4.3 Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ................... 39

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kemampuan

Komunikasi Matematis .................................................................... 40

Tabel 4.5 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ............ 41

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran................................................................. 54

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kelas Eksperimen...................................................................... 68

Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ....... 90

Lampiran A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ............................................... 104

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......... 166

Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......................... 168

Lampiran B.3 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis .................................................................................. 170

Lampiran B.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis .................................................................................. 174

Lampiran B.5 Form Penilaian Validitas ........................................................... 175

Lampiran B.6 Surat Keterangan Validitas ....................................................... 177

Lampiran C.1 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada

Kelas Uji Coba .......................................................................... 179

Lampiran C.2 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa pada Kelas Uji Coba ..................................... 180

Lampiran C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Hasil

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada

Kelas Uji Coba .......................................................................... 181

Lampiran C.4 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelas Eksperimen...................................................................... 182

x

Lampiran C.5 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelas Kontrol ............................................................................ 186

Lampiran C.6 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelas Eksperimen...................................................................... 190

Lampiran C.7 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Kelas Kontrol ............................................................................ 191

Lampiran C.8 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 192

Lampiran C.9 Uji Normalitas Data Gain Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 195

Lampiran C.10 Uji Homogenitas Varians Gain antara Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ..................................................................... 198

Lampiran C.11 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Peningkatan

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ............................. 200

Lampiran C.12 Analisis Indikator Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 203

Lampiran C.13 Analisis Indikator Tes Kemampuan Awal

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 206

Lampiran C.14 Analisis Indikator Tes Kemampuan Akhir

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 209

Lampiran C.15 Analisis Indikator Tes Kemampuan Akhir

Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 212

Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian .................................................................. 216

Lampiran D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 217

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring berjalannya perkembangan zaman, manusia dituntut untuk terus ber-

kembang demi melangsungkan kehidupannya. Salah satu faktor yang berperan

bagi manusia untuk berkembang adalah pendidikan. Pendidikan yang diseleng-

garakan dengan baik akan menciptakan generasi-generasi yang berkualitas

sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman.

Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang terarah dengan tujuan untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan Undang-Undang

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003)

menyatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dannegara.

Berdasarkan Pasal 13 ayat 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional tertera bahwa jalur pendidikan di Indonesia terdiri

dari tiga macam, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan

informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan ber-

2

jenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi.

Salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari dalam pendidikan formal adalah

pelajaran matematika. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal untuk

dapat berfikir logis, analitis, kritis, kreatif dan sistematis. Dengan dibekali ber-

pikir seperti itu, maka generasi-generasi penerus akan lebih mudah untuk

menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang akan terus maju.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Badan Nasional Standar

Pendidikan (BNSP) (2006: 30) adalah agar siswa memiliki keterampilan

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah atau dapat pula disebut sebagai kemampuan

komunikasi matematis. Dengan demikian, jelas bahwa kemampuan komunikasi

matematis siswa merupakan aspek penting yang harus dikembangkan dalam diri

siswa.

Maulana (2008: 44) menyatakan bahwa komunikasi matematis adalah cara untuk

mengekspresikan ide dan proses matematika, baik secara lisan maupun tertulis.

Komunikasi matematis secara lisan adalah cara mengungkapkan atau menyatakan

ide matematis secara langsung, sedangkan komunikasi matematis secara tertulis

adalah cara mengungkapkan atau menyatakan ide matematis melalui tulisan.

Melalui komunikasi, ide-ide matematis dan cara berfikir siswa dapat tersam-

paikan. Jelaslah bahwa kemampuan komunikasi matematis sangat penting dimi-

liki setiap siswa karena dengan adanya kemampuan komunikasi matematis siswa

mampu secara lisan maupun tertulis mengkomunikasikan gagasan/ide matematis

3

dengan simbol, tabel, grafik/diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah

yang dihadapi.

Berdasarkan hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA)

di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada

tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65

negara dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca, dan sains (OECD,

2013:19). Skor kemampuan matematika adalah 375 dengan skor rata-rata

kemampuan matematika dunia adalah 494. Literasi matematika pada PISA

tersebut fokus kepada kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan,

dan menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan

menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi.

Kemampuan-kemampuan tersebut erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi

matematis siswa. Dengan demikian data-data tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia masih tergolong rendah.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga dialami siswa di SMP

Negeri 3 Bandar Lampung yang mempunyai karakteristik yang sama dengan

sebagian besar SMP di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Berdasarkan

hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di SMPN 3 Bandar

Lampung, secara umum kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

Hal ini ditunjukkan dari kemampuan siswa menyatakan ide-ide matematis melalui

tulisan, seperti penulisan simbol-simbol matematika yang masih sering salah.

Ketika guru menjelaskan materi, siswa cenderung diam dan hanya mendengarkan

penjelasan guru. Banyak siswa yang tidak berani bertanya apabila ada yang

4

belum dipahami dan ketika diberi pertanyaan oleh guru siswa kurang berani untuk

menjawab, hal ini membuat kemampuan komunikasi matematis siswa kurang

berkembang. Upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi

dan saling berkomunikasi dengan siswa lain. Pembelajaran yang dapat

memberikan kesempatan siswa untuk berkomunikasi dengan siswa lain dapat

dilakukan dengam membentuk kelompok diskusi. Dengan berkelompok, siswa

dapat saling berdiskusi, berpikir dan memecahkan masalah bersama-sama.

Model reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran dimana

peserta didik membentuk kelompok untuk berdiskusi. Model reciprocal teaching

menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu: mengklarifikasi atau

menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, memprediksikan

jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik, menyusun

pertanyaan dan menyelesaikannya, kemudian menyimpulkan bahan ajar.

Manfaatnya adalah agar peserta didik dapat aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil

pekerjaannya secara mandiri dengan baik. Dalam model reciprocal teaching ini

peserta didik berkesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan

peserta didik lainnya secara terbuka dibawah bimbingan guru sehingga siswa

terpacu untuk menguasai materi pembelajaran dan kemampuan komunikasi

matematisnya dapat berkembang. Hal ini diperkuat dengan pendapat Trianto

(2009: 96) model reciprocal teaching dikembangkan terutama untuk membantu

guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerjasama untuk

mengajarkan pemahaman bacaan materi pelajaran secara mandiri di kelas.

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah “Apakah penerapan model reciprocal teaching berpengaruh terhadap

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 3

Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model

reciprocal teaching dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran

2016/2017.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pem-

belajaran matematika yang terkait dengan model reciprocal teaching dan

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Model reciprocal teaching diharapkan dapat dijadikan model pembelajaran

alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa

serta dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan kajian bagi peneliti

lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai model pembelajaran tersebut.

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan seseorang untuk

menyatakan dan memahami ide matematis dengan menggunakan kosakata,

notasi dan struktur matematika secara lisan maupun tertulis.

2. Model reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang mengajarkan

siswa mengklarifikasi (Clarifying), memprediksi (Predicting), membuat

pertanyaan (Queeestioning), dan merangkum (Summarizing) yang dilakukan

secara berkelompok agar siswa dapat memahami suatu materi pelajaran dengan

baik.

3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang selama

ini digunakan di sekolah yang diteliti, yaitu guru sebagai pemberi informasi

tunggal, sedangkan kegiatan siswa memperhatikan, mendengarkan, mencatat,

dan mengerjakan tugas.

4. Pengaruh merupakan suatu daya atau tindakan yang dapat membentuk atau

mengubah sesuatu yang lain. Dalam penelitian ini, model reciprocal teaching

dikatakan berpengaruh jika peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang pembelajarannya menggunakan model reciprocal teaching lebih

tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi matematis merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki siswa

dalam proses pembelajaran matematika. Menurut NCTM (National Council of

Teachers of Mathematics) (2000: 268) komunikasi merupakan suatu tantangan

bagi siswa di kelas untuk mampu berpikir dan bernalar tentang matematika yang

merupakan sarana pokok dalam mengekspresikan hasil pemikiran siswa baik

secara lisan maupun tertulis. Mahmudi (2006: 4) menyatakan bahwa proses

komunikasi dapat membantu siswa membangun pemahaman terhadap ide-ide

matematika dan membuatnya mudah dipahami. Dengan kemampuan komunikasi

matematis diharapkan siswa mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan,

dan mendengar sehingga membawa siswa pada pemahaman yang mendalam

tentang matematika.

Ziebarth dalam Hulukati (2005: 15) mengemukakan bahwa komunikasi matematis

adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara untuk

memecahkan suatu masalah, kemampuan siswa mengkonstruksi dan menjelaskan

sajian dalam fenomena dunia nyata secara grafik, kata-kata/kalimat, persamaan,

tabel, dan sajian secara fisik atau kemampuan siswa memberikan dugaan tentang

8

gambar-gambar geometri. Dengan berkomunikasi siswa dapat meningkatkan

kosa kata, mengembangkan kemampuan berbicara, menulis ide-ide secara

sistematis, dan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik.

Menurut NCTM (2000: 60) komunikasi dalam matematika merupakan suatu cara

untuk berbagi ide/gagasan dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi,

gagasan dapat digambarkan, diperbaiki, didiskusikan dan dikembangkan.

Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

siswa dalam menyampaikan suatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog

atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan

pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari

siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah.

Di sisi lain, Greenes dan Schulman dalam Umar (2012: 2) menyatakan bahwa

komunikasi matematis merupakan (1) kekuatan central bagi siswa dalam meru-

muskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa ter-

hadap pendekatan dan penyelesaian persoalan matematik, (3) wadah bagi siswa

dalam berkomunikasi dengan temanya untuk memperoleh informasi, tempat untuk

berpendapat atau mengungkapkan gagasannya, menilai dan memperkuat ide untuk

meyakinkan orang lain.

Suderadjat (2004: 44) berpendapat bahwa komunikasi matematis memegang

peran penting dalam membantu siswa membangun hubungan antara aspek-aspek

informal dan intuitif dengan bahasa matematika yang abstrak yang terdiri atas

simbol-simbol matematika antara uraian dengan gambaran mental dari gagasan

matematika. Selain itu, kemampuan pemahaman matematis erat kaitannya

9

dengan kemampuan komunikasi matematis. Siswa yang mempunyai kemampuan

pemahaman matematis seharusnya bisa mengomunikasikannya sehingga kemam-

puan bisa dipahami orang lain. Dengan adanya kemampuan komunikasi mate-

matis siswa juga bisa memanfaatkan konsep-konsep matematika yang sudah

dipahami orang lain. Dengan mengomunikasikan ide ide matematisnya kepada

orang lain, seseorang bisa meningkatkan pemahaman matematisnya. Secara

umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencangkup kemampuan

menulis, membaca, diskusi, dan wancana. Tanpa adanya komunikasi dalam mate-

matika kita akan memiliki sedikit informasi dan data tentang pemahaman siswa

dalam menyelesaiakan persoalam matematika.

Adapun karakteristik komunikasi matematis setingkat SMP menurut Depdiknas

(2004: 6), meliputi:

1. Membuat model dari suatu melalui lisan, tulisan, benda-benda yang nyata,

grafik, dan metode-metode aljabar.

2. Menyusun kembali dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika.

3. Mengembangkan pemahaman dasar matematika termasuk aturan-aturan

definisi matematika.

4. Menggunakan kemampuan membaca, menyimak, dan mengamati untuk

menginterpretasi dan mengevaluasi suatu ide matematika.

5. Mendiskusikan ide-ide, membuat konjektur/prediksi, menyusun argumen,

merumuskan definisi dan generalisasi.

6. Mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematis termasuk aturan-

aturannya dalam mengembakan ide matematika.

10

Ansari (2004: 83) menyebutkan indikator untuk mengukur kemampuan

komunikasi matematis siswa terbagi dalam tiga kelompok, yaitu

(1) Menggambar/drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambardan diagram ke dalam ide-ide matematika. Atau sebaliknya, dari ide-idematematika ke dalam bentuk gambar atau diagram; (2) Ekspresimatematika/mathematical expression, yaitu mengekspresikan konsepmatematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atausimbol matematika; (3) Menulis/written texts, yaitu memberikan jawabandengan menggunakan bahasa sendiri, membuat model situasi atau persoalanmenggunakan bahasa lisan, tulisan, grafik, dan aljabar, menjelaskan, danmembuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari,mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuatkonjektur, menyusun argumen, dan generalisasi.

Sedangkan menurut Sumarmo (2010: 14) menyatakan bahwa kegiatan yang

tergolong dalam kemampuan komunikasi matematis diataranya.

1. Menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide atau model

matematik.

2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis, secara lisan dan tulisan dengan

benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis.

5. Mengungkapkan kembali suatu uraian matematika dengan mengunakan bahasa

sendiri secara tertulis.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan dan memahami

ide matematis dengan menggunakan kosakata, notasi dan struktur matematika

secara lisan maupun tertulis. Kemampuan komunikasi dapat dikembangkan

dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan diskusi kelompok. Upaya

11

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilakukan

dengan memahami definisi dari suatu istilah matematika serta menggunakan

simbol/notasi matematika secara tepat, memahami permasalahan matematika

maupun pernyataan/pendapat matematika, dan melatih siswa untuk menyelesaikan

permasalahan matematika yang menyangkut persoalan dalam kehidupan sehari-

hari.

Dalam penelitian ini, indikator kemampuan komunikasi matematis siswa yang

digunakan sebagai berikut.

a. Kemampuan menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah

menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar.

b. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis, menjelaskan ide, solusi dan

relasi matematika secara tertulis.

c. Kemampuan menggunakan bahasa matematika dan notasi-notasi matematika

untuk menyajikan ide secara tepat.

2. Model Reciprocal Teaching

Reciprocal teaching menurut Ann Brown dalam Haryadi (2014: 887) pada

prinsipnya adalah siswa mempelajari materi secara mandiri, kemudian siswa

menyampaikan materi seperti saat guru mengajarkan materi tersebut. Model pem-

belajaran berbalik memiliki tujuan agar siswa mampu belajar mandiri dan siswa

mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain. Menurut Palinscar dan Brown

dalam Haryadi (2014: 887) ada empat strategi pemahaman dari model reciprocal

teaching yaitu summarising (merangkum dan menyimpulkan), questioning

(menyusun pertanyaan), clarifying (menjelaskan) dan predicting (memprediksi).

12

Selain itu Trianto (2009: 173) mendefinisikan bahwa reciprocal teaching

merupakan suatu pendekatan konstruktivis akan strategi-strategi belajar siswa

yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan dimana

strategi-strategi kognitif diajarkan melalui pengajaran langsung oleh guru untuk

memperbaiki kinerja membaca siswa yang membaca pemahamannya rendah.

Strategi kognitif adalah suatu strategi yang membutuhkan keterampilan berpikir

siswa.

Alur model reciprocal teaching dalam Pratiwi dan Widayati (2012: 139)

pembelajaran adalah seperti gambar di bawah ini.

Dari skema pada gambar di atas dapat diketahui bahwa tahap-tahap model

reciprocal teaching dapat diubah alurnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai. Seperti Palincsar yang menggunakan alur summarizing –

questioning – clarifying – predicting yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa

Inggris, sedangkan Garderen memodifikasi alur reciprocal reaching menjadi

clarifying – predicting – questioning – summarizing untuk diaplikasikan dalam

pelajaran matematika. Pada penelitian ini alur pembelajaran yang digunakan

13

adalah alur menurut Garderen yaitu clarifying, predicting, questioning, kemudian

summarizing.

Adapun penjelasan mengenai empat komponen di atas menurut Garderen (2004:

227) adalah sebagai berikut.

a) Mengklarifikasi (Clarifying)

Siswa diwajibkan membaca materi pembelajaran kemudian mengklarifikasi/

menjelaskan kata-kata atau kalimat-kalimat yang masih asing/ tidak familiar.

Siswa yang bertugas sebagai pemimpin klarifikasi/ clarifier ini memimpin dan

membimbing teman sekelompoknya dalam mengklarifikasi suatu materi serta

bertanggung jawab selama diskusi klarifikasi berlangsung.

b) Memprediksi (Predicting)

Pada tahap ini, siswa diajak untuk memprediksi jawaban suatu soal yang

berkaitan dengan hubungan antara konsep pembelajaran satu dengan konsep

pembelajaran yang lain. Hubungan antar konsep pembelajaran tersebut dapat

berupa hubungan antara konsep yang telah dipelajari dengan konsep yang

sedang dipelajari maupun hubungan antar konsep pada materi yang sedang

dipelajari berupa soal yang diberikan oleh guru. Siswa yang bertugas sebagai

pemimpin prediksi/ predictor ini memimpin dan membimbing teman se-

kelompoknya dalam memprediksi suatu materi serta bertanggung jawab selama

diskusi prediksi berlangsung.

c) Membuat pertanyaan (Queestioning)

Strategi bertanya digunakan untuk membantu memonitor dan mengevaluasi

sejauh mana pemahaman siswa terhadap bahan materi pelajaran. Siswa mem-

buat pertanyaan sendiri untuk memastikan bahwa mereka dapat memberikan

14

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka dengan baik. Siswa yang bertugas

sebagai pemimpin pertanyaan/ queestioner ini bertugas untuk memimpin dan

membimbing teman sekelompoknya dalam membuat dan menyelesaikan soal

serta bertanggung jawab selama diskusi Queestioning.

d) Merangkum (Summarizing)

Strategi merangkum ini bertujuan untuk menentukan intisari dari teks bacaan,

memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan

informasi yang paling penting dalam teks. Dalam strategi ini, siswa diminta

membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari. Siswa yang bertugas

sebagai pemimpin merangkum/ summarizer mempimpin serta membimbing

teman sekelompoknya dalam kegiatan merangkum dan bertanggung jawab

selama diskusi Summarizing.

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model reciprocal teaching

menurut Garderen (2004: 228) sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan apersepsi, tujuan, dan memotivasi siswa.

2. Guru memberikan informasi dan alur pembelajaran reciprocal teaching.

3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-

masing kelompok berjumlah 4-5 orang.

4. Guru membagikan seperangkat kartu reciprocal teaching (clarifier’s card,

predictor’s card, questioner’s card, dan summarizer’s card); Lembar Kerja

Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok.

5. Kelompok yang telah mendapatkan empat kartu maka setiap anggota ke-

lompoknya memilih sebuah kartu secara acak sebagai kartu pemimpin

diskusi.

15

6. Setelah masing-masing siswa mendapatkan sebuah kartu, siswa berdiskusi

secara berkelompok dengan melakukan empat tahap diskusi, yaitu diskusi

clarifying, diskusi predicting, diskusi questioning, dan diskusi summarizing

dengan pimpinan teman sekelompok (sesuai dengan kartu yang diterima)

untuk menyelesaikan LKK dengan berpedoman pada materi yang diberikan

oleh guru.

7. Guru berkeliling kelas sembari memeriksa hasil pekerjaan kelompok dan

keaktifan siswa dalam berdiskusi dengan menerapkan empat strategi tersebut.

8. Guru meminta salah satu kelompok siswa sebagai perwakilan presentasi un-

tuk menjelaskan atau menyajikan hasil diskusinya (presentasi) di depan kelas.

9. Dengan metode tanya jawab, guru mengevaluasi kembali penyajian/

presentasi hasil diskusi siswa untuk melihat pemahaman siswa lain.

10. Guru melakukan evaluasi diri/ refleksi untuk mengamati kerberhasilan

pembelajaran dengan model reciprocal teaching yang telah dilakukan.

Wahab (2007 :113) mengungkapkan bahwa kelebihan reciprocal teaching yaitu :

a. Membuat kreativitas siswa lebih berkembang.

b. Terjalinnya kerja sama antar siswa.

c. Mengembangkan bakat siswa dalam berbicara di depan kelas.

d. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.

e. Mengembangkan keberanian siswa dalam berpendapat dan berbicara di depan

kelas.

f. Melatih siswa untuk menganalisa dan mengambil kesimpulan suatu

permasalahan matematika.

16

g. Menumbuhkan sikap menghargai kepada guru karena siswa akan meraskan

bagaimana perasaan guru ketika pembelajaran.

h. Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak.

Kelemahan reciprocal teaching menurut Wahab (2007 :113) yaitu:

a. Kurangnya kesungguhan siswa yang berperan sebagai guru menyebabkan

tujuan tidak tercapai.

b. Siswa yang tidak berperan sebagai guru sering menertawakan tingkah laku

siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana.

c. Kebanyakan siswa hanya memperhatikan temannya yang menjadi guru dan

tidak memperhatikan pelajaran membuat kesimpulan akhir sulit tercapai.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam model reciprocal

teaching menerapkan empat strategi kognitif, yaitu mengklarifikasi (clarifying)

memprediksi (predicting), membuat pertanyaan (questioning), dan merangkum

(summarizing) yang menekankan kerjasama antar siswa dalam kelompok kecil

ataupun antara guru dengan siswa dalam kelompok besar yang bertujuan agar

siswa memahami mateti pembelajaran dengan baik.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model reciprocal teaching

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dalam penelitian

ini variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan reciprocal teaching yang di-

terapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas

kontrol, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis

siswa.

17

Model reciprocal teaching merupakan strategi pembelajaran yang menerapkan

empat strategi kognitif, yaitu : clarifying, predicting, questioning, dan

summarizing yang menekankan kerjasama antar siswa dalam kelompok kecil

ataupun antara guru dengan siswa dalam kelompok besar yang bertujuan untuk

memahami suatu materi pembelajaran dengan baik.

Strategi kognitif pada model reciprocal teaching yang pertama adalah

klarifikasi/clarifying. Pada tahap ini siswa diberikan bahan bacaan berupa materi

yang akan dipelajari, kemudian siswa berdiskusi untuk menglarifikasi atau

menjawab pertanyaan yang berada pada LKK yang berkaitan dengan materi

tersebut. Tujuan dari menglarifikasi ini adalah agar siswa dapat memahami

istilah-istilah dalam materi pelajaran. Pada tahap ini dapat mendorong siswa

untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun kembali dan

membuat klarifikasi tentang ide-ide matematis melalui tulisan.

Strategi yang kedua adalah prediksi/predicting. Pada tahap ini siswa diajak untuk

memprediksi jawaban suatu soal yang berkaitan dengan hubungan antara konsep

pembelajaran satu dengan konsep pembelajaran yang lain. Hubungan antar

konsep pembelajaran tersebut dapat berupa hubungan antara konsep yang telah

dipelajari dengan konsep yang sedang dipelajari maupun hubungan antar konsep

pada materi yang sedang dipelajari berupa soal yang diberikan oleh guru. Pada

tahap ini dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan

mengekspresikan ide-ide matematis secara lisan, tertulis, dan men-

demonstrasikannya.

18

Strategi yang ketiga adalah membuat pertanyaan/queestioning. Pada tahap ini

siswa secara berkelompok membuat pertanyaan sendiri untuk memastikan bahwa

mereka dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mereka dengan baik. Tahap

ini digunakan untuk membantu memonitor dan mengevaluasi sejauh mana

pemahaman siswa terhadap bahan materi pelajaran. Pada tahap ini dapat

mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan

istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk me-

nyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model situasi. Selain

itu mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman dasar matematika

termasuk aturan-aturan definisi matematika.

Strategi yang keempat adalah merangkum/summarizing. Strategi merangkum ini

bertujuan untuk menentukan intisari dari teks bacaan, memberikan kesempatan

untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan informasi yang paling penting

dalam teks. Dalam strategi ini, siswa diminta membuat rangkuman dari materi

yang telah dipelajari. Pada tahap ini dapat mendorong siswa untuk mengem-

bangkan kemampuan siswa dalam membaca, menyimak, memahami, meng-

interpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis melalui tulisan.

Berbeda dengan pembelajaran matematika yang menggunakan model reciprocal

teaching, pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran konven-

sional tidak menuntut siswa belajar lebih aktif. Pembelajaran ini berpusat pada

guru sebagai pemberi informasi, sehingga siswa hanya pasif dan mendengarkan

materi pelajaran. Dalam pembelajaran konvensional, guru menggunakan metode

19

ceramah, diskusi dan tanya jawab, dengan demikian kemampuan komunikasi

matematis siswa kurang berkembang.

Berdasarkan tahapan-tahapan dalam model reciprocal teaching tersebut, dapat

memungkinkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model

reciprocal teaching akan lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pem-

belajaran konvensional. Dengan demikian penerapan model reciprocal teaching

dapat berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Semua siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2016/2017 telah memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan

kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa

selain model pembelajaran dikontrol agar pengaruhnya kecil sehingga dapat

diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Umum

Model reciprocal teaching berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa.

20

2. Hipotesis Khusus

Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada model reciprocal

teaching lebih tinggi dari pada pembelajaran konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Bandar Lampung yang berlokasi di

Jl. Basuki Rahmat No. 23 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung yang terdiri dari 10

kelas yaitu kelas VIII-A sampai kelas VIII-J tahun pelajaran 2016/2017.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Random

Sampling. Teknik pengambilan sampel tersebut melalui pertimbangan bahwa ke-

las yang dipilih adalah kelas yang pelajaran matematikanya diasuh oleh guru yang

sama sehingga memiliki pengalaman belajar sama. Selain itu, kemampuan setiap

kelas yang diambil sebagai sampel penelitian adalah kelas-kelas dengan rata-rata

nilai matematika relatif sama. Berdasarkan penelitian pendahuluan, disajikan

hasil rata-rata nilai Ujian Tengah Semester Ganjil kelas VIII-F sampai kelas VIII-

J SMP Negeri 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2016/2017.

Tabel 3.1 Rata-Rata Nilai Ujian Tengah Semester (UTS)

No Kelas Banyak Siswa Rata-rata1 VIII-F 30 66,562 VIII-G 30 67,623 VIII-H 31 61,664 VIII-I 30 58,505 VIII-J 29 51,22

22

Berdasarkan rata-rata nilai UTS, maka terpilih kelas VIII-F dan kelas VIII-G.

Dari kedua kelas tersebut dipilih secara acak untuk menentukan kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Berdasarkan teknik pengambilan sampel, maka terpilih kelas

VIII-G sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 30 siswa dan kelas VIII-F

sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 30 siswa.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain

yang digunakan adalah pretest–posttest control group design. pemberian pretest

dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi matematis siswa,

sedangkan pemberian posttest dilakukan untuk memperoleh data penelitian berupa

kemampuan komunikasi matematis siswa. Pada kelas eksperimen dilakukan

reciprocal teaching dan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran konvensional.

Desain penelitian tersebut digambarkan seperti yang diungkapkan oleh Fraenkel

dan Wallen (1993: 248) sebagai berikut:

Tabel 3.2. Pretest – Posttest Kontrol Desain

KelompokPerlakuan

Pretest Pembelajaran PosttestE Y1 X Y2

K Y1 C Y2

Keterangan:E : kelas eksperimenK : kelas kontrolY1 : kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum diberikan perlakuanY2 : kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberikan perlakuanX : model reciprocal teachingC : model pembelajaran Konvensional

23

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi matematis siswa

yang diperoleh dari skor pretest, skor posttest dan skor gain (peningkatan) berupa

data kuantitatif. Untuk mengumpulkan data kemampuan komunikasi matematis

siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan teknik tes.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan observasi untuk mengetahui populasi dan cara mengajar guru

selama pembelajaran.

b. Menentukan sampel penelitian.

c. Menyusun proposal penelitian.

d. Membuat perangkat pembelajaran untuk kelas eksperimen dengan

menggunakan model reciprocal teaching dan untuk kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran konvensional.

e. Membuat instrumen penelitian berupa tes kemampuan komunikasi

matematis .

f. Melakukan validasi dan uji coba instrumen penelitian.

g. Melakukan perbaikan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest kemampuan komunikasi matematis pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol sebelum mendapat perlakuan.

24

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal

teaching untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional

untuk kelas kontrol.

c. Melakukan posttest kemampuan komunikasi matematis pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol setelah mendapat perlakuan.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa dari

masing-masing kelas.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian untuk menjawab rumusan

masalah dan kemudian disimpulkan.

c. Menyusun laporan penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa

soal uraian yang mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Instrumen

pretest dan posttest masing-masing terdiri dari 4 (empat) soal. Setiap soal me-

miliki satu atau lebih indikator kemampuan komunikasi matematis. Soal tes yang

diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk pretest dan posttest

adalah sama. Sebelum penyusunan tes kemampuan komunikasi matematis,

terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan

indikator kemampuan komunikasi matematis beserta penyelesaian dan aturan

penskorannya. Adapun pedoman penyekoran tes kemampuan komunikasi

disajikan pada Tabel 3.3.

25

Tabel 3.3.Pedoman Penskoran Tes KemampuanKomunikasi

Skor Menggambar(Drawing)

Ekspresi Matematika(Mathematical Expression)

Menulis(Written Texts)

0Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidakmemamhami konsep sehingga informasi yang diberikan tidakmemiliki arti.

1 Hanya sedikit darigambar, tabel, dandiagram atau ide-ide dari gambar,tabel dan diagramdiagram yang benar

Hanya sedikit dariistilah-istilah, notasi-notasimatematika yang benar

Hanya sedikit daripenjelasan yangbenar

2 Menyatakan ide-ide matematika daribentuk gambarkurang lengkapatau membuatgambar, diagram,atau tabel dari ide-ide matematikanamun kuranglengkap

Menggunakan istilah-istilah,notasi-notasi matematikadan struktur-strukturnyauntuk menyajikan ide,namun salah dalammenggambarkan hubungan-hubungan dan model-modelsituasi

Penjelasan secaramatematis masukakal namun hanyasebagian yanglengkap dan benar

3 Menyatakangambar ataudiagram ke dalamide-ide matematikaatau sebaliknya,dari ide-idematematika kedalam bentukgambar ataudiagram

Menggunakan istilah-istilah,notasi-notasi matematikadan struktur-strukturnyauntuk menyajikan ide,menggambarkan hubungan-hubungan dan model-modelsituasi

Penjelasan secaramatematis tidaktersusun secaralogis atau terdapatsedikitkesalahan bahasa

4 - - Penjelasan secaramatematis masukakal dan jelasserta tersusunsecara sistematis

SkorMaks

3 3 4

(Diadaptasi dari: NCTM, 1989)

26

Penyusunan instrumen tes dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan.

b. Menentukan tipe soal.

c. Menentukan jumlah butir soal.

d. Menentukan waktu pengerjaan soal.

e. Membuat petunjuk mengerjakan soal.

f. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator kemampuan komunikasi

matematis. (dapat dilihat pada Lampiran B.1)

g. Membuat soal tes. (dapat dilihat pada Lampiran B.2)

h. Membuat kunci jawaban berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. (dapat dilihat

pada Lampiran B.3)

i. Melakukan penilaian terhadap soal tes berdasarkan pedoman penskoran.

j. Melakukan uji validitas instrumen.

k. Mengujicobakan instrumen.

l. Menganalisis reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran.

m. Merevisi item soal yang tidak memenuhi kriteria soal yang dipakai berdasarkan

analisis yang sudah dilakukan.

Sebagai upaya untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik yaitu

memenuhi persyaratan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda. Setelah dilakukan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan

daya pembeda soal tes kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh

rekapitulasi hasil tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.4

27

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

NoSoal

Validitas Reliabilitas TingkatKesukaran

DayaPembeda

Kesimpulan

1a

Valid

0,81(Reliabilitas

SangatTinggi)

0,79 (Mudah)0,31

(Cukup)Dipakai

1b 0,60 (Sedang)0,25

(Cukup)Dipakai

2 0,41 (Sedang)0,28

(Cukup)Dipakai

3 0,36 (Sedang)0,24

(Cukup)Dipakai

4a 0,17 (Sukar)0,35

(Cukup)Dipakai

4b 0,32 (Sedang)0,39

(Cukup)Dipakai

a. Validitas Tes

Validitas instrumen dalam penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Validitas

isi dari instrumen tes kemampuan komunikasi matematis ini dapat diketahui

dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan

komunikasi matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen

pembimbing dan guru mitra mata pelajaran matematika kelas VIII, dengan asumsi

bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar

Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes

ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika.

Suatu tes yang dikategorikan valid jika butir-butir soal tes sesuai dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar dan indikator kemampuan komunikasi matematis.

Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan

kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan bahasa siswa dilakukan

28

dengan menggunakan daftar check list (√) oleh guru mitra yang dapat dilihat pada

Lampiran B.5

Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan telah

memenuhi validitas isi (Lampiran B5 dan B6). Setelah instrumen tes dinyatakan

valid, maka dilakukan uji coba pada siswa di luar sampel penelitian yang telah

menempuh materi persamaan garis lurus dan sistem persamaan linier dua variabel

yaitu siswa kelas IX-F di SMPN 3 Bandar lampung. Uji coba soal tersebut

dilaksanakan sebelum melakukan penelitian. Data yang diperoleh dari hasil uji

coba diolah dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 untuk

mengetahui reliabilitas, daya pembeda butir soal, dan tingkat kesukaran butir soal.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu instrumen dika-

takan mempunyai indeks reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai

hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak dituju. Uji reliabilitas

yang digunakan yaitu metode Alpha Cronbach menurut Arikunto (2013 : 122)

dengan rumus sebagai berikut:

r = 1 − ∑ σσ

dimana: σ = ∑ − ∑Keterangan:

= reliabilitas yang dicarin = banyaknya butir soal∑ = jumlah dari varians skor tiap butir soal

= varians total= jumlah responden∑ = jumlah semua data∑ = jumlah kuadrat semua data

29

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan harus memiliki koefisien

reliabilitas minimal sedang. Koefisien reliabilitas yang telah dihitung diinter-

pretasikan seperti terlihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Interprestasi Reliabilitas

Kofisien reliabilitas Interpretasi

r11≤0,20 Sangat rendah

0,20<r11≤0,40 Rendah

0,40<r11≤0,60 Sedang

0,60<r11≤0,80 Tinggi

0,80<r11≤1,00 Sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes yang disajikan pada Tabel

3.4, dapat dilihat bahwa nilai koefisien reliabilitas tes adalah 0,81 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tes yang digunakan memiliki reliabilitas tinggi. Hasil per-

hitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 175.

c. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal dalam membedakan antara

siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan

rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan skor siswa

dari skor tertinggi sampai terendah. Kemudian ditentukan bahwa 50% siswa yang

memperoleh skor tertinggi merupakan kelompok atas dan 50% siswa yang

memperoleh nilai terendah merupakan kelompok bawah. Daya pembeda dalam

penelitian ini akan diuji dengan formula menurut Arikunto (2013 : 228) dengan

rumus sebagai berikut.

30=Keterangan:

DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Dalam penelitian ini, soal yang digunakan harus memiliki skor daya pembeda

minimal cukup. Hasil perhitungan indeks daya pembeda diinterpretasi berda-

sarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Skor Interpretasi

0,00<DP≤0,20 Jelek

0,20<DP≤0,40 Cukup

0,40<DP≤0,70 Baik

0,70<DP≤1,00 Baik sekali

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes yang disajikan pada Tabel

3.4, dapat dilihat bahwa daya pembeda untuk semua soal dikategorikan cukup.

Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki daya

pembeda sesuai dengan kriteria yang digunakan yaitu cukup, sehingga instrumen

dapat digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran C.3 halaman 176.

31

d. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus yang dikutip

dari Sudijono (2008: 372) sebagai berikut:

=Keterangan:TK : tingkat kesukaran suatu butir soalJT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperolehIT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Selanjutnya Sudijono menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal seperti

pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai Interpretasi

0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat sukar

0,16 < TK ≤ 0,30 Sukar

0,31< TK ≤ 0,70 Sedang

0,71< TK ≤ 0,85 Mudah

0,86< TK ≤ 1,00 Sangat mudah

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes yang disajikan pada Tabel

3.4, dapat diketahui bahwa tingkat kesukaran untuk nomor 1a dikategorikan

mudah, untuk soal nomor 1b sampai dengan nomor 3 dan nomor 4b dikategorikan

sedang dan untuk nomor 4a termasuk soal dengan tingkat kesukaran sukar. Hal

32

ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki tingkat

kesukaran mudah, sedang dan sukar. Hasil perhitungan selenglapnya tingkat

kesukaran uji coba dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 176.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Data yang

diperoleh dari hasil pretest dan postest dianalisis untuk mendapatkan skor

peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Besarnya peningkatan menurut Hake (1999: 1)

dapat dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain), yaitu.

=Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

interpretasi seperti terdapat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Interpretasi Indeks gain

Indeks gain (g) Interpretasi

g ≤ 0,3 Rendah

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g > 0,7 Tinggi

Hasil perhitungan skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 halaman 185 dan C.7 halaman 186.

Sebelum dilakukan uji hipotesis terhadap data skor kemampuan komunikasi

matematis, perlu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas.

33

Pengujian prasyarat ini dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal

dari data populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

Dalam penelitian ini analisis data mula-mula dilakukan dengan cara uji normalitas

dan uji homogenitas. Setelah itu barulah dilakukan pengujian hipotesis.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data indeks gain berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Uji ini

menggunakan uji chi-kuadrat. Adapun rumusan hipotesis uji adalah sebagai

berikut:

: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

: data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji chi-kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:

= ∑ ( )Keterangan:

= frekuensi pengamatan= frekuensi yang diharapkan= banyaknya kelas interval

Dengan kriteria uji:

terima jika < dengan χ = χ ( ∝)( ) dan taraf

signifikan : α = 0,05

34

Rekapitulasi uji normalitas data gain kemampuan komunikasi matematis disajikan

pada Tabel 3.9. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8

halaman 187 dan C.9 halaman 180.

Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan KomunikasiMatematis

Kelas Keputusan Uji KeteranganEksperimen 3,683 7,81 diterima Normal

Kontrol 5,733 7,81 diterima Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data gain kemampuan

komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Langkah selanjutnya adalah uji homogenitas.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians-varians dalam

populasi tersebut homogen atau tidak homogen. Adapun hipotesis untuk uji ini

adalah:

: kedua kelompok populasi memiliki varians yang homogen

: kedua kelompok populasi memiliki varians yang tidak homogen.

Jika sampel dari populasi kesatu berukuran dengan varians dan sampel dari

populasi dengan varians maka untuk menguji hipotesis di atas

menggunakan rumus :=Keterangan :

= varians terbesar= varians terkecil

35

Kriteria pengujian menurut Sudjana (2005: 249) adalah terima jika

( )( ) < < ( , ) dalam hal lainnya ditolak. ( , )diperoleh dari daftar distribusi F dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat

kebebasan masing-masing sesuai dengan derajar kebebasan pembilang dan

penyebut.

Tabel 3.10 Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Gain

Kelas Varians KeputusanUji

Keterangan

Eksperimen 0,03091,4964 1,85 diterima Homogen

Kontrol 0,0207

Berdasarkan Tabel 3.10 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data gain

memiliki varians yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran C.10 halaman 193.

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji

hipotesis. Jika data kemampuan komunikasi matematis merupakan data yang

berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka digunakan uji

kesamaan dua rata-rata (uji-t). Dengan hipotesis sebagai berikut :

: = , rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang mengikuti model Reciprocal Teaching sama dengan rata-rata

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional

36

: ≠ , rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang mengikuti model Reciprocal Teaching lebih tinggi daripada

rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Menurut Sudjana (2005: 239) pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan

uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) sebagai berikut := ̅ ̅dengan = ( ) ( )

Keterangan :̅ : rata-rata skor kemampuan kelas eksperimen̅ : rata-rata skor kemampuan kelas kontrol

: banyaknya siswa kelas eksperimen

: banyaknya siswa kelas kontrol

: variansi pada kelas eksperimen

: variansi pada kelas kontrol

: variansi gabungan

Pada taraf signifikan 5% dengan dk = ( + − 2) dan peluang (1 − ) maka

diterima jika diperoleh < ( )( ), untuk harga t lainnnya ditolak.

48

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa model

reciprocal teaching berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa pada kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandar Lampung semester

ganjil tahun pelajaran 2016/2017.

B. Saran

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, penulis mengemukakan saran-saran

sebagai berikut:

1. Kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa, dapat menerapkan model reciprocal teaching sebagai salah satu

alternatif pada pembelajaran matematika dengan pertimbangan bahwa guru

telah memahami tahapan-tahapan pada model reciprocal teaching.

Khususnya ketika kegiatan diskusi berlangsung, guru harus mengelola kelas

seefektif mungkin dan mengelola waktu yang tepat agar suasana belajar

semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang optimal.

2. Kepada peneliti lain yang melakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh

model reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa, sebaiknya agar melakukan pengkajian yang lebih mendalam

48

dalam hal pengelolaan waktu sebaik mungkin, pengelolaan kelas supaya tetap

kondusif, dan disarankan melakukan penelitian lebih lama agar siswa dapat

secara optimal beradaptasi terlebih dahulu terhadap model reciprocal

teaching.

3. Kepada peneliti lain hendaknya tidak hanya memperhatikan pengaruh model

reciprocal teaching terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang telah terjadi, namun juga melihat dari segi ketercapaian siswa

terhadap hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu Irianto. 2004. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahamandan Komunikasi Matematis Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk-Write.Disertasi. Bandung: UPI

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta :Bumi Aksara.

BNSP. 2006. Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI.Jakarta : BP Dharma Bakti.

Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Buku 3 Matematika. Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional.

________. 2003. UU NOMOR 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Jakarta.

Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and EvaluatifResearch in Education. New York : Mcgraw-hill Inc.

Garderen, Delinda Van. 2004. “Reciprocal Teaching As A ComprehensionStrategy For Understanding Mathematical Word Problems”. Reading AndWriting Quarterly. New York : Taylor & Francis Group.

Hake, R.1999. Alyzing Change/Gain scores Dept of Physics : Indianan University[online] tersedia di : www.phsics.Indiana.edu/~sdi/Anlyzingchange-gain.pdf(diakses 25 September 2016)

Haryadi, Rahman. Eksperimentasi Model Pembelajaran Reciprocal Teaching(RT) dan Problem Based Learning (PBL) pada Materi Peluang Ditinjaudari Kreativitas Belajar Siswa. Vol.2, No.8 [Online]. Tersedia:http://jurnal.fkip.uns.ac.id (diakses tanggal 25 September 2016).

Haqiki. Novrian E. Penerapan Model Guided Inquary untuk MeningkatkanKemampuan Komunikasi Matematis Siswa [Skripsi]. Bandar Lampung:Universitas Lampung.

Hulukati, E. 2005. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan PemecahanMasalah Matematik Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif.Bandung: Disertasi. Bandung: UPI.

Mahmudi, M. Ali. 2006.Pengembangan Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa Melalui Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/7247/1/PM-10%20-%20Ali%20Mahmudi.pdf (diakses 24September 2016).

Maulana. 2008. Dasar-dasar keilmuan matematika. Subang : Royyan Press.

NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics.Reston,VA: NCTM.

______. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA :NCTM

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila.

OECD. 2013. PISA 2012 Result: Ready to Learn Students’ Engagement and Self-Beliefs Volume III. Paris: PISA, OECD Publishing..

Pratiwi, Inung. Widayati, Ani. Pembelajaran Akutansi Melalui ReciprocalTeaching Model untuk Meningkatkan Penguasaaan Konsep danKemandirian Belajar dalam Materi Mengelola Administrasi Surat BerhargaJangka Pendek Siswa Kelas X Akutansi 1 SMK Negeri 7 Yogyakarta TahunPelajaran 2011/2012. [Online]. Tersedia: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/download/917/728 (diakses pada tanggal 28 September2016).

Prayitno, Sudi. Dkk. Indentifikasi Indikator Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang Pada Tiap-tiapJenjangnya. [Online]. Tersedia: http://fmipa.um.ac.id/index.php/component/attachments/download/158.html (diakses pada tanggal 25September 2016).

Putri, Runtyani Irjayanti. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa dalam pembelajaran Matematika Melalui PendekatanReciprocal Teaching dengan Model Pembelajaran Kooperatif di Kelas VIII-D SMP Negeri 4 Magelang. Yogyakarta. [Online]. Tersedia:(http://eprints.uny.ac.id/2181/1/SKRIPSI_RUNTYANI._IP.pdf) (diaksespada tanggal 13 April 2016).

Rianti, Evalia Nova. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe ThinkPair Square Efektif ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa[Skripsi]. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Shadiq, Fadjar. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalamPembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMP Jenjang Dasar tanggal 10 s.d 23 Oktober2004.

Suderadjat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Bandung : Cipta Cekas Grafika.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistika Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sumarmo, Utari. (2012). Pendidikan Karakter serta Pengembangan Berfikir danDisposisi Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Makalah padaSeminar Pendidikan Matematika di NTT. [Online]. Tersedia: http://utari-sumarmo.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/files/2015/09/Makalah-Univ-di-NTT-Februari-2012.pdf (diakses pada tanggal 25 September 2016).

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Surabaya :Kencana Prenada Media Grup.

Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalamPembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/08/Wahid-Umar.pdf (diaksespada tanggal 14 April 2016).

Wahab, Abdul Aziz. 2007. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung :Alfabeta.