Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MUTU MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA BIDANG STUDI PKn
( STUDI PADA SMP AL – HASRA SAWANGAN DEPOK )
Oleh:
Achmad Fauzan NIM. 102015024048
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
PENGARUH MUTU MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA BIDANG STUDI PKn
( STUDI PADA SMP AL – HASRA SAWANGAN DEPOK )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Achmad Fauzan NIM. 102015024048
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA. NIP. 150 202 343
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL ( IPS )
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
KATA PENGANTAR
بِسْـمِ االلهِ الَّر حْمَنِ الَّر حِيْمِ
Sembah dan sujud syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang
telah menciptakan bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan
manusia sebagai makhluk yang sempurna dan memposisikan sebagai
kholifah di muka bumi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya dan mengajarkan
kepada ummat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat
hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan
tetap abadi sampai akhir zaman.
Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi
dengan judul “Pengaruh Mutu Mengajar Guru Terhadap Hasil
Belajar Siswa Bidang Studi PKn ( Studi Pada SMP Al – Hasra
Sawangan Depok )” dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA., pembantu Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang tak
berhenti memberikan saran produktif dan kritik yang membangun
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Nurochim, MM., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) dan sekaligus sebagai Dosen Penasehat
Akademik, yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat yang positif
dan motivasi selama penulis kuliah.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (
IPS ), atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis
kuliah.
5. Bapak Andi Suhandi, S.Pd., Kepala SMP Al – Hasra Sawangan Depok.
Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMP Al – Hasra, atas
kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis
melakukan penelitian.
6. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta
Perpustakaan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ),
terima kasih atas buku-bukunya dan pelayanan yang telah diberikan
kepada penulis.
7. Ayahanda Sri Waluyo dan Ibunda Khayatun tercinta, yang telah
berjuang tanpa mengenal menyerah untuk mengasuh, mendidik,
membimbing, mendoakan dan berkorban baik moril maupun materil,
sehingga penulis berhasil menyelesaikan studi (jihad) di UIN SYAHID
ini . “rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani
shaghira”.
8. Saudara kembarku Achmad lazim dan adikku Nur Fajriatul Azizah yang
tiada hentinya memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas doa dan dukungannya.
9. Kawan-kawan Jurusan Pendidikan IPS dan alumni KI – Supervisi
pedidikan angkatan 2002 yang sudah menyelesaikan studi “aku nyusul
nich…!” dan yang belum mudah-mudahan cepat selesai, terima kasih
atas motivasi dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat Alici@ com, Nur Habibi, Maulana “@le”, Opick, Mas
Muf, Syafi’i, Karim, Ajun “Komisaris”, Arif, Hamzah, Hapiz “qubil”, Atep,
Adi Al-@Cehi, Ali “ Mr. cool”, Aloenk, Ilham, Jumi, Ucup, Yanto, Daniel,
dek Pendi, Hendrik, Doni, yang senantiasa memberikan bantuannya
baik fasilitas maupun motivasi yang tak terhingga. Dan kepada semua
pihak yang belum disebut namanya bisa dilihat di:
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan,
semoga jasa baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh
dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis
menyadari, dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis
memohon kepada semua pihak untuk memberikan saran dan nasehat
demi perbaikan skripsi ini Semog skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 10 November
2007
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing
Lembar Pengesahan Panitia Ujian
Kata Pengantar i
Daftar Isi iv
Daftar Tabel vi
Daftar Lampiran vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Mutu Mengajar Guru 6
1. Pengertian Mutu Mengajar Guru 6
2. Kedudukan dan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
8
3. Kompetensi Guru
1
3
4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Mutu Mengajar Guru
2
4
B. Hasil Belajar Siswa
2
7
1. Pengertian Hasil Belajar
2
7
2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
2
9
3. Penilaian Hasil Belajar
3
4
C. Kerangka Berpikir
3
5
D. Pengajuan Hipotesis
3
5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
3
7
B. Variabel Penelitian
3
7
C. Populasi dan Sampel
3
7
D. Teknik Pengumpulan Data
3
8
E. Teknik Analisis Data
3
9
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Objek Penelitian
4
5
B. Deskripsi Data 48
C. Analisis dan Interpretasi Data 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
5
7
B. Saran
5
7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu transfer pengetahuan dari semua
bentuk kejadian yang terjadi di dunia dari makhluk hidup satu kepada
makhluk hidup lain yang nantinya akan mempengaruhi proses
kebutuhan dasar (basic need) manusia dalam perjalanan
kehidupannya.1
Pendidikan pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka
membebaskan manusia dari berbagai macam persoalan kehidupan
yang pada intinya untuk mencapai kesempurnaan hidup, dan untuk
menjadi makhluk yang bermartabat.2
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, aspek utama
adalah kualitas guru. Upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan
mutu pendidikan adalah peningkatan mutu guru.
Dewasa ini masih terdapat guru yang bukan tamatan Fakultas
Tarbiyah atau Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, padahal latar
belakang pendidikan penting bagi seorang guru. Masalah tersebut
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu
pendidikan. Latar belakang pendidikan akademik yang kurang
memenuhi syarat, dapat memberikan pengaruh kurang baik kepada
gaya mengajar guru, sikap dan tingkah laku dalam mendidik, dan
kemampuan mendidik.
Guru merupakan tokoh ideal, pembawa norma dan nilai-nilai
kehidupan di masyarakat dan pembawa cahaya bagi murid dalam
kehidupan ilmu pengetahuan. Mengingat besarnya peran guru, maka
1 Yunus M. Firdaus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, ( Yogyakarta: Logung
Pustaka, 2004 ), Cet. Ke-1, h. 7 2 Ibid, h. 1
kepribadian guru banyak terungkap dalam tingkah lakunya sehari-hari
dan ditiru oleh muridnya dan dipandang oleh masyarakat sekitarnya.
Seseorang guru memerlukan pengetahuan mengenai apa,
mengapa dan bagaimana proses perkembangan jiwa murid, karena ia
adalah pendidik formal di sekolah yang berperan mengisi kesadaran
murid, membina mental mereka, membentuk moral mereka dan
membangun kepribadian yang baik dan integral, sehingga mereka
kelak berguna bagi nusa dan bangsa.
Sebagai pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Agar dapat mengajar efektif
guru harus meningkatkan belajar bagi murid (kuantitas) dan
meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar murid
dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan secara aktif dalam belajar.
Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya
guru mampu merencanakan program pengajaran dan mampu
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran serta mampu pula melakukannya dalam bentuk interaksi
belajar mengajar. Guru pun harus dapat menjadi suri tauladan yang
baik sehingga dapat memberikan bimbingan sikap kepada murid-
muridnya.
Ada alasan lain yang utama kenapa seorang guru harus memiliki
kualitas mengajar yaitu karena seorang guru tidak hanya dituntut
untuk menguasai bahan dan didaktik metode saja, melainkan dituntut
pula adanya kesiapan serta kematangan kepribadian dan wawasan
keilmuan juga guru dituntut berkiprah memainkan perannya sebagai
komunikator dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Apalagi seorang guru diberikan beban yang berat yaitu membina
moralitas (sikap) dan akhlak murid.
Namun pada realisasinya menurut Muhibbin Syah, ada sebagian
guru yang tidak membekali dirinya dengan ilmu keguruan yang
memadai disamping lainnya karena rendahnya tingkat kompetensi
profesionalismenya. Kenyataan negatif seperti ini cepat atau lambat
akan mempengaruhi prestise (wibawa yang berkenaan dengan
prestasi). Khususnya prestise profesional pada guru. Hal yang lebih
buruk lagi adalah tidak adanya figur guru yang menjadikan patokan
murid untuk bersikap dan berperilaku, dan lemahnya semangat
belajar, yang pada akhirnya menurunkan hasil belajar murid itu sendiri.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada
siswa sangat bergantung pada tanggungjawab guru dalam
melaksanakan tugasnya. Apabila guru berhasil melaksanakan tugasnya
dengan baik maka akan tampak perubahan yang berarti pada diri
siswa, seperti sikap positif dalam belajarnya dan prestasi belajar akan
semakin meningkat. Bagi guru sendiri keberhasilan akan mampu
meningkatkan kepuasan kerja, rasa percaya diri dan semangat kerja
yang tinggi.
Persepsi atau tanggapan murid terhadap gurunya dapat
mempengaruhi hasil belajar murid. Bila persepsi mereka terhadap
mutu mengajar guru itu positif, maka dapat menimbulkan kesadaran
dan keseriusan dalam proses belajar mengajar. Namun sebaliknya, bila
perspektifnya negatif, maka dapat berakibat ketidakpuasan oleh murid
dalam proses belajar mengajar. Jika ini berlangsung secara terus-
menerus, maka kemungkinan akan muncul gejala-gejala negatif seperti
acuh tak acuh terhadap materi pelajaran, mengobrol pada saat guru
menerangkan, bolos sekolah bahkan sikap tidak menghargai guru.
Jika dalam proses belajar mengajar murid seperti ini, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar mengajar tidak akan
kondusif, bahkan hasil belajarnya juga akan menurun. Oleh karena itu,
sudah menjadi keharusan bagi guru untuk memiliki kualitas mengajar
yang tinggi. Dengan demikian, maka diharapkan akan menghasilkan
siswa yang memiliki prestasi yang tinggi pula.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
tertarik melakukan penelitian dan menulisnya dalam bentuk skripsi
dalam judul: “Pengaruh Mutu Mengajar Guru Terhadap Hasil
Belajar Siswa Bidang Studi PKn ( Studi Pada SMP Al – Hasra
Sawangan Depok )”.
B. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang mempengaruhi mutu pendidikan,
diantaranya:
1. Sarana dan prasarana pembelajaran
2. Metode pembelajaran yang digunakan guru
3. Kompetensi guru terkait dengan latar belakang pendidikan
4. Model pembelajaran dan pendekatan guru mengajar
5. Mutu mengajar guru efektif atau tidak
6. Motivasi belajar terhadap bidang studi yang dipelajari
7. Bahan ajar menarik atau tidak
8. Hasil belajar.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis mamberikan batasan
tentang ruang lingkup pembatasan permasalahan, yaitu:
a) Mutu mengajar guru, khususnya guru PKn di SMP Al-Hasra
Sawangan Depok yang mengajar pada tahun 2006/2007.
b) Hasil belajar siswa bidang studi PKn SMP Al-Hasra Sawangan
Depok yang diambil dari nilai raport kelas II (dua) tahun
pelajaran 2006/2007.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Bagaimana mutu mengajar guru PKn SMP Al-Hasra?
b) Bagaimana hasil belajar siswa SMP Al-Hasra bidang studi PKn?
c) Adakah pengaruh mutu mengajar guru PKn terhadap hasil
belajar siswa?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a) Untuk mengetahui mutu mengajar guru, khususnya guru PKn
SMP Al-Hasra.
b) Untuk mengetahui hasil belajar siswa bidang studi PKn.
c) Untuk mengetahui pengaruh mutu mengajar guru terhadap
hasil belajar siswa.
2. Manfaat penelitian
a) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pemikiran khususnya bagi para guru dan para tenaga
kependidikan pada umumnya.
b) Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kebijakan lembaga
dalam melakukan evaluasi kinerja guru dan siswa.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Mutu Mengajar Guru
1. Pengertian Mutu Mengajar Guru
Mutu atau kualitas mengajar guru terdiri dari tiga kata yang
masing-masing memiliki arti secara terpisah, tetapi juga
mempunyai makna kesatuan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia “ Mutu adalah (ukuran) baik buruk sesuatu benda,
kualitas, taraf, kadar, atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan
sebagainya)”.3
Menurut Oemar Hamalik, pengertian mutu dapat dilihat dari
dua segi, yaitu normatif dan deskriptif. Dalam artian normatif, mutu
pendidikan itu berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan
ekstrinsik. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan
keadaan nyatanya, misalnya hasil tes prestasi belajar.4
Menurut Nurhasan, pengertian secara umum kata mutu
dapat diartikan kualitas, “suatu gambaran yang menjelaskan
mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para siswa dalam
proses pendidikan yang sedang dilaksanakan”.5 Jadi dapat
disimpulkan bahwa mutu adalah ukuran untuk menyatakan esensi
semua benda atau hal berupa standar ideal yang ingin dicapai oleh
suatu proses.
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai
Pustaka, 2002 ), Edisi III, Cet. Ke-2, h. 768 4 Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990 ), Cet.
Ke-1, h.33 5 Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II: Kurikulum Untuk Abad Ke-21,
(Jakarta: PT. Grasindo, 1994), h. 390
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa
mengajar berarti memberi pelajaran.6 Sedangkan menurut Moh.
Uzer Usman, “Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan proses belajar”.7
Menurut Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibbin Syah
dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru”
mengungkapkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah
proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-
sama aktif melakukan kegiatan.8
Definisi guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.9 Sedangkan menurut Moh.Uzer Usman, “Guru
merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru”.10
Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin
Nurdin dalam bukunya “Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum” mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang layak
digugu dan ditiru.11
Ngalim Purwanto mengartikan bahwa guru adalah “Orang
yang pernah memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu
6 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., h. 17 7 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2005), Cet. Ke-17, h. 6 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002 ), Cet. Ke-7, h. 182 9 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., h. 377 10 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 5 11 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, ( Jakarta:
Quantum Teaching, 2005 ), Cet. Ke-1, h. 6
kepada seseorang atau kelompok, misalnya guru silat, guru ngetik,
guru tari dan lain-lain”.12
Guru merupakan sosok teladan dan salah satu sumber
pengetahuan bagi siswanya, sehingga sudah sewajarnya jika
mereka memiliki kualitas yang tinggi. Dengan memiliki kualitas
kerja yang tinggi maka diharapkan akan menghasilkan siswa yang
memiliki prestasi yang tinggi pula.
Dikarenakan keberadaan seorang guru itu sangat penting
dan utama, maka mereka dituntut untuk selalu mengikuti
perkembangan kemajuan teknologi. Oleh sebab itu, guru
hendaknya selalu mampu meningkatkan dan memperluas
pengetahuan serta wawasan baik secara formal maupun non
formal.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan
pada siswa sangat bergantung pada tanggungjawab guru dalam
melaksanakan tugasnya. Apabila guru berhasil melaksanakan
tugasnya dengan baik maka akan tampak perubahan yang berarti
pada diri siswa, seperti sikap positif dalam belajarnya dan prestasi
belajar akan semakin meningkat. Bagi guru sendiri keberhasilan
akan mampu meningkatkan kepuasan kerja, rasa percaya diri dan
semangat kerja yang tinggi.
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan tentang definisi mutu mengajar
yaitu keadaan atau ukuran baik buruk dari hasil kegiatan orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dengan
tingkat keunggulan yang tinggi seperti memiliki kualifikasi
12 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, ( Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001 ), Cet. Ke-13, h. 138
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
2. Kedudukan, dan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.13 Namun secara
luas guru dapat diartikan sebagai orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara
individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Sejak dulu, dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru
menjadi anutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh
murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat
lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukkan
guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat,
yakni di depan memberi suri teladan, di tengah-tengah
membangun, dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi.
Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.14
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di
pundak guru diberikan tugas yang berat. Namun lebih berat lagi
mengemban tanggung jawab, sebab tanggung jawab itu tidak
hanya terbatas di lingkungan sekolah tetapi juga di luar sekolah.
Pembinaan yang harus diberikan guru tidak hanya secara kelompok
tetapi juga secara individual. Hal ini menuntut guru agar selalu
memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didiknya
tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta:
Rhineka Cipta, 2000 ), Cet. Ke-1, h. 31 14 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 7-8
Dalam ajaran agama Islam sangat menghargai orang-orang
yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehingga mereka pantas
untuk mencapai taraf penghormatan dan kedudukan yang tinggi.
Penghormatan dan kedudukan yang tinggi ini amat logis diberikan
kepadanya, karena dilihat dari jasanya yang demikian besar dalam
membimbing dan mengarahkan, membentuk akhlak, dan
memberikan pengetahuan sehingga anak didik siap menghadapi
hari depan dengan penuh rasa percaya diri dan dapat
melaksanakan fungsi kekhalifahan di muka bumi.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi
banyak hal, Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa peranan
guru sebagai korektor, inspirator, informatory, organisator,
motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator,
pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.15
Sedangkan Piet A. Sahertian mengutip pendapat Watten B
dalam menjelaskan peranan guru sebagai “tokoh terhormat dalam
masyarakat, penilai, seorang sumber, pembantu, wasit, detektif,
objek identifikasi, penyangga rasa takut, orang yang menolong
memahami diri, pemimpin kelompok, orang tua/wali, orang yang
membina dan memberi layanan, kawan sekerja dan pembawa rasa
kasih sayang.16
Peranan guru menurut Adams dan Decey dalam Basic
Principles of Student Teaching, yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman
dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” antara lain guru sebagai
pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan,
15 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 43 16 Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1994 ), h.
14
partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan
konselor.17
Yang akan penulis kemukakan di sini adalah peranan yang
dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau
pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya
dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.18
2) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager),
guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan
belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang
perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar
kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan
pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan ini turut
menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi
lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang
bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung
pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi
antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di
dalam kelas.19
17 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 9 18 Ibid, h. 9 19 Ibid, h. 10
3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian
media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan
yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.20
Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,
baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah , ataupun
surat kabar.
4) Guru Sebagai Evaluator
Sebagai evaluator guru hendaknya mampu dan terampil
melaksanakan penilaian karena, dengan penilaian, guru dapat
mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia
melaksanakan proses belajar.21
Selain itu profesi guru juga memiliki banyak tugas, baik yang
terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian.
Tugas pokok seorang guru adalah melaksanakan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Moh. Uzer Usman mengelompokkan tugas
guru ke dalam tiga jenis, yaitu: tugas profesi, tugas kemanusiaan,
dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.22
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar,
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
20 Ibid, h. 11 21 Ibid, h. 12 22 Ibid, h. 6-7
nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus
dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus
mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.
Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi
motivasi bagi siswanya dalam belajar.
Tugas guru dalam bidang masyarakat diharapkan dapat
memberikan ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru
berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.
Sedangkan tugas guru menurut Piet A. Sahertian umumnya
dibedakan: “tugas personal, tugas social dan tugas professional”.23
Bahkan bila dirinci lagi lebih jauh, tugas guru tidak hanya
yang telah disebutkan. Menurut Roestiyah N. K bahwa guru dalam
mendidik anak didik bertugas untuk:
1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman
2) Membentuk kepribadian anak yang harmonis 3) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai
Undang-undang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. II Tahun 1983
4) Sebagai perantara dalam belajar 5) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik
ke arah kedewasaan 6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat 7) Sebagai penegak disiplin 8) Guru sebagai administrator dan manajer 9) Pekerjaan guru sebagai profesi 10) Guru sebagai perencana kurikulum
23 Piet A. Sahertian, Op. Cit., h. 12
11) Guru sebagai pemimpin 12) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.24
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam
masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen
strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan
gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru
merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin
digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa
sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini.
3. Kompetensi Guru
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran menuntut adanya
perubahan dalam sistem maupun mutunya. Dengan demikian
masyarakat menuntut kompetensi guru yang dapat menjamin
berhasilnya pendidikan yang diharapkan.
Sebelum penulis menjelaskan mengenai pengertian
kompetensi guru secara mendalam, maka penulis terlebih dahulu
akan mengemukakan tentang landasan-landasan kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru berdasarkan Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Sekarang ini, sudah saatnya kompetensi guru harus
ditingkatkan. Oleh karena itu pemerintah pada saat ini dengan
melalui Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk
melaksanakan kualitas profesional guru diantaranya PGSD, D2, D3,
Strata 1 serta dengan adanya program Akta IV yang hanya
dikhususkan bagi seorang pengajar yang berada di lembaga
sekolah.
Secara yuridis pemerintah menetapkan Undang-undang
tentang pendidikan, dalam Undang-undang Dasar 45 pasal 31 ayat
24 Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik, ( Jakarta: Bumi Aksara 1994 ), h. 32
1 dan pasal 3, yang berbunyi: “Ayat (1) Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan, (3) Pemerintahan mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
Undang-undang”.25
Selanjutnya pasal tersebut diatur dengan Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam
pasal-pasal berikut:
Pasal 39 ayat (1) bahwa tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan . Ayat (2) Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.26
Pasal 40 ayat (1) Pendidik dan tenaga kependidikan berhak
memperoleh:
a) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai
b) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja c) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan
kualitas d) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas
hasil kekayaan intelektual; dan
25 Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, ( Bandung: Pustaka Setia, 2002 ), h. 45
26 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ( SISDIKNAS ) UU RI No. 20 Tahun
2003, ( Jakarta: Asa Mandiri, 2006 ), Cet. Ke-3, h. 62
e) Kesempatan untuk menggunakan sarana , prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Ayat (2) Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan ; dan c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.27
Pasal 42 ayat (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ayat (2) Pendidik
untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi. Ayat (3)
Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.28
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab VI pasal 28 ayat (1)
dan (3) tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Ayat
(1) bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Ayat (3) menyatakan bahwa kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik,
27 Ibid, h. 63 28 Ibid, h. 63
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi
sosial.29
Hal senada juga dinyatakan dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam
bab IV pasal 8 bagian kesatu mengenai kualifikasi, kompetensi, dan
sertifikasi yang berbunyi: “guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.30 Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 tersebut diperjelas lagi pada
pasal 10 ayat 1 yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.31
Namun kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan mengelola
pembelajaran belum memberikan harapan yang memuaskan.
Keadaan yang demikian ini menimbulkan pertanyaan dalam diri kita
di mana letak kesalahannya. Perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang tidak sesuai atau kurang adanya pemahaman
terhadap peserta didik. kecenderungan jawabannya ada pada diri
seorang guru itu sendiri.
29 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ( Jakarta: Asa Mandiri, 2006 ), Cet. Ke-3, h. 114
30 Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
( Jakarta: Asa Mandiri, 2006 ), h. 7 31 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Op. Cit., h. 160
Kompetensi kepribadian, merupakan kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.32 Akan
tetapi realitas yang ada, banyak guru yang kurang memperhatikan
kemampuan kepribadiannya sebagai tuntutan profesi seorang guru,
yakni kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
berwibawa dan berakhlak mulia. Keadaan yang demikian sering
membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak
profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan-tindakan tidak senonoh
yang merusak citra dan martabat guru. Berbagai kasus yang
disebabkan oleh kepribadian guru yang kurang memuaskan sering
kita dengar di berita-berita atau kita baca di media-media cetak,
misalnya; ada oknum guru yang menghamili peserta didik, terlibat
kasus pencurian, penipuan, dan kasus-kasus yang tidak pantas
dilakukan oleh guru. Dalam kaitan inilah pentingnya guru memiliki
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia guna keprofesionalan seorang guru dalam menjalankan
kinerjanya sebagai tokoh idola peserta didik.33
Kompetensi profesional, merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.34
Namun dalam pelaksanaannya masih banyak guru yang jauh dari
harapan. Dimana seorang guru hanya berperan sebagai pemindah
32 Ibid, h. 160 33 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2007 ), Cet. Ke-1, h. 121 34 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Op. Cit., h. 160
ilmu pengetahuan saja. Dalam artian apa yang disampaikan kepada
peserta didik hanya didapat dari membaca buku saja tanpa
penelaahan atau pemahaman lebih lanjut dan mendalam sehingga
guru benar-benar paham dengan materi yang akan disampaikan.
Keadaan seperti ini belum mencerminkan adanya kinerja yang
bertanggung jawab oleh seorang guru.
Kompetensi sosial, merupakan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik,
orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.35 Kenyataan
dalam prosesnya komunikasi antara sesama pendidik, pendidik
dengan tenaga kependidikan, pendidik dengan wali murid, dan
pendidik dengan masyarakat selama ini belum cukup memuaskan.
Sehingga keadaan seperti ini memungkinkan kurang maksimalnya
kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan
pembimbing.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 yang telah
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
guru difungsikan sebagai subjek yang membimbing dan
memberikan pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar
perlu memenuhi kriteria tertentu diantaranya kompetensi dan
profesionalitas. Oleh karena itu, guru tidak saja mendidik fungsi
sebagai orang dewasa yang bertugas secara profesional
memindahkan ilmu pengetahuan ( transfer of knowledge ) atau
penyalur ilmu pengetahuan ( transmitter of knowledge ) yang
dikuasai kepada anak didik, melainkan lebih dari itu, ia menjadi
pemimpin, pendidik, dan pembimbing di kalangan anak didiknya.
35 Ibid, h. 161
Demikian kompetensi dasar yang harus di miliki oleh seorang
guru dan juga yang merupakan landasan dalam mengabdikan
profesinya. Kompetensi dasar guru jelas sangat berguna bagi guru,
sebab dengan adanya perumusan kompetensi dasar guru bisa
dijadikan pedoman bagi guru untuk menilai dirinya apakah dia
sebagai seorang guru dalam menjalankan profesinya telah dapat
memenuhi kompetensi-kompetensi tersebut. Bila belum, guru harus
berani mengakui kekurangannya itu, dan berusaha untuk mencapai
perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha untuk
mengembangkan dirinya dan lebih memantapkan dirinya menjadi
seorang guru.
Kemudian untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang
guru yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini, perlu diuraikan
mengenai pengertian kompetensi guru agar tidak terjadi salah
tafsir.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata kompetensi
berarti kewenangan atau hak kekuasaan untuk menentukan dan
memutuskan sesuatu hal, dan secara kebahasaan mengandung arti
(1) cakap mengetahui pekerjaan atau persoalan, (2) berhak,
berwenang menentukan sesuatu.36
Istilah kompetensi mempunyai banyak makna seperti yang
dirumuskan beberapa para ahli, berikut ini:
Menurut Roestiyah N.K mengutip pendapat W. Robert
Houston dalam memberikan pengertian kompetensi sebagai
berikut: “competence ordinarily is defined as adequacy for a task or
as possession of require knowledge, skill and abilities”. Yang dapat
diartikan sebagai suatu tugas yang memadai atau pemilikan
36 J. S. Badudu, et. Al., Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994 ), Cet. Ke-5, h. 518
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut pada
jabatan seseorang.37
Adapun menurut Broke and Stone (1975) sebagaimana yang
telah diterjemahkan oleh Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa “
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku
guru yang tampak sangat berarti.38 Sedangkan menurut Zakiyah
Darajat bahwa kompetensi adalah kewenangan atau kecakapan
untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.39
Di dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” Moh. Uzer
Usman mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan
“Kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi
keguruannya.”40 Artinya bahwa guru yang piawai dalam
melaksanakan profesinya dapat disebut guru yang kompeten dan
profesional.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saman. A, bahwa
“Seseorang dikatakan berkompeten dalam bidang tertentu apabila
orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian sesuai
dengan tuntutan bidang yang bersangkutan, dengan demikian ia
mempunyai kewenangan dalam pelayanan sosial.”41
Menurut Barlow (1985) sebagaimana yang telah
diterjemahkan oleh Muhibbin Syah menyatakan bahwa “Kompetensi
37 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta: PT Bina Aksara,1989 ),
Cet. Ke-3, h. 4 38 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 14 39 Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, ( Jakarta: Ruhama,
1995 ), Cet. Ke-2, h. 95 40 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 14 41 Saman. A, Profesionalisme Keguruan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1994 ), Cet. Ke-1,
h.94
guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.”42
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan
kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki setiap guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya secara baik dan
bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
terlaksana dengan efektif dan efisien.
Roestiyah N.K, mengemukakan suatu rumusan yang
dikembangkan oleh team Dosen Pembina Ilmu Keguruan di IKIP
mengenai kompetensi dasar guru, diantaranya adalah seorang guru
harus memiliki kemampuan untuk dapat:
1) Merumuskan tujuan instruksional 2) Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar 3) Mengorganisasi materi pelajaran 4) Membuat, memilih dan menggunakan media pendidikan dengan
tepat 5) Menguasai, memilih dan menggunakan metode penyampaian
yang tepat untuk pelajaran tertentu 6) Mengetahui dan menggunakan assesmen siswa 7) Memenej interaksi belajar mengajar, sehingga efektif dan tidak
membosankan bagi siswa 8) Mengevaluasi dan mengadministrasikannya 9) Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya
ketingkat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.43
Pendidikan guru merupakan suatu sarana untuk menyiapkan
siapa saja yang ingin melaksanakan tugas dalam profesi guru.
Karena pada semua profesi persiapan itu mengikutsertakan
seseorang dalam memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk
dilaksanakan nanti, dan dilain segi mengembangkan peranan yang
diperlukan untuk membahas tingkah laku dan ketrampilan. Oleh
42 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 229 43 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Op. Cit., h. 8
karena itu, seorang guru yang progresif harus mengetahui dengan
pasti, kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini
bagi dirinya. Setelah mengetahui, dapat dijadikan pedoman untuk
meneliti dirinya apakah dia sebagai guru dalam menjalankan
tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi-kompetensi itu. Bila
belum guru yang baik harus berani mengakui kekurangannya dan
berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru
tersebut selalu berusaha mengembangkan dirinya.
Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa kompetensi dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Kompetensi pribadi, yang meliputi: a) Mengembangkan kepribadian
- Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa - Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang
berjiwa pancasila - Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan
sebagai guru b) Berinteraksi dan berkomunikasi
- Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional
- Berinteraksi dengan masyarakat dalam penunaian misi pendidikan
c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan - Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar - Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat
khusus d) Melaksanakan administrasi sekolah
- Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah - Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran - Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah - Melaksanakan penelitian
2) Kompetensi profesional, yang meliputi: a) Menguasai landasan kependidikan
- Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
- Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
- Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar
b) Menguasai bahan pengajaran - Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar
dan menengah - Menguasai bahan pengayaan
c) Menyusun program pengajaran - Menetapkan tujuan pembelajaran - Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran - Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar - Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang
sesuai - Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
d) Melaksanakan program pengajaran - Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat - Mengatur ruangan belajar - Mengelola interaksi belajar mengajar
e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan - Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran - Menilai proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan.44 Demikian tentang tugas, peranan dan kompetensi guru yang
merupakan landasan dalam mengabdikan profesinya. Guru yang
profesional tidak hanya mengetahui, tetapi betul-betul melaksanakan apa-
apa yang menjadi tugas dan peranannya.
Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam bukunya “Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar” membagi kompetensi kedalam tiga bidang,
yaitu:
1) Kompetensi bidang kognitif
2) Kompetensi bidang sikap (afektif)
3) Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik).45
Penjelasan mengenai tiga bidang kompetensi yang telah disebutkan
di atas adalah sebagai berikut:
44 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 16-19 45 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Algesindo, 2002 ),
Cet. Ke-6, h. 18
1) Kompetensi bidang kognitif
Kompetensi bidang kognitif yaitu kemampuan intelektual yang
dimiliki oleh guru. Seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan
metode mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku
individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan,
pengetahuan tentang menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang
masyarakat, serta pengetahuan umum lainnya.
2) Kompetensi bidang afektif
Kompetensi bidang sikap (afektif) adalah kesediaan dan kesiapan guru
terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya.
Misalnya sikap mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata
pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman
profesinya.
3) Kompetensi bidang psikomotorik
Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik) yaitu segala kemampuan
guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku yang bersifat
jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku
pengajar, seperti keterampilan mengajar, membimbing menilai,
menggunakan alat bantu pengajaran, keterampilan berkomunikasi dan
lain-ain.
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah tentu ketiga bidang
kompetensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, saling berhubungan
dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Guru merupakan pemeran utama pendidikan formal. Ia
mempunyai tugas yang berat untuk mencapai tujuan pendidikan
yaitu meningkatkan dan mengembangkan khazanah pengetahuan (
kognitif ), sikap ( afektif ), dan keterampilan ( psikomotorik ) para
siswa.
Untuk dapat melaksanakan tugas ini dengan sebaik-
sebaiknya maka setiap guru dituntut mempunyai bekal yang cukup
dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan terhadap tugas-
tugas keguruan. Kompetensi guru di Indonesia telah pula
dikembangkan oleh Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut P3G yang
termasuk kompetensi profesional guru ada sepuluh yang meliputi:
1) Menguasai bahan 2) Mengelola program belajar mengajar 3) Mengelola kelas 4) Menggunakan media atau sumber belajar 5) Menguasai landasan-landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar 7) Menilai prestasi belajar untuk kepentingan pengajaran 8) Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan di sekolah 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10) Memahami prinsip-prinsip dan penafsiran hasil pendidikan bagi
keperluan pengajaran.46
Hal di atas merupakan tugas dan kewajiban guru dalam
mengemban tugasnya selaku guru yang mempunyai keahlian
khusus/ memiliki kompetensi yang handal dalam bidang mengajar
yang akan diaplikasikan terhadap muridnya.
Oemar Hamalik pun berpendapat bahwa guru yang dinilai
kompeten secara professional apabila:
1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya
2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil
3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan sekolah
4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar dan mengajar dalam kelas.47
46 Ibid., h. 19 47 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, ( Jakarta:
Bumi Aksara, 2003 ), h. 38
Dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang progresif harus
mengetahui dengan pasti, kompetensi apa yang dituntut oleh
masyarakat dewasa ini bagi dirinya. Setelah mengetahui, dapat
dijadikan pedoman untuk meneliti dirinya apakah dia sebagai guru
dalam menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi-
kompetensi itu. Bila belum guru yang baik harus berani mengakui
kekurangannya dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan
demikian guru tersebut selalu berusaha mengembangkan dirinya.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Mengajar Guru
Mutu guru dalam mengajar pada hakekatnya merupakan
hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu
faktor yang datangnya dari dalam dan luar dirinya. Faktor yang
datang dari dalam dirinya (faktor internal) antara lain adalah faktor
kesehatan, potensial, bakat, sikap dan kepribadian. Sedangkan
faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal) antara lain
faktor kepemimpinan kepala sekolah, anak didik, dan sarana.
Menurut Kartini Kartono terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi mutu guru antara lain adalah faktor dari dalam diri
sendiri yang meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan,
bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita. Dan
faktor dari luar diri sendiri yang meliputi lingkungan dan sarana
prasarana.48
Kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa guru sebagai ahli
pendidikan dan pengajaran harus mampu memiliki kesadaran,
keinginan dan kemauan untuk selalu meningkatkan kompetensinya,
sehingga diharapkan guru menjadi lebih kompeten dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu ditunjang juga
48 Kartini Kartono, Menyiapkan dan Memandu Karier, ( Jakarta: CV. Rajawali, 1985 ),
h. 23
dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta
kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam upaya
untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajaran (
pendidikan dan pelatihan, seminar, dan penataran-penataran ).
Untuk meningkatkan mutu guru perlu dipertimbangkan
faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar
dirinya. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia
serta pembinaan yang telah diupayakan dengan baik oleh kepala
sekolah, namun jika guru tersebut tidak memiliki kemauan maka
semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya
kemauan, kecakapan serta keahlian yang dimiliki oleh seorang guru
maka segala kekurangan yang ada akan menjadi pendorong
baginya untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuannya.
Menurut Muhammad Numan Somantri dalam bukunya
“menggagas pembaharuan pendidikan IPS” mengemukakan bahwa
untuk meningkatkan mutu mengajar guru adalah sebagai berikut:
a) Sikap bersahabat, tidak agresif, kooperatif, demokratis, sopan dalam memperlakukan siswa, tetapi tetap dapat memelihara wibawa.
b) Menghargai pendapat dan menjaga perhatian siswa dengan jalan menunjukkan adanya relevansi antara pendapat tersebut dengan tujuan pelajaran.
c) Antusias terhadap bahan pelajaran yang sedang dibicarakan. d) Dapat memperkaya bahan pelajaran yang terdapat dalam buku
pelajaran dengan sumber-sumber majalah, surat kabar, cerita-ceriat film, maupun hubungannya dengan pelajaran.
e) Dapat memperagakan secara skematis bahan pelajaran di papan tulis, sehingga memungkinkan para siswa tertarik terhadap bahan-bahan pelajaran.
f) Dapat merumuskan teknik bertanya yang dapat menumbuhkan kemampuan mengingat, berpikir, menilai, dan berpikir kreatif pada para siswa.
g) Dapat memberi jalan kepada para siswa untuk mendorong kegiatan-kegiatan menyelidiki bahan pelajaran, hingga mereka dapat memiliki keterampilan berpikir ilmiah maupun dapat
menemukan sistem nilai yang positif bagi seorang warga negara.49
Dengan demikian, faktor internal pada guru merupakan
faktor yang utama dan mendasar dalam meningkatkan mutu
mengajar guru, juga dalam menentukan keberhasilan dan
pencapaian tujuan pendidikan, karena guru merupakan ujung
tombak dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Namun faktor eksternal juga merupakan penunjang bagi
guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor untuk
meningkatkan mutu mengajar guru diantaranya adalah membina
dalam program pengajaran, membina dalam pengelolaan
pengajaran, membina dalam menyusun evaluasi pengajaran,
memberi kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Dengan meningkatnya mutu mengajar guru maka
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai.
B. Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”.
Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh
usaha, pikiran dan sebagainya.50
Adapun pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai
berikut: belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi
49 Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, ( Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ), Cet. Ke-1, h. 290 50 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., h. 391
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena
kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan
merupakan hasil pengalaman.51
Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks.
Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada
individu yang belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu
menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan
itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik
individualnya yang khas, seperti minat, intelegensi, perhatian, bakat
dan sebagainya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku
itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.52
Menurut Lester D Crow dan Alice Crow yang dikutip oleh
Roestiyah N.K berpendapat bahwa “belajar adalah perubahan
individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.53
Nana sudjana mengemukakan pendapatnya tentang belajar,
menurutnya belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya
perubahan di mana perubahan tersebut ditunjukan dalam berbagai
bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
tingkah laku kecakapan dan kemampuan, daya kreasi, daya
penerimaan dan lain-lain yang ada pada individu.54
Sementara Ratna Wilis Dahar mengungkapkan bahwa belajar
adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah sebagai
51 Rini Susanti, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar, ( Jakarta: Teknodik, 2003 ), h.
129 52 Rijadi Sarojo, Pembelajaran Integratif Dalam Bidang Kimia, ( Malang: Jurnal
Teknologi Pembelajaran Teori dan Penelitian, 2003 ), h. 3 53 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Op. Cit., h. 141 54 Nana Sudjana, Op. Cit., h. 28
akibat adanya pengalaman. Sedangkan menurut Muhibbin Syah
bahwa belajar adalah suatu tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.55
Dalam definisi di atas dikatakan bahwa seseorang belajar
melalui perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dalam menguasai
ilmu pengetahuan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah rangkaian proses usaha seseorang untuk memperoleh
pengetahuan dan kecakapan tertentu, yang pada akhirnya
diharapkan adanya perubahan dalam kebiasaan serta sikapnya.
Sementara hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
oleh murid setelah ia menerima pengalaman belajar.56 Dalam buku
yang lain Nana Sudjana berpendapat yang dimaksud dengan hasil
belajar ialah seperangkat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik
setelah melalui evaluasi yang didapat yaitu hasil belajar tingkat
kognitif.57
Sumadi Suryabrata membagi pengertian hasil belajar dalam
dua pengertian: Pertama, hasil belajar murid adalah penguasaan
kecakapan yang diusahakan secara sengaja dalam suatu waktu dan
satuan bahan tertentu. Kedua, hasil belajar adalah perbedaan
antara kecakapan pada awal dan akhir belajar mengajar.
Hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar,
membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,
menghayati, meniru, melatih, dan mencoba sendiri atau berarti
dengan pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar juga harus relatif menetap, bukan perubahan yang
55 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 9 56 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995 ), Cet. Ke-5, h. 22 57 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Op. Cit., h. 50
bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang
kembali.
Hasil belajar murid dapat dikatakan sebagai hasil yang
diperoleh melalui belajar dalam bentuk nilai rata-rata dalam setiap
caturwulan atau semester. Nilai prestasi belajar dari seluruh mata
pelajaran dituliskan dalam raport setelah diolah dari hasil tes
subsumatif, formatif, kurikuler, tes sumatif dengan penggunaan
rumus:
522 rQpNA ++
=
Keterangan:
NA : Nilai prestasi pelajaran untuk raport
P : Nilai tes formatif/subsumatif
Q : Nilai kurikuler/PR
r : Nilai tes sumatif
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu
dan merupakan umpan balik yang diberikan oleh peserta didik
setelah ia mengetahui suatu proses belajar. Hasil belajar tersebut
tidak hanya pengetahuan saja, tetapi dapat berbentuk perilaku
yang ditunjukan oleh murid.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar murid tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar murid itu
sendiri. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar
dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang
tergantung pada apa yang telah diketahui si subjek belajar, tujuan,
motivasi, proses interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Caroll berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat belajar, (b) waktu
yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk
menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e)
kemampuan individu. Empat faktor tersebut di atas (a,b,c,e)
berkenaan dengan kemampuan individu dan (d) adalah faktor di
luar individu (lingkungan).58
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
murid dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri murid), yakni keadaan
atau kondisi jasmani dan rohani murid, meliputi dua aspek
yakni:
a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
murid dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak
membekas.
b) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran murid. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah
murid yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu
adalah sebagai berikut:
58 Ibid, h. 40
1) Tingkat kecerdasan atau inteligensi murid
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan
kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ
tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa
peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi
manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ
tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara
pengontrol” hamper seluruh aktifitas menusia.
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) murid tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar murid. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan
inteligensi seorang murid maka semakin besar
peluangnya untuk memperoleh sukses.
2) Sikap murid
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
(response tendency) dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif.59 Sikap merupakan faktor
psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal
ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah
sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran
yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan
terhadap lingkungan tempat di mana ia belajar seperti:
59 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 135
kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan
sebagainya.60
3) Bakat murid
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Jadi, secara global bakat mirip dengan inteligensi. Itulah
sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas
(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut
juga sebagai gifted child yakni anak berbakat intelektual.
4) Minat murid
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar murid dalam bidang-bidang studi tertentu.61
2. Faktor-faktor eksternal (faktor dari luar diri murid), yakni kondisi
lingkungan di sekitar murid. Yang dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
a) Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan
representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi
proses dan hasil belajar murid.62 Dalam dunia pendidikan
yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah keluarga,
masyarakat dan sekolah serta teman-teman sepermainan di
60 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 ), Cet. Ke-2,
h. 84 61 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 136 62 Alisuf Sabri, Op. Cit., h. 59
sekitar lingkungan murid tersebut. Seorang siswa yang
berada pada lingkungan yang kumuh serba kekurangan serta
berteman dengan anak-anak yang tidak sekolah ia akan
mengalami kesulitan-kesulitan ketika ia memerlukan teman
belajar, sebaliknya seorang anak bertempat tinggal di tempat
permanen dan berteman dengan anak-anak yang sekolah,
kemudian ketika belajar ia tidak mengalami kesulitan karena
ia punya teman belajar dan teman berdiskusi. Menurut
Muhibbin Syah bahwa:
Lingkungan sosial seperti guru, para staff
administrasi, dan teman-teman sekelas, dapat
mempengaruhi semangat belajar seoarang siswa. Para guru
yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik,
dan memperlihatkan keteladanan serta rajin, khususnya
dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi,
maka merupakan daya dorong bagi kegiatan belajar siswa.63
b) Faktor lingkungan non sosial atau alam ini ialah seperti
keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang,
malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.64
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar murid.
Namun Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”
mengemukakan, selain faktor-faktor tersebut di atas ada faktor lain
yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu faktor pendekatan belajar
(approach to learning) yakni jenis upaya belajar murid yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan murid untuk
63 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 137 64 Alisuf Sabri, Op. Cit., h. 59
melakukan kegiatan pembelajaran, materi-materi pembelajaran.65
Faktor pendekatan belajar ini juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain.
Misalnya; seorang murid yang bersikap conserving terhadap ilmu
pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya murid yang
berinteligensi tinggi (faktor internal) akan lebih memilih pendekatan
belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat
pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul murid-murid yang
berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali.
Dalam hal ini guru yang profesional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya murid yang
menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor-faktor yang menghambat proses belajar murid.
3. Penilaian Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman
dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan
perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah murid,
sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada
yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang
dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah cuplikan perubahan
tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
65 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 139
Dalam belajar tentunya ada tujuan-tujuan ataupun target-
target yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah tujuan ataupun
target itu sudah tercapai atau tidak maka perlu adanya penilaian
terhadap hasil belajar murid tersebut.
Menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, indikator yang
dapat dijadikan tolok ukur dalam menyatakan bahwa proses belajar
mengajar dapat dikatakan berhasil adalah:
a) Daya serap terhadap bahan pengajaran atau materi yang
diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun
kelompok.
b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau tujuan
instruksional khusus (TIK) telah tercapai oleh murid, baik secara
induvidu maupun kelompok.66
Penilaian terhadap hasil belajar murid memerlukan penilaian
batas minimalnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
murid itu berhasil atau tidak. Ada beberapa alternative norma
pengukuran tingkat keberhasilan murid yaitu:
a. Norma skala angka dari 0 – 10
b. Norma skala angka dari 0 – 100.67
Setelah mengetahui norma pengukuran tersebut, maka kita
perlu menentukan kualifikasi prestasi. Kualifikasi prestasi diberikan
setelah tes yang diberikan kepada murid memenuhi syarat sebagai
tes yang baik, dalam artian sesuai dengan teori pendidikan. Kriteria
yang diberikan adalah sebagai berikut:
66 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1993), Cet. I, h. 8
67 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996 ), h. 35
a. Indeks Prestasi antara 0 – 45 = gagal
b. Indeks Prestasi antara 46 – 55 = kurang
c. Indeks Prestasi antara 56 – 65 = sedang
d. Indeks Prestasi antara 66 – 79 = tinggi
e. Indeks Prestasi antara 80 – 100 = sangat tinggi
C. Kerangka Berpikir
Setelah pembahasan mengenai kajian teoritis yang telah penulis
uraikan di atas, maka penulis perlu mengemukakan kerangka berpikir
untuk mendeskripsikan maksud dari penelitian ini. Adapun kerangka
berpikir yang penulis ungkapkan adalah semakin mutu mengajar guru
bernilai tinggi, akan semakin baik pula hasil belajar yang dicapai.
Sebaliknya semakin mutu mengajar guru rendah, maka akan semakin
rendah pula hasil belajar yang dicapainya.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pemikiran
sebagaimana yang penulis uraikan di atas, maka dapat diajukan
hipotesa sebagai berikut:
Hipotesa alternatif (Ha) : Ada pengaruh yang signifikan antara
mutu mengajar guru PKn (variabel X) dengan
hasil belajar siswa (variabel Y).
Hipotesa nihil (Ho) : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
mutu mengajar guru PKn (variabel X) dengan
hasil belajar siswa (variabel Y).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi yang di jadikan penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Al – Hasra Sawangan Depok. Yang beralamat di Jl. Raya
Ciputat-Parung Km.24 Kel. Bojongsari Baru Kec. Sawangan Kota
Depok 16516.
2. Penelitian ini dilaksanakan antara tanggal 21 Mei 2007 sampai
dengan 29 Juli 2007.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.68
Dengan dasar definisi tersebut, dapat penulis jelaskan bahwa
penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu:
1. Variabel pertama berupa mutu mengajar guru, variabel ini
menduduki posisi sebagai variabel independent (bebas), yaitu
masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil, yang diberi
simbol dengan huruf X.
2. Variabel kedua berupa hasil belajar siswa, variabel ini menduduki
posisi sebagai variabel dependen (terikat), yaitu hasil sebagai
pengaruh variabel independent (bebas), yang diberi simbol huruf Y.
C. Populasi dan Sampel
68 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rhineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 118
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.69 Populasi yang
diambil dalam penelitian ini diambil dengan berpedoman pada
pendapat Suharsimi Arikunto: “Apabila subjek kurang dari 100 orang,
maka diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar maka dapat diambil
10-15 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan
peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan biaya”.70 Sedangkan sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang ditelti.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil populasi murid SMP Al-
Hasra Sawangan Depok kelas II yang terdiri dari 3 (tiga) kelas, tahun
pelajaran 2006/2007 yang berjumlah 102. Adapun sampelnya diambil
secara acak (random sample), mengingat populasinya lebih dari 100
orang, maka penulis mengambil sampel sebanyak 30 % dari populasi
yaitu 30 orang. Adapun cara merandomnya, penulis mengambil 10
orang dari setiap kelasnya untuk dijadikan sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah “Tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih secara langsung”.71 Penulis melakukan wawancara
terhadap guru PKn dan Kepala SMP Al-Hasra Sawangan Depok.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh
data yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang
diperoleh melalui angket.
69 Ibid, h. 130 70 Ibid, h. 134 71 Ibid, h. 57-58
2. Angket
Angket adalah “daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden baik secara langsung maupun tidak langsung”.72 Angket
ini disebarkan kepada murid SMP Al-Hasra Sawangan Depok untuk
memperoleh informasi mengenai mutu mengajar yang dimiliki oleh
guru dalam proses belajar mengajar.
Angket dibuat dengan model likert yang mempunyai empat
opsi jawaban yang berjumlah genap ini dimaksudkan untuk
menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan
tidak mempunyai jawaban yang jelas.
Penyusunan angket mutu mengajar guru mengacu kepada
aspek-aspek kemampuan profesional guru yang terdiri dari 25 item
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Sub Variabel Nomor Item
a. Menguasai Bahan 1, 20, 24
b. Mengelola PBM 2, 3, 5, 8, 13, 15
c. Mengelola Kelas 6, 12, 21, 23
d. Mengelola Media Belajar 4, 17, 25
e. Mengelola Interaksi Belajar
Mengajar
7, 9, 10, 18
Mutu
Mengajar
Guru
f. Menilai Prestasi Murid 11, 14, 16, 19,
22
3. Studi dokumentasi
Dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang
tidak bisa dikejar dengan angket, observasi, maupun interview,
72 Ibid, h. 60
melainkan diperoleh dengan data tertulis. Peneliti mencari data
tentang hasil belajar murid, yaitu dari nilai raport mata pelajaran
PKn, hasil studi semester I.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya
adalah menganalisis data. Menganalisis data merupakan suatu cara
yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat
dipahami bukan hanya oleh orang yang meneliti, tetapi juga orang lain
yang ingin mengetahui hasil penelitian.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam menganalisis data, yang pertama kali harus dilakukan
adalah editing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap
pengisian angket. Setiap angket diteliti satu persatu mengenai
kelengkapan, kejelasan dan kebenaran pengisian angket tersebut
agar terhindar dari kesalahan/kekeliruan dalam mendapatkan
informasi sehingga dapat diperoleh data yang akurat.
2. Skoring
Skoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-
butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam setiap
pertanyaan dalam angket terdapat (4) empat butir jawaban a, b, c,
dan d yang harus dipilih oleh responden. Maka penulis memberikan
skor untuk setiap jawaban adalah nilai 4 untuk jawaban a, nilai 3
untuk jawaban b, nilai 2 untuk jawaban c, dan nilai 1 untuk
jawaban d.
Setelah hasil pengolahan data secara kuantitatif melalui
koesioner sudah terhitung, barulah digunakan perhitungan statistik
dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 11,5.
Data program ini menggunakan analisis koefisien korelasi dan analisis
regresi linier sederhana, yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel dan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji parsial ( uji
t).
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka sebelum
dilakukan uji statistik terlebih dahulu data yang diperoleh harus
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas
digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu
variabel.73 Suatu koesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau
pernyataan pada koesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh koesioner tersebut.
Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi
(Construct validity). Validitas kontruksi menentukan validitas
alat pengukur dengan mengkorelasikan antara skor yang
diperoleh dari masing-masing item yang berupa pertanyaan
ataupun pernyataan dengan skor totalnya.
Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil
penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan
skor totalnya harus signifikan berdasarkan dimensi konsep
berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat disimpulkan
bahwa alat pengukuran tersebut valid.
73 Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan
SPSS, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), Ed. I, h. 67
Biasanya syarat minimum untuk dapat dianggap
memenuhi syarat adalah apabila r = positif (+). Jadi, jika
korelasi antar butir dengan skor negatif (-), maka butir dalam
instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid,
maka tahap berikutnya adalah mengukur reliabilitas dari alat.
Sebagai ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur
dalam mengukur gejala yang sama dilain kesempatan. Menurut
Bhuono Agung Nugroho, realibilitas merupakan ukuran suatu
kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang
berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu
bentuk koesioner.74
Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat
ukur yang akan digunakan yakni apakah alat ukur tersebut
akurat, stabil dan konsisten. Teknik yang digunakan adalah
koefisien alpha cronbach dengan rumus:
⎪⎩
⎪⎨⎧
⎪⎭
⎪⎬⎫
−−
= ∑2
2
11 1)1( t
b
kkr σ
σ
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Jumlah soal
∑ 2bσ = Jumlah varians butir
2tσ = Jumlah varians total
Reliabilitas suatu instrumen dapat diterima jika memilki
koefisien alpha cronbach minimal 0,60 yang berarti bahwa
74 Ibid, h. 72
instrumen tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data
yang handal yaitu hasil pengukuran relatif konsisten jika
dilakukan pengukuran ulang.
2. Regresi Linier Sederhana
a Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang
kenormalan distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang
paling banyak dilakukan untuk analisis statistic parametric.
Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistic
parametic, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa
data tesebut terdistribusi secara normal. Maksud data
terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti
bentuk distribusi normal. Bahwa data memusat pada nilai rata-
rata dan median. Untuk mengetahui bentuk distribusi data kita
bisa menggunakan grafik distribusi.
b Pengujian Hipotesis
Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor
yang telah ada. Karena penelitian ini adalah untuk melihat
apakah ada korelasi antara mutu mengajar guru PKn dengan
hasil belajar siswa bidang studi PKn, maka yang dipakai adalah
rumus “r” product moment dari karl pearson. Adapun rumusnya
adalah sebagai berikut:
[ ][ ]2222 )()())((ΣΥ−ΝΣΥΣΧ−ΝΣΧ
ΣΥΣΧ−ΝΣΧΥ=xyr
Keterangan:
rxy = Angka Indeks Korelasi “r” product moment (variabel
x dan y)
N = Jumlah Responden
∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑ X = Jumlah seluruh skor x
∑Y = Jumlah seluruh skor y
Rumusan korelasi tersebut untuk menguji hipotesis
sebagai berikut:
Hipotesa alternatif (Ha) : Ada pengaruh yang signifikan antara
mutu mengajar guru PKn (variabel X)
dengan hasil belajar siswa (variabel
Y).
Hipotesa nihil (Ho) : Tidak ada pengaruh yang signifikan
antara mutu mengajar guru PKn
(variabel X) dengan hasil belajar siswa
(variabel Y).
c Uji t hitung
Untuk mengetahui pengambilan keputusan uji hipotesa,
maka dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t
tabel pada taraf signifikansi 5 % atau 1 %. Adapun pedoman
yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah
sebagai berikut:
1) Jika t hitung > t tabel atau nilai p-value pada kolom sig. <
level of significant (α), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
2) Jika t hitung < t tabel atau nilai p-value pada kolom sig. >
level of significant (α), maka Ho diterima dan Ha ditolak,
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas dengan terikat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Objek Penelitian
Yayasan Al-Hasra didirikan oleh Bapak H. Hashuda pada tahun
1984, dengan Akta Notaris Ny. Mulyani Sjafei, SH. No. 9 Tgl. 11
September 1984. Sesuai dengan namanya “Al-Hasra” yang merupakan
singkatan dari Himpunan Amal Sosial Redha Allah, terkandung filosofi
yang menjelaskan latar belakang dan maksud pendirian lembaga ini.
Maksud dan Tujuan Pendirian Yayasan Al-Hasra :
1. Memajukan dan mengembangkan syiar Islam, baik ubudiah
maupun amaliah
2. Mengembangkan pendidikan baik umum maupun kejuruan
berdasarkan ajaran agama Islam, dan kegiatan sosial dalam arti
luas.
3. Menanam dan mengembangkan kesadaran berkarya dan
berwiraswasta, baik dalam pertanian, perkebunan, peternakan
maupun kerajinan tangan lainnya (home indusri), agar mereka
menjadi manusia yang berguna dan bertanggungjawab.75
Yayasan ini mengawali kegiatan atau aktivitas pendidikannya dengan
mendirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Setelah berjalan
selama lima tahun dan dirasakan bertambahnya minat para siswa baik dari
SMP Al-Hasra dan lembaga pendidikan lainnya di daerah ini, maka pada
tahun 1989, dibukalah sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA), dan pada
tahun 2000 dibuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Yayasan Pendidikan SMP Al-Hasra mulai tahun pelajaran
2002/2003 membuka Program Kelas Plus dan beberapa bidang studi
sudah di ajarkan dengan pengantar bahasa inggris . Yayasan
75 http://www.alhasra.com/profile.php?option=profile&select=smp, diakses pada
tanggal 23 Juli 2007.
Pendidikan SMP Al-Hasra yang berlokasi di Jalan Raya Ciputat-Parung
Km.24 Kelurahan Bojongsari Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok
Provinsi Jawa Barat ini memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi SMP Al – Hasra :
“Unggul Dalam Kualitas, Kokoh Dalam IMTAQ Menuju Sekolah
Berprestasi”.
Misi SMP Al – Hasra yaitu :
1. Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas kinerja,
tanggap terhadap perubahan, dan simpatik dalam layanan.
2. Mewujudkan generasi yang handal dan kokoh dalam IMTAQ.
3. Menumbuhkembangkan budaya mutu yang berwawasan
unggulan.76
STATUS : Terakreditasi B
Sejak SMP Al-Hasra mengawali kegiatan atau aktivitas
pendidikannya, sampai saat ini telah beberapa kali mengalami
pergantian kepemimpinan kepala sekolah. Adapun yang pernah
menjabat sebagai kepala sekolah SMP Al-Hasra antara lain :
1. H. Mujahar Jalil dari tahun 1985 hingga tahun 1991
2. Drs. Jefferson, S. H. dari tahun 1991 hingga 1992
3. Drs. Khairul A. M. dari tahun 1992 hingga 1997
4. Drs. M. Bilqis T. H. dari tahun 1997 hingga 1998
5. Maryadi, S. Pd., MM. dari tahun 1998 hingga 2005
6. Andi Suhandi, S. Pd. dari tahun 2005 hingga sekarang
Pada tahun ajaran 2006/2007, jumlah guru yang bertugas di
SMP Al – Hasra sebanyak 18 orang, yang terdiri dari 8 orang laki-laki
dan 10 orang perempuan.Guru-guru yang mengajar di SMP Al-Hasra
76 Ibid.
sebagian besar lulusan pendidikan S1 yang berpengalaman
dibidangnya dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap tugas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru PKn SMP
Al-Hasra dapat diperoleh gambaran tentang objek penelitian mengenai
mutu mengajar guru. Dalam proses pembelajaran, guru PKn
melaksanakan tugasnya sesuai dengan program perencanaan
pengajaran yang telah dibuat dan ditentukan, baik yang telah dibuat
oleh guru yang bersangkutan maupun yang telah ditentukan dari
sekolah dengan mengacu pada kurikulum pendidikan nasional. Adapun
metode-metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran di
SMP Al-Hasra adalah ceramah, diskusi, bermain peran (game), tanya
jawab, dan portofolio.77
Sejalan dengan visi dan misi SMP Al-Hasra Sawangan Depok,
guru-guru di sekolah tersebut telah beberapa kali mengikuti
pendidikan dan pelatihan dalam mengembangkan dan meningkatkan
kompetensi guru seperti pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi
(PTBK), salah satunya adalah guru PKn di sekolah tersebut.
Menurut guru PKn yang penulis wawancarai, untuk
meningkatkan hasil belajar para siswa SMP Al-Hasra, usaha-usaha
yang guru tersebut lakukan adalah dengan memberikan tugas-tugas
kepada siswa, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan dengan
melakukan studi lapangan. Sehingga dengan adanya usaha-usaha
tersebut, proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di SMP Al-
Hasra dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Adapun beberapa prestasi non akademis yang pernah dimiliki
SMP Al-Hasra Sawangan Depok adalah sebagai berikut:
1. Beberapa kali juara pramuka tingkat depok
2. Salah satu siswa menjadi finalis AFI junior
77 hasil wawancara
3. Beberapa kali menjuarai event-event olahraga
B. Deskripsi Data
Penelitian ini meliputi dua variabel, pertama variabel bebas yaitu
mutu mengajar guru PKn (variabel X) dan yang kedua variabel terikat
yaitu hasil belajar siswa (variabel Y). Penulis memperoleh data melalui
observasi, wawancara, angket, dan studi dokumentasi. Untuk angket
diberikan kepada siswa-siswi kelas II SMP Al-Hasra Sawangan Depok
yang terdiri dari 25 pernyataan dalam melakukan penilaian mutu
mengajar guru PKn dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa
pada kelas II.
Data mutu mengajar guru PKn (variabel X) adalah data
kuantitas terhadap jawaban responden dari koesioner yang
disebarkan, sedangkan data hasil belajar siswa (variabel Y) adalah
data yang diperoleh dari nilai raport semester I bidang studi PKn pada
tahun ajaran 2006/2007.
Data statistik yang akan dianalisa adalah nilai-nilai dari distribusi
frekuensi angket mengenai mutu mengajar guru PKn dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini penulis sajikan data hasil nilai
angket mutu mengajar guru PKn dan hasil belajar siswa bidang studi
PKn.
Tabel 2
Data Variabel Mutu Mengajar Guru (X) dan Variabel Hasil Belajar
Siswa (Y)
No X No Y 1 83 1 75 2 86 2 75 3 84 3 75 4 83 4 75 5 84 5 83 6 85 6 80 7 84 7 75 8 81 8 79 9 81 9 75 10 82 10 75 11 81 11 78 12 81 12 75 13 80 13 79 14 93 14 76 15 92 15 75 16 86 16 78 17 87 17 78 18 87 18 79 19 76 19 78 20 74 20 78 21 73 21 76 22 69 22 75 23 70 23 75 24 68 24 75 25 80 25 75 26 80 26 79 27 79 27 80 28 77 28 78 29 76 29 83 30 78 30 80 Jml 2420 Jml 2317
Nilai-nilai distribusi frekuensi di atas kemudian diolah dengan
menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 11,5. Dari
hasil perhitungan yang penulis lakukan diperoleh nilai rata-rata mutu
mengajar guru sebesar 80,66, simpangan baku sebesar 6,05 dan nilai
rata-rata hasil belajar siswa bidang studi PKn sebesar 77,23,
simpangan baku sebesar 2,44. untuk lebih jelasnya deskripsi statistik
variabel mutu mengajar guru dan hasil belajar siswa ditunjukkan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3 Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Mutu mengajar guru 80,6667 6,05910 30
Hasil belajar 77,2333 2,44503 30
Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
mutu mengajar guru, khususnya guru PKn tergolong baik. Bagitu pula
dengan hasil belajar siswa bidang studi PKn dapat dikatakan baik, hal
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tersebut di atas.
C. Analisis dan Interpretasi Data
Untuk menganalisia data dalam perhitungan statistik penulis
menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 11,5. Data
program ini menggunakan analisis koefisien korelasi dan analisis
regresi linier sederhana, yaitu untuk mengetahui hubungan antara
kedua variable yang diteliti.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik maka sebelum
dilakukan uji statistik terlebih dahulu data yang diperoleh harus
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Pengujian validitas tiap
butir pernyataan digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan
antara skor yang diperoleh dari masing-masing item yang berupa
pertanyaan atau pernyataan dengan skor totalnya.
Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil
penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan
skor totalnya harus signifikan berdasarkan dimensi konsep
berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa
alat pengukuran tersebut valid.
Biasanya syarat minimum untuk dapat dianggap memenuhi
syarat adalah apabila r = positif (+). Jadi, jika korelasi antar butir
dengan skor negatif (-), maka butir dalam instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid.
Pengujian reliabilitas adalah berkaitan dengan masalah
adanya kepercayaan terhadap alat test (instrumen). Suatu
instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi apabila
hasil dari pengujian tersebut menunjukkan hasil tetap. Dengan
demikian, masalah reliabilitas test atau instrumen berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil. Jika terjadi perubahan test atau
instrumen, maka perubahan itu dianggap tidak berarti.
Untuk lebih jelasnya bahwa data instrumen yang penulis
sebarkan valid atau tidak valid dan reliabel atau tidak reliabel dapat
dilihat pada tabel hasil uji validitas dan reliabilitas berikut:
Tabel 4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No. Butir Instrume
n
Korelasi Item
Cronbach α
Keterangan
1 0,4079 0,6207 Valid 2 0,1134 0,6480 Valid 3 0,2401 0,6373 Valid 4 0,3919 0,6170 Valid 5 0,2693 0,6346 Valid
6 0,0418 0,6581 Valid 7 0,4826 0,6171 Valid 8 0,1939 0,6420 Valid 9 0,3810 0,6275 Valid 10 0,0923 0,6511 Valid 11 0,0292 0,6698 Valid 12 0,1521 0,6828 Valid 13 0,2598 0,6356 Valid 14 0,1503 0,6698 Valid 15 0,0526 0,6581 Valid 16 0,1034 0,6507 Valid 17 0,3944 0,6158 Valid 18 0,4474 0,6173 Valid 19 0,1931 0,6421 Valid 20 0,3835 0,6223 Valid 21 0,4150 0,6186 Valid 22 0,2798 0,6348 Valid 23 0,1247 0,6481 Valid 24 0,2486 0,6364 Valid 25 0,3032 0,6340 Valid
Berdasarkan dari hasil tabel di atas dapat diperoleh data
yang menyatakan bahwa item soal (instrumen) yang disebarkan
kepada 30 responden semuanya dinyatakan valid karena semua
korelasi item yang didapatkan positif.
Sedangkan untuk menyatakan data tersebut reliabel atau
tidak reliabel dapat diketahui dari hasil rata-rata alpha
cronbachnya. Dari hasil data tersebut di atas diperoleh hasil rata-
rata alpha cronbach sebesar 0,6498. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa instrumen tersebut dinyatakan reliabel karena
memiliki koefisien alpha cronbach lebih besar dari 0,60 yang
menjadi syarat minimalnya.
2. Regresi Linier Sederhana
a. Uji Normalitas
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, perlu pemeriksaan
terlebih dahulu terhadap data penelitian. Adapun persyaratan
analisis data yang perlu dipenuhi yaitu uji normalitas. Uji ini
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi vaiabel
independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui data yang penulis teliti berdistribusi
normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5
Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: hasil
Observed Cum Prob
1,0,8,5,30,0
Exp
ecte
d C
um P
rob
1,0
,8
,5
,3
0,0
Sumber output SPSS
Berdasarkan gambar tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa
sebaran data di chart menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal tersebut, ini menunjukkan bahwa
data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini memiliki data
yang terdistribusi normal.
b. Pengujian Hipotesis
Seperti diketahui bahwa penelitian ini adalah untuk
melihat apakah ada korelasi atau tidak antara mutu mengajar
guru PKn dengan hasil belajar siswa bidang studi PKn di SMP Al-
Hasra Sawangan Depok, maka pengujian hipotesisnya
menggunakan rumus “r” product moment (korelasi pearson).
Sedangkan untuk mengetahui tinggi atau rendahnya
tingkat korelasi tersebut, maka perlu diungkapkan terlebih
dahulu pedoman untuk menentukan koefisien korelasinya., yaitu
sebagai berikut:
Tabel 6
Interpretasi Data Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi
Interpretasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Selanjutnya dalam melakukan penghitungan statistik
untuk mencari hasil korelasi antara dua variabel tersebut,
penulis menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi
11,5 yang mampu menganalisis data dengan mudah. Adapun
hasil statistik korelasinya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Hasil Statistik Korelasi Pearson Correlations
Mutu Mengajar
Hasil Belajar
Mutu Mengajar guru
Pearson Correlation 1 ,874(**)
Sig. (2-tailed) . ,000 Sum of Squares and
Cross-products 1064,667 375,333
Covariance 36,713 12,943 N 30 30 Hasil Belajar Pearson Correlation ,874(**) 1 Sig. (2-tailed) ,000 . Sum of Squares and
Cross-products 375,333 173,367
Covariance 12,943 5,978 N 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil indeks korelasi
“r” product moment sebesar 0,874 pada taraf signifikansi 1 % (
0,01 ). Dengan memperhatikan besarnya “r” product moment
yang diperoleh yaitu = 0,874 yang besarannya berada pada
koefisien korelasi antara 0,71 – 0,90, maka dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara
mutu mengajar guru PKn dengan hasil belajar siswa bidang
studi PKn.
Setelah hasil indeks korelasi “r” product moment
diketahui, selanjutnya dicari koefisien determinasinya. Koefisien
determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak
pada tabel Model Summary(b) dan tertulis R Square. Nilai R
Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square
berkisar antara 0 sampai 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 8 Model Summary(b)
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,874(a) ,763 ,755 1,21079 ,275 a Predictors: (Constant), Mutu mengajar guru b Dependent Variable: Hasil belajar
Dari data output SPSS tersebut di atas, diperoleh nilai
koefisien determinasi sebesar 0,763. Artinya, 76,3 % variabel
dependen hasil belajar siswa dijelaskan oleh variabel
independen mutu mengajar guru, dan sisanya 23,7 % (100 % -
76,3 %) dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang
digunakan.
c. Uji t hitung
Setelah angka indeks korelasi “r” product moment telah
diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan uji t hitung.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengambilan
keputusan uji hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu
dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel
pada taraf signifikansi 5 % atau pada taraf signifikansi 1 %.
Dengan menggunakan sistem komputerisasi program
SPSS versi 11,5 diperoleh hasil statistik uji sebagai berikut:
Tabel 9
Hasil Statistik Uji t Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta
t
Sig.
1 (Constant) 48,795 3,001 16,257 ,000 Mutu mengajar
guru ,353 ,037 ,874 9,500 ,000
a Dependent Variable: Hasil belajar
Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh nilai t hitung
sebesar 9,500. Setelah nilai t hitung diketahui maka selanjutnya
mencari nilai t tabelnya dengan berkonsultasi pada data t tabel.
Setelah melihat data pada t tabel, maka diperoleh nilai t tabel
pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,05 dan pada taraf
signifikansi 1 % sebesar 2,76. Hal ini menunjukkan bahwa t
hitung lebih besar dibandingkan dengan t tabel baik pada taraf
signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %. Karena t
hitung lebih besar dari t tabel maka dapat diambil keputusan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian, dari hasil pengujian hipotesis dan
statistik uji yang telah dikemukakan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara mutu
mengajar guru PKn dengan hasil belajar siswa bidang studi PKn.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang mutu
mengajar guru pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa bidang study
PKn, yang penulis lakukan mulai bulan Mei – Juni 2007 di SMP Al-
Hasra Sawangan Depok, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Mutu mengajar guru PKn di SMP Al-Hasra Sawangan Depok sudah
tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata skor
mutu mengajar guru berdasarkan pada jawaban responden yaitu
80,6667 (lihat tabel 3) dan hasil wawancara.
2. Hasil belajar siswa SMP Al-Hasra Sawangan Depok bidang study
PKn tergolong pada kategori yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata siswa pada pelajaran PKn yaitu 77,23 (lihat tabel 3).
3. Ada pengaruh yang signifikan antara mutu mengajar guru PKn
dengan hasil belajar siswa bidang studi PKn. Hal ini dapat dilihat
dari hasil korelasi product moment dan statistik uji (uji t hitung)
yang telah penulis lakukan. Hasil korelasi product moment tersebut
sebesar 0,874 yang sebarannya berada pada koefisien korelasi
antara 0,71 – 0,90 dan hasil uji t hitungnya adalah 9,500 yang bila
dibandingkan dengan t tabel ternyata lebih besar t hitung dari pada
t tabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf
signifikansi 1%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 dan
9.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan
saran sebagai berikut:
1. Hendaknya para guru sebagai kunci keberhasilan pendidikan agar
betul-betul memperhatikan dan memahami kompetensi mengajar.
Karena, para guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar yang
mengajarkan pengetahuan intelektual semata, tetapi juga sebagai
pembimbing yang mengarahkan siswa untuk terus berprestasi dan
sebagai pendidik yang menanamkan nilai moral agar siswa menjadi
pribadi yang baik.
2. Hendaknya para guru khususnya guru bidang study PKn dapat
mempertahankan dan meningkatkan hasil kegiatan pembelajaran
yang telah dicapai serta dapat memperkaya diri dengan mengikuti
berbagai pelatihan-pelatihan pendidikan untuk meningkatkan
kompetensinya.
3. Peneliti menyadari meskipun penelitian ini telah berhasil menguji
adanya pengaruh antara mutu mengajar guru PKn dengan hasil
belajar siswa, akan tetapi tidak hanya mutu mengajar guru saja
yang menentukan positif atau negatifnya hasil belajar siswa.
Banyak faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi hasil belajar
siswa, seperti lingkungan, sekolah, keluarga, kecerdasan siswa,
status sekolah dan faktor-faktor lain yang belum diketahui. Untuk
itu diperlukan penelitian lebih lanjut.
Data Skor Mutu Mengajar Guru ( Variabel X )
ANGKET No.Res. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ju
1 4 4 3 3 2 4 3 3 4 4 1 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 1 2 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 5 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 3 4 2 4 3 4 3 2 4 6 4 4 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 7 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 8 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 2 4 2 4 4 3 2 2 4 2 2 4 9 4 3 1 4 2 4 3 3 4 2 4 4 2 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 4
10 4 4 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 11 4 4 3 2 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 1 3 3 3 4 3 4 4 3 12 4 4 3 2 4 2 3 2 4 3 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 3 3 13 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 2 4 14 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 15 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 16 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 3 4 2 3 3 3 4 17 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 18 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 2 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 19 3 3 2 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 4 3 4 1 3 2 4 3 3 3 3 4 20 4 3 1 2 2 4 3 3 4 2 4 4 2 4 4 4 2 3 3 2 2 4 3 3 2 21 2 4 3 2 3 3 4 2 3 4 3 1 2 4 3 4 1 4 4 3 2 3 4 2 3 22 2 3 2 4 2 4 2 3 4 2 4 4 4 4 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 23 4 4 3 1 2 4 3 3 2 3 2 4 3 3 4 4 1 2 2 3 2 3 3 2 3 24 3 3 2 1 3 4 3 2 2 3 2 2 3 4 3 2 1 3 2 4 3 4 2 3 4 25 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 3 3 4 2 4 4 3 4 26 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 3 3 2 4 3 4 3 2 3 27 2 4 3 4 3 3 4 2 3 4 3 1 2 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4 2 4 28 4 4 3 1 2 4 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 3 2 2 3 4 2 3 4 3 29 2 3 3 4 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 2 3 2 2 4 2 2 4 30 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 4 2 4 2 2 4 3 2 2 4 2 2 3
Jumlah 2
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Skor Variable Mutu Mengajar Guru
6
2
2. Hasil Belajar Siswa Kelas II Semester I Bidang Studi PKn Tahun
Pelajaran 2006/2007
6
3
3. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Program SPSS
6
4
4. Data Uji Normalitas dan Perhitungan Statistik Program SPSS
6
5
5. Hasil Wawancara
6
7
6. Angket
6
9
7. Struktur Organisasi SMP Al-Hasra
7
2
8. Data Guru/Tenaga Pengajar, Tata Usaha dan Karyawan
7
3
9. Keadaan Siswa-siswi dan Sarana Prasarana SMP Al-Hasra
7
4
10. Blanko Isian Observasi
7
5
11. Surat Pengajuan Proposal Skripsi
7
8
12. Surat Bimbingan Skripsi
7
9
13. Surat Permohonan Izin Penelitian
8
0
14. Surat Riset/Wawancara
8
1
15. Surat Keterangan Penelitian Dari Sekolah
8
2
16. Tabel Harga Kritik Dari r Product Moment
8
3
17. Tabel Nilai Persentil Untuk Distribusi t
8
4
DAFTAR TABEL
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 39
2. Data Variabel Mutu Mengajar Guru dan Variabel Hasil Belajar Siswa 48
3. Deskripsi Statistik 49
4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 51
5. Normalitas 52
6. Interpretasi Data Koefisien Korelasi 53
7. Hasil Statistik Korelasi Pearson 54
8. Model Summaryb 55
9. Hasil Statistik Uji t 55
HASIL WAWANCARA
Nama Guru : Andi Suhandi S.Pd.
Bidang Study : PKn
Tanggal : 11 Juni 2007
Tempat Wawancara : Ruang Guru SMP Al-Hasra
1. T : Pengalaman pendidikan non akademik yang telah Bapak jalani (
diklat, kursus dan lain-lain )?
J : Pendidikan dan latihan (diklat) tentang pengembangan dan
peningkatan kompetensi guru yaitu pelatihan terintegrasi berbasis
kompetensi (PTBK).
2. T : Sejak tahun berapa Bapak tugas mengajar di sekolah ini?
J : Sejak tahun 1992.
3. T : Bidang study apa yang menjadi kekhususan atau keahlian
Bapak?
J : Bidang studi sejarah, PKn, geografi, dan sosiologi.
4. T : Pernahkah Bapak mengikuti pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan kompetensi guru?
J : Pernah dan sering.
5. T : Menurut Bapak, apakah pendekatan kepada murid itu penting di
luar proses belajar mengajar? Kenapa!
J : Pendekatan kepada siswa itu penting, karena siswa merupakan
subjek belajar dan sifat siswa yang agak tertutup sehingga susah
untuk mengembangkan diri di dalam kelas.
6. T : Metode apa saja yang Bapak gunakan dalam proses
pembelajaran?
J : Metode yang saya gunakan yaitu ceramah, diskusi, bermain peran
(game), tanya jawab, dan portofolio.
7. T : Bagaimana proses belajar mengajar bidang study PKn yang
Bapak asuh?
J : Proses belajar mengajar bidang studi PKn yang saya asuh sesuai
dengan program perencanaan pengajaran yang telah dibuat dan
ditentukan berdasarkan pada kurukulum pendidikan nasional.
8. T : Upaya – upaya apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan
hasil belajar murid?
J : Upaya-upaya yang saya lakukan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu:
a. Dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa
b. Membentuk kelompok-kelompok diskusi
c. Dengan melakukan studi lapangan
9. T : Apakah ada peningkatan terhadap hasil belajar murid setelah
usaha – usaha tersebut dilakukan?
J : Ada dan cukup signifikan
10. T : Menurut Bapak, faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat dalam menilai hasil belajar yang maksimal?
J : Faktor- faktor yang mendukung yaitu minat belajar yang tinggi,
materi pelajaran dan metode. Sedangkan faktor yang
menghambat adalah konsentrasi dan pandangan yang kurang
terhadap pelajaran.
Interviewer
Achmad fauzan
NIM:
102015024048
Guru Bidang Studi
Andi Suhandi, S.Pd.
NIP...............................
Hasil Belajar Siswa Kelas II Semester I Bidang Studi PKn Tahun
Pelajaran 2006/2007
No Nama Siswa Nilai 1 Achla Ilfana 75 2 Andi Prasetya 75 3 Amalia Nur Ajijah 75 4 Arief Darmawan 75 5 Ayu Permatasari 83 6 Bellinda Olivya 80 7 Dhea Yudhista Hardiani 75 8 Fifi Zuliyanti 79 9 Gilang Rizki Octarino 75 10 Hanum Salsabila 75 11 Imeidia Ambarsari 78 12 Intan Marwah 75 13 Lintang Afrilia Anjoni 79 14 Muhammad Nabil Ghufron 76 15 Muhammad Sulthon Aulia 75 16 Nina Hartati 78 17 Nirma Dwi Anggraeni 78 18 Nur Fajrina 79 19 Nurul Janah 78 20 Putri Ayu Wulandari 78 21 Raihan Dwi Christian 76 22 Rasela Novira 75 23 Rina Yuli Yanti 75 24 Riyan Julianto 75 25 Rizki Arief Akbar 75 26 Rizko 79 27 Shahnez Kharisma Roza 80 28 Siti Amelia 78 29 Sovia Nur Aini 83 30 Zahra Soraya 80
Jumlah 2317
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: hasil
Observed Cum Prob
1,0,8,5,30,0
Expe
cted
Cum
Pro
b1,0
,8
,5
,3
0,0
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N Mutu mengajar guru 80,6667 6,05910 30 Hasil belajar 77,2333 2,44503 30
Correlations
Mutu Mengajar
Hasil Belajar
Mutu Mengajar guru
Pearson Correlation 1 ,874(**)
Sig. (2-tailed) . ,000 Sum of Squares and
Cross-products 1064,667 375,333
Covariance 36,713 12,943 N 30 30 Hasil Belajar Pearson Correlation ,874(**) 1 Sig. (2-tailed) ,000 . Sum of Squares and
Cross-products 375,333 173,367
Covariance 12,943 5,978 N 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean
Square F Sig. 1 Regression 132,319 1 132,319 90,258 ,000(a) Residual 41,048 28 1,466 Total 173,367 29
a Predictors: (Constant), Mutu mengajar guru b Dependent Variable: Hasil belajar
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta
t
Sig.
1 (Constant) 48,795 3,001 16,257 ,000 Mutu mengajar
guru ,353 ,037 ,874 9,500 ,000
a Dependent Variable: Hasil belajar
Model Summary(b)
Change Statistics Durbin-Watson
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 ,874(a) ,763 ,755 1,21079 ,763 90,258 1 28 ,000 ,275a Predictors: (Constant), Mutu mengajar guru b Dependent Variable: Hasil belajar
Reliabilitas _ R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H
A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 77,1000 32,7828 ,4079 ,6207 VAR00002 77,0667 35,7885 ,1134 ,6480 VAR00003 77,8667 33,6368 ,2401 ,6373 VAR00004 77,7333 31,4437 ,3919 ,6170 VAR00005 77,8000 33,8897 ,2693 ,6346 VAR00006 76,9000 36,7138 ,0418 ,6581 VAR00007 77,1667 32,8333 ,4826 ,6171 VAR00008 77,6667 34,6437 ,1939 ,6420 VAR00009 76,9333 33,7885 ,3810 ,6275 VAR00010 77,5333 35,4989 ,0923 ,6511 VAR00011 77,7667 36,1851 ,0292 ,6698 VAR00012 77,7333 37,5816 ,1521 ,6828 VAR00013 77,2333 33,9782 ,2598 ,6356 VAR00014 77,1000 37,4724 ,1503 ,6698 VAR00015 77,3333 35,4713 ,0526 ,6581 VAR00016 77,2333 35,2885 ,1034 ,6507 VAR00017 78,1000 31,0586 ,3944 ,6158 VAR00018 77,3333 32,5747 ,4474 ,6173 VAR00019 77,6000 34,6621 ,1931 ,6421 VAR00020 77,3000 32,7690 ,3835 ,6223 VAR00021 77,8000 32,4414 ,4150 ,6186 VAR00022 77,1333 34,2575 ,2798 ,6348 VAR00023 77,6333 35,2747 ,1247 ,6481 VAR00024 77,8333 33,7989 ,2486 ,6364 VAR00025 77,1000 34,3690 ,3032 ,6340 Reliability Coefficients N of Cases = 30,0 N of Items = 25 Alpha = ,6498
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: hasil
Observed Cum Prob
1,0,8,5,30,0
Expe
cted
Cum
Pro
b1,0
,8
,5
,3
0,0
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N Mutu mengajar guru 80,6667 6,05910 30 Hasil belajar 77,2333 2,44503 30
Correlations
Mutu Mengajar
Hasil Belajar
Mutu Mengajar guru
Pearson Correlation 1 ,874(**)
Sig. (2-tailed) . ,000 Sum of Squares and
Cross-products 1064,667 375,333
Covariance 36,713 12,943 N 30 30 Hasil Belajar Pearson Correlation ,874(**) 1 Sig. (2-tailed) ,000 . Sum of Squares and
Cross-products 375,333 173,367
Covariance 12,943 5,978 N 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean
Square F Sig. 1 Regression 132,319 1 132,319 90,258 ,000(a) Residual 41,048 28 1,466 Total 173,367 29
a Predictors: (Constant), Mutu mengajar guru b Dependent Variable: Hasil belajar
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta
t
Sig.
1 (Constant) 48,795 3,001 16,257 ,000 Mutu mengajar
guru ,353 ,037 ,874 9,500 ,000
a Dependent Variable: Hasil belajar
Model Summary(b)
Change Statistics Durbin-Watson
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 ,874(a) ,763 ,755 1,21079 ,763 90,258 1 28 ,000 ,275a Predictors: (Constant), Mutu mengajar guru b Dependent Variable: Hasil belajar
Data Guru/Tenaga Pengajar SMP Al-Hasra Tahun Ajaran 2006/2007
Ijazah terakhir No. Nama Pendidikan Program
studi/jurusan
Mengajar bidang studi
1 Andi Suhandi, S.Pd. S1-Uhamka Jakarta Pendidikan Sejarah IPS (Sejarah) 2 Ir. Urip Anjar Winarni S1-Undip. Peternakan IPA (Biologi) 3 Sri Nurhayati. A, S. Pd S1-IKIP Jakarta Pendidikan Sejarah IPS (Geografi)4 Drs. Alam Semesta S1-IAIN Syarif .H. Peradilan Agama PAI (Mulok) 5 Sumitar Dahlan, BA. Sarmud-Univ. Fakultas Da’wah PPKn, PAI 6 Am. Mansyur, S. Pd S1-Ibn. Khaldun Bgr Pendidikan luar sekolah PENJASKES 7 Mardiyenti, S. Pd S1-Univ. B. Hatta Bhs.dan sastra
Indonesia Bhs. Indonesia
8 Rohma Indrawati, S. Tp
S1-IPB Teknologi Pertanian IPA (Biologi, Fisika)
9 Nuryati, S. Pd. S1-Uhamka Jakarta Pendidikan Matematika Matematika 10 Syaripudin, S. Pd. S1-Uhamka Jakarta Pendidikan Sejarah IPS (Sejarah) 11 Izhar, S. Pd. S1-Univ. Negeri
Pdng Teknik Mesin Elektro
12 Maryadi, S. Pd, MM. S2-Univ. Magister Manajemen Ekonomi 13 Herman Risin, S. Pd. S1-Univ. Bahasa Indonesia Bhs.
Indonesia 14 Sulistyawati D1-Univ. Ilmu Peng. Alam (IPA) MTK, Fisika 15 Juryati D3-IKIP Pendidikan Sejarah IPS (Ekonomi)16 Dra. Evi Warni S1-IAIN Fakultas Dakwah PAI (Inti) 17 Linda Farahas K, S.
Pd. S1-Univ. Pend. Bahasa Inggris Bahasa
Inggris 18 Vivi Elvia, S. Pd. S1-STKIP Pend. Bahasa Inggris Bahasa
Inggris
Data Tata Usaha Dan Karyawan SMP Al-Hasra Tahun Ajaran 2006/2007
No. Nama Pendidikan Terakhir Jabatan
1 Ir. Urip Anjar Winarni S1-Undip Wakasek bag. kurikulum 2 Sri Nurhayati. A, S. Pd S1-IKIP
Jakarta Wakasek bag. sarana prasarana dan keuangan
3 Edwin Effendhy D3-Univ. Staff TU Administrasi 4 Rojih D3-Univ. Staff TU Administrasi 5 Hanifah Husny SMA Staff TU Bagian Keuangan 6 Tedi Sediana S1-Univ. Staff TU Administrasi Umum Yayasan 7 Dede Ismail D3-Univ. Staff TU Administrasi 8 Jamaludin S1-Univ. Staff TU Bagian Keuangan
9 Hijriyani Mardhotillah S1-Univ. Koordinator Perpustakaan 10 Sari yanah SMK Operator Telepon 11 Tusam S1-Univ. Marbot Masjid Al-Hasra 12 Nana Sutrisna SD Keamanan/Satpam 13 Iwan Afriansyah SMP Keamanan/Satpam 14 Idrus Mono SD Bagian Pelayanan dan Kebersihan 15 Mansur SMP Bagian Pelayanan dan Kebersihan 16 Sanusi SMP Bagian Pelayanan dan Kebersihan
Keadaan Siswa-siswi SMP Al-Hasra Tahun Ajaran 2006/2007
Kelas L P Jumlah
I ( Satu ) 25 39 64
II ( Dua ) 45 57 102
III ( Tiga ) 54 32 86
Jumlah 124 128 252
Sarana dan Prasarana SMP Al-Hasra
No. Jenis Jumlah 1 Gedung 1 2 Ruang Kepala Sekolah 1 3 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 4 Ruang Guru 1 5 Ruang Tata Usaha 1 6 Ruang Administrasi 1 7 Ruang Kelas/Belajar 8 8 Ruang BP 1 9 Ruang Multimedia 1 10 Ruang Perpustakaan 1 11 Ruang Piket/KBD 1 12 Laboratorium IPA 1 13 Laboratorium Komputer 1 14 Laboratorium Seni/Musik 1 15 Lapangan Olahraga/Upacara 2 16 Masjid/Musholla 1 17 Koperasi Yayasan 1 18 Koperasi Siswa 1 19 Pos Satpam 1 20 Kantin 1 21 WC/Kamar Mandi 3 22 Gudang 1
STRUKTUR ORGANISASISMP AL-HASRA
Keterangan: : Garis Komando : Garis Koordinasi
Wali Kelas
Kepala Sekolah
Andi Suhandi, S.Pd.
Tata Usaha : Edwin Effendhy
Kepegawaian : Dra. Efi Warni. S
Kesiswaan : Dede Ismail
Kearsipan : Rojih
BK/BP
Ahmad Sumardi
Siswa
Dewan Sekolah/Bp- 3
Wakil Kepala Sekolah
Bag. Sarana Prasarana danSri Nurhayati A, S.Pd
Kurikulum
Ir. Urip Anjar Winarni
Humas
Dewan Guru Laboratorium : Ir. Urip Anjar Winarni
Perpustakaan : Hanura weldhi, S.Ag
Komputer : Rahmatullah, S.Pd
Lab. Seni : Izhar, S.Pd
Sarana prasarana
Drs. Wilmar Dewan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rhineka Cipta, Cet. Ke-13, 2006.
A, Saman., Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, Cet. Ke-1,
1994. Badudu, J. S., et. Al., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, Cet. Ke-5, 1994. Darajat, Zakiyah., Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta:
Ruhama, Cet. Ke-2, 1995. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rhineka Cipta, Cet. Ke-1, 2000. ____________, dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Rhineka Cipta, 1996. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, Edisi III, Cet. Ke-2, 2002. Firdaus, Yunus M., Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Yogyakarta:
Logung Pustaka, Cet. Ke-1, 2004. Hamalik, Oemar, Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet.
Ke-1, 1990. ____________, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Kartono, Kartini., Menyiapkan dan Memandu Karier, Jakarta: CV. Rajawali,
1985. Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-1, 2007. N.K, Roestiyah, Didaktik Metodik, Jakarta: Bumi Aksara, 1994. ____________, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: PT Bina Aksara,
Cet. Ke-3, 1989.
Nugroho, Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
Dengan SPSS, Yogyakarta: Andi Offset, Ed. I, 2005. Nurdin, Syafruddin, H, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,
Jakarta: Quantum Teaching, Cet. Ke-1, 2005. Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II: Kurikulum Untuk
Abad Ke-21, Jakarta: PT. Grasindo, 1994. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, Cet. Ke-3, 2006. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung:
Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-13, 2001. Sabri, Alisuf, H, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet.
Ke-2, 1996. Sahertian, Piet A, Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset,
1994. Sarojo, Rijadi, Pembelajaran Integratif Dalam Bidang Kimia, Malang:
Jurnal Teknologi Pembelajaran Teori dan Penelitian, 2003. Somantri, Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-1, 2001. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Algesindo,
Cet. Ke-6, 2002. ____________, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. Ke-5, 1995. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996. ____________, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Persada,
Cet. Ke-5, 1994. Susanti, Rini, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar, Jakarta: Teknodik,
2003. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-7, 2002.
Undang-undang Dasar 1945 Republik Indonesia, Bandung: Pustaka Setia,
2002. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Jakarta: Asa Mandiri, 2006. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ( SISDIKNAS ) UU RI No. 20
Tahun 2003, Jakarta: Asa Mandiri, Cet. Ke-3, 2006. Usman, Husaini, dan Akbar, Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian
Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-2, 1998. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, Cet. Ke-17, 2005. ____________, dan Setiawati, Lilis, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, Cet. Ke-1, 1993. http://www.alhasra.com/profile.php?option=profile&select=smp