Upload
vankhanh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH (USD), SERTIFIKAT BANK INDONESIA
SYARIAH (SBIS), DAN NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TERHADAP
TOTAL NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) REKSADANA SYARIAH
(PERIODE 2011-2014)
Oleh
Muhammad Irfan Syafrudin
NIM: 1112084000019
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
PENGARUH NILAI TuKAR RIJPIAII〔 IsD),sERTIFIKAT BANKINDOINEttA SYAItIAH 6BI助,DAN MLAIJAKARTA ISLARIIc INDEX(ЛD TERIIIADAP ToTAL NIIAI A「IvA BERSIH oAB)REKSADANA
SVARIAH eE斑oDE 2011_2014)
Skripsi
Diaukall Kepada Fakultas EkOn01lli dan Bisrlis
UIltuk Mclnenuhi Syarat_syaral Meraih Gelar Saゴ額a EkOnomi
Oleh
MJhammad lrfan Syatuttn
NIM3 1112084000o19
Di bawab BImbingan:
Pembilttbillg II
{ Suhenda Wiranata, M.E
NIP.19610421 199o0310o2
JURUsANILMu EKONOMIDAN STuDIPEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BIsNIs
UNIVERSITAS ISLAM NECERISYARIF HIDAYATULL姫
JAKARTA
1437H/2016 PI
Pelllbilllbing I
ST,PIIosi
I」 EⅣIBAR PENGESAHAN UJIAN KO卜IPREHENSIF
Ilari ir-ri .lirrnat Tanggal 8 Bulan Aprii Tahun Dua Ribr-r Enarn Belas telah
rurclakukan Uji Komprehensrf atas rnahasisrva .
l Nallla
2 NIM
3 」urusall
4 Judlli Skripsi
lvluliarnmad Irfan S yafrudin
1112084000019
Ilmu Ekonorni dan Studi Pembangunan
"Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (USD), Sertifikat Bank
Indonesia Syarial-r (SBIS), dan Nilai Jakarta Islarnic lndex
(JII) Tcrhadap Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah"
kemarnpuan yang
diputuskan bahi.r'a
kesernpatan untuk
untuk memperoieh
Universttas Islarn
Sctclah rnencennati dan rnemperhatikan penampilan dan
bcrsangkutan sclama proses ujian kornprehensif, maka
nrahasisu,a tersebut diatas dinyatakan 1u1us dan dibcri
rurclanjutkan ke tahap Ujian Sknpsi sebagai salah satu syarat
gclar Sarjana ekonomi pada Fakultas Ekoncrni dan Bisnrs
\ cgcri Syarif Hidayatullair Jakarla.
.lakar1a. 8 April 2016
l Luklllan,Dr.,Ⅳ l.Si
NIP,196406072003021 001
2 Zuhairall Ytlnllli Yunall SE.市 1.Sc
NIP, 198004162009121002
、ヽ. 、/
=
(.if.。 ,.… …`バヽ・… 、ゝ,1ヽ
..
Penguji 1 (Konsentrasi)
2 (Uururn)
爾 ..「 .… ./,… ……)
LE}IBAR PENGESAHAN L‐tJIAN SKRIPSI
llal・ i il吾 せヽ:逓菫.20 Jl11li 2016 tclah dilakukal ttian Skliptt atas Mahatts、 ia:
4ヽulla1111llad 11・ 亀1l Svali・ ヒldi,1
1112084000019
111llll EkOllonli da:l Stlldi Pclllballュ lillall
==Pcngartlll Nilai´1‐llkar lttlpiall(モ JSD),Scrtittkat Ballk
lndollcsia S)'ariall(SBIS),dall Nil〔ti Jakarta lslal■ ic lll(lcx
(III)・ I` erlladap 「 otal Nilai Akti■・a Bcrsill Rcksadalla
S、=.nria11''
Sctcla11 1■ cnccrnlati dall lllelllpc11latikal1 1)ellanlpila1l scrta kcnla11lpuall )「 allg
bclsangklltall sclaina proscs ■liall sklipsi. 11laka dii)utliskall ball、 va lllall[isisll a
tcrscbut di atas dillvatakatl LLLl」 S dan skHpsi ini ditcrinla scbasai salall satti
S)「 al・ at 111lttlk 11lolllpcroicll gclar Saljalla ttkollollli pada Faktiltas Ekollollli clξ111
Bisllis t」 ni、「crsitas lslanl lヾ egcl・ i Syarif IIi(lavatuilah Jakarta.
:lakarta.20 Jlllli 2016
ArifFitriiantO,卜 1.Si
NIP 1971111820()51 1()()3
Dr.Stlllenda urirallati:^卜 {.E
NIP.1961()421 199()()3 1(302
Dl's.Rllscliall10ヽ 卜1.Sc
NIP`1955r)lo4 198403 1 011i
Dlヽ .Stlilclldaヽ Viranata.Ⅳl.E
NIP.1961()421 199〔 ,()3 1()()2
1.Nょ11)al
2.NIM
3 Jllrtlsarl
4. Jlldlli Skripsi
,
一
う0
4.
Sckl・etaris
5.RR.Tini Anttgracil:,S・ l,λ{.Si
LEⅣIBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILⅣ IIAH
Yang bertanda tangxrdi bawah ini :
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
Muhammad Irfan Syafrudin
1 1 12084000019
Ekonomi dan Bisnis
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :Dengan ini menyatakan
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkandan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli ataupun tanpa izin pemilik karya4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan atas karya saya dan melalui pembuktian yang
dipertanggungiawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telahmelanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan
afliran yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif HidayatullahIakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
Jakalta.5 Juni 2016
Muhammad Irfan Syafrudin
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama Lengkap : Muhammad Irfan Syafrudin
Nama Panggilan : Irfan
Tempat , Tanggal Lahir : Jakarta , 13 September 1993
Alamat : Jl.Intisari II Rt002/009 No.16 Kel.
Kalisari Kec.Pasar Rebo Jak-Tim
No. Hp : 0856-9167-2976
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
2001 – 2006 : SD Negeri Kalisari 05 Pagi
2006 – 2009 : SMP Negeri 179 Jakarta
2009 – 2012 : SMA Negeri 98 Jakarta
2012 – 2016 : Semester 8 Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2012– 2011 : Anggota Futsal SMA Negeri 98 Jakarta
2012 – 2013 : Divisi Orseni Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ)
2012 – 2013 : Anggota Kepanitiaan 17 Agustus Karang Taruna
Rt 002/009
2013 : Panitia Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi
IV. SEMINAR DAN PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Seminar Dialog Jurusan dan Konsentrasi
2. Kuliah Umum “Sosialisasi Hemat Energi”, UIN Syarif
Hidayatullah
3. Seminar Nasional “Penyiapan SDM Berbasis Kompetensi Syariah
Dalam Pengembangan Perbankan Syariah Era MEA 2015” Ikatan
Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)
4. Seminar Social Trust Fund “Mewujudkan Lembaga Keuangan
Mikro Yang Berdaya Saing Dalam Menghadapi MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015”, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
ii
5. Seminar Internasional Ekonomi Islam “Building Strategic Alliance
In Islamic Economic, Finance, and Business policies”, Ikatan Ahli
Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)
6. Sekolah “Pasar Modal Syariah” Bursa Efek Indonesia
7. Peserta “Sharia Banking Training Center” (SBTC)
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Kasanun
2. Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 07 Mei 1955
3. Ibu : Sundiati
4. Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 15 April 1961
5. Alamat : Jl.Intisari II Rt002/009 No.16 Kel.
Kalisari Kec.Pasar Rebo Jak-Tim.
6. Telepon : 085691672976
7. Anak ke dari : 3 dari 3 bersaudara
iii
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the influence of rupiah exchange
rate (USD), Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) and Jakarta Islamic Index
(JII) of the total net asset value (NAV) of I Islamic mutual funds 2011-2014
period. The data used in this research is the monthly data of each variable. In this
research, the dependent variable is the total net asset value (NAV) of Islamic
mutual funds and independent variable is the value of the rupiah (USD), Bank
Indonesia Certificates Sharia (SBIS) and Jakarta Islamic Index (JII). This
research uses panel data analysis wtih fixed effect model approach (FEM).
The results of this research show the value of the rupiah exchange rate
(USD), SBIS, JII simultaneously have a significant influence on the total net asset
value of Islamic mutual funds calculated F value of 39.45828 > F table at 2.65
and Prob (F-statistic) of 0.000000 < alpha of 0.05. However partially showed
that (1) the total NAV Islamic mutual funds are affected significantly and
positively by the rupiah exchange rate (USD), (2) total NAV Islamic mutual funds
are not affected significantly and positively by SBIS, and (3) the total NAV
Islamic mutual funds affected significantly and positively by JII.
Keywords: Total NAV of Islamic mutual fund, Rupiah exchange rate (USD), Bank
Indonesia Certificates Sharia (SBIS) and Jakarta Islamic Index (JII).
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai kurs rupiah
(USD), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jakarta Islamic Index (JII)
terhadap total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah periode 2011-2014.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari masing-masing
variabel. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah total Nilai Aktiva Bersih
(NAB) reksadana syariah dan variabel independennya adalah nilai kurs rupiah
(USD), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jakarta Islamic Index (JII).
Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan pendekatan fixed effect
model (FEM).
Hasil dari penelitian ini menunjukan nilai kurs rupiah (USD), SBIS , JII
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Total Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah dengan nilai F hitung sebesar 39.45828 > F tabel
sebesar 2.65 dan Prob (F-statistic) sebesar 0,000000 < alpha 0,05. Namun secara
parsial menunjukan bahwa (1) total NAB reksadana syariah dipengaruhi secara
signifikan dan positif oleh nilai kurs rupiah (USD), (2) total NAB reksadana
syariah tidak dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh SBIS, dan (3) total
NAB reksadana syariah dipengaruhi signifikan dan positif oleh JII.
Kata kunci : Total NAB reksadana syariah, nilai kurs rupiah (USD), Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jakarta Islamic Index (JII).
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah s.w.t. Dzat
Maha Sempurna, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada umat
manusia. Berkat rahmat dan hidayah Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (USD),
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Nilai Jakarta Islamic Index
(JII) terhadap Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah” dengan baik.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat manusia, Nabi
Muhammad s.a.w, makhluk mulia yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang
kepada sesama manusia.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam pembuatan skripsi ini tentu terdapat dukungan,
bimbingan dan bantuan serta semangat dan doa dari semua orang disekeliling
penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karenanya izinkanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua, Ibu Sundiati dan Bapak Kasanun yang selalu
mendoakan dan tidak pernah berhenti memberi dukungan, semangat di
dalam hidup serta di perkuliahan, serta pengorbanan yang selalu
mengiringi setiap langkah penulis.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yng sangat berharga selama
perkuliahan
3. Bapak Dr. Suhenda Wiranata selaku dosen pembimbing I dan Ibu RR.
Tini Anggraeni, ST, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, memberikan motivasi serta arahan yang berharga dan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini.
vi
4. Bapak Arief Fitrijanto M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan yang telah memberikan arahan serta bimbingan
dalam penyelesaian perkuliahan program S1 ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan tambahan pengetahuan kepada penulis, serta jajaran staff
Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah melayani dan membantu
penulis selama masa perkuliahan.
6. Teman-teman IESP 2012 yang selalu bersama sejak awal perkuliahan,
terimakasih atas kebersamaan, keceriaan, inspirasi dan semangat selama
ini yang telah diberikan kepada penulis.
7. Teman-teman konsentrasi Ekonomi Islam yang selalu kompak dan solid
dalam menjalani perkuliahan di konsentrasi ini. Terima kasih atas
kekompakannya sehingga penulis dapat mencapai tahap ini.
8. Teman-teman KKN KACA yang telah memberikan pengalaman baru
kepada penulis sehingga penulis sampai tahap penyusunan skripsi ini.
9. Fahmi,Waldi, Sandra, Wiwi, Yayang, dan Hilda selaku penghuni kosan
di sekitar kampus yang menyediakan tempat kumpul, istirahat dan
berteduh bagi penulis.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,yang
telah membantu sehingga terselesainya penyusunan skripsi ini.
Dengan selesainya Penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam penyusunan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah s.w.t meridhoi
usaha kami untuk mencapai hasil yang diharapkan. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, Juni 2016
Muhammad Irfan Syarfudin
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 9
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Reksadana Syariah ............................................................................ 12
B. Jenis-Jenis Reksadana Syariah .......................................................... 19
C. Nilai Aktiva Bersih ........................................................................... 24
D. Nilai Tukar Rupiah ............................................................................ 25
1. Nilai Tukar Secara Umum .......................................................... 25
2. Nilai Tukar Pandangan Islam ...................................................... 30
E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ..................................................... 31
F. Jakarta Islamic Index......................................................................... 35
G. Hubungan Antar Variabel ................................................................. 41
1. Hubungan Kurs Rupiah dengan Total NAB Reksadana Syariah . 41
2. Hubungan SBIS dengan Total NAB Reksadana Syariah ............ 42
3. Hubungan Jakarta Islamic Index dengan Total NAB Reksadana
Syariah ....................................................................................... 43
H. Kajian Kepustakaan (Penelitian Terdahulu) ..................................... 44
viii
I. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 51
J. Perumusan Hipotesa .......................................................................... 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 54
B. Teknik Penentuan Sampel ................................................................. 54
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 55
D. Metode Analisis ................................................................................ 56
1. Uji Stasioner Data ....................................................................... 56
2. Analisis Model Regresi Data Panel............................................. 58
3. Tahapan Analisis Data ................................................................ 63
4. Pengujian Signifikansi ................................................................ 65
E. Operasional Variabel ......................................................................... 67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 71
1. Reksadana Syariah ...................................................................... 71
2. Nilai Tukar Rupiah (USD) .......................................................... 78
3. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ............................................... 81
4. Nilai Jakarta Islamic Index (JII) ................................................. 84
B. Hasil Uji Stasioner Data .................................................................... 87
C. Pemilihan Model Regresi Data Panel ............................................... 88
D. Hasil Estimasi Model ........................................................................ 93
E. Pengujian Hipotesis dengan Analisa Regresi Data Panel ................. 97
F. Pembahasan dan Analisis Ekonomi Hasil Penelitian ........................ 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 106
B. Saran .................................................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 109
LAMPIRAN ................................................................................................... 112
ix
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
4.1 Data Total NAB Jenis-Jenis Reksadana Syariah 74
4.2 Data Nilai Tukar Rupiah (USD) 78
4.3 Data Bagi Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 81
4.4 Data Nilai Jakarta Islamic Index (JII) 85
4.5 Hasil Uji Stasioner 88
4.6 Hasil common effect 89
4.7 Hasil fixed effect 90
4.8 Hasil Uji Chow 91
4.9 Hasil random effect 91
4.10 Hasil Uji Hausman 93
4.11 Nilai intercept jenis-jenis reksadana syariah 94
4.12 Koefisien Determinasi 96
4.13 Hasil Uji t 98
4.14 Hasil Uji F 100
4.15 Tabel Hubungan Variabel Independen terhadap Total NAB
Reksadana
102
x
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Total NAB Reksadana Syariah (OJK Laporan
Triwulan IV data tahun 2011-2014)
4
2.1 Skema Unsur Reksadana Syariah 15
2.2 Skema Proses Penyaringan Emiten JII 37
4.1 Contoh Proporsi Jenis Reksadana terhadap Total NAB
Reksadana
73
4.2 Grafik Total Nilai Aktiva Bersih Jenis-Jenis Reksadana Syariah 76
4.3 Grafik Nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar 79
4.4 Grafik Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 83
4.4 Grafik Bulanan Nilai Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2011-
2014
86
xi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Daftar Reksadana Syariah Akhir Tahun 2014 ................................... 112
B. Hasil Uji Stasioner
1) Variabel NAB ......................................................................... 117
2) Variabel Nilai Tukar Rupiah .................................................. 118
3) Variabel SBIS ......................................................................... 119
4) Variabel JII ............................................................................. 120
C. Hasil Common Effect ......................................................................... 121
D. Hasil Fixed Effect .............................................................................. 122
E. Hasil Random Effect .......................................................................... 122
F. Hasil Uji Chow .................................................................................. 123
G. Hasil Uji Hausman ............................................................................. 123
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di era masyarakat yang modern ini, muncullah beraneka ragam macam-
macam kebutuhan. Baik itu dari kebutuhan yang sifatnya konsumtif maupun
yang sifatnya produktif. Dalam kebutuhan yang sifatnya produktif, dalam
memenuhi kebutuhannya masyarakat tidak hanya memenuhi kebutuhannya
untuk saat ini saja melainkan juga bertujuan memenuhi kebutuhannya
dimasa yang akan datang, atau dengan kata lain yang biasa dikenal dengan
kata investasi. Jenis investasi pun saat ini juga semakin beraneka ragam
mulai dari investasi di deposito melalui lembaga perbankan, investasi
property, dan investasi melalui produk-produk dalam pasar modal.
Dalam berinvestasi di pasar modal ini banyak masyarakat yang
khususnya beragama islam masih meragukan kehalalan melakukan investasi
dalam pasar modal karena dianggap masih mengandung unsur riba dan
spekulasi. Dimana dalam quran terdapat larangan transaksi yang
mengandung unsur riba yaitu :
Yang artinya :
Wahai orang-orang beriman janganlah kalian makan riba dengan berlipat
ganda dan bertaqwa lah kepada Allah supaya kalian mendapatkan
2
keberuntungan. (Q.S Ali Imron ayat 130). Maka dari itu dibutuhkan suatu
alternatif investasi yang didalamnya tidak mengandung unsur ribawi dan
praktik-praktik spekulatif yang selama ini terdapat pada pasar modal
konvensional. Lalu muncullah pasar modal syariah untuk menjawab
keraguan masyarakat terhadap kehalalan dalam berinvestasi di pasar modal.
Bangkitnya industri keuangan syariah di Indonesia didukung oleh
mulai goyahnya industri keuangan konvensional akibat guncangnya
ekonomi global. Dan industri keuangan syariah ini hadir sebagai alternatif
karena dianggap industri keuangan syariah lebih stabil, efisien dan
tujuannya yang mulia yaitu tidak hanya memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya melainkan untuk mencapai kemaslahatan umat. Hal
tersebut juga didukung melalui prinsip-prinsip dalam ekonomi islam yaitu
dalam kegiatan bermuamalah harus atas dasar suka sama suka, berkeadilan,
dan tidak saling merugikan.
Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia diawali dengan
didirikannya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Perkembangan
keuangan syariah juga merambah ke sektor pasar modal Indonesia. Di
tengah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998, PT. Danareksa
Investment Management (DIM) menerbitkan instrumen pasar modal
syariah yang pertama yaitu Reksadana Syariah pada tahun 1997 (Sutedi,
2011:4).
Reksadana Syariah merupakan salah satu alternatif berinvestasi bagi
masyarakat yang ingin menginvestasikan dananya pada pasar modal.
3
Menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, reksadana adalah wadah yang
digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Sedangkan reksadana syariah merupakan reksadana yang mengalokasikan
seluruh dana/portofolio kedalam instrumen syariah, seperti saham-saham
yang tergolong dalam Jakarta Islamic Index (JII), obligasi syariah, dan
berbagai instrumen keuangan syariah lainnya (Sutedi,2011: 8).
Sebagai salah satu tolak ukur dari kinerja dari suatu jenis reksadana
maka dapat dilihat dari nilai aktiva bersih (NAB). Menurut (Heri
Sudarsono, 2008:218), nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio
reksadana yang bersangkutan. Sebagaimana pengertian NAB adalah suatu
nilai yang menggambarkan total kekayaan suatu reksadana setiap harinya,
NAB ini dipengaruhi oleh penjualan dan pembelian reksadana oleh para
investor, selain itu faktor yang mempengaruhi nilai dari NAB adalah harga
pasar dari aset reksadana itu sendiri.
Bila kita melihat grafik perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB
Reksadana Syariah cenderung positif dari kurun waktu 4 tahun terakhir
yaitu dari Januari 2011 – Desember 2014. Yaitu pada tahun 2011 kisaran
NAB sejumlah 5.564,79, di akhir tahun 2012 berada pada kisaran angka
8.050,07, total NAB reksa dana syariah aktif pada akhir Desember 2013
mencapai Rp 9,43 triliun, meningkat 17,14% dibanding NAB akhir tahun
2012 yang berjumlah Rp 8,05 triliun, dan pada tahun akhir tahun 2014 total
Reksa Dana Syariah sebanyak 74 dengan NAB sebesar Rp11,16 triliun atau
4
meningkat 12,12% dan 15,15% dibanding triwulan sebelumnya. Proporsi
jumlah dan NAB Reksa Dana Syariah terhadap total industri Reksa Dana
mencapai 8,31% dari 894 Reksa Dana dan 4,65% dari total NAB Reksa
Dana Rp241,46 triliun. Namun pada triwulan 1 tahun 2014 sempat terjadi
penurunan total NAB reksadana syariah yaitu berada pada kisaran angka
Rp 8,77 triliun, turun 6,99% dibandingkan akhir 2013 yang sebesar Rp 9,43
triliun. Hal ini terjadi dikarenakan, Pertama penurunan nilai efek saham dan
obligasi yang menjadi aset dasar reksadana syariah dan sejumlah produk
reksadana dibubarkan. Sedangkan peluncuran produk baru sangat minim.
Produk yang dibubarkan seperti Mandiri Saham Syariah Atraktif, Mandiri
Komoditas Syariah Plus, Mega Dana Syariah dan Danareksa Proteksi
Melati Optima Syariah (data OJK 2011-2014).
Gambar 1.1 Perkembangan Total NAB Reksadana Syariah (OJK Laporan
Triwulan IV data tahun 2011-2014)
Dalam menentukan alternatif investasi ada banyak faktor dan
pertimbangan yang perlu diperhatikan investor, faktor-faktor yang diduga
memiliki pengaruh terhadap perubahan total NAB reksadana syariah adalah
5
nilai kurs rupiah (USD), SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah), dan JII
(Jakarta Islamic Index). Faktor-faktor tersebut secara teoritis sangat
berkaitan dengan kinerja portofolio reksadana syariah sehingga diharapkan
dapat menjadi indikator kuat bagi investor untuk mengetahui kinerja dari
reksadana syariah.
Perubahan kondisi ekonomi, politik, termasuk juga kondisi sosial, dan
keamanan didalam dan luar negeri yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang telah go publik/listing dibursa
efek. Hal tersebut jelas akan mempengaruhi efek yang termasuk dalam
portofolio reksadana (Abdul Hamid, 101:2009). Tentunya ketika
perkembangan pasar modal mengalami guncangan akibat perubahan
indikator ekonomi, akan berdampak pula pada instrumen di dalam pasar
modal tersebut, yang dalam hal ini berupa instrumen reksadana syariah.
Seperti ketika kinerja perekonomian dalam kondisi yang baik akan mampu
menarik para investor untuk menginvestasikan dananya di pasar modal.
Yang akan diikuti perdagangan di pasar modal mengalami peningkatan,
serta akan diikuti pula peningkatan dalam kinerja reksadana syariah dari
sisi NABnya. Akan tetapi pada saat kondisi negara mengalami kemunduran
dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah, lebih-lebih mengalami
pertumbuhan ekonomi yang negatif merupakan suatu hal yang sulit
mengharapkan pasar modal bisa berkembang dan membuat penurunan
dalam kinerja dari reksadana syariah.
6
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi salah satu faktor yang
turut mempengaruhi pergerakan kinerja reksadana syariah di pasar modal
Indonesia. Menurut Suta (2000) dalam (Rahmi Hifdzia, 2012:8), fluktuasi
nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat
mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal.
Kestabilan pergerakan nilai tukar rupiah menjadi sangat penting, terlebih
bagi perusahaan yang aktif dalam kegiatan ekspor impor yang tidak dapat
terlepas dari penggunaan mata uang asing yaitu dollar Amerika Serikat
sebagai alat transaksi atau mata uang yang sering digunakan dalam
perdagangan. Karena reksadana syariah merupakan instrumen investasi di
pasar modal maka kinerja reksadana syariah diduga dipengaruhi oleh
variabel nilai tukar ini.
Dalam berinvestasi yang berlandaskan syariah, tidak hanya melalui
investasi di pasar modal baik berupa reksadana syariah maupun instrumen
pasar modal lainnya. Tetapi bisa juga melalui produk investasi lainnya
yang diperuntukkan bagi sektor perbankan yaitu melalui investasi Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS). Sebagaimana diketahui bahwa sektor pasar
modal memiliki pengaruh pada sektor perbankan. Begitu pula pada sektor
perbankan syariah dan pasar modal syariah.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ini merupakan salah satu
kendali moneter yang diterbitkan oleh BI untuk Bank-bank Syariah . Dalam
hal ini BI menerbitkan SBIS dengan cara dilelang kepada Bank-bank
Syariah tersebut dengan maksud mengendalikan iklim moneter yang sehat.
7
Dan Bank-bank Syariah akan membeli SBIS dengan tujuan menambah
asset dari Bank-bank Syariah tersebut. Karena Bank-bank Syariah
berpatisipasi dalam mengendalikan moneter maka BI akan memberikan
reward kepada Bank-bank Syariah yang berpatisipasi karena akad yang
digunakan merupakan akad jualah’. Dengan diberikannya reward oleh BI
maka tentunya pendapatan Bank-bank Syariah tersebut bertambah
sehingga berdampak pada tingkat nisbah bagi hasil dari para nasabah di
sektor perbankan. Dengan demikian hal tersebut diduga mempengaruhi
perubahan dari NAB reksadana syariah karena beralihnya
investor/pemodal ke sektor perbankan.
Selain faktor-faktor diatas yang diduga mempengaruhi kinerja
investasi dalam Reksadana Syariah, maka diperlukan suatu indeks yang
digunakan untuk mengatahui kinerja dari investasi saham-saham yang
berbasis syariah, seperti layaknya investasi reksadana konvensional yang
mengacu pada IHSG dan LQ45. Maka dari itu diperlukan suatu acuan dari
reksadana syariah ini yang tentunya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Sehingga pada tanggal 3 juli tahun 2000 Bursa efek Indonesia yang bekerja
sama denan PT. Danareksa Investment Menegement meluncurkan Jakarta
islamic Index (JII).
Berdirinya JII ini diharapakan menjadi tolak ukur untuk mengukur
kinerja saham-saham yang bebasis syariah. Hal ini diduga mempengaruhi
kinerja NAB Reksadana Syariah, dikarenakan portofolio saham yang
diinvestasikan oleh manajer investasi didominasi oleh investasi pada
8
saham-saham yang berbasis syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupakan
subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada
tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base
date (dengan nilai 100) (Abdul Hamid, 52:2009) . Dan dalam JII ini berisi
30 saham-saham unggulan yang berbasis syariah.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini dimaksudkan
untuk mengukur dan menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel makro
ekonomi, yang terdiri dari Nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar dan dari
instrumen perbankan syariah berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) serta dari sektor pasar modal berupa indeks untuk mengukur kinerja
saham-saham berbasis syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JII) terhadap
perubahan Total NAB dari masing-masing jenis reksadana syariah. Maka
dalam penelitian dan karya tulis ini peneliti akan memberikan sebuah judul:
“ PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH (USD), SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
TERHADAP TOTAL NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) REKSADANA
SYARIAH (PERIODE 2011-2014)”.
9
B. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi masalah agar tidak terlalu luas, maka penulis menggaris
bawahi bahwa penelitian ini hanya membicarakan tentang:
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah Nilai Tukar
Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jakarta Islamic Index
(JII).
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah Total Nilai
Aktiva Bersih dari empat jenis Reksadana Syariah yaitu Reksadana Saham,
Reksadana Campuran, Reksadana Pendapatan Tetap, dan Reksadana
Terproteksi
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan antara tahun
2011-2014
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan
Jakarta Islamic Index berpengaruh secara parsial terhadap Total Nilai
Aktiva Bersih ( periode 2011-2014 ) ?
2. Apakah Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan
Jakarta Islamic Index berpengaruh secara simultan terhadap Total Nilai
Aktiva Bersih ( periode 2011-2014 ) ?
10
D. Tujuan Penelitian
Penulisan penelitian ini bertujuan untuk menjawab variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) masing-masing
jenis Reksadana syariah. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah, dan Jakarta Islamic Index berpengaruh secara parsial terhadap
Total Nilai Aktiva Bersih ( periode 2011-2014 ) ?
2. Untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah, dan Jakarta Islamic Index berpengaruh secara parsial terhadap
Total Nilai Aktiva Bersih ( periode 2011-2014 ) ?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini yaitu dapat
memberikan informasi dan menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai
pergerakan Total Nilai Aktva Bersih (NAB) reksadana syariah. Dan manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapakan bermanfaat sebagai saran implementasi
ilmu pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan dan
perekonomian serta memberikan pembuktian yang empiris hubungan
antara variabel-variabel nilai tukar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan
Jakarta Islamic Index dengan pergerakan dari Total Nilai Aktiva Bersih
(NAB) reksadana syariah.
11
b. Manfaat Akademis
Dari Penelitian ini karena erat hubungannya dengan bidang ilmu
ekonomi islam dan pasar modal syariah. sehingga dengan penulisan
penelitian ini pihak-pihak yang berkepentingan dapat lebih mudah
memahami. Dan sebagai tambahan referensi dan rujukan bagi penelitian
selanjutnya mengenai Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah.
c. Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh selama proses pembelajaran di UIN Syarif
Hidayatullah jurusan Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan Konsentrasi
Syariah dan untuk memotivasi peneliti untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Reksadana Syariah
Menurut Heri Sudarsono (2004 :201) Pengertian reksadana (mutual fund)
secara umum adalah wahana yang digunakan untuk menghimpun dana
masyarakat (pemodal) untuk kemudian diinvestasikan ke dalam portofolio
efek oleh manajer investasi (MI). Portofolio efek tersebut bisa berupa saham,
obligasi, instrumen pasar uang, atau kombinasi dari beberapa di antaranya.
Lahirnya reksadana syariah diawali dengan lahirnya Undang- Undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, reksadana mulai dikenal di
Indonesia sejak diterbitkan reksadana perseroan oleh PT-BNDI Reksadana
pada tahun 1995, kemudian pada tahun 1996, BAPEPAM membentuk
peraturan tentang reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK),
peraturan ini memberikan peluang terbentuknya reksadana syariah yang
pertama kali dilaksanakan pada tahun 1998 yang dikelola oleh PT. Danareksa
Investment Management (Abdul Manan 2009:173)
Reksadana Syariah adalah salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal, khusunya pemodal kecil dan pemodal yang tidak mempunyai
banyak keahlian dan waktu untuk menghitung atas investasi mereka.
Reksadana Syariah dirancang sebagi sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat hal tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal
lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia (Abdul Azis 2010:139).
13
Reksadana Syariah merupakan Reksadana yang pengelolaan dan kebijakan
investasinya mengacu pada syariat Islam, misalnya tidak menginvestasikan
pada usaha dari saham-saham atau obligasi dari perusahaan yang pengelolaan
atau produknya bertentangan dengan syariat Islam. Seperti pabrik makanan
atau minuman yang mengandung alkohol, daging babi, rokok dan tembakau,
jasa keuangan konvensional, pertahanan dan persenjataan serta bisnis hiburan
yang berbau maksiat.
Reksa Dana Syariah merupakan media atau alat yang membantu surplus
unit melakukan penempatan dana untuk diinvestasikan. Reksa Dana Syariah
ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan investor yang menginginkan
memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih yang
dapat dipertanggung jawabkan secara religius, yang memang sejalan dengan
prinsip-prinsip syariah.
Dalam reksadana konvensional sebenarnya terdapat banyak maslahat,
seperti memajukan perekonomian, saling memberikan keuntungan diantara
para pelakunya, meminimalkan resiko dalam pasar modal dan sebagainya.
Namun didalamnya terdapat hal-hal yang bertentangan dengan Syariah, baik
dalam segi akad, operasi, investasi, transaksi dan pembagian keuntungannya.
Sebenarnya dalam kaidah Syariah dapat menerima usaha semacam
Reksadana, sepanjang hal yang tidak bertentangan dengan Syariah. Prinsip
dalam berakad harus mengikuti hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT
yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
14
Yang artinya:
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu ( QS. An Nisaa : 29 ).
Reksadana syariah dikelola umumnya berdasarkan prinsip mudharabah,
dimana manajer investasi dan Bank Kustodian bertindak sebagai pengelola
(mudharib) dan investor sebagai pemilik dana (shahibul maal). Pemilik aset
dalam portofolio reksadana syariah dilakukan melalui proses penyaringan
yang ketat berdasarkan prinsip syariah, misalnya memilih aset/saham
perusahaan yang tidak memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, judi,
produksi makanan/minuman haram seperti daging babi, minuman keras,
rokok dan sebagainya.. Jika reksa dana syariah membeli saham, maka saham
yang dibeli harus saham perusahaan yang sudah dinyatakan sesuai syariah.
Salah satu indikasinya adalah saham perusahaan bersangkutan terdaftar dalam
obligasi yang boleh dibeli pun hanya obligasi syariah saja, begitu juga dengan
deposito. Selain itu terdapat ciri tersendiri pada produk reksa dana syariah,
yakni adanya proses cleansing atau membersihkan pendapatan yang diperoleh
dengan cara membayar zakat (Abdul Aziz 2010:151).
Menurut Burhanudin S. tujuan utama Reksadana Syariah bukan semata -
mata mencari keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial
15
terhadap lingkungan, komitmen pada nilai-nilai religiusitas, meskipun tanpa
harus mengabaikan kepentingan para investor. Untuk mewujudkan investasi
melalui Reksadana Syariah paling tidak harus memenuhi unsur sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Skema Unsur Reksadana Syariah
Sumber: Burhanudin S., 2010:156
Keterangan:
a) Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan pengarahan
tertentu kepada Manajer Investasi, agar senantiasa sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
b) Merupakan pihak yang menggunakan perusahaan reksadana
sebagai instrumen melakukan investasi.
c) Reksadana Syariah adalah perusahaan pembiayaan yang
kepengurusannya biasanya terdiri dari Manajer Investasi dan Bank
Kustodian. (Burhanudin S 2010:156)
Dewan Syariah
Investor Perusahaan Reksadana
Syariah
Mudharabah Bagi
Hasil
16
Pada dasarnya setiap individu yang berinvestasi di pasar modal selalu
ingin mendapatkan keuntungan dalam investasinya. Kehadiran reksadana
dalam pasar modal cukup menarik perhatian para investor karena ada
beberapa keuntungan yang dapat diberikan kepada investor. (Gunawan
Widjaja dan Almira Prajna Ramaniya, 2006:16-22), menjelaskan beberapa
keuntungan investasi di reksadana antara lain:
1. Diversifikasi Investasi dan Penyebaran Resiko
Dana yang dikelola oleh reksadana cukup besar sehingga memberikan
kesempatan bagi pengelola untuk mendiversifikasi investasinya ke
berbagai jenis efek atau media investasi lainnya. Jadi, sasaran
investasinya tidak tergantung pada satu atau beberapa instrumen saja.,
sehingga hal ini sekaligus juga merupakan upaya penyebaran risiko.
2. Biaya Rendah
Reksadana dikelola secara profesional, sehingga akan menciptakan
efisiensi dalam pengelolaan. Biaya yang dikeluarkan relatif kecil bila
dibandingkan jika seseorang investor mengelola sendiri dananya,
misalkan dalam komisi transaksi akan relatif besar, dan biaya untuk
mendapatkan informasi juga akan lebih besar.
3. Harga
Harga pada saham dan atas Unit Penyertaan Reksadana tidak begitu
terpengaruh dengan harga di bursa. Apabila harga saham di bursa
mengalami penurunan secara umum, maka manajer investasi akan
beralih ke media investasi lain, misalnya pasar uang. Oleh karena itu,
17
secara fleksibel Manajemen investasi dapat mengalihkan dananya pada
sektor - sektor yang lebih menguntungkan.
4. Dapat Dimonitor Secara Rutin
Pemegang saham dan atas unit penyertaan Reksadana dapat memonitor
perkembangan harga sahamnya secara rutin. Karena, setiap hari
reksadana akan mengumumkan Nilai Aktiva Besrih melalui surat
kabar. Nilai Ktiva Bersih per saham da atas Unit Penyertaan dihitung
dengan total NAB dibagi atas Unit Penyertaan yang beredar pada saat
itu.
5. Pengelolaan Portofolio yang Profesional
Kemampuan investor kecil dalam mengakses informasi pasar dan
kemampuan menganalisis saham secara baik sangat terbatas. Belum
lagi sentimen pasar yang sering mempengaruhi naik/turunnya harga
Efek yang menjadi pasar penerbitan Reksadana tanpa dasar
fundamental yang jelas. Manajer investasi yang mengelola portofolio
Efek dalam Reksadana mempunyai akses informasi ke pasar melalui
banyak sumber sehingga bisa mengambil keputusan yang lebih akurat
(Gunawan Widjaja dan Almira Prajna Ramaniya, 2006:16-22).
Selain keuntungan yang dapat diberikan kepada investor dalam
investasi pada Reksadana, juga dapat beberapa resiko yang dapat
mendatangkan kerugian bagi para investor tersebut. Karena, dalam
melakukan setiap investasi akan selalu timbul resiko kerugian. Walaupun
sudah melakukan diversifikasi portofolio investasi dengan cara
18
menyebarkan resiko secara berimbang, investasi di Reksadana tetap
menimbulkan potensi resiko kerugian.
Resiko-resiko tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Resiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih Unit Penyertaan. Resiko ini
dipengaruhi oleh turunnya harga dan Efek (saham, obligasi, dan surat
berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio Reksadana tersebut.
b. Resiko Liquiditas. Resiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh
Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan
penjualan kembali atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi
kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
c. Resiko Pasar. Resiko pasar adalah situasi ketika harga instrumen
investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya
kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Keadaan ini
biasa disebut dengan kondisi bearish. Resiko pasar yang terjadi secara
tidak langsung akan mengakibatkan NAB yang ada pada Unit
Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan.
d. Resiko Wanprestasi. Resiko ini merupakan resiko terburuk, dimana
resiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang
mengasuransikan kekayaan Reksadana tidak segera membayar ganti
rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak
yang terkait dengan Reksadana, pialang, bank kustodian, agen
19
pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan
NAB Reksadana.
e. Resiko Default. Resiko ini merupakan kategori resiko yang paling
fatal. Resiko default terjadi, misalnya jika pihak Manajer Investasi
membeli obligasi yang Emitennya mengalami kesulitan keuangan
sehingga tidak mampu membayar bunga atau pokok obligasi tersebut.
Untuk menghidari resiko ini, pihak Manajer Investasi biasanya
melakukan seleksi peringkat obligasi yang layak dijadikan portofolio
investasi Reksadana mereka. Seleksi ini akan menghasilkan daftar
jenis obligasi yang masuk dalam peringkat “investment grade” dan
layak dijadikan portofolio reksadana. (Abdul Aziz 2010:153-154) .
B. Jenis-jenis Reksadana Syariah
Berdasarkan bentuk hukumnya di Indonesia, secara umum reksadana
dapat dibagi atas dua bentuk yaitu:
a) Reksadana berbentuk Perseroan
Reksadana suatu perusahaan (PT). Yang dari sisi bentuk hukum
tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada
jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi. Jadi,
reksadana yang berbentuk perusahaan penerbit reksadana kegiatan
usahanya adalah menghimpun dana dari penjualan saham tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar
modal dan pasar uang.
20
Perseroan reksadana ini hanya memiliki dewan direksi dan tidak
ada dewan komisarisnya. Sehingga yang melakukan pengawasan
terhadap kinerja serta pelaksanaan aturan oleh manajer investasi harus
sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh dewan direksi
perseroan reksadana yang bersangkutan. (Abdul Aziz 2010:141-142)
Reksadana berbentuk perseroan ini dibedakan lagi berdasarkan
sifatnya menjadi reksadana tertutup dan reksadana terbuka. Reksadana
tertutup adalah reksadana berbentuk perseroan yang menjual sahamnya
kepada investor melalui penawaran umum perdana (Initial public
offering) di bursa efek. Sehingga apabila investor ingin menjual
reksadana tersebut, mereka dapat menjualnya kembali melalui bursa
kepada investor lainnya, bukan kepada pihak manajer investasi atau
penerbitnya (issuer) (Abdul Ghofur 2008: 66).
Reksadana terbuka adalah reksadana berbentuk perseroan yang
menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari investor
sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Pada
reksadana terbuka ini dalam hal pemegang saham melakukan
penjualan kembali (redemption), maka pihak reksadana terbuka
wajib membeli saham-saham tersebut. Ketentuan mengenai kewajiban
membeli ini memiliki pengecualian, yaitu:
1. Bursa efek dimana sebagian besar portofolio efek reksadana
diperdagangkan ditutup.
21
2. Perdagangan efek atas sebagian besar portofolio efek reksadana di
bursa efek dihentikan.
3. Keadaan darurat: atau
4. Terdapat hal-hal lain yang ditetapkan dalam kontrak pengelolaan
investasi setelah mendapat persetujuan Bapepam
b) Kontrak Investasi Kolektif
Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif merupakan
instrumen penghimpun dana dengan menerbitkan unit penyertaan
kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis investasi baik di pasar modal
maupun di pasar uang. Pada reksadana berbentuk perseroan pihak
menghimpun dana dengan melakukan penjualan saham, sedangkan
reksadana KIK menghimpun dana melalui penjualan unit penyertaan.
Namun keduanya sama-sama menginvestasikan dana yang dihimpun
pada berbagai efek yang diperdagangkan.
Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian
yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai investor.
Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio efek dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan penitipan dan administrasi investasi. (Abdul Aziz
2010:142)
22
Adapun menurut (Hariandy Hasbi, 2010:64) dan (Parluhutan
Situmorang dkk., 15-17), dilihat dari dana yang terkumpul dalam
reksadana dibedakan dari beberapa jenis yaitu:
1. Reksadana Syariah Saham,
Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya
80% dari dana yang dikelolanya dalam efek bersifat ekuitas. Jenis
reksadana ini menawarkan imbal hasil yang tertinggi jika
dibandingkan reksadana lainnya. Tentunya, imbal hasil yang tinggi
ini juga diimbangi oleh tingkat risiko yang cukup tinggi.
Untuk reksadana ini cocok untuk investor yang sudah mengerti
resiko investasi dan ingin memaksimalkan dana investasi untuk
mendapatkan hasil yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Bisa
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang,
yaitu diatas 10 tahun.
2. Reksadana Syariah Campuran,
Reksadana campuran dalam orientasinya lebih fleksibel dalam
menjalankan investasi. Fleksibel berartikan, pengelolaan investasi
dapat digunakan untuk berpindah- pindah dari saham, ke obligasi,
maupun ke deposit. Atau tergantung pada kondisi pasar dengan
melakukan aktivitas trading. Reksadana jenis ini lebih aman pada
kondisi pasar dimana terjadi volatilitas yang cukup tinggi
dikarenakan investasi ditempatkan di berbagai instrumen, baik itu
saham, obligasi, maupun pasar uang.
23
Reksadana ini memiliki resiko moderat dengan tingkat
pengembalian investasi lebih tinggi daripada reksadana pendapatan
tetap. Jenis ini cocok untuk investor yang sudah mengerti resiko
investasi, tetapi belum mau menempatkan seluruh dananya pada
efek saham. Jenis reksadana ini bisa dimanfaatkan untuk mencapai
tujuan investasi jangka menengah dan jangka panjang, yakni 3-10
tahun.
3. Reksadana Pendapatan Tetap,
Adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-
kurangnya 80% dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk
efek bersifat utang. Umumnya memberikan penghasilan dalam
bentuk bagi hasil, seperti deposito, obligasi syariah, sbbi, dan
instrument lain. Jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil
terendah jika dibandingkan beberapa reksadana lainnya. Namun,
tingkat risiko yang ditawarkan juga rendah. Tujuan dari reksadana
ini adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil
untuk jangka menengah atau kurang dari lima tahun.
4. Reksadana Pasar Uang,
Merupakan investasi pada pasar efek yang bersifat utang.
Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan
modal atau menjadi pelengkap tabungan atau deposito. Reksadana
ini memiliki resiko yang rendah karena instrumen investasi yang
dipilih adalah instrumen utang yang mempunyai jatuh tempo
24
kurang dari satu tahun, seperti SBI, Surat Berharga Pasar Uang,
SBPU, sertifikat deposito, dan surat pengakuan utang.
5. Reksadana Terproteksi,
Jenis reksadana ini dikeluarkan oleh bapepam tahun 2006
bersama jenis Reksadana indeks, dan Reksadana dengan
penjaminan (Rahman 2015:43). Reksadana ini memberikan
proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan
ketentuan khusus yang berlaku. Reksadana ini cenderung
diinvestasikan pada instrumen pasar modal dan pasar uang yang
lebih aman. Reksa Dana terproteksi umumnya dikategorikan
sebagai investasi risiko rendah hingga menegah dan umumnya
digunakan untuk tujuan investasi jangka menegah. Dalam
berinvestasi di reksa dana Terproteksi, umumnya investor harus
berkomitmen untuk suatu jangka waktu investasi tertentu untuk
mendapatkan manfaat proteksinya misalnya 2 atau 3 tahun
tergantung fitur produk yang bersangkutan
C. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan alat ukur kinerja Reksa Dana. Nilai
Aktiva Bersih berasal dari nilai portofolio Reksa Dana yang bersangkutan.
Seperti kita ketahui bahwa aktiva atau kekayaan Reksa Dana dapat berupa
kas, deposito, saham, obligasi, right dan efek lainnya. Sementara kewajiban
Reksa Dana dapat berupa fee Manajer Investasi yang belum dibayar, fee Bank
25
Kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker
yang belum dibayar serta efek yang belum dilunasi.
Dengan kata lain Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah besarnya jumlah
aktiva atau aset yang dimiliki oleh reksadana yang dikurangi dengan
kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah
NAB yang dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar
(outstanding) dan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. Di
dalam jumlah NAB tersebut terdapat berbagai komponen, seperti saham,
obligasi dan juga surat berharga pasar uang dimana harganya dapat
berfluktuasi dan sangat bergantung dengan adanya kekuatan penawaran dan
permintaan dari pihak bursa. Jika harga pasar dari berbagai unsur tersebut
mengalami peningkatan, maka nilai aktiva bersihnya juga akan mengalami
peningkatan. Sedangkan bila mengalami penurunan, maka nilai aktiva
bersihnya juga akan mengalami penurunan (Mohammad Heykal 2012:87).
D. Nilai Tukar Rupiah
1. Nilai Tukar secara Umum
Nilai tukar (Kurs) Mata Uang Menurut (Faisal, 2001:20) kurs
(exchange rate) adalah harga satu mata uang (yang diekspresikan)
terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat diekspresikan sebagai sejumlah
mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing
(disebut juga direct quote) atau sebaliknya sejumlah mata uang asing yang
dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang lokal (disebut juga indirect
quote).
26
Menurut (Adiwarman, 2010:160) terdapat dua rezim kebijakan
mengenai nilai tukar uang yang dilakukan oleh Bank Sentral, yaitu:
1. Rezim Nilai Tukar Dipagu (Fixed Exchange Rate Regime): yaitu bila
otoritas keuamgan suatu negara menetapkan suaatu nilai tukar uang
tertentu untuk mata uangnya.
2. Rezim Nilai Tukar Fleksibel (Flexible Exchange Rate Regime): yaitu
bila nilai tukar mata uang suatu negara adalah ditentukan oleh
keseimbangan yang terjadi di pasar pertukaran uangnya.
Pergerakan suatu nilai tukar/kurs dapat berubah sepanjang waktu
karena adanya perubahan kurva permintaan dan penawaran. Hukum ini
juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak
daripada suplainya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula
sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut
kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate)
sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro,
2001:41). Adapun Menurut (Madura, 2006:128- 135) faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan kurva permintaan dan penawaran tersebut yaitu:
a) Perubahan Tingkat Inflasi Relatif,
b) Perubahan Suku Bunga Relatif,
c) Tingkat Pendapatan Relatif,
d) Pengendalian Pemerintah,
e) Prediksi pasar akan kurs mata uang dimasa depan,
f) Interaksi faktor.
27
Menurut Suramaya (2012:58-59) nilai tukar atau disebut juga kurs
valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada
empat jenis, yaitu:
a) Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
b) Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan
kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan
oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.
c) Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
d) Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual
beli bank notes dan traveler chaque, di mana dalam kurs tersebut
telah diperhitungkan promosi dan biaya lain‐lain.
Menurut Sukirno (2011:402) faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang
selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh
banyak faktor, diantaranya:
1) Perubahan dalam cita rasa masyarakat,
Cita rasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka
perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi
mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan dalam negeri
maupun di impor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri
mereka menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan ia dapat
28
pula menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang
impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor
bertambah dan perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing.
2) Perubahan harga barang ekspor dan impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang
menetukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor.
Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga relatif
murah akan menaikan ekspor dan apabila harganya naik maka
ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan
menambah jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan barang impor
akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga-harga
barang dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran
dan permintaan ke atas mata uang negara tersebut.
3) Kenaikan harga umum (inflasi)
Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing,
Inflasi yang berlangsung umumnya cenderung untuk menurunkan
nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti itu disebabkan efek
inflasi yang berikut: (i) inflasi menyebabkan harga-harga di dalam
negeri lebih mahal dari harga-harga diluar negeri oleh sebab itu inflasi
berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga-
harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi
cenderung mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan
29
ke atas valuta asing bertambah (berarti harga mata uang negara yang
mengalami inflasi menurun) (Sukirno, 2011:402).
4) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengebalian investasi sangat penting
peranannya dalam mempengaruhialiran modal. Suku bunga dan
tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung menyebabkan
modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga
dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan
modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Apabila lebih banyak
modal mengalir ke suatu negara, permintaan ke atas mata uang dalam
negeri bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai
mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal
negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.
5) Pertumbuhan ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada
nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi
yang berlaku. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh
perkembangan ekspor, maka permintaan ke atas mata uang negara itu
bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai
mata uang negara itu akan naik. Akan tetapi, apabila kemajuan
tersebut menyebabkan impor bekermbang lebih cepat dari ekspor,
penawaran mata uang negara itu lebih cepat bertembah dari
30
permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara tersebut
akan merosot (Sukirno, 2011:402).
2. Nilai Tukar dalam Pandangan Islam
Perdagangan valuta asing dapat dianalogikan dengan pertukaran
antara emas dan perak (sharf). Harga atau pertukaran itu dapat ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Diriwayatkan oleh
Abu Ubadah ibnush-Shamid bahwa Rasullah Saw. telah bersabda,
ة ة بالفض امت قال : قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم : الذهـب بالذهـب والفض عن عبادة بن الص
عير والتمر بالتمر وا لملح بالملح مثال بمثل سواء بسواء يدا بيد فإذا اختلف والبر بالبر والشعير بالش
هـذه األصناف فبيعوا كيف شئتم إذا كان يدا بيد
Yang artinya:
“Emas (hendaklah dibayar) dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam
dengan garam, sama dan sejenis haruslah dari tangan ke tangan (cash).
Maka apabila berbeda jenisnya, juallah sekehendak kalian dengan syarat
kontan.” (HR Muslim, dalam kitab al-Musaqah)
Arahan Rasulullah Saw. dalam hadits ini mengindikasikan:
a) Emas dan perak sebagai mata uang tidak boleh ditukarkan dengan
sejenisnya (Rupiah dengan rupiah atau dollar dengan dollar)
kecuali sama jumlahnya.
b) Bila berbeda jenisnya, rupiah dengan yen, dapat ditukarkan
(exchange) sesuai dengan market rate dengan catatan harus naqdan
atau spot (Syafi’i, 2001:197)
31
Menurut Adiwarman (2010:167-168) penyebab dari
apresiasi/depresiaisi (fluktuasi) nilai tukar suatu mata uang di dalam Islam
digolongkan dalam dua kelompok yaitu:
a) Natural, misalnya karena adanya perubahan nilai tukar akibat dari
perubahan-perubahan yang terjadi pada permintaan agregratif dan
penawaran agregatif.
b) Human Error, misalnya karena adanya korupsi, pajak penjualan
yang sangat tinggi dan pencetakan uang yang berlebihan (melebihi
kebutuhan sektor riil) sehingga nilai tukar uang akan mengalami
depresiasi
Selain dari itu, perlu diingat bahwa kebijakan nilai tukar uang dalam
islam dapat dikatakan menganut management Floating, dimana nilai tukar
adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah (bukan merupakan cara
atau kebijakan itu sendiri) karena pemerintah tidak mencampuri
keseimbang yang terjadi di pasar kecuali jika terjadi hal-hal yang
mengganggu keseimbangan itu sendiri. Jadi bisa dikatakan bahwa suatu
nilai tukar yang stabil adalah merupakan hasil dari kebijakan pemerintah
yang tepat.
E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Keberadaan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai instrumen kebijakan
moneter cukup penting. Hal ini dikarenakan dapat mengontrol jumlah uang
yang beredar dalam perekonomian. Namun karena SBI dalam sistemnya
terdapat hal-hal yang mengandung unsur riba/bunga, membuat bank-bank
32
syariah tidak dapat ikut serta dalam pengendalian jumlah uang yang beredar
tersebut. Maka dari itu Bank Indonesia menyiapkan instrumen pengendali
moneter yang diperuntukkan oleh bank-bank syariah yaitu Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI). Namun karena kurang efektifnya prinsip wadiah ini,
maka Bank Indonesia mengganti SWBI dengan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) yang dinilai lebih efektif bila dibandingkan SWBI.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah sertifikat yang diterbitkan Bank
Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan
piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah yang diciptakan dalam
rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menertibkan
instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan dapat dimanfaatkan oleh bank syariah
untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas (Arifin,
2009:198).
Terbitnya SBIS merupakan pengganti dari SWBI (Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia). Setelah ketentuan SBIS berlaku, maka SWBI tidak lagi
digunakan. Namun, untuk SWBI yang sudah terbit sebelum PBI No.
10/11/PBI/2008 diberlakukan, SWBI tetap berlaku dan tunduk pada
ketentuan dalam PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang
SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo. Penempatan dana dalam SWBI,
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sejak bulan April 2008 menjadi SBI
Syariah. Jadi, secara otomatis bank-bank syariah yang telah menempatkan
33
dananya pada SWBI berarti secara langsung telah menempatkan dananya
pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Menurut Bank Indonesia (2013) Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) adalah adalah surat berharga sebagai pengakuan utang Bank Indonesia
yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah. Karakteristik SBIS saat ini
adalah:
a) Menggunakan akad ju‟alah namun, berdasarkan fatwa DSN-MUI,
SBI Syariah juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad
mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah).
b) Bersatuan unit sebesar Rp1 juta
c) Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12
bulan;
d) Diterbitkan tanpa warkat (scripless)
e) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia, dan
f) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder (non-negotiable).
Menurut Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 akad pada SBIS
yang digunakan saat ini adalah ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau
komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil yang
ditentukan dari suatu hasil pekerjaan. Adapun rukun dan syarat sahnya
ju‟alah adalah sebagai berikut:
Rukun ju‟alah Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007:
1) Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang akan
bekerja juga tidak ditentukan waktunya.
34
2) Ja‟il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu
dari hasil pencapaian atas suatu pekerjaan yang telah dijanjikan
sebelumnya.
3) Maj‟ulah adalah orang yang melaksanakan akad ju‟alah.
4) Maj‟ulaih adalah pekerjaan yang dilaksanakan.
5) Upah
Syarat syahnya akad ju‟alah adalah sebagai berikut:
1) Orang yang menjanjikan hadiah atau upah harus orang yang cakap
untuk melakukan tindakan hukum. Yaitu: baliqh, berakal, dan cerdas.
2) Objek ju‟alah harus berupa pekerjaan yang tidak dilarang oleh
syariah.
3) Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang
berharga atau bernilai dan harus jelas juga nilainya.
4) Ijab harus disampaikan dengan jelas oleh pihak yang menjanjikan
upah walaupun tanpa ucapan qabul dari pihak yang melaksanakan
pekerjaan.
5) Pekerjaan yang mengharapkan hasilnya itu harus mengandung
manfaat yang jelas dan boleh di manfaatkan menurut hukum syar‟i.
Bank Indonesia dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS
mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bank-bank syariah
sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan
(reward/„iwadh/ju‟l) tertentu bagi yang turut berpartisipasi dalam
pelaksanaannya. Ketentuan mengenai imbalan SBIS adalah dengan cara Bank
35
Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang diterbitkan
kemudian Bank Indonesia membayar imbalan pada saat jatuh waktu SBIS.
Ketentuan Hukum SBIS adalah sebagai berikut
1) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai instrumen
pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan
operasi pasar terbuka (OPT).
2) Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai
dengan akad yang dipergunakan.
3) Bank Indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada
pemegangnya pada saat jatuh tempo.
4) Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya
yang belum dapat disalurkan ke sektor riil.
F. Jakarta Islamic Index (JII)
Dalam tulisan Sofyan Rizal mengenai saham syariah, pengertian,
peluang, dan hambatannya di Indonesia, menjelaskan bahwa prinsip-prinsip
penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham
syariah maupun non syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham
yang memenuhi prinsip-prinsip syariah (Abdul Aziz, 2010:97). Di bursa Efek
Jakarta (BEJ) terdapat beberapa indeks. Namun diantara indeks tersebut,
salah satu yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah adalah Jakarta Islamic
Index (JII). JII merupakan salah satu indeks saham di Indonesia yang
menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis kegiatan usaha yang
memenuhi kriteria syariah. Dikatakan demikian karena saham-saham yang
36
masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. JII dibentuk dari hasil kerjasama antara
PT BEI (saat itu Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Investment
Management (PT DIM). JII beroperasi sejak tanggal 3 Juli 2000 dan
menggunakan tahun 1 januari sebagai base date (dengan nilai 100).
Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan
investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk
melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung
proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII
menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai
syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin
menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana
ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih
portofolio saham yang halal. (https://id.wikipedia.org)
Berdasarkan fatwa No.40/DSNMUI/X/2003 tentang pasar modal dan
pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal,
menetapkan bahwa kriteria kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip
syariah ialah:
a. Usaha perjudian dan dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
37
c. Produsen, distributor serta pedagang makanan dan minuman
haram.
d. Produsen, distributor, atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
e. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat
transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga
keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.
Kemudian selain dari segi kegiatan usaha, kriteria perusahaan juga
ditentukan oleh indeks:
a. kapitalisasi pasar (market capitalization) dari saham di mana JII
menggunakan kapitalisasi harian rata-rata selama satu tahun;
b. perdagangan saham di bursa, JII menggunakan rata-rata harian
perdagangan reguler saham di bursa selama satu tahun. Dari
kriteria tersebut, saham-saham yang dipilih untuk dapat masuk ke
dalam indeks. Berikut digambarkan skema proses penyaringan
saham JII:
Gambar 2.2 : Skema Proses Penyaringan Emiten JII
Seleksi Saham Syariah
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.
38
Seleksi Kapitalisasi
Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama
satu tahun terakhir.
Seleksi Nilai Volume Transaksi
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan reguler selama (satu) tahun terakhir.
PROSES EVALUASI EMITEN SETIAP 6 BULAN SEKALI
Sumber: (Manan, 2009:116)
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus
berdasarkan data publik dan media. Indeks harga saham setiap hari dihitung
menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di bursa (Manan 2009:115).
Perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus
menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah
lini bisnisnya sehingga menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan
dikeluarkan dari indeks JII. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan
diganti oleh saham emiten lain.
39
Adapun menurut Firdaus (2005:33-35) kaidah-kaidah syariah yang telah
dipenuhi dalam instrumen saham adalah sebagai berikut:
1. Kaidah syariah untuk saham
a. Bersifat musyarakah jika saham ditawarkan secara terbatas.
b. Bersifat mudarabah jika saham ditawarkan secara terbatas.
c. Tidak boleh ada pembedaan jenis saham karena risiko harus
ditanggung oleh semua pihak.
d. Seluruh keuntungan akan dibagi hasil, dan jika terjadi kerugian akan
dibagi rugi bila perusahaan dilikuidasi.
e. Investasi pada saham tidak dapat dicairkan kecuali setelah likuidasi.
2. Kaidah syariah untuk emiten
a. Produk/jasa yang dihasilkan dikategorikan halal. Dalam hal ini, JII (
Jakarta Islamic Index) telah melakukan penyaringan terhadap saham
yang listing. Berdasarkan fatwa DSN, BEJ memilih emiten yang unit
usahanya sesuai syariah
b. Hasil usaha tidak mengandung unsur riba dan tidak bersifat zalim.
c. Tidak menempatkan investor dalam kondisi gharar atau maysir.
d. Memberi informasi yang transparan.
e. Resiko usaha yang wajar dan memenuhi ketentuan.
f. Manajemen islami.
g. Menghormati HAM.
h. Menjaga sumber daya alam dan lingkungan hidup.
40
3. Kaidah syariah untuk pasar perdana
a. Semua akad harus berbasis pada transaksi yang riil (dengan
penyerahan) atas produk dan jasa yang halal dan bermanfaat.
b. Tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang.
c. Dana hasil penjualan efek yang diterbitkan akan diterima perusahaan.
d. Hasil investasi yang akan diterima pemodal merupakan fungsi dan
manfaat yang diterima emiten dari modal yang diperoleh dari dana
hasil penjualan efek dan tidak boleh semata-mata merupaka fungsi dari
waktu.
4. Kaidah syariah untuk pasar sekunder
a. Semua efek harus berbasis pada transaksi riil (dengan penyerahan) atas
produk dan jasa yang halal.
b. Tidak boleh membeli efek utang dengan dana dari utang atau
menerbitkan surat utang.
c. Tidak boleh membeli berdasarkan tren atau indeks.
d. Tidak boleh memperjualbelikan hasil yang diperoleh dari suatu efek
(misalnya kupon, dividen) walaupun efeknya sendiri dapat diperjual
belikan.
e. Tidak boleh melakukan transaksi murabahah dengan menjadikan objek
transaksi sebagai jaminan.
f. Transaksi tidak menyesatkan, seperti penawaran palsu dan concerning
(Firdaus, 2005:33-35).
41
G. Hubungan Antar Variabel
Dalam rumusan masalah telah ditetapkan akan meneliti tentang pengaruh
Nilai Kurs Rupiah (USD), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan
Nilai Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Total Nilai Aktiva Bersih
Reksadana periode 2011 sampai dengan 2014. Dengan demikian maka
peneliti mencari hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian
tersebut:
1. Hubungan Tukar Rupiah dengan Total NAB Reksadana Syariah
Perubahan atau perkembangan yang terjadi pada berbagai variabel
ekonomi suatu negara akan memberikan pengaruh kepada pasar modal.
Apabila suatu indikator ekonomi makro jelek maka akan berdampak
buruk bagi perkembangan pasar modal. Tetapi apabila suatu indikator
ekonomi baik maka akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap
kondisi pasar modal (Sunariyah, 2006:20). Hal inilah yang melandaskan
hubungan nilai tukar dengan pasar modal, dimana fluktuatif dari nilai kurs
rupiah terhadap dollar mempengaruhi kinerja pasar modal.
Hubungan nilai tukar dengan instrumen pasar modal adalah postif.
Dimana ketika terjadi penguatan kurs rupiah investor akan terdorong
untuk melakukan investasi dikarenakan kondisi perekonomian yang
dinilai cukup baik atau stabil. Hal inilah yang mendasari hubungan anta
Total NAB Reksadana Syariah dikarenakan reksadana syariah merupakan
instrumen dari pasar modal. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Ahmad Mursyidin (2010) yang menunjukan adanya hubungan
42
yang positif antara nilai tukar dan Nab reksadana syariah. Dan penelitian
oleh Livia Halim, (2013) dimana terdapat hubungan yang positif antara
kurs terhadap Return Saham Kapitalisasi Besar di Bursa Efek Indonesia.
Hal ini sesuai dikarenakan mayoritas portofolio efek dari reksadana
syariah adalah saham-saham unggulan berbasis syariah.
2. Hubungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Total NAB
Reksadana Syariah
Tingkat suku bunga atau interest rate merupakan rasio pengembalian
sejumlah investasi sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada
investor. Besarnya tingkat suku bunga bervariatif sesuai dengan
kemampuan debitur dalam memberikan tingkat pengembalian kepada
kreditur. Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman
investor dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal (Ria,
Apriatni dan Hari,2013:3). SBIS ini layaknya SBI yang membedakan
dalam SBIS ini tidak menggunakan tingkat suku bunga melainkan bagi
hasil kepada perbankan syariah yang menginvestasikan dananya di Bank
Sentral. Hal inilah yang mendasari hubungan antara SBIS dengan tingkat
investasi pada pasar modal khususnya instrumen reksadana syariah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Layaly Rahmah (2011) dan
Fitria Saraswati (2013) menyatakan bahwa SBIS tidak memiki pengaruh
yang signifikan terhadap NAB reksadana syariah.
43
3. Hubungan Nilai Jakarta Islamic Index (JII) dengan Total NAB
Reksadana Syariah
Reksadana merupakan dana bersama yang dioperasikan oleh suatu
perusahaan investasi yang mengumpulkan uang dari pemegang saham dan
menginvestasikannya ke dalam saham, obligasi, opsi, komoditas, atau
sekuritas pasar uang (Andri Soemitra, 2009:165). Dari pengertian ini
dapat disimpulkan bahwa dana yang dikumpulkan dari para investor akan
diinvestasikan kedalam saham. Dimana para manajer investasi tersebut
akan secara dominan menginvestasikan dana-dana tersebut ke dalam
saham-saham unggulan. Karena reksadana syariah tidak sembarangan
dalam menempatkan dana-dana tersebut, yaitu hanya pada saham-saham
yang berkategori halal. Maka penempatan dana investasi akan dominan
ditempatkan pada saham-saham syariah unggulan. Dengan demikian
saham-saham dalam daftar JII ini menjadi pilihan dalam penempatan dana
investasi tersebut. Hal ini dikarenakan JII adalah daftar 30 saham
unggulan berbasis syariah.
Menurut penelitian Aulia Rizky (2010) terdapat hubungan yang
signifikan antara JII dan NAB pada Danareksa Syariah Berimbang.
Penelitian ini dilakukan periode 2004-2008. Penelitian lain oleh Reno
Virlandana A.dan Budi Hermana (2005) yang memperoleh hasil
hubungan antara NAB per unit Reksa Dana Syariah dengan JII dan IHSG
adalah berkolerelasi kuat positif (searah) artinya semakin tinggi nilai
NAB maka semakin tinggi pula nilai JII dan IHSG
44
H. Kajian Kepustakaan (Penelitian Terdahulu)
Berdasarkan judul yang diteliti oleh penulis, maka penulis mencoba
untuk mencari sumber-sumber referensi penelitian terdahulu untuk lebih
membantu penulis dalam melakukan penelitian dan untuk lebih
mengembangkan penelitian yang pernah diteliti mengenai Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Syariah dan variabel-variabel lainnya seperti Nilai Tukar
Rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Jakarta Islamic Index (JII).
Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap sesuai
dengan tema penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penulis & Judul
Penelitian
Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu, 2003 :
“Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi
Dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar
Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”.
(Jurnal)
Hasil dan Metode
Penelitian
Diperoleh hasil bahwa suku bunga dan inflasi
mempunyai hubunga negatif terhadap harga
saham tetapi tidak demikian dengan
profitabilitas dan nilai tukar rupiah terhadap
dollar yang justru mempunyai hubungan
positif. Ini berarti kenaikan suku bunga sebesar
1% dapat menurunkan harga saham sebesar
12.3%, atau sebaliknya. Demikian juga
45
turunnya inflasi sebesar 1% akan
meningkatkan harga saham sebesar 0.838%,
atau sebaliknya. Namun tidak demikian dengan
profitabilitas dan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika; dimana naiknya profitabilitas
badan usaha sebesar 1 % akan meningkatkan
harga saham sebesar 5.125%, atau sebaliknya;
demikian juga meningkatnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar sebesar 1% akan meningkatkan
harga saham 11.6%, atau sebaliknya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Regresi Berganda.
2. Penulis & Judul
Penelitian
Reno Virlandana A.dan Budi Hermana 2005.
“Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah
Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia Pada Periode Januari 2001-
Desember 2004” (Jurnal)
Hasil dan Metode
Penelitian
Analisis hubungan antara NAB per unit Reksa
Dana Syariah dengan JII dan IHSG adalah
berkolerelasi kuat positif (searah) artinya
semakin tinggi nilai NAB maka semakin tinggi
pula nilai JII dan IHSG. Hal menunjukkan
46
bahwa perdagangan instrumen pasar modal
syariah secara umum sudah mengikuti aktifitas
transaksi saham di pasar modal, atau instrumen
reksa dana syariah sudah bisa dianggap sebagai
instrumen investasi dengan analisis pergerakan
yang sarna dengan instrumen pasar modal
konvesional. Sedangkan analisis hubungan
antara NAB per unit reksadana syariah dengan
equivalent rate nisbah bank syariah· dan SWBI
menunjukkan kolerasi kuat. Peningkatan NAB
tersebut menunjukkan semakin banyaknya
investor yang menanamkan portofolionya ke
instrumen reksa dana syariah pada saat
keuntungan nisbah simpanan mudharabah
yang tercermin pada equivalent rate nisbah
bank syariah dan bonus SWBI mengalami
penurunan. Pada kondisi tersebut investasi
pada reksadana syariah mempunyai potensi
keuntungan yang lebih besar dibandingkan
investasi pada produk simpanan di bank
syariah. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi.
47
3. Penulis & Judul
Penelitian
Ahmad Mursyidin, 2010 : “Analisis Pengaruh
Variabel Makro Ekonomi dan Indeks Syariah
terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah. (Skripsi)
Hasil dan Metode
Penelitian
Diperoleh hasil bahwa semua variabel eksogen
berpengaruh secara signifikan. Baik pengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap
NAB reksadana syariah. Dengan nilai
pengaruh langsung dan tidak langsung kurs
sebesar 9,79%, dan -11,79%, inflasi 26,73%
dan 8,00%, SWBI 6,76% dan -11,30%, dan JII
48,56% dan -7,04%. Dan dari keempat
variabel eksogen tersebut variabel yang paling
dominan mempengaruhi NAB reksadana
syariah adalah JII dengan nilai sebesar 41,54%
lebih besar dari variabel lainnya kurs -1,99%,
inflasi 34,73% dan SWBI -4,54% . Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Path Analysis.
4. Penulis & Judul
Penelitian
Aulia Rizky Amelia, 2010 : “Pengaruh Inflasi
dan JII Terhadap Total Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Syariah (Studi Pada
Danareksa Syariah Berimbang dari PT.
48
Danareksa Investment Management dari Tahun
2004-2008)”. (Skripsi)
Hasil dan Metode
Penelitian
Diperoleh hasil bahwa secara simultan inflasi
dan JII mempunyai pengaruh yang signifikan
dengan total NAB reksadana syariah pada
Danareksa Syariah Berimbang. Terdapat pula
kontribusi inflasi dan JII terhadap
pertumbuhan total NAB reksadana syariah
pada Danareksa Syariah berimbang sebesar
26,2%, sedangkan sisanya sebesar 73,3%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dianalisis dalam penelitian ini. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi
Linear Berganda
5. Penulis & Judul
Penelitian
Layaly Rahmah, 2011 : “Pengaruh Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih
Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari
2008 – Oktober 2010.” (Skripsi).
Hasil dan Metode
Penelitian
Diperoleh hasil bahwa secara parsial tidak ada
pengaruh yang signifikan antara SBIS dengan
NAB dengan tingkat signifikasi sebesar 0,197.
49
Sementara IHSG menunjukan ada pengaruh
yang signifikan sebesar 0.0000 dengan t hitung
8,653 > t tabel 1,6972. Variabel Nilai Kurs
Rupiah tidak memiliki nilai pengaruh yang
signifikan sebesar 0,804 t hitung 0,251 < t
tabel. Secara simultan seluruh variabel
signifikan dengan nilai 0,0000 dan besarnya F
hitung 123,991 > F tabel 2,92. Metode analisis
yang digunakan adalah regresi linear berganda.
6. Penulis & Judul
Penelitian
Livia Halim, (2013): “Pengaruh Makro
Ekonomi terhadap Return Saham Kapitalisasi
Besar di Bursa Efek Indonesia”. (Jurnal)
Hasil dan Metode
Penelitian
inflasi, BI rate, jumlah uang beredar dan nilai
tukar secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap return saham kapitalisasi
besar. Sedangkan secara parsial hanya variabel
jumlah uang beredar dan nilai tukar yang
secara parsial berpengaruh signifikan
sedangkan variabel inflasi dan BI rate tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
return saham kapitalisasi besar. Koefisien
determinasi menunjukkkan bahwa 17,6%
return saham kapitalisasi besar dipengaruhi
50
oleh inflasi, tingkat SBI, jumlah uang beredar
dan nilai tukar, sedangkan 82.4% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda
51
I. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Reksadana Syariah
Nilai Kurs Rupiah
(USD) (X1)
Sertiffikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS)
(X2)
Jakarta Islamic Index
(JII) (X3)
Total NAB Reksadana Syariah
(Y)
Reksadana
Saham
Reksadana
Campuran
Reksadana
Pendapatan Tetap
Reksadana
Terproteksi
Uji Chow Uji Hausman
Model
Common
Effect
Model Fixed
Effect
Model Fixed
Effect
Model
Random
Effect
Interprestasi dan
Kesimpulan
Uji Stasioner Data
52
J. Perumusan Hipotesa
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka penulis mencoba merumuskan
hipotesis yang akan di uji kebenarannya, apakah hasil penelitian akan
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Hipotesis yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh nilai tukar secara parsial terhadap
Total NAB Reksadana Syariah (Reksadana Saham, Reksadana
Campuran, Reksadana Pendapatan Tetap, dan Reksadana
Terproteksi) periode 2011-2014.
H1: Diduga terdapat pengaruh nilai tukar secara parsial terhadap Total
NAB Reksadana Syariah (Reksadana Saham, Reksadana
Campuran, Reksadana Pendapatan Tetap, dan Reksadana
Terproteksi) periode 2011-2014.
2. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) secara parsial terhadap Total NAB Reksadana Syariah
(reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan
tetap, dan reksadana terproteksi) periode 2011-2014.
H1: Diduga terdapat pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) secara parsial terhadap Total NAB Reksadana Syariah
(reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan
tetap, dan reksadana terproteksi) periode 2011-2014.
53
3. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) secara
parsial terhadap Total NAB Reksadana Syariah (reksadana saham,
reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana
terproteksi) periode 2011-2014.
H1: Diduga terdapat pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) secara parsial
terhadap Total NAB Reksadana Syariah (reksadana saham,
reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana
terproteksi) periode 2011-2014.
4. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh nilai tukar rupiah (USD), Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Jakarta Islamic Index (JII)
secara simultan terhadap Total NAB Reksadana Syariah
(reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan
tetap, dan reksadana terproteksi) periode 2011-2014.
H1: Diduga terdapat pengaruh nilai tukar rupiah (USD), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), dan Jakarta Islamic Index (JII) secara
simultan terhadap Total NAB Reksadana Syariah (reksadana
saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap, dan
reksadana terproteksi) periode 2011-2014.
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang linkup penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
tingkat nilai kurs rupiah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan
Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
data runtun waktu (time series). Sebagaimana metode penelitian kuantitatif
adalah merupakan jenis penelitian yang terencana dan terstruktur dengan
jelas sejak awal hingga pembuatannya karya ilmiahnya. Metode ini banyak
menuntut penggunaan angka, konkrit, objektif, rasional, dan sistematis
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data hasil dan sampai
tahap kesimpulan penelitian (Mufriani,2013:41-42). Dalam penelitian ini
yang digunakan adalah data Total NAB masing-masing jenis Reksadana
Syariah per bulan dari Januari tahun 2011 sampai dengan Desember tahun
2014.
B. Teknik Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi yang
diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro,2009:118),
Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Purposive sampling adalah metode untuk
memperoleh informasi dari sasaran-sasaran sampel tertentu yang disengaja
55
oleh peneliti, karena hanya sampel tersebut saja yang mewakili (Zulganef,
2008: 302).
Sampel dalam penelitian ini adalah jenis-jenis dari reksadana syariah
yaitu reksadana saham, campuran, pendapatan tetap, dan terproteksi. Hal
ini karena peneliti menganggap jenis-jenis reksadana tersebut mampu
mewakili Total dari seluruh NAB Reksadana Syariah.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian yang penuulis lakukan dengan mencari informasi dan
menghubungkan korelasi antara perbandingan-perbandingan yang ada dari
buku-buku dan internet. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini berupa:
1. Data Sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
atau melalui sumber lain, misalakan melaui catatan atau arsip
perusahaan, publikasi pemerintah, atau yang disediakan media massa
(Zulganef, 2008:303). Adapun yang menjadi sumber peneliti dalam
memperoleh data penelitian ini adalah data yang berasal dari situs
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa keuangan dalam laporan bulanan
atau tahunan.
Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) masing-masing jenis Reksadana
Syariah diperoleh dari situs Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setiap
56
bulannya selama periode Januari 2011 sampai dengan Desember
2014.
2. Data Nilai Kurs Rupiah terhadap dollar setiap bulannya selama
periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 diperoleh dari
website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
3. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah setiap bulannya selama
periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 diperoleh dari
website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
4. Data Jakarta Islamic Index (JII) setiap bulannya selama periode
Januari 2011 samapai dengan Desember 2014 diperoleh dari situs
(www.idx.co.id).
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Library Research merupakan teknik pengambilan data yang
dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis
literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis dalam hal ini
melakukan penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan
yang berkenaan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
1. Uji Stasioner Data
Literatur terkini menyarankan bahwa pengolahan data panel
berdasarkan uji akar unit memiliki kekuatan yang besar bila
57
dibandingkan dengan uji akar unit berdasarkan time series individu
(Yerimias Manuhutu,2011:39). Tradisi pengujian akar-akar unit (Unit
Roots) telah lama dilakukan dalam kajian yang bersifat runtun waktu
dalam menangkap fenomena yang bersifat dinamis. Pada dasarnya antara
uji akar-akar unit pada data panel serupa dengan data runtun waktu,
sekalipun tidak identik. Secara prinsip, uji akar-akar unit di data panel
juga berawal dari model autoregressive (AR) (Agung Nusantara,
2013:57).
Teknik akar-akar unit yang diterapkan meliputi: Levin-Lin-dan
diterapkan pada i , yaitu: (1) parameter bersifat ajeg dalam setiap lintas
sektoral, sehingga untuk semua i. Pengujian Levin-Lin-dan Chu (LLC),
Breitung dan Hadri semuanya menggunakan asumsi tersebut. Disamping
itu, (2) i diasumsikan juga memiliki nilai yang bervariasi lintas sektor.
Asumsi kedua ini dilakukan oleh uji Im-Pesaran dan Shin (IPS), Fisher-
ADF, dan Fisher PP.Levin. Lin and Chu (2002) menggunakan uji akar
unit data panel dengan mempertimbangkan spesifikasi basic ADF
sebagai berikut:
DYit = αYit-1 + ∑ 𝜷𝒑𝒊𝒊=𝟏 it DYit-j + X
*it δ + 𝜖it
dimana :
DYit = bentuk difference dari Yit
Yit1 = Data panel
α = ρ–1
58
pi = jumlah kelambanan yang disesuaikan untuk bentuk
difference
X*it = variabel eksogen dalam model seperti fixed effect daerah
trend waktu individu
εit = error term
LCC (2002) hipotesis null uji akar unit data panel panel yang
menyatakan bahwa terdapat indikasi adanya akar unit dapat ditulis
sebagai berikut:
H0 : hipotesis null bila data panel memiliki akar unit (asumsi proses
common unit root)
H1 : data panel tidak memiliki akar unit
Jika secara statistik signifikan maka kesimpulan adalah menolak
hipotesis null atau panel data tidak memiliki akar unit. Sedangkan
apabila hasil secara statistik tidak signifikan maka kesimpulannya adalah
menerima hipotesis null atau memiliki akar unit.
2. Analisis Model Regresi Data Panel
Untuk mencari keterkaitan antar variabel yang tercangkup dalam
penelitian ini, penulis menggunakan analisis regresi panel data. Analisis
panel data adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan
data silang (cross section) ) (Wahyu Purnomo, 2011). Data runtut waktu
biasanya meliputi satu objek/individu (misalnya harga saham, kurs mata
uang, SBI, atau tingkat inflasi), tetapi meliputi beberapa periode (bisa
harian, bulanan, kuartalan, atau tahunan). Data silang terdiri dari atas
59
beberapa atau banyak objek, sering disebut responden (misalnya
perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya; laba, biaya iklan, laba
ditahan, dan tingkat investasi) dalam suatu periode waktu tertentu.
Alat/software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews8 dan
dalam mengelompokan data-data yang dibutuhkan peneliti menggunakan
Microsoft Excel 2007.
Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005) antara lain :
1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara
ekspilisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu;
2. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan
data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model
perilaku lebih kompleks.
3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang
berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok
digunakan sebagai study of dynamic adjustment.
4. tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih
informative, lebih variatif, dan kolinieritas (multiko) antara data
semakin berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df)
lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih
efisien.
5. data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model
perilaku yang kompleks.
60
6. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin
ditimbulkan oleh agregasi data individu.
Dengan keunggulan tersebut maka implikasi pada tidak harus
dilakukannya pengujian asumsi klasik dalam model data panel (Verbeek,
2000; Gujarati, 2006; Wibisono, 2005; Aulia; 2004, dalam Shochrul R,
Ajija, dkk. 2011 ).
Mengingat data panel merupakan gabungan dari data cross section
dan data time series, maka model dalam penelitian ini ditulis dengan:
TNit = β0 + β1 Kursit + β2 SBISit + β3 JIIit + 𝜖it
Dimana :
TNit = Total NAB Reksadana Syariah 2011-2014
Kursit = Nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar 2011-2014
SBISit = Sertifikat Bank Indonesia Syariah
JIIit = Jakarta Islamic Index 2011-2014
β0 = Intercept
β1, β2, β3 = Besarnya konstanta variabel
𝜖 = error
Dalam Rohmana (2010:241), bahwa dalam pembahasan teknik
estimasimodel regresi data panel ada 3 teknik yang dapat digunakan yaitu:
1) Model dengan metode OLS (common)
2) Model Fixed Effect
3) Model Random Effect.
61
1. Common Effect Model
Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu
menggabungkan seluruh data time series dengan cross section,
selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS
(Ordinary Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan slop
dari setiap variabel sama untuk setiap obyek observasi. Kelemahan model
ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan sebenarnya. Kondisi
tiap obyek dapat berbeda dan kondisi suatu obyeksatu waktu yang lain
dapat berbeda. Model Common Effect dapat diformulasikan sebagai
berikut :
𝑦it = ɑ + βj𝑥𝑗it + 𝜖it
Dimana :
𝑦it = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i
ɑ = intersep
βj = parameter untuk variabel ke j
𝑥𝑗it = variabel bebas di waktu t untuk unit cross section i
𝜖it = komponen error di waktu t untuk unit cross section i
𝑖 = urutan perusahaan yang diobservasi
𝑡 = Time series (urutan waktu)
𝑗 = urutan variabel
62
2. Fixed Effect Model
Pendekatan efek tetap (Fixed effect). Salah satu kesulitan prosedur
panel data adalah bahwa asumsi intersep dan slope yang konsisten sulit
terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan dalam data panel
adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk
mrngizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik
lintas unit (cross section) maupun antar waktu (time series). Pendekatan
dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan model
efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV).
𝑦it = ɑ + βj 𝑥𝑗it + ∑ ɑ𝒏
𝒊=𝟐 iDi + 𝜖it
Dimana :
𝑦it = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i
ɑ = intersep yang berubah-ubah antar cross section
βj = parameter untuk variabel ke-j
𝑥𝑗it = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
𝜖it = komponen error di waktu t untuk unit cross section i
D𝑖 = dummy variable
3. Random Effect Model (REM)
Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi kelemahan
model efek tetap yang menggunakan dummy variable, sehingga model
mengalami ketidak pastian. Penggunaan dummy variable akan
mengurangi derajat bebas (degree of freedom) yang pada akhirnya akan
63
mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. REM menggunakan
residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar individu.
Sehingga REM mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki
perbedaan intersep yang merupakan variabel random. Model REM secara
umum dituliskan sebagai berikut :
Yit = ɑ + βXit + 𝜖it ; 𝜖it = ui + vt + wit
Dimana :
ui = merupakan komponen cross section error
vt = merupakan komponen time series error
wit = merupakan time series dan cross section error.
3. Tahapan Analisis Data
Dalam menganalisis hanya digunakan satu metode Sehingga perlu
dipilih metode yang paling baik, yaitu melalui pengujian. Pengujian
tersebut terdiri dari Uji Chow dan Uji Hausman. Kedua uji dijelaskan
sebagai berikut :
a. Uji Chow (Chow-Test)
Uji chow digunakan untuk memilih metode mana yang paling tepat
diantara common effect model dan fixed effect model. Hipotesis yang
diajukan adalah :
Ho : common effect model
H1 : fixed effect model
64
Dengan asumsi jika Probabilita dari Chi-square > 0,05 maka Ho
diterima model yang digunakan Common Effect. Namun jika Probabilita <
0,05 maka model yang digunakan adalah Individual Effect atau model
fixed effect yang dipilih . Sehingga langkah selanjutnya adalah melakukan
uji hausman (Puspa dan Sumiyati 2014:163).
b. Uji Hausman (Hausman-Test)
Uji hausman digunakan untuk memilih antara fixed effect model dan
random effect model. Hipotesis dalam yang diajukan adalah:
Ho : random effect model
H1 : fixed effect model
Dengan asumsi jika Probabilita dari Chi-square > 0,05 maka Ho
diterima model yang digunakan Random Effect. Namun jika Probabilita <
0,05 maka model yang digunakan adalah Fixed Effect. Jika probabilitas <
0,05, berarti 𝐻0 ditolak, dan terima 𝐻1 (Puspa dan Sumiyati 2014:164).
Dalam perhitungan statistik uji Hausman diperlukan asumsi bahwa
banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel
independen (termasuk konstanta) dalam model. Lebih lanjut, dalam
estimasi statistik uji Hausman diperlukan estimasi variansi model. Apabila
kondisis-kondisi ini tidak dipenuhi maka hanya dapat digunakan model
fixed effect.
65
4. Pengujian Signifikansi
a. Uji t (Parsial)
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah koefisien regresi signifikan atau tidak (Nachrowi dan Usman,
2008:24). Nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara
parsial (per variabel) terhadap variabel terikatnya. Apakah variabel
tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel terikatnya
atau tidak (Suliyanto, 2011:55). Langkah-langkah yang harus
dilakukan dengan uji-t yaitu dengan merumuskan hipotesis, yaitu:
1) Uji Hipotesis
Ho : βi ≥ α 5% Artinya secara individu tidak ada pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas ke-i terhadap variabel tidak
bebas.
Ho : βi ≤ α 5% Artinya secara individu ada pengaruh yang signifikan
dari variabel bebas ke-i terhadap variable tidak bebas.
βi = dependent variable ke-i
2) Uji-t dapat dilihat dari probabilitas tiap-tiap variabel secara
individu:
Probability βi dengan t-statistik > α5% = variable bebas tidak
signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat
(terima H0, tolak H1)
66
Probability βi dengan t-statistik < α5% = variable bebas signifikan
atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (tolak H0,
terima H1).
b. Uji F(Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
(Independent variabel) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel tidak bebas (Dependent variabel). Pengujian semua koefisien
penaksiran regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F
dengan merumuskan hipotesis, yaitu:
1) Uji Hipotesis
Ho : β1=β₂ ≤ α 5% Artinya secara bersama-sama tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
H1 : β1=β₂ ≥ α 5% Artinya secara bersama-sama ada pengaruh
yang signifikan dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
2) Uji-t dapat dilihat dari probabilitas tiap-tiap variabel secara
individu:
Probability βi dengan t-statistik > α 5% = variabel bebas tidak
signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat (terima Ho, tolak H1).
67
Probability βi dengan t-statistik < α 5% = variabel bebas
signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat (tolak Ho, terima H1).
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur sebaik mana
variabel terikat dijelaskan oleh total variabel bebas. Yang ukuranya
adalah semakin tinggi R² maka garis regresi sampel semakin baik juga.
R² mengartikan apakah variabel bebas yang terdapat dalam model
mampu menjelaskan perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R²
mendekati satu maka variabel independen mampu menjelaskan
perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R² mendekati satu maka
variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel
dependen, tetapi jika R² mendekati 0, maka variabel independen tidak
mampu menjelaskan variabel dependen.
E. Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel Independent identik dengan variabel bebas, penjelas,
explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai “variabel
prediktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan
variabel dependen” (Kuncoro, 2009:50).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas sebagai berikut :
68
a. Nilai Kurs Rupiah (X1)
Menurut Faisal (2001:20) kurs (exchange rate) adalah harga
satu mata uang (yang diekspresikan) terhadap mata uang lainnya.
Kurs dapat diekspresikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang
dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing (disebut juga
direct quote) atau sebaliknya sejumlah mata uang asing yang
dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang lokal (disebut juga
indirectquote).
Kurs Tengah = 𝐾𝑢𝑟𝑠 𝐽𝑢𝑎𝑙+𝐾𝑢𝑟𝑠 𝐵𝑒𝑙𝑖
2
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Menurut Bank Indonesia (2013) Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) adalah adalah surat berharga sebagai pengakuan
utang Bank Indonesia yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah.
SBIS ini digunakan sebagai alat kendali moneter bagi Bank
Indonesia untuk bank-bank syariah. SBIS ini berbeda dengan SBI
karena dalam SBI masih terdapat sistem riba/bunga. Hal ini karena
ajaran islam melarang transaksi yang mengandung unsur
riba/bunga. Maka dari itu Bank Indonesia mengeluarkan SBIS
sebagai alat kendali moneter yang ditunjukkan bagi bank-bank
berbasis syariah.
SBIS = P x R x t x k
360
69
Keterangan :
P = nilai nominal investasi
R = tingkat realisasi imbalan simpanan investasi
t = jangka waktu investasi (jumlah hari dalam bulan / periode)
k = nisbah (bagi hasil) bagi bank penitip dana
c. Jakarta Islamic Indeks (JII)
Jakarta Islamic Indeks (JII) merupakan 30 saham yang
memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah
Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek
Jakata (BEJ) bersama PT Danareksa Investment Management
(DIM). Hal ini dimaksudkan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk
mengukur kinerja suatu investasi pada saham basis syariah.
Melalui indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara
syariah (Abdul Aziz, 2010: 97).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya tergantung atau
terikat oleh nilai-nilai variabel lain atau yang tergantung (depend on)
kepada variabel lain (Zulganef, 2008: 297). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel terikatnya adalah Total Nilai Aktiva Bersih (NAB)
dari jenis-jenis Reksadana Syariah. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang
ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB
70
dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyerta yang beredar (outstanding)
dan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu.
Keterangan :
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t
LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t
NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t
Jenis-jenis Total NAB Reksadana syariah yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Reksadana Saham, Reksadana Campuran,
Reksadana Pendapatan Tetap, dan Reksadana Terproteksi.
NAVt = MVAt – LIABt
NSOt
71
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Reksadana Syariah
Sejarah reksadana di Indonesia sudah ada sejak tahun 1977 melalui
PT. Danareksa. Produk yang ditawarkan masih belum bervariasi
seperti sekarang dan penyebarannya masih terbatas pada kalangan
tertentu. Sejalan dengan dicanangkannya tahun 1996 sebagai tahun
reksadana oleh bapepam, maka bakal pesatnya reksadana sudah mulai
terasa. Hanya dalam waktu satu semester pada akhir tahun 1996 telah
lahir 24 reksadana. Selanjutnya pada paruh pertama tahun 1997 lahir
35 reksadana baru. Sampai bulan Juni 1997, Bapepam telah
memberikan pernyataan efektif kepada 60 reksadana dengan total dana
yang dikelola sebesar 6,6 triliyun. Dan pada tahun 1997, perusahaan
sekuritas milik negara PT.Danareksa juga menjadi pionir dalam
menerbitkan reksadana syariah. Reksadana ini menjadi instrumen
pasar modal pertama yang beroperasi secara syariat islam dan sebagai
langkah awal lahirnya pasar modal syariah (Abdul Hamid, 80-
81:2009).
Pesatnya perkembangan reksadana baik konvensional maupun
syariah, tidak terlepas dari kehadiran Undang-undang tentang pasar
modal Indonesia No.8 tahun 1995 berisi 116 pasal yang diberlakukan
pada awal tahun 1996 dan juga diluncurkannya Pasar Modal Syariah
72
oleh Bapepam yang bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional
(DSN) yang diawasi langsung oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS),
yang diharapkan agar semua pihak yang terlibat dipasar modal merasa
melindungi hak-hak masyarakat dari praktek-praktek perdagangan
yang merugikan (Abdul Hamid, 81:2009).
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 19
/POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Reksadana
Syariah, pada pasal 3 menyebutkan bahwa terdapat jenis-jenis
reksadana syariah yaitu sebagai berikut:
a. Reksa Dana Syariah Pasar Uang;
b. Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap;
c. Reksa Dana Syariah Saham;
d. Reksa Dana Syariah Campuran;
e. Reksa Dana Syariah Terproteksi;
f. Reksa Dana Syariah Indeks;
g. Reksa Dana Syariah Berbasis Efek Syariah Luar Negeri;
h. Reksa Dana Syariah Berbasis Sukuk;
i. Reksa Dana Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa; dan
j. Reksa Dana Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
Penyertaan Terbatas.
Namun karena dalam penelitian ini peneliti membatasi tahun
perkembangan dari jenis reksadana syariah yaitu antara tahun 2011-
73
2014. Maka dari daftar jenis reksadana syariah pada Pasal 3 tersebut,
terdapat empat jenis reksadana syariah yang dapat diajdikan objek
penelitian yaitu:
a. Reksa Dana Syariah Saham;
b. Reksa Dana Syariah Campuran;
c. Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap; dan
d. Reksa Dana Syariah Terproteksi.
Keempat jenis reksadana syariah ini terpilih dikarenakan hanya
keempat jenis reksadana syariah tersebut dinilai aktif dan memiliki
pengaruh yang besar terhadap Total Nilai Aktiva Bersih seluruh
reksadana syariah. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang telah
dipublikasikan oleh OJK antara tahun 2011-2014.
Gambar 4.1
Contoh Proporsi Jenis Reksadana terhadap Total NAB Reksadana
Syariah Tahun 2013
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
74
Tabel 4.1
Data Total NAB Jenis-Jenis Reksadana Syariah (dalam Rp Miliar)
Tahun
Bulan
NAB Reksadana Syariah
Saham Campuran
Pend.
Tetap Terproteksi
2011 Januari 1.662,42 1.015,03 433,52 1.759,00
Februari 1.708,44 1.027,19 444,97 1753,195
Maret 1.754,46 1.039,35 456,42 1.747,39
April 1.749,42 1.071,00 448,43 1.678,16
Mei 1.774,81 1.074,94 459,37 2.134,32
Juni 1.801,73 1.077,54 466,86 2.227,82
Juli 1.773,76 1.111,08 450,27 2.231,24
Agustus 1.636,12 1.084,03 480,29 2.285,63
September 1.522,70 1.043,15 491,31 2.186,09
Oktober 1.593,77 1.100,42 524,74 2.148,94
Nopember 1.540,60 1.117,13 565,19 2.139,22
Desember 1.588,63 1.124,56 606,73 2.112,72
2012 Januari 1.605,74 1.154,37 683,57 2.083,63
Februari 1.677,98 1.247,48 692,47 1.578,44
Maret 1.757,72 1.187,09 690,04 1.505,45
April 1.876,78 1.288,61 725,62 1.497,08
Mei 1.771,89 1.270,73 737,87 1.116,14
Juni 1.870,74 1.336,97 655,8 1.100,27
Juli 1.990,80 1.447,79 667,66 1.504,90
Agustus 2.044,27 1.600,87 712,81 1.498,23
September 2.210,66 1.838,23 726,24 1.512,22
Oktober 2.265,64 2.033,57 718,99 1.509,65
Nopember 2.569,59 2.477,22 727,4 1.511,39
Desember 2.805,87 2.670,33 732,4 1.498,09
2013 Januari 2.894,59 2.626,62 727,92 1.470,78
Februari 3.068,81 2.663,23 763,03 1.330,72
Maret 3.159,66 2.760,47 783,24 1.468,35
April 2.402,34 2.978,48 763,67 1.453,70
Mei 2.441,58 3.561,34 719,89 1.445,65
Juni 2.640,74 4.282,57 657,63 1.429,43
Juli 2.552,79 4.355,05 606,23 1.438,26
Agustus 2.390,22 4.285,33 577,38 1.434,34
September 2.426,30 4.494,05 569,7 1.429,45
75
Oktober 2.580,69 4.731,15 576,37 1.418,33
Nopember 2.500,22 4.619,76 518,92 1.408,86
Desember 2.494,19 4.570,19 520,96 1.403,87
2014 Januari 2.559,12 4.557,88 519,84 1.399,64
Februari 2.659,14 4.565,51 512,09 988,48
Maret 2.526,15 4.527,16 500,96 984,95
April 2.707,40 4.329,17 488,16 952,57
Mei 4.070,65 3.047,88 501,87 1.069,36
Juni 5.433,91 1.766,43 515,59 1.186,15
Juli 5.133,34 1.798,40 501,53 1.185,77
Agustus 3.142,89 3.970,47 523,86 1.179,57
September 3.241,58 3.930,83 480,03 1.179,24
Oktober 3.789,26 3.987,35 414,81 1.216,81
Nopember 4.962,52 2.811,98 404,76 1.160,77
Desember 6.135,79 1.636,62 394,72 1.104,73
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat Total NAB dari jenis reksadana
syariah berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dimana
pergerakan tersebut disebabkan portofolio investasi dan jumlah
reksadana syariah dari masing-masing jenis reksadana tersebut.
Sebagaimana terdapat ungkapan high risk high return berlaku pada
reksadana syariah ini. Dari tabel diatas perkembangan reksadana
saham dan campuran memiliki Total NAB yang lebih besar
dibandingkan reksadana pendapatan tetap dan terproteksi. Hal ini
karena resiko dari reksadana saham dan campuran lebih besar
dibanding dua reksadana lainnya, ini disebabkan portofolio investasi
dari reksadana ini mayoritas adalah saham.
Pergerakan yang fluktuatif dari reksadana saham dan campuran
dapat dilihat dari Total NAB tahun 2011-2014 dimana reksadana
saham memiliki Total NAB terbesar terjadi di bulan Desember 2014
76
sebesar 6.135,78 dan terendah bulan September 2011 sebesar
1.522,70. Sedangkan Total NAB reksadana campuran memiliki Total
NAB terbesar terjadi di bulan Oktober 2013 sebesar 4.731,15 dan
terendah bulan Januari 2011 sebesar 1.015,03. Sementara reksadana
pendapatan tetap dan terproteksi pergerakan Total NAB nya relatif
stabil dikarenakan tingkat resiko yang rendah. Dimana reksadana
pendapatan tetap memiliki Total NAB terbesar pada bulan Maret 2013
sebesar 783,24 dan terendah bulan Desember 2014 sebesar 394,72.
Sedangkan Total NAB reksadana terproteksi memiliki Total NAB
terbesar terjadi di bulan Agustus 2011 sebesar 2.285,63 dan terendah
bulan April 2014 sebesar 952,57.
Gambar 4.2
Grafik Total Nilai Aktiva Bersih Jenis-Jenis Reksadana Syariah
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Dari grafik diatas dapat dilihat perkembangan masing-masing
Total NAB jenis-jenis reksadana syariah. Dimana bila kita perhatikan
perkembangan dari Total NAB reksadana saham dan campuran sangat
77
fluktuatif dibandingkan dengan Total NAB reksadana pendapatan
tetap dan terproteksi. Hal tersebut dikarenakan penempatan dana
investasi dari reksadana saham dan campuran mayoritas ditempatkan
pada instrumen saham. Dimana komposisi penempatan pada
reksadana saham biasanya 75% atau sekurang-kurangnya 80%
diinvestasikan pada efek bersifat ekuitas, yakni saham. Begitu pula
dengan reksadana campuran dengan komposisi 40% untuk obligasi
dan 60% untuk saham (Parluhutan Situmorang dkk, 2010:15-17).
Dengan demikian pergerakan yang fluktuatif dari Total NAB ke dua
jenis reksadana syariah tersebut disebabkan oleh kinerja dari pasar
modal. Dimana kinerja pasar modal tersebut dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian maupun politik di suatu negara.
Sementara jenis reksadana pendapatan tetap dan terproteksi
memliki perkembangan Total NAB yang relatif stabil dari waktu ke
waktu. Hal ini dikarenakan resiko dari kedua jenis reksadana ini lebih
kecil bila dibandingkan dua jenis reksadana sebelumnya. Karena
tingkat resiko yang kecil tersebut membuat return yang didapatkan
dari kegiatan investasi dari dua reksadana dana ini relatif lebih kecil
bila dibandingkan dua jenis reksadana saham dan campuran. Hal
inilah yang membuat Total NAB kedua jenis reksadana ini relatif
stabil.
78
2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (USD)
Tabel 4.2
Data Nilai Tukar Rupiah (USD) (dalam Rupiah)
Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014
Januari 9037.38 9109.14 9687.33 12179.65
Februari 8912.56 9025.76 9686.65 11935.10
Maret 8761.48 9165.33 9709.42 11427.05
April 8651.30 9175.50 9724.05 11435.75
Mei 8555.80 9290.24 9760.91 11525.94
Juni 8564.00 9451.14 9881.53 11892.62
Juli 8533.24 9456.59 10073.39 11689.06
Agustus 8532.00 9499.84 10572.50 11706.67
September 8765.50 9566.35 11346.24 11890.77
Oktober 8895.24 9597.14 11366.90 12144.87
Nopember 9015.18 9627.95 11613.10 12158.30
Desember 9088.48 9645.89 12087.10 12438.29
Sumber : Bank Indonesia (Data diolah)
Pada tabel 4.2 menunjukkan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap Dollar AS dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Seperti
pada tahun 2011 terjadi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
tiap bulannya. Dimana untuk tahun 2011, nilai tukar rupiah sangat
lemah terhadap dollar As terjadi pada bulan Desember yang menyentuh
nilai sebesar Rp 9088,48 per 1USD, sedangkan nilai rupiah terkuat
terjadi pada bulan Agustus yang menyentuh nilai sebesar Rp 8532,00
per 1USD. Selanjutnya pada tahun 2012 nilai tukar rupiah sangat lemah
terhadap dollar As terjadi pada bulan Desember yang menyentuh nilai
79
sebesar Rp 9645,89 per 1USD, sedangkan nilai rupiah terkuat terjadi
pada bulan Februari yang menyentuh nilai sebesar Rp 9025,76 per
1USD. Lalu pada tahun 2013 nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap
dollar As terjadi pada bulan Desember yang menyentuh nilai sebesar
Rp 12087,10 per 1USD, sedangkan nilai rupiah terkuat terjadi pada
bulan Februari yang menyentuh nilai sebesar Rp 9686,65 per 1USD.
Dan terakhir pada tahun 2014 nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap
dollar As terjadi pada bulan Desember yang menyentuh nilai sebesar
Rp 12438,29 per 1USD, sedangkan nilai rupiah terkuat terjadi pada
bulan Maret yang menyentuh nilai sebesar Rp 11427,05 per 1USD.
Gambar 4.3
Grafik Nilai Kurs Rupiah terhadap Dollar
Sumber : Bank Indonesia
Di tahun 2010 hingga pertengahan tahun 2011, dengan
perkembangan ekonomi yang kuat dan inflasi yang terkendali, rupiah
80
mampu menguat terhadap dolar dan berada di level Rp 8.900-an di
2010. Adapun dolar mampu menguat hingga level di Rp 8.500 pada
tahun 2011 atau tepatnya Rp 8.532 an di Agustus 2011, dimana angka
ini merupakan angka rupiah yang ‘terkuat’ di tahun 2011. Namun
memasuki tahun 2012, dolar yang berada di level Rp 9.000-an di awal
tahun harus ditutup lebih tinggi hingga hampir Rp 9.700 di akhir 2012 .
Apalagi memasuki tahun 2013 hingga 2014. Dolar yang dibuka Rp
9.600-an di awal tahun 2013 kemarin melemah hingga Rp 12.000-an di
awal 2014.
Ada faktor global dan regional serta domestik sendiri yang
mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga mempengaruhi
pergerakan kurs. Faktor global yaitu ditetapkan kebijakan moneter di
AS berupa The Fed mulai menyampaikan rencana percepatan
penghentian program stimulus quantitative easing (QE III) hingga
rencana kenaikan suku bunga The Fed. Secara umum kebijakan The
Fed ini memicu pelemahan nilai tukar rupiah dan hampir sebagian besar
nilai tukar negara berkembang (soft currency). Hal ini tentunya
membuat permintaan terhadap dollar meningkat karena investor
cenderung menginvestasikan dollar mereka yang berpengaruh kepada
semua negara berkembang. Di saat bersamaan negara-negara di
kawasan Eropa, China, dan Jepang, mengalami perlambatan ekonomi.
Hal ini memperbesar bobot tekanan bagi nilai tukar rupiah mengingat
kawasan Eropa, China, dan Jepang merupakan mitra strategis
81
Indonesia. Kemudian dari dalam sendiri defisit yang besar di neraca
pembayaran mengakibatkan terganggunya fundamental ekonomi
Indonesia.
3. Perkembangan Bagi Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS)
Tabel 4.3
Data Bagi Hasil SBIS (dalam Persen %)
Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014
Januari 6,08% 4,88% 4,84% 7,23%
Februari 6,71% 3,82% 4,86% 7,17%
Maret 6,72% 3,83% 4,87% 7,13%
April 7,18% 3,93% 4,89% 7,14%
Mei 7,36% 4,24% 5,02% 7,15%
Juni 7,36% 4,32% 5,28% 7,14%
Juli 7,28% 4,46% 5,52% 7,09%
Agustus 6,78% 4,54% 5,86% 6,97%
September 6,28% 4,67% 6,96% 6,88%
Oktober 5,77% 4,75% 6,97% 6,85%
Nopember 5,22% 4,77% 7,22% 6,87%
Desember 5,04% 4,80% 7,22% 6,90%
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
82
Pada tabel 4.3 menunjukkan adanya perubahan bagi hasil Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) oleh Bank Indonesia terhadap sektor
perbankan syariah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Seperti
pada tahun 2011 terjadi perubahan tingkat bagi hasil SBIS tiap bulannya.
Dimana untuk tahun 2011 terjadi fluktuatif perubahan persentase di tiap
bulannya, tingkat persentase bagi hasil SBIS terkecil terjadi pada bulan
Desember yang menyentuh nilai persentase sebesar 5,04%, sedangkan
tingkat persentase bagi hasil SBIS terbesar terjadi pada bulan Mei dan
Juni yang menyentuh nilai persentase sebesar 7,36%. Selanjutnya pada
tahun 2012 tingkat persentase bagi hasil SBIS terkecil terjadi pada bulan
Februari yang menyentuh nilai persentase sebesar 3,82%, sedangkan
tingkat persentase bagi hasil SBIS terbesar terjadi pada bulan Januari
yang menyentuh nilai persentase sebesar 4,88%.
Lalu pada tahun 2013 terjadi perubahan tren yang meningkat di
tiap bulannya, tingkat persentase bagi hasil SBIS terkecil terjadi pada
bulan Januari yang menyentuh nilai persentase sebesar 4,84%, sedangkan
tingkat persentase bagi hasil SBIS terbesar terjadi pada bulan Nopember
dan Desember yang menyentuh nilai persentase sebesar 7,22%. Dan
terakhir pada tahun 2014 terjadi perubahan dengan tren penurunan di tiap
bulannya, tingkat persentase bagi hasil SBIS terkecil terjadi pada bulan
Oktober yang menyentuh nilai persentase sebesar 6,85%, sedangkan
tingkat persentase bagi hasil SBIS terbesar terjadi pada bulan Januari
yang menyentuh nilai persentase sebesar 7,23%.
83
Gambar 4.4
Grafik Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Dapat terlihat pada Gambar 4.4 di atas, bahwa dari tahun ke tahun,
SBIS mengalami trend yang fluktuatif selama periode penelitian. Pada
tahun 2011 SBIS mengalami fluktuatif yang mengarah pada tren yang
menurun dari bulan Juni hingga awal tahun 2012. Hal ini terjadi
dikarenakan SBIS merupakan suatu kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang yang beredar, dimana pada tahun 2011 hingga awal tahun
2012 tingkat inflasi di Indonesia mengalami penurunan persentasi yaitu
5,50%-3,50% hal tersebut dibawah target pemerintah yaitu sebesar
5,65%. Dengan demikian membuat BI selaku institusi dalam mengatur
kegiatan moneter mengurangi tingkat bagi hasil agar jumlah uang yang
beredar bertambah dengan tujuan mencapai inflasi yang telah
ditargetkan. Dan di tahun selanjutnya SBIS terus menunjukkan tren yang
84
positif. Seperti halnya SBI, kenaikan penempatan dana perbankan syariah
pada SBIS antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah
pada akhir tahun. Selain itu, hal ini disebabkan pula oleh penurunan suku
bunga simpanan perbankan konvensional, sehingga mendorong
terjadinya perpindahan dana nasabah bank konvensional ke bank syariah,
karena tingkat imbalan yang ditawarkan oleh bank syariah menjadi lebih
menarik.
4. Perkembangan Nilai Jakarta Islamic Index (JII)
Salah satu variabel dari pasar modal yang mempengaruhi
perkembangan Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah adalah Nilai
Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan subset dari Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan
menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date (dengan nilai 100)
(Abdul Hamid, 52:2009). JII melakukan penyaringan terhadap saham
yang listing. Rujukan dalam penyaringannya adalah fatwa syariah yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Nilai JII
mempengaruhi perkembangan Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah, dikarenakan portofolio dari reksadana syariah kebanyakan
merupakan saham-saham yang terdaftar dalam list dari Jakarta Islamic
Index (JII).
85
Tabel 4.4
Data Nilai Jakarta Islamic Index (JII)
Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014
Januari 477.514 562.535 604.610 602.873
Februari 496.870 566.754 645.219 626.864
Maret 514.921 584.060 660.337 640.411
April 528.763 575.088 682.691 647.674
Mei 531.377 525.052 676.583 656.830
Juni 536.036 544.190 660.165 654.999
Juli 567.119 573.731 623.747 690.396
Agustus 529.157 569.935 592.002 691.132
September 492.298 600.840 585.593 687.619
Oktober 530.192 619.270 615.706 670.443
Nopember 520.493 588.776 579.868 683.015
Desember 537.031 594.789 585.110 691.039
Sumber : IDX (data diolah)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai JII mengalami penurunan dan
kenaikan pada rentan tahun 2011 hingga 2014. Dimana untuk tahun
2011, nilai JII yang terendah terjadi pada bulan Januari yang menyentuh
nilai sebesar 477.154, sedangkan nilai JI terkuat terjadi pada bulan Juli
yang menyentuh nilai sebesar 567.119. Selanjutnya pada tahun 2012
86
nilai JII sangat rendah terjadi pada bulan Mei yang menyentuh nilai
sebesar 525.052, sedangkan nilai JII terbesar terjadi pada bulan Oktober
yang menyentuh nilai sebesar 619,270. Lalu pada tahun 2013 nilai JII
sangat rendah terjadi pada bulan Desember yang menyentuh nilai
sebesar 585.110, sedangkan nilai JII terbesar terjadi pada bulan April
yang menyentuh nilai sebesar 682.691. Dan terakhir pada tahun 2014
nilai JII sangat rendah terjadi pada bulan Januari yang menyentuh nilai
sebesar 602.873, sedangkan nilai JII terbesar terjadi pada bulan Agustus
yang menyentuh nilai sebesar 691.132.
Gambar 4.5
Grafik Bulanan Nilai Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2011-2014
Sumber : IDX (diolah)
Dalam grafik diatas menggambarkan fluktuasi dari nilai Jakarta
Islamic Index, dimana pada periode 2011-2014. Di awal tahun 2011 nilai
JII ini mengalami tren positif hingga pertengahan tahun hal ini didukung
87
dengan kondisi perekonomian yang baik seperti terkendalinya inflasi dan
menguatnya nilai tukar rupiah. Namun sempat turun di akhir tahun
dikarenakan melemahnya nilai kurs rupiah terhadap dollar. Begitu pula
hingga tahun-tahun berikutnya yang mengalmi perubahan yang
fluktuatif.
Adapun yang menyebabkan fluktuasi dari nilai JII ini seperti,
kondisi perekonomian misalnya tingkat inflasi, nilai kurs rupiah kondisi
politik dan keamanan suatu negara. Hal-hal tersebut yang mempengaruhi
pandangan para investor dalam menanamkan modalnya di JII. Seperti
contohnya pada kasus di tahun 2014 JII naik 18,10%, mengalahkan
kinerja saham saham syariah global. Kenaikan tersebut ditopang oleh
tema reformasi struktural dalam negeri menyusul kesuksesan Jokowi
dalam pemilihan presiden. Setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang
sejarah di bulan September, JII mengalami penurunan akibat pelemahan
nilai tukar rupiah sebelum akhirnya kembali menguat selama dua bulan
terakhir di 2014.
B. Hasil Uji Stasioner Data
Pada tahapan awal dilakukan pengujian stasioner. Uji stasioneritas ini
kita lakukan untuk menghindari spurious regression (Regresi lancung)
terhadap seluruh variabel dengan menggunakan unit root Levin, Lin &
Chu dan PP - Fisher Chi – square. Dan memberikan hasil bahwa seluruh
variabel dalam penelitian ini stasioner pada tingkat perbedaan pertama
(1st difference). Hal tersebut berdasarkan tabel dibawah ini :
88
Tabel 4.5
Hasil Uji Stasioner
Uji Akar-Akar Unit pada Tingkat Level
Total NAB Kurs(USD) SBIS JII
LLC 0.60873
(0.7286)
1.55684
( 0.9402)
0.11848
(0.5472)
-1.02788
( 0.1520)
IPS 1.09653
(0.8636)
3.26026
( 0.9994)
0.29615
( 0.6164)
-0.63502
( 0.2627)
ADF-
Fisher
3.80529
( 0.8742)
0.44315
( 0.9999)
4.37642
( 0.8217)
7.85623
(0.4476)
PP-Fisher 2.97637
( 0.9358)
0.20059
(1.0000)
3.73706
( 0.8800)
8.05971
( 0.4277)
Uji Akar-Akar Unit pada 1st difference
Total NAB Kurs(USD) SBIS JII
LLC -8.06903
(0,0000)
-8.10748
(0,0000)
-5.64325
(0,0000)
-3.97541
(0,0000)
IPS -9.14665
(0,0000)
-6.54728
(0,0000)
-6.83775
(0,0000)
-11.4967
(0,0000)
ADF-
Fisher
84.3630
(0,0000)
55.1020
(0,0000)
58.1571
(0,0000)
109.627
(0,0000)
PP-Fisher 58.0838
(0,0000)
52.9892
(0,0000)
60.0637
(0,0000)
109.607
(0,0000)
Sumber : output Eviews
*Keterangan : Angka dalam kurung merupakan angka probabilitas
Dari pengujian akar-akar unit terlihat bahwa semua variabel terbukti
tidak memiliki akar-akar unit. Sehingga disimpulkan bahwa semua
variabel bersifat stasioner.
C. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga model yaitu common
effects, fixed effects, dan random efffects. Masing-masing model memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan model
tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat
pengolahan data statistik yang benar, sehingga dapat dipertanggung
89
jawabkan secara statistik. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah memilih model yang tepat dari ketiga model yang
tersedia. Data panel yang telah dikumpulkan, diregresikan dengan
menggunakan model common effects yang hasilnya dapat dilihat pada
tabel 4.6. Sedangkan untuk hasil regresi dengan model fixed effect dapat
dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.6
Hasil common effect
Dependent Variable: DNAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/06/16 Time: 09:48
Sample (adjusted): 2011M02 2014M12
Included observations: 47 after adjustments
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 188
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DKURS? 2596.847 1172.125 2.215503 0.0279
DJII? -1677.316 791.5318 -2.119075 0.0354
DSBIS? 25.29514 85.53361 0.295733 0.7678
R-squared 0.049761 Mean dependent var 1773.374
Adjusted R-squared 0.039488 S.D. dependent var 1164.633
S.E. of regression 1141.406 Akaike info criterion 16.93374
Sum squared resid 2.41E+08 Schwarz criterion 16.98538
Log likelihood -1588.771 Hannan-Quinn criter. 16.95466
Durbin-Watson stat 0.102186
Sumber: output Eviews
90
Tabel 4.7
Hasil fixed effect
Dependent Variable: DNAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/06/16 Time: 09:49
Sample (adjusted): 2011M02 2014M12
Included observations: 47 after adjustments
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 188
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -39539.29 7630.188 -5.181954 0.0000
DKURS? 1821.999 805.7992 2.261108 0.0249
DJII? 1826.970 862.1008 2.119207 0.0354
DSBIS? 42.42409 57.87486 0.733031 0.4645
Fixed Effects (Cross)
_RDS_SAHAM--C 701.7885
_RDS_CAMPURAN-
-C 730.0300
_RDS_PENDTETAP-
-C -1189.386
_RDS_TERPROTEK
SI--C -242.4320
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.575745 Mean dependent var 1773.374
Adjusted R-squared 0.561681 S.D. dependent var 1164.633
S.E. of regression 771.0526 Akaike info criterion 16.16991
Sum squared resid 1.08E+08 Schwarz criterion 16.29042
Log likelihood -1512.972 Hannan-Quinn criter. 16.21874
F-statistic 40.93835 Durbin-Watson stat 0.216391
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: output Eviews
Setelah diperoleh output dari model common effect dan fixed effect
langkah selanjutnya adalah melakukan uji chow. Hal ini bertujuan untuk
memilih model yang terbaik diantara common effect atau fixed effect. Hasil
dari uji chow dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut
91
Tabel 4.8
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: RDS
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 65.849320 (3,181) 0.0000
Cross-section Chi-square 138.715000 3 0.0000
Sumber: output Eviews
Hasil dari uji Chow pada tabel 4.8 menunjukan nilai probabilitas cross
section adalah 0,0000 atau < 0,05, maka Ho ditolak. Oleh karena itu model
yang dipilih dalam uji chow ini adalah model fixed effect. Selanjutnya
langkah yang dilakukan adalah melakukan model regresi random effect,
untuk menentukan mana yang tepat. Hasil dari random effect dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut
Tabel 4.9
Hasil random effect
Dependent Variable: DNAB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/06/16 Time: 09:49
Sample (adjusted): 2011M02 2014M12
Included observations: 47 after adjustments
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 188
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -39539.29 7643.615 -5.172852 0.0000
DKURS? 1821.999 805.7992 2.261108 0.0249
DJII? 1826.970 862.1008 2.119207 0.0354
DSBIS? 42.42409 57.87486 0.733031 0.4645
Random Effects
(Cross)
92
_RDS_SAHAM--C 691.1310
_RDS_CAMPURAN-
-C 718.9436
_RDS_PENDTETAP-
-C -1171.324
_RDS_TERPROTEK
SI--C -238.7504
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 905.7071 0.5798
Idiosyncratic random 771.0526 0.4202
Weighted Statistics
R-squared 0.207177 Mean dependent var 218.5368
Adjusted R-squared 0.194251 S.D. dependent var 858.9820
S.E. of regression 771.0526 Sum squared resid 1.09E+08
F-statistic 16.02739 Durbin-Watson stat 0.212863
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.112702 Mean dependent var 1773.374
Sum squared resid 2.25E+08 Durbin-Watson stat 0.103466
Sumber : output Eviews
Dari tabel fixed effect maupun random effect menunjukan hasil
variabel kurs dan JII berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu total NAB reksadana syariah. Namun belum dapat menentukan
model mana yang dapat digunakan. Maka dari itu perlu dilakukan uji
Hausman dengan tujuan memperoleh model yang terbaik antara fixed
effect atau random effect. Hasil dari uji Hausman dapat kita lihat dari tabel
4.10 berikut.
93
Tabel 4.10
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: RDS
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Sumber : output Eviews
Dari hasil uji Hausman diperoleh nilai prob 1.0000 yang berarti
random effect model yang dipilih. Namun menurut (Kristanto dan Sumani
2015:534) apabila nilai p-value dari F-Statistic 1.0000 berarti random
effect model lebih tepat untuk digunakan, tetapi ada peringatan yang
menunjukan bahwa variance pada Hausman Test ini tidak valid sehingga
hasil pengujian Hausman Test juga menjadi tidak valid. Maka kesimpulan
dari Hausman Test yang tidak valid membuat penelitian ini harus kembali
menggunakan hasil sebelumnya, yaitu menggunakan fixed effect model.
Berarti dapat disimpulkan model yang tepat dalam penelitian ini adalah
model fixed effect.
D. Hasil Estimasi Model
Dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh Kurs, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Nilai Jakarta Islamic Index (JII)
terhadap Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah, maka
model penelitian yang akan diestimasi adalah NAB = C(1) + C(2)Kursit +
94
C(3)SBISit + C(4)JIIit + 𝜖it. Berdasarkan tabel 4.5 maka diperoleh
persamaan model regresi dengan menggunakan perangkat lunak Eviews
8.0 sebagai berikut:
NABit = -39539,29+1821,999 Kursit+42,42409 SBISit+1826,970 JIIit + 𝜖it
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa intersep -39539,29
artinya ketika variabel-variabel independen pada observasi ke i dan ke t,
maka NAB adalah sebesar -39539,29. Lalu jika masing-masing variabel
independen meningkat satu-satuannya maka:
a. Jika nilai Kurs pada observasi ke i dan periode ke t akan menaikan
NAB pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 1821,999 apabila
nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
b. Jika nilai SBIS pada observasi ke i dan periode ke t akan menaikan
NAB pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 42,42409 apabila
nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
c. Jika nilai JII pada observasi ke i dan periode ke t akan menaikan NAB
pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 1826,970 apabila nilai
variabel independen lainnya dianggap konstan.
Tabel 4.11
Nilai intercept jenis-jenis reksadana syariah
JENIS_REKSADANA Effect
1 RDS_Saham 701,7885
2 RDS_Campuran 730,0300
3 RDS_PendTetap -1.189,366
4 RDS_Terproteksi -242,4320
95
Hasil estimasi menunjukan bahwa 2 jenis reksadana syariah yang
memiliki intercept negatif. Sementara 2 jenis reksadana syariah lainnya
yang memiliki intercept positif. Hal ini menunjukan bahwa :
a. Ketika variabel-variabel independen pada observasi ke i dan
periode t konstan (cateris paribus) atau tidak ada perubahan maka
meningkatkan Total NAB reksadana saham syariah sebesar
701,7885.
b. Ketika variabel-variabel independen pada observasi ke i dan
periode t konstan (cateris paribus) atau tidak ada perubahan maka
meningkatkan Total NAB reksadana campuran syariah sebesar
730,0300
c. Ketika variabel-variabel independen pada observasi ke i dan
periode t konstan (cateris paribus) atau tidak ada perubahan maka
menurunkan Total NAB reksadana pendapatan tetap syariah
sebesar -1.189,366
d. Ketika variabel-variabel independen pada observasi ke i dan
periode t konstan (cateris paribus) atau tidak ada perubahan maka
menurunkan Total NAB reksadana terproteksi syariah sebesar -
242,4320
Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi model dependennya. Nilai
R-square yang mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel
96
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi dependen. koefisien determinasi dapat dilihat pada
tabel 4.12 sebagai berikut
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.575745 Mean dependent var 1773.374
Adjusted R-squared 0.561681 S.D. dependent var 1164.633
S.E. of regression 771.0526 Akaike info criterion 16.16991
Sum squared resid 1.08E+08 Schwarz criterion 16.29042
Log likelihood -1512.972 Hannan-Quinn criter. 16.21874
F-statistic 40.93835 Durbin-Watson stat 0.216391
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : output Eviews
Berdasarkan tabel 4.12 diatas nilai R-Square sebesar 0,575745. Hal ini
dapat diartikan bahwa variabel independen dalam penelitian ini mampu
menjelaskan sebesar 57,57% terhadap variabel dependennya. Sedangkan
sisanya sebesar 42,43% dipengaruhi oleh variabel independen lainnya
yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Nilai koefisien determinasi
sebesar 57,57% menunjukan variabel Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah dijelaskan oleh variabel Kurs, Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Nilai Jakarta Islamic Index (JII). Dan sisanya sebesar 42,43%
dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
97
E. Pengujian Hipotesis dengan Analisa Regresi Data Panel
1. Pengaruh variabel Kurs, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan
Nilai Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Total NAB Reksadana
Syariah secara Parsial (uji t)
Untuk melihat pengaruh diantara variabel-variabel independen
dalam penelitian ini dengan variabel dependen digunakan uji t.
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh dari setiap variabel independen terhadap variabel
dependen. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Kurs,
SBIS, dan JII sedangkan variabel dependennya adalah Total NAB
Reksadana Syariah.
Apabila nilai t hitung > t tabel, maka tolak Ho dan dapat
disimpulkan variabel independen mempengaruhi variabel dependen
secara nyata. Dan apabila t hitung < t tabel, maka terima Ho dan dapat
disimpulkan variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen secara nyata. Selain itu dapat dilihat melalui indikator lain
yaitu apabila probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya
signifikan dan dapat disimpulkan variabel independen tersebut mampu
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan, begitu pula
sebaliknya. Uji hipotesis secara parsial menggunakan uji t, tertera pada
tabel berikut ini
98
Tabel 4.13
Tabel Uji t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -39539.29 7630.188 -5.181954 0.0000
DKURS? 1821.999 805.7992 2.261108 0.0249
DJII? 1826.970 862.1008 2.119207 0.0354
DSBIS? 42.42409 57.87486 0.733031 0.4645
Sumber : hasil Eviews
Penjelasan dari tabel diatas sebagai berikut :
a. Pengaruh Kurs terhadap Total NAB Reksadana Syariah
Hasil pengujian analisis data panel menunjukan hasil t-hitung
untuk variabel independen kurs 2,261108. Sementara nilai t tabel
dengan α 5% dan df = (n-k), df = 184 adalah sebesar 1.65318 yang
berarti bahwa nilai t hitung > t tabel. Dari tabel 4.13 juga dapat
dilihat nilai probabilitas kurs sebesar 0,0249. Nilai tersebut berarti
dibawah alpha 0,05. Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel
kurs memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Total NAB
Reksadana Syariah. Hal ini berarti Kurs memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan Total NAB Reksadana Syariah.
b. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Total
NAB Reksadana Syariah
Hasil pengujian analisis data panel menunjukan hasil t-hitung
untuk variabel independen SBIS 0.733031. Sementara nilai t tabel
dengan α 5% dan df = (n-k), df = 184 adalah sebesar 1.65318 yang
berarti bahwa nilai t hitung < t tabel. Dari tabel 4.13 diatas dapat
99
dilihat nilai probabilitas SBIS sebesar 0,4645. Nilai tersebut berarti
dibawah alpha 0,05. Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel
SBIS tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Total
NAB Reksadana Syariah. Hal ini berarti SBIS tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan Total NAB
Reksadana Syariah.
c. Pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Total NAB
Reksadana Syariah
Hasil pengujian analisis data panel menunjukan hasil t-hitung
untuk variabel independen JII 2,119207. Sementara nilai t tabel
dengan α 5% dan df = (n-k), df = 184 adalah sebesar 1.65318 yang
berarti bahwa nilai t hitung > t tabel. Dari tabel 4.13 juga dapat
dilihat nilai probabilitas JII sebesar 0,0354. Nilai tersebut berarti
dibawah alpha 0,05. Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel JII
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Total NAB
Reksadana Syariah. Tanda positif pada koefisien regresi
menjelaskan bahwa apabila nilai JII meningkat maka Total NAB
Reksadana Syariah juga meningkat. Hal ini berarti JII memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan Total NAB
Reksadana Syariah.
2. Pengaruh variabel Kurs, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan
Nilai Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Total NAB Reksadana
Syariah secara Simultan (uji F)
100
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau
untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen atau tidak.
Apabila nilai F hitung > F tabel, maka tolak Ho dan dapat
disimpulkan variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen. Dan apabila F hitung < F tabel, maka terima Ho
dan dapat disimpulkan variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependen. Selain itu dapat dilihat melalui
indikator lain yaitu apabila probabilitas F (statistik) lebih kecil dari
0,05 maka hasilnya signifikan dan dapat disimpulkan variabel
independen tersebut mampu mempengaruhi variabel dependen secara
bersama-sama, begitu pula sebaliknya. Uji hipotesis secara simultan
menggunakan uji F, tertera pada tabel berikut ini
Tabel 4.14
Tabel Uji F
Sumber : output Eviews
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.575745 Mean dependent var 1773.374
Adjusted R-squared 0.561681 S.D. dependent var 1164.633
S.E. of regression 771.0526 Akaike info criterion 16.16991
Sum squared resid 1.08E+08 Schwarz criterion 16.29042
Log likelihood -1512.972 Hannan-Quinn criter. 16.21874
F-statistic 40.93835 Durbin-Watson stat 0.216391
Prob(F-statistic) 0.000000
101
Dengan Hipotesis sebagai berikut :
Ho = tidak terdapat pengaruh signifikan antara Kurs, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Jakarta Islamic Index (JII) secara
simultan terhadap Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
H1 = tidak terdapat pengaruh signifikan antara Kurs, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Jakarta Islamic Index (JII) secara
simultan terhadap Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
Berdasarkan hasil Eviews 8.0 diketahui nilai F hitung sebesar
40.93835 sementara F tabel dengan tingkat ɑ=5%, dan df1 (k-1) = 3 dan
df2 (n-k) = 184, didapat F tabel sebesar 2.65. Dengan demikian F hitung
> tabel . Kemudian dari tabel diatas terlihat nilai Prob (F-statistic)
sebesar 0,000000 yang berarti memiliki nilai dibawah alpha 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ho ditolak. Hal ini berarti
bahwa variabel Kurs, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Jakarta Islamic Index (JII) secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah,
sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen.
102
F. Pembahasan dan Analisis Ekonomi Hasil Penelitian
Analisis regresi dilakukan bertujuan untuk meneliti hubungan yang
dapat diukur dari variabel Kurs, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana
Syariah. Dalam penelitian ini model yang dipilih adalah model fixed effect.
Berikut ini merupakan tabel yang merangkum hubungan yang terjadi pada
variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.15
Hubungan variabel independen terhadap Total NAB Reksadana Syariah
Variabel Hubungan yang
ditemukan
Signifikasi
Nilai Tukar Rupiah Ada pengaruh Signifikan
Sertifikat Bank Indonesia
Syariah(SBIS)
Tidak ada pengaruh Tidak signifikan
Jakarta Islamic Index (JII) Ada pengaruh Signifikan
Sumber : hasil output Eviews 8 data olahan
1. Variabel Kurs
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara variabel kurs rupiah terhadap dollar dengan variabel
dependen total NAB reksadana syariah. Sehingga penguatan maupun
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mempengaruhi Total
dari NAB reksadana syariah pada tahun 2011-2014. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa perkembangn NAB reksadana syariah
103
sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian suatu negara yang
ditandai dengan fluktuasi perubahan nilai kurs rupiah. Karena dengan
menguatnya nilai kurs rupiah terhadap dollar AS membuat tingkat
kepercayaan para investor untuk berinvestasi di pasar modal
meningkat, dikarenakan para investor menilai kondisi makro
perekonomian sedang dalam kondisi yang baik sehingga para investor
mau berinvestasi dalam pasar modal dengan harapan memperoleh
tingkat return yang lebih baik. Dengan demikian dikarenakan
reksadana syariah ini merupakan salah satu instrumen investasi di
pasar modal berbasis syariah, tentunya kondisi tersebut akan
berdampak positif terhadap kinerja dari reksadana syariah.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Livia Halim
(2013) yang menyatakan nilai kurs rupiah memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap rasio return saham kapitalisasi besar. Hal ini
juga diperkuat oleh Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) yang
menyatakan nilai kurs rupiah memiliki pengaruh positif terhadap harga
saham badan usaha. Karena reksadana merupakan instrumen pasar
modal yang mayoritas portofolio efeknya adalah saham maka Total
NAB reksadana syariah pun akan terpengaruh. Penelitian ini juga
didukung oleh Ahmad Mursyidin (2010) menyatakan bahwa nilai kurs
rupiah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap NAB
reksadana syariah.
104
2. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh
yang signifikan antara SBIS dengan total NAB reksadana syariah.
Sehingga peningkatan maupun penurunan SBIS tidak terpengaruh
terhadap perubahan total NAB reksadana syariah pada tahun 2011-
2014. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Layaly
Rahmah (2011) dan Fitria Saraswati (2013) yang menyatakan bahwa
SBIS tidak memiki pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksadana
syariah.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa investor tidak memperhatikan
SBIS dari sektor perbankan sebagai salah satu pertimbangan dalam
melakukan investasi. Dikarenakan sumber pendapatan perbankan
syariah tidak hanya dari reward yang dilakukan BI untuk bank syariah
melalui SBIS ini. Melainkan sumber pendapatan yang dominan dalam
perbankan syariah berasal investasi dari pembiayaan-pembiayaan yang
dilakukan. Hal ini karena bank syariah lebih dominan berekspansi
dalam pembiayaan di sektor riil. Dan pada nantinya pendapatan-
pendapatan oleh perbankan syariah ini digunakan sebagai acuan
persentasi bagi hasil kepada nasabah/investor. Dan hal inilah yang
membuat investor tidak memperhatikan SBIS dalam berinvestasi
berdasarkan alasan-alasan yang dipaparkan di atas.
105
3. Variabel Jakarta Islamic Index (JII)
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara variabel JII terhadap total NAB reksadana syariah.
Sehingga peningkatan maupun penurunan JII berpengaruh terhadap
total NAB reksadana syariah. Hal ini dikarenakan saham-saham yang
menjadi portofolio dari reksadana syariah dominan berasal saham-
saham yang terdaftar pada saham JII. Sebagaimana diketahui JII ini
merupakan daftar 30 saham unggulan dengan kegiatan usahanya
prinsip syariah. Hal inilah yang mendukung peningkatan maupun
penurunan total NAB reksadana syariah dipengaruhi oleh kinerja
saham-saham yang terdaftar dalam JII.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan
oleh Anita (2013) dimana variabel excess return rata-rata JII
menghasilkan hubungan yang positif pada tingkat signifikan 5% dan
10% yaitu peningkatan excess return pasar berkontribusi terhadap
kenaikan excess return reksadana syariah, begitu juga sebaliknya. Dari
penelitian lain juga dibuktikan oleh Reno Virlandana A.dan Budi
Hermana (2005) yang isinya hubungan antara NAB per unit Reksa
Dana Syariah dengan JII dan IHSG adalah berkolerelasi kuat positif
(searah) artinya semakin tinggi nilai NAB maka semakin tinggi pula
nilai JII dan IHSG, serta Aulia Rizky Amelia (2010) membuktikan
bahwa nilai JII memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
NAB reksadana syariah.
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas
sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian mengenai Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), dan Nilai Jakarta Islamic Index (JII), terhadap
Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah Tahun (2011-2014)
adalah sebagai berikut :
1. Secara Parsial
a. Nilai Kurs Rupiah dalam Dollar Amerika (USD) mempunyai
hubungan yang positif serta signifikan terhadap Total Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah. Hubungan ini
dibuktikan dari nilai probabilitas nilai tukar sebesar 0,0249 pada
tingkat kepercayaan 95%. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika
terjadi penguatan nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika
membuat peningkatan Total NAB Reksadana syariah dikarenakan
para investor melihat kondisi perekonomian di Indonesia
dianggap baik dengan menguatnya nilai tukar rupiah tersebut
sehingga mendorong para investor untuk berinvestasi pada
instrumen reksadana syariah.
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berupa persentase bagi
hasil dari Bank Indonesia mempunyai hubungan positif serta tidak
107
signifikan terhadap Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Syariah. Hubungan ini dibuktikan dari nilai probabilitas SBIS
sebesar 0,4645 pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini
mengindikasikan bahwa SBIS bukan satu-satunya variabel yang
mempengaruhi investasi investor dalam dunia perbankan
sehingga akan berdampak pada kinerja reksadana syariah.
Dikarenakan tingkat bagi hasil dari pendapatan bank syariah tidak
hanya dari investasi di sektor pasar uang saja, melainkan dari
sektor lain misalnya investasi pada sektor riil melalui
pembiayaan-pembiayaan.
c. Nilai Jakarta Islamic Index (JII) mempunyai hubungan yang
positif serta signifikan terhadap Total Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah. Hubungan ini dibuktikan dari nilai
probabilitas JII sebesar 0,0354 pada tingkat kepercayaan 95%.
Hal ini mengindikasikan bahwa ketika terjadi peningkatan nilai
JII membuat Total NAB Reksadana Syariah juga mengalami
peningkatan. Hal tersebut berkaitan karena pemilihan portofolio
efek dari perusahaan-perusahaan reksadana syariah didominasi
pada saham-saham unggulan berbasis syariah. Hal tersebutlah
yang membuat nilai JII mempengaruhi Total NAB reksadana
syariah dikarenakan JII ini berisi 30 saham syariah unggulan.
2. Sementara secara simultan variabel Nilai Tukar Rupiah dalam dollar
Amerika (USD), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Nilai
108
Jakarta Islamic Index (JII) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu Total NAB reksadana syariah pada tingkat
kepercayaan 95%. Hal ini dibuktikan Prob (F-statistic) sebesar
0,000000 dan F hitung > F tabel sebesar 40,93835 > 2,65.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, maka diajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan variabel
makro lainnya bisa berupa jumlah uang beredar, inflasi, BI Rates dan
lain sebagainya. Dan bisa dikembangkan dengan mengukur kinerja
Reksadana Syariah melalui return dari masing-masing jenis RDS.
2. Disarankan untuk menambah periode waktu penelitian sebagai acuan
investor dalam memprediksi Nilai Aktiva Bersih masing-masing
reksadana syariah agar didapat sample yang lebih banyak sehingga
dapat lebih baik dalam memprediksi Total Nilai Aktiva Bersih dari
Reksadana Syariah
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jenis-jenis dari
reksadana syariah. Hal ini dikarenakan semakin banyak pilihan dari
jenis-jenis reksadana syariah di tiap tahunnya. Hal ini bertujuan agar
penelitian mengenai reksadana syariah ini semakin up to date dari
waktu ke waktu.
109
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul R, Dyah W. Sari, Rahmat H.S, Martha R.P, “Cara Cerdas
Menguasai Eviews”, Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Astuti, Ria, Apriatni E.P. & Hari Susanta. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku
Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, dan Indeks Bursa
Internasional terhadap IHSG (Studi pada IHSG di BEI Periode 2008-
2012)”, Diponegoro Journal of Social and Politic of Science, 2013.
Azis, Abdul, . “Manajemen Investasi Syariah”, Alfabeta, Bandung, 2010.
Burhanuddin, S. “Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah”, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2010.
Hamid, Abdul, “Pasar Modal Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Ciputat
Jakarta Selatan, 2009.
Hasbi, Hariandy. “Kinerja Reksadana Syariah Tahun 2009 di Indonesia”, Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, No.1, Universitas Widyatama Bandung,
Januari 2010.
Heykal, Muhammad. “Tuntutan dan Aplikasi Investasi Syariah”, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta. 2012.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islam Edisi Kedua”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2010.
110
Kewal, Suramaya Suci. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan
PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal Economia,
Volume 8, Nomor 1, April 2012.
Kristanto, Haris & Sumani. ” Pengaruh Perubahan Arus Kas Operasi, Laba
Akuntansi, Suku Bunga, Dan Inflasi Terhadap Return Saham “, Jurnal
Banking and Manegement Review, Vol 4, No.2, Universitas Katolik
Atmajaya, 2015.
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”, Erlangga,
Jakarta, 2009.
Manan, Abdul. “Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia”. Kencana, Jakarta, 2009.
Manuhutu, Yerimias. “Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Provinsi
Maluku,2005-2011”, Jurnal Eko-Regional, Vol. 6 No.1, Universitas
Pattimura Ambon, 2011.
Mufriani, Arief. “Metodologi Penelitian Bidang Studi Ekonomi Islam”, Uin
Jakarta Press, Tangerang Selatan, 2013.
Nusantara, Agung. “Faktor Pendorong Aliran Masuk Investasi Langsung Asing
Di Negara Sedang Berkembang” , Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan
dan Perbankan Vol.2 No 1, Universitas Stikubank Semarang, 2013.
111
Rohmana, Yana.”Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews”,
Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI, Bandung,
2010.
Rangkuti, Latifah dan Hotmal Ja’far. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Reksadana Syariah
(Islamic Mutual Fund) di Indonesia Sampai dengan Tahun 2012, Jurnal,
Universitas Sumatera Utara.
Situmorang, Parluhutan dkk. “Langkah Awal Berinvestasi Reksadana”,
TransMedia Pustaka, Jakarta, 2010.
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi 3”. Ekonisia,
Yogyakarta, 2008.
Sukirno, Sadono, “Makroekonomi: Teori Pengantar”, Rajawali Pers, Jakarta,
2011.
Sutedi, Adrian. “ Pasar Modal Syariah”, Sinar Grafika , Jakarta, 2011
Zulganef, “Metode Penelitian Sosial dan Bisnis”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008
http://www.ojk.go.id/
http://www.bi.go.id/
www.idx.co.id/
https://id.wikipedia.org
112
LAMPIRAN
A. Daftar Reksadana Syariah Akhir Tahun 2014
No Reksadana Manajer Investasi Bank
Kustodian
Tanggal
Efektif
Jenis
1. PNM Syariah PT. PNM
Investment
Management
Deutsche
Bank AG
15 Mei 2000 Campuran
2. Danareksa
Syariah
Berimbang
PT. Danareksa
Investment
Management
Citibank NA 24
Nopember
2000
Campuran
3. BNI Dana Plus
Syariah
PT. BNI Asset
Management
PT Bank
CIMB Niaga
Tbk.
21 April
2004
Campuran
4. BNI Dana
Syariah
PT. BNI Asset
Management
PT Bank
CIMB Niaga
Tbk.
21 April
2004
Pend. Tetap
5. PNM Amanah
Syariah
PT. PNM
Investment
Management
Deutsche
Bank AG
26 Agustus
2004
Pend. Tetap
6. Mandiri Investa
Syariah
Beribang
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Deutsche
Bank AG
14 Oktober
2004
Campuran
7. MNC Dana
Syariah
PT. MNC Asset
Management
BNI 29 Oktober
2004
Pend. Tetap
8. I-Hajj Syariah
Fund
PT. Insight
Investments
Management
PT Bank
CIMB Niaga
Tbk.
13 Januari
2005
Pend. Tetap
9 AAA Amanah
Syariah Fund
PT. AAA Aset
Management
PT Bank
CIMB Niaga
Tbk.
17 Juni
2005
Campuran
10. Danareksa
Indeks Syariah
PT. Danareksa
Investment
Management
Citibank NA 17 Maret
2006
Indeks
11. TRIM Syariah
Berimbang
PT. Trimegah
Asset
Management
Deutsche
Bank AG
26
Desember
2006
Campuran
12 TRIM Syariah
Saham
PT. Trimegah
Asset
Management
Deutsche
Bank AG
26
Desember
2006
Saham
13. Syariah BNP
Paribas Pesona
Amanah
PT. BNP Paribas
Investment
Partners
HSBC 09 April
2007
Campuran
14. Mega Dana
Obligasi
Syariah
PT. Mega Capital
Investama
Standard
Chartered
Bank
21 Mei 2007 Pend. Tetap
15. Batavia Dana
Saham Syariah
PT. Batavia
Prosperindo Aset
Manajemen
Deutsche
Bank AG
16 Juli 2007 Saham
113
16. PNM Ekuitas
Syariah
PT. PNM
Investment
Management
HSBC 26 Juli 2007 Saham
17. CIMB Principal
Islamic Equity
Growth Syariah
PT. CIMB
Principal Asset
Management
Deutsche
Bank AG
06 Agustus
2007
Saham
18 Mandiri Investa
Atraktif Sayriah
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Deutsche
Bank AG
19
Desember
2007
Saham
19. Cipta Syariah
Balance
PT. Ciptadana
Asset
Management
Deutsche
Bank AG
16 April
2008
Campuran
20. Cipta Syariah
Equity
PT. Ciptadana
Asset
Management
Deutsche
Bank AG
16 April
2008
Saham
21. Mandiri Investa
Dana Sayriah
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Deutsche
Bank AG
22
Desember
2008
Pend. Tetap
22. Manulife
Syariah Sektoral
Amanah
PT. Manulife Aset
Manajemen
Indonesia
HSBC 16 Januari
2009
Saham
23. Schroder
Syariah
Balanced Fund
Investment
Management
Indonesia
Deutsche
Bank AG
22 April
2009
Campuran
24. Lautandhana
Proteksi Syariah
I
PT. Lautandhana
Investment
Management
PT. Bank
Permata
Tbk.
03 Agustus
2009
Terproteksi
25. SAM Sukuk
Syariah
Sejahtera
PT. Samuel Aset
Manajemen
PT. Bank
CIMB Niaga
Tbk.
20 Januari
2010
Terproteksi
26. SAM Syariah
Berimbang
PT. Samuel Aset
Manajemen
PT. Bank
CIMB Niaga
Tbk.
20 Januari
2010
Pend. Tetap
27. Mandiri
Protected
Dynamic
Syariah Seri 1
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Standard
Chartered
Bank
08 Maret
2012
Terproteksi
28. BNIAM
Proteksi Syariah
Grenada Seri I
PT. BNI Asset
Management
Standard
Chartered
Bank
18 Juni
2012
Terproteksi
29. Panin Dana
Syariah
Saham
PT. Panin Asset
Management
Deutsche
Bank AG
20 Juni
2012
Saham
30. Panin Dana
Syariah
Berimbang
PT. Panin Asset
Management
Deutsche
Bank AG
16 Agustus
2012
Campuran
31. BNIAM PT. BNI Asset PT. BNI 10 Terproteksi
114
Proteksi Syariah
Grenada Seri II
Management
Asset
Management
Desember
2012
32. BNIAM
Proteksi Syariah
Grenada Seri III
PT. BNI Asset
Management
PT. BNI
Asset
Management
10
Desember
2012
Terproteksi
33. BNIAM
Proteksi Syariah
Grenada Seri IV
PT. BNI Asset
Management
PT. BNI
Asset
Management
10
Desember
2012
Terproteksi
34. Bahana Syariah
Protected
Fund 2
PT. Bahana TCW
Investment
Management
Deutsche
Bank AG
11
Desember
2012
Terproteksi
35. Bahana Syariah
Protected
Fund 1
PT. Bahana TCW
Investment
Management
Deutsche
Bank AG
11
Desember
2012
Terproteksi
36. MNC Dana
Syariah
Kombinasi
PT. MNC Asset
Management
PT. BRI
(Persero),
Tbk.
13
Desember
2012
Campuran
37. MNC Dana
Syariah
Ekuitas
PT. MNC Asset
Management
PT. BRI
(Persero),
Tbk.
13
Desember
2012
Saham
38. Danareksa
Proteksi
Syariah I
PT. Danareksa
Investment
Management
Standard
Chartered
Bank
17
Desember
2012
Terproteksi
39. Danareksa
Proteksi
Syariah II
PT. Danareksa
Investment
Management
Standard
Chartered
Bank
17
Desember
2012
Terproteksi
40. Mandiri
Protected
Dynamic
Syariah Seri 2
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Standard
Chartered
Bank
21
Desember
2012
Terproteksi
41. Mandiri
Protected
Dynamic
Syariah Seri 4
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Standard
Chartered
Bank
21
Desember
2012
Terproteksi
42. Mandiri
Protected
Dynamic
Syariah Seri 3
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Standard
Chartered
Bank
21
Desember
2012
Terproteksi
115
43. SAM
Sharia Equity
Fund
PT. Samuel Aset
Manajemen
PT. Bank
CIMB
Niaga,
Tbk.
27
Desember
2012
Saham
44. Lautandhana
Saham
Syariah
PT. Lautandhana
Investment
Management
PT. Bank
CIMB
Niaga,
Tbk.
27
Desember
2012
Saham
45. Syariah Premier
ETF JII
PT. Indo Premier
Investment
Management
Deutsche
Bank AG
16 April
2013
ETF
-
Saham
46. Emco
Terproteksi
Syaria
PT. EMCO Asset
Management
PT. Bank
DBS
Indonesia
16 April
2013
Terproteksi
47. Mandiri Investa
Ekuitas
Syariah
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Deutsche
Bank AG
05 Juni
2013
Saham
48. BNI-AM Dana
Lancar
Syariah
PT. BNI Asset
Management
PT. Bank
DBS
Indonesia
04 Juni
2013
Pasar Uang
49. Insight Syariah
Berkembang (I-
Share)
PT. Insight
Investments
Management
PT. Bank
Permata,
Tbk
04 Juni
2013
Campuran
50. OSO
Syariah Equity
Fund
PT. OSO
Manajemen
Investasi
PT. BII, Tbk 29 Agustus
2013
Saham
51. Avrist Equity
'Amar
Syariah
PT. Avrist Asset
Management
Deutsche
Bank AG
30
September
2013
Saham
52. Avrist Balanced
'Amar
Syariah
PT. Avrist Asset
Management
Deutsche
Bank AG
30
September
2013
Campuran
53. Sucorinvest
Sharia Equity
Fund
PT. Sucorinvest
Asset
Management
Deutsche
Bank AG
22 Oktober
2013
Saham
54. Pacific Balance
Syariah
PT. Pacific Capital
Investment
PT. BRI
(Persero),
Tbk
27
Nopember
2013
Campuran
116
55. Mega Asset
Madania
Syariah
PT. Mega Asset
Management
PT. Bank
Danamon
Indonesia,
Tbk.
06
Desember
2013
Campuran
56. Millenium
Equity Syariah
PT. Millenium
Danatama
Indonesia
PT. Bank
Negara
Indonesia
(Persero),
Tbk.
28 Januari
2014
Saham
57. CIMB-Principal
Balanced
Growth Syariah
PT. CIMB-
Principal
Asset
Management
Deutsche
Bank AG
4 April 2014 Campuran
58. Insight
Terproteksi
Syariah I
PT. Insight
Investments
Management
PT. Bank
Danamon
Indonesia,
Tbk.
17 April
2014
Terproteksi
59. CIMB-Principal
Islamic
Sukuk III
Syariah
PT. CIMB
-
Principal
Asset Managemen
Citibank NA 09 Mei 2014 Pend. Tetap
60. Insight
Terproteksi
Syariah II
PT. Insight
Investments
Management
PT. Bank
Negara
Indonesia
(Persero),
Tbk.
06 Mei 2014 Terproteksi
61. Danareksa
Syariah Saham
PT. Danareksa
Investment
Management
Citibank NA 23 Juni
2014
Saham
62. Terproteksi
Mandiri
Syariah Seri 12
PT. Mandiri
Manajemen
Investasi
Citibank NA 30 Juni
2014
Terproteksi
63. HPAM Syariah
Ekuitas
PT. Henan
Putihrai
Asset
Management
PT. Bank
Rakyat
Indonesia
(Persero).
Tbk
25 Juni
2014
Saham
64. Simas Syariah
Berkembang
PT. Sinarmas
Asset
Management
PT. Bank
Danamon
Indonesia
22 Juli 2014 Saham
117
Tbk
65. Simas Syariah
Unggulan
PT. Sinarmas
Asset
Management
PT. Bank
Danamon
Indonesia
Tbk
22 Juli 2014 Saham
66. BNI-AM Dana
Pasar Uang
Syariah Amerta
PT. BNI Asset
Management
PT. Bank
DBS
Indonesia
18
September
2014
Pasar Uang
67. Pratama Syariah PT. Pratama
Capital
Assets
Management
Deutsche
Bank AG
24 Oktober
2014
Saham
68. Pratama Syariah
Imbang
PT. Pratama
Capital
Assets
Management
Deutsche
Bank AG
24 Oktober
2014
Campuran
69. Bahana Likuid
Syariah
PT. Bahana TCW
Investment
Management
Citibank NA 10
Nopember
2014
Pasar Uang
70. Bahana Equity
Syariah
PT. Bahana TCW
Investment
Management
Citibank NA 10
Nopember
2014
Saham
Sumber : e-monitoring reksadana syariah OJK
B. Hasil Uji Stasioner
1) Variabel NAB
Pada Tingkat Level
Pool unit root test: Summary
Series: NAB_RDS_SAHAM, NAB_RDS_CAMPURAN,
NAB_RDS_PENDTET
AP, NAB_RDS_TERPROTEKSI
Date: 06/06/16 Time: 09:52
Sample: 2011M01 2014M12
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 6
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* 0.60873 0.7286 4 179
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat 1.09653 0.8636 4 179
118
ADF - Fisher Chi-square 3.80529 0.8742 4 179
PP - Fisher Chi-square 2.97637 0.9358 4 188
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Pada Tingkat 1st difference
Pool unit root test: Summary
Series: NAB_RDS_SAHAM, NAB_RDS_CAMPURAN,
NAB_RDS_PENDTET
AP, NAB_RDS_TERPROTEKSI
Date: 06/06/16 Time: 09:53
Sample: 2011M01 2014M12
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0 to 2
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -8.06903 0.0000 4 181
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat -9.14665 0.0000 4 181
ADF - Fisher Chi-square 84.3630 0.0000 4 181
PP - Fisher Chi-square 58.0838 0.0000 4 184
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
2) Variabel Nilai Tukar (USD)
Pada Tingkat Level
Pool unit root test: Summary
Series: KURS_RDS_SAHAM, KURS_RDS_CAMPURAN,
KURS_RDS_PENDTETAP, KURS_RDS_TERPROTEKSI
Date: 06/06/16 Time: 09:54
Sample: 2011M01 2014M12
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 1
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Balanced observations for each test
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* 1.55684 0.9402 4 184
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat 3.26026 0.9994 4 184
ADF - Fisher Chi-square 0.44315 0.9999 4 184
119
PP - Fisher Chi-square 0.20059 1.0000 4 188
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Pada Tingkat 1st difference
Pool unit root test: Summary
Series: KURS_RDS_SAHAM, KURS_RDS_CAMPURAN,
KURS_RDS_PENDTETAP, KURS_RDS_TERPROTEKSI
Date: 06/06/16 Time: 09:54
Sample: 2011M01 2014M12
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Balanced observations for each test
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -8.10748 0.0000 4 184
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat -6.54728 0.0000 4 184
ADF - Fisher Chi-square 55.1020 0.0000 4 184
PP - Fisher Chi-square 52.9892 0.0000 4 184
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
3) Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Pada Tingkat Level
Pool unit root test: Summary
Series: SBIS_RDS_SAHAM, SBIS_RDS_CAMPURAN, SBIS_RDS_PENDTE
TAP, SBIS_RDS_TERPROTEKSI
Date: 06/06/16 Time: 09:56
Sample: 2011M01 2014M12
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 1
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Balanced observations for each test
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* 0.11848 0.5472 4 184
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat 0.29615 0.6164 4 184
ADF - Fisher Chi-square 4.37642 0.8217 4 184
PP - Fisher Chi-square 3.73706 0.8800 4 188
120
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Pada Tingkat 1st difference
Pool unit root test: Summary
Series: SBIS_RDS_SAHAM, SBIS_RDS_CAMPURAN, SBIS_RDS_PENDTE
TAP, SBIS_RDS_TERPROTEKSI
Date: 06/06/16 Time: 09:56
Sample: 2011M01 2014M12
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Balanced observations for each test
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -5.64325 0.0000 4 184
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat -6.83775 0.0000 4 184
ADF - Fisher Chi-square 58.1571 0.0000 4 184
PP - Fisher Chi-square 60.0637 0.0000 4 184
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
4) Variabel Nilai Jakarta Islamic Index (JII)
Pada Tingkat Level
Pool unit root test: Summary
Series: JII_RDS_SAHAM, JII_RDS_CAMPURAN, JII_RDS_PENDTETAP,
JII_RDS_TERPROTEKSI
Date: 06/06/16 Time: 09:55
Sample: 2011M01 2014M12
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Balanced observations for each test
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -1.02788 0.1520 4 188
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat -0.63502 0.2627 4 188
ADF - Fisher Chi-square 7.85623 0.4476 4 188
PP - Fisher Chi-square 8.05971 0.4277 4 188
121
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Pada Tingkat 1st difference
Pool unit root test: Summary
Series: JII_RDS_SAHAM, JII_RDS_CAMPURAN, JII_RDS_PENDTETAP,
JII_RDS_TERPROTEKSI
Date: 06/06/16 Time: 09:55
Sample: 2011M01 2014M12
Exogenous variables: Individual effects
Automatic selection of maximum lags
Automatic lag length selection based on SIC: 0
Newey-West automatic bandwidth selection and Bartlett kernel
Balanced observations for each test
Cross-
Method Statistic Prob.** sections Obs
Null: Unit root (assumes common unit root process)
Levin, Lin & Chu t* -3.97541 0.0000 4 184
Null: Unit root (assumes individual unit root process)
Im, Pesaran and Shin W-stat -11.4967 0.0000 4 184
ADF - Fisher Chi-square 109.627 0.0000 4 184
PP - Fisher Chi-square 109.607 0.0000 4 184
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
C. Hasil Common Effect
Dependent Variable: DNAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/06/16 Time: 09:48
Sample (adjusted): 2011M02 2014M12
Included observations: 47 after adjustments
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 188
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DKURS? 2596.847 1172.125 2.215503 0.0279
DJII? -1677.316 791.5318 -2.119075 0.0354
DSBIS? 25.29514 85.53361 0.295733 0.7678
R-squared 0.049761 Mean dependent var 1773.374
Adjusted R-squared 0.039488 S.D. dependent var 1164.633
S.E. of regression 1141.406 Akaike info criterion 16.93374
Sum squared resid 2.41E+08 Schwarz criterion 16.98538
Log likelihood -1588.771 Hannan-Quinn criter. 16.95466
Durbin-Watson stat 0.102186
122
D. Hasil Fixed Effect
E. Hasil Random Effect
Dependent Variable: DNAB?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/06/16 Time: 09:49
Sample (adjusted): 2011M02 2014M12
Included observations: 47 after adjustments
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 188
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -39539.29 7630.188 -5.181954 0.0000
DKURS? 1821.999 805.7992 2.261108 0.0249
DJII? 1826.970 862.1008 2.119207 0.0354
DSBIS? 42.42409 57.87486 0.733031 0.4645
Fixed Effects (Cross)
_RDS_SAHAM--C 701.7885
_RDS_CAMPURAN--C 730.0300
_RDS_PENDTETAP--C -1189.386
_RDS_TERPROTEKSI-
-C -242.4320
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.575745 Mean dependent var 1773.374
Adjusted R-squared 0.561681 S.D. dependent var 1164.633
S.E. of regression 771.0526 Akaike info criterion 16.16991
Sum squared resid 1.08E+08 Schwarz criterion 16.29042
Log likelihood -1512.972 Hannan-Quinn criter. 16.21874
F-statistic 40.93835 Durbin-Watson stat 0.216391
Prob(F-statistic) 0.000000
Dependent Variable: DNAB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/06/16 Time: 09:49
Sample (adjusted): 2011M02 2014M12
Included observations: 47 after adjustments
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 188
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -39539.29 7643.615 -5.172852 0.0000
DKURS? 1821.999 805.7992 2.261108 0.0249
DJII? 1826.970 862.1008 2.119207 0.0354
DSBIS? 42.42409 57.87486 0.733031 0.4645
Random Effects
(Cross)
_RDS_SAHAM--C 691.1310
123
F. Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: RDS
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 65.849320 (3,181) 0.0000
Cross-section Chi-square 138.715000 3 0.0000
G. Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: RDS
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 3 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
_RDS_CAMPURAN--
C 718.9436
_RDS_PENDTETAP--
C -1171.324
_RDS_TERPROTEKS
I--C -238.7504
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 905.7071 0.5798
Idiosyncratic random 771.0526 0.4202
Weighted Statistics
R-squared 0.207177 Mean dependent var 218.5368
Adjusted R-squared 0.194251 S.D. dependent var 858.9820
S.E. of regression 771.0526 Sum squared resid 1.09E+08
F-statistic 16.02739 Durbin-Watson stat 0.212863
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.112702 Mean dependent var 1773.374
Sum squared resid 2.25E+08 Durbin-Watson stat 0.103466