Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT FEE,
AUDIT TENURE, UKURAN KAP, DAN FINANCIAL DISTRESS
TERHADAP AUDIT SWITCHING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
NADIA RAHMA PRATIWI
B 200 150 225
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT FEE, AUDIT
TENURE, UKURAN KAP, DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP
AUDIT SWITCHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015-2017
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2017)
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
NADIA RAHMA PRATIWI
B 200 150 225
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Mengetahui,
Pembimbing
(Dra. Nursiam, M.H., Akt., CA)
NIDN. 0624096401
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT FEE, AUDIT
TENURE, UKURAN KAP, DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP
AUDIT SWITCHING (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)
Yang ditulis oleh:
NADIA RAHMA PRATIWI
B200150225
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 26 Agustus 2019
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Dra. Nursiam, M.H., Akt., CA ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Drs. Agus Endro Suwarno, M.Si ( )
(Anggota Dewan Penguji 1)
3. Dr. Erma. Setiawati, M.M., Akt ( )
(Anggota Dewan Penguji 2)
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Dr. Syamsudin, M,M.)
NIDN. 0017025701
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka saya akan pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 26 Agustus 2019
Penulis
NADIA RAHMA PRATIWI
B 200 150 225
1
PENGARUH OPINI AUDIT GOING CONCERN, AUDIT FEE, AUDIT
TENURE, UKURAN KAP, DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP
AUDIT SWITCHING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2015-2017)
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh opini audit going concer,
audi fee, audit tenure, ukuran KAP dan financial distress terhadap opini audit
switching. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017. Pengambilan sampel penelitian
dilakukan dengan metode purposive sampling dan didapatkan 192 perusahaan
sebagai sampel, kemudian terdapat 14 reduksi data yang mengandung outlier.
Sehingga data yang diolah berjumlah 178 data. Data diuji menggunakan metode
regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit going concer,
audi fee, audit tenure, dan financial distress tidak berpengaruh terhadap audit
switching, sedangkan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit switching.
Kata kunci: opini audit going concern, audi fee, audit tenure, ukuran KAP,
financial distress, audit switching.
Abstract
This study aims to analyze the effect of going concern audit opinion, audit fees,
audit tenure, KAP size and financial distress to audit switching. The population of
this study is basic real estate and property companies classification listed on the
Indonesia Stock Exchange (IDX) for2015-2017. The sample is taken by
purposive sampling method and obtained 192 companies as samples, then
contains 14 data reductions containing outliers. The data received was processed
178 data. Data is tested using logistic regression methods. The results show that
the going concern audit opinion, audit fees, audit tenure, and financial distress did
not affect to audit switching, meanwhile the KAP size has effects to audit
switching.
Keywords: going concern audit opinion, audi fee, audit tenure, KAP size,
financial distress, audit switching.
1. PENDAHULUAN
Menurut Himawan dan Emarila (2010) Laporan keuangan menjadi sangat penting
karena laporan tersebut dapat menginformasikan tentang apa yang dilakukan
audior dan kesimpulan yang diperolehnya. Salah satu tugas utama dari jasa
akuntan publik memberikan pendapat yang jelas, akurat dan dapat di percaya
untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dan memastikan kesesuaian antara
laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dengan standar akuntansi yang
ada. Keputusan yang di berikan audit merupakan keputusan yang memiliki
2
dampak baik atau buruk didalam laporan keuangan yang telah di audit kepada
perusahaan maupun Investor. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan
publik kewajarannya lebih dapat di percaya dibandingkan laporan keuangan yang
tidak atau belum di audit.
Hubungan perusahaan atau klien dengan audior atau Kantor Akuntan
Publik saling berkaitan dalam hal independensi pendapat auditor. Dalam
hubungan ini dapat menimbulkan kecurigaan karena ditakutkan adanya opini
auditor yang tidak objektif dan independen.hal ini yang dapat mempengaruhi
pepindaan auditor baik secara voluntary maupun mandatory. Rotasi auditor dalam
praktiknya tidak hanya dilakukan secata mandatory, namun dapat dilakukan seara
sukarela (voluntary). Pergantian auditor secara sukarela (voluntary auditor
switching) terjadi apabila klien mengganti auditornya tanpa ada peraturan yang
mewajibkan klien untuk melakukan pergantian auditor. Sedangkan mandatory
auditor switching terjadi apabila mengganti auditor memalui suatu peraturan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 17/PMK.01/2008
tentang jasa akuntan Publik yang membahas tentang pemberian jasa audit umum
atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) paling lama 5 (lima) tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan
publik paling lama 3 (tiga) tahun buku bertutur-turut. Perubahan yang dilakukan
adalah, pertama, pemberian jasa auditumum atas entitas dapat dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh
seoang akuntan publik 3 (tiga) tahun berturut-turut (pasal 3 ayat1). Kedua,
akuntan publik dan kantor akuntan publik dapat menerima kembali penugasan
audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit
umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2 dan 3).
Namun pada tahun 2015 pemerintah mengeluarkan peraturan baru yang
mengatur pergantian audior, yaitu PP No. 20/2015 tentang praktik akuntan publik
dalam PP No. 20/2015 pasal 11 ayat (1) dijelaskan bahwa KAP tidak lagi dibatasi
dalam melakukan audit atas suatu perusahaan, pembatasan hanya berlaku pada
AP, yaitu selama 5 tahun berturut-turut. Peraturan Baru tidak memberikan batasan
waktu dalam KAP untuk mengaudit suatu entitas.
3
Permasalahan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik saat ini
menarik untuk di kaji ulang, hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi
keputusan klien atau perusahaan dalam melakukan pergantian auditor atau KAP.
Pergantian Audit dilakukan untuk menjaga indenpendensi dari auditor, guna
memberikan opini yang objektif sesuai kewajaran laporan keuangan perusahaan.
Dalam Kasus SNP Finance, memperlihatkan bagaimana kualitas audit dapat
mengalami ketidakseimbangan, dimana auditor yang bernama AP Marlinna dan
AP Merliyana Syamsul serta KAP Satrio, Bing, Eny dan Rekan dinilai tidak
memberikan opini yang sesuai dengan kondisi sebenarnya dalam laporan
keuangan tahunan audit milik PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP
Finance). Kedua AP dan satu KAP itu memberikan opini „Wajar Tanpa
Pengecualian‟ dalam hasil audit terhadap laporan keuangan tahunan SNP Finance.
Sedangkan hasil pemeriksaan OJK mengindikasikan SNP Finance menyajikan
laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya
secara signifikan. Sehingga, menyebabkan kerugian banyak pihak termasuk
perbankan. Tanggung jawab auditor atas laporan keuangan adalah melakukan
prosedur untuk mendeteksi apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material
yang dicerminkan dalam bentuk pemberian opini. Ia menegaskan tanggung jawab
auditor terletak pada opini tersebut dan bukan pada laporan keuangan, Tirto.id
(2018).
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan
Sinipar (2017). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
dengan mengganti ukuran perusahaan klien dan opini audit dengan audit fee dan
Opini audit going concern. Penelitian sekarang menggunakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari periode tahun 2015-
2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh opini audit going
concern, audit fee, audit tenure, ukuran kap, dan financial distress terhadap audit
switching.
4
2. METODE
2.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017:8),
penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk memberikan
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
2.2 Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2015-2017.Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling. Adapun kriteria untuk menentukan sampel adalah sebagai
berikut:
1) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan lengkap berupa
infromasi mengenai total asset, total hutang, total ekuitas, ROA (Return on
Assets) nama KAP dan Opini Audit yang terdaftar di BEI berturut- turut
selama periode 2015- 2017.
2) Laporan keuangan yang disajikan dalam satuan rupiah
3) Perusahaan yang laporan keuangannya telah diaudit.
4) Perusahaan sampel mempunyai laporan keuangan yang lengkap terkait
variabel penelitian.
5) Perusahaan sektor manufaktur yang melakukan auditor switching selama
periode 2015-2017.
2.3 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bersumber dari
annual report dan laporan keuangan tahunan Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesa pada periode 2015 – 2017 dengan mengakses
situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
2.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari dua variabel yaitu
variabel dependen dan variabel independen. Variabel independennya adalah masa
perikatan audit (audit tenure), rotasi audit, imbalan jasa audit (fee audit), ukuran
5
kantor akuntan publik, dan spesialisasi auditor. Sedangkan variabel dependennya
adalah kualitas audit.
2.5 Variabel Dependen
2.5.1 Audit Switching
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit switching. Auditor switching
(AS) adalah pergantian auditor eksternal atau KAP yang dilakukan oleh
perusahaan klien. Pengukuran audit Switching mengacu pada pengukuran yang
dikembangkan oleh R. Meike Erika (2014). Pengukuran variabel ini menggunakan
variabel dummy, Jika perusahaan melakukan auditor switching diberikan kode 1.
Sebaliknya, jika perusahaan tidak melakukan auditor switching diberikan kode 0.
2.6 Variabel Independen
2.6.1 Opini Audit Going Concern
Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah opini audit going concern.
Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang diberikan
auditor bila terdapat keraguan atas kemampuan going concern perusahaan atau
terdapat ketidakpastian yang signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan
dalam menjalankan operasinya Standar Pelaporan (Seksi 341 SPAP, 2011, par: 2).
Variabel ini merupakan variabel dummy yang akan bernilai 1 bila
perusahaan menerima Going Concern Audit Opinion (GCAO) diantara lain:
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified
Unqualified Opinion), Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion),
Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion), dan Pernyataan tidak memberikan
pendapat (Disclaimer of Opinion) dan bernilai 0 bila menerima opini Non Going
Concern Audit Opinion (NGCAO) yaitu Pendapat wajar tanpa pengecualian
(Unqualified Opinion) Standar Pelaporan (Seksi 341 SPAP, 2011).
2.6.3 Audit Fee
Fee Audit merupakan upah yang didapatkan auditor atas jasa yang telah
dilakukannya dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini juga
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2014) dimana fee audit
dalam penelitian ini diproksikan pada professional fees yang terdapat dalam
laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
6
Indonesia (BEI). Selanjutnya variabel fee audit ini diukur dengan menggunakan
logaritma natural dari data atas akun professional fees.
2.6.4 Audit Tenure (Masa Perikatan Audit)
Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun perikatan dimana auditor
melakukan perikatan audit terhadap audit perusahaan, tahun pertama perikatan
dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya.
MenurutPanjaitan (2014), Audit Tenure yang di hitung dari jangka waktu
penugasan Kantor Akuntan Publik (KAP) disebuah perusahaan yang sama
memiliki nilai minimum 1 dan nilai maksimum 6. Informasi ini didapat dilihat di
laporan auditor independen selama beberapa tahun untuk memastikan lamanya
auditor KAP yang mengaudit perusahaan tersebut.
2.6.5 Ukuran KAP
Dalam penelitian ini, ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) diukur dengan
menggunakan variable dummy yang memberikan nilai 1 jika KAP berafiliasi
dengan the big four dan nilai 0 jika KAP tidak berafiliasi dengan the big four.
Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu (Divianto, 2011):
1) KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi
Sutanto & Rekan; Haryanto Sahari & Rekan; Tanudreja, wibisana & Rekan
2) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP
Sidharta-Sidharta & Widjaja.
3) KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko,
& Sanjadja; Purwanto, Surwoko & Sandjaja
4) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans
Tuanakotta & Mustofa; Osman Ramli Satrio & Rekan.
2.6.6 Financial Distress
Financial distress adalah kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan
kesulitan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Zmijewski (1984) dan
Gunady (2013) menyatakan bahwa financial distress diukur dengan rasio
solvabilitas. Rasio solvabilitas diwakilkan dengan DER (Debt to Equity Rasio).
Jika perusahaan klien memiliki rasio DER > 100%, maka diberikan nilai 1.
Sedangkan jika perusahaan klien memiliki rasio DER ≤ 100% maka diberikan
7
nilai 0. Dalam penelitian ini variabel financial distress diproksikan dengan rasio
DER (Debt to Equity Ratio). Adapun cara menghitungnya :
DER=
x 100 %
2.7 Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, digunakan metode
analisis regresi logistik.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi logistik (logistic regression), dengan melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Adapun model regresi dalam penelit ian
ini adalah sebagai berikut:
Y = α + + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5X5 + e
Ln
= α + + β1GC + β2 AF + β3AT + β4 UKAP + β5 FD + e
Keterangan :
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi
AS = Audit Switching
GC = Opini Audit Going Concern
AF = Audit fee
AT = Audit Tenure
UKAP = Ukuran KAP
FD = Financial Distress
e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan dalam penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pemilihan Sampel
Tabel 1. Sampel Penelitian
NO Kriteria Jumlah
1. Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada
Tahun 2015-2017 155
2.
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan
laporan keuangan lengkap berupa informasi
mengenai total asset, total hutang, total ekuitas,
ROA (Return on Assets) nama KAP dan Opini
Audit yang terdaftar di BEI berturut- turut selama
(31)
8
periode 2015- 2017
3. Laporan keuangan yang tidak menyajikan dalam
satuan rupiah (29)
4. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan auditor (6)
5. Perusahaan yang tidak Menyajikan laporan
keuangan yang lengkap terkait variabel penelitian (25)
6. Perusahaan sektor manufaktur yang melakukan
auditor switching selama periode 2015-2017 (0)
Jumlah Perusahaan Sampel 64
Tahun Pengamanatan (3 Tahun) X 3
Jumlah Sampel Selama Periode Penelitian 192
Outlier (14)
Jumlah Sampel Selama Periode Penelitian setelah di
kurangi Outlier 178
Sumber : Hasil Analisis Data 2019
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan pengambilan sampel
menggunaka metode purposive sampling, perusahaan manufaktur yang terpilih
sebagai sampel berjumlah 192 perusahaan. Namun dikarenakan pengujian awal
model kurang baik, terdapat 14 reduksi data yang mengandung outlier. Sehingga
data yang diolah berjumlah 178 data.
3.2 Analisis Data
3.2.1 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Tabel 2. Hasil Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Keterangan -2 Log Likelihood
Block number : 0 238.585
Block number : 1 224.844
Pada tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan perbandingan nilai -2LL block
pertama dengan nilai -2LL block kedua. Nilai -2LL dari block pertama
sebesar 238.587, lebih besar dari nilai -2LL pada block kedua sebesar
224.844, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model kedua setelah
memasukan variabel independen lebih baik dari model sebelum memasukkan
variabel independen, hal ini artinya model penelitian dikatakan fit dengan
data.
9
3.2.2 Koefisien Determinasi (Negelkerke’s R Square)
Tabel 3. Koefesien Determinasi
Ste
p
-2 Log
likelihood
Cox &
Snell R
Square
Nagelkerke
R Square
1 224.844a .074 .101
Sumber : Hasil Analisis Data 2019
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa nilai Negelkerke’s R square
sebesar 0,101, hal ini berarti bahwa 10,1% variabel auditor switching dapat
dijelaskan oleh variasi variabel opini audit going concern, audit fee, audit tenure,
ukuran KAP,dan financial distress. Sedangkan sisanya 89,9% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian.
3.2.3 Kelayakan Model
Tabel 4. Uji Kelayakan Model
Step Chi-square df Sig.
1 11.014 8 .201
Sumber : Hasil Analisis Data 2019
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar 0,201 nilai
ini lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena
cocok dengan data observasinya sehingga model dapat dilanjutkan untuk uji
hipotesis.
3.2.4 Matriks Klasifikasi
Tabel 5. Matriks Klasifikasi
Observed Predicted
AS Percentage
Correct No Ya
Step
1
AS No 18 52 25.7
Ya 22 86 79.6
Overall
Percentage
58.4
Sumber : Hasil Analisis Data 2019
10
Berdasarkan data dari tabel 5 menunjukkan bahwa menurut prediksi,
kemungkinanan perusahaan yang tidak melakukan auditor switching 178
perusahaan, sedangkan hasil observasi sebanyak 18 perusahaan tidak melakukan
auditor switching. Jadi, ketepatan klasifikasi perusahaan yang tidak melakukan
auditor switching sebesar 25,7%. Menurut prediksi, kemungkinanan perusahaan
yang melakukan auditor switching sebanyak 86 perusahaan, menurut observasi
perusahaan yang melakukan auditor switching sebanyak 38 perusahaan. Jadi,
ketepatan klasifikasi perusahaan yang melakukan auditor switching 79,6%. Secara
keseluruhan model regresi logistik yang digunakan mampu menebak dengan
benar 58,4% kondisi yang terjadi di dalam hasil penelitian ini.
3.2.4 Model Regresi Logistik
Tabel 6. Tabel Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
B Wald Signifikansi Keterangan
GC .634 3,311 .069 H1 ditolak
AF .151 2,717 .099 H2 ditolak
AT .418 3,647 .056 H3 ditolak
UKAP -.816 4,618 .032 H4 diterima
FD -.002 1,931 .165 H5 ditolak
Konstan -3.278 2,680 0,102
Sumber : Hasil Analisis Data 2019
Berdasarkan tabel diatas maka model regresi logistic yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Ln
= α + + β1 GC + β2 AF + β3 AT + β4 UKAP + β5 FD + e
Ln
= -3.278 +0,634 GC +0,151 AF +0,418 AT –0,816 UKAP -0,002
FD + ε
Persamaan regresi yang terbentuk diatas memiliki pengertian sebagai berikut:
1) Konstanta yang diperoleh sebesar -3.278 menyatakan bahwa jika semua
variabel independen konstan, maka kualitas audit akan menurun.
2) Variabel opini audit going concern mempunyai koefisien sebesar 0,634
dengan parameter positif. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi
peningkatan terhadap opini audit going concern maka akan membuat
kencenderungan pada peningkatan audit switching.
11
3) Variabel audit fee mempunyai koefisien sebesar 0,151 dengan parameter
positif. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi peningkatan terhadap
audit fee maka akan membuat kencenderungan pada peningkatan audit
switching.
4) Variabel audit tenure mempunyai koefisien sebesar 0,418 dengan parameter
positif. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi peningkatan terhadap
audit tenure maka akan membuat kencenderungan pada peningkatan audit
switching.
5) Variabel ukuran KAP mempunyai koefisien sebesar -0,816 dengan
parameter negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi peningkatan
terhadap ukuran KAP maka akan membuat kencenderungan pada penurunan
audit switching.
6) Variabel financial distress mempunyai koefisien sebesar -0,002 dengan
parameter negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi peningkatan
terhadap financial distress maka akan membuat kencenderungan pada
penurunan audit switching.
3.2.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat
signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α) – 5% atau 0,05. Berdasarkan tabel
6 dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Pengujian Hipotesis pertama (H1)
Pada variabel opini audit going concern klien diperoleh koefisien regresi
sebesar 0,634 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,069 > 0,05. Nilai
signifikansi yang berada di atas (α) 0,05 dengan koefisien yang bernilai
positif menunjukkan bahwa variabel opini audit going concern klien tidak
berpengaruh terhadap auditor switching, sehingga H1 ditolak.
2) Pengujian Hipotesis kedua (H2)
Pada variabel audit fee diperoleh koefisien regresi sebesar 0,151 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,099 > 0,05. Nilai signifikansi yang berada
diatas (α) 0,05 dengan koefisien yang bernilai positif menunjukkan bahwa
12
variabel audit fee tidak berpengaruh terhadap auditor switching, sehingga H2
ditolak.
3) Pengujian Hipotesis ketiga (H3)
Pada variabel audit tenure diperoleh koefisien regresi sebesar 0.418 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,056 > 0,05. Nilai signifikansi yang berada di
diatas (α) 0,05 dengan koefisien yang bernilai positif, menunjukkan bahwa
variabel audit tenure tidak berpengaruh secara n terhadap auditor switching,
sehingga H3 ditolak.
4) Pengujian Hipotesis keempat (H4)
Pada variabel ukuran KAP diperoleh koefisien regresi sebesar -0,816 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,032 > 0,05. Nilai signifikansi yang berada di
bawah (α) 0,05 dengan koefisien yang bernilai positif menunjukkan bahwa
variabel ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching, sehingga H4
diterima.
5) Pengujian Hipotesis kelima (H5)
Pada variabel fincial distress diperoleh koefisien regresi sebesar -0,002
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,165 > 0,05. Nilai signifikansi yang
berada diatas (α) 0,05 dengan koefisien yang bernilai negatif menunjukkan
bahwa variabel pergantian manajemen tidak berpengaruh terhadap auditor
switching, sehingga H5 ditolak.
3.3 Pembahasan
3.3.1 Pengaruh Opini Audit Going Concern terhadap Audit Switching
Hasil pengujian hipotesis dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel opini
audit going concern memiliki jumlah tingkat signifikan sebesar 0,069 > α =
0,05, maka variabel opini audit going concern tidak memiliki pengaruh
terhadap audit switching. Sehingga hipotesis tidak dapat didukung atau
dengan kata lain hipotesis ditolak. Penelitian ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh lianto (2017). Akan tetapi hasil ini
bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harvianto
(2015) dan Saputra (2017).
13
Lianto (2017) berpendapat bahwa alasan dari penelitian ini adalah
hasil pengujian menunjukkan bahwa ketakutan perusahaan bahwa going
concern audit opinion akan menurunkan kepercayaan pihak eksternal
terhadap kinerja perusahaan sehingga membuat manajemen perusahaan
mengatasi kondisi tersebut sebelum auditor mengeluarkan opini.
3.3.2 Pengaruh Audit Fee terhadap Audit Switching
Hasil pengujian hipotesis dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel audit
fee memiliki jumlah tingkat signifikan sebesar 0.099 > α = 0,05, maka
variabel opini audit audit fee tidak memiliki pengaruh terhadap audit
switching. Sehingga hipotesis tidak dapat didukung atau dengan kata lain
hipotesis ditolak. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dwiyanti dan Sabeni (2014) dan Lianto (2017). Akan tetapi
hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari
(2016) dan Fajrin (2015).
Menurut Dwiyanti dan Sabeni (2014) perusahaan lebih
mengutamakan kantor akuntan publik dan auditor sesuai dengan yang
dibutuhkan perusahaan dan memiliki pandangan yang sejalan dengan
manajemen perusahaan sehingga jika fee yang diinginkan auditor dan kantor
akuntan publik besar, hal tersebut tidak menjadi masalah untuk perusahaan
dikarenakan perusahaan mendapatkan kualitas laporan keuangan yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan
3.3.3 Pengaruh Audit Tenure terhadap Audit Switching
Hasil pengujian hipotesis dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel audit
tenurememiliki jumlah tingkat signifikan sebesar 0,056 > α = 0,05, maka
variabel opini audit audit tenuretidak memiliki pengaruh terhadap audit
switching. Sehingga hipotesis tidak dapat didukung atau dengan kata lain
hipotesis ditolak. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Olivia (2014). Akan tetapi hasil ini bertentangan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sianipan (2015) dan lianto
(2017).
14
3.3.4 Pengaruh ukuran KAP terhadap Audit Swithcing
Hasil pengujian hipotesis dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel
ukuran KAP memiliki jumlah tingkat signifikan sebesar 0,032 > α = 0,05,
maka variabel opini audit audit tenure memiliki pengaruh terhadap audit
switching. Sehingga hipotesis dapat didukung atau dengan kata lain hipotesis
diterima. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Julintari dan Rasmini (2013) dan lianto (2017). Akan tetapi hasil ini
bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sianipar
(2015).
Pawitri dan Yadnyana (2015) berpendapat dengan memilih KAP yang
bereputasi baik diharapkan dapat menarik simpati para calon investor untuk
menginvestasikan dananya di perusahaan. Hal ini dikarenakan, investor
cenderung lebih percaya pada laporan keuangan auditan dari auditor
bereputasi
3.3.5 Pengaruh Financial Distress terhadap Audit Swithcing
Hasil pengujian hipotesis dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel
financial distress memiliki jumlah tingkat signifikan sebesar 0.165 > α =
0,05, maka variabel opini audit financial distress tidak memiliki pengaruh
terhadap audit switching. Sehingga hipotesis tidak dapat didukung atau
dengan kata lain hipotesis ditolak. Penelitian ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Darsono (2015), Fajrin (2015), Sianipar
(2015), dan Sari (2018). Akan tetapi hasil ini bertentangan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Harvianto (2015), Wea (2015), Dwiyanti
dan Sabeni (2012), serta Raharjo dan Nikmah (2014).
Perusahaan disaat terjadi kesulitas keuangan tidak langsung untuk
melakukan pergantian auditor, dikarenakan mempertimbangkan bahwa
auditor atau KAP tersebut sudah mengetahui kondisi perusahaan. Menurut
Fajrin (2015) jika perusahaan mengganti auditor, perusahaan khawatir jika
auditor yang baru akan melakukan pemerikasaan terhadap sistem pembukuan
dan menilai rendah standar mutu pembukuan perusahaan mereka. Hal ini
15
dapat mengakibatkan keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan yang
menyebabkan perusahaan menangung biaya denda keterlambatan.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1) Opini Audit Going Concern tidak berpengaruh terhadap penerimaan audit
switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2015-2017. Berdasarkan hasil pengujian
opini audit going concern memiliki koefesien regresi positif sebesar 0,634
dengan tingkat signifikansi 0,069. Dikarenakan nilai signifikansi lebih besar
dari α = 5% maka hipotesis pertama (H1) ditolak artinya opini audit going
concern tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit switching.
2) Audit Fee tidak berpengaruh terhadap penerimaan audit switching pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2015-2017. Berdasarkan hasil pengujian audit fee memiliki
koefesien regresi positif sebesar 0,151 dengan tingkat signifikansi 0,099.
Dikarenakan nilai signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis
pertama (H1) ditolak artinya audit fee tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap audit switching.
3) Audit Tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan audit switching pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2015-2017. Berdasarkan hasil pengujian audit tenure
memiliki koefesien regresi positif sebesar 0,418 dengan tingkat signifikansi
0,056. Dikarenakan nilai signifikansi lebih besar dari α = 5% maka hipotesis
pertama (H1) ditolak artinya audit tenure tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap audit switching.
16
4) Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh terhadap penerimaan
audit switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2015-2017. Berdasarkan hasil pengujian
ukuran KAP memiliki koefesien regresi negative sebesar -0,816 dengan
tingkat signifikansi 0,032. Dikarenakan nilai signifikansi kurang dari α =
5% maka hipotesis pertama (H1) ditolak artinya ukuran KAP berpengaruh
secara signifikan terhadap audit switching.
5) Financial Distress tidak berpengaruh terhadap penerimaan audit switching
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2015-2017. Berdasarkan hasil pengujian financial distress
memiliki koefesien regresi negatif sebesar -0,002 dengan tingkat
signifikansi 0,165. Dikarenakan nilai signifikansi lebih besar dari α = 5%
maka hipotesis pertama (H1) ditolak artinya financial distress tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap audit switching.
4.2 Keterbatasan
1) Keterbatasan penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen
yang terdiri dari dua faktor keuangan (audit fee dan financial distress) dan
3 faktor non keuangan (opini audit going concern, audit tenure, dan
ukuran KAP).
Periode pengamatan hanya tiga tahun sehingga belum mampu melihat
kecenderungan terhadap audit switching.
4.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti
memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1) Menggunakan variabel independen lain yang belum termasuk dalam
penelitian ini atau faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
penerimaan audit switching seperti ukuran perusahaan, audit delay, dan lain-
lain.
2) Jumlah tahun pengamatan lebih diperpanjang sehingga dapat melihat
kecenderungan terhadap penerbitan audit switching oleh auditor dalam jangka
17
panjang dengan tetap memperhatikan perbedaan antara periode krisis
ekonomi dengan periode kondisi ekonomi normal.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Al-Thuneibat, A.A., Al Issa, R.T.I. & Baker, R.A.A. (2011). Do audit
tenure and firm size contribute to audit quality? : Empirical evidence from
Jordan. Managerial Auditing Journal. Vol. 26. No. 4. Pp: 317 – 334.
[2] Arsih, luki. & Anisykurlillah, Indah. 2015. Pengaruh Opini Going Concern,
Ukuran Kap dan Profitabilitas terhadap Auditor Switching. ISSN 2252-6765
[3] Dewi, Ni Nym. Sri Rahayu Trisn, A.A.N.B. Dwirandra dan Putri, I G.A.
Made Asri Dwija. 2016. Pengaruh Penerbitan Opini Going Concern pada
Pergantian Auditor dengan Ketepat waktuan pelaporan Keuangan dan
Komite Audit sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana 5.2 (2016) : 293-308
[4] Deis, D.R. & Giroux, G.A. 1992. Determinants of Audit Quality in the
Public Sector. The Accounting Review,67, 3, 462-479.
[5] Divianto. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan dalam
Melakukan Auditor Switch (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur di BEI)”.
Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol.1 No. 2.
[6] Diyanti, Fitri Tri. (2010). Pengaruh Debt Default, Pergantian Auditor, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok
[7] Dwiyanti, R. Meike Erika Dan Sabeni Arifin. 2014. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Auditor Switching Secara Voluntary. Volume 3, Nomor 3,
Tahun 2014, Halaman 1.
[8] Faradila, Yuka Dan Yahya, M. Rizal. 2016. Pengaruh Opini Audit,
Financial Distress, dan Pertumbuhan Perusahaan Klien terhadap Auditor
Switching. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (Jimeka) Vol. 1,
No. 1, (2016) Halaman 81-100
18
[9] Fajrin, Febrika. 2015. Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan
Peuangan Perusahaan, Opini Audit, Kepemilikan institusional, dan Fee audit
terhadap Pergantian KAP. Jom Fekon Vol. 2 No. 2 Oktober 20151
[10] Gammal, W, E. 2012. Determinants of Audit Fees: Evidence from Lebanon.
Journal International Business Research. Vol.5, No.11, pp.136-143.
[11] Gavious, I. 2007. Alternative Perspectives Deal With Auditors’ Agency
Problem, Critical Perspectives On Accounting. 18, 451-46
[12] Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Sess. Cetakan
keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
[13] ]Ginting, S. dan Erlina Fransiska. Analisis Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Malaysia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Volume 4,
Nomor 01, April 2014
[14] Hamid, Abdul. 2013. Pengaruh Tenur KAP dan Ukuran KAP terhadap
Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negri Padang.
[15] Himawan dan Emarila, 2010. Pengaruh Persepsi Auditor atas Kompetensi,
Independensi dan Kualitas Audit terhadap Umur Kantor Akuntan Publik
(KAP). Jakarta. Volume 13 Nomor 3.
[16] Ismail, Shahnaz, Aliahmed, Huson Joher, Nassir, Annuar Md., dan Hamid,
Mohamad Ali Abdul. 2008. Why Malaysian Second Board Companies
Switch Auditor: Evidence of Bursa Malaysia. International Research
Journal of Finance and Economics, Vol. 13, h: 123-130
[17] Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Social
Science Research Network. http://papers.ssrn.com/abstract=94043
[18] Juliantari, N. W. A., & Rasmini, N. K. 2013. Auditor Switching Dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
3.3 2013: 231-246. ISSN: 2302-8556
19
[19] Karliana, Danela Rosa. 2017. Pengaruh Opini Audit, Reputasi Auditor dan
Audit Fee terhadap Auditor Switching. E-Proceeding Of Management :
Vol.4, No.2 Agustus 2017 | Page 1740
[20] Karina, Aningdita Pratiwi. 2013. Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Kap,
Disclosure, Ukuran Perusahaan Klien, Dan Opini Audit Sebelumnya
terhadap Opini Audit Going Concern. SKRIPSI
[21] Kurniasih, Margi. 2014. Pengaruh Audit Fee Audit, Audit Tenure, dan
Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit. Diponegoro Journal of Accounting
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014.
[22] Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi keenam, Cetakan pertama , Jakarta: Salemba
Empat
[23] Nikmah, Lutifatun, dan Raharjo, S. N. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pergantian Auditor Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014,
Halaman 1-14 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN
(Online): 2337-3806
[24] Olivia. (2014). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor
Switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Makassar:
Universitas Hasanuddin, Skripsi.
[25] Pratitis, Yanwar Titi. 2012. Auditor Switching: Analisis Berdasar Ukuran
Kap, Ukuran Klien dan Financial Distress.
[26] Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik. 2008.Jakarta: Menteri Keuangan Republik Indonesia
[27] Peraturan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 tentang Jasa
Akuntan Publik. 2003.Jakarta: Menteri Keuangan Republik Indonesia.
[28] Sari, A. A. I. P., & Astika, I. B P. 2018. “Pengaruh Opini Going Concern,
Financial Distress, dan Kepemilikan Institusional Pada Auditor Switching”.
Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.23.2. Mei (2018): 898-
926 DOI:
[29] Sari, I. W. I. S., & Widanaputra, A. A. G. P. 2016. Reputasi Auditor
Sebagai Pemoderasi Pengaruh Audit Fee Pada Auditor Switching. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.16.1. 527-556. ISSN: 2302-8556
20
[30] Setiyanti, S. W. 2012. Jenis-Jenis Pendapat Auditor (Opini Auditor). Jurnal
STIE Semarang, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826)
[31] Standar Profesional Akuntan Publik, 2001. Ikatan Akuntan Indonesia
[32] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta
[33] Sujarweni, Wiratna. 2015. Spss Untuk Penelitian.Yogyakarta: Purtaka Baru
Press.
[34] Wahyuningsih, N., & Suryanawa, I. K. (2012). Analisis Pengaruh Opini
Audit Going Concern dan Pergantian Manajemen Pada Auditor Switching.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. Vol 7. No.1.pp: 1-20.
[35] Werastuti, S. 2013. Pengaruh Auditor Client Tenure, Debt Default, Reputasi
Auditor, Ukuran Klien dan Kondisi Keuangan Terhadap Kualitas Audit
Melalui Opini Audit Going Concern. Vokasi Jurnal Riset Akuntansi, 2 (1)
[36] Wea, A. N. S., & Murdiawati, Dewi. 2015. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Auditor Switching Secara Voluntary pada Perusahaan
Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Hal. 154 – 170 Vol. 22, No.
2 ISSN: 1412-3126
[37] Widyantari, AA Ayu Putri. 2012. “Opini Audit Going Concern dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia”. Tesis S-2, Program Studi Akuntansi, Universitas Udayana,
Denpasar.
[38] Wiguna, Metta Yustia dan Badera, I Dewa Nyoman. 2016. Auditor
Switching Memoderasi Pengaruh Audit Tenure pada Kualitas Audit. Bali.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.17.1. Oktober (2016): 174-202
[39] Yu, Dong Michael. 2007. The Effect of Big Four Office Size on Audit
Quality. Journal Faculty of the Graduate School at the University of
Missouri: Colum