47
PENELITIAN MADYA DESIGN RESEARCH PENGARUH PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN AKTIVITAS TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA PENGUSUL : YUSAR SAGARA, SE.,M.Si.,Ak.,CA. 1

PENGARUH PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN AKTIVITAS TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penelitian ini dilatarbelakangi belum ada informasi mengenai besarnya pengaruh pelaporan dan pengungkapan aktivitas CSR terhadap kinerja ekonomi, soial dan lingkungan perusahaan terbuka di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan pengaruh penerapan tanggungjawab social perusahaan (CSR) terhadap pelaporan, pengungkapan aktivitas CSR dalam laporan tahunan perusahaan dan membuktikan pengaruh penerapan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) terhadap kualitas lingkungan perusahaan. Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Terbuka yang telah menerapkan Sustainability Reporting (SR). Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode path analysis (analisis jalur) dengan SPSS. Hasil penelitian ini diharapkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pengungkapan, pelaporan aktivitas CSR di perusahaan terhadap kualitas going concern perusahaan terbuka (Tbk) di Indonesia

Citation preview

PENELITIAN MADYADESIGN RESEARCHPENGARUH PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN AKTIVITAS TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

PENGUSUL :YUSAR SAGARA, SE.,M.Si.,Ak.,CA.LEMBAGA PENELITIAN, PENERBITAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP3M)UIIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA2014

Pengaruh Pelaporan Dan Pengungkapan Aktivitas Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup Perusahaan Manufaktur di Indonesia

ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi belum ada informasi mengenai besarnya pengaruh pelaporan dan pengungkapan aktivitas CSR terhadap kinerja ekonomi, soial dan lingkungan perusahaan terbuka di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan pengaruh penerapan tanggungjawab social perusahaan (CSR) terhadap pelaporan, pengungkapan aktivitas CSR dalam laporan tahunan perusahaan dan membuktikan pengaruh penerapan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) terhadap kualitas lingkungan perusahaan. Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Terbuka yang telah menerapkan Sustainability Reporting (SR). Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode path analysis (analisis jalur) dengan SPSS. Hasil penelitian ini diharapkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pengungkapan, pelaporan aktivitas CSR di perusahaan terhadap kualitas going concern perusahaan terbuka (Tbk) di IndonesiaI. LATAR BELAKANG PENELITIANUU No. 40 tahun 2007 pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya. Belum semua perusahaan melakukan Tanggung Jawab Sosial (CSR), melaporkan dan mengungkapkan kegiatan Tanggung Jawab Sosial (CSR)-nya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh KAP KPMG persentase perusahaan yang melaporkan pada inisiatif CSR 2008-2011 meningkat dari 74% menjadi 83% di Amerika Serikat, dari 62% menjadi 79% di Kanada, dan dari 91% menjadi 100% di Inggris. Berdasarkan survei tersebut dapat dilihat persentase peningkatan perusahaan yang melaporkan pada inisiatif CSR di wilayah Amerika dan Inggris mengalami peningkatan 9%, sedangkan di wilayah Kanada mengalami peningkatan 17% selama 4 tahun (KPMG, 2011).Fenomena yang terjadi di Indonesia konsep CSR sudah mulai disadari perusahaan-perusahaan besar, contohnya program community development yang dijalankan hampir semua perusahaan besar maupun Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi bukti bagaimana korporasi menerangkan konsep CSR, juga penerapan CSR oleh Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) yang memberikan perhatian khusus di bidang pendidikan, lingkungan hidup, dan sosial. Beberapa fenomena kasus lain di Indonesia terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya, khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono, 2007). Jika dilihat dari beberapa kasus diatas, masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian yang berlipat. Oleh karena itu masalah pengelolaan sosial dan lingkungan untuk saat ini tidak bisa menjadi aspek yang tidak dianggap penting dalam beroperasinya perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan aspek penting yang harus dilakukan perusahaan dalam operasionalnya. Hal tersebut bukan semata-mata memenuhi peraturan perundang-undangan sebagaimana untuk perusahaan tambang diatur dalam Undang-Undang No 22 tahun 2001, maupun untuk Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang No. 40 pasal 74 tahun 2007, melainkan secara logis terdapat hukum sebab akibat, dimana ketika operasional perusahaan memberikan dampak negatif, maka akan muncul respon negatif yang jauh lebih besar dari masyarakat maupun lingkungan yang dirugikan.

Dalam upaya meningkatkan daya saing melalui peningkatan transparansi dan akuntabilitas, Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesian Sustainability Reporting Award (ISRA). ISRA adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri, baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan (annual report) (Purnasiwi, 2011).

Sejak tanggal 23 September 2007, pengungkapan Corporate Social Responsibility mulai diwajibkan melalui UU Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, khususnya untuk perusahaan-perusahaan yang hidup dari ekstraksi sumber daya alam. Adapun undang-undang Nomor 40, Tahun 2007, Bab V, Pasal 74. Pasal tersebut berisi tentang:1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan;2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran;3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dalam peraturan pemerintah.Dalam pasal 74 Undang-Undang tersebut diatur tentang kewajiban pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Sehingga, tidak ada lagi pengungkapan CSR yang sukarela, namun wajib hukumnya. Sementara itu, perkembangan CSR di luar negeri sudah sangat populer. Bahkan di beberapa negara, CSR digunakan sebagai salah satu indikator penilaian kinerja sebuah perusahaan dengan dicantumkannya informasi CSR di dalam catatan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Rahmawati & Utami, 2005: 2). Peraturan lainnya yang diterapkan, terdapat dalam UUD 25, Tahun 2007, Pasal 15, tentang Penanaman Modal, terdapat pada Ayat 1 yaitu setiap penanam modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, dan pada Ayat 2, yaitu setiap penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan corporate social responsibility.

Jadi, Corporate Social Responsibilty (CSR) adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan lingkungan tempat beroperasi. Secara teoretik, Corporate Social Responsibilty dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah pengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya (Suaryana, 2011: 3)Idealnya perusahaan dapat memadukan antara tujuan bisnis dengan kelestarian lingkungan hidup. Menurut Lawrence et.al., (2007) perusahaan-perusahaan menemukan bahwa pemenuhan tujuan bisnis dan penyelesaian lingkungan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Belum ada informasi mengenai besarnya pengaruhnya terhadap pelaporan dan pengungkapan aktivitas CSR terhadap kinerja ekonomi, soial dan lingkungan perusahaan terbuka di Indonesia

II. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, data dan fakta yang diperoleh maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pelaporan aktivitas corporate social responsibility (CSR) pada laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia berpengaruh terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan?

2. Apakah pengungkapan aktivitas corporate social responsibility (CSR) pada laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia berpengaruh terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan?

3. Apakah pelaporan (reporting) dan pengungkapan (disclosure) aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) berpengaruh terhadap kualitas lingkungan perusahaan manufaktur di Indonesia?III. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Membuktikan pengaruh penerapan tanggungjawab social perusahaan (CSR) terhadap pelaporan aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan pada laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia.2. Membuktikan pengaruh penerapan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) terhadap pengungkapan aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan pada laporan tahunan perusahaan manufaktur di Indonesia.3. Membuktikan pengaruh pelaporan (reporting) dan pengungkapan (disclosure) aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia (CSR) terhadap kualitas lingkungan perusahaan.

IV. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi Pemerintah :Sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan atau pembuatan undang-undang baru yang mencakup kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, seperti Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang Undang Perseroan terbatas, Undang Undang Pasar Modal dan Standar Akuntansi Keuangan.

2. Bagi Perusahaan :Dapat dijadikan sebagai evaluasi mengenai kepentingan aktivitas tanggungjawab social, mana yang harus ditingkatkan sehingga dapat memberikan dorongan dalam mencapai tujuan perusahaan.

3. Bagi Pihak Terkait : Untuk memberikan gambaran kepada organisasi profesi yang menaruh minat dan perhatian dalam mengembangkan tanggungjawab sosial perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai kontrol sosial dan lingkungan

4. Bagi Akademisi :Dapat dijadikan bukti empiris mengenai pengaruh kepentingan penerapan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) terhadap pelaporan dan pengungkapan aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan serta implikasi terhadap peningkatan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan

5. Bagi Teori Audit Sosial dan Lingkungan :Dapat menambah atau melengkapi teori yang telah ada dalam rangka meningkatkan ketaatan pengelolaan lingkungan hidup perusahaan.BAB IITINJAUAN TEORIA. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)Menurut World Bank (Fox, Ward dan Howard, 2002), CSR merupakan komitmen sektor swasta untuk mendukung terciptanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Sedangkan menurut sebuah organiasi dunia World Bisnis Council for Sustainable Development (WBCD) menyatakan bahwa corporate social responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berprilaku secara etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat secara luas (Solihin, 2009).

Menurut Draf 3 ISO 2600, 2007, guidance on social responsibility, mendefinisikan corporate social responsibility (CSR) sebagai tanggung jawab dari suatu organisasi untuk dampakdampak dari keputusan-keputusan dan aktivitas di masyarakat dan lingkungan melalui transparasi dan perilaku etis yang konsisten dengan perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan dari masyarakat; pertimbangkan harapan stakeholders; sesuai dengan ketentuan hukum yang bisa diterapkan dan norma-norma internasional yang konsisten dari perilaku; dan terintergrasi sepanjang organisasi. Sedangkan dalam UU PM, yang digunakan sebagai rujukan pewajiban corporate social responsibility (CSR), Undang-Undang No. 25 tahun 2007 pasal 15(b) tentang Penanaman Modal, corporate social responsibility (CSR) didefinisikan sebagai Tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Dalam teks Pasal 74 RUU PT sendiri corporate social responsibility (CSR) tidak didefinisikan. Namun dalam dokumen kerja Tim Perumus terdapat definisi bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Sementara, menurut CSR Forum (Wibisono, 2007), Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan.

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.B. Pelaporan dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainability reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya. Berkaitan dengan pelaksanaan CSR, perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR. Pengungkapan (diinterpretasikan secara luas) terkait dengan informasi dalam laporan keuangan dan komunikasi tambahan, termasuk footnote, poststatement events, diskusi dan analisis manajemen tentang operasi untuk tahun yang akan datang, peramalan operasi dan keuangan, ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan, dan laporan keuangan tambahan yang meliputi pengungkapan tambahan dan perluasan selain biaya historis (Wolk, et al.). Dalam SFAC No. 5 Paragraf 9 pengungkapan sebagai penyajian informasi dengan menggunakan selain dari pengakuan dalam laporan keuangan, yang dibandingkan dengan pengakuan dalam laporan keuangan itu sendiri.Terdapat asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar. Situasi ini menimbulkan ketidakpastian informasi, sehingga investor akan memproteksi diri dengan menawarkan harga yang lebih rendah untuk perusahaan. Nilai sebuah perusahaan dapat ditingkatkan jika perusahaan secara sukarela melaporkan dengan informasi yang dapat dipercaya dan hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian investor tentang prospek masa depan perusahaan (Wolk, et al.). Hendriksen (1992) mendefinisikan pengungkapan (disclosure) sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari paraturan yang berlaku.

Ada 2 jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu negara. Kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu ungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh entitas yang dikelola oleh manajer yang memiliki filosofis manajerial yang berbeda dan keluasan dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat. Setiap unit/pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 1998) Paragraf kesembilan:

Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.

Pernyataan PSAK di atas merupakan manifestasi kepedulian akuntansi akan masalah-masalah sosial yang merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan . Pertanggungjawaban sosial bukan merupakan fenomena sosial baru, melainkan merupakan akibat dari semakin meningkatnya isu lingkungan di akhir 1980-an (Kumalahadi, 2000 dalam Rosmasita, 2007). Makalah ini akan membahas mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bagian dari pengungkapan sukarela. Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial sampai saat ini belum mempunyai standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang berhubungan dengan biaya dan manfaat sosial. Perusahaan dapat membuat sendiri model pelaporan pertanggungjawaban sosialnya. Perusahaan-perusahaan besar di era modern ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap denyut kehidupan masyarakat. Perusahaan (korporasi) sebagai salah satu pelaku ekonomi memegang peran kunci dalam upaya pensejahteraan dan peningkatan pendapatan negara. Perusahaan diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja baru yang akan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat. Corporate Social Responsibility menunjuk pada transparansi pengungkapan sosial perusahaan atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Dimana transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya informasi keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan mengungkapkan informasi mengenai dampak (externalities) sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas perusahaan (Prasetyo, 2009). Menurtu Suharto, kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit).Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan (Nurlela dan Ishlahuddin, 2008).Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai Corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray et al., 1987 dalam Rosmasita, 2007). Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya telah menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat adalah dengan mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan. Menurut Dahlia dan Sylvia, pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994) dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan (sustainability reporting).Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Glouter dalam Utomo (2000) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam wacana Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial adalah:

1) Kemasyarakatan

Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

2) Ketenagakerjaan

Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi: rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya.

3) Produk dan Konsumen

Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain keguanaan durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.

4) Lingkungan Hidup

Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.

Dalam Monika dan Hartanti, kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (Narver, 1971; McWilliams dan Siegel, 2000). Keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability) hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup. Contoh di Indonesia adalah kasus Inti Indorayon Utama, Sumatera Utara.CSR sebagai sebuah gagasan menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan corporate social responsibilty (CSR): - lingkungan dan sosial - dalam setiap aspek kegiatan operasinya (Darwin, 2007).Menurut Verrecchia (1983, dalam Suratno et al., 2006) dengan discretionary disclosure teorinya mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa dengan mengungkapkan performance mereka berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Oleh karena itu, perusahaan dengan environmental performance yang baik perlu mengungkapkan informasi kuantitas dan mutu lingkungan yang lebih dibandingkan dengan perusahaan dengan environmental performance lebih buruk.C. Kualitas Lingkungan Hidup Perusahaan

Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia, 1983, dalam Rakhiemah dan Agustia, 2009). Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang (Kiroyan, 2006 dalam Rakhiemah dan Agustia, 2009). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba saja. Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan informasi CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba akuntansi (Rakhiemah dan Agustia, 2009).Sebagian perusahaan menganggap bahwa mengomunikasikan kegiatan atau program CSR sama pentingnya dengan kegiatan CSR itu sendiri. Dengan mengomunikasikan CSR-nya, makin banyak masyarakat yang mengetahui investasi sosial perusahaan sehingga tingkat risiko perusahaan menghadapi gejolak sosial akan menurun. Jadi, melaporkan CSR kepada khalayak akan meningkatkan nilai social hedging perusahaan. Banyak perusahaan menggunakan media masa untuk mempromosikan bisnis utama atau produknya, tetapi jarang sekali menggunakan saluran komunikasi pemasaran yang sama untuk mengomunikasikan inisiatif CSR yang dilakukan. Informasi dan komunikasi CSR umumnya ditempatkan pada laman resmi perusahaan. Mengingat pesatnya penggunaan internet di kalangan masyarakat, pemanfaatan website perusahaan untuk mengomunikasikan program CSR patut untuk lebih dipertimbangkan. Laporan yang tersedia bagi publik juga telah dianggap sebagai cara yang baik untuk berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan tentang strategi, pendekatan, dan kinerja CSR.Laporan tahunan akan menjadi salah satu bahan rujukan bagi para investor dan calon investor dalam memutuskan apakah akan berinvestasi di dalam suatu perusahaan atau tidak. Dengan demikian, tingkat pengungkapan (disclosure level) yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham yang pada gilirannya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan dan return (Junaedi, 2005). Dalam studi literatur yang dilakukan oleh Finch (2005), dikatakan bahwa motivasi perusahaan menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka panjang perusahaan kepada para stakeholder, seperti perbaikan kinerja keuangan, kenaikan dalam competitive advantage, maksimisasi profit, serta kesuksesan perusahaan dalam jangka panjang.PENELITIAN SEBELUMNYANamaTahun Hasil

Noke Kiroyan2006Kaitan antara Good Corporate Govenance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR) disimpulkan bahwa Keterkaitan antara dua konsep Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR) yang tumbuh berkembang pada saat bersamaan di awal millennium 2000 dan menjadi wacana yang sampai saat ini terus berkembang dan menjadi perhatian berbagai kalangan. Secara garis besar, dari rentang jangkauannya GCG dapat dibagi berdasarkan dua falsafah yang berbeda yang pertama meneliti GCG dalam arti sempit, yaitu berkaitan dengan lembaga-lembaga yang mengatur perilaku perusahaan terbatas pada pihak-pihak yang berada pada lingkungan tersebut. Yang kedua bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan tanggungjawab semua yang terlibat dalam keberlangsungan hidup perusahaan

Ali Darwin, Ak, M.Sc.2006Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan CSR bagi perusahaan di Indonesia dapat disimpulkan bahwa CSR bukan hanya kegiatan donasi perusahaan (corporate philanthropy), tetapi cakupanya jauh lebih luas dari pada itu, mencakup isu HAM, buruh, kualitas lingkungan hidup dan sosial masyarakat sampai kelompok produk terhadap pelanggan. Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi perusahaan perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam Laporan CSR atau laporan Keberlanjutan (sustainable report). Melalui ini akan terungkap apakah tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu level engan harapan mayarakat

Edi Suharto, PhD2008Menggagas Standar Audit program CSR. Tantangan dalam mengembangkan protokol audit program CSR tidak hanya terletak dalam kompleksitas perumusannya. Melainkan pula dalam implementasinya. Audit sosial melibatkan aspek lingkungan dan sosial yang relatif lebih sulit dirumuskan dan diukur ketimbang aspek finansial. Audit sosial memerlukan ahli yang memiliki kompetensi yang komprehensif di bidang lingkungan dan sosial, selain kemampuan dalam menerapkan berbagai metode penelitian.

Kesulitan utama dalam merancang sistem audit terhadap program CSR yang terstandar adalah merumuskan variabel dan indikator yang tepat dan dapat diterapkan kepada seluruh sektor. Dua syarat utama yang perlu dipenuhi adalah:

Definisi berbagai kategori harus dapat diterapkan terhadap semua perusahaan, industri dan bahkan sistem sosial yang memungkinkan analisis komparatif dapat dilakukan;

Kategori-kategori untuk mengklasifikasikan kegiatan-kegiatan perusahaan haruslah stabil dalam kurun waktu tertentu, sehingga perbandingan historis dapat dilakukan.

Mohamad S. Hidayat

2009Pandangan Dunia Usaha Terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Kadin Indonesia telah memberikan masukan pada Pemerintah yang terkait dengan rancangan peraturan pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai berikut :

Pemberlakuan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan harus diterapkan secara bijaksana dengan memperhatikan kemampuan perusahaan, misalnya bagi perusahaan yang baru berdiri atau yang masih merugi.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang usaha masing-masing.

Perseroan menganggarkan pembiayaan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan melaksanakannya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Perseroan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perseroan bagi perusahaan terbuka dan laporan manajemen perseroan bagi perusahaan tertutup.

Dr. Johannes, S.E., M.Si.2009Model Tanggungjawab Sosial Industri dalam pemanfaatan hasil-hasil riset ilmu pengetahuan dan teknologi Adapun praktik penerapan CSR yang menjadi populer saat ini haruslah juga mengakomodasi isu-isu yang berkembang. Isu tentang pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagaimanapun harus menjadi bagian daripada strategi perusahaan sehingga setiap perusahaan dapat menyiapkan pedoman yang menopang praktik dan pemanfaatan teknologi sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial perusahaan . Dukungan terhadap praktik Tanggung jawab Sosial perusahaan baik bersifat Undang-undang dan peraturan yang bersifat lokal senantiasa harus dipahami bukan sebagai beban perusahaan , akan tetapi sebagai tanggung jawab perusahaan untuk turut menopang pembangunan yang lebih luas.

Andreas dan Chrystina Lawer 20101. Size perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

2. Leverage, profitabilitas dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

Restu Agusti Susilatri dan Deri Indriani

20111. Profitabilitas, size, umur perusahaan dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.2. Leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

Maria Wijaya 20121. Ukuran dewan komisaris, leverage, profitabilitas, dan kinerja lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. 2. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.

KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin menguji apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengungkapan dan pelaporan aktivitas corporate social responsibility (CSR) terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan manufaktur di indonesia. Kerangka pemikiran tersebut terlihat dalam gambar berikut.Gambar 1.

Kerangka Pemikiran

HIPOTESIS Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penelitian ini bermaksud menguji pengaruh pengungkapan dan pelaporan aktivitas corporate social responsibility (CSR) terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan manufaktur di indonesia, yang dinyatakan dengan rumusan hipotesis berikut ini.H0 : Tidak ada pengaruh antara pengungkapan dan pelaporan aktivitas corporate social responsibility (CSR) terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan manufaktur di indonesia.

Ha1 :Ada pengaruh antara pengungkapan aktivitas corporate social responsibility (CSR) terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan manufaktur di indonesia.Ha2 : Ada pengaruh antara pelaporan aktivitas corporate social responsibility (CSR) terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan manufaktur di indonesia.

.

Ha3 :Ada pengaruh antara pengungkapan dan pelaporan aktivitas corporate social responsibility (CSR) terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan manufaktur di indonesia.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup PenelitianDalam penyusunan penelitian ini, yang akan menjadi objek studi penelitian oleh penulis adalah perusahaan manufaktur yang telah mengungkapkan dan melaporkan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan dengan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

B. Metode Pengumpulan DataAdapun metode pengumpulan data-data dan informasi, dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti untuk memperoleh data yang akurat. Dalam kaitannya dengan sumber data dan cara mendapatkannya, dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.Variabel independen dalam penelitian ini diwakili oleh variabel pengungkapan CSR dan variabel pelaporan CSR. Berdasarkan variabel diatas maka data yang akan digunakan untuk diteliti oleh penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari tempat dimana penulis mengadakan penelitian. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi langsung melalui penyebaran kuisioner, yaitu dengan cara menyebar daftar pertanyaan dimana responden tinggal memilih pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti. Untuk data sekunder, peneliti mengumpulkannya dengan studi kepustakaan dan literatur pada berbagai perpustakaan didalam dan diluar kampus maupun pada toko-toko buku.

C. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya ialah menganalisis data berdasarkan metode analisis yang sesuai untuk digunakan. Kegiatan analisis dan pengolahan data dilakukan dengan mentabulasi terhadap setiap kuisioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel.Analisa data-data tersebut menggunakan metode analisis jalur atau Path Analysis yang dimaksudkan untuk menganalisis hubungan kausal antar variabel dimana variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui satu atau lebih variabel perantara (Jonathan Sarwono, 2007:147). Pada dasarnya analisis jalur merupakan bagian dari analisis regresi linear berganda yang diperluas untuk menaksir secara eksplisit hubungan kausalitas diantara variabel-variabel yang akan diuji yang telah ditetapkan sebelumnya.Didalam analisis jalur (path analysis), pada setiap variabel memiliki keterkaitan baik itu regresi maupun korelasi dan harus digambarkan dengan jelas. Dalam menggambarkan diagram jalur yang perlu diperhatikan adalah anak panah yang menggambarkan hubungan diantara variabel tersebut dimana anak panah berkepala satu merupakan hubungan regresi dan anak panah berkepala dua adalah hubungan korelasi (Ghozali 2001:161).Disetiap anak panah terkandung nilai koefisien jalur yang menggambarkan seberapa besar hubungan ataupun pengaruh variabel-variabel yang dihubungkan oleh anak panah tersebut. Koefisien jalur adalah besarnya pengaruh langsung suatu variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam setiap penelitian yang menggunakan analisis jalur, penentuan model diagram jalur merupakan tahap pertama yang sangat penting dalam memulai analisis ini.Dalam penelitian ini diagram jalurnya tergambarkan dalam gambar berikut:

1

P2

P3

P1

2

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pengungkapan CSR dapat berpengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan. Tetapi dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu melalui variabel pelaporan CSR terlebih dahulu baru kemudian secara bersama mempengaruhi kualitas lingkungan hidup perusahaan. Logikanya semakin tinggi tingkat pengungkapan akan meningkatkan pelaporan yang sudah pasti akan meningkatkan kualitas lingkungan hidup perusahaan.Koefisien jalur dalam gambar tersebut dilambangkan dengan simbol P. nilai yang terkandung dalam simbol ini menunjukkan seberapa kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Total pengaruh hubungan dari gambar diatas adalah pengaruh langsung dari tingkat pengungkapan aktivitas CSR terhadap kualitas lingkungan hidup perusahaan (P1) ditambah pengaruh tingkat pengungkapan terhadap pelaporan (P2) dikalikan dengan pengaruh tingkat pelaporan terhadap kulaitas lingkungan hidup perusahaan (P3). Secara matematis digambarkan P = P1 + (P2 X P3).Hubungan langsung terjadi apabila suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel tadi. Sedangkan hubungan tidak langsung yaitu jika ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel tersebut. Kemudian pada setiap variabel endogen (variabel yang dipengaruhi) terdapat anak panah yang menunjukkan besarnya nilai jumlah variance yang tidak dapat dijelaskan (unexplained variance) oleh variabel itu yang dilambangkan dengan simbol .Dalam penelitian ini yang tergambar dalam diagram jalur diatas terdapat dua nilai , yaitu 1 dan 2. Besarnya nilai 1 = {(1-R2)2} menggambarkan jumlah variance variabel keahlian auditor yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel profesionalisme auditor. Sedangkan besarnya nilai 2 = {(1-R2)2} menggambarkan jumlah variance variabel temuan bukti audit kompeten yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel profesionalisme dan keahlian auditor.Dalam analisis jalur, koefisien jalur dihitung dengan membuat beberapa persamaan struktural yang ingin dicari koefisien jalurnya. Pada penelitian ini persamaan tersebut adalahY1= a + b1X1 + e1(1)Y2= a + b1X1 + b2X2 + e2..(2)Keterangan:

Y1

= Pelaporan Aktivitas CSR

b1X1 = Tingkat Pengungkapan Aktivitas CSR

Y2

= Kualitas Lingkungan Hidup Perusahaan

b2X2

= Pelaporan Aktivitas CSR

a

= Konstanta / Intercept

e

= Unexplained Variance (Error Terms)

D. Uji Statistik1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji MultikolinearitasUji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel profesionalisme dan keahlian auditor. Pedoman suatu model regresi yang ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (nilai VIF dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5). Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal yakni variabel orthogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2001:91).b. Uji HeteroskedastisitasUji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance tersebut tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat melihat grafik plot. Deteksinya dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-standardized (Santoso, 2000:210). Pedoman dalam mendeteksi uji heteroskedastisitas antara lain: (a) jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar) maka terjadi heteroskedastisitas. Dan (b) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.c. Uji NormalitasMenguji suatu model regresi yaitu variabel dependen, variabel independen maupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2001:110). Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat menggunakan analisa grafik dengan melihat grafik normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual. Deteksinya dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.Dasar pengambilan keputusan dari analisa grafik tersebut adalah:1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Validitas dan Realibilitas

a. Uji ValiditasUji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2001:45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2.b. Uji ReliabilitasHasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach alpha, dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien kehandalan atau alpha : 0,8 sangat reliabel (dalam Hendro Wahyudi, 2006).OPERASIONAL VARIABELVariabelSub VariabelIndikatorSkala

Variabel X1

Penerapan CSRSebuah perusahaan terbuka khusus yang mempunyai dampak dan berkaitan dengan lingkungan hidup harus melaksanakan CSRSkor Persepsi Pimpinan tentang perlu atau tidaknya tanggungjawab sosial perusahaan yang diwujud kan dengan :a. Perencanaan, Komite dan program dan tanggungjawab social perusahaan

b. Adanya penyampai an Program tanggungjawab sosial kepada shareholder

c. Adanya penyampaian program tanggungjawab sosial perusahaan kepada karyawan dan stakeholder lainnya.

d. Frekuensi penyampaian tanggungjawab sosial kepada shareholders dan stakeholdersInterval

Variabel Y1

Pelaporan (Reporting) Aktivitas CSR

Dalam PSAK No. 1 tentang penyajian Laporan keuangan dinyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan, khususnya bagi industry dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting walaupun di Indonesia hal itu belum menjadi kewajibanScore/indeks Pelaporan Aktivitas CSR dalam komponen biaya sosial di Laporan Keuangan PerusahaanInterval

Variabel Y2

Pengungkapan (disclosure) aktivitas CSRMenurut Hendriksen & Breda, 2002), Pengungkapan didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efesien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat sekarelaScore/Indeks atas Jumlah Pengungkapan Sukarela Aktivitas Sosial pada laporan tahunan perusahaanInterval

Variabel Y3

Kualitas LingkunganMenurut Glouter (dalam Utomo, 2000) Lingkungan hidup meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alamScore / Indeks Kinerja Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Perusahaan Berdasarkan indikator GRIInterval

HASIL YANG DIHARAPKAN

1) Memecahkan masalah dan memberikan gambaran kepada masyarakat luas tentang penerapan, pengungkapan dan pelaporan CSR sebagai implementasi UU Perseroan terbatas sebagai kualitas perusahaan manufaktur TBK di Indonesia2) Menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan agar dapat menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika, diharapkan akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan Corporate Social Responsibility adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan dan melaksanakan kegiatan corporate social responsibility akan mendapat nilai tambah dari masyarakat dan investor. 3) Menyadarkan masyarakat berkenaan dengan hak-hak yang mesti diperoleh oleh masyarakat dengan adanya perusahaan ditengah masyarakat. Untuk stakeholder, penelitian ini berguna untuk menambah frekuensi komunikasi yang baik kepada stakeholders yang yang akan menambah trust stakeholders kepada perusahaan. Untuk pemerintah, penelitian ini berguna untuk mengetahui sejauh mana pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang telah dilakukan sehingga pemerintah dapat menentukan standar pelaporan CSR yang sesuai dengan kondisi Indonesia. ORGANISASI PELAKSANA

Sesuai denga pedoman penelitian tahun 2014 halaman 8 bahwa penelitian madya dilakukan oleh satu orang peneliti. Dan yang terlibat adalah peneliti, LP3M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perusahaan TBK yang terdaftar di BEJ

Selanjutnya organisasi pelaksana digambarkan sebagai berikut :

WAKTU PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengajuan Proposal : 17 Februari 2014 sampai dengan 17 Maret 2014

Seleksi Proposal : 20 Maret 2014 sampai dengan 27 maret 2014

Pengumuman hasil seleksi tahap I : 10 April 2014

Presentasi Penelitian : 15 April 2014

Pengumuman : 17 April 2014

Penandatanganan SPK : 21-28 April 2014

Pencairan dana 2 tahap (mei dan november)

Pelaksanaan Penelitian : 1 Mei 2014-31 Oktober 2014

Diskusi dan pendampingan sesuai jadual (menyusul)

Artikel ilmiah beserta laporan proses penelitian diserahkan ke puslitpen : 14 November 2014

ANGGARAN DANA

PENELTIAN MADYA 15.000.000

BELANJA BAHAN 6.400.000

ATK dan Fotocopy 1 Keg Rp 1.200.000 Rp 1.200.000

Penggandaan Sumber Kepustakaan 1 Keg Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

Dokumentasi 1 Keg Rp 500.000 Rp 500.000

Pengolahan data 1 Keg Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

Pembuatan Instrumen 1 Keg Rp 500.000 Rp 500.000

Penyuntingan artikel 1 Keg Rp 1.200.000 Rp 1.200.000

Pembuatan Laporan Artikel 1 Keg Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

BELANJA HONOR 4.800.000

Honor Peneliti Utama/Koordinator 1 Org x 6 bln Rp 500.000 Rp 3.000.000

Asisten Peneliti 1 Org x 6 bln Rp 300.000 Rp 1.800.000

BELANJA JASA 3.000.000

Survey/Wawancara 1 Keg Rp 2.500.000 Rp 2.500.000

Transkip 1 Keg Rp 500.000 Rp 500.000

BELANJA PERJALANAN 800.000

Biaya transport ke lapangan 1 Keg Rp 800.000 Rp 800.000

RANCANGAN PUBLIKASI DAN PRESENTASI ILMIAH

Hasil akhir dari penelitian ini adalah jurnal yang akan dipublikasikan dan dimuat dalam proseding dan dipublikasikan di Simposium Nasional Akuntansi ke 17 di Matraman pada 24-27 September 2014. http://snaxvii.iaikapd.or.id/homehttp://snaxvii.iaikapd.or.id/home Dan akan dipublikasikan di Media Ilmiah Akuntansi (MIA)DAFTAR PUSTAKA--------------. 2008b. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag II). http://www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasi-tanggung-jawab sosial-perusahaan-bag-ii/. Diakses tanggal 13 November 2013.--------------. 2008c. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag III Finish). http://www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasi-tanggung- jawab-sosial-perusahaan-bag-iii-finish/. Diakses tanggal 13 November 2013.________________. 2007. Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

________________. 2007. Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.Abidin, Hamid, dan Saidi Zaim. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Piramida: Jakarta.Anggraini, Reni Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan: Studi Empiris Pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang..Balabanis, George, Phillips, Hugh C., Lyall, Jonathan. 1988. Corporate Social Responsibility & Economic Performance in the Top British Companies.Barnea, Amir dan Amir Rubin, 2005. Corporate Social Responsibility as a Conflict Between Shareholders.Belkaoui, Ahmed and Philip G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision To Disclose Sosial Information. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 2, No. 1,p.36-5.

Chambers, Eleanor; Chapple, Wendy; Moon, Jeremy and Sullivan, Michael. 2003. CSR in Asia: A Seven Country Study of CSR Website Reporting. International Centre for Corporate Social Responsibility Research Paper Series.

Chandler, David .2003. A Guide to Corporate Social Responsibility. Undated paper on University of Miami website http://www6.miami.edu/ethics2/pdf_files/csr_guide.pdf, diunduh tgl 19 Nopember 2009CSR Indonesia. 2013. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. http://www.csrindonesia.com. Diakses 4 Oktober 2013.Daniri, Mas Achmad. 2008a. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaann(Bag I). http://www.madani-ri.com/2008/01/17/standarisasi-tanggung-jawab-sosial-perusahaan-bag-i/. Diakses tanggal 20 Oktober 2013.Darwin, A. 2008. CSR; Standards dan Reporting. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional CSR sebagai Kewajiban Asasi Perusahaan; Telaah Pemerintah, Pengusaha, dan Dewan Standar Akuntansi tanggal 18 Juni 2008 di Unika Soegijapranata Semarang.

Darwin, Ali. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi nasional Akutansi V, Program Profesi lanjutan, Yogyakarta, 13-15 Desember.

Deegan, Craig and Michaela Rankin, 1997. The Materiality Of Environmental Information to Users of Annual Reports. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 10, No.4,p.562-584. Effendi, M. A. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan implementasi. Salemba Empat: Jakarta.Eklington, John. 2000. Cannibal with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business. Journal of Business Ethics, Vol 23, No. 2, Jan 2000.

Friedman, Milton.2003. The Social Responsibility of Business Is to Increase Its Profits dalam Baron, David. P. 2003. Business and Its Environment. Fourth Edition,Pearson Education, Ltd.

Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Ghozali Imam. 2009. Aplikasi AnalisisMultivariate Denga Program SPSS, Edisi 4, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Gray, B, Owen, D & Maunders, K. 1998. Corporate Social Reporting : Emeging Trends in Accountability and Social Contract. Accounting Building And Accountability Journal.Vol. 1, pp.6-20.Heal, Geoffrey, dan Garret, Paul. 2004. Corporate Social Responsibility, An Economic and Financial Framework, Columbia Business School. Herawati, Erna. 2008. Pengaruh Elemen-elemen Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Earning Manajemen dan Kinerja Perusahaan. Disertasi. Universita Airlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat: Jakarta.Indrianto,Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta: Yogyakarta,

Jalal. 2007. Perkembangan Mutakhir CSR di Indonesia. Lingkar Studi CSR: Jakarta.

Jensen, M, C, and Meckling. 2003. Theory of the Firm:Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol 3,p. 305-360.Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Bumi Aksara: Jakarta. Kotler, Philip and Lee, Nancy. 2005. Corporate Social Responsibility, Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. John Wiley & Sons, Inc.

KPMG. 2011. International Corporate Survey Responsibility Report. http://www.greenbusinesstimes.com/tag/kpmg-international-corporate-responsibility-reporting-survey-2011/. Diakses 9 November 2013.Lalu Roby Rajafi, Gugus Irianto. 2007. Analisis Pengungkapan Laporan Sosial dan Lingkungan Sebagai Bagian Dari Triple Bottom Line Reporting dalam Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial perusahaan (Studi Perbandingan Rata-rata Tema Pengungkapan antar kelompok Industri yang Terdaftar Pada BEJ Tahun 2005), Jurnal Tema, Volume 8, No. 1. Marcel Van Marrewijk. 2003. Concepts and Definitions of CSR and Corporate Sustainability: between Agency and Communion. Journal of Business Ethics, May 2003; 44,2/3 pg 95-105.Masiyah Kholmi, Yuningsih.2002. Akuntansi Biaya: Universitas Muhamadiyah Malang.Naser, K., Al-Hussaini, A., Al-Kwari, D., & Nuseibeh, R. 2006. Determinants of Corporate Social Disclosure in Developing Countries: The Case of Qatar. Advance in International Accounting, 19, 1-23.Nugroho, Yanuar.2005, Tanggung Jawab & Keberlanjutan, http://audients.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 Desember 2013.Nugroho, Yanuar.2007, Dilema Tanggung Jawab Korporasi, Kumpulan Tulisan, www.unisoedem.org. Diakses pada tanggal 11 Januari 2013.Pradipta, Dyah Hayu, dan Anna Purwaningsih. 2012. Pengaruh Luas Pengujngkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Terhadap Earning Response Coeficient (ERC), dengan Ukuran Perusahaan dan Leverage sebagai variabel Kontrol. Banjarmasin: Seminar Nasional Akuntansi X.Rahmawati, dan Indah Dewi Utami. 2005. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Umur Perusahaan, Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Solo : Seminar Nasional Akuntansi VIII.Rustiarini, Ni Wayan. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Universitas Mahasaraswati Denpasar.Sacconi, Lorenzo. 2006. A Social Contract Account for CSR as an Extended Model of Corporate Governance. Journal of Business Ethics, 68, pp 259-281.Saidi,Zaim,dkk. 2003. Dari Filantropi menuju CSR: Potret Kedermawanan Sosial Perusahaan di Indonesia, Piramedia. Ford Foundation dan PIRAC. www.filantropi.or.id, diunduh tgl 3 Nopember 2009

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility From Charity to Sustainability. Salemba Empat: Jakarta.Suaryana, Agung. 2011. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Aceh: Seminar Nasional Akuntansi XIV.Suharto, Edi. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik: Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan di Indonesia. Alfabeta, Bandung.

Suharto, Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), Refika Aditama, Bandung.

Suharto, Harry. 2004. Standar Akuntansi Lingkungan: Kebutuhan Mendesak. Jurnal Media Akuntansi. Edisi 42/Tahun Xl,hal. 4-5.Susiloadi, Priyanto. 2008. Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung Pembangunan berkelanjutan. Spirit Publik, Volume 4 No 2.

Tanudjaja,Bing Bedjo. 2006. Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia. Nirmana, Vol 8, No 2 ,hlm 92-98The Millenium Pool on Corporate Social Responsibility.1999. www.iblf.org/docs, diunduh tanggal 3 Nopember 2009.

The World Business Council for Sustainable Development. 2009. Business Role, Corporate Social Responsibility (CSR). www.wbcsd.org, diunduh tanggal 3 Nopember 2009.

Tomkins, G.E & Hoskisson, K. 1991. Languange Arts. New York: Macmillan Publishing Company. Journal of Financial Economics.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT).Untung, Budi Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika: Jakarta.Verechhhia, R. 1983. Discretionary disclosure. Journal of Accounting and Economics. Vol. 5, pp. 179-194.

Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Hartini Prawestri. 2005. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan : Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang 23-26 Agustus.Watss, Ross L. and Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory, New Jersey, Prentice-Hall. Werthey, JR; William B and Chandler, David. 2006. Strategic Corporate Social Responsibility, Stakeholder in Global Environment. Sage Publication.

Wheeelen, Thomas L and Hunger, David J.2004. Strategic Management and Business Policy,Ninth edition. Pearson Eduction International.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing: Gresik.Widjaja, Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama. 2008. Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR. PT. Percetakan Penebar Swadaya: Jakarta.

Williams, David F. 2007. Tax and Corporate Social Responsibility. Disscussion Paper from KPMGs Tax Business School.

Wisnu Mawardi. 2005.Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank UmumDengan Total Assets Kurang Dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Dan Strategi.Vol.14. No.1. Juli 2005.

Wiwoho, Jamal. 2009. Sinkronisasi Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Hukum Pajak sebagai Upaya Mewujudkan Kesejahteraan di Indonesia. UPT Perpustakaan UNS, www.pustaka.uns.ac.id, diunduh tgl 3 Nopember 2009

Wiwoho, Jamal. 2009. Sinkronisasi Kebijakan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Dengan Hukum Pajak Sebagai Upaya Mewujudkan Kesejahteraan di Indonesia. Pidato Pengukuhan Profesor Fakultas Hukum UNS, Surakarta, 20 Agustus 2009.

World Business Council for Sustainable Development. 2002. The Business Case for Sustainable Development. WBCSD,www.wbcsd.org, diunduh tanggal 3 Nopember 2009

Yonah- Avi,Reuven S. 2006. Corporate Social Responsibility and Strategic Tax Behaviour. Michigan Law University of Michigan Law School, Working Paper Series, No 69 Dec, 2006.Lampiran 1

Perusahaan ManufakturNo.Nama PerusahaanKode

1.PT Tiga Pilar Sejahtera Food, TbkAISA

2.PT Argha Karya Prima TbkAKPI

3.PT Asahimas Flat Glass TbkAMFG

4.PT Mandom Indonesia TbkTCID

5.PT Arwana Citra Mulia TbkARNA

6.PT Astra InternationalASII

7.PT Indokordsa TbkBRAM

8.PT Berlina TbkBRNA

9.PT Citra Tubindo TbkCTBN

10.PT Eterindo Wahanatama TbkETWA

11.PT Fajar Surya Wisesa TbkFASW

12.PT Goodyear Indonesia TBKGDYR

13.PT HM Sampoerna TbkHMSP

14.PT Indofood CBP TbkICBP

15.PT Indofood INDF

16.PT Indah KiatPulp & Paper TbkINKP

17.PT Japfa Comfeed Indonesia TbkJPFA

18.PT Kimia FarmaKAEF

19.PT Kertas Basuki Rahmat IndonesiaKBRI

20.PT KalbeKLBF

21.PT Krakatau SteelKRAS

22.PT Multistrada Arah Sarana TbkMASA

23.PT Martina Berto TbkMBTO

24.PT Merck TbkMERK

25.PT Mulia Industrindo TbkMLIA

26.PT Mayora Indah TbkMYOR

27.PT Hanson International TbkMYRX

28.PT Apac Citra CentertexMYTX

29.PT Latinusa TbkNIKL

30.PT Pan BrothersPBRX

31.Pyrdam FarmaPYFA

32.Bentoel GroupRMBA

33.PT Nippon Indosari Corpindo TbkROTI

34.PT Surabaya Agung Industri Pulp Tbk SAIP

35.PT Sucaco TbkSCCO

36.PT Merck Sharp Dohme Pharma TbkSCPI

37.PT Sierad Produce TbkSIPD

38.PT Sekar laut TbkSKLT

39.PT Holcim Indonesia TbkSMCB

40.PT Tifico Fiber Indonesia TbkTFCO

41.PT Tirta Mahakam Resource TbkTIRT

42.PT Trias Sentosa TbkTRST

43.PT Tempo Scan Pasific TbkTSPC

44.PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company TbkULTJ

45.PT Unggul Indah Cahya TbkUNIC

46.PT Indomobil Sukses Internasional TbkIMAS

47.PT IndofarmaINAF

48.PT Intanwijaya Internasional TbkINCI

49.PT Indopoly Swakarsa Industri TbkIPOL

50.PT Kabelindo Murni TbkKBLM

PELAPORAN AKTIVITAS

CSR

Kualitas Lingkungan Hidup Perusahaan

Pengungkapan Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

Pelaporan Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP PERUSAHAAN

PENGUNGKAPAN AKTIVITAS

CSR

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peneliti

Yusar Sagara, SE.,M.Si.,Ak.,CA

1