Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ii
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
DIWAN
08C20101125
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
iii
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Oleh
DIWAN
08C20101125
Skipsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2014
iv
ABSTRAK
Diwan. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
diKabupaten Aceh Barat.Dibawah bimbingan Jufri dan Lilis Marlina.
Analisis penelitian ini menggunakan model regresi linier sederhana yang
bertujuan untuk milihat hubungan pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Aceh Barat. Anlisis korelasi digunakan untuk mengukur
tingkat kekuatan hubungan dari kedua variable yang dianalisis, sedangkan analisis
diterminasi digunakan untuk mengukur pengaruh infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh Barat.
Penilitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana yang bertujuan
untuk melihat hubungan, selanjutnya analisis korelasi untukm mengukur kuat atau
lemah nya hubungan antara variable dan yang terakhir koevisien diterminasi ini
adalah koevisien penentu yang menjelaskan besar kecinya pengaruh nilai variable.
Berdasarkan hasil penilitian yang telah di lakukan diperoleh R=0,584 secara
positif menjelaskan terdapat hubungan yang kecil antara pembangunan infrastruktur
dengan pertumbuhan ekonomi dengan keeratan hubungan 58,4 persen, sedangkan
Koevisien diterminasi (R2) menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat sangat kecil dipenguruhi oleh pembangunan Infrastruktur, sedangkan
sisanya 66.9 persen yang dijelaskan oleh variable lain, diluar variable penelitian.
Hipotesis yang penulis ajukan bahwa pembangunan infrastruktur
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, diperoleh dari hasi
thitung sebesar 3.438>ttabel1,853 hasil pengujian hipotesis secara persial (uji t)
dikarnakan nilai probabilitas lebih besar dari 0.005 (derajat signifikan) berarti Ho di
terima H1 ditolak. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang kecil pembanguan
infrastuktur terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten aceh barat.
Kata kunci : pembangunan Infrastruktur, Pertumbuhan Ekonomi.
v
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DIKABUPATEN ACEH BARAT
Nama Mahasiswa : DIWAN
Nim : 08C20101125
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi
Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Jufri, SE
Lilis Marlina, SE
Mengetahui :
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Ekonomi Ekonomi Pembangunan
Zulbaidi, MM Yayuk, EW, SE, M.Si
Tanggal : 13 Septeber 2014
vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi Dengan Judul
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN ACEH BARAT
Yang Disusun Oleh
Nama : Diwan
Nim : 08C20101125
FakultasEkonomi : Ekonomi
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 13 September 2014 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Abd. Jamal, SE,M.Si
(KetuaPenguji) ...........................................
2. Jufri, SE
(AnggotaPenguji I) ...........................................
3. Syahril, SE, M.Si
(AnggotaPenguji II) ...........................................
4. Elga Ekatri Yangti, SE
(AnggataPenguji III) ...........................................
Alue Peunyareng, 13 September 2014
Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan
Yayuk EW, SE, M.Si
vii
RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama : Diwan
TTL : Jambak, 14 mai 1990
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
No Hp : 085276164781
E-mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN
2002 : SD Negeri Alue Lhok
2005 : SMP Negeri 5 Pante Cermin
2008 : SMA Negeri 3 Meulaboh
C. TRAINING/PELATIHAN
2007 : Training Komputer di profCom Meulaboh
2008 : Pelatihan HMI (Himpunan Mahasiswa
Islami) Cabang Meulaboh
D. ORGANISASI
Pengurus LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Ekonom Pembangunan
Universitas Teuku Umar.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Aceh Barat” .
Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, dan kepada sahabat
beliau sekalian yang telah berjuang menegakkan agama Islam membawa kita dari
alam kebodohan menuju kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang
kita rasakan saat ini.
skripsi ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Faultas Ekonomi Universitas Teuku
Umar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan begitu banyak
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Jufri, SE selaku ketua pembibing satu dan Ibu Lilis Marlina,SE selaku
Pembimbing anggota yang telah sangat banyak meluangkan waktu dalam
memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Yayuk,EW.SE.M.S.i Selaku Ketua Program Ekonomi Pembangunan
Universitas Teuku Umar
3. Bapak Zulbaidi, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku
Umar.
ix
4. Bapak Dewan Penguji yang terdiri dari Bapak Abd. Jamal, SE,M.Si, Bapak
Syahril, SE, M.Si, Bapak Jufri, SE, Lilis Marlina,SE, yang telah banyak
memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga dapat menyelesaikan
skripsi ini
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar serta Civitis Akademik Fakultas Ekonomi
Pembangunan Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah memberikan
dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Djasman. J Ma`ruf, SE.,MBA. Selaku Rektor Universitas
Teuku Umar
7. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dorongan dan
semangat baik moril, materil, serta fasilitas dan do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti merasa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kesilapan. Untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar dapat menyempurnakan skripsi ini.
Atas kritikan dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.
Meulaboh, 16 September 2014
Diwan
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN TUJUAN ....................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. v
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vii
MOTTO / PERUNTUKAN............................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................... 5
1.5. Sistematika Penulisan ......................................................................... 5
I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Infrastruktur .......................................................................... 7 7
2.1.1. Pendekatan Pembangunan Infratruktur Nasional ...................... ..... 8
2.1.2. Pembanguna Infrastruktur Untuk Pengembangan Wilayah ...... 9
2.1.3. Konsep Tualisasi Peran Infrastruktur ......................................... 9
2.1.4. Pengaruh Pembanguna Infrastruktur Keterkaitan Timbal Balik
Antara Infrastruktur dan ekonomi .............................................. 10
2.2.Perkembangan ekonomi ....................................................................... 11
2.2.1. Definisi atau indikasi Perkembangan Ekonomi ......................... 11
2.3. Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembangunan Ekonomi ..... 12
2.3.1. Pengertian Umum Pertumbuhan Ekonomi ................................ 12
2.3.2. Pembangunan Ekonomi .............................................................. 13
2.4.Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 15
2.4.1 Aliran Klasik................................................................................. 16
2.5 Model Dan Strategi EkonomiWilayah .................................................. 18
2.5.1 Model Pembangunan Ekonomi Wilayah .................................... 21
2.6. Model Pembangunan I........................................................................... 22
2.6.1. Model Pembangunan II ............................................................... 22
2.6.2. Model Pembangunan III ............................................................. 23
2.6.4. Model Pembangunan IV ............................................................. 23
2.7. Strategi Pembangunan Wilayah ........................................................... 24
2.7.1. strategi Pembangunan Prasarana ................................................ 24
xi
2.8. Hipotesis ................................................................................................. 24
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 25
3.2. Data Penelitian ....................................................................................... 25
3.2.1. Jenis Sumber Data ....................................................................... 25
3.2.2. Teknik pengumpulan data........................................................... 25
3.3. Model Analisis Data .............................................................................. 26
3.4.Devinisi Oprasional Variabel ................................................................. 27
3.5. Uji Hipotesis .......................................................................................... 28
IV. HASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif .................................................................................. 29
4.2 Pertumbuhan Infrastruktur ..................................................................... 29
4.3 Standar Deviasi Rata-Rata Dan Opsevasi ............................................. 32
4.4 Hasil Koefesiensi Dan diterminasi ........................................................ 33
4.4.1 Uji t (Uji Persial/individual) ........................................................ 35
4.5 Pembahasan Hasil ................................................................................... 35
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 simpulan .................................................................................................. 37
5.2 Saran ........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 41
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan Realisasi Belanja Infrastruktur Kabupaten Aceh Barat ...... 29
2. Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Aceh Barat Atas Dasar Harga yang Berlaku ................................................ 31
3. Standar Deviasi Rata – Rata Dan Opsevasi .................................................. 32
4. Hasil Koefisiensi Dan Diterminasi ............................................................... 33
5. Regresi Linier Sederhana Dan Uji Persial .................................................... 34
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Infrastruktur .............................................................................................. 41
2. Pertumbuhan Ekonomi............................................................................. 42
3. Hasil Regresi............................................................................................. 43
I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Peningkatan dan pembangunan ekonomi menjadi prioritas terpenting
dalam visi dan misi Indonesia dimasa depan, agar bangsa ini menjadi negara yang
ikut andil dalam persaingan global. Pembenahan yang dilakukan guna perubahan
ekonomi bangsa ini agar pembangunan dapat tercapai dalam tahapan
pembangunan, baik jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Kedepan Indonesia akan menghadapi persaingan dan ketidakpastian global
yang makin meningkat, jumlah penduduk yang makin banyak, dan dinamika
masyarakat yang makin beraneka ragam. Untuk mewujudkan Visi Pembangunan
Nasional, perlu diteruskan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai, seperti
peningkatan infrastruktur yang memadai, permasalahan yang sedang dihadapi dan
tantangannya ke depan dalam suatu konsep pembangunan jangka panjang, yang
mencakup berbagai aspek penting kehidupan berbangsa dan bernegara, yang akan
menuntun proses menuju tatanan kehidupan masyarakat dan taraf pembangunan
yang hendak dicapai. Dan permasalahan yang di hadapi sekarang adalah contoh
kasus yang dapat kita lihat kemacetan yang melanda di ibukota, ini diakibatkan
karena peningkatan industri otomotif yang dari tahun ke tahun nya terus
mengalami peningkatan dan ini tidak sebanding dengan peningkatan atau
pertumbuhan infrastruktur yang memadai.
Pembangunan infrastruktur dimasa mendatang perlu dibangun secara
optimal, sehingga integrasi serta konsolidasi dari pembangunan dapat secara
maksimal termanfaatkan dan dibangun dengan biaya seefisien mungkin. Hal ini
2
sangat penting untuk digarisbawahi mengingat kebutuhan yang begitu besar serta
membutuhkan penyebaran pembangunan yang juga luas, sehingga dibutuhkan
juga biaya yang cukup besar. Disamping itu perlu juga diingat bahwa
pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan juga tidak hanya membutuhkan
biaya investasi yang besar, tetapi juga biaya operasi dan perawatan yang besar
dalam penggunaannya.
Infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi,
dalam jangka pendek pembangunan infrastruktur menciptakan lapangan kerja
sektor konstruksi. Dalam jangka menengah dan panjang infrastruktur akan
mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait.
Infrastruktur dapat menjadi jawaban bagi wilayah yang ingin mendorong
pertumbuhan ekonomi, karena ketersediaan infrastruktur dapat membantu
penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung
tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta
menurunkan biaya aktivitas investor dalam dan luar negeri.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang
peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini
mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat
pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi,
sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi pondasi
dari pembangunan ekonomi selanjutnya.
infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari
alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif
3
pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa
pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,
sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan
infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga
berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,
antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga
kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan
terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal,
berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja (Abdul
Haris 2002, h. 3).
Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil,
walaupun sejak dilakukannya desentralisasi/otonomi daerah, pengeluaran
pemerintah daerah untuk infrastruktur meningkat, sementara pengeluaran
pemerintah pusat untuk infrastruktur mengalami penurunan yang drastis. Ini
merupakan suatu persoalan serius, karena walaupun pemerintah pusat
meningkatkan porsi pengeluarannya untuk pembangunan infrastruktur, sementara
pemerintah daerah tidak menambah pengeluaran mereka untuk pembangunan
infrastruktur di daerah masing-masing.
Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,
pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
dan ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi
sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem
infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur
4
dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Saptowasono,
2007, h 3)
Dilihat dari potensi yang ada di Kabupaten Aceh Barat maka dipandang
perlu untuk pembangunan infrastruktur yang bisa menjamin dan meningkatkan
perkembangan ekonomi wilayah, pembangunan infrastruktur salah satu tolak ukur
dari perkembangan ekonomi daerah, artinya dengan peningkatan pembangunan
infrastruktur maka secara tidak langsung perkembangan ekonomi juga akan
meningkat. melihat dari realita yang ada di Aceh Barat terus terbenah dari segi
infratruktur, baik dalam pembangunan jalan, jembatan, gedung-gedung, dan
fasilitas-fasilitas lainnya yang gunanya untuk peningkatan penerimaan daerah dan
juga perkembangan ekonomi di daerah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik dan
berkeinginan untuk meneliti tentang Pengaruh Pembangunan Infrastruktur
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Aceh Barat
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
5
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan bagi penulis sebagai bahan perbandingan antara teori
yang telah dipelajari di kampus dengan praktek yang telah diterapkan.
b. Bagi Lingkungan Akademik
Menjadikan sebagai bahan referensi mahasiswa-mahasiswi di lingkaran
kampus agar dapat membantu proses perkuliahan.
1.4.2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Aceh Barat
dalam meningkatkan perkembangan pembangunan infrasruktur, untuk menjadi
wilayah yang berkelanjutan dan sebagai visi dan misi Diwilayah Kabupaten Aceh
Barat.
1.5 Sistematika Pembahasan
Dalam bagian pertama merupakan Pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bagian kedua berisi tentang Tinjauan Pustaka dari penilitian ini yang
berisi tentang Infrastruktur, perkembanagan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi,
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, perbedaan antara
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan
Ekonomi Tambah Perubahan ekonomi, model pembangunan, strategi
pembangunan ekonomi wilayah, dan hipotesis.
6
Bagian ketigan merupakan Metode Penelitian yang membahas tentang,
Data Penelitian, Jenis Sumber Data, Teknik Penggumpulan Data, Model Analisis
Data, Definisi Operasional Variabel, dan Pengujian Hipotesis.
Pada bagian ke iv Merupakan Hasil dan Pembahasan, Stastistik Deskriptif
Variabel Penelitian, pertumbuhan Infrastrutur, Standar Deviasi Rata – Rata
Opsevasi, Hasil Koefesiensi Dan Diterminasi, Uji t(Uji Persial/individual, dan
Pembahasan Hasil. Pada Bagian v merupakan, Simpulan Dan Saran – Saran.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Infrastruktur
Infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung
kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan
tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Pembangunan infrastruktur
adalah merupakan sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah.
Keberadaan infrastruktur sangat penting bagi pembangunan, sehingga pada tahap
awal pembangunan disuatu negara hal tersebut akan dipikul sepenuhnya oleh
Pemerintah, yaitu dari APBN murni (Amrullah,2003. h. 9)
Pada saat itupun infrastruktur masih bersifat sebagai pure public good,
dengan dua ciri pokok yaitu non-rivalry (masyarakat pengguna tidak saling
bersaing) dan non-excludable (siapapun dapat menggunakannya, tidak hanya
sekelompok masyarakat tertentu). Pada tahap selanjutnya akan berkembang
menjadi semi public good (sudah mulai bersaing). Data empiris menunjukkan
hubungan yang kuat antara ketersediaan infrastruktur dasar dengan pendapatan
perkapita masyarakat di berbagai negara. Dan permintaan terhadap pelayanan
infrastruktur akan meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Permasalahannya justru peningkatan permintaan ″diimbangi″ dengan
penurunan kemampuan Pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat akan berakibat pada semakin
meningkatnya kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi, kekurang
mampuan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang dapat mengakibatkan
banyaknya kerugian antara lain :
8
1. kemacetan lalu lintas
2. polusi lingkungan
3. ketidaknyamanan hidup
4. persaingan usaha, dll (Bappenas, 2010, h 39).
2.1.1 Pendekatan Pembangunan Infrastruktur Nasional
Infrastruktur memegang peranan penting dan vital dalam mendukung
ekonomi, sosial-budaya, kesatuan dan persatuan terutama sebagai modal sosial
masyarakat dalam memfasilitasi interaksi dan komunikasi di antara kelompok
masyarakat serta mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di
Indonesia. Secara umum pengembangan infrastruktur sumber daya air ditujukan
untuk mendukung program ketahanan pangan dan penyediaan air untuk berbagai
keperluan masyarakat seperti air minum pembangkit tenaga listrik dan
pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Demikian pula infrastruktur lainnya seperti jalan,
jembatan, PSD permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan sosial-ekonominya. Di samping itu, infrastruktur juga
berperan vital dalam mendukung daya saing ekonomi global terutama dalam
penyediaan jaringan distribusi, sumber energi maupun input produksi lainnya.
Jaringan jalan misalnya, merupakan fasilitas yang menghubungkan sumber-
sumber produksi, pasar dan para konsumen, yang secara sosial juga merupakan
bagian ruang publik yang dapat digunakan untuk melakukan sosialisasi antar
kelompok masyarakat guna mengartikulasikan diri dan membangun ikatan sosial-
budaya. Dalam konteks yang lebih luas, jaringan jalan juga dapat berfungsi
9
sebagai pengikat dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) sebagai suatu entitas politik yang berdaulat.
2.1.2 Pembangunan Infrastruktur untuk Pengembangan Wilayah
Alam pengembangan kawasan yang berorientasi ekonomi, pusat-pusat
kegiatan yang membentuk kota metropolitan membutuhkan jaringan infrastruktur
yang dapat memberikan pelayanan terhadap aktivitas ekonomi yang ada dan
menjadi kekuatan pembentuk struktur ruang pada kawasan tersebut. Konsep kota
Metropolitan merupakan suatu bentuk permukiman berskala besar yang terdiri
dari satu atau lebih kota besar dan kawasan yang secara keseluruhan terintegrasi,
membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan satu atau lebih kota besar
sebagai pusat dalam keterkaitan ekonomi dan sosial, dan mempunyai kegiatan
ekonomi jasa dan industri yang beragam. Untuk itu pada kawasan Metropolitan,
baik yang berbentuk monosentris maupun polisentris, jaringan jalan yang ada
harus dapat memfasilitasi mobilitas dan kebutuhan pergerakan kendaraan baik
dari kota pusat ke kota satelit maupun di antara kota satelit yang ada. Pola
jaringan jalan yang dikembangkan sebaiknya terdiri dari jaringan jalan radial dan
jaringan jalan lingkar yang merupakan pola jaringan yang paling efisien untuk
kota berukuran cukup besar dan memiliki kecenderungan penyebaran pusat-pusat
kegiatan (Hermanto, 2009, h 40).
2.1.3 Konseptualisasi Peran Infrastruktur
Infrastruktur memiliki peran yang luas dan mencakup berbagai konteks
dalam pembangunan, baik dalam konteks fisik-lingkungan, ekonomi, sosial,
budaya, politik, dan konteks lainnya. Salah satu infrastruktur yang besar perannya
dalam pengembangan dan pembangunan ruang, baik dalam lingkup negara
10
ataupun lingkup wilayah adalah infrastruktur transportasi. Transportasi adalah
infrastruktur yang mampu menciptakan mobilitas sosial dan ekonomi masyarakat
(barang dan manusia/penumpang), dan menghubungkan resources dan hasil
produksi ke pasar (perdagangan/ trade). Transportasi ini pun berdampak pada
kesejahteraan masayarakat seperti, perdagangan antar wilayah, perluasan pasar,
terciptanya kompetisi, dan penyebaran pengetahuan, dan meningkatnya
aksesibilitas penduduk terhadap sarana pendidikan dan kesehatan dimana pada
akhirnya akan meningkatkan pula kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat.
2.1.4 Pengaruh Infrastruktur Keterkaitan Timbal Balik Antara
Infrastruktur Dan Ekonomi
Keterkaitan antara infrastruktur dan ekonomi sudah lama menjadi
perbincangan bagi para pengambil kebijakan. Bagi para penentu kebijakan,
pengembangan dan pembangunan prasarana sudah tentu diharapkan akan menjadi
driving force bagi pengembangan ekonomi. Sedangkan dalam ranah akademis,
keterkaitan antara keduanya masih menjadi bahan perdebatan. Dalam World
Development Report tahun 1994 dinyatakan bahwa keterkaitan antara investasi
pada infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi belum merupakan suatu
keniscayaan. Artinya, apakah investasi di infrastruktur menyebabkan
pertumbuhan ekonomi atau apakah pertumbuhan ekonomi menyebabkan
tumbuhnya investasi di infrastruktur belum sepenuhnya dapat dijelaskan
(established).
Dalam ketekaitan antara infrastruktur dan ekonomi, penelitian Badan
Litbang Departemen Perhubungan bekerjasama dengan LPPM ITS pada tahun
2004 menunjukan, hasil uji Granger causality dengan menggunakan data tahun
11
1999-2003 yang dilakukan dengan basis wilayah pulau besar menyatakan bahwa
terdapat hubungan kausalitas antara infrastruktur transportasi dan ekonomi, dan
terdapat diferensiasi hubungan kausalitas antara tiap pulau besar tersebut
(Setiawan,2006, h 9).
2.2 Perkembangan Ekonomi
Istilah perkembangan ekonomidigunakan secara bergantian dengan istilah
seperti pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan
perubahan jangka panjang. Akan tetapi beberapa para ahli ekonomi tertentu,
seperti Schumpoter dan Nyonya Ursala Hicks, telah menarik perbedaan yang lebih
lazim antara perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan
ekonomi mengacu pada masalah negara terbelakang sedangkan pertumbuhan
ekonomi masalah negara maju. Perkembangan menurut Schumpoter, adalah
perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa
mengubah dan menggantikan situasi keseimbangan yang ada sebelumnya.
Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka paanjang secara perlahan dan
mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.
2.2.1 Definisi Atau Indikasi Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi didefinisikan Dalam tiga cara:
1. Perkembangan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan
nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang. Jadi didalam indikasi
perkembangan ekonomi ini, kelonggaran harus di berikan pada perubahan
dalam pendapatan nasional nyataakibat pasang naik siklus dan pada
perubahan dalam nilai uang serta pertumbuhan penduduk. Disamping itu ada
12
pula kesulitan konsepsi dalam mengaitkan pengukuran pendapatan nasional
dinegaranegara terbelakang yang akan dikaji dengan pendapatan perkapita.
2. Berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata per kapita dalam jangka
panjang. Para ekonomi berpendapat sama dalam mendefinisikan
pembangunan ekonomi dalam arti kenaikan pendapatan atau output nyata
perkapita. Menurut Buchanan dan Ellis, perkembangan berati
mengembangkan potensi pendapatan nyata negara-negara terbelakang dengan
menggunakan investasi yang akandilahirkan berbagai perubahan dan
memperbasar sumber-sumber produktif yang pada giliranya menaikan
pendapatan nyata per orang.
3. Ada kecenderungan untuk mendefinisikan perkembangan ekonomidari titik
tilik kesejahteraan ekonomi. Umpama perkembanga ekonomi dipandang
suatu proses dimana pendapatan nasional nyata perkapita naik dibarengi
penurunan kesejahteraan pendapatan dan pemenuhan keinginan masyarakat
secara keseluruhan (Jhingan, 2008 h 4 ).
2.3 Perbedaan Antara Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi
2.3.1 Pengertian Umum Pertumbuhan Ekonomi
Didalam banyak buku, walaupun telah di bedakan arti pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, pada ahirnya istilah itu akan sering digunakan secara silih
berganti. Namun demikian secara umum kedua istilah tersebut sering dibeda
artikan. Kebanyakan literatur ekonomi mengartikan pertumbuhan ekonomi
sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu
perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya (Sukirno, 2006, h 10).
13
2.3.2 Pembangunan Ekonomi
Istilah pembangunan ekonomi digunakan secara bergantian dengan istilah
seperti pertumbuhan ekonomi, kesejahtraan ekonomi, kemajuan ekonomi, dan
perubahan jangka panjang. Pembangunan ekonomi mengacu pada masalah
negara/masyarakat yang sedang membangun, sedangkan pertumbuhan mengacu
pada masalah negara maju.
Menurut Schumpeter didalam Jhingan ML (h. 10, 2008), pembangunan
ekonomi adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner
yang senantiasa mengubah dan menganti situasi keseimbangan yang ada
sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan adalah jangka panjang secara perlahan dan
mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Menurut bonne,
“pembangunan memelukan dan melibatkan semacam pengarahan, pengaturan, dan
pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-kekuatan bagi perluasan dan
pemeliharaan, sedangkan ciri pertumbuhan spontan merupakan ciri perekonomian
maju dengan kebebasan usaha.
Pembangunan ekonomi didefiniskan dalam tiga pengertian sebagai berikut
1. Pembangunan ekonomi harus di ukur dalam arti kenaikan pendapatan
nasional riil dalam suatu jangka waktu yang panjang. Definisi ini tidak
memuaskan , karena tidak mempertimbangkan berbagai perubahan misalnya
pertumbuhan penduduk. Jika suatu kenaikan dalam pendapatan nasional riil
dibarengi dengan pertumbuhan penduduk yang lebih cepat, maka yang terjadi
bukan kemajuan tetapi adalah sebaliknya yaitu kemunduran.
2. Prof.meier mendefinisikan pembangunan ekonomi “sebagai proses kenaikan
pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang”. Prof.
14
baran membenarkan “pertubuhan “atau pembangunan” ekonomi adalah
kenaikan output perkapita barang-barang material dalam suatu jangka waktu”.
Definisi diatas menekan kan bahwa pembangunan ekonomi mencerminkan
oleh tingkat pendapatan riil lebih tinggi dibandingkan tinkat pendapatan
penduduk.
3. Ada kecenderungan untuk mendefinisikan pembangunan ekonomi dilihat dari
tingkat kesejahtraan ekonomi. Misalnya pendapatan nasional riil perkapita
naik dibarangi dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan
kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
Ada definisi lain yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
(ekonomic growth) adalah peningkatan dalam kapasitas suatu bangsa jangka
panjang, untuk memproduksi aneka barang dan jasa bagi rakyatnya. Aneka ini
bertumpu pada kemajuan teknologi produksi. Secara konvensional pertumbuhan
di ukur dengn kenaikan pendapatan nasiona (PNB atau GNP) perkapita.
Pembangunan (devolopment) adalah suatu konsep yang lebih luas. Konsep
ini mencakup pula modernisasi kelembagaan, baik yang bersifat ekonomi maupun
yang bukan ekonomi, seperti pemerintah, kota, desa, cara berfikir, tidak saja yang
berkenan dengan tujuan agar dapat memproduksi secara efisien, melainkan juga
agar mengkomsumsi secara rasional dan hidup lebih baik. Kesmuanya itu
membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi dan mendahului atu berbarengan
dengan perubahan sosial. Pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan
yang terus menerus menuju perbaikan disegala bidang kehidupan masyarakat
dengan bersandar pada seperangkat nilai- nilai yang dianutnya yang mengarahkan
mereka untuk mencapai keadaan dan tingkat kehidupan yang didambakan.
15
Pembangunan hendaknya diarahkan pada pengembanganpotensi sumber
daya, inisiatif, daya kreasi, dan kepribadian dari setiap warga masyarakat. Dalam
proses ini, pada hakekatnya merupakan proses transportasi sosial, maka perlu
dipelihara “pertimbangan segitiga” antara perubahan, ketertiban, dan keadilan,
dengan cara tertentu yang akan memperkokoh kebebasan manusia dalam
masyarakat
Pembangunan ekonomi hanya merupakan suatu sub sistem dari suatu
proses pembangunan. Makna pertumbuhan ekonomi tidak terbatas pertumbuhan,
pertumbuhan saja tidak cukup. Pembangunan ekonomi tidak akan dapat
memberikan hasil yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa
disertai dengan pembangunan diberbagai bidang dan disektor lain. Demikian pula
denga pengertian pembanguan (Muhyadi, 2004, h, 3)
2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Didalam melaksanakan pembangunan ekonomi di perlukan landasan teori
yang mampu menjelaskan hubungan korelasi antara fakta-fakta yang diamati,
sehingga dapat merupakan kerangka orientasi untuk analisis dan membuat
ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan diperkirakan akan terjadi
pembangunan wilayah regional merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam,
tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal,sarana dan prasarana,
transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi, dan
perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan
pembnagunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan
pembangunan secara luas, semua faktor diatas adalah penting, tetapi masih
16
dianggap terpisah-pisah untuk sama lain, dan belum menyatu sebagai komponen
yang membentuk basis untuk penyususnan teori pembangunan wilayah (regional)
secara komprehensif (Mukhsin 2011, h. 19)
2.4.1 Aliran Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 di pelopori oleh Adam Smith
yang di anggap sebagai bapak ekonomi, berpendapat bahwa pertumbuhan
ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah
penduduk. Kemajuan teknologi tergantung pada pembentukan modal dengan
adanya akumulasi modal akan memungkinkan dilaksakan spesialisasi atau
pembagian kerja sehingga produktifitas tenaga kerja dapat ditingkatkan.
Dampaknya akan mendorong penambahan investasi (pembentukan modal) dan
persediaan modal (capital stock), yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan
kemajuan teknologi dan menambah pendapatan, bertambahnya pendapatan berarti
meningkatnya kemakmuran (kesejahteraan) penduduk, peningkatan kemakmuran
mendorong bertambahnya jumlah penduduk, bertambahnya jumlah penduduk
menyebabkan berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (law
of diminishing returns), yang selanjutnya akan menurunkan akumulasi modal.
Doktrin atau semboyan aliran klasik adalah (laisser fair laisser passer) atau
persaingan bebas. Artinya pemerintah tidak campur tangan dalam perdagangan
dan perekonomian.
Pemikiran dan pandangan beberapa tokoh atau pengikut aliran klasik dapat
dikemukakan yaitu : menurut Adam Smith untuk berlangsungnya perkembangan
ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktifitas
tenaga kerja meningkat. Spesialisasi dalam proses produksi akan meningkatkan
17
keterampilan tenaga kerja, untuk selanjutnya akan mendorong ditemukannya alat-
alat atau mesin-mesin baru yang pada akhirnya dapat mempercepat dan
meningkatkan produksi, yang berarti meningkat kemakmuran, kesejahtraan
penduduk pembangunan dan pertumbuhan itu bersifat akumulatif artinya akan
berlangsung terus dan semakin meningkat, bila ada pasar yang cukup besar dan
ada akumulasi modal akan mendorong pembagian kerja dan meningkatnya
pendapatan nasional dan meningkatnya jumlah penduduk, penduduk selain
merupakan pasar karena pendapatannya meningkat, merupakan pula sumber
tabungan yang digunakan sebagai akumulasi modal, dan selanjutnya akan
mendorong pertumbuhan semakinmeningkat.
David berpendapat, bila akumulasi penduduk dan akumulasi modal
bertambah terus menerus, maka ketersediaan tanah (lahan) yang subur menjadi
kurang jumlanya atau semakin langka. Maka akibatnya sewa tanah yang subur
akan lebih tinggi dari pada tanah yang kurang subur. Perbedaan tingkat sewa
tanah adalah karena perbedaan adalah karena perbedaan tingkat kesuburan tanah.
Pengelola tanah yang subur akan memperoleh penghasilan dan keuntungan yang
tinggi sehingga mampu untuk membayar sewa tanah yang tinggi. (Mukhsin 2011,
h. 20)
Menurut Robert, kenaikan jumlah penduduk yang secara terus menerus
konsekuwensinya adalah permintaan akan bahan pangan semakin meningkat.
Tingkat pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan tingkat
pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung artinya akan terjadi (gap) atau
ketimpangan yang semakin besar antara jumlah penduduk dan jumlah bahan
pangan yang dibutuhkan. Hal ini berdampak terhadap semakin menurunnya
18
tingkat kemakmuran (kesejahteraan) penduduk. Malthus lebih realitas dalam
menganalisa pertumbuhan penduduk, menurut Malthus pertumbuhan penduduk
saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi, malahan
pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan. Sebagai mana
yang di tulis Malthus “pertambahan penduduk tidak bisa terjadi tanpa peningkatan
kesejahtraan yang sebanding, jika tingkat akumulasi modal meningkat,
permintaan atas tenaga kerja juga meningkat, kondisi demikian mendorong
pertumbuhan penduduk. Akan tetapi pertumbuhan penduduk saja tidak akan
meningkatkan kesejahtraan hanya bila pertumbuhan tersebut meningkatkan
permintaan efektif. Peningkatan pada permintaan efektif akan akan menyebabkan
meningkatnya kesejahtraan (Jhingan 2006, h. 98)
2.5 Model dan Strategi Ekonomi Wilayah
Masalah pokok ekonomi secara umum (nasional ekonomi atau lokal)
mencakup pilihan-pilihan yang berkaitan komsumsi, produksi, distribusi, dan
pertumbuhan. Semua satuan ekonomi, baik individu ataupun negara dan
masyarakat,selalu menghadapi maslah tersebut.
1. komsumsi.dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anggota masyarakat akan
menentukan jenis barang dan jasa yang hendak mereka komsumsi. Pilihan itu
sangat beragam, mulai dari pangan, sandang, pemukiman, sampai kepada
kebutuhan kesehatan, pendidikan, transportasi, rekreasi, dan lainnya.
2. Produksi. Barang dan jasa dapat diproduksi dengan menggunakanberbagai
cara produksi, tergantung dari tingkat dan skala produksinya. Membangun
jalan dapat dilakukan dengan menggunakan pasir dan kerikir saja (berkulitas
“asal lewat saja” atau ALS), atau dengan mencampur bahan-bahan ini dengan
19
aspal (hot mik) atau semen (boton). Pembangunannya dapat dilakukan dengan
mengarahkan banyak orang yang khusus dan tenaga manusia yang sedikit
saja. Tinkat teknologi akan digunakan untuk menentukan batas pilihan
produksi, demikian pula pilihan komsumsi.
3. Distribusi. Barang yang diproduksi akan didistribusikan kepada penduduk
yang membutuhkan yang terbesar diseluruh daerah. Distribusi barang dapat
dilakukan dengan beberapa cara, mengunakan sarana angkutan darat, laut
atau udara, dan memilih yang cpat, terjamin keselamatannya, murah dan
nyaman.
4. Pertumbuhan. Kehidupan masyarakat tidak hanya untuk saat sekarang (jangka
pendek) tapi juga untuk masa yang akan dating (jangka panjang). Penduduk
bertambah jumlahnya, mamfaat sumber daya alam ditingkatkan dengan
menggunakan teknologi yang lebih maju untuk mencapai tingkat kesejahtraan
masyarakat yang lebih tinggi. Berarti melakukan pertumbuhan. Pertumbuhan
dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi tepat guna untuk teknologi
canggih, dapat pula bersifat padat tenaga kerja atau padat modal (sukirno,
2006 h 27)
Masalah utama lainnya yang dihadapi pembangunan wilayah adalah
keterbelakangan ekonomi. Upaya masyarakat dibanyak wilayah dalam
memamfaatkan atau mengolah sumber daya alamnya belum berhasil sepenuhnya,
faktor utamanya karena sebagian dari pendukungnya masih relatif terbelakang
secara ekonomi (economically backwardness) dalam arti bahwa kapasitas
(kualitas) penduduk sebagai faktor produksi adalah rendah, yang tercermin dari
produktifitas tenaga kerja yang rendah dan mobilitas factor yang terbatas.
20
Produktifitas tenaga kerja yang rendah pada umumnya karena:
a. Derajat kesehatan yang rendah
b. Tingkat pendidikan yang rendah
c. Pelatihan yang terbatas
d. Hambatan terhadap mobilitas antara pekerjaan, dan
e. Rendahnya kinerja (prestasi kerja).
Meskipun produktifitas rendah namun pembangunan yang dilaksanakan di
daerah-daerah terbelakang (tertinggal) ekonominya ternyata telah menunjukkan
keberhasilan yang positif. Namun sebagian penduduk masih mempunyai gaya
hidup tradisional, pandangannya masih berjangka pendek (short-sighted), kurang
berorientasi kepada masa depan dan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable devolopment) meskipun mempunyai keterampilan yang belum
dimamfaatkan secara optimal, akan tetapi kurang memiliki kemauan dan daya
dorong untuk melakukan perubahan untuk mencapai kemajuan ekonomi
masyarakat lokal.
Masih kurang dinamisnya sebagian masyarakat lokal adalah berkaitan
dengan nilai kultural masyarakat. Untuk mendinamisasi hasrat dan semangat
masyarakat untuk melakukan perubahan, maka harus dilakukan pembangunan
yang multi dimensional dan multi sektoral, bukan hanya dalam bidang ekonomi,
tetapi harus pula melipti bidang sosial-budaya, bukan hanya bersifat fisik, tetapi
juga bersifat mental spritual, yang dilakukan secara serentak dan serampak,
artinya dilakukan secara bersama-sama meliputi seluruh bidang dan sektor.
21
Dari masalah-maslah diatas, inplikasinya dalam lingkup regional yaitu
terlihat ketimpangan atau kesenjangan antar sub wilayah yang maju dengan sub
wilayah yang kurang maju. Ketimpangan atau kesenjangan tersebut akan
menimbulkan kesenjangan saling keterkaitan (interrelationship) dan saling
ketergantungan (interdependency) ketimpangan atau kesejangan antar daerah (sub
wilayah) harus dikurangi menjadi sekecil mungkin. Daerah yang relatif maju
tingkat pertumbuhannya dikendalikan agar tidak terlalu tinggi sedangkan daerah
yang kurang maju didorong agar tingkat pertumbuhan lebih tinggi. Daerah yang
terisolasi, yang terpencil, yang terletak dipembatasan, dan daerah-daerah tertiggal
(yang memiliki sumber daya alamnya yang terbatas), demikian pula daerah-
daerah yang padat penduduknya maupun yang kurang penduduknya, kesemuanya
seharusnya diberi perhatian untuk dikembangkan secara proporsional (Sukirno,
2006 h 39).
2.5.1 Model Pembangunan Ekonomi Wilayah
Model pembangunan diartikan sebagai kerangka berfikir yang obyektif
dan rasional berdasarkan konsep, teori dan paradigma dalam bentuk konstruksi
strategis guna memecahkan berbagai masalah bagi kepentingan masyarakat.
Model pembangunan dapat dilihat berbagai demensi, dilihat dari berbagai
dimensi, dilihat dari dimensi poliik, ekonomi, sosial, budaya, administrasi dan
lainnya. Berdasarkan perkembangannya, model pembangunan ekonomi yang
banyak digunakan oleh negara-negara berkembang adalah sebagai berikut:
a. Model I, menitik beratkan pada pertumbuhan prodak domestic (PDB) yang
berkembang pada dekade 1950-an dan 1960-an.
22
b. Model II, menitik beratkan pada pemerataan dan pemenuhan pada kebutuhan
pokok yang berkembang pada dekade 1970-an.
c. Model III, menitik beratkan pada pembangunan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang berkembang pada dekade 1980-an.
d. Model IV, yang berkembang pada abat ke-20 dan memasuki abat ke-21,
dimana dunia mengalami perubahan yang sangat mendasar, yaitu memasuki
era globalisasi dan liberalisasi perdagangan bebas dan persaingan bebas antar
Negara akan menjadi ketat, maka diperlukan penguatan daya saing ekonomi
masing-masing wilayah.
2.6 Model pembangunan I
Model pembangunan I ini berorientasi pada peningkatan pertumbuhan
produk domestik regional bruto (PDRB). Strategi perencanaan pembangunan yang
digunakan dalam model ini mendapat pengaruh kuat dari teori Harrod-domar dan
tahapan pertumbuhan rostow. Model pertumbuhan Harrod-domar dapat digunakan
untuk anlisis pertumbuhan regional dengan menghitungkan perpindahan modal
dan tenaga kerja antar regional.
2.6.1 Model Pembangunan II
Kritik terhadap kelemahan model pembangunan I telah mendorong
munculnya model pembangunan II, model pembangnan Ilebih menekan pada
aspek ekonomi, dengan modernisasi dan industrialisasi yang kurang seimbang
telah menimbulkan pengangguran, kemiskinan,dan ketidakmerataan. Strategi
pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan
pada aspek sosial, lingkungan dan kelembagaan, tidak menjangkau lapisan
23
masyarakat yang miskin (terbawah). Ternyata mamfaat pertumbuhan tidak
merembes (menyebar) kebawah keberbagai lapisan masyarakat, yang miskin.
2.6.2 Model Pembngunan III
Model pembangunan III lebih menekan pada kegiatan aparatur pemerintah
yang bertanggung jawab dan berupaya membangkikan kesadaran dan kemampuan
intanmsi dan individual daqn kolektif. Manajemen dan administrasi pemerintahan
dianggap mempunyai peranan menentukan dalam pelaksanaan model
pembangunan III yang berorientasi pada peningkatan kualiatas sumber daya
manusia (SDM) sebagai “community based resources development”.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia diarahkan kepada pembentukan
kemampuan masyarakat yang di arahkan kepada :
a. Secara bertahap ,prakarsa dan proses pengambilan keptusan untuk
pembangunan diserahkan kepada masyarakat.
b. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobolisasi
sumber daya pembangunan.
c. Pemamfaatan potensi sumber daya lokal secara optimal.
d. Pengembangan jaringan kerja secara terkoordisi antara aparat pemeritah,
lembaga-lembaga swasta, dan masyarakat secara luas.
2.6.3 Model Pembangunan IV
Model pembangunan ini muncul bersamaan dengan perkembangan dan
kemajuan bidang transportasi yang sangat pesat sehingga mendorong
berkembangnya, perdagangan antar wilayah yang lebih intensif dan interaktif
secara luas. Model pembangunan ini menekan pada peningkatan daya saing dan
24
ketahanan manajemen pemerintahan dan pembangunan dan mampu menghadapi
perkembangan dan tantangan.
2.7 Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah
Agar berkembang dengan cepat dan selaras dengan potensi sumber daya
yang dimiliki dan sasaran ekonomi dan sosial yang telah ditetapkan, strategi
apakah yang harus ditetapkan oleh suatu wilayah. Pertanyaan tersebut adalah
pertanyaan pada akhirnya ditunjukkan pada pemerintah daerah, merupakan
pemegang kekuasaan untuk mengambil keputusan menentukan kebijakan
pembangunan yang tepat.
2.7.1 Strategi Pembangunan Prasarana
Investasi pembangunan untuk prasarana sangat besar bila ditinjau dari
kemampuan perusaan swasta untuk melaksanakannya, oleh karna itu menjadi
tanggung jawab pemerintah. Pembangunan mempunyai kegunaan ekternal bagi
perekonomian, dalam arti mamfaatnya dinikmati sama-sama oleh masyarakat.
Prasarana ekonomi merujuk pada investasi yang berupa jalan umum, sistem
pengangkutan, irigasi, sistem pembuangan air dan pengendalian banjir, pelayanan
air bersih dan sebagainya (Rahardjo Sasmita, 2005, h 213)
2.8 Hipotesis
Diduga bahwa Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara belanja
Pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh
Barat.
25
III. METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian meliputi seluruh belanja yang dialokasikan oleh
pemerintah daerah dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Aceh Barat, dalam kurun waktu 2003 – 2012.
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data Skunder yang bersumber dari
DPKKD (dinas pengelolaan kekayaan daerah), BAPPPEDA serta data-data yang
di publikasikan melalui tulisan ilmiah, Literatur yang ada kaitannya dengan
permasalahan penulisan ini (Infrastruktur dan pertumbuhan Ekonomi). Data
tersebut selanjutnya di analisis dengan melakukan pendekatan metode kuantitatif.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
1. Field Research
Data tersebut didapat melalui data-data yang sudah ada artinya data
tersebut berasal, DPKKD (Dinas Dengelolaan Kekayaan Daerah), dan BAPPEDA
serta data-data yang di publikasikan melalui tulisan ilmiah
2. Library Reserch
Ini dilakukan melalui pendekatan tinjauan pustaka artinya mengkaitkan
antara teori-teori dengan sumber-sumber data yang ada dan telah didapat.
26
3.3 Model Analisis Data
3..3.1. Regresi Linier Sederhana
Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara belanja infrastruktur
(X), Dengan pertumbuhan ekonomi wilayah Aceh Barat (Y). Dengan rumus
sebagai berikut : ( Supranto 2000, h.174)
Y = a + bX
Dimana :
Y : pertumbuhan ekonomi
a : intercept
b : koefisien regresi
X : pembangunan infrastruktur
3.3.2. Analisis Korelasi (r)
Koefisien korelasi merupakan indek atau bilangan yang digunakan untuk
mengukur (kuat, lemah, atau tidak kuat) hubungan antara variabel yang datanya
berbentuk data interval atau rasio disimbulkan dengan r dan dapat dirumuskan
sebagai berikut : (Hasan 2002, h. 233)
Dimana :
r : koefisien korelasi
n : jumlah tahun
X : belanja infrastruktur
Y : pertumbuhan ekonomi Aceh Barat
27
3.3.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi atau koefisien penentu yang menjelaskan besar
pengaruh nilai suatu variabel (variabel x) terhadap naik turunnya (variasi) nilai
variabel lainnya (variabel y) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : (Hasan
2002, h. 236)
KP = r² x 100 %
Dimana :
Kp : besarnya koefisien penentu
r : koefisien korelasi
3.3.4. Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas
belanja infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi secara individual dengan
rumus sebagai berikut : (Hasan 2002, h. 241)
3.4. Definisi Oprasional Variabel
Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama
pada penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi masing-masing variabel sebagai
berikut.
Pembangunan infrastruktur (X) merupakan seluruh belanja infrastruktur
yang di alokasikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat.
Pertumbuhan ekonomi (Y) merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Aceh Barat, dalam kaitanya dengan belanja infrastruktur.
28
3.5. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penilaian ini adalah jawaban terhadap masalah yang hendak
dipecahkan melalui penelitian sehubungan dengan penelitian diatas yang menjadi
hipotesisis penelitian ini adalah belanja infrastruktur berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. H0;β = 0 belanja infrastruktur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
b. H1; ≠ 0, belanja infrastruktur berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat.
Kriteria uji t hipotesa yang diterapkan didalam penelitian ini adalah :
a. Apabila th>t tabel maka H0 di tolak H1 diterima. Artinya infrastruktur
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat.
b. Apabila th < t tabel maka H0 diterima H1 ditolak. Artinya infrastruktur tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis statistik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pembangunan
infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat sehingga
akan dapat memberi gambaran mengenai kebijakan yang harus diambil dalam
rangka pembanguan infrastruktur, sehingga membawa dampak positif bagi
kemajuan daerah, Semakin meningkat infrastruktur atau produktifitasnya maka
akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah
Kabupaten Aceh Barat.
4.2 Pertumbuhan Infastruktur
Infrastruktur merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang semakin banyak terjadi
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi pada daerah tersebut.
Tabel 1
Perkembangan Realisasi Belanja Infrastruktur
Kabupaten Aceh Barat
No Tahun Belanjainfrastruktur
(rupiah)
Laju Pertumbuhan
(%)
1 2003 5.740.784.912
2 2004 3.168.025.300
3 2005 28.372.862.981
4 2006 46.474.558.916
5 2007 147.199.358.371
6 2008 93.584.417.000
7 2009 85.326.127.571 8 2010 86.820.639.885
9 2011 71.513.741.975 10 2012 54.587.910.547
Jumlah 622.788.427.458 100
Sumber : DPKKD Aceh Barat
30
Berdasakan tabel 1 bahwa perkembangan pembangunan infrastruktur
sesuai realisasi anggaran pendapatan dan belanja berfruktuasi, pada tahun 2003
realisi belanja infrastruktur sebesar Rp 5.740.784.912 atau sebesar 0,92 persen
dari total belanja daerah, pada tahun 2004 terjadi penurunan realisaasi belanja
daerah untuk pembangunan infrastruktur yaitu Rp 3.168.025.300 atau sebesar
0,51 persen dari total belanja daerah, pada tahun 2005 meningkat ralisasi anggaran
Rp 28.372.862.981 atau sebesar 4,56 persen, kemudian pada tahun 2006 yang
dikeluarkan belanja infrastruktur yaitu Rp 46.474.558.916 atau sebesar 7,46
persen dari total belanja daerah, pada tahun 2007 dengan total belanja
infrastruktur sebesar Rp 147.199.358.371 atau sebesar 23,64 persen dangan total
belanja daerah, pada tahun 2008 realisasi belanja infrastruktur sebesar Rp
93.584.417.000 atau sebesar 15,03 persen, pada tahun 2009 realisasi belanja
infrastruktur sebesar Rp 85.326.127.571 atau sebesar 13,70 persen, pada tahun
2010 realisasi belanja infrastruktur sebesar Rp 86.820.639.885 atau sebesar 13,94
persen, pada tahun 2011 realisasi belanja infrastruktur Rp 71.513.741.975 atau
sebesar 11,48 persen, kemudian yang terakhir realisasi anggaran infrastruktur Rp
54,587.910.547 atau sebesar 8,77 persen.
31
Tabel 2
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh BArat
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
1 2003 4,92
2 2004 7,00
3 2005 6,59
4 2006 8,30
5 2007 9,61
6 2008 12,09
7 2009 13,51
8 2010 15,05
9 2011 16,36
10 2012 6,56
Jumlah 100
Sumber : BAPPEDA Aceh Barat
Berdasarkan tabel 2 menunjukan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat berfruktuasi Dapat kita lihat bahwa pada tahun 2003 tingkat
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat sebesar 4,92 persen, sedangkan
pada tahun 2004 terjadi peningkatan hingga menjadi sebesar 7,00 persen,
kemudian pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat, terus
mengalami penurunan hingga menjadi 6,59 persen, pada tahun 2006 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Aceh Barat melonjak dratis hingga 8,30 persen keadaan ini
terus meningkat hingga tahun 2011 meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2006-2011 antara lain disebabkan oleh aliran
dana kemasyarakat yang sangat besar dalam rangka rehabilitasi dan rekontruksi
pasca gempa dan tsunami dari berbagai Negara dan lembaga masyarakat.
32
Tabel 3
4.3 .Stadar Deviasi Rata-Rata dan Opsevasi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Infratruktur
2 10.5980 .54872 10
P.ekonomi 9.9990 3.99931 10
Sumber : hasil olahan regresi (diolah 22 juli 2013
Berdasarkan pada tabel 3 dapat menjelaskan bahwa rata-rata pertumbuhan
ekonomi dalam jangka kurun waktu 2003-2012 sebesar 9.9990 dengan standar
deviasi sebesar 3,99931, keadaan ini mengambarkan bahwa pertumbuhan
ekonomi mengalami perkembangan yang signifikan, standar deviasi diatas
membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat mengalami
peningkatan, sehingga menggambarkan keadaan perekonomian kabupaten Aceh
Barat membaik.
Sedangakan rata-rata Infrastruktur tahun yang sama adalah 10.5980
dengan standar deviasi adalah .54872, ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti
ivestasi, PDRB, dan pembangunan- pembangunan lainya. Sehingga pertumbuhan
perkembangan pembangunan infrastruktur mengalami perubahan penurunan.
sedangkan N adalah dinyatakan jumlah Obsevasi yang selama (10) sepuluh tahun
tahun.
33
Tabel 4
4.4 Hasil Koefisiensi korelasi dan Diterminasi
No Variabel Infrastruktur P. Ekonomi
1 Person Corelation
a. Infrastruktur
b. Pertumbuhan Ekonomi
1.000
.634
.634
1.000
2 Model
a. Koefesien Korelasi R
b. Koefesien diterminasi adjeted
c. Koefesien determinasi R2
.634
.328
.402
Sumber : Hasil Regresi diolah juni 2013
Berdasarkan tabel 4 peneliti dapat menjelaskan bahwa koefesien kolerasi
R = 0, 634 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang sangat sedang
antara Pertumbuhan Ekonomi (x), dan Infrastruktur (y), dengan keeratan
hubungan 63,4 persen dikarnakan apabila infrastruktur mengalami peningkatan
pertumbuhan ekonomi maka pembangunan infrastruktur akan mengalami
peninkatan.
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh
pembangunan infratruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dikabupaten Aceh
Barat. Koefisien diterminasi dalam penelitian ini dapat diketahui dengan
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
Koefisien Determinasi = r2 x 100%
Koefisien Determinasi =(0,634)2 x 100%
Koefisien Determinasi = 40.2%
Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai
Koefisien diterminasi (R2) .328 yang dapat diartikan bahwa pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Aceh Barat yang sedang yaitu 40.2 % yang disumbangkan
34
oleh sektor infrastruktur (X), sedangkan sisanya adalah 50.8 % yang akan
dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini.
Tabel 5
Regresi Linier Sederhana dan Uji persial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95% Confidence
Interval for B Correlations
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
Zero-
order
Partia
l Part
Toler
ance VIF
1 (Cons
tant) 9.728 .401
24.25
8 .000 8.803 10.652
P.eko
nomi .087 .037 .634 2.321 .049 .001 .174 .634 .634 .634 1.000 1.000
Berdasarkan table 5 dapat kita lihat bahwa hasil penelitian ini maka
diperoleh persamaan regresi linier sederhana akhir estimasi sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 6,704 +0,329
Persamaan regresi linier sederhana diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta
Bedasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar
9.728 nilai konstanta ini menyatakan bahwa apabila pembangunan
infrastruktur sama dengan nol maka pertumbuhan ekonomi kabupaten Aceh
Barat rata – rata 9.728
b. Koefisien regresi dari variabel infastruktur (X)
Berdasarkan persamaan diatas dapat kita lihat bahwa nilai koefisien variabel
infrastruktur (X) bernilai positif adalah .087 hal ini menyatakan bahwa setiap
kenaikan infrastruktur sebesar 1 rupiah akan mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Aceh Barat meningkat sebear 9.728
35
4.4.1. Uji t (Uji Persial/indivual)
Uji t digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh atau tidaknya
pengaruh antara variabel bebas Infrstruktur (X) dan variabel terikat pertumbuhan
Ekonomi (Y) secara individual dengan tingkat kepercayaan ( level of confidance
95 persen yaitu:
Berdasarkan tabel 5 nilai thitung sebesar 2.321> ttabel 1.859 dikarenakan
nilai probabilitasnya lebih besar dari 0.05 (derajat signifikan ) yaitu 0.105 .> 0.05
berarti Ho ditolak H1 diterima maka secara persial infrastruktur berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat.
4.5. Pembahasan Hasil
Berdasarkan hasil output penelitian diatas variabel Infrastruktur
mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Aceh Barat, artinya walaupun di Kabupaten Aceh Barat mempuyai
infrastruktur tetapi tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi,
dikarenakan masih ada sektor-sekor yang lain yang mendongkrak pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Aceh Barat, contohnya seperti perluasan lapangan kerja
dan investasi yang secara horizontal akan menyerap tenaga kerja maka
kesejahtraan akan terjamin,tingkat produktif dan konsumtif seimbang dan
pertumbuhan ekonomi di daerahpun meningkat. Dari analisis yang telah
dilakukan bahwa nilai koefien variable (x) bernilai positif 0.87 hal ini menyatakan
bahwa setiap kenaikan 1 rupiah akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0.87. pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Aceh Barat, terdapat thitung 2.321 > dari ttabel 1.859 dengan
36
nilai probabilitas 0,05 artinya pembangunan infrastruktur berpenaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
37
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian dan analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini di Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan bahwa :
a. Kata-rata perkembangan pembangunan infrastruktur dalam kurun waktu
2003-2012 di Kabupaten Aceh Barat 10,5980 dengan standar deviasi
54872 persen sedangkan jumlah rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam
kurun waktu yang sama sebesar 9,9990 persen dengan dengan standar
deviasi 3,99931 persen.
b. Koefesien korelasi diperoleh R =0, 634 secara positif menjelaskan terdapat
hubungan yang sedang antara pertumbuhan ekonomi dengan infrastruktur
dengan keeratan hubungan 63.4 persen sedangkan koefesien determinasi
(R2) sebesr 40,2 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Aceh Barat sebesar 40.2 persen di pengaruhi oleh pembangunan
infratruktur sedangkan sisanya sebesar 50.8 persen yang akan dijelaskan
oleh variabel lain diluar model.
c. Hasil yang diperoleh dari nilai thitung sebesar 2.321> ttabel 1,859 pada
tingkat kenyakinan <0,005 maka secara parsial infrastruktur berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh
Barat.
38
5.2 Saran-saran
berdasarkan hasil penelitian yang telh dilakukan, maka ada beberapa
implikasi yang dapat memberikan dan mungkin juga dapat bermamfaat bagi
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat yaitu sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat
pemerintah (eksekutif) perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
terutama infrastruktur ekonomi seperti Irigasi, Jalan, Transportsi,
Komunikasi, dan Listrik.
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KESEMPATAN
KERJA DI KABUPATEN ACEH BARAT
PROPOSAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan
Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Strata Satu (S-1)
Oleh:
IRWANDI
NIM: 08C20101024
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesejahteraan penduduk berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh
rumah tangga. Dalam welfare economics, pendapatan rumah tangga tidak terlepas
dari masalah ketenagakerjaan dalam arti pendapatan ataupun penghasilan yang
diperoleh rumah tangga berkaitan dengan usaha atau pekerjaan yang dilakukan
oleh anggota rumah tangga. Dengan pendapatan yang diperoleh maka rumah
tangga akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menyekolahkan
anggotanya.
Pertumbuhan ekonomi memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
negara atau pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Tetapi
sejauh mana kebutuhan ini dipenuhi tergantung pada kemampuan negara atau
pemerintah dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di antara masyarakat
dan distribusi pendapatan serta kesempatan untuk memperoleh pekerjaan.
Pertumbuhan ekonomi juga merupakan sarana utama untuk mensejahterakan
masyarakat melalui pembangunan manusia yang secara empirik terbukti
merupakan syarat perlu pembangunan manusia. Dalam hal ini ketenagakerjaan
merupakan jembatan utama yang menghubungkan pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kapabilitas manusia (UNDP, 1996). Dengan perkataan lain, yang
diperlukan bukan semata-mata pertumbuhan tetapi pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dalam arti berpihak kepada tenaga kerja.
2
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil
pembangunan yang telah dilaksanakan oleh suatu daerah, khususnya
pembangunan dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan agregat
dari pertumbuhan di setiap sektor ekonomi yang ada. Bagi setiap daerah, indikator
ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah
dicapai, serta berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan
datang.
Todaro menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan
dalam 3 komponen utama. Pertama, akumulasi modal, yang meliputi semua
bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan
modal manusia atau sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang
selanjutnya akan menambah jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi
yang dalam pengertian sederhananya terjadi karena ditemukannya cara-cara baru
atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani suatu pekerjaan (Todaro
2003).
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005) bahwa ada empat faktor sebagai
sumber pertumbuhan ekonomi Faktor-faktor tersebut adala (1) sumber daya
manusia, (2) sumber daya alam, (3) pembentukan modal, dan (4) teknologi.
Dalam hal ini pengeluaran pemerintah berperan dalam pembentukan modal
melalui pengeluaran pemerintah di berbagai bidang seperti sarana dan prasarana.
Pembentukan modal di bidang sarana dan prasarana ini umumnya menjadi social
overhead capital (SOC) yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. SOC
ini sangat penting karena pihak swasta tidak akan mau menyediakan berbagai
3
fasilitas publik, namun tanpa adanya fasilitas publik ini maka pihak swasta
tidak berminat untuk menanamkan modalnya. Dengan adanya berbagai fasilitas
publik ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan.
Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh Barat sebagai wilayah pertanian, perkebunan, dan
perikanan dapat memberikan potensi yang sangat besar dalam upaya pelaksanaan
pembangunan masyarakat. Sedangkan titik berat pembangunan di Kabupaten
Aceh Barat diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan
perluasan pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang
saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam
suatu kebijakan pembangunan.
Kebijakan umum pembangunan yang ditempuh oleh Pemerintah
Kabupaten Aceh Barat mencakup pembangunan infrastruktur, pembangunan
ekonomi rakyat, pembangunan pendidikan, pembangunan kesehatan, dan
pembangunan agama dan budaya. Melalui kebijakan tersebut telah memberikan
hasil yang sangat memuaskan bagi pertumbuhan ekonomi dan juga pembangunan
manusia di Kabupaten Aceh Barat.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Barat menunjukkan adanya
berfluktuasi di setiap tahun. Gambar 1.1. menunjukkan pada tahun 2010
pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan tertinggi dalam periode 2010-
2014 yaitu mencatat sebesar 7,3 persen. Tahun selanjutnya pertumbuhan ekonomi
turun drastis yaitu pada tahun 2011 menjadi 2,4 persen dan tahun 2012 sebesar
0,56 persen. Namun demikian pada tahun 2013 Kabupaten Aceh Barat kembali
4
mencoba mencatat pertumbuhan yang baik yaitu sudah mampu berkembang
menjadi 3,9 persen dan pada tahun 2014 turun sedikit di posisi 3,3,8 persen.
Gambar 1.1.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat Menurut Lapangan
Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2010-2014 (Persen)
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat, 2016
Namun demikian, Pemerintah Aceh Barat terus berupaya membangun
percepatan pertumbuhan ekonominya, salah satu jalan yang ditempuh melalui
kesempatan kerja. Faktor kesempatan kerja dianggap faktor yang penting yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Perkembangan tingkat kesempatan kerja
menunjukkan seberapa besar produksi barang dan jasa yang dihasilkan dalam
masyarakat yang akan menentukan perolehan pendapatan.
Dari tabel 1.1. di atas dapat dilihat bagaimana jumlah angkatan kerja terus
meningkat di Kabupaten Aceh Barat. Ini ditandai dengan terus meningkatnya
jumlah angkatan kerja yang bekerja, sedangkan jumlah angkatan kerja yang tidak
bekerja mengalami penurunan. Dan bila dilihat dari tingkat kesempatan kerja terus
terjadi peningkatan sedangnya yang masih menganggur mengalami penurunan di
kabupaten Aceh Barat.
7,3
2,4
0,56
3,9 3,38
2010 2011 2012 2013 2014
5
Tabel 1.1.
Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2012-2014
Uraian Tahun
2012 2013 2014
Jumlah penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 128,639 130,867 135,693
Angkatan Kerja 74,115 78,889 83,349
Bekerja 69,510 73,034 78,462
Pengangguran 4,605 5,855 4,887
Bukan Angkatan Kerrja 54,524 51,978 52,334
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 57.61 60.28 61.42
Tingkat Kesempatan Kerja 93.79 92.58 94.14
Tingkat Pengangguran 6.21 7.42 5.86
Sumber : BPS Aceh Barat, 2016
Atas dasar uraian-uraian dan pemikiran di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana “Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Aceh Barat”
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan permasalahan yang hendak dianalisis dalam penelitian ini
adalah: “Apakah Pertumbuhan Ekonomi Berpengaruh Terhadap Kesempatan
Kerja di Kabupaten Aceh Barat?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk
mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesempatan kerja di
6
Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam merumuskan
kebijakan pembangunan ekonomi bagi pengambil keputusan dalam hal ini
Pemerintah
2. Sebagai bahan bacaan, referensi maupun penelitian lebih lanjut bagi
mahasiswa ataupun pihak lain yang ingin meneliti penelitian yang berkaitan
dengan ini.
3. Memberikan acuan bagi penelitian selanjutnya terutama yang berminat
dalam meneliti tentang pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
7
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1. Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur dengan tinggi rendahnya
pendapatan riil per kapita. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi
merupakan perubahan-perubahan dalam struktur output dan alokasi input pada
berbagai persoalan ekonomi, di samping kenaikan output. Oleh karena itu,
pembangunan ekonomi selalui dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi, dan
sebaliknya pertumbuhan ekonmomi belum tentu disertai dengan pembangunan
ekonomi.
Menurut Mahyudi (2004:54) pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya
pertambahan/ perubahan pendapatan nasional (produksi nasional) dalam satu
tahun tertentu, tanpa memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya.
Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Kemampuan suatu negara
untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam
jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi
yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah
sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan
dan keterampilan mereka.
8
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang. Pengertian tersebut menekankan pada tiga aspek, iayu
proses, output perkapita, dan jangka panjang. Sebagian ekonom mendenifisikan
pertumbuhan ekonomi dalam pengertian yang lebih longgar. kenaikan GDP/GNP
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak (Arsyad, 1992:13).
Pertumbuhan ekonomi yang kita kenal selama ini mempunya persepktif
jangka panjang dan mempunyai beberapa definisi. Definisi tersebut antara lain
adalah bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang dan dapat
diartikan sebagai perkembangan keiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran meningkat (Sukirno, 2006:9)
Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses peningkatan
produksi barang dan jasa dalam kegiatan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur
dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan (Djojohaikusumo, 1994:1)
Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan
jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas. Salah satu
sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan
pendapatan domestik regional bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju
9
pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang. Penekanan pada proses, karena mengandung unsur
dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu, pemahaman indikator
pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu,
misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisis sehingga kebijakan-
kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas
perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.
2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a) Teori pertumbuhan ekonomi klasik
Menurut teori pertumbuhan ekonomi klasik, pertumbuhan ekonomi
bergantung pada faktor-faktor produksi. Unsur pokok dari faktor produksi suatu
negara ada tiga:
a. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari
kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang
tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian;
b. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses
pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan
dengan kebutuhan akan tenaga kerja;
c. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat
pertumbuhan output.
b) Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik
Model pertumbuhan neoklasik solow, yang membuat Robert Solow dari
Massachusetts Institute of Technology menerima hadiah Nobel, mungkin
merupakan model pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal. Meskipun dalam
10
hal tertentu Model Solow menggambarkan perekonomian negara maju secara
lebih baik dari pada kemampuannya dalam menjelaskan perekonomian negara
berkembang, model ini tetap menjadi titik acuan dasar dalam kepustakaan
mengenai pertumbuhan dan pembangunan. Model ini menyatakan secara
kondisional, perekonomian berbagai negara akan bertemu pada tingkat
pendapatan yang sama, dengan syarat bahwa negar-negara tersebut mempunyai
tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan
produktivitas yang sama (Todaro, 2004:163)
Model neoklasik Solow secara umum berbentuk fungsi produksi, yang
bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antar kapital (k) dan tenaga
kerja (l). Dalam model pertumbuhan ekonomi neoklasik solow (solow
neoclassical growth model), pertumbuhan ekonomi tergantung kepada faktor-
faktor produksi (Sukirno, 2006).
Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dalam persamaan
yakni:
Δy = f (δ , δ , δ )
Δy = tingkat pertumbuhan ekonomi
Δk = tingkat pertambahan modal
Δl = tingkat pertumbuhan tenaga kerja
Δt = tingkat kemajuan teknologi
Faktor terpenting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah
pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja, tetapi faktor yang paling
penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran
tenaga kerja (Sukirno,2006).
11
c) Teori pertumbuhan ekonomi Rostow
Model pembangunan tahapan pertumbuhan yang dikemukakan oleh
Rostow menjelaskan bahwa pada perubahan dari keterbelakangan menuju
kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui
oleh semua negara (Todaro, 2004:129). Menurut teori ini negara-nagara maju
telah melalui tahapan tinggal landas menuju pertumbuhan ekonomi
berkesinambungan yang berlangsung dengan sendirinya tanpa diatur secara
khusus. Rostow juga menjelaskan negara-negara yang sedang berkembang atau
yang masih terbelakang, pada umumnya masih berada dalam tahapan masyarakat
tradisional atau tahapan kedua, yaitu tahap penyusunan kerangka dasar tinggal
landas. Tidak lama lagi, hanya tinggal merumuskan serangkaian aturan
pembangunan untuk tinggal landas, mereka akan segera bergerak menuju ke
proses pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkesinambungan.
Rostow menghubungkan model tahap-tahap pembangunan dengan
pengeluaran pemerintah, sehingga kemudian dibedakan antara tahap awal, tahap
menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, jumlah
investasi yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan sangat dominan dan
dalam jumlah yang besar, hal ini disebabkan pada tahap ini pemerintah harus
menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana
transportasi, dan sebagainya. Pada tahap kedua, peran pengeluaran pemerintah
dalam pembangunan sudah mulai tergeser dengan adanya investasi yang
dilakukan oleh sektor swasta, namun demikian pada tahap ini pemerintah tetap
memiliki peran yang cukup besar dalam pembangunan, hal ini disebabkan jika
peran swasta dibiarkan mendominasi pembangunan akan berdampak pada
12
munculnya kekuatan monopoli dan kegagalan pasar, sehingga menyebabkan
pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih
besar. Tahap kedua perkembangan ekonomi ini menyebabkan terjadinya
hubungan antar sektor yang semakin rumit.
Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan
sector industri akan menimbulkan semakin tingginya tingkat polusi lingkungan
dan juga berpeluang untuk terhadap timbulnya masalah eksploitasi buruh,
sehingga dalam hal ini diperlukan campur tangan pemerintah untuk
meminimalisasi dampak buruk dari pembangunan ekonomi yang semakin maju.
Pada tingkat yang lebih lanjut, Rostow dalam Todaro (2004:129)
mengatakan bahwa dalam pembangunan ekonomi aktivitas pemerintah berlaih
dari penyediaan sarana dan prasarana menjadi pengeluaran-pengeluaran yang
bersifat sosial seperti halnya, program kesejahteraan hari tua, program pelayanan
masyarakat dan sebagainya.
d) Teori pertumbuhan baru (new growth theory)
Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan
yang bersifat endogen, pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem
ekonomi. Menurut Romier (1994) dalam Todaro (2004:169), teori ini
menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi,
bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen,
pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk
berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari
pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi
menyangkut modal manusia.
13
Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi.
Definisi modal diperluas dengan memasukkan model ilmu pengetahuan dan
modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal
dari luar model atau eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses
pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam
modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka
panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan (Mankiw, 2000).
2.1.3. Persamaan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuahn ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, untuk
menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi akan selalu digunakan formula berikut:
G = tingkat (persentase) pertumbuhan ekonomi
GDP1 = (Gross Domestic Bruto atau PDB) adalah pendapatan nasional riil, yaitu
pendapatan nasional yang dihitung pada harga tetap yang dicapai pada saat
satu tahun (tahun 1)
GDP0 = pendapartan nasional riil pada tahun sebelumnya
Dengan demikian tingkat pertumbuhan ekonomi mengambarkan mengenai
perkembangan ekonomi yang berlaku dalam satu tahun tertentu. Pertumbuhan
ekonomi mengambarkan sampai di mana barang dan jasa telah bertambah dalam
satu tahun tertentu bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. bersamaan
14
dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi akan berlaku pula pertambahan
penduduk. Apabila tingkat pertumbuhan selalu rendah dan tidak melebihi tingkat
pertambahan penduduk, maka pendapatan rata-rata masyarakat (pendapatan
perkapita) akan mengalami penurunan. Namun bila pertumbuhan ekonomi sama
dengan pertambahan penduduk, maka perekeonomian negara tersebut tidak
mengalami kemajuan (Sukirno, 2006)
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, faktor-faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah
(Todaro, 2004:92):
1. Akumulasi modal
Akumulasi modal diperoleh dari tabungan dan investasi yang disisihkan
dari bagian pendapatan waktu sekarang untuk dapat memperbesar produksi dan
pendapatan di waktu yang akan datang. Peralatan dan bahan baku yang baru akan
meningkatkan persediaan modal fisik suatu bangsa dan akan memungkinkan bagi
tercapainya tingkat produksi yang lebih tinggi. Investasi produksi langsung
demikian itu ditunjang oleh infrastruktur sosial ekonomi yang akan memudahkan
dan memadukan kegiatan-kegaiatn ekonomi.
Demikian juga investasi dalam sumber daya manusia yang akan dapat
meningkatkan kualitasnya dan dengan demikian akan memiliki pengaruh yang
sangat kuat bahkan lebih besar dibandingkan dengan jumlah manusia yang terus
bertambah. Pendidikan formal, pemanduan bakat dan program-program pelatihan
sambil bekerja serta berbagai jenis pendidiakan di luar sekolah (informal) lainnya
dapat secara efektif meningkatkan ketrampilan dan kualitas sumber daya manusia.
2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
15
Pertumbuhan penduduk yang juga akan mengakibatkan pertumbuhan
angkatan kerja, secara tradisional dianggap merupakan faktor positif dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin besar angkatan kerja maka semakin
banyak pula tenaga kerja yang produktif, serta jumlah penduduk yang lebih besar
dapat meningkatkan luasnya pasar dalam negeri. Namun jelaslah bahwa hal ini
akan tergantung pada kemampuan sistem ekonomi untuk menyerap dan
memperkerjakan secara produktif tenaga kerja tambahan tersebut.
3. Kemajuan teknologi
Komponen fundamental ketiga yang bagi kebanyakan ekonom merupakan
sumber pertumbuhan ekonomi terpenting, yaitu kemajuan teknologi. Dalam
bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi dapat disebut sebagai cara
baru dan cara yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.
Ada tiga klasifikas pokok dari kemajuan teknologi:
Kemajuan teknologi yang netral, dikaitkan dengan pencapaian tingkat
produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi
faktor masukan yang sama
Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja atau hemat modal, yaitu
tingkat produksi yang lebih tinggi akan dapat dicapai dengan jumlah
masukkan tenaga kerja atau modal yang sama
Kemajuan teknologi berupa peningkatan modal atau tenaga kerja,
kemajuan teknologi meningkatkan tenaga kerja terjadi apabila kualitas dan
ketrampilan tenaga kerja ditingkatkan.
16
2.2. Kesempatan Kerja
2.2.1. Teori Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam
keseluruhan faktor produksi baik barang maupun jasa di samping faktor produksi
modal, teknologi, dan sumberdaya alam. Tenaga kerja adalah orang yang
melaksanakan dan menggerakkan segala kegiatan menggunakan peralatan-
peralatan maupun teknologi dalam menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Tenaga kerja adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun
atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa (Hizam, 2008 : 4).
Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia
10 tahun ke atas (hasil sensus penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak
sensus penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja
adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.
Indonesia tidak menetapkan batas umur maksimum dengan alasan belum
mempunyai jaminan sosial secara nasional, hanya sebahagian kecil saja
memperoleh jaminan hari tua. Jadi dapat dikatakan bahwa tenaga kerja adalah
bagian penduduk dalam usia kerja tertentu yang dianggap layak dan mampu untuk
melaksanakan pekerjaan.
Secara praktis dan garis besar pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja dibedakan hanya pada batas usia, akan tetapi setiap negara mempunyai
kategori sendiri dalam menetapkan batas usia, dan setiap negara mempunyai corak
tertentu tentang situasi ketenagakerjaannya.
17
Yang dimaksud dengan angkatan kerja (labor force) adalah penduduk usia
kerja 15 tahun atau lebih yang bekerja atau punya pekerjaan namun untuk
sementara tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
Sementara itu Tjiptoherijantho (1996:5) mendefinisikan angkatan kerja
adalah jumlah yang bekerja dan mencari pekerjaan, jumlah orang yang bekerja
tergantung dari besarnya permintaan masyarakat, berarti angkatan kerja terdiri
dari: (1) golongan yang bekerja (2) golongan yang menganggur dan mencari
pekerjaan.
Selanjutnya menurut Manulang (1995:5) membedakan antara angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam golongan angkatan kerja
adalah golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur atau sedang
mencari kerja, serta yang termasuk dalam bukan angkatan kerja terdiri dari
golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan
lain-lain atau penerima pendapatan.
Gambar 2.1. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Tingkat Upah
S
Wi
We E
D Tenaga kerja Ld Le Ls
Sumber : Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Sukirno (2005 : 359)
18
Dalam teori ekonomi Neo Klasik, diasumsikan bahwa penyediaan atau
penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Ini
dilukiskan oleh garis SS pada gambar II-1. Sebaliknya permintaan terhadap
tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan
garis DD pada gambar 2.1.
Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap
mengenai pasar kerja, maka Teori Neo Klasik beranggapan bahwa jumlah
penawaran tenaga kerja selalu sama dengan permintaannya. Ini ditandai dengan
titik keseimbangan (titik E) di mana penawaran dan permintaan tenaga kerja
adalah sama, sehingga tidak ada pengangguran ini biasanya terjadi jika pasar
tenaga kerja bersifat persaingan sempurna.
Jika organisasi serikat buruh kuat, mereka akan menentukan sendiri
terhadap tingkat upah yang lebih tinggi terhadap tenaga yang mereka tawarkan
(tenaga kerja mempunyai kekuasaan monopoli), di sini titik keseimbangan itu
tidak pernah tercapai karena informasi memang tidak pernah sempurna dan
hambatan-hambatan institusional selalu ada. Karena itu tingkat upah yang mereka
inginkan (Wi) pada umumnya lebih besar dari pada upah keseimbangan (We).
Pada tingkat upah Wi, jumlah penawaran tenaga kerja adalah sebesar Ls,
sedangkan permintaan adalah Ld. Selisih Ls dan Ld merupakan jumlah
pengangguran.
Jadi, semakin tinggi mereka menuntut upah, maka akan semakin sedikit
permintaan tenaga kerja oleh perusahaan karena efisiensi tenaga kerja dengan
upah yang tinggi, dengan sendirinya akan menambah pengangguran. Di sisi lain
pengangguran yang besar tidak memberi kepuasan bagi penganggur, sehingga
19
mereka akan keluar dari serikat buruh dan bekerja kembali dengan upah yang
lebih rendah, kondisi seperti ini dengan sendirinya akan mengembalikan pasar
tenaga kerja pada pasar persaingan sempurna.
2.3. Peranan Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun atau
lebih yang bekerja, mencari pekerjaan, dan sedang melakukan kegiatan lain,
seperti sekolah maupun mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan
(Simanjuntak, 1985:5). Sedangkan angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga
kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan
produktif yaitu memperoleh hasil produksi barang dan jasa. Angkatan kerja terdiri
dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur atau mencari
pekerjaan. Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada
umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat
homogen.
Menurut Lewis, angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil
dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara
lancar dan dalam jumlah tidak terbatas. Dalam keadaan demikian, peranan tenaga
kerja mengandung sifat elastisitas yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas
tenaga kerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor
modern. Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Sumber daya manusia merupakan
salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang
bersamaan dengan ilmu pengetahuan, tekhnologi, sumber daya alam dan kapasitas
20
produksi. Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) membedakan tenaga kerja menjadi angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tanaga kerja
yang sesungguhnya terlibat dalam proses produksi. Angkatan kerja terdiri dari
golongan yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan
angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun tidak
mencari pekerjaan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tenaga kerja
adalah angkatan kerja seperti yang didefinisikan oleh BPS tersebut. Jumlah tenaga
kerja yang besar dapat berarti menambah jumlah tenaga produktif. Dengan
meningkatnya produktivitas tenaga kerja diharapkan akan meningkatkan produksi,
yang berarti akan meningkatkan pula PDRB.
Menurut Nicholson W (1991) bahwa suatu fungsi produksi pada suatu
barang atau jasa tertentu (q) adalah q = f (K,L) dimana K merupakan modal dan L
adalah tenaga kerja memperlihatkan jumlah maksimum sebuah barang / jasa yang
dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L, maka
apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya
dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi.
Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk fisik
marginal (marginal physical product). Selanjutnya dikatakan bahwa apabila
jumlah tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi lain
dipertahankan konstan, maka pada awalnya akan menunjukan peningkatan output,
namun pada suatu tingkat tertentu akan memperlihatkan penurunan output serta
21
setelah mencapai tingkat keluaran maksimum setiap penambahan tenaga kerja
akan mengurangi keluaran.
Menurut Todaro (2000), pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti ukuran pasar
domestiknya lebih besar. Meskipun demikian, hal tersebut masih dipertanyakan,
apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan
memberikan dampak positif atau negatif dari pertumbuhan ekonominya.
Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan
penduduk tergantung kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam
menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut.
Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tenaga kerja dan akumulasi modal, dan
tersedianya input dan faktor produksi penunjang, seperti kecakapan manajerial
dan administrasi. Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran
kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan
kerja yang tersedia, maka akan menyebabkan semakin meningkatnya total
produksi di suatu daerah.
2.4. Penelitian Sebelumnya
Taswir (2012) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan
kerja di Provinsi Aceh melalui keseimbangan pasar tenaga kerja. Keseimbangan
pasar tenaga kerja sangat di tentukan permintaan dan penawaran yang terjadi di
pasar kerja. Pada penelitian ini permintaan tenaga kerja di pengaruhi oleh upah,
PDRB dan inflasi, sedangkan penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh upah dan
inflasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode Two Stage Least Squares
22
(TSLS) dengan menggunakan data time series dari tahun 1991-2010. Dari hasil
estimasi menunjukkan, pada permintaan tenaga kerja variabel upah berpengaruh
negatif dan signifikan dimana setiap kenaikan 1 persen upah akan menyebabkan
penurunan permintaan tenaga kerja kerja sebesar 0,15 persen. Variabel PDRB
berpengaruh positif dan signifikan dimana setiap kenaikan 1 persen PDRB akan
menyebabkan kenaikan permintaan tenaga kerja sebesar 0,22 persen. Sedang
variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja. Pada
penawaran tenaga kerja variabel upah berpengaruh positif dan signifikan dimana
setiap kenaikan 1 persen upah akan menyebabkan kenaikan penawaran tenaga
kerja kerja sebesar 0,06 persen. Variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan
dimana setiap kenaikan 1 persen inflasi akan menyebabkan kenaikan penawaran
tenaga kerja kerja sebesar 0,03 persen.
Adhikary (2011), meneliti hubungan antara FDI, keterbukaan
perdagangan, pembentukan modal, dan tingkat pertumbuhan ekonomi di
Banglades selama periode 1986-2008 menggunakan analisis time series. Semua
variabel stasioner pada diferensial pertama baik di tingkat konstan dan konstan
ditambah trend pada uji stasioner ADF dan Phillips-Perron. Prosedur Johansen-
Juselius diterapkan untuk menguji hubungan kointegrasi antara variabel diikuti
dengan Vector Error Correction Model (VECM). Hasil empiris antara hubungan
ekuilibrium jangka panjang yang kuat antara tingkat pertumbuhan PDB dan
variabel penjelasnya. Volume FDI dan tingkat pembentukan modal ditemukan
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perubahan PDB riil. Tingkat
keterbukaan perdagangan memberi pengaruh negatif yang mengurangi tingkat
pertumbuhan PDB. Kesimpulannya bahwa Banglades harus merumuskan FDI-led
23
policies dan memastikan tingkat pembentukan modal yang lebih tinggi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
Gunawan (2007) menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
kesempatan kerja di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, data periode 1983-
2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kesempatan kerja, dengan luasnya kesempatan kerja akan
adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja dan akan mengurangi tingkat
pengangguran.
Mulyana (2003) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk yang
tinggi tidak saja membawa dampak pada jumlah penduduk yang semakin lama
semakin besar, tetapi juga membawa dampak tersendiri pada ketenagakerjaan, di
mana pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih besar dari pertumbuhan kesempatan
kerja. Dilihat dari tingkat pertumbuhan tahunan, maka dapat digambarkan bahwa
laju peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Aceh cenderung mengalami
fluktuasi, angka rata-rata ini masih berada di bawah angka rata-rata nasional
sebesar 1,89 persen setiap tahunnya. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat
suatu pengaruh positif antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi
serta terdapat pengaruh negatif antara kesempatan kerja dan pertumbuhan
ekonomi.
Penelitian oleh Kuncoro (2002) mencoba mangamati dampak kebijakan
fiskal ekspansif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui responsi
aktivitas ekonomi sektor swasta untuk periode 1969-2000. Analisis yang
dilakukan berdasarkan pada pendekatan pasar barang dengan menggunakan
Almost Ideal Demand System (AIDS). Hasil yang diperoleh adalah bahwa
24
kebijakan ekspansi fiskal yakni pada peningkatan pengeluaran pembangunan tidak
menyebabkan terjadinya crowding out di pasar barang domestik. Desakan
pengeluaran pembangunan hanya terjadi secara parsial pada komponen
pengeluaran investasi swasta. Crowding out tidak terjadi atas pengeluaran
konsumsi masyarakat. Secara keseluruhan, kebijakan ekspansi anggaran tersebut
tetap akan meningkatkan pengeluaran sektor swasta dimana respon pada pasar
barang bersifat positif dengan begitu ouput nasional tidak mengalami penurunan.
2.5. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran dalam Penelitian
Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat. Bila Pertumbuhan
ekonomi meningkat/tinggi maka semakin tinggi pula kemungkinan tingginya
tingkat kesempatan kerja karena semakin membaiknya perekonomian di
Kabupaten Aceh Barat yang pada akhirnya akan lebih banyak menyerap tenaga
kerja
25
2.6. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan
kegunaan penelitian serta landasan teoritis yang telah dikemukakan di atas maka
penulis dalam merumuskan hipotesis menduga bahwa pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan kerja. Adapun lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten
Aceh Barat dalam jangka waktu dari tahun 2004-2015.
3.2. Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi
terkait seperti Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Kabupaten Aceh
Barat dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Barat. Selain itu penulis
juga menggunakan penelitian kepustakaan untuk mendukung dan melengkapi
penelitian ini.
3.3. Model Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis informasi
kuantitatif (data yang dapat diukur, diuji dan diinformasikan dalam bentuk
persamaan, tabel dan sebagainya). Tahapan analisis kuantitatif terdiri dari:
estimasi model regresi dengan menggunakan data time series, regresi persamaan
27
linier dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), uji asumsi
klasik dan uji statistik.
Analisis regresi ini dilakukan untuk melihat pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat. Pada penelitian ini,
analisis regresi dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) ) melalui
alat analisis data Eviews 7. Data yang digunakan dalam analisis ini berupa data
time series. Adapun model persamaannya sebagai berikut (Gujarati, 2001:236) :
AK = β0 + β1 Y + ei
Di mana :
AK = Angkatan Kerja/Kesempatan Kerja di Aceh Barat
Y = Pertumbuhan Ekonomi di Aceh Barat
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi untuk pertumbuhan ekonomi
e = Error Term
i = jumlah data dari 1 sampai dengan N
3.4. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadi penafsiran ganda, maka dalam penelitian ini
perlu didefinisikan dengan jelas beberapa variabel-variabel yang digunakan.
Adapun definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Angkatan kerja adalah tenaga kerja usia kerja 15-55 tahun di Kabupaten
Aceh Barat yang dihitung dalam jiwa.
2. Pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Regional Bruto non migas
atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Aceh Barat yang dihitung
dalam persen
28
3.5 Uji Asumsi Klasik
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan Eviews 7. Peneliti melakukan terlebih
dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji asumsi klasik
yang dilakukan peneliti meliputi :
3.5.1 Uji Auto korelasi
Uji auto korelasi ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi
berkaitan dengan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model
yang tidak mengandung autokorelasi. Autokorelasi adalah keadaan di mana
variabel error-term pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel error-term
pada periode lain yang bermakna variabel error-term tidak random. Pelanggaran
terhadap asumsi ini berakibat interval keyakinan terhadap hasil estimasi menjadi
melebar sehingga uji signifikansi tidak kuat. Uji ini dilakukan pada penelitian yang
menggunakan data time series. Oleh karena data dalam penelitian ini merupakan
gabungan antara data cross section dan time series, maka harus dilakukan uji
auto korelasi terlebih dahulu. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji Durbin-Watson (DW). Langkah pendeteksian adanya autokorelasi
adalah dengan membandingkan nilai Durbin-Watson statistik table dengan Ho,
tidak ada autokorelasi bila DW lebih besar dari DU dan lebih kecil dari 4-DU,
syarat terjadinya uji autokorelasi adalah (du<dw<4-du).
3.5.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Menurut Ghozali
29
(2005:91) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model
regresi adalah sebagai berikut :
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variable dependen.
b. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antarvariabel
independen adakorelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas0.90), maka hal
ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang
tinggi antar variable independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua
atau lebih variable independen.
c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (a) nilai tolerance dan lawannya
(b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variable independen manakah yang dijelaskan oleh variable independen
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variable independen menjadi
variable dependen (terikat) dan diregres terhadap variable independen
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variable independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variable independen lainnya. Jad inilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance).
Nilaicut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atas sama dengan nilaiVIF > 10.
Cara untuk menguji jika terjadi multikolinearitas, yaitu:
1) Mengeluarkan satu atau lebih variable independen yang mempunyai korelasi
tinggi dari model regresi dan identifikasikan variable independen lainnya
30
untuk membantu prediksi.
2) Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data).
3) Menambah data penelitian.
3.6 Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t-test dan F-test
3.6.1. Uji Signifikan Parsial (Uji - t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variable
independen mempengaruhi variable dependen secara signifikan. Bentuk
pengujiannya adalah :
- Ho : b1,b2,b3=0, artinya pertumbuhan ekonomi secara Parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja di
Kabupaten Aceh Barat.
- Ha : b1,b2,b3≠0, artinya pertumbuhan ekonomi secara Parsial
berpengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja.
Pengujian dilakukan menggunakan uji-t dengan tingkat pengujian pada
α 5% derajat kebebasan (degree of freedom) atau df=(n - k).
Kriteria pengambilan keputusan :
- Ho diterima jika t hitung< t table
- Ha diterima jika t hitung> t tabel
3.6.2. Uji Signifikan Simultan (Uji - F)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variable dependen secara
signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan
31
membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang
digunakan yaitu 0,075. Karena dalam penelitian ini hanya menggunakan 1 (satu)
variable bebas saja maka uji-F tidak dibutuhkan.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Wilayah Aceh Barat
Secara geografis Aceh Barat terletak antara 04º06´ - 04º47´ Lintang
Utara dan 95º52´ - 96º30´ Bujur Timur dengan luas mencapai 2.927,95 Km2.
Kabupaten Aceh Barat terdiri dari 12 kecamatan, 33 mukim dan 322 gampong.
Sebanyak 192 desa berada di dataran dan 83 desa terletak dilembah. Hanya 47
desa yang terletak dilereng.
- Di sebelah utara Kabupaten Aceh Barat berbatasan dengan Kabupaten
Pidie Jaya dan Aceh Jaya
- Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya dan
Samudera Indonesia
- Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Tengah dan Nagan
Raya.
- Di sebelah barat berbatasan dengan samudera Indonesia.
Kecamatan terluas adalah Sungai Mas yang menempati 26,70 persen
wilayah Aceh Barat. Wilayah ini sebagian besar masih berupa hutan. Sedangkan
kecamatan terkecil adalah Kecamatan Johan Pahlawan yang merupakan Ibukota
Kabupaten Aceh Barat. Luas Kecamatan ini hanya 44,91 Km2 atau hanya 1,53
persen dari luas Kabupaten Aceh Barat.
Meulaboh merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat. Kecamatan
terdekat dari pusat kota Meulaboh adalah Meureubo, Samatiga dan Kaway XVI.
Sedangkan Kecamatan terjauh adalah Woyla Timur, Panton Reu dan Sungai Mas.
33
Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2012 adalah 26ºC dengan suhu terendah
18ºC pada bulan Januari dan suhu tertinggi 30ºC di Bulan Mai. Kelembapan
udara berkisar pada 89 persen.
4.2. Pertumbuhan Ekonomi Aceh Barat
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum
dipakai untuk melihat kemajuan suatu kegiatan pembangunan dapat dihitung dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto selama masa pembangunan
tertentu.
Tabel. 4.1.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2004-2015
Tahun Pertumbuhan
Ekonomi
2004 9.4
2005 -13.15
2006 8.65
2007 8.06
2008 5.91
2009 5.46
2010 5.04
2011 5.18
2012 5.03
2013 5.22
2014 5.46
2015 6.02
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat selama periode tahun
2004 sampai dengan tahun 2015 menunjukan terjadinya penurunan yang drastis
pada tahun 2005. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 sebesar 9.4 persen
34
sedangkan pada tahun 2005 turun sangat drastic hamper mencapai kelipatan dua
sebesar -13.15 persen. Ini disebabkan karena pada akhir tahun 2004 Kabupaten
Aceh Barat merupakan wilayah yang terbesar terkena dampak bencana alam
gempa bumi dan tsunami yang melanda Provinsi Aceh. Hampir 2/3 wilayahnya
terkena langsung dengan bencana alam yang menyebabkan hancurnya
perekonomian wilayah tersebut. Namun demikian mulai tahun 2006 pertumbuhan
ekonomi Aceh Barat perlahan-lahan bangkit lagi, ini dapat dilihat dari terjadinya
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terus positif.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah merupakan salah satu sasaran
yang akan dicapai dalam pelaksanaan pembangunan, untuk itu pemerintah
senantiasa berupaya melaksanakan pembangunan disegala bidang dan hasilnya
adalah ditandai dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Kepada masyarakat juga dituntut untuk turut berperan aktif mengikuti dan
melaksanakan kegiatan pembangunan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya.
4.3. Kesempatan Kerja
Pembangunan ekonomi salah satu tujuannya adalah penyediaan lapangan
kerja yang memadai untuk mengimbangi pertambahan angkatan kerja setiap
tahunnya. Tenaga kerja dipandang sebagai salah satu faktor produksi yang mampu
untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya. Tenaga kerja yang
diharapkan bukan hanya sebatas melakukan pekerjaan kegiatan fisik semata
namun tenaga kerja yang memiliki human resources (Rosyidi, 2006:56).
35
Jumlah penduduk yang besar akan membentuk jumlah angkatan kerja
yang besar yang besar pula, namun pertumbuhan jumlah penduduk yang besar dan
tidak terkontrol dikhawatirkan menimbulkan efek buruk terhadap pertumbuhan
ekonomi. Yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang berumur
didalam batas usia kerja. Batas usia kerja berbeda-beda antara negara yang satu
dengan negara lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 15
tahun, tanpa batas umur maksimum (Dumairy, 1997, 74-75).
Perkembangan kesempatan kerja di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat
pada gambar 4.1.
Gambar 4.1.
Perkembangan Kesempatan Kerja di Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2004-2015
Sumber : Hasil Penelitian, 2016
Berdasarkan gambar 4.1. dapat diketahui bahwa tingkat tenaga kerja di
Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2004-2015 sangat fluktuatif, namun secara
keseluruhan mengalami trend yang meningkat. Pada tahun 2005 tingkat jumlah
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
36
tenaga kerja di Provinsi Aceh meningkat sebesar 13.266 orang dari tahun
sebelumnya yang hanya 13.088 orang. Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan
yang signifikan yaitu jumlah kesempatan kerja hanya sebesar 7.818 orang saja.
Namun di tahun-tahun selanjutnya kembali mengalami kenaikan walaupun tidak
begitu signifikan.
4.4. Hasil Estimasi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Kesempatan Kerja di Aceh Barat
4.4.1. Analisis Uji Asumsi Klasik dan Uji Statistik
Sebelum melakukan interpretasi pengujian hipotesis secara regresi, ada
baiknya dibahas uji statistik dan uji asumsi klasik terlebih dahulu, yakni sebagai
berikut:
4.4.1.1.Uji Asumsi Klasik
Dengan menggunakan model regresi linier berganda pada pembahasan
analisa data, maka dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi
klasik ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi yang digunakan
memenuhi asumsi linier klasik. Dimana dalam penelitian ini ada tiga jenis asumsi
klasik yang digunakan yaitu:
a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel error-term pada periode
tertentu berkorelasi dengan variabel error-term pada periode lain yang bermakna
variabel error-term tidak random. Uji autokorelasi ini digunakan untuk menguji
asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi. Pelanggaran terhadap
asumsi ini berakibat interval keyakinan terhadap hasil estimasi menjadi melebar
37
sehingga uji signifikansi tidak kuat. Model regresi yang baik adalah model yang
tidak mengandung autokorelasi.
Uji autokorelasi menggunakan uji Bruesch Godfrey. Metode ini
didasarkan pada nilai F dan Obs*R-squared, dimana jika nilai probabilitas dari
Obs*R-squared melebihi tingkat kepercayaan maka Ho diterima. Artinya tidak
ada masalah autokorelasi. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.2.
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.230379 Prob. F(2,8) 0.1699
Obs*R-squared 4.295814 Prob. Chi-Square(2) 0.1167
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 04/21/16 Time: 20:51
Sample: 2004 2015
Included observations: 12
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PERTUMBUHAN_EKONOMI -53.24574 161.8566 -0.328969 0.7506
C 333.0130 1176.436 0.283069 0.7843
RESID(-1) 0.591267 0.327559 1.805071 0.1087
RESID(-2) -0.488868 0.320341 -1.526086 0.1655 R-squared 0.357984 Mean dependent var -1.82E-12
Adjusted R-squared 0.117229 S.D. dependent var 1259.381
S.E. of regression 1183.263 Akaike info criterion 17.25114
Sum squared resid 11200897 Schwarz criterion 17.41278
Log likelihood -99.50685 Hannan-Quinn criter. 17.19130
F-statistic 1.486919 Durbin-Watson stat 1.309273
Prob(F-statistic) 0.290020
Sumber : Hasil Estimasi Penelitian, 2016
38
Pengujian hipotesis autokorelasi :
Ho : Tidak ada korelasi serial (serial correlations)
H1 : ada korelasi serial (serial correlations)
Jika P-value Obs*R-squared< α, maka Ho ditolak. Oleh karena Obs*R-
squared = 0.1167 > 0,05 maka Ho diterima. Kesimpulannya adalah dengan tingkat
keyakinan 95%, tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.
b. Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasitas merupakan keadaan di mana semua gangguan yang
muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki varians yang sama. Uji
Heteroskedasitas dapat dilakukan dengan cara seperti ini :
Untuk membuktikan dugaan pada uji heteroskedastisitas pertama, maka
dilakukan uji White Heteroscedasticity. Hasil yang diperhatikan dalam uji ini
adalah nilai F dan Obs *R- Squared. Jika nilai Obs *R- Squared lebih kecil dari
tabel, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, demikian juga sebaliknya.
Pengujian hipotesis Heteroskedastisitas :
Ho : tidak ada Heteroskedastisitas
Ha : ada Heteroskedastisitas
Jika P-value Obs *R-square < α, maka Ho di tolak, Oleh karena P-value
Obs *R-square = 0.0200 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha di tolak.
Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95%, tidak terdapat
Heteroskedastisitas dalam model regresi penelitian ini.
39
Tabel 4.3.
Hasil Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 24.09005 Prob. F(2,9) 0.0002
Obs*R-squared 10.11123 Prob. Chi-Square(2) 0.0064
Scaled explained SS 7.820465 Prob. Chi-Square(2) 0.0200
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 04/23/16 Time: 07:04
Sample: 2004 2015
Included observations: 12 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -20983050 3338506. -6.285162 0.0001
PERTUMBUHAN_EKONOMI 5572044. 853963.4 6.524922 0.0001
PERTUMBUHAN_EKONOMI^2 -299848.1 48942.09 -6.126589 0.0002 R-squared 0.842603 Mean dependent var 1453872.
Adjusted R-squared 0.807625 S.D. dependent var 2266370.
S.E. of regression 994041.9 Akaike info criterion 30.66926
Sum squared resid 8.89E+12 Schwarz criterion 30.79049
Log likelihood -181.0156 Hannan-Quinn criter. 30.62438
F-statistic 24.09005 Durbin-Watson stat 1.275749
Prob(F-statistic) 0.000243
Sumber : Hasil Estimasi Penelitian, 2016
4.4.1.2. Analisis Uji Statistik
Nilai Koefesien Determinasi (R-Square) sebesar 0,574 menunjukkan
derajat pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesempatan kerja sebesar 57,4
persen. sementara 42,6 persen lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian.
Uji F menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 30,03 dan uji Ftabel sebesar 3,95
dengan demikian maka nilai Fhitung 30,03> Ftabel 3,95 hal ini berarti bahwa variabel
pertumbuhan ekonomi secara simultan berpengaruh terhadap kesempatan kerja di
Aceh Barat.
40
4.4.2 Hasil Uji Hipotesis dan Analisis Penelitian
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear berganda,
dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel pertumbuhan
ekonomi terhadap kesempatan kerja. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.4.
Hasil Analisis Data
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja di Aceh
Barat
Sumber : Hasil Estimasi Penelitian, 2016
Dari hasil penelitian dapat diketahui persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
ANGKATAN KERJA = 4602.587 + 635.5892 PERTUMBUHAN
EKONOMI
Artinya, ketika Angkatan Kerja/Kesempatan Kerja bernilai nol, maka
Pertumbuhan Ekonomi yang terjadi adalah sebesar 4602.587. sementara itu, jika
Dependent Variable: ANGKATAN_KERJA
Method: Least Squares
Date: 04/22/16 Time: 20:43
Sample: 2004 2015
Included observations: 12 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PERTUMBUHAN_EKONOMI 635.5892 159.7595 3.978413 0.0026
C 4602.587 1163.655 3.955285 0.0027 R-squared 0.612820 Mean dependent var 8976.500
Adjusted R-squared 0.574102 S.D. dependent var 2023.954
S.E. of regression 1320.850 Akaike info criterion 17.36095
Sum squared resid 17446458 Schwarz criterion 17.44177
Log likelihood -102.1657 Hannan-Quinn criter. 17.33103
F-statistic 15.82777 Durbin-Watson stat 0.886441
Prob(F-statistic) 0.002608
41
Pertumbuhan Ekonomi meningkat sebesar 1 % maka Angkatan Kerja/Kesempatan
Kerja akan naik sebesar 635 orang.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Barat selama periode tahun
2004 sampai dengan tahun 2015 menunjukan terjadinya penurunan yang
drastis pada tahun 2005. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 sebesar
9.4 persen sedangkan pada tahun 2005 turun sangat drastic hamper
mencapai kelipatan dua sebesar -13.15 persen. Ini disebabkan karena pada
akhir tahun 2004 Kabupaten Aceh Barat merupakan wilayah yang terbesar
terkena dampak bencana alam gempa bumi dan tsunami yang melanda
Provinsi Aceh. Hampir 2/3 wilayahnya terkena langsung dengan bencana
alam yang menyebabkan hancurnya perekonomian wilayah tersebut.
Namun demikian mulai tahun 2006 pertumbuhan ekonomi Aceh Barat
perlahan-lahan bangkit lagi, ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang terus positif.
2. Tingkat tenaga kerja di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2004-2015 sangat
fluktuatif, namun secara keseluruhan mengalami trend yang meningkat.
Pada tahun 2005 tingkat jumlah tenaga kerja di Provinsi Aceh meningkat
sebesar 13.266 orang dari tahun sebelumnya yang hanya 13.088 orang.
Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan yang signifikan yaitu jumlah
43
kesempatan kerja hanya sebesar 7.818 orang saja. Namun di tahun-tahun
selanjutnya kembali mengalami kenaikan walaupun tidak begitu signifikan.
3. Dari hasil estimasi penelitian didapati bahwa pertumbuhan ekonomi
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja
di Aceh Barat.
4. Uji F menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 30,03 dan uji Ftabel sebesar 3,95
dengan demikian maka nilai Fhitung 30,03> Ftabel 3,95 hal ini berarti bahwa
variabel pertumbuhan ekonomi secara simultan berpengaruh terhadap
kesempatan kerja di Aceh Barat.
5. Nilai Koefesien Determinasi (R-Square) sebesar 0,574 menunjukkan
derajat pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesempatan kerja sebesar
57,4 persen. sementara 42,6 persen lainnya dipengaruhi oleh variabel lain
di luar penelitian.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah harus benar-benar menyadari indikator apa yang mampu
memacu tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik agar sektor-sektor
ekonomi yang ada di Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan
yang baik.
2. Diharapkan kepada pemerintah daerah untuk lebih serius dalam
mamperhatikan kondisi ketenagakerjaan, dengan memperhatikan
pengalokasian anggaran terutama pada pengeluaran pemerintah daerah dalam
44
bidang sumberdaya manusia dan ketenaga kerjaan, guna menciptakan tenaga
kerja yang handal, baik yang mampu mengadopsi teknologi-teknologi baru
sehingga dapat lebih terserap dipasar tenaga kerja, yang kemudian membawa
dampak pengangguran yang terus menurun.
3. Diharapkan kepada semua elemen masyarakat harus memulai prinsip
kewirausahaan, agar dalam mencari kerja tidak hanya manunggu lowongan
kerja, tetapi mampu menciptakan lapangan kerja baru.
4. Diharapkan kepada pemerintah dan lapisan masyarakat supaya mampu
memperbaiki kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) secara optimal dalam
rangka meningkatkan kualitas diri untuk dapat memperoleh pekerjaan
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2004).Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia. Jurnal Ekonomi , Vol 9,desember 2004
Agus Syarip Hidayat. 2005. Analisis Kepekaan Sektor Swasta terhadap Kebijakan
Fiskal Ekspansif. Jurnal Ekonomi, Vol.7. Desember 2005
Ali, Zulfikar. 2004. Analisis Kesemparan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja
Antar Sektor di Kabupaten Aceh Utara. Skripsi. Banda Aceh : Fakultas
Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Syiah Kuala
Badan Pusat Statistik Propinsi. (2014). Statistik Indonesia. Kabupaten Aceh Barat
Bank Indonesia. (2011). Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Banda Aceh.
Daryono Soebagiyo. Kausalitas Granger PDRB Terhadap Kesempatan Kerja Di
Provinsi Dati I Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah, Tidak Dipublikasikan, Solo: Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Indonesia
Dornbusch, R dan Fisher, Stanley. (2004). Makro Ekonomi. Edisi IV, Cetakan VI,
Alih Bahasa : Julius A. Muliadi. Erlangga. Jakarta.
Dumairy. 2009. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga
Inggrid (2006). Pembangunan Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal
Ekonomi. Yogyakarta.
Gunawan. 2007. Pengaruh PDRB Terhadap Kesempatan Kerja di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala
Kencana. 2010. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja di Kota Solok (Sebuah
Kajian dengan Menggunakan Metode Kausalitas dan Kointegrasi). Skripsi.
Sumatera Barat: Universitas Andalas
Kuncoro, Hari (2006) Dampak kebijakan fiskal Terhadap Inflasi dan
Pertumbuhan Ekonomi: Suatu Simulasi Model Ekonomi Makro146
Indonesia 1970 – 2003. www.uajy.ac.id/jurnal/kinerja/Vol10-No.1.../Article-
1-V10-N1-06.pdf
Kuncoro, Haryo (2002) Analisis Kebijakan Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indoneisa. Thesis (Tidak Dipublikasikan). FE USU. Medan.
46
Maulana, Riki. 2009. Analisis Hubungan Kausalitas di Antara: Pertumbuhan
Ekonomi, Kesempatan Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi
Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala
Nopirin. (2000). Ekonomi moneter. Edisi Pertama. BPFE UGM, Yogyakarta.
Samuelson, (2004). Makro Ekonomi. Edisi kedua. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Sukirno, Sadono. (2006). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Taswir, (2012) Analisis Pengaruh PDRB Terhadap Kesempatan Kerja di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis (tidak dipublikasikan). Universitas Syiah
Kuala.