12
12 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Berdasarkan pada suatu teori belajar, pada intinya bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang melalui latihan, penyesuaian, dan pengalaman atau pengamatan secara langsung terhadap sesuatu yang memandu perilaku selanjutnya. Peserta didik belajar untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal dalam kegiatan individu maupun kegiatan kelompok. Hal ini didasarkan pada teori perkembangan kognitif yang berasaskan teori Piaget dan Vygotsky bahwa konstruktivisme adalah cabang dari kognitivisme. “Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.” 9 Teori konstruktivisme ini merupakan suatu pandangan bahwa dalam belajar peserta didik mengolah sendiri pengetahuan yang berupa konsep-konsep secara aktif, kemudian peserta didik harus menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan yang baru. Ide dari teori konstruktivisme ini adalah peserta didik aktif membangun pengetahuannya sendiri karena pada dasarnya semua pengetahuan adalah hasil konstruksi dari 9 Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi Pustaka, hal. 13.

BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

  • Upload
    lamkhue

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

12

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah

mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Berdasarkan

pada suatu teori belajar, pada intinya bahwa belajar merupakan suatu perubahan

dalam diri seseorang melalui latihan, penyesuaian, dan pengalaman atau

pengamatan secara langsung terhadap sesuatu yang memandu perilaku

selanjutnya. Peserta didik belajar untuk sampai pada pengalaman belajar yang

optimal dalam kegiatan individu maupun kegiatan kelompok. Hal ini didasarkan

pada teori perkembangan kognitif yang berasaskan teori Piaget dan Vygotsky

bahwa konstruktivisme adalah cabang dari kognitivisme.

“Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa peserta didik harusmenemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama danmerevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.”9

Teori konstruktivisme ini merupakan suatu pandangan bahwa dalam belajar

peserta didik mengolah sendiri pengetahuan yang berupa konsep-konsep secara

aktif, kemudian peserta didik harus menyesuaikan pengetahuan yang diterima

dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan yang baru. Ide dari

teori konstruktivisme ini adalah peserta didik aktif membangun pengetahuannya

sendiri karena pada dasarnya semua pengetahuan adalah hasil konstruksi dari

9 Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta,Prestasi Pustaka, hal. 13.

Page 2: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

13

kegiatan atau tindakan seseorang. Jika peserta didik harus dapat memahami dan

menerapkan pengetahuan, maka peserta didik tersebut harus memecahkan suatu

masalah, menemukan sesuatu serta mengembangkan ide-ide dalam dirinya. Oleh

karena itu dalam proses pembelajaran peserta didik harus aktif sehingga peserta

didik menjadi pusat kegiatan belajar di kelas.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik merupakan penekanan dari

teori konstruktivisme. Hal ini disebabkan selama proses pembelajaran peseta didik

harus berinteraksi dengan masalah agar dapat membuat penyelesaiannya karena

yang akan menerima pengetahuan dari proses pembelajaran tersebut adalah

peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator yang akan membantu peserta didik

dalam memecahkan masalah selama proses pembelajaran berlangsung.

Pandangan konstruktivisme yang berasaskan teori Piaget dan Vygotsky

menjelaskan ada hubungan langsung antara kualitas berpikir peserta didik dengan

aktivitas kelompok selama proses pembelajaran. Pembentukan kelompok menjadi

sangat penting agar peserta didik dapat berinteraksi dengan teman sebayanya.

Kelompok belajar memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif dan

kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan peserta didik kepada teman

sebayanya.

2.2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

“Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah

kooperatif.”10 Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta

10 Ibid, hal. 41.

Page 3: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

14

didik untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar.

“Menurut Slavin (1985), pembelajaran kooperatif adalah suatu modelpembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalamkelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 - 6orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal danHans (2000) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakansuatu cara pendekatan atau serangkaiaan strategi yang khususdirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agarbekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl (1994)menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajarpeserta didik lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolongdalam perilaku sosial.”11

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah strategi yang menggunakan kelompok kecil untuk mendorong

peserta didik aktif belajar bekerja sama mempelajari sesuatu yang dapat

menghasilkan sesuatu pendapat yang sempurna. Pendidikan di semua tingkatan

menghendaki peserta didik belajar kelompok yang mempercayai peranan pada

anggotanya bekerja sama dengan satu sama lain. Sesuai dengan kenyataan bahwa

manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Begitu pula setiap peserta

didik tidak akan bertambah pengetahuannya tanpa belajar bekerja sama dengan

kelompok. Peserta didik aktif belajar kelompok untuk mengetahui beberapa

kegiatan yang bermanfaat baginya, seperti berfikir, bekerja sama, kompromi,

saling mendukung individu-individu dalam melibatkan pada sesuatu kegiatan dan

sebagainya. Pengetahuan yang diperoleh dari belajar bekerja sama yang positif

itulah berguna bagi peserta didik didalam menghadapi kehidupannya sehari-hari

di masa depan.

11 Isjoni, op., cit., hal. 15.

Page 4: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

15

Belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi peserta

didik agar berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan

saling memberikan pendapat. Selain itu dalam belajar biasanya peserta didik

dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu,

pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena peserta didik

dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang

dihadapinya.

Model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu

peserta didik memahami kosep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.

Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik terlibat aktif pada proses

pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi

dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi peserta didik untuk

meningkatkan prestasi belajarnya.

Terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan

pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keragaman, pengembangan keterampilan sosial.

“Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untukmencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yangdirangkum Ibrahim, et al.(2000), yaitu:a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuansosial, juga memperbaiki prestasi peserta didik atau tugas-tugasakademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwamodel ini unggul dalam membantu peserta didik memahamikonsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telahmenunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telahdapat meningkatkan nilai peserta didik pada belajar akademik danperubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar

Page 5: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

16

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik padapeserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjabersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individuTujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaansecara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras,budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi peserta didik daribebagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan salingbergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui strukturpenghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu samalain.

c. Pengembangan keterampilan sosialTujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkankepada peserta didik keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh peserta didik,karena kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasimasalah-masalah social yang semakin kompleks, serta tantanganbagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persainganglobal.”12

Pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki

manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif,

peserta didik dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam

kelompok. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru

dan peserta didik dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan

melalui berbagai tipe, guru dapat memilih tipe yang sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai. Salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yaitu tipe

STAD ( Student Teams Achievement Divisions).

12 Ibid, hal. 39-41.

Page 6: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

17

2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement

Division)

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan model

pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan

pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu

anggota. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari univesitas

John Hopkins. “STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan

bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.”13

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) lebih dikehendaki menekankan pada berbagai ciri pengajaran langsung

yaitu peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk melatih menyelesaikan

masalah. Peserta didik bekerja dalam situasi yang didorong dan dikehendaki

untuk bekerja sama pada suatu tugas yang bersama dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas, sehingga melalui

pembelajaran model STAD ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan seluruh

peserta didik dalam proses pembelajaran.

Lima komponen utama belajar kooperatif tipe STAD yang dikemukakan

oleh Slavin (2011) pada proses pembelajarannya, yaitu: “presentasi kelas, tim,

kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.”14

13 Robert E. Slavin, op., cit., hal. 143.14 Ibid, hal. 143.

Page 7: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

18

Presentasi kelas, dilakukan guru untuk menyampaikan materi. Ini

merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan. Bedanya

Presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut

haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para peserta

didik akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh

selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka

mengerjakan kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

Tim (kerja kelompok), yang setiap kelompoknya terdiri sari empat atau lima

peserta didik. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua

anggotatim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Kuis, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai,

diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas. Para peserta

didik tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

Sehingga, tiap peserta didik bertanggung jawab secara individual untuk

memahami materinya.

Skor kemajuan individual, dihitung berdasarkan skor awal yang sebelumnya

tiap peserta didik diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta

didik tersebut sebelumnya. Peserta didik selanjutnya akan mengumpulkan poin

untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan

dengan skor awal mereka.

Page 8: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

19

Skor tim dihitung berdasarkan pada perolehan skor masing-masing

anggotanya. Kriteria perhitungan skor tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor tes Poin Peningkatan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

Sumber : Isjoni15

Rekognisi tim, penghargaan untuk kelompok ini diberikan berdasarkan

perolehan skor rata-ratayang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok

hebat dan kelompok super.

2.4. Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus

diajarkan di sekolah dasar kelas III. Matematika tersebut terdiri atas bagian-bagian

yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan peserta

didik. Sejalan dengan hal tersebut, mata pelajaran matematika pada jenjang

sekolah dasar menekankan pada pembentukan nalar, sikap, dan keterampilan

peserta didik yang berhubungan dengan pembelajaran matematika itu sendiri.

Mata pelajaran matematika di sekolah dasar digunakan untuk membekali peserta

didik dengan kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Pembelajaran matematika itu sendiri harus memberikan peluang pada peserta

15 Isjoni, op., cit., hal. 76.

Page 9: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

20

didik untuk mencari pengalaman tentang matematika. Menurut Wahyudi dan

Kriswandani, “pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang

sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

(kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan peserta didik belajar matematika

sekolah.”16 Pengertian pembelajaran matematika yang telah dijabarkan tersebut

memberi gambaran bahwa dalam suatu pembelajaran matematika ada guru

sebagai salah satu perancang proses. Proses yang disengaja tersebut kemudian

disebut sebagai proses pembelajaran dan peserta didik sebagai pelaksanaan

kegiatan belajar. Mata pelajaran matematika itu sendiri adalah sebagai objek yang

dipelajari oleh peserta didik.

2.5. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan

beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang

dilakukan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Eni Fuji Hastuti yang berjudul

“Pengaruh Metode Cooperative Learning Model STAD Pada Pelajaran IPS

Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik Kelas IV SD N Ngawen Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2010/2011.” Hasil penelitian ini

setelah dilaksanakan analis data hasil dari uji t-tes diketahui nilai t adalah 4,710

dengan probabilitas signifikan 0.00<0,05, maka terdapat perbedaan yang

signifikan untuk pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning

16 Wahyudi, Kriswandani, 2010, Pengembangan Pembelajaran Matematika SD, Salatiga,Widya Sari, hal. 13.

Page 10: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

21

Model STAD dengan pembelajaran konvensional. Perbedaaan rata-rata berkisar

antara 3,69900 sampai 9,16767 dengan perbedaan rata-rata 6.43333. Dilihat skor

rata-rata hitung prestasi belajar, peserta didik yang pembelajarannya

menggunakan metode Cooperative Learning Model STAD mempunyai skor rata-

rata hitung 72 peserta didik yang pembelajarannya menggunakan metode

konvensional mempunyai rata-rata hitung 65,56 dari hasil uji t-test disimpulkan

bahwa metode Cooperative Learning Model STAD berpengaruh terhadap prestasi

belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS kelas IV SD N Ngawen Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak.

Hasil penelitian yang telah dijabarkan bahwa hasil belajar peserta didik

dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik

daripada dengan pembelajaran konvensional. Hal itu ditunjukkan adanya

perubahan pada hasil belajar peserta didik setelah guru menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran. Namun peneliti

masih ragu apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

sekali pelajaran itu menunjukkan perubahan yang signifikan pada hasil belajar

peserta didik, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan

melakukan pembelajaran secara bertahap (bersiklus) dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

Page 11: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

22

2.6. Kerangka Berfikir

Tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran

matematika akan mencerminkan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran

tersebut. Dalam proses pembelajaran seorang guru dapat memilih metode

pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan diberikan pada peserta didik.

Pada kondiosi awal, guru belum menggunakan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan hasilnya adalah hasil belajar matematika peserta didik

masih rendah. Kemudian guru mengadakan tindakan kelas dalam pembelajaran

matematika. Kegiatan sebelum tindakan kelas dilakukan pada siklus I dengan

menggunakan cara belajar berkelompok dalam pembelajaran konvensional. Pada

siklus II guru sudah melakukan tindakan, yaitu dalam pembelajaran matematika

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri dari 4-5

peserta didik setiap kelompoknya. Sehingga pada kondisi akhir melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, diharapkan hasil

pembelajaran matematika peserta didik kelas III SD Negeri Tlahap meningkat.

Untuk memberikan penjelasan, dapat digambarkan dalam skema kerangka

berpikir sebagai berikut:

Page 12: BAB II - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/884/3/T1_292008137_BAB II.pdfPengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam

23

Gambar I. Kerangka berfikir penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran matematika kelas IIIA.

2.7. Hipotesis Tindakan

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

pembelajaran matematika di kelas III SD Negeri Tlahap Kecamatan Kledung

Kabupaten Temanggung Semester II 2011/2012, dapat:

1. mengembangkan keterampilan sosial.,

2. meningkatkan toleransi terhadap adanya keragaman.,

3. meningkatkan hasil belajar akademik.

Kondisi AwalGuru belum menerapkanmodel pembelajarankooperatif tipe STAD

Kondisi Peserta didik :

Hasil belajar matematikarendah

Dalam pembelajaranmatematika guru mulaimenerapkan modelpembelajaran kooperatiftipe STAD

Siklus I :Peserta didik bekerjadalam kelompok STAD(4-5 peserta didik), dalampembelajaran matematikamateri mengidentifikasisifat dan unsur bangundatar sederhana

Tindakan

Siklus I danSiklus II Dalam pembelajaran

matematika gurumenerapkan modelpembelajaran kooperatiftipe STAD

Siklus II :Peserta didik bekerjadalam kelompok STAD(4-5 peserta didik), dalampembelajaran matematikamateri menggambarbangun datar sederhanasesuai dengan unsurnya

Kondisi Akhir

Diduga melaluipembelajaran kooperatiftipe STAD hasilpembelajaran matematikameningkat