Upload
trinhdieu
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN SARI BUAH STROBERI TERHADAP
KERUSAKAN HISTOLOGIS SEL GINJAL MENCIT
AKIBAT PAPARAN PARASETAMOL
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Pratita Komalasari
G.0009168
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan Judul : Pengaruh Pemberian Sari Buah Stroberi terhadap
Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit Akibat Paparan Parasetamol
Pratita Komalasari, NIM : G.0009168, Tahun : 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada hari ..… , Tanggal ………... 2012
Pembimbing Utama
Nama : Muthmainah, dr., M.Kes.
NIP : 19660702 199802 2 001 ..………………….
Pembimbing Pendamping
Nama : Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D
NIP : 19551021 199412 1 001 ..………………….
Penguji Utama
Nama : E. Listyaningsih S., dr., M.Kes.
NIP : 19640810 199802 2 001 ..………………….
Penguji Pendamping
Nama : Endang Sri Hardjanti, dr., M. Or.PFark.
NIP : 19471007 197611 2 001 ..………………….
Surakarta, 31 Juli 2012
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes
NIP 19660702 199802 2 001
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, …………… 2012
Pratita Komalasari
G.0009168
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Pratita Komalasari, G0009168, 2012. Pengaruh Pemberian Sari Buah Stroberi terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit Akibat Paparan Parasetamol. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Sari buah Stroberi diketahui mengandung vitamin C, antosianin dan asam elagik yang memiliki khasiat sebagai antioksidan kuat dan anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan menguji efek sari buah Stroberi dalam mencegah kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus). Subyek dan Metode : Penelitian menggunakan rancangan penelitian Randomized Controlled Trial (RCT). Sampel sebanyak 28 ekor mencit (Mus musculus) jantan dengan galur Swiss Webster berusia 2-3 bulan, berat badan ± 20 gram dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: KK (akuades), KP I (akuades+parasetamol), KP II (Parasetamol+sari buah Stroberi dosis 416 mg/20 g BB), KP III (Parasetamol+sari buah Stroberi dosis 832 mg/20 g BB). Pemberian perlakuan selama 14 hari, parasetamol diberikan pada hari ke-12, 13, 14. Pada hari ke-15 mencit dikorbankan dengan cara neck dislocation. Setiap mencit diambil ginjal kanan dan kirinya, dari tiap ginjal dibuat 2 irisan secara frontal pada daerah pertengahan ginjal. Tiap irisan dibaca dan dihitung jumlah sel yang rusak dari tiap 50 sel di tubulus proksimal ginjal. Preparat ginjal dibuat dengan metode blok parafin dengan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE). Pengamatan preparat jaringan ginjal menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 1000 kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji One-Way Analysis of Variant (ANOVA) dan Post Hoc test. Hasil Penelitian : Mean kerusakan ginjal KK = 7,61±1,786, KP I= 37,07±2,905, KP II= 29,64±3,540, KP III=22,39±3,403. Diperoleh perbedaan bermakna dari nilai rerata jumlah kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal pada semua pasangan antarkelompok data. Simpulan Penelitian : Pemberian sari buah Stroberi (Fragaria x annanassa) mencegah kerusakan histologis sel ginjal mencit yang dipapar parasetamol, namun belum bisa memberikan efek yang sama seperti kelompok KK (p < 0.001). Kata kunci : Sari buah Stroberi, parasetamol, kerusakan histologis sel ginjal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT Pratita Komalasari, G0009168, 2012. The Influence of Strawberry Essence Toward Histologic Damage Renal Cell of Mice due to Exposure of Paracetamol. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: Strawberry essence is known to contain vitamin C, anthocyanins and elagic acid that has potent antioxidant properties and anti-inflammatory. This study aims to examine the effects of strawberry essence in preventing histologic damage renal cell of mice (Mus musculus). Methods: The study used research designs Randomized Controlled Trial (RCT). A sample of 28 mice (Mus musculus) with male Swiss Webster strain aged 2-3 months, weight 20 grams ± then divided into 4 groups: KK (distilled water), KP I (distilled water+paracetamol), KP II (Paracetamol+Strawberry essence dose 416 mg/20 g BB), KP III (Paracetamol+Strawberry essence dose 832 mg/20 g BB). Providing treatment for 14 days, paracetamol is given on day 12, 13, 14. On day 15th mice were sacrificed by neck dislocation. Each mouse right and left renal were taken, of each renal is 2 slices of the frontal area of the mid renal. Each slice were readed and counted on the number of damaged cells from each of 50 cells in the renal proximal tubule. Renal preparations made by the method of paraffin blocks with Haematoxylin Eosin staining (HE). Observations preparations renal tissue using a light microscope magnification of 1000 times. Data were analyzed by One-Way Analysis of Variant Test (ANOVA) and Post Hoc test. Results: Mean renal KK = 7.61 ± 1.786, 2.905 ± KP I = 37.07, KP II = 29.64 ± 3.540, 3.403 ± KP III = 22.39. Retrieved significant difference from the mean number of damage renal proximal tubular epithelial cells in all pairs between groups. Conclusion: Provision of Strawberry fruit (Fragaria x annanassa) prevents histological damage renal cells of mice exposed to paracetamol, but could not give the same effect as the KK (p < 0.001). Keywords: Strawberry Essence, paracetamol, histologic damage renal cell
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Sari Buah Stroberi terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit Akibat Paparan Parasetamol”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi kepada penulis.
3. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi kepada penulis.
4. E. Listyaningsih S., dr., M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Endang Sri Hardjanti, dr., M. Or. PFark., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Laboratorium Histologi dan Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
7. Papa, Mama, Eyank, Mba Nana, Mba Fitri, Mba Icha, De Ian serta seluruh keluarga besar penulis yang turut memberikan doa, dukungan, dan motivasi, baik material maupun spiritual dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Junn, Prisca, Ratih, Puspa, Sayekti dan teman-teman FK UNS angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang urut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Surakarta, 2012
Pratita Komalasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA .............................................................................................................. ...vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... .. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ....ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ….x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ....xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... .....1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ ….3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. .....3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... .....4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ .....5
1. Tanaman Stroberi ......................................................................... ….5
2. Kandungan Antioksidan Buah Stroberi ...................................... .....6
3. Ginjal ............................................................................................ ...10
4. Parasetamol................................................................................... ...15
5. Kerusakan Ginjal Akibat Toksisitas Parasetamol ...................... ...18
6. Mekanisme Perlindungan Sari Buah Stroberi
Terhadap Kerusakan Ginjal Akibat Paparan Parasetamol......... ...20
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... ...23
C. Hipotesis….. ....................................................................................... ...24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................. ...25
B. Lokasi Penelitian............................................................................... ...25
C. Subjek Penelitian .............................................................................. ...25
D. Desain Penelitian .............................................................................. ...26
E. Identifikasi Variabel ......................................................................... ...28
F. Definisi Operasional Variabel.......................................................... ...29
G. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ ...30
H. Cara Kerja ......................................................................................... ...31
I. Teknik Analisis Data Statistik ......................................................... ...37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian ........................................................................ ...38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
B. Analisis Data ..................................................................................... ...39
BAB V PEMBAHASAN.. ..................................................................................... ...43
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................ ...48
B. Saran .................................................................................................. ...48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ...50
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Setiap 100 g Buah Stroberi
Tabel 4.1. Rerata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Epitel Tubulus Proksimal
Ginjal pada Masing-masing Kelompok Mencit
Tabel 4.2. Hasil Analisis Uji Normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk
Tabel 4.3. Hasil Analisis Uji One-Way ANOVA tentang Pengaruh Pemberian
Sari Buah Stroberi terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit
Akibat Paparan Parasetamol
Tabel 4.4. Hasil Analisis Post Hoc Test Dunnet T3 Tentang Pengaruh
Pemberian Sari Buah Stroberi terhadap Kerusakan Histologis Sel
Ginjal Mencit Akibat Paparan Parasetamol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Buah Stroberi
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1. Skema Desain Penelitian
Gambar 3.2. Skema Pemberian Perlakuan
Gambar 4.1. Histogram Rerata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit
Keempat Kelompok Perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Konversi Dosis Untuk Manusia dan Hewan
Lampiran 2. Tabel Daftar Volume Maksimal pada Pemberian Peroral
Lampiran 3. Tabel Hasil Pengamatan Preparat Histologis Ginjal Mencit
Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Data Penelitian
Lampiran 5. Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Lampiran 6. Gambar Foto Preparat (Fotomikograf)
Lampiran 7. Ethical clearance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara fisiologis, sel-sel dalam tubuh manusia menghasilkan radikal
bebas sebagai hasil dari metabolisme normal. Produksi radikal bebas terus
bertambah akibat paparan toksin dari lingkungan atau iradiasi. Radikal bebas
adalah bentuk atom yang tidak stabil yang mempunyai kemampuan untuk
merusak sel dan merubah gen bila tidak cepat dinetralkan. Keadaan ini lebih
dikenal dengan istilah stres oksidatif (Kamau, 2007). Stroberi merupakan
sumber sangat baik dari fitokimia, terutama antosianin dan asam elagik, yang
memiliki antioksidan kuat dan anti-inflamasi (Basu et al., 2009).
Penelitian tentang Stroberi beberapa tahun belakangan ini sering
dilakukan, penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa Stroberi
memiliki suatu senyawa antioksidan yaitu asam elagik, merupakan zat
fitokemikali yang memiliki daya anti karsinogenik dan anti mutagenik. Asam
elagik tersedia dalam bentuk suplemen, sedangkan pada tumbuhan asam elagik
berada dalam bentuk elligitanin yaitu bentuk asam elagik yang berikatan
dengan molekul gula yang mempunyai kemampuan antioksidan. Kandungan
asam elagik dalam buah Stroberi berkisar antara 0,43 – 4,64 mg per gram berat
kering (Hannum, 2004).
Antosianin merupakan pigmen yang memberikan warna merah keunguan
pada sayur, buah-buahan dan tanaman bunga. Antosianin merupakan senyawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
flavonoid yang dapat melindungi sel dari sinar ultra violet. Selain memberi
warna, komponen ini juga sangat bermanfaat sebagai antioksidan (Astawan dan
Leomitro, 2008).
Stroberi mengandung antioksidan. Meningkatkan konsumsi Stroberi
merupakan cara yang logis untuk meningkatkan asupan antioksidan dan
menurunkan stres oksidatif serta dapat menurunkan risiko kanker (Wolfe et al.,
2008).
Parasetamol merupakan obat yang banyak digunakan oleh masyarakat
secara bebas dan tidak terkendali. Menurut hasil statistik mortalitas di Inggris
tahun 1992, parasetamol menduduki urutan ketiga terbesar penyebab kematian
akibat kelebihan dosis. Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Susunan
Saraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik
dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi
dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual
bebas (Darsono, 2010). Parasetamol yang digunakan dengan dosis berlebihan
dapat menyebabkan efek nefrotoksisitas pada ginjal (Parod dan Dolgin, 1992).
Dosis toksik parasetamol 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang
dewasa berpotensi hepatotoksik. Dosis 4 gram pada anak dan 15 gram pada
dewasa dapat menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis
sentrolobuler hati. Dosis lebih dari 20 gram bersifat fatal dan gagal ginjal akut
(Darsono, 2010). Toksisitas parasetamol disebabkan senyawa electron N-
asetyl-p-benzoquinone imine (NAPQI) yang terbentuk pada metabolisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
parasetamol (Katzung, 1998). Nekrosis hati dan sel-sel tubulus ginjal dapat
terjadi pada penggunan parsetamol dosis berlebih karena akumulasi metabolit
yang reaktif (NAPQI) berikatan secara kovalen dengan sel-sel hati dan tubuli
ginjal (Widodo et al., 1993).
Berdasarkan uraian di atas di mana buah Stroberi mengandung berbagai
antioksidan dan penggunaan parasetamol dosis yang berlebihan dapat
menimbulkan radikal bebas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh
pemberian sari buah Stroberi dalam melindungi ginjal mencit dari radikal
bebas yang disebabkan oleh pemberian parasetamol dosis toksik pada mencit.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah pemberian sari buah Stroberi dapat mencegah kerusakan histologis
sel ginjal mencit (Mus musculus) akibat paparan parasetamol?
2. Apakah peningkatan dosis sari buah Stroberi dapat meningkatkan efek
pencegahan terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus)
akibat paparan parasetamol?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membuktikan apakah pemberian sari buah Stroberi dapat mencegah
kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) akibat paparan
parasetamol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Membuktikan apakah peningkatan dosis sari buah Stroberi dapat
meningkatkan efek pencegahan terhadap kerusakan histologis sel ginjal
mencit (Mus musculus) akibat paparan parasetamol.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
pengaruh sari buah Stroberi terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit
(Mus musculus) akibat paparan parasetamol, sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan dapat lebih mengenalkan manfaat buah
Stroberi sebagai antioksidan pada masyarakat luas, setelah dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan uji klinis.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
mengembangkan buah Stroberi menjadi obat (fitofarmaka) yang
berkhasiat antioksidan, setelah dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan uji klinis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Stroberi
Gambar 2.1. Buah Stroberi segar berwarna merah pada bagian luar buah dikelilingi biji dan daunnya berwarna hijau (Harsi, 2012)
Klasifikasi botani tanaman Stroberi adalah sebagai berikut (Kamaluddin,
2009) :
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Keluarga :Rosaceae
Genus :Fragaria
Spesies :Fragaria spp.
Tanaman yang tergolong sebagai tanaman buah herba ini pertama kali
ditemukan di negara Chili, Amerika. Salah satu spesiesnya yang terkenal
adalah Fragaria Chilioensis L yang menyebar ke berbagai belahan dunia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
seperti Amerika, Eropa, dan Asia. Selain itu ada spesies F Vesca L yang
lebih luas lagi penyebarannya dan jenis Stroberi inilah yang pertama kali
masuk ke Indonesia (Kamaluddin, 2009).
Sekarang ini ada lebih dari 700 macam buah Stroberi yang menyebar
di seluruh penjuru dunia dan yang banyak di temukan di pasar swalayan di
Indonesia adalah Stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var
Duchesne yang dihasilkan dari persilangan F. virgina L var Duchesne asal
Amerika Utara dengan F. Chilioensis L. Var Duchesne asal Chili
(Kamaluddin, 2009).
2. Kandungan Antioksidan Buah Stroberi
Buahnya yang berwarna merah menandakan bahwa buah ini kaya
akan pigmen warna antosianin dan mengandung antioksidan yang tinggi.
Karena kandungan antioksidannya yang tinggi itulah Stroberi mempunyai
khasiat yang sangat banyak. Selain itu Stroberi ternyata kaya vitamin C,
serat, rendah kalori, folat, potasium, serta asam elagik (Kamaluddin, 2009).
Antosianin adalah pigmen yang memberi warna merah, biru, ungu,
violet dan merah keunguan pada buah beri juga pada buah lain, sayuran dan
biji (Seeram, 2006). Antosianin tergolong dalam komponen flavonoid.
Senyawa ini merupakan pigmen pemberi warna merah pada Stroberi.
Antosianin memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah (Tim Karya
Tani Mandiri, 2010). Seperti flavonoid yang lain, antosianin terdapat secara
alami dalam buah dan sayuran sebagai glikosid (Seeram, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Antosianin diyakini mempunyai efek antioksidan yang sangat baik.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Michiagan Amerika
Serikat menunjukkan bahwa anthosianin dapat menghancurkan radikal
bebas, lebih efektif daripada vitamin E yang selama ini telah dikenal sebagai
antioksidan kuat. Sebuah penelitian di Amerika Serikat membuktikan bahwa
anthosianin merupakan antioksidan yang paling kuat di antara kelas
flavonoid lainnya (Astawan dan Leomitro, 2008).
Antioksidan (termasuk vitamin C) merupakan kunci untuk menangkal
penyakit kronis dan mempromosikan kesehatan optimal. Stroberi
merupakan sumber vitamin C. Penelitian menunjukkan bahwa antioksidan
dalam Stroberi secara efisien diserap dalam waktu satu jam setelah dimakan.
Setelah diserap, antioksidan melawan senyawa radikal bebas yang dapat
menyebabkan penyakit kronis (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Vitamin C adalah vitamin larut air yang mempunyai banyak fungsi di
dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Angka kecukupan vitamin C
sehari adalah 75 mg untuk wanita usia 16 tahun ke atas dan 90 mg untuk
pria 16 tahun ke atas (Almatsier, 2009).
Dengan mengkonsumsi delapan buah Stroberi setiap hari, maka
kebutuhan vitamin C dan serat orang dewasa sudah tercukupi. Stroberi
memiliki kandugan vitamin C sebanyak 56,7 mg per 100 gram. Dengan
kandungan vitamin C-nya tersebut diyakini Stroberi mampu mengurangi
risiko terserang penyakit kanker hingga 37% seperti yang dirilis the Iowa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Women’s Health Study, selain itu Stroberi juga diyakini mampu mencegah
kanker payudara dan leher rahim (Kamaluddin, 2009).
Dibanding dengan jeruk, vitamin C buah Stroberi jauh lebih tinggi.
Vitamin C ini terbukti mampu melawan infeksi dan mencegah
berkembangnya sel kanker. Sebagaimana hasil dari penelitian American
Cancer Society. Hasil penelitian lembaga ini menemukan bahwa
mengkonsumsi buah Stroberi dalam jumlah tinggi dapat menurunkan risiko
kanker saluran pencernaan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Selain zat gizi, Stroberi juga mengandung senyawa fitokimia yang
disebut asam elagik, yaitu suatu persenyawaan fenol yang berpotensi
sebagai antikarsinogen dan antimutagen (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Asam elagik adalah bahan kimia fitokimia atau tumbuhan, ditemukan
di raspberry, Stroberi, cranberry, delima dan makanan nabati lainnya. Asam
elagik memiliki sifat anti-kanker. Hal ini dapat bertindak sebagai anti
oksidan dan menyebabkan kematian sel pada sel kanker (Wolfe et al., 2008).
Asam elagik merupakan persenyawaan fenolik alamiah yang
ditemukan pada beberapa famili tanaman, seperti Rosaceae, Fagaceae,
Saxifragaceae, Cunomirutceae dan Myrotharnnaceae. Jenis tanaman dan
famili Rosaceae yang banyak mengandung asam elagik di antaranya
Stroberi dan apel. Pada Stroberi, senyawa tersebut terdapat pada bagian biji,
daun dan daging buah (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Setiap 100 g Buah Stroberi
Kandungan Gizi Nilai Satuan
Air 92 g
Energi 30 Kkal
Protein 0,6 g
Lipid (total) 0,4 g
Karbohidrat 7 g
Serat 0,5 g
Abu 0,4 g
Kalsium 14 mg
Besi 0,4 mg
Magnesium 10 mg
Fosfor 19 mg
Kalium 166 mg
Natrium 1 mg
Zn, Cu dan Mn < 0,5 mg
Vitamin C 56,7 mg
Lemak jenuh 0,02 mg
Lemak tidak jenuh monolipid 0,052 mg
Lemak tidak jenuh polilipid 0,186 mg
Kolestrol 0
Fitasterol 12 mg
Asam amino 522 mg
Sumber: Tim Karya Tani Mandiri (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk kacang yang terletak
pada bagian ventral dinding abdomen bagian dorsal, di bawah diafragma
dan masing-masing terletak pada kedua sisi kolom tulang belakang. Bagian
cembungnya mengarah ke lateral, sedangkan bagian cekungnya ke medial
(Mutschler, 1991). Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-
struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju
dan meninggalkan ginjal (Purnomo, 2008).
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi hal ini tergantung pada jenis
kelamin, umur serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi
klinis didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5
cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara
120-170 gram, atau kurang lebih 0,4% dari berat badan (Purnomo, 2008).
Ginjal diliputi oleh kapsula ginjal yang terdiri atas jaringan
penyambung padat, mempunyai bagian luar (korteks) dan bagian dalam
(medulla) (Junqueira dan Carneiro, 1982).
Fungsi ginjal selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui
urine, ginjal berfungsi juga dalam mengontrol sekresi hormon-hormon
aldosteron dan Anti Diuretic Hormone (ADH) dalam mengatur jumlah
cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D,
menghasilkan beberapa hormon, antara lain: aritropoetin yang berperan
dalam pembentukan sel darah merah, rennin yang berperan dalam mengatur
tekanan darah, serta hormone prostaglandin (Purnomo, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Struktur ginjal secara anatomis terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks
dan medulla ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan
di dalam medulla banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit
fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus kontortus
proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan duktus kolegentes (Purnomo,
2008).
Korteks menduduki ruang antara malphigi piramid dan antara dasar
piramid dan kapsul ginjal. Jaringan korteks pada daerah antara piramid-
piramid membentuk kolum bertini ginjal. Pada potongan ginjal segar,
korteks menunjukkan bercak-bercak merah kecil yang sesuai dengan
kelompoknya vaskuler kusus yang dinamakan renal corpuscles atau badan
malfigi (Junqueira dan Carneiro, 1982).
Pada manusia, medulla ginjal terdiri atas 10-18 struktur yang
berbentuk kerucut atau piramida, malphigi atau piramid medulla, yang dasar
dan pinggir-pingginya berada di dalam zona korteks dan puncaknya
menonjol ke dalam kaliks. Penonjolan ini adalah papila ginjal. Permukaan
tiap-tiap papila ditembus oleh 10-12 lubang-lubang, muara duktus koligents,
membentuk area kribrosa (Junqueira dan Carneiro, 1982).
Dari dasar piramid medulla, tersusun paralel 400-500 tubulus-tubulus
yang panjang, dinamakan medullary rays, menembus korteks. Tiap-tiap
medullary ray terdiri atas duktus koligens yang lurus dikelilingi oleh banyak
bagian tubulus nefron yang sejajar, merupakan unit filtrasi ginjal (Junqueira
dan Carneiro, 1982).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Unsur yang menyusun ginjal adalah nefron. Komponen morfologik
dan fungsional ini yang bertanggung jawab dalam pembentukan urin,
terdapat sekitar 1 sampai 1,2 juta dalam tiap ginjal manusia (Mutschler,
1991). Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar, korpuskulus renal,
tubulus kontortus proksimal, segmen tebal dan tipis, ansa (lengkung) Henle
dan tubulus kontortus distal (Paulsen, 2000). Terdapat dua jenis nefron yaitu
nefron korteks dan nefron jukstamedula. Nefron jukstamedula merupakan
nefron berlengkung panjang yang penting dalam pembentukan gradien
osmotik vertikal medula (Sherwood, 2001).
Pada potongan histologis, perbedaan antara tubulus kontortus
proksimal dan distal, keduanya terdapat dalam korteks dan mempunyai
epitel kubis, didasarkan pada sifat-sifat berikut: Sel-sel tubulus proksimal
lebih besar, mempunyai brush border, dan lebih asidofil karena banyak
mengandung mitokondria. Lumen tubulus distal lebih besar dan karena sel-
sel tubulus distal lebih pendek dan lebih kecil daripada sel-sel tubulus
proksimal, pada potongan yang sama dinding tubulus distal terlihat lebih
banyak sel dan lebih banyak inti. Sel-sel tubulus distal kurang asidofil
daripada sel-sel tubulus proksimal, dan tidak menunjukkan brush border
atau mikrovili yang banyak. Sel-sel tubulus kontortus distal mempunyai
tonjolan-tonjolan lateral, seperti yang terdapat pada bagian basal sel-sel
tubulus proksimal, dan tubulus menunjukkan lamina basalis. Seperti halnya
pada tubulus proksimal, tidak ada batas-batas sel ditemukan pada mikroskop
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
cahaya antara sel-sel tubulus distal yang berdekatan (Junqueira dan
Carneiro, 1982).
Ginjal merupakan organ yang rentan terhadap efek toksik zat-zat
kimia dan obat- obatan. Hal tersebut karena, ginjal menerima 25 persen dari
curah jantung, sehingga sering dan mudah kontak dengan zat kimia dalam
jumlah besar. Selain itu, ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk
kebanyakan obat, sehingga insufisiensi ginjal mengakibatkan penimbunan
obat dan peningkatan konsentrasi dalam cairan tubulus (Price dan Wilson,
1994).
Darah yang membawa sisa-sisa metabolisme tubuh difiltrasi (disaring)
di dalam glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih
diperlukan tubuh mengalami reabsobsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme
mengalami sekresi bersama air membentuk urin. Setiap hari tidak kurang
180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urin 1-2
liter. Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke
sistem pelvikalises ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter
(Purnomo, 2008). Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor,
infundibulum, kaliks major, dan pielum/renalis. Mukosa sistem pelvikalises
terdiri atas epitel transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang
berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ke ureter (Purnomo, 2008).
Korpuskulus ginjal terdiri dari kapsula Bowman dan rumbai kapiler
glomerulus. Kapsula Bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus
proksimal yang dilapisi oleh sel-sel epitel. Sel-sel epitel parietal berbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
gepeng dan membentuk bagian terluar dari kapsula sedangkan sel-sel epitel
viseral jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan melapisi
bagian luar dari rumbai kapiler. Membrana basalis membentuk lapisan
tengah dinding kapiler, terjepit di antara sel-sel endotel membentuk bagian
terdalam dari rumbai kapiler. Tidak seperti sel-sel epitel, sel endotel
berkontak kontinyu dengan membrana basalis. Sel-sel endotel, membrana
basalis, dan sel-sel viseral merupakan tiga lapisan yang membentuk
membrana filtrasi glomerulus. Sel-sel mesangial adalah sel-sel endotel yang
membentuk suatu jaringan kontinyu antara lengkung-lengkung kapiler
glomerulus dan diduga juga berfungsi sebagai jaringan penyokong. Sel-sel
mesangial ini bukan merupakan bagian dari membrana filtrasi (Price dan
Wilson, 1994).
Aparatus jukstaglomerulus merupakan sel-sel otot polos yang
dimodifikasi dengan inti lonjong dan sitoplasma penuh granula sekretorik.
Sekret sel jukstaglomerulus berperan dalam mempertahankan tekanan darah
(Paulsen, 2000). Aparatus jukstaglomerulus terdiri atas tiga macam sel: (1)
sel granuler yang memproduksi dan menyimpan renin, (2) makula densa
yang berisi sel lacis dan sel jukstaglomelurus yang mensekresi renin, (3)
mesangial ekstraglomerular atau sel lacis (Price dan Wilson, 1994).
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan
cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan
melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem
arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat
kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya (Purnomo, 2008).
Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya merupakan 21% dari
curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Arteri renalis memasuki ginjal
melalui hilus bersama dengan ureter dan vena renalis, kemudian bercabang
secara progresif membentuk arteri interlobaris, arteri arkuata, arteri
interlobularis (juga disebut arteri radialis), dan arteriol aferen yang menuju
ke kapiler glomerulus dalam glomerulus di mana sejumlah besar cairan dan
zat terlarut (kecuali protein plasma) difiltrasi untuk memulai pembentukan
urin. Ujung distal kapiler dari setiap glomerulus bergabung untuk
membentuk arteriol efferen yang menuju jaringan kapiler kedua yaitu
kapiler peritubular (Guyton and Hall, 1997). Oleh suatu sistem vena yang
analog dengan sistem arteri, darah vena akan dibawa ke vena renalis
(Mutschler, 1991).
4. Parasetamol
Derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu
banyak dipakai sebagai analgetikum, tetapi pada tahun 1978 fenasetin telah
ditarik dari peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan
karsinogen). Parasetamol berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik tetapi
tidak antiradang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri
yang paling aman juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
analgetiknya diperkuat oleh kafein dengan kira-kira 50% dan kodein (Tjay
dan Rahardja, 2002).
Parasetamol bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin dalam
susunan saraf pusat yang mempengaruhi pusat hipotalamus untuk
pengontrolan suhu tubuh dan tidak memiliki efek anti inflamasi yang
bermakna (Katzung, 1998).
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, dan keadaan lain.
Sebagai analgesik, sebaiknya parasetamol tidak diberikan terlalu lama
karena dapat menimbulkan nefropati analgesik (Wilmana, 2001).
Parasetamol diabsorbsi dari saluran pencernaan dengan cepat dan
lengkap. Dosis terapi dimetabolisme dalam hati melalui konjugasi dengan
glukoronin (60%) dan sulfat (35%). Sebagian kecil (4%) di metabolisme
melalui sistem oksidase sitokrom P450 atau monooksidase P450 menjadi
metabolit antara yang reaktif, yaitu N-asetyl-p-benzoquinone imine
(NAPQI), yang kemudian didetoksikasi oleh glutathione menjadi metabolit
sistein dan metabolit merkapturat (Parod dan Dolgin, 1992).
Pada pemberian parasetamol, selama glutathione tersedia untuk
konjugasi parasetamol, hepatotoksisitas tidak akan terjadi. Namun bila
penggunaan parasetamol berlebihan, glutathione yang terpakai akan lebih
cepat dari regenerasinya dan dengan berjalannya waktu, akhirnya akan
terjadi pengosongan glutathione dan terjadi penimbunan NAPQI. Metabolit
ini terbentuk karena reaksi hidroksilasi oleh sitokrom P450 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
menyebabkan pengikatan kovalen dengan gugusan nukleofilik yang terdapat
pada makromolekul sel seperti protein, DNA, dan mitokondria sehingga
menyebabkan hepatotoksisitas (Hodgson dan Levi, 2000). Kerusakan ginjal
mempunyai sebab yang sama seperti pada hepar (Parod dan Dolgin, 1992).
Reaksi antara NAPQI dengan makromolekul memacu terbentuknya
Radical Oxygen Species (ROS). Selain itu, NAPQI dapat menimbulkan stres
oksidatif, yang berarti bahwa NAPQI dapat menyebabkan terjadinya
peroksidasi lipid (Rubin et al., 2005).
ROS yang terbentuk oleh NAPQI dapat berupa : radikal bebas oksigen
(O2-), hydrogen peroxide (H2O2) dan radikal hidroksil (OH-). O2
- yang
terdapat dalam NAPQI merupakan oksidan bagi sel. O2- ini dapat dinetralisir
oleh Superoxide Dismutase (SOD) dan Cu2+ menjadi hydrogen peroxide
(H2O2). H2O2 merupakan oksidan yang kuat karena dapat bereaksi dengan
berbagai senyawa. Sedangkan radikal hidroksil (OH-) sangat reaktif dan
toksik terhadap sel tubuh karena merusak senyawa-senyawa penting tubuh
yaitu asam lemak tak jenuh, DNA, dan protein (Tjokroprawiro, 1993).
Peroksidasi lipid merupakan bagian dari proses atau rantai reaksi
terbentuknya radikal bebas (Rubin et al., 2005). Lipid peroxide merupakan
hasil peroksidasi radikal hidroksil yang berikatan dengan asam lemak tak
jenuh (komponen glikolipid, fosfolipid dan kolesterol) yang merupakan
penyusun membran sel. Malondialdehid (MDA) merupakan hasil
pemecahan lipid peroxide yang sangat toksik dan merusak, dengan akibat
kematian sel (Mayes, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Toksisitas parasetamol dapat terjadi karena pemakaian berlebih, masa
kerja yang lama atau keduanya (Katzung, 1998). Efek samping paling serius
pada kelebihan dosis akut dari parasetamol tergantung kepada dosis, dapat
menyebabkan nekrosis hati yang fatal. Nekrosis tubulus renalis dan
hipoglikemia dapat juga terjadi setelah menelan dosis tunggal 10-15 gram
(150-250 mg/kg) (Goodman dan Gilman, 2001). Mengkonsumsi 15 gram
(250 mg /kg BB) sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
hepatotoksisitas dengan kerusakan yang timbul berupa nekrosis
sentrolobularis dan dapat pula menyebabkan nekrosis tubulus renal akut
(Katzung, 1998).
Sediaan obat untuk dewasa 300 mg – 1 gram perkali dengan dosis
maksimum 4 gram perhari, untuk anak 6-12 tahun 150-300 mg/kali dengan
dosis maksimum 1,2 gram perhari, untuk anak 1-6 tahun 60-120 mg/kali,
bayi di bawah 1 tahun 60 mg/kali, untuk anak maksimum diberikan 6 kali
sehari (Zubaidin, 1980).
5. Kerusakan Ginjal Akibat Toksisitas Parasetamol
Kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang hidup disebut
nekrosis. Nekrosis juga dapat diartikan sebagai proses perubahan morfologi
sebagai akibat tindakan degenerasi progresif oleh enzim-enzim pada sel
yang terjejas letal (Robbins & kumar, 1995). Nekrosis tampak nyata pada
inti sel. Perubahan-perubahan yang terjadi pada inti akibat nekrosis di
antaranya adalah :
a. Hilangnya gambaran kromatin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Inti menjadi keriput, tidak vesikuler lagi.
c. Inti tampak lebih padat, warnanya gelap hitam (piknosis).
d. Inti terbagi atas fragmen-fragmen, robek (karyoreksis).
e. Inti tidak lagi mengambil warna banyak karena itu pucat dan tidak
nyata (karyolisis) (Saleh, 1979).
Nekrosis pada ginjal merupakan kerusakan yang sering terjadi sebagai
akibat dari pemberian parasetamol dengan dosis toksik (Goodman dan
Gilman, 2001). Pemberian parasetamol dosis toksik dapat menyebabkan
nekrosis pada tubulus-tubulus di ginjal terutama pada tubulus proksimal.
Hal ini dapat terjadi karena pada tubulus proksimal terjadi absorpsi dan
sekresi aktif serta kadar sitokrom P450 lebih tinggi untuk mendetoksifikasi
atau mengaktifkan toksikan sehingga lebih mudah untuk mengalami
kerusakan (Robbins dan Kumar, 1995).
Secara histologis nekrosis tubuler akut nefrotoksik ditandai dengan
sel-sel epitel tubulus yang semakin menipis dan datar, brush border
menghilang, lumen tubulus melebar dan terisi oleh jaringan nekrotik
(Dische, 1995). Sel epitel tubulus ginjal peka terhadap anoksia dan mudah
rusak karena keracunan saat kontak dengan zat-zat yang diekskresi oleh
ginjal. Dengan berjalannya waktu, inti pada sel yang nekrosis akan
menghilang. Sitoplasma akan menjadi masa asidofil suram bergranula.
Regenerasi epitel akan tampak sebagai bentuk aktivitas mitosis pada sel
epitel tubulus proksimal ginjal yang masih ada, apabila penderita dapat
bertahan selama satu minggu (Robbins dan Kumar, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
6. Mekanisme Perlindungan Sari Buah Stroberi terhadap Kerusakan
Ginjal Akibat Paparan Parasetamol
Parasetamol diabsorbsi dari saluran pencernaan dengan cepat dan
lengkap, di metabolisme melalui sistem oksidase sitokrom P450 atau
monooksidase P450 menjadi metabolit antara yang reaktif, yaitu N-asetyl-p-
benzoquinone imine (NAPQI), kemudian didetoksikasi glutathione menjadi
metabolit sistein dan metabolit merkapturat (Parod dan Dolgin, 1992). Pada
penggunaan parasetamol berlebih, glutathione terpakai lebih cepat dari
regenerasinya, dan dengan berjalannya waktu menyebabkan pengosongan
glutathione dan terjadi penimbunan NAPQI. Metabolit ini terbentuk karena
reaksi hidroksilasi oleh sitokrom P450 yang menyebabkan pengikatan
kovalen dengan gugusan nukleofilik yang terdapat pada makromolekul sel
seperti protein, DNA, dan mitokondria sehingga menyebabkan
hepatotoksisitas (Hodgson dan Levi, 2000).
NAPQI dapat menimbulkan stres oksidatif, NAPQI dapat
menyebabkan peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid merupakan bagian dari
proses atau rantai reaksi terbentuknya radikal bebas (Rubin et al., 2005).
Lipid peroxide merupakan hasil peroksidasi radikal hidroksil yang berikatan
dengan asam lemak tak jenuh (komponen glikolipid, fosfolipid dan
kolesterol) yang merupakan penyusun membran sel. Malondialdehid
(MDA) merupakan hasil pemecahan lipid peroxide yang sangat toksik dan
merusak, dengan akibat kematian sel (Mayes, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Antioksidan berpengaruh dalam melindungi ginjal terhadap toksisitas
parasetamol. Sebagai antioksidan, Stroberi mengandung: anthosianin, asam
elagik dan vitamin C (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Suatu penelitian menunjukkan bahwa antosianin mempunyai
antioksidan terkuat dalam kelompok polifenol, bila warna berry lebih gelap
semakin besar kekuatan antioksidan. Antosianin juga memiliki sifat
antiinflamasi (Wolfe et al., 2008). Antosianidin yang merupakan inti
aglikon dari antosianin menyebabkan terbentuknya warna merah, biru, dan
kuning pada sayuran dan buah-buahan. Antosianidin dengan struktur
ortodihidroksifenil pada cincin beta dapat menginduksi apoptosis (kematian
sel) (Astawan dan Leomitro, 2008). Stroberi mengandung antioksidan yang
mampu mencegah dan menghambat efek toksik parasetamol. Kandungan
antioksidan Stroberi berupa anthosianin yang dapat menghancurkan radikal
bebas dalam proses inflamasi. Sehingga mengeliminasi oksigen reaktif
sebagai radikal bebas (Sterling, 2011).
Asam elagik ampuh terhadap anion oksida dan hidroksil anion in
vitro, serta efek perlindungan terhadap peroksidasi lipid. Dalam studi
pemberian asam elagik pada hewan, asam elagik memiliki efek
perlindungan terhadap stres oksidatif. Selain itu asam elagik juga lebih
efektif dalam mengurangi peroksidasi lipid dan meningkatkan glutation
(Ozkaya et al., 2010). Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
kandungan asam elagik pada Stroberi mampu menurunkan kadar sitokrom
P450 yang menjadi mediator terbentuknya metabolit reaktif (Ahn et al.,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1996). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Nixon (1993)
menunjukkan bahwa asam elagik dapat melawan dan menghambat
pertumbuhan sel kanker, sekaligus menghentikan proses mitosisnya
(perkembangbiakan sel). Selain itu juga diketahui mempunyai manfaat
untuk mencegah kerusakan gen P53 oleh sel kanker (Astawan dan Leomitro,
2008).
Vitamin C dikenal sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan
dalam berbagai proses penting, mulai dari pembuatan kolagen (protein
berserat yang membentuk jaringan ikat pada tulang), pengangkut lemak,
pengangkut elektron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi yang
sehat, pengatur tingkat kolestrol, serta pemacu imunitas. Selain itu, vitamin
C sangat diperlukan tubuh untuk menyembuhkan luka dan meningkatkan
fungsi otak agar dapat bekerja maksimal (Astawan dan Leomitro, 2008).
Vitamin C merupakan bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan
bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi (Almatsier,
2009). Vitamin C dapat membantu tubuh memproduksi glutation. Vitamin C
juga merupakan antioksidan yang sangat efektif yang dapat menetralkan
radikal bebas berbahaya dalam proses stres oksidatif. Bahkan dalam jumlah
kecil, melindungi lipid tubuh (lemak), protein, asam nukleat (RNA dan
DNA), dan karbohidrat dari kerusakan oleh radikal bebas dan kerusakan
oksidatif (Stonehaven, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan: : memacu : menghambat
Nekrosis sel ginjal
Lipid peroxidase Kerusakan makromolekul
Parasetamol dosis toksis
Metabolisme oleh P450
meningkat
Peningkatan NAPQI
Pengosongan glutathione Radikal bebas
Stres oksidatif Ikatan kovalen NAPQI dengan makromolekul
Sari buah Stroberi
Kandungan antioksidan meningkat
Anthosianin
Asam elagik
Vitamin C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Pemberian sari buah Stroberi dapat mencegah kerusakan histologis sel
ginjal mencit (Mus musculus) akibat paparan parasetamol.
2. Peningkatan dosis sari buah Stroberi dapat meningkatkan efek
pencegahan terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus
musculus) akibat paparan parasetamol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan
Randomized Controlled Trial (RCT) (Murti, 2006). Peneliti mengadakan
perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu berupa hewan coba di
laboratorium.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus
musculus) jantan dengan galur Swiss Webster berusia 2-3 bulan dengan berat
badan ± 20 gram. Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling
(Murti, 2006). Menurut Purwawisastra (2001), jumlah sampel yang digunakan
berdasarkan rumus Federer yaitu :
(k-1)(n-1) > 15
(4-1)(n-1) > 15
3 ( n-1) > 15
3n > 15+3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
n > 6 ≈ 7
Keterangan :
k : Jumlah kelompok
n : Jumlah sampel dalam tiap kelompok
Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan dalam tiap kelompok
ditentukan sebanyak 7 ekor mencit (n > 6), dan jumlah kelompok mencit yang
ada 4 sehingga penelitian ini membutuhkan sebanyak 28 ekor mencit.
D. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Controlled
Trial (RCT) (Murti, 2006).
KK : (-) O0
KPI: (X1) O1
Random KPII: (X2) O2
KPIII: (X3) O3
Gambar 3.1. Skema Desain Penelitian
Keterangan :
KK : Kelompok kontrol tanpa diberi sari buah Stroberi maupun
parasetamol.
KP I : Kelompok perlakuan I yang diberi parasetamol tanpa diberi
sari buah Stroberi.
KP II : Kelompok perlakuan II yang diberi parastamol dan sari buah
Stroberi dosis I.
Sampel mencit 28 ekor
Bandingkan dengan uji statistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
KP III : Kelompok perlakuan III yang diberi parasetamol dan sari buah
Stroberi dosis II.
(-) : Pemberian akuades peroral sebanyak 0,3 ml/20 g BB mencit
setiap hari selama 14 hari berturut-turut.
X1 : Pemberian akuades peroral sebanyak 0,3 ml/20 g BB mencit
setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan pada hari ke-12,
13, dan 14 diberi parasetamol peroral 5 mg/20 g BB mencit
perhari.
X2 : Pemberian sari buah Stroberi peroral dosis I (416 mg/20 g BB
mencit) setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan pada hari
ke-12, 13, dan 14 diberikan juga parasetamol peroral dosis 5
mg/20 g BB mencit perhari 2 jam setelah pemberian sari buah
Stroberi.
X3 : Pemberian sari buah Stroberi peroral dosis II (832 mg/20 g BB
mencit) setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan pada hari
ke-12, 13, dan 14 diberikan juga parasetamol peroral dosis 5
mg/20 g BB mencit perhari 2 jam setelah pemberian sari buah
Stroberi.
O0 : Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal
piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 50 sel di pars
konvulata korteks ginjal Kelompok Kontrol (KK).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
O1 : Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal
piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 50 sel di pars
konvulata korteks ginjal KP I.
O2 : Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal
piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 50 sel di pars
konvulata korteks ginjal KP II.
O3 : Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal
piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 50 sel di pars
konvulata korteks ginjal KP III.
Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal yang
mengalami piknosis, karioreksis dan kariolisis dilakukan pada hari ke-15
setelah perlakuan pertama diberikan.
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas
Pemberian sari buah Stroberi.
2. Variabel terikat
Kerusakan histologis sel ginjal mencit.
3. Variabel perancu
Variasi genetik, jenis kelamin, umur, berat badan, suhu ruangan, jenis
makanan, kondisi psikologis, keadan awal ginjal, dan reaksi
hipersensitivitas mencit semuanya diseragamkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas dalam penelitian ini
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian sari buah Stroberi
dengan jenis Fragaria x annanassa var Duchesne yang sudah matang.
Pengambilan sari buah Stroberi dengan menggunakan juice extractor. Sari
buah Stroberi diberikan secara per oral dengan sonde lambung dengan dua
dosis, selama 14 hari berturut-turut.
Dosis I : 416 mg/20 g BB mencit/hari, dibeikan pada KP II.
Dosis II : 832 mg/20 g BB mencit/hari, diberikan pada KP III.
Pada dosis II, dua kali dari dosis I untuk melihat adanya perbedaan
pengaruh dosis bertingkat sari buah Stroberi dalam mengurangi kerusakan
ginjal terhadap paparan parasetamol. Skala pengukuran variabel ini adalah
kategorial.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini
Kerusakan histologis sel ginjal mencit. Kerusakan histologis sel ginjal
adalah gambaran mikroskopis sel epitel tubulus proksimal ginjal mencit
yang mengalami kerusakan setelah pemberian parasetamol kemudian diberi
sari buah Stroberi. Kerusakan histologis dinilai dari banyaknya sel yang
mengalami kerusakan dari tiap 50 sel epitel tubulus proksimal di suatu
daerah tertentu pada pars konvulata korteks ginjal.
Tanda-tanda kerusakan sel dinilai dari adanya inti sel yang mengalami
piknosis, karyoreksis, dan karyolisis. Sel yang mengalami piknosis intinya
kisut dan bertambah basofil, berwarna gelap batasnya tidak teratur. Sel yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mengalami karyoreksis inti mengalami fragmentasi atau hancur dengan
meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Sel
yang mengalami karyolisis yaitu kromatin basofil menjadi pucat, inti sel
kehilangan kemampuan untuk menyerap warna dan menghilang begitu saja
(Price dan Wilson, 1994).
Jadi, jika dari 50 sel epitel tubulus proksimal tersebut terdapat 10 sel
epitel tubulus proksimal dengan inti piknosis, 5 sel dengan inti karioreksis,
dan 3 sel dengan inti kariolisis, maka jumlah sel epitel yang mengalami
kerusakan adalah: 10 + 5 + 3 = 18.
Semakin banyak jumlah sel yang mengalami kerusakan maka semakin
berat kerusakan ginjal. Skala ukuran variabel ini adalah skala kontinyu.
G. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Kandang mencit 4 buah masing-masing untuk 7 ekor mencit.
b. Timbangan hewan.
c. Sonde lambung.
d. Alat bedah hewan percobaan (skalpel, pinset, gunting, jarum, meja
lilin).
e. Alat untuk pembuatan preparat histologi.
f. Mikroskop cahaya medan terang.
g. Gelas ukur dan pengaduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
h. Juice extractor
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
a. Makanan hewan percobaan (pelet dan air PAM).
b. Parasetamol.
c. Sari buah Stroberi
d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE.
H. Cara Kerja
1. Persiapan mencit
Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta dan dilakukan
pengelompokan secara random menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri
atas 7 ekor mencit. Sesudah adaptasi, keesokan harinya dilakukan
penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan.
2. Sari buah Stroberi
Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa 2 jam setelah
konsumsi buah Stroberi terdapat peningkatan kadar antioksidan dalam
serum (Cao et al., 1998). Menurut USDA (2007) untuk diet sehat pada
manusia dianjurkan minum 1 gelas sari buah Stroberi perhari, dimana dalam
1 gelas sari buah Stroberi terdiri dari 8 buah Stroberi besar yang kira-kira
setara dengan 160 g Stroberi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Nilai konversi dari manusia (70 kg) ke mencit (20 g) adalah 0,0026
(Ngatidjan, 1991). Jadi dosis untuk mencit adalah 0,0026 x 160 gram =
0,416 gram = 416 mg Stroberi/20 gram BB mencit.
Dari uji pendahuluan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2011)
diketahui bahwa 160 gram Stroberi tanpa pengenceran dihasilkan 100 ml
sari buah Stoberi dengan ampas 34,5 g. Pada pemberian ke mencit ampas
dibuang. Sehingga untuk 100 ml sari buah Stroberi diperoleh dari 160 g
stoberi dikurangi ampas. Sehingga untuk 20 g mencit, diberikan dosis yang
diperoleh dari perhitungan diatas 0,416 g x 100 ml: 125,5 g (diperoleh dari
160 g – 34,5 g), diperoleh hasil 0,33 ml dibulatkan menjadi 0,3 ml.
Dosis sari buah Stroberi diberikan dalam 2 dosis, dosis I: 0,3 ml/20 g
BB mencit perhari dan dosis II: 0,6 ml/20 g BB mencit perhari. Sari buah
Stroberi diberikan secara per oral dengan sonde lambung. Dosis I diberikan
sehari sekali selama 14 hari berturut-turut pada KP II. Dan dosis II diberikan
sehari sekali selama 14 hari berturut-turut pada KP III. Diluar dari jadwal
perlakuan, mencit diberikan makanan pelet dan minum air PAM ad libitum.
3. Parasetamol
LD-50 untuk mencit secara peroral yang telah diketahui adalah 338
mg/Kg BB atau 6,76 mg/20 g BB mencit (Alberta, 2006). Dosis parasetamol
yang dapat menimbulkan efek kerusakan ginjal berupa nekrosis sel epitel
tubulus proksimal ginjal tanpa menyebabkan kematian mencit adalah dosis
3/4 LD-50 perhari (Sabrang,2008). Dosis yang digunakan adalah 338 mg/
Kg BB x 0,75 = 253,5 mg/ Kg BB = 5,07 mg/20 g BB mencit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Parasetamol yang akan digunakan adalah parasetamol drop dimana
setiap 0,1 ml parasetamol drop mengandung 10 mg parasetamol. Dalam
percobaan yang dibutuhkan adalah 5 mg/20 g BB mencit. Jadi parasetamol
yang diperlukan adalah 0,05 ml. Sebanyak 0,05 ml parasetamol akan
disondekan ke dalam lambung mencit 2 jam setelah pemberian sari buah
Stroberi.
Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari ke-
12, 13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini dimaksudkan untuk
menimbulkan kerusakan pada sel epitel tubulus proksimal di daerah pars
konvulata korteks ginjal tanpa menimbulkan kematian pada mencit.
Pemberian parsetamol dengan dosis 5 mg/20 g BB mencit selama 3 hari
berturut-turut dapat menyebabkan kerusakan sel epitel tubulus proksimal
tanpa mengakibatkan kematian pada mencit (Sabrang, 2008).
4. Pengelompokan Subjek
Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Percobaan
berlangsung selama 14 hari. Subjek dikelompokkan menjadi empat
kelompok secara random, dan masing-masing kelompok terdiri dari 7
mencit. Adapun pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:
a. KK : Kelompok kontrol terdiri dari 7 ekor mencit, diberi pelet
dan akuades peroral sebanyak 0,3 ml/20 g BB mencit setiap
hari selama 14 hari berturut-turut.
b. KP I: Kelompok perlakuan I terdiri dari 7 ekor mencit, diberi
akuades peroral sebanyak 0,3 ml/20 g BB mencit setiap hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
selama 14 hari berturut-turut, kemudian pada hari ke-12, 13,
14 juga diberi parasetamol 0,05 ml/20 g BB mencit peroral
perhari.
c. KP II : Kelompok perlakuan II terdiri dari 7 ekor mencit, yang
diberi sari buah Stroberi dosis 0,3 ml/20 g BB mencit per
oral selama 14 hari brturut-turut, dan pada hari ke-12, 13
dan 14 juga diberi parasetamol peroral dosis 0,05 ml/20 g
BB mencit.
d. KP III : Kelompok perlakuan III terdiri dari 7 ekor mencit, yang
diberi sari buah Stroberi dosis 0,6 ml/20 g BB mencit per
oral selama 14 hari brturut-turut, dan pada hari ke-12, 13
dan 14 juga diberi parasetamol peroral dosis 0,05 ml/20 g
BB mencit.
Setiap sebelum pemberian parasetamol dan sari buah Stroberi, mencit
dipuasakan dahulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian
parasetamol dilakukan ± 2 jam setelah pemberian sari buah Stroberi agar
sari buah Stroberi terabsorbsi terlebih dahulu. Di luar jadwal perlakuan,
mencit diberi makan pelet dan minum air PAM ad libitum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 3.2. Skema Pemberian Perlakuan
5. Pengukuran Hasil
Pada hari ke-15 setelah perlakuan diberikan, semua hewan percobaan
dikorbankan dengan cara neck dislocation. Hal ini dilakukan pada hari ke-
15 agar efek dari perlakuan masih tampak nyata. Setiap mencit diambil
ginjal kanan dan kirinya, kemudian dari tiap ginjal dibuat 2 irisan secara
frontal pada daerah pertengahan ginjal (untuk keseragaman) dengan
Akuades 0,3 ml/20 g BB mencit
Sari buah Stroberi 0,6 ml/20 g BB
Sari buah Stroberi 0,3 ml/20 g BB
Akuades 0,1ml Parasetamol dengan dosis 0,05 ml/20 g BB mencit
Perlakuan sampai hari ke-14, dan untuk parasetamol hanya diberikan pada hari ke-12, 13
dan 14. Pembuatan preparat pada hari ke-15.
2 jam
Dipuasakan selama + 5 jam
Sampel 28 ekor mencit
Kelompok Perlakuan I
Kelompok Perlakuan II
Kelompok Perlakuan III
Kelompok Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
ketebalan tiap irisan ginjal + 5–7 µm. Jarak antara irisan satu dengan irisan
yang lain adalah ± 25 irisan. Jadi tiap mencit jumlah preparat yang dibuat
adalah 4, dari tiap mencit didapatkan 2 preparat ginjal kanan dan 2 preparat
ginjal kiri. Sehingga pada tiap kelompok terdapat 4x7= 28 preparat. Dari
tiap preparat dibaca/dihitung jumlah sel yang rusak dari tiap 50 sel di
tubulus proksimal ginjal. Preparat ginjal dibuat dengan metode blok parafin
dengan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE).
Pengamatan preparat jaringan ginjal mula-mula dilakukan dengan
perbesaran 100 kali untuk mengamati seluruh bagian irisan, kemudian
ditentukan tubulus proksimal yang terletak pada pars konvulata korteks
ginjal. Pengamatan dilanjutkan dengan perbesaran 400 kali untuk
mengamati sel epitel tubulus proksimal ginjal. Pengamatan dilakukan
dengan perbesaran 1000 kali untuk melihat dan membedakan inti sel yang
piknosis, karyoreksis dan karyolisis dengan lebih jelas.
Pengamatan dilakukan pada tubulus proksimal ginjal karena pada
tubulus proksimal terjadi absorpsi dan sekresi aktif serta kadar sitokrom P450
lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan sehingga
lebih mudah untuk mengalami kerusakan (Robbins dan Kumar, 1995).
Untuk mengetahui sel-sel epitel tubulus proksimal yang mengalami
kerusakan maka dari tiap irisan (preparat) ditentukan secara acak 1 daerah di
pars konvulata korteks ginjal kemudian pada tiap daerah tersebut dihitung
jumlah sel epitel tubulus proksimal yang mengalami kerusakan dari tiap 50
sel epitel tubulus proksimal yang ada di daerah tersebut. Jadi misalnya dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
suatu preparat dari 50 sel yang diamati ternyata terdapat 10 sel epitel tubulus
proksimal dengan inti piknosis, 5 sel dengan inti karyoreksis, dan 15 sel
dengan inti karyolisis, maka jumlah sel yang mengalami kerusakan dari
preparat tersebut adalah 10 + 5 + 15 = 30.
I. Teknik Analisis Data Statistik
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji One-Way
Analysis of Variant (ANOVA). Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka
dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test. Taraf kepercayaan yang digunakan pada
penelitian ini adalah 95%. Hasil uji statistik ditunjukkan oleh nilai p.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai pengaruh
pemberian sari buah Stroberi terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit
akibat paparan parasetamol, didapatkan data hasil pengamatan gambaran
histologis kerusakan ginjal mencit dari masing-masing kelompok perlakuan.
Data jumlah kerusakan histologis sel epitel tubulus proksimal ginjal dihitung
dari setiap 50 sel pada pars konvulata korteks ginjal mencit. Hasil pengamatan
jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal mencit yang mengalami
kerusakan dengan indikator piknosis, karioreksis, dan kariolisis untuk masing-
masing kelompok dan jumlah total kerusakan disajikan pada lampiran 3.
Sedangkan hasil rerata jumlah kerusakan histologis sel epitel tubulus proksimal
ginjal mencit untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rerata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal pada Masing-Masing Kelompok Mencit
Kelompok Perlakuan Rerata Jumlah SD
Akuades (KK) 7.82 1.786
Parasetamol (KP I) 37.07 2.905
Parasetamol+Stroberi dosis I (KP II) 29.64 3.540
Parasetamol+Stroberi dosis II (KP III) 22.39 3.403
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Jumlah sel yang mengalami kerusakan paling banyak adalah pada KP I
yaitu 37.07 ± 2.905 dan jumlah sel yang mengalami kerusakan paling sedikit
adalah pada kelompok kontrol (KK) yaitu 7.82 ± 1.786.
Gambar 4.1. Histogram Rerata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit Keempat Kelompok Perlakuan
Gambaran histologis (fotomikograf) tubulus proksimal pars konvulata
korteks ginjal mencit Kelompok Kontrol (KK), Kelompok Perlakuan I (KP I),
Kelompok Perlakuan II (KP II), dan Kelompok Perlakuan III (KP III) yang
ditandai dengan piknosis, karyoreksis dan karyolisis dapat dilihat pada
lampiran 6.
B. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diuji secara statistik untuk
mengetahui adanya perbedaan rerata jumlah kerusakan sel epitel tubulus
05
101520
25
30
35
40
KKKP I
KP IIKP III
Rerata jumlah kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
proksimal ginjal mencit yang bermakna antara keempat kelompok. Analisis
data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.
1. Uji normalitas
Uji normalitas terhadap data primer hasil penelitian dilakukan untuk
mengetahui sebaran data penelitian.Persyaratan menggunakan uji One-Way
ANOVA adalah skala ukur kontinyu dan distribusi data normal. Sedangkan
uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil dari uji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk disajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Analisis Uji Normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan p Distribusi Data
Akuades (KK) 0.503 Normal
Akuades+parasetamol (KP I) 0.061 Normal
Parasetamol+Stroberi dosis I (KP II) 0.100 Normal
Parasetamol+Stroberi dosis II (KP III) 0.059 Normal
Dari hasil uji normalitas dapat terlihat bahwa dari masing-masing
kelompok mendapatkan nilai kemaknaan statistik p ≥ 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa data hasil penelitian ini tedistibusi secara normal.
2. Uji One-Way ANOVA
Dari keempat kelompok data primer di atas dilakukan pengujian
dengan uji One-Way ANOVA untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan yang bemakna dari mean jumlah kerusakan sel ginjal pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kelompok data. Hasil perhitungan statistik uji One-Way ANOVA terdapat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Analisis Uji One-Way ANOVA tentang Pengaruh Pemberian Sari Buah Stroberi terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit Akibat Paparan Parasetamol
Kelompok Perlakuan Mean Std. Deviation F p
KK 7.61 1.641 501.949 <0.001
KP I 37.07 2.905
KP II 29.64 3.540
KP III 22.39 3.403
Hasil dari One-Way ANOVA menunjukkan nilai kemaknaan statistik
p < 0.001 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna di antara mean jumlah kerusakan sel ginjal pada keempat
kelompok mencit.
Pada perangkat statistik uji One-Way ANOVA dengan menggunakan
program SPSS, terdapat uji Homogenity of Variance yang menunjukkan
nilai p < 0,001. Sehingga varian data tidak homogen. Data uji Homogenity
of Variance dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 3.
3. Post Hoc Test Dunnet T3
Analisis statistik dengan menggunakan Post Hoc Test digunakan
untuk mengetahui di mana letak perbedaan di antara pasangan kelompok
mencit. Karena varian data pada penelitian tidak homogen sehingga uji Post
Hoc test yang dipilih adalah Post Hoc Test Dunnet T3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4.4. Hasil Analisis Post Hoc Test Dunnet T3 tentang Pengaruh Pemberian Sari Buah Stroberi terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit Akibat Paparan Parasetamol
Kelompok Perlakuan Beda Mean p
KK-KP I -29.46 < 0.001
KK-KP II -22.04 < 0.001
KK-KP III -14.79 < 0.001
KP I-KP II 7.43 < 0.001
KP I-KP III 14.68 < 0.001
KP II-KP III 7.25 < 0.001
Dari hasil Post Hoc test Dunnet T3 di atas diperoleh hasil nilai p <
0,001 untuk semua perbandingan dua kelompok mencit. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rerata jumlah kerusakan sel
epitel tubulus proksimal ginjal yang bermakna pada semua pasangan
antarkelompok data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB V
PEMBAHASAN
Tubulus proksimal adalah segmen terpanjang dari nefron dan merupakan
bagian terbesar dari korteks ginjal. Gambaran sel epitel tubulus proksimal
ginjal secara normal berbentuk kuboid selapis dengan batas sel yang tidak
jelas, sitoplasma eosinofilik bergranula dan inti sel besar, bulat, berbentuk
sferis di tengah sel. Puncak-puncak sel yang menghadap ke lumen tubulus
mempunyai mikrovili cukup panjang yang disebut brush border (Gartner dan
Hiatt, 2007).
Pada penelitian ini, kerusakan struktur sel epitel tubulus proksimal ginjal
dinilai dari jumlah kerusakan histologis sel epitel tubulus proksimal ginjal
berupa piknosis, karioreksis dan kariolisis.
Pada kelompok KK, didapatkan gambaran struktur histologis sel epitel
tubulus proksimal ginjal yang normal, sedangkan pada kelompok KP I
didapatkan kerusakan struktur histologis sel epitel tubulus proksimal ginjal.
Pada kelompok KP II, didapatkan gambaran kerusakan struktur histologis sel
epitel tubulus proksimal ginjal, tetapi lebih baik dibandingkan kelompok KP I,
Sedangkan pada kelompok KP III, didapatkan gambaran histologis sel epitel
tubulus proksimal ginjal yang lebih baik dibandingkan pada kelompok KP II.
Kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding terhadap kelompok
perlakuan dengan parasetamol dan kelompok perlakuan dengan parasetamol
dan sari buah Stroberi. Kelompok kontrol diberikan aquades sebagai plasebo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dan diharapkan kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal yang terjadi
minimal, di mana kerusakan pada kelompok kontrol akan dianggap normal.
Kerusakan sel pada kelompok kontrol terjadi karena proses apoptosis
(kematian sel yang terprogram) yang secara fisiologi dialami oleh semua sel
normal. Setiap sel dalam tubuh akan mengalami penuaan sehingga terjadi
kematian sel dan kemudian digantikan oleh sel-sel baru yang memiliki fungsi
sama melalui proses regenerasi (Cotran, 2007).
Dari penelitian didapatkan hasil data jumlah kerusakan sel ginjal. Data
dari keempat kelompok perlakuan dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk
untuk mengetahui sebaran data penelitian normal atau tidak dan hasilnya
memiliki nilai p ≥ 0,05 yang berarti keempat kelompok memiliki distribusi
normal. Data terdistribusi normal adalah salah satu syarat suatu data dapat
diolah menggunakan uji One-Way ANOVA, selain skala ukur kontinyu.
Uji One-Way ANOVA digunakan untuk mengetahui ada atau tidak
perbedaan yang bermakna dari keempat kelompok. Hasil dari One-Way
ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,001) pada
keempat kelompok sehingga Ho ditolak.
Selanjutnya dengan Uji Post Hoc dapat diketahui letak perbedaan di
antara pasangan-pasangan kelompok. Hasil uji homogenitas varian diperoleh
hasil p < 0,05 berarti data tidak homogen sehingga dipilih Post Hoc Test
Dunnet T3. Selanjutnya, dari hasil uji Post Hoc Test Dunnet T3 didapatkan
perbedaan bermakna pada semua pasangan antarkelompok data, yaitu antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kelompok KK-KP I, KK-KP II, KK-KP III, KP I-KP II, KP I-KP III, dan KP
II-KP III.
Perbedaan bermakna dari nilai rerata jumlah kerusakan sel epitel tubulus
proksimal ginjal antara kelompok KK dan kelompok KPI terjadi karena sel-sel
epitel tubulus proksimal ginjal mencit pada kelompok KP I mengalami
kerusakan akibat pemberian parasetamol dosis toksik, sedangkan sel-sel epitel
tubulus proksimal ginjal mencit pada kelompok KK relatif normal. Hasil
tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa parasetamol dosis toksik
mampu menginduksi kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal akibat
adanya NAPQI yang reaktif dan toksik (Hodgson dan Levi, 2000). Reaksi
antara NAPQI dengan makromolekul sel dapat memacu terbentuknya Radical
Oxygen Species (ROS) yang menciptakan kondisi stres oksidatif, sehingga
kadar radikal bebas dalam tubuh semakin tinggi sedangkan sistem biologis
tubuh untuk menetralkan radikal bebas tersebut menurun. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan sel yang menuju pada kematian (nekrosis sel)
(Winarsi, 2007; Rubin et al., 2005; Mayes, 2003).
Kelompok KP II merupakan kelompok perlakuan dengan pemberian sari
Stroberi dosis 416 mg/20 g BB mencit (dosis I) dan parasetamol dosis toksik,
sedangkan kelompok KP III merupakan kelompok perlakuan dengan
pemberian sari Stroberi dosis 832 mg/20 g BB mencit (dosis II) dan
parasetamol dosis toksik. Hasil analisis data kerusakan sel epitel tubulus
proksimal ginjal pada kelompok KP II dan kelompok KP III menunjukkan
perbedaan bermakna dengan kelompok KK maupun kelompok KP I. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
membuktikan bahwa pemberian sari Stroberi dengan dosis I maupun dosis II
selama 14 hari berturut-turut dapat mengurangi kerusakan sel epitel tubulus
proksimal ginjal mencit akibat pemberian parasetamol dosis toksik, tetapi tidak
dapat mengembalikannya ke kondisi normal seperti pada kelompok KK.
Hasil penelitian menunjukkan rerata nilai kerusakan histologis ginjal
mencit pada kelompok KP II lebih tinggi daripada kelompok KP III.
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna
antara nilai kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal mencit pada KP II dan
KP III demikian pula antara KP III dan KK. Hal ini membuktikan bahwa
peningkatan dosis sari Stroberi dapat meningkatkan efek proteksinya terhadap
kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal mencit yang diinduksi
parasetamol, namun tidak dapat mengembalikan sel epitel tubulus proksimal
ginjal mencit ke kondisi semula.
Stroberi mengandung antioksidan yang mampu mencegah dan
menghambat efek toksik parasetamol. Kandungan antioksidan Stroberi yang
berupa anthosianin dapat menghancurkan radikal bebas dalam proses
inflamasi. Sehingga mengeliminasi oksigen reaktif sebagai radikal bebas
(Sterling, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ahn et al. (1996) menunjukkan
bahwa kandungan asam elagik pada Stroberi mampu menurunkan kadar
sitokrom P450 yang menjadi mediator terbentuknya metabolit reaktif.
Stroberi juga diketahui mengandung Vitamin C merupakan bahan yang
kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
reaksi hidroksilasi (Almatsier, 2009). Vitamin C dapat membantu tubuh
memproduksi glutation juga merupakan antioksidan yang sangat efektif yang
dapat menetralkan radikal bebas berbahaya dalam proses stres oksidatif
(Stonehaven, 2008).
Penelitian oleh Hapsari pada tahun (2011) mengenai kandungan dan
potensi antioksidan dalam sari Stroberi yang dikaitkan dengan paparan asap
rokok mendukung dan sejalan dengan hasil penelitian ini. Kandungan
antioksidan dalam sari Stroberi dapat memberikan efek proteksi terhadap paru
mencit yang dipapar asap rokok berupa pengurangan jumlah kerusakan sel
epitel tubulus proksimal ginjal mencit yang hasilnya relatif optimal karena
hasilnya mendekati dengan kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pemberian sari buah Stroberi (Fragaria x annanassa) dapat mencegah
kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) akibat paparan
parasetamol (p < 0.001).
2. Peningkatan dosis sari buah Stroberi (Fragaria x annanassa) dapat
meningkatkan efek pencegahan terhadap kerusakan histologis sel ginjal
mencit (Mus musculus) akibat paparan parasetamol (peningkatan dosis
memberikan respon), namun belum bisa memberikan efek yang sama seperti
kelompok KK (p < 0.001).
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif dalam sari
buah Stroberi (Fragaria x annanassa) dengan peningkatan dosis yang
bervariasi sehingga diperoleh dosis optimal yang paling berperan sebagai
renoprotektor.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan peningkatan dosis yang lebih
bervariasi sehingga diperoleh dosis yang optimal.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih mengenalkan manfaat
buah Stroberi (Fragaria x annanassa) sebagai antioksidan pada masyarakat
luas.