Upload
vina-nur-aini
View
281
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS DENGAN
METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA FISIKA POKOK
BAHASAN KALOR PADA SISWA KELAS VII SMPN 1 PALIBELO TAHUN
PELAJARAN 2011/2012.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan, dalam
upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan dapat
mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
seperti yang diharapkan. Agar pelaksanaan pendidikan dapat berlangsung sesuai yang
diharapkan, maka perlu mendapatkan perhatian yang serius baik oleh pemerintah,
masyarakat, guru dan orang tua.
Fisika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran fisika telah
diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat SMP sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil observasi di SMPN 1 Palibelo, rata-rata siswa di sekolah tersebut tidak
serius dalam belajar siswa-siswa tersebut cenderung ribut pada saat belajar mengajar
berlangsung, hal ini terjadi dikarenakan guru bidang studi fisika cenderung menggunakan
metode konvensional. Pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak
mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu
bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak
mendengarkan. Di sini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses
pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pen-transfer” ilmu, sementara siswa
lebih pasif sebagai “penerima” ilmu. Sehingga siswa banyak yang tidak tuntas dan memiliki
nilai yang tidak cukup memuaskan..
Menurut observasi yang dilakukan di SMPN 1 Palibelo pada siswa kelas VII hasil
belajar siswa tersebut masih jauh dari yang diharapkan, selain itu masih banyak siswa yang
menganggap mata pelajaran fisika adalah mata pelajaran yang paling menakutkan, dan rara-
rata siswa merasa sulit dalam belajar fisika. Kecemasan seperti inilah yang sangat
mempengaruhi terhadap mental siswa dalam belajar fisika, yang pada akhirnya orang tua dan
siswa sendiri memaklumi apabila prestasi belajar fisikanya rendah. Rendahnya prestasi
belajar fisika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah proses belajar
mengajar. Pembelajaran fisika yang selama ini dilaksanakan oleh guru masih menganut pada
teori tabula rasa John Locke. Teori tersebut menyatakan bahwa pikiran seorang anak adalah
seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan
kata lain, otak seorang anak adalah ibarat botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu
pengetahuan dan kebijaksanaan guru (Sadirman, 2003 : 97) . Berdasarkan asumsi ini dan
asumsi yang sejenisnya, banyak guru yang melakukan kegiatan belajar mengajar sebagai
berikut:
1. Memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa
Tugas seorang guru adalah memberi dan tugas seorang siswa adalah menerima. Guru
memberi informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya.
2. Mengisi botol kosong dengan pengetahuan
Siswa menerima pengetahuan dengan pasif. Guru memiliki pengetahuan yang nantinya akan
dihafal oleh siswa.
3. Mengkotak-kotakkan siswa
Guru mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan memasukkan siswa dalam kategori, siapa
yang berhak naik kelas, siapa yang tidak berhak naik kelas, siapa yang bisa lulus dan siapa
yang tidak lulus. Kemampuan dinilai dengan rangking dan siswa pun direduksi dengan
angka-angka.
4. Memacu siswa dalam kompetensi
Siswa bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang menang.
Orang tua pun saling menyombongkan anaknya masing-masing dan menonjolkan prestasi
anaknya.
Dengan kegiatan belajar mengajar tersebut siswa dianggap sebagai klise orang
dewasa yang pasif dan butuh motivasi dari luar. Karena itu guru mengembangkan kurikulum
yang terstruktur dan menentukan bagaimana siswa harus dimotivasi, dirangsang dan
dievaluasi sehingga berkesan bahwa pembelajaran adalah sekedar pemindahan dan
penyerapan pengetahuan saja sehingga dirasakan kurang bermakna bagi siswa. Oleh karena
itu, saat ini diperlukan pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan makna pembelajaran.
Salah satu pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran fisika dengan pendekatan
konstruktivis. Pendekatan konstruktivis pengetahuan dapat ditemukan, dibentuk dan
dikembangkan oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator serta fasilitator
untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan
pengetahuan. Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana peneliti mengerjakan
sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi
(Emzir, 2007 : 64).
Melalui pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen ini diharapkan di
dalam pembelajaran fisika siswa dapat menggunakan serta mengembangkan pengetahuannya
tersebut untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1 Prestasi belajar siswa yang kurang, karena guru mengajarkan dengan metode konvensional.
2 Guru tidak pernah menggunakan metode konstruktivis dengan metode eksperimen.
C. Batasan Masalah
penelitian ini hanya dibatasi pada:
1 Pengaruh pendekatan pembelajaran konstruktivis dengan metode eksperimen.
2 Peningkatan prestasi belajar siswa dengan metode eksperimen pada pokok bahasan kalor.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan
permasalahan yaitu:
1 Pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen terhadap prestasi
belajar IPA fisika pokok bahasan kalor pada siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2 Metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA fisika untuk pokok bahasan kalor.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1 Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode
eksperimen terhadap prestasi belajar IPA fisika pokok bahasan kalor pada siswa kelas VII
SMPN 1 Palibelo Tahun Pelajaran 2011/2012.
2 Untuk mengetahui metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA fisika untuk
pokok bahasan kalor.
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan dan memajukan pola pikir
peneliti dan pembaca mengenai pengaruh penerapan pendekatan kontruktivis dalam
pembelajaran fisika melalui metode eksperimen terhadap prestasi belajar.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Guru dalam mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku
b. Siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar yang optimal dalam pelajaran
Fisika dengan menggunakan metode yang cocok yang diberikan oleh guru.
c. Diharapkan bisa menjadi bahan acuan sekolah untuk meningkatkan mutu belajar di sekolah
tersebut.
d. Mendapatkan pengetahuan, memperkaya wawasan strategi pembelajaran berikut praktiknya
di lapangan yang berguna bagi pilihan profesi peneliti di masa mendatang.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian mengenai judul proposal ini, maka beberapa
istilah yang terdapat pada judul perlu dijelaskan. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah
sebagai berikut:
1. Pendekatan Konstruktivis
Menurut Lorsbach konstruktivis dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai siswa
sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dan menyesuaikan terhadap
pengalaman pengalaman mereka (Suparno, 2000: 19). Dalam penelitian ini yang dimaksud
pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu
siswa agar memperoleh pengetahuannya sendiri dalam proses belajar dan mengajar dalam
materi kalor.
2. Metode Eksperimen
menurut Emzir (2007 : 64) metode eksperimen adalah metode penelitian yang dapat
menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan sebab akibat, dalam studi peneliti
memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan
mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat.
3. Prestasi Belajar
Menurut Usman (2007 : 5) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan
prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar dimana hasil yang
baik menunjukkan prestasi yang tinggi dan hasil yang tidak baik menunjukkan prestasi yang
rendah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori belajar
Pengertian belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada seseorang yang
terjadi akibat pengalaman. Perubahan tersebut dapat terlihat (overt) atau tidak (covert),
bertahan lama atau tidak, ke arah positif atau negatif pada keseluruhan pribadi atau pada
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara sendiri-sendiri (Dimyati, 2003: 32). Beberapa
teori belajar antara lain:
a. Teori belajar David Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar. Membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya, tetapi pada belajar bermakna materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti, Ausubel dalam (Dimyati, 2003: 32).
b. Teori Bruner
Di dalam proses belajar mengajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui (Slameto, 2003: 2)
c. Teori Belajar dari Piage
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.
Teori perkembangan piaget mewakili kontruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut teori piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif (Trianto, 2007 : 14).
2. Pendekatan Konstruktivis
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori
pembelajaran kontruktivis (constructivist theories of learning).
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.
Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinngi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2007: 13-14).
Kontruktivis merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta , konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Landasan berpikir kontruktivis agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kontruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas Guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengana. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
b. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, danc. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman, pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru (Trianto, 2007: 108-109).
Menurut Yuwono (2003: 3) mendefinisikan pengetahuan awal siswa sebagai fakta, ide-ide atau konsep-konsep, prinsip yang telah dimiliki sebelum secara formal mempelajari konsep-konsep baru. Pengetahuan awal tersebut merupakan pengetahuan pribadi siswa yang terbentuk melalui belajar informal, pengalaman sehari-hari maupun dari belajar formal sebelum mempelajari konsep-konsep baru. Pengetahuan awal siswa mengenai suatu objek disebut dengan konsepsi awal (prakonsepsi), sedangkan pengetahuan awal siswa yang tidak tepat sama dengan pengetahuan yang akan dipelajari disebut miskonsepsi. Pada akhirnya, dalam proses pembelajaran di kelas akan terjadi interaksi antara pengetahuan guru dengan pengetahuan awal siswa yang menghasilkan pengetahuan siswa. Ada beberapa konsep mendasar yang dimunculkan dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis (Mohammad, dkk; 2000: 5).
a. Scaffolding, menurut Vygotsky memunculkan konsep scaffolding memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan mengurangi bantuan serta
memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab yang besar setelah ia dapat melakukannya.
b. Proses Top Down, ini berarti siswa memulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan memecahkan atau menemukan ketrampilan dasar yang diperlukan.
c. Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu kemampuan memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sejawat yang lebih mampu.
d. Pembelajaran kooperatif, menurut Vygotsky perlunya kelas berbentuk kooperatif antar siswa, sehingga dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas dan dapat saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang lebih efektif di dalam masing-masing zone of proximal development mereka.
Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang mengacu teori belajar yang menggunakan pendekatan kontruktivis pada dasarnya
menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan
aktif proses belajar mengajar dimana proses belajar mengajar lebih diwarnai atau dipusatkan
pada siswa dibandingkan guru, dalam pendekatan ini sebagian besar waktu proses belajar
mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.
3. Metode Eksperimen
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan
mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan
proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara
langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional
siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar
konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan
mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri
konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
a. Pengertian Metode EksperimenMetode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melalui suatu proses atau percobaan, Djamarah (2000).
Menurut Roestiyah (2001 :80) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh palendeng (2003 :81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Metode eksperimen menurut Al-farisi (2005 :2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.
b. Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen
1) Keunggulan Metode Eksperimen
Metode eksperimen mempunyai keunggulan sebagai berikut:
a) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku.
b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru
dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
2) Kekurangan Metode Eksperimen
Kekurangan metode eksperimen sebagai berikut:
a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan
eksperimen.
b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran.
c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
3) Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen
Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode manusia dari metode
eksperimen, yaitu sebagi berikut:
a) Hendaknya guru menjelaskan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia
mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen ,
b) Hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah-langkah yang
dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang
diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hl yang perlu dicatat,
c) Bila perlu guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan
d) Guru perlu memberikan dorongan agar siswa mau membandingkan hasil eksperimennya
dengan temannya agar mereka mau mendiskusikannyan kembali bila ada perbedaan-
perbedaan dan kekeliruan-kekeliruan.
Maka yang dimaksud dengan Eksperimen dalam penelitian ini ialah suatu upaya atau
praktek dengan menggunakan peragaan yang ditujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar
supaya semua siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan dari apa yang telah
diperolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan apabila terdapat suatu perbedaan.
4. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kegiatan belajar adalah segala aktivitas yang dilakukan dengan sengaja oleh peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku peserta didik yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai-nilai dan aspirasi (Sudjana, 2000: 96).
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang
dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.
Sehubungan dengan itu, keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau
taraf yaitu:
1) Istimewa/maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,
2) Baik sekali/optimal ababila sebagian besar 76% sampai dengan 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,
3) Baik/minimal apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sampai dengan 75% dapat dikuasai oleh siswa,
4) Kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa (Djamarah, 2006: 107).
Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran tidaklah mudah. Belajar bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dalam merancang dan menggunakan metode, media dan sumber belajar (Sanjaya, 2006: 142).
Pola pembelajaran yang masih tradisional (teacher centered) menjadikan siswa
menganggap proses belajar di sekolah hanya sebagai sebuah formalitas yang harus dijalani
rutin setiap hari.
b. Faktor-Faktor yang Mempengruhi Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Slameto 2003: 54-60), dibagi menjadi dua
bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
1) Faktor InternalFaktor ini terdapat dalam diri siswa antara lain:
a) Faktor kesehatan yang berupa kesehatan jasmani dan kesehatan rohani.b) Faktor intelegensial dan bakat (kemampuan yang dimiliki oleh siswa sejak lahir).c) Faktor minat dan motifasi.d) Faktor cara belajar.e) Faktor minat dan motifasi.f) Faktor cara belajar2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini berasal dari luar individu antara lain:a) Faktor keluarga, yaitu cara orang tua dalam mendidik, hubungan antara anggota keluarga,
suasana rumah yang nyaman serta keadaan ekonomi keluarga.b) Faktor sekolah. Meliputi metode mengajar guru, kurikulum, relasi di sekolah, kelengkapan
fasilitas belajar mengajar, disiplin sekolah.c) Faktor masyarakat, berupa teman bergaul serta hal yang terkait dengan kehidupan sosial
masyarakat dimana siswa berada.d) Faktor lingkungan sekitar, berupa keadaan atau berupa suasana lingkungan tempat tinggal.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil perubahan belajar seseorang sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk angka
(kuantitatif) ataupun dalam bentuk pernyataan (kualitatif) melalui proses penilaian dan
pengukuran terhadap tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar mengajar.
B. Kerangka Berpikir
Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Sebab individu melakukan
interaksi terus menerus dengan lingkungan dan lingkungan tersebut mengalami perubahan.
Lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar adalah lingkungan dimana siswa dapat
melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru berdasarkan pengalaman yang telah
dimilikinya Selain itu proses belajar mengajar juga memerlukan partisipasi aktif dari siswa.
Jadi siswa tidak hanya menerima dan menghafalkan begitu saja materi yang diperolehnya
dari guru, tetapi siswa dituntut untuk menemukan konsep dan mengembangkannya dengan
keadaan lain sehingga belajarnya menjadi lebih dimengerti.
Namun saat ini masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran konvensional,
dimana guru memegang peranan utama sebagai pemberi informasi. Definisi, rumus dan
contoh soal diberikan dan dikerjakan oleh guru. Siswa hanya sekedar menirukan cara
penyelesaian yang dikerjakan guru. Pembelajaran seperti ini terkesan kurang bermakna dan
membatasi pemikiran siswa. Siswa tidak bisa mengeksplorasi ide-idenya karena telah terpaku
pada pola pengerjaan jawaban guru dan menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban yang
benar. Pada akhirnya, siswa akan sangat tergantung pada guru, lebih-lebih dalam
memecahkan masalah yang kompleks.
Pada pembelajaran konstruktivis tugas seorang guru adalah membantu siswa
berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri dengan menyediakan
pengalaman belajar atau kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa. Guru
memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan
mengurangi bantuan serta memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab
yang besar setelah ia dapat melakukannya. Perbedaan pendapat dalam kelas adalah hal yang
biasa dan patut dihargai. Justru dengan adanya perbedaan pendapat tersebut dapat
merangsang siswa untuk menemukan ide-ide baru yang menambah pengetahuan siswa.
Pada pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen siswa diberi
kesempatan untuk melakukan suatu percobaan, mengamati proses serta menulis hasil
percobaannya. metode eksperimen dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau
buku.
Dari uraian di atas dapat diperkirakan bahwa dengan penerapan penggunaan
pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar
IPA fisika siswa dibandingkan dengan metode konvensional atau metode ceramah.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah
Ha : Ada pengaruh penggunaan pendekaan kontruktivis dengan metode eksperimen terhadap
prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo Tahun Pelajaran
2011/2012.
Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan pendekaan kontruktivis dengan metode eksperimen terhadap
prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo Tahun Pelajaran
2011/2012.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis eksperimen. Jenis
eksperimen merupakan suatu cara untuk mengetahui sebab akibat dari dua faktor yang
sengaja di timbulkan oleh peneliti dengan mengurangi faktor-faktor yang lain. Jenis ini selalu
dilakukan untuk melihat akibat dari suatu perlakuan (Sukardi, 2007: 179).
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data berupa nilai atau angka. Dari nilai
tersebut dapat diketahui pengaruh yag ditimbulkan dari suatu perlakuan.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Palibelo
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2011/2012
D. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan dua kelas perlakuan yaitu satu kelas sebagai
kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas pembanding (kontrol). Kedua kelas tersebut
mendapatkan perlakuan berbeda. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan
pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen, dan kelas pembanding (kontrol) di
ajarkan dengan metode konvensional. Selanjutnya, setelah selesai proses pembelajaran pada
materi kalor, di berikan tes kepada dua kelas. Hasil tes yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji-t. Rancangan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas Pre tes Perlakuan Post Tes
Eksperimen
Ya Konstruktivisme Ya
Kontrol Ya Konvensional Ya
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas : pengaruh penerapan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran fisika
dengan metode eksperimen
2. Variabel terikat : hasil belajar siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo
F. Subjek Penelitian
1. Populasi
Menurut Frenkel dan Walen dalam Riyanto (2001: 63), populasi adalah kelompok
yang menarik peneliti sehingga oleh peneliti dijadikan objek untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester 1 SMPN 1
Palibelo tahun pelajaran 2011/2012. Populasinya sebanyak 123 siswa yang terbagi dalam 5
kelas yang terdiri dari kelas VIIA = 25 siswa, VIIB = 25 siswa, VIIC = 25 siswa, VIID = 24
siswa, dan VIIE = 24 Pengaturan pembagian kelas tersebut adalah secara acak dan tidak
berdasar pada rangking sehingga tidak ada kelas unggulan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Jenis sampel yang diambil harus mencerminkan
populasi. Sampel adalah sebagian atau keseluruhan dari populasi yang diteliti (Riyanto, 2001:
64)
Menurut Arikunto (2006: 48) bahwa jika jumlah populasi penelitian kurang dari 100
orang, maka sebaiknya diambil semuanya sebagai sampel atau responden penelitian. Apabila
subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian
populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-
25% atau lebih. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMPN 1
Palibelo dari jumlah populasi yang ada dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu
pengambilan subyek secara acak dimana kelas VIIA = 15 orang, kelas VIIB = 15 orang, kelas
VIIC = 15 orang, kelas VIID = 15 orang, dan kelas VIIE = 10 orang. Kemudian dari sampel
tersebut dibagi menjadi dua kelas yaitu 35 orang kelas eksperimen dan 35 orang sebagai kelas
control dengan syarat keduanya harus homogen.
G. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian eksperimen ini dilakukan melalui tahap-
tahap sebagai berikut :
1. Tahapan Persiapan
Pokok bahasan yang diajukan selama penelitian adalah kalor, langkah pertama yang
dilakukan adalah menyusun perangkat tes awal, tes hasil belajar, serta menyiapkan LKS
siswa sesuai dengan materi. Selanjutnya melakukan uji coba instrumen tes awal dan tes hasil
belajar kemudian dilanjutkan analisis instrumen tersebut.
2. Tahap Eksperimen
Terlebih dahulu melakukan tes awal, kemudian dari hasil tersebut dilakukan eksperimen.
Kelompok eksperimen diajarkan menggunakan pendekatan konstruktivis dengan metode
eksperimen secara kelompok, sedangkan kelompok kontrol diajarkan menggunakan
pendekatan konvensional.
3. Tahap Akhir
Setelah tahap eksperimen dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan tahap akhir untuk
memperoleh data tes hasil belajar IPA fisika, dengan cara tes hasil belajar.
H. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan instrumen
tes sebagai berikut :
1. Tes Awal
Tes kemampuan awal IPA fisika adalah untuk melihat kemampuan awal siswa dari
masing-masing kelompok. Tes kemampuan awal diperoleh dari tes kemampuan siswa kelas
VII( Eksperimen ) dan kelas VII(Kontrol).
2. Alat-alat Eksperimen IPA Fisika
Alat-alat Eksperimen IPA fisika merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam
melakukan eksperimen khususnya materi kalor.
3. Tes Prestasi Belajar
Untuk melihat prestasi belajar siswa, disusun alat ukur yang berbentuk tes objektif.
Semua bitur soal disusun oleh peneliti berdasarkan materi yang diajarkan selama eksperimen
yaitu pokok bahasan kalor.
I. Uji Instrumen
Sebelum instrumen tersebut digunakan diuji cobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kelayakan instrumen tersebut untuk dijadikan instrumen penelitian. Adapun
instrumen yang diujikan meliputi tes awal dan tes hasil belajar IPA fisika. Tujuan dari uji
coba instrumen untuk mengetahui kualaitas tes yang meliputi :
1. Taraf Kesukaran
2. Daya Pembeda
3. Validitas Item
4. Reliabilitas
1. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal ditentukan berdasarkan banyak siswa yang menjawab soal
dengan benar dibagi jumlah seluruh siswa peserta tes. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benarJS = Jumlah Seluruh siswa peserta tes.
tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir SoalNilai Keterangan
0,00 sampai 0,30 Sukar
0,31 sampai 0,70 Sedang 0,71 sampai 1,00 Mudah
( Arikunto, 2004 )
2. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengukur sejauh mana butir soal tertentu
maupun membedakan antara anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai berdasarkan
kriteria tertentu. Untuk menghitung digunakan rumus sebagai berikut :
keterangan : D = daya bedaBA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benarBB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benarJA = banyaknya peserta kelompok atasJB = banyaknya peserta kelompok bawah
Tabel 3.3 Kriteria daya BedaNilai Keterangan
0,00-0,20 Jelek 0,20-0,40 Cukup 0,40-0,70 Baik 0,70-1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2004)
J. Metode Analisa Data
1. Persyaratan Analisis
a. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan umtuk mencari tingkat homogenitas dari kedua varians,
homogenitas kedua varians dapat dilakukan dengan uji F.
Varians adalah rata-rata hitung deviasi kuadrat setiap data terhadap rata-rata hitungnya.
Dengan kriteria pengujian jika Fhitung ≥ Ftabel berarti tidak homogen dan jika Fhitung ≤ Ftabel
berarti homogen pada taraf signifikan 5%.
(Riduwan, 2010 : 179)
Keterangan :varians = skor= rata-rata kelas= jumlah siswa
Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan harga dengan tingkat signifikan 5%. Jika lebih
dari maka kedua varians tersebut adalah homogen (sugiyono,2006)
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah post-test terdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dicari dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat.
Keterangan: χ² = chi-kuadrat fo = frekuensi pengamatan fe = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval (Riduwan, 2010 : 182)
Dengan ketentuan jika χ²hitung ≤ χ²tabel pada taraf signifikan 5% maka populasi
berdistribusi secara normal.
Tabel 3.4. Distribusi FrekuensiNo.
Interval Frekuensi Teoritik
1. x< 2S 2%2. 2S≤x< -S 14% 3. S<x+S 34%4. <x< +S 34%5. +S<x< +2S 14%6. +2S<x 2%
2. Uji Beda ( Uji Hipotesis )
Uji beda (uji t) dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan
prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivis dengan metode
eksperimen
Apabila sampel homogen maka uji beda yang digunakan adalah(sugiyono,2006)
Dimana :
Keterangan : = hitung= rata-rata kelas eksperimen= rata-rata kelas kontrol= skor= varians kelas eksperimen= varians kelas kontrol= jumlah sampel
Jika hipotesis diterima yaitu ada pengaruh penggunaan pendekaan kontruktivis
dengan metode eksperimen terhadap prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor pada siswa
kelas VII SMPN 1 Palibelo Tahun Pelajaran 2011/2012. sebaliknya jika hipotesis ditolak
yaitu tidak ada pengaruh penggunaan pendekaan kontruktivis dengan metode eksperimen
terhadap prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor pada siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo
Tahun Pelajaran 2011/2012.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri dari prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan
konstruktivis dengan metode eksperimen dan hasil belajar siswa dengan pendekatan
konvensnional. Dekskripsi hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Statistik Y1 Y2
Rata-rata (mean) 74,60 56,80
Nilai Maksimum 90 75
Nilai Minimum 50 35
Standar deviasi 11,68 11,73
Nilai maksimum yang diharapkan 100 100
Ketyerangan:
Y1 : prestasi belajar fisika siswa kelas eksperimen
Y2 : prestasi belajar fisika siswa kelas kontrol
1. Hasil Uji Prasyarat Hipotesis
Uji prasyarat dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji prasyarat dalam penelitian
ini terdiri dari uji homogenitas dan uji normalitas.
a. Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan awal kedua
kelompok sampel penelitian. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F
(persamaan 3.5). dari data pre tes yang didapatkan (lampiran ) dan telah dianalisis
menggunakan uji F (lampiran) maka diperoleh hasil dengan Fhitung = 0,95 sedangkan Ftabel =
1,80 sehingga dari hasil yang diperoleh didapatkan Fhitung< Ftabel dan dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok sampel yang digunakan memiliki kemampuan awal yang sama (homogen).
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar siswa darti
kedua kelompok sampel terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Chi-kuadrat (persamaan 3.7). hasil yang di peroleh adalah sebagai berikut:
1) Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Data hasil perhitungan (lampiran) diperoleh dan . Dengan demikian didapatkan <
maka data prestasi belajar untuk kelas eksperimen terdistribusi normal.
2) Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol
Dari hasil perhitungan (lampiran) diperoleh dan . Dengan demikian didapatkan < maka data
prestasi belajar untuk kelas kontrol terdistribusi normal.
2. Hasil Uji Hipotesis
Dari hasil perhitungan statistic uji-t polled varians diperoleh thitung sebesar 12,8 dan
harga ttabel untuk taraf signifikasi 5% dengan derajat kebebasan dk k1 + k2 – 2 = 35 + 35 – 2 =
68 sebesar 1,995 (harga antara dk 60 dan 120). Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel (6,528
> 1,997), maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pokok bahasan kalor yang
diajarkan dengan pendekatan konstruktivis melalui metode eksperimen lebih baik secara
signifikan dari pada siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas
VII semester ganjil SMPN 1 Palibelo tahun Pelajaran 2011/2012 (Lampiran ).
Tabel 4.3 Hasil uji hipotesisthitung ttabel Taraf Dk Keterangan 6,528 1,997 5% 60 -120 Ada
pengaruhB. Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji normalitas ( ) kelas
eksperimen sebesar 6,430 dan kelas kontrol sebesar 6,096 pada taraf signifikan 5%
didapatkan = 11,070. Dengan kriteria , jika < data terdistribusi normal(lampiran) jadi, dari
hasil yang didapatkan pada kelas eksperimen maupun untuk kelas kontrol diperoleh prestasi
belajar fisika siswa pada pokok bahasan kalor terdistribusi normal. Selain itu juga untuk hasil
uji hipotesi diperoleh nilai t 6,528 (lampiran).
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung lebih besar dari ttabel (6,528> 1,997) yang
berarti bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang berbunyi”
ada pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen terhadap
prestasi belajar fisika pokok bahasan kalorsiswa kelas VII SMPN 1 Palibelo tahun pelajaran
2011 / 2012”. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi
pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen mempunyai keefektifan yang signifikan
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang berarti antara prestasi belajar fisika menggunakan pendekatan konstruktivis dengan
metode eksperimen dibandingkan menggunakan pendekatan konvensional.
Dari hasil tes akhir didapatkan bahwanilai rata-rata yang diperoleh oleh kelompok
siswa yang diajarkan menggunakan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen
(kelas eksperimen) yaitu 74,60 lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan
menggunakan pendekatan konvensional (kelas kontrol) 56,80. Oleh karena itu , dapat
dikatakan bahwa penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen memiliki
pengaruh positif terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas VII di SMPN 1 Palibelo.
Pembelajaran fisika bertujuan untuk meningkatkan kjeterampilan berpikir siswa,
mengantarkan siswa membangun sendiri konsepsi dan definisi yang benar, bukan
menginformasikannya. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan pendekatan dan metode yang
benar-benar tepat.
Oleh karena itulah maka salah satu pendekatan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran fisika yaitu pendekatan konstruktivis, karena pelajar sendirilah yang
bertanggung jawab atas hasil belajarnya, membawa pengertiannya yang lama dalam situasi
belajar yang baru, membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari
makna, membandingkannya dengan apa yang telah diketahui serta menyelesaikan ketegangan
antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman baru.
Dengan kata lain, pendekatan konstruktivis dapat membantu siswa untuk mengembangkan
potensi yang ada pada diri mereka dengan cara belajar yang aktif dan kreatif. Namun dalam
hal ini guru tidak lepas tangan begitu saja, melainkan guru bertindak sebagai mediator dan
fasilitator selama pembelajaran berlangsung yang dapat lebih mengarahkan siswa jika suatu
saat konsep yang dikemukakan mengarah pada miskonsepsi.
Pada pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen siswa diberi
kesempatan untuk melakukan suatu percobaan, mengamati proses serta menulis hasil
percobaannya. metode eksperimen dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau
buku.
Dari hasil di atas guru dianjurkan untuk menggunakan pendekatan konstruktivis
dengan metode eksperimen agar siswa lebih termotivasi, dapat menikmati pelajaran fisika
sebagai pelajaran yang menyenangkan dan dapat memperbaiki miskonsepsi pada siswa,
sehingga pembelajaran fisika semakin lama akan semakin baik.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan Rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh penggunaan pendekatan konstruktivis dengan metode eksperimen
terhadap prestasi belajar fisika pokok bahasan kalor siswa kelas VII SMPN 1 Palibelo dari
pada siswa yang diajarkan pendekatan konvensional sangat berpengaruh terhadap prestasi
berlajar siswa
B. Saran
Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengajukan beberapa
saran, antara lain :
1. Kepada pihak pengajar, hendaknya mempertimbangkan pengaruh penggunaan pendekatan
konstruktivis guna meningkatkan prestasi belajar fisika siswa
2. Pada pengajaran fisika dengan metode eksperimen, khususnya pokok bahasan kalor
sebaiknya guru menggunakan metode eksperimen
3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan pengaruh pennggunaan pendekatan konstruktivis dengan
metode eksperimen terhadap prestasi belajar fisika pada pokok bahasan yang lain.
.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Danmara. 2006. Strateg Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimianti dan Mudjiono. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Emzir.2010.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rajawali Pers
Hadi, Sutrisno. 2003. Statistik 2. Yogyakarta : Andi Ofset.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sardiman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT rajaGrafindo Persada.
Sagala, Saiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjana, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kenscana Premada Media Grup.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.
Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Triyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konrtuktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publsher.
Usman, Uzer.2007.Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja RosdaKarya Offset.