Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERBEDAAN JENIS KEMASAN TERHADAP
KADAR AIR, SIFAT ORGANOLEPTIK, DAN UMUR
SIMPAN PADA PRODUK POP MIE DAN INDOMIE DI
PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK.
DIVISI NOODLE CABANG SEMARANG
KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pangan
Oleh :
Aurelius Fernalis Tuji
15.I1.0135
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan penyertaan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan judul
“Pengaruh Perbedaan Jenis Kemasan terhadap Kadar Air, Sifat Organoleptik, dan Umur
Simpan pada Produk Pop Mie dan Indomie Di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Divisi Noodle Cabang Semarang”. Laporan ini ditulis dengan tujuan melengkapi salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Selama kurang lebih satu bulan mengikuti Kerja Praktek dan menulis laporan, penulis
mendapatkan berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan terkait dengan
pengawasan mutu di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang
Semarang mulai dari bahan baku hingga produk akhir. Laporan ini dapat terselesaikan
dengan bantuan berbagai pihak yang dengan setia membimbing serta memberikan
informasi dan dukungan bagi penulis. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP, MSc. Selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang yang telah membantu penulis untuk Kerja Praktek di PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang.
2. Ibu Meiliana, S.Gz, M.S. selaku Koordinator Kerja Praktek Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang sekaligus selaku
Pembimbing Akademik yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama
proses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian Kerja Praktek.
3. Bapak Adi Wiratno selaku HR PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Cabang Semarang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
kerja praktek di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang
Semarang.
4. Bapak Despan Rajagukguk selaku Branch Process Development and Quality
Control Manager PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
ii
Cabang Semarang yang berkenan membantu dan memberi pengarahan bagi
penulis dalam penyusunan laporan.
5. Bapak Boshido Bening Dinala selaku Process Development and Quality Control
Supervisor PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang
Semarang sekaligus selaku Pembimbing Lapangan yang mengarahkan dan
membimbing penulis selama melakukan kerja praktek.
6. Bapak Akhmad Irdiana selaku Quality Control Raw Material Supervisor PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang yang
memberikan bimbingan dan pengarahan selama melakukan kerja praktek.
7. Bapak Priyanto selaku Quality Control Raw Material Section Supervisor PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang yang telah
memberi pengarahan dan bimbingan bagi penulis selama melakukan kerja
praktek.
8. Bapak Sumarno A, Bapak Widi, Bapak Dharu, Ibu Ambar dan segenap
karyawan di bagian Incoming Quality Control PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang yang berkenan membagikan
banyak pengetahuan dan memberi arahan kepada penulis selama melakukan
kerja praktek.
9. Bapak Himawan selaku Process Quality Control PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang yang memberikan informasi
mengenai proses pembuatan mi instan kepada penulis selama melakukan kerja
praktek.
10. Bapak Usman, Bapak Marno B, Bapak Aris, dan Mas Rochmat selaku Quality
Control Analyst di laboratorium PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Cabang Semarang yang berkenan membagikan pengetahuan,
pengalaman, dan memberi kesempatan kepada penulis untuk menganalisa
sampel guna keperluan data penulis.
11. Bapak Amal, Bapak Asmuni, dan Mas Radith selaku Quality Control Finsihed
Good PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang
yang banyak memberikan informasi mengenai produk akhir kepada penulis
selama melakukan kerja praktek.
iii
12. Segenap karyawan dan staf PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Cabang Semarang yang tidak bias penulis sebutkan satu per satu.
13. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung, mendoakan, dan
memberi motivasi kepada penulis selama kerja praktek hingga penulisan laporan
kerja praktek.
14. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang yang telah membantu dalam perizinan dan pemenuhan
syarat Kerja Praktek.
15. Carlos Darma dan Petrus Ari selaku teman seperjuangan dari Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang yang telah banyak membantu dan mendukung
penulis selama kerja praktek dan dalam penyusunan laporan kerja praktek.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini.
Dalam laporan ini, penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan keterbatasan.
Oleh sebab itu, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan maupun hal-hal yang
kurang berkenan bagi para pembaca. Penulis menerima kritik dan saran atas laporan
yang telah disusun. Penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Tekknologi Pertanian Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.
Semarang, Mei 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. vii
1. PENDAHULAN ….......................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang Kerja Praktek ................................................................... 1
1.2.Tujuan Kerja Praktek ................................................................................ 2
1.3.Metode dan Kegiatan Kerja Praktek ......................................................... 2
1.4.Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Kerja Praktek ......................................... 2
2. PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................... 3
3. SPESIFIKASI PRODUK ................................................................................ 8
4. PROSES PRODUKSI ................................................................................... 15
5. PENGAWASAN MUTU............................................................................... 19
6. TUGAS KHUSUS......................................................................................... 25
6.1.Latar Belakang ........................................................................................ 25
6.2.Tujuan ..................................................................................................... 26
6.3.Metode .................................................................................................... 26
6.4.Hasil Pengamatan………........................................................................ 29
7. PEMBAHASAN…….……………………………………………………....31
8. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................34
9. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 35
10. LAMPIRAN .................................................................................................. 37
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Pop Mie dan Indomie Bulan 1 ….............................
30
Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Air Pop Mie dan Indomie Bulan 8 .................................
30
Tabel 3. Uji Organoleptik Pop Mie dan Indomie ...........................................................
31
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Srtuktur Organisasi .................................................................................... 5
Gambar 2. Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. ......................................... 7
Gambar 3.Varian Rasa Produk Indomie ….................................................................. 8
Gambar 4.Varian Rasa Produk Supermie …................................................................ 9
Gambar 5.Varian Rasa Produk Sarimi …..................................................................... 10
Gambar 6.Varian Rasa Produk Pop Mie ….................................................................. 11
Gambar 7.Varian Rasa Produk Sarimi Gelas …........................................................... 12
Gambar 8.Varian Rasa Produk Mi Telur Cap 3 Ayam …............................................ 12
Gambar 9. Varian Rasa Produk Mie Sakura ................................................................ 13
Gambar 10. Diagram alir proses produksi mi instan ………………………………....18
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air Indomie dan Pop Mie .......................................... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang industri mi instan, dengan produk yang
dihasilkan antara lain: Indomie, Sarimi, Supermi, Pop Mie, Sarimi Gelas, Mie Sakura
dan Mi Telur Cap 3 Ayam. Dalam proses produksi dilakukan pengawasan dari mutu
produk yang akan dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan berkualitas dan aman
untuk dikonsumsi. Pengawasan mutu mulai dilakukan dari sumber bahan baku yang
datang untuk digunakan pada proses produksi. Tujuan dari pengawasan mutu itu sendiri
agar bahan yang digunakan dalam pembuatan mi instan berada dalam kondisi baik,
berkualitas dan tidak terjadi penyimpangan dalam proses pembuatannya sehingga aman
untuk dikonsumsi.
Dalam produksi mie instan, produk tersebut dikemas dalam jenis kemasan yang
berbeda-beda. PT. Supernova Flexible Packaging merupakan perusahaan yang bekerja
sama dengan ICBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle, dimana perusahaan ini khusus
memproduksi kemasan Sarimi, Indomie, Supermi, Mie Gelas, Mie sakura, Mie Telur
Cap 3 Ayam yang kemudian akan didistribusikan ke PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Divisi Noodle Semarang. Sedangkan kemasan Pop Mie diproduksi sendiri oleh PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang.
Kemasan Pop Mie dan Indomie terbuat dari bahan yang berbeda. Indomie dikemas
dalam kemasan plastik berbahan Polypropylene sedangkan kemasan Pop Mie berbahan
Polystirene. Hal ini dapat menyebabkan kadar air, sifat organoleptik, serta umur simpan
dari Indomie dan Pop Mie berbeda, dimana umur simpan Indomie yaitu 8 bulan
sedangkan Pop Mie selama 6 bulan. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Cabang Semarang selalu mengawasi mutu mie dengan cara melakukan uji
organoleptik serta menganalisis kadar air blok mie dan bumbunya dari awal setelah
diproduksi hingga masa kadaluarsanya. Hal tersebut dilakukan agar dapat mengontrol
kualitas mie sehingga sesuai standar yang ditetapkan.
2
1.2. Tujuan Kerja Praktek
Tujuan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui pengawasan mutu yang dilakukan
oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang mulai
dari kedatangan bahan baku sampai menghasilkan produk jadi yang siap untuk
dipasarkan sehingga dapat menjaga kualitas dan mempertahankan umur simpan produk.
1.3. Metode dan Kegiatan Kerja Praktek
Metode yang digunakan selama kerja praktek meliputi pengamatan langsung di
lapangan, proses tanya jawab, diskusi dengan pembimbing lapangan. Kegiatan yang
dilakukan selama kerja praktek itu sendiri meliputi orientasi berupa pengenalan
peraturan perusahaan serta hak dan kewajiban penulis selama mengikuti kerja praktek,
praktek langsung di divisi Quality Control (seasoning, pengemasan, tepung, proses
produksi, laboratorium, finished good, dan shelf life).
1.4. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Kerja praktek dilaksanakan oleh penulis di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Divisi Noodle Cabang Semarang yang berada di Jl. Tambak Aji II No. 8 Kelurahan
Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Waktu pelaksanaan kerja praktek selama
26 hari masa kerja dimulai dari tanggal 15 Januari 2018 hingga 15 Februari 2018.
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang adalah salah
satu perusahaan mie instan yang merupakan cabang dari perusahaan yang dimiliki oleh
Salim Group. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Pada awalnya berdiri dengan
nama PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd Cabang Semarang pada tanggal 31
Oktober 1987. Pada tanggal 1 Maret 1994 PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd
bersama dengan perusahaan-perusahaan lainnya bergabung menjadi satu perusahaan
dengan nama PT. Indofood Sukses Makmur. Kemudian pada bulan Oktober 2009 nama
perusahaan tersebut diubah lagi menjadi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
2.2. Lokasi Perusahaan
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang berlokasi di
Jl. Tambak Aji II No. 8 Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang.
Perusahaan ini terletak di dalam kawasan industri di Semarang Barat yang berdekatan
dengan jalan utara Semarang-Jakarta. Hal ini dapat mempermudah proses pengangkutan
bahan baku serta pendistribusian produk. Batas wilayah PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang adalah sebagai berikut:
• Sebelah Barat : PT. Apollo
• Sebelah Timur : PT. Guna Mekar Industri
• Sebelah Utara : PT. Lautan Luas
• Sebelah Selatan : PT. Woi
4
Lokasi pabrik ini tidak berada di dekat tepi jalan raya. Jarak pabrik dari tepi jalan raya
sekitar 1 km. Akan tetapi hal ini tidak mempengaruhi proses pendistribusian dan
transportasi karena lokasi pabrik mudah dijangkau. Luas bangunan pabrik adalah 19.695
m2, sedangkan luas tanahnya yaitu 33.015 m2. Lokasi pabrik ini jauh dari pemukiman
warga karena area tersebut merupakan kawasan industri.
2.3. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang mempunyai
visi dan misi yang realistik, spesifik, dan meyakinkan.
2.3.1. Visi Perusahaan
Visi dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang
adalah menjadi produsen barang-barang konsumsi yang terkemuka.
2.3.2. Misi Perusahaan
Misi dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang
adalah:
• Senantiasa melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan pelanggan, menawarkan
merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi.
• Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan pelanggan.
• Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi, dan teknologi
kami.
• Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara
berkelanjutan.
• Meningkatkan stakeholders’ value secara berkesinambungan.
5
2.3.3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang
adalah “Dengan disiplin sebagai dasar cara hidup kita; Kami menjalankan bisnis kami
dengan integritas; Kami memperlakukan para pemangku kepentingan dengan hormat;
dan bersama-sama kita bersatu untuk mengupayakan keunggulan dan inovasi yang
berkelanjutan.”
2.4. Struktur Organisasi
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang dipimpin oleh
seorang Branch Manager serta dibantu beberapa Kepala Departemen dengan struktur
organisasi sebagai berikut :
Gambar 1. Sruktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang
Semarang terdiri dari beberapa jabatan, dimana tugas masing-masing jabatan adalah
sebagai berikut:
Branch Manager
Memimpin dan mengarahkan seluruh kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan sehingga secara konsisten menghasilkan produk-produk yang berkualitas
dengan jaminan sistem mutu yang selalu terjaga.
Branch Manager
Branch Human Resources Manager
Factory Manager
Branch Process Development and
Quality Control Manager
Finance & Accounting Manager
Area Sales & Promotion Manager
6
Branch Human Resources Manager
Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan Human
Resources, yang meliputi Public Relations, Industrial Relations, Administrasi
Kepegawaian dan Pengupahan, Jaminan Sosial, serta Pelayanan Umum dalam mencapai
tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Factory Manager
Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan
Manufacturing yang meliputi: PPIC, Produksi, Teknik, dan Gudang untuk mencapai
tujuan dari perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Branch Process Development and Quality Control Manager
Mengatur semua kegiatan Departemen Process Developmentand Quality Control dalam
pengendalian mutu untuk menjamin kelancaran dan kelangsungan aktivitas perusahaan.
Finance & Accounting Manager
Merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua kegiatan Finance
Accounting, membuat laporan keuangan dan analisa untuk mendukung kegiatan
operasional perusahaan.
Area Sales & Promotion Manager
Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan
Departemen Marketing untuk mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya.
7
2.5. Logo Perusahaan
Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang
menggunakan dua warna dasar, yaitu merah dan biru dengan pencitraan grafis huruf dan
warna. Warna merah yang menjadi dasar dari logo perusahaan memiliki arti, yaitu
semangat. Sedangkan warna biru menggambarkan geografis Indonesia sebagai negara
kepulauan.
Gambar 2. Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
8
BAB III
SPESIFIKASI PRODUK
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang memproduksi
mi instan dengan berbagai brand, antara lain Indomie, Supermi, Sarimi, Pop Mie, Sarimi
Gelas, dan Mi Telur Cap 3 Ayam dengan karakteristik yang berbeda-beda.
3.1. Indomie
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang memiliki beragam
varian rasa produk Indomie. Indomie kuah meliputi rasa ayam bawang, ayam spesial, soto
mie, soto spesial, soto lamongan, tengkleng, dan kari ayam ekstra bawang goreng; Indomie
goreng antara lain goreng special, goreng pedas, soto, rendang, iga penyet, dendeng balado,
sambal matah, ayam bawang, sambal rica-rica; Indomie goreng jumbo yaitu mi goreng
jumbo spesial dan mi goreng jumbo rasa ayam panggang. Beberapa varian rasa produk
Indomie dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Varian produk Indomie
9
3.2. Supermi
Supermie adalah mi instan yang dilengkapi dengan bumbu dan minyak. Pada tahun
2008, Supermi meluncurkan tiga varian baru yaitu GoBang (goreng bawang), GoSo
(goreng soto), dan GoKar (goreng kari). Kemudian Pada tahun 2013, Supermi
meluncurkan rasa baru yaitu Supermi Rasa Ayam Spesial dengan kaldu ayamnya lebih
mantap lengkap dengan bawang goreng dan saus cabe. Kemudian diluncurkan varian
baru Mi Goreng Rasa Soto Daging, Rasa Ayam Pangsit, dan Mi Goreng Rasa Ayam
Bawang. Beberapa varian rasa produk Supermi
dapat dilihat pada Gambar
4.
Gambar 4. Varian Produk Supermi
10
3.3. Sarimi
Sarimi mempunyai varian rasa, antara lain ayam bawang, ayam + bawang goreng, baso
sapi, dan tongseng ayam. Selain itu, Sarimi juga meluncurkan produk isi 2 dalam satu
kemasan dengan varian rasa meliputi Sarimi isi 2 goreng ayam kecap, soto, kari spesial,
goreng ayam kremes, soto koya jeruk nipis, baso sapi, ayam bawang, tongseng ayam,
dan gulai ayam. Beberapa varian rasa produk Supermi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Varian rasa produk Sarimi
11
3.4. Pop Mie
Pop Mie adalah jenis mie instan dalam bentuk cup. Kemasan cup digunakan supaya
konsumen lebih praktis, cepat, dan dapat disajikan dimana saja. Pop Mie memiliki
berbagai varian rasa diantaranya Pop Mie rasa ayam jumbo, baso jumbo, soto ayam
jumbo, kari ayam jumbo, ayam jumbo, dan baso spesial jumbo. Kemudian pada tahun
2014 Pop Mie meluncurkan produk baru yaitu Pop Mie goreng dengan dua varian rasa
yaitu Pop Mie goreng spesial dan goreng pedas. Kemudian pada tahun 2017 Pop Mie
kembali mengeluarkan varian baru yakni Pop Mie Meaty. Beberapa varian rasa produk
Pop Mie dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Varian produk Pop Mie
12
3.5. Sarimi Gelas
Sarimi Gelas yang diproduksi di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Cabang Semarang memiliki tiga varian rasa, yakni ayam bawang, soto ayam, dan baso
sapi.Beberapa varian rasa produk Sarimi Gelas dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Varian rasa produk Sarimi Gelas
3.6. Mie Telur Cap 3 Ayam
Mi Telur Cap 3 Ayam merupakan produk yang diluncurkan sebagai mi tanpa bumbu
yang dapat diolah sebagai masakan utama dengan berbagai kreasi. Produk ini
diproduksi tanpa proses pengorengan, melainkan dengan proses pengeringan
menggunakan dryer. Mi Telur Cap 3 Ayam terbagi menjadi empat varian yaitu Mi
Telur Cap 3 Ayam Kuning, Mi Telur Cap 3 Ayam Merah, Mi Telur Cap 3 Ayam
Kuning Folded, Mi Telur Cap 3 Ayam Merah Folded. Beberapa varian rasa produk Mi
Telur Cap 3 Ayam dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Varian rasa produk Mi Telur Cap 3 Ayam
13
3.7. Mie Sakura
Mie Sakura memberikan pilihan rasa diantaranya adalah rasa ayam bawang hingga rasa
soto ayam. Beberapa varian rasa produk Mie Sakura dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Varian rasa
produk Mie Sakura
14
BAB IV
PRODUKSI MIE INSTAN
Proses produksi adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan produk jadi yang akan
dipasarkan berdasarkan bahan baku yang ada. Proses produksi yang dilakukan setiap
hari serta tergantung pada permintaan pasar, dan yang bertugas untuk merancang jadwal
produksi tersebut adalah bagian PPIC.
4.1. Bahan Baku
4.1.1. Tepung
Salah satu bahan baku utama pembuatan mie instan adalah tepung terigu. Tepung terigu
memiliki kemampuan membentuk gluten. Gluten merupakan protein elastis yang
umumnya terkandung mie, dan semua jenis bahan pangan yang terbuat dari tepung
terigu. Dalam proses pembuatan roti, gluten bermanfaat untuk mengikat dan membuat
adonan menjadi elastis sehingga mudah dibentuk (Chinachoti, Steinberg, & Villota,
1990)
4.1.2. Air Alkali
Air alkali sangat penting dalam proses pembuatan mi instan yang merupakan campuran
beberapa bahan dengan air. Kandungan flavonoid pada tepung terigu yaitu karotenoid.
Komponen warna terlepas dari pati pada kondisi alkali sehingga flavonoid berpeluang
membentuk warna kuning pada adonan serta mempengaruhi tekstur adonan yaitu
membuat adonan menjadi lebih elastis serta mudah dibentuk untuk proses selanjutnya.
(Oktiarni, Ratnawati, & Anggraini, 2012).
4.1.3. Minyak Goreng
Fungsi dari minyak goreng adalah sebagai medium penggorengan bahan, penghantar
panas, menambah rasa gurih dan kalori dalam bahan makanan (Ketaren, 2008). Minyak
goreng yang digunakan dalam proses pembuatan mi instan di perusahaan ini adalah
15
minyak RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) yang memiliki sifat tekstur
yang kental. Minyak RBDPO ialah minyak inti sawit yang telah dibuat melalui proses
ekstraksi, pemurnian dan penghilangan bau (Anwar, 2012).
4.2. Proses Produksi
4.2.1. Pengayakan Tepung
Pada tahap ini, bahan tepung dimasukkan ke dalam screw dengan menggunakan
perbandingan sesuai dengan produk mi yang akan diproduksi. Selanjutnya tepung yang
masuk ke dalam screw, akan mengalami pengayakan kemudian masuk ke dalam mesin
mixer melalui conveyor spiral. Menurut (Thomas Park, 1967) pengayakan bertujuan
untuk mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk beberapa
proses berikutnya dan mencegah oversize ke dalam proses pengolahan berikutnya.
Dalam proses pengayakan, ukuran mesh yang digunakan adalah 20 mesh.
4.2.2. Pencampuran
Pada proses ini, tepung yang sudah diayak akan dicampur dengan larutan alkali. Kedua
bahan itu akan di campur didalam tanki pencampuran, kemudian adonan dicampur
hingga adonan yang didapatkan homogen. Menurut (Asih Priyati et al, 2016) proses
pengadukan berfungsi untuk membentuk jaringan gluten yang terdapat dalam terigu.
Ketika air ditambahkan, terigu akan mengalami proses pengadukan sehingga jaringan
gluten akan mulai terbentuk. Alat pencampur ini terdiri dari tempat untuk menampung
bahan dan as stainless steel. As stainless steel yang bercabang tegak lurus berfungsi
untuk mencampurkan bahan baku yang berputar akibat adanya puli penggerak. Proses
ini akan memakan waktu selama 10-15 menit. Setelah adonan sudah homogen, maka
adonan akan diarahkan menuju feeder.
16
4.2.3. Pembentukan Lembaran Adonan (Pressing)
Pada proses ini, adonan yang sudah homogen tadi akan dilewatkan pada mesin roll
press yang akan menjadikan adonan menjadi lembaran dengan ketebalan tertentu.
Menurut Matz, (1984), Pembentukan lembaran adonan dapat menghaluskan serat serat
gluten dan membuat lembaran adonan. Selanjutnya, lembaran tersebut menuju slitter
yang berfungsi mengubah lembaran-lembaran itu menjadi untaian mie. Dalam proses
ini, Quality controller bertugas memeriksa keadaan fisik dari lembaran adonan,
ketebalan lembaran adonan, jumlah untaian serta ada tidaknya cemarang benda asing
yang terdapat pada lembaran adonan.
4.2.4. Slitting & Waving
Proses ini merupakan pembuatan lembaran adonan menjadi untaian mi bergelombang
dengan menggunakan mesin slitter. Slitter memiliki standar ketebalannya sendiri-
sendiri berdasarkan jenis mie yang mau diproduksi.
4.2.5. Pengukusan
Setelah melewati mesin slitter, untaian mi akan masuk ke dalam steam box yang dialiri
menggunakan uap panas bersuhu ± 100oC. Pemanasan ini menyebabkan gelatinisasi
pati dan koagulasi gluten. Penyerapan minyak akan berkurang ketika gelatinisasi.
Kemudian gelatinisasi dapat membuat mie menjadi lembut, serta mengubah daya
rehidrasi dari mie itu sendiri. Menurut Suyanti (2008), tahapan pengukusan dilakukan
pada pembuatan mie kering maupun mie instant. Potongan mie dikukus agar kandungan
airnya turun. Pemanasan tersebut menyebabkan gelatinisasi dan koagulasi gluten
sehingga mie menjadi keras dan kuat, kenyal serta tidak menyerap minyak terlalu
banyak saat digoreng.
17
4.2.6. Pemotongan dan Pelipatan
Setelah proses steaming selesai, kemudian dilanjutkan denagn pemotongan untaian mi
dengan menggunakan cutter. Untaian mie dilipat menggunakan folder. Setelah itu akan
ditampung dalam wadah kotak kecil yang digunakan untuk mencetak mie.
4.2.7. Penggorengan
Sebelum dimasukan dalam fryer, dilakukan penirisan terhadap blok-blok mi agar
mengurangi kandungan air yang terkandung akibat proses pengukusan. Proses
penggorengan dilakukan dengan melewatkan blok mi di dalam mangkuk-mangkuk kecil
di ruang penggorengan yang berisi minyak goreng dengan suhu 100oC - 160oC. Proses
penggorengan bertujuan untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari
bahan dengan menggunakan panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut dikurangi
sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya (Winarno,
2002). Kadar air diturunkan dari 32-35% menjadi 3%, dimana kadar air 3% ini
bertujuan agar mi bisa bertahan hingga 7-8 bulan. Minyak yang digunakan juga sudah
dipanaskan menggunakan steam boiler. Setelah proses penggorengan selesai, dilakukan
penirisan.
4.2.8. Pendinginan
Setelah dilakukan penirisan, blok mie dilewatkan pada proses pendinginan di dalam
lorong-lorong dengan fan. Proses pendinginan bertujuan untuk melepaskan sisa uap
panas dari produk dan membuat tekstur mie menjadi keras. Pada proses pendinginan,
suhu pada mi turun menjadi 30o-35oC.
4.2.9. Pengemasan
Sebelum dilakukan pengemasan, diletakkan bumbu atau saus dan juga minyak bumbu
di atas blok mi sesuai dengan flavor yang diproduksi. Pengemasan menggunakan etiket
yang kemudian diletakkan dalam karton-karton. Menurut (Nurminah, 2002)
18
pengemasan dapat diartikan sebagai perlindungan terhadap produk dari segala macam
kerusakan dengan menggunakan suatu wadah tertentu, sehingga dapat melindungi atau
mengawetkan produk agar sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik.
Gambar 10. Diagram alir proses produksi mi instan pada PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk.
Tepung terigu
Pengadukan
Pengepresan sesuai dengan ketebalan yang diinginkan
Pembentukan untaian
(adonan mie menjadi untaian yang bergelombang)
Steaming
Cutting & Folding
Frying
Colling
Pengemasan dengan kemasan
plastik Pengemasan dengan kemasan cup
19
BAB V
PENGAWASAN MUTU
5.1. Pengawasan dan Pengendalian Mutu
Pengawasan dan pengendalian mutu pangan sangat diperlukan agar dapat menghasilkan
produk makanan dengan kualitas yang baik. Menurut Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan menyatakan bahwa pengawasan dan
pengendalian mutu pangan sangat diperlukan agar dapat menghasilkan produk makanan
dengan kualitas yang baik. Sistem pangan merupakan sesuatu yang berhubungan
mengenai pengawasan terhadap kegiatan maupun proses produksi serta peredaran
pangan sampai dikonsumsi oleh konsumen. Mutu pangan merupakan penilaian terhadap
keamanan pangan, komposisi gizi, serta standar dalam perdagangan makanan dan
minuman.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang diwajibkan menerapkan
sistem mutu dalam semua rantai produk dimulai dari pembelian, desain, procurement,
dan produksi sampai distribusi dan penjualan. Standar khusus dalam sistem mutu,
diantaranya ISO 9000 yang merupakan standar manajemen mutu dan jaminan mutu.
Seri ISO 9000 direvisi setiap enam tahun sekali dan pada tahun 2000 dilakukan revisi
ISO 9000 (Guler, Guillén, Macpherson, & Guillen, 2002). Menurut Badan Standar
Nasional (2000) dalam revisi ISO tersebut terdapat empat standar utama , yaitu :
ISO 9000 : Sistem manajemen mutu-konsep dan peristilahan
ISO 9001 : Sistem manajemen mutu-persyaratan
ISO 9004 : Sistem manajemen mutu-panduan
ISO 10011 : Panduan pengauditan sistem mutu
5.2. Standar Pengawasan Mutu
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang memiliki
standar pengawasan mutu. Standarisasi dilakukan secara menyeluruh, mulai dari bahan
20
baku, proses produksi, mesin dan peralatan, tenaga kerja, produk jadi, hingga produk
yang disimpan sampai batas umur simpan maksimum. Menurut Prawirosentono dalam
Pertiwi (2017) menambahkan bahwa mutu dari produk akhir akan dipengaruhi oleh
mutu bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, pengawasan
mutu dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku, dan
sebelum bahan baku digunakan untuk proses produksi. Mi instan yang diproduksi oleh
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang telah
memenuhi standar dan sertifikasi oleh SGS melalui sertifikasi ISO (International
Organization for Standardization).
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang sudah
mempunyai sertifikat ISO 22000, dimana ISO 22000 berkaitan dengan keamanan
pangan serta sertifikat halal yang berlaku untuk semua produk. ISO 22000 merupakan
standar sistem keamanan pangan global mulai dari mengawasi peralatan yang
digunakan serta seluruh rantai pasokan bahan pangan, mulai dari petani, produsen,
pengolah, pengepak, transportasi, dan penjual.
Sejak tanggal 5 Februari 2004 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Cabang Semarang telah memiliki sertifikasi dari badan akreditasi SGS International of
Indonesia yaitu ISO 9001:2000 berkenaan dengan manajemen mutu yang baik untuk
menghasilkan produk barang yang bermutu baik dan sesuai dengan standar yang
berlaku. ISO 9001:2000 menjamin bahwa suatu perusahaan akan memberikan produk
sesuai dengan syarat yang ditentukan melalui permintaan dari konsumen. Selain itu
perusahaan bertanggung jawab mengenai kualitas produk yang dihasilkan. Hal ini
sesuai dengan slogan yang dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Cabang Semarang yaitu “The Symbol of Quality Food”, maka perusahaan akan
selalu menghasilkan produk-produk bermutu tinggi dengan menggunakan bahan baku
yang berkualitas sehingga memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. PT. Indofood
21
CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang melakukan pengawasan
mutu berdasarkan pada SOP (Standarts Operational Procedure) yang berlaku dengan
kebijakan perusahan serta mengikuti standar dari SNI 01-3551-2000 dan CODEX.
5.3. Pengawas Mutu
Pengawasan mutu yang dilakukan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Cabang Semarang dibagi menjadi tiga bagian, antara lain: Incoming Quality
Control (Pengawasan Mutu Bahan Baku), Proses Quality Control (Pengawasan Mutu
Proses Produksi), dan Outgoing Quality Control (Pengawasan Mutu Produk Akhir).
Pengawasan mutu dipimpin oleh seorang BPDQC Manager, dan dilakukan oleh
Departemen PDQC dengan bantuan PDQC Supervisor dalam melaksanakan
pengawasan
mutu. BPDQC bertanggung jawab mengendalikan semua kegiatan Departemen PDQC
dalam aspek proses pengendalian mutu guna menjamin kelangsungan aktivitas
perusahaan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan GLP dan kalibrasi di laboratorium
serta GMP dan HACCP di proses prduksi, mengendalikan semua kegiatan quality
control mulai dari awal hingga hasil pengawasan mutu, mengatur dan merencanakan
pekerjaan, tenaga kerja, dan fasilitas kerja dalam batas standar baku yang selaras dengan
rencana manajemen, serta mengevaluasi kerja staf Departemen PDQC.
5.4. Incoming Quality Control (IQC)
Merupakan pengawasan mutu yang dilakukan terhadap bahan baku yang kemudian akan
digunakan dalam proses produksi sehingga produk yang dihasilkan tidak mengalami
penurunan mutu. Pengawasan mutu pada bahan baku dilakukan pada tepung terigu,
seasoning, minyak, dan pengemasan.
Quality Control Tepung Terigu dan Tepung Tapioka
22
Pada QC Bahan Baku, pengawasan mutu tepung terigu dilakukan secara fisik,
organoleptik, dan kimia. Analisa secara fisik yang dilakukan adalah mengecek
kebocoran
zak, mengecek label produksi pada zak, menimbang tepung per zak, dan mengecek
segel.
Dalam pengecekan ini, zak tidak boleh bocor, label zak harus tertera dan dapat dibaca
dengan jelas, zak harus dalam keadaan tersegel rapi, serta berat tepung terigu 25 kg per
zak dan berat tepung tapioka 50 kg per zak. Sedangkan analisa organoleptik dilakukan
dengan cara melihat bentuk, warna, dan bau tepung, serta mengayak sampel tepung.
Tepung yang masuk dipastikan halal, sesuai standar, dan tidak tercemar dari segala jenis
pengotor. Menurut SNI 3751-2009 bentuk tepung terigu yaitu serbuk dengan bau
normal
(bebas dari bau asing), warna putih khas terigu. Tepung yang diayak harus bebas dari
kotoran, kepompong, dan serangga. Kemudian analisa kimia dilakukan dengan menguji
kadar abu, gluten, dan iron spot. Bersadarkan SNI 3751-2009 tentang tepung terigu,
kadar
abu tepung terigu yang diizinkan maksimal 0,7%.
Quality Control Minyak Goreng
Untuk bahan baku minyak goreng, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Cabang Semarang menggunakan Minyak Kelapa Sawit “Bimoli”, dimana
produk ini merupakan satu group dengan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Divisi Noodle Cabang Semarang. Dalam pengawasan mutu, minyak goreng yang baru
datang dari supplier diambil sampelnya dan dianalisa secara kimia dengan cara
pengujian asam lemak bebas / free fatty acid (FFA). Kadar FFA maksimal yang
diizinkan berdasarkan SNI 7709-2012 tentang minyak kelapa sawit yaitu 0,3%.
Quality Control Seasoning
23
Pada bagian QC Seasoning dilakukan pengawasan mutu bumbu, minyak bumbu, kecap,
sambal, solid ingredient, dan chilli powder yang baru datang dari PT.Indofood CBP
Food Ingredient Division (ICBP FID) Semarang. Pengawasan ini meliputi analisa fisik
dan kimia. Analisa fisik yang dilakukan yaitu penimbangan bumbu per sachet,
pengukuran panjang sambungan untuk bumbu tanpa potong, dan pengecekan kebocoran
kemasan bumbu. Setiap flavor bumbu memiliki standar yang berbeda berkaitan dengan
berat bumbu dan panjang sambungan kemasan. Analisa kimia dengan cara menguji
kadar air bumbu.
Quality Control Pengemas
Pengawasan mutu kemasan dilakukan oleh QC Pengemas. Untuk etiket, analisa yang
dilakukan meliputi pengukuran lebar, pitch, serta ketebalan etiket. Lebar dan pitch etiket
diukur menggunakan penggaris, sedangkan ketebalan etiket diukur menggunakan alat
bernama thickness gauge. Selanjutnya, analisa karton dengan cara menukur panjang,
lebar, dan tinggi karton, serta daya tumpuk karton. Kemudian analisa cup Pop Mie
meliputi pengukuran tinggi, diameter atas, diameter bawah, tebal bibir atas secara
vertikal, tebal cup, serta berat cup. Pengukuran tinggi dan diameter cup menggunakan
penggaris. Pengukuran tebal cup dan tebal bibir atas cup secara vertikal menggunakan
jangka sorong. Pengukuran berat cup menggunakan timbangan analitik. Selain itu,
garpu Pop Mie dianalisa berdasarkan berat, panjang, dan kelendutan garpu.
5.5. Process Quality Controll (PQC)
Setelah Incoming Quality Control, pengawasan mutu terus dilakukan sepanjang proses
produksi yang disebut dengan Process Quality Control (PQC). Pada PQC, analisa
dilakukan terhadap adonan mi dan blok mi, meliputi kadar air dan kadar lemak, air
alkali meliuti pengukuran pH, viskositas, dan specific gravity. Serta analisa minyak
yang terdapat pada fryer dengan analisa kadar free fatty acid (FFA). Analisa ini
dilakukan secara kimiawi oleh QC analis di laboratorium. Selain itu, analisa
24
organoleptik juga dilakukan oleh QC Shelf Life. Untuk blok mi, analisa dilakukan
dengan mengamati warna, aroma, dan tekstur. Warna dan aroma dipastikan normal,
serta tekstur renyah. Pada minyak bumbu diihat warna, bau, dan rasanya. Warna
dipastikan jernih, serta bau dan rasa normal. Bumbu dianalisa berdasarkan warna,
aroma, tekstur, dan rasa. Warna bumbu dipastikan cerah dan normal, tekstur hablur
(tidak cacking) dan rasa normal. Untuk chilli powder analisa dilakukan dengan
mengamati warna, rasa, aroma, dan tekstur. Warna, rasa, dan aroma dipastikan normal,
serta tekstur hablur. Pada kecap dan minyak kecap analisa dilakukan berdasarkan warna
dan kekentalan. Warna dipastikan normal dan tidak terlalu kental (dapat mengalir).
Selanjutnya, analisa bawang goreng dan solid ingredient dilakukan dengan mengamati
tekstur, kerenyahan, rasa, aroma, dan warna. Aroma, rasa, dan warna dipastikan normal
dan tekstur renyah. Selain itu, analisa terhadap air minum dan total dissolve solid (TDS)
air limbah juga turut dilakukan menggunakan analisa kimiawi oleh QC analis di
laboratorium. Analisa TDS bertujuan untuk menentukan tahap pegolahan limbah yang
harus dilakukan.
5.6. Outgoing Quality Controll (OQC)
Setelah melalui IQC dan PQC, tahap akhir pengawasan mutu yaitu Outgoing Quality
Control (OQC). Pada tahap ini, analisa dilakukan terhadap produk jadi yang siap untuk
didistribusikan. Pengawasan mutu yang dilakukan meliputi pengecekan kode produksi
dan expired date, kebocoran kemasan, kelayakan karton, serta berat mi per bungkus.
Kode produksi dan expired date harus tertera dan terbaca dengan jelas. Kemasan mi
dipastikan tertutup rapat (tidak ada kebocoran). Karton yang digunakan harus kuat dan
tersegel rapat. Berat mi per bungkus harus sesuai dengan berat yang tertera pada
kemasan. Berat mi diukur menggunakan timbangan analitik. Selain itu, OQC juga turut
memastikan penataan gudang dan pendistribusian produk dengan sistem first in first out
(FIFO). Artinya, barang yang diproduksi terlebih dahulu akan didistribusikan lebih
awal.
25
BAB VI
TUGAS KHUSUS : PENGARUH PERBEDAAN JENIS KEMASAN TERHADAP
KADAR AIR, SIFAT ORGANOLEPTIK, DAN UMUR SIMPAN PADA
PRODUK POP MIE DAN INDOMIE
6.1. Latar Belakang
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang merupakan
perusahaan yang bergerak pada bidang pembuatan mi instan. Mi instan yang diproduksi
disertai dengan bahan pelengkap berupa bumbu, minyak bumbu, chili powder, dan solid
ingredient dalam suatu kemasan. Salah satu produk mi instan dari PT. Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle adalah pop mie dan indomie. Kedua produk
tersebut diproduksi dalam kemasan yang berbeda. Indomie dikemas dalam kemasan
plastik berbahan Polypropylene sedangkan kemasan Pop Mie berbahan Polystirene.
Bahan kemasan dalam pembuatan produk Pop Mie diproduksi sendiri oleh PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang. Kemudian
Bahan kemasan dalam pembuatan produk Indomie diproduksi oleh PT. Supernova
Flexible Packaging yang bekerjasama dengan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Divisi Noodle Cabang Semarang.
Kemasan yang baru datang dari supplier akan dianalisis kualitasnya dalam incoming
quality control. Hal ini dilakukan supaya kemasan yang akan digunakan memiiki mutu
yang baik dan sesuai standar yang ditetapkan. Analisa yang dilakukan meliputi analisa
fisik. Analisa fisik pada kemasan e tiket indomie yang dilakukan seperti analisa ukuran,
berat, ketebalan, pitch, lebar, warna, gambar kemasan, tulisan, nomor SNI, dan nomor
BPOM. Sedangkan pada kemasan Pop mie yang dianalisa berupa diameter atas,
diameter bawah, tebal bibir atas, tinggi, berat, ukuran, warna, gambar kemasan, tulisan,
nomor SNI, dan nomor BPOM. Kemudian Produk jadi Indomie juga akan dianalisis
kualitasnya dalam Process Quality Control (PQC). Pada PQC, analisa dilakukan
26
terhadap adonan mi dan blok mi, meliputi kadar air selain itu, analisa organoleptik juga
dilakukan oleh QC Shelf Life. Untuk blok mi, analisa dilakukan dengan mengamati
warna, aroma, dan tekstur. Warna dan aroma dipastikan normal, serta tekstur renyah.
Pada minyak bumbu dilihat warna, bau, dan rasanya. Warna dipastikan jernih, serta bau
dan rasa normal. Bumbu dianalisa berdasarkan warna, aroma, tekstur, dan rasa. Warna
bumbu dipastikan cerah dan normal, tekstur hablur (tidak cacking) dan rasa normal. Hal
ini dilakukan supaya bumbu yang akan disertakan pada produk akhir memiiki mutu
yang baik dan sesuai standar sehingga umur simpannya sesuai dengan umur simpan mi
dan produk secara keseuruhan. Analisa yang dilakukan meliputi analisa kimia dan fisik.
Analisa kimia yang dilakukan adalah pengujian kadar air. Menurut (Raharja, 2008)
dalam melakukan analisa pada suatu populasi yang banyak perlu dilakukan sampling.
Apabila pada sampel yang diuji terdapat bumbu yang tidak sesuai dengan standar pada
ketentuan A/R (accept / reject) tertentu maka akan dikembalikan ke supplier.
6.2. Tujuan
Mengetahui pengaruh perbedaan kemasan pada produk Indomie dan Pop Mie terhadap
kadar air, sifat organoleptik dan umur simpan mi di PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang.
6.3. Metode
6.3.1. Analisa Fisik Kemasan
Sebelum dilakukan analisa fisik, pada incoming bumbu perlu dicek kode batch, dan
tanggal datang. Analisa fisik yang dilakukan untuk mengawasi kualitas dari pacakging
itu sendiri antara lain pada kemasan etiket indomie yang dilakukan seperti analisa
ukuran, berat, ketebalan, pitch, lebar, warna, gambar kemasan, tulisan, nomor SNI, dan
nomor BPOM. Sedangkan pada kemasan Pop mie yang dianalisa berupa diameter atas,
diameter bawah, tebal bibir atas, tinggi, berat, ukuran, warna, gambar kemasan, tulisan,
nomor SNI, dan nomor BPOM. Kemasan juga harus dicek apakah ada yang sobek atau
27
bocor. Kebocoran kemasan juga perlu diteliti agar uap air dan pengotor tidak masuk ke
dalam blok mie atau bumbu. Uap air yang kontak langsung dengan blok mie atau
bumbu dapat meningkatkan kadar air blok mie dan bumbu sehingga akan
memperpendek umur simpannya. Hal ini sesuai dengan teori (Suradi, 2005) yang
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan dan penurunan
mutu produk pangan yaitu kerusakan yang disebabkan faktor Iingkungan seperti
kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan pangan, interaksi dengan oksigen,
kehilangan dan penambahan cita rasa yang tidak diinginkan, sedangkan kerusakan yang
disebabkan oleh sifat alamiah produk yang dikemas, seperti perubahan-perubahan fisik
berupa pelunakan, pencoklatan, pemecahan emulsi.Analisa fisik ini dilakukan oleh
Quality Control Pengemas PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Cabang Semarang.
6.3.2. Analisa Kimia Bumbu dan Blok Mie
Analisa kimia yang dilakukan adalah uji kadar air bumbu dan blok mie, dimana kadar
air ini dapat menentukan umur simpan bumbu maupun blok mie. Setiap flavor memiliki
standar kadar air yang berbeda. Maka dari itu, umur simpan beberapa brand ada yang
berbeda. Antara lain Indomie memiliki umur simpan delapan bulan dan Pop Mie dengan
umur simpan enam bulan. Umur simpan ini selain ditentukan oleh hasil akhir blok mi
dan kemasan serta ditentukan oleh bumbu dan bahan pelengkapnya. Analisa kimia
dilakukan oleh QC Analis di Laboratorium PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Divisi Noodle Cabang Semarang.
• Uji Kadar Air
Pengujian kadar air di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang
Semarang menggunakan metode pengeringan dengan oven (thermogravimetri). Prinsip
pengujiannya adalah mengeringkan sampel menggunakan oven dengan suhu 1030C-
1070C hingga seluruh air menguap dan diperoleh berat tetap dari sampel yang diujikan.
28
Kadar air sampel merupakan selisih dari berat sampel sebelum dikeringkan dengan
berat sampel setelah dikeringkan yang kemudian dinyatakan dalam persen.
• Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian kadar air adalah blok mi dan bumbu Indomie
Goreng Ayam Bawang serta blok mie dan Bumbu Pop Mie Rasa Ayam Bawang Jumbo.
• Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian kadar air bumbu antara lain oven listrik, neraca
analitik, desikator (berisi desikan aktif yang berwarna biru), cawan / botol timbang
beserta tutupnya dengan diameter 5 cm dan tinggi 3-5 cm, serta penjepit.
• Cara Kerja
Menurut (Untoro, Kusrahayu, & Setiani, 2012) cara kerja pengujian kadar air pertama-
tama cawan dan tutup dikeringkan dalam oven bersuhu 1030C - 1070C selama 15 menit,
lalu didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang sampai ketelitian 0,1 mg.
Selanjutnya, sampel yang sudah disiapkan ditimbang sebanyak 3-5 g ke dalam cawan.
Setelah itu, cawan berisi sampel dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 1030C -
1070C selama 3 jam. Setelah kering, cawan berisi sampel didinginkan dalam desikator
selama 30 - 40 menit. Kemudian, cawan berisi sampel ditimbang kembali hingga
ketelitian 0,1 mg. Selanjutnya, perhitungan kadar air menggunakan rumus berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝐴𝑖𝑟 = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
Keterangan: W0 = berat cawan + tutup
W1 = berat cawan + tutup + sampel sebelum dikeringkan
W2 = berat cawan + tutup + sampel setelah dikeringkan
29
6.4. Hasil Pengamatan
6.4.1. Analisa Kadar air Pop Mie dan Indomie Umur Simpan 1 Bulan
Hasil analisis kadar air pop mie dan indomie umur 1 bulan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Analisa Kadar Air Pop Mie dan Indomie Bulan 1
Ulangan Produk Jenis Cawan
kosong Cawan +
sampel sebelum
Cawan +
sampel sesudah
Kadar air
1 Indomie Bumbu 29, 3241 32, 5547 32, 5183 1,1267 %
Mi 28, 9336 34, 0427 33, 7841 5,0615 %
1 Pop
Mie Bumbu 28, 3429 32,5794 32,5113 1,6074 %
Mi 28, 8513 32,2949 32,1124 5,2996 %
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa kadar air bumbu dan blok mie dari indomie
berumur 1 bulan lebih rendah daripada pop mie berumur 1 bulan.
6.4.2. Analisa Kadar air Pop Mie dan Indomie Umur Simpan 8 Bulan
Hasil analisis kadar air pop mie dan indomie pada umur 8 bulan dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel 2. Analisa Kadar Air Pop Mie dan Indomie Bulan 8
Ulangan Produk Jenis Cawan
kosong Cawan +
sampel sebelum
Cawan +
sampel Sesudah
Kadar air
1 Indomie Bumbu 30,2911 33,5875 33,5092 2,3753 % Mi 29,0441 33,7725 33,3705 8,4964 %
1 Pop
Mie Bumbu 32,0020 36,5567 36,3670 4,1649 %
Mi 24,8736 29,8175 29,3607 9,2396 %
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa kadar air blok mie dan bumbu indomie
berumur 8 bulan lebih rendah daripada pop mie berumur 8 bulan.
30
6.4.3. Uji Organoleptik
Hasil analisis uji organoleptik pada indomie dan pop mie berdasarkan umur simpannya
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Uji Organoleptik Indomie dan Pop Mie
Umur
simpan Produk Yang dianalisa Penampakan fisik
1 bulan Indomie Blok mie Renyah, tidak melempem, aroma mie Bumbu Warna normal, aroma normal, hablur
sempurna dan tidak ada gumpalan kecil
Pop mie Blok mie Renyah, tidak melempem, aroma mie Bumbu Warna normal, aroma normal, hablur
sempurna dan tidak ada gumpalan kecil
8 bulan Indomie Blok mie Renyah, sedikit melempem, aroma mie Bumbu Mulai lembab, jika diremas/dipegang masih
berbentuk granula
Pop mie Blok mie Melempem, bau mulai menyimpang Bumbu Terdapat gumplan basah, lembab, jika diremas
atau dipegang tidak hancur, cacking membatu /
mengeras
Berdasarkan Tabel 3, dapat kita lihat bahwa kemasan dapat mempengaruhi umur
simpan dan keadaan fisik pada bumbu dan blok mie pop mie serta indomie. Rata-
rata pada umur 1 bulan, blok mie pop mie dan indomie masih bersifat renyah, tidak
melempem, aroma mie, sedangkan bumbu pop mie dan indomie juga terdapat hasil
yang sama yaitu memiliki warna normal, aroma normal, hablur sempurna dan tidak ada
gumpalan kecil. Sedangkan pada umur 8 bulan sudah mengalami perubahn fisik yang
sangat mencolok pada pop mie dibandingkan dengan indomie dari blok mie maupun
bumbunya, dimana pada indomie blok mie nya bersifat renyah, sedikit melempem,
aroma mie, sedangkan pada pop mie mulai melempem, bau mulai menyimpang.
Kemudian pada bumbu indomie, mulai lembab, Jika diremas / dipegang masih
berbentuk granula, sedangkan pada bumbu pop mie Terdapat gumplan basah, lembab,
jika diremas atau dipegang tidak hancur, cacking membatu / mengeras.
31
BAB VII
PEMBAHASAN
7.1. Pengaruh Kemasan dan Kadar Air terhadap Umur Simpan Mie.
Pada tabel 1, dapat diketahui bahwa kadar air bumbu dan blok mie dari indomie
berumur 1 bulan lebih rendah daripada pop mie berumur 8 bulan. Sedangkan pada tabel
2, dapat diketahui bahwa kadar air blok mie dan bumbu indomie berumur 8 bulan lebih
rendah daripada pop mie berumur 8 bulan. Menurut SNI 01-3551-2000, kadar Air mie
menggunakan proses penggorengan maksimal 10% , sedangkan menggunakan proses
pengeringan maksimal 14,5%. Kemudian dari kedua tabel tersebut dapat dilihat bahwa
kadar air blok mie dan bumbu dari pop mie dan indomie berumur 8 bulan lebih besar
daripada yang berumur 1 bulan. Hal tersebut berarti semakin tinggi kadar air suatu
produk maka umur simpan produk tersebut menjadi lebih singkat. Hal ini diperkuat
dengan teori (Lee, Anema, & Klostermeyer, 2004) yang menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi penurunan mutu produk pangan adalah kadar air yang terkandung dalam
produk. Hasil penelitian ini sesuai dengan standar umur simpan yang ditetapkan
perusahaan, yaitu umur simpan Pop Mie lebih singkat daripada Indomie. Pop Mie
memiliki umur simpan selama enam bulan, sedangkan Indomie selama delapan bulan.
Jika dilihat dari pengaruh kemasannya, dapat disimpulkan bahwa pop mie dengan
kemasan Polystirene memiliki umur simpan yang lebih pendek dibandingkan dengan
indomie dengan kemasan Polipropylene dimana kadar air dari pop mie lebih tinggi dari
indomie baik di umur 1 bulan maupun 8 bulan. Hal tersebut diperkuat oleh teori,
dikatakan pada BPOM ISSN 1829-9334 tahun 2008 bahwa Polystirene bersifat kaku,
transparan, rapuh, inert secara kimiawi, serta mempunyai struktur yang tersusun atas
butiran dengan kerapatan yang rendah, berbobot ringan, serta tidak mampu menghantar
panas sehingga merupakan insulator panas yang baik. Sedangkan, Menurut (Ricki
Gunawan, et al 2016) Polypropylene adalah jenis plastik yang memiliki sifat mekanis
yang baik dengan massa jenis yang rendah, ketahanan panas dan kelembaban, daya
tembus uap yang rendah serta memiliki kestabilan dimensi yang baik. Kemasan dengan
permeabilitas tinggi dan waktu penyimpanan yang semakin lama menyebabkan
penyerapan air semakin besar sehingga kadar air meningkat. Hal ini sesuai dengan teori
32
dari (Wulandari et al, 2013) bahwa perubahan kadar air bahan dalam kemasan
dipengaruhi oleh permeabilitas kemasan. Permeabilitas uap air kemasan merupakan
kemampuan uap air dalam menembus kemasan pada kondisi suhu dan RH tertentu,
sehingga uap dan permeabilitas berbanding lurus. Jika semakin kecil permeabilitas pada
kemasan maka daya tembus uap air juga akan semakin kecil, ataupun sebaliknya. Sifat
kimia polimer, struktur dasar polimer, sifat komponen permanent merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi nilai dari permeabilitas.
7.2. Pengaruh Kemasan dan Kadar Air terhadap Sifat Organoleptik Mie.
Sifat Organoleptik adalah sifat dari bahan pangan yang dinilai dengan menggunakan
panca indra, merupakan penilaian yang bersifat subyektif. Penilaian cara ini banyak
disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung (Soekarto, 1985). Pada
uji organoleptik dilakukan pemeriksaan pada warna pada bumbu, rasa, aroma, keadaan
fisik dan keadaan solid ingredient pada bumbu. Syarat mutu bumbu menurut SNI 01-
3709-1995 tentang bumbu rempah-rempah ialah memiliki bau serta memiliki rasa yang
normal. Akan tetapi tetap diperhatikan juga parameter lain seperti warna, rasa,
fisik/tekstur dan aroma. Pada blok mie juga dilakukan pengujian organoleptik meliputi
warna, aroma, rasa, dan tekstur. Produk yang memenuhi standar akan dilakukan analisa
pada tahap selanjutnya, kemudian produk yang tidak memenuhi standar akan
ditangani oleh pihak QC.
Pada Tabel 3, dapat kita lihat bahwa kemasan dapat mempengaruhi umur simpan
dan keadaan fisik pada bumbu dan blok mie Pop Mie serta indomie. Rata- rata
pada umur 1 bulan, blok mie pop mie dan indomie masih bersifat renyah, tidak
melempem, aroma mie, sedangkan bumbu pop mie dan indomie juga terdapat hasil
yang sama yaitu memiliki warna normal, aroma normal, hablur sempurna dan tidak ada
gumpalan kecil. Sedangkan pada umur 8 bulan sudah mengalami perubahn fisik yang
sangat mencolok pada pop mie dibandingkan dengan indomie dari blok mie maupun
bumbunya, dimana pada indomie blok mie nya bersifat renyah, sedikit melempem,
aroma mie, sedangkan pada pop mie mulai melempem, bau mulai menyimpang.
Kemudian pada bumbu indomie, mulai lembab, jika diremas/dipegang masih berbentuk
33
granula, sedangkan pada bumbu pop mie Terdapat gumplan basah, lembab, jika diremas
atau dipegang tidak hancur, cacking membatu / mengeras.
Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu
produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada didalamnya bisa
terlindungi atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan, agar
makanan atau bahan pangan yang belum diolah maupun yang telah mengalami
pengolahan dapat sampai ke tangan konsumen dengan kualitas yang baik (Suwaidah,
Achyadi, & Cahyadi, 2014). Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pop mie dengan kemasan Polystirene memiliki umur simpan yang lebih pendek
dibandingkan dengan indomie dengan kemasan Polipropylene dimana berdasarkan sifat
organoleptik dapat dilihat bahwa pop mie berumur 8 bulan telah mengalami perubahn
fisik yang signifikan pada pop mie dibandingkan dengan indomie dari blok mie
maupun bumbunya. Hal tersebut sesuai teori yang dijelaskan dalam sub bab
sebelumnya.
34
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
6.5. Kesimpulan
Pengawasan mutu pada kemasan dilakukan dengan Analisa fisik terhadap
kemasan indomie adalah analisa ukuran, berat, ketebalan, pitch, lebar, warna,
gambar kemasan, tulisan, nomor SNI, dan nomor BPOM.
Pengawasan mutu pada kemasan dilakukan dengan Analisa fisik terhadap
kemasan pop mie yang dianalisa adalah diameter atas, diameter bawah, tebal
bibir atas, tinggi, berat, ukuran, warna, gambar kemasan, tulisan, nomor SNI,
dan nomor BPOM.
Kadar air dapat mempengaruhi umur simpan mie, sehingga semakin tinggi kadar
air suatu produk maka umur simpan produk tersebut menjadi lebih singkat.
Semakin lama umur penyimpanan bumbu dan blok mie, maka akan
mengalami perubahan aroma, rasa, warna, tekstur fisik.dan penggumpalan
(cacking).
Pop mie dengan kemasan Polystirene memiliki umur simpan yang lebih pendek
dibandingkan dengan indomie dengan kemasan berbahan Polipropylene.
6.6. Saran
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang tetap
menjaga kualitas produk dengan pengawasan mutu sesuai standar nasional maupun
internasional, serta terus mengembangkan variasi produk yang dihasilkan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anwar R.W. (2012). Studi Pengaruh Suhu dan Jenis Bahan Pangan Terhadap Stabilitas
Minyak. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1951
Asih Priyati, Sirajuddin Haji Abdullah, G. M. D. P. (2016). Jurnal Ilmiah Rekayasa
Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 1, Maret 2016 Pengaruh Kecepatan Putar
Pengadukan Adonan Terhadap Sifat Fisik Roti, 4(1), 217–221.
http://jrpb.unram.ac.id/index.php/jrpb/article/view/22
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta
https://www.researchgate.net/publication/310487331_KONTROVERSI_STYR
OFOAM_Perlunya_Pendekatan_Appropriate_Packaging
BSN. 2000. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-9001-2001. Sistem Manajemen Mutu
Persyaratan Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
http://sispk.bsn.go.id/SNI/DetailSNI/7753
CHINACHOTI, P., STEINBERG, M. P., & VILLOTA, R. (1990). A Model for
Quantitating Energy and Degree of Starch Gelatinization Based on Water, Sugar
and Salt Contents. Journal of Food Science, 55(2), 543–546.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2621.1990.tb06805.x
Guler, I., Guillén, M. F., Macpherson, J. M., & Guillen, M. F. (2002). Global
Competition, Institutions, and the Diffusion of Organizational Practices: The
International Spread of ISO 9000 Quality Certificates. Administrative Science
Quarterly, 47(2), 207. https://doi.org/10.2307/3094804
Ketaren, S. (2008). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta. http://ejournal.uin-
malang.ac.id/index.php/Kimia/article/view/1669
Lee, S. K., Anema, S., & Klostermeyer, H. (2004). The influence of moisture content on
the rheological properties of processed cheese spreads. International Journal of
Food Science and Technology, 39(7), 763–771. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2621.2004.00842.x
Nurminah, M. (2002). Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan Kertas
Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. USU Digital Library, 1–15.
Retrieved from https://id.123dok.com/document/ky6j6moq-penelitian-sifat-
berbagai-bahan-kemasan-plastik-dan-kertas-serta-pengaruhnya-terhadap-
bahan.html
36
Matz, S.A. 1984. Snack Food Technology. The AVI Publishing. Co. Westport,
Connecticut. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1002/food.19860300312
Pertiwi. G. E. P. B. (2017). Analisis Kadar Air Terkait Umur Simpan Bumbu Pada
Produk Indomie Dan Popmie Di PT. Indofood Cbp Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Cabang Semarang. (Laporan Kerja Praktek) Tidak Dipublikasikan
Raharja, S. (2008). Studi Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling Audit Dan
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit Oleh
Auditor Bpk, 15(1), 54–66.
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe3/article/view/301
Ricki Gunawan, Syarfi Daud, E. yenie. (2016). Pengaruh Suhu dan Variasi Rasio
Plastik Jenis Polypropylene dan Plastik Polytyrene terhadap Yield dengan proses
Pirolisis Ricki Gunawan 1) , Syarfi Daud 2) , Elvi Yenie 3) 1), 1–6.
https://www.neliti.com/publications/202240/pengaruh-suhu-dan-variasi-rasio-
plastik-jenis-polypropylene-dan-plastik-polytyre
SNI 01-3551-2000. Mi Instan.Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
https://socidoc.net/download/sni-01-3551-2000-a5b3552d5638f1
SNI No: 01-3709-1995. Rempah-rempah Bubuk.
https://tuxdoc.com/download/updated-sni-01-3709-1995-rempah-rempah-bubuk_pdf
Soekarto, S.T., 1985, Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian,
Bhratara Karya Yogyakarta.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/aaj/article/view/686
Suyanti. (2008). Membuat Mie Sehat Bergizi dan Bebas Pengawet. Penebar Swadaya.
Jakarta. https://books.google.co.id/books?id=PBRrJ0QJ1-sC&pg=PP6&lpg=PP6&dq=Suyanti.+(2008).+Membuat+Mie+Sehat+Bergizi+dan+Bebas+Pengawet.+Penebar+Swadaya.+Jakarta.&source=bl&ots=bIaqXldgsu&sig=Fi2m9kKR-my2KMaQnYVXbwzQ6yQ&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiGxN6loe_bAhWOXisKHYK9CnIQ6AEISTAE#v=onepage&q=Suyanti.%20(2008).%20Membuat%20Mie%20Sehat%20Bergizi%20dan%20Bebas%20Pengawet.%20Penebar%20Swadaya.%20Jakarta.&f=false
Suradi, K. (2005). Pengemasan Bahan Pangan Hasil Ternak Dan Penentuan Waktu
Kadaluarsa Oleh : Kusmajadi Suradi ABSTRAK.
http://repository.unpad.ac.id/3791/
Suwaidah, I. S., Achyadi, N. S., & Cahyadi, W. (2014). The study of lead leached from
waste paper packaging into fried foods. Panel Gizi Makan, 37(2), 145–154. [In
Bahasa Indonesia].
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/4018
Thomas Park. (1967). The University of Chicago Press. Journal of Political Economy,
75(2), 123–138. https://doi.org/10.1086/521238
37
Untoro, N. S., Kusrahayu, & Setiani, B. E. (2012). Kadar Air, Kekenyalan, Kadar
Lemak dan Citarasa Bakso Daging Sapi dengan Penambahan Ikan Bandeng Presto
(Channos Channos Forsk). Animal Agriculture, 1(1), 567–583. Retrieved from
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
http://kemasan.jabarprov.go.id/download/read/357-undang-undang-republik-
indonesia-nomor-18-tahun-2012-tentang-pangan
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wulandari, A., Waluyo, S., & Waluyo, D. D. (2013). Prediksi Umur Simpan Kerupuk
Kemplang dalam Kemasan Plastik Polipropilen Beberapa Ketebalan. Jurnal
Teknik Pertanian Lampung, 2(2), 105–114. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/aaj
38
LAMPIRAN
Perhitungan Kadar Air Bumbu
Bumbu Indomie 1 bulan
W0 = 29,3241
W1 = 32,5547
W2 = 32,5183
KA = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
= 32,5547−32,5183
32,5547−29,3241 x 100%
= 1,1267 %
Bumbu Pop Mie 1 bulan
W0 = 28,3429
W1 = 32,5794
W2 = 32,5113
KA = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
= 32,5794−32,5183
32,5547−29,3241 x 100%
= 1,1267 %
Bumbu Indomie 8 Bulan
W0 = 30,2911
W1 = 33,5875
W2 = 33,5092
KA = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
= 33,5875−33,5092
30,5875−30,2911 x 100%
= 2,3753 %
Bumbu Pop mie 8 bulan
W0 = 32,0020
W1 = 36,5567
39
W2 = 36,3670
KA = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
= 36,5567−36,3670
36,5567−32,0020 x 100%
= 4,1649 %
Perhitungan Kadar Air Blok Mie
Indomie 1 bulan (mie)
W0 = 28,9336
W1 = 34,0427
W2 = 33,7841
KA = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
= 34,0427−33,7841
34,0427−28,9336 x 100%
= 5,0615 %
Pop Mie 1 bulan (mie)
W0 = 28,8513
W1 = 32,2949
W2 = 32, 1124
KA = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
= 32,2949−32,1124
32,2949−28,8513 x 100%
= 5,2996 %
40
Indomie 8 bulan (mie)
W0 = 29,0041
W1 = 33,7725
W2 = 33,3705
KA = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
= 33,7725−33,3705
33,7725−29,0041 x 100%
= 8,4964 %
Pop Mie 8 bulan (mie)
W0 = 24,8736
W1 = 29,8175
W2 = 29,3607
KA = 𝑊1−𝑊2
𝑊1−𝑊0 x 100%
= 29,8175−29,3607
29,8175−24,8736 x 100%
= 9,2396 %
41
42