Upload
lamdieu
View
226
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERENDAMAN LARVA IKAN BAUNG (Hemibagrus
nemurus) PADA UMUR YANG BERBEDA DALAM HORMON
PERTUMBUHAN REKOMBINAN (rGH) DENGAN DOSIS YANG
BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN
(Skripsi)
Oleh
AJI SAPUTRA
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
THE EFFECT OF IMMERSION REDTAIL CATFISH (Hemibagrus
nemurus) ON DIFFERENT AGE IN RECOMBINANT GROWTH
HORMONE (rGH) WITH DIFFERENT DOSAGE AGAINST THE
GROWTH RATE AND SURVIVAL RATE
By
AJI SAPUTRA
Redtail catfish is one of fish that origin from Indonesian water. Redtail catfish
only found in certain waters such as Sumatera, Java, and Kalimantan island. The
low growth rate and survival rate make the low production of redtail catfish. The
utilization of hormonal engineering is one way that can improve the growth rate
and survival rate. This research aimed to know the effect of the immersion of
redtail catfish larvae in recombinant growth hormone on different age with
different dosage. This research used complete randomized design which divided
in group age 6, 12, and 8 day, and with dosage 0 mg/L (control), 1 mg/L, 2mg/L,
4 mg/L with long submergence 30 minutes and the fish were given salinity shock
(15 ppt) for 2 minutes. The results such as growth rate and daily growth rate on
different age 6, 12, and 18 day which immersed in rGH showed the higher value
than the control treatment (0 mg/L) (P<0,05) with the best dosage from each age
different was 2 mg/L. The survival rate from all dosage in age group 6, 12, and 18
day showed the same result as control (0 mg/L) (P>0,05). The immersion of
redtail catfish larvae in rGH on different age can improve the growth of redtail
catfish and this technology application can be used to improve the production of
redtail catfish.
Keywords: Recombinant Growth Hormone, Redtail Catfish Larvae, Growth,
Immersion
ABSTRAK
PENGARUH PERENDAMAN LARVA IKAN BAUNG (Hemibagrus
nemurus) PADA UMUR YANG BERBEDA DALAM HORMON
PERTUMBUHAN REKOMBINAN (rGH) DENGAN DOSIS YANG
BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN
Oleh
AJI SAPUTRA
Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan
baung hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan. Lambatnya pertumbuhan dan kelulushidupan yang rendah
menyebabkan rendahnya produksi ikan baung. Penggunaan teknik rekayasa
hormonal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kelulushidupan. Tujuan dilakuannya penelitan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh perendaman larva ikan baung dalam hormon pertumbuhan
rekombinan (rGH) pada umur berbeda dengan dosis yang beda. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan kelompok umur 6, 12, dan
18 hari dan (kontrol) dosis 0 mg/L, 1 mg/L, 2mg/L, 4 mg/L. Dengan lama
perendaman selama 30 menit yang sebelumnya di lakukan kejut salinitas (15 ppt)
selama 2 menit. Hasil penelitian parameter pertumbuhan ( berat mutlak dan laju
pertumbuhan harian ) pada kelompok umur 6, 12, dan 18 hari dengan perendaman
rGH menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (0 mg/L)
(P<0,05) dengan dosis terbaik dari masing masing kelompok umur yaitu 2 mg/L.
Kemudian untuk parameter kelulushidupan semua dosis perlakuan rGH pada
kelompok umur 6, 12, dan 18 hari menunjukkan hasil yang sama dengan kontrol
(0 mg/L) (P>0,05). Dengan demikian perendaman larva ikan baung dalam rGH
pada umur berbeda dengan dosis yang beda dapat meningkatkan pertumbuhan dan
aplikasi teknologi ini dapat berguna untuk meningkatkan produksi budidaya ikan
baung.
Kata kunci : Hormon Pertumbuhan Rekombinan, Larva Ikan Baung,
Pertumbuhan, Perendaman
PENGARUH PERENDAMAN BENIH IKAN BAUNG (Hemibagrus
nemurus) PADA UMUR YANG BERBEDA DALAM HORMON
PERTUMBUHAN REKOMBINAN (rGH) DENGAN DOSIS YANG
BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN
Oleh
AJI SAPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Aji Saputra dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 2 Juni
1995. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Putra dari pasangan Bapak Hermanto dan Ibu Metiyana.
Penulis memulai pendidikan formal dari Taman Kanak-kanak (TK) Kartika II –
26 diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Langkapura
diselesaikan tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Bandar
Lampung diselesaikan tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Perintis 1
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan
dan Kelautan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung pada tahun 2013
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan
telah menyelesaikan studinya pada tahun 2017.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) Fakultas Pertanian sebagai sebagai
anggota Bidang Pengabdian Masyarakat 2014/2015 dan Ketua Bidang Pengabdian
Masyarakat pada periode 2015/2016,
Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di
Desa Sri Busono (Simpang Rewel) , Kecamatan Way Seputih, Kabupaten
Lampung Tengah pada tahun 2017. Penulis melaksanakan Praktik Umum di PT.
Central Proteinaprima (CPP) Kalianda, Lampung Selatan, Lampung dengan judul
“Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Central
Proteinaprima, Kalianda, Lampung Selatan, Provinsi Lampung” pada tahun
2016.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Oceanografi pada
tahun 2014/2015, 2015/2016, mata kuliah Limnologi pada tahun 2015/2016, dan
mata kuliah Genetika Ikan pada tahun 2016/2017. Penulis melaksanakan
penelitian akhir di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung dengan judul “Pengaruh Perendaman Benih Ikan Baung
(Hemibagrus nemurus) pada Umur yang Berbeda dalam Hormon
Pertumbuhan Rekombinan (rGH) dengan Dosis yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelulushidupan pada tahun 2017.
melangkahlah
sesuai dengan langkah mu
karena
langkah mu lah
yang akan membawamu
ketempat
yang
kau tuju
( Aji Saputra )
KU PERSEMBAHKAN
KARYA INI UNTUK
KEDUA ORANG TUAKU
SEBAGAI TANDA
BAKTIKU
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Perendaman Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada Umur yang
Berbeda dalam Hormon Pertumbuhan Rekombinan (rGH) dengan Dosis
yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan” yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Perikanan (S.Pi.) pada Program Studi
Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Kedua Orang tuaku tercinta Bapak Hermanto dan Ibu Metiyana yang selalu
memberikan kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan dan do’a yang
diberikan tanpa henti demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan penulis.
2. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
4. Tarsim, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan meluangkan waktu
dan kesabarannya memberikan bimbingan selama penelitian hingga
penyelesaian skripsi.
5. Yeni Elisdiana, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan meluangkan
waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan selama penelitian hingga
penyelesaian skripsi.
6. Deny Sapto C.U., S.Pi., M.Si., selaku penguji yang telah memberikan masukan
berupa kritik dan saran dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi.
7. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.
8. Adikku Lulu Hertiwi dan Rahma Artanti serta keluarga besar yang selalu
memberikan nasehat, dukungan dan do’a yang menjadi penyemangat penulis.
9. Della Febriana Putri yang selalu memberikan banyak bantuan, nasihat,
semangat, perhatian, keceriaan dan mendoakan keberhasilan serta kesuksesan
penulis.
10. Teman seperjuangan saat penelitian Anrifal, Wulan, Wahyu, Mba Ayi dan Mba
Denti terima kasih atas bantuannya selama penelitian.
11. Teman-teman seperjuangan Tukang Pijah 2013, Ketum Kurno, Rifki, Ricky,
Gina, Ais, Ayu Wede, Ayu Nov, Arlin, Binti, Diah, Ika, Mita, Mira, Juliana,
Yeni, Dewi, Rio, Arga, Tania, Desti, Rizka, Akbar, Gleen, Gaol, Ester, Ema,
Mona, Vanny, Winny, Adjie, Deki, Gita, Acil, Ida, Rara, Ratna, Masna, Arbi,
Ute, Shinta, Evan, Indri, Nia, Bibin, Enggi, Ari, Eko, Atik, Iyan, Mentari,
terima kasih atas momen kebersamaan selama perkuliahan.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan untuk
teman-teman dan masyarakat.Amin.
Bandar Lampung, Desember 2017
Penyusun
AJI SAPUTRA
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................. vii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. viii
PERSEMBAHAN ................................................................................ x
SANWACANA ..................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xviii
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................. 3
1.4 Kerangka Pikir ....................................................................... 3
1.5 Hipotesis ................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Hormon Pertumbuhan Rekombinan ........................................ 5
2.2 Biologi Ikan Baung ................................................................ 7
III. METODE PENELITIAN .......................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 10
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................. 10
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................ 11
3.4.1 Persiapan Wadah ........................................................... 11
3.4.2 Persiapan Hormon Pertumbuhan Rekombinan ............... 11
3.4.3 Perendaman Ikan Uji ..................................................... 11
3.4.4 Pemeliharaan dan Pemberian Pakan .............................. 11
3.4.5 Pengambilan Data ......................................................... 12
3.4.6 Pengelolaan Kualitas Air ............................................... 12
3.5 Parameter Penelitian .............................................................. 12
3.5.1 Perumbuhan Berat Mutlak ............................................. 12
3.5.2 Laju Pertumbuhan Berat Harian .................................... 13
3.5.3 Kelulushidupan ............................................................. 13
3.5.4 Kualitas Air ................................................................... 13
3.6 Analisis Data .......................................................................... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 15
4.1 Hasil ...................................................................................... 15
4.2 Pertumbuhan Berat ................................................................. 15
4.3 Kelulushidupan ...................................................................... 19
4.4 Kualitas Air ............................................................................ 21
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 23
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 23
5.2 Saran ...................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 25
LAMPIRAN ........................................................................................ 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rancangan Penelitian ................................................................... 10
Tabel 2. Berat Awal, Berat Akhir, Pertumbuhan Berat Mutlak, Laju
Pertumbuhan Berat Harian dan Kelulushidupan Larva Ikan
Baung yang Direndam dalam rGH dan Kontrol selama 30
Hari Pemeliharaan ........................................................................ 15
Tabel 3. Kualitas Air Selama Pemeliharaan ................................................ 22
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 4
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Baung .......... 16
Gambar 3. Grafik Laju Pertumbuhan Berat Harian Benih Ikan Baung .... 17
Gambar 4. Grafik Kelulushidupan ......................................................... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
1. Hasil Analisis Pertumbuhan Berat Mutlak ............................. 29
2. Hasil Analisis Laju Pertumbuhan Berat Harian ....................... 32
3. Hasil Analisis Kelulushidupan ................................................ 35
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan
baung hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan. Ikan Baung sangat potensial untuk dibudidayakan diantara jenis ikan
air tawar lain, karena harga yang cukup tinggi berkisar 50.000 - 60.000 per kg.
Selain itu rasanya juga tergolong gurih dan lezat, serta memiliki kadar lemak yang
lebih sedikit dibanding ikan air tawar jenis lainnya. Namun, waktu pemeliharaan
yang dibutuhkan ikan baung hingga mencapai 200 g cukup lama yaitu sekitar 5-6
bulan (Sasmi, 2015).
Selain itu kelulushidupan larva ikan baung yang rendah menyebabkan terbatasnya
pasokan ikan baung. Fase larva merupakan fase yang kritis akan kematian yang
dikarenakan larva sangat rentan dengan perubahan kualitas air, asupan nutrisi dari
pakan dan adanya sifat kanibalisme. Seperti dalam laporan Sunarti (2003), tingkat
kelangsungan hidup larva ikan baung selama pemeliharaan 7 hari adalah 71,67%,
dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung menurun ketika beurumur 20
hari yaitu 65,35%. Lambatnya pertumbuhan dan kelulushidupan yang rendah
menyebabkan rendahnya produksi ikan baung. Hal ini menyebabkan perlunya
suatu usaha yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan
baung.
Penggunaan teknik rekayasa hormonal merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan. Salah satu
hormon yang dapat meningkatkan pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan
rekombinan (rGH). Hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) merupakan produk
yang dihasilkan dengan cara mengkombinasi gen-gen yang diinginkan secara
buatan (klon) di luar tubuh dengan bantuan sel tranforman, dalam hal ini gen
pertumbuhan dari ikan target diisolasi dan ditransformasikan dengan bantuan
2
mikroba, seperti Escherichia coli, Bacillus, Streptomyces, dan Saccharomyces
(Brown, 2006). Pembuatan rGH di Indonesia sudah dilakukan dengan membuat
konstruksi dari ikan mas (Cc-GH), ikan gurame (Og-GH), dan ikan kerapu
kertang (El-GH), yang selanjutnya diujikan pada beberapa jenis ikan seperti ikan
nila, ikan gurame, dan ikan mas (Alimuddin et al., 2010). Penelitian aplikasi
hormon pertumbuhan rekombinan telah dilakukan oleh Triwinarso (2014) melalui
perendaman benih ikan lele sangkuriang dalam hormon pertumbuhan rekombinan
(rGH) selama 30 menit dengan dosis 2 mg/L. perendaman pada rGH tersebut
dapat meningkatkan pertumbuhan bobot spesifik harian sebesar 15,90%,
pertumbuhan panjang mutlak sebesar 28%, dan kelulushidupan hingga 13,25%.
Putra (2011) menyatakan bahwa perendaman rGH selama 1 jam dengan dosis 30
mg/L mampu meningkatkan bobot benih ikan gurame hingga 75%. Sedangkan
Handoyo (2012) melaporkan bahwa perendaman benih ikan sidat dalam larutan
Ephinepelus Lanceolatus GH (ElGH) selama 2 jam dengan dosis 12 mg/L
meningkatkan pertumbuhan sebesar 30% dan kelangsungan hidup benih ikan sidat
diatas 90%. Penggunaan metode perendaman juga dianggap lebih efisien
diterapkan pada fase larva dan benih karena dapat menurunkan tingkat stres pada
ikan perlakuan (Moriyama dan Kawauchi, 1990), sehingga diharapkan dapat
meningkatkan laju penyerapan rGH ke dalam tubuh ikan. Melihat peran hormon
pertumbuhan rekombinan (rGH) pada penelitian sebelumnya, diharapkan hormon
ini juga berperan dalam pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan baung.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh perendaman benih ikan baung
(Hemibagrus nemurus) pada umur yang berbeda dalam hormon pertumbuhan
rekombinan (rGH) dengan dosis yang berbeda terhadap petumbuhan dan
kelulushidupan.
3
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh
perendaman benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada umur yang berbeda
dalam hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) dengan dosis yang berbeda
terhadap petumbuhan dan kelulushidupan.kepada pembaca dan para pelaku usaha
budidaya.
1.4 Kerangka Pikir Penelitian
Para pembudidaya yang mengembangkan ikan baung sebagai komoditas utama
sering mengalami kendala pada saat penanganan stadia larva khususnya terhadap
pertumbuhan dan kelulushidupan. Masalah pertumbuhan dan kelulushidupan larva
baung tersebut disebabkan larva baung sangat rentan dengan perubahan kualitas
air, asupan nutrisi dari pakan dan adanya sifat kanibalisme. Seperti dalam laporan
Sunarti (2003), tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung selama pemeliharaan
7 hari adalah 71,67%, dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung menurun
ketika beurumur 20 hari yaitu 65,35%. Keadaan tersebut dapat menurunkan
produktivitas budidaya ikan baung.
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
kelulushidupan benih ikan baung yaitu melalui aplikasi rGH. Hormon
pertumbuhan rekombinan (rGH) merupakan hormon yang dapat meningkatkan
pertumbuhan serta reproduksi ikan budidaya. Hormon pertumbuhan rekombinan
(rGH) berasal dari berbagai jenis ikan, salah satunya rGH dari ikan kerapu
kertang (recombinant Epinephelus lanceolatus Growth Hormon / rEIGH) yang
diproduksi pada bakteri Eschercia coli lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan
dengan hormon pertumbuhan rekombinan yang berasal dari ikan mas (rCcGH),
dan ikan gurame (rOgGH) dan dapat diterapkan secara universal, artinya tidak
hanya untuk satu jenis ikan (Alimuddin et al., 2010). Pemberian hormon
pertumbuhan rekombinan (rGH) dengan metode perendaman diharapkan mampu
4
meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung (Hemibagrus
nemurus). Kerangka pikir peneltian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini:
H0 = σ=0, Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan tidak berpengaruh
pada pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung.
H1 = σ0, Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan berpengaruh pada
pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung
Pemeliharaan benih ikan baung
umur 6 hari, 12 hari dan 18 hari
Pertumbuhan lambat Survival Rate (SR) rendah
Pemberian hormon
rekombinan sesuai dosis yang
ditentukan melalui metode
perendaman
Pertumbuhan cepat dan SR
meningkat
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hormon Pertumbuhan Rekombinan
Hormon pertumbuhan merupakan polipeptida yang terdiri dari rangkaian asam
amino rantai tunggal dengan ukuran sekitar 22 kDa yang dihasilkan di kelenjar
pituitari dengan fungsi pleiotropik pada setiap hewan vertebrata (Acosta et al.,
2009). Menurut Forsyth dan Wallis (2002) hormon pertumbuhan merupakan suatu
polipeptida yang penting dan diperlukan agar pertumbuhan normal. Selain itu efek
dari hormon pertumbuhan pada pertumbuhan somatik pada hewan vertebrata
memiliki peranan dalam sistem reproduksi, metabolisme dan osmoregulasi pada
ikan euryhaline (ikan yang mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang luas)
(Mancera et al., 2002).
Mekanisme GH terbagi menjadi 2 yaitu langsung dan tidak langsung. Mekanisme
secara langsung adalah GH langsung mempengaruhi pertumbuhan organ tanpa
perantara IGF-1 di dalam tubuh ikan. Sedangkan mekanisme tidak langsung
adalah mekanisme GH dalam mempengaruhi pertumbuhan yang dimediasi oleh
IGF-1 dalam hati ikan. Ada beberapa faktor lain yang berperan dalam mekanisme
ini, yaitu: reseptor GH (GHr), GH binding proteins (GHBPs), IGF binding
proteins (IGFBPs), dan reseptor IGF. GHr berfungsi dalam menangkap sinyal
GH yang disekresikan oleh pituitari, GHBPs berfungsi dalam melindungi dan
pengangkutan GH dari pituitari dalam darah. IGFBPs berfungsi dalam
melindungi dan mengangkut IGF-1 di dalam darah menuju ke organ target.
Reseptor IGF-1 berfungsi untuk menangkap sinyal IGF-1 dalam organ-organ
yang menjadi target. Beberapa pengaruh GH terhadap fungsi lain seperti
merangsang nafsu makan, sistem imunitas, pengaturan homeostasi energi juga
masih terus diteliti dan dikaji bagaimana mekanismenya (Sanches, 1999;
Moriyama, 2000; Wong et al, 2006; Debnanth, 2010).
6
Hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) merupakan suatu produk yang
dihasilkan dengan cara mengkombinasi gen-gen yang diinginkan secara buatan
(klon) di luar tubuh dengan bantuan sel tranforman, dalam hal ini gen
pertumbuhan dari ikan target diisolasi dan ditransformasikan dengan bantuan
mikroba, seperti Escherichia coli, Bacillus, Streptomyces, dan Saccharomyces
(Brown, 2006).
Pembuatan rGH di Indonesia sudah dilakukan dengan membuat konstruksi dari
ikan mas (Cc-GH), ikan gurame (Og-GH), dan ikan kerapu kertang (El-GH), yang
selanjutnya diujikan pada beberapa jenis ikan seperti ikan nila, ikan gurame, dan
ikan mas (Alimuddin et al., 2010). Beberapa penelitian aplikasi Hormon
pertumbuhan rekombinan, seperti pemberian rGH Ikan kerapu kertang sebesar 12
mg/L pada benih ikan sidat meningkatkan pertumbuhan sebesar 30%
dibandingkan dengan kontrol dengan metode perendaman (Handoyo, 2012).
Pemberian rGH ikan mas sebesar 0,1 μg/g pada benih ikan nila dapat
meningkatkan bobot tubuh sebesar 53,1% dibandingkan dengan kontrol (Li et al.,
2005).
Pemberian rekombinan hormon pertumbuhan dapat dilakukan melalui beberapa
metode seperti dengan penyuntikan, melalui pakan,dan perendaman. Pemberian
rGH pada ikan nila melalui teknik penyuntikan dilaporkan meningkatkan bobot
hingga 20,94% dengan rGH ikan kerapu kertang (El-GH), 18,09% dengan rGH
ikan mas (Cc-GH), dan 16,99% dengan rGH ikan gurame (Og-GH) (Alimuddin et
al., 2010). Selain dengan penyuntikan, pemberian rGH melalui pakan alami telah
dilaporkan Rahmawati (2011) mampu meningkatkan pertumbuhan ikan gurame
sebesar 13% dibandingkan kontrol. Penggunaan metode perendaman juga telah
diterapkan oleh Acosta et al. (2009) dengan frekuensi perendaman rGH sebanyak
3 kali dalam seminggu dapat meningkatkan bobot tubuh ikan nila sebesar 3,5 kali
lipat dari kontrol setelah 15 hari pemeliharaan. Penerapan metode perendaman
rGH pada ikan gurame mampu meningkatkan bobot hingga 75% dibandingkan
kontrol pada dosis rGH 30 mg/L (Putra, 2011). Selanjutnya, Syazili et al. (2012)
menyatakan bahwa pada frekuensi pemberian yang berbeda membuktikan
7
perendaman rGH 4 kali lipat dari dosis optimum (30 mg/L) sebesar 120 mg/L
lebih baik daripada 3 kali pemberian pada satu kali perendaman dan juga
memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan perendaman setiap
minggu selama 4 minggu pada ikan gurame, dan dapat meningkatkan bobot
hingga 70% dari kontrol. Penggunaan metode perendaman juga dianggap lebih
efisien diterapkan pada fase larva dan benih karena dapat menurunkan tingkat
stres pada ikan perlakuan (Moriyama dan Kawauchi, 1990), sehingga diharapkan
dapat meningkatkan laju penyerapan rGH ke dalam tubuh ikan.
2.2 Biologi Ikan Baung
Klasifikasi ikan baung adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Class : Actinterygii
Sub class : Teleostei
Ordo : Siluformes
Sub ordo : Siluridea
Family : Bagridae
Genus : Hemibagrus
Species : Hemibagrus nemurus (Froese dan Pauly, 2017)
Tubuh ikan baung sekilas menyerupai ikan patin. Baung memiliki kumis atau
sungut yang panjang, badannya tidak bersisik, mempunyai sirip dada dan sirip
punggung yang besar, serta mulutnya melengkung. Ikan ini memiliki morfologi
dengan tubuh yang memanjang, agak pipih, kepala ikan besar, sirip punggung
sama panjang dengan sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas, bibir tidak
bergerigi serta dapat digerakkan dan filamen insang terpisah. Pada rahang terdapat
3 - 4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek, memiliki
sepasang patil dan memiliki sirip punggung tambahan, sirip ekor bercagak dan
tidak berhubungan dengan sirip punggung maupun sirip dubur. Sirip dubur
pendek dan sirip dada mempunyai jari-jari keras yang sangat kuat serta bergigi.
Tubuh induk baung betina lebih pendek dari tubuh indukan jantan, induk betina
8
memiliki 3 buah lubang kelamin dengan bentuk bulat sedangkan induk jantan
hanya memiliki 2 lubang kelamin yang bentuknya memanjang (Kottelat et al.,
1993).
Ikan baung merupakan ikan yang hidup di air tawar dengan jenis perairan tenang
yang tidak terlalu keruh. Ikan baung hidup di iklim tropis dengan ketinggian
mencapai 1000 m diatas permukaan laut. Suhu normal untuk habitat baung adalah
27-33 oC, derajat keasaman (pH) antaran 6,5 – 8, kandungan oksigen minimal 4
ppm. Ikan baung merupakan ikan yang memiliki daya adaptasi tergolong rendah,
ikan ini kurang tahan terhadap perubahan lingkungan dan serangan penyakit.
Menurut Kottelat et al. (1993) bahwa Famili Bagridae adalah ikan berkumis air
tawar yang bersifat nokturnal, yang hidup di air keruh aktif sepanjang hari.
Beberapa ikan bersuara katak pada waktu ditangkap, merupakan penghuni dasar
air dan memakan segala macam makanan. Alawi et al. (1990) melaporkan
terdapat 4 kategori organisme yang ditemui dalam lambung ikan baung, yaitu
insekta air, ikan, udang, dan detritus. Detritus ditemukan 41,4 %, insekta 36,4 %,
ikan 31,3 %, dan udang terdapat 5,1 % dari jumlah sampel ikan baung. Menurut
Sinaga (2014), ikan baung dapat digolongkan menjadi ikan karnivora. Karena
makanan utama dari ikan baung adalah ikan Rasbora sp., makanan tambahannya
adalah udang, Scutigera sp. (kelabang), dan Grynidae sp. (kumbang air).
Sedangkan menurut Windy (2015) kebiasaan makan ikan baung di Sungai Bingai
terdiri dari makanan utama yaitu ikan, makanan pelengkap yaitu serat tumbuhan,
dan makanan tambahan yaitu insekta, Planaria sp., Thiara scabra, Faunus ater,
dan Nodilittorina pyramidalis.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan maksimum adalah umur,
spesies, ukuran, padat penebaran, kualitas air, dan pakan. Ikan yang lebih kecil
atau lebih muda mempunyai kebutuhan protein yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ikan yang lebih tua dari spesies yang sama. Umumnya ikan
baung untuk mencapai ukuran 200 g membutuhkan waktu 5-6 bulan.
9
Fase larva merupakan fase yang rentan akan kematian yang dikarenakan larva
sangat sensitif baik dari kualitas air, asupan nutrisi dari pakan dan adanya sifat
kanibalisme, seperti dalam laporan Sunarti (2003), tingkat kelangsungan hidup
larva ikan baung selama pemeliharaan 7 hari adalah 71,67%, dan tingkat
kelangsungan hidup larva ikan baung menurun ketika beurumur 20 hari adalah
65,35%. sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam budidaya ikan baung.
10
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai dengan Juni 2017
selama 30 hari, bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
3.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wadah pemeliharaan berupa
akuarium ukuran 15x15x25 cm3 sebanyak 36 buah, instalasi aerasi, timbangan
digital, DO meter, pH meter, termometer, saringan dan baskom. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini hormon pertumbuhan rekombinan, pakan alami,
dan ikan uji yang berumur 6, 12 dan 18 hari.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang di gunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan pada 3 kelompok umur yang berbeda.
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Umur Perlakuan
A B C D
6 Hari
A1 B1 C1 D1
A2 B2 C2 D2
A3 B3 C3 D3
12 Hari
A1 B1 C1 D1
A2 B2 C2 D2
A3 B3 C3 D3
18 Hari
A1 B1 C1 D1
A2 B2 C2 D2
A3 B3 C3 D3
Keterangan : A : 0 mg/L ( Kontrol) , B : 1 mg/L, C : 2 mg/L, D : 4 mg/L
11
Penentuan dosis hormon pertumbuhan rekombinan mengacu pada Triwinarso
(2014) bahwa perendaman benih ikan lele sangkuriang dalam hormon
pertumbuhan rekombinan (rGH) selama 30 menit dengan dosis 2 mg/L.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Wadah
Persiapan wadah pemeliharaan benih ikan baung yang digunakan pada penelitian
yaitu akuarium ukuran 15x15x25 cm3 dicuci dan dibersihkan, dilakukan
pengisian air sebanyak 4 liter, setiap akuarium dilengkapi dengan instalasi aerasi.
3.4.2 Persiapan Hormon Pertumbuhan Rekombinan
Hormon pertumbuhan rekombinan diperoleh dari Balai Besar Pengembangan
Budidaya Ikan Air Tawar (BBPBIAT) Sukabumi dengan merk “mina grow”. Cara
pembuatan larutan rGH yaitu dengan mencampur rGH sesuai dosis perlakuan
dengan larutan NaCl 0,09% sebanyak 9 ml dan Bovine Serum Albumin (BSA)
sebanyak 0,1 gr kemudian diaduk di dalam wadah sampai rGH larut.
3.4.3 Perendaman Ikan Uji
Sebelum ikan uji direndam dengan larutan rGH yang telah disiapkan, dilakukan
perlakuan kejut salinitas 15 ppt terlebih dahulu yaitu selama 2 menit untuk
memaksimalkan proses osmoregulasi sebagai jalan rGH masuk ke dalam tubuh
ikan. Kemudian ikan uji direndam dalam rGH yang telah disiapkan selama 30
menit mengacu pada penelitian Triwinarso (2014). Setelah direndam pada larutan
rGH kemudian benih ikan baung dipindahkan ke wadah pemeliharaan.
3.4.4 Pemeliharaan dan Pemberian Pakan
Pemeliharaan benih ikan baung dilakukan selama 30 hari dengan padat tebar 5
ekor/liter, setiap wadah ditebar 20 ekor larva ikan baung dan pakan yang
12
digunakan merupakan pakan alami yaitu cacing sutra, pemberian pakan tiga kali
sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB secara ad satiation.
3.4.5 Pengambilan Data
Pengambilan data penambahan berat benih ikan baung yaitu dengan menimbang
10 ekor benih ikan baung secara bersama kemudian di hitung rata-ratanya.
Pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH, dan DO. Pengambilan data dilakukan
setiap 7 hari sekali. Pengambilan data kelulushidupan dilakukan pada awal dan
akhir pemeliharaan.
3.4.6 Pengelolaan Kualitas Air
Selama pemeliharaan benih ikan baung diperlukan penyiponan setiap hari yaitu
sebelum pemberian pakan pagi sebanyak 10% dari volume total air sedangkan
pergantian air setiap 2 minggu sekali sebanyak 50%. Hal ini bertujuan untuk
menjaga kualitas air agar tetap optimal bagi pertumbuhan benih ikan baung.
3.5 Parameter Penelitian
3.5.1 Pertumbuhan Berat Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir
pemeliharan dan awal pemeliharaan. Perhitungan berat mutlak dapat dihitung
dengan rumus (Effendi, 1997).
𝑊𝑚 = 𝑊𝑡 − 𝑊𝑜
Keterangan :
Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt : Bobot rata - rata akhir (g)
Wo : Bobot rata - rata awal (g)
13
3.5.2 Laju Pertumbuhan Berat Harian
Laju pertumbuhan berat harian adalah pertumbuhan berat ikan setiap harinya
selama pemeliharaan, laju pertumbuhan berat harian ditunjukan dalam gram. Laju
pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi, 1997).
𝐴𝐷𝐺 = 𝑊𝑡 − 𝑊0
𝑡
Keterangan :
ADG : Laju pertumbuhan berat harian (g/hari) (Average Daily Growth)
Wt : Bobot rata - rata pada hari ke - t (g)
Wo : Bobot rata - rata pada hari ke - o (g)
T : Waktu (hari)
3.5.3 Kelulushidupan
Kelulushidupan merupakan persentase ikan uji yang hidup pada akhir pemeliharan
dibagi awal pemeliharaan. Kelulushidupan diperoleh berdasarkan persamaan yang
dikemukakan oleh Zonneveld et al. (1991), yaitu :
𝑆𝑅 =𝑁𝑡
𝑁𝑜× 100%
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah udang akhir (ekor)
No : Jumlah udang awal (ekor)
3.5.4 Pengamatan Kualitas Air
Pengukuranan parameter kualitas air yang pada penelitian ini yaitu suhu
menggunakan Termometer, pH menggunakan pH paper dan DO (oksigen terlarut)
menggunakan DO meter yang dilakukan setiap 7 hari sekali
14
3.6 Analisis data
Analisis data Laju Pertumbuhan Harian, Kelulushidupan dan Pertumbuhan
Mutlak dihitung secara statistik menggunakan analisis ragam atau ANOVA
(analysis of variance) dengan selang kepercayaan 95%. Jika hasilnya berbeda
nyata tahap selanjutnya dilanjutkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan
95%. Data pengukuran kualitas air dianalisis secara deskriptif.
15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan perendaman
larva ikan baung pada umur yang berbeda dan dosis rGH yang berbeda
menunjukan pertumbuhan berat mutlak dan laju pertumbuhan harian yang lebih
tinggi dibandingkan kontrol. Namun perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh
terhadap kelulushidupan ikan baung baik kelompok umur 6, 12 dan 18 hari.
Perlakuan optimal rGH untuk peningkatan pertumbuhan ikan baung adalah 2
mg/L baik kelompok umur 6, 12 dan 18 hari.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan
penelitian yang lebih kompleks agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Acosta, J.R., Morales, R., Morales, M., Alonso, M., d a n Estrada, M.P. 2007.
Pichia pastoris Expressing Recombinant Tilapia Growth Hormone
Accelerates the Growth of Tilapia. Biotechnology Letter 29: 1671-1676.
Acosta, J.R., Estrada, M.P., Carpio, Y., Ruiz, O., Morales, R., Martinez, E.,
Valdes, J., Borroto, C., Besada, V., Sanchez, A., dan Herrera, F. 2009.
Tilapia Somatotropin Polypeptides: Potent Enhancers of Fish Growth and
Innate Immunity. Biotecnologia Aplicada 26(3): 267-272.
Affandi, R. 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press, Pekanbaru. 213 hlm.
Alawi, H., Muchtar, Pulungan, C., dan Rusliadi. 1990. Beberapa Aspek Biologi
Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) yang Tertangkap di Sekitar Perairan
Teratak Buluh Sungai Kampar. Pusat Penelitian Universitas Riau, Riau. 73
hlm.
Alimuddin, Lesmana, I., Sudrajat, A.O., Carman, O., dan Faizal, I. 2010.
Production and Bioactivity Potential of Three Recombinant Growth
Hormones of Farmed Fish. Indonesian Aquaculture Journal 5(1): 11-17.
Brown, T.A. 2006. Gen Cloning and Analysis. Blackwell Science Ltd, United
Kingdom. 386 hlm.
Dunham, R.A. 2004. Aquaculture and Fisheries Biotechnology. CABI Publishing,
USA. 85-99 hlm.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
163 hlm.
Forsyth, I.A., dan Wallis, M. 2002. Growth Hormone and Prolactin-Molecular
and Functional Evolution. Journal of Mammary Gland Biology and
Neoplasia 7(3): 291-312.
Francis, G.L. 2010. Albumin and Mammalian Cell Culture: Implications For
Biotechnology Applications. Cytotechnology 62(1):1-16.
Froese, R. dan Pauly, D. 2017. Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).
http://fishbase.org/Summary/SpeciesSummary.php?ID=5427&AT=baung.
Diakses pada 5 Maret 2017 pukul 22.35 WIB.
Handoyo, B. 2012. Respons Benih Ikan Sidat Terhadap Hormon Pertumbuhan
Rekombinan Ikan Kerapu Kertang melalui Perendaman dan Oral. [Tesis].
Pasca Sarjana. Institur Pertanian Bogor. 73 hlm.
Kordi, G. 2009. Budidaya Perairan. Citra Aditya Bakti, Bandung. 519 hlm.
17
Kordi, G. 2014. Buku Pintar Bisnis dan Budidaya Ikan Baung. Andi Publisher,
Yogyakarta. 238 hlm.
Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N., dan Wirjoatmojo, S. 1993. Ikan Air
Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Editions, Hongkong.
344 hlm.
Li, W.S., Chen, D., Wong, A.O.L., dan Lin, H.R. 2005. Molecular Cloning,
Tissue Distribution, and Ontogeny of mRNA Expression of Growth
Hormone in Orange-Spotted Grouper (Epinephelus coioides). General and
Comparative Endocrinology 144(1): 78-89.
Mancera, M.J., Carrion, R,L., dan Rıo, M.D.P.M.D. 2002. Osmoregulatory Action
of PRL, GH, and Cortisol in the Gilthead Seabream (Sparus aurata L.).
General and Comparative Endocrinology 129(2): 95-103.
Moriyama, S., Felix, G.A., dan Hiroshi, K. 2000. Growth Regulation by
Insuline-Like Growth Factor-1 in Fish. Bioscience Biotechnology
Biochemistry 64(8): 1553-1562.
Moriyama, S. dan Kawauchi, H. 1990. Growth Stimulation of Juvenile Salmonids
by Immersion in Recombinant Salmon Growth Hormone. Nippon Suisan
Journal 56(1): 31-34.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. 191 hlm.
Putra, H.G.P. 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame
yang diberi Protein Rekombinan GH melalui Perendaman dengan Dosis
Berbeda. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor. 40 hlm.
Rahmawati, I. 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame
yang diberi Pakan Alami yang disuplementasi Hormon Pertumbuhan
Rekombinan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. 32 hlm.
Ramayani, S. 2016. Pemberian Hormon Pertumbuhan Rekombinan terhadap
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)
yang dipelihara dalam Sistem Akuaponik. [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau, Riau. 58 hlm.
Sakai, M., Kajita, Y., Kobayashi, M., dan Kawauchi, H. 1997.
Immunostimulating Effect of Growth Hormone: in-vivo Administration
of Growth Hormone in Rainbow trout Enhances Resistance to Vibrio
anguillarum Infection. Veterinary Immunology and Immunopathology 57:
147-152.
18
Sanchez, J.P. dan Pierre, Y.L.B. 1999. Growth Hormone Axis as Marker of
Nutritional Status and Growth Performance in Fish. Aquaculture 177(1):
117–128.
Santiesteban, D., Martín, L., Arenal, A., Franco, R., dan Sotolongo, J. 2010.
Tilapia Growth Hormone Binds to a Receptor in Brush Border
Membrane Vesicles from the Hepatopancreas of Shrimp Litopenaeus
vannamei. Aquaculture 306: 338–342.
Sasmi, H., Hendrik, dan Hendri, R. 2015. Analisis Usaha Budidaya Ikan Sistem
Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Sungai Paku Kecamatan Kampar
Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Riau, Riau. 12 hlm.
Sinaga, I.M. 2014. Analisis Isi Lambung Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) di
Perairan Sungai Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Provinsi Riau. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1(1): 1-7.
Sukoso. 2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam Industri Pakan Ikan. Agritek YPN,
Jakarta. 51 hlm.
Sunarti, E.E. 2003. Tingkat Keberhasilan Triploidisasi Ikan Baung dengan
Pemberian Kejutan Panas pada Umur Zigot yang Berbeda. [Skripsi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 49
hlm.
Syazili, A., Irmawati, Alimuddin, dan Sumantadinata, K. 2012. Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Juvenile Ikan Gurami yang direndam dalam Hormon
Pertumbuhan Rekombinan dengan Frekuensi Berbeda. Jurnal Akuakultur
Indonesia 11(1): 23-27.
Triwinarso, W.H., Basuki, F., dan Yuniarti, T. 2014. Pengaruh Pemberian
Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rGH) melalui Metode Perendaman
dengan Lama Waktu yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Ikan Lele Varietas Sangkuriang. Journal of Aquaculture
Management and Technology 3(4): 265-272.
Windy. 2015. Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) di Sungai
Bingai Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara. [Skripsi]. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara, Medan. 33 hlm.
Wong, A.O.L., Hong, Z., Yonghua, J., Wendy, K., dan Ko, W. 2006. Feedback
Regulation of Growth Hormone and Secretion in Fish and the Emerging
Concept of Intrapituitary Feedback Loop (Review). Comparative
Biochemistry and Physiology 144(3): 284-305.
19
Yuwono, E., Sukardi, P., dan Sulistyo, I. 2005. Konsumsi dan Efisiensi Pakan
pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang dipuasakan secara
Periodik. Berkala Penelitian Hayati 10(2): 129 – 132.
Zonneveld, N., Huisman, E.A., dan Boon, J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hlm.