42
PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA TERHADAP INVESTASI PENDIDIKAN ANAK PADA KELUARGA TKW SWARA ASA PRATIWI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

  • Upload
    trandan

  • View
    247

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN

MENENGAH DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

TERHADAP INVESTASI PENDIDIKAN ANAK PADA

KELUARGA TKW

SWARA ASA PRATIWI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting
Page 3: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh

Persepsi Ayah tentang Pendidikan Menengah dan Kesejahteraan Keluarga

terhadap Investasi Pendidikan Anak pada Keluarga TKW” adalah benar karya

saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan

dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Swara Asa Pratiwi

NIM I24100061

Page 4: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

ABSTRAK

SWARA ASA PRATIWI. Pengaruh Persepsi Ayah tentang Pendidikan Menengah

dan Kesejahteraan Keluarga terhadap Investasi Pendidikan Anak pada Keluarga

TKW. Dibimbing oleh Istiqlaliyah Muflikhati.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan subjektif

ayah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengidentifikasi persepsi ayah

tentang pendidikan menengah, serta mengidentifikasi investasi uang dan waktu

yaitu kebersamaan ayah dengan anak pada keluarga TKW serta menganalisis

pengaruh kesejahteraan subjektif ayah dan persepsi ayah tentang pendidikan

menengah terhadap investasi anak. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga

TKW yang memiliki anak usia (12-14) tahun sebanyak 60 keluarga yang dipilih

secara purposive. Tingkat kesejahteraan subjektif ayah, persepsi ayah tentang

pentingnya pendidikan menengah (SMA) bagi anak termasuk kategori sedang.

Fasilitas pendidikan anak termasuk kategori rendah. Alokasi pengeluaran

pendidikan anak sebesar 12,57 persen dengan rata-rata Rp243.700 per bulan.

Investasi waktu ayah dengan anak termasuk kategori rendah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pendapatan ibu, kondisi tempat tinggal, dan kebersamaan

ayah dengan anak akan meningkatkan kesejahteraan subjektif ayah. Pendidikan

ayah dan pendapatan ibu akan meningkatkan fasilitas pendidikan dan alokasi

pengeluaran pendidikan anak. Semakin baik kesejahteraan subjektif ayah akan

meningkatkan kesadaran ayah untuk meluangkan waktu bersama dengan anak.

Kata kunci: investasi pendidikan anak, kesejahteraan subjektif, persepsi

pendidikan menengah

ABSTRACT

SWARA ASA PRATIWI. The effect of father peception about secondary

education and family well-being toward education child investment in migrant

worker family. Supervisored by Istiqlaliyah Muflikhati.

This study aims to analyze the level of subjective well-being of father and

factors that influence it, identify father perceptions about secondary education,

identify money investment and time investment for the child's on the migrant

worker family, and analyze the influence of subjective well-being of father and

the father's perception of secondary education to child investment. The sample of

this study is migrant workers family who have children with age 12-14 years old.

There are 60 families that were selected purposively. The level of subjective well-

being of father, father perception about secondary education are moderate

category. Money investment are low category. Allocation of children's education

cost is about 12,57 percent or Rp 243.700 per month. The time Investment of

father for the child is low. The results showed that the mother's income, living

conditions, and the togetherness of fathers and the children will increase

subjective well-being of father. Father’s education and mother's revenue will

increase educational facilities and the cost allocation of children's education.

Subjective well-being of fahter that good will increase the awareness of the

father's to spend the time with the children.

Key words : human investment, subjective well-being, perception education

Page 5: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN

MENENGAH DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

TERHADAP INVESTASI PENDIDIKAN ANAK PADA

KELUARGA TKW

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

SWARA ASA PRATIWI

Page 6: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting
Page 7: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting
Page 8: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

sehingga selalu tercurah syafaatnya kepada penulis. Penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.SI selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak memberikan waktu dan pikiran, membimbing, mengarahkan,

memberi saran, serta dorongan dan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.

2. Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi penulis.

3. Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen penguji sidang atas kritik dan saran

yang diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Alfiasari, SP, M.Si selaku pemandu seminar atas kritik dan saran yang

diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Megawati Simanjuntak, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang

selalu mendukung dalam hal akademik dan dalam proses penyusunan skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten

Indramayu telah bersedia menjadi responden dalam menyelesaikan penelitian

ini.

7. Orang tua penulis Bapak Sugianto dan Ibu Sundari, adik dari penulis Fajar

Dwi Aridanto, Inggar Ananto, dan Arya Putranto atas doa dan dukungan yang

sangat besar dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Keluarga besar dari Iin Solikhin, S.PI dan seluruh sahabat penulis, Rola

Nanda Widuri, Tria Komala Dewi, Anggraini Muliasari, Nenny Vini

Mediani, Wida Edwina, Nurul Fatwa, dan seluruh teman-teman IKK 47 atas

kesabaran, dukungan, dan motivasinya juga diberikan kepada penulis selama

menyusun skripsi ini hingga selesai. Penulis juga mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil penelitian ini masih terdapat

banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penelitian ini, dan

semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, September 2014

Swara Asa Pratiwi

Page 9: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 6

Cara Pemilihan Contoh 6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6 Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian 7 Pengolahan dan Analisis Data 9 Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteris tik Keluarga 11 Kondisi Tempat Tinggal 12 Kesejahteraan Subjektif 13 Persepsi Ayah tentang Pendidikan Menengah 14 Investasi Anak 14

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif 16 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fasilitas Pendidikan 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran Pendidikan 18

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebersamaan Ayah dengan Anak 19

PEMBAHASAN 20 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 22

Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP 32

Page 10: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

DAFTAR TABEL

1 Variabel, satuan, dan skala 7 2 Nilai minimum, maksimum, dan rataan karakteristik keluarga 12 3 Nilai minimum, maksimum, rataan dan standar deviasi indeks

kesejahteraan subjektif ayah 13 4 Sebaran kesejahteraan subjektif contoh berdasarkan dimensi 13 5 Sebaran keluarga berdasarkan persepsi pendidikan menengah 14 6 Sebaran keluarga berdasarkan kategori fasilitas pendidikan untuk

anak 15 7 Sebaran alokasi pengeluaran pendidikan untuk anak per bulan 15 8 Sebaran kebersamaan ayah dengan anak 16 9 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif 17 10 Faktor-faktor yang mempengaruhi fasilitas pendidikan 18

11 Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi pengeluaran pendidikan 19 12 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersamaan ayah dengan anak 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran keluarga berdasarkan kondisi tempat tinggal 27 2 Sebaran keluarga berdasarkan jawaban kesejahteraan subjektif 28 3 Sebaran jawaban persepsi pendidikan menengah 29 4 Sebaran jawaban kebersamaan ayah dengan anak 30 5 Sebaran jawaban kepemilikan fasilitas pendidikan 30 6 Koefisien korelasi antar variabel 31

Page 11: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesejahteraan merupakan tujuan dari setiap individu. Kesejahteraan

didefinisikan sebagai kualitas hidup seseorang atau unit sosial lain (Behke &

Macdermid 2004). Kesejahteraan juga menjadi tujuan membentuk suatu keluarga.

Jika suatu keluarga dikatakan sejahtera maka individu yang berada di dalamnya

akan mampu mengembangkan dirinya dengan lebih baik, dan sistem yang lebih

besar yang dibentuk oleh keluarga yaitu masyarakat dan negara akan turut

berkembang. Sejahtera bagi seseorang belum tentu sama dengan yang lainnya, hal

ini dikarenakan setiap orang memiliki pengalaman dan tingkat kepuasan yang

berbeda yang sangat bergantung pada kepribadian masing-masing individu

terhadap tingkat kepuasan dan persepsi yang dimilikinya akibat dari pengalaman

sebelumnya (Anggur et al 2004).

Syarief dan Hartoyo (1993) menyatakan bahwa kesejahteraan keluarga

memiliki dua dimensi yaitu dimensi material dan dimensi spiritual. Keluarga

sudah digolongkan sejahtera secara material ditentukan melalui pendapatan yang

dibandingkan dengan garis kemiskinan, keluarga yang memiliki pendapatan di

bawah garis kemiskinan tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dasar

minimumnya. Kesejahteraan spiritual suatu keluarga dapat diukur dengan kualitas

kehidupan non-fisik, kesejahteraan ini bersifat subjektif. Puspitawati (2009)

menyatakan bahwa kesejahteraan subjektif adalah kepuasan yang dirasakan

seseorang terhadap semua materi dan perilaku yang dilakukannya untuk mencapai

tujuan hidup.

Shinta (2008) menyatakan bahwa semakin sejahtera keluarga maka

beragam kebutuhan anggota keluarga dapat terpenuhi, baik secara kuantitas

maupun kualitas. Kebutuhan yang cenderung berubah dan bertambah dari waktu

ke waktu mengakibatkan keluarga dituntut untuk meningkatkan pendapatan

keluarga. Oleh karena itu, anggota keluarga lain dituntut untuk ikut bekerja,

angota keluarga yang berpotensi bisa dimanfaatkan untuk mencari nafkah adalah

ibu. Oyabu dan Eguchi (1999) menyatakan bahwa ibu yang bekerja pada keluarga

berpendapatan rendah adalah untuk mendukung pendapatan keluarga. Salah satu

indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah

tangga adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga (Rambe 2004).

Dampak negatif yang terjadi pada keluarga dengan ibu bekerja adalah

perubahan struktur keluarga dan fungsi pengasuhan anak. Perubahan struktur

keluarga yakni peran ayah menjadi ganda. Ayah berperan sebagai pencari nafkah

utama dan menjalankan peran domestik untuk menggantikan peran ibu karena ibu

bekerja sebagai TKW. Hal ini mengakibatkan suami bekerja melebihi

kapasitasnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan (Savitri 2011). Pada teori

struktural fungsional peran ekspresif atau pemberi cinta, pengasuhan, dan kasih

sayang dilakukan oleh ibu, namun pada kelurga TKW dilakukan oleh ayah,

sehingga peran ayah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari demi

kelangsungan hidup. Orang tua yakni ayah diharapkan dapat memberi perhatian

terhadap perkembangan anak, baik melalui pendidikan formal dan informal.

Pendidikan merupakan salah satu hak dasar bagi setiap warga negara. Sehingga

Page 12: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

2

pendidikan yang ditempuh oleh anak merupakan tanggung jawab keluarga,

masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan orang tua mempengaruhi pandangan atau

persepsi orangtua mengenai pentingnya anak untuk masa depan. Persepsi

pentingnya pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku yang dicerminkan

dalam alokasi pengeluaran untuk pendidikan (Jerrim dan Micklewright 2009).

Pendidikan adalah salah satu prasyarat untuk meningkatkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Upaya dalam meningkatkan kualitas anak dilakukan

melalui investasi anak. Bryant dan Zick (2006) menyatakan bahwa pendidikan

formal merupakan salah satu cara yang paling umum untuk berinvestasi terhadap

sumerdaya manusia. Bentuk investasi dalam keluarga yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kualitas anak dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang

berkualitas adalah waktu dan pendapatan. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan

anak merupakan cerminan investasi yang dilakukan oleh orangtua untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hample (2010) mengungkapkan

bahwa orang tua melakukan persiapan terhadap kualitas anak melalui sumber

daya yang dimiliki.

Waktu merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki orang tua selain

uang (Hartoyo 1998). Di Indonesia penelitian kesejahteraan keluarga secara

objektif yang berhubungan dengan peningkatan kualitas anak telah banyak

dilakukan, akan tetapi penelitian dengan melihat kesejahteraan individu seorang

ayah yang memiliki istri bekerja sebagai TKW yang dikaitkan dengan pandangan

ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih

jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting untuk dilakukan

penelitian mengenai pengaruh persepsi ayah tentang pendidikan menengah dan

kesejahteraan keluarga (subjektif) terhadap investasi pendidikan anak di keluarga

TKW.

Rumusan Masalah

Kemiskinan di Indramayu menurut data BPS tahun 2009 mencapai 17,99%

dari jumlah penduduk di Indramayu yang mencapai 1,7 juta jiwa. Kemiskinan

tersebut yang menyebabkan sebagian warga Indramayu memilih bekerja sebagai

TKI/TKW. Data survey BNP2TKI tahun 2013 membuktikan bahwa propinsi Jawa

Barat merupakan penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terbanyak dengan

latar pendidikan SMP sebanyak 129.885 orang. Motivasi besar perempuan

menjadi TKW karena tekanan ekonomi. Soli hah (2000) mengungkapkan bahwa

ekonomi menjadi alasan wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak

menjadi TKW. Kepergian istri sementara untuk bekerja di luar negeri akan

menimbulkan permasalahan di dalam keluarga seperti intensitas pertemuan

dengan keluarga menjadi jauh berkurang dan secara langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi keharmonisan dalam keluarga (Tjaja 2000).

Perpisahan yang terjadi akan memberikan dampak negatif bagi ayah dan anak

sebagai anggota keluarga karena beban ayah semakin besar selain dituntut untuk

bekerja setiap hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengatur

pekerjaan di dalam rumah, ayah juga harus mampu untuk mendidik, mengasuh

serta mengawasi anak-anaknya (LPPM UMP 2009). Kondisi tersebut akan

mempengaruhi kepuasan ayah terhadap kehidupannya selama istri menjadi TKW,

Page 13: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

3

yang disebut kesejahteraan subjektif ayah. Komunikasi yang terjalin antara ayah-

istri melemah dan mempengaruhi kualitas perkawinan, begitu pula antar ibu dan

anak remaja yang mengalami masa pubertas dan membutuhkan pendampingan

dari kedua orang tua. Karena pada masa remaja aspek psikologisnya mengalami

perkembangan yaitu aspek afektif, psikomotorik, dan kognitif remaja.

Kemampuan berfikir remaja yang berkembang seiring dengan meningkatnya

ketersediaan sumberdaya kognitif, aspek afektif dimana anak mulai ingin bebas,

menjadi alasan perlunya curahan waktu orang tua terhadap remaja.

Welis (1994), Jatiningsih (2004), dan Lestari (2011) menunjukkan bahwa

semakin tinggi alokasi waktu orang tua yang tersedia untuk pengasuhan anak

dapat meningkatkan kualitas anak. Selain alokasi waktu, alokasi untuk

pengeluaran pendidikan juga upaya untuk meningkatkan kualitas anak. Hartoyo

(1998) upaya keluarga untuk investasi pada anak dapat tercermin dalam alokasi

pendapatan (uang) dan waktu.

Kemiskinan juga berdampak pada rendahnya alokasi untuk kebutuhan

rumah tangga termasuk alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak. Permatasari

(2010) menunjukan bahwa keluarga yang tergolong miskin masih sedikit

mengalokasikan pengeluaran untuk pendidikan anak, baik karena kemampuan

ekonomi yang rendah atau karena kesadaran yang masih kurang terhadap

pendidikan. Selain bermaksud menambah pendapatan di dalam keluarga, menjadi

TKW juga akan menambah devisa negara. Meski aliran dana remmitance dari

warga Indramayu yang bekerja di luar negeri per tahun mencapai Rp 300 miliar

namun tetap saja angka kemiskinan masih tinggi karena digunakan untuk

membiayai kebutuhan konsumtif (Zaelani 2011). Berdasarkan uraian tersebut

maka di dapatkan pertanyaan pada penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana tingkat kesejahteraan subjektif ayah ?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif ?

3. Bagaimana persepsi ayah tentang pendidikan menengah anak pada

keluarga TKW ?

4. Bagaimana penyediaan fasilitas dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan

dan kebersamaan ayah dengan anak yang dilakukan keluarga TKW?

5. Bagaimana pengaruh persepsi ayah tentang pendidikan menengah dan

kesejahteraan subjektif terhadap investasi pendidikan anak pada keluarga

TKW ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

persepsi ayah tentang pendidikan menengah dan kesejahteraan keluarga terhadap

investasi pendidikan anak pada keluarga TKW.

Tujuan Khusus

1) Menganalisis tingkat kesejahteraan subjekif ayah pada keluarga TKW.

2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif.

Page 14: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

4

3) Menganalisis persepsi ayah tentang pendidikan menengah anak di keluarga

TKW.

4) Mengidentifikasi fasilitas dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan dan

kebersamaan ayah dengan anak remaja.

5) Menganalisis pengaruh persepsi ayah tentang pendidikan menengah dan

kesejahteraan subjektif terhadap investasi pendidikan anak pada keluarga

TKW.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak antara lain :

1) Bagi peneliti, dapat memperkaya ilmu dan wawasan yang telah didapatkan

serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan.

2) Bagi institusi, dapat menyumbangkan referensi baru terutama yang

berkaitan dengan persepsi orang tua terhadap pendidikan menengah,

kesejahteraan subjektif, dan investasi pendidikan anak di kelurga TKW.

3) Bagi masyarakat, dapat memberikan wawasan mengenai pendidikan

menengah, kesejahteraan subjektif, dan investasi pendidikan anak di

kelurga TKW.

4) Bagi pemerintah, dapat memberikan sumbangan informasi mengenai

pendidikan menengah, kesejahteraan subjektif, dan investasi pendidikan

anak di kelurga TKW.

KERANGKA PEMIKIRAN

Suatu pernikahan didasari oleh persaman dalam tujuan pernikahan yakni

keluarga sejahtera. Cara setiap keluarga mencapai suatu kesejahteraan berbeda-

beda. Keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan mencari pekerjaan lain

disamping pekerjaan utamanya bahkan tidak jarang melibatkan anggota keluarga

lainnya termasuk istri/ibu untuk meningkatkan pendapatan (family generating

income). Hal ini akan memberikan kontribusi ekonomi secara langsung terhadap

pendapatan yang akan mempengaruhi aktivitas keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pangan maupun non pangan. Keluarga dikatakan sejahtera apabila

kebutuhan setiap anggotanya dapat terpenuhi.

Laswell dan Laswell (1987) mengemukakan bahwa kontribusi ekonomi

perempuan dalam ekonomi keluarga akan menghasilkan peningkatan dalam

keuangan keluarga, kepemilikan barang mewah, standar hidup yang lebih tinggi

dengan pencapaian rasa aman yang lebih baik sehingga berdampak pada

peningkatan status sosial keluarga. Hal ini akan meningkatkan kesejahteraan

keluarga, baik kesejahteraan objektif maupun kesejahteraan subjektif. Sebab

seseorang akan merasa semakin puas dan bahagia apabila semakin tinggi

kekayaan yang dimilikinya (Angur et al 2004).

Keluarga memiliki tanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak.

Seperti keluarga pada umumnya, keluarga TKW melakukan investasi untuk

meningkatkan kualitas sumberdaya keluarga. Investasi yang dilakukan keluarga

TKW adalah investasi waktu dan juga pendidikan. Pendidikan terdiri dari tiga

jenjang, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Page 15: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

5

Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Pendidikan

menengah sangat penting dilaksanakan sebagai sarana pengembangan potensi

anak. Namun, dalam pelaksanaannya, pendidikan menengah membutuhkan biaya

yang mahal dan memberatkan keluarga, sehingga hal tersebut akan memengaruhi

persepsi pentingnya pendidikan menengah. Namun, pendidikan menengah

membutuhkan biaya yang mahal, sehingga mempengaruhi pandangan orang tua

terhadap pentingnya pendidikan menengah untuk anak. Karakteristik keluarga

merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi atau cara pandang keluarga,

termasuk tentang pendidikan.

Sriyanti et al (2006) menyatakan bahwa tingkat pendidikan, pengalaman

bekerja, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anak mempengaruhi persepsi

orang tua tentang pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin baik persepsi

orang tua terhadap pendidikan anak maka akan berpengaruh pada kesadaran orang

tua menyekolahkan anak namun didasarkan juga pada keinginan anak untuk

sekolah. Kesadaran orang tua untuk meyekolahkan anak termasuk sebagai

investasi anak untuk meningkatkan kualitas anak di masa depan.

Investasi orang tua pada sumber daya manusia yaitu anak-anak dapat

dilakukan dengan melakukan pengajaran pada anak dan pengeluaran untuk biaya

pendidikan anak. Orang tua yang menggunakan waktunya dengan anak untuk

bersama melakukan tugas tertentu akan berkontribusi terhadap pembentukan

modal manusia seorang anak. Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh

karakteristik keluarga, karakteristik anak terhadap kesejahteraan subjektif ayah,

persepsi orang tua tentang pendidikan menengah anak dan investasi pendidikan

anak dalam bentuk materi (uang) dan non materi (waktu). Secara lebih jelas,

kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Ket : = Hubungan yang diteliti = Variabel yang diteliti

= Hubungan yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Karakteristik

Keluarga

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan

Besar

keluarga

Aset (Kondisi

rumah

Karakteristik

Anak

Usia

Jenis

kelamin

Kesejahteraan

Subjektif

Persepsi Ayah tentang

Pendidikan Menengah Investasi

Pendidikan

Anak

Investasi

materi

Investasi

non materi

Kesejahteraan

Anak

Page 16: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

6

METODE

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study, yaitu

penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

karakteristik responden (Singarimbun & Effendi 1995). Penelitian dilaksanakan di

Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu

RW 01. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa

lokasi tersebut merupakan daerah yang memiliki penduduk yang cukup banyak

bekerja sebagai TKW. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Februari-Mei

2014 yang meliputi pengumpulan, pengolahan, dan analisis data.

Cara Pemilihan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga TKW yang tinggal di Desa

Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu.

Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki istri bekerja

sebagai TKW di luar negeri dan memiliki anak usia remaja (12-14) tahun.

Responden pada penelitian ini adalah ayah yang memiliki istri yang bekerja

sebagai TKW berjumlah 60. Metode penarikan contoh dilakukan dengan cara non

probability sampling, teknik purposive sampling.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer. Data

primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan

menggunakan panduan kuesioner yaitu karakteristik keluarga (usia, lama

pendidikan, pendapatan, pekerjaan, besar keluarga, dan aset (kondisi rumah)),

karakteristik anak (usia dan jenis kelamin), persepsi ayah tentang pendidikan

menengah, kesejahteraan subjektif, dan investasi anak (investasi materi dan

investasi non materi). Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang diuji

validitas dan realibilitasnya.Variabel yang diteliti dan kategori pengelompokannya

dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 17: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

7

Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian

Sebelum melakukan pengolahan maka diperlukan cara untuk mengukur dan

menilai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran dan

penilaian variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Kesejahteraan subjektif

Kesejahteraan subjektif ayah menggunakan instrumen yang mengacu dan

memodifikasi dari Puspitawati (2012) dan Zuliany (2013). Kesejahteraan

subjektif terbagi menjadi 5 dimensi yaitu fisik (8 pertanyaan), ekonomi (12

pertanyaan), psikologis (12 pertanyaan), dan sosial (6 pertanyaan). Masing-

masing pertanyaan disediakan 3 jawaban dengan skor 1 untuk jawaban “tidak

puas”, 2 untuk jawaban “cukup puas”, 3 untuk jawaban “puas”. Instrumen

Kesejahteraan subjektif telah diuji validitas dan realibilitasnya dengan

Cronbach alpha sebesar 0,898. Skor yang diperoleh kemudian

ditransformasikan ke dalam bentuk indeks dan kemudian dikelompokkan.

Tabel 1 Variabel, satuan, dan skala

No Variabel Satuan Skala

1 Karakteristik ayah/keluarga TKW

Usia ayah (tahun) Tahun Rasio

Usia istri (tahun) Tahun Rasio

Lama Pendidikan Tahun Rasio

Besar keluarga Orang Rasio

Pendapatan Rupiah/bulan Rasio

Pekerjaan [0]Tidak bekerja

[1]Petani

[2]PNS/TNI/POLRI

[3]Buruh

[4]Karyawan

[5]Wirasawsta

[6]Lainnya

Nominal

Aset (Kondisi Rumah) - -

2 Karakteristik anak

Usia Tahun Rasio

Jenis Kelamin [0]Laki-laki

[1]Perempuan

Nominal

3 Kesejahteraan subjektif ayah Skor Ordinal

4 Persepsi Ayah tentang pendidikan

menengah

Skor Rasio

5 Investasi Pendidikan anak

Investasi Materi

a. Fasilitas pendidikan

[0] Tidak punya

[1] Punya

Ordinal

b. Alokasi pengeluaran

pendidikan

Rupiah/bulan Rasio

Investasi Non Materi

a. Kebersamaan ayah dengan

anak

Skor Rasio

Page 18: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

8

menjadi 3, yaitu rendah, sedang, tinggi. Berikut ini cut off yang digunakan

untuk mengelompokkan kesejahteraan subjektif ayah yaitu:

a. Rendah : 0 - 33,3

b. Sedang : 33,4 - 66,6

c. Tinggi : 66,7 – 100

b) Persepsi orang tua tentang pendidikan menengah

Kuesioner persepsi orang tua tentang pendidikan menengah yang

digunakan diadopsi dan dimodifikasi dari Puspitawati (2009) dan Winda

(2012). Instrument persepsi orang tua tentang pendidikan menengah memiliki

17 pertanyaan dan diukur menggunakan skala likert yang telah diuji validitas

dan realibilitasnya dengan Cronbach alpha sebesar 0,662. Masing-masing

disediakan 4 jawaban dengan skor 1 untuk jawaban “tidak setuju”, 2 untuk

jawaban “kurang setuju”, 3 untuk jawaban “setuju”, 4 untuk jawaban “sangat

setuju”. Kemudian total skor dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan

interval, digunakan rumus :

Berdasarkan rumus di atas, diketahui besar interval kelas yang digunakan pada

variabel persepsi orang tua tentang pendidikan menengah. Sehingga didapat

tiga kategori persepsi orang tua tentang pendidikan menengah, yaitu :

a. Rendah (17- 33,9)

b. Sedang (34-50,9)

c. Baik (51-68)

c) Fasilitas pendidikan

Fasilitas pendidikan anak yang dimodifikasi dari Nurhartanti (2013).

Fasilitas pendidikan diukur dengan mengajukan 10 pertanyaan yang telah diuji

validitas dan realibilitasnya dengan Cronbach alpha sebesar 0,723. Setiap butir

pertanyaan disediakan 2 jawaban, yaitu tidak punya skor 0 dan punya skor 1.

Selanjutnya skor masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan diperoleh skor

total. Kemudian total skor dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan

interval, yaitu :

a. Rendah : (0 – 2,9)

b. Sedang : (3 – 5,9)

c. Tinggi : (6 – 9)

d) Pengeluaran pendidikan

Pengeluaran pendidikan untuk anak dimodifikasi dari Nurhartanti (2013).

Pengeluaran untuk pendidikan anak dihitung dari besarnya pengeluaran

(rupiah) yang dikeluarkan oleh keluarga (per bulan). Selanjutnya alokasi

pengeluaran untuk pendidikan anak dihitung dari persentase alokasi yang

dikeluarkan keluarga untuk pendidikan anak dari total pengeluaran keluarga.

e) Kebersamaan ayah dengan anak

Alokasi waktu dilihat melalui kebersamaan ayah dengan anak. kegiatan

ayah dengan anak dengan 13 butir pertanyaan yang telah diuji validitas dan

realibilitasnya dengan Cronbach alpha sebesar 0,663. Setiap butir pertanyaan

Interval = skor maksimum-skor minimum

Jumlah kelas

Page 19: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

9

disediakan 3 jawaban, yaitu skor 0 untuk jawaban “tidak pernah”, skor 1 untuk

jawaban “kadang-kadang”, skor 2 untuk jawaban “selalu” dimodifikasi dari

Wahini (2012). Kemudian total skor dikelompokkan menjadi 3 kategori

berdasarkan interval. Sehingga didapat tiga kategori kebersamaan ayah dengan

anak, yaitu :

a. Rendah (0- 8,9)

b. Sedang (9-17,9)

c. Tinggi (18-26)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry

data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara deskriptif dan

inferensia. Pemaparan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini akan

dijelaskan sebagai berikut, yaitu :

1. Analisis deskriptif meliputi: rataan, standar deviasi, nilai minimum dan

maksimum, digunakan untuk menggambarkan karakteristik anak dan.

2. Analisis inferensia meliputi :

a) Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kesejahteraan subjektif ayah dengan menggunakan

variabel karakteristik keluarga (usia, pendapatan perkapita, besar keluarga,

lama pendidikan, dn status pekerjaan).

Y1= α+β1X1+β2X2+β3X3 + β4X4+β7X7+ β8X8+ β9X9+e

b) Uji regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik

keluarga, karakteristik anak, tingkat kesejahteraan subjektif ayah, persepsi

orang tua tentang pendidikan, terhadap investasi pendidikan anak. Berikut

adalah persamaan regresi linear yang digunakan :

Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, tingkat kesejahteraan

subjektif ayah, persepsi orang tua tentang pendidikan anak, terhadap

fasilitas pendidikan anak.

Y2= α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+D1 + e

Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, tingkat kesejahteraan

subjektif ayah, persepsi orang tua tentang pendidikan anak, terhadap

alokasi pengeluaran pendidikan anak

Y3= α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+D1+ e

Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, tingkat kesejahteraan

subjektif ayah, terhadap kebersamaan ayah dengan anak

Y4= α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+ β6X6+D1+ e

Page 20: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

10

Keterangan :

Y1= kesejahteraan subjektif ayah (skor)

Y2 = Fasilitas pendidikan anak

Y3= Alokasi pengeluaran pendidikan anak

Y4= Kebersamaan ayah dengan anak

α = konstanta regresi

β = koefisien regresi

X1= usia ayah/ibu (tahun)

X2= pendidikan ayah/ibu (tahun)

X3= pendapatan ibu (rupiah/kapita/bulan)

X4= usia anak (tahun)

X5= tingkat kesejahteraan subjektif ayah (skor)

X6= persepsi pendidikan menengah (skor)

X7= besar keluarga (orang)

X8= Kondisi tempat tinggal (skor)

X9= Kebersamaan ayah dengan anak (skor)

D1= Jenis kelamin anak ((0=laki-laki, 1=perempuan)

Definisi Operasional

TKW adalah wanita yang bekerja di luar negeri dan bekerja dalam sektor

informal (buruh, pembantu rumah tangga dll).

Keluarga TKW adalah keluarga yang memiliki istri/ibu bekerja sebagai TKW di

luar negeri.

Karakteristik ayah/keluarga TKW merupakan keadaan ayah dan keluarga yang

memiliki istri/ibu sebagai TKW, yang meliputi usia, pendapatan, pekerjaan,

besar keluarga, pendidikan, dan aset (kondisi rumah).

Usia adalah tingkatan masa hidup seseorang yang dikategorikan menjadi tiga

kategori kelompok usia produktif (BPS), kelompok umur muda (<15 tahun),

kelompok umur produktif (15-64 tahun), kelompok umur tua (> 65 tahun)

Lama Pendidikan adalah lamanya pendidikan/masa sekolah yang pernah dilalui

orang tua. Lama pendidikan diklasifikasikan dalam tidak sekolah (0 tahun),

Sekolah Dasar (1-6 tahun), Sekolah Menengah Pertama/sederajat (7-9

tahun), Sekolah Menengah Atas/sederajat (10-12 tahun).

Pekerjaan adalah aktivitas produktif yang dilakukan seseorang dan di mana

sebagian besar waktu digunakan untuk bekerja dalam mendapatkan

penghasilan.

Pendapatan keluarga adalah total uang yang diterima keluarga dari seluruh

anggota yang bekerja dan memperoleh upah baik melalui pekerjaan utama

maupun sampingan yang dihitung perbulan dalam rupiah.

Besar Keluarga adalah jumlah total dari anggota keluarga contoh yang tinggal

dalam satu rumah.

Anak merupakan individu yang tumbuh dan berkembang di dalam keluarga dan

lingkungan, dalam penenlitian berusia (12-14 tahun).

Karakteristik anak adalah keadaan anak di dalam keluarga yang meliputi usia

dan pendidikan.

Page 21: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

11

Usia anak adalah tingakatn masa hidup anak, dalam penelitian adalah yang

berusia 12-14 tahun.

Kesejahteraan subjektif adalah perasaan senang atau tingkat kepuasan ayah

terhadap keadaan keluarga baik secara fisik, ekonomi, sosial, dan psikologi

berdasarkan persepsi yang dirasakan ayah sejak kepergian istri menjadi

TKW dalam waktu yang relative lama.

Persepsi orang tua tentang pendidikan menengah adalah pandangan ayah

dalam menilai penting atau tidaknya pendidikan menengah menurut orang

tua yang akan mempengaruhi tindakan orang tua.

Investasi pendidikan anak adalah upaya yang dilakukan orang tua untuk

meningkatkan kualitas anak di masa depan dalam bentuk alokasi uang dan

waktu yang dilakukan orang tua terhadap anak. dalam penelitian investasi

pendidikan anak diukur dari penyediaan fasilitas pendidikan untuk anak,

besarnya alokasi pengeluaran pendidikan, dan alokasi waktu pengasuhan

ayah.

Investasi materi adalah alokasi berupa uang yang diberikan orang tua kepada

anak melalui fasilitas dan biaya untuk pendidikan.

Fasilitas pendidikan adalah ketersediaan alat yang diberikan oleh orang tua

untuk menunjang pendidikan.

Pengeluaran pendidikan adalah biaya rutin yang dikeluarkan orang tua untuk

biaya sekolah anak dan membeli peralatan sekolah dalam satuan rupiah per

bulan.

Investasi non materi adalah alokasi waktu pengasuhan yaitu kebersamaan ayah

dengan anak.

Kebersamaan ayah dengan anak adalah skor kegitan yang dicurahkan ayah

untuk kegiatan pengasuhan kepada anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Keluarga

Rata-rata usia ayah adalah 41,08 tahun dan ibu adalah 36,85 tahun.

Berdasarkan kategori usia menurut BPS, maka rata-rata usia ayah dan ibu

termasuk kategori kelompok usia produktif (15-64). Rata-rata lama pendidikan

ayah 4,12 tahun dan ibu 3,98 tahun (Tabel 2), memiliki pendidikan tidak tamat SD.

Rata-rata besar keluarga adalah 3,78 dengan jumlah minimum dalam satu

keluarga sebanyak 3 orang dan maksimum sebanyak 6 orang, sebanyak 90 persen

keluarga memiliki besar keluarga kurang dari 4 orang. Berdasarkan kriteria

BKKBN, maka termasuk kategori keluarga kecil.

Sayah (70%) bekerja sebagai buruh tani, 26,7 persen sebagai pedagang, dan

3,3 persen sebagai supir. Sebagian besar keluarga termasuk pada kategori

keluarga tidak miskin menurut Garis kemiskinan Jawa Barat (2014) karena

memiliki pendapatan perkapita keluarga lebih dari Rp 276.875. Proporsi

pendapatan terbesar dalam keluarga adalah pendapatan ibu (64%) dengan rata-rata

sebesar Rp 2.380.833. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga selama satu bulan

sebesar ±Rp 1.050.956 dengan rata-rata pengeluaran per kapita keluarga selama

Page 22: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

12

satu bulan sebesar ±Rp 529.232. Jangka waktu istri bekerja sebagai TKW di luar

negeri bervariasi, dari yang paling singkat yaitu tiga bulan hingga yang paling

lama yaitu lima tahun. Rata-rata lama ibu bekerja sebagai TKW adalah 2,27 tahun.

Karakteristik anak terdiri dari usia dan jenis kelamin. Tabel 2

menunjukkan bahwa rata-rata usia anak adalah 13,28 tahun dan 48,3 persen anak

berusia 14 tahun. Lebih dari separuh responden berjenis kelamin perempuan

(53,3%) dan 46,7 persen berjenis kelamin laki-laki. Lebih dari sepertiga anak

(31,7%) berada di tingkat kelas 2 SMP, namun sebanyak 18,7 persen anak tidak

melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah karena kendala ekonomi

dan minat anak untuk melanjutkan sekolah yang kecil.

Kondisi Tempat Tinggal

Rumah atau tempat tinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi oleh setiap manusia dalam hidupnya. Semakin baik fasilitas yang

dimiliki, maka semakin sejahtera keluarga yang menempati rumah tersebut (BPS

2000). Pada penelitian ini status kepemilikan rumah keluarga diukur dari status

kepemilikan rumah. Berdasarkan sebaran kondisi tempat tinggal contoh yang

disajikan pada Lampiran 1, diketahui bahwa lebih dari separuh contoh (80,3%)

memiliki rumah dengan status kepemilikan milik sendiri. Sebagian besar atap

(99,3%) dan dinding (99%) rumah contoh beratap genteng dan memilik jenis

dinding yaitu tembok. Lebih dari separuh contoh (79,3) lantai rumah berjenis

keramik, dan hanya 19 persen berjenis plester semen/ubin. Sebagian besar contoh

memiliki WC dan tempat BAB sendiri, namun 15 persen keluarga masih ada yang

menggunakan WC umum dan 2,0 persen keluarga memanfaatkan sungai/empang

untuk tempat BAB. Seluruh keluarga contoh menggunakan sumber mata air untuk

minum dan mencuci. Sumber penerangan yang digunakan seluruh keluarga

contoh adalah listrik dan menggunakan gas untuk memasak.

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ± SD

Karakteristik keluarga

Usia ayah (tahun) 30 50 41,08 ± 4,92

Usia ibu (tahun) 25 45 36,85 ± 4,67

Lama pendidikan ayah (tahun) 0 12 4,12 ± 3,36

Lama pendidikan ibu (tahun) 0 12 3,98 ± 3,01

Besar keluarga (orang) 3 6 3,72 ± 0,65

Pendapatan ayah (Rp/bln) 600.000 2.500.000 1.317.500 ± 356.350

Pendapatan ibu (Rp/bln) 200.000 5.000.000 2.380.833 ± 1.218.541

Pendpatan anak (Rp/bln) 0 1.900.000 108.333 ± 277.757

Pendapatan perkapita (Rp/bln) 350.000 2.266.667 1.050.956 ± 422.085

Pengeluaran perkapita (Rp/bln) 192.500 845.167 529.232 ± 147.127

Waktu bekerja ibu sebagai

TKW (tahun) 0,25 5 2,27 ± 1,05

Karakteristik anak

Usia anak (tahun) 12 14 13,28 ± 0,78

Tingkat Pendidikan anak (kelas) 0 3 1,60 ± 1,04

Tabel 2 Nilai minimum, maksimum, dan rataan karakteristik keluarga

Page 23: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

13

Kesejahteraan Subjektif

Kesejahteraan subjektif adalah suatu fenomena yang meliputi evaluasi

kognitif dan emosional individu terhadap kehidupan mereka (Dinner et al 2003).

Kesejahteraan subjektif ayah merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang

bagaimana penilaian ayah terhadap kehidupannya di segala aspek. Aspek di dalam

kesejahteraan subjektif yang dirasakan oleh ayah meliputi kesejahteraan fisik,

ekonomi, sosial, dan psikologis.

Berdasarkan Tabel 4 sebagian besar ayah (75,0%) berada pada tingkat

kesejahteraan subjektif kategori sedang. Rata-rata kesejahteraan ayah (53,80)

dengan nilai minimum (17,00) dan nilai maksimum (86,00). Hal ini dikarenakan

pada dimensi sosial hampir separuh ayah (46,7%) merasa sangat puas

berkomunikasi dengan mertua/orang tua dan anak dibandingkan dengan istri

karena jarak yang jauh. Lebih dari separuh ayah merasa sangat puas (59%) dengan

kondisi kesehatan dirinya, kesehatan anak, dan kesehatan istri di negeri orang.

Ayah menyatakan tidak puas (42,9%) dengan keadaan keuangan keluarga,

keadaan pendapatannya, dan tabungan keluarga. Hal ini dapat dilihat bahwa

dimensi ekonomi adalah dimensi yang paling rendah dibandingkan dengan

dimensi lainnya. Namun, ayah menyatakan cukup puas dengan kontribusi istri

dalam pendapatan keluarga. Pada dimensi psikologis ayah merasa tidak puas

dengan dengan kepergian istri menjadi TKW karena terkait dengan kebutuhan

seksual ayah yang kurang terpenuhi. Namun, sebagian besar ayah (87,8%) merasa

cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan seksual karena dipenuhinya dengan

cara lain. Jika dilihat berdasarkan indikator masing-masing dimensi, hampir

separuh ayah (46,7%) merasa sangat sejahtera pada dimensi sosial dibandingkan

dimensi lain dengan rata-rata 63,75.

Dimensi Minimum Maksimum Rataan ± SD

Fisik 6,00 100 58,96 ± 22,11

Ekonomi 21,00 88,00 45,14 ± 15,84

Sosial 25,00 100 63,75 ± 22,85

Psikologis 12,00 83,00 47,36 ± 14,55

Total kesejahteraan

subjektif

17,00 86,00 53,80 ± 14,40

Kesejahteraan

Subjektif

Kesejahteraan Kesejahteraaan

Total Fisik Sosial Ekonomi Psikologi

% % % % %

Rendah (0-33,3) 11,7 11,7 25,0 16,7 5,0

Sedang(33,4-66,6) 48,3 41,7 61,7 68,3 75,0

Tinggi(66,7-100) 40,0 46,7 13,3 10,0 20,0

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Tabel 3 Nilai minimum, maksimum, rataan dan standar deviasi indeks kesejahteraan

subjektif ayah

Tabel 4 Sebaran kesejahteraan subjektif contoh berdasarkan dimensi

Page 24: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

14

Persepsi Ayah tentang Pendidikan Menengah

Persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan orang tua (ayah) tentang

pentingnya pendidikan menengah bagi anak. Tabel 5 menunjukkan bahwa

sebagian besar ayah (80,0%) memiliki persepsi pendidikan menengah pada

kategori sedang (skor 34-50,9). Hanya 5,0 persen yang memiliki persepsi

pendidikan menengah dalam kategori kurang (skor 17-33,9). Rata-rata persepsi

orang tua berada pada kategori sedang atau cukup baik. Hal ini dikarenakan

meskipun lebih dari separuh ayah menyetujui bahwa pendidikan menengah

merupakan hak setiap anak (70%), namun hampir separuh ayah masih

menyatakan bahwa tidak semua anak harus sekolah hingga jenjang pendidikan

menengah (55%), karena biaya yang dibutuhkan sangat memberatkan keluarga

(42,8%) dan tergantung pada keinginan anak untuk melanjutkan sekolah.

Sehingga ayah memiliki pandangan bahwa pendidikan menengah hanya

diperuntukkan untuk orang kaya (22,3%). Hampir separuh responden (43%)

menyatakan bahwa pendidikan untuk anak laki-laki lebih diutamakan

dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini didukung oleh masih terdapat anak

yang tidak melanjutkan sekolah hingga jenjang pendidikan menengah (18,3%),

karena alasan ekonomi serta minat dan kemauan anak untuk melanjutkan sekolah

ke tingkat menengah yang kecil, anak lebih memilih untuk bekerja atau membantu

perekonomian keluarga.

Hampir separuh ayah (54,1%) menyatakan bahwa setelah menyelesaikan

pendidikan dasar, anak di utamakan untuk membantu ekonomi keluarga

dibandingkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang menengah. Seluruh contoh

mengikuti pendidikan non formal yaitu TPA, karena pendidikan formal tidak

dipugut biaya/gratis.

Investasi Anak

Fasilitas Pendidikan Anak

Lebih dari separuh orang tua menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak

termasuk pada kategori rendah (51,70%). Fasilitas pendidikan yang diberikan oleh

orang tua antara lain, yaitu kamar sendiri (79%), meja belajar (15%), buku

pelajaran (52,7%), computer/laptop (19,4%), kamus bahasa (5,2%), mengikuti

pengajian/TPA (100%), mengikuti les/bimbingan belajar (6,1%), memiliki

perlengkapan sekolah lengkap (90%), seluruh anak tidak mengikuti les musik/tari

dan asuransi pendidikan (0%).

Persepsi pendidikan Jumlah

n %

Kurang (17- 33,9) 3 5,0

Sedang (34-50,9) 48 80,0

Baik (51-68) 9 15,0

Total 60 100,0

Rata-rata ±SD 44,97 ± 5,563

33-58 Kisaran (Min-Max)

Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan persepsi pendidikan menengah

Page 25: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

15

Alokasi Pengeluaran Pendidikan Anak

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 7), rata-rata pengeluaran keluarga untuk

pendidikan anak sebesar Rp243.700 per bulan. Alokasi pengeluaran untuk

pendidikan anak memiliki proporsi sebesar 12,57 persen dari total pengeluaran

keluarga. Rata-rata pengeluaran terbesar dalam alokasi pengeluaran untuk

pendidikan anak adalah pengeluaran untuk jajan sekolah anak dan transportasi

berturut-turut sebesar Rp130.033 dan Rp65.866 per bulan. Keluarga yang

memiliki anak sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak

mengeluarkan biaya untuk SPP yang disebabkan adanya program BOS. Jarak

sekolah yang jauh dari tempat tinggal membuat keluarga juga mengeluarkan biaya

untuk transportasi. Selain pendidikan formal, seluruh anak mengikuti pendidikan

non formal yaitu TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) namun tidak ada

pengeluaran untuk pendidikan non-formal karena tidak dipungut biaya.

Kebersamaan Ayah dengan Anak

Orang tua yang menggunakan waktunya untuk mengajarkan anaknya

melakukan tugas tertentu akan berkontribusi terhadap pembentukan modal

manusia seorang anak. Seperti halnya pendidikan formal, pelatihan yang

dilakukan di rumah dapat berkontribusi besar terhadap kapasitas individu.

Kategori Fasilitas pendidikan

n %

Rendah (0-2,9) 31 51,70

Sedang (3-5,9) 27 45,00

Tinggi (6-9) 2 3,30

Total 60 100

Kisaran(Min-Max) 0-7

Rata-rata±SD 2,55±1,556

Pengeluaran pendidikan

anak (Rp/bulan) Minimum Maksimum Rata-rata ± SD

Uang saku/jajan 0 390.000 130.033,33 ± 88.926,16

Biaya sekolah/SPP 0 0 0,00 ± 0,000

Biaya les/bimbingan

belajar 0 13.333 222,22 ±

1.721,33

Biaya pengajian/TPA 0 0 0,00 ± 0,000

Buku pelajaran 0 33.333 12.152,78 ± 7.987,59

Alat tulis 0 10000 3.508,33 ± 2.511,64

Transportasi 0 130.000 65.866,67 ± 40,184,09

Seragam sekolah 0 50.000 12.930,56 ± 10.425,83

Sepatu 0 16.667 8.541,67 ± 5.801,21

Tas 0 16.667 7.444,44 ± 5.314,64

Tabungan sekolah 0 0 0,00 ± 0,00

Asuransi pendidikan 0 0 0,00 ± 0,00

Total 0 560.833,33 243.700,00 ± 146.076,67

Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan kategori fasilitas pendidikan untuk anak

Tabel 7 Sebaran alokasi pengeluaran pendidikan untuk anak per bulan

Page 26: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

16

Perilaku investasi waktu dapat dilihat melalui kebersamaan ayah terhadap anak

yang dilakukan dalam aktivitas sehari-hari terkait interaksinya dengan anak. Tabel

8 menunjukkan sebaran kebersamaan ayah dengan anak. Lebih dari separuh ayah

(68,3%) yang melakukan aktifitas bersama dengan anak termasuk pada kategori

rendah. Hal ini dikarenakan ayah juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari, lebih dari separuh ayah (56%) kurang memiliki waktu untuk sarapan

bersama dengan anak, 70 persen ayah tidak pernah makan siang bersama anak,

70,4 persen ayah tidak pernah menemani belajar anak karena ayah merasa

pendidikannya yang kurang sehingga tidak perlu menemani anak belajar. Waktu

ayah bersama anak dihabiskan hanya pada malam hari. Sebagian besar ayah

(85,8%) makan malam bersama anak dan (86,8%) menonton TV bersama anak di

malam hari, meskipun tidak selalu dilakukan bersama. Dalam kegiatan makan

malam dan menonton TV bersama, ayah juga berkomunikasi dengan anak.

Sebagian besar ayah bekerja di sektor pertanian. Sehingga waktu yang dilakukan

ayah untuk anak terbatas, ayah bertani saat pagi hari ketika anak belum bangun

dan pulang saat anak sedang bermain di luar rumah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif

Kesejahteraan subjektif ayah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Uji

regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan subjektif ayah. Nilai adjusted R square sebesar

0,174 pada hasil uji regresi linear berganda yang menunjukkan bahwa 17,4 persen

kesejahteraan subjektif ayah dapat dijelaskan oleh variabel yang ada dalam model,

sedangkan 82,6 persen sisanya dijelaskan oleh variabel yang tidak diteliti. Tabel 9

menunjukkan bahwa pendapatan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap

kesejahteraan subjektif ayah. Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya sepuluh

ribu rupiah pendapatan ibu dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif ayah

sebesar 0,002 poin. Hasil penelitian Oyabu dan Eguchi (1999) menyatakan bahwa

keluarga yang memiliki dua sumber pendapatan (bapak dan ibunya bekerja)

memiliki pendapatan yang lebih besar dengan sumberdaya tenaga yang lebih

banyak. Meskipun istri berperan sebagai pencari nafkah kedua (secondary

breadwinner) setelah suami, namun kontribusinya tetap membantu pendapatan

keluarga dan juga meringankan beban suami sebagai pencari nafkah utama

sehingga akan meningkatkan kesejahteraan subjektif. Kondisi tempat tinggal dan

kebersamaan ayah dan anak berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan

subjektif.

Kebersamaan ayah dengan anak Jumlah

n %

Rendah (0- 8,9) 46 76,7

Sedang (9-17,9) 14 23,3

Tinggi (18-26) 0 0,00

Total 60 100,0

Rata-rata ±SD 6,67 ± 2,569

2-13 Kisaran (Min-Max)

Tabel 8 Sebaran kebersamaan ayah dengan anak

Page 27: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fasilitas Pendidikan

Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan subjektif

ayah, dan persepsi ayah tentang pendidikan menengah terhadap fasilitas

pendidikan diuji dengan regresi linear berganda. Berdasarkan Tabel 10

menunjukkan lama pendidikan ayah berpengaruh positif signifikan terhadap

fasilitas pendidikan artinya semakin lama pendidikan ayah akan meningkatkan

fasilitas pendidikan anak. Pendapatan ibu sebagai TKW berpengaruh positif

signifikan terhadap fasilitas pendidikan artinya bertambahnya sepuluh ribu rupiah

pendapatan ibu akan meningkatkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk anak.

Hal ini dikarenakan, ibu memiliki kontribusi pendapatan terbesar di dalam

keluarga.

Hal yang menarik bahwa jenis kelamin anak berpengaruh negatif terhadap

fasilitas pendidikan meskipun tidak signifikan, artinya fasilitas pendidikan yang

diberikan orang tua untuk anak laki-laki lebih baik untuk anak perempuan.

Persepsi orang tua tentang pendidikan menengah juga berpengaruh negatif

terhadap fasilitas pendidikan meskipun tidak signifikan, semakin baik persepsi

orang tua tentang pendidikan menengah maka akan menurunkan penyedian

fasilitas pendidikan untuk anak. Hal ini dikarenakan meskipun pandangan ayah

tentang pendidikan menengah untuk anak dikategorikan sedang/cukup baik,

namun kesadaran akan pentingnya penyedian pendidikan untuk meningkatkan

kualitas anak dalam bidang pendidikan masih rendah. Hal ini didukung dengan

penyediaan fasilitas pendidikan yang termasuk kategori rendah dan terdapatnya

anak yang putus sekolah. Model tersebut menjelaskan sebesar 34,3 persen

pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan subjektif ayah,

dan persepsi orang tua tentang pendidikan menengah terhadap variabel fasilitas

pendidikan anak

Variabel Unstandardized Standardized

Sig

β Β

Konstanta 12.622 - .107

Usia Ayah (tahun) .051 .095 .486

Pendidikan ayah (tahun) .020 .026 .834

Pendapatan ibu (Rp0 000/bln) .005 .261 .048 *

Besar keluarga (orang) -.017 -.004 .975

Kondisi tempat tinggal (skor) .481 .233 .035 *

Kebersamaan ayah dan anak

(skor)

.303 .301 .017 *

Usia anak (tahun) .562 .170 .194

R² .272

Adj R² .174

F 2.780

Sig .016 *

ket : *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Tabel 9 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif

Page 28: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

18

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran Pendidikan

Hasil uji pengaruh pada Tabel 11 menunjukkan bahwa lama pendidikan

ayah berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi pengeluaran untuk

pendidikan anak artinya semakin lama pendidikan ayah akan meningkatkan

alokasi pengeluaran untuk pendidikan anak. Pendapatan ibu berpengaruh positif

terhadap alokasi pengeluaran pendidikan untuk anak, meskipun tidak signifikan.

Setiap kenaikan sepuluh ribu rupiah pendapatan ibu maka akan menurunkan

alokasi pengeluaran pendidikan untuk anak. Jenis kelamin anak berpengaruh

negatif terhadap alokasi pengeluaran pendidikan meskipun tidak signifikan,

artinya orang tua lebih mengalokasikan pengeluaran pendidikan untuk anak laki-

laki.

Persepsi orang tua tentang pendidikan menengah berpengaruh negatif

terhadap alokasi pengeluaran untuk pendidikan meskipun tidak signifikan, artinya

semakin baik persepsi orang tua tentang pendidikan menengah akan menurunkan

alokasi pengeluaran pendidikan untuk anak. Hal ini didukung dengan sebagian

besar ayah yang masih memiliki pandangan bahwa pendidikan menengah tidak

menjamin anak menjadi orang kaya dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Orang tua lebih mengutamakan pendidikan formal yaitu mengikuti TPA karena

tanpa dipungut biaya. Model tersebut menjelaskan sebesar 18,4 persen pengaruh

karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan subjektif, persepsi

pendidikan terhadap alokasi pengeluaran pendidikan.

Variabel

Unstandardized Standardized

Sig β

B

Konstanta .107 - .976

Usia ayah (tahun) .016 .049 .672

Pendidikan ayah (tahun) .153 .329 .004 **

Pendapatan ibu (Rp0 000/bln) .005 .407 .001 **

Usia anak (tahun) .093 .047 .689

Jenis kelamin anak (0=laki-

laki,1=perempuan) -.091 -.029

.795

Kesejahteraan subjektif ayah .176 .293 .078

Persepsi pendidikan -.048 -.170 .115

R² .421

Adj R² .343

F 5.391

Sig .000 ** ket : *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Tabel 10 Faktor-faktor yang mempengaruhi fasilitas pendidikan

Page 29: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

19

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebersamaan Ayah dengan Anak

Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk melihat pengaruh

karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan subjektif suami

terhadap kebersamaan ayah dengan anak. Dari hasi analisis regresi yang terdapat

pada Tabel 12, nilai adjusted R square adalah 0,354. Artinya, seluruh variabel

menjelaskan 35,4 persen varian dari waktu kebersamaan ayah dengan anak. Tabel

12 menunjukkan. Kesejahteraan subjektif ayah berpengaruh positif signifikan

terhadap waktu kebersamaan ayah dengan anak. Artinya semakin sejahtera atau

bahagia ayah maka akan meningkatkan waktu kebersamaan ayah dengan anak.

Variabel

Unstandardized Standardized

Sig β

Β

Konstanta 152.249 - .648

Usia ayah (tahun) 3.169 .202 .098

Pendidikan ayah (tahun) 4.621 .207 .007 **

Pendapatan ibu (Rp0 000/bln) .058 .099 .548

Usia anak (tahun) 6.228 .063 .840

Jenis kelamin anak (0=laki-laki,

1=perempuan) -26.565 -.176

.692

Kesejahteraan subjektif ayah 2.808 .098 .228

Persepsi pendidikan -.460 -.031 .069

R² .281

Adj R² .184

F 2.896

Sig .012 * ket : *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Variabel

Unstandardized Standardized

β

Β

Sig

Konstanta 7.470 - .284

Usia ayah (tahun) .067 .125 .366

Pendidikan ayah (tahun) .136 .047 .725

Pendapatan ibu (Rp0

000/bln) .003 .149

.295

Usia anak (tahun) .145 .014 .922

Jenis kelamin anak (0=laki-

laki, 1=perempuan) .119 .023

.863

Kesejahteraan subjektif

ayah .071 .327

.021 *

Persepsi pendidikan .095 .205 .113

R² .406

Adj R² .354

F 3.879

Sig .007 ** ket : *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Tabel 11 Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi pengeluaran pendidikan

Tabel 12 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersamaan ayah dengan anak

Page 30: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

20

PEMBAHASAN

Kesejahteraan subjektif adalah kepuasan yang dirasakan seseorang

terhadap semua materi atau perilaku yang dilakukannya untuk mencapai tujuan

hidup (Puspitawati 2009). Kesejahteraan dalam penelitian ini adalah kesejahteraan

subjektif keluarga yaitu kepuasan yang dirasakan keluarga dalam segala aspek di

dalam kehidupannya melalui ayah. Penelitian ini juga menunjukkan faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan subjektif. Pendapatan ibu

berpengaruh secara nyata terhadap kesejahteraan subjektif ayah. Ketika

pendapatan yang didapatkan oleh keluarga tinggi dikarenakan kontribusi

pendapatan istri lebih besar dibandingkan pendapatan ayah, maka beban ayah

untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan keluarganya berkurang dan

ayah akan merasa lebih sejahtera. Iskandar & Suandi (2007) menyatakan bahwa

semakin kebutuhan keluarga terpenuhi, maka kepuasan akan semakin meningkat.

Selain itu, Angur et al (2004) menyatakan bahwa seseorang akan merasa semakin

puas dan bahagia apabila semakin tinggi kekayaan yang dimilikinya.

Kondisi tempat tinggal yang baik/layak akan meningkatkan kesejahteraan

subjektif ayah. Semakin baik fasilitas yang dimiliki, maka semakin sejahtera

keluarga yang menempati rumah tersebut (BPS 2002). Kondisi rumah yang

memiliki fasilitas baik akan memberikan rasa nyaman bagi keluarga yang

menempatinya sehingga rasa kepuasan dan kebahagian keluarga meningkat.

Kebersamaan ayah dengan anak juga berpengaruh positif signifikan terhadap

kesejahteraan subjektif. Semakin banyak waktu yang dimiliki ayah untuk bersama

anak maka akan meningkatkan kesejahteraan subjektif.

Peran orang tua menjadi hal yang penting dalam mewujudkan anak-anak

yang berkualitas. Persepsi atau pandangan ayah tentang pentingnya pendidikan

menengah untuk anak pada penelitian ini dikategorikan sedang atau cukup baik.

Hal ini bertentangan dengan Permatasari (2010) yang menunjukan bahwa persepsi

kepentingan pendidikan keluarga pada masyarakat Kabupaten Indramayu

tergolong tinggi, orangtua menganggap bahwa pendidikan dasar penting dan ada

kecenderungan orangtua akan mengusahakan anaknya untuk sekolah minimal

hingga menamatkan pendidikan dasar. Orang tua memang menganggap

pentingnya pendidikan secara keseluruhan, namun ketika hal tersebut menyangkut

pendidikan yang lebih tinggi, yakni pendidikan menengah, beberapa orang tua

tidak terlalu memprioritaskan pendidikan hingga jenjang sekolah menengah atas

(SMA) karena tidak menjamin anak mendapatkan pekerjaan yang layak dan

menjadikan orang kaya.

Selain itu keluarga pun terbentur kendala ekonomi. Hasil tersebut sejalan

dengan penelitian Gustiana (2012) yang menyatakan bahwa kendala ekonomi

menjadi penyebab orang tua tidak menyekolahkan anaknya ke jenjang sekolah

menengah. Hasil penelitian menunjukkan fasilitas pendidikan yang diberikan oleh

orang tua termasuk kategori rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa fasilitas

pendidikan yang diberikan oleh orang tua kurang memadai. Hal ini disebabkan

kurangnya kesadaran orang tua terhadap penyediaan fasilitas pendidikan untuk

menunjang pendidikan anak. Selain itu kemauan dan minat anak yang rendah

untuk melanjutkan sekolah sehingga terdapat 18,7 persen anak yang putus sekolah.

Page 31: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

21

Orang tua lebih mengutamakan pendidika agama (non formal) dibandingkan

pendidikan formal, karena pendidikan formal tidak membutuhkan biaya yang

besar. Alokasi pengeluaran pendidikan untuk anak sebesar 17,4 persen dengan

rata-rata Rp345.138,9 per bulan. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan pada

keluarga TKW lebih besar dibandingkan dengan alokasi pengeluaran untuk

pendidikan pada hasil penelitian Nurhartanti sebesar Rp146.605 per bulan

(Nurhartanti 2013). Kebersamaan ayah dengan anak dikategorikan rendah. Hal ini

karena ayah yang bekerja. Namun, ayah untuk pengasuhan anak penting untuk

perkembangan anak dan jika ayah bermain dengan anak-anaknya dapat lebih

merangsang dan memberikan dampak yang tidak terduga daripada ibu (Lamb &

Lewis 2004) dalam (Mammen 2009). Namun, jika kedua orang tua yakni ayah

dan ibu terlibat secara langsung dalam fungsi pengasuhan akan memberikan

dampak yang baik untuk anak.

Hasil uji regresi linear berganda karakteristik keluarga, karakteristik anak,

kesejahteraan subjektif ayah, persepsi orang tua tentang pendidikan menengah

terhadap penyediaan fasilitas pendidikan dan alokasi pengeluaran pendidikan

untuk anak menunjukkan bahwa lama pendidikan ayah anak berpengaruh positif

signifikan terhadap fasilitas dan alokasi pengeluaran untuk pendidikan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian (Bahri 2013) yang menyatakan bahwa

prilaku investasi anak dipengaruhi oleh lama pendidikan orang tua. Keluarga

dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung menyediakan fasilitas

pendidikan dan mengalokasikan pengeluaran untuk pendidikan anak lebih baik.

Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan akan menambah pengetahuan dan

kesadaran pentingnya pendidikan anak.

Pendapatan ibu berpengaruh positif signifikan terhadap penyediaan

fasilitas pendidikan. Akan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

alokasi pengeluaran pendidikan untuk anak. Hal ini dikarenakan penyediaan

fasilitas pendidikan yang lebih mudah dan murah untuk dipenuhi seperti kamar

sendiri, perlengkapan sekolah (alat tulis), meja belajar. orang tua kurang

menyadari pentingnya mengalokasikan pengeluaran untuk pendidikan ayah dan

ibu lebih mengalokasikan pendapatan ibu untuk kebutuhan pangan dan

memperbaiki rumah. Alokasi pengeluaran untuk pangan sebesar 44,5 persen dan

sebagian besar keluarga memiliki rumah yang sangat layak.

Selain itu anak laki-laki memiliki fasilitas dan alokasi pengeluaran

pendidikan yang lebih baik dibandingkan anak perempuan. Megawangi (1999)

mengatakan bahwa keluarga dalam kondisi miskin, dimana sumber daya yang ada

akan dialokasikan pada sektor yang paling menguntungkan. Dalam hal ini

biasanya anak laki-laki diharapkan dapat membantu orang tua dan keluarga kelak

kalau sudah bekerja. Persepsi ayah tentang pendidikan menengah memiliki

pengaruh negatif terhadap penyediaan fasilitas pendidikan dan alokasi

pengeluaran untuk pendidikan. Hal ini dikarenakan seluruh orang tua lebih

memprioritaskan anak untuk mengikuti pendidikan agama yaitu TPA karena tidak

mengeluarkan biaya dan jarak yang dekat dengan rumah.

Hal ini sesuai dengan penelitian Brada (2008) yang mengemukakan bahwa

keluarga petani lebih memilih pendidikan yang bersifat agama dan

kemasyarakatan daripada pendidikan formal, karena dalam proses menempuh

pendidikan formal mereka terkendala berbagai masalah yang membuat anak

petani kebanyakan mengalami putus sekolah karena masalah biaya.Selain itu

Page 32: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

22

Estiningsih (1993) menyatakan bahwa perilaku seseorang tidak selalu tergantung

dari persepsinya melainkan terpenuhi tidaknya kebutuhan seseorang. Persepsi

ayah yang cukup baik tentang pendidikan menengah tidak menunjukkan

perilakunya terhadap penyediaan fasilitas dan alokasi pengeluaran untuk

pendidikan yang akan menunjang pendidikan anak, hal ini dikarenakan kebutuhan

yang masih belum terpenuhi menurut ayaha dan ibu yaitu pangan dan perbaikan

rumah.

Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa kesejahteraan subjektif ayah

berpengaruh positif signifikan terhadap kebersamaan ayah dengan anak. Flugel

dan Jhonson dalam Veenhoven (1998) menyatakan bahwa kesejahteraan subjektif

adalah evaluasi kognitif dan emosisonal salah satunya adalah efek positif yang

dapat membuat perasaan aktif dan energik sehingga membuat lebih produktif. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian, ayah yang merasa puas/bahagia terhadap

kehidupannya akan membuatnya mengerjakan hal-hal yang lebih produktif. Salah

satu hal yang lebih produktif adalah meluangkan waktu bersama anak, seperti

mengajak anak ikut bekerja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesejahteraan subjektif ayah pada keluarga berdasarkan pada dimensi fisik,

sosial, ekonomi, dan psikologis termasuk kategori sedang atau cukup sejahtera.

Persepsi atau pandangan ayah tentang pentingnya pendidikan menengah (SMA)

bagi anak termasuk kategori cukup baik. Investasi uang dalam bentuk fasilitas

pendidikan anak termasuk kategori kurang. Alokasi pengeluaran pendidikan anak

sebesar 17,4 persen dengan rata-rata Rp345.138,9 per bulan. Kebersamaan waktu

ayah dengan anak termasuk dalam kategori rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ayah, pendapatan ibu,

kondisi tempat tinggal dan kebersamaan ayah dengan anak akan meningkatkan

kesejahteraan subjektif ayah. Semakin lamanya pendidikan ayah dan pendapatan

ibu akan meningkatkan fasilitas pendidikan dan alokasi pengeluaran pendidikan

anak. Pada kebersamaan waktu yang dihabiskan ayah dengan anak menunjukkan

bahwa semakin sejahtera dan bahagia, ayah akan membagi waktu untuk lebih

bersama dengan anak.

Saran

Kesadaran Orang tua akan pentingnya pendidikan dan investasi anak di

masa depan. Selain itu, lebih memprioritaskan alokasi pengeluaran untuk

pendidikan anak dan penyediaan fasilitas pendidikan yang menunjang kualitas

anak di masa depan. Orang tua perlu menanamkan pentingnya investasi anak demi

mewujudkan anak yang berkualitas yang akan mengangkat derajat keluarga dan

menanamkan pentingnya pendidikan menengah (SMA) untuk menggali potensi

anak. Ayah diharapkan dapat melibatkan dirinya untuk bersama dengan anak.

Pemerintah diharapkan dapat membebaskan biaya pendidikan hingga pendidikan

yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Pemerintah juga diharapkan untuk lebih

Page 33: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

23

berhati-hati dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), karena dapat

disalahgunakan orang tua yang menginginkan anaknya untuk bekerja menjadi

TKi/TKW.

Keterbatasan penelitian ini adalah instrumen persepsi ayah tentang

pendidikan menengah yang tidak memiliki kaitan dengan kebersamaan ayah

dengan anak. Kesejahteraan keluarga yang hanya dilihat secara subjektif.

Sehingga penilitian selanjutnya diharapkan meneliti dengan memperhitungkan

kesejahteraan objektif keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

[BNP2TKI] Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia. 2013a. Peringkat Propinsi Pengiriman TKI di Indonesia.

http://www.bnp2tki.go.id [diakses februari 2014].

. 2013b. Latar Belakang Pendidikan TKI di Indonesia.

http://www.bnp2tki.go.id [diakses februari 2014].

. 2013c. Kabupaten Terbanyak Pengiriman TKI di Indonesia.

http://www.bnp2tki.go.id [diakses februari 2014].

Angur MG, Robin W, Sudhir GA. 2004. Congruence among Objective and

Subjective Quality-of-Life (QOL) Indicators. Journal Alliance of Business

Research, 47-52. Diambil dari www.ajbr.org/Archieves/Congruenceamong-

Life(QOL)Indicator.pdf. [diakses 7 Agudtus 2014].

Bahri NM. 2013. Pengaruh Nilai Anak Terhadap Perilaku Investasi Anak pada

Keluarga Miskin dan Tidak Miskin [skripsi].Bogor : IPB.

Barada D. 2008.Pandangan Masyarakat Petani terhadap Pendidikan Anak Di

Kelurahan Gambut Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar.Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas Negeri Lampung.

Behnke A, MacDermmid. 2004. Family well-being. United States of America

(US) : Purde University.

Bryant WK, Zick CD. 2006. The Economic Organization of the Household,

Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press.

Bryant, W K. 1990. TheEconomic Organization of The Household. United states

of America : Cambridge University Press.

Diener, E., Diener, M., Diener, C. and Lucas, R.E. 2003. Personality, Culture and

Subjective Well-being: Emotional and Cognitive Evaluations of Life.

Annual Review of Psychology. 54: 403-25.

Estiningsih Rd. A Harliati.1993. Persepsi Buruh Anak Terhadap Sekolah dan

Kerja [skripsi].Depok : Universitas Indonesia.

Gustiana DW. 2012. Persepsi orang tua tentang pendidikan menengah dan alokasi

pengeluaran untuk pendidikan pada keluarga petani di Kota Bogor [skripsi].

Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hample K. 2010. Intergenerational transfer of human capital among immigrants

families. Illinois : Illinois Wesleyan University. www.iwu.edu/e.pdf [16

Oktober 2010]

Hartoyo. 1998. Investmenting in children: study of rural families in Indonesia.

[Disertasi]. Blacksburg: Virginia Tech University.

Page 34: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

24

Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan

dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten Bogor

[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jatiningsih.2004. Analisis Alokasi Waktu Ibu dan Pengaruhnya terhadap

Perkembangan Sosial Anak pada Keluarga Nelayan di Kabupaten

Indramayu Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Jerrim J. Micklewright J. 2009. Children’s Education and Parent’s

Socioeconomics.

Lasswell M, Thomas Lasswell. 1987. Marriage and the Family. USA: Wadsworth,

Inc.

Lestari EP. 2011. Beban Kerja, Dukungan Sosial, serta Hubungannya dengan

Alokasi Waktu Pengasuhan di Daerah Rawan Pangan Kabupaten

Banjarnegara,Provinisi Jawa Tengah.[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

LPPM UM PONOROGO.2009. Pergeseran Peran Dan Fungsi Ayah Terhadap

Pendidikan Anak Dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) Di Luar

Negeri. http://lppm-ump.blogspot.com [diakses September 2011].

Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda : Sudut Padang Baru tentang Relasi.

Mammen K. 2009. Fathers’ time investments in children: do sons get more?.

Published online: 28 August 2009, Springer-Verlag.

Nurhartanti. 2013. Pengaruh kesejahteraan keluarga terhadap investasi anak pada

keluarga petani [skripsi]. Bogor : IPB.

Oyabu C, Eguchi. 1999. Analysis of Family Income and Expenditure in Single-

Income and Dual-Income Household. Journal of ARAHE (6): 93-100.

Permatasari, D. 2010. Pengaruh Persepsi Pendidikan dan Nilai Anak terhadap

Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan Anak [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Ekologi Manusia. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Institut

Pertanian Bogor.

Puspitawati H, Sarma M, Hartoyo, Latifah M, Herawati T. 2009. Survei Kepuasan

Terhadap Pelayanan Pendidikan Dasar yang Disediakan Oleh Sistem

Desentralisasi Sekolah.Kerjasama LPPM-IPB dan ADB-PRMAP

BAPPENAS.

Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga.Bogor : IPB Pr.

Puspitawati H, Simanjuntak M, Hayati L. 2012. Kontribusi ekonomi dan peran

ganda perempuan serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif. JIKK.

5(1):11-18.

Rambe A. 2004. Alokasi Pengeluaran Rumahtangga dan Tingkat Kesejahteraan

(Kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). [tesis]. Bogor: Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Savitri A. 2011. Hubungan antara Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Pola

Pengeluaran dengan Tingkat Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga Tenaga

Kerja Wanita [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Shinta Y. 2008. Analisis Alokasi Pegeluaran dan Tingkat Kesejahteraan

Masyarakat Pesisir Kabupaten Indramayu. [skripsi] . Bogor : Fakultas

Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Solihah P. 2000. Dampak mobilitas tenaga kerja wanita ke Saudi Arabia terhadap

kondisi sosial ekonomi dan proses sosialisasi anak dalam keluarga [skripsi].

Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Page 35: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

25

Sriyanti N, Muflikhati I, Fatchiya A. 2006. Persepsi nelayan tentang pendidikan

formal di Kecamatan Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Buletin Ekonomi

Perikanan. 4(3).

Suandi. 2007. Modal Sosial dan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Daerah

Perdesaan Provinsi Jambi [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Syarief H, Hartoyo. 1993. Beberapa Aspek dalam Kesejahteraan

Keluarga.Seminar Menyongaong & Abad XXI clan Peranannya Dalam

Pengombtn9.n Sumberdaya Manual. Indonesia.

Tjaja PR. 2000.Wanita bekerja dan implikasi sosial. Di dalam : Naskah Bidang

Pertumbuhan dan Kuantitas Penduduk Kantor Mentri Negara dan

Transmigrasi dan Kependudukan. No 20.

Veenhoven, R. (1988). The utility of happiness. Social Indicators Research.

20:333-354.

Wahini M. 2012. Nilai Ekonomi dan Non Ekonomi Pekerjaan Rumah Tangga Istri

[skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Welis W .1994. Hubungan Alokasi Waktu dan Tingkat Pendapatan Ibu Rumah

Tangga yang Bekerja di Sektor Informal dengan Status Gizi Anak Balita

[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zaelani. 2011. Gambaran kemiskinan di Indramayu [Internet]. [diunduh 2014

Mei20] tersedia pada : http//abbdulkoid.blogspot.com/2011/07/gambaran-

kemiskinan-di-Indramayu.

Zuliany A. 2013. Peran istri dalam pengelolaan sumberdaya keluarga dan

kesejahteraan subjektif keluarga nelayan pada system matrilineal

[skripsi].Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Page 36: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

26

Page 37: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sebaran keluarga berdasarkan kondisi tempat tinggal

Kategori

Total

n %

Kepemilikan rumah

a. Sendiri 47 80,3

b. saudara/orang tua 13 11,7

c. kontrakan 0 0,0

Atap rumah

a. genteng 59 99,3

b. seng/asbes 1 0,7

c. rumbia/daun kelapa kering 0 0,0

Dinding rumah

a. tembok 59 99,0

b. setengah tembok 1 1,0

c. bilik/kayu 0 0,0

Lantai rumah

a. keramik 49 79,3

b. Plester semen/ubin 11 19,0

c. Kayu 0 0,0

d. Tanah 1 1,7

Tempat mandi dan cuci

a. WC Sendiri 57 90,0

b. WC umum 3 10,0

c. Pancuran 0 0,0

d. Sungai 0 0,0

Tempat BAB

a. WC sendiri 54 90,0

b. WC umum 6 10,0

c. Sungai/empang/kebun 0 0

Sumber air minum

a. PAM 0 0,0

b. Sumur/mata air 60 100,0

c. Sungai 0 0,0

Sumber air untuk mandi dan cuci

a. PAM 0 0,0

b. Sumur/mata air 60 100,0

c. Sungai 0 0,0

Sumber penerangan rumah

a. Listrik 60 100,0

b. Petromak 0,0

c. pelita/sentir 0,0

Sumber energy untuk memasak

a. gas 60 100,0

b. minyak tanah 0 0,0

c. kayubakar 0 0,0

Page 38: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

28

Lampiran 2 Sebaran keluarga berdasarkan jawaban kesejahteraan subjektif

No Pertanyaan

Tidak

puas

Cukup

puas

Puas

% % %

Dimensi Fisik 1 Keadaan kesehatan anda 4,1 36,7 59,2

2 Keadaan kesahatan istri anda di negara orang 4,1 46,9 49,0

3 Keadaan kesehatan anak-anak anda 4,1 24,5 71,4

4 Kondisi tempat tinggal keluarga anda 26,5 44,9 28,6

5 Keadaan pangan keluarga anda 12,2 61,2 26,5

6 Pembagian peran antara suami-istri 10,2 59,2 30,6

7 Gaya pengelolaan pekerjaan dalam keluarga 36,7 44,9 18,4

8 Gaya pengaturan alokasi waktu dalam keluarga 46,9 36,7 16,3

Dimensi Ekonomi 1 Keadaan keuangan keluarga sehari-hari 42,9 41,3 12,2

2 Keadaan pendapatan anda 67,3 30,6 2,0

3 Keadaan kiriman uang dari istri anda 4,1 65,3 30,6

4 Kontribusi istri dalam pendapatan keluarga 2,0 51,0 46,9

5 Keterlibatan istri dalam aktivitas ekonomi dan mencari

nafkah

6,1 46,9 46,9

6 Keadaan tabungan keluarga 83,7 16,3 0

7 Keadaan aset/materi keluarga 51,0 38,8 10,2

8 Keadaan pakaian anak anda 6,1 75,5 18,4

9 Keadaan pakaian anda 6,1 73,5 20,4

10 Alat transportasi keluarga 8,2 83,7 8,2

11 Media komunikasi : HP, dll 6,1 83,7 10,2

12 Gaya pengelolaan, pembelanjaan, dan tabungan keuangan

keluarga

34,7 57,1 8,2

Dimensi Psikologis 1 Kondisi psikologis keluarga (cinta kasih, saling memiliki,

dan saling membantu)

14,3 49,0 36,7

2 Perasaan optimis untuk menyongsong masa depan 30,6 63,3 6,1

3 Keadaan spiritual/mental suami 12,2 75,5 12,2

4 Perasaan anda terhadap kepergian istri menjadi TKW 61,2 34,7 4,1

5 Perasaan anda terhadap kebersihan rumah 8,2 83,7 8,2

6 Perasaan anda terhadap kesehatan fisik dan mental anak 8,2 63,3 28,6

7 Perasaan terhadap pencapaian akademik sekolah anak 61,2 30,6 8,2

8 Perasaan terhadap perilaku sosial anak 2,0 63,3 34,7

9 Keadaan spiritual/mental anak 10,2 61,2 28,6

10 Kepuasan terhadap kebutuhan seksual 12,2 87,8 0

11 Perasaan terhadap hubungan komunikasi dengan istri 61,2 20,4 18,4

12 Perasaan terhadap hubungan komunikasi dengan anak 10,2 57,1 32,7

Dimensi Sosial 1 Keadaan sekolah anak anda 4,1 67,3 28,6

2 Hubungan komunikasi dengan orang tua/mertua 14,3 40,8 44,9

3 Hubungan komunikasi dengan anak 16,3 32,7 51,0

4 Hubngan komunikasi dengan istri 49,0 36,7 14,3

5 Pembagian tugas keluarga dengan anak 16,3 49,0 34,7

6 Hubungan komunikasi dengan tetangga/masyarakat sekitar 0 51,0 49,0

Page 39: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

29

Lampiran 3 Sebaran jawaban persepsi pendidikan menengah

No Pertanyaan

Tdk

Setuju

Kurang

setuju Setuju

Sangat

setuju

% % % %

1 Pendidikan menengah (SMA) merupakan hak

setiap warga Negara Indonesia 5,0 15,4 65,6 10,0

2 Pendidikan menengah (SMA) merupakan hak

anak 0 10,2 69,4 20,4

3 Setiap orang tua berkewajiban menyekolahkan

anaknya smpai jenjang pendidikan menengah 2,0 19,4 55,1 23,5

4 Pendidikan menengah membutuhkan biaya

besar, Sehingga memberatkan keluarga 2,0 20,4 12,4 58,1

5 Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, anak

diutamakan untuk membantu ekonomi keluarga

dibandingkan untuk melanjutkan sekolah ke

jenjang menengah

8,1 17,3 26,5 54,1

6 Pendidikan menengah tidak selalu menjamin

bekerja 24,4 47,9 33,6 5,0

7 Pendidikan menengah tidak selalu menjadikan

orang kaya 22,4 19,4 43,9 19,4

8 Sekolah jenjang menengah tidak perlu 7,1 24,4 55,0 23,4

9 Pendidikan hingga jenjang menengah tidak

perlu karena banyak lulusan yang sulit mencari

kerja

35,7 3,0 37,8 25,5

10 Biaya pendidikan mennegah menyita uang

keluarga 12,3 38,7 42,8 9,2

11 Sekolah akan menyebabkan anak malas

membantu pekerjaan orang tua 5,1 43 45 12,1

12 Anak sudah bisa membaca dan menulis maka

tidak perlu melanjutkan sekolah 24,9 37 33 5,1

13 Pendidikan menengah bagi laki-laki lebih

diprioritaskan daripada bagi perempuan 27 23 40 10

14 Pendidikan menengah penting untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki anak 3.3 40 43 13,7

15 Sekolah menengah menjadi gerbang untuk

pencapaian cita-cita anak 7.7 45.7 32.3 14.3

16 Tidak semua anak harus bersekolah hingga

jenjang sekolah menengah 17.3 33 45.3 7.3

17 Pendidikan menengah hanya cocok untuk orang

kaya 22.3 25.3 37 10.3

Page 40: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

30

Lampiran 4 Sebaran jawaban kebersamaan ayah dengan anak

No Pertanyaan Tidak

pernah

Kadang-

kadang

selalu

1 Sarapan bersama 44,0 56,0 0

2 Makan siang bersama 70,0 30,0 0

3 Makan malam bersama 4,2 85,8 10,0

4 Menemani belajar 70,4 27,5 3,0

5 Beribadah bersama 53,1 40,8 6,1

6 Olahraga bersama 100 0 0

7 Mengobrol bersama 2,0 79,6 18,4

8 Mengantar ke sekolah 95,9 41,1 0

9 Mengajak anak untuk ikut terlibat dalam kegiatan

keluarga dan masyarakat, seperti mengikuti

pengajian, kerja bakti, dan kegiatan perkumpulan

lainnya

81,6 16,3 2,0

10 Mengajak belanja 63,3 34,7 2,0

11 Rekreasi bersama 8,2 69,4 22,4

12 Menonton TV bersama 86,8 13,2 0

13 Mengajak bekerja 43,9 52,1 2,0

Lampiran 5 Sebaran jawaban kepemilikan fasilitas pendidikan

No Pertanyaan Tidak

Punya Punya

1 Memiliki kamar sendiri 21 79

2 Memiliki meja belajar 85 15

3 Memiliki buku sebagai sumber untuk belajar 48,3 52,7

4 Memiliki komputer/laptop 77,6 22,4

5 Memiliki kamus bahasa sendiri 85,8 5,2

6 Mengikuti kegiatan pengajian/TPA 100 0

7 Mengikuti les/bimbingan belajar 93,9 6,1

8 Memiliki perlengkapan sekolah yang lengkap (alat tulis, seragam,

sepatu, tas)

10 90

9 Mengikuti les musik/tari/olahraga 100 0

10 Orang tua memiliki asuransi pendidikan untuk anak 100 0

Page 41: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

31

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 1

2 .85** 1

3 -0.08 -0.07 1

4 -0.09 -0.14 .81** 1

5 .33** .29* 0.02 0.16 1

6 -0.049 0.08 -0.00 -0.05 0.13 1

7 -.279* -0.23 -0.14 -0.14 -0.19 0.13 1

8 0.09 0.15 0.18 0.17 0.20 0.08 -0.12 1

9 -0.23 -0.15 -0.14 -0.12 -0.01 .47** .87** 0.17 1

10 0.23 0.12 0.19 .26* .31* .38** -0.00 0.07 0.13 1

11 .37** -.28* -0.17 -0.20 .43** .38** .84** 0.02 .89** -0.00 1

12 0.01 -0.05 0.12 0.12 -.27* .34** 0.12 -0.06 0.18 .80** .299* 1

13 0.05 0.03 0.20 0.08 .33** 0.10 0.15 -0.04 0.10 .38** -0.068 0.14 1

14 -0.11 -0.04 -0.21 -0.13 -0.02 0.03 0.07 0.09 0.13 -0.23 0.147 -0.22 -0.22 1

15 0.24 0.24 0.05 -0.00 0.15 0.16 -0.12 0.17 -0.04 .30* -0.101 0.18 0.00 0.02 1

16 -0.02 0.04 -0.13 0.04 .35** 0.02 -0.17 0.01 -0.08 -0.05 -0.211 -0.23 0.01 .40** -0.22 1

17 -0.09 -0.05 .28* 0.16 -0.05 .28* .43** 0.05 .46** .28* .443* .31* .37** -0.22 0.00 .35** 1

18 0.10 0.15 .29* 0.12 0.04 0.22 0.21 -0.06 0.19 .40** 0.159 .33** .62** -.26* 0.03 -0.14 .68** 1

19 -0.07 -0.06 0.09 0.01 -0.14 0.10 -0.03 -0.09 0.00 0.13 0.061 0.23 0.15 -0.01 0.09 -0.00 0.19 0.14 1

20 0.05 -0.01 0.13 0.01 -0.11 0.20 0.24 0.10 .34** 0.15 .385** .28* 0.04 -0.08 0.23 -.31* .39** 0.22 .29* 1

21 0.01 -0.01 -0.07 -0.05 0.06 -0.06 -0.04 0.02 -0.05 -0.20 0.088 -0.24 -0.11 -0.02 -0.00 0.08 -0.22 -.27* -0.21

-

0.038 1

Ket : 1=usia ayah 4=pddk ibu 7=pdpt ibu 10=pengluaran total 13=jumlah anak sekolah 16=kondisi rumah 19=kebersamaan ayah dan anak

2=usia ibu 5=besar keluarga 8=pdpt anak 11=pdpt kapita 14=lama kerja 17=fasilitas pddkn 20=kessejahteraan subjektif

3=pddk ayah 6=pdpt ayah 9=pdpt total 12=pengluaran pkpt 15=usia anak 18=pengluaran pddkn 21=persepsi pendidikan

Lampiran 6 Koefisien korelasi antar variabel

Page 42: PENGARUH PERSEPSI AYAH TENTANG PENDIDIKAN … · ayah mengenai pendidikan menengah dan investasi pendidikan anak yang masih jarang dilakukan di Indonesia. Dengan demikian, penting

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Swara Asa Pratiwi dilahirkan di Bogor pada tanggal 30

Desember 2014. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan AKBP Sugianto

dan Sundari. Pada tahun 2004 penulis menamatkan sekolah dasar di SD Beji

Timur 1 Depok, kemudian di SMP Negeri 5 Depok pada tahun 2007 dan di MA

Negeri 7 Jakarta Selatan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis

berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan strata 1 melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor untuk gelar mayor dan

Komunikasi untuk gelar minor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan

dalam kampus sebagai panitia antara lain sebagai staf konsumsi pada masa

perkenalan departemen (MPD) pada tahun 2012, staf divisi dokumentasi pada

Hari Keluarga tahun 2012, staf divisi danus pada Family and consumer day tahun

2013, dan staf divisi danus pada HIMAIKO tahun 2013. Selama perkuliahan di

IPB, penulis mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada

tahun 2013-2014.