Pengaruh Perubahan Lingkungan Makro

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS INDIVIDU INDUSTRI PERBENIHAN

Disusun Oleh : Fanny Isfandiari 150110080130

Agroteknologi D

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

FAKTOR MODEL PERILAKU KONSUMEN Pengembangan perbenihan merupakan salah satu langkah yang paling penting dalam pengembangan pertanian. Perencanaan produksi benih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian dalam suatu program perbanyakan benih atau perusahaan benih. Perencanaan tepat, maka usaha perbenihan diharapkan lebih menguntungkan. Untuk memasuki pasar benih maka produsen benih harus dapat menjawab pertanyaan berikut : (1) berapa banyak, dimana dan kapan yang harus dipasarkan, (2) standar benih yang bagaimana yang dapat dipasarkan, dan (3) berapa harganya (Mugnisjah, Dr.Ir.Wahyu Qamara, dkk., 1990) Pengembangan varietas unggul terus dikembangkan oleh pemulia di perusahaan benih seiring dengan permintaan konsumen yang meningkat. Sasaran utama perusahaan benih pada umumnya adalah petani. Setiap daerah di Indonesia, perilaku konsumen (petani) akan kebutuhan benih berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap perusahaan benih harus melakukan riset terhadap kebutuhan benih yang sesuai dengan kebutuhan sasaran konsumennya (petani). Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mempengaruhi permintaan benih oleh petani, yaitu : Mudah tidaknya petani dapat menghasilkan benih sendiri Mudah tidaknya petani dapat menghasilkan benih sendiri dipengaruhi oleh cara penyerbukan tanaman atau varietas dan kondisi iklim dari sejak panen sampai musim tanam. Pada dasarnya cara penyerbukan tanaman tergolong dalam tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang. Penyerbukan ini akan mempengaruhi jumlah campuran genetik yang akan terjadi di lahan petani. Biasanya apabila tanaman yang ditanam petani tergolong menyerbuk sendiri, pencampuran genetik ssangat sedikit sehingga petani dapat menghasilkan benihnya sendiri. Namun, untuk tanaman yang tergolong menyerbuk silang, kemunngkinan untuk terjadi pencampuran genetik sangart besar. Sifat fisiologis dari pencampuran genetik ini akan nampak setelah petani menanam dua generasi atau lebih dari benih yang dihasilkan sendiri oleh petani. Apabila hal ini terjadi,

petani harus mencari sumber benih yang dapat mengembalikan sifat-sifat fisiologis yang diinginkannya. Selain pencampuran genetik, daya simpan benih sangat mempengaruhi vigoritas saat ditanam di lahan petani. Seperti yang diketahui bahwa iklim tropis seperti Indonesia merupakan kondisi yang kurang baik untuk penyimpanan benih. Benih yang dihasilkan belum tentu berkecambah pada saat ditanam. Selain itu, benih rentan terserang hama dan penyakit. Hal inilah yang menyebabkan petani harus memiliki alternatif untuk sumber benih sehingga permintaan benih meningkat. Mungkin hal ini akan menjadi keuntungan bagi perusahaan benih, namun permintaan dari petani akan meningkat jika nilai tanaman yang ditanam tersebut dapat menutup biaya produksi yang disebabkan oleh pembelian benih. Persepsi petani terhadap kelebihan dari benih bermutu Perusahaan benih yang menghasilkan varietas unggul baru harus menjamin mutu benih tersebut. Benih varietas unggul baru belum tentu lebih baik dari yang dihasilkan petani. Untuk meningkatkan permintaan petani terhadap benih varietas unggul, perusahaan benih perlu melakukan teknik produksi, penanganan dan pengendalin mutu benih untuk menjamin benih varietas unggul tersebut lebih baik daripada yang biasa diperoleh petani. Selain adanya jaminan mutu benih, benih bermutu dari varietas unggul harus memiliki keunggulan yang sesuai dengan pandangan petani. Dalam hal ini biasanya potensi hasil menjadi tolak ukur petani terhadap keberhasilan suatu benih varietas unggul. Namun, ini bukan menjadi faktor penting bagi petani untuk mendasarkan keputusannya dalam hal pembelian benih. Bagi petani tradisional, kestabilan hasil produksi dari tahun ke tahun menjadi faktor penting. Apabila benih varietas unggul ini sudah sesuai dengan keinginan petani dan mutu benihnya terjamin, faktor yang harus diperhitungkan oleh perusahaan benih adalah ketersediaan benih. Biasanya sebelum waktu tanam tiba, benih dari varietas unggul tersebut harus ada di tingkat petani. Oleh karena itu, distribusi benih mempengaruhi tingkat permintaan petani. Petani yang jauh dari lokasi sumber benih dan tidak memiliki saran transportasi, menganggap benih

tidak tersedia karena petani tidak akan menangguhkan penanaman apabila benih varietas unggul tersebut tidak tersedia. Harga benih varietas unggul sangat mempengaruhi terhadap keputusan pembelian oleh petani. Harga benih dan perbandingan terhadap harga biji yang ada dipasaran berdampak pada tingkat penerimaan petani terhadap benih. Biaya produksi yang dikeluarkan dan hasil yang akan diperoleh merupakan dasar dari keputusan petani untuk membeli benih. Petani tidak akan membeli benih hanya karena harganya yang murah, namun petani akan membeli benih yang berharga murah apabila efektivitas teknis dan mutu benih sama dengan benih varietas unggul. Pola pikir petani Indonesia kebanyakan masih tradisional dan bergantung pada subsidi dari pemerintah (belum mandiri). Namun, kini banyak pula petani di Indonesia yang memiliki pola pikir maju dan berorientasi ke masa depan, dengan title petani sebagai pemulia benih. Perubahan pola pikir ini terjadi pada Serikat Petani di Indramayu, yang sebelumnya mendapat pelatihan memuliakan tanaman. Mereka berhasil menghasilkan varietas padi baru yaitu Padi Bonggong yang tahan hama dan penyakit walaupun tanpa diberi pestisida dan spesifik lokasi (Sinar Tani, 2011). Peluang inilah yang seharusnya ditangkap oleh para perusahaan benih untuk bekerja sama dengan para petani yang berpikir maju dalam menghasilkan varietas benih baru yang unggul. Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan kebutuhan akan benih terpenuhi sehingga tidak perlu mengimpor dari negara lain.

DAFTAR PUSTAKA Adhi, Ramdhani Kurnia. 2010. Melatih Petani Sebagai Pemulia Benih.. Tabloid SINAR TANI.Jakarta diambil dari web : (diakses

http://www.sinartani.com/teknologi/agro-inovasi/4049.html tanggal 28 September 2011)

Mugnisjah, Dr.Ir. Wahju Qamara dan Ir. Asep Setiawan. 1990. Pengantar Produksi Benih. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta