Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH SELF-ESTEEM, SELF-UNCERTAINTY, DUKUNGAN
SOSIAL, DAN INTENSITAS PENGGUNAAN INSTAGRAM TERHADAP
PERBANDINGAN SOSIAL PADA PENGGUNA INSTAGRAM
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Santi Susanti
11150700000092
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(B) Agustus 2019(C) Santi Susanti(D) Pengaruh self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosial dan intensitas
penggunaan Instagram terhadap perbandingan sosial pada penggunaInstagram.
(E) Xiiv + 79 halaman + lampiran(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang
signifikan antara self-estem, self-uncertainty, dukungan sosial danintensitas penggunaan Instagram pada perbandingan sosial penggunaInstagram. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 417 remaja dan dewasaawal pengguna Instagram dengan rentang usia 16-25 tahun. Adapuninstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahIowa-Netherlands Comparison Orientation Measure (INCOM) yang dikembangkan oleh Gibbons & Buunk (1999) untuk mengukurperbandingan sosial. Self-liking and self-competence questionnaires(SLCS) yang dikembangkan oleh Tafarodi dan Swann (2001) untukmengukur self-esteem. Penelitian ini menggunakan beberapa alat ukuruntuk mengukur self-uncertainty yaitu, IUS-12 yang dikembangkan olehCarleton (2007), anxiety scale pada Depression and Anxiety Scale (DAS)yang dikembangkan oleh Costello dan Comrey (1967), dan The Centerfor Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang disusun olehRadloff (1977). The Multidimensional Scale of Perceived Social Support(MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet et al. (1988) untuk mengukurdukungan sosial. Penelitian ini menggunakan analisis faktorkonfirmatorik untuk menguji validitas konstruk alat ukur dan uji hipotesisdalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikanantara self-estem, self-uncertainty, dukungan sosial dan intensitaspenggunaan Instagram pada perbandingan sosial pengguna Instagramsebesar 0,123 atau 12,3% dan sebanyak 87,7% lainya dipengaruhi olehvariabel lain di luar penelitian. Berdasarkan hasil uji hipotesismasing-masing variabel yang telah dilakukan terdapat dua variabel yangberpengaruh secara signifikan terhadap perbandingan sosial penggunainstagram yaitu, self-liking yang merupakan aspek dari self-esteem dandukungan teman yang merupakan aspek dari dukungan sosial.
Bahan bacaan : 40 (buku + jurnal artikel + website)Kata kunci : perbandingan sosial, self-esteem, self-uncertainty,
dukungan sosial, intensitas penggunaan Instagram.
vi
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology of Syarif Hidayatullah Islamic State UniversityJakarta
(B) September 2019(C) Santi Susanti(D) Effects of Self-Esteem, Self-Uncertainty, Social Support, and Intencity of
Instagram Use on Instagram User’s Social Comparison.(E) Xiiv + 79 pages + appendixes(F) The study aims to determine whether there is an effect of self-esteem,
self-uncertainty, social support, and intencity of instagram use towardsinstagram user’s social comparison. The sample of this research was 417an adolescent and emerging adults instagram user aged 16-25 years. Theresearch Instrument used in this study is Iowa-Netherlands ComparisonOrientation Measure (INCOM) developed by Gibbons & Buunk (1999)to measure social comparison. Self-liking and self-competencequestionnaires (SLCS) developed by Tafarodi and Swann (2001) tomeasure self-esteem. In this study self-uncertainty measured by somemeasuring instrument. Some instrument to measure self-uncertainty isIUS-12 developed byCarleton (2007), anxiety scale on Depression andAnxiety Scale (DAS) developed by Costello and Comrey (1967), dan TheCenter for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) developedby Radloff (1977). The Multidimensional Scale of Perceived SocialSupport (MSPSS) developed by Zimet et al. (1988) to measure socialsupport. The study used confirmatory factor analysis to test the constructvalidity of the measuring instrument and to test the research hypothesisused a multiple regression analysis techniques. The results of this researchindicate that there is a significant influence of self-esteem,self-uncertainty, social support, and intencity of instagram use toinstagram user’s social comparison of 0,123 or 12,3% of the remaining87,7% is influenced by other variables. hypotesis testing that has beendone, there are two variables significant influence on instagram user’ssocial comparison. Based on the results of the hypothesis testing of eachvariable that has been done, there are two variables significant influenceon instagram user social comparison, self-liking an aspect fromself-esteem and friends support an aspect from social support.
Reading material : 40 (books + article journal + website)Keyworsd : social comparison, self-esteem, self-uncertainty,
social support, instagram use.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat dan
ridho-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang berjudul pengaruh self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosial,
dan intensitas penggunaan Instagram terhadap perbandingan sosial pada
pengguna Instagram. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikan nya skripsi ini tidak lepas dari
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah peneliti
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Solicha, M.Si, dosen pembimbing akademik peneliti yang selalu
memberikan dukungan dan arahan selama masa perkuliahan dari awal
semester hingga akhir.
3. Ilmi Amalia, M.Psi., Psikolog, dosen pembimbing skripsi yang
memberikan bimbingan, motivasi dan saran serta dukungan kepada
peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini.
viii
4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang
memberikan kemudahan dan bantuan bagi peneliti dalam setiap proses
administrasi perkuliahan.
5. Empat ratus tujuh belas responden pada penelitian ini yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu melancarkan penelitian ini.
6. Kedua orangtua peneliti, papah Abdul Mujib dan mamah Icih Sunarsih
serta adik peneliti, Dzeko Afandi yang peneliti sayangi. Terima kasih atas
segala bentuk dukungan, doa, dan kasih sayang yang tulus kepada
peneliti.
7. Sahabat-sahabat peneliti yang selalu meyakinkan, menguatkan,
memberikan siraman rohani, memberikan cerita, canda tawa, serta
memberikan bantuan kepada peneliti selama proses penulisan skripsi.
Terima kasih Susi Handayani, Safinatunnajah, Ardhia Nabiilah, Dwi
Nurhasanah, Itsna Diah, Siska Puspawardani dan Suha Yumna. Tanpa
kalian masa-masa sulit peneliti tidak akan terasa lebih ringan.
8. Teman-teman satu perjuangan skripsi, Cahaya Asyifa, Anisa Hasbiya,
dan Maulidya, serta Nur Soffa, Siti Fatimah Rizkiyani, ka Nia
Wahdaniyah yang selalu bersedia memberikan bantuan dan dukungannya
kepada peneliti selama proses penulisan skripsi. Tak lupa juga seluruh
teman-teman mahasiswa psikologi UIN Jakarta angkatan 2015 lainnya,
yang tak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu.
ix
9. Gun Atthaphan Phunsawat dan Off Jumpol Adulkittiporn yang selalu
menghibur peneliti selama sela-sela penulisan skripsi ini melalui series
dan acara yang dibintangi serta yang secara tidak langsung memberikan
motivasi kepada peneliti agar lebih cepat menyelesaikan penulisan skripsi
dan mendapatkan gelar sarjana.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan lagi satu persatu. Terima
kasih telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala
bantuan, dukungan, dan doanya kepada peneliti dibalas Allah dengan
kebaikan dan rezeki yang melimpah.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan sehingga peneliti menerima saran dan kritik atas
penelitian yang peneliti lakukan. Peneliti berharap penelitian ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun yang membaca penelitian ini.
Jakarta, 07 Oktober 2019
Peneliti
Santi Susanti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... iLEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. iiLEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. iiiLEMBARAN PERNYATAAN.......................................Error! Bookmark not defined.ABSTRAK.............................................................................................................. vABSTRACT...........................................................................................................viKATA PENGANTAR..........................................................................................viiDAFTAR ISI...........................................................................................................xDAFTAR TABEL................................................................................................ xiiDAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiiiDAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xivBAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1. Latar belakang..........................................................................................11.2. Pembatasan dan rumusan masalah........................................................ 7
1.2.1. Pembatasan masalah......................................................................... 71.2.2. Rumusan masalah............................................................................. 8
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian...............................................................91.3.1. Tujuan penelitian.............................................................................. 91.3.2. Manfaat penelitian............................................................................ 9
BAB 2 LANDASAN TEORI............................................................................... 102.1. Perbandingan Sosial...............................................................................10
2.1.1. Pengertian perbandingan sosial...................................................... 102.1.2. Aspek-aspek perbandingan sosial...................................................122.1.3. Faktor yang mempengaruhi perbandingan sosial........................... 122.1.4. Pengukuran perbandingan sosial.................................................... 15
2.2. Self-esteem............................................................................................... 162.2.1. Pengertian self-esteem.....................................................................162.2.2. Aspek-aspek self-esteem................................................................. 172.2.3. Pengukuran self-esteem...................................................................17
2.3. Self-uncertainty....................................................................................... 182.3.1. Pengertian self-uncertainty............................................................. 182.3.2. Pengukuran self-uncertainty........................................................... 20
2.4. Dukungan Sosial..................................................................................... 212.4.1. Pengertian dukungan sosial............................................................ 212.4.2. Aspek-aspek dukungan sosial.........................................................222.4.3. Pengukuran dukungan sosial.......................................................... 23
2.5. Kerangka berpikir..................................................................................242.6. Hipotesis.................................................................................................. 28
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................303.1 Populasi, sampel, dan teknik pengumpulan sampel.............................303.2 Variabel Penelitian dan Definisi.............................................................303.3 Instrumen pengumpulan data................................................................ 33
3.3.1 Skala pengukuran perbandingan sosial............................................333.3.2 Skala pengukuran self-esteem..........................................................34
xi
3.3.3 Skala pengukuran Intolerance of Uncertainty................................. 353.3.4 Skala pengukuran anxiety................................................................ 363.3.5 Skala pengukuran depression.......................................................... 373.3.6 Skala pengukuran dukungan sosial..................................................38
3.4 Uji Validitas Konstruk............................................................................ 393.4.1 Uji validitas skala perbandingan sosial............................................403.4.3 Uji validitas skala dimensi self-liking..............................................423.4.4 Uji validitas skala Intolerancy of uncertainty..................................433.4.5 Uji validitas skala Anxiety................................................................443.4.6 Uji validitas skala Depression......................................................... 463.4.7 Uji validitas skala dukungan keluarga............................................. 473.4.8 Uji validitas skala dukungan teman................................................. 483.4.9 Uji validitas skala dukungan significant others...............................49
3.5 Teknik analisis data.................................................................................503.6 Prosedur penelitian................................................................................. 51
BAB 4 HASIL PENELITIAN............................................................................. 534.1 Gambaran umum subjek penelitian........................................................... 534.2 Hasil Analisis Deskriptif........................................................................... 544.3 Kategorisasi Skor Variabel........................................................................554.4 Uji Hipotesis Penelitian.............................................................................574.5 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable................................... 62
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN.............................................665. 1. Kesimpulan............................................................................................ 665. 2. Diskusi.................................................................................................... 665. 3. Saran.......................................................................................................73
5.3.1. Saran teoritis................................................................................... 735.3.2. Saran praktis................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 76LAMPIRAN ........................................................................................................80
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blueprint skala perbandingan sosial..................................................34Tabel 3.1Blueprint skala pengukuran self-esteem.............................................35Tabel 3.2Blueprint skala pengukuran intolerance of uncertainty..................... 36Tabel 3.3Blueprint skala pengukuran anxiety ................................................. 36Tabel 3.4Blueprint skala pengukuran depression..............................................38Tabel 3.6 Blueprint skala pengukuran dukungan sosial....................................39Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Perbandingan Sosial......................................... 40Tabel 3.8 Muatan Faktor Item self-competence................................................ 42Tabel 3.9 Muatan Faktor Item self-liking.......................................................... 43Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Intolerance of uncertainty.............................. 44Tabel 3.11 Muatan Faktor Item anxiety.............................................................45Tabel 3.12 Muatan Faktor Item depression.......................................................47Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Dukungan Keluarga........................................48Tabel 3.14 Muatan Faktor Item dukungan teman..............................................49Tabel 3.15 Muatan Faktor Item dukungan significant others........................... 50Tabel 4. 1 Gambaran Umum Subjek Penelitian................................................ 53Tabel 4. 2 Hasil Deskriptif................................................................................ 54Tabel 4. 3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian..................................55Tabel 4. 4 Kategorisasi Skor Variabel...............................................................56Tabel 4. 5 R square............................................................................................58Tabel 4. 6 ANOVA Pengaruh independent variable terhadap dependent
variable....................................................................................................58Tabel 4. 7 Koefisien Regresi............................................................................. 59Tabel 4. 8 Hasil Model Summary Proporsi Varians..........................................63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir...........................................................................28
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 80Lampiran 2 Path Diagram 93Lampiran 3 Output Regresi 102
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Jumlah pengguna sosial media telah meningkat, dalam penelitian terbaru
Global Web Index (GWI) menemukan bahwa pada tahun 2016 jumlah pengguna
Instagram telah meningkat lebih dari 10% dari akhir tahun 2015. Hal ini dapat
diartikan bahwa pengguna Instagram saat ini sudah mencapai hampir 50% dari
pengguna internet di dunia (Valk, 2016). Diketahui bahwa jumlah pengguna aktif
Instagram terbesar berasal dari Amerika Serikat sebanyak 110 juta. Disusul Brasil
dengan 57 juta pengguna aktif dan Indonesia berada di urutan ketiga dengan 55
juta. Di Indonesia, Instagram merupakan media sosial yang paling sering
digunakan keempat setelah Youtube, Facebook, dan Whatsapp (Datakata, 2018)
Sebagai salah satu situs jejaring sosial Instagram tentunya memiliki
beberapa dampak untuk kesejahteraan penggunanya. Penelitian yang dilakukan
oleh Ouwerkerk dan Johnson (2016) ditemukan bahwa motif seorang individu
mengikuti orang lain di Instagram adalah untuk menjadi inspirasi bagi individu
tersebut. Selain dapat menginspirasi penggunanya, Instagram juga memiliki
dampak yang buruk untuk kesehatan mental penggunanya. Di awal tahun 2017,
Royal Society for Public Health (RSPH)/ Young Mental Health (YHM) melakukan
survei mengenai platform media sosial yang mereka gunakan pada 1.500 anak
muda (usia 14-24 tahun) dari seluruh Inggris. Anak muda tersebut diminta untuk
menilai media sosial berdasarkan masalah-masalah kesehatan mental yang
2
ditimbulkan dari media sosial tersebut, beberapa masalah diantaranya adalah
depresi, kesepian, dan kemampuan untuk menentukan diri yang sebenarnya.
Berdasarkan survei tersebut diketahui bahwa Instagram adalah media sosial yang
memiliki dampak terburuk bagi kesehatan mental penggunanya dari pada media
sosial lainnya seperti Youtube, Twitter, Facebok, dan Snapchat (People, 2017).
Beberapa efek yang didapatkan dari Instagram tersebut disebabkan oleh rasa
cemburu dan perbandingan sosial yang dirasakan saat bermain Instagram
(Midgley, 2019; Pitts & Scott, 2018).
Jones (2002) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai penilaian
kognitif yang dibuat oleh seorang individu tentang suatu hal yang dimilikinya dan
membandingkannya dengan suatu hal yang dimiliki oleh orang lain, biasanya
individu memilih siapa yang akan mereka bandingkan atas dasar kesamaan yang
dirasakan. Contohnya adalah seseorang akan merasa rupawan ketika orang lain
tampak biasa saja, merasa pintar saat yang lain tampak bodoh, merasa tidak peduli
ketika orang lain nampak tidak berperan. Ketika seseorang menyaksikan
penampilan temannya, orang tidak dapat menahan diri untuk secara implisit
membandingkan diri mereka (Stapel & Suls, dalam Myers, 2012). Oleh karena itu,
orang mungkin secara diam-diam merasa senang di atas kegagalan temannya,
khususnya ketika hal tersebut terjadi pada seseorang yang diirikan dan ketika
seseorang tidak menderita kegagalan yang sama (Lockwood, dalam Myers, 2012).
Taylor, Peplau dan Scars (2009) percaya bahwa orang termotivasi untuk membuat
penilaian mengenai level kemampuan dan terhadap sikap individu itu sendiri.
Taylor, Peplau dan Scars (2009) juga mengatakan bahwa dengan begitu mereka
3
akan menilai diri mereka dengan membandingkan dirinya dengan orang lain yang
setara dengannya.
Beberapa penelitian mengenai perbandingan sosial mengarahkan pada
perbandingan sosial yang negatif. Dalam penelitian yang dilakukan oleh White,
Langer, Yariv, dan Iv (2006) diketahui bahwa perbandingan sosial memiliki
implikasi yang negatif untuk kesejahteraan pribadi dan untuk hubungan
interpersonal antar kelompok. Membandingkan diri dengan orang yang lebih baik
juga terbukti berpengaruh pada rendahnya self-esteemdan lebih rentan pada
simptom depresi (Liu et al., 2017). Penemuan membuktikan bahwa depresi ada
hubungannya dengan tingkat iri yang lebih tinggi, terutama saat standar
perbandingannya tinggi (Appel, Crusius, & Gerlach, 2015).
Selain implikasi negatif dari perbandingan sosial yang terdapat pada
penelitian yang dilakukan White, Langer, Yarif, dan Iv (2006) dan Liu et al
(2017), Meier (2018) mengatakan bahwa membandingkan diri dengan orang lain,
dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan perilaku yang dimilikinya dan
memperoleh motivasi positif untuk diri contohnya adalah inspirasi. Berdasarkan
perbedaandampak yang akan ditimbulkan perbandingan sosial tersebut,peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai perbandingan sosial.
Stapleton, Luiz, dan Chatwin (2017) mengatakan bahwa orang-orang
yang berusia muda masih menggantungkan harga diri mereka pada persetujuan
dari orang lain. Oleh karena itu, perbandingan sosial di Instagram dapat
memberikan kesempatan kepada orang-orang yangberusia muda untuk
4
membuktikan kebenaran tentang siapa diri mereka. Berdasarkan pernyataan
tersebut kemungkinan perbandingan sosial akan banyak dilakukan oleh para
remaja dan dewasa awal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat
perbandingan sosial pada pengguna Instagram yang berusia remaja dan dewasa
awal.
Penelitian mengenai perbandingan sosial pada media sosial telah banyak
dilakukan di ranah Facebook (Bergagna & Tartaglia, 2018; Haferkamp, 2011;
Stapleton, Luiz, & Chatwin, 2017; Liu et al., 2017; Lee, 2014). Steers, Wickham,
dan Acitelli (2014) mengatakan bahwa pengguna Facebook dihadapkan pada
aliran informasi yang berkelanjutan (mis., Pembaruan status, melihat gambar yang
baru diunggah, teman-teman memposting pada timeline masing-masing,
menyukai pembaruan status orang lain) dengan demikian kegiatan Facebook ini
dapat berfungsi sebagai rangsangan bagi individu untuk secara otomatis terlibat
dalam perbandingan sosial. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai perbandingan sosial di media sosial.
Self-esteemmerupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi
perbandingan sosial. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa perbandingan
sosial sering terjadi pada orang-orang yang self-esteemnyatinggi untuk mengatasi
ancaman terhadap harga diri mereka (Suls, Lemos, & Stewart, 2002; White,
Langer, Yariv, & Iv, 2006). Pada beberapa penelitian yang lain menemukan
hubungan negatif antara self-esteem dan perbandingan sosial, yang artinya
semakin tinggi self-esteem seseorang maka semakin kecil kemungkinan untuk
melakukan perbandingan sosial (Gibbons & Buunk, 1999; Hunt, 2018; Bergagna
5
& Tartaglia, 2018). Karena adanya perbedaan hasil penemuan ini, peneliti tertarik
untuk meneliti kembali pengaruh self-esteemterhadap perbandingan sosial
Faktor lainnya yang dapat memengaruhi perbandingan sosial adalah
self-uncertainty. Festinger (1954) mengatakan bahwa seseorang akan
membandingkan dirinya dengan orang lain saat mereka merasa tidak pasti tentang
kecukupan pendapat dan kemampuan mereka. Orang membuat perbandingan
sosial ketika seseorang membutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian
(uncertain) tentang kemampuan, kinerja, dan penampilan yang bergantung pada
standar eksternal untuk menilai diri mereka sendiri (White, Langer, Yariv, & Iv,
2006; Haferkamp, 2011). Lee (2014) mengatakan bahwa self-uncertainty individu
merupakan faktor penting yang menjelaskan frekuensi perbandingan sosial
seseorang, yang berarti bahwa orang yang kurang yakin tentang dirinya lebih
sering membandingkan dengan orang lain di Facebook. Karena belum adanya
penelitian mengenai self-uncertainty dengan perbandingan sosial yang di lakukan
di ranah Instagram, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
self-uncertaintydengan perbandingan sosial seseorang di Instagram.
Faktor lainnya yang memiliki hubungan dengan perbandingan sosial
adalah dukungan sosial. Studi yang dilakukan oleh Iskender dan Tanrıkulu (2010)
pada masyarakat Turki menemukan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan
dengan perbandingan sosial. Iskender dan Tanrıkulu (2010) mengatakan bahwa
dukungan sosial dari keluarga dan teman mempunyai pengaruh yang positif pada
kemampuan untuk mengatasi peristiwa kehidupan negatif. Iskender dan Tanrıkulu
(2010) juga mengatakan bahwa belum banyaknya penelitian yang meneliti
6
dukungan sosial dengan perbandingan sosial. Hal ini membuat peneliti tertarik
untuk mengaji ulang apakah ada pengaruh dukungan sosial terhadap perilaku
membandingkan diri pada sampel masyarakat Indonesia terutama pada pengguna
Instagram. Selain itu juga karena belum adanya yang meneliti pada ranah media
sosial.
Intensitas penggunaan sosial media juga merupakan salah satu faktor
yang dapat memengaruhi perbandingan sosial. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Lee (2014) ditemukan bahwa ada hubungan yang positif antara penggunaan
Facebook (sosial media) dengan Frekuensi membandingkan diri. Orang yang
dalam seminggu lebih banyak membuka Facebook adalah orang yang
menganggap hidup orang lain lebih bahagia dari dirinya dibandingkan orang yang
lebih sedikit membuka Facebook (Chou & Edge, 2012). Namun demikian,
Katerina, Leora, dan Lisa (2015) mengatakan bahwa intensitas penggunaan
Instagram tidak memiliki pengaruh terhadap perbandingan sosial. Peneliti ingin
mengaji ulang apakah ada pengaruh intensitas penggunaan Instagram dengan
perbandingan sosial.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosial,
dan intensitas penggunaan Instagram terhadap perbandingan sosial pada
pengguna Instagram”
7
1.2. Pembatasan dan rumusan masalah
1.2.1. Pembatasan masalah
Pembatasan dalam penelitian ini adalah akan membahas lebih dalam
mengenai perbandingan sosial, self-esteem, self-uncertainty, dukungan
sosial dan intensitas penggunaan Instagrampada pengguna Instagram.
Berikut penjelasan nya;
1. Perbandingan sosialyang dibahas dalam penelitian ini mengacu pada
definisi yang dikemukakan oleh Festinger (1954) yaitu perilaku
mengevaluasi dan menilai diri dengan membandingkan diri dengan
orang lain terkait pendapat dan kemampuannya.
2. Self-esteem yang dibahas dalam penelitian ini mengacu pada definisi
menurut Tafarodi dan Swann (2001). Self-esteem didefinisikan
sebagai perilaku menilai dirinya berdasarkan apa yang dapat mereka
lakukan dan apa yang dilihat oleh orang lain akan dirinya.
3. Dukungan sosial yang dibahas dalam penelitian ini mengacu pada
definisi yang diungkapkan oleh Sarafino (2010). Dukungan sosial
didefinisiikan sebagai bantuan berupa kenyamanan, kepedulian,
penghargaan, atau bantuan yang tersedia untuk seseorang dari orang
atau kelompok lain. Dukungan yang dimaksud adalah dukungan
sosial berdasarkan sumbernya menurut Zimet (1988) yaitu dukungan
dari keluarga, dukungan dari teman dan dukungan dari orang yang
berarti untuk individu selain keluarga dan teman.
8
4. Self-uncertainty pada penelitian ini mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Butzer dan Kuiper (2006) yaitu keadaan seseorang
yang merasa tidak pasti tentang dirinya sendiri yang terdiri dari 4
sub-konstruk; self-concept clarity, intolerance of uncertainty, anxiety,
dan depression. Intolerance of uncertainty yaitu perilaku tidak toleran
terhadap ketidakpastian dan menginteroretasikan semua keadaan
ambigu sebagai ancaman (Carleton, 2007). Anxiety adalah hasil dari
kekhawatiran atas peristiwa masa depan yang tidak pasti dan tidak
terkendali, bersama dengan peningkatan fokus pada kekhawatiran
mengenai evaluasi diri dan ancaman sosial di masa depan (Butzer &
Kuiper, 2007). Depression adalah suatu gejala-gejala mengenai
penurunan mood, perasaan tak berdaya dan tidak memiliki harapan,
merasa bersalah dan tidak berharga, hilangnya nafsu makan,
gangguan tidur dan hambatan psikomotor (Butzer & Kuiper, 2007).
5. Pengguna Instagram pada penelitian ini dibatasi pada rentang usia
menurut Hurlock yaitu usia remaja (16 - 21 tahun) dan dewasa awal
(22-25 tahun).
1.2.2. Rumusan masalah
Perumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara self-esteem,
self-uncertainty, dukungan sosial dan intensitas penggunaan
Instagram terhadap perbandingan sosial padapengguna Instagram?
9
2. Seberapa besar pengaruh dari masing-masing dimensi self-esteem,
self-uncertainty, dukungan sosialdan intensitas penggunaan
Instagram terhadap perbandingan sosialpada pengguna Instagram?
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
1.3.1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosialdan intensitas penggunaan
Instagram terhadap perbandingan sosial pada pengguna Instagram.
Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar
pengaruh dari masing-masing dimensi self-esteem, self-uncertainty,
dukungan sosialdan intensitas penggunaan Instagram terhadap
perbandingan sosialpada pengguna Instagram.
1.3.2. Manfaat penelitian
1. Hasil Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya
ilmu dalam kajian psikologi sosial dan dapat digunakan sebagai
bahan dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah informasi untuk
pengguna Instagram baik remaja maupun orang dewasa sehingga
memunculkan kesadaran mengenai perbandingan sosial, self-esteem,
self-uncertainty, dan dukungan sosial.
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Perbandingan Sosial
2.1.1. Pengertian perbandingan sosial
Festinger (1954) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai perilaku
membandingkan diri dengan orang lain terkait pendapat dan kemampuannya.
Perbandingan sosial dilakukan oleh seorang individu untuk mengevaluasi
pendapat dan kemampuannya, karena tidak tersedianya standar yang objektif
untuk mengevaluasi diri sendiri (self-evaluation). Individu biasanya secara
selektif memilih siapa yang akan mereka bandingkan atas dasar kesamaan yang
dirasakan.Contohnya adalah individu dapat membandingkan tingkat kecemasan
mereka dengan orang lain yang serupa dan mungkin mereka menganggap orang
lain tersebut kurang cemas daripada mereka, dengan begitu mereka dapat
menyimpulkan bahwa mereka tidak begitu cemas (Buunk, 2007).
Wood (1996) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai suatu proses
berpikir yang intens tentang informasi sosial yang ada kaitannya dengan diri
contohnya, mengobservasi kesamaan, perbedaan, atau keduanya dari orang lain
dan dari diri hanya pada dimensi tertentu. Jones (2002) mendefinisikan
perbandingan sosial sebagai penilaian kognitif yang dibuat oleh seorang individu
tentang suatu hal yang dimilikinya dan membandingkannya dengan suatu hal yang
dimiliki oleh orang lain.
11
Buunk (2007) mengatakan bahwa perbandingan sosial adalah fenomena
sosial yang terjadi di mana-mana. Hampir setiap orang melakukannya dari waktu
ke waktu, terutama karena dapat memenuhi fungsi yang mendasar, seperti
memberikan informasi yang berguna tentang di mana seseorang berdiri di dunia
sosial seseorang, merasa lebih baik tentang diri sendiri, dan belajar bagaimana
beradaptasi dengan situasi yang menantang (Buunk, 2007). Steers, Wickham, dan
Acitelli (2014) mengatakan bahwa perbandingan sosial terjadi ketika orang secara
otomatis membedakan diri dengan orang lain pada kemampuan atau atribut yang
mereka anggap penting.
Gibbons dan Buunk (1999) mengatakan satu alasan orang
membandingkan dirinya dengan orang lain adalah untuk lebih mempelajari
tentang kemampuan mereka dan dengan begitu meningkatkan kemampuan
mereka. Contohnya, ketika seorang siswa mendapatkan nilai ujian kembali atau
menerima nilai pada proyek atau paper, mereka sering ingin mengetahui
bagaimana orang lain melakukan tes atau proyek itu, itulah yang disebut
perbandingan sosial (Gibbons & Buunk, 1999). Kebanyakan orang
membandingkan dirinya dari waktu ke waktu. Seperti contohnya, mereka dapat
membandingkan bagaimana perasaan mereka, pendapat mereka, dan/atau situasi
mereka dengan orang orang lain. Tidak ada yang baik atau buruk mengenai tipe
perbandingan ini, dan sebagian orang melakukannya lebih daripada orang lain
(Gibbons & Buunk, 1999).
Sebagian besar tokoh yang menjelaskan mengenai perbandingan sosial
tersebut (Gibbons & Buunk, 1999; Wood, 1996; dan Jones, 2002) merujuk pada
12
definisi dari Festinger (1954). oleh sebab itu, pada penelitian ini, peneliti
menggunakan definisi dari Festinger (1954) yang mengatakan bahwa
perbandingan sosial adalah perilaku membandingkan diri dengan orang lain
berdasarkan pendapat dan kemampuannya.
2.1.2. Aspek-aspek perbandingan sosial
Festinger (1954) mengatakan bahwa ada dua aspek perbandingan sosial yaitu:
1. Aspek kemampuan (Abilities), yaitu menjadikan kemampuan sebagai
tolak ukur perbandingan sosial. Pada aspek ini, seorang individu akan
terkait melakukan sesuatu berdasarkan pertanyaan “bagaimana saya
melakukannya? (how am i doing?)”
2. Aspek pendapat (oppinion), yaitu menjadikan pendapat sebagai tolak
ukur perbandingan. Pada aspek ini, seorang individu akan terkait
melakukan sesuatu berdasarkan pertanyaan “apa yang seharusnya saya
pikirkan atau rasakan? (what should i think or feel?)”
2.1.3. Faktor yang memengaruhi perbandingan sosial
Terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat memengaruhi perbandingan sosial
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diantaranya;
1. Self-esteem
Pada penelitian sebelumnya mengatakan bahwa perbandingan sosial
sering terjadi pada orang-orang yang self-esteemnya tinggi untuk
mengatasi ancaman terhadap harga diri mereka (Suls, Lemos, &
13
Stewart, 2002; White, Langer, Yariv, & Iv, 2006). Namun, pada
beberapa penelitian yang lain menemukan hubungan negatif antara
self-esteem dan perbandingan sosial, yang artinya semakin tinggi
self-esteem seseorang maka semakin kecil kemungkinan untuk
melakukan perbandingan sosial (Gibbons & Buunk, 1999; Hunt, 2018;
Bergagna & Tartaglia, 2018).
2. Self-uncertainty
Festinger (1954) mengatakan bahwa seseorang akan membandingkan
dirinya dengan orang lain saat mereka merasa tidak pasti tentang
kecukupan pendapat dan kemampuan mereka. Orang membuat
perbandingan sosial ketika seseorang membutuhkan untuk mengurangi
ketidakpastian (uncertain) tentang kemampuan, kinerja, dan
penampilan yang bergantung pada standar eksternal untuk menilai diri
mereka sendiri (White, Langer, Yariv, & Iv, 2006; Haferkamp, 2011).
Lee (2014) mengatakan bahwa self-uncertaintyindividu merupakan
faktor penting yang menjelaskan frekuensi perbandingan sosial
seseorang, yang berarti bahwa orang yang kurang yakin tentang dirinya
lebih sering membandingkan dengan orang lain
3. Dukungan sosial
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Armstrong-carter, Buzinski,
Shablack, dan Cohen (2018) mengatakan bahwa seseorang akan
membandingkan dukungan yang mereka terima dengan yang orang lain
14
terima. Hal ini karena inter-individual-get-and-get bias yang
menganggap bahwa individu mendapatkan lebih banyak dukungan dari
pada yang orang lain dapatkan. Studi yang dilakukan oleh Iskender dan
Tanrıkulu (2010) menemukan bahwa social support memiliki hubungan
dengan perbandingan sosial.
4. Neurotisme yang tinggi
Bagi individu yang tingkat neurotismenya tinggi akan sering
membandingkan dirinya dengan orang lain karena rasa tidak pasti
dalam diri mereka (Gibbons & Buunk, 1999).
5. Intensitas penggunaan Instagram
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lee (2014) ditemukan bahwa ada
hubungan yang positif antara penggunaan Facebook (sosial media)
dengan Frekuensi membandingkan diri. Orang yang dalam seminggu
lebih banyak membuka Facebook adalah orang yang menganggap
hidup orang lain lebih bahagia dari dirinya dibandingkan orang yang
lebih sedikit membuka Facebook (Chou & Edge, 2012).
6. Strategi koping
Individu yang menghadapi peristiwa hidup yang mengancam akan
membandingkan dirinya dengan orang yang menghadapi masalah lebih
buruk dari dirinya sebagai tahap awal adaptasi diri terhadap peristiwa
hidupnya yang mengancam (Affleck, Tennen, Pfeiffer, Fifield, & Rowe,
1987)
15
Berdasarkan beberapa faktor yang pernah diteliti sebelumnya dalam
beberapa jurnal yang berbeda, peneliti tertarik untuk meneliti kembali pengaruh
faktor dukungan sosial, self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosialdan
intensitas penggunaan Instagram terhadap perbandingan sosial pada pengguna
Instagram.
2.1.4. Pengukuran perbandingan sosial
Ada beberapa alat ukur yang dapat mengukur perbandingan sosial, salah satu
diantaranya adalah : Iowa-Netherlands Comparison Orientation Measure
(INCOM) dibuat oleh Gibbons dan Buunk (1999). skala ini berjumlah 11 item
dengan 5 pilihan jawaban (1= sangat tidak setuju, sampai 5= sangat setuju).
dengan dua subskala yaitu, opinion dan abilities.
Selain itu ada alat ukur Social Comparison Scale yang dikembangkan
oleh Allan dan Gilbert (1995), skala ini berjumlah 11 item bipolar dengan skala
pengukuran menggunakan skala semantic differential (1 sampai 10).
Pada penelitian ini, dengan mempertimbangkan definisi yang peneliti
gunakan untuk menjelaskan perbandingan sosial, peneliti memutuskan untuk
menggunakan skala pengukuran Iowa-Netherlands Comparison Orientation
Measure (INCOM) yang di kembangkan oleh Gibbons dan Buunk (1999).
16
2.2. Self-esteem
2.2.1. Pengertian self-esteem
Rosernberg (1965) mendefinisikan self-esteemsebagai sebuah sikap positif atau
negatif berdasarkan objek tertentu, yaitu diri. Sikap positif di sini adalah
ungkapan perasaan bahwa seseorang cukup baik. Individu hanya merasa bahwa
dia adalah orang yang berharga; dia menghormati dirinya sendiri apa adanya,
tetapi dia tidak mengagumi dirinya. Dia tidak selalu menganggap dirinya lebih
superior dari yang lain. Sedangkan sikap negatif di sini adalah kecenderungan
untuk menolak diri (self-rejection), ketidakpuasan terhadap diri
(self-dissatisfaction), dan penghinaan diri (self-contempt).
Dewey (dalam Tafarodi, Marshall, & Milne, 2003) harga diri pada
dasarnya adalah perwujudan dari sebuah evaluasi, karena diri adalah sasaran dari
sebuah penilaian. Karena diri dapat dipahami berdasarkan beberapa penilaian
yang berbeda, nilai instrumental yaitu merujuk pada fungsi seseorang atau apa
yang dapat orang itu lakukan dan nilai intrinsik yang merujuk pada kualitas diri
dari seseorang.
Tafarodi dan Swann (2001) menyebutkan bahwa self-esteem adalah
perilaku menilai dirinya berdasarkan apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang
dilihat oleh orang lain akan dirinya (kompetensi personal, serta penampilan,
karakter, dan identitas sosial). Penilaian tersebut diekspresikan dengan perbedaan
antara menghormati diri sendiri atau respect dan menyukai diri sendiri atau liking
(Tafarodi & Swann, 2001).
17
Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti merujuk pada definisi
menurutTafarodi dan Swann (2001) yang mendefinisikan self-esteem sebagai
perilaku menilai dirinya berdasarkan apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang
dilihat oleh orang lain akan dirinya (kompetensi personal, serta penampilan,
karakter, dan identitas sosial).
2.2.2. Aspek-aspek self-esteem
Tafarodi dan Swann (2001) mengatakan bahwa ada dua komponen self-esteem,
yaitu:
1. Self-competence adalah penilaian individu terhadap dirinya sebagai
individu yang memiliki kemampuan untuk memperoleh hasil yang
diinginkannya dengan menggunakan kemampuannya tersebut.
2. Self-liking adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri sebagai
objek sosial, yang seringkali disederhanakan menjadi orang baik atau
tidak baik (good or bad person ). Penilaian ini yang memunculkan
rasa berharga diri yang memiliki signifikansi sosial. Penilaian ini
seringkali didasarkan pada penampilan, karakter, dan identitas sosial.
2.2.3. Pengukuran self-esteem
Terdapat beberapa alat ukur yang dapat mengukur self-esteem salah satu
diantaranya adalah alat ukur self-liking and self-competence questionnaires (SLCS)
yang dikembangkan oleh Tafarodi dan Swann (2001). SLCS terdiri dari 16 item
pertanyaan yang dikonstruksi untuk mengukur self-competence dan self-liking.
18
Ada Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh
Rosenberg (1965) yang terdiri dari 10 butir pernyataan dengan 4 pilihan jawaban
(strongly agree, agree, disagree, atau strongly disagree).
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dengan mempertimbangkan
definisi yang digunakan oleh peneliti dalam menjelaskan mengenai self-esteem,
pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur self-liking and self-competence
questionaires (SLCS) yang dikembangkan oleh Tafarodi dan Swann (2001).
2.3. Self-uncertainty
2.3.1. Pengertian self-uncertainty
Arkin, Oleson, dan Carroll (2013) mendefinisikan self-uncertainty
sebagai keraguan atau ketidakpastian mengenai diri, dunia dan keterkaitan antara
keduanya. Self-uncertainty adalah keadaan di mana seseorang merasa tidak pasti
tentang dirinya sendiri yang terdiri dari empat komponen yang berbeda yaitu ada
self-concept clarity, intolerance of uncertainty, anxiety, dan depression (Butzer &
Kuiper, 2006). Self-concept clarity didefinisikan sebagai sejauh mana isi konsep
diri individu, misalnya atribut pribadi yang bisa dirasakan, secara jelas dan yakin
mendefinisikan konsisten secara internal, dan stabil untuk sementara (Campbell et
al., dalam Butzer dan Kuiper, 2006).
Intolerance of uncertainty didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
bereaksi negatif terhadap peristiwa atau situasi yang tidak pasti, terlepas dari
kemungkinan terjadinya konsekuensi yang terkait (Carleton, 2007). Dengan kata
lain, individu yang memiliki intoleransi pada ketidakpastian (Intolerance of
19
uncertainty) tinggi akan melihat situasi yang tidak pasti dan ambigu sebagai
permusuhan yang mana mereka akan membandingkan diri mereka lebih sering
dengan orang lain. Intolerance of uncertainty mendasari berbagai fenomena yang
terkait dengan kekhawatiran (Freeston, Rheaume, Letarte, Dugas, dan Ladouceur,
1994). Freeston, Rheaume, Letarte, Dugas, dan Ladouceur (1994) mengatakan
bahwa intolerance of uncertainty dapat didefinisikan sebagai konstruk yang relatif
luas yang mewakili reaksi kognitif, emotsional, dan perilaku terhadap
ketidakpastian dalam situasi kehidupan sehari-hari.
Butzer dan Kuiper (2006) mengartikan anxiety sebagai hasil dari rasa
cemas seseorang terhadap peristiwa di masa depan yang belum pasti dan tidak
dapat dikendalikan, bersamaan dengan peningkatan fokus seseorang pada
kekhawatiran mengenai evaluasi diri dan ancaman sosial di masa depan. Butzer
dan Kuiper (2006) juga mengartikan depression sebagai suatu gejala-gejala
mengenai penurunan mood, perasaan tak berdaya dan tidak memiliki harapan,
merasa bersalah dan tidak berharga, hilangnya nafsu makan, gangguan tidur dan
hambatan psikomotor.
Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti merujuk pada definisi
menurut Butzer dan Kuiper (2006) yang mendefinisikan self-uncertainty sebagai
keadaan seseorang yang merasa tidak pasti tentang dirinya sendiri yang dapat
diukur dari empat sub-konstruk yang berbeda yaitu ada self-concept clarity,
intolerance of uncertainty, anxiety, dan depression. Dalam penelitian ini guna
menghindari adanya korelasi yang sangat kuat pada masing-masing independent
variable, peneliti tidak memakai self-concept clarity karena pada penelitian (Cicei,
20
2012) ditemukan bahwa korelasi self-concept clarity dengan self-esteem yang
merupakan salah-satu independent variable juga pada penelitian ini,cukup kuat.
2.3.2. Pengukuran self-uncertainty
Pengukuran self-uncertainty dapat diukur menggunakan tiga komponen
alat ukur (Butzer & Kuiper, 2006). Peneliti menggunakan alat ukur Intolerance of
Uncertainty Scale (IUS) yang dibuat oleh Freeston et al., (1994) dengan skala
yang berjumlah 27 item. Kemudian Carleton (2007) membuat IUS-12 yang
merupakan versi pendek dari alat ukur Freeston et al., (1994) dengan jumlah item
yang tersisa adalah 12 item pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban (1= sangat tidak
sesuai, 5= sangat sesuai) untuk mengukur intolerance of uncertainty. Peneliti
menggunakan alat ukur anxiety scale pada Depression and Anxiety Scales (DAS)
yang disusun oleh Costello dan Comrey (1967). Skala pengukuran anxiety pada
DAS ini berjumlah 9 itemdengan 9 pilihan jawaban (1=“tidak pernah” sampai
9=“hampir selalu”) untuk mengukur anxiety. Peneliti menggunakan alat ukur The
Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang disusun oleh
Radloff (1977) untuk mengukur depression. Skala pengukuran CES-D ini
berjumlah 22 item dengan 4 pilihan jawaban (1=“jarang/kurang dari sehari”
sampai 4=“hampir setiap waktu/5-7 hari”).
Pada penelitian ini, dengan mempertimbangkan definisi yang digunakan
oleh peneliti dalam menjelaskan mengenai self-uncertainty, alat ukur yang
digunakan adalah alat ukur Intolerance of Uncertainty Scale (IUS) yang dibuat
21
oleh Carleton (2007), anxiety scale pada Depression and Anxiety Scales (DAS)
yang disusun oleh Costello dan Comrey (1967), dan The Center for Epidemiologic
Studies Depression Scale (CES-D) yang disusun oleh Radloff (1977).
2.4. Dukungan Sosial
2.4.1. Pengertian dukungan sosial
Shumaker dan Brownell (1984) mendefinisikan dukungan sosial (Social
Support) sebagai pertukaran sumber daya antara setidaknya dua individu yang
dirasakan oleh penyedia atau penerima dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan penerima. Sarafino (2010) menyatakan bahwa dukungan sosial
mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya, atau
menghargainya. Dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian,
penghargaan, atau bantuan yang tersedia untuk seseorang dari orang atau
kelompok lain (Sarafino, 2010). Sedangkan menurut Cohen, Underwood dan
Gottlieb (2000) istilah dukungan sosial digunakan merujuk pada sumber daya
sosial yang tersedia bagi seseorang atau yang benar-benar diberikan kepada orang
tersebut oleh orang yang bukan profesional baik berupa dukungan dalam
kelompok atau pun saling membantu antar individu.
Zimet et al. (1988) menggambarkan dukungan sosial sebagai diterimanya
dukungan yang diberikan oleh orang-orang terdekat individu seperti keluarga,
teman dan orang yang berarti dalam kehidupan individu (significant other). dari
definisi tersebut dapat diketahui bahwa sumber dukungan sosial dapat diperoleh
dari keluarga, teman, dan orang yang berarti dalam kehidupan individu
(significant other).
22
Wright (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial tampak paling efektif
ketika seseorang dihadapkan dengan peristiwa kehidupan penuh tekanan, dengan
memulihkan keseimbangan psikologis (atau tingkat dasar kemampuan untuk
melakukan fungsi-fungsi kehidupan) dan membantu orang tersebut menangani
keadaan pengaruh negatif. Seperti ketidakpastian, frustrasi, dan kemarahan.
Sebaliknya, persahabatan, atau kegiatan yang dilakukan demi kesenangan, dapat
meningkatkan rasa kesejahteraan seseorang melebihi tingkatan dasar.
Iskender dan Tanrıkulu (2010) mengatakan bahwa dukungan sosial dari
keluarga dan teman mempunyai pengaruh yang positif pada kemampuan untuk
mengatasi peristiwa kehidupan negatif. Efek menguntungkan dari dukungan sosial
dapat terjadi melalui melindungi individu dari efek berbahaya dari stres (Lakey &
Cohen, 2000, dalam Iskender dan Tanrıkulu, 2010). Dukungan sosial juga
membantu menimbulkan pengalaman emosional positif, sehingga mengurangi
efek negatif dari stres (Pearlin, Lieberman, Mentighan, & Mullan, 1981).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijabarkan di atas peneliti
merujuk pada definisi yang diungkapkan oleh Sarafino (2010) bahwa dukungan
sosial mengacu pada kenyamanan, kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang
tersedia untuk seseorang dari orang atau kelompok lain.
2.4.2. Aspek-aspek dukungan sosial
Zimet et al. (1988) mengemukakan bahwa dukungan sosial dapat diterima dari
tiga sumber antara lain:
1. Dukungan keluarga (family support)
23
Dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga kepada individu seperti
membantu dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara emosional.
2. Dukungan teman (friend support)
Dukungan atau bantuan yang diberikan oleh teman, seperti dapat diandalkan
ketika dibutuhkan bantuannya maupun bantuan dalam bentuk lainnya.
3. Dukungan orang yang berarti (significant other support)
Dukungan atau bantuan yang diberikan oleh seseorang yang dianggap spesial
oleh individu selain keluarga dan teman seperti dukungan secara emosional
maupun bantuan dalam bentuk lainnya.
2.4.3. Pengukuran dukungan sosial
Ada beberapa alat ukur yang dapat mengukur dukungan sosial, salah satu
diantaranya adalah The Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS). Skala ini dibuat oleh Zimet et al. (1988). Skala ini berjumlah 12 item
dengan 7 respon jawaban (1= sangat tidak setuju; 7= sangat setuju). Skala ini
terdiri dari tiga subskala, di mana menilai tingkat dukungan dari keluarga, teman,
dan significant other.
Selain itu, Cutrona dan Russell (1987) mengembangkan alat ukur
self-report bernama Social Provision Scale (SPS) dengan jumlah item sebanyak
24 item pertanyaan yang mengukur dukungan sosial berdasarkan dukungan
attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance,
dan nurturance.
24
Berdasarkan pertimbangan mengenai kesesuaian dengan batasan masalah
mengenai dukungan sosial yang peneliti maksudkan, peneliti menggunakan alat
ukur The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) yang
dibuat oleh Zimet et al (1988). Alat ukur ini dirancang untuk mengukur dukungan
sosial yang dibagi dalam kelompok yang berkaitan dengan sumber dukungan
sosial, yaitu keluarga, teman, dan significant other.
2.5. Kerangka berpikir
Maraknya pengguna aktif media sosial Instagram saat ini, perbandingan sosial
menjadi hal yang sering terjadi tanpa disadari karena terpaparnya informasi orang
lain yang diikuti. Orang melakukan perbandingan sosial karena ingin memvalidasi
dan mengevaluasi diri mereka. Pada media sosial Instagram, seseorang dapat
membagikan berbagai aktivitas yang dilakukannya, hal tersebut dapat
menstimulus seseorang untuk melakukan perbandingan sosial.
Diketahui bahwa sebelumnya, pada dunia offline, atau interaksi secara
langsung, seseorang membandingkan dirinya sendiri tanpa disadari dengan orang
lain karena adanya informasi yang mereka terima tentang orang lain. Orang akan
melakukan perbandingan sosial atau membandingkan dirinya dengan orang lain
agar kedudukan dirinya baik secara visual maupun kemampuan lebih unggul dari
pada orang lain. Ada beberapa faktor yang memengaruhi perbandingan sosial,
yang diteliti dalam penelitian ini adalah self-esteem, self-uncertainty, dukungan
sosial dan intensitas penggunaan instagram.
25
Self-esteem memiliki pengaruh terhadap perbandingan sosial, dalam
beberapa penelitian (Gibbons & Buunk, 1999; Hunt, 2018; Bergagna dan
Tartaglia, 2018) ditemukan hubungan negatif antara self-esteem dan perbandingan
sosial. Menurut Tafarodi dan Swann (2001), self-esteem memiliki dua aspek yaitu
adalah self-competence dan self-liking. Self-liking sendiri didefinisikan sebagai
penilaian individu secara keseluruhan terhadap dirinya sendiri yang seringkali
ditarik kesimpulan menjadi pribadi yang baik atau tidak baik (Tafarodi & Swann,
2001). Sedangkan self-competence didefinisikan sebagai penilaian individu
terhadap dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk memperoleh
hasil yang diinginkannya dengan menggunakan kemampuannya tersebut
(Tafarodi & Swann, 2001). Berdasarkan definisi self-liking dan self-competence
tersebut dapat diartikan bahwa, saat seorang individu merasa dirinya tidak baik
atau tidak berharga sebagai objek sosial akan lebih rentan untuk membandingkan
dirinya baik secara opini maupun kemampuannya dengan orang lain. Hal ini
dikarenakan seseorang ingin meningkatkan harga diri mereka dengan
perbandingan sosial.
Self-uncertainty juga dapat menimbulkan kecenderungan seseorang
melakukan perbandingan sosial. Saat seseorang tidak pasti (uncertain)dengan diri
mereka sendiri seperti tidak pasti terkait pekerjaan, pernikahan, dan kejadian
dalam hidupnya, seseorang lebih terdorong untuk melakukan perbandingan sosial
untuk membangun citra diri mereka. Self-uncertainty terdiri dari beberapa
konstrak yang mengukur yaitu intolerance of uncertainty, anxiety, dan depression.
26
Saat seseorang memandang situasi yang ambigu dan ketidakpastian akan
suatu peristiwa sebagai situasi yang mengganggu atau disebut dengan intolerance
of uncertainty, orang tersebut akan cenderung terdorong untuk melakukan
perbandingan sosial dengan tujuan mengurangi ketidakpastian dalam dirinya. Jika
anxiety seseorang meningkat, yang mana artinya fokus rasa khawatir terhadap
ketidakpastian masa depannya akan bertambah. Hal ini akan memotivasi
seseorang untuk melakukan perbandingan sosial lebih sering untuk mengurangi
kecemasan mereka terhadap peristiwa dan ancaman sosial di masa depan.
Demikian pula orang yang mengalami depression, lebih tertarik pada
perbandingan sosial dibandingkan dengan orang lain karena meningkatnya
pengaruh negatif mereka yang membuat suasana hati mereka lebih sensitif,
sehingga mereka merasakan ketidakpastian dengan dirinya. Mereka
membandingkan dirinya dengan orang lain bertujuan untuk mengurangi
ketidakpastian dalam diri mereka.
Saat seseorang cukup mendapat dukungan sosial dari keluarga, seperti
mendapatkan pemecahan masalah dan dukungan secara emosional, orang tersebut
tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain karena orang itu sudah
mendapat keuntungan secara emosional dan mendapatkan segala dukungan dari
sumber utama, sehingga tidak menimbulkan emosi negatif sebelum, saat atau
setelah bermain sosial media. Begitu juga dengan teman, ketika seseorang
mendapat dukungan dari teman, dapat berbagi cerita dengan teman, bergurau dan
tertawa dengan teman orang tersebut akan merasa tidak perlu melakukan
perbandingan sosial karena sudah mendapatkan kasih sayang, perasaan diterima di
27
lingkungan luar selain di rumahnya dan dukungan secara psikis dari teman. Saat
orang yang dianggapnya spesial atau orang yang sangat berarti dan berperan
penting dalam kehidupan individu tersebut memberikan dukungan secara sosial
dan individu tersebut akan merasa tidak memerlukan lagi melakukan
perbandingan sosial dengan orang lain terutama di instagram.
Saat individu terlalu lama dihadapkan dengan informasi orang lain, maka
secara tidak sadar individu tersebut akan membandingkan dirinya dengan orang
lain. Sehingga, saat individu lama mengakses Instagram dalam sehari akan
memengaruhi kecenderungan individu dalam perilaku perbandingan sosial.
Karena semakin lama inidividu membuka Instagram, ia akan dipaparkan
informasi mengenai orang lain yang bahkan mungkin tidak ia kenali lebih banyak
daripada individu yang membukanya hanya sebentar saja.
28
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Self-Esteem
Self-competence
Self-liking
Demografi
Intensitas penggunaan
Self-Uncertainty
Intolerance of uncertainty
Anxiety
Depression
Dukungan Sosial
Dukungan keluarga
Dukungan teman
Dukungan significant other
Perbandingansosial
2.6. Hipotesis
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh independent variable
terhadap dependent variable. Dependent variable pada penelitian ini adalah
perbandingan sosial, sedangkan independent variable berdasarkan teori dan
penelitian adalah self-esteem, self-uncertainty, dukungan sosial, dan intensitas
penggunaan Instagram sebagai berikut :
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan self-esteem, self-uncertainty, dukungan
sosialdan intensitas penggunaan Instagram terhadap perbandingan
sosial pada pengguna Instagram.
29
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan self-competence terhadap perbandingan
sosial pada pengguna Instagram
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan self-liking terhadap perbandingan
sosial pada pengguna Instagram
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan intolerance of uncertainty terhadap
perbandingan sosial pada pengguna Instagram
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan Anxiety terhadap perbandingan sosial
pada pengguna Instagram
Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan depression terhadap perbandingan
sosial pada pengguna Instagram
Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan keluargaterhadap
perbandingan sosial pada pengguna Instagram.
Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan temanterhadap perbandingan
sosial pada pengguna Instagram.
Ha9 : Ada pengaruh yang signifikan dukungan significant other pada
dukungan sosialterhadap perbandingan sosial pada pengguna
Instagram.
Ha10 : Ada pengaruh yang signifikan intensitas penggunaan Instagram
terhadap perbandingan sosial pada pengguna Instagram.
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, sampel, dan teknik pengumpulan sampel
Pada penelitian ini, sebanyak 417 sampel diperoleh dengan menggunakan
teknik non probability sampling, di mana tidak semua individu dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel karena
peneliti tidak mengetahui secara pasti jumlah individu usia 16 hingga 25
tahun di Indonesia yang menggunakan Instagram. Adapun teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan convenient sampling di mana
peneliti memberikan kuesioner kepada individu yang ditemui pada saat
penyebaran kuesioner dan bersedia untuk menjadi responden penelitian.
Karakteristik responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Usia 16-25 tahun
b. Memiliki akun Instagram.
c. Mengakses akun Instagram-nya sekurang-kurangnya satu kali setiap
harinya atau pengguna aktif Instagram.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh variabel, yaitu satu variabel
terikat (dependent variable), dan sembilan variabel bebas (independent
variable), diantaranya:
1. Perbandingan sosial (Y)
2. Self-esteem
a. Self-competence (X1)
31
b. Self-liking (X2)
3. Self-Uncertainty
a. Intolerance of uncertainty (X3)
b. Anxiety (X4)
c. Depression (X5)
4. Dukungan sosial
a. Keluarga (X6)
b. Teman (X7)
c. Significant other (X8)
5. Intensitas penggunaan instagram (X9)
Adapun definisi operasional dari variabel tersebut adalah:
1. Perbandingan sosial didefinisikan sebagai perilaku membandingkan
diri dengan orang lain secara pendapat dan kemampuan mereka.
2. Self-esteem didefinisikan sebagai perilaku menilai menilai dirinya
berdasarkan apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang dilihat oleh
orang lain akan dirinya. Dimensi self-esteem menurut Tafarodi dan
Swann (2001) ialah self-competence dan self-liking
3. Self-uncertainty didefinisikan sebagai tingkat seseorang yang
merasakan keraguan atau ketidakpastian mengenai diri, dunia dan
keterkaitan antara keduanya. Aspek terkait self-uncertainty menurut
Butzer (2006)sebagai berikut:
32
a. Intolerance of Uncertainty
Carleton (2007) mengatakan bahwa intolerance of uncertainty
merupakan suatu kecenderungan untuk bereaksi negatif terhadap
peristiwa atau situasi yang tidak pasti, terlepas dari kemungkinan
terjadinya konsekuensi yang terkait.
b. Anxiety
Butzer dan Kuiper (2006) mengartikan anxiety sebagai hasil dari
kekhawatiran atas peristiwa masa depan yang tidak pasti dan tidak
terkendali, bersama dengan peningkatan fokus pada kekhawatiran
mengenai evaluasi diri dan ancaman sosial di masa depan.
c. Depression
Butzer dan Kuiper (2006) mengartikan depression sebagai suatu
gejala-gejala mengenai penurunan mood, perasaan tak berdaya dan
tidak memiliki harapan, merasa bersalah dan tidak berharga,
hilangnya nafsu makan, gangguan tidur dan hambatan psikomotor.
4. Dukungan sosial didefinisikan sebagai bantuan berupa kenyamanan,
kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang tersedia untuk seseorang
dari orang atau kelompok lain. Dukungan yang dimaksud adalah
dukungan sosial berdasarkan sumbernya yaitu dukungan dari keluarga,
dukungan dari teman dan dukungan dari orang yang berarti untuk
individu selain keluarga dan teman.
33
3.3 Instrumen pengumpulan data
Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner dengan enam bentuk skala
pernyataan yaitu skala perbandingan sosial, skala self-esteem, skala
intolerance of uncertainty, skala anxiety, skala depresi, dan skala dukungan
sosial. Dalam penelitian ini yang digunakan berupa skala dan kuesioner yang
terdiri dari:
3.3.1 Skala pengukuran perbandingan sosial
Dalam penelitian ini pengukuran perbandingan sosial peneliti
memodifikasi alat ukur Gibbons dan Buunk (1999) yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Alat ukur Gibbons dan Buunk (1999) melihat
perbandingan sosial berdasarkan karakteristik individu, adapun karakteristik
individu yang dilihat berdasarkan abilities dan opinion. Dalam penelitian ini
peneliti memodifikasi skala ke dalam konteks instagram dengan
menambahkan beberapa kata “saat sedang bermain instagram saya...” pada
setiap item pernyataan. Seperti contoh, pada item asli skala ini berbunyi “saya
membandingkan bagaimana orang yang saya kasihi lakukan terhadap saya
dengan yang orang lain kasihi lakukan terhadap orang tersebut” lalu setelah
diubah ke dalam konteks instagram menjadi “Saat sedang bermain Instagram,
saya membandingkan bagaimana orang yang saya kasihi lakukan terhadap
saya dengan yang orang lain kasihi lakukan terhadap orang tersebut.”
Dalam penelitian Gibbons dan Buunk (1999) skala ini di ukur dengan
skala “1” (sangat tidak setuju) sampai “5” (sangat setuju), namun karena
34
peneliti tidak ingin adanya jawaban yang netral dalam skala ini peneliti
mengadaptasi instrumen dengan menggunakan skala Likert dengan rentang
jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (sangat tidak setuju), “2” (tidak
setuju), “3” (setuju), dan “4” (sangat setuju). adapun pembagian item-item
tiap aspek dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.5Blueprint skala perbandingan sosial
Aspek Indikator Item JumlahFav Un-Fav
Abilities Individu membuat perbandingantentang perlakuan dari seseorangyang ia cintai
1 1
Individu membuat perbandinganmengenai pencapaian dirinyadengan pencapaian orang lain.
2,3,5 4 4
Individu membandingkankemampuan sosial dirinya denganorang lain.
6 1
Opinion Individu menunjukkan minat yanglebih pada pemikiran orang lain.
7, 8 2
Individu tertarik denganpemikiran orang lain yangmenghadapi situasi kehidupanyang sama
9, 10 11 3
Total 11
3.3.2 Skala pengukuran self-esteem
Dalam penelitian ini pengukuran self-esteem peneliti memodifikasi alat
ukur dari Tafarodi dan Swann (2001) yang terdiri dari 16 item. Alat ukur
Tafarodi dan Swann (2001) mengukur self-esteem berdasarkan dua aspek
yang berbeda yaitu, self-competence dan self-liking. Dalam penelitian ini, alat
ukur diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Peneliti mengukur skala ini
35
dengan instrumen penelitian menggunakan skala Likert dengan rentang
jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (sangat tidak sesuai), “2” (tidak
sesuai), “3” (sesuai), dan “4” (sangat sesuai). adapun pembagian item-item
tiap aspek dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6Blueprint skala pengukuran self-esteem
Aspek Indikator Item JumlahFav Un-Fav
Self-competence Menilai dirinya sebagai individuyang memiliki kemampuan untukmemperoleh hasil yangdiinginkannya dengan menggunakankemampuannya tersebut.
1, 2, 5, 7 3, 4, 6, 8 8
Self-liking Menilai dirinya sendiri sebagaiindividu yang berharga
10, 11,14, 16
9, 12, 13,16
8
Total 16
3.3.3 Skala pengukuran Intolerance of Uncertainty
Dalam penelitian ini pengukuran intolerance of uncertainty peneliti
menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan memodifikasi alat ukur dari
Carleton (2007). Dalam penelitian Carleton (2007) skala ini di ukur dengan
skala “1” (sangat tidak sesuai) sampai “5” (sangat sesuai), namun karena
peneliti tidak ingin adanya jawaban yang netral dalam skala ini peneliti
mengadaptasi instrumen dengan menggunakan skala Likert dengan rentang
jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (sangat tidak sesuai), “2” (tidak
sesuai), “3” (sesuai), dan “4” (sangat sesuai). adapun pembagian item-item
tiap aspek dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:
36
Tabel 3.7Blueprint skala pengukuran intolerance of uncertainty
Aspek IndikatorItem
JumlahFav Un-Fav
Prospective anxiety Individu merasa takut dan cemasterhadap peristiwa tak terduga dimasa depan
1, 2, 3, 4,5, 6, 7
7
Inhibitory anxiety Individu merasa terhambat dalammengambil tindakan karenaketidakpastian
8, 9, 10,11, 12
5
total 12
3.3.4 Skala pengukuran anxiety
Dalam penelitian ini pengukuran anxiety peneliti memodifikasi alat ukur
dan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia alat ukur dari Costello dan
Comrey (1967) yang berjumlah 9 item pernyataan untuk konstruk anxiety.
Peneliti mengukur anxiety dengan menanyakan dalam kurun waktu satu
minggu individu merasakan pernyataan-pernyataan pada konstruk ini terjadi
pada dirinya berapa kali. Instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert
dengan rentang jawaban sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (jarang/kurang
dari 1 hari), “2” (beberapa kali/1-2 hari), “3” (kadang-kadang/3-4 hari), dan
“4” (hampir setiap waktu/5-7 hari). adapun pembagian item-item tiap aspek
dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.8Blueprint skala pengukuran anxiety
Aspek Indikator Item JumlahFav Un-Fav
Anxiety individu mudah merasa tidaktenang.
1, 3, 4 2 4
individu merasa gugup padasegala situasi
5, 6, 7, 8,9
5
total 9
37
3.3.5 Skala pengukuran depression
Dalam penelitian ini pengukuran depression peneliti memodifikasi alat
ukur dan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia alat ukur dari Radloff
(1977) yang berjumlah 20 item pernyataan. Peneliti mengukur depression
dengan menanyakan dalam kurun waktu satu minggu individu merasakan
pernyataan-pernyataan pada konstruk ini terjadi pada dirinya berapa kali.
Instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert dengan rentang jawaban
sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (jarang/kurang dari 1 hari), “2”
(beberapa kali/1-2 hari), “3” (kadang-kadang/3-4 hari), dan “4” (hampir setiap
waktu/5-7 hari). adapun pembagian item-item tiap aspek dpat dilihat pada
tabel 3.5 berikut:
38
Tabel 3.9Blueprint skala pengukuran depression
Aspek IndikatorItem
JumlahFav Un-Fav
Depressed Affect Suasana tidak menyenangkan pada diriindividu
2, 3, 4, 5 4
Individu merasakan kesedihan yangberkepanjangan
15, 16 2
Positive Affect Perasaan menyenangkan pada diriindividu
1,6 2
Individu optimis dengan kehidupannya 9, 18 2
Somatic andretarded activity
Kehilangan minat dari semua aktifitasrutin
7, 8, 19 3
Hilangnya keinginan untuk makan padadiri individu
10 1
Individu mengalami gangguan tidur 11 1
Individu memiliki masalah berpikir dankonsentrasi
12 1
Interpersonal Adanya rasa ketidakberhargaan dalamdiri individu
13, 14, 2
Keinginan individu untuk mengakhirihidupnya
17 1
total 19
3.3.6 Skala pengukuran dukungan sosial
Dalam penelitian ini pengukuran dukungan sosial peneliti memodifikasi
alat ukur Zimet et al., (1988) yang terdiri dari 12 item. Alat ukur Zimet et al.,
(1988) mengukur dukungan sosial berdasarkan sumber dukungan berasal
yaitu dari keluarga, teman, dan significant other.
Dalam penelitian Zimet et al., (1988) skala ini di ukur dengan skala “1”
(sangat tidak setuju) sampai “7” (sangat setuju), namun karena peneliti tidak
ingin adanya jawaban yang netral dalam skala ini peneliti mengadaptasi
39
instrumen dengan menggunakan skala Likert dengan rentang jawaban
sebanyak 4 pilihan jawaban dari “1” (sangat tidak sesuai), “2” (tidak sesuai),
“3” (sesuai), dan “4” (sangat sesuai). Adapun pembagian item-item tiap aspek
dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.10Blueprint skala pengukuran dukungan sosial
Aspek Indikator Item JumlahFav Un-Fav
Dukungankeluarga
Memperoleh pemecahan masalahmelalui keluarga
1, 2 2
Memperoleh dukungan emosionaldari keluarga
3 1
Mendapatkan bantuan darikeluarga
4 1
Dukunganteman
Mendapatkan bantuan dari teman 5, 6 2
Memperoleh pemecahan masalahmelalui teman
7 1
Berbagi suka dan duka 8 1
Dukungansignificant other
Merasa dihargai dan dipercaya 9 1
Memperoleh dukungan dari orangyang berarti
10 1
Peduli dengan perasaan individu 11 1
Berbagi suka dan duka 12 1
total 12
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian validitas konstruk
tiap alat ukur. Uji validitas konstruk dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
alat ukur yang disusun terkait secara teoritik mengukur konsep yang ingin diukur
pada penelitian ini. Untuk menguji validitas konstruk pada penelitian ini
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.7.
40
3.4.1 Uji validitas skala perbandingan sosial
Peneliti menguji apakah ke 11 item ada yang bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur perbandingan sosial. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan
chi-square= 545.76, df= 44, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.166. Oleh sebab itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan lima
belas kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square= 31.17, df=
29, P-value= 0.35725, RMSEA= 0.013.
Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu perbandingan sosial. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel
3.7 berikut:
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perbandingan Sosial
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.51 0.05 10.75 Valid2 0.65 0.05 13.03 Valid3 0.77 0.05 17.36 Valid4 0.53 0.05 11.17 Valid5 0.77 0.05 16.70 Valid6 0.66 0.05 13.90 Valid7 0.02 0.05 0.42 Tidak Valid8 0.35 0.05 6.49 Valid9 0.40 0.05 7.90 Valid10 0.51 0.05 10.07 Valid11 0.15 0.05 2.87 Valid
41
Item dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila
item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat dlihat bahwa item nomor 7 memiliki t-value kurang dari 1.96 sehingga item
tersebut harus didrop pada penelitian ini. Maka, terdapat 10 item yang akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.2 Uji validitas skala dimensi self-competence
Peneliti menguji apakah ke 8 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur self-competence. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square=438.48, df=
20, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.224. oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan delapan kali pembebasan
item, diperoleh model fit dengan chi-square= 19.11, df= 12, P-value= 0.08601,
RMSEA= 0.038.
Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu self-competence. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel
3.8 berikut:
42
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item self-competence
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan
1 0.47 0.05 9.04 Valid2 0.52 0.05 10.11 Valid3 0.24 0.05 4.42 Valid4 0.27 0.05 4.96 Valid5 0.82 0.05 16.03 Valid6 0.20 0.05 3.62 Valid7 0.74 0.05 14.61 Valid8 0.04 0.06 0.62 Tidak ValidItem dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila
item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat dlihat bahwa item nomor 8 memiliki t-value kurang dari 1.96 sehingga item
tersebut harus didrop pada penelitian ini. Maka, terdapat 7 item yang akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.3 Uji validitas skala dimensi self-liking
Peneliti menguji apakah ke 8 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur self-liking. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square= 230.34, df=
20, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.159. oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan delapan kali pembebasan
item, diperoleh model fit dengan chi-square= 16.24, df= 12, P-value= 0.18055,
RMSEA= 0.029.
Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu self-liking. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur
43
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t
(t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel 3.9
berikut:
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item self-liking
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan9 0.78 0.05 17.15 Valid10 0.46 0.05 8.96 Valid11 0.42 0.05 8.19 Valid12 0.64 0.05 13.44 Valid13 0.80 0.04 17.90 Valid14 0.41 0.05 7.97 Valid15 0.38 0.05 6.97 Valid16 0.59 0.05 12.24 ValidItem dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila
item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat dlihat bahwa seluruh item memiliki t-value yang lebih besar dari 1,96. Maka,
terdapat 8 item yang akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.4 Uji validitas skala Intolerancy of uncertainty
Peneliti menguji apakah ke 12 item ada yang bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur intolerance of uncrtainty. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan
chi-square= 556.56, df= 54, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.150. oleh sebab itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan dua
puluh lima kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square= 39.90,
df= 29, P-value= 0.08559, RMSEA= 0.030.
44
Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu intolerance of uncertainty. Kemudian peneliti melihat apakah item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan
dengan melihat nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang
tertera pada tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Intolerance of uncertainty
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.46 0.05 8.82 Valid2 0.45 0.05 8.75 Valid3 0.27 0.05 5.18 Valid4 0.50 0.05 9.33 Valid5 0.28 0.05 5.32 Valid6 0.30 0.05 5.78 Valid7 0.21 0.05 3.89 Valid8 0.71 0.05 13.06 Valid9 0.77 0.05 14.41 Valid10 0.63 0.05 12.46 Valid11 0.57 0.05 11.13 Valid12 0.52 0.06 8.91 ValidItem dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila
item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat dlihat bahwa seluruh item memiliki t-value yang lebih besar dari 1,96. Maka,
terdapat 12 item yang akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.5 Uji validitas skala Anxiety
Peneliti menguji apakah ke 9 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur anxiety. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square= 85.58, df= 26,
P-value= 0.00000, RMSEA= 0.074. oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi
45
terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan empat kali pembebasan item,
diperoleh model fit dengan chi-square= 26.68, df= 22, P-value= 0.22362,
RMSEA= 0.023.
Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu anxiety. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t
(t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel 3.11
berikut:
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item anxiety
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.65 0.05 13.96 Valid2 0.24 0.05 4.67 Valid3 0.76 0.05 16.53 Valid4 0.57 0.05 11.77 Valid5 0.57 0.05 11.83 Valid6 0.48 0.05 9.78 Valid7 0.66 0.05 13.69 Valid8 0.78 0.04 17.84 Valid9 0.54 0.05 11.09 Valid
Item dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila item
memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka dapat
dlihat bahwa seluruh item memiliki t-value yang lebih besar dari 1,96. Maka,
terdapat 9 item yang akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
46
3.4.6 Uji validitas skala Depression
Peneliti menguji apakah ke 19 item ada yang bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur depression. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square=
1329.85, df= 152, P-value= 0.00000, RMSEA= 0.136. oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan lima
puluh empat kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square=
109.41, df= 87, P-value= 0.05251, RMSEA= 0.25.
Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu depression. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel
berikut:
47
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item depression
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.62 0.05 13.65 Valid2 0.71 0.04 16.17 Valid3 0.65 0.05 13.49 Valid4 0.53 0.05 11.23 Valid5 0.69 0.04 15.66 Valid6 0.33 0.05 6.56 Valid7 0.49 0.05 9.93 Valid8 0.53 0.05 11.25 Valid9 0.70 0.04 15.71 Valid10 0.44 0.05 8.88 Valid11 0.32 0.05 6.30 Valid12 0.63 0.05 13.97 Valid13 0.73 0.04 16.76 Valid14 0.63 0.05 13.50 Valid15 0.72 0.05 16.54 Valid16 0.77 0.05 17.82 Valid17 0.89 0.04 22.30 Valid18 0.01 0.05 0.19 Tidak Valid19 0.30 0.05 5.78 ValidItem dinyatakan valid dalam mengukur apa yang hendak diukur apabila
item memiliki t-value lebih dari 1.96 (t > 1.96). Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat dlihat bahwa item nomor 18 memiliki t-value kurang dari 1.96 sehingga
item tersebut harus didrop pada penelitian ini. Maka, terdapat 18 item yang akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.7 Uji validitas skala dukungan keluarga
Peneliti menguji apakah ke 4 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur dukungan keluarga. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, diperoleh model yang tidak fit dengan chi-square=
11.6, df= 2, P-value= 0.00396, RMSEA= 0.104. oleh sebab itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan satu kali
48
pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square= 0.53, df= 1,
P-value= 0.46493, RMSEA= 0.000.
Setelah didapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model
dengan satu faktor dapat diterima. Artinya seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu dukungan keluarga. Kemudian peneliti melihat apakah item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t (t-value) bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti yang tertera pada tabel
3.13 berikut:
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Dukungan Keluarga
No. Item Lambda Standard Error t-value Keterangan1 0.89 0.04 22.97 Valid2 0.85 0.04 20.90 Valid3 0.92 0.04 24.03 Valid4 0.89 0.04 22.