52
PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS VIII SMP NEGERI IX PULAU GOROM KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR HASIL PENELITIAN MANDIRI Oleh: Saida Manilet, M.Pd.I Moh. Safari Rabrusun PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON 2017

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP

HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS VIII

SMP NEGERI IX PULAU GOROM KABUPATEN

SERAM BAGIAN TIMUR

HASIL PENELITIAN MANDIRI

Oleh:

Saida Manilet, M.Pd.I

Moh. Safari Rabrusun

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

AMBON

2017

Page 2: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta

didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan

tertentu.1 Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebu,

pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan sebab dengan sistem

pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang

berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I ayat (l), menyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Untuk mencapai tujuan pendidikan di

alas diperlukan komponen penunjang yang dapat membantunya, antara lain.

perekonomian orang tua tingkat pendidikan orang tua dan kepedulian orang tua

terhadap anaknya.

Keluarga masyarakat dan pemerintah merupakan institusional yang

berhubungan dengan pendidikan secara langsung. Dalam usaha mencerdaskan

bangsa, keluarga merupakan salah satu faktor yang yang berperan penting.

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama kali dikenalkan kepada anak

atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mgngenal kehidupan sosial pertama

di dalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu

dengan yang lain menyebabkan terbentuknya suatu pribadi yang baru. Apa yang

1Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 201 l), hlm. 3. 2Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosda Karya 20l0), hlm. l.

1

Page 3: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

2

dipersepsikan individu lain mengenai diri individu, tidak akan lepas dari peran

dan status sosial yang disandang individu.

Anak adalah tanggung jawab orang tua untuk mendidiknya, karena

tanggung jawab itu kelak dipertanggungiawabkan dihadapan Allah Swt. Setiap

orang tua menginginkan anaknya hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Kedua

orang tua memegang peranan penting dalam pembentukan dasar-dasar

kepribadian anak. Orang tua menginginkan nasib anaknya lebih baik dari mereka

sehingga mereka berupaya mengubah nasib anak-anak mereka dengan cara

menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi menurut kemampuan ekonomi

mereka masing-masing. Dengan pendidikan yang tinggi maka kesempatan untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baikpun akan terbuka.3

Kenyataannya tidak semua orang mendapat kesempatan yang sama untuk

menyelesaikan pendidikan formalnya ke tingkat yang lebih tinggi, karena condisi

sosial mereka berbeda-beda.

Keadaan ekonomi orang tua erat hubungannya dengan kesempatan anak

untuk menikmati pendidikan. Dalam melaksanakan pendidikan diperlukan

berbagai sarana dan prasarana serta biaya yang cukup. Orang yang mempunyai

penghasilan yang tinggi atau keadaan ekonominya baik tidak akan sulit dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan tingkat ekonomi yang demikian,

mereka mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memberikan kebutuhan

anaknya dalam proses belajar yang sedang dijalaninya. Dengan terpenuhinya

kebutuhan itu, akan menumbuhkan semangat anak untuk belajar, sehingga anak

berkonsentrasi dalam belajar, Hal ini memungkinkan anak akan memperoleh

prestasi yang lebih baik.

Peserta didik yang berasal dari orang tua yang penghasilannya lemah atau

tingkat ekonominya kurang baik, mereka akan memusatkan perhatiannya pada

kebutuhan sehari-hari dari penghasilan yang diterimanya. Keadaan yang demikian

akan menjadikan hambatan bagi peserta didik dalam mencapai prestasi belajar,

karena konsentrasi belajar mereka terhambat oleh beberapa hal yang dihadapi.

Setiap peserta didik pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai

3Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, hlm. 18.

Page 4: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

3

prestasi belajar yang memuaskan, namun dari kenyataan sehari-hari nampak jelas

bahwa peserta didik itu memiliki perbedaan dalam hal intelektual, kemampuan

fisik, pendekatan belajar dan juga latar belakang keluarga yang terkadang amat

mencolok antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya Keanekaragaman

yang dimiliki oleh peserta didik menjadi penentu dalam meraih prestasi yang

diharapkan.4

Status sosial ekonomi orang tua mempunyai peranan penting terhadap

pendidikan anak-anak. Menurut W.A. Gerungan dengan adanya perekonomian

yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu

lebih luas, ia mendapat kesempatan yang lebih luas untuk memperkembangkan

bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia perkembangan apabila tidak ada

alat-alatnya.5

Menurut Nasution kedudukan atau pendapatan ekonomi menentukan posisi

seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungan dengan orang lain.

Status atau kedudukan individu, apakah ia di atas atau di bawah status orang lain

mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan

atau status seseorang.6 Akan tetapi cira-cara seseorang membawakan peranannya

dapat berbeda menurut kepribadian seseorang.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada peserta didik

kelas VIII SMP Negeri IX Pulau Gorom diperoleh informasi bahwa peserta didik

kelas VIII berasal dari keadaan ekonomi yang berbeda-beda, ada yang orang

tuanya bekerja sebagai petani, nelayan, wiraswasta, supir angkot maupun Pegawai

Negeri Sipil (PNS). Hal tersebut sedikit berdampak pada proses pembelajaran di

mana terkadang peserta didik yang keadaan ekonomi orang tuanya lemah tidak

mampu untuk membeli sarana dan prasarana seperti buku dan sebagainya. Hal

tersebut mempengaruhi proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian tentang “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua

4Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, hlm. l.

5WA.Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 2007), hlm. l8l.

6S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakara: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 73.

Page 5: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

4

Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII SMP Negeri IX

Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur”.

B. Rumusan Masalah

Melalui latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam

permasalahan ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap hasil belajar

pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Negeri IX Pulau Gorom

Kabupaten Seram Bagian Timur ?

2. Berapa besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap hasil

belajar pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Negeri IX Pulau Gorom

Kabupaten Seram Bagian Timur ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan yaitu

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap hasil

belajar pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Negeri IX Pulau Gorom

Kabupaten Seram Bagian Timur.

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua

terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Negeri IX

Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai

berikut:

1. Secara teoritik ilmiah

a. Bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang status sosial

orang tua dan pengaruhnya terhadap hasil belajar Pendidikan Agama

Islam.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain, yang akan melaksanakan

penelitian sejenis.

Page 6: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

5

c. Memberikan bahan masukan dan bahan pertimbangan kepada instansi

terkait dalam pengambilan kebijakan selanjutnya.

2. Secara teoritik praktis

a. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan pertimbangan dalam

pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan

Agama Islam di sekolah.

b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang status sosial orang

tua dan pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik.

c. Bagi peneliti, sebagai pengalaman langsung dalam pelaksanaan

penelitian.

d. Bagi peserta didik, sebagai momentum untuk meningkatkan khususnya

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

e. Bagi orang tua, sebagai bahan masukan bagi orang tua agar berusaha

memberikan perhatian yang maksimal terhadap prestasi belajar yang

diinginkan perhatian dan sebagai bahan informasi kepada orang tua

peserta didik tentang pentingnya perhatian orang tua terhadap kegiatan

belajar peserta didik.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan berbagai istilah yang

terdapat dalam judul penelitian ini, maka peneliti menjelaskan beberapa istilah

yakni sebagai berikut:

1. Status sosial ekonomi adalah posisi yang ditempati individu atau keluarga

yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang

kepemilikan kultural, pendapatan efektif, pemilikan barang dan partisipasi

dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.7

2. Hasil belajar adalah suatu perubahan individu yang belajar, di mana bukan

saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga pengetahuan membentuk

kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian pengetahuan dan penghargaan dalam

individu yang belajar. Sehingga hasil belajar peserta didik adalah kemampuan-

7Kaare Svalastoga, Diferensiasi Sosial, (Jakarta: PT Bina Aksara, 2009), hlm. 26.

Page 7: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

6

kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.8

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap peserta didik yang

peneliti maksudkan di sini yaitu berupa faktor kesejahteraan keluarga peserta

didik sehinga menjadikannya untuk selalu ingin belajar guna untuk mendapatkan

prestasi yang baik di sekolah.

8Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 3.

Page 8: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar Mengajar

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang tanpa

mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup, karena belajar adalah

kebutuhan yang penting bagi manusia. Seseorang dikatakan telah belajar jika pada

dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan melalui suatu

proses tertentu. Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah perubahan yang

positif yaitu adanya peningkatan yang dicapai akibat pengetahuan yang

diperolehnya.1

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Belajar menurut Suyono dan

Hariyanto adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, sikap, dan mengokohkan kepribadian.2

Sedangkan menurut Muhaimin dalam Yatim Riyanto pembelajaran adalah upaya

membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan

melibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.3

Islam menggambarkan belajar dengan bertolak dalam Firman Allah Swt, yakni

dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 78 yakni:

1Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, (Surabaya: UNESA University

Press,2004), hlm. l. 2Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 20ll), hlm. 9. 3Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam

Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Group,

2009), hlm. 131.

8

Page 9: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

9

Terjemahnya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.4

Makna dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa pada mulanya manusia itu

tidak memiliki pengetahuan dan tidak mengetahui apapun, maka belajar adalah

perubahan tingkah laku lebih dari merupakan proses internal peserta didik dalam

rangka menuju tingkat kematangan.5 Menurut Gagne dalam Dimiyati bahwa

belajar merupakan kegiatan yang kompleks. hasil belajar berupa kapabilitas,

setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal deri lingkungan,

dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.6

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang dan mampu

mengaktualisasikan dirinya dengan lingkungannya.

Keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan

kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar

itu dirancang dan dijalankan secara profesional. Setiap kegiatan belajar mengajar

selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan peserta didik. Guru sebagai

pengajar merupakan pencipta kondisi belajar peserta didik yang didesain secara

sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subjek belajar

merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh guru.

Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara

bersamaan, simultan, dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu

aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni

4Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahanya, (Bandung: Al-

Mizan Publishing House,2010), hlm. 276. 5Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran; Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2012), hlm. 109. 6Damiyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta; Rineka Cipta, 2009),

hlm. 10.

Page 10: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

10

terjadinya perubahan pada anak didik. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian

belajar tersebut menurut Slameto dalam Pupuh Faturrohman meliputi:

1. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar

bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya

berkembang, dan lain-lain.

2. Perubahan dalam belajar besifat kontinu dan fungsional. Belajar bukan proses

yang statis karena terus berkembang secara gradual dan setiap hasil belajar

memiliki makna dan guna yang praktis.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara bukan hasil belajar jika

perubahan tersebut hanya sesaat.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar seseorang

hendaknya sudah menyadari apa yang berubah pada dirinya melalui belajar.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian

tertentu secara parsial.7

Memperhatikan uraian tentang belajar dan mengajar sebagaimana dibahas di

atas, akhirnya dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Memiliki tujuan yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan

tertentu.

2. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode, dari teknik yang

direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Fokus materi jelas, terarah, dan terencana dengan baik.

4. Adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar.

5. Aktor guru cermat dan tepat.

6. Terdapat pola aturan yang ditaati oleh guru dan peserta didik dalam proporsi

masing-rnasing.

7. Evaluasi baik evaluasi proses mauprm evaluasi produk.8

7Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strotegi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman

Konsep Umum & Konsep Islam, (Jakarta: Rafika Aditama, 2012), hlm. 10.

Page 11: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

11

B. Status Sosial Ekonomi

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia status adalah keadaan atau

kedudukan (orang atau badan) dalam hubungan dengan masyarakat di

Sekelilingnya.9 Menurut Soerjono Soekanto status sosial adalah tempat seseorang

secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam

arti lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta kewajibannya.10

Majer mengartikan status sosial ekonomi adalah kedudukan suatu individu

dan keluarga berdasarkan unsur-unsur ekonomi.11

Sedangkan menurut FS. Chapin

seperti yang dikutip oleh Kaare Svalastoga bahwa status sosial ekonomi adalah

posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berkenaan dengan ukuran rata-

rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif,

pemilikan barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.12

Dengan demikian status sosial ekonomi adalah suatu tinggi rendahnya

prestasi yang dimiliki seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya dalam

suatu masyarakat berdasarkan pada pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya atau

keadaan yang menggambarkan posisi atau kedudukan suatu keluarga dalam

masyarakat berdasarkan kepemilikan materi.

2. Dasar Lapisan Masyarakat

Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan

anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah berdasarkan ukuran

kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan ilmu pengetahuan.

a. Ukuran kekayaan. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak,

termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya dapat

8Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strotegi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman

Konsep Umum & Konsep Islam, hlm. 11. 9Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 858. 10

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), hlm. 207. 11

Ibid, hlm. 210. 12

Kaare Svalastoga, Diferensiasi Sosial, (Jakarta: PT Bina Aksara, 2009), hlm. 26.

Page 12: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

12

dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-

caranya menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya,

kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

b. Ukuran kekuasaan. Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang

mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atas.

c. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari

ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani

dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.

d. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai

oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.13

Ukuran di atas tidaklah bersifat limitatif karena masih ada ukuran –ukuran

lain yang dapat digunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran di atas amat menentukan

sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu.

3. Tingkat Status Sosial Ekonomi

Dalam suatu masyarakat, sering dijumpai aneka ragam masyarakat

diantaranya ada yang kaya, sementara sebagian besar lainnya termasuk kategori

miskin. Ada juga kita ternukan tingkat pendidikan sekelompok masyarakat yang

mencapai jenjang perguruan tinggi, tapi tidak sedikit pula kelompok yang lainnya

yang hanya lulus sampai tingkat sekolah lanjutan atas atau di bawahnya. Ini

semua menggambarkan bahwa dalam suatu masyarakat manapun selalu

memperlihatkan adanya strata sosial karena prbedaan tingkat ekonomi,

pendidikan, status sosial, kekuasaan dan lain-lain. Sistem pelapisan yang terjadi

dalam masyarakat disebut juga dengan Stratifikasi Sosial. Menurut Pitirim A

Sorokin stratifikasi adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-

kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarchis).14

Umumnya perbedaan masyarakat berdasarkan kepemilikan materi disebut

kelas sosial (social class). Menurut M. Arifin Noor secara umum, kelas sosial

dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yakni:

a. Kelas Atas (Upper Class)

13

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengontar…, hlm. 208. 14

Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 192.

Page 13: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

13

Mereka adalah golongan yang kaya raya seperti kelompok konglomerat,

kelompok eksekutif dan seterusnya. Pada kelas ini segala kebutuhan hidup dapat

terpenuhi dengan mudah, sehingga pendidikan anak memperoleh prioritas utama,

karena anak yang hidup pada kelas ini memiliki sarana dan prasarana yang

memadai dalam belajamya dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan

tambahan sangat besar. Sehingga kondisi demikian tentu akan mernbangkitkan

semangat anak untuk belajar karena fasilitas belajar mereka dapat dipenuhi oleh

orang tua mereka.

b. Kelas Menengah (Middle Class)

Kelas menengah biasanya diisi oleh kaum profesional dan para pemilik toko

dan bisnis yang lebih kecil. Biasanya ditempati oleh orang-orang kebanyakan

yang tingkat sedang-sedang saja. Kedudukan orang tua dalam masyarakat

terpandang, perhatian mereka terhadap pendidikan anak-anak terpenuhi dan

mereka tidak merasa khawatir akan kekurangan pada kelas ini, walaupun

penghasilan yang mereka peroleh tidaklah berlebihan tetapi mereka mempunyai

sarana belajar yang cukup dan waktu yang banyak untuk belajar.

c. Kelas Bawah (Lower Ciass)

Menurut Mulyanto Sumardi kelas bawah adalah golongan yang memperoleh

pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang

jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya.15

Mereka

yang termasuk dalam kategori ini sebagai orang miskin dan kehilangan ambisi

dalam merengkuh keberhasilan yang lebih tinggi. Golongan ini antara lain

pembantu rumah tangga pengangkut sampah dan lain-lain. Penghargaan mereka

terhadap kehidupan dan pendidikan anak sangat kecil dan sering kali diabaikan,

karena ini sangat membebankan mereka. Perhatian mereka terhadap keluarga pun

tidak ada, karena mereka tidak mempunyai waktu luang untuk berkumpul dan

berhubungan antar anggota keluarga kurang akrab. Di sini keinginan-keinginan

seperti upper class itu kurang karena alasan-alasan ekonomi dan sosial.

15

Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers, Kemiskinan dan Kebatuhan Pokok, (Jakarta:

CV Rajawali, 20l2), hlm. 80-81.

Page 14: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

14

Konsep tentang sratifikasi sosial tergantung pada cara seseorang

menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena adanya

perbedaan status di kalangan masyarakat. Untuk menentukan sratifikasi sosial

dapat diikuti dengan tiga metode, yaitu:

a. Metode Obyektif, stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif

antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis

pekerjaan.

b. Metode Subyektif, dalam metode ini golongan sosial dirumuskan

menurut pandangan anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki

kedudukan dalam masyarakat itu.

c. Metode Reputasi, metode ini dikembangkan oleh W. Lyod Wamer cs.

Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana

anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi

masyarakat itu. Kesulitan penggolongan obyektif dan subyektif adalah

bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan orang

dalam kehidupan sehari-hari yang nyata tentang golongan sosial masing-

masing.16

Ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan masyarakat dapat dilihat

dengan ukuran kekayaan ilmu pengetahuan. Kriteria sosial ekonomi dapat

dibedakan dari jabatan, jumlah dan sumber pendapatan tingkat pendidikan,

agama, jenis dan luas rumah, lokasi rumah, asal keturunan partisipasi dalam

kegiatan organisasi. Status seseorang tercermin pula dari tipe dan letak tempat

tinggalnya, seperti perbedaan ukuran rumah dan tanah, desain rumah,

perlengkapan rumah. Tidak hanya itu, kegiatan rekreasi pun merupakan simbol

status yang penting.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan status sosial ekonomi dapat

dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan tempat tinggal dan kekayaan yang

dimiliki.

16

Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 72.

Page 15: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

15

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil adalah suatu istilah yang digunaken untuk menunjuk sesuatu yang

dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar

berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam

selang waktu tertentu. Menurut Sudjana hasil belajar peserta didik pada

hakikatnya adalah perubahan-penubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil

belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektil dan

psikomotorik.17

Sejalan dengan pendapat Sudjana, menurut Dimyati dan Mudjiono bahwa

hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, di mana bukan

saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga pengetahuan membentuk

kecakapan kebiasaan sikap, pengertian pengetahuan dan penghargaan dalam

individu yang belajar. Sehingga hasil belajar peserta didik adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Hasil belajar merupakan suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari

sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari

sisi peserta didik hasil belajar merupakan berakhlak penyangga dan puncak dan

suatu proses belajar.18

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting

dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat

memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya

mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari

informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta

didik lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

17

Nana Sudjana, Penilaian Hail Proses Belajor Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2011), hlm. 3. 18

Damayati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),

hlm. 3.

Page 16: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

16

Sejalan dengan pendapat di atas Slameto mengungkapkan bahwa proses

evaluasi pembelajaran, jika dilakukan dengan baik, maka akan mempengaruhi

proses belajar mengajar, sebab evaluasi memberikan arah dan

mengintensifikasikan tujuan yang mempunyai tempat atau kedudukan yang

sentral demi kegiatan belajar.19

Benjamin S. Bloom membagi tujuan pengajaran yang menjadi acuan pada

hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu ranah kognitif ranah afektif, dan

psikomotorik.20

Ranah kognitif yaitu hasil belajar berdasarkan pemahaman

konsep. Ranah afektif yaitu hasil belajar berdasarkan sikap dan ranah

psikomotorik yaitu hasil belajar berdasarkan keterampilan/skill.

Kemampuan-kemampuan yang termasuk ranah kognitif oleh Bloom dan

kawan-kawan dikategorikan lebih rinci sccara hierarkis ke dalam enam jenjang

kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),

analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).21

a. Hafalan (Cl)

Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan fakta, konsep, prinsip,

dan prosedur yang telah dipelajarinya.

b. Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan arti dari informasi yang

diterima, misalnya dapat menafsirkan bagaru diagram, atau grafik,

menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis atau

sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan

interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata

sendiri.

c. Penerapan (C3)

19

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengarahinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hlm. 53. 20

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),

hlm. 117. 21

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2006), hlm. 15- 17.

Page 17: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

17

Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menerapkan

prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi

konkrit.

d. Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang

dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta

hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

e. Sintesis (C5)

Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk

mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu

keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya merencanakan eksperimen

menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara

baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa, dan informasi lainnya.

f. Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi adalah untuk mempertimbangkan

nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang

ditetapkan.

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan

ditujukan untuk keperluan berikut :

1) Untuk diagnostik dan pengembangan

Yang dimaksud dengan hasil dari kegiatan evaluasi untuk diagnostik dan

pengembangan adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar

sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan peserta didik beserta

sebab-sebabnya.

2) Untuk seleksi

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sering kali paling cocok sebagai

dasar untuk menentukan peserta didik yang paling cocok untuk jenis jabatan

atau jenis pendidikan tertentu.

3) Untuk kenaikan kelas

Page 18: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

18

Menentukan apakah seorang peserta didik dapat dinaikkan ke kelas yang

lebih tinggi atau tidak memerlukan informasi yang dapat mendukung

keputusan yang dibuat guru.

4) Untuk penempatan

Agar peserta didik dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan

dan potensi yaag mereka miliki, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan

peserta didik pada kelompok yang sesuai.22

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :

a. Faktor dari luar

Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yakni:

1) Faktor environmental input (Lingkungan) kondisi lingkungan juga

mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini berupa

lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik/alami

termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, dan sebagainya.

Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada

belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Di Indonesia

misalnya orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih

baik hasilnya dari pada belajar pada siang atau sore hari. Lingkungan

sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar.

2) Faktor-faktor instrumental faktor-faktor instrumental adalah faktor yang

keberadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar

yang diharapkan, faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan betajar yang telah direncanakan.23

b. Faktor dari dalam

Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu sendiri.

Faktor individu dapat dibagi menjadi dua bagian:

22

Dimyati dan Mudjiono, Belajar don Pembelajaran, hlm. 200-201, 23

Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 105.

Page 19: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

19

1) Kondisi fisiologi anak

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak

dalam keadaan capai, tidak dalarn keadaan cacat, dan sebagainya, akan

sangat membantu dalam proses dan hasil belajar.

2) Kondisi psikologis Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis

yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar,

diantaranya:

a) Minat

Minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau

seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat

diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.

Sebaliknya kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka

hasil yang diharapkan akan lebih baik.

b) Kecerdasan

Telah menjadi pengertian yang relatif umum bahwa kecerdasan

memegang peranan besar dalam menentukan berhasil tidaknya

seseoraag mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program

pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih

mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan

seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu.

Hasil dari pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka

perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence

Quotient (IQ).

c) Bakat

Selain kecerdasan, bakat merupakan faktor yang besar

pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir

tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang

sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya

usaha itu.

d) Motivasi

Page 20: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

20

Motivasi adalah kondisi psikologis yang nnendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi

psikologis yang mendorong seseorimg untuk belajar. Oleh karena itu

meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang peranan penting

untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Kemampuan-kemampuan kognitif tujuan belajar itu meliputi tiga aspek

yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, namun tidak dapat diingkari

bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk

menentukan keberhasilan belajar seseorang.24

D. Kerangka Pikir

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada

anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial

pertama-tama di dalam lingkungan keluarga. Dengan demikian keluarga adalah

wadah pertama untuk bertanggung jawab bagi pendidikan anak-anaknya.

Keluarga mempunyai banyak fungsi, salah satunya fungsi ekonomi. Dalam

memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anaknya adalah pemenuhan

kebutuhan sekolah. Karena tanpa dana yang mencukupi maka berbagai alat atau

biaya administrasi tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu potensi atau kemampuan

yang dimiliki anak tidak dapat tersalurkan dengan baik, sehingga dapat

menghambat cita-cita anak.

Tampaknya hal ini dapat dianggap benar secara umum. Namun tidak

menjadikan faktor ekonomi ini sebagai faktor mutlak yang dapat mempengaruhi

hasil belajar peserta didik karena hal ini bergantung pada sikap-sikap orang

tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam keluarganya. Walaupun keadaan

ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka tidak memperhatikan

pendidikan anaknya hal tersebut juga tidak menguntungkan perkembangan sosial

anak-anaknya. Pada akhirnya, perkembangan sosial anak itu turut ditentukan pula

oleh saling berpengaruh dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya

sehingga tidak mudah pula untuk menentukan faktor mana yang menyebabkan

24

Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, hlm 106.

Page 21: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

21

kesulitan dalam perkembangan sosial seseoftrng yang pada suatu saat mengalami

kegagalan.

Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan memerlukan berbagai fasilitas

belajar yang pengadaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi, faktor

ekonomi sangat mempengaruhi kelangsungan pendidikan anak dan hasil belajar

peserta didik, selain faktor-faktor pendorong lainnya.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan bahwa faktor ekonomi dapat

memberi pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, karena dapat dipastikan

anak mempunyai alat-alat yang cukup umlk belajar sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik.

Kecenderungan di atas, kemungkinan ada pengaruh antara pendapatan

ekonomi orang tua terhadap hasil belajar PAI peserta didik. Tetapi bisa jadi

ekonomi bukanlah pendukung hasil belajar, karena ada faktor lain yang

mempengaruhinya. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh antaru status

sosial ekonomi orang tua terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.

E. Hipotesis Penelitian

Dari penjelasan di atas maka dapat di ambil hipotesis dari masalah yang

penulis angkat adalah:

1. Hi : Terdapat pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap hasil

belajar pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Negeri IX Pulau

Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur.

2. Ho : Tidak terdapat pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap

hasil belajar pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Negeri IX

Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur.

Page 22: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah

proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas, dan memilah-milah

permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-

angka.1 Artinya peneliti akan melihat pengaruh status sosial ekonomi orang tua

terhadap hasil belajar peserta didik dalam bentuk angka-angka, kemudian akan

dianalisis dan dinarasikan secara deskriptif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Pulau Gorom

Kabupaten Seram Bagian Timur.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan terhitung sejak

tanggal 05 November- 05 Desember 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dilakukan

seseorang yang ingin meneliti semua elemen dalam wilayah penelitian.2

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan peserta didik

kelas VIII SMP Negeri 9 Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur,

dengan jumlah 31 orang peserta didik.

2. Sampel

1Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Propesi Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan, (Jakarta; PT Kencana Media Group, 2010), hlm. 174. 2Consuelo G. Sevilla Dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1993), hlm. 112.

Page 23: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

28

Sampel adalah obyek atau yang diteliti. Adapun sampel yang

diambil menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya manajemen

penelitian jika kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga

disebut sampel populasi.3 Maka sampel yang diambil adalah keseluruhan

dari populasi maka sampel pada penelitian ini, adalah sampel populasi

yaitu keseluruhan peserta didik 31 orang di SMP Negeri 9 Pulau Gorom

Kabupaten Seram Bagian Timur.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

peneliti.4 Jadi, yang merupakan variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X) : status sosial ekonomi orang tua dengan indikator :

jumlah pengeluaran keluarga, rumah yang dimiliki,

jenis pekerjaan jenis kendaraan yang digunakan

menu makanan sehari-hari, dan fasilitas belajar.

2. Variabel terikat (Y) : hasil belajar siswa, dengan indikator indikator hasil

tes peserta didik pada pelaksanaan tes semester

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

E. Instrumen Penelitian

1. Angket Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket yang mana jawaban yang diperoleh dari penyebaran angket

sebanyak 15 soal yang diukur menggunakan skala likert yaitu

pertanyaan diberi skor untuk jawaban 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 =

kurang, dan 4 = tidak setuju.5

2. Tes

Tes adalah butir soal tes yang telah dibuat oleh guru untuk soal tes

harian yang peneliti ajarkan di kelas dengan jumlah soal sebanyak 5 butir

soal essy.

3Suharmi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 312.

4Consuelo G. Sevilla Dkk, Pengantar Metode Penelitian…, hlm. 96.

5Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), hlm. 81.

Page 24: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

29

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

yaitu sebagai berikut :

1. Observasi atau Pengamatan

Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

langsung terhadap objek atau terhadap lokasi penelitian tentang keadaan

lapangan dengan gejala-gejala yang diselidiki.6 Dalam hal ini peneliti

mengobservasi tentang pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap

hasil belajar pendidikan agama Islam.

2. Angket

Adalah teknik pengumpulan data yang berbentuk pernyataan, yang

disusun lalu diajukan kepada responden.7 Dalam hal ini angket akan

dibagikan kepada kepada 31 orang peserta didik untuk melihat bagaimana

pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap hasil belajar pendidikan

agama Islam.

3. Dokumentasi

Dokumentasi di sini berupa proses yang sudah dilakukan oleh

kepala sekolah maupun para guru dan juga berupa dokumentasi sebagai

bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Teknik ini bertujuan setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data,

perlu segera dianalisis oleh peneliti.8 Jadi ketika data sudah dikumpulkan maka

teknik yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik analisis distribusi frekuensi

6Khalid Narkubo, H.Abu Ahmad, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001),

hlm. 204. 7Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Suatu Pendekatan Praktek), (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), hlm. 58. 8Ibid. hlm. 209.

Page 25: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

30

Yaitu untuk menghitung hasil angket tentang pengaruh status sosial

ekonomi orang tua terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

X−100%

Keterangan: P = angka persenan

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).9

2. Teknik Analisis Product Moment

Untuk menghitung apakah ada pengaruh status sosial ekonomi orang

tua terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

∑ (∑ )(∑ )

√ ∑ (∑ )

(∑ )

Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” Product moment

∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y

∑XY= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).10

3. Teknik Analisis koofisien determinasi

Kemudian untuk menguji besar pengaruh status sosial ekonomi orang

tua terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam. dengan menggunakan

rumus koofisien determinasi yaitu:

KD = r2 x 100%

Keterangan: KD = Koofisien determinasi

r2 = Nilai korelasi

9Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1987).

hlm. 43. 10

Ibid. hlm. 206.

Page 26: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat SMP Negeri IX Pulau Gorom

SMP Negeri IX Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur adalah SMP

yang didirikan di Kecamatan Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur,

didirikan pada tahun 2005 yang bertempat di jalan pendidikan Buah Rumanama

Kecamatan Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur.1 Badan yang

mendirikannya adalah pemerintah daerah dengan luas tanah 6 hektar. SMP Negeri

IX Pulau Gorom yang dipimpin oleh Bapak Bahrudin Rumalean, S.Pd.I, pada saat

itu masih berstatus swasta atau disebut SMP Nagamari, Kemudian dari Tahun

2005 sampai 2008 SMP Nagamari berubah status menjadi SMP Negeri IX Pulau

Gorom yang masih dipimpin oleh Bapak Bahrudin Rumalean, S.Pd.I.2

SMP Negeri IX Pulau Gorom mempunyai visi sebagai berikut: “membina

imtaq, unggul, iptek, berpartisipasi dan berbudi luhur. Sedangkan misi SMP Negeri

IX Pulau Gorom adalah sebagai berikut:

a. Menanamkan keyakinan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengembangkan pengetahuan dibidang iptek.

c. Menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan kreatif

d. Meningkatkan prestasi berbagai bidang sesuai dengan bakat minat dan potensi

siswa.

e. Menjalin kerja sama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan.3

Kemudian tujuan dari SMP Negeri IX Pulau Gorom yaitu sebagai berikut:

a. Dapat mengamalkan ajaran agama, hasil proses pembelajaran dan

kegiatan pengembangan diri.

b. Menghasilkan peserta didik yang dapat menguasai dasar ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai bakal untuk melanjutkan ke jenjang

lebih tinggi.

1Observasi peneliti pada lokasi penelitian tanggal 05 November 2016.

2Dokumen Kantor Tata Usaha SMP Negeri IX Pulau Gorom.

3Dokumen Kantor Tata Usaha SMP Negeri IX Pulau Gorom.

33

Page 27: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

34

c. Meraih prestasi akademik maupun non akademik di berbagai bidang

minimal tingkat Kabupaten Seram Bagian Barat.

d. Terwujudnya proses belajar mengajar yang berwawasan PAKEM

e. Menjadikan sekolah yang bersih dan nyaman.4

Adapun kedudukan SMP Negeri IX Pulau Gorom sangat strategis, dengan

kedudukan sebagai berikut:

a. Sebelah Timur berhadapan dengan Jalan Raya Gorom

b. Sebelah Barat berhadapan dengan Pulau Amaskaru

c. Sebelah Selatan berhadapan dengan Dusun Kilalir

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dai.5

2. Keadaan Guru SMP Negeri IX Pulau Gorom

a. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah SMP Negeri IX Pulau Gorom sebagai pimpinan sekolah

mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: bertanggung jawab dalam

pelaksanaan tugas dan seluruh kegiatan sekolah sesuai fungsi yang disebut dengan

EMAS (Educator, Manajer, Administrator,dan Supervisior).Yang menjadi kepala

sekolah SMP Negeri IX Pulau Gorom saat ini adalah Bahrudin Rumalean, S.Pd.I.

b. Wakasek Kesiswaan

Tugas dan tanggung jawab Wakil Kepala Madrasayah Kesiswaan

meliputi menyusun program kerja dan kegiatan bidang pembinaan

kesiswaan sesuai ketentuan dan petunjuk yang berlaku. Yang menjadi Wakil

Kepala Kesiswaan pada SMP Negeri IX Pulau Gorom adalah Ibu Danuria

Rumbaru, S.Pd.

c. Wakasek Kurikulum

Tugas dan tanggung jawab yaitu menyusun dan mempersiapkan

program pengajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Yang menjadi

Wakasek Kurikulum pada SMP Negeri IX Pulau Gorom adalah Bapak

Tamaji, S.Pd.

d. Wakasek Sarana Prasarana

4Observasi peneliti pada lokasi penelitian tanggal 05 November 2016.

5Dokumen Kantor Tata Usaha SMP Negeri IX Pulau Gorom.

Page 28: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

35

Tugas dan tanggung jawab Wakasek Sarana dan Prasarana menyusun

program sarana dan prasarana tahun pelajaran berjalan. Yang menjadi

Wakasek Sarana dan Prasarana pada SMP Negeri IX Pulau Gorom adalah

Bapak Ahmad Rumalolas, S.HI.

e. Wakasek Humas

Tugas dan tanggung jawab Wakasek Humas meliputi menyusun

program kegiatan bidang masyarakat. Yang menjadi Wakasek Humas pada

SMP Negeri IX Pulau Gorom adalah Bapak Subandri Rumakur, S.Pd.

f. Koordinator BK

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Bimbingan dan Konseling

meliputi menyusun program pelaksanaan BK, menyiapkan biodata masing-

masing siswa, mengadakan koordinasi dengan wali kelas/guru bidang studi

dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik. Yang

menjadi koordinator Bimbingan dan konseling di SMP Negeri IX Pulau

Gorom adalah Susanto Aineka, S.Pd.I.

g. Guru

Tugas dan tanggung jawab guru yaitu melaksanakan kegiatan belajar

mengajar secara efektif dan efisien meliputi: selain membuat perangkat

pembelajaran, juga sebagai pembimbing guna

memperlancar interaksi

pembelajaran sehingga dapat menghasilkan kualitas peserta didik yang baik.6

(Untuk data keadaan para dewan guru di sekolah lihat lampiran 2 pada

halaman 68).

3. Keadaan Peserta Didik SMP Negeri 6 Pulau Gorom

Peserta didik SMP Negeri IX Pulau Gorom berasal dari beberapa daerah

yang ada di Kabupaten Seram Bagian Timur dan sekitarnya dengan latar

belakang suku dan ras yang berbeda-beda. Berdasarkan observasi lapangan

penulis menganalisis bahwa meskipun SMP Negeri IX Pulau Gorom baru

didirikan, namun terlihat lebih banyak apabila dari lulusan SD dan peserta didik

pindahan yang ada pada daerah tersebut meningkat. Semua ini dilihat dari

frekuensi setiap tahun sebagai berikut:

6Dokumen Kantor Tata Usaha SMP Negeri IX Pulau Gorom.

Page 29: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

36

Tabel 1. Daftar Keadaan Peserta Didik

No Kelas Tahun Pelajaran Jenis Kelamin

Jumlah Ket L P

1.

2.

3.

VII

VIII

IX

2015/2016

205/2016

2015/2016

14

13

10

23

18

19

37

31

29

Jumlah 97

Sumber data : TU SMP Negeri IX Pulau Gorom Tahun 2015.

Dari jumlah peserta didik keseluruhan di atas yang ditangani oleh 16 orang

guru dengan proses belajar yang baik. Sebaliknya sekolah ini tidak bisa dilepas

pisahkan dengan masyarakat Maluku khususnya Kabupaten Seram Bagian Timur

sebagai pendukung terpenting untuk proses kependidikan dasar serta institusi,

perannya tidak dapat diabaikan sebagai agen kontrol pemerintah terus

membenahi semua pranata kependidikan diantaranya adalah lembaga

pemberdayaan pendidikan di SMP Negeri IX Pulau Gorom sebagai wujud peran

pengurus lembaga pendidikan dan dukungan masyarakat dalam memajukan

SMP Negeri IX Pulau Gorom tersebut.

4. Sarana dan Prasarana Penunjang

Proses pembelajaran dapat berjalan lancar dengan baik apabila ditopang

oleh sarana dan prasarana yang memadai. SMP Negeri IX Pulau Gorom dalam

kegiatan sehari-hari didukung oleh peserta didik dan prasarana yang cukup. Hal

ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Fasilitas Pembelajaran SMP Negeri IX Pulau Gorom

No Fasilitas Jumlah Keadaan

1

2

3

4

5

6

Ruang Kelas Peserta Didik

Ruang Kantor

Ruang Kepala Sekolah

Ruang Tata Usaha

Ruang Perpustakaan

Ruang Aula

6

1

1

1

1

1

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Page 30: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

37

7

8

9

Ruang WC Guru

Ruang WC Peserta Didik

Ruang Kantin

1

2

1

Baik

Baik

Baik

Sumber Data : TU SMP Negeri IX Pulau Gorom Tahun 2015

Menyimak tabel di atas menunjukkan bahwa SMP Negeri IX Pulau Gorom

secara fasilitas sudah menunjang pelaksanaan pembelajaran yang baik karena

memiliki sarana yang sangat mendukung sehingga kegiatan pembelajaran sesuai

dengan perkembangan kurikulum yang telah ditetapkan.

5. Pelaksanaan Pendidikan Pada SMP Negeri IX Pulau Gorom

Pada prinsipnya pelaksanaan pendidikan memiliki kesamaan dengan

pendidikan lainnya, yakni semua mata pelajaran yang paling dikembangkan

pada tingkat pertama adalah konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan itu sendiri

yang dapat dikembangkan demi menghasilkan suatu keterampilan bagi siswa

tersebut di kemudian hari maupun pengetahuan akademik yang dipersiapkan

untuk jenjang yang lebih tinggi.

Adapun mata pelajaran yang diajarkan di SMP Negeri IX Pulau Gorom dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabe 3. Mata Pelajaran Pada SMP Negeri IX Pulau Gorom

Mata Pelajaran Agama Mata Pelajaran Umum

Pendidikan Agama Islam

Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris

Matematika

PKn

IPA Terpadu

IPS Terpadu

Seni dan Budaya

Penjaskes

TIK

Mulok

Pengembangan Diri

Page 31: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

38

Sumber Data : TU SMP Negeri IX Pulau Gorom Tahun 2015.

B. HASIL PENELITIAN

1. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Pada prinsipnya status sosial ekonomi orang tua dapat dilihat pada Ukuran

yang biasa dipakai untuk menggolongkan masyarakat dapat dilihat dengan ukuran

kekayaan ilmu pengetahuan. Kriteria sosial ekonomi dapat dibedakan dari jabatan,

jumlah dan sumber pendapatan tingkat pendidikan, agama, jenis dan luas rumah,

lokasi rumah, asal keturunan partisipasi dalam kegiatan organisasi. Status

seseorang tercermin pula dari tipe dan letak tempat tinggalnya, seperti perbedaan

ukuran rumah dan tanah, desain rumah, perlengkapan rumah. Tidak hanya itu,

kegiatan rekreasi pun merupakan simbol status yang penting. status sosial ekonomi

adalah posisi yang ditempati individu atau keluarga yang berkenaan dengan ukuran

rata-rata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif,

pemilikan barang dan pmtisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.7

Untuk mengumpulkan data tentang status sosial ekonomi orang tua,

peneliti menyebarkan angket kepada 31 peserta didik sebagai responden dalam

penelitian yang peneliti laksanakan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4. Pekerjaan Orang Tua (Ayah)

No Kategori Jawaban Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Karyawan/ Buruh

Pedagang

PNS

Wirausaha

17

8

5

1

54,84%

25,81%

16,13%

3,23%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 4 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab karyawan atau buruh sebanyak

7Kaare Svalastoga, Diferensiasi Sosial, (Jakarta: PT Bina Aksara, 2009), hlm. 26.

Page 32: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

39

17 orang (54,84%), yang menjawab pedagang sebanyak 8 orang (25,81%), yang

menjawab PNS sebanyak 5 orang (16,13%), dan yang menjawab wirausaha

adalah 1 orang (3,23%). Kalau dikaji dari tabel di atas, maka pekerjaan orang tua

peserta didik dalam hal ini ayah didominasi oleh karyawan atau buruh yaitu

(54,84%). Hal ini menandakan bahwa makna dari tabel di atas status sosial

ekonomi oarang tua paling banyak berada pada para pekerja keras seperti petani,

ataupun buruh.

Tabel 5. Pekerjaan Orang Tua (Ibu)

No Kategori Jawaban Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Ibu Rumah Tangga

Pedagang

PNS

Wirausaha

3

25

3

-

9,68%

80,65%

9,68%

-

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 5 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab ibu rumah tangga sebanyak 3

orang (9,68%), yang menjawab pedagang sebanyak 25 orang (80,65%), yang

menjawab PNS sebanyak 3 orang (9,68%), dan yang menjawab wirausaha itu

tidak ada. Kalau dikaji dari tabel di atas, maka pekerjaan orang tua peserta didik

dalam hal ini Ibu didominasi oleh pekerjaan rumah tangga yaitu (80,65%). Makna

dari tabel di atas menandakan bahwa pekerjaan orang tua (ibu) mereka lebih

senang berdagang seperti berjualan dalam membantu status ekonomi mereka.

Tabel 6. Orang Tua Memberikan Uang Saku Ke Sekolah

No Kategori Jawaban Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

11

17

2

35,48%

54,84%

6,45%

Page 33: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

40

4 Jarang 1 3,23%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 6 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab selalu sebanyak 11 orang

(35,48%), yang menjawab sering sebanyak 17 orang (54,84%), yang menjawab

kadang-kadang sebanyak 2 orang (6,45%), dan yang menjawab jarang adalah 1

orang (3,23%). Kalau dikaji dari tabel di atas, maka orang tua peserta didik sering

memberikan uang saku waktu peserta didik ke sekolah adalah yaitu (54,84%).

Hal ini menandakan bahwa orang tua terkait dengan pendapatan mereka tidak

menentu maka orang tua sering memberikan mereka uang saku untuk ke sekolah.

Tabel 7. Uang Saku Yang Diberikan Oleh Orang Tua

No Kategori Jawaban Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

< 8000

5.000-7.500

3.000 -4.500

1.000-2.500

15

12

3

1

48,39%

38,71%

9,68%

3,23%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 7 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab < 8.000 sebanyak 15 orang

(48,39%), yang menjawab 5.000-7.500 sebanyak 12 orang (38,71%), yang

menjawab 3.000-4.500 sebanyak 3 orang (9,68%), dan yang menjawab 1.000-

2.500 adalah 1 orang (3,23%). Kalau dikaji dari tabel di atas, maka orang tua

peserta didik memberikan uang saku waktu peserta didik ke sekolah di atas <

8.000 adalah yaitu (48.39%). Makna dari tabel di atas menandakan bahwa status

sosial orang tua terkait dengan pendapatan tidak menentu tetapi biasanya orang

Page 34: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

41

tua sering memberikan uang saku kepada anak-anaknya dari Rp. 8.000 bahkan

lebih.

Tabel 8. Status Kepemilikan Rumah Orang Tua

No Kategori Jawaban Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Milik Sendiri

Kontrakan

Rumah Dinas

Rumah Kredit

15

10

6

-

48,39%

32,23%

19,35%

-

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 8 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab milik sendiri sebanyak 15 orang

(48,39%), yang menjawab kontrakan sebanyak 10 orang (32,23%), yang

menjawab rumah dinas sebanyak 6 orang (16,35%), dan yang menjawab rumah

kredit itu tidak ada. Kalau dikaji dari tabel di atas, maka status kepemilikan

rumah orang tua didominasi pada milik sendiri yaitu (48,39%). Hal ini

menandakan bahwa kebanyakan rumah yang mereka tempati kebanyakan milik

mereka sendiri sehingga status sosial orang tua yang ada di SMP Negeri IX sudah

sangat baik.

Tabel 9. Waktu Belajar Peserta Didik

No Kategori Jawaban Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Kamar Tidur

Ruang Tamu

Ruang Belajar Khusus

Tidak Tentu

15

10

4

2

48,39%

32,23%

12,90%

6,45%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 9 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab kamar tidur sebanyak 15 orang

Page 35: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

42

(48,39%), yang menjawab ruang tamu sebanyak 10 orang (32,23%), yang

menjawab ruang belajar khusus sebanyak 4 orang (12,90%), dan yang

menjawab tidak tentu adalah 2 orang (6,45%). Kalau dikaji dari tabel di atas,

maka peserta didik biasanya belajar pada saat mereka di rumah yaitu kamar tidur

yaitu (48.39%). Hal ini menandakan bahwa kebanyak anak mereka mempunyai

kamar tidur sendiri sehingga mereka lebih senang untuk belajar di kemar mereka

ketimbang di tempat lain seperti ruang tamu, ruang keluarga atau yang lain

sebagainya.

Tabel 10. Cara Peserta Didik Ke Sekolah

N

o Kategori Jawaban

Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Naik Kendaraan Umum

Kendaraan Sendiri

Antar Jemput

Tidak Tentu

15

10

4

2

48,39%

32,23%

12,90%

6,45%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 10 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab naik kendaraan umum sebanyak

15 orang (48,39%), yang menjawab membawa kendaraan sendiri sebanyak 10

orang (32,23%), yang menjawab antar jemput sebanyak 4 orang (12,90%), dan

yang menjawab tidak tentu adalah 2 orang (6,45%). Maka peserta didik

biasanya ke sekolah didominasi oleh naik kendaraan umum yaitu (48.39%). Hal

ini menandakan bahwa kebanyakan peserta didik mereka tidak mempunyai

kendaraan pribadi sehingga mereka lebih senang untuk naik kendaraan umum.

Tabel 11. Orang Tua Memenuhi Kebutuhan Peserta Didik

No Kategori Jawaban Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

Page 36: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

43

1

2

3

4

Semua Terpenuhi

Sebagian Terpenuhi

Tidak Terpenuhi

Beberapa

7

12

12

-

22,58%

38,71%

38,71%

-

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 11 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab semua terpenuhi sebanyak 7

orang (22,58%), yang menjawab sebagian terpenuhi sebanyak 12 orang

(38,71%), yang menjawab tidak terpenuhi sebanyak 12 orang (38,71%), dan

yang menjawab beberapa itu tidak ada. Kalau dikaji dari tabel di atas, maka

orang tua peserta didik sebagian dan juga tidak terpenuhi kebutuhan semua

peralatan seperti tas, buku tulis, pulpen, dan lain-lain yaitu (38,71%). Hal ini

menandakan bahwa karena status sosial orang tua kurung menentu sehingga

kebutuhan peserta didik sebagian dan bahkan tidak terpenuhi dengan baik.

Tabel 12. Memiliki Buku Sendiri Pada Mata Pelajaran

N

o Kategori Jawaban

Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Milik Sendiri

Sebagian Besar Milik

Tidak Pernah Memiliki

Sebagian Kecil Memiliki

4

21

4

2

12,90%

67,74%

12,90%

6,45%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 12 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab milik sendiri sebanyak 4 orang

(12,90%), yang menjawab sebagian besar memiliki sebanyak 21 orang

(67,74%), yang menjawab tidak pernah memiliki sebanyak 4 orang (12,90%),

dan yang menjawab sebagian kecil memiliki adalah 2 orang (6,45%). Kalau

dikaji dari tabel di atas, maka dalam setiap mata pelajaran peserta didik sebagian

besar memiliki sendiri buku-buku peajaran yaitu (67,74%). Hal ini menandakan

Page 37: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

44

bahwa kebanyakan peserta didik yang mempunyai buku milik sendiri buka di

dapat dari sekolah.

Tabel 13. Dalam Belajar Peserta Didik Dibantu Oleh

N

o Kategori Jawaban

Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Bapak/Ibu

Belajar Sendiri

Tidak Pernah Dibantu

Sebagian Kecil Dibantu

11

11

7

2

35,48%

35,48%

22,58%

6,45%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 13 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab Bapak/Ibu sebanyak 11 orang

(35,48%), yang menjawab belajar sendiri sebanyak 11 orang (35,48%), yang

menjawab tidak pernah dibantu oleh siapapun sebanyak 7 orang (22,58%), dan

yang menjawab sebagian kecil dibantu adalah 2 orang (6,45%). Kalau dikaji

dari tabel di atas, maka dalam keadaan belajar dirumah Bapak/Ibu serta belajar

sendiri dirumah yaitu (35,48%). Hal ini menandakan bahwa kebanyakan dalam

proses belajar di rumah orang tua peserta didik sangat memperhatikan mereka

sehingga sering dibantu oleh orang tua dalam mengerjakan pekerjaan rumah

tersebut.

Tabel 14. Kegiatan Ekstra Kurikuler Di Luar Sekolah

N

o Kategori Jawaban

Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Kursus Komputer

Tidak Ada Kegiatan

Kursus Bahasa

Kursus Ilmu Eksak

10

16

3

2

32,23%

51,61%

16,13%

6,45%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Page 38: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

45

Berdasarkan tabel 14 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab kursus kumputer sebanyak 10

orang (32,23%), yang menjawab tidak ada kegiatan sebanyak 16 orang

(51,61%), yang menjawab kursus bahasa sebanyak 3 orang (9,68%), dan yang

menjawab kursus ilmu eksas adalah 2 orang (6,45%). Kalau dikaji dari tabel di

atas, maka dalam kegiatan ekstra kurikuler peserta didik tidak ada kegiatan di luar

sekolah yaitu (51,61%). Hal ini menandakan bahwa peserta didik kurang

mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan di sekolah.

Tabel 15. Kedudukan Orang Tua di Masyarakat

N

o Kategori Jawaban

Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Tokoh Masyarakat

Masyarakat Biasa

Ustad/Guru

Ulama

7

13

5

6

22,58%

41,94%

16,13%

19,35%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 15 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab tokoh masyarakat sebanyak 7

orang (22,58%), yang menjawab masyarakat biasa sebanyak 13 orang (41,94%),

yang menjawab ustad atau guru sebanyak 5 orang (16,13%), dan yang

menjawab ulama adalah 6 orang (19,35%). Kalau dikaji dari tabel di atas, maka

kedudukan orang tua peserta didik yang ada di masyarakat setempat paling

banyak tidak mempunyai kedudukan atau masyarakat biasa yaitu (41,94%). Hal

ini menandakan bahwa orang tua dalam kedudukannya di masyarakat sering

menjadi masyarakat biasa.

Tabel 16. Partisifasi Orang Tua Pada masyarakat

N

o Kategori Jawaban

Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

Page 39: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

46

1

2

3

4

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

6

10

12

3

19,35%

32,23%

38,71%

9,68%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 16 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab selalu sebanyak 6 orang

(19,35%), yang menjawab sering sebanyak 10 orang (32,23%), yang menjawab

kadang-kadang sebanyak 12 orang (38,71%), dan yang menjawab tidak pernah

adalah 3 orang (9,68%). Kalau dikaji dari tabel di atas, maka orang tua peserta

didik sering berpartisipasi dalam kegiatan pada masyarakat yaitu (32,23%). Hal

ini menandakan bahwa kadang-kadang orang melakukan aktifitas dengan

partisifaasinya dalam kehidupan bermasyrakakat.

Tabel 17. Makanan Selalu 4 Sehat 5 Sempurna

N

o Kategori Jawaban

Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Selalu

Sering

Kadang-Kadang

Tidak Pernah

3

11

12

5

9,68%

35,48%

38,71%

16,13%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 17 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab selalu sebanyak 3 orang

(9,68%), yang menjawab sering sebanyak 11 orang (35,48%), yang menjawab

kadang-kadang sebanyak 12 orang (38,71%), dan yang menjawab tidak pernah

adalah 5 orang (16,13%). Kalau dikaji dari tabel di atas, maka menu makanan

peserta didik sering memenuhi empat sehat lima sempurna yaitu (35,48%). Hal

ini menandakan bahwa karena kebutuhan ekonomi orang tua kurang menentu

Page 40: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

47

sehingga makanan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya kadang-kadang

memberikan 4 sehat dan 5 sempurna.

Tabel 18. Jika Sakit Biasanya Pengobatan Dilakukan

N

o Kategori Jawaban

Tanggapan Responden

Frekuensi Presentase

1

2

3

4

Rumah Sakit

Puskesmas

Beli Obat Warung

Paranormal

4

18

6

3

12,90%

58,06%

19,35%

9,68%

Jumlah 31 100%

Sumber data: Hasil angket

Berdasarkan tabel 18 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang peserta

didik yang menjadi responden, yang menjawab rumah sakit sebanyak 4 orang

(12,90%), yang menjawab puskesmas sebanyak 18 orang (58,06%), yang

menjawab beli obat di warung sebanyak 6 orang (19,35%), dan yang menjawab

paranormal adalah 3 orang (9,68%). Kalau dikaji dari tabel di atas, maka jika

anggota keluarga peserta didik sakit mereka sering membawa puskesmas untuk

melakukan pengobatan yaitu (58,06%). Hal ini menandakan bahwa biasanya

apabila ada keluarga para peserta didik yang sakit mereka biasanya dibawah ke

puskesmas terdekat.

Sehingga disimpulkan dari penjabaran skor angket untuk pengaruh komite

sekolah (variabel X), maka siswa yang memilih jawaban pada item pertayaan (a)

sebesar 30,75% untuk jawaban item pertayaan (b) sebesar 45,37%. untuk

jawaban item pertayaan (c) 18,49%, sedangkan untuk jawaban item pertayaan

(d) adalah 6,23%.

2. Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan-penrbahan

tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, afektil dan psikomotorik, melalui perubahan pada

individu yang belajar, di mana bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi

Page 41: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

48

juga pengetahuan membentuk kecakapan kebiasaan sikap, pengertian pengetahuan

dan penghargaan dalam individu yang belajar. Sehingga hasil belajar peserta didik

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima

pengalarnan belajarnya.

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik maka peneliti mengembil

hasil belajar peserta didik melalui peneliti mengajar pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam pada SMP Negeri IX Pulau Gorom, yang merupakan

data yang tersimpan pada soal tes peserta didik maka hasil yang penulis dapatkan

adalah sebagai berikut:

Tabel 19. Hasil Belajar Peserta Didik

Interval Kualifikasi Frekuensi Presentase

Angka

1

Huruf

80 – 100 A Baik sekali 1 3,23%

66 – 79 B Baik 19 61,29%

56 – 65 C Cukup 11 35,48%

40 – 55 D Kurang - -

0-39 E Gagal - -

Jumlah 31 100%

Sumber Data: Nilai Hasil Belajar peserta didik

Berdasarkan data pada tabel 19 di atas, maka diketahui bahwa dari 31 orang

peserta didik yang diambil secara sampling populasi masuk dalam klasifikasi

baik sekali 1 orang peserta didik (3,23%), untuk masuk dalam kualifikasi baik 19

orang peserta didik (61,29%), untuk masuk dalam kualifikasi cukup 11 orang

peserta didik (35,48%), dan tidak ada peserta didik yang masuk dalam kualifikasi

kurang dan gagal. Maka hasil belajar siswa yang paling banyak atau yang paling

besar hasil belajar siswa dikisaran nilai 66 sampai dengan 79 yaitu terdapat

61,29%. Hal ini menandakan bahwa dari status sosial orang tua sangat

berpengaruh terhadap hasil belajar mereka karena apabila status ekonomi orang

tua itu baik maka anak hanya berpikiran untuk belajar bukan untuk membantu

orang tua mencari nafkah sehingga belajar peserta didik kurang diperhatikan.

3. Analisis Korelasi Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap

Page 42: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

49

Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Jika dilihat pada uraian di atas, yakni pengaruh status sosial ekonomi orang

tua terhadap hasil belajar PAI di SMP Negeri IX Pulau Gorom, dapat disimpulkan

bahwa antara status sosial ekonomi orang tua terhadap hasil belajar PAI memiliki

hubungan keterkaitan. Namun untuk lebih jelasnya akan peneliti uraikan secara

jelas pada pembahasan berikutnya.

Angket yang disebarkan pada 31 orang peserta didik sebanyak 15 pertanyaan,

dari variabel X (Pengaruh status sosial ekonomi orang tua) dan variabel Y (hasil

belajar PAI), di SMP Negeri IX Pulau Gorom. Dari hasil perhitungan, dalam

lampiran 5, diketahui N = 31, ∑X= 1388, ∑Y=2065, ∑XY= 92710, ∑X2

=

62664, dan ∑Y2 = 140775. Selanjutnya didistribusikan di dalam rumus, maka:

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ )

+ * ∑

(∑ ) +

√* +* +

=

√( – ) * +

√( )

=

=

= 0,969510076

= 0,969.

Page 43: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

50

Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa untuk koefisien korelasi sebesar

0,969 dan setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi, ternyata angka "r"

(0,969), interpretasi antara pengaruh status sosial ekonomi orang tua (variabel X)

terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam (variabel Y), terdapat korelasi

yang sangat tinggi.

Dari uraian analisis pengaruh status sosial ekonomi orang tua di SMP

Negeri IX Pulau Gorom memberikan gambaran bahwa pengeruh status sosial

ekonomi orang tua yang terkait dengan hasil belajar di SMP Negeri IX Pulau

Gorom ternyata terlaksana dengan sistematis dan terorganisir. Namun perlu

ditekankan sekali lagi bahwa program-program yang tersusun secara sistematis

serta upaya-upaya yang digalakan secara maksimal, bukan berarti bahwa semua

itu yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam bentuk pencapaian hasil

belajar yang ,tinggi bagi peserta didik.

Berdasarkan data pada lampiran 6, untuk penjabaran skor angket untuk

pengaruh status sosial ekonomi orang tua (variabel X), maka peserta didik yang

memilih jawaban pada item pertayaan (a) sebesar 30,75% untuk jawaban item

pertayaan (b) sebesar 45,37%. untuk jawaban item pertayaan (c) 18,49%,

sedangkan untuk jawaban item pertayaan (d) adalah 6,23%. Sedangkan untuk

mengetahui hasil belajar peserta didik maka yang masuk dalam klasifikasi baik

sekali 1 orang peserta didik (3,23%), untuk masuk dalam kualifikasi baik 19

orang peserta didik (61,29%), untuk masuk dalam kualifikasi cukup 11 orang

peserta didik (35,48%), dan tidak ada peserta didik yang masuk dalam

kualifikasi kurang dan gagal.

Dari skor penyebaran angket pengaruh status sosial ekonomi orang tua

terhadap hasil belajar peserta didik pada bidang studi PAI kemudian dianalisis

skor (variabel X) dan skor (variabel Y) dengan rumus korelasi product moment.

Sesuai data (lampiran 5), diketahui bahwa untuk koefisien korelasi sebesar 0,969

dan setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasinya antara pengaruh status

sosial ekonomi orang tua (variabel X) dengan hasil belajar peserta didik (variabel

Y) terdapat korelasi yang sangat tinggi dengan melakukan uji hipotesis.

Rumus Hipotesis

Page 44: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

51

H1 : Terdapat pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap hasil

belajar pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP Negeri IX Pulau

Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur.

Menentukan derajat kebebasan

Db = N - 2

= 31 – 2

= 29

Dengan melihat tabel nilai "r" Product moment ternyata bahwa Db

sebesar 29, pada taraf signifikan 5% diperoleh r tabel= 0,367. sedangkan pada

taraf signifikan 1% diperoleh rtabel = 0,470. Karena rxy pada taraf signifikan 5%

rxy rtabel (0.969 > 0,367) maka pada taraf signifikan 5% Ho ditolak dan H1

diterima. Artinya bahwa pada taraf signifikan 5% memang terdapat korelasi

sangat tinggi signifikan antara variabel X dan variabel Y.

Selanjutnya pada taraf signifikan 1%, rxy rtabel (0,969 > 0,470) maka pada

taraf signifikan 1% H1 diterima dan Ho ditolak, ini membuktikan bahwa taraf

signifikan 1% terdapat korelasi yang sangat tinggi signifikan antara variabel X

dan Y. Kemudian untuk mengetahui berapa besar pengaruh status sosial ekonomi

orang tua (variabel X) terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam (variabel Y),

digunakan rumus koefesien determinasi yaitu:

KD = r2 x 100%

= 0,969 x 0,969 x 100%

= 93,8961%

= 94%

Dengan melihat perhitungan dari rumus koefesien determinasi di atas maka

besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua (variabel X) terhadap hasil belajar

pendidikan agama Islam (variabel Y) adalah 94%.

C. Pembahasan

Status sosial orang tua mempunyai peran yang sangat penting karena orang

tua mempunyai posisi sebagai pemimpin keluarga atau rumah tangga. Orang tua

sebagai pembentuk pribadi utama dalam kehidupan anak. Menurut Zakiah Darajat

kepribadian orang tua, sikap dan tata cara hidup mereka merupakan unsur-unsur

Page 45: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

52

pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi

anak yang sedang tumbuh.8 Status sosial ekonomi orang tua sangat besar

pengaruhaya terhadap pendidikan anak, sebab orang tua adalah unsur pertama dan

utama dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua harus membina dan

membimbing mereka. Karena orang tua akan menjadi pembimbing yang sangat

dibutuhkan oleh anak.

Untuk menjawab pertanyaan di atas maka, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu, faktor environmental input

(Lingkungan) kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Lingkungan ini berupa lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial. Lingkungan

fisik/alami termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, dan sebagainya.

Belajar pada keadaan udara yang segar, akaa lebih baik hasilnya dari pada belajar

dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Di Indonesia misalnya orang

cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih baik hasilnya dari pada

belajar pada siang atau sore hari. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia

maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan sesudah

perbedaan-perbedaan yang terjadi pada variabel bebas, ternyata terdapat pengaruh

status sosial ekonomi orang tua (variabel X) terhadap hasil belajar pendidikan

agama Islam (variabel Y) yaitu adalah 0,969, kemudian dari 31 peserta didik

yang diambil secara sampling populasi, untuk penjabaran skor angket untuk

pengaruh status sosial ekonomi orang tua (variabel X), maka siswa yang

memilih jawaban pada item pertayaan (a) sebesar 30,75% untuk jawaban item

pertayaan (b) sebesar 45,37%. untuk jawaban item pertayaan (c) 18,49%,

sedangkan untuk jawaban item pertayaan (d) adalah 6,23%.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan

rumus korelasi product moment di atas, diketahui bahwa untuk koefisien

korelasi sebesar 0,969 dan setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi,

ternyata angka "r" (0,969), interpretasi antara pengaruh status sosial ekonomi

8Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), hlm. 67.

Page 46: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

53

orang tua (variabel X) terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam (variabel Y),

terdapat korelasi yang sangat tinggi.

Kemudian dari dari hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam maka peserta didik yang masuk dalam klasifikasi baik

sekali 1 orang peserta didik (3,23%), untuk masuk dalam kualifikasi baik 19

orang peserta didik (61,29%), untuk masuk dalam kualifikasi cukup 11 orang

peserta didik (35,48%), dan tidak ada peserta didik yang masuk dalam kualifikasi

kurang dan gagal.

Sehingga hasil perhitungan antara status sosial ekonomi orang tua (variabel

X) terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam (variabel Y) sebesar rxy = 0,969.

Dan pengujian hipotesis dengan derajat bebas (Db) = 29, pada taraf signifikan 5%

diperoleh rtabel= 0,367. sedangkan pada taraf signifikan 1% diperoleh r tabel =

0,470. Karena rxy pada taraf signifikan 5% rxy rtabel (0.969 > 0,374) maka pada

taraf signifikan 5% Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya bahwa pada taraf

signifikan 5% memang terdapat korelasi yang sangat tinggi signifikan antara

status sosial ekonomi orang tua (variabel X) terhadap hasil belajar pendidikan

agama Islam (variabel Y).

Selanjutnya pada taraf signifikan 1%, rxy rtabel (0,969 > 0,470) maka pada

taraf signifikan 1% H1 diterima dan Ho ditolak, ini membuktikan bahwa taraf

signifikan 1% terdapat korelasi yang sangat tinggi signifikan antara status sosial

ekonomi orang tua (variabel X) terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam

(variabel Y).

Sehingga diperoleh koefesien determinasi dengan besar pengaruh status

sosial ekonomi orang tua (variabel X) terhadap hasil belajar pendidikan agama

Islam (variabel Y) adalah 94%. Sedangkan 6% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain

yaitu berupa faktor semangat yang ada pada diri peserta didik, serta aturan yang

diterapkan oleh pihak sekolah sehingga menjadikan peserta didik mampu

mempengaruhi hasil belajarnya. Maka besar pengaruh yang didapat antara status

sosial ekonomi orang tua (variabel X) terhadap hasil belajar pendidikan agama

Islam (variabel Y) kelas VIII SMP Negeri IX Pulau Gorom Kabupaten Seram

Bagian Timur adalah 94%. Sehingga dengan demikian hipotesis untuk variabel X

Page 47: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

54

(status sosial ekonomi orang tua), Hi diterima dan Ho ditolak sedangkan untuk

variabel Y (hasil belajar peserta didik), Hi diterima dan Ho ditolak. Sehingga benar

apa yang disampaikan oleh Abu Hamadi bahwa kemampuan-kemampuan kognitif

tujuan belajar itu meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik, namun tidak dapat diingkari bahwa sampai sekarang pengukuran

kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang.

Page 48: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Terdapat pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua (variabel X)

terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam (variabel Y) kelas VIII SMP

Negeri IX Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur adalah 0,969.

Sehinga pengujian hipotesis dengan derajat bebas (Db) = 29 ternyata thitung >

ttabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,367, berarti 0,969 > 0,367, yaitu

thitung lebih besar dari ttabel sedangkan taraf signifikan 1% itu sama yaitu

0,470, berarti 0,969 > 0,470, berarti thitung lebih besar dari ttabel.

2. Besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua (variabel X) terhadap hasil

belajar pendidikan agama Islam (variabel Y) kelas VIII SMP Negeri IX

Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur adalah 94%. Hal ini

diperoleh dari koefesien determinasi (r2) adalah 94%. Sedangkan 6%

lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yaitu berupa faktor semangat yang ada

pada diri peserta didik, serta aturan yang diterapkan oleh pihak sekolah

sehingga menjadikan peserta didik mampu mempengaruhi hasil beajarnya.

Sehingga dengan demikian hipotesis untuk variabel X (pengaruh status

sosial ekonomi orang tua), Hi diterima dan Ho ditolak sedangkan untuk

variabel Y (hasil belajar pendidikan agama Islam), Hi diterima dan Ho

ditolak.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran

terkait dengan penelitian ini, yakni:

1. Diharapkan kepada lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah, dalam

menyusun pembelajaran dan langkah-langkah teknik harus merujuk

kepada kebutuhan sekolah dan evaluasi program untuk menelaah atau

menganalisis program yang telah dan sedang berjalan serta melibatkan

pihak terkait (stakeholders) seperti kepala sekolah, para guru, tenaga

59

Page 49: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

56

administrasi, orang tua, dan komite sekolah serta dilaksanakan di awal

tahun ajaran atau setelah program semester berakhir, selanjutnya

dilakukan evaluasi.

2. Dengan adanya strategi pembelajaran di sekolah diharapkan peserta didik

memiliki keinginan yang kuat dan mampu keluar dari masalah-masalah

belajar, agar dapat meraih hasil belajar yang lebih baik dari hari-hari

sebelumnya.

3. Diharapkan kepada kepala sekolah, staf dewan guru, orang tua, komite

sekolah dan masyarakat agar lebih dapat membantu dan memperhatikan

proses beajar mengajar untuk meningkatkan pelayanan terutama dalam

masalah belajar dan etika atau aturan dimasyarakat.

4. Diharapkan kepada mahasiswa dalam menyelesaikan penelitian

selanjutnya, dalam sebuah penelitian agar lebih paham tentang fenomena

dari masalah yang diteliti sehingga mampu dipertanggung jawabkan untuk

menjadi seorang sarjana.

Page 50: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Aba, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.

-------------, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

2005.

-------------, Prosedur Penelitian Suatu Pendekntan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

2006.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agoma, Jakarta: Bulan Bintang, 2006.

Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar : Melalui

Penanaman Konsep Umum& Konsep Islam, Jakarta: Rafika Aditama,

2012.

Gerungan, W.A., Pskologi Sosial, Bandung: Eresco, 2007.

Hasan, Iqbal, Pokok-Pokok Materi Statistik 1, Jakarta: Bumi Aksarq 2009.

Kementrian Agama Republik Indonesi, Al-Qur'an dan Terjernahannya, Bandung:

Al-Mizan Publishing House, 2010.

Majid, Abdlil, Belajar dan Pembelajaran; Pendidikan Agama Islom, Bandung:

Remaja Rosda Karya. 2012.

Nasution, S., Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara 2005.

Page 51: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidilmn Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya 2007.

Ratuman, Tanwey Gerson, Belajar dan Pembelajaran, Surabeya: UNESA

University Press, 2004.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Bagi

Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan

Berkualitas, Jakaria: Kencana Prenada Group, 2009.

Slameto, Belajar don Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka

Cipta 2010.

Sofuan, Ahmad dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kampetensi, Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2006.

Soekanto, Soerjono, Sasiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada 2006.

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bardung : Remaja

Rosda Karya, 2011.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2011.

-------------, Pengantar Statistik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 2011.

Sukamadinata Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2010

Page 52: PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG …pengembangan dan penyempurnaan program pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai informasi tentang

Sumardi, Mulyanto dan Hans-Dieter Evers. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.

Jakarta: CV Rajawali, 2012.

Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar,

Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011.

Syah, Muhibbin, Psikolagi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2010.

Svalastoga, Kaare. Diferensiasi Sosial, Jakarta: PT Bina Aksara. 2009.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.