Upload
dangdiep
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN
MORFOMETRIK LAMUN (Cymodocea serrulata) SERTA
KANDUNGAN NUTRIEN SUBSTRAT DI TELUK BAKAU BINTAN
RENO HELENSYAH PUTRA
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ii
iii
ABSTRAK
PUTRA HELENSYAH, RENO. Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan dan
Morfometrik Lamun (Cymodocea serrulata) Serta Kandungan Nutrien Substrat di
Teluk Bakau Bintan.Tanjungpinang Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh
Arief Pratomo S.T., M.Si dan Ita Karlina S.Pi., M.Si
Penelitian mengenai pengaruh substrat terhadap kerapatan, morfometrik lamun
(C. serrulata) serta kandungan nutrien substrat telah dilakukan di Teluk Bakau
Bintan. Tujuan dari Penelitian Ini ingin mengetahui pengaruh substrat terhadap
kerapatan, morfometrik lamun (C. serrulata) serta kandungan nutrien substrat di
Teluk Bakau Bintan. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental
lapangan (pengamatan secara langsung) dengan menggunakan rancangan acak
lengkap seimbang dimana dalam penentuan stasiun pengamatan dengan metode
purposive sampling sedangkan untuk pengambilan data menggunakan metode
random sampling dengan plot pengamatan ukuran 1 x 1 meter sebanyak 27 plot.
Dimana variabel bebas adalah substrat sedangakan variabel bebas adalah
kerapatan, morfometrik lamun dan kandungan nutrien substrat. Data dianalisis
dengan uji anova satu arah menggunakan spss 20.0 Hasil penelitian jenis substrat
yang ditemukan di Teluk Bakau yaitu pecahan karang, pasir berkarang dan pasir.
Dari hasil analisis bahwa ada perbedaan jenis substrat terhadap
kerapatan,morfometrik dan kandungan nitrat,sedangkan pada fosfat tidak ada
perbedaan.Kerapatan C. Serrulata tertinggi pada substrat pecahan karang
dibandingkan dengan substrat pasir berkarang dan pecahan karang. Sedangkan
untuk panjang daun, lebar daun dan jumlah akar lebih tinggi pada substrat pasir
dibandingkan dengan pecahan karang dan pasir berkarang. Untuk kandungan
nitrat lebih tinggi rata-rata pada substrat pasir dibandingkan kedua substrat dan
kandungan fosfat tidak berbeda pada ketiga substrat.
Kata Kunci: substrat, C. serrulata, kerapatan, morfometrik
iv
ABSTRACT
PUTRA HELENSYAH, RENO. The Effect of Substrate to Density and
Morphometrics of Seagrass (Cymodocea serrulata) and Nutrient Substrate Content
at Teluk Bakau Bintan.Tanjungpinang Department of Marine Sciences, Faculty of
Marine Science and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Supervisor by
Arief Pratomo S.T. M.Si and Ita Karlina S.Pi., M.Si
Research on the effect of substrate on density, morfometrik seagrass (C.
serrulata) and nutrient substrate content has been done in Teluk Bakau Bintan.
The purpose of this research is to know the effect of substrate on density,
morfometrik seagrass (C. serrulata) and nutrient substrate content in Teluk Bakau
Bintan. This research was conducted by field experimental method (direct
observation) using a complete randomized design in which the determination of
observation station with purposive sampling method while for data collection
using random sampling method with subplot observation size 1 x 1 meter as much
as 27 plot. Where free variable is substrate while free variable is density,
morfometrik seagrass and nutrient substrate content. Data were analyzed by one
way anova test using spss 20.0. Result of research of substrate type found in Teluk
Bakau that is fragment of coral, sand and sand. From the analysis result that there
are differences of substrate type to the density, morfometrik and nitrate content,
whereas in phosphate there is no difference. The highest C. serrulata density on
the substrate of coral fragments compared with the sand substrate and coral
fragments. As for the length of leaves, leaf width and the number of roots higher
on the sand substrate than with coral rubble and sand. For higher mean nitrate
content on sand substrate than both substrates and phosphate content did not differ
on the three substrates
Keywords: substrate, C. serrulata, density, morfometrics
v
© Hak cipta milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2017
Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
vi
PENGARUH SUBSTRAT TERHADAP KERAPATAN DAN
MORFOMETRIK LAMUN (Cymodocea serrulata) SERTA
KANDUNGAN NUTRIEN SUBSTRAT DI TELUK BAKAU
BINTAN
RENO HELENSYAH PUTRA
NIM. 130254241028
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Ilmu Kelautan
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017
vii
viii
PRAKATA
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat, dan hidayah-Nya. Penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh
Substrat Terhadap Kerapatan dan Morfometrik Lamun (Cymodocea serrulata)
Serta Kandungan Nutrien Substrat di Teluk Bakau Bintan” ini dapat diselesaikan
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Shalawat dan salam penulis hanturkan kepada mulia Nabi besar Muhammad
SAW.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Universitas Maritim Raja Ali Haji, khususnya Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, jurusan Ilmu Kelautan, yang merupakan wadah untuk menuntut ilmu
untuk memperoleh gelar sarjana perikanan (S.Pi)
2. Arief Pratomo, S.T, M.Si dan Ita Karlina, S.Pi, M.Si, selaku dosen
pembimbing I dan pembimbing II, dan Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi, DEA dan
Chandra Joei Koenawan, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji I dan II. Yang telah
banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Keluarga tercinta, Ayah (Sabarudin), Ibu (Misnah S.Pdsd), saudara kandung
(Nurul Fajri Handayani S.Pd), serta seluruh keluarga besar atas doa, kasih sayang,
semangat, perhatian, dan dukungan baik moril maupun materil yang telah
diberikan kepada Penulis.
4. Kepala Desa Teluk Bakau dan masyarakat Teluk Bakau atas segala bantuan
dan kerja samanya.
5. Staff Tata Usaha (TU) FIKP atas segala bantuan, dukungan dan kesabaran
yang sudah diberikan.
6. Teman-teman sekolah Ata, Ade, Azri, Kholik, Fidah, Rita, Nanda, Lily, dll.
7. Serta tak lupa pula penulis ucapkan Terima Kasih kepada teman-teman
seperjuangan Azzah, Kurnia, Yuni, Teri, Reni, Chory, Awaludin, Ricky, dll
ix
khususnya Prodi Ilmu Kelautan (IKL), saya ucapkan terimakasih kepada mereka
semua.
8. Teman seperjuangan” Setu Team” Asrar Yususf NS, Andi Majidek,
Supriyanto saat di lapangan Yang slalu memberi dukungan dikala susah dan
senang.
9. Teman-teman magang di BPBL Batam Dian, Dimas, Julia, Aria, Zulfikar,
Rahadatul, Gusti, Dewi yang telah bersama-sama selama 40 hari.
10. Sahabat – sahabatku “4 Inch ” Dian Azharianesty, Dimas Puput Indra, M.
Nugraha Darutaqiq yang telah bersama-sama dengan kami selama ini menjalani
sebuah kebersamaan melewati suatu realita hidup, Terkhusus kepada kalian,
teman adalah nomor satu dan jangan pernah melupakan masa indah dan suram
kita karena akan menghibur dihari esok.
11. Kawan-kawan BEM FIKP, OBDC, FOSMI SU, dan LIQO’ atas
dukungan, do’a, serta canda tawanya.
12. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu tapi tidak sempat
disebutkan satu persatu, terima kasih untuk segala bantuannya, semoga Allah
SWT membalas semua bentuk kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan.
13. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis memohon kritik dan sarannya dari pihak-pihak lain demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata dari penulis, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca
Tanjungpinang, Agustus 2017
Reno Helensyah Putra
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kijang, Tanjungpinang pada tanggal 28 Februari 1996,
dari Ayahanda Sabarudin dan Ibunda Misnah. Penulis merupakan putra kedua dari
2 bersaudara
Tahun 2007 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 003 Pangkil, Teluk Bintan,
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di MTs Nurul Iman Pangkil dan
lulus tahun 2010, menamatkan pendidikan pada tahun 2013 di SMAN 03
Tanjungpinang.
Pada tahun yang sama Penulis diterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH) melalui SBMPTN. Penulis diterima pada Ilmu Kelautan, Fakultas
Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
Selama menuntut ilmu di perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi
BEM FIKP (2015/2016), OBCD (2014-2017), FOSMI SU (2014-2017), dan
berpeluang menjadi asisten pada berbagai mata kuliah yakni pendidikan agama,
bioteknologi, mikrobiologi laut, widya selam di Universitas Maritim Raja Ali
Haji. Meskipun demikian penulis tetap berkonsentrasi pada dunia kelautan.
Penulis pernah melaksanakan praktek lapang di Desa Pangkil dan magang di
Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam. Sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) penulis
menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Substrat Terhadap
Kerapatan dan Morfometrik Lamun (Cymodocea Serrulata) Serta Kandungan
Nutrien Substrat di Teluk Bakau Bintan”.
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. i
DAFTAR TABEL..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 1
1.3. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1. Morfologi dan Taksonomi Cymodocea serrulata ............................................. 3
2.2. Fisiologi Lamun ................................................................................................ 3
2.3. Sebaran Dan Habitat Padang Lamun ................................................................ 4
2.4. Nutrien............................................................................................................... 5
2.5. Substrat ............................................................................................................... 6
BAB III. METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 7
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................ 7
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................... 8
3.3. Posedur Kerja ..................................................................................................... 9
3.4. Analisis Data ...................................................................................................... 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 15
4.1. Substrat ............................................................................................................... 15
4.2. Kerapatan Lamun ............................................................................................... 16
4.3. Morfometrik ....................................................................................................... 17
4.4. Kandungan Nutrien Dalam Sedimen ................................................................. 21
4.5. Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan Dan Morfometrik Lamun Serta
Kandungan Nutrien Substrat ............................................................................... 23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 24
5.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 24
5.2. Saran .................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 25
LAMPIRAN .............................................................................................................. 28
xii
DAFTAR TABEL
1. Alat dan bahan yang digunakan ........................................................................... 8
2. Skala kondisi padang lamun berdasarkan kerapatan ............................................ 12
3. Hasil pengukuran rata-rata morfometrik lamun ................................................... 17
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Lamun C. serrulata ............................................................................................. 3
2. Peta lokasi penelitian............................................................................................ 7
3. Alur prosedur kerja .............................................................................................. 9
4. Sketsa Stasiun....................................................................................................... 10
5. Pengambilan sampel substrat ............................................................................... 11
6. Tahapan analisis data ........................................................................................... 14
7. Persentase jenis substrat berdasarkan tipe sedimen di Teluk Bakau.................... 15
8. Rata-rata kerapatan jenis lamun C. Serrulata di perairan Teluk Bakau .............. 16
9. Rata-rata panjang daun lamun C. serrulata di Perairan Teluk Baka ................... 18
10. Rata-rata lebar daun lamun C. serrulata di perairan Teluk Bakau ...................... 19
11. Rata-rata jumlah akar lamun C. serrulata di perairan Teluk Bakau .................... 20
13. Rata – rata nitrat pada substrat di perairan Teluk Bakau ..................................... 21
14. Rata – rata fosfat pada substrat di perairan Teluk Bakau..................................... 22
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Persentase hasil ayakan substrat perplot ............................................................... 29
2. Hasil analisa substrat menggunakan gradistat versi 8 ........................................... 30
3. Foto plot pengamatan kerapatan dan morfometrik ............................................... 31
4. Foto pengukuran morfometrik lamun ................................................................... 32
5. Kerapatan lamun C.serrulata perplot ................................................................... 33
6. Morfometrik panjang daun lamun C.serrulata perplot ......................................... 34
7. Morfometrik lebar daun lamun C.serrulata perplot .............................................. 35
8. Morfometrik jumlah akar lamun C.serrulata perplot ........................................... 36
9. Kandungan Nitrat dan Fosfat pada substrat .......................................................... 37
10.Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap kerapatan
lamun C. serrulata menggunakan spss 20.0 .......................................................... 38
11.Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap morfometrik
panjang daun lamun C. serrulata menggunakan spss 20. ..................................... 39
12.Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap morfometrik
lebar daun lamun C. Serrulata menggunakan spss 20.0 ...................................... 40
13.Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap morfometrik
jumlah akar lamun C. Serrulata menggunakan spss 20.0 .................................... 41
14.Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap kandungan
nitrat” menggunakan spss 20.0 .............................................................................. 42
15.Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap kandungan
fosfat” menggunakan spss 20.0 ............................................................................. 43
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lamun merupakan satu-satunya tumbuhan angiospermae atau tumbuhan
berbunga yang memiliki daun, batang, dan akar sejati yang telah beradaptasi
untuk hidup sepenuhnya di dalam air laut (Tuwo., 2011). Pola hidup lamun sering
berupa hamparan, berbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan jarang.
Lamun umumnya membentuk padang luas di dasar perairan yang masih dapat
dijangkau oleh cahaya matahari. Kerapatan lamun dipengaruhi oleh faktor tempat
tumbuhnya. Diantaranya adalah kedalaman, kecerahan, arus, air dan tipe substrat.
Selain itu morfologi lamun juga mempengaruhi kerapatan lamun (Kiswara.,
2004).
Tumbuhan lamun mampu hidup di berbagai macam tipe substrat mulai dari
lumpur hingga karang. Kebutuhan substrat paling utama adalah kedalaman
substrat yang cukup (Dahuri et al., 2001). Perbedaan komposisi jenis substrat
dapat mempengaruhi perbedaan komposisi jenis lamun, perbedaan kesuburan dan
pertumbuhan lamun. Hal ini diduga karena menyebabkan perbedaan nutrisi bagi
pertumbuhan lamun dan proses dekomposisi dan mineralisasi yang terjadi dalam
substrat (Kiswara., 1992).
Pertumbuhan lamun dibatasi oleh suplai nutrien antara lain partikulat nitrogen
dan fosfat yang berfungsi sebagai energi untuk melangsungkan fotosintesis.
Lamun memperoleh nutrien melalui dua jaringan tubuhnya yaitu melalui akar dan
daun. Di daerah tropis, konsentrasi nutrien yang larut dalam perairan lebih rendah
jika dibandingkan dengan konsentrasi nutrien yang ada di sedimen (Erftemeijer,
Middleburg., 1993). Perbedaan besarnya kandungan nutrien dalam sedimen dapat
mempengaruhi terjadinya perbedaan kondisi dan sebaran pada setiap jenis lamun
yang tumbuh dalam perairan.
Perairan Teluk Bakau merupakan salah satu wilayah di Pulau Bintan
Kepulauan Riau memiliki hamparan padang lamun yang luas. Menurut
Nainggolan , Sitorus. (2011), tipe substrat habitat lamun di Teluk Bakau berupa
lumpur hingga kerikil. Salah satu jenis lamun adalah Cymodocea serrulata. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh substrat berbeda terhadap
2
kerapatan, morfometrik lamun (C. serrulata) serta kandungan nutrien substrat di
Teluk Bakau Bintan.
1.2. Rumusan Masalah
Teluk Bakau memiliki jenis substrat yang berbeda, perbedaan jenis subtrat
dapat mempengaruhi komposisi jenis lamun, perbedaan kesuburan, kandungan
nutrien dan pertumbuhan lamun. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh
substrat berbeda terhadap kerapatan, morfometrik lamun (C. serrulata) serta
kandungan nutrien substrat di Teluk Bakau Bintan. Informasi seperti ini sangat
diperlukan untuk menggambarkan kondisi padang lamun di Teluk Bakau saat ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat suatu hipotesa yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H0 : tidak ada pengaruh substrat terhadap kerapatan dan morfometrik lamun
C. serrulata serta kandungan nutrien substrat.
H1 : ada pengaruh substrat terhadap kerapatan dan morfometrik lamun
C. serrulata serta kandungan nutrien substrat.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk:
1.3.1. Mengetahui pengaruh substrat terhadap kerapatan lamun C. serrulata.
1.3.2. Mengetahui pengaruh substrat terhadap morfometrik lamun C. serrulata.
1.3.3. Mengetahui pengaruh substrat terhadap kandungan nutrien substrat.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
kegiatan pengelolaan ekosistem padang lamun serta dapat memberikan
pemahaman tentang pengaruh substrat terhadap kerapatan dan morfometrik
lamun (C. serrulata) serta kandungan nutrien substrat di Teluk Bakau Bintan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi dan Taksonomi Cymodocea serrulata
Karakteristik morfologi C. serrulata, memiliki bentuk daun yang ramping dan
halus. Memiliki daun yang berbentuk seperti pita yang lurus atau sedikit
melengkung. Setiap tegakkan terdiri dari 2-3 helai daun (Sakey et al., 2015).
(Gambar 1). Panjang daun sekitar 5-15 cm dan lebar 4-10 mm, ujung daun bulat
dengan sedikit gerigi. C. serrulata memiliki rhizoma yang kuat dan sedikit tebal
dengan diameter 2-3 mm dan panjang antar ruas 2-5 cm. Mempunyai ukuran
batang yang pendek dan akar yang bercabang menempel pada rhizoma. Secara
umum terlihat rhizoma berwarna kuning sampai kecoklatan. Pada setiap internoda
tumbuh tunas tegak yang tumbuh secara vertikal sebagai daun, setiap antar ruas
terdapat 2-4 daun (Waycott et al., 2004).
Gambar 1 Lamun Cymodocea serrulata (dokumentasi pribadi)
Lamun jenis ini memiliki buah yang berbulu dengan panjang 7-10 mm, Bentuk
bulat panjang dan agak keras. Habitat lamun ini tumbuh pada substrat pasir
berlumpur atau pasir dari pecahan karang pada daerah pasang surut. Lamun ini
biasa terdapat pada komunitas yang bercampur dengan jenis lamun yang lain.
Klasifikasi C. serrulata menurut Kuo, den Hartog., (2006) adalah sebagai berikut:
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Potamogetonales
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
4
Spesies : Cymodocea serrulata
2.1. Pertumbuhan dan Fisiologi Lamun
Pertumbuhan lamun dapat dilihat dari pertambahan panjang bagian-bagian
tertentu seperti daun dan rhizoma dalam kurun waktu tertentu. Namun
pertumbuhan rhizoma lebih sulit diukur terutama pada jenis-jenis tertentu yang
umumnya berada di bawah substrat dibanding pertumbuhan daun yang berada di
atas substrat, sehingga penelitian pertumbuhan lamun relatif lebih banyak
mengacu pada pertumbuhan daun. Umumnya penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan daun muda lebih cepat dibanding pertumbuhan daun tua (Brouns,
1985 in Azkab, 1999)
Menurut Azkab. (2006), lamun merupakan tumbuhan yang mempunyai
pembuluh secara struktur dan fungsinya memiliki kesamaan dengan tumbuhan
yang hidup di daratan. Seperti halnya tumbuhan rumput daratan, lamun secara
morfologi tampak adanya daun, batang, akar, bunga dan buah, hanya saja karena
lamun hidup di bawah permukaan air, maka sebagian besar lamun melakukan
penyerbukan di dalam air. Lamun sebagai tumbuhan berbunga sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Lamun sebagian besar
berumah dua yang artinya dalam satu tumbuhan hanya ada bunga jantan saja atau
bunga betina saja. Sistem pembiakan generatifnya cukup khas karena mampu
melakukan penyerbukan di dalam air dan buahnya terendam di dalam air.
2.2. Sebaran Dan Habitat Padang Lamun
Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-10
m, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak
terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari (iklim sedang) (Barber, 1985
in Tangke, 2010). Sebaran jenis lamun sangat dipengaruhi oleh substrat dasar
sebagai tempat tumbuhnya (Riniatsih., 2016).
5
2.3. Nutrien
Telah diketahui bahwa ketersediaan nutrien mempengaruhi pertumbuhan,
sebaran, morfologi dan daur musiman komunitas lamun. Di daerah tropis lamun
berkembang sangat baik dan dapat tumbuh di berbagai habitat mulai pada kondisi
nutrien rendah sampai nutrien tinggi (Dahuri et al., 2001). Konsentrasi nutrien
yang ada pada daerah padang lamun juga dipengaruhi oleh hasil dekomposisi dari
daun-daun lamun itu sendiri yang telah membusuk. Lamun dapat menyerap
nutrient baik dari kolom air maupun sedimen (Evrard et al., 2005).
2.3.1. Nitrat
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien
bagi pertumbuhan lamun. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan memiliki sifat
stabil. Senyawa ini dihasilkan oleh proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di
perairan. Nitrat dapat diserap oleh lamun melalui akar dan daun. Rhizoma dan
akar lamun yang mati akan menambah kandungan nitrat dalam sedimen.
Kandungan nitrat dalam kandungan perairan laut rata-rata 25 ppm. Nitrat juga
dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan (Effendi.,
2003)
2.3.2. Fosfat
Fosfat merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolisme dan
pembentukan protein, fosfat yang diserap oleh jasad hidup nabati perairan adalah
fosfat dalam bentuk orto-fosfat yang larut dalam air. Fosfat merupakan bentuk
fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai unsur yang esensial
sehingga menjadi faktor pembatasa bagi tumbuhan akuatik termasuk lamun.
Fosfat di padang lamun berasal dari kolom air yang kadarnya relatif rendah dan
dari dekomposisi bahan organik dalam sedimen. Lamun sendiri memanfaatkan
fosfat pada kolom air melalui daun, akar dan rhizoma. Senyawa ini menunjukan
subur tidaknya suatu perairan (Effendi., 2003).
6
2.4. Substrat
Lamun dapat tumbuh dan berkembang dengan menancapkan akar ke dalam
substrat dan memungkinkan lamun untuk menyerap unsur-unsur hara yang ada
disubstrat sebagai sumber makanan lamun (Handayani et al., 2016). Substrat
merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang terkandung mineral organik dan
inorganik di dalamnya, pori-pori substrat mengandung air antara (interstitial
water) yang mengandung unsur hara. Substrat memiliki peranan penting bagi
pertumbuhan dan kelangsungan lamun sebagai media hidup dan sebagai pemasok
nutrisi (Yunitha et al., 2014).
Berdasarkan ukuran, substrat dikelompokkan menjadi kerikil (>2 mm), pasir
(0,05-2 mm), lumpur (silt) (0,002- 0,05 mm) dan lempung (<0,002 mm). substrat
yang menjadi tempat hidup lamun adalah lumpur, pasir, karang mati (rubble),
campuran dari dua jenis substrat tersebut atau campuran ketiganya (Kiswara,
Azkab., 2000)
7
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2017 yang meliputi
survey lokasi, pembuatan proposal usulan penelitian, pengambilan data lapangan,
analisa sampel, pengolahan data, analisa data dan pembuatan laporan hasil
penelitian.
Gambar 2 Peta Lokasi penelitian (dokumentasi pribadi)
Lokasi penelitian dilakukan di Perairan Teluk Bakau berdasarkan jenis subtrat
yang ditemukan (Gambar 2). Adapun jenis substrat yang terdapat di lokasi
pengamatan berdasarkan hasil survei awal lokasi secara pengamatan visual yakni
pasir berlumpur, pasir dan rubble. Pernyataan ini juga diperkuat dengan hasil
penelitian Nainggolan ; Sitorus (2011) yang mengatakan tipe substrat di perairan
Teluk Bakau dikategorikan menjadi pasir, pasir berlumpur dan rubble,untuk
analisis tekstur sedimen di laboratorium FIKP UMRAH dan analisis kandungan
nutrien di BPBL BATAM.
8
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Alat dan bahan
Alat Kegunaan
GPS Menentukan posisi plot pengamatan
Kuadran (1x1 meter) Sampling lamun
Paralon PVC (D=55 mm, p=25 cm) Pengambilan sampel sedimen
Rol meter Mengukur jarak
Coolbox Tempat penyimpanan sampel
Sieve net Mengayak sampel sedimen
Oven Alat pengering substrat
Spectrophotometer Alat pengukuran fosfat
Kolorimeter Alat pengukuran nitrat
Timbangan digital Mengukur berat sampel
Erlenmeyer Wadah titrasi larutan
Cawan petri Wadah dalam menimbang sedimen
Penggaris Untuk mengukur morfometrik lamun
Kamera Untuk dokumentasi objek pengamatan
Nampan Sebagai alas tempat lamun diukur
Sumber : Hasanuddin. (2013) dengan modifikasi
Bahan
Sampel sedimen
Kertas saring whatman
Pengekstrak sedimen
Asam sulfat
Ammonium molybdate
Aquades
H2SO4 5N
Sumber : Hasanuddin. (2013) dengan modifikasi
9
3.3. Posedur Kerja
Penelitian ini dilaksanakan terdiri atas beberapa tahapan antara lain:
Gambar 3 Alur prosedur kerja (Hasanuddin, 2013 dengan modifikasi)
3.3.1. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi mencari studi literatur dan pengumpulan informasi
mengenai kondisi umum lokasi penelitian, survei awal, penentuan metode
penelitian,mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian serta
pelakasanaan penelitian di lapangan dan laboratorium (Gambar 3). Adapun
metode penelitian ini adalah eksperimental lapangan (pengamatan secara
langsung) dengan menggunakan rancangan acak lengkap seimbang dimana
sebagai variabel bebas atau yang mempengaruhi adalah tipe substrat dan variabel
terikat atau yang dipengaruhi adalah morfometrik, kerapatan lamun dan
kandungan nutrien.
10
3.3.2. Penentuan Stasiun Pengamatan
Dalam penentuan stasiun pengamatan di kawasan perairan Teluk Bakau
metode yang digunakan adalah purposive sampling dikarenakan adanya keperluan
dan tujuan peneliti dalam menentukan keterwakilan jenis substrat yang berada di
lapangan sedangkan untuk pengambilan data metode yang digunakan adalah
random sampling agar data hasil pengamatan nantinya diharapkan bersifat
objektif. Penentuan stasiun dengan meletakkan transek pada daerah yang memiliki
lamun yang mewakili dari lokasi penelitian secara keseluruhan berdasarkan
substrat pada dasar perairan yang ditumbuhi lamun Cymodocea serrulata hingga
batas surut terendah kearah laut dengan jarak antar plot 5 meter.
Gambar 4 Sketsa Stasiun (Hasanuddin, 2013 dengan modifikasi)
Penentuan jenis substrat selanjutnya akan dibuktikan dengan mengambil
sampel substrat dilokasi tersebut dan diidentifikasi di laboraturium guna
memastikan jenis-jenis substrat sebagai variabel bebas dalam penelitian.
Pengambilan sampel substrat dilakukan dengan cara setiap plot pada tiap lajur
transek sampai plot transek yang terakhir. Pengambilan substrat menggunakan
pipa PVC paralon (diameter 55 mm,panjang 25 cm). Pipa PVC paralon
ditancapkan kedalam sampai kedalaman 20 cm (Gambar 5). Setiap jenis sampel
n
n
n n
Banyak plot
sampai ke - n
11
substrat yang terdapat pada plot yang berbeda ditempatkan dalam kantong plastik
yang berbeda dan terlebih dulu diberi label. Sampel substrat yang telah diambil
kemudian dikeringkan dan ditimbang per mesh untuk penentuan fraksi substrat
dengan metode pengayakan kering di Laboratorium kelautan UMRAH yang
selanjutnya data hasil timbangan akan diolah menggunakan gradistat versi 8
dalam Microscop exel. Adapun skema pengambilan sampel dapat dilihat pada
gambar di bawah.
Gambar 5 Pengambilan sampel substrat perplot (Hasanuddin, 2013
dengan modifikasi)
Dikarenakan jenis substrat yang akan diteliti sudah diketahui maka pada tiap
stasiun berisikan 9 plot pada setiap substrat yang didalamnya terdapat lamun C.
serrulata selanjutnya akan diamati kerapatan, morfometrik lamun dan
kandungan nutrien substrat. Metode penentuan stasiun pengamatan ini mengacu
pada KepMen LH No.200 Tahun 2004.
3.3.3. Pengambilan Data
3.3.3.1 Pengambilan Data Lamun
1. Pengukuran kerapatan jenis lamun
Menghitung jumlah tegakan lamun didalam pada setiap stasiun merupakan cara
pengukuran kerapatan, kerapatan lamun dihitung menggunakan rumus (Brower et
al., 1990)
∑
Plot
Plot
Ke-n
Plot
5m
1m
1m
5m
Darat
Laut
20m
55mm
12
Keterangan : D : Kerapatan jenis (tegakan/m2)
Ni : Jumlah tegakan
A : Luas daerah yang dismpling (m2)
Tabel 2 Skala kondisi padang lamun berdasarkan kerapatan
Skala Kerapatan (ind/m2) Kondisi
5 ≥ 625 Sangat rapat
4 425 - 624 Rapat
3 226 - 424 Agak rapat
2 48 – 218 Jarang
1 < 23 Sangat jarang
Sumber: Nurzahraeni. (2014)
3.3.3.2 Pengambilan data lamun untuk morfometrik
Untuk kemudahan dan pengamatan dalam pengambilan contoh lamun, untuk
megetahui morfometrik lamun digunakan transek kuadran 1 x 1 m yang dipasang
pada tiap substasiun yang terdiri dari 25 subplot dengan memilih 5 tegakan secara
acak dengan melakukan pengundian 5 nomor subplot dengan metode lotre. sampel
lamun diambil dan dimasukkan dalam plastik sampel yang sudah diberi label
untuk mengukur morfometrik, sampel lamun diambil dari dalam kuadrat (Wagey,
Sake., 2013)
a. Pengambilan morfometrik daun
Pemilihan daun lamun yang akan digunakan untuk mengukur panjang dan
lebar adalah daun yang utuh dan tidak sobek. Pengambilan sampel lamun
dilakukan dengan memotong pangkal daun yang masih utuh pada helaian ke 2
setiap tegakan dalam transek dan setiap transek diambil 5 helaian daun kemudian
dilakukan pengukuran panjang dan lebar daun menggunakan penggaris.
b. Pengambilan morfometrik akar
Untuk pengambilan sampel morfometrik akar dilakukan dengan menggunakan
pipa PVC yang ditancapkan kedalam lamun sampai pada akarnya kemudian
diangkat untuk dihitung jumlah akar.
3.3.3.3. Kandungan Nutrien Substrat
Sampel sedimen yang sudah tahu diketahui substratnya diambil pada setiap
substrat dimasukkan kedalam kantong sampel, kemudian menjemur sampel
tersebut didalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dengan tidak
13
melakukan pencucian sampel sebelumnya. Ini dilakukan agar kandungan nutrien
dalam sedimen tidak hilang. Selanjutnya dianalisis konsentrasi dengan kandungan
nitrat dan fosfatnya di laboratorium dengan tahap analisis yakni mengekstraksi
sedimen untuk analisis nitrat dan fosfat dengan cara menimbang 5 gram sedimen
dengan teliti dan dimasukkan kedalam botol. Kemudian ditambahkan larutan
pengekstrak nutrient yang telah dimodfikasi (aquades) sebanyak 50 ml, kocok
selama 1 menit. Lalu menyaring dengan kertas saring Whatman. Dan hasil
saringan siap untuk dianalisis nitrat dan fosfat dengan menggunakan prosedur
kualitas air sebagai berikut:
1. Analisis nitrat: Pada pipet 10 ml air sampel yang telah disaring kedalam
tabung ukur, selanjutnya ditambahkan 1 bungkus reagen kedalam air sampel. Lalu
dikocok air sampel sampai bubuk reagen tercampur rata. Kemudian dibuat larutan
blangko nitrat sebagai pembanding. Dengan kolorimeter, diukur sampel dan
larutan blangko.
2. Analisis fosfat : Pada pipet 50 ml air sampel tersaring dan ditambahkan
1tetes indikator pp,jika larutan berwarna merah muda tambahkan H2SO4
5N,kemudian tambahkan 8 ml larutan campuran (50 ml H2SO45N+5ml antimotil
+ 15ml Ammonium molybdate). Homogenkan dan diamkan 10 menit dan
sebelum 12 menit. Kemudian dibuat larutan standar fosfat yang sebelum
pengenceran 100 ml ditambahkan 20-30 ml aquades sampai tanda tera kemudian
diukur air sampel dan larutan standar dengan Spectrophotometer 0,000
absorbance dengan panjang gelombang 880 nm.
3.4. Analisis Data
Data hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Untuk
mengetahui pengaruh substrat berbeda terhadap kerapatan, morfometrik lamun
dan kandungan nutrien substrat C. serrulata dianalisis dengan analisis ragam (one
wa anova) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 20.0. Sebelum data dianalisis
data lebih dulu diuji kenormalan data. Jika sifat data normal maka akan dilakukan
uji one way anova dengan tingkat kepercayaan 95%, apabila adanya perbedaan
signifikan maka dilakukan uji lanjut tukey mana yang hasilnya optimum. Jika sifat
data tidak normal maka analisis data menggunakan Krruskal Wallis.
14
Adapun rumus model linier dan tabel sidik ragam adalah :
ij i ij Keterangan :
I : 1, 2, …, p (Jumlah perlakuan) dan j=1, 2, …,r (Jumlah Ulangan)
Yij : Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
: Rataan umum
I : Pengaruh perlakuan ke-i
ij : Pengaruh acak atau galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
Adapun tahapan dalam menganalisis data kerapatan dan morfometrik lamun
sebagai berikut:
Gambar 6 Tahapan analisis data (Hasanuddin, 2013 dengan modifikasi)
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Substrat
Keberadaan substrat sangat penting bagi lamun, sebagai tempat hidup dan
pemasok nutrisi. Newmasteret et al., (2011); Metekohy., (2016) menyatakan
bahwa lamun menyukai substrat berlumpur, berpasir, tanah liat, ataupun substrat
dengan patahan karang serta pada celah-celah batu, sehingga lamun masih dapat
ditemukan di ekosistem karang maupun mangrove. Tekstur substrat dasar perairan
Teluk Bakau berdasarkan hasil pengukuran sampel (lampiran 1) memperoleh
persentase jenis ukuran sedimen yang berbeda-beda berdasarkan kategori
gardistat versi 8 bertipe tekstur pecahan karang, pasir berkarang dan pasir
(Gambar 7).
Gambar 7 Persentase jenis substrat berdasarkan tipe sedimen di Teluk Bakau
Lamun Cymodocea spp. mampu tumbuh pada berbagai substrat mulai dari
kisaran liat berlumpur hingga pecahan karang yang kasar. Lamun lebih khas
sering dijumpai di substrat lumpur berpasir, antara hutan mangrove dan terumbu
karang (Subur., 2013). Pada lingkungan tenang dan substrat berpasir lamun
membentuk padang monospesifik yang luas dan padat (Arifin., 2001). Kondisi ini
memungkinkan untuk lamun dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. C.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Pecahan Karang (%) Pasir Berakarang(%)
Pasir (%)
ayakan 2,36 mm ayakan 2 mm ayakan 1,18 mm ayakan 0,05 mmayakan 0,25 mm ayakan 0,125 mm ayakan 0,106 mm
Per
sen
tase
ber
at b
uti
ran
sed
imen
(%
)
16
serrulata dapat dijumpai pada substrat pasir berbatu dan pasir berlumpur
(Lisdawati., 2014).
Karakteristik substrat sangat berpengaruh terhadap struktur dan kelimpahan
lamun. Perbedaan karakter fisik substrat tersebut memberikan peluang yang lebih
besar pada beberapa jenis lamun untuk hidup didalamnya (Satrya et al., 2012).
Selain struktur sedimen, kesesuaian substrat (kedalaman substrat) menentukan
perkembangan lamun. Menurut Berwick. (1983), semakin tipis substrat (sedimen)
perairan akan menyebabkan kehidupan lamun tidak stabil, sebaliknya semakin
tebal substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang, rimbun, dan
penangkapan sedimen semakin tinggi.
4.2. Kerapatan Lamun
Data kerapatan merupakan jumlah total tegakan lamun dalam suatu unit area
(plot pengambilan data), data kerapatan lamun disajikan berdasar jumlah tegakan
lamun per tegakan/m2 pada tiap stasiun.
Gambar 8 Rata-rata kerapatan jenis lamun C. Serrulata di Teluk Bakau
Gambar 8 menunjukkan bahwa kondisi kerapatan C. serrulata berbeda pada
tipe substrat berbeda. Kerapatan lamun tertinggi ditemukan disubstrat pecahan
karang 73,1± 1,17 tegakan/m2, substrat pasir berkarang memiliki kerapatan lamun
46,4± 1,74 tegakan/m2 dan terendah ditemukan di substrat pasir dengan kerapatan
23,4± 0,87 tegakan/m2 (Lampiran 5). Kerapatan ini semuanya termasuk tingkat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pecahan Karang Pasir Berkarang Pasir
Pecahan Karang
Pasir Berkarang
Pasir Berkarang
Rat
a-ra
ta T
egak
an /
m2
R
ata-
rata
Teg
akan
/m
2
Rat
a-ra
ta T
egak
an /
m2
R
ata-
rata
Teg
akan
/m
2
Rat
a-ra
ta T
egak
an /
m2
R
ata-
rata
Teg
akan
/m
2
17
kerapatan jarang (Tabel 4). Selain itu letak satu dengan lainnya berbeda-beda
dimana substrat pecahan karang berada jauh dari pantai (Lihat peta Gambar 2)
dibandingkan substrat pasir berkarang dan substrat pasir yang berada dekat
dengan pantai.
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui kerapatan antara masing-masing
stasiun pecahan karang, pasir berkarang, dan pasir berbeda nyata dengan nilai
probability p=0,002 dan uji lanjut yang menunjukkan bahwa kerapatan lamun C.
Serrulata yang hidup pada substrat pecahan karang lebih tinggi dibandingkan
dengan 2 substrat lainnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Hal ini karena
karakteristik substrat berbeda, menyebabkan kerapatan lamun berbeda.
Karakteristik substrat berpengaruh terhadap struktur dan kelimpahan lamun (De
Silva, Amarasinghe., 2007).
4.3. Morfometrik
Morfometrik lamun C. serrulata berupa data panjang dan lebar daun serta
jumlah akar lamun. Pengambilan data morfometrik ini dilakukan pada 45 sampel
lamun sebagai data yang mewakili kondisi morfometrik lamun di tiap stasiun
pengambilan data.
Data panjang daun, lebar daun, dan jumlah akar lamun pada penelitian di Teluk
Bakau dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengukuran rata-rata morfometrik lamun di perairan Teluk Bakau Substrat Pecahan Karang Pasir Berkarang Pasir
Panjang 1,50 cm – 16,00 cm 1,50 cm – 12,00 cm 5,50 cm – 12,60 cm
Lebar 0,60 cm – 1.00 cm 0,60 cm – 1,00 cm 0,60 cm – 0,90 cm
Jumlah akar 4 akar - 16 akar 4 akar – 13 akar 4 akar- 14 akar
4.3.1. Panjang Daun
Pada pengukuran panjang daun lamun C. serrulata yang diukur merupakan
panjang daun lamun yang utuh dan tegakan kedua yang berada di tengah. Hasil
pengukuran panjang daun dari tiga stasiun pengamatan berkisar antara 1,50 –
16,00 cm. Panjang daun rata-rata substrat pecahan karang 6,04± 2,20 cm, substrat
pasir berkarang 7,87± 1,26 cm dan pada substrat pasir dengan panjang daun rata-
rata 8,87 ± 1,01 cm.
18
Gambar 9 Rata-rata panjang daun lamun C. serrulata di Perairan Teluk Bakau
Rata-rata panjang daun lamun yang ditemukan di tiga substrat pengamatan
berkisar antara 5,79 cm - 8,87 cm. Sedangkan panjang daun lamun C. Serrulata
yang ditemukan Sakey et al., (2015) di Perairan Minahasa , berkisar antara 5,9 –
14,1 cm.
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui panjang daun lamun antara masing-
masing substrat berbeda nyata dengan nilai probability sebesar p=0,003 , uji lanjut
menjelaskan pada substrat pecahan karang dan pasir berbeda. Selanjutnya
substrat pecahan karang dengan pasir berkarang dan substrat pasir dengan pasir
berkarang tidak berbeda (Lampiran 10). Hal ini diduga karena karakteristik tempat
tumbuh lamun jenis ini menyukai perairan yang tenang dan khususnya sedimen
organik yang dibutuhkan lebih banyak mengendap pada substrat pasir (Perarlta et
al., 2006).
4.3.2. Lebar Daun
Dari pengukuran lebar daun lamun C. serrulata di Teluk Bakau maka
diperoleh hasil data berkisar antara 6 - 10 mm (Tabel 5). Sedangkan rata-rata
lebar daun yang ditemukan di masing-masing substrat berkisar antara 6,97 mm –
8,02 mm (Gambar 10).
0
2
4
6
8
10
12
Pasir
PasirBerakarangPecahanKarang
Pan
jan
g D
aun
(cm
)
Pecahan karang Pasir Berkarang Pasir
19
Gambar 10 Rata-rata lebar daun lamun C. serrulata di perairan Teluk Bakau
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui lebar daun lamun antara masing-
masing pecahan karang dengan pasir berbeda nyata dengan nilai probability
p=0,006, uji lanjut yang mempertegas bahwa substrat pasir lebih signifikan
berbeda dengan substrat pecahan karang sedangkan pada substrat pecahan karang
dengan pasir berkarang dan substrat pasir dengan pasir berkarang tidak berbeda
(Lampiran 11). Hal ini karena karakteristik pesisir yang merupakan daerah pesisir
terbuka.
Kisaran lebar daun lamun yang ditemukan di perairan Teluk Bakau antara 6 –
10 mm. Lebar daun lamun yang ditemukan dari hasil pengukuran tidak jauh
berbeda dengan yang ditemukan Sakey et al., (2015) di Perairan Semenanjung
Minahasa yaitu 2-8 mm. Rata-rata lebar lamun berada pada kisaran 3 mm, kondisi
ini menunjukkan lebar daun yang ditemukan berada pada ukuran normal.
Perbedaan lebar daun lamun yang ditemukan pada tiap substrat, khususnya
substrat pecahan karang dimana berdasarkan hasil pengukuran lebar daun lamun
diperoleh rata-rata lebar daun 6,97±0,33 mm lebih kecil dibandingkan dengan
substrat pasir yang memiliki rata-rata 8,02±0,76 mm dan pasir berkarang yang
memiliki rata-rata 7,62±0,68 mm.
4.3.3. Jumlah Akar
Dari perhitungan jumlah akar lamun C. serrulata di Teluk Bakau maka
diperoleh hasil jumlah rata-rata jumlah akar yang ditemukan di masing-masing
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pasir
Pasir Berkarang
Pecahan Karang
Leb
ar d
aun
(m
m)
Pecahan Karang Pasir Berkarang Pasir
20
substrat. Pada substrat pecahan karang rata-rata 6,04±2,06 akar, substrat pasir
berkarang 7,31± 1,05 akar sedangkan substrat pasir 8,02±1,36 akar (Gambar 11).
Gambar 11 Rata-rata jumlah akar lamun C. serrulata di perairan Teluk Bakau
Jumlah akar lamun yang ditemukan di perairan perairan Teluk Bakau di setiap
stasiun penelitian berbeda –beda . Hal ini dikarenakan kemampuan akar untuk
bertahan pada substrat serta daya serap nutrisi, seperti diketahui bahwa lamun C.
serrulata sama dengan beberapa jenis lamun yang tumbuh pada substrat yang
butiran lebih besar memiliki jumlah akar sedikit dibandingkan dengan jumlah akar
pada substrat yang butiran lebih kecil. Seperti yang dikatakan peneliti sebelumnya
(Hasanuddin., 2013) dengan ukuran butiran lebih halus sehingga membutuhkan
jumlah akar yang lebih banyak untuk mengikat sedimen.
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui jumlah akar lamun antara masing-
masing substrat berbeda nyata dengan nilai probibility sebesar p=0.036,
selanjutnya dilakukan uji lanjut sehingga menyatakan substrat pasir berbeda
dengan substrat pecahan karang. Sedangkan pada substrat pecahan karang dengan
pasir berkarang dan substrat pasir dengan pasir berkarang tidak berbeda
(Lampiran 12). Hal ini dikarenakan karakteristik pesisir yang merupakan daerah
pesisir terbuka, selain itu jumlah akar pada substrat yang lebih kecil harus lebih
banyak untuk memperkuat tumbuhnya lamun tidak mudah terlepas jika dibawa
arus.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9Ju
mla
h A
kar
(A
kar
)
Pecahan Karang Pasir Berkarang Pasir
21
4.4. Kandungan Nutrien Dalam Sedimen
Dari pengukuran nitrat dan fosfat pada setiap stasiun yang pada ketiga substrat
di Teluk Bakau maka diperoleh nilai nitrat dan fosfat sebagai berikut.
4.4.1. Nitrat
Dari hasil penelitian kandungan nitrat pada substrat di Teluk Bakau maka nitrat
pada substrat pasir (kerapatan lamun rendah) memiliki nilai nitrat yang tinggi
dibandingkan dengan substrat pecahan karang (kerapatan Tinggi) dan substrat
pasir berkarang (kerapatan sedang) disebabkan oleh karakteristik dan bentuk
sedimen dasar perairan sebagai penyerap dan pengikat unsur nitrat. Pada substrat
pasir memiliki nitrat lebih tinggi dengan dibandingkan dengan stasiun lainnya.
Gambar 13 Rata – rata kandungan nitrat di perairan Teluk Bakau
Berdasarkan pengukuran nilai nitrat di Teluk Bakau diperoleh substrat pecahan
karang sebesar 1,02±1,55 mg/l ,substrat pasir berkarang 1,90±1,35 mg/l dan
pasir 3,72±0,84 mg/l (Gambar 13). Kandungan nitrat dalam substrat memang
lebih tinggi dibandingkan pada air karena nitrat pada air bersifat terlarut sehingga
mudah dibawa arus dan pasang surut air laut. Sedangkan pada substrat bersifat
terendap sehingga tidak mudah terbawa arus air.
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui kandungan nilai nitrat antara
masing-masing substrat berbeda nyata dengan nilai probibility p=0,000 dan hasil
uji lanjut menunjukkan bahwa ketiga substrat memlki kandungan nitrat yang
berbeda satu dengan lainnya (Lampiran 13). Namun nitrat pada substrat pasir
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Pecahan Karang
Pasir Berkarang
Pasir
rata
-rat
a ka
nd
un
gan
nit
rat
(mg/
l)
Pecahan Karang Pasir Berkarang Pasir
22
lebih tinggi dibandingkan dengan substrat pecahan karang dan pasir berkarang
yang menyebabkan perbedaan pertumbuhan.
4.4.2. Fosfat
Rata-rata kandungan fosfat menunjukkan substrat pecahan karang sebesar
0,366±0,195 ppm, substrat pasir berkarang sebesar 0,174±0,103 ppm, dan substrat
pasir sebesar 0,323±0,194 ppm. Konsentarsi fosfat selengkapnya di tampilkan
dalam gambar 14.
Gambar 14 Rata – rata fosfat pada substrat di perairan Teluk Bakau
Kandungan fosfat di Teluk Bakau telah melewati baku mutu untuk tumbuhan
lamun sesuai KEPMEN LH No.51 tahun 2004 yaitu 0,1 mg/l. Dimana pengukuran
fosfat di setiap substrat memiliki rata – rata yang tinggi. Tingginya kadar fosfat
disebabkan difusi fosfat dari substrat, karena substrat merupakan tempat
penyimpanan utama fosfat diperairan (Handayani., 2016).
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui kandungan nilai fosfat antara
masing-masing substrat tidak berbeda nyata dengan nilai probibility p=0,060 dan
tidak dilakukan uji lanjut (Lampiran 14).
4.4. Pengaruh Substrat Terhadap Kerapatan Dan Morfometrik Lamun
Serta Kandungan Nutrien Substrat
Dari hasil penelitian terlihat bahwa pengaruh substrat terhadap kerapatan dan
morfometrik lamun C. Serrulata di berbagai jenis substrat menunjukkan
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Pecahan Karang
Pasir Berkarang
Pasir
rata
-rat
a ka
nd
un
gan
fo
sfat
(p
pm
)
Pecahan Karang Pasir Berkarang Pasir
23
perbedaan yang nyata. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hasanuddin.
(2013) yang menyatakan substrat berpengaruh terhadap kerapatan dan
morfometrik lamun. Kerapatan tertinggi ditemukan pada substrat yang
berdiameter lebih besar (pecahan karang) dibandingkan dengan substrat lainnya
(Feryatun et al., 2012). Hal ini menunjukkan kerapatan jenis lamun akan semakin
tinggi bila kondisi lingkungan perairan tempat lamun tumbuh dalam keadaan baik.
Menurut Kiswara. (2004) kerapatan jenis lamun di pengaruhi faktor tempat
tumbuh dari lamun tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerapatan jenis
lamun di antaranya adalah kedalaman, kecerahan, arus air dan tipe substrat.
Morfometrik lamun tertinggi ditemukan pada substrat pasir karena butiran
sedimen substrat yang lebih kecil. Jenis lamun yang sama dapat tumbuh pada
habitat yang berbeda dengan menunjukkan bentuk pertumbuhan yang berbeda dan
kelompok-kelompok jenis lamun membentuk zonasi tegakan yang jelas, baik
murni ataupun asosiasi dari beberapa jenis (Kiswara, 1997 in Gosari, Haris.
2012).
Lamun memanfaatkan kandungan nutrien dalam substrat melalui akar. Faktor
lingkungan seperti karakteristik sedimen yang berbeda pada setiap substrat dan
kandungan nitrat dan fosfat yang mendukung pertumbuhannya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Erftmeijer et al., (1993), bahwa tumbuhan lamun lebih
dominan memanfaatkan unsur nitrat dalam poros dan sedimen melalui akar dan
rhizoma daripada nitrat pada kolom air. jika dilihat kandungan nitrat lebih
berperan penting terhadap pertumbuhan morfometrik lamun. Ketersediaan nutrien
di perairan padang lamun dapat berperan sebagai faktor pembatas
pertumbuhannya sehingga efisiensi daur nutrisi dalam sistemnya akan menjadi
sangat penting untuk memelihara produktivitas primer padang lamun (Patriquin,
1992 in Handayani et al., 2016)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa substrat pecahan karang, pasir berkarang
dan pasir sangat cocok untuk kegiatan transplantasi lamun jenis C. serrulata
selain itu didukung dengan kandungan nutrien yang ada didalam substrat.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Adapun jenis substrat yang ditemukan di Teluk Bakau yaitu pecahan karang,
pasir berkarang dan pasir. Dari hasil analisis bahwa ada perbedaan jenis substrat
berbeda terhadap kerapatan,morfometrik dan kandungan nitrat,sedangkan pada
fosfat tidak ada perbedaan. Kerapatan C. Serrulata tertinggi pada substrat pecahan
karang dibandingkan dengan substrat pasir berkarang dan pecahan karang.
Sedangkan untuk panjang daun,lebar daun dan jumlah akar lebih tinggi pada
substrat pasir dibandingkan dengan pecahan karang dan pasir berkarang. Untuk
kandungan nitrat lebih tinggi rata-rata pada substrat pasir dibandingkan kedua
substrat dan kandungan fosfat tidak berbeda pada ketiga substrat.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lingkungan terutama
pada pengaruh morfometrik kerapatan lamun C. serrulata sepanjang
pertumbuhannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Arifin., 2001. Ekosistem Padang Lamun. Buku Ajar. Jurusan Ilmu Kelautan,
Fakulatas Ilmu Kelautan dan Perikanan. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Azkab, M.H., 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana, 24 (1):1 – 16.
Azkab, M.H., 2006. Ada Apa dengan Lamun. Oseana, 31( 3):45 – 55.
Berwick, N. L., 1983. Guidelines for Analysis of Biophysical Impact to Tropical
Coastal Marine Resources. The Bombay Natural History Ociety Centenaty
Seminar Conservation in Developing Countries-Problem and Prospect,
Bombay.
Brower, J.E., J.H. Zar., and C.N. von Ende., 1990. Field and Laboratory Methods
for General Ecology. 3rded. Wm. C. Brown Publ., Dubuque. 237.
De Silva, KHWL., and Amarasinghe, MD., 2007. Substrate characteristicsand species diversity of marine angiosperms in a micro-tidal basin estuary on
westcoast of Sri Lanka. Sri Lanka Journal Aquatic Sciences. 12:103-114.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., & Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta. 24:
305.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Hayati
Lingkungan Perairan. Kanisius.Yogyakarta. 258
Erftemeijer, P.L.A., and Middelburg, J., 1993. Sediment-nutrient interaction
intropical seagrass beds: a comparasion between a terigeneus and a
carbonat sedimentary environmental in South Sulawesi. Marine Progress
Series . 102:187-198.
Evrard, V., Kiswara, W., Bouma, T.J., Middelburg, J.J., 2005. Nutrient dynamics
of seagrass cosystems: 15N evidence for the importance of
particulateorganic matter and root systems. Marine Ecology Progress
Series. 295:49-55.
Feryatun, Fiki., B, Hendrarto, N, Widyorini., 2012). Kerapatan dan Distribusi
Lamun (Seagrass) Berdasarkan Zona Kegiatan yang Berbeda di Perairan
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Jurnal Of Management Of Aquatic
Resources. 1(2):1-7.
Gosari, B.A.J., dan Haris, A., 2012. Studi Kerapatan Dan Penutupan Jenis Lamun
Di Kepulauan Spermonde. Universitas Hasanuddin. Makassar. Torani .
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 22(3):156 – 162
26
Handayani, D. R., Armid., Emiryati., 2016. Hubungan Kandungan Nutrien
DalamSubstrat Terhadap Kepadatan Lamun Di Perairan Desa Lalowaru
Kecamatan Moramo Utara. Jurnal Sapa Laut. 1(2):42-53.
Hasanuddin, R., 2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometrik Lamun
Enhalus Acoroides dengan Substrat dan Nutrien di Pulau Sarappo Lompo
Kabupaten Pangkep.[Skripsi] . Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
KepMen L H, No. 51. 2004. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup.
KepMen L H, No. 200. 2004. Kriteria Tentang Baku Kerusakan dan Pedoman
Penentuan Status Padang Lamun. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup.
Kiswara, W., 1992. Community Structure and Biomass Distribution of Seagrass at
Banten Bay, West Java, Indonesia.
Kiswara, W., dan M. H. Azkab., 2000. Spesimen Lamun (Seagrass) yang
Tersimpan di dalam Koleksi Referensi Puslitbang Oseanologi-LIPI,
Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Kiswara, W., 2004. Kondisi Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten
1998 –2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.12 : 32
Kuo, J., dan C, den Hartog., 2006. Taxonomy and Biogeography of Seagrass. In
A.W.D.Larkum, R.J. Orth dan C.M Duarte (ed). Seagrass: Biology,
Ecology and Conservation. Springer. Dordrecht. Netherlands.
Lisdawati., 2014. Analisis Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Dan Substrat Di
Wilayah Trismades Desa Malang Rapat Kecamatan Kabupaten Bintan.
[Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang
Metekohy, A . E., 2016. Strategi Pengelolaan Ekosistem Lamun Di Perairan
Pantai Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami Kota Jayapura Provinsi
Papua. The Journal of Fisheries Development. 3(1):1-10.
Nainggolan, P., 2011, Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) di
Teluk Bakau Kepulauan Riau. [Skripsi]. Depar Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Newmaster, A.F., Berg, K.J., Ragupathy, S., Palanisamy, M., Sambandan K.,
Newmaster, S.G., 2011. Local Knowladge and Conservation of Seagrass in
the Tamil Nadu State of India. Journal of Ethnobiology and
Ethnomedicine. 7: 37.
27
Nurzahraeni., 2014. Keragaman Jenis Dan Kondisi Padang Lamun Di Perairan
Pulau Panjang Kepulauan Derawan Kalimantan Timur. Makassar.
[Skripsi]. Universitas Hassanudin Makassar.
Peralta, G., Brun, F.G., Llorens, J.L.P., Bouma, T.J., 2006. Direct effects of
current velocity on the growth, morphometry and architecture of
seagrasses: a case study on Zostera noltii. Marine Ecology Progress Series.
3(27): 135–142.
Riniatsih, I., 2016. Distribusi Jenis Lamun Dihubungkan dengan Sebaran Nutrien
Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara.Semarang. Jurnal Kelautan
Tropis 14(2): 101-107.
Sakey, W.F., B.T. Wagey., G.S. Gerung., 2015. Variasi Morfometrik Pada
Beberapa Lamun Di Perairan Semenanjung Minahasa. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis. 1(1).
Satrya, C., M. Yusuf., M, Shidqi., B, Subhan., D, Arafat., F, Anggraeni., 2012.
Keragaman Lamun Di Teluk Banten, Provinsi Banten. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan. 3(1): 29-34.
Sitorus, S.A.R.S., 2011. Kajian Sumberdaya Lamun Untuk Pengembangan
Ekowisata di Desa Teluk Bakau, Kepulauan Riau. [Skripsi]. Depar
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Subur, R., 2013. Struktur Komunitas Dan Asosiasi Lamun (Seagrass) Di Perairan
Pantai Rua Pulau Ternate Provinsi Maluku Utara, Jurnal Biologi Tropis.
13(1).
Tangke, U., 2010. Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi).
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan . agrikan UMMU-Ternate, 3(1): 9-
29.
Tuwo, A., 2011. Pengelolaan Ekowisata pesisir dan Laut. Brilian Internasional.
Sidoarjo. 412.
Waycott, M., McMahon, K., J,Mellors., A, Calladine., and D, Kleine., 2004.
Aguide to Tropical Seagrasses of the Indo-West Pacific. James Cook
University,Townsville-Queensland-Australia.
Wagey, B . T., dan W. F. Sakey., 2013. Variasi Morfometrik Beberapa Jenis
Lamun Di Perairan Kelurahan Tongkeina Kecamatan Bunaken. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis. 3(1).
Yunitha, A ., Y.Wardianto., F. Yulianda., 2014. Diamater Substrat dan Jenis
Lamun di Pesisir Bahoi Minahasa Utara: Sebuah Analisis Korelasi. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia. 19(3): 130-135.
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Persentase hasil ayakan substrat perplot
AYAKAN TINGKAT KE-
PLOT
1
(2360)
2
(2000) 3 (1180) 4 (500) 5 (250) 6 (125) 7 (106)
Pecahan Karang
1 79,557 2,896 1,05 1,873 5,467 7,861 0,512
2 80,633 0,776 5,16 1,35 4,265 6,922 0,029
3 77,754 1,034 6,885 3,197 3,931 5,936 0,666
4 72,151 2,804 7,407 5,555 3,86 6,727 0,547
5 76,998 1,376 5,101 3,262 7,46 3,729 1,243
6 79,702 0,611 2,982 1,744 2,78 5,585 1,328
7 77,109 1,772 7,072 3,181 3,098 6,451 0,564
8 79,35 1,469 3,173 7,311 4,481 3,101 0,149
9 72,022 0,537 5,874 8,26 3,373 8,843 0,36
Pasir Berkarang
1 18,071 2,498 13,643 53,364 8,754 3,454 0,212
2 14,911 2,157 13,423 57,65 7,22 3,708 0,361
3 10,395 1,562 6,002 55,971 11,695 7,139 6,982
4 11,355 0,543 8,57 57,107 13,16 7,867 0,778
5 17,849 4,688 15,206 53,239 3,44 2,266 2,962
6 16,461 0,895 25,517 46,781 4,899 4,012 1,371
7 19,699 1,666 8,835 59,673 2,999 5,792 0,908
8 6,724 6,063 25,48 41,601 11,548 6,738 1,295
9 1,611 0,739 5,854 44,517 37,944 8,222 0,545
Pasir
1 12,835 3,041 14,267 26,453 23,08 16,191 3,639
2 15,74 1,328 11,797 10,242 44,639 14,269 1,388
3 16,734 1,428 5,752 26,685 41,339 7,4 0,381
4 12,151 2,804 7,407 18,555 47,86 6,727 3,547
5 15,398 1,124 4,556 29,015 41,279 7,558 0,078
6 16,066 0,629 2,153 39,558 32,778 7,453 1,222
7 10,284 0,673 1,501 27,721 38,083 18,931 2,477
8 11,093 0,233 2,127 34,357 34,176 15,145 2,177
9 17,121 1,474 14,165 14,246 48,142 4,372 0,175
Lampiran 2. Hasil analisa substrat menggunakan gradistat versi 8
30
Pecahan karang
Pasir berkarang
Pasir
31
Lampiran 3. Foto plot pengamatan kerapatan dan morfometrik
32
Lampiran 4. Foto pengukuran morfometrik lamun
33
Lampiran 5. Kerapatan lamun C.serrulata perplot
Kerapatan
plot PK PB P
1 73 40 26
2 84 55 19
3 78 61 18
4 76 43 25
5 68 55 24
6 70 44 27
7 67 37 28
8 76 38 21
9 66 45 23
Rata-rata 73,11111 46,44444 23,44444
PK= Pecahan Karang PB= Pasir Berkarang P= Pasir
34
Lampiran 6. Morfometrik panjang daun lamun C.serrulata perplot
Panjang Daun (cm)
PK 1 2 3 4 5 rata"
Plot1 5,5 5,5 5,2 4,1 4,6 4,98
Plot2 4,5 6 2 4,5 4,5 4,3
Plot3 6,7 4,5 4,7 4 7 5,38
Plot4 5,6 3,3 1,9 4,6 2,5 3,58
Plot5 3 8 5 1,5 6,9 4,88
Plot6 9 11,5 10,5 6 5 8,4
Plot7 11 10 6 5,2 16 9,64
Plot8 10,5 13 6 8,5 5 8,6
Plot9 8 5 4,5 2,7 3 4,64
6,04
Panjang Daun (cm)
PB 1 2 3 4 5 rata"
Plot1 7,8 1,5 9,5 7,2 5 6,2
Plot2 7,2 7,3 12 8,5 9 8,8
Plot3 8 10 6,9 8 6,8 7,94
Plot4 5,5 11 6,5 3,8 7,7 6,9
Plot5 7,5 9 8,5 11 6,5 8,5
Plot6 12 7,6 11,7 8,1 12 10,28
Plot7 7 6 5,2 7,5 7,5 6,64
Plot8 9,4 6,7 9,7 8,1 7,6 8,3
Plot9 7,2 6,4 7,5 7,3 8 7,28
7,87
panjang daun (cm)
P 1 2 3 4 5 rata"
plot1 11,4 6 11,3 11,2 9 9,78
plot2 8,3 9 7,5 6,8 9 8,12
plot3 7,5 11,6 9,2 9,5 10 9,56
plot4 9,1 9,3 5,6 10,4 12 9,28
plot5 9 10,3 10,8 12,6 9 10,34
plot6 7 7,9 7,2 6,3 7,8 7,24
plot7 9,5 10,5 8,3 8,5 9,6 9,28
plot8 9 7,7 10 8 7,5 8,44
plot9 7,5 8,2 7,5 7 9 7,84
8,87
PK= Pecahan Karang PB= Pasir Berkarang P= Pasir
35
Lampiran 7. Morfometrik lebar daun lamun C.serrulata perplot
lebar daun(mm)
PK 1 2 3 4 5 rata"
plot1 8 9 6 8 7 7,6
plot2 6 7 6 7 6 6,4
plot3 6 7 8 7 8 7,2
plot4 8 7 6 8 6 7
plot5 7 7 8 6 8 7,2
plot6 9 5 7 7 6 6,8
plot7 8 5 7 5 9 6,8
plot8 9 6 8 5 7 7
plot9 7 6 8 7 6 6,8
6,97
lebar daun (mm)
PB 1 2 3 4 5 rata"
plot1 7 10 9 6 7 7,8
plot2 8 9 10 7 9 8,6
plot3 7 7 8 6 6 6,8
plot4 7 10 8 7 6 7,6
plot5 7 8 6 10 7 7,6
plot6 9 8 9 9 9 8,8
plot7 7 7 6 8 8 7,2
plot8 10 6 6 7 7 7,2
plot9 8 7 8 6 6 7
7,62
lebar daun(mm)
P 1 2 3 4 5 rata"
plot1 8 8 9 9 6 8
plot2 7 7 8 7 6 7
plot3 9 9 10 9 10 9,4
plot4 7 10 9 8 9 8,6
plot5 9 8 10 7 8 8,4
plot6 8 7 6 7 7 7
plot7 7 8 9 9 8 8,2
plot8 7 9 8 7 9 8
plot9 7 8 6 8 9 7,6
8,02
PK= Pecahan Karang PB= Pasir Berkarang P= Pasir
36
Lampiran 8. Morfometrik jumlah akar lamun C.serrulata perplot
jumlah akar(akar)
PK 1 2 3 4 5 rata"
plot1 9 8 5 4 9 7
plot2 10 5 2 4 3 4,8
plot3 10 12 6 7 3 7,6
plot4 4 3 4 2 4 3,4
plot5 6 5 9 3 5 5,6
plot6 9 12 6 7 10 8,8
plot7 7 10 6 8 9 8
plot8 7 5 7 9 4 6,4
plot9 4 2 2 3 3 2,8
6,04
jumlah akar (akar)
PB 1 2 3 4 5 rata"
plot1 7 13 9 6 7 8,4
plot2 6 7 10 8 10 8,2
plot3 5 9 10 6 6 7,2
plot4 6 9 4 4 7 6
plot5 7 9 7 9 5 7,4
plot6 10 7 11 7 10 9
plot7 5 7 8 9 4 6,6
plot8 6 5 11 7 6 7
plot9 7 6 6 6 5 6
7,31
jumlah akar(akar)
P 1 2 3 4 5 rata"
plot1 11 7 10 8 7 8,6
plot2 9 9 9 6 7 8
plot3 5 8 7 10 11 8,2
plot4 11 9 5 12 9 9,2
plot5 7 13 12 14 6 10,4
plot6 9 7 6 6 4 6,4
plot7 4 5 8 4 10 6,2
plot8 11 7 12 8 4 8,4
plot9 7 8 6 8 5 6,8
8,02
PK= Pecahan Karang PB= Pasir Berkarang P= Pasir
37
Lampiran 9. Kandungan Nitrat dan Fosfat pada substrat
Substrat Nitrat Fosfat
PB 0 0,304
PB 0 0,328
PB 0 0,564
PB 3 0,205
PB 2,7 0,046
PB 3,5 0,23
PB 0 0,623
PB 0 0,417
PB 0 0,58
jumlah 9,2 3,297
rata-rata 1,02 0,37
PK 0 0,242
PK 1,6 0,326
PK 1,4 0,245
PK 4,2 0,046
PK 3 0,104
PK 3,4 0,01
PK 1,3 0,19
PK 1,4 0,245
PK 0,8 0,159
jumlah 17,1 1,567
rata-rata 1,90 0,17
P 2,3 0,442
P 4,3 0,245
P 3,6 0,251
P 4,4 0,175
P 3,4 0,325
P 2,5 0,138
P 4,2 0,481
P 4,5 0,129
P 4,3 0,721
jumlah 33,5 2,907
rata-rata 3,72 0,32
PK= Pecahan Karang PB= Pasir Berkarang P= Pasir
38
Lampiran 10. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
kerapatan lamun C. serrulata menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
substrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
kerapatan
lamun
pasir ,145 9 ,200* ,975 9 ,931
pasir
berkarang ,193 9 ,200
* ,861 9 ,099
pecahan
karang ,277 9 ,045 ,911 9 ,322
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
kerapatan lamun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,560 2 24 ,231
ANOVA
kerapatan lamun
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 8134,222 2 4067,111 7,782 ,002
Within Groups 12543,778 24 522,657
Total 20678,000 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: kerapatan lamun
Tukey HSD
(I) substrat (J) substrat Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pasir pasir berkarang -6,889 10,777 ,800 -33,80 20,02
pecahan karang -39,778* 10,777 ,003 -66,69 -12,86
pasir berkarang pasir 6,889 10,777 ,800 -20,02 33,80
pecahan karang -32,889* 10,777 ,015 -59,80 -5,98
pecahan karang pasir 39,778
* 10,777 ,003 12,86 66,69
pasir berkarang 32,889* 10,777 ,015 5,98 59,80
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
39
Lampiran 11. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
morfometrik panjang daun lamun C. serrulata menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
substrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
panjang daun
pasir ,210 9 ,200* ,962 9 ,814
pasir berkarang ,124 9 ,200* ,962 9 ,821
pecahan karang ,285 9 ,034 ,848 9 ,072
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
panjang daun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
5,446 2 24 ,011
ANOVA
panjang daun
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 37,082 2 18,541 7,399 ,003
Within Groups 60,144 24 2,506
Total 97,226 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: panjang daun
Tukey HSD
(I) substrat (J) substrat Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pasir pasir berkarang 1,004 ,746 ,384 -,86 2,87
pecahan karang 2,831* ,746 ,002 ,97 4,69
pasir berkarang pasir -1,004 ,746 ,384 -2,87 ,86
pecahan karang 1,827 ,746 ,055 -,04 3,69
pecahan karang pasir -2,831
* ,746 ,002 -4,69 -,97
pasir berkarang -1,827 ,746 ,055 -3,69 ,04
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
40
Lampiran 12. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
morfometrik lebar daun lamun C. Serrulata menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
substrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
lebar daun
pasir ,155 9 ,200* ,951 9 ,706
pasir berkarang ,180 9 ,200* ,905 9 ,281
pecahan karang ,189 9 ,200* ,954 9 ,730
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
lebar daun
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,714 2 24 ,202
ANOVA
lebar daun
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4,999 2 2,499 6,390 ,006
Within Groups 9,387 24 ,391
Total 14,385 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: lebar daun
Tukey HSD
(I) substrat (J) substrat Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pasir pasir berkarang ,400 ,295 ,379 -,34 1,14
pecahan karang 1,044* ,295 ,005 ,31 1,78
pasir berkarang pasir -,400 ,295 ,379 -1,14 ,34
pecahan karang ,644 ,295 ,094 -,09 1,38
pecahan karang pasir -1,044
* ,295 ,005 -1,78 -,31
pasir berkarang -,644 ,295 ,094 -1,38 ,09
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 13. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
morfometrik jumlah akar lamun C. Serrulata menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
41
substrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlah akar
pasir ,160 9 ,200* ,950 9 ,694
pasir berkarang ,134 9 ,200* ,946 9 ,643
pecahan karang ,124 9 ,200* ,956 9 ,750
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
jumlah akar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,573 2 24 ,097
ANOVA
jumlah akar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 18,065 2 9,033 3,736 ,039
Within Groups 58,027 24 2,418
Total 76,092 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: jumlah akar
Tukey HSD
(I) substrat (J) substrat Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pasir pasir berkarang ,711 ,733 ,602 -1,12 2,54
pecahan karang 1,978* ,733 ,032 ,15 3,81
pasir berkarang Pasir -,711 ,733 ,602 -2,54 1,12
pecahan karang 1,267 ,733 ,216 -,56 3,10
pecahan karang Pasir -1,978
* ,733 ,032 -3,81 -,15
pasir berkarang -1,267 ,733 ,216 -3,10 ,56
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
42
Lampiran 14. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
kandungan nitrat” menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kandungan Nitrat Pada
Substrat
PASIR ,194 9 ,200* ,930 9 ,486
PASIR
BERKARANG ,255 9 ,095 ,928 9 ,466
PECAHAN
KARANG ,192 9 ,200
* ,849 9 ,072
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Kandungan Nitrat Pada Substrat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
14,370 2 24 ,000
ANOVA
Kandungan Nitrat Pada Substrat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 57,267 2 28,634 42,650 ,000
Within Groups 16,113 24 ,671
Total 73,380 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Nitrat Pada Substrat
Tukey HSD
(I) JenisSubstrat (J) JenisSubstrat Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR PASIR BERKARANG 1,84444
* ,38625 ,000 1,0473 2,6416
PECAHAN KARANG 3,56667* ,38625 ,000 2,7695 4,3639
PASIR BERKARANG PASIR -1,84444
* ,38625 ,000 -2,6416 -1,0473
PECAHAN KARANG 1,72222* ,38625 ,000 ,9250 2,5194
PECAHAN KARANG PASIR -3,56667
* ,38625 ,000 -4,3639 -2,7695
PASIR BERKARANG -1,72222* ,38625 ,000 -2,5194 -,9250
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
43
Lampiran 15. Hasil analisis one way anova “pengaruh jenis substrat terhadap
kandungan fosfat” menggunakan spss 20.0
Tests of Normality
JenisSubstrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kandungan Fosfat Pada
Substrat
PASIR ,200 9 ,200* ,895 9 ,222
PASIR BERKARANG ,188 9 ,200* ,948 9 ,673
PECAHAN KARANG ,177 9 ,200* ,947 9 ,661
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Kandungan Fosfat Pada Substrat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,865 2 24 ,177
ANOVA
Kandungan Fosfat Pada Substrat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,183 2 ,091 3,160 ,060
Within Groups ,695 24 ,029
Total ,878 26
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kandungan Fosfat Pada Substrat
Tukey HSD
(I) JenisSubstrat (J) JenisSubstrat Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
PASIR PASIR BERKARANG ,148889 ,080208 ,076 -,01665 ,31443
PECAHAN KARANG -,043333 ,080208 ,594 -,20887 ,12221
PASIR BERKARANG PASIR -,148889 ,080208 ,076 -,31443 ,01665
PECAHAN KARANG -,192222* ,080208 ,025 -,35776 -,02668
PECAHAN KARANG PASIR ,043333 ,080208 ,594 -,12221 ,20887
PASIR BERKARANG ,192222* ,080208 ,025 ,02668 ,35776
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.