23
PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 2010 RIFKA KUSUMAWARDANI 109084000012 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Pendahuluan Perekonomian suatu daerah sangat tergantung dari sumber daya alam dan faktor produksi yang dimilikinya. Hal itu berarti besarnya PDRB atau perekonomian di suatu daerah kabupaten/kota terbentuk dari berbagai macam aktivitas atau kegiatan ekonomi yang timbul di daerah tersebut. PDRB sebagai suatu indikator yang berperan penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan juga dapat dijadikan suatu ukuran untuk menentukan arah pembangunan suatu daerah di masa yang akan datang. 1.1 Pertumbuhan ekonomi/PDRB jawa barat Secara makro pertumbuhan perekonomian Jawa Barat mulai menggeliat dan membaik. Meski diakui terjangan krisis ekonomi global masih terasa, namun secara perlahan dan terukur kondisi diharapkan merangkak naik. Berdasarkan pantauan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat beberapa perkembangan indikator makro pembangunan Jawa Barat ditunjukan dengan sejumlah indikator, antara lain; Indeks Pembangunan Manusia (IPM), jumlah penduduk, laju pertumbuhan ekonomi (LPE), prosentase penduduk miskin, dan prosentase pengangguran. Berdasarkan hasil perhitungan Bappeda Provinsi Jawa Barat, IPM Jawa Barat pada Tahun 2009 mencapai angka 71,64 naik sebesar 0,52 poin dibandingkan tahun 2008 yang mencapai angka 71,12. Capaian IPM Jawa Barat pada kurun waktu 2006-2008 menunjukan peningkatan signifikan. Pada tahun 2006 capaian IPM berada pada poin 70,32, meningkat menjadi 70,71 pada tahun 2007. Posisi ini meningkat di tahun 2008 menjadi 71,12. “Peningkatan IPM ini sebagai dampak dari meningkatnya komponen penyusun IPM. Pada tahun 2010

Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 – 2010

RIFKA KUSUMAWARDANI

109084000012

Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Pendahuluan

Perekonomian suatu daerah sangat tergantung dari sumber daya alam dan

faktor produksi yang dimilikinya. Hal itu berarti besarnya PDRB atau

perekonomian di suatu daerah kabupaten/kota terbentuk dari berbagai macam

aktivitas atau kegiatan ekonomi yang timbul di daerah tersebut. PDRB sebagai

suatu indikator yang berperan penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan

yang telah dicapai dan juga dapat dijadikan suatu ukuran untuk menentukan arah

pembangunan suatu daerah di masa yang akan datang.

1.1 Pertumbuhan ekonomi/PDRB jawa barat

Secara makro pertumbuhan perekonomian Jawa Barat mulai menggeliat

dan membaik. Meski diakui terjangan krisis ekonomi global masih terasa,

namun secara perlahan dan terukur kondisi diharapkan merangkak naik.

Berdasarkan pantauan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Provinsi Jawa Barat beberapa perkembangan indikator makro pembangunan

Jawa Barat ditunjukan dengan sejumlah indikator, antara lain; Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), jumlah penduduk, laju pertumbuhan ekonomi

(LPE), prosentase penduduk miskin, dan prosentase pengangguran.

Berdasarkan hasil perhitungan Bappeda Provinsi Jawa Barat, IPM Jawa

Barat pada Tahun 2009 mencapai angka 71,64 naik sebesar 0,52 poin

dibandingkan tahun 2008 yang mencapai angka 71,12. Capaian IPM Jawa Barat

pada kurun waktu 2006-2008 menunjukan peningkatan signifikan. Pada tahun

2006 capaian IPM berada pada poin 70,32, meningkat menjadi 70,71 pada tahun

2007. Posisi ini meningkat di tahun 2008 menjadi 71,12. “Peningkatan IPM ini

sebagai dampak dari meningkatnya komponen penyusun IPM. Pada tahun 2010

Page 2: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

diprediksikan IPM Jawa Barat akan meningkat lebih dari 0,5 poin, seiring

dengan meningkatnya berbagai fasilitas dan sarana pendidikan serta kesehatan

yang menjadi prioritas pembangunan di Jawa Barat,”

Jumlah Penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun

2010 mencapai 43.021.826 jiwa, dengan rata-rata laju pertumbuhan dari tahun

2000 (SP 2000) sebesar 1,89%. Dari jumlah tersebut, seks ratio penduduk Jawa

Barat sebesar 103,46% yang berarti dari 100 penduduk perempuan terdapat 103

penduduk laki-laki. Dari 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Kabupaten Bogor

memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 11,07% dari jumlah penduduk Jawa

Barat, disusul dengan Kabupaten Bandung sebesar 7,38%. Sedangkan daerah

yang memiliki penduduk terkecil adalah Kota Banjar yang hanya sebesar 0,41%

dari total penduduk Jawa Barat.

Jawa Barat masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain

ditandai oleh masih tingginya proporsi penduduk miskin. Jumlah penduduk

miskin pada tahun 2010 (data maret 2010) adalah sebesar 11,27% dari jumlah

penduduk Jawa Barat, menurun dari tahun 2009 yang mencapai angka 11,96%

(data susenas 2009). Tingkat kemiskinan ini dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan

dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah

penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan dibawah

Garis Kemiskinan.

Situasi Ketenagakerjaan di Jawa Barat mengalami sedikit perubahan

selama satu tahun terakhir. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 tercatat

sebanyak 18,89 juta jiwa, jika dibandingkan tahun 2009 sebanyak 18,98 juta

jiwa. Ditinjau dari status wilayah, penurunan jumlah angkatan kerja terjadi

didaerah perdesaan sedangkan kondisi sebaliknya terjadi di daerah perkotaan.

Dilihat dari jenis kelamin, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki

sebanyak 102 ribu jiwa sedangkan angkatan kerja perempuan mengalami

penurunan 190 ribu jiwa.

Sementara itu Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2010

mencapai 62,38% atau menurun dibandingkan tahun 2009 yang mencapai

62,89% (data Sakernas). Penyerapan penduduk yang bekerja didominasi oleh

tiga sektor usaha, yaitu sektor pertnaian 23,40%, sektor industri 20% dan sektor

perdagtangan 24,83 persen. Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

menunjukkan proporsi jumlah penduduk yang mencari pekerjaan secara aktif

terhadap jumlah seluruh angkatan kerja. Hasil Sakernas 2009-2010

menggambarkan bahwa TPT Jawa Barat tahun 2010 mencapai 10,33%,

menurun dari tahun 2009 sebesar 10,96%.

Page 3: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

Kinerja perekonomian Jawa Barat tahun 2010 tergambarkan dari Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan sampai dengan

triwulan III tahun 2010, mengalami pertumbuhan sebesar 2,66 % dari triwulan

sebelumnya, yang tumbuh sebesar 1,44 %. Sementara itu jika dilihat dari laju

pertumbuhan ekonomi secara year on year-yoy ( dibandingkan dengan triwulan

III tahun 2009 ), kinerja perekonomian Jawa Barat mampu tumbuh sebesar 4,02

persen. Pada triwulan III ini, LPE seluruh sektor ekonomi mengalami

pertumbuhan yang positif. Namun demikian jika dilihat secara yoy, masih ada

sektor yang mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu sektor pertanian dan

pertambangan-penggalian.

Bila dilihat dari sumber pertumbuhannya, pada triwulan ini sektor industri

pengolahan memberikan andil terbesar yaitu sebesar 0,80 persen. Sedangkan

paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya

memberikan andil sebesar 0,03 persen, sektor lainnya seperti pertanian (0,17

%), LGA (0,05 %), bangunan (0,14 %), perdagangan, hotel dan restoran (0,54

%), pengangkutan dan komunikasi (0,48 %), keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan (0,17 %), dan jasa-jasa (0,27 %).

Secara umum, LPE Jawa Barat pada triwulan III tahun 2010 mengalami

peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan

meningkatnya kinerja semua sektor terutama industri pengolahan yang tumbuh

sebesar 1,89 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga mengalami hal

yang sama yaitu sebesar 2,47 persen dan sektor pertanian mengalami

pertumbuhan sebesar 1,38 persen, sedangkan pada triwulan sebelumnya tumbuh

negatif yaitu sebesar minus 16,59 persen. Hal yang sama juga dialami sektor

keuangan dalam PDRB, yaitu pertumbuhan semua sektor kecuali sub sektor

bank dan sub sektor lembaga keuangan bukan bank, pada triwulan III tahun

2010 mengalami peningkatan sebesar 2,66 persen, atau meningkat dibanding

triwulan sebelumnya sebesar 1,42 persen.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun 2010

menguat. Setelah tumbuh melambat pada laju 4,0% (yoy) pada triwulan III-

2010, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan,

yang berada pada kisaran 6-6,5%. Secara keseluruhan pertumbuhan

perekonomian Jawa Barat tahun 2010 mencapai 6,0%. Sementara itu,

perkembangan inflasi secara tahunan (yoy) sampai dengan periode Oktober

2010 mencapai 5,35%, lebih rendah dari inflasi nasional 5,67%. Inflasi yang

tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan

jadi/minuman, dan kelompok sandang masing-masing sebesar 10.65%, 6.32%,

dan 6.28%. Sedangkan inflasi yang relatif rendah, yaitu kelompok perumahan,

kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, dan kelompok transport, masing-

Page 4: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

masing 3.17%, 2.27%, 1.86%, dan 1.45%. Secara tahunan, seluruh kota di Jawa

Barat mengalami inflasi. Secara berurutan, inflasi tertinggi dihadapi oleh kota

Bekasi diikuti oleh kota Cirebon dan Bogor masing-masing 6.42%, 5.87%, dan

5.84%.(www.jabarprov.go.id)

1.2 Pertumbuhan ekonomi/PDRB kota Bandung

Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan

pembangunan ekonomi adalah melalui pengukuran pencapaian indikator

makro ekonomi, yang masing-masing indikatornya terdiri dari beberapa

komponen. Komponen-komponen Indikator makro tersebut diantaranya adalah

: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi

(LPE), PDRB perkapita dan tingkat inflasi.

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB Kabupaten Bandung pada tahun 2008 berdasarkan

harga berlaku mencapai Rp 38,29 triliun sedangkan PDRB

berdasarkan harga konstan mencapai Rp 19,67 triliun. Pada

tahun 2009 PDRB kabupaten bandung berdasarkan harga berlaku

mengalami peningkatan menjadi Rp 40,98 triliun lalu pada tahun

2010 meningkat lagi menjadi Rp 46,09 triliun, dan PDRB

berdasarkan harga konstan pada tahun 2009 mencapai Rp 20,53

triliun dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi Rp

21,73 triliun.

Sektor industri pengolahan berperan paling besar bagi

PDRB Kabupaten Bandung, pada tahun 2008 yaitu sebesar 60,79 %

sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 60 % dan

pada tahun 2010 turun lagi menjadi 59,60 %. Sedangkan Sektor

lainnya yang mempunyai peranan cukup besar adalah sektor

perdagangan, hotel, restoran dan sektor pertanian, pada tahun 2008

masing-masing berperan sebesar 15,68 % dan 7,19 %. Sedangkan

pada tahun 2009 sebesar 16,56 % dan 7,36 % dan pada tahun 2010

sebesar 16,91 % dan 7,53 %.

B. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE)

LPE kabupaten bandung pada tahun 2008 mencapai 5,34%

angka ini lebih rendah 0,62 point dari tahun sebelumnya. Sedangkan

pada tahun 2009 LPE kabupaten bandung mengalami penurunan

menjadi 4,35% dan pada tahun 2010 mengalami penigkatan sebesar

1,54 point dari tahun 2009 yaitu mencapai 5,88%.

Page 5: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

C. PDRB per kapita

PDRB per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan

yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi

di suatu daerah.

Pada tahun 2008 PDRB per kapita berdasarkan harga

berlaku menunjukkan peningkatan, namun PDRB per kapita

berdasarkan harga konstan yang mengalami pertumbuhan relatif

kecil. PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku mencapai Rp

12.244.847,00. Demikian pula PDRB per kapita berdasarkan harga

konstan mengalami peningkatan sebesar 2,3 %, yaitu sebesar Rp

6.291.552,00.

PDRB per kapita tahun 2010 berdasarkan harga berlaku

meningkat sebesar 11,36% yaitu Rp 13.061.264,00 pada tahun

2009, menjadi Rp 14.519.532,00. Sedangkan PDRB per kapita

berdasarkan harga konstan meningkat sebesar 5,21%, yaitu dari Rp

6.507.360,00 pada tahun 2009 menjadi Rp 6.846.5433,00 pada

tahun 2010.

D. Tingkat Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang

dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga

barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

Tingkat inflasi di Kabupaten Bandung tahun 2009 cukup

rendah yaitu 3,15% dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 9,11

%. Penurunan tingkat inflasi terjadi hampir di seluruh sektor

perekonomian. Sedangkan, pada tahun 2010 meningkat 2,51 point,

yaitu sebesar 5,66%.

Page 6: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

Tabel

PAD, tenaga kerja dan tingkat teknologi di kabupaten bandung

Tahun 2008-2010

Sumber: laporan keterangan pertanggungjawaban bupati Bandung.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat tergantung dari sumber daya

alam, sumber daya manusia, modal dan teknologi. Hal itu berarti besarnya PDRB

di suatu daerah terbentuk dari berbagai macam aktivitas atau kegiatan ekonomi

yang timbul di daerah tersebut. Namun, dalam makalah ini penulis hanya

membahas tentang seberapa besar tingkat teknologi yang diukur melalui PAD dan

tenaga kerja dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Berdasarkan uaraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat

judul makalah ini yaitu tentang “Pengaruh Teknologi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2010”.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan judul, pembahasan dalam makalah ini hanya

membahas tentang tingkat teknologi dalam mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi di kabupaten bandung, dimana tingkat teknologi diukur dari

tingkat modal (PAD) dan tingkat tenaga kerja.

Tahun

Capaian (%)

PAD (K)

Tenaga kerja (L)

Teknologi

[ 𝑻 =𝐊

𝐋 ]

2008

101,22 52,48 1,93

2009

109,04

52,00

2,10

2010

97,64

53,44

1,83

Jumlah

307,9

157,92

5,86

Page 7: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

1.4 Identifikasi Masalah

1) Bagaimanakah gambaran dari tingkat modal dan tenaga kerja

di kabupaten Bandung.

2) Bagaimanakah gambaran dari tingkat teknologi di kabupaten

Bandung.

3) Bagaimanakah gambaran dari tingkat pertumbuhan ekonomi di

kabupaten Bandung.

4) Berapa besar pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan

ekonomi di kabupaten Bandung.

1.5 Tujuan Penelitan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :

1) Mengetahui gambaran tentang pengaruh teknologi di kabupaten

bandung.

2) Mengetahui gambaran tentang pertumbuhan ekonomi/PDRB

kabupaten bandung.

3) Mengetahui besarnya pengaruh teknologi terhadap

pertumbuhan ekonomi di kabupaten bandung.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan

kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah

makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan

memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor

produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang

dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali

lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian

perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno,

1994;10).

Page 8: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

2.1.1 Sumber Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDPriil per

kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai

pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang

jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-

faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.

Kenaikan GDP dapat muncul melalui:

1. Kenaikan penawaran tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran

yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik,

tenaga kerja baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan

tenaga kerja lama.

2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak

disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik

produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa

yang bernilai. Investasi dalam modal sumber daya manusia merupakan

sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.

3. Kenaikan produktivitas

Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan

tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi,

kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. (Case

dan Fair, 1999;326)

Page 9: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

2.1.2 Teori Dan Model Pertumbuhan Ekonomi

Dalam zaman ahli ekonomi klasik, seperti Adam Smith dalam buku

karangannya yang berjudul An Inguiry into the Nature and Causes of the

Wealt Nations, menganalisis sebab berlakunya pertumbuhan ekonomidan

factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith,

beberapa ahli ekonomi klasik lainnya seperti Ricardo, Malthus, Stuart Mill,

juga membahas masalah perkembangan ekonomi.

A. Teori Inovasi Schum Peter

Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai

motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan

akan mendorong hal ini.

B. Model Pertumbuhan Harrot-Domar

Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain

kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi

karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya

tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju

pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural

dikalikan dengan nisbah kapital-output.

C. Model Input-Output Leontief

Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan

hubungan antarindustri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan

pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat

diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan

tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka

pendek/menengah dianggap konstan tak berubah.

D. Model Pertumbuhan Lewis

Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara

sedang berkembang banyak(padat) penduduknya. Tekanannya adalah pada

Page 10: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern

kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.

E. Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow

Model ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahp-tahap

pertumbuhan ekonomi serta ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap

tersebut adalah tahap masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas,

tahap lepas landas, ahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap

konsimsi tinggi.

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat digambarkan melalui

kemampuan daerah tersebut menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi

kebutuhan hidup masyarakat yang diindikasikan dengan (PDRB). PDRB

merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi

suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB didefinisikan sebagai jumlah

nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi. Penyajian PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga

konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan

jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Nilai PDRB harga

berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang

dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan struktur perekonomian daerah.

Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan

perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang

digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.

1) Pendekatan Produksi,

PDRB adalah jumlah nilai tambah yaitu output dikurangi biaya

antara, dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit

produksi di wilayah suatu negara atau daerah tertentu dalam jangka waktu

tertentu pula yang biasanya satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam

penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) lapangan usaha yaitu :

1. Pertanian,

2. Pertambangan dan Penggalian,

3. Industri Pengolahan,

4. Listrik dan Air Bersih,

Page 11: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

5. Konstruksi/Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran,

7. Pengangkutan dan Komunikasi,

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,

9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.

2) Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-

faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara atau

daerah dalam jangka waktu tertentu yang biasanya satu tahun. Balas jasa

faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga

modal dan keuntungan yang semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan

dan pajak tak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga

penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen

pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh

karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor

(lapangan usaha).

3) Pendekatan Pengeluaran,

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir seperti :

(1) Pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba,

(2) Konsumsi pemerintah,

(3) Pembentukan modal tetap bruto,

(4) Perubahan stok, dan

(5) Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.

Secara konsep, ketiga pendekatan tersebut memberikan jumlah yang

sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang

dihasilkan, dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-

faktor produksinya. Selanjutnya PDRB atas dasar harga pasar masih

mencakup komponen pajak tidak langsung neto.

Page 12: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

2.3 PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita

PDRB per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karean telah

memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat

diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk. cara pengukurannya

dengan ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi

dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

2.4 Teknologi

Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh

penguasaan teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan

melalui industri. Oleh sebab itu, tepatmomentumnya jika kita merenungkan

masalah teknologi, menginventarisasi yang kita miliki, memperkirakan apa yang

ingin kita capai dan bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita

perlukan itu, serta mengamati betapa besar dampaknya

terhadap transformasi budaya kita. Sebagian dari kita beranggapan teknologi

adalah barang atau sesuatu yang baru. padahal, kalau kita membaca sejarah,

teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala

kontemporer.Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.

1) Sejarah Teknologi

Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak

zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah

nampak berorientasi menuju bidang teknologi. Secara etimologis, akar

kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau

metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau

kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau

metode dan seni. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai

oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi:

Diskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology: A

Description Of The Arts, Especially The Mechanical).

2) Pengertian Teknologi

Teknologi merupakan perkembangan suatu media / alat yang

dapat digunakan dengan lebih efisien guna memproses serta

mengendalikan suatu masalah.

Page 13: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

3) Kemajuan Teknologi

Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi

dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode

baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok

tanam, membuat baju, atau membangun rumah.

Ada tiga klasifikasi dasar dari kemajuan teknologi yaitu :

Kemajuan teknologi yang bersifat netral (bahasa Inggris: neutral

technological progress) Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih

tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-

faktorpemasukan (input) yang sama.

Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (bahasa Inggris: labor-

saving technological progress) Kemajuan teknologi yang terjadi sejak

akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara

cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu

mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.

Kemajuan teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris: capital-saving

technological progress) Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama

disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan

di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk

menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.

Pengalaman di berbagai negara berkembang menunjukan bahwa campur

tangan langsung secara berlebihan, terutama berupa peraturan

pemerintah yang terlampau ketat, dalam pasar teknologi asing justru

menghambat arus teknologi asing ke negara-negara berkembang. Di lain

pihak suatu kebijaksanaan 'pintu yang lama sekali terbuka' terhadap arus

teknologi asing, terutama dalam bentuk penanaman modal asing (PMA),

justru menghambat kemandirian yang lebih besar dalam proses

pengembangan kemampuan teknologi negara berkembang karena

ketergantungan yang terlampau besar pada pihak investor asing, karena

merekalah yang melakukan segala upaya teknologi yang sulit dan rumit.

Page 14: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

2.5 Pendapatan asli daerah (PAD)

Pengertian pendapatan asli daerah menurut undang-undang RI No. 25

tahhun 1999 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah yang

bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah.

Dalam rangka kelancaran pembangunan daerah maka dibentuk daerah

otonomi ditingkat kabupaten agar dapat dilaksanakan pembangunan sesuai

kemampuan dan pemberdayaan daerah. Pembiayaan belanja pembangunan juga

tergantung pada sumber pendapatan asli daerah.

1. Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah Menurut Undang-

Undang RI No. 25 Tahun 1999, Yaitu:

a) Hasil pajak daerah

Pajak daerah adalah pungutandaerah menurut peraturan pajak

yang ditentukan oleh daerah untuk pembiayaan rumah

tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai

pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya

digunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah

yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan, sedang

pelaksanaannya dapat dipaksakan.

b) Hasil Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan yang telah secara sah

menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau

karena memperoleh jasa pembayaran pemakaian atau karena

memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah

yang bersangkutan.

Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat : pelaksanaannya

bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walaupun memenuhi

persyaratan formil dan materiil, tetapi tetap ada alternatif untuk

mau tidak mau membayar, merupakan pungutan yang bersifat

budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi

daerah digunakan untuk sesuatu tujuan tertentu, tetapi dalam

banyak hal retribusi daerah tidak lebih dari pengembalian biaya

Page 15: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk

memenuhi permintaan anggota masyarakat.

c) Hasil Perusahaan Milik Daerah Dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Hasil perusahaan milik daerah yang merupakan pendapatan

daerah adalah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang

berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran

belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan

daerah yang dipisahkan, sesuai dengan motif pendirian dan

pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah adalah suatu

kesatuan produksi yang bersifat menambahkan penghasilan

daerah, memberi jasa, penyelenggaraan kemanfaatan umum

umum, dan mengembangkan perekonomian daerah.

d) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Yaitu pendapatan-pendapatan lain yang tidak termasuk ke

dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan

dinas-dinas.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah mempunyai sifat

pembuka kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk

melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik berupa

materi dalam hal kegiatan tersebut bertujuan untuk menunjang,

melampangkan atau memantapkan suatu kebijakan pemerintah

daerah suatu bidang tertentu.

e) Dana perimbangan

Dana perimbangan diperoleh melalui bagian daerah dari

penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari sektor

pedesaan, perkotaan, perkebunan, pertambangan dari sumber

daya alam serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

f) Pinjaman daerah

Pinjaman daerah adalah pinjaman dalam negeri yang bersumber

dari pemerintah, lembaga komersial atau penerbitan obligasi

daerah dengan diberitahukan kepada pemerintah sebelum

tidaknya usulan pinjaman daerah diproses lebih lanjut.

Sedangkan yang berwenang mengadakan dan menanggung

Page 16: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

pinjaman daerah adalah kepala daerah yang ditetapkan dengan

keputusan kepala daerah atas persetujuan DPRD.

g) Lain-lain pendapatan asli daerah

Pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan yang berasal

dari sumber lain, misalnya: sumbangan dari pihak ketiga kepala

daerah tingkat I atau daerah tingkat II dan lain-lain yang

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Peranan Pendapatan Asli Daerah

Berdasarakan undang-undang No.25 tahun 1999 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dijelaskan bahwa untuk membiayai pembangunan daerah,

penerimaannya bersumber dari:

Pendapatan asli daerah (pajak, retribusi, hasil perusahaan milik daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah). Pemerintah daerah melakukan upaya

maksimal dalam pengumpulan pajak-pajak retribusi daerah. Besarnya

penerimaan daerah dari sektor PAD akan sangat membantu pemerintah

dalam melaksanakan kegiatan pembangunan didaerah serta dapat

mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah

pusat sesuai dengan harapan yang diinginkan dalam otonomi daerah.

2.6 Tenaga Kerja

Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju

pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan.

Tingginya angkatan kerja di suatu daerah secara langsung dapat

menggerakan perekonomian daerah tersebut. Hal sebaliknya

dapat mengakibatkan timbulnya masalah sosial.

Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan

kerja yang bekerja, dan distribusi lapangan pekerjaan sangat

berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan

ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakan oleh produksi

yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor

lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada

peningkatan kemampuan daya beli. Peningkatan pendapatan

penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang

lengkap.

Page 17: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang penelitian

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi yang sudah diteliti oleh peneliti lain.

Dengan penelusuran penelitian terdahulu maka akan dapat dipastikan ruang

yang didapat oleh penelitian ini. Beberapa penelitian mengenai Faktor-Faktor

Pertumbuhan Ekonomi,antara lain:

1. Adearman Putra (2006) melakukan penelitian yang dibentuk dalam bentuk

tesis dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi di kabupaten simalungun”. Tujuan dari penelitian ini secara umum

adalah: untuk mengetahui pengeluaran rutin pemerintah daerah terhadap

pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pembangunan

terhadap pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja

terhadap pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi

tahun sebelumnya terhadap pertumbuhan ekonomi tahun berjalan, dan untuk

mengetahui variabel mana yang paling kuat mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi di kabupaten simalungun.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah dengan

menggunakan metode ordinary least square (OLS). Model yang digunakan

dalam analisis adalah model persamaan ekonometrika dengan spesifikasi

model, yaitu :

PE = βο + β1 PP + β2 PR + β3 TK + β4 PE(-1) + ε .... (1)

Keterangan:

PE = Pertumbuhan ekonomi diproxy dengan PDRB

PR = Pengeluaran rutin pemerintah daerah

PP = Pengeluaran pembangunan pemerintah daerah

TK = Jumlah tenaga kerja

PE(-1) = Pertumbuhan ekonomi sebelumnya diproxy dengan PDRB

Βο–β3 = Koefisien regresi

Ε = Variabel gangguan (error term)

Hasil Penelitian:

Pertumbuhan ekonomi di kabupaten simalungun menunjukkan pertumbuhan

yang relatif meningkat pasca krisis moneter walaupun laju pertumbuhannya

masih relatif rendah dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi sebelum krisis

moneter.

Dalam kontribusi sektoral, sektor pertanian mendominasi dalam

pembentukan PDRB kabupaten simalungun.

Page 18: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

Dalam kueun waktu 1997-2003, perkembangan laju pertumbuhan ekonomi

di kabupaten simalungun masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

perkembangan laju pertumbuhan tenaga kerjanya.

Untuk variabel jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi tahun

sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di kabupaten simalungun dengan tingkat kepercayaan 90% dan

99%.

Dari hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah di

kabupaten simalungun, baik pengeluaran pembangunan maupun

pengeluaran rutin belum dapat memberikan dampak yang berarti dalam

menggerakkan roda perekonomian di kabupaten simalungun.

2. Fajar Wardhany (2008) melakukan penelitian yan disusun dalam bentuk

skripsi dengan judul “Pengaruh Faktor Tenaga Kerja Dan Pengeluaran

Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Batang”.

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis

faktor tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi, untuk menganalisis

pengaruh faktor pengeluaran rutin pemerintah daerah terhadap pertumbuhan

ekonomi , untuk menganalisis pengaruh faktor pengeluaran pembangunan

pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten batang.

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda (multiple

regression) dengan metode kuadrat terkecil atau ordinary least square (OLS).

Metode analisis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar

variable terikat dan variable bebasnya adalah dengan menggunakan model

regresi berganda (multiple regression) dengan model persamaan :

LogGR = β0 + β1LogTK + β2LogPR + β3LogPP + Et......

Keterangan :

GR = Pertumbuhan Ekonomi (variabel dependen)

Βο = Intersep atau Konstanta

β1- β3 = Koefisien Regresi

TK = Tenaga Kerja

PR = Pengeluaran Rutin Pemerintah Daerah

PP = Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Daerah

Log = Logaritma

Et = Gangguan Stokhastik (Disturbance Term)

Page 19: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

Hasil Penelitian :

Setiap peningkatan Tenaga Kerja sebesar 1 %, maka dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi sebesar 0,479 %, dan bersifat inelastis. Pengaruh

tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang

menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah tenaga kerja di Kabupaten Batang untuk periode 1999-2008

ternyata masih mampu diserap oleh lapangan pekerjaan yang tersedia,

sehingga peningkatan jumlah tenaga kerja selama kurun waktu tersebut,

mampu memberikan peranan yang positif dan signifikan dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang.

Setiap peningkatan pengeluaran rutin sebesar 1 %, maka dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,11 % dan bersifat

inelastis. Pengaruh pengeluaran rutin terhadap pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Batang menunjukkan hasil yang positif dan signifikan.

Setiap peningkatan Pengeluaran Pembangunan sebesar 1 %, maka dapat

menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar -0,02 % dan bersifat

inelastis.Pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Batang menunjukkan hasil yang negatif dan tidak

signifikan. Berdasarkan pengamatan dan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh pihak lain, yang menyebabkan variabel pengeluaran

pembangunan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah

kebijkan anggaran yang dialokasikan untuk pengeluaran pembangunan

tersebut belum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.

3. Kerangka Penelitian

Pertumbuhan ekonomi adalah tujuan paling penting untuk gambaran

kemakmuran suatu wilayah. Suatu wilayah atau Negara dapat dikatakan

makmur dan sejahtera jika secara makro tingkat laju pertumbuhan wilayah

tersebut tinggi. Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut

perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil

produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam

pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB).

Dalam penelitian ini hal-hal yang akan diteliti adalah pengaruh teknologi

yang diukur melalui tingkat modal (PAD) dan tingkat tenaga kerja yang diduga

dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. . Sehingga dalam penelitian ini

diperlukan suatu uji statistik untuk menguji dan menganalisis apakah benar-

benar variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di wilayah yang akan diteliti.

Page 20: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

3.1 Bagan

Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka diatas, maka secara

skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

TEKNOLOGI

3.2 Metode Penelitian

Model analisis yang digunakan dalam penelitian Karya ilmiah ini adalah

dengan menggunakan metode ordinary least square (OLS). Model yang digunakan

dalam analisis adalah model persamaan ekonometrika dengan spesifikasi model,

yaitu :

PDRB = F (T)

= F (K/L).

Pe (PDRB) = βo + β1 (K/L) + ε………(1)

Dimana:

Pe = Pertumbuhan ekonomi yang di proyeksikan dengan PDRB

βo = Intersep atau Konstanta

β1 = Koefisien Regresi

K = Tingkat capital yang diproyeksikan dengan PDA

L = Tingkat tenaga kerja

K/L = Tingkat teknologi yang di ukur melalui K/L

ε = variabel gangguan (error term)

Tingkat modal (PAD)

Tingkat Tenaga kerja

Pertumbuhan

ekonomi

Page 21: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam

penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu

hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan

dua variabel atau lebih (J. Supranto, 1997). Setelah adanya kerangka pemikiran

di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho = Tingkat capital (PAD) dan tingkat tenaga kerja tidak berpengaruh

signifikan menciptakan tingkat teknologi di kabupaten Bandung.

H1 = Tingkat teknologi yang diukur dari (PAD dan Tenaga Kerja) berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang di ukur melalui PDRB di

kabupaten Bandung.

Page 22: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

5. Daftar Pustaka

. 2009. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Pemerintah Kabupaten Bandung Akhir tahun anggaran 2008.

. 2010. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Pemerintah kabupaten Bandung Akhir Tahun Anggaran 2009.

. 2011. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Pemerintah Kabupaten Bandung Akhir Tahun Anggaran 2010.

www.bandung.go.id

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7209/1/08E01578.pdf

http://eprints.undip.ac.id/26396/1/PENGARUH_FAKTOR_TENAGA_KERJA_D

AN_PENGELUARAN_PEMERINTAH_TERHADAP_PERTUMBUHAN_EKO

NOMI_DI_KABUPATEN.pdf

http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/artikel/detailartikel/11

Page 23: Pengaruh Teknologi Thdp PDRB Kabupaten Bandung

5. Ucapan Terimakasih

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari

dukungan dan bantuan yang diberikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan rahmatnya kepada penulis

sehingga penulus dapat menyelesaikan makalah ini.

2. Bpk. Tony S. Chendrawan S.T, S.E, M.Si, selaku dosen mata kuliah Ekonomi

Wilayah dan Perkotaan yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan makalah ini.

3. Kedua orangtua, yang telah banyak memberikan dukungan moral, materil serta

doa untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

4. Teman – teman IESP angkatan 2009 dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan saran serta

pendapatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.