Upload
vothien
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH TINGKAT DEBT FINANCING (DF), EQUITY FINANCING
(EF), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PROFIT
EXPENSE RATIO (PER) BANK SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Tri Wahyu Lestari
NIM: 1113081000144
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang Bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tri Wahyu Lestari
Nomor Induk Mahasiswa : 1113081000144
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebutkan pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 28 November 2016
Yang menyatakan,
Tri Wahyu Lestari
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Tri Wahyu Lestari
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 22 April 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Jambon, RT.001/RW.001 No. 47
Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustikajaya
Bekasi Timur, Jawa Barat
No Telp : 08989866853
Riwayat Pendidikan : CCIT FT-UI, Depok (2012-2014)
SMAN 9, Bekasi (2009-2012)
SMPN 10, Bekasi (2006-2009)
SDN Padurenan 2, Bekasi (2000-2006)
TK Al Hikmah, Bekasi (1999-2000)
Data Orang Tua
Nama
Ayah : Marman
Ibu : Samsidah
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta/Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Jambon, RT.001/RW.001 No. 47
Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustikajaya
Bekasi Timur, Jawa Barat
vi
PENGARUH TINGKAT DEBT FINANCING (DF), EQUITY FINANCING
(EF), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PROFIT
EXPENSE RATIO (PER) BANK SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt financing, equity
financing, dan non performing financing terhadap profit expense ratio secara
parsial maupun simultan pada Bank Syariah periode 2011-2015. Populasi dalam
penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia selama 6
tahun (2011-2016). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Setelah diseleksi, populasi sasaran berjumlah 6 bank, diantaranya yaitu BNI
Syariah, BRI Syariah, Bukopin Syariah, Mandiri Syariah, Mega Syariah, dan
Muamalat. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Model yang
terpilih adalah Common Effect, kemudian diuji dengan uji t dan uji f dengan
tingkat signifikansi 5%. Hasil uji f menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
variabel debt financing dan equity financing berpengaruh secara simultan terhadap
tingkat profit expense ratio bank syariah. Hasil uji t menunjukkan bahwa secara
parsial hanya variabel non performing financing yang memiliki pengaruh terhadap
profit expense ratio. Adjust R2
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini seluruh
variabel independen memberikan kontribusi sebanyak 33 % terhadap variabel
dependen. Sisanya sebesar 67% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada
dalam penelitian ini seperti DPK, CAR, LDR, dll.
Kata Kunci: Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan
Bermasalah, dan Profit Expense Ratio
vii
THE INFLUENCE OF THE LEVEL OF DEBT FINANCING (DF), EQUITY
FINANCING (EF), AND NON PERFORMING FINANCING (NPF)
AGAINST PROFIT EXPENSE RATIO (PER) SHARIA BANK IN
INDONESIA
(A Case Study on The Public Sharia Bank in Indonesia in The Period 2011-
2015)
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of debt financing, equity financing, and
non-performing financing to profit expense ratio partially as well as simultaneous
at Sharia Bank period 2010-2015. The population in this study is the Islamic
Banks operating in Indonesia for 6 years (2011-2016). This study used purposive
sampling method. After being selected, the target population amounted to 7 banks,
among them, namely BNI Syariah, BRI Syariah, Bukopin Syariah, Mandiri
Syariah, Mega Syariah, and Muamalat . The analytical method used is the
balanced panel. The selected model is Common Effect Model, then tested with the
t test and f test with significance level 5%. F test shows that ini this study that the
variable debt financing and equity financing does affect simultaneously of profit
expense ratio of Islamic banks. T test shows that partially non-performing
financing variables that have an impact on profit expense ratio. Adjust R2 shows
that in this study the entire independent variables contributing as much as 33%
against the dependent variables. The rest of 67% is affected by other variables
that does not exist in this research such as DPK, CAR, LDR, etc.
Key words: Debt Financing, Equity Financing, Non Performing Financing, and
Profit Expense Ratio
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Tingkat Debt Fiancing (DF), Equity Financing (EF), dan
Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pofit Expense Ratio (PER) Bank
Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2010-2015)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke
zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kekuasaan
Allah SWT yang telah memberikan ridha dan rahmat-Nya kepada penulis. Selain
itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen dan Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Program Studi
Manajemen
3. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Dosen Pembimbing I atas
ketersediaan waktu, tenaga dan segala ilmu yang diberikan untuk
membimbing penulis.
4. Ibu Amalia, MSM selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, arahan
dan nasihat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah dengan sabar dan
ikhlas memberikan segala ilmu yang dimiliki.
6. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala bantuannya.
ix
7. Kedua orang tua penulis tercinta, terimakasih atas segala kasih sayang, doa
dan bimbingannya.
8. Keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
9. Adit Hasbullah Rasuandar yang selalu membantu dan mendukung penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman UNOST yang telah menyemangati dan banyak memberikan
motivasi serta do’a.
11. Teman-teman “Pejuang Kompre” yang sudah berjuang bersama-sama
mengejar kompre dan selalu menemani disaat susah.
12. Teman-teman MIPS 2013 dan “Penjahat Kelas A” yang pernah sama-sama
berjuang menghadapi berbagai masalah yang terjadi, terima kasih atas
kebersamaannya.
13. Teman-teman CCIT FTUI yang telah berjuang bersama menyelesaikan
proyek TA, terimakasih atas pengalaman dan ilmunya.
14. KKN Siliwangi 2015 yang selalu bersama-sama selama 1 bulan di Desa
Pasir Bolang, terimakasih atas kebersamaan dan keceriannya.
15. Seluruh sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
semangat dan doa yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran untuk penyempurnaan
penelitian ini. Semoga penelitian ini memberikan manfaat dan wawasan kepada
semua pihak yang membaca. Atas segala kontribusi, doa dan kebaikan kalian
semua saya ucapkan terima kasih banyak, semoga Allah SWT memberikan
keberkahan bagi kalian.
Jakarta, November 2016
Tri Wahyu Lestari
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14
A. Lembaga Keuangan Bank Syariah ......................................................... 14
B. Penelitian Sebelumnya ............................................................................. 39
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 44
D. Uji Hipotesis .............................................................................................. 45
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 48
B. Teknik Penentuan Sampel ....................................................................... 50
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 52
D. Teknik Analisis Data ................................................................................ 53
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 63
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ....................................................... 66
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 66
B. Analisis Deskriptif .................................................................................... 72
C. Analisis dan Pembahasan ........................................................................ 73
D. Interpretasi Data ...................................................................................... 80
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 82
A. Kesimpulan ............................................................................................... 84
xi
B. Saran ......................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 92
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan BUS&UUS ..................... 6
Grafik 4. 1 Hasill Uji Normalitas ....................................................................... 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Tabel Chi Square .......................................................................... 74
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Jumlah BUS, UUS, dan BPRS di Indonesia Periode 2009-2015 ..... 4
Tabel 2. 1 Perbedaan Mendasar Bank Syariah dan Bank Konvensional ...... 19
Tabel 2. 2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Dalam
Implementasi GCG .......................................................................... 22
Tabel 2. 3 Ukuran Kesehatan NPF Bank Syariah ........................................... 34
Tabel 2. 4 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 39
Tabel 3. 1 Populasi Penelitian ............................................................................ 51
Tabel 3. 2 Sampel Penelitian .............................................................................. 52
Tabel 4. 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 72
Tabel 4. 2 Hasil Chow ......................................................................................... 73
Tabel 4. 3 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 75
Tabel 4. 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 75
Tabel 4. 5 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 76
Tabel 4. 6 Hasil Uji F .......................................................................................... 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini bank syariah semakin menunjukkan eksistensinya,
terutama setelah Undang-Undang No. 7 tahun 1992 yang berubah menjadi
Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan mengakui
keberadaan bank konvensional dan bank syariah secara berdampingan
(dual banking system). Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa bank
dapat beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang memungkinkan
kegiatan bank syariah menjadi lebih luas dalam hal produk. Eksistensi
bank syariah semakin diperkuat dengan adanya Undang-Undang No. 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Penetapan Undang-Undang ini
memungkinkan diterapkannya kebijakan moneter berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan
yang saling menguntungkan bagi masyarakat. Menguntungkan disini
adalah bahwa pihak yang mempunyai dana (nasabah) tetapi tidak bisa
mengelolanya, maka pihak kedua (bank syariah) dapat mengelola dana
tersebut ke dalam sebuah usaha. Keuntungan dan kerugian usaha tersebut
akan dibagi sesuai kesepakatan, sehingga kedua pihak dapat saling
2
berkerjasama. Dalam kegiatan operasionalnya, bank syariah juga
menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, mengedepankan nilai-
nilai kebersamaan dalam berproduksi dan menghindari kegiatan spekulatif
dalam bertransaksi keuangan.
Seperti dilansir dalam Republika, tujuan didirikannya bank syariah
oleh pemerintah tidak hanya untuk memberikan alternatif perbankan non
riba bagi masyarakat muslim, namun juga untuk mengembangkan sektor
riil. Namun pada kenyataannya, perkembangan industri perbankan syariah
sampai saat ini masih terbilang sangat lambat karena total aset yang
dimiliki perbankan syariah sangat kecil, sampai bulan februari 2014 masih
dibawah 5% dari total pangsa pasar perbankan pada umumnya.
Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah
(Metro TV, 2015) hal tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada umumnya melambat karena imbas dari perlambatan
ekonomi dunia. Perlambatan pertumbuhan ditunjukkan dengan turunnya
kecepatan pemberian pembiayaan dari perbankan syariah. Rata-rata
pertumbuhan industri keuangan syariah adalah 40%. Tetapi beberapa
waktu belakangan ini tidak lebih dari 20%. Faktor lainnya yaitu persaingan
antara industri keuangan konvensional dengan industri keuangan syariah
semakin meningkat dikarenakan ketersediaan dana pihak ketiga yang mana
merupakan sumber dana pembiayaan juga melambat. Hal ini memicu
industri keuangan nasional bisa menaikkan suku bunga. Sedangkan bagi
3
hasil dari industri keuangan syariah bisa turun karena hal tersebut
(Ni’mah, 2015).
Walaupun terjadi penurunan pertumbuhan dalam pendapatan bank
syariah, hal tersebut tidak mengurangi ketertarikan nasabah atau pihak
ketiga untuk menggunakan bank syariah sebagai mitra. Hal ini didasari
oleh pemikiran pengembangan bank syariah, yaitu untuk memberikan
pelayanan jasa perbankan kepada sebagian masyarakat Indonesia yang
tidak dapat dilayani oleh perbankan yang sudah ada karena bank-bank
tersebut menggunakan sistem bunga. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Ni’mah, 2015.
Kenyataan bahwa sebagian perbankan menggunakan sistem bunga
tidak sejalan dengan prinsip syariah, sehingga kebutuhan mereka akan
jasa-jasa perbankan syariah tidak dapat dilayani oleh bank-bank
konvensional. Hal tersebut menjadi dasar pemerintah untuk lebih
meningkatkan pembangunan sektor ekonomi, terutama perbankan syariah
melalui pembangunan lembaga keuangan syariah, baik BUS, UUS,
ataupun BPRS. Terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah BUS,
UUS, ataupun BPRS di Indonesia setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah BUS, UUS dan BPRS dalam rentan waktu 2009-2015 sebagai
berikut:
4
Tabel 1. 1
Jumlah BUS, UUS dan BPRS di Indonesia periode 2009-2015
Kelompok
Bank
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BUS 6 11 11 11 11 12 12
UUS 25 23 24 24 23 22 22
BPRS 138 150 155 158 163 163 171
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Juli 2016
Pada Tabel 1.1 terlihat keseluruhan jumlah BUS, UUS dan BPRS
di Indonesia. Pada tahun 2009 jumlah BUS di Indonesia hanya sebanyak 6
bank dengan jumlah kantor operasional sebanyak 711 kantor. Kemudian
jumlah BUS meningkat pada tahun 2010 yaitu menjadi 11 BUS yang
beroperasional di Indonesia. Peningkatan jumlah tersebut tidak dialami
oleh UUS, yang terjadi adalah jumlah UUS di Indonesia mengalami
penurunan. Pada tahun 2009 jumlah UUS di Indonesia sebanyak 25 unit,
kemudian mengalami penurunan di tahun 2010 menjadi 23 unit dan
mengalami peningkatan lagi di tahun berikutnya menjadi 24 unit. Namun
peningkatan tersebut tidak bertahan lama, jumlah UUS terus mengalami
penurunan di tahun-tahun berikutnya, hingga tercatat pada tahun 2015
jumlah UUS di Indonesia sebanyak 22 unit. Berbeda hal dengan BPRS,
jumlahnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tercatat di
tahun 2015 jumlah BPRS di Indonesia sebanyak 171 bank.
Skema produk perbankan syariah ada dua kategori kegiatan
ekonomi, yaitu produksi dan distribusi. Kategori pertama difasilitasi
melalui skema profit sharing (mudharabah) dan partnership
(musyarakah), sedangkan kegiatan distribusi manfaat hasil-hasil produk
5
dilakukan melalui skema jual beli (murabahah) dan sewa menyewa
(ijarah) (Machmud dan Rukmana, 2010:7). Berdasarkan sifat tersebut,
kegiatan lembaga keuangan dan bank syariah dapat dikategorikan sebagai
investment banking dan merchant/commercial banking. Artinya, bank
syariah dapat melakukan aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan
investasi (sektor riil) dan moneter. Pembiayaan di sektor riil dapat
dilakukan dengan aktivitas pendanaan berbasis bagi hasil maupun margin
keuntungan untuk produk jual beli, sedangkan untuk moneter, bank
syariah melakukan aktivitas tabungan atau deposito dengan mekanisme
bagi hasil.
Sistem keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi
kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan dananya
sendiri, melainkan dengan dana orang lain, baik dengan menggunakan
prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity
financing) maupun dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pembiayaan (debt financing) (Zainal, 2009:22).
Salah satu permasalahan yang ada yaitu pembiayaan mayoritas
disalurkan pada debt financing, sedangkan pembiayaan dengan prinsip
equity financing lebih rendah. Hal ini didukung dengan data dari statistik
perbankan syariah yang dipublikasi oleh BI yang menunjukkan bahwa
pembiayaan dengan prinsip debt financing mendominasi dunia perbankan
syariah, sebagian masih memandangnya wajar karena berbagai kendala
6
yang dihadapi dalam pembiayaan equity financing. Kendala itu dapat
bersifat internal maupun eksternal.
Terbukti dengan melihat grafik di bawah ini menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan dari perkembangan perbankan syariah
dilihat dari jumlah pembiayaan bagi hasil dan jual beli yang disalurkan
BUS dan UUS di Indonesia.
Grafik 1. 1
Komposisi Pembiayaan yang Diberikan BUS dan UUS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Juli 2016
Berdasarkan grafik 1.1 di atas, dapat dilihat peningkatan yang terus
terjadi pada komposisi pembiayaan dengan prinsip debt financing. Pada
akhir tahun 2012, pembiayaan dengan prinsip debt financing mengalami
kenaikan yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 88.380 dalam juta dan
tercatat hingga akhir tahun 2015 jumlah pembiayaan dengan prinsip jual
beli atau debt financing mencapai nilai Rp 116.375 dalam juta.
Sedangkan pada pembiayaan dengan prinsip equity financing dapat
dilihat bahwa meskipun terjadi peningkatan namun tidak signifikan. Pada
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jual Beli
Bagi Hasil
7
akhir tahun 2014 tercatat bahwa komposisi pembiayaan dengan prinsip
equity financing atau bagi hasil mencapai nilai Rp 60.466 dalam juta dan
pada akhir 2015 mencapai kenaikan hingga mencapai nilai Rp 70.146
dalam juta.
Berdasarkan grafik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa total
pembiayaan dengan prinsip jual beli (debt financing) selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan total pembiayaan bagi hasil (equity financing). Hal
tersebut tentunya menjadi permasalahan bagi bank syariah dalam
meningkatkan profitabilitas. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
diharapkan lebih tinggi karena mampu menggerakkan sektor riil karena
faktor capital (modal kerja) merupakan faktor yang aktif dalam
pertumbuhan ekonomi.
Sebagai lembaga yang mengedepankan kepercayaan, bank syariah
harus dapat menjaga kinerja keuangannya dengan baik dalam
operasionalnya. Sehubungan dengan kepercayaan masyarakat, bank
syariah harus mempunyai modal yang memadai, sarana manajemen
permodalan yang dapat mengembangkan earning asset dan dapat menjaga
tingkat profitabilitas dan likuiditas. Kinerja yang bagus dapat
meningkatkan peran bank syariah sebagai lembaga intermediary antara
pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang
memerlukan dana. Selain itu, sebagai lembaga yang profit oriented seperti
lembaga keuangan lainnya, kesehatan kinerja keuangan bank syariah
menjadi sangat penting, terutama tingkat profitabilitas dan likuiditasnya.
8
Karena itu dalam menilai kinerja bank syariah tidak hanya
menitikberatkan kepada kemampuan bank syariah dalam menghasilkan
laba tetapi juga pada kepathan prinsip-prinsip syariah dan tujuan bank
tersebut.
Dalam operasional perbankan syariah, pihak bank lebih suka
memberikan pembiayaan dalam bentuk debt financing dibandingkan
pembiayaan dalam bentuk equity financing. Hal ini didasari karena pada
pembiayaan dengan sistem bagi hasil memiliki risiko tinggi dalam hal
kerugian yang dapat terjadi. Pembiayaan dengan skema profit loss sharing
masih kurang diminati oleh bank syariah karena relatif lebih berisiko pada
tingkat return yang dihasilkan, bisa saja positif atau negatif, tergantung
pada hasil akhir bisnis yang dibiayai (Tariqullah dan Ahmad, 2001).
Menurut Ascarya (2005), kendala internal perbankan syariah masih
terdapat masalah seperti pemahaman akan esensi perbankan syarah yang
masih kurang, adanya orientasi bisnis dan usaha yang lebih diutamakan,
kualitas serta kuantitas sumber daya yang belum memadai, sikap aversion
to effort serta aversion to risk. Sedangkan kendala eksternal karena
karakter pembiayaan bagi hasil yang memerlukan tingkat kejujuran yang
sangat tinggi dari pihak yang mendapatkan pembiayaan. Untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa usaha yang dibiayai dengan
sistem bagi hasil menguntungkan dan dalam kondisi bagus, serta memiliki
prospek yang bagus pula, maka bank syariah harus melakukan penelitian
yang mendalam dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Inilah yang
9
membuat bank syariah belum berani berekspansi dalam pembiayaan bagi
hasil (equity financing).
Dapat disimpulkan, bahwa pemberian pembiayaan merupakan
aktifitas terbesar sekaligus mempunyai risiko terbesar (high risk high
return), maka pemberian pembiayaan harus adanya manajemen risiko
yang ketat. Salah satu risiko keuangan yang berkaitan dengan risiko kredit
adalah Non Performing Financing (NPF). NPF adalah perbandingan antara
total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan
kepada debitur.
Mengingat ketidakpastian bank syariah dalam kolektibilitas
pembiayaan yang lebih tinggi dibanding bank konvensional, terutama pada
sistem profit loss sharing dan efek sistemik pembiayaan bermasalah bank
terhadap perekonomian. Maka perlu diteliti apakah pemilihan kebijakan
pembiayaan, penetapan margin dan kondisi ekonomi memiliki pengaruh
terhadap rasio NPF perbankan syariah. Jadi, NPF mencerminkan rasio
pembiayaan, semakin kecil NPF semakin kecil pula risiko pembiayaan
yang ditanggung oleh bank syariah dan sebaliknya, jika risiko kredit yang
ditanggung bank semakin tinggi, profitabilitas akan menurun (Zaibah,
2015).
Dalam penelitiannya, Abdus Samad dan M. Khabir Hassan menilai
profitabilitas dengan kriteria ROA (Return On Asset), ROE (Return On
Equity) dimana kedua rasio ini menilai efisiensi manajemen. Mereka juga
mengguakan PER (Profi Expense Ratio) yang menilai efisiensi biaya,
10
dimana menilai kemampuan bank menghasilkan profit tinggi dengan
beban-beban yang harus ditanggungnya; tingkat likuiditas menggunakan
CDR (Cash Deposit Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), Current Ratio;
tingkat solvabilitas dan risiko menggunakan DER (Debt to Equity Ratio).
DTAR (Debt to Total Asset Ratio).
Mereka juga menilai komitmen bank terhadap perekonomian dan
komunitas muslim. Penilaian ini berdasarkan pada seberapa besar bank
syariah tersebut melakukan pembiayaan bersifat bagi hasil (murabahah
dan musyarakah) menggunakan MMR (mudharabah-musyarakah ratio),
dimana semakin besar dana digunakan untuk pembiayaan bagi hasil maka
menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki komitmen kuat dalam turut
serta membangun kualitas umat muslim.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti
memandang penting untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Tingkat Debt Financing (DF), Equity Financing (EF), dan Non
Performing Financing (NPF) Terhadap Profit Expense Ratio (PER)
Pada Bank Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode 2011-2015)”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh tingkat Debt Financing, Equity Financing,
dan Non Performing Financing secara bersama-sama (simultan)
terhadap Profit Expense Ratio Bank Umum Syariah?
11
2. Apakah terdapat pengaruh tingkat Debt Financing terhadap Profit
Expense Ratio Bank Umum Syariah?
3. Apakah terdapat pengaruh tingkat Equity Financing terhadap Profit
Expense Ratio Bank Umum Syariah?
4. Apakah terdapat pengaruh tingkat Non Performing Financing
terhadap Profit Expense Ratio Bank Umum Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh tingkat Debt Financing,
Equity Financing, dan Non Peforming Financing secara bersama-sama
(simultan) terhadap Profit Expense Ratio Bank Umum Syariah.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat Debt Financing
terhadap Profit Expense Ratio Bank Umum Syariah.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat Equity Financing
terhadap Profit Expense Ratio Bank Umum Syariah.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tingkat Non Peforming
Financing terhadap Profit Expense Ratio Bank Umum Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pengetahuan
yang lebih mendalam mengenai pengaruh Debt Financing, Equity
12
Financing, dan Non Peforming Financing terhadap Profit Expense
Ratio pada BUS baik secara parsial maupun simultan.
b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi untuk
memperluas pengetahuan mengenai pengaruh Debt Financing,
Equity Financing, dan Non Peforming Financing terhadap Profit
Expense Ratio.
c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih
wawasan mendalam mengenai tingkat profitabilitas bank syariah
berdasarkan pengaruh Debt Financing, Equity Financing, dan Non
Peforming Financing terhadap Profit Expense Ratio.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi landasan bagi perbankan
di Indonesia khususnya perbankan syariah dalam usaha
meningkatkan profitabilitas melalui pembiayaan (Debt Financing
dan Equity Financing).
b. Bagi Masyarakat Umum
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi manfaat di
lingkungan masyarakat berupa informasi tentang pengaruh tingkat
jual beli, bagi hasil, dan NPF terhadap rasio profitabilitas pada
Bank Umum Syariah.
13
c. Bagi Peneliti Berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan
lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan Bank Syariah
1. Bank Syariah
Regulasi mengenai bank syariah di Indonesia tertuang dalam UU
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS
dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa. Bank devisa
adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti
transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of
credit dan sebagainya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja dari kantor cabang dari
suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
15
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/ atau unit syariah
(Soemitra, 2009:61).
2. Bank Sentral
Dalam sistem keuangan syariah, bank sentral harus menjadi pusat
perbankan syariah yang secara otonom bertanggungjawab
merealisasikan sasaran-sasaran sosio-ekonomi perekonomian Islam.
Bank sentral merupakan institusi primer yang bertanggungjawab
mengimplementasikan kebijakan moneter negara. Kebijakan moneter
menurut ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan keadilan sosio-
ekonomi dan pemertaan pendapatan/kesejahteraan bagi seluruh rakyat
dengan dasar persaudaraan universal.
Secara fungsional bank sentral harus mampu bertindak sebagai
otoritas yang menegluarkan uang berkoordinasi dengan pemerintah,
mengusahakan stabilitas internal dan ekternal. Bank sentral harus
mampu bertindak sebagai banker bagi pemerintah dan bank komersial.
Bank sentral harus melakukan persiapan untuk kliring dan
penyelesaian cek dan transfer, serta bertindak sebagai lender of the
last resort. Bank syariah juga harus membimbing, melakukan
mensupervisi dan menerbitkan regulasi bank-bank komersial (Chapra,
2000:102).
16
3. Sejarah Bank Syariah di Indonesia
Sejarah perkembangan bank syariah di Indonesia diilhami
perkembangan bank syariah atau bank Islam di luar negeri yang
diawali dengan berdirinya Bank Mit Ghamr pada 1963 di Mesir. Bank
tersebut tidak berumur panjang dan terpaksa ditutup pada 1967 karena
alassan politik. Namun demikian, semangatnya melahirkan Nasser
Social Bank pada 1972 di Mesir yang lebih berorentasi sosial daripada
komersial. Selanjutnya, muncul Dubai Islamic Bank pada 1975 di
Dubai; Islamic Development Bank pada 1975 di Jeddah, Saudi Arabia;
Faysal Islamic Bank pada 1977 di Mesir dan Sudan; Kuwait Finance
House pada 1997 di Kuwait; dan Bank Islam Malaysian Berhad
(BIMB) pada 1983 di Malaysia. (Ikatan Bankir Indonesia, 2014:2).
Perkembangan bank syariah di Indonesia dapat diuraikan sebagai
berikut (Rivai, dkk, 2007:739); pada tahun 1980 muncul ide dan
gagasan konsep lembaga keuangan syariah, uji coba BMT Salman di
Bandung dan Koperasi Ridho Gusti. Kemudian pada tahun 1990
lokakarya MUI dimana para peserta sepakat mendirikan bank syariah
di Indonesia.
Pada tanggal 1 Mei 1992 bank syariah pertama bernama Bank
Muamalah Indonesia mulai beroperasi. Kemunculan BMI ini
kemudian diikuti dengan lahirnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan yang mengakomodasi perbankan dengan prinsip bagi hasil
baik bank umum maupun BPRS. Kemudian pada Tahun 1998, keluar
17
UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992
yang mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional serta
memperkenalkan bank konvensional membuka cabang syariah.
Pada Tahun 1999, keluar UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia yang mengakomodasi kebijakan moneter berdasarkan
prinsip syariah. Dalam hal ini BI bertanggungjawab terhadap
pengaturan dan pengawasan bank komersial termasuk bank syariah.
BI dapat menetapkan kebijakan moeneter dengan menggunakan
prinsip syariiah. Pada tahun ini dibuka kantor cabang syariah untuk
pertama kali.
Kemudian pada Tahun 2000 BI mengeluarkan regulasi operasional
dan kelembagaan bank syariah dimana BI menetapkan peraturan
kelembagaan perbankan syariah. Pengembangan Pasar Uang
Antarbank Syariah (PUAS) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) sebagai instrumen Pasar Uang Syariah. Lalu pada tahun 2001,
didirikannya unit kerja Biro Perbankan Syariah di Bank Indonesia
untuk menangani perbankan syariah.
Pada Tahun 2002, keluar peraturan BI No. 4/1/2002 tentang
Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Tahun 2004 keluar UU No. 3
Tahun 2004 tentang perubahan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia yang makin mempertegas penetapan kebijakan moneter
dengan yang dilakukan oleh BI dapat dilakukan dengan prinsip
18
syariah. Belakangan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Di samping itu, BI juga
menyiapkan peraturan standarisasi angka, tingkat kesehatan dan
lembaga penjamin simpanan. Pada tahun ini juga terjadi perubahan
Biro Perbankan Syariah menjadi Direktorat Perbankan Syariah di
Bank Indonesia.
Dalam era UU No. 10/1998 tentang Perubahan atas UU No. 7/1992
tentang Perbankan, secara teknis mengenai produk mengacu pada PBI
No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana
bagi bank yang melakanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah. Kemudian sudah diganti dengan PBI No. 9/19/PBI/2007
tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan
Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
Pemberian layanan syariah juga semakin dipermudah dengan
diperkenalkannya konsep office chaneling pada Tahun 2006, yakni
semacam konter layanan syariah yang terdapat di kantor
cabang/kantor cabang pembantu bank konvensional yang sudah
memiliki UUS.
Pada tanggal 16 Juli 2008 UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah disahkan. UU ini memberikan landasan hukum
industri perbankan syariah nasional dan diharapkan mendorong
perkembangan bank syariah, dimana selama lima tahun terakhir
19
asetnya tumbuh lebih dari 65% per tahun namun pasarnya (market
share) secara nasional masih dibawah 5% (Rivai, dkk, 2007:740).
4. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Umum Syariah
Terdapat beberapa perbedaan mendasar pada bank syariah dan
bank konvensional, diantaranya adalah:
Tabel 2. 1
Perbedaan Mendasar Bank Syariah dan Bank Konvensional
No. Aspek Bank Syariah Bank Konvensional
1. Landasan
Operasional Berdasarkan prinsip
syariah Islam
Uang adalah alat
tukar, bukan sebagai
komoditi
Bunga dalam
berbagai bentuknya
dilarang
Menggunakan
prinsip bagi hasil dari
keuntungan atas
transaksi real.
Tidak berdasarkan
syariah Islam
Uang sebagai
komoditi yang
dipertahankan
Bunga sebagai
instrumen imbalan
terhadap pemilik
uang
besar bunga
ditetapkan di muka
2. Fungsi dan
Peran Bank Lembaga
intermediary
Agen
investasi/manajer
investasi
Investor
Penyedia jasa lalu
lintas pembayaran
Pengelola dana
kebajikan Zis
Hubungan dengan
nasabah adalah
hubungan kemitraan
Lembaga
intermediary
Penghimpun dana
dari masyarakat dan
meminjamkan
kembali kepada
masyarakat dalam
bntuk kredit dengan
imbalan bunga
Hubungan dengan
nasabah adalah
debitur dan kreditur
3. Risiko Usaha Dihadapi bersama
antara bank dengan
nasabah dengan
prinsip keadilan dan
kejujuran
Tidak mengenal
Risiko bank tidak
terkait langsung
dengan debitur,
risiko debitur tidak
terkait langsung
dengan bank
20
kemungkinan
terjadinya selisih
negatif
Kemungkinan terjadi
selisi negatif antara
pendapatan bunga
dengan beban bunga
4. Sistem
Pengawasan Adanya DPS untuk
memastikan
operasional bank
tidak menyimpang
dari syariah
disamping tuntutan
moralitas pengelola
bank dan nasabah
sesuai dengan
akhlakul karimah
Aspek moralitas
sering kali terlanggar
karena tidak adanya
nilai-nilai religius
yang mendasari
operasional
Sumber: Rajagukguk, 2005
Perbedaan mendasar yang pertama terletak pada landasan
operasional bank itu sendiri, pada bank syariah operasionalnya
berdasarkan prinsip syariah Islam, sedangkan bank konvensional
tidak. Pada bank syariah, uang adalah alat tukar bukan sebagai
komoditi, sedangkan dalam bank konvensional uang adalah alat
komoditi yang dipertahankan. Segala macam bentuk bunga dilarang
dalam bank syariah dan menganut prinsip bagi hasil, dalam bank
konvensional bunga adalah sebagai instrumen imbalan terhadap
pemilik uang dan bunnga tersebut ditetapkan di muka.
Perbedaan mendasar kedua terletak pada fungsi dan peran bank.
Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediary dan sebagai
agen investasi/manajer investasi, bank syariah juga berperan sebagai
investor. Bank konvensional sendiri berfungsi untuk menghimpun
dana dari masyarakat dan meminjamkan kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dengan imbalan bunga. Dalam operasionalnya
21
bank syariah juga berfungsi sebagai pengelola dana kebajikan Zis,
sedangkan bank konvensional tidak. Dalam bank syariah, hubungan
nasabah dengan bank adalah sebagai kemitraan, dalam bank
konvensional hubungan nasabah dengan bank adalah debitur kreditur.
Dalam hal risiko usaha, bank syariah menganut prinsip keadilan
dengan menghadapi segala risiko bersama dengan nasabah. Pada bank
konvensional risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur dan
risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank. Dalam bank syariah
tidak mengenal kemunginan terjadinya selisih negatif (negative
spread), sedangkan dalam bank konvensional kemungkinan terjadi
selisih negatif antara pendapatan bunga dengan beban bunga itu ada.
Perbedaan mendasar yang terakhir adalah pada sistem pengawasan
bank, dalam bank syariah terdapat dewan pengawas syariah yang
bertugas untuk memastikan operasional bank tidak menyimpang dari
ajaran Islam. Selain itu, juga terdapat pengawasan terhadap moralitas
pengelola bank dan nasabah sesuai akhlakul karimah, sedangkan pada
bank konvensional tidak adanya pengawasan sesuai nilai-nilai religius
yang mendasari operasional bank, sehingga aspek moralitas sering
kali terlanggar.
Pada bank syariah dan bank konvensional juga terdapat perbedaan
dalam aspek implementasi GCG.
22
Tabel 2. 2
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Dalam Implementasi GCG
No. Aspek Bank Syariah Bank Konvensional
1. Implementasi GCG Menggunakan
prinsip Sharia
Complience, yaitu
patu pada prinsip
syariah
Menganut prinsip-
prinsip transparansi,
kejujuran, kehati-hatian
dan kedisplinan
Sumber: Mulazid, 2016
Perbedaan implementasi GCG pada perbankan syariah dan
konvensional terletak pada sharia compliance, yaitu kepatuhan pada
syariah (Mulazid, 2016). Sedangankan dalam bank konvensional,
implementasi GCG menganut prinsip-prinsip transparansi, kejujuran,
kehati-hatian dan kedisplinan.
5. Kelembagaan Bank Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga
memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental
terdapat beberapa karakteristik bank syariah, diantaranya yaitu
penghapusan riba, pelayanan kepada kepentingan publik, menerapkan
prinsip profit and loss sharing, berorientasi pada pembiayaan bagi
hasil dan memanfaatkan instrumen pasar uang antar bank syariah dan
instrumen bank sentral berbasis syariah.
Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati
terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada
penyertaan modal, karena bank komersial syariah menerapkan profit
and loss sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis, atau industri. Oleh
karena itu, maka secara struktural dan sistem pengawasannya berbeda
23
dari bank konvensional. Pengawasan perbankan Islam mencakup dua
hal, yaitu pertama pengawasan dari aspek keuangan, kepatuhan
kepada perbankan secara umum dan prinsip kehati-hatian bank.
Kedua, pengawasan prinsip syariah dalam kegiatan operasional bank
(Wirdyaningsih, dkk, 2005:61). Secara struktural kepengurusan bank
syariah terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi wajib memiliki
Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi kegiatan bank
syariah.
a. Kelembagaan Bank Umum Syariah
Aturan mengenai Bank Umum Syariah pasca
diterbitkannya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah adalah PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum
Syariah (BUS). Dalam PBI ini dijelaskan bahwa proses
pendirian bank syariah dilakukan melalui persetujuan prinsip,
yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank;
dan izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan
usaha bank setelah persiapan pendirian bank pada persetujuan
prinsip terpenuhi. BUS dapat didirkan oleh WNI dan/atau
badan hukum Indonesia, WNI dan/ atau badan hukum
Indonesia yang bermitra dengan WNA atau badan hukum
asing. BUS dibentuk dengan badan hukum perseroan terbatas.
Untuk mendirikan bank syariah, baik bank umum syariah
maupun BPRS harus mendapat persetujuan prinsip dan izin
24
usaha yang diajukan oleh pendiri bank kepada Bank Indonesia
yang akan diproses oleh Dewan Gubernur BII U.P. Biro
Perbankan Syariah. Agar izin usaha bank syariah diperoleh
terlebih dahulu harus dipenuhi persyaratan sekurang-
kurangnya tentang; susunan organisasi dan kepengurusan;
permodalan; kepemilikan; keahllian di bidang perbankan
syariah; dan kelayakan usaha sebagaimana diatur dalam
peraturan Bank Indonesia (Soemitra, 2009:68).
b. Kelembagaan Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah wajib dibentuk oleh bank yang akan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah di
kantor pusat bank yang berfungsi sebagai kantor induk dari
cabang syariah dan/atau unit syariah. Unit Usaha Syariah
memiliki tugas antara lain yaitu mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan kantor cabang syariah dan atau Unit Usaha
Syariah. Selain itu juga Unis Usaha Syariah memiliki tugas
untuk menempatkan dan mengelola dana yang bersumber dari
kantor cabang syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Tugas
lainnya dari Unis Usaha Syariah yaitu melakukan kegiatan lain
sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah atau unit
syariah.
Bank yang memiliki kantor cabang syariah dan unit
syariah wajib memiliki pencatatan dan pembukaan tersendiri
25
untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan
menyusun laporan keuangan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah (Soemitra, 2009:72).
6. Pembiayaan Bank Syariah
Pada dasarnya fungsi utama Bank Syariah tidak jauh beda dengan
bank konvensional yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian
menyalurkannya kembali atau lebih dikenal sebagai fungsi
intermediasi. Dalam prakteknya bank syariah menyalurkan dana yang
diperolehnya dalam bentuk pemberian pembiayaan, baik itu
pembiayaan modal usaha maupun untuk komsumsi.
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit
(Antonio, 2001;160).
Pembiayaan dalam secara luas diartikan sebagai pendanaan yang di
keluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan
26
baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain
(Muhammad, 2002:260).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan berdasarkan
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan.
7. Debt Financing (Jual Beli)
Debt Financing merupakan sistem keuangan perbankan modern
dalam memenuhi kebutuhan maPnusia untuk mendanai kebutuhannya
bukan dengan dana sendiri melainkan dengan dana orang lain yaitu
dengan menggunakan prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan
pembiayaan (Zainal, 2009:22).
Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai berikut:
a. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Karakteristiknya adalah
penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Suatu jual beli dalam Islam sedikitnya harus memenuhi syarat
27
bahwa ada penjual (ba’i), pembeli (musytari), barang yang
diperjual belikan, harga (saman) dan ijab qabul atau biasa
disebut dengan akad jual beli.
Tujuan nasabah melakukan jual beli dengan bank adalah
karena suatu alasan bahwa nassabah tidak memiliki uang tunai
(modal) untuk bertransaksi langsung dengan supplier. Jika
murabahah dilakukan dengan cara pembayaran angsuran, maka
yang timbul dari transaksi ini adalah piutang uang. Artinya,
penjual akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas
pembeli dan sebaliknya pembeli mempunyai utang uang
sebesar nilai transaksi kepada penjual (Institut Bankir
Indonesia, 2001:66).
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini meruppakan
salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam
mrabahah ditentukan berapa required rate profit-nya
(keuntungan yang ingin diperoleh) (Karim, 2014:112).
b. Pembiayaan Salam
Salam adalah dengan pesanan dengan pembayaran di
muka menurut syarat-syarat tertentu, atau jual beli sebuah
barang untuk diantar kemudian dengan pembayar di awal.
28
Dari definisi di atas, maka jual beli salam adalah jual beli
di mana pembeli memesan barang yang jenis, kualitas dan
kuantitasnya ditentukan dan dibayar oleh pemesan secara tunai
atau diangsur sebelum barangnya selesai dibuat. Menurut
beberapa hadis dan kitab-kitab fikih, transaksi salam ini biasa
digunakan untuk barang-barang pertanian.
Karena dalam jual beli salam barang yang dibeli belum
ada atau masih dalam proses pemesanan, maka rukun dan
syaratnya pun berbeda dengan syarat jual beli murabahah.
Dalam transaksi salam harus ada pemesan (muslam), pemasok
(muslam ilaih), uang modal (maal), barang yang dipesan
(muslam fihi) dan ijab qabul (sigot) (Institut Bankir Indonesia,
2001:67).
c. Pembiayaan Istishna
Istishna ialah kontrak / transaksi yang ditandatangani
bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan
suatu jenis barang tertentu atau suatu perjanjian jual beli
dimana barang yang akan diperjual-belikan belum ada (Rifai,
2002:73).
Secara umum akad jual-beli istishna yang dipraktekkan
dalam bermuamalah ada dua macam, yaitu jual-beli istishna
dan istishna paralel. Perbedaan keduanya yaitu terletak pada
penggunaan kontraktor, yakni bisa saja pembeli mengizikan
29
pembuat menggunakan sub-kontraktor untuk melaksanakan
kontrak tersebut.
Dengan demikian, pembuat dapat membuat konttrak
istishna kerdua untuk memenuhi kewajibannya pada kontrak
pertama. Kontrak baru ini yang kemudian dikenal dengan
istishna paralel (Antonio, 2001:41).
d. Ijarah
Ijarah menurut bahasa berarti balasan, tebusan atau pahala
(Al Aziz, 2005:377). Menurut Ali Fikri, ijarah menurut bahasa
adalah sewa-menyewa atau jual beli manfaat. Menurut istilah
ijarah adalah melakukan akad mengambil manfaat sesuatu
yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar sesuai
sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan dngan syarat
tertentu (Al Aziz, 2005:377).
Pembiayaan dengan sistem jual beli lebih diminati oleh pihak-
pihak pengusaha mikro. Pembiayaan sistem jual beli ini lebih mudah
dilakukan oleh pihak bank maupun nasabah sebab dalam memutuskan
pemberian pembiayaan tidak diperlukan biaya yang besar karena tidak
perlunya ada proses tinjauan terlebih dahulu oleh pihak bank
mengenai prospek usaha, risiko kerugian kecil karena margin
keuntungan telah ditetapkan sebelumnya sehingga bank sudah dapat
memperhitungkan profit yang dihasilkan pada pembiayaan. Dan bagi
30
nasabah kepemilikan barang lebih mudah didapatkan setelah
kewajiban nasabah terpenuhi.
8. Equity Financing (Bagi Hasil)
Equity Financing adalah sistem keuangan perbankan modern
dalam memenuhi kebutuhan manusia untuk mendanai kebutuhannya
bukan dengan dana sendiri melainkan dana orang lain yaitu dengan
menggunakan prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan modal
(Zainal, 2009:22).
Pembiayaan produktif yang dilakukan perbankan syariah dan
sebagai pembeda dari bank konvensional yaitu pembiayaan dengan
sistem bagi hasil. Menurut perbankan syariah, pembiayaan ini
memiliki resiko tinggi dalam hal kerugian yang dapat terjadi dalam
kurun waktu pembiayaan tersebut sehingga dapat menurunkan laba
perusahaan, karena pembiayaan bagi hasil tidak hanya bersifat berbagi
untung tetapi berbagi rugi tetapi bila kerugian itu bukan merupakan
kesalahan atau kelalaian pihak yang diberi pembiayaan. Hal tersebut
yang menjadi kendala, karena karakter pembiayaan bagi hasil yang
memerlukan tingkat kejujuran yang sangat tinggi dari pihak yang
mendapatkan pembiayaan.
Untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa usaha
yang akan dibiayai dengan sistem bagi hasil menguntungkan dan
dalam kondisi bagus serta memiliki prospek yang bagus pula, maka
bank syariah harus melakukan penelitian yang cermat dan
31
membutuhkan biaya yang tidak kecil. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam pembiayaan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit
yang harus dikeuarkan oleh bank syariah.
Berdasarkan komposisi share modal bank dalam usaha nasabah,
terdapat ( dua ) pola pembayaran, yaitu :
a. Mudharabah
Perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang)
dengan pengusaha (enterpreneur). Mudharabah merupakan
hubungan berserikat antara dua pihak, yaitu pemilik dana atau
harta dan pihak yang memiliki keahlian atau pengalaman.
Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai
sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju
untuk mengelola usaha proyek tersebut dengan pembagian
hasil sesuai perjanjian. Pemilik modal tidak dibenarkan ikut
dalam pengelolaan usaha, tetapi diperbolehkan membuat
usulan dan melakukan pengawasan. Apabila usaha, yang
dibiayai mengalami kerugian maka kerugian tersebut
sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal, kecuali apabila
kerugian tersebut terjadi karena penyelewengan atau
penyalahgunaan oleh pengusaha (Darmawi, 2006:82)
b. Musyarakah
Secara bahasa syirkah atau musyarakah berarti
mencampur. Dalam hal ini mencampur satu modal dengan
32
modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Dalam istilah fikih, syirkah adalah suatu akad antara dua
orang atau lebih untuk berkongsi modal dan bersekutu dalam
keuntungan.
Pada prinsipnya, syirkah itu ada dua macam yaitu syirkah
kepemilikan (amlak) dan syirkah terjadi karena kontrak (uqud).
Syirkah kepemilikan ini ada dua macam yaitu ikhtiari dan
jabari. Ikhtiari terjadi karena kehendak dua orang atau lebih
untuk berkongsi, sedangkan jabari terjadi karena kedua orang
atau lebih ttidak dapat mengelak untuk berkongsi misalnya
dalam pewarisan (Institut Bankir Indonesia, 2001:180).
Harahap et al. (2005) menyebutkan bahwa akad yang banyak
digunakan dalam pembiayaan pada prinsip jual beli adalah
murabahah, salam dan istishna’. Sedangkan pada prinsip bagi hasil,
akad yang banyak digunakan adalah mudharabah dan musyarakah.
Berdasarkan statistik Bank Indonesia, akad murabahah mendominasi
pembiayaan yang disalurkan bank syariah dan disusul dengan akad
mudharabah dan musyarakah.
9. Non Performing Financing (NPF)
Salah satu risiko yang sering dihadapi oleh bank adalah risiko
tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut
risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai
33
pembiayaan yang masuk dalam kategori bermassalah atau non
performing financing.
NPF adalah pembiayaan bermasalah atau tidak perform yang
disebabkan oleh faktor manajemen.pengelolaan, kondisi ekonomi,
maupun faktor-faktor lain.
Pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan,
dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali
pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau
diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan
potential loss (Rivai, Veithzal, 2007:42). Pembiayaan bermasalah
dikategorikan sebagai aktiva produktif bank yang diragukan
kolektibilitasnya. Untuk menjaga keamanan para deposan, bank
sentral mewajibkan bank umum menyediakan biaya antisipasi
terhadap kerugian atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP). Dengan demikian, semakin besar jumlah sald pembiayaan
bermasalah yang dimiliki bank, akan semakin besar jumlah dana
cadanngan yang harus disediakan, serta semakin besar pula biaya yang
harus mereka tanggung untuk mengadakan dana cadangan itu.
Rasio NPF ditujukan untuk mengukur tingkat permassalahan
pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio
ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syari’ah semakin buruk.
Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF
34
bank syari’ah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti yang
tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2. 3
Ukuran Kesehatan NPF Bank Syariah
No. Nilai NPF Predikat
1. NPF = 2% Sehat
2. 2% ≤ NPF < 5% Sehat
3. 5% ≤ npf < 8% Cukup Sehat
4. 8% ≤ NPF < 12% Kurang Sehat
5. NPF ≥ 12% Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 9/24/Dbps Tanggal 30 Oktober 2007
Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat
menimbulkan potensi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan
bermasalah dapat dilihat dari tingkat non performing financing (NPF).
Menurut Siamat (2005), pembiayaan bermasalah adalah pinjaman
yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan
dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan/kendali nasabah
peminjam. Jadi,besar kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu
bank dalam pengelolaan dana yang disalurkan. Apabila porsi
pembiayaan bermasalah membesar, maka hal tersebut pada akhirnya
menurunkan besaran pendapatan yang diperoleh bank (Ali, 2004).
Sehingga pada akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat
profitabilitas bank syariah.
10. Profit Expense Ratio (PER)
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Syariah (PSAK 23),
profit merupakan kerangka dasar dalam penyusunan dan penyajian
35
keuangan, profit didefinisikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dan
dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi beban-beban.
Sehingga perusahaan dapat mengetahui berapa besar jumlah manfaat
yang didapat dari hasil usaha yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut. Memperoleh profit yang optimal merupakan tujuan dari
perusahaan, sehingga perusahaan harus menekan beban-beban yang
ada.
Menurut Antonio (2001:23) mengutip pernyataan El-Ashker yang
menyatakan bahwa tujuan bank syariah menggambarkan bahwa bank
syariah dilarang menghasilkan laba maksimum (profit maximization).
Tetapi bank syariah tetap didorong untuk menghasilkan laba tanpa
harus melanggar prinsip syariah dan tanpa harus meninggalkan
kontribusinya dalam peningkatan kualitas perekonomian umat
(masyarakat muslim). Dalam menilai kinerja bank syariah tidak hanya
menitikberatkan kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba,
tetapi juga pada kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dan tujuan
bank tersebut.
Menurut Samad dan Hassan dalam Darmoko (2012), dalam
menilai profitabilitas perusahaan, beliau menggunakan PER atau
Profit Expense Ratio yang bertujuan untuk menilai efisiensi biaya
yang dilakukan oleh perusahaan dan pencapaian profit tinggi dengan
beban-beban yang ada.
36
Profit expense ratio (Darmoko dan Nuriyah, 2012) dihitung
dengan rumus:
Sedangkan Profit Expense Ratio (PER) adalah rasio yang
digunakan dalam menilai kinerja profitabilitas, dimana bila rasio ini
menunjukkan nilai yang tinggi mengindikasikan bahwa bank
menggunakan biaya secara efisiensi dan menghasilkan profit yang
tinggi dengan beban-beban yang harus ditanggungnya (Ascarya,
2005:84).
11. Hubungan Operasional Antar Variabel
a. Hubugan Debt Financing terhadap Profit Expense Ratio
Pengelolaan pembiayaan jual beli yang merupakan salah satu
komponen penyusun aset terbesar pada perbankan syariah akan
mengahasilkan pendapatan berupa margin/mark up. Dengan
diperolehnya pendapatan mark up tersebut, maka akan
mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank syariah. Serta
pada akhirnya mampu mempengaruhi peningkatan profitabilitas
bank umum syariah (Rachman dan Rochmanika, 2014).
Bukti empiris dari Darmoko dan Nuriyah (2012) menunjukkan
bahwa semakin tinggi pembiayaan dengan prinsip jual beli yang
dikeluarkan oleh bank, maka semakin tinggi tingkat profit expense
37
ratio bank umum syariah tersebut. Sedangkan bukti empiris dari
Riyadi dan Yulianto (2014) menunjukkan bahwa debt fianncing
tidak berpengaruh terhadap profit expense ratio bank syariah.
b. Hubugan Equity Financing terhadap Profit Expense Ratio
Pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah dilakukan
melalui akad mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan bagi hasil
merupakan salah satu komponen penyusun aset pada perbankan
syariah. Dari pengelolaan pembiayaan bagi hasil, bank syariah
memperoleh pendapatan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dengan nasabah (Muhammad, 2005). Pendapatan yang
diperoleh akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh bank
(Firdaus, 2009). Besarnya laba yang diperoleh bank syariah akan
mampu mempengaruhi profitabilitas yang dicapai (Rachman dan
Rochmanika, 2014).
Bukti empiris dari Darmoko dan Nuriyah (2012) menunjukkan
bahwa semakin tinggi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang
dikeluarkan oleh bank syariah, maka semakin tinggi tingkat profit
expense ratio bank umum syariah tersebut. Sedangkan bukti
empiris Zahara, Ishaluddin, dan Musnadi (2014) membuktikaan
bahwa secara variabel equity financing tidak berpengaruh terhadap
profit expense ratio bank syariah.
38
c. Hubugan Non Performing Financing terhadap Profit Expense
Ratio
Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat
menimbulkan potensi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan
bermasalah dapat dilihat dari tingkat non performing financing
(NPF). Menurut Siamat (2005), pembiayaan bermasalah adalah
pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor
kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar
kemampuan/kendali nasabah peminjam.
Bukti empiris dari penelitian Santoro (2011), menunjukkan
bahwa semakin tinggi rasio NPF maka akan semakin tinggi
profitabilitas bank umum syariah. Sedangkan bukti empiris dari
Adyani (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio NPF
maka akan semakin rendah profitabilitas bank umum syariah.
39
B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2. 4
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Tahun Terbit Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1.
Arna Suryani
(2011),
Universitas
Batanghari
Jambi
Analisis Debt Financing
dan Equity Financing
terhadap Profit Expense
Ratio Pada Perbankan
Syariah Jambi Periode
2003-2010/ Jurnal
Ilmiah Vol.11 No.3
Sama-sama
menggunakan data
panel dalam
penelitian
Penelitian ini berfokus
pada data keuangan
publikasi Bank Syariah
jambi periode 2003-
2010, sedangkan
penulis menggunakan
data publikasi seluruh
BUS di Indonesia
periode 2011-2015
Tingkat debt financing lebih
mendominasi equity
financing, sehingga Bank
Syariah Mandiri belum
cukup berani melakukan
ekspansi equity financing.
2.
Asma
Rashidah
Idris, Fadli
Fizari Abu
Hassan Asari,
Noor Asilah
Abdullah
Taufik, Nor
Jana Salim,
Rajmi
Mustaffa,
Kamaruzaman
Determinant of Islamic
Banking Institutions
Profitability in Malaysia
Sama-sama
menggunakan data
panel dalam
penelitian
Analisis yang
digunakan adalah
dengan metode
Generalized Least
Square (GLS),
sedangkan penlulis
menggunakan metode
analisis regresi data
panel
Meskipun ada banyak faktor
yang menentukan
keuntungan bank, namun
ukuran bank itu sendiri
merupakan faktor utama
untuk menciptakan
kepercayaan nasabah.
40
(2011)
3.
Dennis Olson,
Taisier A.
Zoubi (2011)
Efficiensy and Bank
Profitability in MENA
countries
Sama-sama menilai
tingkat efisiensi
untuk profitabilitas
bank
Penelitian iini
menggunakan variabel
akuntansi dan objek
penelitiannya adalah
bank di Timur Tengah
dan Afrika Utara,
sedangkan penulis
menggunakan variabel
pembiayaan untuk
mengukur tingkat rasio
profitabilitas dan
menggunakan objek
penelitian BUS di
Indonesia
Peneliti haruslebih fokus
pada laba efisiensi dari
efisiensi biaya. MENA bank
sedikit kurang efisien dalam
biaya, namun MENA bank
memiliki skor terbaik dalam
hal efisiensi keuntungan
dibanding bank-bank lain.
4.
Dody Yoga
Prasetyo
Santoro
(2011)
Analisis Pengaruh
Beberapa Rasio
Keuangan Terhadap
Kinerja Profitabilitas
Pada Bank Umum
Syariah di Indonesia
Periode 2006 – 2009.
Sama-sama menilai
tingkat efisiensi
untuk profitabilitas
bank
Penelitian ini berfokus
untuk pada rasio
keuangan bank syariah
untuk menilai kinerja
profitabilitas bank,
sedangkan penulis
berfokus pada variabel
debt financing, equity
financing, dan NPF
untuk menilai
profitabilitas bank.
Semakin tinggi rasio NPF
maka akan semakin tinggi
profitabilitas bank umum
syariah
41
5.
Lyla Rahma
Adyani
(2011)
Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Profitabilitas (ROA)
(Studi Pada Bank Umum
Syariah Yang Terdaftar
Di Bei Periode
Desember 2005-
September 2010)
Sama-sama menilai
kemampuan bank
dalam
meningkatkan
profitabilitas.
Penelitian ini
menggunakan variabel
dependen ROA untuk
mengukur tingkat
profitabilitas bank,
sedangkan penulis
menggunakan variabel
PER untuk mnilai
tingkat profitabilitas
bank umum syariah.
Menunjukkan bahwa
semakin tinggi rasio NPF
maka akan semakin rendah
profitabilitas bank umum
syariah.
6.
Sehrish Gul,
Faiza Irshad,
Khalid Zaman
(2011)
Factors Affecting Bank
Profitability in Pakistan
Sama-sama
menggunakan data
panel dalam
penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode
pooled Ordinary Least
Square (POLS),
seangkan penulis
menggunakan metode
regresi data panel
Hasil empiris telah
menemukan bukti kuat
bahwa faktor-faktor internal
dan eksternal memiliki
pengaruh yang kuat terhadap
profitabilitas bank.
7.
Abid Usman,
Muhammad
Kashif Khan
(2012)
Evaluating the Financial
Performance of Islamic
and Conventional Banks
of Pakistan: A
Comparative Analysis
Sama-sama
melakukan uji-t
dalam penelitian
membandingkan
profitabilitas 6 bank
syariah, sedangakan
penulis melakukan
analisis rasio
profitabilitas yaitu
PER bada BUS di
Indonesia
Bank syariah memiliki
profitabilitas yang lebih
dibandingkan bank
konvensional. Selain itu
bank syariah memiliki
likuiditas yang lebih besar
dibanding bank
konvensional.
8.
Henry W.
Darmoko,
Eric Nuriyah,
Pengaruh Debt
Financing (DF) dan
Equity Financing (EF)
Sama-sama
menggunakan
variabel DF, EF,
Penelitian ini hanya
menggunakan variabel
DF, EF, dan PER
Variabel tingkat debt
financing dan equity
financing berpengaruh
42
Universitas
Merdeka
Madiun
(2012)
Terhadap Profit Expense
Ratio (PER) Pada Bank
Syariah Vol 1 No. 2
dan PER untuk diteliti,
sedangkan peneliti
menambahkan variabel
NPF untuk dilihat
pengaruhnya tehadap
PER.
positif signifikan terhadap
profit expense ratio (PER).
9.
Siti Zahara,
Islahuddin,
Said Musnadi,
Universitas
Syiah Kuala
(2014)
Pengaruh Debt
Financing dan Equity
Financing Terhadap
Kinerja Keuangan Bank
Syariah di Indonesia
Periode 2006-2010/
jurnal akuntansi Vol.3
No.1 Fakultas Ekonomi
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
Sama-sama
menggunakan
variabel DF, EF,
dan PER
Penelitian ini hanya
menggunakan variabel
DF, EF, dan PER
untuk diteliti,
sedangkan peneliti
menambahkan variabel
NPF untuk dilihat
pengaruhnya tehadap
PER.
Secara simultan tingkat debt
financing dan equity
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan bank
syariah, namun secara
parsial hanya debt financing
yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja
keuangan bank syariah.
10.
AF Rahman,
Ridho
Rochmanika,
UIN Malang,
2012
Pengaruh Pembiayaan
Jual Beli, Hasil, dan
Rasio Non Performing
Financing Terhadap
Profitabilitas BUS Vol.8
No.1
Sama-sama
menggunakan data
panel dalam
penelitian
Menggunakan regresi
linier berganda,
seangkan penulis
menggunakan regresi
data panel
NPF berpengaruh positif
signifikan terhadap
profitabilitas, sedangkan
pembiayaan bagi hasil tidak
berpengaruh.
Sumber: Kumpulan Penelitian Terdahulu
43
Berdasarkan tabel penelitian terdahulu di atas, penelitian ini memiliki
perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada umumnya perbedaan
penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada periode
penelitian, variabel penelitian dan objek penelitian. Penelitian ini melengakapi
kekosongan dari penelitian terdahulu. Hal ini dapat dilihat berdasarkan belum
adanya penelitian mengenali pengaruh Debt Financing, Equity Financing, dan
Non Performing Financing terhadap Profit Expense Ratio pada BUS di
Indonesia selama periode 2011-2015.
44
C. Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan Tahunan BUS
Variabel Independen
1. Debt Financing
2. Equity Financing
3. Non Performing Financing
Variabel Dependen
Profit Expense Ratio
Model Regresi
Regresi Data Panel
Model yang terpilih
Common Effect
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Autokorelasi
3. Uji Multikolinearitas
4. Uji Heteroskedastisitas
Koefisien Determinasi (Adjust R2)
Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
Uji T Uji F
45
D. Uji Hipotesis
1. Pengaruh debt financing terhadap profit expense ratio bank umum
syariah
Bukti empiris dari Darmoko dan Nuriyah (2012) menunjukkan
bahwa semakin tinggi pembiayaan dengan prinsip jual beli yang
dikeluarkan oleh bank, maka semakin tinggi tingkat profit expense ratio
bank umum syariah tersebut. Sedangkan bukti empiris dari Riyadi dan
Yulianto (2014) menunjukkan bahwa debt fianncing tidak berpengaruh
terhadap profit expense ratio bank syariah.
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah
dijelaskan diatas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Diduga debt financing berpengaruh terhadap profit
expense ratio bank syariah.
2. Pengaruh equity financing terhadap profit expense ratio bank umum
syariah
Bukti empiris dari Darmoko dan Nuriyah (2012) menunjukkan
bahwa semakin tinggi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang
dikeluarkan oleh bank syariah, maka semakin tinggi tingkat profit
expense ratio bank umum syariah tersebut. Sedangkan bukti empiris
Zahara, Ishaluddin, dan Musnadi (2014) membuktikaan bahwa secara
variabel equity financing tidak berpengaruh terhadap profit expense
ratio bank syariah.
46
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah
dijelaskan diatas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis 2 : Diduga equity financing berpengaruh terhadap profit
expense ratio bank syariah.
3. Pengaruh non performing financing terhadap profit expense ratio
bank umum syariah
Bukti empiris dari penelitian Santoro (2011) dan Nainggolan
(2010), menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio NPF maka akan
semakin tinggi profitabilitas bank umum syariah. Sedangkan bukti
empiris dari Adyani (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio
NPF maka akan semakin rendah profitabilitas bank umum syariah.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis 3: Diduga NPF berpengaruh terhadap profit expense ratio
bank syariah.
4. Pengaruh debt financing, equity financing, dan non performing
financing secara simultan terhadap profit expense ratio bank umum
syariah
Bukti empiris Rahman dan Rochmanika (2014) menunjukkan
bahwa variabel debt financing, equity financing, dan NPF secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank
syariah.
47
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yag telah
dijelaskan diatas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis 4 : Diduga debt fiancing, equity financing, dan NPF
berpengaruh secaa simultan terhadap profit expense ratio bank syariah.
48
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya. Menurut Sugiyono (2008), metode kuantitatif
adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat
diklasifikasikan, konkrit, teramati dan terukur, hubungan variabelnya
bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka
dan analisisnya menggunakan statistik.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
dengan studi literatur, studi literatur dilakukan dengan mencari
informasi yang bersumber dari buku, jurnal dan laporan keuangan
publikasi terkait dengan Debt Financing, Equity Financing, Non
Performing Financing, dan Profit Expense Ratio.
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif /statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah diterapkan (Sugiyono, 2012:7).
Objek penelitian ini adalah bank syariah, alasan pemilihan objek
penelitian ini adalah sebagaimana data pada Statistik Perbankan
Syariah Nasional menujukkan bahwa volume usaha perbankan syariah
49
masih relatif kecil dalam Statistik Perbankan Nasional. Selain itu,
dilihat dari sisi produk yang ditawarkan oleh bank syariah, bank-bank
tersebut belum menunjukkan perkembangan jenis produk secara baik.
Artinya, produk pembiayaan masih didominasi oleh produk yang
berakad jual beli, belum mengarah pada produk core bank syariah,
yaitu produk yang berakad syirkah.
Ruang lingkup penelitian yang mengkaji pengaruh tingkat
pembiayaan Debt Financing (DF), Equity Financing (EF), dan Non
Performing Financing (NPF) terhadap Profit Expense Ratio ini
mencakup empat variabel, yaitu variabel Profit Expense Ratio (PER)
sebagai variabel dependen, PER merupakan rasio yang mengindikasi
dan menunjukkan nilai biaya yang dikeluarkan secara efisien oleh bank
syariah sehingga mendapatkan income yang tinggi. Mengukur tingkat
PER dengan menggunakan income statement approach karena pada
laporan tersebut memperlihatkan besar profit yang dihasilkan dan
berapa beban yang ditanggug oleh bank syariah pada periode tertentu
(Ascarya, 2005:85).
Kemudian variabel Debt Financing (Jual Beli), Equity Financing
(Bagi Hasil), dan NPF sebagai variabel independen. Variabel Debt
Financing (Jual Beli) merupakan jenis pembiayaan dengan prinsip jual
beli yang diberikan bank kepada nasabahnya. Pengukuran tingkat
pembiayaan dengan prinsip jual beli dilakukan dengan menggunakan
balance sheet approach karena pada neraca bank syariah
50
memperlihatkan berapa besar pembiayaan jual beli yang disalurkan
selama periode tertentu.
Pada variabel Equity Financing (Bagi Hasil) menunjukkan
tingkat pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang diberikan bank
kepada nasabahnya. Tingkat pembiayaan bagi hasil diukur dengan
menggunakan balance sheet approach karena pada neraca bank
syariah memperlihatkan berapa besar pembiayaan bagi hasil yang
disalurkan selama periode tertentu.
Data untuk variabel Non Performing Financing (NPF) diperoleh
dari laporan keuangan masing-masing BUS di Indonesia yang diambil
dari tahun 2011-2015 dengan menggunakan data NPF Perbankan
Syariah di Indonesia.
Sumber data pada penelitian ini menggunakan data sekunder,
yaitu data keuangan publikasi masing-masing BUS yang ada di
Indonesia yang diambil langsung oleh peneliti dari website bank umum
syariah masing-masing.
B. Teknik Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2008) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari atas obyek/subyek yang mempunyai ualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga byek dan benda-benda alam yang lain.
51
Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh
BUS yang beroperasi di Indonesia dan telah mempublikasikan laporan
keuangannya secara lengkap dalam rentan periode 2011-2015.
Penentuan sampel dilakukan secara random (non probability sampling)
dengan metode purposive sampling yang dilakukan dengan mengambil
sampel dari populasi berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh semua BUS
di Indonesia periode tahun 2011-2015.
2. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan laporan
keuangan tahunan periode tahun 2011-2015.
3. Laporan keuangan yang dipublikasikan tersebut telah
memenuhi standar PSAK dan peraturan Bank Indonesia serta
surat edaran Bank Indonesia.
Tabel 3. 1
Populasi Penelitian
No. Nama Bank
1. PT Bank BNI Syariah
2. PT Bank Mega Syariah
3. PT Bank Muamalat Indonesia
4. PT Bank Syariah Mandiri
5. PT Bank BCA Syariah
6. PT Bank BRI Syariah
7. PT Bank Jabar Banten Syariah
8. PT Bank Panin Syariah
9. PT Bank Syariah Bukopin
10. PT Bank Victoria Syariah
11. PT Bank Maybank Syariah Indonesia Sumber: Bank Indonesia
52
Tabel 3. 2
Sampel Penelitian
No. Nama Bank
1. PT Bank BNI Syariah
2. PT Bank Mega Syariah
3. PT Bank Muamalat Indonesia
4. PT Bank Syariah Mandiri
5. PT Bank BRI Syariah
6. PT Bank Syariah Bukopin Sumber: Bank Indonesia
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang
dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara
sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya (Sekaran,
2006).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik dokumentasi dengan menggunakan sumber data
sekunder, yaitu mengambil data berupa laporan keuangan publikasi
masing-masing BUS yang ada di Indonesia periode 2011-2015
terutama laporan komposisi pembiayaan. Teknik pengumpulan data
primer dilakukan dengan mengambil informasi berupa teori-teori yang
digunakan dalam penelitian dari buku-buku referensi.
Selain itu pengumpulan data dilengkapi dengan cara studi
kepustakaan, yaitu mengkaji referensi dengan menggunakan buku-
buku yang relevan, artikel dan peraturan mengenai perbankan syariah
dan bahan lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
53
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang lebih mudah dipahami untuk diinterpretasikan (Purwanto,
Sulistyowati, 2007:109). Teknik analisa data yang dipergunakan pada
penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Analisis data
dilakukan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan Eviews
versi 8.
Model persamaan regresi data panel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = 0 + 1 DF + 2 EF + 3 NPF + e
Keterangan:
Y = Profit Expense Ratio bank syariah
0 = Konstanta
1, 2, 3 = Koefisien masing-masing variabel
DF = Debt Financing (tingkat jual beli) bank syariah
EF = Equity Financing (tingkat bagi hasil) bank syariah
NPF = Non Performing Financing bank syariah
1. Estimasi (Membuat Persamaan) Regresi Data Panel
Dalam metode estimasi model regresi data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
b. Common Effect Model
Menurut Baltagi Dalam Sembodo (2013) model tanpa
pengaruh individu (common effect) adalah pendugaan yang
54
meggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross
section dan menggunakan pendekatan OLS (Ordinary Least
Square) untuk menduga parameternya. Metode OLS
merupakan salah satu metode populer untuk menduga nilai
parameter persamaan regresi linier.
c. Fixed Effect Model
Pendugaan parameter regresi panel dengan Fixed Effect
Model menggunakan teknik penambahan variabel dummy
sehingga metode ini seringkali disebut dengan Least Square
Dummy Variabel model. Gujarati (2004) mengatakan bahwa
pada Fixed Effect Model diasumsikan bahwa koefisien slope
bernilai konstan tetapi intercept bersifat tidak konstan.
d. Random Effect Model
Menurut Nachrowi & Usman dalam Iqbal (2015)
pemilihan metode fixed effect atau metode random effect dapat
dilakukan dengan pertimbangan tujuan analisis, atau ada pula
kemungkinan data yang digunakan sebagai dasar pembuatan
model hanya apat diolah oleh salah satu metode saja akibat
sebagai persoalan teknis matematis yang melandasi
perhitungan.
55
2. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel
a. Uji Chow
Uji ini digunakan untuk memilih salah satu model pada
regresi data panel, yaitu antara fixed model effect dengan
common effect model. Hipotesis nul pada uji ini adalah bahwa
intersep sama, atau dengan kata lain model yang tepat untuk
regresi data panel adalah common effect model, dan hipotesis
alternatifnya adalah intersep tidak sama atau model yang tepat
untuk regresi data panel adalah fixed effect model.
Menurut Iqbal (2015) dalam melakukan uji chow
menggunakan Eviews dapat menggunakan likelihood ratio.
Untuk menentukan model yang lebih baik antara CE dan FE
dilihat dari nilai probabilitas untuk Cross-section F. Jika
nilainya >0.05 maka model yang terpilih adalah CE, tetapi jika
nilainya <0.05 maka model yang terpilih adalah FE.
b. Uji Hausman
Uji hausman bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek
random di dalam panel data. Dalam perhitungan statistik uji
hausman diperlukan asumsi bahwa banyaknya kategori cross
section lebih besar dibandingkan jumlah variabel independen
(termasuk konstanta) dalam model. Lebih lanjut dalam
estimasi statistik uji hausman diperlukan estimasi variansi
cross-section yang positif, yang tidak selalu dapat dipenuhi
56
oleh model. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi maka
hanya dapat digunakan model fixed effect (Rosadi,2012:274).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas untuk
mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak (Kuncoro,
2001). Model regresi yang baik adalah data normal atau
mendekati normal. Sebenarnya normalitas dapat dilihat dari
gambar histogram, namun sering kali polanya tidak mengikuti
bentuk kurva normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah
jika melihat koefisien dan Jarque-Bera dari Probabilitasnya.
Bila nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2),
maka data berdistribusi normal. Bila probabilitas lebih besar
dari 5%, maka data berdistribusi normal (Winarno, 2015:5.43).
Ansofino dkk (2016) menjelaskan dalam software Eviews
normalitas sebuah data dapat diketahui dengan
membandingkan nilai Jarque-Bera (JB) dengan nilai Chi-
square tabel. Nilai Chi-square didapat dengan melihat jumlah
variabel independen yang dipakai. Uji JB didapat dari
histogram normality yang akan dibahas dibawah ini:
1) H0 : data berdistribusikan normal
2) H1 : data tidak berdistribusi normal
57
Jika hasil dari JB hitung > Chi-square tabel, maka Ho
ditolak.
Jika hasil dari JB hitung < Chi-square tabel, maka Ho
diterima.
Kusrianto (2007) menggunakan Microsoft Excel untuk
membuktikan hipotesa yang dihasilkan valid. Yaitu
menggunakan fungsi CHINV pada Microsoft Excel dengan
rumus:
=CHIINV(probabilitas, deg_freedom)
Menurut Gujarati (2007) secara umum, jumlah derajat
kebebasan berarti jumlah observasi independen yang tersedia
untuk menghitung statistik. Dalam hal ini observasi
independen yang dimiliki sebanyak n-1.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan
residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali,
2011:139). Sehingga dapat menghindari gangguan
heteroskedastisitas yang membawa hasil uji statistik tidak tepat
serta interval keyainan untuk estimasi parameter yang kurang
tepat pula. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik plot antara
nilai prediksi variabel independen (ZEPRED) dengan
58
residualnya (SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak
terdapat pola tertentu yang teratur maka diidentifikasi tidak
terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).
Untuk mendeteksi apakah terjadi heteroskedastisitas dapat
menggunakan uji white dengan bantuan software Eviews. Uji
white menggunakan residul kkuadrat sebagai variabel
dependen, dan variabel independennya terdiri atas variabel
independen yang sudah ada, ditambah dengan kuadrat variabel
independen (Winarno, 2015:15.17).
Uji white untuk mendeteksi apakah terjadi masalah
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan nilai probabilitasnya.
Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikanai
0.005 ( 5%) sehingga signifikan. Artinya menolak hipotesis
nol atau menerima hipotesis alternatif. Jika menolak hipotesis
nol tidak ada heteroskedastisitas, berarti model mengandung
masalah heteroskedastisitas (Widarjono, 2010:91).
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang
sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua
variabel bebas (Kuncoro, 2001). Uji multikolonieritas
bertujuan untuk menguji apakah ada model regresi ditemukan
adanya korelasi antara varibel bebas (independen). Model
59
Regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebas (Ghozali, 2001).
Jika koefisien korelasi cukup tinggi, yaitu diatas 0.85 maka
kita dapat menduga bahwa terjadi multikolinearitas dalam
model. Sebaliknya, jika koefisien korelasi kurang dari 0.85
maka diduga model tidak mengandung masalah
multikolinearitas (Widarjono, 2010:77).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2012). Autokorelasi muncul akibat
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Alat analisis yang digunakan
adalah uji Breusch-Godfrey.
Nama lain dari uji breusch-godfrey adalah uji Lagrange-
Multiplier (Pengganda Lagrange) (Winarno, 2015:5.33). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan
pengujian breusch-godfrey dengan memperhatikan nilai Prob-
F. Apabila nilai Prob-F lebih besar dari dari tingkat
signifikansi 0.05, maka uji hipotesis H0 diterima yang artinya
tidak terjadi autokorelasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob-F
60
lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05 maka dapat
disimpulkan terjadi autokorelasi (Iqbal, 2015:16).
4. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji F atau yang disebut juga dengan uji simultan digunakan
untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi
dengan menggunakan hipotesis statistik (Santoso, 2004:168).
Langkah-langkah dalam pengujian uji simultan adalah sebagai
berikut:
1) Merumuskan hipotesis statistik
a) H0 : b1 = b2 = 0, artinya X1 dan X2 secara
simultan (sendiri-sendiri) tidak berpengaruh
signifikan terhadap Y.
b) Ha : b1 = b2 ≠ 0, artinya X1 dan X2 secara
simultan (sendiri-sendiri) berpengaruh
signifikan terhadap Y.
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel ependen maka
digunakan tingkat signifikansi sebesar 0.05. jika nilai
61
probabilitas F lebih besar dari 0.05, maka model regresi tidak
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen,
dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, dan sebaliknya
(Ghozali, 2011:178).
b. Uji T
Pengujian hipotesis secara parsial, dapat diuji dengan
menggunakan rumus uji t. Pengujian t-statistik bertujuan untuk
menguji ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Uji t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel independen (Ghozali 2011:84).
Menurut Ghozali (2006) uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uuntuk menguji apakah hipotesis ini digunakan
statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama
dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05≤Sig), maka
H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
62
2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama
dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05≥Sig), maka
H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Dalam penelitian ini, berarti uji t digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen
yang terdiri atas tingkat pembiayaan bagi hasil dan jual beli
yang dikeluarkan oleh bank syariah terhadap profit expense
ratio yang merupakan variabel dependennya.
5. Adjusted (R2)
Koefisien determinasi (Adjust R2) pada intinya adalah
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
ariasi variabel dependen. `Nilai adjust R2
adalah diantara 0 dan 1.
Jika nilai adjust R2
berkisar hampir 1, berarti semakin uat
kemampuan variabel dependen, dan sebaliknya jika nilai adjust R2
semakin menekati 0 maka semakin lemah kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali,
2011:177).
Koefisien determinasi adjust R2
digunakan untuk mengukur
seberapa baik garis regresi sesuai dengan data akhirnya (goodness
of fit). Koefisien determinasi ini mengukur presentase total variasi
variabel dependen (Y) yang dijelaskan oleh variabel independen
didalam garis regresi (Widarjono, 2010:19)
63
Semakin angkanya mendekati 1 maka semakin baik garis
regresi karena mampu menjelaskan data aktualnya. Semakin
mendekati angka nol, maka mempunyai regresi yang kurang baik
(Widarjono, 2016:26).
E. Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Profit
Expense Ratio (PER) yang digunakan untuk menunjukkan nilai
indikasi penggunaan beban-beban secara efisien dalam
variabel independen sehingga diperoleh pendapatan yang
maksimal. Tingkat PER dalam penelitian ini ditentukan dengan
mengambil nilai profit (laba) dalam laporan tahunan masing-
masing BUS, kemudian dibagi dengan jumlah beban. Rumus
untuk mendapatkan tingkat PER adalah sebagai berikut:
b. Variabel Independen (X)
Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2009:4).
64
1) Pembiayaan dengan sistem Debt Financing (DF) (X1)
Variabel debt financing (DF) dalam penelitian ini
mengambil jumlah pembiayaan jual beli dalam laporan
tahunan masing-masing BUS. Pembiayaan jual beli
yang terdapat dalam Bank Umum Syariah diantaranya
yaiu menggunakan akad salam, isthisna, dan ijarah.
Pada penelitian iini, nilai tingkat EF didapat dengan
cara membagi keseluruhan total pembiayaan jual beli
dengan total pembiayaan yang dikeluarkan BUS.
Rumus untuk mendapatkan tingkat DF adalah sebagai
berikut:
2) Pembiayaan dengan sistem Equity Financing (EF)
(x2)
Variabel equity financing (EF) dalam penelitian ini
mengambil jumlah pembiayaan bagi hasil yang
dikeluarkan oleh BUS dengan akad mudharabah dan
musyarakah. Dalam penelitian ini, nilai tingkat EF
didapat dengan cara membagi jumlah pembiayaan bagi
hasil yang dikeluarkan kemudian dibagi dengan total
65
pembiayaan keseluruhan BUS setiap akhir tahun.
Rumus untuk mendapatkan tingkat DF adalah sebagai
berikut:
3) Non Performing Financing (NPF)
Kredit atau pembiayaan yang disalurkan dikatakan
bermasalah jika pengembaliannya terlambat dibanding
jadwal yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan
sama sekali. Dalam konteks Indonesia, kredit atau
pembiayaan bermasalah dapat dikelompokkan menjadi
kredit tak lancar dan macet (Rahardja dan Manurung,
2004:196 ).
Dalam penelitian ini, nilai NPF diambil langsung
dari laporan tahunan masing-masing BUS yang sudah
tertulis dalam rasio keuangan.
66
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat BNI Syariah
Pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah
(UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus
berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang
Pembantu.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan
UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat
temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut
terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI
Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin
off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek
regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen
Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat
67
dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga
semakin meningkat.
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor
Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil
Layanan Gerak dan 20 Payment Point.
(Website BNI Syariah)
2. Sejarah Singkat BRI Syariah
Pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara
resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan
usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah
Islam.
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada
19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha
Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur
ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku
efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh
Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku
Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga
terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan
pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana
68
pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT.
Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel modern
terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.
(Website BRI Syariah)
3. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin
PT BANK SYARIAH BUKOPIN (selanjutnya disebut
Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah
yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk
diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank
konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut
berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana PT
Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank
Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan
Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan
bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan
nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang
Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan
Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank
Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan operasi
berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor
24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin
Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank.
69
Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki
jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11
(sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4
(empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh
puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh)
mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.
(Website Bank Syariah Bukopin)
4. Sejarah Singkat Mandiri Syariah
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-
1998. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB)
yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank
Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak
krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan
upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor
asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru
bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik
mayoritas baru BSB.
70
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI
No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui
Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT
Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi
sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
(Website Bank Syariah Mandiri)
5. Sejarah Singkat Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri
Keuangan RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT
Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para
Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Sejak 2
November 2010 sampai dengan sekarang, melalui Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank
Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega
Syariah.
Pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari
Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank
penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH).
71
Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai
BPS BPIH yang tersambung secara online dengan Sistem
Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu
menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin
melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia.
(Website Mega Syariah)
6. Sejarah Singkat Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai
kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah
didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai
Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan
sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan
beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3
juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di
Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih
dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 1996 ATM,
serta 95.000 merchant debet. Penghargaan yang telah diterima antara
lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic
Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial
72
Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta
sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh
Alpha South East Asia (Hong Kong).
(Website Bank Muamalat)
B. Analisis Deskriptif
Tabel 4. 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
TINGKAT_PER TINGKAT_DF TINGKAT_EF NPF
Mean 0.281667 0.744667 0.278000 3.337667
Maximum 0.860000 0.830000 0.510000 7.000000
Minimum 0.130000 0.490000 0.130000 1.000000
Observations 30 30 30 30
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui nilai rata-rata dari
tingkat PER pada BUS di Indonesia selama periode 2011 sampai 2015
adalah sebesar 0.281667. Nilai maksimum tingkat PER sebesar 0.86%
terdapat pada bank Syariah Mandiri pada tahun 2015. Nilai minimum
tingkat PER yaitu sebesar 13% terdapat pada BRI Syariah pada tahun
2011.
Variabel tingkat DF (jual beli) menunjukan nilai rata-rata sebesar
0.744667 dari seluruh BUS di Indonesia periode 2011-2015. Nilai
maksimum variabel ini terdapat pada BNI Syariah pada tahun 2013
dengan jumlah sebesar 83%. Nilai minimum variabel tingkat DF sebesar
49% terdapat pada bank Muamalat pada tahun 2013.
Nilai rata-rata untuk variabel EF (bagi hasil) dari seluruh BUS di
Indonesia periode 2011-2015 adalah sebesar 0.278000. Nilai maksimum
variabel EF adalah sebesar 51% terdapat pada bank Muamalat pada tahun
73
2013. Nilai minimum variabel EF terdapat pada bank Bukopin Syariah
pada tahun 2011 dengan nilai sebesar 13%.
Rata-rata nilai variabel NPF seluruh BUS di Indonesia periode
2011-015 adalah sebesar 3.337667. Nilai minimum variabel NPF terdapat
pada bank Muamalat tahun 2011 dengan nilai 0.100000 (0.10%). Nilai
maksimum variabel ini yaitu sebesar 7% terdapat pada bank Syarah
Mandiri pada tahun 2014.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Chow
Tabel 4. 2
Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.485239 (5,21) 0.0643
Cross-section Chi-square 13.944524 5 0.0160
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa nilai Probabilitas
(Prob.) untuk Cross-section F sebesar 0.0643 yang artinya nilai ini berada
di atas nilai 0,05 (tingkat signifikansi atau alpha), sehingga model yang
paling tepat untuk penelitian ini adalah Common Effect (CE) dibandingkan
dengan Fixed Effect (FE).
74
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 30
Mean 2.41e-17
Median -0.048154
Maximum 0.589732
Minimum -0.314982
Std. Dev. 0.229731
Skewness 0.995725
Kurtosis 3.533825
Jarque-Bera 5.313553
Probability 0.070174
Grafik 4. 1 Hasil Uji Normalitas
Gambar 4. 1 Tabel Chi Square
Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat hasil dari pengujian
normalitas bahwa data dalam penelitian ini bersifat normal.
Hal ini dilihat berdasarkan nilai Jarque-Bera sebesar 5.31 lebih
kecil dibandingkan dengan nilai Chi-square sebesar 7.81 yang
didapat dari melihat jumlah variabel independennya.
75
b. Uji Multikolinearitas
TINGKAT_DF TINGKAT_EF NPF TINGKAT_DF 1.000000 -0.743957 0.143187
TINGKAT_EF -0.743957 1.000000 -0.081035
NPF 0.143187 -0.081035 1.000000
Sumber: Hasil olah data
Jika koefisien korelasi cukup tinggi, yaitu diatas 0.85
maka kita dapat menduga bahwa terjadi multikolinearitas
dalam model. Sebaliknya, jika koefisien korelasi kurang dari
0.85 maka diduga model tidak mengandung masalah
multikolinearitas (Widarjono, 2010:77).
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui dari hasil
pengujian pada penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas
karena nilai seluruh korelasi antar variabel berada dibawah
0.85.
c. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4. 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.933253 Prob. F(9,20) 0.5185
Obs*R-squared 8.872699 Prob. Chi-Square(9) 0.4491
Scaled explained SS 8.477375 Prob. Chi-Square(9) 0.4868
Sumber: Hasil olah data
Tabel 4. 3
Hasil Uji Multikolinearitas
76
Berdasarkan tabel hasil uji diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat heteroskedasitas. Hal
ini didasari pada nilai Probabilitas Chi-square sebesar 0.4491,
dimana nilai ini lebih besar dari nilai 0.05 (tingkat signifikansi
atau alpha), ini berarti Ho diterima, maka disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4. 5
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.139179 Prob. F(2,24) 0.8708
Obs*R-squared 0.343959 Prob. Chi-Square(2) 0.8420
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan dari tabel 4.5 hasil uji autokorleasi dapat
dilihat nilai Prob-F sebesar 0.8708, dimana nilai tersebut lebih
besar dari 0.05 (tingkat signifikansi atau alpha) maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi dalam
penelitian ini.
77
3. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
Tabel 4. 6
Hasil Uji F
Dependent Variable: TINGKAT_PER
Method: Panel Least Squares
Date: 01/18/17 Time: 22:01
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TINGKAT_DF 0.533597 0.287818 1.853937 0.0751
TINGKAT_EF 0.054636 0.029696 1.839848 0.0772
NPF -0.732219 0.216633 3.379999 0.0023
C -0.491632 0.249530 -1.970234 0.0595 R-squared 0.400749 Mean dependent var 0.337667
Adjusted R-squared 0.331605 S.D. dependent var 0.305023
S.E. of regression 0.249373 Akaike info criterion 0.183833
Sum squared resid 1.616861 Schwarz criterion 0.370659
Log likelihood 1.242503 Hannan-Quinn criter. 0.243600
F-statistic 5.795830 Durbin-Watson stat 1.722993
Prob(F-statistic) 0.003578
Sumber: Hasil olah data
Hasil perhitungan dari uji F menunjukkan bahwa nilai
probabilitas f-statistik sebesar 0.003578 dimana nilai ini lebih kecil
dari tingkat signifikansi yaitu 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel tingkat jual beli, tingkat bagi hasil, dan NPF secara simultan
(bersama-sama) berpengaruh terhadap PER.
b. Uji T (Parsial)
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat dilihat nilai probabilitas
masing-masing variabel, dapat diketahui bahwa variabel jual
beli dan bagi hasil tidak berpengaruh terhadap PER karena
78
nilai probabilitasnya melebihi nilai signifikansi 0.05,
sedangkan variabel NPF berpengaruh terhadap PER. Berikut
ini penulis mencoba menjelaskan hasil perhitungan uji t
masing-masing variabel.
Hipotesis pertama mengenai variabel Tingkat Debt
Financing, diketahui bahwa nilai prpobabilitas variabel ini
sebesar 0.0751 yang berarti variabel ini tidak berpengaruh
terhadap PER karena nilai probabilitas > 0.05.
Hipotesis kedua mengenai variabel Tingkat Equity
Financing, nilai probabilitas variabel ini adalah 0.0772 yang
berarti bahwa variabel iini juga tidak berpengaruh terhadap
PER karena nilai probabilitasnya > 0.05.
Hipotesis ketiga mengenai variabel NPF, dimana nilai
probabilitasnya < 0.05 yaitu sebesar 0.0023, sehingga variabel
ini memberikan pengaruh terhadap variabel independen PER.
4. Analisis Regresi Data Panel
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan
adalah regresi data panel. Metode ini dirasa tepat karena jenis data
yang digunakan merupakan data gabungan dari tome series dan
cross section (data panel).
Persamaan regresi data panel yang diperleh adalah sebagai
berikut:
Y = β0 - β3 NPF + e
79
PER= -0.491632 – 0.732219 NPF+ e
Keterangan:
TINGKAT_DF = Tingkat jual beli periode 2011-2015
TINGKAT_EF = Tingkat bagi hasil periode 2011-2015
NPF = Non Performing Financing periode 2011-
2015
Berdasarkan hasil analisis regresi data panel diatas
menjelaskan bahwa variabel NPF berpengaruh terhadap profit
expense ratio bank syariah. Nilai t hitung sebesar 3.379999 lebih
besar dari nilai t tabel sebesar 2.055529 dan nilai probabilitas untuk
variabel NPF sebesar 0.0023 lebih kecil daeri tingkat signifikansi
0.05, hal ini menunjukkan bahwa variabel NPF berpengaruh
signifikan terhadap profit expense ratio bank umum syariah. Nilai
koefisien variabel NPF sebesar 0.732219 memiliki tanda negatif (-
), hal ini berarti jika variabel NPF mengalami penurunan setiap
sebesar satu poin maka menyebabkan penurunan pada tingkat profit
expense ratio sebesar 0.732219.
5. Koefisien Determinasi (Adjust R2)
Dilihat pada tabel 4.6 menunjukkan nilai Adjust R square
sebesar 0.33 atau disebut juga koefisien determinasi. Nilai Adjust R
square ini menunjukkan bahwa 33% tingkat pembiayaan dengan
sistem jual beli, bagi hasil, dan juga NPF memberikan kontribuasi
80
terhadap tingkat PER pada BUS di Indonesia. Sedangkan 67%
yang memberikan kontribusi terhadap tingkat PER yaitu dari
variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperi variabel
DPK, CAR, LDR, dll.
D. Interpretasi Data
1. Pengaruh Tingkat Debt Financing Terhadap Profit Expense Ratio
Sebagaimana hasil penelitian menggunakan aplikasi Eviews 8 yang
telah dijabarkan diatas, dapat diketahui bahwa variabel tingkat DF
tidak memiliki pengaruh terhadap variabel PER. Pernyataan ini dapat
dibuktikan dengan melihat tabel 4.6 dimana nilai probabilitas variabel
tingkat DF lebih besar dari tingkat signifikansi.
Hal tersebut menjelaskan bahwa tingkat pembiayaan jual beli tidak
mempengaruhi bank syariah dalam hal meningkatkan laba perusahaan.
Terbukti dengan melihat laporan keuangan BUS, bahwa pada tahun
2015 bank Syariah Mandiri memiliki nilai jual beli yang paling tinggi
namun tingkat profitabilitasnya kecil.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Riyadi dan Yulianto (2014) yang menyebutkan bahwa debt financing
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank. hal ini dikarenakan
belum tentu pembiayaan jual beli yang disalurkan oleh bank kepada
nasabah akan dikembalikan sesuai kesepakatan, sehingga berapapun
kenaikan atau penurunan penyaluran pembiayaan jual beli tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Tetapi hasil penelitian ini
81
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Suryani (2011) yang
menyebutkan bahwa tingkat debt financing memiliki pengaruh
terhadap PER. Perbedaan hasil penelitian bisa saja karena pada
penelitian tersebut tidak memasukkan data seluruh BUS di Indonesia,
tetapi hanya membandingkan antara dua bank syariah saja, sehingga
jumlah sampel yang diteliti berbeda.
2. Pengaruh Tingkat Equity Financing Terhadap Profit Expense Ratio
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa variabel EF tidak
memiliki pengaruh terhadap PER. Hal ini didasarkan pada nilai
probabilitas variabel tingkat EF lebih besar dari tingkat signifikansi.
Sama halnya dengan variabel DF, variabel EF menunjukkan bahwa
tingkat pembiayaan bagi hasil yang rendah pada bank syariah tidak
mempengaruhi perusahaan dalam meningatkan laba perusahaan. Hal
ini dikarenakan tingkat bagi hasil dalam bank syariah masih sangat
rendah, sehingga nilai pembiayaan bagi hasil tidak memiliki pengaruh
dibandingkan dengan variabel lain yang mempengaruhi seperti BOPO,
NPF, CAR dan variabel lain yang mendukung rasio keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
Zahara, Ishaluddin, dan Musnadi (2014) yang membuktikan bahwa
secara parsial variabel equity financing tidak berpengaruh terhadap
profit expense ratio bank syariah. Hal ini disebabkan oleh nilai NPF
yang tinggi sehingga pembiayaan jual beli tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Tidak berpengaruhnya pembiayaan bagi hasil ini
82
mengindikasikan bahwa pembiayaan bagi hasil yang disalurkan masih
belum produktif serta masih kurang diminatinya pembiayaan bagi hasil
pada bank syariah. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan Darmoko dan Nuriyah (2012) yang
menyebutkan bahwa variabel equity financing berpengaruh signifikan
terhadap PER.
Hal tersebut bisa saja dikarenakan perbedaan pada variabel yang
diteliti. Darmoko dan Nuriyah hanya menggunakan variabel Debt
Financing dan Equity Financing untuk diukur pengaruhnya terhadap
PER, sedagkan penulis menambahkan variabel NPF untuk mengukur
tingkat efisiensi bank.
3. Pengaruh NPF Terhadap Profit Expense Ratio
Variabel NPF memiliki pengaruh terhadap variabel PER. Hal ini
dapat dibuktikan dengan melihat tabel 4.6 yang menunjukkan nilai
probabilitas variabel NPF lebih kecil dari tingkat signifikansi.
Hal tersebut didasari pada pernyataan bahwa tingkat kesehatan
NPF ikut mempengaruhi pencapaian laba bank syariah (Suhada:
2009). Bertambahnya NPF akan mengakibatkan hilangnya
kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang
diberikan, sehingga mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh
buruk terhadap PER. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Santoro (2011) dan Nainggolan (2010) yang
83
menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio NPF maka akan semakin
tinggi profitabilitas bank umum syariah .
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran dari hasil penelitian yang telah dijelaskan
oleh penulis, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembiayaan dengan sistem bagi hasil maupun jual beli tidak
memiliki pengaruh terhadap profit expense ratio (PER). Hal ini
dikarenakan jumlah pembiayaan jual beli yang dikeluarkan oleh
bank syariah belum tentu dikembalikan oleh nasabah sesuai
perjanjian, dan juga disebabkan oleh nilai NPF yang tinggi
sehingga pembiayaan bagi hasil yang dihasilkan belum produktif
dan tidak berpengaruh terhadap profit expense ratio bank umum
syariah.
2. Variabel NPF memiliki pengaruh meskipun terhadap profit expense
ratio (PER). Jadi, bertambahnya NPF akan mengakibatkan
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari
pembiayaan yang diberikan, sehingga mempengaruhi perolehan
laba dan berpengaruh buruk terhadap PER
3. Variabel debt financing, equity financing, dan NPF secara bersama-
sama tidak berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga
85
variabel tersebut secara bersama-sama kurang dalam melakukan
efisiensi beban-beban yang dikeluaran BUS dalam hal pembiayaan.
B. Saran
1. Bagi Bank Umum Syariah
a. Bank Umum Syariah harus lebih meningkatkan pendapatan
melalui pembiayaan bagi hasil, karena pada hakekatnya
pembiayaan dengan sistem bagi hasil adalah transaksi dagang yag
dianjurkan rasulullah.
b. Bank Umum Syariah juga harus lebih meningkatkan penyaluran
pembiayaan secara luas dalam hal usaha, agar dapat memperkokoh
perusahaan dan meningkatkan perusahaan, sehingga masyarakat
lebih percaya dengan Bank Umum Syariah untuk mengelola
dananya. Hal ini tentunya dapat meningkatkan profit perusahaan.
c. Bank Umum Syariah harus lebih meningkatkan laba dan
mengurangi masalah kerugian akibat pembiayaan bermasalah,
karena hal tersebut akan mengurangi kualitas perusahaan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian ini akan lebih sempurna apabila variabel yang digunakan
lebih banyak untuk mendukung penelitian ini.
b. Periode penelitian akan lebih baik apabila diperpanjang, sehingga
dapat memberikan gambaran yang lebih luas tentang keadaam
bank umum syariah di masa lalu.
86
c. Hasil penelitian akan lebih akurat apabila pengujian dilakukan
menggunaan lebih dari 1 metode, sehingga hasil penelitian dapat
dibandingkan mana yang lebih akurat.
87
DAFTAR PUSTAKA
Adyani , Lyla Rahma. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas (ROA) (Studi Pada Bank Umum Syariah Yang Terdaftar Di
Bei Periode Desember 2005-September 2010)”, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, 2011.
Agus Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyowati. “Metode Penelitian
Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah Penelitian”, Gava
Media, Yogyakarta, 2007.
Al Aziz S, Ust. Drs. Moh. Saifulloh. “Fiqh Islam Lengkap”, Terbit Terang,
Surabaya, 2005.
Ali, H. Masyhud. “Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek”, PT
Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2005.
Amir, Machmud dan Rukmana. “Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi
Empiris di Indonesia”, Erlangga, Jakarta, 2010.
Andri, Soemitra. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2009
Anonimous. “Pangsa Pasar Masih Kecil; Potensi Pengembangan Perbankan
Syariah Masih Besar”, Metro TV News, 2015.
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”, Gema Insani
Press, Jakarta, 2001.
______.Bank Syariah: Bagi Bankir & Praktisi Keuangan. Jakarta: Bank Indonesia
& Tazkia Institute 2001.
Ariefianto, Moch Doddy. “Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan
Menggunakan EVIEWS”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012.
Arifin, Zainal. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, Azkia Publisher,
Jakarta, 2009.
Ascarya. “Dominasi Pembiayaan Non Bagi Hasil di Perbankan Syariah di
Indonesia: Masalah dan Alternati Solusi”, EKABA Universitas Trisakti,
Jakarta, 2005.
Benget, M Nainggolan.”Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing
Loan, Operational Efficiency Ratio, FinancingTo Deposit Ratio Terhadap
Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia”. Ekonomi Universitas
Sumatera Utara, 2010.
88
Chapra, M. Umer. “Sistem MoNoner Islam, (ter. Towards a Just MoNonary
System”, Gema Insani Press, Jakarta, 2000.
Darmawi, Herman. “Pasar Finansial dan Lembaga-lembaga Finansial”, PT Bumi
Aksara, Jakarta, 2006.
Darmoko, Henry W. Dan Eric Nuriyah. 2012, “Pengaruh Debt Financing dan
Euity Financing Terhadap Profit Expense Ratio Pada Bank Syariah”,
Universitas Merdeka Madiun, Vol,1 No. 2.
Firdaus, H Rachmat dan Maya Aariyanti. “Manajemen Perkreditan Bnk Umum”,
Alfabeta, Bandung, 2009.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multiariate Dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.
____________. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
____________. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS 19 ”,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
____________. “Aplikasi Analisis Multiariate Dengan Program IBM SPSS 19”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2012.
____________ “Aplikasi Analisis Multiariate Dengan Program IBM SPSS 20”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2012.
Gujarati, Damodar. “Ekonometri Dasar”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995.
____________. “Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumanto Zain”, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2003.
____________. “Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumanto Zain”, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2004.
____________. “Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumanto Zain”, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2007.
Gul, Sehrish dan Faiza Irshad, Khalid Zaman. “Factors Affecting Bank
Profitability in Pakistan”, 2011.
Harahap, Sofyan S. Wiroso dan Muhammad Yusuf. “Akuntansi Perbankan
Syariah”, LPFEE-Usakti, Jakarta, 2005.
Idris, Rashidah Asma, dkk. “Determinant of Islamic Banking Institutions
Profitability in Malaysia”, Jakarta, 2011.
89
Ikatan Bankir Indonesia. “Memahami Bisnis Bank Syariah”, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2014.
Institut Bankir Indonesia. “Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank
Syariah”, Djambatan, Jakarta, 2001.
Iqbal, Muhammad. “Operasionalisasi Regresi Data Panel Dengan Eviews 8 ”,
Perbanas, 2015.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer”, Gema Insani
Press, Jakarta, 2001.
_____________. “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2010.
______________. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT RajaGrafindo
Persada, Depok, 2014.
Khan, Tariqullah dan Ahmad. 2001, “Risk Management: an Analysis of Issues in
Islamic Financial Industry”. Islamic Development Bank, Islamic Research
and Training Institute, No. 5.
Kuncoro, Mudrajat. “Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi”, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
Kusrianto, Adi. “Memanfaatkan Formula dan Fungsi Microsoft Office Excel 2007
dan 2010”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007.
aya, Puspa Pesona Putri. Analisis Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan
Murabahah Hubungannya dengan Profitabilitas Bank Umum Syariah
Periode 2003-2007. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Malang.
2009.
Muhamad. “Manajemen Bank Syariah”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2002.
________. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta, 2005.
Mulazid, Ade Sofyan. “Pelaksanaan Sharia Compliance Pada Bank Syariah
(Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri, Jakarta)”. Madania, Vol 20,
No. 1, 2016.
Nachrowi, D. N. & H. Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga Penerbit FE UI,
Jakarta, 2006.
Ni’mah, Beauty Choirun.”Pengaruh Pembiayaan Dengan Sistem Bagi Hasil dan
Pembiayaan Dengan Sistem Jual Beli Terhadap Profit Expense Ratio
(PER) Pada Bank Rakyat Indonesi Syariah dan Bank Negara Indonesi
Syariah”, IAIN Tulungagung, 2015.
90
Olson, Dennis dan Taisier A. Zoubi. “Efficiensy and Bank Profitability in MENA
countries”, 2011.
Purwanto, Erwan Agus dan Sulistyawati, Dyah Ratih. “Metode Penelitian
Kuantitatif”, Gava Media, Yogyakarta, 2007.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. “Teori Ekonomi Mikro”, LPFEUI,
Jakarta, 2004.
Rahman, AF dan Ridho Rochmanika. “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Hasil,
dan Rasio Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas BUS”, Universitas
Islam Negeri Malang, 2014.
Rajagukguk, Ahmad, Saban. “Mengenal Perbankan Syariah Sebagai Solusi
Membangkit Ekonomi Umat Menuju Islam Kaffah”, Artikel Waspada, 26
Agustus 2005.
Rifai, Mohammad. “Konsep Perbankan Syariah”, Wicaksana, Semarang, 2002.
Rivai, Veithzal, dkk. “Bank and Financial Instituition Management, Conventional
and Sharia System”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007.
Riyadi, Slamet dan Agung Yulianto. “Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,
Pembiayaan Jual Beli, FDR, dan NPF Terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah di Indonesia”, Accounting Analysis Journal 3 (4), 2014.
Rosadi, Dedi. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan
Eviews”, C.V Andi Offset, Yogyakarta, 2012.
Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPPS Statistik Multivariat”, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.
Samad, Abdus dan M.Khabisr Hassan. “Islamic International Journal of
Financial Service : “The Performance of Malaysian Islamic Bank during
1984-1997 an Exploratory Study”, 1999.
Sekaran, Uma. “Metodelogi Penelitian Untuk Bisnis”, Salemba Empat, Jakarta,
2006.
Sembodo, Heri. “Pemodelan Regresi Panel Pada Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah”, Universitas
Brawijaya Malang, 2013.
Siamat, Dahlah. “Manajemen Lembaga euangan”, Lembaga Penerbit FE UI,
2005.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Alfabeta,
Bandung, 2008.
_______. “MemahamiPenelitia Kualitatif”, Alfabeta, Bandung, 2012.
91
Suryani, Arna.”Analisis Pengaruh Debt Financing dan Equity Fnancing
Terhadap Profit Expense Ratio, Jurnal ilmiah Vol 11 No. 3”, Universitas
Batanghari, Jambi, 2011.
Usman, Abid dan Muhammad Kashif Khan. “Evaluating the Financial
Performance of Islamic and Conventional Banks of Pakistan: A Comparative
Analysis”, 2012.
Utami, Noor Fakhria. “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hail,
Pembiayaan Sewa Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri”, UIN
Sunan Kalijaga, 2014.
Utami, Reysha. “Pengaruh Tingkat Debt Financing dan Equity Financing
Terhadap Profit Expense Ratio Pada Bank Syariah Mandiri”, Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma, 2011.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”, FE Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007.
______________. “Analisis Statistik Multivariat Terapan”, Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2010.
______________. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”, Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2016.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik Dengan Eviews”,
UPP STIM YKPN, 2015.
Wirdyaningsih, dkk. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2005.
Zahara, Siti dan Islahuddin, Said Musnadi. “Pengaruh Debt Financing dan Equity
Financing Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah di Indonesia Periode 2006-
2010”, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2014.
Internet
Ansofino, dkk. “Buku Ajar Ekonometrika”, Deepublish bekerja sama dengan
STKIP PGRI Sumbe Press, Yogyakarta, 2016 dari
http://books.google.co.id diakses 17 November 2016.
Republika Online, http://www.republika.co.id diakses 10 Maret 2016.
Statistik Perbankan Syariah http://www.bi.go.id diakses 10 Juli 2016
Laporan Tahunan
http://www.bankmuamalat.co.id/ diunduh 6 Oktober 2016
http://www.bca.co.id/id/ diunduh 6 Oktober 2016
92
http://www.bnisyariah.co.id/ diunduh 6 Oktober 2016
http://www.brisyariah.co.id/ diunduh 6 Oktober 2016
http://www.megasyariah.co.id/ diunduh 6 Oktober 2016
http://www.syariahmandiri.co.id/ diunduh 6 Oktober 2016.
Peraturan Bank Indonesia
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah,
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 4434 (diunduh pada 20 Agustus 2016)
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang
Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 No. 78 DPbS,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4647 (diunduh pada 14 Juli
2016)
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 No. 38 DPNP, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.
4382 DPNP
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun
1992. Lembaran Republik Negara Indonesia Tahun 1992 No. 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3473
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang No.21
Tahun 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 94,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.4867
Indonesia, Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 No. 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 3790
Indonesia, Undang-Undang Tentang Surat Berharga Syariah Negara, Undang-
Undang No. 19 Tahun 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
No. 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4852
92
DAFTAR LAMPIRAN
A. Data Variabe Dependen dan Independen
Bank Tahun Tingkat PER Tingkat
DF Tingkat
EF NPF
BNI 2011 0.173341728 0.773886 0.226113 3.62
BNI 2012 0.151185617 0.814934 0.185067 2.02
BNI 2013 0.133721916 0.826971 0.173029 1.86
BNI 2014 0.145827267 0.828152 0.171848 1.86
BNI 2015 0.191533069 0.867114 0.132886 2.53
BRI 2011 0.125717368 0.756611 0.243389 2.77
BRI 2012 0.850590642 0.733116 0.266884 3.00
BRI 2013 0.861073451 0.693571 0.306429 4.06
BRI 2014 0.043399937 0.742215 0.257785 4.60
BRI 2015 0.73667802 0.697387 0.302613 4.86
BUKOPIN 2011 0.05302684 0.998984 0.001016 1.74
BUKOPIN 2012 0.060682387 0.683585 0.316415 4.59
BUKOPIN 2013 0.05275316 0.667525 0.332475 4.27
BUKOPIN 2014 0.059847898 0.670389 0.329611 4.07
BUKOPIN 2015 0.178685604 0.591803 0.408197 2.99
MANDIRI 2011 0.28870146 0.667964 0.332036 2.42
MANDIRI 2012 0.28870146 0.726692 0.273308 2.82
MANDIRI 2013 0.178287182 0.751096 0.248904 4.32
MANDIRI 2014 0.75955501 0.816032 0.183968 6.84
MANDIRI 2015 0.07078824 0.790074 0.209926 6.06
MEGA 2011 0.169296189 0.979199 0.020801 3.03
MEGA 2012 0.432864267 0.993264 0.006736 2.67
MEGA 2013 0.226990876 0.993696 0.006304 2.98
MEGA 2014 0.037983694 0.993864 0.006136 3.89
MEGA 2015 0.015587522 0.990218 0.009782 4.26
MUAMALAT 2011 0.192768092 0.520262 0.479738 0.20
MUAMALAT 2012 0.036554215 0.523519 0.476481 0.10
MUAMALAT 2013 0.099736074 0.486518 0.513482 0.10
MUAMALAT 2014 0.031800003 0.559556 0.440444 0.10
MUAMALAT 2015 0.037033354 0.528457 0.471543 0.70
93
B. Regresi Data Panel
Dependent Variable: TINGKAT_PER
Method: Panel Least Squares
Date: 01/18/17 Time: 22:01
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TINGKAT_DF 0.533597 0.287818 1.853937 0.0751
TINGKAT_EF 0.054636 0.029696 1.839848 0.0772
NPF -0.732219 0.216633 3.379999 0.0023
C -0.491632 0.249530 -1.970234 0.0595 R-squared 0.400749 Mean dependent var 0.337667
Adjusted R-squared 0.331605 S.D. dependent var 0.305023
S.E. of regression 0.249373 Akaike info criterion 0.183833
Sum squared resid 1.616861 Schwarz criterion 0.370659
Log likelihood 1.242503 Hannan-Quinn criter. 0.243600
F-statistic 5.795830 Durbin-Watson stat 1.722993
Prob(F-statistic) 0.003578
C. Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.485239 (5,21) 0.0643
Cross-section Chi-square 13.944524 5 0.0160
94
D. Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 30
Mean 2.41e-17
Median -0.048154
Maximum 0.589732
Minimum -0.314982
Std. Dev. 0.229731
Skewness 0.995725
Kurtosis 3.533825
Jarque-Bera 5.313553
Probability 0.070174
E. Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.139179 Prob. F(2,24) 0.8708
Obs*R-squared 0.343959 Prob. Chi-Square(2) 0.8420
F. Hasil Uji Multikolinearitas
TINGKAT_DF TINGKAT_EF NPF TINGKAT_DF 1.000000 -0.743957 0.143187
TINGKAT_EF -0.743957 1.000000 -0.081035
NPF 0.143187 -0.081035 1.000000
G. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.933253 Prob. F(9,20) 0.5185
Obs*R-squared 8.872699 Prob. Chi-Square(9) 0.4491
Scaled explained SS 8.477375 Prob. Chi-Square(9) 0.4868