Upload
roy-cheery
View
1.026
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENYALURAN
KREDIT PADA PERUM PEGADAIAN CABANG JAMBI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA KECIL
DI KOTA JAMBI
PROPOSAL PENELITIAN
Rts.Pipit Mayangsari
NIM A1A105058
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI 2009
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 1.6 Asumsi Penelitian ....................................................................... 1.7 Definisi Operasional ...................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat ................................................. 2.2 Penyaluran Kredit Perum Pegadaian .......................................... 2.3 Perkembangan usaha Kecil (Usaha Mikro Kecil) ...................... 2.4 Kerangka Berpikir ...................................................................... 2.5 Hipotesis Penelitian ....................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 3.2 Variabel Penelitian ..................................................................... 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................
3.4.1 Populasi Penelitian ............................................................ 3.4.2 Sampel Penelitian ..............................................................
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 3.6 Skala Pengukuran ....................................................................... 3.7 Data Penelitian ........................................................................... 3.8 Uji Coba Instrumen ....................................................................
3.8.1 Uji Validitas ...................................................................... 3.8.2 Uji Reliabilitas ...................................................................
3.9 Teknik Analisis Data .................................................................. 3.9.1 Uji Normalitas ................................................................... 3.9.2 Uji Homogenitas ............................................................... 3.8.2 Rumus Statistik (Rata-Rata) ............................................. 3.8.4 Uji Hipotesis .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... KISI-KISI .......................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada masa krisis global, usaha kecil (dan sektor informal) mampu bertahan
ditengah krisis tersebut dan mempunyai potensi untuk berkembang. Hal tersebut
membuktikan bahwa usaha kecil dan sektor informal telah menunjukkan
eksistensinya dalam perekonomian nasional dengan berbagai kontribusi, baik itu
dari sisi makro maupun mikro. Hal tersebut sebenarnya merupakan fakta lama,
namun tidak pernah terangkat ke permukaan. Kisah kesuksesan usaha kecil dan
sektor informal tersebut, ternyata tidak berbanding lurus dengan kepedulian
pemerintah untuk mengangkat usaha kecil dan sektor informal ke jenjang yang
lebih tinggi dalam kancah perekonomian negeri ini. Salah satu persoalan
mendasar yang selalu dibahas oleh berbagai pihak mengenai usaha kecil yaitu
permodalannya.
Keberadaan usaha kecil dan sektor informal masih dipandang sebelah
mata, setidaknya dapat tercermin dari rendahnya distribusi kredit kepada usaha
kecil dan sektor informal karena minimnya agunan, sementara harus diakui bahwa
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan kontribusinya dalam
penyerapan tenaga kerja cukup tinggi.
Kucuran kredit yang sangat kecil tersebut semakin meyakinkan bahwa
keberadaan usaha kecil (dan sektor informal) selalu dianaktirikan dalam akses
permodalan dan selama itu pula keberadaan usaha kecil (dan sektor informal)
hanya menggantungkan hidupnya dengan usaha sendiri dan tidak jarang mereka
memanfaatkan keberadaan lembaga keuangan mikro pada level pedesaan.
4
Selain kendala permodalan, masih banyak hambatan operasional yang dialami
oleh usaha kecil serta sektor informal termasuk rendahnya informasi tentang
produk perbankan dan birokrasi yang rumit. Selain itu, selama ini kecenderungan
pembinaan (pemberdayaan) yang ada terhadap usaha kecil dan sektor informal
kurang optimal. Terkesan, pembinaan hanya dilakukan terhadap sektor informal
dan UKM tertentu, terutama yang mendapat bantuan modal usaha dari BUMN
atau UKM-UKM serta sektor informal yang sudah berkembang. Sedangkan yang
belum mendapat bantuan atau belum berkembang, kurang mendapatkan
pembinaan.
Secara politis, kemandirian pemerintah dan kemandirian masyarakat
adalah wujud dari pengembangan kemampuan ekonomi daerah untuk
menciptakan kesejahteraan dan memperbaiki kehidupan material secara adil dan
merata yang pada ujungnya berpangkal pada pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sendiri berdiri pada satu pemikiran bahwa
pembangunan akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarakat diberi hak
untuk mengelola sumber daya alam yang mereka miliki dan menggunakannya
untuk pembangunan masyarakatnya (Soetrisno, 1995:136). Paradigma
pemberdayaan masyarakat menjadi sangat populer dikalangan para perencana
pembangunan didunia ketiga, khususnya para anggota lembaga swadaya
masyarakat yang melihat bahwa paradigma pemberdayaan akan lebih mampu
mencapai tujuan pembangunan yaitu mengentaskan orang dari kemiskinan. Publik
sudah memahami bahwa usaha kecil dan sektor informal merupakan penampung
angkatan kerja dominan. Akan tetapi, meski peranannya penting, pembicaraan
tentang sektor informal tampak lebih menimbulkan persoalan daripada
5
memecahkannya. Hal ini terjadi terutama karena langkanya definisi yang tepat
tentang sektor informal. Secara sederhana, konsep ini digunakan untuk
merangkum segala kegiatan yang tidak termasuk dalam sektor formal, yaitu sektor
yang telah terorganisir, terdaftar dan dilindungi oleh hukum.
Pada dasarnya usaha kecil merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan industri dan ekonomi nasional. Menurut Shaleh (dalam Azmi,
1996:2) untuk mewujudkan pengusaha kecil yang ideal dalam restrukturisasi
(pembenahan struktur) dan revitalisasi (pembaharuan fungsi ekonomi nasional),
maka diperlukan pembinaan dan pelatihan usaha kecil sebagai usaha yang dapat
bertahan dimasa krisis ini. Keberadaan pengusaha kecil yang meru pakan bagian
dari industri kecil merupakan subsistem yang terkecil dari sistem lainnya dalam
sistem nasional secara menyeluruh (Shaleh dalam Azmi, 1996:3).
Suatu keharusan untuk membina dan mengembangkan usaha kecil agar
mereka tumbuh menjadi komponen dunia yang kuat, tangguh, efesien, mandiri
dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi, memberikan kontribusi yang
besar dalam perekonomian nasional khususnya dalam penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pemerataan dan pendapatan masyarakat (Anonim, 1999:4).
Pengembangan usaha-usaha kecil mempunyai peranan penting dan strategis dalam
mewujudkan perekonomian yang mandiri pada masyarakat.
Pengembangan sistem ekonomi yang memberi peluang bagi usaha-usaha
kecil untuk berkiprah dalam perekonomian nasional akan mendorong tumbuhnya
perekonomian berbasis wirausaha, yang selanjutnya akan mendorong munculnya
usaha-usaha baru. Dengan demikian pelaku-pelaku lokal mendapatkan
kesempatan untuk berperan aktif. Para wirausaha ini biasanya memulai usaha
6
dengan modal pribadi, modal pinjaman, dan modal bersama. Kemandirian ini
merupakan awal yang baik untuk menciptakan ekonomi yang sehat. Usaha kecil
memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Tapi dalam
perkembangannya, usaha kecil mengalami berbagai masalah, dan yang paling
sering dihadapi adalah masalah keterbatasan modal. Hal ini dapat menghambat
perkembangan kinerja usaha kecil. Sehingga, kredit menjadi hal yang sangat
penting untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam kaitan inilah pegadaian yang
selama ini berperan sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank yang ikut
serta dalam meingkatkan pemerataan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat serta mengentaskan kemiskinan, khususnya pada masyarakat ekonomi
golongan lemah.
Melalui pasang surutnya keadaan dan pergantian pemerintahan, pegadaian
telah menjadi sarana penting dari pemerintah untuk memberikan pinjaman atas
dasar gadai kepada masyarakat luas dalam memberantas praktek renternir atau
lintah darat. Sebagian besar pinjaman kredit yang dikeluarkan pegadaian adalah
pinjaman skala kecil yang diarahkan pada golongan masyarakat menegah ke
bawah. Kredit sistem gadai sangat sesuai dengan kondisi masyarakat kita, karena
prosedurnya sederhana, mudah dan pelayanan cepat. Sistem ini merupakan
alternative ideal terutama bagi pengusaha kecil. Kredit yang disalurkan oleh
pegadaian terbagi empat golongan yakni:
Tabel 1 Golongan Pinjaman Kredit
Golongan Pinjaman
A 20.000-150.00
B 151.000-500.000
C 505.000-20 juta
D 20.100.000-tak terhingga
Sumber: Perum Pegadaian Cabang Jambi 2009
7
Pengembangan usaha kecil diselaraskan dengan memanfaatkan kredit
pegadaian . Usaha kecil dikembangkan untuk memperluas kesempatan usaha dan
kesempatan kerja, peningkatan pendapatan yang lebih merata penciptaan
keseimbagan yang lebih sehat dan serasi. Dari aspek peran serta masyarakat dan
pemilik usahanya, dan sekaligus mendukung pengentasan kemiskinan serta
menumbuhkan kegiatan ekonomi.
Berdasarkan pengamatan pada perum pegadaian yang ada di kota Jambi,
Jumlah nasabah Perum Pegadaian lima bulan terakhir tercatat 600 orang, dan dana
yang tersalurkan sebesar Rp25 miliar atau sudah mencapai lima puluh persen dari
target penyaluran Rp50 miliar pada tahun 2008 (Perum Pegadaian, 5 Januari
2009). Memasuki tahun 2009 jumlah nasabah meningkat tajam dua kali lipat,
namun hampir dua pekan berjalan pada bulan maret jumlah nasabah belum
mencapai 100 orang, atau tidak terjadi lonjakan. Hal ini terjadi karena adanya
penetapan tentang karakteristik pemberian kredit bagi nasabah.
Penetapan karakteristik pemberian kredit bagi nasabah perum pagadaian
adalah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah,
maka Perum Pegadaian perlu mengetahui karakteristik nasabah agar intensitas
pinjaman dapat ditingkatkan sekaligus sebagai sarana informasi kepada
pemerintah mengenai peranan Perum Pegadaian dalam menggerakkan ekonomi
kerakyatan. Selain itu, data nasabah berupa tingkat pendidikan nasabah menjadi
sangat bermanfaat dalam membantu pemerintah menetapkan target/sasaran
program yang tepat, misalnya program JPS dan Kredit Program.
Karakteristik selanjutnya adalah Menurut kelompok umur, nasabah yang
dominan adalah umur 31–51 tahun (usia produktif) merupakan nasabah aktif
8
sebesar 56% dari total responden. Menurut jenis kelaminnya, nasabah yang
dominan adalah wanita sebesar 60% dari total responden. Menurut tujuan
peminjamannya yang paling banyak untuk kebutuhan konsumsi sebesar 31%,
untuk kebutuhan produksi sebesar 29% (biasanya untuk membayar upah/gaji),
untuk kebutuhan biaya pendidikan anak sebesar 19%, dan selebihnya 21% untuk
kebutuhan membayar utang dan kebutuhan lain-lain. Selain permodalan menjadi
masalah utama pada penyaluran kredit adalah rendahnya tingkat keterampilan dan
pendidikan dari para pelakunya.. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Jambi
(2008) sekitar 82% pekerja usaha kecil berpendidikan SD ke bawah, SLTP
11.6%, SLTA 6.2% dan diploma/universitas 0.2%. Kondisi demikian
menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas, sehingga pada dasarnya
pertambahan kesempatan kerja baru di sektor informal tidak dapat meningkatkan
produktivitas.
Masalah lain menyangkut pendekatan pembinaan (pemberdayaan) yang
kurang didukung penataan aturan-aturan untuk melindungi usaha kecil. Hal ini
menimbulkan kesulitan terhadap pemerintah dalam membina usaha kecil, sebab
tidak sedikit di kalangan usaha kecil yang pesimis dan skeptis dengan setiap
program pembinaan dan pengembangan yang diprakarsai pemerintah. Umumnya,
usaha kecil cenderung berorientasi keuntungan (profit) dan sudah didukung
keterampilan yang memadai. Masalah yang dihadapi pengusaha kecil lebih
condong pada peningkatan kemampuan manajerial dan peluang lebih besar dalam
mendapatkan dukungan permodalan. Permasalahan di atas sangat menarik bagi
penulis, sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul:
9
“Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Penyaluran Kredit Perum Pegadaian
Terhadap Perkembangan Usaha Kecil Bagi Masyarakat Se- Kota Jambi”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimanakan pengaruh tingkat pendidikan masyarakat terhadap
perkembangan usaha kecil di kota jambi?
2) Bagaimanakah pengaruh penyaluran kredit perum pengadaian pada
masyarakat terhadap perkembangan usaha kecil di kota Jambi?
3) Bagaimanakah pengaruh tingkat pendidikan dan penyaluran kredit
perum pengadaian pada masyarakat secara simultan terhadap
perkembangan usaha kecil di kota Jambi secara simultan?
1.3 Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi keslahan dalam interpretasi tentang penelitia ini oleh
pembaca, maka penulis ingin membatasi ruang lingkup yang dikaji dalam
penelitian ini yaitu hanya terbatas pada:
1) Tingkat pendidikan masyarakat yang meminjam kredit pada perum
pengadaian
2) Penyaluran kredit pada masyarakat yang meminjam kredit pada perum
pengadaian dilihat dari kegiatan produk dan jasa layanan
3) Perkembangan usaha kecil di kota Jambi dalam memperoleh modal
untuk mengembangkan usahanya.
10
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan
masyarakat terhadap perkembangan usaha kecil di kota Jambi
2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penyaluran kredit perum
penggadaian pada masyarakat terhadap perkembangan usaha kecil di
kota jambi
3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh secara simultan tentang
tingkat pendidikan dan penyaluran kredit perum penggadaian terhadap
perkembangan usaha kecil di kota Jambi.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:
1) Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini bermanfaat sebagai kajian ilmu dan
penambah wawasan tentang tingkat pendidikan, penyaluran kredit
perum penggadaian dan perkembangan usaha kecil. di samping itu
penelitian ini dapat bermanfaat untuk menjadi salah satu sumber kajian
penelitian lebih lanjut.
2) Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai suatu pedoman
pengambilan kebijakan penyaluran kredit dan pengembangan usaha
kecil sepanjang di peroleh temuan-temuan penelitian yang terbukti dan
teruji secara empiris.
11
1.6 Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1) Faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat meminjam
kredit pada perum penggadaian berbeda-beda
2) Penyaluran kredit perum penggadaian pada masyarakat jumlahnya
berbeda-beda
3) Responden memberikan informasi dengan keadaan yang sebenarnya
1.7 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memperjelas variable terrsebut, maka
didefinisikan sebagai berikut:
1) Tingkat pendidikan merupakan faktor yang strategis untuk
diperhitungkan bagi perum pegadaian untuk menyalurkan kredit pada
nasabahnya. Indikator dari tingkat pendidikan ini adalah pendidikan
formal seperti tamatan SD, SLTP, SLTA, Akademi, dan Universitas.
2) Penyaluran Kredit Perum Pegadaian merupakan usaha dalam
memperlancar pinjaman kredit dengan menyerahkan barang sebagai
jaminan untuk memperoleh pinjaman uang selama batas waktu
tertentu. Penyaluran kredit pada masyarakat yang meminjam kredit
pada perum penggadaian dilihat dari kegiatan produk dan jasa layanan,
dimana kegiatan tersebut terbagi atas dua bagian yakni 1) Bisnis inti,
KCA (Kredit Cepat Aman) merupakan penyaluran pinjaman atas dasar
hukum gadai, 2) Bisnis non inti terdiri dari Rahn (Gadai Syariah),
Kreasi (Kredit Angsuran Frudisia), Krasida (Kredit Angsuran Sistem
12
Gadai), KTGJ (Kredit Tunda Jual Gabah), Kresna (Kredit Serba Guna),
(Adler Haymans Manurung, 2008:41).
3) Indikator perkembangan usaha kecil atau UMK dalam penelitian ini
dilihat dari sektor UMK yang memiliki proporsi unit usaha terbesar,
yaitu sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2)
Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan; (4) Jasa-
jasa; serta (5) Pengangkutan dan Komunikasi dengan perkembangan
masing-masing sektor tercatat sebesar 53,57 persen, 27,19 persen, 6,58
persen, 6,06 persen dan 5,52 persen (Samosir P. Anggunan, 2007:36).
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat pendidikan sangat dibutuhkan khususnya
dalam hal berinteraksi dengan anggota masyarakat lainny. Dengan demikian
pendidikan dan masyarakat sangat erat kaitannya. Dalam arti sederhana
pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dimasyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia.
Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan
nasional melalui peningkatan ketrampilan dan produktivitas kerja. Pendidikan
diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya pada
peningkatan kemampuan manusia dan motivasi untuk berprestasi.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi
dewasa. Menurut Zaimal (2007:44) pendidikan adalah proses belajar dan
mengajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan masyarakat.
Kelompok masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya melalui pendidikan
begitu pula sebaliknya pendidikan ditentukan oleh kelompok masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya
manusia. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan
pendapatan nasional melalui peningkatan ketrampilan dan produktivitas kerja.
Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat efeknya
pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi untuk berprestasi.
14
Menurut Flippo seperti yang dikutip Hasibuan (2000:25) Pendidikan
adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas
lingkungan kita secara menyeluruh. Selanjutnya Sir Godfrey Thomson dalam
Hasibuan (2000:27), Pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas
individu untuk menghsilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen
didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiran dan sikapnya. Jadi pendidikan
merupakan kegiatan dinamis dalam kegiatan setiap individu yang mempengaruhi
perkembangan fisiknya, mentalnya, emosinya, sosialnya dan efeknya. Dengan
perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kegiatan dinamis yang
mempengaruhi seluruh aspek kepribadinan dan kehidupan individu.
Selanjutnya menurut Brojonegoro (1981:112) pendidikan atau pendidik
adalah tuntutan kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, atau secara singkat pendidikan adalah suatu
tuntutan kepada pertumbuhan manusia melalui lahir samapai tercapainya
kedewasaan dalam arti jasmaniah dan rohaniah. Menurut Sudirman dkk (1992:4)
pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental.
Menurut Abu Ahmadi (1978:41) pendidikan ialah pendidikan yang
berstruktur, mempunyaijenjag atau tingkat dalam dalam periode-periode waktu
tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai ke universitas dan tercangkup di
samping studi akademis umum, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk
latihan teknis dan profesional. Pendidikan dapat meningkatkan kecerdasan,
keterampilan, dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat. Untuk itu di
15
dalam (Anonim 2003:6) yang memuat tentang dasar dan fungsi pendidikan adalah
sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berdasarkan pansasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.” Selanjutnya menurut Langeveld (dalam Hasbullah, 2001:2) pendidikan
atau adalah setiap usaha, pengaruh perlinfungan dan bantuan yang dibaerikan
kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu
anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu
datangnya dari orang dewasa atau yang diciptakan orang dewasa seperti
sekolah,buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya ditujukan kpada orang
yang belum dewasa. Menurut Husain (1990:120) jenjag pendidikan adalah tahap
pedidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
perserta didik, keluasan dan kedalaman pengajaran serta cara penyajian bahan
pengajartan.
Dalam penelitian tingkat pendidikan yang digunakan adalah tingkat
pendidikan formal masyarakat yang terakhir yang meminjam kredit pada perum
pegadaian, dimana tingkat pendidikan formal itu dimulai dari tingkat pendidikan
dasar (SD/SLTP), dan tingkat pendidikan menegah (SMA), dan tingkat perguruan
tinggi dalam pengaruhnya dengan pinjaman yang diberikan perum pegadaian.
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah
tingkat pendidikan formal dimana terdiri dari Sekolah Dasar/Sedrajat,
SLTP/Sederajat, SLTA/Sederajat, Akademi, dan Universitas.
16
2.2 Penyaluran Kredit Perum Pengadaian
Pegadaian sebagai sebuah lembaga tempat meminjam untuk kepentingan
masyarakat. Pegadaian ini dapat dimanfaatkan UKM untuk memulai usaha dan
menambah modal dalam rangka pengembangan usaha (Alder Hymans Manurung,
2008:39). Sdangkan menurut Darus (1997:32) pegadaian adalah sebuah tempat
perjanjian kebendaan dimana si berhutang memperoleh sebuah hak atas sebuah
benda yang bergerak oleh si berhutang atau orang lain diberikan kepadanya
ssebagai jaminan terhadap pelunasan hutang-hutangnya, termasuk bunga dan
biaya dari barang tersebut, secara didahulukan pada orang-orang lainya yang
berpitang tidak memenuhinya.
Menurut Awarinto Bambang Ismawan dan Setyo Budiantoro (2005:12)
kredit merupakan suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak oleh pihak lain dan
prestasi itu akan dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang akan datang dengan
disertai kontra prestasi atau balas jasa yang dijadikan bunga. Sedangkan menurut
Agunan P. Samosir (2007:126) kredit merupakan kemampuan untuk
melaksanakan pembelian atau mengadakan suatu pinjaman atau suatu janji
pembayaran akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang
telah disepakati.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Dwi
Sunyikno,2008:36).
17
Sebagai pengamanan dari pinjaman maka pihak peminjam (debitur)
diwajibkan menyerahkan suatu jaminan kepada yang memberikan pinjaman
(kreditur) yang bersifat kebendaan, dalam hal ini penggadaian menerima jaminan
yang bersifat kebendaan yang bergerak atau dapat dipindahkan.
Perum Pegadaian merupakan sarana pendanaan alternatif yang sudah ada
sejak lama dan sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota
kecil. Masalahnya, hingga saat ini banyak orang merasa malu untuk datang ke
kantor pegadaian (Heri Sudarsono, 2007:75). Pengembangan dan perlindungan
usaha kecil dan sektor informal harus bertumpu pada mekanisme pasar yang sehat
dan adil. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan sejumlah langkah
strategis yang harus ditempuh demi perlindungan usaha kecil dan sektor informal.
Kredit adalah salah satu prinsip syariah yang digunakan untuk memberikan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh bank syariah menurut (UU no.
10/1998). Menurut UU 10/1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut (Adler Haymans Manurung (2008:41) bahwa penyaluran kredit
perum pegadaian melalui empat jenis produk perum pegadaian, yang nantinya
akan menjadi indikator dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Bisnis Inti (KCA/Kredit Cepat Aman), merupakan penyaluran
pinjaman atas dasar hukum gadai
2) Bisnis Non Inti yang terdiri dari:
18
a. Rahn (Gadai Syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan
pada prinsip-prinsip syariah
b. Kreasi (Kredit Angsuran Fidusia) merupakan pemberian pinjaman
dengan konstruksi pinjaman secara fidusia
c. Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai) merupakan penyaluran
pinjaman atas dasar hukum gadai dan pengembalian pinjaman
dilakukan melalui angsuran
d. KTGJ (Kredit Tunda Jual Gabah) merupakan pemberian pinjaman
kepada petani dengan jaminan gabah kering giling.
e. Kresna (Kredit Serba Guna) merupakan pemberian pinjaman
kepada karyawan untuk kegiatan produktif.
2.3 Perkembangan Usaha Kecil (Usaha Mikro Kecil)
Ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi
usaha kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal
Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta (Kuncoro, 2000:5). Kedua, menurut
kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan
industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasrakan jumlah
pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri
kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99
orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999: 250).
19
Menurut Aldler Haymans Manurung (2008:8) Usaha kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang memenuhi kritria sebagai berikut:
1) Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2) Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar
3) Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan usaha menegah atau skala besar
4) Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorang badan usaha yang
tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum,
termasuk koperasi.
Perkembangan jumlah usaha kecil (UMK) periode 2005-2006 mengalami
peningkatan sebesar 3,88 persen yaitu dari 47.102.744 unit pada tahun 2005
menjadi 48.929.636 unit pada tahun 2006 (Laporan Badan Pusat Statistik sensus
ekonomi 2006). Dalam hal ini yang akan menjadi indikator dalam perkembangan
usaha kecil atau UMK dilihat dari volume sektor ekonomi UMK yang memiliki
proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan
dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan;
(4) Jasa-jasa; serta (5) Pengangkutan dan Komunikasi dengan perkembangan
masing-masing sektor tercatat sebesar 53,57 persen, 27,19 persen, 6,58 persen,
6,06 persen dan 5,52 persen (Samosir P. Anggunan, 2007:36). Dalam bentuk
grafik adalah sebagai berikut:
20
Gambar 1. Proporsi Sektor Ekonomi UKM Berdasarkan Jumlah Unit
Sumber: Diolah dari data BPS, sensus ekonomi 2006 oleh mudrajad Kuncoro dalam seminar
PSAK 2006
Berdasarkan gambar diatas, sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit
usaha terkecil secara berturut-turut adalah sektor (1) Listrik, Gas dan Air Bersih;
(2) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; (3) Bangunan; serta (4)
Pertambangan dan Penggalian dengan perkembangan masing-masing tercatat
sebesar 0,03 persen, 0,17 persen, 0,34 persen dan 0,54 persen . Usaha mikro dan
kecil mendominasi dari sisi unit usaha (99,1%) dan penyerapan tenaga kerja
(84,4%), dengan perbandingan 2 tenaga kerja per unit usaha untuk usaha mikro
dan 3 tenaga kerja per unit usaha untuk usaha kecil. Sebaliknya industri besar dan
menengah, yang jumlah unit usahanya hanya 0,9%, menyerap 15,5% tenaga kerja
dengan perbandingan 19 tenaga kerja per unit usaha untuk usaha menengah, dan
108 tenaga kerja per unit usaha untuk usaha besar.
Usaha Tahun 2006
Pengangkutan dan Komunikasi; 5,52%
Perdagangan, Hotel dan Restoran; 27,19%
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan; 53,57%
Jasa - Jasa; 6,06%
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 0,17%
Industri Pengolahan; 6,58%
Bangunan; 0,34% Listrik, Gas dan Air
Bersih; 0,03%
Pertambangan dan Penggalian; 0,54%
21
Gambar 2. Proporsi Sektor Ekonomi UKM Berdasarkan Jumlah Unit Usaha dan
Tenaga Kerja
Sumber: Diolah dari data BPS, sensus ekonomi 2006 oleh mudrajad Kuncoro dalam seminar
PSAK 2006
Berdasarkan gambar diatas, hampir 60,4 persen industri dikuasai oleh
Industri padat SDA dan SDM. Di Tahun Mendatang Industri Indonesia harus
bergerak menuju ke piramida atas. Potensi Usaha Kecil (UMK) pada tahun pada
tahun 2005, peran UMK terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga
berlaku tercatat sebesar Rp. 1.491,06 triliun atau 53,54%, kontribusi UK tercatat
22
sebesar Rp. 1.053,34 triliun atau 37,82% dan UMK sebesar Rp. 437,72 triliun atau
15,72% dari total PDB nasional, selebihnya adalah usaha besar (UB) yaitu Rp.
1.293,90 triliun atau 46,46% (Laporan Badan Pusat Statistik sensus ekonomi 2006
dalam statistik UKM 2007 hal 5). Sedangkan pada tahun 2006, peran UMK
terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp.
1.778,75 triliun atau 53,28% dari total PDB nasional, mengalami perkembangan
sebesar Rp. 287,68 triliun atau 19,29% dibanding tahun 2005. Kontribusi UK
tercatat sebesar Rp. 1.257,65 triliun atau 37,67% dan UMK sebesar Rp. 521,09
triliun atau 15,61%, selebihnya sebesar Rp. 1.559,45 triliun atau 46,72%
merupakan kontribusi UB (Laporan Badan Pusat Statistik sensus ekonomi 2006
dalam statistik UKM 2007 hal 6).
Disisi lain, pada tahun 2005 nilai PDB nasional atas harga konstan tahun
2000 sebesar Rp. 1.750,66 triliun, peran UMK tercatat sebesar Rp. 979,71 triliun
atau 55,96 % dari total PDB nasional, kontribusi UK tercatat sebesar Rp. 688,91
triliun atau 39,35% dan UMK sebesar Rp. 290,80 triliun atau 16,61%, UB
(Laporan Badan Pusat Statistik sensus ekonomi 2006 dalam statistik UKM 2007
hal 7).
2.4 Kerangka Berfikir
Perum Pegadaian merupakan sarana pendanaan alternatif yang sudah ada
sejak lama dan sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota
kecil. Namun, hingga saat ini banyak orang merasa malu untuk datang ke kantor
pegadaian terdekat. Selama ini, pegadaian sangat identik dengan kesusahan atau
kesengsaraan. Orang yang datang ke sana umumnya berpenampilan lusuh dengan
23
wajah tertekan. Perum Pegadaian telah mulai memperbaiki kinerjanya dan
membangun citra baru melalui berbagai media, termasuk media televisi, dengan
moto barunya yang menarik, yakni “Menyelesaikan Masalah Tanpa Masalah”
yang diimplementasikan dalam etos dan budaya kerja “si Intan” yakni Inovatif,
Nilai moral tinggi, Terampil, Adi layanan, dan Nuansa Citra.
Perum Pegadaian sudah ada lebih dari 100 tahun di kancah keuangan
Indonesia. Perum Pegadaian hadir sebagai institusi penyedia pembiayaan jangka
pendek dengan syarat mudah dan tidak bertele-tele. Cukup dengan membawa
agunan, seseorang bisa mendapatkan pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang
tersebut. Di samping itu, pemohon juga perlu menyerahkan surat kepemilikan dan
identitas diri. Namun, sekarang perum pegadaian banyak hanya menawarkan
produk-produk lain selain hanya berupa gadai tradisional.
Perum pegadaian menerapkan penyaluran kredit, namun masalahnya
adalah rendahnya tingkat keterampilan dan pendidikan dari para pelakunya. Jika
keterampilan merupakan cerminan kasar dari tingkat pendidikan, maka sebagai
gambaran, pada tahun 2008 sekitar 82% pekerja usaha kecil berpendidikan SD ke
bawah, SLTP 11.6%, SLTA 6.2% dan diploma/universitas 0.2%. Kondisi
demikian menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas, sehingga pada dasarnya
pertambahan kesempatan kerja baru di sektor informal tidak dapat meningkatkan
produktivitas (BPS Jambi, 2008). Dengan pernyataan tersebut, pola pikir penulis
sebagai berikut:
24
Bagan Kerangka Berpikir
Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
masyarakat dan penyaluran kredit pada perum pegadaian dapat membantu
perkembangan usaha kecil yang sebagaian menjadi mata pencaharian masyarakat,
dengan adanya tingkat pendidikan masayarakat yang tinggi maka penyaluran
kredit oleh perum pegadaian akan semakin berkembang, karena pada umumnya
orang yang berpendidikan tinggi akan mengunakan uangnya semaksimal mungkin
untuk memperlancar kegiatan usahanya sehingga dapat mengembangkan usaha
kecil.
Tingkat Pendidikan
(X1)
Penyaluran Kredit Perum Pegadaian
(X2)
Perkembangan Usaha Kecil
(Y)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini tergolong
pada jenis penelitian ex post fakto. Menurut Sugiono (2006:7) penelitian ex post
facto adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi
dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan logika
dasar yang sama dengan penelitian eksperimen yaitu jika x maka y, hanya saja
dalam penelitian ini tidak ada manipulasi langsung terhadap variabel independent,
hal tersebut diperkuat oleh pendapat Karlinger (dalam Fuchan, 1982:383)
menyatakan penelitian ex post fakto adalah penyelidikan empiris yang sistematis
dimana penulis tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada
dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan diantara variabel-
variabel itu dilakukan, tanpa intervensi langsung, berdasarkan perbedaan yang
mengiringi variabel-variabel.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Furchan (1982:35) mendifinisikan variabel adalah suatu atribut
yang dianggap mencerminkan atau mengungkapkan pengertian atau bangun
pengertian. Sutrisno Hadi (dalam Arikunto, 1998:97) mendefinisikan variabel
penelitian sebagai gejala yang bervariasi. Sedangkan menurut Sanusi (2003:31)
variabel penelitian adalah suatu peristiwa atau kejadian yang ditangkap oleh indra
26
manusia dan dapat dijelaskan secara ilmiah. Dengan demikian variabel penelitian
adalah gejala yang menjadi objek penelitian atau titik perhatian dalam penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1) Variabel independen (X1) adalah Tingkat pendidikan
2) Variabel independent (X2) adalah Penyaluran Kredit Perum Pegadaian
3) Variabel Dependent (Y) adalah Perkembangan Usaha Kecil.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perum Pegadaian Kota Jambi tahun
2008/2009 . Sedangkan waktu penelitiannya dilaksanakan pada ......................
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian
merupakan sesuatu yang kedudukannya amat sentral karena pada subjek
penelitian ini data tentang variabel yang akan diteliti berada dan diamati oleh
peneliti (Arikunto, 1999:115). Populasi dalam penelitian ini adalah Nasabah
Perum Pegadaian Kota Jambi yang mengambil pinjaman kredit untuk
pengembangan usaha kecil pada tahun 2008/2009 yang berjumlah 600.
Berpedoman pada pendapat Arikunto (2002:112) yang menyatakan bahwa
untuk sampel penelitian yang populasinya kurang dari 100 orang, lebih baik
diambil semua sehingga penelitian menjadi penelitian populasi.
3.2.2 Sampel
27
Menurut Sugiono (2003:91) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan jumlah
sampel penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (2002:112) yang menyatakan
bahwa untuk sampel penelitian yang populasinya kurang dari 100 orang, lebih
baik diambil semua sehingga penelitian menjadi penelitian populas, selanjutnya
jika populasinya besar dapat diambil 10%-16%, 25%-29% atau lebih. Maka
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 15%.
Penarikan sampel ini menggunakan teknik (1) penarikan sampel secara
stratified kelembagaan institusi, (2) penarikan sampel berdasarkan kelas netral, (3)
penarikan sampel secara random (aacak) dari kelas yang ditetapkan. Sesuai data
yang diperoleh, untuk penarikan sampel yang representatif, digunakan Cluster
Sampling untuk mempermudah pengambilan sampel dengan jumlah sampel yang
diambil 15% dari 600 orang. Jadi jumlah sampel dari penelitian ini adalah 90
orang nasabah.
3.3 Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002:126) instrumen penelitian adalah alat bantu yang
dipilih oleh peneliti untuk memudahkan mengumpulkan data. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan alat ukur dalam pengumpulan data adalah angket. Angket
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi
dari responden, dalam arti laporan tentang perbandingan atau hal-hal yang ia
ketahui (Arikunto, 2002:145). Jadi angket disini adalah daftar pertanyaan tentang
pengaruh tingkat pendidikan dan penyaluran kredit pada perum pegadaian cabang
jambi terhadap perkembangan usaha kecil se Kota Jambi yang harus diisi dan
dijawab oleh responden.
28
Pada penelitian ini dikemukakan teknik pengumpulan data menggunakan
angket. Angket digunakan untuk mengetehui pengaruh tingkat pendidikan dan
penyaluran kredit pada perum peggadaian terhadap perkembangan usaha kecil se
kota Jambi. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Penyebaran angket
Setelah diketahui reliabilitasnya kemudian instrumen yang dianggap
cermat, atau dapat mengukur apa yang hendak diukur disebarkan pada
responden, caranya angket disebarkan pada tiap-tiap responden, dan
pengisiannya diberikan waktu untuk membaca dan mengisinya.
2) Penarikan angket
Penarikan angket dilakukan dengan cara mendatangi kembali setiap
responden.
3.4 Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan adalah quesioner dengan menggunakan
skala likert. Alternatif jawaban terhadap pernyataan mengenai kompensasi (X)
dan kepuasan kerja (Y) terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju
(KS), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Selanjutnya dalam membuat
pernyataan dilakukan pertimbangan terhadap hal-hal sebagai berikut:
1) Menghindari pernyataan yang meragukan
2) Menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu abstrak
3) Tidak menimbulkan kata-kata yang mecurigakan.
Sebelum pelaksanaan penelitian yang sesungguhnya terlebih dahulu
dilakukan uji coba kuesioner terhadap 30 orang responden. Tujuan dilakukan uji
29
coba ini adalah untuk menguji reliabilitas dan validitas instrumen sehingga dapat
memudahkan dalam pelaksanaan yang sebenarnya.
3.5 Data Penelitian
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer: data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh
peneliti (Sanusi, 2003:87), contohnya seperti angket dan wawancara
2) Data sekunder: data yang berasal bukan dari sumber asli atau data
yang bersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi, 2003:88)
contohnya dokumen
3.6 Uji Coba Instrument
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Sugiono, 2005:267),
Validitas ini diperoleh dengan usaha-usaha melalui cara-cara yang benar sehingga
menurut logika akan dicapai melalui tingkat validitas yang dikehendaki (Arikunto,
2002:157). Analisis validitas angket dalam penelitian ini menggunkan SPSS for
Windows versi 13.00 dan menggunkan rumus produk moment yaitu :
22
2
2 YYNXXN
YXXYNrxy
Nilai r yaitu -1 ≤ r ≤ + 1
Keterangan: r = Koefesien validitas tertentu
X= Skor dari tiap butir angket
Y= Skor total
30
N= Jumlah angket
Menurut Sugiono (2003:115) syarat minimum untuk memenuhi syarat
validitas adalah r hitung > r tabel.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2002, 171) reliabilitas menunjukan pada suatu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Analisis reliabilitas angket dalam penelitian ini menggunakan SPSS for
Windows versi 13.00 dan menggunakan rumus alpha yaitu :
Keterangan : 11r = Reliabilitas instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan (item)
2b = Jumlah varian total
2t = Jumlah varian skor tiap-tiap item
Menurut Sugiono (2003:115) syarat minimum untuk memenuhi syarat
reliabilitas adalah r hitung > r tabel.
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisis Deskriptif
Analisis ini bermaksud untuk menggambarkan karakteristik masing-
masing variabel penelitian. Dengan cara menyajikan data ke dalam tabel distribusi
2
2
11 11 t
b
k
kr
31
frekuensi, menghitung nilai pemusatan (dalam hal nilai rata–rata, median, modus);
dan nilai dispersi (standar deviasi dan koefisien variasi) serta
menginterpretasikannya. Analisis ini tidak menghubung–hubungkan satu variabel
dengan variabel lainnya dan tidak membandingkan satu variabel dengan variabel
lainnya. Untuk mendapatkan rata–rata skor masing–masing indikator dalam
pernyataan–pernyataan yang terdapat dalam kuisioner dipakai rumus berikut:
)(
).1().2().3().4().5(
TPKDJRSRSL
TPJRKDSRSLskorrataRata
Di mana: SL = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-Kadang
JR = Jarang
TP = Tidak pernah
Sedangkan untuk mencari tingkat pencapaian jawaban responden
digunakan rumus berikut:
TCR = 1005
xrataskorRata
Dimana : TCR = tingkat pencapaian jawaban responden. Arikunto
(2002:244) mengemukakan kriteria jawaban responden sebagai berikut:
Jika TCR berkisar antara 76 – 100 % = baik
Jika TCR berkisar antara 56 – 75,99 % = cukup
Jika TCR berkisar antara 0 – 55,99 % = kurang baik
3.7.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bisa juga diartikan untuk menguji sekelompok data yang
berasal dari populasi yang berada di bawah frekuensi normal atau tidak. Menurut
32
Sugiono (2005:104) untuk melakukan uji normalitas dapat dilakukan dengan
menggunkan rumus dengan taraf kesalahan 5% adalah sebagai berikut:
k
i Fh
FhFo
1
2
Keterangan : 2 = Koefesien chi squer
Fo = Koefesien yang ada ,
Fh = Frekuensi harapan
Derajat kebebasan (dk) = 1 dengan taraf signifikan 5% dan ketentuan
pengujian bila X² hitung < X² tabel maka populasi atau sampel berdistribusi
normal.
3.7.3 Uji Homogenitas
Menurut Sugiono (2003:136) menyatakan bahwa pengujian homogenitas
varian yang bertujuan untuk melihat apakah variabel–variabel tersebut
mempunyai varian yang homogen atau tidak. Adapun rumusnya menggunakan uji
F yaitu :
lianterkeci
rianterbesaF
var
var
Selanjutnya harga F hitung dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk
pembilang n1 – 1 dan dk penyebut n2 -1 pada taraf signifikan 5%, dengan
ketentuan bila F hitung < F tabel maka varian data tersebut adalah homogen.
3.7.4 Uji Persyaratan Analisis
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data dengan langkah
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Sebaran Data
33
Uji normalitas dilakukan dengan maksud memeriksa apakah data yang
berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Menurut Singgih
(2000:59) pedoman yang dipakai dalam uji normalitas ini adalah mengunakan uji
Kolmogorov Smirnov yaitu:
- Jika nilai sig < 0,05 ( taraf kepercayaan 95 % ), distribusi adalah tidak
normal.
- Jika nilai sig > 0,05 ( taraf kepercayaan 95 % ), distribusi adalah
normal
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah variasi kelompok
populasi homogen atau tidak, uji homogen menurut Singgih (2000:60) dilakukan
dengan menggunakan uji Levene yaitu:
- Jika nilai Sig. < 0,05 (taraf kepercayaan 95 % ),data yang digunakan
adalah tidak homogen.
- Jika nilai Sig > 0,05 (taraf kepercayaan 95%), data yang digunakan
adalah homogen.
c. Uji Multikolinearitas
Salah satu syarat untuk memakai analisis dengan menggunakan regresi
linear berganda terlebih dahulu dilakukan uji Multicolinearitas yaitu uji hubungan
sesama variabel bebas. Uji Multicolinearitas ini berguna untuk menghindari
supaya jangan ada di antara variabel bebas yang berkorelasi sesamanya, maka
terlebih dahulu harus dilihat hubungan dari masing-masing variabel dengan
memakai rumus Korelasi Product Moment (Idris, 2007) sebagai berikut:
34
rxy = })({})({
)()()(
2222
jjii
jiji
XXnXXn
XXXXn
Dimana : r = Koefisien korelasi
Xi = Variabel Bebas I
Xj = Variabel Bebas II
Y = Variabel terikat
n = Jumlah responden
Apabila terdapat korelasi yang tinggi sesama variabel bebas tersebut, maka
salah satu diantaranya di eleminir (dikeluarkan) dari analisis regresi berganda.
Jika │ro > rtab│ terdapat multikolinearitas
3.7.5 Uji Hipotesis
Menurut Sanusi (2003:126) menyatakan bahwa pengujian hipotesis untuk
mengetahui hopotesis diterima atau tidaknya dari masing-masing variabel. Maka
uji hipotesis dapat digunakan dengan cara:
a. Estimasi Regresi
Persamaan regresi linear berganda berguna untuk melihat pengaruh dari
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan
pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Menurut Sudjana (1982:332) pengaruh
dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dituliskan
dengan persamaan sebagai berikut:
35
Yi = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei
Dimana:
Yi = Motivasi berprestasi
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi X1
b2 = Koefisien regresi X2
b3 = Koefisien regresi X3
X1 = Tingkat Pendidikan
X2 = Pelatihan
X3 = Supervisi
ei = Variabel yang tidak diteliti
b. Uji F Ratio
Uji F ratio ini dipakai untuk membuktikan (menguji) hipotesis dengan
tingkat keberartian tertentu seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam
penelitian ini untuk menguji hipotesis 4 (empat). Menurut Umar (2001:233) untuk
menentukan besarnya nilai F (F hitung) digunakan rumus sebagai berikut:
)1(/)1(
/2
2
KnR
KRF
Dimana : K = banyaknya variabel bebas
n = besarnya sampel
Hipotesis yang di uji dengan F ratio ini kriterianya adalah:
- Jika F hit > F tab, maka Ho ditolak:
Secara bersama-sama variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.
- Jika F hit < F tab, maka Ho diterima:
Secara bersama-sama variabel bebas tidak mempengaruhi variabel
terikat.
36
c. Uji t-test
Untuk menguji hipotesis 1,2, dan 3 maka digunakan uji t, yaitu untuk
melihat pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat
menurut Sudjana (1982:18) digunkan dengan rumus sebagai berikut:
Sbi
bito '
Dimana:
to’ = koefisien nilai tes
bi = koefisien regresi
Sbi = standar kesalahan koefisien regresi
Hipotesis yang di uji dengan t dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika t hit > t tab atau -t hit < -t tab maka Ho ditolak:
Secara sendiri-sendiri variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.
Walaupun thitung yang diperoleh negatif jika lebih besar dari ttabel maka
hal ini tetap menunjukkan terdapat pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat, namun bentuk pengaruhnya adalah negatif.
- Jika t hit < t tab atau -t hit > -t tab maka Ho diterima:
Secara sendiri-sendiri variabel bebas tidak mempengaruhi variabel
terikat.
37
DAFTAR PUSTAKA
Agunan P. Samosir.2007. Analisis Faktor-Faktor Penghambat UMK Produsen
Eksportir dan UMK Indirect Eksportir Di Subsektor Industri Keramik Dalam Melakukan Ekspor. Laporan penelitian Sentra Industri Kasongan, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta, Tahun Anggaran 2000.
Bambang Ismawan dan Setyo Budiantoro. Mapping Microfinance in Indonesia.
Jurnal Ekonomi Rakyat, Edisi Maret 2005. Didin Wahyudin. Key success faktors in micro financing. Paper pada diskusi
panel Microfinance Revolution: “Future Perspective for Indonesian Market”. Jakarta. 7 Desember 2004.
Dwi Sunyikno. paper makalah berjudul: Rentenir VS BMT, disampaikan dalam
Focus Discussion Group Temu Ilmiah Nasional Ekonomi Islam yang
diselenggarakan oleh Sharia Economic Forum UGM di MMTC Jogja 2008.
Hasibuan, Melayu SP.(2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Heri Sudarsono. (2007) cetakan ke-empat. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Ekonosia. Yoyakarta
Laporan Badan Pusat Statistik, sensus ekonomi 2006 dalam statistk UKM 2007.
Mudrajad Kuncoro. Makalah Seminar PSAK “Catatan Tentang Sektor Industri & UKM 10 tahun Pasca Krisis” tahun 2007.
Neddy Rafinaldy. 2006. Memeta Potensi dan Karakteristik UMK Bagi
Penumbuhan Usaha Baru. Jurnal infokop no. 29 tahun XXII.
38
KISI-KISI INSTRUMENT
Variabel Indikator Deskriptor Jumlah
No
item
Tingkat Pendidikan
● Pendidikan
Peminjam kredit
● Pendidikan Formal
Penyaluran Kredit
Pada Perum Pegadaian
● Bisnis Inti
● Kredit Cepat Aman
● Bisnis Non
Inti
● Gadai Syariah
● Kredit Angsuran Frudisia
● Kredit Angsuran Sistem Gadai ● Kredit Tunda Jual
Gabah ● Kredit Serba Guna
Perkembangan Usaha Kecil
● Volume sektor
ekonomi
● Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan ● Perdagangan
● Hotel dan Restoran ● Indistri Pengolahan
● Jasa-jasa ● Pengangkutan dan komunikasi