Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengaruh TiO2 sebagai Fotokatalisator dalam Penurunan Konsentrasi
Chemical Oxygen Demand dan Warna pada Limbah Cair Industri Tekstil
Putera Hendri Riyanto, Firdaus Ali
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Abstrak
Industri tesktil yang cukup berkembang di Indonesia berimplikasi kepada semakin banyaknya limbah yang
dihasilkan terutama limbah cair, yang dapat menyebabkan pencemaran dikarenakan kandungan pewarna dan
bahan sintetis lainnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efisiensi pengolahan kimia dengan proses
fotokatalisis menggunakan TiO2 dalam menurunkan konsentrasi COD dan warna. Air limbah yang digunakan
berasal dari IPAL JABABEKA yang belum melalui proses pengolahan. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap di
mana air limbah diolah dengan cara diberikan katalis TiO2 dengan rentang 0,20 – 1,24 mg/L, dipaparkan sinar
UV dengan rentang waktu kontak 45 – 240 menit, dan diaduk dengan rentang kecepatan pengadukan 100 – 360
rpm. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi variabel yang paling efektif adalah kombinasi dosis TiO2 0,36
g/L, waktu kontak 240 menit, dan kecepatan pengadukan 320 rpm dengan persentase penurunan konsentrasi
COD dan warna adalah 74,51% dan 47,70%. Hasil yang diperoleh belum mencapai baku mutu pada PermenLH
No.5/2014 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Industri Tekstil sehingga pengolahan ini dapat digunakan
sebagai pre-treatment untuk mengolah air limbah sebelum masuk ke primary dan secondary treatment.
Effect of TiO2 in The Reduction of Chemical Oxygen Demand and Color Concentration
in Textile Industry Wastewater
Abstract
Textile industry which is well developed in Indonesia has implication for the increasing number of wastewater
generated, which can lead to contamination because it contains of dyes and other synthetic materials. The
purpose of this study is to determine the efficiency of chemical treatment with photocatalytic process using TiO2
in decreasing COD and color concentration. Wastewater for this study comes from IPAL JABABEKA and has
not yet gone through any treatment. This study will be done in three stages where wastewater is added by TiO2
with a dosage range from 0,20 – 1,24 mg/L, illuminated by UV light with a contact time range from 45 – 240
minutes, and mixed with a mixing velocity range from 100 – 360 rpm. Result of the study shows that the most
effective combination is to combine TiO2 dosage 0,36 g/L, contact time 240 minutes, and mixing velocity 320
rpm with a COD and color removal percentage of 74,51% and 47,70%. The result achieved does not comply
with the regulation PermenLH No.5/2014 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk Industri Tekstil, so this treatment
can be used as pre-treatment to treat wastewater before it is treated in primary and secondary treatment.
Keywords: Photocatalytic, COD, Color, TiO2
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Pendahuluan
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia.
Perkembangan industri tekstil di Indonesia mencapai sekitar 6,65% per tahun (Rahmitha,
2009). Industri tekstil memberikan devisa sebesar 3,8 % terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2006. Pada tahun 2007, pemasukan devisa ini menurun
menjadi 2,4 % (Rahmitha, 2009). Pada tahun 2009, industri tekstil berkontribusi sebesar
12,72 % dalam perolehan devisa hasil industri dan sebesar 9,58 % terhadap total ekspor non
migas. Nilai tersebut meningkat tajam dari hanya sebesar US$ 559 juta pada tahun 1985
(Hermawan, 2011). Dengan semakin banyak produk tekstil yang dihasilkan akan berimplikasi
pada banyaknya limbah cair tekstil yang dihasilkan saat proses produksi.
Industri tekstil yang menggunakan pewarna sintetis sebagai bahan pewarna mengeluarkan
limbah yang sulit untuk didegradasi dengan metode pengolahan biologis yang konvensional
(Yun-cang, 2004). Banyak pewarna yang digunakan pada proses produksi tekstil bersifat non
biodegradable sehingga sangat sulit untuk diolah dengan pengolahan biologis. Hal ini
diakibatkan oleh tingginya kadar COD dan rendahnya kadar BOD pada limbah tekstil
sehingga menyebabkan rasio BOD/COD kurang dari 0,6 yang berarti limbah tidak dapat
didegradasi secara biologis atau lambat jika didegradasi secara biologis. Melihat tingginya
kadar COD yang ada pada limbah tekstil, maka diperlukan pre treatment yang efektif untuk
menurunkan kadar COD sehingga limbah dapat diolah secara biologis dengan lebih mudah
setelah melewati proses pada pre treatment dan primary treatment.
Pada penelitian ini, akan lebih ditekankan pada pengolahan secara kimiawi untuk menurunkan
kadar COD yaitu dengan metode fotokatilisis. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan
limbah ke dalam reaktor UV dan limbah diberikan katalis. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui karakteristik awal limbah industri tektil dilihat dari parameter COD, BOD,
TSS, warna, dan rasio BOD/COD; dan untuk menganalisis efektivitas kinerja TiO2 sebagai
fotokatalisator dalam menurunkan konsentrasi COD dan warna pada limbah industri tekstil
dengan proses fotokatalisis ditinjau dari penggunaan dosis TiO2, penggunaan waktu kontak,
dan kecepatan pengadukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternative pre
treatment untuk limbah cair industri tekstil sebelum memasuki primary treatment dan
secondary treatment, memberikan rekomendasi katalis yang dapat digunakan untuk
pengolahan limbah cair industri tekstil, dan digunakan sebagai referensi kepada penelitian
selanjutnya sehingga kedepannya dapat menyempurnakan pengolahan kimiawi dalam
menurunkan kadar COD dan warna pada pengolahan limbah cair industri tekstil.
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Tinjauan Teoritis
Industri tekstil mengunakan serat dari tumbuhan seperti kapas, serat dari hewan seperti wol
dan sutra, dan juga material sintetis seperti nilon, polyester, dan acrylic (Tufekci et al, 2007).
Industri tekstil juga mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak dan memproduksi limbah
dari tiap-tiap prosesnya (Babu et al, 2007). Sumber utama dari limbah cair indutri tekstil
biasanya berasal dari proses cleaning water, pretreatment, dyeing, dan finishing. Limbah cair
industri tekstil memiliki kadar warna dan COD yang cukup tinggi karena sebagian besar
limbah yang dihasilkan berupa campuran dari bahan-bahan organik sebagai produk samping
dari proses produksi (Hadiwidodo et al, 2009). Limbah cair industri tekstil diketahui memiliki
warna yang pekat, mengandung suspended solid yang tinggi, pH yang fluktuatif, suhu yang
tinggi, dan juga konsentrasi COD yang tinggi (A. Paul & Dhas, 2008). Limbah yang
dihasilkan pada tiap proses produksi tekstil disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Limbah Cair yang Dihasilkan Tiap Proses Produksi Tekstil
Process Wastewater
Fiber Preparation Sedikit atau tidak ada limbah yang
dihasilkan
Yarn Spinning Sedikit atau tidak ada limbah yang
dihasilkan
Slashing/Sizing BOD, COD, Logam, Limbah cucian,
Kanji
Weaving Sedikit atau tidak ada limbah yang
dihasilkan
Knitting Sedikit atau tidak ada limbah yang
dihasilkan
Tufting Sedikit atau tidak ada limbah yang
dihasilkan
Desizing
BOD dari kanji terlarut dalam air, kanji
sintetis, minyak pelumas, biocides,
senyawa anti statis
Scouring
Residu desinfektan dan insektisida,
NaOH, deterjen, lemak, minyak, pektin,
lilin, minyak pelumas rajutan, hasil akhir
pemintalan, sisa pelarut
Bleaching Hidrogen peroksida, natrium silikat atau
organic stabilizer dengan pH tinggi
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Tabel 1. Limbah Cair yang Dihasilkan Tiap Proses Produksi Tekstil (lanjutan)
Process Wastewater
Singeing Sedikit atau tidak ada limbah yang
dihasilkan
Mercerizing NaOH dengan pH tinggi
Heat Setting Sedikit atau tidak ada limbah yang
dihasilkan
Dyeing
Logam, garam, surfaktan, zat warna,
material kationik, sulfida,
asiditas/alkalinitas, sisa pelarut
Printing Suspended solid, urea, pelarut, zat warna,
logam, panas, BOD, busa
Finishing BOD, COD, suspended solid, zat beracun,
sisa pelarut
Product Fabrication Sedikit atau tidak ada limbah yang
dihasilkan
Sumber : Babu et al, 2007
Metode pengolahan limbah tekstil dapat diklasifikasikan menjadi pengolahan fisika, kimia,
dan biologi. Telah diketahui bahwa jika hanya menggunakan satu dari teknik pengolahan ini
akan menjadi tidak efisien dalam mengurangi kadar warna serta kandungan organik lainnya
dalam limbah (Kant, 2012). Cukup sulit untuk mengolah limbah cair industri tekstil
dikarenakan industri memproduksi air limbah dengan komponen yang bervariasi. Sulitnya
limbah tekstil untuk diolah dikarenakan limbah ini mengandung suspended solid serta COD
dengan kadar yang tinggi serta memiliki pH yang sangat fluktuatif (A. Paul & Dhas, 2008).
Metode pengolahan biologis menggunakan proses alami yang melibatkan miroorganisme
untuk mengoksidasi kandungan organik pada limbah. Untuk menurunkan kadar warna pada
limbah cair industri tekstil dengan pengolahan biologis, pada umumnya menggunakan bakteri
dan juga jamur (Zille, 2005).
Metode pengolahan fisik yang digunakan untuk mengolah limbah cair industri tekstil
mencakup membran filtration, koagulasi-flokulasi, sedimentasi, floatation dan lain
sebagainya. Membrane filtration merupakan cara yang cukup efektif untuk menghilangkan
polutan dari air limbah, namum biaya yang yang dibutuhkan sangat tinggi dan periode
penggantian membran juga sangat tinggi. Membrane filtration mencakup nano filtration,
reverse osmosis, dan adsorption (A. Paul & Dhas, 2008). Nano filtration dan reverse osmosis
dapat diterapkan sebagai pengolahan utama atau pengolahan akhir untuk pemisahan,
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
pemurnian, dan penggunaan kembali dari senyawa garam dan juga molekul besar lainnya
seperti pewarna yang digunakan saat produksi tekstil (Zille, 2005).
Pengolahan kimiawi merupakan pengolahan yang cukup efektif bagi limbah cair industri
tekstil untuk menghilangkan warna namun membutuhkan lebih banyak energi dan juga bahan
kimia dibandingkan pengolahan biologis (A. Paul & Dhas, 2008). Pengolahan kimiawi yang
sudah diterapkan dalam mengolah limbah cair industri tekstil diantaranya adalah dengan
elektrolisis, ozon, dan fotokatalisis (Zille, 2005).
Metode fotokatalisis menjadi sebuah kepentingan dalam bidang pengolahan air limbah karena
proses ini menghasilkan mineralisasi yang sempurna pada operasi dengan suhu dan tekanan
yang tidak tinggi (Zille, 2005). Metode ini dapat dikatakan sebagai akselerasi dari fotoreaksi
akibat adanya katalis (Al-Rasheed, 2005). Pengolahan ini merupakan cara yang efektif untuk
menangani polutan pada air limbah yang sulit untuk didegradasi dengan metode pengolahan
biologis yang konvensional (Yun-cang et al, 2004). Namun dari semua jenis pengolahan
kimiawi yang ada, kerugian utama yang ditimbulkan pada pengolahan ini adalah timbulnya
lumpur dalam jumlah yang cukup banyak yang mungkin dapat menjadi polutan dan
meningkatkan biaya pengolahan (A. Paul & Dhas, 2008). Oleh karena itu, pengolahan
kimiawi digunakan apabilaair limbah memang sudah sulit untuk diolah baik dengan
pengolahan fisik maupun biologis.
Proses fotokatalisis merupakan salah satu jenis dari Advanced Oxidation Procesess (AOP’s)
yaitu proses alternatif yang didesain untuk menghilangkan polutan dari cairan, padatan,
maupun gas. Konsep AOP bertujuan untuk mengkonversi konstituen dari polutan organik
menjadi bentuk yang lebih sederhana, dan relatif tidak berbahaya. AOP merupakan proses
yang berdasarkan dari penggunaan hidroksil radikal yang sangat kuat dan non-selective untuk
mencapai efisiensi oksidasi/degradasi yang baik (Cesaro et al, 2013).
Proses fotokatalisis heterogen merupakan proses yang kompleks. Jalur oksidasinya sampai
saat ini masih belum jelas (Kaan et al, 2012). Pada dasarnya proses fotokatalisis heterogen
dapat dibagi menjadi lima tahap yaitu (Chong et al, 2010) :
1. Transfer massa kontaminan organik yang berada dalam fase cair ke permukaan
fotokatalis (contoh: TiO2).
2. Adsorpsi kontaminan organik ke permukaan fotokatalis yang sudah aktif akibat foton
(aktivasi permukaan katalis oleh energi foton terjadi secara simultan).
3. Reaksi fotokatalisis kontaminan organik fase teradsorpsi pada permukaan fotokatalis.
4. Desorpsi produk dari permukaan fotokatalis.
5. Difusi produk dari permukaan fotokatalis
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Pada saat foton dengan yang diabsorbsi memiliki energi yang sama atau melebihi energi celah
pita dari semikonduktor, elektron (e-cb) akan ditransfer dari pita valensi (VB) ke pita konduksi
(CB), dan akan membuat lubang (h+
vb) pada pita valensi (Li, 2013). e-cb dan h
+vb kemudian
akan terlibat dalam reaksi redoks dengan jenis senyawa yang sudah teradsorpsi ke permukaan
fotokatalis pada tahap awal. Jenis senyawa ini di antaranya adalah air (H2O), ion hidroksida
(OH-), senyawa organik, atau oksigen. Oksidasi air atau OH
- yang dilakukan oleh lubang pita
valensi akan memproduksi OH radikal (Al-Rasheed, 2005). OH radikal yang terbentuk akan
mendegradasi polutan yang sudah teradsorpsi ke permukaan fotokatalis dikarenakan OH
radikal merupakan oksidan yang sangat kuat. Berikut adalah reaksi-reaksi yang terjadi pada
proses fotokatalisis dengan TiO2 dimulai dari penyerapan foton hingga pembentukan hidroksil
radikal.
Gambar 1. Reaksi Pembentukan Pasangan Electron-Hole (e-cb dan h
+vb)
Sumber : Al-Rasheed, 2005
Gambar 2. Reaksi Pembentukan OH Radikal
Sumber : Kaan et al, 2012
Gambar 3. Reaksi Reduksi Oksidasi oleh Pasangan Electron-Hole
Sumber : Kaan et al, 2012
Gambar 4. Reaksi Penguraian Kontaminan Organik oleh OH Radikal dan h+
vb
Sumber : Chong et al, 2010
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Gambar 5. Mekanisme Formasi Foto-induksi dari Pasangan Electron-Hole dalam Partikel
Semikonduktor TiO2 dengan Kehadiran Polutan Air
Sumber : Chong et al, 2010
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental mengenai pre treatment untuk air limbah
industri tekstil. Penelitian dilakukan pada skala laboratoritum dengan pengolahan
fotokatalisis. Pengolahan fotokatalisis pada penelitian ini menggunakan reaktor UV dan TiO2
sebagai fotokatalisator. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian dosis
TiO2, penggunaan waktu kontak dan kecepatan pengadukan terhadap efektivitas kinerja TiO2
sebagai fotokatalisator dalam menurunkan konsentrasi COD dan warna pada limbah cair
industri tekstil sehingga effluent yang dihasilkan sesuai dengan baku mutu berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014.
Lokasi yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini bertempat di Instalasi
Pengolahan Air Limbah Batik di PT. JABABEKA Infrastruktur, sampel limbah diambil dari
influent Bak Ekualisasi. Terdapat dua variabel yang diamati pada penelitian ini yaitu variabel
terikat dan bebas. Berikut adalah tabel yang menunjukkan variabel bebas dan terikat pada
penelitian ini.
Tabel 2. Variabel Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Dosis Katalisator
Kualitas effluent limbah Waktu Kontak
Kecepatan Pengadukan (rpm)
Sumber : Analisis Penulis, 2014
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Air limbah diambil dari influent limbah yang masuk ke instalasi pengolahan air limbah
Jababeka sebelum masuk ke unit-unit pengolahan yang ada. Agar air limbah dapat disimpan
dan bisa dilakukan pengujian di kemudian hari khususnya untuk parameter COD, maka
sampel harus diawetkan sesuai dengan SNI 6989.59:2008 Air dan Air Limbah – Bagian 57:
Metoda Pengambilan Contoh Air Permukaan Lampiran B pada Tabel B.1 mengenai Cara
Pengawetan dan Penyimpanan Contoh Air Limbah.
Karakteristik awal air limbah tekstil diuji sebelum melakukan proses fotokatalisis untuk
mengetahui karakteristik air limbah tekstil yang akan diolah pada proses fotokatalisis.
Parameter yang diuji sebagai karakteristik awal adalah BOD5, COD, TSS, dan warna. Hasil
pengujian parameter ini akan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 apakah melebihi baku mutu dan
harus dilakukan proses fotokatalisis. Metode yang digunakan dalam pengujian parameter ini
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Metode Pengukuran Kualitas Air Limbah yang digunakan
Parameter Satuan Metode
COD mg/L SNI 06-6989.73-2009
BOD mg/L SNI 06-6989.72-2009
TSS mg/L SNI 06-6989.3-2004
Warna mg/L SNI 06-6989.80-2011
Sumber : Standar Nasional Indonesia
Proses fotokatalisis ini akan dilakukan di dalam reaktor UV yang bersifat batch. Di dalam
reaktor UV akan diletakkan hot plate yang berfungsi untuk memutar magnetic stirrer untuk
mengaduk air limbah dengan fotokatalis TiO2 yang berbentuk serbuk. Di dalam reaktor
dipasang lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm sebanyak empat buah dengan bentuk
silinder mengitari beaker glass yang berisi air limbah dan fotokatalis. Proses Fotokatalisis ini
dilakukan dengan mengunakan metode two-level full factorial design agar dapat diketahui
kombinasi variabel serta nilai variabel yang paling optimum untuk pengolahan limbah. Pada
percobaan ini dilakukan 3 running, di mana setiap running terdiri dari 8 percobaan
dikarenakan jumlah variabel bebas yang ditentukan pada penelitian adalah 3 variabel. untuk
membuat variasi variabel bebas dengan rentang yang panjang sehingga ketelitian dan
keakuratan dari hasil yang didapat bisa lebih tinggi. Berikut adalah rancangan percobaan two-
level full factorial design pada penelitian ini.
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Gambar 6. Rancangan Variasi Dosis Katalis (0.20 – 1.24 g/L)
Sumber : Analisis Penulis, 2014
Gambar 7. Rancangan Variasi Waktu Kontak (45 – 240 menit)
Sumber : Analisis Penulis, 2014
Gambar 8. Rancangan Variasi Kecepatan Pengadukan (100- 360 rpm)
Sumber : Analisis Penulis, 2014
Pada running yang akan dilakukan, sampel air limbah akan dimasukkan ke dalam beaker
glass 1000 mL. Setelah sampel air limbah dimasukkan, air limbah diberikan H2SO4 untuk
mengatur pH berada pada rentang 6,8 – 7,3. Pada setiap running akan didapatkan dosis
Running 3
Running 2
Running 1
0.44
0.28 0.20
0.36
0.60 0.52
0.68
Running 3
Running 2
Running 1
1.00
0.84 0.76
0.92
1.16 1.08
1.24
Running 3
Running 2
Running 1
90
60 45
75
120 105
135
Running 3
Running 2
Running 1
195
165 150
180
225 210
240
Running 3
Running 2
Running 1
160
120 100
140
200 180
220
Running 3
Running 2
Running 1
300
260 240
280
340 320
360
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
katalis, waktu kontak dan kecepatan pengadukan yang paling baik untuk menurunkan
konsentrasi COD dan warna yang akan dipakai pada running selanjutnya. Kemudian setelah
diolah dengan proses fotokatalisis, air limbah akan diuji konsentrasi COD dan warna untuk
mengetahui persentase penurunan konsentrasi yang didapat.
Hasil Penelitian
Pada penelitian ini diuji karakteristik awal air limbah yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. DataKarakteristik Awal Air Limbah Tekstil
Sampling 1
(3/3/2015)
BOD5
(mg/L) pH
COD
(mg/L)
TSS
(mg/L)
Warna
(Pt-Co)
Suhu
(°C)
BOD/COD
Ratio
665,8 9,7 1.742 510 9.625 32 0,38
Sampling 2
(10/3/2015)
BOD5
(mg/L) pH
COD
(mg/L)
TSS
(mg/L)
Warna
(Pt-Co)
Suhu
(°C)
BOD/COD
Ratio
444 8,5 1.192 120 7.250 31,5 0,37
Sampling 3
(24/03/2015)
BOD5
(mg/L) pH
COD
(mg/L)
TSS
(mg/L)
Warna
(Pt-Co)
Suhu
(°C)
BOD/COD
Ratio
476 9,5 2.260 414 10.175 34,6 0,21
Sumber: Analisis Penulis, 2015
Dari data karakteristik awal air limbah diketahui bahwa air limbah masih melewati baku mutu
air limbah yang ada pada PermenLH No. 5 Tahun 2014 dan sulit untuk diolah dengan
pengolahan biologis karena rasio BOD/COD lebih kecil dari 0,6 sehingga dilakukan proses
fotokatalisis sebanyak tiga tahap, berikut hasil dari proses fotokatalisis yang disajikan pada
tabel 5, 6, dan 7.
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Tabel 5. Hasil Pengamatan Running Pertama
Variasi Variabel COD awal
(mg/L)
COD
akhir
(mg/L)
Warna awal
(Pt-Co)
Warna akhir
(Pt-Co)
Penyisihan
COD (%)
Penyisihan
Warna(%)
Variasi 1
0,44 gram
1.073 958 5.725 4.725 10,72 17,47 90 menit
160 rpm
Variasi 2
0,44 gram
1.073 876 5.725 4.900 18,36 14,41 90 menit
300 rpm
Variasi 3
0,44 gram
1.192 728 7.250 5.375 38,93 25,86 195 menit
160 rpm
Variasi 4
0,44 gram
1.192 516 7.250 5.225 56,71 27,93 195 menit
300 rpm
Variasi 5
1,00 gram
1.155 884 4.675 4.250 23,46 9,09 90 menit
160 rpm
Variasi 6
1,00 gram
1.155 846 4.675 3.350 26,75 28,34 90 menit
300 rpm
Variasi 7
1,00 gram
1.073 889 5.725 4.825 17,15 15,72 195 menit
160 rpm
Variasi 8
1,00 gram
1.155 821 4.675 4.147 28,92 11,29 195 menit
300 rpm
Sumber : Olahan Penulis, 2015
Tabel 6. Hasil Pengamatan Running Kedua
Variasi Variabel COD awal
(mg/L)
COD
akhir
(mg/L)
Warna awal
(Pt-Co)
Warna akhir
(Pt-Co)
Penyisihan
COD (%)
Penyisihan
Warna(%)
Variasi 1
0.28 gram
2260 1991 10175 7225 11.90 28.99 225 menit
340 rpm
Variasi 2
0.28 gram
2260 1989 10175 7642 11.99 24.89 225 menit
260 rpm
Variasi 3
0.60 gram
1974 1818 10175 9250 7.90 9.09 225 menit
260 rpm
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Tabel 6. Hasil Pengamatan Running Kedua (lanjutan)
Variasi Variabel COD awal
(mg/L)
COD
akhir
(mg/L)
Warna awal
(Pt-Co)
Warna akhir
(Pt-Co)
Penyisihan
COD (%)
Penyisihan
Warna(%)
Variasi 4
0.60 gram
1974 1784 10175 9525 9.63 6.39 225 menit
340 rpm
Variasi 5
0.28 gram
1998 1945 8175 7375 2.65 9.79 165 menit
260 rpm
Variasi 6
0.28 gram
1998 1922 8175 7825 3.80 4.28 165 menit
340 rpm
Variasi 7
0.60 gram
1998 1914 8175 7175 4.20 12.23 165 menit
260 rpm
Variasi 8
0.60 gram
1998 1928 8175 6575 3.50 19.57 165 menit
340 rpm
Sumber : Olahan Penulis, 2015
Tabel 7. Hasil Pengamatan Running Ketiga
Variasi Variabel COD awal
(mg/L)
COD
akhir
(mg/L)
Warna awal
(Pt-Co)
Warna
akhir
(Pt-Co)
Penyisihan
COD (%)
Penyisihan
Warna(%)
Variasi 1
0.20 gram
1542 1124 6775 4800 27.11 29.15 210 menit
320 rpm
Variasi 2
0.20 gram
1569 1008 5775 3500 35.76 39.39 210 menit
360 rpm
Variasi 3
0.20 gram
1542 710 7075 5025 53.96 28.98 240 menit
320 rpm
Variasi 4
0.20 gram
1569 718 5775 2725 54.24 52.81 240 menit
360 rpm
Variasi 5
0.36 gram
1542 843 6775 3750 45.33 44.65 210 menit
320 rpm
Variasi 6
0.36 gram
1569 937 5775 3025 40.28 47.62 210 menit
360 rpm
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Tabel 7. Hasil Pengamatan Running Ketiga (lanjutan)
Variasi Variabel COD awal
(mg/L)
COD
akhir
(mg/L)
Warna awal
(Pt-Co)
Warna akhir
(Pt-Co)
Penyisihan
COD (%)
Penyisihan
Warna(%)
Variasi 7
0.36 gram
1542 393 7075 3700 74.51 47.70 240 menit
320 rpm
Variasi 8
0.36 gram
1569 594 5775 3120 62.14 45.97 240 menit
360 rpm
Sumber : Olahan Penulis, 2015
Kemudian dilakukan analisis statistik dengan software minitab untuk mengetahui faktor yang
paling signifikan untuk menurunkan konsentrasi COD dan warna, analisis statistik disajikan
dalam bentuk grafik Pareto.
Gambar 9. Grafik Paretto untuk Efisiensi Penyisihan COD
Sumber : Olahan Penulis, 2015
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Gambar 10. Grafik Paretto untuk Efisiensi Penyisihan Warna
Sumber : Olahan Penulis, 2015
Pembahasan
Pada tabel 5, diketahui bahwa variasi yang paling efektif untuk menurunkan konsentrasi COD
dan warna adalah variasi 4 dengan rincian dosis katalis 0,44 g/L, waktu kontak 195 menit, dan
kecepatan pengadukan 300 rpm. Persentase penurunan COD dan warna pada variasi 4 adalah
56,71% dan 27,93%. Pada running 1 penggunaan dosis katalis lebih kecil dan waktu kontak
lebih lama menghasilkan persentase penurunan yang lebih baik.Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang menyatakan bahwa lamanya waktu kontak dan penyinaran sinar UV
menyebabkan persentase penurunan menjadi semakin tinggi (Andari & Wardhani, 2014).
Pada penelitian running pertama diketahui bahwa dosis yang lebih tinggi yatu 1,00 g/L
menghasilkan persentase penurunan konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini disebabkan
karena air limbah tekstil diberikan dosis katalis yang terlalu besar sehingga air limbah
menjadi jenuh dan membuat sinar UV terhalang oleh suspensi yang terlalu banyak. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa apabila konsestrasi katalis yang diberikan
melewati dari batas jenuh, laju degradasi akan menurun dikarenakan intersepsi cahaya yang
masuk oleh suspensi yang ditambahkan sebagai katalis tambahan mencegah proses iluminasi,
dan jumlah terbentuknya OH radikal sebagai oksidator utama pada fotokatalisis akan
menurun dan efisiensi dari degradasi menurun (Akpan & Hameed, 2009).
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Pada tabel 6, diketahui bahwa variasi yang paling efektif untuk menurunkan konsentrasi COD
dan warna adalah variasi 1 dengan rincian dosis katalis 0,28 g/L, waktu kontak 225 menit, dan
kecepatan pengadukan 340 rpm. Persentase penurunan konsenstrasi COD dan konsentrasi
warna yang didapat dari pengolahan fotokatalisis dengan variasi 1 adalah 11,90% dan
28,99%. Pada running kedua persentase penurunan konsentrasi COD dan warna yang didapat
sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh pemberian dosis katalis dan juga lamanya waktu kontak
yang digunakan. Pada penggunaan dosis 0,60 g/L, dapat dikatakan bahwa pemberian dosis
katalis terlalu banyak sehingga air limbah tekstil menjadi jenuh dan membuat sinar UV tidak
dapat masuk ke dalam air limbah untuk melakukan reaksi fotokatalisis karena dihalangi oleh
suspensi dari serbuk katalis yang sudah melewati batas jenuh. Hasil yang didapat baik dari
running pertama dan kedua juga membuktikan penelitian yang menyatakan bahwa
kemampuan degradasi dengan cara fotokatalisis dengan TiO2 terus meningkat sampai dosis
mencapai 0.5 g/L dan setelah itu relatif konstan atau menurun dengan rentang dosis 0,25 g/L
– 3 g/L (Pekakis et al, 2006).
Namun pada saat dosis katalis yang diberikan 0,28 g/L, persentase penurunan konsentrasi
COD dan warna yang dihasilkan juga tidak sebaik dengan persentase penurunan yang
dihasilkan pada running pertama. Penyebab dari hasil yang jauh lebih baik pada running
pertama dikarenakan dosis katalis yang digunakan lebih banyak dan belum melewati dari
batas maksimal konsentrasi katalis, sehingga dengan bertambahnya katalis akan
meningkatkan permukaan fotokatalis untuk melakukan reaksi dan berakibat pada
meningkatnya jumlah hidroksil radikal yang terbentuk untuk mengoksidasi polutan yang ada
pada air limbah.
Pada tabel 7, diketahui bahwa variasi yang paling efektif untuk menurunkan konsentrasi COD
dan warna adalah variasi 7 dengan rincian dosis katalis 0,36 g/L, waktu kontak 240 menit dan
kecepatan pengadukan 320 rpm. Persentase penurunan konsentrasi COD dan warna yang
dihasilkan dari percobaan variasi 7 adalah 74,51% dan 47,70%. Dapat dilihat bahwa dosis
yang 0,36 g/L menghasilkan persentase penurunan konsentrasi COD dan warna yang lebih
baik dibandingkan dengan dosis 0,20 g/L. Hal ini t disebabkan karena dosis katalis 0,20 g/L
masih terlalu sedikit sehingga luas permukaan katalis menjadi kecil dan menyebabkan
sedikitnya hidroksil radikal yang terbentuk untuk mengoksidasi polutan yang ada pada air
limbah. Pada pemberian dosis katalis yang lebih tinggi yaitu 0,36 g/L, akan memperluas
permukaan katalis yang dapat menghasilkan hidroksil radikal sehingga oksidasi polutan pun
akan terjadi dengan lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa
dengan meningkatnya jumlah katalis yang diberikan akan meningkatkan jumlah sisi aktif
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
pada permukaan fotokatalis yang nantinya akan meningkatkan jumlah hidroksil radikal yang
terbentuk pada saat terpapar oleh sinar UV, selama dosis yang diberikan tidak melebihi batas
jenuh pada air limbah tersebut (Akpan & Hameed, 2009). Pernyataan dari penelitian ini
semakin memperkuat analisis yang telah dipaparkan sebelumnya karena dosis 0,36 g/L belum
melewati dosis di mana persentase penurunan konsenstrasi COD dan warna mulai menurun
atau konstan yaitu di atas 0,6 g/L. Salah satu waktu kontak yang digunakan pada running
tahap ketiga ini adalah waktu kontak paling lama yang ada pada rentang waktu kontak yang
dirancang yaitu 240 menit. Percobaan dengan penggunaan waktu kontak selama 240 menit
cenderung memiliki persentase penurunan COD atau warna yang lebih baik untuk dosis 0,20
g/L dan 0,36 g/L. Hal ini disebabkan karena dengan waktu kontak yang lebih lama
dibandingkan waktu kontak yang digunakan pada running di tahap sebelumnya membuat
durasi pemaparan sinar UV pada katalis TiO2 semakin lama membuat proses fotokatalisis
yang terjadi semakin baik karena hidroksil radikal yang terbentuk menjadi semakin banyak
untuk mengoksidasi polutan. Dapat dilihat pada penggunaan waktu kontak 210 menit,
persentase penurunan konsentrasi yang didapatkan belum terlalu baik. Hal ini disebabkan
karena kurangnya durasi pemaparan sinar UV yang mengakibatkan tidak maksimalnya foton
yang diserap untuk membuat pasangan electron-hole tereksitasi dan nantinya akan
membentuk hidroksil radikal.
Selain itu dapat dilihat bahwa dari ketiga tahap running yang dilakukan, persentase penurunan
konsentrasi yang paling baik dari setiap tahap terjadi pada kecepatan pengadukan 300 – 340
rpm. Hal ini menunjukkan bahwa pengadukan cepat membuat katalis yang dibubuhkan pada
air limbah tercampur dengan merata sehingga hidroksil radikal yang terbentuk dapat
mengoksidasi polutan dengan lebih baik.
Dari ketiga running yang sudah dilakukan, disimpulkan bahwa kombinasi paling efektif yang
dapat menurunkan konsentrasi COD dan konsentrasi warna terdapat pada variasi 7 di running
ketiga dengan proses TiO2+UV, dosis katalis TiO2 = 0,36 g/L, waktu kontak = 240 menit,
kecepatan pengadukan = 340 rpm, dan panjang gelombang UV = 256 nm. Persentase
penurunan konsentrasi CODdan warna yang didapat adalah 74,51% dan 47,70%. Namun jika
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Lingkunan Hidup No. 5 Tahun 2014, hasil olahan
limbah yang dilakukan pada penelitian ini masih belum masuk baku mutu lingkungan. Oleh
karena itu, pengolahan ini dapat dijadikan sebagai pre treatment.
Pada gambar 9 ditunjukkan seberapa signifikan pengaruh dari satu variabel atau interaksi
antar variabel pada penurunan konsentrasi COD. Dapat diliihat pada gambar 9 bahwa
pengaruh variabel yang melewati reference line adalah pengaruh akibat variabel waktu
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
kontak. Hal ini menunjukkan bahwa waktu kontak merupakan variabel yang memberikan
pengaruh signifikan pada penurunan konsentrasi COD pada air limbah tekstil. Pengaruh
variabel dosis katalis TiO2 merupakan pengaruh variabel tertinggi kedua setelah waktu
kontak, namun pengaruh variabel ini tidak melewati reference line sehingga pengaruh
variabel ini tidak signifikan terhadap penurunan konsentrasi COD.
Pada gambar 10 ditunjukkan seberapa signifikan pengaruh dari satu variabel atau interaksi
antar variabel pada penurunan kadar warna. Dapat dilihat pada gambar 10 bahwa pengaruh
variabel tertinggi terdapat pada variabel dosis katalis TiO2 dan kecepatan pengadukan, namun
kedua pengaruh variabel ini tidak melewati reference line sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh variabel yang signifikan atau berpotensial penting pada penurunan kadar
warna. Namun demikian, grafik ini tidak menunjukkan bahwa pengaruh variabel tersebut
hanya memberikan persentase penurunan kadar warna yang buruk melainkan menunjukkan
bahwa pengaruh variabel yang ada tidak memberikan dampak signifikan terhadap
peningkatan atau penurunan konsentrasi warna.
Kemudian dilakukan perancangan unit fotokatalisis dengan dimensi unit 6,5 m x 3,25 m x 5m
yang didapat dari perhitungan kapasitas unit yang dihitung dari debit air limbah 1850 m3
dibagi 4 unit dan dikalikan dengan waktu kontak yang didapatkan dari penelitian yaitu 4 jam.
Setelah itu dihitung kebutuhan katalis dari data dosis optimum yang didapat pada penelitian
dan asumsi bahwa katalis dapat digunakan sebanyak 3 kali sehinga didapat total katalis yang
dibutuhkan per hari adalah 224 kg. Berikut adalah sketsa tampak samping unit fotokatalisis.
Gambar 11. Tampak Samping Unit Fotokatalisis
Sumber : Analisis Penulis, 2015
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang didapat, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Karakteristik air limbah tekstil yang ada pada PT. JABABEKA Inrastruktur memiliki
rata-rata konsentrasi COD 1731 mg/L, rata-rata konsentrasi BOD5 528,6 mg/L, rata-
rata konsentrasi TSS 348 mg/L, rata-rata konsentrasi warna 9016,7 Pt-Co dan didapat
rasio BOD/COD 0,38; 0,37; dan 0,21 yang menunjukkan bahwa air limbah dapat
didegradasi secara biologis namun prosesnya akan berlangsung sangat lambat dan
pengolahan menjadi tidak efektif (slowly biodegradable), sehingga perlu dilakukan
pre trreatment sebelum menuju ke pengolahan biologis.
Variasi kombinasi variabel bebas antara dosis katalis, waktu kontak, dan kecepatan
pengadukan yang paling efektif untuk proses fotokatalisis dengan TiO2 pada penelitian
ini adalah variasi 7 pada running ketiga dengan rincian dosis katalis = 0,36 g/L, waktu
kontak = 240 menit, dan kecepatan pengadukan = 320 rpm dengan persentase
penurunan konsentrasi COD sebesar 74,51% dan persentase penurunan warna sebesar
47,70%.
Saran
Penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan proses fotokatalis dan menggunakan
katalis TiO2 sebaiknya menggunakan rentang dosis katalis yang lebih kecil agar dosis
optimum dapat dicari dengan keakuratan yang lebih tinggi.
Pada penelitian selanjutnya diperlukan variabel bebas lain yang dapat mempengaruhi
proses fotokatalis seperti pH untuk mengetahui apakah proses fotokatalisis lebih
efektif jika berada dalam pH rendah atau dalam pH yang lebih tinggi.
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015
Daftar Referensi
Akpan, U. G. & Hameed, B. H. 2009. Parameters Affecting The Photocatalytic Degradation of Dyes Using
TiO2-based Photocatalysts: A Review. Journal of Hazardous Materials 170 (2009) 520-529.
Al-Rasheed, Radwan A. 2005. Water Treatment by Heterogeneous Photocatalysis ana Overview. Saline Water
Desalination Research Institute. Saline Water Conversion Corporation.
Andari, N. D. & Wardhani, S. 2014. Fotokatalis TiO2-Zeolit untuk Degradasi Metilen Biru. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.
Babu, B. Ramesh. 2007. Textile Technology : An Overview of Wastes Produced During Cotton Textile
Processing and Effluent Treatment Methods. The Journal of Cotton Science 11 : 110-123.
Cesaro, A., Naddeo, V., Belgiorno, V. 2013. Wastewater Treatment by Combination of Advanced Oxidation
Processed and Conventional Biological Systems. J Bioremed Biodeg 2013, 4:8.
Chong, N. M., Jin, B., Chow, W. K. C., Saint, C. 2010. Recent Developments in Photocatlytic Water Treatment
Technology: A Review. Elsevier Water Research 44 2997-3027.
Hadiwidodo, Mochtar, Huboyo H.S., Indrasarimmawati. 2009. Penurunan Warna, COD dan TSS Limbah Cair
INdustri Tekstil Menggunakan Teknologi Dielectric Barrier Duscharge dengan Variasi Tegangan dan Flow Rate
Oksigen. Jurnal Presipitasi Vol. 7 No. 2, ISSTN 1907-167X.
Hermawan,Iwan. 2011. Analisis Dampak Kebijakan Makroekonomi terhadap Perkembangan Industri Tekstil dan
Produk Tekstil Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Kaan, C. C., Aziz, A. A., Ibrahim, S., Matheswaran, M., Saravanan, P. 2012. Studies on Water Management
Issues: Heterogeneous Photocatalytic Oxidation an Effective Tool for Wastewater Treatment – A Review.
INTECH.
Kant, Rita. 2012. Textile Dyeing Industry an Environmental Hazard. University Institute of Fashion Technology.
Natural Science Vol. 4 No. 1 22-26.
Pekakis, A. P., Xekoukoulotakis, P. N., Mantzavinos D. 2006. Treatment of Textile Dyehouse Wastewater by
TiO2 Photocatalysis. Elsevier, Water Research 40 1276-1286.
Rahmitha. 2009. Pengaruh Posisi Persaingan Domestik Terhadap Kemampuan Ekspor Industri Tekstil dan
Produk Tekstil (TPT) Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tufekci, Nese, Sivri N., Toroz I. 2007.Pollutants of Textile Industry Wastewater and Assessment of its
Discharge Limits by Water Quality Standards. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 7: 97-103.
Yun-cang, Li, Lin-da Zou, Hu, Eric. 2004. Photocatalytic Degradation of Dye Effluent by Titanium Dioxide
Pillar Pellets in Aqueous Solution. Deakin University. Journal of Environmental Science Vol. 16, No. 3, pp.
375-379.
Zille, Andrea. 2005. Laccase Reactions for Textile Applications. Universidade do Minho. Escola de Engenharia.
Pengaruh TiO2..., Putera Hendri Riyanto, FT UI, 2015