Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JMI Vol. 40 No. 1 Juni 2018 METAL INDONESIA
Journal homepage:
http://www.jurnalmetal.or.id/index.php/jmi p-issn: 0126 – 3463 e-issn : 2548-673X
PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN SILIKON DAN PERLAKUAN PANAS
TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA PADUAN
RENDAH UNTUK APLIKASI TAPAK RANTAI KENDARAAN TEMPUR
EFFECT OF SILICON CONTENT VARIATION AND HEAT TREATMENT ON
MECHANINAL PROPERTIES AND MICRO STRUCTURE OF LOW ALLOY STEEL
FOR TRACKLINK TANK APPLICATION
Sri Bimo Pratomo1, Martin Doloksaribu1, Husen Taufiq1 dan R. Henny Mulyani2 dan Eri Indra
Lesmana2 1Balai Besar Logam dan Mesin, Jalan Sangkuriang No.12 Bandung 40135
Email : [email protected] 2Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani, Bandung
Abstrak
Sifat mekanik material baja paduan rendah pada rantai tapak kendaraan tempur dapat ditingkat
dengan penambahan unsur paduan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
silikon dan perlakukan panas normalisasi terhadap sifat mekanik baja paduan rendah pada protipe
rantai tapak kendaraan tempur jenis Scorpion. Pembuatan rantai tapak kendaraan tempur
menggunakan variasi penambahan unsur silikon (Si) sebesar 0,5%; 0,9%; 1,2% dan 1,6%Si. Pada tiap
spesimen diberikan perlakukan panas annealing, normalizing dan normalizing kipas. Pengujian
komposisi kimia, kekerasan, ketahanan aus dan pengujian struktur mikro dilakukan terhadap spesimen
rantai tapak kendaraan tempur. Hasil uji kekerasan menunjukkan tren peningkatan kekerasan dan
ketahanan aus terhadap peningkatan penambahan unsur silikon dan peningkatan laju pendinginan.
Hasil uji kekerasan relatif paling besar pada perlakuan panas normalisasi kipas yaitu 29,61 HRC pada
kandungan silikon sebesar 0,5%Si; 30,93 HRC pada 0,9%Si; 33,38 HRC pada 1,2%Si dan 34,96 HRC
pada 1,6%Si. Hasil uji ketahanan aus paling besar pada normalisasi kipas yaitu 0,1581% pada
kandungan silikon sebesar 0,5%Si; 0,0465% pada 0,9%Si; 0,0404% pada 1,2%Si dan 0,0182% pada
1,6%Si. Pengamatan struktur mikro menunjukkan bahwa penambahan unsur silikon (Si) menghasilkan
fasa bainite yang semakin halus dan tersebar merata. Peningkatan laju pendinginan menyebabkan
perubahan fasa dari pearlite menjadi bainite.
Kata kunci: baja paduan rendah, fasa bainite, perlakuan panas normalisasi, rantai tapak kendaraan
tempur, variasi kandungan unsur silikon
Abstract
The mechanical properties of low alloy steel track link tank can be improved by addition of
alloying elements. Purpose of this research is to discover the effect of silicon addition and normalizing heat treatment for the mechanical properties of low alloy steel track link of Scorpion tank. The
variation of silicon content were 0.5%; 0.9%; 1.2% and 1.6%Si. Variation of heat treatment (cooling
rate) were annealing, normalizing and normalizing with fan. Examination of chemical composition,
hardness testing, wear resistance testing and examination of microstructure were performed on
specimens. The results of hardness test show the trend of increasing hardness and wear resistance to addition of %Si and increasing of cooling rate. Addition of %Si on normalizing with fan produce the
hardest specimen relatively by 29.61 HRC at 0.5% Si; 30.93 HRC (0.9% Si); 33.38 HRC (1.2% Si) and 34.96 HRC (1.6% Si). Addition of %Si on normalizing with fan produce the greatest wear
resistance by 0.1581% at silicon content of 0.5% Si; 0.0465% at 0.9% Si; 0.0404% at 1.2% Si and
0.0182% at 1.6%Si. Microstructure observation shows that the addition of Si content produce bainite which finer and distributed evenly. Increasing of cooling rate causes the transformation phase from
pearlite to bainite.
METAL INDONESIA Vol. 40 No. 1 Juni 2018 (1-9) 2
Keywords : low alloy steel, bainite phase, normalizing, track link tank, variation of Si content
PENDAHULUAN
Kemandirian industri pertahanan nasional
terus ditingkatkan. Hal tersebut akan
mempengaruhi kemandirian dalam hal Alat
Utama Sistem Persenjataan (alutsista) dan Alat
Pertahanan Keamanan (alhankam). Tahun 2015
terdapat 53 persen alpahankam berasal dari
dalam negeri dan untuk tahun 2045 ditargetkan
minimal 85 persen (DD14 2017). Industri
dalam negeri memiliki potensi untuk dapat
mendukung kebijakan ini (Wiwoho 2015;
feb/hen 2013).
Rantai tapak kendaraan tempur (track
link tank) merupakan salah satu komponen
yang sedang dikembangkan (Hafid and
Protomo 2013). Rantai tapak kendaraan tempur
merupakan komponen kendaraan tempur (tank)
yang berfungsi sebagai tumpuan track roller
sehingga memungkinkan tank dapat berjalan.
Rantai tapak kendaraan tempur harus
memiliki kekuatan, ketahanan aus dan keuletan
yang memadai. Sifat-sifat tersebut penting
karena rantai tapak kendaraan tempur akan
menahan tekanan dari berat tank dan akan
bergesekan dengan medan yang dilewati. Selain
itu, tank kerap dioperasikan dalam kecepatan
tinggi dengan perlambatan yang tiba-tiba
sehingga menuntut daya tahan komponen.
Komponen diharapkan memiliki umur pakai
sekitar satu tahun.
Pratomo (2013) telah melakukan
pembuatan rantai tapak tank dengan proses
pengecoran. Nilai kekerasan dan ketahanan aus
komponen rantai tapak kendaraan tempur yang
terbuat dari dari baja paduan rendah dengan
0,45%Mo telah sesuai dengan kriteria rantai
tapak kendaraan tempur impor (Hafid and
Protomo 2013; Pratomo, Hafid, and Afrilinda
2013). Efisiensi biaya produksi dilakukan
dengan mengurangi penggunaan Mo dan
meningkatkan penggunaan silikon.
Keberadaan silikon memberikan
beberapa manfaat. Silikon dapat meningkatkan
sifat mampu cor (castability) logam cair (Lino
et al. 2017). Penelitian Chen (2017)
menunjukkan penambahan 1.3wt.% silikon
pada material GCr15 bearing steel yang
dimodifikasi secara signifikan meningkatkan
remaining austenite (Chen, Gu, and Han 2017).
Keberadaan remaining austenite ini penting
karena pada saat tempering austenite akan
terdekomposisi menjadi bainite. Penambahan
silikon dapat menstabilkan fasa austenite
selama tahap partisi dan memperlambat proses
dekomposisi austenite (Kim, Sietsma, and
Santofimia 2017).
Penelitian ini bertujuan membuat
mengetahui pengaruh penambahan %Si dan
peningkatan laju pendinginan pada penggunaan
0,1%Mo. Melalui penelitian ini diharapkan
dapat menentukan komposisi penambahan
silikon dan perlakuan panas yang optimal untuk
menghasilkan sifat mekanik yang lebih baik
daripada prototipe sebelumnya.
METODOLOGI
Kegiatan penelitian meliputi proses
pengecoran, perlakukan panas dan pengujian
mekanik. Proses pengecoran dan perlakuan
panas dilakukan di Workshop Pengecoran dan
Perlakuan Panas di Balai Besar Logam dan
Mesin (BBLM) pada tahun 2016~2017. Alur
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
panas dan pengujian mekanik.
METAL INDONESIA Vol. 40 No. 1 Juni 2018 (1-9) 3
Gambar 1. Alur penelitian
Proses pembuatan spsimen uji prototipe
roda kereta api tipe Scorpion dimulai dengan
pembuatan pola, kemudian pembuatan cetakan
pasir lalu dilakukan pengecoran logam dengan
variasi unsur silikon. Pengecoran dilakukan
dengan menggunakan tungku induksi
INDUCTOTHERM kapasitas 200 kg.
Spesimen uji dipreparasi agar dapat
diberikan perlakukan panas. Proses perlakuan
panas yang diberikan adalah normalizing pada
920oC dengan waktu tahan 10 menit
menggunakan Muffle Furnace ISUZU.
Kemudian spesimen tersebut didinginkan
dengan 3 metode dengan laju pendinginan yang
semakin cepat yaitu pendinginan lambat
(perlakuan panas annealing), pendinginan
normal menggunakan udara (perlakukan panas
normalizing) dan pendinginan normal dengan kipas angin (normalizing kipas angina; laju
pendinginan paling cepat). Kemudian spesimen yang telah diberikan
perlakuan panas diuji sifat mekaniknya. Uji
mekanik yang dilakukan adalah uji keras dan
uji ketahanan aus. Uji keras yang dilakukan
adalah uji keras Rockwel C sesuai JIS Z 2245.
Pengamatan struktur mikro dilakukan terhadap
spesimen untuk mengetahui struktur mikro
yang terbentuk. Spesimen dipreparasi dengan
larutan Nital 3% dan pengamatan struktur
mikro menggunakan mikroskop optik merk
NIKON dan Scanning Electron Microscopy
(SEM).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prototipe rantai tapak kendaraan tempur
yang menjadi obyek penelitian ini ditunjukkan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Prototipe rantai tapak kendaraan
tempur tipe Scorpion
Hasil spektrometer hasil pengecoran
rantai tapak kendaraan tempur dapat dilihat
pada Tabel 1. Komposisi kimia kandungan Si
untuk masing-masing spesimen A, B, C dan D
adalah 0,464%; 0,967%; 1,200% dan 1,667%.
Komposisi tersebut sesuai dengan target Si
yang direncanakan.
Komposisi rantai tapak kendaraan tempur
impor menggunakan 0,49%Si dan 0,32%Mo.
Sedangkan penelitian yang telah dilakukan
menggunakan 0,3%Si dan 0,45%Mo.
Komposisi unsur lain seperti C, Mn, Cr
dan Ni menunjukkan nilai sesuai target dan tiap
spesimen relatif sama. Namun unsur Mo sedikit
berbeda pada masing-masing spesimen.
Kandungan unsur Mo adalah 0,1% namun pada
spesimen A, B dan D nilai %Mo sedikit di
bawah target. Unsur Molybdenum (Mo)
merupakan pembentuk karbida. Karbida
memiliki sifat yang keras dan getas akan
mempengaruhi kekerasan dan ketangguhan
produk.
Tabel 1. Komposisi kimia hasil cor
Grafik hasil uji keras terhadap kandungan
Si pada perlakuan panas annealing, normalizing
dan normalizing kipas dapat dilihat pada
Gambar 3. Grafik tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar kandungan silikon maka
kekerasan akan semakin besar.
Mulai
Pengecoran Tapak
Rantai Tank dari Baja
Paduan Rendah
Kandungan
Silikon 0 ,5%
Kandungan
Silikon 0 ,9%
Kandungan
Silikon 1,2%
Uji Komposisi Kimia
Uji Keras
Uji Ketahanan Aus
Pengamatan Struktur Mikro
Analisa
Selesai
Kandungan
Silikon 1,6%
NormalizingNormalizing
KipasAnnealing
Perlakuan Panas
920oC; 10 menit
C Si Mn P S Cr Mo Ni
A 0.252 0.464 1.050 0.017 <0.005 0.879 0.098 0.855
B 0.231 0.967 0.943 0.008 <0.005 0.921 0.077 0.842
C 0.273 1.200 0.987 0.019 <0.005 0.858 0.102 0.880
D 0.271 1.667 0.974 0.018 <0.005 0.842 0.096 0.856
SpesimenUnsur (%)
METAL INDONESIA Vol. 40 No. 1 Juni 2018 (1-9) 4
Gambar 3. Grafik kekerasan terhadap spesimen
dengan variasi kandungan %Si pada
perlakuan panas annealing,
normalizing dan normalizing kipas
Kekerasan spesimen hasil perlakuan
panas annealing di bawah kekerasan hasil
perlakuan panas normalizing. Kekerasan
spesimen dengan perlakuan panas normalizing kipas lebih besar daripada kekerasan dengan
normalizing pada kandungan 0,5%Si, 0,9%Si
dan 1,6%Si. Namun pada kandungan 1,2%Si,
kekerasan spesimen dengan perlakuan panas
normalizing lebih besar daripada kekerasan
spesimen normalizing kipas.
Pada spesimen perlakuan panas
normalizing kipas, kekerasan meningkat
signifikan dari spesimen B (0,9%Si) ke
spesimen C (1,2%Si) yaitu dari 30,93 HRC ke
33,38 HRC. Kenaikan ini berbeda dari
komposisi pada spesimen A ke B dan dari
komposisi spesimen C ke D. Hal ini karena
pada spesimen C terdapat komposisi Mo yang
lebih besar (0,1%Mo) dibandingkan pada
spesimen A, B dan D.
Hasil uji ketahanan aus dapat dilihat pada
Gambar 4. Grafik hasil uji ketahanan aus
menunjukkan bahwa semakin besar kandungan
Si maka ketahanan aus semakin besar.
Ketahanan aus ditunjukkan oleh persentase
kehilangan massa. Oleh karena itu semakin kecil persentase kehilangan massa maka
spesimen tersebut makin tahan aus.
Gambar 4. Grafik persentase kehilangan massa
terhadap kandungan Si pada
perlakuan panas annealing,
normalizing dan normalizing kipas
Persentase kehilangan massa spesimen
menurun sangat signifikan dari spesimen A ke
B yaitu dari 0,1581% ke 0,465%. Dari
spesimen B ke D, persentase kehilangan massa
menurun tidak signifikan. Perlakuan panas
normalizing kipas menghasilkan sifat ketahan
aus paling baik (persentase kehilangan massa
paling kecil) sehingga sangat efektif untuk
menghasilkan material dengan ketahanan aus
yang besar. Kandungan Si sebesar 1,667%Si
pada normalizing kipas menghasilkan
ketahanan aus paling baik.
Struktur mikro pada perlakuan panas
annealing pada tiap komposisi silikon dan foto
SEM untuk komposisi 0,5 dan 1,6%Si dapat
dilihat pada Gambar 5. Pengamatan struktur
mikro dengan SEM menunjukkan fasa ferrite
dan pearlite pada perlakuan panas annealing
(pendinginan sangat lambat). Pada pendinginan
sangat lambat, karbon berdifusi dengan Fe
menghasilkan Fe3C. Austenite bertransformasi
menjadi fasa ferrite yang memiliki batas
kelarutan karbon sebesar 0,025%. Pada 0,5%Si
(Gambar 5e) terdapat fasa pearlite yang relatif
kasar dengan jumlah fasa ferrite relatif lebih
banyak. Sedangkan pada 1,6%Si (Gambar 5f)
terdapat fasa pearlite yang relatif lebih halus
dan merata dengan jumlah fasa ferrite relatif
lebih sedikit. Peningkatan kandungan silikon
membuat fasa perlite lebih halus dan merata.
METAL INDONESIA Vol. 40 No. 1 Juni 2018 (1-9) 5
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 5. Struktur mikro pembesaran 500x pada perlakuan panas annealing: (a) spesimen A (0,5%Si).
(b) spesimen B (0.9%Si). (c) spesimen C (1,2%Si). (d) spesimen D (1,6%Si). SEM
pembesaran 3000x: (e) 0,5%Si. (f) 1,6%Si
Struktur mikro pada perlakuan panas
normalizing pada tiap komposisi silikon dan
foto SEM untuk komposisi 0,5 dan 1,6%Si
dapat dilihat pada Gambar 6. Perlakuan panas
normalizing di udara terbuka menghasilkan fasa
bainite dan austenite sisa. Laju pendinginan
yang lebih cepat menyebabkan perubahan fasa-
pearlite yang terbentuk cenderung menjadi fasa
bainite dan austenite sisa.
Pembentukan bainite dari paduan yang
memiliki komposisi tertentu adalah dari
pendinginan kontinu (continuous cooling) yang
melewati bagian atas kurva transformasi bainite.
Pada 0,5%Si terbentuk fasa bainite yang kasar
dengan jumlah austenite sisa yang banyak
Ferrite
Pearlite
Ferrite
Pearlite
Ferrite
Perlite
50 μm
50 μm
50 μm
50 μm
METAL INDONESIA Vol. 40 No. 1 Juni 2018 (1-9) 6
(Gambar 6e). Pada 1,6%Si terbentuk bainite
yang lebih halus dan rapat dengan jumlah
austenite yang lebih sedikit (Gambar 6f).
Peningkatan kandungan silikon membentuk
fasa bainite yang lebih halus dan lebih rapat.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 6. Struktur mikro pembesaran 500x pada perlakuan panas normalizing. (a) spesimen A
(0,5%Si). (b) spesimen B (0.9%Si). (c) spesimen C (1,2%Si). (d) spesimen D (1,6%Si).
SEM perbesaran 3000x dengan: (e) 0,5%Si. (f) 1,6%Si
Austenite sisa
Bainite
Austenite sisa
Bainite
50 μm
50 μm
50 μm
50 μm
METAL INDONESIA Vol. 40 No. 1 Juni 2018 (1-9) 7
Struktur mikro pada perlakuan panas
normalizing kipas pada tiap komposisi silikon
dan foto SEM untuk komposisi 0,5 dan 1,6%Si
ditunjukkan oleh Gambar 7. Perlakuan panas
normalizing kipas (laju pendinginan lebih cepat
daripada normalizing) menghasilkan fasa
bainite dan austenite sisa. Laju pendinginan
yang lebih cepat membentuk struktur bainite
yang lebih halus dan lebih merata. Pada 0,5%Si
menghasilkan fasa bainite relatif lebih kasar
dengan jumlah austenite sisa yang banyak
(Gambar 7e). Pada 1,6%Si menghasilkan fasa
bainite yang semakin halus dan merata dengan
jumlah austenite sisa yang lebih sedikit
(Gambar 7f). Laju pendinginan yang lebih cepat
(normalizing kipas) membentuk struktur bainite
yang lebih keras dan tahan aus (Pratomo et al.
2015).
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 7. Struktur mikro pembesaran 500x pada perlakuan panas normalizing kipas. (a) spesimen A
(0,5%Si). (b) spesimen B (0.9%Si). (c) spesimen C (1,2%Si). (d) spesimen D (1,6%Si). SEM perbesaran 3000x dengan: (e) 0,5%Si. (f) 1,6%Si.
Austenite sisa
Bainite
Bainite
Austenite sisa
50 μm
50 μm
50 μm
50 μm
METAL INDONESIA Vol. 40 No. 1 Juni 2018 (1-9) 8
Laju pendinginan perlakuan panas
(annealing, normalizing atau normalizing
kipas) merupakan pendinginan secara kontinyu
dengan waktu yang berbeda melalui diagram
CCT (Continuous Cooling Transformation).
Hal tersebut menentukan fasa yang terbentuk.
Proses annealing menghasilkan fasa pearlite
dan ferrite yang memiliki sifat lunak. Proses
normalizing dan normalizing kipas
menghasilkan fasa bainite yang memiliki sifat
keras.
Semakin besar kandungan silikon dan
semakin cepat laju pendinginan menghasilkan
struktur bainite yang semakin halus dan merata.
Banite memiliki kekerasan dan kekuatan di atas
pearlite namun di bawah martensite. Sifat ulet
bainite lebih baik daripada martensite. Pada Grafik Kekerasan terhadap
Komposisi Silikon (Gambar 3) menunjukkan
semakin besar kandungan silikon maka
kekerasan cenderung meningkat. Penelitian
Chen (2017) mengatakan bahwa penambahan
kandungan silikon akan meningkatkan
persentase remaining austenite. Persentase
remaining austenite dapat mempengaruhi
persentase fasa bainite yang terbentuk karena
bainite terbentuk dari dekomposisi austenite.
Persentase kehilangan massa semakin
menurun dengan penambahan kandungan
silikon (Gambar 4) dan peningkatan laju
pendinginan. Penurunan persentase kehilangan
massa menunjukkan bahwa ketahaan aus
semakin baik. Ketahanan aus paling baik pada
spesimen dengan proses normalizing kipas pada
1,6%Si menghasilkan ketahanan aus sebesar
0,0182%.
Penelitian Pratomo (2013) menyebutkan
nilai kekerasan rantai tapak kendaraan tempur
impor sebesar 28 HRC dan ketahanan aus
0,55% dengan penggunaan unsur Mo sekitar
0,4%Mo. Pengembangan prototipe rantai tapak
kendaraan tempur menghasilkan kekerasan
sebesar 31 HRC (dengan perlakuan panas) dan
ketahanan aus sebesar 0,24% dengan
penggunaan Mo sebesar 0,4~0,5%Mo. Pada
penelitian ini, dengan penggunaan sekitar
0,1%Mo dan 1,2%Si pada normalizing kipas
dapat menghasilkan kekerasan sebesar 33,38
HRC dan ketahanan aus sebesar 0,0404%.
KESIMPULAN
Peningkatan penggunaan kandungan
silikon menyebabkan nilai kekerasan dan
ketahanan aus meningkat. Peningkatan
kandungan silikon mampu meningkatkan
kekerasan dan ketahanan aus. Peningkatan laju
pendinginan dengan annealing, normalisasi dan
normalisasi kipas menyebabkan penigkatan
kekerasan dan ketahanan aus. Peningkatan
kekerasan dan ketahanan aus disebabkan oleh
terbentuknya fasa bainite yang semakin halus
dan merata. Penambahan 1,2%Si dengan
normalisasi kipas menghasilkan kekerasan
sebesar 33,38 HRC dan ketahanan aus sebesar
0,0404% yang nilai tersebut lebih besar
dibandingkan sifat mekanik prototipe
sebelumnya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih diberikan kepada
Balai Besar Logam dan Mesin yang telah
mendukung dan mendanai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chen, Zhihui, Jianfeng Gu, and Lizhan Han.
2017. “Decomposition Charcteristic of
Austenite Retained in GCr15 Bearing Steel
Modified by Addition of 1.3wt.% Silicon
During Tempering.” Journal of Materials
Research and Technology xxx (xx). Shanghai,
PR China: Brazilian Metallurgical, Materials
and Mining Association, Elsevier Editora Ltda:
1–10. doi:10.1016/j.jmrt.2017.08.012.
DD14. 2017. “Indonesia Ditargetkan Mandiri
Tahun 2045.” Kompas, August 24.
https://kompas.id/baca/x/politik/2017/08/2
4/indonesia-ditargetkan-mandiri-tahun-
2045/.
feb/hen. 2013. “RI Mampu Produksi Panser
Amphibi Dan Tank Medium.”
detikFinance, October 4.
https://finance.detik.com/industri/d-
2377968/ri-mampu-produksi-panser-
amphibi-dan-tank-medium.
Hafid, and Sri Bimo Protomo. 2013.
“Pembuatan Komponen Rantai Tank
(Track Link) Scorpion Dari Baja Cor
Paduan CrMo Melalui Proses Pengecoran.”
Metal Indonesia 35 (1). Bandung,
Indonesia: Balai Besar Logam dan Mesin:
1–13. http://jurnalmetal.or.id/jmi/issue/.
METAL INDONESIA Vol. 40 No. 1 Juni 2018 (1-9) 9
Kim, B., J. Sietsma, and M. J. Santofimia. 2017.
“The Role of Silicon in Carbon
Partitioning Processes in
Martensite/Austenite Microstructures.”
Materials and Design 127 (March). Delft,
The Netherlands: Elsevier Ltd: 336–45.
doi:10.1016/j.matdes.2017.04.080.
Lino, Roney Eduardo, Ângelo Máximo
Fernandes Marins, Leandro Aparecido
Marchi, Jamylle Assis Mendes, Lucas
Vieira Penna, Joaquim Gonçalves Costa
Neto, João Henrique Palmer Caldeira, and
André Luiz Vasconcellos Da Costa Silva.
2017. “Influence of the Chemical
Composition on Steel Casting
Performance.” Journal of Materials
Research and Technology 6 (1). MG, Brazil: Elsevier Editora Ltda: 50–56.
doi:10.1016/j.jmrt.2016.05.002.
Pratomo, Sri Bimo, Hafid, and Eva Afrilinda.
2013. “Pengembangan Material Bainitic
Cast Steel Untuk Komponen Tapak Rantai
(Track Link) Kendaraan Tempur Tank
Substitusi Impor.” Jurnal Riset Industri 7
(3). Bandung, Indonesia: Kementerian
Perindustrian: 173–82.
http://ejournal.kemenperin.go.id/jri/article/
view/3216/pdf.
Pratomo, Sri Bimo, Hafid, Husen Taufiq, Eva
Afrilinda, and Martin Doloksaribu. 2015.
“Morfologi Struktur Dan Karateristik Sifat
Mekanik Serta Keausan Baja Bainit
Dengan Variasi Mangan Hasil
Normalising Untuk Tapak Kendaraan
Tempur.” Majalah Metalurgi 30 (2).
Bandung, Indonesia: Pusat Penelitian
Metalurgi LIPI: 55–62.
http://ejurnalmaterialmetalurgi.com/index.
php/metalurgi/article/view/40/24.
Wiwoho, Laksono Hari. 2015. “Rantai Tank Kelas Dunia Dari Depok.” Kompas.com,
October 7.
https://nasional.kompas.com/read/2015/10
/07/15010001/Rantai.Tank.Kelas.Dunia.d
ari.Depok?page=all.