Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN SUPLEMEN FERRO SULFAT
TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH
TIKUS (Rattus norvegicus) BUNTING
Zahrah Zakiyah*1 Dewi Setyaningsih2 1,2 Program Studi D III Kebidanan Univeritas Respati Yogyakarta
*Penulis korespondensi : Zahrah Zakiyah
Abstrak
Latar belakang : World Health Organization (WHO) menyebutkan hipertensi
menempati urutan kedua 14% dari seluruh penyebab kematian ibu di dunia. Tahun 2013
Direktorat Kesehatan Ibu Kemenkes RI melaporkan bahwa hipertensi menyumbang
27,1%. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Sebagai penyakit cardio vaskular,
hipertensi diyakini pula disebabkan oleh disfungsi sel endotel pembuluh darah.
Suplementasi besi pada individu yang sehat dapat memprovokasi disfungsi sel endotel
dan peningkatan superoksida radikal dalam darah. Tujuan : Membuktikan pengaruh
waktu pemberian suplemen ferro sulfat terhadap peningkatan tekanan darah pada tikus
(Rattus norvegicus) bunting. Metode : Penelitian eksperimental murni, desain
randomized posttest only control group design. Jumlah sampel 24 ekor tikus yang dibagi
menjadi 4 kelompok yaitu 1 kelompok sebagai kontrol tanpa perlakuan dan 3 kelompok
perlakuan, meliputi kelompok 1 diberikan ferro sulfat dosis 300 mg setara dengan 60
mg/hari pada manusia mulai awal kehamilan, kelompok 2 diberi ferro sulfat dosis 300 mg
setara dengan 60 mg/hari pada manusia mulai pertengahan kehamilan, dan kelompok 3
diberi ferro sulfat 300 mg setara dengan 60 mg/hari pada manusia mulai akhir kehamilan.
Pengukuran tekanan darah menggunakan alat yang disebut CODA. Analisis data
menggunakan software komputer dan menggunakan uji komparasi Anova One Way.
Hasil : Ada perbedaan bermakna baik pada nilai rerata tekanan darah tikus sistolik
maupun diastolik pada keempat kelompok pengamatan dengan nilai ρ-value = 0.000.
Kesimpulan : Ada pengaruh antara waktu pemberian suplemen ferro sulfat terhadap
peningkatan tekanan darah tikus (Rattus norvegicus) bunting.
Kata Kunci : Blood Pressure, Ferro Sulfat, Tikus Bunting (Rattus norvegicus)
PENDAHULUAN
Besi merupakan komponen dari hemoglobin, mioglobin dan enzim yang diperlukan
untuk proliferasi sel normal. Kekurangan besi dalam tubuh dapat mengakibatkan
defisiensi besi6,7,8. Anemia defisiensi besi merupakan masalah kesehatan utama
masyarakat di dunia. Penggunaan suplemen zat besi untuk pengobatan anemia defisiensi
besi adalah pengobatan standar yang dilakukan baik di negara maju maupun
berkembang7,9,10.
Akumulasi besi dalam jaringan berpotensi toksik, karena dapat berpartisipasi dalam
reaksi redoks yang mengarah pada terbentuknya Spesies Oksigen Reaktif (ROS),
sehingga muncul kondisi yang disebut stres oksidatif. Stres oksidatif diyakini terlibat
dalam banyak kondisi patologis dalam tubuh8,11.
Kelebihan Fe salah satunya karena suplementasi yang tidak terkontrol memiliki
konsekuensi klinis serius. Penyakit yang dapat disebabkan akumulasi besi adalah
arthropathy, gangguan neurodegenerative, hiperpigmentasi, hipertensi, aterosklerosis dan
karsinogenesis12,13.
Hipertensi merupakan komplikasi dalam kehamilan dan dapat menyebabkan
kematian ibu hamil. World Health Organization (WHO) menyebutkan hipertensi
menempati urutan kedua 14% dari seluruh penyebab kematian ibu di dunia1,2. Tahun
2013 Direktorat Kesehatan Ibu Kemenkes RI melaporkan bahwa hipertensi menyumbang
27.1% Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia3.
Sebagai penyakit cardio vaskular, hipertensi diyakini pula disebabkan oleh
disfungsi sel endotel pembuluh darah. Hubungan langsung antara kelebihan zat besi dan
disfungsi endotel telah ditetapkan pada kondisi fisiologis dan patologis. Suplementasi
besi pada individu yang sehat dapat memprovokasi disfungsi endotel dan peningkatan
superoksida radikal dalam darah4,5.
Stress oksidatif dan disfungsi sel endotel secara konsisten telah diamati terjadi pada
penderita hipertensi. ROS mungkin bekerja secara langsung pada fungsi vaskular dan
menyebabkan perubahan mekanisme vaskular. ROS menghasilkan suatu enzim yang
dapat meningkatkan stress oksidatif dalam vaskular penderita hipertensi14.
Mengacu pada sifat zat besi yang dapat menginduksi oksidatif stress apabila
bertemu dengan ROS yang semakin meningkat sejalan bertambahnya usia kehamilan,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh waktu pemberian
suplemen ferro sulfat terhadap peningkatan tekanan darah pada tikus (Rattus norvegicus)
bunting dimana pada penelitian ini pemberian suplemen terbagi dalam tiga waktu, yaitu
mulai awal kehamilan (hari ke 1 sampai dengan 20 kehamilan), pertengahan kehamilan
(hari ke 8 sampai dengan 20 kehamilan) dan mulai akhir kehamilan (hari ke 15 sampai
dengan 20 kehamilan) yang diasumsikan sama dengan pembagian trimester dalam
kehamilan.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true experimental)
dengan jenis penelitian Randomized Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini
mengukur tekanan darah pada tikus bunting yang telah diberi
suplementasi ferro sulfat 300mg/hari yang mengandung 60 mg elemen besi mulai awal,
pertengahan dan akhir kehamilan.
Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus bunting yang terbagi dalam 4
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalan
kelompok tikus bunting yang tidak diberi perlakuan apapun dan kelompok perlakuan 1, 2
dan 3, yaitu kelompok tikus bunting yang diberi ferro sulfat dosis 300 mg/hari mulai
awal, pertengahan dan akhir kehamilan. Proses pembuntingan tikus dilakukan pada masa
estrus. Guna mensinkronkan masa estrus, terlebih dahulu tikus betina distimulasi dengan
bau-bauan atau urin dari tikus jantan dengan cara memasukkan tikus betina kedalam
kandang yang sebelumnya telah ditempati oleh tikus jantan. Metode ini disebut metode
pheromone. Pheromone dilakukan selama 3 hari dan pada hari ke tiga dilakukan matting
(kawin). Matting dilakukan pada sore hari sampai keesokan paginya.
Hari dimana vaginal plug ditemukan, maka hari tersebut dikatakan sebagai hari
pertama kehamilan. Pembagian waktu pemberian ferro sulfat dimodifikasi dari penelitian
Gambling et al (2009). Pemeliharaan tikus dilakukan di Laboratorium Farmakologi FK
Universitas Brawijaya Malang. Selama pemeliharaan tikus mendapatkan pakan standard
dan minum secara ad libitum.
Pengukuran tekanan darah dilakukan di laboratorium Ilmu Faal FK Brawijaya
dengan menggunakana alat CODA. Data tekanan darah yang diperoleh, kemudian
dianalisis menggunakan uji Anova One Way dan uji perbandingan berganda Beda Nyata
Terkecil/BNT (Least significant Difference/LSD).
HASIL PENELITIAN
Perbandingan Waktu Pemberian Suplemen Ferron Sulfat terhadap Rerata Tekanan
Darah pada Tikus Bunting (Rattus norvegicus)
Perbandingan Nilai Rerata Tekanan Darah Sistolik
Analisis data rerata tekanan darah sistolik menggunakan Anova One Way yang
menunjukkan hasil adanya perbedaan bermakna pada rerata keempat kelompok
pengamatan, ditunjukkan dengan nilai p-value = 0.000. Langkah selanjutnya melakukan
uji perbandingan berganda (Multiple Comparisons) dengan uji Beda Nyata Terkecil/BNT
(Least Significant Difference/LSD) antar kelompok pengamatan.
Tabel 1 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Kelompok pengamatan n Rerata ± stan.dev p-value
Kontrol 6 108.00±7.46a
0.000 P-1 (awal kehamilan) 6 178.83±19.03b
P-2 (pertengahan kehamilan) 6 135.17±5.56c
P-3 (akhir kehamilan) 6 118.50±1.76a
Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada rerata tekanan darah
sistolik antara kelompok kontrol (108.00±7.46 mmHg) dengan kelompok perlakuan
pemberian ferro sulfat mulai awal kehamilan (178.83±19.03b mmHg) dan kelompok
perlakuan mulai pertengahan kehamilan (135.17±5.56 mmHg). Namun, hasil analisis
LSD menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan mulai akhir kehamilan (118.50±1.76 mmHg).
Hasil analisis nilai rerata tekanan darah sistolik menunjukkan semakin awal
waktu pemberian suplemen ferro sulfat semakin meningkat nilai rerata tekanan darah
sistolik. Berdasarkan hasil nilai rerata antar kelompok perlakuan diketahui bahwa nilai
rerata tekanan darah sistolik pada perlakuan pemberian ferro sulfat mulai pertengahan
kehamilan (135.17±5.56 mmHg) menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan nilai
rerata tekanan darah sistolik perlakuan pemberian ferro sulfat mulai awal kehamilan
(178.83±19.03b mmHg). Nilai rerata tekanan darah sistolik yang paling mendekati nilai
rerata pada kontrol adalah nilai rerata pada perlakuan pemberian ferro sulfat mulai akhir
kehamilan (118.50±1.76 mmHg), dan nilai rerata pada perlakuan ini merupakan satu-
satunya nilai rerata yang tidak menunjukkan hasil perbedaan bermakna dengan nilai
rerata pada kontrol berdasarkann analisis LSD. Kesimpulan yang muncul berdasar nilai
rerata masing-masing kelompok adalah bahwa perlakuan pemberian suplemen ferro sulfat
pada masing-masing waktu pemberian memiliki pengaruh bermakna terhadap
peningkatan tekanan darah sistolik pada tikus bunting (Rattus norvegicus). Semakin awal
pemberian suplemen ferro sulfat semakin meningkatkan tekanan darah sistolik,
sebaliknya semakin akhir pemberian suplemen ferro sulfat dapat menekan laju
peningkatan tekanan darah sistolik.
Nilai rerata tekanan darah sistolik keempat kelompok perlakuan disajikan secara
lengkap pada Gambar 1 yang menunjukkan rerata tekanan darah sistolik pada kontrol, P-
1, P-2 dan P-3 kelompok. Tampak semakin akhir waktu pemberian suplemen ferro sulfat
menurunkan rerata tekanan darah sistolik, sebaliknya semakin awal waktu pemberian
suplemen ferro sulfat semakin meningkatkan tekanan darah sistolik tikus bunting. Nilai
rerata tekanan darah sistolik terendah ada pada kelompok perlakuan suplementasi ferro
sulfat mulai akhir kehamilan bahkan diketahui tidak memiliki perbedaan bermakna
dengan nilai rerata tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol.
Perbandingan Nilai Rerata Tekanan Darah Diastolik
Analisis data Anova One Way untuk rerata tekanan darah diastolik menunjukkan
ada perbedaan bermakna pada rerata keempat kelompok pengamatan berdasar nilai p-
value = 0.000. Selanjutnya uji BNT/LSD antar kelompok pada keempat kelompok
pengamatan tersaji pada tabel 1.
Gambar 1 Histogram rerata tekanan darah sistolik pada tikus ρ-value (ANOVA) = 0.000
Keterangan: Pada rerata±sd jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan yang
bermakna (p-value<0.05) dan jika memuat huruf yang sama berarti tidak ada perbedaan yang
bermakna (p-value>0.05).
Tabel 2 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Kelompok pengamatan n Rerata ± stan.dev p-value
Kontrol 6 74.50±8.64a
0.000 P-1 (awal kehamilan) 6 138.83±15.13b
P-2 (pertengahan kehamilan) 6 101.50±4.37c
P-3 (akhir kehamilan) 6 87.50±1.38d
Perbedaan bermakna juga tampak pada nilai rerata tekanan darah diatolik antara
kelompok kontrol (74.50±8.64 mmHg) dengan kelompok perlakuan pemberian suplemen
ferro sulfat mulai awal kehamilan (138.83±15.13 mmHg), perlakuan mulai pertengahan
kehamilan (101.50±4.37 mmHg), dan perlakuan mulai akhir kehamilan (87.50±1.38
mmHg). Hasil rerata tekanan darah diatolik ini mengandung arti bahwa ada pengaruh
perlakuan pemberian suplemen ferro sulfat mulai awal, pertengahan dan akhir kehamilan
terhadap tekanan darah diastolik tikus bunting (Rattus norvegicus).
Berdasarkan Tabel 2 tampak ada perbedaan bermakna tekanan darah diastolik
antara kelompok perlakuan pemberian suplemen ferro sulfat mulai awal kehamilan
dengan kelompok perlakuan pemberian suplemen ferro sulfat mulai pertengahan
kehamilan. Nilai rerata keduanya melebihi nilai rerata pada kontrol. Nilai rerata tekanan
darah diastolik pada kelompok perlakuan pemberian suplemen ferro sulfat mulai akhir
kehamilan menunjukkan nilai yang paling kecil dibandingkan dengan kelompok
perlakuan yang lain dan paling mendekati kontrol. Hal ini berarti bahwa peningkatan laju
tekanan darah diastolik berbanding lurus dengan waktu pemberian suplemen ferro sulfat,
semakin awal waktu pemberian suplemen ferro sulfat akan semakin meningkatkan
tekanan darah diastolik, sebaliknya semakin akhir pemberian suplemen ferro sulfat
tekanan darah diastolik semakin menurun. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
waktu pemberian suplemen ferro sulfat terhadap peningkatan tekanan darah tikus bunting,
semakin awal waktu pemberian suplemen ferro sulfat maka semakin meningkatkan
tekanan darah khususnya diastolik pada tikus bunting (Rattus norvegicus). Rerata tekanan
darah diastolik pada keempat kelompok perlakuan disajikan secara lengkap pada Gambar
2 yang menunjukkan rerata tekanan darah diastolik pada kontrol, P-1 kelompok tikus
dengan pemberian suplemen ferro sulfat mulai awal kehamilan, P-2 kelompok tikus
dengan pemberian suplemen ferro sulfat mulai pertengahan kehamilan, dan P-3 kelompok
tikus dengan pemberian suplemen ferro sulfat mulai akhir kehamilan. Tampak nilai rerata
tekanan darah diastolik terendah ada pada kelompok perlakuan yang diberi suplemen
ferro sulfat mulai akhir kehamilan dibandingkan kelompok perlakuan yang lain.
Gambar 2 Histogram rerata tekanan darah sistolik pada tikus ρ-value (ANOVA) = 0.000
Keterangan: Pada rerata±sd jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan yang
bermakna (p-value<0.05) dan jika memuat huruf yang sama berarti tidak ada perbedaan yang
bermakna (p-value>0.05).
PEMBAHASAN
Perbandingan Waktu Pemberian Suplemen Ferron Sulfat terhadap Rerata Tekanan
Darah pada Tikus Bunting (Rattus norvegicus)
Hasil uji analisis data menggunakan Anova One Way, baik pada rerata tekanan
darah sistolik maupun tekanan darah diastolic menunjukkan ada perbedaan bermakna
dengan nilai p-value = 0.000. Uji analisis berganda dengan Beda Nyata Terkecil/LSD
juga menunjukkan hal yang sama, yaitu adanya perbedaan bermakna antar keempat
kelompok pengamatan, kecuali kelompk kontrol dengan kelompok perlakuan ketiga
(perlakuan mulai akhir kehamilan). pada dua kelompok ini ditemukan tidak ada
perbedaan bermakna antar rerata nilai tekanan darahnya. Berdasarkan hasil analisis data
nilai rerata tekanan darah sistolik diketahui semakin awal waktu pemberian suplemen
ferro sulfat semakin meningkatkan nilai rerata tekanan darah sistolik. Kondisi inipun
terjadi pada rerata nilai tekanan darah diastolik yang menunjukkan semakin awal waktu
pemberian suplemen ferro sulfat akan semakin meningkatkan tekanan darah diastolik.
Sebaliknya pemberian suplemen ferro sulfat pada akhir waktu kehamilan menunjukkan
nilai rerata tekanan darah yang semakin menurun, baik pada tekanan sistolik maupun
diastolik.
Peningkatann tekanan darah atau dikenal dengan hipertensi diketahui disebabkan
karena perubahan fungsi dari pembuluh darah. Perubahan ini meliputi, peningkatan
sensitifitas vasokontriktor.dan disfungsi endotel. Penebalan dinding pembuluh darah
sehingga mengurangi diameter lumen pembuluh darah juga menjadi tanda hipertensi15.
Kehamilan diketahui dapat menginduksi terjadinya hipertensi atau dikenal dengan
sebutan PIH (Prenancy Induced-Hyertension).
Berkurangnya perfusi uteroplasenta akibat invasi abnormal sitotrofoblas pada
arteriol spiral diduga sebagai salah satu penyebab PIH. Penyebab lain yang mungkin
dapat menginduksi terjadinya PIH adalah iskemia plasenta yang mengakibatkan
terjadinya disfungsi endotel pada vaskular sehingga terjadi peningkatan pembentukan
endotelin dan tromboksan, peningkatkan sensitivitas vaskular pada angiotensin II, dan
penurunan pembentukan vasodilator seperti nitrat oksida dan prostasiklin16. Sebuah
penelitian menemukan bahwa stress oksidatif dalam kehamilan diinduksi baik dari ibu
yang mengalami PIH maupun bayinya ditandai dengan peningkatan lipid peroksida
dalam hal ini MDA (Malondialdehyde) baik pada ibu maupun bayi yang baru
dilahirkannya dan peningkatan protein oksidatif endogenus perusak baik pada ibu
maupun bayi yang baru dilahirkannya17.
PIH yang secara fisiologis terjadi dalam kehamilan diduga lebih diperparah
dengan suplementasi ferro sulfat (zat besi) pada ibu hamil terlebih apabila diberikan pada
ibu hamil yang tidak mengalami anemia (kekurang zat besi). Besi merupakan elemen
penting dalam proses seluler fungsi sel tubuh. namun, besi juga bersifat toksik dan
berpartisipasi dalam reactive oxygen spesies (ROS) sehingga menciptakan suatu kondisi
stress oksidatif apabila berlebih dalam tubuh. Stress oksidatif diyakini sebagai salah satu
penyebab berbagai kondisi phatologis termasuk hipertensi11. Stress oksidatif dan
disfungsi endotel secara konsisten ditemukan pada penderita hipertensi. Perubahan fungsi
dan pola vascular dapat disebabkan ROS14.
Besi berlebih dalam tubuh menyebabkan kondisi hipersaturasi yang mengarah
pada terbentuknya NTBI (Non-transferrin Binding Iron) atau besi bebas. NTBI yang
banyak tersebar dalam serum akan berpotensi merugikan karena memiliki kemampuan
untuk meningkatkan stress oksidatif18. Besi menjadi toksik ketika bereaksi dengan ROS
(Reactive Oxygen Species). ROS terbentuk karena proses metabolisme seluler tubuh.
Superoksid anion (O2•-), hydrogen peroksid (H2O2) dan hydroksil ion (OH- dan OH•)
termasuk dalam ROS19. Besi Ferrous (Fe2+) mungkin mengkatalisis berbagai reaksi
oksidatif radikal bebas yang dapat mengarah ke berbagai perubahan degeneratif. Interaksi
besi bebas dengan ROS memicu reaksi Fenton dan Haber-Weiss dimana pada reaksi ini
H2O2 berekasi dengan Fe2+ yang bebas akan membentuk reaksi Feton menghasilkan
hydroksil ion yang sangat reaktif. O2•- bereaksi dengan Fe3+ untuk menghasilkan Fe2+
kembali melalui reaksi Haber–Weiss18.
ROS yang bereaksi dengan besi bebas dalam reaksi Fenton dan Haber-Weiss
akan memicu akumulasi besi dalam vascular. Akumulasi ini diketahui dapat menginduksi
terjadi abnormalitas vascular, diantaranya atherosclerosis yang dimungkinkan terjadi
karena peningkatan stress oksidatif dan hipertensi sebagai salah satu penyebab
atherosclerosis20. Hubungan antara besi dengan kenaikan tekanan darah juga telah
dilaporkan dalam hasil penelitian yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara
konsumsi total besi dan daging merah dengan kenaikan tekanan darah21.
Besi bebas dalam tubuh manusia dengan mudahnya dapat diakses oleh monosit.
Monosit mengfagosit besi bebas tersebut sehingga terjadi respon stress oksidatif. Stress
oksidatif sebagai hasil dari ROS akan memicu NF-kB untuk meningkatkan ekspresi
molekul adhesi dan sitokin pro-inflamasi. Melalui mekanisme inilah besi bebas akan
berefek pada sel endotel, sehingga menyebabkan disfungsi endotel. ROS juga dapat
berekasi dengan NO (Nitric Oxide) sebagai vasodilatator sel endotel. Superokside adalah
bentuk ROS yang dapat berikatan dengan NO dan menstimulasi terjadinya disfungsi
endotel22. ROS akan meningkatkan ekspresi molekul adhesi sebagai tanda inflamasi sel
endotel yang dapat menyebabkan disfungsi endotel. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
kadar besi berlebih ditandai dengan kadar NTBI yang tinggi dalam serum dan berkorelasi
positif dengan ekspresi molekul adhesi, ICAM-1, VCAM-1, dan E-selektin23.
Disfungsi endotel yang terjadi pada penyakit hipertensi juga dihubungkan dengan
penurunan availibilitas NO. NO dirilis dari sel endotel bersama-sama dengan prostasiklin
untuk menghambat agregari trombosit, menghambat penempelan neutrophil/monosit ke
sel endotel dan ekspresi molekul adhesi. Ketika NO berikatan dengan superokside, salah
satu dari ROS, maka secara cepat akan terbentuk peroxynitrite yang sangat reaktif dan
diketahui dapat menyebabkan kerusakan protein, lipid dan DNA. Meskipun sebagian
besar teori menyebutkan peroxynitrite sebagai penyebab hipertensi, namun sumber ROS
yang lain, seperti OH- juga berpotensi menimbulkan disfungsi mengingat sifatnya sebagai
radikal bebas yang sangar reaktif14.
Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa pada nilai rerata tekanan darah
sistolik pada kelompok perlakuan yang diberi ferro sulfat pada akhir waktu kehamilan
menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol. Penelitian
terdahulu juga mengemukakan bahwa pemberian multivitamin dosis tinggi termasuk
didalamnya zat besi selama 26 minggu diketahui meningkatkan tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik, sedangkan pemberian dosis yang lebih rendah dengan rentang
waktu pemberian yang sama menghasilkan tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih
rendah24. Berdasarkan hal ini dapat diasumsikan bahwa hasil penelitian yang
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna rerata nilai tekanan darah sistolik antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan pemberian ferro sulfat pada waktu akhir
kelamilan dimungkinkan terjadi mengingat pemberian ferro sulfat pada kelompok ketiga
hanya berlangsung selama 6 hari atau dari usia kehamilan 15 hari sampai dengan 20 hari.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh antara waktu pemberian
suplemen ferro sulfat terhadap peningkatan tekanan darah tikus (Rattus norvegicus)
bunting. Semakin awal waktu pemberian suplemen ferro sulfat akan semakin
meningkatkan tekanan darah tikus (Rattus norvegicus) bunting.
Penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis minimum suplemen ferro sulfat yang
dapat meningkatkan tekanan darah khususnya pada ibu hamil non-anemia dan pengaruh
suplemen ferro sulfat pada janin dapat lebih memperjelas efek suplementasi ferro sulfat
tersebut baik pada ibu maupun janinnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Say, L. Chou, D. Gemmill, A. e Tunçalp, Ö. Ann-Beth, M. Jane Daniels, Gülmezoglu,
AM. Temmerman, M. Alkema, M. 2014. Global Causes Of Maternal Death: A WHO
Systemayic Analysis. Lancet Global Health. http://dx.dol.org/10.1016/s2214-
109x(14)/70227-x. May 6. Maternal Mortality. Updated July 2014.
httphttp://data.unicef.org/maternal-health/maternal-mortality.
2. Kemenkes R1. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88
Tahun 2014 Tentang Standar Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur Dan Ibu
Hamil.
3. Rooyakkers,T.M. Stroes,E.S. Kooistra,M.P. Van Faassen,E.E. Hider,R.C. Rabelink,
T.J. 2002. Ferric saccharate induces oxygen radical stress and endothelial dysfunction
in vivo. Eur.J.Clin.Invest. 32(Suppl.1),9–16.doi: 10.1046/j.1365-
2362.2002.0320s1009.x.
4. Vinchi, F. Muckenthaler, MU.Da Silva, MC. Balla, G. Balla, J and Jeney, V. 2014.
Atherogenesis and iron:from epidemiology to cellular level REVIEW ARTICLE. doi:
10.3389/fphar.2014.00094. http://www.frontiersin.org.
5. Horwitz, LD and Rosenthal, EA. 1999. Iron-mediated cardiovascular injury. Vascular
Medicine. Vascular Medicine; 4: 93–99.
6. Goswami, T. Rolfs, A and Hediger, MA. 2002. Iron transport: emerging roles in
health and disease. Biochemical. Cell Biol. Vol. 80.
7. Steinbicker, AU and Muckenthaler, MU. 2013. Review Out of Balance—Systemic
Iron Homeostasis in Iron-Related Disorders. Nutrients; 5, 3034-3061;
doi:10.3390/nu5083034. nutrients ISSN 2072-6643 .
http://www.mdpi.com/journal/nutrients.
8. McLean, E. Cogswell, M. Egli, I. Wojdyla, D. de Benoist, B. 2009. Worldwide
Prevalence Of Anaemia, Who Vitamin And Mineral Nutrition Information System,
1993–2005. Public Health Nutrition; 12, 444–454.
9. Ma, GA. Schouten, EG. Sun, YY. Yang, F. Han, XX. Zhang, FZ. Jiang, DJ and Frans,
JK. 2010. Supplementation of iron alone and combined with vitamins improves
haematological status, erythrocyte membrane fluidity and oxidative stress in anaemic
pregnant women. British Journal of Nutrition 104, 1655–1661
doi:10.1017/S000711451000259X.
10. Galaris, D and Pantopoulos, K. 2008. Critical Reviews in Clinical Laboratory
Sciences, 45(1):1–23. Oxidative Stress And Iron Homeostasis: Mechanistic and
Health Aspects. Informa Healthcare USA, Inc. ISSN: 1040-8363 print / 1549-781X
online. DOI: 10.1080/10408360701713104.
11. Taher, AT. El RF, Isma’eel, H. Koussa S. Inati, A. Cappellini, MD. 2008. Correlation
Of Liver Iron Concentration Determined By R2 Mri With Serum Ferritin In Patients
With Thalassemia Intermedia. Haematologica. 2008;93:1584–1585.
12. Taher, AT. Musallam, KM and Inati, A. 2009. Iron Overload: Consequences,
Assessment, and Monitoring. Hemoglobin, 33(S1):S46–S57. Informa Healthcare UK
Ltd. ISSN: 0363-0269 print/1532-432X online. DOI: 10.3109/03630260903346676.
13. Schulz, E. Gori, T and Mu¨nzel, T. 2011. Oxidative stress and endothelial dysfunction
in hypertension. Hypertension Research; 34, 665–673 & 2011 The Japanese Society
of Hypertension http://www.nature.com/hr.
14. Cheriyan, J. McEniery, CM. Wilkinson, IB. 2010. Hypertension. Oxford University
Press: Oxford New York.
15. Granger, JP. Alexander, BT. Bennett. WA. Khalil, RA. 2001. Pathophysiology of
pregnancy-induced hypertension. American Journal Hypertens. Jun;14(6 Pt 2):178S-
185S.
16. Kamath, U. Ra, G. Kamath, SU. Rai, L. 2011. Maternal And Fetal Indicators Of
Oxidative Stress During Pregnancy-Induced Hypertension (PIH). International
Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology Vol:2:Issue-1.
17. Patel, M. and Ramavataram, DVSS. 2012. Non Transferrin Bound Iron: Nature,
Manifestations and Analytical Approaches for Estimation. Indian Journal Clinical
Biochem 27(4):322–332.
18. Udipi, S. Ghugre, P and Gokhale, C. 2012. Iron, Oxidative Stress and Health,
Oxidative Stress-Molecular Mechanisms and Biological Effects. InTechopen.
19. Vasamsetti, SB and Kotamraju, S. 2011. Oxidative Stress-Induced Vascular
Dysfunction: Mechanistic Perspectives And Preventive Strategies. Redox Biology In
Cardiovascular And Neurological. DISORDERS. IIOABJ; Vol. 2; Issue 6; 9–28 ISSN:
0976-3104
20. Tzoulaki, I. Brown, IJ. Chan, Q. Van Horn, L. Ueshima, H. Zhao, L. Stamler, J.
Elliott, P. 2008. Relation Of Iron And Red Meat Intake To Blood Pressure: Cross
Sectional Epidemiological Study. International Collaborative Research Group on
Macro-/Micronutrients and Blood Pressure. BMJ. Jul 15;337:a258. doi:
10.1136/bmj.a258.
21. Zhuang, T. Han, H and Yang, Z. 2014. Iron, Oxidative Stress and Gestational
Diabetes. Nutrients; 6, 3968-3980; doi:10.3390/nu6093968. nutrients ISSN 2072-
6643. www.mdpi.com/journal/nutrients
22. Kartikasari, A.E. Georgiou, N.A. Visseren, F.L. VanKats-Renaud, H. Van Asbeck,
B.S. and Marx, J.J. 2006. Endothelial activation and induction of monocyte adhesion
by non transferrin-bound iron present in human sera. FASEBJ. 20, 353–
355.doi:10.1096/fj.05-4700fje.
23. Wang, C. Li, Y. Zhu, K. Dong, YM. Sun, Ch. 2009. Effects of supplementation with
multivitamin and mineral on blood pressure and C-reactive protein in obese Chinese
women with increased cardiovascular disease risk. Asia Pacific Journal Clinical
Nutition;18 (1): 121-130.