Upload
doanminh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM APLIKASI
PUPUK CAIR MENGGUNAKAN SPRAYER
GENDONG BERMOTOR
TEGUH ADITYA SAPUTRA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaturan
Penyemprotan Optimum Aplikasi Pupuk Cair Menggunakan Sprayer Gendong
Bermotor ” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Teguh Aditya Saputra
NIM F14120036
ABSTRAK
TEGUH ADITYA SAPUTRA. Pengaturan Penyemprotan Optimum Aplikasi
Pupuk Cair Menggunakan Sprayer Gendong Bermotor. Dibimbing oleh GATOT
PRAMUHADI
Aplikasi pupuk cair di lahan tebu dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi tanaman tebu sehingga produktivitas dan rendemen
gilingnya dapat ditingkatkan. Dalam aplikasi ini sprayer gendong bermotor
digunakan karena menghasilkan butiran droplet yang halus. Penelitian ini
bertujuan menentukan pengaturan penyemprotan yang optimum dan menentukan
biaya aplikasi pupuk cair di lahan tebu. Berdasarkan hasil penelitian, nilai debit
penyemprotan meningkat dari 2,08 liter/menit-2,65 liter/menit dengan perlakuan
bukaan T1/3, T2/3 dan TF. Nilai keseragaman butiran terendah dan ukuran droplet
terdapat pada perlakuan TFV1 yaitu 424,94 µm. Konsumsi bahan bakar meningkat
dari 0,51 liter/jam – 0,91 liter/jam. Pengaturan penyemprotan yang paling
optimum dari hasil pembobotan didapat dengan perlakuan bukaan throttle penuh
dan pada kondisi angin 0 m/s yang menghasilkan diameter droplet 424,94 µm,
keseragaman butiran semprot dengan nilai yaitu 0,228, lebar penyemprotan efektif
sebesar 75 cm, dan debit penyemprotan 2,65 liter/menit dengan total nilai
pembobotan 13,00. Biaya aplikasi pupuk cair dari perlakuan bukaan throttle 30%
sebesar Rp 918.219,91/ha, throttle 60% sebesar Rp 1.091.127,14/ha dan throttle
penuh sebesar Rp 1.165.677,64/ha.
Kata kunci : Optimum, biaya aplikasi, sprayer gendong bermotor
ABSTRACT
TEGUH ADITYA SAPUTRA. Optimum spraying configuration on the
application of liquid fertilizer utilized knapsack power sprayer. Supervised by
GATOT PRAMUHADI.
Liquid fertilizer application on sugarcane area can be used to fulfill
sugarcane’s nutrient requirement and increase its productivity and milling yield. A
knapsack power sprayer is used to soften droplet size. The objectives of the
research are to determine optimum spraying configuration and application cost of
liquid fertilizer at sugarcane area. Based on result, spraying flow rate increased
from 2,08 liter/minute to 2,65 liter/minute with T1/3, T2/3 and TF treatment. The
lowest droplet uniformnity value and the smallest droplet size from TFV1
treatment is 424,94 µm. The fuel consumption that showed increased from 0,51 to
0,91 liter/hour. optimum spraying configuration from weighening result gathered
from throttle full and wind condition 0 m/s treatment are 424,94 µm droplet
diameter; droplet uniformity value with coefficient of variation is 0,228; effective
spraying width is 75 cm; spraying flow rate is 2,65 liter/minute with total
weighening is 13,00. Application cost of liquid fertilizer by throttle 30%, 60%,
and full they are Rp 918.219,91/ha, Rp 1.091.127,14/ha, dan Rp 1.165.677,64/ha.
Key word : Optimum, application cost, knapsack power sprayer
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM APLIKASI
PUPUK CAIR MENGGUNAKAN SPRAYER
GENDONG BERMOTOR
TEGUH ADITYA SAPUTRA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Pengaturan Penyemprotan Optimum Aplikasi Pupuk Cair
Menggunakan Sprayer Gendong Bermotor
Nama : Teguh Aditya Saputra
NIM : F14120036
Disetujui oleh
Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Desrial, MEng
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul
Pengaturan Penyemprotan Optimum Aplikasi Pupuk Cair Menggunakan Sprayer
Gendong Bermotor dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret 2016 hingga Mei 2016. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi selaku dosen pembimbing akademik
dan terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Tineke Mandang, MS serta Dr
Ir Usman Ahmad, MAgr selaku dosen penguji skripsi atas nasihat, bimbingan, dan
arahan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi segenap pihak yang memerlukan.
.
Bogor, September 2016
Teguh Aditya Saputra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Penyemprotan 2
Sprayer 3
Sprayer Gendong Bermotor 3
Nosel 4
Butiran Semprot (Droplet) 6
Pergeseren Titik Jatuh Droplet (Spray Drifting) 6
Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas 7
Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pokok Penyemprotan 8
METODE 8
Waktu dan Tempat Penelitian 8
Bahan dan Alat 9
Prosedur Penelitian 9
Perlakuan Uji Kinerja 10
Prosedur Percoban 10
Analisis Keefektifan dan Keefisienan Penyemprotan 15
Prosedur Analisis Biaya Aplikasi Pupuk Cair 15
Prosedur Optimasi Operasioanal Sprayer Gendong Bermotor 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Debit Penyemprotan 17
Pola Distribusi Penyemprotan 18
Lebar Penyemprotan Efektif 20
Diameter Droplet 21
Optimasi Penyemprotan Sprayer Gendong Bermotor 23
Biaya Aplikasi Pupuk Cair 23
SIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
DAFTAR TABEL
1 Nilai optimasi operasional 23
2 Tabulasi perhitungan biaya aplikasi masing – masing perlakuan 24
DAFTAR GAMBAR
1 Knapsack power sprayer 3
2 Flat fan spray nozzle (Houmy 1999) 5
3 Bagian nosel tipe kerucut ( Smith and Wilkes 1990) 5
4 Pergeseran horizontal droplet pada temperatur 77° F dan RH 55 %
(Hoffman, et al., 1986) 7
5 Diagram skematik menentukan optimum penyemprotan dan biaya
aplikasi pupuk cair menggunakan knapsack power sprayer Tasco TF 700 9
6 Ilustrasi pengukuran debit (Houmy 1999) 11
7 Grafik tumpang – tindih penyemprotan (Elisa 2004) 12
8 Kertas concord yang tepapar droplet (a) sebelum pengeditan (b)setelah
pengeditan menggunakan Adobe Photoshop 13
9 Pengukuran kecepatan maju penyemprotan 15
10 Hubungan pengaruh bukaan throttle (T) terhadap debit yang dihasilkan 18
11 Pola distribusi penyemprotan dengan (a)perlakuan T1/3, (b) perlakuan
T2/3, dan (c) perlakuanTF serta perlakuan kecepatan angin (V) 20
12 Grafik hubungan pengaruh perlakuan bukaan throttle (T) dan perubahan
kecepatan angin lingkungan (V) terhadap hasil lebar penyemprotan
efektif yang dihasilkan 20
13 Grafik pengaruh perlakuan (a) T1/3, (b) T2/3, (c) TF dan kecepatan angin
lingkungan terhadap diameter droplet yang dihasilkan 22
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengolahan data lebar penyemprotan efektif dan contoh perhitungan
grafik overlapping 27
2 Penentuan ranking dan bobot untuk optimasi operasional 30
3 Contoh perhitungan diameter droplet dan keseragaman butiran semprot 32
4 Tabulasi volume (ml) tertampung 33
5 Prosedur penentuan biaya aplikasi pupuk cair 36
6 Perhitungan analisis biaya aplikasi pupuk cair 37
7 Hasil pengukuran angin lingkungan 41
8 Gambar pengambilan data pola distribusi penyemprotan dan lebar
penyemprotan efektif 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tebu merupakan tanaman perkebunan penghasil gula yang memerlukan
kegiatan pemeliharaan berupa pemberian pupuk. Aplikasi pupuk cair di areal kebun
tebu lahan kering dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas tebu dan
rendemen giling karena terpenuhinya kebutuhan nutrisi (nutrient) bagi tanaman
tebu (Pramuhadi 2014). Dalam pengaplikasian pupuk cair umumnya menggunakan
alat yang dikenal dengan sprayer.
Sprayer digunakan untuk perawatan tanaman (pemupukan) maupun proteksi
tanaman (pengendalian hama dan penyakit). Sprayer dibedakan berdasarkan tenaga
penggeraknya yaitu sprayer dengan penggerak tangan, dan sprayer bermotor (Smith
dan Wilkes 1990). Berdasarkan kualitas sebaran butirannya (droplet) menurut
Pramuhadi (2010) sprayer gendong bermotor (knapsack power sprayer)
menghasilkan droplet yang lebih halus dibandingkan sprayer gendong semi –
otomatis (knapsack sprayer), hal ini karena pada sprayer gendong bermotor
memiliki tekanan semprot yang lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan sprayer
gendong semi-otomatis (knapsack sprayer).
Berkaitan dengan penggunaan sprayer gendong bermotor untuk
penyemprotan, pengaturan throttle gas dapat mengakibatkan perubahan tekanan
semprot yang akan mempengaruhi hasil penyemprotan berupa ukuran droplet,
keseragaman butiran semprot, lebar penyemprotan efektif (LPE), dan debit
penyemprotan. Faktor lain yang mempengaruhi hasil penyemprotan, adalah karena
faktor angin di lapangan. Gerakan udara horizontal dan vertikal sangat
mempengaruhi jatuhnya arah semprotan, jika kondisi angin tenang aplikasi pupuk
cair berjalan normal. Namun keadaan di lapangan dapat berubah sewaktu-waktu,
angin yang bertiup kencang dapat membawa tetesan semprot ke suatu jarak tertentu
dari bidang sasaran. Perlakuan bukaan throttle pada pengoperasian juga akan
berpengaruh pada konsumsi bahan bakar yang digunakan, maka hal ini akan akan
mempengaruhi biaya aplikasi pupuk cair karena biaya operasional semakin besar
dengan konsumsi bahan bakar yang semakin besar.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menentukan pengaturan
penyemprotan optimum dalam segi besarnya tekanan semprot dan waktu aplikasi
yang dapat diterapkan saat aplikasi pupuk cair di lahan dan menentukan biaya
aplikasi pupuk cair.
Perumusan Masalah
Butiran yang halus akan sangat mempengaruhi pupuk cair dapat menyebar
lebih merata menempel ke daun-daun dan akan semakin mudah masuk ke stomata
sehingga akan semakin banyak nutrisi yang diserap oleh tanaman. Untuk membuat
butiran cairan yang efektif selain dengan pengaruh tekanan semprot, pengaplikasian
pupuk cair di lapangan sangat dipengaruhi oleh angin yang dapat mempengaruhi
2
arah sasaran semprot dan lebar penyemprotan efektif (LPE), serta pengaruhnya
terhadap diameter droplet yang dihasilkan. Dan karena pengoperasian bukaan
throttle menghasilkan perbedaan pada hasil pada LPE, debit, dan konsumsi bahan
bakar maka hal tersebut dapat mempengaruhi biaya aplikasi pupuk cair.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan pengaturan penyemprotan aplikasi
pupuk cair yang optimum dan menentukan biaya aplikasi pupuk cair di lahan tebu.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran parameter
penyemprotan seperti: ukuran diameter droplet, lebar penyemprotan efektif (LPE),
kesaragaman butiran semprot dan debit penyemprotan dengan pengaruh angin,
bukaan throttle gas yang berbeda – beda dan melakukan analisis untuk menentukan
biaya aplikasi pupuk cair dengan penggunaan sprayer gendong bermotor pada tiap
perlakuan perubahan bukaan throttle gas.
.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyemprotan
Penyemprotan pertama kali dikembangkan dan digunakan dalam
pengendalian penyakit tanaman anggur di kebun sekitar Bourdeux, Perancis.
Penyemprotan tangan untuk memberantas serangga dikembangkan antara tahun
1850 dan 1860 oleh Bean dari California, D.B Smith dari New York, dan Brandt
bersaudara dari Minnesota. Penyemprotan dengan tenaga mesin bensin
dikembangkan sekitar tahun 1900. Penyemprotan yang dipasang pada traktor belum
dikembangkan sampai diperkenalkan traktor pada tahun 1925. Palang
penyemprotan dipasang pada pesawat udara pertama kali pada awal tahun 1940
(Smith dan Wilkes 1990).
Dewasa ini penyemprotan dibidang pertanian bertujuan untuk
menyemprotkan herbisida, fungisida, insektisida, dan penyemprotan pupuk cair
pada daun, dan menyemprotkan hormon untuk mempercepatan pertumbuhan dan
kematangan pada tanaman buah-buahan. Menurut Daywin (1992) keuntungan
dengan penyemprotan yaitu penempelan cairan pada tanaman lebih baik, dan
ukuran butiran yang dihasilkan dapat diubah menurut kebutuhan.
3
Sprayer
Fungsi utama dari sprayer adalah memecah cairan menjadi tetes-tetes
dengan ukuran yang efektif untuk didistribusikan secara merata di atas permukaan
atau ruang yang harus dilindungi. Tenaga yang digunakan untuk menggerakkan
pompa pada sprayer bisa berasal dari tenaga manusia sebagai operator, motor bakar
bensin, ataupun putaran dari power take off (PTO) suatu traktor. Menurut Smith
(1990), sprayer dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan tenaga
penggeraknya, yaitu:
1. Sprayer dengan penggerak tangan (hand operated sprayer) yang terdiri atas:
a. Handsprayer, yaitu sprayer yang berukuran kecil dan khusus untuk keperluan
di lapangan rumah, taman dan penyemprotan ringan lainnya.
b. Sprayer otomatis, yaitu sprayer dengan tekanan tinggi dimana tekanan
diberikan atau dibentuk melalui pemompaan sebelum penyemprotan
dilakukan. Sprayer ini disebut juga compressed air sprayer dengan tekanan
dalam tangki sekitar 140–200 psi atau 10–14 kgf/cm².
c. Sprayer semi otomatis, yaitu sprayer yang bentuk fisiknya menyerupai
sprayer otomatis tetapi tidak memerlukan tekanan tinggi.
d. Jenis-jenis lainnya seperti bucketsprayer, barrel sprayer, cheel barrow
sprayer, slide pump sprayer. Pada tipe-tipe ini tangki dan pompa tidak
tersusun dalam satu unit, melainkan saling terpisah.
2. Sprayer bermotor (power sprayer)
Sprayer ini menggunakan sumber tenaga penggerak dari motor bakar atau
motor listrik atau power take off (PTO) traktor. Ada beberapa tipe dari power 4
sprayer yaitu: hydraulic sprayer, hydraulic-pneumatic sprayer, blower sprayer dan
aerosol generator.
Sprayer Gendong Bermotor (Knapsack Power Sprayer)
Sprayer gendong bermotor merupakan sprayer yang bertenaga motor bakar
internal atau motor listrik. Mesin dapat dioperasikan dengan bahan bakar mesin
atau penyemprot tersebut dioperasikan oleh tenaga traktor (Smith dan Wilkes
1990). Knapsack Power Sprayer (Gambar 1) memiliki komponen-komponen kerja
terdiri dari tangki, engine, pompa impeler, throttle gas, batang nosel dan nosel.
Gambar 1 Knapsack power sprayer
4
Menurut Hermawan (2012) penggunaan knapsack power sprayer memiliki
mutu penyemprotan yang lebih baik dibandingkan sprayer gendong manual dengan
membandingkan kapasitas lapang efektif rata-ratanya, sprayer manual memiliki
kapasitas 0,37 ha/jam per orang, sedangkan knapsack power sprayer memiliki
kapasitas mencapai 0,4 ha/jam per orang.
Pengaruh kestabilan tekanan pada penerapan sprayer bermotor memiliki
pengaruh yang baik pada efektivitas penyemprotan, hal ini dipengaruhi oleh sumber
tenaga yang berasal dari motor bakar internal sehingga debit keluaran dan tekanan
kerja lebih stabil, jika dibandingkan dengan sprayer manual yang menggunakan
tenaga manusia sehingga tekanan yang dihasilkan tidak stabil (Aspar G 2012).
Nosel
Nosel merupakan bagian dari sprayer yang menentukan karakteristik
semprotan yaitu pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola
semprotan, dan pola penyebaran yang dihasilkan. Nosel dibuat dalam bermacam –
macam desain. Setiap tipe butiran cairan yang khas dihasilkan oleh nosel yang khas
sesuai dengan kebutuhan.
Flooding Nozzle
Menghasilkan semprotan dengan berpola kipas dan butiran-butiran yang
dihasilkan agak kasar. Nosel tipe ini dapat digunakan untuk menyemprot keseluruh
permukaan lahan. Biasanya digunakan pada alat penyemprot tipe gendong
(knapsack sprayer). Nosel ini untuk menyemprot aplikasi, sudut semprot yang
dihasilkan pada bagian ujungnya akan lebih besar dibandingkan bagian tengah.
Flat Fan Spray Nozzle
Hasil semprot dengan menggunakan nosel tipe ini akan berpola kipas dengan
ukuran butiran medium. Nosel tipe ini dapat digunakan sebagai pemancar cairan
yang diaplikasikan pada boom sprayer yang digandengkan dengan traktor dengan
sudut penyemprot antara 80° hingga 110°, hasil semprotan cukup seragam dan
meliputi seluruh lebar semprotan karena pola semprotannya yang berupa kipas
datar sehingga taraf penutupannya sangat baik seperti pada Gambar 2. Nosel tipe
ini dianjurkan untuk penyemprotan insektisida (pada tekanan 3 sampai 4 bar),
herbisida (2 bar) dan untuk fungisida (lebih dari 4 bar).
5
Gambar 2 Flat fan spray nozzle (Houmy 1999)
Rotary Atomizer
Nosel ini dipergunakan untuk pekerjaan besar, menyemprotkan ribuan galon
larutan setiap jam dengan gaya sentrifugal dan mempunyai pola penyebaran 360°.
Two Fluid Atomizer
Nosel ini menghasilkan droplet yang sangat halus menghindarkan
pemborosan cairan. Tetapi membutuhkan tenaga yang lebih besar dari pada tipe
lainnya.
Hollow Cone Nozzle
Tipe nosel ini disebut dengan tipe kerucut berongga yang memberikan hasil
semprotan sangat baik, dapat digunakan untuk penyemprotan secara keseluruhan
dan juga untuk menyemprotkan dari atas bagian tanaman. Hasilnya dapat
diandalkan meliputi seluruh area pertahanan yang hendak dilindungi. Pada jenis
nosel ini terdapat piringan pusaran, ruangan pusaran dan piringan pengeluaran
seperti pada Gambar 3, dengan bagian-bagian tersebut akan menyebabkan lubang
pada hasil penyemprotan (hollow). Distribusi cairan ini tidak pernah seragam dan
sangat terpengaruh pada ketinggian dari sprayer.
Gambar 3 Bagian nosel tipe kerucut (Smith dan Wilkes 1990)
6
Butiran Semprot (Droplet)
Butiran Semprot (droplet) yang dihasilkan oleh suatu alat penyemprot
(sprayer) memiliki jumlah yang sangat banyak dengan ukuran diameter kurang dari
0,5 mm (Matthews GA 1992). Ukuran diameter droplet dipengaruhi oleh bentuk
nosel, jarak semprot, tekanan operasi, sifat bahan penyemprot, dan keadaaan udara
luar. Nosel dapat dijumpai dengan bermacam-macam jenis dan kegunaannya sesuai
dengan bentuk atau pola penyemprotan yang diinginkan. Jarak semprot yang dekat
akan memberikan hasil penyemprotan yang lebih seragam dengan tetes yang lebih
halus. Tekanan operasi memberikan pengaruh yang besar terhadap ukuran diameter
butiran, yaitu semakin besar tekanan operasi maka ukuran diameter butiran akan
semakin halus dengan sudut semprot yang lebar. Besarnya ukuran diameter droplet
yang terjadi pada penyemprotan merupakan suatu parameter penting dalam
efektivitas semprotan.
Pergeseran Titik Jatuh Droplet (Spray Drifting)
Spray drifting adalah pergeseran butiran semprot atau partikel air yang
disebabkan oleh pergerakan angin hingga butiran semprot atau pertikel air tersebut
jatuh tidak tepat sasaran. Dampak dari spray drifting diantaranya dapat
berkurangnya efisiensi dan efektivitas penyemprotan, bertambahnya biaya untuk
pestisida yang terbuang percuma, serta pestisida dapat mengenai tanaman atau
organisme (Derksen 1997).
Menurut Sumner (1997) tetesan dari hembusan sprayer yang berukuran
lebih kecil dari 100 mikron sangat mudah bergeser karena pengaruh angin
(driftable) disebabkan ukurannya yang begitu kecil dan bobot tetesan yang relatif
ringan. Sebagai perbandingan, bobot rambut manusia pada umumnya adalah 100
mikron. Dengan bobotnya yang sangat ringan tersebut, rambut manusia yang jatuh
ke permukaan tanah tidak langsung jatuh dengan arah tegak lurus gravitasi.
Melainkan terombang-ambing dikarenakan adanya gaya turbulensi oleh udara.
Masih menurut Sumner (1997) tetesan yang melayang (spray drift) adalah
pergerakan droplet yang menyimpang dari target area yang dikehendaki operator.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya spray drifting, tetapi ukuran awal
droplet adalah faktor yang paling mempengaruhi. Ukuran droplet yang kecil, ketika
jatuh akan lebih lambat dibandingkan droplet yang berukuran lebih besar (>100
mikron). Hal ini mengakibatkan kemungkinan pergeseran arah gerak droplet
menjadi lebih tinggi. Menurut Sumner (1997) ketika droplet keluar dari nosel,
rata-rata droplet memiliki kecepatan jatuh sebesar 60 kaki per detik (41 mph) atau
lebih. Ada dua gaya yang bekerja ketika droplet keluar dari nosel. Gaya itu adalah
gaya gravitasi dan gaya tahanan udara. Dua gaya ini yang sangat mempengaruhi
kecepatan dan pergeseran droplet. Gaya tahanan udara memecah droplet menjadi
beberapa bagian, lalu setelah kecepatan jatuh droplet melambat, maka droplet-
droplet tersebut akan tertarik oleh gaya gravitasi. Hubungan antara pergeseran
horizontal droplet berbagai ukuran diameter dengan ketinggian jatuh dapat dilihat
pada Gambar 4.
7
Gambar 4 Pergeseran horizontal droplet pada temperatur 77° F dan RH 55%
(Hoffman, et al., 1986)
Berdasarkan Gambar 4 ketinggian nosel yang rendah, kecepatan awal
droplet jatuh masih memungkinkan droplet mencapai area target sebelum terjadi
drift. Tetesan kecil juga lebih cepat menguap, meningkatkan jumlah menit yang
dibutuhkan untuk sampai pada area target. Pada droplet yang berukuran lebih besar
lebih tinggi kemungkinannya untuk mencapai sasaran yang dituju tanpa terlalu jauh
terjadi pergeseran horizontal.
Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Faktor yang berasal dari peralatan sendiri
1. Lebar nosel, makin lebar nosel untuk tipe yang sama, maka penyebaran ukuran
butirannya makin tidak seragam dan mempunyai ukuran butiran yang menjadi
lebih besar. Karena penyebaran ukurannya menjadi lebih besar, maka
penyebaran butiran menjadi kurang merata. Hal ini disebabkan oleh karena pada
waktu butiran keluar atau terlempar dari nosel akan mengalami hambatan yang
sebanding dengan ukuran butiran cairan, viskositas dan kecepatan awal butiran
tersebut.
2. Tekanan, akan mempengaruhi ukuran butiran cairan yang dihasilkan untuk suatu
nosel yang sama. Semakin besar tekanannya proses penumbukan cairan pada
waktu akan keluar dari nosel makin besar, disamping itu selisih kecepatan antara
udara yang meniup dengan cairan di dalam tangki menjadi makin besar pula,
sehingga lembaran cairan di dalam tangki menjadi semakin besar pula, sehingga
lembaran cairan yang terbawa makin tipis, tumbukan makin besar dan butiran
cairan yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini mempengaruhi bentuk penyebaran
dan kemampuan melekatnya butiran pada bagian tanaman. Kestabilan tekanan
juga berpengaruh pada keseragaman penyemprotan pada knapsack power
Ket
inggia
n J
atuh, fe
et
Pergeseran horizontal droplet , feet
8
sprayer. Untuk tiap-tiap nosel mempunyai ciri sendiri dalam hal pembentukan
ukuran butirannya.
Faktor yang ditentukan oleh cairannya Viskositas dan nilai kerapatan cairan (density) sangat mempengaruhi bentuk
ukuran butiran maupun penyebaran butirannya.
Faktor-faktor luar
1. Kepadatan udara dan lengas nisbi udara berpengaruh terhadap penguapan dan
tahanan jatuhnya butiran.
2. Angin atau gerakan udara, mempengaruhi ukuran penyebaran butiran cairan.
3. Suhu udara mempengaruhi penguapan.
4. Faktor yang dimiliki oleh tanaman, habitus, kerapatan pertumbuhan, tingkat
pertumbuhan tanaman dan lain-lain.
Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pokok Penyemprotan
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pokok penggunaan sprayer yaitu
kapasitas lapang efektif, konsumsi pupuk, biaya mesin, biaya operator, biaya pupuk
cair, serta biaya total aplikasi.
a. Kapasitas Lapang Efektif (KLE), KLE merupakan besarnya luas lahan yang
diolah persatuan waktu tertentu.
b. Biaya, dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
a) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap pada suatu
periode dan tidak tergantung pada jumlah produk per jam kerja mesin. Yang
termasuk biaya tetap salah satu diantaranya yaitu biaya penyusutan atau
biaya bunga modal. Suatu mesin hanya dapat dipakai pada selang waktu
tertentu. Biaya investasi akan habis setelah selang waktu tersebut. Oleh
sebab itu, jika dilihat dari waktu ke waktu selama selang waktu tersebut,
nilai mesin telah berkurang atau menyusut.
b) Biaya tidak tetap (variabel cost), biaya yang dikeluarkan selama proses
operasi berlangsung. Biaya ini meliputi biaya pupuk cair, biaya operator,
biaya bahan bakar, dan sebagainya. Hasil penjumlahan biaya tetap dan tidak
tetap akan diperoleh biaya total yang digunakan oleh alat dan mesin
tersebut.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2016. Penelitian
dilakukan di areal kebun tebu di PG Subang, dan laboratorium uji sprayer CREATA
FATETA IPB.
9
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk cair AB3 dan M2
dengan dosis 0,5 liter/ha, tinta sebagai pemberi warna pada larutan, bensin
pertamax untuk bahan bakar sprayer gendong bermotor, dan kertas concord untuk
alas jatuhnya semprotan droplet pada pengukuran diameter droplet.
Peralatan yang digunakan adalah sprayer gendong bermotor tipeTF 700
dengan merk TASCO. Stopwatch digital, patternator konvensional ukuran 3 x 1,5
meter, wadah penampung larutan, meteran dengan ketelitian 1 cm, gelas ukur
dengan volume maksimal 100 ml, dan kamera smartphone dengan resolusi 13 MP.
Prosedur Penelitian
Tahapan pada penelitian dimulai dengan penelitian pendahuluan, perlakuan
untuk uji kinerja sprayer gendong bermotor, pengolahan data, analisis biaya
aplikasi pupuk cair, analisis keefektifan dan keefesienan penyemprotan untuk
kemudian dilakukan optimasi penyemprotan berdasarkan perlakuan yang
dilakukan. Prosedur penelitian seperti dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Diagram skematik menentukan optimum penyemprotan, dan biaya
aplikasi pupuk cair menggunakan knapsack power sprayer Tasco
TF 700
Optimasi penyemprotan
10
Aplikasi pupuk cair dilakukan saat tanaman tebu berumur 1 bulan setelah
tanam, dan 3 bulan setelah tanam hal ini diketahui dari hasil pengamatan saat
penelitian pendahuluan, dosis yang digunakan untuk aplikasi pupuk cair sebesar 0,5
liter/ha. Tinggi nosel dengan permukaan daun tanaman tebu setinggi 60 cm hal ini
yang digunakan sebagai pengujian untuk menentukan lebar penyemprotan efektif
dan untuk menyesuaikan dengan tinggi tanaman tersebut.
Perlakuan Uji Kinerja
Perlakuan pada penelitian ini ditujukan untuk mendapat penyemprotan yang
optimum. Optimum dalam penelitian ini didasarkan pada waktu aplikasi dan
tekanan semprot yang baik untuk pengaturan penyemprotan, yang didekati dengan
perlakuan percobaan berdasarkan :
1. Kecepatan angin lingkungan (Waktu aplikasi).
2. Throttle gas (Besar tekanan semprot).
Pada nilai bukaan throttle (T) digunakan tiga taraf bukaan. Nilai masing-
masing perlakuan adalah :
T1/3 : Bukaan throttle 30 %
T2/3 : Bukaan throttle 60 %
TF : Bukaan throttle penuh
Pada nilai kecepatan angin lingkungan (V) digunakan empat taraf kecepatan
yang pembagiannya didasarkan pada perbedaan kecepatan angin yang dihasilkan
dengan tiap-tiap taraf memiliki perbedaan +/- 0,4 m/s. Nilai masing-masing
perlakuan adalah:
V1 : 0 m/s V4 : 1,2 m/s
V2 : 0,4 m/s V5 : 1,6 m/s
V3 : 0,8 m/s
Prosedur Percobaan
Kegiatan pengukuran parameter dilakukan di laboratorium sprayer
CREATA. Cara pengukuran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pengukuran Karakteristik Kerja
Agar dapat diperoleh persyaratan agroteknis seperti yang diperlukan sebelum
sprayer dipergunakan diperlukan pengukuran – pengukuran. Parameter yang diukur
pada penelitian ini adalah debit penyemprotan, lebar penyemprotan efektif (LPE),
keseragaman penyemprotan, dan diameter droplet.
Pengukuran Debit Penyemprotan
Tangki diisi dengan bahan pelarut dan zat aktif pupuk cair yang ditentukan
hingga lebar leher tutup tangki. Waktu perhitungan dimulai ketika larutan mulai
memenuhi volume 1 liter pertama pada wadah penampung lalu diberhentikan
11
waktu pengukuran saat larutan menyentuh volume 2 liter ( lihat Gambar 6). Tahap
berikutnya dilakukan pembersihan sisa larutan pada tangki dan selang nosel pada
setiap uji perlakuan. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan rumus :
Gambar 6 Ilustrasi pengukuran debit (Houmy 1999)
𝑄 = 𝑉/𝑡 (1)
dimana,
Q = Debit (liter/menit)
V = Volume (liter)
t = Waktu (menit)
Pada pengukuran parameter penelitian ini, pengukuran debit tidak
menggunakan perlakuan angin, hal ini karena cairan yang tertampung dalam wadah
tidak mengalami perubahan apapun oleh pengaruh angin.
Pola Distribusi Penyemprotan dan Lebar Penyemprotan Efektif
Pipa penyemprotan (lance) ditempatkan di dalam peralatan uji penyemprotan
(patternator) sedemikian rupa seperti pada Lampiran 8 sehingga butiran semprot
yang keluar dari mulut nosel dapat terdistribusi secara vertikal. Jarak vertikal nosel
ke bidang horisontal adalah 60 cm yang disesuaikan dengan tinggi tanaman dalam
hal ini tebu pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam, 3 bulan setelah tanam.
Dilakukan pengisian tangki sprayer dengan larutan pupuk cair hingga paling tidak
75% dari volume nominalnya. Penyemprotan kembali dilakukan dengan cara
mengatur kombinasi perlakuan (angin dan bukaan throttle ) dalam jangka waktu
tertentu, lalu masing-masing penampung dari setiap alur dikumpulkan dan diukur
volumenya ( misalnya xi, dimana i adalah nomor urut alur penampang dari kiri
kekanan atau sebaliknya ). Maka didapatkan pola penyebaran melintang dari harga-
harga xi dari i = 1 sampai i = n, dimana n adalah nomor terakhir alur yang
menampung semprotan.
Pola distribusi penyemprotan yang didapat dianalisa untuk mendapatkan
lebar efektifnya dengan 2 cara yaitu secara grafis dan secara statistik. Secara grafis
gambarkan grafik distribusi volume cairan, lalu tumpang-tindihkan grafik bagian
sisi kanan dan kiri. Jumlahkan volume cairan yang masuk dalam kurva tumpang-
tindih (overlapping). Seperti dapat dilihat pada Gambar 7.
12
Setelah itu, digambarkan grafik distribusi volume cairan, lalu tumpang-
tindihkan grafik bagian sisi kanan dan kiri. Jumlahkan volume cairan yang masuk
dalam kurva tumpang-tindih (overlapping). Selanjutnya menghitung koefisien
variasi (CV) dari data volume cairan tersebut. Lebar penyemprotan efektif
diperoleh dari menghubungkan grafik-grafik volume cairan yang mempunyai CV
terkecil dari beberapa kali tumpang-tindih. Grafik tumpang-tindih lebar
penyemprotan dapat dilihat pada Gambar 7.
Nilai coefficient of variation (CV) diperoleh dari hasil bagi standar deviasi
(SD) dengan rata-rata nilai data (�̅�). Standar deviasi dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus:
𝑆𝐷 = √𝛴(𝑥𝑖−�̅�)2
𝑛−1 (2)
Keterangan:
Σ = operasi penjumlahan
xi s/d xn = data tumpang tindih ke-1 sampai data ke-n
�̅� = rata-rata data tumpang tindih ke-1 sampai data ke-n
n = jumlah data
Gambar 7 Grafik tumpang-tindih penyemprotan (Elisa 2004)
13
Diameter Droplet
Banyaknya butiran semprot per satuan luas 1 cm2 menunjukan sebaran
butiran semprot (Saulia 1997). Kertas concord sebagai media penangkap droplet
dan tinta sebagai pemberi warna pada air dalam tangki agar noda dalam paparan
droplet dapat terlihat pada kertas tersebut. Perbandingan larutan dengan tinta adalah
10:1 (Furqon 2012). Droplet diasumsikan berbentuk lingkaran.
Luasan butiran droplet diukur secara acak pada luasan 25 cm2 dari kolektor
yaitu kertas concord. Ukuran kertas concord yaitu 21 cm x 29,7 cm. Luasan yang
diperoleh dikonversi menjadi diameter. Adapun dibawah ini adalah langkah-
langkah mengukur luasan droplet:
1. Kertas yang telah terpapar butiran droplet difoto menggunakan kamera
beresolusi 13MP + Led Flash pada ketinggian 15 cm untuk setiap kertas
yang difoto.
2. Setelah semua kertas masing-masing telah terfoto, foto tersebut menjadi
bentuk file berekstensi .jpg. Langkah selanjutnya adalah mengolah foto
berturut adalah cropping, painting, and analyzing.
3. Cropping adalah memotong sebuah file gambar dengan ukuran tertentu.
Pada kali ini file gambar dipotong menjadi ukuran 5 cm x 5 cm aktual.
Langkah berikutnya adalah painting. Painting disini untuk memberikan
warna berbeda pada 5 buah droplet sembarang.
Berikut adalah contoh gambar kertas concord yang terpapar droplet (a)
Sebelum pengeditan (b) Setelah pengeditan memakai Adobe Photoshop
(a) (b)
Gambar 8 Kertas concord yang terpapar droplet (a) sebelum pengeditan (b)
setelah pengeditan memakai Adobe Photoshop
Pada contoh gambar diatas merupakan contoh kertas yang terpapar
butiran semprot atau droplet. Dari kertas tersebut (llihat Gambar 8a) dapat
terlihat sejumlah titik hitam yang mewakili populasi butiran semprot dalam
luas bidang semprot, dimana digunakan kertas ukuran 25 cm2. Karena
banyaknya butiran semprot dalam luas areal tersebut tidak dilakukan
analisis secara mendalam dalam penentuan jumlah droplet dalam populasi
yang ada di kertas concord, maka dalam penelitian ini pengambilan
beberapa titik contoh/sampel droplet (lihat Gambar 8b) dari luas bidang
semprot tersebut diasumsikan dapat menghasilkan data luas droplet yang
14
dapat menggambarkan kondisi keseluruhan bidang semprot, sehingga dalam
penelitian ini digunakan metode statistika pengambilan contoh acak
sederhana (simple random sampling/SRS) dimana tidak ada batasan dalam
menentukan jumlah contoh/sampel droplet yang dipilih. Sehingga dapat
diasumsikan semua titik pengambilan contoh memiliki peluang yang sama.
4. Selanjutnya adalah analyzing. Gambar yang telah cropped and painted,
diolah kembali oleh software MatLab R2013a, dimana software ini telah
digunakan pada penelitian sebelumnya oleh Irawan (2016) untuk
mendapatkan luasan droplet. MatLab ini sebelumnya telah diinput
menggunakan bahasa pemrograman agar dapat menganalisis luasan droplet
dari pembacaan RGB pixel dengan rumus :
𝐴𝑑 =𝛴𝑝𝑑
𝛴𝑝𝑎𝑥 100 (3)
Keterangan:
Ad = Luas permukaan droplet (cm2) Σpa = Jumlah piksel dalam 25 cm2
Σpd = Jumlah piksel/droplet 100 = Faktor konversi piksel ke cm2
Setelah nilai luasan droplet didapatkan maka akan dicari diameter droplet
dengan menggunakan rumus berikut:
𝐴𝑑 = 1
4𝑥 𝜋𝑑²
d = √4 A
π
Dimana;
A = Luas droplet
d = Diameter droplet
Keseragaman Butiran Semprot
Keseragaman butiran semprot merupakan indikator untuk mengetahui ukuran
hasil semprotan butiran yang seragam. Keseragaman yang baik di ketahui dari hasil
CV yang paling minimum mendekati nol. Nilai coefficient of variation (CV)
diperoleh dari hasil bagi standar deviasi (SD) dengan rata-rata nilai data (�̅�) rumus
yang digunakan seperti pada persamaan 4.
𝑐𝑣 =SD
�̅� (4)
15
Analisis Keefektifan dan Keefisienan Penyemprotan
Keefektifan penyemprotan pada hasil penelitian ini dilihat dari diameter
droplet dan keseragaman penyemprotannya. Diameter droplet yang semakin kecil
maka semakin efektif butiran droplet ke stomata daun dan keseragaman
penyemprotan merupakan indikator meratanya hasil penyemprotan ke daun dengan
keseragaman hasil butiran yang ditandai dengan hasil CV yang minimun.
Keefisienan penyemprotan pada hasil penelitian ini dilihat dari memiliki nilai
efisiensi yang baik dengan ditandai oleh lebar penyemprotan efektif (LPE)
maksimum dan debit cairan minimum.
Prosedur Analisis Biaya Aplikasi Pupuk Cair
Biaya aplikasi pupuk cair merupakan biaya (Rp) per satuan luas lahan (ha),
hal ini sangat berguna untuk dapat memperkirakan biaya yang dikeluarkan dalam
pengaplikasian pupuk cair. Analisis biaya aplikasi pupuk cair ini menggunakan data
pendukung yang sebelumnya telah didapatkan pada penelitian pendahuluan seperti
contoh pada Gambar 9 dan skala laboratorium. Prosedur untuk mendapatkan rincian
biaya aplikasi seperti pada Lampiran 5.
Gambar 9 Pengukuran kecepatan maju penyemprotan
Data pendukung dalam penentuan biaya aplikasi pupuk cair di lahan tebu
yang didapat pada penelitian pendahuluan sebagai berikut :
a. Luasan lahan untuk pemupukan yang dianalisis yaitu 4 ha atau pada ukuran
200 mx200 m
b. Jarak antar baris tanaman yaitu 1,35 m
c. Jumlah barisan tanaman pada lahan teraplikasi berjumlah 148
d. Kecepatan maju rata – rata.
Keempat data pendukung di atas digunakan dalam penentuan waktu untuk
aplikasi untuk contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Parameter-parameter atau variabel-variabel penelitian untuk mengkaji biaya
aplikasi pemupukan di lahan kering tebu yaitu:
a. Luas areal lahan teraplikasi pemupukan (AP), ha
b. Lama waktu aplikasi (TP), jam
c. Volume larutan aplikasi (VP), liter
16
d. Volume bahan bakar (VF), liter
e. Konsumsi bahan bakar (FC), liter/jam
f. Harga bahan bakar (Hbb), Rp/liter
g. Kapasitas lapang efektif pemupukan (KLEP), ha/jam
h. Harga pupuk cair (HP), Rp/liter
i. Debit aplikasi larutan pupuk (QP), liter/jam
j. Biaya konsumsi bahan bakar (FCC), Rp/jam
k. Biaya aplikasi larutan pupuk (BAP), Rp/jam
l. Biaya tetap / fixed cost (BT), Rp/jam
m. Biaya operasional / variable cost (BO), Rp/jam
n. Biaya aplikasi pupuk cair (PC), Rp/ha
Parameter diatas dianalisis dan dihitung dengan menggunakan rumus-
rumus dibawah ini :
𝐾𝐿𝐸𝑝 =Ap
Tp (5)
𝑄𝑝 =𝑉𝑝
𝑇𝑝 (6)
𝐹𝑐 =𝑉𝐹
𝑇𝐹 (7)
𝐵𝐴𝑝 = 𝑄𝑝. 𝐻𝑝 (8)
𝐹𝑐𝑐 = 𝐹𝑐. 𝐻𝑏𝑏 (9)
𝐵𝑜 = 𝐵𝐴𝑃 + 𝐹𝑐𝑐 + 𝑈𝑜 (10)
𝐵𝑇 =𝐵𝑝
𝑊𝑜 (11)
𝐵𝑇𝑜𝑡 = 𝐵𝑜 + 𝐵𝑇 (12)
𝑃𝑐 =𝐵𝑇𝑜𝑡
𝐾𝐿𝐸𝑝 (13)
Prosedur Optimasi Operasional Sprayer Gendong Bermotor
Optimasi operasional dilakukan dengan cara pembobotan parameter.
Pembobotan dilakukan pada empat parameter yang dihasilkan, yaitu debit, lebar
penyemprotan efektif, diameter droplet, dan keseragaman butiran semprot. Setiap
parameter disusun berdasarkan ranking. Penentuan ranking berdasarkan pada
pengurutan hasil yang ada pada parameter tersebut. Pembobotan pada setiap
parameter didasarkan pada :
a. Debit yang dianggap baik bila nilai debitnya rendah dan diberikan nilai yang
tinggi. Bobot yang diberikan pada parameter ini sebesar 10% hal ini
dikarenakan berkaitan dengan efisiensi penyemprotan tidak terlalu
17
berpengaruh terhadap optimasi penyemprotan karena poin penting dari aplikasi
adalah efektivitasnya.
b. LPE yang dianggap baik adalah nilai LPE terbesar dan diberikan nilai tertinggi.
Bobot yang diberikan pada parameter ini sebesar 20% hal ini dikarenakan LPE
berpengaruh terhadap lebar kerja dan distribusi perpindahan batang nosel saat
aplikasi di lapangan.
c. Keseragaman butiran semprot yang dianggap baik adalah yang memiliki nilai
CV terendah dan diberikan nilai tertinggi. Besar bobot yang diberikan sebesar
30% hal ini dikarenakan keseragaman butiran semprot merupakan indikator
ukuran droplet yang merata pada daun sebgai objek semprotnya.
d. Diameter droplet baik bila nilainya kecil dan diberikan nilai tertinggi. Nilai
bobot yang merupakan yang terbesar yaitu 40% karena hal ini berkaitan dengan
efektivitas masuknya butiran semprot ke stomata daun dimana semakin kecil
butiran semprot maka akan semakin mudah masuk ke stomata.
Penentuan ranking dan perhitungan nilai bobot pada setiap parameter dapat
dilihat pada Lampiran 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang didapatkan dari hasil pengujian berasal dari perlakuan yang
diantaranya adalah bukaan throttle (T) dan kecepatan angin lingkungan (V) yang
akan dibahas dalam bab ini. Hubungan diantara perlakuan tersebut terhadap debit,
perbandingan pola distribusi penyemprotan, lebar penyemprotan efektif, dan
diameter droplet yang terpapar pada kertas concord, serta pengaruhnya terhadap
konsumsi bahan bakar saat operasional.
Debit Penyemprotan
Debit merupakan parameter uji yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar volume semprot yang keluar persatuan waktu. Debit juga merupakan
indikator dari efisiensi penyemprotan baik atau tidaknya, semakin minimun debit
maka efisiensi penyemprotannya akan baik. Penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan nilai debit dilakukan dengan perlakuan bukaan throttle (T) yang
dibuat menjadi bukaan throttle 30%, 60%, dan 100% (Full) dalam hal ini diberi
kode perlakuan T1/3, T2/3, dan TF . Perlakuan dari bukaan throttle ini sangat
mempengaruhi kecepatan putar motor (rpm) dan tekanan semprotan dimana dari
hasil pengukuran semakin besar bukaan throttle maka tekanan semprot akan
semakin besar pula. Tekanan semprot tersebutlah yang mempengaruhi besarnya
debit yang dihasilkan dari perlakuan bukaan throttle yang dilakukan. Dari Gambar
10 dapat dilihat grafik hubungan pengaruh bukaan throttle (T) terhadap besarnya
debit yang dihasilkan.
18
Gambar 10 Hubungan pengaruh bukaan throttle (T) terhadap debit yang
dihasilkan
Berdasarkan grafik diatas perlakuan dengan T1/3 menghasilkan nilai debit
terendah dengan nilai 2,08 liter/menit dan TF menghasilkan nilai debit terbesar
dengan nilai 2,65 liter/menit. Dari tekanan yang terukur pada T1/3 didapat tekanan
penyemprotan sebesar 5 kgf/cm², pada T2/3 tekanan yang terbaca yaitu 10 kgf/cm² .
dan TF tekanan yang terbaca sebesar 12 kgf/cm². Dari sini dapat diketahui bahwa
semakin besar tekanan maka akan berbanding lurus dengan debit yang dihasilkan.
Pada pengukuran parameter debit tidak menggunakan perlakuan angin karena angin
tidak mempengaruhi volume yang keluar persatuan waktu.
Pola Distribusi Penyemprotan
Pola ditribusi penyemprotan didapat dengan menggunakan alat uji
patternator, dimana cairan penyemprotan ditampung ke dalam gelas-gelas dengan
jarak 8 cm. Pengambilan data dilakukan dengan berbagai kombinasi perlakuan
sesuai dengan yang tertulis pada bagian metode. Hasil pengujian pola distribusi
dapat dilihat pada Gambar 11 dan data volume tertampung yang digunakan untuk
membuat grafik pola distribusi dapat dilihat pada Lampiran 4. Penomoran gelas
dilakukan dengan deret angka yang berurut dimana angka 1 hingga 8 merupakan
nomor wadah penampung dari sebelah kiri lance, dan 10 hingga 24 merupakan
nomor wadah penampung sebelah kanan lance batang penyemprot.
Dari grafik pada Gambar 11 terlihat pola distribusi penyemprotan yang
bergeser ke arah kanan yang semakin lebar, hal ini disebabkan semakin besar
bukaan throttle mengakibatkan hasil butiran semprot yang semakin kecil sehingga
membuat butiran semprot tersebut mudah bergeser terhembuskan oleh angin. Dan
hal ini mengakibatkan pergeseran pada bidang semprot. Hal ini pula menunjukkan
bahwa semakin besar angin yang berhembus resiko menyebabkan butiran semprot
bergeser dari titik penyemprotan akan semakin besar. hal ini dapat terjadi inefisiensi
penyemprotan terutama pada titik penyemprotannya. Bergesernya larutan pupuk
dari titik penyemprotannya dapat dilihat dari gelas nomor 9 sebagai acuan titik
2,08
2,48
2,65
1,50
1,80
2,10
2,40
2,70
T1/3 T2/3 TF
Deb
it (
lite
r/m
enit
)
Bukaan Throttle
19
tengah batang lance penyemprot yang cenderung semakin berkurang akibat
pengaruh angin yang berhembus. Bila dilihat pada Gambar 11 bagian (a) titik
puncak tertinggi volume larutan pupuk yang tertampung pada gelas penampung
berada pada nomor 9 walaupun mengalami pengurangan volume seiring dengan
perlakuan hembusan angin yang diberikan semakin besar, sedangkan pada Gambar
11 bagian (b) dan (c) titik puncak cenderung bergeser ke arah kanan seperti dapat
dilihat dari perlakuan T2/3V2, T2/3V4, dan T2/3V5 yang masing-masing bergeser ke
gelas tampung nomor 10,10 dan 11 artinya bergeser titik puncaknya berturut–turut
8 cm, 8 cm dan 16 cm dari titik penyemprotan. Sedangkan pada perlakuan TFV3,
TFV4 dan TFV5 berturut–turut titik puncak bergeser sebesar 8 cm, 16 cm dan 16 cm.
Setiap perlakuan T1/3, T2/3 dan TF menghasilkan butiran semprot yang berbeda,
dimana dalam hal ini tekanan semprot berpengaruh terhadap pembentukan hasil
butiran semprot, dimana semakin besar tekanan yang diberikan akan memberikan
efek butiran yang semakin halus. Dalam hal ini T1/3 memiliki butiran semprot yang
lebih besar dibandingkan T2/3 dan TF sehingga pada Gambar 11 perlakuan T1/3 titik
puncak masih tetap pada nomor wadah 9 akibat butiran yang semakin besar
cenderung akan tidak mudah bergeser jika terhembuskan angin akibat bobot dari
butiran yang berat dan sebaliknya pada perlakuan T2/3 dan TF . Nilai sebaran
berpengaruh pada cara aplikasi untuk tiap jenis sprayer, semakin tinggi nilai
sebarannya maka penggunaan sprayer diharapkan dapat menyesuaikan dalam hal
perpindahan batang nosel yang hendak di distribusikan.
(a)
(b)
0
50
100
150
200
250
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Vo
lum
e (m
l)
Nomor Wadah Penampung larutan
T1/3V1
T1/3V2
T1/3V3
T1/3V4
T1/3V5
0
50
100
150
200
250
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Vo
lum
e (m
l)
Nomor Wadah Penampung larutan
T2/3V1
T2/3V2
T2/3V3
T2/3V4
T2/3V5
20
(c)
Keterangan:
T: Bukaan throttle (T1/3 = 30 %, T2/3 = 60%, TF = Penuh)
V: Kecepatan angin lingkungan dalam m/s (V1=0 V2=0,4 V3=0,8 V4=1,2 V5=1,6)
Gambar 11 Pola distribusi penyemprotan dengan (a) perlakuan T1/3, (b) perlakuan
T2/3, dan (c) perlakuanTF serta perlakuan kecepatan angin (V)
Lebar Penyemprotan Efektif
Lebar penyemprotan efektif yang didapat merupakan hasil dari metode grafik
overlapping seperti pada Lampiran 1. Bila dilihat dari Gambar 12 Grafik hubungan
pengaruh perlakuan bukaan throttle (T) dan perubahan kecepatan angin lingkungan
(V) terhadap hasil lebar penyemprotan efektif yang dihasilkan.
Keterangan:
T: Bukaan throttle (T1/3 = 30 %, T2/3 = 60%, TF = Penuh)
V: Kecepatan angin lingkungan dalam m/s (V1=0 V2=0,4 V3=0,8 V4=1,2 V5=1,6)
Gambar 12 Grafik hubungan pengaruh perlakuan bukaan throttle (T) dan perubahan
kecepatan angin lingkungan (V) terhadap hasil lebar penyemprotan
efektif yang dihasilkan
0
50
100
150
200
250
300
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Vo
lum
e (m
l)
Nomor Wadah Penampung larutan
TFV1
TFV2
TFV3
TFV4
TFV5
64
79 81 86
96
72
8990
89
99
7581 89
92101
0
20
40
60
80
100
120
V1 V2 V3 V4 V5
LPE
(cm
)
Perlakuan Angin
T1/3
T2/3
TF
21
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pengaruh bukaan throttle dan
pengaruh angin memberikan efek yang membuat lebar penyemprotan efektif yang
semakin besar hal ini dimungkinkan karena tekanan semprot yang semakin besar
dari pengaruh bukaan throttle membuat sebaran semprot yang semakin melebar dan
pengaruh hasil butiran semprot yang dihasilkan akan semakin kecil seiring dengan
makin besarnya tekanan semprot. Butiran semprot yang besar akan mengalami
perubahan drift spray yang kecil yang tidak akan terlalu mempengaruhi nilai lebar
penyemprotan efektif dan sebaliknya butiran yang kecil membuat butiran semprot
akan mudah bergeser.
Diameter Droplet
Diameter droplet sangat mempengaruhi efektivitas dari penyemprotan. Suatu
penyemprotan dikatakan baik jika memiliki nilai diameter droplet yang semakin
kecil. Hal ini akan memudahkan masuknya butiran semprot ke dalam melalui
jaringan dan stomata daun. Dari pengujian yang telah dilakukan didapat data seperti
ditunjukkan pada Gambar 13. Dari Gambar 13 dapat dilihat pada perlakuan T1/3V1,
T2/3V1, dan TFV1 berturut-turut nilai yang didapat 724,68 µm, 665,54 µm dan 429,4
µm. Hal ini menunjukan penurunan nilai diameter droplet yang dihasilkan. Hal ini
terjadi dikarenakan tumbukan antara tekanan semprot dan larutan yang semakin
besar membuat butiran semprot pecah menjadi bagian yang lebih kecil. Jika dilihat
pada grafik pengaruh angin terhadap hasil diameter droplet menunjukkan hasil
yang fluktuatif bahwa angin memberikan pengaruh terhadap hasil keseragaman
droplet yang cenderung semakin membesar yang ditandai dengan nilai CV yang
cenderung semakin besar (Lampiran 3) nilai keseragaman yang cenderung semakin
besar ini karena terjadi bias data yang cukup besar karena angin membuat butiran
semprot jatuh tidak merata pada kertas concord dan juga terjadi overlapping pada
kertas concord yang digunakan sebagai media untuk menangkap butiran semprotan
untuk diketahui hasil diameter dropletnya sehingga terjadi perbedaan yang jauh
pada diameter dropletnya ditiap sampelnya . Jika dilihat pada Gambar 13 pada
grafik hubungan kecepatan angin dengan diameter droplet dapat dilihat nilai
determinasi yang relatif kecil dan tidak terjadi trend yang linear dari hubungan
pengaruh angin terhadap diameter dropletnya sehingga nilai korelasi terhadap
pengaruh hubungannya sangat rendah, faktor lain yang memungkinkan hal ini dapat
terjadi karena jumlah sampel yang digunakan sangat sedikit dari populasi yang
banyak, kertas concord yang digunakan dapat menyebabkan sebaran butiran yang
menempel dapat meresap sehingga ukuran aktual dari butiran droplet tidak dapat
diprediksi dengan tepat hal ini karena diameter butiran pada kertas concord yang
berupa noda terlihat adalah bukan ukuran diameter yang aktual karena adanya
faktor penyebaran. Dilakukan pengaruh angin terhadap penelitian dimungkinkan
sebagai informasi bahwa untuk melakukan kerja atau penyemprotan tanaman
sebaiknya dilakukan saat pagi hari saat kondisi angin yang minim agar mengurangi
resiko overlapping oleh pengaruh angin (lihat Lampiran 7). Berdasarkan perlakuan
yang dilakukan bahwa setting kerja untuk pengguna knapsack power sprayer lebih
baik disetting menggunakan bukan throttle yang paling penuh karena hal ini
membuat diamater droplet yang dihasilkan memudahkan daun menyerap nutrisi
karena terbilang halus dan pada kondisi angin 0 m/s agar tidak terjadi overlapping
22
penyemprotan serta inefisiensi sejumlah larutan pupuk karena bergesernya butiran
semprot dari target penyemprotan akibat pengaruh angin.
(a)
(b)
(c)
Keterangan:
T: Bukaan throttle (T1/3 = 30 %, T2/3 = 60%, TF = Penuh)
V: Kecepatan angin lingkungan dalam m/s (V1=0 V2=0,4 V3=0,8 V4=1,2 V5=1,6)
Gambar 13 Grafik pengaruh perlakuan (a) T1/3, (b) T2/3, (c) TF dan kecepatan angin
lingkungan terhadap diameter droplet yang dihasilkan
y = 138,21x + 346,73R² = 0,4688
0
200
400
600
800
1000
1200
0 1 2 3 4 5 6
Dia
met
er D
rop
let
( µ
m)
Perlakuan
Diameter Droplet (µm)
y = 429,53x + 169,34R² = 0,5679
0200400600800
10001200140016001800200022002400260028003000
0 1 2 3 4 5 6
Dia
met
er d
rop
let
(µm
)
Perlakuan
Diameter Droplet (µm)
y = 102,15x + 765R² = 0,07
0200400600800
100012001400160018002000220024002600280030003200
0 1 2 3 4 5 6
Dia
met
er d
rop
let
(µm
)
Perlakuan
Diameter Droplet (µm)
23
Optimasi Penyemprotan Sprayer Gendong Bermotor
Berdasarkan perlakuan yang telah dilakukan maka akan sangat penting
mengetahui pada kondisi bagaimana sprayer gendong bermotor akan bekerja
dengan baik berdasarkan efektivitas dan efisiensi penyemprotannya, maka untuk
itu dilakukan optimasi dengan cara pembobotan untuk menentukan pengaturan
penyemprotan yang optimum. Dari hasil perhitungan pembobotan maka perlakuan
yang baik untuk suatu kondisi di lapangan dapat dilihat dari Tabel 1 nilai optimasi
operasional berikut.
Tabel 1 Nilai optimasi operasional
No Perlakuan
Nilai pembobotan
Total Diameter
Droplet
(40%)
Keseragaman
Butiran
(30%)
LPE
(20%)
Debit
(10%)
1 T1/3V1 4,00 3,3 0,8 1,5 9,60
2 T1/3V2 5,20 1,8 1,4 1,5 9,90
3 T1/3V3 5,60 2,1 1,6 1,5 10,80
4 T1/3V4 2,80 0,6 1,8 1,5 6,70
5 T1/3V5 2,00 0,9 2,6 1,5 7,00
6 T2/3V1 4,80 3 1 1,4 10,20
7 T2/3V2 2,40 3,9 2 1,4 9,70
8 T2/3V3 1,20 2,4 2,2 1,4 7,20
9 T2/3V4 3,20 2,7 0,8 1,4 8,10
10 T2/3V5 0,40 3,6 2,8 1,4 8,20
11 TFV1 6,00 4,5 1,2 1,3 13,00
12 TFV2 0,80 0,3 1,6 1,3 4,00
13 TFV3 4,40 4,2 2 1,3 11,90
14 TFV4 3,60 1,5 2,4 1,3 8,80
15 TFV5 1,60 1,2 3 1,3 7,10
Dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa pengaturan penyemprotan
optimum pada perlakuan TFV1 dengan ukuran diameter droplet yaitu 424,94 µm,
keseragaman butiran semprot terendah, LPE sebesar 75 cm, dan debit 2,65
liter/menit karena memiliki total nilai pembobotan terbesar yaitu sebesar 13,00.
Biaya Aplikasi Pupuk Cair
Biaya aplikasi pupuk cair dalam rupiah per hektar mengandung pengertian
biaya yang harus dikeluarkan untuk aplikasi pupuk cair mengunakan sprayer dalam
satu hektar lahan, sedangkan dalam rupiah per jam mengandung pengertian biaya
yang harus dikeluarkan untuk aplikasi pupuk cair menggunakan sprayer per satu
jam operasi kerja. Hasil dari perhitungan seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.
24
Tabel 2 Tabulasi perhitungan biaya aplikasi masing – masing perlakuan
Variabel Satuan Perlakuan
T1/3 T2/3 TFull
Luas lahan aplikasi ha 4,00 4,00 4,00
Volume aplikasi larutan liter 892,84 1.063,64 1.135,24
Lama waktu aplikasi jam 7,10 7,10 7,10
Volume bahan bakar liter 1,00 1,00 1,00
Kapasitas lapang efektif ha/jam 0,56 0,56 0,56
Debit aplikasi pupuk cair liter/jam 124,92 148,81 158,83
Konsumsi bahan bakar liter/jam 0,51 0,68 0,91
Harga bahan bakar Rp/liter 7.300,00 7.300,00 7.300,00
Biaya aplikasi pupuk cair Rp/jam 499.666,73 595.253,78 635.323,06
Biaya konsumsi bahan
bakar Rp/jam 3.723 4.964 6.643
Upah operator Rp/jam 8.957,17 8.957,17 8.957,17
Waktu operasional unit jam/tahun 480 480 480
Harga unit sprayer Rp/unit 1.650.000 1.650.000 1.650.000
Umur ekonomis tahun 2 2 2
Biaya penyusutan Rp/tahun 742.500 742.500 742.500
Biaya bunga modal Rp/tahun 148.500 148.500 148.500
Biaya operasional Rp/jam 512.346,90 609.174,95 650.923,23
Biaya tetap Rp/tahun 891.000 891.000 891.000
Biaya total Rp/jam 514.203,15 611.031,20 652.779,48
Biaya aplikasi pupuk cair Rp/ha 918.219,91 1.091.127,14 1.165.677,64
Keterangan :
T: Bukaan throttle (T1/3 = 30 %, T2/3 = 60%, TF = Penuh)
Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya aplikasi dapat
dipengaruhi oleh bukaan throttle gas hal ini bisa disebabkan karena konsumsi bahan
bakar yang berbeda setiap bukaan throttle dimana throttle dengan bukaan penuh
memiliki konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi. Hal ini membuat biaya aplikasi
pada bukaan TF memiliki biaya paling tinggi yaitu Rp 1.165.677,48/ha dan biaya
terendah pada perlakuan T1/3 yaitu Rp 918.219,91/ha. Pada tabel diatas umur
ekonomis didapat nilai tersebut disebabkan umur ekonomis pada alat yang sama.
Perhitungan biaya bunga modal menggunakan metoda majemuk yakni dengan
memperhitungkan tingkat suku bunga yang berlaku didunia perbankkan. Tingkat
suku bunga yang digunakan adalah 12% bersumber dari bank Mandiri pada periode
Mei 2016. Biaya tetap yang dihasilkan sama akibat biaya penyusutan dan biaya
bunga modalnya terjadi pada nilai barang yang digunakan sama. Waktu operasi
pada tiap perlakuan didasarkan pada umur aplikasi pupuk cair tanaman tebu
dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu pada umur 1 bulan setelah tanam
dan 3 bulan setelah tanam, sehingga ada 60 hari kerja menggunakan sprayer
gendong bermotor dalam 1 hari kerja selama 8 jam sehingga dalam setahun kerja
selama 480 jam sprayer gendong beroperasi. Dari tabel diatas dapat diketahui
25
semakin besar bukaan throttle akan mengakibatkan biaya aplikasi pupuk cair akan
semakin besar hal ini dikarenakan debit penyemprotan yang semakin besar
sehingga mengakibatkan penggunaan larutan pupuk cair akan semakin banyak dan
akan membutuhkan pupuk cair yang lebih banyak hal ini dapat dilihat dari selisih
biaya total yang semakin besar akibat biaya aplikasi pupuk cair dalam Rp/jam yang
semakin meningkat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengaturan penyemprotan yang paling optimum dari hasil pembobotan
didapat dengan perlakuan bukaan throttle penuh dan pada kondisi angin 0 m/s yang
menghasilkan diameter droplet 424,94 µm, keseragaman butiran semprot dengan
nilai yaitu 0,228, lebar penyemprotan efektif sebesar 75 cm, dan debit
penyemprotan 2,65 liter/menit dengan total nilai pembobotan 13,00. Biaya aplikasi
pupuk cair dari perlakuan bukaan throttle 30% sebesar Rp 918.219,91/ha, throttle
60% sebesar Rp 1.091.127,14/ha dan throttle penuh sebesar Rp 1.165.677,64/ha.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efektivitas semprotan
terhadap produktivitas tebu serta rendemen giling dari perlakuan yang diberikan
dalam penyemprotan. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
waktu operasional yang baik untuk penyemprotan dimana pengoperasian
penyemprotan baik dilakukan pada pagi hari saat keadaan angin cenderung kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Aspar G. 2012. Studi aplikasi knapsack sprayer, knapsack power sprayer, dan
boom sprayer di PT Laju Perdana Indah, Palembang, Sumatera Selatan
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Daywin FJ, Sitompul RG, Imam H. 1992. Mesin-mesin Budidaya Pertanian. Bogor
(ID): JICA-DGHE/IPBProject.
Derksen R, Ozkan HE, Fox RD, Brazee RD. 1997. Effectiveness of turbodrop and
turbo teejet nozzles in drift reduction. American Society of Agricultural
Engineers. 97(1):67-70.
Elisa. 2004. Mesin Pengendali Hama. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University
Press.
Furqon M. 2012. Studi variasi jumlah dan ukuran droplet pada berbagai tinggi
penyemprotan dan tipe nosel sprayer gendong semi-otomatis [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
26
Hermawan W. 2012. Kinerja sprayer bermotor dalam aplikasi pupuk daun di
perkebunan tebu. J Teknik Pertanian. 26(2):93-94.
Hoffman V, Kucera H, Berg M. 1986. Spray Equipment and Calibration. Fargo
(US): NDSU Press.
Houmy K. 1999. Knapsack Sprayer a Partical User’s Guide. Morocco (MA):
Institute Agronomique et Veterenaire Hasan II.
Irawan Y. 2016. Optimasi penyemprotan cairan di bagian pengabut pada mesin
pengabut gendong bermotor (mist blower) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Matthews GA. 1992. Pesticide Application Methodes. London (GB) : Longman.
Pramuhadi G. 2010. Aplikasi Pupuk Daun di PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa
Barat. Kerja sama Penelitian Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta). IPB
dengan PT Indo Poodaeng Chitosan Makmur.
Pramuhadi G. 2014. Rekayasa mobile sprayer machine untuk pemeliharaan
tanaman tebu lahan kering. JIPI. 19(2): 98-103
Saulia L. 1997. Mempelajari pola sebaran dan ukuran butiran semprot dari
penyemprotan dengan volume ultra rendah (ulv sprayer) untuk pesawat
terbang ringan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Smith HP, Wilkes LH. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Purwadi T,
penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University. Terjemahan dari:
Farm Machinery and Equipment. Ed ke-6.
Sumner EP. 1997. Reducing Spray Drift. The University of Georgia and Ft. Valley
State College (US): Department of Agriculture and Counties of the State
Cooperating.
27
27
Lampiran 1 Hasil pengolahan data lebar penyemprotan efektif dan contoh
perhitungan grafik overlapping
Tabel Hasil pengolahan data LPE (cm)
No Perlakuan Ulangan
Rataan 1 2 3
1 T1/3V1 64 64 64 64
2 T1/3V2 80 80 76 79
3 T1/3V3 80 80 84 81
4 T1/3V4 78 88 92 86
5 T1/3V5 96 96 96 96
6 T2/3V1 72 72 72 72
7 T2/3V2 88 88 92 89
8 T2/3V3 88 88 94 90
9 T2/3V4 88 90 90 89
10 T2/3V5 100 102 96 99
11 TFV1 72 80 72 75
12 TFV2 80 80 82 81
13 TFV3 88 88 90 89
14 TFV4 92 92 92 92
15 TFV5 102 100 100 101
Keterangan:
T: Bukaan throttle (T1/3 = 30 %, T2/3 = 60%, TF = Penuh)
V: Kecepatan angin lingkungan dalam m/s (V1=0 V2=0,4 V3=0,8 V4=1,2 V5=1,6)
28
Tabel Contoh cara untuk menentukan lintasan (overlapping) paling seragam
Nomor
Gelas Original
Overlapping
1
Overlapping
2
Overlapping
3
Σgrafik tumpang tindih
Overlap
1
Overlap
2
Overlap
3
-8 0 220 120 190 220 120 190
-7 13 120 50 220 133 63 233
-6 20 50 40 120 70 60 140
-5 20 40 25 50 60 45 70
-4 32 25 13 40 57 45 72
-3 38 13 10 25 51 48 63
-2 90 10 8 13 100 98 103
-1 190 8 0 10 198 190 200
0 220 0 13 8 220 233 228
1 120 13 20 0 133 140 120
2 50 20 20 13 70 70 63
3 40 20 32 20 60 72 60
4 25 32 38 20 57 63 45
5 13 38 90 32 51 103 45
6 10 90 190 38 100 200 48
7 8 190 220 90 198 228 98
8 0 220 120 190 220 120 190 Rata-rata 117,53 110,53 105,87 SD 56,933 69,126 65,654 CV 0,484 0,625 0,620
29
1) Grafik tumpang-tindih penentuan LPE pada T1/3V1
Lebar teoritis = 120 cm
Lebar efektif = 64 cm
Efisiensi lebar kerja = 53,3 %
Perhitungan lebar teoritis
Lebar teoritis diperoleh dari hasil perkalian antara jarak grid wadah terisi dari ujung kiri (-
7) sampai ujung kanan (7) dengan jarak aktual grid (8 cm).
Jadi, 15 x 8 cm = 120 cm.
Perhitungan lebar efektif
Lebar efektif diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah grid titik perpotongan grafik
murni dan overlap 1 (8) dengan jarak aktual grid (8 cm).
Jadi, 8 x 8 cm = 64 cm.
Efisiensi lebar kerja
Efisiensi lebar kerja diperoleh dari hasil pembagian LPE (64 cm) dengan lebar teoritis (120
cm) lalu hasilnya dikalikan dengan 100%.
Jadi, (64/120) x 100 % = 53,3 %
0
50
100
150
200
250
-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Vo
um
e (m
l)
Nomor Gelas
Original
Overlaping 1
30
Lampiran 2 Penentuan ranking dan bobot untuk optimasi operasional
Tabel Pembobotan diameter droplet
Perlakuan Droplet (µm) Ranking Nilai Bobot 40 %
T1/3V1 724,689 6 10,00 4
T1/3V2 462,724 3 13,00 5,2
T1/3V3 442,823 2 14,00 5,6
T1/3V4 1058,823 9 7,00 2,8
T1/3V5 1117,671 11 5,00 2
T2/3V1 665,542 4 12,00 4,8
T2/3V2 1070,066 10 6,00 2,4
T2/3V3 1755,075 13 3,00 1,2
T2/3V4 901,451 8 8,00 3,2
T2/3V5 2897,482 15 1,00 0,4
TFV1 424,936 1 15,00 6
TFV2 1919,425 14 2,00 0,8
TFV3 695,094 5 11,00 4,4
TFV4 844,855 7 9,00 3,6
TFV5 1472,984 12 4,00 1,6
Tabel Pembobotan keseragaman butiran semprot
Perlakuan Keseragaman Ranking Nilai Bobot
(30%)
T1/3V1 0,366 5 11 3,3
T1/3V2 0,606 10 6 1,8
T1/3V3 0,569 9 7 2,1
T1/3V4 1,070 14 2 0,6
T1/3V5 0,953 13 3 0,9
T2/3V1 0,407 6 10 3
T2/3V2 0,340 3 13 3,9
T2/3V3 0,536 8 8 2,4
T2/3V4 0,445 7 9 2,7
T2/3V5 0,341 4 12 3,6
TFV1 0,228 1 15 4,5
TFV2 1,326 15 1 0,3
TFV3 0,256 2 14 4,2
TFV4 0,705 11 5 1,5
TFV5 0,841 12 4 1,2
31
Tabel Pembobotan LPE
Perlakuan LPE (cm) Ranking Nilai Bobot
(20 %)
T1/3V1 64 12 4 0,8
T1/3V2 79 9 7 1,4
T1/3V3 81 8 8 1,6
T1/3V4 86 7 9 1,8
T1/3V5 96 3 13 2,6
T2/3V1 72 11 5 1
T2/3V2 89 6 10 2
T2/3V3 90 5 11 2,2
T2/3V4 89 6 4 0,8
T2/3V5 99 2 14 2,8
TFV1 75 10 6 1,2
TFV2 81 8 8 1,6
TFV3 89 6 10 2
TFV4 92 4 12 2,4
TFV5 101 1 15 3
Tabel Pembobotan debit
Perlakuan Debit
(liter/menit) Ranking Nilai
bobot
(10%)
T1/3V1 2,08 1 15 1,5
T1/3V2 2,08 1 15 1,5
T1/3V3 2,08 1 15 1,5
T1/3V4 2,08 1 15 1,5
T1/3V5 2,08 1 15 1,5
T2/3V1 2,48 2 14 1,4
T2/3V2 2,48 2 14 1,4
T2/3V3 2,48 2 14 1,4
T2/3V4 2,48 2 14 1,4
T2/3V5 2,48 2 14 1,4
TFV1 2,65 3 13 1,3
TFV2 2,65 3 13 1,3
TFV3 2,65 3 13 1,3
TFV4 2,65 3 13 1,3
TFV5 2,65 3 13 1,3
Keterangan:
T: Bukaan throttle (T1/3 = 30 %, T2/3 = 60%, TF = Penuh)
V: Kecepatan angin lingkungan dalam m/s (V1=0 V2=0,4 V3=0,8 V4=1,2 V5=1,6)
32
Lampiran 3 contoh perhitungan diameter droplet dan keseragaman butiran
Tabel Hasil perhitungan diameter droplet dan keseragaman butiran semprot
Perlakuan Diameter droplet (µm)
Rata-rata CV Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
T1/3V1 528,744 518,343 1096,303 916,226 563,829 724,689 0,366
T1/3V2 922,394 291,258 342,443 528,625 228,902 462,724 0,606
T1/3V3 852,272 276,317 287,301 521,908 276,317 442,823 0,569
T1/3V4 3066,816 538,547 422,868 815,545 450,339 1058,823 1,070
T1/3V5 2996,834 480,494 517,508 932,950 660,570 1117,671 0,953
T2/3V1 898,351 475,843 581,895 998,553 373,068 665,542 0,407
T2/3V2 1240,251 1107,694 669,998 1566,516 765,872 1070,066 0,340
T2/3V3 3218,122 790,154 1570,401 2034,744 1161,957 1755,075 0,536
T2/3V4 492,362 634,611 919,001 1538,037 923,246 901,451 0,445
T2/3V5 2957,866 2732,164 2063,841 4535,356 2198,182 2897,482 0,341
TFV1 388,774 452,004 300,632 566,688 416,581 424,936 0,228
TFV2 6438,619 799,743 642,915 1285,830 430,018 1919,425 1,326
TFV3 729,719 668,542 506,578 976,614 594,015 695,094 0,256
TFV4 1846,127 270,950 583,415 821,020 702,763 844,855 0,705
TFV5 3612,464 886,528 835,338 1457,806 572,786 1472,984 0,841
33
Lampiran 4 Tabulasi volume (ml) tertampung
Tabel Volume (ml) tertampung ulangan ke 1
T1/3V1 T1/3V2 T1/3V3 T1/3V4 T1/3V5 T2/3V1 T2/3V2 T2/3V3 T2/3V4 T2/3V5 TFV1 TFV2 TFV3 TFV4 TFV5
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 8 6 0 0 0 11 5 0 0 0
-7 13 7 0 0 0 12 8 8 0 0 16 10 8 0 0
-6 20 10 8 5 0 20 10 17 6 8 24 14 10 5 9
-5 20 17 10 7 8 28 15 20 23 10 32 28 14 10 14
-4 32 22 13 30 11 34 18 28 35 15 40 35 18 15 18
-3 38 30 16 36 17 50 27 42 40 23 47 40 28 24 24
-2 90 39 24 32 50 65 38 55 40 31 70 83 39 35 50
-1 190 82 37 68 60 170 73 80 70 44 180 140 45 48 68
0 220 150 70 108 120 240 150 160 115 100 260 170 80 60 106
1 120 140 125 90 100 150 145 140 120 140 160 108 150 103 120
2 50 108 123 100 110 70 80 100 110 148 62 62 138 140 155
3 40 61 100 75 90 30 75 50 80 90 37 52 90 118 60
4 25 42 109 63 70 21 58 43 70 65 24 40 83 93 39
5 13 38 52 42 40 18 35 40 45 57 20 27 60 40 30
6 10 28 40 34 30 16 24 31 33 35 14 23 43 25 25
7 8 27 40 29 25 11 20 28 34 33 13 15 35 28 24
8 0 21 24 20 22 5 15 20 24 30 9 12 30 20 20
9 0 18 20 15 18 0 12 18 20 28 0 8 20 15 18
10 0 5 17 10 16 0 10 15 15 20 0 3 18 13 16
11 0 0 12 8 14 0 4 12 10 19 0 0 14 10 14
12 0 0 3 2 12 0 0 3 9 17 0 0 10 8 12
13 0 0 0 0 5 0 0 0 8 15 0 0 6 5 10
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 9
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Volume 889 845 843 774 818 948 823 910 907 936 1019 875 939 815 841
Nomor GelasPerlakuan
34
Tabel Volume (ml) Tertampung ulangan ke 2
T1/3V1 T1/3V2 T1/3V3 T1/3V4 T1/3V5 T2/3V1 T2/3V2 T2/3V3 T2/3V4 T2/3V5 TFV1 TFV2 TFV3 TFV4 TFV5
-9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-8 0 0 0 0 0 9 5 0 0 0 10 8 0 0 0
-7 10 5 0 0 0 10 9 5 0 0 16 13 6 0 0
-6 18 12 5 4 0 15 15 15 8 5 18 16 9 7 7
-5 28 14 8 8 8 20 19 19 19 7 30 34 14 8 10
-4 40 20 11 9 11 33 20 30 29 10 40 37 17 12 16
-3 48 26 17 15 17 44 27 37 38 18 42 42 25 28 21
-2 90 35 25 50 30 55 38 52 41 26 58 86 30 36 47
-1 195 80 35 60 43 187 80 73 74 50 185 150 50 50 65
0 215 135 110 120 105 235 160 154 109 98 275 178 83 63 100
1 105 136 125 100 110 138 150 148 117 135 174 113 146 110 124
2 45 110 134 110 90 72 88 93 100 141 54 66 140 145 130
3 30 60 97 90 84 45 80 54 78 70 35 58 92 123 50
4 29 54 92 70 67 30 65 45 68 60 33 44 87 90 35
5 22 40 50 40 32 24 38 38 43 50 24 25 58 40 36
6 10 30 42 30 30 20 25 30 30 40 14 29 40 35 29
7 7 30 45 25 28 15 22 26 24 29 13 19 36 32 23
8 0 25 30 27 22 8 18 20 22 28 6 14 34 24 22
9 0 20 15 18 18 0 13 18 20 22 0 11 21 20 17
10 0 10 10 16 16 0 11 13 17 19 0 6 15 19 14
11 0 0 9 8 14 0 7 10 11 15 0 0 10 16 12
12 0 0 6 7 12 0 0 5 7 13 0 0 8 10 10
13 0 0 0 0 5 0 0 0 5 7 0 0 5 6 8
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 5
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Volume 892 842 866 807 742 960 890 885 860 847 1027 949 926 874 781
Nomor GelasPerlakuan
35
Tabel Volume (ml) tertampung ulangan ke 3
T1/3V1 T1/3V2 T1/3V3 T1/3V4 T1/3V5 T2/3V1 T2/3V2 T2/3V3 T2/3V4 T2/3V5 TFV1 TFV2 TFV3 TFV4 TFV5
-9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-8 0 0 0 0 0 10 5 0 0 0 8 5 0 0 0
-7 8 6 5 0 0 12 12 5 0 0 17 8 5 0 0
-6 12 11 12 6 0 17 15 14 10 7 18 13 7 6 6
-5 23 15 13 10 5 28 20 22 25 12 32 25 10 8 13
-4 27 23 15 13 10 40 20 26 38 9 38 35 15 11 14
-3 33 33 27 17 19 43 30 46 45 20 44 43 22 23 23
-2 97 39 36 47 56 75 38 49 48 23 60 78 32 39 45
-1 174 90 72 54 57 183 78 87 65 56 180 136 40 53 68
0 210 140 115 117 118 230 156 158 115 100 270 177 73 63 90
1 125 143 120 110 109 135 147 145 110 130 169 110 136 120 130
2 68 119 103 105 107 60 90 95 96 146 52 53 140 146 149
3 35 50 100 88 77 32 78 60 70 64 37 52 82 129 54
4 31 36 60 78 59 27 67 35 62 58 30 43 77 86 36
5 18 33 40 48 30 20 34 32 36 50 25 30 53 43 38
6 15 23 30 21 21 14 20 30 30 44 15 23 37 30 25
7 8 25 20 28 30 12 25 25 29 32 11 13 34 22 20
8 0 18 25 21 24 8 22 22 22 30 9 11 30 24 24
9 0 19 17 20 20 0 15 10 21 20 0 9 20 20 15
10 0 9 12 15 12 0 9 13 12 15 0 5 19 19 14
11 0 0 4 10 16 0 4 9 11 10 0 0 12 10 11
12 0 0 0 6 14 0 0 7 8 9 0 0 9 8 9
13 0 0 0 0 7 0 0 0 4 6 0 0 6 5 6
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 5
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Volume 884 832 826 814 791 946 885 890 857 845 1015 869 859 865 795
Nomor GelasPerlakuan
36
Lampiran 5 Prosedur penentuan biaya aplikasi pupuk cair
Gambar 1 Diagram alir prosedur penentuan biaya aplikasi pupuk cair
37
Lampiran 6 Perhitungan analisis biaya aplikasi pupuk cair
Tabel Debit penyemprotan pada masing – masing perlakuan
ulangan ke Debit penyemprotan (liter/menit) pada -
T1/3 T2/3 TF
1 2,09 2,44 2,67
2 2,07 2,53 2,71
3 2,09 2,47 2,56
Rata-rata 2,08 2,48 2,65 Keterangan :
T: Bukaan throttle (T1/3 = 30 %, T2/3 = 60%, TF = Penuh)
Tabel Kecepatan maju penyemprotan
ulangan
ke kecepatan maju (m/menit)
1 66,45
2 64,62
3 66,45
4 72,86
5 65,90
6 78,28
Rataan 69,09
Contoh Perhitungan :
Perlakuan T1/3
Luas Lahan Aplikasi : 4 ha atau 200 m x 200 m
Jarak Baris Tanam : 1,35 m
Jumlah Barisan : 148
Panjang Barisan : 29629,63 m
Kecepatan Maju : 69,09 meter/menit
Waktu Lama Aplikasi : 7,1 Jam
Volume Larutan Aplikasi :
𝑉𝑝 = 𝑄𝑝𝑇𝑝
= 2,08 liter/menit x 60 menit/jam x7,1 jam
= 892,84 liter
Kapasitas Lapang Efektif :
𝐾𝐿𝐸𝑝 =𝐴𝑝
𝑇𝑝
= 4 ℎ𝑎
7,1 𝑗𝑎𝑚
= 0,56 ha/jam
38
Tabel Biaya pupuk cair
Bahan aktif Harga
(Rp/liter)
Dosis
(liter/ha)
Biaya pupuk cair
(Rp/ha)
AB3 + M2 2.000.000 0,5 1.000.0000
Tabel Biaya konsumsi pupuk cair
Perlakuan Faktor
pengali
Debit
penyemprotan
(liter /jam)
Harga pupuk
cair
(Rp/liter)
Biaya Aplikasi
Pupuk
(Rp/jam)
T1/3
0,002
124,92 2.000.000 499.666,73
T2/3 148,81 2.000.000 595.253,78
TF 158,83 2.000.000 635.323,06
Tabel Volume bahan bakar terpakai
ulangan waktu
(menit)
Volume terpakai (ml)
T1/3 T2/3 TF
1 10 82 112 151
2 10 86 114 153
3 10 85 116 152
Rataan 84,3 114,0 152,0
Tabel Konsumsi Bahan Bakar
Perlakuan Konsumsi Bahan Bakar
ml/menit liter/jam
T1/3 8,43 0,51
T2/3 11,40 0,68
TF 15,20 0,91
Tabel Biaya operasional
Perlakuan
bukaan
Biaya konsumsi bahan
bakar (Rp/jam)
Upah operator
(Rp/jam)
Biaya
Operasional
(Rp/jam)
T1/3 3723 8957,17 512.346,90
T2/3 4964 8957,17 609.174,95
TF 6643 8957,17 650.923,23
39
Contoh Perhitungan
Biaya Aplikasi Pupuk ( BAP ) : Rp 512.346,90 /jam
Biaya konsumsi Bahan Bakar ( FCC ) : Rp 3.723 / jam
Upah Operator (UO) : Rp 8.957,17/jam
Biaya Operasional (BO )
𝐵𝑜 = 𝐵𝐴𝑃 + 𝐹𝑐𝑐 + 𝑈𝑜 = Rp 512.346,90/jam
Tabel Biaya Penyusutan dan Bunga Modal
Perlakuan
bukaan
Tipe
sprayer
Harga
awal
(Rp)
Umur
Ekonomis
(tahun)
*Harga
akhir
(Rp)
Waktu
Operasional
(Tahun)
Biaya
penyusutan
(Rp/Tahun)
*Bunga
modal
(Rp/Tahun)
T1/3,T2/3,
dan TF
Sprayer
Gendong
Bermotor
1650.000 2 165.000 480 742.500 148.500
*Asumsi
*Diasumsikan harga sprayer diakhir umur ekonomis adalah 10% dari harga awal
*Tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Mandiri periode bulan Mei 2016 adalah 12%
Contoh perhitungan
Harga Awal (P) : Rp 1650.000/jam
Harga Akhir (S) : Rp 165.000/jam
Umur Ekonomis (N) : 2 tahun
Biaya Penyusutan (D)
𝐷 =𝑃 − 𝑆
𝑁
= (Rp 1.650.000 – Rp 165.000) / 2 tahun
= Rp 742.500 /tahun
Biaya Bunga Modal (I)
𝐼 =𝑖𝑃(𝑁 + 1)
2𝑁
= Rp 148.500 / tahun
Tabel Biaya Aplikasi Pupuk Cair
Perlakuan
bukaan
Tipe
sprayer
Waktu
Operasional
(Jam/tahun)
Biaya Tetap
(Rp/tahun)
Biaya total
(Rp/jam)
Biaya aplikasi
pupuk cair
(Rp/ha)
T1/3 Sprayer
gendong
bermotor
480 891.000
514.203,15 918.219,91
T2/3 611.031,20 1.091.127,14
TF 652.779,48 1.165.677,64
40
Contoh perhitungan
Biaya Tetap (BT)
BT = D+I
= Rp 891.000,00/tahun
Biaya Total (BTot))
BTot = Bo + 𝐵𝑡
𝑊𝑜
= Rp 514.203,15/ jam
Biaya Aplikasi Pupuk Cair ( BAP)
𝐵𝐴𝑃 = 𝐵𝑇𝑜𝑡
𝐾𝐿𝐸𝑝
= Rp 918.219,91/ha
41
Lampiran 7 Hasil pengukuran angin lingkungan
Tabel Hasil pengukuran kecepatan angin lingkungan pukul 06.00-08.00 WIB
Pukul
(WIB)
Kecepatan (m/s) angin pada tanggal
14 Maret
2016
15 Maret
2016
16 Maret
2016
17 Maret
2016
22 Maret
2016
23 Maret
2016
24 Maret
2016
06.00 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
06.10 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
06.20 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
06.30 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
06.40 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0
06.50 0,0 0,0 0,8 0,0 0,0 0,0 0,0
07.00 0,0 0,0 1,1 0,0 0,4 0,0 0,4
07.10 0,0 0,0 0,7 0,0 0,0 0,0 0,4
07.20 0,0 0,0 1,3 0,0 0,0 0,0 0,0
07.30 0,0 0,0 0,6 0,0 0,3 0,0 0,3
07.40 0,3 0,3 0,3 0,3 0,0 0,0 0,0
07.50 0,0 0,0 0,3 0,0 0,3 0,4 0,5
08.00 0,7 0,3 0,3 0,0 0,3 0,3 1,1
Minimum 0 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0,08 0,05 0,44 0,02 0,10 0,05 0,21
Maksimum 0,7 0,3 1,3 0,3 0,4 0,4 1,1
Tabel Hasil pengukuran kecepatan angin lingkungan pukul 11.00-13.00 WIB
Pukul (WIB)
Kecepatan angin (m/s) pada tanggal
14 Maret
2016
15 Maret
2016
16 Maret
2016
17 Maret
2016
22 Maret
2016
23 Maret
2016
24 Maret
2016
11.00 1,2 1,2 0,3 0,8 1,7 0,6 0,9
11.10 1,0 1,1 0,6 0,7 0,3 1,4 0,6
11.20 1,2 1,0 0,8 1,2 1,1 0,4 0,8
11.30 0,6 1,2 0,5 1,5 0,7 0,7 0,3
11.40 0,0 1,2 1,1 0,5 0,5 0,6 0,3
11.50 0,0 0,9 1,0 1,2 0,6 0,3 0,8
12.00 0,8 2,0 0,9 1,5 0,3 0,4 1,0
12.10 0,5 0,4 1,9 0,3 0,3 0,8 2,9
12.20 1,0 0,4 2,4 0,5 0,5 0,5 1,0
12.30 1,3 0,7 1,7 0,4 0,8 1,3 1,4
12.40 2,0 1,7 1,4 2,4 1,3 0,6 1,4
12.50 2,6 1,2 1,3 1,9 1,2 0,3 1,8
13.00 1,4 1,4 1,9 1,6 0,9 0,5 2,4
Minimum 0,0 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Rata-rata 1,05 1,11 1,22 1,12 0,78 0,65 1,20
Maksimum 2,6 2,0 2,4 2,4 1,7 1,4 2,9
42
Tabel Hasil pengukuran kecepatan angin lingkungan pukul 16.00-18.00 WIB
Pukul (WIB)
Kecepatan angin (m/s) pada tanggal
14 Maret 2016
15 Maret 2016
16 Maret 2016
17 Maret 2016
22 Maret 2016
23 Maret 2016
24 Maret 2016
16.00 1,1 0,7 0,5 1,2 0,3 0,9 hujan
16.10 hujan 1,1 0,8 0,9 0,3 0,5 hujan
16.20 hujan 0,9 0,7 1,3 0,5 0,3 hujan
16.30 hujan 1,2 1,2 0,7 1,6 0,3 hujan
16.40 hujan 2,4 1,5 hujan 3,4 2,0 hujan
16.50 hujan hujan 1,3 hujan 2,1 1,4 hujan
17.00 hujan hujan 2,1 hujan 0,6 0,5 hujan
17.10 hujan hujan 1,4 hujan 0,5 1,7 hujan
17.20 hujan hujan 1,6 hujan 0,5 1,8 hujan
17.30 hujan hujan 1,7 hujan 0,3 0,7 hujan
17.40 hujan hujan 0,8 hujan 0,4 1,4 hujan
17.50 hujan hujan 1,3 hujan 0,3 0,9 hujan
18.00 hujan hujan 0,4 hujan 0,5 1,1 hujan
Minimum 1,1 0,7 0,4 0,7 0,3 0,3 -
Rata-rata 1,10 1,26 1,18 1,03 0,87 1,04 -
Maksimum 1,1 2,4 2,1 1,3 3,4 2,0 -
Lampiran 8 Gambar pengambilan data pola distribusi penyemprotan dan lebar
penyemprotan efektif
43
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bekasi, 30 Juli 1993 dan merupakan putra dari pasangan Sukarno
dan Rositi. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara. Penulis telah menyelesaikan
pendidikan di TK Al-Hidayah Bojong Bogor tahun 2000, SDN 1 Ciawi Asih Cirebon tahun
2006, SMPN 1 Susukanlebak Cirebon tahun 2009, SMAN 1 Lemahabang tahun 2012, dan
terdaftar sebagai Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Biosistem, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.
Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan non-
akademik dengan mengikuti organisasi dan kepanitiaan. Penulis merupakan pengurus Unit
Kegiatan Mahasiswa Sepak Bola IPB 2013-2014. Pada tahun 2014 penulis berperan aktif
sebagai panitia pelaksana Pengenalan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Penulis
telah mengikuti kegiatan praktik lapangan pada tahun 2015 di PT PG Rajawali unit II,
Subang, Jawa Barat.
.