Upload
donhan
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA
DI KOTA KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO
JAWA TIMUR
RIFQI ABDILLAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan dan
Pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Rifqi Abdillah
NIM E34090034
ii
ABSTRAK
RIFQI ABDILLAH. Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Kota di Kota
Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Dibimbing oleh ENDES N.
DAHLAN dan SITI BADRIYAH RUSHAYATI.
Kota Kraksaan sebagai ibukota Kabupaten Probolinggo telah memiliki
satu hutan kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
menganalisis pengelolaan Hutan Kota Kraksaan serta menentukan konsep
pengembangan Hutan Kota Kraksaan yang meliputi tipe, bentuk dan fungsinya.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – November 2013. Metode yang
digunakan adalah wawancara secara in-depth interview dengan pengelola dan
instansi terkait, analisis vegetasi dan studi literatur. Pengelolaan Hutan Kota
Kraksaan tidak berjalan dengan optimal karena Badan Lingkungan Hidup sebagai
pengelola tidak memiliki rencana pengelolaan yang jelas sesuai dengan PP 63
Tahun 2002 serta tidak melibatkan stakeholder lain. Hasil analisis vegetasi
menunjukkan bahwa keanekaragaman dan kemerataan tingkat pertumbuhan
spesies pohon tergolong sedang dan merata. Pemerintah daerah perlu menambah
areal luasan hutan kota dengan melibatkan berbagai pihak serta pembangunannya
mengacu kepada permasalahan lingkungan yang ada maupun berpotensi muncul
dimasa yang akan datang
Kata Kunci: hutan kota kraksaan, pengembangan, pengelolaan
ABSTRACT
RIFQI ABDILLAH. Management and Development of Urban Forest in
Kraksaan city, Probolinggo district, East Java. Supervised by ENDES N.
DAHLAN and SITI BADRIYAH RUSHAYATI.
Kraksaan town as the capital of Probolinggo district had one urban forest.
The purpose of this research it to identify the role in the management of
Kraksaan’s urban forest and also determine the management concept of the urban
forest including the type, form and function. This research was conducted between
July –November 2013. The using method was in-depth interview with related
maintaners and institutions, vegetation analysis, and literature studies. The
management of Kraksaan’s urban forest was not going optimally because the
Environment Department as the maintaner had not a clear management plan in
accordance with PP No 63 year 2002 and there was no participation of the other
stakeholders. The result of vegetation analysis indicated that varieties and
evenness of the tree growth rate of species in the Kraksaan’s urban forest
belonged to middle range and evenly. Local governments need to increase urban
forest area by involving the various parties as well as its construction refers to the
existence of environmental problems or potentially emergence in the future.
Keywords: development, Kraksaan’s urban forest, management
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA
DI KOTA KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO
JAWA TIMUR
RIFQI ABDILLAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iv
v
Judul Skripsi : Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan
Kabupaten Probolinggo Jawa Timur
Nama : Rifqi Abdillah
NIM : E34090034
Disetujui oleh
Dr Ir Endes N Dahlan, MS
Pembimbing I
Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
limpahan karunia dan rahmatnya sehingga karya ilmiah ini berhasil di selesaikan.
Tema yang diangkat dalam penelitian ini adalah hutan kota dengan judul
pengelolaan dan pengembangan hutan kota di Kota Kraksaan Kabupaten
Probolinggo Jawa Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua Bapak Salehuddin
S.Pd I dan Ibu Wiwik Samsida, kepada dosen pembimbing Bapak Dr Ir Endes N
Dahlan MS dan Ibu Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, M. Si. Penghargaan juga
penulis sampaikan kepada Bappeda Kabupaten Probolinggo, Badan Lingkungan
Hidup, dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan yang telah membantu penelitian
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Juli 2014
Rifqi Abdillah
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Metode Pengumpulan Data 3
Analisa Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6
Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan 7
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Kota Kraksaan 10
Konsep Pengembangan Hutan Kota Kraksaan 12
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 15
viii
DAFTAR TABEL
1 Jenis, metode, dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian 3
2 Analisis data untuk menentukan fungsi dan manfaat
Hutan Kota Kraksaan 5
3 Analisis data untuk menentukan tipe hutan kota Kraksaan 6
4 Analisis data untuk menentukan bentuk hutan kota Kraksaan 6
5 Spesies tumbuhan HK kraksaan berdasarkan tingkat pertumbuhan 10
6 Keanekaragaman dan kemerataan tingkat pertumbuhan
Hutan Kota Kraksaan 11
7 Alternatif jenis vegetasi hutan kota tipe rekreasi berdasarkan
fungsi 14
DAFTAR GAMBAR
1 Peta Lokasi Penelitian (Bappeda 2013) 2
2 Desain unit contoh analisis vegetasi 4
3 Peta Lokasi Hutan Kota Kraksaan (Bappeda 2013) 7
4 Kondisi vegetasi Hutan Kota Kraksaan 8
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Kraksaan resmi menjadi ibukota Kabupaten Probolinggo sejak tahun
2010 melalui Peraturan Pemerintah No 2 tahun 2010 tentang Pemindahan Ibukota
Kabupaten Probolinggo dari wilayah Kota Probolinggo ke Wilayah Kecamatan
Kraksaan Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Implikasinya saat ini
pembangunan fisik di Kota Kraksaan berkembang sangat pesat, tidak hanya
pembangunan kantor kantor pemerintahan, namun juga pembangunan perumahan
dan pusat perbelanjaan yang semakin banyak. Jumlah penduduk di kota Kraksaan
juga terus mengalami peningkatan. Tercatat laju pertumbuhan penduduk Kota
Kraksaan mencapai 1.40 % per tahun dengan jumlah penduduk pada tahun 2010
sebesar 65.622 jiwa (BPS 2010). Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang
tertinggi dari semua kecamatan di Kabupaten Probolinggo. Bappeda (2013) juga
menyatakan bahwa Kota Kraksaan saat ini masih kekurangan Ruang Terbuka
Hijau (RTH). Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan fisik di kota ini
membutuhkan sebuah estetika kota yang asri dan rapi sehingga masyarakat dapat
tetap hidup dengan nyaman dan sehat.
Undang Undang No 26 tahun 2007 telah mensyaratkan sebuah wilayah
perkotaan memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30%. Hutan kota
merupakan salah satu bentuk dari RTH dan dapat menjadi solusi efektif untuk
menjaga kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan. Menurut
Purwanto (2012) manfaat yang dapat di peroleh dari keberadaan hutan kota dapat
berupa manfaat sosial, estetis dan arsitek, iklim dan fisik, ekologi, dan ekonomi.
Salah satu manfaat sosial hutan kota bagi penduduk adalah dapat menjadi tempat
istirahat yang sejuk dan nyaman bagi masyarakat, menjadi tempat rekreasi
kelurga yang murah dan asri sehingga kebutuhan rekreasi dan wisata masyarakat
perkotaan dapat terakomodir dengan adanya hutan kota ini (Dahlan 1992).
Keberadaan hutan kota dapat dimaksimalkan dengan melakukan berbagai upaya
pengelolaan dan pemeliharaan sehingga fungsi hutan kota tersebut dapat terus
terjaga.
Kota Kraksaan saat ini telah memiliki hutan kota yang terletak di samping
Stadion Gelora Merdeka Kraksaan. Hutan kota telah selayaknya menjadi bagian
dari pembangunan kota yang mampu memberikan multimanfaat bagi kehidupan
masyarakat dan lingkungan hidup. Pengelolaan terhadap keberadaan hutan kota
ini harus dilakukan secara optimal sesuai dengan bentuk dan fungsinya.
Pengembangan hutan kota juga dibutuhkan sesuai dengan tipe dan fungsinya
sehingga dapat berfungsi lebih optimal bagi lingkungan perkotaan. Berdasarkan
latar belakang di atas, penelitian mengenai kajian pengelolaan dan pengembangan
hutan kota di Kota Kraksaan saat ini dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan dan pengembangan hutan kota di Kota Kraksaan dimasa akan datang
sehingga dapat lebih bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis pengelolaan Hutan Kota Kraksaan
2. Menentukan konsep pengembangan Hutan Kota Kraksaan yang meliputi tipe,
bentuk dan fungsi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi
pengelolaan hutan kota Kraksaan serta rekomendasi pengelolaan yang dibutuhkan.
Informasi tentang konsep pengembangan hutan kota juga dapat bermanfaat bagi
pengelola dalam menentukan kebijakan pembangunan hutan kota ke depan yang
lebih baik. Hutan kota yang dibangun dengan pengelolaan dan pengembangan
yang baik diharapkan dapat lebih bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat
perkotaan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Kraksaan Kabupaten
Probolinggo. Penelitian di laksanakan selama bulan Juli-November 2013.
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian (Bappeda 2013)
3
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini alat tulis, tally
sheet,kuisioner, alat perekam, Phi-Band untuk mengukur diameter pohon, dan
kamera, peta kawasan Kota Kraksaan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Probolinggo serta dokumen-dokumen terkait pengelolaan Hutan Kota
Kraksaan.
Metode Pengumpulan Data
Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan
Jenis data yang diambil antara lain bentuk pengelolaan dan kondisi fisik
maupun biotik Hutan Kota Kraksaan. Data diperoleh dengan melakukan
wawancara dan studi pustaka kepada pengelola hutan kota kraksaan yaitu Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Probolinggo. Wawancara dilakukan dengan
metode in-depth interview, yaitu wawancara secara mendalam dan berulang untuk
memahami jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang disusun
bersifat luwes, terbuka, tidak baku dan informal. Wawancara dilakukan kepada
pimpinan BLH, Kasubbid pengelolaan pertamanan, dan petugas lapangan (2
orang). Materi wawancara meliputi semua aspek perencanaan dan teknis
pengelolaan hutan kota kraksaan dengan panduan kuisioner. Jenis data, metode
pengumpulan data dan sumber data secara umum akan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis, metode, dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian
No Jenis Data Sumber Data Metode Pengambilan
data
1 Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan BLH Wawancara,
2 Komposisi vegetasi Hutan Kota
Kraksaan
Hutan Kota
Kraksaan Analisis vegetasi
3 Keadaan iklim, jenis tanah,
demografi penduduk geografi, dan
luas wilayah,
Badan Pusat
Statistik
(BPS)
Studi Pustaka
4 Bentuk, luas, dan rencana
pengelolaan hutan kota
Badan
Lingkungan
Hidup (BLH)
Studi Pustaka
5 Rencana Tata Ruang Wilayah Bappeda Studi Pustaka
6
SK Bupati Probolinggo tentang
penetapan HK
Badan
Lingkungan
Hidup (BLH)
Studi Pustaka
7 Infomasi dan data penelitian
lainnya tentang pengelolaan hutan
kota yang ideal
Literatur
ilmiah Studi Pustaka
Komposisi Vegetasi Hutan Kota Kraksaan
Data diperoleh dengan melakukan analisis vegetasi dengan metode jalur
berpetak (Gambar 1). Jumlah petak yang digunakan sebanyak enam petak. Jenis
4
data yang diperoleh antara lain jenis dan jumlah dari setiap tumbuhan
bawah,semai, pancang, tiang dan pohon yang diperoleh.
Gambar 2 Desain unit contoh analisis vegetasi.
Keterangan :
a) Petak contoh semai dan tumbuhan bawah (2m x 2m)
b) Petak contoh pancang (5m x 5m)
c) Petak contoh tiang (10m x 10m)
d) Petak contoh pohon (20m x 20m)
Analisis Data
Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan
Data mengenai pengelolaan hutan kota yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif sehingga dapat menggambarkan kegiatan pengelolaan hutan kota
Kraksaan yang ada saat ini. Rujukan dalam konsep pengelolaan mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota. Data mengenai
struktur dan komposisi vegetasi yang terdapat di hutan kota Kraksaan dianalisis
dengan secara statistik deskriptif melihat beberapa parameter mengacu Indriyanto
(2006) antara lain:
Kerapatan :
Kerapatan relatif :
Frekuensi :
Frekuensi relatif :
Dominansi :
Dominansi relatif :
INP (Indeks Nilai Penting) = KR+FR (Tumbhan bawah, Semai dan Pancang)
INP (Indeks Nilai Penting) = KR+FR+DR (Tiang dan Pohon)
5
Indeks Keanekaragaman :
H’ : Indeks Keanekaragaman
Pi : ni/N
Rendah : < 1.5
Sedang : 1,5-3.5
Tinggi : > 3.5
Indeks Kemerataan :
E : Indeks Kemerataan
S : Jumlah Seluruh Jenis
Rendah : < 0.3
Sedang : 0.3-0.6
Tinggi : > 0.6
Fungsi dan Manfaat Hutan Kota
Data yang diperoleh diolah dan analisis secara deskriptif. Metode analisis
data dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Analisis data untuk menentukan fungsi dan manfaat Hutan Kota Kraksaan
Kondisi dan Potensi
Lokasi
Fungsi Hutan Kota
(Dahlan, 2004)
Manfaat Hutan
Kota (PP No. 63
tahun 2002)
Vegetasi hutan mangrove
yang rapat
Fungsi pengawetan,
Pendidikan dan penelitian,
penunjang rekreasi dan
pariwisata
Pariwisata alam
Penelitian,
Pendidikan
Rentan terkena abrasi air
laut
Fungsi perlindungan
(melindungi dari
abrasi,membentuk daratan)
Berdekatan dengan
industri atau pabrik
Fungsi penyehatan lingkungan
Fungsi perlindungan
Kondisi lahan yang
terbuka
Fungsi perlindungan
Fungsi
Kondisi ekonomi masih
rendah
Fungsi produksi HHBK Budidaya HHBK
Areal perkantoran atau
pusat pendidikan
Fungsi estetika
Berpotensi sebagai
sarana olahraga
Fungsi lainnya: sarana
olahraga
Sarana rekreasi dan
olahraga
Merupakan jalan utama
kota
Fungsi penyehatan lingkungan
Fungsi estetika
Fungsi perlindungan
6
Bentuk dan Tipe Hutan Kota
Berdasarkan analisis data secara deskriptif yang telah dirangkum dalam
kondisi dan potensi lokasi, ditentukan tipe hutan kota yang tepat dan sesuai (Tabel
3). Bentuk hutan kota ditentukan berdasarkan bentuk/karakteristik lahan (Tabel 4).
Tabel 3 Analisis data untuk menentukan tipe hutan kota Kraksaan
Kondisi dan potensi lokasi Tipe Hutan kota (PP No. 63 thn. 2002)
Vegetasi mangrove rapat (habitat
ikan dan udang)
Tipe pelestarian plasma nutfah
Tipe rekreasi
Rawan penebangan da konversi
lahan
Tipe pelestarian plasma nutfah
Rawan abrasi Tipe perlindungan
Terletak di tepi jalan Tipe pengamanan
Digunakan sebagai sarana
olahraga, rekreasi, wisata, dll
Tipe rekreasi
Terdapat bangunan dan dekat
aktivitas masyarakat
Tipe kawasan permukiman
Berdekatan dengan
pabrik/industri
Tipe kawasan industri
Tabel 4 Analisis data untuk menentukan bentuk hutan kota Kraksaan
Karakteristik lahan Bentuk Hutan Kota
Lahan berbentuk jalur lurus atau melengkung mengikuti
bentuka sungai, jalan, pantai, dan lainnya. Lebar lahan
atau panjangnya tidak dibatasi
Jalur
Lahan berbentuk satu kesatuan kompak (tidak terpisah,
dapat berbrntuk persegi,lingkatan atau tidak beraturan)
Mengelompok
Lahan berbentuk kelompok-kelompok (atau bentuk
jalur-jalur) yang terpisah dan merupakan satu kesatuan
pengelolaan
Menyebar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kota Kraksaan merupakan Ibukota Kabupaten Probolinggo dan memiliki
luas 2721.485 hektar. Kota Kraksaan memiliki jenis tanah Alluvial dengan berada
di ketinggian 0-25 meter dan bersuhu relatif panas antara 36-39 oC. Hutan Kota
Kraksaan memiliki luas 19.500 m2 dan berbentuk melingkar mengelilingi areal
Stadion Merdeka Kraksaaan. Hutan Kota Kraksaan dibangun pada tahun 2003
berdasarkan Surat Keputusan Bupati Probolinggo Nomor 650/559/426.12/2013
tentang Penetapan Hutan Kota di Kawasan Stadion Merdeka Kraksaan Kabupaten
7
Probolinggo. Beberapa jenis satwa yang terdapat di Hutan Kota Kraksaan yakni
burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan burung gereja erasia (Passer
montanus). Peta lokasi Hutan Kota Kraksaan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Peta Lokasi Hutan Kota Kraksaan ( Bappeda 2013)
Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan
Pada tahun 2003 Hutan Kota Kraksaan dikelola oleh Dinas PU Cipta Karya
Kebersihan dan Pertamanan, kemudian pada tahun 2008 dikelola oleh Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Probolinggo. Pengelolaan hutan kota secara
khusus dilakukan oleh sub bidang pertamanan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Probolinggo dengan tupoksi meliputi:
1. Merencanakan kebijakan pengelolaan pertamanan dan ruang terbuka hijau
2. Melaksanakan kegiatan perencanaan, pengadaan serta perawatan
sarana/prasarana pengelolaan pertamanan dan penghijauan kota.
3. Melaksanakan kegiatan pengadaan bibit, penanaman dan perawatan
tanaman keras/hias.
4. Melaksanakan kegiatan pembuatan taman kota dan hutan kota
5. Melaksanakan kegiatan pembangunan tugu peringatan dan taman
monument.
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang Pertamanan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Berdasarkan hasil observasi lapang dan wawancara dengan pengelola,
kegiatan pengelolaan yang dilakukan yaitu perawatan rutin berupa pemotongan
rumput yang dilakukan 2 minggu sekali dan pemangkasan ranting pohon ketika
diperlukan. Kebijakan pengelolaan yang ada saat ini hanya sebatas mengelola
hutan kota yang sudah ada tanpa memiliki konsep pengelolaan dan pengembangan
8
yang cukup optimal. Dokumen perencanaan yang terorganisir dan terencana
dalam jangka pendek, menengah maupun panjang tidak dimiliki oleh BLH. Hal
tersebut menunjukan bahwa pengelolaan Hutan Kota Kraksaan belum dilakukan
secara optimal. BLH belum memahami secara utuh fungsi dan peran hutan kota
untuk wilayah perkotaan, melainkan hanya mengenal dan memahami fungsi dan
konsep taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau perkotaan. Menurut
Dahlan (2004), salah satu contoh kesalahan dalam memahami konsep
pembangunan dan pengelolaan hutan kota yakni pengelola hanya memperhatikan
pembangunan fisik hutan kota tanpa mempertimbangkan bentuk dan fungsi hutan
kota. Kondisi hutan kota kraksaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kondisi vegetasi Hutan Kota Kraksaan
Urgensi Keberadaan Hutan Kota
Bappeda (2013) menyatakan bahwa salah satu permasalahan di Kota
Kraksaan adalah kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Namun pemahaman
pengelola tentang RTH hanya sebatas pada taman kota saja. Pendekatan yang
dapat dilakukaan untuk membangun kota yang sejuk, indah, bersih, hijau, dan
bersih diantaranya adalah konsep Kota Kebun bernuansa Hutan Kota (Dahlan
2004). Konsep ini memadukan antara konsep taman kota dan hutan kota. Wujud
fisik hutan kota memiliki kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan taman
kota, namun perancangan desain dan lansekap seperti membangun taman kota
juga dibutuhkan agar dapat menambah keindahan hutan kota tersebut. Hutan kota
yang dibangun selain untuk mengatasi permasalahan lingkungan kota juga
diharapkan dapat menambah keindahan kota.
Menurut Dahlan (2004) pendekatan Ilmu Hutan Kota dalam membangun
RTH di perkotaaan mempunyai beberapa alasan, yaitu:
1. Memiliki biomassa tanaman lebih banyak sehingga dapat menyerap dan
menjerap polutan yang lebih banyak.
2. Habitat yang lebih baik untuk flora dan fauna sehingga dapat
meningkatkan keanekaragaman hayati.
3. Hutan dapat menambah dan mengelola kandungan air tanah
4. Hutan dapat digunakan sebagai pematah angin dan mengurangi bahaya
hujan asam.
5. Hutan kota berupa hutan mangrove dapat menangkap sedimen dan
mengurangi bahaya hujan asam.
9
6. Menjadikan udara kota lebih sejuk, bersih, sehat dan nyaman.
Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 juga menyatakan bahwa hutan
kota dapat dikembangkan sebagai sarana pariwisata dan rekreasi, penelitian dan
pengembangan pendidikan, pelestarian plasma nutfah, budidaya hasil hutan bukan
kayu dan sarana olahraga. Contoh upaya pengelolaan dan pengembangan dapat
dilihat pada Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat dimana pengelola menambah
sarana olahraga serta demplot koleksi tanaman hias (Sulistyo 2004).
Peran dan Keterlibatan Stakeholder dalam Pengelolaan Hutan Kota
Pengelolaan Hutan Kota Kraksaan saat ini masih berpusat di Badan
Lingkungan Hidup sebagai pengelola utama. Sejak tahun 2003 belum ada upaya
pengembangan dan pengelolaan yang melibatkan stakeholder lain selain dinas
terkait. Kondisi ini menyebabkan tidak terkelolanya segenap potensi hutan kota
yang dapat di kembangkan secara optimal. Pengelolaan hutan kota seharusnya
dapat mengoptimalkan berbagai komponen stakeholder di setiap daerah.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat menjadi mitra pemerintah daerah
dalam upaya perencanaan, pengelolaaan maupun pengembangan hutan kota
Kraksaan. LSM juga dapat berperan dalam upaya mediasi antara pemerintah dan
masyarakat dalam mengatasi kesenjangan komunikasi dan informasi. Perguruan
tinggi juga dapat menjadi mitra dengan memberikan pendidikan dan rekomendasi
teknis untuk pembangunan hutan kota. Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu
perguruan tinggi negeri turut berpartisipasi dalam upaya pembangunan hutan kota
di Kota Bogor dengan memberikan rekomendasi jenis jenis tanaman yang cocok
untuk ditanam di hutan kota, membantu desain taman bagi taman taman di Kota
Bogor dan melakukan berbagai penelitian tentang hutan kota dan Ruang Terbuka
Hijau (Pratiwi 2012).
Contoh keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan upaya perencanaan
pembangunan hutan kota dapat dilihat di Yogyakarta. Sebuah LSM berhasil
mengadvokasikan upaya pembangunan hutan kota seluas 7 hektar di Kabupaten
Gunung Kidul dan seluas 9.3 hektar di Kabupaten Kulon Progo. Upaya advokasi
tersebut juga sampai pada upaya perencanaan teknis kegiatan di tingkat tapak,
sehingga diharapkan pengelolaan hutan kota dapat optimal setelah di bangun.
LSM tersebut juga melakukan pembinaan kepada petani setempat untuk
menghindari konflik horizontal yang terjadi akibat pembangunan hutan kota
(SHOREA 2010).
Kiprah dan partisipasi lembaga pemerintah seperti Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan juga berperan dalam memberikan rekemonedasi yang
diperlukan. Tercatat pada 2006 Balitbang bekerjasama dengan Pemerintah Kota
Padang dalam membuat Design Engineering Hutan Kota Malvinas 20 hektar.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi para
pihak dalam upaya pembangunan dan pengelolaan hutan kota menurut Pratiwi
(2012) adalah :
1. Penyusunan Rencana Strategis dan peraturan perundangan yang jelas serta
penyusunan pedoman umum pembangunan dan pengelolaan hutan kota.
2. Melibatkan masyarakat melalui penyusunan metodologi dan teknik
pelibatan yang lebih operasional serta memperkuat komitmen semua pihak
untuk berperan serta.
10
3. Pembuatan Standar Operational Procedure (SOP) bagi keterlibatan
masyarakat dalam program pengelolaan hutan kota
4. Bekerjasama dengan pemerintah lokal lainnya yang mempunyai pola
pengelolaan hutan kota yang sudah sangat baik untuk saling tukar
informasi dan teknologi dalam pengelolaan hutan kota
5. Para pengusaha di wilayah tersebut wajib mengalokasikan dana bagi
program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pengelolaan hutan
kota yang besaran dananya ditentukan dalam Peraturan Daerah.
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Hutan Kraksaan
Dominansi Spesies Tumbuhan
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan salah satu parameter kuntitatif yang
dapat digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi (penguasaan) suatu spesies
dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto 1994 dalam Nurdia 2012). Nilai INP
yang tinggi menunjukan spesies tersebut memiliki peran penting dalan kestabilan
ekosistem. Spesies tumbuhan yang ditemukan di Hutan Kota Kraksaan disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5 Spesies tumbuhan Hutan Kota Kraksaan berdasarkan tingkat pertumbuhan
Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)
Tumbuhan Bawah
Alang alang Imperata cylindrica 59.4
Rumput malela Brachiria mutica 41.1
Semai
Mahoni Swietenia macrophylla 200
Pancang
Mahoni Daun Besar Swietenia macrophylla 49.1
Glodokan Tiang Polyalthea longifolia 49.1
Tiang
Glodokan Tiang Polyalthea longifolia 82.2
Tanjung Mimusops elengi 59.2
Pohon
Gmelina Gmelina arborea 85.3
Sengon Paraserianthes falcataria 27.8
Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, spesies tumbuhan Hutan Kota
Kraksaan terdiri dari tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang dan pohon (Tabel
5). Alang alang (Imperata cylindrica) memiliki INP tertinggi diantara jenis
tumbuhan bawah. Hal tersebut menunjukkan alang alang menjadi jenis tumbuhan
bawah yang mendominasi di areal Hutan Kota Kraksaan.
Kerapatan pada tingkat permudaan berupa semai dan pancang di area
Hutan Kota Kraksaan berkisar 2 batang/ha dan 66-400 batang/ha. Pada tingkat
pertumbuhan semai hanya ditemukan dua individu dari satu jenis yaitu Mahoni
(Swietenia macrophylla). Hal ini disebabkan lantai hutan didominasi oleh
tumbuhan bawah yang menutupi hampir seluruh permukaan tanah sehingga
membuat semai sulit tumbuh. Wyatt-Smith (1963) dalam Hafazallah (2014)
menyatakan bahwa permudaan cukup memadai apabila tersedia 40% atau 1000
11
batang semai/ha yang tersebar merata dan paling sedikit 60% atau 240 batang
pancang/ha. Tingkat pertumbuhan semai di Hutan Kota Kraksaan belum
mencukupi untuk menjamin adanya regenerasi hutan secara alami namun untuk
tingkat pertumbuhan pancang beberapa spesies tumbuhan yaitu pohon Kersen/ceri
(Muntingia calabura), Mahoni daun besar (Swietenia macrophylla) dan Glodokan
tiang (Polyalthea longifolia) memiliki ketersediaan permudaan yang cukup untuk
regenerasi hutan secara alami karena memiliki kerapatan lebih dari 240 batang/ha.
Pengelola perlu mengatur keberadaan tumbuhan bawah di areal Hutan
Kota Kraksaan sehingga tingkat pertumbuhan semai dapat tumbuh dengan lebih
optimal. Selain itu pengelola juga dapat menambah jenis baru dengan cara
menanam di areal hutan kota yang masih kosong. Hussein (2010) menyatakan
bahwa keberadaan vegetasi yang melimpah dalam hutan kota membantu
terciptanya suhu lingkungan yang lebih baik. Hadi et al. (2012) juga menyatakan
bahwa tumbuhan di hutan kota selain berfungsi untuk estetika juga dapat
memodifikasi unsur-unsur iklim.
Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Tumbuhan
Keanekaragaman dan kemerataan merupakan salah satu parameter
kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui tingkat dan keanekaragaman dan
kemerataan spesesi tumbuhan yang terdapat di suatu areal. Nilai Indeks
keanekaragaman dan kemerataan setiap tingkat pertumbuhan di Hutan Kota
Kraksaan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Keanekaragaman dan kemerataan tingkat pertumbuhan HK Kraksaan
Tingkat pertumbuhan Keanekaragaman Spesies Kemerataan Spesies
Tumbuhan bawah 1.53 0.63
Semai 0.00 0.00
Pancang 1.68 0.93
Tiang 1.53 0.77
Pohon 1.81 0.82
Keanekaragaman spesies tumbuhan di Hutan Kota Kraksaan tergolong
sedang (Tabel 6). Kondisi tersebut menunjukan Hutan Kota Kraksaan memiliki
keanekaragaman spesies tumbuhan yang sedang. Diantara setiap tingkat
pertumbuhan, pohon memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi diantara
tingkat pertumbuhan lain (Tabel 6). Ditinjau dari kemerataan, setiap tingkat
pertumbuhan memiliki tingkat kemerataan sedang (Tabel 6). Semai, pancang,
tiang dan pohon tersebar merata di berbagai lokasi.
Keanekaragaman spesies pohon di Hutan Kota Kraksaan perlu ditambah
agar memiliki manfaat yang lebih besar. Penentuan jenis pohon dalam
pembangunan hutan kota penting untuk dipertimbangkan sebagai bagian dari
pencapaian tujuan dibangunnya hutan kota. Menurut Dahlan (2004) tanaman di
hutan kota harus dapat tumbuh dengan baik dan fungsional sehingga dapat
menjawab permasalahan lingkungan yang ada maupun yang akan muncul dimasa
yang akan datang.
Penelitian Tauhid (2008) di kawasan Simpang Lima Kota Semarang
menyatakan bahwa penempatan vegetasi pohon yang tepat pada taman atau hutan
kota dapat mendukung efektivitas pengendalian suhu udara kota. Sesanti et al.
12
(2011) juga menyatakan bahwa pengembangan hutan kota di Kota Malang dengan
penerapan model pengembangan vegetasi tanaman dengan berbagai stratum
terbukti mampu meningkatkan produksi oksigen 149.12% dari kondisi eksisting.
Konsep Pengembangan Hutan Kota Kraksaan
Hutan Kota Kraksaan memiliki lokasi yang berdampingan dengan Stadion
Olahraga Kraksaan. Hal tersebut dapat menjadikan Hutan Kota Kraksaan sebagai
sarana olahraga tambahan jika dikembangkan secara optimal. Menurut Dahlan
(2004), hutan kota memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai sarana olahraga
bagi masyarakat sehingga dapat berfungsi sebagai sarana olahraga dan juga
bermanfaat untuk sarana rekreasi warga.
Pembenahan terhadap Hutan Kota Kraksaan perlu dilakukan secara optimal.
Penambahan sarana dan prasaran seperti jogging track, toilet, tempat bermain
anak anak perlu dilakukan untuk menunjang fungsi hutan kota yang ada.
Keberadaan fasilitas tersebut harus tetap mempertahankan fungsi utama hutan
kota sehingga keberadaannya tidak mendominasi. Keberadaan papan informasi
dan interpretasi tentang objek yang berada di dalam kawasan hutan kota sangat
penting untuk masyarakat sebagai sarana edukasi. Penambahan jenis tanaman juga
perlu dilakukan agar dapat meningkatkan keanekaragaman spesies di hutan kota.
Penataan lanskap juga penting dilakukan agar kondisi hutan kota dapat lebih rapi,
indah dan nyaman.
Dahlan (2004) mengungkapkan bahwa salah satu metode dalam menetapkan
luasan hutan kota yaitu berdasarkan persentase luas berdasarkan peraturan
perundangan. Peraturan Pemerintah No 63 tahun 2002 menyatakan bahwa luasan
hutan kota minimal 10% dari total wilayah kota. Hutan Kota Kraksaan saat ini
mempunyai luas 1.95 hektar atau sekitar 0.5% dari luas minimal yang disyaratkan
yaitu seluas 377.97 hektar. Langkah yang dapat dilakukan untuk menambah luas
areal hutan kota yakni menetapkan kawasan hutan mangrove di pesisir Kota
Kraksaan sebagai hutan kota yang saat ini dikelola oleh Dinas Perkebunan dan
Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Probolinggo. Penelitian Bambang et al. (2013)
menyatakan bahwa hutan mangrove di Kota Kraksaan mempunyai luas 140.37
hektar yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan konservasi
mangrove. Luasan tersebut dapat diusulkan untuk ditetapkan menjadi hutan kota
dengan tipe pelestarian plasma nutfah. Penelitian Iqbal (2012) juga telah
memberikan konsep pembangunan ekowisata hutan mangrove di areal bekas
tambak di Desa Kalibuntu seluas satu hektar. Optimalisasi lahan areal bekas
tambak dengan konsep ekowisata ini diharapkan dapat menunjang keseimbangan
ekonomi, ekologi dan pendidikan yang berkelanjutan.
Total luasan yang ada jika hutan mangrove Kraksaan ditetapkan menjadi
hutan kota adalah 142.32 hektar. Luasan tersebut baru memenuhi 5.2 % sehingga
belum memenuhi persyaratan sesuai dengan PP no. 63 tahun 2002. Pemerintah
daerah ke depan perlu melakukan langkah langkah teknis untuk menambah areal
luasan hutan kota. Langkah langkah tersebut diantaranya membangun hutan kota
baru di wilayah kota dan melakukan rehabilitasi lahan mangrove yang rusak
dengan melakukan penanaman. Potensi lahan yang sesuai untuk dikembangkan
menjadi kawasan hutan mangrove berada di Desa Asembagus (Dikin 2010).
13
Keberadaan hutan mangrove di pesisir pantai pulau jawa semakin terancam
keberadaannya akibat banyaknya konversi lahan menjadi tambak, pelabuhan ,
perumahan dan kawasan industri. Kerusakan hutan mangrove juga diakibatkan
oleh pemanfaatan yang intensif untuk kayu bakar, bahan bangunan, makanan
ternak dan lain-lain. Upaya konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove perlu
dilakukan untuk menjaga dan menambah areal luasan hutan mangrove yang ada
saat ini.
Pemerintah daerah perlu menambah areal luasan hutan kota. Pembangunan
dan pengembangan hutan kota perlu diarahkan untuk mengatasi permasalahan
lingkungan yaitu polusi udara yang diperkirakan akan meningkat beberapa tahun
kedepan. Kota Kraksaan akan mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam
berbagai sektor dengan meningkatnya pembangunan seperti jalan tol,
pengembangan jalan lingkar Kota Kraksaan serta pembangunana terminal tipe B.
Pembangunan tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan yaitu
pencemaran udara akibat meningkatnya jumlah kendaraan.
Keberadaan jalan tol di Kota Kraksaan dalam beberapa tahun kedepan perlu
dipersiapkan dengan baik. Jalur di tepian jalan tol dapat dibangun hutan kota tipe
pengamanan. Menurut Dahlan (2004) jalur di tepi kiri dan kanan jalan tol idealnya
di tanami dengan semak yang batangnya liat dan tidak berduri. Sebelah luar dari
tanaman tadi ditanami dengan perdu dan disisi paling luar ditanami dengan
pepohonan yang tinggi. Pepohonan yang tinggi dan lebat daunnya diharapkan
dapat berfungsi untuk menyerap polusi dan udara dan meredam kebisingan.
Komposisi tanaman di tepi jalan yang berlapis lapis diharapkan dapat menjadi
penahan kendaraan yang baik apabila ada kendaraan yang keluar jalur karena
kecelakaan. Tauhid (2008) juga menyatakan bahwa hutan kota yang berbentuk
jalur atau menyebar lebih efektif untuk ameliorasi iklim mikro di perkotaan.
Pengembangan jalan lingkar Kota Kraksaan juga harus memperhatikan
pemilihan jenis tanaman di kanan kiri jalan yang dapat berfungsi sebagai peneduh
jalan, penyerap polutan serta ameliorasi iklim mikro. Pemilihan jenis tanaman
sangat penting dilakukan karena beberapa jenis tanaman mempunyai kemampuan
yang optimal dalam menyerap maupun menjerap polutan. Dahlan (2004)
menyatakan bahwa ada beberapa persyaratan untuk memilih tanaman peneduh
ditepi jalan yaitu:
1. Memilik massa daun yang lebat, padat dan mampu menyerap polusi udara
dengan optimal.
2. Perakaran menembus sampai lapisan terdalam, batang dan cabang kuat serta
memiliki kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah patah jika ditiup angin
yang kuat
3. Mudah tumbuh di tanah yang padat, buah tidak terlalu besar dan serasah yang
dihasilkan sedikit.
4. Tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor.
Tanaman Damar (Agathis alba), Mahoni (Swietenia macrophylla), Jamuju
(Podocarpus imbricatus) dan Pala (Myristica fragrans) mempunyai kemampuan
yang tinggi dalam menyerap dan menjerap timbal di udara. Selain itu jenis Ficus
sp, Akasia (Acacia auriculiformis), Flamboyan (Delonix regia) juga merupakan
tanaman yang baik dalam menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Tanaman Bisbul
(Diospyros discolor), Kenari (Canarium commune), Meranti Merah (Shorea
14
leprosula), Krey Payung (Filicium decipiens) memiliki kemampuan yang baik
dalam menyerap dan menjerap debu semen (Dahlan 2004).
Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan di Kota Kraksaan
membuat kebutuhan penduduk juga lebih tinggi. Salah satu kebutuhan tersebut
adalah kebutuhan untuk rekreasi dan rasa nyaman tinggal di perkotaan. Kota yang
asri, hijau, bersih dan nyaman akan disukai oleh penduduk. Hutan Kota tipe
rekreasi merupakan salah satu cara membuat lingkungan perkotaan menjadi lebih
nyaman serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat perkotaan untuk rekreasi atau
bersantai di waktu senggang. Hutan kota tipe rekreasi juga dapat mengatasi
ameliorasi iklim mikro perkotaan. Pengembangan hutan kota tipe rekreasi dapat
dilakukan dengan mengoptimalkan hutan kota yang telah ada saat ini maupun
dengan membangun areal hutan kota baru.
Menurut Pertami (2010) konsep pengembangan hutan kota tipe rekreasi
membutuhkan perencanaan tata ruang, aksesibilitas dan sirkulasi yang baik.
Perencanaan aktivitas, fasilitas dan vegetasi hutan kota juga harus direncanakan
dengan baik. Pengembangan konsep tata ruang dapat berupa ruang aktivitas,
rekreasi, pelayanan, relaksasi dan ruang konservasi. Konsep aksesibilitas dan
sirkulasi seperti jalan setapak dibutuhkan agar pengunjung dapat beraktivitas
dengan nyaman dan lancar didalam areal hutan kota. Fasilitas di areal hutan kota
diharapkan mampu mendukung kegiatan masyarakat perkotaan seperti rekreasi,
olahraga lapangan, dan lain-lain. Konsep vegetasi yang dibutuhkan adalah
penggunaan pohon dengan tipe tajuk yang menyebar, payung parabola dan
kolumnar. Beberapa jenis vegetasi yang dapat dimanfaatkan untuk hutan kota tipe
rekreasi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Alternatif jenis vegetasi hutan kota tipe rekreasi berdasarkan fungsi
No Jenis Vegetasi Fungsi Jenis Tanaman
1 Vegetasi
peredam
polusi
Menyerap dan menjerap partikel
timbal dari kendaraan
Erythrina crista-galli
Bougenvillea spectablis
Pterocarpus indicus
Michella campaca
2 Vegetasi
peredam
kebisingan
Menyaring bising dan pembatas Bambussa sp
Tectona grandis
Casuarina equisetifolia
Polyalthia longifolia
3 Vegetasi
konservasi
Penyangga, konservasi dan
peneduh
Bambussa sp
Agathis damarra
Albizia falcataria
4 Vegetasi
habitat satwa
Menunjang fungsi ekologis,
menyediakan ruang hidup satwa
dan atraksi bagi pengunjung
Swietenia sp
Canarium hirsutum
Pterocarpus indicus
Nephelium lapaceum
5 Vegetasi terapi Memberikan rasa santai Michella campaca
Nerium oleander
Murraya paniculata
Jasminum grandiflora Sumber : Pertami (2010)
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Pengelolaan Hutan Kota di Kota Kraksaan berupa pemotongan rumput dan
pemangkasan ranting tanaman yang dilakukan secara rutin setiap dua
minggu. Pengelola belum mempunyai rencana pengelolaan dan
pengembangan yang terencana serta belum melibatkan stakeholder lain
dalam kegiatan pengelolaan.
2. Konsep pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan yaitu dengan
menambah areal luasan hutan kota, melibatkan stakeholder lain, serta
meningkatkan keanekaragaman vegetasi di dalamnya. Pembangunan hutan
kota tipe rekreasi dan pengamanan dengan bentuk menyebar dan jalur dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang berpotensi muncul
di Kota Kraksaan.
Saran
Badan Lingkungan Hidup sebagai pengelola Hutan Kota Kraksaan perlu
membuat rencana pengelolaan jangka pendek dan jangka panjang dengan
melibatkan berbagai pihak agar pengelolaan dan pengembangan hutan kota dapat
berjalan lebih optimal. Partisipasi stakeholder lainnya juga diperlukan agar
keberadaan hutan kota tersebut dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh
masyarakat. Penelitian lanjutan juga diperlukan untuk mengetahui kebutuhan
luasan minimal hutan kota yang ditinjau dari berbagai aspek sehingga
pembangunan hutan kota ke depan lebih tepat sasaran dan lebih dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010: Data Agregat
per Kecamatan. Probolinggo (ID). Badan Pusat Statistik Kabupaten
Probolinggo
[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2013. Rencana Detail
Tata Ruang Wilayah Perkotaan Kraksaan. Probolinggo (ID). Bappeda
Kabupaten Probolinggo
Bambang S, Soemarno, Marsoedi, Diana A. 2013. Studi Pengembangan Kawasan
Konservasi Mangrove Berbasis Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung
Lingkungan ( Kasus Pesisir Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur
Indonesia). [Internet]. Sidoarjo (ID). [diunduh 2014 Mei 8].
http://mangrovecenter.apsidoarjo.ac.id/
Dahlan EN. 1992. Pembangunan hutan kota di Indonesia. Media Konservasi Vol
IV(1) : 35-37
16
Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden city) Bernuansa Hutan Kota.
Bogor: IPB Press
Dikin F. 2010. Identifikasi Potensi Lahan Hutan Mangrove di Pesisir Kabupaten
Probolinggo Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). [skripsi].
Malang (ID). Universitas Negeri Malang
Hadi R, Lila KA, Gunadi IGA. 2012. Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota
(Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali.
J Agroekoteknologi Trop 1(1) : 34-35
Hafazallah K. 2014. Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan Lindung Areal
IUPHHK-HT PT. Wana Hijau Pesaguan Provinsi Kalimantan Barat.
[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor
Hussein R. 2010. Analisis Kualitas dan Kenyamanan Lingkungan Kawasan Hutan
Kota, di Kota Malang. AGRITEK 18(2): 245-267
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Iqbal MNM. 2012. Mangrove Rehabilitation Center Kraksaan – Probolinggo
Dengan Konsep Ekowisata. [Internet]. Malang (ID) [diunduh 2014 Mei
8]. arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/…/6/7
Nurdia F. 2012. Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif
Hasyim Provinsi Riau Studi Kasus di Wilayah Bagian Kelurahan Muara
Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak. [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor
Pemerintah Kabupaten Probolinggo . 2003. Penetapan Hutan Kota di Kawasan
Stadion Merdeka Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Probolinggo (ID).
Pemerintah Kabupaten Probolinggo
Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2002 tentang Hutan Kota. Jakarta (ID): Sekretariat Negara
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta (ID): Sekretariat
Negara
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2010
tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Probolinggo dari wilayah Kota
Probolinggo ke Wilayah Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo
Provinsi Jawa Timur. Jakarta (ID). Sekretariat Negara
Pertami RRD. 2010. Perencanaan Hutan Kota Rekreasi Kamboja di Kota
Banjarmasin Kalimantan Selatan. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor
Pratiwi D. 2012. Strategi Meningkatkan Partisipasi Para Pihak Dalam
Pembangunan Hutan Kota di Kota Bogor ( Studi Kasus di Kecamatan
Bogor Tengah, Kota Bogor). [skripsi]. Bogor (ID).Institut Pertanian Bogor
Purwanto A. 2012. Manfaat dan Guna Pohon dan Hutan Kota. [Internet]. [diunduh
2013 Juli 10]. portal.widyamandala.ac.id/jurnal/index.php/.../pdf
SHOREA. 2010. Hutan Kota. [Internet]. [diunduh 2014 April 3].
http://perhimpunanshorea.org/hutan-kota.html
Sesanti N, Kurniawan ED, Anggraeni M. 2011. Optimasi hutan sebagai penghasil
oksigen Kota Malang. J Tata Kota dan daerah 3(1):65-74.
Sulistyo A. 2004. Pengukuran Iklim Mikro Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat.
[Laporan Akhir Program Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
17
Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara
Pada Siang Hari Di Perkotaan Studi Kasus: Kawasan Simpang Lima Kota
Semarang. [Tesis]. Semarang(ID). Universitas Diponegoro Semarang
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 28 Pebruari 1992 dari
pasangan Salehuddin, S. Pd.I dan Wiwik Samsida. Penulis adalah anak pertama
dari tiga bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Kraksaan dan
diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas
Kehutanan melalui jalur USMI.
Selama menuntut ilmu di IPB penulis mengikuti berbagai organisasi
kemahasiswaan yaitu staf BEM TPB (2010), anggota PASKIBRAKA IPB, ketua
Forum Mahasiswa Probolinggo (2010-2011), ketua Biro PSDM HIMAKOVA
(2012), dan Menteri Apresiasi dan Olahraga BEM KM IPB (2013). Penulis pernah
mengikuti kegiatan Eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia
(RAFFLESIA) di Cagar Alam Tangkuban Parahu (Pelabuhan Ratu) (2012) serta
Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat (2011)
dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (2012). Penulis juga mengikuti Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan di CA Gunung Papandayan dan CA Leuweung
Sancang Garut (2011) , Praktek Pengelolaan Hutan Di Hutan Pendidikan Gunung
Walat, Sukabumi (2012) serta Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional
Karimun Jawa, Jepara (2013). Selama kuliah penulis juga pernah menerima
beasiswa yaitu Beasiswa BBM (2010-2013) dan Beasiswa Aktivis Nusantara –
Dompet Dhuafa (2013-2014).
Penulis menyelesaikan penelitian dengan judul Pengelolaan dan
Pengembangan Hutan Kota di Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur
dibawah bimbingan Dr Ir Endes N. Dahlan, MS dan Dr Ir Siti Badriyah Rushayati,
M. Si.