Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
”SIBARU” UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS
TUNAGRAHITA KELAS IV SDN K YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
oleh:
Riska Prasetya Kalfinta
NIM: 131134093
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
“SIBARU” UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS
TUNAGRAHITA KELAS IV SDN K YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
oleh:
Riska Prasetya Kalfinta
NIM: 131134093
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tua saya yang terkasih, Bapak Yohanes Riyo, S.Pd (alm)
dan Ibu Mujinah, S. Pd, terimakasih untuk kasih sayang, doa, dan semua
dukungan yang telah diberikan kepada saya; untuk adik saya Rindang Pieska
Kalfinda yang selalu mengingatkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman terdekat saya yang selalu mendampingi dan memberikan semangat
serta membantu saya dalam proses penyusunan skripsi ini, saya ucapkan
terimakasih kepada Kristanto, Eni Purwati, Fransiska Wahyu Eri, Antonia Sri
Utami, Chrisna Irawati, Irene Kayep dan Regina Riskha Gustanti yang selalu
memberikan semangat serta doa kepada saya.
Teman-teman kelompok studi yang saling memberikan masukan, kritik, dan
saran dalam penyusunan skripsi. Banyak proses yang telah kita lalui bersama
hingga trselesaikannya skripsi ini.
Riska Prasetya Kalfinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.
(Amsal 16:3)
Berikanlah dirimu sebuah momen kedamaian,
Dan engkau akan mengerti,
Betapa bodohnya terburu-buru itu.
Belajarlah untuk hening,
Dan engkau akan mengetahui,
Dirimu telah terlalu banyak bicara.
Jadilah bijak,
Dan engkau akan menyadari,
Dirimu telah terlalu keras menghakimi orang lain.
~Pepatah Tiongkok Kuno~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Februari 2018
Peneliti
Riska Prasetya Kalfinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Riska Prasetya Kalfinta
Nomor Induk Mahasiswa : 131134093
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA “SIBARU” UNTUK
SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA KELAS IV SDN K
YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya mengizinkan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya,
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 5 Februari 2018
Yang menyatakan
Riska Prasetya Kalfinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA “SIBARU” UNTUK
SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA KELAS IV SDN K
YOGYAKARTA
Riska Prasetya Kalfinta
Universitas Sanata Dharma
2017
Alat peraga adalah suatu benda konkret yang dapat membantu siswa dalam
memahami materi pelajaran, terutama siswa berkebutuhan khusus tunagrahita.
Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan bersama kepala sekolah dan guru
kelas IV di SDN K Yogyakarta (inisial) menyatakan bahwa mengalami
keterbatasan dalam menyediakan alat peraga untuk membantu siswa tunagrahita
dalam memahami materi sifat-sifat bangun ruang sederhana. Tujuan penelitian ini
adalah mengembangkan alat peraga matematika sifat bangun ruang “sibaru” untuk
siswa berkebutuhan khusus tunagrahita.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan Research and
Development (R&D). Prosedur pengembangan penelitian ini menggunakan
prosedur yang diungkapkan oleh Sugiyono dengan memodifikasi dari sepuluh
langkah menjadi tujuh langkah yaitu: (1)Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan
Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba
Produk, (7) Revisi Produk. Subyek dalam penelitian ini yaitu satu siswa
tunagrahita kelas IV di SDN K Yogyakarta.
Alat peraga Matematika “sibaru” untuk siswa tunagrahita terbukti
memiliki kualitas baik. hal ini ditandai dengan adanya pemahaman konsep sifat-
sifat bangun ruang sederhana. Alat peraga “sibaru” divalidasikan dengan tiga
validator yaitu ahli matematika, ahli psikolog anak dan guru kelas IV. Alat peraga
memperoleh nilai rata-rata 3,75 dengan skala 4 kategori “sangat baik”. Hasil akhir
penelitian ini berupa prototipe alat peraga Matematika “sibaru” untuk siswa
berkebutuhan khusus tunagrahita di SDN K Yogyakarta beserta album
penggunaan alat peraga matematika “sibaru”.
Kata kunci: Penelitian dan pengembangan, alat peraga, tunagrahita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF MATHEMATIC’S VISUAL AID “SIBARU”
FOR MENTALLY RETARDATION STUDENTS GRADE IV SDN K
YOGYAKARTA
Riska Prasetya Kalfinta
Universitas Sanata Dharma
2017
The visual aid is a concrete thing that could help students to get better
understanding of the lesson, especially for the mentally retardation students.
Based on the analysis, the headmaster and the teachers of grade IV in SDN K
Yogyakarta (initial) state that they have problem to provide the visual aid that
could help their students to get better understanding in learning simple geometric.
The purpose of this reaserch is to develop a geometric’s visual aid “sibaru” to
help the mentally retardation students in their learning process.
The kind of this research is Research and Development (R&D). This
research uses seven out of ten development procedures by Sugiyono. They are (1)
The potential and The problem, (2) The data Gathering, (3) The design of the
product, (4) The validation of the product, (5) The revision of the design, (6) The
test of the product, (7) The revision of the product. The subject of this research is
one mentally retardation student grade IV of SDN K Yogyakarta.
It has been proven that the Mathematic’s visual aid “sibaru” which is
designed for the mentally retardation students has good quality. It can be seen
from the students’ better understanding in learning geometric. The visual aid
“sibaru” has been validated by mathematician, psychologist and grade IV
teacher. This tool aid got score 3,75 out of 4,00 which is classified as “excellent”
product. The final product of this research is the prototype of Mathematic’s visual
aid “sibaru” which is designed for the mentally retardation students in SDN K
Yogyakarta and also the album about how to use “sibaru”.
Key Terms: Research and Development, Visual Aid, Metally retardation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan alat peraga matematika
“sibaru” untuk siswa berkebutuhan khusus tunagrahita di SDN K Yogyakarta
dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memeperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya
sekarang ini. Peneliti menyampaikan rasa terima kasih untuk segala bantuan yang
diberikan, kepada yang terhormat:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti S. Si., M. Pd., Ketua program studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar dan dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, arahan dan dukungan dalam penyusunan laporan
skripsi.
3. Kintan Limiansih, S. Pd., M. Pd., Wakil ketua program studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
4. Brigitta Erlitta Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi., Dosen pembimbing skripsi
II yang berkenan memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan motivai
dalam penyusunan laporan skripsi.
5. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
bantuan dan pelayanan peneliti dengan baik.
6. Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd, Laurensia Aptik Evanjeli, M.A., dan Guru
kelas III SDN K Yogyakarta, sebagai Validator yang menilai alat peraga
“sibaru” terima kasih atas kritik dan saran agar alat peraga “sibaru” sesuai
dengan kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Keluarga besar SDN K Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melakukan penelitian sehingga dapat menambah
ilmu dan pengalaman banyak bagi peneliti.
8. Seluruh Dosen yang mengajar di Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengalaman yang
sangat berharga bagi peneliti.
9. Kedua orang tuaku, Bapak Yohanes Riyo, S. Pd (alm) dan Ibu Mujinah, S.
Pd yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan yang luar biasa.
10. Adikku Rindang Pieska Kalfinda atas dukungan dan semangatnya.
11. Teman-teman terdekatku Kristanto, Eni Purwati, Fransiska Wahyu Eri,
Antonia Sri Utami, Chrisna Irawati, Irene Kayep dan Regina Riskha
Gustanti yang selalu memberikan semangat dan penghibur.
12. Semua pihak yang telah mendukung dan tidak bisa peneliti sebutkan satu
persatu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penelitian selanjutnya dan mohon
maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan skripsi.
Yogyakarta, 5 Februari 2018
Peneliti
Riska Prasetya Kalfinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL -------------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ------------------------------------ ii
HALAMAN PENGESAHAN ---------------------------------------------------------- iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ------------------------------------------------------- iv
HALAMAN MOTTO-------------------------------------------------------------------- v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ---------------------------------------------- vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS -------------------------------- vii
ABSTRAK --------------------------------------------------------------------------------- viii
ABSTRACT -------------------------------------------------------------------------------- ix
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------- x
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ xii
DAFTAR BAGAN ------------------------------------------------------------------------ xiv
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------ xv
DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------------------- xvi
DAFTAR LAMPIRAN ------------------------------------------------------------------ xvii
BAB I PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------- 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ------------------------------------------------------- 1
1.2. Batasan Masalah ----------------------------------------------------------------- 7
1.3. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------- 8
1.4. Tujuan Penelitian ----------------------------------------------------------------- 8
1.5. Manfaat Penelitian --------------------------------------------------------------- 8
1.6. Definisi Operasional ------------------------------------------------------------- 10
1.7. Spesifikasi Produk --------------------------------------------------------------- 11
BAB II LANDASAN TEORI ---------------------------------------------------------- 17
2.1. Kajian Pustaka -------------------------------------------------------------------- 17
2.2. Penelitian Yang Relevan -------------------------------------------------------- 47
2.3. Kerangka Berpikir --------------------------------------------------------------- 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.4. Pertanyaan Penelitian --------------------------------------------------------- 53
BAB III METODE PENELITIAN ------------------------------------------------ 54
3.1. Jenis Penelitian ---------------------------------------------------------------- 54
3.2. Setting Penelitian -------------------------------------------------------------- 59
3.3. Prosedur Pengembangan ----------------------------------------------------- 60
3.4. Teknik Pengumpulan Data --------------------------------------------------- 65
3.5. Instrumen Penelitian ---------------------------------------------------------- 68
3.6. Teknik Analisis Data --------------------------------------------------------- 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ----------------------- 74
4.1. Hasil Penelitian ---------------------------------------------------------------- 74
4.2. Pembahasan -------------------------------------------------------------------- 96
BAB V PENUTUP ------------------------------------------------------------------- 103
5.1. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------ 103
5.2. Keterbatasan Penelitian ---------------------------------------------------- 105
5.3. Saran -------------------------------------------------------------------------- 105
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------- 106
LAMPIRAN -------------------------------------------------------------------------- 110
CURRICULUM VITAE ------------------------------------------------------------- 161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian yang Relevan -------------------------- 49
Bagan 2.2 Skema Kerangka Berpikir ------------------------------------------------ 53
Bagan 3.1 Langkah Research and Development (R&D) -------------------------- 55
Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Prototipe Alat Peraga “Sibaru” ------------ 61
Rumus 3.1 Menghitung rata-rata ----------------------------------------------------- 72
Rumus 4.1 Mencari Rata-rata --------------------------------------------------------- 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah ----------------------- 68
Tabel 3.2 Garis besar wawancara pertama kepada Guru kelas IV --------------- 69
Tabel 3.3 Garis besar wawancara kedua kepada Guru kelas IV ----------------- 69
Tabel 3.4 Garis besar wawancara kepada siswa tunagrahita kelas IV ---------- 69
Tabel 3.5 Rambu-rambu pengamatan terhadap siswa tunagrahita di kelas IV - 70
Tabel 3.6 Skala bertingkat ------------------------------------------------------------- 70
Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Alat Peraga ------------------------------- 70
Tabel 3.8 Tabel Klasifikasi Hasil Penilaian ----------------------------------------- 72
Tabel 3.9 Tabel Kategorisasi Data Kuantitatif ke Kualitatif ---------------------- 73
Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ------------------------------ 74
Tabel 4.2 Hasil Wawancara dengan Guru kelas IV -------------------------------- 76
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siswa Tunagrahita pada saat pembelajaran
Matematika ------------------------------------------------------------------------------ 78
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Tunagrahita pada saat pemeblajaran IPA --- 79
Tabel 4.5 Hasil Wawancara bersama Siswa Tunagrahita ------------------------ 80
Tabel 4.6 Hasil Wawancara kedua dengan Guru kelas IV ------------------------ 81
Tabel 4.7 Perubahan sebelum dan setelah perubahan pada album penggunaan
alat peraga bangun ruang untuk siswa tunagrahita di kelas IV
SDN K Yogyakarta --------------------------------------------------------------------- 90
Tabel 4.8 Perubahan Kartu-kartu ----------------------------------------------------- 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Gambar tempat bangun ruang ------------------------------------------ 12
Gambar 1.2 Gambar bangun ruang balok, kubus, tabung, kerucut dan bola --- 13
Gambar 1.3 Gambar kartu gambar --------------------------------------------------- 14
Gambar 1.4 Gambar kartu soal ------------------------------------------------------- 14
Gambar 1.5 Gambar kartu nama ------------------------------------------------------ 14
Gambar 1.6 Gambar kartu ciri -------------------------------------------------------- 15
Gambar 1.7 Gambar kartu angka ----------------------------------------------------- 15
Gambar 1.8 Gambar album petunjuk penggunaan alat peraga ------------------- 16
Gambar 2.1 Bagian-bagian bangun ruang ------------------------------------------- 39
Gambar 2.2 Bangun ruang kubus ----------------------------------------------------- 40
Gambar 2.3 Bangun ruang balok ----------------------------------------------------- 41
Gambar 2.4 Bangun ruang tabung ---------------------------------------------------- 43
Gambar 2.5 Bangun ruang kerucut --------------------------------------------------- 43
Gambar 2.6 Bangun ruang bola ------------------------------------------------------- 43
Gambar 4.1 Desain bangun ruang kubus -------------------------------------------- 83
Gambar 4.2 Desain bangun ruang balok --------------------------------------------- 83
Gambar 4.3 Desain bangun ruang tabung ------------------------------------------- 83
Gambar 4.4 Desain bangun ruang kerucut ------------------------------------------ 83
Gambar 4.5 Desain bangun ruang bola ---------------------------------------------- 83
Gambar 4.6 Desain tempat bangun ruang ------------------------------------------- 84
Gambar 4.7 Replika alat peraga bangun ruang ------------------------------------- 85
Gambar 4.8 Alat peraga sifat-sifat bangun ruang ---------------------------------- 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Garis besar wawancara Potensi dan Masalah ---------------------- 111
Lampiran 2 Garis besar wawancara Pengumpulan Data ------------------------ 112
Lampiran 3 Pedoman Observasi ---------------------------------------------------- 113
Lampiran 4 Kisi-kisi Penilaian Validasi Prototipe Alat Peraga ---------------- 114
Lampiran 5 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Ahli Matematika ---------------- 115
Lampiran 6 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Ahli Psikolog Anak ------------- 118
Lampiran 7 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Guru kelas IV -------------------- 121
Lampiran 8 Album Penggunaan Alat Peraga ------------------------------------- 124
Lampiran 9 Rancangan Pembelajaran Individu ---------------------------------- 144
Lampiran 10 Program Pembelajaran Individu ------------------------------------ 152
Lampiran 11 Foto Uji Coba Penelitian -------------------------------------------- 159
Lampiran 11 Hasil Uji Coba Alat Peraga ----------------------------------------- 160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang
dikembangkan, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan adalah hak bagi tiap warga negara, sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (amandemen 4) bahwa “Setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan”. Isi dari pasal tersebut jelas
dikatakan bahwa “setiap warga negara” ini berarti pemenuhan pendidikan
tidak memandang status sosial dan ekonomi seseorang. Setiap orang
berhak mendapat pendidikan yang sejajar, hal ini juga berlaku bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK).
Menurut Efendi (2008:88) anak tunagrahita merupakan salah satu
klasifikasi anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan hambatan di bidang
mental. Hambatan mental yang dialami anak tunagrahita sering membuat
mereka tidak dapat mengolah informasi yang diperoleh sehingga tidak
dapat mengikuti perintah dengan baik. Anak tunagarahita memiliki
kemampuan akademis di bawah rata-rata yang menyebabkan mereka tidak
dapat berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan pada usianya
selayaknya anak pada umumnya. Hal inilah yang menyebabkan anak
tunagrahita memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan dengan anak
pada umumnya. Anak tunagrahita memerlukan bimbingan dan perhatian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dari guru atau pembimbing agar tingkat perkembangan diri anak yang
bersangkutan dapat tercapai sesuai dengan keberadaannya.
Hambatan intelektual pada anak tunagrahita tentu sangat berpengaruh
pada kemampuan akademiknya. Anak tunagrahita tidak dapat disamakan
kemampuannya dengan anak seusianya. Kemampuan anak tunagrahita
berada jauh dibawah rata-rata mengingat anak tunagrahita juga memiliki
IQ di bawah 70. Anak tunagrahita sering mengalami kesulitan dalam
menyerap informasi, bahkan informasi sederhana yang termasuk mudah
bagi orang pada umumnya (Efendi, 2008:88).
Berdasarkan hambatan-hambatan yang dialami oleh anak tunagrahita,
pembelajaran yang diterapkan tidak dapat disamakan dengan anak pada
umumnya. Dalam menentukan strategi yang efektif, guru harus
memperhatikan tujuan pelaksanaan pembelajaran, karakteristik dari anak
tunagrahita, dan ketersediaan sumber (sarana dan prasarana). Strategi yang
dapat digunakan untuk pembelajaran bagi anak tunagrahita adalah strategi
yang diindividualisasikan, kooperatif, dan modifikasi tingkah laku.
Pendekatan pembelajaran bagi anak tunagrahita juga memerlukan berbagai
pertimbangan berdasarkan karakteristik dari anak tersebut. Pendekatan
yang cenderung digunakan dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita
adalah dengan pendekatan modifikasi tingkah laku. Hal ini dikarenakan
perkembangan tingkah laku pada anak tunagrahita banyak mengalami
hambatan, sehingga tingkah laku yang dikembangkan harus dapat diukur
dan diamati (Efendi, 2006:104).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Menurut Dhelpie (2006:56) dalam pembelajaran bagi siswa
tunagrahita di sekolah materi, metode, maupun media pembelajaran
haruslah yang akomodatif, sehingga dapat memfasilitasi perbedaan yang
antara siswa tunagrahita dengan siswa reguler. Materi pembelajaran
dirancang sefleksibel mungkin agar dapat dengan mudah tersampaikan
kepada siswa tunagrahita. Metode pembelajaran yang dilaksanakan di
kelas hendaknya juga bervariatif, agar siswa tunagrahita tidak bosan.
Alat peraga pembelajaran yang dapat digunakan bagi siswa
tungarahita adalah alat peraga yang sesuai dengan karakteristiknya, yakni
alat peraga yang konkret dan mudah digunakan, karena siswa tunagrahita
kesulitan dalam berpikir abstrak dan sulit mengingat (Delphie, 2006:56).
Kesulitan dalam berpikir abtrak ini seringkali dialami pada mata pelajaran
matematika. Sebagian besar anak di sekolah menganggap matematika
adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit baik dalam
pelajarannya maupun cara penyampaiannya, sedangkan begitupun
keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika bahkan sebelum disebut matematika,
pembelajaran ini dinamakan pelajaran berhitung. Keterampilan berhitung
dibutuhkan setiap aspek kehidupan sehari-harinya.
Selama ini pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran
yang sulit dipelajari, tidak menyenangkan, membosankan dan menakutkan
(Karso, dkk 2009:15). Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut
untuk belajar matematika. Sikap ini mengakibatkan prestasi belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
matematika menjadi rendah, akibat lebih lanjut mereka semakin tidak suka
terhadap matematika, maka prestasi belajar matematika akan semakin
rendah. Terutama bagi siswa yang termasuk anak tunagrahita yang
membutuhkan bimbingan penuh dari guru dan membutuhkan waktu yang
lama untuk memahami konsep matematika dibanding dengan siswa pada
umumnya.
Menurut Subarinah (2006:1) Matematika merupakan mata pelajaran
yang bersifat abstrak, sehingga kemampuan guru sangat diperlukan betul
dalam meningkatkan kemampuan siswanya yang termasuk anak
tunagrahita dalam bidang matematika ini. Agar lebih baik lagi, seharusnya
siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, agar
siswa lebih cepat dan tanggap dalam memahami pelajaran yang
disampaikan oleh guru, berdasarkan Permendiknas RI No. 41 (2007: 6)
menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan
dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Hal ini menunjukan bahwa media pembelajaran sangat diperlukan untuk
menunjang proses belajar anak tunagrahita. Alat peraga pembelajaran
dapat membantu siswa menangkap materi/pesan yang terkandung dalam
suatu pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika. Alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pembelajaran yang menarik juga dapat membangkitkan semangat dan
minat belajar siswa.
Peneliti melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah di sebuah
sekolah SD Negeri K Yogyakarta pada tanggal 23 November 2016 pada
tahun ajaran 2016/2017. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SD
Negeri K Yogyakarta, peneliti mendapatkan informasi bahwa di sekolah
ini ada satu siswa yang menyandang tunagrahita di kelas IV dengan hasil
IQ di bawah 70. Informasi tersebut diperoleh pihak sekolah dari cerita
orang tua siswa karena permintaan orang tua siswa yang tidak ingin
memperlihatkan hasil tes IQ satu siswa tunagrahita di SD Negeri K
Yogyakarta. Adapun kurangnya penggunaan alat peraga konkret untuk
membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan gurunya.
Pada hari yang sama peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV,
dimana kelas ini memiliki siswa tunagrahita. Dalam wawancara dengan
guru kelas IV tersebut, peneliti mendapatkan informasi bahwa siswa
tunagrahita tersebut memiliki keterbatasan kemampuan akademik jika
dibandingkan dengan siswa lainnya di kelas yang sama. Siswa tunagrahita
di kelas IV ini mengalami kesulitan dalam memahami materi pada setiap
mata pelajaran.
Wawancara kedua dilakukan bersama guru kelas IV dan siswa
tunagrahita kelas IV. Wawancara dan observasi dilakukan pada tanggal 24
November 2016. Hasil wawancara kedua bersama guru kelas IV dan siswa
tunagrahita kelas IV mengalami kesulitan pada pembelajaran matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
materi sifat-sifat bangun ruang khususnya membedakan sisi, rusuk dan
titik sudut pada bagun ruang. Siswa tersebut mengatakan bahwa dia
merasa kesulitan dalam memahami dan mengingat materi yang telah
disampaikan oleh guru. Hal tersebut dibuktikan pada saat observasi
responden di kelas dengan materi bangun ruang, siswa mengalami
kesulitan menjawab pertanyaan tentang membedakan sisi dan rusuk pada
bangun ruang.
Dari hasil kedua wawancara tersebut, peneliti melihat pentingnya alat
peraga untuk siswa berkebutuhan khusus tunagrahita. Oleh karena itu
solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
mengembangkan alat peraga matematika dengan ciri-ciri alat peraga
montessori untuk membantu guru dalam memberikan materi sifat bangun
ruang sederhana.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat sebuah judul
penelitian “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika
“Sibaru” untuk Anak Berkebutuhan khusus Tunagrahita Kelas IV”. Materi
pembelajaran dibatasi pada standar kompetensi Memahami sifat bangun
ruang sederhana. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan alat
pembelajaran matematika “Sibaru” materi sifat-sifat bangun ruang
sederhana untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita kelas IV di SD
Negeri K Yogyakarta agar mempermudah anak tunagrahita untuk
memahami dan mengingat materi sifat-sifat bangun ruang sederhana. Alat
peraga dalam penelitian ini menggunakan lima ciri-ciri Montessori. Alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
peraga Montessori merupakan alat peraga yang dirancang untuk membantu
siswa dalam belajar dan memahami materi pembelajaran. Lima ciri-ciri
alat peraga Montessori yaitu menarik dengan memberikan warna, bentuk,
tekstur serta berat yang ideal. Bergradasi, memiliki warna dan tekstur pada
alat peraga yang dapat dirasakan oleh indera manusia seperti indera
penglihatan dan indera peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang dapat
mengetahui kesalahannya sendiri ketika menggunakan alat peraga. Siswa
dapat belajar secara mandiri dengan alat peraga ini tanpa didampingi oleh
guru. Kontekstual, alat peraga dibuat menggunakan bahan-bahan yang
dapat ditemukan di lingkungan sekitar dan tahan lama. Peneliti berharap
alat peraga ini dapat membantu siswa-siswi tunagrahita dalam belajar
memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana khususnya membedakan
sisi, rusuk dan titik sudut pada bangun ruang. Selain itu juga pembuatan
alat peraga dapat membantu guru dalam menjelaskan materi sifat-sifat
bangun ruang sederhana secara konkret.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi pada masalah di atas maka peneliti membatasi
masalah pengembangan Alat Peraga Matematika”sibaru” untuk Siswa
Tunagrahita. Penelitian ini dibatasi hanya untuk satu siswa berkebutuhan
khusus tunagrahita di SD Negeri K Yogyakarta. Peneliti mengambil satu
siswa tunagrahita ringan karena hanya terdapat satu siswa tunagrahita yang
berada di kelas IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.3 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dua rumusan masalah.
Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1.3.1 Bagaimana langkah-langkah pengembangan alat peraga
pembelajaran matematika “sibaru” untuk anak berkebutuhan
khusus tunagrahita kelas IV di SD Negeri K Yogyakarta?
1.3.2 Bagaimana kualitas alat peraga pembelajaran matematika “sibaru”
untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita kelas IV di SD Negeri
K Yogyakarta?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan pelaksanaanya. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Mengetahui langkah-langkah pengembangan alat peraga
pembelajaran matematika “sibaru” untuk anak berkebutuhan
khusus tunagrahita kelas IV di SD Negeri K Yogyakarta.
1.4.2 Mengetahui bagaimana kualitas alat peraga pembelajaran
matematika “sibaru” untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita
kelas IV di SD Negeri K Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, yaitu :
1.5.1 Bagi Anak Tunagrahita
Dapat mempermudah anak dalam memahami pelajaran
matematika terutama keterampilan mengingat melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pengembangan alat peraga matematika karena proses
pembelajarannya menyenangkan dan anak dapat berperan aktif
dalam pembelajaran tersebut.
1.5.2 Bagi Guru
Guru mendapatkan pengalaman dan referensi baru tentang
pengadaan, pengembangan, dan penggunaan alat peraga untuk
pembelajaran. Sehingga akhirnya guru menyadari pentingnya alat
peraga dalam pembelajaran untuk mempermudah anak bahkan
mampu mengatasi kesulitan belajar anak.
1.5.3 Bagi Sekolah
Sekolah dapat mempertimbangkan mengenai pengadaan
alat peraga untuk pembelajaran. Sehingga sekolah mendapatkan
pengetahuan baru tentang berbagai macam alat peraga untuk proses
pembelajaran.
1.5.4 Bagi Prodi PGSD
Menambah referensi alat peraga yang ada dapat
dikembangkan di PGSD dan menambah pengalaman penelitian
research and development tentang alat peraga.
1.5.5 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah keterampilan
dalam melaksanakan penelitian khususnya mengenai pembuatan
alat peraga. Selain dalam pembuatannya, diharapkan peneliti
mampu memaksimalkan dalam penggunaan alat peraga, khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
untuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita dalam mempelajari
sifat-sifat bangun ruang di Sekolah Dasar.
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Alat peraga pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
keterampilan atau kemampuan pembelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa alat peraga pembelajaran adalah alat bantu proses
belajar mengajar.
1.6.2 Anak berkebutuhan khusus ialah anak yang mengalami hambatan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan serta memiliki
penyimpangan atau kelainan fisik, mental-intelektual, sosial, dan
emosional sehingga anak berkebutuhan khusus memerlukan
penanganan khusus dari guru maupun orang tua.
1.6.3 Anak tunagrahita adalah seorang anak dengan hambatan dalam
perkembangan intelektual dan perilaku adaptif dalam masa
perkembangan.
1.6.4 Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang
bersifat abstrak, yang membutuhkan kecermatan dalam
mempelajarinya sebagai sarana berpikir logis yang sistematis, logis,
dan kritis. Matematika memberikan manfaat dalam penyelesaian
masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6.5 Materi sifat-sifat bangun ruang sederhana merupakan proses awal
dalam mengenal ciri-ciri yang ada pada bangun ruang.
1.6.6 Belajar merupakan suatu aktivitas dari sesorang baik disengaja
maupun tidak disengaja dengan dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya yang memungkinkan seseorang mendapatkan
pengetahuan serta pengalaman yang berharga.
1.7 Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan adalah alat peraga “sibaru (sifat
bangun ruang)” beserta album penggunaanya. Indikator yang dimasukan
dalam alat peraga “sibaru” ini adalah 8.1.1 mengetahui rusuk, sisi dan titik
sudut pada bangun ruang; 8.1.2 membedakan rusuk, sisi dan titik sudut
pada bangun ruang.
1.7.1 Spesifikasi Alat Peraga “sibaru”
Alat peraga “Sibaru” ini dipadukan dengan metode Montessori.
Alat peraga berbasis metode Montessori memiliki 4ciri-ciri yaitu menarik,
bergradasi, auto-correction, auto-education dan satu ciri tambahan yaitu
kontekstual. Oleh sebab itu, alat peraga “sibaru” ini dibuat dengan warna-
warna yang menarik dan terdapat tekstur yang berbeda, yaitu warna
kuning dan tekstur kasar untuk sisi, warna hijau untuk rusuk dan merah
untuk titik sudut. Sehingga anak dapat dengan mudah memahami dan
mengingatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Alat peraga bangun ruang ini terdiri dari 3 bagian, bagian pertama
kotak tempat untuk lima bangun ruang yaitu kubus, balok, tabung, kerucut
dan bola. Kedua, lima bangun ruang. Seperti pada gambar berikut:
Sisi luar
Sisi dalam
Gambar 1 Tempat bangun ruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 1.2 Bangun ruang balok, kubus, tabung, kerucut dan bola
Ketiga adalah tempat untuk kartu. Kartu dikemas di dalam amplop yang
terbuat dari plastik, yang terdiri dari kartu nama bangun ruang, kartu gambar,
kartu sifat, kartu angka, dan kartu soal. Kartu-kartu yang dibuat dengan bahan
photos paper ini dimasukan dalam amplop plastik berdasarkan jenisnya.
K u b u s K e r u c u t T a b u n g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 1.3 Kartu gambar
Gambar 1.4 Kartu soal
K U B U S B A L O K K E R U C U T
T A B U N G B O L A
Gambar 1.5 Kartu nama
B a l o k B O L A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
S I S I
R U S U K
TITIK SUDUT
Gambar 1.6 Kartu ciri
Gambar 1.7 Kartu angka
Keterangan:
1. Judul alat peraga ini yaitu Sifat Bangun Ruang bila disingkat menjadi
“Sibaru”.
2. Tempat dibuat berlubang agar bangun ruang tidak diletakan secara
berantakan karena sudah memiliki lubang masing-masing.
3. Warna pada bentuk bangun ruang terdiri dari warna kuning dan
bertekstur kasar untuk sisi, warna hijau untuk rusuk, dan warna merah
untuk titik sudut.
1
2
3
4
5
6
8
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4. Kotak tempat alat peraga berukuran lebar 35 cm tinggi 20 cm. Kotak
ini memiliki warna cokelat dan diberi mika bening.
5. Bangun ruang memiliki ukuran masing-masing yaitu: (1) kubus
memiliki ukuran sisi 8 cm (2) balok berukuran panjang 15 cm, lebar 8
cm, dan tinggi 8 cm (3) tabung memiliki ukuran diameter alas 6 cm
dan tinggi 14 cm (4) Kerucut berukuran tinggi 16 cm dan diametr alas
8 cm (5) bola berdiameter 8 cm.
6. Kartu soal dan kartu gambar memiliki ukuran 5 cm x 7 cm, kartu ciri
memiliki ukuran 8 cm x 11 cm, dan kartu angka berukuran 2,5 cm x
3,5 cm.
1.7.2 Spesifikasi album petunjuk penggunaan alat peraga “sibaru”
album petunjuk penggunaan
terdiri dari:
1. Cover
2. Kata pengantar
3. Daftar isi
4. Materi bangun ruang
5. Pengenalan alat perga
bangun ruang
6. Petunjuk penggunaan alat
peraga
7. Daftar pustaka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Alat Peraga
Pada sub bab ini dipaparkan pengertian alat peraga dan ciri-ciri alat peraga
2.1.1.1 Pengertian Alat Peraga
Estiningsih dalam Prastowo (2015:298) mengemukakan bahwa alat
peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau
membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Menurut Arsyad
(2014:9) alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran dan segala
macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran.
Segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan
dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang
sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Sanaky dalam Prastowo (2015:298) mengemukakan alat
peraga sebagai suatu alat bantu yang digunakan oleh siswa untuk
memperagakan materi pembelajaran.
Kegunaan dari alat peraga antara lain untuk: pertama, membantu
siswa dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya, kedua,
mengilustrasikan dan memantabkan pesan dan informasi, dan ketiga
menghilangkan ketegangan dan hambatan dan rasa malas siswa (Prastowo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2015:298). Menurut Sudono (2010:14) alat peraga berfungsi untuk
menerangkan atau memperagakan suatu mata pelajaran dalam proses
belajar mengajar.
Berdasarkan paparan di atas, alat peraga merupakan suatu media
pembelajaran yang berguna untuk membantu anak dalam memahami
materi pelajaran. Alat peraga sebagai suatu alat bantu yang
menggambarkan, mengilustrasikan, atau mencirikan tentang konsep materi
ajar yang diajarkan, sehingga anak lebih mudah memahami materi
tersebut.
2.1.1.2 Ciri-ciri Pengembangan Alat Peraga
Dalam penelitian ini, pengembangan alat peraga Matematika ini
mengacu pada ciri-ciri alat peraga metode Montessori. Metode
Montessori dikembangkan oleh Maria Montessori yang lahir pada
tanggal 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, kota bukit dengan pemandangan
Laut Adritik, Provinsi Ancona di Italia. Dalam Alat peraga yang
dikembangkan Montessori memiliki empat ciri utama alat peraga yaitu
auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, dan satu ciri
tambahan yaitu kontekstual. Empat ciri alat peraga Montessori dan satu
ciri tambahan dijelaskan berikut ini (Montessori, 2002: 171-175):
1. Auto-education
Alat peraga Montessori dibuat juga dengan memperhatikan
kemandirian yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dalam
menggunakan alat tersebut. Alat peraga disesuaikan dengan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
perkembangan anak yang membuat siswa tidak kesulitan untuk
membawa dan menggunakannya.
2. Menarik
Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan
keindahan di dalamnya, sehingga anak tertarik untuk belajar. Maria
Montessori melakukan penelitian terkait warna-warna yang digunakan
pada alat peraga Montessori. Warna-warna yang digunakan dalam alat
peraga Montessori merupakan hasil dari penelitian dan dipilih sesuai
dengan ketertarikan anak pada warna tersebut.
3. Bergradasi
Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan gradasi.
Montessori menyebutkan bahwa ada dua jenis gradasi yaitu gradasi
umur dan gradasi rangsangan rasional. Gradasi umur dapat dilihat dari
penggunaan alat untuk jenjang kelas sebelumnya maupun untuk
jenjang kelas selanjutnya. Gradasi rangsangan rasional dapat terlihat
pada penggunaan alat yang melibatkan beberapa indera.
4. Auto-correction
Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan pengendali
kesalahan sehingga siswa tahu ketika melakukan kesalahan dalam
menggunakan alat peraga tanpa ada arahan dari guru. Misalnya pada
alat peraga knope silinder, jika siswa salah dalam menyusunnya dari
kecil ke besar atau besar ke kecil, maka bentuk susunannya terlihat
tidak teratur dan tidak indah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
5. Kontekstual
Peneliti menambahkan ciri alat peraga Montessori yaitu
kontekstual karena Montessori meyakini bahwa belajar hendaknya
juga disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005:32). Oleh karena itu
Montessori mengisi kelas dengan bahan-bahan pembelajaran yang
dekat dengan lingkungan siswa.
Berdasarkan paparan dari 4 ciri khas alat peraga Montessori dan 1
ciri tambahan tersebut dapat disimpulkan bahwa 5 ciri alat peraga
Montessori tersebut dapat dijadikan acuan dalam pembuatan alat
peraga pembelajaran berbasis Montessori dan yang dirancang untuk
membantu anak belajar dan memahami materi pembelajaran.
2.1.2 Anak Berkebutuhan Khusus
2.1.2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses
pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan
fisik, mental-intelektual, sosial, dan atau emosional dibanding dengan anak-
anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus (Jannah, dkk, 2014:15). Menurut Desiningrum (2016:1),
mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan
dan kelainan yang dialami anak. Sedangkan menurut Directgov (dalam
Thompson, 2010:2), anak berkebutuhan khusus adalah merujuk pada anak
yang memiliki kesulitan atau ketidakmampuan belajar yang membuatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
lebih sulit untuk belajar atau mengakses pendidikan dibandigkan
kebanyakan anak seusianya.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
anak berkebutuhan khusus ialah anak yang mengalami hambatan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan serta memiliki penyimpangan atau
kelainan fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional sehingga anak
berkebutuhan khusus memerlukan penanganan khusus dari guru maupun
orang tua.
2.1.2.2 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut IDEA (indivisuals with Disabilites Education Act
Amandements) dalam (Desiningrum, 2016:7) mengemukakan secara umum
klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus antara lain:
A) Anak dengan gangguan fisik
1. Tunanetra, yaitu anak yang indera penglihatannya tidak berfungsi
(blind/low vision) sebagai saluran penerimaan informasi dalam
kegiatan sehari-hari seperti orang awas.
2. Tunarungu, yaitu anak kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarnya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi
secara verbal.
3. Tunadaksa, yaitu anak yang mengalami kelainan atau cacat yang
menetap pada alat gerak (tulang, sendi dan otot).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
B) Anak dengan gangguan emosi dan perilaku
1. Tunalaras, yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian
diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
2. Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara, yaitu
anak yang mengalami kelainan suara artikulasi (pengucapan), atau
kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan
bentuk Bahasa, isi Bahasa, atau fungsi Bahasa.
3. Hiperaktif, secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah
laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan
gejala utama tidak mampu mengendalikan gerakan dan memusatkan
perhatian.
C) Anak dengan gangguan intelektual
1. Tunagrahita, yaitu anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah
rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,
komunikasi maupun sosial.
2. Anak Lambat Belajar yaitu anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita (biasanya
memiliki IQ sekitar 70-90).
3. Anak berkesulitan belajar khusus yaitu anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus, terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau
matematika.
4. Anak berbakat adalah anak yang memiliki bakat atau kemampuan
dan kecerdasan luar biasa yaitu anak yang memiliki potensi
kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap
tugas (ask commitment) di atas anak-anak seusianya (anak pada
umumnya), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi
nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
5. Autisme yaitu gangguan perkembangan nak disebabkan oleh adanya
gangguan pada system syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan
dalam interaksi social, komunikasi dan perilaku.
6. Indigo, adalah manusia yang sejak lahir mempuyai elebihan khusus
yang tidak dimiliki pada manusia pada umumnya.
Dari pengertian klasifikasi anak berkebutuhan khusu di atas dapata
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu anak dengan gangguan fisik, anak
dengan gangguan emosi dan perilaku, serta anak dengan gangguan
intelektual. Anak dengan gangguan fisik yaitu Tunanetra, Tunarungu dan
Tunadaksa. Kedua anak dengan gangguan emosi dan perilaku yaitu
Tunalaras, Tunawicara dan Hiperaktif. Ketiga anak dengan gangguan
intelektual yaitu Tunagrahita, Anak Lambat Belajar, Anak berkesulitan
belajar khusus, Anak berbakat, Autisme, dan Indigo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.1.3 Anak Tunagrahita
2.1.3.1 Pengertian Anak Tunagrahita
Menurut Desiningrum (2016:12) anak tunagrahita yaitu anak yang
secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan
mental intelektual jauh di bawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan
dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial. Menurut Efendi
(2006:88) istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa
referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemat ingatan, flbleminded,
mental subnormal. Semua makna dan istilah tersebut sama, yakni menunjuk
kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal.
Kata “mental” dan “intelektual” dalam peristilahan di atas mempunyai
arti yang sama, dan bukan dalam artian kondisi psikologi. Perbedaan
penggunan istilah disebabkan oleh latar belakang keilmuan dan kepentingan
dari para ahli yang mengemukakannya. Akan tetapi, semua istilah tersebut
memiliki pengertian yang sama yakni hambatan dan keterbatasan
perkembangan kecerdasan seseorang bila dibandingkan dengan anak pada
umumnya. Keterlambatan dan keterbatasan kecerdasan intelegensi ini disertai
dengan keterbatasan dalam penyesuaian perilaku (Wardani, 2011: 6.3-6.4).
Menurut Bratanata dalam Efendi (2006:88) Seseorang dikategorikan
berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk
meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan spesifik,
termasuk dalam program pendidikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki
kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Mereka memiliki
keterlambatan dalam segala bidang dan itu sifatnya permanen. Rentang
memori mereka pendek terutama yang berhubungan dengan akademik,
kurang dapat berpikir abstrak dan pelik (Apriyanto, 2012: 21).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
tunagrahita adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami hambatan
dalam perkembangan intelektual dan perilaku adaptif dalam masa
perkembangan.
2.1.3.2 4. Faktor – Faktor Penyebab Tunagrahita
Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas beberapa kelompok.
Strauss membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu
endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel
keturunan dan eskogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi,
virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain
(Moh. Amin, 1995: 62). Cara lain yang sering digunakan dalam
pengelompokan faktor penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu
terjadinya, yaitu faktor yang terjadi sebelum lahir (prenatal); saat kelahiran
(natal), dan setelah lahir (postnatal). Berikut ini akan dibahas beberapa
penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari
faktor keturunan maupun faktor lingkungan.
Faktor-faktor penyebab Tunagrahita adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
a. Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi hal-
hal berikut.
1. Kelainan kromosom dapat dilihat dari bentuknya dapat berupa inversi
(kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan gene karena melilitnya
kromosom; delesi (kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan tidak
membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel);
duplikasi (kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi
kelebihan kromosom pada salah satu sel yang lain); translokasi (adanya
kromosom yang patah dan patahannya menempel pada kromosom lain).
2. Kelainan Gen. Kelainan ini terjadi pada waktu mutasi, tidak selamanya
tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan tersebut dan
tempat gena (locus) yang mendapat kelainan.
b. Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan
metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu.
Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan gizi, antara lain
phenylketonuria (akibat gangguan metabolisme asam amino) dengan gejala
yang tampak berupa: tunagrahita, kekurangan pigmen, kejang saraf,
kelainan tingkah laku; gargoylism (kerusakan metabolisme saccharide yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa
kecil, dan otak) dengan gejala yang tampak berupa ketidaknormalan tinggi
badan, kerangka tubuh yang tidak proporsional, telapak tangan lebar dan
pendek, persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tunagrahita;
cretinism (keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa janin
atau saat dilahirkan) dengan gejala kelainan yang tampak adalah
ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan.
c. Infeksi dan keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit selama ibu
mengandung. Penyakit yang dimaksud, antara lain rubella yang
mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendengaran, penyakit
jantung bawaan, berat badan sangat kurang ketika lahir; syphilis bawaan;
syndrome gravidity beracun, hampir pada semua kasus berakibat
ketunagrahitaan.
d. Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma pada bayi terutama pada otak ketika bayi dilahirkan
atau terkena radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan
ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya
disebabkan oleh kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu.
Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan
mengakibatkan cacat mental microsephaly.
e. Masalah pada kelahiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang
disertai hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang,
dan napas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis
terutama pada kelahiran yang sulit.
f. Faktor lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya
ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan
hal ini, salah satunya adalah temuan Patton & Polloway (1986:188) bahwa
bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan
interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu
penyebab ketunagrahitaan. Studi yang dilakukan Kirk (Triman Prasadio,
1982:25) menemukan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tingkat
sosial ekonominya rendah menunjukkan kecenderungan mempertahankan
mentalnya pada taraf yang sama, bahkan prestasi belajarnya semakin
berkurang dengan meningkatnya usia. Latar belakang pendidikan orang tua
sering juga dihubungkan dengan masalah-masalah perkembangan.
Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta
kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang positif dalam masa
perkembangan anak menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan.
Mengenai hal ini, Triman Prasadio (1982: 26) mengemukakan bahwa
kurangnya rangsang intelektual yang memadai mengakibatkan timbulnya
hambatan dalam perkembangan inteligensia sehingga anak dapat berkembang
menjadi anak retardasi mental.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kesimpulan anak tunagrahita bisa terjadi dengan beberapa faktor yang
dijelaskan di atas semuanya dapat mempengaruhi anak. Meskipun faktor
keturunan memiliki pengaruh yang kuat, namun lingkungan juga merupakan
faktor yang penting mempengaruhi anak tunagrahita. Lingkungan dapat
mempengaruhi terutama dari dalam keluarga. Kurangnya kesadaran orang
tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam
memberikan rangsang positif dalam masa perkembangan anak menjadi salah
satu penyebab timbulnya gangguan.
2.1.3.3 Klasifikasi Anak Tunagrahita
Ada berbagai cara pandang dalam mengklasifikasikan anak
tunagrahita. Pengklasifikasian tunagrahita ini akan memudahkan guru dalam
penyusunan program layanan pendidikan/pembelajaran yang akan diberikan
secara tepat. Mumpuniarti (2007: 13-17) mengklasifikasikan tunagrahita
dilihat dari berbagai pandangan, yaitu: klasfikasi berpandangan medis,
pendidikan, sosiologis, dan klasifikasi menurut Leo Kanner.
Pengklasifikasian anak tunagrahita berpandangan pendidikan menurut
Mumpuniarti (2007: 15) adalah mengklasifikasikan anak tunagrahita
berdasarkan kemampuannya dalam mengikuti pendidikan atau bimbingan.
Pengelompokan berdasarkan klasifikasi tersebut, adalah tunagrahita mampu
didik, mampu latih, dan perlu rawat. Pengklasifikasian tersebut dapat dikaji
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
1) Mampu didik, tunagrahita yang masuk dalam penggolongan mampu
didik ini setingkat mild, borderline, marginally dependent, moron, dan
debil. IQ mereka berkisar 50/55-70/75.
2) Mampu latih, kemampuan tunagrahita pada golongan ini setara dengan
moderate, semi dependent, imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ
berkisar 20/25-50/55.
3) Perlu rawat, yang termasuk dalam penggolongan perlu rawat adalah anak
yang termasuk totally dependent or profoundly mentally retarded, severe,
idiot, dan tingkat kecerdasannya 0/5-20/25.
Pengklasifikasian anak tunagrahita berdasarkan keperluan dalam
pembelajaran menurut Apriyanto (2012: 31-32) adalah sebagai berikut:
1) Educable, anak dalam kelompok ini memiliki kemapuan akademik setara
dengan anak pada kelas 5 Sekolah Dasar.
2) Trainable, penyandang tunagrahita dalam kelompok ini masih mampu
dalam mengurus dirinya sendiri dan mempertahankan diri. Penyandang
tunagrahita dalam mendapatkan pendidikan dan penyesuaian dalam
lingkungan sosial dapat diberikan walau sangat terbatas.
3) Custodia, pembelajaran dapat diberikan secara terus menerus dan khusus.
Tunagrahita dalam kelompok ini dapat diajarkan bagaimana cara
menolong dirinya sendiri dan mengembangkan kemampuan yang lebih
bersifat komunikatif.
Seorang pedagog mengklasifikasikan tunagrahita berdasarkan pada
penilaian program pendidikan yang disajikan pada anak. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
penilaian tersebut tunagrahita diklasifikasikan menjadi tunagrahita mampu
didik, mampu latih, dan mampu rawat (Efendi, 2006: 90-91).
1) Tunagrahita mampu didik (debil). Tidak mampu mengikuti program pada
sekolah reguler, tapi masih dapat mengembangkan kemampuan melalui
pendidikan walapun hasilnya tidak dapat maksimal. kemampuan yang
dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain: (1)
membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; (2) menyesuaikan diri dan
tidak menggantungkan diri kepada orang lain; (3) keterampilan
sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
2) Tunagrahita mampu latih (imbecil). Memiliki kecerdasan yang rendah,
sehingga tidak dapat mengikuti program pembelajaran seperti pada
tunagrahita mampu didik. Keterampilan anak tunagrahita mampu latih 19
yang dapat diberdayakan, adalah (1) belajar mengurus diri sendiri,
misalnya makan, pakaian, tidur, atau mandi sendiri; (2) belajar
menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya; (3) mempelajari
kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja (sheltered workshop), atau
di lembaga khusus.
3) Tunagrahita mampu rawat (idiot). Tunagrahita dengan tingkat kecerdasan
yang sebegitu rendahnya sehingga tidak dapat mengurus dirinya sendiri
atau melakukan interaksi sosial. Tunagrahita dalam golongan ini adalah
mereka yang membutuhkan bantuan orang lain dalam segala aktivitas
hidupnya. Tunagrahita perlu rawat dapat dikatakan seorang yang tidak
dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Selanjutnya adalah sistem pengklasifikasian tunagrahita berpandangan
sosiologis. Pengelompokan ini berdasarkan atas kemampuan penyandang
tunagrahita dalam kemampuannya untuk mandiri di masyarakat atau apa yang
dapat dilakukannya dimasyarakat. Tunagrahita berpandangan sosiologis
diklasifikasikan sebagai tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunagrahita
berat dan sangat berat (Mumpuniarti. 2007: 15).
1) Tunagrahita ringan, tingkat kecerdasan IQ mereka berkisar 50-70, lebih
mudah dalam hal penyesuaian sosial maupun bergaul dengan orang
normal yang lain, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang
lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.
2) Tunagrahita sedang, tingkat IQ mereka berkisar antara 30-50, mampu
mengurus dirinya sendiri, dapat beradaptasi dengan lingkungan terdekat,
dapat melakukan pekerjaan yang dilkukan secara terus menerus tapi tetap
memerlukan pengawasan.
3) Tunagrahita berat dan sangat berat, tingkat kecerdasan IQ pada
tunagrahita ini dibawah 30. Sepanjang hidup mereka bergantung pada
orang lain. Mereka hanya dapat berkomunikasi secara sederhana dan
dalam batasan tertentu.
Berdasarkan pengklasifikasian yang telah dikemukakan oleh para ahli,
penulis menyimpulkan bahwa tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, tergantung dari sudut pandangnya. Sejalan dengan penelitian
yang penulis lakukan, penulis membatasi pengklasifikasian tunagrahita
berdasarkan pada kemampuan dalam menerima pendidikan atau kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dalam menerima pelajaran, yakni: tunagrahita mampu didik atau tunagrahita
ringan (debil), tunagrahita mampu latih atau tunagrahita sedang (imbecil),
tunagrahita mampu rawat atau tunagrahita berat dan sangat berat (idiot).
2.1.3.3 Karakteristik Anak Tunagrahita
Menurut Delphie (2006:17) mengemukakan karakteristik anak
tunagrahita, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial, dan emosional sama seperti
anak-anak yang tidak menyandang tunagrahita.
2. Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali
melakukan kesalahan.
3. Suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi
kesalahan-kesalahan yang mungkin ia lakukan.
4. Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri.
5. Mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial.
6. Mempunyai masalah yang berkaitan dengan karakteristik belajar.
7. Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan.
8. Mempunyai masalah dalam kesehatan fisik.
9. Kurang mampu untuk berkomunikasi.
10. Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak.
11. Mempunyai masalah berkaitan dengan psikiatrik, adanya gejala-gejala
depresif menurut hasil penelitian dari Meins tahun 1995 (Smith, et al.,
2002:278-279).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Hambatan intelektual dan kesulitan dalam penyesuaian perilaku pada
tunagrahita sangat berpangaruh dalam aspek-aspek kehidupannya yang lain,
sehingga mereka sering merasa kesulitan dalam mengahadapi hidupnya.
Kesulitan yang dialami tunagrahita yaitu masalah belajar. Kegiatan belajar
mengajar adalah kegiatan yang berkaitan langsung dengan kemampuan
intelegensi. Efendi (2006: 96) menyatakan bahwa “pada dasarnya, anak yang
memiliki kemampuan kecerdasan dibawah rata-rata normal atau tunagrahita
menunjukkan kecerdasan rendah pada fungsi umum kecerdasannya”. Hal
yang dianggap umum dan menjadi sesuatu yang wajar dapat menjadi luar
biasa, unik, atau aneh bagi anak tunagrahita, ini dikarenakan rendahnya
fungsi kognitif yang dimilikinya. Siswa yang mengalami terbelakang mental
mungkin mengalami kesulitan yang besar dalam mempelajari materi yang
abstrak (Smith, 2009: 120).
Penelitian yang dilakukan oleh Espin dan Deno (dalam Smith 2009:120)
menunjukkan bahwa faktor-faktor ini dapat juga mempengaruhi keefektifan
proses belajar siswa terbelakang;
1) Siswa terbelakang mental mendapatkan kesulitan dalam memfokuskan
perhatian mereka pada sebuah tugas dalam waktu yang lama.
2) Siswa terbelakang mental mendapat kesulitan mengenal dan berfokus
pada aspek-aspek tugas yang penting.
3) Siswa terbelakang mental mendapat kesulitan dalam memindahkan dan
menyamaratakan kemampuan dari satu konteks ke konteks lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4) Siswa terbelakang mental sulit mendapat keterangan dengan mudah yang
berhubungan dengan masalah yang utama, mungkin mereka ketinggalan
memahami arti bacaan atau pelajaran.
5) Siswa terbelakang mental dapat melupakan informasi dengan sangat
cepat dibanding yang lain.
Berdasarkan pada apa yang telah dikemukakan para ahli mengenai
hambatan kognitif yang dialami oleh penyadang tunagrahita, penulis
menyimpulkan bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh tunagrahita
disebabkan fungsi intelektual mereka yang terhambat. Pembelajaran yang
dilakukan dalam mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Materi pelajaran dibuat
sederhana dan dilakukan pengulangan terus menerus. Kesulitan berpikir
abstrak pada tunagrahita dapat diminimalisir dalam pembelajaran dengan
menggunakan benda konkret atau dengan alat peraga.
2.1.4 Mata pelajaran Matematika di SD
2.1.4.1 Pengertian Matematika
Nasoetion (dalam Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa istilah
“Matematika” berasal dari kata Yunani “mathein” atau “manthenin” yang
artinya “mempelajari”. Mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata
sansekerta medha atau widya yang artinya ialah “kepandaian”, ”ketahuan”
atau “intelegensi”. Dengan menguasai matematika, orang akan belajar
mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar menambah
kepandaiannya. Johnson dan Rising (dalam Subarinah, 2006: 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mengemukakan bahwa matematika merupakan pola berfikir, pola
mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang
terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif
berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya. Matematika merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di
dalamnya (Subarinah, 2006: 1). Prihandoko (2006: 6) mengemukakan bahwa
matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan
kalkulasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
suatu ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, yang membutuhkan
kecermatan dalam mempelajarinya sebagai sarana berpikir logis yang
sistematis, logis, dan kritis dengan menggunakan bahasa matematika. Dengan
matematika ilmu pengetahuan lainnya dapat berkembang secara cepat karena
matematika dapat memasuki wilayah cabang ilmu lainnya dan seluruh segi
kehidupan manusia.
2.1.4.2 Tujuan Matematika
Prihandoko (2006: 5) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di
sekolah dasar adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk
menghadapi materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan.
Depdiknas di dalam Prihandoko (2006: 21) menguraikan bahwa tujuan
pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir
sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten, serta mengembangkan sikap
gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Wakiman (2001: 4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengemukakan bahwa tujuan pengajaran matematika di Sekolah Dasar
dibagi menjadi dua tujuan sebagai berikut.
a. Tujuan umum, dalam tujuan umum matematika SD bertujuan agar siswa
sanggup menghadapi perubahan keadaan, dapat menggunakan
matematika dan pola pikir matematika.
b. Tujuan khusus, dalam tujuan khusus matematika SD bertujuan
menumbuhkan dan mengembangkan, keterampilan berhitung,
menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan,
mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar di
SMP, dan membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat serta disiplin.
Selain itu, matematika mempunyai manfaat yaitu dapat membentuk pola
pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir sistematis, logis, kritis
dengan penuh kecermatan (Subarinah, 2006: 1). Sejalan dengan pendapat
tersebut, Sujono dalam Prihandoko (2006: 10) mengemukakan bahwa nilai
utama yang terkandung dalam matematika adalah nilai praktis, nilai disiplin
dan nilai budaya. Matematika dikatakan mempunyai nilai praktis karena
matematika merupakan suatu alat yang dapat langsung dipergunakan untuk
menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Matematika terdapat nilai
kedisiplinan dengan maksud bahwa belajar matematika akan melatih orang
berlaku disiplin dalam pola pemikirannya. Matematika mempunyai nilai
budaya karena matematika muncul dari hasil budaya manusia dan berperan
besar dalam perkembangan budaya itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika
bertujuan melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis,
kreatif, dan konsisten untuk menghadapi materi-materi matematika pada
tingkat lanjut, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam
menyelesaikan masalah dan mempunyai nilai utama yang terkandung
sehingga matematika bermanfaat dalam membentuk pola pikir siswa.
2.1.4.3 Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana
Salah satu cabang dari Matematika adalah Geometri. Geometri
berasal dari bahasa Yunani yaitu “geo” yang artinya bumi dan “metro” yang
artinya mengukur. Geometri adalah cabang Matematika yang pertama kali
diperkenalkan oleh Thales (624-547 SM) yang berkenaan dengan relasi
ruang. Pada dasarnya tujuan pengajaran geometri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir logis, mengajar membaca dan menginterpretasikan
argumen-argumen matematika, menanamkan pengetahuan geometri yang
diperlukan untuk studi lanjut dan mengembangkan kemampuan keruangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa geometri merupakan materi
matematika yang sulit terutama masalah pemahaman konsep (Sudjadi, 1996).
Bangun adalah semua informasi geometri yang tersisa pada saat
lokasi, skala dan efek putar disaring dari suatu objek. Menurut Djuwita
(2015: 39) mengatakan bangun ruang merupakan sebutan untuk bangun tiga
dimensi, karena memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Bangun ruang ada
bermacam-macam, yaitu
- Prisma tegak segi empat, terdiri dari kubus dan balok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
- Prisma tegak segitiga
- Tabung atau silinder
- Kerucut
- Bola
Dalam penelitian ini, peneliti memilih lima bangun ruang untuk menjadi
alat peraga sifat bangun ruang untuk siswa tunagrahita kelas IV. Lima bangun
ruang yang digunakan, yaitu kubus dan balok (contoh bangun ruang sisi
datar), tabung, kerucut dan bola (contoh bangun ruang sisi lengkung). Lima
bangun ruang tersebut dipilih untuk menjadi pengantar materi jaring-jaring
kubus dan balok selanjutnya di kelas IV.
Menurut Mustaqim Burhan dan Ari Astuty (2008:207-213) materi ajar
sifat-sifat bangun ruang di kelas IV SD, sebagai berikut:
1. Dalam bagian-bagian bangun ruang dikenal istilah sisi, rusuk, dan titik
sudut
Gambar 2.1 Bagian-bagian bangun ruang
Keterangan gambar:
a. Sisi adalah bagian dari bangun ruang yang membentuk bangun ruang
tersebut atau sebuah bidang yang membatasi antara ruang bagian dalam
dan luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
b. Rusuk adalah garis pertemuan anatara dua sisi yang membentuk
bangun bangun ruang tersebut.
c. Titik sudut adalah pojok bangun ruang tersebut atau titik tempat
pertemuan dua rusuk atau lebih.
2. Sifat-sifat pada bangun ruang sederhana:
a. Sifat-sifat Kubus
Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus, mari kita perhatikan
gambar di bawah ini.
Gambar 2.2 Bangun ruang kubus
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH.
1) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah:
• sisi ABCD • sisi EFGH
• sisi ABFE • sisi DCGH
• sisi ADHE • sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus.
Sisi-sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang berukuran
sama.
2) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
• rusuk AB • rusuk BC • rusuk AE
• rusuk EF • rusuk FG • rusuk BF
• rusuk HG • rusuk EH • rusuk CG
• rusuk DC • rusuk AD • rusuk DH
Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus.
Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama.
3) Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah:
• Titik sudut A • Titik sudut E
• Titik sudut B • Titik sudut F
• Titik sudut C • Titik sudut G
• Titik sudut D • Titik sudut H
Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus.
Dari uraian di atas, dapat kita tuliskan pengertian bangun ruang kubus adalah
sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang berukuran
sama
b. Sifat-Sifat Balok
Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang balok, mari kita perhatikan
gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Bangun ruang balok
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:
• sisi ABCD • sisi EFGH
• sisi ABFE • sisi DCGH
• sisi ADHE • sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok.
Sisi ABCD = sisi EFGH
Sisi BCFG = sisi ADHE
Sisi ABFE = sisi EFGH
2) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah:
• rusuk AB • rusuk BC • rusuk AE
• rusuk EF • rusuk FG • rusuk BF
• rusuk HG • rusuk EH • rusuk CG
• rusuk DC • rusuk AD • rusuk DH
Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus.
Rusuk AB = rusuk EF = rusuk HG = rusuk DC
Rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH = rusuk AD
Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH
3) Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah:
• Titik sudut A • Titik sudut E
• Titik sudut B • Titik sudut F
• Titik sudut C • Titik sudut G
• Titik sudut D • Titik sudut H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dari uraian di atas, dapat kita tuliskan pengertian bangun ruang balok adalah
sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tigapasang (enam buah) persegi
panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan
berukuran sama.
c. Sifat-Sifat Tabung, Kerucut, dan Bola
Tabung, kerucut, dan bola sangat berbeda dengan kubus maupun balok.
Dalam ketiga bangun ruang ini terdapat sisi yang melengkung.
Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang tabung, mari kita perhatikan
gambar berikut ini.
Gambar 2.4 Bangun ruang tabung
Gambar 2.5 Bangun ruang kerucut
Gambar 2.6 Bangun ruang bola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Bangun ruang tabung mempunyai 3 buah sisi, yaitu sisi lengkung, sisi atas,
dan sisi bawah. Tabung mempunyai 2 buah rusuk, tetapi tidak mempunyai
titik sudut. Bangun ruang kerucut mempunyai dua buah sisi, yaitu sisi alas
dan sisi lengkung. Kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik
sudut yang biasa disebut titik puncak. Yang terakhir, bangun ruang bola
hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutupi seluruh bagian
ruangnya.
2.1.5 Belajar dan Pembelajaran
Menurut Abdillah 2002 (dalam Aunurrahman, 2011:35) belajar merupakan
salah satu kegiatan untuk menambah pengetahuan atau ilmu. Dalam
pendidikan, belajar merupakan suatu kegiatan yang penting bagi setiap orang.
Belajar adalah suatu usaha sadar yag dilakukan individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-
aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Di
bidang pendidikan, pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa
yang belum terdidik, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan
(Aunurrahman, 2011:34). Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses yang
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi (Levudin,
2014:20).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu aktivitas dari sesorang baik disengaja maupun tidak
disengaja dengan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
memungkinkan seseorang mendapatkan pengetahuan serta pengalaman yang
berharga. Sedangkan pemebelajaran adalah proses interaksi belajar mengajar.
2.1.6 Perkembangan Anak
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterprestasikan objek
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Dimana anak dapat mempelajari ciri-ciri
dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan, serta
objek-objek sosial seperti diri, orang tua dan teman. Piaget memandang
bahwa anak-anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas di dalam mendapatkan informasi anak tidak pasif
menerimanya. Menurut Hetherington & Parke (Dalam Desmati, 2009:46)
dalam mendapatkan informasi anak tidak pasif menerimanya, walaupun
proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas yang dimodifikasi oleh
pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun juga anak berperan aktif
dalam menginteprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman serta
dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia
yang telah ia punyai.
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-
tahap atau periode-periode yang terus bertambah dan kompleks. Berikut
adalah taha-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget(dalam Desmati,
2009:46) sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2.1.6.1 Sensorimotor
Tahapan ini berlangsung pada usia anak 0-2 tahun. Pada tahap ini bayi
bergerak dari tindakan refleks pada saat dia lahir sampai permulaan
pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia
melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan
fisik.
2.1.6.2 Pra operasional
Tahapan ini berlangsung pada usia anak 2-7 tahun. Tahap ini anak mulai
mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata
dan gambar-gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis
dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.
2.1.6.3 Concret operational
Tahap ini berlangsung pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak-anak adapat
berpikir logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda. Anak
menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah actual,
anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan
masalah yang bersifat konkret (Izzati dkk, 2008:105-106).
2.1.6.4 Formal operational
Tahap ini barlangsung pada usia anak 11-15 tahun. Tahap ini biasa ditandai
dengan anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis.
Pemikiran lebih idealistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Penelitian menggunakan Teori Piaget sebagai acuan bajwa anak memiliki
kebutuhan untuk mempelajari suatu pembelajaran dengan menggunakan
benda yang konkret, khususnya pada usia anak 7-11 tahun. Teori ini
menguatkan penelitian dengan menggunakan alat peraga, yaitu benda konkret
dalam mempelajari matteri bangun ruang.
2.2 Penelitian Yang Relevan
2.2.1 Penelitian tentang alat peraga bangun ruang
Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian yang relevan dari Lestari
dan Purbaningsih mengenai alat peraga bangun ruang.
Lestari, Sri. 2015. Peningkatan Prsetasi Belajar Konsep Bangun Ruang
Siswa Kelas VA SD 1 Sumberagung Jetis Bantul Melalui Penggunaan Alat
Peraga. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Jenis penelitian
yang digunakan Penelitian Tindakan Kelas. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V di SD I Sumberagung. Hasil penelitian
peningkatan prestasi belajar konsep bangun ruang melalui penggunaan alat
peraga meningkat dengan presentase rata-rata ketuntasan belajar siswa sebanyak
88,24%.
Purbaningsih, Tyas. 2017. Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 03
Gondangrejo Tahun Aajaran 2017. Skripsi. Lampung: Institut Agama Islam
Negeri Metro. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV di SD
Negeri 03 Gondangrejo.Penelitian ini menggunakan alat peraga untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika. Hasil ketuntasan belajar
siswa sudah tuntas mencapai 100% dari kriteria ketuntasan minimum yaitu 70%.
Sedangkan dalam peningkatan motivasi mencapai 3,76 yang artinya “tuntas
dengan kriteria ≥ 3,50”. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan alat peraga
bangun ruang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa.
2.2.2 Penelitian tentang Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita
Berikut ini akan dipaparkan penelitian yang relevan dari Arifah anak
bekebutuhan khusus jenis tunagrahita.
Arifah, Ira. 2014. Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Siswa Tunagrahita di
Kelas 5 SD Gunungdani, Pengasih, Kulon Progo. Skripsi.
Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta program studi PGSD. Jenis
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Subyek
penelitian adalah seorang tunagrahita di kelas 5 SD Gunungdani. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran tunagrahita
dipengaruhi oleh adanya kebutuhan yang disesuaikan dengan karakteristik dari
siswa tunagrahita.
Berdasarkan beberapa studi literature tentang penelitian sebelumnya,
belum ada penelitian mengembangkan alat peraga Matematika materi sifat-sifat
bangun ruang sederhana untuk siswa tunagrahita di kelas IV pada SDN K
Yogyakarta dengan menggunakan ciri-ciri Montessori. Peneliti akan
melakukan pengembangan alat peraga Matematika sifat-sifat bangun ruang
sederhana untuk siswa tunagrahita kelas IV. Penelitian ini dapat dilihat pada
literature map yang dijabarkan pada bagan 2.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Bagan 2.1 Literatur Map dari Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berfikir
Kebutuhan akan pendidikan bukan hanya milik anak normal, tapi juga
anak dengan kebutuhan khusus, salah satunya adalah penyandang
tunagrahita. Penyandang tunagrahita adalah mereka dengan hambatan
dibidang mental dan intelektual. Walaupun memiliki hambatan dibidang
intelektual para penyandang tunagrahita tetap memiliki kebutuhan yang
sama dengan orang normal, termasuk mendapatkan pembelajaran.
Pembelajaran bagi tunagrahita pada dasarnya sama dengan
pembelajaran pada umumnya. Akan tetapi dengan hambatan intelektual
yang disandangnya, mereka memerlukan penanganan yang lebih.
Penelitian Alat
peraga Matematika
Materi bangun ruang
Lestari, Sri. (2015)
Alat peraga Matematika
bangun ruang siswa kelas
V, jenis penelitian yang
digunakan PTK.
Purbaningsih, Tyas. (2017)
Alat peraga Matematika
bangun ruang siswa kelas
IV, jenis penelitian yang
digunakan PTK.
Arifah, Ifa. (2014)
Pelaksanaan pembelajaran siswa tunagrahita kelas 5,
jenis penelitian yang digunakan pendekatan
Kualitatif.
Yang diteliti adalah
pengembangan Alat
peraga Matematika
materi sifat-sifat
bangun ruang untuk
siswa Tunagrahita
kelas IV.
Penelitian Anak
berkebutuhan
khusus Tunagrahita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pembelajaran pada tunagrahita didasarkan pada kemampuan, masalah, dan
kebutuhan yang dialaminya. Rencana, sistem, maupun kurikulum
pembelajaran juga disesuaikan dengan kemampuan peserta didik bukan
sebaliknya.
Pelaksanaan pembelajaran bagi tunagrahita tidak semudah
pelaksanaan pembelajaran bagi anak seusianya. Pembelajaran bagi
tunagrahita walaupun pada prinsipnya sama dengan pembelajaran umum,
tapi ada prinsip-prinsip khusus, pendekatan khusus, maupun pembelajaran
yang dilakukan secara individual agar tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai. Pembelajaran bagi tunagrahita dapat dilaksanakan disekolah-
sekolah khusus, maupun sekolah inklusi dengan alat peraga pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangannya.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur
yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Subarinah, 2006:
1). Berdasarkan hasil wawancara di sekolah SD Negeri K Yogyakarta
bersama kepala sekolah dan guru kelas IV bahwa ada satu siswa
berkebutuhan khusus tunagrahita pada kelas IV yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi sifat-sifat bangun ruang sederhana pada
pembelajaran Matematika. Kurangnya penggunaan alat peraga pada siswa
tunagrahita menjadi hambatan dalam menyampaikan konsep sifat-sifat
bangun ruang.
Menurut Arsyad (2014:9) alat peraga adalah media alat bantu
pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
memperagakan materi pembelajaran. Segala sesuatu yang masih bersifat
abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat
dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang,
dan dirasakan. Siswa yang mengalami terbelakang mental mungkin
mengalami kesulitan yang besar dalam mempelajari materi yang abstrak
(Smith, 2009: 120). Menurut Piaget (dalam Izzati dkk, 2008:105-106)
memyatakan bahwa anak dengan usia 7-11 tahun pada tahapan operasional
konkret. Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas dan dikaitkan
dengan keadaan yang ada di lapangan bahwa anak tunagrahita
memerlukan benda-benda konkret seperti alat peraga untuk membantu
memahami materi yang disampaikan yang bersifat abstak, kemudian
dikonkretkan dengan alat peraga agar dapat dijangkau dengan pikiran
yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mengembangkan alat peraga matematika yaitu
alat peraga Matematika “sibaru”. Alat peraga yang akan dikembangkan ini
agar dapat membantu siswa tunagrahita dalam memahami sifat-sifat
bangun ruang sederhana.
Dari hasil observasi pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat
bangun ruang sederhana di kelas bahwa ada satu siswa tunagrahita
mengalami kesulitan dalam memahami materi sifat-sifat bangun ruang
sederhana khususnya dalam membedakan sisi, rusuk dan titik sudut pada
bangun ruang. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa tunagrahita
tersebut tidak dapat konsentrasi pada pembelajaran saat itu. Dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
wawancara kedua bersama guru kelas IV menyatakan bahwa siswa
tunagrahita tersebut kesulitan membedakan sisi, rusuk dan titik sudut pada
bangun ruang. Selain itu, guru juga meminta peneliti mendesain alat
peraga untuk membantu siswa tunagrahita dalam memahami sifat-sifat
bangun ruang.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab
kebutuhan alat peraga dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini
difokuskan untuk mengembangkan alat peraga matematika materi sifat-
sifat bangun ruang sederhana. Alat peraga matematika sifat-sifat bangun
ruang ini didesain dengan menggunakan empat ciri-ciri yang
dikembangkan oleh Montessori dan 1 ciri tambahan. Alat peraga
Montessori merupakan alat peraga yang dirancang untuk membantu siswa
dalam belajar dan memahami materi pembelajaran. Empat ciri-ciri alat
peraga Montessori yaitu menarik dengan memberikan warna, bentuk,
tekstur serta berat yang ideal. Bergradasi, memiliki warna dan tekstur pada
alat peraga yang dapat dirasakan oleh indera manusia seperti indera
penglihatan dan indera peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang dapat
mengetahui kesalahannya sendiri ketika menggunakan alat peraga. Siswa
dapat belajar secara mandiri dengan alat peraga ini tanpa didampingi oleh
guru. Satu ciri tambahan yaitu kontekstual, alat peraga dibuat
menggunakan bahan-bahan yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar
dan tahan lama. Peneliti berharap alat peraga ini dapat membantu siswa-
siswi tunagrahita dalam belajar memahami sifat-sifat bangun ruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sederhana khususnya membedakan sisi, rusuk dan titik sudut pada bangun
ruang. Selain itu juga pembuatan alat peraga dapat membantu guru dalam
menjelaskan materi sifat-sifat bangun ruang sederhana secara konkret. Hal
ini dapat membantu pemahaman siswa tunagrahita dapat meningkat.
Bagan 2.2. Skema Kerangka Berfikir
D. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti merumuskan pertanyaan
penelitian:
1. Bagaimana prosedur pengembangan alat peraga matematika “sibaru”
bagi anak tunagrahita ?
2. Bagaimana kualitas alat peraga matematika “sibaru” bagi anak
tunagrahita?
Materi pembelajaran matematika
anak tunagrahita di sekolah
(sifat-sifat bangun ruang sederhana)
Alat peraga pembelajaran
matematika anak tunagrahita
(sifat-sifat bangun ruang sederhana)
Anak
Tunagrahita
Anak dengan
hambatan mental dan
intelektual (sulit
memahami dan
mengingat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjabarkan mengenai (1) jenis penelitian, (2) setting
penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) uji validitas produk, (5) instrumen
penelitian, (6) teknik pengumpulan data, (7) teknik analisis data, dan (8) waktu
penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan yang lebih sering disebut dengan Research and Development
(R&D). Menurut Sugiyono (2015: 407) Research and Development (R&D)
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu. Sukmadinata (2012: 164)
mengungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses
atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Research and
Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan produk baru atau untuk menyempurnakan produk lama yang
kemudian akan diujikan keefektifan dari produk tersebut. Research and
Development (R&D) dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat
peraga matematika untuk anak tunagrahita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Penelitian ini mengadaptasi langkah-langkah Research and Development
(R&D) menurut Sugiyono. 10 langkah yang dilaksanakan di antaranya (1)
potensi dan masalah (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi
desain (5) revisi desain (6) ujicoba produk (7) revisi produk (8) ujicoba
pemakaian (9) revisi produk dan (10) produksi masal (Sugiyono, 2015:409).
Bagan 3.1 Bagan Langkah Research and Development (R&D) (Sugiyono,
2015:409)
Potensi
dan
Masalah
Desain
Produk
Pengump-
ulan data Validasi
Desain
Revisi
Desain
Revisi
Produk
Ujicoba
Produk
Ujicoba
Pemakaian
Revisi
Produk Produksi Massal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tahap-tahap dalam bagan 3.1 akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah. Potensi
adalah segala sesuatu yang bila didayungkan akan memiliki nilai tambah.
Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan
yang terjadi. Potensi dan maslah dikemukakan dalam penelitian harus
ditujukan dengan data empirik. Potensi dan masalah sangat penting dilakukan
guna memperoleh informasi awal untuk melakukan penelitian.
2. Pengumpulan Data
Tahap kedua, setelah mendapatkan potensi dan masalah dapat ditunjukan
secara factual dan uptude, maka selanjutnya perlu dikumpulkan informasi
yang digunakan sebagai bahan perencanaan produk tertentu yang diharapkan
dapat mengatasi permasalahan tersebut.
3. Desain Produk
Tahap ketiga adalah desain produk yaitu dengan membuat rancangan produk
yang lengkap dengan spesifikasinya. Menurut Sugiyono (2015:413) desain
produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat
digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Desain produk
harus dilengkapi dengan penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat setiap komponen pada produk tersebut, ukuran dan
toleransinya, alat yang digunakan untuk mengerjakan, serta prosedur kerja.
Dalam desain produk harus menilai keefektifan produk agar didapatkan
kekurangan dan kelebihannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk
secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi desain
produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau
tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang telah
dirancang, juga bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan produk
tersebut.
5. Revisi Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para ahli, maka akan
dapat diketahui kelemahnnya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk
dikurangi dengan cara memperbaiki desain produk. Kelamahan produk yang
telah ditemukan ketika validasi produk oleh validator kemudian peneliti dapat
memperbaiki kelemahan tersebut.
6. Uji coba Produk
Desain produk yang sudah diperbaiki kemudian diwujudkan dalam media
yang nyata. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi pada subjek
terbatas. Sugiyono (2015:415) mengatakan bahwa pengujian dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah produk baru tersebut
lebih efektif dan efisien dibandingkan produk yang lama atau yang lain. Jika
dalam uji coba produk di dapatkan kelemahan pada produk, langkah
selanjutnya adalah merevisi produk tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
7. Revisi Produk
Produk kemudian dilakukan uji coba pemakaian yang dilakukan dalam
lingkup yang lebih luas. Dalam uji coba ini tetap dilakukan penilaian
kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan produk.
8. Uji coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang
tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk diterapkan dalam lingkup
lembaga pendidikan yang lebih luas. Dalam operasinya produk harus tetap
dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih
lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lembaga
pendidikan yang lebih luas terdapat kekuragan dan kelemahan. Dalam uji
pemakaian, sebaiknya pembuatan produk dalam hal ini dapat mengetahui
kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga dapat digunkan untuk
penyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi.
10. Pembuatan Produk Masal
Bila produk telah dinyatakan efektif tidak ada kekurangannya lagi dalam
beberapa kali pengujian maka dapat diterapkan pada setiap lembaga
pendidikan. Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah
diuji coba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk dapat
memproduksi masal, maka peneliti perlu bekerja asama dengan perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan alat peraga Matematika materi
sifat-sifat bangun ruang sederhana untuk siswa tunagrahita kelas IV. Alat peraga
yang dikembagkan menggunakan ciri-ciri alat peraga Montessori yatu menarik,
bergradasi, memiliki pengendali kesalahan (auto-correction), memiliki nilai
kemandirian (auto-education) dan kontekstual (bahan-bahan yang mudah untuk
didapatkan di lingkungan sekitar).
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini satu siswa berkebutuhan tunagrahita kelas
IV SD Negeri K Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan hasil tes IQ di
bawah 70. Pertimbangan dalam pemilihan siswa tunagrahita sebagai subjek
penelitian berdasarkan wawancara bersama kepala sekolaah dan guru serta
melakukan observasi. Observasi pada saat pembelajaran Matematika
menunjukan bahwa satu siswa tunagrahita memiliki permasalahan yang
menonjol dibandingkan dengan siswa pada umumnya, terkait kemampuan
memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana karena siswa tunagrahita ini
mengalami kesulitan dalam membedakan sisi, rusuk, dan titik sudut pada
bangun ruang.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah alat peraga Matematika sifat-sifat
bangun ruang. Alat peraga Matematika sifat-sifat bangun ruang ini didesain
untuk siswa tunagrahita agar dapat memahami materi sifat-sifat bangun ruang
sederhana, karena siswa tunagrahita ini belum menguasai konsep sisi, rusuk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dan titik sudut pada bangun ruang. Alat peraga Matematika sifat-sifat bangun
ruang ini didesain dengan empat ciri Montessori dan satu ciri tambahan.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri K Yogyakarta yang merupakan
salah satu SD bukan inklusi di Yogyakarta.
3.2.4 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan penelitian dalam melaksanakan penelitian R &
D pada tanggal 24 November 2016 – 27 November 2017.
3.3 Prosedur Pengembangan
Tahap-tahap dalam penelitian ini menggunakan 10 langkah-langkah dari
Sugiyono dengan memodifikasi menjadi tujuh langkah yaitu (1) potensi dan
masalah (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi desain (5) revisi
desain (6) uji coba produk dan (7) revisi produk. Peneliti hanya menggunakan
tujuh tahapan saja karena untuk mencapai tahapan selanjutnya memerlukan
ruang lingkup lembaga pendidikan yang luas dan harus memenuhi syarat
ISBN. Ketujuh langkah-langkah tersebut disajikan dalam bagan 3.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Prototipe Alat Peraga Sifat-sifat Bangun
Ruang
TAHAP PERTAMA
Potensi dan Masalah
Wawancara
Kepala Sekolah
TAHAP KEDUA
Pengumpulan Data
Potensi dan Masalah
Observasi
Wawancara
Analisis karakteristik alat peraga
matematika
Analisis karakteristik siswa
tunagrahita
Analisis kebutuhan
TAHAP KETIGA
Desain Produk
Data analisis kebutuhan
Desain alat peraga pembelajaran
Desain album alat peraga pembelajaran
TAHAP KEEMPAT
Validasi Desain
TAHAP KELIMA
Revisi Desain
Validasi Desain
Ahli Matematika
Psikologi anak
Revisi desain Pembuatan Alat Peraga
dan Album Alat Peraga
Pengembangan Prototipe Alat peraga Sifat-sifat Bangun Ruang untuk siswa Berkebutuhan
Khusus Tunagrahita
Guru Kelas IV
Validasi
Produk
Ahli Matematika
Ahli Psikolog Anak
Guru Kelas IV
TAHAP KEENAM
Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan pada siswa tunagrahita kelas IV di SD Negeri K Yogyakarta
TAHAP KETUJUH
Revisi Produk
Revisi prototipe terakhir
Prototipe Alat Peraga Sifat-sifat Bangun Ruang untuk siswa tunagrahita ringan pada kelas IV Sekolah
Dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3.3.1 Potensi dan Masalah
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah dengan
mengidentifikasi permasalahan melalui wawancara dalam bentu wawancara tidak
terstruktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara bebas, dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2015:197).
Wawancara dilakukan bersama kepala sekolah dan guru kelas IV di SD Negeri K
Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan serta
potensi yang ada.
3.3.2 Pengumpulan Data
Tahap kedua dalam penelitian ini adalah pengumpulan data. Pengumpulan
data sebagai analisis kebutuhan untuk mencari informasi lebih dalam tentang
siswa tunagrahita terkait dengan potensi dan masalah yang ada. Pengaumpulan
data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Wawancara yang digunakan
adalah wawancara tidak tersetruktur. Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV
dan siswa tunagrahita kelas IV untuk memperoleh informasi lebih mendalam
tentang ketersediaan alat peraga dan mengetahui permasalahan yang dialami anak
tunagrahita yang akan digunakan peneliti sebagai dasar pengembangan produk.
Selain wawancara, pada tahapan ini menggunakan observasi dalam pengumpulan
data. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasi tidak
berstruktur. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan diobservasikan (Sugiyono, 2015:205).
Dalam observasi ini peneliti hanya menggunakan rambu-rambu pengamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kegiatan observasi dilakukan pada dua pertemuan yaitu pada saat pembelajaran
Matematika dan IPA. Observasi dilakukan dengan tujuan agar dapat mengamati
lebih dalam proses dan tingkah laku siswa tunagrahita pada saat pembelajaran di
dalam kelas.
3.3.3 Desain Produk
Desain produk berupa desain alat peraga sifat-sifat bangun ruang serta
desain album penggunaan alat peraga sifat-sifat bangun ruang. Desain produk
diawali dengan mendesain alat peraga sifat-sifat bangun ruang. Desain alat peraga
sifat-sifat bangun ruang dan album cara penggunaan alat peraga sifat-sifat bangun
ruang dibuat dengan menggunakan Microsoft Word. Album cara penggunaan alat
peraga berisi pengenalan alat peraga dan langkah-langkah cara penggunaan alat
peraga sifat-sifat bangun ruang.
3.3.4 Validasi Desain
Validasi desain alat peraga matematika yang dikembangkan melalui
konsultasi terlebih dahulu oleh ahli dibidangnya. Para ahli yang melakukan
validasi desain adalah ahli Matematika, ahli Psikologi Anak. Alat peraga
Matematika yang dikembangkan, harus dinilai oleh ahli agar dapat mengetahui
kelayakan alat peraga tersebut. Konsultasi desain alat peraga dilakukan dua kali.
Konsultasi pertama dengan menggunakan print out desain alat peraga. Konsultasi
kedua dengan menggunakan replica alat peraga yang dibuat dengan menggunakan
kertas manila. Para ahli memberikan penilaian berupa komentar dan saran secara
lisan tentang desain produk yang telah dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
3.3.5 Revisi Desain
Revisi desain dilakukan peneliti dengan mempertimbangkan komentar dan
saran dari ahli Matematiak dan ahli Psikolog Anak. Masukan dari ahli
Matematika dan ahli Psikolog Anak menjadi dasar untuk melakukan perbaikan
prototipe. Hasil konsultasi desain, dilanjutkan dengan revisi desain dan konsultasi
akhir dengan ahli Matematika dan ahli Psikolog Anak. Setelah desain disetujui
oleh ahli Matematika dan ahli Psikolog Anak, desain produk dapat diwujudkan
menjadi alat peraga nyata beserta album cara penggunaan alat peraga sifat-sifat
bangun ruang. Tahap selanjutnya, alat peraga beserta album cara penggunaan alat
peraga sifat-sifat bangun ruang divalidasi produk oleh validator. Validasi rototipe
pada alat peraga dan album cara penggunaan alat peraga sifat-sifat bangun ruang
ini dinilai oleh tiga validator yaitu ahli Matematika, ahli Psikolog Anak, dan guru
kelas IV. Validasi produk berbeda dengan validasi desain, validasi produk
menggunakan instrument penilaian untuk menilai kelayakan alat peraga yang
dikembangkan serta memberikan masukan atau komentar secara tertulis pada
penilaian.
3.3.6 Uji Coba Produk
Tahap keenam adalah uji coba produk yaitu dengan menggunakan alata
peraga sifat-sifat bangun ruang pada mata pelajaran Matematika. Uji coba
dilakukan secara terbatas dengan satu siswa tunagrahita di kelas IV SD Negeri K
Yogyakarta. Uji coba secara terbatas dilakukan untuk keefektifan dan keefisienan
alat peraga sifat-sifat bangun ruang dalam mengatasi permasalahan. Pada tahap ini
peneliti dapat melihat langsung proses pemakaian alat peraga sifat-sifat bangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
ruang yang telah dikembangkan pada siswa tunagrahita. Peneliti dapat mengetahui
secara langsung kekurangan dan kelemahan prototipe ketika digunakan oleh siswa
tunagrahita.
3.3.7 Revisi Produk
Selain melakukan uji coba prototipe, peneliti dapat melihat kekurangan
yang terdapat pada prototipe. Kekurangan yang ada dalam prototipe harus direvisi
sesuai dengan kekurangan yang ada agar menjadi prototipe yang lebih baik.
Setelah peneliti memperbaiki kekurangan prototipe maka akhir pada prototipe ini
yaitu menghasilkan suatu prototipe alat peraga Matematika.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangat penting dalam suatu penelitian. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan
kuesioner. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur untuk
mencari potensi dan masalah serta pengumpulan data agar mendapatkan data
tentang siswa tunagrahita serta karakteristik siswa tunagrahita. Oservasi yang
digunakan adalah observasi tidak bterstruktur. Obserasi digunakan untuk mencari
informasi mengenai siswa tunagrahita terkait dengan pelajaran Matematika serta
pada pelajaran IPA untuk mengetahui karakteristik siswa tunagrahita. Kuesioner
sebagai instrumen validasi produk digunakan untuk menilai prototipe yang telah
dikembangkan.
3.4.1 Wawancara
Menurut Kartono (dalam Gunawan 2013: 171) wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
proses tanya jawab lisan, di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan
secara fisik. Sugiyono (2015:317) menjelaskan jika wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya (Sugiyono,
2015: 320). Dalam wawancara tidak terstruktur peneliti menggunakan garis
besar wawancara. Narasumber wawancara pada penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru kelas IV dan siswa tunagrahita kelas IV. Tujuan dari
wawancara tidak terstruktur adalah untuk mendapatkan data yang lebih rinci
dari narasumber.
3.4.2 Observasi
Selain wawancara teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini juga menggunakan observasi. Observasi adalah suatu proses
pengamatan dan perencanaan secara sistematis logis, obyektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2009:153).
Observasi yang dilakukan adalah observasi tidak berstruktur. Menurut
Sugiyono (2015:204-205) mengatakan bahwa observasi tidak berstruktur
observasi yang tidak dpersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diobservasi dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen. Observasi tidak bersruktur dilakukan dengan menggunakan
rambu-rambu observasi. Observasi bertujuan menggali dari potensi dan
masalah untuk mendapatkan analisis data yang mendalam tentang
karakteristik siswa tunagrahita dan untuk mengetahui kegiatan proses
belajar pada siswa tunagrahita di kelas IV SD Negeri K Yogyakarta.
Observasi juga dilakukan pada dua pembelajaran yaitu pemebelajaran
Matematika dan pembelajaran IPA untuk mengetahui karakteristik siswa
tunagrahita secara mendalam..
3.4.3 Kuesioner
Widoyoko (2016:33) mengemukakan bahwa kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang digunakan dengan memberikan beberapa
pertanyaan kepada responden secara tertulis untuk diberikan respon sesuai
dengan permintaan pengguna. Sugiyono (2015:215) menjelaskan kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernytaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden.
Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk validasi prototipe.
Kuesinoer menggunakan Rating-scale. Rating-scale yaitu sebuah
pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkat-tingkatan
misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju (Arikunto,
2013:129). Meskipun menggunakan rating-scale, dalam kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
responden dapat memberikan komentar maupun masukan tentang kualitas
produk pada kolom yang sudah disediakan. Untuk pemeilihan skala,
peneliti menggunakan empat skala untuk mendapatkan jawaban secara pasti
sehingga terhindar dari jawaban ragu-ragu maupun netral. Kuesioner dalam
penelitian menyediakan empat skala yaitu sangat baik, baik, kurang baik,
dan sangat tidak baik. Bentuk rating scale dibuat dalam bentuk checklist
dengan memberikan tanda (). Kuesioner ini digunakan untuk validasi
produk yang ditujukan kepada para ahli Matematika, ahli Psikolog Anak
dan Guru kelas IV.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk mengukur fenomena alam
dan sosial yang diamati (Sugiyono, 2015:147). Instrumen penelitian yang dipilih
oleh peneliti ada tiga komponen yaitu wawamcara, observasi dan kuesioner..
3.5.1 Wawancara
Wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan. Garis besar digunakan sebagai acuan ketika melakukan
wawancara. Wawancara pertama, peneliti melakukan wawancara bersama
kepala sekolah dan guru kelas IV di SD Negeri K Yogyakarta
Tabel 3.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah
No Topik
1. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang ada di SD Negeri K
Yogyakarta.
2. Adanya siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan
dalam pembelajaran.
3. Penggunaan alat peraga saat pembelajaran untuk siswa
berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 3.2 Garis besar wawancara pertama kepada Guru kelas IV
No Topik
1. Adanya siswa tunagrahita di dalam kelas IV
2. karakteristik siswa tunagrahita saat di dalam kelas IV.
3. Masalah yang dihadapi siswa tunagrahita di kelas IV.
Pada tahap kedua peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV
untuk pertanyaan yang lebih rinci serta wawancara bersama siswa tunagrahita
di SD Negeri K Yogyakarta.
Tabel 3.3 Garis besar wawancara kedua kepada Guru kelas IV
No Topik
1. Karakteristik siswa tunagrahita yang menonjol ketika saat di dalam
kelas.
2. Materi yang paling sulit dipahami siswa tunagrahita.
3. Cara mengatasi masalah siswa tunagrahita pada saat pembelajaran.
4. ketersediaan alat peraga di kelas IV.
5. Latar belakang siswa tunagrahita.
Tabel 3.4 Garis besar wawaancara kepada siswa tunagrahita kelas IV
No Topik
1. Biodata siswa tunagrahita.
2. Pembelajaran yang disukai maupun tidak disukai.
3. Materi yang paling sulit.
3.5.2 Observasi
Observasi dilaksanakan di kelas IV untuk mendapatkan informasi
mengenai siswa tunagrahita saat pembelajaran Matematika berlangsung di
dalam kelas. Rambu-rambu pengamatan dapat dilihat pada tabel 3.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 3.5 Rambu-rambu pengamatan terhadap siswa tunagrahita di
Kelas IV
No Rambu-rambu pengamatan
1. Mengamati tingkah laku siswa tunagrahita pada saat pembelajaran
berlangsung di kelas IV.
2. Kesesuaian teori tentang karakteristik siswa tunagrahita dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
3.5.3 Kuesioner
Dalam penelitian ini, peneliti memilih rating scale dengan empat skala
dalam menyusun kuesioner untuk mendapatkan jawaban secara pasti sehingga
terhindar dari jawaban ragu-ragu maupun netral. Oleh karena itu dalam
instrumen kuesioner ini peneliti menyediakan skala: sangat baik, baik, kurang
baik dan sangat tidak baik. Berikut adalah tabel 3.6 skala bertingkat.
Tabel 3.6 Skala Bertingkat
Dalam penyusunan kuesioner ini terdapat kisi-kisi penilaian validasi
prototipe alat peraga. Berikut kisi-kisi alat peraga yang tersaji pada tabel 3.7
Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk
Indikator Deskriptor No Item
Auto-
education
- Membantu siswa dalam
memahami konsep matematika.
- Siswa belajar secara mandiri.
1,2,8
Auto-
correcation
- Membantu siswa dalam
menemukan kesalahan sendiri.
3,6,7
Menarik - Memiliki warna yang menarik
siswa.
4,5,9,10,11,12
Keterangan Skor
Sangat baik 4
Baik 3
Kurang Baik 2
Sangat tidak Baik 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Bergradasi - Memiliki tingkatan berdasarkan
karakteristik siswa
13,14
Kontekstual - Memanfaatkan benda dari
lingkungan sekitar
- Dapat diproduksi oleh masyarakat
sekitar
15,16
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara untuk menganalisis data penelitian
(Sugiyono (2015:333)). Teknik analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan
masalah yang telah dirumuskan. Teknik analisi data dilakukan secara kuantitatif
dan kualitatif dengan penjelasan sebagai berikut:
3.6.1 Data Kualitatif
Menurut Widoyoko (2012:18) data kualitatif merupakan data yang
menunjukan kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan proses,
peristiwa/kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau
berupa kata-kata. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan hasil validasi alat peraga. Data wawancara diambil dari tahapan
Potensi dan masalah serta pada tahapan Pengumpulan data, kemudian
dianalisis oleh peneliti setiap informasi yang diperoleh. Data observasi
digunakan peneliti untuk menemukan tingkah laku dan karakteristik siswa
tunagrahita di dalam kelas.
Hasil dari wawancara dan observasi selanjutnya disimpulkan oleh
peneliti agar dapat diketahui jenis alat peraga yang akan dikembangkan.
Sebelum alat peraga menjadi bentuk benda nyata harus melalui validasi desain
dan revisi desain terlebih dahulu, kemudian melalui tahap validasi produk.
Validasi dilakukan oleh ahli Matematika, ahli Psikolog Anak dan Guru kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
IV. Hasil vaidasi produk berupa komentar dan saran yang diberikan oleh para
ahli agar dapat memperbaiki kualitas dan mengetahui kelayakan prototipe
sebelum diuji coba secara terbatas.
3.6.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai
hasil observasi atau pengukuran (Widoyoko, 2012:21). Data kuantitatif
diperoleh dari hasil validasi desain produk Alat peraga yang dinilai oleh ahli
Matematika, ahli Psikolog Anak dan guru kelas IV. Data instrument validasi
yang dianalisis sebagai dasar dari hasil penilaian kuesioner diubah menjadi
data interval. Langkah awal yang dilakukan yaitu menghitung rata-rata. Rata-
rata penilaian dihitung dengan rumus 3.1
Rumus 3.1 Rumus menghitung Rata-rata
Skala penilaian terhadap alat peraga sifat-sifat bangun ruang
menggunakan rating scala 1-4 (1) Sangat baik (2) baik (3) kurang baik
(4)sangat tidak baik. Rating scala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2015:134). Berikut tabel klasifikasi hasil penilaian:
Tabel 3.8 Tabel klasifikasi hasil penilaian
Interval skor Kategori
3,26 ≤ X ≤ 4,00 Sangat baik
2,51 ≤ X < 3,26 Baik
1,76 ≤ X < 2,51 Kurang
1,00 ≤ X < 1,76 Sangat Kurang
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =∑𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
∑𝑖𝑡𝑒𝑚
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Interval skor tersebut juga dapat menunjukan valid/tidaknya suatu
instrumen. Berikut adalah kategorisasi hasil skor validasi instrument oleh ahli
yang dituangkan dalam tabel 3.8.
Tabel 3.9 Tabel Kategorisasi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Interval skor Kategori Bobot
3,26 ≤ X ≤ 4,00 Sangat baik Keseluruhan instrumen sudah layak
digunakan
2,51 ≤ X < 3,26 Baik Keseluruhan instrumen sudah layak
digunakan namun perlu perbaikan
1,76 ≤ X < 2,51 Kurang Keseluruhan instrumen kurang
layak digunakan
1,00 ≤ X < 1,76 Sangat Kurang Keseluruhan instrument tidak layak
digunakan
Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rata-rata skor lebih besar dari
2,50. Nilai terdapat pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti
keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan.
Sebaliknya, apabila rata-rata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka
instrument tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan perhitungan
dengan rumus di atas, diperoleh rata-rata nilai. Rata-rata nilai tersebut
kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan acuan dari Widoyoko
(2014:144).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang
diuraikan sebagai berikut.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Potensi dan Masalah
Potensi dan masalah sangat penting dilakukan guna memperoleh
informasi awal untuk melakukan penelitian. Potensi dan masalah didapat
dengan wawancara bersama Kepala Sekolah dan Guru Kelas IV pada tanggal
24 November 2016. Berikut hasil wawancara yang didapat dari kepala sekolah
dan guru kelas IV.
4.1.1.1 Wawancara Kepala Sekolah
Wawancara dengan kepala sekolah mempunyai tiga garis
pertanyaan yang diajukan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan
kepala sekolah SDN K Yogyakarta.
Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
No Garis Besar Hasil Wawancara
1 Jenis-jenis siswa
berkebutuhan
khusus yang ada
di SD N K
Yogyakarta.
Anak berkebutuhan khusus di SD N K
Yogyakarta ini yang saya ketahui hanya
tunagrahita dan lambat belajar. SDN K
Yogyakarta ini bukan merupakan sekolah
inklusi, jadi anak berkebutuhan khusus dapat
berbaur dengan anak pada umumnya, tidak ada
ada perbedaan antara anak berkebutuhan
khusus dan anak pada umumnya, semua
diperlakukan sama. Anak berkebutuhan khusus
memerlukan perhatian yang lebih pada saat
pembelajaran, namun tidak terlalu menonjol,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
jadi anak tersebut tidak akan merasa bahwa dia
berbeda dengan yang lainnya. SDN K
Yogyakarta ini masih mau menerima anak
yang memiliki berkebutuhan khusus lambat
belajar dan tunagrahita karena disini
kekurangan siswa dan juga membantu orang
tua yang malu memasukan anaknya yang
berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa atau
sekolah inklusi.
2 Adanya siswa
berkebutuhan
khusus yang
mengalami
hambatan dalam
pembelajaran.
Keberadaan anak berkebutuhan khusus
tunagrahita pasti ada, ada data pasti untuk
menunjukan bahwa dia terdaftar sebagai anak
berkebutuhan khusus tunagrahita tetapi sekolah
tidak memiliki data tes IQ tersebut karena
permintaan dari orang tua siswa. Keberadaan
anak tunagrahita yang mengalami kesulitan
belajar pada kelas IV, dapat diketahui
berdasarkan data yang diambil oleh guru. Guru
itu menyampaikan keluhannya bahwa terdapat
anak yang mengalami kesulitan belajar, bahkan
bukan dari guru kelas IV saja namun dari kelas
I anak itu sudah mengalami kesulitan belajar.
3 Penggunaan alat
peraga saat
pembelajaran
untuk siswa
berkebutuhan
khusus.
Penggunaan alat peraga pada saat
pembelajaran Matematika jarang digunakan,
karena sebagian besar guru menggunakan
media seperti benda-benda yang berukuran
kecil seperti lidi, kelereng, dan benda-benda
disekitar kelas untuk membantu siswa
memahami materi pada saat pembelajaran
matematika.
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa SDN K Yogyakarta memiliki siswa berkebutuhan khusus
tunagrahita. Siswa yang menyandang tunagrahita berada di kelas IV. Selain
itu, peneliti mendapatkan informasi bahwa penggunaan alat peraga di kelas
IV terbilang kurang selama pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4.1.1.2 Wawancara Guru Kelas
Pada Tabel 4.2 peneliti akan menjelaskan hasil garis besar
wawancara dengn Guru kelas IV SDN K Yogyakarta.
Tabel 4.2 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas IV
No Garis Besar Hasil Wawancara
1 Adanya siswa
tunagrahita di dalam
kelas IV.
Iya, keberadaan anak tunagrahita di kelas
IV ada. Berjumlah satu siswa. Namanya
Didi (disamarkan). Menurut saya, dia
termasuk tuangrahita yang ringan atau
mampu didik (debil) berdasarkan hasil
IQ yang diceritakan oleh orang tua siswa
yaitu di bawah 70.
2 Karakteristik siswa
tunagrahita saat di
dalam kelas IV.
Di dalam kelas Didi mengikuti
pembelajaran yang berlangsung setiap
harinya. Tidak ada perbedaan antara Didi
dengan siswa lain pada umumnya, akan
tetapi selama pembeajaran Didi memiliki
penanganan khusus dan memerlukan
waktu yang lama dibandingkan dengan
anak pada umumnya dalam
menyelesaikan semua pembelajaran. Di
dalam kelas Didi cenderung diam dan
melamun.
3 Masalah yang
dihadapi siswa
tunagrahita di kelas
IV.
Pada saat di dalam kelas Didi sulit
memahami setiap pembelajaran, seperti
Matematika, IPA dan IPS. Akan tetapi,
kesulitan yang Didi hadapi terlihat
mencolok pada saat pembelajaran
matematika. Didi mengganggap bahwa
pembelajaran matematika itu sulit.
Kesimpulan dari hasil wawancara bersama guru kelas IV SDN K
Yogyakarta, yaitu terdapat satu siswa tunagrahita ringan atau mampu didik
(debil) yang duduk di kelas IV. Siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
memahami pembelajaran matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kesimpulan hasil wawancara dari kedua narasumber bersama
Kepala Sekolah dan guru kelas IV, peneliti dapat menemukan potensi dan
masalah. Masalah yang ditemukan ada satu siswa tunagrahita yang
mengalami kesulitan dalam pembelajarn Matematika Kelas IV di SDN K
Yogyakarta. Potensi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kurangnya
penggunaan benda-benda konkret atau alat peraga yang jarang digunakan
saat pembelajarn berlangsung terutama pada sata mata pelajaran
Matematika.
4.1.2 Pengumpulan Data
Tahap kedua, setelah mendapatkan potensi dan masalah maka
peneliti perlu mengumpulkan informasi yang digunakan sebagai bahan
perencanaan prototipe, diharapkan dapat mengatasi permasalahan untuk
siswa tunagrahita dalam pembelajaran Matematika. Pengumpulan data
didapat dari hasil observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dua kali
pada saat pembelajaran Matematika dan pembelajaran IPA agar mendpatkan
data yang pasti antara teori anak tunagrahita dengan keadaan sesungguhnya.
Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan wawancara.
Wawancara dilakukan bersama siswa tunagrahita serta Guru kelas IV di SD
Negeri K Yogyakarta. Tujuan wawancara untuk memperoleh informasi
lebih mendalam mengenai ketersediaaan alat peraga, permasalahan siswa,
serta minat siswa yang akan digunakan peneliti sebagai dasar
pengembangan produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
4.1.2.1 Observasi
Observasi dilakukan dua kali pembelajaran yaitu observasi pertama
dilakukan pada 28 November 2016 di kelas IV SDN K Yogyakarta pada
pembelajaran Matematika dan observasi kedua pada saat pembelajaran IPA
dilakukan pada hari yang sama dengan observasi pertama setelah
pembelajaran Matematika. Observasi dilakukan untuk mengamati siswa
tunagrahita saat di dalam kelas.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siswa Tunagrahita pada saat Pembelajaran
Matematika.
No Rambu-rambu
Observasi
Hasil Observasi
1. Mengamati
tingkah laku siswa
tunagrahita pada
saat pembelajaran
berlangsung di
kelas IV
Pembelajaran yang sedang berlangsung
merupakan pembelajaran yang membahas
materi bangun ruang. I dalam kelas Didi lebih
pendiam, banyak melamun dan tidak aktif
dibandingkan siswa lain pada umumnya. Pada
saat pembelajaran Matematika berlangsung
Didi tidak berkonsentrasi dan terfokus dengan
guru yang menjelaskan materi di depan kelas
karena dia memperhatikan teman-temannya.
Hal Itu terlihat pada saat guru bertanya
“apakah sudah mengerti?” pada Didi, Didi
hanya diam dan mengangguk-anggukan
kepala. Pada saat guru bertanya lagi kepada
Didi tentang menunjukan sisi pada kubus, Didi
hanya diam dan bingung. Kemudian guru
menjelaskan kembali kepada Didi, namun pada
saat Didi diminta untuk mengulangnya lagi dia
masih kebingungan. Ketika menyelesaikan
soal, Didi hanya diam memperhatikan teman-
temannya dan terkadang tidak mengerjakan
soal yang diberikan karena tidak mengerti
dengan soal yang diberikan.
2 Kesesuaian teori
tentang
karakteristik siswa
tunagrahita
Teori tentang karakteristik anak tunagrahita
yaitu
kesulitan dalam berkonsentrasi, daya ingat dan
mengerti dengan tugas yang diberikan, selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dengan kenyataan
yang ada di
lapangan.
karena sulit berkonsentrasi juga karena
lemahnya kemampuan tunagrahita dalam
berkomunikasi. Kesesuaian teori yang di
jelaskan dengan kenyataan di lapangan
memiliki kesamaan. Hal ini dapat dilihat saat
Didi tidak berkonsentrasi pada saat Guru
menjelaskan di depan kelas dan hanya dia
memperhatikan teman-temannya. Serta ketika
guru bertanya, Didi hanya diam saja. Pada saat
Didi menjelaskan kembali apa yang sudah
dijelaskan guru, dia kebingungan. Hal ini
menunjukan daya ingat yang tergolong rendah.
Rata-rata nilai yang didapat Didi cenderung
rendah yang terlihat dari pekerjaan yang
dikerjakan sebelum materi ini dan dari hasil
ujian tengah semester sebelumnya.
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Tunagrahita pada saat Pembelajara
IPA
No Rambu-rambu
Obserasi
Hasil Observasi
1 Mengamati
tingkah laku
siswa tunagrahita
pada saat
pembelajaran
berlangsung di
kelas IV
Observasi kedua pada pembelajaran IPA
dilaksanakan guru menjelaskan materi
tumbuhan. Pada saat pembelajaran, Didi
memperlihatkan tingkah laku yang sama,
seperti pada saat pembelajaran Matematika
berlangsung di observasi pertama. Didi hanya
diam memperhatikan teman-temannya dan
tidak terfokus saat guru memberikan
penjelasan materi. Pada saat menyelesaikan
soal, Didi memerlukan bimbingan yang lebih
supaya dapat memahami kata-kata yang ada
pada soal dan menyelesaikan soal pun masih
membutuhkan bantuan.
2 Kesesuaian teori
tentang
karakteristik
siswa tunagrahita
dengan keyataan
yang ada di
lapangan
Teori tentang karakteristik anak tunagrahita
yaitu kesulitan dalam berkonsentrasi, daya
ingat dan mengerti dengan tugas yang
diberikan, selain karena sulit berkonsentrasi
juga karena lemahnya kemampuan tunagrahita
dalam berkomunikasi. Kesesuaian teori yang
dijelaskn dengan keadaan yang di lapangan
yang ada menunjukan kesamaan. Hal ini
ditandai oleh pemahaman kata dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
mengerjakan soal dan pemahaman materi sulit
dimengerti oleh Didi.
Kesimpulan observasi pada pembelajaran matematika dan IPA
dengan siswa tunagrahita mengalami kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru kelasnya. Memerlukan
penjelasan yanag berulang-ulang ketika menjelaskan kepada Didi. Pada saat
di dalam kelas Didi tidak konsentrasi pada pembelajaran yang berlangsung,
dia cenderung memperhatikan teman-temannya dibandingkan
mendengarkan penejelasan materi yang disampaikan oleh gurunya. Hal ini
terlihat bukan pada saat pembelajaran Matematika saja melainkan pada
pembelajaran IPA. Pada saat pembelajaran Matematika, peneliti melihat
bahwa Didi mengalami kesulitan dalam konsep sifat bangun ruang
dibandingkan pada saat pelajaran IPA.
4.1.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan pada tanggal 28 November 2016.
Wawancara pertama bersama Didi dilakukan pada saat jam istirahat pada
pukul 09.00 WIB. Wawancara kedua dengan guru kelas IV pada saat siswa-
siswa pulang sekolah pada pukul 12.00 WIB. Berikut hasil wawancara
tersaji dalam tabel 4.5, dan 4.6 .
Tabel 4.5 Hasil Wawancara bersama Siswa Tunagrahita
No Garis Besar Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Biodata siswa
tunagrahita kelas IV.
Nama saya Didi (disamarkan), saya lahur
pada tanggal 22 Maret 2007. Hobi saya
bulutangkis. Saya menyukai warna biru.
2 Pembelajaran yang
disuka maupun tidak
disukai
Pelajaran yang saya sukai SBK karena
suka saja. Saya tidak suka matematika
karena susah dan bikin pusing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3 Materi yang paling sulit. Materi sifat bangun ruang yang
membedakan sisi, rusuk sama titik sudut.
Tabel 4.6 Hasil Wawancara Kedua dengan Guru Kelas IV
No Garis Besar Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Karakteristik siswa
tunagrahita yang
menoonjol ketika saat di
dalam kelas.
Kalau yang Ibu lihat, Didi mengalami
kesulitan dalam memahami suatu materi
yang diberikan. Didi juga sulit menerima
pembelajaran, bahkan kesulitan
menerima tugas yang diberikan sehingga
terkadang dia juga tidak mengerjakan
tugas yang saya berikan. Jadi, harus
dibimbing dan berkali-kali menjelaskan
menggunakan kata yang mudah
dimengerti oleh dia. Pada saat saya
memberikan sebanyak 10 soal. Teman-
temannya sudah menyelesaikan soalnya
dan dikumpulkan, sedangkan Didi baru
mengerjakan 3 soal dan itu juga harus
dibimbing saya dahulu.
2 Materi yang paling sulit
dipahami siswa
tunagrahita.
Didi mengalami kesulitan untuk
memahami materi sifat bangun ruang.
Terutama pada membedakan sisi, rusuk
dan titik sudut bangun ruang. Bagaimana
mereka dapat mengingat sifat bangun
ruang apabila membedakan sisi, rusuk
dan titik sudut bangun ruang masih
bingung dan lupa?
3 Cara mengatasi masalah
siswa tunagrahita pada
saat pembelajaran.
Saya pernah menggunakan benda-benda
konkret di sekolah seperti penghapus
papan tulis, kotak pensil kotak, dan bola.
Namun, keesokan harinya ketika
ditanyakan kembali, Didi tetap saja
keliru dan lupa.
4 Ketersediaan alat peraga
di kelas IV.
Belum tersedia, biasanya saya
menggunakan benda-benda di kelas
untuk memperjelas materi Matematika.
Untuk itu, saya meminta peneliti
medesain alat peraga untuk membantu
siswa tunagrahita dalam memahami sifat-
sifat bangun ruang sederhana.
5. Latar belakang siswa
tunagrahita.
Orang tua Didi merupakan keluarga
menengah atas, bapak dan ibunya bekerja
sebagai karyawan swasta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Berdasarkan hasil wawancara bersama Guru kelas IV serta siswa
tunagrahita dapat disimpulkan bahwa siswa tunagrahita mengalami
kesulitan dalam pembelajaran Matematika materi sifat-sifat bangun ruang
sederhana. Membedakan sisi, rusuk dan titik sudut bangun ruang masih
dianggap sulit dan keliru. Kurangnya penggunaan benda-benda konkret
menjadi penghambat untuk membantu siswa tunagrahita dalam memahami
suatu materi terutama pada pembelajaran Matematika. Selain itu, guru juga
meminta peneliti mendesain alat peraga untuk membantu siswa tunagrahita
dalam memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana.
4.1.3 Desain Produk
Hasil dari potensi dan masalah kemudian pengumpulan data,
peneliti menganalisis kebutuhan yang didapat yaitu bahwa siswa tunagrahita
mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika materi sifat-sifat
bangu ruang sederhana serta kurangnya penggunaan benda-benda konkret
menjadi hambatan dalam mengatasi masalah yang ada. Pada tahapan desain
produk ini, peneliti mengembangkan alat peraga 5 bangun ruang agar dapat
membantu siswa tunagrahita memahami konsep dasar sifat-sifat bangun
ruang pada pembelajaran Matematika. Pada desain produk ini dimulai
dengan membuat sketsa awal dengan menggunakan gambar serta
menentukan warna didesain menggunakan Microsoft Word. Berikut gambar
desain alat peraga sisi, rusuk dan titik sudut bangun ruang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
sisi
rusuk
Titik sudut
8 cm
8 cm
8 cm
15 cm
Gambar 4.2 DesainBangun Ruang
Balok
Gambar 4.1 Desain Bangun Ruang
Kubus
14 cm
16 cm
6 cm 8 cm
Gambar 4.3 Desain Bangun Ruang
Tabung
Gambar 4.4Desainr Bangun Ruang
Kerucut
diameter = 8 cm
Gambar 4.5 Desain Bangun Ruang Bola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Mika bening
Sisi luar
Sisi dalam
Kubus Balok
Gambar 4.6 Desain Tempat Bangun Ruang
tinggi 20
cm
tempat
kartu
lebar 35 cm
Desain bangun ruang menggunakan warna kuning untuk sisi, hijau
untuk rusuk, dan merah untuk titik sudut. Pemilihan warna disesuaikan
dengan warna yang menarik dan cerah. Perpaduan warna yang cerah dipilih
dengan tujuan untuk membedakan perbedaan sisi, rusuk dan titik sudut
secara tidak langsung. Warna kuning untuk sisi dipadukan dengan pasir
Tabung Bola Kerucut
buka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
putih untuk menghasilkan tekstur kasar. Tekstur kasar dipilih supaya
merangsang indera perabanya sehingga dapat membantu siswa tunagrahita
mengingat materi. Pada tempat bangun ruang terdapat lubang yang
disesuaikan dengan bentuk bangun ruang, sehingga letaknya rapi dan tidak
berantakan.
Desain alat peraga dengan album alat peraga bangun ruang. Album
alat peraga bangun ruang didesain dengan menggunakan microsoft word
yang berisikan tentang pengenalan alat peraga bangun ruang serta
penggunaan alat peraga bangun ruang.
4.1.4 Validasi Desain
Validasi desain alat peraga bangun ruang dan album alat peraga
bangun ruang dilakukan Ahli Matematika dan Ahli Psikologi anak. Validasi
desain dilakukan pada tanggal 14 Desember 2016. Penilaian dilakukan
secara diskusi dan lisan.
Gambar 4.7 Replika alat peraga bangun ruang
Penilaian pertama diberikan oleh ahli matematika, jika dilihat dari
segi Matematika sudah sesuai dengan konsep. Album penggunaan alat
peraga ditambahkan. Kedua penilaian dari segi psikologi anak, jika untuk
anak tunagrahita alat peraga sudah baik dan sesuai. Hanya untuk album
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
penggunaan alat peraga pada setiap langkahnya tolong dilengkapi dengan
gambar untuk memperjelas pemahaman siswa.
4.1.5 Revisi Desain
Dosen ahli tidak memberikan saran perbaikan untuk desain produk
maka pada revisi desain peneliti hanya memperbaiki album penggunaan alat
peraga dari awal sampai langkah-langkah penggunaan alat peraga.
Peneliti kemudian melakukan pembuatan alat peraga bangun ruang
dengan bantuan tukang kayu. Hal tersebut dikarenakan lengkapnya
peralatan yang terdapat pada tukang kayu. Proses embuatan alat peraga
memakan waktu satu bulan penuh yaitu dari bulan April sampai bulan Mei.
Berikut alat peraga bangun ruang:
dilihat dari atas dilihat jika dibuka
Gambar 4.8 alat peraga sifat-sifat bangun ruang
Alat peraga bangun ruang kemudian divalidasikan bersama tiga
validator yaitu ahli Matematika, ahli Psikologi anak dan Guru kelas IV yang
mengajar anak tunagrahita. Pada penilaian alat peraga bangun ruang
dilakukan dengan ahli yang berbeda dengan penilaian pada tahapan desain
produk dan validasi produk. Validasi dilakukan agar dapat menilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
kelayakan alat peraga ketika diuji cobakan. Hasil validasi alat peraga
bangun ruang dan album penggunaan alat peraga bangun ruang untuk siswa
tunagrahita kelas IV penghitungan hasil validasi menggunakan Rating Scale
1-4 kemudian dihitung untuk memperoleh rata-rata penilaian. Rata-rata
penilaian dihitung dengan rumus 4.1:
Rumus 4.1 Mencari rata-rata penilaian
4.1.5.1 Ahli Matematika
Validasi penilaian alat peraga bangun ruang dan album penggunaan alat
peraga dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2017.
Komentar umum atau saran perbaikan didapat sebagai berikut:
1. Perlu dipertimbangkan untuk adanya kartu refleksi agar membantu
siswa melakukan refleksi.
2. Tempat alat peraga terlalu berat, namun bisa dipertimbangkan karena
tempat alat peraga dapat diletakan secara permanen dan siswa dapat
mengambil alat peraga bangun ruangnya saja.
Peneliti melakukan revisi berdasarkan masukan yang diberikan ahli
matematika untuk alat peraga bangun ruang dan album penggunaan alat
peraga bangun ruang yaitu menambahkan kartu refleksi.
Penilaian Alat peraga Bangun Ruang oleh Ahli Matematika didapatkan
hasil rata-rata sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =∑𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
∑𝑖𝑡𝑒𝑚
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Hasil rata-rata 3,68 tergolong dengan kategori sangat baik. Pada validasi
tersebut alat peraga Matematika sifat-sifat bangun ruang untuk siswa
tunagrahita dapat digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran.
4.1.5.2 Ahli Psikologi Anak
Validasi penilaian alat peraga bangun ruang dan album penggunaan alat
peraga bangun ruang dilakukan pada tanggal 13 November 2017 bersama
Ahli Matematika. Komentar umum atau saran perbaikan didapat sebagai
berikut:
1. Warna background kartu-kartu sebaiknya menggunakan warna polos.
2. Format cover album sebaikanya tidak terlalu formal.
3. Foto yang ditampilkan pada album lebih difokuskan. Foto sebaiknya
dilakukan di atas background yang putih atau polos.
4. Album sebaiknya menggunakan kertas yang halus dan tidak kaku,
supaya mudah membukanya.
5. Jenis tulisan diubah supaya siswa tidak terlalu formal melihat album.
Sebelum menguji cobakan Album penggunaan alat peraga, telah
melakukan perbaikan dan revisi serta penilaian pada tanggal 27 November
2017.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =59
16= 3,68
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =60
16= 3,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Hasil rata-rata 3,75 tergolong dengan kategori sangat baik. Pada validasi
tersebut alat peraga Matematika sifat-sifat bangun ruang untuk siswa
tunagrahita dapat digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran.
4.1.5.3 Guru kelas IV SD
Validasi penilaian alat peraga bangun ruang dan album penggunaan alat
peraga bangun ruang dilakukan pada tanggal 28 November 2017 oleh guru
SD kelas IV yang mengampuh siswa tunagrahita. Penilaian alat peraga
bangun ruang didapatkan hasil rata-rata sebagai berikut:
Hasil rata-rata 3,81 tergolong kategori sangat baik. Komentar umum atau
saran perbaikan yang didapat yaitu alat peraga bangun ruang sanagat baik
dan sesuai sekali untuk anak tunagrahita.
Dari hasil ketiga validator, ahli matematika, ahli Psikologi anak dan
guru kelas IV yaitu Alat peraga matematika materi sifat-sifat bangun ruang
sederhana untuk anak tunagrahita di SDN K Yogyakarta dapat digunakan
atau uji coba tanpa revisi.
Penilaian album penggunaan alat peraga bangun ruang mendapatkan
masukan-masukan yang diberikan oleh ahli Matematika, ahli Psikolog anak
dan guru kelas IV maka peneliti melakukan revisi album penggunaan alat
peraga bangun ruang untuk siswa tunagrahita dapat terlihat perbedaan pada
tabel 4.7 , di bawah ini perubahan album penggunaan alat peraga sebelum
revisi dan setelah revisi.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =61
16= 3,81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel 4.7 Perubahan sebelum dan setelah perubahan pada album
penggunaan alat peraga bangun ruang untuk siswa
tunagrahita di kelas IV SDN K Yogyakarta.
Album penggunaan alat peraga bangun ruang untuk siswa
tunagrahita di kelas IV SDN K Yogyakarta.
Sebelum Revisi Setelah Revisi
Nama Gambar Tindak Lanjut Gambar
Cover - Perubahan
warna
background.
- Perubahan
format
halaman
cover.
Lembar
halaman isi
album
- Perubahan
format isi
album.
- Perubahan
pencahayaan
foto tidak
dari
belakang
benda.
- Jenis tulisan
diubah
menjadi
comic scan .
- Penambahan
materi sifat-
sifat bangun
ruang .
Perubahan pada album penggunaan alat peraga yaitu perubahan
format cover album, yang sebelumnya terlihat formal menjadi terlihat santai
untuk dibaca. Perubahan jenis tulisan menjadi comic scan juga agar tidak
terlalu formal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
4.1.6 Uji Coba Produk
Peneliti melakukan uji coba prototipe alat peraga bangun ruang untuk
siswa tunagrahita kelas IV di SDN K Yogyakarta ruangan kelas I pada hari
Rabu 29 November 2017 peneliti melakukan uji coba prototipe alat peraga
bangun ruang dengan Didi (disamarkan) selama dua jam pelajaran yaitu 50
menit.
Sebelum masuk uji coba prototype Alat peraga bangun ruang dan
Album Penggunaan bangun ruang, peneliti melakukan sesi tanya jawab
yaitu, dengan menanyakan pengertian bangun ruang dengan mengajukan
pertanyaan,” apakah kamu tau pengertian bangun ruang?”. Jawaban yang
dilontarkan Didi hanya ”mmmmmm…….(sambal garuk-garuk kepala)” dan
kemudian terdiam. “Apakah Didi tahu apa bentuk dari kotak pensil
ini?”(peneliti sambal memegang kotak pensil yang berbentuk balok).
Jawaban Didi “tahu bu, bentuknya kotak”. “Selain disebut kotak, di dalam
bangun ruang ini termasuk bentuk bangun ruang apa, Di?”. Didi bisa
menjawab balok dengan dituntun kata “ba….”. “Sekarang coba tunjukan
mana yang sisi, rusuk dan titik sudut kotak pensil ini?”. Didi menunjuk yang
seharusnya sisi tetapi rusuk dan sebaliknya.
Peneliti menjelaskan bahwa bangun ruang merupakan Bangun-bangun
ruang yang terbentuk oleh perpotongan ruas garis-ruas garis yang
mempunyai bagian-bagian rusuk, titik sudut, dan sisi. Sisi adalah bidang
atau permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang. Titik sudut adalah titik
pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang.
Sebelum menggunakan prototype sangat terlihat jelas bahwa Didi
belum memahami materi tentang bangun ruang. Peneliti melakukan
penjelasaan materi bangun ruang dengan memperkenalkan alat peraga
Matematika, yaitu Alat Peraga “sibaru”. Alat peraga “sibaru” akan
membantu siswa memahami, mengingat dan membedakan rusuk, sisi dan
titik sudut pada bangun ruang. Peneliti memperkenalkan komonen-
komponen alat peraga “sibaru”. Alat peraga ini terdiri dari 3 bagian, bagian
pertama kotak tempat untuk lima bangun ruang yaitu kubus, balok, tabung,
kerucut dan bola. Kedua, lima bangun ruang. Ketiga adalah tempat untuk
kartu. Kartu dikemas di dalam amplop yang terbuat dari plastik, yang terdiri
dari kartu nama bangun ruang, kartu gambar, kartu sifat, kartu angka, kartu
soal, dan kartu refleksi. Tempat untuk kartu terletak pada bagian pojok sisi
kiri kotak tempat alat peraga. Kemudian, peneliti meminta Didi
memperagakan penggunaan setiap bagian yang ada pada alat peraga
“sibaru” dengan bantuan Album Penggunaan Alat Peraga “sibaru”.
Alat “sibaru” dapat dipakai siswa secara individu dan bekerja secara
kelompok, sehingga mereka dapat memahami materi sifat-sifat bangun
ruang. Pertama, Didi diminta mencari contoh bangun ruang di sekitar kelas.
Kemudian diletakan di atas meja dan mengambil alat peraga “sibaru” satu
per satu dan diletakan juga di atas meja. Didi diminta mengelompokkan
benda bangun ruang yang ditemukan dengan alat peraga “sibaru”. Setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Didi berhasil mengelompokkan contoh bangun ruang di dalam kelas,
kemudian Didi diminta mengambil salah satu alat peraga bangun ruang dan
meraba bangun tersebut. Lalu peneliti memberikan kartu nama bangun
ruang tersebut yang sesuai dengan bangun yang sudah diambil dan Didi
meletakannya di atas bangun ruang tersebut. Kemudian peneliti menjelaskan
arti sisi, rusuk dan titik sudut pada bangun ruang. Setelah itu guru
memberikan petunjuk, jika yang diambil dan kemudian diraba memiliki
tekstur kasar dan berwarna kuning itu disebut SISI. Tanda yang berwarna
hijau merupakan RUSUK dan yang berwarna merah merupakan TITIK
SUDUT. Didi kemudian meraba dan menyebutkan bagian-bagian sisi, rusuk
dan titik sudut pada setiap bangun ruang lainnya dengan benar. Setelah Didi
selesai menyebutkan bagian-bagian sisi, rusuk dan titik sudut. Kemudian
Didi menghitung banyaknya sisi, rusuk dan titik sudut pada setiap bangun
ruang dengan arahan peneliti. Setelah Didi dapat membedakan dan
menghitung rusuk, sisi dan titik sudut pada setiap bangun ruang, kemudian
Didi diminta mengambil kartu gambar yang bertanda sama seperti alat
peraga “sibaru” dan menghitungnya. Selanjutnya, Didi memeriksa hasil
pekerjaannya dengan melihat jawaban di belakang kartu gambar dan
ternyata terdapat dua soal yang masih belum tepat jawabannya. Didi diminta
menghitung kembali dan hasilnya benar semua. Tahap selanjutnya yaitu
melatih ingatan Didi dengan memberi kartu soal berupa kartu gambar
bangun ruang tanpa tanda, kartu nama bangun ruang dan kartu ciri-ciri yang
harus disusunnya dengan benar dan sesuai. Kemudian Didi menghitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dengan semangat hingga sampai petengahan menghitung dia lupa sampai
mana dia menghitung khususnya pada bagian rusuk balok dan kubus. Ketika
Didi lupa, peneliti mengajak kembali melihat alat peraga dan
menghitungnya kembali hingga Didi benar-benar mengingatnya.
Didi mengerjakan kembali kartu soal secara mandiri. Peneliti melihat
perkembangan Didi yang begitu pesat, jika membandingkan antara sebelum
dan sesudah menggunakan Alat Peraga “sibaru” ini. Sebelum Didi
menggunakan Alat Peraga “sibaru”, dia masih bingung membedakan sisi,
rusuk dan titik sudut bangun ruang, namun setelah menggunakan Alat
Peraga “sibaru”, Didi memahami sifat-sifat pada bangun ruang dengan
cukup cepat. Meskipun dia masih memerlukan waktu untuk menghitung
rusuk dan sisi berkali-kali pada bangun ruang balok dan kubus, seiring
berjalannya waktu, Didi mampu mengingatnya.
Didi mengalami perubahan yang cukup signifikan antara sebelum dan
sesudah menggunakan Alat Peraga “sibaru”. Didi yang sebelumnya keliru
antara sisi, rusuk dan titik sudut bangun ruang, setelah menggunakan Alat
Peraga “sibaru” mengalami perubahan dalam memahami sisi, rusuk dan titik
sudut pada bangun ruang. Memang pada awalnya dia merasa bingung
ketika menunjukan sisi dan rusuk yang sering tertukar. Didi juga mengalami
kesulitan dalam menghitung sisi dan rusuk terutama pada bangun ruang
balok dan kubus karena dalam menghitung dia lupa sudah membaliknya
berkali-kali, sehingga dia membutuhkan ampat sampai lima kali untuk
benar-bnar memahami dan memerlukan konsentrasi yang lebih. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
terlihat dari caranya terburu-buru menghitung sisi dan rusuk pada bangun
ruang balok dan kubus sehingga membuatnya sering kali melakukan
kekeliruan dalam mengingat jumlah sisi dan rusuk pada Alat Peraga
“sibaru”. Peneliti menanamkan sikap hati-hati dalam menggunakan Alat
Peraga “sibaru” ini. Setelah peneliti menanamkan sikap itu, Didi menjadi
paham dan mengulang kembali menggunakan Alat Peraga “sibaru”.
Peneliti dan siswa tunagrahita belajar menggunakan alat peraga
“sibaru” selama 60 menit. Kemudian peneliti meminta Didi mengisi kartu
refleksi. Di dalam kartu refleksi, Didi menuliskan bahwa dia merasa senang
menggunakan Alat Peraga “sibaru” karena dapat membantunya
membedakan sisi, rusuk dan titik sudut pada bangun ruang.
4.1.7 Revisi Produk
Melakukan ujicoba prototipe alat peraga “sibaru” dan album
penggunaan alat peraga “sibaru” setiap prosesnya peneliti melihat kesulitan
yang dihadapi Didi. Selama uji coba prototipe Didi terlalu fokus dengan
gamabr-gambar pada kartu angka sehingga dia tidak langsung
menyelesaikan tugasnya melainkan melihat-lihat gambar pada kartu angka.
Melihat permasalahan tersebut peneliti tidak mengubah kartu-kartu tersebut
melainkan menghilangkan gambar yang ada pada kartu-kartu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tabel 4.8 Perubahan kartu-kartu
Nama kartu Sebelum direvisi Setelah direvisi
Kartu gambar
Kartu soal
Kartu angka
4.2 Pembahasan
Desiningrum (2016:1) mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan
perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Berdasarkan wawancara kepala
sekolah dan guru kelas IV di SDN K Yogyakarta peneliti menemukan masalah
bahwa ada satu siswa yang menyandang tunagrahita yang mengalami kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dalam memahami semua mata pelajaran, satu siswa ini sangat lambat
dibandingkan dengan siswa lain pada umumnya. Kurangnya penggunaan alat
peraga dalam membantu anak tunagrahita menjadi hambatan dalam mengatasi
masalah yang ada.
Anak berkebutuhan khusus tunagrahita adalah sesorang yang memiliki
tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga
untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan spesifik,
termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata dalam Efendi, 2006:88).
Siswa tunagrahita dalam memahami suatu materi harus dengan media pola gerak
yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik khusus peserta didik sehingga
mampu mengembangkan potensi kemampuan, membebaskan kesulitan peserta
didik, mengabstrasikan, serta membentuk pengalaman-pengalaman baru atau
wawasan diri yang bersifat positif setiap peserta didik (Delphie, 2006:7-9).
Dari hasil observasi pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun
ruang bahwa satu siswa tunagrahita mengalami kesulitan memahami materi yang
disampaikan oleh guru serta dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pada saat
pembelajaran berlangsung, siswa tersebut tidak konsentrasi pada pembelajaran
saat itu. Dari hasl wawancara bersama guru kelas IV menyatakan bahwa siswa
tunagrahita tersebut kesulitan dalam memahami, membedakan dan mengingat
sifat-sifat bangun ruang.
Estiningsih (dalam Prastowo, 2015:298) mengemukakan bahwa alat
peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-
ciri dari konsep yang dipelajari. Menurut Arsyad (2014:9) alat peraga adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk
memperagakan materi pembelajaran. Segala sesuatu yang masih bersifat abstrak,
kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan
pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan.
Menurut para ahli di atas bahwa siswa tunagrahita sangat memerlukan alat
peraga untuk membantu dalam memahami materi yang disampaikan. Penanganan
siswa tunagrahita memerlukan pengajaran materi yang berulang-ulang (3-4 kali)
penjelasan dengan gerak tubuh (siswa dilibatkan aktif) dalam memahami suatu
materi daripada anak pada umumnya. Sanaky dalam Prastowo (2015:298)
mengemukakan alat peraga sebagai suatu alat bantu yang digunakan oleh siswa
untuk memperagakan materi pembelajaran.
Ketersediaan penggunaan alat peraga matematika sangat terbatas
sedangkan pembelajaran untuk anak tunagrahita harus memerlukan benda-benda
yang konkret, menarik, melibatkan siswa aktif dan tidak membosankan yang
dapat membantu anak tunagrahita menyelesaikan permasalahan dan kesulitan
yang dihadapi oleh anak tunagrahita. Melihat permasalahan yang ada maka
peneliti mengembangkan alat peraga sifat-sifat bangun ruang untuk anak
tunagrahita kelas IV beserta album penggunaan alat peraga sifat-sifat bangun
ruang diharapkan mampu membantu permasalahan yang ada.
Pengembangan alat peraga sifat-sifat bangun ruang dalam penelitian ini
dengan mengadopsi empat ciri alat peraga Montessori dan satu ciri tambahan.
Empat ciri alat peraga montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correction,
auto-education, dan satu ciri tambahan kontekstual. Alat peraga yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dikembangkan menarik karena berwarna sehingga dapat menarik perhatian dari
anak. Alat peraga bergradasi karena memiliki warna dan tekstur yang berbeda.
Warna dan tekstur yang diterapkan pada alat peraga “sibaru” yaitu warna kuning
dan bertekstur kasar untuk sisi, warna hijau untuk rusuk dan warna merah untuk
titik sudut. Terdapat juga pengendali kesalahan dimana anak dapat menemukan
dan memperbaiki kesalahan sendiri (auto-correction) di kartu soal. Sehingga
merangsang anak belajar sendiri (auto-education). Secara kontekstual bahan yang
digunakan untuk membuat alat peraga dapat ditemukan di sekitar anak, awet dan
tahan lama. Ciri-ciri dalam pengembangan alat peraga Montessori selain
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan alat perga juga menjadi indikator
dalam perumusan kuesioner validasi prototipe.
Alat peraga sifat-sifat bangun ruang ini sebelum dibuat menggunakan
dengan kayu melalui proses validasi desain terlebih dahulu dengan menggunakan
kertas manila kemudian mendapat masukan-masukan yang diberikan oleh ahli
Matematika dan ahli Psikolog anak. Melalui validasi desain dapat mengetahui
apakah alat peraga sifat-sifat bangun ruang ini dapat membantu anak tunagrahita
untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran Matematika materi Sifat-sifat
bangun ruang. Melihat dari segi Matematika dan dari segi psikolog anak yaitu
tunagrahita yang dilakukan melalui diskusi dapat terlihat kekurangan dan
kelemahan prototipe. Setelah melakukan validasi desain, tahapan selanjutnya
revisi desain. Replika alat peraga sifat-sifat bangun ruang diperbaiki sesuai saran
yang diberikan oleh ahli. Pada tahapan ini alat peraga memenuhi syarat untuk
dibuat dengan menggunakan kayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Pembuatan alat peraga sifat-sifat bangun ruang memakan waktu selama
satu bulan lebih. Waktu berlalu, kemudian alat peraga sifat-sifat bangun ruang
selesai dengan menggunakan bahan dasar kayu. Alat peraga sifat-sifat bangun
ruang beserta melakukan validasi prototipe dengan tiga validator. Tiga validator
yaitu ahli Matematika, ahli Psikolog Anak dan guru kelas IV. Jumlah rata-rata alat
peraga yang diperoleh dari ketiga validator yaitu 3,75 dengan kategori “sangat
baik”. Dari penilaian hasil validasi tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga
“sibaru” untuk siswa tunagrahita kelas IV di SDN K Yogyakarta tergolong
kategori sangat baik dan layak untuk uji coba produk.
Uji coba prototipe Alat peraga Matematika untuk anak tunagrahita kelas
IV di SD Negeri K Yogyakarta dan album penggunaan alat peraga Matematika
sifat-sifat bangun ruang untuk anak tunagrahita kelas IV di SD Negeri K
Yogyakarta sudah di uji cobakan pada tanggal 28 November 2017 di SD Negeri K
Yogyakarta. Kelebihan alat peraga sifat-sifat bangun ruang ini dapat menarik
minat siswa dalam pembelajaran Matematika materi sifat-sifat bangun ruang.
Siswa tunagrahita sangat semangat sekali dalam menggunakan alat peraga
sehingga sampai dia tidak mengetahui dapat membedakan sisi, rusuk dan titik
sudut pada bangun ruang dengan sendirinya. Semua kartu soal yang dikerjakan
menggunakan alat peraga sifat-sifat bangun ruang ini semuanya benar dan tidak
ada yang salah. Perpaduan warna dan tekstur pada alat peraga sifat-sifat bangun
ruang ini tidak membuat siswa jenuh dan didesain supaya anak dapat dengan
mudah mengingat melalui kinerja alat indera mereka, seperti indera penglihat dan
indera peraba. Dari hasil uji coba mendapatkan bahwa alat peraga sifat-sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
bangun ruang dapat membantu siswa tunagrahita dalam memahami materi sifat-
sifat bangun ruang khususnya membedakan sisi, rusuk dan titik sudut bangun
ruang.
Uji coba portotipe sudah dilakukan, kemudian peneliti melihat kekurangan
saat melakukan uji coba portotipe. Alat peraga Matematika sifat-sifat bangun
ruang untuk siswa tunagrahita kelas IV di SDN K Yogyakarta mengalami
kelemahan pada kartu gambar, kartu soal dan kartu angka karena gambar
background pada kartu tersebut terlalu mencolok sehingga siswa menjadi lebih
terfokus dengan gambar background maka dari itu peneliti mengubah gambar
background menjadi warna putih polos sehingga siswa dapat terfokus pada isi
kartu. Album penggunaan alat peraga sifat-sifat bangun ruang untuk siswa
tunagrahita kelas IV di SDN K Yogyakarta tidak mengalami revision setelah
menggunaknnya, album penggunaan sifat-sifat bangun ruang dapat membantu
siswa dalam memperkenalkan alat peraga sifat-sifat bangun ruang dan cara
penggunaannya. Setelah memperbaiki kelemahan-kelemahan prototipe Alat
Peraga Matematika sifat-sifat bangun ruang dapat membantu siswa tunagrahita
kelas IV di SDN K Yogyakarta dapat membantu siswa tunagrahita dalam
mengatasi kesulitan memahami sifat-sifat bangun ruang sehingga dapat
membedakan sisi, rusuk dan titik sudut bangun ruang. Berikut adalah kelebihan
dan kekurangan prototipe alat peraga sifat-sifat bangun ruang:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.2.1 Kelebihan alat peraga sifat-sifat bangun ruang
1. Alat peraga sifat-sifat bangun ruang ini menggunakan warna terang,
seperti warna kuning, hijau dan merah. Pemilihan warna dipilih agar dapat
menarik minat siswa dan mudah untuk mengingatnya. Seperti, warna
kuning untuk sisi, hijau untuk rusuk, dan merah untuk titik sudut.
2. Alat peraga sifat-sifat bangun ruang ini didesain juga menggunakan
tekstur yang kasar untuk sisi, agar siswa dapat memahami arti sisi pada
bangun ruang dengan merabanya.
3. Alat peraga sifat-sifat bangun ruang dilengkapi dengan kartu-kartu supaya
siswa dapat memahami jika alat peraga sifat-sifat bangun ruang diubah
menjadi gambar pada kertas.
4. Alat peraga sifat-sifat bangun ruang ini terdapat pengendali keselahan
yang berada di belakang kartu soal. Serta dilengkapi dengan album
penggunaan alat peraga sifat-sifat bangun ruang. Dengan demikian, siswa
dapat menggunakan alat peraga sifat-sifat bangun ruang secara sendiri.
4.2.2 Kekurangan alat peraga sifat-sifat bangun ruang
Kekurangan yang terdapat pada alat peraga sifat-sifat bangun ruang ini
adalah pada desain lubang tempat bangun ruang yang kurang halus dan tekstur
kasar pada sisi bangun ruang tidak merata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini memaparkan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian
dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan prototipe Alat Peraga
“sibaru” untuk anak tunagrahita kelas IV di SDN K Yogyakarta dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengembangan alat peraga matematika materi sifat-sifat bangun ruang
untuk siswa tunagrahita kelas IV di SDN K Yogyakarta dikembangkan
dengan tujuh langkah yaitu (1) terdapat masalah tidak adanya alat peraga
untuk siswa tunagrahita kelas IV di SDN K Yogyakarta (2) pengumpulan
data yang digunakan dengan wawancara, observasi, dan kuesioner (3)
desain alat peraga menggunakan Microsoft Word (4) validasi desain alat
peraga bersama Ahli Matematika dan Ahli Psikolog Anak (5) revisi desain
alat peraga dengan mempertimbangkan komentar dan saran dari hli
Matematika dan Ahli Psikolog Anak (6) uji coba alat peraga dengan satu
siswa tunagrahita di SDN K Yogyakarta dan (7) revisi alat peraga dengan
melihat kekurangan dan kesulitan alat peraga. Alat peraga sifat-sifat
bangun ruang dikembangkan berdasarkan ciri-ciri yang dikembangkan
oleh Montessori dan satu ciri tambahan. Ciri tersebut, pertama, yaitu
menarik. Hal ini dapat dilihat karena berwarna sehingga dapat menarik
perhatian dari anak, yaitu warna kuning, merah dan hijau. Kadua yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
bergradasi. Alat peraga ini bergradasi karena memiliki warna dan tekstur
yang berbeda. Warna dan tekstur yang diterapkan pada alat peraga
“sibaru” yaitu warna kuning dan bertekstur kasar untuk sisi, warna hijau
untuk rusuk dan warna merah untuk titik sudut. Ketiga, terdapat
pengendali kesalahan dimana anak dapat menemukan dan memperbaiki
kesalahan sendiri (auto-correction) di kartu soal. Keempat, yaitu dapat
untuk belajar (auto-education). Kelima, yaitu kontekstual. Hal ini dapat
ditunjukan dari bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga dapat
ditemukan di sekitar anak.
2. Alat Peraga Matematika “sibaru” untuk siswa tunagrahita kelas IV di SDN
K Yogyakarta yang menggunakan ciri Montessori terbukti memiliki
kualitas baik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan pemahaman
materi sifat-sifat bangun ruang khususnya membedakn sisi, rusuk dan titik
sudut pada bangun ruang yang signifikan oleh siswa tunagrahita kelas IV .
Kualitas alat peraga Matematika Sifat-sifat bangun ruang “sibaru” didapat
berdasarkan validasi dari tiga validator. Tiga validator tersebut yaitu ahli
Matematika, ahli Psikolog Anak, dan Guru Kelas IV dengan klasifikasi
penilaian empat skala. Perolehan hasil validasi alat peraga Matematika
“sibaru” dan album penggunaan alat peraga Matematika “sibaru” dari
validator memperoleh skor rata-rata 3,75 kategori sangat baik atau dengan
kata lain alat peraga Matematika “sibaru” ini layak digunakan siswa
tunagrahita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
5.2 Keterbatasan Penelitian
Prototipe alat peraga Matematika “sibaru” yang dikembangkan
mempunyai keterbatasan yaitu pada saat dilakukan uji coba, siswa
tunagrahita mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi karena dia lebih
memperhatikan background kartu yang terlihat penuh hiasan.
5.3 Saran
Saran dari peneliti untuk penelitian yang akan mengembangkan alat peraga
sebaiknya alat peraga untuk siswa tunagrahita tidak menggunakan banyak
hiasan-hiasan yang dapat menimbulkan siswa tunagrahita tidak konsentrasi
pada materi yang sedang diajarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, Ifa. 2014. Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Siswa Tunagrahita Di
Kelas 5 SD Gunundani, Pengasih, Kulon Progo Tahun Ajaran 2014.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses pada
tanggal 8 Juni 2017 dari
http://eprints.uny.ac.id/14328/1/SKRIPSI%20IFA%20ARIFAH.pdf
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Aunurrahman. 2011. Belajar dan pembelajaran. Bandung:Alfabet.
Dhelpie, Bondan M. A., S. E. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus. Bandung: PT Refika Aditama.
Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. Psikologis anak berkebutuhan khusus.
Yogyakarta:Psikosain.
Desminta. 2009. Psikologi Perkembangan anak. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Djuwita, Dewi. 2015. Bangun Datar dan Bangun Ruang. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Efendi, Mohammad. 2015. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Malang:
bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Gutek, G.L. 2013. Metode Montessori. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://ahyansyah.blogspot.co.id/2016/05/analisis-kesulitan-belajar-siswa-
materi.html diakses pada tanggal 2 Desember 2017
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1957061319
85031-
MAMAN_ABDURAHMAN_SAEPUL_R/MENGEANAL_ANK__
LUAR__BIASA.pdf diakses pada tanggal 2 Desember 2017
Izzaty, Rita Eka dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:
UNY Press.
Jannah & Darmawanti. 2014. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini &Deteksi
Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya: Isnight Indonesia.
Karso, dkk. 2009. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Lestari, Sri. 2015. Peningkatan Prsetasi Belajar Konsep Bangun Ruang
Siswa Kelas VA SD 1 Sumberagung Jetis Bantul Melalui
Penggunaan Alat Peraga. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta. Diakses pada tanggal 17 Januari 2018 dari
http://eprints.uny.ac.id/16550/1/SKRIPSI%20Sri%20Lestari%20NI
M.%2008108244169.pdf
Lefudin. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Depublish
Lillard, A. S. 2005. Montessori: The Science Behind The Genius. New
York: Oxford University Press.
Margono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Mustaqim, Burhan dan Ary Astuty. 2008. Ayo belajar matematika 4 : untuk
SD dan MI kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional. Hal. 207-213.
Montessori, M. 2002. The Montessori Method. New York: Frederick A.
Stokes Company.
Mumpuniarti. (2007). Pembelajaran Akademik Bagi Tunagrahita. Buku
Pegangan Kuliah Jurusan PLB-FIP-UNY. Yogyakarta: FIP-UNY
Prastowo, A. 2015. Menyususn Rencana Pelaksanaan (RPP) tematik
terpadu implementasi kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Purbaningsih, Tyas. 2017. Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri
03 Gondangrejo Tahun Aajaran 2017. Skripsi. Lampung: Institut
Agama Islam Negeri Metro. Diakses pada tanggal 17 Januari 2018
dari http://digilib.metrouniv.ac.id/repository/index.php?p=fstream-
pdf&fid=84&bid=82
Smith,David. 2009. Inklusi: Sekolah Ramah untuk Semua, terjemahan
Enrica Denis. Bandung: Nuansa
Sudono, A. 2010. Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta: PT.
Grasindo.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Thompson, Jenny. 2010. Memahami anak berkebutuhan khusus. Jakarta:
Erlangga.
Wardani, IGAK. (2011). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Widoyoko, SE. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Garis besar pertanyaan wawancara Potensi dan Masalah
1.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah
No Topik
1. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang ada di SD Negeri K
Yogyakarta.
2. Adannya siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan
dalam pembelajaran.
3. Penggunaan alat peraga saat pembelajaran untuk siswa
berkebutuhan khusus.
1.2 Garis besar wawaancara pertama kepada Guru kelas IV
No Topik
1. Adanya siswa tunagrahita di dalam kelas IV.
2. Karakteristik siswa tunagrahita saat di dalam kelas IV.
3. Masalah yang dihadapi siswa tunagrahita di kelas IV.
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Garis besar wawancara Pengumpulan Data
2.1 Garis besar wawaancara kedua kepada Guru kelas IV
No Topik
1. Karakteristik siswa tunagrahita yang menonjol ketika saat di dalam
kelas.
2. Materi yang paling sulit dipahami siswa tunagrahita pada saat
pembelajaran.
3. Cara mengatasi masalah siswa tunagrahita pada materi tersebut.
4. Ketersediaan alat peraga di kelas IV.
5. Latar belakang siswa tunagrahita.
2.2 Garis besar wawancara kepada siswa tunagrahita kelas IV
No Topik
1. Biodata siswa tunagrahita kelas IV.
2. Pembelajaran yang disukai maupun tidak disukai.
3. Materi yang paling sulit.
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Pedoman Observasi
Tabel 3.1 Rambu-rambu pengamatan terhadap siswa tunagrahita di Kelas IV
No Rambu-rambu pengamatan
1. Mengamati tingkah laku siswa tunagrahita pada saat pembelajaran
berlangsung di kelas IV.
2. Kesesuaian teori tentang karakteristik siswa tunagrahita dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Kisi-Kisi Penilaian Validasi Prototipe Alat Peraga
4.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Alat Peraga
Indikator Deskriptor No Item
Auto-
education
- Membantu siswa dalam
memahami konsep matematika.
- Siswa belajar secara mandiri.
1,2,8
Auto-
correcation
- Membantu siswa dalam
menemukan kesalahan sendiri.
3,6,7
Menarik - Memiliki warna yang menarik
siswa.
4,5,9,10,11,12
Bergradasi - Memiliki tingkatan berdasarkan
karakteristik siswa
13,14
Kontekstual - Memanfaatkan benda dari
lingkungan sekitar
- Dapat diproduksi oleh masyarakat
sekitar
15,16
LAMPIRAN 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
5.1 Hasil validasi kelayakan alat peraga sifat-sifat bangun ruang oleh Ahli
Matematika
LAMPIRAN 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
6.1 Hasil validasi kelayakan alat peraga sifat-sifat bangun ruang oleh Ahli
Psikolog Anak
LAMPIRAN 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
7.1 Hasil validasi kelayakan alat peraga sifat-sifat bangun ruang oleh
Guru kelas IV
LAMPIRAN 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Album penggunaan alat peraga sifat bangun ruang
LAMPIRAN 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Rancangan Pembelajaran Individu (RPI)
LEMBAR RANCANGAN PEMBELAJARAN INDIVIDU (RPI)
I. IDENTITAS
Nama Lengkap Peserta Didik
Didi
Jenis Kelamin
Laki-laki
Tanggal Lahir
22 Maret 2007
Kelas
IV SD
Sekolah
SDN K Yogyakarta
Tahun Ajaran
2016/2017
Nama Orang Tua/Wali (Inisial)
Bpk Jenius
Ibu Cemerlang
Peserta Didik Tinggal Bersama
() Orang Tua
Penyusun Program
Riska Prasetya Kalfinta
Pelaksana Program
Riska Prasetya Kalfinta
Guru Kelas :
Eni Purwati S. Pd
Guru Pendamping :
Eni Purwati S. Pd
Assesmen yang Pernah Dilakukan : - Hasil Assesmen : -
Kebutuhan Khusus Peserta Didik :
( ) Tunagrahita
Peralatan yang Dibutuhkan Secara
Khusus :
-
Layanan Khusus yang Pernah Diikuti
Peserta Didik : -
-
LAMPIRAN 9
Contoh RPI (Rencana Pembelajaran Individu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
II. DESKRIPSI PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK
A. HASIL DETEKSI HAMBATAN
Aspek Gambaran Kategori
Kognitif Masih kesulitan mengingat materi pelajaran yang
baru saja dipelajari. Dari segi akademik nilai
semua mata pelajaran di bawah KKM
PPK
Emosi Sensitif jika diganggu dan diejek oleh temannya
(mudah menangis), masih malu-malu, kurang rasa
percaya diri dengan hal yang telah dikerjakannya
dan cenderung menutup diri.
PP
Sosial Dapat bersosialisasi bersama temannya akan tetapi
di dalam kelas cenderung pendiam
PP
Perilaku Tidak bisa fokus saat mengikuti pembelajaran dan
pendiam
PP
Keterangan :
TPP : Tidak Perlu Pendampingan
PP : Perlu Pendampingan
PPK : Perlu Pendampingan Khusus
B. AREA KEKUATAN
Aspek Gambaran
Kognitif Mempunyai semangat tinggi untuk mau berusaha mempelajari hal
baru
Emosi Mampu mengendalikan emosi
Sosial Mampu berteman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Perilaku Mampu bersikap tenang ketika guru menjelaskan
C. ANALISIS KEBUTUHAN
Kebutuhan Kemampuan saat ini Perlakuan
Kognitif Sulit dalam memahami
setiap penjelasan yang
diberikan
- Pada saat menjelaskan
guru harus
merangkum materi
agar siswa memahami
setiap penjelasan yang
diberikan.
- Menambahkan alat
peraga supaya siswa
memahami materi
yang diberikan dan
makna soal.
Emosi Sensitif jika diganggu
dan diejek oleh
temannya (mudah
menangis), masih malu-
malu, kurang rasa
percaya diri dengan hal
yang telah dikerjakannya
dan cenderung menutup
diri.
- Selalu memberikan
semangat dan rasa
percaya diri dengan
melibatkan siswa
mengerjakan soal di
papan tulis.
- Selalu dilibatkan aktif
ketika berdiskusi atau
bekerja kelompok
dengan teman
sebayanya.
Sosial Sering dikucilkan ketika - Selalu memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
di dalam kelas pengertian kepada
teman-temannya.
Perilaku Sering diam saat di
dalam kelas
Guru selalu mengajak
berinteraksi pada saat
menjelaskan materi
agar siswa menjadi
fokus dengan materi
yang sedang
diberikan.
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Di Sekolah - Guru sudah
memberikan perhatian
dan pendampingan
khusus
- Teman-teman satu
kelasnya seringkali
menyemangati siswa
dalam mengerjakan
soal, bahkan terkadang
membantu dalam
mengerjakan soal.
Namun ada beberapa
siswa lain yang suka
mengganggu dan
mengejeknya
Di Rumah Orang tua memberikan
perhatian dan fasilitas
yang lengkap.
Orang tua kurang
mengetahui cara
mengatasi kesulitan anak
tunagrahita dalam belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
dan seringkali tidak ada
waktu untuk
membimbing siswa
belajar karena sibuk
dengan pekerjaannya.
III. RENCANA PERLAKUAN
Target yang
Akan Dicapai
Lama
Waktu
Strategi Tanggal
Dimulai
Tanggal
Evaluasi
Hasil
Penangan
an
JANGKA
PANJAN
G
Dapat
memahami
nama-nama
bangun ruang
dan
mengidentifik
asi sifat-sifat
bangun ruang.
1
bulan
- Memberika
n
penekanan
pada saat
menjelaska
n materi
- Guru
melakukan
tanya
jawab
kepada
siswa
tentang
materi
yang
sedang
dipelajari.
- Siswa
menjawab
pertanyaan
Oktober
2017
Septemb
er 2017
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
guru
dengan
percaya
diri dengan
mengguna
kan bahas
Indonesia
yang baik
dan benar
Lancar dalam
mengidentifik
asi sifat-sifat
bangun ruang
1
bulan
- Mengguna
kan alat
peraga
Sibaru agar
dapat
membantu
siswa
memahami
sifat-sifat
pada
bangun
ruang.
- Setiap
selesai
mengerjak
an soal
dengan alat
peraga,
siswa
dapat
mencari
hasilnya
dan
Oktober
2017
Septemb
er 2017
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
menyimpul
kan
pekerjaan
yang siswa
kerjakan.
JANGKA
PENDEK
Siswa mampu
menjawab
pertanyaan
yang
diberikan
1
mingg
u
Memberikan
pertanyaan
sampai siswa
mau
menjawab
Novemb
er 2017
Septemb
er 2017
-
Subyek dapat
menghitung
perkalian 7-9
1
mingg
u
Siswa
memahami
sifat-sifat
pada setiap
bangun
ruang
dengan
menggunaka
n alat peraga.
Novemb
er 2017
Septemb
er 2017
IV Evaluasi
Program yang akan direkomendasikan untu selanjutnya adalah mendesain
alat peraga seringan dan sepraktis mungkin agar siswa dapat memahami konsep
matematika dengan mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Hal-hal lain:
Disusun pada tanggal
01 Oktober 2017
Orangtua I
(Jenius)
Orangtua II
(Cemerlang)
Guru,
(Bintang, S. Pd)
Mengetahui,
Kepala Sekolah
(Bunga, S. Pd)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDU (PPI)
Satuan Pendidikan : SDN K Yogyakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
1. Identitas Siswa
Nama : Didi
Kelas : IV
Usia : 10 tahun
Jenis kesulitan : Tunagrahita
2. Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan : Sudah mengetahui macam-macam bangun ruang
Kelemahan : Sulit memahami materi pembelajaran dan
mengingatnya.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi :
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan
antar bangun datar.
Kompetensi Dasar :
8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana
4. Indikator
Kognitif
8.1.1 Menjelaskan sifat-sifat pada bangun ruang
8.1.2 Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang
LAMPIRAN 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Afektif
8.1.3 Percaya diri dalam menjawab pertanyaan dan menjelaskan sifat-
sifat bangun ruang.
Psikomotor
8.1.4 Menyimpulkan materi sifat-sifat bangun ruang.
5. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
8.1.1 Siswa mendengarkan penjelaskan sifat-sifat pada bangun ruang
dengan cermat.
8.1.2 Melalui alat peraga Sibaru, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat
bangun ruang dengan tepat
Afektif
8.1.3 Siswa dapat menunjukan sikap percaya diri pada saat menjawab
pertanyaan dan menjelaskan sifat-sifat bangun ruang dengan
lantang.
Psikomotor
8.1.4 Siswa dapat menyimpulkan materi sifat-sifat bangun ruang dengan
benar.
6. Materi Pembelajaran
Sifat-sifat bangun ruang sederhana
7. Teknik dan Metode Pembelajaran
Teknik pembelajaran : -
Metode : praktik, tanya jawab dan pendampingan
guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
8. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
1 Pendahuluan - Guru mengajak berdoa.
- Guru memberikan salam.
- Guru menanyakan kabar siswa.
- Guru menanyakan materi matematika
tentang bangun ruang.
“apakah kamu tahu apa bentuk tempat
pensil ini?”
“apakah kamu masih mengingat nama-
nama bentuk bangun ruang?
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran hari ini
- “hari ini kita akan belajar tentang
sifat-sifat bangun ruang sederhana
dengan menggunakan alat peraga
Sibaru.”
5 menit
2 Inti - Guru meminta siswa untuk mengambil
salah satu benda di kelas yang
termasuk bangun ruang.
- Guru meminta siswa menyebutkan
nama benda dan bentuknya.
- Guru mengenalkan bagian-bagian alat
peraga dengan dibantu album
penggunaan alat peraga Sibaru
- Siswa kemudian diminta
memasangkan benda yang sudah
diambilnya dengan bentuk bangun
ruang yag sama.
- Guru menjelaskan bagian-bagian sisi,
rusuk dan titik sudut pada salah satu
bangun ruang.
55 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
- Guru meminta siswa menghitung
jumlah sisi, rusuk dan titik sudut pada
setiap bangun ruang. Kemudian siswa
mengisinya pada kartu sifat dan
menempelkan kartu angka.
- Guru memberikan kartu gambar
bangun ruang yang bentuknya sama
persis dengan alat peraga kemudian
melakukan menghitung jumlah sisi,
rusuk dan titik sudut pada setiap kartu
gambar dengan bimbingan guru.
- Hasil dari menghitung kartu gambar
diletakan pada kartu sifat juga.
- Kemudian untuk mengetahui siswa
sudah memahami, guru meminta siswa
mengerjakan kartu soal dan
menggunakan kartu sifat juga.
- Untuk mengetahui hasilnya, siswa
dapat melihat jawaban di belakang
kartu soal tersebut setelah
menyelesaikan pekerjaannya.
3 Penutup - Guru bersama siswa merangkum
kegiatan pembelajaran hari ini.
- Guru memberikan kartu refleksi untuk
melakukan refleksi pembelajaran ini.
- Guru meminta siswa untuk berkemas-
kemas melanjutkan pelajaran
selanjutnya.
- Guru mengucapkan salam kepada
siswa
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
9. Penilaian
Penilaian Kognitif (terlampir)
Penilaian Afektif (terlampir)
10. Sumber Belajar dan Media Pembelajaran
Sumber Belajar:
Mustaqim, Burhan dan Ary Astuty. 2008. Ayo belajar matematika 4 :
untuk SD dan MI kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional. Hal. 207-213.
Media Pembelajaran:
Alat peraga Sibaru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
LAMPIRAN
1. Kognitif
Bangun Ruang Banyak Sisi Banyak
Rusuk
Banyak Titik
Sudut
1.
………
………
………
2.
………
………
………
3.
………
………
………
4.
………
………
………
5.
………
………
………
Skor satu soal = 3 Total skor =
15
Nilai = total : 15 x 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
2. Afektif
Indikator
Skor
1 2 3
Percaya diri
dalam
menjawab
pertanyaan dan
menjelaskan
sifat-sifat
bangun ruang.
Siswa sangat
kurang percaya
diri pada saat
menjawab
pertanyaan dan
menjelaskan sifat-
sifat bangun
ruang.
Siswa kurang
percaya diri pada
saat menjawab
pertanyaan dan
menjelaskan sifat-
sifat bangun
ruang.
Siswa percaya diri
pada saat
menjawab
pertanyaan dan
menjelaskan sifat-
sifat bangun
ruang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Uji Coba Penelitian
Saat menjlaskan materi bangun ruang
Saat memberikan nama pada bangun
ruang
Saat mengidentifikasi sifat-sifat pada
bangun ruang
Saat menghitung jumlah sisi, rusuk dan
titik sudut pada bangun ruang
Saat menggunakan kartu gambar
Saat menggunakan kartu soal
LAMPIRAN 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
CURRICULUM VITAE
Riska Prasetya Kalfinta, lahir di Cilacap, 12 Juni 1996
sebagai anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak
Yohanes Riyo dan Ibu Mujinah. Peneliti menempuh pendidikan
formal di SD Negeri Jeruklegi 03 pada tahun 2007, SMP Negeri
2 Jeruklegi pada tahun 2010, dan SMA Yos Sudarso Cilacap
pada tahun 2013, peneliti melanjutkan studi S1 di program studi
pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa
Program Studi Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma.
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan
menuliskan skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Pengembangan Alat Peraga
Matematika “Sibaru” untuk Siswa Berkebutuhan Khusus Tunagrahita kelas IV di
SDN K Yogyakarta”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI