22
Usulan Penelitian PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK MENANGGULANGI RISIKO KERUGIAN 75% AKIBAT BANJIR, KEKERINGAN DAN HAMA PENYAKIT Oleh: Sahat M. Pasaribu Iwan Setiajie A. Nur Khoiriyah Agustin Erna Maria Lokollo Herlina Tarigan Juni Hestina Yana Supriyatna PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Januari 2010

PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

  • Upload
    ngoliem

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

Usulan Penelitian

PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK MENANGGULANGI RISIKO KERUGIAN 75%

AKIBAT BANJIR, KEKERINGAN DAN HAMA PENYAKIT

Oleh: Sahat M. Pasaribu

Iwan Setiajie A. Nur Khoiriyah Agustin

Erna Maria Lokollo Herlina Tarigan

Juni Hestina Yana Supriyatna

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Januari 2010

Page 2: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

1

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Ketahanan pangan nasional menjadi salah satu tujuan utama pembangunan nasional.

Kekurangan bahan pangan, khususnya makanan pokok beras akan menimbulkan gejolak

sosial ekonomi dan politik yang memengaruhi pembangunan itu sendiri. Masalah-masalah

multidimensional untuk mencapai kecukupan pangan sangat beragam dan dalam konteks ini,

pemerintah berusaha untuk terus meningkatkan produksi pangan melalui inovasi teknologi dan

penerapan program perbaikan manajemen usahatani. Sebagai bahan pangan pokok bagi

masyarakat Indonesia, beras harus selalu tersedia dan dapat dijangkau dengan harga yang

memadai. Oleh karena itu, program peningkatan pangan berkelanjutan perlu dilakukan untuk

membantu petani (yang lemah dalam banyak aspek) dalam memproduksi komoditas tersebut.

Saat ini sangat diperlukan cara bagaimana mencapai ketahanan pangan pada tingkat

kecukupan tertentu dalam keadaan ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan,

besarnya pengangguran, meluasnya kemiskinan, dan meningkatnya harga-harga pangan yang

menurunkan posisi tawar masyarakat. Produksi pangan, khususnya beras sudah seharusnya

ditingkatkan dan distabilkan (Pasaribu, 2005).

Asuransi ditawarkan sebagai salah satu dari skim pendanaan untuk membagi risiko,

seperti kegagalan panen. Asuransi pertanian berhubungan dengan pembiayaan usahatani

dengan pihak ketiga (lembaga/perusahaan swasta atau instansi pemerintah) dengan jumlah

tertentu dari pembayaran premi (World Bank, 2008). Petani menghadapi risiko, khususnya

kegagalan panen yang disebabkan oleh bencana alam atau serangan organisme pengganggu

tanaman. Oleh karena itu, asuransi pertanian sangat penting untuk membantu petani dari

kerugian besar dan memastikan bahwa mereka akan memiliki modal kerja yang cukup yang

diperoleh karena mengasuransikan usahataninya untuk membiayai usahatani padi pada

musim berikutnya. Meningkatnya frekuensi kegagalan panen karena serangan hama dan

penyakit di banyak tempat, terutama di sentra produksi tanaman pangan harus menjadi

peringatan keras bagi pemerintah untuk mempertimbangkan penerapan skim asuransi

pertanian pada usahatani padi dan sekaligus menunjukkan keberpihakan pemerintah membela

kepentingan petani.

Asuransi pertanian sebenarnya bukan istilah baru dalam pembangunan sektor

pertanian. Banyak negara, khususnya negara maju telah menggunakan instrumen kebijakan ini

untuk menjaga produksi pertanian dan melindungi petani, termasuk India dan Iran yang

menerapkannya secara luas. Petani yang berpartisipasi telah merasakan manfaat skim ini

sehingga mereka terus terdorong untuk meneruskannya (Wawasan, 2008). Dengan asuransi

pertanian, proses produksi dapat dijaga dan petani dapat terus bekerja pada lahan

usahataninya. Indonesia belum memiliki sistem asuransi pertanian, sehingga pengalaman dari

Page 3: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

2

negara-negara yang sudah melaksanakannya sangat bermanfaat, meski memerlukan

beberapa penyesuaian.

Asuransi untuk usahatani padi dapat menjadi program menarik dalam hubungannya

dengan perubahan iklim yang sulit diprediksi. Asuransi ini bukan hanya mencakup

perlindungan terhadap fluktuasi harga, tetapi secara khusus juga mencakup pembagian risiko

karena kekeringan, banjir dan serangan organisme pengganggu tanaman serta faktor eksternal

lainnya, seperti bencana longsor, gempa bumi, masalah politik, dan lain-lain.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmanaf, et.al. (2007) menyatakan bahwa

program asuransi pertanian, khususnya asuransi untuk usahatani padi, baru untuk Indonesia,

oleh karena itu disarankan agar terlebih dulu dilakukan semacam pilot project sebelum

asuransi ini diterapkan pada skala yang lebih luas. Beberapa skim dan skenario dapat dibuat

dalam pilot project tersebut untuk menguji pola yang paling cocok untuk asuransi usahatani

padi di Indonesia. Petani yang berpartisipasi dalam skim asuransi harus didasarkan pada

kesukarelaan, bukan paksaan. Partisipasi tersebut akan mendukung kesuksesan dan

keberlangsungan program.

Kegiatan pilot project sistem asuransi usahatani padi telah mulai dilaksanakan sejak

tahun yang lalu dan kegiatan yang diajukan saat bini merupakan lanjutan untuk mematangkan

pelaksanaannya di lapangan. Sudah saatnya pemerintah memasukkan asuransi usahatani padi

sebagai bagian yang integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Dukungan keuangan

yang diusahakan oleh pemerintah (pusat/daerah) dibutuhkan untuk menanggung biaya premi

dalam jumlah tertentu, khususnya pada tahap awal/tahap introduksi pelaksanaan skim asuransi

ini. Skenario ini diperlukan sebagai salah satu alternatif kebijakan pembiayaan asuransi

pertanian di Indonesia, khususnya untuk membiayai asuransi pertanian dalam skala nasional

dan sekaligus menjadi bagian strategi pembangunan pertanian nasional.

1.2. Perumusan Masalah Sebagai salah satu skim keuangan yang mengalihkan dan membagi risiko, asuransi

usahatani padi akan mengalihkan risiko kegiatan berproduksi, misalnya karena gagal panen,

kepada pihak lain (baik perusahaan swasta ataupun pemerintah), sehingga petani tidak

mengalami kerugian besar yang ditanggung sendiri, tetapi bahkan mendapat kepastian

penerimaan tunai, meski tidak harus sama dengan ongkos produksi yang dikeluarkan.

Meningkatnya frekuensi banjir dan kekeringan karena kerusakan sumberdaya alam atau

perubahan iklim di berbagai sentra produksi padi hendaknya merupakan peringatan bagi para

pengambil keputusan untuk melindungi kepentingan petani. Demikian juga dengan serangan

hama dan penyakit yang akibatnya tidak hanya merugikan petani secara ekonomi, tetapi juga

dapat mengganggu keseimbangan alam dan merusak lingkungan. Ketiga jenis risiko usahatani

pertanaman padi ini menjadi masalah yang semakin kompleks dalam situasi perubahan iklim

Page 4: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

3

yang sulit diprediksi karena kebutuhan untuk tetap menyediakan beras dengan jumlah yang

cukup untuk konsumsi masyarakat. Dalam konteks ini, meningkatnya ketidakpastian karena

tingginya risiko gagal panen akan memberikan kesempatan bagi pemerintah di tingkat pusat

dan di daerah untuk mengambil langkah-langkah penting mempertahankan produksi pangan

dan memperbaiki taraf hidup masyarakat tani di wilayah masing-masing. Hal inilah yang

menjadi permasalahan utama yang perlu dikaji lebih lanjut.

Antisipasi terhadap kemungkinan yang akan terjadi menurut fenomena perubahan yang

sering dialami perlu dilakukan melalui penyelenggaraan skim asuransi usahatani padi. Hasil

kajian dari kegiatan pilot project yang lalu telah memberikan informasi yang cukup dan

dijadikan dasar pemikiran yang kuat yang memerlukan kajian lebih jauh tentang berbagai

aspek yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan asuransi usahatani padi. Hasil

dan pengalaman yang diperoleh dari kajian pilot project ini akan digunakan untuk

pengembangan sistem asuransi pertanian dalam cakupan yang lebih luas.

1.3. Justifikasi

Kegiatan ekonomi pada usaha pertanian berisiko tinggi dan sangat tidak pasti.

Kurangnya kapasitas untuk mengantisipasi risiko dan ketidakpastian telah menyebabkan

kerugian besar akibat rendahnya produksi. Lee et.al. (1990) mengklasifikasikan ketidakpastian

di dalam pertanian kedalam enam tipe, yaitu: (a) berhubungan dengan faktor alam (kekeringan,

ledakan hama dan penyakit), (b) bencana yang tidak dapat diprediksi (banjir, kebakaran,

longsor, dan letusan gunung berapi), (c) harga (input dan output), (d) teknogi yang digunakan

yang menyebabkan rendahnya produktivitas dan produksi, (e) aksi oleh pihak lain (sabotase,

perampasan, dan peraturan yang menyebabkan matinya usahatani), dan (f) penyebab

perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian anggota

keluarga). Dua yang pertama dari tipe ini dapat menyebabkan kegagalan panen yang besar

dalam areal yang luas.

Walaupun terdapat kecenderungan peningkatan produksi padi di Indonesia (lihat Tabel

1), kegagalan panen yang disebabkan banjir, kekeringan, dan ledakan hama dan penyakit juga

terjadi secara sporadis di berbagai wilayah. Frekuensi dan intensitas dari risiko tersebut tidak

sama pada setiap tempat, tetapi efeknya secara langsung terakumulasi dalam jumlah besar.

Hadi et.al. (2000) menghitung bahwa selama 1989-1998, luas areal gagal panen yang

disebabkan tiga tipe yang di atas adalah berturut-turut 0,50 persen, 0,21 persen, and 0,06

persen dari luas tanam. Data terbaru menunjukkan bahwa areal padi yang terkena banjir,

kekeringan dan serangan hama dan penyakit adalah berturut-turut 333,2 ribu, 319,5 ribu, dan

428,6 ribu hektar dengan kehilangan hasil masing-masing sebesar 997,3 ribu, 984,2 ribu, dan

352,3 ribu ton pada tahun 2008 (Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).

Dengan demikian, total kehilangan hasil akibat banjir, kekeringan, dan serangan hama dan

penyakit lebih dari 2,3 juta ton atau sekitar 4,08 persen dari produksi total pada tahun 2008

Page 5: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

4

(57,17 juta ton). Informasi ini semakin mendukung pemikiran diperlukannya upaya yang lebih

besar untuk mengatasi kerugian akibat kegagalan panen melalui skim asuransi usahatani padi.

Luas areal yang terkena banjir dan kekeringan berfluktuasi, demikian juga dengan

kehilangan hasil yang diakibatkannya. Akan tetapi serangan hama dan penyakit yang terus

meningkat selama lima tahun terakhir menyebabkan kehilangan hasil cenderung naik. Tidak

seperti ledakan hama dan penyakit, banjir dan kekeringan adalah dua fenomena alam yang

dapat diantisipasi. Secara umum, petani lebih memahami banjir dan kekeringan dalam

hubungan dengan kejadian dan waktunya. Petani dengan bantuan pemerintah daerah memiliki

strategi untuk mengatasi ancaman dua gejala alam tersebut, misalnya dengan cara menggali

saluran drainase atau penerapan pola tanam yang berbeda. Serangan organisme pengganggu

tanaman (OPT) atau ledakan hama dan penyakit lebih sulit diantisipasi. Petani menggunakan

pestisida tertentu untuk penyakit atau dengan memburu hama dan serangan hama dan

penyakit ini dapat terjadi secara berulang dengan intensitas yang berbeda. Informasi lebih

lanjut untuk menjustifikasi perlunya asuransi usahatani padi di Indonesia ditunjukkan oleh data

volume dan estimasi kehilangan hasil tanaman padi karena banjir, kekeringan dan serangan

OPT berikut ini (lihat Tabel 2, 3, dan 4, serta Gambar 1).

Page 6: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

5

Tabel 1. Luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia, tahun 2000-2008

Tahun

Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Rataan 2000-2008

Trend (%)

Persentase (%)

Luas tanam (000 ha)

- Padi sawah 10.272 10.354 9.598 11.207 10.386 11.305 12.830 12.401 11.877 11.137 2,86 91,08

- Padi ladang 1.110 995 1.057 1.158 1.134 1.121 1.022 1.143 1.083 1.091 0,35 8,93

- Total padi 11.383 11.348 10.656 12.365 11.519 12.426 13.852 13.879 12.932 12.262 2,75 100,00

Luas panen (000 ha)

- Padi sawah 10.618 10.419 10.457 10.395 10.799 10.734 10.713 11.041 11.258 10.715 0,82 90,70

- Padi ladang 1.176 1.081 1.064 1.094 1.124 1.105 1.073 1.106 1.070 1.099 -0,48 9,30

- Total padi 11.793 11.500 11.521 11.488 11.923 11.839 11.786 12.148 12.327 11.814 0,70 100,00

Produktivitas (ton/ha) - Padi sawah 4,63 4,60 4,68 4.75 4,17 4,78 4,82 4,91 5,08 4,71 1,07 -

- Padi ladang 2,29 2,37 2,43 2,52 2,56 2,56 2,62 2,67 2,95 2,55 2,58 -

- Total padi 4,40 4,39 4,47 4,54 4,54 4,57 4,62 4,71 4,89 4,57 1,19 -

Produksi (000 ton) - Padi sawah 49.207 47.896 48.899 49.378 51.209 51.318 51.647 54.200 57.170 51.214 1,89 94,81

- Padi lading 2.692 2.565 2.591 2.759 2.879 2.833 2.807 2.958 3.156 2.805 2,11 5,19

- Total padi 51.899 50.461 51.490 52.138 54.088 54.151 54.455 57.157 60.326 54.018 1,90 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 7: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

6

Tabel 2. Luas banjir pada tanaman padi dan prakiraan kehilangan hasil akibat banjir di Indonesia, tahun 2000-2008 Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Uraian T P T P T P T P T P T P T P T P T P

Luas banjir (ha) 243.931 58.651 196.164 32.765 219.580 63.459 263.181 66.838 311.246 84.588 245.504 80.384 329.826 138.227 329.475 99.039 333.246 95.691

Kehilangan hasil (ton GKG)

632.540 477.157 600..828 711.372 852.863 708.041 1.027.142 957.675 997.332

Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Ket : T = Terkena (termasuk puso) ; P = Puso

Tabel 3. Luas kekeringan pada tanaman padi dan prakiraan kehilangan hasil akibat kekeringan di Indonesia, tahun 2000-2008 Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Uraian T P T P T P T P T P T P T P T P T P

Luas kekeringan (ha) 91.105 5.116 151.390 12.434 348.512 41.690 568.619 117.006 163.923 26.384 283.660 44.829 338.261 73.045 454.059 56.861 319.522 103.762

Kehilangan hasil (ton GKG) 201.148 341.458 828.311 1.477.899 410.034 713.692 902.611 1.145.820 984.188

Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Ket : T = Terkena (termasuk puso) ; P= Puso Tabel 4. Luas serangan OPT utama pada tanaman padi dan prakiraan kehilangan hasil akibat serangan OPT utama di Indonesia, tahun

2000-2008 Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Uraian T P T P T P T P T P T P T P T P T P

Luas serangan OPT (ha) 339.037 7.985 299.238 4.509 229.830 2.046 214.597 1.527 217.782 2.982 340.577 7.571 336.126 2.050 417.003 2.269 428.590 2.771

Kehilangan hasil (ton GKG) 288.848 234.898 184.467 166.583 178.731 282.924 280.858 327.096 352.323

Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Ket : T = Terkena (termasuk puso) ; P = Puso

Page 8: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

7

Gambar 1. Luas areal sawah yang terkena dan perkiraan kehilangan hasil karena

banjir, kekeringan dan serangan OPT di Indonesia, 2000-2008 1.4. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan kegiatan ini adalah untuk mempelajari sistem asuransi

untuk usahatani padi dan menyarikan hasilnya untuk penerapan yang lebih luas di sektor

pertanian. Secara khusus, kegiatan pilot project ini bertujuan untuk:

a. Menyampaikan (advokasi dan sosialisasi) hasil kajian terdahulu tentang

sistem asuransi pertanian kepada berbagai stakeholders.

b. Menyusun pedoman pelaksanaan sistem asuransi usahatani padi yang siap

diterbitkan (pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis) dan

dokumen operasional lainnya (legalitas, perjanjian).

c. Melaksanakan pilot project sistem asuransi usahatani padi.

d. Merumuskan rekomendasi pelaksanaan sistem asuransi pertanian di

Indonesia.

1.5. Keluaran yang Diharapkan Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini mencakup:

a. Tercapainya kesepahaman dengan berbagai stakeholders terkait tentang

sistem asuransi pertanian, khususnya asuransi untuk usahatani padi.

b. Tersusunnya pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

operasional sistem asuransi usahatani padi serta payung hukum sebagai azas

pelaksanaan, perjanjian kerjasama dan dokumen kesepahaman.

c. Terlaksananya kegiatan pilot project sistem asuransi untuk usahatani padi.

d. Terumuskannya rekomendasi pelaksanaan sistem asuransi pertanian.

Page 9: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

8

II. Tinjauan Hasil Kegiatan Penelitian Sebelumnya

2.1. Uji Coba Asuransi Pertanian oleh Pusat Pembiayaan Pertanian, 2008 dan 2009 Sejak awal 2008, Pusat Pembiayaan Pertanian, Departemen Pertanian telah

malaksanakan kegiatan uji coba asuransi pertanian untuk usahatani padi dan peternakan

di beberapa lokasi. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh pentingnya asuransi pertanian

untuk membantu petani menanggung risiko yang muncul karena kehilangan hasil

pertanian/peternakan. Kegiatan uji coba asuransi ini dapat dideskripsikan secara ringkas

sebagai berikut:

a. Usahatani padi:

Yang ditanggung adalah: gagal panen karena serangan OPT, senilai Rp 554 juta

dengan luas sawah 100 ha. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 600 petani. Premi yang harus

dibayar adalah sebesar 3,5 persen dari biaya produksi/ha/musim yang pada saat ini

ditanggung oleh Pusat Pembiayaan Pertanian mengingat kegiatan ini sebagai uji coba.

Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Semarang (Jawa Tengah). Sementara itu, nilai

klaim adalah sebesar nilai input (benih, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja).

Lembaga asuransi swasta berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ini.

b. Ternak:

Yang ditanggung adalah jika ternak sapi mati karena sakit, hilang atau dicuri

untuk 49 ekor jenis Brahman Cross milik 49 peternak. Nilai pertanggungan total sebesar

Rp 600 juta dan dilaksanakan di Kabupaten Cirebon (Jawa Barat). Selain itu, sebanyak

97 ekor sapi lainnya (juga jenis Brahman Cross) ditanggung sebesar senilai Rp 1,118 m

milik 97 peternak di Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah). Besarnya premi yang harus

dibayarkan (oleh Pusat Pembiayaan Pertanian) adalah 3,5 persen dari nilai pembelian

ternak/tahun. Nilai klaim adalah sebesar nilai pembelian ternak induk. Lembaga asuransi

swasta terlibat didalam kegiatan ini.

Pengalaman pelaksanaan asuransi ini menunjukkan sisi positif, terbukti dengan

adanya klaim seekor ternak sapi yang mati karena sakit dan segera digantikan dengan

pembayaran klaim oleh pihak perusahaan asuransi sebesar Rp. 12 juta. Hal ini menandai

berjalannya kegiatan asuransi pertanian dalam arti yang sebenarnya dan sekaligus

sebagai pelajaran yang berharga tentang bagaimana menyelenggarakan kegiatan

asuransi di sektor pertanian.

Pada tahun anggaran 2009, wilayah penyelenggaraan skim asuransi untuk padi

diperluas hingga mencakup Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Di sini, skenario yang

dikembangkan adalah dengan melibatkan pihak swasta untuk masuk sebagai

Page 10: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

9

penanggung premi asuransi dengan imbalan bahwa hasil pertanian padi dijual kepada

perusahaan swasta tersebut. Petani diduga memilih menjual kepada perusahaan swasta

ini karena ada kepastian pasar dan harga, sementara petani tidak dibebankan untuk

membayar premi asuransi. Perkembangan skenario ini masih terus dimonitor dan

dipelajari hingga saat ini.

2.2. Hasil Penelitian yang Dilaksanakan PSE-KP, 2008 dan 2009 Pada tahun 2008, telah dilaksanakan kajian awal tentang penerapan sistem

asuransi pertanian untuk tanaman padi. Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten

Simalungun di Provinsi Sumatra Utara dan Kabupaten Tabanan di Provinsi Bali. Kedua

lokasi ini merupakan sentra produksi padi di wilayahnya masing-masing. Tujuan kajian ini

adalah untuk mempelajari kemungkinan diselenggarakannya asuransi pertanian

usahatani tanaman padi dengan menggali informasi tentang minat dan bentuk skim

asuransi yang diinginkan oleh para petani serta untuk mengetahui respon dan dukungan

pemerintah daerah setempat tentang sistem asuransi pertanian ini. Termasuk diantara

hasil utama kajian ini adalah desain kebijakan sistem asuransi usahatani padi di

Indonesia.

Beberapa data dan informasi penting yang dibutuhkan dalam rangka melanjutkan

hasil-hasil kajian yang lalu dalam bentuk penyelenggaraan pilot project sebagaimana

disarankan dalam kajian terdahulu diuraikan dibawah ini. Data dan informasi tersebut

akan dijadikan dasar pelaksanaan skim asuransi untuk usahatani padi di kedua daerah

tersebut. Secara umum, luas sawah yang terkena serangan OPT utama dan volume

kehilangan shasil mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam kurun waktu 9 tahun

terakhir (2000-2008). Penggerek batang padi dan serangan tikus merupakan dua jenis

OPT yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi petani.

Tabel 5. Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Padi Menurut Jenis OPT di Indonesia, 2000-2008 (Ha)

Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 No. Jenis OPT

T P T P T P T P T P T P T P T P T P

1 Penggerek batang 91.814 336 93.367 229 75.810 111 86.020 302 76.901 413 110.930 191 112.950 806 176.865 423 144.634 110

2 WBC 15.910 154 8.949 135 8.573 180 10.350 92 11.844 301 65.908 3.689 28.421 201 35.987 247 24.152 6083 Tikus 163.293 6.239 150.687 3.924 103.785 1.425 79.595 961 79.142 1.941 112.231 3.532 103.786 847 116.878 1.163 138.740 1,6314 Blas 18.291 1109 6.277 26 5.714 2 6.792 7 5.579 183 11.987 28 9.508 99 17.766 56 15.171 175 Kresek 39.921 1 32.512 0 27.247 91 25.403 0 37.229 5 33.848 0 74.243 61 58.056 13 95.045 436 Tungro 9.808 146 7.446 195 8.701 237 6.437 165 7.088 139 5.673 132 7.218 36 11.451 367 10.849 363

Total 339,037 7.985 299.238 4.509 229.830 2.046 214.597 1.527 217.782 2.982 340.577 7.571 336.126 2.050 417.003 2.269 428.590 2.771

Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2009 Catatan: A = Terkena (termasuk gagal panen) ; F= Gagal panen

Page 11: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

10

Tabel 6. Perkiraan kehilangan produksi padi karena serangan OPT utama di Indonesia, 2000-2008 (ton GKG)

Tahun

No. Jenis OPT 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Penggerek batang 65.041 66.061 52.402 61.618 55.752 79.151 86.501 127.910 107,920 2 WBC 11.508 6.854 16.376 8.323 11.289 65.701 21.180 29.218 19,722 3 Tikus 131.083 111.611 69.087 53.903 57.542 84.038 63.296 76.434 70,969 4 Blas 24.387 5.714 5.236 6.774 6.913 14.463 10.884 19.172 17,349 5 Kresek/BLB 40.760 32.806 28.605 26.577 38.321 32.654 90.292 60.416 121,458 6 Tungro 16.068 11.133 12.762 9.388 8.913 6.918 8.706 13.945 14,905

Total 288,848 234.898 184.467 166.583 178.731 282.924 280.858 327.096 352.323 Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008

Gambar 2. Luas areal sawah yang terkena dan perkiraan kehilangan hasil karena

serangan hama dan penyakit utama di Indonesia, 2000-2008

Kabupaten Simalungun Di kabupaten ini, setelah mengalami penurunan produksi tahun 2005-2006, petani

kembali menikmati kenaikan berarti pada tahun 2007 (Tabel 7). Karena perubahan iklim

(hujan), luas areal panen lebih besar daripada luas tanam, khususnya karena luas tanam

tahun sebelumnya menjadi luas panen pada tahun berikutnya (pada pertanaman MH).

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 8, luas serangan OPT berfluktuasi, namun hama

penggerek batang dan hama tikus merupakan dua jenis OPT yang cukup merugikan

petani di wilayah ini.

Page 12: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

11

Tabel 7. Luas tanam, luas panen, dan produktivitas padi di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara, 2003-2007

Tahun Deskripsi 2003 2004 2005 2006 2007

Luas tanam (ha) 109,842 89,867 90,822 93,365 115,461Luas panen (ha) 125,380 128,344 92,895 84,696 96,010Produktivitas (ku/ha) 42.18 40.02 41.11 43.43 44.46 Produksi (ton) 528,867 513,685 381,858 367,793 426,830

Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Provinsi Sumatra Utara, 2008

Gambar 3. Luas tanam, luas panen, dan produktivitas padi di Kabupaten Simalungun,

Provinsi Sumatra Utara, 2003-2007

Gambar 4. Luas Lahan Sawah Terkena Banjir, Kekeringan dan Serangan OPT Utama

dan Prakiraan Kehilangan Hasil Padi di Provinsi Sumatera Utara, 2000-2008

Page 13: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

12

Tabel 8. Luas tanam, luas panen, dan produktivitas padi yang terkena serangan OPT utama di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara, 2004-2007 (ha)

No. Jenis OPT 2004 2005 2006 2007

A F A F A F A F

1 Penggerek batang padi 44.8 0.0 113.6 0.0 53.5 0.0 50.0 0.0

2 Wereng coklat 1.0 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0 137.0 0.0

3 Tikus 222.1 0.0 62.2 0.0 71.6 0.0 469.0 10.0

4 Blas 3.3 0.0 4.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0

5 BLB/kresek 3.0 0.0 208.0 0.0 5.0 0.0 247.8 7.5

6 Tungro 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Total 274.2 0.0 387.8 0.0 132.1 0.0 906.8 17.5

Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Provinsi Sumatra Utara, 2008 Catatan: A = Terkena (termasuk gagal panen) ; F= Gagal panen

Gambar 5. Luas areal tanaman padi yang terkena serangan OPT utama di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara, 2004-2007

Kabupaten Tabanan

Trend yang sama seperti di Kabupaten Simalungun juga dialami oleh petani di

Kabupaten Tabanan. Tabel 9 memperlihatkan luas tanam yang meningkat meski luas

panen mengalami sedikit penurunan pada tahun 2007. Secara umum, trend produksi

padi di wilayah ini mengalami kenaikan yang menggembirakan. Namun, serangan OPT

tetap tidak dapat dihindari, khususnya hama penggerek batang dan wereng coklat yang

mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup merugikan petani (Tabel 10).

Page 14: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

13

Tabel 9. Luas tanam, luas panen, dan produktivitas padi di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, 2003-2007

Tahun

Deskripsi 2003 2004 2005 2006 2007

Luas tanam (ha) 46,216 43,565 41,578 39,650 46,078

Luas panen (ha) 39,840 39,564 38,689 42,721 41,517

Produktivitas (ku/ha) 52.12 52.86 55.04 55.99 57.05

Produksi (ton) 207,634 209,125 212,938 239,182 236,842

Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Provinsi Bali, 2008

Gambar 6. Luas tanam, luas panen, dan produktivitas padi di Kabupaten Tabanan,

Provinsi Bali, 2003-2007

Gambar 7. Luas Lahan Sawah Terkena Banjir, Kekeringan dan Serangan OPT Utama

dan Prakiraan Kehilangan Hasil Padi di Provinsi Bali, 2000-2008

Page 15: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

14

Tabel 10. Luas areal usahatani padi yang terkena serangan OPT utama di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, 2003-2007 (ha)

Tahun

No. Jenis OPT 2003 2004 2005 2006 2007

1 Penggerek batang padi 197 392 505 375 638

2 Wereng coklat 297 96 103 153 409

3 Tikus 43 12 116 9 18

4 Blas 6 0 13 15 12

5 BLB/kresek 155 109 48 150 112

Total 698 609 785 702 1,189

Sumber: BPTPH, Provinsi Bali, 2008

Pada tahun anggaran 2009, PSEKP mempunyai kesempatan melanjutkan hasil-

hasil yang dicapai tahun anggaran 2008. Perlu diketahui bahwa pendanaan penelitian

tahun 2008 dibiayai dengan kerjasama antara PSEKP dengan FAO, sementara untuk

kegiatan tahun 2009 dibiayai dari kerjasama Departemen Pertanian dengan Departemen

Pendidikan Nasional. Dalam kaitan kelanjutan pilot project ini, pembiayaan kegiatan

tahun 2010 diharapkan dapat diperoleh dari kerjasama yang sama dengan tahun 2009.

Gambar 8. Luas areal usahatani padi yang terkena serangan OPT utama di

Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, 2003-2007

Page 16: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

15

III. Metodologi

3.1. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran suatu pilot project (proyek pandu/uji coba) seyogyanya

didasarkan atas kondisi usahatani saat ini, khususnya menyangkut luas areal garapan,

kesediaan petani, prosedur yang harus diikuti, mekanisme yang disepakati, keterlibatan

lembaga terkait, dan lain-lain. Prakondisi yang diperlukan dalam konsep kerangka

pemikiran ini meliputi: (a) ketersediaan database (untuk menetapkan luas areal, data

produksi dan kehilangan hasil, jumlah kejadian dan jenis apa, dan sebagainya); (b)

keahlian petani dalam mengelola usahatani (kapasitas pemimpin kelompoknya,

pengetahuan tentang administrasi dan skim asuransi, dan sebagainya); (c) pengetahuan

petani tentang usahatani sebagai usaha ekonomi (keterlibatan secara aktif dalam

kegiatan usahatani, aksesibilitas terhadap berbagai informasi, dan sebagainya); dan (d)

ketersediaan dukungan dari lembaga pemerintahan daerah setempat (untuk mendorong

skim asuransi, koordinasi dan inisiatif kerjasama antar lembaga/semua stakeholders, dan

sebagainya).

Untuk melaksanakan asuransi usahatani padi, maka kerangka pemikiran harus

mencakup adanya: (a) sejumlah (banyak) petani, (b) manajemen usahatani berada dalam

pengendalian penyuluh atau petugas yang kompeten, (c) dukungan pendanaan yang

sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah setempat, (d) komitmen dari semua

lembaga terkait di tingkat lokal untuk melaksanakan skim asuransi usahatani padi, dan

(e) manajemen kolektif untuk asuransi usahatani padi untuk menghindari berbagai

masalah yang tidak diharapkan. Dalam kaitan dengan prakondisi (a) di atas, perlu diberi

penjelasan tambahan sebagai berikut: Dalam situasi yang sebenarnya, kepemilikan

lahan/luas areal yang digarap masing-masing petani relatif sangat kecil, dan oleh karena

itu, konsolidasi lahan dibutuhkan untuk memperoleh lahan garapan seluruh wilayah

sehingga secara ekonomi layak diasuransikan. Untuk prakondisi (b), (c), dan (d), peran

yang signifikan dari lembaga terkait/stakeholders sangat dibutuhkan. Untuk itu, jaringan

informasi yang terkoordinasi sangat diperlukan sejak dari awal perencanaan dan

pelaksanaan kebijakan asuransi usahatani padi ini. Di sini, keterlibatan kelompok

tani/gapoktan menjadi sangat penting, khususnya dalam hal pemenuhan dokumen

administrasi dan hal-hal teknis lainnya dalam satu sistem manajemen asuransi usahatani

padi, seperti yang dimintakan dalam prakondisi (e) di atas.

Rencana aksi yang menjadi kegiatan dalam penelitian ini diuraikan dalam tujuan,

termasuk dalam pendekatan yang digunakan untuk menjawab tujuan. Pembuatan

Page 17: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

16

pedoman pelaksanaan dibutuhkan sebagai dasar untuk melaksanakan skim asuransi

usahatani padi. Selanjutnya, dokumen legal untuk pelaksanaan program ini dibutuhkan

untuk menghindari cacat pelaksanaan dan untuk memperoleh dukungan penuh dari

semua pihak, termasuk pemerintah daerah setempat. Pendekatan terhadap pemerintah

daerah dan lembaga asuransi sebagai calon penanggung klaim perlu terus dilakukan

sejak awal kegiatan pilot project. Ketiga sumbu pelaku sistem asuransi ini (pemerintah

sebagai regulator dan fasilitator, perusahaan asuransi, dan petani termasuk pendamping

lapangan) diharapkan dapat berinteraksi dalam satu konsep yang disebut dengan

koordinasi tiga jalur (three-way coordination). Ketiga sumbu ini menjadi motor penggerak

sistem asuransi usahatani padi.

3.2. Metode Pendekatan

Lingkup kerja kegiatan ini mencakup penyelenggaraan sejumlah pertemuan,

diskusi, konsultasi dan koordinasi dengan berbagai stakeholders terkait dengan sistem

asuransi untuk usahatani padi. Komunikasi dan interaksi dengan stakeholders ini

dilaksanakan di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Beberapa instansi terkait yang

diidentifikasi di tingkat pusat adalah: Eselon I dan II lingkup Deptan, Bappenas, Lembaga

Asuransi, Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi. Sementara di tingkat daerah

meliputi instansi seperti: Pemda Provinsi, Kabupaten, Bappeda, Kelompok

Tani/Gapoktan/Subak, Perusahaan Asuransi/BUMD, Lembaga Penelitian dan Perguruan

Tinggi. Penyelenggaraan berbagai pertemuan ini dimaksudkan untuk memperoleh

kesamaan pemahaman tentang pentingnya asuransi pertanian, khususnya sistem

asuransi untuk usahatani padi. Disamping itu, kesamaan pemahaman tentang manfaat

dan perlindungan melalui skim asuransi perlu dilakukan melalui advokasi dan sosialisasi

terhadap pihak-pihak yang terkait.

Lokasi pelaksanaan kegiatan ini adalah Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra

Utara dan Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Kedua lokasi ini merupakan lokasi

pelaksanaan kegiatan kajian tahun 2008 dan 2009 yang lalu dan sudah menyatakan

kesiapan untuk melaksanakan skim sistem asuransi usahatani padi. Kegiatan saat ini

(2010) menjadi kajian lanjutan dengan terselenggaranya pilot project di kedua wilayah ini.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka pengalaman di dua lokasi

terdahulu ini dinilai cukup untuk melakukan hal yang sama di dua kabupaten lainnya,

masing-masing tambahan satu kabupaten per provinsi lokasi penelitian. Secara purposif,

Kabupaten Deli Serdang di Provinsi Sumatra Utara dan Kabupaten Jembrana di Provinsi

Page 18: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

17

Bali diusulkan untuk dijadikan pilot project skim asuransi usahatani padi ini. Kedua

kabupaten di atas termasuk sentra produksi padi di wilayah masing-masing.

Metode pendekatan yang akan digunakan dalam melaksanakan pilot project ini

lebih ditekankan pada interaksi komunikasi secara aktif partisipatif mengingat sifat

penelitian yang berupa penelitian aksi (action research). Disebut interaksi komunikasi

karena inisiatif kegiatan akan dilakukan oleh Tim Peneliti, sementara sasaran yang dituju

merupakan kelompok atau individu yang dikenal sebagai stakeholders sistem asuransi

pertanian/usahatani padi. Dikatakan aktif partisipatif karena kegiatan diselenggarakan

secara aktif dan turut ambil bagian pada setiap kesempatan mata rantai pelaksanaannya.

Dengan pendekatan seperti ini, maka semua rancangan kegiatan akan dilakukan oleh

Tim Peneliti berdasarkan berbagai kesepakatan pertemuan, diskusi, konsultasi dan

koordinasi dengan berbagai pihak terkait, baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Sementara itu, analisis untuk penulisan laporan akan dilakukan secara deskriptif.

Untuk mencapai tujuan kegiatan ini, pendekatan yang akan dilakukan dapat

diuraikan sebagai berikut:

Tujuan 1: Menyampaikan (advokasi dan sosialisasi) hasil kajian terdahulu tentang sistem

asuransi pertanian kepada berbagai stakeholders. Pelaksanaannya dilakukan

dengan mengadakan pertemuan, diskusi, koordinasi dan sinkronisasi kegiatan

bersama sejumlah instansi/lembaga terkait, seperti instansi eselon I dan II lingkup

Kemtan, Bappenas, Lembaga Asuransi, PT, Tim Peneliti (di tingkat pusat) dan

Pemda Provinsi, Kabupaten, Bappeda, Kelompok Tani/Gapoktan/Subak, Lembaga

Asuransi/ BUMD, PT, Tim Peneliti (di tingkat daerah). Bahan yang digunakan

adalah ringkasan hasil kajian sistem asuransi pertanian yang telah dilaksanakan

tahun 2009.

Tujuan 2: Menyusun pedoman pelaksanaan sistem asuransi usahatani padi yang siap

diterbitkan (pedoman umum, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis) dan dokumen

operasional lainnya (legalitas, perjanjian). Kegiatan ini dilakukan dengan

mengadakan berbagai pertemuan dan diskusi dengan sejumlah stakeholders

terkait, khususnya instansi Pusat Pembiayaan Pertanian/Kemtan dan Perusahaan

Asuransi. Materi yang akan dibahas juga mencakup isi pedoman umum yang akan

diterbitkan oleh Kemtan, petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Pemda

Provinsi setempat dan Petunjuk Teknis yang disusun dan didiseminasikan oleh

Pemda Kabupaten setempat. Selanjutnya, dokumen operasional lainnya tentang

penyelenggaraan skim asuransi ini juga harus dimiliki, khususnya dokumen legal

yang dikeluarkan pemerintah dengan usulan penerbitan SK Tiga Menteri

Page 19: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

18

(Pertanian, Keuangan dan Dalam Negeri). Kemudian, isi perjanjian kerjasama ang

mencakup aturan, obyek yang diasuransikan, besaran biaya/premi dan tanggungan,

peserta, waktu, dan lain-lain, antara pihak yang bersepakat perlu didiskusikan

secara intensif hingga menghasilkan dokumen perjanjian yang matang, menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari surat kesepahaman (MoU), dan siap

ditandatangani oleh pihak-pihak terkait. Jika telah memenuhi persyaratan hukum,

Kelompok Kerja Asuransi Pertanian di tingkat kabupaten dibentuk dan diberikan

wewenang dan tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan skim asuransi sehari-

hari di lapangan.

Tujuan 3: Melaksanakan pilot project sistem asuransi untuk usahatani padi. Realisasi

implementasi sistem asuransi untuk usahatani dengan mengikuti pedoman umum,

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Kelompok Kerja Asuransi Pertanian

mengambil inisiatif penyelenggaraan dengan berpedoman pada ketentuan dan

mekanisme pelaksanaan sebagaimana telah disusun sebelumnya. Penyempurnaan

pedoman ini dilakukan menurut keperluannya atas hasil konsultasi Kelompok Kerja

Asuransi Pertanian dengan instansi terkait di daerah dan atau Tim Peneliti yang

disesuaikan dengan kondisi di lapang.

Tujuan 4: Merumuskan rekomendasi pelaksanaan sistem asuransi pertanian di

Indonesia. Dari pembelajaran yang diperoleh selama penyelenggaraan sistem

asuransi untuk usahatani padi, suatu rekomendasi dapat dirumuskan untuk

pelaksanaan skim sejenis pada wilayah yang lebih luas atau komoditas bernilai

ekonomi tinggi lainnya di Indonesia.

Gambar 7. Strategi sistem asuransi usahatani padi

Strategi Sistem Asuransi Usahatani Padi dengan Pendekatan Koordinasi 3-Jalur

Sektor publik(pemerintah pusat dan

daerah/regulator/fasilitator)

Lembaga asuransi (perusahaan swasta)

Petani/Kelompok Tani/ Gapoktan/Subak (usahatani padi)

Sistem Asuransi Usahatani Padi

(jaringan kemitraan)

Page 20: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

19

Gambar 8. Kerangka konseptual sistem asuransi usahatani padi

Pembentukan dan aplikasi sistem asuransi usahatani

padi

Pembentukan asuransi usahatani padi:

Partisipasi pemerintah, petani, perusahaan asuransi, dukungan

finansial, komitmen, dan manajemen tunggal asuransi

usahatani

Prakondisi: Database, petani dan

usahatani padi, pengetahuan manajemen

usahatani, keterlibatan swasta dan dukungan

pemerintah

Desain kebijakan dan peranan stakeholders (juklak + juknis + MoU):

Instansi pemerintah daerah, petani/kelompok tani/Gapoktan (KT, Subak), sektor swasta (perusahaan asuransi), Kelompok Kerja Asuransi

Pertanian (di Daerah)

Hasil: Pembagian risiko, peningkatan produksi padi dan pendapatan

usahatani, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan

Atribut asuransi usahatani padi: Dokumen legal,

persyaratan administrasi (personil),

mekanisme dan prosedur pelaksanaan

lainnya

Kebijakan Pemerintah: Pembangunan pertanian nasional,

termasuk kebijakan sistem asuransi pertanian (Kemtan mengambil inisiatif dengan menerbitkan pedoman umum

penyelenggaraan)

Page 21: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

20

IV. Penutup

4.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan mengikuti jadwal palang yang

digambarkan berikut ini:

Waktu pelaksanaan (Bulan) No. Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan

(Proposal/data, administrasi)

2. Advokasi dan sosialisasi, konsultasi dan diskusi

3. Penyempurnaan pedoman umum, juklak, juknis

4. Deskripsi kerja Pokja AP dan perjanjian kerjasama

5. Penulisan laporan interim

6. Implementasi Pilot Project (2 provinsi)

7. Penulisan laporan akhir dan seminar

8. Perbaikan laporan dan penyerahan

4.2. Susunan Tim Peneliti

Nama lengkap dan Gelar

Posisi Dalam

Kegiatan

Instansi/ Unit Kerja

Jabatan Fungsional

Bidang Keahlian

Dr. Ir. Sahat M. Pasaribu, M. Eng.

Ir. Iwan Setiajie A., MP

Ir. Nur Khoiriyah Agustin, MP

Dr. Ir. Erna Maria Lokollo

Ir. Herlina Tarigan, MSi

Juni Hestina, SE

Yana Supriatna, SE

Ketua Tim

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

PSE-KP

PSE-KP

PSE-KP

PSE-KP

PSE-KP

PSE-KP

PSE-KP

Peneliti Madya

Peneliti Muda

Peneliti Muda

Peneliti Madya

Peneliti Muda Peneliti Pertama

Peneliti Non- Klas

Ek. Pertanian

Ek. Pertanian

Ek. Pertanian

Ek. Pertanian Kom. Pertanian

Ekonomi

Ekonomi

Page 22: PENGEMBANGAN ASURANSI USAHATANI PADI UNTUK …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_SHP.pdf · perorangan yang mempengaruhi resiko usahatani (sakitnya petani atau kematian

21

Daftar Pustaka

Hadi, P.U. 2002. Perspektif Asuransi Pertanian di Indonesia (Agricultural Insurance Perspectives in Indonesia). Jurnal Agro Ekonomi I (2) 2001: 22-25.

Hadi, P.U., C. Saleh, A. S. Bagyo, R. Hendayana, Y. Marisa, and I. Sadikin. 2000. Studi Kebutuhan Asuransi Pertanian Pada Pertanian Rakyat. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor, Indonesia.

Lee, W. F., M. D. Bohlje, A.G. Nelson dan W.G. Murray. 1980. Agricultural Finance. Seventh Ed. The Iowa State University Press. Ames, Iowa, USA.

Lloyd, A.G. dan R.G. Mauldon. 1986. Agricultural Instability and Alternative Government Policies: The Australian Experience. Dalam Hazell et al. (Eds): Crop Insurance for Agricultural Development. John Hopkins University Press, Baltimore and London.

Mishra, P. K. 1999. Planning for the Development and Operation of Agricultural Insurance Schemes. In: APO. Development and Operation of Agricultural Insurances in Asia. Asian Productivity Organization, Tokyo.

Nurmanaf, A. R., Sumaryanto, S. Wahyuni, E. Ariningsih, dan Y. Supriyatna. 2007. Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Ternak Potong. Laporan Penelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor, Indonesia.

Pasaribu, S. M., I. S. Anugrah, E. Aringingsih, N. K. Agustin dan A. Askin. 2009. Pilot Project Sistem Asuransi untuk Usahatani Padi. Laporan Penelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor, Indonesia.

Pasaribu, S. M., H. P. Saliem, and E. Ariningsih. 2009. Agricultural Insurance for Rice Farming in Indonesia. Research Report. Pro-Poor Policy Formulation, Dialogue and Implementation at Country Level: Indonesia (CGP/RAS/214/IFA). ICASEPS, Bogor and FAO-RAP, Bangkok, Thailand.

Pasaribu, S.M. 2005. Enhancing the Performance of Farmer-Managed Irrigation Systems in the Brantas River Basin of Indonesia. Dissertation No. RD-05-01. Asian Institute of Technology. Bangkok, Thailand.

Pusat Pembiayaan Pertanian. 2009. Asuransi Pertanian: Kasus Pilot Project Asuransi Tanaman Padi dan Ternak. Makalah disampaikan dalam seminar yang diselenggarakan oleh IFC, Jakarta. Pusat Pembiayaan Pertanian, Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. Jakarta, 18 Februari 2009.

Syachroerodly, H. D. 2000. Sumber dan Alternatif Pembiayaan Asuransi Pertanian serta Kesiapan Perusahaan Dalam Mendukung Pembangunan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Sehari: Perspektif Usaha Asuransi Pertanian di Indonesia. Jakarta, 20 Juli 2000.

Walker, A. S. and N. S. Jodha. 1986. How Small Farm Households Adopt to Risk? In Hazell et al. (Eds): Crop Insurance for Agricultural Development. John Hopkins University Press, Baltimore and London.

Website: http:/www.esd.worldbank.org. Tanggal perolehan: 4 Pebruari 2009.

Website: http:/www.english.gov.tw. Tanggal perolehan: 4 Pebruari 2008.

Website: http:/www.wawasandigital.com. Tanggal perolehan: 7 Januari 2008.