21
1 PROPOSAL PENELITIAN MANDIRI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INGGRIS BERBASIS TIK Drs. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA. Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar 2010

Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahan ini cocok untuk proposal tesis dan disertasi

Citation preview

Page 1: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

1

PROPOSAL PENELITIAN MANDIRI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INGGRIS BERBASIS TIK

Drs. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA.

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

2010

Page 2: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

………………………………………………………………………… i

DAFTAR

ISI………………………………………………………………………………….

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar

Belakang……………………………………………. 1

B. Permasalahan…………………………..…………… 2

C. Tujuan Penelitian ….…………...…………………... 3

D. Kegunaan Hasil Penelitian .... ……………...…….... 3

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Pengembangan …………………………….. 5

B. Konsep Belajar dan Pembelajaran… ………………. 7

C. Konsep Bahan Ajar ………………………………… 10

D. Konsep Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dalam Pembelajaran ……. ………………………… 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ………….………………………13

B. Prosedur Penelitian .. ……….…………………….. 13

C. Teknik Pengumpulan Data …. ………….……….. 14

D. Validasi Data ………………………….…………. 15

E. Teknik Analisis Data ……… ……………….…… 15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………..………………….. 17

BAB I

Page 3: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Efektivitas suatu pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh mana

perencanaan yang dilakukan oleh tenaga pengajar. Perencanaan pembelajaran

tidak hanya sekedar untuk melengkapi kebutuhan administrasi dan kurikulum,

tetapi harus didesain dengan melibatkan komponen-komponen desain

instruksional yang meliputi tujuan instruksional yang diawali dengan analisis

instruksional, analisis peserta didik dan kontek, merumuskan sasaran kinerja,

pengembangan instrumen penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran,

mengembangkan dan memilih materi, dan mengembangkan dan melakukan

evaluasi formatif dan sumatif.1

Namun, pengembangan bahan ajar yang dilakukan selama ini baru dalam

batas pengadaan bahan cetak berupa hand out, ringkasan materi, dan materi

penyajian dalam bentuk Powerpoint. Bahan cetak lain seperti buku dan modul

masih sangat terbatas dihasilkan apalagi kalau bahan ajar berupa audio, visual,

dan multi media yang mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK). Pengembangan modul hanya sekedar mengumpulkan materi yang langsung

diajarkan kepada peserta didik tanpa melakukan analisis kebutuhan dan berbagai

proses yang sistemik dan sistematis. Proses penyusunan seperti ini tidak dapat

menjangkau kebutuhan peserta didik yang sesungguhnya sehinga materi

pembelajaran yang disampaikan cenderung tidak dapat menarik minat peserta

didik. Begitu pula, pembelajaran yang hanya mengandalkan handout dan

ringkasan materi memang dapat memberikan ringkasan pelajaran yang bisa

disampaikan dalam waktu singkat dan dapat dipahami lebih cepat. Tetapi,

akibatnya peserta didik hanya dapat memahami secara sederhana aplikasi

pembelajaran yang bersifat dangkal. Sedangkan, secara konseptual, teori-teori,

postulat, dan rumus-rumus yang membangun pemahaman secara mendalam tidak

dapat dijabarkan dengan sistematis dan berkelanjutan.

1 Dick and carey, The Systemstic Design of Instruction, Sixth Edition (New York:Pearson, 2005)

hal. 1—361.

Page 4: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

4

Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan teori desain instruksional

memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif.

Paling tidak terdapat tiga alasan mengapa bahan ajar itu memiliki posisi sentral,

yakni (1) sebagai representasi sajian tenaga pengajar, (2) sebagai sarana

pencapaian tujuan pembelajaran, dan (3) sebagai pengoptimalan pelayanan

terhadap peserta didik.2 Pertama, bahan ajar sebagai representasi dari penjelasan

tenaga pengajar di depan kelas. Keterangan-keterangan, uraian-uraian yang harus

disampaikan, dan informasi yang harus disajikan tenaga pengajar dihimpun di

dalam bahan ajar. Dengan demikian, tenaga pengajar akan dapat mengurangi

aktivitas untuk menjelaskan sehingga memiliki banyak waktu untuk membimbing

pemelajar dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Kedua, bahan ajar

berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Ketiga, bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan

pendidikan terhadap peserta didik. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang

terdokumentasi dan berhubungan dengan informasi yang konsisten sehingga bagi

peserta didik yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya

dengan mempelajari bahan ajar tersebut. Sebaliknya, bagi peserta didik yang

lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajar secara berulang-ulang. Dengan

demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat

terselenggara dengan baik melalui penggunaan bahan ajar.

B. Rumusan Masalah

Untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien baik yang

berlangsung secara face to face di dalam ruang kelas maupun untuk kebutuhan

pembelajaran mandiri, maka perlu didukung dengan rancangan dan

pengembangan bahan ajar yang dapat mengintegrasikan kemampuan kognisi,

afeksi, dan psikomototik. Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

2 Zulkarnaini, Pembelajaran dengan Bahan Ajar Buatan Guru, hal. 5, 2009

(http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/pembelajaran-dengan-bahan-ajar-buatan-

guru/).

Page 5: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

5

1. Bahan ajar berbasis media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran

bahasa Inggris di UIN Alauddin?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di UIN

Alauddin?

3. Bagaimana mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis

teknologi informasi dan komunikasi?

4. Bagaimana efektivitas model bahan ajar bahasa Inggris yang

mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang secara umum

bertujuan untuk menghasilkan produk teknologi berupa bahan ajar bahasa Inggris

berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat dipergunakan

oleh peserta didik baik untuk belajar dalam pertemuan face to face di dalam ruang

kelas maupun dapat dipelajari secara mandiri kapan saja dan di mana saja. Secara

khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis bahan ajar bahasa Inggris yang digunakan dalam

pembelajaran di UIN selama ini.

2. Memahami model pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan di UIN

Alauddin saat ini.

3. Mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris yang mengintegrasikan

TIK.

4. Mengkaji efektivitas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan

ajar bahasa Inggris berbasis TIK yang dikembangkan.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik untuk

kepentingan teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis, temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan dalam pengembangan teori integrasi teknologi informasi dan

komunikasi dalam pembelajaran baik dalam lingkungan birokrasi maupun

Page 6: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

6

dalam institusi pendidikan seperti sekolah dasar, sekolah menengah umum dan

kejuruan, dan pendidikan tinggi.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi model pengembangan

bahan ajar yang dapat diterapkan oleh para pengembang pembelajaran dan

tenaga pengajar. Secara rinci manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Lembaga penjaminan mutu dan bagian akademik, penerapan model

pengembangan bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK ini dimungkinkan

akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di UIN Alauddin, sehinga

mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

b. Bagi mahasiswa, penerapan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK

akan memberikan suasana kebebasan untuk berkreasi dan mengembangkan

diri baik dalam lingkup ruang kelas maupun secara asynchronous.

c. Bagi tenaga pendidik, hasil penelitian ini akan dapat memberikan

kontribusi besar untuk menfasilitasi penggunaan TIK dalam proses

pembelajaran.

d. Bagi para Pejabat akademik di lingkungan UIN Alauddin, hasil penelitian

ini diharapkan menjadi masukan untuk dijadikan sebagai salah satu bahan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan, terutama yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.

e. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan akan memacu untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut baik penelitian yang sejenis maupun

menggunakan model pengembangan bahan ajar bahasa Inggris berbasis

TIK ini untuk diteliti dalam penelitian action research.

BAB II

KAJIAN TEORI

Page 7: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

7

A. Konsep Pengembangan

Pengembangan adalah salah satu domain teknologi pembelajaran yang

berfungsi sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.3

Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan

dalam pembelajaran yang dapat diorganisasi ke dalam empat kategori, yakni (1)

teknologi cetak yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain, (2)

teknologi audio visual, (3) teknologi yang berasaskan komputer, dan (4) teknologi

terpadu. Dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks

antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan maupun strategi

pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan melalui;

(1) pesan yang memberikan informasi, (2) strategi pembelajaran, dan (3)

manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan

pembelajaran.

Dalam melakukan kegiatan pengembangan, beberapa pertimbangan

penting yang perlu dipahami mencakup (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran

(standar kompetensi), (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) menganalisis

peserta didik dan konteks, (4) menulis tujuan instruksional khusus (kompetensi

dasar), (5) mengembangkan instrument asesmen, (6) mengembangkan strategi

pembelajaran, (7) mengembangkan dan menyeleksi materi pembelajaran, (8)

mendesain dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakukan revisi, dan (10)

mendesain dan melakukan evaluasi sumatif.4 Kesepuluh komponen tersebut dapat

dijabarkan lebih jauh sebagai berikut.

Pertama, langkah pertama dalam model pendekatan sistem adalah

mengidentifikasi tujuan pembelajaran dengan maksud untuk menganalisis

aktivitas apa yang sesungguhnya dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka

menyelesaikan pembelajaran. Kedua, setelah mengidentifikasi tujuan

pembelajaran, secara bertahap menunjukkan apa yang sedang dilakukan orang

ketika mereka melaksanakan tujuan itu. Langkah terakhir dalam proses analisis

3 Barbara Seels, dan Rita Richey, The Defination And Domain Of The Field. (Association For

Educational Communication And Technonology. Washington DC, 1994), hal. 35. 4 Walter Dick, Lou Carey, and James O. Carey, op.cit., p. 6—8.

Page 8: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

8

pembelajaran adalah untuk menunjukkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap

apa yang diketahui sebagai entry behavior, pengetahuan awal, yang diperoleh

peserta didik untuk dapat memulai pembelajaran. Pada tahap analisis

pembelajaran, yang dilakukan adalah menjabarkan perilaku umum menjadi

perilaku khusus yang disusun secara sistematis.

Ketiga, menganalisis peserta didik dan konteks. Sebagai tambahan di

dalam menganalisis tujuan pembelajaran, terdapat suatu analisis paralel terhadap

pebelajar, konteks di mana mereka akan belajar keterampilan itu, dan konteks

yang mana yang mereka akan digunakan. Keterampilan yang dimiliki pebelajar,

kesukaan, dan sikap ditunjukkan bersama dengan karakteristik terhadap penentuan

pembelajaran dan penentuan di mana keterampilan itu pada akhirnya digunakan.

Keempat, merumuskan sasaran kinerja atau tujuan instruksional khusus. Tujuan

instruksional menjadi pedoman bagi pengembangan instruksional karena di

dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan

dicapai oleh peserta didik pada akhir proses instruksional. Kelima,

mengembangkan instrumen penilaian misalnya dengan menyusun butir tes yang

bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk mencapai apa yang

telah dicantumkan dalam rumusan tujuan.

Keenam, mengembangkan strategi pembelajaran, yang merupakan

prosedur yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pembelajaran terhadap

peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang dalam hal ini

tujuan pembelajaran khusus. Ketujuh, mengembangkan dan memilih materi

pembelajaran. Pengembangan bahan ajar mengacu pada tujuan khusus

pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Strategi yang dimaksud adalah

pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik baik dengan bantuan guru

maupun tanpa bantuan guru, sehingga bahan ajar dapat digunakan oleh peserta

didik secara mandiri. Kedelapan yakni merancang dan melakukan evaluasi

formatif. Tujuan dari melakukan evaluasi formatif adalah untuk mengukur tingkat

keefektifan dan efisiensi, dan daya tarik dari strategi pembelajaran.

Kesembilan, melakukan revisi produk dilakukan berdasarkan data yang

diperoleh dari kegiatan evaluasi. Selanjutnya data tersebut ditafsirkan sebagai

Page 9: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

9

usaha untuk mengenali kesulitan-kesulitan dan kekurangan yang terdapat dalam

bahan ajar. Kesepuluh, melakukan evaluasi sumatif yang dilaksanakan untuk

mengetahui apakah bahan ajar yang akan dikembangkan layak atau tidak

digunakan oleh peserta di lingkungan UIN Alauddin. Untuk mengetahui

kelayakan tersebut perlu kiranya dibandingkan dengan bahan ajar lain yang

digunakan oleh peserta didik di tempat lain dengan standar yang sama.

B. Konsep Belajar dan Pembelajaran

Banyak sekali teori-teori belajar yang sudah dikembangkan tetapi yang

paling umum adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan

konstruksitivisme. Pada bagian ini hanya menjelaskan ketiga teori ini dengan

maksud untuk menjadi acuan dasar dalam mengembangkan bahan ajar yang yang

menjadi fokus penelitian ini. Teori- teori yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Teori-teori Behavioristik tentang Belajar. Belajar adalah perubahan

dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.5

Belajar menurut kaum behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang

dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberi

stimulus dan murid sebagai perespon tindakan stimulus yang diberikan. Beberapa

teori belajar yang dikembangkan dari teori behavioris adalah teori classical

conditioning dari Ivan Pavlov, Connectionism dari Thorndike, dan teori operant

conditioning dari Skinner. Pertama, teori classical conditioning didasarkan atas

reaksi sistem tak terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang

dikontrol oleh sistem syaraf otonom serta gerak reflek setelah menerima stimulus

dari luar.6

Kedua, teori connectionism, menekankan pada jaringan asosiasi atau

hubungan antara stimulus dan respon yang kemudian disebut S-R bond theory.

Dalam hubungan antara stimulus dan respon ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,

5 Margaret Bell Gredler, Learning and Instruction Theory Into Practice., (New York: McMillan

Publishing Company: 1986), p. 42.

6 Anita Woolfolk, Educational Psychology. (Boston: Pearson Education Inc, 2004), pp. 20-203

Page 10: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

10

sehingga Thorndike merumuskan tiga hukum belajar, yakni; (1) law of readiness,

yaitu bahwa belajar akan terjadi bila ada kesiapan pada diri individu, (2 law of

excercise, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon dalam proses belajar

akan diperkuat atau diperlemah oleh tingkat intensitas dan durasi dari

pengulangan hubungan atau latihan yang dilakukan, (3) law of efect, yaitu bahwa

hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat bila sebuah respon

menghasilkan efek yang menyenangkan. Sebaliknya, apabila respon kurang

menyenangkan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan melemah.7

Ketiga, teori operant conditioning, mengatakan bahwa perilaku dalam

proses belajar terbentuk oleh sejauh mana konsekuensi yang ditimbulkan. Jika

konsekuensinya menyenangkan, maka akan terjadi positive reinforcement berupa

atau reward akan membuat perilaku yang sama terulang lagi, sebaliknya apabila

konsekuensinya tidak menyenangkan yaitu negative reinforcement atau

punishment akan membuat perilaku dihindari.8

Teori-teori Kognitif tentang Belajar. Teori belajar kognitif justru

memberikan tanggapan langsung bahwa belajar bukan hanya dapat diamati

melalui perubahan perilaku, melainkan juga perubahan struktur mental internal

seseorang yang memberikan kapasitas padanya untuk menunjukkan perubahan

perilaku. Struktur mental yang dimaksud mencakup pengetahuan, keyakinan,

keterampilan, harapan, dan mekanisme lainnya dalam otak peserta didik. Teori-

teori belajar kognitivisme terdiri atas teori cognitive field, teori schema, dan

information-processing theory. Pertama, teori belajar cognitive field menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah termasuk mental sehingga yang

paling berperan adalah motivasi baik berupa ekternal dan motivasi internal.

Kedua, teori schema, beranggapan bahwa schema yang telah menjadi

bagian yang sudah terbentuk dalam diri anak akan berguna dalam mengingat

pengalaman yang diperoleh melalui beberapa proses seperti menyeleksi,

mengambil intisari, dan menginterpretasi yang kemudian dapat dimodifikasi

melalui aktivitas yang merujuk pada penambahan, penyesuaian, dan

7 Paul Eggen dan D. Kauchak, Educational Psychology Windows on Classrooms (USA: Prentice

Hall Inc, 1997), pp. 198-199. 8 Ibid, pp. 204-205

Page 11: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

11

restrukturisasi. Ketiga, information-processing theory menjelaskan bahwa belajar

adalah suatu upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi

melalui short term memory (memory jangka pendek) dan long term memory

(memori jangka panjang).9

Teori-teori Konstruktivis tentang Belajar. Teori konstruktivis

dikembangkan oleh Piaget dengan nama individual cognitive constructivist theory

dan Vygotsky dalam teorinya yang disebut socialcultural constructivist theory.

Piaget telah terkenal dengan teorinya mengenai tahapan dalam perkembangan

kognisi. Piaget menemukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara

berbeda pada periode yang berbeda dalam kehidupan mereka. Dia percaya bahwa

semua anak secara kualitatif melewati empat tahap perkembangan seperti umur 0 -

2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor stage, tahap perkembangan

sensori motor, umur 2 sampai 7 tahun adalah tahapan preoperational stage, umur

7 – 11 tahun adalah tahap concrete operation. Setiap tahap mempunyai tugas

kognitif yang harus diselesaikan. Pada tahap sensori motor, susunan mental anak

hanya dapat menerima dan menguasai objek yang kongkrit. Penguasaan terhadap

simbol terjadi hingga anak itu berada pada tingkat preoperational. Sedangkan

pada tahap konkrit, anak-anak belajar menguasai pengelompokkan, hubungan,

angka-angka, dan alasan dari mana semuanya itu diperoleh. Tahap terakhir adalah

tahap penguasaan pikiran.

Pertumbuhan intektual melibatkan tiga proses fundamental; asimilasi,

akomodasi, dan aquilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi melibatkan penggabungan

pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya

untuk mengakomodasi hadirnya informasi baru. Penyatuan dua proses asimilasi

dan akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk schema.10

Equilibration adalah keseimbangan antara pribadi seseorang dengan

lingkungannya atau antara asimilasi dan akomodasi. Bagi Piaget, equilibrasi

9 James P. Byrnes, Cognitive Development and Learning in Instructional Contexts (Boston: Allyn

and Bacon, 1996), pp. 24-25 10

Jean Piaget. Approach to Learning and the Development of the Intelect dalam Robert M.W.

Travers, Essentials of Learning. Fourth Edition (New York : Macmillan Publishing Co., Inc.

1977), p 147-154

Page 12: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

12

adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak inteligensi

logisnya berkembang lebih cepat dari pada anak yang lainnya.

Vygostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal

Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting sebagai

dimensi psikologis.11

ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan actual

dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud

terdiri atas empat tahap; Pertama, more dependence to others stage, yakni tahapan

di mana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-

teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah

muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan

kognisi anak secara konstruktif. Kedua, less dependence external assistence stage,

di mana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak

lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya

sendiri. Ketiga, Internalization and automatization stage, di mana kinerja anak

sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Keempat, De-automatization stage, di

mana kinerjan anak mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan

emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, recursion.12

C. Konsep Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki istilah yang berbeda-beda diberikan oleh para ahli.

Istilah yang banyak digunakan dalam kajian desain instruksional adalah

instructional materials (bahan pembelajaran) yang mencakup seluruh bentuk-

bentuk pembelajaran seperti petunjuk bagi instruktur, modul peserta didik,

Overhead Transparancies (OHP), videotapes, format multimedia berbasis

computer, dan web pages untuk pendidikan jarak jauh.13

Dalam hubungannya

dengan integrasi teknologi ke dalam pembelajaran, bahan ajar juga disebut

materials yang biasa dibedakan dengan tools (peralatan), dan devices (perangkat,

alat). Peralatan adalah hardware dan software yang digunakan bersama untuk

11

Vigotsky. Thought and Language. Combridge. (The Mitt Press. London, 1977) p 23 12

Conny Semiawan, ―Perkembangan Anak Usia Dini‖, Makalah dalam Seminar Pendidikan

Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11

Oktober. 2004), p. 8 13

Walter Dick, Lou Carey, and James O. Carey, Opcit. Hal. 7.

Page 13: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

13

menciptakan video training yang disimpan atau diekspor melalui materi. Materi

adalah webstrem (digital), video cassette (analog), dan DVD (digital) yang

digunakan untuk menyimpan video training yang dinonton melalui perangkat.

Sedangkan, perangkat adalah computer dengan web browser dan quicktime player

(digital), VCR (analog), DVD player (digital), dan computer DVD Rom (digital)

yang digunakan untuk mengakses materi.14

Bahan ajar juga disebut learning materials (materi ajar) yang mencakup

alat bantu visual seperti handout, slides/overheads, yang terdiri atas teks, diagram,

gambar dan foto, plus media lain seperti audio, video, dan animasi.15

Selain itu,

bahan ajar juga dikenal dengan istilah teaching materials (bahan ajar) yang

dipandang sebagai materi yang disediakan untuk kebutuhan pembelajaran yang

mencakup buku teks, video dan audio tapes, software computer, dan alat bantu

visual.16

Jadi, yang dimaksud dengan bahan ajar di sini adalah seperangkat materi

yang disusun secara sistematis untuk kebutuhan pembelajaran baik bersifat bahan

cetak (printed material) maupun yang berwujud audio, visual, video, multimedia,

dan materi yang berbasis web.

D. Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang desain, pengembangan, implementasi, manajemen sistem

informasi yang berbasiskan komputer, khususnya aplikasi software dan

hardware.17

Teknologi Informasi menurut definisi ini berhubungan dengan

penggunaan komputer secara elektronik dan software komputer untuk mengubah,

menyimpan, memproteksi, memproses, mentransmisi, dan memanggil kembali

segala informasi secara aman.

14

Antony Karl Betrus dalam Alan Januszewski dan Michael Molenda, Educational technology: A

Definition with Commentary (New York: Lawrence Erlbaum Associates, 2008), p. 225. 15

Christopher Butcher, Clara Davies, dan Melissa Highton, From Module Outline to Effective

Teaching (New York: Routledge, 2006) p.130. 16

Doshisha Kenji Kitao and Doshisha S. Kathleen Kitao, Selecting and Developing Teaching/

Learning Materials, 2009, p. 4, (http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html).

17

Wikipedia, Information Technology, 2009, p. 1

(http://en.wikipedia.org/wiki/Information_technology).

Page 14: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

14

Teknologi dipandang sebagai aplikasi sistematis ilmu pengetahuan ilmiah

untuk mempraktekan tugas-tugas yang akan dilakukan. Sedangkan belajar atau

pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan baru, keterampilan, dan sikap

serta prilaku seorang individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan

informasi.18

Dengan demikian, yang dimaksud dengan TIK dalam penelitian ini

adalah pemanfaatan manajemen sistem informasi yang merupakan aplikasi

software dan hardware dalam menunjang proses belajar mengajar.

Terdapat beberapa jenis teknologi informasi yang biasa digunakan dalam

pembelajaran, seperti; Surat Elektronik (E-mail), HP, Kamera digital, MP3

Players, Web Sites, Wikipedia, YouTube.com, Blogging, and Podcasting.19

Ketiga

teknologi terakhir ini telah banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi

manusia seluruh dunia dengan begitu cepat. YouTube.com adalah website untuk

mensharing video di mana pengguna dapat mengupload melihat, dan membagi

video klip (Wikipedia, 2007). YouTube dibuat pada pertengahan bulan Januari

2005 oleh tiga pegawai paypal. Lebih jauh dikatakan bahwa terdapat 100 juta

video yang diputar setiap hari, 65,000 video baru yang dimuat, lebih dari 13 juta

pengunjung setiap bulan, 58% of video di Internet dinonton melalui YouTube,

Pengguna kebanyakan berumur 18 sampai 35 tahun, dan terjual sebanyak 1,6 juta

dolar (US) pada tahun 2006.

Blog atau webblog adalah suatu bentuk website yang menggunakan

software tertentu yang latar belakang nya sudah didesain (Hill, 2006).20

Blog

adalah website yang digunakan untuk menerbitkan hasil karia pribadi. Terdapat 12

juta orang Amerika menulis blogs, 54 juta orang Amerika membaca blogs,

membolehkan penulis menulis untuk audiens, mudah didapat oleh setiap orang.

Dikatakan bahwa pada pertengahan tahun 2005 terdapat 70 juta webblog telah

dibuat, 6% dari penduduk Amerika telah menulis Blog, 16% dan telah membaca

blog-blog yang ada.21

18

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. (Instructional media and

technologies for learning. Seventh edition. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson

Education), 2002. Hal. 5. 19

Leigh Zeitz, Technology Integration Plan, unpublished paper UIN: USA, 2005. Hal. 16. 20

Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Blog) 2007, hal 1. 21

Opcit. 32

Page 15: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

15

Podcasting adalah website yang dapat digunakan untuk menyimpan dan

merancang radio sendiri. File audionya disimpan berdasarkan subskrepsi yang

dapat dijadikan sebagai tempat teater penulis dan dapat merekam proses belajar

mengajar dalam ruangan kelas. Selain podcasting terdapat juga Google Earth yang

merupakan peta browser geografi – suatu alat yang sangat bagus untuk melihat

menciptakan, dan mensharing file-file interaktif yang berisi informasi lokasi

khusus secara visual.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan

(research and development) yang dapat didefinisi sebagai ―a process used to

develop and validate educational products atau suatu proses untuk

Page 16: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

16

mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan‖.22

Penelitian ini dikatakan

penelitian dan pengembangan (research and development) karena meliputi

kegiatan penelitian dan pengembangan model bahan ajar berbasis TIK.

Pelaksanaan penelitian mencakup kajian konseptual tentang bahan ajar

bahasa Inggris, studi lapangan mengenai bahan ajar berbasis TIK, dan studi

tentang kebijakan universitas mengenai pentingnya integrasi teknologi ke dalam

pembelajaran. Ketiga kegiatan tersebut masuk dalam penelitian pendahuluan yang

menjadi pijakan dalam pengembangan model bahan ajar berbasis TIK. Hasil yang

diperoleh melalui penelitian awal kemudian dianalisis dan dijadikan bahan

pertimbangan dalam mengembangkan model bahan ajar berbasis TIK. Sesuai

dengan jenis penelitian yang dilaksanakan yaitu penelitian dan pengembangan

(research and development), maka metode yang digunakan juga merupakan

perpaduan antara metode penelitian dan metode pengembangan. Penggabungan

kedua istilah ini lebih sering dikenal dengan sebutan metode penelitian dan

pengembangan.

B. Prosedur Penelitian

Proses penelitian dan pengembangan meliputi sepuluh langkah, yaitu: (1)

mengumpulkan riset dan hasil penelitian; (2) perencanaan; (3) mengembangkan

bentuk produk awal; (4) pengujian lapangan pendahuluan; (5) revisi produk

utama; (6) uji lapangan utama; (7) revisi produk operasional; (8) uji lapangan

operasional; (9) revisi produk akhir; (10) penyebaran dan implementasi.23

Namun, mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, kesepuluh

langkah tersebut disederhanakan menjadi tiga langkah, yaitu: (1) penelitian

pendahuluan, (2) penyusunan model, dan (3) validasi model24

. Pertama, penelitian

Pendahuluan dilakukan dalam bentuk studi kepustakaan dan survei pendahuluan.

Langkah ini sering dikenal dengan sebutan analisis kebutuhan (need assessment).

Survei pendahuluan dilakukan untuk mengkaji kondisi riil bahan ajar bahasa

22

W.R. Borg . & Gall, M.D.. Educationnal Research. (London: Longman, 1983), hal. 772 23

W.R. Borg . & Gall, M.D, op.cit.hal. 784-785 24

Sukmadinata, N.A., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), hal. 14.

Page 17: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

17

Inggris yang digunakan. Kedua, dengan mendasarkan pada hasil penelitian

pendahuluan, maka dirumuskan dan diadaptasikan model bahan ajar berbasis TIK

yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Hasil

pengembangan model ini dalam bentuk bahan ajar bahasa Inggris berupa modul

berbasis weblog, youtube, dan podcasting. Ketiga, validasi model yang dilakukan

dalam research and development (R &D) ini adalah validasi ahli. Validasi ini

dilakukan dengan meminta beberapa praktisi dan pakar TIK dan Ahli Bahasa

Inggris untuk memberikan pertimbangan, penilaian dan masukan pada model

pembelajaran bahasa Inggris yang telah dikembangkan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)

observasi; (2) wawancara; (3) studi dokumen; (4) angket; dan (5) portofolio.

Pertama, observasi dilakukan melalui dua tahap, yakni observasi tahap pertama

untuk mengetahui kondisi riil bahan ajar bahasa Inggris yang digunakan.

Observasi tahap kedua untuk mengamati efektivitas model pembelajaran yang

dikembangkan. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi berperan pasif.25

Kedua, wawancara digunakan untuk mendapatkan data mengenai penggunaan

bahan ajar berbasis TIK dan efektivitas model yang dikembangkan. Wawancara

yang dilakukan adalah jenis wawancara mendalam (in-depth interviewing).

Ketiga, studi dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan perangkat persiapan pembelajaran dan berbagai kebijakan UIN Alauddin

yang menjadi pedoman dalam integrasi TIK ke dalam pembelajaran. Keempat,

angket dalam penelitian ini digunakan untuk validitas model, yaitu validasi pakar

dan praktisi. Dalam validasi ini, para pakar dan dosen bahasa Inggris diberi angket

untuk memberi tanggapan dan penilaian terhadap model bahan ajar yang

dikembangkan. Angket ini berupa angket terbuka, dalam arti informan diberi

kebebasan untuk memberikan masukan dan penilaian. Kelima, portofolio adalah

25

J.P. Spradley, Partisipan Observation (New York : Holt, Rinehart, and Winston,1980), pp. 58-

62.

Page 18: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

18

hasil pekerjaan mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam uji coba

efektivitas model bahan ajar yang dikembangkan.

D. Keabsahan Data

Mengingat data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data

kualitatif, maka uji validitas data yang dilakukan lebih banyak ditekankan pada uji

validitas data kualitatif. Adapun langkah yang ditempuh dalam mengembangkan

validitas (kesahihan) data penelitian adalah: (1) trianggulasi; (2) reviu informan;

(3) Penyusunan data base; dan (3) kehadiran peneliti ke tengah lokasi penelitian.

Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data dan

trianggulasi metode.26

Reviu informan merupakan upaya pengembangan validitas

data yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan unit-unit laporan yang telah

disusun kepada informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok

(key informan).27

Data base merupakan kumpulan formal bukti data yang

diperoleh dari berbagai sumber data yang dapat berupa catatan, dokumen,

rekaman, bahan tabulasi dan narasi.28

Sedangkan, dalam pelaksanaan penelitian

ini, peneliti secara langsung hadir ke lokasi penelitian untuk melakukan

pengumpulan data.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena

penelitaian ini berusaha mengembangkan model bahan ajar berbasis TIK, di mana

data yang terkumpul dan diolah adalah data kualitatif. Pendekatan kuantitatif

digunakan dalam uji efektivitas, yaitu untuk membandingkan tingkat efektivitas

antara bahan ajar berbasis TIK dengan bahan ajar konvensional. Dengan demikian

dalam pelaksanaan analisis data penelitian ini berusaha memadukan dua

26

M.Q. Patton, Qualitative Evaluation Methods (London : Sage Publications, 1983), pp. 108-109. 27

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif : Metodologi Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan

Budaya (Surakarta : Pusat Penelitian UNS, 1988)., p. 74. 28

Robert K. Yin, Case Study Research : Design and Methods (Baverly Hills, London New Delhi :

Sage Publications, 1987), pp. 92-96.

Page 19: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

19

pendekatan yang berbeda, sehingga penelitian ini dapat dikatakan menggunakan

perpaduan dua metode atau mixed method.29

Analisis kualitatif digunakan dalam kajian konseptual bahan ajar bahasa

Inggris, studi lapangan bahan ajar berbasis TIK, studi kebijakan universitas,

pengembangan model bahan ajar berbasis TIK dan pada saat uji coba di lapangan.

Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga komponen utama

yang saling berkaitan, yakni (1) reduksi data; (2) sajian data, dan (3) penarikan

kesimpulan/verifikasi.30

Reduksi data dan sajian data merupakan dua komponen

analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data. Sajian data merupakan

rangkaian kalimat atau infomasi-informasi yang disusun secara logis dan

sistematis, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan penarikan

kesimpulan atau melakukan tindakan lain berdasarkan pemahamannya.

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji efektivitas model

pembelajaran yang dikembangkan. Dalam hal ini model pembelajaran ini diuji

cobakan pada program PIKIH UIN Alauddin dan mengambil satu kelas

pembanding pada kelas yang menggunakan bahan ajar yang lain. Pembelajaran di

dua kelompok tersebut dengan standar kompetensi yang sama akan tetapi dengan

menggunakan bahan ajar yang berbeda. Uji coba ini dilaksanakan dua kali dengan

standar kompetensi yang berbeda. Hasil belajar dari kedua kelompok ini,

khususnya yang berupa portofolio dinilai dengan menggunakan penilaian rubrik.

DAFTAR PUSTAKA

Alan, Januszewski & Molenda, Michael. 2008. Educational Technology: A

Definition with Commentary . Taylor & Prancis Group. New York.

29

Julia Branner, Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research (USA: Ashgate

Publishing Company, 1995), p.11 30

M.B.Miles dan A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New Methods

(London New Delhi : Sage Publications, 1984), pp. 21-23.

Page 20: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

20

Branner, Julia. 1995. Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research.

Ashgate Publishing Company. USA

Byrnes, James P. 1996. Cognitive Development and Learning in Instructional

ContextsAllyn and Bacon. Boston.

Davies, Christopher Butcher Clara, dan Melissa Highton. 2006. From Module

Outline to Effective Teaching . Routledge. New York.

Dick, W And Carey, L.2005. The Sistematic Desain Of Instruktional. Allyn And

Bacon, Boston.

Eggen, Paul dan D. Kauchak. 1977. Educational Psychology Windows on

Classrooms Prentice Hall Inc. USA.

Gredler, Margaret Bell. 1986. Learning and Instruction Theory Into Practice.,

McMillan Publishing Company. New York.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. 2002. Instructional

media and technologies for learning. Seventh edition. Pearson

Education.Upper Saddle River, New Jersey.

Kitao, Doshisha Kenji and Doshisha S. Kathleen Kitao. 2009. Selecting and

Developing Teaching/ Learning Materials. (http://iteslj.org/Articles/Kitao-

Materials.html).

Miles dan A.M. Huberman, M.B. Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of

New Methods London New Delhi : Sage Publications, 1984.

Patton, M.Q. Qualitative Evaluation Methods, London : Sage Publications, 1983.

Piaget, Jean. 1977. Approach to Learning and the Development of the Intelect,

dalam Robert M.W. Travers, Essentials of Learning. Fourth Edition .

Macmillan Publishing Co., Inc.New York.

Robert K. Yin, Case Study Research : Design and Methods, Baverly Hills,

London New Delhi: Sage Publications, 1987.

Sells,B.B. dan Richey,R.C. 1994. The Defination And Domain Of The Field.

Association For Educational Communication And Technonology.

Washington DC.

Semiawan, Conny Semiawan. 2004. ―Perkembangan Anak Usia Dini‖, Makalah

dalam Seminar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan

Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11 Oktober. 2004), p. 8

Page 21: Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Inggris Berbasis Teknologi informasi dan komunikasi

21

Spradley, J.P. Partisipan Observation, New York : Holt, Rinehart, and

Winston,1980.

Sukmadinata, N.A. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek PT

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sutopo, H.B. Metode Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian untuk Ilmu-

ilmu Sosial dan Budaya Surakarta : Pusat Penelitian UNS, 1988.

Vigotsky,L. 1987. Thought and Language. Combridge. The Mitt Press. London.

Woolfolk, Anita. Educational Psychology. Boston: Pearson Education Inc, 2004.

W.R. Borg . & Gall, M.D.1983. Educationnal Research. (London: Longman.

Wikipedia, Information Technology, 2009, p. 1

(http://en.wikipedia.org/wiki/Information_technology).

Zeitz, Leigh. 2005. Technology Integration Plan, unpublished paper UIN. USA.

Zulkarnaini . 2009. Pembelajaran dengan Bahan Ajar Buatan Guru.

(http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/pembelajaran-dengan-

bahan-ajar-buatan-guru/).