Upload
vudang
View
305
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENELITIAN
PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/ JENIS USAHA UNGGULAN UMKM
DI PROVINSI BALI
Bank Indonesia Denpasar
Bekerja sama
dengan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Udayana
Oleh:
Prof.Dr.Ir. Made Antara, MS.
Prof.Dr.Ir. I Ketut Satriawan, MT.
Dr. I Putu Gede Sukaatmaja, SE., MP.
Drs. Nyoman Dayuh Rimbawan, MM.
Ida Ayu Mahatma Tuningrat, STP., MSi.
DENPASAR-BALI Desember 2011
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud i
KATA PENGANTAR
Bank Indonesia Denpasar bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana melakukan penelitian “Pengembangan
Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di Provinsi Bali”. Tujuan penelitian adalah
(1) mengenal dan memahami profil daerah penelitian, profil UMKM, kebijakan pemerintan
terkait UMKM, dan peranan perbankan dalam pengembangan UMKM; (2) menggali
informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di
Provinsi Bali, kabupaten/kota dan kecamatan dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan
daya saing produk; (3) menggali informasi dan mengidentifikasi permasalahan tiap-tiap
KPJU unggulan lintas sektoral di tiap-tiap kabupaten/kota; (4) menggali informasi tentang
KPJU potensial, yakni KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi
untuk menjadi unggul pada masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan
tertentu; (5) merumuskan rekomendasi berupa KPJU unggulan yang perlu/dapat
dikembangkan di tiap-tiap kabupaten/kota dan peranan perbankan dalam pengembangan
KPJU unggulan.
Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan KPJU
unggulan di sembilan kabupaten/kota dan di Provinsi Bali. Di samping itu, juga sebagai
dasar pengambilan kebijakan investasi dan pembiayaan oleh lembaga keuangan.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut membantu terselenggaranya penelitian ini, antara lain sebagai berikut.
1. Semua pejabat dan staf Kantor Statistik Kabupaten/Kota se-Bali, pejabat dan staf Dinas-
Dinas Teknis (SKPD) di sembilan kabupaten/kota se-Bali, dan para narasumber lainnya
ketika Focus Group Discuussion (FGD) dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota se-Bali.
2. Anggota tim penelitian dan tenaga lapangan yang telah menyediakan waktu dan tenaga
untuk mengumpulkan data, mengolah dan menganalsis data, menulis laporan dan
mempresentasikan di hadapan stakeholder KPJU di Bali.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan nikmat-Nya
serta membimbing kita dalam rangka merealisasikan tujuan yang mulia ini. Akhir kata, kami
berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan rujukan bagi
pengembangan KPJU UMKM di Provinsi Bali.
Denpasar, Desember 2011
Bank Indonesia Denpasar
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud ii
ABSTRAK
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi penawaran (supply side). Salah satu kebijakan pemberdayaan UMKM dari sisi penawaran adalah penelitian, yang dimaksudkan menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk mendorong pengembangan UMKM.
Tujuan penelitian adalah (1) menggali informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Bali, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan daya saing produk; (2) menggali informasi dan mengidentifikasi permasalahan tiap-tiap KPJU unggulan lintas sektoral di tiap-tiap kabupaten/kota; (3) menggali informasi tentang KPJU potensial, yakni KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi untuk menjadi unggul pada masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu; (4) merumuskan rekomendasi berupa KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di tiap-tiap kabupaten/ kota dan peranan perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan.
Metode analisis data yang digunakan, yaitu penentuan KPJU unggulan sektor di kecamatan dengan metode perbandingan eksponensial (MPE), penentuan KPJU unggulan sektor di kabupaten dengan metode Borda, analitycal hierarchy process (AHP), dan KPJU unggulan lintas sektor dengan metode Bayes, penentuan KPJU unggulan sektor di provinsi dengan metode Borda dan KPJU unggulan lintas sektor dengan metode Bayes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa KPJU unggulan sektor di Provinsi Bali, yaitu (a) pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, penangkapan ikan laut, dan kopi; (b) pada sektor penggalian, yaitu usaha galian C (pasir, kerikil/koral, batu, dan batu padas); (c) pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi, industri penyosohan beras (RMU), industri tenun endek & songket (ATBM), industri makanan/minuman, dan industri kerajinan kayu; (d) pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan; (e) pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, restoran dan rumah makan, mini market dan toko kelontong, dan vila; (f) pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), rent car (penyewaan kendaraan), bus carter, angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, dan warnet; (g) pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, money changer, dan KUD; (h) pada sektor jasa-jasa lain, yaitu pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata dan travel biro, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan (motor dan mobil),dan jasa fotokopi. KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali, yaitu hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, industri pengolahasn hasil perikanan, industri kerajinan perak, komoditas kopi, restoran/rumah makan, industri tenun endek & songket (ATBM), industri kerajinan kayu, padi sawah, dan cengkeh.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan, antara lain (1) KPJU Unggulan sektor dan lintas sektor, baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi hendaknya terus dikembangkan dan dibina secara intensif oleh para pemangku kepentingan (pemerintah, BUMN, swasta, LSM, dll) dengan memberikan pelatihan teknis, manajemen usaha, kewirausahaan, dan akses modal sehingga tetap menjadi unggulan; (2) KPJU potensial di setiap kabupaten perlu dikembangkan melalui usaha ekstensifikasi dan intensifikasi sehingga meningkat menjadi KPJU unggulan; (3) pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif, penyederhanaan prosedur perijinan, murah, dan cepat termasuk melalui perizinan satu atap; (4) sektor pertanian yang berperan penting dalam perekonomian Bali, baik dalam kontribusinya terhadap PDRB dan pendapatan petani maupun dalam penyerapan tenaga kerja hendaknya dipertahankan dengan cara mempertahankan atau melindungan areal lahan sawah dari laju alih fungsi lahan yang sangat cepat untuk tujuan bukan pertanian, seperti prasarana pariwisata, perumahan, perkantoran-perkantoran pemerintah, dan sebagainya. Rekomendasi ini sebagai penjabaran dari visi pemerintah provinsi menuju Bali Green.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional
memiliki peran penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data
yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian
Indonesia, khususnya data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM tahun 2008.
Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi
yang tercatat sebanyak 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua,
potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada
sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan
dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 97,04%
dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam
pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 55,56% dari total PDB.
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank
Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi
penawaran (supply side). Kebijakan demand side adalah kebijakan yang diarahkan
untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas dan kapabilitasnya
sehingga mampu dijangkau oleh perbankan (bankable). Kebijakan ini meliputi
penelitian, pelatihan, penyediaan informasi, dan kerja sama BI dengan lembaga
internasional dan pemerintah. Kebijakan supply side adalah kebijakan yang
difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk membantu bank dalam
menyalurkan kredit kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan,
penguatan kelembagaan, dan penyediaan dana secara tidak langsung melalui
penerbitan SUP No.005 dan dana relending.
Salah satu kebijakan pemberdayaan UMKM dari sisi penawaran adalah
penelitian. Penelitian dimaksud adalah dalam rangka pemberian informasi yang
dapat digunakan untuk mendorong UMKM. Dari hasil penelitian diharapkan akan
dapat diberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada
pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang
berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Salah satu bentuk perwujudan pemberdayaan UMKM, yaitu Bank Indonesia
sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS).
Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang
bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud iv
perkembangannya, sejak tahun 2006 penelitian BLS lebih diarahkan kepada
penelitian pengembangan potensi ekonomi daerah yang memberikan informasi
kepada stakeholders mengenai komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) yang potensial
untuk menjadi unggulan daerah yang dapat dikembangkan. Penelitian ini akan tetap
difokuskan terhadap UMKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah.
Tujuan penelitian, yaitu (1) mengenal dan memahami profil daerah penelitian,
profil UMKM, kebijakan pemerintan terkait UMKM, dan peranan perbankan dalam
pengembangan UMKM; (2) menggali informasi tentang KPJU unggulan yang perlu
mendapat prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Bali, kabupaten/kota, dan
kecamatan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah, penciptaan
lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan daya saing produk;
(3) menggali informasi dan mengidentifikasi permasalahan tiap-tiap KPJU unggulan
lintas sektoral di tiap-tiap kabupaten/kota; (4) menggali informasi tentang KPJU
potensial, yakni KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi
untuk menjadi unggul pada masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau
kebijakan tertentu; (5) merumuskan rekomendasi berupa KPJU unggulan yang
perlu/dapat dikembangkan di tiap-tiap kabupaten/ kota dan peranan perbankan
dalam pengembangan KPJU unggulan.
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut. (1)
Secara praktis, hasil penelitian ini sebagai bahan rekomendasi kepada pihak-pihak
yang berwenang, seperti Bank Indonesia, Bank Umum, dan Pemerintah Daerah
(Kabupaten atau Provinsi) dalam rangka memberdayakan UMKM di tiap-tiap
kabupaten melalui pengembangan KPJU unggulan ‘UMKM’. (2) Secara teoretis,
hasil penelitian ini sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, seperti
mahasiswa, akademika, dan investor, yang dapat membantu mereka mengenal lebih
jauh dan lebih dalam tentang komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan
‘UMKM’ pada tingkat kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Daerah penelitian adalah di Provinsi Bali yang ditentukan secara sengaja
(purposive). Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer, yaitu data
dan informasi yang bersumber dari pihak pertama atau yang diperoleh secara
langsung dari narasumber/responden. Data sekunder, yaitu data berbentuk
dokumen/publikasi/laporan lainnya yang menunjang sumber data primer yang
bersumber dari pihak kedua atau instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud v
seperti BPS Provinsi Bali dan BPS kabupaten se Bali, Bappeda Provinsi Bali dan
kabupaten se Bali, Dinas-Dinas Teknis di Provinsi Bali dan kabupaten se-Bali.
Metode analisis data yang digunakan, yaitu penentuan KPJU unggulan sektor
di kecamatan dengan metode perbandingan eksponensial (MPE), penentuan KPJU
unggulan sektor di kabupaten dengan metode Borda, analitycal hierarchy process
(AHP), dan KPJU unggulan lintas sektor dengan metode Bayes, penentuan KPJU
unggulan sektor di provinsi dengan metode Borda dan KPJU unggulan lintas sektor
dengan metode Bayes.
Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut.
1. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kota Denpasar
a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu penangkapan ikan di laut, tanaman hias, padi sawah, sapi, dan jagung manis.
b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu sablon pakaian, perlengkapan pakaian (mote, renda), produk makanan lain (jajanan basah uli, camilan dan sebagainya), pakain jadi (garment), dan pengolahan & pengawetan ikan.
c. Pada sektor konstruksi dan bangunan hanya satu jenis usaha, yaitu kontraktor konstruksi bangunan.
d. Pada perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu eceran barang suvenir, hotel melati, mini market & toko kelontong, restoran dan rumah makan, serta perdagangan produk pertanian.
e. Pada sektor pengangkutan, yaitu rent car, angkutan darat barang (truk), bus trayek, angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, dan bus pariwisata.
f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, money changer, KUD, KSP.
g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa binatu/laundry, rumah kost, pangkas rambut & salon kecantikan, penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan, jasa bengkel kendaraan, dan jasa fotokopi.
KPJU unggulan lintas sektor di Kota Denpasar, yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, kontraktor konstruksi bangunan, penangkapan ikan di laut (nelayan tradisional), industri pakaian jadi (garment).
2. KPJU unggulan sektor di Kabupaten Badung
a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu ayam, penangkapan ikan laut, kelapa, babi, dan padi sawah.
b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu garment, kerajinan kayu, industri makanan/minuman, industri kerajinan dari logam, dan industri kerajinan besi & baja.
c. Pada sektor kontruksi dan bangunan, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud vi
d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, restoran dan rumah makan, mini market & toko kelontong, perdagangan produk pertanian, dan kios barang kerajinan.
e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan barang (truk), taksi (koperasi), rent car, angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, dan bus trayek.
f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu money changer, BPR, LPD, KSP, dan KUD.
g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu travel biro/pramuwisata, instalatur listrik, penjahit pakaian, bengkel (sepeda motor dan mobil), dan jasa binatu/laundry.
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Badung, yaitu hotel melati, restoran/rumah makan, industri makanan & minuman, mini market dan toko kelontong, dan kerajinan/ukiran kayu.
3. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Gianyar
KPJU unggulan sektor di Kabupaten Gianyar a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu itik, jeruk, ayam, sapi, dan
durian. b. Pada sektor penggalian, yaitu usaha batu padas. c. Pada sektor industri pengolahan, yaitu produk makanan, penyosohan
beras (RMU), pengolahan dan pengawetan ikan, kerajinan perak, dan mosaik.
d. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu kontraktor konstruksi gedung/rumah.
e. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu perdagangan produk pertanian, toko barang kerajinan & lukisan, restoran & rumah makan, hotel melati, mini market & toko kelontong.
f. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu rent car, angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, angkutan darat barang (truk), bus tidak bertrayek (pariwisata), dan jasa pengiriman barang/kargo.
g. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan money changer.
h. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu arung jeram, jasa kebugaran, wisata alam, jasa binatu/laundry, dan pangkas rambut dan salon kecantikan.
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Gianyar, yaitu kerajinan perak, hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, mini market & toko kelontong, dan toko barang kerajinan & lukisan.
4. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Tabanan
KPJU unggulan sektor di Kabupaten Tabanan a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, kopi,
cengkeh. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri minuman ringan, industri
pengolahan kopi, penyosohan beras, industri kopra dan minyak goreng kelapa, dan industri kerajinan (gerabah, genteng, keramik, lukisan).
c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud vii
d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu vila dan homestay, perdagangan produk pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, perdagangan produk kerajinan.
e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan wisata danau, warnet, bus trayek, angkutan darat barang (truk), dan jasa pengiriman paket/surat.
f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, KSU.
g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata kebun raya Bedugul, wisata desa dan alam Jatiluwih, penjahitan sesuai dengan pesanan, pangkas rambut dan salon kecantikan, dan jasa perbengkelan (motor dan mobil).
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Tabanan, yaitu hotel melati, komoditas kopi, padi sawah, ayam, dan industri pengolahan kopi.
5. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Bangli
KPJU unggulan sektor di Kabupaten Bangli a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu sapi, jeruk, ayam, kopi, dan
hutan bambu. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu kerajinan bambu, kerajinan kayu,
pengolahan kopi, industri pengolahan makanan, dan kerajinan dari logam (emas dan perak).
c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu restoran/rumah makan, hotel melati, perdagangan produk pertanian, mini market & toko kelontong, dan konter HP.
e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, bus trayek, angkutan danau, dan warnet.
f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KUD, KSU, dan money changer.
g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu bengkel (sepeda motor dan mobil), pangkas rambut dan salon kecantikan, tukang jahit pakaian, jasa binatu/laundry, dan pramuwisata.
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bangli, yaitu sapi, kerajinan kayu, jeruk, kerajinan bambu, dan kopi.
6. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Klungkung
KPJU unggulan sektor di Kabupaten Klungkung a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, sapi, cabai, rumput
laut, dan kacang tanah. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri tenun (ATMB), industri
kerajinan perak dan selongsong peluru, industri kerajinan uang kepeng (pis bolong), industri kerajinan lukisan wayang klasik, dan kerajinan perlengkapan upacara adat & agama Hindu.
c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, counter HP, restoran & rumah makan, dan mini market & toko barang kelontong.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud viii
e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan laut penyeberangan barang dan orang (perahu motor), warnet, angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan (bemo roda empat), dan ojek.
f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, KSP, BPR, KUD, dan KSU.
g. Pada sektor jasa-jasa, yaitu diving dan snorkeling, fotokopi, wisata rafting (di Bakas), pangkas rambut dan salon kecantikan, dan wisata perdesaan (Nusa Penida dan Lembongan).
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Klungkung, yaitu BPR, kontraktor konstruksi bangunan, kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu, industri tenun (ATBM), dan industri kerajinan uang kepeng (pis bolong).
7. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Karangasem
KPJU unggulan sektor di Kabupaten Karangasem a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu penangkapan ikan laut, salak,
kelapa, jambu mete, dan kacang tanah. b. Pada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu usaha galian C (pasir,
kerikil/koral, batu hitam). c. Pada sektor industri pengolahan, yaitu tenun endek & songket (ATBM),
industri batu tabas, anyaman ate, anyaman tikar pandan, dan pengolahan buah jambu mete (menjadi wine dan kacang mete).
d. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu hanya usaha kontraktor konstruksi bangunan.
e. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu restoran/rumah makan, perdagangan produk pertanian, counter HP, hotel melati, dan homestay.
f. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida, warnet, bus trayek, dan angkutan penumpang perkotaan & perdesaan (bemo roda empat).
g. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU.
h. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata spiritual (Pura Besakih), pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata, wisata alam Rrafting (Telaga Waja), dan agrowisata salak.
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Karangasem, yaitu industri tenun endek & songket (ATBM), industri batu tabas, galian C (pasir, kerikil/koral, batu), kontraktor konstruksi bangunan, dan industri kerajinan anyaman ate,
8. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Jembrana
KPJU unggulan sektor di Kabupaten Jembrana a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, pisang, sapi, kopi,
dan penagkapan ikan laut. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi, industri
pengolahan hasil perikanan, industri pengalengan ikan, industri bata merah, dan industri penyosohan beras (RMU).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud ix
c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu vila dan homestay, perdagangan produk-produk pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, dan perdagangan produk kerajinan.
e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, warnet, bus trayek, jasa pengiriman paket surat, ojek.
f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU.
g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata Taman Nasional Bali Barat, wisata agro Bunutan, jasa perbengkelan (motor dan mobil), jasa binatu/laundry, dan pangkas rambut & salon kecantikan.
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Jembrana, yaitu industri pengolahan hasil perikanan, hotel melati, mini market dan toko kelontong, padi sawah, dan industri pengalengan ikan.
9. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Buleleng
KPJU unggulan sektor di Kabupaten Buleleng a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu kopi, anggur, cengkeh,
mangga, dan padi sawah. b. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengawetan ikan,
penyosohan beras (RMU), pengolahan gula merah (di Pedawa), produk camilan, dan pengolahan kopra.
c. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
d. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, restoran/rumah makan, konter HP, dan artshop.
e. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, bus trayek, jasa pengiriman barang/kargo, dan ojek.
f. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, KUD, KSP, KSU, dan BPR.
g. Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa perbengkelan (motor dan mobil), pangkas rambut dan salon kecantikan, warnet, jasa objek wisata, dan pramuwisata.
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Buleleng, yaitu hotel melati, restoran dan rumah makan, cengkeh, kopi, kontraktor konstruksi bangunan.
10. KPJU unggulan sektor di Provinsi Bali
a. Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, penangkapan ikan laut, dan kopi.
b. Pada sektor penggalian, yaitu usaha galian C (pasir, kerikil/koral, batu, dan batu padas).
c. Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi, industri penyosohan beras (RMU), industri tenun endek & songket (ATBM), industri makanan/minuman, dan industri kerajinan kayu.
d. Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud x
e. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, restoran dan rumah makan, mini market dan toko kelontong, dan vila.
f. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), rent car (penyewaan kendaraan), bus carter, angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, dan warnet.
g. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa pertusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, money changer, dan KUD.
h. Pada sektor jasa-jasa lain yaitu, pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata dan travel biro, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan (motor dan mobil),dan jasa fotokopi.
11. KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali, yaitu hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, industri pengolahan hasil perikanan, industri kerajinan perak, komoditas kopi, restoran/rumah makan, industri tenun endek & songket (ATBM), industri kerajinan kayu, padi sawah, dan cengkeh.
Berdasarkan temuan KPJU unggulan UMKM lintas sektor, tampak bahwa ada
kontradiksi atau pilihan (trade-off) dalam pengembangan antara satu KPJU dengan
KPJU lain. Misal, pengembangan usaha hotel melati akan mengorbankan lahan
sawah produktif, yang berarti mengorbankan pengembangan usaha budi daya
komoditas padi. Sebaliknya, mempertahankan lahan sawah produktif untuk
mengembangkan usaha padi sawah akan menghambat pengembangan KPJU hotel
melati. Bertolak dari realitas tersebut, maka dapat dirumuskan rekomendasi sebagai
berikut.
1. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor, baik di tingkat kabupaten maupun di
tingkat provinsi, hendaknya terus dibina secara intensif oleh semua pemangku
kepentingan (pemerintah, BUMN, swasta, LSM, dll) dengan memberikan
pelatihan teknis, manajemen usaha, kewirausahaan, dan pinjaman modal
sehingga tetap menjadi unggulan.
2. KPJU potensial di setiap kabupaten perlu dikembangkan melalui usaha
ekstensifikasi (perluasan areal atau perluasan usaha) dan intensifikasi, yaitu
peningkatan penggunaan masukan dalam satuan luas atau usaha yang tetap
sehingga potensi yang dimiliki menjadi berkembang, bahkan akan berkembang
menjadi KPJU unggulan.
3. Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif,
penyederhanaan prosedur perizinan usaha yang mudah, murah, dan cepat
termasuk melalui perizinan satu atap, dan keringanan pajak.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xi
4. Sektor pertanian yang berperan penting dalam perekonomian Bali, baik dalam
kontribusinya terhadap PDRB dan pendapatan petani maupun dalam penyerapan
tenaga kerja, hendaknya dipertahankan dengan cara mempertahankan atau
melindungi areal lahan sawah dari laju alih fungsi lahan yang sangat cepat untuk
tujuan bukan pertanian, seperti prasarana pariwisata, perumahan, perkantoran
perkantoran pemerintah, dsb. Rekomendasi ini sebagai penjabaran dari visi
pemerintah provinsi menuju Bali Green.
5. Pariwisata sebagai leading sector perekonomian Bali hendaknya dipertahankan,
dan bahkan dikembangkan. Namun, dalam pengembangannya yang sering
mengorbankan sumber daya alam, seperti lahan sawah dan air irigasi untuk
kepentingan pertanian hendaknya diminimalisasi sehingga tidak merugikan sektor
pertanian.
6. Sektor industri pengolahan dan kerajinan rumah tangga yang sangat berperan
dalam perekonomian Bali, seperti sumber pendapatan perajin, pengecer, dan
eksportir, sumber devisa, dan penyerap tenagakerja, hendaknya dikembangkan
sehingga perannya semakin meningkat dalam perekonomian Bali.
7. Sektor jasa-jasa yang kontribusinya semakin besar dalam perekonomian Bali
perlu dikembangkan dan dibina sehingga perannya semakin meningkat
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i
ABSTRAK ………………………………………………………………………….. ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………… xvi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………… xxii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Tujuan Penelitian ………………………………………………… 6
1.3 Kegunaan Penelitian …………………………………………….. 7
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN TEORETIK DAN EMPIRIK ……………………………… 9
2.1 Komoditas Andalan dan Unggulan ……………………………. 9
2.2 Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan di Provinsi Bali.. 12
2.3 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ……………………………. 14
2.4 Analytic Hierarchy Process ……………………………………... 23
2.5 Metode Perbandingan Eksponensial ………………………….. 26
2.6 Metode Borda ……………………………………………………. 27
2.7 Metode Bayes ……………………………………………………. 27
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………. 29
3.1 Daerah Penelitian ………………………………………………... 29
3.2 Jenis dan Sumber Data …………………………………………. 29
3.3 Tahapan Penelitian dan Metode Analisis Data ……………… 31
3.4. Prinsip Penilaian Kriteria ……………………………………… 35
3.5 Jenis dan Definisi Operasional Konsep dan Variabel ……….. 35
BAB IV PROFIL DAERAH PENELITIAN DAN UMKM DI PROVINSI BALI 38
4.1 Profil Daerah Penelitian ………………………………………… 38
4.2 Profil UMKM di Provinsi Bali ……………………………………. 52
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xiii
BAB V KEBIJAKAN PEMERINTAH (PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN) TERKAIT PENGEMBANGAN UMKM DAN PERANAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN UMKM …..
62
5.1 Kebijakan Pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten) Terkait Pengembangan UMKN …………………………………
62
5.2 Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM (Penyaluran Kredit oleh Perbankan kepada UMKM, Jumlah UMKM yang Memperoleh Kredit ……………………………
65
BAB VI KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN DAN POTENSIAL UMKM DI PROVINSI BALI ……………………..
69
6.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan per Kabupaten di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode MPE) ………………………………
69
6.1.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kota Denpasar ………………………………………………...
69
6.1.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Badung…………………………………………………….
83
6.1.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Gianyar…………………………………………………….
101
6.1.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Tabanan …………………………………………………..
118
6.1.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Bangli ……………………………………………………..
154
6.1.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Klungkung ………………………………………………
165
6.1.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Karangasem ……………………………………………...
183
6.1.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan UMKM Potensial per Kecamatan di Kabupaten Jembrana …………………………………………………
218
6.1.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Buleleng …………………………………………………..
235
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xiv
6.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kabupaten di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Borda) …………………………….……..
264
6.2.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kota Denpasar …………….
264
6.2.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Badung ………….
274
6.2.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Gianyar ……….
281
6.2.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Tabanan ……....
289
6.2.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Bangli …………...
298
6.2.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Klungkung ……..
305
6.2.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Karangasem ….
315
6.2.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Jembrana …….
327
6.2.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Buleleng ……..
337
6.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode AHP) ……………………………………………………………….
348
6.3.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kota Denpasar ……………………………...
348
6.3.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Badung ………………………….
353
6.3.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Gianyar ………..……………….
364
6.3.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM dan Permasalahannya di Kabupaten Tabanan …………………………………………………..
373
6.3.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Bangli …………..……………….
385
6.3.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Klungkung ……………..……….
395
6.3.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Karangasem ……………………
409
6.3.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Jembrana ………………………..
418
6.3.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Buleleng ………………………..
430
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xv
6.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Bayes) …………………..
435
6.4.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di Kota Denpasar…………….
435 6.4.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Badung ………
438 6.4.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Gianyar ……
441 6.4.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM Lintas Sektoral di Kabupaten Tabanan...
445 6.4.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Bangli ………
449 6.4.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM di Kabupaten Klungkung …………………
451 6.4.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Karangasem
461 6.4.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Jembrana …
466 6.4.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM Lintas Sektor di Kabupaten Buleleng .…
471 6.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di
Provinsi Bali ……………………………………………………...
474
6.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di Provinsi Bali ...…….
496
BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN …………………... 543
7.1 Simpulan ………………………………………………………….. 543
7.2 Rekomendasi Kebijakan ………………………………………… 549
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 551
LAMPIRAN …………………………………………………………………………… 553
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1 Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan di Provinsi Bali .............. 13
3.1 Alternatif Kriteria yang Digunakan untuk Proses Penetapan KPJU Unggulan Kabupaten/Kota ……………………………………..................
34
4.1.1 Profil Penduduk Berumur 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan di Provinsi Bali, 2007-2010 ………………………………………………………………………….
42
4.1.2 Distribusi Persentase PDRB Bali Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ……………..
46
4.2.1 Distribusi UKM Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha di Provinsi Bali, Juni 2011 …………………………………………………………………....
53
4.2.2 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Ketenagakerjaan, 2010. 54
4.2.3 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari aspek Sosial-Ekonomi, 2010 55
4.2.4 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Permodalan, 2010 ……. 57
4.2.5 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Kesulitan Utama yang Dihadapi, 2010 ……………………………………………………………...
58
4.2.6 Profil UKM di Provinsi Bali yang Pernah Mengikuti Bimbingan dan Menjalin Kemitraan, 2010 ………………………………………………....
59
4.2.7 Profil Jangkauan Pemasaran UKM di Provinsi, 2010 …………………. 60
4.2.8 Ada Tidaknya Rencana UKM Provinsi Bali ke Depan, 2010 …………. 61
6.1.1a
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Denpasar Timur ……………………………….....
71
6.1.1b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Denpasar Selatan ……………………………….
75
6.1.1c
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Denpasar Barat …………………………………...
78
6.1.1d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM Kecamatan Denpasar Utara ……………………………………..
82
6.1.2a
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Petang ………………………………………….....
85
6.1.2b
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Abiansemal …………………………………….....
88
6.1.2c
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Mengwi ………………………………………….....
91
6.1.2d
Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kuta Utara ………………………………………………....
94
6.1.2e
Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kuta ………………………………………………………....
97
6.1.2f
Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kuta Selatan ………………………………………………..
100
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xvii
Nomor Judul Tabel Halaman
6.1.3a
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Gianyar ……………………………………….....
102
6.1.3b
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Payangan …………………………………………
104
6.1.3c
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Ubud ……………………………………………….
106
6.1.3d
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Sukawati ………………………………………….
108
6.1.3e
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Blahbatuh ……………………………………….....
111
6.1.3f
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tampaksiring ……………………………………...
114
6.1.3g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tegallalang …………………………………….....
116
6.1.4a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selemadeg ………………………………………..
121
6.1.4b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM Di Kecamatan Kerambitan ………………………………………..
124
6.1.4c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tabanan …………………………………………..
127
6.1.4d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Kediri …………………………………………….....
130
6.1.4e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Marga ………………………………………………
134
6.1.4f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Baturiti ……………………………………………...
138
6.1.4g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Penebel ……………………………………………
141
6.1.4h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Pupuan ………………………………………….....
145
6.1.4i Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selemadeg Barat …………………………………
148
6.1.4j Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selemadeg Timur ………………………………..
152
6.1.5a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Kintamani ……………………………………….....
156
6.1.5b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Bangli ……………………………………………...
159
6.1.5c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Susut ………………………………………………
162
6.1.5d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tembuku ……………………………………….....
164
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xviii
Nomor Judul Tabel Halaman
6.1.6a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Klungkung …………………………………………
166
6.1.6b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Dawan ……………………………………………...
171
6.1.6c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Nusa Penida ……………………………………..
176
6.1.6d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Banjarangkan………….......................................
180
6.1.7a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Kubu ………………………………………………..
184
6.1.7b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Abang ……………………………………………..
189
6.1.7c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Karangasem ……………………………………....
194
6.1.7d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM dI Kecamatan Sidemen …………………………………………..
197
6.1.7e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Manggis …………………………………………...
203
6.1.7f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Bebandem ……………………………………..…
207
6.1.7g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selat ……………………………………………....
210
6.1.7h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Rendang …………………………………………..
214
6.1.8a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Melaya ……………………………………………..
220
6.1.8b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Negara ……………………………………………..
223
6.1.8c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Jembrana ……………………………………….....
227
6.1.8d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Mendoyo ……………………………………….....
229
6.1.8e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Pekutatan …………………………………………
233
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xix
Nomor Judul Tabel Halaman
6.1.9a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Grokgak …………………………………………..
237
6.1.9b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Seririt ……………………………………………..
241
6.1.9c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Busungbiu ………………………………………..
244
6.1.9d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Banjar ……………………………………………..
247
6.1.9e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Sukasada …………………………………………
251
6.1.9f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Buleleng …………………………………………..
253
6.1.9g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Sawan …………………………………………….
257
6.1.9h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Kubutambahan ………………………………….
260
6.1.9i Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tejakula ………………………………………….
263
6.2.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kota Denpasar ………………………………………………………........
267
6.2.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Badung …………………………………………………….....
276
6.2.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU Unggulan dan Potensial di Kabupaten Gianyar ………………………………………………………
284
6.2.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Tabanan ……………………………………………………..
294
6.2.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Bangli …………………………………………………………
303
6.2.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Klungkung ………………………………………………..........
308
6.2.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial
di Kabupaten Karangasem ………………………………………………..
318
6.2.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Jembrana ………………………………………………..........
332
6.2.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU Unggulan dan Potensial di Kabupaten Buleleng ………………………………………………….........
340
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xx
Nomor Judul Tabel Halaman
6.3.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kota Denpasar 349
6.3.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Badung ……………………………………………………………………...
354
6.3.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Gianyar ………………………………………………………………………
366
6.3.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Tabanan ……………………………………………………………………..
374
6.3.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Bangli ………………………………………………………………………...
386
6.3.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Klungkung …………………………………………………………………...
398
6.3.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Karangasem …………………………………………………………………
411
6.3.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Jembrana ……………………………………………………………………
425
6.3.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Buleleng ……………………………………………………………………..
433
6.4.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kota Denpasar ………………………………………………………………
436
6.4.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Badung …………………………………………………………
438
6.4.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Gianyar …………………………………………………………
442
6.4.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Tabanan ………………………………………………………..
445
6.4.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Bangli …………………………………………………………..
450
6.4.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Klungkung ……………………………………………………...
451
6.4.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Karangsem ……………………………………………………
462
6.4.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Jembrana ………………………………………………………
466
6.4.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Buleleng ………………………………………………………..
473
6.5.1
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Provinsi Bali …………………………………………………………………………...
477
6.6.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di Provinsi Bali ……………………………………………………..
496
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xxi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
1.1 Kerangka Analisis Kebutuhan Teknologi dan Profil UKM ke Depan ……… 23
6.1 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Hotel Melati ………………... 502
6.2 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan ………………………………................................................
506
6.3 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Pengolahan (Pengawetan) Hasil Perikanan………………............................................................
509
6.4 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Perak……………................. 513
6.5 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Kopi................... 519
6.6 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Restoran/Rumah Makan....... 523
6.7 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Tenun Endek & Songket ATBM………………….. .....................................................................
527
6.8 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Industri Kerajinan Kayu…………….. 532
6.9 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Padi Sawah......... 536
6.10 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Cengkeh............... 542
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
1 Diagram Met od e Pem b ob ot an Penent uan KPJU Unggulan
m ulai d ar i Kecam at an sam p ai Provinsi
………………………………………………...
553
2 Hierarki Op erasion al Pem b ob ot an Kr it er ia d engan Met od e
AHP ………
554
3 Hierarki Operasional Pembobotan Sektor/Subsektor dengan AHP di Kabupaten/Kota ………………………………………………………………
555
4 Penentuan KPJU Unggulan UMKN ……………………………………….. 556
5 Pola Pikir Hierarki Analitik ....................................................................... 557
6 Pola Pikir Hierarki Operasional ............................................................... 558
7 Hierarki Operasional Pemilihan Alternatif Komoditas dengan AHP di Kabupaten/Kota ………………………………………………………………
559
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak diberlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 22, Tahun 1999 yang
kemudian disempurnakan atau diganti menjadi UU Nomor 32, Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah sesungguhnya sudah lebih menjamin cita-cita penegakan
prinsip-prinsip demokrasi yang menjunjung tinggi pluralitas, transparansi,
akuntabilitas, dan berbasis pada kemampuan lokal. Hakikat otonomi daerah adalah
kesempatan seluas-luasnya bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya. Artinya, tidak hanya mengandalkan dana
perimbangan pusat dan daerah, tetapi juga menggali potensi sumber-sumber
pendapatan asli daerah dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip keadilan dan
keberlanjutan.
Pembangunan di Provinsi Bali didasarkan pada bidang ekonomi dengan titik
berat pada sektor pertanian dalam arti luas untuk melanjutkan usaha-usaha
memantapkan swasembada pangan dan pengembangan sektor pariwisata dengan
karakter kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu. Di samping itu, juga sektor
industri kecil dan kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor
pariwisata. Kebijakan prioritas tiga sektor ini dapat digolongkan ke dalam
pertumbuhan seimbang, yakni ada keterkaitan penawaran dan permintaan antara
satu sektor dengan sektor lainnya atau pengembangan sektor-sektor itu dapat
menciptakan permintaan mereka sendiri. Artinya, upaya mengembangkan sektor
pariwisata di Bali akan mampu menciptakan pasar bagi produk-produk pertanian dan
industri kecil/kerajinan. Di pihak lain, pengembangan pertanian dan industri kecil
dalam waktu bersamaan dapat menunjang pengembangan sektor pariwisata. Hal itu
terjadi karena hasil pembangunan kedua sektor ini berupa produk-produk pangan
dan nonpangan dapat menunjang keberlanjutan pariwisata.
Struktur perekonomian Bali mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan
dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Pilar-pilar ekonomi yang dibangun lewat
keunggulan industri pariwisata sebagai sektor pemimpin (leading sector) telah
membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktivitas ekonomi serta
pengembangan etos kerja masyarakat. Dimensi itu tergambar dari meluasnya
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 2
kesempatan kerja, tingginya peluang tingkat pendapatan masyarakat, luasnya
jaringan kerja yang meliputi batas-batas lokal sampai dengan tingkat nasional,
bahkan ke tingkat internasional. Dukungan industri pariwisata yang sangat besar itu
telah meyebabkan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung, seperti
perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa
memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB Provinsi
Bali.
Semenjak terjadinya krisis ekonomi hingga beberapa tahun terakhir ini hampir
semua bank gencar menggarap sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hal itu dilakukan karena telah diakui bersama bahwa sektor inilah yang paling tahan
terhadap badai krisis ekonomi yang memporakporandakan perekonomian nasional
dengan menelan “korban” berbagai kalangan, baik sektor perbankan, perdagangan,
maupun jasa. Beberapa bank dilikuidasi, perdagangan mandek, produksi industri
terhenti, PHK terjadi di mana-mana, banyak L/C Indonesia tidak dipercaya di luar
negeri, dan beberapa pejabat bertumbangan. Namun, justru sektor UMKM dapat
bertahan, bahkan mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini disebabkan,
antara lain oleh UMKM bergerak hampir di semua sektor ekonomi. Pertanian,
perdagangan eceran, industri rumah tangga, jasa-jasa, arisan RT, simpan pinjam
kelompok, dan sebagainya semua berjalan biasa. Populasinya juga bersifat massal
dan tersebar sehingga dapat menjadi penyedia barang dan jasa yang terjangkau
bagi konsumen bawah karena jaringan distribusinya luas. Kegiatan UMKM umumnya
hanya menggunakan teknologi sederhana, sehingga mudah menyesuaikan iklim dan
lingkungan di mana usahanya berada. Dari sisi pembiayaan, modal UMKM biasanya
relatif kecil sehingga penyaluran kredit UMKM dapat lebih merata, yang sekaligus
menjadi strategi dari penyebaran risiko kredit.
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional
memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari
berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam
perekonomian Indonesia, khususnya data dari Kementerian Negara Koperasi dan
UKM tahun 2008. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap
sektor ekonomi yang tercatat sebanyak 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit
usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit
investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila
dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 3
menyerap 97,04% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM
dalam pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 55,56% dari total PDB.
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank
Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (demand side) dan dari sisi
penawaran (supply side). Kebijakan demand side adalah kebijakan yang diarahkan
untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas dan kapabilitasnya
sehingga mampu dijangkau oleh perbankan (bankable). Kebijakan ini meliputi
penelitian, pelatihan, penyediaan informasi, dan kerja sama BI dengan lembaga
internasional dan pemerintah. Kebijakan supply side adalah kebijakan yang
difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk membantu bank dalam
menyalurkan kredit kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan,
penguatan kelembagaan, dan penyediaan dana secara tidak langsung melalui
penerbitan SUP No.005 dan dana relending.
Salah satu kebijakan pemberdayaan UMKM dari sisi penawaran adalah
penelitian. Penelitian dimaksud adalah dalam rangka pemberian informasi yang
dapat digunakan untuk mendorong UMKM. Dari hasil penelitian diharapkan akan
dapat diberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada
pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang
berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Salah satu bentuk perwujudan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia sejak
lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS).Penelitian
ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara
pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam perkembangannya,
sejak tahun 2006 penelitian BLS lebih diarahkan kepada penelitian pengembangan
potensi ekonomi daerah yang memberikan informasi kepada stakeholders mengenai
komoditas/produk/jJenis usaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan
daerah yang dapat dikembangkan. Penelitian ini akan tetap difokuskan terhadap
UMKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah.
Data dan informasi dalam Penelitian Pengembangan KPJU Unggulan UMKM
meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan pemerintah, baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi daerah dalam
rangka pengembangan UMKM. Sementara aspek mikro meliputi kondisi dan potensi
UMKM. Hasil penelitian tersebut akan didesiminasikan dalam website Sistem
Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 4
Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat
www.bi.go.id. Saat ini SI-PUK terdiri atas Sistem Informasi BLS (SIB) yang meliputi
31 provinsi, Sistem Informasi Agroindustri Berorientasi Ekspor (SIABE) yang meliputi
31 provinsi dan 16 komoditas agroindustri serta komoditi nonagroindustri, Sistem
Informasi Prosedur Memperoleh Kredit (SI-PMK), Sistem Informasi Pola
Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil (SI-LMUK) meliputi 112 komoditas, baik
pembiayaan secara konvensional maupun syariah, serta Sistem Penunjang
Keputusan Untuk Investasi (SPKUI) yang dapat digunakan untuk simulasi
perhitungan interaktif kelayakan suatu usaha.
Pada Penelitian Pengembangan Komoditas Unggulan UMKM ini terdapat
perubahan yang cukup mendasar dalam penetapan Daftar Skala Prioritas. Semula
penetapan menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi, dan data primer
responden UMKM pada suatu KPJU di suatu kecamatan. Namun, dengan metode
tersebut hanya dapat diperoleh kelompok daftar KPJU Sangat Potensial (SP),
Potensial (P), dan Kurang Potensial (KP) tanpa dapat diperoleh informasi urutan
atau ranking KPJU di tiap-tiap kelompok. Dengan demikian, sangat sulit untuk
menentukan KPJU apa yang paling unggul atau terunggul pada tiap-tiap kelompok
karena KPJU dalam suatu kelompok dianggap sama, yakni SP, atau P, atau SP.
Dalam rangka mengeliminasi kelemahan tersebut, selanjutnya metode penetapan
KPJU unggulan daerah diubah menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process
(AHP) yang dimodifikasi atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini
juga menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda, dan
Metode Bayes dalarn menetapkan KPJU unggulan kecamatan, kabupaten/kota, dan
provinsi. AHP adalah suatu alat analisis yang didukung oleh pendekatan matematika
sederhana, yang dapat digunakan untuk memecahkan perrnasalahan 'decision
making', seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004).
Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap kabupaten/kota di suatu provinsi
diharapkan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan
cocok untuk dikembangkan. Unggulan dapat dilihat dari beberapa perspektif, yakni
sebagai berikut.
a. Perspektif Product Lite Cycle (PLC)
KPJU disebut unggulan dengan melihat tahap kematangan KPJU. Apakah KPJU
dalam tahap mature karena saat ini unggul dibandingkan dengan KPJU yang lain
(meskipun kemungkinan besar akan mengalami decline setelah melewati fase
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 5
mature) atau saat ini tidak terlalu unggul, tetapi berpotensi besar unggul pada
masa depan (fase growth). Hal ini akan menimbulkan konsekuensi pada
perspektif strategi pengembangan. Contoh untuk hotel, apakah pemilihan KPJU
Unggulan tersebut bertujuan untuk business development (mengembangkan
yang sudah ada/intensif) atau memperbanyak usaha yang bergerak dalam KPJU
(ekstensif).
b. Perspektif Tujuan
Dalam perspektif ini penentuan KPJU unggulan dengan mempertimbangkan
tindak lanjut atau tujuan atau target yang ingin dicapai, misalnya meyakinkan
investor untuk menanamkan uangnya di bisnis KPJU unggulan yang terpilih
dengan jaminan return yang cepat atau untuk memberikan stimulasi bagi usaha
lemah, tetapi berpotensi unggul pada masa datang.
c. Perspektif Keberpihakan
Pemilihan KPJU unggulan dengan melibatkan unsur keberpihakan, misalnya
keberpihakan pada pengusaha lokal.
d. Perspektif Skenario Kebijakan
Disebut unggulan, apakah karena dilihat dari kondisi ·saat ini (existing) KPJU
unggul dibandingkan dengan yang lain tanpa melihat ada kontradiksi dengan
skenario kebijakan pemerintah normatif. Contoh kasus: show room mobil bekas
dengan wacana skenario kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan usia
kendaraan.
Dengan melihat perspektif di atas, diharapkan program akan menjadi lebih
fokus. Dengan demikian, Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan kebijakan
ekonomi melalui pengernbangan KPJU unggulan di suatu kabupaten/kota sebagai
upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah.Pada
akhirnya, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
Sesuai dengan hasil Lokakarya Nasional Pengembangan UKM pada tanggal
24 Agustus 2005 di Jakarta yang dihadiri oleh Pimpinan Bank Indonesia, Kepala
Kantor Perwakilan, dan pejabat Satuan Kerja terkait di Kantor Pusat, telah
disepakati bahwa mulai tahun 2006 pelaksanaan Penelitian Pengembangan KPJU
Unggulan UMKM diserahkan kepada Kantor Bank Indonesia (KBI) di tingkat
provinsi. Selanjutnya, penelitian dalam rangka pembaruan data dan informasi
penelitian tersebut menjadi tugas dan wewenang KBI provinsi. Hal ini merupakan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 6
upaya untuk mewujudkan Destination Statement peran KBI, yakni sebagai Advisor
Pemda dan penyedia data dan informasi di daerah.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha
Unggupan UMKM di Provinsi Bali adalah sebagai berikut.
(1) Mengenal dan memahami hal-hal berikut.
a. Profil daerah, meliputi kondisi geografis, demografi, perekonomian, dan
potensi sumberdaya.
b. Profil UMKM di wilayah/provinsi penelitian termasuk faktor pendorong dan
penghambat dalam pengembangan UMKM.
c. Kebijakan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
(Daerah Tingkat I dan II) yang terkait dengan pengembangan UMKM.
d. Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM.
(2) Menggali informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk
dikembangkan di suatu provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam rangka:
a. mendukung pembangunan ekonomi daerah;
b. penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta
c. peningkatan daya saing produk.
(3) Menggali informasi dan mengidentifikasi permasalahan tiap-tiap KPJU unggulan
lintas sektoral di tiap-tiap kabupaten/kota. Misalnya, mengenai bahan baku,
tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga, dan
lokasi (kecamatan).
(4) Menggali informasi tentang KPJU potensial, yakni KPJU yang saat ini belum
menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi untuk menjadi unggul pada masa
datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu.
(5) Merumuskan rekomendasi berupa hal-hal di bawah ini.
a. KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di tiap-tiap kabupaten/ kota,
dan peranan perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan.
b. Kebijakan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali yang dikaitkan pula
dengan kebijakan Pemerintah Pusat dalam rangka pengembanqan KPJU
unggulan UMKM.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 7
1.3 Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
(1) Secara praktis, hasil penelitian ini sebagai bahan rekomendasi kepada pihak-
pihak yang berwenang, seperti Bank Indonesia, Bank Umum, dan Pemerintah
Daerah (Kabupaten atau Provinsi) dalam rangka memberdayakan UMKM di tiap-
tiap kabupaten melalui pengembangan KPJU unggulan ‘UMKM’
(2) Secara teoretis, hasil penelitian ini sebagai referensi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, seperti mahasiswa, akademika, dan investor, yang dapat
membantu mereka mengenal lebih jauh dan lebih dalam tentang komoditas/
produk/jenis usaha (KPJU) unggulan ‘UMKM’ pada tingkat kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
(1) Penelitian pengembangan KPJU unggulan UMKM dilaksanakan untuk
mengidentifikasi dan menetapkan KPJU pada UMKM yang dikategorikan sebagai
unggulan daerah pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
(2) Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai hal-hal di bawah
ini.
a. Profil daerah untuk provinsi dan untuk tiap-tiap kabupaten/kota, antara lain
meliputi struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi sumber daya, dan
aspek lainnya yang terkait.
b. Profil UMKM di provinsi dan di tiap-tiap kabupaten/kota, termasuk potensi,
peluang, serta faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan
UMKM.
c. Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM
dan KPJU unggulan.
d. Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya KPJU
unggulan UMKM di wilayah penelitian, antara lain berupa data kredit UMKM
sampai dengan tingkat kabupaten/kota.
e. Penetapan KPJU unggulan UMKM untuk tiap-tiap subsektor/sektor dan atau
lintas sektoral di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota, dan
provinsi).
f. Informasi atau permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 8
KPJU di tiap-tiap kabupaten/kota.
g. PJU potensial yang dapat dikembangkan untuk rnenjadi KPJU unggulan
h. Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam
pengembangan KPJU unggulan UMKM.
(3) KPJU yang diidentifikasi adalah sampai dengan nama KPJU akhir.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 9
BAB II
TINJAUAN TEORETIK DAN EMPIRIK
2.1 Komoditas Andalan dan Unggulan
Tiap-tiap ahli, pakar, instansi, ataupun departemen merumuskan definisi yang
berbeda-beda menyangkut komoditas andalan dan unggulan. Hal ini pun diakui oleh
Menteri Perdagangan, Pangestu (2007) bahwa "komoditas unggulan" yang begitu
berbeda dengan pengertian banyak departemen teknis dan analis. Bahkan,
Pangestu mensinyalir “komoditas unggulan” dikaitkan-kaitkan dengan permainan
ekonomi politik oleh masyarakat awam, konon para birokrat, dan asosiasi dengan
strategi rent-seeking-nya.
Secara prinsip, tidak ada perbedaan antara komoditas andalan dan komoditas
unggulan. Namun, antara keduanya dapat diberi definisi sedikit berbeda. Komoditas
andalan adalah sejumlah komoditas yang telah dkembangkan di suatu wilayah
berdasarkan kesesuaian agroekologi (tanah dan iklim) serta menjadi sumber
pendapatan utama petani setempat. Sebaliknya, komoditas unggulan adalah
beberapa komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan/
dikembangkan pada suatu wilayah, mempunyai prospek pasar, mampu
meningkatkan pendapatan petani dan keluarga, mempunyai potensi sumber daya
lahan yang cukup luas, memiliki sifat-sifat genetik unggul dan karakteristik lainnya,
antara lain rasa, aroma, dan bentuk (Anonim, 1999; Anonim, 2000). Menurut
Papilaya (dalam Admin, 2006), dari sisi permintaan komoditas unggulan adalah
komoditas yang dapat menggerakkan permintaan pasar cukup tinggi baik terhadap
pasar domestik maupun pasar mancanegara. Sebaliknya, dari sisi penawaran,
komoditas unggulan adalah komoditas yang dapat menggerakkan penyediaan/
penawaran yang tinggi atas komoditas tersebut. Kriteria penentuan komoditas
unggulan itu sendiri adalah komoditas yang mempunyai prospek pasar, memiliki
sumber daya alam yang cukup, dan sifat-sifat unggul lainnya, seperti luas areal dan
kemudahan pengembangannya. Terkait dengan prospek pasar ekspor bagi
komoditas unggulan, beberapa waktu lalu pemerintah Maluku berkunjung ke luar
negeri untuk menjajaki peluang ekspor komoditas dari Maluku. Salah satu hasil
konkretnya, yaitu sekarang sudah ada UNIDO di Passo Ambon yang masih terus
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 10
mencari peluang pasar untuk komoditas sagu, minyak kayu putih, bamboo, dan
lainnya.
Untuk menyamakan persepsi mengenai komoditas unggulan khususnya
mengenai pengertian dan kriterianya diperlukan metode yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam menetapkan komoditas unggulan di setiap provinsi di KTI.
Pengertian umum komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu (1) sisi
permintaan (demand driven) dan (2) sisi penawaran (supply driven). Dari sisi
permintaan, komoditas unggulan dapat diartikan bahwa komoditas unggulan
merupakan sektor/komoditas yang dapat menggerakkan permintaan pasar yang
cukup tinggi, baik terhadap pasar domestik maupun mancanegara. Sebaliknya, dari
sisi penawaran, sektor/komoditas unggulan dapat diartikan sebagai sektor/komoditas
yang dapat menggerakkan penyediaan/penawaran yang tinggi atas sektor/komoditas
tersebut. Dengan demikian, sektor/komoditas unggulan adalah sektor/komoditas
yang mempunyai permintaan pasar tinggi dan mempunyai kemampuan untuk
menyediakannya dalam jumlah yang banyak.
Di sisi lain, komoditas unggulan dapat dikenal pula melalui klasifikasi
komoditas yang dikembangkan oleh daerah, yaitu (1) komoditas unggulan, (2)
komoditas andalan, dan (3) komoditas binaan/penunjang. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan komoditas unggulan adalah komoditas yang paling
menguntungkan untuk dikembangkan. Penentuan komoditas unggulan ini dilakukan
dengan mempertimbangkan criteria (a) mempunyai prospek pasar, (b) sumber daya
alam yang cukup, serta (c) sifat-sifat unggul lainnya, seperti luas areal dan
kemudahan pengembangannya.
Berdasarkan berbagai pengertian dan konsepsi komoditas unggulan
sebagaimana diuraikan di atas, maka pengertian yang perlu disepakati untuk
penetapan komoditas unggulan di provinsi se-KTI adalah sebagai berikut.
1. Komoditas unggulan adalah komoditas yang diprioritaskan pengembangannya
oleh pemerintah daerah untuk mendukung tujuan pembangunan daerah;
2. Komoditas unggulan adalah komoditas yang mempunyai prospek pasar dan ada
permintaan pasarnya, yang cocok dibudidayakan oleh masyarakat setempat
karena kesesuaian sumber daya, budaya, dan teknologi.
Sehubungan dengan penentuan sektor/komoditas unggulan daerah-daerah
yang ada di KTI, maka Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur
Indonesia bersama Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 11
sejak 22 September sampai dengan 4 Oktober 2004 melakukan koordinasi dengan
15 provinsi di KTI. Penetapan sektor/komoditas unggulan ini dilakukan pada tingkat
provinsi dan diharapkan hasilnya dapat mewakili dan menjadi komitmen bersama
seluruh kabupaten/kota yang ada di bawahnya. Penyusunan dokumen
sektor/komoditas unggulan untuk setiap provinsi di Kawasan Timur Indonesia ini
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu referensi bagi para pihak (stake holder)
dalam pembangunan KTI melalui pengembangan sektor/komoditas yang
diunggulkan oleh tiap-tiap provinsinya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
20, Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja.
Penentuan komoditas unggulan daerah merupakan salah satu faktor kunci
pengembangan ekonomi daerah. Tidak semua daerah sukses dalam
mengembangkan komoditas unggulan di daerahnya. Ada perbedaan antara metode
penentuan komoditas unggulan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/
kota dengan yang ditetapkan oleh perbankan. Penentuan komoditas unggulan oleh
Pemkab/Pemkot menggunakan beberapa kriteria, yaitu (i) produk khas (misalnya
salak pondoh, tempat wisata); (ii) jumlah usaha (gula aren, gerabah, kulit); (iii)
banyak menyerap tenaga kerja; dan (iv) bias terhadap instansi/dinas yang ada.
Berdasarkan empat kriteria tersebut, komoditas dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu prioritas tinggi (PT), prioritas sedang (PS), dan prioritas rendah (PR)
(Sugiyanto, 2007). Namun, Bank Indonesia menggunakan metode lain untuk
menentukan komoditas unggulan dalam survei potensi dasar (Baseline Survey),
yang ditinjau dari lima aspek, yaitu (i) aspek pasar dan pemasaran; (ii) aspek teknis
dan produksi; (iii) aspek sosial ekonomi dan lingkungan; (iv) aspek manajemen dan
legalitasi, dan (v) aspek keuangan.
Namun, perlu diingat bahwa suatu komoditas unggulan di suatu wilayah
belum tentu menjadi unggul secara terus-menerus. Karena perubahan-perubahan
permintaan, pendapatan masyarakat, selera, dan harga input-output, mungkin
komoditas yang pernah unggul di suatu wilayah dalam suatu tahun tertentu menjadi
tidak unggul lagi dan mungkin muncul komoditas primadona yang menjadi komoditas
unggulan baru. Oleh karena itu, komoditas unggulan akan berubah seiring dengan
adanya perubahan faktor-faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang tidak dikuasai oleh
petani atau pengusaha, seperti perubahan permintaan yang akan mempengaruhi
pasar dan keuntungan, dan harga-harga input-output yang mempengaruhi
pendapatan/ keuntungan yang diperoleh petani/pengusaha.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 12
2.2 Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan di Provinsi Bali
Berdasarkan definisi sebelumnya, diketahui bahwa komoditas unggulan
sesungguhnya adalah komoditas andalan yang memiliki potensi dikembangkan dan
prospek pasar yang cerah. Di samping itu, jika dikembangkan, dapat menjadi sumber
pendapatan bagi petani/pengusaha dan sekaligus menjadi penggerak perekonomian
wilayah. Namun, dalam memilih satu dari beberapa jenis komoditas andalan menjadi
komoditas unggulan, Anonim (1999) menggunakan beberapa kriteria, yaitu sebagai
berikut.
a. Nilai perdagangan dengan bobot 3. Dalam konsep agribisnis ada teori ”berawal
dari pasar dan berakhir juga pada pasar”. Komoditas tidak ada artinya bila tidak
mempunyai nilai pasar. Unsur-unsur dalam nilai perdagangan yang perlu
diperhatikan, antara lain nilai total perdagangan, daya serap pasar, daya saing
komoditas di kelompoknya, andil dalam perdagangan antarpulau dan ekspor.
Makin besar nilai perdagangan suatu komoditas akan mendapat skor makin
besar.
b. Produksi dengan bobot 2. Kita tidak bisa membandingkan jumlah produksi
komoditas A dengan komoditas B untuk menentukan komoditas unggulan. Oleh
karena itu, produksi ini bisa dibandingkan dengan pangsa produksi daerah lain
(nasional). Kadang-kadang berawal dari produksi, suatu komoditas mempunyai
nilai perdagangan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
produksi, antara lain pengembangan telah sesuai dengan agroekosistem, jumlah
produksi, luas areal/populasi, dan daya produktivitas.
c. Keuntungan/pendapatan per hektare dengan bobot 4. Hilir suatu usaha tani
adalah kesejahteraan petani. Untuk itu, dalam pengembangan komoditas yang
perlu diperhatikan, antara lain biaya produksi per hektare, keuntungan per
hektare, B/C ratio, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.
d. Spesifik genetik unggul dengan bobot 1. Umumnya komoditas-komoditas unggul
mempunyai sifat genetik unggul yang tidak dipunyai oleh komoditas lainnya yang
sejenis. Di samping itu, juga unggul lokasi yang tidak ada di daerah lain walaupun
sebenarnya sifat-sifat ini telah terakomodasi dalam bentuk produksi komoditas
atau terakomodasi dalam sistem pasar (karena telah disenangi konsumen).
Keunggulan ini terwujud, antara lain dalam hal murah, kemudahan/kontinuitas,
kualitas, rasa, bau, bentuk, ketahanan, produktivitas, dan aroma.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 13
Berdasarkan kriteria dari berbagai unsur dengan bobot masing-masing, maka
Anonim (1999) merumuskan komoditas-komoditas unggulan di setiap kabupaten
seperti disajikan pada Tabel 1. Pada tabel yang sama tampak bahwa komoditias-
komoditas unggulan di setiap kabupaten umumnya adalah komoditas tradisional
yang telah diusahakan oleh masyarakat secara turun-temurun, sesuai dengan
agroekosistem setempat, teknik budi daya yang telah dikuasai, dan memiliki prospek
pasar. Namun, perlu diingat bahwa suatu komoditas unggulan di suatu wilayah
belum tentu menjadi unggul secara terus-menerus. Karena perubahan-perubahan
permintaan, pendapatan masyarakat, selera, dan harga input-output, mungkin
komoditas yang pernah unggul di suatu wilayah dalam suatu tahun tertentu menjadi
tidak unggul lagi dan mungkin muncul komoditas primadona yang menjadi komoditas
unggulan baru. Oleh karena itu, komoditas unggulan akan berubah seiring dengan
adanya perubahan faktor-faktor eksternal, yakni faktor-faktor yang tidak dikuasai oleh
petani atau pengusaha, seperti perubahan permintaan yang akan mempengaruhi
pasar dan keuntungan serta harga-harga input-output yang mempengaruhi
pendapatan/keuntungan yang diperoleh petani/pengusaha.
Komoditas unggulan seperti disajikan pada Tabel 2.1 adalah unggulan tahun
2009, mungkin saja sekarang tahun 2011 karena banyak sebab, mungkin tidak lagi
menjadi unggulan yang digantikan oleh komoditas lainnya. Oleh karena itu, suatu
komoditas tidak selamanya menjadi unggulan karena banyak sebab akhirnya
menjadi tidak unggul lagi. Misal, udang galah di Kabupaten Gianyar, tahun 2011
tidak menjadi komoditas unggulan lagi karena serangan penyakit dan pasar yang
kurang baik, sehingga pengusaha tidak lagi mengusahakan komoditas tersebut.
Tabel 2.1 Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan di Provinsi Bali
No Kabupaten/Kota Komoditas Unggulan
1 Karangasem Salak
2 Klungkung Sapi Bali
3 Bangli Kopi Arabika
4 Gianyar Udang Galah
5 Badung Babi
6 Tabanan Manggis
7 Buleleng Mangga
8 Jembrana Ikan Lemuru
9 Denpasar Ikan Tuna Sumber: Anonim (1999)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 14
2.3 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pembahasan tentang profil usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
dibatasi hanya pada UKM yang tidak berbadan hukum. Jenis usaha ini sangat
relevan dengan pengembangan ekonomi kerakyatan yang terdesentralisasi, tetapi
tetap mampu bersaing, baik di pasar lokal maupun pasar internasional.
2.3.1 Jenis Usaha, Omzet, dan Pekerja
Jenis usaha yang termasuk ke dalam UMKM terdiri atas (1) pertambangan
rakyat dan penggalian; (2) industri kecil dan kerajinan rumah tangga; (3) listrik non-
PLN, (4) konstruksi; (5) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan jasa
komunikasi; (6) angkutan dan komunikasi; (7) lembaga keuangan; serta (8) real
estate dan persewaan.
Secara keseluruhan jumlah usaha kecil dan menengah meningkat dari sekitar
1.411 juta buah tahun 1998 menjadi 1.452 juta buah tahun 1999 atau terjadi
peningkatan sekitar 2,92%. Keadaan ini mencerminkan bahwa sektor ekonomi ini
menjadi salah satu pilihan sebagai bidang usaha yang cukup menguntungkan dan
relatif tahan terhadap tekanan selama krisis ekonomi. Peningkatan jumlah usaha
terjadi pada jenis usaha (1) industri kecil dan kerajinan rumah tangga; (2)
perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan jasa akomodasi; (3) angkutan dan
komunikasi, serta real estate dan persewaan. Sebaliknya, jenis usaha lainnya
mengalami penurunan terutama (1) pertambangan rakyat dan penggalian; (2) listrik
non-PLN; dan (3) lembaga keuangan.
Peningkatan jumlah UKM terjadi masing-masing di wilayah Jawa dan Bali
yakni sekitar 5.85% diikuti oleh wilayah Kalimantan dan Sulawesi masing-masing
meningkat sekitar 5,77% dan 2,32%. Sebaliknya, di wilayah lain jumlah UKM
menurun cukup tajam terutama di wilayah Maluku dan Irian Jaya, yakni sekitar
69.07% (BPS, 1998; BPS, 1999).
Sejalan dengan peningkatan jumlah UKM, secara keseluruhan jumlah pekerja
yang terserap pada jenis usaha ini juga meningkat sekitar 2,47% dalam periode yang
sama. Peningkatan penyerapan tenaga kerja yang cukup tajam terjadi pada industri
dan kerajinan rumah tangga, yakni 15,35%, begitu pula angkutan dan komunikasi.
Sebaliknya, penurunan jumlah pekerja yang cukup drastis terjadi pada usaha
konstruksi dan lembaga keuangan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 15
Peningkatan penyerapan tenaga kerja cukup tinggi terjadi di wilayah
Kalimantan, yaitu sekitar 10,32% pada periode 1998--1999. Sebaliknya, di wilayah
Jawa dan Bali serta Sulawesi terjadi peningkatan masing-masing 5,25% dan 3,28%
pada periode yang sama (BPS, 1998; BPS, 1999). Keadaan ini mencerminkan
bahwa selama krisis sektor ini berperan cukup besar dalam menyerap tenaga kerja
yang jumlahnya terus meningkat. Indikator ini menunjukkan bahwa UKM relatif lebih
stabil dalam menghadapi tekanan yang disebabkan oleh krisis ekonomi. Potensi ini
harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk membangun basis ekonomi
berkerakyatan yang kokoh.
Distribusi UKM antarwilayah mencerminkan bahwa jenis usaha ini masih
terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali, yaitu sekitar 9.586 juta atau 68,6% dari total
UKM dan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 17,31 juta pada tahun 1998.
Bahkan, pada tahun 1999, jumlah UKM di wilayah ini meningkat menjadi sekitar
10,15 juta dengan tenaga kerja sekitar 18,232 juta. Namun, secara nasional rasio
antara pekerja dan usaha masih relatif kecil, yaitu hanya sekitar 1,85 pada tahun
1998 dan 1,84 pada 1999 (BPS, 1998; BPS, 1999). Ini mencerminkan skala usaha
secara rata-rata masih relatif kecil karena hanya mempekerjakan antara 1--2 tenaga
kerja. Namun, usaha kecil menengah ini telah terbukti yang paling survive selama
krisis ekonomi.
Masih tetap sejalan dengan perkembangan UKM dan penyerapan tenaga
kerja yang meningkat cukup berarti, besarnya omzet yang berputar pun secara
umum meningkat cukup tajam, yakni sekitar 14,33% dalam periode 1998--1999.
Kecuali di wilayah Maluku dan Irian Jaya, omzet dari UKM di wilayah lainnya
meningkat cukup signifikan. Peningkatan yang cukup tinggi terjadi di wilayah Jawa
dan Bali serta Kalimantan, yaitu masing-masing sekitar 17,83% dan 26,15% dalam
periode yang sama. Bila dilihat dari tiap-tiap jenis usaha, usaha konstruksi walaupun
jumlahnya berkurang, perputaran omzetnya meningkat sangat tajam, yaitu sekitar
112,02% (BPS, 1998; BPS, 1999).
2.3.2 Nilai Produksi Bruto dan Pendapatan
Nilai produksi bruto dari UKM secara nasional meningkat sekitar 14,33% pada
tahun 1999 dibandingkan dengan 1998. Pada periode yang sama, biaya antara pun
meningkat sekitar 13,63% dan yang cukup menggembirakan adalah pembayaran
upah dan gaji meningkat sekitar 26,71%. Ini mencerminkan bahwa sekalipun biaya
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 16
antara dan upah serta gaji meningkat cukup substansial, nilai produksi bruto masih
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Kecuali wilayah Maluku dan Irian
Jaya, seluruh upah dan gaji di wilayah lain meningkat mulai dari sekitar 11,17% di
Sulawesi dan Kalimantan sampai pada yang tertinggi, yaitu dengan peningkatan
sebesar 40,29%.
Di sisi lain, jumlah tenaga kerja yang dibayar dan yang tidak dibayar juga
meningkat masing-masing sebesar 2,34% dan 2,51%. Secara agregat jumlah
pekerja meningkat sekitar 2,47%. Penurunan jumlah tenaga kerja yang
menggantungkan hidupnya pada usaha kecil menengah terjadi di wilayah Maluku
dan Irian Jaya (BPS, 1998; BPS, 1999). Keadaan ini diperkirakan terjadi sebagai
dampak kerusuhan yang terjadi di wilayah ini sampai sekarang belum terpecahkan
secara tuntas.
Berdasarkan sisi pendapatan, UKM dikelompokkan menjadi delapan kelas
pendapatan, yaitu dari paling rendah < Rp 9 juta sampai dengan yang tertinggi > Rp
500 juta per tahun (BPS, 1998; BPS, 1999). Seluruh kelas pendapatan dari UKM
mengalami peningkatan penerimaan pada tahun 1999 dibandingkan dengan 1998
kecuali kelas pendapatan > Rp 500 juta per tahun. UKM dengan kelas pendapatan
yang terakhir ini mengalami penurunan pendapatan yang cukup tajam, yaitu sekitar
53,76% dalam periode yang sama. Kondisi ini menunjukkan lagi bahwa kelompok
usaha kecil menengah relatif lebih kuat bertahan terhadap tekanan krisis ekonomi.
2.3.3 Permodalan
Modal usaha UKM terdiri atas empat sumber, yaitu (1) milik sendiri, (2)
sebagian dari pihak lain, (3) seluruhnya dari pihak lain, dan (4) sumber lainnya.
Secara agregat, kemampuan permodalan UKM sebagian besar mengandalkan
modal sendiri. Pada tahun 1998, misalnya, dari sekitar 14,10 juta UKM ternyata
sekitar 11,80 juta mengandalkan modal sendiri dan jumlah UKM ini kemudian
meningkat menjadi sekitar 11,88 juta dari sekitar 14,52 juta UKM pada tahun 1999
atau terjadi peningkatan 0,71%. Sebaliknya, jumlah UKM yang mengandalkan
sebagian modalnya dari pihak lain juga meningkat cukup tajam, yaitu sekitar 18,88%
dalam periode yang sama. Di sisi lain jumlah UKM yang sepenuhnya tergantung
pada sumber modal dari pihak lain dan lainnya juga meningkat dengan cukup berarti,
yaitu masing-masing 6,35% dan 9,82% (BPS, 1998; BPS, 1999).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 17
Kecuali di wilayah Sumatra, Maluku, dan Irian Jaya, jumlah UKM yang
mengandalkan modal sendiri dalam usahanya mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, yaitu masing-masing 2,75% di wilayah Jawa dan Bali, Nusa Tenggara
3,56%, Kalimantan 3,89%, dan di wilayah Sulawesi sebesar 3,56% dalam periode
1998--1999. Jadi, jumlah UKM yang mendapat sumber permodalan, baik milik
sendiri, sebagian dari pihak lain, maupun seluruhnya dari pihak lain atupun dari
sumber lainnya menurun sangat tajam. Disamping itu, secara total jumlah UKM
dilihat dari aspek permodalan menurun sekitar 67,29% dalam periode yang sama.
Masih terkait dengan aspek permodalan, asal modal pinjaman UKM, antara
lain bank, koperasi, lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, keluarga/famili,
dan perorangan. Dilihat dari jumlah UKM yang ada, unit usaha yang memperoleh
pinjaman dari bank masih sedikit. Pada tahun 1998, misalnya, dari 14,10 juta UKM,
hanya 480.239 UKM yang mendapat pinjaman dari bank. Jumlah tersebut sedikit
meningkat pada tahun 1999, yakni 619.655 UKM dari jumlah 14,520 juta UKM pada
tahun 1999 atau meningkat sekitar 29,03% dibandingkan dengan 1998 (BPS, 1998;
BPS, 1999). Dalam hal ini, peranan bank, baik pemerintah maupun swasta, relatif
kecil dalam mendorong pengembangan usaha kecil menengah. Karena usaha skala
seperti ini cukup tangguh menghadapi krisis, maka tidak ada alasan bagi sektor
perbankan untuk tidak memberikan prioritas yang lebih besar pada UKM.
Namun, patut menjadi catatan bagi pengembangan UKM ke depan bahwa
jumlah UKM yang tidak memanfaatkan pinjaman masih sangat besar, baik pada
tahun 1998 maupun 1999, yaitu masing-masing sekitar 11,96 juta dan 12,056 juta.
Sebaliknya, jumlah UKM yang sudah memanfaatkan pinjaman dari berbagai sumber
masing-masing hanya sekitar 2,142 juta UKM pada tahun 1998 dan sekitar 2,464
juta pada 1999 walaupun telah terjadi peningkatan sekitar 15,01%.
Berdasarkan total 2,142 juta UKM yang pernah memanfaatkan pinjaman pada
tahun 1998, tampaknya sumber pinjaman dari keluarga, perorangan, dan sumber
lainnya lebih disukai dengan jumlah masing-masing 427.329 UKM, 654.151 UKM,
dan 579707 UKM, sedangkan UKM yang memanfaatkan dari sumber lainnya
termasuk bank masih rendah. Pada tahun 1999 jumlah UKM yang memanfaatkan
pinjaman dari bank cukup meningkat, yaitu sekitar 22,40% dibandingkan dengan
1998 (BPS, 1998; BPS, 1999). Namun, ketiga sumber utama permodalan UKM di
atas tetap menjadi andalan mereka.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 18
Secara umum jumlah UKM yang memanfaatkan berbagai sumber modal tetap
terbesar adalah di wilayah Jawa dan Bali, baik dari bank maupun dari sumber modal
lainnya termasuk keluarga dan perorangan. Sebaliknya, di wilayah lain jumlahnya
tidak banyak, bahkan di wilayah Maluku dan Irja rata-rata jumlah UKM yang
memanfaatkan modal pinjaman utama menurun cukup tajam.
Berbagai alasan yang dikemukakan oleh kelompok usaha kecil menengah
untuk tidak meminjam modal usaha dari bank, antara lain (1) tidak tahu prosedur, (2)
prosedur sulit, (3) tidak ada agunan, (4) suku bunga tinggi, (5) tidak berminat, dan (6)
proposal untuk memperoleh pinjaman ditolak. Kelompok UKM yang tidak meminjam
dari bank dengan alasan tidak berminat jumlahnya cukup besar, yaitu 1,031 juta
UKM pada tahun 1998 dan menurun tajam menjadi 627.406 UKM pada 1999.
Sungguh sulit untuk dijelaskan mengapa jumlah UKM yang tidak berminat untuk
mendapatkan pinjaman dari bank. Apakah ini terkait dengan alasan lainnya, seperti
tidak tahu prosedur, prosedur sulit, atau tidak punya agunan. Untuk menjawab
pertanyan tersebut diperlukan pengkajian lebih jauh dan terperinci. Hal ini sangat
penting karena ke depan sumber modal utama UKM diharapkan dari Bank. Karena
berbagai alasan tersebut di atas, Jumlah UKM yang belum mau memanfaatkan
modal pinjaman dari bank menjadi sangat besar, yaitu sekitar 3,756 juta UKM pada
tahun 1998, tetapi menurun tajam pada 1999, yaitu sekitar 1,844 juta UKM (BPS,
1998; BPS, 1999).
2.3.4 Dampak Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang mulai menimpa Indonesia pada Juli 1997 tampaknya
tidak berpengaruh pada perkembangan UKM. Jumlah UKM terus meningkat rata-rata
2,99% dalam periode 1998--1999. Sebagian pengelola UKM yang menyatakan
bahwa krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap kinerja usahanya atau krisis
tersebut dapat diatasi cukup besar, baik tahun 1998 maupun tahun 1999. Bahkan,
jumlah UKM pendatang baru yang beroperasi setelah Juli 1997 pun cukup besar,
yaitu sekitar 1,038 juta pada 1998 dan menjadi 1,757 juta tahun 1999 atau terjadi
peningkatan sebesar 69,23% walaupun jumlah UKM yang telah beroperasi sebelum
Juli 1997 sedikit menurun, yaitu sekitar 2,28% (BPS, 1998; BPS, 1999).
Distibusi UKM antarwilayah menunjukkan bahwa jumlah mereka rata-rata
meningkat, kecuali di wilayah Sumatra, Maluku, dan Irian Jaya. Peningkatan jumlah
UKM yang cukup besar setelah krisis terjadi di wilayah Jawa dan Bali, yaitu dari
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 19
sekitar 9,586 juta pada 1998 menjadi 10,146 juta UKM pada 1999 atau meningkat
sekitar 5,85%. Bahkan, UKM yang telah beroperasi sebelum Juli 1997 yang
menyatakan krisis ekonomi belum teratasi jumlahnya menurun tajam, yaitu dari
2,473 juta pada tahun 1998 menjadi sekitar 1,694 juta UKM. Penurunan jumlah UKM
ini mencerminkan bahwa sebagian dari mereka telah mampu mencari jalan keluar
untuk mengatasi krisis yang menimpanya. Jumlah UKM yang beroperasi setelah Juli
1997 di wilayah ini pun meningkat tajam, yaitu dari 612.410 pada tahun 1998
menjadi sekitar 1,054 juta UKM tahun 1999 atau terjadi peningkatan sekitar 72,04%.
Distribusi UKM di wilayah lain berdasarkan dampak krisis ekonomi cukup
beragam, tetapi jumlah mereka tidak telalu besar. Walaupun demikian, jumlah UKM
yang mengatakan bahwa dampak krisis ekonomi belum dapat diatasi jumlahnya
menurun di seluruh wilayah. Kondisi ini dapat mengindikasikan dua hal, yaitu (1)
sebagian dari mereka memang telah mampu mengatasi dampak krisis ekonomi atau
(2) sebagian dari mereka telah bangkrut. Untuk itu secara empiris kondisi ini perlu
dikaji lebih lanjut (BPS, 1998; BPS, 1999).
BPS juga melakukan kajian jangka pendek dengan menanyakan kinerja
usaha UKM antara 1--3 bulan sebelum dilakukan survei. Hal ini dilakukan untuk
menghindari bias bila data recalling dilakukan untuk waktu yang terlalu lama. Empat
pertanyaan diajukan kepada tiap-tiap UKM, yaitu lebih baik, sama saja, lebih buruk,
atau tidak dapat dibandingkan. Jumlah UKM yang menyatakan bahwa kondisi
mereka sama saja dengan kondisi 1--3 bulan yang lalu tampaknya paling besar,
yaitu antara 10,05 juta--10,66 juta UKM. Di sisi lain, jumlah UKM yang menyatakan
kondisi mereka lebih baik pun cukup besar, yaitu antara 2,052 juta--2,960 juta
dibandingkan dengan 1--3 bulan sebelumnya (BPS, 1998; BPS, 1999).
Distribusi UKM antarwilayah pun menunjukkan distribusi yang sama, yaitu
jumlah UKM yang menyatakan kondisi mereka relatif sama dengan 1--3 bulan
sebelumnya. Bahkan, jumlah UKM yang tidak dapat menbandingkan kondisi usaha
mereka dengan waktu satu bulan sebelumnya sangat kecil, yaitu hanya 49 UKM.
Kondisi ini mencerminkan bahwa hampir seluruh UKM mengerti dengan baik dampak
krisis ekonomi terhadap perkembangan usahanya. Dengan demikian, mereka dapat
menyusun rencana ke depan dengan lebih hati-hati. Di sini tampak jelas bahwa
kelompok usaha kecil menengah lebih tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 20
2.3.5 Prospek Usaha
Untuk melihat prospek pengembangan tiap-tiap jenis UKM, BPS juga
melakukan analisis dengan pertanyaan tentang kondisi usaha mereka tiga bulan ke
depan. Sejalan dengan kondisi 1--3 bulan sebelumnya, sebagian besar UKM
menyatakan bahwa kondisi usaha mereka dalam 3 bulan ke depan akan sama saja.
Sekitar 67,19% menyatakan sama saja, lebik buruk 8,20%, dan sekitar 24,61%
menyatakan bahwa kondisi mereka akan lebih baik Dari sekitar 14,520 juta UKM
yang ada, sekitar 8,667 juta bergerak di bidang usaha perdagangan besar, eceran,
dan rumah makan dan sekitar 5,757 juta menyatakan bahwa kondisi mereka akan
sama saja dalam tiga bulan ke depan. Jenis usaha lainnya yang jumlahnya juga
cukup besar adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga, angkutan dan
komunikasi dan masing-masing sekitar 65,82% dan 72,33% memperkirakan bahwa
kondisi usaha mereka akan sama saja dalam tiga bulan ke depan (BPS, 1998; BPS,
1999).
Begitu pula distribusi UKM antarwilayah berdasarkan prospek usaha dalam
tiga bulan ke depan, yaitu sebagian besar mengatakan akan sama saja. Kondisi di
wilayah Jawa dan Bali, misalnya, dari sekitar 10,146 juta UKM yang ada, 66,91%
memperkirakan kondisi usaha mereka akan sama saja, 25,22% lebih baik, dan
hanya 7,87% lebih buruk dalam tiga bulan ke depan. Kecendrungan yang sama juga
terlihat di wilayah lainnya (BPS, 1998; BPS, 1999).
Dua indikator di atas jelas menunjukkan bahwa, baik antarwilayah maupun
antarjenis usaha, kondisi mereka akan sama saja dan lebih baik. Hanya sebagian
kecil kondisinya akan lebih buruk dalam tiga bulan ke depan. Secara empiris,
implikasi dari indikator tersebut adalah sektor usaha kecil menengah tidak perlu
diragukan lagi bahwa mereka adalah sektor ekonomi yang paling lentur menghadapi
tekanan krisis ekonomi. Oleh karena itu, kebijakan pemerinatah seharusnya lebih
memprioritaskan kelompok usaha ini. Mereka tidak memerlukan BLBI, tetapi
kontribusinya terhadap pemulihan ekonomi nasional ke depan dapat diandalkan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 21
2.3.6 Kebutuhan UKM terhadap Teknologi
Teknologi adalah cara melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan bantuan alat dan kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa
secara kompetitif berdasarkan penerapan ilmu pengetahuan secara sistematis (Sahil
dan Salim, 1999). Manusia dengan kemampuan akal dan pikiran telah mampu
mendorong penciptaan berbagai macam teknologi yang dibutuhkan. Dalam
penerapannya, teknologi berkembang mengikuti aspek nilai tambah, efisien, praktis,
ekonomis, atau pertimbangan produktivitas terutama kalau hal ini dikaitkan dengan
kegiatan usaha produksi atau industri.
Mengapa partisipasi diperlukan dalam melakukan kegiatan pembangunan
termasuk dalam proses pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna? Berikut
adalah berbagai alasannya bahwa pendekatan partisipatif sesuai dengan program
pembangunan yang berbasis keunggulan sumber daya lokal dengan mengandalkan
teknologi yang bersifat spesifik lokasi (Cohen and Uphoff, 1977; Waddimba, 1979;
CIRDAP, 1984; Mishra et al., 1984; Oakley and Marsden, 1984).
1. Mengurangi biaya pembangunan yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Meningkatkan manfaat yang diperoleh masyarakat yang berpartisipasi dalam
kegiatan pembangunan.
3. Seluruh komponen masyarakat dan pelaku ekonomi memperoleh manfaat.
4. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah sehingga
program akan menjadi lebih berlanjut dan masyarakat lebih percaya diri.
5. Memperoleh peluang dan penguasaan terhadap sumber daya.
6. Terdapat mobilisasi sumber daya lokal untuk pelaksanaan suatu program.
7. Pelaksanaan program akan lebih mudah dan lancar.
8. Partisipasi masyarakat akan menuju kepada pemberdayaan secara bertahap
untuk kelompok-kelompok yang secara sosial ekonomi kurang beruntung.
Proses penciptaan dan perakitan teknologi secara partisipatif dapat diartikan
sebagai kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi secara
partisipatif. Artinya, sejak identifikasi masalah sampai pada evaluasinya, proses
tersebut melibatkan pelaku ekonomi. Berikut ini disajikan prinsip-prinsip partisipatif
dalam proses penemuan suatu teknologi tepat guna (Bechstedt, 1997).
(1) Analisis kondisi dan pemanfaatan sumber daya perlu diberi prioritas tinggi.
(2) Perilaku, pandangan, dan dasar kelompok usaha mengambil keputusan perlu
dipelajari dan dipahami.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 22
(3) Pelaku dan pengguna teknologi perlu memainkan peran utama dalam
menentukan subjek penelitian serta dalam memilih dan menguji teknologi tepat
guna.
(4) Menjamin keberlanjutan teknologi secara jangka panjang.
(5) Mengaplikasikan sistem secara holistik dan interdisiplin.
(6) Menyikapi partisipatif sebagai proses pembelajaran yang berulang-ulang.
(7) Mengikutsertakan semua pelaku usaha kecil menengah sejak awal.
Dengan memperhatikan sisi permintaan dan potensi sumber daya serta profil
UKM sampai saat ini, maka dalam 20--25 tahun ke depan diperkirakan akan
berkembang tiga kelompok UKM yang sangat prospektif, yaitu (1) komunikasi, (2)
industri obat-obatan, dan (3) industri jasa. Kelompok usaha yang terakhir sangat
tepat ditangani oleh UKM karena berbagai alasan, yaitu (1) pengalaman selama ini
menunjukkan bahwa industri komunikasi sangat efisien bila dijalankan oleh usaha
skala kecil, bahkan tingkat rumah tangga dan (2) kecenderungan miniaturisasi yang
terus berkembang dalam kecenderungan teknologi global (Halim dkk., 2001). Di sisi
lain, kelompok usaha jasa lainnya, seperti akomodasi (home stay dan rumah makan)
dan transportasi wisata akan terus berkembang pesat sejalan dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kelompok usaha di bidang obat-obatan akan terus dipicu
oleh meningkatnya kesadaran terhadap jenis obat yang ramah lingkungan di negara-
negara maju dan kebutuhan obat-obatan alternatif di dalam negeri. Hal ini didorong
oleh mahalnya obat-obatan kimia yang sebagian besar berbahan baku impor.
Berdasarkan kondisi, baik dalam negeri maupun global seperti inilah dapat
diperkirakan akan terjadi perubahan struktur ke depan yang akan didominasi oleh
tiga kelompok UKM di atas.
Kecederungan kebutuhan UKM terhadap teknologi ke depan tidak dapat
terlepas dari perubahan struktur UKM tersebut. Teknologi yang akan didesain, mulai
sekarang harus sudah mempersiapkan permintaan yang sangat substansial dari
industri komunikasi, obat-obatan, dan jasa, baik berskala kecil maupun menengah
untuk mendukung perkembangan UKM yang makin prospektif (Gambar 1.1).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 23
Indonesia Indonesia Sistem perdagangan bebas dalam era Globalisasi
Negara lain Negara lain Otonomi Daerah Kondisi 1970 Kondisi 1999 (Keunggulan kompetitif) Kondisi 2020
Gambar 1.1 Kerangka analisis kebutuhan teknologi dan proil UKM ke depan.
2.4 Analytic Hierarchy Process
Peralatan utama AHP (Analytic Hierarchy Process) adalah sebuah hierarki
fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Suatu masalah
kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya,
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki. AHP cocok untuk menyelesaikan
masalah struktur hierarki dengan kriteria majemuk (Saaty, 2000).
Tiga prinsip dasar AHP, yaitu (1) penyusunan hierarki, menggambarkan dan
menguraikan secara hierarki persoalan yang akan diselesaiakan menjadi unsur-
unsur yang terpisah-pisah; (2) penetapan prioritas, pembedaan prioritas dan sintesis,
yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut kepentingan relatif; dan (3)
konsistensi logis, menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan
diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.
Beberapa keuntungan dalam pemecahan masalah menggunakan metode
AHP adalah kesatuan, memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti,
luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur; kompleksitas, memadukan
pendekatan deduktif dan pendekatan sistem dalam memecahkan persoalan
kompleks; saling ketergantungan, dapat menangani saling ketergantungan elemen-
elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier; penyusunan
hierarki, mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-
elemen sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang
serupa dalam setiap tingkat; pengukuran, memberi suatu skala untuk mengukur hal-
hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas; konsistensi, melacak
konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam
Struktur UKM
Periode 1
Struktur UKM
Periode 2
Struktur UKM
Periode 2 Struktur UKM
Periode 1
Kebutuhan Iptek
Profil UKM
basis utama
ekonomi
nasional
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 24
menetapkan prioritas; sintesis, menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang
kebaikan setiap alternatif; tawar-menawar, mempertimbangkan prioritas-prioritas
relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan-tujuan mereka; penilaian dan konsensus, tidak memaksakan
consensus, tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian
yang berbeda-beda; pengulangan proses, memungkinkan orang memperhalus
definisi pada suatu persoalan dan memperbaiki pengertian melalui pengulangan.
Beberapa kelemahan AHP adalah urutan prioritas yang dihasilkan metode
AHP dapat dirancang oleh responden yang cerdas (mengerti cara kerja AHP)
sehingga sesuai dengan urutan prioritas yang dikehendaki; masuknya alternatif baru
dengan kriteria yang sama dapat mengubah struktur urutan prioritas alternatif
sebelumnya; dapat mengukur konsistensi rasio penilaian pakar, tetapi tidak bisa
mengukur konsensus atau kesepakatan; dan evaluasi lebih dominan dinyatakan
dalam nilai numerik daripada label.
Penyelesaian AHP dengan persamaan matematik
Marimin (2004) menyatakan bahwa ada tiga langkah untuk menentukan
besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan
kasus-kasus umum, seperti berikut:
Langkah 1 :
wi/wj = aij (i,j = 1, 2, …, n) ……………………………..…....... (1)
wi = bobot input dalam baris
wj = bobot input dalam kolom
Langkah 2 :
wi = aij wj (i,j = 1, 2, …, n) …………………………………….. (2)
untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk :
wan
1w j
n
1j
iji
(i,j = 1, 2, …, n) …………………………….. (3)
wi = rataan dari ai1w1, …, ainwn
Langkah 3 :
Bila perkiraan aij baik, akan cenderung untuk dekat dengan nisbah wi/wj. Jika n
juga berubah, maka n diubah menjadi maks sehingga diperoleh :
wa1
w j
n
1j
ijmaks
i
(i,j = 1, 2, …, n) ……………....……... (4)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 25
Pengolahan Horizontal. Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk
menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Tahapannya
menurut Saaty (2000) adalah sebagai berikut.
1 Perkalian baris (z) dengan rumus :
aZ ijn
n
1ji
…………………………..….…………………….. (5)
2 Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen
n
1i
ijn
n
1j
ijn
n
1j
i
a
a
eVP
………………………………………………….. (6)
eVPi adalah elemen vektor prioritas ke-i
3 Perhitungan nilai eigen maksimum
VA = aij x VP dengan VA = (Vai) ……………….…………… (7)
VB = VA/VP dengan VB = (Vbi) …………………….……… (8)
n
1i
ijmaks an
1 VBi (untuk i = 1, 2, …, n) …………….……… (9)
VA = VB = Vektor antara
4 Perhitungan indeks konsistensi (CI) :
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan
berpengaruh pada kesahihan hasil, ditentukan dengan rumus :
1n
nCI
maks
……………………………………………………. (10)
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu
diketahui consistensi rasio (CR) yang dianggap baik (CR0.1). Consistensi Rasio
dapat dihitung dengan rumus :
CR = CI/RI ……………………………………………………. (11)
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge
Laboratory yang berupa tabel berikut :
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ------------------------------------------------------------------------------------------------- RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 26
Pengolahan Vertikal. Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas
setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. Jika NPpq didefinisikan
sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran
utama, maka :
s
1t
)1q(xNPTt)1q,t(NPHpqNPpq ……….…………… (12)
untuk p = 1, 2, …, r
t = 1, 2, …, s
Keterangan :
NPpq = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap
sasaran utama.
NPHpq= Nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q.
NPTt = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke q-1.
2.5 Metode Perbandingan Eksponensial
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) adalah metode untuk menentukan
urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Penggunaan MPE
mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis.
Hal itu terjadi karena nilai skor menjadi besar dengan adanya fungsi eksponensial
sehingga perbedaan nilai skor lebih nyata.
Tahapan dalam penggunaan MPE adalah menyusun alternatif, menentukan
kriteria, menentukan tingkat kepentingan kriteria, melakukan penilaian terhadap
alternatif untuk setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total alternatif, dan
menentukan prioritas alternatif. Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif
(Marimin, 2004) adalah :
m
1j
TKKj
i RKijTN …………………………………………… (13)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 27
Keterangan :
TNi = Total nilai alternatif ke-i
RKij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan
keputusan ke-i
TKKj = Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj>0; bulat
n = Jumlah pilihan keputusan
m = Jumlah kriteria keputusan
2.6 Metode Borda
Metode Borda ditemukan oleh Jean-Charles de Borda pada abad ke-18.
Metode Borda digunakan untuk menganalisis keberagaman variabel yang diteliti.
Keistimewaan metode Borda adalah dapat mengatasi kesulitan pada metode lain di
mana orang-orang atau sesuatu yang tidak berada pada ranking pertama akan
secara otomatis dihapuskan. Contoh perhitungan metode Borda adalah sebagai
berikut.
1. Dari hasil kuesioner, hitung jumlah responden yang menyatakan ranking untuk
tiap jenis. Misalnya terdapat 4 responden yang menyatakan jenis A berada di
peringkat 2 dan 3 responden menyatakan jenis berada di peringkat 3, maka
tuliskan angka 4 pada kolom jenis A peringkat 2 dan angka 3 pada kolom jenis A
peringkat 3. Hal yang sama dilakukan untuk jenis yang lain.
2. Kalikan angka pada kolom peringkat dengan bobot di bawahnya, kemudian
tambahkan dengan hasil perkalian pada jenis yang sama, kemudian isikan
hasilnya pada kolom ranking. Misal untuk jenis A, (0 x 2) + (4 x 1) + (3 x 0) = 4.
3. Jumlahkan hasil ranking, yang dalam contoh ini berarti: 4 + 11 + 5 = 20.
4. Untuk mencari bobot tiap jenis, bagi ranking dengan jumlah ranking. Jenis A =
4/20 = 0.2 dan seterusnya.
5. Jenis dengan bobot tertinggi merupakan yang terpilih.
2.7 Metode Bayes
Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk melakukan
analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan
menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk menghasilkan keputusan yang optimal,
perlu dipertimbangkan berbagai kriteria.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 28
Pembuatan keputusan dengan metode Bayes dilakukan melalui upaya
penguantifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan
suatu bilangan antara 0 dan 1 atau skala konversinya. Namun, sering kali hal ini
dianggap sebagai probabilitas pribadi atau subjektif, yaitu bobot Bayes didasarkan
pada tingkat kepercayaan, keyakinan, pengalaman, serta latar belakang pengambil
keputusan.
Persamaan Bayes yang digunakan untuk menghitung nilai setiap alternatif
yang sering disederhanakan menjadi:
m
Total Nilai i =∑ Nilai ij (Krit j)
j=i
di mana:
Total Nilai i = total nilai akhir dari alternatif ke-i
Nilai ij = nilai dari alternatif ke-I pada kriteria ke-j
Krit j = tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j
i = 1,2,3,….n; n = jumlah alternatif
J = 1,2,3,….m; m = jumlah kriteria
Nilai peluang didapatkan dari suatu informasi awal yang dapat bersifat, baik
subjektif maupun objektif. Nilai peluang ini dapat diperbaiki dengan adanya informasi
tambahan yang didapat dari sejumlah percobaan. Informasi awal tentang nilai
peluang ini disebut prior, sedangkan nilai peluang yang sedang diperbaiki dengan
informasi tambahan disebut peluang posterior.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Daerah Penelitian
Daerah penelitian adalah di Provinsi Bali yang ditentukan secara sengaja
(purposive), yang didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu sebagai berikut.
(1) Provinsi Bali adalah salah satu dari 31 Provinsi di Indonesia yang menjadi kajian
KPJU unggulan UMKM oleh Bank Indonesia, yang otoritas pengelolaannya
didelegasikan kepada Kantor Bank Indonesia Cabang Denpasar. Daerah
penelitian di Provinsi Bali, yaitu sebagai berikut.
a. Seluruh atau sebagian kabupaten/kota di Provinsi Bali yang ditetapkan
dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dalam penelitian.
b. Penetapan kabupaten/kota sebagai daerah penelitian dilakukan dengan
mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis
(pantai/pesisir, daratan, dataran tinggi/pegunungan), jumlah unit usaha
UMKM, kontribusi dalam pembentukan PDRB provinsi serta kebijakan
Pemerintah Daerah Provinsi Bali.
(2) Penelitian yang mirip, hanya metode analisisnya lebih sederhana pernah
dilakukan tahun 2003 sehingga sesuai dengan perkembangan harga-harga input
dan output, kemungkinan datanya sudah kedaluwarsa. Dengan demikian, jenis
komoditas unggulannya juga sudah berubah.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Adapun jenis data kuantitatif atau yang berbentuk angka-angka adalah sebagai
berikut.
(1) Profil daerah untuk provinsi dan untuk tiap-tiap kabupaten/kota meliputi struktur
geografis, demografi, ekonomi, potensi sumber daya, dan aspek lainnya yang
terkait.
(2) Data kredit UMKM sampai dengan kabupaten/kota se-Bali dimaksudkan untuk
mengetahui peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya KPJU
unggulan UMKM di wilayah penelitian.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 30
(3) Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) UMKM di setiap kecamatan penelitian.
(4) KPJU UKMK unggulan di setiap kecamatan yang disaring dengan Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan menggunakan pendapat individu atau
kelompok responden.
(5) Jumlah unit/rumah tangga yang terlibat, jangkauan pemasaran, sumbangan
terhadap perekonomian lokal, dan ketersediaan bahan baku dari setiap KPJU di
setiap kecamatan.
(6) TK terdidik, bahan baku. modal, sarana produksi/usaha, teknologi, sosial budaya,
manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, penyerapan TK, dan sumbangan
terhadap perekonomian dari setiap KPJU di setiap kabupaten sebagai kriteria
untuk analisis AHP.
Adapun jenis data kualitatif yang dikumpulkan, antara lain sebagai berikut.
(1) Potensi, peluang, faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan
UMKM di tiap-tiap kabupaten/kota untuk penyusunan Profil UMKM di Provinsi.
(2) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM dan
KPJU unggulan.
(3) Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan KPJU di tiap-tiap
kabupaten/kota.
3.2.2 Sumber data
(1) Sumber data primer, yaitu data dan informasi yang bersumber dari pihak pertama
atau yang diperoleh secara langsung dari narasumber/responden.
(2) Data sekunder, yaitu data berbentuk dokumen/publikasi/laporan lainnya yang
menunjang sumber data primer yang bersumber dari pihak kedua atau instansi
pemerintah yang terkait dengan penelitian, seperti BPS Provinsi Bali dan BPS
kabupaten se-Bali, Bappeda Provinsi Bali dan kabupaten se Bali, Dinas-Dinas
Teknis di Provinsi Bali dan kabupaten se-Bali.
3.3 Tahapan Penelitian dan Metode Analisis Data
Adapun tahapan kegiatan dan metode analisis data pada setiap wilayah,
mulai dari wilayah kecamatan, kabupaten dan provinsi secara ringkas dan sistematis
disajikan (lihat juga Lampiran 1--6) sebagai berikut.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 31
Wilayah Kecamatan
Metode analisis yang digunakan di wilayah kecamatan adalah Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE), dengan tahapan kegiatan, yaitu sebagai berikut.
(1) Membuat daftar komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) di setiap kecamatan yang
bersumber dari data sekunder/statistik.
(2) Membobot daftar KPJU di setiap kecamatan dengan MPE dengan kriteria di
bawah ini.
a. Jumlah unit usaha/rumah tangga
b. Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk (persepsi
narasumber).
c. Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan atau sarana
usaha (persepsi narasumber).
d. Kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber).
(3) Penilaian setiap alternatif KPJU berdasarkan pendapat narasumber melalui
pertemuan atau kunjungan ke kecamatan, misal mantri tani, mantri statistik,
staf/seksi perekonomian (disesuaikan dengan kondisi kecamatan di tiap-tiap
daerah).
(4) Berdasarkan analisis MPE ditetapkan maksial lima KPJU unggulan dan lima
KPJU potensial untuk setiap sektor/subsektor ekonomi di tingkat kecamatan.
Wilayah Kabupaten/Kota
Metode yang digunakan di wilayah kabupaten/kota yang mencakup sembilan
kabupaten/kota adalah metode Borda, Analytical Hierarchy Process (AHP), metode
Bayes, dengan tahapan kegiatan, yaitu sebagai berikut.
(1) Hasil lima KPJU dari setiap kecamatan di suatu kabupaten/kota dengan metode
MPE, lalu dilakukan pemilihan KPJU kabupaten/kota dengan metode Borda untuk
menetapkan urutan peringkat KPJU kabupaten/kota, yang ditetapkan maksimum
sepuluh KPJU untuk setiap sektor/subsektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
(2) Melakukan seleksi/penyaringan KPJU unggulan per sektor/subsektor di tingkat
kabupaten/kota dengan metode AHP, dengan kriteria komponen-komponen AHP,
yaitu:
a. TK terdidik/terampil,
b. bahan baku,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 32
c. modal,
d. sarana produksi/usaha,
e. teknologi,
f. sosial budaya (faktor endogen),
g. manajemen usaha,
h. ketersediaan pasar,
i. harga,
j. penyerapan TK,
k. sumbangan terhadap perekonomian wilayah.
(3) Berdasarkan AHP ditetapkan maksimum lima KPJU untuk setiap
sektor/subsektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota:
a. Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan pendapat
narasumber yang diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan
narasumber di tingkat kabupaten/kota. Misal pejabat dinas/instansi, asosiasi,
Kadin, Bappeda, perbankan, dan peneliti/dosen perguruan tinggi.
b. Melalui forum FGD, dimintakan pula pendapat dari para narasumber
mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka
pengembangan usaha KPJU unggulan yg telah terindentifikasi.
(4) Berdasarkan hasil pemilihan KPJU per sektor/subsektor di tingkat
kabupaten/kota dengan metode AHP, lalu dilakukan pemilihan KPJU lintas
sektoral dengan metode Bayes sebagai berikut.
a. Metode Bayes adalah teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan
menghasilkan perolehan yang optimal. Namun, terlebih dahulu dilakukan
normalisasi terhadap alternatif KPJU per sektor/subsektor.
b. Berdasarkan perhitungan denqan metode Normalisasi ditetapkan maksimum
lima KPJU lintas sektoral di tingkat kabupaten/kota.
(5) Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bayes di tingkat kabupaten/kota,
akan diperoleh KPJU yg tidak termasuk dalam lima besar KPJU unggulan.
Selanjutnya, berdasarkan pendapat dan masukan dari para pakar serta
pertimbangan lainnya, dari KPJU-KPJU tersebut dipilih KPJU-KPJU yang
potensial/sangat potensial untuk menjadi KPJU unggulan di daerah penelitian.
Kemudian tiap-tiap KPJU potensial dimaksud diidentifikasi kekurangannya saat
ini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 33
Wilayah Provinsi Bali
Metode yang digunakan di wilayah provinsi adalah metode Borda. Tahapan
kegiatannya adalah sebagai berikut.
(1) Berdasarkan hasil pemilihan KPJU unggulan lintas sektoraI di tingkat
kabupaten/kota, dilakukan pemilihan sepuluh KPJU lintas sektoral tingkat provinsi
dengan metode Borda.
o Metode Borda adalah penentuan KPJU unggulan per sektor/subsektor dan
lintas sektor ekonomi di tingkat provinsi.
o Pada setiap KPJU unggulan per sektor/subsektor dari setiap
kabupaten/kota dilakukan penjumlahan nilai skor dari komoditas yang
muncul pada tiap-tiap kabupaten/kota dengan nilai ranking-nya sehingga
pada setiap sektor/subsektor ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJU
berdasarkan urutan total nilai skornya.
(2) Sesuai dengan perhitungan metode Borda ditetapkan maksimum lima KPJU per
sektor/subsektor ekonomi.
Secara lebih terperinci alternatif kriteria yang digunakan untuk proses
penetapan KPJU unggulan kabupaten/kota disajikan pada Tabel 3.1.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 34
Tabel 3.1
Alternatif Kriteria yang Digunakan untuk Proses Penetapan KPJU Unggulan Kabupaten/Kota
No Kriteria Variabel yang dipertimbangkan
1
Tenaga Kerja Terampil (skilled)
Tingkat pendidikan
Pelatihan yang pernah diikuti
Pengalaman kerja
Jumlah lembaga/sekolah keterampilan/ pelatihan
2 Bahan Baku (manufacturing)
Ketersediaan/kemudahan bahan baku
Harga perolehan bahan baku
Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak)
Kesinambungan bahan baku
Mutu bahan baku
3 Modal
Kebutuhan investasi awal
Kebutuhan modal kerja
Aksesibilitas thd sumber pembiayaan
4 Sarana Produksi/Usaha
Ketersediaan/kemudahan memperoleh
Harga
5 Teknologi
Kebutuhan teknologi
Kemudahan (memperoleh teknologi)
6 Sosial Budaya (faktor endogen)
Ciri khas lokal
Penerimaan masyarakat
Turun temurun
7 Manajemen Usaha Kemudahan untuk memanage
8 Ketersediaan Pasar
Jangkauan/wilayah pemasaran
Kemudahan mendistribusikan
9 Harga Stabilitas harga
10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK
11 Sumbangan terhadap perekonomian wilayah
Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena keberadaan usaha ini (backward and forward linkages)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 35
3.4 Prinsip Penilaian Kriteria
Adapun prinsip kriteria dan rekomendasi kebijakan adalah sebagai berikut.
(1) Prinsip Penilaian Kriteria
Penilaian perbandingan antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi
saat ini dan prospeknya. Penilaian (scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip
kemudahan bagi UMKM dalam rangka memulai usaha baru atau
mengembangkan usaha pada KPJU.
(2) Rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam
Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM. Setelah KPJU
unggulan daerah dan KPJU potensial diperoleh dari hasil penelitian, peneliti
memberikan rekomendasi atau saran-saran serta solusi dalam upaya
pengembangan KPJU yang terpilih tersebut. Rekomendasi kebijakan kepada
Pemerintah Daerah Provinsi Bali ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan oleh
Pemda atau menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan tindak lanjut dari
Pemda. Dengan demikian, fungsi KBI, baik sebagai advisor maupun penyedia
data dan informasi bagi Pemda dapat diimplementasikan dari hasil penelitian ini.
3.5 Jenis dan Definisi Operasional Konsep dan Variabel
Dalam usaha menghindari kesalahan interpretasi, maka di sini diberikan
definisi operasional beberapa konsep dan variabel yang dianggap penting, antara
lain sebagai berikut.
(1) UMKM sebagaimana disebutkan dalam UU No.20, Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu seperti di bawah ini.
a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria:
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil usaha atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 36
atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar
lima· ratus ribu rupiah).
c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang per orang atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
yang memenuhi kriteria:
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
2) Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang
mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap
tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai
daya saing tinggi.
3) Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) potensial adalah KPJU lintas sektoral
yang tidak masuk lima besar di tingkat kabupaten/kota (setelah metode Bayes),
tetapi dari hasil diskusi dan pendapat para pakar berpotensi untuk menjadi KPJU
unggulan dengan adanya perlakuan atau kebijakan tertentu. KPJU ini potensial
untuk diberdayakan karena telah lolos di tingkat kecamatan dengan memenuhi
kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran, sumbangan terhadap
perekonomian lokal, dan ketersediaan bahan baku.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 37
KPJU yang dikaji adalah KPJU pada setiap sektor/subsektor ekonomi, yang
meliputi pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan,
kehutanan), pertambangan dan penggalian, perindustrian, perdagangan dan
jasa-jasa sebagaimana kategori sembilan sektor ekonomi BPS.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 38
BAB IV
PROFIL DAERAH PENELITIAN DAN UMKM DI PROVINSI BALI
4.1 Profil Daerah Penelitian
Profil atau gambaran daerah penelitian di sini meliputi hal-hal yang dianggap
penting, yang mampu memberikan gambaran tentang daerah penelitian, yang dalam
hal ini adalah Provinsi Bali. Hal-hal tersebut, antara lain orbitasi, geografis, iklim dan
tanah, penduduk dan ketenagakerjaan, perekonomian makro, kontribusi sektor-
sektor ekonomi, kondisi sosial kemasyarakatan, dan program Bali Mandara.
4.1.1 Orbitasi
Provinsi Bali merupakan salah satu dari 33 provinsi di Indonesia yang memiliki
luas wilayah sebesar 5.636,66 km2 atau 0,29% dari luas wilayah Indonesia. Provinsi
Bali terdiri atas satu pulau utama, yaitu Pulau Bali dan beberapa pulau kecil lainnya,
seperti Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau
Serangan, dan Pulau Menjangan. Berdasarkan proyeksi penduduk dari BPS Provinsi
Bali, tahun 2009 penduduk Bali tercacat sebanyak 3.551.009 jiwa dengan tingkat
kepadatan penduduk mencapai 629,98 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk jika
dibandingkan dengan tahun 2008 mencapai 1,00%.
Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi 8 kabupaten, 1 kKota, 57
kecamatan, 715 desa/kelurahan, 1.453 desa pekraman, dan 4.361 banjar pekraman.
Luas wilayah jika terbagi menurut kabupaten/kota, maka Kabupaten Buleleng
memiliki wilayah terluas, yaitu 1.365,88 km2, diikuti Kabupaten Jembrana 841,80
km2, Karangasem 839,54 km2, Tabanan 839,33 km2, Bangli 520,81 km2, Badung
418,52 km2, Gianyar 368,00 km2, Klungkung 315,00 km2, dan terkecil adalah Kota
Denpasar dengan luas wilayah 127,78 km2.
4.1.2 Geografis
Secara geografis Provinsi Bali terletak pada posisi 8o03’40” sampai dengan
8o50’48” Lintang Selatan dan 114o25’53” sampai dengan 115o42’40” Bujur Timur.
Daratan yang ada secara geologi tersusun dari batuan kuarter, kuarter bawah,
poliosin, dan miosin. Relief dan topografi Pulau Bali terbentuk dari bentangan di
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 39
bagian tengah pulau yang memanjang dari barat ke timur. Rangkaian pegunungan
tersebut terdiri atas dua gunung berapi, yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur
dengan ketinggian masing-masing 3.140 m dan 1.717 m di atas permukaan laut. Di
samping itu, terdapat beberapa pegunungan yang tidak berapi, antara lain Gunung
Merbuk (1.386 m), Gunung Patas (1.414 m), dan Gunung Seraya (1.174 m).
Bentangan pegunungan ini secara geografis membagi wilayah Bali menjadi dua
bagian:
(1) Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai
(2) Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai
Provinsi Bali memiliki empat buah danau yang merupakan aset pariwisata,
yaitu Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan, dan Danau Batur. Iklim Bali
merupakan iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim yang membentuk
dua musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan yang diselingi oleh musim
pancaroba.
4.1.3 Iklim dan Tanah
Rata-rata suhu Bali berkisar antara 28oC sampai dengan 30oC. Namun antar
tempat di Bali terdapat variasi sesuai dengan ketinggian yang ada. Bentangan
pegunungan membagi Pulau Bali menjadi dua bagian keadaan alam, yaitu bagian
utara Bali dan bagian selatan Bali. Bagian selatan Bali cenderung memiliki curah
hujan yang lebih besar dibandingkan dengan bagian utara. Kelembapan udara di Bali
berkisar antara 90% dan pada musim hujan mencapai 100%, sedangkan pada
musim kering mencapai 60%.
Jenis tanah di Bali sebagian besar didominasi oleh tanah regosol dan latasol.
Hanya sebagian kecil yang terdiri atas tanah alluvial, mediteran, dan tanah andosol.
Jenis tanahl sangat peka terhadap erosi. Jenis tanah ini tersebar di bagian barat
sampai Kalopaksa, Patemon, Ringdikit, dan Pempatan. Jenis tanah ini juga terdapat
di sekitar Gunung Penyu, Gunung Pintu, Gunung Juwet, dan Gunung Seraya yang
secara keseluruhan meliputi 44,9% dari luas Pulau Bali.
Jenis tanah regosol yang juga peka terhadap erosi terdapat di bagian timur
Amlapura sampai dengan Culik. Jenis tanah ini juga terdapat di pantai Singaraja
sampai dengan Seririt, Bubunan, Kekeran di sekitar Danau Tamblingan, Buyan, dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 40
Beratan, di sekitar kelompok hutan Batukaru serta bagian kecil berada di pantai
selatan Desa Kusamba, Sanur, Benoa, dan Kuta. Jenis tanah ini mencapai 39,93%
dari luas Pulau Bali.
Jenis tanah andosol terdapat di sekitar Baturiti, Candi Kuning, Banyuatis,
Gobleg, Pupuan, dan sebagian kelompok hutan Gunung Batukaru. Jenis mediteran
yang kurang peka terhadap erosi terdapat di daerah Bukit Nusa Penida dan
kepulauannya, Bukit Kuta, dan Prapat Agung. Jenis tanah alluvial yang tidak peka
terhadap erosi terdapat di dataran Negara, Sumber Kelampok, Manggis, dan
Angantelu. Ketiga jenis tanah ini, yaitu andosol, mediteran, dan alluvial sekitar
15,49% dari luas Pulau Bali.
Bali didukung oleh kawasan hutan yang terletak di daerah pegunungan yang
membentang dari barat sampai ke timur Pulau Bali dengan luas kawasan hutan
mencapai 22,54% dari luas Pulau Bali. Kawasan ini sangat penting karena berfungsi
sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir, atau juga dapat digunakan
sebagai kawasan hidrologi. Untuk potensi air di samping air danau, kawasan ini
dialiri sungai yang bersumber dari hutan, tetapi aliran air lebih banyak mengarah ke
daerah selatan dibandingkan dengan ke daerah utara.
4.1.4 Penduduk dan Ketenagakerjaan
Sensus penduduk tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Bali
tahun 2009 sebanyak 3.471.952 jiwa, yang terdiri atas 1.739.526 jiwa pria dan
1.732.426 jiwa wanita dengan sex ratio sebesar 100%. Penduduk Bali lima tahun
sebelumnya, yaitu tahun 2005 sebanyak 3.247.772 jiwa, yang terdiri atas 1.623.426
jiwa pria dan 1.624.346 jiwa wanita dengan sex ratio 100%. Jadi, selama lima tahun
(2005--2009) penduduk Bali meningkat sebesar 224.180 jiwa, yang terdiri atas
peningkatan penduduk pria sebanyak 116.100 jiwa dan wanita sebanyak 108.080
jiwa. Dari sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali, penduduk terpadat tahun 2009
adalah Kota Denpasar sebanyak 3.978 jiwa per km2, kemudian disusul oleh
Kabupaten Gianyar sebanyak 1.081 jiwa per km2, Kabupaten Badung sebanyak 928
jiwa per km2, dan Kabupaten Klungkung sebanyak 584 jiwa per km2. Penduduk
terjarang adalah Kabupaten Jembrana dengan kepadatan sebanyak 321 jiwa per
km2.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 41
Total penduduk Bali yang berumur 15 tahun ke atas selama empat tahun
terakhir (2007--2010) cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak
2.661.913 jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 2.748.117 jiwa atau selama empat
tahun meningkat sebanyak 115.156 jiwa atau setiap tahun meningkat sebanyak
28.789 jiwa. Total penduduk berumur 15 tahun ke atas terdiri atas angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja, dengan proporsi pada tahun 2007, yaitu 77%: 23% dan
tahun 2010, yaitu 77%:23%. Jadi, proporsinya relatif tetap selama empat tahun
terakhir. Angkatan kerja di Provinsi Bali selama empat tahun terakhir (2007--1010)
berdasarkan Sakernas cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak
2.059.711 jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 2.116.972 jiwa atau selama empat
tahun terakhir meningkat sebanyak 59.203 jiwa atau setiap tahun meningkat
sebanyak 14.801 jiwa. Penduduk yang bukan angkatan kerja di Provinsi Bali selama
empat tahun terakhir (2007--2011) meningkat sedikit, yaitu pada tahun 2007
sebanyak 602.202 jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 631.145 jiwa atau selama
empat tahun meningkat sebanyak 28,943 jiwa atau setiap tahun menigkat sebanyak
7.236 jiwa (Tabel 4.1.1)(BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--2010).
Angkatan kerja terdiri atas bekerja dan pengangguran pada tahun 2007
proporsinya, yaitu 96% : 4% dan pada tahun 2010 proporsinya relatif tidak berubah,
yaitu tetap 96% : 4%. Penduduk bekerja di Provinsi Bali selama empat tahun terakhir
(2007--2010) cenderung meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak 1.982.134 jiwa
dan pada tahun 2011 sebanyak 2.041.337 jiwa atau selama empat tahun menigkat
sebanyak 59.203 jiwa atau setiap tahun meningkat sebanyak 14.801 jiwa.
Pengangguran di Provinsi Bali selama empat tahun terakhir (2007--2010) cenderung
turun, yaitu pada tahun 2007 sebanyak 77.577 jiwa, sedangkan pada tahun 2010
sebanyak 75.635 jiwa atau selama empat tahun menurun sebanyak 1.942 jiwa atau
setiap tahun menurun sebanyak 4.855 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan
kerja di Provinsi Bali semakin berkembang terutama di sektor jasa pariwisata dan
sektor informal. Sektor jasa pariwisata kembali menggeliat pascabom Bali II tahun
2005, yang diiringi dengan perkembangan sektor informal untuk melayani para
pekerja di sekor pariwisata (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--2010).
Penduduk bukan angkatan kerja yang terdiri atas (1) bersekolah, (2)
mengurus rumah tangga, dan (3) lainnya pada tahun 2007 proporsinya yaitu 31% :
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 42
52% : 17% dan pada tahun 2010 proporsinya menjadi 30% : 53% : 17% (tabel 2).
Jadi, selama empat tahun ada pergeseran sebesar 1% dari usia sekolah menjadi
mengurus rumah tangga. Artinya, pertumbuhan penduduk yang mengurus rumah
tangga lebih tinggi daripada penduduk usia sekolah sehingga akhirnya dalam
persentase terhadap total penduduk mengurus rumah tangga lebih besar 1%
daripada penduduk usia sekolah. Padahal, secara riil kedua jenis penduduk ini
selama empat tahun terakhir sama-sama mengalami peningkatan (BPS Provinsi Bali,
2011: Sakernas, 2007--2010).
Tabel 4.1.1
Profil Penduduk Berumur 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan di Provinsi Bali, 2007--2010
Jenis Kegiatan 2007 2008 2009 2010
Bekerja 1.982.134 2.029.730 2.057.118 2.041.337
Pengangguran 77.577 69.548 66.470 75.635
Angkatan Kerja 2.059.711 2.099.278 2.123.588 2.116.972
Sekolah 185.590 160.679 187.161 192.158
Mengurus Rumah Tangga 311.996 335.419 319.205 333.115
Lainnya 104.616 100.760 98.793 105.872
Bukan Angkatan Kerja 602.202 596.858 605.159 631.145
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 77,38 77,86 77,82 77,03
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,77 3.31 3,13 3,13
Total Penduduk Berumur 15 tahun ke atas 2.661.913 2.696.136 2.728.747 2.748.117
Total Penduduk Berumur 15 Tahun ke bawah 1.177.383
Total Penduduk Bali 3.922.500
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2011 (Sakernas, 2007--2010) Catatan: Data tercatat pada Agustus tahun ybs.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio antara angkatan kerja
dan total penduduk berumur 15 tahun ke atas, pada tahun 2007 sebesar 76,34% dan
pada tahun 2010 sebesar 77,03 atau selama empat tahun tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio
antara pengangguran dan angkatan kerja, pada tahun 2007 sebesar 3,77 dan pada
tahun 2010 sebesar 3,13 (Tabel 1). Jadi, selama empat tahun terakhir TPT menurun
sebesar 0,64%, yang disebabkan oleh penduduk menganggur yang menurun
walaupun angkatan kerja meningkat (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--
2010).
Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa selama empat tahun
terakhir (2007--2010) angkatan kerja, bukan angkatan kerja, dan penduduk bekerja
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 43
secara riil cenderung meningkat paralel dengan peningkatan total penduduk Bali dan
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sedangkan pengangguran cenderung
menurun. Hal ini disebabkan oleh peningkatan penduduk usia kerja ditampung oleh
perkembangan sektor jasa pariwisata dan sektor informal.
Penduduk yang bekerja dapat dikelompokkan berdasarkan status pekerjaan
utama. Dari sebanyak 1.982.134 jiwa bekerja pada tahun 2007, sebanyak 639.778
jiwa (32,28%) berstatus ‘buruh/karyawan/pegawai’, sebanyak 412.294 jiwa (20,80%)
berstatus ‘berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar’, sebanyak
365.246 jiwa (18,43%) berstatus ‘pekerja keluarga/tak dibayar’, sebanyak 354,175
jiwa (17,87%) berstatus ‘berusaha sendiri’, dan tersedikit 55.857 jiwa (2,82%)
berstatus ‘berusaha dibantu buruh tetap’. Dari sebanyak 2.041.337 jiwa bekerja
pada tahun 2010, sebanyak 639.322 jiwa (31,32%) berstatus
‘buruh/karyawan/pegawai’, sebanyak 434.947 jiwa (21,31%) berstatus ‘berusaha
dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar’, sebanyak 421.004 jiwa (20,62%)
berstatus ‘pekerja keluarga/tak dibayar’, sebanyak 326.937 jiwa (16,02%) berstatus
‘berusaha sendiri’, dan tersedikit 37.543 jiwa (1,84%) berstatus ‘pekerja bebas di
pertanian’ (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--2010).
Selama kurun waktu empat tahun terjadi pergeseran status pekerjaan yang
signifikan, yaitu penduduk bekerja berstatus ‘berusaha sendiri’ menurun dari 354.175
jiwa (17,87%) pada tahun 2007 menjadi 326.937 jiwa (16,02%) pada tahun 2010,
atau setiap tahun menurun sebanyak 6.810 jiwa. Penduduk bekerja berstatus
‘berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar’ meningkat dari sebanyak
412.294 jiwa (20,80%) pada tahun 2007 menjadi 434.947 (21,31%) pada tahun
2010, atau setiap tahun meningkat sebanyak 5.663 jiwa. Penduduk bekerja berstatus
‘pekerja bebas di pertanian’ menurun dari 62.670 jiwa (3,16%) pada tahun 2007
menjadi 37.543 jiwa (1,84%) pada tahun 2010 atau setiap tahun menurun sebanyak
6.282 jiwa. Penduduk bekerja berstatus ‘pekerja bebas di nonpertanian’ meningkat
dari 92.114 jiwa (4,65%) pada tahun 2007 menjadi 126.693 jiwa (6,21%) atau setiap
tahun meningkat sebanyak 8.645 jiwa. Penduduk yang bekerja berstatus ‘pekerja
keluarga/tidak dibayar’ meningkat dari 365.246 jiwa (18,43%) pada tahun 2007
menjadi 421.004 jiwa (20,62%) pada tahun 2010 atau setiap tahun meningkat
sebanyak 13.940 jiwa.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 44
Secara umum proporsi penduduk bekerja berdasarkan status pekerjaan
utama mengalami pergeseran. Penurunan penduduk bekerja berstatus ‘berusaha
sendiri’, ‘berusaha dibantu buruh tetap’, ‘buruh/karyawan/pegawai’, dan ‘pekerja
bebas di pertanian’ diikuti oleh peningkatan penduduk bekerja berstatus ‘berusaha
dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar’, ‘pekerja bebas di nonpertanian’, dan
‘pekerja keluarga/ tidak dibayar’. Status pekerjaan yang bersifat mandiri semakin
menurun, sedangkan usaha-usaha yang bersifat menyerap tenaga kerja semakin
meningkat. Ini mengindikasikan bahwa usaha-usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) di Provinsi Bali semakin berkembang yang membutuhkan tambahan tenaga
kerja dari orang luar keluarga.
Penduduk yang bekerja dapat pula dikelompokkan berdasarkan status
pekerjaan formal dan informal seperti disajikan pada Tabel 3. Penduduk di Provinsi
Bali yang bekerja berjumlah 1.982.134 jiwa pada tahun 2007. Sebanyak 695.635 jiwa
(35,10%) di antaranya bekerja di sektor formal dan sebanyak 1.254.204 jiwa
(65,61%) bekerja pada sektor informal. Pada tahun 2010 penduduk di Provinsi Bali
yang bekerja berjumlah 2.041.337 jiwa. Sebanyak 694.213 jiwa (34,01%) di
antaranya bekerja di sektor formal dan sebanyak 1.347.124 jiwa (65,99%) bekerja
pada sektor informal (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas, 2007--2010).
Perkembangan penduduk bekerja berdasarkan status formal dan informal,
selama empat tahun terakhir (2007--2010) secara riil, baik yang bekerja pada sektor
formal maupun sektor informal, mengalami peningkatan. Akan tetapi, secara
persentase penduduk yang bekerja pada sektor formal mengalami penurunan
sedikit, yang dikompensasi oleh peningkatan penduduk bekerja pada sektor informal.
Ini mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk yang masuk menjadi
angkatan kerja bekerja di sektor formal atau bekerja sendiri tanpa menggantungkan
mata pencahariannya pada jiwa atau lembaga lain. Di samping itu, sektor ini sering
mempekerjakan beberapa pekerja luar keluarga. Jadi, di Provinsi Bali semakin
berkembang sektor mikro dan kecil yang bersifat informal, yang mempekerjakan
orang lain yang berasal dari luar keluarga.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 45
4.1.5 Struktur dan Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian
Struktur perekonomian suatu region merupakan gambaran dari komposisi
seluruh kegiatan produksi barang dan jasa yang dilakukan di wilayah tersebut.
Adanya perubahan struktur produksi akan menyebabkan pergeseran struktur
ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Salah satu indikator yang sering digunakan
untuk mengamati perubahan struktur ekonomi suatu daerah adalah distribusi
persentase nilai tambah bruto sektoral, yang juga dapat digunakan untuk mengamati
keunggulan (potensi) daerah.
Struktur perekonomian Pemprov Bali mempunyai karakteristik yang unik
dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Pilar-pilar ekonomi yang
dibangun lewat keunggulan industri pariwisata sebagai sektor pemimpin (leading
sector) telah membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktivitas ekonomi
serta pengembangan etos kerja masyarakat. Dimensi itu tergambar dari meluasnya
kesempatan kerja, tingginya peluang tingkat pendapatan masyarakat, luasnya
jaringan kerja yang meliputi batas-batas lokal sampai dengan tingkat nasional,
bahkan ke tingkat internasional. Kontribusi sektor-sektor terhadap perekonomian
Provinsi Bali disajikan pada Tabel 4.1.2.
Berdasarkan Tabel 4.1.2 diketahui bahwa selama periode 2005--2009 struktur
perekonomian Provinsi Bali tidak banyak mengalami pergeseran. Komposisi produksi
barang dan jasa wilayah ini tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dukungan
industri pariwisata yang sangat besar telah menyebabkan kelompok sektor jasa-jasa
(tersier) memberikan share nilai tambah yang sangat dominan terhadap
pembentukan PDRB Provinsi Bali. Pada tahun 2005 kontribusi kelompok sektor ini
telah mencapai 64,48% dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi
65,58%. Sementara itu, sektor primer turun dari 20,95% pada tahun 2005 menjadi
18,85% pada tahun 2009. Hal ini sesuai dengan pola umum pembangunan yang
menyatakan bahwa dengan meningkatnya pendapatan per kapita di suatu region,
umumnya disertai dengan penurunan kontribusi sektor primer di region tersebut atau
ekonomi akan selalu bergeser ke arah sektor sekunder dan tersier.
Sektor pariwisata telah memberi pengaruh besar terhadap perekonomian
Provinsi Bali. Pesatnya perkembangan pariwisata di provinsi ini telah menyebabkan
sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dengan industri pariwisata,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 46
seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) memberi kontribusi yang
sangat besar terhadap pembentukan PDRB Bali. Berdasarkan Tabel 4.1.2 diketahui
bahwa selama periode 2005--2009 sektor pariwisata yang direpresentasikan oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberi share terhadap perekonomian Bali,
yaitu sebesar 29.37% tahun 2005 meningkat menjadi 30.00% tahun 2009.
Tabel 4.1.2 Distribusi Persentase PDRB Bali Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005--2009
No Lapangan Usaha Persentase PDRB Provinsi Bali atas Dasar
Harga Berlaku
2005 2006 2007 2008 2009
I Sektor Primer 20.95 20.65 20.07 19,01 18.86
1 Pertanian 20.29 19.96 19,41 18,33 18.21
2 Pertambangan dan Penggalian 0.66 0.69 0,66 0,68 0.65
II Sektor Sekunder 14.57 14.92 15,42 16,14 15.56
3 Industri Pengolahan 8.69 8.70 8,99 9,34 9.16
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.85 1.94 2,00 2,10 2.00
5 Bangunan/Konstruksi 4.03 4.28 4,43 4,70 4.40
III Sektor Tersier 64.48 64.43 64,51 64,59 65.58
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 29.37 28.88 28,98 28,96 30.00
7 Pengangkutan dan Komunikasi 11.85 11.86 12,33 12,62 13.76
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perush 7.07 7.46 7,34 7,62 7.11
9 Jasa-jasa lain 16.19 16.23 15,86 15,35 14.71
J u m l a h 100.00 100.00 100,00 100,00 100.00
Sumber: PDRB Provinsi Bali, 2004-2009 dan Data Bali Membangun 2009 PDRB 2009 = angka sementara
Selain sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor yang memberikan
kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, yaitu suatu sektor yang berbanding
terbalik dengan sektor PHR. Sektor pertanian adalah satu-satunya sektor yang
mampu bertahan pada saat krisis, tetapi dari tahun ke tahun memperlihatkan
kontribusi yang terus menurun. Pada tahun 2005 kontribusi sektor ini mencapai
20.95% terus menurun hingga pada tahun 2008 kontribusinya tinggal 18.8%.
Meskipun termasuk daerah agraris, penduduk Bali tidak hanya
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor yang juda dapat digunakan
sebagai mata pencaharian adalah sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan jasa.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 47
Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Bali (Angka Sementara) tercatat sebesar
5,33% atau lebih rendah daripada target pertumbuhan sebesar 5,74%. Tidak
tercapainya pertumbuhan ini disebabkan oleh faktor internal, seperti kenaikan harga
pangan serta faktor eksternal, yaitu masih dirasakannya imbas krisis global finansial.
Meskipun jumlah kunjungan wisatawan langsung tumbuh sebesar 13,90%, yaitu dari
1.992.238 orang pada tahun 2008 menjadi 2.269.217 orang pada tahun 2009.
Namun, dari sisi kualitas wisman justru mengalami penurunan. Kualitas wisman ini
ditunjukkan dengan lama tinggal yang semakin pendek dari 13,6 hari pada tahun
2008 menjadi 8,75 hari dan pengeluaran per hari dari 148 U$ per hari menjadi 134
US$ per hari. Struktur perekonomian Bali masih didominasi oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 30,00% diikuti oleh sektor pertanian
sebesar 18,21 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 14,72%.
4.1.6 Kondisi Sosial Kemasyarakatan
Kondisi sosial masyarakat Bali secara umum berjalan dengan cukup baik. Hal
ini terlihat dari kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat berjalan
dengan baik sebagaimana biasanya. Namun, pembangunan di bidang sosial
kemasyarakatan tetap harus ditingkatkan mengingat hal ini dapat dijadikan sebagai
bentuk investasi jangka panjang.
Keberhasilan penanganan masalah sosial dapat ditunjukkan dengan semakin
berkurangnya penyandang masalah kesejahteraan sosial, seperti anak terlantar,
penduduk lanjut usia yang terlantar, wanita tuna susila, penyalahgunaan narkoba
dan anak terlantar. Keberhasilan pembangunan ekonomi tahun 2009 ini berdampak
pula pada penurunan persentase penduduk miskin yang mencapai 5,13% lebih
rendah jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 6,17%. Keberhasilan
lain juga ditunjukkan dengan berkurangnya angka pengangguran terbuka dari 3,31%
tahun 2008 menjadi 3,13% pada tahun 2009 (Data Bali Membangun, 2009).
4.1.7 Bali Mandara
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan
peluang yang ada serta mempertimbangkan kearifan lokal yang hidup dalam
masyarakat Bali maka visi yang hendak dicapai dalam periode Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bali adalah ”Terwujudnya Bali
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 48
yang Maju, Aman, Damai, dan Sejahtera (MANDARA)”. Dengan memperhatikan
visi tersebut serta memperhatikan perubahan paradigma dan kondisi yang akan
dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Bali tetap eksis dalam
menghadapi gempuran pengaruh global sebagai akibat dari perkembangan
pariwisata di Bali (Data Bali Membangun, 2009: Umum).
Penjabaran makna dari Visi tersebut adalah seperti diuraikan dibawah ini
(Data Bali Membangun, 2009: Umum).
Bali maju adalah Bali yang dinamis, Bali yang terus bergerak menurut
dinamika pergerakan dan perkembangan dunia. Bali yang senatiasa bergerak dan
maju dengan tetap menjungjung kesucian dan keikhlasan demi tegaknya dharma.
Bali yang maju adalah Bali yang harus tetap “metaksu” yang senantiasa
meningkatkan kualitas dirinya sebagai daerah tujuan wisata yang andal, berkarisma,
dan religius. Bali yang maju adalah Bali yang modern menurut ukuran dan tuntutan
nilai-nilai universal yang tidak menyimpang dan atau bertentangan dengan nilai-nilai
agama Hindu (Bali) serta adat istiadat Bali. Ke-modern-annya dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup dan peradaban sebagai masyarakat yang berada di
perkampungan dunia yang terbuka.
Bali aman adalah Bali yang “dabdab” teratur sekala niskala. Bali yang
memiliki keseimbangan antara korelasi kebutuhan hubungan antarmanusia dengan
manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam lingkungannya, serta hubungan
manusia dengan Tuhan sejalan dengan konsep Tri Hita Karana. Bali yang aman
adalah Bali yang terhindar dari ancaman intervensi virus-virus ideologi yang
bertentangan dengan Tri Hita Karana, seperti terorisme, anarkisme, dan virus non
traditional threat lainnya yang mewarnai Zaman Kali.
Bali damai adalah Bali yang diselimuti atmosfer kesejukan lahir batin serta
selalu dalam kondisi “tis” dan kondusif. Bali damai adalah Bali yang menggambarkan
adanya komunitas masyarakat Bali, baik di perkotaan maupun pelosok pedesaan
yang kental dengan suasana “briyag-briyug, pakedek pakenyem”. Hal tersebut
sebagai indikator optimisme masyarakat dalam menatap masa depan yang
menjanjikan.
Bali sejahtera adalah Bali yang Sukerta Sekala Niskala, sebagai akumulasi
diperolehnya kemajuan, keamanan, dan kedamaian.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 49
Bali yang Maju, Aman, Damai, dan Sejahtera atau menuju Bali Mandara
akan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM),
peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, pengembangan
kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan. Di samping itu, mengembangkan
ekonomi kerakyatan, meningkatkan peran sektor pertanian, memantapkan
pengembangan koperasi dan lembaga ekonomi kerakyatan lainnya,
mengembangkan industri kecil dan industri menengah lainnya, serta memperkuat
lembaga tradisional kemasyarakatan. Kegiatan lain adalah mewujudkan
ketenteraman, kedamaian, dan kerukunan hidup bermasyarakat dalam
kemajemukan serta mengembangakan sistem keamanan yang berstandar
internasional.
Untuk menggiatkan pertumbuhan ekonomi Bali, PDRB per kapita diharapkan
meningkat menjadi Rp 24,48 juta dalam jangka waktu lima tahun, maka dorongan
terhadap pertumbuhan ekonomi juga diberikan dengan pengembangan sarana dan
prasarana publik yang memadai terutama di wilayah Bali Utara, Barat, dan Timur.
Selain itu, juga memperbaiki infrastruktur penunjang pariwisata, mensinergikan
pembangunan pertanian dengan sektor pariwisata, dan mewujudkan ekonomi
kerakyatan yang tangguh.
Hal-hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah isu-isu strategis yang
selama lima tahun sebelumnya belum dapat dituntaskan, seperti masalah
kemiskinan, pengangguran, pendidikan, kesehatan, tingkat kesejahteraan
masyarakat, ketimpangan pembangunan antardaerah, desa tertinggal, migrasi
penduduk, dan lemahnya sistem keamanan Bali.
Untuk dapat mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta
memperhatikan tantangan ke depan dengan mempertimbangkan peluang yang
dimiliki untuk menuju Bali Mandara, yaitu Bali yang Maju, Aman, Damai, dan
Sejahtera, maka rumusan Misi Provinsi Bali dalam pencapaian Visi Bali 2013
ditetapkan dalam tiga misi. Ketiga misi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 50
Pertama: Mewujudkan Bali yang Berbudaya, Metaksu, Dinamis, Maju dan Modern
Tujuan:
Meningkatkan mutu pendidikan, kesehatan, IPTEK, peran perempuan, kelestarian
budaya Bali, daya saing, kecerdasan masyarakat dalam berpolitik dan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa
Sasaran:
1. Meningkatnya akses dan mutu pada layanan pendidikan serta terlaksananya
wajib belajar 12 tahun
2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
3. Meningkatnya IPTEK dan daya saing sumbe rdaya manusia.
4. Meningkatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dalam pendidikan
dan kesehatan.
5. Meningkatnya peran gender dalam pembangunan.
6. Meningkatnya kualitas tenaga kerja dan lembaga pendidikan ketenagakerjaan.
7. Terwujudnya pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam kehidupan
bermasyarakat.
8. Meningkatnya kecerdasan masyarakat dalam berpolitik.
9. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
10. Meningkatnya kinerja dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
11. Terwujudnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat.
Kedua: Mewujudkan Bali yang Aman, Damai, Tertib, Harmonis, serta Bebas dari Berbagai Ancaman
Tujuan:
Mewujudkan pengaturan tata ruang, pelestarian lingkungan alam dan meningkatkan
fungsi kawasan lindung, pengendalian dan pengaturan pertumbuhan serta
persebaran penduduk, meningkatkan toleransi dan kerja sama antarumat beragama,
serta mewujudkan sistem keamanan yang berstandar internasional.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 51
Sasaran:
1. Terwujudnya pengaturan tata ruang.
2. Terpeliharanya sumber daya air dan terpenuhinya ketersediaan air baku.
3. Meningkatnya pemulihan dan fungsi kawasan hutan, perlindungan, konservasi
alam dan partisipasi masyarakat dalam pengelolan hutan serta pelestarian
panorama alam Bali.
4. Terkendalinya pertumbuhan, persebaran, dan administrasi kependudukan.
5. Meningkatnya kesadaran akan perbedaan, toleransi, dan kerja sama antar umat
beragama.
6. Terwujudnya sistem keamanan yang berstandar internasional.
7. Meningkatnya keharmonisan hubungan antarmasyarakat dan antar-kelembagaan
tradisional Bali.
Ketiga: Mewujudkan Bali yang Sejahtera dan Sukerta Lahir Batin
Tujuan:
Meningkatkan daya beli masyarakat melalui pembangunan ekonomi kerakyatan yang
tangguh, pengembangan industri kecil dan rumah tangga, serta industri pengolahan
hasil (pertanian, kelautan, dan perikanan), pembangunan bidang pertanian, kelautan,
perikanan, dan pariwisata yang saling mendukung, serta pengembangan prasarana
dan sarana publik.
Sasaran:
1. Terwujudnya ekonomi kerakyatan yang tangguh.
2. Berkembangnya industri kecil dan industri rumah tangga yang berdaya saing
tinggi.
3. Meningkatnya kemitraan pemasaran hasil industri kecil dan menengah.
4. Meningkatnya minat investasi dengan menyederhanakan kebijakan dan regulasi.
5. Meningkatnya peran sektor pertanian dalam perekonomian Bali.
6. Meningkatnya kerja sama pengembangan budi daya, pelatihan, dan pemanfaatan
teknologi pertanian.
7. Berkembangnya komoditas andalan, unggulan, dan rintisan serta meningkatnya
produktivitas dan produksi perikanan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 52
8. Meningkatnya pengelolaan sumber daya ikan serta ekosistem perairan, pesisir
dan daratan.
9. Meningkatnya lapangan kerja, ekspor, komsumsi ikan per kapita, dan
kesejahteraan masyarakat.
10. Meningkatnya kerja sama kemitraan pembangunan pertanian dengan sektor
pariwisata.
11. Berkembangnya kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan.
12. Meningkatnya prasarana dan sarana publik yang memadai, ketersediaan energi
dan infrastruktur untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat.
13. Berkurangnya penduduk miskin dan penyandang masalah sosial.
4.2 Profil UMKM di Provinsi Bali
Uraian mengenai profil UKM di Provinsi Bali berikut hampir semuanya
bersumber dari publikasi BPS (Biro Pusat Statistik) tentang industri mikro dan kecil.
Publikasi ini merupakan hasil pelaksanaan Survei Industri Mikro dan Kecil yang
dilaksanakan pada Juli--Agustus 2010 dengan metode sampel. Sumber lainnya
diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi dan UKM
Provinsi Bali.
Profil yang dimaksud berikut mencakup jumlah usaha, klasifikasi lapangan
usaha, dan beberapa aspek yang berkaitan dengan UKM, seperti penyerapan
tenaga kerja, permodalan, kendala, prospek usaha, dan lain-lain.
4.2.1 Jumlah Usaha dan Klasifikasi Lapangan Usaha
Menurut Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, Juni 2011 tercatat 233.346
UKM di Provinsi Bali. Jumlah ini menurun 6.011 unit (2.51 persen) dibandingkan
dengan tahun 2010. Sebagian besar (72,5 persen) dari UKM ini tergolong usaha
informal, yaitu usaha yang tidak mempunyai izin dari pemerintah. Sebaliknya,
sisanya, yaitu 27,5 persen mempunyai izin dari pemerintah sehingga digolongkan
sebagai usaha formal. UKM ini tersebar di semua kabupaten/kota di Provinsi Bali,
tetapi proporsi terbesar (31,9 persen) berada di Kab Gianyar, kemudian disusul
berturut-turut di Kab Karangasem (16,0 persen), Bangli (13,2 persen), dan Jembrana
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 53
(11,8 persen). Di enam kabupaten/kota yang lainnya proporsinya bervariasi antara
3,8 persen (Buleleng) sampai dengan 7,2 persen.
Dilihat dari klasikasi usaha, proporsi terbesar merupakan usaha di bidang
perdagangan, kemudian disusul berturut-turut pada usaha industri kerajinan, industri
nonpertanian, dan aneka jasa (Tabel 4.2.1).
Tabel 4.2.1 Distribusi UKM Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha di Provinsi Bali, Juni 2011
NO.
KABUPATEN/ KOTA
Lapangan Usaha Jumlah Perdagangan Industri
pertanian
Industri non-
pertanian
Aneka jasa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Buleleng
Jembrana
Tabanan
Badung
Denpasar
Gianyar
Bangli
Klungkung
Karangasem
5,8
10,4
10,1
13,7
7,6
16,2
23,4
1,0
11,9
1,9
12,7
2,0
2,0
1,2
42,8
3,0
8,5
25,8
3,9
5,0
0,0
1,9
2,2
71,7
4,2
4,5
6,5
3,4
27,6
7,2
4,6
9,8
12,3
18,0
1,8
15,2
3,8
11,8
7,2
7,2
4,8
31,9
13,2
4,1
16,0
Persen 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Bali (unit) 100.493 79.156 30.286 19.750 233.346
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali
4.2.2 Ketenagakerjaan
Uraian tentang ketenagakerjaan UKM berikut dilihat dari tiga aspek, yaitu
banyaknya tenaga kerja yang diserap, status pekerja, dan hari kerja per bulan.
Dari Tabel 4.2.2 terlihat tahun 2010 di Provinsi Bali tercatat 84.701 unit UKM
dengan jumlah pekerja 177.723 orang. Ini berarti bahwa rata-rata setiap UKM
menyerap pekerja sebanyak dua orang. Dari tabel yang sama tampak UKM yang
menyerap pekerja kurang dari lima orang mencapai 95,0 persen. Sebaliknya, UKM
yang menyerap pekerja antara 5--9 orang hanya 3,5 persen. Malahan yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 54
menyerap pekerja antara 10--14 orang dan 15--19 orang masing-masing kurang dari
1,0 persen.
Di sisi lain pekerja yang terserap oleh UKM 65,1 persen di antaranya
berstatus tak dibayar. Hanya 34,9 persen yang dibayar. Dari segi hari kerja lebih dari
80,0 persen pekerja bekerja antara 21--30 hari per bulan. Sebaliknya, sisanya hari
kerjanya per bulan 1--10 hari (3,1 persen) dan 11--20 hari (15,1 persen).
Gambaran di atas menunjukkan bahwa UKM di Provinsi Bali mayoritas
menyerap pekerja yang relatif sedikit, lebih banyak pekerjanya tidak dibayar dan
lebih banyak mempunyai hari kerja per bulan lebih dari 20 hari.
Tabel 4.2.2
Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Ketenagakerjaan, 2010
Aspek Ketenaakerjaan Klasifikasi Jumlah
Orang/Unit Persen
Kelompok tenaga kerja
(orang)
1
2--4
5--9
10--14
15--19
Jumlah
41.270
39.194
2.979
737
521
84.701
48,7
46,3
3,5
0,9
0,6
100,0
Status tenaga kerja
(orang)
Dibayar
Tak dibayar
Jumlah
61.999
115.724
177.723
34,9
65,1
100,0
Jumlah hari kerja/bulan 1--10
11--20
21--30
Jumlah
2.629
12.778
69.394
84.701
3,1
15,1
81,8
100,0
Sumber: BPS (2010)
4.2.3 Sosial Ekonomi
Aspek sosial ekonomi mencakup tiga hal, yaitu tingkat pendidikan pengusaha
UKM, umur, dan balas jasa pekerja. Tabel 4.2.3 menunjukkan hampir 57,0 persen
pengusaha UKM berpendidikan tamat SD ke bawah. Kemudian proporsinya semakin
menurun pada kelompok pendidikan yang semakin tinggi. Yang berpendidikan
sarjana hanya 1,7 persen.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 55
Dari segi umur proporsi terbesar (60,4 persen) berada pada keompok umur
25--44 tahun, kemudian disusul oleh kelompok umur 45--64 tahun (32,0 persen).
Kelompok yang lain masing-masing proporsinya relatif rendah, yaitu kurang dari 5,0
persen.
Tabel 4.2.3 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Sosial Ekonomi, 2010
Aspek Sosial Ekonomi Klasifikasi Jumlah
Unit Persen
Tingkat pendidikan yang ditamatkan pengusaha UKM
SD tak tamat
SD
SLTP
SLTA
Diploma I/II
Sarjana muda
Sarjana atau lebih tinggi
Jumlah
20.433
27.716
16.191
17.528
1.245
137
1.451
84.701
24,1
32,7
19,1
20,7
1,5
0,2
1,7
100,0
Kelompok umur
(tahun)
< 20
20 – 24
25 – 44
45 – 64
65+
Jumlah
553
2.374
51.146
27.065
3.563
84.701
0,6
2,8
60,4
32,0
4,2
100,0
Balas jasa per pekerja
(Rp.000/bulan)
< 100
100 – 149
150 – 199
200 – 249
250 – 299
300 – 449
500 – 999
1.000+
Jumlah
368
445
204
677
265
2.507
8.966
7.482
20.914
1,8
2,1
1,0
3,2
1,3
12,0
42,9
35,8
100,0
Sumber: BPS (2010).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 56
Dari tabel yang sama terlihat jumlah UKM yang membayar pekerjanya
sebanyak 20.914 unit atau sekitar 25,0 persen dari seluruh UKM. Dari jumlah UKM
tersebut yang membayar pekerja per bulan Rp 500.000,00 ke atas per pekerja
hampir mencapai 80,0 persen. Dari tabel yang sama 1,8 persen UKM membayar
pekerjanya per bulan kurang dari Rp 100.000,00/ orang.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa pengusaha UKM lebih banyak hanya
berpendidikan SD ke bawah, berumur antara 25--44 tahun, dan sebagian besar
membayar pekerjanya di atas Rp 500.000,00 per bulan.
4.2.4 Permodalan
Ada tiga hal yang diuraikan pada aspek permodalan. Pertama, sumber modal.
Kedua, asal pinjaman. Ketiga, apa alasan UKM tidak memanfaatkan pinjaman dari
bank. Hampir 70,0 persen UKM di Provinsi Bali modalnya sepenuhnya milik sendiri.
Sebaliknya, yang menyatakan sepenuhnya dari pihak lain sekitar 12,0 persen.
Sisanya, yaitu 18,8 persen sebagian modalnya berasal dari phak lain. UKM yang
modalnya sepenuhnya atau sebagian berasal dari pihak lain, hanya 29,4 persen
menyebutkan bersumber dari bank. Proporsi besar kedua yaitu 27,1 persen
merupakan pinjaman dari perorangan, sedangkan dari sumber lain menempati
proporsi besar ketiga (24,4 persen).
Di atas disebutkan bahwa UKM yang modalnya berasal dari luar (baik
sebagian maupun sepenuhnya) yang berasal dari bank hanya 29,4 persen. Ada
banyak alasan mengapa UKIM tidak memanfaatkan pinjaman dari bank. Alasan yang
paling banyak karena memang mereka tidak berminat. Alasan lain berkaitan dengan
teknis perbankan, tetapi yang paling banyak karena tidak mempunyai agunan (Tabel
4.2.4).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 57
Tabel 4.2.4 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Aspek Permodalan, 2010
Aspek
Permodalan
Klasifikasi Jumlah
Unit Persen
Sumber modal Sepenuhnya milik sendiri
Sebagian dari pihak lain
Sepenuhnya dari pihak lain
Jumlah
58.557
15.943
10.201
84.701
69,1
18,8
12,1
100,0
Asal pinjaman
utama
Bank
Koperasi
Lembaga keuangan bukan bank
Modal ventura
Perorangan
Keluarga
Lainnya
Jumlah
7.684
2.071
2.024
46
7.077
750
6.371
26.144
29,4
7,9
7,7
0,2
27,1
2,9
24,4
100,0
Alasan tidak
meminjam dari
bank
Tak tahu prosedur
Prosedur sulit
Tak ada agunan
Suku bunga tinggi
Usulan ditolak
Tidak berminat
Jumlah
4.073
3.534
17.845
7.926
744
42.316
76.438
5,3
4,6
23,3
10,4
1,0
55,4
100,0
Sumber: BPS (2010)
4.2.5 Kesulitan Utama UKM
Dari 84.704 UKM yang ada sekitar 20,0 persen (67.862 UKM) menyebutkan
mengalami kesulitan utama. Ini berarti bahwa 20,0 persen tidak mengalami kesulitan
utama. Proporsi terbesar UKM menyebutkan kesulitan utamanya adalah di bidang
permodalan. Kesulitan bahan baku dan pemasaran dinyatakan oleh 43,7 persen
UKM. Kesulitan bahan baku hampir 80,0 persen UKM mengatakan berkaitan dengan
kelangkaan dan harga yang mahal (Tabel 4.2.5).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 58
Tabel 4.2.5 Profil UKM di Provinsi Bali Dilihat dari Kesulitan Utama yang Dihadapi, 2010
Kesulitan utama Klasifikasi Jumlah
Unit Persen
Jenis kesulitan utama Bahan baku
Pemasaran
Modal
BBM/energi
Trasportasi
Keterampilan
Upah buruh
Lainnya
Jumlah
15.292
14.388
26.678
1.679
498
1.278
548
7.501
67.862
22,5
21,2
39,3
2,5
0,7
1,9
0,8
11,0
100,0
Kesulitan utama bahan
baku
Langka
Mahal
Jauh
Lainnya
Jumlah
7.447
5.967
1.329
549
15.292
48,7
39,0
8,7
3,6
100,0
Sumber: BPS (2010)
4.2.6 Bimbingan dan Kemitraan
UKM merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
pengembangan ekonomi daeran ataupun nasional. Sumbangannya dalam menyerap
pekerja relatif banyak, tetapi di sisi lain UKM umumnya merupakan usaha rumah
tangga yang sebagian besar masih bercampur dengan tempat tinggalnya.
Pembinaan masih terus harus dilakukan agar masalah yang dihadapi, seperti
permodalan, pemasaran, dan pengelolaan usaha segera dapat diatasi.
Tahun 2010 dari 84.704 UKM yang ada di Provinsi Bali hanya 10,0 persen
(8.437 UKM) yang pekerjanya pernah mengikuti bimbingan. Adapun jenis
bimbingannya meliputi manjerial, keterampilan teknik produksi, pemasaran dan
lainnya. Dari berbagai jenis bimbingan tersebut lebih dari 75,0 persen bimbingannya
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 59
berupa keterampilan produksi (Tabel 4.6). Dari tabel yang sama terlihat sebagian
besar bimbingan tersebut dilakukan oleh pemerintah dan swasta.
Tabel 4. 2.6 Profil UKM di Provinsi Bali yang Pernah Mengikuti Bimbingan dan Menjalin
Kemitraan, 2010
Aspek bimbingan Klasifikasi Jumlah
Unit Persen
Bentuk bimbingan Manajerial
Keterampilan teknik produksi
Pemasaran
Lainnya
Jumlah
776
6.444
984
233
8.437
9,2
76,4
11,7
2,8
100,0
Penyelenggara
bimbingan
Sendiri
Pemerintah
Swasta
LSM
Lainnya
Jumlah
737
4.354
2.364
139
843
8.437
8,7
51,6
28,0
1,6
10,0
100,0
Bentuk kemitraan Pinjaman uang/barang modal
Pengadaan bahan baku
Pemasaran
Bimbingan usaha
Lainnya
Jumlah
2.365
10.727
17.338
710
1.565
32.705
7,2
32,8
53,0
2,2
4,8
100,0
Sumber: BPS (2010).
Usaha lain yang dilakukan dalam upaya pengembangan UKM adalah
mendorong berbagai pihak untuk menjalin kemitraan dengan pihak UKM. Dari
seluruh UKM yang ada baru sekitar 39,0 persen yang sudah menjalin kemitraan
dengan pihak lain. Akan tetapi, jalinan kemitraan yang paling banyak (53,0 persen)
menjalin kemitraan dalam bidang pemasaran, kemudian diikuti dalam bentuk
pengadaan bahan baku (32,8 persen).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 60
4.2.7 Pemasaran
Sekitar 93,0 persen UKM di Bali wilayah pemasarannya di dalam negeri.
Sebaliknya, yang pemasarannya ke luar negeri hanya 5,5 persen. Sisanya, yaitu 1,2
persen wilayah pemasarannya dalam dan luar negeri. Khusus yang memasarkan
produk di dalam negeri, lebih dari 82,0 persen pasarnya hanya dalam satu
kabupaten/kota. Sebaliknya, yang memasarkan produk luar kabupaten/kota 15,2
persen. Hanya 2,7 persen UKM yang memasarkan produk ke luar provinsi (Tabel
4.2.7).
Tabel 4.2.7 Profil Jangkauan Pemasaran UKM di Provinsi, 2010.
Aspek pemasaran Klasifikasi Jumlah
Unit Persen
Wilayah pemasaran Dalam negeri
Luar negeri
Dalam dan luar negeri
Jumlah
79.022
4.626
1.053
84.701
93,3
5,5
1,2
100,0
Wlayah pemasaran dalam negeri
Dalam satu kabupaten/kota
Luar kabupaten/kota
Luar provinsi
Jumlah
75.891
14.093
2.472
92.456*)
82,1
15,2
2,7
100,0
Persentase produksi yang di ekspor
< 15
15--39
40--64
65--79
80 +
Jumlah
125
272
565
21
4.696
5.679
2,2
4,8
9,9
0,4
82,7
100,0
Sumber: BPS (2010) Catatan: *) Ada beberapa UKM yang jangkauan pemasarannya lebih dari satu wilayah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 61
Dari tabel yang sama terlihat bahwa UKM yang pemasarannya eskpor, sekitar
82,0 persen UKM jumlah ekspornya lebih dari 80 persen dari total produknya. Jadi,
UKM yang melayani pasar ekspor sebagian besar produknya memang ditujukan
pada pasar ekspor.
4.2.8 Rencana UKM ke Depan
Tabel 4.2.8 menunjukkan bahwa jumlah UKM yang mempunyai rencana ke
depan hanya 46,1 persen. Rencana ke depan yang diinginkan adalah memperluas
tempat usaha dan meningkatkan kualitas produksi. Jumlah UKM yang membuat
kedua rencana tersebut lebih dari 85,0 persen. Sebaliknya, UKM yang tidak
mempunyai rencana ke depan mengemukakan berbagai alasan. Alasan yang paling
banyak dikemukakan adalah kekurangan modal (52,2 oersen), kesulitan pemasaran
(16,0 persen), dan kurangnya keahlian (4,6 persen). Sisanya karena alasan lain. Ini
berarti bahwa masalah modal dan pemasaran merupakan alasan klasik
pengembangan UKM ke depan.
Tabel 4.2.8 Ada Tidaknya Rencana UKM Provinsi Bali ke Depan, 2010
Rencana ke
depan
Klasifikasi Jumlah
Unit Persen
Ada tidaknya
rencana
Ada
Tidak ada
Jumlah
39.046
45.655
84.701
46,1
53,9
100,0
Rencana yang
akan ditempuh
Memperluas tempat usaha
Membuka cabang
Meningkatkan kualitas produksi
Lainnya
Jumlah
15.068
3.738
18.676
1.564
39.046
38,6
9,6
47,8
4,0
100,0
Alasan utama tidak ada rencana
Kekurangan modal Kesulitan pemasaran Kurang keahlian Lainnya Jumlah
23.845 7.307 2.103
12.400 45.655
52,2 16,0 4,6
27,2 100,0
Sumber: BPS (2010)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 62
BAB V KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT PENGEMBANGAN UMKM DAN
PERANAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN UMKM
5.1 Kebijakan Pemerintah Terkait Pengembangan UMKM 5.1.1 Konsep dan Definisi Menurut UU No 20, Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
omzet penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00.
Usaha Kecil adalah ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Kriteria
usaha kecil memiliki kekayaan bersih antara Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau omzet penjualan tahunan
berkisar antara Rp 300 juta sampai dengan Rp 2.500 juta.
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dalkukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai, atau menjadi bagian,
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Kriteria
usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp
10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau omzet penjualan
tahunan Rp 2,5 miliar sampai dengan Rp 50 miliar.
Selama ini UMKM telah memberikan sumbangan yang relatif besar terhadap
perkembangan ekonomi nasional ataupun daerah. Tahun 2008 jumlah pelaku
UMKM mencapai 51,3 juta unit atau 99 persen dari seluruh pelaku ekonomi. Tenaga
kerja yang mampu diserap hampir mencapai 91 juta orang atau 97 persen dari
seluruh pekerja.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 63
5.1.2 Kebijakan UMKM di Tingkat Nasional Penentu kebijakan UMKM ditingkat nasional ditetapkan oleh Kementerian
Koperasi dan UKM. Sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya kementerian
ini merumuskan visinya “menjadi kementerian yang kredibel guna mewujudkan koperasi dan UMKM yang tangguh dan mandiri sebagai soko guru perekonomian nasional”. Visi tersebut dalam kaitan pengembangan UMKM
dijabarkan menjadi tiga misi, yaitu (1) menumbuhkan dan mengembangkan
kewirausahaan UMKM, (2) meningkatkan daya saing UMKM, dan (3)
mengembangkan pembiayaan dan penjaminan bagi UMKM.
Untuk mewujudkan misi tersebut Kementerian Koperasi dan UKM
menetapkan sasaran strategis sebagai berikut.
a. Peningkatan jumlah dan peran UMKM dalam perekonomian nasional
b. Peningkatan pemberdayaan UMKM
c. Peningkatan daya saing UMKM
d. Peningkatan pemasaran produk UMKM
e. Penyediaan akses pembiayaan dan penjaminan bagi UMKM
f. Perbaikan iklim usaha yang lebih berpihak pada UMKM
g. Pengembangan wirausaha UMKM
5.1.3 Kebijakan UMKM di Provinsi Bali Di tingkat daerah khususnya Provinsi Bali kebijakan pengembangan UMKM
ditetapkan oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali. Sama halnya dengan lingkup
nasional, UMKM di Provinsi Bali diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
relatif besar terhadap perekonomian daerah melalui penciptaan kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan, dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Untuk
mencapai tujuan ini Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali menetapkan visi
“Terwujudnya koperasi, usaha kecil dan menengah berperan sebagai pelaku utama dalam perekonomian daerah yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan menuju Bali Mandara”.
Untuk mewujudkan visi tersebut dan memberikan arah serta tujuan yang
ingin dicapai serta memberikan fokus terhadap program yang akan dilaksanakan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 64
dan untuk menumbuhkan partisipasi semua piahak, ditetapkan misi “Mewujudkan ekonomi kerakyatan yang andal dengan mendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan, struktur permodalan yang sehat, dan mengembangkan kemitraan”.
Agar misi tersebut tercapai, dirumuskan tujuan dan sasaran yang kemudian
diikuti oleh penetapan strategi dan kebijakan untuk mencapainya. Tujuan dan
sasaran dari misi tersebut dijabarkan sebagai berikut.
Tujuan: 1. Mewujudkan usaha ekonomi kerakyatan.
2. Mewujudkan kemitraan dalam dunia usaha.
Sasarannya adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan usaha ekonomi kerakyatan.
2. Meningkatkan kemitraan UKM dan koperasi dengan pengusaha besar,
BUMD, dan BUMN.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut khususnya yang berkaitan dengan
UMKM ditetapkan berbagai strategi dan kebijakan sebagai berikut.
Strategi: 1. Meningkatnya SDM pengusaha kecil melalui diklat dan nondiklat.
2. Mengembangkan kelembagaan dan usaha pengusaha kecil dan menengah.
3. Meningkatkan kemitraan usaha kecil dan menengah.
4. Meningkatkan dukungan perkuatan kepada kelompok perajin/unit usaha yang
baru tumbuh dan berkembang.
5. Meningkatkan pengelolaan keuangan nonbank.
6. Menyusun perencanaan pembangunan daerah.
Untuk mencapai strategi diatas ditetapkan berbagai kebijakan sebagai berikut.
1. Mengembangkan lingkungan usaha yang kondusif.
2. Peningkatan akses UMKM ke sumber daya produktif.
3. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM.
4. Peningkatan sinergi dan partisipasi masyarakat.
5. Pemberdayaan UMKM.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 65
6. Meningkatkan kualitas layanan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
7. Meningkatkan sarana dan prasarana kerja aparatur pemerintah.
5.2 Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM 5.2.1 Kontribusi UMKM Salah satu pelaku usaha yang memiliki eksistensi penting, tetapi kadang
dianggap “terlupakan” dalam percaturan kebijakan di negeri ini adalah usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM). Padahal, kenyataannnya menunjukkan bahwa UMKM
berpotensi memiliki peran strategis dalam mempercepat pembangunan di daerah,
tidak saja dalam penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan, dan
peningkatan standar hidup masyarakat setempat, tetapi juga menjadi sebagai
perekat sekaligus menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Di samping itu, masih
dijumpai adanya kesenjangan sebagian pelaku UMKM yang belum bankable, maka
perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif perbankan dalam pengembangan
UMKM. Pengembangan UMKM berbasis kerakyatan sebagai sasaran utama
pembangunan perlu dilandasi komitmen positif, selain melakukan koordinasi yang
baik antara pebisnis dan stakeholder dengan mengaplikasikan strategi agresif
berbasis kemitraan. Langkah strategis yang segera perlu dilakukan adalah
pengembangan mutu sumber daya manusia berjiwa wirausaha, teknologi, dan
informasi terkini, akses pendanaan berbiaya rendah, dan pemasaran secara agresif.
Kemudian, diikuti dengan upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas secara
berkelanjutan sedemikian rupa sehingga mampu membangkitkan daya saing. Elsistensi UMKM di negeri ini terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun
2008 sebanyak 48,9 juta unit dan terbukti memberikan kontribusi 53,28% terhadap
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja.
Sepanjang 2005--2008 kumulatif pertumbuhan PDB migas UMKM masing-masing:
5,61%; 5,52%; 5,97%; dan 5,40%, sedangkan pertumbuhan tanpa migas masing-
masing 5,62%; 5,55%; 5,99%; dan 5,41%. Sementara itu, pertumbuhan PDB usaha
besar dengan migas masing-masing 3,77%; 4,42%; 5,32%; dan 5,60%, sedangkan
tanpa migas masing-masing 5,81%; 6,64%; 7,49%; dan 7,17%. Berdasarkan data
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 66
pertumbuhan PDB selama empat tahun itu, diketahui bahwa dengan migas laju
pertumbuhan UMKM lebih baik daripada laju pertumbuhan usaha besar walaupun
pertumbuhan PDB usaha besar cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Bila
dicermati dari laju pertumbuhan PDB tanpa migas, pertumbuhan PDB usaha besar
lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB UMKM. Ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan PDB migas yang umumnya dikelola oleh usaha besar mengalami
penurunan setiap tahunnya.
Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan UMKM akan selalu melibatkan
peran pemerintah, Bank Indonesia, dan lembaga-lembaga lainnya yang peduli
UMKM. Terdapat banyak departemen dan kementerian yang memiliki program
terkait dengan pengembangan UMKM. Banyak BUMN yang memiliki program
“community development” untuk memberikan perhatian demikian besar kepada
UMKM. Namun, jika UMKM masih juga belum banyak berkembang dan dianggap
masih jauh dari harapan, maka diperlukan kebijakan yang lebih kondusif, koordinatif,
dan terintegrasi dalam membenahi sektor yang paling banyak menyangkut hajat
hidup orang banyak.
Sejalan dengan kondusifnya makro ekonomi dan perubahan paradigma
perbankan dalam memandang UMKM dalam beberapa tahun belakangan
menunjukkan bahwa telah terjadi adanya perubahan perilaku bisnis perbankan yang
lebih mengarah pada segmen UMKM. Kondisi ini sangat berbeda dengan era masa
lalu di mana orientasi penyaluran kredit perbankan terlalu memusatkan pada
korporasi yang dianggap lebih memberikan keuntungan besar secara ekonomis.
Sebaliknya, sektor UMKM kerap kali mengalami hambatan dalam memperoleh
akses dana dan sering dibiayai melalui program pemerintah yang cenderung bersifat
subsidi atau sumber dana relatif murah dari para donor.
5.2.2 Penyaluran Kredit Dalam perkembangannya, penyaluran kredit UMKM semakin lama semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya portofolio perbankan untuk pemberian
kredit UMKM. Perkembangan kredit UMKM yang bersumber dari kredit bank
menunjukkan baki debet pada akhir Juni 2007 telah mencapai Rp 462,12 triliun atau
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 67
52,5% kredit perbankan dengan komposisi usaha mikro sebesar Rp 186,52 triliun
atau 40,4%; usaha kecil sebesar Rp 131,95 triliun atau 28,6%; usaha menengah
sebesar Rp 143,69 triliun atau 31,1%. Secara keseluruhan, terdapat pertumbuhan
sebesar 18,4% bila dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun 2006, yaitu
Rp 427,99 triliun. Sementara net NPLs kredit UMKM 3,19% dan total kredit
perbankan sebesar 2,61%. Sementara itu, hingga Juni 2007 nett ekspansi kredit
perbankan yang disalurkan ke sektor UMKM sebesar Rp 34,2 triliun atau 48,1% dari
total business plan tahun 2007 telah mencapai lebih dari 19,1 juta rekening
dibandingkan pada Juni 2006 yang berjumlah 18,2 juta.
Berdasarkan jenis penggunaan kredit, persentase terbesar penggunaan kredit
UMKM adalah untuk kredit konsumsi, yaitu per Juni 2007 adalah sebesar 66,7%,
yang diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 22%, dan kredit investasi sebesar
11,3%. Besarnya persentase kredit konsumsi tersebut juga menunjukkan bahwa
penyaluran kredit UMKM ke sektor usaha yang produktif masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penyediaan kredit perbankan
untuk mendukung pengembangan UMKM sebenarnya sudah cukup besar karena
telah mencapai separoh dari alokasi total kredit perbankan. Strategi yang sebaiknya
diterapkan perbankan pada masa mendatang harus lebih ekspansif untuk menggali
potensi dan kemajuan sektor UMKM untuk menunjukkan keyakinan perbankan
bahwa pasar pembiayaan di sektor ini masih belum jenuh dan menjanjikan.
Sementara itu, jumlah kredit UMKM di Bali sampai dengan Februari 2011
senilai Rp 24 triliun, meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan periode yang
sama tahun 2010 dengan jumlah hanya Rp 18 triliun (Pengawas Bank Madya BI
Wilayah Denpasar, Armen, 18 April 2011). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
peningkatan nilai kredit itu mencapai Rp 6 triliun dan diprediksi akan terus
berlangsung sampai dengan akhir tahun ini. Peningkatan jumlah tersebut
diperkirakan masih cukup jauh nilainya dari sembilan provinsi lainnya yang dijadikan
lokasi proyek pengembangan penyaluran kredit UMKM di Indonesia. Saat ini jumlah
kredit tertinggi di daerah DKI Jakarta dengan nilai mencapai Rp 196 triliun, disusul
oleh Jawa Barat Rp 146 triliun, sedangkan jumlah kredit UMKM secara nasional,
seluruhnya adalah Rp 974 triliun. Jumlah tersebut hampir 50 persen lebih dari total
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 68
kredit yang disalurkan oleh bank sebesar Rp 1.784 triliun. Jumlah kredit UMKM
sebesar Rp 974 triliun itu dengan perincian Rp 284 triliun untuk kredit usaha mikro,
Rp 407 triliun disalurkan pada kredit usaha kecil, dan Rp 282 triliun untuk usaha
menengah. Dana kredit yang disalurkan untuk usaha mikro berplafon maksimal Rp
50 juta, usaha menengah di antara Rp 50 juta – Rp 500 juta, sedangkan untuk
usaha menengah berplafon Rp 500 juta – Rp 5 miliar. Dari sisi suplai, Bank
Indonesia (BI) mengeluarkan berbagai kebijakan perbankan sehingga dapat
meningkatkan pemberian kredit kepada UMKM, tetapi tetap 'prudent'. Sebaliknya,
dari sisi permintaan, kebijakan BI lebih difokuskan pada penguatan lembaga
pendamping UMKM melalui peningkatan kapasitas usaha dalam bentuk pelatihan
dan kegiatan penelitian yang menunjang pemberian kredit kepada UMKM.
Keberadaan UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian
nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi
pascakrisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya
terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang
cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri sehingga sangat membantu upaya
mengurangi pengangguran. Apabila dicermati, penetrasi perbankan kepada sektor
UMKM tersebut bukan hanya sekadar mengikuti trend, melainkan suatu strategi
yang mendasari keputusan bisnis yang mengukuhkan UMKM sebagai salah satu
sektor yang prospektif sehingga layak untuk dibiayai secara menguntungkan.
Penyaluran kredit kepada UMKM selayaknya dilaksanakan untuk suatu bisnis
berbasis budaya lokal berdasarkan potensi spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 69
BAB VI KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN DAN POTENSIAL
UMKM DI PROVINSI BALI
6.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan per Kabupaten di Provinsi Bali 6.1.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kota Denpasar A. KPJU di Kecamatan Denpasar Timur
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Denpasar Timur terletak ke arah timur Kota
Denpasar. Denpasar Timur memiliki sebelas desa/kelurahan, memiliki luas wilayah
sebesar 22,31 km2, ketinggian 00--75 meter dari permukaan laut.
Menurut data statistik 2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang
di antaranya tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah 726 hektare, sedangkan
tanah kering 1.503 hektare. Tanah kering meliputi pekarangan rumah 1.218 hektare,
tegalan 144 hektare, hutan rakyat 15 hektare, perkebunan 14 hektare, lain-lain 112
hektare. Tanah lainnya 2 hektare, yaitu kolam 2 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Denpasar Timur 122.773 penduduk yang terdiri atas 62.136 laki-laki dan 60.637
perempuan. Dengan luas wilayah 22,31 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduk Kecamatan Denpasar Timur adalah 2.718 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian di Kecamatan Denpasar Timur memiliki lima produk
unggulan, yaitu (1) padi sawah yang berlokasi di Penatih Dangin Puri, Kelurahan
Penatih, Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman Kertalangu; (2) sapi yang berlokasi di
Penatih Dangin Puri, Kelurahan Penatih, Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman
Kertalangu; (3) jagung manis yang berlokasi di Penatih, Kesiman Kertalangu; (4)
babi yang berlokasi di Penatih Dangin Puri, Kelurahan Penatih; (5) tanaman hias
yang berlokasi di Sumerta Kelod. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan
melakukan kegiatan usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi
(726 ha)(Tabel 6.1.1a).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 70
Sektor industri pengolahan memiliki lima hasil/produk yang menjadi unggulan
di kecamatan tersebut, yaitu (1) RMU yang terletak di Penatih Dangin Puri, Penatih ;
(2) produk makanan aneka keripik yang terletak di Penatih; (3) pakaian jadi
(garment) yang terletak di Kesiman dan Kertalangu; (4) perlengkapan pakaian dari
tekstil (mote dan renda) yang terletak di Kesiman dan Kertalangu; (5) jajanan basah
yang terletak di Kesiman dan Penatih.
Sektor bangunan/konstruksi memiliki satu jenis usaha unggulan, yaitu
kontraktor konstruksi bangunan yang terdapat di hampir semua desa di Kecamatan
Denpasar Timur.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki lima jenis usaha unggulan,
yaitu (1) mini market dan toko kelontong yang terletak di hampir semua desa di
Kecamatan Denpasar Timur; (2) restoran dan rumah makan yang terletak di Penatih,
Kesiman, Kertalangu; (3) hotel melati yang terletak di Kertalangu; (4) konter HP yang
terletak di hampir semua desa di Kecamatan Denpasar Timur; (5) kios barang-
barang kerajinan yang terletak di Kertalangu, Sumerta Kelod.
Di sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima jenis usaha unggulan,
yaitu (1) angkutan darat barang (truk); (2) jasa pengiriman paket; (3) bus carter yang
terletak di Dangin Puri; (4) rent car yang terletak di Dangin Puri; dan (5) Ojek
Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima jenis
usaha unggulan, yaitu (1) KSP yang terletak di hampir semua desa di Kecamatan
Denpasar Timur; (2) BPR yang terletak di Sumerta Kelod, Kelurahan Sumerta; (3)
LPD yang terletak di Sumerta Kaja, Kesiman, Sumerta; (4) money changer yang
terletak di Kesiman Dangin Puri; dan (5) KUD.
Sektor jasa – jasa lainnya memiliki lima jenis usaha unggulan, yaitu (1) jasa
perbengkelan (mobil dan motor); (2) rumah kost; (3) jasa binatu/laundry; (4) pangkas
rambut dan salon kecantikan; (5) penjahitan pakaian sesuai pesanan yang terletak
hampir di seluruh desa atau merata di Kecamatan Denpasar Timur.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 71
Tabel 6.1.1a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Denpasar Timur
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian
(1) Padi sawah (2) Sapi (3) Jagung Manis (4) Babi (5) Tanaman Hias
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan
(1) Penggilingan Padi (RMU) (2) Produk makanan aneka
keripik (3) Pakaian jadi (garment) (4) Perlengkapan pakaian dari
tekstil (mote dan renda) (5) Jajanan basah
(1) Industri gamelan (2) Industri kerajinan
kayu
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Restoran dan rumah makan (3) Hotel melati (4) Konter HP (5) Kios barang – barang
kerajinan
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Bus carter (4) Rent car (5) Ojek
(1) Angkutan penumpang perkotaan
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KSP (2) BPR (3) LPD (4) Money changer (5) KUD
-
9 Jasa-Jasa lain (1) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)
(2) Rumah kost (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Penjahitan pakaian
(1) PAUD (2) Tempat penitipan
anak (TPA)
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 72
3. KPJU Potensial
Sektor industri pengolahan memiliki dua produk potensial, yaitu sebagai
berikut.
(1) Industri gamelan karena Denpasar memiliki budaya dan kekentalan adat Bali
yang tinggi sehingga potensi produk ini dapat dikembangkan. Lokasinya ada di
Kelurahan Penatih.
(2) Industri kerajinan kayu merupakan kerajinan kreatif (patung, lukisan, dll) karena
Denpasar merupakan tempat wisata. Di samping itu, bahan baku yang mudah
didapat sehingga potensi produk ini dapat dikembangkan. Lokasinya ada di
Kesiman dan Penatih.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat produk potensial
angkutan penumpang perkotaan karena kemacetan lalu lintas sehingga membuat
masyarakat mengambil alternatif tersebut.
Pada sektor jasa terdapat beberapa produk potensial di Kecamatan Denpasar
Timur, antara lain sebagai berikut.
(1) PAUD, saat ini masyarakat sedang ramai mencari sekolah pra-SD yang
bergengsi dan dianggap memiliki kualitas baik sebelum menerima pelajaran di
sekolah dasar.
(2) Tempat penitipan anak (TPA) karena kesibukan orang tua terhadap pekerjaannya
dan menjadi trend saat ini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 73
B. Kecamatan Denpasar Selatan 1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Denpasar Selatan terletak ke arah selatan Kota
Denpasar. Kecamatan Denpasar Selatan memiliki sepuluh desa, memiliki luas
wilayah 49,99 km2, ketinggian 00--12 meter dari permukaan laut.
Menurut data statistik 2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang
di antaranya tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah 929 hektare, sedangkan
tanah kering 4.064 hektare. Tanah kering meliputi pekarangan rumah 2.597 hektare,
tegalan 183 hektare, hutan rakyat 53 hektare, hutan negara 538 hektare, perkebunan
21 hektare, lain-lain 672 hektare. Tanah lainnya 6 hektare yaitu tambak 5 hektare,
dan kolam 1 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Denpasar Selatan 186.330 penduduk yang terdiri dari 94.155 laki-laki dan 92.175
perempuan. Dengan luas wilayah 49,99 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduk Kecamatan Denpasar Selatan adalah 3.727 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan memiliki lima produk
unggulan, yaitu (1) sapi yang paling banyak ada di Desa Pedungan; (2) tanaman
hias ada di Sanur; (3) padi sawah terletak di Nusa Dua, Sanur Kauh, Sesetan,
Pedungan, Renon, Sidakarya; (4) penangkapan ikan di laut Sanur, Benoa,
Serangan; dan (5) jagung manis yang terletak di Sanur Kaja/Padang Galak (Tabel
6.1.1a).
Di sektor industri pengolahan terdapat lima hasil produk yang menjadi
unggulan di kecamatan tersebut, yaitu (1) pakaian jadi (garment) terletak di Sesetan,
Pedungan, Pemogan, Sanur; (2) pengolahan dan pengawetan ikan yang terletak di
Pedungan dan Serangan; (3) pengolahan kopi bubuk hanya terletak di Pedungan; (4)
produk makanan aneka keripik banyak ada di Desa Pedungan; (5) industri kerajinan
kipas banyak terdapat di Sesetan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 74
Sektor bangunan/konstruksi memiliki satu jenis usaha unggulan, yaitu
kontraktor konstruksi bangunan yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar
Selatan.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima jenis usaha unggulan,
yaitu (1) hotel Melati yang terletak di Sanur Kauh, Sanur Kaja, Sidakarya, dan
Ppedungan; (2) mini market dan toko kelontong yang letaknya merata di Kecamatan
Denpasar Selatan; (3) restoran dan rumah makan yang terletak di Sanur; (4) kios
barang-barang kerajinan yang terletak di Sanur; (5) Spa yang terletak di Sanur.
Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki lima jenis usaha unggulan,
yaitu (1) angkutan laut perahu motor yang terletak di Sanur dan Pedungan (Benoa) ;
(2) angkutan darat barang (truk) yang terletak di Pedungan; (3) jasa pengiriman
paket yang terletak di Sanur dan Sesetan; (4) rent car yang terletak di Sanur dan
Pedungan; dan (5) Ojek.
Di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdapat empat jenis
usaha unggulan, yaitu (1) KSP yang terletak di semua desa di Kecamatan Denpasar
Selatan; (2) LPD yang terletak di semua desa di Kecamatan Denpasar Selatan; (3)
BPR yang terletak di Sanur, Sesetan, Pedungan; (4) money changer yang terletak di
Sanur; dan (5) KUD yang terletak di Pedungan dan Serangan.
Sektor jasa–jasa lainnya terdapat lima jenis usaha unggulan, yaitu (1) jasa
perbengkelan (mobil dan motor); (2) rumah kost ; (3) jasa binatu/laundry; (4) pangkas
rambut dan salon kecantikan; dan (5) penjahitan pakaian sesuai pesanan yang
terletak di seluruh desa atau merata di Kecamatan Denpasar Selatan.
3. KPJU Potensial
Sektor industri pengolahan memiliki industri batik celup karena kreativitas
masyarakat yang sangat tinggi sehingga potensi produk ini dapat dikembangkan
terlebih lagi didukung dengan adanya garment sebagai KPJU unggulan di daerah ini.
Lokasi usaha batik celup ini berada di Pemogan.
Produk potensial di sektor jasa PAUD karena masyarakat menginginkan
anaknya mendapatkan pendidikan terbaik sebelum masuk sekolah dasar.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 75
Tabel 6.1.1b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Denpasar Selatan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian
(1) Sapi (2) Tanaman hias (3) Padi sawah (4) Penangkapan ikan di laut (5) Jagung manis
-
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan
(1) Pakaian jadi (garment) (2) Pengolahan & pengawetan
ikan (3) Pengolahan kopi bubuk (4) Produk makanan aneka keripik (5) Industri kerajinan kipas
(1) Batik celup
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko barang
kelontong (3) Restoran dan rumah makan (4) Kios barang-barang kerajinan (5) Spa
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan laut perahu motor (2) Angkutan darat barang (truk) (3) Jasa pengiriman paket (4) Rent car (5) Ojek
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KSP (2) LPD (3) BPR (4) Money changer (5) KUD
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)
(2) Rumah kost (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Penjahitan pakaian
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 76
C. Kecamatan Denpasar Barat
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Denpasar Barat terletak ke arah barat Kota
Denpasar. Kecamatan Denpasar Barat memiliki sebelas desa/kelurahan, memiliki
luas wilayah 24,06 km2, ketinggian 00--75 meter dari permukaan laut.
Menurut data statistik 2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang
di antaranya tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah 269 hektare, sedangkan
tanah kering 2.137 hektare. Tanah kering meliputi pekarangan rumah 1.847 hektare,
lain-lain 290 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Denpasar Selatan 186.330 penduduk yang terdiri atas 94.155 laki-laki dan 92.175
perempuan. Dengan luas wilayah 49,99 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduk Kecamatan Denpasar Barat adalah 3.727 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian di Kecamatan Denpasar Barat memiliki lima produk
unggulan, yaitu (1) sapi yang terletak di Padangsambian Kaja, Padangsambian,
Padangsambian Kelod, Pemecutan Kelod; (2) babi yang terletak di Pemecutan
Kelod, Padangsambian Kaja, Padangsambian Kelod, Padangsambian; (3) itik yang
terletak di Padangsambian Kaja, Pemecutan Kelod, dan sisanya merata di desa
lainnya; (4) ayam yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar Barat; (5) kambing
yang letaknya hanya di Padangsambian Kaja. Masyarakat di daerah ini memang
kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan
peternakan (1.847 ha)(Tabel 6.1.1c).
Di sektor industri pengolahan terdapat empat hasil produk yang menjadi
unggulan di kecamatan tersebut, yaitu (1) pakaian jadi (garment) yang terletak di
Pemecutan Kelod, Pemecutan Kaja, Padangsambian, Padangsambian Kelod, Dauh
Puri Kauh, Dauh Puri Kelod; (2) produk makanan aneka keripik yang letaknya
merata; (3) jajan uli (untuk upacara) yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar
Barat; (4) sablon pakaian yang terletak di Padangsambian Kelod, Padangsambian,
Dauh Puri Kauh; (5) es krim dan sejenisnya yang letaknya di Dauh Puri Kangin.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 77
Sektor bangunan/konstruksi memiliki satu jenis usaha unggulan yaitu
kontraktor konstruksi bangunan yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar Barat.
Di sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima jenis usaha
unggulan, yaitu (1) restoran dan rumah makan yang terletak di Dauh Puri Kauh,
Dauh Puri Kangin, dan merata di tempat lainnya; (2) hotel melati yang terletak di
Dauh Puri Kelod (paling banyak), Dauh Puri Kauh, Dauh Puri Kangin; (3) kios
barang-barang kerajinan yang terletak di Padangsambian Kelod; (4) mini market dan
toko kelontong yang letaknya merata di Kecamatan Denpasar Barat; (5) Konter HP
yang terletak di Dauh Puri Kauh.
Di sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima jenis usaha unggulan,
yaitu (1) angkutan darat barang (truk) yang terletak di Padangsambian Kaja; (2) jasa
pengiriman paket yang terletak di Jalan Buluh Indah, Dauh Puri Kangin; (3) angkutan
darat pedesaan dan perkotaan untuk penumpang yang terletak di Padangsambian;
(4) angkutan tradisional dokar yang terletak di Pemecutan; (5) warnet yang terletak di
beberapa tempat di kecamatan ini.
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memiliki lima jenis usaha
unggulan, yaitu (1) money changer yang terletak di Dauh Puri Kauh; (2) LPD yang
letaknya merata di tiap-tiap desa; (3) KSP yang letaknya di Padangsambian dan
merata di tiap-tiap desa; (4) BPR yang terletak di Padangsambian; (5) KUD yang
terletak di Padangsambian Kaja.
Di sektor jasa-jasa lain terdapat lima jenis usaha unggulan, yaitu (1) jasa
binatu/laundry; (2) rumah kost; (3) jasa perbengkelan (bengkel mobil/motor); (4)
pangkas rambut dan salon kecantikan; (5) Fotokopi yang letaknya merata di
Kecamatan Denpasar Barat.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 78
Tabel 6.1.1c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Denpasar Barat
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian
(1) Sapi (2) Babi (3) Itik (4) Ayam (5) Kambing
(1) Tanaman hias
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan
(1) Pakaian jadi (garment) (2) Produk makanan aneka keripik (3) Jajan uli (untuk upacara) (4) Sablon pakaian (5) Es krim dan sejenisnya
(1) Industri tenun (2) Industri sandal (3) Industri tahu dan
tempe
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran dan rumah makan (2) Hotel melati (3) Kios barang-barang kerajinan (4) Mini market dan toko kelontong (5) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan (4) Angkutan tradisional dokar (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Money changer (2) LPD (3) KSP (4) BPR (5) KUD
-
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Rumah kost (3) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor) (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Fotokopi
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 79
3. KPJU Potensial
Di sektor pertanian dapat dikembangkan tanaman hias, seperti jepun jepang,
anthurium, dan lainnya (Tabel 6.1.1c).
Sektor industri pengolahan memiliki produk potensial, yaitu industri tenun,
industri sandal, industri tahu dan tempe.
1. Industri tenun karena pengembangan kreativitas yang sangat bagus dan
bahan baku yang mudah didapat.
2. Industri sandal karena industri sandal mulai berkembang.
3. Industri tahu dan tempe karena bahan baku yang mudah didapat dan
merupakan makanan tradisional yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
Sektor jasa, produk potensial seperti PAUD di mana masyarakat
menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan terbaik sebelum masuk sekolah
dasar.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 80
D. Kecamatan Denpasar Utara
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Denpasar Utara terletak ke arah utara Kota
Denpasar. Kecamatan Denpasar Utara memiliki sebelas desa/kelurahan, memiliki
luas wilayah sebesar 31,42 km2, ketinggian 00--75 meter dari permukaan laut.
Menurut data statistik 2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang
di antaranya tanah sawah dan tanah kering. Tanah sawah 769 hektare, sedangkan
tanah kering 2.371 hektare. Tanah kering meliputi pekarangan rumah 2.192 hektare,
hutan rakyat 7 hektare, lain-lain 103 hektare. Tanah lainnya 2 hektare, yaitu kolam 2
hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Denpasar Selatan 152.967 penduduk yang terdiri atas 77.718 laki-laki dan 75.249
perempuan. Dengan luas wilayah 31,42 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduk Kecamatan Denpasar Utara adalah 4.868 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian di Kecamatan Denpasar Utara memiliki lima produk
unggulan, yaitu (1) padi sawah yang terletak di Peguyangan Kangin, Peguyangan
Kaja, Kelurahan Peguyangan dan Ubung Kaja; (2) sapi terletak di Peguyangan Kaja,
Peguyangan Kangin, Ubung Kaja, Kelurahan Peguyangan; (3) babi terletak di
Peguyangan Kaja, Peguyangan Kangin, Ubung; (4) ayam yang terletak di
Peguyangan Kangin dan Peguyangan Kaja; (5) itik yang terletak di Tonja,
Peguyangan, Ubung, Ubung Kaja, Peguyangan Kaja, Peguyangan Kangin.
Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang
tersebut, misalnya kegiatan peternakan (1.847 ha)(Tabel 6.1.1d).
Di sektor industri pengolahan terdapat lima hasil produk yang menjadi
unggulan di kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) yang terletak di
Kelurahan Peguyangan, Peguyangan Kaja, Peguyangan Kangin; (2) industri
pembuatan tahu yang terletak di Ubung; (3) industri pembuatan tempe yang terletak
di Ubung, Peguyangan Kangin, Tonja; (4) industri pembuatan jaja uli (untuk upacara)
terletak merata di Kecamatan Denpasar Utara; (5) produk makanan aneka keripik
yang terletak merata di Kecamatan Denpasar Utara.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 81
Sektor bangunan/konstruksi terdapat satu jenis usaha unggulan yaitu
kontraktor konstruksi bangunan yang letaknya merata di kecamatan denpasar utara.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran terdapat lima jenis usaha unggulan,
yaitu (1) restoran dan rumah makan yang terletak di Ubung, Ubung Kaja, Dauh Puri
Kaja; (2) mini market dan toko kelontong yang letaknya merata di Kecamatan
Denpasar Utara; (3) konter HP yang letaknya merata di Denpasar Utara;
(4) perdagangan produk pertanian yang terletak di Dangin Puri Kangin, Dangin Puri
Kaja; (5) hotel melati yang terletak di Dangin Puri Kaja (seperti di Jalan Nangka).
Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki empat jenis usaha unggulan,
yaitu (1) angkutan darat barang (truk) yang terletak di Ubung, Kreneng; (2) jasa
pengiriman paket yang terletak di Ubung, Buluh Indah; (3) angkutan darat pedesaan
dan perkotaan untuk penumpang yang terletak di Ubung; (4) Ojek yang banyak ada
di Ubung.
Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima jenis
usaha unggulan, yaitu (1) LPD yang letaknya di setiap desa di Kecamatan Denpasar
Utara; (2) KSP yang letaknya di merata di Kecamatan Denpasar Utara; (3) BPR yang
terletak di Dangin Puri Kaja; (4) KUD yang terletak di Peguyangan; (5) money
changer ada di Dangin Puri Kaja.
Sektor jasa-jasa lain memiliki lima jenis usaha unggulan, yaitu (1) jasa
binatu/laundry; (2) rumah kost; (3) pangkas rambut dan salon kecantikan; (4)
penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan; (5) bengkel mobil/motor yang letaknya
merata di Kecamatan Denpasar Utara.
3. KPJU Potensial
Di sektor pertanian produk yang potensial adalah tanaman hias, seperti jepun
jepang, anthurium, anggrek, dll.(Tabel 6.1.1d).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 82
Tabel 6.1.1d. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Denpasar Utara
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian
(1) Padi sawah (2) Sapi (3) Babi (4) Ayam (5) Itik
(1) Tanaman hias
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan
(1) Penggilingan padi (RMU) (2) Industri tahu (3) Industri tempe (4) Jajan uli (untuk upacara) (5) Produk makanan aneka
keripik
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran dan rumah makan (2) Mini market dan toko
kelontong (3) Konter HP (4) Perdagangan produk
pertanian (5) Hotel melati
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan (4) Ojek (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) KUD (5) Money changer
-
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Rumah kost (3) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (4) Penjahitan pakaian (5) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 83
6.1.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Badung
A. KPJU di Kecamatan Petang
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Petang terletak di bagian utara Kabupaten
Badung. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan, di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bangli, di sebelah utara dengan Kabupaten Buleleng,
dan selatan dengan Kecamatan Abiansemal. Status jalan yang menghubungkannya
dengan kecamatan atau kabupaten yang lain adalah jalan kabupaten dan provinsi.
Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 25 km ke arah selatan.
Kecamatan Petang terletak pada ketinggian 275--2.075 meter di atas
permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 13 mm (Juni) sampai dengan
467 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari
(Agustus) sampai 17 hari (Januari dan Februari).
Kecamatan Petang merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada di
Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 115,00 km2 atau 27,5 persen dari wilayah
Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (42,48 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan
untuk tegalan/kebun, proporsi besar kedua (31,24 persen) untuk perkebunan dan
masing-masing sekitar 10,0 persen berupa sawah dan hutan negara. Ini berarti
bahwa sekitar 83,0 persen dari wilayahnya dimanfaatkan untuk pertanian.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Petang
26.269 orang atau 4,83 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung dengan
sex-ratio 102. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk
laki-laki. Dengan luas wilayah 115,0 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduk Kecamatan Petang adalah 228 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Pemanfaatan wilayah Kecamatan Petang sebagian besar untuk tegal/kebun,
sedangkan untuk sawah hanya sekitar 10,0 persen sehingga padi sawah bukan
menjadi KPJU unggulan. KPJU unggulan di sektor pertanian berturut-turut adalah
sapi, labu siam, ayam buras, pisang, dan ubi jalar (Tabel 6.1.2a).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 84
Sebagai daerah dengan orientasi pertanian, maka industri pengolahan juga
hanya terbatas pada industri kerajinan atau industri rumah tangga. KPJU unggulan di
sektor ini hanya tiga KPJU yaitu industri kerajinan dari kayu, industri
makanan/minuman, dan kerajinan dari logam.
Udara Kecamatan Petang relatif sejuk sehingga mempunyai potensi sebagai
daerah pariwisata. Di daerah ini potensi yang dapat dikembangkan adalah vila dan
restoran, sedangkan KPJU unggulannya adalah perdagangan produk pertanian. Di
samping itu, mini market dan toko kelontong, warung makan, dan konter HP.
Untuk memperlancar arus barang, penumpang, dan aktivitas perekonomian
maka KPJU unggulannya adalah angkutan barang dan penumpang serta beberapa
lembaga keuangan nonbank, seperti LPD, KSU, KSP, dan KUD. Lembaga keuangan
bank hanya BPR. KPJU jasa perorangan ada empat, yaitu penjahitan pakaian, jasa
perbengkelan (mobil dan motor), pangkas rambut & salon kecantikan, dan reparasi
TV.
3. KPJU Potensial
Kecamatan Petang mempunyai tiga KPJU potensial di sektor pertanian dan
dua KPJU potensial di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di sektor pertanian
adalah ubi kayu, kacang tanah, kubis, dan durian. Keempat komoditas ini potensial
karena wilayah ini udaranya sejuk dan sebagian besar merupakan tegal/kebun
(Tabel 6.1.2a).
Di sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang potensial adalah vila dan
restoran. Dengan udara yang sejuk dan hijau, hotel dan restoran potensial untuk
dikembangkan terutama pada daerah pinggiran sungai. Seperti diketahui bahwa di
sebelah timur kecamatan ini terdapat sebuah sungai besar memanjang ke arah
selatan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 85
Tabel 6.1.2a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Petang
No. Sektor KPJU Unggulan UMKM KPJU Potensial UMKM
1 Pertanian (1) Sapi (2) Labu siam (3) Ayam buras (4) Pisang (5) Ubi jalar
(1) Ubi kayu (2) Kacang tanah (3) Kubis (4) Durian
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan
(1) Industri kerajinan kayu (2) Industri
makanan/minuman (3) Industri kerajinan dari
logam
-
4 Listrik dan Air Minum
- -
5 Bangunan/ Konstruksi
- -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Perdagangan produk pertanian (pangan dan ternak)
(3) Warung makan (4) Konter HP
(1) Vila (2) Restoran & rumah
makan
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang pedesaan
(2) Angkutan barang (truk)
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSU (3) KSP (4) BPR (5) KUD
-
9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Jasa perbengkelan
(motor/mobil) (3) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (4) Reparasi TV
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 86
B. KPJU di Kecamatan Abiansemal
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Abiansemal terletak ke arah utara dari ibu kota
Kabupaten Badung Mangupura. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Mengwi, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar, di sebelah utara
dengan Kecamatan Petang, dan selatan dengan Kota Denpasar. Status jalan yang
menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten lain adalah jalan kabupaten
dan provinsi. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 10 km ke arah selatan.
Kecamatan Abiansemal berada pada ketinggian 75--350 meter di atas
permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 5,0 mm (Agustus) sampai
dengan 820,0 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1
hari (Juni) sampai dengan 22 hari (Januari).
Kecamatan Abiansemal merupakan salah satu dari enam kecamatan yang
ada di Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 69,01 km2 atau 16,55 persen dari
wilayah Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (42,78 persen) dari wilayahnya
dimanfaatkan untuk sawah, proporsi besar kedua (14,27 persen) untuk perkebunan
dan masing-masing sekitar 13,0 persen berupa tegalan/kebun dan hutan rakyat. Ini
berarti bahwa sekitar 70,0 persen luas wilayah Kecamatan Abiansemal dimanfaatkan
untuk tanah pertanian.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Abiansemal 87.979 orang atau 16,18 persen dari seluruh penduduk Kabupaten
Badung dengan sex-ratio 100. Ini berarti bahwa banyaknya penduduk laki-laki dan
perempuan berimbang atau dengan kata lain dari setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 100 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 69,01 km2, ini berarti bahwa
tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Abiansemal adalah 1.275 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Struktur perekonomian Kecamatan Abiansemal juga masih berorientasi pada
sektor pertanian khususnya padi sawah kemudian baru tanaman di tegalan dan
kebun sehinga KPJU unggulan di sektor pertanian adalah komoditas tanaman
pangan (padi dan jagung) dan ternak (babi, sapi, dan ayam buras). KPJU unggulan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 87
di sektor industri hampir semua merupakan industri kecil/rumah tangga. KPJU
unggulannya adalah industri makanan, industri kerajinan dari kayu, industri kerajinan
dari logam, pengolahan kopi bubuk, dan industri kerajinan besi/baja.
Kecamatan Abiansemal bukan merupakan daerah pariwisata sehingga di
wilayah ini tidak ada KPJU unggulan yang berkaitan dengan pariwisata. KPJU
unggulan yang ada hanya subsektor perdagangan dalam bentuk mini market dan
toko kelontong, perdagangan hasil pertanian, warung makan, dan konter HP.
Untuk memperlancar arus barang dan orang tersedia KPJU unggulan berupa
angkutan penumpang pedesaan dan angkutan barang. Untuk memperlancar
kegiatan ekonomi tersedia KPJU unggulan keuangan nonbank, seperti KSP, KSU,
LPD, dan KUD, serta satu lembaga bank, yaitu BPR. KPJU unggulan di sektor jasa-
jasa hanya ada empat KPJU, yaitu reparasi TV dan radio, instalatur listrik, pangkas
rambut dan salon kecantikan, jasa kebugaran (pijat), dan jasa fotografi.
3. KPJU Potensial
Di sektor pertanian ada lima KPJU potensial, yaitu ubi jalar, kelapa, kopi,
nangka, dan pepaya. Pengembangan semua komoditas ini dapat dilakukan melalui
tanaman sela (Tabel 6.1.2b). Di sektor industri pengolahan yang potensial adalah
pengolahan kopra karena diwilayah ini banyak terdapat tanaman kelapa.
Potensi lainnya adalah PAUD. Pengembangan ini dimungkinkan seiring
dengan makin baiknya perekonomian masyarakat dan makin sadarnya mereka
tentang arti pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 88
Tabel 6.1.2b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Abiansemal
No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi (2) Babi (3) Sapi (4) Ayam buras (5) Jagung
(1) Ubu jalar (2) Kelapa (3) Kopi (4) Nangka (5) Pepaya
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri makanan (2) Industri kerajinan dari
kayu (3) Industri kerajinan dari
logam (4) Pengolahan kopi bubuk (5) Industri kerajinan besi
dan baja.
(1) Pengolahan kopra
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Warung makan (3) Perdagangan produk
pertanian (4) Konter HP
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang pedesaan
(2) Angkutan barang (truk)
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KSP (2) LPD (3) KSU (4) BPR (5) KUD
9 Jasa-jasa lain (1) Reparasi TV dan radio (2) Instalatur listrik (3) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (4) Jasa kebugaran (pijat) (5) Jasa fotografi
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 89
C. KPJU di Kecamatan Mengwi
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Mengwi terletak ke arah utara ibu kota
Kabupaten Badung Mangupura. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Tabanan, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Abiansemal, di sebelah
utara dengan Kabupaten Buleleng, dan bagian selatan berbatasan dengan Kota
Denpasar. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau
kabupaten/kota lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota
kabupaten sekitar 10 km ke arah selatan.
Kecamatan Mengwi berada pada ketinggian 0--350 meter di atas permukaan
laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung
sepanjang tahun (kecuali bulan Juni) dengan variasi antara 1,0 mm (Agustus)
sampai dengan 268 mm (September). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi
antara 1 hari (Agustus) sampai dengan 21 hari (Januari).
Kecamatan Mengwi merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada di
Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 82,00 km2 atau 19,59 persen dari wilayah
Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (56,40 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan
untuk sawah, proporsi besar kedua (15,10 persen) untuk permukiman dan
pekarangan, serta proporsi besar ketiga (11,57 persen) berupa tegalan/kebun.
Dengan demikian, lebih dari 70,0 persen wilayah Kecamatan Mengwi dimanfaatkan
untuk tanah pertanian.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Mengwi
122.858 orang atau 22,60 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung dengan
sex-ratio 102. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102
penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 82,00 km2, ini berarti bahwa tingkat
kepadatan penduduk Kecamatan Mengwi adalah 1.498 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sekitar 56,0 persen dari luas wilayah Kec Mengwi dimanfaatkan untuk sawah
dan hampir 12,0 persen berupa tegal/kebun. Akibatnya KPJU unggulan di sektor
pertanian adalah komoditas tanaman pangan (padi dan jagung) dan ternak (babi,
sapi, dan ayam buras). Di Sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU unggulan,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 90
yaitu industri makanan/minuman, kerajinan kayu, kerajinan dari logam, kerajinan besi
& baja, dan garment.
Di Kecamatan Mengwi terdapat sebuah daeran tujuan wisata, yaitu Pura
Taman Ayun, tetapi di wilayah ini tidak ada KPJU unggulan yang berhubungan
dengan daerah tujuan pariwisata. KPJU unggulannya hanya terbatas pada subsektor
perdagangan dalam bentuk mini market dan toko kelontong, warung makan,
perdagangan komoditas hasil pertanian dan konter HP.
Sama halnya dengan kecamatan yang lain untuk memperlancar arus barang
dan penumpang KPJU unggulannya berupa angkutan penumpang pedesaan dan
angkutan barang (truk). Untuk mengakses informasi tersedia warnet. Untuk
menggerakkan aktivitas perekonomian tersedia beberapa KPJU unggulan di sektor
keuangan, yaitu bank dan nonbank, seperti BPR, KSP, KSU, LPD, dan KUD. Di
sektor jasa-jasa juga tersedia lima KPJU unggulan mulai dari penjahit pakaian,
reparasi TV/radio, instalatir listrik, jasa perbengkelan (motor dan mobil) serta
pangkas rambut & salon kecantikan.
3. KPJU Potensial
Di sektor pertanian ada dua KPJU potensial, yaitu pisang dan ubi kayu. Kedua
komoditas ini potensial dikembangkan karena sebagian wilayahnya berupa
tegal/kebun. Pisang dan ubi kayu dikembangkan sebagai tanaman sela.
Komoditas lain yang potensial semuanya berkaitan dengan jasa, yaitu jasa
boga, PAUD, dan jasa kebugaran. Jasa-jasa ini potensial dikembangkan karena
banyak penduduknya bercirikan penduduk urban (Tabel 6.1.2c).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 91
Tabel 6.1.2c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Mengwi
No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi (2) Babi (3) Sapi (4) Ayam buras (5) Jagung
(1) Pisang (2) Ubi kayu
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri makanan/minuman
(2) Industri kerajinan kayu (3) Industri kerajinan dari
logam (4) Industri kerajinan besi
dan baja (5) Garment
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Warung makan (3) Perdagangan produk
pertanian (4) Konter HP
(1) Jasa boga
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang pedesaan
(2) Angkutan barang (truk) (3) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
(1) KSP (2) LPD (3) KSU (4) KUD (5) BPR
9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Reparasi TV/radio (3) Instalatur listrik (4) Jasa perbengkelan
(motor/mobil) (5) Pangkas rambut dan
salon kecantikan
(1) PAUD (2) Jasa kebugaran
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 92
D. KPJU di Kecamatan Kuta Utara
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Kuta Utara terletak ke arah selatan ibu kota
Kabupaten Badung, yaitu Mangupura. Di sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Tabanan dan Kecamatan Mengwi, di sebelah timur berbatasan dengan
Kota Denpasar, di sebelah utara dengan Kecamatan Mengwi, dan sebelah selatan
dengan Kecamatan Kuta. Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan
atau kabupaten/kota lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota
kabupaten sekitar 7 km ke arah utara.
Kecamatan Kuta Utara berada pada ketinggian 65 meter di atas permukaan
laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung
sepanjang tahun (kecuali bulan Juni) dengan variasi antara 4,0 mm (Juli) sampai
dengan 380 mm (Maret). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari
(Agustus) sampai dengan 21 hari (Februari).
Kecamatan Kuta Utara merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada
di Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 35,38 km2 atau 8,09 persen dari wilayah
Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (42,82 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan
untuk sawah, proporsi besar kedua (32,05 persen) untuk permukiman & pekarangan
dan proporsi besar ketiga (hampir 14,0 persen) untuk pemanfaatan lainnya. Ini berati
bahwa sekitar 53,0 persen wilayah Kecamatan Kuta Utara merupakan daerah
pertanian dengan dominasi pertanian sawah.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kuta
Utara 103.775 orang atau 19,09 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung
dengan sex-ratio 106. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 106 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 35,38 km2, ini berarti bahwa
tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Kuta Utara adalah 2.933 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Walaupun proporsi terbesar dari wilayah Kecamatan Kuta Utara berupa lahan
sawah, struktur perekonomiannya merupakan campuran antara pertanian dengan
pariwisata. Di wilayah ini banyak sekali terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi
tempat permukiman dan berdirinya banyak vila sewaan. Wilayah ini dilalui oleh jalan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 93
yang menghubungkan Kota Denpasar dengan kawasan wisata Tanah Lot di
Kabupaten Tabanan. Hampir sepanjang jalan ini dipenuhi oleh mini market dan
pertokoan yang menjual barang yang berkaitan dengan pariwisata (barang kerajinan
dan kelengkapan hotel/vila) dan berbagai barang kebutuhan masyarakat setempat.
Kondisi seperti ini mengakibatkan KPJU unggulan Kecamatan Kuta Utara di samping
merupakan komoditas pertanian juga komoditas yang berkaitan langsung ataupun
tidak langsung dengan pariwisata.
KPJU unggulan di sektor pertanian adalah padi, bunga pacar air, budi daya
minapadi (ikan karper), tanaman hias, dan sapi. Di sektor industri pengolahan
terdapat empat KPJU unggulan, yaitu garment, industri makanan/minuman, industri
kerajinan dari kayu, dan penyosohan beras atau RMU (Tabel 6.1.2d).
Sebagai daerah yang terimbas pariwisata, maka KPJU unggulan di sektor
perdagangan, hotel, & restoran juga berkaitan erat dengan sektor ini. Adapun KPJU
unggulannya adalah vila, perdagangan produk pertanian, rumah makan dan
restoran, toko suvenir/mebel untuk hotel, dan mini market & toko kelontong.
Untuk memperlancar arus barang dan komuniukasi KPJU unggulannya
adalah angkutan barang (truk) dan warnet. Untuk lebih menggerakkan roda
perekonomian KPJU unggulan di sektor keuangan tersedia lembaga keuangan bank
dan nonbank, yaitu BPR dan berbagai jenis koperasi, antara lain KSP dan KSU.
Untuk KPJU di sektor jasa terdapat lima KPJU unggulan. Lima KPJU unggulan
tersebut adalah pejahitan pakaian, jasa perbengkelan (sepeda motor & mobil),
instalatur listrik, reparasi TV/Radio, dan pangkas rambut & salon kecantikan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 94
Tabel 6.1.2d Komoditas/Produk/Jenis Usaha(KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kuta Utara
No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi (2) Bunga pacar air (3) Budi daya minapadi (ikan
karper) (4) Tanaman hias (5) Sapi
(1) Babi (2) Jeruk (3) Pisang (4) Kedelai (5) Kangkung
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Garment (2) Industri makanan/minuman (3) Industri kerajinan dari kayu (4) Penyosohan beras (RMU)
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Vila (2) Perdagangan produk
pertanian (3) Restoran dan Rumah makan (4) Toko suvenir/mebel untuk
hotel (5) Mini market dan toko
kelontong
(1) Hotel melati (2) Home stay
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan barang (truk) (2) Warnet
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KSU (4) KUD (5) BPR
9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Jasa perbengkelan
( motor & mobil) (3) Instalatur listrik (4) Reparasi TV/radio (5) Pangkas rambut dan salon
kecantikan
(1) Jasa binatu (2) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 95
3. KPJU Potensial
Sektor pertanian mempunyai lima KPJU unggulan, yaitu babi, jeruk, pisang,
kedelai dan kangkung. Semua komoditas ini potensial dikembangkan karena
sebagian besar wilayahnya masih merupakan tanah sawah dan tegal/kebun. Potensi
di bidang pariwisata adalah hotel melati dan home stay karena daerah ini relatif
dekat dengan kawasan wisata pantai Kuta. Di bidang jasa yang potensial adalah jasa
binatu dan PAUD. Jasa ini potensial karena makin berkembangnya daerah ini
sebagai tempat berdirinya vila dan tumbuhnya toko/kios yang menjual aneka barang
yang berkaitan dengan bidang pariwisata.
E. KPJU di Kecamatan Kuta
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Kuta terletak ke arah selatan ibu kota
Kabupaten Badung, yaitu Mangupura. Di sebelah baratnya adalah laut, yaitu Selat
Bali, di sebelah timur berbatasan dengan Kota Denpasar, di sebelah utara dengan
Kecamatan Kuta Utara, dan sebelah selatan dengan Kecamatan Kuta Selatan.
Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan atau kabupaten/kota lain
adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 12 km ke
arah utara.
Kecamatan Kuta berada pada ketinggian 27 meter di atas permukaan laut.
Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung sepanjang
tahun (kecuali bulan Agustus) dengan variasi antara 1,5 mm (Juni) sampai dengan
526,0 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 3 hari (Juni)
sampai dengan 21 hari (Februari).
Kecamatan Kuta merupakan salah satu dari enam kecamatan yang ada di
Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 17,79 km2 atau 4,19 persen dari wilayah
Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (69,48 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan
untuk permukiman dan pekarangan. Untuk pemanfatan yang lain proporsinya
masing-masing kurang dari 7,0 persen, kecuali untuk pemanfaatan lain bukan
pertanian proporsinya lebih dari 15,0 persen. Pemanfaatan untuk permukiman dan
pekarangan termasuk juga untuk kios, hotel, dan restoran. Seperti diketahui bahwa
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 96
Kuta merupakan kawasan wisata pantai yang sangat terkenal sehingga di wilayah
ini tumbuh berbagai prasarana pariwisata seperti disebutkan di atas.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kuta
86.657 orang atau 15,94 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung dengan
sex-ratio 108. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 108
penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 17,79 km2, ini berarti bahwa tingkat
kepadatan penduduk Kecamatan Kuta adalah 4.871 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Kecamatan Kuta merupakan kecamatan yang hampir 70,0 persen wilayahnya
dimanfaatkan untuk permukiman & pekarangan, termasuk di dalamnya untuk
berbagai prasarana pariwisata, seperti hotel, restoran, kios cendera mata, super
market, dll. Sebaliknya, lahan sawah hanya 33 ha (2,0 persen dari luas wilayahnya).
Ini berarti bahwa peran sektor pertanian dalam menggerakkan perekonomian relatif
kecil. Lima KPJU unggulan di sektor pertanian adalah penangkapan ikan di laut,
mangga, pisang, sapi, dan padi sawah.
Di sektor industri pengolahan KPJU unggulannya adalah garment, industri dari
besi dan baja, industri makanan dan minuman, industri kerajinan kayu, dan industri
kerajinan dari logam. Dari berbagai industri ini hampir semuanya merupakan industri
kecil/rumah tangga, kecuali garment lebih banyak sebagai industri sedang (Tabel
6.1.2e).
Sebagai daerah pariwisata, perekonomian Kecamatan Kuta lebih banyak
digerakkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata sehingga yang
menjadi KPJU unggulan di sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah hotel
melati, mini market & toko kelontong, kios barang kerajinan/lukisan, restoran/rumah
makan, dan vila. Di sektor pengangkutan & komunikasi terdapat lima KPJU
unggulan. Salah satu di antaranya adalah shutle bus. Bus ini melayani angkutan
orang umumnya wisatawan dari sentral parkir (jalan Raya Kuta) menuju kawasan
pantai Kuta dan sebaliknya. Shutle bus dikembangkan untuk menghindari masuknya
bus wisatawan ke kawasan pantai Kuta. Bus wisatawan parkir di sentral parkir yang
disediakan dan wisatawan yang ingin menuju pantai Kuta dapat menggunakan shutle
bus tersebut.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 97
Tabel 6.1.2e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kuta
No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Penangkapan ikan di laut (2) Mangga (3) Pisang (4) Sapi (5) Padi sawah
-
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Garment (2) Industri dari besi dan baja (3) Industri makanan dan
minuman (4) Industri kerajinan kayu (5) Industri kerajinan dari logam
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko
kelontong (3) Kios barang
kerajinan/lukisan (4) Restoran/rumah makan (5) Vila
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Taksi (koperasi) (3) Rent car (4) Angkutan penumpang
perkotaan/pedesaan (5) Shuttle Bus
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KSP (2) LPD (3) BPR (4) Money Changer (5) KSU
9 Jasa-jasa lain (1) Travel biro/pramuwisata (2) Jasa binatu/laundry (3) Taman hiburan/rekreasi (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Rumah kost
(1) PAUD (2) Jasa kebugaran
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 98
Untuk memperlancar aktivitas perekonomian di sektor lembaga keuangan
terdapat lima KPJU unggulan, yaitu KSP, LPD, BPR, money changer, dan KSU. Di
sektor jasa-jasa juga terdapat lima KPJU unggulan yang langsung dan tidak
langsung berkaitan dengan bidang pariwisata, yaitu travel biro/pramuwisata, jasa
binatu & loundry, taman hiburan/rekreasi, pangkas rambut & salon kecantikan, serta
rumah kost.
3. KPJU Potensial
Perkembangan perekonomian Kecamatan Kuta yang pesat membuka peluang
kesempatan kerja yang relatif banyak sehingga menuntut penyediaan berbagai
fasilitas yang berhubungan dengan para pekerja dan anggota keluarganya. Fasilitas
ini adalah jasa kebugaran dan PAUD.
F. KPJU di Kecamatan Kuta Selatan
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Kuta Selatan terletak ke arah selatan ibu kota
Kabupaten Badung, yaitu Mangupura. Di sebelah barat, selatan, dan timur
berbatasan dengan laut, sedangkan di sebelah utara adalah Kecamatan Kuta. Status
jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan adalah jalan provinsi. Jarak ke
ibu kota kabupaten sekitar 20 km ke arah utara.
Kecamatan Kuta Selatan berada pada ketinggian 28 meter di atas permukaan
laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung
sepanjang tahun (kecuali Agustus) dengan variasi antara 1,5 mm (Juni) sampai
dengan 526,0 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 3
hari (Juni) sampai dengan 21 hari (Februari).
Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu dari enam kecamatan yang
ada di Kabupaten Badung. Luas kecamatan ini 99,34 km2 atau 24,16 persen dari
wilayah Kabupaten Badung. Proporsi terbesar (34,80 persen) dari wilayahnya
dimanfaatkan untuk permukiman dan pekarangan, kemudian disusul berturut-turut
untuk jalan, sungai & lainnya, dan tegal/kebun masing-masing sekitar 30,0 persen
dan 14,0 persen. Dengan demikian, pemanfaatan wilayah Kecamatan Kuta Selatan
untuk pertanian dan permukiman & pekarangan berimbang, yaitu masing-masing
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 99
sekitar 33,0 persen. Pemanfaatan untuk permukiman & pekarangan termasuk di
dalamnya untuk prasarana pariwisata, seperti hotel dan restoran.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kuta
Selatan 116.143 orang atau 21,36 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Badung
dengan sex-ratio 105. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 105 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 99,34 km2, ini berarti bahwa
tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Kuta Selatan adalah 1.169 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Proporsi terbesar (hampir 35,0 persen) wilayah Kecamatan Kuta Selatan
dimanfaatkan untuk permukiman & pekarangan, termasuk di dalamnya untuk
berbagai prasarana pariwisata, seperti hotel/vila, restoran, dan prasarana penunjang
lainnya. Proporsi yang hampir sama dimanfaatkan untuk sektor pertanian.
Komoditas pertanian yang dikembangkan adalah pertanian di tegal/perkebunan dan
perikanan sehingga KPJU unggulannya berupa pisang, sapi, kelapa, kelapa genjah,
rumput laut, dan penangkapan ikan di laut (Tabel 6.1.2f).
Di sektor industri hanya ada empat KPJU unggulan, yaitu air minum isi ulang,
garment, pengolahan ikan laut, dan industri kerajinan besi/baja. Di sektor
perdagangan, hotel, & restoran terdapat lima KPJU unggulan, yaitu vila, mini market
& toko kelontong, restoran & rumah makan, home stay, dan hotel melati.
Di sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat empat KPJU unggulan,
sedangkan sektor lembaga keuangan mempunyai lima KPJU unggulan. Sektor jasa
juga mempunyai lima KPJU unggulan, yaitu jasa perbengkelan, jasa binatu, rumah
kost, pangkas rambut dan salon kecantikan, dan jasa fotografi.
3. KPJU Potensial
Wilayah Kecamatan Kuta Selatan sebagian besar merupakan batu kapur
dengan lapisan tanah yang tipis sehingga yang potensial dikembangkan adalah
tanaman jati, mangga, albisia, ternak ayam dan babi. Perkembangan yang pesat di
bidang pariwisata berdampak positif terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya
sehingga yang potensial dikembangkan di sektor jasa, seperti jasa boga dan PAUD
(Tabel 6.1.2f).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 100
Tabel 6.1.2f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kuta Selatan
No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Pisang (2) Sapi (3) Kelapa (4) Rumput laut (5) Penangkapan ikan di laut
(1) Tanaman Jati (2) Mangga (3) Ayam buras (4) Albisia (5) Babi
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Garment (2) Air minum isi ulang (3) Pengolahan ikan laut (4) Industri kerajinan besi/baja.
=
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Vila (2) Mini market dan toko
kelontong (3) Restoran dan rumah makan (4) Home stay (5) Hotel melati
(1) Jasa boga
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang pedesaan
(2) Angkutan barang (truk) (3) Rent car (4) Warnet
=
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KSU (4) Money changer (5) BPR
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa perbengkelan (motor dan mobil)
(2) Jasa binatu (3) Rumah kos (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Jasa fotografi
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 101
6.1.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Gianyar A. KPJU di Kecamatan Gianyar
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Gianyar merupakan kecamatan yang menjadi ibu kota Kabupaten
Gianyar, dengan luas wilayah 50,59 km2 atau 13,75% dari luas wilayah Kabupaten
Gianyar. Pemanfaatan lahan di antaranya untuk sawah 2.400,31 ha, tegal 963,91 ha,
dan pekarangan 1.228,82 ha. Di Kecamatan Gianyar terdapat dua belas desa dan
lima kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 74.523 dan
tingkat kepadatan 1.473 per km. PDRB per kapita mencapai Rp 10.283.157,69.
2. KPJU Unggulan
Pada sektor pertanian, buah durian menjadi komoditas unggulan di
Kecamatan Gianyar. Secara statistik memang produksi buah durian di Kecamatan
Gianyar produksinya mengalami lonjakan yang sangat signifikan dari 9,25 ton tahun
2008 menjadi 24,48 ton tahun 2009. Walaupun sesungguhnya ada produksi buah
pisang yang lebih tinggi, yaitu 51,884 ton tahun 2009, produksi ini mengalami
penurunan yang sangat tajam mulai tahun 2007 sebesar 84,062 ton. Selain itu, buah
durian juga menjadi buah yang sangat eksklusif bagi masyarakat secara umum. Hal
itu terjadi karena harganya relatif lebih mahal daripada buah lokal lainnya. Sentra
produksi durian di Kecamatan Gianyar ada di Desa Petak Kaja, Petak, dan Siangan.
Unggulan sektor pertanian lainnya adalah babi dan ayam. Kedua ternak ini
memang masih banyak diusahakan oleh rumah tangga atau usaha kecil-menengah
mengingat secara umum penduduk Bali yang beragama Hindu masih memerlukan
babi dan ayam untuk konsumsi sehari-hari atau kebutuhan upacara (Tabel 6.1.3a).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 102
Tabel 6.1.3a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Gianyar
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Durian (2) Babi (3) Ayam (4) Padi sawah (5) Penangkapan ikan laut
(1) Sapi (2) Ubi jalar (3) Kacang tanah
2 Pertambangan dan Penggalian
-
-
3 Industri pengolahan (1) Pengolahan dan pengawetan ikan dan produk ikan
(2) Industri garment (3) Industri ukiran kayu (4) Industri batu bata
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong (2) Perdagangan komoditi hasil
pertanian (3) Restoran dan rumah makan (4) Konter HP (5) Hotel melati
(1) Pasar ternak
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Bus charter (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan (4) Angkutan darat barang (truk) (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Bank Perkreditan Rakyat (2) Koperasi Simpan Pinjam (3) Lembaga Perkreditan Desa (4) Koperasi Unit Desa
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu / laundry (2) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (3) Pendidikan Anak Usia Dini (4) Jasa Perbengkelan Mobil dan
Motor
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Untuk sektor industri pengolahan, pengolahan dan pengawetan ikan, dan
produk ikan muncul sebagai unggulan. Hal ini muncul karena banyaknya produk ikan
beserta olahannya terutama di Desa Lebih dan sekitarnya. Desa Lebih dengan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 103
pantainya yang menjadi daya tarik wisata menyajikan berbagai produk olahan ikan.
Industri kerajinan stil Bali juga banyak muncul dan menjadi unggul karena pangsa
pasarnya yang baik dan masih menjadi trend bahan pembangunan bagi masyarakat
ekonomi menengah ke atas. Untuk industri pengolahan lainnya, pembuatan batu
bata tanah menjadi industri unggulan, yang ada di Desa Tulikup dan sekitarnya. Bata
produksi Desa Tulikup ini sangat terkenal karena kualitasnya dan baik digunakan
sebagai bahan tembok ornamen/style Bali.
3. KPJU Potensial
Komoditas sektor pertanian yang potensial dikembangkan adalah ubi jalar
dengan sentra produksi di Desa Abianbase dan kacang tanah dengan sentra
produksi di Desa Temesi, Petak, dan Lebih, serta beberapa desa lainnya di
Kecamatan Gianyar. Pasar/eceran khusus ternak merupakan salah satu usaha
perdagangan yang potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Gianyar, khususnya
di Pasar Hewan Semabaung.
B. KPJU di Kecamatan Payangan
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Payangan merupakan kecamatan terluas (20,62%) di Kabupaten
Gianyar, dengan luas wilayah 75,88 km2 dan jaraknya dengan pusat Kota Gianyar
adalah 20,25 km. Pemanfaatan lahan di antaranya untuk sawah 1.925 ha, tegal
3.428 ha, dan pekarangan 533 ha. Kecamatan Payangan terdiri atas sembilan desa,
dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 mencapai 35.913 dan kepadatan 473 per
km. PDRB per kapita mencapai Rp. 10.089.103,71.
2. KPJU Unggulan
Untuk sektor pertanian, jeruk dan pisang menjadi komoditas unggulan karena
memang produk kedua komoditas ini tertinggi di antara jenis tanaman buah yang ada
di Kecamatan Payangan. Untuk ternak nonunggas, sapi dan babi muncul sebagai
komoditas unggulan karena kedua ternak ini memang diusahakan di seluruh desa
dengan populasi yang relatif banyak. Populasi kedua jenis ternak ini selalu
meningkat dalam tiga tahun terakhir (Tabel 6.1.3b).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 104
Tabel 6.1.3b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Payangan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Jeruk (2) Sapi (3) Pisang (4) Babi (5) Ubi Jalar
(1) Kakao (2) Kopi (3) Cengkeh (4) Jagung (5) Ayam
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Kerajinan kayu (2) Kerajinan bambu (3) Penyosohan beras (RMU) (4) Pengolahan kopi bubuk (5) Industri garment
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor Konstruksi Bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Perdagangan komoditas pertanian
(2) Kios barang kerajinan dan lukisan
(3) Villa (4) Mini market dan toko
Kelontong (5) Restoran dan rumah
makan
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang
perdesaan
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Lembaga Perkreditan Desa (2) Koperasi Simpan Pinjam (3) Bank Perkreditan Rakyat (4) KUD
-
9
Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Wisata Alam (3) Arung Jeram (4) Penjahitan pakaian (5) Jasa perbengkelan mobil
dan motor
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 105
3. KPJU Potensial
Tanaman perkebunan kakao, kopi, dan cengkeh muncul sebagai komoditas
potensial untuk dikembangkan di sektor pertanian di Kecamatan Payangan. Ketiga
komoditas tersebut terdapat hampir di seluruh desa di Kecamatan Payangan dan
sangat prospektif menjadi komoditas ekspor. Selain itu, jagung dan ayam juga
muncul sebagai komoditas potensial (Tabel 6.1.3b).
C. KPJU di Kecamatan Ubud
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Ubud dengan luas wilayah 42,38 km2 atau 11,52% dari luas
wilayah Kabupaten Gianyar, terdiri atas tujuh desa dan satu kelurahan. Pemanfaatan
lahan di antaranya untuk sawah 1.928 ha, tegal 1.090 ha, pekarangan 998 ha, dan
perkebunan 7 ha. Kecamatan Ubud berjarak 9,75 km dengan pusat Kota Gianyar.
Kecamatan Ubud merupakan salah satu kecamatan yang banyak dikunjungi
wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara, dengan PDRB per
kapita mencapai Rp. 17.968.717,79, yang merupakan PDRB tertinggi di antara
seluruh kecamatan di Kabupaten Gianyar. Jumlah penduduk Kecamatan Ubud pada
tahun 2009 mencapai 35.913 orang dengan kepadatan per km sebesar 473.
2. KPJU Unggulan
KPJU Unggulan yang muncul di Kecamatan Ubud sangat dominan adalah
yang terlihat pada komoditas/produk/usaha yang menunjang sektor pariwisata. Hal
itu terjadi karena Kecamatan Ubud merupakan salah satu destinasi wisata dunia
yang terkenal. Untuk sektor pertanian masih terdapat padi sawah yang muncul
sebagai komoditas unggulan karena di Kecamatan Ubud masih cukup banyak areal
persawahan dan sekaligus menjadi daya tarik wisata. Selain itu, komoditas jagung
dan ubi jalar muncul sebagai komoditas unggulan. Ternak itik dan sapi lebih banyak
diusahakan pada unit usaha rumah tangga (Tabel 6.1.3c).
Untuk industri pengolahan, unit usaha yang muncul sebagai unggulan adalah
mosaik, mebel kayu, lukisan, kerajinan patung kayu, dan usaha penggilingan padi
sebagai konsekuensi padi sawah menjadi unggulan komoditas pertanian.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 106
Tabel 6.1.3c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Ubud
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Itik (3) Jagung (4) Sapi (5) Ubi jalar
(1) Ayam (2) Kelapa (3) Kedelai (4) Pisang
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Mosaik (2) Mebel kayu (3) Kerajinan lukisan (4) Kerajinan patung kayu (5) Penyosohan beras (RMU)
(1) Industri garment
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Konraktor Konstruksi Bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Villa (3) Pondok wisata (4) Restoran dan rumah
makan (5) Kios barang kerajinan dan
lukisan
(1) Perdagangan komoditas pertanian
(2) Homestay
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Rent car (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan darat barang
(truk) (4) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Money Changer (2) Lembaga Perkreditan
Desa (3) Koperasi Simpan Pinjam (4) Bank Perkreditan Rakyat (5) Koperasi Serba Usaha
9 Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (3) Pendidikan Anak Usia
Dini (4) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 107
Sebagai daerah tujuan wisata, maka industri perdagangan, hotel, dan restoran
yang menjadi unggulan adalah hotel melati, vila, pondok wisata, restoran, dan kios
barang kerajinan dan lukisan.
3. KPJU Potensial
Komoditas sektor pertanian yang potensial dikembangkan adalah ayam,
kelapa, kedelai, dan pisang. Kelapa sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman
lainnya cukup potensial, demikian juga tanaman pisang yang ada pada beberapa
pekarangan di Kecamatan Ubud jika diakumulasi menjadi cukup potensial (Tabel
6.1.3c).
Untuk industri pengolahan, industri penjahitan pakaian sesuai dengan
pesanan sebagai usaha potensial yang perlu dikembangkan. Industri penjahitan
pakaian khususnya yang berkaitan dengan suvenir bagi wisatawan. Untuk sektor
perdagangan, hotel, dan rumah makan, warung makan, perdagangan komoditas
pertanian dan homestay menjadi usaha potensial untuk dikembangkan.
D. KPJU di Kecamatan Sukawati
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Sukawati merupakan kecamatan terluas ketiga di Kabupaten
Gianyar dengan luas wilayah 55,02 km2 atau 14,95% dari luas wilayah Kabupaten
Gianyar. Pemanfatan lahan di antaranya untuk sawah 2.771 ha, tegal 9.451 ha, dan
pekarangan 975 ha. Kecamatan Sukawati berlokasi 13,25 km dari pusat Kota
Gianyar dan terdiri atas dua belas desa dengan jumlah penduduk mencapai 80.515
orang pada tahun 2009. PDRB per kapita Kecamatan Sukawati mencapai Rp
9.245.798,44
2. KPJU Unggulan
Pada sektor pertanian, komoditas yang menjadi unggulan adalah sapi, padi
sawah, penangkapan ikan laut, babi, dan ayam. Komoditas sapi, babi, dan ayam
umumnya diusahakan pada skala usaha rumah tangga (Tabel 6.1.3d).
Untuk sektor galian, di Kecamatan Sukawati masih terdapat penggalian batu
padas, yang digunakan sebagai material kerajinan patung dan bangunan khususnya
untuk bangunan style tradisional Bali.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 108
Tabel 6.1.3d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Sukawati
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Sapi (2) Padi sawah (3) Penangkapan ikan di laut (4) Babi (5) Ayam
(1) Mangga (2) Kacang tanah (3) Kedelai (4) Jagung
2 Pertambangan dan Penggalian
(1) Batu Padas -
3 Industri pengolahan (1) Kerajinan perak (2) Lukisan (3) Industri ukiran kayu (4) Ukiran batu padas (5) Garment
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Barang kerajinan dan lukisan
(2) Restoran dan rumah makan
(3) Hotel melati (4) Vila (5) Warung makan
(1) Jasa boga
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan
(3) Bus tidak bertrayek (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Koperasi Simpan Pinjam (2) Lembaga Perkreditan Desa (3) Bank Perkreditan Rakyat (4) Koperasi Serba Usaha (5) Money changer
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa binatu/laundry (3) Pramuwisata (4) Taman bertema dan
hiburan lain (5) Jasa kebugaran
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 109
Bidang industri pengolahan yang menjadi unggulan utamanya adalah
kerajinan perak, lukisan, kerajinan kayu, dan patung paras dan batu. Pusat kerajinan
perak di Kecamatan Sukawati adalah Desa Celuk dan kerajinan patung padas dan
batu di Desa Batubulan. Kerajinan kayu dan lukisan tersebar di beberapa desa di
wilayah Kecamatan Sukawati. Perkembangan industri kerajinan di Kecamatan
Sukawati juga didukung dengan adanya Pasar Seni di Sukawati dan Guwang serta
beberapa outlet seni sepanjang jalan di wilayah Kecamatan Sukawati.
Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kecamatan Sukawati
muncul unggulan perdagangan barang kerajinan dan lukisan, warung makan, hotel
melati, restoran, dan homestay. Untuk sektor komunikasi dan perhubungan adalah
angkutan darat barang, angkutan penumpang perdesaan, bus tidak bertrayek,
khususnya untuk kegiatan pariwisata, dan warnet.
3. KPJU Potensial
Komoditas sektor pertanian yang potensial dikembangkan di Kecamatan
Sukawati adalah mangga, kacang tanah, kedelai, jagung, dan budi daya air tawar.
Sebagai daerah tujuan wisata, pakaian jadi yang berfungsi sebagai suvenir, serta
fasilitas pariwisata, seperti vila dan jasa boga berpotensi untuk dikembangkan
(Tabel 6.1.3d).
E. KPJU di Kecamatan Blahbatuh
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Blahbatuh berjarak 6,5 km dari pusat kota Gianyar dan
merupakan kecamatan tersempit di Kabupaten Gianyar dengan luas wilayah 39,70
km2 atau 10,79% dari luas wilayah Kabupaten Gianyar. Pemanfaatan lahan di
antaranya adalah untuk sawah 2.215,38 ha, tegal 570,71 ha, dan pekarangan 802,66
ha. Kecamatan Blahbatuh terdiri atas sembilan desa dengan jumlah penduduk
mencapai 54.765 orang pada tahun 2009 dan PDRB per kapita mencapai Rp
8.351.389,42.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 110
2. KPJU Unggulan
Pada sektor pertanian, komoditas jagung, padi sawah, dan pepaya serta
ternak ayam dan babi menjadi komoditas unggulan. Sentra produksi jagung di
Kecamatan Blahbatuh masih diusahakan petani di Desa Pering dan Medahan. Untuk
padi sawah diproduksi di seluruh desa karena seluruh desa masih memiliki lahan
sawah. Namun, perkembangan terakhir menunjukkan derasnya alih fungsi lahan
untuk pembangunan perumahan (Tabel 5.1.3e).
Untuk sektor galian, di Kecamatan Blahbatuh masih terdapat penggalian batu
padas, yang digunakan sebagai material bangunan khususnya untuk bangunan style
tradisional Bali. Daerah sentra penggalian batu padas ada di Desa Saba (Bonbiyu).
Untuk sektor industri pengolahan, penggilingan padi, penjahitan pakaian, dan
pakaian jadi serta industri kerajinan kayu dan bambu muncul sebagai usaha
unggulan. Usaha penggilingan sebagai unggulan merupakan usaha ikutan karena
komoditas padi sawah menjadi unggulan. Usaha peningkatan nilai tambah secara
langsung pada sentra produksi akan memberikan manfaat langsung kepada
masyarakat wilayah tersebut menjadi lebih baik. Penjahitan pakaian dan pakaian jadi
merupakan usaha subkonfeksi untuk memenuhi berbagai pesanan yang dapat
dilaksanakan di unit-unit rumah tangga sebagai usaha tambahan. Usaha kerajinan
kayu di Kecamatan Blahbatuh dengan sentra di Desa Buruan dan Blahbatuh,
sedangkan kerajinan bambu sentra produksinya di Desa Bona dan Belega. Kerajinan
lontar yang pada awalnya sudah berkembang di Bona dan Belega dengan berbagai
produk topi, tas, dan ornamen lainnya, kini berkembang cukup pesat kerajinan lontar
untuk kebutuhan ornamen / hiasan perlengkapan, dan sarana upacara, seperti
penjor. Bahan baku lontar memiliki kelebihan karena keawetannya sehingga produk
turunannya menjadi lebih tahan lama sebelum dimanfaatkan oleh konsumen.
Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, unit usaha yang menonjol
adalah barang kerajinan dan lukisan, mini market dan toko kelontong, warung
makan, homestay, dan jasa boga. Keberadaan Mini market yang sangat berdekatan
juga dikhawatirkan mengganggu keberlangsungan pasar tradisional walaupun
keduanya mempunyai segmen pasar yang berbeda.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 111
Untuk bidang pengangkutan dan komunikasi, usaha angkutan penumpang
perdesaan, angkutan darat barang, jasa pengiriman paket, dan warnet menjadi
unggulan.
Tabel 6.1.3e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Blahbatuh
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Jagung
(2) Padi sawah (3) Pepaya (4) Ayam (5) Babi
(1) Kacang tanah
(2) Itik
2 Pertambangan dan Penggalian
(1) Batu padas -
3 Industri pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Industri ukiran kayu (3) Industri kerajinan bambu (4) Garment (5) Kerajinan daun lontar
(1) Pengolahan kopi bubuk
4 Listrik dan Air Minum - - 5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi
bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Barang kerajinan dan lukisan
(2) Mini market dan Toko Kelontong
(3) Warung makan (4) Homestay (5) Jasa boga
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan
(2) Angkutan darat barang (3) Jasa pengiriman paket (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Koperasi Simpan Pinjam (2) Lembaga Perkreditan Desa (3) Bank Perkreditan Rakyat (4) Koperasi Serba Usaha (5) Koperasi Unit Desa
-
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu / laundry (2) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (3) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor) (4) Rumah kost
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 112
3. KPJU Potensial
Komoditas potensial sektor pertanian yang perlu dikembangkan di Kecamatan
Blahbatuh adalah budi daya ikan air tawar, kacang tanah, dan itik. Budi daya ikan air
tawar selain bertujuan untuk produksi juga dapat dikembangkan dengan kegiatan
memancing untuk olahraga dan hiburan, yang sering dilombakan. Budi daya kacang
tanah banyak diusahakan di Desa Bona dan Pering, sedangkan pemeliharaan itik
lebih dominan pada skala rumah tangga.
Industri pengolahan kopi juga potensial dikembangkan di Blahbatuh karena
sudah ada brand khusus. Namun, relatif terkendala karena bahan bakunya
didatangkan dari luar Blahbatuh (Tabel 6.1.3e).
F. KPJU di Kecamatan Tampaksiring
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Tampaksiring merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Gianyar dengan luas wilayah 42,63 km2 atau 11,58% dari luas wilayah Kabupaten
Gianyar. Pemanfaatan lahan di antaranya adalah untuk sawah 1.478 ha, tegal
1.667,84 ha, pekarangan 356,82 ha, dan lainnya 760,34 ha.
Kecamatan Tampaksiring berjarak 6,5 km dari pusat Kota Gianyar dan terdiri
atas delapan desa dengan PDRB per kapita tahun 2008 mencapai Rp
11.143.010,82. Jumlah penduduk Kecamatan Tampaksiring 47.943 orang dengan
tingkat kepadatan per km mencapai 1.125.
2. KPJU Unggulan
Komoditas unggulan sektor pertanian untuk Kecamatan Tampaksiring adalah
babi, ayam, itik, papaya, dan pisang. Secara umum, komoditas babi, ayam, dan itik
memang menjadi unggulan kecamatan. Namun, usaha produksi komoditas ini lebih
banyak pada skala rumah tangga, kecuali pengusahaan ayam ras (Tabel 6.1.3f).
Pada sektor industri pengolahan, industri tulang dan kayu yang terkait dengan
kreativitas dan kerajinan untuk menghasilkan produk seni muncul sebagai unggulan.
Selain itu, industri pakaian jadi (garment) juga muncul terutama pakaian jadi yang
digunakan sebagai suvenir bagi wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 113
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, muncul barang kerajinan dan
lukisan sebagai unggulan. Hal ini terjadi karena Kecamatan Tampaksiring juga
merupakan destinasi wisata. Konsekuensi berikutnya adalah keperluan terhadap
bahan hasil pertanian dan barang industri untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Untuk sektor pengangkutan, muncul jasa pengiriman paket sebagai usaha
unggulan. Pengiriman paket yang banyak adalah untuk barang-barang kerajinan dan
suvenir. Untuk sektor keuangan, unit usaha koperasi simpan pinjam, lembaga
perkreditan desa, koperasi serba usaha, dan koperasi unit desa menjadi unggul
karena fleksibilitas persyaratan tiap-tiap unit usaha dalam pelayanannya.
Pada sektor jasa lain, usaha salon kecantikan dan pramuwisata muncul
sebagai unggulan. Usaha salon memang cukup banyak bermunculan sampai tingkat
desa. Hal ini dipicu dengan gaya hidup masyarakat yang sudah memikirkan
perawatan diri yang lebih baik. Untuk pramuwisata, kebutuhannya diperlukan karena
Bali menjadi daerah tujuan wisata utama.
3. KPJU Potensial
Komoditas nangka, durian, jeruk, dan rambutan muncul sebagai komoditas
potensial sektor pertanian di Kecamatan Tampaksiring. Kondisi agroklimat yang
menunjang produksi komoditas ini menjadi faktor pendukung untuk
pengembangannya lebih lanjut. Selanjutnya integrasi peternakan sapi dalam
perkebunan komoditas potensial tersebut akan menyempurnakan program
pengembangan wilayah (Tabel 6.1.3f).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 114
Tabel 6.1.3f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Tampaksiring
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Babi (2) Ayam (3) Itik (4) Pepaya (5) Pisang
(1) Nangka (2) Durian (3) Jeruk (4) Sapi (5) Rambutan
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri ukiran tulang (2) Garment (3) Industri ukiran kayu (4) Pengolahan kopi bubuk (5) Penyosohan beras (RMU)
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel,dan Restoran
(1) Kios barang kerajinan dan lukisan
(2) Perdagangan hasil pertanian
(3) Mini market dan toko kelontong
(4) Warung makan
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan (3) Jasa pengiriman paket
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Koperasi Simpan Pinjam (2) Lembaga Perkreditan Desa (3) Koperasi Serba Usaha (4) Koperasi Unit Desa
-
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Pramuwisata
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 115
G. KPJU di Kecamatan Tegallalang
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Tegallalang berjarak 16,25 km dari pusat kota Gianyar dan
merupakan kecamatan terluas kedua di Kabupaten Gianyar dengan luas wilayah
61,80 km2 atau 16,79% dari luas wilayah Kabupaten Gianyar. Pemanfaatan lahan di
kecamatan ini, terdiri atas sawah 1.863 ha, tegal 2.627,8 ha, pekarangan 201,4 ha,
dan lainnya 1.587 ha. Penduduk Kecamatan Tegalallang pada tahun 2009
berjumlah 42.718 orang sehingga kepadatan per km menjadi 691. Kecamatan
Tegallalang teridiri atas tujuh desa dan PDRB per kapitanya mencapai Rp
9.980.401,81 pada tahun 2008.
2. KPJU Unggulan
Komoditas unggulan Kecamatan Tegallalang pada sektor pertanian adalah
padi sawah dan jagung, sedangkan untuk ternak muncul babi, ayam, dan itik. Lahan
sawah di kecamatan ini masih relatif luas (30% luas wilayah) sehingga produksi padi
sawah masih menonjol. Ketiga ternak unggulan tersebut secara kuantitas memang
banyak diproduksi masyarakat di Kecamatan Tegallalang. Karena pemanfaatan
ketiga ternak ini umumnya sangat banyak, khususnya di Provinsi Bali maka
pemasarannya menjadi sangat prospektif (Tabel 6.1.3g).
Sektor industri pengolahan unggulan yang muncul adalah kerajinan kayu,
garment, penggilingan padi, dan pengolahan kopi. Kecamatan Tegallalang banyak
menghasilkan barang-barang kerajian kayu, yang dipasarkan, baik secara langsung
maupun di pusat-pusat tujuan wisata, seperti Ubud dan Sukawati. Untuk industri
garment terkait penjahitan dan pakaian sesuai dengan pesanan serta perlengkapan
pakaian dari tekstil akan menjadi pekerjaan tambahan yang dapat dilakukan
masyarakat untuk meningkatkan penghasilannya. Industri pengolahan kopi juga
menjadi unggulan mengingat seluruh desa di Kecamatan Tegallalang juga terdapat
potensi perkebunan kopi robusta.
Unggulan sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kecamatan Tegallalang
adalah bar, jasa boga, kios eceran barang kerajinan dan lukisan, hotel melati, dan
homestay. Kecamatan Tegallalang juga merupakan wilayah yang mendapat
kunjungan wisatawan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 116
Tabel 6.1.3g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Tegalalang
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Jagung (3) Babi (4) Ayam (5) Itik
(1) Kelapa (2) Sawo (3) Nenas (4) Pepaya (5) Ubi kayu
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Kerajinan kayu (2) Garment (3) Penyosohan beras (RMU) (4) Pengolahan kopi bubuk
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Bar (2) Jasa boga (3) Kios barang kerajinan (4) Hotel Melati (5) Homestay
(1) Restoran (2) Warung makan (3) Perdagangan hasil
pertanian
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan
(2) Jasa pengiriman paket (3) Bus charter (4) Angkutan barang (truk)
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Lembaga Perkreditan Desa (2) Bank Perkreditan Rakyat (3) Koperasi Simpan Pinjam (4) Money changer
9 Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (3) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor) (4) Penjahitan pakaian
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 117
3. KPJU Potensial
Komoditas potensial untuk sektor pertanian di Kecamatan Tegallalang adalah
kelapa dalam, sawo, nenas, pepaya, dan ubi kayu. Komoditas ini memang sesuai
dengan agroklimat Kecamatan Tegallalang sehingga berpeluang untuk
dikembangkan agar produksi dan peningkatan nilai tambahnya menjadi optimal.
Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kecamatan Tegallalang, restoran,
warung makan, dan perdagangan hasil pertanian menjadi potensial (Tabel 6.1.3g).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 118
6.1.4. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Tabanan A. KPJU di Kecamatan Selemadeg
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Selemadeg terletak di bagian barat dari
Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg
Barat, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, di sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg Timur, dan di sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Pupuan (Sumber: www.tabanankab.go.id). Status jalan yang
menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten yang lain adalah jalan
kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten adalah 6 km ke arah timur.
Kecamatan Selemadeg terletak pada ketinggian 0--1.879 meter di atas
permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun, kecuali bulan Agustus dengan variasi antara 0 mm
sampai dengan 374 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara
1 hari (Juni) sampai dengan 12 hari (Februari).
Kecamatan Selemadeg merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang
ada di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini 52.05 km2 atau 6,20 persen dari
wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yaitu sekitar 36,41 persen
wilayahnya dimanfaatkan untuk sawah dengan sistem pengairan setengah teknis.
Proporsi besar kedua, yaitu 30,36 persen untuk perkebunan. Proporsi besar ketiga,
yaitu 12,14 persen berupa hutan negara.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Selemadeg adalah 20.856 orang atau 4,97 persen dari seluruh penduduk Kabupaten
Tabanan dengan sex-ratio 98,37. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 98,37 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 52,05 km2, ini berarti bahwa
tingkat kepadatatan penduduk Kecamatan Selemadeg adalah 1.889 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan
Selemadeg memiliki lima produk unggulan, yakni padi sawah, kelapa, cengkeh, babi,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 119
dan sapi. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan melakukan kegiatan
usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Untuk
kecamatan ini tidak ada sumber galian C, baik yang dapat dikategorikan sebagai
unggulan maupun potensial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4a.
Pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan
di kecamatan tersebut, yakni penyosohan beras (RMU), kopra dan minyak goreng,
pengolahan kopi bubuk, industri pengolahan kacang merah dan kapri, serta industri
pengolahan minyak dari daun cengkeh. Selanjutnya, pada sektor bangunan/
konstruksi, terdapat hanya satu KPJU unggulan di kecamatan tersebut, yakni
kontraktor konstruksi bangunan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) terdapat lima KPJU
unggulan, yakni mini market dan toko kelontong, konter HP, restoran dan rumah
makan, perdagangan hasil-hasil pertanian, dan homestay. Pada sektor
pengangkutan dan komunikasi terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni
angkutan penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), bus trayek, jasa
pengiriman paket, dan warnet.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU
yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni KUD, LPD, KSP, BPR, dan KSU.
Kemudian pada sektor Jasa-jasa lain, terdapat empat KPJU unggulan, yakni
kawasan wisata Soka, jasa kebugaran, jasa binatu, pangkas rambut dan salon
kecantikan, serta penjahitan pakaian
. 3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Selemadeg memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kedelai,
kopi, jagung, ayam, dan manggis. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang
berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi
daya di bidang kopi dengan kualitas terbaik. Usaha budi daya kedelai, jagung, dan
ayam sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena kecocokan lahan dan
iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan
secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar. Khusus budi daya manggis
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 120
sekarang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh pohon manggis
sudah relatif tua dan belum banyak yang diremajakan, padahal sudah diketahui
bahwa kulit manggis sangat bermanfaat sebagai produk herbal yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk
kecamatan ini sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian
C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4a.
Di sektor industri pengolahan hanya terdapat dua KPJU yang menjadi
potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Selemadeg, yakni industri pengolahan
tempe dan tahu serta industri gula merah. Pada sektor sektor listrik, gas, dan air
bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi, sama sekali tidak terdapat KPJU
potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel,
dan restoran terdapat satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni vila.
Khusus, pada sektor pengangkutan dan komunikasi, demikian juga keuangan
persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lain sama sekali tidak terdapat
KPJU potensial yang dapat dikembangkan di Kecamatan Selemadeg.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 121
Tabel 6.1.4a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Selemadeg
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Cengkeh (4) Babi (5) Sapi
(1) Kedelai (2) Kopi (3) Jagung (4) Ayam (5) Manggis
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Kopra dan minyak goreng (3) Pengolahan kopi bubuk (4) Industri pengolahan kacang
merah dan kapri (5) Industri pengolahan minyak dari
daun cengkeh
(1) Pengolahan tempe dan tahu
(2) Industri gula merah
4 Listrik dan Air Minum -
-
5 Bangunan/Konstruksi -
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong (2) Konter HP (3) Restoran dan rumah makan (4) Perdagangan hasil-hasil
pertanian (5) Home stay
(1) Vila
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perdesaan
(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Bus trayek (4) Jasa pengiriman paket (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KUD (2) LPD (3) KSP (4) BPR (5) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Kawasan wisata Soka (2) Jasa kebugaran (3) Jasa binatu (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan
(5) Penjahitan pakaian
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 122
B. KPJU di Kecamatan Kerambitan
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Kerambitan terletak di bagian tengah Kabupaten
Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg Timur, di
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tabanan, di sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Penebel, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra
Indonesia.
Kecamatan Kerambitan terletak pada ketinggian 0--196 meter di atas
permukaan laut (dpl). Curah hujannya juga sangat bervariasi. Tahun 2009 curah
hujan berlangsung selama 11 bulan dengan variasi antara 0 mm (Agustus) sampai
dengan 455 mm (Februari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 0 hari
(Agustus) sampai dengan 12 hari (Februari).
Kecamatan Kerambitan merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang
ada di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 42,39 km2 atau 5.05 persen
dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar wilayahnya, yakni sekitar 59,35
persen dimanfaatkan untuk pertanian padi sawah dengan pengairan setengah teknis.
Proporsi besar kedua, yaitu 19,49 persen untuk perkebunan. Proporsi besar ketiga
yaitu 18,02 persen berupa permukiman dan pekarangan.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Kerambitan adalah 39.221 orang atau 9,34 persen dari seluruh penduduk Kabupaten
Tabanan dengan sex-ratio 96,67. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 96,67 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 42.39 km2, ini berarti bahwa
tingkat kepadatatan penduduk Kecamatan Kerambitan berjumlah 928 jiwa/km2
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan
Kerambitan memiliki lima KPJU unggulan, yakni padi sawah, jagung, babi, kelapa,
dan sapi. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha
di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi mencapai seluas 726 ha.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk Kecamatan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 123
Kerambitan sama sekali tidak ada sumber-sumber pertambangan dan galian C,
seperti tersaji pada Tabel 6.1.4b.
Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni industri pengolahan kacang merah dan kacang kapri,
penyosohan beras (RMU), industri garment, industri kopra dan minyak goreng, serta
industri jajan upacara agama Hindu. Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi,
terdapat satu KPJU unggulan di kecamatan tersebut, yakni kontraktor konstruksi
bangunan saja.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yakni vila, restoran dan rumah makan, perdagangan hasil-hasil pertanian, konter HP,
serta mini market dan toko kelontong. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi
terdapat tiga KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat barang (truk), jasa
pengiriman paket, angkutan penumpang perdesaan.
Pada sektor keuangan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa-
jasa lain terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni objek wisata puri, objek
wisata pantai, pramuwisata, pangkas rambut dan salon kecantikan, dan jasa
binatu/laundry.
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Kerambitan memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kopi,
cengkeh, kedelai, ayam, dan jamur. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang
berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi
daya di bidang kopi dan cengkeh dengan kualitas terbaik tetapi kurang telaten dalam
merawatnya. Usaha budi daya kedelai, ayam, dan jamur sesungguhnya sangat
potensial dikembangkan karena kecocokan lahan dan iklim. Namun, sayangnya
belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan secara insidental sesuai
dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian
untuk kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan
galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4b.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 124
Tabel 6.1.4b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kerambitan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah
(2) Jagung
(3) Babi
(4) Kelapa
(5) Sapi
(1) Kopi (2) Cengkeh (3) Kedelai (4) Ayam (5) Jamur
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kacang merah dan kacang kapri
(2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri garment (4) Industri kopra dan minyak
goreng (5) Industri jajan upacara agama
Hindu
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Vila (2) Restoran dan rumah makan (3) Perdagangan hasil-hasil
pertanian (4) Konter HP (5) Mini market dan toko
kelontong
(1) Homestay
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang
perdesaan
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU
-
9 Jasa-Jasa lain (1) Objek wisata puri
(2) Objek wisata pantai
(3) Pramuwisata
(4) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(5) Jasa binatu/laundry
(1) Penjahitan pakaian
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 125
Sektor industri pengolahan hanya memiliki satu KPJU yang menjadi potensi
untuk dikembangkan di Kecamatan Kerambitan, yakni industri hasil kerajinan. Pada
sektor listrik, gas, dan air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta
pengangkutan dan komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang
dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terdapat hanya satu KPJU potensial, yakni home stay. Khusus, pada sektor
pengangkutan dan komunikasi, demikian juga keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan, serta jasa-jasa lain, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang
dapat dikembangkan di kecamatan ini.
C. KPJU di Kecamatan Tabanan
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Tabanan terletak tepat di ibu kota Kabupaten
Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kerambitan, di sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Kediri, di sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Penebel, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten/kota lain
adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota kabupaten adalah 0 km.
Kecamatan Tabanan berada pada ketinggian 0--175 meter di atas permukaan
laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung
sepanjang tahun, kecuali bulan Juni dengan variasi antara 0 mm (Juni) sampai
dengan 682,0 mm (Februari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 0
hari (Juni, Agustus, Oktober, Desember) sampai dengan 16 hari (Januari).
Kecamatan Tabanan merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada
di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 51,40 km2 atau 6,12 persen dari
wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 37,55 persen dari wilayahnya
dimanfaatkan untuk pertanain padi sawah dengan pengairan setengah teknis.
Sebaliknya, untuk pemanfatan yang lain berupa permukiman yakni 28,77 persen
dan perkebunan, yakni 12,57 persen.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Tabanan
62.748 orang atau 14,94 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan dengan
sex-ratio 98,26. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 126
98,26 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 51,40 km2, ini berarti bahwa tingkat
kepadatan penduduk Kecamatan Tabanan adalah 1.229 jiwa/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Tabanan
memiliki lima KPJU unggulan, yakni padi sawah, kelapa, babi, ayam, dan sapi.
Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang
tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Sementara itu, pada
sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini, sama sekali tidak
terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel
6.1.4c.
Pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni industri wine, kopra, dan minyak goreng kelapa, penyosohan
beras (RMU), industri garment, dan industri jajan upacara agama Hindu. Selanjutnya
pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu KPJU unggulan di kecamatan ini,
yakni kontraktor konstruksi bangunan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yakni mini market dan toko kelontong, perdagangan hasil-hasil pertanian, restoran
dan rumah makan, hotel melati, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan dan
komunikasi terdapat empat KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat
barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, jasa pengiriman
paket, dan warnet.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU
yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU.
Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan,
yakni jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, obyek wisata pantai
(Yeh Gangga), jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan penjahitan pakaian.
.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 127
Tabel 6.1.4c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Tabanan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Babi (4) Ayam (5) Sapi
(1) Kedelai (2) Kacang tanah (3) Jamur (4) Bunga pacar air
dan gumitir (5) Itik
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri wine (2) Kopra dan minyak goreng kelapa (3) Penyosohan beras (RMU) (4) Industri garment (5) Industri jajan upacara agama
Hindu
(1) Industri kerajinan sablon
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong (2) Perdagangan hasil-hasil pertanian (3) Restoran dan rumah makan (4) Hotel melati (5) Konter HP
(1) Homestay (2) Vila
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang perkotaan
dan perdesaan (3) Jasa pengiriman paket (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU
(1) Money changer
9 Jasa-Jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (3) Objek wisata pantai (Yeh Gangga) (4) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor) (5) Penjahitan pakaian
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 128
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Tabanan
memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kedelai, kacang
tanah, jamur, bunga, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini memang banyak yang
melakukan usaha budi daya di bidang kedelai, kacang tanah, jamur, bunga, dan itik.
Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan secara
insidental sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor
pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat
sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4c.
Sektor industri pengolahan hanya terdapat satu KPJU yang menjadi potensial
untuk dikembangkan di Kecamatan Kerambitan, yakni industri kerajinan sablon.
Pada sektor listrik, gas, dan air bersih demikian juga sektor bangunan/konstruksi,
serta pengangkutan dan komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial
yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan
restoran terdapat hanya dua KPJU potensial, yang dapat dikembangkan, yakni
homestay dan vila. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
terdapat satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan yakni money changer.
Khusus, sektor jasa-jasa lain, memiliki hanya satu KPJU potensial, yakni PAUD.
D. KPJU di Kecamatan Kediri
1. Profil wilayah
Secara geografis, Kecamatan Kediri terletak di bagian timur dari Kabupaten
Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tabanan, di sebelah
selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, di sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Marga, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung.
Jarak ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten, sekitar 2 km ke arah utara yang
dihubungkan oleh jalan provinsi.
Kecamatan Kediri terletak pada ketinggian 0--123 meter di atas permukaan
laut (dpl). Curah hujannya juga sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan tertinggi,
yakni 682 mm terjadi pada bulan Februari dan terendah pada bulan Juni, Oktober,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 129
November, dan Desember, yaitu 0 mm. Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi
antara 1 hari (September) sampai dengan 16 hari (Februari). Sebaliknya, pada bulan
Juni, Agustus, Oktober, November, dan Desember tidak pernah turun hujan.
Kecamatan Kediri merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada di
Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 53,60 km2 atau 6,39 persen dari
wilayah Kabupaten Tabanan. Hampir 57,0 persen dari wilayah Kecamatan Kediri
dimanfaatkan untuk usaha tani padi sawah, sekitar 15,65 persen berupa tegal/kebun,
dan 15,39 berupa permukiman dan pekarangan. Pemanfaatan untuk sawah kurang
dari 0,5 persen.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kediri
67.511 orang atau 16,07 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan dengan
sex-ratio 101,55. Artinya, dari setiap 100 penduduk laki-laki terdapat 101,55
penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 53,60km2, ini berarti bahwa tingkat
kepadatatan penduduk Kecamatan Kediri adalah 1.265 jiwa/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Kediri
memiliki lima KPJU unggulan, yakni padi sawah, babi, sapi, penangkapan hasil
perikanan di laut, dan kelapa. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan
melakukan kegiatan usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi
(726 ha). Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk
kecamatan ini sama sekali tidak ada sumber-sumber pertambangan dan galian C,
seperti tersaji pada Tabel 6.1.4d.
Sektor industri pengolahan memilliki lima KPJU yang menjadi unggulan di
Kecamatan ini, yakni industri gerabah, industri genteng, industri kerajinan lukisan,
kopra dan minyak goreng, serta penyosohan beras (RMU). Selanjutnya, pada sektor
bangunan/konstruksi, tidak terdapat satu pun KPJU unggulan di kecamatan ini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 130
Tabel 6.1.4d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kediri
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Babi (3) Sapi (4) Penangkapan ikan di laut (5) kelapa
(1) Cabai (2) Jagung (3) Kacang tanah (4) Mangga (5) Bawang merah
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri gerabah (2) Industri genteng (3) Industri kerajinan lukisan (4) Kopra dan minyak goreng (5) Penyosohan beras (RMU)
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Perdagangan hasil-hasil
pertanian (4) Perlengkapan pakaian dan
tekstil (mote dan renda) (5) Kios produk kerajinan
(1) Home stay (2) Vila (3) Konter HP
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Bus trayek (2) Bus carter (3) Jasa pengiriman paket (4) Angkutan darat barang (truk) (5) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan
(1) Warnet -
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata tanah Lot (2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor)
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 131
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yakni hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan hasil-hasil
pertanian, perlengkapan pakaian dan tekstil (mote dan renda), dan kios produk
kerajinan. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima KPJU yang
menjadi unggulan, yakni bus trayek, bus charter, jasa pengiriman paket, angkutan
darat barang (truk), serta angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan.
Pada sektor keuangan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSU, dan KSP. Kemudian, pada sektor jasa-
jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yakni objek wisata Tanah Lot,
pramuwisata, jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, serta jasa
perbengkelan (mobil dan motor).
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Kediri memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni cabai, jagung,
kacang tanah, mangga, dan bawang merah. Masyarakat di kecamatan ini memang
banyak yang melakukan usaha budi daya cabai ketika harganya demikian tinggi.
Namun, kemudian mereka mengurangi usaha ini sebagai akibat menurunnya
kembali harga ke tingkat normal. Sebaliknya, untuk usaha budi daya jagung, kacang
tanah, mangga, dan bawang merah sesungguhnya sangat potensial dikembangkan
karena kecocokan lahan dan iklim yang ditunjang tenaga kerja terampil. Namun,
sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan secara insidental
sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor penggalian untuk
kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4d.
Sektor industri pengolahan pun tidak memiliki KPJU yang menjadi potensi
untuk dikembangkan di Kecamatan Kediri. Pada sektor listrik, gas, dan air bersih,
demikian juga sektor bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi, juga
sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya,
pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat hanya tiga KPJU potensial,
yakni home stay, vila, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi
terdapat satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni warnet. Khusus,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 132
sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lain sama sekali
tidak memiliki KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini.
Sementara itu, jasa-jasa lain hanya memiliki satu KPJU potensial yang dapat
dikembangkan, yakni PAUD.
E. KPJU di Kecamatan Marga
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Marga terletak ke arah utara ibu kota
Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Penebel, di
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, di sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Baturiti, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Kediri. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten lain
adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota Kabupaten Tabanan sekitar
10 km ke arah selatan.
Kecamatan Marga berada pada ketinggian 174--446 meter di atas permukaan
laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung
sepanjang tahun (kecuali Agustus) dengan variasi antara 1,0 mm (Agustus) sampai
dengan 268 mm (September). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 2
hari (Juni) sampai dengan 16 hari (Januari).
Kecamatan Marga merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada di
Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 44,79 km2 atau 5,34 persen dari
wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 51,80 persen dari wilayahnya
dimanfaatkan untuk sawah, proporsi besar kedua, yakni 28,56 persen untuk
tegal/kebun, serta proporsi besar ketiga, yakni 10,38 persen berupa permukiman dan
pekarangan.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Marga
43.196 orang atau 10,28 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan dengan
sex-ratio 96,25. Ini berarti, bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat
96,25 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 44,79 km2, ini berarti bahwa tingkat
kepadatan penduduk Kecamatan Marga adalah 965 jiwa/km2.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 133
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor Pertanian di Kecamatan Marga
memiliki lima produk unggulan, yakni kelapa, cengkeh, kopi, sapi, dan padi sawah.
Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang
tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi yang mencapai 726 ha. Sementara itu,
pada sektor pertambangan dan penggalian di kecamatan ini sama sekali tidak
terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C. Sektor industri pengolahan
memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni industri kerajinan
kayu, industri kerajinan batu, industri alat-alat rumah tangga, industri kopra dan
minyak goreng, serta penyosohan beras (RMU). Selanjutnya pada sektor
bangunan/konstruksi tidak terdapat satu pun produk unggulan di Kecamatan Marga
yang dapat diunggulkan, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4e.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,
yakni mini market dan toko kelontong, perdagangan hasil-hasil pertanian, restoran
dan rumah makan, vila, dan kios produk kerajinan. Pada sektor pengangkutan dan
komunikasi terdapat empat produk yang menjadi unggulan, yaitu jasa pengiriman
paket, angkutan penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), dan warnet.
Pada sektor keuangan terdapat lima produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor
jasa-jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yakni objek wisata (Alas
Kedaton), pramuwisata, jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan,
dan jasa perbengkelan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 134
Tabel 6.1.4e
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Marga
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Kelapa (2) Cengkeh (3) Kopi (4) Sapi (5) Padi sawah
(1) Pisang (2) Vanili (3) Kakao (4) Babi (5) Ayam
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri kerajinan kayu (2) Industri kerajinan batu (3) Industri alat-alat rumah tangga (4) Industri kopra dan minyak
goreng (5) Penyosohan beras (RMU)
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong (2) Perdagangan hasil-hasil
pertanian (3) Restoran dan rumah makan (4) Vila (5) Kios produk kerajinan
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Jasa pengiriman paket (2) Angkutan penumpang
perdesaan (3) Angkutan darat barang (truk) (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata (Alas Kedaton) (2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Jasa perbengkelan
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 135
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Marga memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni pisang, vanili,
kakao, babi, dan ayam. Masyarakat di kecamatan ini memang banyak yang
melakukan usaha budi daya vanili, kakao, dan pisang ketika harganya demikian
tinggi. Namun, kemudian mereka mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah
terserang penyakit. Di pihak lain, usaha budi daya babi dan ayam sesungguhnya
sangat potensial dikembangkan karena kecocokan lahan dan iklim. Namun,
sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan secara insidental
sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan
penggalian untuk Kecamatan Marga, sama sekali tidak terdapat sumber-sumber
pertambangan dan galian C (Tabel 6.1.4e).
Pada sektor pertanian terdapat lima KPJU yang potensial dapat
dikembangkan, yakni: pisang, vanili, kakao, babi, dan ayam. Sebaliknya, pada
sektor industri pengolahan ternyata tidak terdapat satu pun KPJU yang menjadi
potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Marga. Pada sektor listrik, gas, dan air
bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan
Kkomunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan.
Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, demikian juga sektor
pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta
jasa-jasa lain juga sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat
dikembangkan di kecamatan tersebut.
F. KPJU di Kecamatan Baturiti
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Baturiti terletak ke arah utara dari ibu kota
Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Penebel, di
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Buleleng, dan bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 136
Marga. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau kabupaten/kota
lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota Kabupaten Tabanan
sekitar 10 km ke arah selatan.
Kecamatan Baturiti berada pada ketinggian 465--2.082 meter di atas
permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun (kecuali Juni) dengan variasi antara 6,0 mm (Agustus)
sampai dengan 356 mm (Maret). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara
2 hari (Agustus) sampai dengan 26 hari (Januari).
Kecamatan Baturiti merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada
di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 99,17 km2 atau 11,82 persen dari
wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 39,08 persen dari wilayahnya
dimanfaatkan untuk tegal/kebun, proporsi besar kedua, yakni 26,71 persen berupa
hutan negara, dan sekitar 18,23 persen berupa lahan sawah.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Baturiti
adalah 50.195 orang atau 11,95 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan
dengan sex-ratio 101.67. Ini berarti, bahwa banyaknya penduduk laki-laki dan
perempuan berimbang atau dengan kata lain dari setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 101.67 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 99,17 km2, ini berarti bahwa
tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Baturiti adalah 506 jiwa/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Baturiti
memiliki lima KPJU unggulan, yakni strawberry, brokoli, kopi, cengkeh, dan padi
sawah. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di
bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Sementara itu,
pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini ternyata sama sekali
tidak ada sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel
6.1.4f.
Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni industri pengolahan kopi bubuk, industri penyulingan minyak
dari daun cengkeh, bumbu masak blender siap pakai, penyosohan beras (RMU), dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 137
produk makanan aneka keripik. Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi tidak
terdapat satu pun produk unggulan di Kecamatan Baturiti.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,
yaitu perdagangan eceran bunga potong dan tanaman hias, hotel melati, pasar induk
hortikultura, restoran dan rumah makan, serta mini market dan toko kelontong. Pada
sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima produk yang menjadi unggulan,
yaitu angkutan penumpang perdesaan, jasa pengiriman paket, angkutan darat
barang (truk), angkutan danau boat, dan warnet.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, terdapat lima
produk yang menjadi unggulan di kecamatan tersebut, yaitu LPD, KUD, KSP, BPR,
dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima produk yang menjadi
unggulan, yakni wisata Danau Beratan, jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan
salon kecantikan, jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan penjahitan pakaian.
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Baturiti memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni budi daya
ikan gurami, kelinci, markisa, jagung, dan manggis. Masyarakat di kecamatan ini
sekarang sudah mulai banyak yang budi daya ikan air tawar karena permintaannya
demikian banyak. Sedangkan untuk usaha budi daya kelinci, markisa, jagung, dan
manggis sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena kecocokan lahan
dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan
secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar. Khusus budi daya manggis
sekarang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh pohon manggis
sudah relatif tua dan belum banyak yang diremajakan. Padahal, sudah diketahui
bahwa kulit buah manggis sangat bermanfaat sebagai produk herbal yang memiliki
nilai ekonomis tinggi. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian
untuk Kecamatan Baturiti sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan
dan galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4f
.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 138
Tabel 6.1.4f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Baturiti No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Strawberry (2) Brokoli (3) Kopi (4) Cengkeh (5) Padi sawah
(1) Budi daya ikan lele
(2) Kelinci (3) Markisa (4) Jagung (5) Manggis
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kopi bubuk
(2) Industri penyulingan minyak dari daun cengkeh
(3) Bumbu masak blender siap pakai
(4) Penyosohan beras (RMU) (5) Produk makanan aneka
keripik
(1) Industri pengolahan juice markisa
(2) Industri pengolahan juice terong belanda
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Perdagangan eceran bunga potong dan tanaman hias
(2) Hotel melati (3) Pasar induk hortikultura (4) Restoran dan rumah makan (5) Mini market dan toko
kelontong
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perdesaan
(2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan darat barang (truk) (4) Angkutan danau boat (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) BPR (5) KSU
(1) Money Changer
9 Jasa-jasa lain (1) Wisata Danau Beratan (2) Jasa binatu/laundry (3) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (4) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor) (5) Penjahitan pakaian
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 139
Sektor industri pengolahan hanya memiliki dua KPJU yang menjadi potensi
untuk dikembangkan di Kecamatan Baturiti, yakni industri pengolahan juice markisa
dan industri pengolahan juice terong belanda. Pada sektor listrik, gas, dan air bersih,
demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan komunikasi,
sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya,
pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, demikian juga sektor pengangkutan
dan komunikasi serta jasa-jasa lainnya, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial
yang dapat dikembangkan di kecamatan ini. Hanya saja pada sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan terdapat satu KPJU yakni money changer. Hal ini
disebabkan banyak wisatawan asing yang memerlukan jasa money changer sebagai
tempat penukaran mata uang asing untuk berbelanja di objek wisata yang masih
alami dan ramah lingkungan.
G. KPJU di Kecamatan Penebel
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Penebel terletak ke arah utara ibu kota
Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg
Timur, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Marga, dan Kecamatan
Baturiti, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Tabanan. Status jalan yang menghubungkan
dengan kecamatan atau kabupaten/kota lain adalah jalan kabupaten dan provinsi.
Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 20 km ke arah selatan.
Kecamatan Penebel berada pada keinggian 159--2.276 meter di atas
permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun (kecuali bulan Agustus) dengan variasi antara 59,0
mm (Juni) sampai dengan 592 mm (Maret). Jumlah hari hujan per bulan juga
bervariasi antara 2 hari (Juni) sampai dengan 16 hari (Januari).
Kecamatan Penebel merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada
di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 141,98 km2 atau 16,92 persen
dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 33,69 persen dari
wilayahnya dimanfaatkan untuk tegal/kebun, proporsi besar kedua, yakni 30,73
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 140
persen untuk persawahan, serta proporsi besar ketiga yakni hampir 22,00 persen
berupa hutan negara.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Penebel
adalah 49.558 orang atau 11,80 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Tabanan
dengan sex-ratio 94,19. Ini berarti, bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 94,19 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 141,98 km2, ini berarti
tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Penebel adalah 349 jiwa/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kecamatan
Penebel memilikilima KPJU unggulan, yakni padi sawah, ayam, cengkeh, kopi, dan
manggis. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha
di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Sementara
itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini ternyata sama
sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji
pada Tabel 6.1.4g.
Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang dapat menjadi unggulan
di Kecamatan ini, yakni penyosohan beras (RMU), industri pengolahan kopi bubuk,
industri penyulingan minyak dari daun cengkeh, produk makanan aneka keripik, dan
jajanan untuk upacara agama Hindu. Selanjutnya, pada sektor bangunan/konstruksi
belum terdapat satu pun KPJU unggulan di kecamatan ini yang dapat diunggulkan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yakni perdagangan komoditi hasil pertanian, wisata alam Jati Luwih, vila,
perdagangan eceran bunga potong dan tanaman hias, serta mini market dan toko
kelontong. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga KPJU yang
menjadi unggulan, yakni jasa pengiriman paket, angkutan darat barang (truk), dan
angkutan penumpang perdesaan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 141
Tabel 6.1.4g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Penebel
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Ayam (3) Cengkeh (4) Kopi (5) Manggis
(1) Pisang (2) Itik (3) Budi daya ikan
lele (4) Durian (5) Sawo
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Industri pengolahan kopi
bubuk (3) Industri penyulingan minyak
dari daun cengkeh (4) Produk makanan aneka
keripik (5) Jajanan untuk upacara
agama Hindu
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Perdagangan komoditas hasil pertanian
(2) Wisata alam Jati Luwih (3) Vila (4) Perdagangan eceran bunga
potong dan tanaman hias (5) Mini market dan toko
kelontong
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Jasa pengiriman paket (2) Angkutan darat barang (truk) (3) Angkutan penumpang
perdesaan
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata air panas (2) Objek wisata kupu-kupu (3) Pramuwisata (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 142
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU
yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU.
Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan,
yakni objek wisata air panas, objek wisata kupu-kupu, pramuwisata, pangkas rambut
dan salon kecantikan, serta jasa perbengkelan (mobil dan motor).
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten ditetahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Penebel memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni pisang, itik,
budi daya ikan nila, durian, dan sawo. Masyarakat di kecamatan ini memang banyak
yang melakukan usaha budi daya manggis dan budi daya ikan air tawar dengan
kualitas terbaik, namun kemudian mereka mengurangi usaha ini sebagai akibat
pohon manggis yang sudah berusia tua dan budi daya ikan air tawar yang baru saja
dimulai karena kecocokan dengan iklim dan sumberdaya air yang memadai. Khusus
budi daya Manggis sekarang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh
pohon manggis sudah relatif tua dan belum banyak yang diremajakan. Padahal,
sudah diketahui bahwa kulit manggis sangat bermanfaat sebagai produk herbal yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan
penggalian untuk kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat sumber-sumber
pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4g.
Sektor industri pengolahan serta sektor listrik, gas, dan air bersih; demkian
juga sektor bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi, ternyata
sama sekali tidak memiliki KPJU yang menjadi potensial untuk dikembangkan di
Kecamatan Penebel. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran
juga tidak terdapat KPJU potensial. Khusus, pada sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan, serta jasa-jasa juga sama sekali tidak terdapat KPJU potensial
yang dapat dikembangkan di kecamatan ini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 143
H. KPJU di Kecamatan Pupuan
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Pupuan terletak di bagian barat dari Kabupaten
Tabanan. Di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Selemadeg, di sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana, di sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Buleleng, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Selemadeg Barat. Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan atau
kabupaten yang lain adalah jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten mencapai
40 km ke arah selatan.
Kecamatan Pupuan terletak pada ketinggian 597-1.807 meter di atas
permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 4 mm (Agustus) sampai dengan
470 mm (November). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari
(Agustus) sampai dengan 23 hari (Februari).
Kecamatan Pupuan merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada
di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini mencapai 179,02 km2 atau 21,33 persen
dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 68,14 persen dari
wilayahnya dimanfaatkan untuk perkebunan, proporsi besar kedua, yakni 14,12
persen berupa hutan negara, dan proporsi besar ketiga, yakni 8,08 persen
merupakan hutan rakyat.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Pupuan
mencapai 40.459 orang atau 9,63 persen dari seluruh penduduk Kabupaten
Tabanan dengan sex-ratio 100,14. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 100,14 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 179,02 km2, ini berarti
bahwa tingkat kepadatatan penduduk Kecamatan Pupuan adalah 226 jiwa/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor Pertanian di Kecamatan Pupuan
memiliki lima KPJU unggulan, yakni kopi, kambing, cengkeh, padi sawah, sapi, dan
Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 144
tersebut, seperti kegiatan penanaman padi seluas 726 ha. Sementara itu, pada
sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini ternyata sama sekali tidak
ada sumber-sumber pertambangan dan Galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4h.
Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini yakni industri pengolahan kopi bubuk, penyosohan beras (RMU),
industri penyulingan minyak dari daun cengkeh, produk makanan aneka keripik, dan
jajanan untuk upacara agama Hindu. Selanjutnya, pada sektor Bangunan/Konstruksi
terdapat satu KPJU unggulan di kecamatan ini, yakni kontraktor konstruksi
bangunan,
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yakni rumah makan, homestay, mini market dan toko kelontong, perdagangan hasil-
hasil pertanian, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat
empat KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat barang, bus trayek,
angkutan penumpang perdesaan, dan jasa pengiriman paket.
Pada sektor keuangan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni BPR, LPD, KUD, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa
terdapat empat produk yang menjadi unggulan, yakni objek wisata pilgrim (olah
spiritual/jasa meditasi), pangkas rambut dan salon kecantikan, penjahitan pakaian,
dan jasa perbengkelan (mobil dan motor).
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Pupuan memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni durian,
jagung, ayam, itik, dan babi. Hal ini disebabkan oleh kecocokan topografi, lahan, dan
iklim. Namun, khusus untuk pohon durian sudah relatif tua dan belum banyak yang
diremajakan, padahal sudah diketahui bahwa buah durian sekarang ini memiliki nilai
ekonomi tinggi. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk
kecamatan ini ternyata sama sekali tidak terdapat galian C, seperti tersaji pada Tabel
6.1.4h.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 145
Tabel 6.1.4h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Pupuan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Kopi (2) Kambing (3) Cengkeh (4) Padi sawah (5) Sapi
(1) Durian (2) Jagung (3) Ayam (4) Itik (5) Babi
2 Pertambangan dan Penggalian
-
3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kopi bubuk (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri penyulingan minyak
dari daun cengkeh (4) Produk makanan aneka keripik (5) Jajanan untuk upacara agama
Hindu
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Rumah makan (2) Homestay (3) Mini market dan toko kelontong (4) Perdagangan hasil-hasil
pertanian (5) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (2) Bus trayek (3) Angkutan penumpang
perdesaan (4) Jasa pengiriman paket (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
(1) BPR (2) LPD (3) KUD (4) KSP (5) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata pilgrim (olah spiritual/jasa meditasi)
(2) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(3) Penjahitan pakaian (4) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 146
Di sektor industri pengolahan belum ada satu pun yang menjadi KPJU
potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Pupuan. Pada sektor listrik, gas, dan
air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan
komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan.
Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dar Restoran, demikian juga sektor
pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta
jasa-jasa lain, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan
di kecamatan ini.
I. KPJU di Kecamatan Selemadeg Barat
1. Profil wilayah
Secara geografis, Kecamatan Selemadeg Barat terletak di bagian barat dari
Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana, di
sebelah timur berbatasan dengan Sungai Kecamatan Selemadeg, di sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Pupuan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan
Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan atau
kabupaten yang lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu kota
kabupaten sekitar 25 km ke arah timur.
Kecamatan Selemadeg Barat terletak pada ketinggian 0--716 meter di atas
permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 18 mm (Juni) sampai dengan
468 mm (Februari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari (Juni)
sampai dengan 17 hari (Februari).
Kecamatan Selemadeg Barat merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan
yang ada di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini adalah 120,15 km2 atau 14,21
persen dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar, yakni 40,82 persen dari
wilayahnya dimanfaatkan untuk perkebunan, proporsi besar kedua, yakni 18,17
persen untuk tegalan, dan sekitar 15,48 persen berupa hutan negara.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Selemadeg Barat sebanyak 22.212 orang atau 5,29 persen dari seluruh penduduk
Kabupaten Tabanan dengan sex-ratio 98,94. Artinya, dari setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 98,94 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 120,15 km2, ini
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 147
berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Selemadeg Barat mencapai
185 jiwa/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan
Sulemadeg Barat memiliki lima produk unggulan, yakni cengkeh, kopi, padi sawah,
kelapa, dan babi. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan melakukan
kegiatan usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi seluas 726 ha.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian di kecamatan ini, sama
sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji
pada Tabel 6.1.4h.
Sektor Industri pengolahan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di
Kecamatan ini, yakni kopra dan minyak goreng, penyosohan beras (RMU),
pengolahan kopi bubuk, produk makanan kacang kapri, dan jajanan untuk upacara
agama Hindu. Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi, tidak terdapat KPJU
unggulan di kecamatan ini.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yakni perdagangan hasil pertanian, homestay, restoran dan rumah makan, mini
market dan toko kelontong, serta vila. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi
terdapat dua KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat barang dan
angkutan penumpang perdesaan. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni
LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima
KPJU yang menjadi unggulan, yakni jasa binatu/laundry, surfing, wisata pantai,
pangkas rambut dan salon kecantikan, serta penjahitan pakaian.
Tabel 6.1.4i
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 148
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Selemadeg Barat
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Cengkeh (2) Kopi (3) Padi sawah (4) Kelapa (5) Babi
(1) Kakao (2) Sapi (3) Vanili (4) Ayam (5) Itik
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Pengolahan kopi bubuk (4) Produk makanan kacang
kapri (5) Jajanan untuk upacara
agama Hindu
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
(1) Perdagangan hasil pertanian
(2) Homestay (3) Restoran dan rumah makan (4) Mini market dan toko
kelontong (5) Vila
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perdesaan
-
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU
-
9 Jasa-Jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Surfing (3) Wisata pantai (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Penjahitan pakaian
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
3. KPJU Potensial
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 149
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Selemadeg Barat memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni
kakao, sapi, vanili, ayam, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang
berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi
daya di bidang kakao dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian mereka
mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Sebaliknya, untuk
usaha budi daya sapi, ayam, dan itik sesungguhnya sangat potensial dikembangkan
karena kecocokan topografi, lahan, dan iklim di samping permintaan untuk itu sangat
tinggi. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif. Usaha itu dilakukan
secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu, pada sektor
pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini sama sekali tidak terdapat
sumber-sumber pertambangan dan galian C, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4h.
Pada sektor industri pengolahan, demikian juga sektor listrik, gas, dan air
bersih; sektor bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi, sama
sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, demikian juga sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lain sama sekali tidak terdapat KPJU potensial
yang dapat dikembangkan di kecamatan ini.
J. KPJU di Kecamatan Selemadeg Timur
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Selemadeg Timur terletak ke arah barat dari ibu
kota Kabupaten Tabanan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Selemadeg di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kerambitan, di sebelah
utara berbatasan dengan Kecamatan Penebel, dan sebelah selatan berbatasan
dengan Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkannya dengan
kecamatan atau kabupaten lain adalah jalan kabupaten dan provinsi. Jarak ke ibu
kota kabupaten sekitar 10 km ke arah timur.
Kecamatan Selemadeg Timur berada pada ketinggian 0--526 meter di atas
permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 6,0 mm (Agustus) sampai
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 150
dengan 475,0 mm (Januari). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 2
hari (Juni) sampai dengan 18 hari (Januari).
Kecamatan Selemadeg Timur merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan
yang ada di Kabupaten Tabanan. Luas kecamatan ini mencapai 54,78 km2 atau 6,51
persen dari wilayah Kabupaten Tabanan. Proporsi terbesar wilayah ini, yakni 42,75
persen dimanfaatkan untuk sawah, proporsi besar kedua, yakni 34,08 persen untuk
perkebunan, dan masing-masing sekitar 15,28 persen berupa tegalan/kebun dan
hutan rakyat.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Selemadeg Timur sebanyak 11.959 orang atau 2,85 persen dari seluruh penduduk
Kabupaten Tabanan dengan sex-ratio 99,02. Ini berarti bahwa banyaknya penduduk
laki-laki dan perempuan berimbang atau dengan kata lain setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 99,02 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 54,78 km2, ini
berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Selemadeg Timur adalah 218
jiwa /km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan
Selemadeg Timur memiliki lima KPJU unggulan, yaitu kopi, cengkeh, babi, kelapa,
dan padi sawah. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan
usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian di kecamatan ini, ternyata
sama sekali tidak ada sumber-sumber pertambangan dan galian C secara
komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.4j.
Sektor industri pengolahan memiliki tiga KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni kopra dan minyak goreng, penyosohan beras (RMU), dan
pengolahan kopi bubuk. Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi tidak terdapat
KPJU unggulan di kecamatan ini. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terdapat lima KPJU unggulan, yakni perdagangan hasil pertanian, mini market dan
toko kelontong, restoran dan rumah makan, vila, dan homestay. Pada sektor
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 151
pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga produk yang menjadi unggulan, yakni
angkutan penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), dan warnet.
Pada sektor keuangan terdapat tiga KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni LPD, KSP, dan KUD. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain
terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni surfing, jasa binatu/laundry,
pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan
penjahitan pakaian.
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Selemadeg Timur terdapat lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni
kakao, vanili, sapi, ayam, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang
berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi
daya di bidang kakao dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian mereka
mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Sebaliknya untuk
usaha budi daya sapi, ayam, dan itik sesungguhnya sangat potensial dikembangkan
karena kecocokan topografi dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara
intensif. Usaha itu dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini sama
sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial,
seperti tersaji pada Tabel 6.1.4j.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 152
Tabel 6.1.4j Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Selemadeg Timur
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Kopi (2) Cengkeh (3) Babi (4) Kelapa (5) Padi sawah
(1) Kakao (2) Vanili (3) Sapi (4) Ayam (5) Itik
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Pengolahan kopi bubuk
(4) Produk makanan kacang kapri
(5) Jajanan untuk upacara agama Hindu
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Perdagangan hasil pertanian
(2) Mini market dan toko kelontong
(3) Restoran dan rumah makan
(4) Vila (5) Homestay
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perdesaan
(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KUD
9 Jasa-jasa lain (1) Surfing (2) Jasa binatu/laundry (3) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (4) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor) (5) Penjahitan pakaian
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 153
Sektor industri pengolahan tidak memiliki satu pun KPJU yang menjadi
potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Selemadeg Timur. Pada sektor listrik,
gas, dan air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan
dan komunikasi, juga sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat
dikembangkan. Kemudian, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran tidak
terdapat KPJU potensial. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, demikian juga
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lain ternyata sama
sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 154
6.1.5. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Bangli A. KPJU di Kecamatan Kintamani
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Kintamani terletak di bagian utara Kabupaten
Bangli. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Badung, di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Karangasem, di sebelah utara dengan Kabupaten
Buleleng. Jarak ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten sekitar 27 km ke arah
selatan yang dihubungkan oleh jalan provinsi.
Kecamatan Kintamani terletak pada ketinggian 100--2.152 meter di atas
permukaan laut. Curah hujannya juga sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
tertinggi, yaitu 1.180 mm terjadi bulan November dan terendah bulan Juli, yaitu 9
mm. Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 1 hari (Juli) sampai dengan
15 hari (Februari). Sebaliknya, pada Juni, Agustus, dan September tidak pernah
turun hujan.
Kecamatan Kintamani merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada
di Kabupaten Bangli. Luas kecamatan ini 366 km2 atau 70,4 persen dari wilayah
Kabupaten Bangli. Hampir 48,0 persen dari wilayah Kecamatan Kintamani
dimanfaatkan untuk tegal/kebun, sekitar 25,0 persen berupa hutan negara, dan
10,86 persen untuk perkebunan. Pemanfaatan untuk sawah kurang dari 0,5 persen.
Ini berarti bahwa hampir 60,0 persen wilayahnya dimanfaatkan untuk pertanian (tegal
dan perkebunan). Akibatnya struktur perekonomian Kecamatan Kintamani masih
berorientasi pada sektor pertanian.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Kintamani 90.150 orang atau 41,8 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli
dengan sex-ratio 104. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104
penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 366,92 km2, ini berarti bahwa tingkat
kepadatan penduduk Kecamatan Kintamani adalah 246 orang/km2.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 155
2. KPJU Unggulan
Di sektor pertanian jeruk menjadi unggulan pertama di Kecamatan Kintamani.
Hal ini terjadi karena untuk wilayah Bali sentra penghasil jeruk terbanyak adalah
Kecamatan Kintamani. Tahun 2009 total produksi jeruk di Bali sekitar 161.000 ton.
Dari total produksi ini sebanyak 90,0 persen merupakan produksi dari Kecamatan
Kintamani. Kecamatan Kintamani sebagian besar wilayahnya berupa tegal/kebun
sehingga memungkinkan memperoleh makanan hijauan ternak yang relatif banyak.
Kondisi ini memungkinkan pemeliharaan ternak seperti sapi. Didukung oleh iklim
yang sejuk dan areal tegal/kebun yang relatif luas ternak ayam (petelur) juga menjadi
unggulan. Kopi di samping saat ini sudah menjadi produk unggulan kabupaten,
masih berpotensi diperluas dengan memanfaatkan tanah yang sebelumnya ditanami
jeruk. Bawang merah menjadi KPJU unggulan yang kelima.
Industri pengolahan yang menonjol di Kec Kintamani hanya pengolahan kopi.
Akan tetapi, ini hanya terbatas mengolah kopi gelondongan menjadi butiran yang
siap untuk diekspor. Sebagai kecamatan yang masih berorientasi pada pertanian,
maka unggulan di sektor perdagangan adalah perdagangan hasil pertanian, baik
berupa pangan maupun ternak. Hasil-hasil pertanian ini di samping untuk memenuhi
kebutuhan setempat juga dikirim ke luar kabupaten dan malahan seperti jeruk dan
sapi juga diantarpulaukan. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal unggulan di
subsektor perdagangan adalah Mini market dan toko kelontong.
Kintamani juga dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata, yaitu wisata
pemandangan gunung dan danau serta kaldera Baturnya. Sehubungan dengan itu,
yang juga menjadi unggulan adalah prasarana pariwisata, seperti hotel dan restoran
serta penyeberangan danau menuju objek wisata Desa Trunyan yang terkenal
dengan kuburannya. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, restoran/rumah
makan, hotel melati, jasa pramuwisata, dan money changer juga menjadi unggulan
Kecamatan Kintamani.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 156
Tabel 6.1.5a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Kintamani
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Jeruk (2) Sapi (3) Kopi (4) Ayam petelur (5) Bawang merah
(1) Kubis (2) Kambing (3) Ikan mujair di
Danau Batur
2 Pertambangan dan Penggalian
(1) Batu (2) Pasir
-
3 Industri pengolahan (1) Pengolahan kopi gelondong
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Perdagangan produk pertanian (pangan dan ternak)
(2) Mini market dan toko kelontong
(3) Restoran dan rumah makan
(4) Hotel melati (5) Home stay
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan
(3) Angkutan penyeberangan di Danau Batur.
-
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
(1) KUD (2) LPD (3) KSU (4) KSP (5) Money changer
-
9 Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Keberadaan Gunung Batur sebagai salah satu gunung berapi mengakibatkan
di lerengnya banyak terdapat pasir dan batu yang banyak dimanfaatkan untuk
bangunan. Batu dan pasir ini tidak saja memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga
dipasok ke luar kabupaten.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 157
Untuk memperlancar aktivitas perekonomian setempat muncul unggulan di
bidang pembiayaan, yaitu KSP, KSU, LPD, dan KUD. Sebaliknya, KPJU unggulan di
sektor jasa hanya jasa pramuwisata dan perbengkelan (motor dan mobil).
3. KPJU Potensial
Di beberapa wilayah sejak beberapa tahun terakhir tanaman jeruk mulai diserang
hama penyakit . Tanah bekas tanaman jeruk ini dapat dialihkan untuk ditanami kopi
dan yang sudah banyak terjadi sekarang ditanami dengan kubis. Dengan demikian,
kubis merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan. Di samping itu,
kambing juga potensial karena tersedianya relatif banyak hijauan makanan ternak.
Di Bali terdapat empat danau. Salah satu di antaranya adalah Danau Batur
yang berada di Kecamatan Kintamani. Danau ini mempunyai potensi yang cukup
besar sebagai tempat pembudi dayaan ikan mujair. Sekarang sudah banyak rumah
makan di Kec Kintamani yang khusus menunya adalah ikan mujair. Tidak tertutup
kemungkinan ikan ini dapat dipasarkan ke luar kabupaten sehingga menjadi salah
satu potensi untuk dikembangkan.
B. KPJU di Kecamatan Bangli
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Bangli terletak di bagian tengah Kabupaten
Bangli. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Susut, di sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Tembuku, di sebelah utara dengan Kecamatan
Kintamani, dan di selatan berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Status jalan yang
menghubungkannya dengan kecamatan yang lain, yaitu Susut dan Tembuku adalah
jalan kabupaten, sedangkan dengan Kecamatan Kintamani dan Kabupaten Gianyar
dihubungkan oleh jalan provinsi.
Kecamatan Bangli terletak pada ketinggian 200--1.175 meter di atas
permukaan laut. Curah hujannya juga sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung selama 12 bulan dengan variasi antara 16,5 mm (Juni) sampai dengan
469,5 mm (November). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 3 hari
(Juni) sampai dengan 26 hari (November).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 158
Kecamatan Bangli merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada di
Kabupaten Bangli. Luas kecamatan ini 56,3 km2 atau 10,8 persen dari wilayah
Kabupaten Bangli. Proporsi terbesar (36,38 persen) wilayahnya dimanfaatkan untuk
tegal/kebun. Proporsi besar kedua, yaitu 16,05 persen untuk perkebunan. Proporsi
besar ketiga, yaitu masing-masing sekitar 13,0 persen untuk sawah, hutan rakyat,
dan permukiman. Ini berarti bahwa sekitar 65,0 persen wilayahnya dimanfaatkan
untuk pertanian.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Bangli
48.199 orang atau 22,38 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli dengan
sex-ratio 102. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk
laki-laki. Dengan luas wilayah 56,3 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduk Kecamatan Bangli adalah 856 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Kecamatan Bangli kendatipun menjadi ibu kota kabupaten, struktur
perekonomiannya masih bercorak pertanian. Komoditas unggulannya adalah
komoditas pertanian tanaman pangan (padi sawah) dan ternak (sapi, babi, dan
ayam) serta hutan bambu. Saat ini luas areal hutan bambu lebih dari 5.000 ha
dengan produksi sekitar 921.000 batang per tahun. Bambu di samping dimanfaatkan
untuk kerajinan bambu dan gedek juga diperdagangkan ke luar kabupaten (Tabel
6.1.5b).
Sebagian industri unggulan Kec Bangli merupakan industri kerajinan yang
memanfaatkan bahan baku setempat, seperti kerajinan bambu dan kerajinan kayu.
Sebaliknya, industri yang lain, seperti garment memanfaatkan bahan baku dari luar.
Akan tetapi, untuk industri makanan dan minuman sebagain besar bahannya lokal.
Untuk kerajinan emas/perak masih potensial untuk dikembangkan. Hampir semua
industri yang ada di Kecamatan Bangli merupakan industri kecil.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 159
Tabel 6.1.5b Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Bangli
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Babi (4) Ayam (5) Hutan Bambu
(1) Ubi kayu (2) Ubi jalar (3) Pisang (4) Kopi
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Kerajinan bambu (2) Kerajinan kayu (3) Garment (4) Industri
makanan/minuman (5) Kerajinan logam
(perak/emas)
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi gedung
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Warung makan (2) Perdagangan produk
pertanian (3) Artshop (4) Mini market dan toko
kelontong (5) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat penumpang perkotaan dan pedesaan
(2) Bus trayek (3) Angkutan barang (truk) (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) Koperasi Pegawai
Negeri (KPN) (3) KSP (4) Koperasi Serba Usaha (5) BPR
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (3) Penjahitan pakaian (4) Jasa perbengkelan
(mobil dan motor)
PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 160
Di Kecamatan Bangli terdapat beberapa daerah tujuan wisata, tetapi sarana
pariwisata, seperti restoran, hotel, dan yang sejenisnya tidak tersedia. Dengan
demikian, yang menjadi unggulan pada sektor perdagangan, hotel & restoran hanya
subsektor perdagangan berupa warung makan, perdagangan produk pertanian
pangan, artshop, mini market, dan toko kelontong, serta konter HP.
Di sektor keuangan terdapat satu lembaga perbankan, yaitu BPR serta empat
lembaga nonbank (LPD, KSP, KPN, dan Koperasi Serba Usaha).
Untuk memperlancar arus barang dan angkutan penumpang, aktivitas
perekonomian, dan komunikasi terdapat empat KPJU unggulan di bidang
transportasi, yaitu angkutan barang, angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, bus
bertrayek dan jasa warnet. Di sektor jasa ada empat KPJU unggulan, yaitu jasa
binatu, pangkas rambut dan salon kecantikan, penjahitan pakaian, dan jasa
perbengkelan (sepeda motor dan mobil).
3. KPJU potensial
KPJU potensial ada di sektor pertanian, yaitu ubi kayu, ubi jalar, pisang, dan
kopi. Pengembangannya hanya terbatas sebagai tanaman sela. KPJU potensial
lainnya hanya di sektor jasa PAUD. Penduduk Kec Bangli sebagian merupakan
penduduk urban sehingga lebih menyadari pentingnya arti pendidikan anak usia dini
(Tabel 6.1.5b).
C. KPJU di Kecamatan Susut
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Susut terletak di bagian barat Kabupaten Bangli.
Di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Gianyar, di sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Bangli, dan di sebelah utara dengan
Kecamatan Kintamani. Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan
atau kabupaten yang lain adalah jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten 6 km
ke arah timur.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 161
Kecamatan Susut terletak pada ketinggian 225 – 950 meter di atas
permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun, kecuali bulan Juli dengan variasi antara 13 mm (Juni)
sampai dengan 574 mm (November). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi
antara 1 hari (Juni) sampai dengan 22 hari (November).
Kecamatan Susut merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada di
Kabupaten Bangli. Luas kecamatan ini 49,3 km2 atau 9,47 persen dari wilayah
Kabupaten Bangli. Proporsi terbesar (30,78 persen) wilayahnya dimanfaatkan untuk
tegal/kebun. Proporsi besar kedua, yaitu 25,17 persen untuk sawah. Proporsi besar
ketiga, yaitu 22,55 persen untuk perkebunan. Ini berarti sekitar 80,0 persen wilayah
Kecamatan Susut dimanfaatkan untuk tanah pertanian.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Susut
43.268 orang atau 20,1 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli dengan
sex-ratio 101. Artinya,dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk
laki-laki. Dengan luas wilayah 49,3 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduk Kecamatan Susut adalah 878 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
KPJU unggulan di Kecamatan Susut tidak banyak berbeda dengan di
Kecamatan Bangli. Hal ini disebabkan oleh letak ketinggian di atas permukaan laut
dari dua kecamatan ini hampir sama. Perbedaannya di Kecamatan Susut KPJU
unggulan pada masing-masing sektor (kecuali pertanian, industri pengolahan, dan
keuangan) kurang dari lima, yaitu bervariasi antara 1--4 KPJU unggulan (Tabel
6.1.5c).
3. KPJU potensial
Di Kecamatan Susut KPJU yang potensial hanya terdapat di sektor pertanian.
Potensi ini hanya terbatas pada perluasan sebagai tanaman sela, kecuali itik yang
masih bisa dikembangkan karena areal sawahnya relatif luas (25,0 persen dari luas
kecamatan).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 162
Tabel 6.1.5c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Susut
No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Babi (4) Ayam (5) Kelapa
(1) Durian (2) Jeruk (3) Kopi (4) Itik (5) Jagung
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)
(2) Industri kerajinan kayu (3) Produk
makanan/minuman (4) Industri kerajinan bambu (5) Industri barang dari
logam
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Perdagangan produk pertanian
(3) Warung makan (4) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan
(2) Angkutan barang (truk)
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KSP (2) KSU (3) LPD (4) KUD (5) BPR
-
9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Jasa binatu/laundry (3) Jasa perbengkelan
(motor dan mobil)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 163
D. KPJU di Kecamatan Tembuku
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Tembuku terletak di bagian timur Kabupaten
Bangli. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangli, di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Karangasem, di sebelah utara dengan Kecamatan
Kintamani, dan selatan dengan Kabupaten Klungkung. Status jalan yang
menghubungkannya dengan kecamatan atau kabupaten yang lain adalah jalan
kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten 6 km ke arah barat.
Kecamatan Tembuku terletak pada ketinggian 300--891 meter di atas
permukaan laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan
berlangsung sepanjang tahun dengan variasi antara 21 mm (Juli) sampai dengan
830 mm (Maret). Jumlah hari hujan per bulan juga bervariasi antara 3 hari (Juni)
sampai dengan 28 hari (November).
Kecamatan Tembuku merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada
di Kabupaten Bangli. Luas kecamatan ini 48,3 km2 atau 9,27 persen dari wilayah
Kabupaten Bangli. Proporsi terbesar (41,12 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan
untuk perkebunan, proporsi besar kedua (27,50 persen) untuk tegal/kebun dan
proporsi besar ketiga (16,72 persen) untuk sawah. Ini berarti bahwa sekitar 84,0
persen wilayahnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Tembuku 33.787 orang atau 15,7 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli
dengan sex-ratio 103. Artinya, dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103
penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 48,3 km2, ini berarti bahwa tingkat
kepadatan penduduk Kecamatan Tembuku adalah 700 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
KPJU unggulan Kecamatan Tembuku juga hampir sama dengan Kecamatan
Susut. Hal ini disebabkan oleh letak ketinggian di atas permukaan laut kedua
kecamatan ini relatif sama sehingga iklimnya juga tidak banyak berbeda. Hanya di
sektor pertanian dan keuangan terdapat lima KPJU unggulan. Sebaliknya, di sektor
yang lain masing-masing mempunyai satu sampai dengan empat KPJU unggulan
(Tabel 6.1.5d).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 164
3. KPJU potensial
KPJU potensial hanya ada di sektor pertanian, yaitu tanaman kakao.
Tanaman ini dapat diperluas dengan sistem tanaman tumpang sari (tanaman sela).
Tabel 6.1.5d
Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM di Kecamatan Tembuku
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi (2) Babi (3) Ayam (4) Sapi (5) Cengkeh
(1) Kakao
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri pengolahan (1) Industri kerajinan kayu (2) Industri makanan/minuman (3) Industri barang dari logam (4) Industri alat upacara agama
Hindu
-
4 Listrik dan Air Minum - -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Perdagangan produk pertanian
(3) Warung makan (4) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan
(2) Angkutan darat barang (truk)
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) KPN (5) BPR
-
9 Jasa-jasa lain (1) Penjahitan pakaian (2) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (3) Jasa perbengkelan (motor
dan mobil)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 165
6.1.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Klungkung A. KPJU di Kecamatan Klungkung
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Klungkung merupakan kecamatan terkecil dari empat kecamatan
yang ada di Kabupaten Klungkung, dengan batas-batas di sebelah utara Kabupaten
Karangasem, sebelah timur Kecamatan Dawan, sebelah barat Kecamatan
Banjarangkan, dan sebelah selatan dengan Selat Badung, dengan luas 2.095 ha.
Secara tepat semua terletak di daerah daratan Pulau Bali.
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor per kecamatan, khususnya di Kecamatan Klungkung menggunakan
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang hasil perhitungannya disajikan
pada Tabel 6.1.6a.
Dari hasil perhitungan MPE diperoleh lima KPJU unggulan pada sektor
pertanian, yaitu (1) padi sawah, (2) sapi, (3) kacang tanah, (4) kelapa, dan (5) cabai.
Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka 2009, luas panen dan produksi padi
tahun 2009 adalah1.938 ha dan 12.692 ton GKP. Ternak sapi menjadi unggulan
karena populasi sapi tahun 2009 di Kecamatan Klungkung sebanyak 6.340 ekor.
KPJU kacang tanah luas panen dan produksi tahun 2009 masing-masing 470 ha dan
826 ton. Kelapa luas dan produksi masing-masing 377 ha dan 265 ton. Jadi, kelima
jenis KPJU ini benar-benar unggul, terutama ditinjau dari empat kriteria, yaitu
keterlibatan jumlah rumah tangga, ketersediaan bahan baku atau sarana produksi,
jangkauan pemasaran, dan kontribusi terhadap perekonomian daerah. KPJU
unggulan artinya KPJU ini telah berkembang dan perkembangannya hanya bisa
dipacu melalui usaha-usaha intensifikasi sehingga mampu ditingkatkan produksinya.
Di samping itu, produksi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar di
Kecamatan Klungkung, tetapi juga dapat memasok pasar di kecamatan lain, bahkan
di kabupaten lain di Provinsi Bali.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 166
Tabel 6.1.6a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Klungkung
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian
(1) Padi sawah (2) Sapi (3) Kacang tanah (4) Kelapa (5) Cabai
(1) Kacang panjang (2) Jagung (3) Cengkeh (4) Babi (5) Albisia
2 Pertambangan dan Penggalian
-
-
3 Industri Pengolahan
(1) Industri uang kepeng (pis bolong) (2) Industri perak dan selongsong
peluru (3) Industri kerajinan tenun dan
songket (ATBM) (4) Industri gong (5) Industri kerajinan lukisan wayang
klasik
(1) Industri kacang kapri
(2) Kacang asin
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong (2) Hotel melati (3) Restoran/rumah makan (4) Konter HP (5) Perdagangan produk pertanian
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan/perdesaan
(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Jasa pengiriman paket (4) Warnet (5) Ojek
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) BPR (2) LPD (3) KSP (4) KUD (5) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa perbengkelan (motor dan mobil
(2) Pramuwisata (3) PAUD (4) Fotokopi (5) Binatu/Laundry
(1) Wisata sejarah Kertagosa
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 167
Pada sektor pertambangan dan penggalian di Kecamatan Klungkungan tidak
terdapat KPJU unggulan, karena galian C berupa galian pasir hasil letusan Gunung
Agung tahun 1963 sudah habis. Oleh karena itu, sehingga galian C di Klungkung
sudah ditutup dan aktivitas galuan C berpindah ke Kabupaten Karangasem.
KPJU unggulan UMKM pada sektor industri pengolahan, yaitu (1) industri
uang kepeng, (2) industri perak dan selongsong peluru, (3) industri kerajinan tenun
endek dan songket (ATBM), (4) industri gong, dan (5) industri kerajinan lukisan
wayang klasik. Industri uang kepeng (pis bolong) terdapat di Desa Kamasan,
industri perak terdapat di Desa Kamasan dan Gelgel, industri selongsong peluru
terdapat di Desa Kamasan, industri kerajinan tenun endek dan songket (ATBM)
terdapat di Desa Sampalan, dan tenun cagcag di Desa Gelgel. Industri
gong/gamelan terdapat di Desa Tihingan dan industri kerajinan lukisan wayang klasik
terdapat di Desa Kamasan. Kelima KPJU unggulan UMKM ini harus tetap
dipertahankan agar tetap mampu memberikan kontribusi, baik secara mikro bagi
rumah tangga maupun secara makro berupa PAD kepada Pemerintah Kabupaten
Klungkungdan.
KPJU unggulan di sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kecamatan
Klungkung, yaitu (1) Mini market dan toko kelontong, (2) hotel melati, (3) restoran
dan rumah makan, konter HP, dan perdagangan produk-produk pertanian. Kelima
KPJU berperan memindahkan produk dari satu lembaga ke lembaga lain
(konsumen) sehingga menuju ke arah keseimbangan pasar. Tanpa UMKM di sektor
ini, maka akan terjadi penumpukan barang dan kelebihan permintaan yang
mengakibatkan harga naik. Jadi, usaha ini sekaligus berfungsi sebagai stabilisator
persediaan barang dan fluktuasi harga barang, sehingga menguntungkan semua
pihak di pasar. Oleh kerana itu, kelima KPJU ini sebaiknya tetap dijaga dan dibina
agar tetap unggul.
KPJU unggulan sektor pengakutan dan komunikasi di Kecamatan Klungkung,
yaitu (1) angkutan penumpang perkotaan/perdesaan. (2) angkutan darat barang
(truk), (3) jasa pengiriman paket/surat, (4) warnet, dan (5) ojek. Kelima KPJU
unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi di Kecamatan Klungkung ini
berperan penting dalam mendukung kelancaran aktivitas sektor lain. Oleh karena
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 168
KPJU-KPJU di sektior ini harus dipertahankan dan dibina sehinga tetap menjadi
KPJU unggulan.
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memiliki arti strategis
dalam kelancaran aktivitas sektor lain karena sektor ini menyediakan likuiditas untuk
keperluan transaksi pembayaran. Lima KPJU unggulan pada sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu (1) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), (2)
Lembaga Perkreditan Desa (LPD), (3) Koperasi Simpan Pinjam (KSP), (4) Koperasi
Unit Desa (KUD), dan Koperasi Serba Usaha (KSU). KSU Srinadi sangat maju dan
berkembang di Kabupaten Klungkung, bahkan beberapa kali menjadi koperasi
terbaik di tingkat provinsi dan nasional. Kelima KPJU unggulan ini berperan dalam
melancarkan transaksi bisnis dan memediasi lalu lintas likuiditas. Kelima KPJU pada
sektor ini harus tetap dipelihara dan dipertahankan agar tetap dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada aktivitas pada sektor lain.
Lima KPJU unggulan sektor jasa-jasa lain di Kecamatan Klungkung, yaitu (1)
jasa perbengkelan (motor dan mobil), (2) pramuwisata, (3) PAUD, (4) fotokopi, dan
(5) binatu/laundry. Misal, pramuwisata (pemandu wisata) menjadi KPJU unggulan
karena Kabupaten Klungkung memiliki destinasi wisata Pulau Lembongan dan Pulau
Nusa Penida yang sedang berkembang, bahkan ke depan destinasi wisata ini akan
semakin banyak dikunjungi wisatawan dengan atraksi diving dan snorkeling serta
atraksi olahraga air lainnya. KPJU PAUD juga menjadi unggulan di Kecamatan
Klungkung karena Kota Klungkung yang penduduk cukup padat berada di
Kecamatan Klungkung. KPJU jasa binatu/laundry yang tumbuh bak jamur di musim
hujan menjadi unggulan di Kota Klungkung, yang melayani keperluan cuci-mencuci
masyarakat yang semakin sibuk.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial adalah KPJU yang memiliki potensi untuk dikembangkan
karena kendala tertentu sehingga tidak dapat berkembang. KPJU potensial pada
sektor pertanian di Kecamatan Klungkung ada lima jenis, yaitu (1) budi daya kacang
panjang, (2) budi daya jagung, (3) cengkeh, (4) babi, dan (5) budi daya tanaman
albisia (Tabel 6.1.6a). Luas panen dan produksi usaha budi daya kacang panjang
tahun 2009 masing-masing 124 ha dan 396,80 ton. Pemasaran produk usaha ini
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 169
tidak hanya di Kabupaten Klungkung, tetapi juga sampai ke pasar-pasar di Kota
Denpasar yang memiliki penduduk terpadat di Bali. Usaha budi daya jagung juga
termasuk potensial dengan luas panen dan produksi tahun 2009 masing-masing 64
ha dan 189 ton. Usaha budi daya tanaman albisia adalah komoditas sangat
prospektif sebagai bahan baku patung pop dan ukiran ringan lainnya.
Pengembangannya baru pada tahap rintisan di Kecamatan Klungkung, yang ditanam
di kebun-kebun masyarakat sebagai hutan kemasyarakatan. Masalah
pengembangan usaha ini adalah kendala teknis, manajemen, dan permodalan.
Masalah ini harus dipecahkan bersama, baik investor, pemerintah, maupun para
penggiat pemberdaya masyarakat, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat jika ingin
KPJU potensial ini kelak menjadi unggulan.
KPJU pada sektor industri pengolahan di Kecamatan Klungkung hanya dua
jenis, yaitu industri kacang kapri dan industri kacang asin. Kedua jenis usaha ini
dikembangkan oleh kelompok wanita tani binaan Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Klungkung. Masalah pengembangan kedua jenis industri ini adalah teknis
keterampilan pengolahan, manajemen termasuk jangkauan pemasaran, dan
keterbatasan modal usaha. Solusi dari masalah ini adalah memberikan bantuan
teknis keterampilan mengolah kacang, perbaikan manajemen kerja dan pengelolaan,
dan bantuan atau pinjaman modal sehingga para pengusaha mikro ini mampu
meningkatkan volume produksinya.
KPJU pada sektor jasa-jasa lain ada dua jenis, yaitu agrowisata Bukit Abah
Dawan dan wisata sejarah Kertagosa. Kedua jenis usaha ini potensial dikembangkan
menjadi unggulan melalui promosi sehingga wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara ingin mengunjungi objek wisata tersebut.
B. KPJU di Kecamatan Dawan
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Dawan merupakan kecamatan yang terletak paling timur dari
empat kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung dengan batas-batas, sebelah
utara dan timur Kabupaten Karangasem, sebelah barat Kecamatan Klungkung, dan
sebelah selatan Samudra Hindia dengan luas 37,38 km². Menurut penggunaannya
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 170
luas wilayah Kecamatan Dawan terdiri atas 16,21% lahan sawah, 17,26% lahan
tegalan, 35,50% lahan perkebunan, 6,93% lahan pekarangan, 0,21% kuburan, dan
lainnya 23,89%.
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditi/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor per kecamatan, khususnya di Kecamatan Dawan menggunakan
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang hasil perhitungannya disajikan
pada Tabel 6.1.6b.
KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kecamatan Dawan ada lima jenis,
yaitu (1) padi sawah, (2) kedelai, (3) sawo, (4) kelapa, dan (5) penangkapan ikan
laut. Berdasarkan data Klungkung Dalam Angka tahun 2009, luas panen padi sawah
adalah 879 ha dengan produksi 6.278 ton GKP. Luas panen kedelai adalah 864 ha
dengan produksi 1.514 ton. Tanaman sawo termasuk unggulan di kecamatan ini
dengan populasi 3.689 pohon dan produksi 761 ton, terbanyak terdapat di Desa
Dawan Klod. Tanaman kelapa dengan luas 858 ha dan produksi 997,50 ton, yang
menyebar di semua desa dalam wilayah Kecamatan Dawan. Usaha penangkapan
ikan laut berpusat di Desa Kusamba sebagai desa nelayan. Pada tahun 2009
mampu menghasilkan tangkapan ikan sebanyak 1.223 ton. Jumlah ini menurun
dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 1.767,824 ton. Jenis ikan yang
ditangkap umumnya adalah tongkol. Ikan itu ada yang dijual dalam bentuk segar dan
sebagian besar diolah atau diawetkan atau dipindang oleh pengusaha mikro
setempat. Pemasaran sampai ke Kota Denpasar dan kota-kota lainnya di Bali.
KPJU-KPJU unggulan ini hendaknya dipertahankan dan dibina karena perannya
demikian strategis jika dilihat dari empat kriteria unggulan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 171
Tabel 6.1.6b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Dawan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian
(1) Padi sawah (2) Kedelai (3) Sawo (4) Kelapa (5) Penangkapan ikan di laut
(1) Kakao (2) Pisang (3) Jagung (4) Babi (5) Cabai
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan
(1) Industri tenun endek dan songket (ATBM)
(2) Industri perlengkapan upacara adat dan agama Hindu
(3) Penyosohan beras (RMU) (4) Industri jajanan basah
(berbahan tepung beras) (5) Industri pengolahan ikan laut
(di Kusamba)
(1) Industri gula merah
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Konter HP (3) Perdagangan produk-produk
pertanian
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan (3) Warnet (4) Angkutan penyeberangan
barang dan orang Klungkung-Nusa Penida (perahu motor)
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) BPR (2) LPD (3) KSP (4) KUD (5) KSU
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)
(2) Binatu/laundry (3) Fotokopi (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan
(1) Agrowisata (Bukit Abah Dawan)
(2) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 172
KPJU unggulan di industri pengolahan di Kecamatan Dawan ada lima jenis,
yaitu (1) industri tenun endek dan songket (ATBM), (2) industri perlengkapan
upacara adat dan agama Hindu, (3) penyosohan beras atau penggilingan padi
(RMU), (4) industri jajanan basah (berbahan tepung beras), dan (5) pengolahan dan
pengawetan ikan laut. Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka tahun 2009,
semua jenis industri di Kecamatan Dawan tahun 2009 diklasifikasikan ke dalam
industri sedang sebanyak 10 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 280 orang,
industri kecil sebanyak 342 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 2.390 orang,
dan kerajinan rumah tangga sebanyak 1.199 unit yang menyerap tenaga kerja
sebanyak 3.631 orang. Jika dilacak penyebaran KPJU unggulan ini, industri tenun
endek dan songket (ATBM) menyebar di Desa Sampalan Tengah, Sampalan Klod,
Sulang, dan Paksebali. Industri kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama
Hindu terdapat di Desa Paksebali dan Satriya. Penyosohan beras atau penggilingan
padi (RMU) hampir menyebar di semua desa. Industri pengolahan atau pengawetan
(pemindangan) ikan laut terdapat di Desa Kusamba sebagai sentra nelayan dan
pusat pendaratan ikan laut dari perahu-perahu nelayan tradisional motor tempel.
KPJU unggulan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada tiga jenis,
yaitu (1) mini market dan toko kelontong, (2) konter HP, (3) perdagangan produk-
produk pertanian. Usaha mini market dan sejenisnya terdapat di Kota Kecamatan
Dawan, counter HP menyebar hampir di semua desa Kecamatan Dawan.
Sebaliknya, usaha perdagangan produk-produk pertanian terdapat di sentra-sentra
produksi pertanian, seperti Desa Kusamba yang memperdagangkan ikan pindang ke
pasar-pasar luar Kecamatan Dawan.
KPJU unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada empat jenis,
yaitu (1) angkutan darat barang (truk), (2) angkutan penumpang
perkotaan/perdesaan, (3) warnet, dan (4) angkutan penyeberangan barang dan
orang Klungkung-Nusa Penida. Usaha angkutan darat barang (truk) di Kecamatan
Dawan tahun 2009 sebanyak 45 unit, pick-up sebanyak 84 unit. Sebaliknya, usaha
angkutan penumpang perkotaan/perdesaan (bemo roda empat) sebanyak 187 unit.
Usaha angkutan penyeberangan barang dan orang Kusamba-Nusa Penida
sebanyak 9 unit, yang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007
sebanyak 35 unit. Penurunan ini juga disebabkan oleh semakin sepinya angkutan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 173
penumpang dan barang karena beralih ke angkutan kapal Ro-Ro Padang Bai-Nusa
Penida.
KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada
lima jenis, yaitu (1) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), (2) Lembaga Perkreditan Desa
(LPD), (3) Koperasi Simpan Pinjam (KSP), (4) Koperasi Unit Desa (KUD), dan (5)
Koperasi Serba Usaha (KSU). Usaha LPD menyebar di semua desa adat di bawah
wilayah Kecamatan Dawan. KUD hanya ada satu unit di ibu kota Kecamatan Dawan,
yaitu di Desa Dawan. Sebaliknya, KSP dan KSU yang banyak tumbuh dan
berkembang di luar regulasi Bank Indonesia menyebar di beberapa desa, seperti
Dawan dan Kusamba.
KPJU unggulan pada sektor jasa-jasa lain hanya ada dua jenis, yaitu (1)
fotokopi, dan (2) binatu/laundry. KPJU fotokopi dan binatu/laundry menyebar
terdapat di ibu kota kecamatan, yaitu Desa Dawan.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial pada sektor pertanian, yaitu (1) budi daya kakao, (2) pisang, (3)
jagung, (4) babi dan (5) cabai. KPJU kakao dapat dikatakan relatif baru. Tahun
2009 luas areal 42,10 ha dan produksi baru mencapai 38,07 ton. KPJU kakao
menyebar di Desa Pesinggahan (1,80 ha), Dawan Klod (2,10 ha), Gunaksa (1,65
ha), Paksebali (2,80 ha), Dawan Kaler (7,20 ha), Pikat (6,80 ha), dan Besan (19,75
ha). KPJU pisang seluas 89.526 pohon dengan produksi mencapai 671 ton. Jagung
hanya seluas 23 ha dengan produksi 80 ton. Cabai mungkin di kecamatan lain
menjadi unggulan, tetapi di Kecamatan Dawan tergolong potensial dikembangkan
karena arealnya baru mencapai 8,0 ha dengan produksi 104,57 ton.
KPJU potensial pada sektor Industri pengolahan hanya satu jenis, yaitu
industri gula merah yang terdapat di Desa Dawan. KPJU potensial pada sektor
keuangan hanya satu jenis, yaitu asuransi karena masih banyak masyarakat di
kecamatan ini belum sadar pentingnya berasuransi sehingga jika KPJU ini digarap
secara sungguh-sungguh, akan memiliki potensi untuk berkembang.
KPJU potensial pada sektor jasa-jasa lain adalah agrowisata (Bukit Abah
Dawan) dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Agrowisata di Bukit Abah Kecamatan
Dawan adalah kompleks pengembangan agro, seperti berbagai jenis tanaman
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 174
langka, cengkeh, sawo, dll. Sebaliknya, PAUD menjadi potensial karena banyak
anak-anak usia dini yang memerlukan pendidikan pada usia dini sebelum menginjak
ke sekolah taman kanak-kanak. Jadi, semua KPJU potensial masalahnya terletak
pada keterbatasan teknik keterampilan pelaku usahanya, rendahnya pengetahuan
pengelolaan sumber daya, dan keterbatasan permodalan dalam meningkatkan
volume usaha. Jika ingin KPJU potensial ini menjadi unggulan, maka masalah-
masalah yang dihadapi tersebut harus di atasi.
C. KPJU di Kecamatan Nusa Penida
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Nusa Penida terdiri atas tiga kepulauan, yaitu Pulau Nusa
Penida, Pulau Lembongan, dan Pulau Ceningan, terdiri atas 16 desa dinas, dengan
jumlah penduduk 46,749 Jiwa (8.543 KK). Pulau Nusa Penida bisa ditempuh dari
empat tempat, yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh +1
jam perjalanan, lewat Sanur dengan menumpang perahu jarak tempuh + 1,5 jam
perjalanan. Lewat Kusamba dengan menumpang jukung jerak tempuh +1,5 jam
perjalanan. Kalau lewat Padangbai dengan menumpang kapal boat, jarak
tempuh + 1 jam perjalanan.
Secara umum kondisi topografi Nusa Penida tergolong landai sampai
dengan berbukit. Desa-desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan
datar dengan kemiringan 0--3 % dari ketinggian lahan 0--268 m dpl. Semakin ke
selatan kemiringan lerengnya semakin bergelombang. Demikian juga Pulau
Lembongan bagian utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0- 3% dan di
bagian selatan kemiringannya 3--8 %. Sebaliknya, Pulau Ceningan mempunyai
kemiringan lereng bervariasi antara 8--15% dan 15--30% dengan kondisi tanah
bergelombang dan berbukit.
Mata pencaharian penduduk adalah pertanian dan sektor perikanan
merupakan mata pencaharian utama oleh 6,68% tersebar pada desa-desa pesisir
yaitu Suana, Batununggul, Kutampi Kaler, Ped, dan Desa Toyapakeh. Di Pulau
Lembongan 16,80% penduduk bergerak di bidang perikanan. Di Ceningan 12,88%
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 175
mengingat kondisi dan topografi daerah maka yang cocok dikembangkan adalah
sektor pertanian dan sektor pariwisata.
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor per kecamatan, khususnya di Kecamatan Nusa Penida
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang hasil
perhitungannya disajikan pada Tabel 6.1.6c.
KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kecamatan Nusa Penida, yaitu (1)
(1) sapi, (2) rumput laut, (3) penangkapan ikan lau, (4) jagung, dan (5) jambu mete.
Jagung dan jambu mete menjadi unggulan karena Nusa Penida hampir seluruhnya
lahan kering sehingga cocok ditanami jagung dan jambu mete. Luas panen jagung
dan produksi tahun 3009 masing-masing 4.086 ha dan 12.151 ton pipilan kering.
Luas areal dan produksi jambu mete tahun 2009 masing-masing 374 ha dan 28,630
ton biji kering. Rumput laut semakin menjadi primadona di Kecamatan Nusa Penida
karena rumput laut cocok ditanam dan diusahakan di sepanjang pantai utara Pulau
Nusa Penida dan Pulau Nusa Lembongan. Nusa Penida juga dikenal sebagai
gudang ternak sapi, dengan populasi tahun 2009 sebanyak 23.946 ekor. Setiap
bulan banyak sapi diantarpulaukan ke Bali, yang selanjutnya dipasarkan ke pasar
sapi Beringkit. Penangkapan ikan laut juga menjadi unggulan di Kecamatan Nusa
Penida karena Nusa Penida memiliki pantai cukup panjang, yang menjadi lokasi
permukiman nelayan. KPJU unggulan ini harus dipertahankan dan dikembangkan
secara intensif sehingga tetap menjadi KPJU unggulan.
KPJU pada sektor Industri pengolahan, yaitu (1) industri kerajinan tenun
endek (cepuk), (2) industri pengolahan laut, (3) industri pengolahan rumput laut, (4)
industri pengolahan buah dan biji mete, (5) industri batako. Berdasarkan data
Kecamatan Nusa Penida dalam Angka tahun 2009, semua jenis industri di
Kecamatan Nusa Penida tahun 2009 diklasifikasikan ke dalam industri kecil
sebanyak 50 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 667 orang dan industri
kerajinan rumah tangga sebanyak 718 unit dengan penyerapan tenaga kerja
sebanyak 718 orang. Industri kerajinan rumah tangga berupa tenun endek (tenun
cepuk) sangat terkenal, yang pemasarannya sampai ke luar Nusa Penida.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 176
Tabel 6.1.6c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Nusa Penida
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Sapi
(2) Rumput laut (3) Penangkapan ikan di laut (4) Jagung (5) Jambu mete
(1) Kacang merah (2) Jeruk (3) Pisang (4) Kelapa (5) Ubi kayu
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Industri kerajinan tenun endek (Cepuk)
(2) Pengolahan ikan laut (3) Pengolahan rumput laut (4) Pengolahan buah dan biji
mete (5) Industri batako
(1) Kerajinan padas putih (2) Industri minyak kelapa (3) Industri terali besi (4) Industri kerajinan
perak
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Vila (3) Restoran/rumah makan (4) Mini market dan toko
kelontong (5) Konter HP
(1) Air minum isi ulang (2) Perdagangan produk-
produk pertanian
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perdesaan (3) Angkutan laut
penyeberangan barang dan orang (perahu motor tempel)
(4) Ojek (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KUD (4) KSU (5) Money changer
-
9 Jasa-jasa lain (1) Wisata perdesaan (2) Diving dan snorkeling (3) Pramuwisata (4) Fotokopi (5) Binatu/laundry
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 177
Hasil tangkapan ikan laut nelayan di Nusa Penida sebagian besar diolah
menjadi pindang oleh para pengusaha mikro yang bergerak di bidang pemindangan
ikan. Selanjutnya dipasarkan ke Bali, terutama ke pasar Klungkung dan pasar
Badung. Rumput laut yang menjadi unggulan pada sektor pertanian diolah menjadi
makanan camilan (manisan). Jambu mete yang juga menjadi unggulan pada sektor
pertanian diolah menjadi kacang mete.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran KPJU yang menjadi unggulan
yaitu (1) hotel melati, (2) vila, (3) restoran/rumah makan, (4) mini market dan toko
kelontong, dan (5) konter HP. Hotel melati, vila, restoran/rumah makan terdapat di
destinasi wisata Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan, termasuk juga di Pulau
Nusa Penida. Mini market/toko kelontong dan counter HP terdapat di pusat-pusat
permukiman padat penduduk.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, terdapat lima KPJU yang menjadi
unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk), (2) angkutan penumpang
perdesaan, (3) angkutan laut penyeberangan barang dan orang (perahu motor
tempel), (4) ojek, dan (5) warnet. KPJU-KPJU ini memegang peran penting dalam
melancarkan perpindahan barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain, atau
dengan kata lain KPJU-KPJU pada sektor ini mempercepat perputaran roda
perekonomian di Nusa Penida.
Pada sektor jasa-jasa lain, lima KPJU yang menjadi unggulan, yaitu (1) wisata
perdesaan, (2) diving dan snorkeling, (3) pramuwisata, (4) fotokopi, dan (5)
binatu/laundry. KPJU jasa-jasa wisata perdesaan, diving dan snorkeling, dan
pramuwisata menjadi unggulan karena kecamatan ini merupakan sentra
pengembangan pariwisata pulau, dengan produk unggulannya adalah wisata alam
bawah laut dan watersport.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial pada sektor pertanian di Kecamatan Nusa Penida, yaitu budi
daya kacang merah, jeruk, pisang, kelapa, dan budi daya ubi kayu. Kelima KPJU ini
menjadi KPJU potensial karena masih memiliki potensi untuk dikembangkan, baik
melalui usaha perluasan areal yang memang masih tersedia areal (ekstensifikasi),
maupun melalui usaha peningkatan penggunaan sarana produksi per satuan luas
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 178
(intensifikasi). Jika kelima KPJU ini memperoleh sentuhan program pemberdayaan,
maka kelak akan menjadi KPJU unggulan.
Pada sektor industri pengolahan, ada empat KPJU yang menjadi KPJU
potensial, yaitu kerajinan padas putih, industri minyak kelapa, industri terali besi, dan
kerajinan perak. KPJU-KPJU ini sudah ada, tetapi belum berkembang secara
maksimal. Ke depan KPJU tersebut akan dapat dikembangkan apabila kendala-
kendala yang dihadapi dapat di atasi, seperti keterbatasan teknik keterampilan,
jangkauan pemasaran, dan keterbatasan permodalan.
KPJU pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada dua jenis, yaitu
usaha air minum isi ulang, dan usaha perdagangan produk-produk pertanian. Seiring
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat, maka minuman
yang sehat juga dipentingkan, seperti minum aqua botol atau aqua gallon. Di
samping itu, di Nusa Penida langka akan air minum yang bersih dan sehat, maka
usaha air minum isi ulang potensial dikembangkan. Banyak hasil bumi atau produk-
produk pertanian di Kecamatan Nusa Penida produksinya melebihi kebutuhan
masyarakat setempat sehingga harus diperdagangkan ke luas kecamatan, seperti ke
Bali atau ke Lombok. Peluang ini menjadi usaha potensial digarap oleh para pelaku
UMKM di Kecamatan Nusa Penida.
Di Nusa Penida dan Lembongan banyak anak-anak usia dini, yang mungkin
memerlukan pendidikan di usia dini, yang disebut dengan istilah Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Oleh karena itu, kedua KPJU di sektor jasa-jasa lain memiliki
potensi dikembangkan.
D. KPJU di Kecamatan Banjarangkan
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Banjarangkan merupakan Kecamatan yang terletak paling barat
dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung, dengan batas-batas,
sebelah utara Kabupaten Bangli, sebelah timur Kecamatan Klungkung, sebelah barat
Kabupaten Gianyar, dan sebelah selatan Selat Badung, dengan luas 45,73 km2.
Secara administrasi Kecamatan Banjarangkan terdiri atas 13 desa, 55 dusun,
26 desa adat. Dalam usaha untuk memajukan perekonomian di wilayah ini telah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 179
didukung dengan beberapa sarana, seperti pasar umum, koperasi, KUD, dan bank,
RPD yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memajukan perekonomian desa.
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditi/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor per kecamatan, khususnya di Kecamatan Banjarangkan
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang hasil
perhitungannya disajikan pada Tabel 6.1.6d.
KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kecamatan Banjarangkan ada lima
jenis, yaitu padi sawah, kelapa, sapi, kacang tanah, dan cabai. Padi sawah
menyebar di semua desa di kecamatan ini, dengan total luas panen dan produksi
tahun 2009, masing-masing 2.904 ha dan 17.853 ton GKP. Komoditas kacang tanah
yang cukup menonjol sebagai bahan baku industri kacang kapri, luas panen dan
produksi tahun 2008 masing-masing 1.196 ha dan 1.922 ton. Komoditas sapi
menyebar di semua desa dengan populasi tahun 2009 sebanyak 9.443 ekor. Kelapa
yang juga menjadi komoditas unggulan menyebar di semua desa dengan luas areal
715 ha dan produksi 9.132,40 kuintal. Kelima KPJU ini hendaknya dipertahankan,
bahkan dibina agar tetap menjadi unggulan.
Pada sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan,
yaitu penyosohan beras/penggilingan padi (RMU), industri kacang kace, industri
kacang kapri, industri batok kelapa, dan industri batako. Penggilingan padi (RMU)
menjadi unggulan karena di kecamatan ini komoditas padi menjadi unggulan
sehingga harus ada industri pengolahnya menjadi beras. Industri kacang kapri juga
berkembang karena ketersediaan bahan baku berupa kacang tanah yang menjadi
unggulan pada sektor pertanian. Kelapa yang menjadi unggulan pada sektor
pertanian menghasilkan batok kelapa sehingga di kecamatan ini berkembang industri
kerajinan batok kelapa menjadi berbagai macam peralatan rumah tangga dan benda-
benda seni lainnya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 180
Tabel 6.1.6d Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM
di Kecamatan Banjarangkan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Sapi (4) Kacang tanah (5) Cabai
(1) Kacang panjang (2) Pisang (3) Babi (4) Itik (5) Cengkeh
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)
(2) Industri kacang kace (3) Industri kacang kapri (4) Industri batok kelapa (5) Industri batako
(1) Industri terali besi (2) Industri tenun endek
dan songket (ATBM)
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Konter HP (3) Perdagangan produk-
produk pertanian
(1) Vila (pantai Siyut, selatan Banjarangkan)
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan/perdesaan
(3) Warnet (4) Ojek
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa binatu/laundry (3) Wisata alam rafting di
Bakas (4) Jasa perbengkelan
(mobil dan motor)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 181
KPJU pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, hanya ada tiga jenis
yaitu Mini market dan toko kelontong, konter HP, dan perdagangan produk-produk
pertanian. Mini market/toko kelontong dan konter HP hampir ada di setiap desa di
kecamatan ini. Sebaliknya, perdagangan produk-produk pertanian hanya dilakukan
oleh beberapa orang pengusaha dengan memperdagangkan produk-produk
pertanian yang dihasilkan di kecamatan ini dipasarkan ke Kota Semara Pura
Klungkung, bahkan diperdagangkan ke pasar-pasar di Kota Denpasar.
KPJU pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada empat jenis, yaitu
angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, warnet,
dan ojek. Angkutan darat barang (truk) di kecamatan ini tahun 2009 sebanyak 47 unit
dan angkutan penumpang perkotaan/perdesaan berupa bemo roda empat sebanyak
20 unit, belum termasuk pick-up sebanyak 56 unit. Usaha warnet telah menyebar di
beberapa desa di kecamatan ini. Usaha ojek biasanya mangkal di pertigaan atau
perempatan jalan utama Klungkung-Denpasar menuju ke jalan desa di kecamatan
ini. KPJU ini sangat berperan dalam transportasi barang dan orang dari dan ke
Kecamatan Banjarangka.
KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada
empat jenis, yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Koperasi Unit Desa (KUD),
Koperasi SImpan Pinjam (KSP), dan Koperasi Serba Usaha (KSU). LPD hampir
menyebar di semua desa adat sebagai lembaga keuangan desa adat. KUD ada satu
unit di Desa Banjarangkan sebagai unit usaha milik masyarakat tani yang usahanya
berkaitan dengan pertanian, seperti pembelian gabah petani dan menyalurkan pupuk
untuk petani. Sebaliknya, KSP dan KSU hanya ada di beberapa desa. KPJU ini
sangat berperan sebagai mediator dan fasilitator transaksi keuangan antara
masyarakat yang meminta uang dan menawarkan uang. Oleh karena itu, KPJU ini
hendaknya terus dibina agar tetap menjadi unggulan.
KPJU pada sektor jasa-Jasa lain, yaitu pangkas rambut dan salon kecantikan,
jasa binatu/laundry, wisata alam rafting di Bakas, dan jasa perbengkelan (motor dan
mobil). KPJU ini juga berperan penting dalam memberikan jasa pelayanan kepada
masyarakat yang berpikir semakin modern dan rekreatif seperti rafting. Oleh karena
itu, hendaknya dipertahankan, bahkan dibina agar tetap memberikan kontribusi pada
perekonomian Kecamatan Banjarangkan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 182
KPJU Potensial
Kecamatan Banjarangkan di Kabupaten Klungkung juga memiliki beberapa
KPJU potensial, terutama pada sektor pertanian, sektor industri kecil, dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran (Tabel 6.1.6d).
KPJU potensial pada sektor pertanian, yaitu budi daya kacang panjang, budi
daya pisang, babi, itik, dan budi daya cengkeh. Kelima KPJU ini masih ada potensi
untuk dikembangkan karena masih tersedia lahan dan sumber daya lainnya, seperti
tenaga kerja keluarga.
KPJU potensial di industri pengolahan, yaitu industri terali besi dan industri
tenun endek dan songket (ATBM). Kedua KPJU pada sektor industri ini belum
berkembang secara optimal karena adanya kendala keterbatasan teknis
keterampilan, manajemen, dan modal usaha. Jika keterbatasan dapat di atasi, maka
kelima KPJU ini akan dapat berkembang secara optimal dan kemungkinan ke depan
akan dapat menjadi unggulan.
Kecamatan Banjarangkan juga memiliki wilayah pantai di bagian selatan, yang
langsung berbatasan dengan pantai Lebih di Kabupaten Gianyar yang dikenal
dengan pantai Kesiut. Di sepanjang pantai ini lahan-lahan persawahan milik
masyarakat dan tampaknya potensial dikembangkan vila-vila. Di sana baru ada satu
vila, yaitu vila Amda dan tampaknya vila akan semakin banyak.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 183
6.1.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Karangasem A. KPJU di Kecamatan Kubu
1. Profil Kecamatan
Luas wilayah Kecamatan Kubu yaitu 234,72 km2 atau 27,96% dari luas total
Kabupaten Karangasem yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 61.184 jiwa, yang
terdiri atas 30.626 jiwa (50,06%) laki-laki dan 30.558 jiwa (49,94%) perempuan. Dari
total 44.222 jiwa yang bekerja, sebanyak 13.466 jiwa bekerja di pertanian, sebanyak
13.570 jiwa bekerja di peternakan, 11.118 bekerja di perkebunan, 2.665 bekerja di
perindustrian/perdagangan, dan sebanyak 3.403 bekerja di perikanan (Website
Kabupaten Karangasem, 2011).
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dan potensial
dari banyak KPJU per sektor di Kecamatan Kubu menggunakan Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU
unggulan seperti disajikan pada Tabel 6.1.6a.
KPJU unggulan di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem, yaitu jambu
mete, jagung, kacang tanah, sapi, dan penangkapan ikan laut. Kecamatan Kubu
merupakan wilayah lahan kering sehingga cocok tumbuh dan berkembang tanam-
tanaman untuk lahan kering, seperti jagung, kacang tanah, dan jambu mete. Luas
panen jagung dan produksi tahun 2009 masing-masing 6.870 ha dan 12.482,79 ton
pipilan kering. Jadi, komoditas jagung merupakan makanan pokok sebagian
penduduk di kecamatan ini. Komoditas kacang tanah yang diproduksi di kecamatan
ini adalah untuk bahan baku kacang rahayu yang sudah terkenal secara nasional.
Luas panen kacang tanah tahun 2009 adalah 1.219 ha dengan produksi 826,48 ton
biji kering. Kecamatan Kubu juga terkenal dengan perkebunan jambu mete dengan
areal tahun 2009 seluas 6.321,22 ha dan produksi 2.615,33 kg. Komoditas jambu
mete menyebar di sembilan desa dengan luas areal bervariasi antara 303,50 ha di
Desa Tulamben sampai dengan 1.027,57 ha di Desa Ban.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 184
Tabel 6.1.7a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Kubu
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Jambu mete (2) Jagung (3) Kacang tanah (4) Sapi (5) Penangkapan ikan laut
(1) Mangga (2) Gamelina (3) Kambing (4) Ayam (5) Budi daya kerang
mutiara.
2 Pertambangan dan Penggalian
Galian C (batu hitam, pasir, kerikil)
-
3 Industri Pengolahan (1) Pengolahan & pengawetan ikan
(2) Pengolahan jambu mete (wine, kacang mete)
(3) Industri arak (4) Industri batako (5) Industri terali besi
-
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Homestay/pension (3) Restoran/Rumah Makan (4) Mini market dan toko
kelontong (5) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan/perdesaan (3) Rent car (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KUD (2) Money changer (3) KSP (4) LPD (5) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Diving dan snorkeling (2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (5) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor)
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 185
KPJU ungulan pada sektor penggalian di Kecamatan Kubu hanya satu jenis,
yaitu galian C (batu hitam, pasir, dana kerikil/koral). Kecamatan ini merupakan
sumber galian C, hasil limpahan pasir letusan Gunung Agung tahun 1963. Jumlah
usaha galian C di kecamatan ini tahun 2009 sebanyak 20 unit, yang menyerap
tenaga kerja sebanyak 149 orang. Jadi, dengan berpuluh-puluh truk, pasir diangkut
setiap hari dari kecamatan ini menuju kota-kota dan desa-desa yang memerlukan
pasir untuk pembangunan.
Pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU, yaitu pengolahan &
pengawetan ikan laut, pengolahan jambu mete (wine, kacang mete), industri arak,
industri batako, dan industri terali besi. Adanya industri pengawetan dan pengolahan
ikan tongkol karena di sepanjang pantai utara kecamatan ini merupakan sentra
permukiman nelayan dan pendaratan penangkapan ikan laut. Industri yang semakin
menjadi primadona di kecamatan ini adalah pengolahan buah mete menjadi wine
dan biji mete menjadi kacang mete. Di sini sudah ada sebuah perusahaan yang
bermitra dengan petani setempat mengolah buah dan biji mete produksi petani.
KPJU pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati,
homestay/pension, restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong, dan
konter HP. Tiga jenis KPJU pertama menjadi unggulan karena Kecamatan Kubu
memiliki destinasi wisata terkenal dengan diving dan snorkelingnya, yaitu pantai
Tulamben. Berdasarkan data Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, jumlah hotel di
Kecamatan Kubu sebanyak 11 buah, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 417
orang. Homestay (pension) sebanyak 8 buah, yang menyerap tenaga kerja
sebanyak 19 orang. Setiap hari banyak wisatawan yang berkunjung ke Tulamben,
sehingga otomatis juga di daerah ini tumbuh restoran/rumah makan, yang jumlahnya
tahun 2009 sebanyak 17 buah yang menyerap tenaga kerja sebanyak 129 orang.
Jika mini market dan toko kelontong diidentikkan dengan perdagangan eceran
seperti tercantum di Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, maka jumlah jenis
usaha ini di Kecamatan Kubu sebanyak 1.245 unit, yang tersebar di sembilan desa.
Seiring dengan semakin majunya teknologi informasi, di sini juga banyak muncul
usaha counter-counter HP yang melayani penjualan hp dan pulsa, tersebar di
sembilan desa di kecamatan ini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 186
KPJU pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada lima jenis, yaitu
angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, rent
car (pribadi), dan warnet. Keberadaan KPJU ini sangat strategis karena berperan
penting dalam mentransfer barang, orang, dan jasa dari satu tempat ke tempat lain
sehingga keberadaannya harus dipertahankan, bahkan dibina.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada lima jenis
KPJU, yaitu Koperasi Unit Desa (KUD), money changer, Kopeasi Simpan Pinjam
(KSP), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), dan Koperasi Serba Usaha (KSU). KSP
sebanyak 5 unit dengan jumlah anggota 3.998 orang. LPD ada 26 unit yang
menyerap 78 orang tenaga kerja, tersebar di semua desa adat di wilayah Kecamatan
Kubu. Jadi, keberadaan KPJU pada sektor ini sangat penting sebagai lembaga
mediasi dan transaksi keuangan antara dua pihak, yakni pemasok uang dan peminta
uang untuk berbagai keperluan, seperti transaksi, spekulasi, dan jaga-jaga.
KPJU unggulan pada sektor jasa-jasa lain, yaitu diving dan snorkeling,
pramuwisata, jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa
perbengkelan (mobil dan motor). Diving dan snorkeling menjadi unggulan karena di
daerah ini ada atraksi wisata bawah laut yang terkenal dengan terumbu karang pada
kapal karam 'USAT Liberty'. Kapal tersebut merupakan peninggalan sejarah zaman
Perang Dunia II. Kecelakaan kapal (shipwreck) inilah yang membuat Tulamben
terkenal hingga di berbagai penjuru dunia. Posisinya juga tak jauh dari pantai dan
terletak di kedalaman 6--30 meter. Oleh karena itu, dengan snorkeling pun bisa
dilihat sebagian keajaiban shipwreck ini sekalipun hanya dari atas. Jarak terdekat
dengan permukaan hanya tiga meter membuat lokasi ini juga sangat diminati oleh
para wisatawan untuk snorkeling. Namun, juga tergantung dari cuaca dan
pertimbangan lainnya. Umumnya kondisi perairan di Tulamben sangat tenang dan
tidak berombak, sedangkan untuk penyelaman, arus bawah di lokasi ini pun sangat
tenang dan tak berarus.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial pada sektor pertanian di Kecamatan Kubu, yaitu mangga,
gamelina (jati belanda), kambing, ayam, dan budi daya kerang mutiara. Komoditas
mangga seluas 100,50 ha dengan produksi 5.616 ton. Gamelina (jati belanda)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 187
memiliki fungsi ganda sebagai penghijauan dan ekonomis. Gamelina ini sedang
dikembangkan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem.
Abalon telah dirintis oleh sebuah perusahaan. Jadi, kelima KPJU ini masih memiliki
potensi dikembangkan secara ekstensifikasi karena masih tersedia lahan dan pantai
yang cukup.
B. KPJU di Kecamatan Abang
1. Profil Kecamatan
Luas wilayah Kecamatan Abang, yaitu 134,05 km2 atau 15,97% dari luas total
Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 57.759 jiwa, yang
terdiri atas 29.146 jiwa (50,46%) laki-laki dan 28.613 jiwa (49,54%) perempuan. Dari
total 46.711 jiwa yang bekerja, sebanyak 23.810 jiwa bekerja di pertanian, 14.708
jiwa bekerja di peternakan, 4.336 bekerja di perkebunan, 2.700 bekerja di
perindustrian/perdagangan, dan 1.157 bekerja di perikanan sebagai nelayan
(Website Kabupaten Karangasem, 2011).
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor di Kecamatan Abang menggunakan Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan
pada Tabel 6.1.6b.
KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kecamatan Abang ada lima jenis,
yaitu jagung, kacang tanah, sapi, kelapa, dan penangkapan ikan laut. Luas tanam,
luas panen, dan produksi jagung tahun 2009 masing-masing 1.089 ha, 888 ha, dan
2,830,09 ton pipilan kering. Luas tanam, luas panen, dan produksi kacang tanah
tahun 2009, masing-masing 245 ha, 223 ha, dan 253,52 ton biji kering. Produk
kacang tanah kecamatan ini tergolong baik dan dipasarkan ke Kota Denpasar
sebagai bahan baku kacang rahayu yang sudah terkenal sampai tingkat nasional.
Sapi juga menjadi unggulan di kecamatan yang 90% wilayahnya adalah lahan
kering, dengan populasi tahun 2009 sebanyak 25.359 ekor, yang tersebar di 14
desa. Kecamatan Abang juga memiliki sentra penangkatan ikan dengan tempat
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 188
pelelangan ikan (TPI) di Desa Amed. KPJU-KPJU ini hendaknya dipertahankan,
bahkan dibina karena peranannya relatif penting bagi perekonomian di wilayah ini.
KPJU unggulan pada sektor industri pengolahan, yaitu pengolahan &
pengawetan ikan laut, industri kerajinan perak, pengolahan minyak nilam, industri
arak, dan industri batu tabas (batu hitam). Berdasarkan data Kecamatan Kubu dalam
Angka tahun 2009, jumlah industri sedang sebanyak 5 unit dengan penyerapan
tenaga kerja sebanyak 143 orang dan termasuk industri kecil sebanyak 1.154 unit
dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.356 orang, Tumbuhnya industri
pengolahan dan pengawetan ikan laut karena kecamatan ini memiliki sentra
penangkapan ikan dan TPI di Amed sehingga tumbuh dan berkembang industri
ikutannya (industri hilir). Industri yang cukup menonjol adalah industri batu tabas,
yaitu pembuatan bahan untuk keperluan bangunan yang bersumber dari batu hitam
hasil letusan Gunung Agung tahun 1963. Produksi industri ini dipasarkan ke seluruh
Bali, terutama di mana ada proyek-proyek pembangunan. Industri arak adalah
penyulingan tuak menjadi minuman arak. Biasanya industri ini ilegal, karena produk
industri ini termasuk ke dalam minuman beralkohol tinggi sehingga dilarang menurut
undang-undang.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima jenis KPJU
unggulan, yaitu homestay/penssion, mini market dan toko kelontong, restoran/rumah
makan, konter HP, dan perdagangan produk-produk pertanian. Homestay berjumlah
74 unit yang menyerap 643 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Datah (6 unit),
Desa Purwakerti (13 unit), dan Desa Bunutan (48 unit). Sebagai resort wisata yang
dikunjungi wisatawan mancanegara dan nusantara, otomatis banyak berkembang
restoran/rumah makan, yaitu tahun 2009 ada sebanyak 106 unit yang menyerap 433
orang tenaga kerja.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 189
Tabel 6.1.7b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Abang
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Jagung (2) Kacang tanah (3) Sapi (4) Kelapa (5) Penangkapan ikan laut
(1) Albisia (2) Jambu mete (3) Kakao (4) Mangga (5) Babi
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Pengolahan & pengawetan ikan laut
(2) Industri kerajinan perak (3) Pengolahan minyak nilam (4) Industri arak (5) Industri kerajinan batu tabas
(batu hitam)
(1) Industri garam
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Homestay/pension (2) Mini market dan toko kelontong (3) Restoran/rumah makan (4) Konter HP (5) Perdagangan produk- produk
pertanian
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan/perdesaan (3) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KSP (2) LPD (3) KUD (4) BPR (5) KSP
-
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry
(2) Diving dan snorkling (pantai Amed)
(3) Pramuwisata
(4) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(5) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 190
KPJU unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada tiga jenis,
yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan
(bemo roda empat), dan warnet. Ketiga KPJU unggulan ini memiliki peranan penting
dalam menggerakkan perekonomian wilayah, terutama dalam pemindahan barang,
orang, jasa, dan informasi dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, ke depan
KPJU ini hendaknya memperoleh pembinaan agar tetap menjadi KPJU unggulan.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima jenis
KPJU, yaitu koperasi simpan pinjam (KSP), lembaga perkreditan desa (LPD),
koperasi unit desa (KUD), bank perkreditan rakyat (BPR), dan koperasi serba usaha
(KSP). KSP ada sebanyak 14 unit yang tersebar di 14 desa. KUD satu unit yang
berada di ibu kota kecamatan, yaitu Desa Abang dengan anggota sebanyak 3.579
orang, yang tersebar di 14 desa, LPD terdapat 15 unit yang menyerap 43 orang
tenaga kerja, tersebar di 11 desa, sedangkan BPR ada 2 unit yang menyerap 14
orang tenaga kerja, tersebar di Desa Tista (1 unit) dan di Desa Culik (1 unit). Jadi,
KPJU-KPJU ini berperan sebagai media transaksi keuangan antara pihak pemasok
uang dan peminta uang untuk berbagai keperluan, seperti transaksi, spekulasi, dan
jaga-jaga.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial pada sektor pertanian ada lima jenis, yaitu budi daya albisia,
budi daya jambu mete, budi daya kakao, budi daya mangga, dan usaha peternakan
babi. Kelima KPJU ini belum berkembang secara maksimal dan masih dapat
dikembangkan karena masih tersedia areal untuk mengembangkannya, baik sebagai
tanaman sela di antara pohon kelapa maupun dikembangkan secara monokultur.
Albisia semakin diminati masyarakat karena dalam waktu lima tahun kayu ini bisa
ditebang dan dijual dan pasarnya luas, yaitu untuk bahan patung di sentra-sentra
kerajinan ukiran dan industri patung pop.
KPJU potensial di industri pengolahan adalah industri garam, yang terdapat di
Desa Culik. Dengan sentuhan teknologi dan permodalan, industri ini akan dapat
berkembang dengan bagus karena garam dibutuhkan setiap hari untuk memasak.
Pada sektor jasa-jasa lain ada satu KPJU yang menjadi unggulan, yaitu pendidikan
anak usia dini (PAUD). KPJU ini menjadi potensial karena memiliki prospek
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 191
dikembangkan ke depan, terutama ditinjau dari banyaknya anak di kecamatan ini
yang perlu dipersiapkan melalui PAUD sebelum masuk ke sekolah taman kanak-
kanak. Apalagi adanya program PAUD dari Depdiknas, usaha PAUD ini semakin
tampak potensinya untuk dikembangkan.
C. KPJU di Kecamatan Karangasem
1. Profil Kecamatan
Luas wilayah Kecamatan Karangasem yaitu 94,23 km2 atau 11,22% dari luas
total Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 71.066 jiwa,
yang terdiri dari 35.418 (49,84%) jiwa laki-laki dan 35.648 (50,16%) jiwa perempuan.
Dari 21.599 jiwa penduduk yang bekerja, sebanyak 14.292 jiwa bekerja di pertanian,
559 jiwa bekerja di peternakan, 424 bekerja di perkebunan, 4.789 jiwa bekerja di
perindustrian/perdagangan, dan sebanyak 1.535 jiwa bekerja di perikanan (Website
Kabupaten Karangasem, 2011).
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor di Kecamatan Karangasem menggunakan Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan
pada Tabel 6.1.6c.
Pada sektor pertanian di Kecamatan Karangasem yang berlokasi ibu kota
Kabupaten Karangasem, terdapat lima jenis KPJU unggulan, yaitu padi sawah,
jagung, penangkapan ikan laut, sapi, dan kacang tanah. Walaupun lahan sawah
sekitar 20% dari total lahan di kecamatan ini yang tersebar di 9 desa, kecuali Desa
Seraya dan Seraya Timur, padi sawah menjadi unggulan di kecamatan ini, dengan
luas tanam, luas panen, dan produksi tahun 2009 masing-masing 3.216 ha, 1.057
ha, dan 3.194,28 ton GKP. Luas tanam, luas panen, dan produksi jagung tahun 2009
masing-masing 2.026 ha, 1.057 ha, dan 3.194,29 ton pipilan kering. Kecamatan
Karangasem memiliki sentra penangkapan dan pendaratan ikan laut, yaitu di Desa
Seraya, yang pemasarannya sampai ke luar kecamatan, bahkan sampai ke luar
Kabupaten Karangasem. Produk kacang tanah cukup menonjol di kecamatan ini,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 192
dengan luas tanam, luas penen, dan produksi tahun 2009 masing-masing sebanyak
685 ha, 725 ha, dan 978,98 ton biji kering. Sapi yang tersebar di 11 desa, tahun
2009 populasinya mencapai 21.057 ekor. Jadi, KPJU-KPJU ini hendaknya dibina
terus, baik oleh pemerintah maupun pihak lain sehingga dapat tetap menjadi
unggulan Kecamatan Karangasem.
Berdasarkan data Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, total industri di
Kecamatan Karangasem sebanyak 2.280 unit yang menyerap 4.809 orang tenaga
kerja yang dapat dikelompokkan ke dalam industri besar satu unit yang menyerap
146 orang tenaga kerja, industri sedang sebanyak satu unit yang menyerap 2.278
orang tenaga kerja, dan industri kecil 1.975 unit dengan penyerapan 4.049 orang
tenaga kerja. Dari banyak jenis industri tersebut, maka lima jenis yang termasuk
KPJU unggulan, yaitu penyosohan beras/penggilingan padi (RMU), industri pakaian
jadi (garment), industri anyaman ate, industri anyaman tikar pandan, dan industri
kerajinan batu tabas (batu hitam). Kelima KPJU ini hendaknya dipertahankan dan
dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima jenis KPJU
unggulan, yaitu Mini market dan toko kelontong, hotel melati, restoran/rumah
makan, konter HP, dan perdagangan produk-produk pertanian. Di kecamatan ini
banyak terdapat mini market/toko kelontong, yang menyebar sampai ke desa-desa di
wilayah kecamatan. Hotel melati ada 34 unit yang menyerap 251 orang tenaga kerja,
yang tersebar di Desa Bugbug (29 unit), Desa Subagan (4 unit), Karangasem (1
unit). Usaha ikutan dari pariwisata adalah usaha restoran/rumah makan ada 62 unit
yang menyerap 77 orang tenaga kerja. Counter telepon sellular hampir menyebar di
semua desa, sehingga menjadi jenis usaha unggulan di kecamatan ini. Di
Kecamatan Karangasem berlokasi Kota Amplapura sebagai ibu kota Kabupaten
Karangasem bermukim banyak penduduk dan memiliki banyak pasar sehingga ada
perdagangan produk-produk pertanian dari kecamatan lain di wilayah ini ke
Kecamatan Karangasem. Oleh karena itu, usaha perdagangan produk-produk
pertanian menjadi unggulan di kecamatan ini.
KPJU unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan
darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan (bemo roda empat),
bus trayek, warnet, dan jasa pengiriman paket/surat. KPJU-KPJU unggulan pada
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 193
sektor ini memiliki peranan penting dalam mempercepat perputaran roda
perekonomian, karena perannya dalam mempercepat perpindahan barang, orang,
dan informasi dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, keberadaannya
mutlak ada dan KPJU ini hendaknya terus dibina sehingga tetap menjadi unggulan.
KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di
Kecamatan Karangasem, yaitu bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi unit desa
(KUD), koperasi simpan pinjam (KSP), dan lembaga perkreditan desa (LPD), dan
koperasi serba usaha (KSU). Di Kecamatan Karangasem yang berlokasi ibu kota
Kabupaten Karangasem, yaitu Kota Karangasem (Amplapura), yang merupakan
pusat aktivitas penduduk dan ekonomi, berdasarkan data Karangasem Dalam Angka
Tahun 2009, terdapat BPR sebanyak 4 unit yang menyerap 99 orang tenaga kerja,
tersebar di Desa Subagan 2 unit yang menyerap 81 orang tenaga kerja, dan di Kota
Karangasem 2 unit yang menyerap 18 orang tenaga kerja. LPD menyebar di 8 desa
adat, tahun 2009 berjumlah 12 unit yang menyerap 60 orang tenaga kerja. KUD
terdapat 4 unit yang menyerap 8.592 orang tenaga kerja. KSP ada 73 unit, yang
menyerap 8.655 orang tenaga kerja. KPJU-KPJU pada sektor ini berperan sangat
penting dalam melayani transaksi keuangan antara pemasok uang dan peminta uang
untuk berbagai keperluan. Oleh karena itu, keberadaannya harus dipertahankan,
bahkan dibina agar tetap memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.
KPJU unggulan pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa binatu/laundry, wisata
sejarah, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa perbengkelan (motor dan
mobil), dan jasa kebugaran (fitness). Jasa binatu/laundry masih dapat berkembang
untuk melayani masyarakat yang semakin sibuk, yang tidak sempat lagi mencuci
segala perlengkapannya secara mandiri. Wisata sejarah, terutama sejarah Puri
Karangasem dan Taman Ujung yang sudah terkenal menjadi unggulan karena setiap
wisman yang datang berkunjung ke Kecamatan Karangasem tidak pernah
melewatkan wisata sejarah ini. Masyarakat semakin memperhatikan penampilan diri,
terutama kaum wanita, maka bermunculan banyak pangkas rambut dan salon
kecantikan sebagai usaha unggulan. Walaupun telah menjadi unggulan, kelima
KPJU ini harus memperoleh pembinaan dari pemerintah sehingga kelima KPJU
tersebut tetap menjadi KPJU unggulan yang memberikan kontribusi terhadap
perekonomian di Kecamatan Karangasem.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 194
Tabel 6.1.7c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Karangasem
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Padi sawah
(2) Jagung
(3) Penangkapan ikan laut
(4) Sapi
(5) Kacang tanah
(1) Gamelina (jati belanda)
(2) Jambu mete (3) Mangga (4) Pisang (5) Ubi kayu
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Industri garment (3) Industri anyaman ate (4) Industri anyaman tikar pandan (5) Industri kerajinan batu tabas
(1) Penjahitan pakaian
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong (2) Hotel melati (3) Restoran/rumah makan (4) Konter HP (5) Perdagangan produk-produk
pertanian
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan/ perdesaan (3) Bus trayek (4) Warnet (5) Jasa pengiriman paket
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) BPR
(2) KUD
(3) KSP
(4) LPD
(5) KSU
(1) Money changer
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry
(2) Wisata sejarah (Puri Karangasem dan Taman Ujung)
(3) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(4) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)
(5) Jasa kebugaran (fitness)
(1) PAUD (2) Penjahitan
pakaian
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 195
3. KPJU Potensial
Kecamatan Karangasem di samping memiliki KPJU unggulan, juga memiliki
KPJU potensial, yang masih memiliki potensi atau kemampuan dikembangkan, baik
dengan usaha perluasan (ekstensifikasi) maupun dengan usaha intensifikasi
(peningkatan penggunaan sarana produksi dan teknologi (intensifikasi). Daftar KPJU
potensial disajikan pada tabel 6.1.7c.
Pada Tabel 6.1.7c tampak bahwa KPJU potensial pada sektor pertanian di
Kecamatan Karangasem, yaitu usaha budi daya tanaman gamelina (jati belanda),
usaha budi daya jambu mete, usaha budi daya mangga, budi daya pisang, dan budi
daya ubi kayu. Kelima KPJU ini belum menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi
dikembangkan, baik dengan usaha ekstensifikasi maupun intensifikasi. Usaha budi
daya gamelina (jati belanda) memiliki potensi besar untuk berkembangkan, karena
komoditas ini dalam bentuk kayu bisa dimanfaatkan untuk bahan perumahan. Di
samping itu, masyarakat semakin gencar menanamnya di lahan pekarangan dan
kebun miliknya sebagai hutan kemasyarakatan.
Pada sektor industri pengolahan, KPJU potensial adalah industri penjahitan
pakaian, yang memiliki potensi dikembangkan menjadi unggulan dengan pembinaan
teknis dan manajemen dari pemerintah.
Pada sektor keuangan, perusahaan, dan jasa keuangan, KPJU yang
potensial dikembangkan adalah money changer karena di kecamatan ini berlokasi
ibu kota Kabupaten Karangasem, yaitu Kota Amplapura, yang juga menjadi pusat
permukiman penduduk dan lintasan orang dan barang dari satu kecamatan ke
kecamatan lain. Oleh karena itu, usaha money changer memiliki potensi
dikembangkan.
Pada sektor jasa-jasa lain yang memiliki potensi besar untuk berkembang
adalah jasa pendidikan anak usia dini (PAUD). KPJU ini perlu dikembangkan untuk
mengantisipasi meningkatnya jumlah anak usia dini yang memerlukan pendidikan
khusus, sebelum menginjak ke pendidikan taman kanak-kanak.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 196
D. KPJU di Kecamatan Sidemen
1. Profil Kecamatan
Luas wilayah Kecamatan Sidemen, yaitu 35,15 km2 atau 4,19% dari luas total
Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 30.117 jiwa yang
terdiri atas 14.624 (48,56%) jiwa laki-laki dan 15.493 (51,44%) jiwa perempuan. Dari
total 15.114 jiwa penduduk yang bekerja, sebanyak 6.633 jiwa bekerja di pertanian,
1.775 jiwa bekerja di peternakan. 2.517 jiwa bekerja di perkebunan, sebanyak 4.171
jiwa bekerja di perindustrian/perdagangan, dan 18 jiwa bekerja di perikanan (Website
Kabupaten Karangasem, 2011).
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor di Kecamatan Sidemen menggunakan Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan
pada Tabel 6.1.6d.
Pada sektor pertanian di Kecamatan Sidemen, terdapat lima KPJU unggulan,
yaitu padi sawah, cabai, jagung, sapi, dan kacang tanah. Padi sawah menjadi
unggulan karena 55% lahan di kecamatan ini merupakan lahan sawah dengan
sumber air berlimpah dan persawahan menyebar di 10 desa, yang didukung oleh 25
buah subak. Luas tanam, luas panen, dan produksi padi sawah tahun 2009 masing-
masing 1.414 ha, 1.647 ha, dan 12.040,63 ton GKP. Luas tanam, luas panen, dan
produksi jagung masing-masing 133 ha, 113 ha, dan 559,34 ton pipilan kering. Luas
tanam, luas panen, dan produksi kacang tanah tahun 2009 masing-masing 764 ha,
731 ha, dan 982,84 ton. Cabai menjadi unggulan dengan luas panen dan produksi
tahun 2009 masing-masing 1.807 ha dan 4.458 ton. Populasi sapi tahun 2009
mencapai 10.095 ekor, yang menyebar di 10 desa di kecamatan ini. KPJU-KPJU ini
hendaknya dipertahankan, bahkan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 197
Tabel 6.1.7d Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Sidemen
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Cabai (3) Jagung (4) Sapi (5) Kacang tanah
(1) Gamelina (jati belanda)
(2) Durian (3) Mangga (4) Bawang merah (5) Nangka
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Industri kerajinan tenun endek dan songket
(2) Industri arak bali (3) Penyosohan beras
(RMU)
-
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Homestay/penssion (2) Restoran/rumah makan (3) Mini market dan toko
kelontong (4) Konter HP (5) Perdagangan produk-
produk pertanian
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan/pedesaan
(3) Ojek (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Wisata alam rafting (2) Pramuwisata (3) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (4) Penjahitan pakaian (5) Jasa perbengkelan
(mobil dan motor)
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 198
Total industri di Kecamatan Sidemen tahun 2009 sebanyak 4.650 unit, yang
menyerap tenaga kerja sebanyak 4.755 orang. Jika semua jenis industri ini
diklasifikasi sesuai dengan klasifikasi BPS, maka termasuk industri sedang sebanyak
3 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 108 orang dan termasuk industri rumah
tangga sebanyak 4.647 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 4.647 orang.
Namun, dari banyak jenis industri pada sektor industri, tiga jenis industri yang
termasuk KPJU unggulan, yaitu industri tenun endek dan songket, industri arak bali,
dan penyosohan beras/penggilingan padi (RMU). Industri tenun songket dan arak
Bali ada di Desa Sidemen. RMU sebanyak 3 unit menyebar di Desa Sidemen (1
unit), Desa Sangkan Gunung (1 unit), dan Desa Talibeng (1 unit).
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terdapat lima KPJU unggulan,
yaitu homestay/penssion, restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong,
konter HP, dan perdagangan produk pertanian. Desa Sidemen sebagai ibu kota
Kecamatan Sidemen menjadi objek wisata alam sehingga terdapat
homestay/pension tempat menginap wisatawan, yaitu sebanyak 10 unit yang
menyerap tenaga kerja sebanyak 38 orang. Homestay/pension ini menyebar di Desa
Sidemen sebanyak 7 unit yang menyerap 26 orang tenaga kerja, dan di Desa
Sinduwati sebanyak 3 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 12 orang.
Restoran/rumah makan di kecamatan ini sebanyak 18 unit yang menyerap sebanyak
36 tenaga kerja, tersebar di 6 desa, yaitu Desa Tangkup (2 unit), Desa Talibeng (4
unit), Desa Telaga Tawang (5 unit), Desa Sidemen (3 unit), Desa Sinduwati (2 unit),
dan Desa Sangkan Gunung (2 unit).
Kecamatan Sidemen yang perekonomiannya berbasis pertanian, tentunya
produsen produk-produk pertanian, yang memungkinkan tumbuhnya usaha usaha
perdagangan produk-produk pertanian untuk diperdagangkan ke luar kecamatan ini,
baik ke Kota Amplapura maupun kota-kota lain di Bali. Misal, komoditas cabai yang
menjadi unggulan, ketika musim panen produk berlimpah dapat diperdagangkan ke
pasar-pasar di luar kecamatan atau luar kabupaten karena cabai dibutuhkan dalam
proses masak-memasak. Jadi, kelima KPJU unggulan pada sektor ini hendaknya
dipertahankan, bahkan dibina karena perannya di bidang ekonomi dan sosial
terutama dalam penyerapan tenaga kerja.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 199
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, ada empat KPJU yang menjadi
unggulan, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang
perkotaan/perdesaan (bemo roda empat), ojek, dan warnet. Keempat KPJU
unggulan ini memiliki peran penting dalam memperlancar arus transportasi barang,
orang, jasa, dan informasi dari dan ke Kecamatan Sidemen. Oleh karena itu,
hendaknya dipertahankan dan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.
KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada
empat jenis, yaitu lembaga perkreditasn desa (LPD), koperasi unit desa (KUD),
koperasi simpan pinjam (KSP), dan koperasi serba usaha (KSU). Berdasarkan data
Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, KUD ada dua unit yang tersebar masing-
masing satu unit di Desa Sidemen yang memiliki anggota 656 orang dan satu unit
di Desa Sangkan Gunung yang memiliki anggota 420 orang. LPD di kecamatan ini
ada 19 unit, yang menyerap tenaga kerja 57 orang, lokasinya menyebar di 10 desa,
di mana dalam satu desa terdapat LPD antara 1 unit sampai dengan 15 unit. Misal,
di di Desa Telaga Tawang hanya terdapat 1 unit LPD, tetapi di Desa Sangkan
Gunung terdapat 15 unit LPD. Jadi, jumlah LPD di sebuah desa dinas, tergantung
pada jumlah desa adat di desa dinas tersebut. KPJU-KPJU unggulan pada sektor ini
berperan sangat besar dalam melayani masyarakat melakukan transaksi keuangan.
Oleh karena itu, keberadaannya harus dipertahankan, bahkan dibina sehingga
semakin efisien dan prima dalam memberikan pelayanan.
KPJU unggulan pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata alam rafting,
pramuwisata, dan pangkas rambut dan salon kecantikan. Jasa-jasa pada sektor ini
diperlukan oleh masyarakat karena masyarakat semakin mengutamakan penampilan
dan rekreasi di tengah kehidupan modern yang semakin sibuk.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial artinya KPJU yang masih memiliki potensi untuk
dikembangkan, baik melalui usaha perluasan areal atau skala usaha (ekstensifikasi)
maupun usaha peningkatan penggunaan sarana produksi termasuk teknologi
(intensifikasi).
Lima KPJU pada sektor pertanian yang potensial dikembangkan di
Kecamatan Sidemen, yaitu usaha budi daya gamelina (jati belanda), usaha budi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 200
daya durian, usaha budi daya mangga, usaha budi daya bawang merah, dan usaha
budi daya nangka. Kelima KPJU ini masih dapat dikembangkan melalui
ekstensifikasi baik sebagai tanaman sela maupun sebagai tanaman monokultur
karena masih tersedia lahan kosong di kebun-kebun masyarakat.
Seiring dengan makin banyaknya anak usia dini dan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dini bagi anak-anak mereka,
maka jasa pendidikan anak usia dini (PAUD) semakin potensial dikembangkan di
Kecamatan Sidemen.
E. KPJU di Kecamatan Manggis
1. Profil Kecamatan
Luas wilayah Kecamatan Manggis yaitu 69,83 km2 atau 8,32% dari luas total
Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 40.600 jiwa yang
terdiri atas 19.993 jiwa (49,24%) laki-laki dan 20.607 jiwa (50,75%) perempuan. Dari
total 20.409 jiwa penduduk yang bekerja, sebanyak 9.462 jiwa bekerja di pertanian,
2.075 jiwa bekerja di peternakan, 5.423 jiwa bekerja di perkebunan, 2.880 jiwa
bekerja di perindustrian/perdagangan, dan sebanyak 652 bekerja di perikanan
(Website Kabupaten Karangasem, 2011).
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor di Kecamatan Manggis menggunakan Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan
pada Tabel 6.1.6e.
KPJU unggulan pada sektor pertanian, yaitu padi sawah, kelapa, sapi, babi,
dan ayam. Padi sawah menjadi komoditas unggulan didukung oleh keberadaan
subak sebanyak 74 unit dengan anggota 1.850 orang petani yang tersebar di 8 desa
dari 12 desa di Kecamatan Manggis. Luas tanam, luas panen, dan produksi padi
sawah pada tahun 2009 masing-masing 1.334 ha, 1.203 ha, dan 7.841,78 ton GKP.
Komoditas kelapa menjadi unggulan ditunjukkan oleh luas areal dan produksi
masing-masing 2.990,99 ha dan 2.949,345 ton. Populasi sapi dan babi tahun 2009
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 201
masing-masing 16.597 ekor dan 41.097 ekor, yang keduanya tersebar di 12 desa.
Ayam kampung menjadi unggulan ditunjukkan oleh populasi 103.250 ekor, tersebar
merata di 12 desa. Ayam ras populasinya mencapai 254.600 ekor, tersebar di 8
desa, yaitu Gegelang (7.000 ekor), Ulakan (47.000 ekor), Manggis (3.500 ekor),
Selumbung (8.500 ekor), Nyuh Tebel (69.000 ekor), Tenganan (4.000 ekor),
Sengkidu (8.100 ekor), dan Pesedahan (107.100). Pemasaran telurnya tidak hanya
di sekitar Bali, tetapi juga merambah sampai ke Lombok dan Sumbawa. PJU-KPJU
ini hendaknya dipertahankan, bahkan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.
Total industri yang ada di Kecamatan Manggis tahun 2009 sebanyak 291 unit
yang menyerap 362 orang tenaga kerja. Jika semua jenis industri ini diklasifikasikan,
industri kecil sebanyak 2 unit yang menyerap 22 orang tenaga kerja, dan industri
kerajinan rumah tangga 289 unit yang menyerap 362 orang tenaga kerja. Namun,
dari banyak jenis industri ini, hanya lima jenis menjadi KPJU unggulan, yaitu
penyosohan beras atau penggilingan padi (RMU), industri anyaman ate, industri
tenun endek dansongket (ATBM), industri arak, dan industri batako. RMU sebanyak
3 unit yang tersebar di tiga desa, yaitu Gegelang, Manggis, dan Tenganan. Tenun
ATBM tersebar di Desa Tenganan dan Desa Manggis.
KPJU unggulan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada lima jenis,
yaitu hotel melati, homestay/pension, restoran/rumah makan, mini market dan toko
kelontong, dan konter HP. Kecamatan Manggis dengan pantai Buitan dan pantai
Candidasa menjadi resort wisata, yang menjadi destinasi wisata mancanegara dan
nusantara. Keunggulan ini didukung oleh keberadaan hotel sebanyak 5 unit yang
menyerap 528 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Padangbai sebanyak satu unit
yang menyerap 3 orang tenaga kerja, di Desa Manggis sebanyak 2 unit yang
menyerap 388 orang tenaga kerja, dan di Desa Sengkidu sebanyak 2 unit yang
menyerap 137 orang tenaga kerja. Homestay/pension menjadi unggulan ditunjukkan
oleh keberadaanya sebanyak 61 unit yang menyerap 316 orang tenaga kerja,
tersebar di Desa Padangbai 27 unit yang menyerap 105 orang tenaga kerja, di Desa
Manggis 9 unit yang menyerap 54 orang tenaga kerja, di Desa Nyuh Tebel sebanyak
15 unit yang menyerap 104 orang tenaga kerja, dan di Desa Sengkidu 10 unit yang
menyerap 50 orang tenaga kerja. KPJU restoran/rumah makan menjadi unggulan
karena keberadaannya cukup banyak, yaitu tahun 2009 sebanyak 32 unit yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 202
menyerap 146 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Padangbai (17 unit), di Desa
Ulakan (1 unit), di Desa Manggis (5 unit), di Desa Nyuh Tebel (2 unit), dan di Desa
Sengkidu (6 unit). Jika KPJU mini market dan toko kelontong dianggap identik
dengan perdagangan eceran, maka jumlah usaha ini di Kecamatan Manggis
sebanyak 2.002 unit, tersebar di 12 desa. KPJU counter telepon sellular juga
menyebar di 12 desa di Kecamatan Manggis. KPJU ini hendaknya dipertahankan,
bahkan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi ada empat jenis KPJU unggulan,
yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan
(bemo roda empat), angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida, dan
warnet. KPJU-KPJU unggulan ini berperan penting dalam mengangkut barang,
orang, dan informasi dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempercepat
perputaran roda perekenomian di Kecamatan Manggis.
KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada
lima jenis, yaitu lembaga perkreditan desa (LPD), bank perkreditan rakyat (BPR),
koperasi unit desa (KUD), money changer, dan koperasi serba usaha (KSU). LPD
terdapat sebanyak 14 unit, tersebar di 11 desa terkecuali Desa Antiga Klod, yang
menyerap 55 orang tenaga kerja. BPR di kecamatan ini ada sebanyak 4 buah, yang
menyerap 58 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Ulakan (1 buah), di Desa Manggis
(2 buah), dan di Desa Sengkidu (1 buah). KUD hanya terdapat satu unit dengan
anggota 3,238 orang yang berlokasi di Desa Ulakan. Sebaliknya, money changer
tidak ada catatan yang valid karena banyak dari usaha ini illegal, yang tersebar di
resort wisata Kecamatan Manggis.
Pada sektor jasa-jasa lain, terdapat empat KPJU yang menjadi unggulan di
Kecamatan Manggis, yaitu wisata alam desa (Tenganan Pegeringsingan), jasa
binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa pramuwisata, dan jasa
penjahitan pakaian. Jasa-jasa ini sebagian berkaitan dengan pariwisata karena
memang Kecamatam Manggis semakin menjadi resort wisata. Bahkan, di kecamatan
ini ada Desa Baliage, yaitu Desa Tenganan Pegeringsingan yang terkenal dengan
wisata alam desa yang masih asri dan atraksi wisata perang pandan (geret pandan),
yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dan nusantara ketika hari atraksi
berlangsung.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 203
Tabel 6.1.7e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Manggis
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Padi sawah
(2) Kelapa
(3) Sapi
(4) Babi
(5) Ayam
(1) Gamelina (jati belanda)
(2) Pisang
(3) Sawo
(4) Penangkapan ikan laut
(5) Kakao
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)
(2) Industri anyaman ate
(3) Industri tenun endek dan songket (ATBM)
(4) Industri arak
(5) Industri batako
(1) Industri terali besi
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Homestay/pension (3) Restoran/rumah makan (4) Mini market dan toko kelontong (5) Konter HP
(1) Artshop
(2) Perdagangan produk-produk pertanian
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan/perdesaan (3) Angkatan laut penyeberangan
Padang Bai-Nusa Penida (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) BPR (3) KUD (4) Money changer (5) KSP
-
9 Jasa-jasa lain (1) Wisata alam desa Tenganan pegringsingan (geret pandan)
(2) Jasa binatu/laundry
(3) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(4) Pramuwisata
(5) Penjahitan pakaian
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 204
3. KPJU Potensial
KPJU potensial pada sektor pertanian yaitu usaha budi daya gamelina, usaha
budi daya pisang, sawo, penangkapan ikan laut, dan kakao. Kelima KPJU potensial
ini masih ada peluang dikembangkan melalui perluasan areal, baik sebagai tanaman
sela di antara kebun kelapa maupun tanaman monokultur pengganti tanaman lain
yang sudah tidak produktif lagi.
KPJU potensial pada sektor industri pengolahan adalah industri terali besi.
KPJU ini masih ada peluang untuk berkembang sepanjang ada permintaan pasar
dan kendala yang dihadapi teratasi seperti kendala teknis, manajemen, dan
permodalan.
F. KPJU di Kecamatan Bebandem
1. Profil Kecamatan
Luas wilayah Kecamatan Bebandem yaitu 81,51 km2 atau 9,71% dari luas
total Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 43.085 jiwa,
yang terdiri atas 21.177 jiwa (49,15%) laki-laki dan 21.909 jiwa (50,85%) jiwa
perempuan. Dari total sebanyak 27.256 jiwa penduduk yang bekerja, sebanyak
11.704 bekerja di pertanian sebagai petani sawah, 2.473 bekerja di peternakan
sebagai peternak, 6.134 bekerja di perkebunan, 6.879 bekerja di
perindustrian/perdagangan, dan 66 bekerja di perikanan sebagai pembudi daya ikan
air tawar (Website Kabupaten Karangasem, 2011).
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor di Kecamatan Bebandem menggunakan Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan
pada Tabel 6.1.6f.
Pada sektor pertanian di Kecamatan Bebandem teridentifikasi lima KPJU
unggulan, yaitu padi sawah, salak, kelapa, sapi, dan ayam. Padi sawah menyebar di
delapan desa, menjadi unggulan ditunjukkan oleh luas tanam, luas panen, dan
produksi tahun 2009 masing-masing 1.895 ha, 1.740 ha, dan 11.242,64 ton GKP.
Komoditas salak menjadi unggulan ditunjukkan oleh luas areal dan produksi tahun
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 205
2009 masing-masing 9.464,149 rumpun dan 19.426 ton. Komoditas kelapa dengan
luas areal dan produksi tahun 2009 masing-masing 2.376,00 ha dan 2.089,65 ton.
Populasi sapi tahun 2009 mencapai 14.557 ekor. Populasi ayam kampung sebanyak
85.765 ekor dan ayam ras mencapai 20.600 ekor. KPJU unggulan ini hendaknya
dipertahankan dan dikembangkan secara intensif sehingga tetap menjadi KPJU
unggulan di Kecamatan Bebandem.
KPJU unggulan pada sektor pertambangan dan penggalian di Kecamatan
Bebandem adalah galian C yang terdiri atas usaha penggalian batu cadas sebanyak
20 unit yang menyerap 80 orang tenaga kerja, usaha penggalian kerikil/koral
sebanyak 7 unit yang menyerap 23 orang tenaga kerja, usaha penggalian batu kali
sebanyak 25 unit yang menyerap 100 orang tenaga kerja, usaha penggalian
pasirsebanyak 141 unit yang menyerap 390 orang tenaga kerja. Produksi KPJU ini
dipasarkan ke luar Kecamatan Bebandem, seperti ke Denpasar yang membutuhkan
banyak bahan galian C untuk pembangunan perumahan dan infrastruktur fisik
lainnya. Namun, keunggulan KPJU ini ada batas waktunya, sampai habis tergali
bahan galian C tersebut. Sebagai contoh, sekitar puluhan tahun yang lalu, galian C
(pasir dan batu) menjadi unggulan Kabupaten Klungkung. Akan tetapi, kini unggulan
tersebut sudah hilang karena bahan galiannya habis sehingga penggalian galian C
sudah ditutup, yang kini hanya tinggal lagoon.
Total industri di Kecamatan Bebandem tahun 2009 adalah sebanyak 291 unit
yang menyerap 362 orang tenaga kerja, yang terdiri atas industri sedang sebanyak 1
unit yang menyerap 35 orang tenaga kerja, industri kecil sebanyak 1.267 unit yang
menyerap 2.422 orang tenaga kerja, dan industri rumah tangga 289 unit yang
menyerap 340 orang tenaga kerja. Namun, dari banyak jenis industri tersebut, lima
KPJU yang termasuk unggulan, yaitu penyosohan beras atau penggilingan padi
(RMU), pengolahan buah salak (wine, keripik, dodol), industri anyamanaAte, industri
batu tabas, dan industri batako. RMU menjadi unggulan ditunjukkan oleh adanya
RMU KUD sebanyak 7 unit dan RMU non-KUD sebanyak 13 unit, yang tersebar di 6
desa. Produksi salak yang berlimpah ketika musim panen mengakibatkan harga
salak segar di tingkat petani jatuh sampai mencapai harga Rp 3.000,00 per kg.
Pengolahan salak segar menjadi wine, keripik dan dodol salak yang telah dipelopori
oleh LSM dan Departemen Pertanian dan Dinas Pertanian merupakan salah satu
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 206
solusi untuk mengatasi jatuhnya harga salak segar. Industri ate adalah industri
kerajinan dengan bahan baku ate untuk pembuatan berbagai produk kerajinan,
seperti tempat tisu, tas, dan peralatan rumah tangga lainnya.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada lima jenis, yaitu
restoran/rumah makan, Mini market dan toko kelontong, perdagangan produk-produk
pertanian, dan konter HP. Restoran/rumah makan menjadi unggulan ditunjukkan
oleh keberadaan restoran di kecamatan ini tahun 2009 sebanyak 30 unit yang
menyerap 105 orang tenaga kerja tersebar di 8 desa. Jika mini market dan toko
kelontong diidentikkan dengan perdagangan eceran, maka jenis usaha ini ada
sebanyak 2.814 unit yang tersebar di 6 desa. Keempat jenis usaha ini hendaknya
dipertahankan, bahkan dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.
KPJU pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang menjadi unggulan
adalah angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan
perdesaan, dan warnet. Ketiga KPJU unggulan ini berperan penting dalam
memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu,
ketiga KPJU ini harus tetap dipertahankan, bahkan memperoleh perhatian
pembinaan dari pemerintah.
KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
sebanyak empat jenis, yaitu koperasi unit desa (KUD), lembaga perkreditan desa
(LPD), koperasi simpan pinjam (KSP), dan koperasi serba usaha (KSU). Usaha
KUD hanya ada satu unit yang berlokasi di ibu kota kecamatan, yaitu Desa
Bebandem dengan anggota sebanyak 10.400 orang, yang tersebar di 8 desa. LPD
ada sebanyak 14 unit yang menyerap 69 orang tenaga kerja, tersebar di 6 desa.
KPJU unggulan ini berperan penting dalam memediasi transaksi keuangan antara
pelaku-pelaku pasar uang. Oleh karena itu, KPJU unggulan tersebut harus
dipertahankan agar tetap menjadi KPJU unggulan.
Pada sektor jasa-jasa lain ada lima KPJU, yaitu pangkas rambut dan salon
kecantikan, wisata Desa Budaya Budakeling, wisata agrosalak, jasa binatu/laundry,
dan pramuwisata. KPJU pada sektor ini harus dipertahankan karena masyarakat
semakin membutuhkan jasa-jasa yang diproduksikan oleh sektor ini, terutama untuk
menambah penampilan percaya diri, seperti jasa salon kecantikan dan jasa-jasa
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 207
yang bersifat rekreatif, seperti jasa pengantaran berwisata ke agrowisata salak atau
rekreasi ke Desa Wisata Budakeling.
Tabel 6.1.7f
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM dI Kecamatan Bebandem
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Salak (3) Kelapa (4) Sapi (5) Ayam
(1) Albisia (2) Kacang tanah (3) Durian (4) Budi daya ikan
di air tawar (5) Pisang
2 Pertambangan dan Penggalian
Galian C (batu hitam, pasir, kerikil/koral, batu kali)
-
3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)
(2) Pengolahan buah salak (wine, keripik, dodol)
(3) Industri anyaman ate
(4) Industri batu tabas
(5) Industri batako
(1) Industri terali besi
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran/rumah Makan (2) Mini market dan toko
kelontong (3) Perdagangan produk-produk
pertanian (4) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan/perdesaan
(3) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KUD
(2) LPD
(3) KSP
(4) KSU
-
9 Jasa-Jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Wisata Desa Budaya Budakeling
(3) Wisata agro salak (4) Jasa binatu/laundry (5) Pramuwisata
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 208
3. KPJU Potensial
KPJU potensial pada sektor pertanian ada lima jenis, yaitu usaha budi daya
albisia, usaha budi daya kacang tanah, durian, budi daya ikan di air tawar, dan budi
daya pisang. Kelima jenis KPJU ini memiliki potensi dikembangkan, baik melalui
usaha ekstensifikasi, yakni memperluas areal sebagai tanaman sela atau
monokultur, maupun melalui usaha intensifikasi yakni meningkatkan penggunaan
sarana produksi atau teknologi per satuan luas. Budi daya ikan air tawar memiliki
potensi dikembangkan karena beberapa desa di kecamatan ini tersedia sumber air
irigasi berlimpah, baik untuk pembudi dayaan di kolam maupun pembudi dayaan di
sawah. Ikan yang mulai dikembangkan oleh masyarfakat setempat adalah budi daya
ikan gurami, yang pemasarannya sangat prospektif, yaitu dibutuhkan oleh banyak
restoran di seputar daerah wisata.
KPJU potensial pada sektor industri hanya satu jenis, yaitu industri terali besi.
Usaha industri ini memiliki potensi dikembangkan, terutama intervensi teknologi,
manajemen, dan permodalan. KPJU pada sektor industri jasa-jasa lain hanya satu
jenis, yaitu pendidikan anak usia dini (PAUD karena semakin banyak anak-anak usia
dini di Kecamatan Bebandem memerlukan pendidikan usia dini sebagai persiapan ke
sekolah taman kanak-kanak.
G. KPJU di Kecamatan Selat
1. Profil Kecamatan
Luas wilayah Kecamatan Selat, yaitu 80,35 km2 atau 9,57% dari luas total
Kabupaten Karangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk sebanyak 34.760 jiwa, yang
terdiri atas 17.067 (49,10%) jiwa laki-laki dan 17.693 (50,90%) jiwa perempuan. Dari
total sebanyak 15.183 jiwa yang bekerja, sebanyak 10.279 bekerja di pertanian, 100
jiwa bekerja di peternakan, dan sebanyak 4.354 bekerja di
perindustrian/perdagangan (Website Kabupaten Karangasem, 2011).
2. KPJU Unggulan
Identifikasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor di Kecamatan Selat menggunakan Metode Perbandingan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 209
Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria, menghasilkan KPJU seperti disajikan
pada Tabel 6.1.6g.
Pada sektor pertanian di Kecamatan Selat, terdapat lima KPJU yang menjadi
unggulan, yaitu padi sawah, salak, kelapa, sapi, dan kacang tanah. Padi sawah
menyebar di tujuh desa dari delapan desa di kecamatan ini. Unggulan padi sawah
ditunjukkan oleh luas tanam, luas panen, dan produksi tahun 2009 masing-masing
1.371 ha, 1.383 ha, dan 9.580,71 ton GKP. Kecamatan Selat merupakan sentra
pengembangan komoditas salak setelah Kecamatan Bebandem, luas areal dan
produksi tahun 2009 masing-masing 8.715,23 pohon dan 13,721 ton. Luas areal dan
produksi kelapa tahun 2009, masing-masing 805,00 ha dan 874,42 ton. Sapi menjadi
unggulan ditunjukkan oleh populasi sebanyak 7.150 ekor. Komoditas kacang tanah
dengan luas tanam, luas panen, dan produksi tahun 2009 masing-masing 653 ha,
652 ha, dan 758,90 ton. KPJU-KPJU unggulan ini sebaiknya terus dibina dan
dikembangkan secara intesif sehingga tetap menjadi KPJU unggulan.
Pada sektor pertambangan dan penggalian yang menjadi usaha unggulan
adalah galian C yang terdiri atas kerikil/koral, batu kali, dan pasir. Usaha penggalian
kerikil/koral tahun 2009 sebanyak 20 unit yang menyerap 150 orang tenaga kerja,
tersebar di Desa Duda Utara, Desa Sebudi, dan Desa Amerta Bhuana. Usaha
penggalian batu kali sebanyak 20 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 150
orang, juga tersebar di desa yang sama seperti galian kerikil/koral. Usaha penggalian
pasir sebanyak 4 unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 40 orang, hanya
terdapat di Desa Amerta Buana. Produksi galian C ini dipasarkan ke luar
kecamatan, yakni ke kota-kota kabupaten di Bali, yang sedang gencar
melaksanakan pembangunan fisik.
Total semua jenis industri yang ada di Kecamatan Selat tahun 2009 sebanyak
1.571 unit yang menyerap 2.827 orang tenaga kerja. Jika semua jenis industri ini
diklasifikasikan, termasuk industri sedang 14 unit yang menyerap 401 orang tenaga
kerja, dan industri kecil 1.557 unit yang menyerap 2.476 orang tenaga kerja. Dari
banyak jenis industri ini, maka lima jenis yang menjadi usaha unggulan, yaitu
penyosohan beras atau penggilingan padi (RMU), industri kerajinan patung asmat,
industri batu tabas, industri batako, dan industri terali besi.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 210
Tabel 6.1.7g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Selat
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Salak (4) Sapi (5) Kacang tanah
(1) Albisia (2) Kakao (3) Ayam (4) Durian (5) Pisang
2 Pertambangan dan Penggalian
Galian C (batu hitam, pasir, kerikil/koral)
-
3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)
(2) Industri kerajinan patung asmat
(3) Industri batu tabas (4) Industri batako (5) Industri terali besi
-
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran/rumah makan (2) Mini market dan toko
kelontong (3) Konter HP (4) Perdagangan produk-
produk pertanian
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan/perdesaan
(3) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KUD (2) LPD (3) KSP (4) KSU
-
9 Jasa-Jasa lain (1) Wisata agro salak (2) Jasa rafting (di Telaga
Waja) (3) Pramuwisata (4) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (5) Jasa perbengkelan
(mobil dan motor)
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 211
RMU di kecamatan ini ada sebanyak tujuh unit, yang terdiri atas RMU KUD
sebanyak dua unit dan RMU non-KUD sebanyak lima unit. Adanya RMU ini karena di
kecamatan ini tersedia bahan baku padi untuk digiling menjadi beras. Kerajinan
patung pop asmat juga tumbuh pesat di kecamatan ini karena tersedia bahan baku
kayu albisia lebih dari cukup yang menjamin keberlanjutan industri ini. Industri batako
tumbuh dan berkembang karena tersedia bahan baku pasir lebih dari cukup. KPJU
ini hendaknya dipertahankan, bahkan dibina sehingga KPJU-KPJU ini tetap menjadi
unggulan dan memberikan keuntungan ekonomi bagi produsen dan konsumen.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terdapat empat jenis KPJU
yaitu restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong, konter HP, dan
perdagangan produk-produk pertanian. Kecamatan Selat di samping menjadi lokasi
rafting di Telaga Waja juga menjadi jalur wisata dari Besakih ke Karangasem dan
sebaliknya sehingga di beberapa desa yang berada di pinggir jalan berdiri dan
berkembang restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong dan counter
telepon sellular. Jumlah restoran/rumah makan di kecamatan ini adalah empat unit
yang menyerap 7 orang tenaga kerja. Warung makan terdapat sebanyak 139 unit
yang menyerap 164 orang tenaga kerja. Jika usaha swalayan mini (mini market) dan
toko kelontong diidentikkan dengan perdagangan eceran, maka di kecamatan ini
dijumpai sebanyak 50 unit, yang tersebar di tiga desa, yaitu Desa Selat (29 unit),
Desa Duda (20 unit), dan Desa Amerta Bhuana (1 unit).
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga KPJU unggulan,
yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan
(bemo roda empat), dan warnet. Ketiga KPJU ini perannya sangat strategis karena
dapat mempercepat perputaran roda perekonomian melalui percepatan perpindahan
barang, orang, jasa, dan informasi dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan
kemauan dan kemampuan masyarakat dan pelaku ekonomi.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan ada empat KPJU
unggulan, yaitu koperasi unit desa (KUD), lembaga perkreditan desa (LPD), koperasi
simpan pinjam (KSP), dan koperasi serba usaha (KSU). Berdasarkan data
Karangasem Dalam Angka Tahun 2009, di Kecamatan Selat terdapat 1 unit KUD
dengan jumlah anggota sebanyak 5.468, tersebar di 8 kecamatan. LPD menjadi
unggulan terdapat sebanyak 24 unit, tersebar di 8 desa, yang menyerap 90 orang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 212
tenaga kerja. KSU ada sebanyak 5 unit, yang tersebar di Desa Selat, Desa Duda,
dan Desa Amerta Bhuana. KPJU-KPJU ini hendaknya dipertahankan, bahkan dibina
karena perannya sebagai mediator transaksi keuangan antara pemasok dan peminta
uang.
Pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU unggulan, yaitu wisata agro
salak, jasa rafting (di Telaga Waja), pramuwisata, pangkas rambut dan salon
kecantikan, serta jasa perbengkelan (mobil dan motor). Kelima KPJU ini memberikan
pelayanan jasa-jasa kepada konsumen yang membutuhkan produk jasanya, baik
jasa yang bersifat rekreatif seperti agrowisata salak dan jasa rafting di Tukad Telaga
Waja, maupun jasa yang bersifat menambah kepercayaan diri dalam penampilan,
seperti jasa pangkas rambut dan salon kecantikan.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial pada sektor pertanian di Kecamatan Selat ada lima jenis,
yaitu budi daya albisia, budi daya kakao, budi daya ayam (kampung dan ras), budi
daya durian, dan budi daya pisang. Kelima KPJU ini memiliki potensi dikembangkan,
baik melalui usaha ekstensifikasi sebagai tanaman sela atau tanaman monokultur,
maupun melalui usaha intensifikasi, yaitu peningkatan produksi per satuan luas
dengan meningkatkan penggunaan sarana produksi dan teknologi. Namun, kendala
pengembangannya harus di atasi, yaitu kendala teknis keterampilan, manajemen,
dan permodalan.
KPJU potensial pada sektor jasa-jasa lain adalah pendidikan anak usia dini
(PAUD) karena di Kecamatan Selat tampak banyak anak-anak usia dini yang
memerlukan pendidikan dini, sebagai persiapan ke pendidikan taman kanak-kanak.
H. KPJU di Kecamatan Rendang
1. Profil Kecamatan
Luas wilayah Kecamatan Rendang, yaitu 109,70 km2 atau 13,07% dari luas
total Kabupaten Kkarangasem, yaitu 839,54 km2. Penduduk Kecamatan Rendang
tahun 2009 sebanyak 30.748 jiwa, yang terdiri atas 15.509 jiwa (50,44%) laki-laki
dan 15.239 jiwa (49,56%) perempuan. Dari total 21.357 jiwa penduduk yang bekerja,
sebanyak 15. 844 jiwa bekerja di pertanian, 2.215 jiwa bekerja di peternakan, 721
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 213
jiwa bekerja di perkebunan, dan 2.577 jiwa bekerja di perindustrian/perdagangan
(Website Kabupaten Karangasem, 2011).
2. KPJU Unggulan
IdentifIkasi lima komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan dari banyak
KPJU per sektor di Kecamatan Rendang menggunakan Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) dengan empat kriteria menghasilkan KPJU seperti disajikan
pada Tabel 6.1.6h.
Pada sektor pertanian di Kecamatan Rendang, terdapat lima KPJU unggulan,
yaitu padi sawah, sapi, cabai, durian, dan ayam. Areal padi sawah terdapat di empat
desa dari enam desa di Kecamatan Rendang, yaitu Desa Pesaban, Desa Nongan,
Desa Rendang, dan Desa Menanga. Luas tanam, luas panen, dan produksi padi
sawah tahun 2009, masing-masing 1.487 ha, 1.467 ha, dan 9.580,71 ton GKP. Budi
daya padi sawah ditunjang oleh keberadaan 19 subak dengan jumlah anggota subak
sebanyak 2.204 orang. Populasi sapi tahun 2009 sebanyak 22.406 ekor. Kecamatan
Rendang juga terkenal sebagai sentra budi daya cabai dengan luas panen dan
produksi tahun 2009 masing-masing 471 ha dan 12.285 ton cabai basah. Produk
cabai dipasarkan ke luar kecamatan, seperti pasar-pasar kabupaten di Bali.
Kecamatan Rendang juga terkenal dengan buah duriannya, dengan luas panen dan
produksi tahun 2009 masing-masing 5.448 pohon dan 1.068 ton. Pemasaran durian
sampai ke luar kecamatan. Ayam juga menjadi unggulan kecamatan ini, dengan
populasi tahun 2009, yaitu ayam kampung sebanyak 80.624 ekor yang tersebar di
enam desa, dan ayam ras sebanyak 206.000 ekor yang tersebar di lima desa. KPJU-
KPJU ini sebaiknya dibina secara terus-menerus secara intensif sehingga tetap
mejadi KPJU unggulan.
Pada sektor pertambangan dan penggalian hanya ada satu KPJU unggulan,
yaitu galian C (pasir), dengan jumlah usaha tahun 2009 sebanyak 38 unit yang
menyerap 173 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Menanga sebanyak 38 unit yang
menyerap 162 orang tenaga kerja dan di Desa Besakih tiga unit yang menyerap 11
orang tenaga kerja. Pemasaran galian C ini ke luar kecamatan, terutama ke kota-
kota Kabupaten di Bali, seperti Denpasar yang sedang pesat melakukan
pembangunan fisik, baik oleh masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 214
Tabel 6.1.7h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Rendang
No Sektor KPJU Unggulan KPJU
Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Durian (4) Cabai (5) Ayam
(1) Manggis (2) Mangga (3) Rambutan (4) Alpokat (5) Albezia
2 Pertambangan dan Penggalian
Galian C (Pasir) -
3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU) (2) Industri kerajinan patung asmat (3) Industri kerajinan batu tabas (4) Industri batako (5) Penjahitan pakaian
(1) Industri terali besi
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran/rumah makan (2) Mini market dan toko kelontong (3) Konter HP (4) Artshop (di Besakih) (5) Perdagangan produk-produk
pertanian
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan/perdesaan (3) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) BPR (2) LPD (3) KSP (4) KUD (5) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa rafting (2) Pramuwisata (3) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (4) Wisata spiritual (Pura Besakih) (5) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor)
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 215
KPJU unggulan pada sektor industri pengolahan, yaitu industri penyosohan
beras atau penggilingan padi (RMU), industri kerajinan patung asmat, industri batu
tabas, industri batako, dan industri terali besi. Mengingat padi sawah menjadi
unggulan pada sektor pertanian, maka otomatis muncul industri hilirnya yaitu industri
penggilingan padi menjadi beras, ada sebanyak lima unit, yang terdiri atas RMU
KUD sebanyak tiga unit berada di Desa Nongan, dan RMU non-KUD sebanyak satu
unit yang juga berada di Desa Nongan. Jadi, di mana desa menjadi sentra
pengembangan komoditas padi sawah, maka di sana berkembang industri
penyosohan beras atau penggilingan padi (RMU). Industri kerajinan patung asmat
berlokasi di Desa Pempatan, yang tersedia banyak bahan baku kayu albisia.
Pemasaran produk unggulan ini adalah ke pasar-pasar seni di Bali, di samping juga
perajin di desa ini memenuhi pesanan luar negeri. Industri batu tabas juga ada di
kecamatan ini karena beberapa desa di kecamatan ini memendam batu hitam hasil
letusan Gunung Agung tahun 1963. Sekarang baru digali dijadikan batu tabas
sebagai bahan baku pembuatan tempat peribadatan agama Hindu, seperti untuk
sanggah dan candi bentar atau untuk bangunan lain.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yaitu restoran/rumah makan, mini market dan toko kelontong, konter HP, artshop,
dan perdagangan produk-produk pertanian. Di kecamatan ini relatif banyak
berkembang restoran/rumah makan karena merupakan jalur wisata menuju Pura
Besakih. Sampai tahun 2009 tercatat sebanyak 59 unit restoran/rumah makan yang
menyerap 163 orang tenaga kerja, tersebar di Desa Pesaban (4 unit dan 12 tenaga
kerja), di Desa Nongan (4 unit dan 11 tenaga kerja), di Desa Rendang (8 unit dan 20
tenaga kerja), di Desa Menanga (10 unit dan 29 tenaga kerja), di Desa Besakih (25
unit dan 70 tenaga kerja), dan di Desa Pempatan sebanyak 8 unit yang menyerap 21
tenaga kerja. Warung (makan) ada sebanyak 227 unit yang menyerap 227 tenaga
kerja, tersebar di 8 desa. JIka swalayan mini (mini market) dan toko kelontong
diidentikkan dengan perdagangan eceran seperti klasifikasi BPS Kabupaten
Karangasem, maka terdapat sebanyak 2.546 unit, yang tersebar di 8 desa, dengan
jumlah antardesa bervariasi antara 1 unit sampai dengan 14 unit. Artshop yang
merupakan kelengkapan pariwisata sebagai tempat penjualan suvernir bagi
wisatawan, di kecamatan ini hanya terdapat di Besakih (DTW spiritual) sebanyak 37
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 216
unit yang menyerap tenaga kerja sebanyak 86 orang. Jadi, KPJU-KPJU pada sektor
ini berperan membangkitkan aktivitas ekonomi di kecamatan ini melalui perdagangan
barang dari produsen ke konsumen, baik konsumen wisatawan maupun bukan
wisatawan.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga KPJU unggulan,
yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan
(bemo roda empat), dan warnet. Ketiga KPJU ini memiliki arti strategis karena
berperan mempercepat pemindahan barang, orang, jasa, dan informasi dari satu
tempat ke tempat lain sehingga dapat dikatakan mempercepat perputaran roda
perekonomian suatu wilayah. Oleh kerena itu, KPJU-KPJU ini hendaknya
dipertahankan, bahkan dibina agar mampu melakukan proses produksi jasa secara
efisien sehingga tetap menjadi KPJU unggulan.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU
unggulan, yaitu bank perkreditan rakyat (BPR), lembaga perkreditan desa (LPD),
koperasi simpan pinjam (KSP), koperasi unit desa (KUD), dan koperasi serba usaha
(KSU). Di Kecamatan Rendang terdapat hanya satu unit BPR yang menyerap 4
orang tenaga kerja, LPD sebanyak 17 unit yang menyerap 73 orang tenaga kerja,
yang tersebar di 8 desa, KSP non-KUD sebanyak 9 unit yang menyerap 425 tenaga
kerja. KPJU-KPJU ini berperan penting sebagai mediator transaksi keuangan antara
pemasok uang dan peminta uang. Oleh karena itu, KPJU-KPJU ini hendaknya terus
dibina agar tetap menjadi KPJU unggulan.
Pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU unggulan, yaitu jasa rafting,
pramuwisata, pangkas rambut dan salon kecantikan, wisata spiritual (Pura Besakih),
dan jasa perbengkelan (mobil dan motor). KPJU-KPJU ini berperan dalam
penyediaan jasa-jasa yang bersifat rekreatif dan penampilan diri, yang semakin
dibutuhkan oleh masyarakat di tengah hidup yang semakin sibuk dan penuh
seremonial.
3. KPJU Potensial
Wilayah Kecamatan Rendang yang beriklim sejuk ditambah kondisi tanah
yang subur hasil erupsi abu Gunung Agung tahun 1963, cocok untuk tumbuh dan
berkembang berbagai macam tanaman dan ternak, termasuk belakangan ini yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 217
sedang dikembangkan oleh masyarakat adalah berbagai jenis buah-buahan. Dari
banyak jenis buah-buahan yang sedang dikembangkan, ada lima jenis komoditas
buah-buahan yang menjadi KPJU potensial, yaitu budi daya manggis, mangga,
rambutan, avokad, dan usaha budi daya kayu albisia. Berdasarkan data Karangasem
Dalam Angka Tahun 2009, luas panen dan produksi manggis masing-masing 479
pohon dan 12 ton. Luas panen dan produksi mangga masing-masing 750 pohon dan
7 ton. Luas panen dan produksi rambutan masing-masing 1.995 pohon dan 57 ton.
Luas panen dan produksi avokad, masing-masing 1.550 pohon dan 150 ton.
Sebaliknya, kayu albisia sedang pada tahap pengembangan, sebagai bahan baku
patung pop asmat. KPJU-KPJU potensial ini masih dapat dikembangkan secara
ekstensifikasi, baik sebagai tanaman sela di antara tanaman tahunan atau tanaman
buah lainnya maupun sebagai tanaman monokultur karena masih tersedia lahan-
lahan kosong di kebun-kebun milik petani.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 218
6.1.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Jembrana A. KPJU di Kecamatan Melaya
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Melaya terletak ke arah barat ibu kota
Kabupaten Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Selat Bali dan Samudra
Indonesia, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Negara, di sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkannya dengan kecamatan dan
kabupaten adalah jalan provinsi. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 20 km ke arah
timur.
Kecamatan Melaya berada pada ketinggian 28 meter di atas permukaan laut.
Curah hujannya sangat bervariasi. Pada tahun 2009, curah hujan berlangsung
sepanjang tahun dan banyak terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah
hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan.
Kecamatan Melaya merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di
Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 197,19 km² atau 23,42 persen
dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar, yakni 64,51 persen dari
wilayahnya berupa hutan negara, kemudian disusul berturut-turut untuk perkebunan
dan tegalan sekitar 14,80 persen dan 6,60 persen, serta sawah dengan pengairan
setengah teknis mencapai 6,18 persen.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Melaya
mencapai 53.226 orang atau 19,72 persen dari seluruh penduduk Kabupaten
Jembrana dengan sex-ratio 101. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 197,19 km2, ini
berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Melaya adalah 270
orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa pada sektor pertanian di Kecamatan
Melaya terdapat lima KPJU unggulan, yakni cengkeh, sapi, penangkapan ikan di
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 219
laut, kopi, dan kelapa. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan
kegiatan usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi sekitar 726 ha.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini sama
sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial,
seperti tersaji pada Tabel 6.1.8a.
Pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan
di kecamatan ini, yakni kopra,i pengolahan hasil perikanan, pengolahan kopi bubuk,
industri batu bata, dan produk makanan aneka keripik. Kemudian pada sektor listrik,
gas, dan air bersih, tidak terdapat KPJU unggulan. Selanjutnya, pada sektor
bangunan/konstruksi, tidak terdapat satu pun KPJU unggulan di kecamatan ini. Pada
sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan, yakni
restoran dan rumah makan, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk
pertanian, kios barang kerajinan, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan dan
kKomunikasi terdapat dua KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat
barang (truk) dan angkutan penumpang perdesaan.
Pada sektor keuangan terdapat tiga KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni LPD, KUD, dan KSP. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain
terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni jasa binatu/laundry, pangkas
rambut dan salon kecantikan, objek wisata Taman Nasional Bali Barat, pramuwisata,
dan jasa perbengkelan (mobil dan motor).
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Melaya
memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni padi sawah, kerbau,
babi, kakao, dan vanili. Masyarakat di daerah ini memang pernah melakukan usaha
budi daya di bidang kakao dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, sejak
beberapa tahun terakhir usaha budi daya ini dikurangi sebagai akibat terserang
penyakit. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk
kecamatan ini, ternyata sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan
dan galian C secara komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8a.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 220
Tabel 6.1.8a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Melaya
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Cengkeh (2) Sapi (3) Penangkapan ikan di laut (4) Kopi (5) Kelapa
(1) Padi sawah (2) Kerbau (3) Babi (4) Kakao (5) Vanili
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Kopra (2) Industri pengolahan hasil
perikanan (3) Pengolahan kopi bubuk (4) Industri batu bata
(5) Produk makanan aneka keripik
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran dan rumah makan (2) Mini market dan toko
kelontong (3) Perdagangan produk
pertanian (4) Kios barang kerajinan (5) Konter HP
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perdesaan
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) KSP
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (3) Objek wisata Taman
Nasional Bali Barat (4) Pramuwisata (5) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor)
(1) Wisata agro
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 221
Pada sektor Industri pengolahan demikian juga sektor bangunan/konstruksi
tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan di Kecamatan Melaya.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, demikian juga sektor pengangkutan
dan komunikasi, serta sektor listrik, gas, dan air bersih juga sama sekali tidak
terdapat KPJU potensial. Selanjutnya, pada sektor keuangan juga tidak terdapat
KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini. Sebaliknya, sektor
jasa-jasa lain terdapat satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni wisata
agro.
B. KPJU di Kecamatan Negara
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Negara terletak di ibu kota Kabupaten
Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Melaya, sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Jembrana, di sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan dan kabupaten lain adalah
jalan provinsi dan jalan kabupaten.
Kecamatan Negara berada pada ketinggian 28 meter di atas permukaan laut
(dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Tahun 2009 curah hujan berlangsung
sepanjang tahun dan terbanyak terjadi pada bulan September dengan rata-rata
curah hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan.
Kecamatan Negara merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di
Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 126,6 Km² atau 15,04 persen
dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar yakni 24,07 persen dari
wilayahnya dimanfaatkan untuk lahan perkebunan, kemudian disusul berturut-turut
untuk hutan negara yakni 22,32 persen, tegal/kebun mencapai 15,40 persen,
permukiman dan pekarangan mencapai 14,92 persen, serta sawah sekitar 14,35
persen.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Negara
mencapai 75.549 orang atau 28,00 persen dari seluruh penduduk Kabupaten
Jembrana dengan sex-ratio 100. Ini berarti, bahwa dari setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 100 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 126,50 km2, ini
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 222
berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Negara mencapai 597
orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Negara
memiliki lima PJU unggulan, yaitu padi sawah, penangkapan hasil perikanan di laut,
kerbau, sapi, dan kedelai. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan
melakukan kegiatan usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi
mencapai 726 ha. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk
kecamatan ini, sama sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian
C secara komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8b.
Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni industri penyosahan beras (RMU), pengolahan kopi bubuk,
industri ATBM (tenun cagcag), kopra dan minyak goreng, serta industri pembuatan
tempe dan tahu. Selanjutnya, pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu KPJU
unggulan di kecamatan ini, yakni kontraktor konstruksi bangunan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yakni hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk hasil-hasil
pertanian, restoran dan rumah makan, serta konter HP. Pada sektor pengangkutan
dan komunikasi terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat
barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, jasa pengiriman
paket, bus trayek, dan warnet.
Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU
yang menjadi unggulan di kecamatan tersebut, yaitu LPD, KUD, BPR, KSP, dan
KSU. Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU yang menjadi
unggulan, yakni pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa kebugaran, jasa
binatu/laundry, jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan penjahitan pakaian.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 223
Tabel 6.1.8b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Negara
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah
(2) Penangkapan ikan di laut
(3) Kerbau
(4) Sapi
(5) Kedelai
(1) Jagung (2) Cengkeh (3) Ayam buras (4) Pisang (5) Budi daya udang
2 Pertambangan dan Penggalian
3 Industri Pengolahan (1) Industri penyosahan beras (RMU)
(2) Pengolahan kopi bubuk
(3) Industri ATBM (tenun cagcag)
(4) Kopra dan minyak goreng
(5) Industri pembuatan tempe dan tahu
(1) Industri pengolahan hasil perikanan
(2) Industri batu bata
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati
(2) Mini market dan toko kelontong
(3) Perdagangan produk hasil-hasil pertanian
(4) Restoran dan rumah makan
(5) Konter HP
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan
(3) Jasa pengiriman paket
(4) Bus trayek
(5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD
(2) KUD
(3) BPR
(4) KSP
(5) KSU
(1) Money changer
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa kebugaran
(3) Jasa binatu/laundry
(4) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)
(5) Penjahitan pakaian
(1) Ojek
(2) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 224
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Negara memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni jagung,
cengkeh, ayam buras, pisang, dan budi daya udang. Masyarakat di kecamatan ini
khususnya yang berdomisili di daerah pegunungan memang pernah juga melakukan
usaha budi daya cengkeh dengan kualitas terbaik, demikian juga pisang. Namun,
sejak beberapa tahun terakhir usaha budi daya ini dikurangi sebagai akibat terserang
penyakit. Khusus masyarakat pada pesisir pantai ada juga yang melakukan usaha
budi daya udang sebagai mata pencahariannya. Sementara itu, pada sektor
pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak terdapat galian C secara
komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8b.
Sektor industri pengolahan hanya memiliki dua KPJU yang menjadi potensi
untuk dikembangkan di Kecamatan Negara, yakni pengolahan kopi bubuk dan
industri batu bata. Selanjutnya, pada sektor bangunan/konstruksi sama sekali tidak
terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan, demikian juga pada sektor
listrik, gas, dan air bersih. Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sama sekali
tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor
perdagangan, hotel, dan restoran terdapat dua KPJU potensial yang dapat
dikembangkan, yakni vila dan home stay. Kemudian, pada sektor keuangan terdapat
satu KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini, yakni money
changer. Khusus pada sektor jasa-jasa lain, terdapat dua KPJU yang menjadi
potensial untuk dikembangkan, yakni Oojek dan PAUD.
C. KPJU di Kecamatan Jembrana
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Jembrana terletak sedikit ke arah selatan ibu
kota Kabupaten Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Negara,
di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Mendoyo, di sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan dan
kabupaten adalah jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 225
sekitar 2 km ke arah timur. Kecamatan Jembrana berada pada ketinggian 28 meter
di atas permukaan laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Pada tahun 2009,
curah hujan berlangsung sepanjang tahun dan banyak terjadi pada bulan September
dengan rata-rata curah hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan.
Kecamatan Jembrana merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di
Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 93,97 km2 atau 11,16 persen
dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar, yakni 29,02 persen dari
wilayahnya berupa hutan negara, kemudian disusul berturut-turut untuk perkebunan,
yakni 26,33 persen, tegalan/kebun, yakni 17, 28 persen, serta untuk permukiman
dan pekarangan mencapai 16,71 persen.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Jembrana mencapai 51.508 orang atau 19,09 persen dari seluruh penduduk
Kabupaten Jembrana, dengan sex-ratio 98. Ini berarti bahwa dari setiap 100
penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 93,97
km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Jembrana mencapai
548 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan
Jembrana memiliki lima KPJU unggulan, yakni kelapa, padi sawah, mutiara, kedelai,
dan kerbau. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan melakukan kegiatan
usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi (726 ha). Sementara itu,
pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini, sama sekali tidak
terdapat sumber galian C secara komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8c.
Pada sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan
di kecamatan ini, yakni kopra dan minyak goreng, penyosohan beras (RMU),
pengolahan hasil perikanan, industri ATBM (tenun cagcag), dan Industri pembuatan
tempe dan tahu. Selanjutnya, pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu KPJU
unggulan di kecamatan ini, yakni kontraktor konstruksi bangunan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yakni hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk hasil
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 226
pertanian, restoran dan rumah makan, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan
dan komunikasi terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan darat
barang (truk), bus trayek, angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan, jasa
pengiriman paket, dan warnet.
Pada sektor keuangan, terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan ini, yakni LPD, KUD, BPR, KSP, dan KSU. Kemudian, pada sektor jasa-
jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yakni pangkas rambut dan
salon kecantikan, jasa kebugaran, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan (mobil dan
motor), dan penjahitan pakaian.
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Jembrana memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kambing,
sapi, cengkeh, vanili, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang
berdomisili di daerah pegunungan, memang banyak yang melakukan usaha budi
daya di bidang cengkeh dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian
mereka mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Usaha budi
daya kambing, sapi, dan itik sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena
kecocokan lahan dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif.
Usaha itu hanya dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini sama
sekali tidak terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial,
seperti tersaji pada Tabel 6.1.8c.
Pada sektor industri pengolahan hanya terdapat satu KPJU yang menjadi
potensi untuk dikembangkan di Kecamatan Jembrana, yakni industri pembuatan
tempe dan tahu. Pada sektor listrik, gas, dan air bersih demikian juga sektor
bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan komunikasi, sama sekali tidak terdapat
KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan,
hotel, dan restoran tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 227
Tabel 6.1.8c Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Jembrana
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Kelapa
(2) Padi sawah
(3) Budi daya mutiara
(4) Kedelai
(5) Kerbau
(1) Kambing
(2) Sapi
(3) Cengkeh
(4) Vanili
(5) Itik
2 Pertambangan dan Penggalian
-
3 Industri Pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri pengalengan ikan (4) Pengolahan hasil perikanan (5) Industri ATBM (tenun cagcag)
(1) Industri pembuatan tempe dan tahu
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/ Konstruksi
(1) Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Perdagangan produk hasil
pertanian (4) Restoran dan rumah makan (5) Konter HP
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Bus trayek (3) Angkutan penumpang perkotaan
dan pedesaan (4) Jasa pengiriman paket (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU
9. Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa kebugaran (3) Jasa binatu/laundry (4) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor) (5) Penjahitan pakaian
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 228
D. KPJU di Kecamatan Mendoyo
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Mendoyo terletak ke arah timur ibu kota
Kabupaten Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Jembrana, di
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pekutatan, di sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Samudra Indonesia. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan dan
kabupaten lain adalah jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota
kabupaten sekitar 20 km ke arah timur.
Kecamatan Mendoyo berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan
laut. Curah hujannya sangat bervariasi. Pada tahun 2009, curah hujan berlangsung
sepanjang tahun dan banyak terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah
hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan
Kecamatan Mendoyo merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di
Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 294,49 km2 atau 34,98 persen
dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar, yakni 63,14 persen dari
wilayahnya berupa hutan negara, kemudian lahan perkebunan sebesar 21,39
persen, serta sawah dengan pengairan setengah teknis sebesar 7,99 persen.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Mendoyo mencapai 61.971 orang atau 22,96 persen dari seluruh penduduk
Kabupaten Jembrana dengan sex-ratio 97. Ini berarti bahwa dari setiap 100
penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 294,49
km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Mendoyo mencapai
210 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan Mendoyo
memiliki lima KPJU unggulan, yaitu padi sawah, kelapa, cengkeh, pisang, dan
kedelai. Masyarakat di kecamatan ini memang kebanyakan melakukan kegiatan
usaha di bidang tersebut, misalnya kegiatan penanaman padi seluas 726 ha.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 229
terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial, seperti
tersaji pada Tabel 6.1.8d.
Tabel 6.1.8d
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM dI Kecamatan Mendoyo
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kelapa (3) Cengkeh (4) Pisang (5) Kedelai
(1) Kakao (2) Vanili (3) Ayam (4) Itik (5) Kambing
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penyosohan beras (RMU)
(2) Kopra dan minyak goreng
(3) Industri pembuatan tempe
(4) Industri pembuatan tahu
(5) Pengolahan kopi bubuk
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Perdagangan produk hasil-hasil
pertanian (4) Restoran dan rumah makan (5) Konter HP
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perdesaan
(2) Angkutan darat barang (truk)
(3) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD
(2) KSP
(3) KUD
-
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry
(2) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(3) Objek wisata Madewi
(4) Penjahitan pakaian
(5) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 230
Sektor industri pengolahan memiliki lima KPJU yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu penyosohan beras (RMU), kopra dan minyak goreng,
industri pembuatan tempe, industri pembuatan tahu, dan pengolahan kopi bubuk.
Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi tidak terdapat KPJU unggulan di
kecamatan ini.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk hasil-hasil
pertanian, restoran dan rumah makan, serta konter HP. Pada sektor pengangkutan
dan komunikasi terdapat tiga produk yang menjadi unggulan, yaitu angkutan
penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), dan warnet.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat tiga KPJU
yang menjadi unggulan di kecamatan tersebut, yaitu LPD, KSP, dan KUD.
Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan,
yakni jasa binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, objek wisata
Madewi, penjahitan pakaian, serta jasa perbengkelan (mobil dan motor).
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Mendoyo memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni kakao,
vanili, ayam, itik, dan kambing. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang
berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi
daya di bidang kakao dan vanili dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian mereka
mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Usaha budi daya
ayam, itik, dan kambing sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena
kecocokan lahan dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif.
Usaha itu hanya dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak
terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial, seperti
tersaji pada Tabel 6.1.8d.
Pada sektor industri pengolahan, juga tidak terdapat satu pun KPJU yang
menjadi potensi untuk dikembangkan di Kecamatan Mendoyo. Pada sektor listrik,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 231
gas, dan air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan
dan komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat
dikembangkan. Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran,
demikian juga pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tidak
terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan di kecamatan ini. Pada sektor
jasa-jasa lain, juga tidak terdapat KPJU yang menjadi potensial untuk dikembangkan.
E. KPJU di Kecamatan Pekutatan
1. Profil Kecamatan
Secara geografis, Kecamatan Pekutatan terletak ke arah timur ibu kota
Kabupaten Jembrana. Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mendoyo, di
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tabanan, di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Buleleng, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra
Indonesia. Status jalan yang menghubungkan dengan kecamatan dan kabupaten
lainnya adalah jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jarak ke ibu kota kabupaten
sekitar 30 km ke arah barat.
Kecamatan Pekutatan berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan
laut (dpl). Curah hujannya sangat bervariasi. Pada tahun 2009, curah hujan
berlangsung sepanjang tahun dan terbanyak terjadi pada bulan September dengan
rata-rata curah hujan mencapai 228,14 mm dengan rata-rata 10 hari hujan
Kecamatan Pekutatan merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di
Kabupaten Jembrana. Luas kecamatan ini mencapai 129,65 km2 atau 15,40 persen
dari wilayah Kabupaten Jembrana. Proporsi terbesar, yakni 47,53 persen dari
wilayahnya berupa hutan negara, kemudian disusul berturut-turut untuk perkebunan,
dan tegal/kebun masing-masing sekitar 24,69 persen dan 18,200 persen.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Pekutatan mencapai 27.605 orang atau 10,23 persen dari seluruh penduduk
Kabupaten Jembrana dengan sex-ratio 100. Ini berarti bahwa dari setiap 100
penduduk perempuan terdapat 100 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 129, 6
km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pekutatan adalah 213
orang/km2.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 232
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa sektor pertanian di Kecamatan
Pekutatan memiliki lima KPJU unggulan, yaitu adPi sawah, kelapa, cengkeh, sapi,
dan kedelai. Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan
usaha di bidang tersebut, seperti kegiatan penanaman padi seluas 726 ha.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak
terdapat sumber galian C secara komersial, seperti tersaji pada Tabel 6.1.8e.
Pada sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU yang menjadi unggulan
di kecamatan ini, yakni kopra dan minyak goreng, penyosohan beras (RMU),
industri pengolahan hasil perikanan, industri pengolahan kopi bubuk, dan
pemindangan ikan laut. Pada sektor bangunan/konstruksi, tidak terdapat satu KPJU
unggulan di kecamatan tersebut.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU unggulan,
yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, perdagangan produk hasil-hasil
pertanian, restoran dan rumah makan, dan konter HP. Pada sektor pengangkutan
dan komunikasi terdapat tiga KPJU yang menjadi unggulan, yakni angkutan
penumpang perdesaan, angkutan darat barang (truk), angkutan pengiriman paket,
dan warnet.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat lima KPJU
yang menjadi unggulan di kecamatan ini, yakni LPD, BPR, KSU, KSP, dan KUD.
Kemudian, pada sektor jasa-jasa lain terdapat lima produk yang menjadi unggulan,
yakni wisata pantai, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa perbengkelan (mobil
dan motor), penjahitan pakaian, dan ojek.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 233
Tabel 6.1.8e Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Pekutatan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah
(2) Kelapa
(3) Cengkeh
(4) Sapi
(5) Kedelai
(1) Pisang (2) Kakao (3) Kopi (4) Ayam (5) Itik
2 Pertambangan dan Penggalian
3 Industri Pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri pengolahan hasil
perikanan (4) Industri pengolahan kopi
bubuk (5) Pemindangan ikan laut
-
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/ Konstruksi
- -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko
kelontong (3) Perdagangan produk hasil-
hasil pertanian (4) Restoran dan rumah
makan (5) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang pedesaan
(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Angkutan pengiriman paket (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) BPR (3) KSU (4) KSP (5) KUD
-
9 Jasa-jasa lain (1) Wisata pantai (2) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (3) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor) (4) Penjahitan pakaian (5) Ojek
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 234
3. KPJU Potensial
Berdasarkan hasil observasi, FGD, yang kemudian diverifikasi kepada
responden yang kompeten diketahui bahwa potensi sektor pertanian di Kecamatan
Pekutatan memiliki lima KPJU potensial yang dapat dikembangkan, yakni pisang,
kakao, kopi, ayam, dan itik. Masyarakat di kecamatan ini khususnya yang
berdomisili di daerah pegunungan memang banyak yang melakukan usaha budi
daya di bidang kakao dan kopi dengan kualitas terbaik. Namun, kemudian mereka
mengurangi usaha ini sebagai akibat pernah terserang penyakit. Usaha budi daya
pisang, ayam, dan itik sesungguhnya sangat potensial dikembangkan karena
kecocokan lahan dan iklim. Namun, sayangnya belum diusahakan secara intensif.
Usaha itu hanya dilakukan secara insidental sesuai dengan kebutuhan pasar.
Sementara itu, pada sektor pertambangan dan penggalian untuk kecamatan ini tidak
terdapat sumber-sumber pertambangan dan galian C secara komersial, seperti
tersaji pada Tabel 6.1.8e.
Pada sektor industri pengolahan, tidak terdapat satu pun KPJU yang menjadi
potensi untuk dikembangkan di Kecamatan Pekutatan. Pada sektor listrik, gas, dan
air bersih, demikian juga sektor bangunan/konstruksi serta pengangkutan dan
komunikasi, sama sekali tidak terdapat KPJU potensial yang dapat dikembangkan.
Selanjutnya, pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran tidak terdapat satu pun
KPJU potensial yang dapat dikembangkan. Kemudian, pada sektor keuangan dan
sektor jasa-jasa lain, juga sama sekali belum terdapat KPJU potensial yang dapat
dikembangkan di Kecamatan Pekutatan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 235
6.1.9. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM per Kecamatan di Kabupaten Buleleng A. KPJU di Kecamatan Grokgak 1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Gerokgak terletak di bagian barat Kabupaten
Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Seririt, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Jembrana, di sebelah barat berbatasan dengan Selat Bali. Jarak ibu kota kecamatan
ke ibu kota kabupaten sekitar 35 km2 ke arah timur yang dihubungkan oleh jalan
provinsi.
Kecamatan Gerokgak memiliki pantai yang terpanjang, yaitu 76,89 km. Selain
itu, Kecamatan Gerokgak memiliki gunung yang terendah di Kabupaten Buleleng,
yakni Gunung Jae yang tingginya 222 meter, sedangkan gunung yang tertinggi di
Kecamatan Gerokgak, yaitu Gunung Merbuk tingginya 1.366 meter.
Kecamatan Gerokgak memiliki luas wilayah sebesar 356,57 km2. Menurut
data statistik 2009 di Kecamatan Gerokgak terdapat penggunaan luas lahan yang di
antaranya adalah tanah sawah dan tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan
pengairan setengah teknis 573 hektare, pengairan non-PU seluas 30 hektare, dan
sementara diusahakan adalah 80 hektare. Tanah kering di antaranya pekarangan
574 hektare, tegal/kebun 6.549 hektare, tambak 270 hektare, sedangkan tak
diusahakan 80 hektare. Tanah yang ditanami pohon hutan rakyat 83 hektare. Jadi,
total penggunaan luas lahan di kecamatan Gerokgak adalah tanah sawah 683
hektare dan tanah kering 7.556 hektare. Di samping itu, terdapat pula hutan negara
25.840 hektare, tanaman perkebunan 1.374 hektare, lain-lain 254 hektare, sehingga
jumlahnya 27.468 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Gerokgak 79.746 penduduk yang terdiri atas 40.441 laki-laki dan 39.305 perempuan
dengan luas wilayah 356,57 km2. Ini berarti bahwa tingkat kepadatatan penduduk
Kecamatan Gerokgak adalah 224 orang/km2.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 236
2. KPJU Unggulan UMKM
Sektor pertanian di Kecamatan Gerokgak memiliki lima produk unggulan, yaitu
(1) sapi, (2) jagung, (3) babi, (4) mangga, dan (5) ikan laut (Tabel 6.1.9a). Untuk
sapi, jagung, babi, dan mangga terdapat di seluruh desa di Kecamatan Gerokgak,
sedangkan ikan laut, kecuali Desa Tinga-Tinga dan Tukad Sumaga.
Pada sektor industri pengolahan terdapat produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut yaitu pengolahan & pengawetan ikan yang terdapat di Desa
Penyabangan dan industri pengolahan kopra di Desa Sangalangit.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,
yaitu (1) hotel melati banyak terdapat di Desa Pemuteran, (2) restoran/rumah makan
terdapat di Sumber Kima, Pemuteran, Pejarakan, (3) homestay terdapat di Desa
Sumber Kima, (4) vila terdapat di Pemuteran, Sumber Kim, dan (5) konter HP merata
seluruh desa.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat produk yang menjadi
unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk), (2) angkutan penumpang
perkotaan dan pedesaan terdapat di desa Sumber Kima, (3) ojek, dan (4)Warnet.
Pada sektor keuangan terdapat dua produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD, (2) KSP terdapat di Sumber Kima, Gerokgak.
Pada sektor jasa lainnya terdapat usaha yang menjadi unggulan, yaitu
pangkas rambut dan salon kecantikan, penjahitan sesuai pesanan, jasa
perbengkelan, dan pramuwisata serta fotokopi.
3. KPJU Potensial
Salah satu produk potensial di daerah ini adalah anggur, jambu mete, kelapa
yang cukup didukung oleh agroklimat. Selain itu, juga ada tambak ikan/udang, dan
budi daya kerapu (Tabel 6.1.9a).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 237
Tabel 6.1.9a Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Gerokgak
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Sapi (2) Jagung (3) Babi (4) Mangga (5) Ikan laut
(1) Anggur (2) Jambu mete (3) Kelapa (4) Tambak ikan/udang
(5) Budi daya kerapu
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Pengolahan & pengawetan ikan
(2) Pengolahan kopra
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Restoran/rumah makan (3) Homestay (4) Vila (5) Konter HP
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan.
(3) Ojek (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP
-
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Penjahitan pakaian (3) Jasa perbengkelan mobil
dan motor (4) Pramuwisata (5) Fotokopi
1) Warnet
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 238
B. KPJU di Kecamatan Seririt
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Seririt terletak di bagian tengah Kabupaten
Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Banjar, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Busungbiu, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gerokgak. Jarak
ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten sekitar 21 km2 ke arah timur yang
dihubungkan oleh jalan provinsi.
Kecamatan Seririt tersebut memiliki pantai yang panjangnya 11,61 km.
Selain itu, Kecamatan Seririt tidak memiliki gunung yang bukan gunung berapi, tetapi
memiliki sungai besar dan kecil.
Kecamatan Seririt memiliki luas wilayah 111,78 km2. Menurut data statistik
2009 di dalamnya terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah
dan tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis
1.518 hektare, pengairan non-PU 109 hektare, dan sementara diusahakan adalah 7
hektare. Pemanfaatan tanah kering, yaitu pekarangan 531 hektare, tegal/kebun
5.464 hektare, tambak 22 hektare, kolam/tebat 2 hektare, sementara tak diusahakan
7 hektare, ditanami pohon hutan rakyat 15 hektare. Jadi, total penggunaan luas
lahan di Kecamatan Seririt adalah tanah sawah 1.634 hektare dan tanah kering
6.041 hektare. Terdapat pula hutan negara 2.062 hektare, tanaman perkebunan
1.330 hektare, lain-lain 118 hektare. Jumlah seluruhnya adalah 3.510 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Seririt
76.808 penduduk yang terdiri atas 37.991 laki-laki dan 38.817 perempuan. Dengan
luas wilayah 111,78 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatatan penduduk
Kecamatan Seririt adalah 687 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Produk unggulan di sektor pertanian di Kecamatan Seririt ada lima, yaitu (1)
padi sawah yang terdapat di Lokapaksa, Mayong, Ume Anyar, Banjar Asem,
Joanyar, Kalianget, Ringdikit, Rangdu, Pengastulan; (2) sapi yang terdapat di
Unggahan, Gunung Sari, Munduk Bestala, Bestala, Mayong, Rangdu, Ularan,
Ringdikit, Joanyar, Kalianget, Tangguwisia, Sulanyah, Bubunan, Seririt, Pengastulan,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 239
Patemon, Lokapaksa, Ume Anyar, Banjar Asem, Kalisada, Pangkung Paruk; (3)
anggur yang terletak di Kalianget, Lokapaksa, Kalisada, Banjar Asem, Ume Anyar;
(4) babi yang terletak di Unggahan, Gunung Sari, Munduk Bestala, Bestala, Mayong,
Rangdu, Ularan, Ringdikit, Joanyar, Kalianget, Tangguwisia, Sulanyah, Bubunan,
Seririt, Pengastulan, Patemon, Lokapaksa, Ume Anyar, Banjar Asem, Kalisada,
Pangkung Paruk; (5) durian yang terletak di Bestala dan Unggahan. Anggur buleleng
cukup terkenal dan daerah Seririt merupakan kawasan terbesar masyarakat
menanam anggur. Demikian juga buah durian yang dihasilkan dari Desa Bestala
yang cukup terkenal karena durian yang dihasilkan memiliki rasa yang manis dan
daging buah yang empuk (Tabel 6.1.9b).
Sektor industri pengolahan memiliki hasil produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) yang terletak di Banjar Asem
dan Ume Anyar; (2) rumah potong unggas dan bukan unggas yang terdapat di
Lokapaksa dan Ringdikit ; (3) air minum isi ulang yang terdapat di daerah perkotaan.
Pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu produk unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu kontraktor konstruksi bangunan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat produk unggulan,
yaitu (1) hotel melati yang terdapat di Seririt; (2) restoran dan rumah makan yang
terdapat di Seririt; (3) konter HP yang ada di tiap-tiap desa sudah merata; (4)
perdagangan produk pertanian yang terdapat di Seririt; (5) mini market dan toko
kelontong.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat produk yang menjadi
unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk); (2) angkutan penumpang perkotaan
pedesaan yang terletak di Desa Gunung Sari; (3) ojek cukup banyak di kota Seririt;
(4) warnet.
Pada sektor keuangan terdapat empat produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD, (2) KSP, (3) KUD, (4) BPR yang terdapat di
Seririt.
Pada sektor jasa terdapat produk yang menjadi unggulan, di antaranya (1)
pangkas rambut dan salon kecantikan yang terletak di daerah perkotaan; (2) jasa
perbengkelan yang tersebar merata di Kecamatan Seririt; (3) penjahitan dan pakaian
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 240
sesuai dengan pesanan yang terdapat di daerah perkotaan; (4) fotokopi; (5)
pramuwisata
3. KPJU Potensial
Sektor pertanian memiliki produk potensial, yaitu kelapa, kakao, cengkeh,
tanaman hias (anggrek), dan ayam. Sebenarnya agroklimat yang sangat mendukung
untuk tanaman ini di beberapa desa. Akan tetapi, masyarakat belum memanfaatkan
lahan dengan optimal dan peternakan ayam yang belum maksimal (Tabel 6.1.9b).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 241
Tabel 6.1.9b Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Seririt
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 1 Pertanian (1) Padi sawah
(2) Sapi (3) Anggur (4) Babi (5) Durian
(1) Kelapa (2) Kakao (3) Cengkeh (4) Ayam (5) Tanaman hias
(anggrek)
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU)
(2) Rumah potong unggas (3) Air minum isi ulang
-
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Restoran/rumah makan (3) Konter HP (4) Perdagangan produk
pertanian (5) Mini market dan toko
kelontong
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan & pedesaan
(3) Ojek (4) Warnet
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KUD (4) BPR
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut & salon kecantikan
(2) Jasa perbengkelan mobil dan motor
(3) Penjahitan pakaian (4) Fotokopi (5) Pramuwisata
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 242
C. KPJU di Kecamatan Busungbiu
1. Profil Wilayah
Secara geografis Kecamatan Busungbiu terletak di bagian selatan dari
Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Seririt dan
Kecamatan Banjar, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Seririt dan
Kabupaten Jembrana, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Banjar dan
Kabupaten Tabanan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Tabanan dan Kabupaten Jembrana. Kecamatan Busungbiu tersebut berbeda
dengan kecamatan lainnya, karena di Kecamatan Busungbiu tidak memiliki pantai
dan tidak memiliki gunung. Jarak ke ibu kota kabupaten adalah 30 km ke arah utara.
Kecamatan Busungbiu memiliki luas wilayah sebesar 111,78 km2. Menurut
data statistik 2009 di Kecamatan Busungbiu terdapat penggunaan luas lahan yang di
antaranya adalah tanah sawah dengan pengairan setengah teknis 958 hektare, dan
tanah kering di antaranya pekarangan 320 hektare, tegal/kebun 5.706 hektare, hutan
negara 7.284 hektare, tanaman perkebunan 5.313 hektare, lain-lain 81 hektare
sehingga berjumlah 12.678 hektare . Jadi, total penggunaan luas lahan di
Kecamatan Busungbiu adalah tanah sawah 958 hektare dan tanah kering 6.026
hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Busungbiu 44.991 penduduk yang terdiri atas 22.392 laki-laki dan 22.599
perempuan. Dengan luas wilayah 196,62 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatatan
penduduk Kecamatan Busungbiu adalah 229 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) cengkeh yang
keberadaannya merata di tiap-tiap desa di Kecamatan Busungbiu, seperti Sepang
Kelod, Tista, Bongancina, dan yang lainnya; (2) kopi yang terdapat di Bongancina
dan Pucaksari; (3) padi sawah yang terdapat di semua desa di Kecamatan
Busungbiu, kecuali Desa Tista dan Bongancina; (4) kakao yang terdapat di Desa
Kekeran, Busungbiu, dan Tinggarsari; (5) pisang yang terdapat di Busungbiu.
Masyarakat di daerah ini memang kebanyakan melakukan kegiatan usaha di bidang
tersebut, misalnya kegiatan berkebun (5.706 ha)(Tabel 6.1.9c).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 243
Sektor industri pengolahan memiliki dua hasil produk yang menjadi unggulan
kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) yang terdapat di Desa
Kanginan dan Desa Kauhan; (2) air minum (Toya Ning) yang terletak di Desa
Umejero.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat produk unggulan, yaitu
(1) restoran/rumah makan yang terletak di Busungbiu dan Kekeran; (2) konter HP
yang keberadaannya merata di semua desa di Kecamatan Busungbiu; (3) mini
market dan toko kelontong.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat tiga produk angkutan
unggulan, yaitu (1) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan yang terletak di
Desa Busungbiu; (2) angkutan darat barang (truk); (3) ojek; (4) warnet.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat tiga jenis
usaha unggulan, yaitu (1) LPD, (2) KSP, (3) KUD.
Pada sektor jasa lainnya terdapat usaha unggulan, yaitu (1) pangkas rambut
dan salon kecantikan; (2) jasa binatu dan laundry; (4) fotokopi; (5) jasa perbengkelan
mobil dan motor.
3. KPJU Potensial
Sektor pertanian memiliki produk potensial, yaitu durian yang memiliki
agroklimat yang cukup mendukung karena buah yang dihasilkan memiliki rasa yang
cukup manis. Akan tetapi, tidak banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan
mereka untuk menanam buah tersebut. Di samping itu, budi daya udang galah, budi
daya ikan hias, budi daya karper yang memiliki potensi sangat bagus untuk
dikembangkan (Tabel 6.1.9c).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 244
Tabel 6.1.9c Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Busungbiu
No. Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Cengkeh (2) Kopi (3) Padi sawah (4) Kakao (5) Pisang
(1) Durian (2) Budi daya udang
galah (3) Budi daya ikan hias (4) Budi daya karper
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU)
(2) Air minum (Toya Ning)
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran / rumah makan
(2) Konter HP (3) Mini market dan toko
kelontong
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan
(2) Angkutan darat barang (truk)
(3) Ojek (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KUD
-
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa binatu dan laundry
(3) Fotokopi (4) Jasa perbengkelan
mobil dan motor (5) Penjahitan pakaian
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 245
D. KPJU di Kecamatan Banjar
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Banjar terletak dibagian timur Kabupaten
Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Buleleng dan Kecamatan Sukasada, di sebelah selatan dengan
Kecamatan Busungbiu dan Kabupaten Tabanan, dan barat berbatasan dengan
Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu. Kecamatan Banjar tersebut memiliki
pantai yang panjangnya 8,06 km dan memiliki danau, yaitu Danau Tamblingan 110
hektare. Selain itu, Kecamatan Banjar memiliki dua gunung yang bukan gunung
berapi yaitu Gunung Pucuk 1.603 m2 dan Gunung Lesung 1.860 m2. Jarak ke ibu
kota kabupaten 15 km ke arah timur.
Kecamatan Banjar memiliki luas wilayah 172,60 km2. Menurut data statistik
2009 terdapat penggunaan luas lahan yang diantaranya tanah sawah dan tanah
kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis 266 hektare,
pengairan sederhana PU 145 hektare, pengairan non-PU 109 hektare, tadah hujan
121 hektare. Pemanfaatan tanah kering, yaitu pekarangan 448 hektare, tegal/kebun
4.295 hektare. Jadi, total penggunaan luas lahan di Kecamatan Banjar adalah tanah
sawah 662 hektare dan tanah kering 4.743 hektare. Di samping itu, terdapat pula
hutan negara 1.981 hektare, tanaman perkebunan 8.232 hektare, lain-lain 164
hektare. Luas lahan itu adalah 10.377 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Banjar
67.769 penduduk yang terdiri atas 33.528 laki-laki dan 34.241 perempuan. Dengan
luas wilayah 172,60 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatatan penduduk Kecamatan
Banjar adalah 393 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor Pertanian di Kecamatan Banjar memiliki lima produk unggulan, yaitu
(1) padi sawah yang terdapat di Desa Banyuatis, Gesing, Munduk, Gobleg,
Kayuputih, Tirtasari, Pedawa, Cempaga, Banjar Tegeha, Banjar, Dencarik, Temukus,
Kaliasem; (2) kopi yang terdapat di Banyuatis, Gesing, Munduk, Gobleg, Kayuputih,
Banyuseri, Pedawa, Tigawasa, Cempaga, Sidetapa; (3) anggur yang terdapat di
Desa Tampekan, Banjar Tegeha, Banjar, Dencarik, Temukus, Kaliasem; (4) kakao;
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 246
(5) cengkeh yang terdapat di Desa Banyuatis, Gesing, Munduk, Gobleg, Kayuputih,
Tirtasari, Banyuseri, Pedawa, Tigawasa, Cempaga, Sidetepa, Banjar. Masyarakat di
daerah ini banyak mananam anggur karena memiliki agroklimat yang sangat
mendukung sama seperti Seririt (Tabel 6.1.9d).
Sektor industri pengolahan memiliki tiga hasil produk yang menjadi unggulan
di kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) yang berada di Dencarik;
(2) pengolahan kopi bubuk yang terdapat di Desa Banjar dan Banyuatis; (3)
pengolahan gula merah Pedawa yang berada di Desa Pedawa itu sendiri; (4)
Pengolahan anggur di Banjar.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,
yaitu (1) restoran/rumah makan; (2) konter HP; (3) homestay; (4) vila yang berada di
Munduk; (5) mini market dan toko kelontong yang sudah tersebar.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat empat produk yang
menjadi unggulan, yaitu (1) angkutan darat pedesaan untuk penumpang yang
terdapat di Desa Banjar; (2) angkutan darat barang (truk); (3) ojek; (4) rent car; dan
(5) warnet
Pada sektor keuangan terdapat tiga produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD yang keberadaannya merata di setiap desa; (2)
KSP yang terdapat di Banjar dan Sidetapa; (3) KUD yang terdapat di Dencarik.
Pada sektor jasa terdapat tiga produk yang menjadi unggulan, di antaranya
(1) pangkas rambut dan salon kecantikan; (2) jasa perbengkelan mobil dan motor;
(3) jasa binatu/laundry; (4) penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan; (5) fotokopi.
3. KPJU Potensial
Pada sektor pertanian terdapat produk potensial, yaitu ayam dan sapi karena
melihat tempat yang sangat mendukung, sehingga potensi produk ini dapat
dikembangkan. Di samping itu, juga ada budi daya kerapu, budi daya udang galah,
budi daya ikan hias(Tabel 6.1.9d).
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat produk potensial objek
wisata air panas karena keindahan pemandangan dan tempat yang sangat
mendukung seingga potensi produk ini dapat dikembangkan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 247
Tabel 6.1.9d Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Banjar
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Kopi (3) Anggur (4) Kakao (5) Cengkeh
(1) Ayam (2) Sapi (3) Budi daya kerapu (4) Budi daya udang galah (5) Budi daya ikan hias
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU) (2) Pengolahan kopi bubuk (3) Pengolahan gula merah (4) Pengolahan anggur
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran/rumah makan (2) Konter HP (3) Homestay (4) Vila (5) Mini market dan toko
kelontong
(1) Objek wisata air panas
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan
(2) Angkutan darat barang (truk)
(3) Ojek (4) Rent car (5) Warnet
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KUD
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa perbengkelan mobil dan motor
(3) Jasa binatu/laundry (4) Penjahitan pakaian (5) Fotokopi
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 248
E. KPJU di Kecamatan Sukasada
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Sukasada terletak di bagian timur Kabupaten
Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Buleleng, di sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Sawan dan Kabupaten Badung, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Tabanan, dan barat dengan Kecamatan Banjar.
Kecamatan Sukasada tidak memiliki pantai, tetapi memiliki gunung yang tertinggi di
Kabupaten Buleleng, yaitu Gunung Tapak 1.903 m, sedangkan gunung terendah di
Kecamatan Sukasada adalah Gunung Cenik 1.115 m. di samping itu, terdapat pula
Danau Buyan 360 hektare. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 4 km ke arah barat.
Kecamatan Sukasada memiliki luas wilayah sebesar 172,93 km2. Menurut
data statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah
dan tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis
1.943 hektare, pengairan non- PU sebesar 74 hektare, tadah hujan 192 hektare.
Sebaliknya, tanah kering, yaitu pekarangan 516 hektare, tegal/kebun 4.543 hektare,
kolam/tebat 4 hektare. Jadi, total penggunaan luas lahan di Kecamatan Sukasada
adalah tanah sawah 2.209 hektare dan tanah kering 5.063 hektare. Di samping itu,
terdapat pula hutan negara 2.966 hektare, tanaman perkebunan 5.846 hektare, lain-
lain 1.191 hektare. Jumlah seluruhnya adalah 10.003 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Sukasada 71.562 penduduk yang terdiri atas 35.585 laki-laki dan 35.977 perempuan.
Dengan luas wilayah 172,93 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk
Kecamatan Sukasada adalah 414 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) padi sawah yang
berada di Desa Sambangan, Gitgit, Ambengan, Pegadungan, Silangjana, Panji, Panji
Anom, Tegallinggah, Selat, Kayuputih; (2) sapi yang terdapat di Padangbulia, Panji,
Panji Anom, Selat, Pegayaman, Wanagiri; (3) cengkeh yang terdapat di Padangbulia,
Pegadungan, Gitgit, Silangjana, Ambengan, Panji, Panji Anom, Tegallinggah; (4)
strawberry yang hanya terdapat di Pancasari; (5) produk sayuran (tomat, kol, cabai,
kentang) yang terdapat di Pancasari. Wilayah Sukasada merupakan daerah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 249
pegunungan yang memiliki agroklimat sangat cocok untuk lahan pertanian tersebut
(Tabel 6.1.9e).
Sektor industri pengolahan memiliki satu hasil produk yang menjadi unggulan
di kecamatan tersebut, yaitu penggilingan padi (RMU) yang berada di Padangbulia,
Pagedungan, Ambengan, Sukasada.
Pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu produk unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu kontraktor konstruksi bangunan yang terdapat di
Padangbulia dan Ambengan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,
yaitu (1) restoran/rumah makan yang terdapat di Desa Gitgit, Pancasari, Sukasada;
(2) konter HP terdapat di Desa Kayuputih, Pancasari, Sukasada; (3) homestay
terdapat di Desa Kayuputih, Pancasari, Sukasada; (4) vila yang terdapat di Desa
Kayuputih, Pancasari, Sukasada; (5) mini market dan toko kelontong yang sudah
tersebar.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat dua produk yang menjadi
unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk) yang terdapat paling banyak di
Padangbulia dan Pancasari; (2) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan yang
keberadaannya hampir merata di desa Kecamatan Sukasada; (3) Ojek; (4) warnet di
Sukasada
Pada sektor keuangan terdapat tiga produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD yang keberadaannya hampir merata di semua
desa di Kecamatan Sukasada; (2) KSP terdapat di desa Padangbulia, Ambengan,
Sukasada, dan Panji; (3) KUD yang terdapat di Desa Panji dan Sukasada.
Pada sektor jasa terdapat produk yang menjadi unggulan, di antaranya (1)
pangkas rambut dan salon kecantikan yang keberadaannya hampir merata di semua
desa di Kecamatan Sukasada; (2) jasa perbengkelan yang keberadaannya hampir
merata di semua desa di Kecamatan Sukasada; (3) objek wisata yang terdapat di
Gitgt, yaitu air terjun dan Danau Buyan; (4) pramuwisata; (5) penjahitan pakaian
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 250
3. KPJU Potensial
Sektor pertanian memiliki produk potensial, yaitu durian, rambutan, babi, dan
tanaman hias (anggrek). Sebenarnya agroklimat yang sangat mendukung untuk
tanaman ini di beberapa desa. Akan atetapi, masyarakat belum memanfaatkan lahan
dengan optimal. Di samping itu, juga peternakan babi belum maksimal. (Tabel
6.1.9e). Sektor industri pengolahan memiliki produk potensial, yaitu pengolahan sari
buah dan sayur.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 251
Tabel 6.1.9e Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Sukasada
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Cengkeh (4) Strawberry (5) Produk sayuran
(1) Durian (2) Rambutan (3) Babi (4) Tanaman hias
(anggrek)
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU)
(1) Pengolahan sari buah dan sayuran
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran/rumah makan (2) Konter HP (3) Homestay (4) Vila (5) Mini market dan toko
kelontong
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan
(3) Ojek (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KUD
-
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa perbengkelan mobil dan motor
(3) Objek wisata air terjun Gitgit
(4) Pramuwisata (5) Penjahitan pakaian
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 252
F. KPJU di Kecamatan Buleleng
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Buleleng terletak ke arah timur dari ibu kota
Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Sawan, di sebelah selatan dengan Kecamatan
Sukasada, dan barat berbatasan dengan Kecamatan Banjar. Kecamatan Buleleng
memiliki pantai yang panjangnya 16,52 km dan tidak memiliki gunung yang tidak
berapi seperti di kecamatan lainnya. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 1 km ke
arah barat.
Kecamatan Buleleng memiliki luas wilayah sebesar 46,94 km2. Menurut data
statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah dan
tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis 1.753
hektare. Sebaliknya, tanah kering, yaitu Ppekarangan 1.456 hektare, tegal/kebun
1.082 hektare. Jadi, total penggunaan luas lahan di kecamatan Buleleng adalah
tanah sawah 1.753 hektare dan tanah kering 2.538 hektare. Di samping itu, terdapat
pula tanaman perkebunan 181 hektare, lain-lain 204 m2. Jumlah seluruhnya adalah
385 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Buleleng
120.239 penduduk yang terdiri atas 59.779 laki-laki dan 60.460 perempuan. Dengan
luas wilayah 46,94 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan
Buleleng 2.562 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) padi sawah banyak
terdapat di Banyuning, Penarukan, Baktiseraga; (2) sapi; (3) babi; (4) tembakau
banyak terdapat di Pemaron, Alasangker; (5) kacang tanah banyak terdapat di
Kalibukbuk, Penarukan, Jinengdalem, Petandakan, Alasangker, Poh Bergong,
Pemaron, Tukadmungga, dan Banyuasri (Tabel 6.1.9f).
Sektor industri pengolahan memiliki empat hasil produk yang menjadi
unggulan di kecamatan tersebut, yaitu (1) penggilingan padi (RMU) terletak di
Banyuning; (2) perlengkapan pakaian adat dan agama Hindu banyak terdapat kota;
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 253
(3) minyak obat tradisional terdapat di Desa Paket Agung; dan (4) produk makanan
aneka keripik hampir merata di semua desa.
Pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu produk unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu kontraktor konstruksi bangunan.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,
yaitu (1) hotel melati terletak di Kalibukbuk, Pemaron, Anturan; (2) mini market dan
toko kelontong; (3) konter HP terletak merata di setiap desa; (4) restoran/rumah
makan banyak terdapat di Kalibukbuk, Kaliuntu, Kampung Anyar; dan (5) artshop
banyak terdapat di Kalibukbuk.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima produk yang
menjadi unggulan, yaitu (1) angkutan darat barang (truk); (2) angkutan penumpang
perkotaan dan pedesaan; (3) ojek; (4) jasa pengiriman paket; (5) rent car.
Pada sektor keuangan terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yaitu (1)
KSP terletak di Kampung Anyar, Banjar Tegal, Banyuasri, Penarukan, Jinengdalem;
(2) LPD; (3) KUD, ada di Banyuning; (4) BPR terletak di Banyuasri; (5) money
changer banyak terdapat Lovina, Kaliuntu, Kaliasem, Liligundi.
Pada sektor jasa terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yaitu (1)
pangkas rambut dan salon kecantikan banyak terdapat di Kaliuntu; (2) pramuwisata;
(3) jasa binatu/laundry banyak terdapat di Baktiseraga, Kaliuntu; (4) jasa objek
wisata pantai Lovina; dan (5) jasa perbengkelan mobil dan motor.
3. KPJU Potensial
Sektor jasa memiliki produk potensial, yaitu Spa dan PAUD yang mulai
berkembang di daerah ini (Tabel 6.1.9f).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 254
Tabel 6.1.9f Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Buleleng
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Babi (4) Tembakau (5) Kacang tanah
2 Pertambangan dan Penggalian
-
3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU) (2) Perlengkapan upacara adat dan
agama Hindu (3) Obat tradisional (4) Produk makanan aneka keripik
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
-
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Konter HP (4) Restoran/rumah makan (5) Artshop
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang perkotaan
dan perdesaan (3) Ojek (4) Jasa pengiriman paket (5) Rent car
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) KSP (2) LPD (3) KUD (4) BPR (5) Money changer
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Objek wisata pantai Lovina (5) Jasa perbengkelan mobil dan
motor
(1) Spa (2) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 255
G. KPJU di Kecamatan Sawan
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Sawan terletak ke arah timur ibu kota
Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Kubutambahan, di sebelah selatan dengan
Kabupaten Tabanan, dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Sukasada
dan Kecamatan Buleleng. Kecamatan Sawan memiliki pantai yang panjangnya 6,92
km dan memiliki dua gunung yang bukan gunung berapi yaitu Gunung Lalang 1.497
m dan Gunung Tenggayang 1.119 m. Jarak ke ibu kota kabupaten sekitar 5 km ke
arah barat.
Kecamatan Sawan memiliki luas wilayah sebesar 92,52 km2. Menurut data
statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah dan
tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah teknis 2.692
hektare. Sebaliknya, tanah kering, yaitu pekarangan 591 hektare, tegal/kebun 1.247
hektare, tambak 10 hektare. Jadi, total penggunaan luas lahan di Kecamatan Sawan
adalah tanah sawah 2.692 hektare dan tanah kering 1.848 hektare. Di samping itu,
terdapat pula hutan negara 2.007 hektare, tanaman perkebunan 2.444 hektare, lain-
lain 261 hektare. Jumlah seluruhnya adalah 4.712 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Sawan
66.828 penduduk yang terdiri atas 33.661 laki-laki dan 33.167 perempuan. Dengan
luas wilayah 92,52 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan
Sawan adalah 700 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor Pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) padi sawah terdapat
hampir setiap desa terutama Desa Bungkulan, (2) penangkapan ikan di laut, (3)
cengkeh terdapat di Lemukih, Sudaji, (4) rambutan hampir di semua desa, (5) kopi
ada di Lemukih, Galungan, Sudaji (Tabel 6.1.9g).
Sektor industri pengolahan memiliki hasil produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) pengolahan & pengawetan ikan ada di Bungkulan, (2)
penggilingan padi (RMU) terdapat di Desa Bungkulan, (3) industri kerajinan sabit,
dan (4) industri gong terdapat di Desa Sawan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 256
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan,
yaitu (1) mini market dan toko kelontong; (2) konter HP; (3) vila yang terletak di
Bungkula; (4) artshop terdapat di Desa Giri Emas; (5) restoran dan rumah makan
terdapat di Desa Giri Emas.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima produk yang
menjadi unggulan, yaitu (1) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan terdapat
di Penarukan, (2) angkutan darat barang (truk) ada di Bungkulan; (3) jasa pengiriman
paket ada di Desa Sawan (4) ojek, dan (5) warnet
Pada sektor keuangan terdapat dua produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD; dan (2) KSP ada di Bungkulan
Pada sektor jasa terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yaitu (1)
pangkas rambut dan salon kecantikan ada di Bungkulan, (2) jasa perbengkelan; (3)
penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan, (4) PAUD banyak terdapat di bungkulan
(5) fotokopi.
3. KPJU Potensial
Mangga, durian, dan bawang merah merupakan produk potensial yang sangat
bagus untuk dikembangkan. Sektor industri pengolahan memiliki produk potensial
seperti pengolahan kopi . Sektor keuangan memiliki dua produk potensial, yaitu
bank BPR dan KUD (Tabel 6.1.9g).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 257
Tabel 6.1.9g Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Sawan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Penangkapan ikan di laut (3) Cengkeh (4) Rambutan (5) Kopi
(1) Mangga (2) Durian (3) Bawang merah
2 Pertambangan dan Penggalian
-
3 Industri Pengolahan (1) Pengolahan & pengawetan ikan
(2) Penggilingan padi (RMU) (3) Industri sabit (4) Industri kerajinan gong
(1) Pengolahan kopi
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi - -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Konter HP (3) Vila (4) Artshop (5) Restoran/rumah makan
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan
(2) Angkutan darat barang (truk)
(3) Jasa pengiriman paket (4) Ojek (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP
(1) KUD (2) BPR
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa perbengkelan mobil dan motor
(3) Penjahitan pakaian (4) PAUD (5) Fotokopi
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 258
H. KPJU di Kecamatan Kubutambahan
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Kubutambahan terletak ke arah timur ibu kota
Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Tejakula dan Kabupaten Bangli, di sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kabupaten Bangli, dan sebelah barat
dengan Kecamatan Sawan. Kecamatan Kubutambahan memiliki pantai yang
panjangnya 9,82 km dan memiliki dua gunung yang bukan gunung berapi yaitu
Gunung Catur 1.864 m dan Gunung Mengandang 1.347 m. Jarak ke ibu kota
kabupaten sekitar 12 km ke arah barat.
Kecamatan Kubutambahan memiliki luas wilayah sebesar 118,24 km2.
Menurut data statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah
sawah dan tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan pengairan setengah
teknis 530 hektare. Sebaliknya, tanah kering, yaitu pekarangan 425 hektare,
tegal/kebun 5.656 hektare. Tanah yang ditanami pohon hutan rakyat 87 hektare.
Jadi, total penggunaan luas lahan di Kecamatan Kubutambahan adalah tanah sawah
530 hektare dan tanah kering 6.168 hektare. Di samping itu, terdapat pula hutan
negara 911 hektare, tanaman perkebunan 3.418 hektare, lain-lain 797 hektare,
Jumlah seluruhnya adalah 5.126 hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Kubutambahan 60.248 penduduk yang terdiri atas 30.166 laki-laki dan 30.082
perempuan. Dengan luas wilayah 118,24 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduk Kecamatan Kubutambahan adalah 510 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) mangga tedapat di
semua desa kecuali Tajun; (2) sapi terdapat di Tajun, Mengening; (3) kopi terdapat
di Tajun, Mengening, (4) cengkeh terdapat di Tajun, Mengening, (5) kakao terdapat
di Tajun, Mengening. Masyarakat banyak berkebun karena agroklimat di
Kubutambahan hampir sama dengan Sawan (Tabel 6.1.9h).
Sektor industri pengolahan memiliki produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) pengolahan dan pengawetan ikan; (2) industri
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 259
pembuatan dodol buah-buahan terdapat di Desa Kubutambahan, Tamblang dan Bila,
(3) pengolahan kopra ada di Dusun Kaja Kangin, Tamlang.
Pada sektor bangunan/konstruksi terdapat satu produk unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu kontraktor konstruksi bangunan. Pada sektor
perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima produk unggulan, yaitu (1)
perdagangan produk pertanian terdapat di Desa Tajun; (2) restoran/rumah makan
terdapat di Desa Kubutambahan dan Tamblang; (3) mini market dan toko kelontong
terdapat di Desa Kubutambahan dan Tamblang; (4) konter HP berda hampir merata
di Kecamatan Kubutambahan, dan (5) homestay terdapat di Air Sanih. Pada sektor
pengangkutan dan komunikasi terdapat empat produk yang menjadi unggulan, yaitu
(1) angkutan darat barang (truk); (2) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan;
(3) ojek; dan (4) warnet di Desa Kubutambahan
Pada sektor keuangan terdapat produk yang menjadi unggulan di kecamatan
tersebut, yaitu (1) LPD, (2) KSP terdapat di Desa Kubutambahan ; (3) BPR terdapat
di Desa Kubutambahan; (4) KUD terdapat di Desa Kubutambahan.
Pada sektor jasa terdapat lima produk yang menjadi unggulan, yaitu (1)
PAUD, (2) pangkas rambut dan salon kecantikan terdapat di Desa Kubutambahan
dan Tajun; (3) fotokopi terdapat di Desa Tamblang, Tajun, Kubutambahan, (4) objek
wisata Air Sanih; (5) penjahitan pakaian.
3. KPJU Potensial
Kelapa, budi daya rumput laut, budi daya udang galah cukup potensial di
daerah ini dan perlu dikembangkan. Di samping itu, lahan yang sangat mendukung
(Tabel 6.1.9h).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 260
Tabel 6.1.9h Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Kubutambahan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Mangga (2) Sapi (3) Kopi (4) Cengkeh (5) Kakao
(1) Kelapa (2) Budi daya rumput
laut (3) Budi daya udang
galah (4) Jagung
2 Pertambangan dan Penggalian
-
3 Industri Pengolahan
(1) Pengolahan dan pengawetan ikan
(2) Industri pembuatan dodol buah-buahan
(3) Pengolahan kopra
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
-
5 Bangunan/Konstruksi
Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Perdagangan produk pertanian
(2) Restoran/rumah makan (3) Mini market dan toko
kelontong (4) Konter HP (5) Homestay
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan (3) Ojek (4) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) KUD
9 Jasa-jasa lain (1) PAUD (2) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (3) Fotokopi (4) Objek wisata air sanih (5) Penjahitan pakaian
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 261
I. KPJU di Kecamatan Tejakula
1. Profil Kecamatan
Secara geografis Kecamatan Tejakula terletak ke arah timur ibu kota
Kabupaten Buleleng. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali, di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Karangasem, di sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bangli, dan sebelah barat dengan Kecamatan Kubutambahan.
Kecamatan Tejakula tersebut memiliki pantai yang panjangnya 27,23 km dan tidak
memiliki gunung seperti halnya kecamatan lainnya. Jarak ke ibu kota kabupaten
sekitar 38 km ke arah barat.
Kecamatan Tejakula memiliki luas wilayah sebesar 97,68 km2. Menurut data
statistik 2009 terdapat penggunaan luas lahan yang di antaranya tanah sawah dan
tanah kering. Pemanfaatan tanah sawah dengan sementara tak diusahakan 5
hektare. Sebaliknya, tanah kering, yaitu pekarangan 616 hektare, tegal/kebun 4.097
hektare. Tanah ditanami pohon hutan rakyat 174 hektare. Jadi, total penggunaan
luas lahan di Kecamatan Tejakula adalah tanah sawah 5 hektare dan tanah kering
4.892 hektare. Di samping itu, terdapat pula hutan negara 1.630 hektare, tanaman
perkebunan 2.977 hektare, lain-lain 269 hektare. Jumlah seluruhnya adalah 4.876
hektare.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Tejakula
65.956 penduduk yang terdiri atas 33.813 laki-laki dan 32.143 perempuan. Dengan
luas wilayah 97,68 km2, ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kecamatan
Tejakula adalah 675 orang/km2.
2. KPJU Unggulan
Sektor pertanian memiliki lima produk unggulan, yaitu (1) sapi; (2) babi; (3)
rambutan; (4) ayam, dan (5) mangga. Sapi, babi, dan mangga dapat ditemukan
hampir di semua desa. Rambutan ada di semua desa, kecuali Sambirenteng dan
Tembok. (Tabel 6.1.9i).
Sektor industri pengolahan memiliki tiga hasil produk yang menjadi unggulan
di kecamatan tersebut, yaitu (1) produk makanan aneka keripik banyak terdapat di
Desa Tembok, Bondalem; (2) kerajinan tenun banyak terdapat di Pacung, (3) industri
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 262
gula merah banyak terdapat di Samirenteng, Tembok, dan Penuktukan; (4) industri
anyaman ingke terdapat di Samirenteng; (5) industri pengolahan dan pengawetan
ikan ada di Pacung.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat empat produk
unggulan, yaitu (1) mini market dan toko kelontong; (2) konter HP; (3) hotel melati
terdapat di Tejakula; (4) restoran/rumah makan terdapat Tejakula.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat empat produk yang
menjadi unggulan, yaitu (1) angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan, (2)
angkutan darat barang (truk), (3) ojek; (4) rent car ada di Samirenteng; dan (5)
warnet.
Pada sektor keuangan terdapat empat produk yang menjadi unggulan di
kecamatan tersebut, yaitu (1) LPD, (2) KUD, (3) KSP, (4) BPR. Pada sektor jasa
terdapat empat produk yang menjadi unggulan, yaitu (1) jasa binatu/laundry, (2)
pramuwisata, (3) jasa perbengkelan, (4) fotokopi.
3. KPJU Potensial
Sektor pertanian memiliki produk potensial, yaitu kopi, pisang, durian, ikan
laut. Sektor industri pengolahan, yaitu industri pengrajin perak, dan di sektor jasa lain
PAUD adalah produk yang potensial (Tabel 6.1.9i).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 263
Tabel 6.1.9i Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
dI Kecamatan Tejakula
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Sapi (2) Babi (3) Rambutan (4) Ayam (5) Mangga
(1) Kopi (2) Pisang (3) Durian (4) Ikan laut (5) Budi daya rumput
laut
2 Pertambangan dan Penggalian
-
3 Industri Pengolahan (1) Produk makanan aneka keripik
(2) Industri kerajinan Tenun (3) Industri gula Merah (4) Industri anyaman ingke (5) Industri pengolahan dan
pengawetan ikan
(1) Industri kerajinan perak
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/Konstruksi
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Konter HP (3) Hotel melati (4) Restoran/rumah makan
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan penumpang perkotaan dan pendesaan
(2) Angkutan darat barang (truk) (3) Ojek (4) Rent car (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) BPR
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Pramuwisata (3) Jasa perbengkelan mobil
dan motor (4) Fotokopi
(1) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial diurut dari daftar KPJU kecamatan menggunakan Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 264
6.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM per Kabupaten di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Borda) 6.2.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kota Denpasar 1. Profil Kota Denpasar
Kota Denpasar merupakan sebuah kota di Pulau Bali dan sekaligus menjadi
ibu kota Provinsi Bali, Indonesia. Pertumbuhan industri pariwisata di Pulau Bali
mendorong Kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis dan menempatkan kota ini
sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan pertumbuhan tinggi di
Provinsi Bali. Pemerintah akan mempersiapkan tiga kota, yaitu Medan, Denpasar,
dan Makassar sebagai kota metropolitan baru. Tata ruang tiga kota itu masuk dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Kota Denpasar berada pada ketinggian 0--75 meter dari permukaan laut,
terletak pada posisi 8°35’31” sampai dengan 8°44’49” Lintang Selatan dan
115°00’23” sampai dengan 115°16’27” Bujur Timur. Sementara luas wilayah Kota
Denpasar 127,78 km² atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Dari penggunaan
tanahnya, 2.768 ha merupakan tanah sawah, 10.001 ha merupakan tanah kering,
dan sisanya seluas 9 ha adalah tanah lainnya. Tingkat curah hujan rata-rata sebesar
244 mm per bulan, dengan curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan
Desember. Sebaliknya, suhu udara rata-rata sekitar 29.8° C dengan rata-rata
terendah sekitar 24.3° C. Sungai Badung merupakan salah satu sungai yang
membelah Kota Denpasar. Sungai ini bermuara di Teluk Benoa.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Denpasar per tahun dalam rentang waktu
2000--2010 adalah sebesar 4 %, dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki
lebih banyak 4.57 % dibandingkan dengan jumlah penduduk wanitanya. Sekitar
68.4 % penduduknya memeluk agama Hindu, sedangkan agama Islam adalah
minoritas terbesar selain agama Kristen, Buddha, dan Khonghucu.
Perkembangan pariwisata dan daya tarik Pulau Bali, secara tidak langsung
telah mendorong kemajuan pembangunan di Kota Denpasar. Pada tahun 2000,
jumlah wisatawan mancanegara yang datang berkunjung mencapai 1.413.513
orang, dan menempatkan jumlah wisatawan terbanyak dari Jepang kemudian
disusul dari Australia, Taiwan, Eropa, Inggris, Amerika, Singapura, dan Malaysia.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 265
Kebijakan pengembangan pariwisata di Kota Denpasar menitikberatkan pada
pariwasata budaya berwawasan lingkungan. Sebagai salah satu sentra
pengembangan pariwisata, Kota Denpasar menjadi barometer bagi kemajuan
pariwisata di Bali. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai hotel berbintang
sebagai sarana menunjang aktivitas pariwisata tersebut. Pantai Sanur merupakan
salah satu kawasan wisata pantai yang ramai dikunjungi. Sementara Lapangan
Puputan merupakan kawasan ruang terbuka hijau di Kota Denpasar sekaligus
berfungsi sebagai paru-paru kota.
Pelabuhan Benoa merupakan pintu masuk ke Kota Denpasar melalui jalur
laut dan saat ini dikelola oleh PT Pelindo III. Pelabuhan ini berada sekitar 10 km dari
pusat kota, dan telah beroperasi sejak tahun 1924. Sarana transportasi darat di Kota
Denpasar terutama untuk angkutan kota saat ini sudah mulai tidak efektif dan
efisien. Artinya, sampai dengan tahun 2010 hanya 30% yang masih beroperasi,
seiring dengan berkurangnya minat masyarakat untuk mengunakan jasa angkutan
tersebut, yang diperkirakan hanya sekitar 3% dari total jumlah penduduknya.
Sementara pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi terus meningkat menjadi
11% per tahunnya dan tidak sebanding dengan pembangunan jalan baru. Dengan
demikian kemacetan di Kota Denpasar tidak dapat dihindari.
2. KPJU Unggulan
KPJU unggulan per sektior yang diidentiifikasi menggunakan Metode Borda
disajikan pada Tabel 6.2.1.
Bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih bangsa
sapi yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal
maupun jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi unggul lokal yang
dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Onggole (PO) dan sapi Madura,
sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi Brahman, Simenthal, Onggole,
dan Brangus. Dalam sistem penggemukan sapi dikenal beberapa bentuk kandang
antara lain tipe kandang tunggal (individual) dan tipe kandang ganda.
(1) Tipe tunggal, yang terdiri atas satu baris sapi dengan posisi kepala satu arah
yang cocok digunakan untuk menggemukkan sapi sebanyak 1--5 ekor.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 266
(2) Tipe ganda, yang terdiri atas dua baris sapi yang saling berhadapan atau
bertolak belakang. Di antara kedua barisan sapi dibatasi atau dibuat gang
selebar 1,5 meter sebagai jalan untuk memberi makanan/air minum dan
membersihkan kandang. Kandang tipe ini cocok untuk menggemukkan sapi
dengan jumlah besar (lebih dari 5 ekor).
Komoditas sapi menjadi unggulan di semua kecamatan di Denpasar yaitu
Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, Denpasar Barat, dan
Denpasar Utara.
Tanaman hias di Kota Denpasar saat ini sedang trend untuk dikembangkan,
mengingat permintaan konsumen yang semakin meningkat, baik dari selera,
kebutuhan kantor, hotel, maupun restoran sebagai penghias ruangan. Tanaman hias
banyak dikembangkan di wilayah Denpasar Timur dan Denpasar Selatan.
Komoditas tanaman hias terdapat di Denpasar Timur dan Denpasar Selatan.
Kawasan daerah Denpasar Utara, Timur, dan Selatan masih memiliki lahan
sawah yang cukup banyak dan agroklimat yang mendukung. Dengan demikian,
padi sawah di daerah ini dapat menjadi unggulan.
Jagung manis banyak dikembangkan di wilayah Denpasar Timur dan
Selatan. Khususnya Denpasar Selatan, jagung manis banyak ditanam dekat dengan
kawasan pariwisata, seperti di wilayah Renon. Jagung manis yang telah dipanen,
langsung dikemas dan dijual di pinggir jalan raya Renon, Sanur, dan sekitarnya.
Demikian juga usaha jagung bakar yang bahan dasarnya jagung manis semakin
digemari oleh konsumen.
Itik merupakan salah satu KPJU unggulan di Kota Denpasar. Komoditas itik
terdapat di Kecamatan Denpasar Utara dan Denpasar Barat. Klasifikasi
(penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu (1)
itik petelur, seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV
2000-INA; (2) itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga.
Model kandang ada tiga jenis, yaitu (a) kandang untuk anak itik (DOD) pada
masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu
menampung 50 ekor DOD; (b) kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model
kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16--100 ekor perkelompok; (c)
kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterai
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 267
(satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok)
dengan ukuran setiap meter persegi 4--5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk
30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).
Tabel 6.2.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial
di Kota Denpasar
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Sapi (2) Tanaman hias (3) Padi sawah (4) Jagung manis (5) Itik (6) Ayam (7) Penangkapan ikan di laut (8) Babi (9) Kambing
-
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Pakaian jadi (garment) (2) Produk makanan aneka
keripik (3) Pengolahan & pengawetan
ikan (4) Es krim dan sejenisnya (5) Perlengkapan pakaian dari
tekstil (mote dan renda) (6) Pengolahan kopi bubuk (7) Jajanan basah (8) Jajan uli (untuk upacara) (9) Sablon pakaian (10) Penggilingan padi (RMU)
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/ Konstruksi
(1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
(1) Restoran dan rumah makan (2) Hotel melati (3) Mini market dan toko kelontong (4) Perdagangan produk pertanian (5) Konter HP (6) Kios barang-barang kerajinan (7) Spa
-
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 268
Tabel 6.2.1 lanjutan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan laut perahu motor (3) Jasa pengiriman paket (4) Angkutan penumpang perkotaan dan
pedesaan (5) Rent car (6) Angkutan tradisional dokar (7) Bus carter (8) Ojek (9) Warnet
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) Money changer (3) KSP (4) BPR (5) KUD
-
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry (2) Rumah kost (3) Pangkas rambut dan salon kecantikan (4) Penjahitan pakaian (5) Fotokopi (6) Jasa perbengkelan mobil dan
motor
-
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan metode Borda
Ayam buras atau ayam kampung merupakan ternak unggas cukup banyak
dipelihara. Keberadaan ayam buras sebagai penghasil telur dan daging serta
pendapatan keluarga memiliki fungsi strategis dalam pemenuhan pangan dan gizi
masyarakat petani. Memelihara ayam buras sebenarnya tidak terlalu sulit sebab
tidak memerlukan teknologi rumit. Untuk mengembangbiakkan ayam buras hanya
dibutuhkan ketekunan dan kesungguhan dalam memelihara, yaitu dengan
penerapan pascausaha peternakan, yaitu pakan, pengendalian penyakit, tata
laksana, dan pengolahan/perkembangbiakan. Ayam buras memiliki peluang tinggi,
sangat mudah dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi. Oleh karena itu, ayam
harus dikelola dengan prinsip usaha tani yang baik dan memberikan keuntungan
yang sangat memadai bagi petani ternak. Komoditas ayam di Denpasar terdapat di
Kecamatan Denpasar Utara dan Di Denpasar Barat.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 269
Penangkapan ikan laut terbesar di Denpasar ada di Benoa, Sanur,
Serangan, yang merupakan salah satu produk unggulan di Denpasar. Seperti yang
diketahui bahwa Bali memiliki potensi pengembangan budi daya perikanan laut
mencapai 1.551,7 hektaree. Namun, baru dimanfaatkan 418,5 hektaree atau sekitar
26,9 persen.
Babi banyak terdapat di Kecamatan Denpasar Utara, Timur, Barat, dan
Denpasar Utara.
Kambing terdapat di Kecamatan Denpasar Barat
Garment (pakaian jadi) buatan perajin Bali hingga kini masih merupakan
salah satu andalan ekspor nonmigas. Di samping itu, pakaian jadi buatan
masyarakat Bali yang dihiasi dengan bordiran, manik-manik mampu merambah
pasar utama ke Amerika Serikat.
Usaha garment (pakaian jadi) yang menjadi usaha unggulan terdapat di
Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.
Produk makanan aneka keripik yang dimaksud di sini adalah pembuatan
aneka kripik seperti misalnya keripik singkong, keripik keladi, dsb. merupakan salah
satu makanan ringan tradisional yang banyak digemari. Apalagi didukung dengan
berlimpahnya suplai bahan baku singkong di Bali membuat makanan ringan ini bisa
dengan mudah ditemukan di toko-toko sekitar. Usaha produk makanan aneka keripik
terdapat di semua kecamatan di Kota Denpasar.
Pengolahan dan pengawetan ikan di Denpasar sudah banyak dilakukan,
seperti ikan asin, terasi, dan lainnya. Hal ini sangat mendukung dengan dekatnya
bahan baku, seperti di Benoa. Usaha pengolahan ikan terdapat di Kkecamatan
Denpasar Selatan.
Pembuatan es krim dan sejenisnya banyak terdapat usaha ini mengingat
banyaknya kebutuhan upacara adat di Bali. Usaha ini ada di Kecamatan Denpasar
Barat.
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan
lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan/produk
tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian, dan berbagai jenis benda yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 270
terbuat dari serat. Dengan dihiasi dengan mote dan renda menjadi pakaian yang
menarik. Usaha ini banyak terdapat di Kecamatan Denpasar Timur.
Untuk usaha pengolahan kopi menjadi kopi bubuk terdapat di Kecamatan
Denpasar Selatan.
Jajanan basah memang terkenal sebagai salah satu menu jajanan
tradisional pasar. Kue basah ini telah merambah ke tempat lain, misalnya toko-toko
modern. Kue basah merupakan jajanan yang aman dikonsumsi karena terbebas dari
bahan pengawet dan pewarna buatan. Usaha jajanan basah hanya terdapat di
Kecamatan Denpasar Timur.
Jajan uli (untuk upacara). Usaha ini banyak dilakukan sehubungan dengan
kuatnya upacara adat di Bali. Salah satu pelengkap upacara adalah jajan uli. Usaha
ini banyak terdapat di Denpasar Barat, Utara, dan Timur.
Salah satu teknik cetak sablon yang sangat sederhana tanpa memerlukan
investasi yang tinggi. Teknik ini banyak diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan
manusia. Walaupun dalam realisasinya teknik cetak sablon hanya bagian dari
wirausaha perumahan (home industy), teknik ini masih sangat signifikan untuk terus
dapat dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya perkembangan
teknologi dalam industri, teknik cetak sablon saat ini telah dikembangkan dengan
menggunakan komputer dalam hal pembentukan gambarnya pada screen. Cetak
sablon hanya terdapat di Kecamatan Denpasar Barat.
Penggilingan padi (RMU) ada di Kecamatan Denpasar Timur dan Selatan.
Restoran dan rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang
ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum.
Dalam SK tersebut juga ditegaskan bahwa setiap rumah makan harus memiliki
seseorang yang bertindak sebagai pemimpin rumah makan yang sehari-hari
mengelola dan bertanggung jawab atas pengusahaan RM tersebut. Sebaliknya,
restoran adalah salah satu jenis usaha di bidang jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan
makanan dan minuman untuk umum. Pengusahaan restoran meliputi jasa
pelayanan makan dan minum kepada tamu restoran sebagai usaha pokok dan jasa
hiburan di dalam bangunan restoran sebagai usaha penunjang yang tidak
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 271
terpisahkan dari usaha pokok sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang
ditetapkan. Restoran dan rumah makan di Denpasar sangat banyak, mengingat
Denpasar merupakan kawasan wisata. Rumah makan terdapat di semua kecamatan
di Denpasar, yaitu Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan
Denpasar Barat.
Hotel melati merupakan suatu bangunan yang menyediakan kamar atau
ruang untuk menginap, makan dan minum, serta pelayanan lain untuk umum, seperti
kantor/tempat pertemuan/seminar. Hotel ini sudah mulai menjamur di denpasar.
Hotel melati terdapat di Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan
Denpasar Barat.
Sebuah mini market sebenarnya adalah semacam "toko kelontong" atau
yang menjual segala macam barang dan makanan, tetapi tidak selengkap dan
sebesar sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, mini market
menerapkan sistem swalayan, yaitu pembeli mengambil sendiri barang yang
diutuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga
membantu agar pembeli tidak berutang. Mini market dan toko kelontong terdapat di
semua kecamatan yang ada di Denpasar, yaitu Kecamatan Denpasar Utara,
Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.
Perdagangan produk pertanian terdapat di Denpasar Utara. Usaha itu
menjual segala jenis bunga untuk keperluan upacara.
Seiring dengan tren semakin meningkatnya transaksi perbankan yang
memanfaatkan layanan teknologi seluler dan sudah menjadi kebutuhan
masyarakat terlebih para pelaku usaha hingga di pedesaan untuk melakukan
berbagai transaksi perbankan secara cepat, aman tanpa harus datang ke kantor
pelayanan, muncullah berbagai layanan tersebut salah satunya adalah layanan
konter seluler (konter HP). Konter HP terdapat hampir di semua wilayah di Kota
Denpasar.
Kios barang kerajinan menjual cendera mata. Cendera mata sama artinya
dengan souvenir, yaitu suatu benda kenangan atau tanda mata, tentunya benda
kenangan yang memberikan ingatan kembali kepada seseorang pada suatu
peristiwa atau suatu tempat. Suvenir itu sendiri merupakan hasil olah dari para
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 272
perajin tradisional/industri kecil. Kios ini terdapat di tiga kecamatan di Denpasar,
yaitu Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.
Spa tempat para tamu untuk melakukan relaksasi diri dengan suatu bentuk
treatment. Usaha ini banyak terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan.
Angkutan darat barang berupa truk banyak terdapat di wilayah Denpasar
Timur, Selatan, Barat, dan Utara
Angkutan laut perahu motor banyak terdapat di Denpasar Selatan.
Jasa pengiriman paket terdapat di Denpasar Timur, Selatan, dan Utara
Angkutan darat pedesaan dan perkotaan untuk penumpang (minibus)
terdapat di Kecamatan Denpasar Timur, Selatan dan Utara. Angkutan penumpang
perdesaan dan perkoataan untuk penumpang (mini bus) merupakan unggulan di
Kecamatan Denpasar Barat dan Utara.
Penyewaan mobil (rent car) sangat banyak di Denpasar, bahkan mobil
mewah sekalipun. Ini disebabkan oleh kebutuhan, baik masyarakat maupun
pariwisata menggunakan mobil dalam jangka waktu pendek untuk kebutuhan
tertentu seperti rekreasi. Penyewaan mobil terdapat di Kecamatan Denpasar Timur,
dan Denpasar Selatan.
Dokar merupakan alat transportasi tradisonal yang ditarik oleh kuda, tetapi
khusus digunakan untuk mengangkut penumpang. Dokar banyak juga ditemukan di
beberapa daerah di Indonesia. Nama lain dari dokar di beberapa daerah adalah
delman. Dokar hanya terdapat di Kecamatan Denpasar Barat.
Bus carter, terdapat di Kecamatan Denpasar Timur.
Warnet terdapat hampir di deluruh kecamatan di Kota Denpasar.
Ojek biasanya mengangkut penumpang dengan menggunakan sepeda motor
menjadi unggulan di Denpasar Utara.
LPD dibangun untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan di desa adat (Desa Pekraman). Di samping itu,
juga sebagai sumber pendapatan desa, meningkatkan kinerja LPD melalui
pertumbuhan operasional, pelayanan prima, pemberdayaan organisasi dan SDM,
memberdayakan ekonomi masyarakat desa khususnya usaha mikro, kecil, dan
menengah agar menjadi tangguh dan mandiri, sekaligus meningkatkan pendapatan
masyarakat desa. LPD juga merupakan salah satu tempat yang sangat bermanfaat
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 273
bagi masyarakat desa untuk menyimpan (menabung) dan meminjam uang sehingga
memerlukan sistem yang diatur melalui komputer atau sering disebut sistem
berbasis komputer. LPD terdapat di semua kecamatan yang ada di Denpasar yaitu
Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat.
Money changer. Terdapat di semua kecamatan kecuali Denpasar Utara.
KSP (Koperasi Simpan Pinjam) ada di semua kecamatan di Kota Denpasar.
BPR (Bank Perkreditan Rakyat) ada di semua kecamatan di Kota Denpasar.
KUD (Koperasi Unit Desa) menjadi unggulan di Denpasar Utara, Denpasar
Selatan, Denpasar Barat.
Jasa binatu/laundry, rumah kost, jasa perbengkelan mobil dan motor, fotokopi
terdapat hampir semua kecamatan di Kota Denpasar.
Jasa pemotongan rambut bertujuan untuk memberikan penampilan yang lebih
baik. Usaha ini mulai menjamur, karena kebutuhan masyarakat akan penampilan
mulai mengalami kemajuan, seperti trend pakaian, dan sebagainya. Usaha
pemotongan rambut terdapat di semua kecamatan di Denpasar, yaitu Denpasar
Utara, Denpasar Timur, Denpasar Barat, dan Denpasar Selatan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 274
6.2.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Badung
1. Profil Kabupaten Badung
Bentuk wilayah Kabupaten Badung menyerupai keris mulai dari ujung selatan
Pulau Bali memanjang ke arah utara hingga berbatasan dengan Kabupaten
Buleleng dan Bangli. Di sebelah timur sebagian berbatasan dengan Kabupaten
Gianyar dan sebagian lagi dengan laut, di sebelah barat sebagian berbatasan
dengan Kabupaten Tabanan dan sebagian lagi dengan laut.
Secara fisik di bagian tengah wilayah Kabupaten Badung merupakan dataran
rendah dengan dominasi pemanfaatan lahan untuk sawah. Di bagian utara
merupakan dataran tinggi dengan pemanfaatan lahannya sebagian besar untuk
tegal/kebun. Sebaliknya, di bagian selatan merupakan daerah perbukitan batu
karang dengan lapisan tanah yang relatif tipis. Akan tetapi, di daerah ini banyak
berdiri hotel berbintang dan vila serta berbagai fasilitas penunjang pariwisata yang
lain.
Luas wilayah Kabupaten Badung 418,52 km2 atau 7,43 persen dari luas
daratan Pulau Bali. Dari luas tersebut 28.299 ha (67,6 persen) merupakan lahan
pertanian dan 13.553 ha (32,4 persen) nonpertanian. Sebagian besar, yaitu lebih
dari 15.000 ha dari lahan pertanian dimanfaatkan untuk tegal/kebun/perkebunan.
Pemanfaatan untuk sawah hanya 10.260 ha. Sebaliknya, tanah nonpertanian lebih
dari separoh berupa permukiman dan halaman, termasuk di dalamnya untuk hotel,
vila, dan prasarana ekonomi lainnya.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 penduduk Kabupaten Badung
sebanyak 543.332 orang (14,0 persen dari penduduk Provinsi Bali) dengan sex-ratio
104. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk
laki-laki. Angka sex-ratio yang jauh di atas 100, mengindikasikan bahwa banyak
penduduk Kabupaten Badung merupakan migran. Dengan luas wilayah 418,52 km2
ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Badung mencapai 1.298
orang/km2.
Struktur perekonomian Kabupaten Badung didominasi oleh sektor tertier.
Tahun 2009 kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB berasal dari sektor
perdagangan, hotel & restoran (45,03 persen), kemudian disusul oleh sektor
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 275
pengangkutan dan komunikasi (26,34 persen). Sebaliknya, sektor pertanian
kontribusinya hanya 8,50 persen sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sektor
jasa, yaitu sebesar 8,37 persen (harga konstan 2000).
Tahun 2009 jumlah angkatan kerja di Kab Badung sebanyak 239.289 orang.
Dari jumlah tersebut sebanyak 231.628 orang berstatus bekerja. Ini berarti bahwa
jumlah yang menganggur 7.661 orang atau 3,20 persen dari angkatan kerja. Hampir
30,0 persen dari pekerja terserap pada sektor perdagangan, hotel & restoran.
Proporsi besar kedua (21,46 persen) di sektor pertanian dan ketiga (15,35 persen) di
sektor jasa-jasa.
2. KPJU Unggulan
Identifikasi KPJU unggulan di Kabupaten Badung menggunakan Metode
Borda terhadap daftar KPJU kabupaten menghasilkan KPJU unggulan per sektor
yang disajikan pada Tabel 6.2.2.
Tahun 2009 kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB relatif
kecil, yaitu hanya 8,50 persen, tetapi kemampuannya menyerap pekerja sekitar
21,0 persen. Sektor ini mempunyai sepuluh KPJU unggulan yang tersebar di semua
subsektor kecuali subsektor kehutanan. Subsektor pertanian tanaman pangan
mempunyai KPJU unggulan yang paling banyak, yaitu padi sawah, pisang, dan
jagung. Sebagai komoditas makanan pokok (kecuali rumput laut) prospeknya cukup
baik, tetapi di sisi lain tanamam ini terancam karena terjadi alih fungsi lahan
pertanian menjadi nonpertanian. Di subsektor peternakan terdapat KPJU unggulan,
seperti sapi, ayam buras, dan babi. Ketiga komoditas ini juga prospeknya cukup baik
karena pasarnya di samping untuk kebutuhan lokal Bali juga diantarpulaukan. Akan
tetapi, sering kali harganya berfluktuasi dan di sisi lain harga makanannya (ayam
buras dan babi) relatif mahal. Subsektor perikanan mempunyai dua KPJU unggulan,
yaitu ikan laut dan rumput laut. Ikan laut di samping untuk memenuhi kebutuhan
lokal juga banyak yang diekspor, seperti ikan tuna. Petani rumput laut potensial
teramcam karena adanya pembangunan hotel di tepi pantai. Subsektor perkebunan
hanya mempunyai satu KPJU unggulan, yaitu kelapa. Kelapa kurang prospektif
karena harganya relatif murah, tetapi pemasarannya relatif mudah. KPJU unggulan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 276
yang terakhir di sektor pertanian adalah tanaman hias. Tanaman ini cukup prospektif
karena sebagian besar segmen pasarnya adalah hotel (kebun atau garden hotel).
Tabel 6.2.2
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Badung
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Sapi (2) Padi sawah (3) Ayam buras (4) Babi (5) Pisang (6) Penangkapan ikan laut (7) Kelapa (8) Jagung (9) Tanaman hias/garden (10) Rumput laut
(1) Durian (2) Ubi kayu (3) Kubis (4) Ubi jalar (5) Nangka (6) Pepaya (7) Kopi (8) Pisang (9) Tanaman jati (10) Albesia
2 Penggalian -
3 Industri pengolahan (1) Industri kerajinan kayu (2) Industri makanan/minuman (3) Garment (4) Industri kerajinan logam (5) Industri kerajinan besi/baja (6) Pengolahan ikan laut (7) Penyosohan beras (RMU) (8) Industri kerajinan besi &
baja (9) Pengolahan kopi bubuk (10) Air minum isi ulang
(1) Pengolahan kopra
4 Listrik dan Air Minum
- -
5 Bangunan Kontraktor konstruksi gedung -
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Restoran/ rumah makan (3) Vila (4) Kios barang
kerajinan/lukisan (5) Mini market dan toko
kelontong (6) Perdagangan produk
pertanian (7) Home stay (8) Warung makan (9) Konter HP (10) Perdagangan tanaman hias
(1) Bahan makanan hasil pertanian
(2) Jasa boga
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 277
Tabel 6.2.2 lanjutan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
(1) Angkutan barang (truk) (2) Taxi (koperasi) (3) Rent car (4) Angkutan penumpang
perkotaan/pedesaan (5) Shutle bus (6) Warnet
8 Keuangan (1) KSU (2) KSP (3) LPD (4) KUD (5) Money changer (6) BPR
9 Jasa-jasa (1) Jasa perbengkelan (motor dan mobil)
(2) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(3) Reparasi TV/radio (4) Instalatur listrik (5) Penjahitan pakaian (6) Jasa binatu/laundry (7) Travel biro/pramuwisata (8) Taman rekreasi/hiburan (9) Jasa fotografi (10) Jasa kebugaran (pijat)
(1) Rumah kos (2) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan metode Borda
Sektor industri pengolahan juga mempunyai sepuluh KPJU unggulan, yaitu
(1) industri kerajinan kayu, (2) Industri makanan/minuman, (3) garment, (4) kerajinan
logam, (5) kerajinan besi dan baja, (6) pengolahan ikan laut, (7) penyosohan beras
atau RMU, (8) kerajinan dari besi/baja, (9) kopi bubuk, dan (10) air minum isi ulang.
Sebagian besar industri pengolahan merupakan industri kecil dan kerajinan rumah
tangga. Hasil industri kerajinan kayu, logam, besi/baja, dan garment kebanyakan
segmen pasarnya adalah wisatawan atau untuk memenuhi pasar ekspor.
Sebaliknya, produk dari industri yang lain segmen pasarnya lokal dan antar-
kabupaten. Kebanyakan industri terutama yang tergolong sebagai industri kecil atau
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 278
kerajinan rumah tangga menghadapi permasalahan permodalan dan pemasaran
serta kelemahan dalam pengelolaan usaha.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran baik dari sisi pembentukan PDRB
maupun penyerapan pekerja perannya paling besar di antara semua sektor yang
ada. Tahun 2009 kontribusinya dalam pembentukan PDRB mencapai 45,03 persen,
sedangkan kemampuannya menyerap pekerja hampir mencapai 30,0 persen.
Sebagian besar dari sepuluh KPJU unggulan dari sektor ini berkaitan langsung
dengan bidang pariwisata, seperti hotel (dengan berbagai klasifikasi),
restoran/rumah makan, dan kios barang kerajinan/lukisan. Sisanya baru berkaitan
dengan perdagangan, yaitu sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk lokal. Permasalahan yang dihadapi oleh KPJU unggulan yang sejenis
adalah persaingan yang ketat di antara mereka karena dari sisi unit usaha
jumlahnya relatif banyak. Khusus untuk KPJU unggulan yang berkaitan dengan
pariwisata persaingan semakin ketat terutama pada bulan-bulan sepi wisatawan
(low session). Justru dalam setahun bulan sepi ini lebih banyak dibandingkan
dengan bulan ramai wisatawan (peak session).
Sektor pengangkutan kontribusinya dalam pembentukan PDRB sebesar
26,34 persen dan menyerap pekerja sebanyak 7,02 persen. Sektor ini terdiri atas
dua subsector, yaitu pengangkutan dan komunikasi. Dari dua subsektor ini yang
berperan besar dalam pembentukan PDRB adalah subsektor pengangkutan yaitu
angkutan udara yang angkanya hampir mencapai 20,85 persen. Sebaliknya,
kontribusi dari angkutan jalan raya hanya 1,18 persen. Ini berarti bahwa sisanya
sebesar 2,30 persen merupakan kontribusi dari subsektor komunikasi (Pos Giro &
Telekomunikasi dan Jasa Penunjang Komunikasi). Lima KPJU unggulan dari sektor
pengangkutan dan komunikasi seperti yang disajikan pada Tabel 6.2.2 semuanya
merupakan jasa angkutan jalan raya. Dari lima KPJU unggulan yang ada di sektor
pengangkutan dan komunikasi, yang prospeknya cukup baik adalah angkutan
barang, taxi, dan rent car seiring dengan makin berkembangnya perekonomian
dengan pariwisata sebagai leading sektornya. Sebaliknya, angkutan penumpang
prospeknya kurang baik karena bersaing ketat dengan mobil pribadi dan sepeda
motor. Shutle bus yang melayani angkutan wisatawan dari terminal sentral Kuta
menuju kawasan wisata pantai Kuta pp mengalami pasang surut berkaitan dengan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 279
terjadinya peak session dan low session. Warnet prospeknya juga kurang baik
karena harus bersaing ketat dengan BB (BlackBerry) yang juga dapat difungsikan
sebagai internet.
Kontribusi sektor keuangan dalam pembentukan PDRB relatif kecil, yaitu
hanya 2,72 persen. Sebaliknya, perannya dalam menyerap pekerja lebih besar, yaitu
3,90 persen. Sektor ini mempunyai enam KPJU unggulan, baik yang tergolong
sebagai bank maupun non bank. Semua KPJU ini prospeknya cukup baik seiring
dengan makin berkembangnya perekonomian Kabupaten Badung ataupun Bali
secara keseluruhan. Jumlah unit tiap-tiap KPJU ini relatif banyak sehingga di antara
mereka terjadi persaingan relatif ketat.
Sektor jasa-jasa kontribusinya terhadap PDRB 8,37 persen dan perannya
dalam menyerap pekerja 15,35 persen. Sektor ini terdiri atas dua subsector, yaitu
pemerintahan umum dan swasta. Subsektor pemerintahan umum berkontribusi
sebesar 4,55 persen dalam pembentukan PDRB. Sebaliknya, kontribusi subsektor
jasa swasta lebih kecil yaitu hanya 3,81 persen. Di sektor jasa ini terdapat sepuluh
KPJU unggulan, yang semuanya termasuk dalam subsektor jasa swasta. Kesepuluh
KPJU unggulan tersebut adalah (1) jasa perbengkelan (motor dan mobil), (2)
pangkas rambut & salon kecantikan, (3) reparasi tv/radio, (4) instalatur listrik, (5)
penjahitan pakaian, (6) jasa binatu/laundry, (7) travel biro/pramuwisata, (8) taman
rekreasi/hiburan, (9) jasa fotografi, dan (10) jasa kebugaran pijat. Sebagian besar
dari KPJU unggulan tersebut segmen pasarnya adalah penduduk lokal. Taman
rekreasi dan travel biro/pramuwisata serta jasa kebugaran pijat segmen pasarnya
adalah wisatawan dan penduduk lokal.
Prospek pasar semua jasa unggulan relatif baik asalkan perkembangan
wisatawan yang berkunjung ke Bali semakin meningkat. Seperti disebutkan
sebelumnya bahwa pariwisata bukan saja merupakan leading sector perekonomian
Provinsi Bali, melainkan juga bagi Kabupaten Badung. Permasalahan yang dihadapi
oleh semua KPJU tersebut adalah persaingan di antara KPJU yang sejenis.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial hanya terdapat di empat sector, yaitu pertanian, industri
pengolahan, perdagangan, hotel & restoran dan jasa-jasa. Sektor pertanian
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 280
mempunyai sepuluh KPJU potensial (Tabel 6.2.2). Semua KPJU potensial pada sub-
sektor tanaman pangan dan perkebunan potensi pengembangannya hanya sebagai
tanaman sela. Sebaliknya, tanaman jati dan albesia dapat dikembangkan di Kec
Kuta Selatan karena hampir semua wilayahnya terdiri atas bukit kapur dan iklim
yang kering serta lapisan tanahnya yang relatif tipis.
Di sektor industri hanya ada satu KPJU potensial, yaitu pengolahan kopra.
Potensinya relatif besar karena tanaman kelapa tersebar di semua kecamatan
dengan areal tanaman 2.798,7 ha dan produksinya 2.055,983 ton (2009). Tanaman
kelapa ini terkonsentrasi di tiga kecamatan, yaitu Abiansemal, Mengwi, dan Petang.
Di sektor perdagangan, hotel & restoran terdapat dua KPJU potensial, yaitu
perdagangan hasil pertanian dan jasa boga. Perdagangan hasil pertanian berkaitan
dengan struktur perekonomian Kab Badung bagian utara yang masih bercorak
agraris. Sebaliknya, jasa boga berkaitan dengan makin banyaknya pasangan suami
istri yang bekerja sehingga dalam kegiatan upacara pernikahan dan yang sejenisnya
orang-orang cenderung memanfaatkan jasa boga untuk menyediakan makanan dan
snack.
Sedangkan di sektor jasa terdapat dua KPJU potensial, yaitu rumah kost dan
PAUD. Tanah dan rumah di Kabupaten Badung relatif mahal sehingga tidak
terjangkau oleh banyak anggota masyarakat. Pilihan mereka adalah dengan
menyewa sehingga rumah sewa/rumah kost merupakan salah satu KPJU potensial.
PAUD juga potensial dikembangkan seiring dengan makin sadarnya masyarakat
akan pentingnya pendidikan anak usia dini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 281
6.2.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Gianyar
1. Profil Kabupaten Gianyar
Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali, yang
berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar di sebelah barat,
Kabupaten Bangli di sebelah utara, Kabupaten Bangli dan Klungkung di sebelah
timur, serta Selat Badung dan Samudra Indonesia di sebelah selatan. Bagian terluas
wilayah Kabupaten Gianyar (20,25%) terletak pada ketinggian 250--950 meter dari
permukaan laut.
Luas Kabupaten Gianyar 36.800 ha atau 6,53% dari luas Bali secara
keseluruhan. Pemanfaatan lahan sampai dengan tahun 2010 adalah untuk lahan
sawah 14.790 ha (40%) dan nonsawah 22.010 ha (60%). Untuk nonsawah,
sebagian besar adalah tanah kering (pekarangan rumah, tegal/kebun, dan lainnya)
21.839 ha, dan tanah lainnya berupa rawa-rawa, tambak, kolam/empang seluas 171
ha.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (SP-2010), penduduk
Kabupaten Gianyar tercatat sebanyak 469.777 jiwa dengan komposisi penduduk
laki-laki 237.493 jiwa dan perempuan 232.284 jiwa. Pertumbuhan penduduk SP-
2010 sebesar 1,79%. Pertumbuhan penduduk sebelumnya, yaitu pada Supas 2005
sebesar 1,38% dan tahun 1990--2000 sebesar 1,56%. Sex ratio penduduk Gianyar
hasil SP-2010 adalah 102.24. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki
sudah melebihi penduduk perempuan. Tingkat kepadatan penduduk Gianyar
sebesar 1.277 jiwa per km2. Namun, sebaran penduduk antardesa dan kecamatan
variasinya sangat tinggi. Tingkat kepadatan terendah di Kecamatan Payangan, yaitu
hanya 542 jiwa per km2, sedangkan di Kecamatan Sukawati mencapai 2.007 jiwa
per km2.
Struktur perekonomian Kabupaten Gianyar dapat dilihat dari kontribusi setiap
sektor tehadap PDRB. Kontribusi tiap-tiap sektor pada tahun 2009 jika diurut dari
yang tertinggi adalah (1) perdagangan, hotel dan restoran 28,33%, (2) industri
19,01%, (3) jasa 18,14%, (4) pertanian (17,96%), (5) angkutan dan komunikasi
4,59%, (6) persewaan dan keuangan 5,41%, (7) bangunan 5,13% dan sektor
penggalian dan listrik & air minum berkontribusi masing-masing sekitar 1%. Pada
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 282
tahun 2009 pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Gianyar mencapai Rp.
14.543.242,43.
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Gianyar tahun 2009 sebanyak 273.316
orang (79,38%). Distribusi penduduk yang bekerja menurut sektor adalah terbesar
pada sektor pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan 30,87%. Selanjutnya
diikuti sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan sekitar 26,24%, sektor jasa
kemasyarakatan 14,75%, sektor lainnya 14,20%, dan sektor industri pengolahan
mencapai 13,94%.
2. KPJU Unggulan
Berdasarkan Metode Borda, maka KPJU per sektor ekonomi yang muncul
menjadi unggulan dan potensial kabupaten adalah seperti Tabel 6.2.3.
KPJU unggulan sektor pertanian di Kabupaten Gianyar adalah padi sawah,
babi, jagung, sapi, ayam, itik, durian, jeruk, penangkapan ikan di laut, dan pepaya.
Komoditas padi sawah menjadi unggulan karena masih didukung dengan areal
sawah di Kabupaten Gianyar yang mencapai 14.798 ha (40% luas areal) dan
tersebar di seluruh kecamatan. Di antara luas areal tersebut, 14.468 ha (97,82%)
berpengairan setengah teknis, 253 ha (1,71%) berpengairan sederhana PU, dan
sisanya 69 ha berpengairan tradisional. Produksi padi pada tahun 2010 mencapai
185.388 ton dengan rata-rata produksi 62,06 kw/ha.
Komoditas jagung di Kabupaten Gianyar juga menjadi komoditas unggulan
sektor pertanian. Seluruh kecamatan di Gianyar, kecuali Kecamatan Gianyar
menghasilkan jagung. Sentra komoditas jagung ada di Kecamatan Sukawati,
Blahbatuh, dan Tegallalang. Jumlah produksi pada tahun 2010 mencapai 2.196,57
ton dengan rata-rata produksi 52,30 ku/ha. Komoditas hortikultura buah durian,
jeruk, dan pepaya tersebar di beberapa lokasi kecamatan. Sentra produksi durian
ada di Kecamatan Tegallalang, Tampaksiring, Ubud, Payangan, dan Gianyar. Sentra
produksi jeruk ada di Kecamatan Payangan dan Tegalalang, sedangkan sentra
produksi pepaya ada di Kecamatan Tegallalang, Ubud, dan Sukawati.
Untuk subsektor peternakan yang muncul sebagai komoditas unggulan sektor
pertanian di Kabupaten Gianyar adalah babi, sapi, ayam, dan itik. Secara umum
komoditas tersebut diusahakan pada skala rumah tangga, kecuali ayam yang masih
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 283
ada diusahakan pada skala industri kecil. Pada tahun 2010 di Kabupaten Gianyar,
jumlah ternak babi 130.674 ekor (populasi terbanyak di Kecamatan Payangan),
jumlah ternak sapi sebanyak 57.022 ekor (populasi terbanyak di Kecamatan
Payangan), jumlah ternak itik sebanyak 152.031 ekor (populasi terbanyak di
Kecamatan Gianyar. Ternak ayam terdiri atas ayam kampung dan ayam ras.
Populasi ternak ayam kampung terbanyak di Kecamatan Payangan (1.5 juta ekor)
dan ayam ras, khususnya ayam pedaging banyak diusahakan di Kecamatan Gianyar
(208.500 ekor) pada tahun 2010.
Produk unggulan sektor pertambangan dan penggalian yang muncul adalah
batu padas. Penggalian batu padas di Gianyar ada di Kecamatan Blahbatuh,
Sukawati, dan Ubud. Produk batu padas terutama banyak dimanfaatkan untuk
bahan material bangunan tradisional stil Bali.
Sektor industri pengolahan di Kabupaten Gianyar lebih dominan pada industri
kecil dan menengah untuk kerajinan. Industri kerajinan menjadi berkembang dengan
baik dan muncul menjadi unggulan karena Gianyar merupakan daerah tujuan
wisata. KPJU pada sektor industri pengolahan adalah penjahitan pakaian sesuai
dengan pesanan, kerajinan kayu, pakaian jadi (garment), kerajinan perak, mosaik,
penggilingan padi, pengolahan & pengawetan ikan dan produk ikan, produk
makanan, rumah potong daging, dan industri tulang.
Industri pakaian yang ada di Kabupaten Gianyar, terutama adalah industri
garment untuk memenuhi permintaan pasar wisatawan domestik atau mancanegara,
khususnya produk pakaian khas Bali sebagai suvenir. Untuk memenuhi target
pesanan, kebanyakan industri garment melaksanakan subkontrak dengan beberapa
mitra kerja (rumah tangga) dalam hal penjahitannya. Oleh karena itu, penjahitan
pakaian sesuai dengan pesanan menjadi unggulan. Kerajinan kayu, kerajinan perak,
mosaik, dan industri tulang adalah industri kerajinan yang juga mendukung sektor
pariwisata. Industri-industri tersebut utamanya menghasilkan produk suvenir untuk
wisatawan.
Penggilingan padi muncul sebagai industri pengolahan karena bahan baku
padi di Kabupaten Gianyar cukup tersedia (185.388 ton, tahun 2010). Padi menjadi
komoditas unggulan sektor pertanian sehingga bila padi diolah di wilayah produksi
(Gianyar), maka nilai tambahnya akan diperoleh oleh penduduk Gianyar.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 284
Tabel 6.2.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU Unggulan dan Potensial
di Kabupaten Gianyar
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Babi (3) Jagung (4) Sapi (5) Ayam (6) Itik (7) Durian (8) Jeruk (9) Penangkapan ikan di laut (10) Pepaya
(1) Kopi (2) Kakao (3) Pisang (4) Budi daya ikan air
tawar
2 Pertambangan dan Penggalian
(1) Batu (padas)
3 Industri Pengolahan
(1) Kerajinan kayu (2) Industri pakaian jadi (3) Kerajinan perak (4) Mosaik (5) Penggilingan padi (6) Pengolahan &
pengawetan ikan dan produk ikan
(7) Produk makanan (8) Industri kerajinan tulang (9) Kerajinan daun lontar
(1) Eceran bunga potong, tanaman hias
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 285
Tabel 6.2.3 lanjutan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
5 Bangunan/ Konstruksi
(1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Kios barang kerajinan dan lukisan
(2) Perdagangan produk pertanian
(3) Hotel melati (4) Restoran/rumah makan (5) Jasa boga (6) Homestay (7) Vila (8) Konter HP
(1) Pasar / perdagangan hewan piaraan dan ternak
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Jasa pengiriman barang (2) Angkutan darat barang
(truk) (3) Angkutan penumpang
perkotaan dan pedesaan (4) Bus tidak bertrayek (5) Warnet
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Lembaga Perkreditan Desa (2) Koperasi Simpan Pinjam (3) Bank Perkrekditan Rakyat (4) Money changer (5) Koperasi Serba Usaha (6) Koperasi Unit Desa
-
9 Jasa-jasa lain (1) Pramuwisata (2) Jasa binatu/laundry (3) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (4) Wisata alam (5) Arung jeram (6) Jasa perbengkelan (7) Jasa kebugaran
(1) Rumah kost
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda
Gianyar sebagai destinasi wisata juga terkenal dengan wisata kulinernya
sehingga industri pengolahan dan pengawetan ikan dan produk ikan, produk
makanan, muncul menjadi industri unggulan. Beberapa produk makanan yang
terkenal di Gianyar adalah “babi guling”, “ayam atau bebek tutu”, dan berbagai
produk “jajan bali” yang banyak dijual di pasar tradisional, pasar senggol, atau
beberapa rumah makan dan restoran.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 286
KPJU unggulan di sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Gianyar
adalah kontraktor konstruksi bangunan. Jenis usaha kontraktor konstruksi gedung
atau bangunan kantor ada di Kecamatan Gianyar dan beberapa kecamatan lainnya,
terutama mengerjakan jenis pekerjaan pembangunan jalan raya, jembatan,
bangunan konstruksi beton, pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi, dsb.
Jenis usaha ini memiliki arti strategis karena melakukan aktivitas pembangunan
yang bersifat konstruksi yang dibutuhkan masyarakat umum.
KPJU unggulan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah kios barang
kerajinan dan lukisan, perdagangan produk pertanian, hotel melati, restoran/rumah
makan, jasa boga, homestay, vila, dan konter HP. KPJU unggulan pada sektor ini
sangat jelas terlihat adalah KPJU yang menjadi pendukung usaha pariwisata.
Secara umum, tiap-tiap lokasi kecamatan di Kabupaten Gianyar mempunyai daya
tarik wisata sehingga untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha pariwisata
tersebut perlu didukung oleh berbagai usaha terkait dengan pariwisata.
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, KPJU unggulannya adalah jasa
pengiriman barang, angkutan darat barang, angkutan penumpang perkotaan dan
pedesaan, bus tidak bertrayek, (pariwisata), dan warnet. Jasa pengiriman barang
yang dominan utamanya, yaitu jasa pengiriman paket barang-barang suvenir. Untuk
bus/mikro bus baik yang bertrayek maupun tidak bertrayek umumnya merupakan
jasa angkutan pariwisata. Angkutan darat barang juga menjadi unggulan utamanya
digunakan untuk mendistribusikan bahan hasil pertanian atau barang-barang
kerajinan ke wilayah pemasaran. Usaha warnet juga menjadi usaha unggulan yang
tumbuh di beberapa pusat kecamatan.
KPJU unggulan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di
Kabupaten Gianyar adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Koperasi Simpan
Pinjam (KSP), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), money changer, Koperasi Serba
Usaha (KSU), dan Koperasi Unit Desa (KUD). Jenis usaha perbankan di wilayah
perdesaan umumnya masyarakat memanfaatkan jasa LPD, KSP, dan BPR.
Pengecualian untuk desa wisata seperti di Kecamatan Ubud. Karena banyak
wisatawan mancanegara, maka pemanfaatan jasa perbankan umum (termasuk bank
devisa) dan money changer juga dominan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 287
Untuk sektor jasa-jasa lain, KPJU unggulannya adalah pramuwisata, jasa
binatu/laundry, pangkas rambut dan salon kecantikan, wisata alam dan arung jeram,
jasa perbengkelan, dan jasa kebugaran. Pramuwisata merupakan jenis usaha yang
menunjang usaha pariwisata dan menjadi unggulan karena Gianyar menjadi salah
satu kabupaten yang memiliki cukup banyak daya tarik wisata. Dengan semakin
padatnya aktivitas masyarakat sehingga tidak sempat untuk mencuci pakaian
sendiri, maka usaha jasa binatu/laundry menjadi berkembang dengan pesat. Saat ini
kehadiran usaha laundry masuk sampai ke pelosok desa. Demikian juga dengan
usaha pangkas rambut dan salon kecantikan menjadi sangat populer dengan
semakin banyaknya akativitas masyarakat maka untuk urusan mempercantik wajah
diserahkan ke usaha salon kecantikan. Dengan demikian, usaha ini semakin
prospektif dengan semakin banyaknya konsumen.
3. KPJU Potensial
Selain KPJU unggulan, untuk beberapa sektor dapat juga diidentifikasi
beberapa KPJU potensial. Untuk sektor pertanian, KPJU potensial di Kabupaten
Gianyar adalah kopi, kakao, pisang, dan budi daya ikan air tawar (Tabel 6.2.3).
Komoditas kopi yang dominan adalah kopi robusta dengan luas areal 303,55 ha,
sedangkan kopi arabika seluas 180,33 ha pada tahun 2010. Poduksi tanaman
perkebunan kopi pada tahun 2010 sudah mencapai 153,83 ton untuk kopi robusta
dan 76,56 ton untuk kopi arabika. Untuk tanaman perkebunan kakao, luas areal
pada tahun 2010 mencapai 387,92 ha dengan produksi 203 ton. Komoditas kopi dan
kakao mempunyai peluang untuk dikembangkan karena permintaan kedua
komoditas ini masih tinggi dan berpeluang untuk diekspor (Tabel 6.2.3).
Komoditas pisang di Provinsi Bali hampir diperlukan setiap hari. Selain untuk
kebutuhan konsumsi, pisang di Bali digunakan untuk sarana upacara. Saat ini
kebutuhan pisang di Bali tidak mampu dipenuhi dari produksi sendiri dan sudah
dipasok dari luar Bali, seperti Jawa, NTB, NTT, Kalimantan, dan Sulawesi.
Berdasarkan kondisi tersebut maka pisang mempunyai potensi sangat tinggi
diusahakan apalagi produksi pisang di Bali hanya dipasok dari kebun/pekarangan
yang tidak diusahakan secara intensif.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 288
Budi daya ikan air tawar di Bali dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan
ikan untuk pangan/konsumsi. Selain itu, saat ini berkembang hobi memancing pada
kolam-kolam ikan air tawar dan dilombakan. Dengan demikian, usaha budi daya ikan
air tawar akan menghasilkan pendapatan dari produksi ikan dan usaha/lomba
memancing.
KPJU potensial untuk sektor industri pengolahan di Kabupaten Gianyar
adalah eceran bunga potong dan tanaman hias. Eceran bunga potong dan tanaman
hias menjadi potensial untuk memenuhi kebutuhan hotel dan pertamanan.
Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran, KPJU potensial di Kabupaten
Gianyar adalah perdagangan/pasar khusus hewan piaraan dan ternak. Jenis usaha
perdagangan /pasar khusus hewan piaraan dan ternak menjadi potensial karena
hobi beberapa masyarakat yang menyukai beberapa hewan piaraan dan ternak.
Selain itu, pasar hewan juga menjadi tempat usaha yang potensial untuk
melaksanakan transaksi jual beli ternak.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 289
6.2.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Tabanan
1. Profil Kabupaten Tabanan
Kabupaten Tabanan adalah salah satu kabupaten dari sembilan
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, yang terkenal dengan julukan “Kabupaten
Lumbung Beras”. Terletak di bagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan
memiliki luas wilayah 839,33 km² yang terdiri atas daerah pegunungan, dataran, dan
pantai. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara 1140--54’ 52”
bujur timur dan 80 14’ 30”--80 30’07” lintang selatan.
Topografi Kabupaten Tabanan terletak di antara ketinggian 0 – 2.276 m dpl,
dengan perincian pada ketinggian 0--500 m dpl merupakan wilayah datar dengan
kemiringan 2 – 15%. Sebaliknya, pada ketinggian 500--1.000 m dpl merupakan
wilayah datar sampai miring dengan kemiringan 15--40%. Daerah-daerah yang
mempunyai kemiringan 2--15% dan 15 --40% merupakan daerah yang cukup subur
tempat para petani melakukan kegiatan usaha pertanian untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan sebagian lagi dikomersialkan. Daerah-daerah yang mempunyai
ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut dan dengan kemiringan 40% ke
atas merupakan daerah berbukit- bukit dan terjal.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah di sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan pegunungan,
seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m), Gunung Pohen
(2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan (2.020 m); di
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi oleh Tukad Yeh
Sungi, Tukad Yeh Ukun, dan Tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan dibatasi oleh
Samudra Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km; di sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let.
Wilayah Kabupaten Tabanan merupakan salah satu dari sembilan
kabupaten/kota dari luas wilayah mencapai 839,33 km2 atau 14,90% dari luas
Provinsi Bali, dan terletak pada ketinggian wilayah 0--2.276 m di atas permukaan
laut. Sebanyak 23.358 ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten
Tabanan merupakan lahan persawahan sehingga Kabupaten Tabanan dikenal
sebagai daerah agraris.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 290
Sebagaimana telah dimaklumi bersama, bahwa potensi unggulan
Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian kerena sebagian besar mata
pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta penggunaan lahan wilayah
Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas. Kabupaten Tabanan
terdiri atas sepuluh kecamatan yang meliputi Kecamatan Tabanan, Kecamatan
Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg
Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan,
Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti. Secara administrasi, Kabupaten
Tabanan berdasarkan data tahun 2006 memiliki 123 desa dinas, 345 desa
pekraman, 784 banjar dinas, dan 365 subak, dengan jumlah penduduk pada tahun
2006 sebanyak 410.162 jiwa yang terdiri atas 203.394 jiwa penduduk laki-laki dan
206.768 jiwa penduduk perempuan. Terdapat 25 objek dan daya tarik wisata yang
terdiri atas objek wisata alam sebanyak 17 objek, objek wisata sejarah sebanyak 1
obyek, dan objek wisata budaya sebanyak 7 objek. Di samping itu, juga terdapat
akomodasi pariwisata hotel berbintang sebanyak 2 buah dengan kapasitas 225
kamar, hotel melati sebanyak 28 buah dengan kapasitas 381 kamar, dan pondok
wisata sebanyak 40 buah dengan kapasitas 244 kamar. Jumlah rumah makan dan
restoran sebanyak 45 buah dan bar sebanyak 2 buah.
Kabupaten Tabanan berada di daerah tropis dengan dua musim yang
berbeda antara musim kemarau dan musim penghujan dengan diselingi musim
pancaroba. Temperatur udara bervariasi dan ditentukan oleh ketinggian tempat,
rata-rata berkisar 27,60C. Keadaan pengairan dipengaruhi oleh bentuk pantai dan
curah hujan yang menjadi sumber penyimpanan air dan sumber pengairan di
samping danau yang luasnya 377 ha terletak di Kecamatan Baturiti.
Berdasarkan potensi dan kondisi masyarakat Kabupaten Tabanan, asumsi
makro ekonomi sebagai landasan kebijakan dalam penyusunan anggaran adalah
tingkat pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tabanan. Tujuan yang ingin
diwujudkan adalah semakin tumbuh kembangnya industri pedesaan yang berbasis
pertanian sebagai media strategi untuk memacu perekonomian masyarakat desa
(petani) dengan meningkatkan nilai tambah petani melalui industri penanganan dan
pengolahan pascapanen diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 291
Penduduk merupakan aset pembangunan bila mereka dapat diberdayakan
secara optimal. Di samping itu, penduduk juga dapat menjadi beban pembangunan
apabila kualitas penduduk atau sumber daya manusianya rendah. Berdasarkan
hasil registrasi penduduk tahun 2010, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat
sebanyak 431.162 jiwa dengan laju pertumbuhan alaminya sebesar 0,15.
Berdasarkan jenis kelamin, dari 431.162 jiwa, 214.264 (49,69%) di antaranya
merupakan penduduk laki laki dan 216.898 (50,31%) merupakan penduduk
perempuan. Dilihat dari komposisi penduduknya, rasio jenis kelamin atau sex ratio
penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah sebesar 98,79. Artinya, dari
setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Tabanan terdapat 99 penduduk laki
laki.
Luas wilayah Kabupaten Tabanan sebesar 839 km2, jumlah penduduk
sebanyak 431.162 jiwa, dan kepadatan penduduknya mencapai 513 jiwa per km2.
Apabila dilihat tingkat kepadatan penduduk per kecamatan, persebaran penduduk di
Kabupaten Tabanan tidak merata. Terdapat beberapa kecamatan yang tingkat
kepadatan penduduknya jauh di atas rata-rata, antara lain Kecamatan Kediri (1.399
jiwa per km2), Tabanan (1.235 jiwa per km2), Marga (970 jiwa per km2), Kerambitan
(930 jiwa per km2), dan Baturiti (515 jiwa per km2), sedangkan lainnya tingkat
kepadatan penduduknya di bawah 500 jiwa per km2.
2. KPJU Unggulan
Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang
mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga
kerja berdasarkan kondisi yang prospektif serta mempunyai daya saing tinggi. KPJU
unggulan dan potensial tersebar hanya ke dalam tujuh sektor perekonomian, kecuali
pertambangan dan penggalian serta listrik, gas, dan air bersih, seperti tersaji pada
Tabel 6.2.4.
Sekalipun demikian, belum tentu pada setiap sektor, baik di tingkat
kecamatan maupun kabupaten terdapat KPJU unggulan karena memang tidak ada
jenis KPJU di kecamatan atau kabupaten yang bersangkutan unggul dilihat dari
empat kriteria, yakni rumah tangga yang terlibat, ketersediaan bahan baku/sarana
produksi, jangkauan pemasaran, dan sumbangan terhadap perekonomian daerah.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 292
Sebaliknya, bisa terjadi dalam suatu sektor terdapat banyak KPJU unggulan dan
potensial dilihat dari empat kriteria yang dijadikan sebagai acuan.
Sepuluh KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Tabanan, yaitu
padi sawah, babi, kelapa, sapi, ayam, jagung, kopi, cengkeh, kakao, dan
penangkapan ikan di laut. Kesepuluh kpju ini tersebar di satu kecamatan atau lebih
di Kabupaten Tabanan. Misalnya, padi sawah tersebar di semua kecamatan, yang
luas arealnya bervariasi antarkecamatan. Namun, ada juga KPJU, seperti ayam
yang diusahakan secara komersial hanya terdapat di Kecamatan Penebel,
sedangkan di kecamatan lainnya memang mengusahakan budi daya ayam, tetapi
hanya dilakukan secara terbatas. Disebutkan sebagai unggulan karena dalam
pengusahaannya melibatkan banyak pengusaha, keterjangkauan pemasaran,
tersedianya bahan baku atau saprodi, dan memiliki kontribusi signifikan terhadap
perekonomian Kabupaten Tabanan, karena secara agregat pendapatan rumah
tangga para pengusaha ayam menjadi pendapatan regional Tabanan.
Kabupaten Tabanan tidak memiliki KPJU di sektor pertambangan dan
penggalian karena memang tidak memiliki sumber daya yang memadai. Kemudian,
industri pengolahan yang diartikan sebagai industri pengolahan bahan baku menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi sehingga memiliki nilai tambah bagi
pengolahnya, bagi perekonomian daerah, bagi masyarakat, dan yang lebih penting
lagi dapat menyerap tenaga kerja sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah
keluarga miskin. Kesepuluh KPJU unggulan di sektor industri pengolahan, yakni
penyosohan beras (RMU), kopra dan minyak goreng, industri pengolahan kopi
bubuk, industri kerajinan batu, industri pengolahan kacang merah dan kapri, industri
garment, industri jajan upacara agama Hindu, industri gerabah, industri genteng, dan
industri makanan aneka keripik. KPJU-KPJU di sektor industri pengolahan ini harus
dipertahankan, dipelihara, dan dibina sehingga tetap menjadi unggul dan memiliki
daya saing.
Pada sektor bangunan/konstruksi di Kabupaten Tabanan, KPJU yang unggul
adalah hanya satu jenis, yakni kontraktor konstruksi bangunan dan KPJU ini pun
hanya terdapat di Kecamatan Tabanan. KPJU kontraktor konstruksi bangunan ini
bervariasi, mulai dari menangani pekerjaan jalan, jembatan, saluran irigasi, dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 293
konstruksi gedung, baik untuk kepentingan proyek pemerintah, swasta, maupun
kepentingan individu.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Tabanan,
terdapat sepuluh KPJU yang menjadi unggulan, yakni homestay, restoran dan
rumah makan, hotel melati, vila, mini market dan toko kelontong, kios produk
kerajinan, perdagangan produk pertanian, konter HP, perlengkapan pakaian dan
tekstil (mote dan renda), dan perdagangan eceran bunga potong dan tanaman hias.
Perdagangan produk-produk pertanian tersebar luas pada semua kecamatan di
Kabupaten Tabanan. Sementara itu, KPJU unggulan yang berkaitan dengan
pariwisata tersebar di semua kecamatan, terutama wisata pantai yang dimulai dari
Kecamatan Kediri sampai dengan Selemadeg Barat. Sebaliknya, di Kecamatan
Pupuan, Penebel, Marga, dan Baturiti juga terdapat destinasi wisata yang sudah
populer, masing-masing wisata pilgrim, wisata alam Jati Luwih, objek wisata Alas
Kedaton, objek wisata Danau Beratan, dan objek wisata Kebun Raya Bedugul.
KPJU unggulan sektor Pengangkutan dan komunikasi, yakni angkutan danau
boat, angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan,
jasa pengiriman paket, bus trayek, bus carter, warnet, dan ojek. Sementara itu,
KPJU unggulan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yakni LPD,
KUD, BPR, KSP, dan KSU. Pada sektor jasa-jasa lain terdapat sepuluh KPJU
unggulan, yakni objek wisata Danau Beratan, objek wisata Alas Kedaton, objek
wisata pantai, objek wisata air panas Angseri, objek wisata alam Jati Luwih, objek
wisata kupu-kupu, jJasa perbengkelan, pangkas rambut dan salon kecantikan,
penjahitan pakaian, dan jasa binatu/laundry. Ke depan KPJU unggulan ini harus
dipertahankan dan dikembangkan dalam pengertian dibina karena tidak hanya
mampu menyerap tenaga kerja banyak, tetapi juga memiliki kontribusi terhadap
perekonomian daerah.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 294
Tabel 6.2.4
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Tabanan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Babi (3) Kelapa (4) Sapi (5) Ayam (6) Jagung (7) Kopi (8) Cengkeh (9) Kakao (10) Penangkapan ikan di laut
(1) Pisang (2) Bunga pacar air (3) Durian (4) Sawo (5) Kelinci (6) Itik (7) Kambing (8) Manggis (9) Kakao (10) Vanili
2 Pertambangan dan Penggalian
-
-
3 Industri Pengolahan
(1) Penyosohan beras (RMU) (2) Kopra dan minyak goreng (3) Industri pengolahan kopi
bubuk (4) Industri kerajinan batu (5) Industri pengolahan kacang
merah dan kapri (6) Industri garment (7) Industri jajan upacara agama
Hindu (8) Industri gerabah (9) Industri genteng (10) Industri makanan aneka
keripik
(1) Industri gula merah (2) Industri pengolahan
juice markisa (3) Industri pengolahan
juice terong belanda (4) Industri pengolahan
tempe (5) Industri pengolahan
tahu
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan dan Konstruksi
(1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Homestay (2) Restoran dan rumah makan (3) Hotel melati (4) Vila (5) Mini market dan toko
kelontong (6) Kios produk kerajinan (7) Perdagangan produk
pertanian (8) Konter HP (9) Perlengkapan pakaian dan
tekstil (mote dan renda) (10) Perdagangan eceran bunga
potong dan tanaman hias
(1) Pasar induk hortikultura
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 295
Tabel 6.2.4 lanjutan
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan danau boat (2) Angkutan darat barang (truk) (3) Angkutan penumpang perkotaan
dan pedesaan (4) Jasa pengiriman paket (5) Bus trayek (6) Bus carter (7) Warnet
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KUD (3) BPR (4) KSP (5) KSU
(1) Money changer
9 Jasa-jasa (1) Objek wisata dDanau Beratan (2) Objek wisata Alas Kedaton (3) Objek wisata pantai (4) Objek wisata air panas
Angseri (5) Objek wisata alam Jati Luwih (6) Objek wisata kupu-kupu (7) Jasa perbengkelan (mobil dan
motor) (8) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (9) Penjahitan pakaian (10) Jasa binatu/laundry
(1) Ojek (2) PAUD (3) Pramuwisata (4) Fotokopi
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda
KPJU unggulan pada sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten
Tabanan mampu menciptakan setidaknya delapan KPJU unggul, yaitu angkutan
danau boat untuk wisata di Danau Beratan, angkutan darat barang (truk), angkutan
penumpang perkotaan dan pedesaan, jasa pengiriman barang, bus trayek, bus
pariwisata, warnet, dan ojek. Kedelapan KPJU ini memiliki keunggulan tersediri
terutama dalam mendukung sektor pariwisata yang berpotensi meningkatkan
kesejahteraan masayarakat Tabanan. Oleh karena itu, KPJU-KPJU unggulan ini
harus dibina dan dipertahankan sehingga tetap berperan dalam mendukung aktivitas
sektor ekonomi lainnya.
KPJU unggulan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di
Kabupaten Tabanan terdapat lima KPJU unggulan, yakni LPD, BPR, KSP, KSU, dan
KUD. Kelima KPJU unggulan di sektor ini memiliki peran strategis dalam hal
transaksi dan mediasi keuangan, baik berupa peminjaman, pembayaran, maupun
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 296
penyimpanan dana pihak ketiga. Kehadiran KPJU-KPJU unggulan di sektor ini
mampu mempercepat transaksi keuangan sehingga memperlancar pergerakan roda
perekonomian. Oleh karena itu, keberadaan KPJU-KPJU unggulan ini harus tetap
dipertahankan dan dibina.
Sektor jasa-jasa di Kabupaten Tabanan mampu menciptakan sedikitnya
sepuluh KPJU unggulan, yakni objek wisata Danau Beratan, objek wisata Alas
Kedaton, objek wisata pantai, objek wisata air panas Angseri, objek wisata alam Jati
Luwih, objek wisata kupu-kupu, jasa perbengkelan (mobil dan motor), pangkas
rambut dan salon kecantikan, penjahitan pakaian, dan jasa binatu/laundry. KPJU-
KPJU unggulan pada sektor ini, lebih didominasi oleh jasa pariwisata yang
merupakan salah satu lokomotif perekonomian selain padi sawah dan hortikultura.
3. KPJU Potensial
Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) potensial adalah KPJU yang tidak
masuk dalam lima KPJU unggulan kecamatan atau sepuluh KPJU unggulan di
tingkat kabupaten. Berdasarkan hasil diskusi dan pendapat para pakar setempat
diketahui bahwa KPJU dengan adanya perlakuan atau kebijakan tertentu akan
menjadi potensial untuk dikembangkan karena telah lolos di tingkat kecamatan
dengan memenuhi kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran,
sumbangan terhadap perekonomian lokal, dan ketersediaan bahan baku.
Berdasarkan “Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)” di tingkat
kecamatan dan setelah diskusi dengan para pejabat teknis di tingkat kecamatan dan
kabupaten, maka di sektor pertanian terdapat sepuluh KPJU potensial yang
ditemukan pada hampir semua kecamatan, yakni pisang, bunga pacar air, durian,
sawo, kelinci, itik, kambing, manggis, kakao, dan vanili, seperti tersaji pada Tabel
6.2.4. Khusus, strawbery, brokoli, bunga pacar air, dan kelinci lebih banyak
ditemukan di kecamatan Baturiti. Sebaliknya, pisang, manggis, dan sawo lebih
banyak ditemukan di Kecamatan Selemadeg Barat, Selemadeg, sampai di
Selemadeg Timur. Akan lebih memiliki nilai ekonomis jika semua produk yang
dihasilkan, dikelola hingga menjadi produk jadi atau minimal produk setengah jadi
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan. Industri-industri ini
masih berupa embrio dan jika memperoleh sentuhan atau pemberdayaan dari
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 297
tangan-tangan bijak, baik berupa pelatihan keterampilan, teknologi tepat guna,
bantuan permodalan, maupun promosi dalam memasarkan hasil produksi, maka
industri-industri ini berpotensi berkembang menjadi unggulan. Kakao dan vanili
sempat menjadi unggulan di Kabupaten Tabanan, tetapi karena pernah terkena
virus dan musim hujan berkepanjangan sehingga banyak petani yang
mengkonsentrasikan usaha hanya pada kopi dan cengkeh. Oleh karena itu,
pemerintah dan pemerhati tanaman kakao dan vanili segera perlu mencari solusi
untuk mengatasi penyakit yang pernah dialami.
KPJU potensial di sektor industri pengolahan ada lima jenis, yang terdapat di
hampir semua kecamatan, yakni industri gula merah, industri pengolahan juice
markisa, industri pengolahan juice terong belanda, industri pengolahan tempe, dan
industri pengolahan tahu. Khusus industri pengolahan minyak dari daun cengkeh
hanya terdapat pada daerah penghasil cengkeh di Tabanan. Pengolahan
hortikultura berupa markisa dan terong belanda lebih banyak ditemukan di
Kecamatan Baturiti.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat satu jenis KPJU
potensial, yang terdapat pada hampir semua kecamatan, yakni pasar induk
hortikultura tingkat kecamatan. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan di Kecamatan Kediri terdapat satu jenis KPJU potensial, yakni money
changer. Khusus jasa money changer lebih didominasi pada Kecamatan Kediri,
khususnya di Tanah Lot.
Pada sektor jasa-jasa lain, di Kabupaten Tabanan terdapat tiga jenis KPJU
potensial, yakni PAUD, pramuwisata, dan fotokopi. Ketiga KPJU ini
perkembangannya masih tahap awal atau rintisan dan belum berkembang bila
dibandingkan dengan KPJU unggulan lainnya. Namun, jika KPJU-KPJU ini
memperoleh sentuhan pemerintah atau swasta, maka ketiga KPJU potensial ini
memiliki peluang untuk menjadi unggulan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 298
6.2.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Bangli
1. Profil Kabupaten Bangli
Kabupaten Bangli posisinya berada di tengah-tengah Provinsi Bali sehingga
satu-satunya kabupaten di Provinsi Bali yang tidak memiliki pantai/laut. Di sebelah
utaranya berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, di sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Klungkung, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Gianyar, dan di sebelah baratnya sebagian berbatasan dengan Kabupaten Badung
dan sebagian lagi dengan Kabupaten Buleleng. Secara fisik di bagian selatan
merupakan dataran rendah dengan dominasi tanaman padi sawah dan di bagian
utara merupakan pegunungan dengan dominasi tanaman pangan dan perkebunan,
seperti jeruk , sayur-sayuran, dan kopi.
Luas wilayah Kabupaten Bangli 520,81 km2 atau 9,25 persen dari luas
Provinsi Bali. Tata guna lahannya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu lahan
pertanian 69,8 persen (36.370 ha) dan nonpertanian 30,2 persen (15.711 ha). Lahan
pertanian sebagian besar (30.327 ha) merupakan tegal/kebun/perkebunan dengan
tanaman, antara lain kopi, sayuran, dll. Pemanfaatan lahan pertanian untuk sawah
hanya 2.890 ha, dan ini tersebar di tiga kecamatan, yaitu Tembuku, Bangli, dan
Susut. Tanah nonpertanian lebih dari separohnya merupakan hutan negara dengan
konsentrasi di Kecamatan Kintamani.
Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Bangli
215.353 orang ( 5,53 persen persen dari total penduduk Provinsi Bali) dengan sex
ratio 103, artinya dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103 penduduk
laki-laki. Dengan luas wilayah 520,81 km2 ini berarti bahwa tingkat kepadatan
penduduknya 413 orang/km2.
Struktur perekonomian Kabupaten Bangli masih berorientasi pada sektor
primer (pertanian dalam arti luas). Tahun 2009 kontribusi sektor ini dalam
pembentukan PDRB adalah paling tinggi yaitu 36,4 persen, kemudian disusul
berturut-turut oleh sektor perdagangan, hotel & restoran dan jasa-jasa masing-
masing 25,1 persen dan 19,7 persen (menurut harga konstan 2000).
Tahun 2009 di Kab Bangli jumlah angkatan kerjanya sebanyak 140.025
orang. Dari jumlah ini yang berstatus bekerja sebanyak 138.040 orang. Ini berarti
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 299
bahwa angkatan kerja yang menganggur sebanyak 1.985 orang (1,42 persen dari
angkatan kerja). Hampir 59,0 persen dari angkatan kerja yang bekerja terserap pada
sektor pertanian (dalam arti luas), kemudian disusul di sektor industri pengolahan
(14,8 persen) dan perdagangan, hotel & restoran (10,3 persen). Sisanya terserap
pada enam sektor yang lain dengan variasi antara 0,29 persen sampai dengan 7,1
persen.
2. KPJU Unggulan
Penentuan KPJU unggulan didasarkan atas empat aspek, yaitu (1) jumlah
unit usaha/rumah tangga yang terlibat didalamnya relatif banyak, (2) jangkauan
pemasarannya relatif luas, (3) ketersediaan bahan baku/sarana produksi
(saprodi/saprotan) dan atau sarana usaha cukup tersedia, dan (4) besarnya
kontribusi KPJU tersebut terhadap perekonomian daerah.
Dari seluruh sektor perekonomian yang ada, KPJU unggulan yang paling banyak
(sepuluh KPJU) hanya terdapat pada sektor pertanian. Hal ini sangat wajar karena
Kabupaten Bangli struktur perekonomiannya masih berorientasi pada sektor
pertanian. Tahun 2009 kontribusi sektor ini dalam pembentukan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) adalah paling besar, yaitu 36,4 persen. Dari sisi
penyerapan pekerja juga paling banyak, yaitu dari seluruh pekerja yang ada di
Kabupaten Bangli hampir 60,0 persen terserap pada sektor pertanian.
Sektor pertanian terdiri atas lima sub, yaitu (1) pertanian tanaman pangan, (2)
perkebunan, (3) peternakan, (4) kehutanan, dan (5) perikanan. Dari kelima sub-
sektor tersebut semuanya mempunyai KPJU unggulan, kecuali subsektor perikanan.
Pada subsektor pertanian tanaman pangan KPJU unggulannya adalah padi sawah,
jeruk, dan bawang merah. KPJU jeruk dan bawang merah hanya ada di Kecamatan
Kintamani, sedangkan padi sawah menyebar di semua kecamatan. Akan tetapi, di
Kecamatan Kintamani yang paling sedikit (produksi Kintamani hanya 3,7 persen dari
produksi kabupaten). Subsektor perkebunan mempunyai tiga KPJU unggulan, yaitu
kopi, cengkeh dan kelapa. Kopi terkonsentrasi di Kecamatan Kintamani dengan kopi
arabikanya, sedangkan cengkeh terdapat di Kecamatan Tembuku. Kelapa menyebar
di tiga kecamatan tidak termasuk Kecamatan Kintamani. Pada subsektor peternakan
KPJU unggulannya meliputi ayam, sapi, dan babi. Ketiga KPJU unggulan ini
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 300
menyebar di semua kecamatan, tetapi babi dan ayam terkonsentrasi di Kecamatan
Susut, sedangkan sapi paling banyak di Kecamatan Kintamani. Pada subsektor
kehutanan hanya ada satu KPJU unggulan, yaitu hutan bambu. Hutan bambu
menyebar di semua kecamatan tetapi terkonsentrasi di Kecamatan Bangli. Bambu di
samping menjadi bahan baku industri kerajinan bambu, juga dijual antarkabupaten
yang kemudian banyak dimanfaatkan dalam pembangunan perumahan atau
bangunan lainnya.
Kontribusi sektor industri pengolahan dalam pembentukan PDRB hanya 8,2
persen (2009), sedangkan perannya dalam menyerap pekerja 14,8 persen. Pada
sektor industri terdapat delapan KPJU unggulan, yaitu (1) kerajinan kayu, (2) industri
makanan dan minuman, (3) kerajinan dari logam, (4) kerajinan bambu, (5) kerajinan
alat upacara, (6) garment, (7) penyosohan beras, dan (8) pengolahan kopi
gelondongan menjadi butiran. Kebanyakan industri yang ada tergolong sebagai
industri kerajinan rumah tangga. Hampir semua dari industri tersebut tersebar di tiga
kecamatan tidak termasuk Kecamatan Kintamani. Di sisi lain semua industri tersebut
(kecuali industri dari logam) memanfaatkan bahan baku lokal, seperti bambu, kayu,
kopi gelondongan, dll. Saat ini hasil olahan kopi gelondongan berupa kopi butiran
sudah menembus pasar ekspor, yaitu Korea.
Kontribusi sektor perdagangan, hotel & restoran dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Bangli menempati proporsi besar kedua setelah sektor pertanian, yaitu
sebanyak 25,1 persen. Akan tetapi, sektor ini hanya menyerap pekerja 10,3 persen
dari seluruh pekerja. Komoditas yang banyak diperdagangkan adalah hasil-hasil
pertanian. Seperti disebutkan di atas bahwa sektor pertanian di Kabupaten Bangli
mempunyai sepuluh KPJU unggulan yang tersebar di empat subsektor tidak
termasuk subsektor perikanan. Di samping itu, Kabupaten Bangli juga tidak terhindar
dari serbuan pasar modern dan konter HP. Memang pasar modern yang ada baru
terbatas pada mini market, tetapi bagaimanapun juga pasar ini tetap berpotensi
mengancam pasar tradisional atau pedagang eceran barang-barang kelontong.
Konter HP juga sudah merambah ke daerah pedesaan. Kedua hal di atas tidak
dapat lepas dari gaya hidup masyarakat yang ingin disebut sebagai masyarakat
modern.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 301
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka KPJU unggulan yang
berkaitan dengan pariwisata adalah hotel dan restoran/rumah makan. Akan tetapi,
banyak di antara restoran/rumah makan tersebut lokasinya rawan longsor dan
mengganggu view pemandangan alam ke arah gunung/kaldera/Danau Batur.
Sarana penunjang pariwisata lain yang juga termasuk sebagai KPJU unggulan
adalah hotel melati dan artshop/kios suvenir. Hampir semua sarana pariwisata ini
berlokasi di Kecamatan Kintamani. Akan tetapi, sarana pariwisata tersebut kurang
berkembang seiring dengan menurunnya citra pariwisata kawasan wisata
Penelokan.
Kontribusi sektor angkutan dan komunikasi dalam pembentukan PDRB
ataupun menyerap pekerja relatif kecil, yaitu masing-masing sekitar 2,0 persen.
Sektor ini mempunyai lima KPJU unggulan, yaitu (a) angkutan barang, (b) angkutan
penumpang, (c) bus bertrayek, (d) angkutan penyeberangan danau, dan (e) warnet.
Dari kelima KPJU ini yang cukup prospektif adalah angkutan barang. Angkutan ini
sangat penting salah satunya berkaitan dengan banyaknya KPJU unggulan di sektor
pertanian. Sebaliknya, KPJU unggulan angkutan penumpang dan bus bertrayek
harus bersaing ketat dengan mobil pribadi dan sepeda motor yang akhir-akhir ini
mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi. Hal ini salah satunya karena relatif
mudahnya orang-orang untuk memperoleh kredit kepemilikan baik untuk sepeda
motor maupun mobil. Angkutan danau berkaitan erat dengan menurunnya citra
pariwisata di daerah ini. Isu mengenai seringnya terjadi pemerasan terhadap
wisatawan yang menyeberang menuju kuburan Desa Trunyan menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan jenis angkutan ini kurang prospektif. Warnet juga kurang
prospektif karena harus bersaing ketat dengan HP/BB yang sekaligus juga dapat
berfungsi sebagai internet.
Sektor keuangan hanya berperan 3,5 persen dalam pembentukan PDRB,
sedangkan kemampuannya menyerap pekerja hanya sekitar 1,0 persen. Sektor ini
mempunyai enam KPJU unggulan, yaitu LPD, KSP, BPR, Koperasi Serba Usaha,
money changer, dan KUD. Semua KPJU unggulan ini kecuali money changer
tersebar di semua kecamatan. LPD sudah ada di semua desa, sedangkan KPJU
yang lain hanya ada di ibu kota kecamatan. LPD, KSP, dan Koperasi Serba Usaha
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 302
lebih diminati oleh masyarakat di pedesaan karena persyaratan dan prosedur
pepinjamamnya relatif mudah.
Sektor jasa terdiri atas dua subsektor, yaitu jasa pemerintahan umum dan
swasta. Termasuk dalam subsektor swasta adalah jasa sosial kemasyarakatan,
hiburan & rekreasi, dan perorangan & rumah tangga. Kontribusi sektor jasa dalam
pembentukan PDRB sebesar 19,7 persen dan menyerap pekerja 7,13 persen dari
seluruh pekerja yang ada di Kabupaten Bangli. Sektor ini mempunyai lima KPJU
unggulan, yaitu jasa perbengkelan (sepeda motor dan mobil), penjahitan pakaian,
pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa binatu, dan pramuwisata. Semua KPJU
unggulan ini tergolong sebagai jasa perorangan. Semua KPJU di atas, kecuali
pramuwisata prospeknya cukup baik karena berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat banyak. Pramuwisata tidak dapat dilepaskan dari citra yang kurang baik
dari kawasan pariwisata Penelokan.
Perlu dicatat bahwa relatif tingginya kontribusi sektor jasa dalam
pembentukan PDRB dan menyerap pekerja tampaknya lebih banyak karena peran
dari subsektor pemerintahan umum dibandingkan dengan subsektor jasa swasta.
Subsektor jasa swasta seperti disebutkan sebelumnya meliputi jasa sosial
kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan. Dengan demikian,
diperkirakan kontribusi lima KPJU unggulan tersebut, baik dalam membentuk PDRB
maupun menyerap pekerja relatif kecil.
3. KPJU Potensial
KPJU potensial di Kabupaten Bangli hanya ada di sektor pertanian dan jasa-
jasa. Sektor pertanian mempunyai sembilan KPJU potensial. Hampir semua
subsektor yang termasuk dalam sektor pertanian mempunyai KPJU potensial.
Subsektor tanaman pangan mempunyai KPJU potensial yang paling banyak, yaitu
ubi kayu, kubis, pisang, ubi jalar, dan durian (Tabel 6.2.5). Akan tetapi,
pengembangan komoditas ini hanya dapat dilakukan sebagai tanaman sela. Di
subsektor perikanan hanya ada satu KPJU potensial, yaitu ikan danau (ikan mujair).
Pemda setempat sudah menjadikan ikan danau ini sebagai salah satu wisata
kuliner. Subsektor peternakan mempunyai dua KPJU potensial, yaitu kambing dan
itik. Kambing cukup potenasial karena tersedia banyak hijauan makanan ternak. Itik
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 303
dapat dikembangkan pada daerah-daerah yang mempunyai lahan sawah. Subsektor
perkebunan hanya mempunyai satu KPJU potensial, yaitu kakao dan
pengembangannya juga dalam bentuk tanaman sela.
KPJU potensial lainnya adalah di sektor jasa-jasa, yaitu PAUD. PAUD
potensial dikembangkan terutama di daerah perkotaan seiring dengan makin
sadarnya masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini.
Tabel 6.2.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial
di Kabupaten Bangli
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Ayam (2) Sapi (3) Padi sawah (4) Babi (5) Jeruk (6) Kopi (7) Hutan bambu (8) Cengkeh (9) Bawang merah (10) Kelapa
(1) Ubi kayu (2) Kubis (3) Ubi jalar (4) Pisang (5) Ikan danau (mujair) (6) Kambing (7) Itik (8) Durian (9) Kakao
2 Penggalian - -
3 Industri pengolahan (1) Kerajinan kayu (2) Industri makanan/minuman (3) Kerajinan dari logam
(emas/perak) (4) Kerajinan bambu (5) Kerajinan alat upacara
agama Hindhu (6) Garment (7) Penyosohan beras (RMU) (8) Pengolahan kopi gelondong
4 Listrik dan Air Minum
- -
5 Bangunan Kontraktor konstruksi bangunan -
6 Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
(1) Perdagangan produk pertanian
(2) Restoran/rumah makan (3) Hotel melati (4) Home stay (5) Artshop/kios suvenir (6) Mini market dan toko
kelontong (7) Warung makan (8) Konter HP
-
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 304
Tabel 6.2.5 lanjutan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
(1) Angkutan barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan/pedesaan (3) Bus trayek (4) Angkutan penyeberangan
danau (5) Warnet
-
8 Keuangan (1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) Koperasi Serba Usaha (5) KUD (6) Money changer
9 Jasa-jasa (1) Jasa perbengkelan (sepeda motor dan mobil)
(2) Pejahitan pakaian (3) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (4) Jasa binatu/laundry (5) Pramuwisata
PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 305
6.2.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Klungkung
1. Profil Kabupaten Klungkung
Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten yang paling kecil dari sembilan
kabupaten/kota di Provinsi Bali, terletak di antara 115° 27'--37'' 8° 49' 00'' LS
dengan batas-batas, di sebelah utara Kabupaten Bangli, sebelah timur Kabupaten
Karangasem, sebelah barat Kabupaten Gianyar, dan sebelah selatan Samudra
Indonesia, dengan luas wilayah 315 km². Kabupaten Klungkung merupakan dataran
pantai, dengan panjang pantai sekitar 90 km, yang tersebar di Kabupaten Klungkung
daratan sepanjang 20 km dan di Pulau Nusa Penida sepanjang 70 km (Klungkung
dalan Angka, 2009).
Sepertiga wilayah Kabupaten Klungkung (112,16 km²) terletak di daratan
Pulau Bali dan dua pertiganya (202,84 km ²) merupakan kepulauan, yaitu Nusa
Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan. Menurut penggunaan lahan,
Kabupaten Klungkung terdiri atas lahan sawah 4.013 hektaree, lahan kering 9.631
hektaree, hutan negara 202 hektaree, perkebunan 10.060 hektaree dan lain-lain
7.594 hektaree. Bukit yang ada di Kabupaten Klungkung bernama Bukit Mundi yang
terletak di Kecamatan Nusa Penida.
Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombang bahkan sebagian
besar berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus. Hanya sebagian kecil
merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan tanah di atas 40% (terjal) adalah
seluas 16,47 km2 atau 5,32% dari Kabupaten Klungkung. Bukit dan gunung tertinggi
bernama Gunung Mundi yang terletak di Kecamatan Nusa Penida.
Sumber air adalah mata air dan sungai hanya terdapat di wilayah daratan
Kabupaten Klungkung yang mengalir sepanjang tahun. Sebaliknya, di Kecamatan
Nusa Penida sama sekali tidak ada sungai. Sumber air di Kecamatan Nusa Penida
adalah mata air dan air hujan yang ditampung dalam cubang oleh penduduk
setempat.
Kabupaten Klungkung termasuk beriklim tropis. Bulan-bulan basah dan bulan-
bulan kering antara Kecamatan Nusa Penida dan Kabupaten Klungkung daratan
sangat berbeda. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan
iklim, keadaan topografi, dan perputaran pertemuan arus udara. Oleh karena itu,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 306
jumlah curah hujan beragam. Pencatatan curah hujan dilakukan di tiap-tiap
kecamatan. Di Kecamatan Nusa Penida dan tiga tempat pengamatan yaitu,
Sampalan, Prapat, dan Klumpu. Di Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan
Klungkung, dan Kecamatan Dawan masing-masing satu tempat pengamatan. Pada
tahun 2008, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 1.469 mm dan
terendah terjadi pada bulan Juni, yaitu 72 mm. Jika dilihat per kecamatan, curah
hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Klungkung sebesar 2.185 mm, Banjarangkan
1.988 mm, Nusa Penida 1.562,67 mm, dan Dawan 1.477 mm (Klungkung dalam
Angka, 2008 hal.5).
Penduduk merupakan salah satu sumber daya pembangunan karena
penduduk itu sendiri berperan penting dalam proses pembangunan. Berdasarkan
hasil registrasi, jumlah penduduk Kabupaten Klungkung tahun 2008 adalah 176.822
jiwa, yang tersebar, yaitu 73,17% berada di daratan Klungkung (Banjarangkan,
Dawan, dan Klungkung), sedangkan 26,83% berada di Kepulauan Nusa Penida
(Nisa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan). Jumlah penduduk di tiap-tiap
kecamatan, yaitu Nusa Penida 47.448 jiwa, Banjarangkan 39.037 jiwa, Klungkung
54.111 jiwa, dan Dawan 36.226 jiwa. Dengan demikian, terdapat ketimpangan
kepadatan penduduk per kilometer persegi, yaitu di Kecamatan Nusa Penida 234
jiwa, Kecamatan Banjarangkan 854 jiwa, Kecamatan Klungkung 1.863 jiwa, dan
Kecamatan Dawan 969 jiwa.
Jumlah kepala keluarga tiap tahun bertambah dan pada tahun 2008
berjumlah 45.312 KK dengan rata-rata anggota keluarga rumah tangga empat orang
per KK. Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah perbandingan penduduk laki-laki dan
perempuan. Pada tahun 2008 sex ratio sebesar 97%. Jika dilihat sex ratio per
kecamatan, sex ratio tertinggi terdapat di Banjarangkan dan terendah di Kecamatan
Nusa Penida sebesar 95%.
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.
Mereka terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Perbandingan
penduduk yang tergolong angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja dikenal
dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK di Kabupaten KLungkung
tahun 2008 sebesar 80,89%. Berdasarkan lapangan pekerjaan, dari 103.567 orang
yang bekerja, 52,04% bekerja di sektor pertanian, 18,39% bekerja di sektor
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 307
perdagangan, hotel, dan rumah makan, dan di sektor lainnya yang masing-masing
tidak lebih dari 10% (Klungkung Dalam Angka, 2009).
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klungkung tahun
2007 atas dasar harga berlaku sebesar 1.837.631,14 miliar rupiah atau meningkat
sebanyak 194,24 miliar rupiah dibandingkan dengan tahun 2006. PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2007 sebesar 1.255.343 miliar rupiah atau meningkat sebesar
59,06 miliar dibandingkan dengan tahun 2006 (Klungkung Dalam Angka, 2009).
PDRB per kapita Kabupaten Klungkung atas dasar harga berlaku terus meningkat,
yaitu tahun 2000 mencapai Rp 5.212.671,72 dan pada tahun 2007 mencapai Rp
11.050.495,75.
2. KPJU Unggulan
Komoditas/produk/jenis/usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang
mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap
tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya. Di samping itu, juga
mempunyai daya saing tinggi. KPJU unggulan dan potensial tersebar ke dalam
sembilan sektor perekonomian, tetapi belum tentu pada setiap sektor di suatu
kecamatan atau kabupaten terdapat KPJU unggulan. Hal itu terjadi karena
memang tidak ada jenis KPJU di kecamatan atau kabupaten tersebut yang unggul
dilihat dari empat kriteria, yaitu rumah tangga yang terlibat, ketersediaan bahan
baku/sarana produksi, jangkauan pemasaran, dan sumbangan terhadap
perekonomian daerah. Mungkin juga dalam suatu sektor terdapat banyak KPJU
unggulan dan potensial dilihat dari empat kriteria sebelumnya.
Sepuluh KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Klungkung,
yaitu padi sawah, sapi, kelapa, penangkapan ikan laut, jagung, cabai, rumput laut,
jambu mete, kacang tanah, dan kedelai. Kesepuluh KPJU ini tersebar di satu
kecamatan atau lebih di Kabupaten Klungkung. Misal, padi tersebar di tiga
kecamatan, yaitu Klungkung, Dawan, dan Banjarangkan, yang luas arealnya
bervariasi antarkecamatan. Namun, ada juga KPJU seperti rumput laut hanya
terdapat di Kecamatan Nusa Penida, tetapi sudah menjadi unggulan kecamatan
dan kabupaten (Tabel 6.2.6).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 308
Tabel 6.2.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial
di Kabupaten Klungkung
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Kelapa (4) Penangkapan Ikan laut (5) Jagung (6) Cabai (7) Rumput laut (8) Jambu mete (9) Kacang tanah (10) Kedelai
(1) Kakao (2) Sawo (3) Kacang panjang (4) Cengkeh (5) Babi (6) Albesia (7) Pisang (8) Kacang merah (9) Jeruk
2 Pertambangan dan Penggalian
-
-
3 Industri Pengolahan
(1) Industri tenun endek dan songket (ATBM)
(2) Penyosohan beras (RMU)
(3) Industri pengolahan ikan laut (pemindangan)
(4) Industri uang kepeng (pis bolong)
(5) Industri perak dan selongsong peluru
(6) Industri gong (7) Industri lukisan wayang
klasik (8) Industri perlengkapan
upacara adat dan agama Hindu
(9) Industri jajanan basah (berbahan baku beras)
(10) Industri batako
(1) Industri kacang kace
(2) Industri kacang kapri
(3) Industri kacang asin
(4) Industri gula merah (5) Industri pengolahan
rumput laut (6) Industri pengolahan
buah dan biji mete
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan dan Konstruksi
(1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 309
Tabel 6.2.6. lanjutan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
6 Perdagangan, Hotel, dan restoran
(1) Mini market dan toko kelontong
(2) Konter HP (3) Perdagangan produk-
produk pertanian (4) Restoran/rumah makan (5) Hotel melati (6) Vlla
(1) Air minum isi ulang (di Nusa Penida)
(2) Vila (pantai Siyut, selatan Banjarangkan)
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan
(3) Warnet (4) Angkutan laut
penyeberangan barang dan orang (perahu motor)
(5) Jasa pengiriman barang (6) Ojek
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) KUD (5) KSU
-
9 Jasa-jasa (1) Binatu/laundry (2) Diving dan snorkeling (3) Wisata perdesaan (di
Lembongan dan Nusa Penida)
(4) Pramuwisata (5) Fotokopi (6) Pangkas rambut dan
salon kecantikan (7) Wisata alam rafting di
Bakas (8) Jasa perbengkelan
(motor dan mobil)
(1) Agrowisata (di Bukit Abah Dawan
(2) Wisata sejarah Kertagosa
(3) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 310
Di Kabupaten Klungkung tidak terdapat KPJU unggulan pada sektor
pertambangan dan penggalian karena penggalian pasir di sekitar Kecamatan
Klungkung sudah lama ditutup oleh pemerintah. Hal ini disebabkan oleh galian C
(pasir) yang digali sudah habis sehingga yang masih tersisa adalah lubang-lubang
menganga berisi air yang disebut lagoon. Para kontraktor penggalian C dan truk-
truk pengangkut pasir mengalihkan aktivitasnya ke Kabupaten Karangasem, di
sebelah Timur Kabupaten Klungkung, yang masih memiliki cadangan bahan galian
C berupa batu, pasir, dan kerikil, bahkan dijadikan KPJU unggulan oleh
Pemerintah Kabupaten Karangasem.
Industri pengolahan di sini diartikan sebagai industri yang mengolah bahan
baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga menghasilkan nilai
tambah bagi pengolahnya, bagi perekonomian daerah, bagi masyarakat dan
menyerap tenaga kerja. Sepuluh KPJU unggulan pada sektor industri pengolahan,
yaitu industri kerajinan tenun endek dan songket (ATBM), penyosohan beras/
penggilingan padi, industri pengolahan ikan laut, industri uang kepeng (pis bolong),
industri kerajinan perak dan selongsong peluru, industri kerajinan gong, industri
kerajinan lukisan wayang klasik, industri kerajinan perlengkapan upacara adat dan
agama Hindu, industry jajanan basah (berbahan baku beras), dan industri batako.
(Tabel 6.2.6). Namun dari 10 KPJU unggulan ini yang sangat terkenal adalah
industri kerajinan tenun endek dan songket (ATBM) yang terdapat di Kecamatan
Dawan dan di Kecamatan Nusa Penida dikenal dengan sebutan tenun cepuk.
Kabupaten Klungkung terkenal sebagai daerah seni, maka KPJU unggulan
yang sangat terkenal adalah yang berkaitan dengan seni dan budaya, seperti
industri uang kepeng di Kota Klungkung dan industri kerajinan perlengkapan
upacara adat dan agama Hindu di Desa Paksebali. Sebaliknya, industri kerajinan
lukisan wayang klasik, industri perak dan selongsong peluru terdapat di Kecamatan
Klungkung. Industri kerajinan gong/gamelan terdapat di Desa Tihingan. KPJU
industri pengolahan ini harus dipertahankan dan dibina sehingga tetap menjadi
unggulan dan memiliki daya saing. Misalnya, ukiran perak dan selongsong peluru
memang tidak ada duanya di Bali, apalagi di Indonesia. Oleh karena itu, industri ini
harus dibina terus dengan menyediakan bahan baku perak dan selongsong peluru
untuk diukir menjadi produk bernilai seni tinggi.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 311
Pada sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Klungkung, KPJU
yang unggul hanya satu jenis, yaitu kontraktor konstruksi bangunan, dan KPJU ini
pun hanya terdapat di Kecamatan Klungkung yang mewilayahi Kota Klungkung.
KPJU kontraktor konstruksi bangunan ini bervariasi, mulai dari menangani pekerjaan
jalan, jembatan, saluran irigasi, dan konstruksi gedung, baik untuk kepentingan
proyek pemerintah maupun kepentingan swasta.
KPJU unggulan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten
Klungkung, yaitu mini market dan toko kelontong, konter HP, perdagangan produk
pertanian, restoran/rumah makan, hotel melati, dan vila. Usaha mini market dan toko
kelontong (swalayan mini), konter HP, dan perdagangan produk pertanian hampir
menyebar di semua kecamatan. Sebaliknya, KPJU unggulan yang berkaitan dengan
pariwisata tersebar di destinasi wisata Kecamatan Nusa Penida, yang terdiri atas
destinasi wisata Pulau Lembongan, Ceningan, dan Pulau Nusa Penida. Ke depan
KPJU unggulan ini harus dipertahankan dan dikembangkan dalam pengertian dibina.
Hal itu penting karena tidak hanya mampu menyerap banyak tenaga kerja, tetapi
juga memiliki kontribusi terhadap perekonomian daerah. Misal, perkembangan
pariwisata yang pesat di Pulau Lembongan tidak hanya meninigkatkan kemakmuran
bagi masyarakat setempat, pekerja, dan pramuwisata, tetapi juga menjadi sumber
PAD pemerintah Kabupaten Klungkung.
Sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Klungkung mampu
menciptakan setidaknya enam KPJU unggulan, yaitu angkutan darat barang (truk),
angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, warnet, angkutan laut penyeberangan
barang dan orang (perahu motor), jasa pengiriman paket/surat, dan ojek. Keenam
KPJU ini memiliki keunggulan tersediri karena tanpa KPJU-KPJU ini perputaran roda
perekonomian akan macet. Perpindahan barang dan orang serta transmisi informasi
harus melalui KPJU-KPJU unggulan pada sektor ini. Oleh karena itu, KPJU-KPJU
unggulan ini harus dibina dan dipertahankan sehingga tetap berperan dalam
mendukung aktivitas sektor ekonomi lainnya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 312
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kabupaten Klungkung
menciptakan lima KPJU unggulan, yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Koperasi
Simpan Pinjam (KSP), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Koperasi Unit Desa (KUD),
dan Koperasi Serba Usaha (KSU). Kelima KPJU unggulan pada sektor ini memiliki
peranan penting dalam hal transaksi dan mediasi keuangan, baik berupa
peminjaman, pembayaran, maupun penyimpanan dana pihak ketiga. Kehadiran
KPJU-KPJU unggulan pada sektor ini mampu mempercepat transaksi keuangan
sehingga memperlancar pergerakan roda perekonomian. Oleh karena itu,
keberadaan KPJU-KPJU unggulan ini harus tetap dipertahankan dan dibina.
Sektor jasa-jasa lain di Kabupaten Klunkung mampu menciptakan sedikitnya
delapan KPJU unggulan, yaitu binatu/laundry, diving dan snorkeling, wisata
perdesaan (di Lembongan dan Nusa Penida), pramuwisata, fotokopi, pangkas
rambut dan salon kecantikan, wisata alam rafting (di Bakas), dan jasa
perbengkelan (motor dan mobil). KPJU-KPJU unggulan di sektor ini sifatnya
menyediakan jasa pelayanan kepada pelaku ekonomi pada sektor lain sehingga
dapat membantu kelancaran aktivitas pada sektor lain dalam mencapai tujuan
aktivitasnya. Misal, binatu/laundry menyediakan jasa dalam hal membersihkan
(mencuci) pakaian sehingga tujuan pelaku ekonomi sektor lain untuk mencapai
kerapian menampilan akan tercapai. Contoh lain, KPJU diving dan snorkeling yang
terdapat di Kecamatan Nusa Penida menyediakan jasa paket wisata diving dan
snorkeling sehingga tujuun wisatawan untuk mengetahui kondisi alam bawah laut
Nusa Penida akan tercapai. Oleh karena itu, keberadaan KPJU-KPJU unggulan
pada sektor ini harus dipertahankan. Hal itu penting karena tidak hanya bermanfaat
bagi pelaku usaha di KPJU tersebut, tetapi juga secara tidak langsung memiliki
kontribusi terhadap perekonomian regional klungkung.
3. KPJU Potensial
Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) potensial adalah KPJU yang tidak
masuk dalam lima KPJU unggulan kecamatan atau sepuluh KPJU unggulan di
tingkat kabupaten, tetapi berdasarkan hasil diskusi dan pendapat para pakar
setempat berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan dengan adanya perlakuan
atau kebijakan tertentu atau intervensi pihak luar (eksternal). KPJU ini potensial
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 313
untuk diberdayakan karena telah lolos di tingkat kecamatan dengan memenuhi
kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran, sumbangan terhadap
perekonomian local, dan ketersediaan bahan baku.
Berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE) di kecamatan dan
diskusi dengan para pejabat teknis di kecamatan dan kabupaten, maka pada sektor
pertanian di Kabupaten Klungkung terdapat sembilan KPJU potensial, yaitu kakao,
sawo, kacang panjang, cengkeh, babi, albesia, kacang merah, dan jeruk. Ke-9
KPJU potensial ini tersebar di empat kecamatan. Kakao terdapat di Kecamatan
Dawan, kacang panjang terdapat di Kecamatan Klungkung, sawo di Kecamatan
Dawan, dan Albesia di Kecamatan Klungkung (Tabel 6.2.6).
KPJU potensial pada sektor industri pengolahan di Kabupaten Klungkung ada
enam jenis yaitu, industri kacang kace, industri kacang kapri, industri kacang asin,
industri gula merah, industri pengolahan rumput laut, dan industri pengolahan buah
dan biji mete. Industri-industri ini masih berupa embrio. Jika memperoleh sentuhan
atau pemberdayaan dari tangan-tangan bijak, baik berupa pelatihan keterampilan
maupun pinjaman dan bantuan permodalan, dan promosi pemasaran, maka KPJU-
KPJU di sektor industri pengolahan memiliki potensi berkembang menjadi unggulan.
Misal, Kecamatan Nusa Penida memiliki KPJU unggulan rumput laut, maka di Nusa
Penida atau setidaknya di Kabupaten Klungkung terdapat potensi untuk mengolah
rumpur laut menjadi produk-produk olahan, seperti produk-produk kecantikan,
makanan, dsb. Potensi industri kacang kace, kacang asin, dan kacang kapri yang
baru mulai dirintis oleh sebuah kelompok wanita tani berpotensi dikembangkan
menjadi unggulan jika memperoleh perhatian dari pemerintah atau LSM, baik berupa
pelatihan keterampilan maupun pinjaman modal usaha untuk meningkatkan volume
usaha.
KPJU potensial pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada tiga jenis,
yaitu perdagangan produk-produk pertanian (di semua kecamatan), air minum isi
ulang di Kecamatan Nusa Penida dan Kecamatan Klungkung yang memiliki
penduduk terbanyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya, dan vila (pantai
Siyut, Kecamatan Banjarangkan). Ketiga jenis KPJU potensial ini memiliki potensi
untuk dikembangkan melalui campur tangan pihak luar, baik pemerintah, investor,
maupun pelaku ekonomi lainnya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 314
KPJU potensial di sektor jasa-jasa lain di Kabupaten Klungkung sebanyak
tiga jenis, yaitu agrowisata (di Bukit Abah, Kecamatan Dawan), wisata sejarah
Kertagosa di Kota Semarapura, pendidikan anak usia dini (PAUD) di Kecamatan
Klungkung. Namun, jika KPJU-KPJU ini memperoleh sentuhan pemerintah atau
swasta, maka kelima KPJU potensial ini memiliki peluang untuk menjadi unggulan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 315
6.2.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Karangasem
1. Profil Kabupaten Karangasem
Kabupaten Karangasem berada di belahan timur Pulau Bali, yang secara
administratif merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota di wilayah Provinsi
Bali. Kabupaten Karangasem berbatasan dengan wilayah-wilayah, yaitu sebelah
utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Selat
Lombok, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, dan sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Klungkung, Bangli, dan Buleleng
Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Karangasem adalah 839,54 km2
yang terbagi dalam delapan kecamatan, dengan luas masing-masing kecamatan,
yaitu (1) Kecamatan Rendang seluas 109,70 km2 (13,07%), Kecamatan Sidemen
seluas 35,15 km2 (4,19%), (3) Kecamatan Manggis seluas 69,83 km2 (8,32%), (4)
Kecamatan Karangasem seluas 94,23 km2 (11,22%), (5) Kecamatan Abang seluas
134,05 km2 (15,97), (6) Kecamatan Bebandem seluas 81,51 km2 (9,71%), (7)
Kecamatan Selat seluas 80,35 km2 (9,57%), dan (8) Kecamatan Kubu seluas
234,72 km2 (27,96%).
Secara geografis Kabupaten Karangasem terletak pada posisi 8°00'00"--
8°41'37,8" Lintang Selatan dan 115°35'9,8"--115°54'8,9" Bujur Timur. Kabupaten
Karangasem mempunyai curah hujan sedang, dengan tingkat kesuburan tanah yang
sedang dan hampir sebagian tanah di daerah ini ditutupi oleh pasir/material hasil
letusan Gunung Agung. Kabupaten Karangasem mempunyai iklim tropis yang
sangat dipengaruhi oleh angin musim dan memiliki dua musim, yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Karangasem
didominasi oleh tanah regosol dan tanah latosol. Khususnya di daerah dataran tinggi
sebagian besar terbentuk dari tanah jenis andosol.
Jumlah penduduk Kabupaten Karangasem tahun 2009 adalah 432.791 jiwa
terdiri atas 216.401 jiwa laki-laki dan 216 390 jiwa perempuan dengan sex ratio
sebesar 100. Jumlah rumah tangga adalah 114.986 KK untuk keadaan akhir tahun
2009. Dengan luas wilayah 839.54 km2 dan penduduk 432.791 jiwa, maka
kepadatan penduduk per km2 adalah sebesar 516 jiwa.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 316
Kabupaten Karangasem terdiri atas 8 kecamatan, 3 kelurahan, 68 desa, 52
lingkungan, dan 500 dusun. Untuk menjalankan roda pemerintahan di tiap-tiap
tingkat wilayah dikepalai oleh seorang camat untuk tingkat kecamatan, lurah/kepala
desa untuk tingkat kelurahan/desa, kepala lingkungan untuk tingkat lingkungan, dan
kepala dusun untuk tingkat dusun.
Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan tiap-
tiap sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa di wilayah tersebut.
Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor
menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan produksi dari
masing-masing sektor. Dengan mengetahui peranan tiap-tiap sektor, maka dapat
diketahui potensi tiap-tiap sektor ekonomi di Kabupaten Karangasem.
Adapun peranan tiap-tiap sektor dapat dilihat dari distribusi persentase
PRDB. Berdasarkan PRDB atas dasar harga berlaku, sektor pertanian masih
memegang peranan penting di Kabupaten Karangasem, pada tahun 2009 besarnya
35,35% terhadap total PRDB, kemudian disusul oleh sektor jasa sebesar 20,67%,
dan urutan ketiga yang besarnya 17,92% ditempati oleh sektor perdagangan, hotel,
dan restoran. Sektor lain yang peranannya cukup besar adalah sektor industri
pengolahan 7,65%, bangunan 3,69%, pengangkutan dan komunikasi 9,36%, sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 3,42%, dan sektor lainnya di bawah
2,00%.
2. KPJU Unggulan Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang
memenuhi empat kriteria, yaitu (1) jumlah unit usaha/rumah tangga relatif banyak,
(2) pasar dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk (persepsi
narasumber) relatif luas, (3) ketersediaan bahan baku/sarana produksi
(saprodi/saprotan) dan atau sarana usaha (persepsi narasumber) cukup tersedia,
dan (4) kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber)
cukup besar. Berdasarkan metode Borda, yang menggabungkan KPJU unggulan
kecamatan menjadi unggulan kabupaten, maka diperoleh sepuluh atau kurang KPJU
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 317
di setiap sektor perekonomian, yang tergantung pada adanya daftar KPJU di setiap
sektor, yang hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 6.2.7.
Sepuluh KPJU ungulan pada sektor pertanian di Kabupaten Karangasem,
yaitu padi sawah, sapi, kacang tanah, kelapa, salak, penangkapan ikan laut, jagung,
ayam, jambu mete, dan cabai. Padi sawah hampir menyebar di semua kecamatan,
kecuali di Kecamatan Kubu, dengan luas panen dan produksi (GKP) bervariasi
antarkecamatan tahun 2009, yaitu di Kecamatan Karangasem 1.057 ha dan
3.194,29 ton, di Kecamatan Manggis 1.203 ha dan 7.841,76 ton, di Kecamatan
Abang 1.011 ha dan 5.819,03 ton, di Kecamatan Bebandem 1.740 ha dan 11.242,54
ton, di Kecamatan Selat 1.383 ha dan 9.580,71 ton, di Kecamatan Sidemen 1.647
ha dan 12.040,63 ton, dan di Kecamatan Rendang dengan luas panen 1.487 ha dan
produksi 9.580,71 ton GKP.
KPJU kacang tanah menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem karena
kacang tanah dari daerah ini sebagai bahan baku industri kacang rahayu yang
sudah terkenal di seluruh nusantara. Penanaman komoditas kacang tanah
menyebar di semua kecamatan di Kabupaten Karangasem, dengan luas panen dan
produksi bervariasi tahun 2009, yaitu Bebandem 784 ha dan 892,74 ton, Abang 223
ha dan 253,52 ton, Manggis 121 ha dan 136,90 ton, Rendang 598 ha dan 66,19 ton,
Sidemen 731 ha dan 962,64 ton, Kubu 71 ha dan 882,67 ha, Selat 652 ha dan
758,90 ton, dan Karangasem 725 ha dan 978,98 ton.
Komoditas salak di Kabupaten Karangasem memang menjadi unggulan,
tetapi hanya ditanam di beberapa kecamatan dengan jumlah pohon dan produksi
bervariasi antarkecamatan tahun 2009, yaitu di Kecamatan Karangsem 26.693
pohon dan 74 ton, di Kecamatan Selat 8.715.232 pohon dan13.721 ton, di
Kecamatan Sidemen 42.761 pohon dan 82 ton, di Kecamatan Rendang 387.609
pohon dan 544 ton, di Kecamatan Manggis 84.118 pohon dan 73 ton, di Kecamatan
Abang 40.501 pohon dan 15 ton, dan di Kecamatan Bebandem terbanyak, yaitu
9.484.149 pohon dan produksi 19.426 ton.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 318
Tabel 6.2.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial
di Kabupaten Karangasem
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian
(1) Padi sawah (2) Sapi (3) Kacang tanah (4) Kelapa (5) Salak (6) Penangkapan ikan laut (7) Jagung (8) Ayam (9) Jambu Mete (10) Cabai
(1) Albesia (2) Gamelina (jati
belanda) (3) Mangga (4) Durian (5) Kakao (6) Budi daya kerang
mutiara (7) Budi daya ikan
gurami
2 Pertambangan dan Penggalian
Galian C (pasir, batu hitam, kerikil/koral)
-
3 Industri Pengolahan
(1) Penyosohan beras (RMU)
(2) Industri batu tabas (batu hitam)
(3) Industri arak (4) Industri tenun endek dan
songket (ATBM) (5) Industri pengolahan ikan
laut (6) Industri anyaman ate (7) Industri pengolahan
jambu mete (wine, kecang mete)
(8) Industri anyaman tikar (berbahan baku pandan)
(9) Industri batako (10) Industri terali besi
(1) Industri pengolahan buah salak (wine, keripik, dodol)
(2) Industri kerajinan perak
(3) Industri pengolahan minyak nilam
(4) Industri garam
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan dan Konstruksi
(1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 319
Tabel 6.2.7 lanjutan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Perdagangan produk-produk pertanian
(2) Vila (3) Konter HP (4) Restoran/rumah makan (5) Mini market dan toko
kelontong (6) Hotel melati (7) Homestay
1) Artshop
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan dan perdesaan (3) Warnet (4) Bus trayek (5) Angkutan laut
penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida (perahu motor)
(6) Ojek
-
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) Money changer (5) KUD (6) KSU
-
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Jasa binatu/laundry (3) Pramuwisata (4) Diving dan snorkeling (5) Agrowisata salak (6) Wisata alam rafting di
Telaga Waja (7) Wisata sejarah Puri
Karangasem dan Taman Ujung
(8) Wisata alam desa Tenganan Pegringsingan
(9) Desa budaya Buda Keling (10) Wisata spiritual Pura
Besakih
(1) PAUD (2) Penjahitan
pakaian
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 320
KPJU penangkapan ikan laut menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem
karena kabupaten ini memiliki bentangan pantai relatif panjang, yaitu mulai dari
perbatasan dengan Kabupaten Klungkung di dekat Goa Lawah sampai perbatasan
dengan Kabupaten Buleleng di Desa Tianyar Kecamatan Kubu. Sentra-sentra
nelayan di Kabupaten Karangasem adalah di Desa Manggis Kecamatan Manggis,
Desa Seraya Kecamatan Karangasem, Desa Amed Kecamatan Abang, dan
Tulamben di Kecamatan Kubu.
KPJU jambu mete juga menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem karena
sebagian besar wilayahnya adalah lahan kering sangat cocok tumbuh jambu mete,
tetapi hanya menyebar di beberapa kecamatan. Luas tanam dan produksi tahun
2009 bervariasi antarkecamatan, yaitu Kecamatan Abang 2,0 ha dan 0,1 ton,
Kecamatan Manggis 60,0 ha dan 2,61 ton, Kecamatan Karangasem 512,0 ha dan
27,298 ton, dan di Kecamatan Kubu terluas 6.321,22 dan produksi 2.615,33 ton.
Produksi dari usaha jambu mete sebagai bahan baku untuk industri pengolahan
buah dan biji mete menjadi wine dan kacang mete.
KPJU unggulan pada sektor pertanian ini sebaiknya tetap dipertahankan dan
dibina agar tetap menjadi unggul. Pengembangan terbatas pada usaha intensifikasi
dengan meningkatkan input atau bahan baku per satuan luas atau unit usaha, tanpa
memperluas areal karena memang tidak lagi tersedia areal untuk perluasan.
KPJU unggulan pada sektor pertambangan dan penggalian hanya KPJU
galian C (pasir, batu hitan, dan kerikil/koral). KPJU ini di Kabupaten Karangasem
menjadi primadona karena sangat memenuhi empat kriteria sebagai KPJU
unggulan, yaitu galian C yang tersebar di beberapa kecamatan melibatkan banyak
rumah tangga, baik sebagai pekerja maupun pengusaha, pemasarannya jelas
karena pembangunan terus berlangsung yang memerlukan pasir dan jangkauan
pemasaranya hampir seluruh Bali, bahan baku, yakni pasir tersedia untuk digali lebih
dari memadai, serta memiliki kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten
Karangasem, baik sumber pendapatan pemilik lahan galian, sumber pendapatan
buruh dan angkutan truk, maupun sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Karangaasem. Jika pusat galian C dilacak per kecamatan berdasarkan Kecamatan
Dalam Angka, maka di Kecamatan Rendang terdapat 38 jumlah galian yang
melibatkan 173 tenaga kerja, di Kecamatan Selat terdapat 4 galian yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 321
mempekerjakan 40 tenaga kerja, di Kecamatan Bebandem terdapat 141 galian
yang mempekerjakan 390 tenaga kerja, dan di Kecamatan Kubu terdapat 20 galian
yang mempekerjakan 149 tenaga kerja. Usaha penggalian galian C hendaknya
dibina secara intensif sehingga semakin besar kontribusinya terhadap perekonomian
makro Kabupaten Karangasem.
Jenis industri pengolahan yang terdapat di Kabupaten Karangsem menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) Karangasem diklasifikasikan ke dalam industri kecil dan
lebih spesifik lagi di klasifikasikan ke dalam industri rumah tangga, yang tersebar
hampir di semua kecamatan. Berdasarkan Kecamatan dalam Angka tahun 2009 yang
diterbitkan oleh BPS Karangasem, di Kecamatan Kubu terdapat 2.348 unit yang
mempekerjakan 4.336 tenaga kerja, di Kecamatan Karangasem sebanyak 2.280 unit
yang mempekerjakan 4.809 tenaga kerja, di Kecamatan Manggis terdapat 291 unit
yang mempekerjakan 362 tenaga kerja, di Kecamatan Abang terdapat 672 unit yang
mempekerjakan 1.484 tenaga kerja, di Kecamatan Bebandem terdapat 291 unit yang
mempekerjakan 362 tenaga kerja, di Kecamatan Selat terdapat 1.571 unit yang
mempekerjakan 2.877 tenaga kerja, di Kecamatan Sidemen terdapat 4.650 unit yang
mempekerjakan 4.755 tenaga kerja, dan di Kecamatan Rendang terdapat 28 unit
yang mempekerjakan 36 tenaga kerja.
Dari banyak unit industri pengolahan di Kabupaten Karangasem, sepuluh
industri pengolahan yang menjadi KPJU unggulan, yaitu penyosohan
beras/penggilingan padi (RMU), industri batu tabas (bahan baku batu hitam), industri
arak, industri tenun endek dan songket (ATBM), industri pengolahan ikan laut, industri
anyaman ate, industri pengolahan jambu mete (wine, kecang mete), industri anyaman
tikar (berbahan baku pandan), industri batako, dan industri terali besi. KPJU-KPJU
unggulan pada sektor industri pengolahan harus dipertahankan, bahkan dibina agar
menjadi lebih efisien dan produktif, baik oleh instansi teknis maupun pihak perbankan
sehingga perannya semakin menonjol dalam perekonomian rumah tangga,
perekonomian daerah dan penyerapan tenaga kerja di perdesaan.
KPJU unggulan di sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Karangasem
hanya usaha kontraktor konstruksi bangunan. Usaha ini adanya hanya di
Kecamatan Karangasem atau ibu kota Kabupaten Karangasem karena tender
pekerjaan lebih banyak dilakukan di Kota Karangasem walau lokasi kegiatan atau
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 322
proyeknya mungkin saja di luar kota atau tersebar di kecamatan. Usaha ini
mengerjakan jenis pekerjaan pembangunan jalan raya, jembatan, bangunan
konstruksi beton, pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi, dsb. Usaha ini
memiliki arti strategis karena hanya usaha inilah yang melakukan aktivitas
pembangunan yang bersifat konstruksi. Oleh karena itu, keberadaan usaha ini tetap
dipertahankan, tetapi harus dibina agar mutu produk berupa gedung atau bangunan
yang bersifat konstruksi terjamin.
KPJU di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu perdagangan produk-
produk pertanian, vila, konter HP, restoran/rumah makan, mini market dan toko
klontong, hotel melati, dan homestay. Usaha hotel melati, vila, dan homestay
menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem karena kabupaten ini memiliki
destinasi wisata yang sudah terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan, yaitu
destinasi wisata Candidasa di Kecamatan Manggis, sepanjang pantai Tulamben di
Kecamatan Kubu, pantai Amed dan sekitarnya di Kecamatan Abang, serta di sekitar
Taman Ujung dan Desa Seraya di Kecamatan Karangasem. Lagi pula di lokasi itu
telah banyak berdiri hotel melati, vila, homestay, dan restoran/rumah makan. KPJU
ini juga memiliki arti penting bagi Kabupaten Karangasem karena mampu menyerap
tenaga kerja, sumber PAD dari PHR, dan sumber devisa bagi Indonesia. Jika dilihat
peran pariwisata melalui pengeluaran wisatawan, KPJU ini mampu menciptakan
dampak pengganda (multiplier impact) dan dampak menyebar (spread impact) yang
mampu meningkatkan permintaan output sektor-sektor perekonomian lainnya,
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mampu menciptakan
kesempatan kerja.
KPJU pada sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Karangasem,
yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan,
warnet, bus trayek, angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida (perahu
motor), dan ojek. Di Kabupaten Karangasem, jelasnya di Padang Bai berlokasi
usaha angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida, mengangkut barang
dan orang dari Bali daratan ke Pulau Nusa Penida. Apalagi pada hari-hari raya umat
Hindu tertentu, seperti piodalan di Pura Dalem Ped dan Tirta Yatra Umat Hindu di
Bali ke pura-pura di Nusa Penida angkutan laut penyeberangan ini sangat sibuk dan
laris. Oleh karena itu, usaha ini termasuk salah satu dari sepuluh unggulan KPJU di
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 323
Kabupaten Karangasem. Di Kabupaten Karangasem juga ada usaha bus trayek
Amplapura-Denpasar, yang mengangkut barang dan orang dari dan ke Kabupaten
Karangasem. Jadi, semua KPJU unggulan ini berperan penting dalam melancarkan
perpindahan barang, orang, dan jasa dari satu tempat ke tempat lain, baik masih di
sekitar Kabupaten Karangasem, antarkabupaten, bahkan antarprovinsi. Oleh karena
itu, KPJU-KPJU ini keberadaannya harus dipertahankan, bahkan dibina agar dalam
operasionalisasinya menjadi lebih efisien dalam penggunaan bahan baku berupa
bahan bakar.
KPJU pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kabupaten
Karangasem sebanyak enam jenis, yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD),
Koperasi Simpan Painjam (KSP), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Money changer,
Koperasi Unit Desa (KUD), dan Koperasi Serba Usaha (KSU). KPJU ini perannya
sebagai mediator transaksi keuangan antara penyedia uang dan peminta uang
sehingga dapat dikatakan berperan vital dalam melancarkan perputaran roda
perekonomian. Oleh karena itu, peran KPJU ini hendaknya dipertahankan dan dibina
sehingga semakin efisien dalam memberikan pelayanan transaksi keuangan kepada
penyedia dan peminta uang.
KPJU pada sektor jasa-jasa lain sebanyak sepuluh jenis, yaitu pangkas
rambut dan salon kecantikan, jasa binatu/laundry, pramuwisata, diving dan
snorkeling, agrowisata salak, wisata alam rafting (di Sungai Telaga Waja), wisata
sejarah Puri Karangasem dan Taman Ujung, wisata alam Desa Tenganan
Pegeringsingan, wisata Desa Budaya Buda Keling, dan wisata spiritual Pura
Besakih. Sebagian besar KPJU ini terakit dengan pariwisata karena memang
Kabupaten Karangasem memiliki destinasi wisata yang sangat atraktif, baik
destinasi wisata agro, seperti agrowisata salak di Desa Sibetan, pramuwisata, yaitu
memandu wisatawan berkunjung ke objek-objek wisata di Karangasem, penyediaan
jasa berwisata alam rafting di sungai Telaga Waja, jasa pengantaran wisatawan
mengunjungi objek wisata sejarah di Puri Karangasem, jasa pengantaran wisatawan
melihat objek wisata spiritual Pura Besakih, maupun jasa pengantaran wisatawan
mengunjungi alam Desa Tenganan Pegeringsingan yang masih alami dan asri.
KPJU pada sektor ini hendaknya dipertahankan, bahkan dibina agar semakin
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 324
banyak wisatawan bersedia membeli produk atau paket-paket jasa kepariwisataan
pada sektor ini.
3. KPJU Potensial
Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang belum
menjadi unggulan, tetapi memiliki potensi menjadi unggulan jika memperoleh
sentuhan pemberdayaan, baik berupa bantuan teknologi, manajemen dan
permodalan, maupun bantuan peningkatan keterampilan bagi para pelakunya. KPJU
potensial di setiap kabupaten, termasuk Kabupaten Karangasem diperoleh dari
penjumlahan KPJU potensial di seluruh kecamatan. Jika jumlahnya lebih dari
sepuluh unit, maka di-ranking dengan Metode Borda. Namun, jika jumlahnya kurang
dari sepuluh KPJU, maka seluruhnya dijadikan KPJU potensial kabupaten, yang
hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 6.2.7.
KPJU potensial pada sektor pertanian sebanyak tujuh jenis, yaitu budi daya
albesia, gamelina (jati belanda), mangga, durian, kakao, budi daya kerang mutiara,
dan budi daya ikan gurami. Usaha budi daya albesia yang potensial dikembangkan
menjadi unggulan menyebar di Kecamatan Abang, Bebandem, Selat, dan Rendang.
Usaha budi daya gamelina juga berpotensi dikembangkan menyebar di Kecamatan
Manggis, Sidemen, Karangasem, dan Kecamatan Kubu. Kedua KPJU ini umumnya
diusahakan di kebun-kebun milik masyarakat sebagai hutan kemasyarakatan. Kedua
usaha budi daya tanaman albesia dan gamelina ini cepat tumbuh dan dalam jangka
waktu lima tahun sudah dapat ditebang untuk dijual kayunya. Permintaan kayu
albisia sebagai bahan baku patung pop laku cukup tinggi, baik oleh perajin lokal
Karangasem terutama sentra-sentra kerajinan patung pop asmat, seperti di Desa
Pempatan maupun oleh perajin patung pop di Kabupaten Gianyar. Produk usaha
budi daya gamelina, belakangan ini banyak dipakai sebagai bahan bangunan rumah.
Usaha budi daya mangga potensial dikembangkan, menyebar di Kecamatan Kubu,
Abang, Karangasem, dan Sidemen. Potensi mangga masih cukup besar karena
masih banyak tersedia lahan di sekitar rumah dan kebun penduduk yang belum
dimanfaatkan. Usaha budi daya abaloon (kerang mutiara) terdapat di Kecamatan
Kubu sebanyak satu unit. Usaha ini sepertinya baru tahap rintisan, kelak mungkin
akan menjadi unggulan jika diusahakan secara ekstensif dan intensif. Usaha budi
daya ikan gurami hanya terdapat di Kecamatan Bebandem karena daerah ini
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 325
terdapat sumber air tawar yang melimpah. Ikan gurami diusahakan di kolam
pembesaran. Usaha ini pun memiliki potensi menjadi unggulan jika memperoleh
sentuhan pemberdayaan dari pihak luar dan permintaan terhadap ikan gurami
sangat tinggi untuk restoran atau kafe di daerah pariwisata seperti Denpasar dan
Badung. Masalah pengembangan KPJU potensial pada sektor pertanian ini adalah
permodalan, manajemen, dan teknis keterampilan bagi para tenaga kerja dan
pengelolanya. Solusi dari masalah ini ada memberdayakan KPJU-KPJU potensial
ini melalui bantuan teknis dan manajemen serta peminjaman modal, sehingga
mereka dapat meningkan volume usaha dan produksi, akhirnya pada saatnya KPJU-
KPJU ini menjadi unggul jika ditinjau dari empat kriteria unggulan. Pemberdayaan
dapat dilakukan, baik oleh pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
maupun investor.
KPJU potensial pada sektor industri pengolahan ada empat jenis, yaitu
industri pengolahan buah salak (wine, keripik, dodol), industri kerajinan perak,
industri pengolahan minyak nilam, dan industri garam. Pengolahan buah salak
memiliki potensi dikembangkan menjadi produk-produk olahan seperti wine, keripik,
dan dodol salak. Di Desa Sibetan sudah ada beberapa kelompok tani dan kelompok
wanita tani yang merintis usaha ini, tetapi belum berkembang secara maksimal,
bahkan nyaris bangkrut karena menemukan banyak masalah. Wine yang diproduksi
mengandung alkohol relatif tinggi, dodol dan keripik salak belum diminati oleh
konsumen Bali. Jika pengembangan industri salak berhasil, tidak hanya
meningkatkan nilai tambah komoditas salak, tetapi juga dapat menstabilkan harga
salak segar di sentra produksi salak yang sangat fluktuatif dari musim ke musim.
Industri garam hanya ada di Kecamatan Abang, memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi unggulan. Jadi, masalah pengembangan KPJU pada sektor
ini adalah masalah teknis keterampilan, manajemen, dan permodalan. Oleh karena
itu, solusi dari masalah ini adalah memberdayakan KPJU-KPJU pada sektor ini
melalui injeksi skill, manajemen, dan bantuan atau peminjaman modal usaha.
KPJU pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada satu jenis, yaitu
artshop. Usaha perdagangan produk-produk industri kerajinan dalam sebuah
artshop memiliki potensi berkembang. KPJU ini berlokasi di daerah-daerah tujuan
wisata, seperti Besakih, Tulamben, Amed, dan Candidasa. Masalahnya adanya
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 326
kendala teknis, manajemen, dan permodalan dari para pengusahanya atau calon
pengusahanya. Jika masalah ini bisa dipecahkan, maka KPJU potensial ini akan
menjadi KPJU unggulan.
KPJU pada sektor jasa-jasa lain ada dua jenis, yaitu Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) dan penjahitan pakaian. Usaha jasa PAUD berpotensi di beberapa
kecamatan, karena banyak anak-anak yang memerlukan pendidikan dini sebelum
memasuki sekolah taman kanak-kanak. Apalagi Kemendiknas memiliki program
khusus menyangkut PAUD, sehingga ke depan usaha jasa ini potensial
dikembangkan. Sebaliknya, usaha penjahitan pakaian juga memiliki potensi
berkembang di setiap kecamatan. Jika KPJU ini memperoleh perhatian dan
pembinaan dari pemerintah, maka ke depan kedua KPJU ini akan menjadi KPJU
unggulan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 327
6.2.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM di Kabupaten Jembrana
1. Profil Kabupaten Jembrana
Kabupaten Jembrana merupakan sebuah kabupaten kecil karena sebagian
besar wilayahnya berupa pegunungan yang membentang dari barat sampai ke timur
dengan luas 841,80 km2 atau 14,93 persen dari luas wilayah Bali. Dibanding
dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Bali, Kabupaten Jembrana mempunyai posisi
strategis dilihat secara geografis. Posisi tersebut dikatakan sebagai pintu gerbang
Bali bagian barat yang merupakan kunci filtrasi budaya dan arus migran.
Secara astronomis, Kabupaten Jembrana terletak pada posisi 8°09’30”--
8°28’02” Lintang Selatan dan 114°25’53”--114°56’38” Bujur Timur, dengan
Kabupaten Buleleng sebagai batas utara, Samudra Indonesia di sebelah selatan,
Selat Bali di sebelah barat, dan Kabupaten Tabanan di sebelah timur. Layaknya
daerah tropis lainnya, Kabupaten Jembrana mengalami dua musim, yakni musim
hujan dan musim kemarau. Bulan Desember, Januari, dan Februari (DJF) secara
umum megalami hujan lebat, sedangkan bulan Juni, Juli, dan September (JJS)
mengalami kekeringan sepanjang bulan. Namun, selama tahun 2010 hujan
cenderung lebih sering terjadi di Jembrana, yaitu terjadi sebanyak 231 hari hujan,
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya 156 hari.
Sebagai bagian dari Pulau Bali bagian barat dan selatan yang berbatasan
dengan laut, maka secara otomatis banyak desa yang berbatasan langsung dengan
lautan. Dari 51 desa/kelurahan yang ada, 23 di antaranya merupakan
desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut atau biasa disebut sebagai
desa/kelurahan pesisir. Sementara untuk desa bukan pesisir yang berjumlah
sebanyak 28 desa, sebagian besar (21 desa/kelurahan) merupakan desa/kelurahan
yang terletak di daerah dataran. Lokasi tersebut tentu sangat mendukung
pembangunan daerah bersangkutan dari sisi akses sehingga berdampak positif, baik
pada kegiatan ekonomi maupun sosial warga setempat.
Berdasarkan relief dan topografinya, di bagian utara dataran Jembrana
terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Bentangan
pegunungan ini secara geografis merupakan pembatas antara Jembrana dengan
Kabupaten Buleleng di bagian utaranya. Dengan keadaan jumlah gunung sebanyak
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 328
17 buah dengan ketinggian antara 263 meter sampai dengan yang tertinggi, yaitu
Gunung Merbuk dengan ketinggian 1.386 meter di atas permukaan laut yang
mempunyai potensi sumber air, sangat berguna bagi kehidupan penduduk.
Berdasarkan 17 gunung tersebut, terbentuk 37 buah sungai dengan panjang antara
3.400 meter sampai dengan 24.600 meter.
Potensi yang ada ini betul-betul dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk
mengembangkan sektor pertanian berbasis pengairan. Berdasarkan potensi sumber
air sungai, dapat dibangun penampungan air massal sejak tahun 1973 sampai
dengan tahun 2009 sebanyak 18 bendungan dengan kapasitas antara 0.37 m3 per
detik hingga 1.92 m3 per detik. Bendungan-bendungan tersebut dapat mengairi
sawah sekitar 6.000 ha lebih yang tersebar di seluruh kecamatan, terbagi menjadi
sekitar 83 subak. Seandainya luas lahan sawah yang hanya 8,21 persen dari
seluruh wilayah Jembrana ini tidak dikelola dengan baik, tentunya hal ini dapat
menjadi keadaan yang buruk bagi perekonomian penduduk Jembrana yang
sebagian besar mata pencahariannya dari sektor petanian.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 diketahui bahwa komposisi
penduduk Jembrana didominasi oleh penduduk dewasa dengan kisaran usia antara
25 sampai dengan 45 tahun. Di sisi lain, penduduk usia muda (0--4 tahun)
cenderung menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Hal ini menjadi suatu
indikasi bahwa pemerintah daerah sudah berhasil menekan pertumbuhan penduduk
secara alamiah. Sementara dominasi penduduk dewasa, juga disebabkan oleh
besarnya migrasi masuk ke Jembrana, yaitu sebagian besar yang datang ke
Jembrana adalah penduduk dewasa dengan tujuan mencari pekerjaan. Hal ini dapat
diindikasikan dengan menjamurnya bangunan rumah kost yang penuh oleh
penduduk pendatang.
Pada tahun 2010, penduduk Jembrana telah mencapai 261.638 jiwa sehingga
rata-rata kepadatan penduduk di Jembrana berkisar 311 orang per kilometer
persegi. Angka yang tergolong cukup padat walaupun Jembrana bukan daerah
konsentrasi industri pariwisata. Pada tahun 2010 ini angka pertumbuhan cenderung
meningkat menjadi 1,22% dari 0.86% pada tahun sebelumnya. Berdasarkan
pengamatan lapangan diketahui bahwa kontribusi kenaikan ini disebabkan oleh
penduduk pendatang.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 329
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Jembrana relatif berimbang. Hal
ini ditunjukkan dari data sex ratio yang mendekati 100. Namun, secara umum
perempuan masih lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
penduduk laki-laki di Jembrana biasanya bekerja dan kuliah di kabupaten lain,
seperti di Badung dan Denpasar. Berdasarkan struktur umur, penduduk usia
produktif (15--64 tahun) menunjukkan adanya kecenderungan yang menurun.
Secara mikro regional (lingkup kabupaten), hal ini mengindikasikan adanya kenaikan
rasio ketergantungan yang secara kasar dapat menggambarkan belum adanya
perbaikan kondisi perekonomian masyarakat.
Berdasarkan hasil SP 2010, diketahui bahwa penduduk Jembrana mencapai
261.638 jiwa, yakni terdiri atas 130.062 laki-laki dan 131.576 perempuan.
Berdasarkan jumlah tersebut, diketahui bahwa sebagian besar terkonsentrasi di dua
kecamatan, yaitu Kecamatan Negara dan Mendoyo masing-masing 29,74%, dan
21,49%. Sementara di kecamatan lainnya hanya berkisar antara 9 hingga 19
persen. Kecamatan Negara mempunyai jumlah penduduk lebih tinggi, kepadatan
lebih tinggi, laju pertumbuhan dan sex ratio tertinggi dibandingkan dengan empat
kecamatan lainnya. Hal itu terjadi karena sebagai kecamatan urban yang padat
ekonomi sehingga daerah ini menjadi tujuan kaum migran dari kecamatan lainnya
atau bahkan dari luar kabupaten. Pada sisi lain, Kecamatan Mendoyo dan
Pekutatan merupakan dua kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk
terendah. Potensi ekonomi yang terdiri atas sektor pertanian tampaknya kurang
begitu menarik bagi kaum migrant. Hal itu membuat kedua kecamatan tersebut
memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif rendah.
Berdasarkan jumlah rumah tangga hasil SP 2010 tercatat sebanyak 72.710
rumah tangga di Kabupaten Jembrana. Dengan kata lain, secara rata-rata satu
rumah tangga dihuni atau terdiri atas tiga sampai empat jiwa penduduk. Di setiap
kecamatan, rata-rata anggota rumah tangganya cukup merata. Terdapat tiga
kecamatan yang memliki rata-rata anggota rumah tangga di atas angka Kabupaten
Jembrana, yakni Kecamatan Melaya, Kecamatan Negara, dan Kecamatan
Pekutatan. Sebaliknya, sisanya memiliki rata-rata anggota rumah tangga di bawah
angka kabupaten.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 330
Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang aktif di pasar kerja mengalami
kecenderungan berfluktuasi. Pada tahun 2008 angka TPAK Kabupaten Jembrana
mencapai 74,74 persen, lalu menurun menjadi 72,32 persen pada tahun selanjutnya,
kemudian kembali naik menjadi 73,33 persen pada tahun 2010. Namun, tumbuhnya
ekonomi Jembrana secara konsisten tampaknya mampu membuka lapangan kerja
yang cukup memadai. Ini terbukti dengan penyerapan angkatan kerja yang terus
meningkat, yakni dari 95,89 persen pada tahun 2008 menjadi 97,77 persen pada
tahun 2009, kemudian menjadi 97,46 persen pada tahun 2010.
Jika diklasifikasikan berdasarkan tiga sektor utama, yaitu primer (P), sekunder (S),
dan tersier (T), sebagian besar pekerja di Bali menggantungkan hidupnya pada
sektor tersier. Perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)
membuat sektor tersier menjadi leading sector di Jembrana, yang diikuti oleh sektor
angkutan dan jasa-jasa yang disertai oleh tingginya penyerapan tenaga kerja pada
sektor bersangkutan.
Dari sisi pendapatan pekerja, kenaikan penyerapan tenaga kerja rupanya
disertai oleh kenaikan pendapatan pekerja. Hal ini tercermin dari meningkatnya upah
minimum regional (UMR) selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2008 UMR baru
mencapai Rp 8,83 juta per tahun, lalu meningkat menjadi Rp 9,75 juta per tahun
(10,42 persen); pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi Rp 10,50 juta per
tahun (meningkat 7,69 persen). Peningkatan tersebut kisarannya sama dengan laju
inflasi yang mencapai 8,10 persen pada tahun 2010. Kendati tidak ada jaminan
bahwa semua perusahaan telah menerapkan UMR, setidaknya hal ini secara kasar
dapat menunjukkan akan adanya peningkatan kesejahteraan pekerja, yaitu
penghasilannya masih tidak terpaut jauh dibandingkan dengan peningkatan harga
barang/jasa yang dikonsumsi (inflasi).
Meskipun pertumbuhan ekonomi Jembrana telah mampu menciptakan
lapangan pekerjaan baru, jika dilihat dari segi kualitas, maka tampaknya masih
cukup memprihatinkan. Dari sisi status pekerjaan, lapangan kerja yang tercipta
sebagian besar merupakan sektor informal, bahkan cenderung meningkat pada
setiap tahunnya. Demikian pula, jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran
terbuka (TPT), di mana laju pertumbuhan ekonomi (LPE) belum mempunyai
pengaruh signifikan terhadap penekanan pengangguran.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 331
2. KPJU Unggulan
Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang
mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga
kerja berdasarkan kondisi yang prospektif, serta mempunyai daya saing tinggi. KPJU
unggulan tersebar hanya ke dalam tujuh sektor perekonomian, kecuali sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas, dan air bersih. Sekalipun
demikian, belum tentu setiap sektor, baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten
terdapat KPJU unggulan dan potensial karena memang tidak ada jenis KPJU di
kecamatan atau kabupaten yang bersangkutan unggul dilihat dari empat kriteria,
yakni rumah tangga yang terlibat, ketersediaan bahan baku/sarana produksi,
jangkauan pemasaran, dan sumbangan terhadap perekonomian daerah. Sebaliknya,
bisa terjadi dalam suatu sektor terdapat banyak KPJU unggulan dan potensial dilihat
dari empat kriteria yang dijadikan sebagai acuan.
Sepuluh KPJU unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Jembrana, yakni
kelapa, padi sawah, kedelai, cengkeh, kopi, sapi, penangkapan ikan di laut, pisang,
kopi, dan kerbau (Tabel 6.2.9). Kesepuluh KPJU ini tersebar di satu kecamatan atau
lebih di Kabupaten Tabanan. Misalnya, padi sawah tersebar di semua kecamatan,
yang luas arealnya bervariasi antarkecamatan. Namun, ada juga KPJU seperti
penangkapan ikan di laut hanya diusahakan secara semi komersial oleh masyarakat
di sepanjang pantai Jembrana, terutama didominasi oleh masyarakat Kecamatan
Negara. Penangkapan ikan di laut disebutkan sebagai unggulan karena dalam
pengusahaannya melibatkan banyak masyarakat dan didukung oleh keterjangkauan
pasar yang cerah, tersedianya sarana produksi, dan memiliki kontribusi signifikan
terhadap perekonomian Kabupaten Jembrana. Hal itu terjadi karena secara agregat
pendapatan rumah tangga-rumah tangga para nelayan semi komersial menjadi
pendapatan regional Jembrana.
Kabupaten Jembrana tidak memiliki KPJU unggulan dan potensial di sektor
pertambangan dan penggalian karena memang tidak memiliki sumber daya yang
memadai. Sebenarnya ada potensi sumber daya pertambangan khususnya pasir
dan batu, tetapi karena alasan pelestarian lingkungan sehingga urung dieksplorasi.
Dengan demikian, sektor pertambangan dan penggalian tidak dapat dijadikan
sebagai unggulan oleh Kabupaten Jembrana.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 332
Sepuluh KPJU unggulan pada sektor industri pengolahan di Kabupaten
Jembrana, yakni kopra dan minyak goreng kelapa, penyosohan beras (rmu), industri
atbm (tenun cagcag), industri makanan aneka keripik, industri pengolahan kopi
bubuk, industri pengalengan ikan, industri batu bata, industri pengolahan hasil
perikanan, industri pembuatan tempe, dan industri pembuatan tahu.
Tabel 6.2.8
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial di Kabupaten Jembrana
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1 Pertanian (1) Kelapa (2) Padi sawah (3) Kedelai (4) Cengkeh (5) Kopi (6) Sapi (7) Penangkapan ikan di laut (8) Pisang (9) Kopi (10) Kerbau
(1) Kambing (2) Jagung (3) Kakao (4) Vanili (5) Ayam buras (6) Itik (7) Budaya udang
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Kopra dan minyak goreng kelapa
(2) Penyosohan beras (RMU) (3) Industri ATBM (tenun
cagcag) (4) Industri makanan aneka
keripik (5) Industri pengolahan kopi
bubuk (6) Industri pengalengan ikan (7) Industri batu bata (8) Industri pengolahan hasil
perikanan (9) Industri pembuatan tempe (10) Industri pembuatan tahu
(1) Pemindangan ikan laut
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/ Konstruksi
(1) Kontraktor konstruksi bangunan
-
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 333
Tabel 6.2.8 lanjutan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial 6 Perdagangan, Hotel,
dan Restoran (1) Hotel melati (2) Mini market dan toko
kelontong (3) Perdagangan produk
pertanian (4) Kios produk kerajinan (5) Restoran (6) Rumah makan (7) Homestay (8) Vila (9) Konter HP (10) Perlengkapan pakaian
dari tekstil (mote dan renda)
-
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Jasa pengiriman paket (3) Angkutan penumpang
perkotaan dan pedesaan (4) Bus trayek (5) Warnet
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) BPR (3) KSP (4) KUD (5) KSU
(1) Money changer
9 Jasa-jasa lain (1) Objek wisata Pura Rambut Siwi
(2) Objek wisata Taman Nasional Bali Barat
(3) Objek wisata agro Bunutan (4) Objek wisata bendungan
Palasari (5) Objek Wisata Pantai Madewi (6) Pangkas rambut dan salon
kecantikan (7) Jasa binatu/laundry (8) Pramuwisata (9) Jasa perbengkelan (mobil
dan motor) (10) Ojek
(1) Fotokopi (2) Penjahitan
pakaian (3) PAUD
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda
Industri pengolahan di sini diartikan sebagai industri yang mengolah bahan
baku menjadi barang setengah jadi (work in process) atau barang jadi (finish goods)
sehingga memiliki nilai tambah bagi pengolahnya, bagi perekonomian daerah, bagi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 334
masyarakat, dan yang lebih penting lagi dapat menyerap tenaga kerja sehingga
diharapkan dapat mengurangi jumlah keluarga miskin. Sembilan KPJU unggulan
pada sektor industri pengolahan, yakni kopra dan minyak goreng kelapa, penjahitan
pakaian sesuai pesanan, penyosohan beras (RMU), industri ATBM (tenun cagcag),
industri pengolahan hasil perikanan, industri pengolahan kopi, industri pengalengan
ikan, industri batu bata, dan industri genteng. KPJU-KPJU di sektor industri
pengolahan ini harus dipertahankan, dipelihara, dan dibina sehingga tetap menjadi
unggul dan memiliki daya saing. Khusus bagi industri batu bata dan genteng,
diupayakan dibuatkan Peraturan Daerah (Perda) agar tidak mengeksplorasi tanah
yang ada sekarang ini secara berlebihan dengan cara membeli tanah sebagai bahan
baku dari perbukitan di Banyuwangi.
Pada sektor bangunan dan konstruksi di Kabupaten Jembrana, KPJU yang
unggul hanya satu jenis yakni kontraktor konstruksi bangunan. KPJU ini pun hanya
terdapat di Kecamatan Negara dan Jembrana. KPJU kontraktor konstruksi
bangunan ini bervariasi, mulai dari menangani pekerjaan jalan, jembatan, saluran
irigasi, dan konstruksi gedung, baik untuk kepentingan proyek pemerintah maupun
kepentingan swasta.
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Jembrana
dijumpai sebanyak sepuluh jenis KPJU, yakni hotel melati, mini market dan toko
kelontong, perdagangan produk pertanian, kios produk kerajinan, restoran, rumah
makan, homestay, vila, konter HP (telepon seluler), dan perlengkapan pakaian dari
tekstil (mote dan renda). Khusus bagi mini market dan toko kelontong, konter HP,
dan perdagangan produk-produk pertanian tersebar luas pada semua kecamatan di
Kabupaten Jembrana. Sementara itu, KPJU unggulan yang berkaitan dengan
pariwisata tersebar di semua kecamatan, terutama wisata pantai yang dimulai dari
Kecamatan Pekutatan sampai dengan Melaya. Ke depan KPJU unggulan ini harus
dipertahankan dan dikembangkan dalam pengertian dibina, karena tidak hanya
mampu menyerap tenaga kerja banyak, teapi juga memiliki kontribusi terhadap
perekonomian daerah.
Sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Jembrana mampu
menciptakan setidaknya lima KPJU unggulan, yakni angkutan darat barang (truk),
jasa pengiriman paket, angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan, bus trayek,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 335
dan warnet. Kelima KPJU ini memiliki keunggulan tersediri, terutama dalam
mendukung sektor pariwisata yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Jembrana. Oleh karena itu, serangkaian KPJU unggulan ini harus dibina
dan dipertahankan sehingga tetap berperan dalam mendukung aktivitas sektor
ekonomi lainnya.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di Kabupaten
Jembrana terdapat lima KPJU unggulan, yakni LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU.
Kelima KPJU unggulan di sektor ini memiliki peranan strategis dalam hal transaksi
dan mediasi keuangan, baik berupa peminjaman, pembayaran, maupun
penyimpanan dana pihak ketiga. Kehadiran serangkaian KPJU unggulan di sektor
ini, mampu mempercepat transaksi keuangan sehingga memperlancar pergerakan
roda perekonomian. Oleh karena itu, keberadaan serangkaian KPJU unggulan ini
harus tetap dipertahankan dan dibina.
Pada sektor jasa-jasa di Kabupaten Jembrana terdapat sepuluh KPJU
unggulan yakni, objek wisata pura Rambut Siwi, objek wisata Taman Nasional Bali
Barat, objek wisata agro Bunutan, objek wisata bendungan Palasari, objek wisata
Pantai Madewi, pangkas rambut dan salon kecantikan, jasa binatu/laundry,
pramuwisata, jasa perbengkelan (mobil dan motor), dan ojek. Serangkaian KPJU
unggulan di sektor ini lebih didominasi oleh sektor pertanian dan jasa pariwisata
yang merupakan salah satu lokomotif perekonomian Jembrana.
3. KPJU Potensial
Komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) potensial adalah KPJU yang tidak
masuk dalam lima KPJU Unggulan kecamatan atau sepuluh KPJU unggulan di
tingkat kabupaten, tetapi berdasarkan hasil diskusi dan pendapat para pakar
setempat berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan dengan adanya perlakuan
atau kebijakan tertentu. KPJU ini potensial untuk diberdayakan karena telah lolos di
tingkat kecamatan dengan memenuhi kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan
pemasaran, sumbangan terhadap perekonomian lokal, dan ketersediaan bahan
baku, maka KPJU potensial disajikan pada Tabel 6.2.8.
Berdasarkan “Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)” di tingkat
kecamatan dan setelah diskusi dengan para pejabat teknis di kecamatan dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 336
kabupaten, maka pada sektor pertanian terdapat tujuh KPJU potensial yang
ditemukan pada hampir semua kecamatan, yakni kambing, jagung, kakao, vanili,
ayam buras, itik, dan budi daya udang. Produk itu akan lebih memiliki nilai ekonomis
jika dikelola hingga menjadi produk jadi atau minimal menjadi produk setengah jadi
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan.
Pada sektor industri pengolahan, hanya terdapat satu KPJU potensial, yakni
pemindangan ikan laut. Jika memperoleh sentuhan atau pemberdayaan dari tangan-
tangan bijak, baik berupa pelatihan keterampilan, teknologi tepat guna, bantuan
permodalan, maupun promosi pemasaran, maka industri ini berpotensi berkembang
menjadi unggulan. Industri penyulingan minyak cengkeh berpotensi dikembangkan
pada semua kecamatan penghasil cengkeh di Jembrana.
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdapat satu jenis
KPJU potensial yang terdapat di Kecamatan Jembrana, yakni money changer. Pada
sektor jasa-jasa lain di Kabupaten Jembrana sebanyak empat jenis KPJU potensial,
yakni ojek, PAUD, pramuwisata, dan fotokopi. KPJU-KPJU ini masih tahap awal
perkembangan atau rintisan dan belum berkembang bila dibandingkan dengan
KPJU unggulan lainnya. Namun, jika serangkaian KPJU ini memperoleh sentuhan
pemerintah atau swasta, maka KPJU potensial ini memiliki peluang untuk menjadi
unggulan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 337
6.2.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan dan Potensial UMKM
di Kabupaten Buleleng
1. Profil Kabupaten Buleleng
Kabupaten Buleleng terletak di belahan utara Pulau Bali memanjang dari barat
ke timur. Secara geografis, Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 08o03 40
08o23 00 Lintang Selatan 115o25'55'' 115o27 28 Bujur Timur. Kabupaten Buleleng
berbatasan dengan Kabupaten Jembrana di bagian barat, Laut Jawa/Bali di bagian
utara, Kabupaten Karangasem dibagian timur, dan empat kabupaten, yaitu
Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, dan Bangli di bagian selatan. Secara
keseluruhan luas wilayah Kabupaten Buleleng adalah 136.588 hektare atau 24,25%
dari luas Provinsi Bali. Sampai dengan tahun 2008 Kabupaten Buleleng masih tetap
terbagi dalam 9 kecamatan dengan 129 desa definitif, 19 kelurahan. Pada tahun
2008, terjadi peningkatan jumlah dusun dan lingkungan menjadi 550 dusun dan 58
lingkungan.
2. KPJU Unggulan
Identifikasi KPJU unggulan di Kabupaten Buleleng menggunakan metode
Borda berdasarkan daftar KPJU kabupaten, yang hasilnya disajikan pada Tabel
6.2.9. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten
Buleleng. Produk pertanian paling utama, yaitu padi sawah dengan jumlah produksi
pada tahun 2010 sebanyak 134.325 ton dengan luas panen seluas 22.173 ha,
sehingga produktivitasnya adalah 60,58 ku/ha. Produktivitas padi terbesar dihasilkan
di Kecamatan Sawan, yaitu sebanyak 62,89 ku/ha, sedangkan produktivitas padi
terkecil dihasilkan di Kecamatan Gerokgak sebesar 53,95 ku/ha. Padi sawah
terdapat di Kecamatan Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan.
Di Buleleng, sapi merupakan produk unggulan. Bangsa sapi yang digunakan
untuk penggemukan biasanya bangsa sapi yang mempunyai produktivitas tinggi
atau jenis unggul, baik sapi unggul lokal maupun jenis sapi impor atau persilangan.
Beberapa jenis sapi unggul lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali,
peranakan Onggole (PO), dan sapi Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul
impor adalah sapi Brahman, Simenthal, Onggole, dan Brangus. Dalam sistem
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 338
penggemukan sapi dikenal beberapa bentuk kandang, antara lain tipe kandang
tunggal (individual) dan tipe kandang ganda. (1) Tipe tungga terdiri atas satu baris
sapi dengan posisi kepala satu arah yang cocok digunakan untuk menggemukan
sapi sebanyak 1--5 ekor. (2) Tipe ganda terdiri atas dua baris sapi yang saling
berhadapan atau bertolak belakang. Di antara kedua barisan sapi dibatasi atau
dibuat gang selebar 1,5 meter sebagai jalan untuk memberikan makanan/air minum
dan membersihkan kandang. Kandang tipe ini cocok untuk menggemukkan sapi
dengan jumlah besar (lebih dari 5 ekor). Komoditas sapi dominan terdapat di
Gerokgak, Sukasada, Seririt, Kubutambahan, Tejakula.
Kendati mangga di Buleleng dikenal mampu menembus pasar ekspor,
ternyata upaya itu masih mengalami permasalahan serius. Kendala itu karena
mangga Buleleng yang akan diekspor belum dilengkapi dokumen pest list (daftar
hama/penyakit). Padahal, tiap negara tujuan ekspor mengharuskan dokumen ini.
Ironisnya, pemerintah daerah belum menempuh upaya melengkapi syarat tersebut.
Lebih jauh diungkapkan, selama ini mangga Buleleng memang sudah mampu
menembus pasar ekspor. Akan tetapi, ekspor itu dilakukan oleh pengusaha di
Probolinggo, Jawa Timur (Jatim). Bahkan, pemerintah setempat memfasilitasi
pengusaha untuk melengkapi dokumen pest list. Atas kondisi ini, nama mangga
Buleleng tak lagi dikenal karena sudah diklaim sebagai mangga yang dihasilkan di
Probolinggo. “Dapat dikatakan kalah cepat sehingga ekspor mangga justru dilakukan
pengusaha di Jatim, bahkan komoditas ini tak lagi memiliki nama mangga Buleleng.
Namun, dikenal dengan mangga Probolinggo. Akan tetapi, di Buleleng mangga tetap
menjadi unggulan selain agroklimat mendukung, masyarakat banyak sekali
menanam mangga karena rasa yang manis. Komoditas mangga dominan terdapat di
Gerokgak, Tejakula, Kubutambahan.
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup
puluhan, bahkan sampai ratusan tahun. Tingginya dapat mencapai 20--30 meter dan
cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang tumbuhan cengkeh tersebut pada
umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah.
Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun
cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 339
panggkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2--3 cm dan
panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5--12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan
muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek dan bertandan. Pada saat
masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi
kuning kehijau-hijauan, dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.
Sebalikknya, bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa
pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah
pada umur 4--7 tahun. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup
air dan mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam,
baik di daerah daratan rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada ketinggian
900 meter di atas permukaan laut. Hal ini membuat cengkeh sangat baik tumbuh di
Kabupaten Buleleng dan banyak petani yang berhasil bertani. Komoditas cengkeh
dominan terdapat di Kecamatan Banjar, Sukasada, Sawan, Tejakula,
Kubutambahan, Busungbiu.
Teknik budi daya ternak babi merupakan salah satu peluang bisnis bagi
petani sesuai dengan potensi dan sumber daya yang tersedia karena komoditas
babi dapat dipelihara oleh sebagian besar rumah tangga petani untuk dijual sebagai
sumber uang tunai. Di Buleleng populasi ternak cukup banyak. Bagi masyarakat
Bali, ternak babi sangat penting artinya dalam keterkaitannya dengan adat istiadat
atau dapat dikatakan bahwa ternak babi sudah dipelihara sejak turun-temurun.
Masalahnya makanannya masih tergantung dari sisa-sisa dapur dan ubi-ubian,
dikandangkan, tetapi kadang-kadang dilepas dengan sistem perkandangan
tradisionial. Usaha pemeliharaan ternak babi bagi petani seolah-olah sudah menjadi
keharusan. Hal ini disebabkan oleh selain memanfaatkan sisa dapur untuk sumber
pakan babi juga untuk memenuhi tuntutan kebutuhan adat dalam budaya lokal.
Komoditas babi yang dominan terdapat di Seririt, Buleleng, Tejakula.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 340
Tabel 6.2.9
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU Unggulan dan Potensial di Kabupaten Buleleng
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
1
Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Mangga (4) Cengkeh (5) Babi (6) Kopi (7) Anggur (8) Ikan laut (9) Kakao (10) Strawbery
2 Pertambangan dan Penggalian
- -
3 Industri Pengolahan (1) Penggilingan padi (RMU)
(2) Pengolahan dan pengawetan ikan
(3) Pengolahan gula merah (4) Industri anyaman ingke (5) Industri kerajinan tenun (6) Rumah potong unggas (7) Air minum isi ulang (8) Produk makanan aneka
keripik (9) Pengolahan kopi bubuk (10) Industri pengolahan
dodol buah-buahan
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih
- -
5 Bangunan/ Konstruksi
Kontraktor konstruksi bangunan
-
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 341
Tabel 6.2.9 lanjutan
No Sektor KPJU Unggulan KPJU Potensial
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Restoran /rumah makan (3) Konter HP (4) Homestay (5) Vila (6) Mini market dan toko
klontong (7) Perdagangan produk
pertanian (8) Artshop
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk)
(2) Angkutan penumpang perkotaan dan pedesaan
(3) Jasa pengiriman paket (4) Ojek (5) Rent car (6) Warnet
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) KUD (4) BPR (5) Money changer
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(2) Penjahitan pakaian (3) Jasa perbengkelan
mobil dan motor (4) Fotokopi (5) Pramuwisata (6) Jasa binatu/laundry (7) PAUD (8) Objek wisata air terjun
Gitgit (9) Objek wisata pantai
Lovina (10) Objek wisata Air Sanih
Catatan: KPJU unggulan dan potensial kabupaten ditentukan berdasarkan KPJU unggulan kecamatan menggunakan Metode Borda
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 342
Kopi Banyuatis konon dipopulerkan oleh Ketut Englan pada tahun 1976.
Pabrik Kopi Banyuatis ini terletak di Pemaron tepatnya di Jalan Singaraja-Seririt Bali.
Bahan dasarnya didatangkan dari Desa Banyuatis dan Pupuan Bali. Bentangan
alam dihiasi tanaman kopi begitu menyejukkan hati. Kopi Banyuatis bisa didapatkan
di kedai-kedai hanya dengan selembar uang ribuan untuk satu sajian gelas panas.
Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan
robusta.[Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan
berenergi pertama kali ditemukan oleh bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3000
tahun (1000 SM) yang lalu.Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi
salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai
kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400
ribu ton kopi per tahun. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga
dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan
berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler). Di beberapa tempat di Buleleng juga
mulai dikembangkan kopi luwak, seperti di Sawan, Sukasada yang tentunya
merupakan produk unggulan dari Buleleng. Komoditas kopi dominan terdapat di
Busungbiu, Banjar, Sawan, Kubutambahan.
Anggur Buleleng sudah terkenal sejak lama. Anggur (Vitis vinivera)
merupakan komoditas andalan/unggulan Kabupaten Buleleng. Buah anggur sangat
digemari oleh masyarakat terutama di Bali. Selain warnanya yang menarik hitam
pekat juga memiliki rasa yang cukup manis bila panen dilakukan tepat waktu. Buah
anggur di Bali sering sebagai sarana upacara keagamaan di samping buah-buahan
lainnya. Tanaman anggur di Buleleng telah dikenal sejak tahun 1934. Anggur
berkembang di Desa Pengastulan Kecamatan Seririt. Varietas anggur yang ditanam
saat itu adalah Gross Colman, Isabella, Brillant, dan Alphonso Lavalle. Namun, yang
beradaptasi baik adalah Alphonso Lavalle sehingga dikembangkan sampai ke
kecamatan lain, seperti Banjar dan Gerokgak. Komoditas anggur dominan terdapat
di Kecamatan Seririt, Banjar.
Kabupaten Buleleng mempunyai panjang pantai 157,05 km, dengan luas laut
3.196.8 km² dengan perkiraan produksi lestari 12.538 ton/tahun. Pemanfaatan
potensi masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan memanfaatkan sumber
perikanan pantai, lepas pantai, dan laut bebas. Jenis-jenis ikan yang ditangkap dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 343
menjadi komoditas andalan daerah buleleng antara lain lemuru 1.093,9. ton ( 10,9
%), cakalang ton 1.846,3 (15,22%), ikan tongkol 1.855,1 ton (15,68%), teri 467,9
(5,76%), ikan lemadang 272,1 (2,62%), ekor layang 867,5 (9,30%), ikan terbang
1.162,5,9 (8,99%), ikan tuna 1.052,8 (9,84%), dan ikan-ikan demersal yang masih
sedikit pengelolaannya. Ikan menjadi unggulan di Sawan dan Gerokgak.
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang
berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang
dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk
pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam
pembudi dayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m. Akan tetapi, dengan tajuk
menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari
batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm),
tunggal, tetapi tampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik
tunas. Bunga kakao tumbuh dari batang. Penyerbukan bunga dilakukan oleh
serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan
beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari. Bunga siap
diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari. Kakao secara umum merupakan
tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri. Walaupun
demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan
menghasilkan jenis komoditas dengan nilai jual yang lebih tinggi. Di Buleleng, kakao
sangat sesuai dengan agroklimatnya sehingga merupakan tanaman atau produk
unggulan. Komoditas kakao dominan terdapat di kecamatan Busungbiu, Banjar,
Kubutambahan.
Strawberry merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama
kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman strawberry, yaitu Fragaria
chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa, dan Asia. Selanjutnya
spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan dengan spesies
lainnya. Jenis strawberry ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Prospek
agribisnis strawberry di Buleleng khususnya di daerah Pancasari yang merupakan
daerah yang memiliki agroklimat yang sangat sesuai dengan tumbuhnya strawberry.
Strawberry dijadikan sebagai lambang cinta oleh masyarakat Yunani kuno karena
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 344
warna, rasa, dan manfaat buah ini. Tanaman yang tergolong sebagai tanaman buah
herba ini pertama kali ditemukan di negara Chili, Amerika. Salah satu spesiesnya
yang terkenal adalah Fragaria Chilioensis L yang menyebar ke berbagai belahan
dunia seperti Amerika, Eropa, dan Asia. Munculnya bunga strawberry adalah tanda
tanaman strawberry akan menghasilkan buah. Jika tanaman strawberry mulai
berbunga, maka musim strawberry berbuah dimulai. bunga strawberry berbentuk
kecil, ukuran diameternya sekitar 1 cm dengan bagian tengah berwarna kuning dan
bagian pinggirnya berwarna putih. Bagian warna kuning inilah yang pada kemudian
hari akan berubah menjadi bakal buah. Dalam satu minggu, bisa panen tiga sampai
dengan empat kali. Dari satu hektare kebun strawberry, paling banyak menghasilkan
300 kg pada setiap kali panen. Harga buahnya di pasar lokal relatif stabil. Bahkan
akhir-akhir ini karena pasokan dari petani kurang, apalagi ditambah datangnya
musim hujan harga borongan meningkat cukup tinggi. Untuk kualitas super harga
borongan mencapai Rp 30.000,00--Rp 40.000,00/kg, sedangkan kualitas A--B
antara Rp 25.000,00--Rp 30.000,00. Harga kualitas C paling tinggi hanya Rp
10.000,00. Komoditas strawberry dominan terdapat di Kecamatan Sukasada.
Mengingat Buleleng penghasil padi sawah, tentunya penggilingan padi
merupakan usaha yang cukup penting khususnya di Kabupaten Buleleng. Usaha
penggilingan padi (RMU) dominan terdapat di Kecamatan Busungbiu, Banjar,
Sukasada, Sawan, Tejakula.
Di Buleleng merupakan penghasil ikan yang cukup banyak sehingga muncul
usaha-usaha pengolahan dan pengawetan ikan, seperti ikan asin, terasi, dan
sebagainya. Industri pengolahan gula merah ini sudah sangat terkenal karena tidak
menggunakan bahan campuran sehingga konsumen merasakan keaslian gula
merah Pedawa. Usaha pengolahan ikan dominan terdapat di Kecamatan Gerograk,
Sawan, Kubutambahan.
Industri gula merah di Desa Pedawa sangat terkenal dengan kualitasnya yang
bagus. Sampai sekarang konsumen masih menyukai produk tersebut. Industri gula
merah terdapat juga di Kecamatan Tejakula.
Industri anyaman ingke dan industri tenun terdapat di Kecamatan Tejakula.
Rumah potong unggas adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan
dengan desain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong unggas. Di
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 345
beberapa tempat, rumah potong hewan sudah ada di Buleleng. Usaha rumah
unggas dominan terdapat di Kecamatan Seririt.
Seiring dengan perkembangannya ini, maka diperlukan sarana dan prasarana
penunjang yang mendukung, seperti sistem penyediaan air bersih yang dapat
memenuhi kebutuhan penduduk. Oleh karena itu, sistem penyediaan air bersih yang
ada saat ini perlu untuk dikembangkan. Usaha pelayanan air minum isi ulang
dominan di Seririt, Busungbiu.
Industri pengolahan makanan aneka keripik, seperti keripik ubi, keladi, dan
sejenisnya banyak terdapat di Buleleng, Tejakula.
Industri pengolahan kopi menjadi kopi bubuk terdapat di Kecamatan Banjar
sedangkan industri pengolahan buah-buahan menjadi dodol ada di Kecamatan
Kubutambahan.
Kontraktor kontruksi bangunan dominan terdapat di Kecamatan Seririt,
Sukasada, Buleleng, Kubutambahan, Tejakula.
Hotel merupakan suatu bangunan yang menyediakan kamar atau ruang untuk
menginap, makan dan minum, serta pelayanan lain untuk umum, seperti
kantor/tempat pertemuan/seminar. Hotel melati di Buleleng cukup banyak. Hal itu
disebabkan oleh selain merupakan kawasan wisata juga turis banyak yang datang
ke Buleleng seperti Lovina dan Munduk. Hotel melati dominan terdapat di
Kecamatan Gerograk, Seririt, Buleleng.
Restoran/rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang
lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum. Dalam SK
tersebut juga ditegaskan bahwa setiap rumah makan harus memiliki seseorang yang
bertindak sebagai pemimpin rumah makan yang sehari-hari mengelola dan
bertanggung jawab atas pengusahaan RM tersebut. Di Buleleng cukup banyak
bermunculan warung makan khususnya di Singaraja. Restoran/rumah makan
dominan terdapat di Kecamatan Gerograk, Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada,
Buleleng, Sawan, Kubutambahan, Tejakula.
Konter HP cukup menjamur di Kabupaten Buleleng banyak terdapat di
Kecamatan Gerokgak, Seririt, Buleleng, Busungbiu, Sukasada, Tejakula.
Homestay dan vila banyak terdapat di Gerokgak, Sukasada.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 346
Mini market sebenarnya adalah semacam "toko kelontong" atau yang menjual
segala macam barang dan makanan, tetapi tidak selengkap dan sebesar sebuah
supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, mini market menerapkan sistem
swalayan, yaitu pembeli mengambil sendiri barang yang dibutuhkan dari rak-rak
dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak
berutang. Mini market dan toko kelontong dominan terdapat di Kecamatan
Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, Tejakula.
Segala macam bahan makanan hasil peternakan dan perikanan yang diolah
dan dapat dikonsumsi oleh manusia serta tidak membahayakan bagi tubuh manusia,
seperti ikan asin, terasi, daging olahan seperti urutan (semacam sosis dari daging
babi). Segala macam bahan makanan dan minuman hasil pertanian yang diolah dan
dapat dikonsumsi oleh manusia, serta tidak membahayakan bagi tubuh manusia,
seperti jus buah. Perdagangan produk pertanian dominan terdapat di Kecamatan
Sawan, Kubutambahan, Tejakula.
Artshop dominan terdapat di Kecamatan Buleleng,
Angkutan darat barang merupakan rangkaian kegiatan (peristiwa)
pemindahan barang atau penumpang dari satu tempat pemuatan ke tempat tujuan
sebagai tempat penurunan pembongkaran barang muatan. Angkutan darat
perkotaan dan pedesaan untuk penumpang adalah alat pemindahan manusia,
hewan, atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia dan atau mesin untuk memudahkan
manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Angkutan darat barang (truk)
dominan terdapat di Kecamatan Gerograk, Seririt, Busungbiu, Sukasada, Buleleng,
Sawan, Kubutambahan, Tejakula.
Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan hampir ada di setiap
kecamatan.
Jasa pengiriman paket ada di Buleleng, Tejakula
Suatu perusahaan ekspedisi yang memfokuskan layanannya sebagai
perusahaan jasa pengiriman barang dan dokumen melalui transportasi udara, laut,
dan darat dengan tujuan domestik dan internasional. Di samping itu, juga
berkomitmen untuk mengedepankan standar pelayanan sesuai dengan standar
internasional untuk sebuah perusahaan kurir dan kargo guna memberikan kepuasan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 347
kepada customer. Jasa pengiriman barang dominan terdapat di Kecamatan
Buleleng, Sawan.
Ojek dominan terdapat di Kecamatan Seririt, Busungbiu, Banjar, Buleleng,
Sawan, Kubutambahan, Tejakula.
Rent car juga merupakan unggulan seperti di Banjar, Buleleng demikian juga
warnet ada di beberapa kecamatan.
LPD ini dibangun untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan
perekonomian dan pembangunan di desa adat (desa pekraman). Di samping itu,
juga sebagai sumber pendapatan desa, meningkatkan kinerja LPD melalui
pertumbuhan operasional, pelayanan prima, pemberdayaan organisasi dan SDM,
memberdayakan ekonomi masyarakat desa khususnya usaha mikro, kecil dan
menengah agar menjadi tangguh dan mandiri, sekaligus meningkatkan pendapatan
masyarakat desa. Selain itu, merupakan salah satu tempat yang sangat bermanfaat
bagi masyarakat desa untuk menyimpan (menabung) dan meminjam uang sehingga
memerlukan sistem yang diatur melalui komputer atau sering disebut sistem
berbasis komputer. LPD dominan terdapat di Kecamatan Gerograk, Busungbiu,
Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, Tejakula.
KSP terdapat di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada,
Sawan, Kubutambahan, Tejakula. KUD terdapat di Kecamatan Seririt, Busungbiu,
Banjar, Sukasada, Buleleng, Kubutambahan, Tejakula. BPR terdapat di Kecamatan
Buleleng, Kubutambahan, Tejakula. Money changer ada di Kecamatan Buleleng.
Pangkas rambut dan salon kecantikan ada di Kecamatan Gerokgak, Seririt,
Busungbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan.
Penjahitan pakaian ada di beberapa kecamatan.
Jasa perbengkelan terdapat di Kecamatan Banjar, Sukasada, Buleleng,
Sawan, Tejakula.
Fotokopi terdapat di Kecamatan Kubutambahan.
Pramuwisata ada di Kecamatan Buleleng, Tejakula.
Jasa binatu/laundry terdapat di Kecamatan Buleleng.
PAUD berlokasi di Kecamatan Sawan, Kubutambahan.
Objek wisata air terjun Gitgit, Lovina dan wisata Air Sanih di Kubutambahan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 348
6.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode AHP)
6.3.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kota Denpasar
Lima KPJU unggulan per sektor di Kota Denpasar yang diurut menggunakan
Metode Analytical Hyerarchy Process (AHP) disajikan pada Tabel 6.3.1.
Pertanian dalam arti luas
Penangkapan ikan laut ada di Benoa. Hal itu merupakan salah satu produk
unggulan di Denpasar. Seperti yang diketahui bahwa Bali memiliki potensi
pengembangan budi daya perikanan laut mencapai 1.551,7 hektare tetapi baru
dimanfaatkan 418,5 hektare atau sekitar 26,9 persen. Demikian pula dengan budi daya
ikan di kolam 1.700,4 hektare, tetapi baru digarap 33,1 persen atau seluas 564,5
hektare. Potensi yang belum tergarap dengan baik tersebut akan digarap secara
bertahap dengan harapan mampu meningkatkan produksi bidang perikanan sekaligus
memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat setempat termasuk wisatawan dalam
menikmati liburan di Bali.
Tanaman hias di Kota Denpasar saat ini sedang trend untuk dikembangkan,
mengingat permintaan konsumen yang semakin meningkat, baik dari selera maupun
kebutuhan kantor, hotel, maupun restoran sebagai penghias ruangan. Misalnya,
anggrek, anthurium, jepun jepang dsb. sedang dikembangkan di wilayah Denpasar
Timur dan Denpasar Selatan. Anggrek yang dikembangkan terfokus pada anggrek
potong.
Kawasan daerah Denpasar Utara, Timur, dan Selatan masih memiliki lahan
sawah yang cukup banyak dan agroklimat yang mendukung sehingga padi sawah di
daerah ini dapat menjadi unggulan. Kawasan daerah Denpasar Utara, masih memiliki
lahan sawah yang cukup banyak dan agroklimat yang mendukung sehingga padi sawah
di daerah ini dapat menjadi unggulan.
Beberapa jenis sapi unggul lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali,
peranakan Onggole (PO) dan sapi Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor
adalah sapi Brahman, Simenthal, Onggole dan Brangus. Dalam sistem penggemukan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 349
sapi dikenal beberapa bentuk kandang, antara lain tipe kandang tunggal (individual)
dan tipe kandang ganda. Untuk komoditas sapi, menjadi unggulan di semua kecamatan
di Denpasar, yaitu Denpasar Timur, Denpasar Selatan, Denpasar Barat, dan Denpasar
Utara
Tabel 6.3.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kota Denpasar
No Sektor KPJU Unggulan
1 Pertanian (1) Penangkapan ikan di laut
(2) Tanaman hias
(3) Padi sawah
(4) Sapi
(5) Jagung manis
2 Penggalian dan Pertambangan -
3 Industri pengolahan (1) Sablon pakaian
(2) Perlengkapan pakaian (mote,renda)
(3) Produk makanan aneka keripik
(4) Pakaian jadi (garment)
(5) Pengolahan & pengawetan ikan
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/Knstruksi Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Kios barang kerajinan
(2) Hotel melati
(3) Mini market dan toko kelontong
(4) Restoran dan rumah makan
(5) Konter HP
7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Rent car
(2) Angkutan darat barang (truk)
(3) Angkutan penumpang perkotaan & pedesaan
(4) Bus carter
(5) Ojek
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD
(2) BPR
(3) Money changer
(4) KUD
(5) KSP
9 Jasa-jasa lain (1) Jasa binatu/laundry
(2) Rumah kost
(3) Pangkas rambut dan salon kecantikan
(4) Penjahitan pakaian
(5) Fotokopi Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode
Analytical Hirarchy Process (AHP)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 350
Jagung manis banyak dikembangkan di wilayah Denpasar Selatan dan di
Denpasar Timur. Khususnya Denpasar Selatan, jagung manis banyak ditanam di dekat
dengan kawasan pariwisata, seperti misalnya di wilayah Renon. Jagung manis yang
telah dipanen, langsung dikemas dan di jual di pinggir jalan raya Renon, Sanur, dan
sekitarnya. Demikian juga untuk usaha jagung bakar yang bahan dasarnya jagung
manis semakin digemari oleh konsumen.
Industri Pengolahan
Salah satu teknik cetak yang sangat sederhana tanpa memerlukan investasi
yang tinggi. Teknik ini banyak diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan manusia.
Walaupun dalam realisasinya teknik cetak sablon hanya bagian dari wirausaha
perumahan (home industy), teknik ini masih sangat signifikan untuk terus dapat
dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya perkembangan teknologi
dalam industri, teknik cetak sablon saat ini telah dikembangkan dengan menggunakan
komputer dalam hal pembentukan gambarnya pada screen. Sablon pakaian menjadi
unggulan di Kota Denpasar.
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau
kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya.
Dari pengertian tekstil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil
meliputi produk serat, benang, kain, pakaian, dan berbagai jenis benda yang terbuat
dari serat. Dengan demikian, perlengkapan pakaian seperti mote dan renda sangat
mendukung.
Produk makanan aneka keripik. Keripik singkong merupakan salah satu
makanan ringan tradisional yang banyak digemari. Apalagi didukung dengan
berlimpahnya suplai bahan baku singkong di Indonesia membuat makanan ringan ini
bisa dengan mudah ditemukan di toko-toko sekitar.
Kota Denpasar sebagai salah satu sentra produsen garment (pakaian jadi) di
Provinsi Bali hingga kini menjadi andalan ekspor nonmigas. Garment (pakaian jadi)
buatan buatan Kota Denpasar dihiasi dengan bordiran, manik-manik mampu merambah
pasar utama ke Amerika Serikat.
Pengolahan dan pengawetan ikan juga termasuk unggulan di Denpasar
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 351
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Kios barang kerajinan menjual hasil perajin. Suvenir itu sendiri merupakan hasil
olah dari para perajin tradisional/industri kecil.
Hotel melati cukup banyak di Denpasar mengingat wisatawan yang sangat
banyak datang ke Bali. Adanya hotel ini tentu mendukung sekali.
Sebuah mini market sebenarnya adalah semacam "toko kelontong" atau yang
menjual segala macam barang dan makanan. Berbeda dengan toko kelontong,
minimarket menerapkan sistem swalayan, yaitu pembeli mengambil sendiri barang
yang dibutuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga
membantu agar pembeli tidak berutang.
Restoran dan rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang
lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum. Banyaknya
hotel di Denpasar membuat usaha ini semakin berkembang dengan baik.
Pengangkutan dan Komunikasi
Penyewaan mobil sangat banyak di Denpasar, bahkan mobil mewah sekalipun.
Ini disebabkan oleh kebutuhan, baik masyarakat maupun pariwisata menggunakan
mobil dalam jangka waktu pendek untuk kebutuhan tertentu seperti rekreasi.
Angkutan darat barang berupa truk banyak terdapat di wilayah Denpasar
Timur, Selatan,Barat, dan Utara
Angkutan penumpang perdesaan dan perkoataan untuk penumpang (mini bus)
merupakan unggulan di Kecamatan Denpasar Barat dan Utara.
Bus carter terdapat di Kecamatan Denpasar Timur.
Ojek cukup banyak ditemukan di Kota Denpasar.
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
LPD menjadi unggulan karena dimiliki setiap desa adat.
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Money changer merupakan unggulan karena ada di semua kecamatan di Kota
Denpasar kecuali Kecamatan Denpasar Utara.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 352
KUD (Koperasi Unit Desa) menjadi unggulan di Denpasar Utara, Denpasar
Selatan, Denpasar Barat.
KSP (Koperasi Simpan Pinjam) ada di semua Kecamatan di Kota Denpasar
Jasa-jasa Lain
Jasa binatu/laundry, rumah kost, penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan,
dan fotokopi ada hampir di semua kecamatan di Kota Denpasar.
Jasa pemotongan rambut untuk memberikan penampilan yang lebih baik. Usaha
ini mulai menjamur, karena kebutuhan masyarakat akan penampilan mulai mengalami
kemajuan, seperti trend pakaian dan sebagainya. Usaha pemotongan rambut terdapat
di semua kecamatan di Denpasar, yaitu Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar
Barat, dan Denpasar Selatan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 353
6.3.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Badung Pertanian dalam arti luas
Jenis ayam yang diternakkan di Kabupaten Badung adalah ayam buras, ras
petelur, dan pedaging. Tahun 2009 tercatat ternak ayam sebanyak 1.286.535 ekor atau
sekitar 10,0 persen dari populasi ayam yang ada di Provinsi Bali. Dari jumlah ini sekitar
60,0 persen merupakan ayam ras petelur dan pedaging. Sisanya, yaitu 40,0 persen
ayam buras. Ternak ayam ini menyebar di semua kecamatan, tetapi yang paling
banyak di Kecamatan Mengwi dan paling sedikit di Kecamatan Kuta.
Dalam kurun waktu 2005--2009 ternak ayam buras dan ras petelur berfluktuasi
dengan kecendrungan menurun. Sebaliknya ayam ras pedaging meningkat rata-rata
6,6 persen per tahun. Ternak ayam ini ke depan cukup prospektif karena di samping
untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal juga dipasok ke hotel dan restoran. Makin
berkembangnya jumlah penduduk dan makin meningkatnya kunjungan wisatawan ke
Bali dipastikan permintaan terhadap daging dan telur ayam juga meningkat.
Permasalahan yang dihadapi peternak, antara lain kadang-kadang ada daging
dan telur yang masuk dari luar Bali sehingga mengakibatkan harga turun. Padahal, d
isisi lain harga pakan ternak cenderung naik.
Kabupaten Badung mempunyai pantai sepanjang 64 km sehingga penangkapan
ikan di laut merupakan salah satu unggulan. Akan tetapi, produksi ikan basah selama
periode 2005--2009 menurun dari 3.844,20 ton basah (2005) menjadi 2.547,85 ton
basah (2009). Penurunan produksi ini terjadi seiring dengan makin sedikitnya orang
yang bekerja sebagai nelayan penuh. Akan tetapi, di sisi lain jumlah nelayan sambilan
dalam periode yang sama bertambah. Tahun 2009 nelayan penuh tercatat sebanyak
864 nelayan, sedangkan nelayan sambilan 1.455 orang.
Ke depan diperkirakan penangkapan ikan di laut kurang prospektif. Hal itu terjadi
karena makin banyak pinggir pantai yang beralih fungsi menjadi lokasi hotel dan
prasarana/sarana lain yang berkaitan dengan pariwisata.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 354
Tabel 6.3.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Badung
No Sektor KPJU Unggulan
1 Pertanian (1) Ayam (2) Penangkapan ikan laut (3) Kelapa (4) Babi (5) Padi sawah
2 Penggalian dan Pertambangan -
3 Industri Pengolahan (1) Garment (2) Kerajinan kayu (3) Industri makanan/minuman (4) Industri kerajinan dari logam (5) Industri kerajinan besi & baja
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Restoran dan rumah makan (2) Mini market dan toko kelontong (3) Hotel melati (4) Kios barang kerajinan (5) Vila
7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan barang (truk) (2) Taxi (koperasi) (3) Rent car (4) Angkutan penumpang
perkotaan/pedesaan (5) Shutle bus
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Money changer (2) BPR (3) LPD (4) KSP (5) KSU
9 Jasa-jasa lain (1) Travel biro/pramuwisata (2) Instalatur listrik (3) Penjahitan pakaian (4) Bengkel (sepeda motor dan mobil) (5) Taman hiburan/rekreasi.
Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 355
Jenis tanaman kelapa yang diusahakan di Kabupaten Badung adalah kelapa
dalam dan kelapa genjah. Kelapa dalam tersebar di semua kecamatan, tetapi kelapa
genjah hanya di empat kecamatan tidak termasuk Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan.
Tahun 2009 total produksi kedua jenis kelapa ini 2.055,983 ton (95,7 persen kelapa
dalam dan 4,3 perse kelapa genjah). Total produksi kelapa Kabupaten Badung tahun
2009 hanya sekitar 3,0 persen dari seluruh produksi Provinsi Bali.
Periode 2005--2009 produksi kelapa dalam menurun rata-rata 3,8 persen,
sedangkan kelapa genjah relatif stagnan pada produksi sekitar 88 ton. Tanaman ini
kurang prospektif karena perluasannya hampir tidak memungkinkan lagi. Malahan, di
sisi lain banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman dan berbagai
fasilitas sosial ekonomi. Penambahan tanaman hanya dimungkinkan dengan pola
tanaman sela.
Ternak babi yang ada di Kabupaten Badung ada tiga jenis, yaitu landrace,
saddle back, dan babi lokal. Dari ketiga jenis ini yang banyak diternakkan adalah
landrace (89,5 persen), kemudian disusul oleh jenis saddle back (8,9 persen), dan babi
lokal (1,5 persen). Tahun 2009 populasi babi di Kabupaten Badung 105.315 ekor.
Jumlah ini sekitar 11,0 persen dari total populasi babi di Provinsi Bali. Ternak babi
tersebar di semua kecamatan, tetapi hampir 88,0 persen terkonsentrasi di tiga
kecamatan yaitu Petang, Mengwi, dan Abiansemal. Selama periode 2005--2009
populasi babi di Kabupaten ini tumbuh rata-rata lebih dari 10,0 persen per tahun.
Prospek ternak babi cukup baik karena di samping memenuhi kebutuhan daging
penduduk, juga untuk memenuhi kebutuhan upacara bagi umat Hindu.
Luas lahan sawah di Kabupaten Badung 10.295 ha atau 12,6 persen dari luas
sawah di Prov Bali. Lahan sawah ini tersebar di semua kecamatan, kecuali Kecamatan
Kuta Selatan. Hampir 45,0 persen dari areal sawah tersebut berada di Kecamatan
Mengwi, kemudian disusul berturut-turut di Kecamatan Abiansemal dan Kuta Utara.
Tahun 2009 luas areal panen padi sawah di Kabupaten Badung 18.790 ha dengan
total produksi 126.575 ton (14,4 persen dari total produksi Bali). Periode 2005--2009
produksi padi sawah di Kabupaten Badung menurun dari 129.277 ton menjadi 126.575
ton atau turun rata-rata 0,5 persen per tahun.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 356
Padi sawah tampaknya kurang prospektif karena biaya produksi khususnya
sarana produksi relatif mahal. Akan tetapi, di sisi lain harga beras relatif stabil karena
ada campur tangan dari pihak pemerintah. Tambahan lagi dari tahun ke tahun lahan
sawah semakin menyusut karena terjadi alih fungsi menjadi nonpertanian. Padahal,
beras merupakan salah satu komoditas yang strategis.
Industri pengolahan
Industri tekstil atau garment di Kabupaten Badung dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok yaitu Industri sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga . Tahun 2009 di
Kabupaten Badung tercatat industri garment sebanyak 249 unit dengan jumlah tenaga
kerja sebanyak 2.809 orang. Sebanyak 69,0 persen dari industri garment di Kabupaten
Badung tergolong indudstri kecil, 17,7 persen industri kerajinan rumah tangga, dan
sisanya yaitu 13,3 persen termasuk industri sedang. Industri ini tersebar di empat
kecamatan, yaitu Kuta Utara, Kuta, Mengwi, dan Kuta Selatan.
Prospek industri garment cukup baik seiring dengan makin bertambahnya jumlah
penduduk dan kunjungan wisatawan ke Bali. Periode 2000--2010 penduduk Kabupaten
Badung meningkat rata-rata 4,63 persen per tahun, sedangkan kunjungan wisatawan
asing terus meningkat dan mulai tahun 2008 sudah di atas dua juta orang. Jumlah ini
belum termasuk wisatawan domestik.
Industri kerajinan kayu yang ada di Kabupaten Badung mencakup industri
sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga. Tahun 2009 tercatat 794 unit industri
kerajinan kayu dengan jumlah pekerja 2.786 orang. Lebih dari separoh industri ini
tergolong sebagai industri kecil dengan rata-rata pekerja empat orang per unit. Proporsi
besar kedua, yaitu sekitar 46,0 persen adalah industri rumah tangga dengan rata-rata
pekerja dua orang per unit. Sisanya tergolong sebagai industri sedang dengan rata-rata
pekerja 28 orang per unit. Industri ini tersebar di lima kecamatan tidak termasuk
Kecamatan Kuta Selatan dan terkonsentrasi di Kecamatan Mengwi serta Abiansemal.
Produk dari industri kerajinan kayu, antara lain patung kayu, ukiran kayu, hiasan
rumah dari kayu (panil), rumah kayu, dulang ukir, meubel, dan sanggah. Pemasarannya
ada yang ditujukan untuk pasar lokal, wisatawan, dan ekspor.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 357
Prospek industri kerajinan kayu ini cukup baik dengan makin meningkatnya
pendapatan masyarakat dan kunjungan wisatawan ke Bali. Makin meningkatnya
pendapatan masyarakat mengindikasikan potensi pasar barang-barang kelengkapan
upacara semakin meningkat.
Kabupaten Badung mempunyai empat kelompok industri makanan/minuman,
yaitu industri besar, sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga. Tahun 2009 tercatat
1.045 unit usaha industri makanan/minuman dengan pekerja sebanyak 4.285 orang.
Dari empat kelompok industri ini yang paling banyak adalah industri rumah tangga (52,2
persen), kemudian disusul industri kecil (46,0 persen), dan industri sedang serta besar
masing-masing 1,5 persen dan 0,2 persen. Industri besar yang dimaksud adalah pabrik
minuman soft drink merk Coca Cola dan air mineral merk AQUA. Produk industri
makanan dan minuman, antara lain roti, kue kering, jajan basah, minuman ringan, air
mineral, dan lain-lain. Pasarnya bersifat lokal dan antarkabupaten.
Secara umum prospek pemasarannya cukup baik karena hampir semua
komoditas tersebut merupakan barang kebutuhan pokok. Prospek baik ini didukung
oleh jumlah penduduk yang semakin banyak dan semakin meningkatnya pendapatan
per kapita penduduk. Periode 2000--2010 pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung
lebih dari 4,0 persen per tahun dan Kabupaten Badung merupakan kabupaten terkaya
kedua di Indonesia setelah Kutai Kertanegara.
Di Kabupaten Badung terdapat satu industri kerajinan logam perak kategori
besar dengan jumlah pekerja sebanyak 642 orang yang berlokasi di Kecamatan
Abiansemal. Seluruh produknya ditujukan untuk pasar ekspor. Industri yang lainnya ada
yang tergolong sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga. Tahun 2009 jumlah industri
kerajinan logam di Kabupaten Badung sebanyak 90 unit dengan total pekerja 911
orang. Separoh lebih (53,3 persen) dari industri ini tergolong industri kerajinan rumah
tangga, kemudian baru industri kecil (45,7 persen). Sisanya industri sedang dan besar
masing-masing satu unit. Industri ini hanya tersebar pada empat kecamatan tidak
termasuk Kecamatan Kuta Utara dan Kuta Selatan dengan konsentrasi di dua
kecamatan, yaitu Abiansemal dan Petang. Jenis produknya selain berupa perhiasan
perak, juga perhiasan emas. Pemasaran produknya di samping untuk ekspor juga
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 358
melayani pasar lokal. Prospek produk ini cukup baik. Akan tetapi, sering terkendala oleh
harga bahan baku yang relatif mahal.
Tahun 2009 di Kabupaten Badung tercatat 105 unit industri kerajinan besi &
baja. Sekitar 99,0 persen dari industri tergolong sebagai industri kecil dan kerajinan
rumah tangga. Hanya satu unit merupakan industri sedang. Jumlah pekerja yang
terserap sebanyak 268 orang. Industri ini tersebar di lima kecamatan tidak termasuk
Kecamatan Kuta Utara. Jenis produknya berkaitan dengan perhiasan atau kelengkapan
rumah tangga, seperti bingkai foto, vas bunga, tempat tisu, tempat sendok, lampu
taman, dan lain-lain. Pemasarannya ditujukan untuk melayani hotel, restoran, ekspor,
dan konsumen lokal. Melihat pasar yang dilayani produk ini prospeknya cukup baik.
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Restoran dan rumah makan di Kabupaten Badung juga meningkat. Tahun 2005
tercatat restoran dan rumah makan sebanyak 425 buah dengan tempat duduk 32.310
buah. Tahun 2009 meningkat menjadi 635 buah dengan tempat duduk sebanyak
42.558 buah. Jumlah tempat duduk ini sekitar 52,0 persen dari seluruh tempat duduk
restoran dan rumah makan yang ada di Bali. Lokasi restoran dan rumah makan ini juga
terkonsentrasi di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan. Segmen pasar restoran dan
rumah makan ini bukan hanya terbatas pada wisatawan asing dan domestik, melainkan
juga penduduk lokal. Dengan demikian, prospek prasarana ini cukup bagus seiring
dengan makin banyaknya kunjungan wisatawan dan meningkatnya jumlah serta
pendapatan penduduk lokal.
Di Kabupaten Badung tercatat mini market sebanyak 133 unit dan ribuan toko
kelontong yang tersebar di semua kecamatan. Pasar modern khususnya mini market
sebenarnya mempunyai prospek yang baik seiring dengan berubahnya gaya hidup
masyarakat dalam berbelanja yang lebih banyak memilih pasar modern dibandingkan
dengan pasar tradisional. Ke depan tanpa ada pembatasan berdirinya pasar modern
oleh pemerintah berpotensi menimbulkan masalah sosial.
Periode 2005--2009 jumlah hotel melati di Kabupaten Badung meningkat dari
337 buah (8.368 kamar) menjadi 455 buah (11.463 kamar). Jumlah kamar hotel melati
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 359
tahun 2009 ini hampir 40,0 persen dari seluruh kamar hotel hotel melati yang ada di
Provinsi Bali. Selama tiga tahun terakhir tingkat hunian tempat tidur hotel melati ini
meningkat dari 46,47 persen menjadi 55,53 persen. Tingkat hunian tempat tidur
tertinggi (69,43 persen) terjadi pada bulan Oktober, Juni (64,54 persen) dan Juli (60,78
persen). Bulan-bulan yang lain bervariasi antara 46,44--58,98 persen. Mengacu pada
tingkat hunian tempat tidur tersebut di atas tampaknya hotel melati ini kurang prospektif,
kecuali kunjungan wisatawan (khususnya domestik) meningkat drastis. Umumnya
segmen pasar hotel melati ini adalah wisatawan domestik.
Kios barang kerajinan tersebar hampir di semua objek wisata yang dimiliki oleh
Kabupaten Badung. Belakangan ini ada indikasi terjadi persaingan yang relatif ketat
antarmereka. Di samping itu, makin banyaknya berdiri pasar modern yang khusus
menjual berbagai suvenir dan beragam baju kaos dengan sebutan oleh-oleh Bali.
Pengangkutan dan Komunikasi
Mobil angkutan barang wajib uji di Kabupaten Badung diklasifikasikan menjadi
lima jenis, yaitu pick up, truck ringan, truck sedang, truck berat, dan tangki. Tahun 2009
kelima jenis angkutan barang ini berjumlah 9.857 unit. Sekitar 71,0 persen dari
angkutan barang ini tergolong jenis pick up, proporsi besar kedua, yaitu 13,9 persen
jenis truck berat, dan 9,6 persen truck ringan. Sisanya adalah truck berat dan truck
tangki.
Prospek mobil angkutan barang ini relatif baik seiring dengan makin
berkembangnya aktivitas perekonomian. Indikasi terjadinya persaingan sudah mulai
kelihatan karena jumlah mobil jenis ini semakin banyak. Banyaknya lembaga
pembiayaan yang bersedia memberikan kredit dengan persyaratan yang relatif ringan
memungkinkan orang dapat membeli mobil jenis ini dengan relatif mudah.
Taxi (koperasi) kebanyakan melayani angkutan penumpang dari bandara Ngurah
Rai tanpa menggunakan argometer. Tarif ditentukan berdasarkan daerah tujuan
penumpang.
Rent car adalah angkutan penumpang yang lebih banyak melayani wisatawan
asing ataupun domestik. Jenis mobil rent car sangat beragam mulai dari mobil keluarga
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 360
seperti jenis mini station, station, sampai dengan mobil mewah seperti Alphard dan
yang sejenisnya. Sewanya biasanya ditentukan harian. Di Kabupaten Badung base
camp dari rent car terkonsentrasi di Kecamatan Kuta dan daerah sekitarnya.
Persaingan di antara mereka relatif ketat terutama pada musim sepi wisatawan. Akan
tetapi, pada musim ramai (peak season) wisatawan, beberapa usaha rent car
kekurangan mobil.
Angkutan penumpang yang tersedia di Kabupaten Badung adalah jenis mikrolet.
Tahun 2009 jumlahnya hanya 98 buah. Prospek mikrolet sebagai angkutan penumpang
kurang baik karena bersaing dengan sepeda motor dan mobil pribadi. Adanya
kemudahan dalam memperoleh kredit sepeda motor dan mobil mengakibatkan
masyarakat cenderung membeli kedua moda angkutan ini untuk memperlancar
transportasi mereka.
Shutle bus yang dimaksud di sini bukan bus yang melayani angkutan
penumpang antarkabupaten atau antarprovinsi, melainkan bus angkutan wisatawan
dari Sentral Parkir Kuta – Pantai Kuta PP. Angkutan bus ini diperlukan untuk
menghindari terjadinya kemacetan di sepanjang jalan kawasan wisata Kuta termasuk
pantainya. Dengan tersedianya angkutan bus ini, maka bus-bus besar yang
mengangkut wisatawan (umumnya wisatawan domestik) harus parkir di sentral parkir.
Prospek angkutan ini cukup baik karena ada tendensi wisatawan domestik yang datang
ke Bali semakin meningkat dan pantai Kuta menjadi salah satu objek yang sangat
digemari.
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Hampir semua prasarana/sarana pariwisata, seperti hotel, restoran, dan
penunjang lainnya terkonsentrasi di Kabupaten Badung. Sebagai daerah pariwisata di
mana wisatawan asingnya cukup menonjol, keberadaan money changer (jasa
penukaran mata uang asing) sangat penting. Keberadaan money changer di Kabupaten
Badung terkonsentrasi di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan.
Selama periode 2005--2009 jumlah money changer di Kecamatan Kuta menurun
dari 328 unit menjadi 325 unit. Keadaan yang sama juga terjadi di Kecamatan Kuta
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 361
Selatan, yaitu jumlahnya menurun dari 46 unit menjadi 41 unit. Kendatipun jumlah
money changer menurun, ke depan tampaknya cukup prospektif seiring dengan makin
meningkatnya kunjungan wisatawan asing ke Bali. Tahun 2009 kunjungan wisatawan
asing ke Bali hampir mencapai 2,3 juta orang. Padahal tahun 2005 baru mencapai
1.386.448 orang. Ini berarti dalam kurun waktu 2005--2009 terjadi peningkatan rata-rata
13,1 persen per tahun.
Tahun 2005 jumlah BPR di Kabupaten Badung tercatat sebanyak 58 unit dan
tahun 2009 bertambah menjadi 59 unit. BPR sama seperti bank umum juga
menyalurkan kredit modal kerja, kredit investasi, dan konsumsi. Dalam kurun waktu
2005--2009 ketiga jenis kredit yang disalurkan BPR semakin bertambah. BPR
tampaknya cukup prospektif. Penggerak utama dari perekonomian Kabupaten Badung
adalah sektor pariwisata. Makin banyaknya kunjungan wisatawan ke Bali akan lebih
meningkatkan aktivitas perekonomian. Ini berarti diperlukan dana yang lebih besar.
Dalam hal ini BPR dapat mengambil peran bersaing dengan bank-bank umum.
Tahun 2009 di Kabupaten Badung tercatat LPD sebanyak 119 buah. LPD ini
tersebar hampir di semua desa yang ada di Kabupaten Badung. Lebih dari 80,0 persen
LPD ini ada di tiga kecamatan yaitu Mengwi, Abiansemal, dan Petang. Dari segi
operasional LPD lebih fokus melayani masyarakat di mana LPD tersebut berada.
Kemudahan dalam syarat peminjaman merupakan salah satu faktor LPD mendapat
tempat di masyarakat. Oleh karena itu, ke depan LPD cukup prospektif. Akan tetapi,
perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas para pengelolanya. Lembaga keuangan
nonbank lain yang juga lebih banyak melayani masyarakat kelas bawah adalah KSP
dan KSU.
Jasa-jasa lain
Travel biro yang beroperasi di Kabupaten Badung diklasifikasikan menjadi tiga
jenis, yaitu (a) biro perjalan wisata, (b) cabang biro perjalanan wisata, dan (3) agen
perjalanan wisata. Tahun 2009 di Kabupaten Badung tercatat 275 travel biro atau 45,6
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 362
persen dari seluruh travel biro yang ada di Provinsi Bali. Ketiga klasifikasi travel biro
tersebut tersebar di tiga lokasi, yaitu kawasan Nusa Dua, Kuta Selatan, dan Kuta.
Prospek travel biro cukup baik karena jumlah wisatawan yang datang ke
Kabupaten Badung semakin meningkat. Di samping itu, travel biro juga melayani
penduduk lokal yang melakukan wisata, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Taman hiburan yang tersedia hampir semua berlokasi di kawasan pariwisata.
Taman ini ada beberapa jenis antara lain arung jeram, parasailing, dan bungee
jumping. Segmen pasar dari taman hiburan ini adalah wisatawan asing ataupun
domestik. Mengingat trend perkembangan wisatawan yang berkunjung ke Bali semakin
meningkat, maka jasa taman hiburan ini cukup prospektif.
Seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan wisatawan asing
yang berkunjung ke Bali pembangunan perumahan dan berbagai fasilitas penunjang
pariwisata juga semakin banyak. Ini berarti bahwa permintaan untuk pemasangan
instalasi listrik juga meningkat. Tahun 2007 tercatat jasa pemasangan instalatur listrik di
Kabupaten Badung sebanyak 175 perusahaan. Tahun 2009 meningkat menjadi 212
perusahaan. Jasa ini tersebar di semua kecamatan, tetapi yang paling banyak berlokasi
di Kecamatan Mengwi (34,0 persen), kemudian di Kecamatan Kuta, dan Kuta Selatan
masing-masing 19,3 persen dan 13,0 persen. Paling sedikit berlokasi di Kecamatan
Petang.
Tahun 2009 tercatat jasa penjahit pakaian di Kabupaten Badung sebanyak 645
unit. Dua tahun sebelumnya jumlahnya hanya 607 unit atau bertambah sebanyak 38
unit. Jasa penjahitan ini tersebar di lima kecamatan tidak termasuk Kecamatan Petang.
Sekitar 75,0 persen di antaranya berada di Kecamatan Mengwi dan Kuta Utara. Jasa
ini di samping melayani perorangan juga menerima order untuk menjahit pakaian (kaos-
kaos) yang pemasarannya ditujukan untuk wisatawan. Jasa penjahit ini bersaing ketat
dengan pakaian jadi dengan berbagai mode yang banyak dijua, baik di pasar tradisional
maupun pasar modern. Akan tetapi, dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan
meningkatnya kunjungan wisatawan jasa penjahitan ini cukup prospektif.
Dalam kurun waktu 2007--2009 bengkel sepeda motor meningkat dari 408 unit
menjadi 452 unit atau tumbuh rata-rata 5,2 persen per tahun. Bengkel sepeda motor
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 363
menyebar di lima kecamatan tidak termasuk Kecamatan Abiansemal dengan
konsentrasi di Kecamatan Mengwi dan Kuta Utara. Sebaliknya, bengkel mobil dalam
kurun waktu yang sama meningkat dari 153 unit menjadi 171 unit atau tumbuh rata-rata
5,7 persen. Bengkel ini juga tersebar di lima kecamatan tidak termasuk Kecamatan
Abiansemal. Paling banyak bengkel berlokasi di Kecamatan Mengwi.
Ke depan prospek kedua bengkel ini cukup baik seiring dengan makin
banyaknya kendaraan bermotor di Kabupaten Badung. Tahun 2005 di Kabupaten
Badung tercatat kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor) sebanyak 231.594 unit.
Tahun 2009 bertambah menjadi 313.850 unit. Ini berarti bahwa dalam kurun waktu
tersebut kendaraan bermotor tumbuh rata-rata 7,0 persen.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 364
6.3.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten
Gianyar
Berdasarkan sepuluh KPJU unggulan per sektor di Kabupaten Gianyar yang di-
ranking menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka diperoleh
lima KPJU unggulan seperti disajikan pada Tabel 6.3.3.
Pertanian dalam arti luas
KPJU unggulan untuk sektor pertanian di Kabupaten Gianyar adalah itik, jeruk,
ayam, sapi, dan durian.
Itik. Berdasarkan data statistik Gianyar Dalam Angka tahun 2011, jumlah
populasi itik di Kabupaten Gianyar tahun 2010 sebanyak 152.031 ekor. Jumlah ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 149.288 ekor. Populasi
itik di Kabupaten Gianyar berfluktuasi dalam lima tahun terakhir dan mengalami puncak
tahun 2007 sebanyak 207.563 ekor. Tiga kecamatan tempat usaha ternak itik adalah
Kecamatan Gianyar, Ubud, dan Tampaksiring.
Usaha ternak itik di Kabupaten Gianyar umumnya dalam skala rumah tangga,
yang digembalakan di sawah dan sangat jarang dijumpai usaha peternakan itik seperti
usaha ternak ayam ras pedaging. Dalam upaya meningkatkan produksi maka
pembinaan terhadap peternak akan menemukan kendala karena para peternak belum
terdata dengan baik dan tidak membentuk kelompok seperti gapoktan unit usaha
lainnya di sektor pertanian. Pengembangan ternak unggas itik juga dihantui dengan
penyakit flu burung. Namun, dengan adanya penyakit tersebut maka ada kebijakan
pembatasan masuknya unggas dari luar Bali. Hal ini justru memberikan keuntungan
bagi peternak Bali untuk meningkatkan usahanya karena pesaing menjadi berkurang.
Perkembangan wisata kuliner yang memanfaatkan bahan baku itik seperti “Bebek
Tutu”, “Bebek Crispy” memberikan peluang yang baik untuk pengusahaan ternak itik.
Jeruk. Tanaman jeruk di Kabupaten Gianyar pernah mengalami puncaknya
tahun 2007--2008, dengan produksi mencapai 18.048 kuintal. Sentra produksi jeruk ada
di Kecamatan Tegallalang, Payangan, dan Tampaksiring. Permasalahan dalam
pengembangan komoditas jeruk adalah belum ditemukannya varietas jeruk yang tahan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 365
terhadap penyakit CVPD. Selain itu, impor buah secara umum termasuk jeruk dan
perilaku konsumen yang belum loyal terhadap buah lokal menjadi kendala dalam
pengembangannya.
Ayam. Populasi ayam di Kabupaten Gianyar terdiri atas ayam kampung dan
ayam ras (petelur dan pedaging). Ayam kampung diusahakan secara sambilan hampir
di setiap rumah tangga di perdesaan, sedangkan ayam ras terutama pedaging dikelola
secara intensif. Pada tahun 2010, jumlah populasi ayam kampung mencapai 1,5 juta
ekor, jumlah ini meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan populasi tahun
2006, yaitu sebanyak 500 ribu ekor. Untuk ayam ras, populasinya pada tahun 2010
sebanyak 30.500 ekor untuk ayam petelur dan 597.500 ekor untuk ayam pedaging.
Populasi ayam kampung terbanyak ada di Kecamatan Payangan, untuk ayam petelur di
Kecamatan Payangan dan Ubud, dan untuk ayam pedaging di Kecamatan Gianyar.
Permasalahan dalam pengembangan usaha ternak ayam kampung adalah pada
jiwa wirausaha peternak yang masih kurang karena usaha ini lebih dominan sebagai
usaha sambilan. Sebaliknya, untuk usaha ternak ayam ras, umumnya mereka kurang
permodalan, pengetahuan tentang sanitasi dan hygiene perawatan, serta upaya
pemasaran yang masih dimonopoli oleh kelompok pemodal.
Sapi. Populasi sapi di Kabupaten Gianyar selama lima tahun terakhir (2006--
2010) relatif konstan, yaitu sebanyak 56.279 ekor tahun 2006 meningkat menjadi
57.022 ekor tahun 2010. Populasi sapi di Kabupaten Gianyar terbanyak berada di
Kecamatan Payangan, diikuti Kecamatan Tegallalang dan Gianyar.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sapi bali di Kabupaten
Gianyar umumnya adalah semakin menurunnya daya dukung lahan dan hijauan pakan
ternak akibat alih fungsi lahan. Di samping itu, pemasaran terutama anjloknya harga
sapi di tingkat peternak karena adanya kebijakan kuota antarpulau setiap tahun dan
kebijakan impor sapi oleh pemerintah pusat ketika hari-hari raya besar. Permasalahan
lainnya adalah belum beroperasinya rumah potong hewan (RPH) Temesi secara
optimal. Hal itu juga menjadi kendala dalam pemasaran sapi.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 366
Tabel 6.3.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Gianyar
No Sektor KPJU Unggulan
1 Pertanian (1) Itik (2) Jeruk (3) Ayam (4) Sapi (5) Durian
2 Penggalian dan Pertambangan
(1) Batu Padas
3 Industri Pengolahan (1) Produk makanan (2) Penyosohan beras (3) Pengolahan dan pengawetan ikan (4) Kerajinan perak (5) Mosaik
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Perdagangan produk pertanian (2) Toko barang kerajinan dan lukisan (3) Restoran/rumah makan (4) Hotel melati (5) Mini market dan toko kelontong
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Rent car (2) Angkutan penumpang perkotaan dan
pedesaan (3) Angkutan darat barang (truk) (4) Bus tidak trayek (pariwisata) (5) Jasa pengiriman barang/kargo
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) Lembaga Perkreditan Desa (2) Bank Perkreditan Rakyat (3) Koperasi Simpan Pinjam (4) Koperasi Unit Desa (5) Money changer
9 Jasa-jasa lain (1) Arung jeram (2) Jasa kebugaran (3) Wisata alam (4) Jasa binatu/loundry (5) Pangkas rambut/salon kecantikan
Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 367
Durian. Secara statistik memang produksi buah durian di Kecamatan Gianyar
mengalami lonjakan yang sangat signifikan dari 9,25 ton tahun 2008 menjadi 24,48 ton
tahun 2009. Selain itu, buah durian juga menjadi buah yang sangat eksklusif bagi
masyarakat secara umum. Hal itu terjadi karena harganya relatif lebih mahal daripada
buah lokal lainnya. Sentra produksi durian di Kabupaten Gianyar di antaranya adalah
Kecamatan Gianyar (Desa Petak Kaja, Petak, dan Siangan), Tampaksiring,
Tegallalang, Ubud, dan Payangan. Kondisi agroklimat yang menunjang produksi
komoditas ini menjadi faktor pendukung untuk pengembangannya lebih lanjut. Kendala
pengembangannya adalah keanekaragaman kualitas buah yang sangat tinggi sehingga
belum dapat tercipta brand khusus untuk komoditas durian di Gianyar.
Penggalian dan Pertambangan
Batu padas. Kontribusi sektor penggalian utamanya galian C sangat kecil
terhadap perekonomian Gianyar, yaitu hanya 0,56% tahun 2008. Usaha galian C tahun
2009 sebanyak 143 usaha. Jenis penggalian yang banyak diusahakan adalah batu
padas 128 usaha (89,51%). Penggalian batu padas di Gianyar masih ada di Kecamatan
Sukawati, Blahbatuh, dan Ubud. Produk batu padas terutama banyak dimanfaatkan
untuk bahan material bangunan tradisional stil Bali. Penggalian batu padas tidak bisa
dieksploitasi besar-besaran karena sangat tergantung pada kondisi lahan batu padas.
Kondisi lahan semakin hari akan semakin sempit sehingga produksi batu batas akan
menurun karena merupakan bahan yang tidak bisa diperbarui. Di samping itu, perlu
diantisipasi dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penggalian.
Industri Pengolahan
Produk makanan. Kabupaten Gianyar selain sebagai daerah tujuan wisata juga
dikenal beberapa produk makanannya, seperti “babi guling”, “ayam atau bebek tutu”,
dan berbagai “jajan Bali”. Produk makanan tersebut dapat dijumpai di rumah makan,
restoran, pasar tradisional, dan pasar senggol. Jenis usaha ini menyerap cukup banyak
tenaga kerja sehingga dapat menggerakkan perekonomian wilayah.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 368
Penggilingan padi. Industri penggilingan atau penyosohan padi merupakan
pendukung sektor pertanian dalam proses produksi beras dan keberadaannya sangat
diperlukan. Padi termasuk komoditas unggulan sektor pertanian sehingga apabila padi
dapat diolah di wilayah produksi, maka nilai tambahnya akan diperoleh masyarakat
wilayah tersebut. Jumlah industri penggilingan padi sampai tahun 2010 di Kabupaten
Gianyar sebanyak 221 unit, di antaranya terdapat 103 unit yang telah memiliki izin dan
118 unit tanpa izin. Jumlah unit penggilingan padi terbanyak ada di Kecamatan
Payangan, diikuti oleh Kecamatan Blahbatuh dan Gianyar.
Dalam upaya pengembangan industri ini diperlukan adanya perencanaan yang
baik mengenai jumlah unit penggilingan pada setiap lokasi/kecamatan sesuai dengan
sebaran luasnya lahan sawah dan tingkat keaktifan para pengusaha dalam upaya
mencari bahan baku padi. Dengan demikina, tidak terjadi persaingan yang tidak sehat
di antara pelaku usaha, yang berakibat saling mematikan usaha.
Pengolahan dan pengawetan ikan. Produksi perikanan laut tahun 2010
Kabupaten Gianyar mencapai 438,80 ton. Usaha pengawetan ikan berupa pindang
menjadi usaha yang banyak diusahakan dalam upaya proses pengolahan pasca-
penangkapan produksi ikan. Produksi pindang tahun 2010 mengalami penurunan
menjadi 145,5 ton karena hasil produksi perikanan laut mengalami penurunan sampai
19,13%.
Kerajinan perak dan mosaik. Sentra industri kerajinan perak di Kabupaten
Gianyar adalah di Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, sedangkan mosaik banyak
diusahakan di Kecamatan Tegallalang dan Ubud. Industri kerajinan perak merupakan
industri rumah tangga yang sudah diusahakan sejak lama dan secara turun-temurun.
Kendala pengembangan kerajinan perak adalah dalam pengadaan bahan baku. Oleh
karena itu, sangat diperlukan kelembagaan dari pelaku kerajinan untuk memperkuat
posisi tawar terhadap pemasok bahan baku perak.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 369
Perdagangan, hotel, dan restoran
Perdagangan komoditas pertanian. Kabupaten Gianyar terkenal sebagai
daerah tujuan wisata dan merupakan wilayah agraris. Berbagai komoditas pertanian
dihasilkan sehingga diperlukan berbagai fasilitas untuk mendistribusikan/
memperdagangkan komoditas tersebut. Eceran dan pasar komoditi hasil pertanian
banyak dijumpai terutama pada pasar-pasar tradisional yang masih eksis
keberadaannya di Kabupaten Gianyar. Pengembangan pasar tradisional ke depan
mengalami kendala karena gencarnya perkembangan swalayan atau mini market
sampai ke desa-desa. Namun, beberapa swalayan juga telah menjual beberapa
komoditas hasil pertanian sehingga ikut membantu memperdagangkan komoditas
pertanian walaupun dalam jumlah terbatas dan kualitas terpilih.
Toko barang kerajinan dan lukisan. Sebagai daerah tujuan wisata, maka
Kabupaten Gianyar memerlukan fasilitas pendukung berupa tempat untuk menjual
barang kerajinan dan lukisan. Beberapa barang kerajinan dan lukisan tersebut dijual
secara eceran di kaki lima dan sebagian juga menempati tempat khusus, seperti
artshop dan toko. Jumlah artshop dan kios barang kerajinan yang telah mempunyai
Tanda Daftar Perusahaan di Kabupaten Gianyar adalah 431 dan tersebar di tujuh
wilayah kecamatan. Berdasarkan jenisnya, perusahaan tersebut berupa PT (76),
koperasi (4), CV (47), dan perorangan (304). Distribusi artshop dan kios barang
kerajinan terbanyak terdapat di Kecamatan Ubud, kemudian diikuti Sukawati dan
Gianyar. Kendala pengembangan artshop dan kios barang kerajinan ini pada umumnya
adalah karena perang tarif dan komisi bagi pengantar tamu/ konsumen.
Hotel melati. Jumlah hotel nonbintang (termasuk hotel melati) di Kabupaten
Gianyar sebanyak 378. Dari seluruh akomodasi hotel/penginapan tersebut, kapasitas
kamarnya 3.315 buah dan 4.607 buah tempat tidur. Sebagian besar akomodasi
tersebut berlokasi di Kecamatan Ubud. Rata-rata tingkat hunian kamar hotel non-
bintang selama tahun 2009 adalah 24,71, dengan tingkat hunian tertinggi 33,24. Hal ini
mengindikasikan bahwa masih banyak terdapat kamar kosong, baik pada musim sepi
maupun puncak untuk hotel nonbintang.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 370
Mini market dan toko kelontong. Pengaruh globalisasi dalam kehidupan
modern saat ini, mengakibatkan jaringan pasar swalayan masuk sampai ke perdesaan.
Mini market dan toko kelontong dapat dijumpai di desa-desa dengan jarak yang sangat
berdekatan. Dari sisi konsumen lebih banyak menguntungkan karena lebih banyak
pilihan. Namun, dari sisi persaingan antarmini market dan toko kelontong akan
meningkatkan persaingan. Selain itu, keberadaan mini market juga mengancam
keberadaan pasar-pasar tradisional. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengawasan
dan penerbitan izin operasional usaha-usaha tersebut agar terjadi persaingan yang
sehat dan akhirnya dapat meningkatkan perekonomian wilayah secara menyeluruh.
Pengangkutan dan komunikasi
Rent car. Angkutan publik di Kabupaten Gianyar dan Bali secara umum relatif
jelek karena jalurnya terbatas, waktu operasi yang tidak sepanjang waktu, dan biaya
yang relatif mahal. Oleh karena itu, usaha penyewaan kendaraan menjadi sangat
prospektif diusahakan dengan konsumen utama para wisatawan. Hal ini juga ditunjang
oleh hampir sebagian besar wilayah Gianyar menjadi daerah tujuan wisata yang sangat
menarik. Dalam pengembangan usaha ini diperlukan regulasi yang jelas sehingga tidak
ada rent car gelap tanpa izin. Apabila semua usaha terdata dengan baik, maka akan
lebih mudah memantau perkembangannya dan akan tercipta kompetisi yang sehat.
Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan. Jumlah angkutan
penumpang tahun 2010 di Kabupaten Gianyar untuk perdesaan sebanyak 79 unit dan
untuk perkotaan 97 unit. Perkembangan jumlah angkutan perdesaan dan perkotaan
berkecendrungan menurun. Angkutan penumpang yang ada saat ini umumnya relatif
lebih mahal dan sangat tidak tepat waktu sehingga kebanyakan masyarakat memilih
menggunakan angkutan pribadi. Dengan kondisi kemacetan saat ini dan rencana
pengurangan subsidi bahan bakar maka perbaikan transportasi publik menjadi suatu
alternatif yang perlu diperbaiki sehingga peluang pengembangan angkutan penumpang
menjadi usaha unggulan sangat terbuka.
Angkutan darat barang. Jumlah angkutan mobil barang di Kabupaten Gianyar
sampai dengan tahun 2010 berjumlah 4.326 unit. Perkembangan jumlah angkutan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 371
mobil barang selama lima tahun terakhir sedikit berfluktuasi. Pengembangan jumlah
angkutan barang akan sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah. Laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gianyar tahun 2009 adalah 5,93%, meningkat 0,03
poin dari tahun sebelumnya.
Bus tidak bertrayek (pariwisata). Bus tidak bertrayek yang ada umumnya untuk
angkutan pariwisata. Jumlah angkutan wisata di Kabupaten Gianyar sampai dengan
tahun 2010 adalah 252 unit. Jumlah angkutan ini dapat dikembangkan sesuai dengan
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
Jasa pengiriman barang/ kargo. Usaha jasa pengiriman barang / kargo
menjadi unggulan di Kabupaten Gianyar ditunjang oleh keberadaan Gianyar sebagai
daerah tujuan wisata. Banyak wisatawan yang membeli suvenir dan harus dikirim
melalui jasa pengiriman barang karena jumlah dan bobotnya yang tidak mungkin
dibawa secara langsung.
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
Lembaga Perkreditan Desa. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali
merupakan lembaga keuangan yang dimiliki desa adat dan keberadaannya hampir di
seluruh desa di Bali. Jumlah LPD di Kabupaten Gianyar pada tahun 2010 sebanyak 269
unit. Lembaga keuangan mikro ini sangat membantu masyarakat pedesaan.
Koperasi Unit Desa. Koperasi Unit Desa (KUD) umumnya bergerak untuk
sektor pertanian secara luas dan industri / kerajinan. KUD di Kabupaten Gianyar pada
tahun 2010 berjumlah 12 buah (semuanya sudah mandiri) dengan jumlah anggota
mencapai 24.960 orang, dan total aset 230.221 jutaan rupiah.
Secara keseluruhan koperasi yang ada di Kabupaten Gianyar sampai dengan
akhir tahun 2010 sebanyak 1.010 buah. Menurut usahanya dibedakan menjadi usaha
di bidang pertanian 17, usaha industri/kerajinan 24, serba usaha 711, koperasi pasar 2
buah, dan fungsional ada 57 buah. Jumlah anggota koperasi seluruhnya 190.964
orang.
Jasa-jasa Lain
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 372
Arung jeram merupakan jenis wisata petualangan menjadi daya tarik wisata
unggulan selain wisata budaya dan wisata alam di Kabupaten Gianyar. Jasa binatu saat
ini hampir tumbuh di setiap desa, sebagai akibat perubahan gaya hidup, kesibukan
personal, dan aspek kepraktisan. Usaha jasa pangkas rambut dan salon kecantikan
juga berkembang sampai ke desa-desa karena pemahaman masyarakat akan
kebersihan, kesehatan, dan gaya hidup yang semakin modern. Usaha kebugaran
menjadi unggul karena kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin baik, terutama
untuk masyarakat perkotaan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 373
6.3.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten
Tabanan
Pertanian dalam arti luas
Pada sektor pertanian di Kabupaten Tabanan terdapat lima KPJU unggulan,
yakni padi sawah, ayam, sapi, kopi, dan cengkeh, seperti disajikan pada Tabel 6.3.4.
Kabupaten Tabanan merupakan daerah pertanian terluas, bahkan sampai mendapat
julukan sebagai daerah lumbung beras di Bali. Berdasarkan data statistik Tabanan
Dalam Angka Tahun 2010, luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di
Kabupaten Tabanan tahun 2009 masing-masing 40.469 ha, 242.049 ton, dan 59,82
kwt/ha. Produksi padi tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 105 ton
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan
produktivitas sebesar 2,91 kwt/ha.
Permasalahan dalam pengembangan padi sawah di Kabupaten Tabanan
adalah permasalahan klasik, seperti Kabupaten lainnya di Bali, yakni semakin
menyusutnya lahan sawah dan semakin menurunnya minat generasi muda untuk
berusaha tani padi sawah. Di samping itu, alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan
lainnya menjadi semakin dilematis. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan kegiatan
ekonomi yang pesat di beberapa wilayah memerlukan jumlah lahan nonpertanian dalam
jumlah relatif semakin banyak. Namun, pada saat bersamaan, pertambahan jumlah
penduduk juga memerlukan supply bahan pangan semakin besar, yang berarti
semestinya dengan asumsi produktivitas tetap maka lahan pertanian yang diperlukan
semakin meluas pula. Sementara ini, telah diketahui bahwa total luas lahan yang ada
berjumlah tetap, bahkan cenderung berkurang. Sebagai akibatnya, telah terjadi
persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan yang berakibat pada meningkatnya
nilai lahan (land rent), maka penggunaan lahan untuk pertanian akan selalu dikalahkan
oleh peruntukan lain, seperti industri dan perumahan. Solusi dari permasalahan ini
adalah pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang perlindungan lahan pertanian,
tetapi kenyataan di lapang masih saja terjadi peralihan fungsi lahan sebagai akibat
terdesaknya oleh sektor lainnya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 374
Tabel 6.3.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Tabanan
No Sektor KPJU Unggulan 1 Pertanian (1) Padi sawah
(2) Ayam (3) Sapi (4) Kopi (5) Cengkeh
2 Penggalian -
3 Industri pengolahan (1) Industri makanan aneka keripik (2) Industri pengolahan kopi bubuk (3) Penyosohan beras (RMU) (4) Kopra dan minyak goreng (5) Industri kerajinan genteng
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/Konstruksi
(1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Homestay (2) Perdagangan produk-produk pertanian (3) Mini market dan toko kelontong (4) Kios produk kerajinan (5) Hotel melati
7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan wisata danau (2) Bus carter (3) Angkutan darat barang (truk) (4) Jasa pengiriman paket (5) Warnet
8 Keuangan (1) LPD (2) BPR (3) KSP (4) KUD (5) KSU
9 Jasa-jasa (1) Objek wisata kebun raya Bedugul (2) Objek wisata alam Jatiluwih (3) Objek wisata pantai (4) Pangkas rambut dan salon kecantikan (5) Jasa perbengkelan (mobil dan motor)
Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)
Pada sisi internal sektor pertanian, berbagai karakteristik dari usaha tani sendiri
belum sepenuhnya mendukung ke arah pelaksanaan pelestarian lahan pertanian yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 375
ada. Sempitnya rata-rata luas lahan yang diusahakan petani karena proses fragmentasi
yang disebabkan sistem waris “pecah-bagi” menjadikan semakin memarjinalkan
kegiatan usaha tani. Di samping itu, semakin sempitnya lahan berakibat pada tidak
tercukupinya hasil kegiatan usaha tani padi sawah untuk menutupi kebutuhan hidup
sehari-hari, apalagi mencukupi mendorong penerapan teknologi baru untuk
peningkatan produktivitas. Oleh karena itu, yang kemudian terjadi bukannya
memodernisasi (penerapan teknologi yang up to date) melainkan penjualan lahan
pertanian untuk penggunaan lainnya (alih fungsi lahan pertanian). Hal lain yang
memperparah adalah dengan adanya desentralisasi maka daerah berlomba-lomba
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan kurang memperhatikan aspek daya
dukung, yang semata mata hanya mementingkan agar pendapatan asli daerah semakin
lebih besar. Pengutamaan daerah pengembangan sarana dan prasarana fisik, juga
berakibat pada penggunaan lahan sawah secara langsung atau peningkatan nilai lahan
karena penawaran dengan harga yang semakin meningkat. Dengan semakin rumitnya
permasalahan terjadinya alih fungsi lahan pertanian, maka solusi yang diusulkan
sebagai upaya pemecahan masalah tersebut adalah harus dilakukan secara
komprehensif dan simultan dengan melibatkan para pihak berkepentingan secara
partisipatif dan tidak diselesaikan secara parsial sebagaimana pendekatan yang
dilakukan selama ini.
Ayam merupakan salah satu KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan. Populasi
ayam di Kabupaten Tabanan selama lima tahun terakhir (2005--2009) adalah sebanyak
3.690.030 ekor pada tahun 2005 dan kemudian meningkat menjadi 3.694.532 ekor
pada tahun 2006. Berdasarkan total populasi ayam di Kabupaten Tabanan pada tahun
2008 sebesar 49,14%, dominan berada di Kecamatan Penebel. Kecamatan Penebel
dijadikan sebagai sentra pengembangan ayam buras, baik ayam potong maupun ayam
petelur. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ayam buras di Kecamatan
Penebel dan beberapa kecamatan lainnya di Kabupaten Tabanan secara umum adalah
semakin menurunnya daya dukung lahan yang cocok untuk itu, yakni berada pada areal
sawah dan tidak berdekatan dengan permukiman, pemasaran mengalami anjlok di
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 376
tingkat peternak, hanya pada musim tertentu dan ketika menjelang perayaan hari raya
besar maka prospek pemasarannya akan meningkat kembali.
Usaha budi daya ayam buras petelur dan ayam potong sebagai upaya
memanfaatkan peluang yang ada, yakni kecocokan iklim, ketinggian tempat yang
pantas di atas permukaan laut, dan ketersediaan tenaga trampil yang memadai.
Permasalahan budi daya ayam pada umumnya masih menjadi alasan klasik, yakni
ketika limbah ayam tidak terkelola dengan baik maka akan berdampak pada polusi
lingkungan. Namun, jika dikelola dengan baik maka usaha budi daya ayam ini tetap
menjadi unggulan di Kabupaten Tabanan.
Sapi adalah salah satu KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan. Populasi sapi di
Kabupaten Tabanan selama lima tahun terakhir (2005--2009) adalah sebanyak 58.710
ekor pada tahun 2005, kemudian meningkat menjadi 68.157 ekor pada tahun 2009,
atau meningkat sebanyak 9.447 ekor selama lima tahun atau meningkat sebanyak
2.362 ekor per tahun. Berdasarkan total populasi sapi di Kabupaten Tabanan pada
tahun 2009, sebesar 24,96 % berada di Kecamatan Baturiti, 17,50 % berada di
Kecamatan Penebel, dan sisanya pada hampir semua kecamatan yang ada di
Kabupaten Tabanan. Bahkan, sapi Bali di Tabanan telah dikembangkan dengan
memanfaatkan tinja dan urine sapi sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik
dan telah dijadikan sumber biogas pada hampir semua kecamatan di Tabanan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sapi Bali di Kabupaten Tabanan
sesungguhnya masalah klasik, yakni semakin menurunnya daya dukung lahan untuk
budi daya secara komersial dan keterbatasan hijauan pakan ternak terutama pada
musim kemarau, pemasaran terutama anjloknya harga sapi di tingkat peternak karena
adanya kebijakan kuota antarpulau sapi setiap tahun, dan kebijakan impor sapi oleh
pemerintah pusat ketika hari-hari raya/besar.
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Tabanan, yang
tersebar di delapan kecamatan, kecuali Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri
dari sepuluh kecamatan yang ada. Produksi kopi di Kabupaten Tabanan selama lima
tahun terakhir (2005--2009) adalah sebanyak 5681,90 ton pada tahun 2005, kemudian
sempat menurun menjadi 4443,91 ton pada tahun 2009 karena sempat terserang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 377
penyakit. Meski budi daya kopi masih menjadi primadona dan unggulan di Kabupaten
Tabanan, permasalahan utama yang dihadapi para petani adalah produktivitas masih
saja tergolong rendah, yakni sekitar 600 kilogram biji kopi kering per hektaree dari
standar 800 kilogram per hektaree. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas
adalah budi daya yang dikelola oleh masyarakat masih tergolong tradisional sederhana.
Selain itu, masyarakat malas merawat dengan telaten karena harga kopi turun.
Penurunannya tercatat sekitar 18 persen dari Rp 20.000,00 menjadi Rp 16.500,00 per
kilogram sejak akhir tahun 2008 dan harga ini belum menutup biaya produksinya. Luas
areal perkebunan kopi di Bali mencapai total 32.000 hektaree dengan total produksi
tercatat sekitar 19.200 ton. Oleh karena itu, budi daya kopi di Tabanan masih tergolong
unggul, tetapi yang perlu mendapat perhatian serius adalah memperbaiki produktivitas
di samping upaya meningkatkan kesadaran petani melalui penyuluhan-penyuluhan.
Penyuluhan dilakukan guna mengingatkan pentingnya pemeliharaan tanaman kopi
melalui pemangkasan daun, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Namun, ia
menyadari keterbatasan jumlah petugas penyuluh menjadikan sebagai kendala dalam
upaya meningkatkan produktivitas tanaman.
Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) dikenal sebagai tanaman rempah
yang digunakan sebagai obat tradisional atau sebagai bahan baku pada rokok kretek.
Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai
bahan baku industri farmasi ataupun industri makanan. Produksi cengkeh mempunyai
peranan yang cukup besar dalam menunjang upaya peningkatan pendapatan negara.
Hal itu terjadi karena sampai saat ini cukai rokok merupakan salah satu sumber
pendapatan negara terbesar dibandingkan dengan sumber-sumber pendapatan
lainnya. Di samping itu, penyerapan tenaga kerja dalam usaha budi daya cengkeh
tergolong cukup tinggi. Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi
memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap tanaman cengkeh, antara lain adalah iklim, tinggi tempat, dan
jenis tanah. Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah gembur, solum tanah
tebal (minimal 1,5 meter), serta kedalaman air tanah lebih dari tiga meter dari
permukaan tanah, jenis tanah yang sesuai adalah latosol, podsolik merah, mediteran,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 378
dan andosol. Keasaman tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5 - 6,5. Apabila pH
tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka pertumbuhan tanaman cengkeh akan
terganggu kerena penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi terhambat.
Iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan. Iklim yang sangat kering
dapat menyebabkan tanaman cengkeh mati, terutama tanaman muda. Begitu pula bila
iklim sangat basah dapat menyebabkan kematian, terutama pada tanaman dewasa
karena akarnya tergenang air. Besarnya curah hujan optimal untuk perkembangan
tanaman cengkeh berkisar 1.500--2.500 mm/tahun atau 2.500--3.500 mm/tahun serta
bulan kering kurang dari dua bulan, suhu udara antara 25--34ºC, kelembaban (RH) 80--
90%, serta tidak ada angin kencang sepanjang tahun. Tanaman cengkeh dapat
ditanam dan masih berproduksi pada ketinggian 0--900 di atas permukaan laut (dpl).
Namun, semakin tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah, tetapi pertumbuhan
tanaman makin subur. Tempat yang optimal bagi pertumbuhan bunga tanaman
cengkeh berkisar antara 200--600 meter di atas permukaan laut (dpl). Untuk
mengurangi risiko kegagalan dan biaya tinggi dalam budi daya cengkeh, maka
dianjurkan tanaman cengkeh hanya dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai
dan sesuai saja. Tanaman cengkeh yang berada di luar kriteria tersebut dianjurkan
untuk diganti dengan tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan. Tanaman
cengkeh mempunyai dua masa kritis dalam siklus hidupnya, yaitu masa sebelum
tanaman mencapai umur tiga tahun dan setelah berumur delapan tahun, terutama pada
awal dan sesudah panen pertama. Keadaan pertumbuhan tanaman tersebut sangat
dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh dan cara budi daya. Tanaman cengkeh
dimasukkan pada kategori tanaman manja dalam arti memerlukan lingkungan yang
khusus dan pemeliharaan yang intensif.
Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas cengkeh di Kabupaten
Tabanan pada tahun 2009, berturut-turut 3.198,33 ha, 509,34 ton, dan 159,25 ku/ha,
sedangkan tahun 2008 masing-masing 8.253,30 ha, 233,12 ton, dan 28,25 ku/ha.
Areal dan produksi cengkeh menyebar di delapan dari sepuluh kecamatan, tetapi areal
terluas dan produksi tertinggi tahun 2009 adalah Kecamatan Selemadeg Barat, masing-
masing 1.059,00 ha, dan 287,90 ton.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 379
Permasalahan yang berkaitan dengan turunnya produktivitas tanaman cengkeh
di Kabupaten Tabanan secara umum adalah gabungan antara umur tanaman yang
sudah tua dengan kurang seriusnya dalam pemeliharaan. Kedua faktor tersebut secara
langsung mengakibatkan tanaman menjadi rusak. Salah satu parameter untuk
menentukan tingkat produktivitas tanaman cengkeh adalah dengan memperhatikan
besarnya penutupan tajuk yang berhubungan dengan banyaknya ranting atau cabang
yang hilang. Pembungaan tanaman cengkeh bersifat terminal (bunga hanya keluar
pada ujung ranting), maka penutupan tajuk erat kaitannya dengan jumlah bunga yang
akan dihasilkan. Saat ini sebagian besar tanaman cengkeh yang ada di sentra produksi
telah berumur lebih dari 20 tahun.
Industri pengolahan
Selanjutnya, berdasarkan AHP Analysis diketahui bahwa untuk sektor industri
pengolahan yang menjadi KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan adalah industri
makanan aneka keripik, industri pengolahan kopi bubuk, penyosohan beras (RMU),
kopra dan minyak goreng, dan industri kerajinan genteng. Kemudian, untuk sektor
bangunan/konstruksi yang menjadi KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan adalah
kontraktor konstruksi bangunan.
Keberadaan industri pengolahan di Kabupaten Tabanan terbagi dalam dua
bidang, yaitu formal dan informal. Berdasarkan data BPS tahun 2009 diketahui bahwa
pada bidang formal, terdapat 5.321 industri pengolahan dengan menyerap tenaga kerja
sebanyak 24.000 orang. Sebaliknya, pada bidang informal terdapat 5.458 unit usaha
dengan menyerap tenaga kerja hingga 35.195 orang.
Perdagangan, hotel, dan restoran
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang menjadi KPJU unggulan di
Kabupaten Tabanan adalah homestay, perdagangan produk-produk pertanian, mini
market dan toko klontong, kios produk kerajinan, dan hotel melati. Selain itu, pada
sektor pengangka wisata danau, bus carter, angkutan darat barang (truk), jasa
pengiriman paket, dan warnet. Sesungguhnya, Kabupaten Tabanan seperti halnya Bali
pada umumnya tidak memiliki jaringan rel kereta api, tetapi memiliki jaringan jalan yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 380
tergolong sangat baik, khususnya ke daerah-daerah tujuan wisata. Sebagian besar
penduduk memiliki dan memilih menggunakan kendaraan pribadi karena moda
transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi, itu pun adanya di
Denpasar dan Badung. Jenis kendaraan umum di Tabanan yang masih menjadi
unggulan, antara lain angkutan wisata danau pada Danau Beratan yang demikian
populer, demikian juga bus carter yang melayani pariwisata dan aktivitas lainnya.
Selain itu, angkutan darat barang dan jasa pengiriman paket sangat diperlukan dalam
menopang pembangunan fisik. Sebaliknya, kendaraan angkutan umum perkotaan dan
perdesaan, sudah mulai ditinggalkan masyarakat.
Berdasarkan data BPS Tabanan 2010, pada tahun 2009 terdapat potensi sektor
perdagangan pasar tradisional, yakni Pasar Tabanan, Pasar Dauh Pala, Pasar Kediri,
Pasar Pupuan, Pasar Surabrata, Pasar Bajera, Pasar Megati, Pasar Gadungan, Pasar
Senganan, Pasar Kerambitan, Pasar Marga, Pasar Baturiti, Pasar Penebel, Pasar
Candi Kuning (Pasar Khusus), Pasar Sayur Induk Baturiti (Pasar Khusus), Pasar Kediri,
Pasar Tanah Lot (Pasar Khusus), dan Pasar Ulun Danu (Pasar Khusus). Kemudian,
yang tergolong pasar desa tercatat sebanyak 22 buah tersebar di seluruh kecamatan
se-Kabupaten Tabanan, bahkan pada tahun 2009 sudah terdapat pasar modern
sebanyak 11 buah,
Berdasarkan data BPS Tabanan 2010 diketahui bahwa pada bidang
perdagangan luar negeri tercatat potensi ekspor Kabupaten Tabanan sebanyak 14
eksportir. Para eksportir dimaksud terdiri atas kerajinan besi sebanyak 4 eksportir,
keramik sebanyak 1 eksportir, furniture/meuble sebanyak 4 eksportir, pakaian jadi
sebanyak 1 eksportir, rumah kayu sistem knock down sebanyak 1 eksportir, vanili
sebanyak 1 eksportir, kakao sebanyak 1 eksportir, produk hasil perikanan
laut sebanyak 1 eksportir.
Permasalahannya adalah kemampuan SDM mengakses pasar masih rendah,
jumlah SDM pengelola berkualifikasi pendidikan tertentu belum memadai, gedung
perkantoran belum memadai, sarana mobilitas masih kurang, permodalan terbatas, dan
sarana penunjang kantor (komputer/laptop ) masih terbatas. Dengan pembinaan–
pembinaan yang intensif diharapkan eksportir yang ada akan bertambah karena ada
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 381
motivasi yang besar untuk itu. Jumlah importir sebanyak 9 importir. Nilai ekspor
Kabupaten Tabanan posisi Juni 2010 sebesar Rp 43 miliar atau 9,83 % dari nilai
eEkspor Bali. Oleh karena itu, pemerintah setempat perlu mengadakan pendidikan dan
latihan pengembangan SDM, memperluas akses pasar, pameran-pameran di dalam
dan luar negeri, kontak bisnis dengan rekan-rekan bisnis di dalam dan luar negeri,
gerakan koperasi, inovasi dan kapasitas usaha ditingkatkan, seminar, temu usaha,
meningkatkan jumlah anggota dan mengefektifkan peran serta anggota sebagai sumber
permodalan, seperti simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela, menjalin
kemitraan pemasaran antarperusahaan dan dengan perbankan/lembaga keuangan
lainnya.
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang menjadi KPJU
unggulan di Kabupaten Tabanan adalah LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU. Sampai saat
ini potensi koperasi yang ada di Kabupaten, yakni KSP/KSU/KUD sebanyak 459 buah,
jumlah anggota sebanyak 68.168 orang, dan jumlah tenaga kerja sebanyak
2.176 orang. Sementara itu, dari 346 desa pakraman yang ada di Kabupaten Tabanan,
301 desa pakraman di antaranya telah memiliki LPD, masih ada 45 desa pakraman
yang potensial bagi tumbuhnya LPD baru. Adapun klasifikasi kredit LPD, sehat
sebanyak 218 LPD, cukup sehat sebanyak 19 LPD, kurang sehat sebanyak 8 LPD, dan
tidak sehat sebanyak 56 LPD. Total aset per 30 Juni 2010 sebesar Rp
390.557.430.000,00. Laba per Desember 2009 sebesar Rp 13.631.899.000,00 dan
kontribusi ke desa pakraman sebesar Rp 2.276.379.800,00
Keberadaan KPJU LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU sangat terkait dengan
mendukung sektor pariwisata dan pertanian sebagai lokomotif perekonomian
Kabupaten Tabanan. Keberadaan lembaga ini akan lebih eksis jika didukung dengan
pembentukan lembaga penjaminan tingkat lokal. Namun, dalam kenyataannya masih
ada saja keterbatasan, terutama dalam hal sumber daya manusia profesional berjiwa
wirausaha yang didukung integritas tinggi. Permasalahan lainnya adalah permodalan
yang masih terbatas sehingga mengalami kesulitan dalam penyaluran kredit kepada
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 382
masyarakat. Di samping itu, masih rendahnya peran serta masyarakat desa pakraman
untuk menjadikan LPD dan koperasi sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan dana.
Oleh karena itu, pemerintah setempat perlu segera mengadakan pelatihan pengurus
dan pengawas internal LPD dan koperasi se-Kabupaten Tabanan, termasuk
memberikan pembinaan teknis secara langsung ke lokasi LPD dan koperasi.
Pemerintah Kabupaten Tabanan perlu membuat kebijakan dan program yang
didukung oleh alokasi dana secara proporsional sesuai dengan nilai skor-terbobot
KPJU bersangkutan. Di samping itu, pemerintah setempat perlu segera menuangkan
KPJU unggulan dalam bentuk ketentuan hukum, seperti Peraturan Daerah atau Surat
Keputusan Kepala Daerah sehingga bersifat mengikat dan menjadi acuan bagi semua
SKPD, demikian juga bagi para pemangku kepentingan terkait. Pengembangan KPJU
dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kelompok UMKM baru, terutama bagi
pelaku usaha berpendidikan sarjana yang baru lulus sehingga tidak menjadi beban
negara, tetapi justru menjadi ujung tombak pembangunan bangsa. Dengan menambah
sedikit bekal berupa pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, serta didukung akses
kredit permodalan berdasarkan skim dana bergulir berbiaya rendah maka diharapkan
dapat menurunkan angka pengangguran, sekaligus mengentaskan kemiskinan.
Jasa-jasa lain
Berdasarkan data BPS Tabanan 2010 diketahui bahwa pada bidang jasa-jasa
tercatat lima KPJU unggulan yang seluruhnya merupakan bagian dari industri
pariwisata, yakni objek wisata kebun raya Bedugul, objek wisata alam Jatiluwih, objek
wisata pantai, pangkas rambut dan salon kecantikan, serta jasa perbengkelan (mobil
dan motor). Sesuai dengan kondisi alamnya, Tabanan mengedepankan wisata alam
dan pertanian sebagai potensi unggulannya di bidang pariwisata. Kawasan Tanah Lot,
Penebel, Marga, Jati Luwih, Pupuan, Antosari, dan Bedugul adalah tempat-tempat yang
senantiasa dikunjungi oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang
rindu pada keindahan alam.
Air panas Penatahan merupakan salah satu objek wisata unggulan, terletak di
desa Penatahan, Kecamatan Penebel tepatnya berada di tepi sungai Yeh Ho sekitar 13
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 383
km dari Kota Tabanan ke utara atau 34 km dari Denpasar dengan panorama alam yang
indah dan di kiri kanannya dilatarbelakangi oleh sawah yang berterasering. Air panas
Penatahan oleh masyarakat lebih dikenal dengan nama Yeh Panes. Berdasarkan hasil
penelitian dari laboratorium Departemen Kesehatan, air panas ini sangat baik untuk
mandi karena mengandung belerang dan mineral lainnya yang sangat baik untuk
menyembuhkan penyakit kulit.
Alas Kedaton yang dilengkapi dengan Pura Alas kedaton yang dihuni kera dan
kalong merupakan salah satu objek wisata yang sedang digemari. Objek wisata ini
terletak di Desa, Kecamatan Marga sekitar empat km dari kota Tabanan. Pura Alas
Kedaton mempunyai dua keunikan yang sangat menarik. Pertama, memiliki empat pintu
masuk ke dalam pura, yaitu dari barat yang merupakan pintu masuk utama yang
lainnya dari utara, timur, dan dari selatan yang semuanya menuju ke halaman tengah.
Keunikan yang kedua adalah halaman dalam yang merupakan tempat yang tersuci
justru letaknya lebih rendah daripada halaman tengah dan luar. Tempat suci ini
dikelilingi oleh hutan yang dihuni oleh sekelompok kera yang dianggap keramat. Di
samping itu, terdapat sekelompok kalong yang hidup bergantungan di dahan-dahan
pohon kayu yang besar dan sewaktu-waktu beterbangan. Hal itu merupakan suatu
atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan, baik bagi wisatawan nusantara maupun
mancanegara.
Daerah Bedugul merupakan suatu kawasan pariwisata yang terletak pada
ketinggian sekitar 1.240 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah ini sangat sejuk dengan
temperatur rata-rata 180C pada malam hari dan 240C pada siang hari. Suatu rute
perjalanan yang sangat menyenangkan dari Denpasar menuju ke Alas Kedaton,
Bedugul, dan Tanah Lot. Bedugul adalah daerah pegunungan yang dingin. Di Bedugul
terdapat sebuah danau, yakni Danau Beratan dan Pura Ulun Danu. Pada daerah ini
dapat dinikmati pemandangan alam yang indah serta tempat rekreasi air danau. Objek
wisata Alas Kedaton dengan ratusan ekor kera dan kelelawar di hutan yang
mengelilingi Pura Alas Kedaton dibangun sekitar abad XV Masehi. Setelah itu,
meneruskan perjalanan ke Tanah Lot yang sudah tidak asing lagi bagi wisatawan
mancanegara sambil menikmati sun set. Di Tanah Lot terdapat sebuah pura di tengah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 384
laut dan bila matahari menjelang tenggelam di ujung barat, maka terciptalah suatu
pemandangan yang sangat indah.
Puri Anyar dan Puri Gede di Kerambitan merupakan puri kuno yang artistik dan
sangat banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Puri Anyar dengan Puri Night-nya
dan Puri Gede dengan Malam Budayanya menyajikan beberapa atraksi yang menarik,
antara lain joged bumbung dan tektekan. Bersama penari joged, para tamu diajak
menari bersama mengikuti irama joged. Sebaliknya, pada tarian tektekan dapat
disaksikan beberapa penari yang sedang kemasukan roh halus menancapkan kerisnya
ke tubuh penari lainnya, bahkan keris sampai bengkok, tetapi tidak dapat menembus
tubuh lawannya.
Permasalahan dalam pengembangan sektor pariwisata di Tabanan adalah
masih tergolong mahalnya biaya promosi ke luar negeri dan terbatasnya kemampuan
pemerintah dalam melengkapi sarana dan prasarana memadai dalam memfasilitasi
promosi komoditas ekspor. Di samping itu, masih terbatasnya tour leader berbasis
budaya kerajaan yang profesional. Kurangnya pemahaman dunia usaha pariwisata
tentang budaya Bali dengan beragam karakeristiknya sehingga pemanfaatan peluang
pasar belum optimal. Oleh karena itu, pemerintah setempat ikut berpartisipasi
meningkatkan anggaran untuk biaya promosi, terutama ke negara-negara penghasil
utama wisatawan berkualitas. Di samping itu juga, pemerintah provinsi mengadakan
semacam trade centre berskala internasional sebagai tempat pameran untuk dapat
meningkatkan daya saing pariwisata Kabupaten Tabanan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 385
6.3.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten
Bangli
Pertanian dalam arti luas
Kabupaten Bangli mempunyai beberapa jenis ternak, yaitu sapi, babi, kambing,
kerbau, dan kuda. Akan tetapi, dari berbagai jenis ini yang paling menonjol populasinya
adalah sapi, yaitu hampir mencapai 58,0 persen (2009: 95.818 ekor) dari seluruh ternak
sapi yang ada di Provinsi Bali. Ternak ini tersebar di,seluruh kecamatan, tetapi yang
paling banyak ( 56,9 persen) berada di Kecamatan Kintamani. Selama periode 2005--
2009 ternak sapi di Kabupaten Bangli tumbuh rata-rata 4,12 persen per tahun. Sapi ini
di samping memenuhi kebutuhan lokal juga diantarpulaukan terutama ke Pulau Jawa
sehingga ke depan sangat prospektif. Salah satu hambatan dalam pengembangan
ternak sapi adalah harganya yang fluktuatif sehingga sering merugikan para peternak
yang umumnya merupakan peternak kecil. Kebanyakan ternak sapi dipelihara sebagai
pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani tanah sawah
atau tegalan/kebun.
Tanaman jeruk (jeruk siam) berkembang di Kabupaten Bangli sejak lebih dari 20
tahun yang lalu menyusul terserangnya penyakit tanaman jeruk di Kabupaten Buleleng.
Tahun 2009 produksi jeruk di Kabupaten Bangli mencapai 146.502 ton (90,7 persen
dari total produksi Prov Bali).Tanaman jeruk di Kabupaten Bangli terkonsentrasi di Kec
Kintamani dengan produksi 144.972 ton (hampir 99,0 persen dari total produksi
Kabupaten Bangli). Sebelum tahun 2008 produksi jeruk di Kabupaten ini masih di
bawah 75.000 ton per tahun. Akan tetapi, mulai tahun 2008 produksinya meningkat
lebih dari 100.000 ton dan tahun 2009 mencapai 145.502 ton. Pemasarannya lebih
banyak diantarpulaukan, yaitu beberapa kota di Pulau Jawa. Hanya sebagian kecil
yang dipasarkan antarkabupaten lingkup Provinsi Bali. Sejak beberapa tahun terakhir
tanaman jeruk sudah mulai diserang hama penyakit dan di sisi lain harga jualnya lebih
banyak ditentukan pengepul serta sering berfluktuasi. Biaya pemeliharaan relatif tinggi
sehingga banyak petani yang tidak bisa optimal melakukan pemeliharaan karena
keterbatasan modal kerja. Rusaknya beberapa jalan desa juga memberatkan petani
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 386
karena membengkaknya biaya angkut sehingga berimplikasi pada menurunnya
pendapatan mereka.
Tabel 6.3.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Bangli
No Sektor KPJU Unggulan 1 Pertanian (1) Sapi
(2) Jeruk (3) Ayam (4) Kopi (5) Hutan bambu
2 Penggalian - 3 Industri pengolahan (1) Kerajinan bambu
(2) Kerajinan kayu (3) Pengolahan kopi gelondongan (4) Industri pengolahan makanan/minuman (5) Kerajinan dari logam (emas dan perak).
4 Listrik dan Air Minum - 5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan 6 Perdagangan, Hotel, dan
Restoran (1) Restoran/rumah makan (2) Hotel melati (3) Perdagangan produk pertanian (4) Mini market dan toko kelontong (5) Konter HP
7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan barang (truk) (2) Angkutan penumpang
perkotaan/pedesaan (3) Bus trayek (4) Angkutan penyeberangan danau (5) Warnet
8 Keuangan (1) LPD (2) BPR (3) KUD (4) Koperasi Serba Usaha (5) KSP
9 Jasa-jasa (1) Jasa perbengkelan (motor dan mobil) (2) Pangkas rambut dan salon kecantikan (3) Penjahitan pakaian (4) Jasa binatu/loundry (5) Jasa pramuwisata
Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 387
Tahun 2009 populasi ayam di Kabupaten Bangli tercatat sebanyak 2.311.383
ekor (19,9 persen dari populasi ayam di Bali). Sekitar 54,2 persen dari populasi ayam di
Kabupaten Bangli adalah ayam ras pedaging, kemudian disusul oleh ayam ras petelur
(28,8 persen), dan sisanya ayam buras. Ketiga jenis ayam ini tersebar di semua
kecamatan yang ada, tetapi 41,0 persen berada di Kec Susut.
Selama periode 2005--2009, pola perkembangan ketiga jenis ayam tersebut
sama, yaitu berfluktuatif dengan kecendrungan menurun, kecuali ayam broiler cendrung
naik. Akan tetapi, kenaikannya relatif sedikit.
Pemeliharaan ayam memerlukan modal yang relatif besar, tetapi di sisi lain
harganya, baik daging maupun telurnya sangat fluktuatif. Hal ini sangat menyulitkan
peternak kecil untuk berkembang. Pemasarannya (daging atau telurnya) lebih banyak
untuk memenuhi kebutuhan lokal (antarkabupaten), sisanya baru diantarpulaukan.
Kabupaten Bangli merupakan produsen terbesar kopi di antara sembilan
Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Jenis kopi yang ditanam ada dua jenis, yaitu
kopi arabika dan robusta. Tahun 2009 kedua jenis kopi tersebut produksinya mencapai
1.971,19 ton (arabika: 1.827,46 ton dan robusta: 143,73 ton) atau 13,2 persen dari total
produksi Provinsi Bali. Tanaman kopi tersebar di semua kecamatan, tetapi hampir 84,0
persen merupakan produksi Kecamatan Kintamani.
Selama periode 2005--2009, perkembangan produksinya sangat fluktuatif
dengan kecenderungan menurun. Dari semua areal tanaman kopi seluas 4.329 ha,
yang sudah berbuah (produktif) sebanyak 81,0 persen, sisanya tanaman muda dan tua
masing-masing 16,9 persen dan 1,6 persen.
Kecamatan Kintamani sangat terkenal dengan kopi arabikanya, tetapi tidak dapat
memenuhi permintaan pasar dalam negeri ataupun mancanegara. Saat ini pengolahan
yang paling banyak dilakukan baru terbatas dari kopi gelondong menjadi butiran.
Sebaliknya, yang mengolah menjadi kopi bubuk sangat terbatas. Ekspor yang dilakukan
masih dalam bentuk butiran karena keterbatasan teknologi, SDM, dan modal di
samping kontinuitas produksi.
Kabupaten Bangli mempunyai hutan seluas 9.341,28 ha atau 7,15 persen dari
total luas hutan di Provinsi Bali. Salah satu jenis tanaman hutan yang mempunyai nilai
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 388
ekonomi tinggi adalah hutan bambu. Saat ini Kabupaten Bangli mempunyai hutan
bambu seluas 5.226 ha dengan produksi 920.688 batang per tahun. Luas areal hutan
bambu ke depan diperkirakan akan bertambah karena mudah dikembangkan dan areal
masih tersedia terutama di pinggir sungai sehingga sekaligus berfungsi sebagai
pencegah longsor.
Batang bambu di samping dimanfaatkan untuk berbagai jenis kerajinan juga
sebagai bahan penunjang untuk membuat pelat boton gedung bertingkat.
Pemasarannya dapat lokal atau antarkabupaten.
Industri pengolahan
Di Kabupaten Bangli terdapat 4.945 unit usaha kerajinan bambu. Ke depan
kerajinan ini sangat prospektif dilihat dari aspek ketersediaan bahan baku yaitu berupa
batang bambu. Seperti diketahui bahwa Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya
kabupaten di Bali yang mempunyai hutan bambu relatif luas. Tahun 2010 jumlah
tenaga kerja yang terserap pada industri ini sebanyak 9.265 orang atau setiap unit
usaha mampu menyerap pekerja rata-rata sekitar dua orang. Kerajinan bambu tersebar
di dua kecamatan, yaitu Bangli dan Susut. Jenis produksinya antara lain vas bunga,
kap lampu, tas, dan aneka anyaman lainnya. Melihat jenis produknya maka segmen
pasarnya kebanyakan bukan untuk pasar local, tetapi untuk hiasan sarana pariwisata,
seperti hotel dan atau restoran serta cindra mata. Melihat segmen pasarnya, industri ini
prospeknya relatif baik asal perajin mempunyai kreativitas yang tinggi sehingga mampu
menghasilkan produk sesuai dengan perubahan selera konsumennya. Bahan baku
tersedia relatif banyak dan segmen pasarnya jelas serta mempunyai kreativitas yang
tinggi menjadikan prospek industri kreatif ini cukup baik.
Kerajinan kayu tercatat sebanyak 2.797 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja
5.589 orang. Ini berarti bahwa setiap unit usaha mampu menyerap pekerja sekitar dua
orang. Lokasi kerajinan ini menyebar di semua kecamatan yang ada, kecuali
Kecamatan Bangli. Jenis produknya, antara lain dulang (tempat sesajen), patung ikan
dolpin, berbagai topeng, pop art, kotak, dan lainnya. Melihat jenis produknya sebagian
besar dari produk kerajinan ini ditujukan untuk wisatawan. Hanya sebagian kecil untuk
pasar lokal. Permasalahan yang dihadapi adalah kekurangan bahan baku kayu,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 389
sedangkan dari sisi pemasaran sangat prospektif. Tidak jarang karena keterbatasan
bahan baku kayu, akhirnya tidak dapat memenuhi permintaan pasar ekspor.
Pengolahan kopi yang dimaksud di sini adalah mengolah kopi gelondongan
menjadi kopi butiran. Cara ini dilakukan oleh semua petani kopi. Kopi butiran ini
ditujukan untuk pasar ekspor terutama untuk kopi jenis Arabika. Pasar ekspor kopi
butiran terutama untuk jenis kopi Arabika sangat prospektif, malahan saat ini tidak
mampu memenuhi permintaan pasar karena terbatasnya produksi. Di sisi lain ada
beberapa kendala, seperti kualitas SDM yang perlu ditingkatkan terutama pengolahan
pascapanen, kurangnya informasi pasar, dll. Jenis industri lain yang ada di Kabupaten
Bangli, antara lain kopi bubuk, kacang asin, jus & selai, berbagai kue kering, tape, dan
jajan basah. Khusus untuk kopi bubuk tercatat sebanyak 78 unit usaha dengan jumlah
pekerja sebanyak 561 orang atau setiap satu unit usaha mampu menyerap pekerja
sekitar tujuh orang. Pasar produk ini adalah lingkup Bali. Kendalanya banyak pesaing
bukan hanya pesaing lokal, melainkan juga dari luar Bali.
Kerajinan dari logam relatif banyak, produknya antara lain berupa perhiasan
emas/perak, keris, hiasan berbahan besi dan kuningan. Tiga produk yang disebutkan
terakhir lebih banyak sebagai suvenir sehingga segmen pasarnya adalah wisatawan.
Sebaliknya, perhiasan emas/perak lebih banyak untuk pasar lokal dan nasional.
Khusus untuk kerajinan emas/perak tercatat sebanyak 538 unit usaha dengan pekerja
2.120 orang atau tiap unit usaha menyerap pekerja rata-rata empat orang. Prospek
pasarnya relatif baik, tetapi kendalanya harga bahan baku relatif mahal dan banyak
pesaing dari luar Kabupaten.
Perdagangan, hotel, dan restoran
Tahun 2009 di Kabupaten Bangli terdapat 43 restoran dan rumah makan dengan
jumlah tempat duduk sebanyak 3.811 kursi. Jumlah tempat duduk ini sekitar 4,6 persen
dari seluruh tempat duduk restoran dan rumah makan yang ada di Provinsi Bali.
Selama periode 2005—2009, baik jumlah restoran maupun tempat duduk di Kabupaten
Bangli menurun. Jumlah restoran dan rumah makan menurun rata-rata 10,0 persen per
tahun, sedangkan jumlah tempat duduknya menurun rata-rata 12,6 persen. Hampir
semua restoran dan rumah makan ini berada di wilayah Kecamatan Kintamani. Ke
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 390
depan restoran dan rumah makan ini prospeknya relatif baik karena data lima tahun
terakhir kunjungan wisatawan asing dan domestik semakin banyak. Tahun 2005 jumlah
kunjungan wisatawan (asing dan domestik) hanya 316.063 orang, sedangkan tahun
2009 meningkat menjadi 483.381 orang (tumbuh rata-rata 11,2 persen per tahun).
Kendala pengembangan kawasan wisata penelokan sebagai salah satu tujuan wisata
adalah kurang tertatanya lingkungan dan kurang ramahnya penduduk setempat.
Gangguan sering datang dari pedagang acung yang cenderung memaksa wisatawan
untuk membeli barang dagangannya.
Kondisi hotel melati juga hampir sama dengan hotel dan restoran. Kendatipun
dari segi unit jumlahnya bertambah, dari segi kamar jumlahnya menurun dari 255 kamar
(2005) menjadi 205 kamar (2009). Hotel melati ini tersebar di tiga kecamatan dari
empat kecamatan yang ada. Akan tetapi, sebagian besar hotel tersebut berlokasi di
Kecamatan Kintamani. Ke depan hotel di kawasan wisata Penelokan tampaknya kurang
prospektif karena di samping udaranya sangat dingin, kawasan ini relatif dekat dan
mudah dijangkau. Dengan demikian, wisatawan yang datang tidak perlu menginap
kalau hanya ingin menikmati pemandangan Gunung Batur dan sekitarnya.
Wisatawan umumnya hanya sampai di kawasan Penelokan (jalur jalan raya utama),
karena dari jalur ini sudah bisa dilihat secara jelas pemandangan danau, gunung, dan
kaldera Gunung Batur sebagai satu kesatuan. Jarak kawasan Penelokan ke pinggir
Danau Batur sekitar 6 km menurun. Jalan yang dilalui penuh dengan belokan yang
tajam.
Perekonomian Kabupaten Bangli masih berorientasi pada sektor pertanian. Di
samping lima KPJU unggulan di Sektor Peratnian seperti yang disebutkan diatas juga
ada beberapa komoditas pertanian lain, seperti padi, sayur-sayuran, ubi jalar, ubi kayu,
kelapa, cokelat, babi, kambing, dan buah-buahan. Semua komoditas ini
diperdagangkan, baik lokal maupun antarkabupaten. Sebagai komoditas kebutuhan
pokok, sudah tentu prospeknya cukup baik. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya
penduduk lahan pertanian terancam beralih menjadi permukiman dan berbagai fasilitas
sosial ekonomi, seperti pasar, sekolah dll.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 391
Mini market dan toko kelontong. Kedua sarana ekonomi cukup banyak berdiri
di Kabupaten Bangli. Mini market tumbuh sejak beberapa tahun terakhir ini dan paling
tidak di setiap kecamatan terdapat satu mini market. Toko kelontong yang menjual
berbagai kebutuhan masyarakat sudah ada jauh sebelum mini market dan
terkonsentrasi di ibu kota kecamatan.
Sejak beberapa tahun terakhir konter HP tumbuh bukan hanya di perkotaan,
melainkan sampai kepelosok desa. Pertumbuhan konter HP seiring dengan makin
banyaknya penggunaan HP oleh penduduk tidak hanya terbatas untuk memudahkan
dan memperlancar komunikasi, tetapi sebagai salah satu bentuk gaya hidup modern.
Konter HP akan semakin prospektif sejalan dengan makin meningkatnya penduduk dan
daya beli mereka.
Pengangkutan dan komunikasi
Tahun 2009 di Kabupaten Bangli tercatat sarana angkutan barang sebanyak
2.330 unit mobil. Dari jumlah ini yang tergolong sebagai angkutan umum hanya 14,3
persen dan 85,7 persen bukan umum. Ke depan sarana angkutan barang ini akan
semakin prospektif seiring dengan makin berkembangnya perekonomian dan semakin
banyaknya jumlah penduduk. Untuk memperlancar arus barang diperlukan sarana
angkutan yang semakin banyak.
Kabupaten Bangli dilalui oleh jalan provinsi yang mengubungkannya dengan tiga
Kabupaten yang lain, yaitu Gianyar dan Klungkung ke arah selatan serta Buleleng ke
arah utara. Ke arah timur dan barat masing-masing menuju Kecamatan Susut dan
Tembuku dihubungkan oleh jalan Kabupaten. Untuk melayani angkutan penumpang
dari ibu kota Kabupaten dengan daerah sekitarnya, tahun 2009 di Kabupaten Bangli
tercatat 162 unit angkutan penumpang. Prospek angkutan penumpang sebagai
angkutan jarak pendek tidak berkembang karena bersaing ketat dengan sepeda motor
dan mobil pribadi. Saat ini dengan persyaratan kredit yang sangat ringan seseorang
dengan mudah dapat memiliki sepeda motor atau mobil pribadi.
Jumlah 162 unit angkutan penumpang yang disebutkan di atas di dalamnya
termasuk angkutan bus bertrayek. Bus bertrayek ini jumlahnya hanya sekitar 10 unit
yang melayani angkutan penumpang dari ibu kota kabupaten menunju Kota Denpasar
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 392
dan Singaraja. Prospek angkutan ini juga kurang menggembirakan karena bersaing
ketat dengan mobil pribadi dan sepeda motor. Saat ini tersedia lembaga pembiayaan
untuk membeli mobil dengan persyaratan yang tidak terlalu ketat. Dengan makin
meningkatnya pendapatan masyarakat potensi untuk memiliki mobil pribadi semakin
besar.
Tahun 2009 di Kabupaten Bangli tercatat 81 boat angkutan danau. Angkutan ini
melayani penyeberangan danau menuju Desa Trunyan yang sangat terkenal dengan
wisata kuburannya yang unik. Angkutan ini kurang prospektif karena citranya menurun
dan di sisi lain sudah dibukanya jalan darat yang menyusuri tebing menuju Desa
Trunyan. Prospek angkutan ini dapat ditingkatkan jika para pengelolanya bisa
memberikan pelayanan yang baik khususnya kepada wisatawan yang akan
mengunjungi kuburan unik yang ada di Desa Trunyan. Untuk menuju kuburan ini baik
dari Desa Trunyan maupun dari arah lain tidak bisa dilakukan melalui jalan darat, tetapi
harus menyeberangi Danau Batur.
Warnet kendatipun merupakan unggulan, prospeknya kurang baik karena harus
bersaing ketat dengan HP/BB yang sekaligus juga dapat difungsikan sebagai internet.
BB dapat digunakan setiap saat karena dapat dibawa ke mana-mana dan dapat
berfungsi sebagai HP.
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
BPR tersebar di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli, kecuali
Kecamatan Tembuku. BPR bersaing dengan bank umum pemerintah termasuk Bank
BPD. Memang keberadaan bank umum ini hanya sampai di ibu kota kecamatan.
KUD kendatipun dari segi jumlah hanya lima unit dan tersebar di semua
kecamatan, mempunyai anggota relatif banyak. Tahun 2009 setiap unit KUD rata-rata
mempunyai 5.753 orang anggota.
LPD hampir di semua desa (desa adat) sudah tersedia. Malahan di beberapa
desa (desa dinas) mempunyai lebih dari satu LPD. LPD ini prospeknya relatif baik
karena sangat dekat dengan masyarakat dan prosedur peminjamannya sangat mudah.
Kelemahannya adalah menyangkut kualitas SDM pengelolanya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 393
Koperasi Serba Usaha selama periode 2005--2009 mengalami peningkatan
hampir tiga kali lipat dari 23 unit menjadi 72 unit dengan jumlah anggota hampir
mencapai 5.000 orang. Koperasi ini tersebar di semua kecamatan yang ada di
Kabupaten Bangli dengan variasi antara 11--27 unit usaha. Jumlah terbanyak terdapat
di Kecamatan Bangli, sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Tembuku. Ke depan
koperasi ini prospeknya cukup baik karena sifat usahanya memungkinkan dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan para anggotanya. Permasalahannya menyangkut
mutu SDM yang relatif rendah.
KSP juga tersebar di semua kecamatan, tetapi selama periode 2005--2009
jumlahnya menyusut dari 33 unit menjadi 20 unit. Menyusutnya ini mungkin disebabkan
oleh adanya persaingan dengan LPD, BPR, dan bank umum di samping pengelolaan
yang kurang baik.
Sebagai salah satu daerah tujuan wisatawan (khususnya kawasan wisata
Penelokan), di samping sudah tersedia sarana seperti restoran dan hotel juga ada
money changer. Money changer prospeknya relatif baik karena selama lima tahun
terakhir kunjungan wisatawan ke daerah ini semakin meningkat rata-rata 11,0 persen.
Tahun 2009 tercatat jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 483.381 orang
(asing 386.705 orang dan domestik 96.676 orang). Pada tahun yang sama wisatawan
asing yang berkunjung ke Bali hampir mencapai 2,4 juta orang. Ini berarti bahwa
wisatawan asing yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan baru sekitar 16,0
persen. Ke depan prospek money changer diperkirakan akan semakin berkembang jika
daerah wisata ini mampu meningkatkan citranya yang selama ini kurang baik. Salah
satu di antaranya karena perilaku pedagang acung sering memaksa wisatawan
membeli barang dagangannya. Hal ini menjadi alasan banyak travel biro (biro
perjalanan) tidak menjadikan daerah ini sebagai salah satu tujuan kunjungan
wisatawan.
Jasa-jasa lain
Bengkel tersebar di semua kecamatan, tetapi yang paling banyak terdapat di
Kecamatan Bangli, kemudian disusul Kecamatan Susut, Tembuku, dan Kintamani.
Tahun 2009 tercatat jumlah bengkel di Kabupaten Bangli sebanyak 109 unit. Dari
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 394
jumlah ini sebagian besar merupakan bengkel sepeda motor. Ke depan bengkel ini
prospeknya relatif baik mengingat dari waktu ke waktu, baik sepeda motor maupun
mobil terus bertambah. Dalam kurun waktu 2005--2009 kendaraan bermotor di
Kabupaten Bangli meningkat rata-rata 5,6 persen. Tahun 2009 tercatat jumlah
kendaraan bermotor di Kabupaten ini sebanyak 39.881 unit (mobil 4.803 unit dan
sepeda motor 35.078 unit).
Sama halnya dengan bengkel, jasa pangkas rambut dan salon kecantikan juga
tersebar di semua kecamatan dengan konsentrasi di Kecamatan Bangli. Jasa ini dari
tahun ke tahun semakin banyak, yaitu lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhannya 6,7
persen. Tahun 2009 tercatat sebanyak 70 unit usaha. Antara pangkas rambut dan salon
kecantikan jumlahnya hampir berimbang. Jasa ini khususnya salon kecantikan cukup
prospektif seiring dengan makin banyaknya jumlah penduduk, meningkatnya
pendapatan masyarakat, dan makin berkembangnya kehidupan modern.
Penjahit pakaian relatif banyak terdapat di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan
Bangli, Susut, dan Tembuku. Tahun 2009 di tiga kecamatan ini tercatat sebanyak 749
penjahit. Selama lima tahun terakhir perkembangnan jumlah penjahit relatif lambat,
yaitu tumbuh rata-rata 1,1 persen. Penjahit ini bersaing cukup ketat dengan pakaian
jadi dengan berbagai model yang dijual di pasar. Akan tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk usaha jasa penjahit pakaian ini tampaknya masih cukup
prospektif.
Jasa binatu atau loundry sejak beberapa tahun terakhir ini berkembang cukup
pesat terutama di daerah urban. Perkembangan loundry ini seiring dengan makin
banyaknya pasangan suami istri yang bekerja sehingga kesempatan mereka untuk
mengerjakan urusan rumah tangga (cuci-mencuci) menjadi terbatas. Jasa loundry
menjadi pilihan karena praktis dan relatif murah dibandingkan dengan dikerjakan
sendiri.
Jasa pramuwisata berkaitan dengan adanya kawasan wisata Penelokan.
Wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata ini ada di antaranya yang melakukan
wisata naik gunung (Gunung Batur) atau mengunjungi kuburan unik yang ada di Desa
Trunyan. Banyak di antara mereka memerlukan jasa pemandu.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 395
6.3.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten
Klungkung
Berdasarkan sepuluh KPJU unggulan per sektor di Kabupaten Klungkung yang
di-rangking menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka diperoleh
lima KPJU unggulan seperti disajikan pada Tabel 6.3.6. Namun, perlu diingat bahwa
AHP hanya suatu metode yang proses perhitungannya bertumpu pada judgment dan
persepsi expert terhadap tingkat kepentingan kriteria, sama sekali bukan kuantitatif
murni sehingga hasilnya pun bersifat relatif.
Pertanian dalam arti luas
Pada sektor pertanian di Kabupaten Klungkung terdapat lima KPJU yang
menjadi unggulan, yaitu budi daya padi sawah, budi daya sapi, budi daya cabai, budi
daya rumput laut, dan budi daya kacang tanah (Tabel 6.3.6). Berdasarkan data statistik
Klungkung Dalam Angka Tahun 2009, luas panen, produksi, dan produktivitas padi
sawah di Kabupaten Klungkung tahun 2008 masing-masing 5.878 ha, 36.294 ton, dan
54,18 ku/ha. Produksi padi tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 758 ton
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan
luas panen sebesar 223 ha dan peningkatan produktivitas sebesar 1,24 ku/ha. Padi
sawan menyebar di semua kecamatan, terkecuali Kecamatan Nusa Penida.
Permasalahan dalam pengembangan padi sawah di Kabupaten Klungkung
adalah permasalahan klasik seperti Kabupaten lainnya di Bali, yaitu semakin
menyusutnya lahan sawah karena alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian dan
semakin menurunnya minat generasi muda untuk bertani padi sawah. Dalam beberapa
hal alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan lainnya bersifat dilematis. Pertambahan
penduduk dan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang pesat di beberapa wilayah
memerlukan jumlah lahan nonpertanian yang mencukupi. Namun, pertambahan jumlah
penduduk juga memerlukan supply bahan pangan yang lebih besar, yang berarti lahan
pertanian juga lebih luas, sementara total luas lahan yang ada berjumlah tetap. Sebagai
akibatnya telah terjadi persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan yang berakibat
pada meningkatnya nilai lahan (land rent). Dengan demikian, penggunaan lahan untuk
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 396
pertanian akan selalu dikalahkan oleh peruntukan lain, seperti industri dan perumahan.
Solusi dari permasalahan ini adalah pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang
perlindungan lahan pertanian. Akan tetapi,di sisi internal sektor pertanian terdapat
berbagai karakteristik usaha tani sendiri yang belum sepenuhnya mendukung ke arah
pelaksanaan pelestarian lahan pertanian yang ada.
Sempitnya rata-rata luas lahan yang diusahakan petani karena proses
fragmentasi sistem pewarisan makin memarjinalkan kegiatan usaha tani. Sempitnya
lahan berakibat pada tidak tercukupinya hasil kegiatan usaha pertanian untuk menutupi
kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi mencukupi mendorong penerapan
teknologi baru untuk peningkatan produktivitas. Yang terjadi kemudian bukan
modernisasi (penerapan teknologi yang up to date), tetapi penjualan lahan pertanian
untuk penggunaan lainnya (alih fungsi lahan pertanian). Hal lain yang memperparah
adalah dengan adanya desentralisasi, maka daerah berlomba-lomba untuk
meningkatkan pertumbuhan untuk pendapatan asli daerah (PAD) yang lebih besar.
Namun, yang terjadi kemudian adalah daerah mengutamakan pengembangan sarana
dan prasarana fisik, yang berakibat pada penggunaan lahan sawah secara langsung
atau peningkatan nilai lahan karena penawaran yang lebih baik. Dengan rumitnya
persoalan alih fungsi lahan pertanian itu, maka upaya pemecahannya tidak mungkin
dilakukan secara parsial sebagaimana pendekatan yang dilakukan selama ini. Jadi,
diperlukan pendekatan yang menyeluruh dengan melibatkan semua pihak terkait
secara aktif.
Sapi merupakan salah KPJU unggulan di Kabupaten Klungkung. Populasi sapi
di Kabupaten Klungkung selama lima tahun terakhir (2004--2008) adalah sebanyak
41.822 ekor tahun 2004 meningkat menjadi 44.372 ekor tahun 2008 atau meningkat
sebanyak 2.550 ekor selama lima tahun atau meningkat sebanyak 510 ekor per tahun.
Dari total populasi sapi di Kabupaten Klungkung tahun 2008, sebesar 51% terdapat di
Kecamatan Nusa Penida. Menurut Syahruddin Said dari Pusat Penelitian Bioteknologi,
LIPI, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung Bali dijadikan lokasi
pengembangan sapi bali karena sapi bali yang di Nusa Penida bebas dari penyakit-
penyakit antraks, jembrana, mulut dan kuku, serta MCS. Untuk itu, Nusa Penida akan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 397
dijadikan Pusat Konservasi Sapi Bali agar kemurnian sapi bali tetap terjaga.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan sapi bali di Nusa Penida
khususnya dan Kabupaten Klungkung umumnya adalah semakin menurunnya daya
dukung lahan dan hijauan pakan ternak, di bidang pemasaran berupa anjloknya harga
sapi di tingkat peternak karena adanya kebijakan kuota antarpulau sapi setiap tahun
oleh Provinsi Bali, dan kebijakan impor sapi oleh pemerintah pusat ketika hari-hari raya/
besar.
Cabai merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Klungkung, yang
tersebar di empat kecamatan. Tidak ada data yang valid tentang luas panen dan
produksi cabai di Kabupaten Klungkung. Namun, Kabupaten Klungkung terkenal
sebagai produsen cabai terbesar di Bali, yang memasok kebutuhan cabai seluruh Bali.
Permasalahan usaha komoditas cabai adalah mutu benih. Jadi dalam rangka budi daya
cabai, benih cabai unggul dan bermutu sangat dibutuhkan. Sampai kini ketersediaan
benih cabai yang tepat mutu, tepat jumlah, tepat varietas, tepat waktu, dan tepat harga
(terjangkau oleh masyarakat pengguna benih) masih belum mencukupi. Sebagian benih
cabai yang tersedia di pasaran berasal dari produksi dalam negeri, sedangkan
sebagian lagi berasal dari impor.
Sentra produksi rumput laut di Kabupaten Klungkung adalah Kecamatan Nusa
Penida dengan volume produksi pada tahun 2006 mencapai 106.188,4 ton (65%) dari
volume produksi rumput laut di Provinsi Bali, yaitu 164.887 ton. Produksi rumput laut
tahun 2008 sebesar 101.210,2 ton, meningkat sebesar 19,83% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Rumput laut merupakan komoditas ekspor andalan Kabupaten
Klungkung (Klungkung Dalam Angka, 2009). Daerah pesisir pantai Nusa Penida
penghasil rumput laut, yaitu Desa Suana, Desa Batununggul, Desa Kutampi Kaler,
Desa Ped, Desa Kampung Toyapakeh, Desa Lembongan, dan Desa Jungut Batu.
Jenis rumput laut yang dikembangkan adalah "Eucheuma Cotoni" dan "Eucheuma
Spionosum" termasuk spesies langka. sehingga diminati oleh para konsumen, baik
dalam negeri maupun di luar negeri.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 398
Tabel 6.3.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Klungkung
No. Sektor KPJU Unggulan
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Sapi (3) Cabai (4) Rumput laut (5) Kacang tanah
2 Penggalian dan Pertambangan -
3 Industri Pengolahan (1) Industri kerajinan tenun endek dan songket (ATMB)
(2) Industri kerajinan perak dan selongsong peluru
(3) Industri uang kepeng (pis bolong) (4) Industri kerajinan wayang klasik (5) Industri kerajinan perlengkapan upacara
adat dan agama Hindu
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Perdagangan produk pertanian (3) Konter HP (4) Restoran/rumah makan (5) Mini market dan toko barang kelontong
7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan laut penyeberangan barang dan orang (perahu motor)
(2) Warnet (3) Angkutan darat barang(truk) (4) Angkutan penumpang perkotaan dan
perdesaan (bemo roda empat) (5) Ojek (Nusa Penida dan Lembongan)
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) KSP (3) BPR (4) KUD (5) KSU
9 Jasa-jasa lain (1) Diving dan snorkeling (2) Fotokopi (3) Wisata rafting (di Bakas) (4) Pangkas rambut dan salon kecantikan (5) Wisata perdesaaan (di Lembongan dan
Nusa Penida) Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode
Analytical Hirarchy Process (AHP)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 399
Permasalahan pengembangan rumput laut di Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung, antara lain bibit, hama penyakit, pascapanen, pemasaran, permodalan,
sumber daya manusia, tata ruang, dan keamanan. Bibit yang dipakai dan
dikembangkan oleh masyarakat sampai dengan saat ini masih didapat dari hasil
pengembangan secara vegetatif, yaitu dengan cara menyisihkan thalus hasil budi daya
milik sendiri. Keterampilan untuk menyeleksi thalus yang baik untuk bibit tentu sangat
beragam dan sebagian besar dari masyarakat, yang masih memiliki pengetahuan dan
keterampilan terbatas sehingga produksi tidak optimal.
Hama dan penyakit pada kegiatan pembudi dayaan rumput laut masih banyak
dihadapi masyarakat pembudi daya. Hama yang biasa menyerang bibit rumput laut
adalah ikan baronang, penyu, bulu babi, dan tumbuhan pengganggu lainnya. Penyakit
yang biasa muncul pada rumput laut adalah ice-ice. Penyakit ini banyak disebabkan
oleh kondisi ekstrem perairan, seperti faktor rendahnya salinitas akibat sering turun
hujan, suhu air yang terlalu panas (lebih dari 31 ºC) biasanya suhu permukaan atau
terlalu dingin (kurang dari 26 ºC) . Pencegahannya adalah dengan penentuan lokasi,
musim tanam, teknologi yang tepat, dan pengontrolan yang rutin. Solusi jangka panjang
adalah penanaman bibit unggul baru.
Pasca panen merupakan rangkaian kegiatan agribisnis rumput laut yang sangat
menentukan dalam menghasilkan kualitas rumput laut. Kualitas yang memenuhi
persyaratan ekspor dan pabrikan dalam negeri adalah untuk jenis Eucheuma spp.,
kadar air 31--35%, kotoran dan garam tidak lebih dari 5%, dan rendemen tidak kurang
dari 25%. Sebaliknya, untuk jenis Gracilaria spp., kadar air 18--22%, kotoran dan
garam tidak lebih dari 2%, dan rendemen 14--20%. Masalahnya adalah panen masih
muda atau belum waktunya dan penanganan pascapanen kurang baik. Petani tidak
melakukan penjemuran rumput laut hingga kadar air yang ditetapkan. Di beberapa
daerah kadar air yang dibeli di petani bisa mencapai di atas 40% sehingga kadar garam
pun akan lebih tinggi daripada 5%. Hal ini akan menyebabkan rumput laut rusak pada
saat penyimpanan dan transportasi.
Faktor kualitas, transparansi pihak pabrikan, pedagang pengumpul,
kelembagaan pembinaan/pendamping sangat mempengaruhi aspek pemasaran
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 400
rumput laut di Nusa Penida dan daerah pengembangan lainnya. Banyak terjadi kasus
suatu daerah kelebihan produksi, tetapi hanya dibeli oleh satu pembeli, sehingga harga
ditentukan sepihak oleh pembeli (monopsoni). Hal itu terjadi pada wilayah yang over
produksi, tetapi tidak ada pembeli yang masuk.
Belum berpihaknya perbankan terhadap usaha pembudi dayaan rumput laut di
Nus Penida membawa dampak yang sangat memberatkan pengembangan usaha
pembudi dayaan rumput laut. Masyarakat pengusaha rumput laut umumnya
masyarakat yang mempunyai kemampuan akses yang sangat terbatas terhadap
perbankan sehingga dibutuhkan deregulasi kebijakan dalam pemberdayaan
masyarakat. Sejak diundangkan UU No 22, Tahun 2000 tentang otonomi daerah,
banyak terjadi penguasaan kepemilikan daerah terhadap wilayah perairan laut yang
berada di wilayahnya. Daerah mempunyai otoritas yang kuat untuk mengatur wilayah
perairannya. Permasalahan muncul karena daerah belum mengatur pemanfaatan atau
tata ruang wilayah perairan pantainya sehingga terjadi tumpang tindih antara berbagai
kegiatan di suatu wilayah yang sama. Keadaan seperti ini menyebabkan penanam
modal yang akan berinvestasi menjadi tidak aman dalam jangka waktu yang lama.
Faktor keamanan yang menyangkut kelangsungan usaha budi daya rumput laut
ditempuh melalui pola pengamanan terpadu, yaitu masyarakat setempat diikutsertakan
dalam segmen-segmen usaha, seperti pembibitan, pemeliharaan atau kegiatan lain
yang mendukung usaha tersebut. Dengan demikian, masyarakat sekitar kawasan
usaha budi daya rumput laut merasa ikut menikmati hasilnya dan menjaga
kelangsungan pembudi dayaan rumput laut di wilayahnya.
Kacang tanah merupakan salah satu KPJU unggulan di Kabupaten Klungkung.
Luas panen, produksi dan produktivitas komoditas kacang tanah di Kabupaten
Klungkung tahun 2008 berturut-turut 3.162 ha, 4.908 ton, dan 15,52 ku/ha, sedangkan
tahun 2009 masing-masing 3.296 ha, 5.199 ton, dan 15,77 ku/ha. Areal dan produksi
kacang tanah menyebar di empat kecamatan, tetapi areal terluas dan produksi tertinggi
tahun 2009 adalah di Kecamatan Nusa Penida masing-masing 1.630 ha, dan 2.496 ton
serta produktivitas 15.33 ku/ha. Sebelum penelitian ini dilakukan, kacang
tanah memang telah dijadikan komoditas palawija unggulan yang memiliki nilai
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 401
ekonomi tinggi untuk dikembangkan petani di Kabupaten Klungkung. Dengan produksi
sebesar itu, Klungkung mampu memberikan kontribusi terhadap produksi kacang
tanah Bali sebesar 30, tetapi masih di bawah Kabupaten Karangasem sebesar 40%,
dan 30% lainnya kontribusi Kabupaten lain di Bali. Masalah yang mucul dalam
pengembangan komoditas kacang tanah, yaitu penggunaan bibit bersertifikasi
sangat rendah, penggunaan varietas kerinci secara terus-menerusyang menyebabkan
potensi hasil secara genetik menurun, penggunaan pupuk belum berimbang,
sistem pasar belum memberi nilai tambah, permodalan lemah sehingga agribisnis
kacang tanah lambat berkembang.
Industri pengolahan
Di sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU unggulan hasil peng-ranking-
an menggunakan AHP, yaitu industri kerajinan tenun endek dan songket (ATMB),
kerajinan perak dan selongsong peluru, industri uang kepeng (pis bolong), industri
kerajinan wayang klasik, dan industri kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama
Hindu (Tabel 6.3.6).
Aktivitas membuat barang-barang kerajinan terdapat dan tersebar di seluruh
Kabupaten di Bali. Salah satu di antaranya adalah Kabupaten Klungkung yang konon
merupakan daerah pusat kerajaan dari seluruh kerajaan yang ada di Bali. Di samping
itu, di kabarkan sebagai tempat mengungsinya para Brahmana Hindu, seniman, dan
perajin Majapahit ke Bali, ketika Kerajaan Majapahit ditundukkan oleh Kerajaan Demak
Islam pada tahun 1515 (Ten Kate, 2004:080). Para seniman, perajin, Brahmana Hindu
Jawa inilah gerangan membawa keemasan kerajaan Gelgel pada abad ke-17, dengan
kemegahan istana yang dihias luar biasa. Bukti faktual yang masih utuh dapat dilihat
sampai saat ini adalah “kertagosa” berupa sebuah puri kerajaan yang penuh dihiasi
dengan karya-karya seniman dan perajin. Oleh sebab itu, daerah Klungkung dikatakan
sebagai pusat seniman, perajin, serta berkembangnya kesenian pertama di Bali.
Industri kerajinan tenun ikat (tenun endek dan songket) tidak lagi merupakan
barang langka dan sangat akrab dalam kehidupan masyarakat Klungkung. Hal itu
terjadi karena kerajinan ini merupakan warisan para nenek moyang yang telah ada
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 402
sejak zaman neolithicum. Aktivitas menenun ini masih tetap eksis dilakoni dan
merupakan mata pencaharian pokok bagi sebagian masyarakat di Kabupaten
Klungkung. Jenis tenun yang dikembangkan adalah “tenun ikat warna alami” yang
terdapat di Desa Tegak dan “tenun songket di Desa Gelgel”. Kain tenun tradisional
yang berkembang di kedua desa tersebut, ada dua macam, yaitu kain tenun ikat
tradisional (endek) yang proses pembuatannya dengan menggunakan alat ATBM (alat
tenun bukan mesin) dan kain tenun songket dengan proses menenun secara tradisional
(alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain tenun songket dengan pewarna
alami khas Kabupaten Klungkung memang merupakan bagian dari seni keindahan
tenun ikat yang sudah terkenal sejak lama. Kain endek juga merupakan salah satu kain
Bali yang kini amat populer di Indonesia. Kain ini ditenun dengan teknik ikat, suatu
teknik tenun yang dikenal secara luas di seluruh Indonesia. Di samping berfungsi
sebagai kain upacara keagamaan, kini kain endek mulai populer sebagai bahan kemeja
nasional. Kain songket juga amat populer dalam masyarakat Bali. Songket merupakan
istilah teknik untuk menambahkan suatu pola pada suatu bahan dengan mengisi
benang tambahan. Benang tersebut dapat dimasukkan ke seluruh bidang atau hanya
menutupi bagian-bagian tertentu dari suatu kain. Pekerjaan menenun di dua lokasi,
yaitu di Banjar Tengah Desa Tegak dan Desa Gelgel Klungkung ini telah dilakukan
secara turun-temurun dari nenek, ibu, sampai pada anak dan cucunya. Perajin ini lebih
berperanan terhadap pelestarian dan kelangsungan nilai budaya tradisional, lebih
bersifat konservatif terhadap nilai warisan leluhur.
Seni kerajinan logam secara garis besar di daerah Klungkung terdiri atas
kerajinan pande besi, kerajinan kuningan, serta kerajinan emas dan perak. Kerajinan
pande besi lebih banyak memproduksi produk perlengkapan peralatan rumah tangga.
Namun, ada juga beberapa pande besi di daerah Kusamba Kecamatan Dawan
Klungkung yang khusus memproduksi keris. Sementara untuk kerajinan kuningan,
emas, dan perak lebih banyak berkembang di daerah Kamasan dan Desa Budaga.
Macam dan jenis produk yang dihasilkan beraneka ragam. Khususnya di lingkungan
Banjar Pande Desa Kamasan, perajin lebih banyak memproduksi produk kerajinan
perak berupa peralatan upacara keagamaan, seperti bokor, sangku, wanci, payung
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 403
pagut, dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan seni kerajinan emas dan perak, di
Desa Kamasan juga berkembang kerajinan kuningan. Munculnya diawali dengan
perjalanan almarhum I Made Sekar dari Banjar Pande Kaler, yang memperkaya lingkup
kreativitasnya dalam mengerjakan kerajinan tatah kuningan dengan media
”selongsong peluru”. Selongsong peluru adalah selongsong atau tabung dari bahan
kuningan merupakan bekas kulit peluru yang tertinggal pada bagian pangkalnya.
Aktitivitas membuat kerajinan dengan bahan logam/logam kuningan tidak hanya digeluti
oleh masyarakat Desa Kamasan, tetapi juga ditekuni oleh masyarakat Desa Budaga.
Desa Budaga merupakan salah satu desa sentra seni kerajinan, yang telah
mengembangkan seni kerajinan logam kuningan secara turun-temurun. Hampir
sebagian besar masyarakat di desa ini bermata pencaharian sebagai perajin untuk
memenuhi kebutuhan perekonominya. Beraneka bentuk produk telah dihasilkan baik
produk untuk sarana upacara agama maupun bentuk produk yang berfungsi sebagai
hiasan. Awal perkembangan kerajinan logam kuningan ini membuat peralatan untuk
sarana upacara keagamaan, seperti genta, tempat bija (tempat beras suci), tempat tirta
(air suci), dan bermacam senjata nawasanga sebagai perlengkapan upacara yang
disesuaikan dengan tempatnya dalam pengider buana, dan digunakan di pura atau
pemerajan. Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya pariwisata di Bali,
perajin di Desa Budaga sangat kreatif dalam mengembangkan bentuk-bentuk produk
baru yang lebih inovatif. Sekarang ini di Desa Budaga berkembang bentuk produk
berupa bola mimpi (redam ball). Bola mimpi dimaksud adalah produk yang bentuknya
menyerupai bola berbunyi nyaring terdengar dari gesekan butir-butir pelor timah yang
ada di dalamnya. Produk ini dibuat di samping berfungsi sebagai hiasan juga dibuat
sebagai aksesoris, seperti anting-anting, leontin, gelang, dan gantungan kunci.
Industri uang kepeng (pis bolong) berkembang di Desa Kamasan.
Penggunaan pis bolong sebagai material seni kerajinan merupakan salah satu upaya
konservasi dan pengembangan budaya Bali serta mengantisipasi pis bolong asli (pis
bolong dari Cina), yang keberadaannya semakin langka. Khususnya di Bali, pis bolong
sangat diperlukan oleh masyarakat Hindu untuk kepentingan upacara yadnya karena
hampir di setiap upakara menggunakan pis bolong yang menurut keyakinan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 404
masyarakat Hindu mengandung signifikansi simbolis. Hal tersebut menyulut perajin di
Desa Kamasan mencetak uang kepeng/pis bolong baru dalam upaya mengantisipasi
kelangkaan bahan baku. Ide dan inisiatif ini dilakukan oleh UD. Kamasan di Desa
Kamasan Klungkung. Kerajinan pis bolong yang diproduksi modelnya tidak jauh
berbeda dengan pis bolong yang pada umumnya beredar selama ini. Akan tetapi,
perbedaannya pis bolong yang diproduksi memiliki ciri khas tersendiri dengan
menggunakan motif huruf Bali. Banyak macam dan jenis produk yang telah diproduksi
dengan memanfaatkan pis bolong sebagai materialnya. Sekarang ini telah menjadi
bidang profesi yang banyak diminati oleh sebagian penduduk Kamasan karena bidang
ini sangat menjanjikan dalam memenuhi tuntutan perekonomian. Saat ini jangkauan
pasar industri kerajinan pis bolong tidak hanya pasar lokal, tetapi juga telah meluas ke
berbagai kota di Indonesia dan memasuki pasar internasional. Dengan berbagai
bentuk, motif, gaya, dan lain-lainnya yang mendominasi produk-produk baru, bentuk-
bentuk nontradisional. Karya seni kerajinan pis bolong lebih menekankan estetis
sehingga mampu memacu pertumbuhan tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat
pendukungnya. Aktivitas yang dilakukan perajin untuk menghasilkan suatu produk juga
tidak semata-mata atas dasar kepentingan ekonomi atau praktis, intensitas dan
kesungguhan untuk membuat suatu produk bukan sekadar instingtif, melainkan juga
melibatkan ranah rasa, kepekaan rasa, intelektual, dan emosionalitas. Artinya, secara
intelektual mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk
menghasilkan suatu produk yang dikehendaki. Pelibatan dimensi-dimensi semacam itu
telah terbukti dalam berbagai produk yang dihasilkan terutama produk seni kerajinan pis
bolong. Walaupun pada tahap awal aktivitas bidang ini berskala kecil dengan jumlah
yang terbatas, sekarang ini telah menjadi bidang profesi yang banyak diminati oleh
sebagian penduduk Kamasan karena bidang ini sangat menjanjikan dalam memenuhi
tuntutan perekonomian.
Melukis tradisional wayang klasik khas Kamasan mulai efektif sejak zaman
pemerintahan Dalem Waturenggong hingga kini dan pada era komodifikasi sekarang ini
dikenal sebagai industri kerajinan wayang klasik. Kilas balik melukis tradisional wayang
klasik, konon raja menaruh perhatian dan memberikan pengayoman terhadap
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 405
perkembangan kesenian, seperti seni tari, lukis, kerajinan, dan sebagainya. Khususnya
seni lukis tradisional wayang Kamasan diabadikan untuk kepentingan agama, yaitu
menghias pura seperti hiasan parba, kober, umbul-umbul, ider-ider, dan lainnya. Tema-
tema yang dilukiskan lebih dominan berhubungan dengan mitologi, hikayat dewa-dewa,
dan dongeng atau cerita rakyat. Diduga tidak jauh berbeda dengan tema-tema relief
wayang yang terdapat pada peninggalan candi-candi yang ada di Jawa Timur,
khususnya Candi Penataran dan Candi Surawana bentuk wayangnya merupakan
prototipe wayang Bali (Tista, 1986: 146). Sejalan dengan perkembangan pengetahuan
para seniman dan disertai dengan meroketnya perkembangan industri pariwisata
berpengaruh terhadap pengembangan seni lukis wayang tradisional Kamasan. Dalam
memenuhi kebutuhan pasar seni lukis wayang tradisional klasik khas Kamasan ini,
diterapkan pada benda-benda suvenir/cendera mata sebagai hiasan dalam upaya
meningkatkan daya tarik dan daya jual tanpa meninggalkan seni budaya setempat.
Teknik penerapan lukisan wayang tradisonal Kamasan pada barang-barang
suvenir/cendera mata tidak jauh berbeda dengan teknik melukis di atas kain atau
kanvas, yaitu pertama membuat sket dengan pensil, kemudian diwarnai dengan teknik
sigar/gradasi, berikutnya dikontur (nyawi), terakhir finishing dengan bahan pelapis clear
glos khususnya pada barang suvenir berbahan dasar dari kayu dan bambu. Bahan
pewarna yang digunakan adalah warna buatan pabrik, yaitu warna acrelyk, astoro, dan
aga. Berbeda dengan bahan pewarna untuk melukis di atas kanvas yang menggiurkan
warna alam dari batu pere, kincu, tulang, dan ancur (bahan perear) atau lem mote.
Industri kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu. Industri
kerajinan jenis ini, antara lain pembuatan pajeng/payung, ider-ider, kain perada, dan
kelengkapan lainnya. Sentra industri adalah di Desa Paksebali dan Desa Satriya dan
menjadi unggulan Kabupaten Klungkung. Industri kerajinan ini tampaknya akan tetap
menjadi KPJU unggulan karena produk-produk industri ini terus akan diperlukan
sepanjang aktivitas upacara adat dan agama Hindu tetap eksis di Bali. Namun, industri
ini perlu memperoleh pembinaan dan bantuan teknis lainnya agar kualitas produksi
semakin meningkat dan semakin beraneka ragam.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 406
Bangunan dan konstruksi
Di sektor bangunan dan konstruksi, hanya satu daftar KPJU unggulan, yaitu
kontraktor konstruksi bangunan. KPJU ini sangat berperan dalam pelaksanaan
pembangunan fisik, baik bangunan milik pemerintah maupun swasta. Jenis
pekerjaannya juga beragam, mulai dari bangunan konstruksi sederhana sampai dengan
bangunan konstruksi beton bertulang.
Perdagangan, hotel, dan restoran
Di sektor perdagangan, hotel, dan restoran ada lima KPJU unggulan yang di-
ranking menggunakan metode AHP, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian,
konter HP, restoran/rumah makan, mini market, dan toko kelontong (Tabel 6.3.6). KPJU
hotel melati menjadi unggulan di Kabupaten Klungkung karena Kabupaten Klungkung
merupakan destinasi wisata dan yang terkenal adalah destinasi wisata Pulau
Lembongan dan Pulau Nusa Penida. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Bali,
di Kabupaten Klungkung terdapat dua hotel bintang (1 buah bintang 2 dan 1 buah hotel
bintang 3) dan 40 buah hotel nonbintang (hotel melati), yang tediri atas jumlah kamar di
bawah 10 kamar sebanyak 19 buah dan jumlah kamar antara 10--24 kamar sebanyak
21 buah.
Pengangkutan dan komunikasi
Di sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat lima KPJU yang termasuk
unggulan yang di-ranking dengan metode AHP, yaitu angkutan laut penyeberangan
barang dan orang (perahu motor), warnet, angkutan darat barang (truk), angkutan
penumpang perkotaan dan perdesaan (bemo roda empat), dan ojek/jasa penyewaan
sepeda motor (di Nusa Penida dan Lembongan)(Tabel 6.3.6). Dari kelima KPJU
unggulan ini, satu KPJU yang sangat menonjol dan berperan penting di Kabupaten
Klungkung adalah KPJU angkutan laut penyeberangan barang dan orang ke dan dari
Pulau Nusa Penida dan Pulau Lembongan. Penyeberangan laut ini menggunakan
perahu mesin motor tempel yang mengangkut barang dan orang. Namun, sejak
penyeberangan ke dan dari Nusa Penida sekarang ini menggunakan kapal Ro-Ro dari
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 407
Padangbai, penyeberangan menggunakan motor tempel dari Desa Kusamba sedikit
menurun. Namun, saat ini pemerintah Kabupaten Klungkung sedang membangun
dermaga penyeberangan di Desa Gunaksa untuk memindahkan penyeberangan kapal
Ro-Ro dari Padangbai ke Nusa Penida.
Keuangan, persewaan, dan jasa Perusahaan
Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, terdapat lima KPJU
unggulan, yaitu lembaga perkreditan desa (LPD), koperasi simpan pinjam (KSP), bank
perkreditan rakyat (BPR), koperasi unit desa (KUD), dan koperasi serba usaha
(KSU)(Tabel 6.3.6).
Koperasi serba usaha (KSU) atau koperasi umum merupakan soko guru
perekonomian masyarakat dan jenis koperasi ini dapat dibedakan antara koperasi
primer dan koperasi sekunder/pusat. Pada tahun 2008 jumlah koperasi primer
mencapai 106 buah dengan anggota 33.348 orang. Di Kabupaten Klungkung ada
tujuh buah KUD dengan jenis pelayanan yang diberikan, antara lain sarana pertanian,
kredit, dan jasa penyosohan gabah. Penyosohan gabah yang dimiliki sebanyak 28
buah. Sumber permodalan koperasi adalah simpanan pokok anggota, simpanan wajib,
dan simpanan sukarela. Satu koperasi yang sangat maju, bahkan telah memperoleh
juara nasional adalah koperasi Sri Nadi. Masalah umum di KPJU simpan pinjam,
koperasi, dan KUD adalah masih belum memadainya keterampilan SDM, terutama
dalam memberikan pelayanan sehingga ke depan harus diberikan pelatihan di bidang
manajemen dan pelayanan prima.
Jasa-jasa lain
Di sektor jasa-jasa lain, terdapat lima KPJU unggulan, yaitu jasa diving dan
snorkeling, jasa fotokopi, jasa wisata rafting (di Bakas), jasa pangkas rambut dan salon
kecantikan, dan wisata perdesaaan (di Lembongan dan Nusa Penida) (Tabel 6.3.6).
Destinasi wisata Pulau Lembongan dan Pulau Nusa Penida di Kabupaten Klungkung
memiliki atraksi wisata unggulan, yaitu wisata bahari, terutama diving dan snorkeling
dan watersport. Setiap hari beberapa kapal dari pelabuhan Benoa membawa banyak
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 408
wisatawan mancanegara ke perairan Pulau Lembongan dan Nusa Penida untuk
melakukan diving dan snorkeling. Jasa ini dijual oleh beberapa travel biro di Kota
Denpasar, seperti Bounty Cruise, Bali Holiday Ultimate, Island Explorer Cruises, Bali
Reef Cruise, Bali Hai Beach Club Cruise, Sail Sensation Cruise, dll. Semua biro
perjalanan pelayaran ini menjual jasa-jasa pengantaran dan pemanduan melakukan
diving dan snorkeling di sekitar perairan Pulau Lembongan dan Pulau Nusa Penida.
KPJU ini hendaknya dibina dan dipertahankan karena berperanan menonjol dalam
berbagai aspek perekonomian Klungkung dan Bali. Permasalahan kelima KPJU ini
adalah masih terbatasnya keterampilan para penjual jasa ini sehingga ke depan
diperlukan pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan profesionalisme SDM di
KPJU ini.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 409
6.3.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten
Karangasem
Berdasarkan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) terhadap sepuluh
KPJU unggulan di Kabupaten Klungkung, maka diperoleh lima KPJU unggulan seperti
disajikan pada Tabel 6.3.7.
Pertanian dalam arti luas
Di sektor pertanian, terdapat lima KPJU unggulan, yaitu penangkapan ikan laut,
budi daya salak, budi daya kelapa, budi daya jambu mete, dan budi daya kacang tanah
(Tabel 6.3.6). Kabupaten Karangasem merupakan sentra pengembangan salak di Bali,
selain Kabupaten lainnya, seperti Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng.
Penyebaran budi daya salak di Kabupaten Karangasem, yaitu Kecamatan Bebandem,
Kecamatan Selat, Kecamatan Rendang, dan Kecamatan Abang. Namun, yang terluas
adalah di Kecamatan Bebandem dengan salak khas Desa Sibetan. Permintaan
terhadap buah salak yang datang dari pasar lokal dan pasar nasional akan sangat
dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain adalah (a) dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk yang berminat pada buah salak sebagai dampak keberhasilan
program penyuluhan dan program peningkatan gizi masyarakat yang dilaksanakan oleh
pemerintah, (b) tingkat harga salak di pasar eceran, (c) tingkat harga buah-buahan
lainnya, dan (d) tingkat pendapatan konsumen buah salak atau kekuatan daya beli
masyarakat pada umumnya. Buah salak dapat dipanen hampir pada sepanjang tahun
menyebabkan buah ini dapat hadir pula di pasar lokal dan pasar nasional relatif
sepanjang tahun pula. Dengan demikian, buah salak yang merupakan salah satu buah
di Indonesia yang dapat meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat hanya karena
adanya kesinambungan ketersediannya di pasar eceran. Permintaan dari pasar lokal
dan nasional juga akan datang dari sektor industri olah lanjut yang akan menggunakan
buah salak ini sebagai bahan bakunya. Penyediaan jenis makanan yang
mengggunakan buah salak segar sebagai bahan bakunya akan menambah
kemungkinan semakin besarnya permintaan buah salak secara segar untuk juice salak,
salak kaleng, dan manisan buah salak. Sekali pun demikian, buah salak yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 410
dimasukkan dalam pola kemitraan ini akan lebih banyak dipasarkan untuk konsumsi
buah salak segar. Namun, masalah komoditas salak adalah masalah harga rendah
ketika musim panen raya dan kendala teknis budi daya. Tanaman salak walaupun
termasuk tanaman yang tidak mengandung risiko tinggi, tetap diperlukan pemeliharaan
dan perawatan yang intensif agar kualitas buah yang dihasilkan baik. Pada beberapa
kondisi, sering dijumpai petani yang menanamkan salak tanamannya baik, tetapi tidak
dapat berbuah. Selain itu, tanaman salak ini tidak memerlukan banyak air, tetapi juga
tidak boleh kekurangan air. Kondisi kritis masa tanaman salak ini akan berlangsung dari
penanaman pertama (tahun ke-0) sampai pada tahun ke-2 kurun waktu proyek. Hal ini
disebabkan oleh kondisi tanaman yang masih rentan terhadap kondisi "stres", baik
pada musim penghujan maupun kemarau.
Pertambangan dan penggalain
Di sektor pertambangan dan penggalian berupa KPJU galian C (pasir,
kerikil/koral, batu hitam) menjadi unggulan di Kabupaten Karangasem menyebar di
Kecamatan Kubu, Bebandem, dan Selat. Di samping menyerap banyak tenaga kerja
lokal, galian C juga menjadi unggulan perolehan pendapatan asli daerah (PAD)
setempat. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah kebocoran dari penyetoran
pemasukan galian itu sehingga pengawasannya dilakukan sangat ketat agar tetap
mampu menjadi unggulan PAD Karangasem. Salah satu pengawasan yang menonjol
melalui gebrakan sistem "self assesment" atau laporan pajak sendiri. Di samping itu,
pihak Pemkab mengimbangi sistem pengawasan ketat itu melalui portal, paguyuban,
serta sidak langsung ke lapangan. Tingginya kebocoran galian C sebelumnya akibat
permainan pengangkutan galian di pangkalan. Namun, dengan ditingkatkannya
legalisasi tonase truk dari lima menjadi tujuh meter kubik, kini pelanggaran relatif sepi
menyusul pemberlakuan sistem karcis yang diawasi melalui tiga pintu. Menurut info
Kadispenda Karangasem, pencapaian PAD dari galian C dihitung sampai tanggal 15
Agustus 2011 baru mencapai Rp 71,8 miliar atau 60,21 persen dari target penerimaan
PAD sebesar Rp 119,2 miliar.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 411
Tabel 6.3.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Karangasem
No. Sektor KPJU Unggulan
1 Pertanian
(1) Penangkapan ikan laut (2) Salak (3) Kelapa (4) Jambu mete (5) Kacang tanah
2 Pertambangan dan Penggalian Galian C (pasir, kerikil/koral, batu hitam) .
3 Industri Pengolahan (1) Industri kerajinan tenun endek & songket (ATBM)
(2) Industri batu tabas (berbahan baku batu hitam)
(3) Industri anyaman ate (4) Industri anyaman tikar pandan (5) Industri pengolahan buah jambu mete
(wine, kacang mete)
4 Listrik, Gas dan Air Bersih -
5 Bangunan dan Konstruksi (1) Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan restoran
(1) Restoran/rumah makan (2) Perdagangan produk pertanian (3) Konter HP (4) Hotel melati (5) Homestay
7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan laut penyeberangan Padang
Bai – Nusa Penida (perahu motor) (3) Warnet (4) Bus trayek (5) Angkutan penumpang perkotaan dan
perdesaan (bemo roda empat)
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) BPR (3) KSP (4) KUD (5) KSU
9 Jasa-jasa lain (1) Wisata spiritual (Besakih) (2) Pangkas rambut dan salon kecantikan (3) Pramuwisata (guide) (4) Wisata Alam rafting (Telaga Waja) (5) Agrowisata salak
Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 412
Industri pengolahan
DI sektor industri pengolahan, lima KPJU menjadi unggulan, yaitu industri
kerajinan tenun endek dan songket (ATBM), industri batu tabas, industri anyaman ate,
industri anyaman tikar pandan, dan industri pengolahan buah jambu mete (wine,
kacang mete)(Tabel 6.3.7).
Sentra pengembangan jambu mete di Kabupaten Karangasem adalah
Kecamatan Kubu, Kecamatan Abang, Kecamatan Karangasem, dan Kecamatan
Manggis. Mete yang diproduksi di Kabupaten ini adalah mete organik. Komoditas jambu
mete produksi Kabupaten Karangasem berhasil menembus pasaran negara-negara
Eropa, yang volumenya setiap tahun meningkat rata-rata 15 persen. Pada 2007
sebanyak 60 ton, meningkat menjadi 100 ton pada 2008, dan bertambah lagi menjadi
140 ton pada 2009. Dalam tahun 2010 ini diharapkan mampu mengekspor 200 ton biji
jambu mete. Jambu mete yang didatangkan secara khusus dari Bali itu dimanfaatkan
sebagai bahan baku, baik membuat makanan ringan maupun campuran berbagai jenis
bumbu seperti untuk jenis makanan sele atau keju krim. Sementara makanan dari
bahan baku kulit mete merupakan produk baru yang cukup digemari masyarakat Eropa.
Kecamatan Kubu yang kondisinya kritis merupakan lokasi paling cocok untuk
pengembangan jambu mete karena memiliki kondisi normal kering selama empat
sampai dengan lima bulan. Kondisi itu menjadikan tanaman mete bisa berbunga bagus
dan gelondongannya berkembang dengan baik. Saat ini PT PMA telah menjalin kerja
sama dengan kelompok tani dalam wadah subak abian. Dari kerja sama tersebut
diharapkan mampu meningkatkan mutu produksi jambu mete sesuai dengan kriteria
internasional mete organik 100 persen. Ketua Kelompok Tani Jambu Mete Buana
Kusuma Kubu menyambut baik terobosan yang dilakukan, dengan harapan produksi
jambu mete Bali timur mampu bersaing di pasar global. Kelompok Tani Subak Abian
merintis penanaman komoditas mete dan menerapkan proses pupuk organik sejak
1993, dengan 97 anggota. Seluruh anggota kelompok bersepakat melakukan penjualan
produksi mete secara bersama dengan perusahaan PT PMA yang berpusat di
Tangerang, tetapi memiliki pabrik pengolahan di Karanganyar Kubu. Tekad melakukan
pola organik secara total sejak 2006 menyusul program konversi selama dua tahun dari
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 413
IMO Swiss yang melakukan evaluasi menyeluruh dan baru tahun 2007 berhasil
melaksanakan secara penuh. PT PMA yang melakukan pembinaan intensif melakukan
sertifikasi kembali pada Subak Abian Buana Kusuma, Tunas Mekar, Giri Celagi, dan
Pule Sari, yang seluruhnya dinyatakan lolos memiliki produksi mete organik yang bisa
dibeli PT PMA.
Kerajinan anyaman ate. Lokasi sentra anyaman ate, yaitu Kecamatan
Karangasem, Manggis, Bebandem, Abang dengan jumlah unit usaha 4.454 unit dan
tenaga kerja yang diserap sebanyak 5.710 orang. Investasi yang telah dilakukan adalah
Rp 985.656.510,00. Kapasitas produksi adalah 205.750 buah/tahun dengan nilai
produksi Rp 9.175.641.000.00 (Website Pemkab Karangasem).
Industri tenun ikat (ATBM)/cagcag (endek dan songket). Sentra produksi adalah
Kecamatan Sidemen, Bebandem, Abang, Manggis, Selat, Karangasem. Jumlah unit
usaha sebanyak 2.746 unit dan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.012 orang. Nilai
investasi adalah Rp 621.536.000,00 dan kapasitas produksi sebesar 132.408 m/tahun
dengan nilai produksi Rp 8.538.524.000,00 (Website Pemkab Karangasem).
Dalam bidang industri kecil, Kabupaten Karangasem memiliki unggulan untuk
dikembangkan. Hal ini didukung oleh ketersediaan bahan baku untuk industri kecil
serta adanya ketersediaan tenaga kerja yang sangat murah. Hasil kerajinan yang
selama ini ditekuni oleh sebagian masyarakat Kabupaten Karangasem sangat
mendukung terbentuknya industri kecil dalam bidang kerajinan.
Perdagangan, hotel, dan restoran
Di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, lima KPJU menjadi unggulan, yaitu
restoran/rumah makan, perdagangan produk pertanian, counter HP, hotel melati, dan
homestay (Tabel 6.3.7). Destinasi wisata yang menarik di Kabupaten Karangasem
adalah Gunung Agung, Candidasa, Tulamben, dan Taman Ujung. Ada begitu banyak
kegiatan yang dapat dilakukan, seperti, diving and snorkeling (Tulamben), arung jeram,
trekking, dll. Akomodasi yang ada di Kabupaten Karangasem mulai dari sebuah
bungalow kecil, hotel melati, sampai dengan hotel berbintang, seperti Emerald di
Tulamben. Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam perekonominan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 414
Kabupaten Karangasem adalah sebesar Rp 430.896,94 juta (17,78%) tahun 2006,
sebesar Rp 475.359,84 juta (17,42%) tahun 2007, dan sebesar Rp 552.398,45 juta
(17,33%) tahun 2008 menurut harga berlaku.
Pengangkutan dan komunikasi
Di sektor pengangkutan dan komunikasi lima KPJU menjadi unggulan, yaitu
angkutan darat barang (truk), angkutan laut penyeberangan Padangbai-Nusa Penida
(perahu motor), warnet, bus trayek, dan angkutan penumpang perkotaan dan
pedesaan (bemo roda empat). Angkutan penyeberangan Padangbai-Nusa Penida
(perahu motor tempel atau motor boat) adalah urat tadi perekonomian Nusa Penida.
Bahan-bahan kebutuhan, seperti bahan pangan, sandang, bahan papan, dan barang
pabrikan yang ada di Bali diangkut menggunakan perahu motor atau motor boat melalui
pintu penyeberangan ini. Oleh karena itu, jika terjadi gangguan cuaca, misal gelombang
laut tinggi di Selat Bali, maka pihak administratur Pelabuhan Padangbai akan
menghentikan penyeberangan.
Keuangan, persewaaan, dan jasa perusahaan
Di sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan lima KPJU menjadi
unggulan, yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
Koperasi SImpan Pinjam (KSP), Koperasi Unit Desa (KUD), dan Koperasi Serba
Usaha (KSU)(Tabel 6.3.7). LPD merupakan salah satu unggulan di sektor ini.
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah lembaga keuangan yang unik dengan
dua karakteristik, yaitu sebagai lembaga yang dimiliki dan diatur oleh desa adat (desa
adat, desa pakraman), yaitu sepenuhnya terintegrasi ke dalam budaya Bali, tidak
seperti lembaga keuangan yang lain. LPD di Bali adalah lembaga yang didirikan oleh
desa adat dan berfungsi sebagai wadah kekayaan desa adat yang melaksanakan
fungsi pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan di Bali. Tujuan didirikannya LPD
di Bali adalah membantu masyarakat di daerah provinsi Bali dalam mengembangkan
kegiatan ekonominya dan membantu masyarakat pedesaan khususnya bagi
masyarakat ekonomi lemah; memberantas ijon, rentenir, dan lain-lain usaha sejenis
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 415
yang kurang sehat; memajukan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat di
pedesaan, dan menyelenggarakan aktivitas perkreditan di pedesaan. LPD di Bali
bernaung di bawah desa adat setempat, sebagai pengawas dan dibantu oleh seorang
ketua, sekretaris, dan bendahara yang dapat dilengkapi dengan sejumlah kepala seksi
dan karyawan sesuai dengan kebutuhan LPD setempat.
Performa LPD di Bali secara keseluruhan selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Secara kelembagaan sampai dengan Juni 2007 telah tercatat sebanyak
1.347 LPD dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.631 orang pegawai. Jumlah ini
dapat mengindikasikan bahwa penyebaran LPD telah sangat luas. Dengan
membandingkan jumlah LPD dengan jumlah desa adat yang sebesar 1.610 desa di
seluruh Bali, maka rasionya adalah 83,67%. Angka ini juga dapat mewakili besar
cakupan LPD di Bali (Bali Post, 2 Mei 2006).
Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali selaku pengawas dan pembina LPD di
Bali melaporkan perkembangan usaha LPD dalam satu tahun terakhir dapat dijelaskan
sebagai berikut. Rata-rata pertumbuhan aset tahunan adalah sebesar 24,55%, rata-rata
pertumbuhan dana dalam bentuk tabungan dan deposito sebesar 25,11% per tahun,
dan pinjaman sebesar 23,84%. Secara nominal total aset LPD sebesar Rp 2,196 triliun.
Sampai dengan Juni 2007, dana masyarakat yang terhimpun dalam LPD adalah
sebesar Rp 1,686 triliun dengan jumlah nasabah sebanyak 1.142.000 orang. Dana
dalam bentuk tabungan sebesar Rp 859 miliar dan deposito sebesar Rp 827 miliar.
Pada posisi Juni 2007, jumlah pinjaman dengan kualitas lancar sebesar 86,60%,
kurang lancar 7,82%, diragukan sebesar 3,61%, dan klasifikasi macet sebesar 1,98%.
Indikator yang menunjukkan membaiknya kinerja LPD di Bali dapat dilihat melalui
jumlah kredit macet yang hanya sekitar 1,98%. Angka ini jauh lebih kecil daripada
ketentuan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa kredit macet berada di bawah 5%.
Dilihat dari Capital Adequation Ratio (CAR) LPD memiliki nilai rata-rata 25%. Angka ini
juga menunjukkan kinerja yang baik karena nilainya jauh lebih besar daripada nilai CAR
yang ditetapkan BI minimal 8%. Secara umum perkembangan keuangan LPD yang
cenderung meningkat tentu saja akan memberikan harapan bagi semua pihak terkait,
baik pemilik maupun masyarakat di sekitarnya. Keberhasilan LPD tidak hanya diukur
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 416
dari kinerja keuangan semata, tetapi juga sangat ditentukan oleh kinerja nonkeuangan
yang mendorong tercapainya kinerja keuangan. Kaplan dan Norton (1996)
mengemukakan bahwa ukuran finansial tidak cukup untuk menuntun dan mengevaluasi
perjalanan LPD melalui lingkungan yang kompetitif. Ukuran tersebut adalah lagging
indicator yang tidak akan mampu menangkap nilai yang telah diciptakan atau
dihancurkan oleh berbagai tindakan manajer dalam periode akuntansi terakhir.
Seperti diberitakan oleh harian Bisnis Bali, di Karangasem terdapat 199 LPD
yang sebagian besar dari jumlah LPD tersebut telah menjalani fungsi dan perannya
sesuai dengan komitmen awal untuk menjadi lokomotif ekonomi berbasis kerakyatan di
pedesaan. LPD di Karangasem mengelola aset per September 2011 Rp 273 miliar
dengan sumber dari dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk tabungan dan deposito Rp
250 miliar. Masalah ke depan yang dihadapi oleh LPD adalah masih lemahnya
manajemen terutama pengawasan dan rendahnya profesionalisme pengelola dan
karyawan. Pentingnya peningkatan profesionalisme dan kecerdasan SDM LPD
merupakan suatu antisipasi bagi kehidupan LPD ke depan yang penuh tantangan dan
persaingan pada era globalisasi. Dalam hubungan ini, Badan Kerja sama (BKS) LPD
Karangasem mencatat lima besar LPD, yakni LPD Sibetan, LPD Duda, LPD Rendang,
LPD Sorga, dan LPD Bugbug. Keberhasilan LPD di Karangasem merupakan
keberhasilan masyarakat pakraman Bali merevitalisasi dari dalam diri sendiri kearifan
tradisi, adat, dan budaya Bali terutama dalam ranah ekonomi, baik di zaman global
maupun zaman modern.
Jasa-jasa lain
DI sektor jasa-jasa lain, lima KPJU yang menjadi unggulan, yaitu jasa wisata
spiritual (Besakih), pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata (guide), wisata
alam rafting (Telaga Waja), dan agrowisata salak.
Wisata spiritual (Pura Besakih) merupakan pusat kegiatan upacara agama bagi
umat Hindu. Pura Agung Besakih adalah sari Padma Bhuwana atau pusat dunia yang
dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu, Pura Agung Besakih
merupakan pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya. Di samping itu, juga
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 417
merupakan salah satu objek wisata yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan
dengan tempat wisata lainnya. Pura Besakih menjadi terkenal karena kompleks candi
yang didirikan di sana sehingga dikenal sebagai Pura Utama di Bali. Pura
Besakih adalah sebuah kompleks pura yang terletak lereng Gunung Agung, yaitu
gunung tertinggi di Bali, tepatnya di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem, Bali. Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih tidak sekadar menjadi
tempat ibadah terbesar di Pulau Bali, tetapi memiliki keterkaitan latar belakang dengan
makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di Pulau Bali yang dipercaya sebagai
arwah serta alam para Dewata, sehingga tepatlah kalau di lereng barat daya Gunung
Agung dibuat bangunan suci Pura Besakih yang bermakna filosofis. Makna filosofis
yang terkandung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur
kebudayaan yang meliputi sistem pengetahuan, peralatan hidup dan teknologi,
organisasi sosial kemasyarakatan, mata pencaharian hidup, sistem bahasa, religi dan
upacara, dan kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya
ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul, baik
pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan
melalui tahap mistis, tahap ontologi, dan tahap fungsional.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 418
6.3.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten
Jembrana
Berdasarkan daftar KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana dengan
menggunakan metode AHP, maka dapat diidentifikasi lima KPJU per sektor seperti
disajikan pada Tabel 6.3.8. Pada sektor pertanian di Kabupaten Jembrana terdapat
lima KPJU unggulan, yakni padi sawah, pisang, sapi, kopi, dan penangkapan ikan laut.
Sementara itu, pada sektor industri pengolahan terdapat lima KPJU unggulan, yakni
industri pengolahan kopi, industri pengolahan hasil perikanan, industri pengalengan
ikan, industri bata merah, dan industri penyosohan beras (RMU). Pada sektor
bangunan/konstruksi, terdapat satu KPJU unggulan, yakni kontraktor konstruksi
bangunan. Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terdapat lima KPJU
unggulan, yakni vila dan homestay, perdagangan produk pertanian, mini market dan
toko kelontong, hotel melati, dan perdagangan produk kerajinan. Selanjutnya, pada
sektor pengangkutan dan komunikasi, terdapat lima KPJU unggulan, yakni angkutan
penumpang perkotaan dan perdesaan, warnet, bus trayek, jasa pengiriman
paket/surat/wesel, dan ojek. Sementara itu, pada sektor keuangan terdapat lima KPJU
unggulan yakni LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU. Terakhir, pada jasa-jasa terdapat lima
KPJU unggulan, yakni Wisata Taman Nasional Bali Barat, Wisata Agro Bunutan, jasa
perbengkelan, jasa binatu, dan pangkas rambut dan salon kecantikan.
Pertanian dalam arti luas
Pertanian merupakan andalan Jembrana dengan pertanian tanaman pangan
sebagai yang utama. Kabupaten Jembrana merupakan salah satu daerah pertanian
produktif sekalipun luas lahan yang dimiliki sangat terbatas di Bali. Berdasarkan data
statistik Jembrana Dalam Angka Tahun 2010, produktivitas tanaman bahan makanan
khususnya padi masih relatif rendah. Pada tahun 2009 produktivitas padi mencapai
57,50 kuintal per hektare. Kemudian untuk tahun 2010 produktivitas kembali menurun
menjadi 53,04 kuintal per hektare. Untungnya pada tahun 2010 ini luas panen masih
lebih tinggi daripada tahun sebelumnya sehingga produksinya mengalami sedikit
penurunan, yakni 0,21 persen. Namun, penurunan produksi padi berakibat pada
menurunnya pendapatan petani itu sendiri. Ditinjau dari daerah penghasil gabah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 419
menurut kecamatan, maka Kecamatan Mendoyo merupakan penghasil gabah terbesar
di Jembrana, yakni berkisar 44,14 persen dan Kecamatan Negara menempati urutan
ke-dua sebesar 21,55 persen, sedangkan kecamatan lain tidak lebih dari 16 persen
saja. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, komoditas padi dan palawija pada tahun
2010 mengalami penurunan. Untuk komoditas padi, penurunan diakibatkan serangan
penyakit virus tungro dan serangan hama wereng yang hampir merata di seluruh
kecamatan. Sebaliknya, untuk palawija penurunan diakibatkan oleh musim hujan yang
terlalu panjang sehingga mengakibatkan kurang baiknya struktur tanah sebagai media
tanam palawija. Selain ada penurunan pada produksi padi, tanaman palawija pun pada
tahun 2010 mengalami penurunan produksi, di antaranya adalah jagung, kedelai,
kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Kelima jenis tanaman ini menunjukkan penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jagung dari 1.906 ton pada tahun 2009 turun
menjadi 959 ton pada tahun 2010, kedelai dari 2.950 ton menjadi 1.061 ton, kacang
tanah dari 97 ton menjadi 57 ton, demikian pula ubi kayu dan ubi jalar ada penurunan
yang signifikan.
Alih fungsi lahan sawah tahun 2008 di Kabupaten Jembrana mengalami
pengurangan. Pada tahun 2009 mengalami keadaan sebaliknya, yakni peningkatan,
yaitu lahan yang dulunya merupakan lahan perkebunan diubah oleh petani menjadi
lahan sawah. Jumlah lahan sawah pada tahun 2008, yaitu 6.477 ha, sedangkan tahun
2009 meningkat menjadi seluas 6.820 ha, terjadi kenaikan luas tanam dengan luas 343
ha atau sekitar 5,29%. Suatu indikasi bahwa usaha tani padi sawah di Kabupaten
Jembrana masih menjanjikan.
Permasalahan yang dihadapi sektor pertanian adalah dengan tingkat konsumsi
per kapita seperti sekarang ini, yaitu 135 kg per kapita per tahun diprediksi pada tahun
2035 dibutuhkan sekitar 50 juta ton beras. Artinya, dibutuhkan sawah dengan
produktivitas rata-rata 5 ton/ha GKG seluas 11 juta ha. Kendala peningkatan produksi
adalah kesulitan penambahan areal sawah, demikian juga suplai air semakin
berkurang. Usaha-usaha melalui penelitian dan manajemen untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penggunaan air menjadi sangat krusial pada masa mendatang
karena terjadi kompetisi antara sektor pertanian dan sektor nonpertanian. Sistem
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 420
pertanian di Kabupaten Jembrana tampaknya semakin gurem sehingga perlu ada
reorganisasi pertanian agar petani dapat bekerja pada skala yang lebih ekonomis. Sulit
meningkatkan produktivitas dari 4.6 ton/ha GKG. Kalau dibandingkan dengan negara
lain, produktivitas petani Indonesia sudah cukup tinggi. Hambatan dari luar pertanian
adalah adanya global warming, seperti kebanjiran, kekeringan, ledakan hama, dan
penyakit.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengurangi konsumsi beras per
kapita sehingga pada tahun 2035 konsumsi dapat ditekan 60% atau 2% per tahun.
Harus ada keberanian pemerintah membiarkan harga beras relatif tinggi dibandingkan
dengan harga pokok lain sesuai dengan harga pasar. Dengan kata lain, pengurangan
konsumsi beras harus diiringi dengan diversifikasi ke produk nonberas, demikian juga
perlu ada usaha-usaha untuk mengurangi pertambahan penduduk secara lebih serius
sampai mendekati zero growth. Hal ini berarti bahwa diperlukan kreasi dan inovasi
pengolahan dan penyajian produk pangan nonberas agar lebih bergizi, lebih bergengsi,
dan lebih murah. Dengan demikian, usaha-usaha untuk mengurangi pertambahan
penduduk harus lebih digiatkan sampai mendekati zero growth. Dengan dua
pendekatan ini tekanan terhadap peningkatan produktivitas dan perluasan areal panen
menjadi berkurang.
Budi daya pisang sangat cocok di Kabupaten Jembrana pada dataran rendah
sampai dengan pegunungan setinggi 2.000 m di atas permukaan laut, sebagai tanaman
buah, sumber vitamin, mineral, dan karbohidrat. Budi daya pisang di Jembrana lebih
banyak diusahakan dalam skala rumah tangga dan skala kebun dengan cara
tradisional. Pisang sangat cocok ditanam pada iklim tropis basah, lembap, dan panas.
Sesungguhnya pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis dengan kecepatan
angin tidak terlalu tinggi dan curah hujan di antara 1.520--3.800 mm/tahun dengan dua
bulan kering.
Hal yang sering menjadi permasalahan dalam budi daya pisang yang utama
adalah kurang intensifnya usaha budi daya dalam upaya meningkatkan produksi
berdasarkan kualitas, kuantitas, dan kelestarian (Aspek K-3). Kemudian, masalah
hama dan penyakit tanaman pisang. Hama terdiri atas ulat daun (Erienota thrax.) dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 421
uret kumbang (Cosmopolites sordidus) yang menyerang kelopak daun dan batang.
Demikian juga, Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis) yang menyerang
akar dan ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema) yang menyerang bunga dan buah.
Di samping itu, pisang juga rentan terserang penyakit darah yang disebabkan oleh
bakteri Xanthomonas celebensis. Penyebab lainnya adalah jamur Fusarium oxysporum
yang menyerang daun, juga jamur Cercospora musae yang menyerang daun dengan
gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Selain itu, ada juga bakteri Bacillus sp.
yang menyerang akar, juga virus dengan perantara kutu daun Pentalonia Nigronervosa
yang menyerang pucuk daun.
Budi daya sapi bali di Jembrana dilakukan pada sebagian besar daerah
potensial sebagai kawasan peternakan di Kabupaten Jembrana, yakni berkisar 37.373
km2 atau sekitar 44,94% dari luas wilayah Kabupaten Jembrana, yang meliputi antara
lain daerah persawahan, perkebunan, dan tegalan. Berbagai pepohonan, seperti waru,
bunut, nangka, rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, dan rumput lapangan dapat
tumbuh subur sebagai pakan ternak. Sesungguhnya sangat mudah untuk mendapatkan
hijauan pakan ternak sapi yang ada di Kabupaten Jembrana, antara lain pepohonan
seperti waru, bunut, kayu santen, nangka, sengon. Demikian juga semak seperti gamal,
daun ketela pohon, ketela rambat, kecipir, batang pisang, dan daun kacang-kacangan.
Di samping itu, juga rumput seperti rumput gajah, rumput raja, dan rumput lapangan. Di
antara berbagai ternak yang ada pada saat ini, ternak sapi bali masih menjadi unggulan
bagi Kabupaten Jembrana. Pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Jembrana lebih
banyak mengarah ke tujuan pembibitan. Mulai tahun 2000 dengan adanya kegiatan
pola penyertaan dari pemerintah daerah, para peternak sudah mengarah ke tujuan
penggemukan (paronisasi).
Permasalahan yang dihadapi pada usaha budi daya ternak sapi adalah penyakit
antraks dan jembrana yang merupakan penyakit vital pada sapi. Penyakit itu biasa
ditemukan pada sapi bali ditandai dengan berbagai gejala, seperti depresi, anoreksia,
demam, perdarahan ekstensif di bawah kulit, dan kebengkakan kelenjar limfe, terutama
limfoglandula prefemoralis dan preskapularis serta adanya diare berdarah. Di samping
itu, ditemukan juga pada banyak kasus penyakit yang disertai perdarahan kulit
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 422
sehingga penyakit ini juga disebut sebagai penyakit keringat darah. Sampai saat ini
belum diketahui adanya kemoterapetika yang dapat membunuh virus jembrana. Hal itu
terjadi karena biasanya infeksi ikutan oleh kuman selalu terjadi. Pengobatan ditujukan
terhadap infeksi sekunder tersebut dengan menggunakan antibiotika berspektrum luas.
Selain itu, pemberian robonsia dan cairan elektrolit peru dipertimbangkan. Untuk
pengendalian saat ini, digunakan vaksin jembrana, yang dipersiapkan dari plasma
hewan yang diinfeksi secara buatan.
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Jembrana, yang
tersebar di lima kecamatan. Produksi kopi di Kabupaten Jembrana selama periode
tahun 2006 adalah sebanyak 264 ton, kemudian naik menjadi 1.605 ton pada tahun
2008, dan kemudian turun lagi menjadi 279,00 ton pada tahun 2009. Meskipun budi
daya kopi masih menjadi primadona dan unggulan di Kabupaten Jembrana, namun
permasalahan utama yang dihadapi para petani adalah masalah klasik, yakni
produktivitas masih saja tergolong rendah, yakni sekitar 600 kilogram biji kopi kering
per hektare dari standar 800 kilogram per hektare. Salah satu penyebab rendahnya
produktivitas adalah pengelolaan budi daya yang dikelola oleh masyarakat masih
tergolong tradisional. Selain itu, masyarakat malas merawat dengan telaten karena
harga kopi turun. Oleh karena itu, budi daya kopi di Jembrana masih tergolong unggul.
Namun, yang perlu mendapat perhatian serius adalah memperbaiki produktivitas di
samping juga upaya meningkatkan kesadaran petani melalui penyuluhan-penyuluhan.
Penyuluhan dilakukan guna mengingatkan pentingnya pemeliharaan tanaman kopi
melalui pemangkasan daun, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Namun,
disadari bahwa keterbatasan jumlah petugas penyuluh menjadikan sebagai kendala
dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman.
Penangkapan ikan di laut. Untuk mengoptimalkan potensi penangkapan ikan
di perairan Indonesia, maka perlu diketahui informasi berkaitan dengan infrastruktur,
sarana dan prasarana yang menunjang, serta informasi pendukung lainnya untuk tiap-
tiap Kabupaten yang mempunyai potensi pengembangan komoditas ikan di Provinsi
Bali. Sarana dan prasarana yang perlu diinformasikan di antaranya adalah keberadaan
pelabuhan-pelabuhan pendaratan ikan. Di Provinsi Bali setidaknya terdapat tiga belas
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 423
pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang tersebar di kabupaten-kabupaten di Bali, yakni
Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng,
Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten
Bangli, dan Kota Denpasar. Selama ini yang menjadi pusat dari penangkapan ikan di
Bali adalah Kabupaten Jembrana dengan tiga PPI, yakni PPI Yeh Sumbul, PPI Air
Kuning, dan PPI Pengambengan.
Sumber daya perikanan Kabupaten Jembrana terdiri atas potensi perikanan laut
dan darat. Sumber daya perikanan laut terdiri atas potensi lestari sumber daya
perikanan tangkap sebesar 56.947 ton/th dengan garis pantai 80,45 km dan luas
wilayah laut diperkirakan sebesar 595,97 km2 memiliki potensi budi daya laut sebesar
1.000 ha. Sebaliknya, perikanan darat di perairan umum mempunyai potensi 117 ton/th
dengan pemanfaatan 5 ton dan budi daya air payau seluas 1.129,22 ha.
Karena Kabupaten Jembrana selama ini menjadi pusat penghasil ikan tangkap di
Provinsi Bali, maka pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan untuk menjadikan
pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Pengambengan sebagai sentra pelabuhan perikanan
di Provinsi Bali. Untuk mewujudkan rencana tersebut pemerintah daerah terus
melakukan pembangunan dan perbaikan prasarana pendukung, seperti fasilitas pokok,
fungsional, dan fasilitas penunjang. Pembangunan ini juga dilakukan untuk mewujudkan
PPI Pengambengan menjadi Pelabuhan Perikanan Kelas C.
Hasil penangkapan ikan pada perairan Selat Bali di wilayah Kabupaten
Jembrana yang utama adalah ikan lemuru. Namun, belakangan ini jumlah tangkapan
sangat fluktuatif bahkan cenderung mulai menurun. Dengan demikian, pemerintah
setempat perlu segera menyusun Perda untuk mengatasi permasalahan tersebut,
antara lain pengurangan jumlah kapal‐kapal ikan yang beroperasi di Selat Bali,
pengalihan tempat operasi penangkapan ikan menuju perairan laut lepas pantai dan
samudra, serta mencari alternatif mata pencaharian nonmelaut. Oleh karena itu,
pengembangan perikanan tangkap diupayakan dengan memodernisasi usaha
penangkapan ikan dari perikanan tangkap tradisional oneday fishing yang
terkonsentrasi di perairan pantai/Selat Bali menuju perikanan tangkap di perairan lepas
pantai dan samudra. Di samping itu, juga membina para nelayan melakukan program
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 424
perikanan budi daya, serta diarahkan agar pembudi daya ikan dapat memperoleh benih
ikan bermutu dengan harga terjangkau. Peningkatan produksi komoditas perikanan
budi daya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas benih yang ditebarkan, kualitas
lingkungan pemeliharaan, tingkat teknologi yang diterapkan, serta pemasarannya.
Benih merupakan sarana produksi yang utama dan merupakan salah satu faktor yang
penting dalam mencapai keberhasilan budi daya ikan. Oleh karena itu, benih harus
tersedia dalam jumlah cukup dengan kualitas baik. Selain itu, ketersediaan benih harus
murah dan tepat waktu. Untuk penyediaan kebutuhan benih ikan air tawar diupayakan
melalui balai benih ikan (BBI) Tegak Gede dan unit pembenihan rakyat (UPR) yang
ada. balai benih ikan (BBI) Tegak Gede berlokasi di Desa Yeh Embang Kangin,
Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, terletak 76 km dari Denpasar. Luas total
lahan BBI Tegak Gede adalah 2,81 ha dengan luas permukaan air 1,5 ha serta
ketinggian tempat 25 m dpl. Sumber airnya berasal dari saluran irigasi. Pengembangan
usaha dan peningkatan produksi perikanan dapat dilaksanakan melalui demplot
intensifikasi usaha budi daya ikan lele. Demplot intensifikasi budi daya ikan lele
sebanyak enam unit dilaksanakan di Desa Ekasari oleh kelompok pembudi daya ikan
Pusaka Tirta Wahana Wiri yang merupakan daerah pengembangan budi daya ikan
terintegrasi. Demplot budi daya ikan lele ini dilaksanakan dengan sistem kolam terpal
yang merupakan teknologi budi daya ikan di lahan sulit air.
Sekalipun demikian, masih juga ada permasalahan yang dihadapi dalam hal
penangkapan ikan di laut, khususnya pengawasan dan pengendalian sumberdaya alam
terkait dengan kegiatan penangkapan ikan di laut, yaitu menyangkut perizinan dan
penangkapan ikan secara tidak wajar.
Industri pengolahan
Keberadaan industri pengolahan besar di Kabupaten Jembrana walaupun
diyakini memiliki manajemen pengelolaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
industri kecil dan industri rumah tangga, keberadaan industri besar dan sedang tetap
tidak terlepas dari berbagai permasalahan, baik akibat faktor eksternal maupun internal.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 425
Hal ini tampak jelas jika melihat fluktuasi jumlah perusahaan industri besar dan sedang,
demikian juga jumlah tenaga kerja yang mampu diserap.
Tabel 6.3.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Jembrana
No Sektor KPJU Unggulan
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Pisang (3) Sapi (4) Kopi (5) Penagkapan ikan laut
2 Penggalian -
3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kopi (2) Industri pengolahan hasil perikanan (3) Industri pengalengan ikan (4) Industri bata merah (5) Industri penyosohan beras (RMU)
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran (1) Vila dan homestay (2) Perdagangan produk pertanian (3) Mini market dan toko kelontong (4) Hotel melati (5) Perdagangan produk kerajinan
7 Pengangkutan dan Komunikasi (1) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan (2) Warnet (3) Bus trayek (4) Jasa pengiriman paket/surat/wesel (5) Ojek
8 Keuangan (1) LPD (2) BPR (3) KSP (4) KUD (5) KSU
9 Jasa-jasa (1) Wisata Taman Nasional Bali Barat (2) Wisata Agro Bunutan (3) Jasa perbengkelan (4) Jasa binatu (5) Pangkas rambut dan salon kecantikan
Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 426
Permasalahan yang dihadapi dalam tiga tahun terakhir adalah penambahan
jumlah perusahaan industri besar dari hanya lima unit bertambah lagi dua unit pada
tahun 2010. Namun, jumlah tenaga kerja yang mampu diserap justru menurun, yaitu
dari 2.690 tenaga kerja berkurang menjadi 1.619 tenaga kerja. Demikian juga yang
terjadi pada jumlah perusahaan dan tenaga kerja pada industri sedang justru ada
penurunan. Dari 29 perusahaan pada tahun 2009 turun drastis menjadi 16 perusahaan
pada tahun 2010, dari 696 tenaga kerja pada tahun 2009 menjadi hanya 630 orang
tenaga kerja.
Fenomena ini lebih banyak dipengaruhi oleh jenis perusahaan industri besar dan
sedang yang termasuk industri makanan. Dari industri besar dan sedang yang ada, 52
persen di antaranya industri makanan dan minuman. Misalnya, industri ikan sarden dan
industri tepung ikan yang semuanya bergantung pada bahan baku hasil perikanan.
Sepanjang tahun 2010 hasil perikanan tangkap jauh menurun akibat cuaca buruk. Hal
itu menyebabkan bahan baku industri pengalengan ikan dan tepung ikan ini juga
menurun yang berakibat pula pada pengurangan tenaga kerja. Kendatipun jumlah
tenaga kerja perusahaan mengalami penurunan, total nilai tambah yang bisa dihasilkan
tercatat mengalami peningkatan sebesar 14,56 persen, yakni dari Rp 244,70 miliar
menjadi Rp 280,34 miliar. Di samping produktivitas tenaga kerjanya meningkat, bahan
baku ikan pun terbantu oleh pembelian antardaerah, yakni dari Jawa dan Sumatra,
bahkan ada juga mengimpor dari India.
Berdasarkan data BPS Jembrana khususnya perdagangan, hotel, dan restoran
pada tahun 2009 diketahui bahwa perekonomian Kabupaten Jembrana selain didukung
oleh sektor pertanian, ternyata juga didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Kabupaten yang berbatasan dengan Samudra Hindia dan didukung oleh luas
pantai 999 mil dan panjang pantai 76 kilometer ini membentang dari Gilimanuk sampai
dengan Desa Pengeragoan. Produksi perikanan di Kabupaten ini adalah yang terbesar
di Pulau Bali. Komoditas perikanan laut mengandalkan pada produksi ikan lemuru.
Produksi perikanan laut Jembrana tentunya tidak hanya lemuru, tetapi masih banyak
lagi, seperti tongkol, layang, kuwe, kerapu, kakap, dan ikan laut lainnya. Potensi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 427
perikanan laut memicu munculnya industri pengolahan ikan dan industri pendukung
seperti pabrik es.
Pemasaran komoditas hasil industri pengolahan ikan tidak hanya untuk tujuan
pasar dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri. Pasar luar negeri dimaksud, antara
lain Srilangka, Amerika, Eropa, Hongkong, dan Malaysia. Di luar sektor di atas,
Jembrana juga tidak meninggalkan perannya sebagai daerah wisata di Pulau Bali.
Meskipun belum bisa mengandalkan pariwisata sebagai denyut perekonomian, industri
kerajinan rakyat sebagai pendukung pariwisata telah cukup berkembang. Fasilitas-
fasilitas pendukung pariwisata di sekitar Pelabuhan Gilimanuk seperti toko-toko suvenir
khas Bali sudah tersedia. Diharapkan fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh
wisatawan yang belum sempat membeli suvenir ketika berwisata pada objek wisata
utama di Bali.
Konstruksi serta transportasi dan komunikasi
Sementara itu, pada sektor bangunan/konstruksi hanya terdapat satu KPJU
yakni kontraktor konstruksi bangunan. Pada sektor transportasi dan komunikasi
terdapat lima KPJU unggulan, yakni angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan,
warnet, bus trayek, jasa pengiriman paket/surat/wesel, dan ojek. Kabupaten Jembrana
seperti halnya Bali pada umumnya tidak memiliki jaringan rel kereta api, tetapi memiliki
jaringan jalan yang tergolong sangat baik, khususnya ke daerah-daerah tujuan wisata.
Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya
karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, termasuk taksi pun belum
tersedia. Jenis kendaraan umum di Jembrana yang masih menjadi unggulan antara lain
jasa pengiriman paket/surat/wesel, demikian juga bus trayek yang melayani hubungan
antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi. Selain itu, angkutan darat barang sangat
diperlukan dalam menopang pembangunan fisik.
PHR dan sektor keuangan
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang menjadi KPJU
unggulan di Kabupaten Jembrana adalah vila dan homestay, perdagangan produk
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 428
pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, dan perdagangan produk
kerajinan. Pada sektor keuangan yang menjadi KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana
adalah LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU. Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada
tahun 2008 adalah 269.647 jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 134.220 orang dan
perempuan sebanyak 135.427 orang. Dari jumlah tersebut, mata pencaharian terbesar
adalah petani 32,23%, disusul pedagang 22,84%, industri pengolahan 18,13%, jasa
11,92%, bangunan 8,22%, transportasi/komunikasi 4,09%, lembaga keuangan 1,38%,
pertambangan 0,58%, dan lainnya 0,17%. Besarnya jumlah penduduk dengan profesi
pertanian, juga tercermin dalam besaran distribusi sektor pertanian terhadap PDRB.
Pada tahun 2006 sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dengan nilai
27,45%, diikuti perdagangan hotel dan restoran 24,28%, dan jasa-jasa 13,15%. Kondisi
inilah yang menjadikan keberadaan sektor keuangan di Kabupaten Jembrana demikian
strategis.
Jasa-jasa lain
Terakhir, yang menjadi unggulan pada sektor jasa-jasa adalah Wisata Taman
Nasional Bali Barat, Wisata Agro Bunutan, jasa perbengkelan, jasa binatu, serta
pangkas rambut dan salon kecantikan. Selain sektor di atas, Kabupaten Jembrana juga
tidak meninggalkan perannya sebagai daerah tujuan wisata, demikian juga industri
kerajinan rakyat sebagai pendukung pariwisata telah cukup berkembang meskipun
belum bisa mengandalkan pariwisata sebagai lokomotif utama perekonomian. Adapun
yang menjadi objek wisata favorit di Jembrana adalah Bunut Bolong, Pantai
Pengeragoan, Pantai Madewi, Pura Rambut Siwi, Delod Berawah, Pantai Perancak,
Pantai Baluk Rening, Pantai Candikusuma, Bendungan Palasari, Sangkar Agung,
Gilimanuk, Museum Manusia Purba, dan Taman Nasional Bali Barat. Letaknya yang
ada di ujung barat Pulau Bali menjadikan kabupaten ini sebagai pintu gerbang Bali
bagian barat. Pelabuhan Gilimanuk sebagai pelabuhan penyeberangan dari Pulau
Jawa, lengkap dengan fasilitas pendukung pariwisata di sekitar Pelabuhan Gilimanuk,
seperti toko-toko produk hortikultura dan toko-toko suvenir khas Bali.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 429
Pemerintah Kabupaten Jembrana perlu membuat kebijakan dan program yang
didukung oleh alokasi dana secara proporsional sesuai dengan nilai skor-terbobot
KPJU bersangkutan. Di samping itu, pemerintah setempat perlu segera menuangkan
KPJU unggulan dalam bentuk ketentuan hukum, seperti Peraturan Daerah (Perda) atau
Surat Keputusan (Skep) Kepala Daerah sehingga bersifat mengikat dan menjadi acuan
bagi semua SKPD, demikian juga bagi para pemangku kepentingan terkait.
Pengembangan KPJU dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kelompok UMKM
baru, termasuk pelaku usaha berpendidikan sarjana yang baru lulus sehingga tidak
menjadi beban negara, tetapi justru menjadi ujung tombak pembangunan bangsa.
Dengan menambah sedikit bekal berupa pendidikan dan pelatihan kewirausahaan serta
didukung akses kredit permodalan berdasarkan skim dana bergulir berbiaya rendah
maka diharapkan dapat menurunkan angka pengangguran, sekaligus mengentaskan
kemiskinan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 430
6.3.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Kabupaten Buleleng
Komoditas/produk/jenis usaha unggulan UMKM di Kabupaten Buleleng yang
teridentifikasi berdasarkan KPJU Kabupaten Buleleng menggunakan metode AHP
disajikan pada Tabel 6.3.9.
Pertanian dalam arti luas
Kopi Banyuatis konon dipopulerkan oleh Ketut Englan pada tahun 1976. Pabrik
kopi Banyuatis ini terletak di Pemaron tepatnya di Jalan Singaraja—Seririt, Bali. Bahan
dasarnya didatangkan dari Desa Banyuatis dan Pupuan Bali. Bentangan alam dihiasi
tanaman kopi begitu menyejukkan hati. Kopi Banyuatis bisa didapatkan di kedai-kedai
hanya dengan selembar uang ribuan untuk satu sajian gelas panas. Secara umum
terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta. Sejarah
mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama
kali ditemukan oleh bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3.000 tahun (1.000 SM) yang
lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman
paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia
sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahun. Di samping
rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit
kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler). Di
beberapa tempat di Buleleng juga mulai dikembangkan kopi luwak, seperti di Sawan,
Sukasada yang tentunya merupakan produk unggulan dari Buleleng.
Anggur Buleleng sudah terkenal sejak lama. Anggur (Vitis Vinivera) merupakan
komoditas andalan/unggulan Kabupaten Buleleng. Buah anggur sangat digemari oleh
masyarakat terutama di Bali. Selain warnanya yang menarik hitam pekat juga memiliki
rasa yang cukup manis bila panen dilakukan tepat waktu. Buah anggur di Bali sering
digunakan sebagai sarana upacara keagamaan di samping buah-buahan lainnya.
Tanaman anggur di Buleleng telah dikenal sejak tahun 1934. Anggur berkembang di
Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt. Varietas anggur yang ditanam saat itu adalah
Gross Colman, Isabella, Brillant, dan Alphonso Lavalle. Namun, yang beradaptasi baik
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 431
adalah Alphonso Lavalle sehingga dikembangkan sampai ke kecamatan lain, seperti
Banjar dan Gerokgak.
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup
puluhan, bahkan sampai ratusan tahun. Tingginya dapat mencapai 20--30 meter dan
cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang tumbuhan cengkeh tersebut pada
umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah . Mahkota
atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh
berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya
menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2--3 cm dan panjang daun tanpa
tangkai berkisar 7,5--12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung
ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga
cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan
dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sebaliknya, bunga cengkeh
kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak
atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4--7 tahun. Tumbuhan
cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari
langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam, baik di daerah daratan rendah dekat
pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Hal
ini membuat cengkeh sangat baik tumbuh di Kabupaten Buleleng dan banyak petani
yang berhasil bertani.
Kendati mangga di Buleleng dikenal mampu menembus pasar ekspor, ternyata
upaya itu masih mengalami permasalahan serius. Kendala itu karena mangga Buleleng
yang akan diekspor belum dilengkapi dokumen pest list (daftar hama/penyakit).
Padahal, tiap negara tujuan ekspor mengharuskan dokumen ini. Ironisnya, pemerintah
daerah belum menempuh upaya melengkapi syarat tersebut. Lebih jauh diungkapkan
bahwa selama ini mangga Buleleng memang sudah mampu menembus pasar ekspor.
Akan tetapi, ekspor itu dilakukan oleh pengusaha di Probolinggo, Jawa Timur (Jatim).
Bahkan, pemerintah setempat memfasilitasi pengusaha untuk melengkapi dokumen
pest list . Atas kondisi ini, nama mangga Buleleng tak lagi dikenal karena sudah diklaim
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 432
sebagai mangga yang dihasilkan di Probolinggo. “dapat dikatakan kalah cepat sehingga
ekspor mangga justru dilakukan pengusaha di Jatim, dan bahkan komoditas ini tak lagi
memiliki nama mangga Buleleng, tetapi dikenal dengan mangga Probolinggo. Akan
tetapi, di Buleleng mangga tetap menjadi unggulan selain agroklimat mendukung,
masyarakat banyak sekali menanam mangga karena rasa yang manis.
Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Buleleng.
Produk pertanian paling utama, yaitu padi sawah dengan jumlah produksi pada tahun
2010 sebanyak 134.325 ton dengan luas panen seluas 22.173 ha sehingga
produktivitasnya adalah 60,58 ku/ha. Produktivitas padi terbesar dihasilkan di
Kecamatan Sawan, yaitu sebanyak 62,89 ku/ha, sedangkan produktivitas padi terkecil
dihasilkan di Kecamatan Gerokgak sebesar 53,95 ku/ha.
Industri pengolahan
Buleleng merupakan penghasil ikan yang cukup banyak sehingga muncul usaha-
usaha pengolahan dan pengawetan ikan, seperti ikan asin, terasi, dan sebagainya.
Penggilingan padi (RMU) juga merupakan unggulan mengingat padi sawah
merupakan produk pertanian unggulan di Buleleng.
Pengolahan gula merah juga merupakan unggulan karena produk ini terkenal
memiliki kualitas yang baik dan memiliki pasar yang cukup luas, seperti gula merah
Pedawa
Produk makanan aneka keripik sangat banyak ditemukan di toko-toko kelontong
ataupun warung dan industri pengolahan dodol buah-buahan ada di Kubutambahan.
Pengolahan kopra ada di Kubutambahan dan Gerokgak
Perdagangan, hotel, dan restoran
Dari hasil pengolahan AHP, diketahui bahwa produk unggulan di sektor ini
adalah hotel melati, mini market dan toko kelontong, restoran dan rumah makan, konter
HP dan artshop.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 433
Tabel 6.3.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di Kabupaten Buleleng
No Sektor KPJU Unggulan
1 Pertanian (1) Kopi (2) Anggur (3) Cengkeh (4) Mangga (5) Padi sawah
2 Penggalian/Konstruksi -
3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan dan pengawetan ikan (2) Penyosohan beras (RMU) (3) Pengolahan gula merah (4) Produk makanan aneka kripik (5) Industri pengolahan dodol buah-buahan
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Mini market dan toko kelontong (3) Restoran/rumah makan (4) Konter HP (5) Artshop
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Angkutan penumpang perdesaan (3) Ojek (4) Rent car (5) Warnet
8 Keuangan (1) LPD (2) KUD (3) KSP (4) Money changer (5) BPR
9 Jasa-jasa (1) Jasa perbengkelan mobil dan motor (2) Pangkas rambut dan salon kecantikan (3) Penjahitan pakaian (4) Pramuwisata (5) PAUD
Catatan: Urutan 5 KPJU unggulan berdasarkan 10 KPJU Unggulan per sektor menggunakan Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 434
Pengangkutan dan komunikasi
Angkutan darat barang (truk) menjadi produk unggulan, angkutan penumpang
pedesaan, ojek, rent car, dan warnet.
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
LPD dibangun untuk meningkatkan dan mendorong pertumbuhan perekonomian
dan pembangunan di desa adat (desa pekraman) serta sebagai sumber pendapatan
desa. Peningkatan kinerja LPD dilakukan melalui pertumbuhan operasional, pelayanan
prima, pemberdayaan organisasi dan SDM, memberdayakan ekonomi masyarakat desa
khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah agar menjadi tangguh dan mandiri,
sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Selain itu, merupakan salah
satu tempat yang sangat bermanfaat bagi masyarakat desa untuk menyimpan
(menabung) dan meminjam uang sehingga memerlukan sistem yang diatur melalui
komputer atau sering disebut sistem berbasis komputer. LPD di Kabupaten Buleleng
cukup maju dan berkembang dengan baik.
KUD merupakan koperasi yang cukup berkembang di Buleleng, demikian juga
halnya KSP, money changer, dan BPR
Jasa-jasa lain
Hasil pengolahan dengan metode AHP, menunjukkan bahwa yang menjadi
unggulan adalah jasa perbengkelan mobil dan motor, pangkas rambut dan salon
kecantikan, penjahitan pakaian, pramuwisata, dan PAUD.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 435
6.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor per Kabupaten di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Bayes)
6.4.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor dan Permasalahannya di Kota Denpasar
Identifikasi KPJU lintas sektor di Kota Denpasar dengan menggunakan metode
Bayes diperoleh hasil, yaitu KPJU hotel melati, mini market, dan toko kelontong,
kontraktor konstruksi bangunan, penangkatan ikan laut, dan pakaian jadi
(garment)(Tabel 6.4.1).
Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, menunjukkan bahwa
hotel melati merupakan produk unggulan (sektor perdagangan, hotel melati, dan
restoran) dengan bobot tertinggi. Hotel melati di kawasan Denpasar sangat banyak dan
beragam. Hotel melati ini sangat mendukung mengingat Denpasar merupakan kawasan
pariwisata. Seperti diketahui bahwa di Denpasar terdapat kawasan wisata yang cukup
terkenal, seperti pantai Sanur. Hal ini tentu sangat mendukung pertumbuhan sarana
dan prasarananya, seperti yaitu hotel melati yang merupakan tempat menginap bagi
para turis domestik maupun mancanegara.
Permasalahan yang dimunculkan adalah dengan banyaknya hotel melati yang
ada di Denpasar maka tempat-tempat penginapan yang tidak berbintang, seperti
losmen menjadi kurang diminati sehingga mengalami penurunan. Selain itu, akan
muncul juga persaingan dengan hotel berbintang terutama pada saat kedatangan turis
sedikit /sepi (low season).
Produk unggulan berikutny (kedua) adalah mini market dan toko kelontong.
Masalah toko kelontong dan mini market adalah terjadinya kelebihan mini market. Di
Denpasar cukup banyak terdapat mini market. Masyarakat di Denpasar khususnya
kalangan pendapatan menengah ke atas cenderung membeli kebutuhan sehari-hari di
mini market dibandingkan dengan pasar tradisional. Mungkin selain kelengkapan jenis
barang juga kenyamanan berbelanja (ada AC). Pendirian mini market seharusnya
direncanakan dengan baik (seperti pengaturan jarak, pengaturan jam buka) sehingga
tidak terjadi benturan dengan pasar tradisional.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 436
Tabel 6.4.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kota Denpasar
No KPJU Lintas Sektor
1 Hotel melati
2 Mini market dan toko kelontong
3 Kontraktor konstruksi bangunan
4 Penangkapan ikan di laut (nelayan tradisional)
5 Pakaian jadi (garment)
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor (AHP) di kabupaten dengan menggunakan metode Bayes
Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, menunjukkan kontraktor
konstruksi bangunan merupakan produk unggulan (sektor bangunan/konstruksi).
Kontraktor merupakan orang yang membangun bangunan yang digunakan sebagai
tempat aktivitas manusia berdasarkan perjanjian kontrak yang telah disetujui.
Masalahnya di Kota Denpasar adalah adanya kelebihan kontraktor. Saat ini di
Denpasar sangat banyak terdapat kontraktor kontruksi bangunan. Hal ini bisa dilihat
dari banyaknya pembangunan yang dilakukan dan sampai saat ini tak kunjung henti,
baik itu pembangunan gedung, hotel melati dan vila, maupun lainnya.
Dari hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes,diketahui bahwa
penangkapan ikan di laut merupakan produk unggulan (sektor pertanian) dengan bobot
tertinggi keempat. Penangkapan ikan laut ada di Benoa. Usaha itu merupakan salah
satu produk unggulan di Denpasar. Seperti yang diketahui bahwa Bali memiliki potensi
pengembangan budi daya perikanan laut mencapai 1.551,7 hektare, tetapi baru
dimanfaatkan 418,5 hektare atau sekitar 26,9 persen.
Permasalahannya adalah penangkapan ikan di laut khususnya berada di daerah
pelabuhan Benoa. Potensi ikan yang cukup beragam bisa diperoleh dari laut dalam
jumlah yang cukup besar. Penangkapan ikan menggunakan kapal laut yang khusus
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 437
untuk itu berakibat pada berkurangnya biota laut yang ada di laut Benoa. Hal itu terjadi
karena karena seringnya dilakukan penangkapan ikan dalam jumlah besar.
Pakaian jadi dari hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes,
diketahui merupakan produk unggulan (sektor industri pengolahan) tertinggi kelima.
Garment (pakaian jadi) buatan perajin Bali hingga kini masih merupakan salah satu
andalan ekspor nonmigas. Pakaian jadi buatan masyarakat Bali yang dihiasi dengan
bordiran, manik-manik mampu merambah pasar utama ke Amerika Serikat.
Permasalahan garment adalah di Kota Denpasar sangat banyak terdapat garment
karena pangsa pasar modern yang cukup tinggi dan bahan baku serta tenaga kerja
mudah diperoleh. Dampak dari kelebihan industri garment adalah banyaknya limbah
yang dapat mencemari sungai, pengairan sawah, dan lain-lain.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 438
6.4.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di
Kabupaten Badung
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Badung adalah (1) hotel melati, (2)
restoran dan ruman makan, (3) industri makanan dan minuman, (4) mini market dan
toko kelontong, (5) serta industri kerajinan/ukiran kayu (Tabel 6.4.2). Dari lima KPJU
unggulan tersebut dua di antaranya berkaitan langsung dengan bidang pariwisata,
sedangkan tiga yang lainnya berhubungan dengan wisatawan dan penduduk lokal. Dua
KPJU yang disebut pertama adalah hotel melati dan industri kerajinan kayu, sedangkan
tiga yang lain adalah restoran & rumah makan, industri makanan/minuman, dan mini
market & toko kelontong.
Tabel 6.4.2 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kabupaten Badung
Nomor KPJU Lintas Sektor
1 Hotel melati
2 Restoran dan ruman makan
3 Industri makanan dan minuman
4 Mini market dan toko kelontong
5 Industri kKerajinan/ukiran kayu
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes
Konsumen restoran dan rumah makan bukan hanya wisatawan, melainkan juga
penduduk lokal sehingga jumlah pengunjungnya dari bulan ke bulan relatif stabil.
Dalam kurun waktu 2005--2009 jumlah tempat duduknya meningkat dari 32.310 buah
menjadi 42.558 buah (meningkat rata-rata 7,1 persen per tahun). Restoran dan rumah
makan menjadi salah satu unggulan karena tahun 2009, misalnya, dari seluruh tempat
duduk restoran yang ada di Provinsi Bali sekitar 52,0 persen berlokasi di Kabupaten
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 439
Badung. Di samping itu, dari seluruh wisatawan yang berkunjung ke Bali semuanya
pasti mampir atau menginap di Kabupaten Badung.
Hotel melati disewa oleh wisatawan asing dan domestik. Ada kecenderungan
penyewa hotel melati ini lebih banyak wisatawan domestik. Tahun 2009 dari seluruh
kamar hotel melati yang ada di Prov Bali hampir 40,0 persen berlokasi di Kab Badung.
Selama kurun waktu 2005--2009 hotel melati di Kabupaten Badung bertambah dari 337
unit (8.368 kamar) menjadi 455 unit (11.463 kamar). Tingkat hunian kamar hotel melati
di Kabupaten Badung dalam tiga tahun terakhir (2007--2009) memang meningkat
tetapi tidak sampai menyentuh angka 50,0 persen. Kisarannya antara 37,00 s.d. 48,91
persen. Tingkat hunian di atas 50,0 persen hanya terjadi pada bulan Juni, Agustus,
Oktober, November, dan Desember dengan puncaknya pada bulan Juni (62,49 persen).
Bulan-bulan yang lain tingkat huniannya bervariasi antara 41,68 persen sampai dengan
49,17 persen. Melihat perkembangan jumlah kamar dan tingkat hunian kamar seperti
diuraikan di atas, maka prospek hotel melati di Kabupaten Badung kurang bagus. Pada
bulan-bulan sepi (low session) hotel melati harus bersaing dengan hotel berbintang.
Industri makanan/minuman kebanyakan merupakan industri rumah tangga dan
kecil. Hampir semua dari produk industri ini pemasarannya lokal (antarkabupaten di
Provinsi Bali). Karena produknya merupakan jenis makanan/minuman, maka seiring
dengan makin bertambahnya jumlah penduduk Bali dan membaiknya perekonomian
maka produk-produk di atas mempunyai prospek yang cukup baik. Memang di antara
produk yang sejenis saling bersaing, tetapi di sisi lain bahan baku relatif mudah
diperoleh walaupun ada beberapa di antaranya, seperti tepung terigu masih dipasok
dari luar.
Sejak beberapa tahun terakhir ini salah satu pasar modern yang berkembang
pesat di Kabupaten Badung adalah mini market. Sebaliknya, toko kelontong sudah ada
sejak dahulu. Mini market dan toko kelontong tersebar di seluruh kecamatan dan di
antara mereka saling bersaing. Perubahan gaya hidup masyarakat dalam memilih
tempat berbelanja mendorong tumbuhnya mini market. Masalah yang muncul bukan
pada pasar modern, melainkan pada pesaingnya, yaitu pasar tradisonal. Perubahan
gaya hidup masyarakat yang lebih memilih pasar modern sebagai tempat berbelanja
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 440
menjadikan pasar tradisonal semakin terjepit. Permasalahan yang dihadapi oleh pasar
modern adalah persaingan yang semakin ketat di antara mereka. Banyak pasar modern
terutama mini market dengan nama yang berbeda, tetapi lokasinya berdekatan. Jika
keberadaan pasar modern ini terutama mini market tidak dibatasi oleh pemerintah, akan
dapat memunculkan terjadinya konflik horizontal di masyarakat.
Dalam kurun waktu 2007--2009 industri kerajinan kayu di Kabupaten Badung
bertambah dari 318 unit (893 tenaga kerja) menjadi 339 unit (1.046 tenaga kerja).
Industri ini tersebar di semua kecamatan, kecuali Kecamatan Kuta Selatan dengan
konsentrasi di Kecamatan Abiansemal dan Petang. Jenis produknya sangat beragam,
yaitu mulai dari patung kayu, panil, mebel dll. Kebanyakan segmen pasarnya adalah
wisatawan atau pasar ekspor. Prospeknya cukup baik seiring dengan makin
berkembangnya kunjungan wisatawan ke Bali. Akan tetapi, masalah yang sering
muncul adalah kesulitan memperoleh bahan baku kayu. Kayu didatangkan dari luar
Pulau Bali.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 441
6.4.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di
Kabupaten Gianyar
Berdasarkan hasil perhitungan metode Bayes, diketahui bahwa lima KPJU
unggulan lintas sektor yang diperoleh di Kabupaten Gianyar adalah kerajinan perak,
hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, mini market dan toko kelontong, serta
toko barang kerajinan dan lukisan (Tabel 6.4.3).
Kerajinan perak. Sentra kerajinan perak Kabupaten Gianyar adalah di Desa
Celuk, Kecamatan Sukawati. Desa Celuk berada dalam jaringan desa-desa perajin,
yaitu Desa Batubulan, Desa Batuan, dan Desa Mas. Selain kerajinan perak, Desa
Celuk juga terkenal dengan kerajinan emas. Hasil kerajinan peraknya memiliki kualitas
tinggi dan mampu memproduksi dalam kuantitas yang besar. Keterampilan dan seni
mengerjakan kerajinan perak hampir dikuasai semua keluarga dan penduduk Desa
Celuk yang diperoleh secara turun-temurun. Inovasi dan kreasi desain terkait dengan
kerajinan perak di Desa Celuk telah memasuki pasar lokal, nasional, dan internasional.
Beragam jenis kreasi dan variasi perhiasan, baik sebagai cendera mata maupun
komoditas ekspor diproduksi di desa ini, seperti cincin, gelang, kalung, anting-anting,
giwang, bros dan berbagai jenis perhiasan lainnya. Selain itu, juga diproduksi peralatan
makan. Beberapa d iantaranya adalah sendok, garpu, piring, bokor (yang kadang-
kadang dipakai untuk tempat banten ketika sembahyang), cangkir, gelas, dan
semacamnya.
Pembuatan kerajinan perak secara umum ada dua proses pembuatan, yaitu
secara tradisional dan secara modern atau penggabungan keduanya. Semua proses itu
dilakukan, baik sebagian maupun seluruhnya di toko yang menjual kerajinan. Warga
Desa Celuk yang semula menjadikan perajin perak sebagai pekerjaan sambilan,
kemudian beralih menjadikannya sebagai pekerjaan utama. Awalnya pertanian
merupakan sumber pendapatan utama. Namun, saat ini hampir seluruh warga Celuk
hidup dari kerajinan perak dan emas.
Produksi kerajinan tradisional umumnya lebih mengandalkan kemampuan
inovasi dan kreativitas perajin. Apabila karya cipta tersebut diproduksi secara
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 442
massal/pabrikasi, maka nilai seninya yang spesifik akan berkurang. Karya cipta perajin
tradisional jarang dipatenkan sehingga rentan untuk ditiru. Selain itu, umumnya bahan
baku perak menjadi susah diperoleh secara perorangan sehingga usaha kelompok
dalam upaya pengadaan bahan baku menjadi sangat penting.
Tabel 6.4.3 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kabupaten Gianyar
Nomor KPJU Lintas Sektor
1 Kerajinan perak
2 Hotel melati
3 Kontraktor konstruksi bangunan
4 Mini market dan toko kelontong
5 Toko barang kerajinan & lukisan
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan menggunakan metode Bayes
Hotel melati. Jumlah hotel melati (termasuk nonbintang lainnya) di Kabupaten
Gianyar relatif sedikit jika dibandingkan dengan di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar. Hotel nonbintang di Kabupaten Gianyar pada tahun 2009 berjumlah 378
buah, sedangkan hotel berbintang hanya 11 buah. Dari seluruh akomodasi
hotel/penginapan tersebut, kapasitas kamarnya 3.315 buah dan tempat tidur 4.607
buah. Sebagian besar (87,3%) akomodasi hotel melati (dan nonbintang) berlokasi di
Kecamatan Ubud.
Tingkat hunian kamar hotel berbintang di Pulau Bali selama Juli 2011 rata-rata
mencapai 71,74 persen, naik 1,27 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya
yang tercatat 70,47 persen. Tingkat okupansi yang cukup signifikan itu erat kaitannya
dengan semakin banyaknya, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara yang berlibur ke Pulau Dewata. Sementara hotel berbintang di wilayah
Kabupaten Gianyar tingkat huniannya sebesar 66,17 persen juga meningkat dari bulan
sebelumnya yang hanya 57,11 persen.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 443
Sebagai perbandingan, rata-rata tingkat hunian kamar hotel berbintang di
Kabupaten Gianyar selama tahun 2009 adalah 57,09 persen, sedangkan untuk hotel
nonbintang hanya 24,71 persen. Tingkat hunian tertinggi pada hotel berbintang 75,01,
sedangkan pada hotel non-bintang 33,24. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak
terdapat kamar kosong, baik pada musim sepi maupun puncak, baik pada hotel bintang
maupun nonbintang. Oleh karena itu, dalam pengembangan hotel, tingkat hunian dan
pendistribusiannya harus menjadi pertimbangan serius sehingga pembangunan
berikutnya tidak mubazir dan memberikan dampak negatif terhadap hotel yang sudah
dibangun. Perkembangan akomodasi nonbintang yang cukup pesat dan dengan harga
yang relatif murah dapat menjadi ancaman bagi hotel berbintang walaupun secara
umum sesungguhnya tiap-tiap jenis/tingkat akomodasi mempunyai segmen pasar
tersendiri.
Kontraktor konstruksi bangunan. Peningkatan perekonomian wilayah dan
seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat maka pembangunan fisik juga
semakin meningkat. Peningkatan pembangunan menjadi peluang bagi para kontraktor
konstruksi bangunan. Banyaknya para kontraktor akan meningkatkan persaingan
sehingga kualitas hasil, ketepatan waktu pengerjaan, dan harga menjadi faktor penting
yang harus diperhatikan untuk mendapatkan tender pekerjaan. Selain itu, kualifikasi
dan keterampilan tenaga kerja yang dimiliki para kontraktor harus menjadi perhatian
dalam upaya meningkatkan usaha.
Mini market dan toko kelontong. Perubahan gaya hidup masyarakat seiring
dengan peningkatan pendapatannya menyebabkan perubahan dalam mendapatkan
barang-barang kebutuhannya. Sebelumnya masyarakat desa mendapatkan barang-
barang kebutuhannya di pasar-pasar tradisional. Namun saat ini, di wilayah desa-desa
sudah masuk mini market yang menyediakan berbagai jenis barang dengan suasana
lingkungan yang bersih dan nyaman. Perubahan orientasi masyarakat tersebut
menjadikan mini market sebagai usaha unggulan dan perkembangannya sangat pesat
sampai ke tingkat desa-desa. Keberadaan mini market ini apabila tidak direncanakan
dengan baik, maka sangat berpotensi menjadi ancaman bagi usaha sejenis, terutama
pasar-pasar tradisional.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 444
Toko barang kerajinan dan lukisan. Gianyar merupakan salah satu daerah
tujuan wisata terkenal di Bali. Kepariwisataan diharapkan menjadi sektor andalan yang
mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, mengatrol sektor lain yang terkait, membuka
lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Sebagai daerah tujuan
wisata, maka Kabupaten Gianyar memerlukan fasilitas pendukung berupa tempat untuk
menjual barang kerajinan dan lukisan. Beberapa barang kerajinan dan lukisan tersebut
dijual secara eceran di kaki lima dan sebagian juga menempati tempat khusus, seperti
artshop dan toko. Jumlah artshop dan kios barang kerajinan yang telah mempunyai
tanda daftar perusahaan di Kabupaten Gianyar adalah 431 dan tersebar di tujuh
wilayah kecamatan. Berdasarkan jenisnya, perusahaan tersebut berupa PT (76),
koperasi (4), CV (47) dan perorangan (304). Distribusi artshop dan kios barang
kerajinan terbanyak di Kecamatan Ubud, kemudian diikuti Sukawati dan Gianyar.
Kendala pengembangan artshop dan kios barang kerajinan ini pada umumnya adalah
karena perang tarif dan komisi bagi pengantar tamu/konsumen.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 445
6.4.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan
Permasalahannya di Kabupeten Tabanan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes diketahui
bahwa KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Tabanan meliputi Hotel melati,
komoditas kopi, padi sawah, ayam, dan industri pengolahan kopi, seperti tersaji pada
Tabel 6.4.4. Dari lima KPJU unggulan yang dimiliki Kabupaten Tabanan, satu di
antaranya berkaitan langsung dengan bidang pariwisata, yakni hotel melati yang
semakin diminati wisatawan Nusantara. Sebaliknya, empat yang lainnya berhubungan
dengan sektor pertanian, yakni komoditas kopi, padi sawah, ayam, dan industri
pengolahan kopi bubuk yang merupakan bagian dari teknologi pertanian pascapanen
yang masih dilakukan secara tradisional.
Tabel 6.4.4 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kabupaten Tabanan
No KPJU Lintas Sektor
1 Hotel melati
2 Kopi
3 Padi sawah
4 Ayam
5 Industri pengolahan kopi bubuk
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes
Hotel melati dan pondok wisata
Berdasarkan metode Bayes, diketahui bahwa perkembangan industri hotel melati
dan pondok wisata di Kabupaten Tabanan telah tumbuh demikian pesat. Untuk
diketahui bahwa perkembangan tersebut bukan saja hotel melati, melainkan juga hotel
berbintang. Segmen pasar utama Hotel melati, ternyata tidak hanya terbatas pada
wisatawan domestik, tetapi juga mencakup wisatawan asing. Pada tahun 2010 di
Kabupaten Tabanan tersebar berbagai klasifikasi hotel melati. Masalah yang dihadapi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 446
industri perhotelan melati dan pondok wisata di Kabupaten Tabanan adalah masalah
klasik, yakni penurunan kunjungan wisatawan pada bulan sepi (low session) dengan
rata-rata tingkat hunian kamarnya relatif rendah. Untuk meningkatkan pangsa pasar
pada bulan-bulan sepi, tidak jarang pihak hotel melati harus cermat menetapkan tarif
kamar, bahkan ada yang menyasar pada wisatawan pensiun (pension tourist) dari
negara-negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang yang belum dikelola
dengan baik saat ini.
Komoditas kopi
Berdasarkan metode Bayes, diketahui bahwa perkembangan usaha tani budi
daya kopi di Kabupaten Tabanan dengan bobot urutan kedua tertinggi telah
berkembang demikian pesat. Kopi merupakan komoditas unggulan dan andalan ekspor
Kabupaten Tabanan, yang secara nyata telah dirasakan manfaatnya dalam
peningkatan kesejahteraan petani. Komoditas kopi unggulan Kabupaten Tabanan
meliputi kopi robusta dan kopi luwak yang dikembangkan di Kecamatan Pupuan. Kopi
itu memiliki cita rasa spesifik dan mempunyai prospek yang cukup cerah. Kebijakan
revitalisasi pertanian dalam arti luas pada dasarnya mengupayakan agar profit centre
berada pada petani. Menghadapi era globalisasi, kualitas hasil produksi kopi
merupakan syarat utama dalam berkompetisi guna merebut pangsa pasar, baik pada
tingkat nasional maupun internasional. Salah satu upaya yang dicanangkan untuk
meningkatkan daya saing komoditas kopi di pasar ekspor ditempuh melalui peningkatan
kualitas melalui kemitraan.
Pembangunan perkebunan kopi pada masa mendatang harus lebih banyak
berorientasi pada pengolahan berbasis kualitas, pemasaran, dan memantapkan
pengembangan agroindustri pedesaan secara terintegrasi karena di sinilah nilai
tambah dan daya saing tersebut bersumber. Perlu terus dibina secara intensif dan
diusahakan untuk diorbitkan dengan melakukan ekspo ke luar negeri guna mencarikan
segmen pasar baru. Di samping itu, kopi luwak yang dihasilkan saat ini selain
dikonsumsi di dalam negeri, bahkan lebih banyak dibeli oleh pembeli dari Taiwan dan
Jepang. Disarankan pula agar kopi robusta di seluruh kecamatan yang ada di
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 447
Kabupaten Tabanan dicarikan sertifikasi geografis (indikasi geografis) seperti halnya
kopi arabika Kintamani.
Padi sawah
Berdasarkan metode Bayes, diketahui bahwa perkembangan usaha tani budi
daya padi sawah di Kabupaten Tabanan dengan bobot urutan ketiga tertinggi.
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu sentral produksi tanaman pangan di
Provinsi Bali. Sektor pertanian di Kabupaten Tabanan terus saja menjadi sorotan
karena terjadinya pergeseran penggunaan lahan. Bahkan, beberapa tahun terakhir ini,
alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke lahan nonpertanian mengalami peningkatan.
Secara umum, penggunaan lahan dibedakan atas penggunaan lahan pertanian dan
bukan pertanian. Potensi penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis tanah, sumber daya
mineral, vegetasi, topografi, iklim, dan lokasi. Sekalipun demikian, berdasarkan data
statistik Tabanan Dalam Angka Tahun 2010, diketahui bahwa pada tahun 2009 luas
panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Tabanan masing-masing
40.469 ha, 242.049 ton, dan 59,82 ku/ha. Produksi padi tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 105 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini
disebabkan oleh peningkatan produktivitas sebesar 2,91 ku/ha. Masalah dalam budi
daya padi sawah ini adalah masih seringnya terserang hama tikus yang belum bisa
diatasi secara tuntas di samping saluran irigasi teknis dan setengah teknis yang masih
sedang diperbaiki sehingga menyebabkan sawah kekurangan air pada musim kemarau.
Ayam
Berdasarkan metode Bayes, diketahui bahwa perkembangan usaha ternak ayam
di Kabupaten Tabanan dengan bobot urutan keempat tertinggi. Ayam merupakan salah
satu KPJU unggulan di Kabupaten Tabanan. Populasi ayam di Kabupaten Tabanan
selama lima tahun terakhir (2005--2009) adalah sebanyak 3.690.030 ekor pada tahun
2005 dan kemudian meningkat menjadi 3.694.532 ekor pada tahun 2006. Berdasarkan
total populasi ayam di Kabupaten Tabanan pada tahun 2008 sebesar 49,14%, dominan
berada di Kecamatan Penebel. Kecamatan Penebel dijadikan sebagai sentra
pengembangan ayam buras, baik ayam potong maupun ayam petelur. Usaha budi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 448
daya ayam buras petelur dan ayam potong sebagai upaya memanfaatkan peluang yang
ada, yakni kecocokan iklim, ketinggian tempat di atas permukaan laut yang cocok, dan
ketersediaan tenaga terampil yang memadai.
Industri pengolahan kopi bubuk
Berdasarkan metode Bayes diketahui bahwa industri pengolahan kopi bubuk
merupakan urutan kelima tertinggi. Kabupaten Tabanan sebagai sentra pertaniannya
Bali memiliki produk unggulan terutama kopi. Kecamatan Pupuan sebagai sentra kopi
robusta dan Selemadeg Raya (Kecamatan Selemadeg Barat, Selemadeg, dan
Selemadeg Timur) sebagai sentra kakao. Untuk menyukseskan pengolahan tersebut,
berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tabanan, diketahui
bahwa Kabupaten Tabanan memiliki 37 unit UUP (unit usaha produktif ), 28 unit di
wilayah kakao dan 9 unit di wilayah kopi. Dari jumlah UUP tersebut, 8 unit telah
berbadan hukum berupa koperasi usaha perkebunan (KUP).
Khusus pengolahan kopi yang telah berjalan mampu menghasilkan produk
primer dan sekunder. Kopi robusta mampu menghasilkan produk kopi bubuk olah
basah dari hasil petik merah dan kopi luwak melalui proses olah basah dari hasil petik
merah. Kopi luwak Tabanan memiliki spesifikasi cita rasa tersendiri bagi penggemarnya
dan akhir-akhir ini banyak diburu masyarakat. Agroindustri pengolahan kopi fermentasi
sudah digarap simultan melalui percontohan yang dilakukan pemerintah Kabupaten
Tabanan, baik bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, maupun APBD Kabupaten.
Namun, peralatan yang tersedia masih belum lengkap. Begitu pula pemasaran hasil,
sudah dilakukan kemitraan secara terbatas dengan Bumi Tangerang Mesindotama, PT
Tanah Mas Selebes, dan Indocafco Lampung. Oleh karena itu, pemerintah setempat
perlu segera mensinergikan program dan kegiatan pusat dan daerah terkait dengan
perkebunan kopi di Tabanan. Upaya ini untuk mencapai upaya profit center tetap
berada di pihak petani. Sementara ini, promosi kopi sudah dilakukan pemerintah pusat
melalui pameran hasil pertanian, bahkan Tabanan diminta untuk ikut bersama-sama
pemerintah pusat dalam pameran kopi Spesialty pada berbagai even.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 449
6.4.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan
Permasalahannya di Kabupaten Bangli
KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bangli adalah sapi, kerajinan kayu,
jeruk, kerajinan bambu, dan kopi seperti disajikan pada Tabel 6.4.5. Lima KPJU
unggulan yang dimiliki Kabupaten Bangli tiga di antaranya merupakan komoditas dari
sektor pertanian, yaitu ternak sapi, jeruk, dan kopi. Ketiga KPJU unggulan ini
terkonsentrasi di Kecamatan Kintamani. Pemasarannya di samping untuk memenuhi
pasar lokal juga dijual ke luar Bali (antarpulau). Pemasaran sapi dari Kabupaten
Bangli dalam lingkup Bali bersaing ketat dengan sapi dari kabupaten lain. Sebaliknya,
pemasaran antar pulau di samping bersaing dengan sapi dari pulau lainnya di
Indonesia (NTT, NTB dan Pulau Jawa) juga dengan sapi impor. Persaingan ini
mengakibatkan sering kali terjadi gejolak harga yang pada akhirnya merugikan
peternak. Masalah lain yang dihadapi oleh peternak adalah kurangnya hijauan
makanan ternak yang tersedia terutama pada musim kemarau. Pada musim ini banyak
peternak cenderung menjual sapinya sehingga mengakibatkan harganya turun.
Saat ini Kabupaten Bangli merupakan penghasil jeruk terbesar di Provinsi Bali.
Pemasaran komoditas ini di samping untuk memenuhi pasar lokal (antarkabupaten)
lebih banyak dikirim ke beberapa kota besar di Pulau Jawa, seperti Surabaya,
Semarang, Jakarta, Bandung dll. Pasar jeruk Kabupaten Bangli di Pulau Jawa bersaing
dengan jeruk sejenis produksi Jawa Timur dan Sumatra. Jika jeruk di tiga wilayah ini
panennya bersamaan maka harga jeruk akan turun drastis. Pemasaran jeruk di Bali
juga bersaing dengan jeruk dari Jawa Timur (Lamongan dan Lumajang) dan jeruk
impor. Masalah lain yang dihadapi petani adalah kurangnya modal kerja karena biaya
pemeliharaannya relatif besar. Jika penggunaan pupuk dan obat-obatan dikurangi, akan
berakibat menurunnya produksi.
Kabupaten Bangli merupakan produsen kopi jenis arabika terbesar di Bali.
Pemasaran kopi (baik jenis arabika maupun robusta) dalam bentuk butiran sangat
mudah. Banyak pengepul yang datang langsung ke petani. Masalahnya SDM petani
umumnya relatif rendah sehingga penanganan pascapanen kurang baik, akibatnya
mutu kopi butiran relatif rendah. Demikian juga petani sering kali tidak tahu mengenai
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 450
informasi pasar. Pasar kopi butiran di samping memenuhi permintaan untuk pasar kopi
bubuk yang ada di Bali, juga ditujukan untuk memenuhi pasar ekspor.
KPJU unggulan di sektor industri pengolahan adalah kerajinan kayu dan
kerajinan bambu. Kedua kerajinan ini memanfaatkan bahan baku lokal. Jenis produk
kerajinan kayu antara, lain patung, kotak, dan kelengkapan upacara bagi umat Hindu,
seperti dulang, ingka, dsb. Segmen pasar dari komoditas ini, seperti patung adalah
wisatawan. Sebaliknya, kelengkapan alat upacara segmennya adalah penduduk lokal.
Masalah yang dihadapi oleh perajin adalah kelangkaan bahan baku. Pasokan kayu
lokal terbatas sehingga harganya relatif mahal.
Produk dari kerajinan bambu adalah berbagai aksesoris, seperti hiasan lampu,
tas, vas bunga dllnya. Hampir semua produknya ditujukan untuk kelengkapan hotel dan
restoran. Bahan baku tidak menjadi masalah karena Kab Bangli merupakan satu-
satunya kabupaten yang mempunyai hutan bambu terluas di Provinsi Bali. Masalah
yang dihadapi oleh perajin adalah kurangnya informasi pasar sehingga harga lebih
banyak ditentukan oleh pedagang pengumpul.
Tabel 6.4.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kabupaten Bangli
No KPJU Lintas Sektor
1 Sapi
2 Kerajinan kayu
3 Jeruk
4 Kerajinan bambu
5 Kopi
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan menggunakan metode Bayes
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 451
6.4.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di
Kabupaten Klungkung
Merujuk pada beberapa pengertian lintas sektor, seperti lintas sektor pelayanan
kesehatan, lintas sektor kebijakan, lintas sektor program, dan lintas sektor kegiatan,
maka pengertian KPJU lintas sektor dalam penelitian ini, yaitu KPJU yang diusahakan
mulai dari sektor pertanian, diolah di sektor industri, di perdagangan di sektor
perdagangan. Oleh karena itu, dalam meningkatkan daya saing suatu KPJU harus
melibatkan sektor-sektor yang terkait dengan KPJU tersebut. Misalnya, untuk
meningkatkan daya saing KPJU kopi di Bali, maka mulai dari sektor pertanian harus
membudidayakan kopi dengan baik termasuk panen petik merah dan pascapanen yang
baik, kemudian diolah di sektor industri dengan baik agar serbuk menjadi baik, dan
diperdagangkan dalam sistem perdagangan persaingan yang jelas.
Berdasarkan lima KPJU unggulan per sektor, dengan menggunakan metode
Bayes, maka di Kabupaten Klungkung teridentifikasi lima KPJU unggulan lintas sektor,
yaitu bank perkreditan rakyat (BPR), kontraktor konstruksi bangunan, kerajinan
perlengkapan upacara adat dan agama Hindu, industri tenun (ATBM), dan industri uang
kepeng (Tabel 6.4.6).
Tabel 6.4.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kabupaten Klungkung
Nomor KPJU Lintas Sektor
1 BPR
2 Kontraktor konstruksi bangunan
3 Inudustri perlengkapan upacara adat dan agama Hindu
4 Industri tenun endek dan songket (ATBM)
5 Industri uang kepeng (pis bolong)
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan menggunakan metode Bayes
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 452
Usaha BPR
Usaha BPR merupakan salah satu KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten
Klungkung. Fungsi BPR adalah penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Tujuan
BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sasaran BPR adalah melayani kebutuhan
petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena
sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum. Di samping itu, untuk lebih
mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha,
pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang
(rentenir dan pengijon).
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan
pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah (1) menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; (2) memberikan kredit; (3) menyediakan
pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah; dan (4) menempatkan dananya dalam
bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau
tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada
BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.
Dari Website Bank Indonesia dapat diketahui bahwa di Kabupaten Klungkung
terdapat sembilan buah Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang semuanya berlokasi atau
beralamat di Kota Semarapura Klungkung. Namun, dari sembilan buah BPR tersebut,
lima buah berstatus kantor pusat dan empat buah berstatus kantor cabang, artinya
cabang dari BPR mungkin berpusat di ibu kota provinsi atau di Jakarta. Jika ditelisik
lebih jauh, kesembilan BPR tersebut, yaitu (1) PT BPR Kapal Basak Pursada (KC
Semarapura)(Jl. Flamboyan No. 28, Semarapura), (2) PT BPR Tridarma Putri (Jl.
Diponegoro No. 25, 0366-21203, 23578, (3) Tata Anjung Sari (KC Semarapura)(Jl.
Puputan I No. 11), (4) PT BPR Artha Rengganis (Jl. Takmung No. 7, 0366-22103,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 453
21859), (5) PT BPR Sinar Puteramas (Jl. Raya Batutabih No. 36, 0366-21121, (6) PT
BPR Balaguna Prasta (Jl. Raya Batutabih No. 99, 0366-22139), (7) PT BPR Sari Jaya
Sedana (d/h Acuta Jaya)(Jl. Raya Sampalan No. 88 X, Ds. Sampalan Tengah, 0366-
21886), (8) PT BPR Dewata Candradana (KC Klungkung)(Jl. Nakula No. 14, 0366-
22781, 22782), (9) PT BPR Nusamba Manggis (KC)(Jl. Untung Surapti, Kelurahan
Semarapura Tengah).
Bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kredit bank (baca BPR)
merupakan madu yang berarti manfaat dan memberi nilai tambah bagi pengembangan
usahanya. Dengan meminjam dana BPR usaha nasabah semakin meningkat, omzet
bertambah, dan keuntungan melimpah. Itu artinya kredit yang diberikan bank dapat
menjadi madu bagi nasabah. Sebaliknya, kredit bisa menjadi racun karena setelah
meminjam dana BPR usahanya menjadi tersendat, angsuran meningkat, bahkan bisa
jadi usahanya sekarat. Racun yang menimpa nasabah dapat berimbas meracuni bank
karena dengan tersendatnya usaha biasanya akan berakibat pada terhambatnya
angsuran. Meskipun pada beberapa kasus ada nasabah yang usahanya bangkrut,
angsurannya tetap lancar yang bisa digambarkan sebagai racunnya nasabah, tetapi
madunya bank. Hal itu terjadi karena mungkin nasabah memiliki itikad dan karakter
yang baik. Akan tetapi, hal ini tentu tidak diinginkan, baik oleh nasabah maupun bank.
Bagi BPR sendiri, kredit bagaikan madu di tangan kanan atau racun di tangan
kiri karena kredit menjadi tumpuan pendapatan operasional dari bunga yang dibayar
oleh nasabah. Rata-rata 80% pendapatan BPR bersumber dari pendapatan bunga
kredit yang disalurkan. Jika angsuran nasabah lancar dalam membayar bunga dan
pokok sebagaimana yang telah diperjanjikan, maka kredit tersebut bisa dikatakan
menjadi madu bagi bank. Akan tetapi, jika angsuran nasabah bermasalah atau bahkan
macet, maka kredit tersebut menjadi racun karena bank harus menyediakan PPAPWD
yang cukup untuk menutup kerugian bank akibat kredit macet. Selain itu, akibat kredit
bermasalah juga berdampak pada tertundanya pendapatan bunga, sedangkan biaya
terus bertambah. Lebih berbahaya lagi jika kredit bermasalah sudah seperti racun yang
menjalar ke seluruh organ tubuh sehingga berdampak pada timbulnya kematian/
kebangkrutan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 454
Bagaimana kredit bisa menjadi madu bagi nasabah yang sekaligus madu bagi
bank, para analis kredit tentu sudah paham betul dengan analisis pendekatan yang
digunakan. Akan tetapi, bagaimana madu dapat mengalir secara terus-
menerus (sustainable) yang dapat menghidupi nasabah sekaligus menghidupi bank.
Hal ini yang perlu dipikirkan. Mengembangkan UMKM untuk menjadi nasabah yang
menghasilkan madu secara terus-menerus bukanlah program kagetan atau program
serentak yang seketika itu juga dapat dipetik hasilnya. Untuk membangun loyalitas
UMKM yang sekarang menjadi primadona dan sasaran perbankan perlu kesabaran dan
komitmen yang kuat. Betapapun canggihnya produk bank umum dan betapapun
murahnya bunga bank umum, UMKM yang sudah loyal menjadi nasabah BPR tidak
mudah tergoyahkan oleh tawaran-tawaran menggiurkan itu. Hal itu terjadi karena
pendekatan sistem analisis yang digunakan BPR menggunakan pendekatan sosial
budaya (socio cultural approach) yang dinilai lebih tepat bagi UMKM. Bank umum
memang mempunyai keunggulan teknologi, sumber dana yang melimpah, networking
secara nasional, lalu lintas pembayaran melalui cek dan bilyet giro, dan sebagainya.
Akan tetapi, BPR juga mempunyai keunggulan hubungan personal yang kuat dengan
nasabahnya. BPR mampu memberikan pelayanan yang prima karena pelayanan yang
dilakukan BPR adalah face to face, bahkan heart to heart. BPR juga mampu
menyesuaikan kondisi, adat istiadat, budaya, dan perikehidupan masyarakat sekitarnya.
BPR dapat memberi lebih dari yang diharapkan nasabah karena umumnya UMKM tidak
sekadar membutuhkan modal, tetapi juga bimbingan, petunjuk, konsultan, teman
diskusi yang tidak semuanya dapat dilayani oleh bank umum. BPR umumnya bersedia
berbagi pengalaman dalam suasana keakraban dengan memberi sentuhan hangat
kawan sejati. Hal ini berbeda dengan pelayanan bank umum pada UMKM yang dinilai
terlalu kaku dan prosedural.
Sebagai bukti BPR di Kabupaten Klungkung berperan dalam perekonomian
regional Klungkung, yaitu ada headline berita pada BisnisBali.com (11 September
2011) bahwa ‘BPR di Kabupaten Klungkung siap biaya sektor peternakan’. Dijelaskan
bahwa bank-bank perkreditan rakyat (BPR) di Kabupaten Klungkung siap membantu
warga dari sisi permodalan untuk bergerak di sektor peternakan, baik ayam ras maupun
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 455
ayam petelur jenis arab. BPR ingin bangkit menggerakkan masyarakat untuk maju
sebagai pelaku usaha kecil mikro di sektor pertanian dalam arti luas. Dikatakan oleh
sekretaris DPD Perbarindo Bali Timur khususnya di Kabupaten Klungkung (I D.G.M.
Dharmawijaya, S.E., CRBD) bahwa dukungan ini dilakukan agar warga Klungkung tidak
menjadi penonton belaka. Dikatakan juga bahwa BPR Sari Jaya Sedana boleh
dijadikan salah satu BPR pelopor untuk membiayai sektor pertanian khususnya di
sektor peternakan jenis ayam arab petelur. Selain itu, BPR ini siap memodali
peternakan sapi dan pengembangan jamur tiram. Salah seorang peternak ayam arab I
Ketut Darmawan, S.Pt. yang juga salah seorang PNS di Dinas Peternakan Klungkung
ketika dihubungi mengatakan bahwa iklim sangat mendukung pemeliharaan ayam arab
petelur di Klungkung.
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dalam melaksanakan
usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-
hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai
dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki delapan ciri positif sebagai pendukung dan
tiga ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli).
Usaha BPR menjadi unggulan lintas sektor tampaknya disebabkan oleh KPJU ini
perannya sangat penting pada semua sektor perekonomian, yaitu mulai dari sektor
pertanian sampai dengan sektor jasa-jasa lain sangat memerlukan kehadiran PJU ini,
baik sebagai mediasi transaksi keuangan maupun sebagai lender uang kepada pelaku-
pelaku usaha di sektor-sektor perekonomian. Jadi, semua pelaku usaha di sektor-sektor
perekonomian memerlukan permodalan dari KPJU BPR, baik modal pada awal
pembuatan usaha baru maupun modal untuk pengembangan atau perluasan usaha.
Permasalahan yang muncul dalam usaha BPR adalah mismanagement atau
salah kelola sehingga menyebabkan BPR rugi atau bangkrut. Banyak bukti
menunjukkan bahwa BPR-BPR yang bangkrut disebabkan oleh salah kelola oleh
manajernya atau oleh pemegang saham pengendali yang terlalu banyak intervensi
dalam operasionalisasi BPR.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 456
Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan
Usaha kontraktor konstruksi bangunan menjadi unggulan lintas sektor di
Kabupaten Klungkung tampaknya karena peranan KPJU ini sebagai penyedia
infrastruktur fisik yang dibutuhkan oleh beberapa sektor. Misalnya, sektor pertanian
memerlukan infrastruktur irigasi dan bendungan. Sektor industri pengolahan
memerlukan infrastruktur bangunan fisik untuk gedung pabrik pengolahan, sektor
perdagangan, Hotel melati dan restoran memerlukan KPJU ini membangun hotel
melati, dsb.
Berdasarkan pengakuan rekanan yang tidak lain adalah pimpinan kontraktor
konstruksi bangunan, di Kabupaten Klungkung tidak hanya bangunan pribadi yang tidak
memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), tetapi juga bangunan untuk usaha, seperti
pembangunan mini market, yang tidak ditindak tegas oleh petugas Pemkab Klungkung
melalui tim yustisinya.
Industri Perlengkapan Upacara Adat dan Agama Hindu
Usaha kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu menjadi
unggulan lintas sektor tampaknya disebabkan oleh KPJU ini menggunakan output
KPJU sektor pertanian sebagai bahan baku. Output KPJU ini berupa barang-barang
perlengkapan upacara adat dan agama Hindu yang dipasarkan di sektor perdagangan,
hotel, dan restoran. Misalnya, output sektor pertanian berupa bambu, kapas (kain dan
benang), kayu, dll. Sebagai bahan baku pembuatan kerajinan perlengkapan upacara
adat dan agama Hindu, kemudian hasilnya dipasarkan oleh pelaku-pelaku usaha di
sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Usaha kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu erat kaitannya
dengan kerajinan membuat kain prada, dengan sentra kerajinannya di Desa Paksebali,
Kecamatan Dawan dan Desa Satriya, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.
Turunan dari kerajinan kain prada adalah produk perlengkapan upacara adat dan
agama Hindu, berupa ider-ider, payung (tedung), langse, wastra, kampuh, ulon, dan
yang lainnya. Namun, produk yang paling dominan dibuat berupa ider-ider dan payung
(tedung untuk perlengkapan sarana upacara). Melihat produk kerajinan tersebut di atas,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 457
tampak proses pengerjaannya terutama pada kain prada sangat sederhana dan melalui
beberapa tahapan dengan sistem kerja borongan.
Tahap-tahap kerja yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, membuat
pola atau motif dengan cara disoder untuk memudahkan pemasangan warna prada
karena bahan dasar yang digunakan adalah kain bludru. Jika kain dasarnya tidak
menggunakan kain bludru, motif atau pola disket dengan pensil. Kedua, pemasangan
warna prada dengan cara dipoleskan memakai alat kuas pada permukaan pola/motif.
Pemasangan prada ini dapat dilakukan oleh kaum wanita dan laki-laki. Bahan prada
yang digunakan adalah warna prada cair. Penerapan teknik pengerjaan lebih
menonjolkan keterampilan tangan. Hal itu sangat berbeda dengan proses pengerjaan
tedung (payung) tampak lebih rumit dengan teknik konvensional. Di samping itu, hanya
sebagian pekerjaan menggunakan alat mesin, seperti menjahit, membuat tangkai
payung dengan mesin bubut.
Teknik pembuatan payung diawali dengan membuat tangkai payung dengan
menggunakan bahan kayu albesia. Hal itu dikerjakan oleh kaum laki-laki. Dilanjutkan
dengan membuat kerangka payung dengan menggunakan kayu, bambu, dan benang
sebagai pengikat. Apabila kerangka payung telah selesai dikerjakan, langkah
berikutnya adalah merakit kain satin, katun, atau bludru pada kerangka payung.
Pemakaian tiap-tiap jenis kain tersebut tergantung kepada pesanan, tentunya dengan
harga dan kualitas yang berbeda-beda. Perakitan kain pada kerangka payung juga
dilakukan dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit. Pekerjaan ini harus dilakukan
dengan hati-hati agar jarum tidak patah karena tersentuh bambu. Proses selanjutnya
adalah pembuatan rumbai-rumbai payung dengan cara merajutkan benang wool.
Warna benang disesuaikan dengan warna kain yang digunakan agar diperoleh
keserasian dan keharmonisan warna payung. Langkah terakhir adalah penerapan
ornamen pada payung dengan cara penempelan atau pengolesan prada.
Industri Tenun Endek dan Songket (ATBM)
Usaha tenun endek dan songket (ATBM) di Kabupaten Klungkung menjadi KPJU
unggulan lintas sektor karena KPJU ini dalam aktivitas terkait erat dengan sektor-sektor
lain, terkait erat dengan sektor di hulu (keterkaitan ke belakang), yaitu sektor industri
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 458
pemintalan benang sebagai bahan baku. Di samping itu, juga terkait erat dengan sektor
di hilir (keterkaitan ke depan), yaitu sektor industri pakaian jadi dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Oleh karena itu, logis apabila KPJU ini menjadi
unggulan lintas sektor.
Kain tenun tradisional yang berkembang di lokasi tersebut, ada dua macam,
yaitu kain tenun ikat tradisional (endek) yang proses pembuatannya dengan
menggunakan alat ATBM (alat tenun bukan mesin) dan kain tenun songket dengan
proses menenun secara tradisional (alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain
tenun songket dengan pewarna alami khas kabupaten Klungkung memang merupakan
bagian dari seni keindahan tenun ikat yang sudah terkenal sejak lama. Kain endek juga
merupakan salah satu kain Bali yang kini amat populer di Indonesia. Kain ini ditenun
dengan teknik ikat, yaitu suatu teknik tenun yang dikenal secara luas di seluruh
Indonesia. Di samping berfungsi sebagai kain upacara keagamaan, kini kain endek
mulai populer sebagai bahan kemeja nasional. Kain songket juga amat populer dalam
masyarakat Bali. Songket merupakan istilah teknik untuk menambahkan suatu pola
pada suatu bahan dengan mengisi benang tambahan. Benang tersebut dapat
dimasukkan ke seluruh bidang atau hanya menutupi bagian-bagian tertentu dari suatu
kain. Pekerjaan menenun terdapat di dua lokasi, yaitu di Banjar Tengah Desa Tegak
dan Desa Gelgel Klungkung ini telah dilakukan secara turun-temurun dari nenek, ibu,
sampai pada anak dan cucunya. Perajin ini lebih berperanan terhadap pelestarian dan
kelangsungan nilai budaya tradisional, lebih bersifat konservatif terhadap nilai warisan
leluhur. Di Kecamatan Nusa Penida dikenal kain tenun cepuk dan dikenal secara
meluas di pasaran, baik ekspor maupun di berbagai daerah di Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi dalam kerajinan tenun ikat adalah semakin langka
penenun, kebanyakan penenun sudah tua-tua dan tidak ada yang melanjutkan
keterampilan orang tuanya. Sehubungan dengan itu, seorang pengusaha tenun ikat di
Klungkung, Wayan Widyantara, pemilik merek kain tenun Sri Widhi memberdayakan
penenun pemula yang dilatih sendiri dan saat ini, 30% dari 70 penenun yang bekerja
kepadanya adalah penenun muda. Bagi Wayan, selain menjadi sumber ekonomi,
melalui usaha menenun inilah ia mengabdi pada desanya, termasuk ketika ia merekrut
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 459
ibu-ibu yang masih tetangga sendiri untuk bekerja padanya. Dalam memberikan
pelatihan, Wayan sengaja menyewa para penenun senior yang sudah ahli untuk
menjadi pelatih atau trainer. Mereka pun mendapatkan honor yang sepadan dengan
ilmu yang dibagikan. Dalam pelatihan itu, ada beberapa teknik menenun yang
diajarkan, mulai dari proses pemintalan benang, pengoperasian alat tenun bukan
mesin, pengenalan bentuk pola, hingga belajar menyisipkan benang perak, benang
emas, benang tembaga, atau benang berwarna lainnya. Untuk belajar menenun
setidaknya butuh waktu minimal tiga bulan. Kalau sudah dinyatakan lulus, penenun
muda ini baru bisa membuat satu atau dua lembar kain tenun jenis ikat per hari.
Berbeda dengan penenun senior yang bisa memproduksi empat lembar kain tenun ikat.
Industri Uang Kepeng (Pis Bolong)
Industri uang kepeng (pis bolong) merupakan salah satu KPJU unggulan lintas
sektor di Kabupaten Klungkung. Menyimak kata ”pis bolong” terasa aneh bagi
kebanyakan orang karena ”pis bolong” adalah sebutan lain dari uang kepeng Cina.
Dalam bahasa Bali pis berarti ”uang” dan ”bolong” adalah lubang, maksudnya uang
kepeng yang memiliki lobang segi empat. Uang kepeng ini merupakan pengaruh
kebudayaan Cina, yang menjadi penanda hubungan Cina dengan Bali pada zaman
kekuasaan dinasti Ming dan dinasti Tang. Dalam kebudayaan Hindu uang kepeng Cina
ini digunakan sebagai sarana upacara keagamaan, seperti arca yang merupakan
pengejawantahan dewa Khayangan, wakul, pelengkap sesaji yang disebut sarin
canang, dekorasi, dan sebagainya.
Bermacam bentuk dekorasi dan arca sarana upacara keagamaan tersebut
mengilhami inspirasi beberapa perajin di Banjar Pande, Desa Kamasan, Kabupaten
Klungkung mengembangkan seni kerajinan pis bolong. Seni kerajinan pis bolong atau
uang kepeng adalah seni kerajinan yang menggunakan material uang kepeng sebagai
bahan dasarnya. Penggunaan pis bolong sebagai material seni kerajinan merupakan
salah satu upaya konservasi dan pengembangan budaya Bali serta mengantisipasi pis
bolong asli (pis bolong dari Cina), yang keberadaannya semakin langka. Khususnya di
Bali, pis bolong sangat diperlukan oleh masyarakat Hindu untuk kepentingan upacara
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 460
yadnya karena hampir di setiap upakara digunakan pis bolong yang menurut keyakinan
masyarakat Hindu mengandung arti simbolis.
Menurut tokoh agamawan/sulinggih, Ida Pedanda Sidemen, pada masa
kedatangan Majapahit di Bali beredar pis bolong asli dari Cina, yang digunakan sebagai
alat pembayaran yang sah (uang kartal) dan digunakan untuk sarana upakara dalam
pemujaan oleh umat Hindu. Ketika Belanda mulai menguasai Bali yang ditandai dengan
jatuhnya kerajaan Buleleng pis bolong tidak diberlakukan lagi sebagai uang kartal,
tetapi pis bolong tidak ditarik dari peredarannya karena masyarakat Hindu masih
menggunakan sebagai sarana upakara. Perkembangan berikutnya, pis bolong
digunakan untuk material seni kerajinan, bahkan setelah tahun 1970-an ketika
meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali serta diperhatikannya sektor
kerajinan oleh pemerintah, penggunaan pis bolong sebagai material seni kerajinan
semakin meningkat.
Usaha uang kepeng (pis bolong) menjadi KPJU lintas sektor tampaknya
disebabkan oleh input dan output KPJU ini berasal dari sektor lain. Input yang diimpor
dari luar Bali berupa campuran tembaga dan kuningan berasal dari sektor penggalian,
kemudian diolah di sektor industri pengolahan, dan output diperdagangkan oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, bahkan output ini untuk kelengkapan aktivitas di
sektor jasa-jasa lain.
Permasalahannya adalah seiring dengan semakin meningkatnya usaha
kerajinan pis bolong, maka semakin banyak jumlah keteng pis bolong yang diperlukan
sehingga keberadaan pis bolong menjadi semakin berkurang. Akibatnya, para perajin
mengalami kesulitan dalam mencari dan menyediakan material pis bolong asli. Solusi
dari masalah ini adalah para seniman dan perajin mengganti pis bolong asli (China)
dengan pis bolong tiruan yang dibuat dan dicetak oleh UD Kamasan di Desa Kamasan
Klungkung. Jika pada pis bolong asli (China) digunakan huruf China, pada pis bolong
tiruan digunakan huruf Bali.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 461
6.4.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor di
Kabupaten Karangasem
Berdasarkan lima KPJU unggulan per sektor, dengan menggunakan metode
Bayes, maka di Kabupaten Karangasem dapat diidentifikasi lima KPJU lintas sektor,
yaitu tenun endek songket, industri batu tabas, galian C (pasir, kerikil/koral, batu),
kontraktor konstruksi bangunan, dan anyaman ate (Tabel 6.4.7).
Industri Tenun Endek dan Songket
Industri tenun endek dan songket menjadi KPJU uggulan lintas sektor di
Kabupaten Karangasem tampaknya karena KPJU ini memiliki keterkaitan erat dengan
sektor lainnya, seperti sektor pertanian, sektor industri benang, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa lainnya. Misalnya, untuk membuat tenun
endek dan songket diperlukan bahan baku dari sektor industri peralatan berupa bahan-
bahan peralatan tenun alat tenun bukan mesin (ATBM) dan benang dari industri
pemintalan benang, kemudian ditenun pada sektor industri ini, selanjutnya produknya
berupa kain endek atau songket dipasarkan di sektor perdagangan, hote, dan restoran
oleh pelaku-pelaku usaha pada sektor ini, kemudian kain diolah menjadi pakaian di
industri garment atau jahitan sesuai dengan pesanan di sektor jasa-jasa lain. Jadi,
demikian panjang perjalanan sebuah produk KPJU yang melintasi beberapa sektor
untuk sampai menjadi sebuah produk siap pakai, seperti pakaian endek atau sebuah
kain songket.
Popularitas Kabupaten Karangasem sebagai salah satu kabupaten sentra
kerajinan tenun endek dan songket di Bali sampai menarik kunjungan istri-istri delegasi
negera ASEAN dan sejumlah menteri perempuan RI ke Karangasem, tepatnya
mengunjungi pusat pembuatan kain tenun ikat endek dan songket Bali Arta Nadi, di
Dusun Lantang Katik, Desa Tabola, Perbekelan Telaga Tawang, Sidemen,
Karangasem, Rabu 16 Desember 2011. Bahkan, rombongan sempat membeli
beberapa kain endek dan songket yang sudah jadi dan melihat lebih dekat proses
pembuatan kain tenun ikat itu oleh puluhan penenun dari warga setempat. Produk
tenun endek dan songket di desa ini memiliki keunggulan tersendiri, baik dari segi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 462
pewarnaan benang yang menggunakan bahan dari alam, kualitas kain, maupun motif
yang dihasilkan. Di desa Telaga Tawang, selain pusat tenun ikat Bali Arta Nadi, warga
lainnya juga melakukan kegiatan menenun di rumah masing-masing. Hasil kerajinan
mereka banyak dipasarkan hanya di sekitar desa dengan harga murah. Padahal
membuat sebidang kain endek dan songket membutuhkan waktu lama.
Permasalahan yang muncul adalah dalam hal pemasaran produk tenun endek
dan ongket produksi warga setempat. Solusinya ada kerja sama antara pusat tenun ikat
Bali Arta Nadi yang merupakan binaan dari Garuda Indonesia dan Cita Tenun
Indonesia, untuk memfasilitasi hasil kerajinan warga lainnya sehingga harganya bisa
terdongkrak dan kesejahteraan warga setempat meningkat. Mengingat harga sebidang
kain jadi bisa menembus harga belasan juta rupiah, maka usaha itu sangat potensial
untuk meningkatkan kesejahteraan warga setempat yang sehari-hari bekerja sebagai
petani.
Tabel 6.4.7 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kabupaten Karangsem
Nomor KPJU Lintas Sektor
1 Industri tenun endek & songket (ATBM)
2 Industri batu tabas (berbahan baku batu hitam)
3 Galian C (pasir, kerikil/koral, batu hitam)
4 Kontraktor konstruksi bangunan
5 Industri kerajinan anyaman ate
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes
Industri Batu Tabas
Industri batu tabas menjadi KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten
Karangasem, karena proses produk KPJU ini harus melalui beberapa sektor. Contoh
dalam kenyataan di Kabupaten Karangasem, bahan baku berupa galian batu hitam
berasal dari sektor pertambangan dan penggalian (KPJU penggalian berupa galian C),
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 463
kemudian bahan baku tersebut diolah menjadi batu tabas (batu sebagai bahan baku
membuat perlengkapan sanggah dan rumah), dan produk batu tabas ini dipasarkan di
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, selanjutnya batu tabas ini kembali sebagai
bahan baku dalam proses pembangunan di sektor bangunan dan konstruksi. Jadi,
prosesnya cukup panjang sehingga logis KPJU ini menjadi unggulan lintas sektor di
Kabupaten Karangasem.
Peristiwa mengejutkan pada 17 Maret 1963, gunung tertinggi di Bali, Gunung
Agung meletus menyemburkan lava panas, lahar, disertai hujan pasir, abu, dan debu.
Beberapa puluh tahun kemudian membawa berkah bagi ‘perajin batu tabas di
Kabupaten Karangasem’. Bencana ini menelan korban nyawa yang tidak sedikit dan
menyisakan kesedihan yang mendalam. Kalau Tuhan sudah berkehendak, apa pun
akan bisa terjadi, tetapi kita semua percaya bahwa kita mempercayai.
Produsen batu tabas yang berbahan baku batu hitam hasil penggalian dari
erupsi Gunung Agung tahun 1963 satu-satunya di Bali adalah Kabupaten Karangasem,
yaitu di Kecamatan Selat, yang mempunyai luas wilayah 80,35 km2 atau 9,57 % dari
luas kabupaten Karangasem. Kecamatan Selat dengan jumlah penduduk 39,772 jiwa
memiliki potensi jenis kerajinan batu tabas dan yang lainnya, tetapi hanya kerajinan
batu tabas yang masih eksis. Secara kuantitas kerajinan batu tabas ini hampir dijumpai
di sepanjang jalan desa tersebut, bahkan sampai ke kabupaten lainnya. Secara
kronologis, dapat dikatakan bahwa kerajinan batu tabas bersumber dari Desa Selat.
Produksi kerajinan batu tabas ini meliputi berbagai macam jenis pelinggih, candi, dan
bangunan lainnya.
Jenis kerajinan batu tabas dilihat dari seni ornamentiknya sangat minim. Menurut
seorang perajin batu tabas yang sempat dimintai keterangan, sedikitnya penerapan
ornamen pada batu tabas karena kerasnya bahan. Sebenarnya usaha tersebut telah
dilakukan, tetapi masih terbatas pada bidang/ruang yang datar dan memerlukan cukup
waktu dalam penyelesaiannya. Untuk pembuatan jenis patung (tiga dimensi) pun
dicoba, tetapi sampai saat ini hasilnya belum sedetail seperti ukir batu padas.
Kerajinan batu tabas menjadi KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali karena
usaha kerajinan ini terkait erat dengan sektor lain, baik kaitan ke belakang sebagai
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 464
sumber bahan baku (input), yaitu sektor penggalian/pertambangan, atau sektor industri
peralatan dan mesin-mesin, maupun kaitan ke depan, yaitu pemanfaatan output usaha
kerajinan sebagai input oleh sektor lain, seperti sektor bangunan/konstruksi atau sektor
perdagangan yang memperdagangkannya ke seluruh pelosok Bali. Jadi, masuk akal
jika industri kerajinan batu tabas menjadi KPJU unggulan lintas sektor Bali.
Permasalahan pada industri ini adalah semakin langkanya bahan baku berupa
batu hitam, yang harus digali dari lahan-lahan masyarakat bekas lava letusan Gunung
Agung, yang digali cukup dalam. Permasalahan lain adalah minimnya ornamentik pada
bahan-bahan yang dihasilkan karena kerasnya batu hitam yang harus ditabas dengan
peralatan mesin-mesin gerinda.
Usaha Galian C
Galian C (pasir, kerikil/koral, batu hitam) adalah KPJU unggulan lintas sektor di
Kabupaten Karangasem. Jika produk KPJU lainnya dalam prosesnya melintasi
beberapa sektor perekonomian, maka output KPJU galian C dibutuhkan oleh semua
sektor sebagai bahan baku bangunan atau infrastruktur penunjang di sektor tersebut.
Misalnya, output KPJU galian C berupa pasir atau koral/kerikil atau batu dibutuhkan
oleh sektor pertanian untuk pembangunan saluan irigasi atau bendungan, sektor
bangunan dan konstruksi untuk pembangunan gedung, sektor perdagangan, hotel,dan
restoran untuk pembangunan hotel melati. Jadi, masuk akal KPJU galian C menjadi
unggulan lintas sektor, karena banyak KPJU pada sektor-sektor perekonomian
membutuhkan output KPJU galian C.
Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan
Kontraktor konstruksi bangunan adalah KPJU unggulan lintas sektor di
Kabupaten Karangasem karena output KPJU ini berupa bangunan konstruksi
dibutuhkan oleh beberapa sektor, seperti bangunan irigasi atau bendungan dibutuhkan
oleh sektor pertanian, bangunan atau konstruksi hotel melati dibutuhkan oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, bangunan atau konstruksi gedung dibutuhkan oleh
sektor industri untuk lokasi usaha atau pabrik. Jadi, peranan output sektor ini sangat
penting bagi pengembangan lebih lanjut sektor-sektor lainnya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 465
Industri Kerajinan Anyaman Ate
Industri kerajinan anyaman ate adalah KPJU unggulan lintas sektor di
Kabupaten Karangasem. Kerajinan Ate menjadi unggulan lintas sektor karena output
KPJU ini dalam prosesnya melintasi beberapa sektor, mulai dari bahan baku berupa ate
berasal dari sektor pertanian (subsektor kehutanan), diproses pada sektor industri
pengolahan, dan selanjutnya dipasarkan pada sektor perdagangan.
Kerajinan ate adalah satu jenis industri kreatif yang hanya terdapat di Kabupaten
Karangasem. Kerajinan ate mayoritas dikerjakan oleh ibu-ibu di perdesaan, bahkan
sampai di pelosok pegunungan di ujung timur Karangasem. Proses pengerjaan dapat
dikatakan cukup rumit sehingga membutuhkan waktu dan kesabaran. Produk kerajinan
ate dikerjakan dengan handmade dan tidak dikerjakan di pabrik, tetapi dikerjakan dari
rumah atau dari gubuk mereka. Desa Seraya merupakan desa yang paling sedikit curah
hujannya atau terkering di Kecamatan Karangasem. Desa itu mempunyai potensi
produksi kerajinan anyaman ate yang sangat menawan dan menjanjikan kalau dilihat
dari sisi finansial. Produk kerajinan ate yang dipasarkan di Desa Tenganan hampir
sebagian besar hasil produksi masyarakat Desa Seraya. Dilihat secara visual antara
jenis kerajinan anyaman dengan bahan dasar ate yang diproduksi di Desa Seraya
dengan di Desa Tenganan hanya tidak ada perbedaan. Desa Seraya yang berstatus
paling kering di Kabupaten Karangasem ini mulai bergeliat dengan memberdayakan
berbagai potensi, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Kegigihan
masyarakat yang didukung oleh berbagai instansi terkait menjadikan Desa Seraya
sebagai pusat anyaman ate yang sangat berkualitas. Pemberdayaan potensi sumber
daya manusia dengan berbagai pelatihan yang disertai motivasi tinggi mampu
meningkatkan, baik kualitas maupun kuantitas berbagai jenis produk anyaman yang
terbuat dari bahan baku ate. Secara kualitas jenis kerajinan anyaman ate yang ada di
Desa Seraya telah memenuhi standardisasi sesuai dengan yang ditetapkan/diharapkan.
Sampai saat ini perajin anyaman ate yang tergabung dalam koperasi Ista Group, yaitu
koperasi yang bergerak di bidang serba usaha telah memiliki tungku pengering untuk
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 466
6.4.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan
Permasalahannya di Kabupaten Jembrana
Identifikasi KPJU lintas sektor di Kabupaten Jembrana dengan menggunakan
metode Bayes menunjukkan hasil bahwa KPJU industri pengolahan hasil perikanan,
hotel melati, mini market dan toko kelontong, padi sawah, dan industri pengalengan
ikan tergolong ke dalam KPJU lintas sektor, seperti tersaji pada Tabel 6.4.8. Dari lima
KPJU unggulan yang dimiliki Kabupaten Jembrana, dua di antaranya berkaitan
langsung dengan bidang pariwisata, yakni hotel melati serta minimarket dan toko
kelontong. Tiga lainnya berhubungan dengan sektor pertanian dalam arti luas, yakni
industri pengolahan hasil perikanan, padi sawah, dan industri pengalengan ikan.
Tabel 6.4.8 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kabupaten Jembrana
No KPJU Lintas Sektor
1 Industri pengolahan hasil perikanan
2 Hotel melati
3 Mini market dan toko kelontong
4 Padi sawah
5 Industri pengalengan ikan
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes
Pengolahan Hasil Perikanan
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, diketahui
bahwa industri pengolahan hasil perikanan merupakan KPJU unggulan di Kabupaten
Jembrana dengan skor tertinggi. Upaya pemerintah Kabupaten Jembrana dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) tetap bertitik tolak pada sektor pertanian
dalam arti luas. Meskipun demikian, sesungguhnya sektor perikanan memiliki peluang
cukup besar dalam menyumbangkan PAD bagi Jembrana. Hal ini disebabkan oleh
potensi kekayaan alam berupa ikan laut di kawasan Bali Barat cukup besar. Belum lagi,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 467
sebagian besar perusahaan pengalengan ikan, tepung ikan, dan pemindangan ikan
berada di Kabupaten Jembrana.
Sekalipun demikian, pemanfaatan potensi yang satu ini belum optimal. Padahal,
potensi sektor perikanan di Kabupaten Jembrana dinilai melebihi daerah lainnya di Bali.
Hal ini disebabkan oleh beberapa sumber yang mestinya bisa dijadikan sumber
pendapatan, tetapi belum bisa dilakukan secara optimal. Selain itu, sejumlah sarana
yang mestinya disediakan pemerintah setempat terkait dengan sektor ini, seperti tempat
pelelangan ikan, tempat penyandaran perahu ikan, serta sejumlah sarana penunjang
lainnya belum tersedia sesuai dengan kualitas yang dipersyaratkan. Sesungguhnya,
dari penyediaan sarana itu dipastikan pemerintah setempat bisa menarik retribusi yang
sekaligus menjadi sumber PAD Jembrana.
Permasalahannya adalah peran sumber daya manusia (SDM)-nya yang
kebanyakan masih menggunakan sistem tradisional dalam penangkapan ikan dan
sistem pemasaran yang masih dilakukan secara tradisional. Sehubungan dengan itu,
perlu diberikan pelatihan secara lebih profesional sehingga mampu meningkatkan
penghasilan tangkapan ikan, sekaligus mampu memasarkan hasil tangkapan ikan
secara lebih profesional. Demikian pula masalah peralatan yang digunakan oleh para
nelayan masih sangat tradisional sehingga hasil tangkapannya masih jauh dari
harapan. Oleh karena itu, pemerintah setempat sudah sepantasnya berupaya
meningkatkan taraf hidup nelayan melalui kerja sama dengan pihak luar, termasuk
membuat kapal ikan dengan fasilitas data satelit remote sensing (data fishing ground,
arus, dan cuaca). Kapal ikan ini dapat dipakai berlayar dalam jangkauan yang lebih
luas, yakni melebihi dua belas mil. Dengan fasilitas ini, para nelayan akan dapat
mengetahui letak atau posisi ikan. Selama ini nelayan yang menggunakan cara
tradisional masih memakai perkiraan manual dalam menangkap ikan sehingga tidak
jarang nelayan hanya membawa hasil tangkapan cukup sedikit, terutama pada saat
musim sulit. Di samping itu, kapal ikan bagi nelayan juga akan dilengkapi dengan alat
navigasi, penangkapan, alat keselamatan, dan komunikasi, serta pos pemberdayaan
nelayan (PPN) dalam rangka pengendalian keselamatan kapal, pencegahan perusakan
lingkungan, serta peningkatan produktivitas nelayan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 468
Hotel Melati
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka hotel
melati merupakan KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana dengan skor teratas kedua.
Meskipun belum bisa mengandalkan pariwisata sebagai lokomotif utama
perekonomian, Kabupaten Jembrana kini sudah meningkatkan perannya sebagai
daerah tujuan wisata, demikian juga industri kerajinan rakyat sebagai pendukung
pariwisata telah cukup berkembang di Pulau Bali. Letaknya yang ada di ujung barat
Pulau Bali menjadikan kabupaten ini sebagai pintu gerbang Bali bagian barat.
Pelabuhan Gilimanuk sebagai pelabuhan penyeberangan dari Pulau Jawa lengkap
dengan fasilitas pendukung pariwisata di sekitar Pelabuhan Gilimanuk, seperti
pedagang eceran produk pertanian dan toko-toko suvenir khas Bali. Adapun yang
menjadi objek wisata favorit di Jembrana adalah Bunut Bolong, Pantai Pengeragoan,
Pantai Madewi, Pura Rambut Siwi, Delod Berawah, Pantai Perancak, Pantai Baluk
Rening, Pantai Candikusuma, Bendungan Palasari, Sangkar Agung, Gilimanuk,
Museum Manusia Purba, dan Taman Nasional Bali Barat. Di samping itu, ada Twin
Tower kota Negara sebagai pusat penjualan oleh–oleh dan rumah makan tradisional
Indonesia khas Jembrana. Kondisi ini memunculkan pertumbuhan ekonomi baru dari
sektor pariwisata, khususnya hotel melati.
Pada saat penelitian, terdapat banyak hotel melati dan penginapan lainnya di
Kabupaten Jembrana. Hotel melati Jimbarwana merupakan salah satu dari sekian hotel
melati yang ada di Kabupaten Jembrana. Hal yang diutamakan hotel melati Jimbarwana
adalah memberikan service demi kepuasan pelanggan. Hotel melati Jimbarwana
terletak di pusat Kota Negara yang letaknya sangat strategis karena berada tepat di
pinggir jalan raya Denpasar – Gilimanuk, tepatnya di Jl. Udayana No. 2, Negara sekitar
1,5 km di sebelah barat taman Kota Jembrana.
Mini Market dan Toko Kelontong
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka mini
market dan toko kelontong merupakan KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana dengan
skor urutan ketiga. Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah ruas jalan protokol di
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 469
Jembrana, tidak lagi sulit untuk menemukan berdirinya minimarket dan toko kelontong,
khususnya yang dikelola secara individu. Melihat perkembangan yang mulai maraknya
mini market jejaring, banyak pihak mengkhawatirkan keberadaan pasar tradisional,
serta pelaku usaha kecil dan menengah, seperti para pemilik toko kelontong, menjadi
tersaingi. Upaya memodernkan pasar tradisional pun dilaksanakan. Salah satu di
antaranya adalah dengan melakukan revitalisasi melalui pendidikan dan pelatihan bagi
para pelaku UMKM di Kabupaten Jembrana. Arus migran yang begitu besar tidak bisa
dimungkiri berdampak luas pada perkembangan sektor mini market dan toko kelontong
sebagai salah satu fenomena yang dialami sebuah kabupaten yang terus berkembang.
Penataan barang dengan kualitas unggul yang didukung pelayanan berkualitas, juga
menjadi sangat strategis karena tidak dimiliki mini market berjejaring, demi
kelangsungan hidup mini market dan toko kelontong tradisional, yang menjadi salah
satu sentra perekonomian di Kabupoaten Jembrana.
Padi Sawah
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka padi
sawah merupakan KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana dengan skor urutan
keempat. Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budi daya terpenting dalam
peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budi daya, padi juga
digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang
biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk
ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500
SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung
dan gandum. Namun, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas
penduduk dunia.
Industri Pengalengan Ikan
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, diketahui
bahwa industri pengalengan ikan merupakan KPJU unggulan di Kabupaten Jembrana
dengan skor urutan kelima. Ekspor ikan dalam kaleng Bali selama sebelas bulan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 470
periode Januari--November 2010 mencapai 8.488,8 ton senilai US$ 20,08 juta,
meningkat 5,38% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
mencapai US$ 19,06 juta. Namun, dari segi volume berkurang 2,49% karena tahun
sebelumnya mengapalkan 8.705,9 ton ikan dalam kaleng yang menembus pasaran
Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa itu sebagian besar hasil industri pabrik
pengalengan ikan Pengambengan, Kabupaten Jembrana, daerah ujung Barat Pulau
Bali. Ikan dalam kaleng yang siap hidang itu merupakan salah satu dari dua belas
jenis komoditas hasil perikanan dan kelautan yang berhasil menembus pasaran ekspor.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 471
6.4.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan Permasalahannya di Kabupaten Buleleng
Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes menunjukkan bahwa
hotel melati merupakan produk unggulan (sektor perdagangan, hotel, dan restoran)
dengan bobot tertinggi pertama. Hotel melati di kawasan Buleleng sangat banyak dan
beragam, meliputi, baik hotel berbintang maupun hotel melati ini sangat mendukung
mengingat Buleleng merupakan kawasan pariwisata. Masalahnya adalah adanya
kelebihan hotel melati di Buleleng. Seperti kita ketahui bahwa di Buleleng terdapat
kawasan wisata yang cukup terkenal, seperti pantai Lovina, air terjun Gitgit, Danau
Buyan. Hal ini tentu sangat mendukung dengan pertumbuhan sarana dan prasarananya
seperti, yaitu hotel melati yang merupakan tempat menginap bagi para turis, baik
domestik maupun dari berbagai mancanegara. Dampaknya dengan banyaknya hotel
melati yang ada di Buleleng maka tempat-tempat penginapan yang tidak berbintang
seperti losmen menjadi kurang diminati.
Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, menunjukkan bahwa
restoran/rumah makan merupakan produk unggulan (sektor perdagangan, hotel, dan
restoran) dengan bobot tertinggi kedua. Di Buleleng sangat banyak terdapat restoran
atau rumah makan yang berada dekat hotel melati, dekat objek wisata. Beragam jenis
makanan bisa diperoleh di Buleleng. Dampak dari banyaknya restoran adalah
terjadinya kompetitor antara restoran yang satu dengan lainnya.
Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, menunjukkan bahwa
cengkeh merupakan produk unggulan (sektor pertanian) dengan bobot tertinggi urutan
ketiga. Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup
puluhan, bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20--30 meter dan
cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang tumbuhan cengkeh tersebut pada
umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota
atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh
berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya
menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2--3 cm dan panjang daun tanpa
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 472
tangkai berkisar 7,5- -12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung
ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga
cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan,
dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh
kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak
atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4--7 tahun. Tumbuhan
cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari
langsung. Tanaman cengkeh banyak ditanam di daerah Munduk, Sukasada, Seririt,
Busung Biu, Banjar. Dari tahun ke tahun harga cengkeh berfluktuasi. Namun, tidak
sampai membuat petani rugi besar sekalipun fluktuasi terjadi cukup tajam. Banyak
petani tergiur untuk mengganti tanaman cengkeh dengan yang lain (yang sedang
trend).
Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka kopi merupakan
produk unggulan (sektor pertanian) dengan bobot urutan keempat. Secara umum,
terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik) dan robusta.[Sejarah
mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama
kali ditemukan oleh bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3.000 tahun (1.000 SM) yang
lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman
paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia
sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahun. Di samping
rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit
kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler). Kopi
Banyuatis Buleleng sudah cukup terkenal di seluruh Bali dengan keunikan rasanya,
demikian juga kopi luwak yang kini sedang dikembangkan di beberapa daerah di
Buleleng. Para turis pun telah mengenal kopi luwak Buleleng dan berani membeli
dengan harga yang cukup mahal. Banyak petani berhasil menanam kopi di Kabupaten
Buleleng. Terjadinya harga yang berfluktuasi dapat mengakibatkan kerugian pada
petani.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 473
Tabel 6.4.9 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Lintas Sektor
di Kabupaten Buleleng
No KPJU Lintas Sektor
1 Hotel melati
2 Restoran/rumah Makan
3 Cengkeh
4 Kopi
5 Kontraktor konstruksi bangunan
Keterangan: Penentuan KPJU unggulan lintas sektor didasarkan pada lima KPJU unggulan per Sektor (AHP) di kabupaten dengan mengunakan metode Bayes
Hasil pengolahan dengan menggunakan metode Bayes, maka kontraktor
konstruksi bangunan merupakan produk unggulan (sektor bangunan/konstruksi)
dengan bobot urutan kelima. Kontraktor merupakan orang yang membangun bangunan
yang digunakan sebagai tempat aktivitas manusia berdasarkan perjanjian kontrak yang
telah disetujui. Di Buleleng saat ini sangat banyak terdapat kontraktor kontruksi
bangunan. Hal ini biasa dilihat dari banyaknya pembangunan yang dilakukan dan
sampai saat ini tak kunjung henti. Baik pembangunan gedung, hotel melati, vila,
maupun lainnya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 474
6.5 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Borda)
1. Profil Provinsi Bali
Provinsi Bali memiliki wilayah seluas 5.636,66 km2 atau 0,29% dari total
Kepulauan Indonesia. Provinsi Bali terdiri atas satu pulau utama, yaitu Pulau Bali yang
merupakan pulau terbesar dan beberapa pulau kecil, sepeti Pulau Nusa Penida, Pulau
Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan.
Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2006 jumlah penduduk Bali tercatat sebanyak
3.431.585 jiwa.
Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten, satu kota,
55 kecamatan, 701 desa/kelurahan, 1.430 desa pekraman, 3.945 banjar/adat. Luas
wilayah per kabupaten/kota terdiri atas luas kabupaten Buleleng 1.365,88 km2,
Jembrana 841,80 km2, Tabanan 839,33 km2, Badung 418,52 km2, Denpasar 127,78
km2, Gianyar 368,00 km2, Klungkung 315,00 km2, Bangli 520,81 km2, dan Karangasem
839,54 km2.
Berdasarkan Data Bali Membangun tahun 2009, dapat diketahui bahwa total
ekonomi Bali tahun 2009 mencapai Rp 57,58 triliun atau meningkat sebesar 15,34%
jika dibandingkan dengan tahun 2008, yaitu capaian total ekonomi sebesar Rp 49,92
triliun. Ekonomi Bali masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel & restoran
sebesar 30%; disusul sektor pertanian (18,21%); dan kemudian sektor jasa-jasa
sebesar 14,72%. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Bali tahun 2009 mencapai 5,33%
lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 5,97%. Untuk
pertumbuhan menurut sektor, maka sektor perdagangan, hotel & restoran merupakan
sektor dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 6,50%, sedangkan sektor
bangunan merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah, yaitu sebesar 0,91%.
PDRB per kapita Bali tahun 2009 mencapai Rp 16,21 juta atau meningkat
14,20% jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp 14,20 juta. Ekonomi Bali
dilihat dari sisi penggunaan maka kotribusi ekspor tahun 2009 mencapai 89,25%,
ekspor (80,01%), dan konsumsi rumah tangga sebesar 52,52%. Kontribusi investasi
yang terwakili dengan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada tahun 2009
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 475
sebesar 23,32% lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai
21,79%. Sementara itu, untuk konsumsi pemerintah kontribusinya mencapai 11,01%
pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2008 mencapai 10,32%. Bila dilihat
perbandingan antarkabupaten/kota se-Bali, maka pertumbuhan ekonomi tertinggi pada
tahun 2008 dicapai oleh Kabupaten Badung sebesar 6,91% disusul Kota Denpasar
sebesar 6,83%. PDRB per kapita Kabupaten Badung merupakan PDRB per kapita
tertinggi pada tahun 2008 sebesar Rp 25,18 juta, sedangkan untuk Kabupaten
Karangasem sebesar Rp 8,2 juta merupakan yang terendah.
Total anggaran pembangunan Bali tahun 2009 mencapai Rp 8,44 triliun atau
meningkat sebesar 13,92% jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai Rp
7,41 triliun. Bila dilihat dari sumber dananya, maka anggaran pembangunan Bali
berasal dari APBN yang mencapi Rp 5,11 triliun disusul APBD kabupaten/kota sebesar
Rp 2,70 triliun dan terakhir APBD Provinsi sebesar Rp 0,64 triliun. Anggaran Provinsi
Bali tahun 2009 yang berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) mencapai Rp 4,14 triliun atau meningkat sebesar 3,97% jika
dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai Rp 3,98 triliun.
Perhitungan APBD Provinsi Bali bila diperbandingkan antara anggaran induk
dengan anggaran perubahan, maka anggaran pendapatan mengalami penambahan
sebesar Rp 251,57 miliar yang diikuti dengan penurunan defisit anggaran menjadi –Rp
115,73 miliar serta sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) sebesar Rp 94,05 miliar.
Pada tahun 2009, belanja tidak langsung Provinsi Bali mencapai Rp 1,37 triliun atau
68,82% dari total APBD Provinsi Bali yang mencapai Rp 2,01 triliun. Bila
diperbandingkan dengan tahun 2008, maka belanja tidak langsung APBD Provinsi Bali
2009 mengalami penurunan secara persentase.
Kabupaten Badung memiliki pendapatan tertinggi untuk kabupaten/kota se-Bali,
sedangkan Kabupaten Bangli merupakan kabupaten dengan pendapatan terendah.
Pada tahun 2009, pendapatan Kabupaten Badung mencapai Rp 1,311 triliun,
sedangkan untuk Kabupaten Bangli sebesar Rp 0,398 triliun. Bila dilihat dari defisit
anggaran, maka defisit terbesar terjadi di Kabupaten Badung, yaitu sebesar Rp 356,33
miliar, sedangkan defisit terendah terjadi di Kabupaten Tabanan sebesar Rp 56,96
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 476
miliar. Kontribusi PAD tahun 2009 terhadap pendapatan Bali mencapai 58,84%
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 58,34%.
2. KPJU Unggulan di Provinsi Bali
Berdasarkan sepuluh KPJU unggulan kabupaten, dengan menggunakan metode
Borda, maka teridentifikasi lima KPJU unggulan per sektor di Provinsi Bali, seperti
disajikan pada Tabel 6.5.1.
Pertanian dalam arti luas
Pada sektor pertanian terdapat lima KPJU unggulan, yaitu padi, ayam, sapi,
penangkapan ikan di laut, dan kopi. Padi sawah merupakan salah satu komoditas
penting di Bali karena banyak sumber pendapatan penduduk pada padi sawah,
menyerap banyak tenaga kerja, dan sumber makanan utama penduduk Bali.
Berdasarkan Data Bali Membangun 2009, luas sawah baku pengairan yang ditangani
PU pada tahun 2009 mencapai 90.915 ha meningkat jika dibandingkan dengan tahun
2008 yang mencapai 81.076 ha. Penggunaan sawah di Provinsi Bali tahun 2009 yang
digunakan sekali setahun sebanyak 13,749 ha meningkat jika dibandingkan tahun
2008, yaitu seluas 11.193 ha. Sementara untuk sawah yang ditanami dua kali setahun,
pada tahun 2009 mencapai 51.453 ha menurun jika dibandingkan dengan tahun 2008
yang mencapai 59.944. Luas tanam padi sawah dan padi ladang pada tahun 2009
mencapai 151.764 ha dengan perincian 150.961 ha luas tanam padi sawah dan 803 ha
padi ladang. Namun, luas tanam ini jika dibandingkan dengan tahun 2008 justru
mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2008 luas tanam padi sawah dan padi ladang
mencapai 158.726 ha. Usaha tani padi di Bali ditunjang oleh adanya kelembagaan
subak (organisasi pengairan) sampai dengan tahun 2009 sebanyak 1.549 buah dengan
luas areal mencapai 86.911,47 ha. Bila dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah subak
dan luas areal sawah mengalami penurunan. Luas panen, produksi, dan produktivitas
padi sawah dan padi ladang tahun 2005 masing-masing 141.577 ha, 785.481 ton, dan
55,48 ku/ha, tahun 2009 mengalami peningkatan masing-masing 150.283 ha, 878.764
ton, dan 58,47 ku/ha. Namun, dari sembilan kabupaten/kota, Kabupaten Tabanan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 477
memiliki luas panen dan produksi tertinggi masing-masing 40.529 ha dan 227.270 ton
GKP.
Tabel 6.5.1 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM
di Provinsi Bali
No Sektor KPJU Unggulan
1 Pertanian (1) Padi sawah (2) Ayam (3) Sapi (4) Penangkapan ikan di laut (5) Kopi
2 Pertambangan dan Penggalian
Galian C (pasir, kerikil/koral, batu hitam, dan batu padas)
3 Industri pengolahan (1) Industri pengolahan kopi bubuk (2) Industri penyosohan beras (RMU) (3) Industri tenun endek & songket (ATBM) (4) Industri makanan/minuman (5) Industri kerajinan kayu
4 Listrik dan Air Minum -
5 Bangunan/Konstruksi Kontraktor konstruksi bangunan
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(1) Hotel melati (2) Perdagangan produk pertanian (3) Restoran/rumah makan (4) Mini market dan toko kelontong (5) Vila
7 Pengangkutan dan Komunikasi
(1) Angkutan darat barang (truk) (2) Penyewaan kendaraan (rent a car) (3) Bus carter (4) Angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan (5) Warnet
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
(1) LPD (2) BPR (3) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) (4) Money changer (5) KUD
9 Jasa-jasa lain (1) Pangkas rambut dan salon kecantikan (2) Pramuwisata (3) Jasa binatu/laundry (4) Jasa perbengkelan (motor dan mobil) (5) Fotokopi
Catatan: Penentuan lima KPJU unggulan per sektor di provinsi berdasarkan lima KPJU unggulan per sektor seluruh kabupaten (AHP) dengan menggunakan Metode Borda
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 478
Masalah utama dalam usaha padi sawah di Bali adalah semakin menyusutnya
lahan sawah yang dikonversi untuk peruntukan bukan pertanian, seperti perumahan,
infrastruktur jalan, infrastruktur pariwisata. Setiap tahun Bali kehilangan lahan sawah
hingga ribuan hektare. Misalnya, di Kabupaten Badung dari 10.121 hektare sawah,
tahun 2005 telah dikonversi 188 hektare dan tahun 2008 dikonversi lagi 18 hektare.
Belum lagi di kabupaten/kota lainnya, seperti Kota Denpasar yang perkembangan
pembangunan fisiknya sangat pesat.
Dampak makro konversi lahan yang dinilai paling serius adalah hilangnya lahan
produktif sehingga menurunkan produksi padi secara nasional, yang pada akhirnya
menambah permasalahan swasembada pangan. Konversi lahan sawah ke penggunaan
bukan pertanian cenderung mengabaikan aspek tata ruang, ekonomi, lingkungan, nilai
oportunitas sawah yang sangat tinggi, investasi pengembangan infrastuktur, dan
struktur sosial kelembagaan kelompok tani sebagai andalan sistem produksi beras
nasional. Dampak mikro konversi lahan adalah bagi petani yang mempunyai
kemampuan ekonomi tinggi dan pemilikan lahan luas, konversi lahan sawah cenderung
berdampak positif, yaitu pemilikan sawah dan sumber pendapatan akan meningkat
setelah konversi. Mereka melakukan ekspansi pembelian lahan dan mendesak
eksistensi petani gurem. Pola konversi lahan untuk kepentingan industri, sarana dan
prasarana, dan permukiman cenderung bersifat massal sehingga peran birokrasi
sangat dominan dalam penentuan harga, cara tawar-menawar, dan waktu pembayaran.
Dalam kondisi ini, petani berada dalam posisi yang lemah dan proses konversi
cenderung merugikan petani. Jadi, usaha padi sawah di Bali berada di persimpangan
jalan, seperti kata pepatah “hidup segan, mati pun tak mau”. Hal ini perlu perhatian
serius dari pemerintah dengan membuat master plant serta moratorium konversi lahan
untuk keberlangsungan pertanian di Bali.
Ayam (petelur dan pedaging) menjadi salah satu KPJU unggulan di Provinsi
Bali. KPJU ini menjadi unggulan karena produk KPJU ini tidak hanya mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat Bali akan telur dan daging, tetapi juga mampu memasok
provinsi lain, seperti Nusa Tenggara Barat, khususnya Pulau Sumbawa, dan Nusa
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 479
Tenggara Timur. Setiap hari bertruk-truk telur dari Bali diantarpulaukan melalui lintas
darat ke NTB dan NTT. Seperti diinformasikan oleh Bisnis Bali online 27 Desember
2011, memasuki perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) aktivitas pengeluaran telur
ayam ras dari Bali meningkat ke pasar di Indonesia Timur seperti Lombok. Memang
saat-saat tertentu, ada pemasukan telur ayam dari luar Bali ke Bali, tetapi pengiriman
jauh lebih besar daripada pemasukan. Data pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Propinsi Bali mengungkapkan, bahwa pemasukan telur ayam ras ke Bali
November 2011 hanya mencapai 3.133.800 butir, sedangkan pengeluaran dari Bali ke
luar Bali mencapai 13.010.000 butir. Dari Januari--November 2011 telur yang
dimasukkan dari luar ke Bali mencapai 30.322.100 butir, sedangkan pengeluaran telur
ayam ras Januari--November 2011 mencapai 87.111.840 butir. Dipaparkan juga bahwa
pada Desember 2011, KPPT memprediksi pengeluaran telur ayam ras juga lebih tinggi
daripada pemasukan telur ayam ras ke Bali . Izin yang dikeluarkan KPPT lebih banyak
izin pengeluaran telur ayam ras daripada izin pemasukan. Sentra produksi ayam (telur
dan daging) adalah Kabupaten Tabanan terutama di Kecamatan Penebel, Kabupaten
Bangli terutama di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Badung terutama Kecamatan
Abiansemal, dan Kabupaten Karangasem terutama di Kecamatan Manggis.
Masalah dalam budi daya ayam (petelur dan pedaging) adalah penyakit flu
burung yang sempat merebak di Bali. Seperti diberitakan oleh Kompas.com, Jumat, 30
Desember 2011, Paguyuban Peternak Ayam Bali resah dengan munculnya kembali
wabah flu burung yang kali ini di Pulau Jawa. Mereka khawatir pengalaman imbas flu
burung di Bali pada tahun 2007--2008 permintaan ayam turun drastis. Oleh karena itu,
peternak meminta pemerintah daerah terus memperketat lalu lintas unggas ke Pulau
Dewata. Hingga Rabu (16/3/2011), Peraturan Gubernur Bali Nomor 44 Tahun 2005
mengenai larangan masuk unggas khususnya dari Jawa masih berlaku. Ketua
Paguyuban Peternak Ayam Bali (PPAB) mengakui pengalaman beberapa tahun lalu di
Pulau Dewata yang menyebabkan kematian positif karena flu burung memukul
peternak. Peternak Bali yang tergabung dalam PPAB berjumlah 50 peternak. Mereka
memproduksi rata-rata 120.000 ekor ayam broiler setiap hari. Kepala Dinas Peternakan
Provinsi Bali mengakui masih seringnya sejumlah ayam potong lolos di pintu masuk.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 480
Lolosnya ayam-ayam tersebut karena kelihaian pemasok yang menutup sedemikian
rupa kontainernya selain faktor kelalaian petugas. Namun, Kadis Peternakan Bali
menjelaskan bahwa pihaknya sudah bekerja sama dengan Balai Karantina I Denpasar
melakukan pengawasan lalu lintas unggas. Pihaknya juga memaksimalkan pemberian
biosekuriti kepada peternak unggas di Bali. Sementara Kepala Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar menegaskan bahwa pihaknya terus mengupayakan
pengawasan lalu lintas unggas dan produknya secara optimal.
Sapi merupakan salah satu KPJU unggulan di Bali karena memang sejak dulu
sapi adalah unggulan Bali. Dilihat dari keragaan sapi potong, sapi Bali memiliki potensi
ekonomi tinggi dengan berbagai keunggulan dibandingkan dengan sapi potong daerah
lain, yaitu tingkat fertilitas tinggi 80--80,2%, persentase karkas mencapai 56--60% dan
kenaikan bobot harian tertinggi (0,35 kg/hari). Peternakan sapi di Bali bersifat
peternakan rakyat, tetapi tujuan utamanya adalah memperoleh pendapatan. Hanya
dalam teknis pemeliharaannya, sebagian besar bersifat tradisional walaupun ada
sebagian kecil bersifat semi tradisional. Alasan utama peternak rakyat memelihara sapi
adalah untuk meningkatkan pendapatan keluarga, dengan memanfaatkan hijauan atau
limbah pertanian lainnya yang merupakan hasil sampingan dari sawah, kebun dan atau
tegalan, meningkatkan kesejahteraan keluarga. Populasi sapi Bali (jantan, betina dan
pedet) selama 2004--2009 cenderung meningkat, berturut-turut 576.586 ekor, 590.949
ekor, 613.241 ekor, 633.789 ekor, 668.065 ekor, dan 675.419 ekor (Bappeda, 2010).
Namun, berdasarkan fenomena empirik, tampak bahwa kebutuhan daging sapi di Bali
belum mampu dipenuhi oleh pasokan daging sapi lokal atau dengan kata lain ada
kesenjangan antara permintaan dan penawaran. Permintaan daging sapi setiap tahun
akan terus meningkat karena dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu pertambahan
jumlah penduduk, kebutuhan bahan baku industri pengalengan, peningkatan
pendapatan masyarakat, bangkitnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan tubuh, dan perdagangan antarpulau. Sebaliknya, pertambahan
populasi sapi tidak banyak mengalami peningkatan, bahkan setiap tahun sekitar 50
ribuan diantarpulaukan untuk memasok kebutuhan daging DKI Jakarta, belum lagi sapi
bibit yang diantar pulaukan ke provinsi lain. Potensi kesenjangan antara permintaan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 481
dan penawaran daging, ternyata tidak menambah gairah peternak untuk meningkatkan
populasi ternaknya, tetapi sebaliknya peternak banyak yang frustrasi karena harga sapi
cenderung mengalami stagnasi, bahkan tidak jarang turun. Peternak banyak mengeluh
ketika membeli bibit per kg mahal, sedangkan ketika menjual harganya murah.
Penangkapan ikan laut menjadi KPJU unggulan di Provinsi Bali karena Bali
merupakan wilayah pulau yang dikelilingi oleh laut sehingga di Bali banyak terdapat
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Di Provinsi Bali setidaknya terdapat tiga belas PPI
yang tersebar di kabupaten-kabupaten di Bali, yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten
Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem,
Kabupaten Klungkung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, dan Kota Denpasar.
Selama ini yang menjadi pusat dari penangkapan ikan di Bali adalah Kabupaten
Jembrana dengan tiga PPI, yaitu PPI Yeh Sumbul, PPI Air Kuning, dan PPI
Pengambengan. Namun, PPI di Kota Denpasar, yaitu Pelabuhan Benoa (Denpasar
Selatan) banyak terdapat perusahaan penangkapan ikan, terutama perusahaan yang
menangkap ikan tuna untuk tujuan ekspor ke Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
Sebaliknya hasil tangkapan beberapa perusahaan perikanan yang bermarkas di
Kabupaten Jembrana, untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pengalengan ikan
setempat, dengan jenis ikan yang ditangkap adalah lemuru. Produk ikan kalengan ini
juga diperdagangkan ke provinsi lain dan ada juga yang diekspor ke negara-negara
Timur-Tengah.
Kopi adalah salah satu KPJU unggulan di Provinsi Bali karena sejak dulu
komoditas kopi menjadi unggulan Bali. Produksi kopi Provinsi Bali sebagian besar
diekspor ke mancanegara dan sebagian kecil untuk memenuhi kebutuhan konsumen
lokal. Sentra produksi kopi di Bali adalah Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan,
Kabupaten Buleleng, dan Kaupaten Bangli. Saat ini produksi kopi arabika Kabupaten
Bangli, khususnya dari Kecamatan Kintamani telah tersertifikasi menjadi kopi organic
sehingga laku keras di pasar luar negeri.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 482
Pertambangan dan Penggalian
Pada sektor penggalian hanya terdapat satu KPJU unggulan, yaitu galian C
(pasir, kerikil/koral, batu, dan batu padas). Dari banyak jenis usaha penggalian menurut
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia yang dipublikasikan oleh BPS Pusat tahun
2010, hanya usaha galiac C yang ada di Bali. Produk galian C ini sangat penting
peranannya sebagai bahan baku pembangunan fisik di Bali. Galian C berupa pasir yang
berpusat di Kabupaten Karangasem, memasok semua kebutuhan pasir di seluruh Bali,
bahkan mengirim sampai ke luar Bali, seperti Sumbawa oleh sebuah perusahaan
ekspedisi yang berkantor di Kubu Karangasem. Sepertinya tanpa kehadiran galuan C
dari Kabupaten Karangasem, pembangunan fisik di Bali akan macet total. Oleh karena
itu, logis kalau usaha menjadi KPJU unggulan Bali. Hasil samping dari penyaringan
produk galian C pasir adalah kerikil/koral, yang setiap harinya diangkut dari Kabupaten
Karangasem ke pusat-pusat pembangunan fisik di Bali sebagai campuran membuat
beton. Dalam penggalian pasir, juga diperoleh galian batu hitam atau batu kali, sebagai
bahan baku membuat batu tabas, yang digunakan sebagai bahan pembuatan sanggah
dan perumahan. Sebaliknya, galian batu padas lebih banyak digali di Kabupaten
Gianyar, terutama di pinggir sungai, sebagai bahan untuk membuat ornamen ukiran di
rumah-rumah khas Bali.
Keunggulan galian C berupa pasir ini ada batas waktunya. Setelah habis semua
tanah digali dan kandungan pasir habis, seperti yang telah terjadi di Kabupaten
Klungkung, maka usaha galian C di Bali mungkin tidak menjadi unggulan lagi. Dalam
Berita Karangasem Online, Bupati Karangasem I Wayan Geredeg mengakui bahwa
selama ini Karangasem dikenal sebagai satu-satunya daerah pemasok galian tambang
pasir dan batu, tetapi dalam pengelolaannya tetap memprioritaskan rambu hukum
mengenai Perda Tata Ruang serta ancaman kerawanan lingkungan hidup. Pernyataan
ini dikeluarkan berkaitan dengan kondisi dua lokasi galian C paling padat aktivitasnya,
yakni Kecamatan Selat dan Rendang. Saat bertemu warga Rendang belum lama ini,
Bupati Geredeg menyatakan bahwa sedang melakukan langkah koordinasi membuat
kajian terhadap layak tidaknya lokasi tersebut menjadi ladang penambangan karena
kondisi kedua lokasi tersebut sudah cukup parah mengalami kerusakan lingkungan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 483
Dikatakan oleh bupati bahwa di satu sisi Karangasem tidak ingin melakukan eksploitasi
penambangan galian C secara besar-besaran karena mengetahui dampaknya yang
buruk bagi lingkungan. Akan tetapi, di sisi lain jika begitu saja dihentikan akan
mengancam penghidupan masyarakat setempat yang sumber pendapatannya
tergantung pada ekplorasi galian C. Kondisinya menjadi dilematis. Untuk itu, ditempuh
langkah kebijakan berhati-hati dalam pengelolaannya dengan batasan-batasan yang
ketat, sesuai dengan Perda Prop Bali No. 11, Tahun 2000 tentang Rencana Tata
Wilayah ( RTRW) Kab Karangasem dan Perda No. 8, Tahun 1998 tentang Pengaturan
Perizinan, Pengawasan, dan Pengendalian Usaha Pertambangan Galian Golongan C.
Dalam rangka penanganan galian C Pemkab Karangasem telah memiliki Tim Pembina
Penambang Galian C beranggotakan unsur Bagian Hukum, Dispenda, Pol. PP, DLHKP,
Hutbun, Polres, Bappeda, BPN, PU, dan UPT. Jika menemukan masalah di lapangan
tim, menekankan pada aspek pembinaan jika izinnya sudah tidak berlaku diberikan
tenggang satu bulan untuk mengurusnya kembali. Jika tidak dipatuhi, maka izinnya
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Industri Pengolahan
Pada sektor industri pengolahan, terdapat lima KPJU unggulan di Provinsi Bali,
yaitu industri pengolahan kopi, industri penyosohan beras (RMU), industri tenun endek
dan songket (ATBM), industri makanan/minuman, dan industri kerajinan kayu.
Jumlah industri kecil dan menengah (IKM) di Provinsi Bali tahun 2009 mencapai
985 buah dengan total unit usaha mencapai 73.383 serta jumlah tenaga kerja yang
terserap mencapai 226.420 orang. Jumlah sentra IKM terbanyak berada di Kabupaten
Karangasem, yaitu mencapai 239 buah dengan unit usaha 13.658 serta tenaga kerja
yang terserap mencapai 28.182 orang (Data Bali Membangun, 2009). Pada sumber
yang sama juga diinformasikan bahwa jumlah UKM yang menerima sertifikat (ISO, Hak
Paten, Merk, Safety Food) sebanyak 72 usaha. Kabupaten Gianyar merupakan
kabupaten dengan UKM penerima sertifikat terbanyak, yaitu 19 usaha diikuti Kabupaten
Klungkung sebanyak 13 usaha.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 484
Salah satu industri pengolahan unggulan Bali adalah industri pengolahan kopi
(kopi biji menjadi kopi bubuk). Industri pengolahan kopi pada umumnya menggunakan
bahan baku biji kopi arabika dan robusta dengan komposisi perbandingan tertentu. Kopi
arabika digunakan sebagai sumber citra rasa, sedangkan kopi robusta digunakan
sebagai campuran untuk memperkuat body. Kopi arabika memiliki citra rasa yang lebih
baik, tetapi memiliki body yang lebih lemah dibandingkan dengan kopi robusta. Selain
biji kopi, industri pengolahan kopi juga membutuhkan bahan tambahan, seperti gula,
jagung, dan lain-lain serta bahan penolong, seperti bahan kemasan (packing), palet,
kerat, dan lain-lain.
Struktur industri pengolahan kopi nasional belum seimbang, hanya 20% kopi
diolah menjadi kopi olahan (kopi bubuk, kopi instan, kopi mix), sedangkan 80% dalam
bentuk kopi biji kering (coffee beans) yang diekspor. Industri pengolahan kopi masih
kurang berkembang disebabkan oleh faktor teknis, social, dan ekonomi. Penerapan
teknologi pengolahan hasil kopi baru diterapkan oleh sebagian kecil perusahaan
industri pengolah kopi. Ha ini disebabkan oleh keterbatasan informasi, modal, teknologi,
dan manajemen usaha. Produk industri olahan tersebut sangat berpotensi dalam
memberikan nilai tambah yang tinggi.
Pada era globalisasi perdagangan dewasa ini, kondisi persaingan semakin ketat,
yaitu tiap-tiap negara saling membuka pasarnya. Pengembangan produk diversifikasi
kopi olahan, seperti roasted coffee, instant coffee, coffee mix, decaffeinated coffee,
soluble coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee mempunyai arti penting karena dapat
menjadi komoditas unggulan yang mempunyai daya saing tinggi di pasar internasional.
Indonesia sebagai negara tropis di samping berpeluang untuk pengembangan produk
diversifikasi kopi olahan tersebut, juga berpotensi untuk pengembangan produk industri
pengolahan kopi specialties dengan rasa khas, seperti Lintong Coffee, Lampung
Coffee, Java Coffee, Kintamani Coffee, Toradja Coffee.
Walaupun Indonesia mempunyai peluang besar untuk pengembangan industri
pengolahan kopi dan mempunyai prospek besar di pasar domestik dan internasional,
permasalahan juga sangat kompleks. Hal itu terjadi karena begitu banyak faktor yang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 485
mempengaruhinya, baik internal maupun eksternal. Di samping itu, juga faktor perilaku
konsumen, fluktuasi harga, dan perdagangan kopi dunia.
Konsumsi kopi dunia dari tahun 2001 s.d. 2008 mengalami kenaikan rata-rata
sekitar 2%. Konsumsi kopi dunia tahun 2008 diperkirakan sebesar 7.680,0 ribu ton,
terdiri atas kopi arabika sebesar 4.909,0 ribu ton dan kopi robusta sebesar 2.771,0 ribu
ton. Kenaikan konsumsi kopi dunia disebabkan oleh konsumsi kopi di negara-negara
produsen kopi tumbuh sangat cepat meskipun di negara-negara konsumen juga
mengalami kenaikan. Pertumbuhan konsumsi kopi yang terjadi di negara-negara
produsen seiring dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara produsen tersebut
yang kebanyakan adalah negara berkembang, termasuk Indonesia dan Brazil. Menurut
Konsultan International Coffee Organization (ICO), yaitu P & A Marketing International,
diperkirakan bahwa pertumbuhan konsumsi kopi global dalam periode 2005--2015
meningkat 35,5%.
Meningkatnya nilai konsumsi kopi dunia menjadi pendorong bagi industri
pengolahan kopi untuk meningkatkan produksinya. Konsumsi kopi Indonesia
mengalami kenaikan rata-rata sekitar 3% setiap tahun, lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan konsumsi kopi dunia yang rata-rata sekitar 2%. Hal tersebut
menjadi peluang bagi industri pengolahan kopi. Namun, semakin mahalnya harga input
produksi pertanian, seperti pupuk, pestisida, tenaga kerja menyebabkan produksi kopi
semakin sulit meningkat bahkan bisa jadi produksi kopi menjadi turun. Sebaliknya,
untuk meningkatkan produksi, industri pengolahan kopi memerlukan pasokan bahan
baku yang lebih banyak. Dampak krisis keuangan dunia diperkirakan tidak akan
berpengaruh terhadap konsumsi kopi mengingat kecilnya bagian pengeluaran rumah
tangga untuk minum kopi. Selama pasokan kopi tetap terjamin dengan harga yang
masih masuk akal, maka kemungkinan pengembangan industri pengolahan kopi akan
tetap menarik dan pengaruh krisis finansial global tidaklah signifikan.
Untuk mengurangi ketatnya persaingan di pasar global, Indonesia bisa
meningkatkan industri pengolahan kopi di dalam negeri. Hingga saat ini, sekitar 75%
produksi biji kopi Indonesia dipasarkan ke luar negeri dan hanya 25% yang diolah
industri dalam negeri menjadi kopi bubuk dan kopi instan. Hal ini disebabkan oleh
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 486
industri pengolahan kopi dalam negeri masih sedikit, yaitu baru mencapai 80
perusahaan yang sebagian besar berupa industri skala kecil. Padahal, konsumsi kopi
penduduk Indonesia saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup baik.
Kompetitor produk kopi Indonesia adalah produk kopi pegunungan di Amerika
Latin terutama Brazilia. Sementara Vietnam hanya memproduksi kopi robusta. Kopi
arabika Indonesia sudah dikenal di pasar global, seperti Toraja, Gayo, Jawa, dan Bali
sebagai coffee gourmeta (kopi konsumsi eksklusif). Permintaan biji kopi di pasaran
dunia cukup tinggi, yaitu 5,5 juta ton, tetapi hampir 70 persen kopi yang diminta adalah
dari jenis arabika. Peningkatan daya saing produk usaha tani yang berbasiskan
agribisnis dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep kluster industri. Kluster
industri merupakan konsep baru dalam meningkatkan daya saing industri.
Pengembangan industri pengolahan kopi dengan pendekatan manajemen sistem
kluster akan sangat tergantung pada efektivitas hubungan antara pemerintah, dunia
usaha, dan petani produsen (public-private partnership) serta keterkaitannya. Untuk
mengefektifkan kerja sama dan koordinasi tersebut diperlukan adanya kelembagaan
yang mendorong komunikasi secara rutin dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan
daya saing, perlu dilakukan langkah-langkah terpadu dari para pelaku bisnis kopi.
Peningkatan nilai tambah mulai dari hulu ke hilir merupakan satu kesatuan mutlak yang
diperlukan untuk meningkatkan pemasaran sehingga diperlukan suatu konsep yang
menggabungkan keseluruhan rangkaian kegiatan produksi hingga pascapanen. Konsep
yang sedang dikembangkan adalah kluster karena pendekatan ini bersifat terintegrasi
dan mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan
antarpelaku dalam hubungan hulu-hilir. Di samping itu, mendorong peningkatan
keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian tiap-tiap anggota kluster. Pendekatan
klaster industri merupakan salah satu alternatif yang sesuai bagi pengertian unggulan
daerah. Dengan demikian, yang dimaksud unggulan daerah dalam konteks ini
sebenarnya merupakan kluster industri di daerah yang berpotensi atau terbukti memiliki
keunggulan daya saing.
Dalam kegiatan kluster kopi arabika Kintamani telah dilakukan oleh Bank
Indonesia (BI) sebagai inisiator dan fasilitator dalam pengembangan budi daya Kopi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 487
Kluster Arabika Kintamani, Bangli. Menurut Gentur Wibisono, Analis Madya Unit Kerja
Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM Bidang Ekonomi dan Moneter BI Denpasar,
tujuan pembentukan kluster ini dalam suatu MoU atau kesepakatan bersama adalah
untuk peningkatan mutu dan produktivitas Kluster Kopi Arabika di Kabupaten Bangli.
Hal itu dapat dicapai melalui percepatan peningkatan mutu kopi biji untuk mendukung
program peningkatan kopi spesial yang berorientasi pasar ekspor. Di samping itu,
pengembangan industri hilir kopi dan industri komoditas lain yang terkait di Kabupaten
Bangli.
Dalam kaitan dengan industri pengolahan kopi di Bali, ada beberapa tempat
pengolahan kopi, antara lain sebagai berikut.
(1) Perusahaan kopi Kupu Kupu Bola Dunia, merupakan perusahaan kopi terbesar di
Bali. Pabriknya terletak di daerah Sesetan Denpasar. Pabrik itu bisa dikunjungi oleh
umum, tetapi hanya pabrik pengolahan dan semua peralatannya modern. Kopi yang
diproduksi robusta dan arabika. Di sana juga dijual single bean coffee yang
harganya sudah pasti lebih mahal daripada Arabika. Kopi yang diproduksi berasal
tidak hanya dari Bali, tetapi juga dari daerah lain, seperti Sumatra.
Di sini bisa dilihat secara detail proses pengolahan kopi, baik dengan dry system
maupun wet system.
(2) Perusahaan kopi Banyuatis cukup terkenal di Bali. Beberapa orang mengatakan
bahwa rasanya enak. Hal ini mungkin disebabkan oleh prosesnya yang masih
campuran antara modern dan tradisional dengan kayu bakar. Pengolahan terletak
di Jalan Raya Seririt, Singaraja. Proses pengolahan masih campuran antara alat
modern dan kayu bakar (kayunya dari kayu kopi). Hasil gilingan dicampur kemudian
dipak secara sederhana. Kopi yang dihasilkan masih satu macam saja, yaitu
robusta.
(3) Beberapa home industry penghasil kopi terletak di daerah Munduk dan Pupuan.
Pengolahan masih sangat sederhana, yaitu dengan kayu bakar. Pemasaran juga
masih untuk lokal saja. Untuk di daerah ini bisa dilihat langsung mulai pemetikan,
penjemuran, dan pengolahannya. Kopi yang dihasilkan masih robusta saja karena di
daerah ini agak sulit dicari kopi arabika yang ketinggiannya kurang. Untuk daerah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 488
Munduk, agak sulit dicari industri pengolahan karena tempatnya kebanyakan masuk
ke pelosok desa (bisa ditanya ke warga setempat). Sebaliknya, untuk di daerah
Pupuan bisa dilihat di sepanjang jalan Pupuan--Singaraja (banyak pelangnya di
sepanjang jalan). Sebetulnya masih banyak daerah di Bali yang menanam kopi,
seperti Tabanan, Kintamani, dll. Akan tetapi, kebanyakan hanya menanam dan
mengeringkan tanpa ada pengolahan karena rata - rata hasilnya dijual ke pedagang
pengumpul desa atau kecamatan, yang kemudian pedagang ini mengirimkannya ke
eksportir.
Permasalahan yang dihadapi industri pengolahan kopi, antara lain sebagai
berikut. (1) Bahan baku, yaitu (a) komposisi jenis tanaman kopi di Indonesia tidak
seimbang, produksi kopi robusta (93%) jauh lebih besar daripada kopi arabika (7%),
sedangkan permintaan pasar dunia menyukai kopi arabika dan (b) kurangnya
pengetahuan penanganan pascapanen (cara tradisional) sehingga mutu biji kopi
sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi rendah. (2) Produksi, yaitu (a)
terbatasnya fasilitas produksi biji kopi (mesin/peralatan pengering, pengupas, dan
sortasi), utamanya di tingkat usaha industri skala kecil dan menengah; (b) terbatasnya
penguasaan teknologi proses pada tahap roasting; (c) penerapan GMP, HACCP, dan
ISO rendah sehingga mutu produk rendah dan tidak konsisten; dan (d) kurang adanya
kemampuan melakukan inovasi dan diversifikasi produk sesuai dengan permintaan
pasar, baik domestik maupun internasional. (3) Pemasaran, yaitu (a) tingginya tarif bea
masuk bahan penolong (kemasan 15 persen, gula 40 persen); (b) rendahnya R & D
inovasi dan diversifikasi produk kopi olahan sesuai dengan permintaan pasar domestik
dan internasional; (c) terbatasnya akses pasar internasional, selama ini ekspor produk
kopi olahan sebagian besar hanya ditujukan ke pasar tradisional, seperti Uni Eropa,
Jepang, dan USA; dan (d) adanya pemberlakuan diskriminasi tarif bea masuk di
kawasan Uni Eropa terhadap komoditas kopi Indonesia (3,4 persen), sementara negara
lain 0 persen. (4) Infrastruktur, yaitu (a) kurangnya dukungan infrastruktur di tingkat
usaha budi daya tanaman kopi (jalan, alat angkut) dan industri pengolahan kopi (listrik,
energi) dan (b) belum optimalnya kegiatan forum komunikasi dan koordinasi antar-
stakeholders, utamanya yang mengarah ke pembentukan kerja sama kemitraan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 489
Industri pengolahan lain yang menjadi unggulan Bali adalah industri kerajinan
endek dan songket. Industri kerajinan endek dan songket khas Bali sudah sangat
terkenal sampai ke tingkat nasional dan mancanegara. Industri kerajinan tenun endek di
Bali menyebar hampir di semua Kabupaten di Bali sehingga masuk menjadi KPJU
unggulan Provinsi Bali. Misalnya, di Kota Denpasar, pesona endek, bordir, dan songket
Denpasar merupakan salah satu produk unggulan berbasis budaya. Endek Denpasar
dengan desain yang spesial, yaitu salah satu di antaranya adalah memodifikasi dengan
memadukan bordir di bagian ujung dan inilah keindahan endek Denpasar. Dekranasda
Kota Denpasar berusaha terus menerus untuk melestarikan warisan budaya sehingga
endek, border, dan songket dapat menjadi ikon kerajinan tekstil untuk generasi
mendatang. Pelestarian terhadap warisan tenun ini dilakukan melalui pembinaan
terhadap perajin dan promosi di berbagai media termasuk internet. Di penghujung
tahun selalu dilaksanakan kegiatan fashion show, exhibishion and trade produk
kerajinan tenun ikat endek, border, dan songket.
Bangunan dan Konstruksi
Pada sektor bangunan dan konstruksi hanya terdapat satu KPJU unggulan,
yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan. Sektor konstruksi memiliki peranan yang
besar dalam perekonomian suatu negara karena kontribusinya terhadap penyediaan
lapangan pekerjaan, permintaan berbagai barang dan jasa untuk menunjang
perkembangan sektor ini. Sektor tersebut peka terhadap pergerakan aktivitas dunia
usaha secara umum, yaitu pergerakan sektor konstruksi cenderung mendahului
pergerakan ekonomi secara umum. Sektor konstruksi menempati posisi strategis dalam
penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data BPS, jumlah karyawan tetap yang diserap
pada tahun 1998 mencapai 192 ribu orang, sedangkan tahun 2002 menyerap 228 ribu
orang, atau rata-rata naik 7,1% per tahun. Di samping tenaga kerja tetap, juga tidak
kalah penting adalah penyerapan tenaga kerja harian lepas, seperti tukang batu, tukang
kayu, tukang gali, tukang cat, dan sebagainya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 490
Permasalahan pada sektor konstruksi adalah usaha jasa ini sangat rentan
terhadap fluktuasi perekonomian nasional dan regional. Jika perekonomian regional
atau nasional sedang booming dan daya beli masyarakat meningkat, maka banyak
masyarakat dan pengusaha meminta jasa konstruksi bangunan. Sebagai contoh, krisis
ekonomi nasional tahun 1997/1998 telah menyebabkan sektor ini terpuruk. Ketika itu
banyak proyek yang dihentikan pengerjaannya, diundurkan atau ditunda. Perusahaan-
perusahaan real estate menghentikan pembangunan perumahan baru karena saat itu
bunga bank meroket hingga 70%. Pada periode krisis tersebut banyak bank yang tidak
mau membiayai, baik sektor perumahan maupun konstruksi. Meskipun perekonomian
sudah mulai bangkit sejak 2000, sektor konstruksi masih belum sepenuhnya pulih,
sejalan dengan pemulihan ekonomi secara umum yang masih sangat lambat.
Sekitar 25--30% dari nilai produksi jasa konstruksi adalah untuk konstruksi
bangunan terutama untuk pembangunan gedung komersial dan pembangunan
perumahan. Data dari Badan Pusat Statistik yang mencakup pembangunan yang
dilakukan oleh kontraktor-kontraktor ukuran menengah besar memperlihatkan bahwa
nilai konstruksi yang praktis tidak banyak berubah dalam tiga tahun terakhir ini. Secara
nasional nilai konstruksi yang paling besar berasal dari proyek konstruksi gedung-
gedung komersial baru diikuti oleh pembangunan perumahan.
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran terdapat lima KPJU yang
menjadi unggulan, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, restoran/rumah
makan, mini market dan toko kelontong, dan vila. Perdagangan jasa berupa
penyewaan hotel di Bali sangat dominan karena Bali merupakan destinasi wisata dunia
sehingga banyak wisatawan mancanegara yang mengunjungi Bali membutuhkan hotel
yang representatif. Di Bali terdapat banyak hotel melati dan pondok wisata yang
tersebar di seluruh kabupaten di Bali, tetapi yang terpadat adalah di tiga kabupaten,
yaitu Gianyar, Badung, dan Denpasar. Berdasarkan Data Bali Membangun Tahun
2009, diketahui bahwa jumlah hotel melati (nonbintang dan akomodasi lainnya) pada
tahun 2009 sebanyak 1.515 buah, sebanyak 221 buah ada di Kota Denpasar, 361 buah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 491
ada di Kabupaten Badung, 386 buah ada di Kabupaten Gianyar, sedangkan selebihnya
menyebar di kabupaten lain di Bali. Jumlah restoran di Provinsi Bali tahun 2009
mencapai 1.693 buah meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai
1.655 buah.
Pengangkutan dan Komunikasi
Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, terdapat lima KPJU yang menjadi
unggulan, yaitu angkutan darat barang (truk), penyewaan kendaraan (rent car), bus
tidak bertrayek (bus pariwisata), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, dan
warnet (Tabel 6.5.1).
Salah satu KPJU unggulan di sektor pengangkutan dan komunikasi adalah
usaha angkutan darat barang (truk), baik yang bertonase sedang untuk angkutan
lokal Bali maupun tonase besar untuk angkutan barang antarprovinsi. Misalnya,
angkutan barang dari Jakarta atau kota-kota lain di Jawa ke Bali dan sebaliknya untuk
mengangkut berbagai produk yang dibutuhkan oleh masyarakat di kedua tempat.
Salah satu sektor jasa yang memiliki faktor penting dalam perekonomian adalah
sektor jasa angkutan truk, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekonomi
dunia. Kondisi geografis negara yang meliputi, baik dataran pulau maupun kepulauan,
menuntut moda transportasi yang andal serta ekonomis, jasa angkutan truklah yang
mengambil peranan. Menurut opini pakar, sektor jasa angkutan truk merupakan bagian
dari jasa angkutan (transportasi) secara luas yang didefinisikan sebagai kesatuan yang
terdiri atas elemen-elemen prasarana fisik (jaringan, terminal, pelabuhan), sarana
angkutan, dan sistem operasi yang mendukung kelancaran perpindahan objek fisik
(manusia dan atau barang) dari suatu tempat asal ke tempat tujuan yang terpisahkan
secara geografis.
Sektor angkutan di Indonesia merupakan sektor yang sangat penting dan terus
mengalami perkembangan. Antara 2004 dan 2006, kontribusi sektor transportasi dan
perhubungan mencapai angka rata-rata sebesar 6% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia. Pertumbuhan sektor ini juga melebihi tingkat pertumbuhan sektor-sektor
yang lain. Rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan selama tiga tahun antara 2004 dan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 492
2006 sebesar 13% merupakan angka yang melebihi dua kali lipat tingkat pertumbuhan
sektor nonmigas sebesar 6%. Angkutan jalan, yang merupakan bagian dari sektor
perhubungan mengalami perkembangan yang stabil walaupun tingkat pertumbuhannya
lebih kecil daripada pertumbuhan sektor perhubungan laut dan udara (LPEM UI bekerja
sama dengan Asia Foundation).
Sektor truk angkutan barang di Indonesia memiliki beberapa kendala. Industri
truk angkutan barang tampaknya memiliki tingkat persaingan yang ketat mengingat
besarnya jumlah perusahaan angkutan barang swasta. Tidak ada banyak hambatan
untuk memasuki sektor ini dan terdapat banyak penyedia jasa. Tidak ada peraturan
untuk memasuki sektor angkutan barang atau untuk melewati rute-rute tertentu.
Wilayah operasional truk (dan kendaraan pengangkut barang lainnya) tidak dibatasi
oleh wilayah yuridis tertentu. Karena ketatnya persaingan, perusahaan angkutan barang
memiliki margin keuntungan yang tipis. Tarif pasaran saat ini dilaporkan sekitar 30% di
bawah tarif yang ditentukan Organda, Organisasi Angkutan Darat Indonesia (LPEM UI
bekerja sama dengan Asia Foundation).
Hasil survei LPEM UI bekerja sama dengan Asia Foundation menunjukkan
bahwa walaupun sektor angkutan truk barang cukup terbuka di Indonesia, kerangka
peraturan angkutan jalan masih menimbulkan biaya-biaya yang tidak perlu, sedangkan
di negara-negara lain pengaturan jauh lebih sederhana. Karakteristik kunci dari kondisi
regulasi dan perundang-undangan di Indonesia adalah adanya perbedaan antara
praktik yang terjadi di tingkat pusat dan daerah. Pemerintah daerah pada khususnya
sering mengeluarkan perizinan dan memungut retribusi yang merupakan hambatan
besar dalam penyediaan jasa angkutan barang di seluruh Indonesia.
Jumlah kendaraan angkutan penumpang umum, angkutan perkotaan, antarkota
dalam provinsi (AKDP), dan antarkota antarprovinsi (AKAP), serta angkutan sewa dan
pariwisata di Provinsi Bali tahun 2009 sebanyak 10.243 unuit, yang terdiri atas AKDP
sebanyak 605 unit, mikrobus (AKDP) Izuzu sebanyak 989 unit, bus (AKDP) sebanyak
330 unit, angkutan AKAP sebanyak 525 unit, sewa sebanyak 4.379 unit, bus pariwisata
sebanyak 960 unit, dan taksi sebanyak 2.455 unit. Jadi, peranan angkutan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 493
penyeberangan dan angkutan darat sangat penting dalam mempercepat perputaran
roda perekonomian di suatu region, baik region Bali, NTB, maupun Jawa Timur.
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Pada sektor keuangan, terdapat lima KPJU unggulan, yaitu lembaga
perkreditan desa (LPD), bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi simpan pinjam (KSP),
money changer, dan KUD (Tabel 6.5.1). Salah satu KPJU di sektor keuangan adalah
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang bernaung di bawah desa adat (desa
pakraman). Jumlah desa adat di Bali sampai dengan tahun 2009 sebanyak 1.453 buah
dan jumlah LPD sebanyak 1.381 buah (95% dari total desa adat) dengan jumlah
anggota/pegawai sebanyak 7.139 orang. LPD telah menjadi model pengelolaan
keuangan mikro di Indonesia, yang sering menjadi objek studi banding aparat
pemerintah daerah lain di Indonesia. Pada tahun 2009 laba LPD Bali mencapai Rp
188,33 miliar meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai Rp
151,13 miliar. Sementara itu, LPD yang berkategori sehat pada tahun 2009 mencapai
1.012 buah atau 73,39% dari total LPD di Bali yang mencapai 1.379 buah. Sebaliknya,
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 142 buah dengan 213 kantor cabang yang
menyebar di sembilan kabupaten/kota di Bali.
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali diharapkan bisa menjadi pusat
informasi usaha yang strategis sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pedesaan. Melihat pentingnya peran itu, keberadaan LPD perlu dibina dan
dilestarikan serta ditingkatkan kinerjanya. Perkembangan perekonomian, baik pada
tingkat regional maupun nasional, bahkan global menuntut kinerja LPD semakin
kompetitif pada masa mendatang. Kenyataan tersebut hanya bisa dijawab dengan
adanya sinergi antara pengurus LPD, karyawan, Badan Pengawas, masyarakat, dan
pemerintah.
Desa pakraman sebagai benteng masyarakat dalam pelestarian budaya Bali
menghadapi perkembangan zaman, sedangkan LPD menjadi penggerak roda
perekonomian desa. Keduanya memiliki peran strategis bagi masyarakat pedesaan dan
bisa saling memperkuat kelembagaan satu sama lainnya. Untuk itu, diperlukan media
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 494
komunikasi dan melakukan penyaringan terhadap pengaruh yang datang dari luar adat.
Sebaliknya, bagi LPD, media komunikasi itu bermanfaat untuk pengembangan lembaga
keuangan desa tersebut dalam merespons perkembangan perekonomian skala mikro
dan makro.
Perkembangan kepariwisataan Bali yang semakin pesat diikuti oleh semakin
banyak pedagang valuta asing (PVA)/money changer yang beroperasi. Hal ini
mengakibatkan terjadinya persaingan di antara PVA yang ada, baik PVA bank maupun
PVA bukan bank, yang menimbulkan adanya PVA yang beroperasi tidak berizin
sehingga merusak citra pariwisata Bali. Bahkan, dikhawatirkan ada PVA yang
melakukan praktik money laundering. Berdasarkan informasi vivanews.com (2011),
diketahui bahwa jumlah anggota APVA sebanyak 121 unit dan 60 unit di antaranya ada
di Sanur. Untuk membedakan antara pedagang valas yang legal dan ilegal, pihaknya
telah memberikan stiker khusus yang hanya diberikan pada anggota. Permasalahan
pada usaha money changer adalah banyaknya money changer liar (illegal), artinya
money changer yang beroperasi tanpa izin operasi. Berdasarkan informasi Bali
Post.com (18 Mei 2010), diketahui bahwa jumlah money changer ilegal di Kabupaten
Badung cukup banyak, yaitu berjumlah sekitar 59 buah. Dalam praktiknya money
changer illegal ini beroperasi di kawasan-kawasan pariwisata. Mereka bermain kucing-
kucingan dengan petugas penertiban, bahkan diduga mereka memiliki sindikat khusus.
Menyikapi hal ini, ketua Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) mengharapkan
Pemerintah Kabupaten Badung untuk melakukan penertiban. Hal itu penting karena
banyak wisatawan yang komplain dan merasa dirugikan lantaran aksi curang yang
dilakukan money changer illegal tersebut, yang pada akhirnya menurunkan citra
pariwisata Bali.
Jasa-Jasa lain
Pada sektor jasa-jasa lain, terdapat lima KPJU ungulan, yaitu pangkas rambut
dan salon kecantikan, pramuwisata, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan motor dan
mobil, dan jasa fotokopi (Tabel 6.5.1). Salah satu dari lima KPJU unggulan di sektor
jasa-jasa lain di Provinsi Bali adalah laundry. Sampai saat ini belum terdata jumlah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 495
usaha laundry di Bali, karena setiap hari pertambahannya cukup banyak, yang tersebar
di daerah perkotaan, bahkan sekarang sampai ke kecamatan-kecamatan di Bali.
Masyarakat Bali tampaknya cenderung mencuci pakaian di jasa laundry, mungkin
dianggap lebih praktis di tengah kesibukan keseharian mereka. Bahkan, sekarang ada
jasa laundry kiloan, artinya tarif laundry tergantung berat ringan pakaian, bukan
didasarkan atas jumlah potong pakaian. Sebuah contoh, jenis jasa pelayanan “Familia
Laundry” yang berpusat di Batam menawarkan berbagai jenis pelayanan melalui
internet, antara lain (1) jasa laundry kilo (perorangan/keluarga), (2) jasa laundry
bulanan (perorangan/keluarga), (3) jasa pencucian karpet dan bed cover, (4) jasa
laundry seragam untuk perusahaan, (5) jasa laundry untuk karyawan perusahaan, (6)
jasa laundry dry cleaning untuk jas, kebaya, dll; dan (7) jasa laundry hotel/SPA. Jadi,
demikian beragamnya jasa laundry yang disediakan oleh usaha-usaha laundry, bahkan
ada laundry yang antar-jemput. Permasalahan usaha ini adalah usaha ini baru muncul
bak jamur di musim hujan. Oleh karena itu, dalam operasinya sering tidak
memperhatikan pembuangan limbah air cucian yang aman bagi lingkungan. Di samping
itu, belum ada regulasi dari pemerintah, baik menyangkut keberadaannya maupun
pelayanannya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 496
6.6 Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor dan Permasalahannya di Provinsi Bali (Berdasarkan Metode Bayes)
Pengertian lintas sektor mengacu pada lintas program, yaitu bekerja sama antara
beberapa instansi/lembaga yang terkait untuk menyukseskan pelaksanaan suatu
program. Demikian halnya KPJU lintas sektor adalah terdapat beberapa sektor yang
berbeda, tetapi memiliki keterkaitan dengan KPJU tersebut.
Berdasarkan lima KPJU unggulan per sektor di Provinsi Bali, dengan
menggunakan metode Bayes, maka teridentifikasi sepuluh KPJU unggulan UMKM
lintas sector, yaitu (1) hotel melati, (2) kontraktor konstruksi bangunan, (3) industri
pengolahan hasil perikanan, (4) industri kerajinan perak, (5) komoditas kopi, (6)
restoran/rumah makan, (7) industri tenun endek & songket (ATBM), (8) industri
kerajinan kayu, (9) padi sawah, dan (10) komoditas cengkeh (Tabel 6.6.1) masing-
masing akan dibahas seperti berikut.
Tabel 6.6.1
Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Lintas Sektor di Provinsi Bali
Nomor KPJU Unggulan Lintas Sektor
1 Hotel melati
2 Kontraktor konstruksi bangunan
3 Industri pengolahan dan pengawetan ikan laut
4 Industri kerajinan perak
5 Kopi
6 Restoran dan rumah makan
7 Industri tenun endek & songket (ATBM)
8 Industri kerajinan kayu
9 Padi sawah
10 Cengkeh
Catatan: Penentuan sepuluh KPJU unggulan UMKM lintas sektor di Provinsi Bali didasarkan pada lima KPJU unggulan per sektor di Provinsi Bali (Borda) dengan menggunakan Metode Bayes
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 497
(1) Usaha Hotel Melati
Bali merupakan salah satu tempat wisata yang cukup tenar di seluruh dunia.
Pulau Bali sendiri kaya akan pemandangan indah, kesucian gunung berapi, hutan
tropis, persawahan yang berpetak-petak dan tentu saja pesona keindahan pantainya
yang ada hampir di semua pesisir Pulau Bali. Bali selalu diramaikan dengan berbagai
aktivitas wisata pada siang hari, antara lain aktivitas olahraga air, bermain golf, trecking,
atau hiking sampai dengan kegiatan wisata jalan-jalan mengunjungi objek-objek
wisata yang ada di seluruh pelosok Pulau Bali. Kemudian, setelah matahari
terbenam Bali berubah menjadi pulau ultramodern, yaitu kerlap-kerlip lampu bar,
diskotik, dan nightspot lainnya memecah kesunyian malam di pulau ini. Pulau Bali juga
selalu dipuja karena keunikan budayanya khususnya karya seni dan arsitektur Bali yang
begitu indah. Misalnya, keberadaan ribuan pura sebagai tempat suci umat Hindu di Bali
dengan bentuk bangunan dan ukiran yang cukup mempesona. Hal inilah yang
menjadikan Bali terkenal dengan sebutan Pulau Seribu Pura.
Bali telah menjadi destinasi utama bagi calon wisatawan yang akan
melakukan liburan. Sebagai salah satu tempat wisata favorit, maka Bali telah
melengkapi diri dengan berbagai sarana dan prasarana wisata yang dapat membantu
para wisatawan dalam memenuhi segala keperluan mereka selama liburan di Bali.
Salah satu keperluan yang paling vital bagi para wisatawan adalah kebutuhan akan
sarana akomodasi yang nyaman dan memadai.
Sarana akomodasi di Bali telah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan
Jepang. Saat itu bentuk akomodasi di Bali masih bersifat sederhana dan diperuntukkan,
baik untuk keluarga para bangsawan Belanda atau Jepang serta para seniman maupun
wartawan. Setelah Indonesia merdeka hotel-hotel di Bali telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat seiring dengan naiknya tingkat kunjungan
wisatawan ke Bali. Semua sarana akomodasi di Bali dibenahi dan digolongkan ke
dalam tingkatan-tingkatan sesuai dengan fasilitas dan pelayanan yang dimiliki oleh tiap-
tiap hotel. Dimulailah pengategorian kelas hotel menjadi beberapa jenis, seperti
losmen, penginapan, bungalow, cottage, resort, vila, dan hotel. Hotel masih bisa dibagi
lagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu hotel melati, hotel bintang satu, hotel bintang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 498
dua, hotel bintang tiga sampai dengan hotel bintang lima, bahkan sekarang ini ada
beberapa hotel dengan predikat hotel bintang lima plus atau five stars diamond hotel.
Bali merupakan tempat liburan yang paling cocok untuk wisatawan. Di Bali
tersedia berbagai pilihan hotel murah, vila, penginapan murah, dan
sarana akomodasi lainnya yang dapat dipilih oleh wisatawan sesuai dengan anggaran
dan keinginan wisatawan, yaitu mulai dari hotel berbintang yang berkelas internasional,
hotel melati, vila, cottage, resort sampai dengan losmen dengan tarif sewa yang
cukup murah. Untuk membantu wisatawan dalam memperoleh informasi hotel murah di
Bali, di internet tersedia beragam informasi mengenai hotel murah di seluruh
kawasan wisata di Bali, seperti hotel murah di Kuta, hotel murah di Sanur, dan hotel
murah di Nusa Dua, hotel murah di Ubud.
Usaha hotel melati merupakan salah satu jenis usaha akomodasi di Bali yang
termasuk akomodasi bertarif murah karena dibangun dengan investasi relatif lebih
rendah daripada investasi hotel berbintang dan fasilitas kamar yang sederhana. Hotel
melati banyak dibangun di daerah pariwisata di Bali, seperti Kota Denpasar, kawasan
wisata Kuta dan sekitarnya, dan kawasan wisata lainnya di Bali. Semua itu untuk
menyediakan penginapan bagi wisatawan yang berkantong tipis, tetapi tetap
memperoleh kenikmatan dan kenyamanan dalam bermalam di Bali. Usaha hotel melati
di Bali sangat menjanjikan dan menguntungkan. Dengan keunggulannya berupa tarif
kamar lebih murah dibandingkan dengan tarif hotel bintang, maka hotel melati di
daerah-daerah wisata di Bali selalu dicari oleh tamu-tamu domestik dan mancanegara
yang anggaran wisatanya pas-pasan.
Hotel melati adalah hotel murah yang tidak memenuhi kriteria yang dimiliki oleh
hotel bintang satu sampai dengan lima di seluruh dunia, yang menjadi alternatif pilihan
akomodasi di Bali, tetapi menawarkan kamar yang berkualitas. Harga yang sangat
kompetitif berkisar antara Rp 50.000,00--Rp 350.000,00 per malam membuat liburan
lebih murah dan akan menghemat anggaran wisatawan. Hotel melati memiliki peringkat
1 sampai dengan 3, tetapi perbedaan di antaranya sulit ditentukan. Hotel melati kelas 1
umumnya tidak memiliki pendingin ruangan (AC) dan jasa pelayanan tamu. Hotel melati
kelas 2 memiliki beberapa fasilitas, tetapi mempunyai beberapa kekurangan (Anda
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 499
mungkin mendapatkan pendingin ruangan). Hotel melati kelas 3 memiliki sebagian
besar layanan yang Anda harapkan seperti hotel bintang satu sampai dengan dua.
Secara umum, hotel melati lebih murah dan sedikit kurang lengkap dibandingkan
dengan hotel berbintang, tetapi tidak selalu. Semua pilihan hotel murah tersebut
tersebar hampir di setiap kawasan wisata di Bali, seperti Kuta, Legian, Seminyak,
Jimbaran, Nusa Dua, Sanur, Ubud, Candi Dasa, Lovina, Denpasar, serta tempat wisata
lainnya.
Berdasarkan Data Bali Membangun tahun 2009, diketahui bahwa total hotel
melati dan akomodasi lainnya di Bali tahun 2009 sebanyak 1.838 buah. Distribusi hotel
melati menyebar hampir di seluruh kabupaten di Bali, tetapi terkonsentrasi pada tiga
kabupaten, yaitu Kota Denpasar sebanyak 227 buah, Kabupaten Badung sebanyak 353
buah, Kabupaten Gianyar sebanyak 592 buah, sedangkan sisanya menyebar di enam
kabupaten lain di Bali. Jadi, distribusi hotel melati dan akomodasi lainnya relatif
menyebar di seluruh kabupaten di Bali. Hal itu terjadi karena dalam pendiriannya
memerlukan investasi relatif rendah dibandingkan dengan pembangunan hotel bintang.
Dengan demikian, mayoritas investornya atau pemiliknya adalah penduduk lokal di
kabupaten yang bersangkutan.
Di website dapat dilihat penawaran hotel-hotel melati dengan tarifnya yang
murah. Misalnya, sebuah iklan hotel murah, Janur Garden adalah salah satu hotel
melati terbaik di Sanur, Bali. Janur Garden menawarkan pilihan akomodasi kamar
berkualitas dengan berbagai fasilitas dan keuntungan bagi keluarga dan kelompok.
Harga yang sangat murah hanya Rp 250.000,00 per malam. Hal ini membuat liburan
lebih mudah dan akan menghemat anggaran wisatawan. Janur Garden, sebuah hotel
yang selalu memberikan kenyamanan dengan kehangatan khas Bali, memberi
kenikmatan dengan berbagai fasilitas, dan kenyamanan saat berada di Bali dengan
Janur Garden.
Iklan lain lagi berbunyi “Tri Sakti, Surganya Cottages Murah bagi Para
Backpacker di Legian”. Hotel ini berada di salah satu pusat pariwisata Bali, yaitu
Legian. Hal itu membuat Tri Sakti Cottages benar-benar memiliki lokasi yang strategis.
Cottages ini menawarkan harga yang sangat murah hanya Rp 285.000,00 per malam.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 500
Dengan demikian Tri Sakti merupakan surga cottages murah bagi para backpacker di
Legian Bali. Dengan kelebihan yang ditawarkan, maka Tri Sakti sangat tepat ditujukan
bagi mereka yang ingin menghemat biaya penginapan selama berada di Bali.
Ada iklan lain lagi “Hotel Murah di Bali, pesan sekarang yuk............................
Booking hotel murah di Bali bersama kami, dapatkan harga akomodasi spesial
dalam daftar hotel di Bali yang kami sediakan. Tersedia banyak pilihan
layanan akomodasi murah, seperti hotel, penginapan, resort, cottage, losmen,
dan vila dalam daftar hotel murah kami. Semua pilihan hotel murah tersebut tersebar
hampir di setiap kawasan wisata di Bali, seperti Kuta, Legian, Seminyak, Jimbaran,
Nusa Dua, Sanur, Ubud, Candi Dasa, Lovina, Denpasar, serta tempat wisata lainnya”.
Iklan ini menyiratkan penawaran hotel melati dan sejenisnya yang bertarif murah, yang
terjangkau oleh para wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Bali.
Usaha hotel melati menjadi KPJU unggulan di Provinsi Bali karena usaha hotel
melati dalam aktivitasnya terkait langsung dan tidak langsung dengan sektor lain,
seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian, sektor pertambangan
dan penggalian, sektor bangunan/konstruksi, sektor industri pengolahan, sektor
keuangan, dan sektor jasa-jasa lain. Misalnya, ketika akan membangun hotel melati,
memerlukan jasa dari sektor bangunan/konstruksi. Ketika hotel melati telah terbangun,
memerlukan peralatan dari sektor pengangkutan dan komunikasi, dan ketika hotel
melati telah beroperasi untuk memenuhi kebutuhan tamu akan bahan pangan
diperlukan produk-produk dari sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, dan
ketika hotel melati menerima tamu, tamu membutuhkan jasa hiburan yang berasal dari
sektor jasa-jasa lain. Jadi, masuk akal apabila hotel melati di Bali menjadi KPJU lintas
sektor karena aktivitasnya terkait atau melintasi sektor-sektor lain dalam perekonomian.
Jika pengertian lintas sektor ini disamakan dengan kaitan ke depan (forward
linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage), maka kaitan ke belakang usaha
hotel melati adalah pemanfaatan output sektor lain sebagai input usaha hotel melati.
Misalnya, pemanfaatan output sektor pengangkutan/komunikasi berupa telepon,
kendaraan angkutan untuk kelancaran operasional hotel melati. Demikian pula
pemanfaatan output sektor pertanian berupa bahan pangan sebagai input di
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 501
dapur/restoran hotel melati. Sebaliknya, kaitan ke depan adalah pemanfaatan output
hotel melati berupa jasa penyewaan kamar oleh sektor lain, seperti penyewaan kamar
untuk wisatawan atau penyewaan ruang konvensi atau pertemuan untuk
penyelengaraan konvensi atau seminar atau pertemuan/rapat. Jadi, hotel melati yang
banyak terdapat di Bali memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang dengan sektor-
sektor lain dalam perekonomian Bali.
Permasalahan KPJU hotel melati di daerah pariwisata Bali adalah tidak
meratanya distribusi hotel melati di Bali. Hotel melati dan akomodasi lainnya hanya
terkonsentrasi pada tiga kabupaten/kota, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan
Kabupaten Gianyar sehingga terjadi kelebihan kamar. Akibatnya, tingkat hunian hotel
melati pada low season di bawah 30% dan terjadi perang tarif antara pengusaha hotel
melati. Solusinya adalah moratorium pembangunan hotel melati di tiga kabupaten/kota
tersebut dan mengalihkan investasi hotel melati ke kabupaten lain di luar Badung,
Denpasar, dan Gianyar.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 502
Gambar 6.1
KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Hotel Melati
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 503
(2) Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan
Bila Anda adalah seorang lulusan teknik arsitektur atau teknik sipil dan hingga
detik ini belum mendapatkan pekerjaan, maka tak usah bingung. Bila kesempatan kerja
itu belum kunjung hadir, mengapa tak mencoba menciptakan peluang kerja bagi diri
sendiri? Bagaimana caranya? Dengan membuka jasa kontraktor bangunan. Ya,
mengapa tidak? Jasa kontraktor bangunan adalah pihak yang siap membantu pihak lain
dalam hal pembangunan rumah atau bangunan jenis lainnya.
Kontraktor bangunan adalah pihak yang bertanggung jawab sepenuhnya atas
bangunan yang sedang diciptakannya. Prospek pada masa depan jasa kontraktor
bangunan ternyata memiliki prospek yang cerah di masa depan. Pergeseran fungsi
bangunan yang bukan hanya sebagai tempat “penampung” manusia dengan beragam
aktivitasnya, melainkan juga sebagai tempat yang memiliki nilai estetika telah membuat
seseorang atau kelompok berpikir keras sebelum berencana untuk membangun
sesuatu. Kesibukan yang tinggi dan padat juga membuat perseorangan atau kelompok
tidak sempat merancang bangunan yang diinginkan. Pengetahuan yang minim tentang
jenis-jenis bahan bangunan juga membuat mereka mengalami kendala bila ingin
menangani semua pekerjaan bangunan sendiri tanpa bantuan pihak ketiga. Itulah
mengapa prospek seorang jasa kontraktor bangunan sangat bagus pada masa depan.
Seorang kontraktor bangunan mampu merealisasikan bangunan yang diinginkan
oleh klien. Bagaimana memulainya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
seorang lulusan teknik arsitektur atau teknik sipil bisa membuka peluang usaha dengan
membuka jasa kontraktor bangunan. Perlu juga diketahui bahwa seorang lulusan
arsitektur memiliki kelebihan khusus bila ia membuka usaha jasa kontraktor bangunan,
di antaranya mereka mengetahui tentang apa saja yang dibutuhkan di dalam rumah
beserta tata letaknya seperti apa. Di samping itu, mereka juga memiliki pengetahuan
tentang penataan cahaya, sirkulasi udara, serta masalah lain yang juga penting.
Seorang lulusan arsitektur yang ingin membuka jasa kontraktor bangunan juga
harus memiliki pengetahuan di bidang yang lainnya, misalnya di bidang rencana waktu
kerja, rencana anggaran biaya, dan jenis tanaman yang sesuai dengan bentuk rumah.
Untuk itu, sebaiknya seorang lulusan arsitektur yang ingin membuka usaha jasa
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 504
kontraktor bangunan tak bekerja sendiri, tetapi bekerja sama dengan beberapa teman
atau kolega yang sudah dikenal baik. Setelah kerja sama terbentuk, barulah dibuat
promosi tentang jasa kontraktor yang mereka miliki. Masalah tempat atau kantor, untuk
awal-awal bisa dilakukan di rumah atau bila memungkinkan ruko. Tempat atau kantor
usaha bisa dikatakan tak terlalu menjadi masalah. Masalah promosi erat kaitannya
dalam pencarian klien. Para sarjana muda yang bergabung dalam tim kontraktor
bangunan tersebut bisa juga bekerja sama dengan dosen yang sudah memiliki banyak
proyek. Siapa tahu dosen tersebut bisa mengantarkan mereka kepada klien-klien
potensial. Segala sesuatu dimulai dari yang kecil dan seharusnya dimulai saat ini juga.
Seorang lulusan arsitektur pun bisa menciptakan lapangan kerja sendiri dengan cara-
cara seperti yang sudah disampaikan sebelumnya.
Ada sebuah pertanyaan yang bernada canda, ‘bisnis apa yang dibutuhkan pada
era pembangunan’? Sudah tentu salah satunya adalah kontraktor bangunan. Tengok
kota di China yang ekonominya sedang tumbuh pesat ditandai oleh pembangunan
gedung, perumahan, tempat rekreasi, stadion, monumen, dan lain-lain. Semuanya
membutuhkan kontraktor bangunan yang andal untuk melakukan pembangunan sesuai
dengan desain arsitektur dan kekuatan struktur. Bagaimana dengan kontraktor
bangunan di Indonesia? Dilihat dari jumlah, paling banyak adalah kontraktor sipil
bangunan, mengapa? Dilihat dari permintaan memang bergantung pada kondisi
ekonomi negara kita. Pada saat krisis yang masih tampak ada pembangunan hanya
rumah-rumah mewah, bangunan tinggi, seperti apartemen, kantor banyak terhenti di
tengah jalan. Pembangun real estate untuk menengah ke bawah banyak yang tertunda
karena daya beli konsumen melemah. Bisnis ini mulai dari kepercayaan pelanggan
terhadap hasil pekerjaan sehingga membutuhkan proven track record untuk menaikkan
pamornya, maka banyak yang berangkat dari subkontraktor kemudian menjadi
kontraktor utama.
Bisnis kontraktor bangunan memang harus dipertajam dalam beberapa kelas
dan spesialiasi, yaitu (1) kontraktor rumah tinggal mewah yang tiap rumah nilai
pembangunannya di atas Rp 5 miliar; (2) kontraktor rumah tinggal menengah antara Rp
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 505
1--5 miliar per rumahnya; (3) kontraktor ruko-ruko di perumahan atau kawasan bisnis;
dan (4) kontraktor bangunan komersial, seperti hotel, apartemen, mal, perkantoran.
Tiap-tiap segmen mempunyai kunci sukses yang pada umumnya terdiri atas
QCDSS (quality, cost, delivery, safety & service). Tiap-tiap parameter menjadi kunci
dalam melayani pelanggan tentunya didukung dengan SDM kompeten, manajemen
proyek, manajemen mutu, dan infrastruktur mewujudkan QCDSS
KPJU kontraktor konstruksi bangunan berperan penting dalam pengadaan
infrastruktur fisik, yang sangat diperlukan sebagai tempat atau lokasi operasionalisasi
suatu aktivitas ekonomi. Tanpa kehadiran usaha jasa ini sangatlah tidak mungkin ada
ruang-ruang perkantoran dan ruang kerja tempat beroperasinya suatu aktivitas
ekonomi. Usaha jasa kontraktor konstruksi bangunan ini sebagai KPJU unggulan lintas
sektor karena aktivitas usaha kontraktor memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang
dengan sektor lain sehingga logis apabila usaha kontraktor menjadi lintas sektor.
Misalnya, aktivitas usaha jasa kontraktor konstruksi bangunan ini ketika membangun
sebuah konstruksi gedung membutuhkan input semen, kayu, besi baja yang merupakan
output sektor lain, seperti sektor industri, sektor penggalian, sektor pertanian, sektor
pengangkutan dan komunikasi. Demikian pula output sektor ini, yaitu gedung
dibutuhkan oleh sektor lain, seperti sektor hotel melati, perumahan, dsb. Jadi, dapatlah
dikatakan bahwa KPJU kontraktor konstruksi bangunan terkait erat dengan sektor lain
atau aktivitasnya melintasi sektor-sektor ekonomi lain.
Permasalahan yang sering dijumpai pada KPJU ini adalah rendahnya kualitas
bangunan karena penggunaan material tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Hal ini
berakar pada sub-sub kontrak sampai beberapa kali sehingga biaya menjadi rendah.
Masalah lain adalah manajemen proyek sering yang me-mark-up nilai kontrak sehingga
nilai bangunan menjadi mahal. Masalah yang disebutkan terakhir sering dijumpai pada
proyek-proyek pemerintah yang pendanaannya bersumber dari APBN.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 506
Gambar 6.2 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Kontraktor Konstruksi Bangunan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 507
(3) Usaha Pengolahan (Pengawetan) Hasil Perikanan
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat, selain
sebagai komoditas ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan
dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati
menyebabkan pembusukan sehingga dengan sifat ikan yang mudah rusak maka perlu
adanya pengolahan lebih lanjut untuk mempertahankan daya simpan ikan. Salah satu
cara mudah untuk mempertahankan daya simpan ikan adalah dengan pengolahan yang
lazim disebut pemindangan. Pemindangan merupakan salah satu olahan tradisional
ikan yang sangat populer di Bali khususnya dan Indonesia umumnya.
Industri pengolahan hasil perikanan atau dikenal dengan istilah pemindangan
ikan adalah aktivitas pengawetan ikan tongkol dan sejenisnya menjadi ikan pindang,
yang lebih tahan lama dibandingkan dengan ikan segar. Pemindangan ikan di Bali
menyebar hampir di semua kabupaten yang memiliki pantai dan pasti juga memiliki
sentra pendaratan ikan, kecuali Kabupaten Bangli yang tidak memiliki pantai.
Pemindangan ikan adalah hasil olahan ikan dengan cara kombinasi
perebusan/pemasakan dan penggaraman. Pindang mempunyai penampakan, cita
rasa, tekstur, dan keawetan yang khas dan bervariasi sesuai dengan jenis ikan, kadar
garam, dan lama perebusan. Jenis-jenis ikan yang umum diolah dengan cara
pemindangan adalah cakalang, tongkol, kembung, bandeng, cucut, bawal, layang,
tanjan, tawes, gurami, dan lain-lain. Jenis ikan lain adalah pelagis, seperti layang, selar,
japu, tembang, lemuru, kembung, tuna, dan lain-lain. Selain itu, juga jenis ikan seperti
cucut dan petek di beberapa tempat.
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan pindang sebaiknya ikan yang
masih segar. Ikan pindang yang dihasilkan dari ikan yang kurang segar mempunyai
penampakan jelek (karena daging hancur selama perebusan) dan rasa yang terlalu asin
(karena penetrasi garam akan berlangsung lebih cepat).
Pindang umumnya tidak terlalu awet karena masih mempunyai aktivitas air yang
relatif tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri pembentuk
lendir dan kapang. Pemanasan yang diberikan pada umumnya tidak terlalu mampu
membasmi semua mikroorganisme. Selama penyebaran dan penjualan, pindang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 508
sangat mudah mengalami kontaminasi mikroorganisme. Kerusakan pindang yang
disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan pembentukan lendir,
pertumbuhan kapang, dan teksturnya yang menjadi hancur. Daya awet ikan pindang
tidak terlalu lama.
Pindang naya hanya tahan kira-kira 3--4 hari, sedangkan pindang paso hanya
tahan kira-kira 6--7 hari setelah tutup wadah dibuka. Karena rasanya yang tidak asin,
pindang mempunyai kedudukan yang sangat strategis terutama dalam memenuhi
kebutuhan protein hewani bagi sebagian penduduk Indonesia di samping dapat
menunjang peningkatan penghasilan nelayan tradisional. Di Indonesia, produsen
terbesar pindang ikan (68,43 persen) adalah di Jawa; 15,34 persen di Sumatera; 12,25
persen di Bali dan Nusa Tenggara; 3,39 persen di Sulawesi, dan 0,04 persen di
Kalimantan. Beberapa contoh pindang yang cukup terkenal adalah pindang
Pekalongan, pindang Kudus, pindang Juwana, pindang Tuban, dan pindang Muncar.
Ikan pindang mungkin bukan sesuatu yang istimewa. Namun, merupakan salah
satu alternatif sumber gizi masyarakat yang digemari. Selain bergizi harganya pun
terjangkau. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa banyak orang berminat berjualan ikan
pindang sebagai sumber pendapatan. Ikan pindang yang mudah diperoleh di pasar-
pasar adalah menyimpan protein tinggi. Selain itu, terdapat pelbagai unsur mineral dan
vitamin A. Unsur lainnya adalah asam lemak omega-3, yang sangat bermanfaat untuk
menangkal pelbagai penyakit degeneratif.
Dibandingkan dengan pengolahan ikan asin, pemindangan mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu (1) cara pengolahannya sederhana dan tidak memerlukan
alat yang mahal; (2) hasilnya berupa produk matang yang dapat langsung dimakan
tanpa perlu dimasak terlebih dahulu; (3) rasanya cocok dengan selera masyarakat
Indonesia pada umumnya; dan (4) dapat dimakan dalam jumlah yang relatif banyak
sehingga sumbangan proteinnya cukup besar bagi perbaikan gizi masyarakat.
Pemindangan ikan di Bali menjadi salah satu KPJU unggulan lintas sektor
karena industri pemindangan ikan memiliki keterkaitan erat dengan sektor lainnya atau
aktivitasnya melintasi sektor lain. Keterkaitan ke belakang dengan sektor pertanian
dalam arti luas (perikanan laut) sebagai sumber bahan baku industri. Sebaliknya,
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 509
keterkaitan ke depan dengan sektor perdagangan, yang memperdagangkan output
usaha industri pemindangan. Jadi, logis apabila industri pemindangan menjadi KPJ U
unggulan lintas sektor.
Permasalahan dalam pemindangan ikan adalah fluktuasi ketersediaan bahan
baku karena faktor cuaca yang juga diikuti oleh fluktuasi harga ikan segar. Sebaliknya,
pindang ikan merupakan ikan hasil proses khas Indonesia yang berpeluang diekspor
guna mencari nilai tambah dengan memanfaatkan bahan baku, antara lain tongkol,
cakalang, bandeng, tenggiri, dan lainnya. Solusinya adalah perlu dibentuk asosiasi
guna mengatasi kendala produksi.
Gambar 6.3 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Pengolahan (Pengawetan) Hasil Perikanan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 510
(4) Industri Perak
Bali merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang mendunia. Banyak
wisatawan, baik mancanegara maupun domestik, yang tertarik dan pada akhirnya
datang ke Bali untuk berlibur ataupun juga mencari peluang bisnis. Tidak dapat
dimungkiri bahwa Bali memang merupakan suatu daya tarik yang sangat kuat bagi
sebagian orang. Warisan kebudayaan yang merakyat membuat Bali memiliki keunikan
tersendiri yang menjadikan Bali lebih terkenal dibandingkan dengan Indonesia.
Beberapa warisan budaya yang dimiliki Bali masih melekat kuat pada citra Bali sebagai
paradise island.
Salah satu warisan budaya Bali yang masih dilestarikan adalah kerajinan perak
Bali. Kerajinan perak Bali memiliki keunikan tersendiri yang sangat khas, yang
membedakan kerajinan perak Bali dengan kerajinan perak lainnya. Keunikan dan
keunggulan yang khas tersebut membuat perak Bali memiliki daya jual yang tingg.
Selain itu, motif juga menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemar perak Bali. Meskipun
zaman terus berkembang, tekstur, motif, dan ukiran perak Bali tetap memiliki keunikan
yang menjadi jati dirinya. Tidak heran apabila penggemar perak Bali tidak hanya di Bali,
tetapi juga di seluruh nusantara, bahkan mancanegara. Hal itu terjadi karena perak Bali
menjadi salah satu komoditas ekspor yang diminati orang asing.
Jenis-jenis kerajinan perak Bali yang terkenal ialah perhiasan perak, misalnya
anting-anting perak, cincin perak, gelang perak, gelang kaki perak, kalung perak, liontin
perak, bros perak, dan gantungan HP perak. Ada juga yang berupa bentuk lain sesuai
dengan keinginan, misalnya patung perak, piring perak, cawan perak, dan sebagainya.
Namun, yang menjadi komoditas utama ialah perhiasan perak. Siapa lagi
pengagumnya kalau bukan kaum wanita mulai dari remaja putri hingga ibu-ibu.
Perhiasan perak digunakan sebagai pelengkap dan pemanis dalam berbusana.
Pemilihan pelengkap dan pemanis tersebut kepada perak, terutama perhiasan perak
Bali, membuat perhiasan perak Bali berkembang sedemikian rupa menjadi favorit
utama kaum wanita.
Perhiasan perak Bali yang ditawarkan merupakan perhiasan atau aksesoris
perak asli dengan 92,5% perak murni + 7,5% tembaga, yang berasal dari ide orisinal
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 511
pembuat perak Bali di Desa Celuk, Sukawati, Gianyar. Desa Celuk merupakan salah
satu desa kebanggaan Pulau Bali sebab Desa Celuk merupakan desa penghasil perak
terbaik yang terkenal hingga ke mancanegara. Banyak produk perak yang diekspor
berasal dari Desa Celuk. Perajin bekerja dengan sepenuh hati untuk dapat memberikan
yang terbaik bagi pelanggan perak Bali. Mereka mendesain aksesoris dengan
kreativitas tinggi, rumit, dan mendetail, yang menyebabkan aksesoris perak Bali yang
ditawarkan berbeda dengan di tempat lain. Di samping itu, kualitas perak Bali yang
dimiliki adalah kualitas ekspor. Perak Bali dipadukan dengan beberapa batu permata
asli, koral, kulit kerang, tulang, kayu, tiram, mutiara, dan lainnya. Desainnya cantik,
modis, elegan, dan unik tetapi tidak ketinggalan zaman, yang gampang
dipadupadankan dengan aksesoris lainnya.
Perhiasan perak Bali juga dibatasi pembuatannya, dengan kata lain, limited
edition. Hal ini dilakukan agar aksesoris atau perhiasan perak memiliki keunikan
tersendiri dan para pelanggan setia dimanjakan dengan keeksklusifannya. Perajin
membuatnya dalam skala kecil, tetapi bisa memuaskan pelanggan setianya.
Diharapkan untuk ke depannya, perajin terus berinovasi mengikuti perkembangan
zaman, tetapi tidak melupakan jati diri dari perak Bali itu sendiri.
Kerajinan perak di Bali menjadi KPJU unggulan karena proses produksi
kerajinan perak terkait dengan sektor lain, baik keterkaitan ke belakang dalam hal
kebutuhan bahan baku perak murni dan tembaga yang dihasilkan oleh sektor
pertambangan/penggalian, maupun keterkaitan ke depan dalam hal produksi industri ini
diperdagangkan oleh sektor perdagangan atau untuk berbagai aksesoris oleh ibu-ibu
atau remaja-remaja putri.
Permasalahan kerajinan perak saat ini adalah keterbatasan pasar karena
kelebihan pasokan. Masalah lain yang dirasakan oleh perajin perak adalah berlakunya
Undang-Undang No 42, Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang
dinilai sangat merugikan perajin yang menggunakan bahan baku perak di Bali.
Para perajin dikenai dua jenis pajak, yang terdiri atas pajak untuk bahan baku dan pajak
hasil kerajinan yang sudah siap dipasarkan. Solusinya pemerintah sebaiknya merevisi
undang-undang tersebut sehingga mendukung perkembangan kerajinan perak
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 512
khususnya di Bali dan umumnya di Indonesia. Masalah lain adalah kelengahan para
perajin perak Bali, sampai-sampai hasil kreasinya dipatenkan oleh orang luar negeri.
Ada informasi bahwa kerajinan perak di Bali yang sudah menjadi ciri khas dan ikon
pariwisata Bali ternyata dipatenkan oleh WNA Amerika. Disebutkan bahwa di situ ada
800 jenis kerajinan perak yang sudah dipatenkan. Hal ini diketahui karena ada salah
satu perajin perak yang dituntut dua tahun penjara karena dianggap menjiplak.
Kerajinan perak yang motifnya sudah turun-temurun dari nenek moyang diakui begitu
saja oleh orang asing. Ini harus menjadi pelajaran bagi para perajin perak dan
pemerintah dalam melindungi hasil ciptaan warganya.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 513
Gambar 6.4
KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Perak
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 514
(5) Usaha Komoditas Kopi
Dari informasi di internet diketahui ternyata dalam tiga tahun terakhir, harga kopi
robusta dan arabika di pasar global mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada
transaksi Juli 2011, harga kopi robusta tercatat US$2.590 per ton, sangat jauh
dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2009 yang hanya US$1.650 per ton.
Demikian pula harga kopi arabika, pada transaksi Juli 2011 mencapai US$5.896 per
ton, suatu lonjakan tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2009 yang hanya
US$3.170 per ton. Dengan kinerja ekspor kopi robusta sebanyak 400 ribu ton saja,
maka devisa yang dapat diraih Indonesia bisa mencapai US$103,6 juta.
Para petinggi International Coffee Organization (ICO) memprediksi bahwa harga
kopi akan terus meningkat karena pasokan kopi ke pasar global dari negara-negara
produsen utama bisa menurun akibat cuaca yang kurang bersahabat, sementara
konsumsi kopi dunia diproyeksikan terus bertambah. Kondisi ini merupakan peluang
dan prospek yang baik bagi Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir kopi
keempat terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolumbia. Indonesia memiliki
perkebunan kopi yang luas, yaitu sekitar 1,3 juta hektare, termasuk lahan kopi terluas
kedua di dunia setelah Brazil.
Produktivitas perkebunan kopi di Indonesia masih rendah, yaitu baru mencapai
sekitar 600 kg biji kering/ha/tahun, padahal produktivitas perkebunan kopi di Brazil telah
mencapai 1.000 kg biji kering/ha/tahun, Colombia 1.220 kg biji kering/ha/tahun, bahkan
Vietnam mampu mencapai 1.540 kg biji kering/ha/tahun. Hal ini disebabkan oleh 96%
perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang umumnya belum
menggunakan bibit kopi unggul, teknik budi daya yang benar, serta terlambat
melakukan peremajaan tanaman. Selain itu, kopi Indonesia sulit bersaing di pasar
internasional. Hal itu terjadi karena sekitar 92 persen varietas kopi yang dihasilkan
berjenis robusta, sedangkan 70 persen konsumsi dunia berupa kopi jenis arabika.
Sementara untuk meningkatkan produksi kopi arabika juga sulit karena kopi jenis ini
hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi dengan kisaran 2.000
kaki atau sekitar 1.000 meter dari permukaan laut. Lahan dataran tinggi di Indonesia
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 515
umumnya merupakan lahan kehutanan yang tidak bisa dialihfungsikan menjadi lahan
perkebunan.
Dalam upaya meningkatkan daya saing di pasar global, pemerintah Indonesia
berusaha meningkatkan produksi dan mutu kopi. Peningkatan produksi dilakukan
melalui peremajaan tanaman, perluasan areal tanam, serta aplikasi teknologi baik di
level on-farm maupun off-farm. Hingga tahun 2014, Indonesia memproyeksikan
penambahan areal perkebunan kopi seluas 60.000 hektare. Kondisi ini membuka
peluang usaha pembibitan kopi karena setiap hektare kebun membutuhkan sedikitnya
1.600 bibit pohon. Peningkatan produksi juga harus diikuti peningkatan industri
pengolahannya agar produk kopi memperoleh nilai tambah (added value).
Indonesia terkenal sebagai negara produsen kopi spesialti berkualitas tinggi dan
harga di pasar global sangat mahal, seperti Gayo Coffee, Mandheling Coffee, Lintong
Coffee, Java Coffee, Bali Kintamani Coffee, Flores Bajawa Coffee, Toraja Coffee,
Lampung Coffee, dan kopi luwak yang merupakan kopi termahal di dunia. Kopi-kopi
spesialti ini bisa terus dikembangkan karena permintaannya di pasar dunia sangat
tinggi. Selain secara tradisional kopi ini mampu menembus pasar Eropa dan Amerika
Serikat, belakangan terbuka pasar baru ke China dengan sasaran konsumen penikmat
kopi sekitar 350 juta orang.
Bali dikenal sebagai daerah produsen kopi sejak penjajahan Belanda.
Perkebunan kopi di Bali tersebar di Kabupaten Jembrana, Badung, Gianyar, Bangli,
Karangasem, dan Buleleng. Daerah terluas pengembangan dan produksi tertinggi kopi
arabika adalah Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani adalah wilayah yang terkenal untuk
perkebunan kopi di Bali. Perkebunan kopi di Kintamani kebanyakan merupakan
perkebunan campuran dengan tanaman jeruk sehingga di Kintamani dikenal kopi
dengan aroma jeruk. Kopi masih diolah secara tradisional dan petani memiliki
organisasi yang kuat dalam produksi dan pemasaran. Selain itu, pihak PTPN XII juga
menerima kopi dari petani. Kebanyakan kopi di Kintamani adalah jenis arabika yang
dihasilkan dari perkebunan rakyat. Kopi di Bali memiliki masa panen sekitar bulan Mei--
Agustus setiap tahun.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 516
Perolehan sertifikat organik bagi kopi asal Bali pada tahun 2008 menyadarkan
Dinas Perkebunan Provinsi Bali bahwa potensi kopi asal Bali masih baik. Oleh karena
itu, sejak itu Pemprov Bali mencoba untuk mengembalikan kejayaan kopi masa lalu
serta mengajak masyarakat menjaga alam agar terhindar dari bencana. Apalagi,
bencana tanah longsor dan banjir mulai sering terjadi di provinsi ini.
Topografi sekitar daerah resapan di Pulau Dewata memang berbatu, terjal, dan
berlereng-lereng. Bahkan, kemiringan tanahnya hampir 45 derajat. Ketika kopi dibabat
dan digantikan oleh sayuran semusim yang membutuhkan lahan gembur dan bersih
dari serasah, maka tanah pun tak lagi mampu menyimpan air. Perubahan vegetasi dari
kopi ke tanaman hortikultura menyebabkan sejumlah wilayah Bali rawan erosi dan
tanah longsor. Tanaman kopi yang memiliki bentuk mirip kanopi menjadikan air hujan
tidak langsung jatuh ke permukaan tanah dengan keras. Ini mampu menjaga kesuburan
tanah agar tidak mudah tergerus. Selain itu, tanaman kopi juga mampu mengikat air.
Sehubungan dengan itu, keberadaan tanaman kopi di daerah-daerah resapan air
sangat penting. Ketika tanaman diganti sayuran, air hujan langsung mengalir di
permukaan ke lereng-lereng dengan membawa serta tanah lapisan atas. Inilah yang
menyebabkan longsor hingga banjir tak terduga. Oleh karena itu, Dinas Perkebunan
Provinsi Bali terus berupaya menggalakkan penanaman kopi kembali. Tahun 2010,
Pemprov Bali menganggarkan Rp 2, 4 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah untuk penanaman kopi. Hasilnya, tahun 2010 tercatat areal pertanaman kopi
baru 2.611 hektare, baik robusta maupun arabika. Tahun 2011 ini, ditargetkan 1.020
hektare areal tanaman baru dan akan begitu setiap tahun sedikitnya 1.000 hektare per
tahun. Masyarakat pun ikut menanam secara swadaya dengan bibit tanaman kopi gratis
dari pemerintah. Apalagi, harga kopi saat ini juga terus meningkat dan cenderung stabil.
Kerja sama pemerintah-petani ini mudah-mudahan memberi hasil maksimal karena
dapat menyelamatkan lingkungan sekaligus mendongkrak perekonomian (kompas.com)
Dari data statistik perkebunan Bali, diketahui bahwa luas areal perkebunan kopi
arabika di Bali pada tahun 2010 adalah 9.453 hektare. Hal itu meningkat dibandingkan
dengan tahun 2009 yang luasnya 8.281 hektare, 2008 seluas 8.205 hektare, 2007
seluas 7.888 hektare dan 2006 7.511 hektare. Sementara produksi kopi arabika Bali
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 517
pada tahun 2010 mencapai 3.485,279 ton, naik dibandingkan dengan tahun 2009
sebanyak 3.475,590 ton. Luas areal perkebunan kopi robusta di Bali pada tahun 2010
tercatat seluas 23.630 hektare. Luas itu berkurang dibandingkan dengan tahun 2009
sebesar 23.853 hektare. Sementara produksi kopi robusta Bali pada tahun 2010
sebesar 11.109,906 ton, menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar
11.428,984 ton.
Ekspor kopi Bali tercatat mengalami penurunan drastis. Berdasarkan informasi
Kadisperindag Bali, diketahui bahwa hingga pertengahan tahun 2011, total ekspor kopi
Bali hanya mencapai 400 ton. Padahal, rata-rata pada tahun sebelumnya dapat
mencapai 9.000 ton per tahun. Penurunan ekspor terjadi akibat perubahan iklim yang
berdampak pada penurunan produksi. Selain itu, faktor cuaca juga mempengaruhi
pengiriman ekspor kopi Bali. Hal itu terjadi karena ekspor kopi dilakukan dengan kapal
laut bukan dengan kapal udara sehingga ditunda. Artinya, ekspor kopi melalui laut yang
sedang mengalami gelombang pasang ada penundaan beberapa ekspor kopi Bali. Kopi
Bali banyak diekspor ke Jepang, Australia, Amerika, dan negara-negara Eropa. Setiap
tahun, rata-rata produksi kopi Bali mencapai 13.000 ton.
Dinas Perkebunan Provinsi Bali melalui website-nya menginformasikan bahwa
tahun 2011 Dinas Perkebunan Provinsi Bali mengembangkan kopi arabika kopyol di
beberapa kabupaten di Bali, yaitu Bangli, Karangasem, Gianyar, Badung, Buleleng, dan
Tabanan sebanyak 1.632.000 bibit atau setara 1.020 ha. Pengembangan kopi tersebut
untuk pengutuhan wilayah sentra resapan air, peningkatan produksi, peningkatan
pendapatan di lokasi pengembangan. Di samping adanya wilayah peresapan itu juga
untuk menyukseskan program Bali clean and green. Pengembangan di Tabanan, Desa
Ujung, Kecatamatan Pupuan ditanam bibit kopi sebanyak 80.000 pohon dengan luas
areal 50 ha. Di Karangasem, di daerah Kubu serta Munti Gunung ditanam bibit kopi
sebanyak 480.000 pohon dengan luas 300 ha. Gianyar, Kecamatan Payangan, Desa
Kertha dengan luas 100 ha ditanam bibit kopi sebanyak 160.000 pohon, sedangkan di
Kabupaten Buleleng, Kecamatan Sawan dan Kecamatan Banjar, sebanyak 150 ha,
ditanami bibit kopi sebanyak 240.000 pohon. Selain itu, di Kabupaten Bangli,
Kecamatan Kintamani ditanam bibit kopi arabika sebanyak 480.000 pohon dengan luas
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 518
areal seluas 300 ha, di Kabupaten Badung, khususnya di Kecamatan Petang, Desa
Belok Sidan dan Plaga ditanam bibit kopi sebanyak 192.000 pohon, dengan luas areal
120 ha.
Komoditas kopi menjadi salah satu KPJU unggulan lintas sektor di Bali karena
dalam proses produksi komoditas kopi terkait erat dengan sektor-sektor lain. Kaitan ke
belakang, yaitu proses produksi komoditas kopi menggunakan output sektor lain,
misalnya sektor industri hulu (mesin-mesin pertanian, pupuk, peralatan pertanian)
sebagai input atau masukan. Sebaliknya, kaitan ke depan, yaitu pemanfaatan output
sektor ini berupa kopi biji oleh sektor industri pengolahan menjadi kopi bubuk. Bahkan,
kaitan lainnya adalah dengan sektor perdagangan, yang memperdagangkan komoditas
kopi biji ke luar negeri (ekspor). Jadi, logis apabila kopi menjadi KPJU unggulan lintas
sektor di Bali.
Permasalahan komoditas kopi, antara lain (1) gangguan cuaca yang banyak
hujan akan menggagalkan produksi kopi, seperti terjadi pada tahun 2010; (2) rantai
pemasaran kopi yang masih panjang, yaitu mulai dari petani sampai dengan eksportir
sehingga menurunkan harga yang diterima petani; (3) fluktuasi harga kopi internasional
akan mempengaruhi harga kopi di tingkat petani; (4) sistem informasi pasar yang
asimetris, yaitu kenaikan harga internasional yang tidak ditransmisikan kepada petani
oleh eksportir dan pedagang perantara.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 519
Gambar 6.5 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Kopi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 520
(6) Usaha Restoran/Rumah Makan
Usaha restoran dan/rumah makan merupakan salah satu usaha yang tertua
sehingga usaha ini banyak dijumpai di berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke
dengan segala kekhasannya. Sebaliknya, yang membedakan usaha tersebut antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain adalah jumlah dan skala usaha, yang
sangat tergantung dari perkembangan ekonomi daerah setempat. Jakarta sebagai
pusat pemerintahan dan sekaligus sebagai pusat bisnis Indonesia tentunya sangat
berbeda dengan Aceh atau Papua, baik jumlahnya maupun skala usahanya.
Jawa Barat dan beberapa wilayahnya yang berdampingan dengan Jakarta sudah
barang tentu berbeda dengan Jawa Tengah atau Jawa Timur, apalagi dibandingkan
dengan beberapa daerah luar Jawa. Demikian pula dengan Bali yang merupakan
daerah tujuan wisata mancanegara, tentunya memiliki karakteristik yang sangat
berbeda dengan wilayah lainnya, bahkan dengan Jakarta sekalipun. Bali meskipun
memiliki luas wilayah yang relatif kecil, memiliki potensi yang sangat besar sebagai
tujuan wisata dunia sehingga di wilayah ini banyak dijumpai hotel dan restoran bertaraf
internasional.
Sementara itu, kawasan lainnya di luar Jawa dan Bali yang memiliki potensi
cukup besar sebagai pusat pengembangan usaha rumah makan dan restoran adalah
Sumatra Utara dan Riau. Sumatra Utara dan Medan sebagai salah satu pintu gerbang
masuk ke wilayah Indonesia telah berkembang sebagai salah satu wilayah yang
memiliki potensi sebagai pertumbuhan usaha restoran dan rumah makan. Riau dengan
Batam sebagai daerah tujuan wisata dan sekaligus sebagai sentra bisnis yang
berdekatan dengan Singapura memiliki potensi cukup besar di kawasan Sumatra.
Usaha atau bisnis rumah makan dan restoran adalah bisnis yang dianggap oleh
sebagian orang sebagai bisnis yang paling mudah untuk dijalankan dengan alasan
bahwa setiap orang perlu makan. Namun, realitas yang sering terjadi menunjukkan
bahwa bisnis rumah makan adalah salah satu bisnis yang paling mudah untuk dibuka
dan paling mudah untuk bangkrut. Keuntungan yang besar menggiurkan banyak orang
untuk menggeluti bisnis ini. Padahal, bisnis restoran ataupun rumah makan ini
memerlukan pengetahuan manajemen yang baik dalam menjalankannya. Pengetahuan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 521
tentang pelayanan sempurna, standar control, baik dalam hal menu, keuangan,
maupun strategi pemasaran wajib dimiliki. Ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi
tersebut mengakibatkan ketidakmampuan si pebisnis rumah makan untuk menjaga
kontinuitas bisnis rumah makan yang dijalankan.
Bisnis restoran dan rumah makan tidak hanya sekadar cara memasak makanan
enak dan menjualnya kepada pelanggan. Untuk mempertahankan jalannya bisnis
restoran dan rumah makan banyak faktor yang harus diperhatikan. Mulai dari faktor
rasa makanan, proses, dan resep yang standar adalah hal terpenting yang harus selalu
dijaga dan dikontrol kualitasnya. Faktor lain yang juga mendukung majunya usaha ini
adalah citra restoran yang menjadi ciri khas yang membedakan dengan restoran yang
lain. Memperhatikan selera dan penanganan keluhan yang baik juga berpengaruh pada
kepuasan dan loyalitas pelanggan. Kegiatan promosi, pendanaan, masalah karyawan,
serta harga yang kompetitif merupakan faktor lain yang harus diperhatikan agar bisnis
restoran dan rumah makan dapat terus berkembang dari waktu ke waktu. Usaha
restoran dan rumah makan memerlukan modal yang besarnya bervariasi, tempat
strategis, kemampuan bidang masakan, pemasaran, dan kemampuan bidang service.
Persaingan usaha restoran dan rumah makan di Bali kian ketat, tidak hanya
digeluti oleh pebisnis lokal, tetapi juga oleh pebisnis luar Bali.
Meskipun dihadapkan pada kondisi tersebut, sejumlah pebisnis kuliner di Bali masih
optimis. Itu juga berlaku bagi pemain baru yang akan terjun di bisnis kuliner. Bisnis
restoran dan rumah makan hingga saat ini masih memiliki prospek cukup bagus,
bahkan dalam kondisi persaingan yang cukup ketat sekalipun. Sukses usaha di bidang
pelayanan makanan dan minuman tidak hanya ditentukan oleh jumlah pengunjung,
tetapi juga oleh kemampuan meningkatkan pertumbuhan pelanggan. Itu sebabnya,
menjaga kualitas sajian menjadi suatu hal yang sangat penting, khususnya terhadap
masalah konsistensi rasa, kontrol mutu, dan pelayanannya. Becermin dari hal itu,
pelaku usaha di bidang ini atau pemain baru harus paham tentang bisnis restoran dan
rumah makan. Berdasarkan Data Bali Membangun, jumlah restoran di Provinsi Bali
tahun 2009 mencapai 1.693 buah meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008
yang mencapai 1.655 buah.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 522
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis restoran dan rumah
makan. Secara umum faktor yang paling menonjol dalam bisnis tersebut adalah rasa
(taste). Beberapa faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan
keberhasilan usaha yang harus diperhatikan para pelaku yang bergerak di bidang ini
adalah potensi pasar. Rasa sajian yang konsisten atau jadi ciri khas yang ditonjolkan,
akan membuat konsumen tertarik, bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi
pelanggan tetap. Terkait dengan potensi pasar, Bali menjadi daerah yang cukup
potensial bagi pengembangan usaha restoran dan rumah makan. Pertimbangannya,
Bali sudah menjadi tujuan wisata dunia yang menarik. Itu membuat potensi pasar untuk
bisnis kuliner di Bali tidak hanya tertuju pada masyarakat lokal, tetapi juga untuk
kalangan wisawatan asing yang berkunjung ke Bali.
Usaha restoran dan rumah makan menjadi salah satu KPJU unggulan lintas
sektor karena usaha ini dalam operasionalisasinya memiliki keterkaitan atau melintasi
sektor lain, yaitu kaitan ke belakang dengan sektor pertanian sebagai sumber bahan
baku. Sebaliknya, kaitan ke depan dengan sektor lain, yaitu sektor-sektor yang
memperdagangkan produk restoran kepada sektor lain atau konsumen. Jadi, jelas
masuk akal bila usaha restoran dan rumah makan menjadi usaha lintas sektor.
Meskipun usaha restoran dan rumah makan ini menjadi bisnis yang menjanjikan,
di bisnis ini juga bukan tanpa masalah dan risiko. Permasalahan yang paling sering
muncul adalah menyangkut harga bahan baku di pasaran yang sering kali mengalami
fluktuasi. Cuaca yang tidak menentu membuat harga beberapa komoditas, seperti
sayur dan ikan menjadi naik tajam. Bagi bisnis restoran dan rumah makan, kondisi
tersebut tentunya menjadi kendala karena biaya bahan baku menjadi mahal,
sedangkan harga jual sajian menu tidak bisa serta merta ikut naik dan pendapatan pun
dipastikan berkurang dari kondisi normal. Menyikapi kondisi itu, biasanya pengelola
restoran tidak menyetok bahan baku dalam waktu lama. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kesegaran sajian. Masalah lain adalah ketatnya persaingan antara
restoran/rumah makan dan sering di awal-awal pembukaan belum ada pembeli dan
calon pelanggan. Jika hal seperti disebutkan terakhir terjadi dalam jangka waktu
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 523
mingguan apalagi bulanan, maka usaha KPJU jenis ini akan mati atau bangkrut
sebelum berkembang.
Gambar 6.6
KPJU Unggulan Lintas Sektor - Usaha Restoran/Rumah Makan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 524
(7) Industri Tenun Endek dan Songket (ATBM)
Seni kerajinan tenun ikat endek dan songket tidak lagi merupakan barang langka
dan sangat akrab dalam kehidupan masyarakat Bali. Hal itu terjadi karena kerajinan ini
merupakan warisan para nenek moyang yang telah ada sejak zaman neolithicum.
Aktivitas menenun masih tetap eksis dilakoni wanita Bali dan merupakan mata
pencaharian pokok bagi sebagian masyarakat di beberapa kabupaten di Bali, yaitu
Jembrana, Denpasar, Badung, Klungkung, Gianyar, dan Karangasem.
Kain tenun tradisional di Bali umumnya dan di Kabupaten Klungkung khususnya
ada dua macam, yaitu kain tenun ikat tradisional (endek) yang proses pembuatannya
dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) dan kain tenun songket dengan
proses menenun secara tradisional (alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain
tenun songket dengan pewarna alami khas Kabupaten Klungkung memang merupakan
bagian dari seni keindahan tenun ikat yang sudah terkenal sejak lama. Kain endek juga
merupakan salah satu kain Bali yang kini amat populer di Indonesia. Kain ini ditenun
dengan teknik ikat, suatu teknik tenun yang dikenal secara luas di seluruh Indonesia. Di
samping berfungsi sebagai kain upacara keagamaan, kini kain endek mulai populer
sebagai bahan kemeja nasional. Kain songket juga amat populer dalam masyarakat
Bali. Songket merupakan istilah teknik untuk menambahkan suatu pola pada suatu
bahan dengan mengisi benang tambahan, yang dimasukkan ke seluruh bidang atau
hanya menutupi bagian-bagian tertentu dari suatu kain.
Endek (pakan ikat) adalah metode dari kain tenun yang diproduksi di Bali.
Produksi tekstil ini melibatkan proses tenun dan pencelupan. Ada dua set benang, satu
set tetap di tempat dan set lainnya adalah berulir melalui set pertama. Benang-benang
pakan adalah benang yang berjalan bolak-balik selama proses menenun. Itu juga
merupakan benang pakan yang dicelup untuk membuat desain. Endek kurang populer
di kalangan wisatawan, tetapi sangat penting bagi orang Bali. Sutra juga digunakan
dalam produksi tekstil ini, seperti katun atau benang sintetis. Endek adalah kain
serbaguna untuk orang Bali karena dapat dipakai baik untuk penggunaan sehari-hari
maupun tujuan upacara. Endek dapat ditemukan di pasar tradisional di Bali, seperti
pasar tradisional Kumbasari, yang terletak di Jl. Gajah Mada, Denpasar; pasar
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 525
tradisional Sukawati yang terletak di Jl. Raya Sukawati, Kabupaten Gianyar sekitar 11
km timur Denpasar; dan pasar tradisional Semarapura, terletak di pusat Semarapura,
Kabupaten Klungkung.
Songket adalah kain yang sering dipakai oleh artis dan penari, suatu kain tenun
lain dengan penambahan benang emas dan perak. Perbedaan antara kain prada dan
songket, pada songket menggunakan lebih banyak emas dan perak dalam produksi,
sedangkan kain prada adalah kain berwarna yang di atasnya digambar sesuai dengan
tema dan motif dengan cairan prada. Kain songket awalnya hanya digunakan oleh
orang tua dan kalangan bangsawan. Namun, sekarang sudah mulai memasyarakat
sehingga hampir sebagian besar masyarakat Bali mengenakannnya, baik untuk
upacara adat berskala besar, seperti pesta pernikahan, sembahyang pada acara-acara
keagamaan, maupun pernikahan. Sering kali harga songket lebih dari satu juta rupiah
(US$ 110). Kain songket memiliki berbagai motif termasuk tokoh wayang tradisional
Bali, burung, kupu-kupu, bunga, dan daun. Proses tenun dilakukan di belakang-tali alat
tenun. Namun, songket tidak dapat dicuci dengan mesin cuci atau menambahkan
deterjen, untuk pola sensitif dan warna. Oleh karena itu, ketika memakai kain ini harus
sangat berhati-hati. Bagi wisatawan atau siapa pun yang ingin memiliki foto dalam
pakaian tradisional Bali yang mewah ini dapat menyewa di beberapa studio foto atau
salon kecantikan sekitar Kuta, Nusa Dua, atau Ubud.
Endek yang merupakan jenis kain tenun dengan teknik menggunakan alat tenun
bukan mesin (ATBM) banyak pula yang memasuki pasar ekspor untuk bahan baku
pakaian yang rancangannya dipadukan dengan kain berkualitas dan warna yang
disesuaikan dengan konsumennya. Pengusaha pakaian dan hasil kerajinan Bali yang
mengaku pernah melakukan pameran aneka kerajinan kain songket di Jepang
beberapa waktu lalu mengatakan bahwa kain tenun buatan perajin di Bali mendapat
sambutan positif. Bahkan, konsumen di Jepang membeli kain itu untuk perhiasan dan
dekorasi dinding kamar tamu. Begitu pula dengan masyarakat Amerika Serikat. Mereka
juga menyukai aneka ragam kain tenun Bali sehingga ekspor kain tenun Bali meningkat
terus.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 526
Bank Indonesia (BI) Denpasar mencatat bahwa kain tenun buatan tangan-tangan
terampil wanita di Bali, seperti kain songket, tenun sutra, tenun ikat, dan tenun
Pegringsingan telah menyumbangkan devisa senilai 14,6 juta dolar AS selama Januari-
-Juni 2011. Perolehan devisa dari hasil ekspor aneka hasil tenunan karya masyarakat
tersebut meningkat dari rata-rata dua juta dolar AS per bulan selama 2010 menjadi 2,4
juta dolar AS per bulan selama periode 2011. Kain tenun asli Bali semakin dilirik
wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan wisata ke Bali. Ada yang membeli
langsung ke perajin dan ada pula yang memesan dalam jumlah banyak sehingga
perolehan devisa meningkat setiap bulannya. Perdagangan ekspor kain tenunan Bali
memang berfluktuasi setiap bulan, seperti selama Februari baru mencapai 2,1 juta dolar
AS, naik menjadi 2,9 juta dolar AS pada Maret 2011. Kemudian berkurang menjadi
hanya 2,5 juta dolar AS pada bulan berikutnya dan bertambah lagi bernilai 2,8 juta dolar
AS selama Mei, sedangkan pada Juli hanya sebesar 2,1 juta dolar AS.
Permasalahannya adalah industri kerajinan tenun ikat dan songket di Bali tak
mampu bersaing dengan industri garment. Harga produk tenun, apalagi tenun songket
sangat mahal karena pengerjaan yang konvensional, yang membutuhkan waktu lama,
satu lembar kain bisa ditenun 1--2 minggu. Penerapan teknologi kartu pada ATBM
memberikan dampak yang luar biasa. Bayangkan saja, satu lembar kain songket
sepanjang 1,1--2,25 meter biasanya dikerjakan dalam 1--2 minggu, tetapi dengan
ATBM program kartu, kain dikerjakan hanya dalam waktu 2--3 hari. Ongkos produksi
untuk kain songket bisa mencapai jutaan rupiah. Jika kain songket atau tenun ikat
dikerjakan 14 hari per lembar dan ongkos per hari Rp 50.000,00 total ongkos yang
diperlukan mencapai Rp 700.000,00. Ditambah biaya bahan baku dan cost produksi
lainnya, maka harga jual bisa mencapai di atas Rp 2,5 juta. Jika dikerjakan dengan
ATBM program kartu, biaya produksinya jauh lebih murah sehingga harga jualnya
berkisar Rp 900.000,00 hingga Rp 1,5 juta.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 527
Gambar 6.7 KPJU Unggulan Lintas Sektor - Industri Tenun Endek & Songket ATBM
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 528
(8) Industri Kerajinan Kayu
Kerajinan asal katanya ‘rajin’, artinya suka dan giat bekerja, selalu berusaha,
getol, sedangkan ‘kerajinan’ adalah hal (sifat) rajin, kegetolan. Contoh barang-
barang kerajinan, yaitu barang-barang hasil pekerjaan tangan. Jadi, yang
dimaksud dengan ‘kerajinan ukir’ adalah barang-barang ukiran atau hiasan yang
dihasilkan oleh seseorang yang dalam perwujudannya memerlukan ketekunan,
keterampilan, dan perasaan seni dengan cara ditoreh/dipahat di atas kayu, batu, logam,
gading, dsb. Sebaliknya, yang dimaksud dengan ‘kerajinan ukir kayu’ adalah jenis
kerajinan yang menggunakan teknik ukir pada bahan kayu, sedangkan ‘teknik ukir’
adalah teknik pembuatan hiasan yang menggunakan alat berupa tatah/pahat ukir.
Seni ukir merupakan gubahan dari bentuk-bentuk visual yang dalam pengolahannya
mempunyai sifat kruwikan (Jawa) dengan susunan yang harmonis sehingga memiliki
nilai estetis. Seni ukir diwujudkan melalui bahan kayu, logam, gading, batu, dan bahan-
bahan lain yang memungkinkan untuk dikerjakan. Adapun bentuk-bentuk gubahan
tersebut merupakan stilisasi dari bentuk alam yang meliputi tumbuh-
tumbuhan, binatang, awan, air, manusia, dsb.
Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagian-bagian cekung
(kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu gambar
yang indah. Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir yang
merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain. Bangsa
Indonesia mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (neolitikum), yakni sekitar
tahun 1500 SM. Pada zaman itu nenek moyang bangsa Indonesia telah membuat
ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat, atau bahan lain yang ditemukannya. Motif
dan pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif
geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan dengan bahan tanah liat, batu,
kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan. Pada zaman yang lebih dikenal
sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM, bahan untuk
membuat ukiran telah mengalami perkembangan, yaitu menggunakan bahan
perunggu, emas, perak, dan lain sebagainya. Dalam pembuatan ukirannya adalah
menggunakan teknologi cor. Motif-motif yang digunakan pada masa zaman perunggu
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 529
adalah motif meander, tumpal, pilin berganda, topeng, binatang, dan manusia. Motif
meander ditemukan pada nekara perunggu dari Gunung Merapi dekat Bima. Motif
tumpal ditemukan pada sebuah buyung perunggu dari Kerinci Sumatra
Barat, dan pada pinggiran sebuah nekara (moko) dari Alor, NTT. Motif pilin berganda
ditemukan pada nekara perunggu dari Jawa Barat dan pada bejana perunggu dari
Kerinci, Sumatra. Motif topeng ditemukan pada leher kendi
dari Sumba, Nusa Tenggara dan pada kapak perunggu dari Danau Sentani, Irian
Jaya. Motif ini menggambarkan muka dan mata orang yang memberi kekuatan
magis yang dapat menangkis kejahatan. Motif binatang dan manusia ditemukan
pada nekara dari Sangean. Setelah agama Hindu, Budha, Islam masuk
ke Indonesia, seni ukir mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam
bentuk desain produks, dan motif. Ukiran banyak ditemukan pada badan-badan
candi dan prasasti-prasasti yang dibuat orang pada masa itu untuk memperingati
para raja-raja. Bentuk ukiran juga ditemukan pada senjata-senjata, seperti keris dan
tombak, batu nisan, mesjid, keraton, alat-alat musik, termasuk gamelan, dan
wayang. Motif ukiran, selain menggambarkan bentuk, kadang-kadang berisi tentang
kisah para dewa, mitos kepahlawanan, dll. Bukti-bukti sejarah peninggalan ukiran
pada periode tersebut dapat dilihat pada relief candi Penataran di Blitar, candi
Prambanan dan Mendut di Jawa Tengah. Saat sekarang ukir kayu dan logam
mengalami perkembangan pesat dan fungsinya pun sudah bergeser dari hal-hal yang
berbau magis berubah menjadi hanya sebagai alat penghias . Pada ukiran kayu
meliputi motif Pajajaran, Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali, Jepara, Madura,
Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif yang berasal dari luar
Jawa.
Usaha kerajinan kayu bagi masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di
daerah pariwisata umumnya merupakan usaha yang telah lama ditekuni dan
merupakan usaha turun-temurun dari generasi sebelumnya. Sentra kerajinan kayu di
daerah kunjungan wisata yang menonjol antara lain Bali, Jawa Tengah, Sumatra Utara,
Sulawesi Selatan, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara. Barang-barang kerajinan kayu
tersebut diminati oleh wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia, malahan ada
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 530
beberapa produk mainan yang sudah diekspor ke mancanegara meskipun secara
volume dan nilai ekspor belum dapat bersaing dengan volume dan nilai ekspor
komoditas andalan lain, baik di sektor migas maupun nonmigas.
Barang kerajinan Bali termasuk kerajinan kayu menjadi daya tarik masyarakat
Indonesia dan dunia. Kerajinan Bali termasuk kerajinan kayu menjadi andalan Bali yang
sangat dicari dan digemari karena kerajinan tangan Bali ini begitu unik dan menjadi ciri
khas yang dapat dijadikan oleh-oleh atau suvenir oleh para wisatawan yang berkunjung
ke Bali. Kerajinan tangan Bali sangat khas karena begitu kental seni dan budaya
Balinya, yang bernilai seni tinggi serta bercita rasa tinggi. Dengan demikian, menjadi
produk kerajinan tangan yang selalu dicari wisatawan domestik dan mancanegara.
Industri kerajinan kayu kini tidak hanya terdapat di Kabupaten Gianyar, tetapi
sudah menyebar ke kabupaten-kabupaten lain di Bali, seperti Kota Denpasar,
Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung, dan Kabupaten Badung. Misalnya, Mangku
Antara kelahiran tahun 1952, mengembangkan usaha kerajinan stil Bali di kampung
kelahirannya di Banjar Kebayansari, Tangeb, Abianbase, Mengwi, Badung. Usahanya
itu mampu mengangkat kehidupan warga Tangeb, terbukti jumlah karyawannya kini
mencapai 60 orang. Mangku Antara telah mempekerjakan orang dewasa dan siswa
Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Ukir Tangeb ikut menjadi tenaga freelance. Usaha
yang telah dirintis dan dikembangkan sejak tahun 1990 itu mendapat penghargaan
Upakarti bidang Kepeloporan/Pelestarian dari Pemerintah RI tahun 2009, yang
diserahkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Desember 2009 di
Istana Negara. Ini menjadi sebuah kebanggaan tak hanya baginya, tetapi juga warga
Desa Tangeb dan Bali. Kerajinan Mangku Antara beragam, mulai dari sanggah, pintu,
katil, ram, tere, pelangkiran, jineng, gebyok stil Bali, dan ukiran mebel. Di tengah resesi
ekonomi global, usaha yang dijalankan Pak Mangku tetap berkembang. Ini terjadi
lantaran sebagian besar konsumennya adalah pasar lokal. Selain melayani pembuatan
rumah stil Bali, Pak Mangku juga menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah terkait
pembuatan inventaris sekolah, seperti bangku, meja, atau lemari buku. Menurut
Mangku Antara, membuat rumah stil Bali agak susah. Pengerjaannya memerlukan
waktu satu tahun. Semua pekerjaan dikerjakan di lokasi untuk memudahkan proses
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 531
pengukuran. Mangku Antara tak sendiri, ia memerlukan mitra kerja dalam penggarapan
sebuah rumah, bermitra dengan tukang ukir batu dan tukang bangunan. Selain 60
karyawannya, Mangku Antara juga menjalin kerja sama dengan 10 perajin binaan.
Anggota per kelompok 5 hingga 10 orang. Meskipun sukses mendulang prestasi di
bidang usaha ukir Bali, sejatinya Mangku Antara bukanlah seorang perajin, tetapi Ia
adalah mantan seorang pendidik. Setelah pensiun, ada keinginan mengembangkan ukir
di Desa Tangeb dengan memanfaatkan lulusan sekolah Teknik Ukir Tangeb yang
sangat banyak, sebagai wadah untuk menampung skil mereka.
Permasalahan yang dihadapi oleh Mangku Antara dan perajin lainnya di Bali
adalah keterbatasan bahan baku. Selama ini perajin Bali lebih banyak menggunakan
kayu yang berasal dari luar Bali, seperti Jawa Timur, Flores, Sumba, dan Kalimantan.
Permasalahan lain kuantitas, kualitas, kinerja, dan profesionalisme perajin belum
maksimal dan bagaimana meningkatkan ekspor yang ada. Adapun
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan peningkatan
sumber daya alam dan sumber daya manusia serta peningkatan penggunaan
teknologi modern. Sementara untuk meningkatkan ekspor yang telah berjalan,
bisa digunakan jaringan internet. Diharapkan dari solusi tersebut, maka para perajin
akan mendapat keuntungan dan pemerintah dapat meningkatkan devisa negara.
Industri kerajinan kayu menjadi KPJU lintas sektor tampaknya karena KPJU ini
memiliki keterkaitan erat dengan sektor lain, baik keterkaitan ke belakang dengan
sektor di hulu sebagai pemasok bahan baku yaitu sektor pertanian dalam arti luas
(khususnya subsektor kehutanan), maupun keterkaitan ke depan dengan sektor di hilir,
yaitu pengguna produk KPJU ini, yaitu sektor perdagangan, bangunan, sektor rumah
tangga, serta pemerintah. Jadi, berkembangnya KPJU ini dapat meningkatkan
permintaan bahan baku dan meningkatkan produk sehingga mendorong perkembangan
sektor lain yang di hulu dan di hilir. Oleh karena itu, KPJU ini harus tetap dibina agar
tetap menjadi KPJU unggulan di Bali. Produk industri kerajinan kayu Bali saat ini, tidak
hanya memasok pasar lokal Bali, tetapi juga sudah mulai merambah pasar luar Bali dan
luar negeri. Banyak wisatawan asing memesan industri kerajinan kayu dari Bali, baik
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 532
dalam bentuk rumah knock down maupun bagian-bagian dari rumah yang dipasang
untuk melengkapi rumahnya di luar negeri.
Gambar 6.8 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Industri Kerajinan Kayu
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 533
(9) Usaha Komoditas Padi Sawah
Padi sawah merupakan salah satu komoditas pertanian penting di Bali. Hal itu
terjadi karena komoditas ini memiliki peran strategis, yaitu sumber pangan penduduk
Bali dan kadang penduduk luar Bali ketika panen surplus, sumber pendapatan sebagian
besar masyarakat Bali sebagai petani padi sawah, dan penyedia lapangan kerja dari
aktivitas produksinya yang banyak menyerap tenaga kerja. Demikian pentingnya arti
dan peran komoditas padi di Bali sehingga logis apabila komoditas ini menjadi salah
satu KPJU unggulan Provinsi Bali. Jika ditinjau dari aspek lintas sektor, komoditas padi
memiliki kaitan erat ke belakang dengan industri hulu yang menyediakan input untuk
proses produksi padi seperti industri pupuk, industri mesin-mesin pertanian, industri
obat-obatan. Di samping itu, memiliki keterkaitan erat ke depan dengan industri yang
menggunakan output KPJU padi sebagai bahan baku atau input seperti industri
makanan dan perdagangan.
Saat ini luas lahan sawah di Provinsi Bali tercatat 81.908 ha (14,4 %) yang
dominan ditanami padi sawah. Dari data statistik penggunaan lahan diketahui bahwa
sejak tahun 1997 sampai dengan 2001 alih fungsi lahan sawah di Bali dalam setahun
rata-rata 758,5 ha (0,89 %). Tahun 2002 sampai dengan 2006 alih fungsi lahan setahun
tercatat rata-rata 641 ha (0,76 %) dan tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 lahan
sawah justru meningkat rata-rata 371 ha (0,45 %) dalam setahun karena peralihan dari
lahan holtikultura ke sawah (terjadi di Kabupaten Jembrana, Buleleng dan
Karangasem).
Luas panen padi (sawah dan ladang) pada tahun 2009 mencapai 150 283 ha
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 143 999 ha.
Peningkatan luas panen ini diikuti dengan peningkatan produksi dari 840 465 ton tahun
2008 menjadi 878.464 ton tahun 2009. Menurut Bali dalam Angka 2011, luas panen
padi (sawah dan ladang) tahun 2010 mencapai 152.190 ha dan produksi sebanyak
869.160 ton. Ini berarti bahwa produktivitas mencapai 57.11 kuintal per hektare.
Kebutuhan bahan pangan pokok berupa beras makin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Permasalahan selanjutnya adalah pemilikan lahan
yang makin sempit. Artinya, areal produktif untuk usaha tani di Bali makin berkurang
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 534
karena beralih fungsi akibat berkembangnya sektor pariwisata, jalan, permukiman, dan
industri yang menggunakan lahan subur. Untuk memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat diperlukan pengelolaan lahan secara intensif dan efisien. Varietas unggul
padi merupakan salah satu komponen utama teknologi yang berperan sangat dominan
dalam meningkatkan produktivitas dan produksi beras dalam negeri.
Padi termasuk tanaman yang mempunyai spektrum ekologi yang relatif luas dan
dibudidayakan di berbagai tipe agroekosistem (termasuk sosial budaya). Setiap tipe
agroekosistem mempunyai masalah dan kendala yang berbeda, seperti keracunan
kimia, kekeringan, suhu rendah, serta rawan hama dan penyakit tertentu. Untuk
mendukung kegiatan pembangunan pertanian di Bali, terutama pengkajian teknologi
pertanian, telah dilakukan pengelompokan wilayah berdasarkan kondisi biofisik
lingkungan yang hampir sama, yaitu keragaan tanaman dan hewan tidak berbeda
nyata. Pewilayahan ini disebut agroekologi. Berdasarkan pengelompokan agroekologi
dapat ditentukan kawasan tertentu yang memenuhi syarat atau sesuai untuk
pengembangan suatu komoditas pertanian. Pengelompokan wilayah selanjutnya
diorganisasikan ke dalam suatu peta Agro-Ecological Zone (AEZ). Berdasarkan peta
AEZ, Bali dapat dibedakan menjadi lima zone, satu di antaranya zone IV dengan tipe
pemanfaatan lahan pertanian untuk usaha tani lahan basah dan lahan kering.
Permasalahan utama pada usaha padi sawah di Bali adalah laju alih fungsi lahan
sawah menjadi lahan nonsawah, seperti untuk prasarana pariwisata, bangunan
pemerintah, perumahan, dsb. Upaya-upaya mengendalikan laju alih fungsi lahan,
khususnya lahan sawah adalah kegiatan prioritas yang sejak dulu dan untuk waktu-
waktu yang akan datang terus diintensifkan pelaksanaannya. Hal ini dilakukan karena
sawah di Bali di samping berfungsi sebagai faktor produksi untuk menghasilkan
padi/beras juga merupakan wilayah subak, yaitu organisasi petani warisan leluhur yang
harus terjaga keutuhannya dalam pelestarian adat dan budaya Bali.
Usaha budi daya padi sawah di Bali yang merupakan KPJU unggulan erat
kaitannya dengan program ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah
pusat. Program ketahanan pangan sebagaimana amanat UU RI No 7, Tahun 1996
tentang Pangan, di Provinsi Bali dikoordinasikan oleh Dewan Ketahanan Pangan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 535
Provinsi yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh bidang Ketahanan Pangan pada
Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Bali. Saat
ini juga telah dibentuk Tim Koordinasi Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Pangan dan
Gizi (RAD-PG) Provinsi Bali (amanat Inpres No. 3, Tahun 2010 tentang RAD-PG).
Dari sisi regulasi yang mengacu pada UU RI No 26, Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan UU RI No. 41, Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (PLP2B), di Provinsi Bali telah ditetapkan PERDA No. 16, Tahun
2009 tentang RTRW Provinsi Bali tahun 2009--2029. Dalam PERDA No. 16, Tahun
2009 dimaksud antara lain telah ditetapkan bahwa lahan pertanian pangan
berkelanjutan di Provinsi Bali ditetapkan sekurang-kurangnya 90% sejak tahun 2009
sampai dengan 2029, artinya dalam jangka waktu 20 tahun ke depan alih fungsi lahan
pertanian hanya ditolerir sebesar-besarnya 10%. Terkait dengan penyediaan pangan
pokok khususnya beras di Provinsi Bal yang bersumber dari usaha padi sawah dapat
diinformasikan hal-hal sebagai berikut.
a. Dengan menggunakan angka konsumsi beras per kapita per tahun masyarakat Bali
116 kg (hasil SUSENAS tahun 2005). Sampai dengan saat ini Bali masih surplus
beras rata-rata dalam setahun >80.000 ton, di mana rata-rata produksi beras di Bali
dalam setahun adalah > 530.000 ton dan kebutuhannya < 450.000 ton.
b. Dalam menjaga stabilitas harga beras, dilaksanakan beberapa program, yaitu
menyediakan dana talangan pembelian gabah petani agar harga gabah petani tidak
jatuh pada saat panen raya (melindungi petani selaku produsen) yang dibiayai oleh
dana APBD Provinsi, sedangkan untuk mengatasi naiknya harga beras pada saat
tidak musim panen maka Drive BULOG akan menyalurkan raskin dan atau
melaksanakan operasi pasar (OP).
Dalam mempermudah aksesibilitas pangan bagi penduduk, di samping ditempuh
melalui upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan secara merata
di seluruh wilayah, juga dilaksanakan program pengembangan diversifikasi menu, yaitu
menyediakan pangan sumber karbohidrat nonberas lainnya, seperti palawija serta
penyediaan pangan lain (pangan hewani, sayur, buah-buahan, dan lain-lain) yang
mencukupi sebagaimana ketentuan dalam sistem Pola Pangan Harapan (PPH).
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 536
Gambar 6.9 KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Padi Sawah
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 537
(10) Usaha Komoditas Cengkeh
Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn.Eugenia aromaticum), dalam bahasa
Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon
Myrtaceae. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan
Madagaskar. Selain itu, juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka.
Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara. Pohon cengkeh merupakan
tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10--20 m, mempunyai daun
berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya
berwarna hijau dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen
jika sudah mencapai panjang 1,5--2 cm.
Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh
maupun sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia, sedangkan di
Indonesia cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan
sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan
sebagai aroma terapi dan untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang
ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk
mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50--100 gram
daun cengkeh kering per tanaman.
Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial.
Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk
menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol
digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan
dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral; "chōji"
berarti cengkeh; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat
permukaan pedang mereka.
Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan
setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya mengunyah cengkeh agar harum
napasnya. Cengkeh, pala, dan merica sangatlah mahal di zaman Romawi. Cengkeh
menjadi bahan tukar-menukar oleh bangsa Arab pada abad pertengahan. Pada akhir
abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar-menukar di Laut India. Bersama
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 538
itu diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan
Spanyol. Selain itu, juga dibuat perjanjian dengan SultanTernate. Orang Portugis
membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari Kepulauan Maluku ke Eropa.
Pada saat itu harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas.
Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-
17. Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudidayakan pohon Cengkeh di
Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkeh dibudidayakan di Guyana, Brasilia, dan
Zanzibar. Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkeh sama dengan harga
emas karena tingginya biaya impor. Hal itu terjadi karena cengkeh di sana dijadikan
salah satu bahan makanan yang sangat berkhasiat bagi warga sekitarnya yang
mengkonsumsi tanaman cengkeh tersebut. Sampai sekarang cengkeh menjadi salah
satu bahan yang diekspor ke luar negeri.
Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, yang pada awalnya merupakan
komoditas ekspor berubah posisi menjadi komoditas yang harus diimpor karena
pesatnya perkembangan indutri rokok kretek. Industri rokok kretek sendiri berkembang
sejak akhir abad ke-19. Tingginya kebutuhan devisa untuk memenuhi kebutuhan impor
cengkeh mengakibatkan ditetapkannya program swasembada cengkeh pada tahun
1970, antara lain melalui perluasan areal.
Hasil pelaksanaan program swasembada cengkeh adalah terjadinya
perkembangan luas areal yang sangat mencolok dari 82.387 ha tahun 1970 menjadi
724.986 ha tahun 1990. Swasembada dinyatakan tercapai pada tahun 1991, bahkan
terlampaui, tetapi bersamaan dengan itu terjadi penurunan harga. Untuk membantu
petani mengatasi hal tersebut pemerintah campur tangan dengan (1) mengatur tata
niaga melalui pembentukan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC), (2)
mendiversifikasi hasil, dan (3) mengkonversi sebagian areal. Namun, upaya-upaya ini
tidak berhasil yang diindikasikan oleh harga tetap tidak membaik sehingga petani
menelantarkan pertanamannya.
Sejak tahun 1996 produksi cengkeh Indonesia mengalami penurunan drastis
akibat ketidakpastian harga. Dampak dari harga jual yang tidak menentu menyebabkan
keengganan petani untuk memelihara tanamannya sehingga pertanaman menjadi
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 539
rentan terhadap serangan hama dan penyakit, seperti bakteri pembuluh kayu cengkeh
(BPKC), cacar daun cengkeh (CDC), gugur daun cengkeh (GDC), dan penggerek
batang cengkeh. Pada tahun 1995 produksi cengkeh nasional mencapai 90.007 ton
turun menjadi 52.903 ton pada saat panen kecil tahun 1999 dan hanya mencapai
79.009 pada saat panen besar tahun 2002. Di pihak lain kebutuhan cengkeh untuk
rokok kretek naik menjadi rata-rata 92.133 ton/tahun. Terjadinya kekurangan pasokan
tersebut merupakan tantangan bagi petani dan pengusaha untuk dapat memenuhinya.
Keseimbangan pasokan terhadap permintaan dapat dilakukan melalui intensifikasi,
rehabilitasi, dan peremajaan tanaman didukung dengan harga beli yang layak oleh
pabrik rokok.
Prioritas Pembangunan Pertanian Nasional Tahun 2004--2009 adalah
“Revitalisasi Pertanian” yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
meletakkan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi nasional. Salah satu
tujuan revitalisasi pertanian adalah meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian
secara berkelanjutan dan meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian.
Berkaitan dengan itu, sudah selayaknya revitalisasi tersebut juga dilakukan dalam
agrobisnis cengkeh. Ini penting, mengingat sumbangannya yang besar terhadap
pendapatan negara dan penyedia lapangan kerja. Di pihak lain, pasokan cengkeh
sebagai bahan baku rokok kretek semakin mengkhawatirkan. Revitalisasi dalam
agrobisnis cengkeh di suatu daerah dapat diarahkan pada (1) pengamanan penyediaan
cengkeh untuk industri rokok dan (2) pengamanan pendapatan petani sebagai
produsen cengkeh.
Cengkeh merupakan salah satu bahan baku utama rokok kretek yang mencakup
80% produksi rokok nasional. Di samping pengaruh negatif rokok terhadap kesehatan,
peranan rokok kretek dalam perekonomian nasional sangat nyata, antara lain
menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok.
Tenaga kerja yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok
kretek, yaitu di sektor pertanian, industri rokok, dan perdagangan serta sektor informal
sekitar 6 juta tenaga kerja.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 540
Tanaman cengkeh di Bali menyebar di seluruh kabupaten, kecuali Kota
Denpasar. Luas tanaman cengkeh di Bali tahun 2009 adalah 15.776 ha, yang terdiri
atas tanaman belum menghasilkan (tanaman muda) seluas 297 ha, tanaman
menghasilkan (produktif) seluas 14.821 ha, dan tanaman rusak atau tua seluas 659 ha.
Produksi cengkeh tahun 2008 mencapai 3.768,4 ton, meningkat menjadi 4.442,5 ton
pada tahun 2009. Namun, produksi cengkeh di Bali tahun 2011 gagal total karena
gangguan cuaca berupa musim hujan terlampau panjang yang hampir satu tahun pada
tahun 2010. Komoditas cengkeh menjadi sumber pendapatan sebanyak 55.641 petani
dan 879.235 pekerja ketika musim panen cengkeh.
Berdasarkan kesepakatan antara Dinas Perkebunan Provinsi Bali dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, produksi cengkeh di Bali
sekarang ini sudah dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga
areal tanaman tidak direkomendasikan untuk ditambah lagi. Dikatakan oleh Kadis
Perkebunan, “Kita tidak merekomendasikan untuk menambah tanaman cengkeh.
Pasalnya, memang dilihat dari produksi nasional sudah mencukupi jumlah kebutuhan
yang ada.” Lebih lanjut dikatakan bahwa produksi cengkeh skala nasional ini, bahkan
dapat dikatakan sudah di atas dari jumlah kebutuhan nasional. Untuk menjaga agar
harga cengkeh tidak jatuh, maka sudah ada kesepakatan secara nasional dan ini sudah
diatur oleh Direktorat Jenderal Perkebunan untuk tidak melakukan penambahan areal
tanam dari yang sudah ada sekarang ini. Becermin dari kondisi tersebut, tanaman
cengkeh hanya difokuskan pada melakukan pemeliharaan terhadap tanaman yang
sudah ada dan mengganti tanaman cengkeh yang berusia tua, yang sudah tidak bisa
berproduksi lagi.
Cengkeh merupakan salah satu KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali
karena komoditas ini tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga
mampu mengirim ke luar Bali, yaitu ke Pulau Jawa, terutama ke pabrik-pabrik rokok di
Jawa Tengah dan Jawa Timur, bahkan ada yang diekspor ke luar negeri. Jika ditinjau
dari keterkaitan antarsektor, diketahui bahwa komoditas cengkeh memiliki keterkaitan
erat ke belakang dengan sektor industri pengolahan, yaitu industri pupuk yang
menyediakan input untuk budi daya cengkeh. Sebaliknya, keterkaitan erat ke depan
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 541
dengan industri rokok kretek dan industri obat-obatan berupa pemanfaatan produk
cengkeh untuk bahan baku industri-industri tersebut. Jadi, logis apabila komoditas
cengkeh menjadi KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali.
Membudidayakan komoditas cengkeh dihadapkan dengan beberapa
permasalahan, yaitu (1) masa awal produksi cengkeh yang cukup lama yaitu setelah
umur 5--7 tahun, (2) ketidakpastian harga dan fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang
dikenal dengan siklus 2--4 tahun, produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu diikuti
dengan penurunan produksi 1--2 tahun berikutnya, (3) cuaca yang buruk berupa hujan
yang berkepanjangan atau melebihi enam bulan akan mengganggu pertumbuhan calon
bunga, dan akhirnya akan mengganggu produksi bunga cengkeh. Hal ini dialami oleh
petani cengkeh di Bali, yang mengalami gagal panen total tahun 2011 karena hujan
berkepanjangan pada tahun 2010.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 542
Gambar 6.10
KPJU Unggulan Lintas Sektor – Usaha Komoditas Cengkeh
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 543
BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Simpulan A. KPJU Unggulan Sektor dan Lintas Sektor di Sembilan Kabupaten/Kota 1. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kota Denpasar
• KPJU unggulan sektor di Kota Denpasar (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu penangkapan ikan di laut,
tanaman hias, padi sawah, sapi, dan jagung manis. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu sablon pakaian, perlengkapan pakaian
(mote, renda), produk makanan lain (jajanan basah uli, camilan dsb), pakaian jadi (garment), dan pengolahan & pengawetan ikan.
(c) Pada sektor konstruksi dan bangunan hanya satu jenis usaha, yaitu kontraktor konstruksi bangunan.
(d) Pada perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu eceran barang suvenir, hotel melati, mini market & toko kelontong, restoran dan rumah makan, serta perdagangan produk pertanian.
(e) Pada sektor pengangkutan, yaitu rent car, angkutan darat barang (truk), bus trayek, angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, dan bus pariwisata.
(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, money changer, KUD, KSP.
(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa binatu/laundry, rumah kost, pangkas rambut & salon kecantikan, penjahitan pakaian sesuai dengan pesanan, jasa bengkel kendaraan, dan jasa fotokopi.
• KPJU unggulan lintas sektor di Kota Denpasar, yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, kontraktor konstruksi bangunan, penangkapan ikan di laut (nelayan tradisional), dan industri pakaian jadi (garment).
2. KPJU unggulan sektor di Kabupaten Badung (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu ayam, penangkapan ikan laut,
kelapa, babi, dan padi sawah. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu garment, kerajinan kayu, industri
makanan/minuman, industri kerajinan dari logam, dan industri kerajinan besi & baja.
(c) Pada sektor kontruksi dan bangunan, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, restoran dan rumah makan, mini market & toko kelontong, perdagangan produk pertanian, dan kios barang kerajinan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 544
(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan barang (truk), taxi (koperasi), rent car, angkutan penumpang perkotaan/perdesaan, dan bus trayek.
(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu money changer, BPR, LPD, KSP, dan KUD.
(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu travel biro/pramuwisata, instalatur listrik, penjahit pakaian, bengkel (sepeda motor dan mobil), dan jasa binatu/laundry.
• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Badung, yaitu hotel melati, restoran/rumah makan, industri makanan & minuman, mini market dan toko kelontong, dan kerajinan/ukiran kayu.
3. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Gianyar • KPJU unggulan sektor di Kabupaten Gianyar
(a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu itik, jeruk, ayam, sapi, dan durian.
(b) Pada sektor penggalian, yaitu usaha batu padas. (c) Pada sektor industri pengolahan, yaitu produk makanan, penyosohan beras
(RMU), pengolahan dan pengawetan ikan, kerajinan perak, dan mosaik. (d) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu kontraktor konstruksi gedung/rumah. (e) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu perdagangan produk
pertanian, toko barang kerajinan & lukisan, restoran & rumah makan, hotel melati, mini market & toko kelontong.
(f) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu rent car, angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, angkutan darat barang (truk), bus tidak bertrayek (pariwisata), dan jasa pengiriman barang/cargo.
(g) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan money changer.
(h) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu arung jeram, jasa kebugaran, wisata alam, jasa binatu/laundry, dan pangkas rambut dan salon kecantikan.
• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Gianyar, yaitu kerajinan perak, hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, mini market & toko kelontong, dan toko barang kerajinan & lukisan.
4. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Tabanan • KPJU unggulan sektor di Kabupaten Tabanan
(a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, kopi, cengkeh.
(b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri minuman ringan, industri pengolahan kopi, penyosohan beras, industri kopra dan minyak goreng kelapa, dan industri kerajinan (gerabah, genteng, keramik, lukisan).
(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 545
(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu vila dan homestay, perdagangan produk pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, perdagangan produk kerajinan.
(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan wisata danau, warnet, bus trayek, angkutan darat barang (truk), dan jasa pengiriman paket/surat.
(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, KSU.
(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata kebun raya Bedugul, wisata desa dan alam Jatiluwih, penjahitan sesuai dengan pesanan, pangkas rambut dan salon kecantikan, dan jasa perbengkelan (motor dan mobil).
• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Tabanan, yaitu hotel melati, komoditas kopi, padi sawah, ayam, dan industri pengolahan kopi.
5. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Bangli
• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Bangli (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu sapi, jeruk, ayam, kopi, dan
hutan bambu. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu kerajinan bambu, kerajinan kayu,
pengolahan kopi, industri pengolahan makanan, dan kerajinan dari logam (emas dan perak).
(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu restoran/rumah makan, hotel melati, perdagangan produk pertanian, mini market & toko kelontong, dan konter HP.
(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, bus trayek, angkutan danau, dan warnet.
(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KUD, KSU, dan money changer.
(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu bengkel (sepeda motor dan mobil), pangkas rambut dan salon kecantikan, tukang jahit pakaian, jasa binatu/laundry, dan pramuwisata.
• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bangli, yaitu sapi, kerajinan kayu, jeruk, kerajinan bambu, dan kopi.
6. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Klungkung
• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Klungkung (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, sapi, cabai, rumput
laut, dan kacang tanah. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri tenun (ATMB), industri
kerajinan perak dan selongsong peluru, industri kerajinan uang kepeng (pis
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 546
bolong), industri kerajinan lukisan wayang klasik, dan kerajinan perlengkapan upacara adat & agama Hindu.
(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan produk pertanian, counter HP, restoran & rumah makan, dan mini market & toko barang kelontong.
(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan laut penyeberangan barang dan orang (perahu motor), warnet, angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan/perdesaan (bemo roda empat), dan ojek.
(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, KSP, BPR, KUD, dan KSU.
(g) Pada sektor jasa-jasa, yaitu diving dan snorkeling, fotokopi, wisata rafting (di Bakas), pangkas rambut dan salon kecantikan, dan wisata perdesaan (Nusa Penida dan Lembongan).
• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Klungkung, yaitu BPR, kontraktor konstruksi bangunan, kerajinan perlengkapan upacara adat dan agama Hindu, industri tenun (ATBM), dan industri kerajinan uang kepeng (pis bolong).
7. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Karangasem
• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Karangasem (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu penangkapan ikan laut, salak,
kelapa, jambu mete, dan kacang tanah. (b) Pada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu usaha galian C (pasir,
kerikil/koral, batu hitam). (c) Pada sektor industri pengolahan, yaitu tenun endek & songket (ATBM),
industri batu tabas, anyaman ate, anyaman tikar pandan, dan pengolahan buah jambu mete (menjadi wine dan kacang mete).
(d) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu hanya usaha kontraktor konstruksi bangunan.
(e) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu restoran/rumah makan, perdagangan produk pertanian, counter HP, hotel melati, dan homestay.
(f) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan laut penyeberangan Padang Bai-Nusa Penida, warnet, bus trayek, dan angkutan penumpang perkotaan & perdesaan (bemo roda empat).
(g) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, KUD, dan KSU.
(h) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata spiritual (Pura Besakih), pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata, wisata alam rafting (Telaga Waja), dan agrowisata salak.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 547
• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Karangasem, yaitu industri tenun endek & songket (ATBM), industri batu tabas, galian C (pasir, kerikil/koral, batu), kontraktor konstruksi bangunan, dan industri kerajinan anyaman ate,
8. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Jembrana
• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Jembrana (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, pisang, sapi, kopi,
dan penagkapan ikan laut. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi, industri
pengolahan hasil perikanan, industri pengalengan ikan, industri bata merah, dan industri penyosohan beras (RMU).
(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu vila dan homestay, perdagangan produk-produk pertanian, mini market dan toko kelontong, hotel melati, dan perdagangan produk kerajinan.
(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan penumpang perkotaan & perdesaan, warnet, bus trayek, jasa pengiriman paket surat, ojek.
(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yaitu, LPD, BPR, KSP, KUD dan KSU.
(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu wisata Taman Nasional Bali Barat, wisata agro Bunutan, jasa perbengkelan (motor dan mobil), jasa binatu/laundry, dan pangkas rambut & salon kecantikan.
• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Jembrana, yaitu industri pengolahasn hasil perikanan, hotel melati, mini market dan toko kelontong, padi sawah, dan industri pengalengan ikan.
9. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor di Kabupaten Buleleng
• KPJU unggulan sektor di Kabupaten Buleleng (a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu kopi, anggur, cengkeh, mangga,
dan padi sawah. (b) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengawetan ikan,
penyosohan beras (RMU), pengolahan gula merah (di Pedawa), produk camilan, dan pengolahan kopra.
(c) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan.
(d) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, mini market dan toko kelontong, restoran/rumah makan, konter HP, dan artshop.
(e) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), angkutan penumpang perkotaan dan perdesaan, bus trayek, jasa pengiriman barang/cargo, dan ojek.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 548
(f) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu LPD, KUD, KSP, KSU dan BPR.
(g) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu jasa perbengkelan (motor dan mobil), pangkas rambut dan salon kecantikan, warnet, jasa objek wisata, dan pramuwisata.
• KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Buleleng, yaitu hotel melati, restoran dan rumah makan, cengkeh, kopi, kontraktor konstruksi bangunan.
B. KPJU unggulan Sektor dan Lintas Sektor di Provinsi Bali 10. KPJU unggulan sektor di Provinsi Bali
(a) Pada sektor pertanian dalam arti luas, yaitu padi sawah, ayam, sapi, penangkapan ikan laut, dan kopi.
(b) Pada sektor penggalian, yaitu usaha galian C (pasir, kerikil/koral, batu, dan batu padas).
(c) Pada sektor industri pengolahan, yaitu industri pengolahan kopi bubuk, industri penyosohan beras (RMU), industri tenun endek & songket (ATBM), industri makanan/minuman, dan industri kerajinan kayu.
(d) Pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu usaha kontraktor konstruksi bangunan. (e) Pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu hotel melati, perdagangan
produk pertanian, restoran dan rumah makan, mini market dan toko kelontong, dan vila.
(f) Pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu angkutan darat barang (truk), rent car (penyewaan kendaraan), bus carter, angkutan penumpang perkotaan/pedesaan, dan warnet.
(g) Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa pertusahaan, yaitu LPD, BPR, KSP, money changer, dan KUD.
(h) Pada sektor jasa-jasa lain, yaitu pangkas rambut dan salon kecantikan, pramuwisata dan travel biro, jasa binatu/laundry, jasa perbengkelan (motor dan mobil), dan jasa fotokopi.
11. KPJU unggulan lintas sektor di Provinsi Bali yaitu, hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, industri pengolahan hasil perikanan, industri kerajinan perak, komoditas kopi, restoran/rumah makan, industri tenun endek & songket (ATBM), industri kerajinan kayu, padi sawah, dan cengkeh.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 549
7.2 Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan temuan KPJU unggulan UMKM lintas sektor, tampak bahwa ada
kontradiksi atau pilihan (trade-off) dalam pengembangan antara satu KPJU dengan
KPJU lain. Misalnya, pengembangan usaha hotel melati akan mengorbankan lahan
sawah produktif, yang berarti mengorbankan pengembangan usaha budi daya
komoditas padi. Sebaliknya, mempertahankan lahan sawah produktif untuk
mengembangkan usaha padi sawah akan menghambat pengembangan KPJU hotel
melati. Bertolak dari realitas tersebut, maka dapat dirumuskan rekomendasi sebagai
berikut.
1. KPJU unggulan sektor dan lintas sektor, baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat
provinsi hendaknya terus dibina secara intensif oleh semua pemangku kepentingan
(pemerintah, BUMN, swasta, LSM, dll) dengan memberikan pelatihan teknis,
manajemen usaha, kewirausahaan, dan pinjaman modal sehingga tetap menjadi
unggulan.
2. KPJU potensial di setiap kabupaten perlu dikembangkan melalui usaha
ekstensifikasi (perluasan areal atau perluasan usaha) dan intensifikasi, yaitu
peningkatan penggunaan masukan dalam satuan luas atau usaha yang tetap.
Dengan demikian, potensi yang dimiliki menjadi berkembang, bahkan akan
berkembang menjadi KPJU unggulan.
3. Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif, penyederhanaan
prosedur perizinan usaha yang mudah, murah, dan cepat termasuk melalui
perizinan satu atap dan keringanan pajak.
4. Sektor pertanian yang berperan penting dalam perekonomian Bali, baik dalam
kontribusinya terhadap PDRB dan pendapatan petani maupun dalam penyerapan
tenaga kerja hendaknya dipertahankan dengan cara mempertahankan atau
melindungan areal lahan sawah dari laju alih fungsi lahan yang sangat cepat untuk
tujuan bukan pertanian, seperti prasarana pariwisata, perumahan, perkantoran
pemerintah, dsb. Rekomendasi ini sebagai penjabaran dari visi pemerintah provinsi
menuju Bali Green.
Laporan Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 550
5. Pariwisata sebagai leading sector perekonomian Bali hendaknya dipertahankan,
bahkan dikembangkan. Namun, dalam pengembangannya yang sering
mengorbankan sumber daya alam, seperti lahan sawah dan air irigasi untuk
kepentingan pertanian hendaknya diminimalisasi sehingga tidak merugikan sektor
pertanian.
6. Sektor industri pengolahan dan kerajinan rumah tangga yang sangat berperan
dalam perekonomian Bali, seperti sumber pendapatan perajin, pengecer, dan
eksportir, sumber devisa, dan penyerap tenaga kerja hendaknya dikembangkan
sehingga perannya semakin meningkat dalam perekonomian Bali.
7. Sektor jasa-jasa yang kontribusinya semakin besar dalam perekonomian Bali perlu
dikembangkan dan dibina sehingga perannya semakin meningkat.
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 551
DAFTAR PUSTAKA Admin. 2006. Maluku Bisa Memiliki Brand Komoditi Pertanian Unggulan. Dalam
Website: Komoditi Unggulan. Anonim. 1999. Informasi Sumber daya Sarana dan Prasarana Sentra Agribisnis
(Komoditi Salak, Jeruk, Sapi, Babi, Ikan Tuna, Mas/Karper). Bagian Proyek Pengembangan Sumber daya Sarana dan Prasarana Pertanian Bali-TA. 1998/1999. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Provinsi Bali.
Anonim. 2000. Penyusunan Master Plan dan Action Plan Kawasan Andalan dan Kawasan Sentra Produksi Provinsi Bali. Kerja sama Bappeda Provinsi Bali dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.
Bechstedt, H.D. 1997. Training Manual on Participatory Rural Appraisal.GTZ. BPS, 1998. Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan Hukum, Indonesia. Survei
Usaha Terintegrasi. Jakarta : BPS. BPS, 1999. Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan Hukum, Indonesia. Survei
Usaha Terintegrasi. Jakarta : BPS. BPS Provinsi Bali. 2011. Sakernas 2007--2010. Denpasar : Badan Pusat Statistik
Provinsi Bali. CIRDAP. 1984. People’s Participation in Rural Development: An Overview of South
and South East Asian Experiences. Center on Integrated Rural Development for Asia and the Pacific. Bangladesh:Comilla.
Cohen, J. M. and N. T. Uphoff. 1977. Rural Development Participation: Concepts and Measures for Project Design, Implementation and Evaluation. Rural Development Monograph No. 2. Rural Development Committee, Center for International Studies, Cornell University. New York:Ithaca.
Bank Indonesia Denpasar. 2011. Kerangka Acuan Kerja Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM 2011.
Marimin. 2004.Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Marimin dan N. Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press.
Oakley, P. and D. Marsden. 1984. Approaches to Participation in Rural Development. Published on Behalf of the ACC Task Force on Rural Development.
Omar, H; A. Kuswono; I. Brahmantio; T. Fizzanty; and L.E. Mustika. 2001. Teknologi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia: Kondisi Saat Ini dan Kebutuhan Mendatang. ITB: Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri.
Saaty, T. 1991. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo.
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 552
Sahil, M.R. dan T. Salim. 1999. Strategi Pemilihan Teknologi untuk Pengembangan UKM (Bahan Diskusi). Materi Pelatihan Alih Teknologi di Daerah Pedesaan. LIPI :Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna.
Sugiyanto, C. 2007. Strategi Penyusunan Komoditi Uggulan Daerah. Dalam Website google.com: Komoditi Unggulan.
Waddimba, J. 1979. Some Participatory Aspects of Programmes to Involve the Poor in Development. Geneva: United Nations Institute for Social Development.
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 553
Lam p iran 1 Diagram Met od e Pem b ob ot an Penent uan KPJU Unggulan m ulai d ar i Kecam at an sam p ai d engan Provinsi
FGD dengan Pejabat di tingkat
Propinsi
P R O P I N S I
Pembobotan:1. Tujuan
2. kriteria untuk MPE3. Kriteria untuk AHP
Kriteria untuk MPE:1. Jml unit usaha/RT2. Jangkauan/kondisi
permasaran3. Ketersediaan bhn
baku/sarana produksi/sarana usaha
4. Kontribusi thd perekonomian daerah
Kriteria untuk AHP:TK terampil, bahan
baku, modal, sarana produksi/usaha,
teknologi, sosbud, manajemen usaha, ketersediaan pasar,
harga, penyerapan TK & sumbangan thd
perekonomian daerah
Tujuan:1. Pertumbuhan
ekonomi2. Penciptaan lapangan kerja3. Peningkatan
daya saing
P E M B O B O T A N
Sektor/sub sektor:Tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan, industri, perdagangan, pariwisata, angkutan,
jasa-jasa
Lampiran 1Lampiran 1
Berlaku sama untuk:1. semua sektor/sub
sektor2. Kecamatan 3. Kabupaten
KABUPATEN/KOTA
Pembobotan:Sektor/Sub sektor
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 554
Lam ap iran 2 Hierarki Op erasional Pem b ob ot an Kr it er ia d engan Met od e AHP
KOMODITI UNGGULAN
PERTUMBUHAN EKONOMIPENCIPTAAN LAPANGAN KERJA PENINGKATAN DAYA SAING
PRODUK
TK TERDIDIK
BAHAN BAKU MODAL
SARANA PRODUKSI/
USAHATEKNOLOGI SOSIAL
BUDAYAMANAJEMEN
USAHAKETERSEDIAAN
PASAR HARGA PENYERAPAN TK
SUMB. THD PEREKONOMIAN
HIRARKI – OPERASIONALPEMBOBOTAN KRITERIA DENGAN AHP
DI PROVINSI
Lampiran 2
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 555
Lampiran 3 Hirarki Operasional Pembobotan Sektor/Sub Sektor dengan AHP di Kabupaten/Kota
KOMODITI UNGGULAN
PERTUMBUHAN EKONOMI PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK
Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Industri Perdagangan Pariwisata Angkutan Jasa-Jasa
HIRARKI – OPERASIONALPEMBOBOTAN SEKTOR/SUB SEKTOR DENGAN AHP
DI KABUPATEN/KOTAMADYA
Lampiran 3
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 556
Lampiran 4 Penentuan KPJU Unggulan UMKN
K E C A M A T A N
Berdasarkan daftar Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) seluruh Kecamatan pada
suatu Kabupaten/Kota yang diperoleh dari data sekunder atau nara sumber, dilakukan
pemilihan KPJU Kecamatan dengan Metode Perbandingan Eksponensial melalui
pertemuan atau kunjungan ke Kecamatan langsung
Nara sumber, a.l:1. Mantri Statistik
2. Mantri Tani3. Kasi Perekonomian
Hasil:5 KPJU di tiap sektor/
sub sektor
K A B U P A T E N/K O T A
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kecamatan, dilakukan pemilihan KPJU Kabupaten/Kota dengan metode Borda
Hasil:10 KPJU di tiap sektor/
sub sektor
K A B U P A T E N/K O T A
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU
di tiap sektor/sub sektor dengan metode AHP melalui FGD
Nara sumber, a.l:1. Pejabat dinas/
instansi2. Asosiasi
3. Kadin4. Bappeda
5. Perbankan6. Peneliti/dosen PT
Hasil:5 KPJU di tiap sektor/
sub sektor
K A B U P A T E N/K O T A
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU
lintas sektoral dengan metode Bayes namun terlebih dahulu dilakukan normalisasi
Hasil:5 KPJU lintas sektoral
PENENTUAN KPJU UNGGULAN UMKM
Kriteria untuk MPE:1. Jml unit usaha/RT2. Jangkauan/kondisi
permasaran3. Ketersediaan bhn baku/
sarana produksi/sarana usaha
4. Kontribusi thd perekonomian daerah
Kriteria untuk AHP:TK terampil, bahan baku, modal, sarana produksi/
usaha, teknologi, sosbud, manajemen usaha,
ketersediaan pasar, harga, penyerapan TK & sumbangan thd
perekonomian daerah
Lampiran 4Lampiran 4
P R O P I N S I
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU
lintas sektoral dengan metode Borda
Hasil:10 KPJU lintas sektoral
P R O P I N S I
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU
di tiap sektor/sub sektor dengan metode Borda
Hasil:5 KPJU di tiap sektor/sub
sektor
Sebelumnyadilakukan konfirmasi thd 5 KPJU di tiap sektor/sub sektor
yang telah diperoleh
KPJU FinalLintas
Sektoral
Nilai Inflasi Tingkat Provinsi
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 557
Lampiran 5 Pola Pikir Hierarki Analitic
Sumbangan terhadap
Perekonomian
MENCARI KOMODITI UNGGULAN
Pertumbuhan Ekonomi
Skilled Tenaga Kerja
Bahan Baku
Modal Sarana
Produksi/ Usaha
1. Tingkat Pendidikan 2. Pelatihan 3. Pengalaman kerja
1. Ketersediaan bahan baku 2. Harga perolehan bahan baku 3. Retensi/parishability bahan baku 4. Kesinambungan bahan baku 5 Mutu
1. Kebutuhan investasi awal 2. Kebutuhan modal kerja 3. Aksesibilitas thd sumber
bi 1. Ketersediaan Sarana Produksi 2. Harga 3 Kemudahan
Teknologi Sosial Budaya
Manajeman Usaha
1. Ketersediaan 2. Kemudahan
(memperoleh teknologi) 1. Ciri khas lokal 2. Religion/Budaya 3 Turun temurun
1. Kemudahan untuk memanage
Ketersediaan Pasar
Harga Penyerapan
Tenaga Kerja
1. Kemudahan Menjual 2. Kemudahan Mendistribusikan
(lokasi) Stabilitas Harga
Penyerapan Tenaga Kerja
1. Backward & Forward Linkages 2. Jumlah jenis usaha yg
terpengaruh krn keberadaan usaha ini
Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk
Tan. Pangan
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Industri
Perdagangan
Pariwisata
Angkutan
Jasa-Jasa
ALTERNATIF KEBIJAKAN
LEVEL 1 FOKUS
LEVEL 2 TUJUAN
LEVEL 3 KRITERIA
LEVEL 4 ALT. KOMODITI
LEVEL 5 ALT. KEBIJAKAN
HIERARKI – POLA PIKIR
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 558
Lampiran 6 Pola Pikir Hierarki Operasional
MENCARI KOMODITI UNGGULAN
Pertumbuhan Ekonomi
Skilled Tenaga Kerja
Bahan Baku
Modal Sarana
Produksi/ Usaha
Teknologi Sosial Budaya
Manajeman Usaha
Ketersediaan Pasar
Harga Penyerapan
Tenaga Kerja Sumbangan
terhadap Perekonomian
Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk
Tan. Pangan
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Industri
Perdagangan
Pariwisata
Angkutan
Jasa-Jasa
HIERARKI – OPERASIONAL
LEVEL 1 FOKUS
LEVEL 2 TUJUAN
LEVEL 3 KRITERIA
LEVEL 4 ALT.KOMODITI
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 559
Lampiran 7
Hirarki Operasional Pemilihan Alternatif Komoditas dengan AHP di Kabupaten/Kota
KOMODITI UNGGULAN
TK TERDIDIK
BAHAN BAKU MODAL
SARANA PRODUKSI/
USAHATEKNOLOGI SOSIAL
BUDAYAMANAJEMEN
USAHAKETERSEDIAAN
PASAR HARGA PENYERAPAN TK
SUMB. THD PEREKONOMIAN
Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Industri Perdagangan Pariwisata Angkutan Jasa-Jasa
Alternatif Komoditas di Setiap Sektor/Sub Sektor
HIRARKI – OPERASIONALPEMILIHAN ALTERNATIF KOMODITAS DENGAN AHP
DI KABUPATEN/KOTAMADYA
Lampiran 7
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 560
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 553
KUESIONER PEMBOBOTAN TUJUAN DAN KRITERIA DI TINGKAT PROVINSI
Contoh Pengisian 1. Penentuan Bobot Tujuan Penetapan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan
Tujuan penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan adalah dalam rangka untuk: a. Pertumbuhan Ekonomi/Wilayah b. Penciptaan Tenaga Kerja c. Peningkatan Daya Saing Produk
Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar masing-masing Tujuan dengan skor penilaian seperti pada Tabel berikut (Tabel Saaty)
Nilai Skor Keterangan 1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting 3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding
tujuan yang lainnya. 5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya)
dibanding tujuan yang lainnya 7 Tujuan yang satu sangat penting dibanding tujuan yang lainnya 9 Tujuan yang satu ekstrim pentingnya dibanding tujuan yang
lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas
Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Pentin
g
Diisi jika TUJUAN di Kolom Kiri
lebih pentingdibanding TUJUAN di
Kolom Kanan
Diisi jika TUJUAN di Kolom Kanan
lebih penting dibanding TUJUAN di Kolom Kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertumbuhan Ekonomi
√
Penciptaan Lapangan Kerja
Pertumbuhan Ekonomi √
Peningkatan Daya Saing Produk
Penciptaan Lapangan Kerja
√
Peningkatan Daya Saing Produk
Jika Pertumbuhan Ekonomi sama penting dengan Peningkatan Daya Saing Produk
Jika Pertumbuhan Ekonomi lebih penting dibandingkan dengan Penciptaan Lapangan Kerja
Jika Peningkatan Daya Saing Produksangat penting dibandingkan dengan Penciptaan Lapangan Kerja
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 554
2. Penentuan Bobot Tujuan Penetapan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan
Tujuan penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan adalah dalam rangka untuk: a. Pertumbuhan Ekonomi/Wilayah b. Penciptaan Tenaga Kerja c. Peningkatan Daya Saing Produk
Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar masing-masing Tujuan dengan skor penilaian seperti pada Tabel berikut (Tabel 1)
Nilai Skor Keterangan 1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting 3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding
tujuan yang lainnya. 5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya)
dibanding tujuan yang lainnya 7 Tujuan yang satu sangat penting dibanding tujuan yang lainnya 9 Tujuan yang satuekstrim pentingnya dibanding tujuan yang
lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas
Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing Tujuan pada tabel berikut (Tabel 2).
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Pentin
g
Diisi jika TUJUAN di Kolom Kiri
lebih pentingdibanding TUJUAN di
Kolom Kanan
Diisi jika TUJUAN di Kolom Kanan
lebih penting dibanding TUJUAN di Kolom Kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertumbuhan Ekonomi
Penciptaan Lapangan Kerja
Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan Daya Saing Produk
Penciptaan Lapangan Kerja
Peningkatan Daya Saing Produk
3. Penentuan Bobot Kriteria untuk penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan di tingkat Kabupaten
Kriteria yang digunakan untuk penentuan komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) unggulan Kabupaten adalah :
1. Tenaga Kerja Terampil yang dibutuhkan (Skilled); 2. Bahan Baku;
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 555
3. Modal; 4. Sarana Produksi/Usaha; 5. Teknologi; 6. Sosial Budaya; 7. Kemudahan memanage usaha; 8. Ketersediaan Pasar; 9. Harga; 10. Penyerapan Tenaga Kerja; 11. Sumbangan terhadap perekonomian.
Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar masing-masing Kriteria untuk setiap Tujuan dengan skor penilaian seperti pada Tabel berikut (Tabel Saaty)
Nilai Skor Keterangan 1 Kriteria yang satu dengan yang lainnya sama penting 3 Kriteria yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding
Kriteria lainnya. 5 Kriteria yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya)
dibanding Kriteria lainnya 7 Kriteria yang satu sangat penting dibanding Kriteria lainnya 9 Kriteria yang satuekstrim pentingnya dibanding Kriteria lainnya
2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 556
3.1.. Bapak/Ibu diminta memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antara masing-masing Kriteria yang digunakan dalam penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan UMKM, Dalam rangka pencapaian tujuan Pertumbuhan Ekonomi
Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KRITERIA di Kolom Kiri
lebih pentingdibanding KRITERIA di
Kolom Kanan
Diisi jika KRITERIA di Kolom Kanan
lebih penting dibanding KRITERIA di Kolom Kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Tenaga Kerja Terampil Bahan Baku
Tenaga Kerja Terampil Sarana Produksi
Tenaga Kerja Terampil Sosial Budaya
Tenaga Kerja Terampil Ketersediaan
Pasar
Tenaga Kerja Terampil Penyerapan T.K
Bahan Baku Modal
Bahan Baku Teknologi
Modal Manajemen. Usaha
Modal Harga
Modal Sumbangan thd Perekonomian
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 557
3.2.. Bapak/Ibu diminta memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antara masing-masing Kriteria yang digunakan dalam penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan UMKM, Dalam rangka pencapaian tujuan Penciptaan Lapangan Kerja
Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KRITERIA di Kolom Kiri
lebih pentingdibanding KRITERIA di
Kolom Kanan
Diisi jika KRITERIA di Kolom Kanan
lebih penting dibanding KRITERIA di Kolom Kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Tenaga Kerja Terampil Bahan Baku
Tenaga Kerja Terampil Sarana Produksi
Tenaga Kerja Terampil Sosial Budaya
Tenaga Kerja Terampil Ketersediaan
Pasar
Tenaga Kerja Terampil Penyerapan T.K
Bahan Baku Modal
Bahan Baku Teknologi
Modal Manajemen. Usaha
Modal Harga
Modal Sumbangan thd Perekonomian
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 558
3.3.. Bapak/Ibu diminta memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antara masing-masing Kriteria yang digunakan dalam penentuan komoditi/produk/jenis usaha unggulan UMKM, Dalam rangka pencapaian tujuan Peningkatan Daya Saing Produk
Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KRITERIA di Kolom Kiri
lebih pentingdibanding KRITERIA di
Kolom Kanan
Diisi jika KRITERIA di Kolom Kanan
lebih penting dibanding KRITERIA di Kolom Kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
Tenaga Kerja Terampil Bahan Baku
Tenaga Kerja Terampil Sarana Produksi
Tenaga Kerja Terampil Sosial Budaya
Tenaga Kerja Terampil Ketersediaan
Pasar
Tenaga Kerja Terampil Penyerapan T.K
Bahan Baku Modal
Bahan Baku Teknologi
Modal Manajemen. Usaha
Modal Harga
Modal Sumbangan thd Perekonomian
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 559
4. Penentuan Bobot Sektor/Subsektor Tingkat Kabupaten/Kota
Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar masing-masing TUJUAN dengan skor penilaian seperti pada Tabel berikut (Tabel Saaty)
Nilai Skor Keterangan 1 Tujuan yang satu dengan yang lainnya sama penting
3 Tujuan yang satu sedikit lebih penting (agak kuat) dibanding tujuan yang lainnya.
5 Tujuan yang satu sifatnya lebih penting (lebih kuat pentingnya) dibanding tujuan yang lainnya
7 Tujuan yang satu sangat pentingdibanding tujuan yang lainnya
9 Tujuan yang satuekstrim pentingnyadibanding tujuan yang lainnya
2, 4, 6, 8 Nilai tengah di antara dua nilai skor penilaian diatas
Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing Sektor/Subsektor pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Matrik isian tingkat kepentingan antar sektor/subsektor berdasarkan Tujuan Pertumbuhan Ekonomi
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika Sektor di kolom sebelahkiri lebih
pentingdibanding Sektor di kolom sebelah kanan
Diisi jika Sektor di kolom sebelah kanan lebih
penting dibanding Sektor di kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanaman Pangan Perkebunan
Tanaman Pangan Perikanan
Tanaman Pangan Perindustrian
Tanaman Pangan Pariwisata
Tanaman Pangan Jasa-Jasa
Perkebunan Peternakan
Perkebunan Pertambangan
Peternakan Perdagangan
Peternakan Angkutan
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 560
Tabel 4.2. Matrik isian tingkat kepentingan antar sektor/subsektor berdasarkan Tujuan Penciptaan
Lapangan Kerja
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika Sektor di kolom sebelahkiri lebih
pentingdibanding Sektor di kolom sebelah kanan
Diisi jika Sektor di kolom sebelah kanan lebih
penting dibanding Sektor di kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanaman Pangan Perkebunan
Tanaman Pangan Perikanan
Tanaman Pangan Perindustrian
Tanaman Pangan Pariwisata
Tanaman Pangan Jasa-Jasa
Perkebunan Peternakan
Perkebunan Pertambangan
Peternakan Perdagangan
Peternakan Angkutan
Tabel 4.3. Matrik isian tingkat kepentingan antar sektor/subsektor berdasarkan Tujuan Peningkatan Daya Saing Produk
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika Sektor di kolom sebelahkiri lebih
pentingdibanding Sektor di kolom sebelah kanan
Diisi jika Sektor di kolom sebelah kanan lebih
penting dibanding Sektor di kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Tanaman Pangan Perkebunan
Tanaman Pangan Perikanan
Tanaman Pangan Perindustrian
Tanaman Pangan Pariwisata
Tanaman Pangan Jasa-Jasa
Perkebunan Peternakan
Perkebunan Pertambangan
Peternakan Perdagangan
Peternakan Angkutan
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 561
5. Matrik Tingkat Kepentingan Antar KPJu Tingkat Kabupaten/Kota
Penentuan komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) unggulan per sektor/subsektordi tingkat Kabupaten/Kotadilakukan berdasarkan Kriteria ::
1) Tenaga Kerja Terampil yang dibutuhkan (Skilled), dengan mempertimbangkan : (a) Tingkat Pendidikan (b) Pelatihan (c) Pengalaman Kerja (d) Jumlah Lembaga Pelatihan
2) Bahan Baku, dengan mempertimbangkan :
(a) Ketersediaan bahan baku (b) Harga perolehan bahan baku (c) Retensi/parishability bahan baku (d) Kesinambungan bahan baku (e) Mutu bahan baku (f) Kemudahan dalam memperoleh bahan baku (g) Aspek Lingkungan
3) Modal, dengan mempertimbangkan :
(a) Kebutuhan investasi awal (b) Kebutuhan modal kerja (c) Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan
4) Sarana Produksi/Usaha, dengan mempertimbangkan :
(a) Ketersediaan sarana produk (b) Harga (c) Kemudahan dalam memperoleh
5) Teknologi, dengan mempertimbangkan :
(a) Ketersediaan (b) Kemudahan (memperoleh teknologi) (c) Dampak Lingkungan
6) Sosial Budaya, dengan mempertimbangkan :
(a) Ciri khas lokal (b) Religion/Budaya (c) Turun temurun
7) Kemudahan memanage usaha 8) Ketersediaan Pasar, dengan mempertimbangkan :
(a) Kemudahan menjual (b) Kemudahan mendistribusikan (lokasi)
9) Harga, dengan mempertimbangkan :
(a) Stabilitas harga (b) Nilai tambah
10) Penyerapan Tenaga Kerja 11) Sumbangan terhadap perekonomian, dengan mempertimbangkan :
(a) Backward & Forward Lingkages
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 562
(b) Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena keberadaan usaha ini
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 563
Pemilihan Kriteria diatas berdasarkan kondisi saat ini maupun prospeknya di masa akan datang.Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan (skor) antar KPJu untuk masing-masing KRITERIA dengan skor penilaian seperti pada Tabel Saaty. Berilah Tanda (√) pada kolom skor yang paling sesuai terhadap penilaian tingkat kepentingan masing-masing Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu). Sektor/Subsektor : PERTANIAN / TANAMAN PANGAN Tabel 5.1. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria
Tenaga Kerja Terampil
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung
Kedelai Kacang
Tanah
Padi Sawah Kacang
Tanah Ubi Kayu Kedelai
Tabel 5.2. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria
Bahan Baku
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 564
Tabel 5.3. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria
Modal
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Tabel 5.4. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria Sarana Produksi/Usaha
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Tabel 5.5. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria
Teknologi
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 565
Tabel 5.6. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria
Sosial Budaya
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Tabel 5.7. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria
Manajemen Usaha
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Tabel 5.8. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria Ketersediaan Pasar
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 566
Tabel 5.9. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria
Harga
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Tabel 5.10. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria Penyerapan Tenaga Kerja
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Tabel 5.11. Matrik isian tingkat kepentingan antar komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) berdasarkan kriteria Sumbangan Terhadap Perekonomian
Kolom Kiri
Diisi Bila
Sama Penting
Diisi jika KPJu kolom sebelah kiri lebih penting
dibanding kolom sebelah kanan
Diisi jika KPJukolom sebelah kanan lebih
penting dibanding kolom sebelah kiri
Kolom Kanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Kacang Tanah Jagung Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Jagung Kedelai Kacang Tanah Padi Sawah Kacang Tanah Ubi Kayu Kedelai
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 567
Dengan menggunakan format sub bab (5), maka dilakukan penyusunan matrik berdasarkan sektor/subsektor yang terdapat dalam wilayah kabupaten/kota tertentu, yaitu : Adapun alternatif sektor-sektor yang ada adalah :
1. Sektor/Subsektor : Pertanian / TANAMAN PANGAN 2. Sektor/Subsektor : Pertanian / TANAMAN SAYURAN 3. Sektor/Subsektor : Pertanian / TANAMAN BUAH-BUAHAN 4. Sektor/Subsektor : Pertanian / PERKEBUNAN 5. Sektor/Subsektor : Pertanian / PETERNAKAN 6. Sektor/Subsektor : Pertanian / PERIKANAN 7. Sektor/Subsektor : Pertanian / KEHUTANAN (Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu) 8. Sektor : PERTAMBANGAN / PENGGALIAN 9. Sektor : PERINDUSTRIAN 10. Sektor : PERDAGANGAN 11. Sektor : JASA-JASA 12. Sektor : ANGKUTAN 13. Sektor : PARIWISATA
Untuk setiap sektor/subsektor akan disusun masing-masing sebanyak 11 tabel sesuai dengan jumlah kriteria yang ada, dengan nama komoditi yang berbeda-beda sesuai dengan hasil analisis MPE di tingkat kabupaten/kota.
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 568
ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Analytic Hierrarchy Process (AHP) adalah sebuat alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana dan dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan ‘decision making’ pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas. Dalam penyusunan tersebut, AHP mempertimbangkan semua faktor baik yang tangible maupun intangible. AHP dikembangkan oleh Robert L. Saaty, dan telah dipergunakan secara luas untuk memecahkan berbagai problem mulai dari evaluasi kinerja karyawan, sampai pemilihan atau keputusan di bidang pertahanan atau militer. Pendekatan AHP diawali dengan menyusun permasalahan secara hierrachy ‘berjenjang’ mulai dari primary objective ‘tujuan utama’, tingkatan kedua tujuan (tujuan antara), sampai kepada berbagai alternatif atau pilihan tindakan. Semakin banyak hal yang ingin dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dapat mengakibatkan semakin panjangnya jenjang tujuan. Setelah permasalahan selesai disusun dalam struktur berjenjang, masing-masing elemen, atau alternative harus diperbandingkan berpasangan (pairwise comparison) secara bergantian. Dalam hal ini, perbandingang berpasangan dilakukan untuk setiap jenjang, dan untuk setiap alternatif pada setiap jenjang. Hasil perbandingan ini kemudian diperhitungkan dengan pendekatan matriks dan sebagai hasilnya adalah bobot yang menunjukkan skala prioritas dari masing-masing elemen atau alternative. Contoh Penggunaan AHP Misalkan kita sedang mempertimbangkan untuk membeli sebuah mobil baru. Permasalahannya adalah merek apa yang akan kita beli, faktor apa saja yang akan kita pertimbangkan dalam pembelian mobil tersebut, dan bagaimana kita memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengambilan keputusan pembelian mobil. Untuk permasalahan pembelian mobil ini, kita akan mempergunakan pendekatan AHP. Langkah pertama: kita susun permasalahan tersebut dalam bentuk struktur hierarrchy atau
berjenjang sebagai berikut: Faktor yang dipertimbangkan: Alternative: Langkah Kedua: Kita melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) faktor
mana yang lebih kita sukai atau kita prioritaskan, secara bertahap misal
Tujuan Utama: Membeli Mobil
Harga Beli Harga jual kebali Bahan bakar
Kijang Kuda Panther Taruna
Kijang Kuda Panther Taruna
Kijang Kuda Panther Taruna
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 569
harga beli dengan harga jual, harga beli dengan prestise, dan harga jual dengan prestise. Misalkan hasilnya adalah sebagai berikut:
Harga beli Harga Jual Prestise Harga Beli 1 : 1 1 : 2 3 : 1 Harga Jual 2 : 1 1 : 1 4 : 1 Prestise 1 : 3 1 : 4 1 : 1
Disini terlihat bahwa hasil perbandingan berpasangan tersebut (dalam desimal) membentuk sebuah matrik 3 x 3, sbb:
1,00 0,50 3,00 2,00 1,00 4,00 0,33 0,25 1,00
Langkah Ketiga: Matriks pariwise comparison di atas kita kuadratkan, dan kita akan
mendapatkan hasil sebagai berikut
3,00 1,75 8,00 5,33 3,00 14,00 1,17 0,67 3,00
Langkah Keempat: Menghitung eigenvector dari Matriks pariwise comparison. Perlu dicatat
disini bahwa nilai dalam eigenvector merupakan bobot prioritas dari masing-masing faktor. Untuk mendapatkan eigenvector ini, pertama kita tambahkan nilai-nilai pada baris, dan kemudian kita normalkan dengan membagi hasil pertambahan tersebut dengan nilai penjumlahan vertikal. Hasilnya adalah sebagai berikut:
3,00 + 1,75 + 8,00 = 12,75 = 0,32 5,33 + 3,00 +14,00 = 22,33 = 0,56 1,17 + 0,67 + 3,00 = 4,83 = 0,12
= 39,92 = 1,00
Langkah Kelima: Mengulang kembali proses diatas, mulai dari mengkuadratkan matriks (yang
sudah dikuadratkan), dan menghitung kembali eigenvector. Iterasi ini dilakukan berulang sampai nilai eigenvector tidak lagi berubah. Misal dalam hal ini, setelah dilakukan berulang kali, didapatkan eigenfaktor yang sama, yaitu 0,32, 0,56, dan 0,12. Ini berarti bahwa bobot masing-masing faktor adalah sbb:
Harga beli = 0,32 Harga Jual kembali = 0,56
Proposal Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM
Kerja sama Bank Indonesia Denpasar dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud 570
Prestise = 0,12 Dengan kata lain, dalam kita memutuskan mobil, faktor yang akan lebih dipertimbangkan adalah faktor harga jual kembali dengan bobot 0,56.
Langkah Keenam: Melakukan perbandingan berpasangan untuk masing-masing alternatif mobil pada setiap faktor yang dipertimbangkan. Misal kita membandingkan kijang dengan kuda dalam hal harga beli. Perlu dicatat disini bahwa harga beli, nilainya tangible, tersedia di dealer-dealer, sehingga mempermudah kita untuk melakukan perbandingan. Hasil perbandingan berpasangan masing-masing alternatif mobil pada faktor harga beli ini kemudian membentuk sebuah matriks dan kita cari eigenfaktornya. Demikian hal ini kita lakukan berulang untuk faktor harga jual kembali dan faktor prestise, yang pada akhirnya kita mendapatkan eigenvector untuk masing-masing alternatif pada setiap faktor sebagai berikut:
Harga Beli Harga Jual kembali Prestise Kijang 0.12 0.38 0.30 Kuda 0.25 0.29 0.24 Panther 0.05 0.07 0.21 Taruna 0.58 0.26 0.25
Langkah ketujuh: Dengan didapatkannya bobot pada semua faktor dan pada semua alternatif,
maka kita akhirnya dapat memilih mobil mana yang sesungguhnya paling kita inginkan. Untuk itu kita tinggak mengalikan matriks bobot alternatif dengan matriks bobot faktor dengan hasil sbb:
0.12 0.38 0.30 0,32 0.31 0.25 0.29 0.24 0,56 0.27 0.05 0.07 0.21 0,12 0.09 0.58 0.26 0.25 0.33
Dari perkalian ini, kita mendapatkan bobot prioritas yang sudah final untuk
masing-masing mobil sebagai berikut: Kijang = 0,31 Kuda = 0,27 Panther = 0,09 Taruna = 0,33
Atau dengan kata lain, prioritas pilihan kita adalah Taruna, baru kemudian Kijang, Kuda dan terakhir adalah Panther.
x =