65
1 A. JUDUL PENELITIAN Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Aspek Kimia Materi Pokok Partikel Materi untuk SMP/MTs Kelas VIII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. B. RUANG LINGKUP / BIDANG ILMU PENGETAHUAN Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian pengembangan di bidang pendidikan kimia. C. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) membawa implikasi meluasnya cakrawala manusia dalam berbagai bidang pengetahuan sehingga setiap generasi penerus haruslah lebih banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini membawa implikasi kepada bidang pendidikan yang menuntut sistem pendidikan dan latihan yang dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan efektif. Untuk itu dirasakan perlunya sistem baru dalam mengkomunikasikan segala macam pengetahuan dan pesan, baik secara verbal maupun secara non verbal. Media tidak lagi merupakan hasil pengetahuan manusia, tetapi juga merupakan sarana

Pengembangan LKS IPA Aspek Kimia.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengembangan

Citation preview

A

41

A. JUDUL PENELITIAN

Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Aspek Kimia Materi Pokok Partikel Materi untuk SMP/MTs Kelas VIII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.B. RUANG LINGKUP / BIDANG ILMU PENGETAHUAN

Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian pengembangan di bidang pendidikan kimia.

C. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) membawa implikasi meluasnya cakrawala manusia dalam berbagai bidang pengetahuan sehingga setiap generasi penerus haruslah lebih banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini membawa implikasi kepada bidang pendidikan yang menuntut sistem pendidikan dan latihan yang dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan efektif. Untuk itu dirasakan perlunya sistem baru dalam mengkomunikasikan segala macam pengetahuan dan pesan, baik secara verbal maupun secara non verbal. Media tidak lagi merupakan hasil pengetahuan manusia, tetapi juga merupakan sarana untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan khusus, di samping untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta teknik-teknik baru (Mulyati Arifin, dkk, 2000 : 196).

Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Pembaharuan ini untuk memperkenalkan berbagai hal yang baru dengan maksud memperbaiki apa-apa yang sudah terbiasa demi timbulnya praktek yang baru, baik dalam metode ataupun cara-cara bekerja untuk mencapai tujuan (Cece Wijaya dkk, 1992 : 9). Salah satu pembaharuan dalam dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah perubahan dalam bidang kurikulum yaitu dari Kurikulum 1994 ke Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.

Depdiknas (2006) mengemukakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan metode yang bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Dalam meningkatkan proses dan hasil belajar para siswa sebagai salah satu indikator kualitas pendidikan, perbaikan dan penyempurnaan sistem pengajaran merupakan upaya yang paling strategis dan paling realistis. Upaya tersebut diarahkan kepada kualitas pengajaran sebagai suatu proses yang diharapkan dapat menghasilkan kualitas hasil belajar para siswa.

Pembelajaran mata pelajaran IPA aspek Kimia di SMP/MTs merupakan suatu tantangan besar yang harus dihadapi oleh siswa, guru dan sekolah. Hal itu disebabkan kemampuan awal maupun kesiapan siswa SMP/MTs dalam mengikuti pembelajaran IPA aspek Kimia dimungkinkan kurang karena mata pelajaran IPA aspek Kimia di SD sedikit dan tidak diajarkan oleh guru yang mempunyai latar belakang pendidikan ilmu kimia. Guru kurang siap karena materi berubah sehingga perlu sumber ajar baru yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Disamping itu, sekolah pun belum siap karena dengan adanya kurikulum baru maka harus menyiapkan perangkat baru, buku baru, alat dan bahan praktikum kimia baru dan lain-lain.Salah satu sumber dan media belajar yang dirasa dapat membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan media cetak hasil pengembangan teknologi cetak berupa buku dan berisi materi visual, seperti yang diungkapkan oleh Azhar Arsyad (2004 : 29). Menurut Surachman yang dikutip oleh Sumarni (2004 : 15-16), LKS merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara terarah yang berisi ringkasan materi dan latihan-latihan, dapat disertai pertanyaan untuk dijawab, daftar isian untuk dijawab, diagram untuk dilengkapi, dan lembar eksperimen. LKS di lapangan tidak sesuai dengan kurikulum yang berlaku, kondisinya pun belum teruji sehingga perlu dikembangkan LKS yang baru.Dalam penelitian ini akan dikembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA terpadu Kimia yang disusun menurut kriteria tertentu. Diharapkan LKS dapat membantu dalam proses belajar mengajar di SMP/MTs agar pembelajaran IPA terpadu Kimia tersebut menjadi lebih menarik dan menyenangkan. LKS disusun berdasar Kurikulum Berbasis Kompetensi yang lebih bersifat kontekstual dan life skill.

2. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana menyusun LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memenuhi kriteria kualitas sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar dan media dalam pembelajaran kimia.

b. Pengembangan LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memenuhi kriteria LKS yang berkualitas menurut penilaian guru IPA SMP dan guru kimia SMA.3. Tujuan Pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menyusun LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memenuhi kriteria kualitas sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar dan media dalam pembelajaran kimia.

b. Mengembangkan LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memenuhi kriteria LKS yang berkualitas menurut penilaian guru IPA SMP dan guru kimia SMA.

4. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah

a. LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII berbentuk media cetak yang berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

b. LKS untuk SMP/MTs kelas VIII dengan materi pokok : Partikel Materi.c. LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII yang memenuhi syarat kualitas :1) Syarat didaktik, meliputi aspek :

(a) Pendekatan Penulisan

(b) Kebenaran Konsep Kimia

(c) Kedalaman Konsep

(d) Keluasan Konsep

(e) Kegiatan/Percobaan Kimia

2) Syarat konstruksi, meliputi aspek :

(a) Kejelasan Kalimat

(b) Kebahasaan

3) Syarat teknis, meliputi aspek :

(a) Penampilan Fisik

4) Syarat lainnya, meliputi aspek :

(a) Keterlaksanaan

(b) Evaluasi Belajar

d. LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII yang dapat digunakan sebagai sumber belajar penunjang bagi siswa dan guru.

5. Pentingnya Pengembangan

Pentingnya pengembangan LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII antara lain :

1. Agar siswa dapat melakukan belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.

2. Adanya keleluasaan dalam penggunaan lingkungan belajar, tidak terbatas pada kelas semata sehingga pembelajaran lebih menarik, efektif dan efisien.

3. Evaluasi pembelajaran lebih luas maknanya, selain menilai kemajuan belajar siswa juga menilai tingkat keefektifan program.

4. Sebagai sumber alternatif bagi guru dalam proses pembelajaran kimia.

6. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah media cetak berupa LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII yang disusun berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memenuhi kriteria kualitas. Keterbatasan pengembangan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut :

a. Kompetensi dasar LKS IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII yang disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi :1. Menjelaskan konsep atom, ion dan molekul.

2. Menghubungkan konsep atom, ion dan molekul dengan produk kimia sehari-hari.

3. Membandingkan molekul unsur dan molekul senyawa.

b. LKS yang akan dikembangkan berbentuk ringkasan materi, teka-teki silang, percobaan sederhana, lembar kegiatan observasi dan diskusi, petunjuk kerja lapangan mandiri, dan latihan soal.

7. Defini Istilah

a. LKS menurut Surachman yang dikutip oleh Sumarni (2004 : 15), merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara terarah.

b. Standar Kompetensi yaitu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa.

c. Kompetensi Dasar yaitu penjabaran lebih lanjut dari Standar Kompetensi yang juga memuat hasil belajar yang diharapkan setelah peserta didik melakukan pembelajaran dalam kompetensi tertentu.

d. Indikator yaitu indikasi ketercapaian Kompetensi Dasar yang dicapai oleh peserta didik.

e. Pengalaman Belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa untuk mencapai Kompetensi Dasar.

D. KAJIAN PUSTAKA

1) Analisis Teori dan Penelitian yang Relevan

a. Analisis Teori

1) Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan secara terus menerus sebagai akumulasi respon terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini serta pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. Hal ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum.

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1994. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Kurikulum ini berorientasi pada :

1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.

2. Keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Gordon (1988 : 109) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut :

1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.

2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

3. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.

4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain).

5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap perubahan krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan sebagainya.

6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.

Ada tiga landasan teoretis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap peserta didik dapat belajar sendiri sesuai dengan cara dan kemampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada orang lain. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penguasaan ( learning for mastery) adalah suatu falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat, semua peserta didik dapat mempelajari semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik. Ketiga, pendefinisian kembali terhadap bakat. Dalam kaitan ini Hall (1986) menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang cukup.

Salah satu pendekatan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berdasar konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas siswa. Sesuatu yang baru sendiri bukan dari apa kata guru. Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

Beberapa hal yang membuat pendekatan kontekstual menjadi pilihan :

1. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar yang baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

2. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.

3. Knowledge is constructed by humans. Knowledge is not a set of facts, concepts, or laws waiting to be discovered. Its not something that exists independent of a knower. Humans create or contruct knowledge as they attempt to bring meaning to their experience. Everything that we know, we have made. (Zahorik, 1995 : 3).

4. Knowledge is konjectural and fallible. Since knowledge is a construction of humans and humans constantly undergoing new experience, knowledge can never stable. The understandings that we invent are always tentative and incomplete. Knowledge grows through exposure. Understand becomes deeper and stronger if one test it against new encounters (Zahorik, 1995 : 3).

Menurut Zahorik ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual :

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).

2. Pemerolehan pengetahuan baru (aquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun :

a. konsep sementara (hipotesis).

b. melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu.

c. konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. (Depdiknas, 2003 : 7)Tujuh komponen dalam CTL

1. Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, dan mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :

a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

2. Menemukan (inquiry)

Merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry)

a. Merumuskan masalah

b. Mengamati atau melakukan observasi

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya.

d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.

3. Bertanya (Questioning)

Merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.

b. Mengecek pemahaman siswa.

c. Membangkitkan respon kepada siswa.

d. Mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa.

e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.

f. Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.

g. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.

h. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

4. Masyarakat belajar (learning community)

Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

5. Pemodelan

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, cara menghafal bahasa inggris dan sebagainya.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru sehingga siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessement)

Penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Oleh karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment dilakukan bersama dengan secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.

Oleh karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang diambil saat siswa melakukan kegiatan baik di dalam maupun di luar kelas disebut dengan data autentik. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman atau orang lain. (Depdiknas, 2003 : 10 19)Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan model-model lainnya. Pertama, pendekatan ini bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge). Kedua, Kurikulum Berbasis Kompetensi boleh jadi merupakan pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam perkembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa, 2002 : 20)2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannyaKurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan terpaduKurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seniKurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupanPengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayatKurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerahKurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

3) Sumber Belajar

Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses pembelajaran tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar merupakan daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.

Dalam pengembangan sumber belajar dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yaitu :

a. Sumber belajar yang dirancang untuk membantu proses belajar mengajar. Misalnya buku, brosur, film, video, Overhead Projector (OHP).

b. Sumber belajar yang tidak dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan pembelajaran seperti museum, pabrik, Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional (LIPI). Sumber belajar ini dapat berupa segala macam sumber yang ada di sekeliling kita.

Pemilihan sumber belajar harus dilakukan atas dasar dua macam kriteria, yaitu :

a) Kriteria umum

Kriteria umum merupakan ukuran kasar dalam memilih berbagai sumber belajar, misalnya :

1. Ekonomis, dalam pengertian murah

2. Praktis dan sederhana

3. Mudah diperoleh

4. Bersifat fleksibel

5. Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan

b) Kriteria berdasarkan tujuan

Beberapa kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan antara lain :

1. Sumber belajar untuk memotivasi

2. Sumber belajar untuk tujuan pembelajaran

3. Sumber belajar untuk penelitian

4. Sumber belajar untuk memecahkan masalah

5. Sumber belajar untuk presentasi (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2003 : 21-25).4) Media Pembelajaran

Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Dalam proses pembelajaran pesan yang disampaikan adalah berupa materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Sumber pesan adalah guru, salurannya adalah media pendidikan, dan penerimanya adalah siswa.

Media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Pengirim dan penerima pesan itu dapat berbentuk orang atau lembaga, sedangkan media dapat berupa alat-alat elektronik, Overhead Projektor (OHP), gambar, buku dan lain-lain. Dengan demikian media pembelajaran merupakan alat yang digunakan oleh seorang pengajar untuk penyampaian materi pembelajaran kepada siswanya. Media digunakan karena berbagai kemampuannya sebagai berikut :

a. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi lebih besar.b. Meningkatkan sistematika pembelajaran.c. Menyajikan peristiwa yang kompleks, berlangsung dengan sangat cepat menjadi lebih sistematik dan lebih sederhana.d. Menampung sejumlah besar siswa untuk mempelajari materi pembelajaran dalam waktu yang sama.e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya ke hadapan siswa.f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.g. Menyajikan benda atau peristiwa yang berada jauh dari hadapan siswa.

Gambar 1. Pola Pengajaran dibantu Media

Dalam pembelajaran dengan media, media diintegrasikan dengan tujuan dan materi pembelajaran yang sudah dituangkan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) kemudian penetapan isi dan metode yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran. Guru menggunakan media untuk mentransfer informasi kepada siswa agar pembelajaran lebih menarik sehingga dapat meningkatkan daya retensi siswa dalam mengingat materi yang diajarkan.Media yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat beraneka ragam, maka pengajar dapat memilih salah satu atau beberapa diantaranya untuk digunakan dalam menyusun strategi pembelajaran. Pemilihan media berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran merupakan kriteria utama. Setelah mengidentifikasi beberapa media yang sesuai untuk tujuan pembelajaran tertentu, maka langkah selanjutnya memilih salah satu atau dua media atas dasar berbagai pertimbangan seperti berikut :

1. Biaya yang lebih murah, baik pada saat pembelian maupun pemeliharaan.2. Kesesuaiannya dengan metoda pembelajaran.

3. Kesesuaian dengan karakteristik siswa4. Pertimbangan praktis, meliputi :

a) Kemudahannya dipindahkan atau ditempatkanb) Kesesuaian dengan fasilitas yang ada di kelasc) Keamanan penggunaannyad) Daya tahannyae) Kemudahan perbaikannya

5. Ketersediaan media beserta suku cadangnya di pasaran serta ketersediannya bagi siswa.

Untuk memungkinkan media berfungsi secara maksimal maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :

a. Media harus dapat dilihat atau didengar.

b. Media merupakan alat bantu pembelajaran di kelas atau di luar kelas.c. Media merupakan perantara yang digunakan dalam pembelajaran.d. Media dapat berfungsi sebagai alat belajar.

Ada dua sisi penting mengenai fungsi media dalam proses belajar-mengajar di kelas, yaitu :

1. Membantu guru dalam

a. Mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat keberlangsungan proses belajar-mengajar.b. Penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap.c. Merancang lingkup informasi dan keterampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu.

2. Membantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya antara lain :

a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian.b. Memelihara keseimbangan mental (otak) dan fisik (indera).c. Mendorong belajar mandiri (mempercepat konstruksi/ rekonstruksi kognitifnya) (Mulyati Arifin, dkk, 2000 : 164).Edgar Dale yang dikutip oleh Sutiman dan Eli Roehaeti (2002 : 107) mengklasifikasikan media pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar siswa dari yang bersifat kongkrit sampai yang bersifat abstrak. Beliau berpendapat bahwa pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indra penglihatan, 13% melalui indra pendengaran dan 12% melalui indera lain.

5) Lembar Kerja Siswa (LKS)LKS merupakan salah satu model media pembelajaran dan sumber belajar penunjang yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran terutama untuk latihan soal dan pedoman dalam percobaan. LKS juga dapat menjadi buku pegangan bagi guru disamping buku cetak lainnya.

Menurut Surachman (2004 : 16) LKS mempunyai keunggulan-keunggulan yaitu :

1. Kesederhanaan dari wujud lembaran tersebut sehingga siswa mudah untuk mempelajarinya.

2. Bahasa yang singkat akan memudahkan siswa untuk mengingat materi dan latihan yang terdapat dalam LKS.

3. LKS dapat digunakan dengan praktis sehingga sangat efektif bagi kepentingan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. LKS dapat membantu siswa belajar secara terarah.

Beberapa keuntungan penggunaan media Lembar Kerja Siswa (Winarno Surakhmad, 1992 : 92) adalah :

1. Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar, hasil eksperimen, atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang lebih mereka rasakan berguna untuk hidup mereka akan lebih lama mereka ingat.

2. Siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif bertanggung jawab dalam belajar mandiri.

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1993 : 40) mengemukakan kegunaan LKS dalam belajar-mengajar adalah sebagai berikut :

1. Dapat memudahkan guru untuk mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana guru sentris, berubah menjadi siswa sentris.

2. Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja.

3. Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, sikap ilmiah, serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya.

4. Dapat memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk mencapai sasaran belajar.

Namun demikian terdapat kelemahan dalam penggunaan LKS pada kegiatan pembelajan, yaitu terdapat kesulitan dalam hal mengontrol apakah latihan dalam LKS yang diberikan betul-betul dikerjakan oleh siswa sendiri atau tidak. Untuk lebih mengoptimalkan penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam pembelajaran, maka LKS yang ada perlu dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Berbagai persyaratan yang harus dipenuhi LKS yang baik menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992 : 41-46) adalah :

1. Syarat-syarat didaktik

LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses belajar-mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya ia harus mengikuti asas-asas belajar-mengajar yang efektif yaitu :

a. Memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik siswa yang lamban, yang sedang maupun yang cepat dalam belajar.

b. Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep, sehingga LKS di sini berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu.

c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Dalam sebuah LKS, hendaknya terdapat kesempatan siswa untuk menulis, menggambar, berdialog dengan temannya, menggunakan alat, menyentuh benda nyata dan sebagainya.

d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral dan estetika pada diri anak. LKS tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep akademis. Untuk keperluan ini, diperlukan bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa dapat berhubungan dengan orang lain, bilamana perlu, diadakan suatu display (pajangan atau pameran).

e. Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.

2. Syarat-syarat konstruksi

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :

a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak.

b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu :(1) Hindarkan kalimat komplek

(2) Hindarkan kata-kata tak jelas misalnya mungkin, kira-kira.

(3) Hindarkan kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda.

(4) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif.

c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Apalagi konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu.

d. Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

e. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.

f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai dimana anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa.

g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.

h. Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkret sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat formal atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak.

i. Dapat digunakan anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat.

j. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi.

k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.

3. Syarat-syarat teknis

a. Tulisan

(1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

(2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

(3) Gunakan tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.

(4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

(5) Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

b. Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.

c. Penampilan

Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya.

6) Sains Aspek Kimia di SMP/MTs

Depdiknas (2006 : 377) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.Ilmu kimia merupakan suatu ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat. Menurut Tresna Sastrawijaya (1988 : 174-177) ilmu kimia memiliki ciri-ciri :

1. Kimia lebih bersifat abstrak

Teknik belajar hal-hal yang bersifat abstrak adalah dengan cara membayangkan atau menciptakan gambaran batin mengenai hal yang abstrak tadi.

2. Mempelajari penyederhanaan dari pengetahuan kimia yang sebenarnya.

Kebanyakan bahan di dunia ini adalah campuran, terdiri dari senyawa-senyawa yang rumit, yang mungkin sukar dipahami oleh karena itu, pelajaran kimia dimulai dengan mempelajari zat-zat sederhana, sehingga siswa nantinya dapat membayangkan secara sederhana pula.

3. Bahan pembelajaran kimia mulai dari yang mudah menuju yang sukar.

Pembelajaran kimia akan menjadi lebih mudah jika pembelajaran dimulai dengan konsep-konsep yang mudah dan sederhana dulu baru menuju yang sulit.

Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang lebih banyak bersifat abstrak, namun secara teori dapat dimengerti oleh siswa SMP/MTs. Hal ini berdasarkan teori Piaget, bahwa siswa SMP/MTs sudah memasuki tahap perkembangan operasi formal. Karakteristik anak yang berada dalam tingkat operasi formal menurut Flavel (1963) :

a. Dapat berfikir hipotesis deduktif.

Dalam menanggapi masalah, mampu mengumpulkan data, mencek data, merumuskan hipotesis dan mengambil keputusan yang layak. Tetapi kemampuan menolak dan menerima hipotesis masih lemah.

b. Dapat berfikir proporsional

Pada tingkat berfikir ini dia dapat memberi gambaran yang dalam fikirannya sesuai, adakalanya dapat memberikan proporsional yang negatif.

c. Dapat berfikir kombinasional

Pada tingkat ini anak dapat menemukan kombinasi yang tepat dari suatu masalah.

Karena materi IPA aspek Kimia banyak yang bersifat abstrak maka diperlukan sumber dan media belajar yang dapat membuat materi yang abstrak tersebut menjadi lebih mudah dipahami, salah satunya adalah LKS. Dalam LKS pembelajaran dikemas dalam suatu perencanaan tertentu yang disertai dengan materi, latihan soal, kegiatan siswa/percobaan dan lain-lain sehingga pembelajaran dapat lebih menarik, efisien dan efektif.

c. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Yuniarti (2005) dan Dwi Mei Dewandari (2006). Penelitian Yuniarti berjudul Pengembangan LKS untuk Sains Aspek Kimia di SMP Kelas VIII Berdasarkan Kurikulum 2004. Yuniarti menyusun LKS materi pokok : Unsur, Senyawa, Campuran, Pemisahan Materi dan Perubahan Materi. Hasil penilaian oleh reviewer menunjukkan bahwa LKS untuk ketiga materi tersebut memperoleh nilai sangat baik. Penelitian Yuniarti berjudul Pengembangan Lembar Kerja Siswa Sains Aspek Kimia untuk SMP/MTs Kelas VII Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yuniarti menyusun LKS materi pokok : Bahan Kimia di Rumah, Wujud Zat, Bahan Kimia dalam Bahan Makanan, Zat adiktif dan Psikotropika. Hasil penilaian oleh reviewer memperoleh nilai sangat baik.

2) Kerangka Pikir

Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk SMP/MTs tetap mata pelajaran IPA. Bidang ilmu yang termasuk di dalamnya adalah ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu kimia. Pergantian kurikulum tersebut mengharuskan sumber dan media baru dalam proses belajar mengajar, terutama untuk pelajaran IPA aspek Kimia karena tidak diberikan di bangku SD sebelumnya. Hal ini disebabkan Kurikulum Berbasis Kompetensi lebih banyak menuntut keaktifan siswa dalam proses belajar-mengajar sehingga guru tidak menjadi sumber belajar utama bagi siswa, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator saja. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pembelajaran IPA dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.

Kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam, sering dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit dan kurang menarik bagi sebagian besar siswa. Karena hal itu, maka siswa kurang berminat untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang disajikan dalam ilmu kimia, mungkin disebabkan sebagian besar konsep-konsep dalam ilmu kimia bersifat abstrak.

Untuk dapat lebih menarik maka salah satu tugas guru kimia adalah mengemas materi-materi kimia ke dalam suatu media pembelajaran yang dapat menarik siswa sehingga siswa akan termotivasi dalam belajar kimia yang menjadikan proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan agar pembelajaran kimia menjadi lebih menarik, efektif dan efisien adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan media cetak yang berisi ringkasan materi dan latihan-latihan, dapat disertai pertanyaan untuk dijawab, daftar isian untuk diisi, diagram untuk dilengkapi, dan lembar eksperimen.

Bila disusun sebuah LKS yang relevan dengan Standar Kompetensi SMP/MTs dan berdasarkan kriteria tertentu yang menggunakan pendekatan kontekstual, diharapkan dapat menjadi sarana belajar, latihan soal, dan eksperimen, baik itu yang dapat dilakukan sendiri di rumah maupun di sekolah. Dengan demikian, peran guru sebagai motivator dan fasilitator dapat maksimal, sehingga LKS IPA aspek Kimia yang disusun ini dapat mendukung terlaksananya pengembangan IPA aspek Kimia pada jenjang SMP/MTs.

3) Hipotesis

Apabila LKS IPA aspek Kimia yang disusun memenuhi kriteria didaktik, konstruksi dan teknis, maka akan diperoleh suplemen yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran kimia.E. METODE PENGEMBANGAN

1. Model Pengembangan

Model pengembangan dalam penelitian ini adalah media dan sumber pembelajaran kimia dalam bentuk LKS yang terdiri atas teka-teki silang, percobaan sederhana, lembar kegiatan observasi dan diskusi, petunjuk kerja lapangan mandiri, dan latihan soal.

2. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

Tahap I, meliputi

a. Menentukan LKS yang akan disusun, yaitu Lembar Kerja Siswa IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

b. Mengumpulkan referensi yang mencakup materi pokok : Atom, Ion dan Molekul.

c. Menyusun naskah media pembelajaran kimia dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

d. Membuat Lembar Kerja Siswa IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Tahap II, meliputi

Peer review oleh tiga orang teman (mahasiswa pendidikan kimia) tentang layout LKS dan mengkonsultasikan LKS pembelajaran kimia yang telah dibuat kepada dosen pembimbing dan ahli media untuk memperoleh masukanTahap III, meliputi

Melakukan penilaian dengan menyertakan instrumen penilaian kepada 3 orang guru IPA SMP dan 2 orang guru kimia SMA mengenai kualitas produk yang dihasilkan yaitu media pembelajaran kimia dalam bentuk LKS

Secara lebih jelas prosedur pengembangan dapat dilihat dalam diagram 1 :

b. Subjek Penilaian

Subjek penilai kualitas LKS IPA dalam penelitian pengembangan ini adalah 3 orang guru bidang studi IPA yang bertugas mengajar IPA aspek Kimia di SMP dan 2 orang guru kimia SMAc. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu :

1) Data proses penyusunan Lembar Kerja Siswa IPA aspek Kimia SMP kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai dengan kriteria yang ditentukan berdasarkan tinjauan dan masukan dari dosen pembimbing, ahli media dan peer review.

2) Data tentang kualitas media pembelajaran LKS materi pokok : Atom, Ion dan Molekul untuk SMP kelas VIII berdasarkan penilaian 3 orang guru IPA SMP dan 2 orang guru kimia SMA.

d. Instrumen Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket yang berisi pertanyaan tentang kualitas LKS yang meliputi 10 aspek kriteria untuk setiap komponen media pembelajaran. Aspek kriteria kualitas media pembelajaran kimia ini meliputi beberapa indikator, diantaranya :

1. Aspek Pendekatan Penulisan

a) Menekankan keterampilan proses

b) Menghubungkan ilmu pengetahuan teknologi dan kehidupan

c) Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran.

2. Aspek Kebenaran Konsep

a) Kesesuaian konsep dengan konsep yang dikemukakan oleh ahli kimiab) Kebenaran susunan materi setiap bab.

3. Aspek Kedalaman konsep

a) Muatan latar belakang sejarah penemuan konsep hukum atau fakta.b) Kedalaman materi sesuai dengan kemampuan siswa.

4. Aspek Keluasan Konsep

a) Kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP/MTs.

b) Hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari.

c) Informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman.

5. Aspek Kejelasan kalimat

a) Kalimat tidak menimbulkan makna ganda

b) Kalimat yang mudah dipahami

6. Aspek Kebahasaan

a) Bahasa yang digunakan baku.

b) Bahasa yang digunakan komunikatif.

7. Aspek Evaluasi Belajar

a) Mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b) Mengukur ketercapaian indikator keberhasilan siswa.

8. Aspek Kegiatan/Percobaan Siswa

a) Memberikan pengalaman langsung

b) Mendorong siswa membangun konsep, hukum, atau fakta.

c) Kesesuaian kegiatan percobaan kimia dengan materi pokok Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP/MTs.

9. Aspek Keterlaksanaan

a) Materi pokok sesuai dengan alokasi waktu sekolah

b) Kegiatan/percobaan kimia mudah dilaksanakan.

10. Aspek Penilaian

a) Desain LKS baik

b) Cetakan tulisan dan gambar jelas.

c) Penampilan fisik LKS dapat mendorong minat baca siswa.

3. Penilaian Produk

a. Data Proses Pengembangan Produk

Data proses pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA aspek Kimia untuk SMP/MTs kelas VIII berupa data deskriptif sesuai prosedur pengembangan produk dan kualitas LKS yang meliputi aspek didaktik, konstruksi, teknis, keterlaksanaan, dan aspek penilaian. Prosedur pengembangan produk yang dilakukan melalui analisis kurikulum dan materinya. Buku-buku yang digunakan sebagai referensi antara lain :

1) Kurikulum Kimia SMP dan MTs Berbasis Kompetensi tahun 2006 yang disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional.

2) Buku Kontekstual Sains Kimia untuk SMP kelas VIII yang disusun oleh Das Salirawati diterbitkan oleh Penerbit Erlangga.

3) Buku Sains Kimia untuk SMP yang disusun oleh Subandi, dk yang diterbitkan olehpenerbit UM Press.4) Buku Panduan Demonstrasi dan Percobaan Permainan Kimia untuk SD, SMP, dan SMA yang disusun oleh Yunita yang diterbitkan oleh penerbit Pudak Scientific.

5) Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan yang disusun oleh Drs. Hiskia Achmad yang diterbitkan oleh Penerbit PT. Citra Adidya Bakti, Bandung.

6) Situs-situs kimia di internet dan lain-lain.

b. Data Kualitas Produk yang Dihasilkan

Data yang diperoleh dimuat dalam bentuk tabel skor nilai media dan uraian saran. Selanjutnya data uraian saran dirangkum dan disimpulkan sehingga dapat dijadikan landasan untuk melakukan revisi setiap komponen dari media pembelajaran kimia yang disusun. Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pengubahan nilai dari 5 reviewer yang berupa data kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan sesuai pada Tabel 1.

Tabel 1. Aturan Pemberian Skor

KategoriSkor

STS (Sangat Tidak Setuju)1

TS (Tidak Setuju)2

C (Cukup)3

S (Setuju)4

SS (Sangat Setuju)5

2) Menghitung skor rata-rata dari setiap sub aspek yang dinilai dari tiap materi pokok dengan rumus :

Keterangan :

= skor rata-rata tiap sub aspek kualitas

n = jumlah penilai

= jumlah skor tiap sub aspek kualitas

3) Mengubah skor rata-rata tiap sub aspek kualitas yang diperoleh menjadi nilai kualitatif sesuai kriteria penilaian yang diadobsi dari Anas Sudjiono ( 1987 : 161) :NoRentang Skor (i)Kategori

1X > Mi + 1,5 SDiSangat Baik

2Mi + 0,5 SDi < X ( Mi + 0,5 SDiBaik

3Mi - 0,5 SDi < X ( Mi + 0,5 SDiCukup

4Mi - 1,5 SDi < X ( Mi - 1,5 SDiKurang

5X < Mi + 1,5 SDiSangat Kurang

Keterangan :

Mi = mean ideal

4) Menghitung skor rata-rata dari setiap materi pokok dengan menggunakan rumus.

Keterangan :

= skor rata-rata tiap materi pokok

n = jumlah penilai

= jumlah skor

5) Skor rata-rata tiap materi pokok yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai kualitatif sesuai kriteria kategori penilaian ideal seperti Tabel. 2

Tabel 2. Kategori Penilaian Ideal Untuk Tiap Materi Pokok

NoRentang Skor (i) KuantitatifKriteria Kualitatif

1> 96Sangat Baik

280 < 96Baik

364 < 80Cukup

448 < 64Kurang

5 48Sangat Kurang

Keterangan : = skor rata-rata tiap Materi Pokok

Skor maksimal ideal = 120 berasal dari 24 x 5

Skor minimal ideal = 24 berasal dari 24 x 1

Data yang diperoleh untuk masing-masing aspek yang telah dikembangkan menjadi indikator-indikator kemudian ditabulasikan dan dianalisis. Skor terakhir yang diperoleh dikonversi lagi menjadi tingkat kelayakan produk secara kualitatif dengan pedoman konversi berikut ini :

Berdasarkan Mi dan SBi yang diperoleh, maka kriteria kategori penilaian ideal untuk tiap materi pokok adalah :

6) Menentukan nilai keseluruhan LKS dengan menghitung skor rata-rata seluruh materi pokok, kemudian mengubah menjadi nilai kualitatif sesuai dengan kriteria kategori penilaian ideal untuk tiap materi pokok. Skor tersebut menunjukkan kualitas LKS yang telah dikembangkan. Nilai yang diperoleh untuk tiap-tiap materi pokok digunakan sebagai dasar untuk merevisi LKS.

F. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu

1. Seperangkat komputer

2. Kurikulum Kimia 20063. Kertas

4. Buku Kimia Kelas VIII5. Buku Percobaan KimiaG. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyusunan Proposal: Juli 2006 Agustus 2006

Pelaksanaan Seminar Proposal: September 2006Pelaksanaan Penelitian: Juli 2006 November 2006

Penyusunan Laporan: Juli 2006 November 2006

H. RINCIAN BIAYA

Penyusunan Proposal: Rp. 100.000,00

Pelaksanaan Penelitian: Rp. 500.000,00

Penyusunan Laporan: Rp. 200.000,00 +Jumlah total: Rp. 800.000,00

I. KURIKULUM VITAE

Nama

: Agus Kamaludin

NIM

: 033324742

Jurusan: Pendidikan Kimia

Prodi

: Pendidikan Kimia

Fakultas: MIPA

TTL

: Tegal, 9 Januari 1983J. DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudjiono. ( 1987 ). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

Azhar Arsyad. ( 2004 ). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

B. Suryobroto. ( 1985 ). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Cece Wijaya, dkk. ( 1992 ). Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Conny Semiawan, A.S. Munandar dan S.C.U. Munandar. ( 1990 ). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : PT Gramedia.

Depdiknas. ( 2003 ). Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Kimia. Jakarta : Depdiknas.

E. Mulyasa. ( 2002 ). Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. ( 2003 ). Teknologi Pengajaran. Bandung : CV Sinar Baru.

Ngalim Purwanto. ( 1990 ). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Anderson, Ronald H. ( 1994 ). Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran (Kata Pengantar : Setiadji). Jakarta : PT Rja Grafindo Persada.

Slameto. ( 2003 ). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

S. Nasution. ( 1984 ). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara.

Sri Rukmini, dkk. ( 1993 ). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Unit Percetakan dan Penerbitan UNY.

Sukardjo. ( 2000 ). Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia. Yogyakarta. FMIPA UNY.

Yuniarti. ( 2005 ). Pengembangan LKS untuk Sains Aspek Kimia di SMP Kelas VIII Berdasarkan Kurikulum 2004. Yogyakarta : FMIPA UNY.Dwi Mei Dewandari. ( 2006 ). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Sains Aspek Kimia untuk SMP/MTs Kelas VII. Yogyakarta : FMIPA UNY.Guru dengan Media

Penetapan Isi dan Metode

Siswa

Tujuan

Produk Awal : LKS Sains Aspek Kimia

Tahap I

Tinjauan Dosen Pembimbing

Tinjauan Ahli Media

Penilaian Guru IPA SMP + Guru Kimia SMA (reviewer)

Revisi I

Tahap II

Tinjauan Peer Review

Revisi II

Analisis

Tahap III

Revisi III

Produk Akhir : LKS IPA Aspek Kimia

Mi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

SBi = () (1/3) (skor maksimal ideal skor minimal ideal)

_1213904614.unknown

_1215176123.unknown

_1215190250.unknown

_1215176116.unknown

_1213904638.unknown

_1213359327.unknown

_1213904584.unknown

_1213358980.unknown

_1213359296.unknown

_1213358932.unknown